surat keputusan rektor universitas nahdlatul …unusia.ac.id/__pub/files87664keputusan pedoman...
TRANSCRIPT
SURAT KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIA
No. 805/100.03/XII/2017
TENTANG: PEDOMAN PENULISAN TESIS
DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIA Bismilillahirrahmanirrahim Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) Jakarta:
Menimbang : 1. Bahwa dalam rangka memberikan pedoman penulisan tesis bagi mahasiswa program magister, perlu adanya pedoman penulisan yang dapat dijadikan panduan mahasiswa dalam menyusun tesis;
2. Bahwa berdasarkan pertimbangan poin 1 di atas, perlu ditetapkan Pedoman Penulisan Tesis di lingkukngan Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia Jakarta.
Mengingat
: 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4301);
2. Undang-Undang No.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi; 3. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia; 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 tentang
Standar Pendidikan Tinggi; 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010
Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan jo. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2010 Tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan;
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 6 Tahun 2010 jo. Permendiknas No.28 tahun 2005 Tentang Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi;
7. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 234/U/2000 Tentang Pedoman Pendirian Perguruan Tinggi;
8. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 232/U/2000 Tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa;
9. Keputusan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Nomor 666/A.II.04.d/15/2015 tentang Pengesahan Statuta Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia Jakarta.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIA JAKARTA TENTANG PEDOMAN PENULISAN TESIS DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIA JAKARTA.
Pertama : Mengesahkan Pedoman Penulisan Tesis di Lingkungan Universitas Nahdlatul
Ulama Indonesia Jakarta. Kedua : Pedoman sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU menjadi rujukan dan
panduan bagi seluruh mahasiswa program pendidikan magister dalam menyusun tesis.
Ketiga : Pedoman sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU menjadi rujukan bagi pembimbing dalam proses pembimbingan tesis, dan juga bagi penguji dalam proses siding/munaqasyah tesis.
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 27 Desember 2017 Tembusan: 1. Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia Jakarta 2. Arsip
Pedoman Penulisan Tesis
PASCASARJANA PROGRAM MAGISTER (PPM)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
TAHUN 2016
TIM PENULIS:
Dr. Mastuki HS., M.Ag. Hamdani, Ph.D
Dr. M. Ulinnuha Husnan, Lc. MA.
JUDUL BUKU © PEDOMAN PENULISAN TESIS Tim Penulis : Dr. Mastuki HS., M.Ag. : Hamdani, Ph.D : Dr. M. Ulinnuha Husnan, Lc. MA. Editor : M. Ulinnuha Layout & Setting : Abrohul Isnaini
Dicetak pertama kali oleh: Pascasarjana STAINU Jakarta
Diterbitkan oleh: PUSTAKA STAINU JAKARTA Jl. Taman Amir Hamzah, No. 5 Jakarta Pusat Email: [email protected]
Hak cipta dilindungi undang-undang All Rights Reserved
Dilarang mereproduksi atau memperbanyak seluruh maupun sebagian dari buku ini dalam bentuk atau cara apapun tanpa izin tertulis dari penulis dan penerbit.
Cetakan : Juli 2016 Halaman dan Ukuran : viii + 166 hlm (14,8 cm x 21 cm) ISBN : 978-602-6207-18-0
iii
K A T A P E N G A N T A R
Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga buku Pedoman Penulisan Tesis Pascasarjana Program Magister (PPM) Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Jakarta Tahun 2016 dapat diselesaikan sesuai dengan target yang direncanakan.
Buku Pedoman Penulisan Tesis ini disusun sebagai bahan rujukan bagi mahasiswa di lingkungan Pascasarjana STAINU Jakarta dalam penyusunan karya akademik mereka, baik berupa makalah, proposal maupun tesis. Dengan hadirnya pedoman yang jelas, diharapkan tercipta keseragaman tata cara penulisan karya ilmiah sesuai kaidah penulisan yang berlaku dan diakui dalam dunia akademik.
Secara umum, Buku Pedoman ini berisi tentang prosedur sekaligus komponen apa saja yang harus ada dalam struktur proposal dan batang tubuh tesis. Pedoman ini dibuat bukan untuk membatasi tetapi lebih untuk mengarahkan mahasiswa agar dapat memahami tata cara dan prosedur pembuatan tesis. Selain untuk mahasiswa, Pedoman ini juga ditujukan kepada para dosen pembimbing dan penguji tesis di lingkungan Pascasarjana STAINU Jakarta.
Hasil akhir yang diharapkan dengan adanya Buku Pedoman ini adalah mahasiswa dapat menyelesaikan penulisan dan sidang tesis -sebagai salah satu syarat meraih gelar Magister di Pascasarjana STAINU Jakarta- secara baik dan tepat waktu. Dengan tersedianya pedoman ini juga diharapkan agar kualitas
iv
tesis yang dihasilkan dapat terus ditingkatkan secara berkesinambungan.
Kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan buku Pedoman Penulisan Tesis Pascasarjana Program Magister (PPM) ini. Semoga buku ini dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas pelaksanaan dan penulisan tesis dan karya ilmiah mahasiswa dan seluruh sivitas akademika Pascasarjana STAINU Jakarta.
Jakarta, 15 Juni 2016
Tim Penulis
v
D A F T A R I S I
Kata Pengantar ................................................................................ iii Daftar Isi .......................................................................................... v Daftar Lampiran ............................................................................. vii
BAB I GAMBARAN DAN PETUNJUK UMUM SKRIPSI, TESIS DAN DISERTASI .................... 1
A. Pengertian ............................................................... 1 B. Tujuan Penulisan Tesis ......................................... 2 C. Petunjuk Umum Penyusunan .............................. 3
BAB II PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL TESIS ............................................................................. 7
A. Judul Tesis .............................................................. 7 B. Latar Belakang Masalah ........................................ 8 C. Rumusan Masalah .................................................. 10 D. Tujuan Penelitian .................................................. 12 E. Kegunaan atau Manfaat Penelitian ...................... 13 F. Tinjauan Pustaka .................................................... 14 G. Kerangka Teori ...................................................... 16 H. Metodologi Penelitian ........................................... 17 1. Jenis Penelitian ................................................ 17 2. Sumber Data ................................................... 18 3. Teknik Pengumpulan Data ........................... 19 4. Metode Analisis Data ..................................... 25 I. Teknik dan Sistematika Penulisan ........................ 27 J. Daftar Pustaka ......................................................... 27 K. Outline atau Rencana Daftar Isi ........................... 28
vi
BAB III SISTEMATIKA PENYUSUNAN TESIS ........... 29 A. Bagian Awal ............................................................ 29 B. Bagian Utama ......................................................... 30
C. Bagian Terakhir ...................................................... 30
BAB IV TEKNIK PENULISAN TESIS ............................ 31 A. Bahan dan Ukuran ................................................. 31 B. Teknik Pengetikan ................................................. 31 C. Penulisan Terjemahan ........................................... 33 D. Kutipan ................................................................... 34
1. Kutipan Langsung .......................................... 35 2. Kutipan Tidak Langsung (Parafrase) ........... 37 E. Sistem Penulisan Catatan Kaki ............................ 38 F. Teknik Numbering ................................................ 45 G. Penggunaan Bahasa .............................................. 45 H. Penulisan Daftar Pustaka atau Bibliografi ......... 46 I. Contoh Penulisan Daftar Pustaka ....................... 48 J. Sistem Transliterasi ................................................ 52
1. Konsonan ........................................................ 52 2. Vokal ................................................................ 53 3. Kata Sandang .................................................. 53
BAB V SYARAT, STATUS, WEWENANG DAN KEWAJIBAN PEMBIMBING .............................. 57
A. Syarat-Syarat Pembimbing ................................... 57 B. Jumlah Pembimbing .............................................. 57 C. Status Pembimbing ................................................ 57 D. Wewenang Pembimbing ...................................... 58 E. Kewajiban Pembimbing ....................................... 58
Daftar Pustaka ................................................................................. 59 Lampiran-Lampiran ........................................................................ 63
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Contoh Sistematika Penulisan Proposal Tesis ..................... 65 1. Bahasa Indonesia ............................................................... 65 2. Bahasa Arab ........................................................................ 65 3. Bahasa Inggris .................................................................... 66
Contoh Struktur Tesis ............................................................. 67 1. Bahasa Indonesia ............................................................... 67 2. Bahasa Arab ........................................................................ 68 3. Bahasa Inggris .................................................................... 69
Contoh Cover Proposal Tesis Bahasa Indonesia................. 70
Contoh Cover Proposal Tesis Bahasa Inggris ...................... 71
Contoh Cover Proposal Tesis Bahasa Arab ......................... 72
Contoh Cover Tesis Bagian Luar Bahasa Indonesia ........... 73
Contoh Cover Tesis Bagian Luar Bahasa Inggris ................ 74
Contoh Cover Tesis Bagian Luar Bahasa Arab ................... 75
Contoh Cover Tesis Bagian Dalam Bahasa Indonesia ....... 76
Contoh Cover Tesis Bagian Dalam Bahasa Arab ................ 77
Contoh Lembar Persetujuan Pembimbing Tesis Bahasa Indonesia ..................................................................... 78
Contoh Lembar Persetujuan Pembimbing Tesis Bahasa Inggris .......................................................................... 79
Contoh Lembar Persetujuan Pembimbing Tesis Bahasa Arab .............................................................................. 80
Contoh Lembar Pengesahan Tesis Bahasa Indonesia......... 81
Contoh Lembar Pengesahan Tesis Bahasa Inggris .............. 82
Contoh Lembar Pengesahan Tesis Bahasa Arab ................. 83
Contoh Pernyataan Penulis Bahasa Indonesia ..................... 84
viii
Contoh Pernyataan Penulis Bahasa Inggris .......................... 85
Contoh Pernyataan Penulis Bahasa Arab ............................. 86
Contoh Outline Tesis .............................................................. 87
Prosedur/Alur Pengajuan Proposal Tesis ............................ 89
Prosedur/Alur Ujian Munaqasyah Tesis ............................... 90
Contoh Cover Tesis (Bagian Luar) ........................................ 91
Mengenal Berbagai Jenis Paragraf .......................................... 92
Pedoman Penulisan Karya Akademik Sesuai Peraturan Mendiknas No.46 Tahun 2006 ............................................... 105
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
1
B A B I
GAMBARAN DAN PETUNJUK UMUM
SKRIPSI, TESIS DAN DISERTASI
A. Pengertian
1. Skripsi adalah suatu karya tulis ilmiah berupa paparan
tulisan hasil penelitian yang membahas masalah dalam
bidang ilmu sesuai pada jurusan yang ditempuh mahasiswa
dengan menggunakan kaidah yang berlaku. Jumlah
halaman biasanya berkisar antara 50 sampai 100 halaman
dengan ketentuan teknis sesuai kebijakan masing-masing
lembaga. Skripsi disusun oleh mahasiswa/i di bawah
pengawasan dosen pembimbing untuk memenuhi sebagian
persyaratan memperoleh gelar sarjana (Strata Satu/S-1)
pada lingkungan Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul
Ulama (STAINU) Jakarta.
2. Tesis berasal dari kata thesis berarti pernyataan atau
kesimpulan teoretis yang diajukan serta ditunjang oleh
argumentasi ilmiah dan referensi-referensi yang diakui
secara ilmiah, yang dibuat oleh seorang kandidat Master.
Jumlah halaman biasanya berkisar antara 150 hingga 250
halaman dengan ketentuan yang dikemukakan pada bagian
tersendiri dalam buku ini. Tesis disusun oleh kandidat
Master secara mandiri pada akhir masa studi dan
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
2
merupakan salah satu syarat mencapai gelar Magister di
lingkungan Program Pascasarjana (Strata Dua/S-2)
Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU)
Jakarta.
3. Disertasi berasal dari bahasa Latin dissertatio yang berarti
wacana. Dalam pandangan umum, definisi disertasi adalah:
“tugas ekstensif tertulis (karya ilmiah) yang memerlukan
penelitian mendalam yang dipersiapkan dan disusun oleh
mahasiswa program doktoral untuk memperoleh gelar
doktor dalam bidang ilmu tertentu. Tugas akademik ini
bertujuan mempersiapkan mahasiswa pada jenjang
tertinggi di perguruan tinggi untuk menghayati kultur
penelitian dan mengantarkan lulusannya menjadi peneliti
yang mandiri serta memberikan kontribusi bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Disertasi
umumnya ditulis sebanyak 250 hingga 350 halaman
dengan rincian tertentu.
B. Tujuan Penulisan Tesis
Tugas penyusunan tesis dilaksanakan dengan tujuan
agar:
1. Mahasiswa mampu menyusun dan menulis suatu karya
ilmiah, sesuai dengan bidang ilmu yang ditempuh.
2. Mahasiswa mampu melakukan penelitian mulai dari
merumuskan masalah, mengolah data, mengumpulkan
data, menganalisis data dan menarik suatu kesimpulan.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
3
3. Membantu mahasiswa menyampaikan, menggunakan,
mengaplikasikan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh
menjadi suatu sistem yang terpadu untuk pengembangan
ilmu.
4. Mendorong mahasiswa memahami suatu permasalahan
secara komprehensif dengan melibatkan berbagai disiplin
ilmu terkait untuk diolah berdasarkan temuan-temuan dan
perkembangan ilmu pengetahuan yang mutakhir.
C. Petunjuk Umum Penyusunan
Secara praksis dan prosedural, penulisan tesis di
lingkungan Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama
(STAINU) Jakarta dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-
langkah berikut:
1. Pendaftaran ujian tesis dilaksanakan di bagian Administrasi
dan Akademik Pascasarjana Program Magister (PPM)
STAINU Jakarta.
2. Pengajuan proposal tesis setelah mahasiswa memperoleh
minimal 30 SKS dan lulus mata kuliah metodologi
penelitian. Proposal ini diuji/dimunaqasyahkan oleh tim
yang ditunjuk oleh Direktur PPS dan/atau Asisten
Direktur Bidang Akademik.
3. Tebal tesis berbahasa Indonesia antara 150-250 halaman,
berbahasa Arab dan Inggris antara 100-200 halaman.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
4
4. Pengajuan judul dan outline dilengkapi proposal dan daftar
pustaka, yang mencantumkan minimal 25 judul buku
(berbahasa Indonesia, Arab dan Inggris).
5. Teknik penulisan tesis harus mengikuti buku pedoman
penulisan tesis yang dikeluarkan oleh pihak Pascasarjana
Program Magister (PPM), Sekolah Tinggi Agama Islam
Nahdlatul Ulama (STAINU) Jakarta.
6. Ujian/munaqasyah tesis dilakukan setelah mahasiswa lulus
seluruh mata kuliah, ujian proposal tesis, ujian
komprehensif, proses pembimbingan serta menyelesaikan
semua kewajiban administrasi.
7. Proses penyelesaian tesis dibimbing oleh tenaga pengajar
minimal doktor (S3) dan berpangkat Lektor III/c.
8. Pembimbing dan penguji tesis ditentukan oleh Direktur
Pascasarjana dan/atau Asisten Direktur Bidang Akademik.
9. Sebelum ujian/munaqosyah, mahasiswa menyerahkan 5
eksemplar tesis dalam bentuk dummy buku, ukuran kertas
B-5, halaman bolak-balik, font Times New Roman, ukuran
font 12, spasi 1.5 ke bagian akademik PPM.
10. Ujian/munaqasyah tesis akan diujikan oleh tim penguji
yang telah ditetapkan, dan dibuktikan dengan Berita Acara
pelaksanaan ujian yang ditandatangani oleh semua anggota
tim.
11. Sebuah tesis dianggap sudah selesai dan sah apabila:
a. Telah diujikan, dinilai, dan sudah direvisi sesuai
masukan/saran tim penguji yang dibuktikan dengan
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
5
tanda tangan asli semua anggota tim penguji (bukti
revisi berupa surat pernyataan yang mencantumkan
tanda tangan asli semua tim penguji, direktur dan
distempel Pascasarjana).
b. Isi tesis dilayout menjadi buku berukuran B-5, halaman
bolak-balik, font Times New Roman/yang sejenis,
ukuran font 12, spasi 1 dan ber-ISBN.
c. Cover depan didesain layaknya buku dengan warna
dominan hijau, di bagian bawah cover (depan-
belakang) berwarna merah tua dengan lebar sekitar 2
cm dan mencantumkan logo STAINU Jakarta.
Sementara cover belakang dapat diisi abstrak tesis,
sinopsis atau endorsement.
12. Tesis yang sudah berbentuk buku harus digandakan dan
diserahkan kepada Bagian Administrasi Akademik
Pascasarjana Program Magister (PPM) sebanyak:
a. Perpustakaan 2 buah buku dan 1 buah CD soft copy
tesis;
b. Bagian Administrasi dan Akademik Pascasarjana 1
buah buku dan soft copy tesis akhir;
c. Tim penguji sebanyak 5 buku.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
6
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
7
B A B II
PANDUAN PENYUSUNAN
PROPOSAL TESIS
Sebelum melakukan penelitian tesis, seorang peneliti
harus membuat proposal penelitian terlebih dahulu. Usulan
atau proposal tesis secara umum terdiri dari beberapa hal
sebagai berikut: Judul Penelitian, Latar Belakang Masalah,
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat/Kegunaan
Penelitian, Tinjauan/Telaah Pustaka, Kerangka Teori,
Metodologi Penelitian, Sistematika Penulisan, Rencana Daftar
Isi (overview) dan Daftar Pustaka. Berikut ini penjelasan masing-
masing tahapan dalam penyusunan proposal.
A. Judul Tesis
Pada prinsipnya judul tesis harus jelas, ringkas dan
mencerminkan masalah apa yang akan diteliti. Ia merupakan
ekspresi yang solid dari sebuah topik penelitian yang jelas
duduk permasalahannya. Dalam membuat judul penelitian
hendaknya jangan terlalu luas cakupannya atau sebaliknya
terlalu sempit. Judul penelitian tidak bersifat simbolik, terlalu
abstrak, bersayap atau cenderung puitis.
Judul yang baik, selain harus memperlihatkan hubungan
antar konsep secara jelas, juga mencerminkan arah penelitian
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
8
yang akan dilakukan. Misalnya, “Tradisi dan Fungsi Sosial
Pembacaan Maulid Syekh Samman di Masyarakat Betawi”.
Dalam judul tersebut, hubungan antara tradisi pembacaan
Maulid Syakh Samman dikaitkan dengan fungsi sosial yang
menjadi fokus penelitiannya. Hubungan kedua konsep ini
dapat dianggap memiliki kaitan yang erat dengan melihat aspek
fungsional dari sebuah tradisi. Pada saat yang sama, pilihan
kasus Masyarakat Betawi telah memberikan arahan dan
pembatasan masalah yang cukup representatif.
Judul yang terlalu luas akan mempersulit penulis untuk
mengidentifikasi masalah dan mengontrol data. Misalnya,
“Peran Ulama Nusantara dalam Pemberdayaan Ekonomi
Umat”. Judul semacam ini tidak hanya terlalu luas cakupannya,
tetapi juga belum jelas fokus permasalahannya. Penulisnya akan
kesulitan untuk menghimpun begitu banyak ulama di nusantara
yang berperan dalam proses dakwah Islam. Selain itu, tidak ada
rentang waktu yang jelas menuntut penjelasan yang luas dan
tak terbatas, sehingga lebih tepat menjadi penelitian dengan
skala yang sangat besar. Padahal penelitian tesis memiliki
keterbatasan waktu dan sumber daya sehingga konsep-konsep
yang muncul dalam judul hendaknya terukur dan dalam
jangkauan peneliti.
B. Latar Belakang Masalah
Isi pokok latar belakang adalah membangun argumen
mengapa sebuah penelitian penting dilakukan. Sebuah
penelitian penting dilakukan terutama karena memang ada
masalah yang perlu diteliti.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
9
Sebuah masalah dapat diangkat menjadi masalah
penelitian biasanya karena merupakan salah satu dari masalah
berikut: (1) Masalah yang problematik, yaitu penyimpangan
dari apa yang seharusnya terjadi, penyimpangan antara teks
atau norma dengan kenyataan, penyimpangan antara teori
dengan praktik, dan penyimpangan antara aturan dengan
pelaksanaan. (2) Masalah yang kontroversial, yaitu masalah
yang menjadi pro-kontra di kalangan ilmuwan/sarjana,
masyarakat luas atau komunitas lainnya. (3) Masalah aktual,
yaitu masalah yang sedang hangat dibicarakan para ilmuwan,
cendekiawan, dan masyarakat pada umumnya. Masalah aktual
ini bisa juga berkaitan dengan perubahan sosial budaya yang
mempengaruhi sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, sehingga
perlu dijelaskan secara komprehensif. (4) Memiliki tingkat
keunikan atau keunggulan yang jarang dijumpai dalam realitas
sosial budaya. Keunikan ini bisa terjadi pada tingkat struktur,
agensi atau pelaku serta produk budaya yang dihasilkan. Dalam
kultur masyarakat yang terdiri dari berbagai latar belakang
etnis, aspek keunikan ini tentu menempati ruang yang sangat
luas. Sehingga menjadi pilihan yang sangat terbuka untuk
menggali khazanah dan kekayaan budaya masyarakat nusantara.
(5) Mengandung misteri yang perlu dipecahkan atau ditemukan
penjelasannya yang masuk akal. Begitu banyak hal yang belum
diketahui atau diungkap menyangkut asal-usul, peran, fungsi,
pengaruh, mekanisme, jaringan dan kompleksitas kerangka
pikir yang distingtif dari masyarakat nusantara. Semuanya ini
menjadi masalah yang menarik untuk diangkat menjadi topik
penelitian.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
10
Selain jenis masalah tersebut, tentu masih banyak hal
yang bisa dijadikan permasalahan sebagai latar belakang atau
alasan dipilihnya suatu topik penelitian. Dengan kata lain,
peneliti harus pandai mengungkapkan secara meyakinkan
alasan mengapa penelitiannya penting dilakukan. Sehingga
penelitian yang akan dilakukan benar-benar dapat dirasakan
sebagai sesuatu yang sangat penting. Dengan demikian peneliti
harus mengurai pembahasan atau analisis yang dapat
mengantarkan pembaca pada alasan mengapa permasalahan
yang diteliti tersebut perlu diteliti.
Secara teknis, uraian dalam latar belakang masalah
biasanya mencakup perdebatan akademik seputar tema yang
dibahas dalam proposal, kasus-kasus atau data-data terkait
tema dan alasan secara akademik tentang pemilihan tema dan
kasusnya.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah ungkapan keingintahuan
terhadap sesuatu yang belum diketahui. Ia adalah pertanyaan
yang perlu dicarikan jawabannya melalui penelitian. Bagian ini
merupakan pengungkapan masalah secara rinci yang ditulis
dalam bentuk kalimat pertanyaan yang diawali dengan kata
tanya seperti apakah, bagaimana, mengapa, sejauhmana dan
seterusnya.
