studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../studi... · studi perbandingan hukum...

93
35 Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan sebagai pencerminan asas pengawasan horizontal menurut kuhap dengan sistem preliminary hearings menurut USA’S Criminal Procedure Code Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh: Deasy Widya Sari NIM. E 0006100 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: phungnga

Post on 08-Mar-2019

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

35

Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan sebagai pencerminan

asas pengawasan horizontal menurut kuhap dengan sistem preliminary

hearings menurut USA’S Criminal

Procedure Code

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1

dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Oleh:

Deasy Widya Sari

NIM. E 0006100

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2010

Page 2: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

36

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN

SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

KUHAP DENGAN SISTEM PRELIMINARY

HEARINGS MENURUT USA CRIMINAL

PROCEDURE CODE

Oleh

Deasy Widya Sari

NIM. E0006100

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum

(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, April 2010

Dosen Pembimbing

Bambang Santoso, S.H.,M. Hum NIP. 19620209 198903 1 001

Page 3: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

37

PENGESAHAN PENGUJI Penulisan Hukum (Skripsi)

STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN

SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL

MENURUT KUHAP DENGAN SISTEM PRELIMINARY

HEARINGS MENURUT USA’S CRIMINAL

PROCEDURE CODE

Oleh Deasy Widya Sari NIM. E0006100

Telah diterima dan dipertahankan dihadapan

Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada: Hari : Rabu Tanggal : 14 April 2010.

DEWAN PENGUJI

1. Edy Hardyanto, S.H., M.H :………………………………………… NIP. 195706291985031002

Ketua 2. Kristiyadi, S.H., M.Hum :………………………………………… NIP.195812251986011001

Sekretaris 3. Bambang Santoso, S.H., M.Hum :………………………………………… NIP. 19620209 198903100 Anggota

Mengetahui Dekan,

Mohammad Jamin, S.H, M.Hum NIP. 19610930 198601 001

Page 4: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

38

PERNYATAAN

Nama : Deasy Widya Sari

NIM : E.0006100

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (Skripsi) berjudul:

STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM

PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN

HORIZONTAL MENURUT KUHAP DENGAN SISTEM PRELIMINARY

HEARINGS MENURUT USA’S CRIMINAL PROCEDURE CODE adalah

betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum

ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian

hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi

akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya

peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, April 2010

Yang membuat pernyataan

Deasy Widya Sari

NIM. E0006100

Page 5: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

39

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengenai persamaan dan perbedaan sistem praperadilan sebagai pencerminan asas pengawasan horizontal menurut Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dengan sistem preliminary hearings menurut USA's criminal procedure code serta kelebihan dan kelemahan sistem praperadilan sebagai pencerminan asas pengawasan horizontal menurut KUHAP dengan sistem preliminary hearings menurut USA's Criminal Procedure Code

Penelitian ini merupakan penelitian normatif besifat preskriptif, menemukan hukum in concreto ada tidaknya persamaan dan perbedaan serta kelebihan dan kelemahan praperadilan menurut KUHAP diperbandingkan dengan USA’s Criminal Procedure Code. Jenis data yang digunakan yaitu data sekunder. Sumber data sekunder yang digunakan mencakup bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan cyber media. Teknik Pengumpulan data yang digunakan yaitu studi kepustakaan. Analisis data yang dilaksanakan menggunakan teknik analisis data kualitatif dengan mengumpulkan data, mengkualifikasikan kemudian memperbandingkan serta menghubungkan dengan teori yang berhubungan dengan masalah dan menarik kesimpulan untuk menentukan hasil.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan simpulan, Persamaannya kesatu bahwa praperadilan dan preliminary hearings sama-sama bertujuan untuk melindungi hak asasi manusia, kedua berfungsi mengawasi tindakan upaya paksa terhadap tersangka, ketiga membutuhkan peran Hakim, Jaksa dan Kepolisian agar bisa melaksanakan pengawasan. Perbedaannya kesatu memiliki latar hukum yang berbeda, kedua praperadilan dilaksanakan ketika ada permohonan, preliminary hearings ada sebagai kesatuan dari tahap beracara pidana Amerika Serikat,ketiga perbedaan besar kecilnya kewenangan yang dimiliki. Kelebihan praperadilan kesatu merupakan sistem kontrol horizontal terhadap upaya paksa, kedua merupakan forum terbuka untuk menjamin hak asasi, ketiga keterbukaan merupakan syarat mutlak tegaknya peradilan yang bebas dan tidak memihak. Kelemahan praperadilan terdapat pada kewenangan yang terbatas. Kelebihan preliminary hearings kewenangan yang dimiliki lebih luas daripada Praperadilan. Kelemahan preliminary hearings kesatu tidak memiliki kepastian hukum, kedua tidak memberi pembelajaran yang baik bagi orang yang melakukan perbuatan pidana, ketiga keterlibatan Grand Jury dalam pemeriksaan pendahuluan merugikan kedudukan tersangka. Kata kunci : PERBANDINGAN HUKUM, praperadilan, preliminary hearings

Page 6: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

40

ABSTRACT

This research aims to find out the similarity and difference of the prejudicial system as the reflection of horizontal overseeing according to the Civil Code and the preliminary hearings system according to USA’s criminal procedure code as well as the strength and the weakness of the prejudicial system as the reflection of horizontal overseeing according to the Civil Code and the preliminary hearings system according to USA’s criminal procedure code.

This study belongs to a normative prescriptive research, finding the law in concerto whether there is or not the similarity and difference as well as the strength and weakness of prejudicial system according to the Civil Code compared with the USA’s criminal procedure code. The data type employed was secondary data. The secondary data employed included the primary and secondary law materials, and cyber media. The data analysis was done using data qualitative analysis by collecting data, qualifying and then comparing as well as connecting them to the theory relevant to the problems and drawing the conclusion for determining the result.

Considering the result of research and discussion, it can be concluded that: the similarities include: firstly, that the prejudicial and preliminary hearing both aims to protect the human’s rights; secondly they function to oversee the compelling action against the suspect; and thirdly they need the role of Judge, Prosecutor and Police to undertake the overseeing. The differences include: firstly, they have different legal background; secondly, prejudicial system is implemented when there is a request, while preliminary hearings exists as an integral part of criminal session stage of USA; and thirdly, the difference of authority magnitude they have. The strengths of prejudicial system include: firstly prejudicial system is a horizontal control system over the compelling action, secondly, it is an open forum for guarantying the human’s basic rights, and thirdly, the openness is an absolute condition for the enforcement of free and impartial trial. The weakness of prejudicial system includes: there is a limited authority. The strength of preliminary hearing is that the authority it has is wider than the prejudicial system’s. The weaknesses of preliminary hearing include: firstly, it does not have law certainty, secondly, it does not give good lesson for the criminal doer, and thirdly, the Grand Jury’s involvement in preliminary hearing is adverse to the suspect’s position.

Keywords: law comparison, prejudicial, preliminary hearings.

Page 7: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

41

MOTTO

Ø Hai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu orang-orang yang benar-benar

menegakkan keadilan, menjadi saksi semata-mata karena Allah, biarpun

terhadap dirimu-sendiri, bapak-ibu dan kaum kerabatmu, sekalipun terdakwa

itu kaya atau miskin, maka Allah lebih mengutamakan persamaan hak dan

kewajiban terhadap keduanya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu

untuk memperkosa keadilan. Dan kalau kamu memutarbalikkan kenyataan

maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

(An Nisaa‘ :135)

Page 8: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

42

PERSEMBAHAN

Penulisan hukum ini penulis persembahkan

kepada:

v Bapak dan Ibu serta kakak-kakakku Adi

Irawan dan Evi Irawati, yang selalu menjadi

tauladan dan penyemangat untuk meniru

segala kebaikan dan meraih kesuksesan.

v Seseorang yang selalu menjadi motivasi,

yang senantiasa mendukung kuliah,

memberikan doa dan nasihat, semangat,

cinta dan kasih sayang serta waktu yang tak

ternilai harganya.

Page 9: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

43

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis persembahkan kepada Allah SWT., karena dengan rahmat

dan hidayah-Nya yang telah menyertai Penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan penulisan hukum (skripsi) yang berjudul “STUDI

PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN

SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL

MENURUT KUHAP DENGAN SISTEM PRELIMINARY HEARINGS

MENURUT USA’S CRIMINAL PROCEDURE CODE“.

Penulisan Hukum ini merupakan rangkaian persyaratan dan tugas yang harus

dipenuhi guna mencapai gelar Sarjana Strata-1 pada Ilmu hukum khususnya

hukum Acara Pidana Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dengan terselesaikannya Penulisan Hukum ini, Penulis mengucapkan rasa

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu

kelancaran dalam penyelesaian Penulisan Hukum ini.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasihyang

sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. dr. M. Syamsulhadi, Sp, Kj, selaku Rektor Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

2. Bapak Mohammad Jamin, S.H., M.Hum. selaku Dekan fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta .

3. Bapak Edy Herdyanto, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Acara

4. Bapak Bambang Santosa, S.H., M.Hum selaku pembimbing Skripsi yang

telah memberikan bimbingan, memberi masukan, arahan dan pengetahuan

sehingga mempermudah penulis untuk menyelesaikan penulisan hukum

ini serta memberi semangat penulis.

5. Bapak Kristiyadi, SH.M.Hum, selaku Dosen Acara Pidana yang telah

berbagi ilmu

6. Ibu Diana Tantri, S.H, M. Hum. selaku Pembimbing Akademik yang telah

membimbing, memberi saran dan arahan selama penulis kuliah di Fakultas

Hukum UNS.

Page 10: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

44

7. Pengelola Penulisan Hukum (PPH), khususnya Mas Wawan yang telah

membantu dalam mengurus prosedur-prosedur skripsi mulai dari

pengajuan judul, pelaksanaan seminar proposal sampai pendaftaran ujian

skripsi.

8. Bapak Bambang Santosa, S.H, M.Hum dan Bapak Mohammad Rustamaji,

S.H, M.H selaku dosen dan pembimbing MCC, Orang Tua dan Keluarga

di kampus yang telah memberi banyak ilmu bagi penulis, membimbing

penulis untuk belajar membuat berkas-berkas persidangan. Sebuah

pengalaman dan pengetahuan yang sangat berharga dan berguna bagi

penulis.

9. My Love, thanks for loving, caring, and praying me.

10. Sahabatku Dewi Nuraini, Isma Nur Farida, Roro Jonggrang atas

persahabatan dan ketulusan kasih kepada Penulis.

11. Karib terbaikku, Tina to on, Sophiee, Julis, Okta, Fitrii, Yoga, thanks atas

bantuan selama penulis kuliah.

12. Temen-temenku di Mootcourt Community (MCC) angkatan 2006 Nia dan

Yaya yang selalu dibelakang mendukungku, Qomaruzzaman, Jojo, Eki dan

Adi Sasongko yang tidak pernah tertebak isi hatinya, Ari, Mega, Yurista

yang telah mengajarkan rasa iklhas dan peredam ego, Nanang dan Anies

akting hebat kalian, Nonie Kusuma Dewi atas pengertiannya, berbeda-

beda yang penting tetap satu untuk MCC.

13. Keluarga Baru MCC, terkhusus adek kecil, beranjak lah dewasa kaya

kakak, semoga kalian bisa jadi penerus MCC yang solid dan

membanggakan, amin.

14. Keluarga Besar sesepuh MCC 2003, mas Boo, mas phEtonk, mas Pringg,

mas Aan Beruang, sesepuh 2004, sekelompok manusia yang dengan

bangga selalu menyebut identitas dengan nama Panitia Delapan, bang

Fadli, mbak Dhaning, mbak Very Bos Genk, mas Juned, mas Oday, mas

Eka, mbak Nita, mbak Dilla, terima kasih untuk pelajaran berharganya,

petualangannya, semoga sesukses dan seberuntung kalian.

Page 11: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

45

15. Dani imut, Okta Ngapax, Ghusnie, Dewi Ndut, Nisa, thanks buat

kebersamaannya dan kenangannya selama kuliah dan ujian.

16. Anak-anak 2006, terima kasih bisa menjadi bagian dari kalian selama

hampir 4 tahun yang dahsyat ini.

17. Semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu yang telah

membantu baik moril maupun material dalam Penulisan Hukum ini.

Page 12: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

46

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ............................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ................................................................ iv

ABSTRAK .............................................................................................. v

ABSTRACT ............................................................................................ vi

HALAMAN MOTTO ............................................................................. vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. viii

KATA PENGANTAR ............................................................................ ix

DAFTAR ISI ........................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Perumusan Masalah ............................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ................................................................. 7

E. Metode Penelitian ................................................................. 8

F. Sistematika Penulisan Hukum .............................................. 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori ...................................................................... 16

1. Tinjauan Umum Tentang Perbandingan Hukum ........... 16

a) Istilah dan Definisi Perbandingan Hukum ............... 16

b) Karakteristik Sistem Common Law dan Civil Law ... 18

2. Tinjauan Umum Tentang Praperadilan ........................... 25

a) Pengertian Praperadilan .............................................. 25

3. Tinjauan Umum Tentang Preliminary Hearings ........... 30

a) Pengertian Preliminary Hearings .............................. 30

B. Kerangka Pemikiran .............................................................. 32

Page 13: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

47

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persamaan dan Perbedaan Sistem Praperadilan Sebagai

Pencerminan Asas Pengawasan Horizontal Menurut KUHAP

Dengan Sistem Preliminary Hearings Menurut USA’s Criminal

Procedure Code ...................................................................... 35

1. Pengaturan Sistem Praperadilan Dalam KUHAP ............... 35

a. Latar Belakang Sistem Praperadilan ............................ 35

b. Tujuan Sistem Praperadilan ......................................... 38

c. Pengertian Praperadilan ............................................... 40

d. Wewenang Praperadilan .............................................. 41

e. Proses Pemeriksaan Praperadilan ................................ 42

f. Gugurnya Pemeriksaan Praperadilan ........................... 45

2. Pengaturan Sistem Preliminary Hearings menurut USA’s

Criminal Procedure Code ................................................ 46

a. Latar Belakang Sistem Preliminary Hearings

menurut USA’s Criminal Procedure Code .................. 46

a. Tujuan Sistem Preliminary Hearings menurut

USA’s Criminal Procedure Code ................................ 50

b. Pengertian Sistem Preliminary Hearings menurut USA’s

Criminal Procedure Code ........................................... 53

c. Proses Sistem Preliminary Hearings menurut USA’s

Criminal Procedure Code ........................................... 55

3. Persamaan dan Perbedaan ................................................. 61

1. Pembahasan ................................................................ 64

B. Kelebihan dan Kelemahan Sistem Praperadilan Sebagai

Pencerminan Asas Pengawasan Horizontal menurut

KUHAP dengan Sistem Preliminary Hearings ..................... 68

1. Pengaturan Sistem Praperadilan menurut KUHAP ........... 68

a. Kelebihan Sistem Praperadilan .................................... 68

b. Kelemahan sistem Praperadilan .................................. 69

Page 14: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

48

2. Pengaturan Sistem Preliminary Hearings menurut

USA’s Criminal Procedure Code ..................................... 71

a. Kelebihan Preliminary Hearings ................................. 71

b. Kelemahan Preliminary Hearings ............................... 73

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan .................................................................................. 75

B. Saran ......................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 80

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam melakukan tugasnya, aparat penegak hukum khususnya (polisi,

jaksa, hakim) tidak terlepas kemungkinan melakukan perbuatan yang

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Salah satu upaya untuk

menjamin perlindungan hak tersangka atau terdakwa dalam proses peradilan

pidana adalah melalui lembaga Praperadilan yang diatur dalam Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Praperadilan merupakan lembaga baru di Indonesia yang sebelumnya

tidak ada semasa berlakunya Het Herziene Inlandsch Reglement (HIR) yang

merupakan produk hukum dari pemerintah kolonial Belanda. Berlakunya

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

(KUHAP) telah menimbulkan perubahan fundamental terhadap sistem hukum

di Indonesia yaitu adanya peralihan sistem peradilan pidana dari sistem

inkuisitur (praduga bersalah) yang dianut semasa HIR ke sistem akusatur

(praduga tidak bersalah) hingga sekarang.

Mencermati perubahan fundamental dalam hukum pidana formil yang dimaksud, patut kita cermati pandangan Romli Atmasasmita bahwa, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana vide Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP), telah meletakkan dasar

Page 15: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

49

humanisme dan merupakan suatu era baru dalam dunia peradilan di Indonesia. Dalam undang-undang ini tampaknya tujuan mencapai ketertiban dan kepastian hukum tidak lagi menjadi tujuan utama, melainkan yang diutamakan dan merupakan masalah besar adalah bagaimana mencapai tujuan tersebut sedemikian rupa sehingga perkosaan terhadap harkat dan martabat mausia sejauh mungkin dapat dihindarkan (Romli atmasasmita, 1996: 28).

Mencermati dari hal tersebut, lahir pemikiran untuk mengadakan

tindakan pengawasan terhadap aparat penegak hukum, agar aparatur penegak

hukum dalam melaksanakan kewenangannya tidak melakukan

penyalahgunaan wewenang ataupun bertindak sewenang-wenang. Sehingga

untuk mengontrol perilaku aparat penegak hukum, diperlukan adanya suatu

pengawasan yang tidak hanya cukup, jika pengawasan tersebut bersifat intern

dalam lingkup satu instansi aparat penegak hukum (vertikal), namun juga

dibutuhkan suatu pengawasan silang antar lembaga penegak hukum

(horizontal). Bertolak dari pemikiran tersebut maka timbul suatu pertanyaan

mendasar yaitu apakah peraturan dalam KUHAP telah cukup memadai untuk

melakukan pengawasan terhadap aparat penegak hukum dan melindungi hak

seorang tersangka dan terdakwa dalam suatu upaya paksa.

Mencermati kilasan sejarah lembaga Praperadilan, adanya gagasan

praperadilan tidak terlepas dari inspirasi yang bersumber dari adanya hak

Habeas Corpus dalam sistem peradilan Anglo Saxon, khususnya di Amerika

Serikat, yang memberikan jaminan fundamental terhadap hak asasi manusia

khususnya hak kemerdekaan. Habeas Corpus pada dasarnya merupakan suatu

jaminan serta pengamanan atas kemerdekaan pribadi melalui prosedur yang

sederhana, langsung dan terbuka yang dapat dipergunakan oleh siapapun

juga.

Melalui Habeas Corpus Act. maka seseorang melalui surat perintah

pengadilan dapat menuntut pejabat yang melakukan penahanan untuk

membuktikan bahwa penahanan tersebut tidak melanggar hukum atau dengan

kata lain bahwa penahanan yang dilakukan adalah sah sesuai dengan

ketentuan hukum yang berlaku. Berbeda dengan peninjauan atas upaya paksa

melalui praperadilan, maka surat perintah Pengadilan yang berisikan Hak

1

Page 16: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

50

Habeas Corpus tersebut tidak hanya ditujukan untuk penahanan yang terkait

dalam proses peradilan pidana saja, namun juga terhadap segala bentuk

penahanan yang dianggap telah melanggar hak kemerdekaan pribadi

seseorang yang telah dijamin oleh konstitusi. Dalam perkembangannya surat

perintah Habeas Corpus menjadi salah satu alat pengawasan serta perbaikan

terhadap proses pidana baik di tingkat federal maupun di negara bagian di

Amerika Serikat.

Jika ditinjau secara universal, manusia pada dasarnya diciptakan sama

dalam harkat, martabat serta kedudukannya. Manusia lahir diberi oleh

Pencipta-Nya hak-hak mendasar yang melekat pada individu tersebut yang

bersifat hakiki. Hak-hak tersebut dimiliki tanpa memandang perbedaan ras,

suku, bangsa, jenis kelamin dan agama. Dalam piagam Persatuan Bangsa-

Bangsa (PBB) hak-hak ini telah diakui secara universal. Beberapa pasal

dengan spesifik menggambarkan hak-hak tersebut, antara lain yang adalah :

Article 13.(1) : Everyone has the right to freedom of movement and residence within

the borders of each state Article 17 (1) Everyone has the right to own property alone as well as in

association. (2) No one shall be arbitralily deprived of his property Nyatanya jaminan terhadap perlindungan hak asasi manusia berlaku

secara universal, sehingga setiap Negara harus senantiasa memberikan

perlindungan agar tidak terjadi pelanggaran hak asasi manusia. Jika di

Amerika Serikat sudah dikenal adanya hak habeas corpus yang dijamin

dalam konstitusi dalam memberikan perlindungan terhadap suatu upaya

paksa, di Indonesia juga terdapat ketentuan mengenai pengaturan upaya

paksa. Hal tersebut dapat dilihat dari menganalisa ketentuan ketentuan Pasal

50 KUHAP yang menyebutkan bahwa “barangsiapa melakukan perbuatan

untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang tidak dipidana”.

