surah assoff 2-3

49
1. Segala Yang ada di langit dan Yang ada di bumi, tetap mengucap tasbih kepada Allah; dan Dia lah Yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana. 2. Wahai orang-orang Yang beriman! mengapa kamu memperkatakan apa Yang kamu tidak melakukannya! 3. amat besar kebenciannya di sisi Allah - kamu memperkatakan sesuatu Yang kamu tidak melakukannya. 4. Sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang Yang berperang untuk membela ugamaNya, Dalam barisan Yang teratur rapi, seolah-olah mereka sebuah bangunan Yang tersusun kukuh. 5. dan (ingatlah peristiwa) ketika Nabi Musa berkata kepada kaumnya: " Wahai kaumku! mengapa kamu menyakiti daku, sedang kamu mengetahui Bahawa Sesungguhnya Aku ini pesuruh Allah kepada kamu?" maka ketika mereka menyeleweng (dari kebenaran Yang mereka sedia mengetahuinya), Allah

Upload: sraisb

Post on 09-Jul-2016

257 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Surah Assoff 2-3

1. Segala Yang ada di langit dan Yang ada di bumi, tetap mengucap tasbih kepada Allah; dan Dia lah Yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana.

2. Wahai orang-orang Yang beriman! mengapa kamu memperkatakan apa Yang kamu tidak melakukannya!

3. amat besar kebenciannya di sisi Allah - kamu memperkatakan sesuatu Yang kamu tidak melakukannya.

4. Sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang Yang berperang untuk membela ugamaNya, Dalam barisan Yang teratur rapi, seolah-olah mereka sebuah bangunan Yang tersusun kukuh.

5. dan (ingatlah peristiwa) ketika Nabi Musa berkata kepada kaumnya: " Wahai kaumku! mengapa kamu menyakiti daku, sedang kamu mengetahui Bahawa Sesungguhnya Aku ini pesuruh Allah kepada kamu?" maka ketika mereka menyeleweng (dari kebenaran Yang mereka sedia mengetahuinya), Allah selewengkan hati mereka (dari mendapat hidayah petunjuk); dan sememangnya Allah tidak memberi hidayah petunjuk kepada kaum Yang fasik - derhaka.

6. dan (ingatlah juga peristiwa) ketika Nabi Isa Ibni Maryam berkata: "Wahai Bani Israil, Sesungguhnya Aku ini pesuruh Allah kepada kamu, mengesahkan kebenaran Kitab Yang diturunkan sebelumku, Iaitu Kitab Taurat, dan memberikan berita gembira Dengan kedatangan seorang Rasul Yang akan datang kemudian daripadaku - bernama: Ahmad". maka ketika ia datang kepada mereka membawa keterangan-keterangan Yang jelas nyata, mereka berkata: "Ini ialah sihir Yang jelas nyata!"

7. dan tidak ada Yang lebih zalim daripada orang Yang mengada-adakan perkara dusta terhadap Allah, sedang ia diajak kepada memeluk Islam; dan (ingatlah), Allah tidak memberi hidayah petunjuk kepada orang-orang Yang zalim.

Page 2: Surah Assoff 2-3

8. mereka sentiasa berusaha hendak memadamkan cahaya Allah (ugama Islam) Dengan mulut mereka, sedang Allah tetap menyempurnakan cahayaNya, sekalipun orang-orang kafir tidak suka (akan Yang demikian).

9. Dia lah Yang telah mengutus RasulNya (Muhammad s.a.w) Dengan membawa hidayah petunjuk dan ugama Yang benar (ugama Islam), supaya ia memenangkannya dan meninggikannya atas Segala ugama Yang lain, Walaupun orang-orang musyrik tidak menyukainya.

10. Wahai orang-orang Yang beriman! mahukah Aku tunjukkan sesuatu perniagaan Yang boleh menyelamatkan kamu dari azab seksa Yang tidak terperi sakitnya?

11. Iaitu, kamu beriman kepada Allah dan RasulNya, serta kamu berjuang membela dan menegakkan ugama Allah Dengan harta benda dan diri kamu; Yang demikian itulah Yang lebih baik bagi kamu, jika kamu hendak mengetahui (hakikat Yang sebenarnya).

12. (dengan itu) Allah akan mengampunkan dosa-dosa kamu, dan memasukkan kamu ke Dalam taman-taman Yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, serta ditempatkan kamu di tempat-tempat tinggal Yang baik Dalam syurga " Adn ". itulah kemenangan Yang besar.

13. dan ada lagi limpah kurnia Yang kamu sukai, Iaitu pertolongan dari Allah dan kemenangan Yang cepat (Masa berlakunya). dan sampaikanlah berita Yang mengembirakan itu kepada orang-orang Yang beriman.

14. Wahai orang-orang Yang beriman! Jadikanlah diri kamu pembela-pembela (ugama) Allah sebagaimana (Keadaan penyokong-penyokong) Nabi Isa Ibni Maryam (ketika ia) berkata kepada penyokong-penyokongnya itu: "Siapakah penolong-penolongku (dalam perjalananku) kepada Allah (dengan menegakkan ugamaNya)?" mereka menjawab: "Kamilah pembela-pembela (ugama) Allah!" (setelah Nabi Isa tidak berada di antara mereka) maka sepuak dari kaum Bani Israil beriman, dan sepuak lagi (tetap) kafir. lalu Kami berikan pertolongan kepada orang-orang Yang beriman untuk mengalahkan musuhnya, maka menjadilah mereka orang-orang Yang menang.

Renungan Surat Ash-Shaff Bagi Aktivis DakwahTim dakwatuna 21/12/06 | 20:42 Tafsir Ayat Ada 11 komentar 26.782 Hits

dakwatuna.com – As-Shaff yang bermakna barisan adalah salah satu surat dalam Al-Qur’an yang patut menjadi bahan renungan bagi para da’i. Surat ini merupakan Ma’alim fii at-Thoriiq (petunjuk jalan) bagi aktivis dakwah. Surat ini walaupun pendek tetapi mencakup semua yang dibutuhkan para da’i dari aqidah, akhlak, sejarah, ukhuwah, obyek dakwah, sampai pada puncak ajaran Islam, yaitu Jihad di jalan Allah. Sehingga para kader wajib menghafalnya, mentadaburinya secara berulang-ulang dan mengamalkannya dalam aktivitas dakwah mereka.

Nama surat biasanya menjadi tema sentral dari substansi surat tersebut, demikian juga surat As-Shaff. Shaff adalah sesuatu yang sangat penting dan sangat menentukan keberhasilan dalam dakwah, jihad dan pergerakan Islam. Bahkan kesatuan shaff adalah persyaratan mutlak bagi kemenangan pergerakan dan dakwah Islam. Tanpa adanya kesatuan shaff, maka akan menimbulkan dampak langsung bagi kekalahan dan kegagalan dakwah dan perjuangan. Kisah perang Uhud merupakan salah satu bukti dari kekalahan perang disebabkan shaff yang berantakan, padahal sebelumnya sudah berada diambang kemenangan.

Page 3: Surah Assoff 2-3

Namun demikian kesatuan shaff merupakan proses panjang dari realisasi aktivis dakwah terhadap nilai-nilai Islam. Kekuatan dan kekokohan shaff apalagi digambarkan Al-Qur’an sebagai kal-bunyaan al-marsuus (seperti bangunan yang kokoh) sangat terkait dengan nilai yang paling fundamental dari aktivis harakoh yaitu aqidah, ukhuwah dan fikrah Islam. Tanpa ada kekuatan aqidah, ukhuwah dan pemahaman yang mendalam terhadap fikrah Islam, maka mustahil kesatuan dan kekokohan shaff yang digambarkan Al-Qur’an dapat tercapai. Maka marilah kita merenungi apakah shaff dakwah kita sudah kokoh ? Apakah shaff Partai kita sudah bersatu dan kuat kal-bunyaan al-marsuus ?

Dan jika kita melihat realitas Partai Dakwah sekarang, maka sesungguhnya kita sangat membutuhkan pemimpin, figur dan tokoh Dakwah yang dapat mengokohkan shaff dan ukhuwah itu. Karena kesatuan shaff dan kekuatan ukhuwah adalah sesuatu yang paling prinsip dan mendasar dalam dakwah ini. Kita sangat membutuhkan pemimpin teladan yang dapat menjadi panutan para aktivis dakwah lainnya. Kita membutuhkan pemimpin yang zuhud yang dapat membebaskan dirinya dari fitnah harta dan jabatan.

Perjalanan dakwah masih panjang dan ujian dakwah sudah menghadang ditengah kita. Terkadang para da’i berhasil menghadapi ujian kesulitan dan penderitaan, tetapi tidak berhasil menghadapi ujian kemudahan dan kelezatan dunia, baik harta, wanita maupun jabatan. Dan demikianlah yang pernah diungkapkan oleh generasi terdahulu kita: Ubtuliina bid-dhorraa fashabarnaa ubtuliinaa bis-sharraa falam nashbir (kami diuji dengan kesulitan, maka kami bersabar, kami diuji dengan kemudahan tetapi kami tidak sabar). Oleh karenanya, hanya aktivis dakwah yang ikhlaslah yang dapat berhasil keluar dari ujian dan fitnah dalam dakwah tersebut

Surat As-Shaff memberikan Ma’alim fii at-Thariiq bagi para da’i agar tidak menyimpang dalam dakwahnya dan agar tetap teguh dalam shaff yang rapi dan kokoh walaupun ujian, fitnah dan cobaan dalam dakwah datang menghadangnya. Dan marilah kita renungi satu-persatu ayat-ayat dalam surat tersebut.

Tasbih kepada Allah (At-Tasbiih Lillah)

الحكيم العزيز وهو األرض في وما موات الس في ما ه لل ح سب

1. Bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi; dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Seluruh mahluk Allah yang ada di langit dan bumi melantunkan tasbih kepada Allah SWT. Yang Maha Perkasa lagi Bijaksana. Mereka bertasbih dengan bahasanya masing-masing. Maka manusia sebagai mahluk Allah yang paling sempurna lebih layak untuk bertasbih. Dan para da’i yang senantiasa mengajak manusia agar beribadah dan menyembah Allah lebih layak lagi untuk bertasbih, mensucikan dan mengagungkan Allah SWT. Subhanallah, walhamdulillah, walaa ilaha illallahu Allahu Akbar. Kehidupan para da’i adalah kehidupan tasbih, dzikir dan do’a. Kehidupan aktivis dakwah adalah kehidupan shalat, tilawah Al-Qur’an dan menyembah Allah SWT.

Modal utama yang harus dimiliki oleh aktivis harakah adalah quwwatus shilah billah (kekuatan hubungan dengan Allah). Tanpa modal itu, maka percuma menjadi kader dakwah dan tidak akan berhasil menjadi kader dakwah. Karena perjalanan dakwah adalah perjalanan yang sulit, berliku, banyak rintangan dan panjang. Dan itu tidak akan dapat dilampui, kecuali aktivis dakwah yang memiliki quwwatus shilah billah. Pelajaran inilah yang kita dapatkan

Page 4: Surah Assoff 2-3

dari turunnya surat Al-Muzammil yang mengiringi tugas berat Rasul saw. mendakwahi kaumnya. Surat Al-Muzzamil mengajarkan kepada para da’i pentingnya membangun quwwatus shilah billah dengan sholat malam dan tilawatul Qur’an.

Kejujuran dalam Berkata (Shidqul Kalam)

تفعلون ال ما تقولون لم ءامنوا ذين ال ها ياأي

2. Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?

تفعلون ال ما تقولوا أن ه الل عند مقتا كبر

3. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.

Allah SWT. menegur keras orang beriman dan aktivis dakwah yang mengatakan apa yang tidak diperbuat, bahkan Allah SWT. sangat membencinya. Karena aktivitas yang dominan dilakukan para da’i adalah dakwah yang banyak menggunakan ucapan. Sehingga ucapan itu harus diselaraskan dengan perbuatan. Karena ucapan yang tidak sesuai dengan perbuatan dan kenyataan adalah dusta yang merupakan sifat munafik. Sehingga kejujuran adalah modal utama berikutnya bagi para da’i.