Rumusan masalah hendaknya disusun dengan redaksi
kalimat yang memiliki tingkat persoalan yang jelas dan terukur,
baik deskriptif, asosiatif, komparatif atau jenis masalah yang
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
11
lainnya. Rumusan masalah dapat memberi petunjuk tentang
tingkat kemungkinan pengumpulan data untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam rumusan
tersebut. Dengan kata lain, gagasan dalam rumusan masalah
hendaknya meliputi keseluruhan ide dalam topik/tesis yang
ditulis. Cakupannya tidak terlalu kecil dan juga tidak terlalu
besar.
Rumusan masalah penelitian disusun selain berfungsi
untuk mengidentifikasi dan membatasi cakupan masalah, ia
juga memiliki peran sebagai panduan (guideline) atau arah
penelitian yang membantu peneliti agar tetap berada pada jalur
yang benar (on the track). Jadi, dengan kalimat tanya yang
disusun secara tepat, maka rumusan masalah memberikan
stimulus yang baik untuk direspons dalam penjelasan yang
akurat dan memadai. Jika tujuan penelitian yang akan dilakukan
bersifat deskriptif (to describe), maka bentuk pertanyaannya
biasanya dirumuskan dengan pertanyaan “apakah” (what), tetapi
jika jenis penelitiannya bersifat eksplanasi (to explain), maka
perumusan masalahnya biasanya didahului oleh pertanyaan
“mengapa” (why) atau bagaimana (how). Rumusan masalah yang
dimaksud misalnya: Apakah pendidikan spiritual penting bagi
pembentukan karakter peserta didik? Bagaimana jaringan
ulama di tiga pesantren Cirebon (Buntet, Babakan dan
Gedongan) terbentuk di tengah konstelasi sosial dan politik
yang berada dalam kendali penjajah? Benarkah jaringan ulama
di tiga pesantren Cirebon dilandaskan pada kepentingan
pengembangan keilmuan pesantren sekaligus gerakan politik?
Bagaimana dinamika pola jaringan di tiga pesantren Cirebon
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
12
menghadapi tantangan kehidupan sosial dan politik yang terus
berubah?
Perlu dicatat bahwa penelitian tesis tidak harus
mencantumkan semua bentuk pertanyaan 5-W 1-H (what, who,
when, why, where dan how) dalam rumusan masalah. Tapi cukup
mengambil satu atau dua pertanyaan yang dapat merengkuh
atau mengakomodir semua model pertanyaan.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian pada dasarnya menggambarkan jenis
dan sifat penelitian yang diungkapkan dengan kalimat yang
spesifik, terinci dan terukur. Ada beberapa tujuan
dilaksanakannya sebuah penelitian: (1) To explore, jika tujuan
penelitiannya untuk menjelajahi kompleksitas suatu masalah.
(2) To describe, jika tujuan penelitiannya untuk menggambarkan
realitas sosial atau budaya (3) To explain, jika tujuan
penelitiannya untuk menjelaskan (hubungan sebab-akibat) atau
membuktikan suatu teori tertentu. (4) To investigate, jika tujuan
penelitiannya untuk mencari tahu atau mengungkap suatu
permasalahan yang akan diteliti. (5) To identify, jika tujuan
penelitiannya untuk mengidentifikasi hal-hal yang menjadi
fokus kajian atau penelitian. (6) To find, jika tujuan
penelitiannya dimaksudkan untuk menemukan sesuatu yang
masih belum diketahui atau masih menjadi misteri.
Tujuan penelitian tentu saja harus sejalan dengan
rumusan masalah penelitian. Apa yang dinyatakan dalam
rumusan masalah penelitian juga perlu dinyatakan sebagai
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
13
tujuan dari sesuatu penelitian; hanya saja dengan menggunakan
susunan redaksi yang berbeda. Tujuan penelitian berhubungan
secara fungsional dengan rumusan masalah penelitian yang
dibuat secara spesifik, terbatas dan dapat diperiksa dengan hasil
penelitian. Ia merupakan muara dari suatu penelitian dengan
mengerahkan segala kemampuan peneliti untuk mencapai
tujuan itu. Secara teknis kata kerja yang digunakan sebagai
pembuka dirumuskan dalam kalimat aktif yang menggunakan
kata „kerja operasional‟ seperti: menemukan, menjelaskan,
menggambarkan, membandingkan, mengungkap, membukti-
kan, mengidentifikasi, menganalisis dan seterusnya.
E. Kegunaan atau Manfaat Penelitian
Kegunaan atau manfaat penelitian dibedakan dalam dua
bentuk yaitu kegunaan yang bersifat teoritis yaitu untuk
mengembangkan ilmu dan kegunaan yang bersifat praktis yaitu
untuk membantu memecahkan masalah yang ada pada objek
yang diteliti. Dengan kata lain dapat dikatakan juga bahwa
kegunaan penelitian terdiri atas kegunaan ilmiah yang
beorientasi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan
kegunaan sosial yang berorientasi sebagai salah satu usaha dan
tahapan dalam memecahkan masalah sosial dan budaya. Selain
itu, kegunaan penelitian juga dapat berorientasi pada penelitian
terapan (applied research) atau secara operasional diarahkan pada
penelitian kebijakan (policy research).
Pada bagian ini, pernyataan yang dikemukakan adalah
bahwa penelitian ini memiliki nilai guna, baik kegunaan
akademis (pengembangan teori, penolakan atau pembuktian
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
14
teori) maupun untuk kegunaan praktis. Kalimat yang biasa
digunakan adalah sebagai berikut: (1) Penelitian ini diharapkan
berguna bagi pengembangan pengetahuan ilmiah, di bidang
ilmu sejarah kebudayaan Islam, terutama kajian Islam
Nusantara. (2) Penelitian ini dapat dijadikan penelitian
selanjutnya yang serupa, dan sedikit banyak penelitian ini akan
memberikan kontribusi bagi pengembangan pengetahuan
ilmiah di bidang sejarah Islam di wilayah Asia Tenggara.
F. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka berisi kajian literatur (review) yang
relevan dengan pokok bahasan penelitian yang akan dilakukan,
atau memberi inspirasi dan mendasari dilakukannya penelitian.
Pustaka yang diulas hendaknya mencakup pustaka terbaru, dan
juga pustaka terbitan lama yang relevan dengan bidang yang
diteliti. Dalam hal ini pustaka primer, atau sumber pertama
harus diprioritaskan.
Tinjauan pustaka ini penting keberadaannya, terutama
untuk menempatkan posisi dan keterkaitan penelitian yang
dilakukan peneliti di antara penelitian-penelitian sebelumnya.
Dengan tinjauan pustaka, penelitian yang akan dilakukan secara
jelas dapat diketahui, apakah sudah pernah dilakukan atau
belum oleh peneliti sebelumnya? Kalau sudah pernah
dilakukan, maka perlu dijelaskan perbedaan penelitian
terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan. Dalam
tinjauan pustaka, hal ini harus dijelaskan.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
15
Tinjauan Pustaka pada dasarnya memiliki sejumlah
fungsi penting dalam menyajikan gagasan penelitian. Fungsi
yang dimaksud antara lain: (1) Menghubungkan
karya/penelitian terdahulu dengan karya yang sedang diteliti
sebagai karya yang memiliki keterkaitan (connecting works). (2)
Mengkonstruksi kerangka pikir keilmuan untuk menunjukkan
gejala yang tetap atau masih berlangsung (continuity) dan gejala
atau trend yang sudah berubah (change). (3) Menegaskan sikap
peneliti pada posisi yang dipilihnya diantara karya-karya yang
sudah ada sebagai suatu gap atau celah (research gap) yang belum
diisi. (4) Mengidentifikasi informasi yang relevan dalam karya-
karya akademik sebagai pengakuan, penilaian atau bahkan kritik
terhadap produk pengetahuan yang telah ada. (5) Menunjukkan
orisinalitas sebuah penelitian yang dilakukan dalam rangka
mengembangkan ilmu pengetahuan (6) Mengulas karya-karya
terdahulu berdasarkan metodologi, perspektif atau kerangka
pikir yang digunakan.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam tinjauan
pustaka adalah: (1) Mengidentifikasi bahan pustaka yang
berhubungan dengan masalah penelitian seperti buku-buku,
skripsi/tesis/disertasi, dan artikel jurnal ilmiah. (2) Melakukan
pemilihan isi dalam bahan pustaka itu, dengan melihat
kerangka pikir dan perspektif yang digunakan. (3) Melakukan
penelaahan (review) terhadap isi tulisan dalam bahan pustaka
dengan menampilkan nama pengarang, judul buku, tempat
diterbitkan, tahun penerbitan dan halaman. (4) Menyusun
ulasan berdasarkan alur pikir penulis, baik secara klimaks atau
anti klimaks atau berdasarkan klasifikasi tertentu (besar-
kecil;luas-sempit;berpengaruh-kurang berpengaruh). Untuk itu,
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
16
Tinjauan Pustaka tidak sekadar menampilkan sejumlah
karya/hasil penelitian, tetapi yang lebih penting adalah
mengulas karya-karya yang relevan dengan analisis yang
memadai.
G. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan landasan berfikir yang berisi
uraian ringkas tentang teori yang digunakan dalam membingkai
jawaban penelitian. Ia bertujuan untuk membantu
pembentukan kerangka berfikir akademis dalam menjawab
masalah penelitian. Sebagai dasar pemikiran, kerangka teori
dapat berupa kerangka penalaran yang logis dengan cara
berfikir ilmiah dalam upaya memecahkan masalah.
Dalam penelitian kualitatif, teori yang digunakan dalam
penyusunan proposal masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah peneliti terjun ke lapangan atau mengamati
kasus-kasus sosial dan budaya. Dalam kaitannya dengan teori,
jika dalam penelitian kuantitatif misinya bersifat menguji
hipotesis atau teori, maka dalam penelitian kualitatif misinya
lebih cenderung menemukan teori.
Adapun jumlah teori yang dikemukakan tergantung
pada konsep yang menjadi bahan penelitian. Jika peneliti
melibatkan tiga konsep yang diteliti, maka teori yang
dikemukakan adalah tiga hal yang menjadi landasan berfikirnya.
Keberadaan teori tersebut tentu harus mempertimbangkan
relevansi dan efisiensi dalam rangka membantu menjelaskan
masalah. Misalnya: studi ini menggunakan teori Kaweruh Jiwa
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
17
Ki Ageng Suryomentaram dengan tujuan untuk mengelaborasi
tipologi manusia dengan perspektif indigenous dalam rangka
menguji berbagai dimensi kemanusiaan, baik dari sisi fisikal,
emosional, intelektual maupun intuitif. Penelitian ini juga
melibatkan teori strukturalisme untuk mengungkap fenomena
kehidupan manusia yang tidak dimengerti kecuali melalui
keterkaitannya satu sama lain.
Secara teknis, pembahasan kerangka teori ini dapat
diuraikan dalam sub bahasan secara mandiri, tapi juga dapat
diuraikan pada salah satu bagian sub bahasan metodologi
penelitian. Jika diletakkan pada sub bahasan metodologi, maka
ia biasanya dijelaskan pada bagian metode analisis data dan
pendekatannya.
H. Metodologi Penelitian
Bagian ini menjelaskan sejumlah prosedur penelitian
yang mencakup metode, pendekatan, teknik pengumpulan
data, dan metode analisis data.
1. Jenis Penelitian
Pada bagian ini, peneliti perlu menentukan jenis
penelitian yang akan dilakukannya, apakah penelitian
lapangan atau penelitian pustaka. Juga perlu disebutkan
apakah jenis penelitian yang akan digunakan adalah
metode penelitian kuantitatif atau penelitian kualitatif.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen
kunci. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
18
dan wawasan yang luas sehingga bisa bertanya,
menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti
untuk menjadi lebih jelas. Metode ini lebih menekankan
pada makna dan cenderung terikat nilai. Penelitian
kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk
mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami
interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk
memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah
perkembangan.
2. Sumber Data
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, data
diartikan sebagai kenyataan yang ada yang berfungsi
sebagai bahan sumber untuk menyusun suatu pendapat,
keterangan yang benar, dan keterangan atau bahan yang
dipakai untuk penalaran dan penyelidikan.
Dalam pengertian lain, data adalah semua
keterangan yang berasal dari responden maupun yang
berasal dari dokumen-dokumen, baik dalam bentuk
statistik atau dalam bentuk lainnya guna keperluan
penelitian. Dengan demikian, data adalah semua informasi
baik berupa benda nyata, sesuatu yang abstrak, ataupun
peristiwa/gejala yang ada, baik secara kuantitatif ataupun
kualitatif.
Sedangkan sumber data dalam penelitian adalah
darimana subyek/materi data diperoleh. Karena itu
sumber data berkaitan erat dengan teknik pengumpulan-
nya. Apabila dalam pengumpulan data menggunakan
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
19
kuisioner atau wawancara, maka sumber datanya adalah
responden. Bila dalam pengumpulan data menggunakan
observasi maka sumber datanya adalah benda, gerak atau
proses sesuatu. Bila dalam pengumpulan data
menggunakan dokumen maka sumber datanya adalah
dokumen dan catatan. Karena itu, sumber data penelitian
dapat diperoleh dari manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan,
benda, dokumen, catatan dan gejala atau peristiwa yang
terjadi di sekitar kita.
Secara umum jenis data dapat diklasifikasi menjadi
dua; data primer dan sekunder. Data yang dapat
dikumpulkan langsung oleh peneliti dari pihak yang
bersangkutan (pihak pertama) disebut data primer.
Sementara data yang diperoleh dari pihak lain (pihak
kedua) disebut sumber sekunder.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam kegiatan pengumpulan data sebaiknya
ditentukan salah satu teknik yang menjadi prioritas dan
teknik lain yang berfungsi melengkapi. Pilihan penggunaan
teknik pengumpulan data tersebut sangat tergantung pada
pendekatan dan metode penelitian yang digunakan, serta
masalah penelitian yang hendak dijawab. Beberapa jenis
teknik pengumpulan data antara lain:
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
20
a. Studi Pustaka (Dokumentasi)
Studi kepustakaan adalah teknik mengumpul-
kan data dari bermacam-macam bahan yang terdapat
diruang kepustakaan, seperti koran, buku-buku,
majalah, naskah, dokumen dan sebagainya yang
relevan dengan penelitian (Koentjaraningrat, 1983:
420). Studi kepustakaan berkaitan dengan kajian
teoritis, historis dan referensi lain yang berkaitan
dengan nilai, budaya dan norma yang berkembang
pada situasi sosial yang diteliti. Aktivitas ini dianggap
sangat penting dalam melakukan penelitian karena
pada dasarnya penelitian tidak akan lepas dari literatur-
literatur ilmiah (Sugiyono, 2012: 291). Bahan-bahan
yang menjadi sasaran penelusuran pustaka dapat
diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian,
artikel ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan,
ketetapan-ketetapan, ensiklopedia, dan sumber-
sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lain.
Dengan melakukan studi kepustakaan, peneliti dapat
memanfaatkan semua informasi, data sejarah dan
pemikiran-pemikiran yang relevan dengan
penelitiannya. Untuk melakukan studi kepustakaan,
perpustakaan menjadi tempat yang tepat untuk
memperoleh bahan-bahan dan informasi yang relevan
untuk dikumpulkan, dibaca, dicatat dan dimanfaatkan
sebagai rujukan.
Ada beberapa hal yang menjadi alasan
mengapa studi kepustakaan ini penting. Pertama,
karena masalah penelitian yang dikaji oleh peneliti
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
21
hanya bisa dijawab lewat penelitian pustaka dan
mungkin tidak bisa mengharapkan datanya dari riset
lapangan. Dalam kajian sejarah biasanya terjadi
masalah ini. Kedua, studi pustaka diperlukan sebagai
satu tahap tersendiri yaitu studi pendahuluan untuk
memahami gejala baru yang terjadi dalam masyarakat.
Ketiga, data pustaka tetap bisa diandalkan untuk
menjawab masalah penelitiannya. Keempat, karena
kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan
waktu, maka studi pustaka relatif lebih terjangkau.
b. Wawancara (Interview)
Pengumpulan data penelitian bisa dilakukan
dengan cara wawancara, yaitu dialog tanya jawab
antara peneliti dengan informan baik dilakukan secara
terstruktur maupun tidak terstruktur. Wawancara yang
terstruktur adalah tanya jawab yang telah disiapkan
secara sistematis untuk menggali informasi
berdasarkan daftar pertanyaan yang telah dibuat.
Dalam kegiatan ini, peneliti biasanya menggunakan
alat bantu tape recorder, kamera foto, dan material
lain yang dapat membantu kelancaran wawancara.
Sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah
wawancara bebas, yaitu peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan
diajukan secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin
penting masalah yang ingin digali dari informan.
Teknik pengumpulan data dengan wawancara ini
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
22
digunakan dalam penelitian kualitatif maupun
kuantitatif.
Teknik wawancara dalam penelitian kualitatif
biasanya menggunakan wawancara mendalam (in-depth
interview). Wawancara jenis ini adalah kegiatan untuk
memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab
sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau
tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara.
Sebagai upaya untuk menggali informasi yang detail
dan mendalam, kegiatan ini membutuhkan waktu yang
cukup lama. Dalam proses wawancara, berbagai hal
bisa digali untuk mengetahui pengalaman, latar
belakang, pendapat, perasaan, pengetahuan dan hal-
hal yang berkaitan dengan kesaksian sebuah peristiwa.
c. Observasi
Pengumpulan data penelitian bisa dilakukan
juga dengan pengamatan langsung terhadap objek
yang ditelitinya. Aktivitas ini disebut dengan observasi.
Ada beberapa hal yang bisa digali dari aktivitas
pengamatan antara lain ruang (tempat), pelaku,
kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa,
waktu, dan perasaan. Alasan peneliti memilih teknik
ini juga harus didasarkan pada kebutuhan untuk
menyajikan gambaran realistik perilaku atau peristiwa,
untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu
mengerti perilaku manusia, dan untuk mengevaluasi
yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
23
atau melakukan umpan balik terhadap pengukuran
tersebut.
Beberapa bentuk observasi yang dapat
digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi
partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi
kelompok tidak terstruktur.
1) Observasi partisipasi (participant observation) adalah
metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
penginderaan dimana observer atau peneliti benar-
benar terlibat dalam keseharian informan.
2) Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang
dilakukan tanpa menggunakan pedoman observasi.
Pada observasi ini peneliti atau pengamat harus
mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam
mengamati suatu objek.
3) Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan
secara berkelompok terhadap suatu atau beberapa
objek sekaligus.
Dalam penelitian yang menggunakan teknik
observasi, hendaknya peneliti tidak hanya menjelaskan
alasan mengapa observasi dilakukan tetapi juga
dipaparkan bagaimana proses pengamatan itu
berlangsung.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
24
d. Kuesioner
Kuesioner merupakan suatu teknik
pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak
langsung bertanya jawab dengan responden).
Instrumen atau alat pengumpulan datanya disebut
angket berisi sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang
harus dijawab atau direspon oleh responden.
Responden mempunyai kebebasan untuk memberikan
jawaban atau respon sesuai dengan persepsinya.
Menurut Sugiyono kuisioner adalah usaha
mengumpulkan informasi dengan menyampaikan
sejumlah pertanyaan secara tertulis, untuk dijawab
secara tertulis pula oleh responden. Kuisioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya.
Kuesioner (angket) merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan daftar pertanyaan/seperangkat
pertanyaan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya, dimana peneliti tidak langsung bertanya
jawab dengan responden. Daftar pertanyaan
(kuisioner) adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan-
pertanyaan untuk tujuan khusus yang memungkinkan
seorang peneliti untuk mengumpulkan data dan
pendapat dari para responden yang telah dipilih.
Daftar pertanyaan ini kemudianakan dikirim kepada
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
25
para responden yang akan mengisinya sesuai dengan
pendapat mereka.
Selain beberapa teknik pengumpulan data di
atas, peneliti juga dapat menggunakan teknik FGD
(Focus Group Discussion) dan teknik pengumpulan data
lainnya.
4. Metode Analisis Data
Ketika data penelitian diperoleh, langkah
selanjutnya adalah menganalisis data-data tersebut.
Kegiatan analisis data merupakan penguraian data melalui
kategorisasi dan klasifikasi, sistematisasi, perbandingan dan
pencarian hubungan antara data. Sebagaimana penelitian
kualitatif, peneliti sejarah perlu menemukan cara untuk
menganalisis berbagai data dan mensintesakan menjadi
sebuah narasi berdasarkan kerangka pemikiran yang telah
dibangun sebelumnya. Pilihan yang biasanya ditempuh
adalah menggunakan kerangka teoretis untuk membingkai
data dan informasi yang telah dikumpulkan. Selain itu, juga
bisa ditempuh model „analisis isi‟ dimana sejumlah isu
diurai menurut tema-tema yang menjadi fokus kajian.
Pilihan lain bisa juga dengan cara membiarkan data
“berbicara” sampai pola atau tema mengerucut dengan
sendirinya.
Selain itu, peneliti juga hendaknya menjelaskan
pendekatan yang digunakannya dalam penelitian ini.
Pendekatan dalam penelitian adalah sudut pandang yang
digunakan oleh peneliti dalam penelitian yang
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
26
dilakukannya. Pilihan yang tersedia bisa berupa pendekatan
historis, pendekatan fenomenologis, pendekatan
sosiologis, pendekatan antropologis, dan pendekatan
lainnya, sesuai dengan sudut pandang yang digunakan
peneliti. Pendekatan ini dapat membantu peneliti untuk
mengurai dan menganalisa data dengan perspektif
teori/keilmuan tertentu, sehingga proses pembacaannya
dapat terukur dan terstruktur dengan baik dan sistematis.
Adapaun terkait dengan analisis data kualitatif,
setidaknya ada tiga pola analisis data yang umum
digunakan. Ketiga pola tersebut adalah reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan (Miles dan
Huberman, 1992). Reduksi data mengacu pada proses
pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data mentah yang muncul
dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Proses ini terjadi
secara terus menerus selama penelitian berlangsung,
bahkan sebelum data benar-benar terkumpul sebagaimana
terlihat dari kerangka konseptual penelitian, permasalahan
dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian. Dalam
menyajikan data, peneliti menyusun teks naratif secara
tematik baik dengan format diagram konteks maupun
matriks. Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi
terorganisirkan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga
makin mudah dipahami dan merencanakan kerja penelitian
selanjutnya. Pada langkah ini peneliti berusaha menyusun
data yang yang relevan sehingga menjadi informasi yang
dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu. Penarikan
kesimpulan didasarkan pada temuan setelah melakukan
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
27
verifikasi data. Penarikan kesimpulan dalam penelitian
kualitatif diharapkan merupakan temuan baru yang belum
pernah ada. Temuan tersebut dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu objek yang sebelumnya masih samar atau
gelap, menjadi jelas setelah diteliti.
