skenario a blok 24 kel 9 (1)

31
1. Sae 2. Ririn 3. Rozak 4. Dimas 5. Disti 6. Mutia 7. Aap 8. Disha 9. Dico 10. Yopi 11. Poet 12. Kartik Kumpul besok selasa, 24 maret 2015 jam 17.00-18.00 ke [email protected] dan [email protected] kirim ke dua-dua email ya lengkap2 yo kwn beserta sumber Yg paling akhir ngumpul jawaban ngeprint laporan, yg dak ngumpul sama skali atau lewat dr jam batas di koncang jd presentan sm yopi, tp kalo tepat waktu galo yopi fix presentan wkwk I. Klarifikasi istilah 1. Rumah sakit tipe D : merupakan rumah sakit yang bersifat transisi dengan hanya memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan kedokteran umum dan gigi. 2. Diare : pengeluaran tinja berair berkali-kali yang tidak normal. 3. Aterm : cukup bulan 4. ASI : air susu ibu 5. Susu Formula : susu yang dibuat dari bahan susu sapi atau susu kedelai yang kandungannya dibuat mendekati nutrisi yang terdapat pada asi 6. Kalori : 7. BCG : imunisasi yang diberikan pada bayi untuk mencegah penyakit TBC

Upload: gazelle-araceli

Post on 23-Dec-2015

34 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

d

TRANSCRIPT

1. Sae2. Ririn3. Rozak4. Dimas5. Disti6. Mutia7. Aap8. Disha9. Dico10. Yopi11. Poet12. Kartik

Kumpul besok selasa, 24 maret 2015 jam 17.00-18.00 ke [email protected] dan [email protected] kirim ke dua-dua email ya lengkap2 yo kwn beserta sumber

Yg paling akhir ngumpul jawaban ngeprint laporan, yg dak ngumpul sama skali atau lewat dr jam batas di koncang jd presentan sm yopi, tp kalo tepat waktu galo yopi fix presentan wkwk

I. Klarifikasi istilah

1. Rumah sakit tipe D : merupakan rumah sakit yang bersifat transisi dengan hanya memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan kedokteran umum dan gigi.

2. Diare : pengeluaran tinja berair berkali-kali yang tidak normal.3. Aterm : cukup bulan4. ASI : air susu ibu5. Susu Formula : susu yang dibuat dari bahan susu sapi atau susu kedelai yang

kandungannya dibuat mendekati nutrisi yang terdapat pada asi6. Kalori :7. BCG : imunisasi yang diberikan pada bayi untuk mencegah penyakit TBC8. DPT : dipteria pertussis tetanus (vaksin dipteria dan tetanus, toksoid dan

pertussis)9. Hepatitis B : penyakit viral akut yang terutama ditularkan secara parenteral

( kadang-kadang per oral ) melalui kontak personal yang erat, atau dari ibu ke neonatus.10. Polio : merupakan suatu imunisasi yang memberikan kekebalan aktif

terhadap penyakit poliomyelitis11. Antropometri : ukuran yang menentukan status gizi dari seorang (bayi)12. Dismorfik : keadaan dimana terdapat bentuk morfologi berbeda-beda13. Edema : sembab, penimbunan cairan yang berlebihan didalam jaringan14. Iga gambang : tulang rusuk menonjol (piano sign) merupakan salah satu tanda klinis

khas marasmus

15. Baggy pants : terbentuknya lipatan-lipatan pada bokong dikarenakan jaringan lemak subkutan sedikit atau hilang

II. Identifikasi masalah1. Wili …. Setiap bulan2. Wili lahir aterm… terbaring saja3. Riwayat nutrisi sebelum sakit…sudah benar4. Wili sudah pernah… polio 1x.5. Wili dlahirkan … mck 6 meter6. Pemfis… suhu 35 c7. Antropometri… baggy pants

III. Analisis masalahIII.1. Wili …. Setiap bulan

1. Etiologi bengkak 1,2,32. Mekanisme bengkak 4,5,63. Etiologi diare 7,8,9

1. Infeksi

a) Enteral, yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan dan merupakan penyebab

utama terjadinya diare.  Infeksi enteral meliputi:

- Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella campylobacter, Yersinia,

Aeromonas dan sebagainya;

- Infeksi virus : enterovirus, seperti virus ECHO, coxsackie, poliomyelitis,

adenovirus, rotavirus, astrovirus, dan sebagainya;

- Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, dan strongylodies), protozoa

(Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, dan trichomonas hominis), serta jamur

(Candida albicans).

b)        Parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, misalnya otitis

media akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya.