Dan kejujuran harus dilakukan para da’i dalam dakwahnya. Jujur dalam menyampaikan risalah Islam, jujur dalam bersikap dan jujur dalam berkata-kata. Salah satu ajaran Islam yang terpenting adalah jihad dan berperang melawan musuh Allah. Tetapi kita menyaksikan banyak para penceramah yang sudah dikenal oleh orang banyak dengan sebutan ustadz atau kyai dan sebutan lainnya tidak jujur dalam menyampaikan Islam. Mereka tidak berani menyampaikan jihad, dan kalaupun menyampaikan kata jihad, maka dibatasinya dalam ruang lingkup yang sempit, yaitu jihad melawan hawa nafsu. Atau semua bentuk jihad disebutkan, kecuali jihad dalam memerangi musuh Allah, baik musuh Allah itu Yahudi, Kristen maupun orang kafir lainnya.

Kejujuran dalam berkata dan bersikap merupakan keharusan bagi setiap muslim apalagi para kader dan pemimpin dakwah yang menyampaikan nilai-nilai Islam. Para kader dakwah tidak boleh memiliki standar ganda dalam perkataan dan sikap. Karena standar ganda akan merusak barisan dakwah dan menggagalkan perjuangannya. Syuro’ yang dilakukan Rasulullah saw. sebelum perang Uhud merupakan sikap kejujuran yang paling baik yang terjadi pada diri Rasul dan sahabatnya. Ketika terjadi musyawarah sebagian besar sahabat menghendaki peperangan dilakukan di luar Madinah, sementara Rasulullah saw. cenderung peperangan dilakukan di Madinah. Pendapat Rasul diikuti sahabat lain, tetapi mayoritas sahabat terutama para pemuda yang belum ikut perang Badar menghendaki perang dilakukan diluar Madinah. Akhirnya, Rasulullah saw. mengikuti pendapat mayoritas dan perang dilakukan diluar Madinah. Dan Rasulullah saw. memimpin langsung perang tersebut. Demikianlah, kejujuran adalah bagian dari prinsip bagi kader dan pemimpin dakwah dalam aktivitas dakwahnya.

Perang di Jalan Allah dalam Satu Barisan yang Kuat (Al-Qitaal fii Sabilillah Shaffan)

مرصوص بنيان هم كأن صفا سبيله في يقاتلون ذين ال يحب ه الل إن

Page 5: Surah Assoff 2-3

4. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.

Kehidupan di dunia sejatinya merupakan peperangan antara kebenaran dan kebatilan. Perang antara para pengikut kebenaran dan pengikut kebatilan semenjak mulai nabi Adam as versus Iblis la’natullah. Inilah logika dan aqidah yang harus melandasi para da’i dalam berdakwah. Dan puncak peperangan adalah perang fisik dan perang peradaban. Peradaban Materialisme dan Peradaban Islam akan terus menerus bersaing dan berperang untuk meraih kemenangan. Peradaban Materialisme di komandani oleh penguasa kafir dan diktator dari dahulu sampai akhir zaman. Mereka adalah Namrud, Firaun, Qorun, Abu Jahal, Abu Lahab, Lenin, Stalin, Hitler, Goerge Bush dan anaknya Goerge Walker Bush, Ariel Saron dll. Sedangkan peradaban Islam dipimpin oleh para nabi as sampai nabi terakhir nabi Muhammad saw. Khulafaur Rasyidin, dan para ulama yang tegak membawa panji kebenaran.

Perang fisik memang jalan terakhir jika orang-orang kafir tidak mempan dengan logika dan fikiran. Karena Islam, sesuai dengan namanya adalah agama cinta damai dan mengutamakan perdamaian. Perang fisik bukanlah tujuan, tetapi sarana agar orang hanya tunduk kepada kebenaran dan agar tidak ada lagi fitnah yang disebarkan musuh-musuh Allah. Islam menghendaki tidak ada kerusakan dan kezhaliman di muka bumi. Dan para da’i bertugas untuk mengajak manusia agar mereka tunduk kepada kebenaran, tidak melakukan kezhaliman dan kerusakan.

Pada saat jalan lain buntu, tujuan perdamaian tidak tercapai dan manusia tidak merasa aman, maka perang fisik adalah sarana yang paling ampuh untuk menegakkan keamanan dan perdamaian tersebut. Allah SWT. berfirman, artinya:” Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mu’min (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan (Nya)” (QS An-Nisaa’ 84).

Mengambil Pelajaran dari Dakwah Para Rasul as. (Akhdzul ibroh min Da’watir Rusul)

ه الل أزاغ زاغوا فلما إليكم ه الل رسول ي أن تعلمون وقد تؤذونني لم ياقوم لقومه موسى قال وإذالفاسقين القوم يهدي ال ه والل قلوبهم

5. Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, mengapa kamu menyakitiku, sedangkan kamu mengetahui bahwa sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu?” Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.

وراة الت من يدي بين لما مصدقا إليكم ه الل رسول ي إن إسرائيل يابني مريم ابن عيسى قال وإذمبين سحر هذا قالوا نات بالبي جاءهم فلما أحمد اسمه بعدي من يأتي برسول را ومبش

6. Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata”.

Page 6: Surah Assoff 2-3

Para Rasul yang besar adalah Rasul yang mendapat gelar Ulul Azmi, mereka adalah nabi Nuh as., nabi Ibrahim as., nabi Musa as., nabi Isa as., dan nabi Muhammad saw. Dan dalam surat ini menceritakan dua nabi besar yang pengikutnya paling besar setelah nabi Muhammad saw. Dan peradaban umat manusia terbesar sekarang dari ketiga pengikut nabi tersebut, yaitu nabi Musa as. nabi Isa as. dan nabi Muhammad saw. Nabi Musa as. diklaim oleh bangsa Yahudi, walaupun mereka sendiri mengingkari ajaran nabi Musa as. dan kitab sucinya. Sedangkan nabi Isa as diklaim oleh kaum Nashrani (Kristen), walaupun mereka mengingkari ajaran tauhid nabi Isa dan kitabnya. Dan kedua nabi besar tersebut berasal dari Bani Israil yang sekarang mendominasi masyarakat barat. Sedangkan umat nabi Muhammad saw. adalah umat Islam yang mendiami dunia Islam dan sebagian di wilayah lainnya.

Kedua ayat diatas menceritakan bagaimana keingkaran umat nabi Musa as. dan umat nabi Isa as pada nabinya. Jadi jika nabi dari kaumnya sendiri saja diingkari, apalagi jika datang nabi dari kaum yang lain, yaitu nabi Muhammad dari bangsa Arab. Inilah yang sekarang terjadi, permusuhan dan kebencian Yahudi dan Nashrani kepada Islam dan umat Islam. Dan aqidah inilah yang harus diyakini oleh semua umat Islam. Allah SWT. berfirman, artinya: “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka” (QS Al- Baqarah 120).

Dan ayat-ayat berikutnya dari surat As-Shaff akan menceritakan bagaimana kebencian dan upaya orang-orang kafir tersebut memusuhi Islam dan umat Islam. Dan bagaimana mereka berupaya semaksimal mungkin memadamkan cahaya Islam tersebut.

Mengetahui Hakekat Orang Kafir (Ma’rifah Haqiqat al-Kuffar)

الظالمين القوم يهدي ال ه والل اإلسالم إلى يدعى وهو الكذب ه الل على افترى ممن أظلم ومن

7. Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada agama Islam? Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

الكافرون كره ولو نوره متم ه والل بأفواههم ه الل نور ليطفئوا يريدون

8. Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci.

المشركون كره ولو ه كل الدين على ليظهره الحق ودين بالهدى رسوله أرسل ذي ال هو

9. Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci.

John Elpostito menawarkan tesis Dialog Peradaban, dan tentu saja teori itu sejalan dengan ruh Islam yang sangat mencintai perdamaian. Namun, mungkinkah Dialog Peradaban tersebut dapat terealisir? Sedangkan Samuel Hutington memiliki tesis tersendiri, yaitu Konflik Peradaban atau Perang Peradaban. Dan nampaknya, tesis inilah yang dekat dengan sifat-sifat orang kafir yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Orang-orang yang menolak Islam adalah orang yang paling zhalim, karena mereka menolak kebenaran.

Lebih jauh dari itu orang-orang kafir berupaya sekuat kemampuan mereka untuk memadamkan cahaya Islam dengan segala potensi, kekayaan dan jiwa mereka. Media masa

Page 7: Surah Assoff 2-3

adalah sarana yang paling efektif yang mereka gunakan untuk memadamkan cahaya kebenaran itu. Televisi mereka gunakan untuk merusak citra Islam, dan mempropaganda agama mereka. Pada saat yang sama mereka mempublikasikan segala bentuk kemusyrikan dan kemaksiatan lewat televisi yang mereka kuasai. Misionaris datang ke dunia Islam bersama para penjajah, menawarkan ‘cinta kasih’ dengan makanan, kesehatan dan bantuan lainnya. Cinta kasih yang berisi racun itu banyak membuat umat Islam yang miskin terbuai dan mengikuti mereka. Maka bertebaranlah gereja dan yayasan sosial milik misionaris di dunia Islam. Tetapi pengorbanan dan upaya maksimal yang dilakukan orang-orang kafir untuk memadamkan cahaya Islam tidak akan berhasil. Karena agama ini adalah milik Allah dan Allah akan memenangkan agama-Nya walaupun mereka benci.

Pada saat mereka merasa tidak mampu memadamkan cahaya Islam dengan media masa itu, maka mereka menggunakan senjata terakhir, yaitu perang fisik dan pemusnahan umat Islam. Inilah hakekat yang harus diketahui orang-orang beriman dan para da’i. Hakekat ini telah terbukti dengan realitas yang terjadi. Inilah yang terjadi di Palestina, Bosnia, Irak, Afghanistan, Rusia, India, Pilipina, Thailand, Burma, Singapura, Timor Timur, Maluku dll. Di Palestina umat Islam dibantai oleh Yahudi, di Rusia umat Islam dibantai oleh komunis, di Bosnia, Pilipina, Muluku dll umat Islam dibantai Kristen, di India umat Islam dibantai oleh Hindu, di Thailand dan Burma umat Islam dibantai oleh Budha. Demikianlah umat Islam menjadi musuh bersama, hanya karena mereka menyembah Allah. Dan sangat jika Yusuf Al-Qaradhawi mengatakan bahwa kekafiran adalah satu agama.

Berdagang dengan Allah (At-Tijarah Ma’allah Ta’ala)

أليم عذاب من تنجيكم تجارة على كم أدل هل ءامنوا ذين ال ها ياأي

10. Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?

كنتم إن لكم خير ذلكم وأنفسكم بأموالكم ه الل سبيل في وتجاهدون ورسوله ه بالل تؤمنونتعلمون

11. (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya,

ذلك عدن ات جن في بة طي ومساكن األنهار تحتها من تجري ات جن ويدخلكم ذنوبكم لكم يغفرالعظيم الفوز

12. niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga `Adn. Itulah keberuntungan yang besar.

المؤمنين ر وبش قريب وفتح ه الل من نصر ونها تحب وأخرى

13. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.

Setelah para da’i mengetahui tentang hakekat orang-orang kafir, kemudian Allah mengajak mereka pada suatu bisnis yang menguntungkan mereka dunia dan akhirat. Karena musuh-musuh Allah hanya dapat dihadapi dan dikalahkan oleh orang-orang yang siap berbisnis

Page 8: Surah Assoff 2-3

dengan Allah. Namun demikian bisnis ini syaratnya berat, sehingga tidak semua orang beriman mengikutinya. Bisnis ini syaratnya adalah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa. Hanya orang yang tahu (berilmu) agama yang mendalamlah yang dapat mengikti bisnis ini. Ilmu yang membuat orang beriman semakin khusu’ dan lebih mengutamakan kehidupan yang mulia dan kehidupan yang kekal di akhirat.