Pengaturan ini dimaksudkan untuk melaksanakan hukum materiil

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Mengingat dalam hukum materiil

pada Pasal 333 (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana menyebutkan

Page 17: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

51

bahwa “barangsiapa sengaja dan melawan hukum merampas kemerdekaan

seseorang, atau meneruskan perampasan kemerdekaan yang demikian,

diancam dengan pidana paling lama 8 tahun”. Dalam artian bahwa

pembatasan kemerdekaan seseorang seyogyanya dikenakan ancaman pidana,

namun dalam Pasal 333 ayat 1 KUHP terdapat kata “melawan hukum”, yang

artinya jika perbuatan tersebut dilakukan dengan cara melawan hukum

merupakan suatu pelanggaran hak asasi manusia. Sedangkan dari pengertian

Pasal 50 KUHAP dapat disampaikan bahwa “upaya paksa” dikategorikan

sebagai upaya paksa yang dilakukan berdasarkan ketentuan Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana sebagai suatu bagian dari proses peradilan

pidana. Jika dalam pelaksanaan upaya paksa tersebut menunjukan adanya

penyalahgunaan wewenang oleh aparat penegak hukum maka sebagai

pencerminan adanya asas pengawasan horizontal dapat diajukan ke lembaga

Praperadilan.

Berdasarkan Pasal 1 ayat 10 KUHAP, Praperadilan adalah wewenang

Pengadilan Negeri untuk memeriksa dan memutuskan tentang :

a. sah tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas permintaan

tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka;

b. sah tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan atas

permintaan demi tegaknya hukum dan keadilan;

c. permintaan ganti kerugian, atau rehabilitasi oleh tersangka atau

keluarganya atau pihak lain atas kuasanya yang perkaranya tidak diajukan

ke Pengadilan.

Beberapa kasus yang menimpa masyarakat berkaitan dengan tindakan

pelanggaran HAM yang dilakukan oleh aparat penegak hukum terdapat

beberapa contoh konkret tindakan penyalahgunaan wewenang ataupun

indikasi adanya kesewenang-wenangan yang berkaitan dengan peran serta

dan fungsi perlunya lembaga Praperadilan tersebut ditegakan di Indonesia,

seperti :

1. Adanya kasus penangkapan Mohammad Jibril yang disangka anggota

teroris dengan cara penculikan sebagai bagian dari upaya paksa yang

Page 18: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

52

dilakukan aparat. (http://www.suarapembaharuan.co.id/2009/08/29/tidak-

terima-lapor-polisi.html).

2. Adanya salah tangkap yang disertai dengan penyiksaan tersangka oleh

Penyidik/Polri pada kasus pembunuhan di Jombang, yang berdasarkan

pengakuan tersangka dan terpidana, mereka mengalami penyiksaan dari

Penyidik/polri pada saat dilakukan penyidikan, itupun terungkap setelah

Ryan si Jagal dari Jombang mengakui dialah sebagai pembunuh korban

(http://www.surya.co.id/2009/02/18/karangan-bunga-di-pusara-korban-

jagal-jombang.html).

3. Penghentian proses hukum oleh Kejaksaan berkaitan dengan kasus BLBI

yang merugikan keuangan negara yang kemudian selang beberapa hari

ternyata dibalik penghentian proses hukum BLBI telah terjadi praktik

Korupsi yang melibatkan oknum dari Kejaksaan

(http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2008/03/01/brk,20080301-

118381,id.html).

Berdasarkan beberapa data dan berita yang beredar di media massa

maupun media cetak telah terjadi fenomena pelanggaran hak asasi di

Indonesia berkaitan dengan tindakan yang dilakukan oleh aparat penegak

hukum. Yang menjadi pertanyaan mendasar apakah pengaturan mengenai

Praperadilan dalam KUHAP telah cukup dan memadai untuk melakukan

pengawasan terhadap aparat penegak hukum dan melindungi hak seorang

tersangka dan atau terdakwa dalam suatu upaya paksa.

Jika meninjau dari sistem peradilan pidana yang berkembang di

Amerika Serikat yang juga dikenal sebagai adversary system terdapat adanya

tahapan proses pemeriksaan Pre Trial Process sebagai lembaga Praperadilan

menurut versi Negara Paman Sam tersebut. Proses tersebut juga merupakan

suatu rangkaian proses untuk menyelesaikan perkara. Pre Trial Process

merupakan tahap pemeriksaan pendahuluan (mini court) yang berguna untuk

dapat menyelesaikan dan atau mempermudah perkara serta pembuktian

sebelum diajukan ke Persidangan dengan juri (trial by juri). Dalam

kenyataan, praktik peradilan menunjukan bahwa 90% dari mereka yang

Page 19: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

53

dijatuhi hukuman untuk kejahatan berat di Amerika Serikat, telah menyatakan

dirinya bersalah di muka persidangan (Romly atmasasmita, 1996: 82).

Di dalam pre trial process tersebut, terdapat tahapan yang disebut

dengan preliminary hearing. Pelaksanaan Pre-trial Process ini melibatkan

police, prosecutor, jury serta coroner atau magistrate, ketika pada tahap

pertama penyidik meminta legal opinion dari Hakim untuk melakukan

penangkapan dan atau penahanan, setelah penyidik melakukan penahanan,

penyidik dapat meminta magistrate dan atau jury agar menanyakan tersangka

apakah mengakui kesalahannya atau tidak, dan jika ternyata tersangka

mengakui kesalahannya (plea of quilty) maka akan perkaranya akan segera

dilimpahkan ke Trial By Jury (sidang jury), jika tersangka menyatakan plea

of not quilty maka akan dimatangkan dengan meminta saran dari hakim

dengan mengadakan dengar pendapat antara polisi, jaksa dan hakim

(preminary hearing) untuk menentukan apakah seorang tersangka akan

dilanjutkan perkaranya ke sidang juri atau tidak.

Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas, untuk mengkaji sejauh

mana lembaga Praperadilan dapat bertindak sebagai pencerminan asas

pengawasan horizontal menurut KUHAP terhadap adanya tindakan hukum

upaya paksa, diperlukan adanya bahan perbandingan hukum yang cukup dari

peraturan mengenai criminal procedure law negara yang berbeda sistem

hukum dengan Indonesia, yaitu negara yang menganut sistem “Common Law

(Anglo Saxon)” khususnya di negara Amerika Serikat. Oleh karena itu penulis

tertarik untuk menyusun penulisan hukum dengan judul “STUDI

PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN

SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL

MENURUT KUHAP DENGAN SISTEM PRELIMINARY HEARINGS

MENURUT USA’S CRIMINAL PROCEDURE CODE”.

B. Perumusan Masalah

Page 20: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

54

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, peneliti

merumuskan permasalahan untuk dikaji lebih rinci. Adapun beberapa

permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu :

1. Apakah persamaan dan perbedaan sistem Praperadilan sebagai

pencerminan asas pengawasan horizontal menurut KUHAP dengan sistem

preliminary hearings menurut USA's criminal procedure code?

2. Apakah kelebihan dan kelemahan sistem Praperadilan sebagai

pencerminan asas pengawasan horizontal menurut KUHAP dengan sistem

preliminary hearings menurut USA's criminal procedure code?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian merupakan kegiatan ilmiah dengan mengumpulkan berbagai

data dan informasi, kemudian dirangkai dan dianalisis yang bertujuan untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan dan juga dalam rangka pemecahan

masalah-masalah yang dihadapi (Soerjono Soekanto, 1986: 2).

Tujuan merupakan target yang ingin dicapai sebagai pemecahan atas

permasalahan yang dihadapi (tujuan obektif) maupun untuk memenuhi

kebutuhan perorangan (tujuan subyektif). Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Tujuan Obyektif :

a. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan sistem praperadilan

sebagai pencerminan asas pengawasan horizontal menurut KUHAP

dengan sistem preliminary hearings menurut USA's criminal

procedure code

b. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan sistem praperadilan

sebagai pencerminan asas pengawasan horizontal menurut KUHAP

dengan sistem preliminary hearings menurut USA's criminal

procedure code

2. Tujuan subyektif :

a. Untuk memperoleh data serta informasi yang penulis pergunakan

dalam penyusunan skripsi sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana

Page 21: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

55

Strata Satu dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum di Unversitas

Sebelas Maret Surakarta.

b. Untuk memperdalam pengetahuan penulis mengenai hukum acara pidana,

terkhusus dalam segi penerapan sistem Praperadilan sebagai pencerminan

asas pengawasan horizontal menurut KUHAP di Indonesia untuk

menjamin tegaknya hukum dan perlindungan hak asasi tersangka

dalam proses litigasi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum

pada umumnya, dan terkhusus dalam hukum acara pidana dalam

kaitannya dengan sistem Praperadilan sebagai pencerminan asas

pengawasan horizontal menurut KUHAP di Indonesia untuk

menjamin perlindungan hak asasi tersangka dengan cara

membandingkannya dengan dengan sistem preliminary hearings

menurut USA's criminal procedure code, serta guna menambah

literatur dan bahan-bahan informasi ilmiah.

b. Memperkaya referensi tentang kajian perbandingan hukum guna

mengetahui lebih dalam, sejauh mana suatu produk hukum dan atau

penerapan suatu sistem hukum telah berjalan secara berhasil guna dan

berdaya guna bagi masyarakat dengan cara membandingkannya

dengan produk hukum dan atau sistem hukum yang lainnya.

2. Manfaat Praktis

a. Meningkatkan wawasan dalam pengembangan pengetahuan bagi

peneliti akan permasalahan yang diteliti, dan dapat dipergunakan

sebagai bahan masukan serta tambahan pengetahuan bagi para pihak

yang terkait dengan masalah yang diteliti, dan berguna bagi para pihak

yang berminat pada masalah yang sama.

b. Memberi jawaban atas permasalahan yang diteliti

Page 22: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

56

E. Metode Penelitian

Penelitian Hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum,

prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu

hukum yang dihadapi. (Peter Mahmud Marzuki, 2006:35). Penelitian hukum

dilakukan untuk mencari pemecahan atas isu hukum yang timbul. Oleh karena

itu, penelitian hukum merupakan suatu penelitian di dalam kerangka know-

how di dalam hukum. Hasil yang dicapai adalah untuk memberikan preskripsi

dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki,

2006:41).

Ada dua syarat yang harus dipenuhi sebelum mengadakan penelitian

dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan adalah peneliti harus terlebih

dulu memahami konsep dasar ilmunya dan metodologi penelitian disiplin

ilmunya (Johnny Ibrahim, 2006:26). Dalam penelitian hukum, konsep ilmu

hukum dan metodologi yang digunakan di dalam suatu penelitian memainkan

peran yang sangat signifikan agar ilmu hukum beserta temuan-temuannya

tidak terjebak dalam kemiskinan relevansi dam aktualitasnya (Johnny Ibrahim,

2006: 28).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian sebagai

berikut:

1. Jenis Penelitian

Berdasarkan penelitian judul dan rumusan masalah, penelitian yang

dilakukan termasuk dalam kategori penelitian hukum normatif atau

penelitian hukum kepustakaan. Penelitian Hukum normatif memiliki

definisi yang sama dengan penelitian doktrinal yaitu penelitian

berdasarkan bahan-bahan hukum yang fokusnya pada membaca dan

mempelajari bahan-bahan hukum primer dan sekunder (Johny Ibrahim,

2006:44)

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian hukum ini sejalan dengan sifat ilmu hukum itu sendiri.

Ilmu hukum mempunyai sifat sebagai ilmu yang preskriptif, artinya

sebagai ilmu yang bersifat preskriptif ilmu hukum mempelajari tujuan

Page 23: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

57

hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum (Peter Mahmud

Marzuki, 2005:22).

Dalam penelitian ini penulis akan memberikan preskriptif mengenai

persamaan dan perbedaan sistem Praperadilan sebagai pencerminan asas

pengawasan horizontal menurut KUHAP dengan sistem preliminary

hearings menurut USA's criminal procedure code serta kelebihan dan

kelemahan sistem praperadilan sebagai pencerminan asas pengawasan

horizontal menurut KUHAP dengan sistem preliminary hearings menurut

USA's criminal procedure code.

3. Pendekatan Penelitian

Menurut Johnny Ibrahim, dalam penelitian hukum terdapat beberapa

pendekatan, yaitu pendekatan perundang-undangan (satute approach),

pendekatan konseptual (concentual approach), pendekatan analitis

(analytical approach), pendekatan perbandingan (comparative approach),

pendekatan historis (historical approach), pendekatan filsafat

(philosophical approach) dan pendekatan kasus (case approach) (Johnny

Ibrahim, 2006:300).

a. Pendekatan Perundang-Undangan

Suatu penelitian normatif tentu harus menggunakan pendekatan

perundang-undangan, karena yang akan diteliti adalah berbagai aturan

hukum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral suatu penelitian.

Untuk itu penulis harus melihat hukum sebagai sistem tertutup yang

mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

1. Comprehensive artinya norma-norma hukum yang ada didalamnya

terkait antara satu dengan lain secara logis.

2. All-inclusive artinya bahwa kumpulan norma hukum tersebut

cukup mampu menampung permasalahan hukum yang ada,

sehingga tidak akan kekurangan hukum.

3. Systematic, bahwa disamping bertautan antara satu dengan yang

lain, norma-norma hukum tersebut juga tersusun secara hierarkis.

b. Pendekatan Konsep

Page 24: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

58

Konsep dalam pengertian yang relevan adalah unsur-unsur abstrak

yang mewakili kelas-kelas fenomena dalam suatu bidang studi yang

kadang kala menunjuk pada hal-hal universal yang diabstrakkan dari

hal-hal yang partikular. Salah satu fungsi logis dari konsep ialah

memunculkan objek-objek yang menarik perhatian dari sudut

pandangan praktis dan sudut pengetahuan dalam pikiran dan atribut-

atribut tertentu. Berkat fungsi tersebut, konsep-konsep berhasil

menggabungkan kata-kata secara tepat dan menggunakannya dalam

proses pikiran.

c. Pendekatan Analitis

Maksud utama analisis terhadap bahan hukum adalah mengetahui

makna yang dikandung oleh istilah-istilah yang digunakan dalam

aturan perundang-undangan secara konseptional sekaligus mengetahui

penerapannya dalam praktik dan putusan-putusan hukum. Hal ini

dilakukan melalui dua pemeriksaan:

a. pertama, sang penulis berusaha memperoleh makna baru yang

terkandung dalam aturan hukum yang bersangkutan.

b. kedua, menguji istilah-istilah hukum tersebut dalam praktik

melalui analisis terhadap putusan-putusan hukum.

d. Pendekatan Perbandingan

Pentingnya pendekatan ilmu hukum karena dalam bidang hukum

tidak memungkinkan dilakukan suatu eksperimen, sebagaimana yang

biasa dilakukan dalam ilmu empiris. Pendekatan perbandingan

merupakan salah satu cara yang digunakan dalam penelitian normative

untuk membandingkan salah satu lembaga hukum (legal institution)

dari sistem hukum yang satu dengan lembaga hukum (yang kurang

lebih sama dari system hukum) yang lain. Dari perbandingan tersebut

dapat ditemukan unsur-unsur persamaan dan perbedaan kedua system

hukum itu.

e. Pendekatan Historis/ Sejarah

Page 25: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

59

Setiap aturan perundang-undangan memiliki latar belakang sejarah

yang berbeda. Menurut perspektif sejarah, ada dua macam penafsiran

terhadap aturan perundang-undangan. Pertama, penafsiran menurut

sejarah hukum dan kedua, penafsiran menurut sejarah penetapan

peraturan perundang-undangan.

f. Pendekatan Filsafat

Dengan sifat filsafat yang menyeluruh, mendasar dan spekulatif,

penjelajahan filsafat akan mengupasnya secara mendalam.

Berdasarkan ciri khas filsafat tersebut, dibantu beberapa pendekatan

yang tepat, seyogyanya apa yang dinamakan Ziegler sebagai

Fundamental Research, yaitu penelitian untuk memperoleh

pemahaman yang lebih mendalam terhadap implikasi sosial dan efek

penerapan suatu aturan perundang-undangan terhadap masyarakat atau

kelompok masyarakat yang melibatkan penelitian terhadap sejarah,

filsafat, ilmu bahasa, ekonomi serta implikasi sosial dan politik

terhadap pemberlakuan suatu aturan hukum.

g. Pendekatan Kasus

Pendekatan kasus dalam penelitian normatif bertujuan untuk

mempelajari penerapan norma-norma atau kaidah hukum yang

dilakukan dalam praktik hukum. Terutama mengenai kasus-kasus yang

telah diputus sebagaimana yang dapat dilihat dalam yurisprudensi

terhadap perkara-perkara yang menjadi fokus penelitian. Jelas kasus-

kasus yang terjadi bermakna empiris, namun dalam suatu penelitian

normative, kasus-kasus itu dipelajari untuk memperoleh gambaran

terhadap dampak dimensi penormaan dalam suatu aturan hukum dalam

praktik hukum, serta menggunakan hasil analisisnya untuk bahan

masukan dalam eksplanasi hukum.

Dari ketujuh pendekatan tersebut, pendekatan yang relevan dengan

penelitian hukum ini adalah pendekatan undang-undang, dan pendekatan

perbandingan. Pendekatan Undang-Undang digunakan untuk mengkaji

sinkronisasi antara hukum sebagai tool social of engineering dengan

Page 26: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

60

pelaksanaan jaminan perlindungan hak asasi manusia yang dimiliki oleh

tersangka untuk kemudian digunakan untuk mengkaji persamaan dan

perbedaan serta kelebihan dan kelemahan sistem hukum yang dianut oleh

Indonesia dan Amerika Serikat. Sedangkan pendekatan perbandingan

digunakan untuk mengetahui penerapan hukum acara kedua negara,

dengan memperbandingkan kegunaan sistem hukum masing-masing dalam

menjamin hak tersangka ataupun pihak ketiga yang berkepentingan.

4. Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang penulis pergunakan dalam penelitian ini berupa data

sekunder. Dalam buku Penelitian Hukum karangan Peter Mahmud

Marzuki, mengatakan bahwa pada dasarnya penelitian hukum tidak

mengenal adanya data, sehingga yang digunakan adalah bahan hukum

dalam hal ini bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, yang

terdiri dari;

1) UUD 1945 amandemen ke IV.

2) UU no. 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

3) USA’s Criminal Procedure Code.

4) Undang-Undang Dasar California

5) Universal Declaration of Human Right

b. Bahan hukum sekunder berupa publikasi tentang hukum yang bukan

merupakan dokumen-dokumen resmi (Peter Mahmud Marzuki,

2005:141). Bahan hukum sekunder sebagai pendukung dalam

penelitian ini yaitu buku-buku teks yang ditulis para ahli hukum, jurnal

hukum, artikel, internet, dan sumber lainnya yang memiliki korelasi

untuk mendukung penelitian ini.

5. Teknik Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan bahan hukum yang digunakan dalam

penelitian ini adalah studi kepustakaan yaitu pengumpulan data dengan

jalan membaca peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen resmi

Page 27: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

61

maupun literature-literatur yang erat kaitannya dengan permasalahan yang

dibahas berdasarkan data sekunder. Dari data tersebut kemudian dianalisis

dan dirumuskan sebagai data penunjang di dalam penelitian ini.

Pengolahan bahan hukum dilakukan secara deduktif, yaitu menarik

kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap

permasalahan konkret yang dihadapi (Johnny Ibrahim, 2006: 393).