2.      Malabsorbsi

Karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa) serta monosakarida

(intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada anak dan bayi yang paling berbahaya

adalah intoleransi laktosa.

3.    Makanan

Misalnya makanan basi, beracun, dan alergi. Bayi bisa terinfeksi jika menelan organisme

tersebut ketika melewati jalan lahir yang terkontaminasi atau ketika disentuh/dipegang

oleh tangan yang terkontaminasi. Sumber penularan lainnya adalah barang-barang,

makanan maupun botol susu yang terkontaminasi.

4.    Lingkungan

Diare lebih sering ditemukan pada lingkungan yang kurang bersih atau pada lingkungan

yang penuh sesak.  Kadang infeksi bisa terjadi akibat menghirup organisme yang

melayang-layang di udara, terutama ketika sedang terjadi wabah virus.

5.    Psikologis, misalnya rasa takut atau cemas. 

4. Patofisiolog diare 10, 11, 125. Makna klinis menderita diare setiap bulan 1,2,36. Makna klinis dari bab cair kuning tidak lendir tidak ada darah dan jumlahnya cuma

1-2 sendok 4,5,67. Klasifikasi diare 7, 8, 9

Diare sekretorik

Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus,

menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan diare

dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun

dilakukan puasa makan/minum.

Diare osmotik

Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang

disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik (antara lain MgSO4, Mg(OH)2),

malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus missal pada defisiensi

disakaridase, malabsorpsi glukosa/galaktosa.

Malabsorpsi asam empedu dan lemak

Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi micelle empedu dan

penyakit-penyakit saluran bilier dan hati.

Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit

Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif NA+K+AT Pase di

enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal.

Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal

Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga

menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebabnya antara lain: diabetes

mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid.

Gangguan permeabilitas usus

Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan adanya kelainan

morfologi membran epitel spesifik pada usus halus.

Diare inflamasi

Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada beberapa keadaan.

Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan hidrostatik dalam

pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit, mukus, protein dan seringkali

sel darah merah dan sel darah putih menumpuk dalam lumen. Biasanya diare akibat

inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare lain seperti diare osmotik dan diare

sekretorik.

Diare infeksi

Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari sudut kelainan usus,

diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif dan invasif (merusak mukosa). Bakteri non-

invasif menyebabkan diare karena toksin yang disekresikan oleh bakteri tersebut.

III.2. 1. Interpretasi riwayat partus 10,11,122. Pertumbuhan dan Perkembangan anak 0-18 bulan 1, 2, 33. Mengapa semenjak sakit wili tidak bisa berjalan tidak bisa duduk Cuma baring

saja 4,5,6III.3.

1. Bagaimana pemberian asi dan makanan pendamping yang benar untuk anak usia 0-18 bulan 7.8.9ASI eksklusif diberikan sampai bayi berumur 6 bulan, sedangkan makanan

pendamping ASI di berikan sejak umur 6 bulan dan asi hendaknya diteruskan

sampai dengan umur anak mencapai 2 tahun.

2. Apa dampak pemberian susu formula yang terlalu dini 10,11,123. Cara penyajian susu formula yang baik dan benar 1.2.34. Interpretasi dari pemberian susu formula dan makanan pendamping asi 4,5,65. Berapa jumlah kebutuhan kalori anak usia 18 bulan 7,8,9

Usia 0-6 bulan:Bayi harus mendapatkan ASI ekslusif, artinya, tidak ada makanan tambahan selain ASI.Usia >6 bulan :Bayi mulai diperkenalkan atau diberikan makanan pendamping ASI. Karena kebutuhan nutrisi

bayi diatas usia 6 bulan tidak tercukupi jika hanya diberi ASI.

