strategi dakwah rasulullah saw

Upload: ssc-pasar-minggu

Post on 30-Oct-2015

634 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

STRATEGI DAKWAH RASULULLAH SAWMakalahDiajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompokPada mata kuliah MANAJEMEN DAKWAH

Disusun oleh:1. Ahmad Jaelani 2. Lia Herlianti3. Sabila Beladina4. Ai MarfuahJURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAMFAKULTAS AGAMA ISLAMUNIVERSITAS GARUTJalanrayasamarang No. 52 AGarut 44151. tlp (0262) 23639KATA PENGANTARAlhamdullilah penulis bersyukur kepada Allah swt yang telah memberikan ilmu dan kemampuan kepada penulis sehingga terselesaikannya makalah ini, dan penulis banyak mengucapkan terima kasih pada Bapak Dosen Manajemen dakwah yang setiap pertemuan memberikan arahan yang tak bosan-bosannya sehingga kami banyak termotifasi untuk memaksimalkan pembuatan makalah ini.Harapan penulis semoga usaha dan terselesainya makalah ini menjadi amal jariah dan banyak manfaatnya pada temen-temen dan mahasiswa lain untuk menambah wawasan sekilas materi yang di bahas di makalah ini dan hanya kepada Allah swt kami memohon hidayah dan taufiknya. 27 Nop, 2012PenulisDAFTAR ISIKata Pengantar.. iDaftar Isi iiBAB I: PENDAHULUAN..1BAB II: PEMBAHASAN2.1 Dakwah Di Mekkah..32.2 Dakwah Di Madinah..52.3 Strategi Dakwah Rasulullah SAW Secara Umum7BAB III: PENUTUP3.1 Kesimpulan123.2 Saran.13Daftar Pustaka iiiBAB IPENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANGRasulullah Saw adalah contoh terbaik, dalam menggerakkan dan mengelola dakwah. Keberhasilannya dalam mengajak manusia kepada agama Allah, terhitung spektakuler. Bagaimana tidak, hanya dalam waktu 23 tahun beliau berhasil mengajak seluruh bangsa Arab dalam pelukan Islam, yang imbasnya secara alamiah dari generasi ke generasi Islam telah menyebar ke seantero jagad. Jumlah populasi muslim dunia ,kini yang mencapai kurang lebih 1.5 milyar tak lepas dari kiprah beliau selama 23 tahun tersebut.Bahasan di seputar keberhasilan dakwah, tak ada rujukan yang paling pantas kecuali merujuk pada warisan sunnah yang telah ditinggalkan manusia paling agung, yakni Muhammad Saw. Allah berfirman :Serulah kepada Allah atas dasar basyiroh, aku dan orang-orang yang mengikutiku. Maha suci Allah, aku tiada termasuk orang-orang musyrik ( Yusuf ;108 )Beberapa mufassir memberikan keterangan , yang dimaksud ala basyiroh pada ayat diatas adalah ala sunnah atau ala ilmin , maknanya ; dakawah kepada Allah hendaklah berdasar sunnah rasul-Nya. Perintah ini sangatlah logis, sebab telah terbukti dalam lembar sejarah Muhammad Saw sebagai rasul terakhir benar-benar telah berhasil dengan gemilang menjadikn Islam sebagai rahmatan lil alamin. Dan tak berlebihan kalau kemudian seorang peneliti barat Michael Hurt, menempatkan Muhammad Saw pada urutan pertama dari 100 tokoh dunia yang paling berpengaruh.Fakta yang terjadi pada era globalisai ini strategi dakwah yang diguakan para Dai dalam menyampaikan materi dakwahnya sama sekali kurang membuat masyarakat menjadi lebih terpesona dengan ajaran islamnya melainkan masyarakat malah menghindarinya dan bahkan jauh dari syariat islam dan strategi yang dilakukan oleh Rasulullah ketika berdakwah di Mekkah dan di Madinah.1.2 RUMUSAN MASALAHBerdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:1. Bagaimana Dakwah Rasulullah saw di Mekkah?2. Bagaimana Dakwah rasulullah saw di Madinah?3. Bagaimana dakwah Rasulullah Secara Umum (sirriyah dan jahriyyah)?1.3 TUJUAN Adapun beberapa tujuan dalam pembahasan makalah ini adalah:1. Agar Dapat Mengetahui Dakwah Rasulullah saw di Mekkah.2. Agas Dapat Mengetahui Dakwah Rasulullah saw di Madinah3. Agar Dapat Mengetahui dakwah Rasulullah Secara Umum (sirriyah dan jahriyyah).BAB IIPEMBAHASAN1. DAKWAH DI MEKAHA. Masyarakat Arab Jahiliyah Periode MakkahDalam bidang Agama, Bangsa Arab menyimpang dari ajaran agama Tauhid. Mereka ada yang memeluk agama Watsani (penyembah berhala), Yahudi, Nasrani, selain itu ada juga yang menyembah malaikat, bintang seperti yang dilakukan kaum Sabiin, matahari, bulan, dan jin yang dilakukan oleh sebagian masyarakat di luar Mekah.Dalam bidang sosial-politik;Ada dua bentuk sistem politik di dunia Arab;1) kedaulatan politik diperintah oleh raja, seperti Kerajaan Yaman;2) Tatanan politik kabilah yang menempatkan kepala masing-masing sebagai pemimpin.- Fanatisme golongan (kabilah), bila terjadi peperangan antar kabilah, yang kalah akan dijadikan budak oleh kabilah yang menang.- Merendahkan kedudukan perempuan- Kebiasaan buruk seperti berjudi, mabuk-mabukkan, berzina, mencuri, merampok dan membunuh bukan merupakan perbuatan yang salah.Dalam bidang ekonomi, masyarakat Mekah menggantungkan kehidupan ekonominya pada perdagangan.B. Sejarah dakwah Rasulullah pada Periode Makkah1. Dakwah secara diam-diam (sembunyi-sembunyi)Dakwah ini dilakukan setelah beliau menerima wahyu QS. Al-Mudatstsir/75: 1-6). Nabi berdakwah kepada keluarga terdekat dan teman-teman yang beliau yakini menerima dakwah beliau. 2. Dakwah di kalangan keluargaSetelah turun firman Allah swt QS. Asy-Syuar/26: 214 214. Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,beliau mengumpulkan keluarga beliau dan mengajak mereka untuk bertauhid kepada Allah swt dan meyakini bahwa beliau Rasul Allah. Di antara mereka ada yang masuk Islam, sebagian menolak dengan kasar, ada pula yang menolak dengan lembut. Yang paling kasar penolakannya adalah paman beliau sendiri yang bernama Abu Lahab.3. Dakwah secara terang-teranganDakwah ini dilakukan setelah beliau menerima perintah Allah dalam QS. Al-Hijr/15:94. 94. Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.Beliau berdakwah dengan menyeru di bukit Shaf.Pada periode ini tokoh besar bangsa Quraisy telah masuk Islam, yaitu Hamzah, paman beliau dan Umar bin Khattab ra.4. Dakwah kepada berbagai suku di sekitar MakkahSejak tahun kesepuluh dari kenabian, beliau berdakwah ke berbagai suku di sekitar Makkah. Di antara mereka yang bersedia masuk Islam terdapat beberapa orang Anshar di Madinah, pada mulanya jumlah mereka 6 orang, kemudian bertambah 12 orang dan disusul kemudian oleh 73 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Mereka inilah yang meminta Rasulullah dan para sahabatnya untuk berhijrah ke Madinah.C. Substansi dakwah Rasulullah SAW pada periode Makkah Ajakan Tauhd (QS.Al-Ikhlsh/112:1-4) Kepercayaan terhadap kerasulan Muhammad saw. Akhirat serta pembalasan (QS. Al-Qriah/101:1-11) 1. Hari kiamat,2. Apakah hari kiamat itu?3. Tahukah kamu Apakah hari kiamat itu?4. Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran,5. Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan.6. Dan Adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya,7. Maka Dia berada dalam kehidupan yang memuaskan.8. Dan Adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya,9. Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.10. Tahukah kamu Apakah neraka Hawiyah itu?11. (yaitu) api yang sangat panas. Kesucian jiwa, Akhlqul Karmah (QS.N/68:4) 4. Niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu[1516] sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu Mengetahui.[1516] Maksudnya: memanjangkan umurmu. Persamaan hak manusia Persatuan, menggalang persatuan sesama mukmin dan bersikap tegas terhadap orang kafir (QS. Al-Fat/48:29) 29. Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud[1406]. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.[1406] Maksudnya: pada air muka mereka kelihatan keimanan dan kesucian hati mereka. Persaudaraan, menebarkan kasih sayang dan menghindari peperangan Melebur kepentingan pribadi ke dalam kepentingan umum.D. Strategi Dakwah Rasulullah SAW pada periode Makkah (QS.An-Nal/16:125) 125. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.