6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses pengorganisasian dan pengurutan data

dalam pola, kategori dan uraian dasar, sehingga akan dapat ditemukan

tema dan dapat ditemukan hipotesis kerja yang disarankan oleh data (Lexi

J. Moleong, 2009:103). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik

analisis data kualitatif yaitu dengan mengumpulkan data,

mengkualifikasikan kemudian menghubungkan teori yang berhubungan

dengan masalah dan menarik kesimpulan untuk menentukan hasil.

F. Sistematika Penulisan Hukum

Guna mendapatkan gambaran yang menyeluruh mengenai bahasan dalam

penulisan hukum ini, penulis dapat menguraikan sistematika penulisan hukum ini

sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menguraikan mengenai latar belakang

masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian dan metode penelitian yang

digunakan dalm penyusunan penulisan hukum ini.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis menguraikan mengenai teori yang menjadi

landasan atau memberikan penjelasan secara teoritik berdasarkan

literature-literature yang berkaitan dengan penulisan hukum ini.

Kerangka teori tersebut meliputi tinjauan tentang peristilahan atau

definisi perbandingan hukum, Tinjauan umum tentang

Praperadilan dalam KUHAP. Tinjauan umum tentang preliminary

hearings menurut USA’s criminal procedure code.

Page 28: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

62

BAB III : PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

Pada bab ini penulis menguraikan mengenai pembahasan dan hasil

yang diperoleh dari proses meneliti. Berdasarkan rumusan masalah

yang diteliti, terdapat hal pokok permasalahan yang dibahas dalam

bab ini yaitu persamaan dan perbedaan sistem Praperadilan sebagai

pencerminan asas pengawasan horizontal menurut KUHAP dengan

sistem preliminary hearings menurut USA's criminal procedure

code serta kelebihan dan kelemahan sistem Praperadilan sebagai

pencerminan asas pengawasan horizontal menurut KUHAP dengan

sistem preliminary hearings menurut USA's criminal procedure

code

BAB IV : PENUTUP

Pada bab ini penulis menguraikan mengenai kesimpulan yang

dapat diperoleh dari keseluruhan hasil pembahasan dan proses

meneliti, serta saran-saran yang dapat penulis kemukakan kepada

para pihak yang terkait dengan bahasan penulisan hukum ini.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Tinjauan Umum Tentang Perbandingan Hukum

a. Istilah dan Definisi Perbandingan Hukum

Istilah perbandingan hukum, dalam bahasa asing, diterjemahkan:

comparative law (bahasa Inggris), vergleihende rechstlehre (bahasa

Page 29: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

63

Belanda), droit comparé (bahasa Perancis). Istilah ini, dalam pendidikan

tinggi hukum di Amerika Serikat, sering diterjemahkan lain, yaitu sebagai

conflict law atau dialihbahasakan, menjadi hukum perselisihan, yang

artinya menjadi lain bagi pendidikan hukum di Indonesia. (Romli

Atmasasmita, 2000 : 6)

Istilah yang dipergunakan dalam penulisan hukum ini, adalah

perbandingan hukum (pidana). Istilah ini sudah memasyarakat di kalangan

teoritikus hukum di Indonesia, dan tampaknya sudah sejalan dengan istilah

yang telah dipergunakan untuk hal yang sama di bidang hukum acara,

yaitu perbandingan hukum acara pidana.

Untuk memperoleh bahan yang lebih lengkap, maka perlu

dikemukakan definisi perbandingan hukum dari beberapa pakar hukum

terkenal.

Rudolf B. Schlesinger mengatakan bahwa, perbandingan hukum merupakan metoda penyelidikan dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan yang lebih dalam tentang bahan hukum tertentu. Perbandingan hukum bukanlah perangkat peraturan dan asas-asas hukum dan bukan suatu cabang hukum, melainkan merupakan teknik untuk menghadapi unsur hukum asing dari suatu masalah hukum. Winterton mengemukakan, bahwa perbandingan hukum adalah suatu metoda yaitu perbandingan sistem-sistem hukum dan perbandingan tersebut menghasilkan data sistem hukum yang dibandingkan. Gutteridge menyatakan bahwa perbandingan hukum adalah suatu metoda yaitu metoda perbandingan yang dapat digunakan dalam semua cabang hukum. Gutteridge membedakan antara comparative law dan foreign law (hukum asing), pengertian istilah yang pertama untuk membandingkan dua sistem hukum atau lebih, sedangkan pengertian istilah yang kedua, adalah mempelajari hukum asing tanpa secara nyata membandingkannya dengan sistem hukum yang lain. (Winterton, dalam The Am.J.of Comp. L., 1975 : 72).

Perbandingan hukum adalah metoda umum dari suatu perbandingan

dan penelitian perbandingan yang dapat diterapkan dalam bidang hukum.

Para pakar hukum ini adalah : Frederik Pollock, Gutteridge, Rene David,

dan George Winterton. (Romli Atmasasmita, 2000 : 8)

Lemaire mengemukakan, perbandingan hukum sebagai cabang ilmu

pengetahuan (yang juga mempergunakan metoda perbandingan)

mempunyai lingkup : (isi dari) kaidah-kaidah hukum, persamaan dan

16

Page 30: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

64

perbedaannya, sebab-sebabnya dan dasar-dasar kemasyarakatannya. Ole

Lando mengemukakan antara lain bahwa perbandingan hukum mencakup :

“analysis and comparison of the laws”. Pendapat tersebut sudah

menunjukkan kecenderungan untuk mengakui perbandingan sebagai

cabang ilmu hukum. Hesel Yutena mengemukakan definisi perbandingan

hukum sebagai berikut: Comparative law is simply another name for legal

science, or like other branches of science it has a universal humanistic

outlook : it contemplates that while the technique nay vary, the problems

of justice are basically the same in time and space throughout the world.

Perbandingan hukum hanya suatu nama lain untuk ilmu hukum dan

merupakan bagian yang menyatu dari suatu ilmu sosial, atau seperti

cabang ilmu lainnya perbandingan hukum memiliki wawasan yang

universal, sekalipun caranya berlainan, masalah keadilan pada dasarnya

sama baik menurut waktu dan tempat di seluruh dunia. (Romli

Atmasasmita, 2000 : 9)

Orucu mengemukakan suatu definisi perbandingan hukum sebagai

berikut : Comparative law is legal discipline aiming at ascertaining

similarities and differences and finding out relationship between various

legal systems, their essence and style, looking at comparable legal

institutions and concepts and typing to determine solutions to certain

problems in these systems with a definite goal in mind, such as law reform,

unification etc.

Definisi lain mengenai kedudukan perbandingan hukum

dikemukakan oleh Zweigert dan Kort yaitu : Comparative law is the

comparison of the spirit and style of different legal system or of

comparable legal institutions of the solution of comparable legal problems

in different system.

Romli Atmasasmita yang berpendapat perbandingan hukum adalah

ilmu pengetahuan yang mempelajari secara sistematis hukum (pidana) dari

dua atau lebih sistem hukum dengan mempergunakan metoda

perbandingan. (Romli Atmasasmita, 2000 : 12)

Page 31: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

65

b. Karakteristik Sistem Common Law dan Sistem Civil Law

1) Karakteristik sistem hukum Inggris pada umumnya, khususnya dalam

hukum pidana dan acara pidana.

Pertama. Sistem hukum Inggris bersumber pada :

a) Custom, merupakan sumber hukum yang tertua di inggris.

Lahir dan berasal dari (sebagian) hukum romawi. Tumbuh dan

berkembang dari kebiasaan suku Anglo Saxon yang hidup pada

abad pertengahan. Pada abad ke 14 Custom melahirkan

“common law” dan kemudian digantikan dengan precedent.

b) Legislation; berarti undang-undang yang dibentuk melalui

parleman. undang-undang yang dibentuk itu disebut statutes.

Sebelum abad ke 15, legislation bukanlah merupakan salah

satu sumber hukum di inggris. Pada masa itu undang-undang

dikeluarkan oleh Raja dan “Grand-Council” (terdiri dari kaum

bangsawan terkemuka dan Penguasa Kota London). Selama

abad ke 13 dan 14 Grand Council kemudian dirombak dan

terdiri dari dua badan yaitu, Lords dan Common; kemudian

dikenal sebagai Parlemen (Parliament). Sampai abad ke 17,

Raja dapat bertindak tanpa melalui Parlemen. Akan tetapi

sesudah abad ke 17 dengan adanya perang saudara di Inggris,

telah ditetapkan bahwa di masa yang akan datang semua

undang-undang harus memperoleh persetujuan Parlemen sejak

tahun 1832 dengan Undang-Undang Pembaharuan (Reformasi

Act), House of Common merupakan suatu badan yang

demokratis dan mewakili seluruh penduduk Inggris dan karena

itu merupakan wakil perasaan keadilan seluruh rakyat Inggris.

Sejak saat itu Legislation merupakan salah satu sumber hukum

yang penting sejak Code Napoleon (1805) dikembangkan,

Inggris telah mengambil manfaat dari apa yang terjadi di

Perancis, dan legislation dipergunakan sebagai alat

pembaharuan hukum di Inggris.

Page 32: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

66

c) Case-law, sebagai slah satu sumber hukum Inggris mempunyai

karakteristik yang utama. Seluruh hukum kebiasaan yang

berkembang dalam masyarakat tidak melalui Parlemen, akan

tetapi dilakukan oleh para hakim, sehingga dikenal dengan

istilah ”Judge-made law”. Setiap putusan hakim di inggris

merupakan precedent bagi hakim yang akan datang, sehingga

lahirlah doktrin Precedent sampai sekarang.

Kedua. Sebagai konsekuensi dipergunakannya case-law

dengan doktrin precedent yang merupakan ciri utama maka sistem

hukum Inggris tidak sepenuhnya menganut asas legalitas.

Ketiga. Bertitik tolak dari doktrin precedent tersebut, maka

kekuasaan hakim di dalam sistem hukum Common Law sangat luas

dalam memberikan penafsiran terhadap suatu ketentuan yang

tercantum dalam undang-undang. Bahkan hakim di Inggris

diperbolehkan tidak sepenuhnya bertumpu pada ketentuan suatu

undang-undang jika diyakini olehnya bahwa ketentuan tersebut

tidak dapat diterapkan dalam kasus pidana yang sedang

dihadapinya. Dalam hal demikian hakim dapat menjatuhkan

putusannya sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan atau melaksanakan

asas precedent sepenuhnya. Dilihat dari segi kekuasaan hakim

Inggris yang sangat luas dalam memberikan penafsiran tersebut,

sehingga dapat membentuk hukum baru, maka nampaknya sistem

hukum Common Law kurang memperhatikan kepastian hukum.

Keempat. Ajaran Kesalahan dalam sistem hukum Common

Law (Inggris) dikenal melalui doktrin Mens-Rea yang dilandaskan

pada maxim: “Actus non est reus nisi mens sit rea”, yang berarti:

“suatu perbutan tidak mengakibatkan seseorang bersalah kecuali

jika pikiran orang itu jahat”. Ajaran Mens-Rea ini dalam sistem

hukum Inggris dirumuskan berbeda-beda tergantung dari

kualifikasi delik yang dilakukan seseorang. Pada sistem hukum

Common Law, doktrin Mens-Rea secara klasik diartikan setiap

Page 33: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

67

perkara pelanggaran hukum yang dilakukan adalah disebabkan

karena pada diri orang itu sudah melekat sikap batin yang jahat

(evil will), dan karenanya perbuatan tersebut dianggap merupakan

dosa. Lord Denning, seorang hakim terkemuka di Inggris

memberikan komentar atas doktrin Mens-Rea, dengan mengatakan:

“In order that an act should be punishable it must be morally

blame-worthy”. Sedangkan Jerome Hall, mengatakan bahwa

Means-Rea adalah “a voluntary doing of morally wrong act

forbidden by penal law”.(Roeslan Saleh, 1982:23)

Kelima. Dalam sistem Common Law (Inggris)

pertanggungjawaban pidana tergantung dari ada atau tidaknya: a)

actus-reus dan b) mens-rea. Namun demikian unsur “mens-rea” ini

adalah merupakan unsur yang mutlak dalam pertanggungjawaban

pidana dan harus ada terlebih dulu pada perbuatan tersebut sebelum

dilakukan penuntutan (Roeslan Saleh,1982:28). Dewasa ini dalam

peraturan perundangan modern unsur “mens-rea” ini tidak lagi

dianggap sebagai syarat utama, misalnya pada delik-delik tentang

ketertiban umum atau kesejahteraan umum.

Keenam. Sistem hukum Inggris dan negara-negara yang

menganut sistem Common Law tidak mengenal perbedaan antara

Kejahatan dan Pelanggaran. Sistem Common Law membedakan

tindak pidana (secara klasik) dalam: Kejahatan berat atau

“felonies”, kejahatan ringan atau “misdemeanors” dan kejahatan

terhadap negara atau “treason”. Setelah dikeluarkannya “Criminal

Law Act” (1967) pembedaan sebagai berikut:

a) Indictable Offences, adalah kejahatan-kejahatan berat yang

hanya dapat diadili dengan sistem Juri melalui pengadilan yang

disebut Crown Court.

b) Summary Offences, adalah kejahatan-kejahatan kurang berat

yang hanya dapat diadili oleh suatu pengadilan (magistrate

court) tanpa dengan sistem Juri.

Page 34: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

68

c) Arrestable Offence, adalah kejahatan-kejahatan yang diancam

dengan hukuman di bawah 5 (lima) tahun kepada seorang

pelaku kejahatan yang belum pernah melakukan kejahatan.

Penangkapan terhadap pelaku tersebut dilakukan tanpa surat

perintah penangkapan. Klasifikasi terbaru mengenai tindak

pidana dalam sistem hukum pidana Inggris dicantumkan dalam

criminal law act tahun 1977.

Ketujuh. Sistem hukum acara pidana yang berlaku di

negara-negara Common Law pada prinsipnya menganut “sistem

accusatoir” atau yang secara populer dikenal dengan sebutan

“Advesary System”. Sistem accusatoir atau adversary system

menempatkan tersangka dalam proses pemeriksaan pendahuluan

dan pemeriksaan di muka sidang-sidang pengadilan sebagai subjek

hukum yang memiliki hak (asasi) dan kepentingan yang harus

dilindungi.

Kedelapan. Sistem pemidanaan yang berlaku pada

umumnya negara-negara yang menganut sistem Common Law

adalah bersifat komulatif. Sistem pemidanaan tersebut

memungkinkan seseorang dituntut dan dijatuhi pidana karena

melakukan lebih dari satu tindak pidana. Jika kesemua tuntutan

tersebut terbukti di muka sidang pengadilan maka pelaku tindak

pidana tersebut dijatuhi sekaligus semua ancaman hukuman yang

dikenakan kepadanya.

2) Karakteristik Sistem Hukum Belanda pada umumnya, khususnya

dalam hukum pidana dan acara pidana

Pertama. Sistem hukum Belanda (Civil Law System)

bersumber pada :

a) Undang-Undang Dasar;

b) Undang-undang;

c) Kebiasaan case-law;

d) Doktrin

Page 35: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

69

Peraturan perundang-undangan yang mengatur hukum

pidana umum adalah sebagai berikut :

a) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Penal Code atau

Wetboek van Strafrecht).

b) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Code of Crime

Procedure atau Wetboek van Strafvordering).

c) Undang-Undang tentang Susunan, organisasi, kekuasaan dan

tugas-tugas Pengadilan dan Sistem Penuntutan (Judicial Act

atau Wet op de Rechterlijke Organisatie).

Kedua. Karakateristik kedua dari sistem hukum Belanda

(Civil Law System) adalah dianutnya asas legalitas atau “the

principles of legality”. Asas ini mengandung makna sebagi berikut:

a) Tiada suatu perbuatan merupakan suatu tindak pidana, kecuali

telah ditentukan dalam undang-undang terlebih dahulu.

Undang-undang dimaksud adalah hasil dari perundingan

Pemerintah Parlemen.

b) Ketentuan undang-undang harus ditafsirkan secara harfiah dan

pengadilan tidak diperkenankan memberikan suatu penafsiran

analogis untuk menetapkan suatu perbuatan sebagai tindak

pidana.

c) Ketentuan undang-undang tidak berlaku surut.

d) Menetapkan bahwa hanya pidana yang tercantum secara jelas

dalam undang-undang yang boleh dijatuhkan.

Dalam praktik penyelesaian perkara pidana di negeri

belanda prinsip legalitas dan penafsiran yang diperbolehkan dari

prinsip tersebut diserahkan sepenuhnya kepada para pelaksana /

praktisi hukum, seperti, jaksa dan hakim. Mengingat penafsiran

yang bersifat kaku terhadap ketentuan undang-undang menurut

asas legalitas ini, maka peranan putusan Mahkamah Agung

menjadi lebih penting. (Romli Atmasasmita, 2000 : 48)

Page 36: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

70

Ketiga. Dianutnya asas legalitas sebagaimana diuraikan

dalam butir kedua diatas, sangat berpengaruh terhadap soal

pertanggungjawaban pidana (criminal liability atau strafbaarheid).

Syarat umum bagi adanya pertanggungjawaban pidana menurut

hukum pidana Belanda adalah adanya gabungan antara perbuatan

yang dilarang dan pelaku yang diancam dengan pidana. Perbuatan

pelanggaran hukum dari pelaku harus memenuhi syarat sebagai

berikut :

a) Bahwa perbuatan tersebut (berbuat atau tidak berbuat)

dilakukan seseorang.

b) Diatur dalam ketentuan undang-undang termasuk lingkup

definisi pelanggaran.

c) Bersifat melawan hukum.

Ketiga syarat bagi adanya suatu pertanggungjawaban

pidana tersebut di atas sesungguhnya merupakan suatu konstruksi

gabungan dari syarat-syarat adanya sifat pertanggungjawaban

pidana dan kekecualian-kekecualian dari pertanggungjawaban

pidana.

Keempat. Dianutnya asas legalitas dalam sistem hukum

pidana Belanda mengakibatkan keterikatan hakim terhadap isi

ketentuan undang-undang dalam menyelesaikan perkara pidana.

Hakim tidak diperbolehkan memperluas penafsiran terhadap isi

ketentuan undang-undang sedemikian rupa sehingga dapat

membentuk delik-delik baru.

Kelima. Sistem hukum pidana belanda mengenal

pembedaan antara Kejahatan (Misdrijven) dan Pelanggaran

(Overtredingen). Pembedaan dimaksud berasal dari perbedaan

antara mala in se dan mala prohibita yaitu perbedaan yang dikenal

dalam hukum Yunani. Mala in se adalah perbuatan yang disebut

sebagai kejahatan karena menurut sifatnya adalah jahat. Sedangkan

Mala prohibita, suatu perbuatan yang dilarang. Pembedaan antara

Page 37: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

71

kejahatan karena undang-undang menetapkan sebagai perbuatan

yang dilarang. Pembedaan anatara kejahatan dan pelanggaran

tersebut semula didasarkan atas pertimbangan tentang adanya

pengertian istilah “rechtedelict” dan ”wetdelict”; namun perbedaan

tersebut tidak dianut lagi dalam doktrin. Perbedaan kejahatan dan

pelanggaran dewasa ini didasarkan atas ancaman hukumannya;

kejahatan memperoleh ancaman hukum yang lebih berat dari

pelanggaran.

Keenam. Sistem peradilan yang dianut di semua negara

yang berlandaskan “Civil Law System” pada umumnya adalah

sistem Inquisatoir. Sistem Inquisatoir menempatkan tersangka

sebagai objek pemeriksaan baik pada tahap pemeriksaan

pendahuluan maupun pada tahap pemeriksaan di muka sidang

pengadilan.

Ketujuh. Sistem pemidanaan yang dianut pada umumnya di

negara-negara yang berlandaskan civil law system adalah sistem

pemidanaan Alternatif dan Alternatif-kumulatif, dengan batas

minimum dan maksimum anaman pidana yang diperkenankan

menurut Undang-Undang.

Sesungguhnya apabila kita telusuri karakteristik yang

melekat pada kedua sistem hukum sebagaimana telah diuraikan di

atas, pendekatan dari segi historis, khususnya mengenai

perkembangan hukum pidana di Eropa Continental yang menganut

sistem “Civil Law” lebih menonjol dan lebih menampakkan dirinya

keluar dari batas wilayah yuridiksi sistem “Common Law”.