Kebutuhan gizi bayi (0-12 bulan)Energi : Pada tahun pertama kehidupan sangat bervariasi menurut usia dan berat badan.0 –10 kg : 100 kkal / kg BB11-20 kg : 1000 kkal / kg BB• Protein : di hitung berdasarkan berat badan< 6 bulan : 2,2 g / kg BB6-12 bulan : 2 g / kg BB• Lemak• Vitamin dan Mineral• Air

Pembagian Waktu Makan Balita Sehari :• Bangun tidur• Makan pagi• Selingan pagi• Makan siang• Selingan sore• Makan malam• Sebelum tidur•Makanan bayi usia 0-6 bulan : ASI ekslusif.Makanan Bayi Usia 6-12 bulan• Makanan diberikan dalam bentuk makanan pertama dan setengah padat• Dianjurkan diberikan sereal seperti beras kemudian sayuran berwarna kuning dan terakhir

yang berwarna hijau• Tidak dianjurkan memberikan : coklat, madu, putih telur, kacang tanah, gandum dan

• produknya, susu murni.

III.4. 1. Bagaimana jadwal dan jenis imunisasi yang dibutuhkan usia 18 bulan 10,11,12

III.5. 1. Hubungan social ekonomi dan lingkungan dengan tumbuh kembang anak 1,2,32. Bagaimana asah asih asuh yang baik untuk anak 18 bulan 4,5,6

III.6. 1. Interpretasi dan mekanisme abnormal pemfis

a. Kelihatan gemuk 7,8,9edema

b. Kulit mengkilat 10,11,12c. Bercak-bercak putih merah muda dengan tepi hitam di daerah yg mendapat

tekanan 1,2,3d. Kompos mentis, Denyut nadi 140x/menit, RR 30x/menit, Suhu 35 C 4,5,6

III.7. 1. Interpretasi dan mekanisme abnormal pemeriksaan antropometri

a. Berat 7000 gram, panjang 74 cm, lingkar kepala 46 cm 7,8,9

Berdasarkan diagram-diagram diatas, maka untuk usia:

- Berat badan 7000 gram untuk usia 18 bulan = di bawah -3 SD = gizi buruk (severly underweight)- Panjang badan 74 cm untuk usia 18 bulan = pada -3 SD = kecil (severly stunted)- Berat badan untuk Tinggi Badan = di bawah -3 SD = sangat kurus (severly wasted) - Lingkar kepala 46 cm untuk usia 18 bulan = di antara -1 dan -2 SD = kecil (stunted)- Keadaan ini terjadi kemungkinan karena pemberian atau pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien

tidak terpenuhi atau terjadi kesalahan dalam metode/ tahapan pemenuhan nutrisi pasien. Hal ini menyebabkan lebih rendahnya kemampuan sistem imun pasien karena tidak cukup banyak mendapatkan imunoglobulin dari ibunya. Keadaan ini akan menyebabkan pasien menjadi mudah jatuh sakit, ditambah dengan keaadaan tempat tinggal pasien yang tidak sehat ideal, keadaan ini menyebabkan pasien akan membutuhkan lebih banyak energi lagi dan apabila tidak terpenuhi akan memperparah keadaan kekurangan nutrisi pasien. Selain itu cara penyajian susu formula pada kasus ini juga tidak benar, jumlah tambahan energi yang diperoleh dari bubur pabrikan diduga tidak mencukupi kebutuhan energi pasien. Keadaan-keadaan ini menyebabkan pasien mengalami defisiensi nutrisi atau malnutrisi energi-protein sehingga status nutrisi pasien menjadi gizi buruk dan kurus.

-

b. Wajah membulat, tidak ada dismorfik 10,11,12c. Mata terdapat bercak seperti busa sabun, ada edema di seluruh tubuh 1,2,3d. Tidak ada iga gambang, perut membuncit, terdapat baggy pants 4,5,6

Hipotesis : wili anak laki-laki usia 18 bulan diduga menderita gizi buruk marasmus kwashiorkor

Template

1. How to diagnose 7,8,9

Jawab:

Menegakkan Diagnosis:

1. Anamnesis (penyakit & gizi)

anamnesis awal dan anamnesis lanjutan

2. Pemeriksaan fisik (klinis dan antropometri)

pemeriksaan fisik awal dan pemeriksaan fisik lanjutan

3. Pemeriksaan penunjang : laboratorium, radiologi, dll

4. Analisis diet dan makanan

Anamnesis awal:

untuk mengetahui adanya tanda bahaya dan tanda penting:

- syok/renjatan

- letargis

- muntah dan atau diare atau dehidrasi

Anamnesis lanjutan:

Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya gizi buruk:

- riwayat kehamilan & kelahiran

- riwayat pemberian makan

- riwayat imunisasi & pemberian vit A

- riwayat penyakit penyerta/penyulit

- riwayat tumbuh kembang

- penyebab kematian pada saudara kandung

- status sosial, ekonomi dan budaya keluarga, dll

Pemeriksaan fisik awal :

Untuk mengetahui adanya kedaruratan medis

- Gangguan sirkulasi/syok, gangguan kesadaran, dehidrasi, hipoglikemi, hipotermi

Pemeriksaan fisik lanjutan :

Tanda klinis gizi buruk,pengukuran dan penilaian antropometri,tanda defisiensi vitamin A pada mata dan mikronutrien lain,tanda dan gejala klinis penyakit penyerta/ Penyulit

Pemeriksaan penunjang

(Laboratorium/radiologi):Gula darah ,hemoglobin dan hematokrit, urine rutin,albumin, elektrolit ,foto thoraks

Analisis diet:kuantitas asupan makanan (Food recall),kualitas asupan makanan (Food frequency)

2. Dd 10,11,123. Wd 1,2,34. pemeriksaan penunjang 4,5,65. epidemiologi 7,8,9

Pada umumnya masyarakat Indonesia telah mampu mengonsumsi makanan yang cukup secara kuantitatif, namun kurang secara kualitatif (kebutuhan gizi minimum). Departemen Kesehatan juga telah melakukan pemetaan dan hasilnya menunjukkan bahwa penderita gizi kurang ditemukan di 72% kabupaten di Indonesia (2 – 4 dari 10 balita di Indonesia menderita gizi kurang). Di RSU dr. Pringadi Medan, terdapat 935 (38%) penderita malnutrisi dari 2453 anak balita yang dirawat, 67% gizi kurang dan 33% gizi buruk, dengan tipe marasmus yang paling banyak dijumpai. Hal ini dapat dipahami karena marasmus sering berhubungan dengan keadaan kepadatan penduduk dan higiene yang kurang di daerah perkotaan yang sedang membangun dan terjadinya krisis ekonomi di Indonesia.

6. pathogenesis 10,11,127. manifestasi klinis 1,2,38. tata laksana 4,5,69. komplikasi 7,8,9

Pada penderita gangguan gizi sering terjadi gangguan asupan vitamin dan mineral. Karena begitu banyaknya asupan jenis vitamin dan mineral yang terganggu dan begitu luasnya fungsi dan organ tubuh yang terganggu maka jenis gangguannya sangat banyak. Pengaruh KEP bisa terjadi pada semua organ sistem tubuh. Beberapa organ tubuh yang sering terganggu adalah saluran cerna, otot dan tulang, hati, pancreas, ginjal, jantung, dan gangguan hormonal.

Anemia gizi adalah kurangnya kadar Hemoglobin pada anak yang disebabkan karena kurangnya asupan zat Besi (Fe) atau asam Folat. Gejala yang bisa terjadi adalah anak tampak pucat, sering sakit kepala, mudah lelah dan sebagainya. Pengaruh sistem hormonal yang terjadi adalah gangguan hormon kortisol, insulin, Growht hormon (hormon pertumbuhan) Thyroid Stimulating Hormon meninggi tetapi fungsi tiroid menurun. Hormon-hormon tersebut berperanan dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan tersering mengakibatkan kematian (Sadewa, 2008).

Mortalitas atau kejadian kematian dapat terjadi pada penderita KEP, khususnya pada KEP berat. Beberapa penelitian menunjukkan pada KEP berat resiko kematian cukup besar, adalah sekitar 55%. Kematian ini seringkali terjadi karena penyakit infeksi (seperti Tuberculosis, radang paru, infeksi saluran cerna) atau karena gangguan jantung mendadak. Infeksi berat sering terjadi karena pada KEP sering mengalami gangguan mekanisme pertahanan tubuh. Sehingga mudah terjadi infeksi atau bila terkena infeksi beresiko terjadi komplikasi yang lebih berat hingga mengancam jiwa (Nelson, 2007).