I. Teknik dan Sistematika Penulisan
Teknik penulisan tesis adalah cara dan prosedur
penulisan yang digunakan peneliti untuk menuliskan tesisnya.
Dalam konteks ini, teknis penulisan tesis merujuk pada Buku
Pedoman Penulisan Tesis yang diterbitkan Pascasarjana
STAINU Jakarta.
Adapun sistematika penulisan adalah penjelasan tentang
bagian-bagian yang akan ditulis di dalam penelitian secara
sistematis. Dalam sistematika ini juga dijelaskan mengapa
penelitian ini dibagi ke dalam sekian bagian dan mengapa
bagian yang satu ditaruh di suatu bab dan bagian yang lain
ditaruh di bab atau bagian yang berbeda. Jadi sistematika
penulisan tidak sekadar memindah daftar isi, tetapi juga
menjelaskan runtutan logikanya.
J. Daftar Pustaka
Daftar pustaka adalah daftar sumber data yang
diperoleh sebagai bahan penelitian. Sumber data itu bisa
berasal dari buku, jurnal, majalah, koran, ensiklopedi,
internet/web, CD, rekaman-rekaman, dan sebagainya. Daftar
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
28
pustaka hendaknya mengikuti sistem penulisan yang telah
diatur dalam pedoman ini.
K. Outline atau Rencana Daftar Isi
Outline penelitian atau rencana daftar isi perlu
dicantumkan dalam proposal untuk menunjukkan kejelasan
arah penelitian. Bagian ini merefleksikan kerangka pikir peneliti
dalam menata gagasan penelitian. Melalui outline ini pembaca
dapat melihat seberapa solid gagasan dibingkai dengan pola
yang sistematis.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
29
B A B III
SISTEMATIKA PENYUSUNAN TESIS
Sistematika penyusunan tesis pada dasarnya dibagi ke
dalam tiga bagian, yakni bagian awal, bagian utama dan bagian
terakhir.
A. Bagian Awal
1. Cover luar. Aturan pembuatan cover luar ada di dalam bab
berikutnya.
2. Cover dalam. Isi cover dalam sama dengan cover luar,
hanya saja ia dicetak dengan kertas HVS dengan ukuran
B5.
3. Halaman persetujuan dosen pembimbing adalah halaman
di mana para pembimbing menyetujui bahwa tesis ini telah
melalui proses pembimbingan sehingga layak untuk
diajukan ke sidang munaqasyah.
4. Halaman pengesahan adalah halaman surat keputusan
sidang munaqasyah yang menyatakan bahwa tesis tersebut
telah diujikan dan dinyatakan lulus.
5. Halaman pernyataan orisinalitas, berisi pernyataan penulis
yang menegaskan bahwa tesis yang bersangkutan adalah
karya asli penulis, bukan plagiat. Pernyataan penulis ini
diberi materai 6000.
6. Halaman motto atau persembahan.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
30
7. Halaman kata pengantar berisi ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian tesis.
8. Halaman daftar isi.
9. Halaman daftar tabel (jika ada).
10. Halaman daftar gambar (jika ada).
11. Halaman daftar lambang atau singkatan (jika ada)
12. Abstraksi adalah rangkuman tesis dengan jumlah 250-300
kata. Bagian ini ditulis maksimal satu halaman dengan jarak
satu spasi. Abstrak hendaknya memuat fokus masalah
penelitian, persamaan dan perbedaan dengan penelitian
sebelumnya, metode yang digunakan, hasil yang diperoleh
dan kesimpulan.
B. Bagian Utama
1. Pendahuluan;
2. Pembahasan (terdiri dari beberapa bab, sesuai kebutuhan);
3. Penutup (kesimpulan).
C. Bagian Terakhir
1. Daftar pustaka;
2. Daftar lampiran;
3. Curriculum vitae berisi biodata penulis, meliputi data
pribadi, latar belakang pendidikan, pengalaman organisasi,
pengalaman kerja, karya-karya dan sebagainya bila
diperlukan.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
31
B A B IV
TEKNIK PENULISAN TESIS
A. Bahan dan Ukuran
1. Cover Tesis
Cover tesis dibuat dari kertas tebal yang terdiri dari lapisan
luar plastic, kemudian kertas buffalo atau linen. Warna dasar
cover untuk tesis Pascasarjana Program Magister (PPM)
adalah hijau. Tulisan pada cover atau sampul depan
berwarna hitam. Adapun cover luar berisi: Judul,
Keterangan Laporan, Logo Sekolah Tinggi Agama Islam
Nahdlatul Ulama (STAINU) Jakarta, nama
penulis/penyusun dan NIM, dan nama institusi. (Lihat
contoh pada lampiran).
2. Kertas untuk tesis adalah kertas HVS putih 70/80 gram,
ukuran B5 (21 cm x 29,7 cm).
B. Teknik Pengetikan
1. Naskah tesis diketik pada setiap lembar kertas ilmiah
dengan halaman bolak-balik.
2. Naskah tesis diketik 1,5 spasi. Tesis berbahasa Inggris dan
Indonesia menggunakan huruf standar Times New
Roman, font size 12, kecuali catatan kaki (font size 10).
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
32
Sedangkan tesis berbahasa Arab diketik satu spasi
menggunakan font Traditional Arabic, font size 18 kecuali
catatan kaki (font size 12).
Naskah tesis yang ditulis dengan bahasa Indonesia
minimal harus mencapai 150 halaman dan maksimal 250
halaman. Sedangkan tesis yang ditulis dengan bahasa Arab
dan Inggris minimal harus mencapai 100 halaman dan
maksimal 200 halaman.
3. Naskah tesis diketik dengan margin kertas 2,5 cm (atas,
bawah, kanan dan atas).
4. Setiap alinea baru harus diketik menjorok ke dalam dengan
menggunakan TAB (1 kali) atau 7 ketukan.
5. Penulisan Halaman. Untuk bahasa Indonesia dan Inggris,
halaman awal (meliputi cover dalam, persetujuan
pembimbing, pengesahan, motto, abstraksi, kata pengantar
dan daftar isi) dimulai dengan angka romawi kecil (i, ii, iii,
iv, v, …) diletakkan di bagian tengah bawah (bottom-center).
Sedangkan halaman isi (BAB I, II, III, IV, V, Daftar
Pustaka dan Lampiran) ditulis dengan angka latin
diletakkan di atas pojok kanan (top-right), kecuali halaman
awal setiap BAB, diletakkan di bagian tengah bawah
(bottom-center). Untuk yang berbahasa Arab halaman awal
ditulis dengan abjad Arab ( ش - -ـ -د -ج -ب -أ ),
sedangkan halaman isi, daftar pustaka dan lampiran ditulis
dengan angka Arab diletakkan di atas pojok kiri (top-left),
kecuali halaman awal setiap BAB, diletakkan di bagian
tengah bawah (bottom-center). Pada halaman awal dan di
setiap BAB dipisah (disisipi) dengan kertas berwarna,
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
33
sesuai warna cover, bergambar logo STAINU Jakarta di
tengahnya, dengan tujuan sebagai pemisah (sparator).
C. Penulisan Terjemahan
1. Khusus untuk penulisan Al-Qur‟an harus menggunakan
„A‟ dan „Q‟ kapital, yakni Al-Qur’an, baik di awal ataupun
di tengah kalimat, bukan al-Qur‟an atau Al-
qur‟an/Alquran.
2. Terjemahan Al-Qur‟an, hadis dan teks-teks asing ditulis
miring/italic. Terjemahan diawali dan diakhiri dengan
tanda kutip ganda (“…..”) dengan single spacing (1 spasi).
3. Khusus untuk Al-Qur‟an diberi keterangan surat dan ayat
di akhir terjemah seperti ini, (QS. Al-Baqarah [2]:30).
Hadis harus ditulis lengkap sanad dan matannya serta
diberi keterangan perawi terakhir di akhir tulisan matan
hadis dan diberi nomor footnote dari sumber primer.
Sedangkan terjemahnya ditulis dalam tanda petik (“…..”)
dan dicetak miring (italic). Contoh:
“Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah
membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia
seorang di antara orang-orang yang merugi.” (QS. Al-Mâ‟idah
[5]:30)
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
34
أث ش ػ ثب ػ حذ ثب صفب حذ ػجذ للا ث ثب ػه حذ
صهى قبل: ل ػه طهى للا انج ػجبس ػ اث يؼجذ ػ
سخم ثبيش أح إل يغ ري يحشو. )سا انجخبسي(خه
“Diriwayatkan dari „Alî ibn Abdillâh dari Sufyân dari „Amr dari
Abî Ma‟bad dari Ibn „Abbâs dari Rasulullah Saw bersabda:
„Janganlah seorang laki-laki menyendiri dengan seorang perempuan,
kecuali disertai dengan mahramnya‟.” (HR. al-Bukhari)
4. Setiap terjemahan Al-Qur‟an dan hadis atau teks-teks asing
yang panjang ditulis secara menjorok rata dengan satu kali
TAB.
5. Potongan ayat yang tidak lengkap menggunakan tanda
elipsis “titik tiga” (...) dan di akhiri tanda titik. Jadi, ada
empat titik (....)
Contoh:
“Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah
membunuh saudaranya....” (QS. Al-Mâidah [5]:30)
Atau
“...maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi.”
(QS. Al-Mâidah [5]:30)
D. Kutipan
Sebagai suatu kajian yang bersifat analitis dan kritis,
karya ilmiah sangat membutuhkan kutipan-kutipan. Paling
tidak ada dua fungsi kutipan. Pertama, sebagai bukti
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
35
keterbukaan dan kejujuran ilmiah seorang peneliti/penulis.
Kedua, kutipan juga dibutuhkan sebagai konfirmasi bagi yang
melakukan penelitian dalam rangka pengayaan analisis. Kutipan
ada dua macam:
1. Kutipan Langsung
Kutipan langsung yaitu kutipan yang sama persis
dengan sumber asli, baik dari segi struktur kalimat maupun
tanda baca yang digunakan. Kutipan langsung harus
mengikuti aturan sebagai berikut:
a. Kutipan tidak boleh melebihi satu halaman.
b. Kutipan digunakan hanya untuk hal-hal yang penting
saja seperti arti bahasa, definisi, komentar, atau
pendapat pakar.
c. Kutipan yang panjangnya kurang dari 6 baris ditulis
dua spasi, diberi tanda petik rangkap pada awal dan
akhir kutipan dan dimasukkan ke dalam teks, dan
diberi nomor kutipan, yaitu dengan pola catatan kaki
(footnote).
d. Kutipan yang panjangnya enam baris lebih diketik satu
spasi (untuk huruf latin) dan satu setengah spasi
(untuk tulisan huruf Arab), tanpa tanda petik rangkap
di awal dan akhir kutipan. Baris pertama ditulis
menjorok (dengan TAB), begitu seterusnya pada awal-
awal baris.
e. Kutipan terjemah Al-Qur‟an, hadis Nabi atau teks-
teks lainnya dianggap seperti kutipan langsung yang
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
36
panjangnya enam baris ke atas, meskipun kurang dari
enam baris ditulis miring, berspasi satu, serta tidak
perlu menuliskan “artinya”.
f. Kutipan ayat-ayat Al-Qur‟an dan hadis ditulis dengan
huruf Arab sebagaimana aslinya, khusus untuk ayat-
ayat Al-Qur‟an perlu disebutkan nama dan nomor
surat serta nomor ayat yang dikutip dan dituliskan di
antara tanda kurung. Sedangkan kutipan hadis harus
dilengkapi dengan sanad yang lengkap dan perawinya,
disertai pula dengan keterangan sumber kutipan
(dalam footnote) dari sumber primer.
g. Kutipan puisi, baik Arab maupun latin harus ditulis
satu spasi dan dipisahkan dari teks.
h. Anotasi atau keterangan pendek dapat disisipkan
sesudah kata-kata ungkapan kalimat yang diberi
keterangan itu, dituliskan di antara tanda kurung.
Apabila anotasi itu sampai mencapai satu baris atau
lebih dituliskan sebagai catatan kaki.
i. Kalimat elipsis adalah kalimat yang bagiannya ada
yang dibuang. Kutipan yang berbentuk kalimat elipsis
dimasukkan dalam bagian teks karya tulis dan diberi
tanda titik tiga (…) baik di awal, di tengah maupun
diakhir.
j. Interpolasi yaitu apabila terdapat kesalahan dalam
sumber kutipan dapat dilakukan koreksi dengan
menulis (sic).
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
37
2. Kutipan Tidak Langsung (Parafrase)
Kutipan tidak langsung (parafrase) yaitu kutipan
yang didasarkan pada ide atau pokok pikirannya saja.
Aturan penulisan parafrase biasanya mengikuti aturan
sebagai berikut :
a. Kutipan ini dapat berbentuk saduran, ringkasan, atau
kesimpulan.
b. Penulis atau peneliti tidak perlu memberi tanda petik.
c. Pokok pikiran yang dikutip, ditulis seperti teks biasa
dengan menyebut sumber rujukannya, dan catatan
pengutipannya diletakkan di bagian akhir kutipan.
d. Sumber kutipan harus merujuk pada tulisan atau
pandangan pakar atau ilmuan yang ahli dalam
bidangnya. Sumber kutipan bukan berupa buku daras
(buku ajar) untuk para pelajar Madrasah Aliyah atau
SMU, meskipun subtansinya sama.
e. Untuk memberi bobot akademik dan sebagai bukti
penguasaan bahasa harus mencakup minimal dua
sumber/buku yang berbahasa Arab atau berbahasa
Inggris yang terkait dengan pokok bahasan, tidak
termasuk kamus atau ensiklopedi.
f. Kutipan yang berasal dari kitab tafsir dan hadis harus
bersumber pada kitab aslinya (sumber primer), tidak
mengacu kepada sumber orang lain (sumber
sekunder), dengan menyebutkan secara lengkap nama
pengarang, judul buku, jilid buku, dan halamannya.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
38
g. Kutipan dapat pula bersumber dari situs internet yang
otoritatif dan memiliki dewan redaksi (seperti situs
kementerian, lembaga pendidikan/penelitian yang
kredibel, media massa) dengan mencantumkan nama
situs, tanggal akses, jam akses, dan menunjukkan link-
nya secara lengkap. Sebagai catatan, tidak
diperkenankan mengambil materi dari Wikipedia, Blog
dan situs yang tidak otoritatif.
E. Sistem Penulisan Catatan Kaki
Penulisan rujukan yang dijadikan sumber, ditulis dalam
catatan kaki (footnote). Catatan kaki adalah catatan pada bagian
bawah halaman teks yang menyatakan sumber suatu kutipan,
pendapat, pandangan, atau teori mengenai masalah tertentu
yang dijelaskan dalam teks. Catatan kaki tidak berisi penjelasan
ekstra (tambahan) yang berisi komentar, kritik dan informasi
lain, karena akan mengganggu pandangan serta mengacaukan
tata kelola data dan referensi.
1. Catatan kaki diketik satu spasi, ukuran font 10 (untuk
bahasa Inggris dan Indonesia) dan 12 (untuk bahasa Arab).
Dimulai dari margin kiri untuk tesis berbahasa Indonesia
dan Inggris dan margin kanan untuk berbahasa Arab dan
ditulis menjorok ke dalam (1 kali TAB).
2. Catatan kaki pada tiap bab diberi nomor urut mulai dari
angka satu sampai akhir. Dan diganti dengan nomor satu
lagi pada bab baru berikutnya.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
39
3. Penulisan catatan kaki mengikuti kalimat atau bagian
paragraf yang dikutip baik langsung maupun tidak
langsung. Simbolnya dengan nomor yang tersusun secara
berurutan dan ukurannya lebih kecil (superscript). Sumber
pertama yang digunakan pertama kali memuat secara utuh
nama penulis, judul buku atau tulisan (italics), tempat terbit,
penerbit, tahun dan halaman yang dirujuk. Untuk penanda
halaman, digunakan huruf h. (ha titik) dan .ص (Shâd, titik)
untuk tulisan Arab.
Jika sumber tulisan yang sama digunakan kembali, baik
secara langsung ataupun disela dengan tulisan lain, maka
dicantumkan: nama penulis (boleh disingkat), judul buku
atau tulisan (italics, boleh dipendekkan, tapi tidak
disingkat), dan halaman saja yang harus ditulis. Jika penulis
yang sama menulis karya yang berbeda, maka prosedur
awal diulang kembali. Untuk lebih jelas, perhatikan contoh
berikut ini:
1 Ryan Sugiarto, Psikologi Raos: Saintifikasi Kawruh
Jiwa Ki Ageng Suryomentaram, (Yogyakarta: Pustaka Ifada,
2015), h. 139.
2 Nur Syam, Tarekat Petani: Fenomena Tarekat
Syattariyah Lokal, (Yogyakarta: LkiS, 2013), h. 164.
3 Syam, Tarekat Petani, h. 173.
4 Ubaidillah Achmad dan Yuliyatun Tajuddin, Suluk
Kiai Cebolek Dalam Konflik Keberagamaan dan Kearifan Lokal,
(Jakarta: Prenada, 2014), h. 140.
5 Nur Syam, Tarekat Petani, h. 99.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
40
6 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, vol. 14
(Bandung: Lentera Hati, 2013), h. 167.
Berikut ini rincian cara penulisan catatan kaki yang
harus diperhatikan:
No Jenis
Referensi Sistem Penulisan
1 Buku oleh satu orang penulis
1 Zainul Milal Bizawie, Masterpiece Islam Nusantara: Sanad dan Jejaring Ulama-Santri (1830-1945) (Tangerang: Pustaka Compass, 2016), h. 131.
2 Bizawie, Masterpiece Islam Nusantara, h. 179.
2 Buku oleh dua orang penulis
1 M. Dien Madjid dan Johan Wahyudi, Ilmu Sejarah: Sebuah Pengantar (Jakarta: Prenada Media Group, 2014), h. 75.
2 Madjid dan Wahyudi, Ilmu Sejarah, h. 96.
3 Buku oleh tiga orang (atau lebih) penulis
1 M. Isom Yusqi, dkk., Mengenal Konsep Islam Nusantara, (Jakarta: Pustaka STAINU, 2015), h. 123.
2 Yusqi, dkk., Mengenal Konsep, h. 42.
4 Buku tanpa penulis yang jelas
1 Sejarah Melayu/Malay Annals (Kuala Lumpur, Oxford University Press, 1970), h. 24.
2 Sejarah Melayu, h. 33.
5 Institusi dan asosiasi (atau yang sejenis) sebagai penulis
1 Tim Forza Pesantren, Ijtihad Politik Islam Nusantara: Membumikan Fiqih Siyasah Melalui Pendekatan Maqasid asy-Syari‟ah (Kediri, Lirboyo Press, 2015), h. 49.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
41
2 Tim Forza, Ijtihad Politik Islam Nusantara, h. 70.
6 Kumpulan tulisan dengan editor
1 Mastuki dan M. Ishom El-Saha, ed., Intelektualisme Pesantren:Potret Tokoh dan Cakrawala Pemikiran di Era Pertumbuhan Pesantren (Jakarta: Diva Pustaka, 2003), h. 145.
2 Mastuki dan El-Saha, Intelektualisme Pesantren, h. 150.
7 Buku atau kumpulan tulisan yang dicetak lebih dari 1 (satu) kali
1 Jujun S. Suriasumantri, Ilmu Dalam Perspektif: Sebuah Kumpulan Karangan Tentang Hakekat Ilmu, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2012), Cet. XII, h. 318.
2 Suriasumantri, Ilmu Dalam Perspektif, h. 320.
8 Buku atau kumpulan tulisan yang cetakan selanjutnya bukan dari penerbit edisi awal
1 Simuh, Sufisme Jawa : transformasi tasawuf Islam ke mistik Jawa, (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995; reprint, Yogyakarta: Narasi, 2016), h. 217.
2 Simuh, Sufisme Jawa, h. 225.
9 Tulisan di dalam buku atau kumpulan tulisan
1 Afifuddin Muhajir, “Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan Dunia,” dalam Akhmad Sahal dan Munawir Aziz, ed., Islam Nusantara: Dari Ushul Fiqh Hingga Konsep Historis (Bandung: Mizan Pustaka, 2015), h. 65.
2 Muhajir, “Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan Dunia,” h. 67.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
42
10 Prosiding, konferensi, workshop atau seminar yang dipublikasikan
1 Adib Misbahul Islam, “Nazam Tarekat: Perlawanan Kiai Ahmad ar-Rifa‟i terhadap Birokrasi,” dalam Islam Nusantara Past and Present: Proceeding of International Conference on Islam Nusantara (ICON) 2014 (Jakarta: Pusmabit, 2014), h. 55.
2 Islam, “Nazam Tarekat: Perlawanan Kiai Ahmad ar-Rifa‟i terhadap Birokrasi,” h. 58.
11 Dokumen eletronik dari internet
1 Heyder Affan, “Polemik di balik istiIah 'Islam Nusantara,” artikel diakses pada 22 Juni 2015 dari http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/06/150614_indonesia_islam_nusantara, jam 15.00 WIB.
2 Affan, “Polemik di balik Istilah.”
12 Entri ensiklopedia dengan nama penulis dan editor
1 Azim Malikov, “Islam: Saints and Sacred Geographies,” dalam Suad Joseph, ed., Encyclopedia of Women and Islamic Cultures, vol. V (Leiden: Brill, 2007), h. 223-225.
2 Malikov, “Islam,” h. 224.
13 Wawancara pribadi
1 Wawancara Pribadi dengan Said Agil Siradj, Jakarta, 25 Oktober 2015.
2 Wawancara Pribadi dengan Said Agil Siradj.
14 Artikel dalam koran
1 Deny Hamdani, “Raison de‟etre of Islam Nusantara,” The Jakarta Post, 06 Agustus 2015, h. 5.
15 Berita dalam koran
1 “Batunaga, Bagian dari situs lebih luas,” Pikiran Rakyat, 16 Mei
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
43
2014, h. 1.
16 Artikel dalam jurnal atau majalah akademik berkala
1 Deny Hamdani, “Cultural System of Cirebonese People: Tradition of Maulidan in the Kanoman Kraton,” Indonesian Journal of Social Sciences 4, No. 1 (January-June 2012), h.12.
2 Hamdani, “Cultural System of Cirebonese People,” h. 14.
17 Artikel dalam jurnal atau majalah non-akademik berkala
1 Nadirsyah Hosen, “Islam Nusantara: Islam Lokal yang Menuju Islam Global?” Gatra, 2 Maret 2016, h. 60.
2 Hosen, “Islam Nusantara,” h. 61.
18 Skripsi, tesis atau disertasi
1 Mahrus El-Mawa, “Syattariyah wa Muhammadiyah: Suntingan Teks, Terjemahan dan Analisis Karakteristik Syatariyah di Keraton Kaprabonan Cirebon Pada Akhir Abad ke-19,” (Disertasi S3 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, 2015), h. 49.