Perkembangan penerapan sistem “Civil Law” di negara dunia

ketiga pada awalnya dipaksakan jika dibandingkan dengan

penerapan penggunaan sistem “Common Law” di negara-negara

bekas jajahan-jajahannya. Sebagai contoh penggunaan dan

pemakaian sistem hukum Belanda di Indonesia dan sistem hukum

Inggris dan Malaysia atau Singapura. Satu-satunya karakteristik

Page 38: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

72

yang sama antara kedua sistem hukum (legal system) tersebut

adalah bahwa keduanya menganut falsafah dan doktrin liberalisme.

(Romli Atmasasmita, 2000 :50)

2. Tinjauan Umum Tentang Pra Peradilan

Berdasarkan Pasal 1 ayat 10, praperadilan adalah wewenang

Pengadilan Negeri untuk memeriksa dan memutuskan tentang :

d. sah tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas

permintaan tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa

tersangka;

e. sah tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian

penuntutan atas permintaan demi tegaknya hukum dan keadilan;

f. permintaan ganti kerugian, atau rehabilitasi oleh tersangka atau

keluarganya atau pihak lain atas kuasanya yang perkaranya tidak

diajukan ke Pengadilan.

Praperadilan tersebut secara limitatif umumnya diatur dalam Pasal

77 sampai Pasal 83 Undang-undang No.8 tahun 1981 tentang KUHAP.

Sebenarnya upaya pra-peradilan tidak hanya sebatas itu, karena secara

hukum ketentuan yang mengatur tentang pra-pradilan menyangkut juga

tentang tuntutan ganti kerugian termasuk ganti kerugian akibat adanya

“tindakan lain” yang di dalam penjelasan Pasal 95 ayat (1) KUHAP

ditegaskan kerugian yang timbul akibat tindakan lain yaitu, kerugian yang

timbul akibat pemasukan rumah, penggeledahan dan penyitaan yang tidak

sah menurut hukum.

Aturan Praperadilan secara lengkap dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut :

Tabel. 1 Ketentuan KUHAP terkait Praperadilan

No. Pasal Bunyi Pasal

1. Pasal 1 butir 10 Praperadilan adalah wewenang pengadilan negeri untuk memeriksa dan memutusmenurut cara yang diatur dalam undang-undang ini, tentang:

Page 39: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

73

a. Sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas permintaan tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka;

b. Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan atas permintaan demi tegaknya hukum dan keadilan;

c. Permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan

2. Pasal 77 Pengadilan negeri berwenang untuk memeriksa dan memutus, sesuai dengan ketentuan yangdiatur dalam undang-undang ini tentang: a. Sah atau tidaknya penangkapan,

penahanan, penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan;

b. Ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seorang yang perkara pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan.

3. Pasal 78 (1) Yang melaksanakan wewenang pengadilan negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 adalah praperadilan.

(2) Praperadilan dipimpin oleh hakim tunggal yang ditunjuk oleh ketua pengadilan negeri dan dibantu oleh seorang panitera.

4. Pasal 79 Permintaan pemeriksaan tentang sah atau tidaknya suatu penangkapan atau penahanan diajukan oleh tersangka, keluarga atau kuasanya kepada ketua pengadilan negeri dengan menyebutkan alasannya.

5. Pasal 80 Permintaan untuk memeriksa sah atau tidaknya suatu penghentian penyidikan atau penuntutan dapat diajukan oleh penyidik atau penuntut umum atau pihak ketiga yang berkepentingan kepada ketua pengadilan negeri dengan menyebutkan alasannya.

6. Pasal 81 Permintaan ganti kerugian dan atau

Page 40: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

74

rehabiitasi akibat tidak sahnya penangkapan atau penahanan atau akibat sahnya penghentian penyidikan atau penuntutan diajukan oleh tersangka atau pihak ketiga yang berkepentingan kepada ketua pengadilan negeri dengan menyebut alasannya.

7. Pasal 82 (1) Acara pemeriksaan praperadilan untuk hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79, Pasal 80 dan Pasal 81 ditentukan sebagai berikut: a. dalam waktu tiga hari setelah

diterimanya permintaan, hakim yang ditunjuk menetapkan hari sidang;

b. dalam memeriksa dan memutus tentang sah atau tidaknyapenangkapan atau penahanan, sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penuntutan; permintaan ganti kerugian dan atau rehabilitasi akibat tidak sahnya penangkapan atau penahanan, akibat sahnya penghentian penyidikan atau penuntutan dan ada benda yang disita yang tidak termasuk alat pembuktian, hakim mendengar keterangan baik dan tersangka atau pemohon maupun dan pejabat yang berwenang;

c. perneriksaan tersebut dilakukan cara cepat dan selambat-lambatnya tujuh hari hakim harus sudah menjatuhkan putusannya;

d. dalam hal suatu perkara sudah mulai diperiksa oleh pengadilan negeri sedangkan pemeriksaan mengenai permintaan kepada praperadilan belum selesai, maka permintaan tersebut gugur;

e. putusan praperadilan pada tingkat penyidikan tidak menutup kemungkinan untuk mengadakan pemeriksaan praperadilan lagi pada tingkat pemeriksaan oleh penuntut umum, jika untuk itu diajukan permintaan baru.

Page 41: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

75

(2) Putusan hakim dalam acara pemeriksaan praperadilan mengenai hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79, Pasal 80 dan Pasal 81, harus memuat dengan jelas dasar dan alasannya.

(3) Isi putusan selain memuat ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) juga memuat hal sebagai berikut : a. dalam hal putusan menetapkan

bahwa sesuatu penangkapan atau penahanan tidak sah; maka penyidik atau jaksa penuntut umum pada tingkat pemeriksaan masing- masing harus segera membebaskan tersangka;

b. dalam hal putusan menetapkan bahwa sesuatu penghentian penyidikan atau penuntutan tidak sah, penyidikan atau penuntutan terhadap tersangka wajib dilanjutkan;

c. dalam hal putusan menetapkan bahwa suatu penangkapan atau penahanan tidak sah, maka dalam putusan dicantumkan jumlah besarnya ganti kerugian dan rehabilitasi yang diberikan, sedangkan dalam hal suatu penghentian penyidikan atau penuntutan adalah sah dan tersangkanya tidak ditahan, maka dalam putusan dicantumkan rehabilitasinya;

d. dalam hal putusan menetapkan bahwa benda yang disita ada yang tidak termasuk alat pembuktian, maka dalam putusan dicantumkan bahwa benda tersebut harus segera dikembalikan kepada tersangka atau dan siapa benda itu disita.

(4) Ganti kerugian dapat diminta, yang meliputi hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 dan Pasal 95

8. Pasal 83 (1) terhadap putusan praperadilan dalam hal

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79,

Page 42: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

76

Pasal 80, dan Pasal 81 tidal dapat dimintakan banding.

(2) Dikecualikan dan ketentuan ayat (1) adalah putusan praperadilan yang menetapkan tidak sahnya penghentian penyidikan atau penuntutan yang untuk itu dapat dimintakan putusan akhir ke pengadilan tinggi dalam daerah hukum yang bersangkutan.

9. Pasal 95 (1) Tersangka, terdakwa atau terpidana berhak menuntut ganti kerugian karena ditangkap, ditahan, dituntut dan diadili atau dikenakan tindakan lain, tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan.

(2) Tuntutan ganti kerugian oleh tersangka atau ahli warisnya atas penangkapan atau penahanan serta tindakan lain tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orang atau hukum yang diterapkan sebagaimana dimaksud dalarn ayat (1) yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan negeri, diputus di sidang praperadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77.

(3) Tuntutan ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan oleh tersangka, terdakwa, terpidana atau ahli warisnya kapada pengadilan yang berwenang mengadili perkara yang bersangkutan.

(4) Untuk memeriksa dan memutus perkara tuntutan ganti kerugian tersebut pada ayat (1) ketua pengadilan sejauh mungkin menunjuk hakim yang sama yang telah mengadili perkara pidana yang bersangkutan.

(5) Pemeriksaan terhadap ganti kerugian sebagaimana tersebut pada ayat (4) mengikuti acara praperadilan.

10. Pasal 97 ayat (3) Permintaan rehabilitasi oleh tersangka atas penangkapan atau penahanan tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau

Page 43: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

77

kekeliruan mengenai orang atau hukum yang diterapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (1) yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan negeri diputus oleh hakim praperadilan yang dimaksud dalam Pasal 77

Menurut M Sofyan Lubis, dalam Praperadilan Menurut KUHAP “pra peradilan tidak hanya menyangkut sah tidaknya suatu penangkapan atau penahanan, atau tentang sah tidaknya suatu penghentian penyidikan atau penuntutan, atau tentang permintaan ganti-rugi atau rehabilitasi, akan tetapi upaya pra-pradilan dapat juga dilakukan terhadap adanya kesalahan penyitaan yang tidak termasuk alat pembuktian, atau seseorang yang dikenakan tindakan lain tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang, karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan. ( Vide : Keputusan Menkeh RI No.:M.01.PW.07.03 tahun 1982 ), atau akibat adanya tindakan lain yang menimbulkan kerugian sebagai akibat pemasukan rumah, penggeledahan dan penyitaan yang tidak sah menurut hukum.” (http://hukumonline.co.id/artikel.html>).

3. Tinjauan Umum Tentang Preliminary Hearings

Pada perkara pidana, tahapan preliminary hearings (pemeriksaan

pendahuluan) merupakan proses lanjutan setelah adanya pidana pengaduan

yang telah diajukan oleh jaksa, untuk menentukan apakah terdapat cukup

bukti untuk meminta pengadilan (Trial). Berbicara mengenai preliminary

hearings menurut Romli Atmasasmita, sebagai bagian yang tidak

terpisahkan dari sistem penegakan hukum secara menyeluruh (criminal

justice system) serta “plea bargaining” yang jelas akan selalu terjadi dalam

rangkaian penanganan perkara pidana. (Romli Atmasasmita, 1996: 110).

Adanya bargaining antara para pihak yang berperkara pada

preliminary hearings, tersangka memiliki pilihan hukum dengan mengaku

bersalah (plea of guilty) atau tidak mengaku bersalah (plea of not guilty)

terhadap tuduhan dari jaksa. Apabila seorang tertuduh menyatakan dirinya

bersalah atas kejahatan yang dilakukan maka Pengadilan akan memberikan

timbal balik dengan menurunkan perkara menjadi kejahatan ringan dan

sanksi yang lebih ringan pula.

Page 44: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

78

Di Amerika Serikat, hakim harus menemukan adanya suatu

penyebab kejahatan tersebut telah benar-benar dilakukan oleh orang yang

dianggap sebagai pelaku kejahatan. Pada proses ini Jaksa akan meminta

legal opinion dari Hakim, untuk mengetahui apakah penahanan yang

dilakukan tersebut sah secara hukum dan apakah rancangan dakwaan dapat

diajukan ke sidang Pengadilan.

Pada preliminary hearings Pengadilan memberikan kewenangan

kepada hakim untuk memutuskan sebagai berikut :

- Menghentikan tuduhan (rancangan dakwaan) dan melepaskan tersangka

(jika tuduhannya dianggap tidak sah),

- Menurunkan perkara menjadi kejahatan ringan,

- Memutuskan bahwa negara menganggap perkaranya sah sehingga layak

dilanjutkan ke sidang penuh (full scale trial)

4. KERANGKA PEMIKIRAN

Untuk mempermudah gambaran dari penelitian ini dapat dilihat dari

kerangka pemikiran sebagai berikut :

Perbandingan Hukum

Pra Peradilan Pre Trial Process

Preliminary Hearings (USA’s Criminal

Procedure Code)

Pengawasan Horizontal (KUHAP)

Polisi Jaksa

Hakim

Persamaan dan Perbedaan Sistem PraPeradilan Pidana

Civil Law Common Law

Page 45: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

79

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran

Keterangan :

Dalam melakukan tugasnya aparat penegak hukum (polisi, jaksa,

hakim) tidak terlepas kemungkinan bahwa dalam menjalankan tugasnya

melakukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan.

Salah satu upaya untuk menjamin perlindungan hak tersangka atau

terdakwa dalam proses peradilan pidana adalah melalui lembaga pra

peradilan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Bertolak dari hal tersebut maka

diperlukan tindakan pengawasan terhadap aparat penegak hukum, agar

dalam melaksanakan kewenangannya tidak melakukan penyalahgunaan

wewenang. Sehingga diperlukan adanya suatu pengawasan yang tidak

hanya cukup, jika pengawasan tersebut bersifat intern dalam perangkat

aparat itu sendiri (vertikal), namun juga dibutuhkan suatu pengawasan

silang antar lembaga aparatur penegak hukum (horizontal). .

Page 46: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

80

Keberadaan adanya pra peradilan di dalam KUHAP juga tidak

dapat dilepaskan dari inspirasi yang bersumber dari adanya Hak Habeas

Corpus dalam sistem peradilan Anglo Saxon, khususnya di Amerika

Serikat, yang memberikan jaminan fundamental terhadap hak asasi

manusia khususnya hak kemerdekaan. Jika melihat kilas balik sejarah

dari hukum Amerika Serikat, maka akan dapat diamati bahwa sistem

hukum yang dianut oleh negara tersebut bercorak common law yang

mana merupakan asal muasal dari adanya hak habeas corpus. Berdasar

pada adanya tujuan utama yaitu “due process model” pada sistem

peradilan pidana yang dianut oleh Amerika Serikat juga terdapat adanya

proses preliminary hearings yang merupakan bentuk pra peradilan

berdasarkan USA's Criminal Procedure Code.

Untuk mengkaji sejauh mana lembaga Praperadilan dapat berguna

sebagai pencerminan asas pengawasan horizontal terhadap adanya

tindakan hukum upaya paksa, diperlukan adanya bahan perbandingan

hukum yang cukup dari peraturan mengenai Criminal Procedure Law

negara yang memiliki sistem hukum yang berbeda pula dengan

Indonesia, yaitu negara-negara yang menganut sistem “Common Law

(Anglo Saxon)” khususnya di negara Amerika Serikat

Berangkat dari konsep tersebut penulis mencoba

memperbandingkan mekanisme penerapan asas pengawasan horizontal

melalui lembaga pra peradilan pidana yang berkembang dalam sistem

peradilan pidana di Indonesia (eropa kontinental) dan proses pra

peradilan pidana yang berkembang dalam sistem peradilan pidana

Amerika Serikat (common law ). Hal tersebut diperlukan untuk

mengetahui persamaan dan perbedaan dalam hal penerapan mekanisme

pra peradilan serta kelemahan dan kelebihan masing-masing sistem

hukum tersebut dalam memberikan jaminan perlindungan hak tersangka

atau pihak ketiga yang berkepentingan atas dilakukannya tindakan upaya

paksa.

Page 47: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

81

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persamaan dan Perbedaan Sistem Praperadilan Sebagai Pencerminan

Asas Pengawasan Horizontal Menurut KUHAP Dengan Sistem

Preliminary Hearings Menurut USA’s Criminal Procedure Code

1. Pengaturan Sistem Praperadilan dalam KUHAP

a. Latar Belakang Sistem Praperadilan

Berlakunya Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

(KUHAP), telah menimbulkan perubahan fundamental, baik secara

konsepsial maupun secara implementasi terhadap tata cara penyelesaian

perkara pidana di Indonesia. Perubahan tersebut telah membawa

kebebasan dan kemerdekaan sebagai suatu hak yang istimewa dan harus

dipertahankan oleh setiap warga negara, yang sebelumnya tidak berlaku

ketika era hukum kolonial Belanda. KUHAP sebagai pengganti hukum

kolonial berusaha mengakomodisi tata cara pelaksanakan hukum pidana

yang lekat dengan adanya upaya paksa, dengan tetap menyelaraskan

terhadap penghormatan hak-hak yang dimiliki tiap individu, seperti

telah disebutkan di dalam penjelasan umum KUHAP.

Menurut Adnan Buyung Nasution, lahirnya KUHAP didasarkan pada dua alasan, yaitu alasan untuk menciptakan suatu ketentuan yang dapat mendukung terselenggaranya suatu peradilan pidana yang adil dan adanya alasan urgensi untuk menggantikan produk hukum acara yang bersifat kolonial sebagaimana yang tercantum dalam Herzeine Inlandsch Reglement atau HIR. Pedoman pelaksanaan KUHAP menjelaskan bahwa HIR sebagai produk dari badan legislatif kolonial belum mampu memberikan jaminan dan perlindungan yang cukup terhadap hak asasi manusia. Dengan pertimbangan tersebut maka KUHAP sebagai produk hukum nasional telah merumuskan ketentuan yang lebih baik dari HIR (http://www.google.co.id/search?q=ervan+Saropie+skripsi&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a)

Page 48: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

82

Ketentuan-ketentuan yang dimaksud seperti dicantumkannya

pengaturan tentang hak-hak tersangka dan terdakwa, adanya bantuan

hukum pada semua tingkatan pemeriksaan, persyaratan dan pembatasan

terhadap upaya paksa penangkapan atau penahanan, pengajuan jenis-

jenis upaya hukum yang lebih lengkap sampai dengan tingkat terakhir

serta adanya bentuk pengawasan terhadap pelaksanaan putusan

merupakan hal-hal yang sebelumnya tidak diatur dalam HIR.

Dalam rangka melaksanakan pembaharuan terhadap hukum

acara pidana, kemudian berkembang pemikiran bahwa tindakan koreksi

terhadap aparat penegak hukum khususnya polisi, jaksa dan hakim

dalam melaksanakan tugas dan kewenangannnya harus dilaksanakan

dengan optimal, agar pelaksanaan tersebut dapat dilaksanakan, maka

dibutuhkan sistem pengawasan secara vertikal dan horizontal. Lahirnya

lembaga praperadilan ini dikarenakan adanya dorongan bahwa tidak

terdapatnya pengawasan dan penilaian upaya paksa yang menjamin hak

asasi manusia di dalam HIR. Praperadilan, pada prinsipnya bertujuan

untuk melakukan pengawasan horizontal atas segala upaya paksa yang

dilakukan aparat penegak hukum untuk kepentingan pemeriksaan

perkara pidana agar benar-benar tindakan tersebut tidak bertentangan

dengan peraturan hukum, disamping adanya pengawasan intern dalam

perangkat aparat itu sendiri.

Disadari bahwa diperlukan tindakan-tindakan tertentu dimana suatu tindakan akan melanggar hak asasi seseorang, yakni tindakan upaya paksa yang diperlukan bagi suatu penyidikan sehingga dapat menghadapkan seseorang ke depan pengadilan karena didakwa telah melakukan tindak pidana, akan tetapi bagaimanapun juga upaya paksa yang dilaksanakan tersebut akan menuruti aturan yang telah ditentukan dalam undang-undang sehingga bagi seorang yang disangka atau didakwa telah melakukan suatu tindak pidana, mengetahui dengan jelas hak-hak mereka dan sejauh mana wewenang dari para petugas penegak hukum yang akan melaksanakan upaya paksa tersebut, dimana tindakan tersebut akan mengurangi hak asasinya. (M. Yahya Harahap, 2003: 68)

35

Page 49: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

83

Sebagai sumber dari segala sumber hukum, UUD 1945 telah

menjamin adanya jaminan perlindungan dan pengakuan hak asasi

manusia di Indonesia. Sebagai salah satu pelaksana tersebut, tercermin

dari Pasal-Pasal dalam Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang

Kekuasaan Kehakiman mengenai pengakuan jaminan dan perlindungan

hak asasi manusia.

Pasal 7

Tidak seorang pun dapat dikenakan penangkapan, penahanan,

penggeledahan, dan penyitaan, kecuali atas perintah tertulis dari

kekuasaan yang sah dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam

undang-undang.

Pasal 8

1) Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, atau

dihadapkan di depan pengadilan wajib dianggap tidak bersalah

sebelum ada putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan

telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Pasal 9

1) Setiap orang yang ditangkap, ditahan, dituntut, atau diadili tanpa

alasan berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai

orangnya atau hukum yang diterapkannya, berhak menuntut ganti

kerugian dan rehabilitasi.

