strategi tiongkok dalam mendominasi hubungan . rah.h - jurnal.pdf · pdf filekepada...
Post on 08-Sep-2018
214 views
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
1
Strategi Tiongkok dalam Mendominasi Hubungan Kerjasama Ekonomi
dengan Zimbabwe (2000-2015)
Wiwit Tri Rahayu / 071311233082
Program S1 Ilmu Hubungan Internasional
Universitas Airlangga
(E-mail: wiwitalfyan@gmail.com)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa strategi yang digunakan oleh Tiongkok untuk
mendominasi dalam melakukan kerjasama bilateral di bidang ekonomi dengan Zimbabwe.
Zimbabwe sendiri merupakan negara yang memiliki kondisi ekonomi dan politik buruk
sehingga beresiko tinggi untuk dijadikan rekan kerjasama ataupun investasi. Analisa dominasi
Tiongkok dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat fakta bahwa Tiongkok cenderung bisa
mempengaruhi Zimbabwe dalam melakukan kesepakatan ekonomi. Pemerintah Zimbabwe
bahkan lebih memberikan kelonggaran kepada Tiongkok daripada perusahaan lokal hingga
sering dikecam merugikan perusahaan lokal. Kondisi tersebut dapat dicapai Tiongkok dengan
menerapkan strategi yang tepat, yaitu strategi yang disesuaikan dengan keadaan ekonomi
ataupun politik di Zimbabwe. Terlihat bahwasannya Tiongkok sering memberikan dukungan
kepada Zimbabwe ketika negara-negara lain sedang melakukan sanksi dan embargo. Tiongkok
juga memberikan banyak bantuan kepada pemerintah Zimbabwe untuk melakukan
pengembangan ketika IMF dan World Bank menghentikan pinjaman kepada Zimbabwe hingga
hutang-hutangnya dibayar. Dari hasil penelitian didapatkan analisis yang menunjukkan bahwa
Tiongkok menerapkan 2 (dua) strategi utama dalam mendominasi kerjasama ekonomi dengan
Zimbabwe, yaitu (1) prinsip non-intervensi dan (2) strategi bantuan luar negeri.
Kata kunci: Strategi Tiongkok, Zimbabwe, Non-Intervensi, Bantuan Luar Negeri.
ABSTRACT
This research tries to analyze the strategies on Chinas domination over bilateral cooperation
with Zimbabwe, particularly in economic sector. Data from various sources show that
Zimbabwe is a vulnerable country both economically and politically. Zimbabwe posses bad
politic and economic regime thus high risk for any cooperation or investation purposes. The
analysis of Chinas domination can be explained by the fact which China tend to be more
influential than Zimbabwe on doing their economic cooperation. Zimbabwe government even
tend to make Chinas enterprises interests go easier than local enterprises that harmful for its
local enterprises development. Such favorable condition only can be achieved by China trough
applying the right strategies based on Zimbabwe crises. China often provides Zimbabwe for
support while other countries are sanctioning and embargoing. Beside, China also give
Zimbabwe a lot of assistances for its development while International Monetary Fund (IMF)
and World Bank are postponing their loans due to Zimbabwes violation issues and
hyperinflation until the government of Zimbabwe pay off all the debt. By using descriptive
analysis through data, literature reviews, and theoretical framework this research found
evidences that proved the hypothesis regarding Chinas strategies to dominate its bilateral
mailto:wiwitalfyan@gmail.com
2
economic cooperation with Zimbabwe, which are by implementing both (1) non-intervention
and (2) foreign aid strategy.
Keywords: Chinas Strategy, Zimbabwe, Non-Intervention, Foreign Aids.
Pendahuluan
Hubungan Tiongkok dengan Zimbabwe sejatinya telah terjalin sejak tahun 1970-an
ketika terjadi perebutan atas kekuasaan dalam pemerintahan Zimbabwe pasca kemerdekaan
yang diperoleh dari Britania Raya. Dukungan tersebut diberikan kepada Zimbabwe African
National Union (ZANU) yang kemudian memenangkan perselisihan tuntuk mengisi kursi
pemerintahan. Terpilihnya pemimpin ZANU, Robert Mugabe menjadi presiden Zimbabwe
turut menjadi awal kemudahan bagi Tiongkok untuk melakukan kerjasama dengan Zimbabwe
(Edinger dan Burke, 2008: 2). Hubungan kerjasama antara keduanya kemudian semakin
mengalami peningkatan dengan dibentuknya Forum for China-Africa Cooperation (FOCAC)
pada tahun 2000. Sejak terjadinya FOCAC, pemerintah Tiongkok semakin banyak
memberikan dukungan dan bantuan kepada Zimbabwe yang dibalas dengan kemudahan akses
perusahaan Tiongkok terhadap kekayaan alam yang dimiliki oleh Zimbabwe. Hal ini sejalan
dengan tujuan dibentuknya FOCAC, yaitu upaya untuk melanjutkan reformasi ekonomi berupa
penerapan atas open door policy (Chow, 2004: 128). Dibentuknya FOCAC pada tahun 2000
tidak lain adalah upaya Tiongkok untuk melakukan re-engagement dengan negara-negara
Afrika yang didasari oleh banyaknya kebutuhan Tiongkok atas bahan mentah yang berasal dari
negara-negara Afrika, termasuk Zimbabwe.