2 Mahrus, “Syattariyah wa Muhammadiyah,” h. 52.
19 Ulasan/Resensi Buku
1 Azyumardi Azra, “Islam di „Negeri Bawah Angin‟ dalam Masa Perdagangan,” Studia Islamika 3, No. 2 (1996): h. 191-221, review buku Anthony Reid, Southeast Asia in the Age of Commerce (New Haven: Yale University Press, 1988).
2 Azra, “Islam di „Negeri Bawah
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
44
Angin,‟ h. 196.
20 Buku Terjemahan
1 Alwi Shihab, Akar Tasawuf di Indonesia. Penerjemah M. Nursamad, (Bandung: Pustaka Iman, 2009), h. 37.
2 Shihab, Akar Tasawuf di Indonesia, h.41.
21 Buku tanpa nama kota/tempat terbit
1 Ibnu Taimiyya, Minhaj as-Sunnah an-Nabawiy, (T.tp.: Darul Urubiyya, 1962), h. 78.
2 Taimiyya, Minhaj as-Sunnah, h. 84.
22 Buku tanpa nama penerbit
1 Abu Dawud, Sunan (Kairo: T.pn., 1951), h. 173.
2 Dawud, Sunan, h. 179.
23 Buku tanpa tahun terbit
1 Ibrahim Bajuri, Hasyiah al-Bajuri „ala Matn al-Burdah (Bandung: Darul Ma‟arif, t.th.), h. 99.
2 Bajuri, Hasyiah al-Bajuri, h. 102.
24 Kutipan hadis dari buku-buku hadis
طحح انجخبسي، اصبػم انجخبسي. ، كزبة انضء، انحذث ، ط، ج انجخبسي
، )انقبشح: يكزجخ انجبث انحهج، سقى
.٢(، ص. ١١طحح انجخبسي، اصبػم انجخبسي. ، كزبة انضح ػه انخف، انحذث ، جانجخبسي
.٢، ص. سقى
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
45
F. Teknik Numbering
BAB A. ………….
1. …………. a. …………. 1) …………. a) …………. (1) …………. (a) …………. dst
G. Penggunaan Bahasa
1. Penulisan tesis harus mengacu pada pedoman umum ejaan
bahasa indonesia yang disempurnakan (EYD) dan Kamus
Besar Bahasa Indonesi (KBBI) Edisi 2008 untuk yang
berbahasa Indonesia. Untuk yang berbahasa Arab dan
Inggris diserahkan kepada masing-masing pembimbing.
2. Penulisan tesis harus menggunakan bahasa baku (formal)
yaitu bahasa yang tidak berbelit-belit, sistematis dan logis
serta dapat dipahami oleh semua orang Indonesia.
3. Mahasiswa program S2 dibolehkan menulis tesis dengan
bahasa Arab atau bahasa Inggris.
4. Penggunaan kata dan istilah harus mengacu pada Kamus
Umum Bahasa Indonesia atau kamus lain yang relevan dan
otoritatif.
5. Penulisan istilah yang berasal dari bahasa asing dan daerah
harus dengan huruf miring (italic).
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
46
6. Penulisan huruf yang berasal dari bahasa Arab harus
berpedoman pada transliterasi (terlampir).
7. Tanda baca seperti titik, koma, titik dua, tanda seru, tanda
tanya, tanda prosen, tanda penghubung, garis miring dan
lainnya harus mengikuti kamus pedoman ejaan bahasa
Indonesia yang disempurnakan.
H. Penulisan Daftar Pustaka atau Bibliografi
1. Daftar pustaka diletakkan di akhir tulisan tesis setelah
kesimpulan dengan satu spasi, dan jarak antara daftar
pustaka satu dengan yang lainnya satu setengah spasi.
Daftar pustaka tidak menggunakan nomor urut.
2. Daftar pustaka ditulis dengan urutan: Nama pengarang
(nama kedua jika namanya terdiri dari dua kata yang bukan
merupakan tarkîb idhâfi atau nama terakhir), koma, nama
lengkap (tidak perlu mencantumkan gelar seperti Prof.,
Dr., MA,. M.Sc., Drs., S.Ag., K.H., Tgk. dan sebagainya),
koma, judul buku/karya dicetak miring (italic), koma, jilid
atau volume, koma, tempat penerbitan, titik dua, nama
penerbit, koma, nomor cetakan, tahun penerbitan, tanpa
ada tanda kurung [()].
3. Penulisan nama pengarang disusun menurut urutan
alfabetis dengan mendahulukan nama keluarga dan marga
(kalau ada) atau nama belakang, dan diketik pada ketukan
pertama. Namun penulis yang dimulai dengan kata
sandang al- urutan alfabetisnya bukan pada huruf A,
melainkan huruf sesudah al-. Untuk singkatan mengikuti
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
47
nama terakhir. Bila informasi tentang buku/sumber
rujukan itu melebihi satu baris, maka baris kedua dan
berikutnya diketik mulai ketukan kelima.
4. Apabila penulis terdiri dari dua orang, maka keduanya
ditulis dihubungkan dengan kata dan. Jika nama penulis
yang pertama lebih dari dua kata, maka penulisannya juga
harus dibalik. Apabila penulis lebih dari dua orang, maka
ditulis nama pertama dan diikuti kata at.all. atau آخسن
untuk berbahasa Arab.
5. Apabila ada dua karangan atau lebih berasal dari pengarang
yang sama, maka nama pengarang dicantumkan satu kali,
lainnya cukup diganti dengan garis sepanjang lima ketukan
dari garis margin kiri untuk tulisan latin, dan margin kanan
untuk tulisan bahasa Arab dan diikuti oleh koma, dengan
ketentuan mendahulukan sumber pustaka yang lebih
dahulu tahun penerbitannya.
6. Jika penulis dan tahunnya sama, sedangkan judul bukunya
berbeda, maka ditulis berdasarkan alfabetis judul bukunya.
7. Bahan/sumber yang diakses dari internet, cara
penulisannya adalah: Nama penulis, judul karya diletakkan
dalam tanda petik awal dan akhir (“___”), dari nama
website yang diakses secara lengkap, dan tanggal akses atau
download.
8. Jika terdapat buku lebih dari satu dari penulis yang sama,
maka nama penulis pada buku berikutnya tidak perlu
ditulis tetapi diganti dengan tanda garis bawah/underline
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
48
(_______) dengan urutan berdasarkan abjad dari judul
buku.
Ash-Siddiqy, Hasbi, Ilmu-ilmu Al-Qur‟an, Jakarta:
Bulan Bintang, 1972.
_________, Tafsir an-Nûr, Jakarta: Bulan Bintang,
1954-1970.
9. Sumber hasil wawancara ditulis dengan cara menyebutkan:
Nama yang diwawancarai, tempat, dan tanggal wawancara.
Contoh :
M. Quraish Shihab, Wawancara, Jakarta 3 Desember
2007
7002ديسمبر 3, جاكرتا, المقابلة محمد قريش شهاب,
I. Contoh Penulisan Daftar Pustaka
No Jenis
Referensi Sistem Penulisan
1 Buku oleh satu orang penulis
Bizawie, Zainul Milal. Masterpiece Islam Nusantara: Sanad dan Jejaring Ulama-Santri (1830-1945). Tangerang: Pustaka Compass, 2016).
2 Buku oleh dua orang penulis
Madjid, M. Dien dan Wahyudi, Johan. Ilmu Sejarah: Sebuah Pengantar. Jakarta: Prenada Media Group, 2014.
3 Buku oleh tiga orang (atau lebih) penulis
Banawiratma, JB. dkk., Dialog Antarumat Beragama: Gagasan dan Praktik di Indonesia. Bandung:
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
49
Mizan Media Utama, 2010.
4 Buku tanpa penulis yang jelas
Sejarah Melayu/Malay Annals. Kuala Lumpur, Oxford University Press, 1970.
5 Institusi dan asosiasi (atau yang sejenis) sebagai penulis
Tim Forza Pesantren. Ijtihad Politik Islam Nusantara: Membumikan Fiqih Siyasah Melalui Pendekatan Maqasid asy-Syari‟ah. Kediri, Lirboyo Press, 2015.
6 Kumpulan tulisan dengan editor
Mastuki dan El-Saha, M. Ishom, ed. Intelektualisme Pesantren: Potret Tokoh dan Cakrawala Pemikiran di Era Pertumbuhan Pesantren. Jakarta: Diva Pustaka, 2003.
7 Buku atau kumpulan tulisan yang dicetak lebih dari 1 (satu) kali
Suriasumantri, Jujun S. Ilmu Dalam Perspektif: Sebuah Kumpulan Karangan Tentang Hakekat Ilmu, Cet. XII. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2012.
8 Buku atau kumpulan tulisan yang cetakan selanjutnya bukan dari penerbit edisi awal
Simuh. Sufisme Jawa: transformasi tasawuf Islam ke mistik Jawa. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995. Reprint, Yogyakarta: Narasi, 2016.
9 Tulisan di dalam buku atau kumpulan tulisan
Muhajir, Afifuddin, “Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan Dunia.” Dalam Akhmad Sahal dan Munawir Aziz, ed. Islam Nusantara: Dari Ushul Fiqh Hingga Konsep Historis. Bandung:
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
50
Mizan Pustaka, 2015.
10 Prosiding, konferensi, workshop atau seminar yang dipublikasikan
Islam, Adib Misbahul. “Nazam Tarekat: Perlawanan Kiai Ahmad ar-Rifa‟i terhadap Birokrasi.” Dalam Islam Nusantara Past and Present:Proceeding of International Conference on Islam Nusantara (ICON) 2014. Jakarta: Pusmabit, 2014.
11 Dokumen eletronik dari internet
Affan, Heyder. “Polemik di balik istiIah 'Islam Nusantara.” Artikel diakses pada 22 Juni 2015 dari http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/06/150614_indonesia_islam_nusantara
12 Entri ensiklopedia dengan nama penulis dan editor
Malikov, Azim. “Islam: Saints and Sacred Geographies.” Dalam Suad Joseph, ed. Encyclopedia of Women and Islamic Cultures, vol. V. Leiden: Brill, 2007.
13 Wawancara pribadi
Wawancara Pribadi dengan Said Agil Siradj, Jakarta, 25 Oktober 2015.
14 Artikel dalam koran
Hamdani, Deny. “Raison de‟etre of Islam Nusantara.” The Jakarta Post, 06 Agustus 2015.
15 Berita dalam koran
“Batunaga, Bagian dari situs lebih luas,” Pikiran Rakyat, 16 Mei 2014.
16 Artikel dalam jurnal atau majalah akademik
Hamdani, Deny. “Cultural System of Cirebonese People: Tradition of Maulidan in the Kanoman Kraton.” Indonesian Journal of
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
51
berkala Social Sciences 4, no. 1 (January-June 2012).
17 Artikel dalam jurnal atau majalah non-akademik berkala
Hosen, Nadirsyah. “Islam Nusantara: Islam Lokal yang Menuju Islam Global?” Gatra, 2 Maret 2016.
18 Skripsi, tesis atau disertasi
El-Mawa, Mahrus. “Syattariyah wa Muhammadiyah: Suntingan Teks, Terjemahan dan Analisis Karakteristik Syatariyah di Keraton Kaprabonan Cirebon Pada Akhir Abad ke-19.” Disertasi S3 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, 2015.
19 Ulasan/Resensi Buku
Azra, Azyumardi. “Islam di “Negeri Bawah Angin” dalam Masa Perdagangan.” Studia Islamika 3, no. 2 (1996): h. 191-221. Review buku Anthony Reid, Southeast Asia in the Age of Commerce. New Haven: Yale University Press, 1988.
20 Buku Terjemahan
Shihab, Alwi. Akar Tasawuf di Indonesia. Penerjemah M. Nursamad. Bandung: Pustaka Iman, 2009.
21 Buku tanpa nama kota/tempat terbit
Taimiyya, Ibnu. Minhaj as-Sunnah an-Nabawiy. T.tp.: Darul Urubiyya, 1962.
22 Buku tanpa Dawud, Abu. Sunan. Kairo: T.pn.,
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
52
nama penerbit 1951.
23 Buku tanpa tahun terbit
Bajuri, Ibrahim. Hasyiah al-Bajuri „ala Matn al-Burdah. Bandung: Darul Ma‟arif, t.t.
J. Sistem Transliterasi
Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian
huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan
tesis di Pascasarjana Program Magister STAINU Jakarta,
transliterasi Arab-Latin mengacu pada ketentuan sebagai
berikut:
1. Konsonan
th ط a أ
zh ظ b ب
„ ع t ث
gh غ ts ث
f ف j ج
q ق h ح
k ك kh خ
l ل d د
m و dz ذ
n ن r ز
z w ش
h ي s س
′ ء sy ش
y ي sh ص
dh ض
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
53
2. Vokal
Vokal tunggal vokal panjang vokal rangkap
Fathah : a أ : â ي... : ai
Kasrah : i ي : î ... : au
Dhammah: u : û
3. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) qamariyah
Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) qamariyah
ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh:
al-Madînah : انمديىت al-Baqarah : انبقسة
b. Kata sandang yang diikuti oleh alif-lam (ال) syamsiyah
Kata sandang yang diikuti oleh alif-lam (ال) syamsiyah
ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan
di depan dan sesuai dengan bunyinya.
Contoh:
as-Sayyidah: انسيدة ar-rajul : انسجم
ad-Dârimî : اندازمي asy-syams : انشمس
c. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab digunakan
lambang (), sedangkan untuk alih aksara ini
dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan cara
menggandakan huruf yang bertanda tasydîd. Aturan ini
berlaku secara umum, baik tasydîd yang berada di
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
54
tengah kata, di akhir kata ataupun yang terletak
setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf
syamsiyah. Contoh:
اء Âmannâ billâhi : آمىا بانه Âmana as-Sufahâ′u :آمه انسف
كعانس Inna al-ladzîna : إن انريه : wa ar-rukka„i
d. Ta Marbûthah ( )ة
Ta Marbûthah ( )ة apabila berdiri sendiri, waqaf atau
diikuti oleh kata sifat (na„at), maka huruf tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf “h”. Contoh:
al-Af′idah : الفئذح
يتانجامعت انإسهام : al-Jâmi„ah al-Islâmiyyah.
Sedangkan ta marbûthah ( )ة yang diikuti atau
disambungkan (di-washal) dengan kata benda (ism),
maka dialih aksarakan menjadi huruf “t”. Contoh:
Âmilatun Nâshibah„ : عامهت واصبت
.al-Âyat al-Kubrâ : انآيت انكبسى
e. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf
kapital, akan tetapi apabila telah dialih aksarakan maka
berlaku ketentuan Ejaan yang Disempurnakan (EYD)
bahasa Indonesia, seperti penulisan awal kalimat,
huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan
lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku
pula dalam alih aksara ini, seperti cetak miring (italic)
atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun
untuk nama diri yang diawali dengan kata sandang,
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
55
maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri,
bukan kata sandangnya. Contoh: „Alî Hasan al-„Âridh,
al-„Asqallânî, al-Farmawî dan seterusnya. Khusus
untuk penulisan kata Alqur‟an dan nama-nama
surahnya menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-
Qur‟an, Al-Baqarah, Al-Fâtihah dan seterusnya.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
56
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
57
B A B V
SYARAT, STATUS, WEWENANG DAN
KEWAJIBAN PEMBIMBING
A. Syarat-Syarat Pembimbing
Syarat pembimbing pembimbing tesis adalah dosen
yang bergelar doktor dengan pangkat serendah-rendahnya
Lektor (III/c).
B. Jumlah Pembimbing
Jumlah pembimbing tesis masing-masing dua orang.
Pembimbing pertama terutama membimbing materi (content)
dan pembimbing kedua terutama membimbing teknik
penulisan dan metodologi.
C. Status Pembimbing
Pembimbing tesis mempunyai tugas:
1. Sebagai pemegang otoritas tertinggi untuk menyatakan
sahnya karya tulis;
2. Tanda tangan pembimbing merupakan bukti bahwa
penulisan tesis tulis sudah mendapatkan bimbingan sesuai
prosedur.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
58
D. Wewenang Pembimbing
Pembimbing tesis mempunyai wewenang:
1. Ikut serta mempertimbangkan judul dan topik yang
diusulkan oleh calon penulis karya tulis, setelah
mendapatkan pengesahan dari Asisten Direktur Bidang
Akademik.
2. Mengembalikan tugas pembimbing kepada Asisten
Direktur Bidang Akademik apabila terjadi hal-hal yang
menyebabkan tidak dapat terlaksananya bimbingan.
3. Menjadi anggota panitia sidang ujian tesis.
E. Kewajiban Pembimbing
Pembimbing tesis berkewajiban:
1. Memberikan bimbingan kepada mahasiswa penulis tesis
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Mencatat tanggal dan bentuk konsultasi bimbingan dalam
formulir yang disediakan setiap kali melakukan bimbingan.
3. Memberikan nilai terhadap tesis yang telah dibimbingnya.
4. Bertindak sebagai penguji dalam ujian tesis.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
59
DAFTAR PUSTAKA
Ali, R.M. Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia, Jakarta: Bharata, 1963.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 1991.
Bisri, Cik Hasan. Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian Dan
Penulisan Skripsi, Ciputat: PT.Logos Wacana Ilmu,1998.
Faisal, Sanapiah. Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta:
Rajawali Pers,1992.
Gall, Meredith D, Joyce P. Gall & Walter R. Borg. Educational
Research, USA: Pearson Education Inc., 2007.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research I, Yogyakarta: Yayasan
Penerbit Andi Offset, 1987.
Heijer, Johannes den. Pedoman Transliterasi Bahasa Arab, Jakarta:
INIS, 1992.
Madjid, M. Dien. Pengantar Ilmu Sejarah, Ciputat: UIN Jakarta
Press. 2013.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2005.
Nawawi, Hadari. Metode Penelitian Bidang Sosial, (Jogjakarta :
Gajah Mada University Press, 1990.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
60
Nugroho, Heru. Rasionalisasi Dan Pemudaran Pesona Dunia,
Yogyakarta: Kanisius, 2002.
Patilima, Hamid. Metode Penelitian Kualitatif, Malang: UMM
Press, 2010.
Putra, Heddy Shri Ahimsa. “Paradigma Epistemologi dan Metode
IlmuSosialBudaya,” Makalah disampaikan pada Pelatihan
Metodologi Penelitian 12 Pebruari 2007 di UGM
Yogyakarta.
Qal‟ahji, Muhammad Rawas. Thurûq al-Bahtsi fî ad-Dirasât al-
Islamiyyah, Beirut: Dâr an-Nafâis, 1999.
Rochmat, Saefur. Ilmu Sejarah dalam Perspektif Ilmu Sosial,
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Salim, Agus. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Yogyakarta:
Tiara Wacana, 2006.
Sjamsuddin, Helius. Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Ombak,
2007.
Soemanto, Wasty. Pedoman Teknik Penulisan Skripsi, Jakarta:
Bumi Aksara, 1994.
Sudjana, Nana. dan Ulung Laksana, Menyusun Karya Tulis Ilmiah
untuk Memperoleh Angka Kredit, Bandung: Sinar Baru,
1992.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2007.
_______, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D,
Bandung: Alfabeta, 2009.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
61
At-Thawîl, Razaq. Muqaddimah fî Ushûl al-Bahtsi al-„Ilmî wa
Tahqîq at-Turast, t.tp: Dâr al-Hadî li at-Thiba‟ah, 1988.
Usman, Hasan. Manhaj al-Bahth al-Tarihi, Terj. A. Muin Umar,
Jakarta. 1986.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
62
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
63
Lampiran-Lampiran
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
64
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
65
Contoh Sistematika Penulisan Proposal
Bahasa Indonesia:
1. Cover, berisi: Judul, Peruntukan, Logo, Nama Penulis dan
NIM, Nama Program Studi, Nama Perguruan Tinggi, dan
Tahun.
2. Latar Belakang Masalah.
3. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah.
4. Tujuan dan Manfaat Penelitian.
5. Studi Pustaka/Telaah Pustaka.
6. Kerangka Teori.
7. Metodologi Penelitian.
8. Teknik dan Sistematika Penulisan.
9. Outline.
10. Daftar Pustaka.
Bahasa Arab:
خهفخ انجحث .
رشخض رحذذ رقشش يشكهخ انجحث .
فائذ انجحث أذاف .
انذساصبد انضبثقخ .
طشقخ انجحث .
اإلطبس انظشي .
رظى انجحث / خطظ انجحث .٢
انظبدس انشاخغ .8
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
66
Bahasa Inggris:
1. Background
2. Research Question
3. Objective & Significance of the study
4. Previous Studies
5. Teoritical Framework
6. Research Metodology
7. Outline
8. Bibliography
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
67
C o n t o h S t r u k t u r T e s i s
A. Bahasa Indonesia
Bagian Awal:
1. Cover Luar berisi: Judul, Peruntukan, Logo, Nama Penulis
dan NIM, Nama Program Studi, Nama Perguruan Tinggi,
dan Tahun
2. Cover Dalam berisi: Judul, Peruntukan, Logo, Nama
Penulis dan NIM, Nama Pembimbing, Nama Program
Studi, Nama Perguruan Tinggi, dan Tahun
3. Persetujuan Pembimbing
4. Pengesahan
5. Pernyataan Orisinalitas Penulis
6. Motto atau Persembahan
7. Abstraksi
8. Kata Pengantar
9. Daftar Isi
10. Daftar Tabel (kalau ada)
11. Daftar Gambar (kalau ada)
12. Daftar Istilah (kalau ada)
13. Pedoman Transliterasi
Bagian Utama:
1. BAB I Pendahuluan
2. BAB II Landasan Teori atau Kerangka Sejarah
3. BAB III Deskripsi Materi atau Konten Penelitian
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
68
4. BAB IV Deskripsi Materi dan Analisis
5. BAB V Penutup
Bagian Terakhir:
1. Daftar Pustaka
2. Daftar Lampiran
3. Biografi Penulis
B. Bahasa Inggris
The First Part:
1. Cover
2. Second Page of Cover
3. Supervisor Approval
4. Letter of Approval
5. Statement of Originality
6. Motto
7. Abstract
8. Acknowledgements
9. Table of Content
10. List of Table (if any)
11. List of Picture (if any)
12. List of Simbol and Abbrevation (if any)
13. The System of Transliteration
Main Part:
1. Chapter One: Introduction
2. Chapter Two: Theoritical Bases and Historical Framework
3. Chapter Three: Description of Research
4. Chapter Four: Description of Research and Analysis
5. Chapter Five Conclusion
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
69
The Last Part:
1. Bibbliography
2. Appendix
3. Curriculume Vitae
C. Bahasa Arab
انقسم األول :
غالف .
إقشاس انششف .
