studi kasus pasien congestive heart failurerepository.stikespantiwaluya.ac.id/530/1/manuscript...
TRANSCRIPT
STUDI KASUS PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE
DENGAN MASALAH PENURUNAN CURAH JANTUNG
DI RUMAH SAKIT L MALANG
Siti Maimunah
Pembimbing (1) Emy Sutiyarsih, S.Kep., Ns., M.Kes, (2) Nanik Dwi A, S.Kep.,
M.Kes, (3) Fitri Chandra, S.Kep., Ns., M.Kep
Program Studi D-III Keperawatan Program RPL
STIKes Panti Waluya Malang
E-Mail: [email protected]
ABSTRAK
Congestive Heart Failure CHF merupakan penyakit kardiovaskuler yang dapat
menyerang siapa saja dan dapat menimbulkan kejadian fatal pada pasien, terutama
pada pasien CHF dengan masalah keperawatan penurunan curah jantung. Tujuan
penelitan ini untuk melaksanakan studi kasus Congestive Heart Failure (CHF)
dengan masalah Keperawatan Penurunan Curah Jantung yang disusun secara
sistematis. Metode penelitian ini menggunakan desain penelitian studi kasus,
Penelitian ini di laksanakan pada bulan 31 juli – 03 agustus 2020 di ruang Rawat
Inap P II Rumah Sakit L Malang, pada penelitian ini yang menjadi responden adalah
klien dengan masalah penurunan curah jantung yang mengalami sesak nafas, batuk-
batuk, oedema kedua tungkai, tanda-tanda vital frekuensi nadi meningkat, frekuensi
nafas meningkat, saturasi oksigen menurun. Hasil dari penelitian ini setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam didapatkan hasil curah jantung
membaik yang ditandai dengan sesak berkurang, batuk berkurang, edema
berkurang, tanda-tanda vital membaik, dan gambaran EKG membaik. Kerjasama
antar tim kesehatan, pasien, serta anggota keluarga pasien sangat diperlukan untuk
keberhasilan asuhan keperawatan, pasien dan keluarga yang kooperaktif dalam
implementasi keperawatan sangat membantu dalam pemberian asuhan keperawatan
dan dapat mencapai kriteria hasil dengan baik.
Kata Kunci: CHF, Penurunan Curah Jantung
ABSTRACK
Congestive Heart Failure CHF is a cardiovascular disease that can affect anyone
and can cause fatal events in patients, especially in CHF patients with nursing
problems with decreased cardiac output. The aim of this research was to carry out
a case study of Congestive Heart Failure (CHF) with a systematically arranged
cardiac output reduction nursing problem. This research method used a case study
research design, this research was conducted on 31 July - 03 August 2020 in the P
II Inpatient Room at L Malang Hospital, in this study the respondents were clients
with problems with decreased cardiac output who experienced shortness of breath,
coughing, edema of both legs, vital signs increased pulse rate, increased respiratory
rate, decreased oxygen saturation. The results of this study after nursing care for 3
x 24 hours showed that the cardiac output was improved which was marked by
reduced tightness, reduced cough, reduced edema, improved vital signs, and
improved ECG images. Cooperation between the health team, patients, and patient
family members is very necessary for the success of nursing care, patients and
families who are cooperative in nursing implementation are very helpful in
providing nursing care and can achieve the criteria of results well.
Keywords: CHF, Decreased Cardiac Output
PENDAHULUAN
Congestive Heart Failure CHF
adalah sindrom klinis progresif yang
disebabkan oleh ketidakmampuan
jantung dalam memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme
tubuh (Dipiro et al., 2015).
Congestive Heart Failure CHF
adalah kumpulan gejala yang
kompleks dimana seorang pasien
harus memiliki tampilan berupa:
Gejala gagal jantung (nafas pendek
yang tipikal saat istrahat atau saat
melakukan aktifitas disertai / tidak
kelelahan), tanda retensi cairan
(kongesti paru atau edema
pergelangan kaki), adanya bukti
objektif dari gangguan struktur atau
fungsi jantung saat istrahat (PDSKI
2015). Congestive Heart Failure
(CHF) atau gagal jantung merupakan
salah satu diagnosis kardiovaskular
yang paling cepat meningkat
jumlahnya (Schilling, 2014).