Bisnis ini sangat besar imbalannya, yaitu ampunan dari Allah atas dosa-dosa yang dilakukan, surga Allah yang penuh dengan kenikmatan berupa air yang mengalir, dan rumah-rumah yang indah. Dan tambahan yang lain berupa pertolongan Allah dalam kehidupan dunia dan kemenangan yang dekat atas musuh-musuhnya. Jihad memang satu-satunya jalan menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Kabar gembira ini diperuntukkan bagi orang-orang beriman, yaitu orang yang tidak tertipu dengan segala fasilitas dunia. Orang beriman tidak mudah tunduk patuh dan loyal kepada orang-orang kafir dan fasik. Orang beriman menjadikan aktivitas politiknya untuk kemenangan Islam dan umatnya, bukan untuk memperkaya diri sendiri dan keluarganya. Orang beriman adalah orang yang yakin akan hari akhirat dan perjumpaan dengan Allah sehingga berupaya zuhud dari kehidupan dunia dan tidak membuat istana di dunia. Allah SWT. berfirman, artinya: “Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa” (QS Al-Qashash 83)

Jadilah Penolong Allah (Kunuu Anshrallah)

قال الله إلى أنصاري من ين للحواري مريم ابن عيسى قال كما ه الل أنصار كونوا ءامنوا ذين ال ها ياأيءامنوا ذين ال دنا فأي طائفة وكفرت إسرائيل بني من طائفة فآمنت الله أنصار نحن ون الحواري

ظاهرين فأصبحوا عدوهم على

14. Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong agama Allah”, lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan (yang lain) kafir; maka kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.

Dan puncak dari tawaran Allah adalah tawaran untuk menjadi penolong Allah (Anshorullah). Maukah kita menjadi tentara Allah ? Maukah kita menjadi penolong Allah ? Padahal sejatinya Allah tidak membutuhkan pertolongan kita. Tetapi inilah bahasa yang sangat indah, bujukan yang sangat halus, ajakan yang tidak ada yang bisa menangkapnya kecuali orang-orang yang beriman dan para da’i yang hatinya hidup serta siap memberikan sesuatu yang terbaik untuk agama Allah. Dan sebagai buahnya adalah dominasi dan kemenangan Islam serta kejayaan umat Islam. Wallahu A’lam Bishawaab.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2006/12/21/15/renungan-surat-ash-shaff-bagi-pada-dai/#ixzz48hZEswMh Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Page 9: Surah Assoff 2-3

Ringkasan tafsir Ash Shaff ayat 2 dan 3 Tentang Murkanya Allah terhadap kaum yang Mengatakan sesuatu, tetapi tidak mau mengaplikasikannya terhadap Diri Sendiri

Ringkasan Tafsir surah As Shaff, ayat 2 dan 3 dari Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al Qurthubi

Surah As Shaff

"Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (As Shaff:2-3)

Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir..

Page 10: Surah Assoff 2-3

Ini merupakan pengingkaran Allah terhadap orang yang membuat janji atau mengatakan sesuatu dan tidak melaksanakannya, Oleh karena itu diantara ulama salaf ada yang menjadikan ayat ini sebagai dalil bahwa memenuhi janji itu wajib secara mutlak, baik janji tersebut mengakibatkan hukuman bagi yang berjanji, ataupun tidak.l Mereka juga beralasan dengan hadits yang tercatat dalam ash-Shahiihain, dimana Rasulullah SAW telah bersabda, "Tanda-tanda orang munafik itu tiga, : bila berjanji dia ingkar, bila berkata dia dusta, dan bila dipercaya dia khianat"

Dalam hadits lain disebutkan, "Ada empat perkara yang apabila (semuanya) ada pada diri seseorang, maka ia menjadi munafiq tulen. Dan barang siapa salah satunya ada padanya, maka (dikatakan) ia memiliki satu ciri dari orang munafiq, hingga dia meninggalkannya" (HR. Muttaffaq alaih)

Diantara para ulama ada juga yang berkata, "Ayat in diturunkan berkenaan dengan peperangan. Seorang laki-laki mengatakan bahwa dirinya telah berperang, padahal dia tidak melakukannya. Ia mengatakan bahwa dirinya telah menikam musuh, padahal ia tidak melakukannya. Ia katakan bahwa dirinya telah bersabar tetapi dia tidak melakukannya."

Kita lihat, saat ini banyak manusia sering untuk menyuruh yang ma'ruf maupun meninggalkan yang munkar, namun mereka sendiri tidak melaksanakan apa yang mereka perintahkan/anjurkan. Misalnya banyak para pemimpin (baik politik, perusahaan, dll) mengatakan, marilah kita bekerja sama memberantas korupsi..namun seringkali mereka yang menganjurkan untuk memberantas korupsi.juga terlibat dalam korupsi.. Ada juga anjuran dilarang untuk mencuri,..namun justru merekalah yang malah mencuri..

Semoga kita terlindung dari kemurkaan Allah dan terhindar dari sifat Munafiq...Amin...

Ringkasan Tafsir Al Qurthubi.

Asbabun nuzul ayat , Abdullah bin Salam berkata, "Sekelompok sahabat Rasulullah SAW mempersilahkan kami mampir, kemudian kami berdiskusi. Kami berkata, 'Seandainya kami mengetahui amalan apakah yang paling disukai oleh Allah Ta'ala, niscaya kami akan mengerjakannya. 'Allah Ta'ala kemudian menurunkan ayat ini...."Telah Bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan......."dst sampai akhir ayat ke 3.'

Page 11: Surah Assoff 2-3

Qatadah dan Adh-Dhahak berkata, "Ayat ini turun pada kaum yang berkata, 'Kami akan berjihad dan kami akan mati.' Namun mereka tidak melakukan (hal itu)

Ayat ini mewajibkan semua orang yang telah mewajibkan dirinya mengerjakan sebuah amalan ketaatan, bahwa dia harus memenuhi hal itu.

Sesuatu yang diwajibkan seperti Nadzar :

Nadzar ini sendiri ada dua bagian :

1. Nadzar untuk mendekatkan diri kepada Allah sejak awal,, seperti ucapan seseorang : Aku akan menunaikan shalat, puasa, sedekah, dan berbagai bentuk pendekatan diri lainnya kepada Allah. Nadzar seperti ini wajib untuk dipenuhi. Hal ini telah disepakati oleh para ulama.

2. Nadzar Mubah, yaitu nadzar yang dikaitkan kepada syarat yang diinginkan, misalnya ucapan seseorang ; Jika milikku yang hilang kembai, aku akan bersedekah. Atau dikaitkan pada syarat yang ditakuti, misalnya ucapan seseorang : Jika Allah memelihara aku dari keburukan anu, maka aku akan bersedekah. Para ulama berbeda pendapat dalam hal ini (Bentuk nadzar ke dua)

Imam Malik dan Abu Hanifah berpendapat bahwa dia wajib memenuhi nadzar tersebut. Sementara Imam Syafi'i mengatakan pada salah satu pendapatnya, bahwa dia tidak wajib memenuhi nadzar tersebut.

Namun keumuman ayat ini merupakan hujjah yang memperkuat pendapat kami (Imam Qurthubi) sebab ayat ini secara absolut mengecam orang yang mengatakan sesuatu, namun dia tidak melakukannya, apapun itu bentuknya, baik yang mutlak ataupun yang dibatasi oleh syarat.

An-Nakha'i berkata, "Ada 3 ayat yang menghalangiku untuk menyampaikan riwayat kepada orang-

Page 12: Surah Assoff 2-3

orang (Pertama Firman Allah Ta'ala), 'Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri' (QS. Albaqarah: 44). (Kedua, Firman Allah Ta'ala) Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang Aku larang (QS Hud:88) (Ketiga, Firman Allah) Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan (QS Ash Shaff:3)

Abu Nu'aim Al Hafizh meriwayatkan dari hadits Malik bin Dinar, bahwa Anas bin Malik berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Aku mendatangi suatu kaum pada malam Isra' yang lidahnya digunting dengan gunting api. Setiap kali lidahnya digunting, maka panjang kembali lidah itu. Aku bertanya (kepada malaikat Jibril), "Siapakah mereka, wahai Jibril? "Jibril menjawab, "Mereka adalah para khatib dari ummatmu yang mengatakan (sesuatu) namun mereka tidak mengerjakan(nya) dan mereka membaca kitab Allah namun mereka tidak mengamalkan(nya) (HR Ibnu Abi Daud dalam Al Mashahif, HR Baihaqi dalam Syu'ab Al Iman dan As Suyuthi dalam Al Jami' Al Kabir)

Firman Allah Ta'ala, "Kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?" Firman Allah tersebut merupakan sebuah Pertanyaan (Istifhaam) yang mengandung makna pengingkaran dan cemoohan. Sebab manusia mengatakan (memerintahkan) kepada kebaikan, padahal dia sendiri tidak mengerjakannya. Sufyan bin Uyainah menakwilkan ayat diatas sbb "Kenapakah kalian mengatakan sesuatu yang tidak diperintahkan kepada kalian, sehingga kalian tidak tahu apakah kalian boleh mengerjakan atau tidak boleh mengerjakan.

FIrman Allah Ta'ala "Amat besar kebencian Allah di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan" Firman Allah Ta'ala diatas merupakan dalil tentang diwajibkannya memenuhi/menepati (apa yang dikatakan) dalam keadaan tertekan dan marah, menurut salah satu dari pendapat Asy-Syafi'i.

Page 13: Surah Assoff 2-3

Tafsir Surah Ash-Shaff Ayat 1-3  Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

حيم الر حمن الر الله سم

Segala puji bagi Allah, Tuhan sekelian alam. Selawat serta salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad SAW keluarga serta para sahabat dan pengikut yang istiqamah menuruti baginda hingga ke hari kiamat.

Sahabat yang dirahmati Allah,

Firman Allah SWT :

الحكيم ) العزيز وهو األرض في وما ماوات الس في ما ه لل ح (1سب Maksudnya : "Telah bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan di bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".)Surah Ash-Shaff )61( ayat 1(

Huraiannya :

Page 14: Surah Assoff 2-3

Segala apa yang di langit dan bumi mengakui bahawa hanyalah Allah SWT yang berhak disembah tidak ada yang lain, Dialah yang menciptakan, menguasai, menjaga kelangsungan hidup, serta menentukan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini.

Dia mempunyai sifat-sifat yang sempurna, semua makhluk tunduk di bawah kehendak-Nya dan Dia menciptakan segala sesuatu sesuai dengan maksud, tujuan yang Dia kehendaki dan sesuai pula dengan kegunaannya.

Tafsir  Jalalain Surah Ash-Shaff ayat 1 : ")Telah bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi( yakni semuanya memahasucikan-Nya. Huruf lam yang terdapat pada lafal lillaah adalah huruf zaidah; dan di sini dipakai lafal maa, kerana lebih mengutamakan yang majoriti )dan Dialah Yang Maha Perkasa( di dalam kerajaan-Nya )lagi Maha Bijaksana( di dalam perbuatan-Nya."

Firman Allah SWT :

تفعلون ) ال ما تقولون لم آمنوا الذين ها أي (2يا

Maksudnya : "Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?" )Surah Ash-Shaff )61( ayat 2(

Huraiannya :

Setelah Allah SWT menerangkan sifat-sifat kesempurnaan-Nya ia memperingatkan manusia akan kekurangan-kekurangan yang ada padanya, iaitu mereka mengatakan suatu perkataan, tetapi mereka tidak mengerjakannya. Seperti mereka mengatakan: "Kami ingin mengerjakan kebaikan-kebaikan yang diperintahkan Allah", tetapi jika datang perintah Allah mereka tidak mengerjakannya.

Ada dua jenis kelemahan manusia yang dikemukakan ayat ini, iaitu:

Pertama : Perkataan mereka tidak sesuai dengan perbuatan mereka. Kelemahan ini kelihatannya mudah diperbaiki, tetapi sukar melaksanakannya. Ramai manusia pandai berbicara, suka menganjurkan suatu perbuatan baik dan memperingatkan agar orang lain menjauhi larangan-larangan Allah SWT, tetapi ia sendiri tidak melaksanakannya. 

Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahawa Abdullah bin Rahawah berkata: "Para mukmin di masa Rasulullah, sebelum jihad di wajibkan, berkata: 'Seandainya kami mengetahui perbuatan-perbuatan yang disukai Allah tentu kami akan memperbuatnya. Maka Rasulullah menyampaikan bahawa perbuatan yang paling disukai Allah, ialah beriman kepada-Nya, berjihad menghapuskan kemaksiatan yang dapat merosakkan iman, mengakui kebenaran risalah yang disampaikan Nabi-Nya: Setelah datang perintah jihad, sebagian orang-orang yang beriman merasa berat melakukannya. Maka turunlah ayat ini sebagai celaan akan sikap mereka yang tidak baik itu."

Page 15: Surah Assoff 2-3

Kedua : Tidak menepati janji yang telah mereka buat. Suka menepati janji yang telah ditetapkan merupakan salah satu ciri dari ciri-ciri orang-orang yang beriman. Jika ciri itu tidak dimiliki oleh seorang yang mengaku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, bererti ia telah menjadi orang munafik.

Rasulullah SAW. bersabda:

: خان أئتمن وإذا أخلف وعد وإذا كذب حدث إذا ثالث المنافقين آية

Maksudnya : "Tanda-tanda orang-orang munafik itu ada tiga macam. Iaitu apabila ia berjanji ia menyalahi janjinya, apabila ia berkata ia berdusta dan apabila ia dipercaya ia khianati.' )Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim(

Tafsir Jalalain Surah Ash-Shaff ayat 2

")Hai orang-orang yang beriman mengapa kalian mengatakan( sewaktu kalian meminta berjihad )apa yang tidak kalian perbuat( kerana ternyata kalian mengalami kekalahan atau kebelakang dalam perang Uhud."

Firman Allah SWT :

تفعلون ) ال ما تقولوا أن ه الل عند مقتا (3كبر Maksudnya : "Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan".)Surah Ash-Shaff )61( ayat 3(

Huraiannya :

Allah SWT memperingatkan amatlah besar dosanya mengatakan atau menyanggupi sesuatu, tetapi ia sendiri tidak melaksanakannya, baik dalam pandangan Allah SWT mahupun dalam pandangan masyarakat.

Menepati janji merupakan tanda iman yang kuat budi pekerti yang agung, sikap yang baik dan mulia pada seseorang, menimbulkan kepercayaan dan penghormatan masyarakat. Sebaliknya perbuatan tidak menepati janji merupakan tanda iman yang lemah, perangai yang buruk dan sikap yang tidak berprikemanusiaan, akan timbul saling mencurigai dan dendam kesumat di dalam masyarakat. Kerana itulah agama Islam sangat mencela orang yang suka berdusta dan menyalahi janji itu.

Supaya sifat tercela itu tidak dimiliki oleh orang-orang beriman alangkah baiknya jika amalan menepati janji dan berkata benar itu dijadikan tujuan pendidikan yang utama diberikan kepada anak-anak di samping beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan melatih diri mengerjakan bentuk-bentuk ibadah yang diwajibkan.

Tafsir  Jalalain Surah Ash-Shaff ayat 3

")Amat besar( yakni besar sekali )kebencian( lafal maqtan berfungsi menjadi tamyiz )di sisi Allah bahawa kalian mengatakan( lafal an taquuluu menjadi fa'il dari lafal kabura )apa-apa yang tiada kalian kerjakan(."

Page 16: Surah Assoff 2-3

Asbabun Nuzul ayat 1-3 Surah Ash-Shaff :

Dari Abdullah bin Salam r.a. dia berkata : " Sekelompok sahabat saling berbincang. Kami berkata ," Jikalau kami tahusuatu perbuatan yang paling di cintai Allah SWT, pasti kami akan melakukannya." )Hadis Sahih Riwayat Hakim, Ahmad dan Tirmidzi(

Sahabat yang dimuliakan,Berdasarkan ayat-ayat di atas jelaslah kepada kita bahawa Allah SWT murka apabila kita memperkatakan sesuatu kebaikan sedangkan kita sendiri tidak melakukannya. Kita melarang orang melakukannya tetapi kita sendiri mengerjakan perbuatan tersebut. Istilah peribahasa mengatakan, :"seperti ketam mengajar anaknya berjalan betul"

Dari Usamah bin Zaid r.a bahawa dia pernah mendengar Nabi SAW  bersabda: "Seorang lelaki didatangkan pada hari kiamat lalu dicampakkan ke dalam api neraka, kemudian ususnya berhamburan keluar lalu dia berputar-putar dengannya seperti berputar-putarnya  himar dengan batu penggilingannya. Kemudian para penghuni syurga berkumpul di hadapannya dan bertanya kepadanya: Apakah yang terjadi padamu?. Tidakkah engkau yang pernah memerintahkan kami kepada Al-Ma’ruf dan yang mencegah kepada yang mungkar?. Dia menjawab: Aku telah memerintahkan kalian dengan yang ma’ruf namun aku sendiri tidak melakukannya dan mencegah kalian kepada dari yang mungkar namun aku mengerjakannya”.)Hadis Sahih Bukhari: 2/236, 437 no: 3627 dan Sahih Muslim: 4/2291 no: 2989(

Dari Jundub bin Abdillah ra bahwa Nabi SAW bersabda: "Perumpamaan orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia namun melupakan dirinya sendiri sama seperti pelita yang menerangi manusia namun membakar dirinya sendiri” )Al-Haitsami berkata di dalam kitab Majma’uz Zawa’id 1/184 diriwayatkan oleh Al-Tabrani di kitab Al-Kabir dan perawinya terpercaya. Dan Al-mundziri berkata di dalam kitab targib wat tarhib: 1/173 sanadnya hasan(

Sahabat yang dikasihi,Marilah sama-sama kita  menyeru kepada kebaikan dan mengajak untuk meninggalkan kejahatan pada masa yang sama kita beramal dan melaksanakan apa yang kita ucapkan. Jika terdapat kelemahan diri maka perbaikailah walaupun belum sempurna sepenuhnya teruskan dan beristiqamah nescaya kita akan diberi kekuatan oleh Allah SWT untuk mengamalkannya.

Page 17: Surah Assoff 2-3

Asbabun Nuzul Surah   Ash-Shaff 15 Jan

asbabun nuzul surah alqur’an

1. Telah bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi; dan Dia-lah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.2. Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?3. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.(Ash-Shaaf: 1-3)10. Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?(Ash-Shaaf: 10)

11. (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui.12. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah

Page 18: Surah Assoff 2-3

yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar.(Ash-Shaaf: 10)

Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan al-Hakim-dishahihkan oleh al-Hakim-, yang bersumber dari ‘Abdullah bin Salam. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Ibnu Abbas bahwa ketika shahabat Rasulullah saw. duduk-duduk bermuzakarah, di antara mereka ada yang berkata: “Sekiranya kami mengetahui amal yang lebih dicintai Allah, pasti kami akan mengerjakannya.” Ayat ini (Ash-Shaaf: 1-2) turun berkenaan dengan peristiwa tersebut, yang kemudian dibacakan oleh Rasulullah saw. sampai akhir surah. Surah ini turun sebagai tuntunan berkenaan dengan amal yang diridhai Allah swt, yaitu berkorban mempertahankan agama dan mengamalkannya.

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Abu Shalih, diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi Hatim dan ‘Ali, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa para shahabat ingin mengetahui amal yang paling dicintai Allah swt dan paling afdol (utama). Maka turunlah ayat ini (Ash-Shaaf: 10-12) yang menegaskan bahwa berjihad adalah amal yang paling utama. Tetapi ternyata mereka segan berjihad sehingga merekapun diperingatkan Allah swt, karena menyalahi ucapannya, yakni dengan diturunkannya surah (Ash-Shaaf: 2-3).

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari ‘Ikrimah yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari adl-Dlahak bahwa ayat li ma taquuluuna maa laa taf’aluun….(mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat) (Ash-Shaaf: 2) turun berkenaan dengan orang-orang yang berkata-kata tentang perang, akan tetapi tidak pernah melakukannya, baik memukul, menusuk, ataupun membunuh.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Muqatil bahwa ayat ini (Ash-Shaaf: 2-3) turun di waktu kaum Muslimin mundur terdesak pada perang Uhud.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Sa’id bin Jubair bahwa ketika turun ayat: yaa ayyuhal ladziina aamanuu hal adul-lukum ‘alaa tijaarotin-tunjiikum min ‘adzaabin aliim. (hai orang-orang yang beriman sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih ?) (Ash-Shaaf: 10) kaum Muslimin berkata: “Sekirannya kami tahu apa yang dimaksud dengan tijaroh (perniagaan) itu, pasti kami akan ikut serta memberikan harta benda dan ahli famili.” Maka Allah menurunkan ayat selanjutnya (Ash-Shaaf: 11) yang menjelaskan bahwa tijaroh (perniagaan) ialah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di Jalan-Nya.

Sumber: Asbabunnuzul KHQ. Shaleh dkk

Page 19: Surah Assoff 2-3

Tafsir Q.S. ash-Shaff (61) : 2-3

Gambar diambil dari http://raudhatulqaanitah.wordpress.com/

Resensi Materi Kajian Selasa, 29 April 2014

oleh Ustadz Abdurrahman Assegaf

"Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." Q.S. ash-Shaff (61):2-3

Ada sahabat yang model jihadnya kalau bercerita, ceritanya seakan-akan dia

Page 20: Surah Assoff 2-3

paling besar, paling berjasa, tidak sesuai dengan yang terjadi di lapangan. Muqatil bin Hayyan rhm:Orang-orang mukmin berkata: Seandainya kami mengetahui amal yang paling dicintai di sisi Allah Swt pastilah kami mengamalkannya. Maka Allah Swt menunjukkan pada mereka amal yang paling dicintainya dengan berfirman : {Sungguh Allah Swt mencintai orang-orang yang berperang di jalan Allah Swt...} lalu dijelaskan kepada mereka, diperintahkan kepada mereka di Uhud, lalu mereka berpaling dari Nabi Muhammad maka turunlah firman.

Zaid bin Aslam r.a.:(mengapa kalian tidak melakukan apa yang tidak dilakukan) ayat ini turun dalam masalah jihad.

Terkait jihad, ada tiga hal:

belum berjihad >> orang enggan berjihad sudah berjihad >> tapi dalam bercerita berlebihan, suka bercerita jihad

tapi tak sesuai di lapangan. sebagian kecil sahabat yang enggan berjihad.

Semangat jihadMujahid rhm:

(mengapa....) hingga firmannya (seakan bangunan) berkenaan dengan beberapa orang dari Anshar di antaranya Abdullah bin Rawahah r.a. Mereka berkata, Seandainya kami mengetahui amal yang paling dicintai Allah Swt pastilah kami mengamalkannya hingga mati. Maka turunlah ayat ini kepada mereka.

Abu Harbi bin Abul Aswad ad-Dudi mengatakan kepada para penghafal al-Quran di Basrah:"Sungguh ayat ini turun bagi penghafal al-Quran, sungguh mereka akan ditanya kelak di hari kiamat."

Ancaman bagi yang memerintah tapi tidak mengamalkan:orang yang memotong bibir-bibir mereka dengan gunting dari api >> khutbah --> menyuruh pada kebaikan tetapi tidak melakukan padahal meeka hafal al-Quran

Jangan sampai mengajak kebaikan tapi tidak melakukan. Kalau kita menyuruh kebaikan, maka usahakan kita lakukan, apabila kita menyuruh untuk menghindari kebaikan, usahakan pula kita hindari.

Q.S. al-Baqarah (2) : 44"Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Kitab (Taurat)? Tidakkah kamu mengerti?"

Usamah bin Zaid r.a., Rasul Saw:Didatangkan di hari kiamat, dilemparkan ke neraka, isi perut keluar lalu berputar

Page 21: Surah Assoff 2-3

seperti keledai. Maka berkumpul kepadanya penduduk neraka, dan mereka berkata : Wahai Fulan, apa yang terjadi padamu? Bukankah dulu amar ma'ruf nahi munkar. Ya betul, aku suka suruh kebaikan tapi tak melakukan dan suruh hindari kemungkaran tapi aku sendiri yang melakukannya. (H.R. Muslim)

Penjelasan para ulama:Tidak meninggalkan amal ma'ruf >> yang penting berusahaAbu Bakar al-Sassas rhm:Wajib tidak bertentangan untuk terus melakukan kebaikan dan (menghindari) kemungkaran. Karena meninggalkan seseorang atas suatu kewajiban tidak menjatuhkan darinya kewajiban lainnya. Bukankah meninggalkan sholat tidak menggugurkan wajibnya berpuasa, dan ibadah lainnya, begitu juga siapa yang tidak melakukan kebaikan dan tidak menghentikan kemungkaran. Sungguh perintah untuk menyuruh pada kebaikan dan mencegah kemungkaran tidak gugur darinya.