Pada tahun 2001, hubungan Tiongkok dengan Zimbabwe juga turut mengalami
peningkatan sebagai akibat dari masuknya Tiongkok ke dalam World Trade Organization
(WTO). Sejak ketergabungannya, Tiongkok berusaha memenuhi aturan yang ada di WTO
seperti penurunan tarif hingga 12% yang secara tidak langsung memudahkan ekspor-impor
antara Tiongkok dengan Zimbabwe (Yang, 2003: 31). Tiongkok kemudian terus mengalami
pertumbuhan ekonomi yang pesat hingga dijuliki sebagai pabrik dunia pada tahun 2011.
Menjadi produsen utama dunia tentu turut meningkatkan kebutuhan Tiongkok sebagai negara
yang atas barang mentah untuk keeperluan produksi. Terlebih untuk menjaga nilai kompetitif
atas barang produksinya yang murah, Tiongkok perlu mengandalkan bahan mentah dari
negara-negara Afrika seperti Zimbabwe. Negara-negara dunia ketiga juga berfungsi bagi
Tiongkok untuk menjual barang-barang produksinya yang terkenal dengan kualitas sub-standar
sehingga sulit untuk bisa masuk ke pasar-pasar di negara maju (Yang, 2003: 31).
3
Dalam hubungannya dengan Zimbabwe, Tiongkok berhasil menjadikan Zimbabwe
sebagai negara untuk impor bahan mentah dan ekspor atas barang produksi jadi. Tiongkok
berhasil menguasai beberapa perusahaan yang berkaitan dengan kebutuhan bahan mentah
Tiongkok, seperti perusahaan di bidang agrikultur dan pertambangan. Tiongkok terbukti
berhasil mendominasi atas bidang tersebut, dibuktikan pada tahun 2008 Mineral Marketing
Corporation of Zimbabwe (MMCZ) menandatangani nota kesepakatan dengan perusahaan
nikel Tiongkok, Jinchuan Nickel Mining Company of China yang merupakan produsen nikel
dan kobalt terbesar di Tiongkok yang memiliki kapasitas produksi tahunan mencapai 130.000
ton nikel, 200.000 tembaga dan 6.000 ton kobalt (Anon, 2009). Pada tahun 2012 perusahaan
tembakau terbesar Tiongkok, Tian ze Tobacco juga berhasil menjadi pembeli utama atas
tembakau di Zimbabwe dengan nilai mencapai 21% dari total ekspor panen Zimbabwe. Hal ini
sejalan dengan kebutuhan Tiongkok akan tembakau untuk menutupi tingginya permintaan atas
konsumsi roko di negaranya (Mukwereza, t.t.: 4).
Selain banyaknya impor yang dilakukan atas bahan mentah, Tiongkok juga berhasil
menjual barang-barang produksi ke pasar Zimbabwe. Barang-barang asal Tiongkok bahkan
lebih diminati baik oleh penjual ataupun pembeli karena memiliki harga yang lebih kompetitif
dibandingkan dengan barang produksi lokal (Zimstat, 2015). Kondisi tersebut merupakan
beberapa bukti kecil dari adanya dominasi Tiongkok dalam melakukan kerjasama bilateral
dengan Zimbabwe, khususnya di bidang ekonomi. Dominasi tersebut ditunjukkan dengan
adanya posisi Tiongkok yang lebih dapat mempengaruhi Zimbabwe ketika melakukan
kerjasama ekonomi. Terlebih dengan melihat kondisi Zimbabwe, keberhasilan Tiongkok untuk
mampu bertahan melakukan kerjasama dengan Zimbabwe ditengah kecaman dari berbagai
pihak mengindikasikan adanya penerapan strategi tertentu. Penerapan strategi kemudian
dilakukan Tiongkok dengan menyesuaikan pada kondisi Zimbabwe yang sering mendapatkan
kecaman dan kehilangan sumber bantuan dari dunia internasional.
Pembentukan Forum for China Africa Cooperation (FOCAC)
Pembentukan FOCAC dinyatakan oleh Tiongkok sebagai bentuk new strategic
partnership yang memfasilitasi konsultasi dan dialog antara Tiongkok dengan negara-negara
Afrika, sehingga kerjasama antara keduanya dapat semakin komprehensif dilakukan (Meidan,
2004: 74). Forum ini digunakan oleh Tiongkok untuk menunjukkan kemampuannya dalam
memberikan dukungan terhadap negara-negara Afrika seperti dukungan yang diberikan
terhadap African Union (AU) dan New Partnership for Africans Development (NEPAD) yang
disampaikan saat deklarasi FOCAC tahun 2000 dan Addis Ababa Action Plan tahun 2003.
4
Melalui FOCAC, Tiongkok berupaya untuk memetakan permasalahan yang ada di negara-
negara Afrika kemudian menunjukkan kemampuannya untuk turut menyelesaikan
permasalahan tersebut. Hal ini dinilai oleh pengamat bahwa pembentukan FOCAC dengan
model interaksi yang sedemikian rupa dimaksudkan Tiongkok untuk dapat lebih menjaga
sumber bahan mentah yang ada di negara-negara Afrika dengan cara melahirkan kepercayaan
di negara anggota, termasuk Zimbabwe. Data pada Grafik 1 menunjukkan bahwasannya
kerjasama antara Tiongkok dan Zimbabwe cenderung mengalami kenaikan sejak terbentuknya
FOCAC pada tahun 2000 (Edinger dan Burke, 2008: 16).
Grafik 1: Ekspor dan Impor Tiongkok terhadap Zimbabwe
(Sumber: World Trade Atlas dalam Edinger dan Burke, 2008: 16)
Melalui ketergabungan Zimbabwe dalam FOCAC, Tiongkok melihat bahwa kondis