Di dunia, 17,5 juta jiwa (31%) dari 58
juta angka kematian di dunia
disebabkan oleh penyakit jantung
(WHO, 2016). Dari seluruh angka
tersebut, benua Asia menduduki
tempat tertinggi akibat kematian
penyakit jantung dengan jumlah
712,1 ribu jiwa. Sedangkan di Asia
Tenggara yaitu Filipina menduduki
peringkat pertama akibat kematian
penyakit jantung dengan jumlah
penderita 376,9 ribu jiwa. Indonesia
menduduki peringkat kedua di Asia
Tenggara dengan jumlah 371,0 ribu
jiwa (WHO, 2016). Berdasarkan data
Riskesdas tahun 2018, menunjukkan
prevalensi Penyakit Jantung
berdasarkan diagnosis dokter di
Indonesia sebesar 1,5%, Jawa Timur
(1,6%) dan (Riskesdas, 2018).
Februari 2017 hingga Oktober 2017
di Kota Malang sebanyak 33 orang.
Hasil: dari 33 pasien, 19 (57,6%) pria.
Kelompok usia terbanyak adalah < 60
tahun (17 pasien 51,5%) yang
mendapatkan perawatan (Sargowo,
2018). Dari data Rekam Medis RS L
pada tahun 2019 Pasien dengan
Congestive Heart Failure (CHF)
terdapat 129 kasus (1,82%) pasien
yang telah dilakukan perawatan dan
masuk dalam catatan 10 besar
penyakit di RS L.
Congestive Heart Failure CHF
merupakan kongestif sirkulasi akibat
disfungsi miokardium. Gagal jantung
kongestif terjadi ketika kemampuan
kontraktilitas jantung berkurang,
menimbulkan gerakan abnormal pada
dinding jantung, daya kembang ruang
jantung menjadi berubah, dan
ventrikel tidak mampu memompa
darah keluar sebanyak yang masuk
selama diastole (Deswani, 2011).
Preload pada ventrikel secara
progresif meningkat. Seiring dengan
peningkatan preload, sel-sel otot
ventrikel mengalami peregangan
melebihi batas panjang optimalnya.
Tegangan yang dihasilkan menjadi
berkurang karena ventrikel teregang
oleh darah. Semakin berlebih beban
awal dari ventrikel, semakin sedikit
darah yang dapat dipompa keluar,
sehingga afterload menurun.
Akibatnya volume sekuncup, curah
jantung dan tekanan darah turun,
kesadaran menurun hingga terjadi
kematian (Herdman, 2015).
