studi optimalisasi penggunaan spektrum frekuensi radio oleh penyelenggara tik

102

Upload: fsfarisya

Post on 29-Nov-2014

820 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK
Page 2: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

O P T I M AL I S AS I P E N G G U N AA N S P E K T R UM F R E K U E N S I

R A DI O O L E H P E N Y E L E N G G AR A

T E K N O L O G I I N F O R M AS I DA N K O M U N I K AS I ( T I K )

Page 3: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

iii

OPTIMALISASI PENGGUNAAN SPEKTRUM FREKUENSI RADIO OLEH PENYELENGGARA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

Page 4: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

OPTIMALISASI PENGGUNAAN SPEKTRUM FREKUENSI RADIO OLEH

PENYELENGGARA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

@ Hak Cipta Dilindungi Undang – Undang. Dilarang memperbanyak sebagian

atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, baik secara elektronik maupun

mekanik, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan sistem penyimpanan

lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit.

Diterbitkan oleh Puslitbang SDPPI, Badan Penelitian dan Pengembangan

Sumber Daya Manusia – Kementerian Komunikasi dan Informatika

Cetakan Pertama

Desember 2011

Page 5: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

i

KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

SUBER DAYA MANUSIA

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga buku ―Optimalisasi Penggunaan

Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi

(TIK)‖ dapat diterbitkan.

Penerbitan buku ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai

pengoptimalan penggunaan spektrum frekuensi radio oleh penyelenggara teknologi

informasi dan komunikasi (TIK). Sebagaimana kita ketahui, spektrum frekuensi

merupakan salah satu sumber daya terbatas, sangat vital dan merupakan aset

nasional yang memerlukan kehati-hatian dalam mengaturnya. Untuk itu diperlukan

suatu kegiatan manajemen spektrum frekuensi dari suatu tahapan perencanaan

hingga pendistribusian ketersediaan untuk keperluan penyelenggaraan komunikasi

terkait.

Alokasi spektrum frekuensi yang terbatas ini diharapkan dapat di optimalkan bagi

penyelenggara teknologi informasi dan komunikasi serta dapat menghasilkan PNBP

yang maksimal.

Besar harapan kami buku ini dapat dimanfaatkan untuk menambah wawasan dan

pengetahuan masyarakat, kalangan akademisi, dunia usaha dan para pembaca

tentang Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada Menteri Komunikasi dan

Informatika yang telah memberikan kepercayaan dan arahan kepada kami dalam

penerbitan buku ini dan kepada Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya

Perangkat Pos dan Informatika yang telah menerbitkan buku ini dan seluruh pihak

yang telah mendukung serta membantu penyelesaian buku ―Optimalisasi

Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi

dan Komunikasi (TIK)‖.

Jakarta, Desember 2011

KEPALA BADAN LITBANG SDM

AIZIRMAN DJUSAN

Page 6: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

ii

Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya

Perangkat Pos dan Informatika – Badan Litbang SDM dapat menyusun dan

menerbitkan buku ―Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh

Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)‖.

Buku ini merupakan naskah publikasi dari Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum

Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi yang

telah dilaksanakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Perangkat

Pos dan Informatika – Badan Litbang SDM bekerjasama dengan PT IMT Mitra

Solusi.

Buku ini terdiri dari 4 (empat) bagian yaitu gambaran umum, pengumpulan data,

analisis, kesimpulan dan saran.

Besar harapan kami buku ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan

masyarakat pada umumnya dan para pembaca khususnya. Kami menyadari bahwa

buku ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan masukan

yang konstruktif dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini, tak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Menteri Komunikasi dan Informatika, Kepala Badan Penelitian dan

Pengembangan SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika, Para Direktur

Jenderal, Para Staf Ahli dan Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika yang

telah memberikan kepercayaan dan arahan kepada kami dalam penerbitan buku ini.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah

mendukung serta membantu penyelesaian buku ―Optimalisasi Penggunaan Spektrum

Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)‖.

Jakarta, Desember 2011

KEPALA PUSAT PENELITIAN DAN

PENGEMBANGAN PERANGKAT POS

DAN INFORMATIKA

BARINGIN BATUBARA

Page 7: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

iii

SAMBUTAN ............................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ....................................................................................................................... vi

SINGKATAN DAN AKRONIM ................................................................................................ viii

BAB I GAMBARAN UMUM ...................................................................................................... 1

1.1 Kebijakan Kebijakan Pemerintah dalam Penggunaan Spektrum Frekuensi ..... 1

1.2 Migrasi TV Analog ke TV Digital .................................................................... 3

1.3 Layanan TVD-TT ........................................................................................... 10

1.4 Daya Beli Masyarakat Indonesia .................................................................... 27

BAB II PENGUMPULAN DATA .............................................................................................. 29

2.1 Hasil Tabulasi Kuesioner ................................................................................ 29

2.2 Hasil Tabulasi In Depth Interview .................................................................. 34

2.3 Hasil FGD ....................................................................................................... 35

2.3.1 Hasil dari FGD dengan Pihak Broadcast ........................................................ 35

2.3.2 Hasil dari FGD dengan Pihak Telekomunikasi............................................... 37

2.3.3 Hasil dari FGD dengan Pihak Expert .............................................................. 40

BAB III ANALISIS ................................................................................................................... 43

3.1 Potensi Digital Dividend, potensi penggunaan dan Potensi Digital Dividend

Serupa.............................................................................................................. 43

3.1.1 Potensi Digital Dividend ................................................................................. 43

3.1.2 Potensi Penggunaan ........................................................................................ 48

3.1.3 Potensi Digital Dividend Serupa ..................................................................... 50

A. Satelit Broadcasting ........................................................................................ 50

B. Radio Konsesi Analog / Trunking .................................................................. 51

C. Radio Broadcasting ......................................................................................... 52

3.2 Formulasi Kebijakan alokasi Spektrum Frekuensi Digital Dividend dan

Strategi Migrasi TV Analog ke TV Digital .................................................... 53

3.2.1 Formulasi Kebijakan alokasi Spektrum Frekuensi Digital Dividend ............. 53

3.2.2 Kebijakan Penetapan Pita Spektrum Frekuensi Radio Hasil Digital Dividend59

3.2.3 Strategi Migrasi TV Analog Ke TV Digital .................................................... 61

3.3 Dampak Ekonomi ........................................................................................... 64

3.4 Pembahasan Hasil In Depth Interview ............................................................ 69

Page 8: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

iv

3.5 Pembahasan Hasil Kuesioner .......................................................................... 70

3.6 Pembahasan Hasil FGD .................................................................................. 72

3.7 Benchmark dari Negara Lain .......................................................................... 75

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................... 83

4.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 83

4.2 Saran / Rekomendasi ....................................................................................... 85

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 87

Page 9: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

v

Gambar 1.1. Peraturan-peraturan terkait dengan Spektrum Frekuensi Radio .... 2 Gambar 1.2. Interaktif TV Digital ...................................................................... 7

Gambar 1.3. Skema Wilayah Penyelenggaraan ................................................ 11 Gambar 1.4. Rantai Produksi TVD-TT ............................................................ 12 Gambar 1.5. Rantai Layanan TVD-TT ............................................................. 14 Gambar 1.6. Arsitektur Layanan TVD-TT dalam 1 (satu) Wilayah Jangkauan

Siaran ........................................................................................... 15

Gambar 1.7. Peran Lembaga Penyiaran dalam Rantai Pasok TVD-TT ........... 17 Gambar 1.8. Tahapan Penyelenggaraan TVD-TT ............................................ 18

Gambar 1.9. Level Migrasi Penyiaran dengan Standar DVB-T .................... 24 Gambar 1.10. Persentase Pengeluaran Penduduk (Rural) per Bulan .................. 27 Gambar 2.1. Grafik Wilayah Kuadran untuk Broadcast (Scatter Diagram) .... 36 Gambar 2.2. Grafik Wilayah Kuadran untuk Penyelenggara Telekomunikasi

(Scatter Diagram) ........................................................................ 39 Gambar 2.3. Grafik Wilayah Kuadran untuk Expert (Scatter Diagram) ......... 41

Gambar 3.1. Alokasi Band Frekuensi 700 MHz............................................... 43 Gambar 3.2. Refarming TV Digital Setelah Digital Switchover ...................... 46 Gambar 3.3. Penggunaan frekuensi untuk Broadcasting pada band UHF dan

gambaran Potensi Digital Dividend di masa mendatang. ............ 47 Gambar 3.4. Harapan National Broadband Network di Indonesia di masa

mendatang .................................................................................... 55 Gambar 3.5. Gambaran alternatif solusi pemenuhan infrastruktur ICT-NBN di

masa mendatang. .......................................................................... 55 Gambar 3.6. Hubungan antara Coverage Area dan Speed pada band 700 MHz.

..................................................................................................... 56

Gambar 3.7. Rencana Pembagian Channel ...................................................... 60

Gambar 3.8. Data Historis PDB dan Proyeksinya ............................................ 67 Gambar 3.9. Supply Demand jasa layanan Broadband di Malaysia ................. 77 Gambar 3.10. Data Statistik TIK di Malaysia pada tahun 2009 ......................... 78

Page 10: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

vi

Tabel 1.1. Jadwal Analog Switched Off (ASO) di Eropa .............................. 20 Tabel 1.2. Jadwal Analog Switched Off di Asian(ADB meeting July 2009) . 21 Tabel 1.3. Struktur MUX di Italia saat ini .................................................... 21 Tabel 1.4. Dampak perkembangan teknologi tahap 2 (fully digital) di Italia 22

Tabel 1.5. Perubahan dalam migrasi DVB-T ke DVB-T2 ............................ 22 Tabel 2.1. Matrik Hasil Kuesioner yang sudah ditabulasi ............................ 30 Tabel 2.2. Matrik Hasil In Depth Interview yang sudah ditabulasi .............. 34 Tabel 2.3. Penilaian Keterkaitan Antar Faktor yang Berpengaruh terhadap

penyelenggaraan TV digital di Indonesia dari sisi Broadcast ..... 35

Tabel 2.4. Perhitungan Pengaruh dan Ketergantungan antar Faktor yang

berpengaruh terhadap Penyelenggaraan TV Digital di Indonesia

dari sisi Broadcast ....................................................................... 36 Tabel 2.5. Penilaian Keterkaitan Antar Faktor yang Berpengaruh terhadap

penyelenggaraan TV digital di Indonesia dari sisi Penyelenggara

Telekomunikasi ............................................................................ 38

Tabel 2.6. Perhitungan Pengaruh dan Ketergantungan antar Faktor yang

berpengaruh terhadap Penyelenggaraan TV Digital di Indonesia

dari sisi Penyelenggara Telekomunikasi ...................................... 38 Tabel 2.7. Penilaian Keterkaitan Antar Faktor yang Berpengaruh terhadap

penyelenggaraan TV digital di Indonesia dari sisi Expert ........... 40

Tabel 2.8. Perhitungan Pengaruh dan Ketergantungan antar Faktor yang

berpengaruh terhadap Penyelenggaraan TV Digital di Indonesia

dari sisi Expert ............................................................................. 41 Tabel 3.1. Channel Frekuensi TV UHF ........................................................ 44

Tabel 3.2. Channel Group TV Analog ......................................................... 44 Tabel 3.3. Kapasitas TV Digital ................................................................... 45 Tabel 3.4. Rekomendasi Channel Group TV Digital ................................... 45

Tabel 3.5. Rencana Jadwal Periode Simulcast per Zona .............................. 48

Tabel 3.6. Resume Rencana Jadwal Periode Simulcast per klasifikasi Daerah

Ekonomi ....................................................................................... 48 Tabel 3.7. Alokasi Frekuensi Penyiaran Satelit ............................................ 51 Tabel 3.8. Alokasi Pita Frekuensi Unplanned Band Untuk Satelit

Telekomunikasi Maupun Satelit Broadcasting ............................ 51

Tabel 3.9. Persyaratan Spasi Kanal untuk Radio Komunikasi Trunking ...... 52 Tabel 3.10. Alokasi Frekuensi Penyiaran Radio Terestrial Analog ................ 52 Tabel 3.11. Jenis Media penyiaran dan Estimasi Penggunaanya pada saat ini

dan di masa mendatang ................................................................ 54 Tabel 3.12. Potensi Pendapatan PNBP – BHP Frekuensi ............................... 57

Tabel 3.13. Formulasi Kecocokan alokasi Digital Dividend kepada Portofolio

Layanan TIK. ............................................................................... 58

Tabel 3.14. Asumsi-asumsi pada perhitungan Cost Benefit Analisys ............. 65 Tabel 3.15. Hasil Analisa Cost Benefit Migrasi TV Analog ke Digital dan

Alokasi Digital Dividend pada Industri Telekomunikasi ............ 65 Tabel 3.16. Data Historis PDB dan Pertumbuhannya beserta Proyeksinya ... 66 Tabel 3.17. Multiplier efek Penggunaan Digital Dividend terhadap

Pertumbuhan Ekonomi GDP. ...................................................... 67 Tabel 3.18. Estimasi Jumlah Lapangan Kerja ................................................ 68

Page 11: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

vii

Tabel 3.19. Estimasi Pendapatan Pajak Tambahan sebagai Efek Implementasi

Digital Dividend .......................................................................... 68

Tabel 3.20. Estimasi Biaya BHP Frekuensi setelah kondisi ASO. ................. 69 Tabel 3.21. Resume Faktor-faktor yang berpengaruh dalam Migrasi TV

Analog ke TV Digital dari Hasil FGD ......................................... 72 Tabel 3.22. Digital Terresterial Television System – Global Deployments ... 75 Tabel 3.23. Adopsi dan pembangunan jenis teknologi tertentu di dunia ........ 75

Tabel 3.24. Pemanfaatan Digital Dividend Hasil Benchmarking ................... 82

Page 12: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

viii

ATSC Advanced Television Systems Committee

CAPEX Capital Expenditure

BWA Broadband Wireless Access

DMB-T Digital Multimedia Broadcasting – Terrestrial

DVB-C Digital Video Broadcasting – Cable

DVB-S Digital Video Broadcasting – Satellite

DVB-T Digital Video Broadcasting – Terrestrial

DVB-T2 Digital Video Broadcasting – Terrestrial second version.

EDTV Enhanced Definition TV

FTA Free To Air

HDTV High Definition TV

IPP Izin Penyelenggaraan Penyiaran

ISDB-T Integrated Services Digital Broadcasting– Terrestrial

ISR Izin Stasiun Radio

LPP Lembaga Penyiaran Publik

LPS Lembaga Penyiaran Swasta

LTE Long Term Evolution

MFN Multi Frequency Network

MIMO Multiple Input Multiple Output

MPEG-2 Moving Pictures Experts Group-2

MPEG-4 Moving Pictures Experts Group-4

NTSC National Television Systems Committee

OPEX Operation Expenditure

PAL Phase Alternation Line

PDB Product Domestic Product

Permen Peraturan Menteri

PM Peraturan Menteri

PPP Pedoman Perilaku Penyiaran

QAM Quadrature Amplitude Modulation

SDTV Standard Definition TV

SECAM SEQuentiel A Memoire – Memory Sequential

SFN Single Frequency Network

Page 13: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

ix

SPS Standar Pedoman Penyiaran

STB-T Set-Top Box – Terrestrial

T-DMB Terrestrial-Digital Multimedia Broadcasting

TIK Teknologi Informasi dan Komunikasi

TKDN Tingkat Kandungan Dalam Negeri

TVD-TT Televisi Digital – Teresterial Tetap

UHF Ultra High Frequency

UMTS Universal Mobile Telecommunication Services

VHF Very High Frequency

Page 14: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

1

Pada gambaran umum ini berisi penjelasan secara komprehensif mengenai :

kebijakan, migrasi TV Analog ke TV Digital, layanan TVD-TT, daya beli, dan

benchmarking.

1.1 Kebijakan Kebijakan Pemerintah dalam Penggunaan Spektrum

Frekuensi

Ketentuan regulasi yang terkait dengan frekuensi disebutkan dalam Undang-

undang No 36 tahun 1999 pada pasal 33 dan pasal 34 yaitu :

Pasal 33

Penggunaan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit wajib mendapatkan

izin pemerintah

Penggunaan spektrum frekuensi dan orbit satelit harus sesuai dengan

peruntukannya dan tidak saling mengganggu

Pemerintah melakukan pengawasan dan pengendalian penggunaan sepktrum

frekuensi radio dan orbit satelit

Pasal 34

Pengguna spektrum frekuensi radio wajib membayar biaya penggunaan

frekuensi, yang besaranya didasarkan atas penggunaan jenis dan lebar pita

frekuensi

Pengguna orbit satelit wajib membayar biaya hak penggunaan orbit satelit

Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah No 53 tahun 2000 tentang Penggunaan

Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit, menjelaskan secara lebih detil yang

terdiri dari :

Pembinaan

Spektrum Frekuensi radio yang menjelaskan mengenai perencanaan,

Penggunaan, Perizinan, Realokasi Frekuensi radio, Biaya Hak Penggunaan

(BHP) Spektrum Frekuensi Radio, dan Biaya Hak Penggunaan (BHP) Orbit

Satelit

Pengawasan dan Pengendalian

Dalam ketentuan terkait dengan perencanaan spektrum frekuensi radio, dijelaskan

beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :

Mencegah terjadinya saling mengganggu

Efisien dan ekonomis

Perkembangan teknologi

Page 15: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

2

Kebutuhan spektrum frekuensi radio di masa depan

Mendahulukan kepentingan pertahanan keamanan negara, keselamatan dan

penanggulangan keadaaan marabahaya (Safety dan Distress), pencarian dan

pertolongan (Search and Rescue/ SAR), kesejahteraan masyarakat dan

kepentingan umum.

Dalam hal perencanaan spektrum frekuensi, pemerintah telah

merencanakannya dan dituangkan dalam tabel alokasi frekuensi radio. Ketentuan

dalam regulasi yang ada pada saat ini secara keseluruhan dapat digambarkan seperti

pada gambar di bawah ini.

Gambar 1.1. Peraturan-peraturan terkait dengan Spektrum Frekuensi Radio

Peraturan-peraturan ini sudah berjalan dalam beberapa tahun sehingga sudah

banyak manfaat yang sudah diperoleh oleh para stakeholder, meskipun ada

bebeberapa permasalahan-permasalahan yang ada. Oleh sebab itu di masa mendatang

UU no. 36/1999 ttg

Telekomunikasi

PP No. 52/2000 ttg

Penyelenggaraan

Telekomunikasi

PP No. 7/2009 ttg

Jenis dan Tarif Atas

Jenis PNBP ...

DEPKOMINFO

PP No. 38/2007 ttg

Pembagian Urusan

Pemerintahan ...

Kabupaten/Kota

PP No. 53/2000 ttg

Penggunaan

Spektrum

Frekuensi Radio

dan Orbit Satelit

Permen No.

43/2009 ttg

Penyelenggaraan

Penyiaran ...

Penyiaran Televisi Permen No.

3/2006 ttg Peluang

Usaha u/

Penyelenggaraan

Jar. Bergerak ...

Nasional

Perdirjen Postel

No. 96/2008 ttg

Ppersyaratan

Teknis Alat

Perangkat ...

Frek.2.3 GHz

Kepdirjen Postel

No. 223/2002 ttg

Pengelompokan

Alat dan Perangkat

Telekomunikasi

Page 16: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

3

diharapkan segala permalahan yang muncul pada saat ini bisa dieliminasi dan bisa

mengantisipasi permasalahan-permasalahan di masa mendatang, agar supaya di masa

mendatang kebutuhan dari para stakeholder spektrum frekuensi radio bisa dilayani

dengan baik dengan sudah mempertimbangkan segala aspek yang terkait secara

komprehensif.

Overview terhadap Kinerja Regulasi pada Saat Ini

Penggunaan frekuensi semakin meningkat seiring dengan semakin pesatnya

perkembangan bisnis telekomunikasi di Indonesia terutama sebagai akibat adanya

penggunaan perangkat telekomunikasi yang menggunakan spektrum frekuensi.

Penggunaan pita frekuensi menunjukkan peningkatan yang semakin tinggi dari tahun

ke tahun sejalan dengan semakin beragamnya penggunaan pita frekuesi untuk

berbagai kebutuhan. Teknologi telekomunikasi dan informatika yang semakin

berkembang juga mendukung peningkatan penggunaan pita frekuensi yang semakin

tinggi.

1.2 Migrasi TV Analog ke TV Digital

Perkembangan teknologi digital yang sangat pesat memberikan kontribusi

yang sangat signifikan terhadap konvergensi di bidang penyiaran, telekomunikasi

dan transaksi elektronik, yang antara lain menghasilkan siaran TV Digital yang

berkualitas tinggi, jumlah siaran/program per saluran frekuensi yang lebih

banyak/variatif dan dapat dinikmati oleh pemirsa melalui pesawat TV standar,

telepon genggam (Handphone), PDA (Personal Digital Assistant) dan komputer.

Sistem penyiaran digital saat ini sudah menjadi kebutuhan masyarakat dunia untuk

memperoleh informasi.

Sejarah pertelevisian di Indonesia mulai pada tahun 1962 dengan satu stasiun

TVRI, yang kemudian berkembang di tahun 1990-an menjadi 6 stasiun TV (5 swasta

+ 1 TVRI), dan selanjutnya bertambah lagi dengan 5 stasiun swasta di tahun 2002,

sehingga pada saat ini ada 11 stasiun TV Terestrial yang beroperasi di seluruh

Indonesia disamping kurang lebih 100 stasiun TV Lokal yang mulai beroperasi di

beberapa daerah tertentu.

Dari perkembangan siaran TV di Indonesia diperoleh bahwa TV merupakan

suatu media informasi yang sangat strategis dan efektif bagi masyarakat untuk

penyampaian/penyebaran informasi yang dapat berperan dalam pembangunan

karakter bangsa, memajukan ekonomi negara, dan mempererat persatuan bangsa.

Menyadari manfaat seperti tersebut diatas, minat masyarakat begitu besar,

seperti terlihat pada pemohon izin LPS (Lembaga Penyiaran Swasta) Lokal yang

jumlahnya begitu banyak, sehingga tidak mungkin tertampung dalam alokasi

frekuensi yang tersedia. Dengan terselenggaranya siaran digital yang dapat memuat 6

kali lebih banyak program siaran dalam satu kanal, diharapkan masalah ini dapat

teratasi.

Menyadari kebutuhan frekuensi yang makin meningkat, masyarakat yang

menuntut kualitas, ragam dan jumlah program siaran untuk meningkatkan kualitas

hidup, pemerintah telah mengadakan studi untuk melakukan migrasi dari siaran

Page 17: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

4

analog ke digital. Buku Putih ini akan membahas mengenai rencana penyelenggaraan

TV Digital Penerimaan Tetap (TVD-TT).

Pelaksanaan migrasi ke TV Digital akan dilakukan 2 tahap, yaitu Tahap

―Simulcast‖ (tahap dimana TV analog dan digital disiarkan bersama-sama) dan

Tahap ‖Cut Off” (tahap dimana siaran TV analog dihentikan secara total). Tahap

simulcast bertujuan mempersiapkan masyarakat agar secara bertahap menggunakan

alat bantu penerima siaran TV digital (set-top box/STB) atau sekaligus menggunakan

pesawat TV digital, dan kepada Lembaga Penyiaran untuk mengalihkan siarannya

dari analog ke digital.

Siaran televisi digital atau penyiaran digital sendiri merupakan jenis siaran

televisi yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyiarkan

sinyal video, audio, dan data ke pesawat televisi. DVB-T adalah si bungsu dari

sistem utama DVB — DVB-C untuk kabel dan DVB-S untuk satelit. Hebatnya lagi,

DVB adalah teknologi standar terbuka (open standard) yang berarti

pengembangannya secara bisnis bisa sangat luas. Sistem penyiaran digital saat ini

sudah menjadi kebutuhan masyarakat dunia untuk memperoleh informasi.

Perkembangan sistem penyiaran TV digital di Amerika, Jepang dan Eropa

sudah dimulai beberapa tahun lalu. Bahkan di Amerika telah memberikan

mandat akan menghentikan siaran TV analognya secara total (cut-off) di tahun

2009, begitu pula Jepang di tahun 2011, dan negara-negara Eropa dan kawasan

Asia juga akan mengikuti migrasi total dari sistem analog ke sistem digital. Di

Singapura, TV digital telah diluncurkan sejak Agustus 2004. Di Malaysia

pembangunan TV digital juga dirintis sejak 1998, dan mulai dioperasikan pada

tahun 2006.

Perubahan dari sistem penyiaran TV analog ke sistem penyiaran digital

merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Hal ini terjadi karena terdapat suatu

kesepakatan banyak negara, bahwa pada suatu saat nanti, semua sinyal TV

Analog akan dihentikan, dan digantikan oleh sinyal TV Digital. Kondisi tersebut

dikenal dengan istilah "Analog Switched Off (ASO)".

Sejarah pertelevisian di Indonesia mulai pada tahun 1962 dengan satu stasiun

TVRI, yang kemudian berkembang di tahun 1990-an menjadi 6 stasiun TV (5 swasta

+ 1 TVRI), dan selanjutnya bertambah lagi dengan 5 stasiun swasta di tahun 2002,

sehingga pada saat ini ada 11 stasiun TV Terestrial yang beroperasi di seluruh

Indonesia disamping kurang lebih 100 stasiun TV Lokal yang mulai beroperasi di

beberapa daerah tertentu. Pada saat ini di Indonesia memiliki jumlah stasiun radio

dan TV terbesar kedua setelah Cina. Negeri ini punya satu TV publik, 10 TV swasta

nasional, 70 TV swasta lokal, dua TV kabel, satu TV satelit dan lebih dari 1.800

stasiun radio.

