skripsi analisa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
TRANSCRIPT
i
SKRIPSI
ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TERJADINYA ISPA PADA BALITA DI DESA
SIDOMUKTI KECAMATAN PLAOSAN
KABUPATEN MAGETAN
Oleh :
WIWIK ARFIANTI
NIM : 201402054
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018
ii
SKRIPSI
ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TERJADINYA ISPA PADA BALITA DI DESA
SIDOMUKTI KECAMATAN PLAOSAN
KABUPATEN MAGETAN
Diajukan untuk memenuhi
Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh :
WIWIK ARFIANTI
NIM : 201402054
PRODI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui
oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak
mengikuti Ujian Sidang
SKRIPSI
ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TERJADINYA ISPA PADA BALITA DI DESA
SIDOMUKTI KECAMATAN PLAOSAN
KABUPATEN MAGETAN
Menyetujui, Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
(Sesaria Betty M., S.Kep.,Ns., M.Kes) (Zaenal Abidin., SKM.,M.Kes (Epid)
NIS. 20150124 NIS. 20160130
Mengetahui,
Ketua Program Studi Keperawatan
(Mega Arianti P, S.Kep.,Ns., M.Kep)
NIS. 20130092
iv
P E N G E S A H A N
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi dan dinyatakan telah memenuhi
sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Pada Tanggal : .............................................
Dewan Penguji
1. Mertisa Dwi Klevina, SST., M.kes : ...................................................
Dewan Penguji
2. Sesaria Betty M., S.Kep., Ns., M.Kes : ...................................................
Penguji I
3. Zaenal Abidin., SKM., M.Kes (Epid) : ...................................................
Penguji II
Mengesahkan,
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Ketua,
Zaenal Abidin S.KM., M.Kes (Epid)
NIS. 20160130
v
HALAMAN PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Wiwik Arfianti
NIM : 201402054
Judul : Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya ISPA Pada Balita
Di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini berdasarkan pemikiran
dan pemaparan asli dari saya sendiri. Jika terdapat karya orang lain, saya akan
mencantumkan sumber yang jelas.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di
kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik dan sanksi lain sesuai dengan
peraturan yang berlaku di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari
pihak manapun.
Madiun, Agustus 2018
Wiwik Arfianti
NIM. 201402054
vi
PERSEMBAHAN
Dengan segala puja dan puji syukur kepada Allah SWT dan atas dukungan dan
doa dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Oleh karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia saya banyak bersyukur dan
berterimakasih saya kepada :
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izin dan karunianyalah maka skripsi ini dapat
dibuat dan selesai tepat waktu. Puji syukur saya yang tak terhingga pada tuhan
penguasa alam yang meridhoi dan mengabulkan segala doa.
Kedua orang tuaku bapak Suparni dan ibu pariyem terrimakasih telah memberikan
dukungan moril maupun materi serta doa yang tak henti dipanjatkan. Terimakasih
juga untuk adikku Aldi Arfian atas dukungan dan doa.
Dosen Pembimbing Tugas Akhir
Ibu Sesaria Betty M, S.Kep.,Ns.,M.Kes dan bapak Zaenal Abidin, S.KM.,M.Kes
(Epid) selaku pembimbing tugas akhir saya, terimakasih banyak bapak dan ibu, saya
sudah dibantu dengan sabar selama ini, sudah dinasehati, sudah diajari, saya tidak
akan lupa atas bantuan dan kesabaran bapak. Serta tidak lupa saya ucapkan
terimakasih kepada ibu Mertisa Dwi Klevina, SST.,M.Kes selaku penguji skripsi
saya. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada dosen Prodi S1 Keperawatan dan
seluruh dosen STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN atas semua ilmu,
didikan dan bimbingan yang telah diberikan.
Sahabat – sahabatku
Terimakasih kepada sahabat – sahabatku Tri wulandari, Putri, Vio, Emma, Roshella,
Syilvia, Indah, Aliefa, Heny, Desi, Anita, Mey, Mbak dian terimakasih sudah
memberi semangat dan membantu dalam mengerjakan skripsi saya ini.
vii
Keperawatan 8A
Teman temanku satu angkatan Prodi S1 Keperawatan tahun 2014 kelas A dan B
terimakasih atas kekompakan dan kebersamaannya selama 4 tahun ini.
Serta almamaterku SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA
MULIA MADIUN
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Wiwik Arfianti
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Magetan, 23 Desember 1995
Agama : Islam
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. Lulus Dari Pendidikan TK Kholid bin Walid Tahun 2002
2. Lulus Dari Madrasah Ibtidaiyah Sidomukti Tahun 2008
3. Lulus Dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Plaosan Tahun 2011
4. Lulus Dari Sekolah Menengah Kejuruan Farmasi Tahun 2014
5. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun 2014-
sekarang
ix
ABSTRAK
Wiwik Arfianti
ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA
ISPA PADA BALITA DI DESA SIDOMUKTI KECAMATAN
PLAOSAN KABUPATEN MAGETAN
114 Halaman + 21 Tabel + 2 Gambar + 13 Lampiran
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran
pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi atau bakteri.
Menurut WHO (2012) 40%-60% dari penduduk balita di dunia mengalami ISPA.
ISPA sendiri terjadi karena banyak faktor antara lain faktor BBLR, Status Gizi,
Status Imunisasi, Kepadatan Tempat Tinggal, dan Ventilasi. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui apakah ada hubungan antara faktor tersebut dengan kejadian
ISPA di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan.
Desain penelitian ini menggunakan survey analitik dengan rancangan
cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 90 balita dengan teknik sampling
simple random sampling dan alat ukur yang digunakan adalah kuisioner dan
KMS. Analisis data menggunakan uji chi square.
Hasil penelitian dengan uji chi suare diperoleh nilai P=0,049 (BBLR),
P=0,013 (status gizi), P=0,000 (status imunisasi), P=0,001 (kepadatan tempat
tinggal), P=0,000 (ventilasi), karena niai ρ-value = <0,05 maka Ha diterima,
berarti ada hubungan dari beberapa faktor terhadap kejadian ISPA pada balita di
Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kondisi BBLR, status
gizi, status imuisasi, kepadatan tempat tinggal dan ventilasi mempunyai hubungan
yang bermakna. Diharapkan keluarga menambah informasi dengan berparisipasi
aktif dengan mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tentang
cara mengurangi faktor-faktor yang dapat menyebabkan ISPA pada balita.
Kata kunci : Faktor yang mempengaruhi, ISPA, Balita
x
ABSTRACT
Wiwik Arfianti
ANALYSIS OF FACTORS INFLUENCED ARTICLES IN ACTIVITY IN
SIDOMUKTI VILLAGE PLAOSAN DISTRICT MAGETAN
114 pages +21 Tables +2 Pictures +13 Appendix
Acute respiratory tract infection (ISPA) is an acute inflammation of the
upper and lower respiratory tract caused by infection or bacteria. According to
WHO (2012) 40% -60% of the population of children under five in the world
experience ARI. ARI itself occurs due to many factors including LBW, Nutrition
Status, Immunization Status, Density of Residence, and Ventilation. The purpose
of this study to determine whether there is a relationship between these factors
with the incidence of ARI in the Village Sidomukti Plaosan District Magetan.
The design of this study used an analytical survey with cross sectional
design. The sample of research is 90 balita with simple random sampling and the
measuring instrument used is questionnaire and KMS. Data analysis using chi
square test.
The result of the research by chi suare test obtained P = 0.049 (BBLR), P
= 0.013 (nutritional status), P = 0,000 (immunization status), P = 0.001 (density
of residence), P = 0,000 (ventilation), because niai 0 -value = <0.05 then Ha is
accepted, it means there is a relationship of several factors to the incidence of
ARI in toddlers in the Village Sidomukti Plaosan District Magetan District.
From the results of this study it can be concluded that the conditions of low birth
weight, nutritional status, imitation status, density of dwellings and ventilation
have a meaningful relationship. The family is expected to add information by
actively participating by participating in activities carried out by health workers
on how to reduce the factors that can cause ARI in infants.
Keywords: influencing factors, ARI, toddlers
xi
DAFTAR ISI
Sampul Depan….. .......................................................................................... i
Sampul Dalam .............................................................................................. ii
Lembar Persetujuan ....................................................................................... iii
Lembar Pengesahan ....................................................................................... iv
Lembar Pernyataan ........................................................................................ iv
Lembar Persembahan ..................................................................................... vi
Daftar Riwayat Hidup ................................................................................... viii
Abstrak ........................................................................................................... ix
Abstract .......................................................................................................... x
Daftar Isi......................................................................................................... xi
Daftar Tabel ................................................................................................... xiii
Daftar Gambar ................................................................................................ xv
Daftar Lampiran ............................................................................................. xvi
Daftar Singkatan......................................................................................... … xvii
Daftar Istilah................................................................................................... xviii
Kata Pengantar ............................................................................................... xx
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................. 3
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 4
1.4.1 Manfaat Teoritis ........................................................... 4
1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................ 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 6
2.1 Konsep ISPA ............................................................................. 6
2.1.1 Pengertian ISPA ............................................................ 6
2.1.2 Etiologi ISPA ................................................................ 6
2.1.3 Klasifikasi ISPA ........................................................... 8
2.1.4 Tanda Gejala ISPA ....................................................... 11
2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi ISPA ...................... 12
2.1.6 Bahaya ISPA ................................................................. 19
2.1.7 Pencegahan ISPA ......................................................... 19
2.2 Konsep BBLR .......................................................................... 21
2.3 Konsep Status Gizi ................................................................... 22
2.4 Konsep Status Imunisasi ........................................................... 28
2.5 Konsep Kepadatan Tempat Tinggal ........................................ 29
2.6 Konsep Ventilasi ....................................................................... 30
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA ........................... 31
3.1 Kerangka Konseptual ............................................................ 31
3.2 Hipotesis Penelitian ................................................................ 32
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN........................................................ 33
4.1 Desain Penelitian ...................................................................... 33
xii
4.2 Populasi dam Sampel ................................................................ 33
4.2.1 Populasi Penelitian ....................................................... 33
4.2.2 Sampel .......................................................................... 33
4.2.3 Kriteria Sampel ............................................................. 34
4.3 Tehnik Sampling ....................................................................... 35
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ........................................................ 36
4.5 Definisi Operasional ................................................................ 37
4.6 Instrumen Penelitian ................................................................ 38
4.7 Lokasi dan Penelitian ............................................................... 38
4.8 Prosedur Pengumpulan Data .................................................... 39
4.9 Pengolahan Data dan Analisa Data .......................................... 40
4.9.1 Pengolahan Data .......................................................... 40
4.9.2 Analisa Data ................................................................. 42
4.10 Etika Penelitian ......................................................................... 44
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian .................................. 45
5.2 Hasil Penelitian ......................................................................... 46
5.3 Pembahasan .............................................................................. 59
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ............................................................................... 70
6.2 Saran ......................................................................................... 71
Daftar Pustaka ................................................................................................ 73
Lampiran-lampiran ......................................................................................... 75
xiii
DAFTAR TABEL
No Judul Tabel Halaman
Tabel 2.1 Tabel Z-skor………………………..……….. 23
Tabel 2.2 Tabel Antropometri………………………… 24
Tabel 4.2 Definisi Operasional……………………….. 37
Tabel 4.4 Tingkat Keeratan Hubungan……………….. 43
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Orang Tua…………………………………..
46
Tabel 5.2 Krakteristik Responden Berdasarkan
Pendidikan…………………………………..
47
Tabel 5.3 Karakeristik Responden Berdasarkan
Pekerjaan…………………………………….
47
Tabel 5.4 Karakeristik Responden Berdasarkan
Hubungan Dengan Balita……………………
48
Tabel 5.5 Karakeristik Responden Berdasarkan Umur
Balita……………………...............................
49
Tabel 5.6 Karakeristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin………………………………...........
49
Tabel 5.7 Karakeristik Responden Berdasarkan
Kejadian ISPA………………………………
50
Tabel 5.8 Karakeristik Responden Berdasarkan BBL… 50
Tabel 5.9 Karakeristik Responden Berdasarkan Status
Gizi Balita…………………………………...
51
Tabel 5.10 Karakeristik Responden Berdasarkan Status
Imunisasi Balita……………………………..
52
Tabel 5.11 Karakeristik Responden Berdasarkan
Kepadata Tempat Tingal…………………….
52
Tabel 5.12 Karakeristik Responden Berdasarkan
Ventilasi……………………………………..
53
Tabel 5.13 Karakeristik Responden Berdasarkan
Hubugan BBLR Dengan Kejadian ISPA……
54
Tabel 5.14 Karakeristik Responden Berdasarkan
Hubungan Status Gizi Degan Kejadian ISPA
55
Tabel 5.15 Karakeristik Responden Berdasarkan
Hubungan Status Imunisasi Dengan
Kejadian ISPA………………………………
56
Tabel 5.16 Karakeristik Responden Berdasarkan
Hubungan Kepaatan Tempat Tinggal
Dengan Kejadian ISPA...................................
57
Tabel 5.17 Karakeristik Responden Berdasarkan
Hubungan Ventilasi Dengan Kejadian ISPA..
58
xiv
DAFTAR GAMBAR
No Judul Gambar Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Konsep………………………… 31
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian………………... 36
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Permohonan surat izin STIKES ......................................... 75
Lampiran 2 Permohonan surat izin pengambilan
dataBanKesBangPol ............................................... ……... 76
Lampiran 3 Lembar permohonan menjadi responden .......................... 78
Lampiran 4 Lembar persetujuan menjadi responden ............................ 79
Lampiran 5 Lembar kuesioner responden ............................................. 80
Lampiran 6 Surat ijin penelitian STIKES ............................................. 83
Lampiran 7 Surat Ijin penelitian BANKESBANGPOL ....................... 84
Lampiran 8 Surat ijin selesai penelitan ................................................. 86
Lampiran 9 Tabuasi Data ...................................................................... 87
Lampiran 10 Hasil uji SPSS .................................................................... 91
Lampiran 11 Jadwal kegiatan ................................................................. 103
Lampiran 12 Lembar konsutasi ............................................................... 104
Lampiran 13 Foto kegiatan penelitian ................................................... 107
xvi
DAFTAR SINGKATAN
ASI : Air Susu Ibu
BB : Berat Badan
BBLR : Berat Badan Lahir Rendah
BCG : Bacille CalmetteGuerin
DEPKES : Departemen Kesehatan
DINKES : Dinas Kesehatan
DPT : Difteri, pertusis dan tetanus
ISPA : Infeksi Saluran Pernafasan Akut
KEPMENKES : Keputusan Menteri Kesehatan
MENPERA : Menteri Perumahan Rakyat
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
RSV : Respiratory Syincitial Virus
TBC : Tuberkolosis
WHO : World Health Organization
xvii
DAFTAR ISTILAH
Adenovirus : Virus yang dapat menyebabkan infeksi
Asma bronchial : Suatu keadaan dimana saluran nafas
mengalami penyempitan
Autonomy : Kemampuan
Chi-square : Pengujian mengenai perbandingan antara
frekuensi observasi atau yang benar-
benar terjadi atau aktual dengan frekuensi
harapan
Chyanosis : Kebiruan pada kulit yang di sebabkan
karena jumlah hemoglobin deoksigenasi
yang berebihan
Chlamydia : Penyakit menular seksual
Coding : Pengkodean
Confidentiality : kerahasiaan
Coxsackie : Virus yang dapat menyebabkan penyakit
coxsackie yang sangat menular melalui
tangan atau ludah penderita
Editing : Penyuntingan data
Endokarditis : Penyakit infeksi yang disebabkan oleh
mikroorganisme pada dinding jantung
bagian dalam
Explanatory research : Penelitian bertujuan untuk menguji suatu
teori atau hipotesis guna memperkuat
atau menolak hasil penelitian yang sudah
ada
Haemophilus influenzae : bakteri yang dapat menyebabkan
berbagai jenis infeksi
Inform Consent : Lembar persetujuan
Input : Sasaran
Klebsiella pneumonia Bakteri yang dapat menyebabkan
pneumonia
Kognitif : Pengetahuan
Kolmogorov smirnov Pengujian normalitas yang banyak
dipakai, terutama setelah adanya banyak
program statistik
Laringitis Peradangan yang terjadi pada laring
Mycoplasma pneumonia Infeksi paru-paru yang disebabkan oleh
mycoplasma pneumonia
Parainfluenza Virus yang menyebabkan infeksi saluran
pernafasan
Pneumoia : Radang paru
Scoring : Penilaian
Streptococcus pneumonia : Bakteri penyebab pneumonia
Staphylococcus aureaus : Bakteri gram positif yang menghasilkan
xviii
pigmen kuning, biasanya terdapat pada
saluran pernafasan
Tabulating : Tabel data
Torch Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus,
dan Herpes
Wheezing : Mengi
xix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Analisa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya ISPA pada balita”
dengan baik. Tersusunnya skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan, saran dan
dukungan moral kepada penulis, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Dra. Furyana kartini sebagai pelaksana tugas (plt) kepala dinas kesehatan
kabupaten magetan yang mengijinkan untuk pencarian data awal
2. dr. Siti Maifuroh sebagai kepala puskesmas sumberagung kecamatan
plaosan kabupaten magetan yang telah memberikan izin penelitian
3. Supeno selaku kepala desa sidomukti yang telah memberikan ijin
penelitian
4. Seluruh Staf kantor Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten
Magetan, yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melakukan
penelitian
5. Zainal Abidin, SKM.,M.Kes (Epid) selaku ketua STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun dan dosen pembimbing 2
6. Sesaria Betty M, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing 1 yang
selalu membimbing dengan penuh kesabaran dan ketelatenan
7. Mertisa Dwi Klevina SST., M. Selaku Dewan Penguji
xx
8. Orang tua responden yang tinggal di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan
Kabupaten Magetan yang telah mau menjadi bagian dari penelitian ini
9. Kedua Orang tua saya yang telah memberi dorongan dan semangat tanpa
henti dalam menyelesaikan skripsi ini
10. Teman-teman keperawatan kelas A dan B angkatan tahun 2014 yang
banyak memberikan bantuan baik moral maupun materil yang tidak bisa
disebutkan satu persatu
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.Aamiin
Wassalamualaikum Wr.Wb
Madiun, Agustus 2018
Peneliti
Wiwik Arfianti
NIM. 201402054
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan
atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri ,virus
,maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru (Alsagaff ; mukty,
2013). Terjadinya infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dipengaruhi oleh tiga
hal yaitu adanya kuman (terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus, dan riketsia),
keadaan daya tahan tubuh (status nutrisi, imunisasi) dan keadaan lingkungan
(rumah yang kurang ventilasi , lembab, basah, dan kepadatan penghuni) (Depkes
RI, 2012).