يافقخ ندخ اليزحب .
إقشاس انجبحث / انجبحثخ .
كهخ انشكش انزقذش .
يهخض انجحث / انشصبنخ .
يحزبد انجحث .٢
انقسم انثاو :
انجبة الل: انقذيخ .
انجبة انثب: اإلطبس انظشي .
انجبة انثبنث: يبح انجحث .
انجبة انشاثغ: رحهم انجحث .
نخبيش: انخبرخ: )زبئح انجحث، اقزشاحبد(انجبة ا .
انقسم األخر :
انظبدس انشاخغ .
انضشح انزارخ .
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
70
Contoh Cover Proposal Tesis Bahasa Indonesia
DINAMIKA TEGALSARI: SANTRI DAN KETURUNAN KIAI PESANTREN
TEGALSARI PONOROGO ABAD XIX-XX
Proposal ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Tugas Akhir Tesis
Program Studi Sejarah dan Kebudayaan Islam Konsentrasi Islam Nusantara
Oleh: DAWAM MULTAZAM
NIM. 13.01.01.90
PASCASARJANA PROGRAM MAGISTER SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL
ULAMA (STAINU) JAKARTA 1437H/2016 M
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
71
Contoh Cover Proposal Tesis Bahasa Inggris
THE MOVEMENT OF ‘ISLAM KEBANGSAAN’ OF MBAH MUQAYYIM
(Study of history of Keraton Kanoman and Pesantren Buntet of Cirebon in the 18th Century)
The Proposal of Thesis Submitted in Partial Fullfilment of Prerequisite to Write Thesis
By YOYON SUKRON AMIN Student Number:13.01.01.16
MAGISTER PROGRAM OF ISLAM NUSANTARA DEPARTMENT OF HISTORY OF ISLAMIC CIVILIZATION
ISLAMIC COLLEGE OF NAHDLATUL ULAMA (STAINU) JAKARTA
1437 H/ 2016 M
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
72
Contoh Cover Proposal Tesis Bahasa Arab
دور انشخ انىىوي انبىتى
ف وشر اإلسالم بجـزر األرخبم اإلودووس
يششع ثحث يقذو لصزكبل يزطهجبد انبخضزش فى ربسخ
انحضبسح اإلصاليخ
إػذاد :
ست أمىت
(٢٢)سقى انقذ:
كهخ انذساصبد انؼهب -قضى ربسخ انحضبسح اإلصاليخ
خبيؼخ ضخ انؼهبء خبكشرب
ـ ٢و /
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
73
Contoh Cover Tesis Bagian Luar Bahasa Indonesia
DINAMIKA TEGALSARI: SANTRI DAN KETURUNAN KIAI PESANTREN
TEGALSARI PONOROGO ABAD XIX-XX
Tesis ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Magister Humaniora (M.Hum)
Bidang Sejarah Kebudayaan Islam Konsentrasi Islam Nusantara
Oleh: DAWAM MULTAZAM
NIM. 13.01.01.90
PASCASARJANA PROGRAM MAGISTER
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA (STAINU) JAKARTA
1437H/2016 M
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
74
Contoh Cover Tesis Bagian Luar Bahasa Inggris
THE MOVEMENT OF ‘ISLAM KEBANGSAAN’ OF MBAH MUQAYYIM
(Study of history of Keraton Kanoman and Pesantren Buntet of Cirebon in the 18th Century)
THESIS Submitted in Partial Fullfilment of Prerequisite for Gaining
The Degree of Magister in the History of Islamic Civilization
By YOYON SUKRON AMIN Student Number:13.01.01.16
MAGISTER PROGRAM OF ISLAM NUSANTARA DEPARTMENT OF HISTORY OF ISLAMIC CIVILIZATION
ISLAMIC COLLEGE OF NAHDLATUL ULAMA (STAINU) JAKARTA
1437 H/ 2016 M
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
75
Contoh Cover Tesis Bagian Luar Bahasa Arab
دور انشخ انىىوي انبىتى
ف وشر اإلسالم بجـزر األرخبم اإلودووس
(M.Hum)
إػذاد :
ست أمىت
(٢٢)سقى انقذ:
كهخ انذساصبد انؼهب –قضى ربسخ انحضبسح اإلصاليخ
خ ضخ انؼهبء خبكشربخبيؼ
ـ ٢و /
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
76
Contoh Cover Tesis Bagian Dalam Bahasa Indonesia
DINAMIKA TEGALSARI: SANTRI DAN KETURUNAN KIAI PESANTREN
TEGALSARI PONOROGO ABAD XIX-XX
Tesis ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Magister Humaniora (M.Hum)
Bidang Sejarah Kebudayaan Islam Konsentrasi Islam Nusantara
Oleh: DAWAM MULTAZAM
NIM. 13.01.01.90
Pembimbing: Dr. Ngatawi Al Zastrouw, M.Si
Hamdani, Ph.D
PASCASARJANA PROGRAM MAGISTER
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA (STAINU) JAKARTA
1437H/2016 M
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
77
Contoh Cover Tesis Bagian Dalam Bahasa Arab
انىىوي انبىتى دور انشخ
ف وشر اإلسالم بجـزر األرخبم اإلودووس
(M.Hum)
إػذاد :
ست أمىت
(٢٢)سقى انقذ:
إششاف:
د/ وصــــــر هللا جـــســـام
د/ محمد أون انىهى حسىان
كهخ انذساصبد انؼهب –خ انحضبسح اإلصاليخ قضى ربس
خبيؼخ ضخ انؼهبء خبكشرب
ـ ٢و /
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
78
Contoh Lembar Persetujuan Pembimbing Bahasa Indonesia
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tesis dengan judul “Dinamika Tegalsari: Santri dan Keturunan
Kiai Pesantren Tegalsari Ponorogo Abad XIX-XX” yang
disusun oleh Dawam Multazam Nomor Induk Mahasiswa:
13.01.01.90 telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan ke
sidang munaqasyah.
Jakarta,…………………
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. Ngatawi Al Zastrouw, M.Si Hamdani, Ph.D
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
79
Contoh Lembar Persetujuan Pembimbing Bahasa Inggris
APPROVAL OF SUPERVISOR
The master thesis entitled “The Movement of „Islam
Kebangsaan‟ of Mbah Muqayyim (Study of History of Keraton
Kanoman And Pesantren Buntet of Cirebon in the 18th
Century)” written by Yoyon Sukron Amin (student number:
13.01.01.16) has passed the procces of supervision and it is
eligible to be examined in the thesis examination.
Jakarta,…………………..…
Supervisor I, Supervisor II,
Dr. Ngatawi Al Zastrouw, M.Si Hamdani, Ph.D
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
80
Contoh Lembar Persetujuan Pembimbing Bahasa Arab
مىافقت انمشرف
زا انجحث يضػ "دس انشخ اني انجز ف أقش انششفب ثأ
شش اإلصالو ثدزس السخجم اإلذض" انزي رقذي انطبنجخ: صز
، قذ رى إششاف رخبر، نزنك ٢٢أيخ، انضدهخ ثشقى انقذ:
ف قبثم طبنح نهبقشخ.
.....................خبكشرب، ............
انششف انثب، ششف الل،ان
د/ محمد أون انىهى حسىان د/ وصر هللا جسام
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
81
Contoh Lembar Pengesahan Tesis Bahasa Indonesia
LEMBAR PENGESAHAN
Tesis dengan judul “Jaringan Ulama dan Pesantren Cirebon Abad Ke 18-20 M (Studi Kasus Pondok Pesantren Buntet, Babakan dan Gedongan) ” oleh Akhmad Rofahan dengan NIM 13.01.01.35 telah diujikan pada sidang Munaqasyah Pascasarjana Program Magister (PPM) Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Jakarta pada tanggal 18 Januari 2016 dan direvisi sesuai saran tim penguji. Maka tesis tersebut telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Humaniora (M.Hum).
Jakarta, 30 Januari 2016 Direktur,
Dr. Mastuki HS. TIM PENGUJI:
1. Dr. Mastuki HS. (….…………………..) (Ketua/merangkap Penguji) Tgl.
2. Dr. Rumadi, MAg. (….…………………..) (Penguji 1) Tgl.
3. Dr. Moqsith Ghazali (….…………………..) (Penguji 2) Tgl.
4. Hamdani Ph.D (….…………………..) (Pembimbing/merangkap Penguji 1) Tgl.
5. Dr. M. Ulinnuha, MA (….…………………..) (Pembimbing/merangkap Penguji 2) Tgl.
6. Abrohul Isnaini, M.Hum (….…………………..) (Sekretaris) Tgl.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
82
Contoh Lembar Pengesahan Tesis Bahasa Inggris
LETTER OF APPROVAL
This is to certify that the master thesis entitled “Muslim Tradition of Eretan Coast of Indramayu, West Java” written by Alamul Huda (13.01.01.39) has been examined, defended and revised based on suggestions and advices of the team of examiners in the thesis examination in August 18, 2015. This master thesis is accepted as one of prerequisite for gaining Master Degree in the History of Islamic Civilization.
Jakarta, August 18, 2015 Director,
Dr. Mastuki HS. TEAM OF EXAMINERS:
1. Dr. Mastuki HS. (….…………………..……) (Chief/ Examiner) Date:
2. Dr. Adib M. Islam (….…………………..……) (Examiner 1) Date:
3. Dr. Mahrus El-Mawa (….…………………..……) (Examiner 2) Date:
4. Hamdani Ph.D (….…………………..……) (Supervisor/Examiner) Date:
5. Dr. Ngatawi Al Zastrow (….…………………..……) (Supervisor/Examiner) Date:
6. Idris Masudi, S.Ud. (….…………………..……) (Secretary) Date:
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
83
Contoh Lembar Pengesahan Tesis Bahasa Arab
تقرر نجىت انمىاقشت
دور انشخ انىىوي انبىتى قشسد ندخ انبقشخ ثأ انشصبنخ يضػب :ب انجبحثخ صز أيخ انز قذيز "ف وشر اإلسالم بجزر األرخبم اإلودووس
نهحظل ػهى دسخخ انبخضزش ف ربسخ انحضبسح ١8٢ سقى انقذ:
اإلصاليخ ي كهخ انذساصبد انؼهب خبيؼخ ضخ انؼهبء خبكشرب، قذ رى
رظححب رؼذالرب ثؼذ انقبو ثزكم خغ انالحظبد انزخبد
بقشخ انؼقذح ف و انضجذ انششذح ي قجم انضبدح انكشاو أػضبء ندخ ان
ـ. ٢طفش و انافق بش 8
بش خبكشرب،
يذش انذساصبد انؼهب،
د/ ماستىك حسه
: نجىت انمىاقشت انمكىوت مه انسادة
)..........................( ) رئسا/مىاقشا ( / ماستىك حسه. د1
)..........................( ( بقشب ) ي د/ محمد أون انىهى. 2
)..........................( ( ) يبقشب . د/ وصر هللا جسام 3
)..........................( )يششفب/يبقشب ( . د/ محمد أدب 4
)..........................( يششفخ / يبقشخ) . د/ ساري مىنات 5
)..........................( ( ) صكشرشا . محد إدرس مسعىد6
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
84
Contoh Pernyataan Penulis Bahasa Indonesia
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Ali Masyhar NIM : 13.01.01.01 Tempat/Tgl. Lahir : Ponorogo, 13 Januari 1978 menyatakan bahwa tesis dengan judul “Transmisi dan Otentisitas Keilmuan Islam Nusantara” adalah hasil karya asli penulis, bukan hasil plagiasi, kecuali kutipan-kutipan yang disebutkan sumbernya atau atas petunjuk para pembimbing. Jika di kemudian hari pernyataan ini terbukti tidak benar, maka sepenuhnya akan menjadi tanggungjawab penulis dan bersedia gelar akademiknya dibatalkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Jakarta, 18 Januari 2016
Ali Masyhar NIM: 13.01.01.01
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
85
Contoh Pernyataan Penulis Bahasa Inggris
STATEMENT OF ORIGINALITY
I certify that my thesis which is entitled, “The Profile of Betawi
Ulama in the 20th Century: The Role of Guru Makmun in
developing local Educational Institution,” is entirely my own
original work. Other writer‟s opinion or findings written in this
thesis are quoted based on the guideline of thesis writing of
Graduate Program of STAINU Jakarta.
Jakarta, 23 August 2015
The writer,
Jamaludin NIM: 13.01.01.94
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
86
Contoh Pernyataan Penulis Bahasa Arab
إقرار أصانت انرسانت
: أفذكى ػهب ثأ
ست أمىت: الصى
٢٢: سقى انقذ
١8، ، 8: ربسخ انلدح
: ربسخ انحضبسح اإلصاليخ/انذساصبد انؼهب /انكهخ انشؼجخ )انقضى(
دس انشخ اني انجز ف شش أقش ثأ ز انشصبنخ يضػب: "سح ل يقنخ إل اإلصالو ثدزس السخجم اإلذض" أطهخ غش يز
ثؼض انؼهيبد انزكسح يشخؼب. إ خذد انززشاد انقلد انغش
خ فأب يضؤنخ ػب ساضخ ثئنغبء أ صحت انذسخخ انؼهخ انظحح
انزشرجخ ػهب حضت انقشاساد انقا انضبسخ. زا، فزفضها ثقجنب.
بش 8خبكشرب،
انجبحث/انجبحثخ،
ست أمىت
٢٢
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
87
C o n t o h O u t l i n e T e s i s
GERAKAN ISLAM KEBANGSAAN MBAH MUQAYYIM
(Kajian Historis Relasi Keraton Kanoman dan Pesantren Buntet Cirebon Abad ke 18)
Pernyataan Orisinalitas Lembar Persetujuan Pembimbing Abstraksi Kata Pengantar Daftar Isi
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah C. Tujuan dan Manfaat Penelitian D. Kerangka Teori E. Tinjauan Pustaka F. Metodologi Penelitian G. Teknik dan Sistematika Penulisan
BAB II: PROSES ISLAMISASI JAWA DAN SEJARAH KERAJAAN CIREBON
A. Proses Islamisasi Tanah Jawa B. Tokoh-tokoh Penyebar Islam di Jawa Barat C. Sejarah Berdirinya Cirebon D. Cirebon sebagai Kerajaan Islam E. Cirebon sebagai Pusat Penyebaran Islam F. Hubungan Kerajaan Cirebon dengan Kerajaan lain
(Demak, Banten dan Mataram)
BAB III: SEJARAH KERATON KANOMAN DAN PESANTREN BUNTET
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
88
A. Sejarah Berdirinya Keraton Kanoman B. Sejarah Berdirinya Pesantren Buntet C. Keraton Kanoman di Abad 17 dan 18 (Masa
Kekuasaan VOC) D. Hubungan antara Keraton Kanoman dan
Pesantren Buntet E. Kesamaan Tradisi Islam di Keraton Kanoman dan
Pesantren Buntet F. Pesantren Buntet sebagai Basis Pertahanan Bela
Negara G. Peran Pesantren Buntet dalam Mengembangkan
Islam di Cirebon
BAB IV: GERAKAN ISLAM KEBANGSAAN MBAH MUQAYYIM
A. Biografi Mbah Muqayyim B. Dakwah Mbah Muqayyim dari Keraton Kanoman
ke Pesantren Buntet C. Peran Dakwah Mbah Muqayyim di Cirebon Bagian
Timur D. Perlawanan Mbah Muqayyim terhadap Penjajah
Belanda E. Peran Keturunan Mbah Muqayyim hingga Awal
Abad 20 F. Jaringan Pesantren dan Keraton Kontemporer
BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran/Rekomendasi
Daftar Pustaka Daftar Lampiran (jika ada) Glosarium Indeks Biografi Penulis
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
89
Prosedur/Alur Pengajuan Proposal Tesis
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
90
Prosedur/Alur Ujian Munaqasyah Tesis
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
91
Contoh Cover Tesis (Bagian Luar)
Warna Merah Warna Hijau
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
92
Mengenal Berbagai Jenis Paragraf
Sebelum membuat karya tulis dengan gagasan yang utuh dan solid, tulisan ilmiah maupun populer pasti terlebih dahulu diawali dengan sebuah paragraf. Keberadaan paragraf ini sangat penting karena ia merupakan unit utama dalam sebuah bangunan kata-kata atau gagasan yang tertulis. Paragraf yang baik akan mencerminkan kejelasan ide sang penulis, struktur gagasan atau argumen yang sistematis serta pada akhirnya akan memudahkan pembaca memahami gagasannya. Sebaliknya, paragraf yang buruk akan memberikan kesan pikiran yang tidak jelas, tidak sistematis, kacau dan sulit dimengerti oleh pembaca.
Apakah paragraf itu?
Beberapa ahli berpendapat bahwa paragraf adalah kelompok kalimat yang saling berhubungan untuk membentuk sebuah ide. Paragraf dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan pernyataan penulis sebagai suatu unit atau kesatuan dalam pengembangan persoalannya. Paragraf dapat pula diartikan sebagai kesatuan pikiran yang lebih tinggi atau lebih luas daripada kalimat.
Masih banyak lagi pengertian tentang paragraf, tergantung dari sudut pandang pendefinisiannya. Paragraf adalah unit pikiran atau perasaan yang biasanya tersusun atas beberapa unit (kalimat) dan bertindak sebagai bagian dari unit yang lebih besar, yaitu wacana. Paragraf dapat dinyatakan sebagai (1) bagian tulisan yang lebih panjang, (2) sekelompok kalimat yang berhubungan secara logis, disusun dari bagian-bagian yang menyatu dan didasarkan pada satu topik tunggal,
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
93
(3) sebentuk kalimat luas, dan (4) sebuah karangan berbentuk mini.
Dari berbagai pendapat tersebut selalu disebutkan bahwa paragraf adalah sebuah kumpulan atau kelompok kalimat. Dengan demikian, sebuah paragraf selalu dibangun atas beberapa kalimat yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Kalimat yang satu bertindak sebagai kalimat topik, sedangkan yang lain berkedudukan sebagai kalimat penjelas (Rosidi, 2008).
Sebelum beranjak ke pembahasan tentang pola paragraf, kita bisa melihat gambar-gambar berikut ini yang mencerminkan berbagai macam pola. Ada lima pola berbeda yang akan menunjukkan apakah pola tersebut teratur ataukah kacau balau. Gambar yang mengikuti pola, akan mudah diingat, dipahami dan ditulis ulang, sedangkan gambar yang tidak teratur akan sulit diingat, membingungkan dan menimbulkan tanya. Gambar 1, 2, 3, 4 dan 5 cenderung memiliki pola yang teratur, sementara gambar 4 tak memiliki pola. Disini kita bisa menyimpulkan bahwa gagasan yang teratur akan mudah diikuti dan dipahami, sedangkan gagasan yang campur aduk susah dimengerti.
Bercermin pada gambar-gambar tersebut di atas, kita bisa mengerti bahwa pola (pattern) itu sangat penting. Kita menggunakan pola untuk membantu memahami dan mengingat. Maka tanpa pola, kita tidak dapat hidup. Ambil
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
94
contoh, kita tahu pola rumah kita. Kita bahkan bisa menemukan benda-benda jika kondisi gelap. Dan kita juga memiliki pola waktu dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita tidak harus menentukan setiap hari kapan harus makan dan kapan perlu menengok email. Kita hanya mengikuti pola yang biasa dilakukan.
Langit malam dipenuhi dengan jutaan bintang. Manusia sudah lama memperhatikan bahwa mereka bisa melihat pola-pola itu pada susunan bintang. Selama ribuan tahun, para pengembara dan nelayan telah menggunakan pola susunan bintang untuk menemukan jalannya.
Dalam disiplin bahasa tulis, ada juga pola organisasi ide/gagasan yang berlaku. Tetapi masing-masing bahasa memiliki pola yang berbeda. Nah, pada bagian ini kita akan membahas tentang pola listing, time order, comparison serta cause-effect.
Kriteria Paragraf yang baik
Untuk menyusun paragraf yang baik, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan seorang penulis, yaitu: singularity (satu topik/gagasan/ide), coherence (koherensi atau hubungan erat antar kalimat/ide), completeness (kelengkapan). Secara lebih detail, kriteria paragraf bisa diuraikan dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Singularity (satu topik/gagasan/ide)
Dalam sebuah paragraf hendaknya fokus hanya pada satu topik. Jika topik lebih dari satu, maka bisa dipastikan paragraf tersebut akan mengaburkan gagasan dan menjadikan paragraf tidak solid, yang pada gilirannya berpotensi membingungkan pembaca. Jika muncul ide yang berbeda dalam satu paragraf, sebaiknya ide tersebut
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
95
dituangkan dalam paragraf berikutnya. Hal ini penting dilakukan untuk memastikan bahwa satu paragraf hanya terdiri dari satu topik/gagasan.
Berikut ini contoh paragraf yang solid dan hanya menyajikan satu topik saja:
Diponegoro jelas tumbuh dalam sebuah lingkungan yang sarat dengan diskusi keagamaan. Sudah sejak masa kanak-kanak di keraton ia berbaur dengan kaum santri. Korps Suranatan, sebuah kelompok keagamaan bersenjata di Istana Yogyakarta, misalnya merupakan bagian dari kesatuan militer di kadipaten (lembaga dan wilayah putra mahkota), tempat kediaman ayah Diponegoro. Di sana ada juga para warga kaum (komunitas Islam yang kuat), penerima zakat dari istana yang terdaftar dalam catatan keraton sebagai penghuni kadipaten dan Tegalrejo pada akhir 1790-an (Carey, 1980:170).1
Topik: latar belakang Diponegoro yang religius.
2. Coherence (koherensi atau hubungan yang erat antar kalimat/ide)
Paragraf yang baik harus memiliki kaitan yang erat (koheren) antar satu kalimat dengan kalimat berikutnya. Struktur ini akan menunjukkan pertautan ide yang kokoh yang mengalir di atas alur pikir yang benar dan melalui tahap-tahapan yang sistematis dan logis. Contoh sederhana alur gagasan yang koheren, bisa kita lihat pada lagu anak-anak yang berjudul „Bangun Tidur‟. Di situ nampak dengan jelas urut-urutan kegiatan yang dilakukan pada pagi hari. Jika lirik lagu tersebut dijadikan paragraf, maka
1 Peter Carey, Takdir: Riwayat Pangeran Diponegoro (1785-1855),
(Jakarta: Kompas, 2014), h. 18.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
96
sistematika gagasannya terdiri dari ide-ide berikut ini: (1) bangun tidur ku terus mandi; (2) Tidak lupa menggosok gigi (3) Habis mandi kutolong ibu (4) Membersihkan tempat tidurku.
Dalam lirik lagu tersebut, ide-ide itu muncul secara berurutan dari mulai bangun tidur, lalu mandi, gosok gigi dan membersihkan tempat tidur. Tahap-tahapan semacam inilah yang disebut sebagai ide-ide yang koheren, mengalir dan saling berhubungan. Sebaliknya, ide yang tidak koheren ditandai dengan ide yang tidak berhubungan satu sama lain, cenderung meloncat-loncat dan tidak memperhatikan urutan waktu serta fakta yang teratur. Paragraf semacam ini bisa dipastikan menyimpang dari kalimat topik.