Selain itu komplikasi lain yang dapat ditimbulkan adalah kesadaran menurun, pneumonia berat, anemia berat, anoreksia, hipertermia, dan dehidrasi berat.

10. prognosis 10,11,1211. edukasi dan preventif 1,2,312. kdu 4,5,6

LI

1. marasmus kwashiorkor 1,2,3,4,5,62. tumbuh kembang anak 7,8,9,10,11,12

1. TUMBUH – KEMBANG ANAK

PENDAHULUAN

Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua (2) peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit di pisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan pengertia mengenai apa yang di maksud dengan pertumbuan dan perkembangan per definisi adalah sebagai berikut :

1. Pertumbuhan (growt) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbanga metabolic (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).

2. Perkembangan (developmen) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampat terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu. Walaupun demikian kedua peristiwa itu terjadi secara sinkron pada setiap individu.

Sedangkan untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologik seseorang, merupakan hasil interaksi

berbagai factor yang saling berkaitan, yaitu faktor genetik, lingkungan biofisiko-psiko-sosial dan perilaku. Proses yang unik dan hasil akhir yang berbeda-beda yang memberikan cirri tersendiri pada setiap anak.

Tujuan ilmu tumbuh kembang adalah mempelajari hal yang berhubungan dengan segala upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak baik fisik, mental, dan social. Juga menegakkan diagnosis dini setiap kelainan tumbuh kembang dan kemungkinan penanganan yang efektif, serta mencari penyebab dan mencegah keadaan tersebut.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG

Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu :

1. Faktor genetik.Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang

anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantintas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang. Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal. Gangguan pertumbuhan di negara maju lebih sering diakibatkan oleh faktor genetik ini. Sedangkan di negara yang sedang berkembang, gangguan pertumbuhan selain diakibatkan oleh faktor genetik, juga faktor lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh kembang anak yang optimal, bahkan kedua faktor ini dapat menyebabkan kematian anak-anak sebelum mencampai usia Balita. Disamping itu, banyak penyakit keturunan yang disebabkan oleh kelainan kromosom, seperti sindrom Down, sindrom Turner, dll.

2. Faktor lingkungan.Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan lingkungan “bio-fisiko-psiko-sosial” yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya. Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi ;a. Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih di dalam kandungan (Faktor prenatal).b. Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (Faktor postnatal).

KEBUTUHAN DASAR ANAK

Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum digolongkan menjadi 3 kebutuhan dasar (dikutip dari Titi 1993) :

1. Kebutuhan fisik-biomedis (“ASUH”)Meliputi : Pangan/gizi merupakan kebutuhan terpenting. Perawatan kesehatan dasar, antara lain imunisasi, pemberian ASI, penimbangan bayi/anak

yang teratur, pengobatan kalau sakit, dll. Papan/pemukiman yang layak. Higieni perorangan, sanitasi lingkungan. Sandang. Kesegaran jasmani, rekreasi. Dll.2. Kebutuhan emosi/kasih saying (“ASIH”)

Pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu/pengganti ibu dengan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental maupun psikososial. Berperannya dan kehadiran ibu/penggantinya sedini dan selanggeng mungkin, akan menjalin rasa aman bagi bayinya. Ini diwujudkan dengan kontak fisik (kulit/mata) dan psikis sedini mungkin, misalnya dengan menyusui bayi secepat mungkin segera setelah lahir. Kekurangan kasih sayang ibu pada tahun-tahun pertama kehidupan mempunyai dampak negatif pada tumbuh kembang anak baik fisik, mental maupun social emosi, yang disebut “Sindrom Deprivasi Maternal”.

Kasih sayang dari orang tuanya (ayah-ibu) akan menciptakan ikatan yang erat (bonding) dan kepercayaan dasar (basic trush).

3. Kebutuhan akan stimulasi mental (“ASAH”)Stimulasi mental metupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan dan pelatihan) pada

anak. Stimulasi mental (ASAH) ini mengembangkan perkembangan mental psiokososial: kecerdasan, ketrampilan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas, dan sebagainya.