Menurut World Health Organization (WHO), Penyakit ISPA adalah penyakit
yang paling sering menyebabkan kematian pada anak balita, sehingga ISPA masih
merupakan penyakit yang mengakibatakan kematian cukup tinggi, kematian
tersebut sebagian besar disebabkan oleh pneumonia. Sebagai kelompok penyakit ,
ISPA juga merupakan penyebab utama kunjungan pasien ke sarana kesehatan
yakni sebanyak 40%-60% kunjungan berobat di puskesmas dan 15%-30%
kunjungan berobat di rumah sakit. Gejala yang sering dijumpai adalah batuk,
pilek, dan kesukaran bernafas. ISPA dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu ISPA
atas dan ISPA bawah. ISPA terdiri beberapa faktor antara lain faktor lingkungan
faktor individu anak serta faktor perilaku (Depkes RI, 2012).
2
Kematian akibat ISPA lebih di dominasi balita usia 1-4 tahun yaitu lebih dari 2
juta kematian tiap tahunnya, ini juga berarti 1 dari 5 orang balita di dunia
meninggal setiap harinya. Di Indonesia ISPA selalu menempati urutan pertama
penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita. Selain itu ISPA juga sering
berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Dengan jumlah kasus
ISPA pada balita pada tahun 2017 di Kabupaten Magetan sejumlah 86.257 kasus
(Dinkes, 2017).
Penderita ISPA pada balita di Indonesia pada akhir tahun 2013 terdapat
sebanyak 5 diantara 1000 balita, setiap tahun sebanyak 150.000 balita meninggal
atau 12.500 korban perbulan atau 416 kasus sehari atau 17 anak per jam atau
seorang balita tiap lima menit (Maryunani, 2013). Sedangkan data yang diperoleh
dari (RISKESDES, 2013) sebanyak 28,3% balita yang menderita ISPA. Di
Kabupaten Magetan kasus ISPA pada balita sejumlah 86.257 kasus. Dan
berdasarkan studi pendahuluan di peroleh data pada periode September 2017
angka kejadian ISPA terdapat diDesa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten
Magetan dengan jumah ISPA sebanyak 116 orang balita.
ISPA dapat disebabkan oleh kuman dan daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh
sendiri terdiri dari beberapa faktor antara lain keadaan gizi, keadaan kekebalan,
keadaan lingkungan dan pengetahuan (Depkes RI, 2009). Faktor lingkungan yang
mempengaruhi terjadinya ISPA salah satunya ialah ventilasi rumah. Apabila suatu
ruangan tidak mempunyai sistem ventilasi yang baik akan menimbulkan keadaaan
yang dapat merugikan kesehatan (Lamsidi, 2013). Akibatnya jika penyakit ISPA
ini diabaikan dapat menyebabkan komplikasi seperti faringitis, sinusitis,
3
bronchitis, dan demam tinggi (Dinkes, 2012). ISPA sendiri dapat menyebabkan
radang paru (pneumonia) yang bisa mengakibatkan kematian (Depkes RI, 2013).
Faktor individu untuk anak terdiri dari umur anak, berat badan lahir rendah
(BBLR), status gizi, pemberian vitamin A, dan status imunisasi. Faktor perilaku
dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA pada bayi dan balita dalam
hal ini adalah praktek penanganan ISPA dikeluarga baik yang dilakukan oleh ibu
ataupun keluarga lainnya (Maryunani, 2010).
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai analisa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya ISPA
(Infeksi Saluran Pernafasan Akut) di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan
Kabupaten Magetan.
ISPA pada balita memerlukan penanganan dengan melibatkan banyak pihak
antara lain keluarga, dinas kesehatan, puskesmas untuk mengetahui tingkat
terjadiya ISPA pada balita dan segera dilakukan intervensi, contohnya
pembentukan posyandu balita untuk pembinaan ibu balita ataupun keluarga balita
dalam pencegahan terjadiya ISPA.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
pertanyaan masalah penelitian “Bagaimana Analisa Faktor Yang Mempengaruhi
Terjadinya ISPA Pada Balita di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten
Magetan ?”
4
1.3 TujuanPenelitian
1.3.1 TujuanUmum
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya ISPA pada
balita di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi kejadian ISPA pada balita di Desa Sidomukti
Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi ISPA pada balita di
Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan
3. Menganalisa faktor BBLR dengan kejadian ISPA pada balita di Desa
Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan.
4. Menganalisa faktor status gizi dengan kejadian ISPA pada balita di
Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan.
5. Menganalisa faktor status imunisasi dengan kejadian ISPA pada balita
di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan.
6. Menganalisa faktor kepadatan tempat tinggal dengan kejadian ISPA
pada balita di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan.
7. Menganalisa faktor ventilasi dengan kejadian ISPA pada balita di Desa
Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan.
5
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat
khususnya dibidang kesehatan anak.
2. Pengembangan ilmu pengetahuan tentang analisa faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya ISPA pada balita.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti
Merupakan pengalaman pertama bagi peneliti dalam bidang penelitian
kesehatan anak terutama pada balita.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber informasi dan kajian pustaka mengenai apa saja
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya ISPA.
3. Bagi Masyarakat
Menambah pengetahuan masyarakat tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya ISPA pada balita.
4. Bagi Perawat atau Petugas Puskesmas
Sebagai referensi atau rujukan dalam merawat dan menangani
penyakit ISPA pada balita
5. Bagi Institusi Kesehatan
Agar dapat dijadikan masukan dan pertimbangan dalam meningkatkan
dan memperbaiki mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat
khusunya pelayanan dalam penyakit ISPA.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep ISPA
2.1.1 Pengertian ISPA
Menurut WHO (2012), infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) didefinisikan
sebagai penyakit saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius
yang ditularkan dari manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam
waktu beberapa jam atau beberapa hari.
Menurut DepKes RI (2014), infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah
penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari aluran
pernafasan mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (sauran bawah)
termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga, telinga tengah dan pleura.
ISPA adalah penyakit saluran pernafasan akut yang berlangsung selama 14
hari yang dapat ditularkan melalui air liur, darah, bersin, maupun udara yang
terhirup.
2.1.2 Etiologi ISPA
1. Kuman
ISPA disebabkan oleh lebih dari 300 kuman, baik berupa bakteri, virus
maupun jamur (Maryunani, 2010).Bakteri penyebab ISPA tersering
adalah Haemophilus influenza (20%) dan Steptococcus pneumonia
(50%). Bakteri penyebab lain adalah Staphylococcuus aureaus dan
7
Klebsiella pneumonia, sedangkan virus yang sering menjadi penyebab
ISPA adalah respiratory syncitial virus (RSV) dan influenza.
2. Umur
Bayi umur dibawah bulan mempunyai angka infeksi yang rendah,
karena fungsi pelindung dari antibody. Infeksi meningkat pada umur 3-
6 bulan, pada waktu ini antara hilangnya antibody dan produksi
antibody bayi itu sendiri.Sisa infeksi dari virus berkelanjutan pada
waktu balita dan prasekolah. Pada waktu anak-anak berumur 5 tahun,
infeksi pernafasan yang disebabkan virus yang akan berkurang
frekuensinya tetapi pengaruh infeksi Mycoplasma Pneumonia dan
group A B-Hermoltic streptococcus akan meningkat. Klasifikasi
penyebab ISPA berdasarkan umur antara lain (DepKes RI, 2013).
a) Bayi baru lahir
ISPA pada bayi baru lahir seringkali terjadi karena aspirasi, infeksi
virus Varicella-zooster dan infeksi berbagai bakteri gram negatif
seperti bakteri Coli, torch, Streptcoccus dan Pnuemococcus.
Pneumonia biasanya disebabkan oleh berbagai virus, yaitu
Adenovirus, Coxsackie,Peumonia, S. (DepKes RI, 2013).
b) Balita dan prasekolah
ISPA pada balita dan anak prasekolah seringkali disebabkan oleh
virus, yaitu: Adeno, Parainfluenza, InfluenzaA atau B dan berbagai
8
bakteri yaitu: S.pneumoniae, Hemophilus influenza, Streptococci A,
dan Chlamydia (DepKes RI, 2013).
c) Anak usia sekolah dan remaja
ISPA pada anak usia sekolah dan remaja biasanya disebabkan oleh
virus, yaitu Adeno, Parainfluenza, InfluenzaA atau B, dan berbagai
bakteri, yaitu S. pneumonia, streptococcus A dan Mycoplasma
(DepKes RI, 2013).
3. Daya tahan tubuh
Daya tahan tubuh merupakan kemampuan untuk menahan organism
penyerang dipengaruhi banyak faktor. Kekurangan sistem kekebalan
apada anak beresiko terinfeksi, kondisi lain yang mengurangi daya
tahan tubuh adalah malnutrisi, anemia, kelelahan, dan daya tahan tubuh
atau imun tubuh.
2.1.3 Klasifikasi ISPA
1. Klasifikasi ISPA berdasarkan anatomis
Maryunani (2010), mengatakan secara anatomis ISPA dibagi menjadi 2
bagian yaitu:
a) ISPA Atas (Acute Upper Respiratory Infections)
Ispa atas yang perlu diwaspadai adalah radang saluran tenggorokan
atau pharingitis dan radang telinga tengah atau otitis.Pharingitisyang
disebabkan kuman tertentu (Streptococcus Hemolyticus) dapat
9
berkomplikasi dengan penyakit jantung (endokarditis).Sedangkan
radang telinga tengah yang tidak diobati berakibat terjadinya
ketulian.
ISPA berdasarkan golongan umur kurang 2 bulan yaitu:
a) Pneumonnia Berat
Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada bagian
bawah atau napas cepat.
b) Bukan Pneumonia (batuk pilek biasa)
Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian
bawah atau napas cepat.”Tanda Bahaya” untuk golongan umur
kurang 2 bulan, yaitu:
1) Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai
kurang dari setengah volume yang biasa diminum).
2) Kejang
3) Kesadaran menurun
4) Stridor
5) Wheezing
6) Demam
10
b) ISPA Bawah (Acute Lower Respiratory Infections)
ISPA bagian bawah adalah infeksi yang terutama mengenai struktur-
struktur saluran nafas bagian bawah mulai dari laring sampai alveoli.
Penyakit-penyakit yang tergolong infeksi saluran pernafasan akut
(ISPA) bagian bawah: Laringitis, Asma Bronchial, Bronchitis akut
maupun kronik, Bronco Pneumonia atau Pneumonia (suatu
peradangan tidak saja pada jaringan paru tapi juga pada Bronchioli.
ISPA berdasarkan golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun:
1. Pneumonia Berat
Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada
bagian bawah ke dalam pada waktu anak menarik napas (pada saat
diperiksa anak harus dalam keadaan tenang,tidak menangis atau
meronta).
2. Pneumonia Sedang
Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat untuk usia lebih dari
bulan sampai 12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih, untu
usia 1-4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
3. Bukan Pneumonia
Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak
ada napas cepat. “Tanda Bahaya” untuk golongan umur 2 bulan -5
tahun yaitu:
11
a) Tidak bisa minum
b) Kejang
c) Kesadaran menurun
d) Stridor
e) Gizi buruk
2.1.4 Tanda gejala ISPA
Widiyono (2008) menyatakan bahwa tanda dan gejala ISPA didasarkan
pada deretan keparahan antara lain:
1. ISPA ringan (bukan pneumonia) mecakup kelompok pasien balita dengan
tanda dan gejala:
a. Batuk pilek
b. Serak
c. Demam atau tanpa demam
2. ISPA sedang (pneumonia)
a. Batuk pilek
b. Serak
c. Nafas cepat
d. Wheezing
e. Demam (suhu badan mencapai 38 0)
12
3. ISPA berat (pneumonia berat)
a. Cyanosis
b. Pernafasan cuping hidung
c. Kejang
d. Dehidrasi
e. Kesadaran menurun
f. Demam tinggi (suhu mencapai lebih dari 39 0)
g. Frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih.
2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi ISPA
Menurut DepKes RI (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi ISPA adalah:
1. Agent
Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru.Kejadiannya
bisa secara akut atau kronis, yang palig sering adalah rhinitis simpleks,
faringitis, tonsilitis, dan sinusitis. Rinitis simpleks atau yang lebih
dikenal sebagai salesma/common cold/korizal/flu/pilek, merupakan
penyakit virus myxovirus, coxsackie, dan Echo (WHO, 2007)
2. Manusia
a) Umur
Berdasarkan hasil penelitian Anom (2006), resiko untuk terkena
ISPA pada anak yang lebih muda umumnya lebih besar dbandingkan
13
dengan anak umurnya yang lebih tua.Dari hasil uji statistik
menunjukkan ada pengaruh umur terhadap kejadian ISPA pada anak
balita.
b) Riwayat BBLR
Berat badan lahir menentukan pertumbuhan dan perkembangan fisik
dan mentalpada masa balita. Bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) mempuyai resiko kematian yang lebih besar dibandingkan
dengan berat badan lahir normal, terutama pada bulan-bulan pertama
kelahiran karena pembentukan zat anti kekebalan kurang sempurna
sehingga lebih mudah terkena penyakit, terutama penyakit
pneumonia dan penyakit saluran nafas lainnya (Maryunani, 2010).
Balita yang mengalami BBLR lebih besar resikonya untuk
terdiagnosa ISPA.Dikarenakan pada balita BBLR organ-organ
pernafasannya belum matang yang menyebabkan pengembangan
paru kurang adekuat, otot-otot prnafasan masih lemah dan pusat
pernafasan belum berkembang.Kurangnya zat surfaktan dapat
mengurangi tegangan pada permukaan paru.Anatomi dari organ
pernafasan yang belum matang menyebabkan ritme dari pernafasan
tidak teratur sering kali ditemukan apneu dan sianosis.Kecepatan
pernafasan bervariasi mencapai 60-80 kali per menit (Ibrahim,
2013).
14
Pada balita BBLR tidak mempunyai nutrisi dan protein yang cakup
untuk pembentukan sistem imun, maka apabila balita menghirup udara
yang tidak sehat akan mudah terkena infeksi.
c) Status Gizi
Gizi baik adalah keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrisi
sehingga berpengaruh terhadap daya tahan tubuh dan respon
imunologik terhadap penyakit, sedangkan gizi buruk merupakan status
kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi atau nutrisi dibawah standar
rata-rata (Soeditama, 2010).
Konsumsi gizi pada seseorang dapat menetukan tercapainya tingkat
kesehatan bila tubuh berada dalam tingkat kessehatan gizi yang
optimum. Dalam kondisi demikian tubuh terbebas dari penyakit dan
mempunyai daya tahan tubuh yang sangat tinggi (Notoatmodjo, 2013).
Status gizi pada sangat penting, karena status gizi yang baik akan
meningkatkan daya tahan tubuh dan keebalan tubuh anak, sehingga
anak tidak mudah terkena penyakit infeksi. Semakin rendah status gizi
balita maka semakin rendah pula daya tahan tubuh balita, maka semaki
rentan balita untuk terinfeksi.Dan pada balita dengan ststus gizi baik
cenderung menderita penyakit infeksi ringan.