Pada hasil wawancara pada Bulan
Desember 2019 fenomena yang di
dapatkan, Pada salah satu pasien
berjenis kelamin Laki-laki, berusia 58
tahun yang terdiagnosa Congestive
Heart Failure CHF didapatkan data,
pasien mengalami nyeri dada hilang
timbul dan memberat jika
beraktivitas, sesak jika berjalan jauh
atau naik tangga, keringat dingin,
lemas, untuk tidur pasien
menggunakan 2 bantal sebagai
penyanggah kepala. Sedangkan
Fenomena ke 2 pada pasien yang
dilakukan wawancara pada awal
bulan Januari 2020 didapatkan
seorang pasien berjenis kelamin Laki-
laki, berusi 45 tahun, dengan keluhan
Nyeri dada kiri tembus belakang,
dada terasa ampeg, sesak hilang
timbul, lemas disertai pusing,
Riwayat Hipertensi, Merokok, gemar
makan-makanan gorengan dan
berlemak, kedua pasien mendapatkan
perawatan di ruang diamon selama 5
hari dan diperbolehkan pulang
dengan penjadwalan kontrol 1
minggu setelah keluar dari RS L,
Pemberian asuhan keperawatan pada
pasien CHF harus segera dilakukan
untuk mencegah terjadinya
komplikasi, efusi pericardium dan
tamponade pericardium, serta
mengurangi angka mortalitas dan
morbiditas pada pasien. Peran
perawat terhadap pasien dengan CHF
yaitu melakukan asuhan keperawatan
penurunan curah jantung pada pasien
dengan Congestive Heart Failure
(CHF). Penulis melakukan asuhan
keperawatan meliputi pengkajian,
analisa data, rencana keperawatan,
implementasi dan evaluasi dengan
harapan agar dapat dijadikan sebagai
acuan untuk melakukan asuhan
keperawatan pada kasus Congestive
Heart Failure (CHF) dengan masalah
keperawatan penurunan curah jantung
di Rumah Sakit L Malang.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian yang di gunakan
pada Asuhan Keperawatan ini
menggunakan desain studi kasus yang
menggunakan batasan istilah Pada
Pasien CHF dengan masalah
Penurunan Curah Jantung dengan
mengalami sesak nafas, frekuensi
nafas 26x/ menit, Saturasi oksigen 98
%, frekuensi Nadi meningkat 106x/
menit, batuk-batuk, oedema kedua
tungkai. Lokasi dan waktu penelitian
di lakukan di Rumah Sakit L Ruang P
II pada tanggal 31 juli sampai dengan
03 agustus 2020. Penelitian dilakukan
selama 3 hari dengan menggunakan
teknik pengumpulan data berupa
wawancara, observasi, pemerriksaan
fisik dan studi dokumen yang
dilaksanakan melalui pembimbing
klinik di Rumah Sakit L Malang.
Etika penelitian yang mendasari
penyusunan studi kasus ini meliputi :
anonimity (tanpa nama) dan
confidentiality (kerahasiaan).
HASIL
Pada hasil studi kasus ini didapatkan
hasil bahwa pada pengkajian pasien
mengatakan bahwa pada tanggal tgl
30- 07-2020 jam 19:30, Klien datang
ke IGD Rumah Sakit L dengan
keluhan sesak nafas sudah 5 hari,
batuk sudah 5 hari, pada saat di
lakukan pengkajian dan pemeriksaan
Fisik, keadaan umum klien lemah,
Klien mengeluh nafas sudah 5 hari,
batuk sudah 5 hari, cepat lelah, perut
terasa agak membesar, sebah dan
penuh, kedua kaki bengkak, sering
terbangun karena sesak nafas, GCS
E:4 V:5 M:6, di lakukan pemeriksaan
TTV: TD: 128/91 mmHg, S: 36,9°C,
N: 106x/menit, RR: 26 x/menit,
dilakukan pemeriksaan laboratorium
dan foto thorak , klien mendapat
terapi cairan NaCL 0,9% 500ml 14
tts/ menit, serta injeksi IV Furosemid
20 mg/ jam, klien juga diberikan
oksigen Masker NRBM 10 lpm. Pada
pukul 19.00 pasien di pindahkan ke
ruang rawat inap P II kamar 3. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan bahwa
pasien tampak keadaan umum lemah,
kesadaran composmentis, GCS E4 V5
M6, pasien tampak sesak, terdapat
tarikan pada dinding dada pada saat
bernafas, Pada hasil foto X-Ray AP
didapatkan hasil :
Cor: Membesar ke kiri, CTR: 68 %
Pulmo: Vaskuler meningkat, tidak
tampak infiltrat kedua sinus tajam
Kesimpulan: Cardiomegali dengan
congestive pulmonum.
Setelah dilakukan pengkajian data
kepada pasien maka ditemukan
diagnosa keperawatan yaitu
Penurunan Curah Jantung
berhubungan dengan perubahan
Irama jantung, preload dan afterload
ditandai dengan gambaran EKG
(Irama Sinus tachicardia HR 126 x/
menit, RR 26x/ menit, MI lateral)
(D.0008), sesuai dengan Standar
Diagnosa Keperawatan Indonesia
tahun 2017.