2) Pejabat yang dengan sengaja melakukan perbuatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dipidana sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

3) Ketentuan mengenai tata cara penuntutan ganti kerugian, rehabilitasi,

dan pembebanan ganti kerugian diatur dalam undang-undang.

Seorang aparat dalam menjalankan kewajibannya sebagai

penegak hukum tidak terlepas dari kemungkinan untuk berbuat tidak

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undngan yang berlaku,

sehingga perbuatan yang dilakukan dengan tujuan untuk kepentingan

Page 50: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

84

pemeriksaan demi terciptanya keadilan dan ketertiban masyarakat justru

mengakibatkan kerugian bagi tersangka, keluarga tersangka atau pihak

ketiga yang berkepentingan. Oleh karena itu untuk memberikan

jaminan terhadap perlindungan hak seseorang atas upaya paksa yang

telah dilakukan oleh aparatur penegak hukum, maka KUHAP mengatur

suatu lembaga yang dinamakan praperadilan. Hadirnya praperadilan

bukan merupakan lemabaga peradilan sendiri, tetapi hanya merupakan

pemberian wewenang dan fungsi baru yang dilimpahkan KUHAP

kepada setiap pengadilan negeri yang telah ada selama ini (M. Yahya

Harahap, 2003: 1)

b. Tujuan Sistem Praperadilan

Seperti yang sudah diketahui, demi untuk terlaksananya

kepentingan pemeriksaan tindak pidana, undang-undang memberi

kewenangan kepada penyidik dan penuntut umum untuk melakukan

tindakan upaya paksa berupa penangkapan, penahanan, penyitaan dan

sebagainya. Karena tindakan upaya paksa yang dikenakan instansi

penegak hukum merupakan pengurangan dan pembatasan kemerdekaan

dan hak asasi tersangka, tindakan itu harus dilakukan secara

bertanggung jawab menurut ketentuan hukum dan undang-undang yang

berlaku. Jika tindakan upaya paksa yang dilakukan bertentangan dengan

hukum dan undang-undang hal tersebut merupakan perampasan

terhadap hak asasi tersangka.

Praperadilan bertujuan untuk mengawasi tindakan upaya paksa

yang dilakukan penyidik atau penuntut umum terhadap tersangka,

supaya tindakan itu benar-benar dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

undang-undang, dan benar-benar proporsional dengan ketentuan hukum

serta tidak merupakan tindakan yang bertentangan dengan hukum.

Pengawasan dan penilaian upaya paksa inilah yang tidak dijumpai

dalam tindakan penegakkan hukum di masa HIR. Bagaimanapun

perlakuan dan cara pelaksanaan tindakan upaya paksa yang dilakukan

Page 51: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

85

penyidik pada waktu itu, semuanya hilang oleh kewenangan yang tidak

terawasi dan tidak terkendali oleh koreksi lembaga manapun.

Lembaga yang memberi wewenang pengawasan terhadap

tindakan upaya paksa yang dilakukan pejabat dalam taraf proses,

pemeriksaan penyidikan atau penuntutan inilah yang dilimpahkan

KUHAP kepada Praperadilan. Kalau begitu, pada prinsipnya tujuan

utama pelembagaan Praperadilan dalam KUHAP, untuk melakukan

”pengawasan horisontal” atas tindakan upaya paksa yang dikenakan

terhadap tersangka selama ia berada di dalam pemeriksaan penyidikan

atau penuntutan, agar benar-benar tindakan itu tidak bertentangan

dengan ketentuan hukum dan undang-undang ( M. Yahya Harahap,

2000:4 ).

Berkenaan untuk menemukan tujuan adanya lembaga

Praperadilan sebagai cerminan asas pengawasan horizontal bagi

aparatur penegak hukum dalam melakukan upaya paksa, perlu

dicermati lebih dalam, pertama tentang ketentuan Pasal 333 (1) Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana yang menyebutkan bahwa

“barangsiapa sengaja dan melawan hukum merampas kemerdekaan

seseorang, atau meneruskan perampasan kemerdekaan yang demikian,

diancam dengan pidana paling lama 8 tahun”. Yang kedua tentang

ketentuan Pasal 50 KUHAP yang menyebutkan bahwa “barangsiapa

melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang

tidak dipidana”. Sepintas jika melihat ketentuan Pasal yang pertama

tersebut dapat disimpulkan bahwa jika ada pembatasan kemerdekaan

seseorang maka akan dikenakan ancaman pidana, namun lebih lanjut,

dalam Pasal 333 ayat 1 KUHAP perlu dicermati terdapat kata

“melawan hukum”, yang artinya jika perbuatan tersebut dilakukan

dengan cara melawan hukum merupakan suatu pelanggaran hak asasi

manusia. Sedangkan jika digabungkan dengan pengertian Pasal 50

KUHAP dapat dianalisis dan ditarik kesimpulan bahwa upaya paksa

dikategorikan sebagai upaya paksa yang dilakukan berdasarkan

Page 52: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

86

ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana sebagai suatu

bagian dari proses peradilan pidana.

Untuk tetap menjaga keseimbangan antara para pihak yang

berperkara, tersangka dalam rangkaian proses hukum harus tetap

mendapatkan kebebasan dan mendapatkan penasehat hukum, hal ini

menunjukkan bahwa KUHAP telah menganut asas akusator, yaitu

tersangka dalam pemeriksaan dipandang sebagai subjek yang berhadap-

hadapan dengan lain pihak yang memeriksa atau mendakwa yaitu

kepolisian atau kejaksaan sedemikian rupa sehingga kedua pihak

mempunyai hak-hak yang sama nilainya (asas accusatoir) (M.Yahya

Harahap, 2002:40).

c. Pengertian Praperadilan

Menurut Ratna Nurul Lafiah berdasarkan pedoman pelaksanaan

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, dasar tewujudnya

praperadilan adalah demi pentingnya pemeriksaan perkara, karena

diperlukan adanya pengurangan-pengurangan dari hak-hak asasi

tersangka, namun bagaimanapun juga hendaknya pengurangan hak,

selalu berdasar ketentuan yang diatur dalam undang-undang (Ratna

Nurul Lafiah, 1986: 74). Maka untuk kepentingan pengawasan terhadap

perlindungan hak-hak asasi tersangka atau terdakwa diadakan suatu

lembaga yang dinamakan praperadilan.

Menurut Pasal 1 butir ke-10 KUHAP, Praperadilan adalah

wewenang pengadilan negeri untuk memeriksa dan memutus menurut

cara yang diatur undang-undang ini tentang :

1) Sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas

permintaan tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa

tersangka.

2) Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian

penuntutan atas permintaan demi tegaknya hukum dan keadilan.

Page 53: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

87

3) Permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka atau

keluarganya atau pihak lain atas kuasanya yang perkaranya tidak

diajukan ke pengadilan.

Berdasarkan pada penjelasan diatas, Praperadilan hanyalah

menguji dan menilai kebenaran dan ketepatan tindakan upaya paksa

yang dilakukan oleh penyidik dan penuntut umum khususnya mengenai

tindakan penangkapan, penahanan, penyidikan, penuntutan, dan

permintaan ganti kerugian serta rehabilitasi.

d. Wewenang Praperadilan

1) Memeriksa dan memutus sah atau tidaknya penangkapan dan

penahanan. Berarti, seorang tersangka yang dikenakan tindakan

penangkapan, penahanan, penggeledahan atau penyitaan, dapat

meminta kepada Praperadilan untuk memeriksa sah atau tidaknya

tindakan yang dilakukan penyidik kepadanya.

2) Memeriksa sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau

penghentian penuntutan. Penyidik maupun penuntut umum

berwenang menghentikan pemeriksaan penyidikan atau penuntutan.

Alasan penghentian penyidikan yaitu hasil pemeriksaan penyidikan

atau penuntutan tidak cukup bukti untuk meneruskan perkaranya ke

sidang pengadilan. Atau apa yang disangkakan kepada tersangka

bukan merupakan kejahatan atau pelanggaran tindak pidana.

Dimungkinkan juga penghentian penyidikan atau penuntutan

dilakukan penyidik atau penuntut umum atas alasan nebis in idem,

karena ternyata apa yang disangkakan kepada tersangka merupakan

tindak pidana yang telah pernah dituntut dan diadili, dan putusan

sudah memperoleh kekuatan hukum tetap. Bisa juga penghentian

dilakukan penyidik atau penuntut umum, disebabkan dalam perkara

yang disangkakan kepada tersangka terdapat unsur kadaluarsa

untuk menuntut.

3) Berwenang memeriksa tuntutan ganti rugi

Page 54: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

88

Pasal 94 KUHAP mengatur tentang tuntutan ganti kerugian

yang diajukan keluarganya, tersangka atau penasehat hukumnya

kepada Praperadilan. Tuntutan ganti kerugian diajukan tersangka

berdasarkan alasan :

a) Karena penangkapan atau penahanan yang tidak sah;

b) Atau oleh karena penggeledahan atau penyitaan yang

bertentangan dengan ketentuan hukum dan undang-undang;

c) Karena kekeliruan mengenai orang yang sebenarnya mesti

ditangkap, ditahan atau diperiksa.

d) Memeriksa permintaan rehabilitasi

Praperadilan berwenang memeriksa dan memutus

permintaan rehabilitasi yang diajukan tersangka, keluarganya

atau penasehat hukumnya atas penangkapan atau penahanan

tanpa dasar hukum yang ditentukan undang-undang. Atau

rehabilitasi atas kekeliruan mengenai orang atau hukum yang

diterapkan, yang perkaranya tidak diajukan ke sidang

pengadilan.

4) Praperadilan juga berwenang memeriksa dan memutus sah atau

tidaknya tindakan penyitaan

Terhadap penggeledahan ataupun penyitaan pun dapat diajukan ke forum Praperadilan, baik yang berkenaan dengan tuntutan ganti kerugian maupun yang berkenaan dengan sah atau tidaknya penyitaan dengan acuan penerapan sebagai berikut :

1) Dalam hal penggeledahan atau penyitaan tanpa izin atau persetujuan Ketua Pengadilan Negeri mutlak menjadi yurisdiksi Praperadilan untuk memeriksa keabsahannya.

2) Dalam hal, penggeledahan atau penyitaan telah mendapat izin atau surat persetujuan dari Ketua Pengadilan Negeri, tetap dapat diajukan ke forum Praperadilan, dengan lingkup kewenangan yang lebih sempit yakni : a) Praperadilan tidak dibenarkan menilai surat izin atau surat

persetujuan yang dikeluarkan Ketua Pengadilan Negeri tentang hal itu.

b) Yang dapat dinilai oleh Praperadilan, terbatas pada masalah pelaksanaan surat izin atau surat persetujuan tersebut, dalam arti apakah pelaksanaannya sesuai atau melampaui surat izin atau tidak (M. Yahya Harahap, 2004:7-8).

Page 55: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

89

e. Proses Pemeriksaan Praperadilan

Proses pemeriksaan Praperadilan untuk ketiga hal yaitu

pemeriksaan sah tidaknya suatu penangkapan atau penahanan (Pasal 79

KUHAP), pemeriksaan sah tidaknya suatu penghentian penyidikan atau

penuntutan (Pasal 80 KUHAP), pemeriksaan tentang permintaan ganti

kerugian dan atau rehabilitasi akibat tidak sahnya penangkapan atau

penahanan atau akibat sahnya penghentian penyidikan (Pasal 81

KUHAP) ditentukan beberapa hal berikut :

1) Dalam waktu tiga hari setelah diterimanya permintaan

Praperadilan, hakim yang ditunjuk akan menetapkan hari sidang;

2) Dalam memeriksa dan memutus tentang sah atau tidaknya

penangkapan atau penahanan, sah atau tidaknya penghentian

penyidikan atau penuntutan, permintaan ganti kerugian dan atau

rehabilitasi akibat tidak sahnya penangkapan atau penahanan,

hakim akan mendengar keterangan baik dari tersangka atau

pemohon maupun dari pejabat yang berwenang;

3) Pemeriksaan Praperadilan dilakukan secara cepat dan selambat-

lambatnya dalam waktu tujuh hari hakim harus sudah menjatuhkan

putusannya;

4) Dalam hal suatu perkara sudah mulai diperiksa oleh Pengadilan

Negeri, sedangkan pemeriksaan mengenai permintaan kepada

Praperadilan belum selesai maka permintaan tersebut gugur;

5) Putusan Praperadilan pada tingkat penyidikan tidak menutup

kemungkinan untuk mengadakan pemeriksaan Praperadilan lagi

pada tingkat pemeriksaan oleh penuntut umum, jika untuk itu

diajukan permintaan baru (semua yang tersebut pada butir 1 sampai

dengan 5 ini diatur dalam Pasal 82 ayat (1) KUHAP);

6) Putusan hakim dalam acara pemeriksaan peradilan dalam ketiga hal

tersebut di atas harus memuat harus memuat dengan jelas dasar dan

alasannya (Pasal 82 ayat (2) KUHAP);

Page 56: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

90

7) Selain daripada yang tersebut pada butir 6, putusan hakim itu

memuat pula :

a) Dalam hal putusan menetapkan bahwa sesuatu penangkapan

atau penahanan tidak sah maka penyidik atau jaksa penuntut

umum pada tingkat pemeriksaan masing-masing harus segera

membebaskan tersangka.

b) Dalam hal putusan menetapkan bahwa sesuatu penghentian

penyidikan atau penuntutan tidak sah, penyidikan atau

penuntutan terhadap tersangka wajib dilanjutkan.

c) Dalam hal putusan menetapkan bahwa suatu penangkapan atau

penahanan tidak sah maka dalam putusan dicantumkan jumlah

besarnya ganti rugi dan rehabilitasi yang diberikan, sedangkan

dalam hal suatu penghentian penyidikan atau penuntutan adalah

sah dan tersangkanya tidak ditahan maka dalam putusan

dicantumkan rehabilitasinya.

d) Dalam hal putusan menetapkan bahwa benda yang disita ada

yang tidak termasuk alat pembuktian maka dalam putusan

dicantukan bahwa benda tersebut harus segera dikembalikan

kepada tersangka atau dari siapa benda itu disita

Telah dijelaskan dimuka bahwa proses hukum Praperadilan dalam

KUHAP ada, apabila tersangka atau terdakwa atau pihak ketiga merasa

dirugikan oleh tindakan aparat penegak hukum yang dalam hal ini

kepolisian dan kejaksaan dalam menjalankan upaya paksa.

Untuk mempermudah melihat kedudukan atau tahap

berlangsungnya Praperadilan dalam prosedur pemeriksaan pidana maka

akan disajikan gambar sebagai berikut :

Page 57: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

91

DIAGRAM PEMROSESAN KASUS TINDAK PIDANA

Gambar 2. Alur Proses Pemeriksaan Pidana Indonesia

f. Gugurnya Pemeriksaan Praperadilan

Berdasarkan pada ketentuan Pasal 82 ayat (1) huruf d, yang

berbunyi: “dalam hal suatu perkara sudah mulai diperiksa oleh

Pengadilan Negeri, sedang pemeriksaan mengenai permintaan kepada

Praperadilan belum selesai maka permintaan tersebut gugur”.

Mencermati Pasal tersebut maka dapat dikatakan bahwa pemeriksaan

Praperadilan bisa gugur meskipun belum dijatuhkan putusan. Gugurnya

pemeriksaan Praperadilan dapat terjadi bila :

Pembuktian Persidangan Penuntutan

Tindakan Polisional

Upaya Paksa

Berita Acara Pemeriksaan

Praperadilan

Hakim

Tersangka Polisi Penyidik

Delik

Page 58: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

92

1) Apabila perkaranya telah diperiksa oleh Pengadilan Negeri,

2) Pada saat perkaranya diperiksa Pengadilan Negeri, pemeriksaan

Praperadilan belum selesai.

Apabila perkara telah diperiksa oleh Pengadilan Negeri dengan

sendirinya pemeriksaan Praperadilan akan gugur meskipun pemeriksaan

Praperadilan tersebut belum sampai pada putusan. Ini dimaksudkan

untuk menghindari terjadinya penjatuhan putusan yang berbeda.

2. Pengaturan Sistem Preliminary Hearings menurut USA’s Criminal

Procedure Code

a. Latar Belakang Sistem Preliminary Hearings menurut USA’s Criminal

Procedure Code

Amerika Serikat merupakan suatu negara dengan sistem

federasi yang terdiri dari lima puluh dua (52) negara bagian. Masing-

masing negara bagian memiliki sumber hukum yang berdiri tersendiri

dan berbeda antara yang satu dengan negara bagian yang lain. Setiap

negara bagian tersebut mempunyai kitab undang-undang hukum acara

(code of procedure) masing-masing. Keanekaragaman hukum ini tidak

terlepas dari awal mula berdirinya negara Amerika Serikat.

Sejarah akan adanya hukum yang berkembang di Amerika

dimulai pada awal abad ketujuh belas silam. Pada mulanya, wilayah

yang sekarang bernama Amerika Serikat pertama-tama dihuni oleh

mayoritas pendatang dari wilayah Inggris, dan sudah barang tentu

pada masa itu orang-orang Inggris tidak hanya datang sendirian,

Orang-orang Spanyol dan juga Portugis pada masa itu juga turut

berlomba-lomba menanamkan koloninya di Dunia Baru (the New

World) atau di Benua Amerika. Orang-orang Spanyol dan Portugis

menduduki daerah-daerah yang sekarang ini bernama Amerika Latin

dan juga di sekitar Kepulauan Karibia. Namun demikian bendera

Spanyol juga pernah turut berkibar di daerah Florida, Amerika

Serikat. Orang-orang bangsa Belanda pun juga pernah bermukim di

Page 59: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

93

sekitar wilayah New York, sebelum pada akhirnya digusur oleh kaum

Britania Raya. Sebagai bukti akan adanya keberadaan bangsa lain

yang juga pernah turut berkuasa di Amerika Serikat, terdapat beberapa

peninggalan pernak-pernik hukum Belanda dan Spanyol yang masih

banyak tertinggal di lokasi. Dan yang tak kalah penting adalah

keberadaan hukum pribumi suku-suku asli yang juga dipertahankan

beberapa diantaranya. Namun demikian, perangkat utama hukum

Amerika jelas berasal dari satu sumber, yaitu hukum Inggris. Melalui

orang-orang Inggris, sistem common law menjadi rujukan dalam

sistem hukum yang selanjutnya berkembang di Amerika Serikat.

Menurut Lawrence M. Friedmen, tradisi common law dalam

acara sidang, sangat menekankan kelisanan (orality). Pengadilan

common law lebih suka ucapan daripada dokumen tertulis. Ini

bukannya karena pengadilan menolak lembaran kertas, karena justru

pengadilan dibanjiri oleh lembaran kertas dari perkara yang masuk:

dalam banyak perkara berdus-dus lampiran (exhibit), pernyataan saksi

tertulis (deposition), dan berbagai macam dokumen diajukan sebagai

barang bukit (evidence) (deposisi adalah pernyataan saksi dibuat

tertulis; misalnya untuk memperoleh kesaksian dari orang yang lemah,

sakit atau berada di tempat yang jauh untuk menghadiri sidang),

sehingga dokumen yang diperlukan dalam sidang menjadi sangat

banyak. Namun demikian ucapan penuntutan dan pembelaan masih

tetap menjadi jantung sidang common law, untuk mencari kesaksian

dan mengungkap fakta-fakta dari keterangan saksi yang hadir di

dalam persidangan. Sistem ini sangat tidak asing dan mendarah daging

di Amerika Serikat (Lawrence M. Friedman, 2001: 91).

Sistem hukum di Amerika Serikat dikenal dengan istilah

adversary system (sistem adu). Maksudnya adalah para pihak lah yang

mengendalikan perkara atau bersifat aktif, dan hakim bersifat pasif di

dalam persidangan. Hakim hanya bertindak sebagai wasit dan

mengontrol jalannya persidangan agar sidang tetap berjalan sesuai

Page 60: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

94

dengan peraturan dan berlangsung tertib. Para pihak akan menyusun

strategi, menggali barang bukti, dan kemudian menyajikannya di

Pengadilan untuk kemudian saling mempertahankan argumennya

masing-masing. Kedua pihak akan saling berusaha saling menjatuhkan

dengan menghadirkan saksi di mimbar dan megajukan pertanyaan

guna mempertahankan argumennya.