15
d) Status Imunisasi
Pemberian imunisasi dapat mencegah berbagai jenis penyakit infeksi
termasuk ISPA.Untuk mengurangi faktor yang meningkatkan mortalitas
ISPA, diupayakan imunisasi lengkap terutama DPT dan Campak. Bayi
dan balita yang mempunyai status imunisasi lengkap bia menderita
ISPA dapat diharapkan perkembangan penyakitnya tidak akan menjadi
berat. Imunisasi DPT dan Campak merupakan imunisasi yang
berkontribusi dengan penyakit ISPA. DPT (difteri, anti infeksi saluran
pernafasan), pertusis (untuk batuk rejan dan tetanus), merupakan
penyakit yang bersifat toxin-mediated, toksin yang dihasilkan kuman
(melekat pada bulu getar saluran nafas atas) akan melumpuhkan bulu
getar tersebut, sehingga menyebabkan gangguan aliran secret
pernafasan, dan berpotensi menyebabkan ISPA. Sehingga peemberian
imunisasi DPT cukup esensial untuk menyiapkan balita menghadapi
lingkungan yang tidak selalu bisa dijamin kebersihannya.Selain DPT,
imunisasi Campak juga merupakan salah satu pencegahan ISPA.Karena
virus campak masuk melalui saluran pernafasan dan selanjutnya masuk
ke kelenjar getah bening yang berada dibawah mukosa.Pada saat 5-6
hari setelah infeksi awa kemudian menyebar kepermukaan epitel
saluran pernafasan dan berpotensi meyebabkan ISPA.Dan dengan
pemberian vaksin campak dapat mencegah adanya infeksi yang
mengganggu saluran pernafasan, kususnya ISPA.
16
d) Faktor lingkungan
a. Kepadatan tempat tinggal
Kepadatan tempat tinggal menurut keputusan menteri kesehatan
nomor 829/MENKES/SK.VII.1999 tentang persyaratan kesehatan
rumah satu orang minima menempati luas rumah 8m.Dengan kriteia
tersebut diharapkan dapat mencegah penularan penyakit dan
melancarkan aktivitas.Keadaan tempat tinggal yang padat
menngkatkan faktor populasi dalam rumah yang telah ada.
Kepadatan penghuni dalam satu rumah tinggal akan menberikan
pengaruh bagi penghuninya. Hal ini tidak sehat karena disamping
meneyebabkan kuranya oksigen, juga bila salah satu anggota keluarga
terkena penyakit infeksi, terutama ISPA akan mudah menular kepada
anggota keluarga yang lainnnya (Notoadmodjo, 2013).
b. Ventilasi
Salah satu upaya pencegahan penularan ISPA kepada anggota
keluarga yanglain, dapat dilakukan melalui rumah sehat. Syarat rumah
sehat secara sederhana meliputi ventilasi, penerangan alami dan suhu.
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi, diantaranya :
1) Mensuplai udara bersih yaitu udara yang mengandung kadar
oksigen yang optimum bagi pernafasan.
17
2) Membebaskan udara ruangan dari bau-bauan, asap ataupun debu
dan zat-zat pencemaran lain dengan cara pengeceran udara.
3) Mensuplai panas agar hilangnya panas badan seimbang.
4) Mensuplai panas akibat hilangnya panas ruangan dan bangunan.
5) Mengeluarkan kelebihan udara panas yang disebabkan radiasi
tubuh, kondisi, evaporasi ataupun keadaan eksternal.
6) Mendisfungsikan suhu udara secara rata.
c. Pencahayaan
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan
tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk kedalam rumah,
terutama cahaya matahari akan menyebakan lembab dan tempat untuk
hidup berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya cahaya yang
berlebihan akan megakibatkan silau dan akhirnya dapat merusak mata
(Notoadmodjo, 2003). Rumah harus cukup mendapatkan penerangan
baik pada siang maupun malam hari.Idealnya, penerangan didapat
drngan bantuan listrik.Setiap ruang diupayakan mendapat sinar
matahari terutama di pagi hari (Chandra, 2007).
Cahaya dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Cahaya alamiah, yaitu cahaya matahari. Cahaya matahari dapat
membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah misalnya
bakteri TBC.
18
b. Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan
alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik, api, dan sebagainya.
Dampak dari pencahayaan adalah apabila niai pencahayaan yang
terlalu rendah akan berpengaruh terhadap proses akomodasi mata
yang terlalu tinggi, sehingga akan berakibat terhadap keusakan retina
pada mata. Cahaya yang terlalu tinggi akan mengakibatkan kenaikan
suhu pada ruangan (Kemenkes RI, 2011). Pencahayaan yang cukup
member kesempatan cahaya matahari masuk, dan tidak menyilaukan ,
sehingga matahari mampu membunuh kuman-kuman patogen dan jika
cahaya kurang akan mengakibatkan ketegangan pada mata
(Kusnoputranto, 2000).
d. Suhu
Suhu ruang harus tetap terjaga agar jangan banyak berubah.Suhu
sebaiknya berkisar antara 8- 0 C. Suhu ruang dapat sangat dipengaruhi
oleh suhu udara luar, pergerakan udara, kelembaban udara, dan suhu
benda-benda yang ada disekitarnya.Dirumah-rumah modern, suhu ruang
dapat diatur engan fasilitas air conditioning (Chandra, 2007).
Perubahan suhu udara dalam rumah dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain, menurut Kemenkes RI, 2011.
a. Penggunaan bahan bakar
b. Ventilasi yag tidak memenuhi syarat
c. Kepadatan hunian
19
d. Bahan dan struktur bangunan
2.1.6 Bahaya ISPA
ISPA sangat berbahaya kematia pada penderita ISPA terjadi jika penyakit
mencapai derajat yang berat.Palinng sedikit kematian karea infeksi telah
mencapai paru-paru, keadaan ini terjadi karena penyakit ISPA ringan yang
diabaikan.Seringkali dimulai dengan batuk pilek biasa tetapi karena daya
tahan tubuh yang jelek, maka penyakit dengan cepat menjalar ke paru-paru.
Apabila tidak medapat pengobatan yang tepat maka penderita dalam waktu
24 jam bisa meninggal.
2.1.7 Pencegahan ISPA
ISPA dapat dicegah melalui beberapa cara baik dengan mengindarkan atau
mengurangi faktor resiko maupun melalui beberapa pendekatan, yaitu
melakukan pendidikan kesehatan di komunitas, perbaikan gizi, pelatihan
tugas kesehatan dalam hal memanfaatkan pedoman diagnosis dan
pengobatan ISPA, penggunaan antibiotika yang benar dan efektif, dan
waktu untuk merujuk yang tepat dan segera bagi kasus ISPA terutama
pneumonia berat. Peningkatan gizi termasuk pemberian ASI eksklusif dan
asupan zinc, peningkatan cakupan imunisasi, dan pengurangan polusi udara
di dalam ruangan dapat pula mengurangi faktor resiko.
Penelitian terkini juga menyimpulkan bahwa mencuci tangan dapat
mengurangi kejadian ISPA (DepKes RI, 2010).
20
Menurut Hood Alsagaff dan Abdul Mukty (2010) pencegahan ISPA dapat
melalui :
a.Tenaga kesehatan
Penyuluhan diharapkan dapat mengubah sikap dan perilaku masyarakat
terhadap hal-hal yang meningkatkan faktor resiko ISPA. Kegiatan
penyuluhan berupa penyuluhan penyakit ISPA, penyuluhan ASI (air susu
ibu) eksklusif, penyuluhan imunisasi, penyuluhan gizi seimbang untuk ibu
dan anak, penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan bahaya
merokok.
b.Keluarga
1) Rumah harus berjendela dan sanitasinya harus bagus
2) Asap daur dan asap rokok tidak boleh berkumpul dirumah
3) Rumah harus kering dan tidak boleh lembab
4) Rumah tidak boleh padat penghuni
5) Kebersihan didalam rumah dan diluar rumah harus dijaga. Rumah harus
mempunyai jamban yang sehat dan diatur dengan baik
6) Air buangan dan pembuangan sampah harus diatur degan baik agar
nyamuk, lalat tidak berkeliaran didalam rumah dan di sekitar rumah
7) Meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara makan makanan yang
bergizi
21
8) Rutin melakukan imunisasi
2.2 Konsep BBLR
Berat badan lahir menentukan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan
mental pada masa balita. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
mempuyai resiko kematian yang lebih besar dibandingkan dengan berat badan
lahir normal, terutama pada bulan-bulan pertama kelahiran karena pembentukan
zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit,
terutama penyakit pneumonia dan penyakit saluran nafas lainnya (Maryunani,
2010).
Balita yang mengalami BBLR lebih besar resikonya untuk terdiagnosa
ISPA.Dikarenakan pada balita BBLR organ-organ pernafasannya belum matang
yang menyebabkan pengembangan paru kurang adekuat, otot-otot prnafasan
masih lemah dan pusat pernafasan belum berkembang.Kurangnya zat surfaktan
dapat mengurangi tegangan pada permukaan paru.Anatomi dari organ pernafasan
yang belum matang menyebabkan ritme dari pernafasan tidak teratur sering kali
ditemukan apneu dan sianosis.Kecepatan pernafasan bervariasi mencapai 60-80
kali per menit (Ibrahim, 2013).
Pada balita BBLR tidak mempunyai nutrisi dan protein yang cakup untuk
pembentukan sistem imun, maka apabila balita menghirup udara yang tidak sehat
akan mudah terkena infeksi.
22
2.3 Konsep Status Gizi
Gizi adalah sesuatu yang dapat mempengaruhi proses perubahan zat makanan
yang masuk kedalam tubuh dan dapat mempertahankan suatu kehidupan
(Soenardi, 2006). Macam-macam zat gizi atau zat makanan yang diperlukan oleh
tubuh manusia anatara lain karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air
(Suhardjo, 2010). Penyimpangan dari kebutuhan gizi dapat menjadi suatu faktor
resiko penyakit maupun penyakit yang degenerative sehinngga gizi yang
diperlukan oleh tubuh adalah gizi yang seimbang yaitu gizi yang terpenuhi namun
tidak kurang atau pun tidak lebih melainkan cukup. Gizi yang kurang akan
mempengaruhi kesehatan anak karena dengan adanya gizi kurang anak akan
mudah rentan terhadap suatu penyakit terutama penyakit infeksi. Gizi yang cukup
dapat mempertahankan imunitas anak sebagai perlawanan dari suatu penyakit
(PERSAGI, 2009).
Balita dengan gizi yang kurang akan lebih mudah terserang ISPA dibandingkan
dengan balita gizi normal karena faktor daya tahan tubuh yang kurang. Penyakit
infeksi sendiri akan meyebabkan balita tidak mempunyai nafsu makan dan
mengakibatkan kekurangan gizi. Keadaan gizi kurang, balita lebih mudah
terserang ISPA bahkan serangannya lebih lama (DepKes, 2004). Status gizi anak
dapat dilihat dari berat badan anak disbanding dengan usia anak (BB/U) atau juga
dapat dilihat dari berat badan dengan tinggi badan anak (Kepmenkes, 2010).
23
Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks
Tabel 2.1 tabel Z-Skor
24
Tabel 2.2 Tabel antropometri
25
26
27
Rumus Z Score = ( Nilai Pengukuran – Nilai Median Baku Rujukan ) /
nilai simpangan baku rujukan.
Nilai simpangan baku rujukan adalah : + 1 SD (jika nilai pengukuran lebih dari
median), dan -1 SD bila nilai pengukuran kurang dari median.
28
2.4 Konsep Status Imunisasi
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan untuk memberikan kekebalan
(imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit tertentu (Depkes,
2004). Indonesia memiliki jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah
(imunisasi dasar) yaitu :
1) Vaksin BCG
Pemberian imunisasi BCG ini bertujuan menimbulkan kekebalan aktif
terhadap penyakit tuberkolosis (TBC).
2) Vaksin DPT
Manfaat pemberian imunisasi ini adalah untuk menimbulkan kekebalan
aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteria, pertusis
(batuk rejan) dan tetanus.
3) Vaksin Campak
Imunisasi ini diberikan untuk mendapat kekebalan terhadap penyakit
campak secara aktif.
4) Vaksin Hepatitis B
Imunisasi ini dilakukan untuk mendapat kekebalan aktif terhadap penyakit
Hepatitis B. penyakit ini dalam istilah sehari-hari dikenal sebagai penyakit
liver.
5) Imunisasi Poliomielitis
Imunisasi diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit
poliomyelitis. Terdapat 2 jenis vaksin dalam peredaran, yang masing-
masing mengandung virus polio tipe I, II, III yaitu :
29
a) Vaksin yang memgandung virus polio tipe I, II, III yang sudah
dimatikan (vaksin salk), cara pemberiannya dengan penyuntikan.
b) Vaksin yang memgandung virus polio tipe I, II, III yang masih hidup
tetapi telah dilemahkan (vaksin sabin), cara pemberiannya dengan cara
melalui mulut dalam bentuk pil atau cairan.
Imunisasi dasar ini diberikan pada anak sesuai dengan usianya. Anak
yang telah medapatkan imunisasi lengkap tubuhnya akan bertambah
kekebalan tubuhnya sehingga tidak mudah terserang penyakit tertentu
yang sering dialami oleh anak-anak (Hidayat, 2009).
2.5 Konsep Kepadatan Tempat Tinggal
Menteri Perumahan Rakyat (Menpera) RI megungkapan bahwa aturan luas
rumah yang sehat untuk memenuhi kebutuhan minimal 9 m2
untuk per jiwa atau
per orang, sehingga jika dalam satu rumah berisi empat orang maka luas rumah
yang ideal berkisar 36 m2. Keputusan Menteri Kesehatan (KepMenKes) RI No
829 menetapkan mengenai kesehatan pembanguan rumah bahwa luas ruang tidur
minimal 8 m2 dan tidak digunakan untuk lebih dari 2 orang dewasa dalam 1 ruang
tidur, kecuali anak usia di bawah 5 tahun (Kompas, 2012). Kepadatan tempat
tinggal atau keadaan rumah yang sempit dengan jumlah ppenghuni rumah yang
banyak akan brdampak kurangya oksigen di dalam rumah.
Kepadatan penghuni menimbulkan perubahan suhu ruangan yang kalor dalam
tubuh keluar disebabkan oleh pengeluaran panas badan yang akan meningkatan
kelembaban akibat uap air dari pernafasan tersebut. Semakin banyak jumlah
30
penghuni ruang tidur atau dengan penghuni lebih dari 2 orang dalam ruang tidur
maka semakin cepat udara ruangan mengalami pencemaran gas atau bakteri,
selain itu juga memperlambat proses penukaran gas udara bersih yang dapat
menyebabkan peyakit ISPA (Sukandarrumidi, 2010).
2.6 Konsep Ventilasi
Ventilasi adalah proses memasukan dan menyebarkan udara dari dalam ke
luar atau udara dari luar yang telah diolah sebagai daur ke dalam ruangan.
Ventilasi udara yang di buat serta pencahyaan di dalam rumah sangat diperlukan
karena akan mengurangi polusi asap yang ada di di dalam rumah sehingga dapat
mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang lama kelamaan bisa
menyebabkan terkena penyakit ISPA. Luas penghawaan atau ventilasi rumah
yang permanen minimal 10% dari luas lantai (Depkes, 2004; WHO, 2007).
Berdasarkan peraturan bangunan nasional, lubang ventilasi suatu bangunan harus
memenuhi syarat sebagai berikut :
1) Luas bersih dari jendela atau lubang ventilasi sekurang-kurangya 1/10
dari luas lantai ruangan.
2) Jendela atau lubang vetilasi harus meluas ke arah atas sampai setinggi
minimal 1,95 m dari permukaan lantai.
3) Adanya lubang ventilasi yang berlokasi dibawah langit-langit yang
sekurang-kurangnnya 0,35 % luas lantai yang bersangkutan (Mukono,
2000).
31
BAB 3
Kerangka Konsep Dan Hipotesa
3.1 Kerangka Konseptual
Faktor yang mempengaruhi ISPA
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
: Berhubungan
Gambar 3.1 kerangka konseptual penelitian tentang analisis faktor faktor yang
mempengaruhi ISPA pada balita.
1. Faktor Agen Infeksi & Virus Myxovirus
2. Faktor Host :
a. Umur
b. Status Gizi
c. BBLR
d. Status Imunisasi
3. Faktor lingkungan :
a. Kepadatan tempat tinggal
b. Lingkungan fisik ventilasi
c. Pencahayaa
naa
d. Suhu ruangan
I S P A
32
Dari kerangka konsep diatas kejadian ISPA pada balita dapat dipengaruhi dari
beberapa faktor, diantaranya :agen infeksi dari virus mycovirus, faktor host terdiri
dari umur, status gizi, BBLR, dan status imunisasi, dan yang terakhir faktor
lingkungan terdiri dari kepadatan tempat tinggal, lingkungan fisik ventilasi,
pencahayaan, dan suhu ruangan.