Setelah ditemukan diagnosa
Keperawatan maka pada pasien
tersebut ditetapkan rencana
keperawatan yaitu Perawatan Jantung
sesuai dengan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia tahun
2017.Intervensi tersebut meliputi :
Perawatan Jantung (I.02075)
Observasi
1. Identifikasi tanda/gejala primer
Penurunan curah jantung (meliputi
dispenea, kelelahan, adema
ortopnea paroxysmal nocturnal
dyspenea, peningkatan CPV)
2. Identifikasi tanda /gejala sekunder
penurunan curah jantung (meliputi
peningkatan berat badan,
3. Monitor tekanan darah
4. Monitor intake dan output cairan
5. Monitor Berat Badan setiap hari
pada waktu yang sama
6. Monitor saturasi oksigen
7. Monitor keluhan nyeri dada (misal:
Intensitas, lokasi, radiasi, durasi,
presifitasi yang mengurangi nyeri)
8. Monitor EKG 12 sandapan
9. Monitor aritmia (kelainan irama
dan frekuensi)
10. Monitor nilai Laborat jantung
(misal: elektrolit, enzim jantung)
11. Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum dan
sesudah aktifitas
12. Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum pemberian
obat digoxin
Terapeutik
13. Posisikan pasien semi Fowler
atau fowler dengan kaki ke bawah
atau posisi nyaman
Kolaborasi
14. Berikan diet Jantung yang sesuai
Setelah ditetapkan rencana tindakan
kepada klien Congestive Heart
Failure dengan masalah penurunan
curah jantung maka telah dilakukan
implementasi kepada klien tersebut
sesuai dengan rencana keperawatan
yang telah dibuat.
Tahap terakhir pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien adalah
dengan melakukan evaluasi kepada
pasien yang dilakukan selama 3 hari.
Evaluasi yang dilakukan terhadap
pasien adalah sesuai dengan kriteria
hasil yang sudah ditetapkan pada
rencana tindakan keperawatan kepada
pasien yaitu :
Curah Jantung (SLKI, L.02008)
Curah jantung meningkat
1. Kekuatan nadi perifer meningkat
2. Ejection Fraction(EF) meningkat
3. Palpitasi menurun
4. Bradikardia menurun
5. Takikardia menurun
6. Gambaran EKG aritmia menurun
7. Lelah menurun
8. Edema menurun
9. Distensi vena jugularis menurun
10. Dispnea menurun
11. Oliguria menurun
12. Pucat/sianosis menurun
13. Paroxysmal noctural dyspnea
menurun
14. Orthopnea menurun
15. Batuk menurun
16. Suara Jantung S3 menurun
17. Suara jantung S4 menururn
18. Murumur jantung menururn
19. Berat badan menurun
20. Hepatomegali menurun
21. Pulmunary Vascular Resistance
(PVR) menurun
22. Tekanan darah membaik
23. Capillary Refill Time (CRT)
membaik
24. Pulmunary Artery wedge Presure
(PAWP) membaik
25. Central Venous Presure membaik.
PEMBAHASAN
1. Pngkajian
Berdasarkan hasil pengkajian, pasien
mempunyai diagnosa Congestive
Heart Failure dapat dibuktikan
dengan adanya hasil foto thorax yang
menunjukkan hasil Cor: Membesar ke
kiri, CTR: 68 %
Pulmo: Vaskuler meningkat, tidak
tampak infiltrat kedua sinus tajam
Kesimpulan: Cardiomegali dengan
congestive pulmonum.