Dari perkembangan siaran TV di Indonesia diperoleh bahwa TV merupakan

suatu media informasi yang sangat strategis dan efektif bagi masyarakat untuk

penyampaian/penyebaran informasi yang dapat berperan dalam pembangunan

karakter bangsa, memajukan ekonomi negara, dan mempererat persatuan bangsa.

Menyadari manfaat seperti tersebut di atas, minat masyarakat begitu besar, seperti

terlihat pada pemohon izin LPS (Lembaga Penyiaran Swasta) Lokal yang jumlahnya

begitu banyak, sehingga tidak mungkin tertampung dalam alokasi frekuensi yang

Page 18: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

5

tersedia. Dengan terselenggaranya siaran digital yang dapat memuat 6 kali lebih

banyak program siaran dalam satu kanal, diharapkan masalah ini dapat teratasi.

Menyadari kebutuhan frekuensi yang makin meningkat, masyarakat yang

menuntut kualitas, ragam dan jumlah program siaran untuk meningkatkan kualitas

hidup, pemerintah telah mengadakan studi untuk melakukan migrasi dari siaran

analog ke digital. Buku Putih ini akan membahas mengenai rencana penyelenggaraan

TV Digital Penerimaan Tetap (TVD-TT). Pelaksanaan migrasi ke TV Digital akan

dilakukan 2 tahap, yaitu Tahap ―Simulcast‖ (tahap dimana TV analog dan digital

disiarkan bersama-sama) dan Tahap ”Cut Off” (tahap dimana siaran TV analog

dihentikan secara total). Tahap simulcast bertujuan mempersiapkan masyarakat agar

secara bertahap menggunakan alat bantu penerima siaran TV digital (set-top

box/STB) atau sekaligus menggunakan pesawat TV digital, dan kepada Lembaga

Penyiaran untuk mengalihkan siarannya dari analog ke digital. Uji-coba DVB-T di

Indonesia sudah dilakukan oleh TVRI dan RCTI pada Juli-Desember 2006.

Kemudian DVB-H, adaptasi DVB-T untuk telepon selular, memungkinkan siaran

MetroTV, SCTV dan TVRI sudah bisa dinikmati di Nokia N92.

Adanya migrasi sistem penyiaran TV analog ke TV digital, akan membuka

kemungkinan pengembangan konten-konten lokal karena tidak ada lagi keterbatasan.

Pada tahun 2010, tambahnya, seluruh TV swasta nasional akan berjaringan sehingga

akan terjadi penguatan konten lokal. ''Industri kreatif menjual ide atau maindset , dan

kemampuan-kemampuan tersebut harus terus dikembangkan oleh Depdiknas,

perguruan tinggi, dan masyarakat, termasuk asosiasi animasi, design, dan lainnya,''

katanya.

Dikemukakan, idealnya konten TV hendaknya membawa nuansa lokal, dan

hal itu dapat dilakukan oleh TV digital. Jika konten TV hanya berasal dari satu

wilayah saja, maka kesadaran masyarakat terhadap budaya lokal akan semakin

berkurang dan akhirnya akan lebih banyak konten dari luar negeri yang membanjiri

konten TV yang ada. Ia menambahkan, digitalisasi TV merupakan suatu pemicu di

mana konten dapat dikembangkan dengan produk-produk konten lokal yang juga

dominan.

Hampir semua stasiun TV penyiaran baik TVRI maupun TV swasta nasional

memanfaatkan sistem teknologi penyiaran dengan teknologi digital khususnya pada

sistem perangkat studio untuk memproduksi program, melakukan editing, perekaman

dan penyimpanan data. Pengiriman sinyal gambar, suara dan data telah

menggunakan sistem transmisi digital dengan menggunakan satelit yang umumnya

dimanfaatkan sebagai siaran TV-Berlangganan. Sistem transmisi digital melalui

satelit ini menggunakan standar yang disebut DVB-T (Digital Video Broadcasting

Satellite).

Dari hasil uji coba siaran digital TV, teknologi DVB-T mampu memultipleks

beberapa program sekaligus. Enam program siaran dapat dimasukkan ke dalam satu

kanal TV berlebar pita 8 MHz, dengan kualitas cukup baik. Di samping itu,

penambahan varian DVB-H (handheld) mampu menyediakan tambahan sampai

enam program siaran lagi, khususnya untuk penerimaan bergerak (mobile). Hal ini

sangat memungkinkan bagi penambahan siaran-siaran TV baru.

Sistem penyiaran TV Digital adalah penggunaan aplikasi teknologi digital

pada sistem penyiaran TV yang dikembangkan di pertengahan tahun 90 an dan

Page 19: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

6

diujicobakan pada tahun 2000. Pada awal pengoperasian sistem digital ini umumnya

dilakukan siaran TV secara simulcast atau siaran bersama dengan siaran analog

sebagai masa transisi. Sekaligus ujicoba sistem tersebut sampai mendapatkan hasil

penerapan siaran TV Digital yang paling ekonomis sesuai dengan kebutuhan dari

negara yang mengoperasikan.

Secara teknik pita spektrum frekuensi radio yang digunakan untuk televisi

analog dapat digunakan untuk penyiaran televisi digital sehingga tidak perlu ada

perubahan pita alokasi baik VHF maupun UHF (Ultra High Frequency). Sedangkan

lebar pita frekuensi yang digunakan untuk analog dan digital berbanding 1 : 6 artinya

bila pada teknologi analog memerlukan pita selebar 8 MHz untuk satu kanal

transmisi, maka pada teknologi digital dengan lebar pita frekuensi yang sama dengan

teknik multiplek dapat digunakan untuk memancarkan sebanyak 6 hingga 8 kanal

transmisi sekaligus dengan program yang berbeda tentunya.

Selain ditunjang oleh teknologi penerima yang mampu beradaptasi dengan

lingkungan yang berubah, TV digital perlu ditunjang oleh sejumlah pemancar yang

membentuk jaringan berfrekuensi sama atau SFN (single frequency network)

sehingga daerah cakupan dapat diperluas. Produksi peralatan pengolah gambar yang

baru (cable, satellite, VCR, DVD players, camcorders, video games consoles) adalah

dengan menggunakan format digital. Untuk itu supaya pesawat analog masih dapat

dipakai diperlukan inverter (set top box) yang dapat merubah signal digital ke analog

sehingga dapat dilihat dengan menggunakan TV receiver biasa.

Siaran DVB-T mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan siaran

TV analog. Keunggulan tersebut meliputi tahan terhadap efek interferensi, kualitas

gambar yang lebih baik, tidak ada noise (bintik-bintik, semut), bayangan atau

"ghost", interaktif, EPG (Electronic Program Guide) yang menampilkan jadwal

acara sampai beberapa hari ke depan, serta penerimnaan yang lebih jelas pada saat

bergerak (mobile). Kelebihannya lainnya adalah efisiensi di banyak hal antara pada

spektrum (efisiensi bandwidth), efisiensi dalam network transmission, transmission

power, dan power konsumsi.

Dengan adanya teknologi TV digital juga dapat memberikan keuntungan

kepada masyarakat khususnya bagi yang ingin mendirikan lembaga penyiaran swasta

Dengan banyaknya program siaran yang bisa disalurkan menjadikan penggunaan

frekuensi menjadi efesien dan efektif sehingga banyaknya pemohon pendirian

lembaga penyiaran swasta pada saat ini yang terkendala masalah keterbatasan

frekuensi menjadi bisa terselesaikan.

Selain itu TV digital memberikan fleksibilitas aplikasi-aplikasi yang bisa

bersifat interaktif dibanding TV analog. Sehingga dengan semakin cepatnya

perkembangan TV digital di suatu wilayah, akan sangat membantu mempercepat

kebutuhan interaksi antara suatu perusahaan (enterprise) dengan penggunanya baik

yang bersifat komersial seperti pengiklanan interaktif (interactive advertisment),

berita jarak jauh (tele-news), perbankan jarak jauh (tele-banking), belanja jarak

jauh (tele shopping), maupun non komersial seperti pendidikan jarak jauh (tele-

education), informasi traflk jarak jauh (tele-trajic).

Siaran TV akan menjadi media yang sangat strategis mendistribusikan

layananya. Layanan interaktif TV digital ini dapat dilihat pada Gambar dibawah

ini

Page 20: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

7

Gambar 1.2. Interaktif TV Digital Sumber: Hary Aryanto FT UI, 2010

Teknologi digital efisien dalam pemanfaatan spektrum. Ada satu

penyelenggara televisi digital meminta spektrum dalam jumlah yang cukup besar

artinya tidak cukup hanya 1 (satu) kanal carrier melainkan lebih. Hal ini disebabkan

dalam penyelenggaraannya nanti penyelenggara hanya akan berfungsi sebagai

operator penyelenggara jaringan yaitu untuk mentransfer program dari stasiun-

stasiun televisi lain yang ada di dunia menjadi satu paket layanan sebagaimana

penyelenggaraan televisi kabel berlangganan yang ada saat ini.

Meningkatnya penyelenggaraan televisi dimasa depan dapat diantisipasi

dengan suatu terobosan kebijakan dalam pemanfaatan spektrum frekuensi, misalkan

penyelenggara televisi digital hanya berfungsi sebagai operator penyelenggara

jaringan televisi digital, sedangkan programnya dapat diselenggarakan oleh operator

yang khusus menyelenggarakan jasa program televisi digital (operator lain). Dari

aspek regulasi akan terdapat ijin penyelenggara jaringan dan ijin penyelenggara jasa

sehingga dapat menampung sekian banyak perusahaan baru yang akan bergerak

dibidang penyelenggaraan televisi digital. Dengan demikian akan dapat dihindari

adanya monopoli penyelenggaraan televisi digital di Indonesia.

Kelebihan sinyal digital dibanding analog adalah ketahanannya terhadap noise

dan kemudahannya untuk diperbaiki (recovery) di penerima dengan kode koreksi

error (error correction code). Sinyal digital bisa dioperasikan dengan daya yang

rendah (less power). Pada transmisi digital menggunakan less bandwidth (high

efficiency bandwidth) karena interference digital channel lebih rendah, sehingga

beberapa channel bisa dikemas atau "dipadatkan" dan dihemat. Hal ini menjadi

sangat mungkin karena broadcasting TV Digital menggunakan sistem OFDM

(Orthogonal Frequency Division Multiplexing) yang tangguh dalam mengatasi efek

lintas jamak (multipath fading). Kemudian keuntungan lainnya adalah bahwa sinyal

Page 21: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

8

digital bisa dioperasikan dengan daya yang rendah (less power). Aplikasi teknologi

siaran digital menawarkan integrasi dengan layanan multimedia lainnya serta

integrasi dengan layanan interaktif seperti Video on Demand (VoD), Pay Per View

(PPV), bahkan layanan komunikasi dua arah seperti teleconference.

Migrasi dari era analog menuju era digital memiliki konsekuensi tersedianya

saluran siaran yang lebih banyak. Tidak ada lagi antrian ataupun penolakan ijin

terhadap : none internet, sehingga sangat integratif fungsinya. Penyiaran TV Digital

Terrestrial bisa diterima oleh sistem penerimaan TV Fixed dan penerimaan TV

Bergerak. Kebutuhan daya pancar tv digital juga lebih kecil dan ketahanan terhadap

interferensi dan kondisi lintasan radio yang berubah-ubah terhadap waktu (seperti

yang terjadi jika penerima TV berada di atas mobil yang berjalan cepat), serta

penggunaan bandwidth yang lebih efisien. Finest sound. Kemampuan mereproduksi

suara seperti sumber aslinya.

Karakteristik Sistem Penyiaran TV Digital yang ada di Indonesia dibagi

berdasarkan kualitas penyiaran, manfaat dan keunggulan TV Digital tersebut. TV

Digital dalam perkembangannya memiliki karakteristik yang berbeda di tiap wilayah

(area) penyiaran. Oleh karena itu, karakteristik sistem penyiaran TV Digital akan

sama apabila berada di radius yang sama.

Kualitas gambar dan warna yang dihasilkan jauh lebih bagus daripada televisi

analog. Desain dan implementasi sistem siaran TV digital terutama ditujukan pada

peningkatan kualitas gambar. Terdapat dua aspek yang berbeda dan memerlukan

kompromi dalam hal ini. Pada satu sisi, teknologi TV digital memungkinkan

pengiriman gambar dengan akurasi dan resolusi sangat tinggi, tetapi pada sisi lain

memerlukan tersedianya kanal dengan laju sangat tinggi, mencapai belasan Mbps.

Sistem TV digital juga diharapkan mampu menghasilkan penerimaan gambar yang

jernih, stabil, dan tanpa efek bayangan atau gambar ganda, walaupun pesawat

penerima berada dalam keadaan bergerak dengan kecepatan tinggi.

Pemirsa juga dapat memilih sendiri kapan akan menonton, remote tidak lagi

untuk memilih saluran tapi juga untuk melihat simpanan program, (siaran interaktif).

Televisi yang menjadi siaran interaktif akan lebih memudahkan pemirsanya untuk

mencari-cari program yang dia sukai. Tidak ada lagi prime-time karena saat itu

pemirsa dapat mencari program lain yang dibutuhkan. Penerimaan mobile, efisiensi

kanal frekuensi, dan potensi jasa tambahan seperti TV-Interaktif dan layanan data-

casting.

Aplikasi teknologi siaran digital menawarkan integrasi dengan layanan

multimedia lainnya serta integrasi dengan layanan interaktif seperti Video on

Demand (VoD), Pay Per View (PPV), bahkan layanan komunikasi dua arah seperti

teleconference. Pesawat TV analog tidak akan bisa menerima sinyal digital, maka

diperlukan pesawat TV digital yang baru agar TV dapat menggunakan alat tambahan

baru yang berfungsi merubah sinyal digital menjadi analog. Perangkat tambahan

tersebut disebut dengan decoder atau set top box (STB). Proses perpindahan dari

teknologi analog ke teknologi digital akan membutuhkan sejumlah penggantian

perangkat baik dari sisi pemancar TV-nya ataupun dari sisi penerima siaran.

Pada saat pemerintah memulai siaran digital yang berbasis terestrial perlu

dilakukan proses transisi migrasi dengan meminimalkan resiko kerugian khusus yang

dihadapi baik oleh operator TV (Broadcasters) maupun masyarakat. Resiko kerugian

Page 22: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

9

khusus yang dimaksud adalah informasi program ataupun perangkat tambahan yang

harus dipasang. Bila perubahan diputuskan untuk dilakukan maka perlu dilaksanakan

melalui masa ‘Simulcast’, yaitu masa dimana sebelum masyarakat mampu membeli

pesawat penerima digital dan pesawat penerima analog yang dimilikinya harus tetap

dapat dipakai menerima siaran analog dari pemancar TV yang menyiarkan siaran TV

Digital.

Masa transisi diperlukan untuk melindungi puluhan juta pemirsa (masyarakat)

yang telah memiliki pesawat penerima TV analog untuk dapat secara perlahan-lahan

beralih ke teknologi TV digital dengan tanpa terputus layanan siaran yang ada

selama ini. Selain juga melindungi industri dan investasi operator TV analog yang

telah ada, dengan memberi kesempatan prioritas bagi operator TV eksisting.

Keuntungan memberikan prioritas kepada operator TV eksisting adalah

mereka dapat memanfaatkan infrastruktur yang telah dibangun, seperti studio, tower,

bangunan, SDM dan lain sebagainya. Selain itu karena infrastruktur TV digital

terrestrial relatif jauh lebih mahal dibandingkan dengan infrastruktur TV analog,

maka efisiensi dan penggunaan kembali fasilitas dan infrastruktur yang telah

dibangun menjadi sangat penting.

Untuk membuka kesempatan bagi pendatang baru di dunia TV siaran digital

ini, maka dapat ditempuh pola Kerja Sama Operasi antar penyelenggara TV eksisting

dengan calon penyelenggara TV digital. Sehingga di kemudian hari penyelenggara

TV digital dapat dibagi menjadi "network provider" dan "program / content

provider". Jika kanal TV digital ini diberikan secara sembarangan kepada pendatang

baru, selain penyelenggara TV siaran digital terestrial harus membangun sendiri

infrastruktur dari nol, maka kesempatan bagi penyelenggara TV analog eksisting

seperti TVRI, 5 TV swasta eksisting dan 5 penyelenggara TV baru untuk berubah

menjadi TV digital di kemudian hari akan tertutup karena kanal frekuensinya sudah

habis.

Perspektif bentuk penyelenggaraan sistem penyiaran di era digital juga

mengalami perubahan yang berarti baik dari pemanfaatan kanal maupun teknologi

jasa pelayanannya. Pada pemanfaatan kanal frekuensi akan terjadi efisiensi

penggunaan kanal yang sangat berarti. Satu kanal frekuensi yang saat ini hanya bisa

diisi oleh satu program saja nantinya akan bisa diisi antara empat sampai enam

program sekaligus. Sepuluh program siaran TV-swasta Nasional saat ini yang

menduduki juga 10 kanal di UHF (Ultra High Frequency) hanya menduduki 2 atau 3

kanal saja.

Disisi lain pendudukan kanal-kanal saat ini untuk sistem tranmisi analog juga

tidak hemat karena antara kanal yang berdekatan harus ada 1 kanal kosong sebagai

kanal perantara. Kanal perantara ini tidak ada disistem digital dan kanal frekuensi di

sistem digital bisa dimanfaatkan secara berurutan. Bentuk jasa pelayanan sistem

penyiaran digital secara blok jaringan juga akan terpisah-pisah yaitu mulai dari

penyedia program (content creators) kemudian akan dikirim ke content agregators

yang berfungsi sebagai pendistribusi program yang kemudian program itu diubah

dalam bentuk format MPEG2 atau MPEG4. Lalu dikirim ke ‗MPEG2 multiplexer

providers’ dan kemudian disalurkan ke berbagai pemirsa melalui jaringan pemancar

TV Digital oleh ‗transport providers’.

Page 23: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

10

Masing-masing bentuk jasa pelayanan di atas bisa membentuk badan usaha

yang disesuaikan dengan kompetensi jasa pelayanan tersebut. Dengan pemisahan ini

maka masing-masing bisa lebih terkonsentrasi pada bidang bisnisnya sendiri

sehingga masyarakat pemirsa TV akan memperoleh kualitas pelayanan yang lebih

beragam dan tentunya lebih baik. Pada sistem penyiaran TV Digital dimungkinkan

munculnya jasa-jasa layanan baru seperti informasi-informasi laporan lalu lintas,

ramalan cuaca, berita, olahraga, pendidikan, bursa saham, kesehatan dan informasi-

informasi layanan masyarakat lainnya. Para penyedia content hanya terkonsentrasi

pada isi program saja dan tidak perlu mengurus penyiapan infrastruktur jaringan dan

pengoperasiannya. Penyedia content hanya membayar sewa jaringan transmisi saja

atau bisa dijual kepada content distributor.

1.3 Layanan TVD-TT

Definisi Terkait Penyiaran TV Digital Penerimaan Tetap adalah media

komunikasi massa dengar pandang, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam

bentuk suara dan gambar, berupa program yang teratur dan berkesinambungan

dengan menggunakan teknologi digital serta dipancarkan secara terestrial dan

diterima dengan perangkat penerima tetap.

Berbeda dengan penyiaran TV analog, maka dalam penyiaran TVD-TT,

dibedakan antara ‖saluran‖ dan ‖saluran siaran‖. ‖Saluran‖ adalah kanal frekuensi

dan ‖saluran siaran‖ adalah saluran yang dibutuhkan untuk satu program siaran.

Dalam penyiaran TVD-TT, beberapa ‖saluran siaran‖ digabung dalam suatu

‖Multiplekser‖ untuk kemudian disalurkan ke ‖pemirsa‖ melalui sistem peralatan

pemancar (pemancar, antena dan menara). Sistem Multiplekser terdiri dari perangkat

Multiplekser dan transmisi.

Pemirsa dapat menerima siaran TVD-TT dengan menggunakan pesawat

penerima TVD-TT atau pesawat penerima TV Analog yang dilengkapi dengan alat

bantu penerima TV digital (STB).

1. Wilayah jangkauan siaran atau wilayah layanan (service area)

Menurut PP 50/2005

Wilayah Jangkauan Siaran adalah wilayah layanan siaran sesuai dengan izin

yang diberikan, yang dalam wilayah tersebut dijamin bahwa sinyal dapat

diterima dengan baik dan bebas dari gangguan atau interferensi sinyal

frekuensi radio lainnya.

Menurut KM 76/2003

Wilayah layanan (service area) adalah wilayah penerimaan stasiun radio

yang diproteksi dari gangguan/interferensi sinyal frekuensi radio lainnya.

Berdasarkan butir 1.1 dan 1.2 diatas maka, wilayah jangkauan siaran atau

wilayah layanan (service area) adalah wilayah layanan siaran sesuai dengan

izin yang diberikan, yang dalam wilayah tersebut dijamin bahwa sinyal dapat

diterima dengan baik dan bebas dari gangguan atau interferensi sinyal

frekuensi radio lainnya.

Page 24: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

11

2. Wilayah cakupan (coverage area)

Wilayah cakupan (coverage area) adalah suatu wilayah yang merupakan bagian

dari wilayah jangkauan siaran yang nilai kuat medan (field strength) terluarnya

adalah sama dengan nilai kuat medan minimum (Minimum Field Strength) dan

tidak menimbulkan interferensi terhadap wilayah jangkauan siaran di sekitarnya.

3. Zona layanan

Zona layanan adalah suatu wilayah yang merupakan kumpulan dari beberapa

wilayah jangkauan siaran.

Zona layanan merupakan ―wilayah layanan baru‖ yang diperkenalkan dalam

Penyelenggaraan TVD-TT untuk Penyelenggara Multipleks.

Gambar 1.3. Skema Wilayah Penyelenggaraan

Sementara menunggu konvergensi undang-undang tentang penyiaran,

telekomunikasi dan transaksi elektronik yang diharapkan dapat ditetapkan pada akhir

2010, dan mempertimbangkan penggelaran layanan TVD-TT perlu segera

dilaksanakan mengingat tahapan-tahapan uji coba telah dilakukan, maka pemerintah

akan menerbitkan suatu kebijakan tentang TVD-TT dengan memperhatikan dan

mematuhi undang-undang yang berlaku dan aturan-aturan yang dirancang yang

antara lain terdiri dari :

UU RI No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran :

Page 25: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

12

―LPS jasa penyiaran radio dan jasa penyiaran TV masing-masing hanya dapat

menyelenggarakan 1 (satu) siaran dengan 1 (satu) saluran siaran pada 1 (satu)

cakupan wilayah jangkauan siaran‖

UU RI No. 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi.

o Pasal 33 ayat (1) :

―penggunaan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit wajib mendapatkan

izin dari Pemerintah.”

o Pasal 33 ayat (4)

―ketentuan penggunaan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit yang

digunakan dalam penyelenggaraan telekomunikasi diatur dengan Peraturan

Pemerintah‖

PP RI No. 50 Tahun 2005 Tentang Lembaga Penyiaran Swasta, Pasal 2 ayat (2) :

― Dalam menyelenggarakan penyiaran multipleksing, Lembaga Penyiaran Swasta

hanya dapat menyiarkan 1 (satu) program siaran‖

PP 53 Tahun 2000 Tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi dan Orbit Satelit.

PP 52 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi

Adapun Rantai Produksi Penyiaran TVD-TT dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 1.4. Rantai Produksi TVD-TT

Rantai produksi penyiaran TVD-TT dapat diuraikan sesuai Gambar 4.1 Rantai

Produksi TVD-TT sebagai berikut :

1. Konten, akan diproduksi oleh Penyedia Konten, individu atau Penyelenggara

Program Siaran.

2. Program Siaran, merupakan gabungan dari konten-konten yang siap

disiarkan serta disusun berdasarkan jadwal yang telah ditentukan.

3. Multiplekser, merupakan suatu sistem perangkat untuk menyalurkan

beberapa program siaran dari para Penyelenggara Program Siaran yang

kemudian dipancarkan kepada masyarakat/pemirsa melalui suatu perangkat

transmisi. Sistem perangkat Multiplekser terdiri dari encoder, Multiplekser,

dll.

4. Transmisi, merupakan perangkat untuk memancarkan siaran dari

Multiplekser kepada masyarakat/pemirsa dengan menggunakan media

Page 26: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

13

spektrum frekuensi radio. Sistem perangkat transmisi terdiri atas peralatan

pemancar, program input monitoring, sistem antena, dll.

5. Perangkat Penerima, dapat berbentuk sebagai pesawat penerima TV digital

atau pesawat TV analog yang dilengkapi dengan alat bantu penerima TV

digital (Set-top Box).

Model bisnis Layanan TVD-TT terdiri dari 2 (dua) Penyelenggaraan yaitu

Penyelenggara Program Siaran dan Penyelenggara Multiplekser (Multipleksing dan

Transmisi) yang masing-masingnya membutuhkan izin tersendiri. Penyelenggara

Multiplekser sekaligus sebagai Pemegang Hak Penggunaan Frekuensi. Aturan yang

dikenakan kepada masing-masing penyelenggara diatur dalam bab tersendiri.

Dengan model ini maka diperoleh keuntungan-keuntungan sebagai beriktu :

• TVD-TT dapat cepat diimplementasikan, karena model bisnis ini sama

dengan model dalam uji coba penyiaran digital.

• Rantai layanan lebih singkat dan sederhana sehingga menjadi lebih cepat

dalam implementasi.

• Biaya relatif lebih rendah karena rantai layanan penyelenggaraan lebih

singkat dan lebih sedikit melibatkan penyelenggara.

• Dalam hal penanganan keluhan terkait dengan masalah teknis, Penyelenggara

Program Siaran lebih mudah karena hanya berhubungan dengan 1 (satu)

Penyelenggara Multiplekser di 1 (satu) zona layanan.