Paragraf yang koheren bisa dilihat pada contoh berikut ini:
Sejak belia, prestasi dan kemampuan Imam Syafi‟i telah menunjukkan tanda-tanda bahwa ia memiliki kualitas intelektual yang luar biasa. Di usia 7 tahun, ia sudah menghafal Al-Qur‟an di luar kepala. Selain itu, ia juga menghafal banyak syair dan matan-matan ilmu bahasa. Ia sudah diizinkan mengeluarkan fatwa oleh gurunya Syeikh Muslim bin Khalid (Syaikh Masjidil Kharam) pada usia 15 tahun. Imam Syafi‟i juga meriwayatkan hadis dan menghafal fiqih Makkah, serta menguasai ushul dan furu‟ dari para ulama Makkah yang terkemuka. Padahal saat itu, usianya baru sekitar 20 tahun.
Topik paragraf di atas adalah „prestasi dan kemampuan intelektual Imam Syafi‟i. Dalam paragraf tersebut, secara berurutan disebutkan prestasi-prestasi Imam Syafi‟i. Koherensi gagasannya bisa dilihat pada
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
97
jenjang usia yang disebutkan secara berurutan, yaitu sejak usia 7 tahun, 15 tahun dan 20 tahun.
Sedangkan paragraf yang tidak koheren bisa dilihat pada contoh berikut ini:
Pernikahan lintas agama adalah pernikahan antara seseorang yang beragama Islam dengan orang yang bukan Islam (non-Muslim). Dalam rangka menjalin hubungan baik dengan pemeluk agama lain, dialog antar agama juga sangat dianjurkan. Karena kebebasan memeluk agama dan beribadah menurut kepercayaan yang diyakininya telah dijamin oleh Undang-undang Dasar. Saat ini, perlindungan terhadap kaum minoritas agama masih menjadi masalah di tanah air. Untuk itu, pernikahan lintas agama perlu didukung dan terus ditingkatkan, sebagai upaya untuk saling memahami kepercayaan masing-masing.
Paragraf di atas tidak jelas topik utamanya. Nampak sekali bahwa masing-masing kalimat tidak saling berhubungan satu sama lain. Kalimat satu dengan yang lain terlihat berdiri sendiri dan terkesan tidak logis. Kita juga bisa menilai bahwa paragraf tersebut memiliki lebih dari satu topik, mulai dari pernikahan lintas agama, dialog antar agama, kebebasan beragama dan minoritas agama. Masing-masing gagasan nampak sekali tidak koheren.
3. Completeness (kelengkapan)
Sebuah paragraf bisa dianggap lengkap jika dibangun di atas dua unsur pokok yaitu gagasan utama (main idea) dan gagasan pendukung (supporting ideas) atau sering disebut sebagai kalimat penjelas. Jika ada paragraf yang tidak dilengkapi salah satu unsur pokok tersebut, tentu saja bukan merupakan kategori paragraf
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
98
yang baik. Sebab paragraf yang dibangun akan membingungkan pembaca karena timpang dan terasa ada sesuatu yang hilang. Oleh karena itu, paragraf yang baik hendaknya bukan satu atau dua kalimat, tetapi beberapa kalimat yang berfungsi sebagai gagasan utama dan gagasan pendukung. Jika gagasan pendukung diibaratkan tiang bangunan, maka bangunan yang hanya ditopang oleh satu tiang tentu akan lebih lemah dibandingkan dengan bangunan yang ditopang beberapa tiang.
Paragraf yang lengkap dan memiliki unsur gagasan utama serta gagasan pendukung bisa kita lihat pada contoh berikut ini:
Kajian penting tentang masalah kontemporer dalam perspektif Al-Qur‟an telah ditulis oleh beberapa penulis muslim moderat di Indonesia. Misalnya saja kajian tentang relasi jender yang ditubuhkan dalam buku „Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur‟an‟ (1999). Kajian yang merupakan hasil disertasi Dr. Nasaruddin Umar ini menegaskan bahwa Al-Qur‟an mengakui adanya perbedaan (distinction) antara laki-laki dan perempuan, tetapi perbedaan tersebut bukanlah pembedaan (discrimination) yang menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain. Temuan ini penting untuk mengungkapkan keadilan jender dalam Islam yang selama ini dinafikkan oleh banyak pihak. Kajian berbasis Al-Qur‟an yang tak kalah pentingnya dilakukan oleh Abdul Moqsith Ghazali dalam bukunya yang berjudul: „Argumen Pluralisme Agama‟ (2009). Studi ini telah melakukan terobosan dalam mengungkap tersedianya kerangka normatif (tafsir) al-Qur‟an untuk menopang toleransi beragama. Penelitian tentang kitab suci umat Islam paling mutakhir ditulis oleh Zuhairi Misrawi dalam bukunya: Al-Qur‟an Kitab Toleransi (2010). Penulisnya
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
99
mengungkapkan bahwa pesan toleransi dalam Al-Qur‟an lebih dominan dari pada pesan yang bisa ditafsirkan untuk tindakan intoleransi. Gagasan terpenting dari kajian Zuhairi ini adalah bahwa Islam sebagai agama rahmatan lil „alamin sehingga ajarannya harus mampu memperkuat spirit kebangsaaan dan kebhinekaan dalam konteks keindonesiaan.
Gagasan utama dari paragraf di atas adalah beberapa kajian kontemporer Al-Qur‟an yang telah ditulis oleh beberapa penulis muslim moderat Indonesia. Tiga kajian tentang Al-Qur‟an yang telah ditulis oleh Nasaruddin Umar, Abdul Moqsih Ghazali dan Zuhairi Misrawi adalah gagasan pendukung. Jadi, paragraf tersebut telah memenuhi kelengkapan dua unsur pokoknya yaitu adanya gagasan utama dan gagasan pendukung.
Pola Letak Gagasan Utama/Kalimat Topik
Dalam sebuah paragraf, gagasan utama atau kalimat topik biasanya berada di awal kalimat. Namun tidak semua paragraf memiliki pola semacam itu. Ada juga paragraf yang meletakkan gagasan utamanya di akhir pembahasan. Bahkan ada juga yang meletakkannya di awal dan dipertegas lagi di akhir paragraf. Semuanya itu bergantung pada kecenderungan penulis yang mempertimbangkan variasi gaya bahasa dan penekanan-penekanan gagasan tertentu. Perhatikan contoh-contoh berikut ini:
1. Gagasan Utama di awal paragraf
Penempatan gagasan utama di awal paragraf relatif lebih mudah dibuat dan diidentifikasi. Dengan menuliskan gagasan utama terlebih dahulu, penulis dapat dengan mudah mengembangkannya dengan gagasan-gagasan
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
100
pendukung atau penjelas yang berupa contoh-contoh, alasan, sebab-akibat, akibat-sebab dan perbandingan. Paragraf yang menggunakan pola ini juga sering disebut sebagai paragraf deduktif. Berikut ini contoh bangunan kata-kata yang meletakkan gagasan utamanya di awal paragraf.
Teori tentang Gujarat sebagai tempat asal Islam di Nusantara terbukti mempunyai kelemahan-kelemahan tertentu. Ini dibuktikan misalnya oleh Marrison. Ia berargumen, meski batu-batu nisan yang ditemukan di tempat-tempat tertentu di Nusantara boleh jadi berasal dari Gujarat atau berasal dari Bengal, seperti dikemukakan Fatimi, itu tidak lantas berarti Islam juga didatangkan dari sana. Marrison mematahkan teori ini dengan menunjuk kepada kenyataan bahwa pada masa Islamisasi Samudera-Pasai, yang raja pertamanya wafat pada 698/1297, Gujarat masih merupakan kerajaan Hindu. Barulah setahun kemudian (699/1298), Cambay, Gujarat ditaklukkan kekuasaan Muslim. Jika Gujarat adalah pusat Islam, yang dari tempat itu para penyebar Islam datang ke Nusantara, maka Islam pastilah telah mapan dan berkembang di Gujarat sebelum kematian Malik Al-Shalih, tegasnya sebelum 698/1297. Marrison selanjutnya mencatat, meski laskar Muslim menyerang Gujarat beberapa kali, masing-masing 415/1024, 574/1178 dan 595/1197, raja Hindu di sana mampu mempertahankan kekuasaannya hingga 698/1297. Mempertimbangkan semua ini, Marrison mengemukakan teorinya bahwa Islam di Nusantara bukan berasal dari
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
101
Gujarat, melainkan dibawa para penyebar Muslim dari pantai Coromandel pada akhir abad ke-13.2
Gagasan utama dari paragraf di atas adalah kelemahan teori yang menyebutkan bahwa Islam berasal dari Gujarat. Gagasan utama tersebut didukung oleh beberapa gagasan pendukung yang merupakan indikasi/bukti yang menjelaskan tentang lemahnya teori tersebut. Jadi gagasan pendukungnya adalah (1) bukti batu nisan tidak beralasan, (2) Gujarat masih Hindu saat masa Islamisasi Samudera-Pasai wafat, (3) Islam di Gujarat seharusnya sudah mapan dan berkembang sebelum 698/1297.
2. Gagasan Utama di akhir Paragraf
Gagasan utama yang diletakkan di akhir paragraf biasanya menggarisbawahi atau menyimpulkan gagasan atau ide sebelumnya. Jadi pola pikir paragraf ini merupakan kebalikan dari paragraf induktif yang telah disebutkan di atas. Jika paragraf deduktif memulai dengan gagasan utama, maka paragraf jenis ini memulainya dengan gagasan pendukung atau kalimat penjelas terlebih dahulu. Setelah itu ditutup dengan gagasan utama. Karena kecenderungan yang berlawanan dengan paragraf deduktif, paragraf jenis ini dikenal dengan sebutan paragraf induktif. Berikut ini contohnya:
Tak ada lagi yang bisa disuguhkan Inggit Garnasih untuk tamu suaminya kecuali teh encer tak bergula. Stoples di dapur sudah lama tengkurap. Karung beras sebentar lagi dilipat. Juni 1926, keuangan Sukarno dan Inggit benar-
2 Azyumardi Azra, Jaringan Ulama:Timur Tengah dan Kepulauan
Nusantara Abad XVII dan XVII, (Bandung:Mizan, 1998), h. 26.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
102
benar terpuruk. (Dikutip dari buku, Douwes Dekker: Sang Inspirator Revolusi, [Seri Buku Tempo], h. 59).
Dalam paragraf di atas, beberapa gagasan pendukung dimulai dari point:teh encer tak bergula, lalu stoples yang tengkurap, dan kondisi karung beras. Semua gagasan pendukung tersebut kemudian mengarah pada gagasan utama yang terletak di ujung paragraf yaitu: kondisi keuangan Sukarno dan Inggit sedang terpuruk. Paragraf dengan pola yang sejenis bisa kita lihat dibawah ini:
Pada 14 Augustus 1945, Sjahrir mendengar dari BBC, Jepang akhirnya menyerah kepada Sekutu. Buru-buru dia menemui Bung Karno, memintanya memproklamirkan kemerdekaan saat itu juga. Lagi-lagi Sukarno menolak. Ini membuat Sjahrir kecewa. Dia lalu meminta dokter Soedarsono memproklamasikan kemerdekaan di alun-alun Kejaksan, Cirebon. Maka, di Cirebon, Indonesia merdeka lebih dulu dua hari dari Jakarta (Arif Zulkifli dkk, Sjahrir:Peran Besar Bung Kecil, Jakarta: Tempo, 2010, h. 48).
Paragraf diatas diawali dengan sejumlah gagasan pendukung yaitu: karena jepang menyerah kepada sekutu, karena sukarno menolak memproklamasikan kemerdekaan dan karena Sjahrir meminta Soedarsono memproklamasi-kan kemerdekaan. Ketiga gagasan diatas adalah gagasan pendukung dari sebuah gagasan utama tentang latar belakang/sebab mengapa Cirebon merdeka terlebih dahulu daripada Jakarta.
Contoh lain dari paragraf yang menempatkan gagasan utamanya di akhir/ujung bisa dilihat pada paragraf sebagai berikut:
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
103
Berdasarakan data statistik tahun 1980, dilaporkan siswa Sekolah Dasar Islam (Madrasah Ibtidaiyah) berjumlah 2.941.383 atau 14 persen dari keseluruhan siswa Sekolah Dasar di Indonesia, yaitu 21.165.724 siswa. Di Sekolah Menengah Pertama Islam (Madrasain Tsanawiyah), jumlah siswa mencapai 340.156 atau 11 persen dari keseluruhan siswa di tingkat yang sama yaitu 2.894.983 siswa. Di tingkat Sekolah Menengah Atas (Madrasah Aliyah), jumlah siswa sebanyak 93.840 atau 9 persen dari keseluruhan siswa Sekolah Menengah Atas. Sementara itu, di tingkat universitas, Institut Agama Islam Negeri dilaporkan telah ikut andil dalam memberikan pendidikan kepada 14,3 persen jumlah keseluruhan mahasiswa di Indonesia, yaitu sebanyak 195.994 (Anwar, 1995:117). Gambaran di atas menunjukkan bahwa lembaga pendidikan Islam merupakan faktor pendukung utama dalam kemunculan apa yang kemudian disebut “santri baru” di kalangan Muslim Indonesia.3
3. Gagasan Utama di awal dan akhir paragraf
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa dalam satu paragraf sebaiknya hanya terdiri dari gagasan utama. Namun ada juga kecenderungan penulis yang meletakkan gagasan utama di awal dan di akhir paragraf sekaligus. Paragraf jenis ini bisa disebut sebagai paragraf yang baik manakala gagasan utama di ujung paragraf bukanlah topik baru, tetapi hanya mengulang atau menegaskan kembali topik yang dibahas pada awal paragraf. Contoh paragraf jenis ini sebagai berikut:
3 Jajat Burhanudin, Ulama dan Kekuasaan: Pergumulan Elite Muslim
Dalam Sejarah Indonesia, (Mizan, Bandung, 2013), h. 378.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
104
Jakarta sebagai ibukota RI tidak aman karena diduduki tentara Inggris dan tentara NICA yang memancing insiden. Insiden tersebut mengakibatkan ribuan orang menjadi korban. Bahkan, presiden dan wakil presiden beserta keluarganya pindah ke Yogyakarta yang untuk sementara waktu dijadikan ibukota RI. Sultan Hamengku Buwono IX mendukung sepenuhnya pemindahan itu, baik dengan dukungan politik maupun dukungan materi yang tidak terhitung jumlahnya. Memang, tentara Inggris dan NICA-lah yang membuat ibukota RI tidak aman.
Paragraf di atas dimulai dengan gagasan utama: Jakarta tidak aman karena adanya pendudukan tentara inggris dan NIC yang memancing insiden. Lalu dilanjutkan dengan ide pendukungnya yaitu: sejumlah insiden. Dan di akhir paragraf, penulis menegaskan lagi gagasan utamanya dengan menyebutkan : tentara inggris dan NICA memang penyebab ibu kota RI tidak aman.
*****
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
105
Pedoman Penulisan Karya Akademik
PEDOMAN PENULISAN KARYA AKADEMIK
(SKRIPSI, TESIS DAN DISERTASI)
DALAM BAHASA INDONESIA
SALINAN PERATURAN MENDIKNAS NO. 46 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA
YANG DISEMPURNAKAN
UNTUK MASYARAKAT AKADEMIK NUSANTARA
TAHUN 2015
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
106
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
107
DAFTAR ISI
BUKU I PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 46 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN
SALINAN PERATUARAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 46 TAHUN 2006 TANGGAL 31 JULI 2009
I. PEMAKAIAN HURUF 111 A. Huruf Abjad 111 B. Huruf Vokal 112 C. Huruf Konsonan 112 D. Huruf Diftong 113 E. Gabungan Huruf Konsonan 113 F. Huruf Kapital 114 G. Huruf Miring 120 H. Huruf Tebal 121
II. PENULISAN KATA A. Kata Dasar 122 B. Kata Turunan 122 C. Bentuk Ulang 124 D. Gabungan Kata 125 E. Suku Kata 126 F. Kata Depan di, ke dan dari 128 G. Partikel 129 H. Singkatan dan Akronim 130 I. Angka dan Bilangan 132 J. Kata ganti ku-, kau-, mu-, dan –nya 135 K. Kata si dan sang 136
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
108
III. PEMAKAIAN TANDA BACA 137 A. Tanda Titik (.) 137 B. Tanda Koma (,) 139 C. Tanda Titik Koma (;) 143 D. Tanda Titik Dua (:) 144 E. Tanda Hubung (-) 145 F. Tanda Pisah (-) 146 G. Tanda Tanya (?) 147 H. Tanda Seru (!) 147 I. Tanda Elipsis (…) 148 J. Tanda Petik (“ “) 148 K. Tanda Petik Tunggal (‘ ‘) 149 L. Tanda Kurung (( )) 150 M. Tanda Kurung Siku ([ ]) 151 N. Tanda Garis Miring (/) 151 O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (’) 152
IV. PENULISAN UNSUR SERAPAN 153
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
109
SALINAN
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009
TENTANG
PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
Menimbang: a. bahwa sebagai akibat perkembangan kehidupan masyarakat, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0543a/U/1987, perlu disempurnakan kembali;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 20 Tahun 2008;
3. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 77/M Tahun 2007;
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
110
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL TENTANG PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN.
Pasal 1
(1) Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, dipergunakan bagi instansi pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
(2) Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.
Pasal 2
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0543a/U/1987 tentang Penyempurnaan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 3
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 31 Juli 2009
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
TTD
BAMBANG SUDIBYO
Salinan sesuai dengan aslinya. Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional, Kepala Biro Hukum dan Organisasi, Dr. Andi Pangerang Moenta, S.H., M.H., DFM. NIP196108281987031003
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
111
SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 46 TAHUN 2009 TANGGAL 31 JULI 2009
I. PEMAKAIAN HURUF
A. Huruf Abjad Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama tiap huruf disertakan di kolom ketiga.
Huruf Nama
Kapital Kecil
A a a B b be C c ce D d de E e e F f ef G g ge H h ha I i i J j je K k ka L l el M m em N n en O o o P p pe Q q ki R r er S s es T t te U u u V v ve W w we X x eks Y y ye Z z zet
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
112
B. Huruf Vokal Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.
Huruf Vokal Contoh Pemakaian dalam Kata
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
A api padi Lusa e* enak petak sore emas kena tipe i itu simpan murni o oleh kota radio u ulang bumi ibu
Keterangan: * Untuk keperluan pelafalan kata yang benar, tanda aksen ( ′ ) dapat
digunakan jika ejaan kata menimbulkan keraguan.
Misalnya: Anak-anak bermain di teras (téras). Upacara itu dihadiri pejabat teras Bank Indonesia. Kami menonton film seri (séri). Pertandingan itu berakhir seri. Di mana kécap itu dibuat? Coba kecap dulu makanan itu.
C. Huruf Konsonan Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Huruf Konsonan Contoh Pemakaian dalam Kata
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir b Bahasa Sebut adab c cakap kaca - d dua ada Abad f fakir kafan maaf g guna tiga gudeg h hari saham tuah j jalan manja mikraj k kami paksa politik
- rakyat* bapak*
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
113
l lekas alas akal maka kami diam
m nama tanah daun n pasang apa siap p Quran status-quo Taufiq
q** raih bara putar r sampai asli tangkas s tali mata rapat t varia lava - v wanita hawa - w xerox - sinar-x
x** yakin payung - y zeni lazim juz z
Keterangan: * Huruf k melambangkan bunyi hamzah. ** Huruf q dan x khusus dipakai untuk nama diri (seperti Taufiq dan
Xerox) dan keperluan ilmu (seperti status quo dan sinar-x).
D. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Huruf Diftong Contoh Pemakaian dalam Kata
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
ai ain malaikat pandai au aula saudara harimau oi - boikot amboi
E. Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
Gabungan Huruf Konsonan
Contoh Pemakaian dalam Kata Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
kh khusus akhir tarikh ng ngilu bangun senang ny nyata banyak - Sy syarat isyarat arasy
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
114
Catatan: Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain ditulis sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, kecuali jika ada pertimbangan khusus.
F. Huruf Kapital 1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata
pada awal kalimat. Misalnya: Dia membaca buku. Apa maksudnya? Kita harus bekerja keras. Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya: Adik bertanya, "Kapan kita pulang?" Orang itu menasihati anaknya, "Berhati-hatilah, Nak!" "Kemarin engkau terlambat," katanya. "Besok pagi," kata Ibu, "dia akan berangkat."
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Misalnya: Islam Quran Kristen Alkitab Hindu Weda Allah Yang Mahakuasa Yang Maha Pengasih Tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya. Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
4. (a) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya: Mahaputra Yamin Sultan Hasanuddin Haji Agus Salim Imam Syafii Nabi Ibrahim
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
115
(b) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang. Misalnya: Dia baru saja diangkat menjadi sultan. Pada tahun ini dia pergi naik haji. Ilmunya belum seberapa, tetapi lagaknya sudah seperti kiai.
5. (a) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu. Misalnya: Wakil Presiden Adam Malik Perdana Menteri Nehru Profesor Supomo Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian Gubernur Jawa Tengah
(b) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya. Misalnya: Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia. Sidang itu dipimpin Presiden. Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen.
(c) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu. Misalnya: Berapa orang camat yang hadir dalam rapat itu? Devisi itu dipimpin oleh seorang mayor jenderal. Di setiap departemen terdapat seorang inspektur jenderal.