dengan masalah Penurunan Curah
Jantung. Pada klien pengkajian
dilakukan melalui perantara
pembimbing klinik karena suatu
kondisi tertentu. Dengan keluhan
utama yaitu pasien mengatakan sesak
nafas, batuk. pada auskultasi
ditemukan adanya wheezing serta
frekuensi nafas yang abnormal yaitu
26 x/mnt. Menurut Kannel and Cobb
(2011), Faktor-faktor penyebab
Congestive Heart Failure CHF
diantaranya adalah kebiasaan
merokok, diabetes, hipertensi,
kolestrol, kelebihan berat badan
hingga stres. Perkembangan
hipertensi menjadi gagal jantung yang
didahului oleh hipertrofi ventrikel kiri
seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya terjadi bila hipertrofi
yang terjadi telah diluar batas
fisiologis peningkatan kontraksi
jantung maka kontraksi jantung justru
akan berkurang/melemah, ditambah
dengan peningkatan kebutuhan
oksigen otot jantung karena hipertrofi
menyebabkan pertambahan massa
otot jantung. Jadi, respon
kompensatorik sirkulasi yang pada
awalnya memberikan keuntungan
dalam mempertahankan curah
jantung, pada akhirnya justru
meningkatkan kerja jantung dan
menyebabkan gagal jantung.
Penurunan Curah Jantung di tandai
dengan Perubahan preload, Pasien
mengeluh lelah, terdapat edema,
distensi vena jugularis dan
pembersaran organ hati, Perubahan
afterload, Pasien mengalami dyspnea
(sesak nafas), tekanan darah
menurun, capillary refill time > 3
detik, produksi urine berkurang
(oliguria) dan sianosis. (PPNI, 2017)
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data yang ditemukan,
Klien memiliki masalah keperawatan
Penurunan Curah Jantung
berhubungan dengan perubahan
Irama Jantung, Frekuensi nadi 106x/
menit, Perubahan preload, Pasien
mengeluh lelah, terdapat edema,
distensi vena jugularis dan
pembersaran organ hati, Perubahan
afterload, Pasien mengalami dyspnea
(sesak nafas) frekuensi nafas 26x/
menit saturasi oksigen 98%, tekanan
darah menurun, capillary refill time >
3 detik, produksi urine berkurang
(oliguria) dan sianosis. Diagnosis
Penurunan Curah Jantung (SDKI,
D.0008) Yang di tandai
Gejala dan Tanda Mayor Subjektif :
1) Perubahan irama jantung :
Palpitasi.
2) Perubahan preload : lelah.
3) Perubahan afterload : Dispnea.
4) Perubahan kontraktilitas :
Paroxysmal nocturnal dyspnea
(PND); Ortopnea; Batuk.
Gejala dan Tanda Mayor Obyektif :
1) Perubahan irama jantung :
– Bradikardial / Takikardia.
– Gambaran EKG aritmia atau
gangguan konduksi.
2) Perubahan preload :
– Edema,
– Distensi vena jugularis,
– Central venous pressure (CVP)
meningkat/menurun,
– Hepatomegali.
3) Perubahan afterload.
– Tekanan darah meningkat /
menurun.
– Nadi perifer teraba lemah.
– Capillary refill time > 3 detik
– Oliguria.
– Warna kulit pucat dan / atau
sianosis.
4) Perubahan kontraktilitas
– Terdengar suara jantung S3 dan
/atau S4.
– Ejection fraction (EF) menurun.