[845] Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil. Sembunyi-sembunyi /rahasia Terang-terangan Keteladanan ikmah Mauidhah asanah Mujdalah Tabsyr dan Tandzr Targhb dan Tarhb Al-Wadu dan Al-WadE. Bentuk-bentuk Keberhasilan Dakwah Rasulullah saw. Di Makkah Keimanan dan Akidah Akhlak Persamaan Hak Terbentuknya masyarakat muslim (ummat) Terbentuknya solideritas di antara mereka2. DAKWAH DI MADINAHA. Masyarakat yang dihadapi Rasulullah pada periode MadinahMasyarakat di Madinah ada tiga kelompok masyarakat, yaitu:1. Kaum muslimin yang setia kepada Nabi saw. Yang meliputi 2 kelompok, yaitu: 1) Anshar (penduduk asli Madinah, yang terdiri dari dua suku Aus dan Khajraj; 2) Muhajirin (kaum muslimin yang hijrah ke Madinah);2. Kelompok musyrik, yang kebanyakan tidak membenci Islam dan banyak yang akhirnya berpaling ke Islam.3. Kelompok Yahudi (komunitas pertama yang menetap di Yatsrib sejak abad pertama Masehi) yang telah berbaur dengan orang Arab, namun tetap fanatik dengan ajarannya (yang kebanyakan berbau magis dan pagan)B. Sejarah dakwah Rasulullah pada periode MadinahTahapan dakwah Rasulullah saw periode Madinah setidaknya ada 3 tahapan, yaitu:1. Masa Rintangan (dimulai dari awal tahun Hijriyah hingga disepakatinya perjanjian Hudaibiyah, tahun 6 H)2. Masa Perdamaian, dengan para pemimpin paganisme (hingga Fathu Makkah pada bulan Ramadhan 8 H)3. Masa Kemenangan, masa disaat manusia berbondong-bondong masuk Islam (hingga wafatnya Nabi saw.)C. Substansi dakwah dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah Mendirikan pemerintahan & masyarakat Islam Menerapkan hukum-hukum Islam sec. Kffah Menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia Konsolidasi & pengembangan daulah IslamD. Strategi dakwah dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah Dakwah dengan Mendirikan Masjid Dakwah dengan membangun pola persaudaraan. Dakwah dengan Perjanjian & Baiat- Perjanjian antar Kaum Muhajirin dan Anshar-Perjanjian dengan kaum Yahudi dan Nashrani-Perjanjian Hudaibiyah Dakwah dengan Peperangan Dakwah dengan Korespondensi & Utusan dgn Raja-raja Dakwah dengan Penerapan Sendi-sendi Hukum Islam dari segi Politik, Ekonomi dan social kemasyarakatan Dakwah dengan Akhlqul Karimah dalam Kehidupan Sehari-hari.E. Bentuk-bentuk Keberhasilan Dakwah Rasulullah saw. Di Madinah pranata sosial ekonomi pranata politik dan pemerintahan pranata militerF. Rahasia Keberhasilan Dakwah Rasulullah saw.1. Adanya konsistensi Nabi saw dengan kode etik dakwah2. Adanya keteladanan (uswah, qudwah) yang beliau berikan kepada para sahabat.G. Konsistensi dengan Kode Etik Dakwah1. Tidak memisahkan antara ucapan dan perbuatan (QS. Al-Baqarah/2:44, Ash-Shaff/:2-3)2. Tidak mencerca sesembahan lawan (non muslim) (QS. Al-Anm/3:108)3. Tidak melakukan kompromi dalam masalah agama (QS. Al-Kfirn:1-6)4. Tidak memungut imbalan (QS. Sab:47, Asy-Syuar:109, 127, 145, 164, 180; dan surat Hd:29 dan 51)5. Tidak melakukan diskriminasi sosial (QS. Abasa:1-2; Al-Anm:52 dan Al-Kahf:28)6. Tidak mengawani pelaku maksiat (QS. Al-Maidah:78-79)7. Tidak menyampaikan ha-hal yang tidak diketahui (QS. Al-Isr:36)3. STRATEGI DAKWAH RASULULLAH SAW SECARA UMUMRasulullah Saw adalah contoh terbaik, dalam menggerakkan dan mengelola dakwah. Keberhasilannya dalam mengajak manusia kepada agama Allah, terhitung spektakuler. Bagaimana tidak, hanya dalam waktu 23 tahun beliau berhasil mengajak seluruh bangsa Arab dalam pelukan Islam, yang imbasnya secara alamiah dari generasi ke generasi Islam telah menyebar ke seantero jagad. Jumlah populasi muslim dunia ,kini yang mencapai kurang lebih 1.5 milyar tak lepas dari kiprah beliau selama 23 tahun tersebut.Bahasan di seputar keberhasilan dakwah, tak ada rujukan yang paling pantas kecuali merujuk pada warisan sunnah yang telah ditinggalkan manusia paling agung, yakni Muhammad Saw. Allah berfirman :Serulah kepada Allah atas dasar basyiroh, aku dan orang-orang yang mengikutiku. Maha suci Allah, aku tiada termasuk orang-orang musyrik ( Yusuf ;108 )Beberapa mufassir memberikan keterangan , yang dimaksud ala basyiroh pada ayat diatas adalah ala sunnah atau ala ilmin , maknanya ; dakawah kepada Allah hendaklah berdasar sunnah rasul-Nya. Perintah ini sangatlah logis, sebab telah terbukti dalam lembar sejarah Muhammad Saw sebagai rasul terakhir benar-benar telah berhasil dengan gemilang menjadikn Islam sebagai rahmatan lil alamin. Dan tak berlebihan kalau kemudian seorang peneliti barat Michael Hurt, menempatkan Muhammad Saw pada urutan pertama dari 100 tokoh dunia yang paling berpengaruh.Pada season ini, akan disajikan secara garis besar bagaimana rasulullah Saw dalam meletakkan strategi dakwah, hingga pengaruhnya semakin meluas sepanjang zaman.A. Fase Dakwah Rasulullah.Dalam catatan para sejarawan, disepakati fase dakwah rasulullah secara global ada dua tahapan, dakwah sirriyah dan dakwah jahriyyah. Dakwah sirriyah dijalaninya selama kurang lebih 3 tahun di awal masa kenabian, sementara dakwah jahriyyah diawali setelah Allah memerintahkan beliau dengan turunnya surat Al-Hijr ayat ; 92.Keberhasilan dakwah rasulullah yang paling menonjol pada masa dakwah sirriyah, dapat diringkas ada 3 strategi penting dan sangat mendasar , antara lain ;a). Dakwah dengan cara rekruitment ( ad-dawah alal isthifa ).Dari sekian banyak masyarakat quraisy, yang dibidik pertama rasulullah pada masa ini meliputi ; dari kalangan wanita istrinya sendiri Khadijah, dari kalangan remaja Ali bin Abi Thalib, dan dari kalangan pemuka dan tokoh masyarakat adalah Abu Bakar As-shidiq. Ketiga tokoh ini , memang menjdi titik strategis dalam menentukan perjalanan dakwah rasulullah berikutnya, terutama peran Khadijah yang mendukung total dakwah beliau dengan pertaruhan total seluruh harta dan jiwanya, dan peran Abu Bakar yang mampu melebarkan dakwah ke kalangan para elit quraisy. Menurut keterangan seorang sejarawan yang bernama Ibnu Ishak, masuk Islamnya Abu Bakar ( Ibnu Qohafah ) tak lama kemudian berhasil digandeng pemuka-pemuka quraisy ke dalam barisan dakwah rasulullah, antara lain ; Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam , Saad bin Abi Waqas dan Thalhah bin Ubaidillah. Keenam sahabat inilah yang memiliki peran penting dalam membentuk generasi assabiquunal awwalun ( generasi pertama Islam ).b), Dakwah dengan memberdayakan kaum wanita. wanita di masa awal dakwah terus diberdayakan oleh rasulullah, karena kaum wanita sesungguhnya memiliki kekuatan dahsyat, bila ini diperdayakan untuk gerakan dakawah akan menghasilkan hasil yang sangat pesat. Pada konteks ini, yang menjadi titik sentral adalah peran Khadijah yang berhasil mendidik putri-putri Rasulullah , mendukung dakwah beliau. Peran kedua dijalankan oleh Asma binti Abu Bakar , yang menjadi pahlawan pada perjalanan hijrah beliau ke Madinah. Dari kedua wanita iilah secara bertahap wanita-wanita terkemuka quraisy , masuk Islam diantaranya bibi Rasulullah dari jalur bapaknya.c), Dakwah difokuskan pada pembinaan aqidah.Pembinaan aqidah pada masa awal risalah difokuskan di rumah salah seorang sahabat yang bernama Arqom bin Abil Arqom, di pinggiran kota Makkah. Inilah tempat pendadaran dan penggemblengan sejumlah sahabat utama rasulullah. Di rumah ini pulalah Umar bin Khattab diislamkan Rasulullah. Di rumah ini pullalah sahabat Musab bin Umair dididik rasulullah, yang nantinya sahabat ini dipercaya rasullah membuka dakwah di kota Yastrib.Kemudian pada fase dakwah jahriyyah, point-point penting yang mendorong keberhasilan dakwah rasulullah,antara lain ;a). Dakwah kepada kerabat ( dawatul aqrobin ).Media pertemuan-pertemuan keluarga dijadikan sarana rasulullah untuk mengajak kaum kerabatnya yang tergolong kelas pemimpin di mata masyarakat quraisy. Pada masa ini , berhasil direkrut dua paman rasulullah yang menjadi pembela dakwah beliau , pertama Abu Thalib , meski belum mau menerima ajaran Islam , namun inilah palang pintu utama rasulullah dalam menghadapi intimidasi kaum quraisy. Kedua , Hamzah bin Abdul Mutholib, selain telah menerima ajaran Islam , beliau inilah yang menjadi palang pintu kedua rasulullah dalam menghadapi intimidasi dari Abu Jahl dan Abu Lahab. Ketokohan Hamzah bin Abdul Mutholib dari sisi keparajuritan di mata masyarakat quraisy, jelas memperkuat posisi dakwah rasul di Makkah saat itu.b). Dakwah dengan menggunakan media umum ( dakwah ammah ).Media media umum yang bisa dipergunakan untuk dakwah tak luput dari perhatian rasulullah dalam menegakkan dakwah risalah. Pada masa ini yang perlu digaris bawahi adalah dipergunakannya momentum haji oleh rasulullah untuk dakwah, hingga berhasil bergabung dalam barisan dakwah beliau 12 orang dari suku Aus dan Khazroj dari Madinah pada musim haji. Pada musim haji berikutnya , 12 orang ini membawa 70 orang dari Madinah yang bersedia masuk Islam dan setia membela rasul dalam perjuangan dakwahnya. Peristiwa inilah yang dikenal dalam sejarah dengan sebutan Baaitul aqobah pertama dan Baaitul aqobah kedua.