• Penyelenggara Multiplekser memperoleh Hak Penggunaan Frekuensi dalam

zona layanannya sehingga dapat mengatur daya pancar pemancarnya dengan

lebih leluasa untuk menghindari interferensi dengan Penyelenggara

Multipleks lain pada wilayah jangkauan siaran yang sama dan yang

bersebelahan.

Dalam rangka menuju era konvergensi UU Telekomunikasi, Penyiaran dan UU

terkait lainnya, maka struktur usaha dan perizinan perlu disesuaikan dari ―vertikal‖

ke ―horizontal‖, namun pelaksanaannya akan dilakukan secara bertahap agar bisa

berlangsung tanpa goncangan (discruption) dan lancar/mulus (seamless).

Alokasi frekuensi radio berdasarkan Peraturan Pemerintah no 53 tahun 2000

adalah pencantuman pita frekuensi tertentu dalam tabel alokasi frekuensi untuk

penggunaan oleh satu atau lebih dinas komunikasi radio teresterial atau dinas

komunikasi radio ruang angkasa atau dinas radio astronomi berdasarkan persyaratan

tertentu.

Page 27: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

14

Gambar 1.5. Rantai Layanan TVD-TT

Dalam penyelenggara TV analog – TT, LPS mendapat satu lisensi untuk

menyelenggarakan semua fungsi-fungsi yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan

siaran. Dengan kemajuan teknologi digital dan keterbatasan alokasi frekuensi untuk

penyiaran TVD-TT, maka fungsi-fungsi penyelenggara TVD-TT dapat dibagi seperti

blok diagram di atas :

1. Penyedia konten (PK) : tanpa lisensi

2. Penyelenggara Program Siaran (PS) : Lisensi LPS

3. Penyelenggara Multipleks (PMx) : Lisensi Infrastruktur

4. Pemegang Hak Penggunaan Frekuensi : Lisensi BHP

5. Penyedia Menara (PM) : Standarisasi

6. Perangkat Penerima : Sertifikasi

Agar dapat terjadi efisiensi biaya (cost), fokus atas bisnis sesuai fungsi-fungsinya

dan terjadi kompetisi yang sehat maka Penyelenggara Program Siaran (content

service provider) dan Penyelenggara Multiplekser yang juga Pemegang Hak

Penggunaan Frekuensi, masing-masing memiliki lisensi tersendiri dan tidak harus

dimiliki oleh satu badan hukum tertentu.

Pemberian izin penyelenggaraan multiplekser/transmisi ini akan melalui

tahapan/mekanisme seleksi (lelang atau beauty contest). Izin Penyelenggara Program

Siaran berlaku untuk wilayah jangkauan siaran sesuai wilayah jangkauan siaran yang

Page 28: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

15

tercantum dalam IPP setiap Penyelenggara Program Siaran, sedangkan izin

Penyelenggara Multiplekser berlaku untuk satu zona layanan.

Dalam satu wilayah jangkauan siaran, Penyelenggara Multipleks hanya boleh

menggunakan 1 kanal frekuensi. Penyelenggara Program Siaran (PS) Swasta hanya

boleh menyiarkan 1 (satu) program siaran yang disalurkan melalui Penyelenggara

Multipleks yang beroperasi dalam wilayah jangkauan siaran sebagaimana tercantum

pada IPP yang dimiliki PS tersebut. Tidak boleh ada kepemilikan silang pada

Penyelenggara Multipleks dalam 1 (satu) zona layanan. Penyelenggara Multipleks

harus memiliki izin stasiun radio (ISR) untuk zona layanannya dan membayar BHP

pita frekuensi. BHP Pita Frekuensi untuk Penyelenggara Multiplex akan dikenakan

secara bertahap dari harga sekarang menjadi harga sesuai dengan nilai spektrum

frekuensi yang diduduki (spectrum denial) dalam masa transisi 5 tahun. BHP

frekuensi untuk penyelenggara analog akan dikenakan langsung sesuai dengan nilai

frekuensi yang diduduki pada saat sudah ada Penyelenggara Multipleks didaerahnya.

Pemerintah akan menetapkan harga sewa maksimum untuk sewa saluran siaran pada

Penyelenggara Multipleks.

Arsitektur Layanan TVD-TT

Gambar 1.6. Arsitektur Layanan TVD-TT dalam 1 (satu) Wilayah Jangkauan

Siaran

Dari blok diagram pada Gambar 1.6 tersebut di atas, dapat dijelaskan tentang siapa

‖pemain‖ dan apa ‖tugas dan wewenang‖ masing-masing terkait dengan

penyelenggaraan TVD-TT :

Penyedia Konten (PK)

o Penyedia konten memproduksi siaran-siaran seperti : berita, siaran

pendidikan, program anak-anak, program budaya dan kesenian, penyuluhan

masyarakat, iklan, dsb.

Page 29: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

16

o Konten dapat diproduksi oleh individu, ‖production house‖ atau

Penyelenggara Program Siaran .

Penyelenggara Program Siaran (PS)

o Penyelenggara Program Siaran berfungsi menggabungkan program-program

siaran dari Penyedia Konten sesuai dengan susunan dan jadwal tertentu untuk

dipancarkan melalui Penyelenggara Multiplekser.

o Penyelenggara Program Siaran wajib mematuhi aturan-aturan konten yang

telah ditetapkan dalam UU RI No. 32 Tahun 2002 dan PP No. 50 Tahun

2005.

o Penyelenggara Program Siaran wajib memiliki lisensi IPP yang akan diatur

tersendiri.

Penyelenggara Multiplekser (PMx)

o Penyelenggara Multiplekser berfungsi menggabungkan beberapa program

siaran dari Penyelenggara Program Siaran untuk kemudian dipancarkan ke

pemirsa melalui suatu sistem peralatan transmisi (pemancar, sistem antena

dan menara).

o Jumlah Penyelenggara Multiplekser dalam satu zona layanan disesuaikan

dengan ‖Master Plan‖ TVD-TT yang ditetapkan oleh Menteri/Ditjen Postel.

o Penyelenggara Program Siaran dapat mengajukan permohonan izin baru

sebagai Penyelenggara Multiplekser, namun mengingat jumlahnya tidak

sebanyak jumlah PS, maka pemberian izin/lisensi dilakukan melalui

mekanisme seleksi.

Penyedia Menara (PM)

o Penyedia Menara adalah perusahaan yang menyediakan menara untuk

menyiarkan siaran dari beberapa Penyelenggara Multipleks.

o Menara yang digunakan, wajib mengikuti standar dan persyaratan teknis yang

ditetapkan oleh Menteri.

Sesuai ketentuan/aturan dalam UU 32/2002 dan PP 50/2005, LPS harus

bertanggung jawab atas isi siaran, sehingga kedudukan LPS penyiaran analog-TT

dapat diposisikan sebagai Penyelenggara Program Siaran (content service provider).

Penyelenggara Multiplekser mempunyai fungsi menyalurkan program-

program siaran dari para Penyelenggara Program Siaran dan kemudian

memancarkannya secara teresterial melalui menara kepada pemirsa. Penyelenggara

Program Siaran dapat mengajukan sebagai Penyelenggara Multiplekser namun hanya

dapat menyiarkan satu saluran siaran yang dimiliki dalam satu wilayah jangkauan

siaran dan sisa kapasitasnya digunakan untuk menampung Penyelenggara Program

Siaran yang bukan miliknya.

Page 30: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

17

Gambar 1.7. Peran Lembaga Penyiaran dalam Rantai Pasok TVD-TT

Penggunaan Frekuensi dalam zona layanan dan wilayah jangkauan siaran

harus mematuhi UU RI No.36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi, PP 52 Tahun

2000, PP 53 Tahun 2000 dan aturan-aturan terkait yang ditetapkan oleh

Menteri/Ditjen Postel.

Page 31: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

18

Gambar 1.8. Tahapan Penyelenggaraan TVD-TT

Penerapan TVD-TT dilakukan secara bertahap dengan batas waktu cut-off

TV Analog paling lambat 2017; implementasi akan dimulai secara bertahap dengan

kota-kota besar seperti Jabodetabek, Surabaya, Bandung, Yogyakarta, Medan,

Palembang, Makasar, Denpasar, Banjarmasin dan kota-kota lainnya. Sosialisasi

kepada masyarakat secara lebih intensif akan dilakukan melalui promosi, iklan

masyarakat, pampflet, penyuluhan ke sekolah-sekolah, dealer-dealer/toko-toko

pesawat penerima TV dll. Dengan cara sosialisasi yang insentif, diharapkan

masyarakat dapat memahami TVD-TT, langkah-langkah apa saja yang perlu

dilakukan untuk menerima/menikmati siaran TVD-TT dan juga memahami bahwa

dalam jangka waktu tertentu, siaran TV Analog akan dihentikan sama sekali.

Selama masa transisi migrasi atau simulcast, masyarakat dapat menikmati

siaran TVD-TT dengan alat bantu penerima STBT yang dihubungkan ke pesawat

penerima TV analog yang telah dimiliki. Pemerintah akan mendorong agar industri

dalam negeri dapat memproduksi STB standar dengan harga terjangkau oleh

masyarakat. Pusat-pusat bantuan masyarakat atau ‖call center‖ akan disediakan oleh

semua stakeholder termasuk pemerintah, industri penyiaran, industri STB dan

dealer-nya; agar transisi dapat berjalan secara mulus dengan kerugian seminimal

mungkin bagi masyarakat dan industri.

Diharapkan bila penetrasi jangkauan dalam suatu wilayah telah mencapai

lebih dari 80% (delapan puluh per seratus) dan 80% (delapan puluh per seratus)

pemirsa telah memiliki STB atau pesawat TV digital maka siaran analog di wilayah

akan dihentikan. Masa simulcast diperkirakan berjangka waktu + 3 (tiga) tahun di

daerah ekonomi maju dan + 5 tahun di daerah ekonomi kurang maju dan dapat

ditinjau kembali sesuai kesiapan masyarakat dan penyelenggara, sehingga

diperkirakan pada tahun 2018 – 2020 TV analog dapat dihentikan secara total.

Page 32: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

19

Bila terdapat pemirsa yang masih tidak dapat menerima siaran TVD-TT

setelah ‖analog cut off‖, maka pemirsa tersebut masih dapat menerima siaran TVD

melalui siaran TV kabel atau satelit. Alokasi frekuensi yang digunakan untuk TVD-

TT selama simulcast dan setelah ‖analog cut off‖ akan diatur melalui peraturan

Ditjen Postel yang akan segera disusun.Sistem Penyiaran TVD-TT telah

diimplementasikan oleh sebagian besar negara di dunia, bahkan mengalami

perkembangan yang sangat cepat. Beberapa negara telah melakukan penghentian

secara total (cut off) terhadap TV analognya atau paling tidak menentukan secara

resmi kapan akan melakukan cut off (Daftar negara yang telah cut off/ switched off

atau dalam persiapan cut off di Eropa dan Asia dapat dilihat pada Tabel 2.11-2.12).

Untuk standar kompresinya sebagian besar negara-negara di dunia masih

menggunakan MPEG-2, namun beberapa negara telah menggunakan MPEG-4.

Dalam hal standar teknologi untuk sistem transmisi TVD-TT, ada beberapa alternatif

pilihan terhadap standar yang digunakan. Berdasarkan pertimbangan aspek teknis,

layanan, jumlah Negara-negara pengguna, harga STB yang terjangkau, dll, maka

pada tanggal 21/3/2007 melalui PerMen No. 07/P/M.Kominfo/3/2007 Tentang

Standar Penyiaran Digital Teresterial untuk TV Penerimaan Tetap, Indonesia telah

memilih DVB-T sebagai standar teknologinya.Pada bulan Mei 2007 dalam rapat

bersama antar Menteri Komunikasi dan Informasi, DVB-T telah ditetapkan juga

sebagai standar TVD-TT untuk seluruh negara ASEAN.

Implementasi siaran TV digital, dimana standar teknologi yang digunakan

oleh negara-negara di Eropa dan Asia adalah DVB-T (kecuali Filipina yang belum

menentukan standar teknologinya). Standar DVB-T telah mengalami pengembangan

menjadi DVB-T2 dan beberapa negara telah dan sedang dalam persiapan untuk

menggunakan DVB-T2. Perkembangan implementasi TVD-TT di Italia diambil

sebagai contoh, karena kesamaan standar teknologi yang digunakan dan jumlah

TVD-TT menempati persentase cukup signifikan, yaitu lebih dari 60%, dibandingkan

dengan TVD-Satelit dan TVD-Cable. Perkembangan teknologi TV Digital di Italia

dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini.

Page 33: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

20

Tabel 1.1. Jadwal Analog Switched Off (ASO) di Eropa

Spectrum Value Partners 2008. Broadcast Migration Study

Country DTT launch date Completion of ASO Compression Format

United Kingdom 1998 2012 MPEG-2

Sweden 1999 Completed (2007) MPEG-2

Spain 2000/2005 2010 MPEG-2

Finland 2001 Completed (2007) MPEG-2

Switzerland 2001 Completed (2008) MPEG-2

Germany 2002 December 2008 MPEG-2

Belgium 2002 2011 MPEG-2

The Netherlands 2003 Completed (2006) MPEG-2

Italy 2004 2012 MPEG-2

France 2005 2011 MPEG-2/MPEG-4 AVC

Czech Republic 2005 2011 MPEG-2

Denmark 2006 2009 MPEG-2/MPEG-4 AVC

Slovenia 2006 2011 MPEG-4 AVC

Austria 2006 2010 MPEG-2

Estonia 2006 2012 MPEG-4 AVC

Norway 2007 2009 MPEG-4 AVC

Lithuania 2008 2012 MPEG-4 AVC

Hungary 2008 2011 MPEG-4 AVC

Portugal 2009 2012 MPEG-4 AVC

Slovakia 2009 2012

Ireland 2009 2012 MPEG-4 AVC

Russia 2009 2015

Poland 2009 2014

Latvia TBC 2012

Page 34: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

21

Tabel 1.2. Jadwal Analog Switched Off di Asian(ADB meeting July 2009)

Country DTT launch date Completion of ASO Compression Format

Brunei Mei 2009 2011 MPEG4

Kamboja 2010 ?

Indonesia 2008 2013-2018 MPEG2

Laos 2007 2015

Malaysia 2007 2012-2015 MPEG4

Myanmar ? ?

Philipina 2007 (DVB-T & ISDB) ?

Singapura 2006

(2009 testing indoor reception)

Soon after trial succeed MPEG4

Thailand 2010 ?

Vietnam Since 2007

(40 locations)

2015 MPEG2

Tabel 1.3. Struktur MUX di Italia saat ini

Spectrum Value Partners 2008. Broadcast Migration Study

Technical

standard

MUX 1 MUX 2 MUX 3 MUX 4 MUX 5 MUX 6 MUX 7 MUX 8 MUX 9 MUX 10

UHF/VHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF

DVB-T DVB-T DVB-T DVB-T DVB-T DVB-T DVB-H DVB-H DVB-T DVB-T DVB-T

Modulation 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM

Guard Band 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4

FEC 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3

Total Capacity 19.91 19.91 19.91 19.91 19.91 19.91 19.91 19.91

% reserved

for non-TV

21% 18% 21% 18% 18% 21% 21% 21%

Remaining

capacity

15.74 16.34 15.741 16.34 16.34 15.741 15.741 15.741

Compression MPEG2 MPEG2 MPEG2 MPEG2 MPEG2 MPEG2 MPEG2 MPEG2

No.of channels 6 6 6 6 6 6 6 6

Page 35: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

22

Tabel 1.4. Dampak perkembangan teknologi tahap 2 (fully digital) di Italia

Spectrum Value Partners 2008. Broadcast Migration Study

Technical standard MUX 1 MUX 2 MUX 3 MUX 4 MUX 5 MUX 6 MUX 7 MUX 8 MUX 9

UHF/VHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF

DVB-T DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2 DVB-H DVB-H DVB-T2 DVB-T2

Modulation 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM

Guard Band 1/32 1/32 1/32 1/32 1/32 1/32 1/32

FEC 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3

Total Capacity 36.19 36.19 36.19 36.19 36.19 36.19 36.19

% reserved for non-

TV

13% 11% 13% 11% 11% 13% 13%

Remaining capacity 31.47 32.07 31.47 32.07 32.07 31.47 31.47

Compression MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4

No. of channels 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 6

Technical standard MUX 10 MUX 11 MUX 12 MUX 13 MUX 14 MUX 15 MUX 16 MUX 17 MUX 18

UHF/VHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF UHF

DVB-T DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2 DVB-T2

Modulation 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM 64QAM

Guard Band 1/32 1/32 1/32 1/32 1/32 1/32 1/32 1/32 1/32

FEC 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3 2/3

Total Capacity 36.19 36.19 36.19 36.19 36.19 36.19 36.19 36.19 36.19

% reserved for non-

TV

13% 13% 13% 13% 13% 13% 13% 13% 15%

Remaining capacity 31.47 31.47 31.47 31.47 31.47 31.47 31.47 31.47 26.95

Compression MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4 MPEG4

No. of channels 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 6 26 or 5

Tabel 1.5. Perubahan dalam migrasi DVB-T ke DVB-T2

Technical standard DVB-T DVB-T2

Modulation 16/64QAM 64QAM

Guard Band 1/4 1/32

No. Program 48 Max. 416

No. MUX 8 16

Compression MPEG2 MPEG4

No. of channels/MUX 6 22-26

Page 36: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

23

Pada tabel perubahan dalam migrasi DVB-T ke DVB-T2 di atas, tampak

bahwa perubahan jumlah MUX dan jumlah chanel per MUX sangat besar, yaitu dari

8 menjadi 16 MUX dan jumlah saluran siaran per MUX dari 6 menjadi 22-26. Hal

ini berarti dengan DVB-T2 dapat dihasilkan jumlah program dapat mencapai

maksimal 416 program siaran.

Ada beberapa standar teknologi transmisi yang sekarang telah berkembang di

dunia, yaitu :

- ATSC dari Amerika, yang diluncurkan sejak November 1998

- DVB-T dari Eropa, yang diluncurkan sejak September 1998

- ISDB-T dari Jepang, yang diluncurkan sejak 1 Desember 2003

- T-DMB dari Korea, yang diluncurkan mulai + tahun 2005

- DMB-T dari Cina, yang diluncurkan official tahun 2008 (published 2006)

Masing-masing standar dan beberapa variannya telah diadopsi oleh sejumlah

negara. Untuk negara-negara di Eropa, Asia dan Australia, termasuk Indonesia, telah

memilih DVB-T sebagai standar teknologinya. Bahkan standar-standar tersebut

sudah mengalami pengembangan-pengembangan menuju teknologi yang lebih maju,

seperti DVB-T menjadi DVB-T2.Sehingga dapat disimpulkan bahwa standar,

teknologi, perangkat keras, perangkat lunak baik untuk operator maupun pengguna

telah siap (mature) di pasar dunia.

Di Indonesia sampai dengan tahun 2009, Lembaga Penyiaran Berlangganan

baik melalui satelit dan kabel telah menggunakan teknologi digital DVB-S untuk

satelit dan DVB-C untuk kabel. Jumlah total pelanggannya saat ini kurang lebih 1,1

juta pelanggan. Dengan fitur-fitur yang lebih beragam, lebih menarik, lebih

berkualitas, maka jumlah pemirsa penyiaran analog teresterial yang saat ini telah

dinikmati oleh 30-40 juta rumah tangga diharapkan akan meningkat lebih pesat

dengan TVD-TT.

Setelah penyiaran analog secara bertahap dihentikan total mulai tahun 2013,

maka diharapkan : teknologi DVB-T2, MPEG4 yang saat ini masih diuji lapangan di

negara-negara maju akan sudah matang dan tahan uji di lapangan, harga

STB/MPEG4 semakin murah, masyarakat Indonesia telah siap dan memahami siaran

TV digital sehinga TVD-TT yang dimulai dengan DVB-T/MPEG2/SDTV dapat

beralih ke DVB-T2/MPEG4/SDTV/HDTV sehingga kualitas hidup masyarakat dan

industri di Indonesia dapat makin meningkat.

Page 37: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

24

Peta Jalan (Road Map) Teknologi Penyiaran Digital

Gambar 1.9. Level Migrasi Penyiaran dengan Standar DVB-T

Proses migrasi dari analog ke digital dengan menggunakan standar teknologi

DVB-T, tidak berhenti sampai pada implementasi DVB-T. Seperti telah disebutkan

di atas bahwa DVB-T telah mengalami pengembangan-pengembangan menjadi

DVB-T2. Sehingga migrasi dari analog ke DVB-T akan dilanjutkan menuju tahap

berikutnya yaitu tahap adopsi DVB-T2.

Proses migrasi dari siaran TV analog ke TVD-TT dapat dibagi dalam 3 tahap

sebagai berikut, yaitu :

Tahap 1 :

Simulcast penyiaran TV analog bersamaan dengan TVD-TT dengan

menggunakan kompresi video MPEG-2 dan SDTV.

Tahap 2 :

Tahapan dimana siaran TV analog dihentikan secara total (analog switch off,

fully digital), secara bertahap mulai dengan daerah-daerah yang

masyarakatnya telah siap menerima siaran digital.

Untuk daerah yang sudah fully digital, maka migrasi ke tahap berikutnya

dapat direncanakan dari MPEG2 ke MPEG4, sehingga jumlah saluran siaran

dapat lebih banyak, HDTV dapat mulai diuji coba dan bila dibutuhkan sistem

MFN (Multi Frequency Network) dapat dialihkan menjadi SFN (Single

Frequency Network) untuk menghemat penggunaan frekuensi.

Tahap 3 :

Di tahap 3, Indonesia diharapkan sudah fully digital secara menyeluruh yang

jadwalnya dalam 2015-2018. Pada masa tahap 3 ini, adopsi teknologi yang

Page 38: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

25

lebih advanced (DVB-T2) dengan fitur-fitur serta keuntungan yang lebih

besar, akan dapat mulai diterapkan.

Besarnya potensi pasar dalam bisnis penyiaran mengakibatkan minat pelaku

bisnis untuk bergabung dalam bisnis penyiaran semakin besar. Pada saat ini LPS

analog yang telah mendapat izin penyiaran berjumlah 11, dan LPS analog lokal 115,

pemohon baru yang tidak tertampung berjumlah kurang lebih 450. Di sisi lain

sumber daya frekuensi merupakan sumber daya yang sangat terbatas, baik dibatasi

oleh alam maupun oleh adanya standar internasional yang berlaku. Keterbatasan

spektrum frekuensi ini, secara teknis menjadi sulit untuk dapat mengakomodasi izin

penyiaran yang telah dikeluarkan.

Digitalisasi sinyal dalam sistem TVD-TT memungkinkan kompresi data dan

transmisi yang jauh lebih efisien, sehingga penggunaan frekuensi jadi lebih efisien

pula dimana 1 (satu) saluran frekuensi dapat menampung 4-6 (empat sampai enam)

saluran siaran. Dengan demikian meskipun alokasi frekuensi terbatas, tetapi

kebutuhan frekuensi untuk penyiaran masih tetap dapat dipenuhi.

Proses migrasi dari analog ke digital, harus melalui masa transisi simulcast,

agar bagi penyelenggara dapat menggelar siaran TVD-TT secara merata di wilayah

layanannya dan bagi masyarakat agar memahami dan merasa nyaman menikmati

siaran TVD-TT. Selama masa simulcast ini, spektrum frekuensi akan digunakan

bersama-sama untuk siaran analog dan digital. Hal ini akan menyebabkan

penggunaan spektrum frekuensi relatif lebih besar, sehingga alokasi frekuensi untuk

penyiaran digital semakin berkurang.

Televisi merupakan media informasi yang paling banyak digunakan di

seluruh pelosok dunia, termasuk Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia + 230 juta,

dengan jumlah TV household 35-40 juta dan jumlah pemirsa lebih dari 140 juta

orang. Jumlah televisi dan pemirsa sebanyak itu tentu saja merupakan pasar yang

sangat potensial bagi industri penyiaran di Indonesia. Bagi sebagian masyarakat

Indonesia yang masih awam untuk memanfaatkan teknologi internet sebagai alat

untuk mengakses informasi, dapat memanfaatkan siaran TV sebagai sumber

informasi yang paling mudah diakses. Pada kenyataannya, selain minat masyarakat

Indonesia yang sangat tinggi terhadap siaran televisi, daya beli yang dimiliki cukup

tinggi untuk membeli perangkat penerima TV.

Standar kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap kualitas dan ragam siaran

pada saat ini sudah semakin tinggi. Televisi bagi masyarakat saat ini tidak hanya

sekedar sebagai sarana untuk memperoleh informasi, tetapi lebih sebagai media

informasi dan hiburan keluarga yang berkualitas. Dengan semakin besarnya minat

masyarakat untuk membeli televisi dengan teknologi yang tinggi dan semakin

banyak jumlah pelanggan untuk TV Berlangganan, membuktikan bahwa masyarakat

pada saat ini semakin membutuhkan layanan siaran TV yang berkualitas dan

beragam.