3.2 Hipotesis Penelitian
H1I : Ada hubungan dari faktor BBLR dengan kejadian ISPA pada
balita di desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan
H1II : Ada hubungan dari faktor Status Gizi dengan kejadian ISPA pada
balita di desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan
H1III
: Ada hubungan dari faktor Status Imunisasi dengan kejadian ISPA
pada balita di desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten
Magetan
H1IV
: Ada hubungan dari faktor Kepadatan Tempat Tinggal dengan
kejadian ISPA pada balita di desa Sidomukti Kecamatan Plaosan
Kabupaten Magetan
H1V : Ada hubungan dari faktor Ventilasi dengan kejadian ISPA pada
balita di desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan
33
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain atau rancangan penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian
survey analitik, penelitian dilakukan untuk menggali bagaimana fenomena
kesehatan tersebut terjadi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Cross Sectional, dimana waktu pengukuran / observasi variabel dependen
mengenai analisa faktor-faktor terjadinya ISPA hanya satu kali pada satu saat
(Nursalam, 2013). Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya ISPA pada balita di
Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi Penelitian
Populasi yang digunakan sebagai objek dalam penelitian ini adalah seluruh
balita yang terkena ISPA di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten
Magetan. Populasi dalam penelitian ini sejumlah 116 balita dari 24 RT.
4.2.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian keluarga dengan anggota
keluarga yang memiliki balita dengan ISPA di Desa Sidomukti Kecamatan
Plaosan Kabupaten Magetan.
34
Jumlah sampel minimal dalam penelitian inidihitung dengan rumus besar
sampel menggunakan rumus Slovin yang dikutip dari Nursalam (2016) :
n
( ( ))
n=
( ( ))
n=
( ( ))
n= 89,9
n= 90
4.2.3 Kriteria Sampel
Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk mengurangi
bias hasil penelitian, khususnya jika terdapat variabel-variabel kontrol ternyata
mempunyai pengaruh terhadap variabel yang kita teliti. Kriteria sampel dapat
dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu inklusi dan eksklusi (Nursalam, 2013).
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Balita yang memiliki ISPA
b. Keluarga balita yang ada di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan
Kabupaten Magetan
c. Keluarga yang menyetujui balita di jadikan responden
2. Kriteria ekslusi
Kriteria ekslusi dalam penelitian ini, yaitu :
a. Keluarga yang pindah tempat tinggal
35
4.3 Tehnik Sampling
Penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Dimana setiap
unit populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk di seleksi sebagai sampel.
Langkah-langkah dalam pemilihan sampel dengan teknik simple random sampling
yaitu :
1. Membuat nomor undian sejumlah populasi, yaitu 001-116 dilipat sedemikian
rupa sehingga memudahkan dalam pengambilan undian.
2. Nomor undian yang sudah dilipat dimasukkan dalam kaleng dikocok-kocok
sampai keluar nomer undian .
3. Lakukan langkah 1 dan 2 sampai sampel yang dibutuhkan terpenuhi. Sampel
yang dibutuhkan sejumlah 90 sampel.
36
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Gambar 4.4 Kerangka kerja penelitian.
Populasi
Seluruh balita yang menderita ISPA di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten
Magetan tahun 2018 dengan jumlah 116 balita
Sampel
Sebagian balita yang menderita ISPA di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten
Magetan tahun 2018 dengan jumlah 90 balita
Teknik Sampling
Simple random sampling
Desain Penelitian
Survey Analitik
Pengumpulan Data
Kuisioner dan KMS
Pengolahan Data
Editing, Coding,Scoring, Tabulating
Analisis
Chi square
Hasil dan Kesimpulan
Penyajian
37
4.5 Definisi Operasional
Definisi operasional secara rinci dapat dilihat dalam definisi operasional
penelitian yang digambarkan :
No Variabel Definisi
Operasional
Parameter Cara Ukur Alat
Ukur
Skala
Data
Skor
1 ISPA ispa ditandai
dengan gejala
batuk, pilek,
demam, nafas,
cepat
Tanda atau
gejala ispa
Keluarga
balita diberi
lembar
kuisioner
kuisioner ordinal (2) Ispa ringan, jika
batuk pilek
(1) Ispa sedang, jika
batuk pilek demam
(0) Ispa berat, jika
batuk pilek demam
nafas cepat
1 Riwayat
BBLR
Berat badan
bayi saat
dilahirkan,
dilihat dari
catatan surat
kelahiran atau
kms
Riwayat berat
badan bayi
saat dilahirkan
Keluarga
balita diberi
lembar
kuisioner
Kuisione
r dan
KMS
Ordinal (0) Berat badan <
2500 gr
(1) Berat badan
≥2500 gr
2
Status gizi Kondisi
respon pada
nutrisi
berdasarkan
ukuran
antropometri
Mengetahui
berat badan/
umur balita
Keluarga
balita diberi
lembar
kuisioner
Kuisione
r dan
KMS
Ordinal (1) Gizi baik, jika
nilai Z-score = -
2SD sampai 2SD
(0) Gizi kurang=< -
2SD
3
Status
Imunisasi
Imunisasi
berdasarkan
catatan kms
Mengetahui
sudah
mendapatkan
vaksin BCG,
DPT, campak,
hepatitis B,
poliomeitis
Keluarga
balita diberi
lembar
kuisioner
Kuisione
r dan
KMS
Ordinal (1) lengkap
(0) tidak lengkap
4 Kepadatan
tempat
tinggal
Perbandinga
luas ruangan
dan jumlah
penghuni
(minimal 9m2
untuk setiap
orang
ukuran rumah
dan jumlah
penghuni
Keluarga
balita diberi
lembar
kuisioner
Kuisione
r dan
KMS
Ordinal (0)Padat
(1)Tidak padat
5 ventilasi Ventilasi
berdasarkan
jumah lubang
dalam rumah
Ukuran
ventilasi 10%
dari luas lantai
Keluarga
balita diberi
lembar
kuisioner
Kuisione
r dan
KMS
Ordinal (1)Memenuhi
syarat :bila ventilasi
berukuran 10% dari
luas lantai
(0) Tidak
memenuhi syarat
:bila ventilasi
berukuran kurang
38
4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah :
4.6.1 Kuisioner
Kuisioner yang digunakan dalam peneltian untuk mengetahui riwayat
BBLR, status gizi status imunisasi, kepadatan tempat tinggal, lingkungan
fisik ventilasi.
4.6.2 KMS
Kartu yang digunakan dalam penelitian untuk mengetahui riwayat BBLR,
status gizi, status imunisasi balita
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan
Kabupaten Magetan.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan 20 Mei sampai 5 Juni 2018.
dari 10% luas lantai
39
4.8 Prosedur Pengumpulan Data
Beberapa langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam pengumpulan
data adalah sebagai berikut :
1. Mengurus ijin penelitian dengan membawa surat dari STIKes Bhakti
Husada Mulia Madiun untuk ditujukan kepada Bakesbangpol
Kabupaten Magetan
2. Setelah mendapatkan surat ijin penelitian dari Bakesbangpol, surat ijin
ditujukan kepada Kepala DINKES Kabupaten Magetan
3. Setelah mendapatkan ijin dari pihak DINKES Kabupaten Magetan,
surat ijin ditujukan ke puskesmas sumberagung Kecamatan Plaosan
Kabupaten Magetan.
4. Peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang maksud dan
tujuan serta inform consent.
5. Setelah mendapatkan persetujuan dari responden peneliti membagikan
kuesioner pada responden dan peneliti menjelaskan cara pengisian
kuesiner serta tiap item pertanyaan pada kuesioner. Kuesioner yang
telah diisi secara lengkap selanjutnya diserahkan kepada peneliti untuk
pengolahan data.
6. Kuesioner yang telah diisi lengkap selanjutnya diserahkan kepada
peneliti untuk pengolahan data.
40
4.9 Pengolahan Data dan Analisa Data
4.9.1 Pengolahan Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data perlu diproses dan
dianalisis secara sistematis supaya bisa terdeteksi. Data tersebut di tabulasi dan
dikelompokkan sesuai dengan variabel yang diteliti. Langkah-langkah pengolahan
data :
1. Editing
Editing adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk melihat kembali apakah
isian pada lembar pengumpulan data sudah cukup baik sebagai upaya
menjaga kualitas data agar dapat di proses lebih lanjut. Pada saat melakukan
penelitian, apabila ada soal yang belum diisi oleh responden maka responden
diminta untuk mengisi kembali.
2. Coding
Coding atau pengkodean yaitu mengubah data yang berbentuk kalimat
menjadi bentuk angka. Pada penelitian inidiberikan kode antara lain yaitu :
a. Umur Umur Balita
18-25 tahun : 1 1-2 tahun :1
26-33 tahun : 2 2-3 tahun :2
34-41 tahun : 3 3-4 tahun :3
42-49 tahun : 4 4-5 tahun :4
50-60 tahun : 5
b. Jenis kelamin
Laki –laki : 1 perempuan : 2
41
c. Pendidikan
Tidak sekolah : 1
SD : 2
SMP : 3
SMA/SMK : 4
Diploma/Sarjana : 5
d. Pekerjaan
Tidak bekerja : 1
Pedagang : 2
Petani : 3
Pegawai negeri : 4
Swasta : 5
TNI/Polri : 6
e. Hubungan dengan klien
Orang tua : 1
Suami/istri : 2
Anak : 3
Saudara : 4
Bukan Keluarga Inti : 5
3. Scoring
Menentukan skor atau nilai untuk setiap item pertanyaan dan tentukan nilai
terendah dan tertinggi.
42
4. Tabulating
Tabel yang akan ditabulasi adalah tabel yang berisikan data yang sesuai
dengan kebutuhan analisis.
4.9.2 Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan terhadap masing-masing variabel yang
diteliti. Tujuan dari analisis univariat adalah menjelaskan karakteristik
setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010).
Distribusi frekuensi dalam penelitian ini untuk data kategorik sebagai
berikut: umur,pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan,hubungan dengan
balita,rutinitas minum obat,jumlah kekambuhan ISPA dan jumlah
dirawat.
b. Analisa bivariat
Tujuan analisis bivariat dalam penelitian ini adalah mengetahui faktor-
faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di Desa
Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan. Untuk mencari
kemaknaan variabel bebas dan terikat perlu dilakukan analisis variabel
tersebut, dengan melihat tabulasi silang dengan uji Chi-Square atau Kai
Kuadrat. Taraf signifikansi yang digunakan adalah 95% dengan nilai
kemaknaan atau nilai p sebesar 5% (Sugiyono, 2004). Rumus uji Chi-
Square yaitu:
43
x2
( )
Keterangan:
X2 = Chi-Square
fo = Frekuensi yang diobservasi
fh = Frekuensi yang diharapkan Kriteria hubungan berdasarkan p value
(probabilitas) yang dihasilkan dengan nilai kemaknaan, dengan kriteria:
1. Jika p value > 0,05 maka Ho diterima
2. Jika p value < 0,05 maka Ho ditolak (Sopiyudin, 2008)
Untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat, maka digunakan koefisien kontingensi, yaitu sebagai berikut:
Koefisien Kontingensi Keterangan
1. 0,00 – 0,199 hubungan sangat rendah
0,20 – 0,399 hubungan rendah
0,40 – 0,599 hubungan cukup kuat
0,60 – 0,799 hubungan kuat
0,80 – 1,00 hubungan sangat kuat
Syarat dalam menggunakan rumus Chi-Square adalah data kategorik, jenis
penelitian explanatory research, tidak berpasangan, jenis hipotesis assosiatif atau
hubungan, dan skala pengukurannya nominal atau ordinal. Apabila tidak
memenuhi syarat uji Chi-Square maka digunakan uji alternatifnya yaitu Fisher
atau Kolmogorov Smirnov (Sopiyudin, 2008).
44
4.11 Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini , masalah etika meliputi :
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)
Penelitimempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan
informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta
memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy)
2. Kerahasiaan (Confidentiality)
Setiap subyek mempunyai hak-hak dasartermasuk privasi dan
kebebasan dalam memberikan informasi. Subyek berhak untuk tidak
memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain.Oleh sebab itu,
peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan
kerahasiaan identitas subyek. Peneliti seyogyanya cukup menggunakan
coding sebagai pengganti identitas responden.
3. Keadilan dan Keterbukaan (Respect for Justice an Inclusiveness)
Menurut peneliti di dalam hal ini menjamin bahwa semua subjek
penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa
membedakan jender, agama, etnis, dan sebagainya serta perlunya
prinsip keterbukaan dan adil pada kelompok.
45
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis menyampaikan hasil dan pembahasan dari penelitian
Analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya ISPA pada Balita di Desa
Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan. Penelitian ini diuraikan
secara deskriptif sesuai tujuan umum dan tujuan khusus. Pengumpulan data
dilakukan pada bulan Mei 2018 dengan responden sebanyak 90 orang. Penyajian
data dibagi menjadi dua yaitu data umum dan data khusus. Data umum berisi
karakteristik responden meliputi umur orang tua, pendidikan, pekerjaan,
hubungan dengan balita, umur balita dan jenis kelamin. Data khusus yang
disajikan berdasarkan hasil pengukuran variabel, yaitu BBLR, status gizi, status
imunisasi, kepadatan tempat tinggal dan ventilasi pada balita yang menderita
ISPA dan memiliki riwayat ISPA. Data yang didapat dari lembar kuesioner dan
KMS akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan presentase.
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di wilayah Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan
Kabupaten Magetan. Letak perbatasan Desa Sidomukti sebelah utara berbatasan
dengan Desa Buluharjo, sebelah timur berbatasan dengan Desa Sumberagung,
sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bogoarum dan sebelah barat berbatasan
dengan Desa Bulugunung. Di Desa Sidomukti penduduknya kebanyakan bermata
pencaharian sebagai petani, dan membatik. Lingkungan di Desa sidomukti
kebanyakan padat penghuni rumahnya. Desa Sidomukti ada 24 RT dan 4 RW.
46
Jumlah penduduknya sendiri ada 3.280 jiwa dari 780 Kepala Keluarga (KK).
Tempat pelayanan kesehatan yang terdekat ada di Puskesmas Sumberagung.
5.2 Hasil Penelitian
5.2.1 Analisa Univariat dan Data Demografi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 20 juni sampai 5
juli 2018 di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan akan
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
1. Karakteristik Responden Bersadarkan Umur Orang Tua
Karakteristik responden berdasarkan umur orang tua di Desa Sidomukti
Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan, dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Orang Tua Balita di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan
Kabupaten Magetan
No Umur ibu Frekuensi (f) Prosentase (%)
1 18-25 tahun 28 31,1
2 26-33 tahun 33 36,7
3 34-41 tahun 29 32,2
TOTAL 90 100.0
Sumber : Data primer hasil penelitian bulan Mei-Juni
Berdasarkan tabel 5.1 diperoleh data bahwa sebagian besar responden
berusia 26-33 tahun sejumlah 33 responden dengan prosentase 36,7 %.
47
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan di Desa Sidomukti
Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan, dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Pendidikan di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten
Magetan
No Pendidikan Frekuensi (f) Prosentase (%)
1 SD 17 18.7
2 SMP 44 48.4
3 SLTA 25 27.5
4 SARJANA 4 4.4
TOTAL 90 100,0
Sumber : Data primer hasil penelitian bulan Mei-Juni
Berdasarkan tabel 5.2 diperoleh data bahwa sebagian besar responden
sejumlah 44 responden (48,4%) dengan tingkat pendidikan SLTA dan
sebagian kecil responden yaitu 4 responden (4,4%) dengan tingkat
pendidikan SARJANA.
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di Desa Sidomukti
Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan, dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Pekerjaan di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten
Magetan
48
No Pekerjaan Frekuensi (f) Prosentase (%)
1 Pedagang 1 1.1
2 Pegawai Negeri 9 9.9
3 Wiraswasta 24 26.4
4 IRT 56 61.5
TOTAL 90 100,0
Sumber : Data primer hasil penelitian bulan Mei-Juni
Berdasarkan pekerjaan pada tabel 5.3 diperoleh data bahwa sebagian
besar pekerjaan responden adalah IRT dengan jumlah 56 responden (61,5%)
dan sebagian kecil responden adalah pedagang dengan jumlah 1 responden
(1,1%).
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Hubungan Dengan Balita
Karakteristik responden berdasarkan hubungan dengan balita di Desa
Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan, dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Hubungan dengan Balita di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan
Kabupaten Magetan
NO Hubungan dgn balita Frekuensi (f) Prosentase (%)
1 Orang Tua 90 100,0
TOTAL 90 100,0
Sumber : Data primer hasil penelitian bulan Mei-Juni
Berdasarkan hubungan dengan balita pada tabel 5.4 diperoleh data
bahwa seluruh reponden adalah orangtua degan jumlah 90 responden
(100%). Tidak ada pengasuh, tidak diasuh nenek ataupun saudara lainnya.
49
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Balita
Karakteristik responden berdasarkan umur balita di Desa Sidomukti
Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan, dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan umur
Balita di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan
No Umur Balita Frekuensi (f) Prosentase (%)
1 1-2 tahun 32 35.2
2 2-3 tahun 26 28.6
3 3-4 tahun 17 18.7
4 4-5 tahun 15 16.5
TOTAL 90 100.0
Sumber : Data primer hasil penelitian bulan Mei-Juni 2018
Berdasarkan umur balita pada tabel 5.5 diperoleh data bahwa sebagian
besar responden adalah berusia 1-2 tahun dengan jumlah 32 responden
(35,2%) dan sebagian kecil responden berusia 4-5 tahun dengan jumlah 15
responden (16,5%).
6. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin balita di Desa
Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan, dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin Balita di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan
Kabupaten Magetan
No Jenis Kelamin Frekuensi (f) Prosentase (%)
1 Laki-laki 46 51.1
2 Perempuan 44 48,9
TOTAL 90 100.0
Sumber : Data primer hasil penelitian bulan Mei-Juni 2018
50
Berdasarkan tabel diatas diperoleh data bahwa sebagian besar dari
responden yaitu 46 responden (51,1%) berjenis kelamin laki-laki sedangkan
sebagian kecil dari responden yaitu 44 responden (48,9%).
5.2.2 Analisa Univariat Variabel Dependen
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Kejadian ISPA
Karakteristik responden berdasarkan kejadian ISPA pada balita di
Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan, dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Kejadian ISPA di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan
No Kejadian ISPA Frekuensi (f) Prosentase(%)
1 ISPA Berat 66 73.3
2 ISPA Sedang 22 24.4
3 ISPA Ringan 2 2.2
TOTAL 90 100.0
Sumber : Data primer hasil penelitian bulan Mei-Juni 2018
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh sebagian besar yaitu 66
responden (73,3%) mengalami ISPA berat, sedangkan sebagian kecil yaitu 2
responden (2,2 %) mengalami ISPA ringan.
2. Karakteristik Responden Berdasarkan BBL
Karakteristik responden berdasarkan BBL balita di Desa Sidomukti
Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan, dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan BBL
Balita di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten
Magetan
51
No BBL Frekuensi (f) Prosentase (%)
1 <2500 20 22.2
2 ≥2500 70 77.8
TOTAL 90 100.0
Sumber : Data primer hasil penelitian bulan Mei-Juni 2018
Berdasarkan BBL dari tabel 5.8 diperoleh data bahwa sebagian besar
balita yaitu 70 balita (77,8%) ≥2500 dan sebagian kecil balita yaitu 20 balita
(22,2 %) <2500.
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Gizi balita
Karakteristik responden berdasarkan status gizi balita di Desa
Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan, dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Status
Gizi Balita di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten
Magetan No Status Gizi Frekuensi (f) Prosentase (%)
1 Gizi Kurang Baik 54 60.0
2 Gizi Baik 36 40.0
TOTAL 90 100.0
Sumber : Data primer hasil penelitian bulan Mei-juni 2018
Berdasarkan status gizi pada tabel 5.9 diperoleh data sebagian besar
responden yaitu 54 responden (60.0%) gizi kurang baik, sedangkan sebagian
kecil responden yaitu 36 responden (40,0%) gizi baik.
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Imunisasi
Karakteristik responden berdasarkan status imunisasi balita di Desa
Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan, dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
52
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Status Imunisasi Balita di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten
Magetan
NO Status Imunisasi Frekuensi (f) Prosentase (%)
1 Tidak Lengkap 13 14.4
2 Lengkap 77 85.6
TOTAL 90 100,0
Sumber : Data primer hasil penelitian bulan Mei-Juni 2018
Berdasarkan status imunisasi pada tabel 5.10 diperoleh data sebagian
besar responden yaitu 77 responden (85,6%) dengan imunisasi lengkap,
sedangkan sebagian kecil responden yaitu 13 responden (14,4%) dengan
imunisasi tidak lengkap.
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Kepadatan Tempat Tinggal
Karakteristik responden berdasarkan kepadatan tempat tinggal di Desa
Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan, dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Kepadatan Tempat Tinggal Balita di Desa Sidomukti Kecamatan
Plaosan Kabupaten Magetan
No Kepadatan Tempat Tinggal Frekuensi (f) Prosentase (%)
1 Padat 38 42.2
2 Tidak Padat 52 57.8
TOTAL 90 100.0
Sumber : Data primer hasil penelitian bulan Mei-juni 2018
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian sebagian besar
yaitu sejumlah 52 (57,8%) mengalami kepadatan tempat tinggal tidak padat
dan sebagian kecil yaitu 38 (42,2 %) mengalami kepadatan tempat tinggal.
53
6. Karakteristik Responden Berdasarkan Ventilasi
Karakteristik responden berdasarkan ventilasi di Desa Sidomukti
Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan, dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Ventilasi di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten
Magetan
No Ventiasi Frekuensi(f) Prosentase (%)
1 Tidak Memenuhi Syarat 72 80.0
2 Memenuhi Syarat 18 20.0
TOTAL 90 100.0
Sumber : Data primer hasil penelitian bulan Mei-Juni 2018
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian sebagian besar
yaitu 72 (80%) memiliki ventilasi yang belum memenuhi syarat sedangkan
sebagian kecil yaitu 18 (20%) memiliki ventilasi yang sudah memenuhi
syarat.
5.2.3 Analisa bivariat
Pengujian bivariat digunakan untuk menguji hubungan antara faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya ISPA pada balita dengan kejadian ISPA yaitu
hubungan faktor BBLR dengan ISPA, hubungan status gizi dengan ISPA,
hubungan status imunisasi denga ISPA, hubungan kepadatan tempat tinggal
dengan ISPA, hubungan ventilasi denggan ISPA. Dengan menggunakan uji chi
square dengan nilai ρ value < α =0,05, yang diperoleh hasil sebagai berikut :
54
1. Hubungan BBLR dengan Kejadian ISPA pada Balita di Desa
Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan
Hubungan responden berdasarkan BBL balita di Desa Sidomukti
Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan, dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 5.13 hasil analisis hubungan BBLR dengan kejadian ISPA pada
balita di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan BBLR Kejadian ISPA
ISPA Berat ISPA Sedang ISPA Ringan Total
F % f % f % f %
<2500 14 15,5 6 6,7 0 0 20 22,2
≥2500 52 57,8 16 17,8 2 2,2 70 77,8
Total 66 73,3 22 24,5 2 31,2 90 100
ρ –value =0,627>0,05 r = 0,101
Sumber : Data primer hasil penelitian bulan Mei-Juni 2018
Tabel 5.13 menunjukkan hasil penelitian bahwa proporsi
responden dengan kategori BBL <2500 yang mengalami ISPA berat
sejumlah 14 % (15,5%) responden, sedangkan responden dengan kategori
BBL ≥2500 yang mengalami ISPA berat sejumlah 52 (57,8 %) responden.
Berdasarkan hasil pengujian data diatas menunjukkan nilai signifikan ρ-
value = 0,627>0,05, maka H0 diterima H1 ditolak berarti tidak hubungan
antara BBLR dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Sidomukti
Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan. Keeratan hubungan dapat dilihat
dari nilai r hitung = 0,101 yang dikategorikan sangat rendah (0,00 – 0,199)
yang artinya keeratan hubungan BBLR dengan kejadian ISPA pada balita
di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan adalah sangat
rendah.
55
2. Hubungan Status Gizi dengan kejadian ISPA pada Balita di Desa
Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan
Hubungan responden berdasarkan status gizi balita di Desa Sidomukti
Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan, dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 5.14 hasil analisis hubungan Status Gizi dengan kejadian ISPA pada
balita di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan Status
Gizi
Kejadian ISPA
ISPA Berat ISPA Sedang ISPA Ringan Total
F % f % f % f %
Gizi
kurang
baik
44 49 10 11,1 0 0 54 60
Gizi
baik
22 24,4 12 13,3 2 2,2 36 40
Total 66 73,4 22 24,4 2 2,2 90 100
ρ –value =0,046<0,05 r =0,253
Sumber : Data primer hasil penelitian bulan Mei-Juni 2018
Tabel 5.14 menunjukkan hasil penelitian bahwa proporsi
responden dengan kategori status gizi kurang baik yang mengalami ISPA
berat 44 (49,0%) responden, Sedangkan responden dengan kategori gizi
baik yang mengalami ISPA berat sejumlah 22 (24,4%) responden.
Berdasarkan hasil pengujian data diatas menunjukkan nilai signifikan ρ –
value =0,046<0,05,maka H0 ditolak H1 diterima berarti ada hubungan
antara status gizi dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Sidomukti
Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan. Keeratan hubungan dapat dilihat
dari nilai r hitung = 0,253 yang dikategorikan rendah (0,20 – 0,399) yang
artinya keeratan hubungan status gizi dengan kejadian ISPA pada balita di
Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan adalah rendah.
56
3. Hubungan Status Imunisasi dengan kejadian ISPA pada Balita di
Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan
hubungan responden berdasarkan status imunisasi balita di Desa
Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan, dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 5.15 hasil analisis hubungan Status Imunisasi dengan kejadian ISPA
pada balita di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan Status
Imunisasi
Kejadian ISPA
ISPA Berat ISPA Sedang ISPA Ringan Total
F % f % f % f %
Tidak
lengkap
7 7,8 5 5,6 1 1,1 13 14,4
Lengkap 59 65,6 17 18,8 1 1,1 77 85,6
total 66 73,4 22 24,4 2 2,2 90 100
ρ –value =0,132>0,05 r =0,208
Sumber : Data primer dari hasil penelitian bulan Mei-Juni 2018
Tabel 5.15 menunjukkan hasil penelitian bahwa proporsi
responden dengan kategori imunisasi tidak lengkap yang mengalami ISPA
berat sejumlah 7 (7,8 %) responden. Sedangkan dengan kategori imunisasi
lengkap sejumlah 59 (65,6 %) responden. Berdasarkan hasil pengujian
data diatas menunjukkan nilai signifikan ρ –value =0,132>0,05 maka H0
diterima H1 ditolak berarti tidak ada hubungan antara status imunisasi
dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan
Kabupaten Magetan. Keeratan hubungan dapat dilihat dari nilai r hitung =
0,208 yang dikategorikan rendah (0,20 – 0,399) yang artinya keeratan
hubungan status imunisasi dengan kejadian ISPA pada balita di Desa
Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan adalah rendah.
57
4. Hubungan Kepadatan Tempat Tinggal dengan kejadian ISPA pada
Balita di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan
Hubungan responden berdasarkan kepadatan tempat tinggal di Desa
Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan, dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 5.16 hasil analisis hubungan Kepadatan Tempat Tinggal dengan
kejadian ISPA pada balita di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan
Kabupaten Magetan Kepadatan
Tempat
Tinggal
Kejadian ISPA
ISPA Berat ISPA Sedang ISPA Ringan Total
F % f % f % f %
padat 33 36,7 5 5,6 0 0 38 42,2
Tidak
padat
33 36,7 17 18,8 2 2,2 52 57,8
total 66 73,4 22 24,4 2 2,2 90 100
ρ –value =0,038<0,05 r =0,260
Sumber : Data primer hasil penelitian bulan Mei-Juni 2018
Tabel 5.16 menunjukkan hasil penelitian bahwa proporsi
responden dengan kategori rumah dengan kepadatan tempat tinggal padat
yang mengalami ISPA berat sejumlah 33 (36,7%) responden. Sedangkan
kategori tidak padat yang mengalami ISPA berat 33 (36,7%) responden.
Berdasarkan hasil pengujian data diatas menunjukkan nilai signifikan ρ –
value =0,038<0,05 maka H0 ditolak H1 diterima berarti ada hubungan
antara kepadatan tempat tinggal dengan kejadian ISPA pada balita di Desa
Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan. Keeratan hubungan
dapat dilihat dari nilai r hitung = 0,260 yang dikategorikan rendah (0,20 –
0,399) yang artinya keeratan hubungan kepadatan tempat tinggal dengan
kejadian ISPA pada balita di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan
Kabupaten Magetan adalah rendah.
58
5. Hubungan Ventilasi dengan kejadian ISPA pada Balita di Desa
Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan
Hubungan responden berdasarkan ventilasi di Desa Sidomukti
Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan, dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 5.17 hasil analisis hubungan Ventilasi dengan kejadian ISPA pada
balita di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan ventilasi Kejadian ISPA
ISPA Berat ISPA Sedang ISPA Ringan Total
F % f % f % f %
Tidak
memenuhi
syarat
54 60 18 20 0 72 80
Memenuhi
syarat
12 13,3 4 4,5 2 2,2 18 20
total 66 73,3 22 24,5 2 2,2 90 100
ρ –value =0,017<0,05 r =0,289
Sumber : Data primer hasil penelitian bulan Mei-Juni 2018
Tabel 5.17 menunjukkan hasil penelitian bahwa proporsi
responden dengan kategori ventilasi yang tidak memenuhi syarat yang
mengalami ISPA berat sejumlah 54 (60 %) responden. Sedangkan kategori
ventilasi memenuhi syarat yang mengalami ISPA berat 12 (13,3 %)
responden. Berdasarkan hasil pengujian data diatas menunjukkan nilai
signifikan ρ –value =0,017<0,05maka H0 ditolak H1 diterima berarti ada
hubungan antara ventilasi dengan kejadian ISPA pada balita di Desa
Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan. Keeratan hubungan
dapat dilihat dari nilai r hitung = 0,289 yang dikategorikan rendah (0,20-
0,399) yang artinya keeratan hubungan ventilasi dengan kejadian ISPA
59
pada balita di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan
adalah rendah.
5.3 Pembahasan
Berikut pembahasan hasil dari perhitungan masing-masing variabel dan ada
tidaknya hubunga dari beberapa faktor terhadap kejadian ISPA pada balita.
5.3.1 Kejadian ISPA pada Balita di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan
Kabupaten Magetan
Berdasarkan hasil penelitian kejadian ISPA di Desa Sidomukti Kecamatan
Plaosan Kabupaten Magetan diperoleh hasil bahwa dari 90 respoden yang diteliti
paling banyak terjadi ISPA berat sebanyak 66 balita (73,3 %). Mayoritas ISPA
menyerang balita usia 1-2 tahun.
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di definisikan sebagai penyakit
saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang ditularkan dari
manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam atau
beberapa hari. ISPA adalah penyakit saluran pernafasan akut yang berlangsung
selama 14 hari yang dapat ditularkan melalui air liur, darah, bersin, maupun udara
yang terhirup (DepKes RI, 2014).
Berdasarkan penelitian terdahulu tentang faktor-faktor kejadian ISPA pada
balita menunjukkan bahwa penyakit ISPA menduduki peringkat pertama 10 jenis
penyakit rawat jalan di Sulawesi pada tahun 2014 termasuk empat besar dari 13
puskesmas yang ada. Pada tahun 2014 terdapat 653 kasus (88,81%). Banyaknya
faktor resiko yang mempengaruhi kejadian ISPA pada balita seperti dampak dari
kelahiran balita dengan berat badan lahir rendah (BBLR), rendahnya pengetahuan
ibu terhadap gizi balita, pemberian imunisasi yang tidak konsisten, dan rendahnya
60
motivasi ibu untuk memberikan ASI Eksklusif yang berpengaruh terhadap
kejadian ISPA (Marhamah, 2014).
Dari hasil penelitian ini di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten
Magetan sendiri paling banyak balitanya menderita ISPA berat, hal ini
dikarenakan ada pengaruh dari faktor lingkungan, faktor cuaca yang dapat
meningkatkan kejadian ISPA karena adanya perubahan suhu udara, hal ini juga
dapat terpengaruh dari faktor lain seperti faktor BBLR, status gizi, status
imunisasi, kepadatan tempat tinggal, dan ventilasi.
5.3.2 Identifikasi dari Faktor yang Mempengaruhi Kejadian ISPA pada
Balita di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan ada 5 faktor yang mempengaruhi
terjadinya ISPA pada balita, yang pertama adalah faktor BBLR. Pada penelitian
ini sebagian besar respoden (77,8%) sejumlah 70 balita tidak mengalami BBLR.
Tetapi masih ada responden (22,2%) sejumlah 20 balita yang mengalami riwayat
BBLR.
Berat badan lahir menentukan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan
mentalpada masa balita. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) mempuyai
resiko kematian yang lebih besar dibandingkan dengan berat badan lahir normal,
terutama pada bulan-bulan pertama kelahiran karena pembentukan zat anti
kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit, terutama
penyakit pneumonia dan penyakit saluran nafas lainnya (Maryunani, 2010).
61
Balita yang mengalami BBLR lebih besar resikonya untuk terdiagnosa
ISPA.Dikarenakan pada balita BBLR organ-organ pernafasannya belum matang
yang menyebabkan pengembangan paru kurang adekuat, otot-otot prnafasan
masih lemah dan pusat pernafasan belum berkembang.Kurangnya zat surfaktan
dapat mengurangi tegangan pada permukaan paru.Anatomi dari organ pernafasan
yang belum matang menyebabkan ritme dari pernafasan tidak teratur sering kali
ditemukan apneu dan sianosis.Kecepatan pernafasan bervariasi mencapai 60-80
kali per menit (Ibrahim, 2013). Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
mempunyai resiko kematian yang lebih besar dibandingkan bayi dengan dengan
berat badan lahir normal, terutama pada bulan-bulan pertama kelahiran karena
pembentukan zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena
penyakit infeksi, terutama pneumonia dan sakit saluran pernafasan lainnya.
Untuk faktor yang kedua adalah faktor status gizi pada balita, pada
penelitian ini terdapat sebanyak (60,0%) sejumlah 54 balita dengan gizi baik,
(40,0%) sejumlah 36 balita mengalami gizi kurang.