6. (a) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya: Amir Hamzah Dewi Sartika Wage Rudolf Supratman Halim P erdanakusumah Ampere
Catatan: (1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama
seperti pada de, van, dan der (dalam nama Belanda), von
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
116
(dalam nama Jerman), atau da (dalam nama Portugal). Misalnya: J.J de Hollander J.P. van Bruggen H. van der Giessen Otto von Bismarck Vasco da Gama
(2) Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata bin atau binti. Misalnya: Abdul Rahman bin Zaini Ibrahim bin Adham Siti Fatimah binti Salim Zaitun binti Zainal
(b) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya: pascal second Pas J/K atau JK-1 joule per Kelvin N Newton
(c) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya: mesin diesel 10 volt ampere
7. (a) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Misalnya: bangsa Eskimo suku Sunda bahasa Indonesia
(b) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan. Misalnya: pengindonesiaan kata asing keinggris-inggrisan kejawa-jawaan
8. (a) Huruf kapital sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari dan hari raya. Misalnya: tahun Hijriah tarikh Masehi
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
117
bulan Agustus bulan Maulid hari Jumat hari Galungan hari Lebaran hari Natal
(b) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama peristiwa sejarah. Misalnya: Perang Candu Perang Dunia I Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
(c) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama. Misalnya: Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia. Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
9. (a) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi. Misalnya: Banyuwangi Asia Tenggara Cirebon Amerika Serikat Eropa Jawa Barat
(b) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama geografi yang diikuti nama diri geografi. Misalnya: Bukit Barisan Danau Toba Dataran Tinggi Dieng Gunung Semeru Jalan Diponegoro Jazirah Arab Ngarai Sianok Lembah Baliem Selat Lombok Pegunungan Jayawijaya Sungai Musi Tanjung Harapan Teluk Benggala Terusan Suez
(c) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau
nama diri geografi jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya. Misalnya: ukiran Jepara pempek Palembang tari Melayu sarung Mandar asinan Bogor sate Mak Ajad
(d) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti oleh nama diri geografi. Misalnya: berlayar ke teluk mandi di sungai menyeberangi selat berenang di danau
(e) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai penjelas nama jenis. Misalnya:
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
118
nangka belanda petai cina kunci inggris pisang ambon
10. (a) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk. Misalnya: Republik Indonesia Departemen Keuangan Majelis Permusyawaratan Rakyat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1972 Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
(b) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi. Misalnya: beberapa badan hukum kerja sama antara pemerintah dan rakyat menjadi sebuah republik menurut undang-undang yang berlaku
Catatan: Jika yang dimaksudkan ialah nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan dokumen resmi pemerintah dari negara tertentu, misalnya Indonesia, huruf awal kata itu ditulis dengan huruf kapital. Misalnya: Pemberian gaji bulan ke-13 sudah disetujui Pemerintah. Tahun ini Departemen sedang menelaah masalah itu. Surat itu telah ditandatangani oleh Direktur.
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan. Misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa Rancangan Undang-Undang Kepegawaian Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial Dasar-Dasar Ilmu Pemerintahan.
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
119
seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya: Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma. Bacalah majalah Bahasa dan Sastra. Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan. Ia menyelesaikan makalah "Asas-Asas Hukum Perdata".
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri. Misalnya: Dr. doktor S.E. sarjana ekonomi S.H. sarjana hukum S.S. sarjana sastra S.Kp. sarjana keperawatan M.A. master of arts M.Hum. magister humaniora Prof. profesor K.H. kiai haji Tn. Tuan Ny. nyonya Sdr. saudara
Catatan: Gelar akademik dan sebutan lulusan perguruan tinggi, termasuk singkatannya, diatur secara khusus dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 036/U/1993.
14. (a) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman, yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan. Misalnya: Adik bertanya, "Itu apa, Bu?" Besok Paman akan datang. Surat Saudara sudah saya terima. "Kapan Bapak berangkat?" tanya Harto. "Silakan duduk, Dik!" kata orang itu.
(b) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan atau penyapaan. Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita. Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga. Dia tidak mempunyai saudara yang tinggal di Jakarta.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
120
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan. Misalnya: Sudahkah Anda tahu? Siapa nama Anda? Surat Anda telah kami terima dengan baik.
16. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan, catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu. (Lihat contoh pada IB, IC, IE, dan II F15).
G. Huruf Miring 1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama
buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya: Saya belum pernah membaca buku Negarakertagama karangan Prapanca. Majalah Bahasa dan Sastra diterbitkan oleh Pusat Bahasa. Berita itu muncul dalam surat kabar Suara Merdeka.
Catatan: Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan tidak ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda petik.
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. Misalnya: Huruf pertama kata abad adalah a. Dia bukan menipu, melainkan ditipu Bab ini tidak membicarakan pemakaian huruf kapital. Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan berlepas tangan.
3. (a) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia. Misalnya: Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana. Orang tua harus bersikap tut wuri handayani terhadap anak. Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini. Weltanschauung dipadankan dengan 'pandangan dunia'.
(b) Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia. Misalnya: Negara itu telah mengalami empat kali kudeta. Korps diplomatik memperoleh perlakuan khusus.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
121
Catatan: Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring digarisbawahi.
H. Huruf Tebal
1. Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran. Misalnya: Judul : HABIS GELAP TERBITLAH TERANG Bab : BAB I PENDAHULUAN Bagian bab : 1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Tujuan Daftar, indeks, dan lampiran: DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMBANG DAFTAR PUSTAKA INDEKS LAMPIRAN
2. Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf miring. Misalnya:
Akhiran –i tidak dipenggal pada ujung baris. Saya tidak mengambil bukumu Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.
Seharusnya ditulis dengan huruf miring: Akhiran –i tidak dipenggal pada ujung baris. Saya tidak mengambil bukumu Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.
3. Huruf tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan lema dan sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi. Misalnya: kalah v 1 tidak menang ...2 kehilangan atau merugi ...; 3 tidak lulus ... ; 4 tidak menyamai mengalah v mengaku kalah mengalahkan v 1 menjadikan kalah ...; 2 menaklukkan ...; 3 menganggap kalah ... terkalahkan v dapat dikalahkan ... Catatan: Dalam tulisan tangan atau ketikan manual, huruf atau kata yang akan dicetak dengan huruf tebal diberi garis bawah ganda.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
122
II. PENULISAN KATA
A. Kata Dasar Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya: Buku itu sangat menarik. Ibu sangat mengharapkan keberhasilanmu. Kantor pajak penuh sesak. Dia bertemu dengan kawannya di kantor pos.
B. Kata Turunan 1. a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan
bentuk dasarnya. Misalnya: berjalan dipermainkan gemetar kemauan lukisan menengok petani
b. Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia. Misalnya: mem-PHK-kan di-PTUN-kan di-upgrade me-recall
2 Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 5.) Misalnya: bertepuk tangan garis bawahi menganak sungai sebar luaskan
3 Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 5.) Misalnya:
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
123
dilipatgandakan menggarisbawahi menyebarluaskan penghancurleburan pertanggungjawaban
4 Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya: adipati dwiwarna paripurna aerodinamika ekawarna poligami antarkota ekstrakurikuler pramuniaga antibiotik infrastruktur prasangka anumerta inkonvensional purnawirawan audiogram kosponsor saptakrida awahama mahasiswa semiprofesional bikarbonat mancanegara subseksi biokimia monoteisme swadaya caturtunggal multilateral telepon dasawarsa narapidana transmigrasi dekameter nonkolaborasi tritunggal demoralisasi pascasarjana ultramodern
Catatan: (1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf
kapital, tanda hubung (-) digunakan di antara kedua unsur itu. Misalnya: non-Indonesia pan-Afrikanisme pro-Barat
(2) Jika kata maha sebagai unsur gabungan merujuk kepada Tuhan yang diikuti oeh kata berimbuhan, gabungan itu ditulis terpisah dan unsur-unsurnya dimulai dengan huruf kapital. Misalnya: Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih. Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
(3) Jika kata maha, sebagai unsur gabungan, merujuk kepada Tuhan dan diikuti oleh kata dasar, kecuali kata esa, gabungan itu ditulis serangkai. Misalnya: Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
(4) Bentuk-bentuk terikat dari bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti pro, kontra, dan anti, dapat digunakan sebagai bentuk dasar. Misalnya:
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
124
Sikap masyarakat yang pro lebih banyak daripada yang kontra. Mereka memperlihatkan sikap anti terhadap kejahatan.
(5) Kata tak sebagai unsur gabungan dalam peristilahan ditulis serangkai dengan bentuk dasar yang mengikutinya, tetapi ditulis terpisah jika diikuti oleh bentuk berimbuhan. Misalnya: taklaik terbang taktembus cahaya tak bersuara tak terpisahkan
C. Bentuk Ulang
1. Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya. Misalnya: anak-anak mata-mata berjalan-jalan menulis-nulis biri-biri mondar-mandir buku-buku ramah-tamah hati-hati sayur-mayur kuda-kuda serba-serbi kupu-kupu terus-menerus lauk-pauk tukar-menukar
Catatan: (1) Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur
pertama saja. Misalnya: surat kabar → surat-surat kabar kapal barang → kapal-kapal barang rak buku → rak-rak buku
(2) Bentuk ulang gabungan kata yang unsur keduanya adjektiva ditulis dengan mengulang unsur pertama atau unsur keduanya dengan makna yang berbeda. Misalnya: orang besar → orang-orang besar
orang besar-besar gedung tinggi → gedung-gedung tinggi
gedung tinggi-tinggi
2. Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang. Misalnya: kekanak-kanakan perundang-undangan melambai-lambaikan dibesar-besarkan memata-matai (Lihat keinggris-inggrisan Bab I, Huruf F, Butir 7.)
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
125
Catatan: Angka 2 dapat digunakan dalam penulisan bentuk ulang untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat atau kuliah. Misalnya: Pemerintah sedang mempersiapkan rancangan undang2 baru. Kami mengundang orang2 yang berminat saja. Mereka me-lihat2 pameran. Yang ditampilkan dalam pameran itu adalah buku2 terbitan Jakarta. Bajunya ke-merah2–an
D. Gabungan Kata
1. Unsur-unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah. Misalnya: duta besar model linear kambing hitam orang tua simpang empat persegi panjang mata pelajaran rumah sakit umum meja tulis kereta api cepat luar biasa
2. Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan menambahkan tanda hubung di antara unsur-unsurnya untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan. Misalnya: anak-istri Ali anak istri-Ali ibu-bapak kami ibu bapak-kami buku-sejarah baru buku sejarah-baru
3. Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai. Misalnya: acapkali darmasiswa puspawarna adakalanya darmawisata radioaktif akhirulkalam dukacita saptamarga alhamdulillah halalbihalal saputangan apalagi hulubalang saripati astagfirullah kacamata sebagaimana bagaimana kasatmata sediakala barangkali kepada segitiga beasiswa kilometer sekalipun belasungkawa manakala sukacita bilamana manasuka sukarela bismillah matahari sukaria
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
126
bumiputra padahal syahbandar daripada peribahasa waralaba darmabakti perilaku wiraswata
E. Suku Kata
1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut. a. Jika di tengah kata ada huruf vokal yang berurutan,
pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal itu. Misalnya: bu-ah ni-at ma-in sa-at
b. Huruf diftong ai, au, dan oi tidak dipenggal. Misalnya: pan-dai sau-da-ra au-la am-boi
c. Jika di tengah kata dasar ada huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan) di antara dua buah huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu. Misalnya: ba-pak ke-nyang la-wan mu-ta-khir de-ngan mu-sya-wa-rah
d. Jika di tengah kata dasar ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Misalnya: Ap-ril sang-gup cap-lok som-bong makh-luk swas-ta man-di
e. Jika di tengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. Misalnya: ul-tra ben-trok in-fra in-stru-men
Catatan: (1) Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi
tidak dipenggal. Misalnya: bang-krut kong-res bang-sa makh-luk ba-nyak masy-hur
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
127
ikh-las sang-gup (2) Pemenggalan kata tidak boleh menyebabkan munculnya satu
huruf (vokal) di awal atau akhir baris. Misalnya: itu → i-tu setia → se-ti-a
2. Pemenggalan kata dengan awalan, akhiran, atau partikel dilakukan di antara bentuk dasar dan imbuhan atau partikel itu. Misalnya: ber-jalan letak-kan mem-bantu me-rasa-kan di-ambil pergi-lah ter-bawa apa-kah per-buat per-buat-an makan-an ke-kuat-an
Catatan: (1) Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya
mengalami perubahan dilakukan seperti pada kata dasar. Misalnya: me-nu-tup pe-mi-kir me-ma-kai pe-nga-rang me-nya-pu pe-nye-but me-nge-cat pe-nge-tik pe-no-long
(2) Akhiran -i tidak dipisahkan pada pergantian baris. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 2.)
(3) Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti pada kata dasar. Misalnya: ge-lem-bung si-nam-bung ge-mu-ruh te-lun-juk ge-ri-gi
(4) Pemenggalan tidak dilakukan pada suku kata yang terdiri atas satu vokal. Misalnya: Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan …. Walaupun cuma-cuma, mereka tidak mau ambil makanan itu.
3. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu. Tiap-tiap unsur gabungan itu
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
128
dipenggal seperti pada kata dasar. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 2.) Misalnya: bio-grafi bi-o-gra-fi bio-data bi-o-da-ta foto-grafi fo-to-gra-fi foto-kopi fo-to-ko-pi intro-speksi in-tro-spek-si intro-jeksi in-tro-jek-si kilo-gram ki-lo-gram kilo-meter ki-lo-me-ter pasca-panen pas-ca-pa-nen pasca-sarjana pas-ca-sar-ja-na
4. Nama orang, badan hukum, atau nama diri lain yang terdiri atas dua unsur atau lebih dipenggal pada akhir baris di antara unsur-unsurnya (tanpa tanda pisah). Unsur nama yang berupa singkatan tidak dipisahkan.
F. Kata Depan di, ke, dan dari Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada. (Lihat juga Bab II, Huruf D, Butir 3.) Misalnya:
Bermalam sajalah di sini. Di mana dia sekarang? Kain itu disimpan di dalam lemari. Kawan-kawan bekerja di dalam gedung. Dia berjalan-jalan di luar gedung. Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan. Mari kita berangkat ke kantor. Saya pergi ke sana kemari mencarinya. Ia datang dari Surabaya kemarin. Saya tidak tahu dari mana dia berasal. Cincin itu terbuat dari emas.
Catatan: Kata-kata yang dicetak miring di dalam kalimat seperti di bawah ini ditulis serangkai. Misalnya:
Kami percaya sepenuhnya kepadanya. Dia lebih tua daripada saya. Dia masuk, lalu keluar lagi.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
129
Bawa kemari gambar itu. Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
G. Partikel
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: Bacalah buku itu baik-baik! Apakah yang tersirat dalam surat itu? Siapakah gerangan dia? Apatah gunanya bersedih hati?
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya: Apa pun permasalahannya, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana. Hendak pulang tengah malam pun sudah ada kendaraan. Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku. Jika Ayah membaca di teras, Adik pun membaca di tempat itu.
Catatan: Partikel pun pada gabungan yang lazim dianggap padu ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya:
Adapun sebab-sebabnya belum diketahui. Bagaimanapun juga, tugas itu akan diselesaikannya. Baik laki-laki maupun perempuan ikut berdemonstrasi. Sekalipun belum selesai, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan. Walaupun sederhana, rumah itu tampak asri.
3. Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya: Mereka masuk ke dalam ruang satu per satu. Harga kain itu Rp50.000,00 per helai. Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 Januari.
Catatan: Partikel per dalam bilangan pecahan yang ditulis dengan huruf dituliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya. (Lihat Bab II, Huruf I, Butir 7.)
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
130
H. Singkatan dan Akronim 1. Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau
lebih. a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau
pangkat diikuti dengan tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan itu. Misalnya: A.H. Nasution Abdul Haris Nasution H. Hamid Haji Hamid Suman Hs. Suman Hasibuan W.R. Supratman Wage Rudolf Supratman M.B.A. master of business administration M.Hum. magister humaniora M.Si. magister sains S.E. sarjana ekonomi S.Sos sarjana sosial S.Kom sarjana komunikasi S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat Bpk. bapak Sdr. saudara Kol. kolonel
b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya: DPR Dewan Perwakilan Rakyat PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa WHO World Health Organization PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia PT perseroan terbatas SD sekolah dasar KTP kartu tanda penduduk
c. 1) Singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik. Misalnya: jml. jumlah kpd. kepada tgl. tanggal hlm. halaman yg. yang dl. dalam
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
131
No. nomor 2) Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf
diakhiri dengan tanda titik. Misalnya: dll. dan lain-lain dsb. dan sebagainya dst. dan seterusnya sda. sama dengan atas ybs. yang bersangkutan Yth. Yang terhormat
Catatan: Singkatan itu dapat digunakan untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat dan kuliah.
d. Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim digunakan dalam surat-menyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik. Misalnya: a.n. atas nama d.a. dengan alamat u.b. untuk beliau u.p. untuk perhatian
e. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda dengan titik. Misalnya: Cu kuprum cm sentimeter kg kilogram kVA kilovolt-ampere l liter Rp rupiah TNT trinitrotoluene
2. Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata. a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-
unsur nama diri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya: LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LAN Lembaga Administrasi Negara PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia SIM surat izin mengemudi
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
132
b. Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya: Bulog Badan Urusan Logistik Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Iwapi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia Kowani Kongres Wanita Indonesia
c. Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: pemilu pemilihan umum iptek ilmu pengetahuan dan teknologi rapim rapat pimpinan rudal peluru kendali tilang bukti pelanggaran radar radio detecting and ranging
Catatan: Jika pembentukan akronim dianggap perlu, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut. (1) Jumlah suku kata akronim tidak melebihi jumlah suku
kata yang lazim pada kata Indonesia (tidak lebih dari tiga suku kata).
(2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata bahasa Indonesia yang lazim agar mudah diucapkan dan diingat.
I. Angka dan Bilangan
Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi. Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D
(500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000)
1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau paparan. Misalnya: Mereka menonton drama itu sampai tiga kali. Koleksi perpustakaan itu mencapai dua juta buku. Di antara 72 anggota yang hadir 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang tidak memberikan suara.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
133
Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus, dan 250 sedan.
2. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata, susunan kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada pada awal kalimat. Misalnya: Lima puluh siswa kelas 6 lulus ujian. Panitia mengundang 250 orang peserta.
Bukan: 250 orang peserta diundang Panitia dalam seminar itu
3. Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca. Misalnya: Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah. Dia mendapatkan bantuan Rp250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya. Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.
4. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b) satuan waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah. Misalnya: 0,5 sentimeter tahun 1928 5 kilogram 17 Agustus 1945 4 meter persegi 1 jam 20 menit 10 liter pukul 15.00 Rp5.000,00 10 persen US$ 3,50* 27 orang £5,10* 2.000 rupiah ¥100
Catatan: (1) Tanda titik pada contoh bertanda bintang (*) merupakan
tanda desimal. (2) Penulisan lambang mata uang, seperti Rp, US$, £, dan ¥ tidak
diakhiri dengan tanda titik dan tidak ada spasi antara lambang itu dan angka yang mengikutinya, kecuali di dalam tabel.
5. Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar. Misalnya: Jalan Tanah Abang I No. 15
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
134
Jalan Wijaya No. 14 Apartemen No. 5 Hotel Mahameru, Kamar 169
6. Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci. Misalnya: Bab X, Pasal 5, halaman 252 Surah Yasin: 9 Markus 2: 3
7. Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut. a. Bilangan utuh, Misalnya:
dua belas (12) tiga puluh (30) lima ribu (5000)
b. Bilangan pecahan, Misalnya: setengah (1/2) seperenam belas (1/16) tiga perempat (3/4) dua persepuluh (0,2) atau (2/10) tiga dua pertiga (3 2/3) satu persen (1%) satu permil (1o/oo)
Catatan: (1) Pada penulisan bilangan pecahan dengan mesin tik, spasi
digunakan di antara bilangan utuh dan bilangan pecahan. (2) Tanda hubung dapat digunakan dalam penulisan lambang
bilangan dengan huruf yang dapat menimbulkan salah pengertian. Misalnya: 20 2/3 (dua puluh dua-pertiga) 22/30 (dua-puluh-dua pertiga puluh) 20 15/17 (dua puluh lima-belas pertujuh belas) 150 2/3 (seratus lima puluh dua-pertiga) 152/3 (seratus-lima-puluh-dua pertiga)
8. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut. Misalnya: a. pada awal abad XX (angka Romawai kapital)
dalam kehidupan pada abad ke-20 ini (huruf dan angka Arab) pada awal abad kedua puluh (huruf)
b. kantor di tingkat II gedung itu (angka Romawi) di tingkat ke-2 gedung itu (huruf dan angka Arab)
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
135
di tingkat kedua gedung itu (huruf)
9. Penulisan bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara berikut. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 5). Misalnya: lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan) tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan) uang 5.000-an (uang lima-ribuan)
10. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks (kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi). Misalnya: Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah. Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai. Rumah itu dijual dengan harga Rp125.000.000,00.
11. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat. Misalnya: Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen). Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban. Dia membeli uang dolar Amerika Serikat sebanyak $5,000.00 (lima ribu dolar).
Catatan: (1) Angka Romawi tidak digunakan untuk menyatakan jumlah. (2) Angka Romawi digunakan untuk menyatakan penomoran
bab (dalam terbitan atau produk perundang-undangan) dan nomor jalan.
(3) Angka Romawi kecil digunakan untuk penomoran halaman sebelum Bab I dalam naskah dan buku.
J. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan -nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: Buku ini boleh kaubaca. Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan. Rumahnya sedang diperbaiki.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
136
Catatan: Kata-kata ganti itu (-ku, -mu, dan -nya) dirangkaikan dengan tanda hubung apabila digabung dengan bentuk yang berupa singkatan atau kata yang diawali dengan huruf kapital. Misalnya: KTP-mu SIM-nya STNK-ku
K. Kata si dan sang Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya: Surat itu dikembalikan kepada si pengirim. Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli. Ibu itu membelikan sang suami sebuah laptop. Siti mematuhi nasihat sang kakak.
Catatan: Huruf awal si dan sang ditulis dengan huruf kapital jika kata-kata itu diperlakukan sebagai unsur nama diri. Misalnya: Harimau itu marah sekali kepada Sang Kancil. Dalam cerita itu Si Buta dari Goa Hantu berkelahi dengan musuhnya.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
137
III. PEMAKAIAN TANDA BACA
A. Tanda Titik (.) 1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan
atau seruan. Misalnya: Ayahku tinggal di Solo. Biarlah mereka duduk di sana. Dia menanyakan siapa yang akan datang.
Catatan: Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur akhirnya sudah bertanda titik. (Lihat juga Bab III, Huruf I.) Misalnya: Buku itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko, M.A. Dia memerlukan meja, kursi, dsb. Dia mengatakan, "kaki saya sakit."
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. Misalnya: a. III. Departemen Pendidikan Nasional
A. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi B. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
1. Direaktorat Pendidikan Anak Usia Dini 2. ...
b. 1. Patokan Umum 1.1 Isi Karangan 1.2 Ilustrasi 1.2.1 Gambar Tangan 1.2.2 Tabel 1.2.3 Grafik 2. Patokan Khusus 2.1 … 2.2 ...
Catatan: Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
138
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu. Misalnya: pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
Catatan: Penulisan waktu dengan angka dapat mengikuti salah satu cara berikut. (1) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 12 dapat
dilengkapi dengan keterangan pagi, siang, sore, atau malam. Misalnya: pukul 9.00 pagi pukul 11.00 siang pukul 5.00 sore pukul 8.00 malam
(2) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 24 tidak memerlukan keterangan pagi, siang, atau malam. Misalnya: pukul 00.45 pukul 07.30 pukul 11.00 pukul 17.00 pukul 22.00
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu. Misalnya: 1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik) 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik) 0.0.30 am (30 detik)
5. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit. Misalnya: Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.