Imam Nawawi:Tidak disyaratkan dalam amar ma'ruf dan nahi munkar:harus sempurna : mengamalkan ma'ruf, meninggalkan munkar. Meski ada cela untuk tidak lakukan kebaikan atau kadang melakukan kemungkaran, sesungguhnya ia tetap wajib berdakwah. Dalam berdakwah, tidak harus sempurna.

Page 22: Surah Assoff 2-3

Ash-Shaff, ayat 1-4

 

ماوات وم��ا في األرض وه��و بح لله م��ا في الس�� }س�� ( يا أيها الذين آمن��وا لم تقول��ون م��ا1العزيز الحكيم )

( كب��ر مقت��ا عن��د الله أن تقول��وا م��ا ال2ال تفعل��ون )بيله3تفعل��ون ) اتلون في س�� ( إن الله يحب الذين يق��

ا كأنهم بنيان مرصوص ) ( {4صفBertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan bumi, dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tiada kamu kerjakan. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.

Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan tafsir firman Allah Swt. yang mengawali surat ini dan bukan hanya sekali sehingga tidak perlu diulangi lagi. Yang dimaksud adalah firman Allah Swt.:

ماوات وم��ا في األرض وه��و بح لله م��ا في الس�� }س��العزيز الحكيم{

Bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan bumi; dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Ash-Shaff: l)

Adapun firman Allah Swt.:

}يا أيها الذين آمنوا لم تقولون ما ال تفعلون{

Page 23: Surah Assoff 2-3

Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tiada kamu kerjakan. (Ash-Shaff: 2)

Ini merupakan pengingkaran terhadap orang yang menjanjikan sesuatu janji atau mengatakan sesuatu, lalu ia tidak memenuhinya. Oleh karena itulah maka ada sebagian dari ulama Salaf yang berpendapat atas dalil ayat ini bahwa diwajibkan bagi seseorang menunaikan apa yang telah dijanjikannya secara mutlak tanpa memandang apakah yang dijanjikannya itu berkaitan dengan kewajiban ataukah tidak. Mereka beralasan pula dengan hadis yang disebutkan di dalam kitab Sahihain, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"آية المن��افق ثالث: إذا ح��دث ك��ذب، إذا وع��د أخل��ف،وإذا اؤتمن خان"

Pertanda orang munafik ada tiga, yaitu apabila berjanji ingkar, apabila berbicara dusta dan apabila dipercaya khianat.

Di dalam hadis lain yang juga dalam kitab sahih disebutkan pula:

"أربع من كن فيه كان منافقا خالصا، ومن كانت في��هواحدة منهن كانت فيه خصلة من نفاق حتى يدعها"

Ada empat pekerti yang barang siapa menyandang keempat-empatnya, maka dia adalah munafik militan; dan barang siapa yang menyandang salah satunya, berarti dalam dirinya terdapat suatu pekerti orang yang munafik sampai dia meninggalkannya.

Lalu disebutkan yang antara lainnya ialah mengingkari janji. Kami telah menjelaskan dengan rinci kedua hadis ini di dalam permulaan syarah kitab Imam Bukhari.

Untuk itulah maka Allah mengukuhkan pengingkaran-Nya terhadap sikap mereka yang demikian itu melalui firman berikutnya:

}كبر مقتا عند الله أن تقولوا ما ال تفعلون{Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. (Ash-Shaff: 3)

Imam Ahmad dan Imam Abu Daud telah meriwayatkan melalui Abdullah ibnu Amir ibnu Rabi'ah, yang telah menceritakan bahwa Rasulullah Saw. datang kepada keluarganya yang saat itu ia masih anak-anak. Lalu ia pergi untuk bermain-main, tetapi ibunya memanggilnya, "Hai Abdullah, kemarilah, aku akan memberimu sesuatu." Rasulullah Saw. bertanya kepada ibunya, "Apakah yang hendak engkau berikan kepadanya?" Ibunya menjawab, "Kurma," Rasulullah Saw. bersabda:

"أما إنك لو لم تفعلي كتبت عليك كذبة"Ketahuilah, sesungguhnya andaikata engkau tidak memberinya, tentulah akan dicatat atas dirimu sebagai suatu kedustaan.

Page 24: Surah Assoff 2-3

Imam Malik rahimahullah berpendapat bahwa apabila janji itu berkaitan dengan kewajiban terhadap yang dijanjikan, maka sudah menjadi keharusan penunaiannya. Misalnya ialah seperti seseorang berkata kepada lelaki lain, "Kawinlah kamu, maka aku akan memberikan nafkah sebanyak anu padamu setiap harinya!" Kemudian lelaki yang diperintahnya itu kawin, maka orang yang berjanji demikian kepadanya diwajibkan memberinya apa yang telah ia janjikan kepadanya selama lelaki itu dalam ikatan perkawinannya. Mengingat masalah ini berkaitan dengan hak Adami dan berlandaskan pada prinsip mudayaqah.

Jumhur ulama berpendapat bahwa masalah tersebut di atas penunaiannya bersifat tidak wajib secara mutlak. Dan mereka menakwilkan makna ayat dengan pengertian bahwa ayat ini diturunkan ketika mereka mengharapkan jihad difardukan atas diri mereka. Tetapi setelah jihad diwajibkan atas mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka berpaling darinya, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وا أي��ديكم وأقيم��وا }ألم ت��ر إلى الذين قي��ل لهم كفا كتب عليهم القتال إذا فريق كاة فلم الة وآتوا الز الصية د خش��� ية الله أو أش��� ون الناس كخش��� منهم يخش���رتن��ا إلى وق��الوا ربن��ا لم كتبت علين��ا القت��ال ل��وال أخ أجل قريب قل مت��اع ال��دنيا قلي��ل واآلخ��رة خي��ر لمن اتقى وال تظلمون فتيال أينما تكون��وا ي��درككم الم��وت

ولو كنتم في بروج مشيدة{Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka, "Tahanlah tanganmu (dari berperang), laksanakanlah salat dan tunaikanlah zakat!" Ketika mereka diwajibkan berperang, tiba-tiba sebagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih takut dari itu. Mereka berkata, "Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu lagi?" Katakanlah, "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikit pun.” Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh. (An-Nisa: 77-78)

Dan firman Allah Swt. lainnya yang menyebutkan:

ورة ف��إذا أن��زلت }ويقول الذين آمن��وا ل��وال ن��زلت س��ورة محكم��ة وذك��ر فيه��ا القت��ال رأيت الذين في س��ي علي��ه من قلوبهم مرض ينظرون إليك نظ��ر المغش��

الموت{Dan orang-orang yang beriman berkata, "Mengapa tiada diturunkan suatu surat?” Maka apabila diturunkan suatu surat yang jelas maksudnya dan disebutkan di dalamnya (perintah) perang, kamu lihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya memandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati. (Muhammad: 20), hingga akhir ayat. .

Page 25: Surah Assoff 2-3

Demikian pula artinya ayat ini menurut apa yang diriwayatkan oleh Ali ibnu Abu Talhah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tiada kamu kerjakan. (Ash-Shaff: 2) Dahulu sebelum jihad difardukan, ada segolongan kaum mukmin yang mengatakan bahwa kami sangat menginginkan sekiranya Allah Swt. menunjukkan kepada kami amal perbuatan yang paling disukai-Nya, maka kami akan mengerjakannya. Maka Allah Swt. memberitahukan kepada Nabi-Nya, bahwa amal perbuatan yang paling disukai ialah beriman kepada-Nya tanpa keraguan, dan berjihad melawan orang-orang yang mendurhakai-Nya, yaitu mereka yang menentang keimanan dan tidak mau mengakuinya. Ketika diturunkan perintah berjihad, sebagian dari kaum mukmin tidak senang dengan perintah ini dan terasa berat olehnya. Untuk itulah maka Allah Swt. berfirman: Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tiada kamu kerjakan? (Ash-Shaff: 2) Demikianlah menurut apa yang dipilih oleh Ibnu Jarir.

Muqatil ibnu Hayyan mengatakan bahwa orang-orang mukmin mengatakan, "Seandainya kami mengetahui amal yang paling disukai Allah, tentulah kami akan mengerjakannya." Maka Allah memberikan petunjuk kepada mereka tentang amal yang paling disukai oleh-Nya melalui firman-Nya: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur. (Ash-Shaff: 4) Maka Allah menjelaskan kepada mereka amal tersebut, lalu mereka diuji dalam Perang Uhud dengan hal tersebut, dan ternyata pada akhirnya mereka lari ke belakang meninggalkan Nabi Saw. Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? (Ash-Shaff: 2)

Allah Swt. berfirman bahwa orang yang paling Aku sukai di antara kamu adalah orang yang berperang di jalan Allah.

Di antara mereka ada yang mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan masalah perang; seseorang lelaki mengatakan, "Aku telah berperang," padahal ia tidak ikut perang, dan ia mengatakan, "Aku telah menusukkan tombakku," padahal ia tidak menggunakannya. Dan ia mengatakan, "Aku telah memukulkan pedangku," padahal ia tidak menggunakannya. Dan ia mengatakan, "Aku tetap bertahan dalam medan perang," padahal ia tidak bertahan alias melarikan diri.

Qatadah dan Ad-Dahhak mengatakan, ayat ini diturunkan untuk mencemoohkan suatu kaum yang mengatakan bahwa diri mereka telah berperang, memukulkan pedang mereka dan menusukkan tombak mereka, serta melakukan hal-hal lainnya, padahal kenyataannya mereka tidak melakukan sesuatu pun dari apa yang telah dikatakannya itu.

Ibnu Zaid mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan suatu kaum dari orang-orang munafik. Mereka menjanjikan kepada kaum muslim bahwa mereka akan membantunya, tetapi ternyata mereka tidak memenuhi apa yang mereka janjikan.

Malik telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? (Ash-Shaff: 2) Bahwa yang dimaksud ialah berjihad.

Ibnu Abu Najih telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan firman-Nya: mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?'(Ash-Shaff: 2) sampai dengan firman Allah Swt.: seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (Ash-Shaff: 4) Ayat-ayat tersebut diturunkan berkenaan dengan segolongan orang-orang Ansar yang antara lain

Page 26: Surah Assoff 2-3

ialah Abdullah ibnu Rawwahah. Mereka mengatakan dalam suatu majelis, "Seandainya kita mengetahui amal yang paling disukai oleh Allah, niscaya kita akan mengerjakannya, hingga kita mati," maka Allah menurunkan ayat-ayat tersebut berkenaan dengan mereka. Akhirnya Abdullah ibnu Rawwahah berkata, "Aku akan terus-menerus berjihad di jalan Allah hingga titik darah penghabisan." Pada akhirnya ia gugur mati syahid dalam medan pertempuran.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Farwah ibnu Abul Migra, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Misar, dari Daud ibnu Abu Hindun, dari Abu Harb ibnu Abul Aswad Ad-Daili, dari ayahnya yang mengatakan bahwa Abu Musa mengundang ahli qurra kota Basrah, maka datanglah kepadanya sebagian dari mereka sebanyak tiga ratus orang, semuanya hafal Al-Qur'an. Abu Musa berkata, "Kalian adalah ahli qurra kota Basrah dan orang-orang pilihan mereka." Dan Abu Musa mengatakan bahwa dahulu kami sering membaca suatu surat yang kami kelompokkan ke dalam surat-surat yang diawali dengan tasbih, lalu kami ditakdirkan lupa terhadapnya, hanya aku masih hafal salah satu dari ayatnya yang menyebutkan: Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? (Ash-Shaff: 2) Maka dibebankanlah ke atas pundak kalian persaksian dan kelak di hari kiamat kalian akan dimintai pertanggungjawaban tentangnya.