Gizi baik adalah keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrisi
sehingga berpengaruh terhadap daya tahan tubuh dan respon imunologik terhadap
penyakit, sedangkan gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang
kekurangan nutrisi atau nutrisi dibawah standar rata-rata (Soeditama, 2010).
Konsumsi gizi pada seseorang dapat menetukan tercapainya tingkat
kesehatan bila tubuh berada dalam tingkat kessehatan gizi yang optimum. Dalam
kondisi demikian tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan tubuh
yang sangat tinggi (Notoatmodjo, 2013).
62
Status gizi pada anak sangat penting, karena status gizi yang baik akan
meningkatkan daya tahan tubuh dan keebalan tubuh anak, sehingga anak tidak
mudah terkena penyakit infeksi. Semakin rendah status gizi balita maka semakin
rendah pula daya tahan tubuh balita, maka semakin rentan balita untuk terinfeksi.
Status gizi yang baik pada balita sangat diperlukan karena dapat terhindar
dari penyakit-penyakit ISPA. Status gizi yang baik dapat dicapai jika asupan gizi
balita sesuai dengan kebutuhannya.
Faktor yang ketiga adalah faktor status imunisasi pada balita, pada
penelitian ini terdapat sebanyak (14,4%) sejumlah 13 balita dengan imunisasi
tidak lengkap, (85,6 %) sejumlah 77 balita dengan imunisasi lengkap
Pemberian imunisasi dapat mencegah berbagai jenis penyakit infeksi
termasuk ISPA.Untuk mengurangi faktor yang meningkatkan mortalitas ISPA,
diupayakan imunisasi lengkap terutama DPT dan Campak. Bayi dan balita yang
mempunyai status imunisasi lengkap bila menderita ISPA dapat diharapkan
perkembangan penyakitnya tidak akan menjadi berat.
Ketidakpatuhan imunisasi berhubungan dengan peningkatan penderita
ISPA, hal ini sesuai dengan peneliti lain yang mendapat bahwa imunisasi yang
lengkap dapat memberikan peranan yang cukup berarti dalam mencegah kejadian
ISPA (Maryunani, 2010).
Faktor yang ke empat adalah faktor kepadatan tempat tinggal, hasil dari
penelitian kepadatan tempat tinggal di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan
Kabupaten Magetan di dapatkan dengan prosentase (42,2%) sejumlah 38 rumah
63
mempunya kepadatan tempat tinggal yang padat, dan (57,8%) sejumlah 52 rumah
yang memiliki penghuni tidak padat.
Hal ini sesuai keputusan menteri kesehatan nomor
829/MENKES/SK.VII.1999 tentang persyaratan kesehatan rumah satu orang
minimal menempati luas rumah 8m. Dengan kriteia tersebut diharapkan dapat
mencegah penularan penyakit dan melancarkan aktivitas. Keadaan tempat tinggal
yang padat menngkatkan faktor populasi dalam rumah yang telah ada.
Kepadatan penghuni dalam satu rumah tinggal akan menberikan pengaruh
bagi penghuninya. Hal ini tidak sehat karena disamping menyebabkan kuranya
oksigen, juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, terutama
ISPA akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lainnnya
(Notoadmodjo, 2013).
Kepadatan penghuni menimbulkan perubahan suhu ruangan yang kalor
dalam tubuh keluar disebabkan oleh pengeluaran panas badan yang akan
meningkatan kelembaban akibat uap air dari pernafasan tersebut. Semakin banyak
jumlah penghuni ruang tidur atau dengan penghuni lebih dari 2 orang dalam ruang
tidur maka semakin cepat udara ruangan mengalami pencemaran gas atau bakteri,
selain itu juga memperlambat proses penukaran gas udara bersih yang dapat
menyebabkan peyakit ISPA (Sukandarrumidi, 2010).
Faktor yang ke lima adalah faktor ventilasi, hasil dari penelitian ventilasi
rumah di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan di dapatkan
dengan prosentase (80 %) sebanyak 72 rumah yang ventilasinya tidak memenuhi
64
syarat, dan (20 %) sebanyak 18 rumah yang ventilasinya sudah memenuhi syarat.
Ventilasi yang baik berukuran 10% dari luas lantai.
Salah satu upaya pencegahan penularan ISPA kepada anggota keluarga
yang lain, dapat dilakukan melalui rumah sehat secara sederhana yang salah
satunya adalah ventilasi yang baik. Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi,
yang salah satunya adalah menjaga agar aliran udara di dalam rumah tetap segar.
Hal ini berarti keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh penghuni rumah tetap
terjaga.
5.3.3 Menganalisa Faktor BBLR dengan Kejadian ISPA pada Balita di
Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan
Hasil uji chi suare diperoleh ρ value 0,6 7(ρ-value>0,05) maka H0
diterima H1 ditolak berarti tidak ada hubungan antara BBLR dengan kejadian
ISPA pada balita di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan.
Keeratan hubungan dapat dilihat dari nilai r hitung = 0,101 yang dikategorikan
sangat rendah (0,00 – 0,199) yang artinya keeratan hubungan BBLR dengan
kejadian ISPA pada balita di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten
Magetan adalah sangat rendah.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Tri Astuti Lestari
(2014) yang mengatakan bahwa terdapat hubungan antara berat badan lahir
rendah dengan kejadian ISPA. Menurut Tri Astuti Lestari (2014) bayi yang lahir
dengan berat badan lahir rendah memiliki resiko ISPA 3 kali lebih besar daripada
bayi yang lahir dengan berat badan normal.
65
Pada penelitian ini balita dengan BBL yang normal justru lebih banyak
terkena ISPA berat dibandingkan dengan balita yang lahir dengan BBL rendah, ini
dikarenakan karena balita yang lahir dengan BBL rendah perawatannya lebih baik
dan orang tuanya lebih memperhatikan kodisi bayi mereka. Kemungkinan balita
dengan BBL normal tinggal pada keluarga yang banyak penghuninya.
Untuk mengantisipasi bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
diperklukan berbagai upaya. Setiap bulannya selalu didakan posyandu, hal
tersebut bisa dimanfaatkan oleh ibu hamil untuk berkonsultasi dengan bidan
bagaimana pentingnya mengkonsumsi makanan yang bergizi dan seimbang
sehingga bayi dapat lahir dengan berat badan normal. Selain itu juga dilakukan
pemerisaan rutin kkepada ibu hamil mengenai kesehatan ibu dan kesehatan bayi.
5.3.4 Menganalisa Faktor Status Gizi dengan Kejadian ISPA pada Balita di
Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan
Berdasarkan uji chi square diperoleh ρ value 0,046 (ρ-value<0,05) maka
H0 ditolak H1 diterima berarti ada hubungan antara status gizi dengan kejadian
ISPA pada balita di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan.
Keeratan hubungan dapat dilihat dari nilai r hitung = 0,253 yang dikategorikan
rendah (0,20 – 0,399) yang artinya keeratan hubungan status gizi dengan kejadian
ISPA pada balita di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan
adalah rendah.
Penelitian ini sejalan dengan Sukmawati (2010) bahwa 40% balita yang
mempunyai gizi kurang atau gizi buruk akan mengalami serangan ISPA secara
berulang bahkan serangan lebih berat. Pemberian gizi cukup juga berkaitan
66
dengan faktor pengetahuan orang tua balita. Semakin orang tuanya mempunyai
pengetahuan lebih banyak maka tingkatan dalam pemberian gizi juga akan
terpenuhi.
Di Desa Sidomukti sendiri balita yang mengalami gizi buruk masih sangat
banyak, hal ini dikarenakan faktor pengetahuan ibu yang kurang akan pemenuhan
nutrisi dan gizi bagi anaknya.Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah gizi
yang kurang atau gizi buruk pada masyarakat yang mempunyai balita perlu
dilakukan penyuluhan mengenai pengaturan gizi baik dengan pembinaan dari
pihak puskesmas setempat.
5.3.5 Menganalisa Faktor Status Imunisasi dengan Kejadian ISPA pada
Balita di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan
Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai ρ value 0,0 3 (ρ-
value>0,05) maka H0 diterima H1 ditolak berarti tidak ada hubungan antara status
imunisasi dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Sidomukti Kecamatan
Plaosan Kabupaten Magetan. Keeratan hubungan dapat dilihat dari nilai r hitung =
0,208 yang dikategorikan rendah (0,20 – 0,399) yang artinya keeratan hubungan
status imunisasi dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Sidomukti Kecamatan
Plaosan Kabupaten Magetan adalah rendah.
Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Tri Astuti Lestari (2014) yang
menyatakan ada hubungan antara kelengkapan imunisasi dengan kejadian ISPA.
Pada balita yang pernah terserang campak akan mendapat kekebalan alami
terhadap pneumonia dan penyakit saluran pernafasan lainnya. Karena itu
67
peningkatan cakupan imunisasi akan berperan besar dalam upaya pemberantasan
ISPA. Untuk mengurangi faktor yang meningkatkan mortalitas ISPA, diupayakan
imunisasi lengkap. Bayi dan balita yang mempunyai status imunisasi lengkap bila
menderita ISPA dapat diharapkan perkembangan penyakitnya tidak akan menjadi
lebih berat.
Tetapi dalam penelitian ini yang mempunyai status imunisasi lengkap
justru lebih banyak yang menderita ISPA, ini dikarenakan faktor lain yaitu
kemungkinan kepadatan tempat tinggalnya, ventilasi yang kurang baik, serta
pemberian gizi yang kurang seimbang.
Upaya yang dapat dilakukan dari pihak peskesmas untuk meningkatan
status imunisasi adalah mengingatkan kembali untuk penyuluhan mengenai
pentingnya imunisasi bagi balita dan dampaknya jika tidak mendapatkan
imunisasi lengkap.
5.3.6 Menganalisa Faktor Kepadatan Tempat Tinggal dengan Kejadian
ISPA pada Balita di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten
Magetan
Berdasarkan hasil uji chi squarediperoleh nilai ρ value 0,038 (ρ-
value<0,05). 05 maka H0 ditolak H1 diterima berarti ada hubungan antara
kepadatan tempat tinggal dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Sidomukti
Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan. Keeratan hubungan dapat dilihat dari
nilai r hitung = 0,260 yang dikategorikan rendah (0,20 – 0,399) yang artinya
keeratan hubungan kepadatan tempat tinggal dengan kejadian ISPA pada balita di
Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan adalah rendah.
68
. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Eni Setyaningsih (2014)
yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kepadatan tempat tinggal dengan
kejadian ISPA. Bahwa semakin meningkat jumlah anggota keluarga kemungkinan
mendapat resiko untuk terjadinya penularan ISPA akan lebih mudah.
Upaya yang dilakukan adalah dengan memberikan penyuluhan dengan
meminta bantuan kepada puskesmas setempat jika dalam rumah terdapat anggota
keluarga yang banyak sebaiknya dilakukan perbaikan dalam pemenuhan
ventilasinya supaya pertukaran udara dapat terjadi dengan baik.
5.3.7 Menganalisa Faktor Ventilasi dengan Kejadian ISPA pada Balita di
Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan
Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai ρ value 0,0 7 (ρ-
value<0,05). maka H0 ditolak H1 diterima berarti ada hubungan antara ventilasi
dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan
Kabupaten Magetan. Keeratan hubungan dapat dilihat dari nilai r hitung = 0,289
yang dikategorikan rendah (0,20 - 0,399) yang artinya keeratan hubungan
ventilasi dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan
Kabupaten Magetan adalah rendah.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Sulistyorini (2005), bahwa di
dapatkan hasil ada hubungan antara ventilasi dengan kejadian ISPA pada balita di
Desa Wolongsari rata-rata tidak dibuka pada siang hari.
Berdasarkan hasil yang didapatkan maka peneliti berpendapat bahwa
sebagian rumah responden memiliki ventilasi yang kurang baik, hal ini terlihat
69
langsung pada saat penelitian banyak jendela yang tidak dibuka oeh responden
pada siang hari.Upaya yang dilakukan pihak puskesmas dalam menangani faktor
vetilasi dengan kejadian ISPA yaitu dengan pemberian penyuluhan agar sistem
ventilasi dalam rumah diperbaiki agar terjadi pertukaran oksigen dengan baik. Hal
itu akan mngurangi resiko terjadinya penulran ISPA dalam rumah.
70
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Kejadian ISPA pada balita di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan
Kabupaten Magetan sebagian besar adalah ISPA Berat sejumlah 66 balita
dengan prosentase (73,3 %) dari 90 balita.
2. Faktor BBLR dengan kejadian ISPA pada balita sejumlah 20 balita yang
mengalami BBLR dengan prosentas (22,2 %), faktor status gizi dengan
kejadian ISPA pada balita yang mengalami status gizi kurang baik
sejumlah 54 balita dengan prosentase (60,0 %), faktor imunisasi dengan
kejadian ISPA pada balita yang mempunyai riwayat imunisasi tidak
lengkap sejumlah 13 balita dengan prosentase (14,4 %), faktor kepadatan
tempat tinggal dengan kejadian ISPA pada balita yang rumahnya
mengalami kepadatan tempat tinggal sejumlah 38 rumah dengan
prosentase (42,2 %), faktor ventilasi dengan kejadian ISPA pada balita
yang rumahnya mempunyai ventilasi tidak memenuhi syarat sejumlah 72
rumah dengan prosentase (80 %).
3. Tidak ada hubungan antara BBLR dengan kejadian ISPA pada balita di
Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan.
4. Ada hubungan antara status gizi dengan kejadian ISPA pada balita di Desa
Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten.
71
5. Tidak ada hubungan antara status imunisasi dengan kejadian ISPA pada
balita di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten
6. Ada hubungan antara status gizi dengan kejadian ISPA pada balita di Desa
Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten
7. Ada hubungan antara kepadatan tempat tinnggal dengan kejadian ISPA
pada balita di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten
8. Ada hubungan antara ventilasi dengan kejadian ISPA pada balita di Desa
Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten
6.2 Saran
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA pada
balita dan menyertakan faktor yang paling dominan
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah pustaka mengenai faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya ISPA pada balita, dijadikan sumber penelitian
mahasiswa, pengembangan teori dan meningkatkan pengetahuan bagi
pembaca tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadiya ISPA
pada balita.
3. Bagi Masyarakat
Supaya dapat memperbaiki kondizi gizi dan kondisi lingkungan agar
mencegah angka kejadiam ISPA pada balita
4. Bagi Perawat atau Petugas Puskesmas
72
Supaya dapat dilakukan penyuluhan kesehatan tentang kejadian ISPA pada
saat ada kegiatan posyandu.
5. Bagi Institusi Kesehatan
Keterlibatan pelayanan kesehatan dalam menurunkan angka kejadian ISPA
pada balita sangat penting, misalnya dengan pemberian penyuluhan
tentang bagaimana cara mengatasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan
ISPA pada balita.
73
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff, Hood & Mukty, Abdul. 2010. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :
Airlangga university press.
Arif, sulfa. 2013. Analisis faktor yang berhubungan dengan kejadian pada ISPA
berdasarkan pendekatan teori florence nightingale di wilayah puskesmas
Alak Kota Kupang NTT. Universitas Airlangga.
Astuti, R. 2011. Hubungan Antara Riwayat ISPA Dengan Tumbuh Kembang Anak di
Posyandu di Desa Cetan Kabupaten Klaten.Skripsi.
Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta :penerbit buku
kedokteran EGC.
Departemen Kesehatan RI. 2010. Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta
Hidayat, Alimul. 2012. Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika
Hidayat, Aziz. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Surabaya :Health Book.
Hidayat. 2008. Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta :Salemba
medika.
Ibrahim, Hartati. 2011. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian ISPA Pada
Anak Balita di Wilayah Puskesmas Botumoitu Kabupaten Boalemo. Tesis
program pascasarjana Unhas.Skrisi.
Kusnoputranto, Haryoto. 2000. Kesehatan Lingkungan. Jakarta :Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia.
Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta :Trans Info
Media
74
Namira, Siti. 2013. Gambaran Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian ISPA
Prasekolah di Kampung Pemulung Tangerang Selatan. Jakarta : Skripsi. UIN
Syarif Hidayatullah.
Notoatmodjo, S. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam. 2003. Konsep dan penerapan Metodologi penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
. 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Slemba Medika.
.2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Persagi. 2009. Tabel Komposisi Pangan Indonesia. Jakarta. PT Elex Media Komputindo.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Prevalensi ISPA Di Indonesia. Tersedia
Dalamhttp://www.depkes.go.id (Diakses 10 Januari 2018).
Suhardjo. 2010. Perencanaan Pangan dan Gizi. Jakarta : Bumi Aksara
World Health Organization (WHO). 2007. Pencegahan & Pengendalian Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA).http://www.depkes.go.id(Diakses 7 febuari 2018).