Penasihat hukum merupakan aktor utama dalam sistem hukum

ini, dan perlu diingat bahwa Hakim hanya bersifat pasif di dalam

persidangan, dengan hanya duduk dan berperan sebagai wasit di ruang

persidangan untuk memastikan bahwa para pihak dan penasihat

hukumnya mematuhi aturan main. Keputusan siapa yang menang dan

siapa yang kalah dalam perkara pidana akan ditentukan lebih lanjut

oleh dewan juri. Biasanya hakim hanya memberitahu dan memberi

petunjuk kepada dewan juri tentang aturan hukum yang menyangkut

perkara tersebut. Dengan sistem adu antara penasihat hukum dalam

sistem common law, terkadang dapat memberi kejutan pada masing-

masing pihak. Keadilan dan kebenaran akan menang hampir setiap saat

jika dibiarkan masing-masing pihak berdebat, bersaing dan saling

menguji.

Dalam adversary system yang berlaku di Amerika Serikat,

sebelum perkara dilimpahkan ke dalam sidang dengan juri, diwajibkan

terselenggaranya tahapan Pre Trial Process terlebih dahulu. Pada

tahap inilah dikenal adanya tahap preliminary hearings atau

pemeriksaan pendahuluan. Jika terjadi tindak pidana, setelah adanya

penangkapan dari pihak Kepolisian, tersangka akan melewati tahap

preliminary hearings. Pemeriksaan ini merupakan bentuk persidangan

yang digelar untuk menentukan apakah terdapat cukup bukti untuk

menahan terdakwa atau tidak, yang kemudian akan diputuskan apakah

perkara tersebut dapat diadili di tingkat yang lebih tinggi.

Pada sidang tersebut jaksa (prosecutor) harus membuktikan di

pengadilan bahwa mereka memiliki alasan untuk menahan terdakwa

Page 61: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

95

seperti yang diajukan dalam dakwaan. Jika pada tahap preliminary

hearings hakim dan atau dewan juri yakin bahwa terdakwa telah

melakukan tindak pidana maka perkara dapat dilanjutkan ke tahap

pengadilan (trial). Keyakinan hakim atau dewan juri dapat berasal dari

pengakuan bersalah terdakwa, jika terdakwa mengakui perbuatannya,

ataupun dari bukti-bukti yang diajukan jaksa beserta saksi yang

memperkuat dakwaan jaksa untuk meneruskan perkara tersebut pada

tahap selanjutnya jikalau terdakwa pada preliminary hearings tidak

mengakui perbuatannya.

Yang menarik untuk dicermati adalah berlakunya praktek plea

bargaining system (kesepakatan mengaku bersalah) pada sistem

hukum Amerika Serikat. Plea bargaining tidak terpisah dari padanya

tahap preliminary hearings. Jika terdakwa menyerah dan melakukan

guilty plea (pengakuan bersalah), jaksa akan setuju memberi hukuman

yang lebih ringan atau membatalkan beberapa draft dakwaan

(information), ini merupakan imbalan karena mengaku bersalah untuk

menghindari sidang dewan juri. Pada jaman dahulu di Amerika

Serikat, kesepakatan mengaku bersalah telah menimbulkan kontroversi

pada sistem hukum Amerika Serikat.

Menurut Raymond Moley dalam buku American Law An

Introduction karangan Lawrence M. Friedman, pada tahun 1839, di

negara bagian New York, satu dari empat perkara pidana berakhir

dengan pengakuan bersalah. Menjelang abad pertengahan, pengakuan

bersalah terjadi pada separuh perkara. Di Alameda Country, satu dari

tiga terdakwa kejahatan berat mengaku bersalah atas dakwaan pada

dekade tahun 1900-1910. Pada tahun 1920-an, pengakuan bersalah

menunjukan jumlah 88 dari 100 putusan bersalah di kotan New York,

85 pengakuan bersalah dari 100 putusan bersalah di Chicago, 70 dari

100 di Dallas, 79 dari 100 di Des Moines Iowa (Raymond Moley,

Lawrence M. Friedman, 2001: 232).

Page 62: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

96

Dapat dilihat bahwa pengakuan bersalah dapat menjadi alat

yang ampuh untuk mendapat pengurangan hukuman di Amerika

Serikat, namun hal tersebut pada masa itu sekitar abad 19, banyak

pertentangan mengenai kesepakatan mengaku bersalah (plea

bargaining system). Banyak orang yang merasa bahwa kesepakatan

mengaku bersalah merupakan hal yang memalukan. Orang yang

menghormati hukum, merasa kesepakatan mengaku bersalah

menunjukan terlalu banyak kelunakan terhadap terdakwa. Satu kajian

menyatakan bahwa sampai sepertiga orang yang mengaku bersalah

akan dibebaskan jika mereka menghadap sidang (Michael O.

Finkelstein, Lawrence M. Friedman, 2001: 235).

Tuntutan mengenai pembaharuan mengenai pilihan hukum

tersebut, muncul di segala penjuru. Jaksa Agung Alaska pada tahun

1975 melarang segala praktek kesepakatan mengaku bersalah. Namun

hal tersebut tidak berlaku efektif karena bagi masyarakat Amerika

Serikat, adanya pengakuan bersalah merupakan penemuan baru dan

merupakan jawaban terhadap padatnya Pengadilan. Berdasarkan

pendapat dari Lawrence M. Freidmen bahwa pengakuan bersalah

merupakan ciri sistem hukum dari Amerika Serikat. Dimana pada

beberapa sistem hukum, tidak ada pengakuan bersalah semacam itu.

Memang terdakwa boleh mengakui bersalah atas kejahatannya, dan

sebuah pengakuan merupakan bukti yang kuat. Pengakuan bersalah

akan diterima sebagai kebenaran; kecuali dalam perkara yang langka.

b. Tujuan Sistem Preliminary Hearings menurut USA’s Criminal

Procedure Code

Di Amerika Serikat, preliminary hearings (pemeriksaan

pendahuluan) dianggap sebagai tahap yang kritis dan menentukan

suatu perkara pidana. Karena pada tahap tersebut, kantor jaksa wilayah

(districk attorney) yang telah merasa yakin tersangka akan dinyatakan

bersalah (conviction), akan mempertahankan dan membuktikan

Page 63: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

97

dakwaannya di preliminary hearings sebelum membawa tersangka ke

Pengadilan. Pada hakikatnya sistem hukum di Amerika Serikat

menganut asas accusatoir yang menjunjung tinggi preasumtion of

innocence dan hak-hak tersangka. Sehingga dalam preliminary

hearing hak-hak tersangka akan dipenuhi oleh Pengadilan sehubungan

dengan perkara yang diajukan terhadap diri tersangka, dan

meminimalisir terjadinya kesalahan penangkapan yang akan

merugikan hak prinsip seorang individu kaitannya dengan kebebasan

yang telah direnggut secara paksa.

Menurut Andrew D. Leipold, tujuan dari pemeriksaan

pendahuluan adalah untuk menentukan apakah jaksa memiliki cukup

bukti untuk membenarkan dakwaannya terhadap terdakwa.

Pemeriksaan pendahuluan ini diadakan dalam sidang yang terbuka dan

di dipimpin oleh seorang hakim (magistrate). Jaksa akan

mempresentasikan bukti-buktinya dan penasihat hukum akan diberikan

kesempatan untuk menanggapi. Argumentasi dari Jaksa dan penasihat

hukum akan dijadikan pertimbangan bagi hakim Hakim untuk

memutuskan apakah ada kemungkinan alasan untuk percaya bahwa

terdakwa tersebut telah melakukan kejahatan atau tidak. Jika

pengadilan menemukan penyebab, maka penyebab tersebut akan

mengikat Grand Jury atau sidang pengadilan sebagai bahan

pertimbangan pada proses yang lebih lanjut. Jika tidak cukup bukti,

tuduhan atau dakwaan akan diberhentikan. Tujuannya adalah untuk

memastikan bahwa kasus lemah akan dihilangkan dalam proses awal,

serta menyimpan kecemasan terdakwa berkaitan dengan biaya dan

waktu, karena terdakwa harus membela diri di pengadilan terhadap

tuduhan yang tidak beralasan

(http://law.jrank.org/pages/1721/Preliminary-Hearing.html).

Menurut William L. Pfeifer Jr., preliminary hearings

merupakan sebuah acara dimana otoritas jaksa harus membuktikan di

pengadilan bahwa mereka mempunyai alasan untuk menahan individu

Page 64: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

98

pada tuduhan yang diajukan. Sidang ini dirancang terutama untuk

kepentingan individu-individu yang dipenjara untuk memastikan

bahwa mereka dipenjara bukan atas tuduhan yang tidak berdasar

(http://law.suite101.com/article.cfm/what_is_a_preliminary_hearing).

Perlu diketahui dan diingat, bahwa pada tahap preliminary

hearings pengadilan tidak akan memutuskan bersalah atau tidak

bersalah atas suatu perkara yang diajukan kepadanya, tetapi hanya

memutuskan apakah kasus ini harus dilanjutkan ke Pengadilan atau

tidak. Pada tahap ini jaksa dituntut untuk mengungkapkan nama saksi-

saksi kunci dan substansi kesaksian mereka. Sehingga bagi terdakwa

tahap ini juga merupakan langkah penting untuk mendapatkan

informasi dan mempelajari apa yang dapat digunakan sebagai celah

pembelaan, jika perkaranya diputus untuk diteruskan di tingkat

pengadilan dengan dewan juri. Bagi penuntut umum sendiri

preliminary hearings merupakan saat yang penting untuk

mengabadikan kesaksian saksi-saksi. Sekali saksi telah bersaksi di

sidang pendahuluan, kesaksian itu dapat diperkenalkan sebagai bukti di

Pengadilan jika saksi kemudian meninggal atau hilang, karena saksi

dalam sidang preliminary hearings berada di bawah sumpah dan

dicatat. Dengan demikian jaksa tidak perlu khawatir bahwa saksi akan

mengubah keterangannya atau lupa akan keterangannya.

Dari sisi lain terdakwa memiliki kesempatan mendengar dan

menyadari kuatnya dakwaan yang akan dijatuhkan oleh jaksa, yang

dapat membantu terdakwa untuk memutuskan apakah akan

menggunakan haknya dalam plea bergaining. Bagi terdakwa

preliminary hearing memungkinkan mereka untuk memperoleh

informasi tentang dasar penuntutan kasus atau untuk bergerak mencari

celah guna pemberhentian kasus. Sebagai contoh, OJ Simpson, pada

tahun 1994 telah didakwa Jaksa dengan dua tuntutan pembunuhan

tingkat pertama. Meskipun pengacara Simpson, Robert Shapiro, gagal

untuk menghentikan perkara pada tingkat awal, namun ia mampu

Page 65: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

99

untuk memperoleh informasi dari saksi-saksi polisi dan forensik yang

terbukti berharga bagi Simpson di sidang pembunuhan tahun 1995,

yang pada berakhir membuahkan vonis pembebasan Simpson.

c. Pengertian Sistem Preliminary Hearings menurut USA’s Criminal

Procedure Code

Preliminary hearings (pemeriksaan pendahuluan/ pembuktian

pendengaran) adalah pemeriksaan lanjutan setelah adanya pidana

pengaduan yang diajukan oleh jaksa. Pemeriksaan ini diperlukan untuk

menentukan apakah terdapat cukup bukti bahwa suatu perkara dapat

diajukan ke tingkatan yang lebih tinggi di pengadilan. Sidang harus

dilaksanakan dalam waktu 10 hari jika terdakwa berada di dalam

tahanan, dan dalam waktu 20 hari jika terdakwa tidak ditahan. Batas

waktu ini dapat diperpanjang oleh pengadilan dengan persetujuan

terdakwa, atau pada keadaan luar biasa yang menunjukan bahwa

membenarkan penundaan.

Di Amerika Serikat, hakim harus menemukan ada penyebab

bahwa suatu kejahatan telah dilakukan. Jika pengadilan memutuskan

bahwa ada kemungkinan penyebabnya maka penuntutan akan

dilanjutkan, pun jika terjadi yang sebaliknya dimana pengadilan tidak

menemukan adanya suatu penyebab maka penuntutan akan berhenti.

Beberapa pertanyaan penting yang biasanya dibahas dalam sidang

tersebut adalah :

1. Apakah kejahatan yang dituduhkan terjadi dibawah yurisdiksi

pengadilan?

2. Apakah ada penyebab terjadinya suatu kejahatan, sehingga

pengadilan percaya bahwa terdakwa telah melakukan kejahatan?

Pemeriksaan pendahuluan (preliminary examination) atau pre

trial process adalah semacam sidang praperadilan. Proses ini baru

dapat dilaksanakan setelah polisi menangkap seorang tersangka

kejahatan. Proses ini selain merupakan kewajiban yang harus dijalani

Page 66: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

100

oleh tersangka, namun sebenarnya proses ini dirancang sebagai

perlindungan hukum bagi tersangka terhadap kesewenang-wenangan

aparat penegak hukum.

Paling umum dan awal pada pemeriksaan pendahuluan adalah

penampilan awal (the first apperance). Berbagai langkah prosedural

dapat diambil dalam penampilan awal. Dalam kasus-kasus

pelanggaran kecil, jika terdakwa mengaku bersalah maka mungkin

proses ini akan berakhir dan langsung pada penjatuhan sanksi. Ketika

tuduhan yang didakwakan lebih serius (kehajatan), maka terdakwa

pada penampilan pertama akan diberitahu tentang hak-haknya, seperti

hak untuk mengetahui isi dakwaan tersebut, haknya untuk konsultasi

dengan pengacara, hak untuk tetap diam, dan hak untuk diberitahu

bahwa setiap pernyataan ysng dibuat dapat digunakan terhadap

tersangka di pengadilan, dan hak untuk mengetahui tentang prosedur

pembebasan dengan uang jaminan. Dalam beberapa yurisdiksi,

termasuk pengadilan federal, sebuah permohonan pembebasan dapat

diajukan dan jaminan dapat ditetapkan pada penampilan pertama ini.

Di yurisdiksi lainnya, tersangka tidak diijinkan untuk membuat

permohonan jika pelanggaran adalah suatu kejahatan atau pelanggaran

berat, yang kemudian untuk selanjutnya akan segera dijadwalkan

preliminary hearings.

Keseluruhan rangkaian pre trial process ini dirancang sebagai

perlindungan hukum bagi tersangka terhadap kesewenang-wenangan

aparat penegak hukum. Hal itu ditegaskan lebih lanjut pada peraturan

yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung Amerika Serikat, dalam ay

Gerstein Pugh, 420 US 103, 95 S.Ct. 854, 43 L. Ed. 2d 54 (1975),

yang mengamanatkan bahwa orang yang ditangkap tanpa surat

perintah dan ditangkap oleh polisi harus diberi kesempatan untuk

pemeriksaan pendahuluan untuk menetukan apakah ada penyebab

yang membuat orang tersebut ditangkap. Dalam ay Riverside County

McLaughlin, 500 US 44, 111 S. Ct. 1661, 114 L. Ed. 2d 49 (1991),

Page 67: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

101

Membuat persyaratan bahwa peradilan harus dilakukan dengan cepat

dan sesegera mungkin, untuk menentukan apakah ada penyebab atau

tidak terjadinya suatu kejahatan untuk memenuhi rasa kepastian

hukum dan ketentraman masyarakat, hal tersebut dilakukan guna

mencegah jika dalam melakukan pencarian dan penangkapan aparat

penegak hukum dilakukan tanpa adanya surat perintah. Sehingga

diharapkan tidak ada peristiwa yang merugikan hak tersangka dari

empat puluh delapan jam setelah penangkapan.

d. Proses Sistem Preliminary Hearings menurut USA’s Criminal

Procedure Code

Dalam sistem hukum Amerika Serikat preliminary hearings

merupakan salah satu bagian dari pre trial process. Pelaksanaannya

berjalan sebagai mana mestinya ketika terjadi suatu pelanggaran dan

atau kejahatan yang mengusik ketentraman masyarakat, maka aparatur

penegak hukum wajib menjalankan tugasnya untuk menjaga keadaan

di masyarakat agar dapat berjalan secara normal. Jika terjadi suatu

pelanggaran dan atau kejahatan, yang kemudian polisi menemukan

tersangka dan menangkapnya, polisi akan mencari keterangan dan

menyusun berita acara (charge), serta langkah-langkah prosedural

untuk mengamankan tersangka. Setelah menjalani serangkaian

pemeriksaan di kepolisian, kemudian tersangka akan dihadapkan ke

hakim tunggal (magistrate), hakim akan menjelaskan kepada

tersangka mengenai hak-haknya. Tahapan ini dikenal dengan

penampilan awal (the first apperance). Hakim tunggal pada fase ini

juga dapat menetapkan uang jaminan untuk membebaskan tersangka

dari tahanan dan hakim berdasarkan kuasanya dapat menyediakan

penasihat hukum bagi tersangka jika merasa yakin bahwa tersangka

tidak mampu secara financial namun tetap diwajibkan menjalankan

proses hukum.

Page 68: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

102

Uang jaminan pada sistem hukum Amerika Serikat

dimaksudkan agar tersangka untuk sementara waktu tetap dapat hidup

normal di masyarakat sempai ada putusan yang bersifat tetap dari

pengadilan yang menyatakan bersalah. Jika tersangka tidak

menghadiri persidangan yang telah dijadwalkan dan juga segala

bentuk panggilan terkait dari pihak aparat penegak hukum maka uang

jaminan akan hilang atau menjadi hak milik negara. Setelah

penampilan awal, Jaksa harus memutuskan apakah perkara tersebut

cukup kuat untuk diteruskan, dan apakah barang bukti sudah cukup

untuk melakukan penuntutan (prosecution). Jika Jaksa merasa yakin

bahwa tersangka akan dinyatakan bersalah (conviction), sebelum di

bawa ke pengadilan, Jaksa harus melewati rintangan besar yaitu

preliminary hearings

Pemeriksaan ini dimulai ketika Jaksa mengajukan surat

dakwaan. Proses ini juga berlangsung di hadapan hakim tunggal.

Tidak ada dewan juri pada tahap ini di beberapa yurisdiksi negara

bagian. Hakim tunggal akan memeriksa isi dakwaan dari Jaksa.

Hakim tunggal tidak akan memutuskan apakah terdakwa bersalah atau

tidak, karena hal tersebut bukan kewenangannya pada tahap ini.

Hakim hanya memiliki tiga pilihan hukum dalam sidang ini yaitu,

menghentikan dakwaan dan melepaskan terdakwa (jika dakwaannya

dianggap tidak sah), menurunkan perkara menjadi kejahatan ringan,

atau memutuskan bahwa negara menganggap bahwa perkaranya sah

sehingga layak dilanjutkan ke sidang penuh (full scale trial). Hakim

dapat menghentikan perkara ini baik atas kehendaknya sendiri atau

karena Jaksa memutuskan untuk tidak meneruskan dakwaannya.

Terdakwa boleh mengaku bersalah dan menyelesaikan perkara

dengan cara plea bargaining. Pada preliminary hearing penasihat

hukum juga diperbolehkan mengajukan keberatan terhadap penahanan

barang bukti tertentu dengan alasan bahwa negara mengumpulkan

barang bukti tersebut secara tidak sah. Namun hal tersebut jarang

Page 69: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

103

untuk dikabulkan, karena berdasar pada victim’s bill of right di

California yang diadopsi pada tahun 1982 menyatakan bahwa barang

bukti yang relevan tidak boleh dikesampingkan dalam proses pidana

apapun (Undang-Undang Dasar California, Pasal I, Bagian 28).

Jika seorang terdakwa telah berada di dalam penjara pada saat

dilakukan pemeriksaan pendahuluan dan negara yang dalam hal ini

diwakili oleh jaksa gagal untuk menetapkan penyebab bahwa ia telah

melakukan pelanggaran, terdakwa berhak untuk dibebaskan dari

penjara. Jika terdakwa tidak ada di dalam penjara dan negara gagal

untuk menetapkan penyebab terdakwa bahwa ia telah melakukan

pelanggaran maka terdakwa berhak untuk menolak tuduhan dan

dilepaskan dari kondisi statusnya sebagai tahanan dan terdakwa.