c). Dakwah dengan tulisan ( surat ) Rasulullah tidak meninggalkan peran dunia tulis menulis dalam dakwahnya, meskipun beliau ditakdirkan sebagai seorarng yang buta huruf, lewat parea sahabatnya beliau menggunakan tulisan untuk menjangkau sasaran dakwah yang sangat jauh. Seperti beliau mengirim surat kepada para raja, untuk diajak beriman kepada Allah. Diantaranya yang berhasil masuk Islam adalah raja Najasi di Habasyah ( Ethiophia Afrika ), yang dalam perjalanan dakwah Islam raja Najasyi kontribusinya tidak kecil. Kegiatan tulis menulis inilah yang dikemudian hari dikembangkan oleh para sahabat beliau dan para tabiin untuk menyebarkan dakwah Islam ke seluruh pelosok dunia. Bahkan di kalangan sahabat dan tabiin, hampir semua ulama meninggalkan karya yang bisa dibaca dan diwriskan pada generasi berikutnya.

Itulah beberapa point-point penting yang bisa disajikan dalam makalah inii, tentunya tak mungkin kita bahas semua strategi dakwah rasulullah pada kesempatan ini, karena terbatasnya waktu dan kesempatan. Namun yang paling penting bagaimana kita bisa meneladani strategi dakwah beliau , di era abad informasi ini, guna terus menggelorakan dakwah Islam di muka bumi ini. BAB IIIPENUTUPA. KESIMPULANDakwah Rasulullah saw di Mekkah pada awalnya secara sembunyi-sembunyi dan kemudian setelah banyak orang-orang quraisy yang masuk islam maka dakwah Rasulullah saw mulai terang-terangan yang di pelopori melalui Umar bin Khattab r.a.Strategi dakwah Rasulullah saw pada periode Mekkah ini ialah sebagai berikut:Sembunyi-sembunyi /rahasiaTerang-teranganKeteladananikmahMauidhah asanahMujdalahTabsyr dan TandzrTarghb dan TarhbAl-Wadu dan Al-WadStrategi dakwah dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah Dakwah dengan Mendirikan MasjidDakwah dengan membangun pola persaudaraan.Dakwah dengan Perjanjian & BaiatPerjanjian antar Kaum Muhajirin dan AnsharPerjanjian dengan kaum Yahudi dan NashraniPerjanjian HudaibiyahDakwah dengan PeperanganDakwah dengan Korespondensi & Utusan dgn Raja-rajaDakwah dengan Penerapan Sendi-sendi Hukum Islam dari segi Politik, Ekonomi dan social kemasyarakatanDakwah dengan Akhlqul Karimah dalam Kehidupan Sehari-hari.Strategi dakwah secara sembunyi (sirriyyah):Dakwah dengan cara rekruitment ( ad-dawah alal isthifa ).Dakwah dengan memberdayakan kaum wanita.Dakwah difokuskan pada pembinaan aqidah.Strategi dakwah secara terang-terangan (jahriyyah):Dakwah kepada kerabat ( dawatul aqrobin ).Dakwah dengan menggunakan media umum ( dakwah ammah ).Dakwah dengan tulisan ( surat )B. SARANAlhamdulillah berkat rahmat dan hidayah Allah swt kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Strategi dakwah Rasulullah saw ini dengan sekemampuan kami. Semoga para pembaca dapat mengambil hikmah dari makalah yang kami tulis ini. Namun kami selaku penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan yang harus segera diperbaiki. Maka dari itu kami meminta kepada pembaca untuk menganalisis kembali makalah kami serta menambahkan hal-hal yang kurang dan memberikan saran dan kritik yang membangun agar dalam pembuatan makalah kedepnnya kami bisa lebih berhati serta memiliki banyak pengalaman dari pembaca.BAB IIIPENUTUPC. KESIMPULANDakwah Rasulullah saw di Mekkah pada awalnya secara sembunyi-sembunyi dan kemudian setelah banyak orang-orang quraisy yang masuk islam maka dakwah Rasulullah saw mulai terang-terangan yang di pelopori melalui Umar bin Khattab r.a.Strategi dakwah Rasulullah saw pada periode Mekkah ini ialah sebagai berikut:Sembunyi-sembunyi /rahasiaTerang-teranganKeteladananikmahMauidhah asanahMujdalahTabsyr dan TandzrTarghb dan TarhbAl-Wadu dan Al-WadStrategi dakwah dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah Dakwah dengan Mendirikan MasjidDakwah dengan membangun pola persaudaraan.Dakwah dengan Perjanjian & BaiatPerjanjian antar Kaum Muhajirin dan AnsharPerjanjian dengan kaum Yahudi dan NashraniPerjanjian HudaibiyahDakwah dengan PeperanganDakwah dengan Korespondensi & Utusan dgn Raja-rajaDakwah dengan Penerapan Sendi-sendi Hukum Islam dari segi Politik, Ekonomi dan social kemasyarakatanDakwah dengan Akhlqul Karimah dalam Kehidupan Sehari-hari.Strategi dakwah secara sembunyi (sirriyyah):Dakwah dengan cara rekruitment ( ad-dawah alal isthifa ).Dakwah dengan memberdayakan kaum wanita.Dakwah difokuskan pada pembinaan aqidah.Strategi dakwah secara terang-terangan (jahriyyah):Dakwah kepada kerabat ( dawatul aqrobin ).Dakwah dengan menggunakan media umum ( dakwah ammah ).Dakwah dengan tulisan ( surat )D. SARANAlhamdulillah berkat rahmat dan hidayah Allah swt kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Strategi dakwah Rasulullah saw ini dengan sekemampuan kami. Semoga para pembaca dapat mengambil hikmah dari makalah yang kami tulis ini. Namun kami selaku penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan yang harus segera diperbaiki. Maka dari itu kami meminta kepada pembaca untuk menganalisis kembali makalah kami serta menambahkan hal-hal yang kurang dan memberikan saran dan kritik yang membangun agar dalam pembuatan makalah kedepnnya kami bisa lebih berhati serta memiliki banyak pengalaman dari pembaca.BAB IVDAFTAR PUSTAKAAl-Quran dan TerjemahSyamsuri, 2006, Pendidikan Agama Islam Untuk Kelas X, Edisi KTSP, Jakarta: Penerbit Erlangga.Wahyu Ilahi, 2007, Pengantar Sejarah Dakwah, Jakarta: Kencana.M. Hamid, 1997, Mutiara Kisah 25 Nabi & Rasul Dalam Al-Quran, Surabaya: CV. Karya UtamaDan beberpa sumber lain yang relevan

MAKALAH SIROH INI DITULIS DARI SEGI TINJAUAN DAWAH.Disusun oleh : David Tugas Setyawan

A. PENDAHULUAN . [1] :Bagi seorang muslim yang mengakui Allah sebagai Robbnya dan Muhammad sebagai Rosul teladannya, serta mengetahui bahwa Islam sangat menekankan pemeluknya untuk selalu menuntut ilmu, maka termasuk dari ilmu yang cukup penting untuk dipelajari yaitu, ilmu tentang siroh Nabi Shollallahu Alaihi wa Sallam. Di dalamnya mencakup sejarah kehidupan beliau, baik mengenai ibadah, muamalah dengan ahli keluarga, sahabat, orang-orang yang menolong beliau dan musuh-musuhnya. Sebab Nabi Muhammad adalah seorang panutan dan imam, yang semua orang akan memperoleh hidayah dengan menempuh cahaya tuntunan dan sunnahnya.[2]Allah berfirman : Sungguh, telah ada pada (diri) Rosululloh itu terdapat suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharab (rahmat) Allah dan (kedatangan)hari kiamat dan banyak mengingat Allah. (QS. Al-Ahzab : 21)Salah satu penggalan episode kehidupan Rosululloh yang wajib untuk kita ketahui, pelajari, hayati dan amalkan dalam kehidupan sebagai seorang muslim adalah peristiwa perjanjian Hudaibiyah. Az-Zuhri pernah melukiskan betapa perjanjian Hudaibiyah adalah suatu peristiwa yang benar-benar signifikan dan agung sebagai pijakan ke depan bagi perkembangan dawah islamiyah berikutnya. Az-Zuhri menyatakan : .Tidaklah ada sebuah kemenangan lebih agung daripada perjanjian Hudaibiyah yang telah terjadi sebelumnya, Karena (sebelumnya) yang ada hanyalah peperangan demi peperangan, jika terjadi pertemuan (antara pihak muslim dan musyrikin). Namun ketika terjadi perjanjian Hudaibiyah, maka muncullah gencatan senjata sehingga dari pihak muslimin dan musyrikin pun merasa aman. Apabila terjadi pertemuan antara kedua belah pihak, maka mereka akan saling bertukar pikiran dan informasi. Sampai-sampai tidak ada seorang pun yang berakal diajak untuk masuk Islam, melainkan dia memeluk Islam. Sungguh telah masuk ke dalam pangkuan Islam pada kedua tahun itu, sejumlah manusia yang sama banyaknya seperti sebelum peristiwa Hudaibiyah, bahkan lebih banyak lagi.