75
Lampiran 1
Surat Ijin Pencarian Data Awal STIKES
76
Lampiran 2
Surat Ijin Pencarian Data Awal BanKesangPol
77
78
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Yth. Calon Responden
Di Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Progam Studi Ilmu
Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun,
Nama : Wiwik Arfianti
NIM : 201402054
Bermaksud melakukan penelitian tentang berjudul “Faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya ISPA pada balita di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan
Kabupaten Magetan”.Sehubungan dengan ini, saya mohon kesediaan saudara untuk
bersedia menjadi responden dalam penelitian yang akan saya lakukan. Kerahasiaan data
pribadi saudara akan sangat kami jaga dan informasi yang akan saya gunakan untuk
kepentingan penelitian.
Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kesediaan saudara saya ucapkan
terimakasih.
Madiun,Agustus 2018
Peneliti
Wiwik Arfianti
(201402054)
Lampiran3
79
Lampiran 4
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(Informed Consent)
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama:
Umur :
Alamat :
Setelah saya mendapatkan penjelasan mengenai tujuan, manfaat, jaminan
kerahasiaan dan tidak adanya resiko dalam penelitian yang akan dilakukan oleh
mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun yang
bernama Wiwik Arfianti mengenai berjudul “faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
ISPA pada balita di Desa Sidomukti Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan”. Saya
mengetahui bahwa informasi yang akan saya berikan ini sangat bermanfaat bagi
pengetahuan keperawatan di Indonesia. Untuk itu saya akan memberikan data yang
diperlukan dengan sebenar-benarnya. Demikian penyataan ini saya buat untuk
dipergunakan sesuai keperluan.
Peneliti Madiun, Agustus 2018
Responden
wiwik arfianti
(201402054)
80
Lampiran 5
KUESIONER
KEMAMPUAN IBU BALITA
Tanggal wawancara :
Nama pewawancara :
No responden :
A. Identitas Responden
Jawablah beberapa pertanyaan ini sebagai identitas diri anda, yaitu sebagai
berikut:
1. Umur :…..tahun
18-20 tahun 21-27 tahun 28-32 tahun
33-39 tahun 40-65 tahun
2. Pendidikan :
Tidak sekolah SD SMP SLTA Diploma/Sarjana
3. Pekerjaan :
Tidak bekerja Pedagang Petani PegawaiNegeri
Wiraswasta TNI/POLRI Lain-lain
4. Hubungan dengan balita :
Orangtua Suami/istri Anak Saudara Bukan Keluarga inti
B. Identitas Balita
1.Umur :
1-2 tahun 3-4 tahun
2-3 tahun 4-5 tahun
2. jenis Kelamin :
Laki-laki perempuan
81
C. Kejadian ISPA
1.Apa saja tanda-tanda anak anda mengalami ISPA ? (jawaban boleh lebih dari satu)
Batuk Pilek panas nafas cepat
2.Jika anak anda sakit ISPA, sudah berapa lama ?
….. tahun ….. bulan
3.Jika ISPAnya kambuh diperiksakan kemana ?
Rumah Sakit Puskesmas Bidan / tenaga kesehatan
4.Apakah saat ini masih ISPA ?
Ya Tidak
Keterangan:
1. ISPA ringan jika batuk dan pilek
2. ISPA sedang jika batuk,pilek dan panas
3. ISPA berat jika batuk,pilek panas dan nafas cepat
D.Konsep BBLR
1. Berat Lahir : gr
2. Tinggi badan saat ini : cm
3.Berat badan saat ini : cm
E. Konsumsi Gizi
1.Apakah makanan yang diberikan kepada anak anda setiap harinya ?
Nasi : sering kadang-kadang tidak pernah
Sayuran hijau : sering kadang-kadang tidak pernah
Lauk pauk : sering kadang-kadang tidak pernah
Buah : sering kadang-kadang tidak pernah
82
E. Imunisasi
1. Apakah anak anda sudah mendapat imunisasi BCG ?
Ya Tidak
2. Apakah anak anda sudah mendapat imunisasi DPT ?
Ya Tidak
3. Apakah anak anda sudah mendapat imunisasi Polio ?
Ya Tidak
4. Apakah anak anda sudah mendapat imunisasi Campak ?
Ya Tidak
5. Apakah anak anda sudah mendapat imunisasi Hepatitis ?
Ya Tidak
F. Kondisi Rumah
1.Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah anda ?
2.Kondisi atau keadaan rumah =
a. Luas rumah : m2
b. Luas kamar : m2
3.Berapakah luas ventilasi dalam rumah anda ? ….m2
4.Apakah jendela rumah anda dibuka setiap hari ?
Ya Tidak
83
Lampiran 6
84
Lampiran 7
85
86
Lampiran 8
87
Lampiran 9
TABULASI DATA
Batuk Pilek Panas Nafas Cepat Nasi Sayur Lauk Pauk Buah Umur balita J.Kelamin BB (KG) TB (CM)36 SLTA IRT ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 2660 Tidak kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang 1 Th 4 Bl L 7,5 85
25 SMP IRT ORANGTUA 2 ya ya ya ya Berat 2500 Tidak sering kadang-kadang sering kadang-kadang 2 Th 9 Bl P 12 95
35 SMP IRT ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 2780 Tidak sering sering sering kadang-kadang 1 Th 9 Bl P 11 80
30 SD IRT ORANGTUA 1,5 ya ya ya ya Berat 3000 Tidak sering kadang-kadang sering kadang-kadang 3 Th P 19 100
27 SMP IRT ORANGTUA 1,6 ya ya ya ya Berat 2350 ya sering kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang 4 Th L 15 107
25 SMP WIRASWATA ORANGTUA 2 ya ya ya tidak Sedang 2100 ya kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang 1 Th 2 Bl P 8 88
36 SMP WIRASWATA ORANGTUA 2 ya ya ya tidak Sedang 3200 Tidak sering sering kadang-kadang kadang-kadang 1 Th 3 Bl L 9,7 89
28 SLTA PNS ORANGTUA 2 ya ya ya ya Berat 3700 Tidak kadang-kadang kadang-kadang sering sering 2 Th L 12 90
22 SMP IRT ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 3100 Tidak kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang 1 Th L 10 81
26 SD IRT ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 2950 Tidak sering kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang 3 Th P 16 93
25 SLTA IRT ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 2000 ya kadang-kadang kadang-kadang sering sering 5 Th L 24 119
25 SMP WIRASWATA ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 2350 ya kadang-kadang kadang-kadang sering kadang-kadang 3 Th 1 Bl P 16 97
40 SD IRT ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 2600 Tidak sering kadang-kadang sering kadang-kadang 5 Th P 19 115
37 SMP IRT ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 3400 Tidak sering kadang-kadang sering kadang-kadang 2 Th 3 Bl L 17 90
41 SLTA PNS ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 2400 ya kadang-kadang sering kadang-kadang kadang-kadang 3 Th 9 Bl P 14 90
23 SLTA IRT ORANGTUA 2 ya ya ya ya Berat 1800 ya sering kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang 2 Th 7 Bl P 16 85
27 SI WIRASWASTA ORANGTUA 1 ya ya ya tidak Sedang 3300 Tidak sering kadang-kadang kadang-kadang sering 2 Th 5 Bl L 17 80
40 SMP IRT ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 2700 Tidak kadang-kadang kadang-kadang sering sering 1 Th 6 Bl L 11 89
35 SLTA IRT ORANGTUA 1 ya ya ya tidak Sedang 2800 Tidak kadang-kadang kadang-kadang sering kadang-kadang 3 Th 4 Bl P 16 98
33 SMP IRT ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 2600 Tidak sering kadang-kadang kadang-kadang sering 1 Th 11 Bl P 10 87
27 SMP IRT ORANGTUA 1 ya ya ya tidak Sedang 3300 Tidak kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang sering 1 Th 6 Bl P 13 89
27 SLTA WIRASWASTA ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 3500 Tidak sering sering sering kadang-kadang 2 Th P 15 86
33 SMP IRT ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 3100 Tidak sering kadang-kadang sering kadang-kadang 5 Th P 20 119
21 SMP IRT ORANGTUA 1 ya ya Tidak tidak Ringan 3200 Tidak sering kadang-kadang sering kadang-kadang 4 Th L 21 118
29 SMP WIRASWASTA ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 2900 Tidak sering kadang-kadang kadang-kadang sering 3 Th 6 Bl L 18 97
30 SD IRT ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 2800 Tidak kadang-kadang sering sering kadang-kadang 2 Th 1 Bl L 16 96
19 SMP IRT ORANGTUA 1 ya ya ya tidak Sedang 2400 ya sering kadang-kadang sering kadang-kadang 2 Th 4 Bl P 15,5 98
36 S1 PEDAGANG ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 2350 ya sering sering kadang-kadang sering 3 Th P 18 110
30 SD IRT ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 2600 Tidak kadang-kadang kadang-kadang sering kadang-kadang 1 Th P 9 75
32 SD IRT ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 3400 Tidak sering kadang-kadang sering kadang-kadang 1 Th 3 Bl L 12,5 79
26 SLTA IRT ORANGTUA 1 ya ya ya tidak Sedang 2400 ya sering kadang-kadang sering kadang-kadang 5 Th L 27 123
25 SMP WIRASWATA ORANGTUA 1 ya ya ya tidak Sedang 1800 ya kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang 1 Th 2 Bl P 14 87
36 SMP WIRASWATA ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 2800 Tidak sering sering kadang-kadang kadang-kadang 1 Th 3 Bl L 14 87
28 SLTA PNS ORANGTUA 1 ya ya Tidak tidak Ringan 2600 Tidak kadang-kadang kadang-kadang sering sering 2 Th L 16 90
22 SMP IRT ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 3300 Tidak kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang 1 Th L 10 75
26 SD IRT ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 3500 Tidak sering kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang 3 Th P 18 88
25 SLTA IRT ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 3100 Tidak kadang-kadang kadang-kadang sering sering 5 Th L 25 122
25 SMP WIRASWATA ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 3200 Tidak kadang-kadang kadang-kadang sering kadang-kadang 3 Th 1 Bl P 15 100
36 SLTA IRT ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 2900 Tidak kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang 1 Th 4 Bl L 12 76
25 SMP IRT ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 3000 Tidak sering kadang-kadang sering kadang-kadang 2 Th 9 Bl P 15 87
35 SMP IRT ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 2350 ya sering sering sering kadang-kadang 1 Th 9 Bl P 15 75
30 SD IRT ORANGTUA 1 ya ya ya tidak Sedang 2100 ya sering kadang-kadang sering kadang-kadang 3 Th P 18 90
27 SMP IRT ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 3200 Tidak sering kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang 4 Th L 18 98
37 SMP IRT ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 3700 Tidak sering kadang-kadang sering kadang-kadang 2 Th 3 Bl L 16 80
41 SLTA PNS ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 3100 Tidak kadang-kadang sering kadang-kadang kadang-kadang 3 Th 9 Bl P 19 80
23 SLTA IRT ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 2950 Tidak sering kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang 2 Th 7 Bl P 18 89
27 SI WIRASWASTA ORANGTUA 1 ya ya ya tidak Sedang 2000 ya sering kadang-kadang kadang-kadang sering 2 Th 5 Bl L 16 79
Status ISPAKejadian ISPA
Tanda Gejala ISPAUmurIbu Pendidikan Pekerjaan Hubungandgnbalita
LamanyaBBL Status BBLR
GIZI
88
40 SMP IRT ORANGTUA 2bl ya ya ya ya Berat 2660 Tidak kadang-kadang kadang-kadang sering sering 1 Th 6 Bl L 14 75
35 SLTA IRT ORANGTUA 1bl ya ya ya ya Berat 2500 Tidak kadang-kadang kadang-kadang sering kadang-kadang 3 Th 4 Bl P 18 80
36 SMP WIRASWATA ORANGTUA 1th ya ya ya ya Berat 2780 Tidak sering sering kadang-kadang kadang-kadang 1 Th 3 Bl L 13 75
28 SLTA PNS ORANGTUA 1 ya ya ya tidak Sedang 3000 Tidak kadang-kadang kadang-kadang sering sering 2 Th L 15 80
22 SMP IRT ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 2350 ya kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang 1 Th L 10 70
26 SD IRT ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 2100 ya sering kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang 3 Th P 17 95
25 SLTA IRT ORANGTUA 2 ya ya ya ya Berat 3200 Tidak kadang-kadang kadang-kadang sering sering 5 Th L 25 120
25 SMP WIRASWATA ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 2800 Tidak kadang-kadang kadang-kadang sering kadang-kadang 3 Th 1 Bl P 16 90
36 SLTA IRT ORANGTUA 1 ya ya ya tidak Sedang 2600 Tidak kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang 1 Th 4 Bl L 14 76
25 SMP IRT ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 3300 Tidak sering kadang-kadang sering kadang-kadang 2 Th 9 Bl P 17 80
35 SMP IRT ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 3500 Tidak sering sering sering kadang-kadang 1 Th 9 Bl P 15 80
30 SD IRT ORANGTUA 2bl ya ya ya ya Berat 3100 Tidak sering kadang-kadang sering kadang-kadang 3 Th P 16 98
27 SMP IRT ORANGTUA 3bl ya ya ya ya Berat 3200 Tidak sering kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang 4 Th L 21 103
36 SLTA IRT ORANGTUA 1bl ya ya ya tidak Sedang 2900 Tidak kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang 1 Th 4 Bl L 8 80
25 SMP IRT ORANGTUA 2 ya ya ya tidak Sedang 3400 Tidak sering kadang-kadang sering kadang-kadang 2 Th 9 Bl P 12 80
35 SMP IRT ORANGTUA 3bl ya ya ya tidak Sedang 2400 ya sering sering sering kadang-kadang 1 Th 9 Bl P 16 79
30 SD IRT ORANGTUA 6bl ya ya ya ya Berat 1800 ya sering kadang-kadang sering kadang-kadang 3 Th P 14 90
27 SMP IRT ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 2800 Tidak sering kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang 4 Th L 20 115
25 SMP WIRASWATA ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 2600 Tidak kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang 1 Th 2 Bl P 7 70
36 SMP WIRASWATA ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 3300 Tidak sering sering kadang-kadang kadang-kadang 1 Th 3 Bl L 8 80
28 SLTA PNS ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 3500 Tidak kadang-kadang kadang-kadang sering sering 2 Th L 15 90
22 SMP IRT ORANGTUA 1 ya ya ya tidak Sedang 3100 Tidak kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang 1 Th L 8 80
26 SD IRT ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 3200 Tidak sering kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang 3 Th P 11 80
25 SLTA IRT ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 2900 Tidak kadang-kadang kadang-kadang sering sering 5 Th L 24 119
25 SMP WIRASWATA ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 2780 Tidak kadang-kadang kadang-kadang sering kadang-kadang 3 Th 1 Bl P 16 90
40 SD IRT ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 3000 Tidak sering kadang-kadang sering kadang-kadang 5 Th P 16 123
37 SMP IRT ORANGTUA 1 ya ya ya tidak Sedang 2350 Tidak sering kadang-kadang sering kadang-kadang 2 Th 3 Bl L 13 97
41 SLTA PNS ORANGTUA 1 ya ya ya tidak Sedang 2100 ya kadang-kadang sering kadang-kadang kadang-kadang 3 Th 9 Bl P 21 89
27 SI WIRASWASTA ORANGTUA 1 ya ya ya tidak Sedang 3200 Tidak sering kadang-kadang kadang-kadang sering 2 Th 5 Bl L 15 89
40 SMP IRT ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 2800 Tidak kadang-kadang kadang-kadang sering sering 1 Th 6 Bl L 9 75
35 SLTA IRT ORANGTUA 1 ya ya ya tidak Sedang 2600 Tidak kadang-kadang kadang-kadang sering kadang-kadang 3 Th 4 Bl P 18 100
36 SMP WIRASWATA ORANGTUA 1 ya ya ya tidak Sedang 3300 Tidak sering sering kadang-kadang kadang-kadang 1 Th 3 Bl L 13 80
28 SLTA PNS ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 3500 Tidak kadang-kadang kadang-kadang sering sering 2 Th L 15 89
22 SMP IRT ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 3100 Tidak kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang 1 Th L 8 70
26 SD IRT ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 3200 Tidak sering kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang 3 Th P 11 90
25 SLTA IRT ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 2900 Tidak kadang-kadang kadang-kadang sering sering 5 Th L 24 125
25 SMP WIRASWATA ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 2600 Tidak kadang-kadang kadang-kadang sering kadang-kadang 3 Th 1 Bl P 15 100
27 SMP IRT ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 3400 Tidak sering kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang 4 Th L 20 111
25 SMP WIRASWATA ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 2400 ya kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang 1 Th 2 Bl P 7 79
36 SMP WIRASWATA ORANGTUA 2 ya ya ya ya Berat 1800 ya sering sering kadang-kadang kadang-kadang 1 Th 3 Bl L 8 80