Masyarakat Indonesia memiliki budaya yang sangat beragam dan latar

belakang sosial yang berbeda-beda, sehingga kebutuhan jenis siaran juga berbeda-

beda. Pada TVD-TT ragam siaran yang lebih banyak dapat mengakomodasi

kebutuhan masyarakat yang makin spesifik terhadap jenis siaran akan dapat

diwujudkan.Secara ekonomi, belanja iklan yang merupakan salah satu sumber

penghasilan Penyelenggara Penyiaran akan meningkat secara signifikan, seiring

Page 39: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

26

dengan jumlah program siaran dalam TVD-TT.Sistem TVD-TT memberikan banyak

keuntungan dari segi kinerja, keandalan maupun kualitas penyiaran dibanding sistem

penyiaran analog. Dengan sistem TVD-TT kinerja sistem dalam melakukan

kompresi data dan transmisi menjadi lebih efisien. Kualitas siaran TVD-TT jauh

lebih baik dibandingkan siaran TV analog. Berdasarkan hasil uji coba teknis, siaran

TVD-TT terbukti memiliki keandalan yang lebih baik, pemanfaatan pita frekuensi

lebih optimal dan kualitas gambar serta keandalan siaran TV yang jauh lebih baik

dibandingkan siaran TV analog. Uji coba lapangan TVD-TT di Jabodetabek

membuktikan, sebagian daerah blank spot di wilayah jangkauan siaran TV analog,

dapat dieliminir.

Sistem digital memiliki kemampuan melakukan pengiriman informasi yang

jauh lebih banyak dan penerimaan sinyal yang lebih baik dibanding analog. Hal-hal

tersebut membuat sistem TVD-TT memungkinkan untuk memiliki kualitas siaran

yang lebih baik dan program siaran menjadi lebih banyak dan beragam dibanding TV

analog. Dalam hal kebutuhan daya, sistem penyiaran digital membutuhkan daya

pancar lebih rendah dibandingkan siaran TV analog untuk mencapai daerah

jangkauan siaran yang sama. Kebutuhan daya listrik pun menjadi lebih rendah.

Dapat disimpulkan bahwa dengan sistem penyiaran digital, akan memberikan

kualitas, kinerja dan keandalan sistem penyiaran yang jauh lebih baik dibanding

sistem penyiaran analog.

Meski pemerintah telah melakukan sosialisasi awal tentang migrasi sistem

penyiaran dari analog ke digital, tetapi sosialisasi mengenai rencana penggelaran

siaran TVD-TT dan penghentian siaran TV analog harus terus menerus dilakukan

hingga masyarakat benar-benar siap, sampai masa cut off siaran TV analog.

Sosialisasi tersebut akan dilakukan dalam bentuk promosi, publisitas, pusat bantuan

pemirsa. Promosi bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai

manfaat migrasi ke digital dan tanggal penghentian cut off siaran analog. Publisitas

dan konsultasi untuk menerangkan/menjelaskan kepada masyarakat mengenai segala

hal yang berkaitan dengan sistem penyiaran TVD-TT, baik dalam bentuk penyuluhan

keliling, maupun program siaran melalui media informasi, dan penempelan-

penempelan label/pamflet/poster yang berisi informasi pada fasilitas transportasi

publik atau fasilitas umum lain. Pusat bantuan pemirsa perlu disiapkan dengan tujuan

memberikan pelayanan dan bantuan secara aktif kepada masyarakat yang mengalami

kesulitan dalam hal yang berkaitan dengan sistem penyiaran TVD-TT.

Pemerintah akan mendorong penyediaan STB dan alat penerimaan lain

dengan harga terjangkau dan mudah diperoleh. Pemerintah akan melakukan tindakan

penanggulangan terhadap keluarga yang mengalami kesulitan ekonomi, sehingga

tidak bisa mendapatkan akses ke TVD-TT. Dalam masa uji coba diharapkan

masyarakat sudah mempunyai pengalaman dengan TV Digital dan telah dapat

menikmati siaran digital.

Page 40: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

27

1.4 Daya Beli Masyarakat Indonesia

Berdasarkan data dan informasi dari BPS yang menjelaskan mengenai

besarnya pengeluaran rata-rata per bulan yang diklasifikasikan dalam kategori daerah

Urban dan Rural di seluruh Indonesia yang ditampilkan dalam beberapa regional

yaitu :

Sumatra

DKI Jakarta

Jabar & Banten

Jateng & DIY

Jatim

Kalimantan

Sulawesi

IBT Lainnya

Gambaran tingkat daya beli masyarakat Indonesia secara regional dapat dilihat pada

gambar berikut.

Gambar 1.10. Persentase Pengeluaran Penduduk (Rural) per Bulan

Sumber : Data BPS dan hasil Pengolahan PT. IMT Mitra Solusi

<100K 100-149K 150 - 200K 200 - 300K 300 - 500K 500 - 750K 750 - 1 Juta > 1 Juta

Sumatera 188.871 1.196.805 3.065.696 10.295.867 18.365.222 9.564.013 4.129.429 3.115.870

DKI Jakarta - - 14.634 238.715 1.938.990 2.819.768 1.589.606 2.544.468

Jabar Banten 100.098 1.423.779 4.559.329 12.181.304 17.614.195 9.006.387 3.262.583 3.649.639

Jateng DIY 118.662 2.156.219 4.776.708 10.226.946 10.542.235 4.640.089 1.739.593 1.894.440

Jatim 185.845 2.464.952 5.925.344 11.334.884 10.429.028 4.166.492 1.555.757 1.032.535

Bali Nusra 307.149 985.736 1.595.582 3.139.374 3.997.644 1.670.572 714.284 430.334

Kalimantan 12.163 242.913 782.485 2.711.110 3.990.151 2.226.371 878.374 795.533

Sulawesi 351.813 1.638.903 2.501.532 5.039.541 4.542.321 2.152.939 610.999 436.134

Maluku & Papua 22.174 317.365 768.293 1.298.401 1.675.375 948.256 398.233 321.524

-

2.000.000

4.000.000

6.000.000

8.000.000

10.000.000

12.000.000

14.000.000

16.000.000

18.000.000

20.000.000

Jum

lah

Pe

nd

ud

uk

Page 41: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

28

Diperkirakan pada saat ini jumlah TV-household diperkirakan sekitar 35 – 40

juta dan jumlah pemirsa diperkirakan sekitar 140 juta orang. Jumlah pemirsa yang

sangat besar merupakan potensi pasar yang sangat besar di Indonesia, meskipun pada

saat ini daya beli masyarakat Indonesia masih belum tinggi. Keberhasilan program

pemerintah yang mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan

daya beli masyarakat masyarakat dan selanjutnya akan meningkatkan penggunaan

jasa layanan Televisi di masa mendatang.

Page 42: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

29

2.1 Hasil Tabulasi Kuesioner

Tabel dibawah ini adalah matrik hasil dari rekapitulasi dari pertanyaan –

pertanyaan yang diajukan pada kuesioner, sebagai dasar/patokan untuk menjawab

permasalahan – permasalahan yang dajukan pada penelitian ini di samping nantinya

akan di kompilasi dengan data – data sekunder yang didapatkan dalam negeri BPS

atau pun dari luar negeri, misalnya dari GSM Association, APT (Asia Pacific

Telecommunication). Matrik ini merupakan hasil data primer yang dikumpulkan dari

para stakeholder yaitu penyelenggara broadcast, penyelenggara telekomunikasi,

vendor perangkat penyiaran dan telekomunikasi serta expert dalam hal ini Mastel

(masyarakat telematika), Akademisi, dan Kominfo.

Page 43: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

30

Tabel 2.1.Matrik Hasil Kuesioner yang sudah ditabulasi

Page 44: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

31

Page 45: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

32

Page 46: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

33

Page 47: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

34

2.2 Hasil Tabulasi In Depth Interview

Tabel 2.2.Matrik Hasil In Depth Interview yang sudah ditabulasi

No Pertanyaan Telekomunikasi Direktur Penyiaran Broadcast

1 Berapa potensi digital dividend yang bisa

diperoleh dari hasil proses migrasi televisi analog

ke digital, serta teknologi informasi dan

komunikasi apa saja yang berpotensi memberikan

digital dividend serupa di masa mendatang?

dan fleksibilitas kebutuhan frekuensi

b. Kesiapan penyerapan market size

Potensi digital dividend secara konsensi diperuntukkan untuk penyiara( belum

final). Oleh karena itu ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan terkait dengan

penataan operator penyiaran , yaitu:1) .Aspek Ekonomi ; 2) Aspek Geografis (

daerah ekonomi maju Vs Daerah Ekonomi kurang maju);3) Aspek Teknis

(ketersediaan frekuensi). Terkait dengan teknologi yang berpotensi

memberikan DD untuk sementara menunggu ketetapan peraturan menteri,

karena hal ini berdasarkan konsensi dengan pihak industri. Pertemuan terakhir

disepakati bahwa teknologi yang akan digunakan adalah DVBT MPEG4

sementara DVBTT belum diatur dalam ITU

Masukkan dari broadcasting terkait dengan digital dividend

sudah sering dilakukan, bahkan sudah dipisahkan antara TV

lokal dan TV Nasional.Menurut broadcasting pemerintah

memberi janji akan mengeluarkan ijin digital TV pada Juli

2011.Sudah dibentuk asosiasi yang membahas hal tersebut,

yaitu ATLSI (Asosiasi TV Lokal Swasta Indonesia).

2 Secara teknis DD dapat dipindahkan pada tempat lain yang lebih produktif dan

bermanfaat. Namun , berdasarkan kebijakan pemerintah ( belum final RPM)

ditetapkan bahwa potensi DD diperuntukan untuk penyiaran. Adapun rincian

pembagian channel ( belum final) adalah sebagai berikut: terestrial 18 vhanel

yang terbagi ke dalam 3 group yang terbagi menjadi 6 channel. Untuk Jawa dan

Sumatra dapat menyelenggarakan 6 channel tapi untuk kota kecil kurang lebih

3 channel terkait dengan kontinyuitas usaha provider. Channel 22-27

diperuntukkan untuk advance broadcasting;28 -48 untuk terestrial;49-51 untuk

reserve dan > 51 untuk DD.

Usulan yang diberikan dari asosiasi tersebut, yaitu DVB-T

dangan menggunakan MPEG4.DVB-T menggunakan MPEG4,

konten bisa mencapai 60 konten.Daerah yang dilakukan

migrasi TV digital terlebih dahulu yaitu ibu kota propinsi.

Cut off TV analog dilakukan pada tahun 2018.

10 TV swasta telah mengajukan ijin TV digital, tinggal

menunggu pemberian ijin dari pemerintah.

Berdasarkan kebijakan pemerintah direncanakan program simulcas dilakukan

pada tahun 2012. Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan

terkait dengan kesiapan menuju TV digital, yaitu:1) Industri yang memproduksi

set top box;2) sosialisasi yang gencar atas program migrasi dan 3) Pembiayaan

untuk set top box tidak ditanggung oleh pemerintah ( non subsidied). hal ini

dibiarkan berjalan secara natural, nantinya diakhir periode simulcas akan

diadakan evaluasi untuk menentukan pembiayaan set top box : apakah

dsubsidi oleh pemerintah atau mandiri atau kombinasi dari keduanya.

Kesiapan SCTV untuk migrasi ke TV digital dari sisi perangkat

sudah siap, sebab 60% perangkat yang dimiliki SCTV sudah siap

untuk digunakan TV digital.Terkait dengan set up box, pihak

SCTV belum memiliki gambaran siapa yang akan menyediakan

set up box tersebut.Dahulu telah dibentuk KTDI (Komisi

Televisi Digital Indonesia) yang terdiri dari 6 TV broadcasting,

Percobaan TV digital dilakukan oleh TVRI di kota Jakarta,

Bandung, Medan, dan Surabaya.

3 Bagaimana dampak ekonomi (PDB, produktivitas,

lapangan kerja, serta pendapatan negara baik

pajak maupun bukan pajak) dari pemanfaatan

digital dividend tersebut?

Dampak DD ini melalui program migrasi

TV analog menjadi TV digital pada

dasarnya secara sosial akan

memberikan kontribusi positif terkait

dengan penyiaran.

Dampak DD ini melalui program migrasi TV analog menjadi TV digital pada

dasarnya secara sosial akan memberikan kontribusi positif terkait dengan

penyiaran.

Menurut pihak SCTV, peluang bisnis ke depan setelah migrasi

ke TV digital yaitu berlomba-lomba pada konten yang

menarik.TV digital menurut pelanggan menguntungkan. Hal ini

dilihat dari jumlah pelanggan pada saat uji coba mencapai

50.000 pelanggan.

Bagaimana kebijakan penetapan pita spektrum

frekuensi radio hasil digital dividend kepada

portofolio layanan TIK antara lain seperti

penyiaran, telekomunikasi, ubiquitous network ,

atau keperluan negara (militer dan kepentingan

publik) serta bagaimana strategi migrasinya?

a. Perlu adanya evaluasi kesehatan

industri telekomunikasi.

b. Pemerintah sebaiknya membagi blok

– blok, misalnya per 5 MHz.

c. Pengurangan jumlah operator dengan

meregulasi agar bisa merger/akuisisi.

d. Digital Dividend dari hasil migrasi TV

analog ke TV digital sebaiknya

diprioritaskan untuk ditawarkan ke

operator existing setelah itu baru

ditenderkan ke operator – operator

baru.

e. Penawaran TD-LTE sebaiknya

diprioritaskan kepada pemain BWA

existing dan operator mobile existing.g.

Pengadaan set up box untuk belanggan,

sebaiknya disubsidi pemerintah bukan

dari operator.

Page 48: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

35

2.3 Hasil FGD

Hasil FGD ini menunjukkan beberapa faktor – faktor yang mempengaruhi

keberhasilan program migrasi TV Analog ke TV Digital sehingga digital dividend

dapat termanfaatkan secara optimal, yang mana faktor – faktor tersebut

dikelompokkan ke dalam empat faktor, yaitu faktor penentu, faktor penghubung,

faktor terikat dan faktor bebas. Penetuan faktor – faktor tersebut didasari atas hasil

analisis perspektif dengan menggunakan aspirasi dari para peserta FGD. Adapun

hasil analisis perspektif dari hasil FGD yang dilakukan adalah sebagai berikut.

2.3.1 Hasil dari FGD dengan Pihak Broadcast

FGD (Focus Group Discussion), hari pertama dilakukan di Hotel Akmani,

pada hari Selasa 26 Juli 2011, pada pukul 09.00 – 12.00 WIB, dan pukul 14.00 –

17.00 WIB. Serta hari Rabu, 27 Juli 2011 pada pukul 09.00 – 12.00 WIB.

Berdasarkan hasil FGD dengan para broadcast:

Faktor-faktor yang berpengaruh

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam upaya menyelesaikan beberapa permasalahan

di atas, setelah dilakukan diskusi intensif, diperoleh 9 faktor yaitu:

1. Investasi

2. Regulasi

3. Content Provider

4. Network Provider

5. Set Top Box

6. Sosialisasi Program

7. Sustainability

8. Channel

Dengan menggunakan skala Likert dari nilai 0 sd 3, dimana 0 berarti tidak ada

pengaruh sama sekali dan 3 memiliki pengaruh sangat kuat. Hasil diskusi yang

diperoleh adalah sebagai berikut.

Tabel 2.3. Penilaian Keterkaitan Antar Faktor yang Berpengaruh terhadap

penyelenggaraan TV digital di Indonesia dari sisi Broadcast

Page 49: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

36

Setelah melalui proses dalam kegiatan Perpektif analysis akan diperoleh hasil

sebagai berikut.

Tabel 2.4. Perhitungan Pengaruh dan Ketergantungan antar Faktor yang

berpengaruh terhadap Penyelenggaraan TV Digital di Indonesia dari

sisi Broadcast

Jika dipetakan seperti gambar berikut.

Gambar 2.1. Grafik Wilayah Kuadran untuk Broadcast (Scatter Diagram)

Berdasarkan diagram di atas :

1. Regulation, Channel, dan Program Socialization sebagai faktor penentu, artinya

keberadaannya sangat berpengaruh terhadap optimalisasi penggunaan spekt rum

frekuensi r a d i o oleh penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi

(TIK) khususnya digital dividend dan ketergantungannya terhadap faktor-faktor

lainnya sangat kecil.

FaktorInfluence

(I)

Koordinat (I ;

D)klasifikasi faktor

regulasi 1,75 ( 1,75 ; 0,66 ) Faktor Penentu

investmet 0,41 ( 0,41 ; 1,33 ) Faktor Terikat

content provider 0,75 ( 0,75 ; 1 ) Faktor Bebas

network provider 0,91 ( 0,91 ; 1,16 ) Faktor Terikat

program sosialisatio 1,08 ( 1,08 ; 0,66 ) Faktor Penentu

sustainability 1,08 ( 1,08 ; 1,41 ) Faktor penghubung

set top box 0,5 ( 0,5 ; 0,83 ) Faktor Bebas

channel 1,5 ( 1,5 ; 0,91 ) Faktor Penentu0,9118 11

Dependences

(D)

0,66

1,33

1

1,16

0,66

1,41

0,83

13 8

13 17

6 10

5 16

9 12

11 14

Pengaruh Ketergantungan

21 8

2 Faktor Penentu Faktor Penghubung

1,8

1,6

1,4

1,2

1

0,8

0,6

0,4

0,2 Faktor Bebas Faktor Terikat

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2

Ketergantungan

Pen

garu

h

set top box

regulasi

programSosialisasi

channel

sustainability

Investment

network providercontent profider

Page 50: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

37

2. Sustainability sebagai faktor penghubung artinya keberadaan sustainability

dominan untuk mempengaruhi dan juga dominan dipengaruhi faktor penentu,

faktor bebas, dan faktor terikat pada optimalisasi penggunaan spektrum

frekuensi r a d i o oleh penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi

(TIK) khususnya digital dividend.

3. Network Provider dan Investment sebagai faktor terikat artinya, keberadaan

faktor tersebut sangat tergantung pada faktor penentu, faktor bebas, dan faktor

penghubung dalam optimaslisasi penggunaan spekt rum frekuensi r a d i o oleh

penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) khususnya digital

dividend.

4. Content provider dan Set Top Box sebagai faktor bebas artinya, keberadaan

faktor tersebut dapat diabaikan dalam optimaslisasi penggunaan spektrum

frekuensi r a d i o oleh penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi

(TIK) khususnya digital dividend.

2.3.2 Hasil dari FGD dengan Pihak Telekomunikasi

Faktor-faktor yang berpengaruh

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam upaya menyelesaikan beberapa permasalahan

di atas, setelah dilakukan diskusi intensif, diperoleh 9 faktor yaitu:

1. Cara Perolehan

2. Channel

3. Tarif Retail

4. BHP

5. Investasi

6. Integrasi Frekuensi

7. Teknologi

8. Quality of Service

9. Regulasi

Dengan menggunakan skala Likert dari nilai 0 sd 3, dimana 0 berarti tidak ada

pengaruh sama sekali dan 3 memiliki pengaruh sangat kuat. Hasil diskusi yang

diperoleh adalah sebagai berikut.

Page 51: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

38

Tabel 2.5. Penilaian Keterkaitan Antar Faktor yang Berpengaruh terhadap

penyelenggaraan TV digital di Indonesia dari sisi Penyelenggara

Telekomunikasi

Setelah melalui proses dalam kegiatan Perpektif analisis akan diperoleh hasil sebagai

berikut.

Tabel 2.6. Perhitungan Pengaruh dan Ketergantungan antar Faktor yang

berpengaruh terhadap Penyelenggaraan TV Digital di Indonesia dari

sisi Penyelenggara Telekomunikasi

Influences

(Pengaruh)

Dependences

(Ketergantungan)

Cara Perolehan 3 3 3 0 2 0 0 3 14

Channel 3 1 3 3 2 0 3 2 17

Tarif Retail 0 0 0 0 0 0 3 0 3

BHP 3 0 3 0 3 0 0 3 12

Investasi 0 0 3 0 1 2 3 0 9

Integrasi Frekuensi 3 3 1 3 3 3 0 3 19

Teknologi Netral 3 0 1 0 3 3 0 3 13

Quality of Service 0 0 0 0 3 0 0 1 4

Regulasi 3 3 2 3 2 3 3 2 21

TOTAL SCORE 15 9 14 12 14 14 8 11 15 112

Tekn

olo

gi

Net

ral

Qu

alit

y o

f

Serv

ice

Reg

ula

si

TOTAL

SCORE

Inve

stas

i

Inte

gras

i

Frek

uen

si

Car

a

Per

ole

han

Ch

ann

el

Tari

f R

etai

l

BH

P

FaktorInfluence

(I)

Koordinat

(I ; D)klasifikasi faktor

Cara Perolehan 1,03 ( 1,03 ; 1,11 )Faktor penghubung

Channel 1,25 ( 1,25 ; 0,66 )Faktor Penentu

Tarif Retail 0,22 ( 0,22 ; 1,03 )Faktor Terikat

BHP 0,88 ( 0,88 ; 0,88 )Faktor Bebas

Investasi 0,66 ( 0,66 ; 1,03 )Faktor Terikat

Integrasi Frekuensi 1,4 ( 1,4 ; 1,03 ) Faktor penghubung

Teknologi Netral 0,96 ( 0,96 ; 0,59 )Faktor Bebas

Quality of Service 0,29 ( 0,29 ; 0,81 )Faktor Bebas

Regulasi 1,55 ( 1,55 ; 1,11 )Faktor penghubung

4 11 0,81

21 15 1,11

19 14 1,03

13 8 0,59

12 12 0,88

9 14 1,03

17 9 0,66

3 14 1,03

14 15 1,11

Pengaruh KetergantunganDependences

(D)

Page 52: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

39

Jika dipetakan seperti gambar berikut.

Gambar 2.2. Grafik Wilayah Kuadran untuk Penyelenggara Telekomunikasi (Scatter

Diagram)

Berdasarkan diagram di atas :

1. Channel sebagai faktor penentu, artinya keberadaannya sangat berpengaruh

terhadap optimaslisasi penggunaan spektrum frekuensi r a d i o oleh

penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) khususnya digital

dividend dan ketergantungannya terhadap faktor-faktor lainnya sangat kecil.

2. Cara Perolehan, Regulasi dan Integrasi Frekuensi sebagai faktor penghubung

artinya keberadaan sustainability dominan untuk mempengaruhi dan juga

dominan dipengaruhi faktor penentu, faktor bebas, dan faktor terikat pada

optimaslisasi penggunaan spekt rum frekuensi r a d i o oleh penyelenggara

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) khususnya digital dividend.

3. Tarif retail dan Investasi sebagai faktor terikat artinya, keberadaan faktor

tersebut sangat tergantung pada faktor penentu, faktor bebas, dan faktor

penghubung dalam optimaslisasi penggunaan spekt rum frekuensi r a d i o oleh

penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) khususnya digital

dividend.

4. Teknologi, BHP dan QoS sebagai faktor bebas artinya, keberadaan faktor

tersebut dapat diabaikan dalam optimaslisasi penggunaan spektrum frekuensi

r a d i o oleh penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

khususnya digital dividend. .

Page 53: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

40

2.3.3 Hasil dari FGD dengan Pihak Expert

Faktor-faktor yang berpengaruh

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam upaya menyelesaikan beberapa permasalahan

di atas, setelah dilakukan diskusi intensif, diperoleh 9 faktor yaitu:

1. Set Top Box

2. Regulasi Pusat

3. Penataan Frekuensi

4. Strategi Migrasi

5. Ownership Multiplexing

6. Regulasi Daerah

7. Database/mapping penyiaran

8. Teknologi (Standarisasi)

9. Kasiapan Industri Nasional

10. Business Arrangement Antar Operator

Dengan menggunakan skala Likert dari nilai 0 sd 3, dimana 0 berarti tidak ada

pengaruh sama sekali dan 3 memiliki pengaruh sangat kuat. Hasil diskusi yang

diperoleh adalah sebagai berikut.

Tabel 2.7. Penilaian Keterkaitan Antar Faktor yang Berpengaruh terhadap

penyelenggaraan TV digital di Indonesia dari sisi Expert

Influences

(Pengaruh)

Dependences

(Ketergantungan)

Set Top Box 3 3 3 3 3 3 3 21

Regulasi Pusat 0 1 1 0 3 0 0 5

Penataan Frekuansi (fixed/adaptif) 0 1 1 1 3 0 3 9

Strategi Migrasi 0 3 1 1 3 0 3 11

Ownership Multiplexing 2 2 1 3 1 3 1 13

Regulasi Daerah 2 2 3 3 1 1 1 13

Mapping Penyiaran 1 2 0 0 2 1 0 6

Teknologi (standarisasi) 3 3 3 3 0 3 3 18

TOTAL SCORE 8 16 12 14 8 17 10 11 96

Map

pin

g

Pen

yiar

an

Tekn

olo

gi

(sta

nd

aris

asi)

TOTAL SCOREOw

ner

ship

Mu

ltip

lexi

ng

Reg

ula

si

Dae

rah

Set

Top

Bo

x

Reg

ula

si

Pu

sat

Pen

ataa

n

Frek

uan

si

(fix

ed/a

dap

tiSt

rate

gi

Mig

rasi

Page 54: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

41

Setelah melalui proses dalam kegiatan Perpektif analysis akan diperoleh hasil

sebagai berikut.

Tabel 2.8. Perhitungan Pengaruh dan Ketergantungan antar Faktor yang

berpengaruh terhadap Penyelenggaraan TV Digital di Indonesia dari

sisi Expert

Jika dipetakan seperti gambar berikut.

Gambar 2.3. Grafik Wilayah Kuadran untuk Expert (Scatter Diagram)

Berdasarkan diagram di atas :

1. Set top box, Regulasi, Ownershipmultiplexing sebagai faktor penentu, artinya

keberadaannya sangat berpengaruh terhadap optimalisasi penggunaan

spekt rum frekuensi r a d i o oleh penyelenggara Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK) khususnya digital dividend dan ketergantungannya terhadap

faktor-faktor lainnya sangat kecil.

2. Regulasi Daerah sebagai faktor penghubung artinya keberadaan regulasi daerah

dominan untuk mempengaruhi dan juga dominan dipengaruhi faktor penentu,

faktor bebas, dan faktor terikat pada optimaslisasi penggunaan spektrum

frekuensi r a d i o oleh penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi

(TIK) khususnya digital dividend.