[3]B. TAHAP PERKEMBANGAN DAWAH DAN JIHADPADA PERIODE MADINAHSyaikh Safiyurrohman al-Mubarokfuri dalam kitabnya memaparkan bahwa perkembangan dawah dan jihad pada periode Madinah terbagi menjadi 3 tahapan, yaitu[4] :1) Tahap pembentukan masyarakat yang Islami dan pengokohan dawah Islam. Pada tahapan ini terjadi banyak sekali pertentangan dan pertarungan dari dalam Islam maupun dari luar Islam yang menghendaki tercabutnya akar-akar kekuatan dawah kaum muslimin. Tahap ini selesai dengan kemenangan kaum muslimin dalam banyak pertempuran-pertempuran dan terjadinya perjanjian Hudaibiyah pada dzul qodah tahun ke-6 hijriyah.2) Tahap kesepakatan perjanjian dengan musuh bebuyutan yang paling besar dan penyebaran dawah Islam kepada raja-raja di dunia serta penumpasan komplotan-komplotan yang memusuhi Islam. Tahapan ini berakhir dengan terjadinya fathu Makah pada bulan romadhon tahun ke-8 hijriyah.3) Tahap penerimaan utusan-utusan bersamaan dengan masuknya manusia ke dalam agama Allah berbondong-bondong. Tahap ini berlangsung sampai wafatnya Rosululloh Shollallahu Alaihi wa Sallam pada bulan Robiul Awwal tahun ke-11 hijriyahBila kita cermati ternyata perjanjian Hudaibiyah memang memberikan suatu dampak yang besar bagi perkembangan dawah Islam. Sebab pada saat perjanjian ini terjadi berhentilah pertentangan dan pertarungan yang muncul dari dalam Islam maupun dari luar yang selalu memusuhi kaum muslimin.C. KRONOLOGI SINGKAT PERISTIWA PERJANJIAN HUDAIBIYAHi.i. Apa Itu Hudaibiyah :Hudaibiyah adalah nama sebuah sumur yang berjarak 22 km sebelah barat daya Makkah, sisi-sisinya termasuk perbatasan tanah haram Makkah dan sebagian besar tidak termasuk.[5]ii. Kapan Terjadinya Perjanjian Hudaibiyah :Perjanjian Hudaibiyah terjadi pada bulan Dzul Qadah tahun ke-6 hijriyah :iii. Wakil Rosululloh di Madinah :Berkata Ibnu Hisyam Rosululloh mewakilkan kepemimpinan kota Madinah kepada seorang sahabat yang bernama Numailah bin Abdullah al-Laitsi.iv. Tujuan Rosululloh Pergi ke MakkahRosululloh bermaksud untuk melaksanakan ibadah umroh. Ini untuk menampakkan hakikat syiar kaum muslimin terhadap Kabah dan pengagungan mereka terhadapnya, serta untuk membantah propaganda kaum Quraisy bahwa kaum muslimin tidak mengakui kemuliaan Kabah.[6]v. Umroh Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi wa SallamNabi Muhammad berumroh setelah hijroh ke Madinah sebanyak 4 kali, dan semuanya dilaksanakan pada bulan Dzul Qadah.[7]1) (Umroh Hudaibiyah) pada tahun ke-6 hijriyah2) / (Umroh Qodhiyah/Umroh Qodho) pada tahun ke-7 hijriyah.Beliau memasuki Kota Makkah dan tinggal di sana selama 3 hari, lalu pulang setelah menyempurnakan umrohnya. Para ulama berselisih paham mengenai apakah umroh qodho ini adalah umroh sebagai pengganti umroh pada tahun sebelumnya yang tidak terlaksana atau umroh lain yang bukan merupkan umroh pengganti. Ada dua riwayat dari imam Ahmad yang salah satunya mengatakan bahwa itu adalah umroh pengganti. Dan ini adalah pendapatnya Abu Hanifah. Mereka beralasan karena umroh yang kedua ini dinamai dengan umroh qodho, maka ia berarti umroh pengganti dari umroh yang sebelumnya.Pendapat kedua ini ada dua alasan, yang pertama pendapat imam Malik. Ia berpendapat umroh qodho bukanlah umroh pengganti dari umroh sebelumnya, karena kata qodho() di sini berasal dari kata al-muqodhoh ()[8] sebab Rosululloh bisa mengalahkan penduduk Makkah sehingga beliau dapat melaksanakan umroh. Bukan berasal dari kata qodho qodho an ( ), oleh karena itu dinamai dengan umroh qodhiyyah.Alasan kedua, para sahabat yang terhalang dari umroh pertama berjumlah 1400 orang, dan pada umroh qodhiyah ini tidak semua sahabat ikut serta. Seandainya ini adalah umroh pengganti, tentu mereka semua tidak akan tertinggal satu orang pun kecuali dia akan ikut serta bersama Rosululloh dalam umroh kedua ini.3) Umroh dari JironahKetika beliau Shollallahu Alaihi wa Sallam telah membagi ghonimah dari Hunain.4) Umroh yang Rosululloh gabungkan bersama dengan haji (qiron) pada waktu haji wada.vi. Peristiwa-peristiwa Yang Terjadi Sejak Sebelum Keberangkatan ke Makkah Hingga Sebelum Terjadi Perjanjian Hudaibiyah Seruan Rosululloh kepada manusia untuk keluar bersamanya.Rosululloh menyeru orang-orang Arab para penduduk desa yang berada di sekitar Madinah untuk keluar bersamanya, sehingga mereka menuju Makkah dalam jumlah yang banyak. Sebab beliau khawatir jika orang-orang Quraisy akan menghalangi dan memerangi mereka sebelum tiba di Baitullah. Tetapi banyak dari penduduk desa ini yang merespon panggilan ini dengan lambat bahkan menolaknya. Lalu beliau keluar bersama kaum Muhajirin, Anshor dan kabilah-kabilah Arab lainnya. Jumlah mereka sekitar 1400 orang[9]. Al-Qur an telah mengungkap dan menyingkap apa yang sebenarnya mereka sembunyikan dalam hati dalam surat Al-Fath ayat 11-12 : (11) (12)Orang-orang Badui yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan mengatakan:Harta dan keluarga kami telah merintangi kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami. Mereka mengucapkan dengan lidah mereka apa yang tidak ada pada hati mereka. Katakanlah:Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika dia menghendaki kemudharatan bagimu atau jika Dia menghendaki manfaat bagimu. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. Tetapi kamu menyangka bahwa Rosul dan orang-orang mukmin tidak akan sekali-kali kembali kepada keluarga mereka selama-lamanya dan syaitan telah menjadikan kamu memandang baik dalam hatimu persangkaan itu dan kamu telah menyangka dengan persangkaan buruk dan kamu menjadi kaum yang binasa. (QS. Al-Fath: 11-12)Mujahid dan Ibnu Abbas meyebutkan yang dimaksud Arob dalam ayat ini adalah kabilah Ghifar, Muzainah, Juhainah, Aslam, Asyja dan ad-Dail. Merekalah orang Arab Badui yang berada di sekitar Madinah.[10]Rosululloh juga membawa sejumlah hewan qurban, beliau membawa sekitar 700 unta, agar memberikan rasa aman bagi manusia bahwa umroh ini bertujuan untuk berziarah dan mengagungkan baitullah. Rosululloh dan para sahabat dalam perjalanan menuju MakkahSesampainya rombongan di Dzul Hulaifah mereka berhenti untuk mendirikan sholat dan mulai mengenakan pakaian ihrom. Rosululloh memasang kalung di sejumlah leher binatang sebagai tanda bahwa binatang itu dipersiapkan untuk korban.[11] Rosululloh menugaskan Basar bin Sufyan al-Khuzai melakukan kegiatan spionase terlebih dulu di tengah-tengah pihak Quraisy, untuk mencari informasi tentang keadaan, sikap dan langkah mereka terhadap rombongan Rosululloh.[12]Setelah rombongan sampai di Rauha[13], Rosululloh mendapat kabar bahwa musuh siap menyerang. Lalu beliau mengirim beberapa sahabat untuk memastikan hal itu. Rombongan kembali melanjutkan perjalanan. Setibanya di Usfan[14] mereka bertemu dengan Basar bin Sufyan al-Khuzai, lalu ia melapor kepada Rosululloh bahwa orang-orang Quraisy telah mendengar kabar kedatangan beliau, kemudian mereka membawa anak istri keluar dari Makkah sambil bertekad untuk tidak mengizinkan beliau memasuki Makkah. Sementara itu Kholid bin Walid dan tentaranya sudah menghadang di Kira al-Ghamim.[15] Rosululloh bersama sahabat di Usfan mendirikan sholat Khauf, karena suasana yang genting di sana.[16]Rosululloh langsung mengajak para sahabat bermusyawarah. Beliau mengusulkan untuk menyerang beberapa perkampungan yang bersekutu dengan Quraisy, agar mereka minta bantuan kepada Quraisy untuk mempertahankan wilayah dari serangan kaum muslimin. Namun Abu Bakar mengingatkan Rosululloh kalau mereka pergi dengan tujuan untuk umroh bukan untuk berperang, bila nanti ada yang menghalangi maka terpaksalah ia dibunuh. Akhirnya Nabi Muhammad pun menyetujui usul ini.[17] Rosululloh dan para sahabat di HudaibiyahRosululloh dan para sahabat selalu mencari jalan lain di perjalanan untuk menghindari kontak fisik dengan pihak musyrikin. Ketika rombongan ini hampir memasuki Hudaibiyah, tiba-tiba unta yang dikendarai Nabi yaitu Qashwa menderum tak bergerak. Para sahabat berkata:Qaswa mogok dan tidak mau berjalan. Tapi ucapan itu dibantah oleh Nabi:Qaswa tidak mogok dan itu bukanlah dari kebiasaannya. Lalu beliau mengarahkan rombongan untuk terus berjalan dan baru berhenti di ujung wilayah Hudaibiyah, tepatnya di sebuah mata air yang mulai mengering.Setelah rombongan Rosululloh berhenti di Hudaibiyah, maka terjadilah saling kirim mengirim utusan antara kaum muslimin dengan kaum musyrikin. Tetapi Quraisy tampaknya masih keras kepala dan bersikukuh untuk tidak mengizinkan rombongan para sahabat memasuki Makkah. Mereka takut bila kaum muslimin berhasil masuk Makkah, orang-orang Arab akan mempergunjingkan kejadian ini.Rosululloh kemudian ingin mengutus Umar bin Khattab namun diganti oleh Utsman bin Affan, karena Umar menunjukkan permusuhannya yang hebat terhadap Quraisy dan Quraisy mengetahui hal itu, di samping itu kaumnya yakni, Bani Adi tak dapat melindunginya.