28 SLTA PNS ORANGTUA 3bl ya ya ya ya Berat 3300 Tidak kadang-kadang kadang-kadang sering sering 2 Th L 15 80
22 SMP IRT ORANGTUA 6bl ya ya ya tidak Sedang 2700 Tidak kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang 1 Th L 8 70
26 SD IRT ORANGTUA 1 ya ya ya ya Berat 2800 Tidak sering kadang-kadang kadang-kadang kadang-kadang 3 Th P 11 99
89
BCG DPT POLIO CAMPAK HEPATITIS Jml anggt Luas Rumah (m) Luas Kamar (m)Baik ya ya ya ya ya Lengkap 4 100 9 Tidak Padat 5 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 5 40 6 Padat 3 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 6 50 6 Padat 3 Tdk Mmnhi Syrt
Baik ya ya ya ya ya Lengkap 6 45 6 Padat 1 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya tidak Tidak Lengkap 6 50 6 Padat 3 Tdk Mmnhi Syrt
Baik ya ya ya ya ya Lengkap 4 100 6 Tidak Padat 5 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 7 40 6 Tidak Padat 5 Mmnhi Syrt
Kurang Baik tidak ya ya ya ya Tidak Lengkap 3 70 7 Padat 5 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 6 50 8 Padat 4 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 3 100 8 Tidak Padat 5 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 4 80 8 Tidak Padat 5 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 8 100 7 Tidak Padat 5 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 4 75 8 Tidak Padat 5 Tdk Mmnhi Syrt
Baik ya ya ya ya ya Lengkap 4 90 8 Tidak Padat 5 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 7 80 9 Tidak Padat 4 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya tidak ya ya Tidak Lengkap 5 40 9 Padat 3 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 5 100 9 Tidak Padat 5 Tdk Mmnhi Syrt
Baik ya ya ya ya ya Lengkap 4 100 9 Tidak Padat 5 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 5 90 9 Tidak Padat 5 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 7 80 6 Tidak Padat 10 Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 4 100 6 Tidak Padat 5 Tdk Mmnhi Syrt
Baik ya ya ya ya ya Lengkap 7 60 6 Padat 9 Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 3 80 6 Tidak Padat 10 Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya tidak ya Tidak Lengkap 6 80 6 Tidak Padat 10 Mmnhi Syrt
Baik ya ya ya ya ya Lengkap 5 90 9 Tidak Padat 5 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 6 50 9 Padat 4 Tdk Mmnhi Syrt
Baik ya ya ya ya ya Lengkap 7 80 9 Tidak Padat 10 Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 3 75 9 Tidak Padat 5 Tdk Mmnhi Syrt
Baik ya ya ya ya ya Lengkap 5 100 9 Tidak Padat 10 Mmnhi Syrt
Kurang Baik tidak ya ya ya ya Tidak Lengkap 4 70 9 Tidak Padat 5 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 6 80 9 Tidak Padat 10 Mmnhi Syrt
Baik ya ya ya ya ya Lengkap 6 50 9 Padat 4 Tdk Mmnhi Syrt
Baik ya ya ya ya ya Lengkap 6 50 6 Padat 4 Tdk Mmnhi Syrt
Baik ya ya ya ya ya Lengkap 3 100 6 Tidak Padat 10 Mmnhi Syrt
Baik ya ya ya ya ya Lengkap 6 90 6 Tidak Padat 10 Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 6 80 6 Tidak Padat 5 Tdk Mmnhi Syrt
Baik ya ya ya ya ya Lengkap 5 40 6 Padat 3 Tdk Mmnhi Syrt
Baik ya ya ya ya ya Lengkap 8 100 7 Tidak Padat 7 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 7 100 7 Tidak Padat 10 Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 6 50 8 Padat 2 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 5 40 7 Padat 2 Tdk Mmnhi Syrt
Baik ya ya ya ya ya Lengkap 6 120 7 Tidak Padat 10 Tdk Mmnhi Syrt
Baik ya ya ya ya ya Lengkap 5 100 8 Tidak Padat 5 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 5 40 8 Padat 5 Mmnhi Syrt
Baik ya ya ya ya ya Lengkap 6 50 8 Padat 4 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 3 90 9 Tidak Padat 5 Tdk Mmnhi Syrt
Baik ya ya ya ya ya Lengkap 5 40 9 Padat 3 Tdk Mmnhi Syrt
Status GiziImunisasi
Status ImunisasiKondisi Rumah
Status Kepadatan Luas Ventilasi (m) Status Ventilasi
90
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 4 120 9 Tidak Padat 5 Tdk Mmnhi Syrt
Baik ya ya ya ya ya Lengkap 5 40 9 Padat 3 Tdk Mmnhi Syrt
Baik ya ya tidak ya ya Tidak Lengkap 7 80 9 Tidak Padat 4 Tdk Mmnhi Syrt
Baik ya ya ya ya ya Lengkap 3 100 9 Tidak Padat 4 Tdk Mmnhi Syrt
Baik ya ya ya ya ya Lengkap 6 50 8 Padat 5 Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 6 50 8 Padat 2 Tdk Mmnhi Syrt
Baik ya ya ya ya ya Lengkap 4 90 9 Tidak Padat 5 Tdk Mmnhi Syrt
Baik ya ya ya ya ya Lengkap 8 80 7 Tidak Padat 5 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 5 40 8 Padat 5 Mmnhi Syrt
Baik ya ya ya ya ya Lengkap 6 50 8 Padat 5 Mmnhi Syrt
Baik ya ya ya tidak ya Tidak Lengkap 5 70 9 Tidak Padat 5 Tdk Mmnhi Syrt
Baik ya ya ya ya ya Lengkap 6 80 9 Tidak Padat 4 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 5 40 6 Padat 2 Tdk Mmnhi Syrt
Baik ya tidak ya ya ya Tidak Lengkap 7 120 2 Tidak Padat 10 Tdk Mmnhi Syrt
Baik ya ya ya ya ya Lengkap 3 100 6 Tidak Padat 8 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 5 90 6 Tidak Padat 5 Tdk Mmnhi Syrt
Baik ya ya ya ya ya Lengkap 6 80 9 Tidak Padat 5 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 5 40 8 Padat 5 Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 5 40 8 Padat 5 Mmnhi Syrt
Baik ya ya ya ya ya Lengkap 4 90 8 Tidak Padat 8 Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 6 50 8 Padat 4 Tdk Mmnhi Syrt
Baik ya ya ya ya ya Lengkap 6 60 8 Tidak Padat 4 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 6 75 9 Tidak Padat 5 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 6 50 9 Padat 4 Tdk Mmnhi Syrt
Baik ya ya ya ya ya Lengkap 6 40 9 Padat 2 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 5 40 6 Padat 2 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 4 80 6 Tidak Padat 3 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya tidak ya Tidak Lengkap 7 60 6 Padat 4 Tdk Mmnhi Syrt
Baik ya ya ya ya ya Lengkap 5 40 6 Padat 2 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 6 50 6 Padat 4 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya tidak ya ya Tidak Lengkap 5 90 8 Tidak Padat 5 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya tidak Tidak Lengkap 7 80 8 Tidak Padat 5 Tdk Mmnhi Syrt
Baik ya ya ya ya ya Lengkap 5 40 8 Padat 3 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 6 100 8 Tidak Padat 5 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 6 120 8 Tidak Padat 10 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 4 80 9 Tidak Padat 5 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 3 90 9 Tidak Padat 5 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 6 50 9 Padat 4 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya tidak tidak Tidak Lengkap 6 50 6 Padat 4 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 5 40 6 Padat 2 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 6 45 6 Padat 2 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya tidak Tidak Lengkap 3 70 6 Tidak Padat 5 Tdk Mmnhi Syrt
Kurang Baik ya ya ya ya ya Lengkap 6 50 6 Padat 4 Tdk Mmnhi Syrt
91
Lampiran 10
HASIL SPSS ANALISA FAKTOR KEJADIAN ISPA PADA BALITA
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
bblr * kejadianispa 90 100.0% 0 .0% 90 100.0%
bblr * kejadianispa Crosstabulation
kejadianispa
Total ispa berat ispa sedang ispa ringan
Bblr <2500 Count 14 6 0 20
Expected
Count 14.7 5.9 6.4 27.0
% within bblr 70.0% 30.0% .0% 100.0%
>2500 Count 52 16 2 70
Expected
Count 51.3 17.1 5.6 74.0
% within bblr 74.3% 22.9% 2.9% 100.0%
Total Count 66 22 2 90
92
Expected
Count 66.0 23.0 12 90.0
% within bblr 73.3% 24.4% 2.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square .935a 2 .627
Likelihood Ratio 1.354 2 .508
Linear-by-Linear Association .013 1 .911
N of Valid Cases 90
a. 0 cells (0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
.5.4
Symmetric Measures
Value
Asymp. Std.
Errora Approx. Tb Approx. Sig.a
Nominal by
Nominal
Contingency Coefficient .101
.627
Interval by Interval Pearson's R -.012 .099 -.111 .912c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -.032 .106 -.301 .764c
N of Valid Cases 90
a. Not assuming the null hypothesis.
93
Symmetric Measures
Value
Asymp. Std.
Errora Approx. Tb Approx. Sig.a
Nominal by
Nominal
Contingency Coefficient .101
.627
Interval by Interval Pearson's R -.012 .099 -.111 .912c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -.032 .106 -.301 .764c
N of Valid Cases 90
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
statusgizi * kejadianispa 90 100.0% 0 .0% 90 100.0%
94
statusgizi * kejadianispa Crosstabulation
Kejadianispa
Total ispa berat ispa sedang ispa ringan
statusgizi kurang baik Count 44 10 0 54
Expected Count 39.6 13.2 6.2 59.0
% within statusgizi 81.5% 18.5% .0% 100.0%
baik Count 22 12 2 36
Expected Count 26.4 8.8 .8 36.0
% within statusgizi 61.1% 33.3% 5.6% 100.0%
Total Count 66 22 2 90
Expected Count 66.0 22.0 7.0 90.0
% within statusgizi 73.3% 24.4% 2.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 6.162a 2 .046
Likelihood Ratio 6.806 2 .033
Linear-by-Linear Association 5.746 1 .017
N of Valid Cases 90
a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is .80.
95
Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.a
Nominal by
Nominal
Contingency
Coefficient .253
.046
Interval by
Interval
Pearson's R .254 .099 2.464 .016c
Ordinal by
Ordinal
Spearman
Correlation .236 .105 2.280 .025c
N of Valid Cases 90
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
statusimunisasi * kejadianispa 90 100.0% 0 .0% 90 100.0%
96
statusimunisasi * kejadianispa Crosstabulation
kejadianispa
Total
ispa berat
ispa
sedang
ispa
ringan
statusi
munis
asi
tidak
lengkap
Count 7 5 1 13
Expected Count 9.5 3.2 6.3 19.0
% within
statusimunisasi 53.8% 38.5% 7.7% 100.0%
lengkap Count 59 17 1 77
Expected Count 56.5 18.8 1.7 77.0
% within
statusimunisasi 76.6% 22.1% 1.3% 100.0%
Total Count 66 22 2 90
Expected Count 66.0 22.0 8.0 90.0
% within
statusimunisasi 73.3% 24.4% 2.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 4.054a 2 .132
Likelihood Ratio 3.334 2 .189
Linear-by-Linear Association 3.746 1 .053
97
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 4.054a 2 .132
Likelihood Ratio 3.334 2 .189
Linear-by-Linear Association 3.746 1 .053
N of Valid Cases 90
a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is .29.
Symmetric Measures
Value
Asymp. Std.
Errora Approx. Tb Approx. Sig.a
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .208 .132
Interval by Interval Pearson's R -.205 .125 -1.966 .052c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -.190 .119 -1.814 .073c
N of Valid Cases 90
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
98
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kepadatantmpttnggl *
kejadianispa 90 100.0% 0 .0% 90 100.0%
kepadatantmpttnggl * kejadianispa Crosstabulation
kejadianispa
Total ispa berat ispa sedang ispa ringan
kepadatantm
pttnggl
padat Count 33 5 0 38
Expected Count 27.9 9.3 7.8 45.0
% within
kepadatantmpttnggl 86.8% 13.2% .0% 100.0%
tidak
padat
Count 33 17 2 52
Expected Count 38.1 12.7 1.2 52.0
% within
kepadatantmpttnggl 63.5% 32.7% 3.8% 100.0%
Total Count 66 22 2 90
Expected Count 66.0 22.0 9.0 90.0
99
kepadatantmpttnggl * kejadianispa Crosstabulation
kejadianispa
Total ispa berat ispa sedang ispa ringan
kepadatantm
pttnggl
padat Count 33 5 0 38
Expected Count 27.9 9.3 7.8 45.0
% within
kepadatantmpttnggl 86.8% 13.2% .0% 100.0%
tidak
padat
Count 33 17 2 52
Expected Count 38.1 12.7 1.2 52.0
% within
kepadatantmpttnggl 63.5% 32.7% 3.8% 100.0%
Total Count 66 22 2 90
Expected Count 66.0 22.0 9.0 90.0
% within
kepadatantmpttnggl 73.3% 24.4% 2.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 6.526a 2 .038
Likelihood Ratio 7.502 2 .023
Linear-by-Linear Association 6.441 1 .011
100
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 6.526a 2 .038
Likelihood Ratio 7.502 2 .023
Linear-by-Linear Association 6.441 1 .011
N of Valid Cases 90
a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is .84.
101
Symmetric Measures
Value
Asymp. Std.
Errora Approx. Tb
Approx.
Sig.a
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .260 .038
Interval by Interval Pearson's R .269 .084 2.620 .010c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .266 .092 2.587 .011c
N of Valid Cases 90
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
ventilasi * kejadianispa 90 100.0% 0 .0% 90 100.0%
102
ventilasi * kejadianispa Crosstabulation
kejadianispa
Total ispa berat ispa sedang ispa ringan
ventilasi tidak memenuhi syarat Count 54 18 0 72
Expected Count 52.8 17.6 1.6 72.0
% within ventilasi 75.0% 25.0% .0% 100.0%
memenuhi syarat Count 12 4 2 18
Expected Count 13.2 4.4 .4 18.0
% within ventilasi 66.7% 22.2% 11.1% 100.0%
Total Count 66 22 2 90
Expected Count 66.0 22.0 2.0 90.0
% within ventilasi 73.3% 24.4% 2.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 8.182a 2 .017
Likelihood Ratio 6.624 2 .036
Linear-by-Linear Association 2.155 1 .142
N of Valid Cases 90
103
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 8.182a 2 .017
Likelihood Ratio 6.624 2 .036
Linear-by-Linear Association 2.155 1 .142
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is .40.
Symmetric Measures
Value
Asymp. Std.
Errora Approx. Tb Approx. Sig.a
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .289 .017
Interval by Interval Pearson's R .156 .127 1.478 .143c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .100 .116 .944 .348c
N of Valid Cases 90
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
104
HASIL UJI SPPS ANALISA FAKTOR KEJADIAN ISPA PADA BALITA
umurortu
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 18-25 th 28 31.1 31.1 31.1
26-33 th 33 36.7 36.7 67.8
34-41 th 29 32.2 32.2 100.0
Total 90 100.0 100.0
pendidikan
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Sd 17 18.9 18.9 18.9
smp 44 48.9 48.9 67.8
slta 25 27.8 27.8 95.6
diploma/sarjana 4 4.4 4.4 100.0
Total 90 100.0 100.0
105
pekerjaan
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid pedagang 1 1.1 1.1 1.1
pegawai negeri 9 10.0 10.0 11.1
wiraswsta 24 26.7 26.7 37.8
irt 56 62.2 62.2 100.0
Total 90 100.0 100.0
hbngandgnbalita
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid orangtua 90 100.0 100.0 100.0
106
umurbalita
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 1-2 th 32 35.6 35.6 35.6
2-3 th 26 28.9 28.9 64.4
3-4 th 17 18.9 18.9 83.3
4-5 th 15 16.7 16.7 100.0
Total 90 100.0 100.0
jeniskelamin
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid laki-laki 47 52.2 52.2 52.2
perempuan 43 47.8 47.8 100.0
Total 90 100.0 100.0
107
bblr
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid <2500 20 22.2 22.2 22.2
>2500 70 77.8 77.8 100.0
Total 90 100.0 100.0
statusgizi
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang baik 54 60.0 60.0 60.0
baik 36 40.0 40.0 100.0
Total 90 100.0 100.0
statusimunisasi
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak lengkap 13 14.4 14.4 14.4
lengkap 77 85.6 85.6 100.0
Total 90 100.0 100.0
108
kepadatantmpttnggl
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid padat 38 42.2 42.2 42.2
tidak padat 52 57.8 57.8 100.0
Total 90 100.0 100.0
ventilasi
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak memenuhi
syarat 72 80.0 80.0 80.0
memenuhi syarat 18 20.0 20.0 100.0
Total 90 100.0 100.0
kejadianispa
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid ispa berat 66 73.3 73.3 73.3
ispa sedang 22 24.4 24.4 97.8
ispa ringan 2 2.2 2.2 100.0
Total 90 100.0 100.0
109
Lampiran 11
JADWAL KEGIATAN
No. Kegiatan
Bulan
Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1. Pengajuan dan konsul
judul
2. Penyusunan proposal
3. Bimbingan proposal
4. Ujian proposal
5. Revisi proposal
6. Pengambilan data
(Penelitian)
7. Penyusunan dan
bimbingan skripsi
8. Ujian Skripsi
110
Lampiran 12
111
112
113
Lampiran 12
114