Untuk itulah maka disebutkan oleh firman Allah Swt.:

ا ك��أنهم ف }إن الله يحب الذين يقاتلون في سبيله ص��بنيان مرصوص{

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (Ash-Shaff: 4)

Hal ini merupakan pemberitaan dari Allah Swt. yang menyatakan kecintaan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang beriman. Apabila mereka berbaris dengan teratur menghadapi musuh-musuh Allah dalam medan pertempuran, mereka berperang di jalan Allah melawan orang-orang yang kafir terhadap Allah agar kalimah Allah-lah yang tertinggi dan agama-Nyalah yang menang lagi berada di atas agama-agama lainnya.

ق��ال اإلم��ام أحم��د: ح��دثنا علي بن عب��د الله، ح��دثنا هشيم، ق��ال مجال��د أخبرن��ا عن أبي ال��وداك، عن أبيول الله سعيد الخدري، رضي الله عنه قال: ق��ال رس��حك الله إليهم: لم: "ثالث يض��� لى الله علي���ه وس��� ص���الة، وا للص�� ف وم إذا ص�� ج��ل يق��وم من اللي��ل، والق�� الر

وا للقتال". والقوم إذا صفImam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Mujalid, dari Abul Waddak, dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Ada tiga macam orang yang Allah rida kepada mereka, yaitu seorang yang mengerjakan salat malam hari, dan kaum yang apabila salat mereka membentuk barisan

Page 27: Surah Assoff 2-3

dengan teratur, serta kaum yang apabila dalam medan perang mereka membentuk barisan dengan teratur.

Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadis Mujalid, dari Abul Waddak alias Jabar ibnu Nauf dengan sanad yang sama.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Na'im Al-Fadl ibnu Dakin, telah menceritakan kepada kami Al-Aswad (yakni Ibnu Syaiban), telah menceritakan kepadaku Yazid ibnu Abdullah ibnusy Syikhkhir yang mengatakan bahwa Mutharrif pernah mengatakan bahwa pernah sampai kepadanya sebuah hadis dari Abu Zar sehingga ia ingin bersua secara langsung dengannya. Lalu ia menemuinya dan bertanya, "Hai Abu Zar, pernah sampai kepadaku sebuah hadis darimu, maka aku ingin sekali bersua denganmu." Abu Zar menjawab, "Ayahmu milik Allah, sekarang engkau telah bersua denganku, maka kemukakanlah maksudmu!" Aku berkata, "Pernah sampai kepadaku suatu hadis darimu bahwa engkau pernah mengatakan Rasulullah Saw. telah menceritakan kepada kalian (para sahabat) bahwa Allah murka terhadap tiga macam orang dan menyukai tiga macam orang lainnya." Abu Zar menjawab, "Benar, janganlah engkau mempunyai prasangka bahwa aku berdusta terhadap kekasihku (Nabi Saw.)." Aku bertanya, "Maka siapakah tiga macam orang yang disukai oleh Allah itu?" Abu Zar menjawab, bahwa seorang lelaki yang berperang di jalan Allah, ia keluar berjihad dengan mengharapkan rida Allah dan pahala-Nya, lalu berhadapan dengan musuh. Dan kamu akan menjumpai hal yang membenarkannya di dalam Kitabullah. Kemudian Abu Zar membacakan firman-Nya: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (Ash-Shaff: 4) Kemudian disebutkan hal yang selanjutnya hingga akhir hadis.

Demikianlah hadis ini diketengahkan melalui jalur ini dengan teks seperti yang disebutkan di atas, tetapi yang dikemukakan di atas adalah ringkasannya.

Imam Turmuzi dan Imam Nasai telah mengetengahkannya melalui hadis Syu'bah, dari Mansur ibnul Mu'tamir, dari Rib'i ibnu Hirasy, dari Zaid Ibnu Zabyan, dari Abu Zar dengan teks yang lebih panjang daripada hadis di atas lagi lebih lengkap. Kami telah mengetengahkannya di tempat yang lain.

Diriwayatkan dari Ka'bul Ahbar. Ia mengatakan bahwa Allah Swt. berfirman berkenaan dengan berita gembira kedatangan Nabi Muhammad Saw., "Hamba-Ku yang bertawakal lagi terpilih, bukanlah orang yang keras, bukan pula orang yang kasar, serta bukan pula orang yang bersuara gaduh di pasar-pasar; dan dia tidak membalas keburukan dengan keburukan lainnya, tetapi dia memaaf dan mengampuni. Kelahirannya di Mekah, dan tempat hijrahnya ialah di Tabah (Madinah); kerajaannya di negeri Syam. Umatnya adalah orang-orang yang banyak memuji Allah, mereka memuji Allah dalam keadaan apa pun. Dan pada setiap rumah mereka terdengar suara dengungan seperti dengungan lebah di udara di waktu sahur (karena membaca Al-Qur'an). Mereka membasuh anggota-anggota tubuhnya (berwudu) dan gemar mengenakan kain separo badan mereka; saf mereka dalam pertempuran sama dengan saf mereka dalam salat." Kemudian Ka'bul Ahbar membacakan firman-Nya: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (Ash-Shaff: 4) Mereka adalah kaum yang selalu memperhatikan matahari (untuk waktu salat mereka), mereka selalu mengerjakan salat di mana pun waktu salat mereka jumpai sekalipun mereka berada di atas punggung hewan kendaraan. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.

Page 28: Surah Assoff 2-3

Sa'id ibnu Jubair mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur. (Ash-Shaff: 4) Bahwa Rasulullah Saw. tidak sekali-kali berperang melawan musuh melainkan terlebih dahulu mengatur barisan pasukannya membentuk saf, dan ini merupakan strategi yang diajarkan oleh Allah Swt. kepada orang-orang mukmin. Dan firman Allah Swt.: seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (Ash-Shaff: 4) Yaitu sebagian darinya menempel dengan sebagian lainnya dalam saf peperangan.

Muqatil ibnu Hayyan mengatakan bahwa sebagiannya menempel ketat dengan sebagian yang lain.

Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (Ash-Shaff: 4) Yakni kokoh dan tidak rapuh, sebagiannya menempel ketat dengan sebagian yang lain dalam barisan safnya.

Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (Ash-Shaff: 4) Tidakkah Anda melihat para pekerja bangunan? Mereka tidak suka bila bangunan yang dikerjakannya acak-acakan. Demikian pula Allah Swt. tidak suka bila perintah-Nya diacak-acak. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada kaum mukmin untuk berbaris dengan rapi dalam peperangan mereka dan juga dalam salat mereka, maka peganglah oleh kalian perintah Allah Swt. ini, karena sesungguhnya perintah ini akan menjadi pemelihara diri bagi orang yang mengamalkannya. Semua pendapat di atas di kemukakan oleh Ibnu Abu Hatim.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Sa'id ibnu Amr As-Sukuni, telah menceritakan kepada kamj Baqiyyah ibnul Walid, dari Abu Bakar ibnu Abu Maryam, dari Yahya ibnu Jabir At-Ta'ir, dari Abu Bahriyyah yang mengatakan bahwa dahulu mereka tidak suka berperang dengan mengendarai kuda dan mereka lebih suka berperang dengan jalan kaki karena ada firman Allah Swt. yang mengatakan: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh. (Ash-Shaff: 4)

Dan tersebutlah bahwa Abu Bahriyyah sering mengatakan, "Apabila kalian melihatku menoleh dalam safku, maka pukullah daguku."

Page 29: Surah Assoff 2-3

Tafsir surah ass soff

Hari ini sempat membaca tafsir Surah as-Saff di Laman Tarbawi Saya ambil kesempatan kongsikan di blog ini. Untuk melihat terjemahan surah ini klik SINI Tulisan ini merupakan tafsiran Surah al Shaff, sebuah imbasan daripada karangan as Syahid Syed Qutb rahimahuLlah yang berjudul, 'Tafsir Fi Dzilal Al Quran', sebuah tafsiran yang ditulisnya ketika beliau berada di jerjak penjara. Surah al Shaff bertujuan memacak dua asas yang begitu jelas disebut di samping isyarat- isyarat lain yang turut disentuh sekitarnya. Iaitu : PERTAMA : Bertujuan memacakkan keyakinan di dalam diri setiap Muslim bahawa agama Islam adalah satu agama dan manhaj Ilahi yang terakhir untuk manusia. Ia pula telah didahului sebelumnya oleh beberapa bentuk manhaj yang bersesuaian dengan tahap-tahap perkembangan sejarah dan pengalaman kehidupan manusia yang dapat membina asas yang teguh untuk agama terakhir ini. Justeru surah ini telah menyebut tentang risalah Nabi Musa A.S dan kaumnya yang menyakiti dan menyeleweng daripadanya yang menamatkan kelayakan mereka sebagai pemegang amanah risalah Allah di muka bumi ini. Ia juga menyebut tentang risalah Nabi Isa A.S termasuklah kedudukannya sebagai penyambung risalah Nabi Musa di samping menjadi penyedia tapak dan pembawa khabar gembira kepada kehadiran al Rasul dan risalah langit yang terakhir. Oleh itu, Baginda Al Masih diutuskan untuk menyerahkan amanah ini kepada Nabi Muhammad S.A.W. Takdir Allah menentukan bahawa perjalanan risalahNya sepanjang zaman akhirnya berhenti dan terbina teguh di tangan Nabi Muhammad yang mulia. KEDUA : Di atas asas yang pertama ini, terbina pula asas kedua yang ditekankan oleh surah ini iaitu terbentuknya rasa tanggung jawab dan taklif yang berat yang perlu dipikul oleh umat Islam yang menerima amanah agung tersebut daripada umat-umat yang terdahulu. Ia lantas mendorong mereka untuk memasang niat yang benar dan ikhlas kepada perjuangan menegakkan amanah ini. Ia tidak ragu-ragu lagi bahkan menempelak sikap nifaq di dalam perjuangan. Di pertengahan surah pula, Allah mendorong seluruh warga iman untuk menyambut seruan kepada satu perniagaan paling menguntungkan di dunia dan akhirat iaitu berjihad di jalan Allah dengan seluruh jiwa dan raga. Surah al Shaff diakhiri dengan ajakan terhadap warga iman agar menjadi penolong dan pembantu kepada Allah sebagaimana golongan Hawariyyun yang telah menyatakan kesanggupan mereka di hadapan Nabi Isa AS sekalipun Baginda ditentang oleh Bani Israel sendiri. Inilah dua asas utama yang merangkum segala isi di dalam surah al Shaff. Ia termasuklah kecaman terhadap golongan yang menentang agama terakhir ini yang berusaha bermatian untuk memadamkan cahayanya. Maka adalah jelas di sisi seorang Muslim bahawa agamanya adalah agama Allah yang terakhir. Dia terbeban dengan amanah besar ini. Dia diwajibkan berjihad demi agamanya itu. Dia bahkan, tidak boleh teragak-agak lagi. Akhlaknya adalah benar dan ikhlas. Tidak boleh berkata apa yang dia sendiri tidak buat. Kata dan perbuatannya adalah sama. Zahir dan batinnya adalah sama. Dirinya adalah dirinya sepanjang masa tanpa nifaq dan ragu-