[18] Peristiwa Baiat ar-RidwanUsman bin Affan tak lama kemudian pergi menemui para tokoh Quraisy setelah terlebih dahulu minta jaminan keamanan kepada Abban bin Saad bin al-Ash al-Umawi. Lalu dengan jaminan perlindungan itu ia menyampaikan maksud dan tujuan Rosululloh kepada tokoh-tokoh Quraisy. Utsman melakukan tugasnya dengan baik, sampai-sampai para tokoh Quraisy mempersilakannya thawaf di Masjidil Haram. Tetapi Utsman menolaknya sebelum Rosululloh mendahului thawaf dulu sebelum dia tawaf di Masjidil Haram. Perkataan ini berakibat ia ditawan oleh Quraisy.[19] Keterlambatan Utsman kembali ke barisan kaum muslimin membuat sebagian kaum muslimin berkata bahwa Utsman telah mendahului mereka thawaf di Baitullah. Namun Rosululloh dengan tegas menyatakan bahwa Utsman tidak akan melakukannya hingga kaum muslimin thawaf bersamanya.[20]Maka terdengarlah isu bahwa Utsman terbunuh di tangan orang-orang Quraisy. Rosululloh Shollallahu Alaihi wa Sallam langsung mengumpulkan para sahabatnya untuk berbaiat di bawah sebuah pohon yang bernama Sammuroh. Mereka semua berbaiat untuk membalaskan kematian Utsman sampai titik darah penghabisan.[21] Berkenaan dengan peristiwa tersebut Allah menurunkan ayat 10, 18-21 surat al-Fath. Allah berfirman : .Bahwa orang-orang yang berjanji setia kepadamu (Muhammad), sesungguhnya mereka hanya berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan-tangan mereka, maka barangsiapa melanggar janji, maka sesungguhnya dia melanggar atas (janji) sendiri; dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah, maka Dia akan memberinya pahala yang besar. (QS. Al-Fath : 10) (18) (19) (20) (21)Sungguh Allah telah meridhoi orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon, Dia mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu Dia memberikan ketenangan atas mereka dan member balasan dengan kemenangan yang dekat.(18) Dan harta rampasan perang yang banyak yang akan mereka peroleh. Dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (19) Allah menjanjikan kepadamu harata rampasan perang yang banyak yang dapata kamu ambil, maka Dia segerakan (harta rampasan perang) ini untukmu, dan Dia menahan tangan manusia dari (membinasakan)mu (agar kamu mensyukuri-Nya), dan agar menjadi bukti bagi orang-orang mukmin, dan agar Dia menunjukkan kamu ke jalan yang lurus.(20) Dan kemenangan-kemenangan ) atas negeri-negeri lain yang tidak dapat kamu perkirakan, tetapi sesungguhnya Allah telah menentukannya. Dan Allah Makha Kuasa atas segala sesuatu. (21) (QS. Al-Fath : 18-21)Namun ada satu orang munafiq yang membelot dalam baiat ini, yakni Jadd bin Qais.[22]Tetapi pada saat yang genting itu, tiba-tiba Utsman muncul kembali di tengah-tengah mereka, tepat setelah baiat berlangsung.vii. Seputar peristiwa perjanjian HudaibiyahPasca Baiat ar-Ridhwan dari pihak Quraisy mulai mengutus beberapa orang utusan untuk melakukan tawar menawar dan perundingan dengan kaum muslimin. Sampai pada akhirnya datanglah Suhail bin Amru. Rosululloh berkata dengan optimis,Sepertinya ia akan mempermudah perkara kalian![23] Terjadilah dialog yang panjang antara Suhail dan Rosolulloh, perundingan berjalan alot, tapi di ujung perundingan tercapailah kata sepakat dari kedua belah pihak.[24]Ada beberapa point yang sebenarnya ingin ditulis dalam kesepakatan tersebut oleh Ali sebagai penulis Rosululloh, tetapi ditolak oleh Suhail. Di antaranya mengenai kata ar-Rahman setelah kalimat Bismillah, dan pencantuman kalimat Muhammad Rasulullah. Juga ketika mulai memasuki point-point perjanjian,Mereka harus membiarkan kami berthawaf di Baitullah Lagi-lagi Suhail keberatan.[25]

Teks perjanjian Hudaibiyah[26]Ini hasil perundingan yang dilakukan Muhammad bin Abdullah atas Suhail bin Amru. Keduanya telah sepakat untuk menghentikan perang selama 10 tahun, di mana dalam masa waktu tersebut orang-orang memperoleh keamanan serta sebagian mencegah diri untuk tidak melakukan penyerangan terhadap sebagian yang lain, dengan ketentuan bahwa siapa di antara orang-orang Quraisy yang datang ke pihak Muhammad tanpa memperoleh izin dari walinya, maka dia harus mengembalikanorang tersebut kepada mereka, dan siapa di antara pengikut Muhammad yang datang ke pihak Quraisy, maka Quraisy tidak berkewajiban mengembalikan orang itu kepadanya.Dan sesungguhnya masing-masing pihak saling menahan diri, tidak boleh ada pencurian tersembunyi atupun penghianatan dan sesungguhnya barangsiapa ingin masuk dalam satu ikatan persekutuan dan perjanjian dengan Muhammad, maka dia boleh masuk ke dalamnya, dan barangsiapa lebih suka masuk dalam ikatan persekutuan dan perjanjian dengan Quraisy, maka dia bebas masuk ke dalamnya.Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) harus balik meninggalkan kami tahun ini, dan jangan masuk Makkah dan sesungguhnya jika tahun depan tiba, kami akan keluar memberikan keleluasaan padamu bersama pengikutmu masuk Makkah, kemudian tinggal di sana selama tiga hari, dan untuk itu engkau boleh membawa senjata pengendara (pedang dalam sarungnya); dan jangan masuk dengan senjata lain selain itu. Kisah Abu Jandal dan penyerangan kaum musyrikin kepada kaum musliminAda kisah yang menarik yang terjadi di tengah-tengah proses perjanjian sedang disepakati. Yakni datangnya Abu Jandal putra dari Suhail bin Amru ke hadapan kaum muslimin dalam keadaan terborgol rantai tangannya, ingin bergabung ke dalam barisan muslimin. Rosululloh pada awalnya meminta pada Suhail agar Abu Jandal bisa masuk ke dalam barisan beliau, namun permintaan itu ditolaknya. Suhail bersikeras tetap meminta agar Abu Jandal adalah orang pertama yang harus dikembalikan kepada walinya (Suhail). Lalu Rosululloh pun menyetujui penolakan itu, sambil menasehati dan memberi semangat kepada Abu Jandal.Lalu Umar mendekati Abu Jandal dan berdiri di sisinya sambil mengeluarkan pedang dari sarungnya agar Abu Jandal terpancing untuk merebutnya lalu menikam ayahnya. Akhirnya ia dibawa kembali ke tengah-tengah kaum musyrikin oleh ayahnya.[27]Ada 80 orang penduduk Makkah yang menipu tentara muslimin, lalu mereka ditangkap dan Rosululloh memaafkan serta membebaskan mereka. Juga ada 30 pemuda Quraisy yang menyerang perkemahan tentara muslimin ketika perundingan berlangsung, lalu mereka berhasil ditangkap dan Rosululloh membebaskan mereka. Bahkan setelah perundingan selesai ada 4 orang musyrikin yang memaki Rosululloh namun beliau memaafkan mereka.[28]viii. Kejadian-kejadian Setelah Kesepakatan Perjanjian hudaibiyah Pemisahan kelompok yang jelasButir kesepakatan yang berbunyi: sesungguhnya barangsiapa ingin masuk dalam satu ikatan persekutuan dan perjanjian dengan Muhammad, maka dia boleh masuk ke dalamnya, dan barangsiapa lebih suka masuk dalam ikatan persekutuan dan perjanjian dengan Quraisy, maka dia bebas masuk ke dalamnya. Dimanfaatkan oleh Bani Khuzaah untuk bergabung bersama barisan kaum muslimin, setelah sebelumnya mereka menyembunyikan hubungan baik mereka dengan kaum muslimin. Demikian pula Bani Bakr dengan terang-terangan menyatakan bergabung dengan pihk Quraisy. Sikap para sahabat terhadap kesepakatan perjanjian HudaibiyahMenyaksikan peristiwa-peristiwa di atas ditambah pandangan sebagian besar para sahabat terhadap persyaratan perjanjian yang merugikan dan lebih menguntungkan pihak musyrikin Quraisy, hal ini memicu kemarahan dalam diri para sahabat. Sampai-sampai perintah Rosululloh kepada mereka untuk menyembelih hewan qurban dan mencukur rambut kepala mereka, tidak ada seorangpun yang menaatinya, walaupun sampai beliau ulangi perintah ini sebanyak 3 kali.[29] Usulan Ummu SalamahMengetahui fenomena ketaatan yang cukup kritis tersebut, istri Rosululloh yakni Ummu Salamah memberikan usulan kepada beliau, agar Rosululloh terlebih dahulu memperlihatkan di hadapan para sahabat semuanya, bahwa beliau menyembelih binatang qurban miliknya dan mencukur rambut kepala beliau. Ternyata usulan ini sukses, kaum muslimin mulai bersegera untuk meniru perbuatan Nabinya untuk menyembelih hewan qurban dan mencukur rambut kepala mereka. Lalu Rosululloh mendoakan bagi orang yang mencukur habis rambut kepalanya 3 kali dan 1 kali bagi yang hanya memendekkan rambutnya.