Namun, pemberhentian perkara pada sidang pemeriksaan pendahuluan

tidak mencegah Jaksa dari mengeluarkan sebuah surat dakwaan baru

melawan terdakwa di kemudian hari.

Di beberapa yurisdiksi negara bagian, pemeriksaan perkara

dilakukan oleh badan lain, yaitu dewan juri agung (grand jury).

Dewan juri agung terdiri dari orang awam yang dipilih secara acak

seperti anggota dewan juri biasa. Dan jumlahnya masing-masing

negara bagian berbeda-beda. Anggota dewan juri agung bekerja dalam

waktu yang terbatas pula. Jaksa akan menunjukan surat dakwaan

kepada dewan juri agung. Dewan juri agung akan memutuskan apakah

akan mendakwa atau tidak mendakwa. Yang selanjutnya nasib dari

terdakwa akan ditentukan di Superior Court.

Jika seorang terdakwa telah berada di dalam penjara pada saat

dilakukan pemeriksaan pendahuluan dan negara yang dalam hal ini

diwakili oleh jaksa gagal untuk menetapkan penyebab bahwa ia telah

melakukan pelanggaran, terdakwa berhak untuk dibebaskan dari

penjara. Jika terdakwa tidak ada di dalam penjara dan negara gagal

untuk menetapkan penyebab terdakwa bahwa ia telah melakukan

pelanggaran maka terdakwa berhak untuk menolak tuduhan dan

Page 70: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

104

dilepaskan dari kondisi statusnya sebagai tahanan dan terdakwa.

Namun, pemberhentian perkara pada sidang pemeriksaan pendahuluan

tidak mencegah juri dari mengeluarkan sebuah surat dakwaan baru

melawan terdakwa di kemudian hari. Dengan demikian, terdakwa

kasus yang dibuang pada tahap preliminary hearings masih bisa

menghadapi tuduhan yang sama lagi. Jika hal ini terjadi, maka

terdakwa akan ditahan kembali dan dihadapkan pada tuduhan yang

sama.

Sebagian besar perkara kejahatan berat tidak sampai ke tahap

yang lebih lanjut. Hanya sejumlah kecil yang benar-benar sampai di

Sidang. Dari data tahun 1987-1988 dari berbagai tempat menunjukan

angka penurunan yang tinggi pada penangkapan kejahatan berat. Dari

seratus penangkapan, hanya tiga yang benar-benar berakhir di

persidangan, limapuluh dua penangkapan mengaku bersalah, sisanya

ditolak pada preliminary hearings atau dihentikan oleh jaksa atau

hakim. (Lawrence M. Friedman, Baum, 2001: 228)

Akan tetapi terdapat suatu pengecualian pada tahap

preliminary hearings yakni, meskipun terdakwa memiliki hak untuk

meminta pemeriksaan pendahuluan, akan tetapi hak terdakwa akan

hilang, jika dewan juri agung telah memperoleh surat dakwaan

sebelum sidang diadakan. Dengan demikian, dalam beberapa kasus,

jaksa akan segera melimpahkan perkara kepada dewan juri agung

sebagai langkah taktis untuk menghilangkan kesempatan terdakwa

menjalani proses preliminary hearings. Ada juga situasi di mana

sebuah kasus dapat dipresentasikan kepada dewan juri sebelum

terdakwa ditahan karena kejahatan yang diperbuatnya, dan terdakwa

akan mempelajari tuduhan untuk pertama kalinya setelah dewan juri

agung mengeluarkan sebuah surat dakwaan. Dalam situasi seperti ini,

terdakwa tidak memiliki hak untuk pemeriksaan pendahuluan.

Aturan pembuktian dalam sidang pendahuluan juga lebih

longgar daripada di pengadilan biasa. Sebagai contoh, desas-desus

Page 71: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

105

kabar berita dapat diterima sebagai bukti, saksi juga dapat hadir dan

diminta kesaksiaannya di sidang. Bukti yang diperoleh secara illegal

juga diterima di sidang pendahuluan di banyak yurisdiksi. Seorang

polisi yang menangkap dan menjadi satu-satunya saksi yang bersaksi

tentang peristiwa yang terjadi juga dapat diterima dan

dipertimbangkan, meskipun tidak ada saksi lain yang melihat kejadian

tersebut. Dalam yurisdiksi ini, hakim diperbolehkan untuk

menemukan penyebab sepenuhnya didasarkan pada bukti-bukti kabar

angin.

Untuk lebih mempermudah memahami proses dan mendukung

analisa serta penjelasan dari penelitian ini maka akan disajikan data

berupa gambar diagram pemrosesan kasus tindak pidana menurut

sistem hukum di Amerika Serikat sebagai berikut :

Page 72: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

106

DIAGRAM PEMROSESAN KASUS TINDAK PIDANA

Page 73: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

107

Gambar 3. Alur Proses Pemeriksaan Pidana Amerika Serikat

Polisi Penyidik

Berita Acara Pemeriksaan

Hakim

Jaksa

Preliminary hearings

Superior Court

Delik

Jaksa

Hakim

Berita Acara Pemeriksaan

Legal Opinion

Plea Bargaining

Dewan Juri Agung

Hakim Tunggal

Preliminary hearings

Page 74: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

cviii

cviii

3. Persamaan dan Perbedaan

Dengan memperbandingkan antara Praperadilan dan preliminary

hearings seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik suatu

pembahasan yang menjelaskan mengenai persamaan dan perbedaan di

antara keduanya. Agar lebih mempermudah dalam pembahasan, maka

sebelumnya akan dipaparkan terlebih dahulu persamaan dan perbedaan

antara keduanya dalam format yang berbentuk tabel sebagai berikut :

a. Persamaan :

Tabel 2. Persamaan Praperadilan dan Preliminary Hearings

No. Keterangan Praperadilan

(KUHAP)

Preliminary hearings

(USA’s Criminal Prosedure Code)

1. Pengertian Jika diperbandingkan

secara harfiah maka,

istilah yang

dipergunakan oleh

KUHAP

”Praperadilan”. Pra

artinya sebelum, atau

mendahului. Berarti

”Praperadilan” sama

dengan sebelum

pemeriksaan di sidang

pengadilan (Andi

Hamzah, 1996:1).

Preliminary hearings merupakan

prosedur proses pidana sebelum

dilaksanakan persidangan secara

penuh (full scale trial) yang

melibatkan dewan juri.

2. Tujuan - Untuk menegakkan

asas presumption of

innonce sebagai

jantung dari sistem

- Untuk memastikan bahwa

tersangka didakwa bukan

dengan alasan yang tidak

berdasar, yang merupakan

Page 75: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

cix

cix

akusatur yang dianut

oleh KUHAP.

- Pada prinsipnya

tujuan utama

pelembagaan

Praperadilan dalam

KUHAP, untuk

melakukan

pengawasan secara

horizontal atas

tindakan upaya

paksa yang

dikenakan terhadap

tersangka selama ia

berada di dalam

pemeriksaan

penyidikan atau

penuntutan, agar

benar-benar

tindakan itu tidak

bertentangan dengan

ketentuan hukum

dan undang-undang.

prinsip dari sistem akusatur

yang dianut oleh

Amerika Serikat.

3. Proses

persidangan

Dipimpin oleh seorang

hakim tunggal.

Dipimpin oleh seorang hakim

tunggal (magistrate) atau dewan

juri.

4. Pengawasan Praperadilan berperan

mengawasi kedua

Preliminary hearings berperan

sebagai penyaring terhadap kasus-

Page 76: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

cx

cx

instansi hukum yang

lain yakni kepolisian

dan kejaksaan dalam

menjalankan proses

hukum

kasus yang dianggap ringan dan

juga sebagai tempat untuk

memastikan bahwa jaksa

bertindak benar dalam

menjalankan tugasnya.

b. Perbedaan :

Tabel 3. Perbedaan Praperadilan dan Preliminary Hearings

No. Keterangan Praperadilan

(KUHAP)

Preliminary hearings

(USA’s Criminal Prosedure Code)

1. Latar

Belakang

Sistem

Hukum

- Indonesia adalah

negara bekas jajahan

koloni Belanda

selama kurang lebih

350 tahun, sehingga

sistem hukum yang

dianut oleh Indonesia

berkiblat pada

Belanda. Indonesia

menganut sistem

hukum Eropa

Continental.

- Amerika serikat merupakan

bekas koloni dari Inggris,

sehingga sistem hukum yang

dianut berkiblat pada negara

Inggris tersebut. Amerika

Serikat menganut sistem hukum

common law

2. Wewenang - Memeriksa dan

memutus sah atau

tidaknya upaya

paksa

- Memeriksa sah atau

tidaknya

penghentian

- Memeriksa dan memutus apakah

perkara yang diajukan masuk

dalm yurisdiksi pengadilan

- Memeriksa apakah ada ada

penyebab terjadinya suatu

kejahatan.

- Menghentikan dakwaan dan

Page 77: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

cxi

cxi

penyidikan atau

penghentian

penuntutan

- Berwenang

memeriksa tuntutan

ganti rugi

melepaskan terdakwa (jika

dakwaannya dianggap tidak sah),

- Menurunkan perkara menjadi

kejahatan ringan,

- Memutuskan bahwa negara

menganggap perkaranya sah

sehingga layak dilanjutkan ke

sidang penuh (full scale trial)

4. Proses

beracara

- Praperadilan

terselenggara jika

diminta oleh

tersangka atau pihak

ketiga yang

berkepentingan

- Asas pembuktian

yakni satu saksi

bukan saksi dan

testimony de

auditum tetap

berlaku sehingga

tidak dapat dijadikan

suatu barang bukit

- Preliminary hearings ada karena

menjadi satu kesatuan tahapan

yang saling berkaitan dalam

proses peradilan pidana.

- Segala bentuk bukti baik hanya

sekedar kabar angin dan satu

saksi tetap diterima sebagai

barang bukti

4. Pembahasan :

Persamaan dan Perbedaan Praperadilan dan Preliminary Hearings

Melihat dan menganalisa tabel maka dapat ditarik suatu

pembahasan yang menjelaskan mengenai persamaan dan perbedaan di

antara keduanya.

Ditinjau dari sudut sejarahnya Indonesia dan Amerika Serikat

adalah negara yang sama-sama menempatkan hukum sebagai panglima

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sama-sama sebagai negara

Page 78: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

cxii

cxii

hukum namun pengertian negara yang berdasar pada hukum memiliki arti

yang berbeda-beda antara negara yang menganut sistem hukum Eropa

Kontinental dan sistem hukum common law. Meski berbeda negara dan

sistem hukum namun semua sistem hukum yang ada dan dianut oleh

negara-negara di dunia memiliki persamaan akan jaminan perlindungan

hak asasi manusia dalam penegakan hukum. Hal ini telah menjadi prinsip

universal yang berlaku di seluruh dunia tanpa melihat sistem hukum yang

dianut.

Menurut Aristoteles, negara hukum adalah negara yang berdiri diatas hukum yang menjamin keadilan kepada warganya. Meskipun berbeda negara ataupun sistem hukum yang dianut, keseluruhan sistem hukum memiliki sendi yang bersifat universal yakni : 1. Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia 2. Legalitas dari tindakan negara/ pemerintah dalam arti tindakan aparatur

negara yang dapat dipertanggungjawakan secara hukum 3. Terjaminnya peradilan yang bebas (www.google search? Negara

hukum)

Sebagai negara hukum (rule of law) keadilan harus tetap ditegakkan

dengan tetap memperhatikan hak-hak yang dimiliki oleh orang yang

diduga bersalah, karena pada hakikatnya orang yang dianggap bersalah

belum tentu bersalah sampai ada suatu putusan hukum yang tetap. Oleh

karena itu konsepsi rule of law membawa konsekuensi, bahwa sendi-sendi

yang bersifat universal tersebut harus tercermin dalam hukum pidana,

khususnya hukum acara pidana. Hal ini menjadi wajib jika dikaitkan

dengan tindakan upaya paksa yang lekat dengan pemberlakuan hukum

pidana. Upaya paksa yang dilakukan oleh pihak yang berwenang dalam

hal ini Polisi dan Jaksa merupakan suatu perampasan hak atas

kemerdekaan seseorang yang merupakan tindakan pelanggaran HAM.

Hukum acara pidana merupakan suatu kontrol yang dapat digunakan

agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang yang dapat mencederai

upaya negara untuk memberikan jaminan perlindungan HAM dengan tidak

melupakan penegakan hukum. Pencerminan hak-hak universal bagi tiap

warga negara dalam Hukum acara pidana khususnya, menimbulkan

Page 79: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

cxiii

cxiii

penciptaan asas-asas yg merupakan dasar bagi hukum acara pidana

masing-masing negara yang bersangkutan, terlepas dari sistem hukum yg

dianut (Eropa Kontinental atau common law)

Secara harfiah pengertian Praperadilan dan preliminary hearings

(pemeriksaan pendahuluan) memiliki kesamaan sebagai proses

pemeriksaan sebelum perkara dilimpahkan ke persidangan. Walaupun

sebenarnya Praperadilan adalah proses pemeriksaan yang dapat dilakukan

sebelum persidangan atau bahkan selama proses persidangan masih

berlangsung.

Meskipun ada persamaannya dengan preliminary hearings,

wewenang Praperadilan dan sistem pembuktian yang digunakan lebih

terbatas daripada preliminary hearings. Wewenang dari Praperadilan

hanya sebatas untuk memutuskan, apakah penangkapan atau penahanan

sah ataukah tidak, apakah penghentian penyidikan atau penuntutan sah

atau tidak. Namun tidak disebutkan mengenai ketentuan apakah penyitaan

sah atau tidak. Hal ini menjadi penting karena merupakan perampasan hak

individu atas hak milik, sedang Pengadilan belum menjatuhkan putusan

yang in kracht atas status hak milik tersebut. Tindakan upaya paksa berupa

penyitaan sangat merugikan hak asasi tersangka, namun tidak terdapat

sarana controlling akan hal tersebut.

Permasalahan sejauh mana wewenang dari hakim yang

memegang perkara tentunya bervariasi antara satu negara dengan negara

yang lain. Hakim tunggal (magistrate) di Amerika Serikat , memiliki

fungsi baik sebagai investigating judge maupun examinating judge.

Sedangkan apabila kita perbandingkan dengan Praperadilan yang terdapat

di dalam KUHAP, maka hakim Praperadilan berfungsi hanya sebagai

examinating judge, karena Praperadilan hanya memeriksa sah atau

tidaknya suatu penangkapan serta sah tidaknya suatu penahanan. Dan

Praperadilan sebagai examinating judge juga secara formil hanya terbatas

pada sebagian dari upaya paksa saja, yakni penangkapan dan penahanan

saja, sedangkan perihal upaya paksa lainnya tidak secara jelas didapati di

Page 80: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

cxiv

cxiv

dalam pengaturan Praperadilan dalam KUHAP. Sedangkan mengenai

sistem pembuktian yang berlaku, preliminary hearings lebih bersifat

fleksibel dan menerima semua petunjuk serta keterangan sebagai bukti

yang mengikat hakim, yang tentu saja hal ini bertolak belakang dengan

sistem pembuktian yang dianut dalam Praperadilan.

Meskipun demikian terlepas dari wewenang hakim Praperadilan

yang terbatas, hadirnya lembaga Praperadilan sudah menunjukkan adanya

hakim yang telah berperan aktif di dalam fase pemeriksanaan

pendahuluan. Sebagai negara yang menjunjung tinggi hukum dan

penghormatan atas hak asasi manusia, keberadaan Praperadilan patut

untuk diapresiasi sebagai wujud kontrol atas tindakan upaya paksa yang

dilakukan oleh kepolisian dan kejaksaan. Jadi dalam hal ini dapat pula

diartikan bahwa dengan adanya Praperadilan, maka dalam sistem peradilan

pidana kita dianut suatu pengawasan secara vertikal di samping

pengawasan secara horisontal sebagai wujud perlindungan terhadap hak

asasi manusia yang dirugikan atas tindakan upaya paksa.

Di dalam preliminary hearings Hakim bertugas untuk

memastikan bahwa jaksa dalam membuat tuduhan sesuai dengan fakta

yang ada, dan hakim harus menemukan penyebab terjadinya kejahatan,

sebelum perkara tersebut di teruskan ke Persidangan yang lebih tinggi

tingkatannya. Menurut KUHAP, hakim Praperadilan tidak memiliki

kewenangan untuk memutuskan perkara, apakah suatu perkara cukup

alasan ataukah tidak untuk diteruskan ke pemeriksaan sidang pengadilan.

Penentuan diteruskan ataukah tidak suatu perkara tergantung kepada Jaksa

Penuntut Umum.

Yang patut untuk dijadikan evaluasi adalah tidak adanya

kewenangan Hakim Praperadilan untuk menilai sah atau tidaknya suatu

penggeledahan dan penyitaan yang dilakukan oleh Jaksa dan Penyidik.

Padahal kedua hal itu sangat penting dan merupakan salah satu

pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Penggeledahan yang tidak sah

merupakan pelanggaran terhadap hak milik orang. Keseluruhan warna

Page 81: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

cxv

cxv

yang memberi persamaan dan perbedaan pada Praperadilan dan

preliminary hearings tidak terlepas dari perbedaan yang mendasar dari

sistem hukum yang dianut oleh kedua negara tersebut.

B. Kelebihan dan Kelemahan Sistem Praperadilan Sebagai Pencerminan

Asas Pengawasan Horizontal menurut KUHAP dengan Sistem

Preliminary Hearings Menurut USA’s Criminal Prosedure Code

Berdasarkan pada perbandingan antara Praperadilan dan Preliminary

Hearings sebagaimana telah diuraikan pada point sebelumnya, maka dapat

dijelaskan suatu pembahasan mengenai kelebihan dan kekurangan keduanya,

antara lain sebagai berikut :

1. Pengaturan Sistem Praperadilan menurut KUHAP

a. Kelebihan Sistem Praperadilan

Hak habeas corpus yang dianut oleh sistem anglo saxon menjadi

tonggak atas perjuangan untuk menegakkan hak asasi manusia. Persamaan

hak tiap individu di muka hukum seperti yang tersirat pada habeas corps

act menjadi jiwa pada negara-negara yang menganut sistem akusatur.

Sistem Praperadilan yang ada di Indonesia tidak terkecuali juga

terinspirasi dari hak habeas corpus. Mengingat Indonesia adalah negara

yang berdasarkan pada hukum, Praperadilan berfungsi untuk mewakili

negara guna bertindak dan menjamin bahwa perampasan ataupun

pembatasan kemerdekaan terhadap seorang tersangka atau terdakwa itu

harus benar-benar telah memenuhi ketentuan-ketentuan hukum yang

berlaku maupun jaminan hak-hak asasi manusia.Dengan berkiblat pada

sistem akusatur, KUHAP mempunyai kelebihan antara lain menganut asas

praduga tidak bersalah, yang artinya setiap orang yang disangka atau

diduga keras telah melakukan tindakan pidana wajib dianggap tidak

bersalah sampai dibuktikan kesalahannya oleh suatu putusan pengadilan

melalui sidang peradilan yang terbuka, bebas dan tidak memihak. Selama

proses pidana masih diperiksa, maka orang tersebut haruslah dijunjung dan

dilindungi hak asasinya. Praperadilan sebagai salah satu lembaga

Page 82: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

cxvi

cxvi

pengadilan menjalankan fungsinya sebagai rangkaian sistem pengawasan

horizontal terhadap tindakan upaya paksa guna melindungi hak-hak

tersangka.