Page 30: Surah Assoff 2-3

ragu. Dia konsisten dalam perjuangan dan keikhlasannya. Itulah akhlak yang agung. A001 "Segala yang ada di langit dan yang ada di bumi, tetap mengucap tasbih kepada Allah; dan Dia lah Yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana".(As-Saff 61:1) Surah al Shaff yang isi besarnya adalah bertujuan memperteguhkan konsep amanah agung yang dibebankan ke atas umat Islam ini telah dimulai dengan perkhabaran tentang kumat-kamit tasbih dan kalimat-kalimat pujian dan penyucian oleh seluruh makhluk Allah di langit dan bumi terhadapNya daripada sebarang kekurangan. Ia adalah satu isyarat yang mengilhamkan rasa kebersamaan di sisi umat Islam bahawa risalah Islam yang dipikulnya itu adalah satu amanah kewujudan seluruhnya. Ia adalah satu perjuangan menegakkan akidah isi alam seluruhnya dan kemenangannya adalah kemenangan buat seluruh alam yang tunduk dan menuju kepada Allah, Tuhan sekalian alam. A002 "Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu memperkatakan apa yang kamu tidak melakukannya!"(As-Saff 61:2) A003 "Amat besar kebenciannya di sisi Allah – kamu memperkatakan sesuatu yang kamu tidak melakukannya" (As-Saff 61:3) A004 "Sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang berperang untuk membela agamaNya, dalam barisan yang teratur rapi, seolah-olah mereka sebuah bangunan yang tersusun kukuh" (As-Saff 61:4) Kemudian Allah terus mengutuk keras terhadap satu kejadian yang berlaku di kalangan satu kelompok umat Islam yang dibenciNya iaitu kejadian menolak untuk melakukan perkara yang mereka katakan. Mengikut satu riwayat oleh Ali bin Talhah daripada Ibnu Abbas bahawa segolongan orang beriman sebelum diturunkan kefardhuan berjihad telah berangan-angan dan berkata, jikalah Allah tunjukkan kepada mereka sebaik-baik amalan lalu mereka akan segera beramal dengannya.Allah lalu mengkhabarkan NabiNya bahawa amal yang terbaik adalah beriman denganNya tanpa ragu-ragu dan berjihad menentang musuhNya. Tatkala diturunkan ayat jihad, segolongan mereka menjadi keberatan dan membencinya. Allah memurkai sikap mereka lalu menurunkan ayat di atas. Ayat ini walaupun diturunkan di dalam isu jihad, tetapi ia bukan khusus bertumpu kepada semata-mata soal jihad, bahkan ia meluas dan merangkum ke semua aspek dan lapangan kerja umat Islam bahawa Allah membenci dan memurkai sifat munafik yang merosakkan binaan peribadi muslim yang mulia iaitu sifat benar di dalam akhlak dan tingkah lakunya dan sentiasa sama di antara luar dan dalamnya. Justeru ayat pertama bermula dengan kecaman terhadap satu sikap yang keji iaitu berkata-kata terhadap perkara yang tidak dilakukan. Ayat kedua kemudiannya menambahkan kepanasan kecaman itu dengan membayangkan kemurkaanNya dengan kalimah 'al maqt' yang bermaksud kemarahan yang melampau. Ayat ketiga seterusnya merujuk kepada kejadian asal yang dimurkai iaitu perihal menolak jihad di jalan Allah. Ada tiga kesinambungan yang disebutkan di dalam ayat perang itu. Ia bukan hanya perang, bahkan hendaklah di jalan Allah. Ia pula hendaklah dalam satu saf dan jamaah. Ia juga mestilah teguh, penuh konsisten dan istiqamah. Tiga ikatan yang bersambungan inilah yang dimaksudkan dengan jihad yang disukai oleh Allah. Islam Membina Umat Sesungguhnya Al Quran datang untuk membina satu umat. Ia dibina untuk memikul amanat ugamanya di muka bumi. Justeru ia membina peribadi dan peribadi itu dibina di dalam jamaah. Pembinaan itu pula berlaku secara amalan dan praktikal dalam satu masa. Maka Islam tidak tergambar kecuali di dalam satu ruang himpunan yang tersusun, memiliki ikatan, peraturan dan tujuan iaitu membina manhaj Ilahi di dalam diri dan masyarakat di muka bumi. Ia membina sebuah masyarakat yang hidup, bergerak, bekerja dan menghasil produk kehidupan yang membangunkan muka bumi di dalam hudud dan lingkungan manhaj Ilahi. Islam, di sebalik kesungguhannya membina peribadi, bukanlah agama untuk golongan yang suka menyendiri dan lari daripada masyarakatnya. Sebaliknya, Islam datang untuk mentadbir kehidupan dan menguruskannya. Maka pembinaan Islam terhadap diri dan peribadi adalah menumpu kepada asas bahawa mereka mesti hidup di dalam masyarakat dan bersama masyarakat menuju Allah dan manhajNya. Itulah pembinaan di hari pertama dakwah al Rasul bermula. Ia membina sebuah jamaah sahabat yang dipimpin oleh ketaatan dan kepatuhan kepada ketua dan akhlak jamaah. Ia terbina lebih awal sebelum

Page 31: Surah Assoff 2-3

terbinanya negara Islam di kota Madinah, bahkan ia menjadiwasilah ke arah pembinaan negara Islam yang pertama itu. Ketiga-tiga ayat di atas sebenarnya menunjukkan berlakunya cernaan akhlak peribadi yang dibina di dalam keperluan masyarakat dan jamaah. Ayat pertama dan kedua yang menggambarkan kemurkaan Allah terhadap mulut yang terlalu mudah berkata perkara yang tidak dilakukannya telah memperteguhkan keperluan pembinaan sifat benar (al shidq) dan konsisten (al istiqamah). Tanda sifat jati mukmin ini sebenarnya telah diulang berkali-kali oleh Allah dan Rasulnya di dalam Al Quran dan Al Sunnah. Tiga Pemerhatian Ada tiga pemerhatian yang perlu diketengahkan daripada ayat ketiga yang menyebut mengenai al jihad: Perihal diri manusia yang kadang-kadang dilanda saat-saat kelemahan. Tiada yang dapat menyelamatkannya selain pertolongan Allah melalui tazkirah, taujihat dan tarbiyah yang berterusan. Mengikut riwayat, mereka adalah segolongan Muhajirin yang berangan-angan jikalau Allah memfardhukan jihad perang semasa awal dakwah di kota Makkah, pasti mereka akan menyahutnya. Tetapi sebaik Allah menurunkan kefardhuan jihad, sebahagian mereka berundur ke belakang. Atau, mereka adalah golongan Ansar yang berangan untuk mengetahui dan melakukan sebaik-baik amalan. Tetapi apabila dikhabarkan bahawa ia adalah jihad, sebahagian mereka membencinya pula. Mereka adalah Para Sahabat yang di sebalik kekuatan, turut terserlah kelemahan diri. Justeru adalah jelas keperluan memahami diri (al nafs) dan kelemahannya agar difahami betapa pentingnya pemerkasaan, pengukuhan, taujihat dan tarbiyah yang berterusan terhadap diri. Perihal kesukaan Allah terhadap hamba-hambaNya yang berjuang secara berjamaah di jalanNya. Arahan ini bagaikan satu penawar untuk mencergaskan diri orang Mukmin untuk mara berjihad tanpa rasa lemah dan malas. Sesungguhnya Islam tidak menyukai perang tetapi ia tetap memfardhukannya kerana keadaan yang memaksanya dan matlamat kedatangannya yang agung. Dakwah ini walaupun serasi dan menyambut segala keperluan dan kehendak fitrah kemanusiaan yang sejahtera, tetapi ia memerlukan kekuatan yang hebat untuk diterima diri manusia yang terpaksa bertembung dan berlawan dengan kelemahan dan kejahilan diri di samping kedegilan untuk terus mengekalkan adat dan warisan lama yang sesat. Ia turut pula berhadapan kekuatan musuh yang berhimpun untuk menentangnya demi mempertahankan kelebihan-kelebihan yang dimiliki hasil kemenangan jahiliyah di dalam kehidupan yang menolak agama dan fitrah. Justeru amat jelas betapa gerombolan iman memerlukan kekuatan yang akan menjaga dan mengawalnya daripada serangan, bahkan mengalahkan tentera jahiliyah tersebut. Bahkan jelas sekali, di saat tiada lagi wasilah selain perang, maka jihad adalah kefardhuan yang tidak boleh dinafikan lagi haknya. KETIGA : Perihal keadaan jihad yang disukai Allah iaitu dalam keadaan tersusun dan bersaf bagaikan sebuah bangunan yang teguh. Ia adalah kewajiban fardhiah dalam bentuk jama'ie dalam jamaah yang tersusun. Ini kerana musuh yang memerangi Islam bergerak dalam kekuatan jamaah. Maka begitulah kekuatan Islam mestilah kekuatan yang sama dan menandingi kekuatan musuh. Kemudian, tabiat agama juga menuntut kemenangan secara jama'ie kerana ia membina masyarakat dalam proses pemerintahan jamaie dan tunduk kepadanya. Islam tidak terbina di atas kekuatan individu dan pemerintahan individu. Ia adalah gambaran yang jauh daripada tabiat agama Islam. Tasawwur yang tergambar daripada sebuah binaan yang teguh yang di-tamsilkan oleh ayat ini melukiskan untuk umat Islam gambaran tabiat agama mereka, menerangkan batu tanda perjalanan dan tuntutan kesatuan dan kerja sama yang perlu diterapkan oleh mereka di dalam kehidupan Islami. Mereka mestilah sering meneguhkan, menampal kecacatan dan menyempurnakan binaan. A005 "Dan (ingatlah peristiwa) ketika Nabi Musa berkata kepada kaumnya: Wahai kaumku! Mengapa kamu menyakiti daku, sedang kamu mengetahui bahawa sesungguhnya aku ini Pesuruh Allah kepada kamu? Maka ketika mereka menyeleweng (dari kebenaran yang mereka sedia mengetahuinya), Allah selewengkan hati mereka (dari mendapat hidayah petunjuk); dan sememangnya Allah tidak memberi hidayah petunjuk kepada kaum yang fasik – derhaka" (As-Saff 61:5) A006 "Dan (ingatlah juga peristiwa) ketika Nabi Isa ibni Maryam berkata: Wahai Bani Israel, sesungguhnya aku ini Pesuruh Allah

Page 32: Surah Assoff 2-3

kepada kamu, mengesahkan kebenaran Kitab yang diturunkan sebelumku, iaitu Kitab Taurat, dan memberikan berita gembira dengan kedatangan seorang Rasul yang akan datang kemudian daripadaku – bernama: Ahmad. Maka ketika ia datang kepada mereka membawa keterangan-keterangan yang jelas nyata, mereka berkata: Ini ialah sihir yang jelas nyata!" (As-Saff 61:6) Dua ayat ini menggambarkan kisah dan peringkat perjalanan manhaj Ilahi yang penuh onak di dalam risalah-risalah sebelum kedatangan Islam sebagai manhaj Ilahi yang terakhir. Pengkhianatan Bani Israel terhadap Nabi Musa AS adalah pelbagai dan berpanjangan. Jihad Baginda pula di dalam membetulkan dan memimpin mereka adalah sebuah jihad yang begitu sukar dan memenatkan. Kisah-kisah Bani Israel yang berupa pengkhiatan yang pelbagai dan jihad yang sukar itu disebut begitu banyak di dalam Al Quran. Sila baca sejarah mereka di dalam al Quran. Ayat di atas menyebut mengenai kata-kata kecaman Nabi Musa terhadap tindakan mereka, tetapi dalam nada penuh kelembutan. Malangnya, di sebalik segala usaha dan cara yang dikorbankan demi umatnya, Bani Israel terus menyeleweng. Lalu Allah menambahkan lagi penyelewengan mereka. Hati mereka diselewengkan sehingga tidak lagi layak untuk memikul amanah ugama ini dek kesesatan mereka yang nyata. Maka berakhirlah peranan agung mereka di muka bumi. Kemudian datang pula Nabi Isa AS dengan perkhabaran bahawa baginda adalah utusan Allah, bukan tuhan atau anak tuhan dan bukan satu dalam tiga. Ia manhaj Ilahi yang membenarkan ajaran Nabi Musa dan membawa khabar gembira mengenai kelahiran rasul agung yang akan datang selepasnya bernama Ahmad. Ia satu bentuk yang melukiskan talian dakwah Ilahi yang saling mengikat dan serah menyerah amanat itu dari satu risalah kepada risalah yang datang selepasnya. Ia manhaj Ilahi yang satu pada asasnya dan pelbagai pada bentuknya berdasarkan persediaan dan pengalaman manusia di zamannya yang berkembang sehingga akalnya menjadi masak dan matang untuk sebuah syariat dan manhaj Allah yang sempurna. Perkhabaran gembira oleh Nabi Isa terhadap kedatangan Nabi Muhammad adalah thabit dan pasti melalui nas Al Quran ini. Ia tidak terikat dan merujuk kepada versi kitab-kitab Injil yang berada di tangan penganut Kristian hari ini samada wujud sebutan mengenai kedatangannya atau tidak. Ini kerana sejarah penulisan kitab Injil yang penuh kekeliruan itu tidak melayakkannya untuk menjadi rujukan dan pemutus di dalam urusan ini. Al Quran pula, ketuanannya sebagai risalah Allah yang asli adalah jelas dan tiada syak lagi. Justeru segala isinya adalah benar. A007 "Dan tidak ada yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan perkara dusta terhadap Allah, sedang ia diajak kepada memeluk Islam; dan (ingatlah), Allah tidak memberi hidayah petunjuk kepada orang-orang yang zalim" (As-Saff 61:7) A008 "Mereka sentiasa berusaha hendak memadamkan cahaya Allah (agama Islam) dengan mulut mereka, sedang Allah tetap menyempurnakan cahayaNya, sekalipun orang-orang kafir tidak suka (akan yang demikian)" (As-Saff 61:8) A009 "Dia lah yang telah mengutus RasulNya (Muhammad S.A.W) dengan membawa hidayah petunjuk dan agama yang benar (agama Islam), supaya ia memenangkannya dan meninggikannya atas segala agama yang lain, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukainya" (As-Saff 61:9) Tampak daripada kehadiran ayat-ayat di atas selepas sebutan kisah Bani Israel bahawa ianya ditumpukan kepada mereka yang menunggu, tetapi kemudiannya menolak secara keras berita gembira kedatangan Rasul akhir zaman di samping penentangan dan tipu daya berterusan mereka demi menyekat perkembangan dakwah Islam. Bani Israel telah membina sikap memusuhi dakwah baru ini dengan merancang segala usaha jahat dan memeranginya dengan pelbagai cara. Ia terus berlangsung sejak awal kisah dakwah sehinggalah hari ini tanpa pernah berhenti walau seketika. Mereka menuduhnya sebagai perbuatan sihir yang nyata, tuduhan yang sama dilakukan oleh golongan musyrikin tidak berkitab di kota Makkah. Mereka memeranginya dengan menanam bibit-bibit fitnah dan percakaran sesama sendiri di dalam kem tentera Muslimin di Madinah. Mereka bekerja sama dengan golongan munafiqin, bahkan dengan golongan musyrikin juga dengan mengkhianati janji dan menyertai tentera musyrikin yang datang memerangi negara mereka sendiri sebagaimana berlaku di dalam perang Ahzab.