[30] Sikap Umar bin Khotthob terhadap perjanjian HudaibiyahUmar bin Khottob merasakan ketidakpuasan yang luar biasa terhadap hasil keputusan perundingan antara Rosululloh dan Suhail bin Amru. Sehingga mendorong dirinya untuk bertnya kepada Rosululloh secara langsung mengenai hasil perundingan ini. Ia mengajukan beberapa pertanyaan yang menunjukkan kegusaran hatinya. Berikut nukilan kisahnya :Umar bertanya kepada Nabi:Bukankah Anda sungguh-sungguh Nabi Allah ?Nabi menjawab:Benar, begitulah adanya .Umar berkata:Bukankah kita berada di pihak pembela kebenaran dan musuh kita di pihak pendukung kebatilan ?Nabi menjawab:Engkau benar.Umar berkata:Lalu, mengapa kita rela dihinakan dalam persoalan agama kita ?Beliau menjawab:Sesungguhnya aku seorang utusan Allah. Aku tidak akan pernah melanggar perintah-Nya, Dia adalah Penolongku.Belum puas dengan jawaban itu, Umar membantah:Akan tetapi, bukankah sebelumnya Anda telah mengatakan kepada kami bahwa kita akan mengunjungi Baitullah dan thawaf di sana ?Nabi menjawab: Benar, tetapi apakah aku mengabarkan kepada kalian kita akan melakukannya tahun ini ?Umar menjawab:Tidak.Nabi menjawab:Sesungguhnya engkau pasti akan mendatanginya(Baitullah) dan berthawaf di sekelilingnya.Umar lalu mendatangi Abu Bakar dan bertanya kepadanya sebagaimana ia bertanya kepada Rosululloh. Maka Abu Bakar menjawabnya;Beliau adalah seorang utusan Allah. Beliau tidak akan pernah melanggar perintah-Nya, dan Dia adalah Penolong beliau. Maka tetaplah engkau mentaati beliau dalam kondisi apapun. Demi Allah, sesungguhnya beliau berada di jalan yang benar !ix. Turunnya Surat Al-FathPara sahabat bersama Rosululloh mulai pergi meninggalkan Hudaibiyah. Di tengah-tengah perjalanan antara Makkah dengan Madinah Allah Subhanahu wa Taala menurunkan surat Al-Fath kepada beliau Shollallahu Alaihi wa Sallam.[31] Allah berfirman : (1) (2)Sungguh, Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.(1) Agar Allah memberikan ampunan kepadamu (Muhammad) atas dosamu yang lalu, dan yang akan datang, serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan menunjukimu ke jalan yang lurus.(2) (QS. Al-Fath : 1-2)D. HIKMAH DAN PELAJARAN DAWAH1. Setiap gerak langkah Rosululloh dalam rangka mengemban, mempertahankan dan menyebarkan amanah dawah Islam , sejak mulai beliau memancangkan tonggak bendera Islam sampai Allah memanggilnya. Kisah perjalanan Rosululloh Shollallahu Alaihi wa Sallam, bukanlah sekedar nostalgia cerita masa lalu yang indah dan mempesona bagi pembaca dan pendengarnya. Tetapi lebih dari itu, Siroh beliau merupakan suri teladan yang mesti kita kaji dan dalami. Terutama bagi seorang dai yang ingin meraih keberhasilan dalam dawahnya, seperti kesuksesan yang telah dicapai oleh Rosululloh sebagai seorang contoh dai yang utama.2. Bagi seorang dai hendaklah tidak melewatkan satupun penggalan episode sudut-sudut kisah kehidupan Rosululloh yang tidak ia baca, pahami dan cermati. Untuk kemudian meneladaninya dalam memikul panji-panji dawah Islamiyah.3. Seorang dai selain selalu memohon dukungan dan bantuan dari Allah melalui doa-doa yang ia panjatkan, ia juga harus berusaha memperoleh dukungan dan bantuan dari masyarakat yang dia dawahi, demi kesuksesan dawah.4. Memanfaatkan orang-orang yang dalam pandangan manusia termasuk orang yang tidak punya keistimewaan, untuk diajak beriringan bersama dalam partisipasi dawah Islamiyah.5. Istri, anak dan harta benda dunia adalah faktor penghalang besar yang merintangi jalan bagi seorang muslim secara umum dan dai lebih khususnya, untuk menegakkan dan memperjuangkan dawah menuju Allah. (14) (15)Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu maafkan dan kamu santuni ampuni(mereka), maka sungguh Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.(14) Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar.(15)(QS. At-Taghobun : 14-15)6. Sebelum seorang dai terjun ke sutu daerah, yang akan menjadi lahan dawah baginya, sebaiknya ia harus mencari tahu situasi dan kondisi daerah itu, baik dari segi geografisnya, budayanya, pekerjaan masyarakatnya, suasana keagamaan mereka dan aspek-aspek lain yang dapat memberikan pengetahuan awal bagi si dai untuk melancarkan jalan dawah yang akan ia jalani di daerah tersebut.7. Shalat Khouf yang dilaksanakan kaum muslimin di Usfan menunjukkan sangat urgensinya sholat berjamaah. Dalam kondisi perang dan genting serta takut terhadap kedatangan musuh sholat terutama sholat berjamaah tetap harus ditegakkan. Rosululloh tidak memberikan keringanan kepada tentara muslimin untuk melakukan sholat secara sendiri-sendiri.[32] Malahan sebaliknya beliau mengumpulkan seluruh pasukan untuk melaksanakan sholat secara berjamaah.Perkara agung ini tentu harus mendapatkan perhatian yang besar bagi seorang dai, bagaimana ia akan mengajak manusia kepada Allah, sedangkan dia sendiri jarang mendekat kepada Allah, di antaranya dengan jarang melakukan sholat berjamaah bersama kaum muslimin yang lain.8. Musyawarah merupakan salah satu cara untuk mencari solusi yang baik terhadap suatu persoalan yang muncul. Apalagi bagi seorang dai yang sedang menghadapi permasalahan yang rumit dalam aktivitasnya menghadapi umat. Dan dengan musyarah juga, akan menghilangkan anggapan rasa terlalu berkuasa pada diri orang-orang di sekitarnya dan menyebabkan orang yang diajak bermusyawarah lebih bersemangat dalam melaksanakan hasil keputusan musyawarah. Allah Taala berfirman : Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. (QS. Ali Imron : 159)Ibnu Katsir berkata:Rosululloh Shollallahu Alaihi wa Sallam selalu bermusyawarah dengan para sahabatnya bila muncul suatu masalah. Supaya hati para sahabat menjadi lebih bersih, dan terhadap hasil keputusan musyawarah lebih bersemangat ketika melaksanakannya.[33]9. Dalam kejadian unta Nabi yang mogok tidak mau berjalan terdapat sebuah pelajaran. Yakni tidak mengatakan ucapan yang batil sekalipun kepada makhluk yang bukan mukallaf. Dalam kejadian ini Rasulullah membela kehormatan makhluk yang tidak mukallaf (hewan), maka membela kehormatan makhluk mukallaf (manusia)adalah lebih utama lagi. Dengan tidak mengatakan hal-hal yang jelek tentangnya, sebab jika tidak, maka apa yang diucapkan itu akan kembali kepada yang mengatakan.[34]Dari point ini ada satu hal yang patut dipraktekkan seorang dai ketika berdawah. Hendaklah ia mengunakan perkataan-perkataan yang baik ketika mengkritisi atau menasehati masyarakat, supaya mereka tidak lari menjauh dari suatu kebenaran yang disampaikan secara salah oleh sang dai. Juga penggunaan kalimat-kalimat yang santun yang ditujukan kepada dai lain yang mungkin terjatuh dalam suatu kekeliruan. Mutlak diperlukan agar ukhuwah dan taawun antar dai tidak rusak karena sebuah ucapan yang keluar dari mulut si dai.10. Dalam pengiriman seorang juru dawah ke suatu wilayah tertentu, hendaklah diperhatikan kemampuan dan kesesuaian sang dai dengan masyarakat daerah tersebut. Agar tidak muncul suatu masalah di kemudian hari yang terjadi, yang disebabkan karena antara dai dan masyarakat tidak terjalin kecocokan dan kesesuaian.11. Sebelum bertemu dengan para tokoh Quraisy di Makkah Utsman terlebih dahulu meminta jamnan perlindungan dari Abban bin Saad bin al-Ash al-Umawi. Dapat kita ambil pelajaran dari usaha Utsman tersebut bahwa memiliki kerabat yang mampu membantu seorang dai dalam berdawah merupakan hal penting. Karena ia akan bisa memberikan bantuan ketika sang dai memerlukan tenaganya dalam berdawah.12. Di medan dawah sikap tidak gentar dan tidak takut dalam menghadapi rintangan dawah, adalah salah satu sifat yang perlu dimiliki seorang dai. Seperti sikap penolakan Utsman kepada Quraisy ketika ia ditawari untuk thawaf di Kabah, meski mengakibatkan ia ditawan.13. Persatuan aqidah, hati dan tujuan dalam mengarungi dawah Islamiyah akan mendatangkan keridhoan Allah kepada kita. Sebagaimana keridhoan Allah yang turun kepada para sahabat yang melakukan Baiat ar-Ridhwan.14. Sikap mengalah dalam memperjuangkan dawah Islam kadang-kadang perlu bagi seorang dai terapkan, untuk mencapai tujuan yang lebih besar dan agung. Secara lahiriyah, perdamaian itu merendahkan kaum muslimin, tetapi hakikatnya justru memuliakan muslimin. Karena dengan adanya gencatan senjata hubungan antara muslimin dan musyrikin menjadi lebih aman dan bebas. Al-Qur an dengan tenangnya bisa diperdengarkan oleh seorang muslim kepada orang kafir. Diskusi tentang Islam bisa berjalan dalam suasana keterbukaan, yang dulunya berlangsung dalam suasana tidak aman. Orang-orang yang menyembunyikan keislamannya semakin berani menampakkannya terang-terangan. Sehingga pada kenyataannya orang-orang musyrikin menjadi kalah, padahal sebenarnya mereka berharap kemuliaan dan kemenangan menjadi milik mereka.