FaktorInfluence

(I)

Koordinat (I ;

D)klasifikasi faktor

Set Top Box 1,75 ( 1,75 ; 0,66 ) Faktor Penentu

Regulasi Pusat 0,41 ( 0,41 ; 1,33 ) Faktor Terikat

Penataan Frekuansi (fixed/adaptif) 0,75 ( 0,75 ; 1 ) Faktor Terikat

Strategi Migrasi 0,91 ( 0,91 ; 1,16 ) Faktor Terikat

Ownership Multiplexing 1,08 ( 1,08 ; 0,66 ) Faktor Penentu

Regulasi Daerah 1,08 ( 1,08 ; 1,41 ) Faktor Penghubung

Mapping Penyiaran 0,5 ( 0,5 ; 0,83 ) Faktor Bebas

Teknologi (standarisasi) 1,5 ( 1,5 ; 0,91 ) Faktor Penentu18 11 0,91

13 17 1,41

6 10 0,83

11 14 1,16

13 8 0,66

5 16 1,33

9 12 1

21 8 0,66

PengaruhKetergantunga

n

Dependences

(D)

Page 55: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

42

3. Regulasi Pusat, Penataan Frekuensi, Strategi Migrasi sebagai faktor terikat

artinya, keberadaan faktor tersebut sangat tergantung pada faktor penentu, faktor

bebas, dan faktor penghubung dalam optimaslisasi penggunaan spektrum

frekuensi r a d i o oleh penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi

(TIK) khususnya digital dividend.

4. Mapping Penyiaran dan Regulasi Daerah sebagai faktor bebas artinya,

keberadaan faktor tersebut dapat diabaikan dalam optimalisasi penggunaan

spekt rum frekuensi r a d i o oleh penyelenggara Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK) khususnya digital dividend.

Page 56: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

43

Dalam melakukan analisa ini, permasalahan-permasalahan dalam penelitian

ini menjadi pertimbangan utama, dimana dalam permasalahan yang diformulasikan

lebih cenderung menekankan pemberdayaan digital dividend dari pada melakukan

analisa permasalahan yang muncul yang dihadapi oleh Broadcasting dan bagaimana

strategi untuk mendapatkan digital dividend.

• Berapa potensi digital dividend yang bisa diperoleh dari hasil proses migrasi

televisi analog ke digital, serta teknologi informasi dan komunikasi apa saja

yang berpotensi memberikan digital dividend serupa di masa mendatang?

• Bagaimana kebijakan penetapan pita spektrum frekuensi radio hasil digital

dividend kepada portofolio layanan TIK antara lain seperti penyiaran,

telekomunikasi, ubiquitous network, atau keperluan negara (militer dan

kepentingan publik) serta bagaimana strategi migrasinya?

• Bagaimana dampak ekonomi (PDB, produktivitas, lapangan kerja, serta

pendapatan negara baik pajak maupun bukan pajak) dari pemanfaatan digital

dividend tersebut?

Pada bab ini akan dianalisa permasalahan-permasalahan yang ada dan juga dibahas

mengenai hasil-hasil yang diperoleh dalam kegiatan In Depth Interview dan Forum

Discussion Group (FGD).

3.1 Potensi Digital Dividend, potensi penggunaan dan Potensi Digital

Dividend Serupa

Pada sub bab ini akan dibahas mengenai item bahasan yaitu :

Potensi Digital Dividend

Potensi penggunaan dan

Potensi digital dividend serupa

3.1.1 Potensi Digital Dividend

Band frekuensi 700 MHz berada pada pita frekuensi 478-806 MHz yang

terbagi dalam 41 channel (channel 22 s/d channel 62), saat ini ditempati oleh TV

broadcast analog.

Gambar 3.1. Alokasi Band Frekuensi 700 MHz

Page 57: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

44

Channel 22-62 tersebut memliki lebar 8 MHz untuk tiap channel-nya. Berikut daftar

frekuensi untuk masing-masing channel pada pita frekuensi UHF.

Tabel 3.1. Channel Frekuensi TV UHF

Channel-channel UHF tersebut dikelompokkan menjadi 6 channel group

yang di tunjukkan seperti tabel di bawah ini.

Tabel 3.2. Channel Group TV Analog

Migrasi TV analog menjadi TV digital dengan periode simulcast sampai

dengan tahun 2018 untuk keseluruhan wilayah Indonesia dan ditargetkan pada akhir

tahun 2014 TV analog akan dimatikan untuk kota-kota besar di Indonesia. Hal

tersebut akan membuat efisiensi spektrum TV digital dengan 1 kanal RF 8 MHz

tersebut bisa menampung lebih banyak program siaran TV dengan standar kompresi

TV digital, jika dibandingkan TV analog 1 kanal RF 8 MHz hanya 1 program TV

siaran.

Pada tabel berikut ini terdapat kapasitas TV digital pada modulasi dan coding

rate yang bervariasi.

Page 58: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

45

Tabel 3.3. Kapasitas TV Digital

Dari tabel di atas dapat dilihat semakin tinggi skema modulasi, maka akan

menghasilkan bandwidth yang rendah dengan bit rate konstan (2,4 Mbps). Dengan

sistem penyiaran digital, maka jumlah stasiun TV dapat diatur menurut modulasi

yang digunakan. Dengan mengambil kondisi terburuk, maka dalam 1 kanal TV

analog 8 MHz dapat diisi dengan 2 siaran TV digital. Sehingga alokasi minimal yang

dibutuhkan untuk TV digital di Indonesia mulai dari channel 22-45. Sehingga

channel group pada TV digital dapat dikompresi seperti tabel di bawah ini.

Tabel 3.4. Rekomendasi Channel Group TV Digital

Alokasi 24 channel dengan teknologi yang diadopsi DVB-T MPEG-2

mencukupi untuk jumlah TV eksisting di Indonesia saat ini sampai 10 tahun akan

datang dengan asumsi pertambahan operator penyelenggara broadcast 10

peyelenggara per tahun. Sehingga dapat diperoleh potensi digital dividend sebesar

132 MHz.

Jika teknologi yang diadopsi DVB-T2 MPEG-4, alokasi 12 channel

mencukupi untuk jumlah TV eksisting di Indonesia saat ini sampai 10 tahun akan

datang dengan asumsi pertambahan operator penyelenggara broadcast > 25

peyelenggara per tahun. Sehingga kemungkinan alokasi frekuensi yang bebas atau

potensi digital dividend yang dapat diperoleh sebesar 228 MHz.

Page 59: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

46

Gambar 3.2. Refarming TV Digital Setelah Digital Switchover

Berikut ini cuplikan dari APT Report1 terkait dengan penggunaan Digital Dividend di

Indonesia.

What specific frequencies do you envision being freed up due to the

transition from analogue to digital TV (e.g., the digital dividend) in your

country?

Planned to be in the range of 694 – 806 MHz (total bandwidth = 112 MHz).

However this is still under public consultation.

What types of new applications do you envision for the digital dividend

spectrum in your country? E.g., mobile broadband, mobile broadcast,

mobile TV, additional broadcasting, public protection and disaster relief.

Mobile broadband for priority.

How much spectrum is envisioned to be used for each type of application?

Total to be used for digital dividend applications is 112 MHz. Separate

allocation for each application is still under study.

Pemerintah telah mengeluarkan draft Permen mengenai Penyelenggaraan

Penyiaran Televisi Digital Terestrial Penerimaan Tetap Tidak Berbayar (Free to Air)

pada tahun 2011. Dalam Draft Permen tersebut diantaranya menjelaskan mengenai

periode Simulcast dari masing-masing zona dan klasifikasi Daerah.

Untuk mengambarkan secara global mengenai rencana migrasi TV Analog ke

TV Digital dan seberapa besar potensi digital dividend yang diperoleh dari hasil

migrasi TV analog ke TV Digital, berdasarkan informasi di atas, dapat digambarkan

sebagai berikut.

1 The 7th APT Wireless Forum Meeting 23 – 26 September 2009 Phuket, Thailand

Page 60: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

47

Gambar 3.3. Penggunaan frekuensi untuk Broadcasting pada band UHF dan

gambaran Potensi Digital Dividend di masa mendatang.

Dari gambar tersebut terlihat bahwa, di masa mendatang dengan setelah terjadi

migrasi dari TV analog ke TV Digital, akan memberikan banyak benefit diantaranya

adalah :

Industri broadcasting, akan terjadi peningkatan kapasitas untuk program

saran bila dibandingkan dengan kapasitas siaran pada TV analog. Hal ini

akan mampu melayani kebutuhan atau permintaan badan usaha yang ingin

masuk dalam industri broadcasting. Di masa mendatang diperlukan kajian

untuk memformulasikan berapa jumlah industri broadcasting yang tepat

untuk di setiap wilayah agar supaya keberlangsungan hidup industri

penyiaran yang telah diberikan lisensi bisa bertahan dan tumbuh.

Industri Telekomunikasi, akan mendapatkan alokasi untuk jasa layanan

broadband yang bisa digunakan untuk membangun di wilayah-wilayah sub

urban dan rural di seluruh Indonesia.

Gambaran rencana pemerintah untuk realisasi rencana migrasi TV Analog ke TV

Digital, dapat dilihat seperti pada tabel berikut.

Alokasi Frekuensi pada Band UHF

bwh atas Kanal

798 806 62

790 798 61

782 790 60

774 782 59

766 774 58

758 766 57

750 758 56

742 750 55

734 742 54

726 734 53

718 726 52

710 718 51

702 710 50

694 702 49

686 694 48

678 686 47

670 678 46

662 670 45

654 662 44

646 654 43

638 646 42

630 638 41

622 630 40

614 622 39

606 614 38

598 606 37

590 598 36

582 590 35

574 582 34

566 574 33

558 566 32

550 558 31

542 550 30

534 542 29

526 534 28

518 526 27

510 518 26

502 510 25

494 502 24

486 494 23

478 486 22

2011 2018

328

Dig

ital

Div

iden

tTV

Dig

ital

Ter

rest

eria

l Pen

erim

aan

Tet

ap F

TA

Mo

bile

TV

ReserveT

V A

nal

og

Fre

e t

o A

ir

Alokasi Frekuensi

112

192

24

Page 61: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

48

Tabel 3.5. Rencana Jadwal Periode Simulcast per Zona

Tabel 3.6. Resume Rencana Jadwal Periode Simulcast per klasifikasi Daerah

Ekonomi

3.1.2 Potensi Penggunaan

Dari alokasi spektrum frekuensi digital dividend yang ada tersebut, berikut ini

beberapa aplikasi yang potensial untuk diterapkan antara lain:

1. National Digital Terrestrial Television.

Spektrum digital dividend dapat dimanfaatkan untuk layanan penyiaran

televisi digital terestrial dengan cakupan wilayah siaran nasional berbasis free to

air (tidak berbayar). Format siaran bisa dalam Standard Definition (SD) seperti

penyiaran televisi analog saat sekarang ini atau High Definition (HD).

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 ZONA 1 ACEH DEM3 13 4.293.915 58.376 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

SUMUT DEM2 12 13.044.891 74.342 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

2 ZONA 2 SUMBAR DEM3 9 4.764.867 42.297 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

RIAU DEM3 11 3.755.485 88.710 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

JAMBI DEM3 8 5.357.357 53.435 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

3 ZONA 3 BENGKULU DEM3 3 1.736.881 21.013 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

SUMSEL DEM3 8 7.121.790 87.017 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

LAMPUNG DEM3 8 8.194.571 39.197 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

BABEL DEM3 3 1.275.363 16.543 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

4 ZONA 4 JAKARTA DEM1 1 9.146.181 662 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

BANTEN DEM2 3 9.602.445 9.355 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

5 ZONA 5 JABAR DEM1 11 42.194.869 29.277 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

6 ZONA 6 JATENG DEM1 7 32.626.390 32.544 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

JOGJAKARTA DEM2 1 3.468.502 3.186 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

7 ZONA 7 JATIM DEM1 10 37.094.836 47.156 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

8 ZONA 8 BALI DEM3 2 3.409.845 5.637 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

NTB DEKM4 4 4.584.339 20.929 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

NTT DEKM4 13 4.846.490 47.952 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

9 ZONA 9 PAPUA DEKM5 9 2.506.454 359.708 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

PAPUA BARAT DEKM4 3 787.856 151.017 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

10 ZONA 10 MALUKU DEM3 5 1.440.014 54.185 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

MALUKU UTARA DEKM4 2 1.015.297 148.277 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

11 ZONA 11 SULBAR DEKM4 2 1.126.968 16.787 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

SULSEL DEM3 11 8.024.735 46.980 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

SULTENGG DEKM4 8 2.074.974 38.140 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

12 ZONA 12 SULTENG DEKM4 8 2.659.515 67.522 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

GORONTALO DEKM4 2 972.208 12.215 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

SULUT DEM3 5 2.415.782 13.972 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

13 ZONA 13 KALBAR DEM3 9 2.936.591 146.807 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

KALTENG DEM3 6 2.132.838 153.564 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

14 ZONA 14 KALTIM DEM2 11 3.123.040 204.030 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

KALSEL DEKM4 6 3.446.631 37.531 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

15 ZONA 15 RIAU DEM2 2 1.495.034 10.595 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Jumlah 216 232.676.955 2.138.959

2018No ZONA PROPINSI DEM

JUM

LAH

WIL

AYA

H

LAYA

NA

N

Penduduk 2009 luas Km2

Periode Simulcast

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Resume

Prop. Wil. Penduduk-2009 Luas (Km2) 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 DEM1 4 29 121.062.276 109.639 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

2 DEM2 5 29 30.733.912 301.508 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

3 DEM3 14 101 56.860.035 827.732 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

4 DEKM4 9 48 21.514.278 540.371 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

5 DEKM5 1 9 2.506.454 359.708 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Jumlah 33 216 232.676.955 2.138.959

2018

Periode Simulcast

No DEMJumlah 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Page 62: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

49

Penyelenggara membutuhkan kanal unpaired 8 MHz. Pada umumnya juga

penyelenggara menginginkan akses terhadap kanal dengan high-power

transmission right dan interference protection right.

2. Local Digital Terrestrial Television.

Spektrum digital dividend dapat dimanfaatkan untuk layanan penyiaran

televisi digital terestrial dengan cakupan wilayah siaran lokal (komunitas).

Ada beberapa metode untuk mengimplementasikan kanal TV Nasional.

Salah satu caranya adalah dengan teknologi Add/Drop. Metode ini bekerja

dengan cara menggantikan kanal-kanal program siaran TV Nasional dengan

konten lokal pada lokasi-lokasi tertentu. Metode lainnya adalah dengan

menggunakan individual low-power transmitter sites untuk melakukan siaran

pada komunitas lokalnya, atau dengan menggunakan multipleks dengan cakupan

nasional yang dikhususkan untuk TV Lokal yang dimungkinkan dengan

menggunakan low-capacity multiplex dengan sistem modulasi Quadrature Phase

Shift Keying (QPSK).

3. Mobile Multimedia

Spektrum digital dividend dapat dimanfaatkan untuk aplikasi layanan

untuk menyediakan layanan penyiaran yang dapat diterima dengan menggunakan

mobile handset.

Kanal 8 MHz sudah cukup untuk implementasi aplikasi Mobile

Multimedia dengan jumlah kanal program yang disalurkan dapat mencapai

kurang lebih 20 (dua puluh) kanal program. Penyelenggara harus dapat

menawarkan layanan dengan cakupan nasional dengan menggunakan metode

Single- Frequency Network (SFN) dengan kanal 8 MHz. Metode Multi-

Frequency Network (MFN) dapat digunakan jika menginginkan untuk

menawarkan konten-konten lokal, tetapi kemungkinan akan interleave dengan

layanan lainnya.

4. Programme Making and Special Events (PMSE)

Spektrum frekuensi radio pada pita UHF umumnya digunakan untuk

radio microphones, in-ear monitors (IEMs), talkback dan poin-to-point audio

links.

Teknologi PMSE dapat interleave dengan layanan Digital Terrestrial

Television dan layanan lain yang bukan sistem ‘high-density’ (seperti selular).

5. Cellular/ Broadband Wireless Access (BWA).

Spektrum digital dividend bisa dimanfaatkan untuk layanan selular atau

BWA. Teknologi yang bisa diterapkan antara lain 3G dan pengembangannya,

WiMax, dan UMTS.

Penyelenggara layanan selular menginginkan penggunakan kanal paired 5

MHz. Sedangkan BWA lebih fleksibel dalam ukuran kanal yang digunakan,

tetapi umumnya kanal yang digunakan adalah kelipatan 5 atau 10 MHz.

Page 63: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

50

6. Private Mobile Radio (PMR) dan Public Access Mobile Radio (PAMR).

Private Mobile Radio (PMR) adalah suatu sistem yang biasa digunakan

oleh perusahan-perusahaan taksi, sementara Public Access Mobile Radio

(PAMR) adalah suatu sistem yang biasa digunakan oleh organisasi-organisasi

tertentu, misalnya layanan ambulan.

Untuk layanan yang menggunakan video membutukan kanal 8 MHz dan

dapat interleave dengan layanan lainnya.

7. License-exempt Services.

Spektrum digital dividend dapat juga digunakan untuk layanan licence

exempt seperti aplikasi wireless ‗last-mile’ (home network), Ultra Wide Band

(UWB), safety-of-life applications, transport congestion alleviation, automated

buildings, RFIDs, and medical sensors, dan lain-lain.

Dianjurkan penggunaan tiga kanal 8 MHz yang dibersihkan secara

nasional untuk penggunaan layanan ini, dengan batasan daya sekitar 100 mW,

tetapi dimungkinkan juga dapat menggunakan spektrum secara interleave dengan

layanan lainnya. Juga dimungkinkan penggunaan layanan ini dengan

menggunakan teknik ‗detect and avoid’ untuk berbagi spektrum frekuensi dengan

penggunaan lainnya.

Menurut www.wikipedia.com, potensi penggunaan dari spektrum frekuensi untuk

alokasi digital dividend dapat dipergunakan untuk:

1. Digital Terrestrial TV

2. Advanced Mobile Services

3. Broadcast Mobile TV

4. Commercial Wireless Broadband services, both to fixed locations and

mobile devices

5. Wireless Broadband services for public safety and disaster relief (PPDR)

6. Services ancillary to broadcasting and programming (SAB/SAP).

3.1.3 Potensi Digital Dividend Serupa

Penggunaan teknologi digital dalam industri telekomunikasi akan mampu

meningkatkan effisiensi penggunaan spektrum frekuensi. Hal ini seperti yang terjadi

pada band 700 MHz band UHF, yang mampu memberikan digital dividend dengan

melakukan migrasi dari TV analog ke TV digital. Berikut adalah beberapa potensi

yang bisa memberikan digital dividend serupa di masa mendatang, diantaranya

adalah :

Alokasi band frekuensi untuk Satellite broadcasting

Alokasi frekuensi untuk Radio Konsesi Analog / Trunking

Alokasi frekuensi untuk Radio Broadcasting

A. Satelit Broadcasting

Perangkat Satelit sudah menggunakan teknologi digital, sehingga tidak dapat

memberikan Digital Dividend serupa dengan hasil migrasi TV analog ke digital.

Akan tetapi, apabila frekuensi satelit yang digunakan untuk satelit broadcasting

Page 64: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

51

(penyiaran satelit) dilakukan refarming, misalnya dipindah ke frekuensi 700 MHz

(digital dividend) hasil migrasi TV analog ke digital), maka akan didapat frekuensi

yang kosong yang dapat digunakan untuk layanan lain.

Tabel 3.7. Alokasi Frekuensi Penyiaran Satelit

Layanan Band (MHz) Bandwidth(kHz)

DAB Sattelite-L Band 1467-1492 N/A

DAB Sattelite-S Band 2520-2670 24000

TVRO ext-C Band (DVB) 3440-36403700-4200 36000

TVRO C Band (DVB) 3700-4200 36000

Direct Broadcasting Satellite

BSS Plan App.30

11700-12200 27000

Tabel 3.8. Alokasi Pita Frekuensi Unplanned Band Untuk Satelit

Telekomunikasi Maupun Satelit Broadcasting

Pita Frekuensi Downlink (MHz) Uplink (MHz)

L-Band 1525-1559 1626.5-1660.5

S-Band 2520-2670

X-Band 8120-8270

Ext-C Band 3400-3700 6425-6725

Ku-Band 10990-10662 13790-13862

11150-11222 13950-14022

11490-11562 14290-14362

11650-11722 14450-14522

Frekuensi yang sering digunakan di Indonesia adalah C-Band. Ku-Band

relatif jarang digunakan karena redaman hujan propagasi terlalu tinggi di Indonesia

dibandingkan dengan negara-negara subtropis.

B. Radio Konsesi Analog / Trunking

Radio trunking/radio konsesi/siskomrad banyak digunakan untuk komunikasi

dua arah, baik menggunakan HT (termasuk pemakaian repeater), taksi, trunking oleh

penyelenggara instansi pemerintah, pertahanan keamanan, maupun radio konsesi

(penyelenggara telekomunikasi khusus) untuk memudahkan kepentingan

komunikasinya. Sistem komunikasi ini masih menggunakan frekuensi analog seperti

Handy Talky (HT). Oleh karena itu, apabila diberlakukan peraturan bahwa semua

perangkat radio trunking harus menggunakan teknologi digital maka akan

memberikan digital dividend serupa meskipun kecil bila dibandingkan dengan digital

dividend dari migrasi TV analog ke digital.

Radio trunking mulai berkembang 10 tahun yang lalu. Sejumlah

penyelenggara telekomunikasi bergerak trunking baik publik maupun non publik

(closer user group) diberikan izin dengan alokasi frekuensi sebagai berikut : 380-

399.9 MHz, 406-430 MHz, 806-825 MHz, serta 852-870 MHz.

Page 65: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

52

Sistem trunking dimaksudkan untuk memberikan efisiensi penggunaan

frekuensi yang jauh lebih efisien dibandingkan sistem two way radio. Akan tetapi

pada perkembangannya di Indonesia sistem trunking tidak berkembang, karena harga

terminal dan layanan relatif lebih mahal, serta jangkauan layanan yang terbatas.

Terlebih kebanyakan model bisnis dari penyelenggara trunking ini baru akan mulai

dikembangkan infrastrukturnya, bilamana terdapat kebutuhan tertentu seperti

bandara, perusahaan minyak dan gas.

Tabel 3.9. Persyaratan Spasi Kanal untuk Radio Komunikasi Trunking

Tipe Transmitter Reciever Channel

Spacing

Trunking 400

MHz

380-389 MHz

407-409 MHz

419-422.5 MHz

412.5-414MHz

390-399 MHz

417-419 MHz

426.5-429.75 MHz

422.5-424 MHz

12.5 kHz

12.5 kHz

12.5 kHz

12.5 kHz

Trunking 800 Mhz 806-821 MHz 851-866 MHz 25 Hz

C. Radio Broadcasting

Siaran radio saat ini masih menggunakan teknologi analog. Salah satu

alternatif untuk efisiensi penggunaan frekuensi di masa mendatang perlu dilakukan

migrasi siaran radio analog menjadi siaran radio digital. Migrasi siaran radio analog

ke digital juga dapat memberikan digital dividend serupa dengan migrasi TV analog

ke digital. Alokasi siaran radio saat ini sangat kecil, sehingga potensi digital dividend

hasil migrasi siaran radio analog ke digital juga kecil dibandingkan migrasi TV

analog ke digital. Selain efisiensi dalam penggunaan frekuensi manfaat migrasi

siaran radio juga memiliki manfaat lain seperti : adanya layanan tambahan (misalnya

informasi lalu lintas, gambar, dll), penggunaan Single Frequency Network, kualitas

layanan suara sangat baik, sangat cocok untuk penerimaan bergerak dan sangat tahan

terhadap multipath reception, dan banyak permohonan izin baru untuk

penyelenggaraan siaran radio.

Tabel 3.10. Alokasi Frekuensi Penyiaran Radio Terestrial Analog

Layanan Band (MHz) Bandwidth (kHz)

Siaran Radio AM (MW) 0.5625-1.16065 9

Siaran Radio AM (MW) 5.95-6.20 9

7.1-7.3 9

9.5-9.9 9

11.65-12.0 9

15.1-15.8 9

Siaran Radio FM 15.1-15.8 300

Page 66: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

53

3.2 Formulasi Kebijakan alokasi Spektrum Frekuensi Digital Dividend dan

Strategi Migrasi TV Analog ke TV Digital

Pada sub bab ini akan dibahas mengenai item bahasan yaitu :

Formulasi Kebijakan alokasi Spektrum Frekuensi Digital Dividend

Strategi Migrasi TV Analog ke TV Digital

3.2.1 Formulasi Kebijakan alokasi Spektrum Frekuensi Digital Dividend

Berdasarkan penjelasan pada analisa permasalahan 1 mengenai potensi

digital dividend yang bisa diperoleh, yaitu 112 MHz pada band UHF atau mulai dari

kanal 49 sampai dengan kanal 62 ( 694 – 806 MHz).

Potensi alokasi digital dividend di masa mendatang bisa dialokasikan kepada

portofolio layanan TIK antara lain :

Penyiaran,

Telekomunikasi,

Ubiquitous Network, atau

Keperluan Negara (Militer dan Kepentingan Publik)

Di masa mendatang media penyiaran ada bebrapa alternatif yang bisa digunakan

untuk menyalurkan isi dari program siaran kepada masyarakat diantaranya adalah :

TV Analog

TV Digital

TV Satelit

IP TV

TV Cable

Gambaran mengenai penggunaan media penyaluran program siaran di masa

mendatang dan gambaran intensitas penggunaanya oleh masyarakat dapat dilihat

seperti tabel berikut.