3. Tujuan
Tujuan yang ditetapkan pada pasien
adalah untuk memberikan dan
memperbaiki Penurunan Curah
Jantung sehingga curah jantung
meningkat, kekuatan jantung dalam
memompa darah untuk memenuhi
pemenuhan metolisme tubuh tercapai,
klien tidak sesak, tidak cepat lelah dan
tidak edema. jika tidak ditatalaksana
lebih lanjut akan mengakibatkan
terjadinya perburukan keadaan dan
bahkan kematian. Tujuan yang telah
ditetapkan pada pasien, beberapa
kriteria hasil yang dapat dicapai yaitu
kekuatan nadi perifer meningkat,
takikardia menurun, gambaran EKG
aritmia menurun, lelah menurun,
edema menurun, Dyspnes menurun,
Orthopnea menurun, batuk menurun,
berat badan menurun, tekanan darah
membaik. Menurut teori SLKI PPNI
(2018)
4. Kriteria Hasil
Berdasarkan data yang telah
ditetapkan pada pasien sudah sesuai
dengan teori pada tinjauan pustaka
dan sudah disesuaikan dengan kondisi
pasien. Dari data pasien mengalami:
Sesak, Batuk, Perut sebah, nafsu
makan berkurang, Badan terasa
lemas, Tungkai oedema, dengan
berkurangnya tanda gelaja pada
pasien diharapkan curah jatung dapat
membaik dan kriteria hasil dapat
terpenuhi.
kriteria hasil yang ditetapkan pada
pasien bertujuan untuk mengevaluasi
apakah pada setiap tindakan atau
asuhan keperawatan pada pasien
dapat meningkatkan kondisi pasien.
Kriteria hasil yang telah ditetapkan
pada pasien sudah sesuai dengan teori
penulis pada tinjauan pustaka teori
SLKI PPNI (2018)
5. Intervensi
Pada klien dilakukan tindakan
keperawatan dan asuhan keperawatan
yang sesuai dengan tinjauan pustaka.
Peneliti merencanakan 14 intervensi
untuk pasien karena setiap intervensi
yang akan dilakukan disesuaikan
dengan keadaan dan kondisi terkini
pasien yang didapat saat pengkajian.
Intervensi tersebut bertujuan untuk
mendukung fungsi fisik dan regulasi
homeostatis dan termasuk dalam
subkategori sirkulasi yang memuat
kelompok intervensi yang
memulihkan fungsi jantung dan
pembuluh darah (SIKI PPNI, 2018).
Standar intervensi yang di berikan
pada pasien dengan penurunan curah
jantung yaitu, Identifikasi
tanda/gejala primer Penurunan curah
jantung (meliputi dispenea, kelelahan,
adema ortopnea paroxysmal
nocturnal dyspenea), Identifikasi
tanda /gejala sekunder penurunan
curah jantung meliputi peningkatan
berat badan, Monitor tekana darah,
Monitor intake dan output cairan,
monitor Berat Badan setiap hari pada
waktu yang sama, monitor saturasi
oksigen, monitor EKG 12 sandapan,
monitor aritmia (kelainan irama dan
frekuensi), monitor nilai Laborat
jantung, elektrolit, enzim jantung,
periksa tekanan darah dan frekuensi
nadi sebelum dan sesudah aktifitas,
Periksa tekanan darah dan frekuensi
nadi sebelum pemberian obat digoxin,
Posisikan pasien semi Fowler kaki ke
bawah atau posisi nyaman, berikan
diet Jantung yang sesuai yaitu 1900
kalori.
6. Implementasi
Pada klien intervensi yang telah
direncakan berjumlah 14, dan
dilakukan implementasi melalui
perantara dari pembimbing klinik.
Menurut pembimbing klinik pasien
sangat kooperatif sehingga
memudahkan peneliti dalam
melaksanakan implementasi
keperawatan.
Implementasi keperawatan
merupakan sebuah fase dimana
perawat melaksanakan rencana atau
intervensi yang sudah dilaksanakan
sebelumnya (Kozier, Erb, Berman, &
Snyder 2010). Implementasi
keperawatan membutuhkan
fleksibilitas dan kreativitas perawat.
Sebelum melakukan suatu tindakan,
perawat harus mengetahui alasan
mengapa tindakan tersebut dilakukan.
cara yang tepat, aman, serta sesuai
dengan kondisi klien, selalu
dievaluasi mengenai keefektifan dan
selalu mendokumentasikan menurut
urutan waktu (Debora, 2012).
implementasi merupakan tahap
perencanaan yang dibuat dan
diaplikasikan pada pasien. Tindakan
yang dilakukan mungkin sama,
mungkin juga berbeda, dengan urutan
yang telah dibuat pada perencanaan.