[35]Sikap mengalah ini bisa kita terapkan ketika dawah baru mulai berjalan dimasyarakat. Kita mentolerir amalan-amalan yang berkembang di masyarakat , meski itu adalah salah dan sesat. Untuk di kemudian hari, bila sudah mendapatkan waktu yang tepat. Maka penyimpangan mereka bisa kita luruskan dengan tepat dan jitu. Bisa juga kita terapkan ketika dawah sedang berada dalam posisi puncak, sikap mengalahpun masih bisa kita terapkan demi meraih maslahat dan kebaikan yang besar. Sebagaimana Rosululloh memilih sikap mengalah dan menerima persyaratan dari pihak musrikin, padahal ketika itu pihak Rosululloh dan para sahabat sedang berada di atas angin. Karena mayoritas pertempuran yang berlangsung antara muslimin dan musyrikin selalu kemenanangan berada di tangan muslimin.15. Menepati janji adalah suatu akhlak terpuji, yang wajib dimiliki seorang dai. Bahkan ia adalah salah satu modal dasar kunci suksesnya dawah yang ia emban. Hal ini jelas terlihat dalam kejadian penyerahan Abu Jandal kepada ayahnya. Allah memuji orang-orang mukmin yang menepati janjinya, Dia berirman : (19) (20)Hanya orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran.(Yaitu) orang yang memenuhi janji Allah dan tidak melanggar perjanjian. (QS.Ar-Rad : 19-20)16. Kepedulian terhadap sesama muslim harus dipupuk dalam hati seorang muslim. Terutama bagi dai yang sedang mengembangkan dawahnya di masyarakat umum. Dia harus peka dan jeli dengan kondisi lapangan yang sedang dihadapi oleh umumnya masyarakat tempat ia berdawah. Hal ini ditunjukkan sikap kepedulian Umar terhadap nasib Abu Jandal. Rosululloh bersabda: Tidaklah (sempurna) iman seseorang sampai dia mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri.[36]17. Pernyataan Bani Khuzaah untuk bergabung ke barisan muslimin dan pernyataan Bani Bakr untuk bergabung ke barisan musyrikin adalah suatu pelajaran, bahwa seorang dai apabila suatu saat menghadapi suatu kejadian besar yang menimpa perjalanan dawahnya, bisa jadi itu adalah salah satu bentuk ujian Allah untuk menunjukkan dan menampakkan kepada sang dai siapa sebenarnya orang-orang yang setia dan benar-benar membantu perjuangan dawahnya, yang sebelumnya hal itu masih samar-samar dalam pandangannya.18. Urgensinya memiliki istri yang sholihah dan cerdas, terutama sebagai pendamping dan penasehat dalam menjalani dawah di lapangan. Hal ini sesuai dengan sabda Rosululloh tentang memilih calon istri yang cocok. Rosululloh bersabda : Seorang wanita dinikahi karena 4 perkara yaitu : hartanya, keturunannya, kecantikannya dan agamanya, maka pilihlah yang baik agamanya niscaya engkau akan beruntung.[37] 19. Ketika Rosululloh menyuruh para sahabat untuk memotong rambut dan menyembelih Qurban mereka mersa enggan untuk melaksanakannya. Sampai adanya usulan dari Ummu salamah agar Rosululloh melakukan pemotongan rambut dan penyembelihan Qurban lebih dulu dan di hadapan mereka. Kemudian para sahabat pun mengikuti perbuatan Rosululloh tadi.Ini menunjukkan betapa pentingnya keteladanan yang baik dan hal tersebut dapat memberikan efek pengaruh yang kuat dibandingkan sekadar ucapan. Untuk itulah, seorang dai harus memperhatikan akhlaknya, sebab hal itu adalh modal dawah untuk memberikan keteladanan yang baik bagi orang-orang di sekitarnya.[38]20. Kedudukan akal dalam syariat Islam harus tunduk di bawah keputusan wahyu dari Allah dan ketetapan Rosululloh Shollallahu Alaihi wa Sallam. Karena keputusan Rosululloh untuk menerima hasil perjanjian Hudaibiyah ternyata menghantarkan kaum muslimin memperoleh kemuliaan dan kemenangan yang gilang gemilang dalam perjalanan dawah Islamiyah berikutnya.Allah Azza wa Jalla berfirman: Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin , apabila Allah dan Rosul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rosul-Nya, maka sungguh, dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata. (QS. Al-Ahzab : 36)Dalam hal ini Umar bin Khottob pernah menyatakan : .Wahai sekalian manusia, celalah akal pikiran kalian bila berhadapan dengan agama. Sungguh aku pernah membantah perintah(keputusan) Rosululloh dengan pendapat ijtihadku. Demi Allah aku tidak menemui kebenaran, yaitu ketika pada peristiwa Abu Jandal. [39]Seorang sahabat lainnya yakni Sahl bin Hunaif juga menyatakan rasa penyesalan yang sama. Ia berkata: .Wahai manusia celalah pendapatmu bila berhadapan dengan agama, sungguh aku telah melihat (kekeliruanku) pada hari Abu Jandal (Hudaibiyah), seandainya aku mampu membantah perintah (keputusan) Rosululloh (ketika itu) niscaya sungguh akan aku bantah.[40]Kita bisa mengambil faidah dari point ini yang berkaitan dengan metode seorang da ketika menyampaikan materi dawahnya kepada manusia. Sebagian dai berpikir dengan akal mereka semata, bahwa cara yang efektif dan manjur untuk menarik banyak masyarakat kepada dakwah Islam, adalah memasukkan unsur musik modern ke dalam dakwah mereka. Mereka tak segan-segan menggunakan metode itu yang jelas-jelas bertentangan dengan syariat Islam. Seperti yang sering kita saksikan dalam acara-acara televisi tanah air. Pihak penyelenggara acara bekerjasama dengan beberapa ustadz, berupaya menggabungkan tausyiah/ceramah agama dengan pementasan musik, dari para penyanyi ibu kota maupun grup-grup band anak muda, baik itu musik yang beraliran rock, pop, dangdut dan lain-lainnya. Padahal Rosululloh jauh-jauh hari, telah melarang umat agar tidak terjatuh dalam jeratan racun musik ini dengan wasiatnya : Sungguh, benar-benar akan ada di kalangan umatku sekelompok orang yang menghalalkan kemaluan (zina), sutera, khamr (minuman keras), dan alat-alat musik.[41]21. Sikap penolakan dan pembantahan Umar terhadap keputusan yang diambil Nabi untuk menerima semua persyaratan di dalam perjanjian Hudaibiyah bukanlah, suatu sikap penentangan apalagi pembangan dari diri Umar. Namun menurut Umar butir-butir perjanjian Hudaibiyah sangat tidak mengakui kemuliaan Rosululloh dan dirasa tidak adil bagi pihak kaum muslimin.Jadi rasa kecintaan dan pembelaan terhadap agama dan Rosul yang ia imanilah yang menyebabkan Umar berusaha membantah Rosululloh. Rosululloh bersabda : Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi daripada Islam.[42]Inilah salah satu sikap mulia lainnya yang dicontohkan oleh sahabat kepada kita dan dalam konteks kajian ini bagi seorang dai. Untuk selalu mendahulukan kecintaan kepada Rosul dan agamanya di atas segalanya. Seorang daI apabila ia menyaksikan dan mengetahui bahwa kemuliaan agamnya diusik dari pihak-pihak yang tak bertanggungjawab, ia wajib membelnya dengan cara apapun. Bisa lewat kajian,ceramah, menulis di majalah, koran, buletin atau di media internet. 22. Sikap optimisme dalam memandang masa depan dawah harus tertanam di hati sanubari seorang dai. Dengan sikap optimisme ia akan bersemangat penuh percaya diri ketika berhadapan dengan masyarakat di lapangan dawah. Ketika Suhail bin Amru datang, lalu Rosululloh melihatnya dan berkata: Dia telah memudahkan urusan kalian. Hal ini mengajarkan kepada kita untuk bersikap optimis.[43] Sebagaimana salah satu ucapan Rosululloh terhadap bantahan Umar kepadanya:Sesungguhnya engkau pasti akan mendatanginya(Baitullah) dan berthawaf di sekelilingnya.23. Dari sikap mayoritas para sahabat, yang merasa tidak puas dan kurang setuju dengan isi dari perjanjian Hudaibiyah, kita mendapatkan hikmah di balik suatu persoalan. Bisa jadi seorang muslim tidak menyukai sesuatu yang ternyata membawa kebaikan.