Page 67: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

54

Tabel 3.11. Jenis Media penyiaran dan Estimasi Penggunaanya pada saat ini dan di

masa mendatang

Sumber : Diolah dari IMT Mitra Solusi

Dengan gambaran di atas, alternatif untuk menyalurkan program-program

siaran kepada masyarakat ada banyak variasi jenisnya dan pada saat ini media

tersebut masih belum penuh digunakan. Berdasarkan penjelasan tersebut, alokasi

digital dividend untuk keperluan broadcasting tidak perlu dialokasikan pada band ini,

karena sudah memenuhi dan ada banyak alternatifnya. Jika akan dialokasikan lagi

untuk broadcasting free to air, dimungkinkan penggunaanya akan kurang efisien.

Pada saat ini penetrasi broadband di Indonesia masih relatif kecil dan untuk

meningkatkannya perlu tantangan besar karena potensi pelanggan yang akan dilayani

berada pada daerah sub urban dan rural, dimana pada daerah tersebut untuk

membangun infrastruktur jaringan yang mendukung jasa layanan broadband dengan

alokasi freuensi yang ada pada saat ini akan memerlukan biaya yang sangat besar

apalagi pada daerah tersebut daya beli masyarakatnya tergolong kecil.

Gambaran mengenai harapan ketersediaan infrastruktur ICT di masa

mendatang, yang dijelaskan dalam MP3EI, dapat dilihat pada gambar berikut.

No Jenis Media Program Siaran Saat iniDi Masa

Mendatang

1 TV Analog +++++ +

2 TV Digital + +++++

3 TV Satelit ++ +++

4 IP TV + +++

5 TV Cable + +++

Keterangan :

+ rendah / kecil

++

+++

++++

+++++ tinggi

Page 68: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

55

Gambar 3.4. Harapan National Broadband Network di Indonesia di masa mendatang

Dari gambar di atas, diharapkan area layanan broadband di masa mendatang

sudah bisa melayani di daerah-daerah yang tergolong sub urban dan rural di seluruh

wilayah Indonesia. Area layanan tersebut, kalau dipetakan dalam kategori daerah

Dense Urban, Urban, Sub Urban dan Rural dapat dilihat pada gambar di bawah.

Gambar 3.5. Gambaran alternatif solusi pemenuhan infrastruktur ICT-NBN di masa

mendatang.

NBN

Best effort Internet2% penetration

UrbanHandset & USB modem

Vertically operated

e-Services 2 MBps throughput30% penetration

Urban to ruralMID, telemetry, sensors

OPEN ACCESS

Networksharing

Infrastructuresharing

Active SharingFull separation

Reta

il Serv

ice

Pro

vid

er

Reta

il Serv

ice

Pro

vid

er

Reta

il Serv

ice

Pro

vid

er

NBN Indonesia

Recommended scenario:

Akses: Wireline (eg FTTx, GPON) dan Wireless @700 MHz atau 2,3 GHz (Jawa)Backhaul: FOBackbone: FO (terrestrial dan submarine)

Akses: Wireless technologies @700 MHz.

Backhaul: FO dan IP MWBackbone: FO (terrestrial dan

submarine)

Dense Urban Urban Suburban

RuralExtreme Rural

Akses: Satellite

sampai dengan 9 km dari IKK

30% land

70% land

Page 69: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

56

Untuk bisa memenuhi ketersediaan jaringan national broadband network di

masa mendatang sampai ke daerah rural, penggunaan band 700 MHz hasil digital

dividend memiliki peranan yang sangat penting, karena dari aspek engineering yang

paling tepat untuk bisa digunakan. Berikut adalah gambaran penggunaan band 700

MHz yang menggambarkan hubungan antara coverage area dan speed yang bisa

disalurkan.

Gambar 3.6. Hubungan antara Coverage Area dan Speed pada band 700 MHz.

Jika di masa mendatang pemerintah menetapkan kecepatan jasa layanan

broadband yang harus disediakan kepada masyarakat 2 Mbps maka jika

menggunakan band 700 MHz bisa mencapai coverage sampai dengan 25 Km. Hal ini

sangat cocok untuk diimplementasikan di daerah di Indonesia.

Berdasarkan potensi pendapatan bagi pemerintah yang dalam hal ini PNBP

dari berbagai jenis alokasi yang ada, bisa dijelaskan seperti pada tabel berikut.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

512 Kbps 1000 Kbps 2000 Kbps 5700 Kbps 10000 Kbps

UL at cell edge

Co

ve

rag

e (

km

)

In-0dBi-Omni

In-2dBi-Omni

In-4dBi-Omni

Out-2dBi-Omni

Out-4dBi-Omni

Out-4dBi-direct

Out-6dBi-direct

Out-8dBi-direct

Out-10dBi-direct

Page 70: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

57

Tabel 3.12. Potensi Pendapatan PNBP – BHP Frekuensi

Dengan gambaran di atas, potensi pendapatan yang paling maksimal jika

dialokasikan untuk kepentingan telekomunikasi yang dalam hal ini akan

diperuntukkan jasa layanan Broadband wireless.

Ada beberapa pertimbangan untuk menyusun penetapan spektrum frekuensi digital

dividend diantaranya adalah :

1. Kebutuhan alokasi frekuensi dari industri TIK nasional di masa mendatang

2. Kebutuhan infrastruktur yang mampu mendukung pertumbuhan ekonomi

nasional

3. Analisa ketersediaan frekuensi untuk Broadcasting

4. Potensi pendapatan PNBP, berdasarkan data-data historis yang ada dalam

BHP frekuensi radio

5. Referensi dan Benchmark dari Negara Lain

Untuk menentukan alokasi mana yang cocok untuk industri TIK nasional,

disusun kriteria-kriteria untuk menentukan pilihan, dimana ndustri TIK nasional

yang dimaksud adalah :

Penyiaran

Telekomunikasi

Ubiquitous Network

Keperluan Negara

Kriteria-kriteria yang dimaksud ada 3 faktor yaitu :

a. Faktor Ekonomi, dimana pada faktor ini ada beberapa kriteria yaitu :

Produktifitas

Tenaga Kerja

No Jenis Jasa BHP Frekuensi / MHz

1 Penyiaran, ++

2 Telekomunikasi +++++++++++

3 Ubiquitous Network +

4 Keperluan Negara (militer dan Kepentingan Publik) 0

Keterangan :

+ rendah / kecil

++

+++

++++

+++++++++++ tinggi

Page 71: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

58

Kewirausahaan

Pendapatan Pajak

PNBP

b. Faktor Sosial dimana pada faktor ini ada beberapa kriteria yaitu :

Pendidikan

Akses Informasi

Penyempaian Informasi

Keseharan

Pembangunan Pedesaan

Layanan Pemerintah

Layanan Perbankan dan Asuransi

c. Faktor Kebutuhan Alokasi Frekuensi

Hasil formulasi dari penilaian kecocokan alokasi band frekuensi digital dividend

untuk industri TIK Nasional dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.13. Formulasi Kecocokan alokasi Digital Dividend kepada Portofolio

Layanan TIK.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas yang menjadi prioritas

adalah untuk kepentingan telekomunikasi (Wireless Broadband), baru selanjutnya

untuk kepentingan ubiquitous network, atau keperluan negara (militer dan

kepentingan publik). Kebutuhan untuk Broadcasting sudah terpenuhi dengan layak,

Penyiaran TelekomunikasiUbiquitous

Network

Keperluan

Negara

Produktifitas ++ ++++++ + +

Tenaga Kerja +++ ++++++ + +

Kewirausahaan +++ ++++++ + +

Pendapatan Pajak ++ ++++++ + +

PNBP + ++++++ +

Pendidikan +++ ++++++ + +

Akses Informasi ++ ++++++ ++ ++

Penyampaian Informasi +++++ +++++ + +

Kesehatan ++ +++++ + +

Pembangunan Pedesaan ++ +++++ + +

Layanan Pemerintah + +++++ + +

Layanan Perbankan & Asuransi ++ +++++ + +

++ +++++++ + +

Keterangan :

+ : Kurang Cocok

+++++++ : Sangat Cocok

Faktor Sosial

Faktor Ekonomi

Faktor Kebutuhan Alokasi Frekuensi

Kriteria

Page 72: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

59

dengan adanya implementasi TV Digital, karena diperkirakan akan ada 36 program

siaran pada suatu daerah, dimana pada saat ini ada sekitar 11 program siaran.

3.2.2 Kebijakan Penetapan Pita Spektrum Frekuensi Radio Hasil Digital

Dividend

Berdasarkan hasil CBA dan in depth interview ketersediaan frekuensi hasil

migrasi TV analog ke TV digital dapat digunakan untuk teknologi lain seperti mobile

broadband dan teknologi netral selain broadcast. Dan dalam menetapkan kebijakan

berkaitan dengan migrasi TV analog ke TV digital ini, Pemerintah hendaknya

memperhatikan jumlah operator penyelenggara broadcast eksisting saat ini dan masa

mendatang serta teknologi yang paling efektif yang akan digunakan misalnya seperti

DVB-T2 sehingga alokasi frekuensi dapat manfaatkan secara maksimal dan

diperoleh alokasi frekuensi digital dividend yang paling maksimal dengan satu kali

migrasi teknologi serta tercapainya tujuan migrasi untuk efisiensi penggunaan

spektrum frekuensi.

Terkait dengan pemanfaatan potensi digital dividend untuk mobile broadband

dan aplikasi lainnya, pemerintah perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

a) Perlu adanya evaluasi kesehatan operator penyelenggara telekomunikasi

dalam menetapkan alokasi frekuensi digital dividend yang akan diberikan.

Bila perlu dilakukan pengurangan jumlah operator dengan cara

merger/akuisisi sehingga frekuensi yang dapat diberikan lebih besar dan

kualitas layanan yang diberikan dapat lebih maksimal dan lebih baik lagi.

b) Pembagian blok-blok frekuensi diberikan secara adil dan sebaiknya

minimal per 5 MHz serta diprioritaskan untuk operator existing terlebih

dahulu setelah itu baru ditenderkan ke operator baru.

c) Untuk teknologi yang digunakan sebaiknya tidak ditentukan dalam

regulasi dengan kata lain teknologi yang diadopsi merupakan teknologi

netral.

d) Alokasi frekuensi untuk kepentingan pemerintah.

Konsep yang diusulkan adalah Government Radio Network yang

terintegrasi terbuka bagi sejumlah fungsi instansi pemerintah, dilengkapi

dengan SOP, sehingga efektif dan efisien dalam penggunaan frekuensi

dan pembangunan infrastruktur (backhaul, backbone). Diprioritaskan

hanya untuk fungsi–fungsi komunikasi yang bersifat mobile (bergerak) di

operasional lapangan. Termasuk fungsi–fungsi pertahanan seperti tentara

dan keamanan meliputi perlindungan publik (polisi) dan penanganan

bencana (Public Protection and Disaster Relief/PPDR). Kriteria radio

pemerintah harus terpadu, saling terhubung dan menjadi jaringan

komunikasi pemerintah secara nasional dan terpadu, yang perencanaan

pelaksanaan dan pembiayaannya dilakukan bersama dibawah

Kemkominfo.

Page 73: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

60

Adapun usulan rincian pembagian channel dapat dilihat seperti pada gambar

berikut ini.

DVB-T MPEG-2Guard

bandLTE

478 806 MHz670 698

DVB-T2 MPEG-4 Reserved

806 MHz574478

Guard

band

Guard

band

694

Government

Radio

Network

674

Government

Radio

Network

Guard

bandLTE

698606578 602

Gambar 3.7. Rencana Pembagian Channel

Penetapan regulasi lain yang juga harus menjadi perhatian pemerintah dalam

migrasi TV analog ke TV digital ini yaitu regulasi mengenai

1. Pengadaan dan pembiayaan set top box

2. Monitoring proses migrasi

3. Penyelenggara multipleksing.

Selama simulcast lembaga penyiaran penyelenggara multiplexing adalah

Lembaga penyiaran Publik TVRI dan lembaga penyiaran Swasta.

4. Konten.

Pengaturan konten dimaksudkan untuk membantu tumbuhnya industri

konten dalam negeri dan menjaga agar konten asing yang tidak sesuai

dengan budaya Indonesia tidak dapat masuk.

Proses pemanfaatan spektrum digital dividend dapat dilakukan dengan cara

beauty contest dan lelang.

Berikut ini terdapat beberapa alternatif kebijakan penetapan pita spektrum

frekuensi radio hasil digital dividend kepada portofolio layanan TIK :

1. Pengaturan digital dividend oleh pemerintah agar memperhatikan integrasi

terhadap spektrum lain diluar frekuensi 700 MHz, economic of scale,

teknologi yang akan diaplikasikan yaitu teknologi netral, pengalokasian

frekuensi yang merata, perangkat dan handset yang comply terhadap

ekosistem, proses migrasi yang dilakukan secara bertahap dimana pada

awalnya untuk Daerah Ekonomi Maju (DEM), pengalokasian frekuensi

diprioritaskan untuk sektor telekomunikasi/broadband guna menambah

PNBP namun juga harus mengawasi dan membatasi jumlah penyelenggara

telekomunikasi sesuai dengan skala bisnisnya.

2. Mengenai teknologi yang digunakan di spektrum frekuensi digital bergantung

pada : keinginan masing–masing operator, menggunakan teknologi netral

yang tidak saling menggangu, pemilihan teknologi tidak lagi diarahkan oleh

regulator, serta meningkatkan kesiapan regulator.

3. Dimudahkannya perturan penyiaran TV yang diberikan oleh pemerintah.

4. Penggunaan digital dividend diprioritaskan untuk keperluan digital terestrial

TV, advance mobile service, broadband, broatcast mobile TV.

Page 74: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

61

5. Berbagai hal yang harus dirumuskan oleh pemerintah yang berkaitan dengan

kebijakan alokasi digital dividend antara lain : kepentingan negara/publik

lebih diutamakan dari pada kepentingan bisnis, aspek kehidupan pebisnis saat

ini, kejelasan regulasi, perbaikkan layanan broadcast (tidak ada layanan yang

subtitusi), siaran disaster early warning, skala usaha (jumlah operator yang

optimal), dan teknologi bebas jangka panjang (tidak mengatur alat).

6. Adanya roadmap pemerintah dalam alokasi frekuensi serta teknologi yang

akan digunakan.

7. Strategi migrasi dapat dilakukan secara bertahap mulai dari ekonomi maju,

ataupun secara simulcast dibeberapa daerah yang potensial bisa segera

melakukan migrasi.

8. Selama simulcast lembaga penyiaran penyelenggara multiplexing adalah

lembaga penyiaran publik TVRI dan lembaga penyiaran swasta, serta

lamanya waktu simulcast selama 1–2 tahun.

9. Migrasi TV analog ke digital dapat memberikan dampak positif seperti

efisiensi frekuensi, kualitas gambar yang baik, terjadinya konvergensi,

tumbuhnya industri kreatif dalam bidang konten, masyarakat akan

memperoleh informasi lengkap (hiburan dan pendidikan), meningkatkan

kompetensi masyarakat, layanan mobilitas yang tinggi, masuknya konten dari

asing yang positif. Sedangkan dampak negatifnya yaitu : mahal untuk

masyarakat, masuknya konten asing yang tidak sesuai dengan budaya, dan

masyarakat ekonomi lemah terbebani secara kauangan ynag mempengaruhi

struktur sosial.

10. Masyarakat menengah atas atau perkotaan sudah siap akan adanya migrasi

TV analog ke TV digital karena in line dengan implementasi teknologi BWA

saat ini, sedangkan masyarakat desa/ekonomi lemah/pendidikan lemah belum

siap.

11. Pihak–pihak yang memperoleh keuntungan dengan adanya migrasi TV

analog ke TV digital adalah semua pihak seperti pemerintah, broadcaster,

content provider, masyarakat, dan penyelenggara telekomunikasi. Perlu

adanya monitoring terhadap migrasi secara teknis dan implikasi baik sosial,

ekonomi, dan budaya.

12. Agar program migrasi dari TV analog ke TV digital berjalan efektif dapat

dilakukan dengan cara : iklan di media elektronik dan mass media, promosi

TV digital melaui program di TV analog, dan promosi melalui jejaring sosial.

3.2.3 Strategi Migrasi TV Analog Ke TV Digital

Dalam memformulasi strategi migrasi haruslah bisa diterima oleh para pihak

terkait dengan ditunjukkan bahwa para pihak terkait tidak ada yang dirugikan atau

kalau terjadi value-nya sekecil mungkin dan ditunjukkan benefit yang lebih besar.

Berikut ini terdapat beberapa hal terkait strategi migrasi TV analog ke TV digital :

1. Sosialisasi program migrasi ke masyarakat, pendekatan yang intens baik ke

penyiaran maupun ke stakeholder lainnya, dan agar proses migrasi tersebut

lancar diperlukan roadmap yang jelas dan telah disepakati oleh

penyelenggara penyiaran.

Page 75: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

62

2. Waktu migrasi TV analog ke TV digital tahun 2014 (pada saat

penyelenggaraan piala dunia) dan dalam proses migrasi ini sebaiknya

pemerintah melibatkan penyelenggara broadcast untuk membantu dalam

proses akuisisi digital dan perlu dilakukan riset terlebih dahulu untuk melihat

pendapat masyarakat terkait adanya perubahan dari TV analog ke TV digital.

3. Jika penerapan migrasi TV analog ke TV digital dilakukan dalam waktu

dekat sebaiknya pemerintah menerapkan regulasi yang jelas dan bersifat

jangka panjang dengan pertimbangan proaktif terhadap perkembangan TIK

mengingat perkembangan teknologi yang berkembang sangat cepat,

diharapkan pembagian alokasi frekuensi dilakukan secara adil, teknologi

yang digunakan yaitu teknologi netral, dan pembagian kanal/slot per 10 MHz.

4. Strategi migrasi yang paling cocok untuk diimplementasikan di Indonesia

yaitu secara bertahap sesuai dengan wilayah yang bisa mengikuti TV digital,

dilaksanakan secara sistematis dan terarah sesuai roadmap, waktu simulcast

tidak terlalu lama, dan total analog switch off secepat mungkin.

5. Pemerintah diharapkan mengalokasikan anggaran untuk kepentingan : biaya

sosialisasi, biaya simulcast, biaya pemberdayaan industri dalam negeri

khususnya untuk pengadaan set top box,dan biaya subsidi set top box.

6. Proses yang paling efektif dalam memanfaatkan spektrum digital dividend

dapat dilakukan oleh pemerintah dengan cara beauty contest dan lelang.

Pesertanya penyelenggara jaringan dan penyelenggara jasa existing, bisa juga

pendatang baru namun harus memperhatikan optimalisasi bisnis para

penyelenggara existing.

7. Untuk teknologi yang digunakan disarankan teknologi netral dengan lebar

pita 20 Mhz dan untuk broadcast minimal DVB-T2 dengan MPEG 4.

8. Perlu dilakukan koordinasi dengan kementerian terkait, untuk pemberdayaan

industri dalam negeri.

9. Produksi set top box dilakukan oleh Industri Dalam Negeri

10. Penyelenggara multipleksing membangun sesuai dengan rencana

Hal–hal yang harus diperhatikan saat proses migrasi TV analog ke TV digital :

a. Regulasi :

Regulasi merupakan central point yang akan menentukan bagaimana program

migrasi TV Analog ke TV Digital. Dari kejelasan regulasi inilah nantinya

akan menentukan seperti apa penyelenggaraan TV Digital tersebut, teknologi

seperti apa yang harus digunakan, lembaga penyiaran yang mana diberikan

kewenangan untuk penyelenggaraan multiplexing, dan lain sebagainya. Jika

tidak ada kejelasan dari regulasi itu sendiri, maka akan menimbulkan banyak

permasalahan di dalam program migrasi itu sendiri sehingga ekspektasi yang

diharapkan dari program migrasi, yaitu digital dividend, menjadi tidak

optimal.

b. Channel

Dengan adanya TV digital ini maka pemanfaatan kanal frekuensi lebih

efisiens, saat TV analog 1 Channel (8 MHz) hanya bisa diisi dengan satu

program siaran saja, dengan teknologi TV digital nantinya 1 Channel (8

MHz) akan bisa diisi oleh 6 (enam) program siaran untuk teknologi DVBT

Page 76: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

63

MPEG2 dengan kualitas yang kian baik.

c. Program Sosialisasi

Program Sosialisasi merupakan hal yang mendasari suatu program agar bisa

diterapkan di masyarakat. Skenario sosialisasi yang akan dilaksanakan : pihak

broadcast menampilkan informasi mengenai program migrasi TV analog

menjadi TV digital dengan menampilkan iklan – iklan manfaat dengan

adanya penggunaan TV digital.

d. Set Top Box

Set top box merupakan faktor yang berpengaruh pada proses migrasi tv

analog menjadi TV digital karena berhubungan dengan kemampuan atau

kesiapan ekonomi masyarakat dalam menerima dan mengaplikasikan

teknologi baru.

e. Ownership Muliplexing

Kebijakan Kepemilikan Penyelanggara Multiplexing yang merupakan

wewenang pemerintah, harus memperhatikan penyelenggara Multiplexing

karena para penyelenggara tersebut akan menjadi motor penggerak untuk

migrasi TV Analog ke TV Digital.

f. Teknologi

Jenis teknologi yang akan diterapkan pada TV digital harus memperhatikan

kemampuan penyelenggara broadcast, vendor multiplexing dan vendor set

top box, kebijakan pemerintah terhadap industri dalam negeri, dan daya beli

masyarakat Indonesia yang telah diklasifikasikan dalam Daerah Ekonomi

Maju dan Daerah Ekonomi Kurang Maju. Pilihan teknologi standar DVB-T

dapat diimplementasikan dengan berbagai keunggulannya, di samping secara

ekonomis telah dapat dilakukan kompresi MPEG 4 yang dapat memberikan

kesempatan luas serta memberikan nilai tambah bagi masyarakat,

meningkatkan industri kreatifitas, termasuk menawarkan fitur–fitur yang

lebih baik dan bervariasi pada saat yang tepat.

Menggunakan teknologi bebas (netral) yang memberikan keuntungan dan

kesejahteraan bagi masyarakat untuk pemanfaatan digital dividend di masa

mendatang.

Agar migrasi dapat berjalan dengan baik, strategi migrasi yang bisa dilakukan

adalah:

a. Sosialisasi program migrasi tersebut kepada masyarakat

b. Mengalokasikan anggaran untuk kepentingan :

– Biaya sosialisasi

– Biaya Simulcast

– Memilih penyelenggara Multiplexing ( 1 TVRI dan 1 dari LPS, yang

dipilih berdasarkan kesepakatan antara pemerintah dan industri

broadcast)

Page 77: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

64

– Biaya pemberdayaan industri dalam negeri, khususnya untuk

pengadaan Set Top Box

– Biaya Subsidi Set Top Box untuk masyarakat yang kurang mampu

c. Berkoordinasi dengan Kementerian terkait, untuk pemberdayaan industri

dalam negeri

d. Industri Dalam Negeri memproduksi Set Top Box

e. Penyelenggara Multiplexing membangun sesuai rencana

f. Penjualan dan distribusi Set Top Box

3.3 Dampak Ekonomi

Penggunaan band 700 MHz hasil digital dividend untuk alokasi jasa layanan

broadband akan memiliki dampak ekonomi yang cukup besar, karena akan mampu

merangsang pertumbuhan ekonomi di masa mendatang. Studi Bank Dunia (2009)

yang menyatakan bahwa untuk negara berkembang setiap 10 persen peningkatan

penetrasi broadband dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 1,38 persen.

Namun untuk mendapatkan digital dividend tersebut, effort yang harus

dikeluarkan juga cukup besar dan perlu waktu yang cukup lama, diamana dalam

periode simulcast pemerintah mentargetkan dalam kurun waktu 3,5 tahun harus

sudah bisa dalam kondisi ASO (Analog TV Switch Off).

Untuk melihat secara menyeluruh terkait dengan aspek ekonomi, berikut akan

dianalisa cost benefit dari rencana implementasi migrasi TV Analog ke TV Digital.

Beberapa cost atau biaya yang akan muncul untuk mendapatkan digital

dividend diantaranya adalah :

Sosialisasi Migrasi TV Analog ke TV Digital

Penyelenggaraan Simulcast

Pembangunan Perangkat Multiplexing

Pengadaan Set Top Box

Sedangkan Benefit atau potensi pendapatan yang akan diperoleh setelah

mengimplementasikan TV Digital dan digital dividend ke Jasa layanan Broadband,

diantaranya adalah :

Pendapatan Lelang pada Band 700 MHz

Biaya BHP Frekuensi

Stimulasi Pertumbuhan

Angkatan Kerja / Tenaga Kerja

Lapangan Kerja

Menarik investor luar negeri

Ketersediaan Jasa layanan pemerintah seperti e-government, e-

procurement, e-transaction, dan lainnya

Dan lain-lainnya

Page 78: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

65

Dalam melakukan analisa cost benefit ini, akan dianalisa cost dan benefit

yang bisa dihitung atau tangible benefit saja. Dalam melakukan analisa tersebut,

diperlukan asumsi-asumsi, seerti pada tabel berikut.