Catatan: Urutan informasi mengenai daftar pustaka tergantung pada lembaga yang bersangkutan.
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah. Misalnya: Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
139
Siswa yang lulus masuk perguruan tinggi negeri 12.000 orang. Penduduk Jakarta lebih dari 11.000.000 orang.
Catatan: (1) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan
atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Misalnya: Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung. Lihat halaman 2345 dan seterusnya. Nomor gironya 5645678.
(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya. Misalnya: Acara Kunjungan Menteri Pendidikan Nasional Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945) Salah Asuhan
(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) nama dan alamat penerima surat, (b) nama dan alamat pengirim surat, dan (c) di belakang tanggal surat. Misalnya: Yth. Kepala Kantor Penempatan Tenaga Jalan Cikini 71 Jakarta
Yth. Sdr. Moh. Hasan Jalan Arif Rahmad 43 Palembang
Adinda Jalan Diponegoro 82 Jakarta
21 April 2008 (4) Pemisahan bilangan ribuan atau kelipatannya dan desimal
dilakukan sebagai berikut. Rp200.250,75 $ 50,000.50 8.750 m 8,750 m
7. Tanda titik dipakai pada penulisan singkatan (Lihat Bab II, Huruf H.)
B. Tanda Koma (,) 1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian
atau pembilangan. Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
140
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat kilat khusus memerlukan prangko. Satu, dua, ... tiga!
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali. Misalnya: Saya akan membeli buku-buku puisi, tetapi kau yang memilihnya. Ini bukan buku saya, melainkan buku ayah saya. Dia senang membaca cerita pendek, sedangkan adiknya suka membaca puisi Semua mahasiswa harus hadir, kecuali yang tinggal di luar kota.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya. Misalnya: Kalau ada undangan, saya akan datang. Karena tidak congkak, dia mempunyai banyak teman. Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku.
Catatan: Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya. Misalnya: Saya akan datang kalau ada undangan. Dia mempunyai banyak teman karena tidak congkak. Kita harus membaca banyak buku agar memiliki wawasan yang luas.
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu. Misalnya: Anak itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar negeri. Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi bintang pelajar. Meskipun begitu, dia tidak pernah berlaku sombong kepada siapapun.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
141
Catatan: Ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu, tidak dipakai pada awal paragraf.
5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Mas dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat. Misalnya: O, begitu? Wah, bukan main! Hati-hati, ya, jalannya licin. Mas, kapan pulang? Mengapa kamu diam, Dik? Kue ini enak, Bu.
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab III, Huruf J dan K.) Misalnya: Kata Ibu, "Saya gembira sekali." "Saya gembira sekali," kata Ibu, "karena lulus ujian."
7. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Misalnya: "Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Guru. "Masuk ke kelas sekarang!" perintahnya.
8. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Misalnya: Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta Surabaya, 10 Mei 1960 Tokyo, Jepang.
9. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Misalnya: Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu
Agung.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
142
Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa.
Junus, H. Mahmud. 1973. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Alquran.
Sugono, Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
10. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir. Misalnya: Alisjahbana, S. Takdir, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25. Hilman, Hadikusuma, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12. Poerwadarminta, W.J.S. Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
11. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Misalnya: B. Ratulangi, S.E. Ny. Khadijah, M.A. Bambang Irawan, S.H. Siti Aminah, S.E., M.M.
Catatan: Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas Agung).
12. Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. Misalnya: 12,5 m 27,3 kg Rp500,50 Rp750,00
Catatan: Bandingkan dengan penggunaan tanda titik yang dimulai dengan angka desimal atau di antara dolar dan sen.
13. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab III, Huruf F.) Misalnya: Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
143
Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih. Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, mengikuti latihan paduan suara.
Catatan: Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak diapit dengan tanda koma. Misalnya: Semua siswa yang lulus ujian akan mendapat ijazah.
14. Tanda koma dapat dipakai-untuk menghindari salah baca/salah pengertian-di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya: Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa-nahasa di kawasan nusantara ini. Atas perhatian Saudara, kami ucapan terima kasih.
Bandingkan dengan: Kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini dalam pengembangan kosakata. Kami ucapkan terima kasih atas perhatian Saudara.
C. Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara. Misalnya: Hari sudah malam; anak-anak masih membaca buku-buku yang baru dibeli ayahnya. Ayah mengurus tanaman di kebun; Ibu menulis makalah di ruang kerjanya; Adik membaca di teras depan; saya sendiri asyik memetik gitar menyanyikan puisi-puisi penyair kesanganku.
2. Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian terakhir tidak perlu digunakan kata dan. Misalnya: Syarat-syarat penerimaan pegawai negeri sipil di lembaga ini: (1) berkewarganegaraan Indonesia; (2) berijazah sarjana S1 sekurang-kurangnya; (3) berbadan sehat; (4) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
144
3. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung. Misalnya: Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaos; pisang, apel, dan jeruk. Agenda rapat ini meliputi pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara; penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja; pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi.
D. Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau pemberian. Misalnya: Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari. Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.
Catatan: Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Misalnya: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari. Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Misalnya: a. Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : Siti Aryani Bendahara : Aulia Arimbi
b. Tempat : Ruang Sidang Nusantara Pembawa Acara : Bambang S. Hari, tanggal : Selasa, 28 Oktober 2008 Waktu : 09.00 - 10.30
3. Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Misalnya: Ibu : "Bawa kopor ini, Nak!" Amir : "Baik, Bu." Ibu : "Jangan lupa. Letakkan baik-baik!"
4. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) bab dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
145
karangan, serta (d) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan. Misalnya: Horison, XLIII, No. 8/2008: 8 Surah Yasin: 9 Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga. Jakarta: Pusat Bahasa
E. Tanda Hubung (-) 1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh
pergantian baris. Misalnya: Di samping cara lama diterapkan juga ca- ra baru …. Sebagaimana kata peribahasa, tak ada ga- ding yang takretak.
2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau akhiran dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris. Misalnya: Kini ada cara yang baru untuk meng- ukur panas. Kukuran baru ini memudahkan kita me- ngukur kelapa. Senjata ini merupakan sarana pertahan- an yang canggih.
3. Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang. Misalnya: anak-anak berulang-ulang kemerah-merahan
4. Tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata yang dieja satu-satu. Misalnya: 8-4-2008 p-a-n-i-t-i-a
5. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (a) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan dan (b) penghilangan bagian frasa atau kelompok kata. Misalnya: ber-evolusi dua-puluh ribuan (20 x 1.000)
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
146
tanggung-jawab-dan-kesetiakawanan sosial (tanggung jawab sosial dan kesetiakawanan sosial) Karyawan boleh mengajak anak-istri ke acara pertemuan besok.
Bandingkan dengan: be-revolusi dua-puluh-ribuan (1 x 20.000) tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkai: a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, b. ke- dengan angka, c. angka dengan -an, d. kata atau imbuhan dengan singkatan berhuruf kapital, e. kata ganti yang berbentuk imbuhan, dan f. gabungan kata yang merupakan kesatuan.
Misalnya: se-Indonesia peringkat ke-2 tahun 1950-an hari-H sinar-X mem-PHK-kan ciptaan-Nya atas rahmat-Mu Bandara Sukarno-Hatta alat pandang-dengar
7. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing. Misalnya: di-smash di-mark-up pen-tackle-an
F. Tanda Pisah (─)
1. Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun utama kalimat. Misalnya: Kemerdekaan itu-hak segala bangsa-harus dipertahankan. Keberhasilan itu-saya yakin-dapat dicapai kalau kita mau berusaha keras.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
147
2. Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas. Misalnya: Rangkaian temuan ini-evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom-telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta. Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia-amanat Sumpah Pemuda-harus terus ditingkatkan.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti 'sampai dengan' atau 'sampai ke'. Misalnya: Tahun 1928─2008 Tanggal 5─10 April 2008 Jakarta─Bandung
Catatan: (1) Tanda pisah tunggal dapat digunakan untuk memisahkan
keterangan tambahan pada akhir kalimat. Misalnya: Kita memerlukan alat tulis─pena, pensil, dan kertas. (Bandingkan dengan Bab III, Huruf D, kaidah 1.)
(2) Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.
G. Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Misalnya: Kapan dia berangkat? Saudara tahu, bukan?
2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya: Dia dilahirkan pada tahun 1963 (?). Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
H. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat. Misalnya: Alangkah indahnya taman laut ini! Bersihkan kamar itu sekarang juga! Sampai hati benar dia meninggalkan istrinya! Merdeka!
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
148
I. Tanda Elipsis (...) 1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya: Kalau begitu ..., marilah kita laksanakan. Jika Saudara setuju dengan harga itu ..., pembayarannya akan segera kami lakukan.
2. Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan. Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut. Pengetahuan dan pengalaman kita ... masih sangat terbatas.
Catatan: (1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi. (2) Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat,
perlu dipakai 4 tanda titik: 3 tanda titik untuk menandai penghilangan teks dan 1 tanda titik untuk menandai akhir kalimat.
(3) Tanda elipsis pada akhir kalimat tidak diikuti dengan spasi. Misalnya: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan cermat ....
J. Tanda Petik (" ")
1. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. Misalnya: Pasal 36 UUD 1945 menyatakan, "Bahasa negara ialah bahasa Indonesia. " Ibu berkata, "Paman berangkat besok pagi. " "Saya belum siap," kata dia, "tunggu sebentar!"
2. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. Misalnya: Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 5 buku itu. Saya sedang membaca "Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa Indoneia" dalam buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani. Bacalah "Penggunaan Tanda Baca" dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Makalah "Pembetukan Insan Cerdas Kompetitif" menarik perhatian peserta seminar.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
149
3. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Misalnya: Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja. Dia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".
Catatan: (1) Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri
petikan langsung. Misalnya: Kata dia, "Saya juga minta satu." Dia bertanya, "Apakah saya boleh ikut?"
(2) Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat. Misalnya: Bang Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya. Karena warna kulitnya, dia mendapat julukan "Si Hitam".
(3) Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
(4) Tanda petik (") dapat digunakan sebagai pengganti idem atau sda. (sama dengan di atas) atau kelompok kata di atasnya dalam penyajian yang berbentuk daftar. Misalnya: zaman bukan jaman asas " azas plaza " plasa jadwal " jadual bus " bis
K. Tanda Petik Tunggal (' ')
1. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain. Misalnya: Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring-kring' tadi?" "Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
2. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan. Misalnya: terpandai 'paling' pandai
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
150
retina 'dinding mata sebelah dalam' mengambil langkah seribu ‘lari pontang-panting' tinggi hati ‘sombong, angkuh'
3. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa daerah atau bahasa asing (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab III, Huruf M). Misalnya: feed-back 'balikan' dress rehearsal 'geladi bersih' tadulako 'panglima'
L. Tanda Kurung (( ))
1. Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Misalnya: Anak itu tidak memiliki KTP (kartu tanda penduduk). Dia tidak membawa SIM (surat izin mengemudi)
Catatan: Dalam penulisan didahulukan bentuk lengkap setelah itu bentuk singkatnya. Misalnya: Saya sedang mengurus perpanjangan kartu tanda penduduk (KTP). KTP itu merupakan tanda pengenal dalam berbagai keperluan.
2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat. Misalnya: Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962. Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar dalam negeri.
3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan. Misalnya: Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a). Pejalan kaki itu berasal dari (Kota) Surabaya.
4. Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan keterangan. Misalnya: Faktor produksi menyangkut masalah (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
151
Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan (1) akta kelahiran, (2) ijazah terakhir, dan (3) surat keterangan kesehatan.
Catatan: Tanda kurung tunggal dapat dipakai untuk mengiringi angka atau huruf yang menyatakan perincian yang disusun ke bawah. Misalnya: Kemarin kakak saya membeli 1) buku, 2) pensil, dan 3) tas sekolah. Dia senang dengan mata pelajaran a) fisika, b) biologi, dan c) kimia.
M. Tanda Kurung Siku ([ ])
1. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli. Misalnya: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik. Ia memberikan uang [kepada] anaknya. Ulang tahun [hari kemerdekaan] Republik Indonesia jatuh pada hari Selasa.
2. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung. Misalnya: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35─38]) perlu dibentangkan di sini.
N. Tanda Garis Miring (/)
1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran. Misalnya: No. 7/PK/2008 Jalan Kramat III/10 tahun ajaran 2008/2009
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
152
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap, dan ataupun. Misalnya: dikirimkan lewat darat/laut harganya Rp1.500,00/lembar tindakan penipuan dan/atau penganiayaan
'dikirimkan lewat darat atau lewat laut' 'harganya Rp1.500,00 tiap lembar' 'tindakan penipuan dan penganiayaan, tindakan penipuan, atau tindakan penganiayaan'
Catatan: Tanda garis miring ganda (//) dapat digunakan untuk membatasi penggalan-penggalan dalam kalimat untuk memudahkan pembacaan naskah.
O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (') Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun. Misalnya: Dia 'kan sudah kusurati. ('kan: bukan) Malam 'lah tiba. ('lah: telah) 1 Januari '08 ('08: 2008)
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
153
IV. PENULISAN UNSUR SERAPAN
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, Cina, dan Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, dan de l'homme par l'homme. Unsur-unsur itu dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur asing yang penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal itu, diusahakan ejaannya disesuaikan dengan Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga agar bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu adalah sebagai berikut. a (ain Arab dengan a) menjadi ‘a
‘asr asar sa‘ah saat manfa‘ah manfaat
‘ (ain Arab) di akhir suku kata menjadi k
ra‘yah rakyat ma‘na makna ruku‘ rukuk
aa (Belanda) menjadi a
paal pal baal bal octaaf oktaf
ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e
aerobe aerob aerodinamics aerodinamika
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
154
ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e haemoglobin hemoglobin haematite hematit
ai tetap ai
trailer trailer caisson kaison
au tetap au
audiogram audiogram autotroph autotrof tautomer tautomer hydraulic hidraulik caustic kaustik
c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k
calomel kalomel construction konstruksi cubic kubik coup kup classification klasifikasi crystal kristal
c di muka e, i, oe, dan y menjadi s
central sentral cent sen cybernetics sibernetika circulation sirkulasi cylinder silinder coelom selom
cc di muka o, u, dan konsonan menjadi k
accomodation akomodasi acculturation akulturasi acclimatization aklimatisasi accumulation akumulasi acclamation aklamasi
cc di muka e dan i menjadi ks
accent aksen accessory aksesori
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
155
vaccine vaksin cch dan ch di muka a, o, dan konsonan menjadi k
saccharin sakarin charisma karisma cholera kolera chromosome kromosom technique teknik
ch yang lafalnya s atau sy menjadi s
echelon eselon machine mesin
ch yang lafalnya c menjadi c
chip cip voucher vocer China Cina
ck menjadi k
check cek ticket tiket
ç (Sanskerta) menjadi s
çabda sabda çastra sastra
d (Arab) menjadi d darurat darurat fardu fardu hadir hadir
e tetap e
effect efek description deskripsi synthesis sintesis
ea tetap ea
idealist idealis habeas habeas
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
156
ee (Belanda) menjadi e stratosfeer stratosfer systeem sistem
ei tetap ei
eicosane eikosan eidetic eidetik einsteinium einsteinium
eo tetap eo
stereo stereo geometry geometri zeolite zeolit
eu tetap eu
neutron neutron eugenol eugenol europium europium
f (Arab) menjadi f
faqīr fakir mafhum mafhum saf saf
f tetap f
fanatic fanatik factor faktor fossil fosil
gh menjadi g
sorghum sorgum gue menjadi ge
igue ige gigue gige
h (Arab) menjadi h
hakim hakim tahmid tahmid ruh roh
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
157
i pada awal suku kata di muka vokal tetap i iambus iambus ion ion iota iota
ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i
politiek politik riem rim
ie tetap ie jika lafalnya bukan i
variety varietas patient pasien efficient efisien
kh (Arab) tetap kh
khusus khusus akhir akhir
ng tetap ng
contingent kontingen congres kongres linguistics linguistik
oe (oi Yunani) menjadi e
oestrogen estrogen oenology enologi foetus fetus
oo (Belanda) menjadi o
komfoor kompor provoost provos
oo (Inggris) menjadi u
cartoon kartun proof pruf pool pul
oo (vokal ganda) tetap oo
zoology zoologi coordination koordinasi
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
158
ou menjadi u jika lafalnya u gouverneur gubernur coupon kupon contour kontur
ph menjadi f
phase fase physiology fisiologi spectograph spektograf
ps tetap ps
pseudo pseudo psychiatry psikiatri psychic psikis psychosomatic psikosomatik
pt tetap pt
pterosaur pterosaur pteridology pteridologi ptyalin ptialin
q menjadi k
aquarium akuarium frequency frekuensi equator ekuator
q (Arab) menjadi k
qalbu kalbu haqiqah hakikah haqq hak
rh menjadi r
rhapsody rapsodi rhombus rombus rhythm ritme rhetoric retorika
s (Arab) menjadi s
salj salju asiri asiri hadis hadis
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
159
s (Arab) menjadi s subh subuh musibah musibah khusus khusus
sc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi sk
scandium skandium scotopia skotopia scutella skutela sclerosis sklerosis scriptie skripsi
sc di muka e, i, dan y menjadi s
scenography senografi scintillation sintilasi scyphistoma sifistoma
sch di muka vokal menjadi sk schema skema schizophrenia skizofrenia scholasticism skolastisisme
t di muka i menjadi s jika lafalnya s
ratio rasio actie aksi patient pasien
t (Arab) menjadi t
ta‘ah taat mutlaq mutlak Lut Lut
th menjadi t
theocracy teokrasi orthography ortografi thiopental tiopental thrombosis trombosis methode (Belanda) metode
u tetap u
unit unit
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
160
nucleolus nukleolus structure struktur institute institut
ua tetap ua
dualisme dualisme aquarium akuarium
ue tetap ue
suede sued duet duet
ui tetap ui
equinox ekuinoks conduite konduite
uo tetap uo
fluorescein fluoresein quorum kuorum quota kuota
uu menjadi u
prematuur prematur vacuum vakum
v tetap v
vitamin vitamin television televisi cavalry kavaleri
w (Arab) tetap w
jadwal jadwal marwa marwa taqwa takwa
x pada awal kata tetap x
xanthate xantat xenon xenon xylophone xilofon
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
161
x pada posisi lain menjadi ks executive eksekutif taxi taksi exudation eksudasi latex lateks
xc di muka e dan i menjadi ks
exception eksepsi excess ekses excision eksisi excitation eksitasi
xc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi ksk
excavation ekskavasi excommunication ekskomunikasi excursive ekskursif exclusive eksklusif
y tetap y jika lafalnya y
yakitori yakitori yangonin yangonin yen yen yuan yuan
y menjadi i jika lafalnya i
yttrium itrium dynamo dinamo propyl propil psychology psikologi
z tetap z
zenith zenit zirconium zirkonium zodiac zodiak zygote zigot
z (Arab) menjadi z
zalim zalim hafiz hafiz
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
162
Konsonan ganda menjadi tunggal, kecuali kalau dapat membingungkan. Misalnya:
gabbro gabro accu aki effect efek commission komisi ferrum ferum salfeggio salfegio ummat umat tammat tamat
Tetapi: mass massa
Catatan: 1. Unsur serapan yang sudah lazim dieja sesuai dengan ejaan bahasa
Indonesia tidak perlu lagi diubah. Misalnya: bengkel, kabar, nalar, paham, perlu, sirsak
2. Sekalipun dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima sebagai bagian abjad bahasa Indonesia, unsur yang mengandung kedua huruf itu diindonesiakan menurut kaidah yang dipaparkan di atas. Kedua huruf itu dipergunakan dalam penggunaan tertentu saja, seperti dalam pembedaan nama dan istilah khusus. Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, di bawah ini didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia. Akhiran itu diserap sebagai bagian kata yang utuh. Kata seperti standardisasi, efektif, dan implementasi diserap secara utuh di samping kata standar, efek, dan implemen.
-aat (Belanda) menjadi -at
advocaat advokat -age menjadi -ase
percentage persentase etalage etalase
-al (Inggris), -eel (Belanda), -aal (Belanda) menjadi -al structural structureel struktural formal formeel formal normal normaal normal
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
163
-ant menjadi -an accountant akuntan informant informan
-archy, -archie (Belanda) menjadi arki
anarchy anarchie anarki oligarchy oligarchie oligarki
-ary, -air (Belanda) menjadi -er
complementary complementair komplementer primary primair primer secondary secundair sekunder
-(a)tion, -(a)tie (Belanda) menjadi -asi, -si
action actie aksi publication publicatie publikasi
-eel (Belanda) menjadi -el
ideëel ideel materieel materiel moreel morel
-ein tetap -ein
casein kasein protein protein
-i (Arab) tetap –i
haqiqi hakiki insani insani jasmani jasmani
-ic, -ics, -ique, -iek, -ica (Belanda) menjadi -ik, ika
logic logica logika phonetics phonetiek fonetik physics physica fisika dialectics dialektica dialektika technique techniek teknik
-ic, -isch (adjektiva Belanda) menjadi -ik
electronic elektronisch elektronik mechanic mechanisch mekanik
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
164
ballistic ballistisch balistik -ical, -isch (Belanda) menjadi -is
economical economisch ekonomis practical practisch praktis logical logisch logis
-ile, -iel menjadi -il
percentile percentiel persentil mobile mobiel mobil
-ism, -isme (Belanda) menjadi -isme modernism modernisme modernisme communism communisme komunisme
-ist menjadi -is
publicist publisis egoist egois
-ive, -ief (Belanda) menjadi -if
descriptive descriptief deskriptif demonstrative demonstratief demonstratif
-iyyah, -iyyat (Arab) menjadi -iah
alamiyyah alamiah aliyyah aliah ilmiyyah ilmiah
-logue menjadi -log
catalogue catalog dialogue dialog
-logy, -logie (Belanda) menjadi -logi
technology technologie teknologi physiology physiologie fisiologi analogy analogie analogi
-loog (Belanda) menjadi -log
analoog analog epiloog epilog
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
165
-oid, oide (Belanda) menjadi -oid hominoid hominoide hominoid anthropoid anthropoide antropoid
-oir(e) menjadi -oar
trotoir trotoar repertoire repertoar
-or, -eur (Belanda) menjadi -ur, -ir
director directeur direktur inspector inspecteur inspektur amateur amatir formateur formatur
-or tetap -or
dictator diktator corrector korektor
-ty, -teit (Belanda) menjadi -tas
university universiteit universitas quality kwaliteit kualitas
-ure, -uur (Belanda) menjadi -ur
structure struktuur struktur premature prematuur prematur
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
TTD
BAMBANG SUDIBYO Salinan sesuai dengan aslinya Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional, Kepala Biro Hukum dan Organisasi, Dr. Andi Pangerang Moenta, S.H., M.H., DFM. NIP 196108281987031003
PEDOMAN PENULISAN TESIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA [STAINU] JAKARTA
166