Aplikasi yang digunakan pada pasien
akan berbeda disesuaikan dengan
kondisi pasien saat itu dan kebutuhan
yang paling dirasakan oleh pasien
7. Evaluasi
Pada pasien yang dirawat, setelah 3
hari dilakukan asuhan keperawatan,
masalah Penurunan curah jantung
pada pasien masih belum teratasi
Evaluasi keperawatan merupakan
tindakan akhir dalam proses
keperawatan (Tarwoto & Wartonah
(2015), evaluasi asuhan keperawatan
didokumentasikan dalam bentuk
SOAP (subyektif, obyektif,
assessment, planing).
Evaluasi adalah proses keperawatan
yang menentukan apakah intervensi
keperawatan yang diberikan perawat
kepada klien telah berhasil
meningkatkan kondisi klien (Kozier
et al., 2010).
Evaluasi dari tindakan keperawatan
yang telah diberikan selama 3x24 jam
menunjukkan ada perubahan kondisi
yaitu pasien merasa sesak dan batuk
berkurang, badan lebih segar, edema
tungkai berkurang, irama jantung
reguler, EKG irama sinus Rytem
DAFTAR PUSTAKA
Debora, Oda. (2012). Proses
Keperawatan dan Pemeriksaan
Fisik. Jakarta : Salemba Medika
Deswani., (2011), Proses
Keperawatan dan Berpikir
Kritis, Salemba Medika,
Jakarta.
Dinarti, Aryani, R., Nurhaeni, H.,
Chairani, R., & Tutiany. (2013).
Dokumentasi Keperawatan.
Jakarta: CV.Trans Info Medika.
Herdman, T Heather. 2012. Diagnose
Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. (Alih
bahasa : Made Sumarwati dan
Nike Budhi Subekti. Barrarah
Bariid, Monica Ester, dan Wuri
Praptiani). Jakarta: EGC
Kannel WB, Cobb J. (2011). Left
ventricular hypertrophy and
mortality--results from the
Framingham Study.
Cardiology. 81(4-5):291-8.
Kozier,B.,Glenora Erb, Audrey
Berman dan Shirlee J.Snyder.
(2010). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan (Alih bahasa :
Esty Wahyu ningsih, Devi
yulianti, yuyun yuningsih. Dan
Ana lusyana). Jakarta :EGC
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Padila. 2013. Asuhan Keperawatan
Penyakit Dalam. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia
(PDSKI). (2015). Buku
Pedoman Tatalaksana Gagal
Jantung. Ed. 1
RIKESDA. (2018). Hasil Utama
RIKESDA. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI.
Sargowo, Edo, dan Vidyawato,
(2018). Karakteristik Pasien
Gagal Jantung di RS BUMN di
Kota Malang. CDK-268/ vol. 45
no. 9 th.
Schilling, J.D. 2014. Evaluation of
acute heart failure. In: Cuculich
PS, Kates AM, editors.
Cardiology subspecialty cosult
(3rd ed). Philadelphia: Wolters
Kluwer; p. 71 – 2.
Smeltzer, S.C. dan B.G Bare. (2015).
Buku Ajar Keperawatan
Medikal BedahBrunner &
Suddarth. Jakarta : EGC
Tarwoto, & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016).
Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (1st ed.). Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018).
Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018).
Standar Luaran Keperawatan
Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan (1st ed.).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. (2013).
Keperawatan Medikal Bedah 2,
Keperawatan Dewasa Teori
dan Contoh Askep. Yogyakarta
: Nuha Medika
Wilkinson CW. (2012). Rencana
Asuhan Keperawatan dan
Dokumentasi Keperawatan :
Diagnosa Keperawatan dan
Masalah Kolaboratif. Jakarta :
EGC
Yancy. CW. (2013). Guideline for
The Management of Heart
Failure. American Heart
Association.
Lampiran 1
Lampiran 2