Tabel 3.14. Asumsi-asumsi pada perhitungan Cost Benefit Analisys

Berdasarkan asumsi tersebut, dihitung besarnya biaya dan benefit-nya. Hasil analisa

cost benefit-nya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.15. Hasil Analisa Cost Benefit Migrasi TV Analog ke Digital dan Alokasi

Digital Dividend pada Industri Telekomunikasi

Jumlah TV secara Nasional

Harga Set Top Box / pcs 20$ atau

Kurs 1 $ = Rp. 9.000

Referensi Hasil Lelang 3 G 160 Milyar / 5 MHz

Alokasi untuk Telekomunikasi 110 MHz

Biaya Sosialisasi selama periode Simulcast 10 Milyar / tahun

Jumlah Stasiun TV secara Nasional 534

Harga Stasiun TV Digital per unit 2 Milyar

Estimasi Up Front Fee 320 Milyar / 10 MHz

Estimasi kebutuhan Set Top Box tahun 1 tahun 2 tahun 3 tahun 4

Prosentase 40% 30% 20% 10%

Biaya BHP Frekuensi secara Nasional per 5 MHz 160 Milyar

DEM1 DEM2 DEM3 DEKM4 DEKM5

Estimasi Biaya BHP per Klasifikasi Daerah 70% 60% 50% 40% 30%

Estimasi Up Front Fee per Klasifikasi Daerah 70% 60% 50% 40% 30%

Jumlah Stasiun TV Digital pada Periode Simulcast 2 per Wilayah Layanan

Jumlah Stasiun TV Digital Setelah Periode Simulcast 5 per Wilayah Layanan

Biaya Operasional per tahun pada periode simulcast 15% Capex

Kontribusi Pertumbuhan thd Broadband Nasional 10%

Efek pertumbuhan ekonomi dari Broadband 1,38%

Suku Bunga Bank 12% per tahun

40.000.000

180.000

Estimasi Cost

Sosialisasi Migrasi TV Analog ke TV Digital

Penyelenggaraan Simulcast

Pembangunan Perangkat Multiplexing

Pengadaan Set Top Box

Total

Estimasi Pendapatan Benefit

Pendapatan Lelang Band 700 MHz

Biaya BHP Frekuensi

NPV Cost

NPV Tangible Benefit

2013 2014 2015 2016 2017 2018

7.070,2

- - - 1.443,8 2.681,3 4.537,5 5.156,3

7.243,5

dalam Milyar Rupiah

618,8

- - - - 1.443,8 2.681,3 4.537,5

- - - 1.443,8 1.237,5 1.856,3

-

2.155,7 2.622,4 2.132,2 1.184,2 464,2 213,9 1.296,0

1.878,9 2.113,0 1.764,6 1.044,6 324,6 74,3

-

232,0 404,0 228,0 - - - 1.296,0

34,8 95,4 129,6 129,6 129,6 129,6

10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 -

2012

Page 79: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

66

Jika dilihat dari tabel-tabel di atas, berdasarkan analisa cost benefit yang

menunjukkan bahwa NPV Cost lebih besar dari pada NPV Tangible Benefit. Dalam

analisa tersebut, cost merupakan suatu keharusan biaya yang harus dikeluarkan oleh

para pihak terkait, dimana cost tersebut bisa saja ditanggung oleh berbagai pihak,

misalnya pemerintah, penyelenggara broadcasting dan masyarakat. Sedangkan

proyeksi tangible benefit akan diperoleh jika implementasi digital dividend berhasil

sesuai dengan rencana, dan para investor juga tertarik untuk menanamkan dana

investasinya di sektor broadband, dan setelah mendapatkan lisensi, para operator

tersebut langsung melakukan pembangunan sesuai dengan diharapkan pemerintah

untuk melayani demand broadband di seluruh wilayah Indonesia.

Dalam realisasi tersebut, para operator yang sudah mendapatkan lisensi akan

melihat realitas di lapangan apakah layak atau tidak untuk menyediakan jasa layanan

broadband di daerah-daerah yang termasuk kategori sub urban dan rural. Jika

mereka meihat potensi bisnisnya kurang bagus, maka para operator akan ada

kecenderungan untuk menunda kegiatan investasinya di lapangan. Jika hal ini terjadi

maka akan muncul efek berantai diantaranya proyeksi BHP fekuensi yang

diharapkan juga akan mengalami kemunduran demikian juga efek dari pertumbuhan

broadband terhadap pertumbuhan ekonomi juga akan mengalami kemunduran juga

di masa mendatang.

Berdasarkan perhitungan tersebut, jika dihitung cost to benefit ratio-nya yaitu :

Cost benefit ratio = 7.243,5 / 7.070,2 = 1,024

Meskipun lebih besar cost-nya dari tangible benefit, akan tetapi masih ada benefit

yang lainnya yaitu :

Stimulasi Pertumbuhan

Angkatan Kerja / Tenaga Kerja

Lapangan Kerja

Menarik investor luar negeri

Ketersediaan Jasa layanan pemerintah seperti e-government, e-procurement,

e-transaction, dan lainnya

Dan lain-lainnya

Data Historis PDB Indonesia dari tahun 2005 sampai dengan 2010 dan proyeksinya

di masa mendatang berdasarkan informasi yang diperoleh dari statement-statement

yang dikeluarkan oleh pemerintah seperti dari Bank Indonesia, Menko Perekonomian

dan sumber lain terkait dapat dilihat seperti pada tabel berikut.

Tabel 3.16. Data Historis PDB dan Pertumbuhannya beserta Proyeksinya

dalam Trilyun Rupian

Uraian 2005 2006 2007 2008* 2009** 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

PDB 1.751 1.847 1.964 2.082 2.177 2.310 2.462 2.625 2.798 2.983 3.179 3.389 3.613 3.851

PDB + Effect DD 1.751 1.847 1.964 2.082 2.177 2.310 2.462 2.625 2.798 2.983 3.179 3.660 3.901 4.159 2005 2006 2007 2008* 2009** 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Growth 5,69% 5,50% 6,35% 6,01% 4,55% 6,10% 6,60% 6,60% 6,60% 6,60% 6,60% 6,60% 6,60% 6,60%

Growth + Effect DD 5,69% 5,50% 6,35% 6,01% 4,55% 6,10% 6,60% 6,60% 6,60% 6,60% 6,60% 7,98% 7,98% 7,98%

Page 80: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

67

Secara grafis perkembangan PDB Indonesia dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3.8. Data Historis PDB dan Proyeksinya Sumber : Hasil olahan IMT dari BPS dan Data Publik lainnya

Dari gambar tersebut terlihat bahwa penggunaan digital dividend untuk industri

telematika yang akan digunakan untuk jasa layanan broadband akan mampu

memberikan stimulasi pertumbuhan GDP di masa mendatang.

Stimulasi pertumbuhan ekonomi di masa mendatang, bisa dilihat seperti pada tabel

berikut.

Tabel 3.17. Multiplier efek Penggunaan Digital Dividend terhadap Pertumbuhan

Ekonomi GDP.

Dari tabel tersebut terlihat bahwa efek dari penggunaan spektrum frekuensi digital

dividend diperkirakan mampu meningkat sebesar 44 Trilyun pada tahun 2016 dan

seterusnya akan mengalami peningkatan semakin besar.

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

4.500

GDP Konstan - Trilyun

Pertumbuhan Ekonomi

Multiplier Effect dari Implementasi Digital Dividend - 700 MHz

Koreksi Pertumbuhan Ekonomi

Koreksi GDP Konstan - Trilyun

Efek Implementasi Digital Dividend

dalam Trilyun Rupiah

2017 20182012 2013 2014 2015 2016

50 - - - - 44 47

7,98%

2.625 2.625 2.983 3.179 3.433 3.660 3.901

6,60% 6,60% 6,60% 6,60% 7,98% 7,98%

6,60%

1,38% 1,38% 1,38%

6,60% 6,60% 6,60% 6,60% 6,60% 6,60%

2.625 2.625 2.983 3.179 3.389 3.613 3.851

Page 81: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

68

Lapangan Kerja

Sebagai akibat adanya implementasi Digital Dividend untuk digunakan jasa layanan

broadband akan dapat menyerap lapangan kerja. Dalam memformulasikan besarnya

lapangan kerja yang akan terserap ada beberapa asumsi yaitu :

Berdasarkan asumsi tersebut, estimasi lapangan kerja yang bakal bisa diserap adalah

sebagai berikut.

Tabel 3.18. Estimasi Jumlah Lapangan Kerja

Adanya lapangan kerja yang akan diserap terjadi setelah band Digital Dividend telah

digunakan oleh operator dan masyarakat telah menikmati jenis jasa layanan

broadband untuk memenuhi kebutuhan jasa layannya. Hal tersebut terjadi di tahun

2016 dan seterusnya setelah kondisi ASO terlewati.

Pajak

Dalam memperkirakan besarnya pajak yang akan bisa ditarik sebagai akibat

tumbuhnya perekonomian di masa mendatang. Estimasi besarnya nilai pajak

tambahan yang bisa dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.19. Estimasi Pendapatan Pajak Tambahan sebagai Efek Implementasi

Digital Dividend

PNBP

PNBP yang bisa dikenakan terhadap operator terdiri dari 3 komponen yaitu BHP

Telekomunikasi, BHP USO dan BHP Frekuensi. Dalam perhitungan ini yang akan

dihitung adalah BHP frekuensi. Besarnya nilai BHP frekuensi berdasarkan asumsi-

asumsi perhitungan dari tabel-tabel di atas, setelah dalam kondisi ASO (Analog

Switch Off) dapat dilihat pada tabel berikut.

Asumsi :

Alokasi untuk Belanja Pegawai 6% tambahan PDB

Rata-rata gaji pegawai per bulan 2,5 juta

Belanja Pegawai (Milyar Rp.)

Jumlah Lapangan Kerja

2.633 2.806 2.992

87.753 93.545 99.719

2016 2017 2018

Estimasi Nilai Pajak Tambahan

Asumsi % Pajak terhadap Peningkatan GDP 10%

dalam Milyar Rupiah

4.533 3.989 4.252

2016 2017 2018

Page 82: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

69

Tabel 3.20. Estimasi Biaya BHP Frekuensi setelah kondisi ASO.

3.4 Pembahasan Hasil In Depth Interview

Potensi digital dividend yang bisa diperoleh dari hasil proses migrasi televisi

analog ke digital yaitu ketersediaan frekuensi yang dapat digunakan untuk teknologi

lain selain broadcast. Namun potensi digital dividend secara konsensi diperuntukkan

untuk penyiaran walaupun belum manjadi keputusan final. Oleh karena itu ada tiga

hal yang perlu dipertimbangkan terkait dengan penataan operator penyiaran, yaitu:

Aspek Ekonomi

Aspek Geografis (daerah ekonomi maju Vs Daerah Ekonomi kurang

maju)

Aspek Teknis (ketersediaan frekuensi).

Terkait dengan teknologi yang berpotensi memberikan digital dividend untuk

sementara menunggu ketetapan peraturan menteri, karena hal ini berdasarkan

konsensi dengan pihak industri. Pertemuan terakhir disepakati bahwa teknologi yang

akan digunakan adalah DVB-T MPEG4 sementara DVBTT belum diatur dalam ITU.

Masukkan dari penyelenggara telekomunikasi terkait dengan pemanfaatan potensi

digital dividend, diantaranya :

a) Perlu adanya evaluasi kesehatan industri telekomunikasi.

b) Pemerintah sebaiknya membagi blok – blok, misalnya per 5 MHz.

c) Pengurangan jumlah operator dengan meregulasi agar bisa

merger/akuisisi.

d) Digital Dividend dari hasil migrasi TV analog ke TV digital sebaiknya

diprioritaskan untuk ditawarkan ke operator existing setelah itu baru

ditenderkan ke operator – operator baru.

e) Penawaran TD-LTE sebaiknya diprioritaskan kepada pemain BWA

existing dan operator mobile existing. Pengadaan set top box untuk

pelanggan, sebaiknya disubsidi pemerintah bukan dari operator.

Masukkan dari penyelenggara telekomunikasi terkait dengan pemanfaatan potensi

digital dividend, diantaranya :

1) Pemerintah diharapkan mensubsidi pengadaan Set Top Box

2) Pemanfaatan Digital dividend dapat digunakan untuk TV berbayar

3) Teknologi yang digunakan yaitu DVB-T MPEG4, konten bisa mencapai

60.

dalam Milyar Rupiah

BHP Frekuensi Prop. Penduduk-2009 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

DEM1 4 121.062.276

DEM2 5 30.733.912

DEM3 14 56.860.035

DEKM4 9 21.514.278

DEKM5 1 2.506.454

Total 33 232.676.955

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018Jumlah

4.538 - 1.444 2.681

-

1.031

825

1.444

1.238 1.238

1.444 1.444

Page 83: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

70

4) Daerah yang dilakukan migrasi TV digital terlebih dahulu yaitu ibu kota

provinsi.

5) Cut off TV analog dilakukan pada tahun 2018.

6) Perlu adanya kompensasi bisnis untuk operator /pelaku bisnis dari

pemerintah dengan adanya migrasi ini

Adapun rincian pembagian channel (belum final) adalah sebagai berikut:

terestrial 18 channel yang terbagi ke dalam 3 group yang terbagi menjadi 6 channel.

Untuk Jawa dan Sumatra dapat menyelenggarakan 6 channel tapi untuk kota kecil

kurang lebih 3 channel terkait dengan kontinyuitas usaha provider. Channel 22-27

diperuntukkan untuk advanced broadcasting, 28-48 untuk terestrial, 49-51 untuk

reserve dan > 51 untuk Digital Dividend.

Berdasarkan kebijakan pemerintah direncanakan program simulcast

dilakukan pada tahun 2012. Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan

terkait dengan kesiapan menuju TV digital, yaitu:

1. Industri yang memproduksi set top box;

2. Sosialisasi yang gencar atas program migrasi

3. Teknologi yang digunakan

4. Daerah yang dilakukan migrasi TV digital terlebih dahulu

5. Waktu yang tepat untuk Cut off TV analog

6. Pembiayaan untuk set top box tidak ditanggung oleh pemerintah (non

subsidi), hal ini dibiarkan berjalan secara natural, nantinya diakhir

periode simulcast akan diadakan evaluasi untuk menentukan

pembiayaan set top box : apakah disubsidi oleh pemerintah atau mandiri

atau kombinasi dari keduanya.

SCTV sebagai salah satu penyelenggara broadcast di Indonesia menyatakan

kesiapan migrasi TV analog ke TV digital dari sisi perangkat sudah siap 60%, dan

mengenai peluang bisnis ke depan setelah migrasi ke TV digital menurut pihak

SCTV yaitu berlomba-lomba pada konten yang menarik.

3.5 Pembahasan Hasil Kuesioner

Migrasi TV analog ke TV digital akan memberikan potensi bisnis yang luas.

Berdasarkan persepsi penyiaran sebagian besar memiliki ekspektasi terhadap potensi

bisnis TV digital. Sebagian besar menyatakan bahwa kemungkinan akan menambah

lini bisnis yang lain.

Migrasi tv analog ke digital sebaiknya secepatnya dengan memperhatikan :

regulasi yang komprehensif, pemahaman terhadap bisnis, memperkecil dampak

negatif dari migrasi tersebut, economic of scale, penggunaan teknologi netral,

pengalokasian frekuensi yang merata, dan Comply terhadap ekosistem (perangkat,

handsets), serta integrasi terhadap spektrum lain di luar 700 MHz. Berbagai hal yang

harus dirumuskan oleh pemerintah yang berkaitan dengan kebijakan alokasi digital

dividend diantaranya: kepentingan negara/publik lebih diutamakan daripada

kepentingan bisnis, aspek kehidupan pebisnis yang eksisting, kejelasan Regulasi,

teknologi bebas jangka panjang (tidak mengatur alat yang akan digunakan).

Page 84: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

71

Alokasi frekuensi digital dividend diharapkan diprioritaskan untuk sektor

telekomunikasi/broadband dan kedepannya ada pembatasan jumlah penyelenggara

telekomunikasi sesuai dengan skala bisnisnya.75% penyelenggara telekomunikasi

berharap dapat memanfaatkan potensi digital dividend sebesar 40 MHz (minimal per

10 MHz demi mengakomodir spesifikasi minimum teknologi saat ini) dan teknologi

yang akan digunakan adalah teknologi netral dengan syarat tidak saling mengganggu.

Terkait dengan pemanfaatan potensi digital dividend, 37.5% responden

menyatakan sebaiknya pemanfaatan digital dividend untuk kepentingan publik,

sedangkan untuk penyiaran hanya 12.5 % dari responden.

Startegi migrasi dapat dilakukan secara bertahap mulai dari ekonomi maju,

ataupun secara simulcast, dibeberapa daerah yang potensial bisa segera melakukan

migrasi. Selama simulcast lembaga penyiaran penyelenggara multiplexing adalah

Lembaga penyiaran Publik TVRI dan lembaga penyiaran Swasta. Lamanya masa

simulcast adalah antara 1 - 2 tahun. Dalam prosdes migrasi ini perlu adanya

sosialisasi ke masyarakat baik melaluin iklan di media elektronik maupun mass

media dan melalui jejaring sosial, pendekatan yang intens baik ke penyiaran maupun

ke stakeholder lainnya, dan roadmap yang jelas yang disepakati juga oleh

penyelenggara penyiaran agar proses migrasi yang terjadi lebih lancar.

Migrasi tv analog ke digital dapat memberikan dampak positif antara lain:

efesiensi penggunaan frekuensi

kualitas gambar yang lebih baik

akan tumbuh industri kreatif dalam bidang konten

meningkatkan kompetensi masyarakat

layanan mobilitas yang tinggi

masuk konten dari asing yang positif

new business opportunity untuk penyelenggara telekomunikasi

efisiensi dalam operasi untuk broadcaster

alternatif layanan yang lebih baik bagi masyarakat

pertumbuhan ekonomi, kompetensi, pengetahuan, inline dengan

perekembangan telekomunikasi

Dampak negatif dari migrasi tv analog ke digital antara lain:

mahal untuk masyarakat terutama dalam pengadaan set top box

masuk konten asing tidak sesuai dengan budaya

masyarakat ekonomi terbebani secara keuangan yang mempengaruhi

struktur sosial.

Perlu adanya monitoring terhadap migrasi secra teknis dan implikasi baik sosial

ekonomi dan budaya.

Mengenai teknologi yang akan dipakai apakah MPEG-4 atau MPEG-2

bergantung kebijakan pemerintah. Secara prisnsip tidak masalah karena semua

produk sudah tersedia tinggal mengalihkan dari negara lain artinya bukan sesuatu

yang baru.

Proses pemanfaatan spektrum digital dividend dapat dilakukan dengan cara

beauty contets dan lelang. Pesertanya penyelenggara jaringan existing dan

Page 85: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

72

penyelenggara jasa existing, bisa juga pendatang baru namun harus memperhatikan

optimalisasi bisnis para penyelenggara.

Pemanfaatan digital dividend untuk broadband akan memberikan keuntungan

pada kenaikan PNBP dari BHP frekuensi karena akan ada 2 entitas wajib membayar

BHP frekuensi.

3.6 Pembahasan Hasil FGD

Berdasarkan hasil FGD dari stakeholder yaitu broadcast, penyelenggara

telekomunikasi, expert dan vendor, maka dapat disimpulkan mengenai faktor-faktor

yang berpengaruh dalam keberhasilan migrasi TV Analog ke TV Digital yang telah

diklasifikasikan dalam kelompok faktor Penentu, Penghubung, Terikat dan faktor

Bebas, seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.21. Resume Faktor-faktor yang berpengaruh dalam Migrasi TV Analog ke

TV Digital dari Hasil FGD

Faktor Penentu Faktor penghubung Faktor Terikat Faktor Bebas

Broadcast Regulasi

Investment

Content provider

Network provider

Program sosialisation

Sustainability

Set top box

Channel

Telekomunikasi Cara Perolehan

Channel

Tarif Retail

BHP

Investasi

Integrasi Frekuensi

Teknologi Netral

Quality of Service

Regulasi

Expert Set Top Box

Regulasi Pusat

Penataan Frekuansi (fixed/adaptif)

Strategi Migrasi

Ownership Multiplexing

Regulasi Daerah

Mapping Penyiaran

Teknologi (standarisasi)

Page 86: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

73

Penjelasan terkait dengan faktor penentu yang menjadi faktor yang dominan,

mempengaruhi dalam optimalisasi penggunaan spekt rum frekuensi r a d i o oleh

penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) khususnya digital

dividend berdasarkan pendapat dari para stakeholder adalah :

a. Regulasi :

Faktor ini merupakan faktor yang sangat dominan mempengaruhi faktor lain dan

ketergantungan terhadap faktor lain sangat kecil. Artinya, regulasi merupakan

central point yang akan menentukan bagaimana program migrasi TV Analog ke

TV Digital. Dari kejelasan regulasi inilah nantinya akan menentukan seperti apa

penyelenggaraan TV Digital tersebut, teknologi seperti apa yang harus

digunakan, lembaga penyiaran yang mana diberikan kewenangan untuk

penyelenggaraan multiplexing, dan lain sebagainya. Jika tidak ada kejelasan dari

regulasi itu sendiri, maka akan menimbulkan banyak permasalahan di dalam

program migrasi itu sendiri sehingga ekspektasi yang diharapkan dari program

migrasi, yaitu digital dividend, menjadi tidak optimal. Untuk itu, para stakeholder

(khususnya penyelenggara broadcast) mendesak untuk penetapan regulasi yang

jelas mengenai migrasi analog ke digital.

b. Channel

Faktor ini merupakan faktor yang sangat dominan mempengaruhi juga pada

proses migrasi televisi dari analog menjadi digital, baik dilihat dari broadcast

maupun dari telekomunikasi karena dengan adanya TV digital ini maka

pemanfaatan kanal frekuensi akan terjadi efisiensi yang sangat berarti, kalau

sebelumnya saat TV analog 1 Channel (8 MHz) hanya bisa diisi dengan satu

program siaran saja, nantinya 1 Channel (8 MHz) akan bisa diisi oleh 6 (enam)

program siaran dengan kualitas yang semakin bagus.

c. Program Sosialisasi

Program Sosialisasi ini merupakan faktor yang dominan mempengaruhi pada

proses migrasi televisi dari analog menjadi digital, dikarenakan program

sosialisasi merupakan hal mendasari suatu program agar bisa diterapkan di

masyarakat. Skenario sosialisasi yang akan dilaksanakan, misalnya pihak

broadcast dapat menampilkan informasi mengenai program migrasi TV analog

menjadi TV digital dengan cara menampilkan iklan – iklan manfaat dengan

adanya penggunaan TV digital.

d. Set Top Box

Set top box merupakan faktor yang dominan mempengaruhi pada proses migrasi

tv analog menjadi TV digital, Apabila pemerintah masih menghadapi dalam

alokasi anggaran untuk pengadaan set top box, maka dapat digunakan dana dari

refarming spektrum dalam bentuk upfront fee ataupun BHP atas frekuensi yang

didapat saat merilis‖ digital dividend‖ kepada penyelenggara telekomunikasi.

Page 87: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

74

e. Ownership Muliplexing

Kebijakan Kepemilikan Penyelanggara Multiplexing yang merupakan wewenang

pemerintah, harus memperhatikan para penyelenggara TV Analog yang

beroperasi pada saat ini untuk menjadi penyelenggara Multiplexing di masa

mendatang, karena para penyelenggara tersebut akan menjadi motor penggerak

untuk migrasi TV Analog ke TV Digital.

f. Teknologi

Menggunakan teknologi bebas (netral) yang memberikan keuntungan dan

kesejahteraan bagi masyarakat untuk pemanfaatan Digital Dividend di masa

mendatang. Sedangkan jenis teknologi yang akan diterapkan pada TV Digital

harus memperhatikan kemampuan vendor untuk multiplexing dan vendor Set Top

Box, kebijakan pemerintah terhadap industri dalam negeri, dan daya beli

masyarakat Indonesia yang telah diklasifikasikan dalam Daerah Ekonomi Maju

dan Daerah Ekonomi Kurang Maju. Pilihan teknologi standar DVB-T dapat

diimplementasikan dengan berbagai keunggulannya, di samping secara ekonomis

telah dapat dilakukan kompresi MPEG 4. Pilihan MPEG 4 dapat memberikan

kesempatan yang luas dan memberikan nilai tambah bagi masyarakat,

meningkatkan industri kreatifitas, termasuk menawarkan fitur – fitur yang lebih

baik dan bervariasi pada saat yang tepat.

Page 88: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

75

3.7 Benchmark dari Negara Lain

Dalam kegiatan benchmark ini akan diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu

benchmark secara langsung yang dilakukan dengan mengunjungi negara Malaysia

dan benchmark secara tidak langsung atau searching dari internet.

Untuk memberikan gambaran mengenai jenis standarisasi teknologi yang

digunakan di beberapa negara, berikut dijelaskan mengenai penerapan berbagai jenis

teknologi yang diterapkan di beberapa negara di luar negeri, pada posisi di tahun

2011.

Tabel 3.22. Digital Terresterial Television System – Global Deployments

Sumber : DVB - 2011

Dari tabel tersebut terlihat bahwa negara-negara yang sudah menerapkan jenis

teknologi tertentu pada posisi 2011 adalah sebagai berikut :

Tabel 3.23. Adopsi dan pembangunan jenis teknologi tertentu di dunia

Pada saat ini negara-negara lain yang sudah menerapkan teknologi DVB-T lebih

banyak yaitu 70 negara sedangkan sudah menerapkan teknologi DVB-T2 baru 8

negara.