Page 33: Surah Assoff 2-3

Mereka mencetuskan dan menyebarkan fitnah ke atas isteri Rasulullah SAW di tangan Abdullah bin Ubai, ke atas Saidina Uthman di tangan Abdullah bin Saba' dan terus menerus memerangi umat Islam dengan cerita-cerita Israeliyatyang dimasukkan ke dalam sumber utama umat Islam. Ia terus berlangsung sehingga abad akhir kini. Gerakan Zionis dan kristianisasi antarabangsa bersatu melakukan tipu daya memerangi Islam. Di Timur, tercetus perang salib yang panjang manakala di Barat mereka memeranginya di Andalus dan akhirnya mereka masuk ke tengah dan menghancurkan kerajaan khilafah yang terakhir di Turki. Pada kandungan ayat 8 menggambarkan satu hakikat dan melukiskan satu gambaran persendaan terhadap golongan musuh Islam. Mereka melakukan tuduhan bahawa al Rasul dan dakwahnya adalah sihir. Mereka lalu berusaha keras menikam dan melakukan segala tipu daya untuk membunuh agama Islam dan memadamkan cahayanya. Alangkah memalukan dan alangkah lemahnya mereka di hadapan sebuah agama yang Allahlah pemiliknya dan penyempurna kepada kesudahannya yang agung. Benarlah janji Allah. Dia menyempurnakan agamaNya di dalam hayat Baginda SAW. Dia membina sebuah jamaah Muslimah yang begitu sempurna yang menayangkan satu gambaran masyarakat agung yang jelas dan hidup untuk generasi selepasnya. Dia menyempurnakan agamaNya dan nikmatNya ke atas umat Islam. Mereka mencintainya, berjuang di jalannya dan setiap mereka lebih rela dicampak ke dalam api yang panas demi mempertahan dan menikmati keagungan agamaNya itu. Bagaimanakah digambarkan cahaya Allah mampu dihembus mati oleh hembusan dari mulut-mulut manusia? Terjadilah takdir dan ketentuan Allah Yang Maha Agung bahawa agama Islam akhirnya memperolehi kemenangan di atas muka bumi ini. Persaksian Allah adalah jelas bahawa agama ini adalah petunjuk dan agama yang benar (al huda dan din al haq). Ia adalah kata putus. Ia hujah sepanjang zaman yang menolak seluruh agama lain ke hujung yang kelam. Agama-agama langit telah diselewengkan dan jika ada secalit yang kekal, maka ia sudah tidak sesuai lagi untuk memandu kehidupan manusia baru yang telah mencapai puncak kematangan. Ia syariat lama yang telah dihakis masanya untuk berperanan. Ada pun agama-agama berhala yang lain, Islam datang dengan hujah keesaan Allah yang cukup jelas bagai sinaran suria yang menerangi.Adapun secara realitinya pula, telah jelas penyempurnaan Allah terhadap agama dengan kemenangan-kemenangan yang dicapai oleh agamaNya sehingga terus tersebar ke serata alam samada melalui jihad di tanah yang keras atau melalui dakwah yang aman di tanah yang lembut.Bahkan melalui dakwah aman di sebelah Timur, Islam telah dianuti oleh penduduknya berganda-ganda berbanding jumlah penganutnya pada jihadnya yang pertama. Ayat-ayat di atas hakikatnya telah menjadi pendorong utama kepada umat Islam sepanjang zaman untuk terus memikul amanah yang telah gagal disempurnakan oleh Yahudi dan Nasrani. Ia membina ketenangan dengan janji daripada Allah. Tiadalah mereka selain menjadi alat kepada janji Allah Yang Maha Esa. A010 "Wahai orang-orang yang beriman! Mahukah Aku tunjukkan sesuatu perniagaan yang boleh menyelamatkan kamu dari azab seksa yang tidak terperi sakitnya?" (As-Saff 61:10) A011 "Iaitu, kamu beriman kepada Allah dan rasulNya, serta kamu berjuang membela dan menegakkan agama Allah dengan harta benda dan diri kamu; yang demikian itulah yang lebih baik bagi kamu, jika kamu hendak mengetahui (hakikat yang sebenarnya)" (As-Saff 61:11) A012 "(Dengan itu) Allah akan mengampunkan dosa-dosa kamu, dan memasukkan kamu ke dalam taman-taman yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, serta ditempatkan kamu di tempat-tempat tinggal yang baik dalam Syurga Adn. Itulah kemenangan yang besar" (As-Saff 61:12) A013 "Dan ada lagi limpah kurnia yang kamu sukai, iaitu pertolongan dari Allah dan kemenangan yang cepat (masa berlakunya). Dan sampaikanlah berita yang mengembirakan itu kepada orang-orang yang beriman" (As-Saff 61:13) A014 "Wahai orang-orang yang beriman! Jadikanlah diri kamu pembela-pembela (agama) Allah sebagaimana (keadaan penyokong-penyokong) Nabi Isa ibni Maryam (ketika ia) berkata kepada penyokong-penyokongnya itu: Siapakah penolong-penolongku (dalam perjalananku) kepada Allah (dengan menegakkan agamaNya)? Mereka menjawab: Kamilah pembela-pembela (agama) Allah! (Setelah Nabi Isa

Page 34: Surah Assoff 2-3

tidak berada di antara mereka) maka sepuak dari kaum Bani Israel beriman, dan sepuak lagi (tetap) kafir. Lalu Kami berikan pertolongan kepada orang-orang yang beriman untuk mengalahkan musuhnya, maka menjadilah mereka orang-orang yang menang" (As-Saff 61:14) Di bawah lembayung kisah akidah dan pertentangannya yang berterusan dengan musuh, Al Quran bergema dengan seruan indah ke atas seluruh orang yang beriman kepada satu perniagaan paling menguntungkan di dunia dan akhirat iaitu perniagaan iman kepada Allah dan berjihad di jalanNya. Dengan pelbagai keindahan bentuk dan lenggok bahasa yang digunakan, ia jelas bertujuan menetapkan satu seruan yang mesti disahut oleh orang-orang yang beriman. Ia bermula dengan seruan khusus terhadap orang-orang beriman dan disusuli dengan tawaran dalam nada pertanyaan daripada Allah sendiri yang mendorong mereka untuk menyahut seruan itu. Siapakah yang tidak merindui seruan daripada Allah yang menunjuki kepada sebuah perniagaan yang paling menguntungkan? Kemudian, pertanyaan yang begitu diharapkan jawaban segera itu lantas diperolehi tanpa lengah-lengah, saat seluruh pendengaran orang-orang yang beriman tertumpu kepadanya. "...Kamu beriman kepada Allah dan RasulNya". Itu debaran pertama dan sesungguhnya mereka telah beriman kepada Allah dan RasulNya itu. Kemudian debaran kedua yang menjadi topik segera menyusul, "...Dan kamu berjihad di jalan Allah dengan harta dan diri kamu". Kalimah Allah diulang-ulang agar hati mereka menjadi segar dengan janji tuhan yang agung. Kemudian diikuti dengan janji keelokan dan kebaikan, "...Itu adalah lebih baik untuk kamu jika sekiranya kamu mengetahui". Allah lalu menambahkan kejelasan maksud kebaikan yang dijanjikan itu. "Dia mengampunkan dosa-dosa kamu dan memasukkan kamu ke dalam syurgaNya yang mengalir...". Sesungguhnya ia adalah benar-benar satu perniagaan yang paling menguntungkan. Hayat yang pendek di dunia ini digantikan dengan kehidupan mewah yang abadi di akhirat nanti. Tetapi kelebihan Allah amat besar. Dia maha mengetahui bahawa jiwa manusia itu lebih melekat kepada janji yang lebih dekat. Allah lalu menyahut keinginan hambaNya dengan janji yang lebih dekat, iaitu pertolongan daripadaNya dan kemenangan agamaNya yang dekat di dunia ini. Di sini keuntungan perniagaan mencapai kemuncaknya. Ia hanya mampu datang daripada Allah yang takkan kering khazanahNya yang luas.Sesungguhnya manusia yang beriman yang memahami hakikat iman kepada Allah dan hidup dengan hatinya yang segar, kemudian dia melihat kepada sempitnya dunia dan ajal umurnya sudah pasti tidak mampu hidup walau sesaat tanpa iman yang agung ini. Ia tidak mungkin lagi ragu-ragu untuk berjihad di jalan demi menegakkan akidahnya itu dan menanti janji agung Tuhannya. Tetapi Allah Maha Mengetahui bahawa jiwa itu kadang-kadang dirundung rasa lemah dan lelah. Semangat boleh menjunam dan rasa ingin selamat kadang-kadang mendorong diri untuk berpuas hati dengan realiti kelemahan yang ada. Justeru Allah menyudahkan surah ini dengan satu seruan baru yang membawa kepada rasa yang baru, tolakan yang baru dan isyarat yang baru. "Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu pembantu Allah sebagaimana golongan Hawariyyun...", Hawariyyun adalah murid-murid kepada Nabi Isa A.S. Di mana lagi tempat yang lebih tinggi berbanding kedudukan sebagai pembantu Allah? Inilah janji yang lebih tinggi daripada janji syurga dan kenikmatannya. Jadilah pembantu Allah. Perolehilah kemuliaan besar ini. Pengajaran adalah jelas bahawa seruan di dalam ayat di atas adalah demi membangkitkan jiwa orang-orang yang beriman dengan Allah yang diamanahkan untuk memikul beban dakwah ini agar terus bersedia dan siap siaga di dalam menolong Allah dan agamaNya. Pusingan akhir ini turut berakhir dengan janji kemenangan dan sokongan Allah terhadap mereka yang menyahut seruan iman ke atas musuh mereka. Kemenangan akhirnya adalah menjadi milik pembantu Allah yang beriman. Ustaz Nik Mohamad Abduh Nik Abdul Aziz Pengerusi Akademi Tarbiyah DPPM

Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ

Page 35: Surah Assoff 2-3