Sidang Praperadilan merupakan sistem pengujian melalui sidang

terbuka yang dapat diminta oleh pihak yang merasa dirugikan atas

tindakan penyidik atau Jaksa. Pada tahap ini hakim akan meminta

pertanggungjawaban tindakan yang dilakukan oleh aparat dalam

menjalankan tugasnya. Hakim akan memeriksa apakah tindakan penyidik

dan atau jaksa telah sesuai dengan prosedur dan ketentuan hukum yang

ada. Maka dapat dilihat bahwa Praperadilan berusaha untuk memenuhi

asas praduga tidak bersalah tersangka atau terdakwa, dengan jaminan

pemenuhan hak asasinya berupa hak dan upaya hukum untuk melawan

perampasan atau pembatasan kemerdekaan yang dilakukan secara

sewenang-wenang oleh penyidik ataupun penuntut umum.Melalui

persidangan yang terbuka masyarakat juga dapat ikut mengontrol jalannya

proses pemeriksaan dan pengujian kebenaran dan ketepatan tindakan

penyidik maupun penuntut umum dalam menahan seseorang ataupun

dalam hal pembebasan, mengontrol alasan-alasan dan dasar hukum hakim

Praperadilan yang memerdekannya. Sehingga proses Praperadilan tidak

bisa ditutup-tutupi dari masyarakat luas dan bisa dipantau secara langsung.

(Trisnia, 75: 2005)

b. Kelemahan Sistem Praperadilan

Sistem Praperadilan secara luas telah diterima sebagai suatu alat

pengawasan horizontal terhadap tindakan upaya paksa yang dilakukan

oleh Penyidik maupun Jaksa. Namun harus diakui bahwa Praperadilan

memiliki berbagai kelemahan dan kekurangan.

Tugas dan wewenang Praperadilan sangatlah terbatas, tidak semua

upaya paksa dapat dimintakan pemeriksaan untuk dinilai kebenaran dan

ketepatannya oleh lembaga Praperadilan, misalnya tindakan

penggeledahan, penyitaan dan pembukaan serta pemeriksaan surat-surat

Page 83: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

cxvii

cxvii

tidak dijelaskan dalam KUHAP, sehingga menimbulkan ketidakjelasan

siapa yang berwenang memeriksanya apabila terjadi pelanggaran.

Lembaga praperadilan terlihat kurang memperhatikan kepentingan

perlindungan hak asasi tersangka atau terdakwa dalam hal penyitaan dan

penggeledahan.

Ketentuan dan penjelasan di dalam KUHAP mengenai tugas dan

wewenang Praperadilan memperlihatkan bahwa hukum di Indonesia

bersifat pasif dalam memberikan jaminan perlindungan bagi hak asasi

tersangka atau terdakwa. Hal ini terlihat bahwasanya Praperadilan tidak

berwenang untuk menguji dan menilai sah atau tidaknya suatu

penangkapan atau penahanan, tanpa adanya permintaan dari tersangka atau

keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka. Sehingga apabila

permintaan tersebut tidak ada, walaupun tindakan penangkapan atau

penahanan nyata-nyata menyimpang dari ketentuan yang berlaku, maka

sidang Praperadilan tidak dapat diadakan.

Sedangkan mengenai pembuktian dalam pemeriksaan Praperadilan

untuk mencapai suatu putusan, hakim lebih banyak memperhatikan perihal

dipenuhi tidaknya syarat-syarat formil semata dari suatu penangkapan atau

penahanan. Misalnya ada atau tidak adanya surat perintah penangkapan

(Pasal 18 KUHAP), atau ada tidaknya surat perintah penahanan (Pasal 21

ayat (2) KUHAP). Seringkali Praperadilan tidak menguji dan menilai

syarat-syarat materialnya. Padahal syarat material inilah yang menentukan

apakah seseorang dapat dikenakan upaya paksa berupa penangkapan atau

penahanan oleh penyidik atau penuntut umum. Hal ini merujuk pada

analisa mengenai syarat-syarat materiil tindakan penyidik atau jaksa

penuntut umum yang melakukan penangkapan.

Perlu diingat bahwa untuk melakukan suatu penangkapan harus

memenuhi syarat materiil, bahwa harus ada tersangka yang diduga keras

telah melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup.

Yang menjadi dilematis adalah ada atau tidaknya bukti permulaan yang

cukup ini di dalam praktek tidak pernah dipermasalahkan oleh hakim.

Page 84: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

cxviii

cxviii

Karena umumnya hakim menganggap hal tersebut sudah terlalu jauh

memasuki pokok perkara yang menjadi wewenang hakim dalam sidang

pengadilan negeri.

Demikian juga dalam hal penahanan, tidak seperti halnya yang

berlaku pada preliminary hearing ,dimana hakim memiliki kewenangan

yang sedemian besar untuk menghentikan perkara jika kepolisian maupun

kejaksaan melakukan penahanan yang tidak sah. Hakim Praperadilan

umumnya menerima saja pendapat dari Jaksa, bahwa terdakwa yang

diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup

benar-benar ada alasan yang konkrit dan nyata yang menimbulkan

kekhawatiran bahwa yang bersangkutan akan melarikan diri,

menghilangkan barang bukti ataupun mengulangi perbuatannya. Jika

dicermati hal adanya kekhawatiran tersebut semata-mata berasal dari pihak

penyidik dan penuntut umum. Maka jika hakim memberikan pembenaran

terhadap tindakan polisi atau jaksa, pembenaran tersebut “hanya”

berdasarkan pada alasan subyektif dari Jaksa mengenai penahanan yang

dilakukan, dengan mengesampingkan asas praduga tidak bersalah yang

dianut oleh KUHAP.

2. Pengaturan Sistem Preliminary Hearings menurut USA’s Criminal Procedure

Code

a. Kelebihan Preliminary Hearings

Di Amerika Serikat dikenal preliminary hearings, yakni semacam

Praperadilan, tetapi fungsinya benar-benar melakukan pemeriksaan

pendahuluan. Jadi, fungsi preliminary hearings di Amerika Serikat benar-

benar dapat disebut Praperadilan, karena selain menentukan sah tidaknya

penangkapan, penahanan, penyitaan, juga melakukan pemeriksaan

pendahuluan atas suatu perkara. Misalnya Jaksa dapat meminta pendapat

hakim (legal opinion) mengenai sah atau tidaknya penahanan dan apakah

misalnya kasus itu pantas dikesampingkan dengan kesepakatan mengaku

bersalah (plea bargaining ) atau tidak.

Page 85: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

cxix

cxix

Preliminary hearings menurut USA Criminal Procedure Code -

Section 3.060, memiliki kewenangan yang lebih luas dari Praperadilan.

Menurut US Code - Section 3.060, Preliminary hearings memiliki tugas

dan kewenangan untuk :

- Memeriksa dan memutus apakah perkara yang diajukan masuk dalam

yurisdiksi pengadilan

- Memeriksa apakah ada ada penyebab terjadinya suatu kejahatan.

Menghentikan draft dakwaan (information ) dan melepaskan terdakwa

(jika draft dakwaannya dianggap tidak sah)

- Menurunkan perkara menjadi kejahatan ringan,

- Memutuskan bahwa negara menganggap perkaranya sah sehingga

layak dilanjutkan ke sidang penuh (full scale trial)

Tugas dan wewenang Preliminary Hearings tersebut dilakukan

dengan permohonan atau tanpa permohonan oleh tersangka atau terdakwa,

keluarga, atau kuasanya kepada Pengadilan. Dengan demikian criminal

procedure law pada tahap pemeriksaan pendahuluan bersifat aktif, dan

berfungsi baik sebagai examinating judge maupun investigating judge.

Harus diakui, tugas dan wewenang yang dimiliki oleh Hakim Preliminary

hearings sebagaimana dirumuskan dalam US Code - Section 3.060,

ternyata lebih luas daripada wewenang Hakim Praperadilan. Hendaknya

adanya pranata peradilan yang diatur dalam Pasal 77 KUHAP yang

tujuannya untuk memeriksa sah tidaknya penahanan, seharusnya tidak

hanya semata-mata menilai aspek formal atau administratif penahanan,

tetapi juga aspek yang lebih dalam lagi yaitu rasionalitas perlu tidaknya

dilakukan penahanan. (Trisnia, 80: 2005)

Dengan melihat fungsi serta wewenang Hakim Preliminary

hearings tersebut diatas, maka Preliminary hearings merupakan suatu

tahap proses hukum yang merupakan satu kesatuan dalam rangkaian

criminal procedure law, telah berperan aktif sebagai penyaring perkara

Page 86: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

cxx

cxx

dalam fase pemeriksaan pendahuluan. Dengan demikian proses berperkara

yang fleksibel dan cepat dapat meringankan beban terdakwa, sebagai

perwujudan perlindungan terhadap hak asasi manusia.

b. Kelemahan Preliminary Hearings

Dalam suatu sistem yang dibangun oleh negara yang merupakan

pelopor terhadap kebebasan dan penghargaan terhadap hak asasi manusia

pun pasti juga tidak akan sempurna dan mempunyai kelemahan. Begitu

pula dengan sistem preliminary hearings yang dimiliki oleh Hukum Acara

Pidana Amerika Serikat.

Berbicara mengenai kepastian hukum, tersangka tidak dapat

mengharapkan hal tersebut terpenuhi pada tahap preliminary hearings. Hal

ini merujuk pada, diperbolehkannya Jaksa Wilayah untuk mengajukan

draft dakwaan (information) untuk kedua kalinya pada perkara yang sama

dengan terdakwa yang sama pula. Perlu diingat bahwa, hukum ada dan

ditegakkan salah satunya adalah untuk memenuhi rasa kepastian hukum

bagi individu. Pengajuan kembali perkara yang sama dengan terdakwa

yang sama pula, merupakan pelanggaran hak individu atas kebebasan dan

hak bebas dari rasa takut yang menjadi semangat pada Bill of Right.

Preliminary hearings dibeberapa Negara bagian dapat langsung

diperiksa oleh Grand Jury (Dewan Juri Agung) dengan inisiatif Jaksa

Wilayah. Hal ini merugikan bagi tersangka, karena Grand Jury tidak

selalu terdiri dari orang yang mengerti hukum.

Mengenai Kesepakatan mengaku bersalah yang menjadi bagian

dari proses preliminary hearings di Amerika Serikat sendiri sampai

sekarang, pemberlakuan kesepakatan mengaku bersalah (plea bargaining)

sejauh ini masih tetap menjadi bahan kajian para ahli hukum. Ahli hukum

menganggap pengakuan bersalah dapat menjadi alat yang ampuh untuk

mendapat pengurangan hukuman di Amerika Serikat. Menurut pendapat

penulis hal bertentangan dengan tujuan dari hukum pidana untuk

mengembalikan keseimbangan dalam masyarakat akibat dari perbuatan

Page 87: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

cxxi

cxxi

tersangka yang menimbulkan delik pidana. Tujuan untuk memberikan efek

jera terhadap masyarakat tidak dapat terpenuhi jika terdapat pemberlakuan

pengakuan bersalah.

Dengan demikian Preliminary Hearing ini pada dasarnya

merupakan hak kontrol dari Pengadilan terhadap upaya paksa dan juga

menyaring perkara sebelum diajukan ke Superior Court atau Full Scale

Trial . Karena itulah hakim diberi wewenang yang demikian luas

mencampuri bidang tugas penyidik maupun penuntut umum dalam hal

pemeriksaan pendahuluan.

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan

1. Persamaan dan Perbedaan Sistem Praperadilan Sebagai Pencerminan Asas

Pengawasan Horizontal Menurut KUHAP Dengan Sistem Preliminary Hearings

Menurut USA’s Criminal Procedure Code

Persamaan antara praperadilan dan preliminary hearings adalah yang kesatu

tujuannya sama-sama melindungi hak asasi manusia terhadap tindakan upaya

paksa yang dilakukan oleh penyidik dan penuntut umum agar tidak melanggar hak

asasi manusia. Kedua memiliki fungsi sebagai pengawas pada tahap pemeriksaan

pendahuluan. Ketiga sama-sama membutuhkan peran Hakim, Jaksa dan

Kepolisian untuk melaksanakan fungsi Pra Peradilan dan preliminary hearings

agar bisa melaksanakan tugas-tugasnya untuk mengawasi tindakan upaya paksa

terhadap tersangka ataupun terdakwa.

Perbedaan antara Pra Peradilan dan preliminary hearings adalah yang kesatu

latar belakang sistem hukum yang berbeda membuat sistem beracara dan proses

pembuktian berbeda. Kedua Praperadilan merupakan tahap pemeriksaan

Page 88: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

cxxii

cxxii

pendahuluan yang dapat dilaksanakan ketika ada permohonan dari tersangka atau

kuasa hukumnya atau pihak ketiga yang berkepentingan, preliminary hearings

merupakan tahap pemeriksaan pendahuluan yang satu menjadi kesatuan proses

beracara pidana sebelum perkara tersebut dilimpahkan ke sidang penuh (full scale

trial) atau sidang dengan juri (trial by jury). Ketiga wewenang yang dimiliki

Praperadilan lebih sempit jika dibandingkan dengan kewenangan yang dimiliki

preliminary hearings.

2. Kelebihan dan Kelemahan Sistem Praperadilan Sebagai Pencerminan Asas

Pengawasan Horizontal menurut KUHAP dengan Sistem Preliminary Hearings

Menurut USA’s Criminal Procedure Code

Kelebihan praperadilan dalah pertama merupakan pencerminan asas

horizontal yang dianut oleh KUHAP untuk memanggil pihak penyidik atau jaksa

penuntut umum yang telah melakukan upaya paksa agar

mempertanggungjawabkan tindakannya di muka pengadilan. Kedua Praperadilan

merupakan suatu forum yang terbuka untuk melakukan kontrol terhadap tindakan

upaya paksa, sehingga memenuhi syarat keterbukaan dan akuntabilitas publik.

Ketiga keterbukaan merupakan syarat tegaknya sistem peradilan yang bebas

dan tidak memihak dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Kelemahan praperadilan adalah kesatu tidak semua upaya paksa dapat

dimintakan pemeriksaan untuk diuji dan dinilai kebenaran dan ketepatannya oleh

lembaga Pra Peradilan. Kedua Pra Peradilan tidak berwenang untuk menguji dan

menilai sah atau tidaknya suatu penangkapan atau penahanan, tanpa adanya

permintaan dari tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka.

Ketiga Hakim lebih banyak memperhatikan perihal dipenuhi tidaknya syarat-syarat

formil semata-mata dari suatu penangkapan atau penahanan daripada

memperhatikan apakah ada pelanggaran hak asasi manusia dalam pelaksanaan

upaya paksa dalam tahap pemeriksaan pendahuluan.

Kelebihan preliminary hearings adalah kesatu fungsi preliminary hearings di

Negara Amerika Serikat benar-benar dapat disebut pra-peradilan, karena

75

Page 89: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

cxxiii

cxxiii

kewenangannya dalam menentukan sah tidaknya penangkapan dan penahanan

serta melakukan pemeriksaan pendahuluan atas suatu perkara sebelum dilimpahkan

ke proses pidana yang lebih tinggi atau dengan kata lain merupakan seleksi atas

perkara pidana yang diajukan ke Pengadilan. Kedua, preliminary hearings memiliki

tugas dan kewenangan yang lebih luas dari Praperadilan. Ketiga dalam preliminary

hearings tindakan Hakim pada pada tahap bersifat aktif, dan berfungsi baik

sebagai examinating judge maupun investigating judge.

Kelemahan preliminary hearings adalah kesatu kepastian hukum dari

tersangka tidak terjamin, karena Jaksa Wilayah dapat mengajukan kembali perkara

pidana untuk yang kedua kalinya, meskipun hanya dengan petunjuk kabar angin.

Kedua, kesepakatan mengaku bersalah (plea bargaining) dalam proses preliminary

hearings tidak memberikan pembelajaran yang baik bagi masyarakat, khususnya

bagi individu yang telah melakukan perbuatan pidana. Ketiga, di beberapa Negara

bagian preliminary hearings dapat diputus oleh Grand Jury atas dasar inisiatif Jaksa

Wilayah, Grand Jury belum terdiri dari orang-orang yang tidak keseluruhan paham

akan hukum, sehingga merugikan tersangka.

B. Saran

Kewenangan Praperadilan sebaiknya diperluas tidak hanya memeriksa hal-

hal yang bersifat “administrasi” saja atau formalitasnya. Hakim setidaknya berani

untuk membuat perubahan ke arah yang lebih baik dalam mengontrol dan

memberikan jaminan perlindungan HAM, dengan lebih memeriksa syarat-syarat

materiil dari permohonan yang diajukan kepadanya.

DAFTAR PUSTAKA

Andi Hamzah. 1996. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sapta Arta Jaya.

Page 90: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

cxxiv

cxxiv

Darwin Prinst. 1993. Praperadilan dan Perkembangannya di dalam Praktik. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

Page 91: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

cxxv

cxxv

B. Ervan Saropie. Lembaga Hakim Komisaris Sebagai Pengganti Praperadilan

Dalam RUU KUHAP (suatu pembaharuan dalam hukum acara pidana

Indonesia)

http://www.google.co.id/search?q=ervan+Saropie+skripsi&ie=utf-

8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a. (31

Februari 2010)

C. Friedman, Lawrence M. 2001. American Law An Introduction (Hukum

Amerika: Sebuah Pengantar). Jakarta: Tatanusa.

D. Johnny Ibrahim. 2006. Teori Dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif.

Malang: Bayumedia Publishing.

E. Leipold, D. Andrew, Preliminary Hearing - A Procedural Overview, The

Defendant's Right To A Preliminary Hearing, Other Functions Of A

Preliminary Hearing. http://law.jrank.org/pages/1721/Preliminary-

Hearing.html, [22 Januari 2010, Pukul 10.00].

F. Lexi J Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT

Remaja Rodakarya.

G. Loebby Loqman. 1984. Pra Peradilan di Indonesia. Jakarta : Ghalia

Indonesia.

H. Moeljatno, 1990, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Jakarta, Bumi

Aksara.

I. M. Yahya Harahap. 2002. Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan

KUHAP (Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan

Peninjauan Kembali). Jakarta : Sinar Grafika.

J. M. Yahya Harahap. 2003. Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan

KUHAP (Penyidikan dan Penuntutan). Jakarta: Sinar Grafika.

Page 92: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

cxxvi

cxxvi

K. M. Sofyan Lubis. Praperadilan. http://hukumonline.co.id/artikel.html> [2

Februari 2010].

L. P.A.F. Lamintang. 1997. Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung :

PT Citra Aditya Bakti.

M. Peter Mahmud Marzuki. 2006. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

N. Pfeifer Jr, William L. What Is a Preliminary Hearing Understanding Basic

Procedures in Criminal Law.

http://law.suite101.com/article.cfm/what_is_a_preliminary_hearing. [22

Januari 2010 Pukul 10.00]

O. Ratna Nurul Alfiah. 1989. Praperadilan dan Ruang Lingkupnya. Jakarta: CV.

Akademika Presindo

P. Rini Kustiani. Penghentian BLBI, Kejaksaan Dinilai Lepas Tanggung Jawab.

http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2008/03/01/brk,20080301-

118381,id.html [12 Desember 2009 Pukul 09.15]

Q. Romli Atmasasmita. 2000. Perbandingan Hukum Pidana. Bandung: Mandar

Maju.

R. Romli Atmasasmita. 1996. Sistem Peradilan Pidana (Criminal Justice

System). Bandung: Binacipta.

S. Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : Universitas

Indonesia (UI-Press).

T. Suara Pembaharuan. (http://www.suarapembaharuan.co.id/2009/08/29/tidak-

terima-lapor-polisi.html)

U. Surya Online. Karangan Bunga di Pusara Korban Jagal Jombang.

http://www.surya.co.id/2009/02/18/karangan-bunga-di-pusara-korban-

jagal-jombang.html. [12 Desember 2009 pukul 09.00]

80

Page 93: Studi perbandingan hukum terhadap sistem praperadilan .../Studi... · STUDI PERBANDINGAN HUKUM TERHADAP SISTEM PRAPERADILAN SEBAGAI PENCERMINAN ASAS PENGAWASAN HORIZONTAL MENURUT

cxxvii

cxxvii

V. Tanpa Pengarang. 1990. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Surabaya. Karya Anda.

Trisnia Ayu Wulandari. 2005. Studi Perbandingan Hukum Pengaturan Sistem Praperadilan Menurut Kuhap Dengan Sistem rechtcommisaris Menurut Hukum Acara Pidana Belanda (Netherlands SV). Surakarta. UNS Library. com.

Winterton. 1975. The American Journal of Comparative Law, Vol. 23.

www. Google. Search?? Negara Hukum.html. [02 Februari 2010 pukul 09.00]