Country DVB-T DVB-T2 DVB-T or T2ATSC ISDB-T DMB-T/HMPEG-2 MPEG-4 HD

Countries

trial adopted deployed trial adopted deployed all adopted adopted adopted

Australia 1 1 1 1Brazil 0 1Brunei 1 1 1Cambodia 1 1Canada 0 1China 0 1Finland 1 1 1 1 1 1France 1 1 1 1 1 1Germany 1 1 1Greece 1 1Hong Kong 0 1India 1 1Indonesia 1 1Israel 1 1 1 1Italy 1 1 1 1 1Japan 0 1Laos 1 1Malaysia 1 1 1 1 1Netherlands 1 1 1New Zealand 1 1 1 1Philippines 0Russia 1 1 1 1 1Singapore 1 1 1 1 1South Korea 0 1Sweden 1 1 1 1 1 1Taiwan 1 1 1 1 1Thailand 1 1United Kingdom 1 1 1 1 1 1United States 0 1 1

Sub totals 0 46 70 8 26 8 8 11 3

Total adopt./deployed 121 34 139 8 11 3

Adopted Deployed

DVB-T 46 70

DVB-T2 26 8

Page 89: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

76

Benchmark ke Malaysia

Kunjungan ke Malaysia dalam rangka untuk melihat implementasi TV digital di

Malaysia dilakukan pada tanggal 15 dan 16 Nopember 2011, dengan tujuan adalah :

MCMC

University Sains Malaysia (USM)

Realisasi kunjungan ke kantor MCMC tidak terlaksana karena tim inti yang meng-

handel kegiatan migrasi TV analog ke TV digital dan pemanfaatan Digital Dividend

untuk industri ada kegiatan mendadak dan penting. Sedangkan kunjungan ke USM

diterima oleh Deputy Director (Industry & Communicty Network), Mr. Azlan Bin

Osman, PhD bersama staff-nya.

Pada kegiatan kunjungan ini, tim konsultan mempresentasikan mengenai gambaran

umum rencana migrasi TV analog ke TV digital dan bagaimana antisipasi

permasalahan yang akan muncul di lapangan serta antisipasi alokasi digital dividend

untuk portofolio jasa layanan TIK.

Dari tim USM menjelaskan bahwa Malaysia pada saat ini telah menerapkan standard

teknologi DVB-T dan sudah melakukan Trial untuk teknologi DVB-T2. Pada saat ini

perkembangan implementasi TV terresterial digital kurang mendapatkan respon dari

masyarakat karena pada saat ini sudah ada beberapa pilihan jenis media broadcasting

seperti IP TV, TV Cable, TVAnalog dan TV Satellite yang lebih dikenal Astro.

Pada saat ini masyarakat sudah bisa menerima jenis media penyiaran yang ada

terutama TV satellite atau Astro, disamping jenis media penyiaran TV lainnya. Uji

coba implementasi TV digital yang dilakukan pemerintah yang menunjuk Radio

Television Malaysia (RTM) yang dimulai pada pertengahan tahun 2006. Hasil uji

coba tersebut berdasarkan pengamatan dari tim USM kurang begitu mendapatkan

respon dari masyarakat, oleh sebab itu pada saat ini relatif ditinggalkan atau

masyarakat lebih memilih jenis media TV yang ada.

Terkait dengan rencana pemerintah Indonesia untuk menerapkan migrasi TV analog

ke TV digital di masa mendatang, mesti harus dipikirkan matang-matang mengenai

cost benefit-nya. Investasi yang tidak kecil sebaiknya digunakan untuk membangun

suatu kegiatan yang memberikan manfaat yang lebih besar. Kebutuhan alokasi

frekuensi di masa mendatang untuk memenuhi kebutuhan jasa layanan broadband,

bisa dengan cara mengoptimalkan alokasi band frekuensi pada penyelenggara

eksisting dengan pola frekuensi sharing.

Sebagai gambaran mengenai industi TIKdi Malaysia dapat dijelaskan seperti pada

gambar berikut.

Page 90: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

77

Gambar 3.9. Supply Demand jasa layanan Broadband di Malaysia

For the high economic impact areas, the current broadband services will be

upgraded to provide higher speed of more than 10Mbps. The Government has signed

a Public Private Partnership (PPP) agreement with Telekom Malaysia Berhad (TM)

to roll out high speed broadband infrastructure at selected areas. The project is

called High Speed Broadband (HSBB) Project

Beberapa benefit dari pengembangan broadband di Malaysia adalah sebagai berikut :

• The implementation of broadband will create tangible impact on Gross

Domestic Product (GDP) contribution of the country. Based on the statistics

for year 2008, the communications and multimedia industry contributed 6.1%

in term of revenue to the country’s GDP.

• The use of broadband will increase the national competitiveness and attract

Foreign Direct Investment (FDI) in the country.

• Broadband is one of the enabler for knowledge-based economy

With the implementation of broadband and achieving the 50% target, will

create 135,000 new high value jobs in the ICT sector.

• The implementation of broadband services will create spin-off effect in other

sectors such as engineering, local content development and broadcasting

Page 91: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

78

Gambar 3.10. Data Statistik TIK di Malaysia pada tahun 2009

Pemerintah membuat program 5 initiatives dibawah NBI:

1. Rakyat Internet Centres (Pusat Internet Rakyat) and Mini Community

Broadband Centres

2. 1 Million Netbook Initiative to distribute notebooks to poor students

nationwide

3. Setting up of E-Kiosks

4. CBC to the Home

5. Expansion of Cellular Coverage

Page 92: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

79

Benchmark di Negara Lain secara Tidak Langsung

Selain dari literatur yang ada dilakukan pula benchmark ke negara lain guna

mendapatkan informasi mengenai jenis layanan yang digunakan untuk

memanfaatkan digital dividend hasil migrasi televisi analog ke digital. Negara

tersebut antara lain : Belgia, Perancis, German, Irlandia, Italia, Belanda, Slovakia,

Spanyol, Swedia, Switzerland, dan US.

1. Belgia

Di Belgia, alokasi yang diperoleh pada digital dividend sebesar 72 MHz dan

oleh Global System for Mobile Communication Association (GSMA)

direkomendasikan keseluruhan frekuensi tersebut dialokasikan untuk aplikasi

mobile broadband, atau paling tidak operator telekomunikasi selular mempunyai

kesempatan untuk berkompetisi mendapatkan keseluruhan frekuensi tersebut.

Keuntungan ekonomis dari pemanfaatan frekuensi spektrum digital

dividend untuk operator selular akan memberikan dorongan ekonomi yang

sangat besar, inovasi baru, terbentuknya lapangan kerja baru, produktivitas dan

lingkungan yang lebih kompetitif. Sedangkan keuntungan sosialnya yaitu sarana

kritis dalam pengembangan sosial; akses internet memainkan peranan yang

esensial dalam perbaikan mobilitas dalam kesehatan, kesejahteraan, pendidikan

dan sosial dan menjembatani digital dividend antara wilayah perkotaan dan

pedesaan.

2. Perancis

Sebuah studi yang dilakukan oleh Hogan & Hartson, memeriksa cara

yang paling efisien penggunaan spektrum yang diperkirakan akan berlangsung

sebelum akhir November 2011 terdiri dari dua skenario, yaitu :

a. Skenario pertama (disebut sebagai "berbagi digital dividen"), diasumsikan

bahwa bagian dari spektrum dialokasikan untuk layanan lain dari siaran

(misalnya mobile TV dan mobile broadband).

b. Skenario kedua (disebut sebagai "audiovisual only"), diasumsikan bahwa

seluruh spektrum dialokasikan ke layanan penyiaran.

3. Jerman

Industri telekomunikasi di Jerman telah memberikan tekanan pada

pemerintah Jerman untuk memungkinkan bagian dari spektrum UHF akan

digunakan untuk layanan lain, misalnya menyediakan layanan broadband untuk

daerah pedesaan.

Pada bulan Februari 2009 Pemerintah Jerman mengumumkan rencana

untuk menggunakan sebagian besar dari digital dividend, sebagai bagian dari

strategi yang lebih besar, untuk mendukung broadband services dan memastikan

akses broadband untuk semua rumah tangga di Jerman pada tahun 2010.

Usulan penggunaan spektrum digital dividend memungkinkan operator

untuk menyebarkan layanan wireless broadband dan mobile di daerah pedesaan

yang saat ini di luar jangkauan DSL atau kabel.

Page 93: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

80

4. Irlandia

ComReg Irlandia berpandangan bahwa digital dividend dapat

meningkatkan ekonomi negara, oleh karena itu ingin mengoptimalkan jumlah

spektrum digital dividend yang dilepaskan. Ada tiga proposal spektrum digital

dividend yang utama, yaitu :

a. Mencampur penggunaan pita UHF dengan aplikasi penyiaran dan non

penyiaran.

b. Penggunaan saluran 61-69 untuk jasa non-penyiaran pada layanan dan

teknologi basis netral.

c. Memungkinkan untuk melepaskan spektrum selanjutnya dalam kisaran

channel 21-60 (misalnya channel 36 dan 38) pada layanan dan teknologi

basis netral.

5. Italia

Dilaporkan dalam studi terbaru oleh Ekonomi Eropa untuk Regulator

Irlandia ComReg bahwa peraturan otoritas komunikasi Italia (Agcom)

mengalokasikan sebagian besar spektrum DTT ke 3 penyiaran terestrial utama

(RAI, Mediaset dan Telecom Italia Media).

Keputusan Agcom dan Departemen Telekomunikasi mengisyaratkan

bahwa spektrum yang tersedia setelah peralihan akan digunakan sebagian besar

untuk tujuan penyiaran.

6. Slovakia

Slovakia masih dalam tahap konsultasi mengenai TV digital yang

mencakup penggunaan potensi band 790-862 MHz untuk layanan mobile

broadband.

7. Spanyol

Pembebasan dari upper portion 470-862 MHz cukup sulit, karena

meluasnya penggunaan saluran tersebut untuk TV digital di Spanyol.

Pembebasan saluran 62-69 adalah yang terburuk dari empat pilihan pembebasan

awal yang dipertimbangkan untuk Spanyol.

Semua layer TV Digital Terestrial telah menggunakan beberapa

frekuensi di upper part spektrum termasuk 4 multipleks nasional SFN pada

saluran 66 67, 68 dan 69. Oleh karena itu Spanyol telah memutuskan untuk

merilis 790-862 MHz band untuk layanan mobile.

8. Swedia

Migrasi TV analog ke digital di Swedia selesai pada bulan Oktober 2007

dan diputuskan bahwa spektrum band 790-862 MHz akan dilelang dan

dialokasikan untuk layanan lainnya. Broadcaster awalnya meminta akses penuh

ke band UHF untuk kemungkinan migrasi platform DTT dari MPEG-2 ke

MPEG-4, bersamaan dengan transisi untuk DVB-T2.

Page 94: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

81

9. Switzerland

Migrasi TV analog ke digital di Swiss selesai pada tahun 2008, dan

memutuskan untuk mengalokasikan band 790-862 MHz untuk mobile

broadband.

Pemerintah Swiss mengatakan penggunaan spektrum tersebut akan

memungkinkan jangkauan broadband mobile yang sangat baik ke daerah

pedesaan sambil menawarkan penetrasi yang baik ke dalam bangunan.

10. US

Ketersediaan spektrum baru di bawah 1 GHz menarik untuk difasilitasi

guna migrasi dari teknologi GSM ke IMT / LTE, karena ada cukup spektrum di

pita 900 MHz yang mendukung beberapa operator dan mengakomodasi

bandwidth lebih luas yang diperlukan oleh LTE untuk terus mendukung

pelanggan GSM. Realokasi spektrum berada pada band UHF 698 – 806 MHz

sehingga tersedia alokasi frekuensi sebesar 108 MHz yang akan diaplikasikan

untuk Mobile Broadband atau BWA (Broadband Wireless Access).

11. Jepang

Dengan adanya migrasi TV analog ke TV digital maka alokasi TV analog

broadcast di Jepang yang berada pada frekuensi 90-108 MHz, 170-222 MHz,

dan 470-770 MHz dengan total bandwidth sebesar 370 MHz akan di pindahkan

pada frekuensi 470 – 710 MHz (bandwidth 240 MHz). Frekuensi 90-108 MHz

dan frekuensi 207,5 – 222 MHz akan dimanfaatkan untuk multimedia

broadcasting untuk penerima mobile. Sedangkan Telekomunikasi mendapatkan

alokasi frekuensi baru pada 730 – 770 MHz.

12. New Zealand

New Zealand telah mengumumkan rencana untuk rentang 112 MHz pada

frekuensi UHF 694 - 806 MHz akan diberikan untuk aplikasi mobile

telecommunication.

Page 95: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

82

Dari uraian penjelasan mengenai pemanfaatan digital dividend di negara lain yang

dijadikan benchmarking, dapat dinyatakan bahwa pemanfaatan digital dividend pada

masing–masing negara seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 3.24. Pemanfaatan Digital Dividend Hasil Benchmarking

No Negara Pemanfaatan Digital

Dividend

Bandwith

Digital Dividend

1 Belgia Mobile Broadband

2 Perancis Broadcast

72 MHz

Mobile TV

Mobile Broadband

3 German Mobile Broadband 72 MHz

4 Irlandia Broadcast

Teknologi netral

5 Italia Penyiaran Terestrial

6 Slovakia Mobile Broadband

7 Spanyol Mobile 72 MHz

8 Swedia Non Broadcast 72 MHz

9 Switzerland Mobile Broadband

10 US Mobile Broadband 108 MHz

11 Jepang Mobile Telecommunication 60 MHz

12 New Zealand Mobile Telecommunication 112 MHz

Page 96: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

83

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan yang ada maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Potensi digital dividend yang bisa diperoleh dari hasil proses migrasi televisi

analog ke digital pada band UHF – 700 MHz adalah 112 MHz antara range

frekuensi 694 – 806 Mhz atau mulai dari Channel 49 sampai dengan chanel 62.

Teknologi informasi dan komunikasi yang dapat memberikan digital dividend

serupa dengan hasil migrasi TV analog ke digital yaitu :

a. Radio Trunking

b. Radio Penyiaran

Sedangkan penyiaran satelit, akan memberikan digital dividend dari hasil

refarming saja, bukan dari hasil migrasi analog ke digital karena teknologi satelit

sudah menggunakan teknologi digital.

2. Untuk menentukan alokasi mana yang cocok untuk industri TIK nasional,

disusun kriteria-kriteria untuk menentukan pilihan, dimana ndustri TIK nasional

yang dimaksud adalah :

Penyiaran

Telekomunikasi

Ubiquitous Network

Keperluan Negara

Kriteria-kriteria yang dimaksud ada 3 faktor yaitu :

a. Faktor Ekonomi, dimana pada faktor ini ada beberapa kriteria yaitu :

Produktifitas

Tenaga Kerja

Kewirausahaan

Pendapatan Pajak

PNBP

b. Faktor Sosial dimana pada faktor ini ada beberapa kriteria yaitu :

Pendidikan

Akses Informasi

Penyempaian Informasi

Keseharan

Pembangunan Pedesaan

Layanan Pemerintah

Layanan Perbankan dan Asuransi

c. Faktor Kebutuhan Alokasi Frekuensi

Page 97: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

84

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan kriteria di atas,bahwa alokasi yang

paling tepat untuk penggunaan digital dividend di masa mendatang adalah untuk

Telekomunikasi dimana peruntukannya untuk Mobile Broadband.

Strategi Migrasi agar migrasi dapat berjalan dengan baik, strategi migrasi yang

bisa dilakukan adalah :

a. Sosialisasi program migrasi tersebut kepada masyarakat

b. Mengalokasikan anggaran untuk kepentingan :

– Biaya sosialisasi

– Biaya Simulcast

– Memilih penyelenggara Multiplexing (1 TVRI dan 1 dari LPS, yang

dipilih berdasarkan kesepakatan antara pemerintah dan industri

broadcast)

– Biaya pemberdayaan industri dalam negeri, khususnya untuk pengadaan

Set Top Box

– Biaya Subsidi Set Top Box untuk masyarakat yang kurang mampu

c. Berkoordinasi dengan Kementerian terkait, untuk pemberdayaan industri

dalam negeri

d. Industri Dalam Negeri memproduksi Set Top Box

e. Penyelenggara Multiplexing membangun sesuai rencana

f. Penjualan dan distribusi Set Top Box

3. Berdasarkan hasil analisa cost benefit ratio terhadap kemungkinan cost atau

biaya yang akan muncul untuk mendapatkan digital dividend diantaranya adalah :

Sosialisasi Migrasi TV Analog ke TV Digital

Penyelenggaraan Simulcast

Pembangunan Perangkat Multiplexing

Pengadaan Set Top Box

Sedangkan Benefit atau potensi pendapatan yang akan diperoleh setelah

mengimplementasikan TV Digital dan digital dividend ke Jasa layanan

Broadband, diantaranya adalah :

Pendapatan Lelang pada Band 700 MHz

Biaya BHP Frekuensi

Stimulasi Pertumbuhan

Angkatan Kerja / Tenaga Kerja

Lapangan Kerja

Menarik investor luar negeri

Ketersediaan Jasa layanan pemerintah seperti e-government, e-procurement,

e-transaction, dan lainnya

Dan lain-lainnya

Page 98: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

85

Bahwa hasil ratio hasil cost benefit ratio dari aspek-aspek yang dapat dihitung

adalah 1,024 atau lebih besar cost nya dari pada benefit tangible yang terkait,

akan tetapi akan muncul benefit-benefit yang lain seperti :

Mampu merangsang pertumbuhan ekonomi dan diproyeksikan mampu

menambah PDB pada tahun 2016 yang diperkirakan sebesar 45 Trilyun

Rupiah.

Mampu menyerap lapangan pekerjaan pada tahun 2016 sekitar 87.753 dan

mengalami kenaikan setiap tahunnya

Mampu meningkatkan potensi pajak pada tahun 2016 sekitar 4 Trilyun

Rupiah.

Mampu memberikan potensi tambahan pendapatan BHP frekuensi sebesar

1,4 Trilyun pada tahun 2016 dan seterusnya mengalami kenaikan dan

diperkirakan pada tahun 2018 sudah mencapai 4,5 Trilyun rupiah.

Menarik investor luar negeri

Ketersediaan Jasa layanan pemerintah seperti e-government, e-procurement,

e-transaction, dan lainnya

Ketersediaan layanan Kesehatan

Ketersediaan layanan Pendidikan

Dan lain-lainnya

4.2 Saran / Rekomendasi

Berdasarkan hasil kajian yang ada, berikut ini beberapa hal yang dapat

direkomendasikan antara lain:

1. Beberapa potensi yang bisa memberikan digital dividend serupa di masa

mendatang, yang diperlukan kajian lebih lanjut adalah :

Alokasi band frekuensi untuk Satellite broadcasting

Alokasi frekuensi untuk Radio Konsesi Analog / Trunking

Alokasi frekuensi untuk Radio Broadcasting

2. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan kriteria-kriteria pada faktor ekonomi,

sosial dan kebutuhan alokasi frekuensi, alokasi frekuensi hasil digital dividend

yang paling tepat direkomendasikan digunakan untuk portofolio jasa layanan

Telekomunikasi dimana peruntukannya yaitu untuk Mobile Broadband,

dibandingkan dengan portofolio jasa layanan TIK lainnya yaitu penyiaran,

Ubiquitous Network, dan Keperluan Negara.

3. Untuk melakukan migrasi TV analog ke TV digital agar sukses pelaksanaanya

direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut :

a. Sosialisasi program migrasi tersebut kepada masyarakat

b. Mengalokasikan anggaran untuk kepentingan :

– Biaya sosialisasi

– Biaya Simulcast

– Memilih penyelenggara Multiplexing (1 TVRI dan 1 dari LPS, yang

dipilih berdasarkan kesepakatan antara pemerintah dan industri

broadcast)

Page 99: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

86

– Biaya pemberdayaan industri dalam negeri, khususnya untuk pengadaan

Set Top Box

– Biaya Subsidi Set Top Box untuk masyarakat yang kurang mampu

c. Berkoordinasi dengan Kementerian terkait, untuk pemberdayaan industri

dalam negeri

d. Industri Dalam Negeri memproduksi Set Top Box

e. Penyelenggara Multiplexing membangun sesuai rencana

f. Penjualan dan distribusi Set Top Box

4. Hasil analisa cost benefit ratio menunjukkan bahwa cost masih lebih tinggi

dibandingkan pendapatanya, namun masih ada benefit lainnya yang cukup besar

pengaruhnya diantaranya adalah :

a. Mampu merangsang pertumbuhan ekonomi dan diproyeksikan mampu

menambah PDB pada tahun 2016 yang diperkirakan sebesar 45 Trilyun

Rupiah.

b. Mampu menyerap lapangan pekerjaan pada tahun 2016 sekitar 87.753 dan

mengalami kenaikan setiap tahunnya

c. Mampu meningkatkan potensi pajak pada tahun 2016 sekitar 4 Trilyun

Rupiah.

d. Mampu memberikan potensi tambahan pendapatan BHP frekuensi sebesar 1,4

Trilyun pada tahun 2016 dan seterusnya mengalami kenaikan dan

diperkirakan pada tahun 2018 sudah mencapai 4,5 Trilyun rupiah.

e. Menarik investor luar negeri

f. Ketersediaan Jasa layanan pemerintah seperti e-government, e-procurement,

e-transaction, dan lainnya

g. Ketersediaan layanan Kesehatan

h. Ketersediaan layanan Pendidikan

Berdasarkan informasi hasil pengolahan di atas, direkomendasikan untuk

diteruskan rencana migrasi TV analog ke TV digital yang mampu memberikan

hasil spektrum frekuensi digital dividend di masa mendatang.

5. Slot minimal yang digunakan dalam pembagian alokasi frekuensi digital dividend

yaitu 10 MHz atau 20 MHz. Hal tersebut mengingat bahwa digital dividend akan

digunakan untuk mobile broadband atau teknologi netral.

6. Strategi migrasi harus didukung dengan sosialisasi migrasi TV analog ke digital.

Sedangkan untuk set top box dibiarkan dahulu tanpa subsidi (sesuai mekanisme

pasar) hingga dievaluasi bahwa subsidi set top box diperlukan. Untuk supplier set

top box pemerintah juga harus mendukung vendor dalam penyediaannya.

7. Digital dividend diberikan dengan metode beauty contest dan lelang. Selain itu

juga harus memperhatikan kompetisi sehingga tidak ada monopoli.

8. Pemerintah sebaiknya mendukung new business service yang akan muncul

dengan adanya mobile broadband yang menggunakan digital dividend.

9. PNBP dari digital dividend sebaiknya digunakan unutk pembangunan daerah

tertinggal, sehingga perekonomian meningkat

Page 100: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

87

..............2009. Bundesministerium fuer Wirtschaft.undTechnologie, reitbandstrategie

der Bundesregierung, www.bmwi.de.,

Aryanto, Hary. 2010. Sistem Penunjang Keputusan Dalam Penentuan Prioritas

Pemilihan Proyek Transmisi Sdh Menggunakan Metode Ahp & Expert

Choice. http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/131539-T%2027589-

Manajemen%20telekomunikasi-Pendahuluan.pdf (diakses pada 7 Juli 2011).

Churchill. Gilbert A and Iacobucci Dawn. 2005. Marketing Research:

Methodological Foundation. Ninth Edition, Thomson South-Western.

Data Statistik Ditjen Postel, 2009. Jakarta

Denny.2010. Alokasi Frekuensi. Kebijakan dan Perencanaan Spektrum Indonesia.

Koppostel. Jakarta. Indonesia.

Digital Dividend, How big is the slice of cake? And other questions on Spectrum

Policy and Broadcasting. European Broadcasting Union. EBU-UER

Engineering, AEGIS Spectrum. 2009. Review of Digital Dividend Options In Greece

Report Prepared for EETT. http://www.aegis-

systems.co.uk/download/2108/digitaldividendfinalreport.pdf (diakses pada 8

Juli 2011)

Gellatly, Alastair. 2006. A presentation to the Radcomms 2006 conference (11-12

December2006).

http://www.acma.gov.au/webwr/_assets/main/lib100990/alastair%20gellatly.

pdf (diakses pada 11 Juli 2011)

Hai, Pham Nhu. 2009. ITU BDT Seminar Transition from Analogue to Digital

Broadcasting: correlation between technical, economic and social costs and

advantages. http://www.itu.int/ITU-

D/tech/digital_broadcasting/SaranskJune2009/Presentations/Day3/Saransk_J

une2009_Day3_3.pdf (diakses pada 11 Juli 2011)

Henten, Anders. 2010. Spectrum war – The battle for the digital dividend spectrum.

http://vbn.aau.dk/files/44597246/ITS_Tokyo_digital_div_2.pdf (diakses pada

11 Juli 2011)

http://www.ri.go.id/id/index.php/content/view/index.php?option=com_content&task

view&id7021&Itemid=695 (diunduh jam 19.30, 9 juli 2011).

Ismail, Suhono, Hendrawan, Basuki Y Iskandar.2009. Perhitungan Pola Efisiensi

Penggunaan Spektrum Menggunakan Pendekatan Tekno Ekonomi Untuk Layanan

Selular di Indonesia. Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan

Komunikasi untuk Indonesia.

J. Arnold, M. Frater, M. Pickering, 2007.Digital Television, Wiley, New Jersey.

Mudrik Alaydrus.2010. ―Digital Dividend pada migrasi TV Analog ke TV Digital –

Prospek dan Dilema‖. Jurnal http://mtel.mercubuana.ac.id/wp-

content/uploads/2009/12/01digital_dividend.pdf (diakses pada 1 Juli 2011).

Page 101: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio oleh Penyelenggara Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

88

Muhammad Feriandi Mirza.2010. Optimasi Pemanfaatan Spectrum Di Pita Ultra High

Frequency(UHF) Untuk Layanan Siaran TV Digital Terestrial dan Mobile

Broadband di Wilayah Jabotabek. Tesis FT Elektro Universitas Indonesia

Nazir .2002. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Anggota IKAPI

Puslitbang SDM Kominfo.2008. Petunjuk Teknis, Penulisan Karya Tulis Ilmiah di

Lingkungan Puslitbang Postel.

Sekaran, Uma, 2006. Research Methods For Business .Metodologi Penelitian untuk

Bisnis. Edisi Pertama. Salemba Empat

U. Reimers. 2008. DVB, Digitale Fernsehtechnik, . Auflage, Springer Verlag, Berlin.

Page 102: Studi Optimalisasi Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Oleh Penyelenggara TIK

89