[44] Allah Taala berfirman : Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu , padahal itu tidak baik bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.(QS. Al-Baqarah : 216)Syaikh as-Sadi berkata:Ayat ini merupakan suatu kaidah umum yang pasti, bahwasanya semua amal-amal baik yang dibenci oleh jiwa manusia karena di dalamnya terdapat banyak kesusahan dan kesulitan, maka kesulitan itu tanpa diragukan adalah suatu kebaikan. Sedangkan amal-amal buruk yang jiwa manusia itu menyukainya karena di dalamnya dihiasi dengan kelapangan dan kelezatan, maka kelapangan dan kelezatan tersebut tanpa ada keraguan itu adalah keburukan.[45]24. Di antara bentuk kemenangan sejati ketika berdawah adalah dengan bersatunya aqidah, hati, jiwa dan tujuan dalam bingkai syariat Islam yang murni dan suci. Sebagaimana para sahabat dengan tangkasnya bersegera untuk membaiat Rosululloh untuk bersumpah setia berjuang dan bersabar untuk tidak lari dari peperangan sampai titik darah penghabisan dalam rangka membalas kematian Utsman.Salah seorang sahabat yakni, Barro berkata: Kalian beranggapan al-fathu(kemenangan) adalah pembebasan Makkah, memang pembebasan Makkah adalah kemenangan, namun kami(para sahabat) juga menganggap bahwa al-Fathu (kemenangan) adalah Baiat ar-Ridhwan, pada hari Hudaibiyah bersama Nabi Shollallahu Alaihi wa Sallam dan 1400 orang.[46]E. KESIMPULANPerjanjian Hudaibiyah merupakan tonggak sejarah yang agung dalam perjalanan dawah Islamiyah. Melalui perjanjian ini penyebaran Islam semakin melesat secepat panah keluar dari busurnya. Berkata Ibnu Hisyam:Rosululloh Shollallahu Alaihi wa Sallam keluar menuju Hudaibiyah bersama 1400 orang, kemudian beliau keluar dalam rangka Fathu Makkah setelah berselang 2 tahun (dari Peristiwa hudaibiyah) bersama 10000 orang.[47]Banyak sekali pelajaran-pelajaran dari peristiwa ini yang patut kita renungkan dan resapi. Agar kita bisa mencontoh dan menerapkannya ke dalam kehidupan kita. Dan di dalam penggalan siroh nabawiyah ini masih banyak hikmah-hikmah lain yang perlu kita pelajari agar diperoleh suatu khazanah ilmu pengetahuan yang menyeluruh dalam kisah ini, baik dari segi aqidah,fiqih, muamalat, strategi dawah dan lain-lainnya.Dengan menelaah secara teliti penggalan siroh nabawiyah ini pula, akan semakin menambah keyakinan kita bahwa memang Islam adalah agama yang sempurna, tidak ada satupun celah yang tertinggal, kecuali Islam telah memberikan solusinya dengan tepat dan mantap. Allah Sang Maha Sempurna berfirman : .Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.(Al Maidah : 3) Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya, berkata:Hal ini merupakan nikmat Allah Azza wa Jalla yang terbesar yang dianugerahkan kepada umat ini, karena Allah telah menyempurnakan agama mereka. Sehingga mereka tidak memerlukan agama selain agama mereka, juga tidak perlu kepada Nabi selain Rosululloh Shollallahu Alaihi wa Sallam. Karena itulah Allah menjadikan beliau sebagai penutup para Nabi, dan mengutus dirinya kepada manusia dan jin. Tidak ada yang halal kecuali apa yang dihalalkan oleh Rosululloh,tidak ada yang haram kecuali apa yang diharamkannya, dan tidak ada agama selain apa yang beliau syariatkan. Dan semua yang Rosululloh kabarkan adalah benar, jujur, tidak ada sedikit pun kedustaan dan penyimpangan di dalamnya. Sebagaimana firman Allah Taala : Telah sempurnalah kalimat Robb mu sebagai kalimat yang benar dan adil(Al Anam: 115)Artinya:Benar dalam pemberitaan, adil dalam perintah dan larangan. Ketika Dia menyempurnakan bagi mereka agama mereka, sempurna pulalah nikmat bagi mereka.[48]F. PENUTUPMakalah yang sederhana ini kami tutup dengan sebuah firman Allah Azza wa Jalla yang memberitahukan kepada umat Islam bahwa setiap kisah yang dialami oleh para Nabi dengan kaumnya pasti ada hikmah pelajaran disebaliknya yang bisa dipetik. Sungguh pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal.(QS. Yusuf : 111)Syaikh as-Sadi berkata:Yakni Kisah-kisah para Nabi dan Rosul bersama kaum mereka, menjadi pelajaran baik bagi orang yang selalu berbuat kebaikan (ahlul khoir) atau orang yang selalu berbuat keburukan (ahlul syarr).[49]

G. DAFTAR PUSTAKAAl-Qur an Departemen Agama RI, Bandung;PT Sygma Examedia Arkanleema.Ahmad, Mahdi Rizqullah, Biografi Rasulullah, Terj. Yessi HM Basyaruddin, Jakarta;Qisthi Press, 2008, Cet. III.al-Umuri, Akram Dhiya, Shahih Sirah Nabawiyah, Jakarta;Pustaka as-Sunnah, 2010, Cet. I.az-Zaid, Zaid bin Abdul Karim, Fikih Sirah,Terj. Muhammad Rum et.al, Jakarta Tmur; Darus Sunnah Press, 2009, Cet. I.Hisyam, Ibnu, as-Siroh an-Nabawiyah, Beirut; Dar Ihya at-Turots al-Arobiy, 1997 M/1417 H, Juz 3, Cet. 2.Khaththab, Mahmud Syeit, Rasulullah Sang Panglima, Solo;Pustaka Al Alaq, 2002, Cet. I.Maktabah Syamilah :Al-Bukhori, Shohih al-BukhoriAl-Jauziyyah, Ibnu Qoyyim, Zad al-Maad,Al-Mubarokfuri, Sofiyurrohman, ar-Rohiq al-MakhtumAl-Qurtubi, Tafsir al-QurtubiAl-Utsaimin, Muhammad bin Sholih, ad-Dhiya al-Lami min al-Khuthob al-JamiAs-Sadi, Taisir al-Karim ar-RahmanAt-Thabraniy, Mujam al-KabirKatsir,Ibnu, Tafsir Al-Qur an Al-Adzim

[1]Muhammad bin Sholih al-Utsaimin, ad-Dhiya al-Lami min al-Khuthob al-Jami, juz 1, hal 117, Maktabah Syamilah.[2]Ibid, juz 4, hal 62.[3]Ibnu Hisyam, as-Siroh an-Nabawiyah, Beirut; Dar Ihya at-Turots al-Arobiy, 1997 M/1417 H, Juz 3, Cet. 2, hal. 351[4] Sofiyurrohman al-Mubarokfuri, ar-Rohiq al-Makhtum, hal. 137, Maktabah Syamilah.[5]Akram Dhiya al-Umuri, Shahih Sirah Nabawiyah, Jakarta;Pustaka as-Sunnah, 2010, Cet. I, hal. 457.[6]Ibid, hal 457.[7]Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah, Zad al-Maad, juz 2, hal. 86, Maktabah Syamilah[8]Mengalahkan[9] HR. Bukhori, Bab Ghozwah al-Hudaibiyah, no. 3835, juz 13, hal. 54, Maktabah Syamilah.[10]Al-Qurtubi, Tafsir al-Qurtubi, juz 16, hal. 268, Maktabah Syamilah.[11]Mahdi Rizqullah Ahmad, Biografi Rasulullah, Terj. Yessi HM Basyaruddin, Jakarta;Qisthi Press, 2008, Cet. III, hal. 633[12]Ibid.[13]Rauha adalah nama sebuah tempat yang jauhnya sekitar 73 km dari Madinah.[14]Usfan adalah nama sebuah tempat yang jaraknya kurang lebih 80 km dari Makkah.[15] Ibid, hal 634.[16] Zaid bin Abdul Karim az-Zaid, Fikih Sirah,Terj. Muhammad Rum et.al, Jakarta Timur; Darus Sunnah Press, 2009, Cet. I, hal. 472[17] Ibid.[18] Akram Dhiya al-Umuri, Shahih Sirah Nabawiyah, hal. 463.[19] Mahdi Rizqullah Ahmad, Biografi Rasulullah, hal. 638[20] Zaid bin Abdul Karim az-Zaid, Fikih Sirah, hal. 465[21] Ibid, hal. 639[22] Ibid[23] Ibid, hal. 641[24] Ibid, hal. 642[25] Ibid, hal. 643[26] Mahmud Syeit Khaththab, Rasulullah Sang Panglima, Solo;Pustaka Al Alaq, 2002, Cet. I, hal. 232-233[27] Mahdi Rizqullah Ahmad, Biografi Rasulullah, hal. 646[28] Ibid, hal. 470[29] Ibid, hal. 470[30] Ibid, hal. 470[31] Ibnu Hisyam, as-Siroh an-Nabawiyah, hal. 349[32]Zaid bin Abdul Karim az-Zaid, Fikih Sirah, hal. 472[33] Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur an Al-Adzim, juz 2, hal. 149, Maktabah Syamilah.[34] Zaid bin Abdul Karim az-Zaid, Fikih Sirah, hal. 472[35] Ibid, hal. 479[36]HR. Bukhori, Bab Minal iman an Yuhibba li Akhihi Ma Yuhibbu li Nafsihi, no. 12, juz 1, hal 21, Maktabah Syamilah.[37]HR. Bukhori, Bab al-Akfu fii ad-Din, no. 4700, juz 16, hal. 33, Maktabah Syamilah.[38] Zaid bin Abdul Karim az-Zaid, Fikih Sirah, hal. 476-477[39]At-Thabraniy, Mujam al-Kabir, juz 1, hal. 72, Maktabah Syamilah.[40]HR. Bukhori, Bab Maa yudzkaru min Dzam ar-Royi wa Takalluf al-Qiyas, no. 6764, juz 22, hal. 280, Maktabah Syamilah[41] HR. Bukhori, Bab Ma ja a fiiman Yastahillu al-Khomr Yusammihi Bighoiri Ismihi, no. 5268, juz. 5, hal. 2123, Maktabah Syamilah.[42] HR. Bukhori, Bab Idza Aslama as-Shobiy Famata Hal Yusholla Alaihi, no. 7, juz 5, hal. 275, Maktabah Syamilah.[43] Zaid bin Abdul Karim az-Zaid, Fikih Sirah, hal. 475[44] Ibid, hal. 478[45] As-Sadi, Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 96, Maktabah Syamilah.[46] HR. Bukhori, Bab Ghozwah al-Hudaibiyah, no.3835, juz 13, hal. 54, Maktabah Syamilah.[47] Ibnu Hisyam, as-Siroh an-Nabawiyah, hal. 351-352[48]Ibnu Katsir, Tafsir Al Qur an Al Adzim, juz 3, hal. 26, Maktabah Syamilah[49] As-Sadi, Taisir al-Karim ar-Rohman, hal, 407, Maktabah Syamilah.