CIRI-CIRI TUMBUH KEMBANG ANAK

Tumbuh kembang anak yang sudah dimulai sejak konsepsi sampai dewasa itu mempunyai cirri-ciri tersendiri, yaitu :

1. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai maturitas/dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. Ini berarti bahwa tumbuh kembang sudah terjadi sejak di dalam kandungan dan setelah kelahiran merupakan suatu masa di mana mulai saat itu tumbuh kembang anak dapat dengan mudah diamati.

2. Dalam periode tertentu terdapat adanya masa percepatan atau masa perlambatan, serta laju tumbuh kembang yang berlainan diantara organ-organ. Terdapat 3 periode pertumbuhan cepat

adalah pada masa janin, masa bayi 0-1 tahun, dan masa pubertas. Sedangkan pertumbuhan organ-organ tubuh mengikuti 4 pola, yaitu pola umum, limfoid, neural dan reproduksi.

3. Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi kecepatannya berbeda antara anak satu dengan lainnya. Contoh, anak akan belajar duduk sebelum belajar berjalan, tetapi umur saat anak belajar duduk/berjalan berbeda antara anak satu dengan lainnya.

4. Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem susunan saraf. Contoh, tidak ada latihan yang dapat menyebabkan anak dapat berjalan sampai sistem saraf siap untuk itu, tetapi tidak adanya kesempatan praktik akan menghambat kemampuan ini.

5. Aktifitas seluruh tubuh diganti respons individu yang khas. Contoh, bayi akan menggerakkan seluruh tubuhnya, tangan dan kakinya kalau melihat sesuatu yang menarik tetapi pada anak yang lebih besar reaksinya hanya tertawa atau meraih benda tersebut.

6. Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal. Langkah pertama sebelum berjalan adalah perkembangan menegakkan kepala.

7. Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang sebelum gerakan volunter tercapai.

4. IMUNISASI

Pengertian

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain.

Macam Kekebalan

Kekebalan terhadap suatu penyakit menular dapat digolongkan menjadi 2, yakni :

1. Kekebalan Tidak Spesifik (Non Specific Resistance), yang dimaksud dengan faktorfaktor non khusus adalah pertahanan tubuh pada manusia yang secara alamiah dapat melindungi badan dari suatu penyakit. Misalnya kulit, air mata, cairan-cairan khusus yang keluar dari perut (usus), adanya refleks-refleks tertentu, misalnya batuk, bersin dan sebagainya.

2. Kekebalan Spesifik (Specific Resistance)

Kekebalan spesifik dapat diperoleh dari 2 sumber, yakni :

a. Genetik Kekebalan yang berasal dari sumber genetik ini biasanya berhubungan dengan ras (warna kulit

dan kelompok-kelompok etnis, misalnya orang kulit hitam (negro) cenderung lebih resisten terhadap penyakit malaria jenis vivax. Contoh lain, orang yang mempunyai hemoglobin S lebih resisten terhadap penyakit plasmodium falciparum daripada orang yang mempunyai hemoglobin AA.

b. Kekebalan yang Diperoleh (Acquired Immunity)

Kekebalan ini diperoleh dari luar tubuh anak atau orang yang bersangkutan. Kekebalan dapat bersifat aktif dan dapat bersifat pasif. Kekebalan aktif dapat diperoleh setelah orang sembuh dari penyakit tertentu. Misalnya anak yang telah sembuh dari penyakit campak, ia akan kebal terhadap penyakit campak. Kekebalan aktif juga dapat diperoleh melalui imunisasi yang berarti ke dalam tubuhnya dimasukkan organisme patogen (bibit) penyakit. Kekebalan pasif diperoleh dari ibunya melalui plasenta. Ibu yang telah memperoleh kekebalan terhadap penyakit tertentu misalnya campak, malaria dan tetanus maka anaknya (bayi) akan memperoleh kekebalan terhadap penyakit tersebut untuk beberapa bulan pertama. Kekebalan pasif juga dapat diperoleh melalui serum antibodi dari manusia atau binatang. Kekebalan pasif ini hanya bersifat sementara (dalam waktu pendek saja).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekebalan

Banyak faktor yang mempengaruhi kekebalan antara lain umur, seks, kehamilan, gizi dan trauma.

1. Umur, untuk beberapa penyakit tertentu pada bayi (anak balita) dan orang tua lebih mudah terserang. Dengan kata lain orang pada usia sangat muda atau usia tua lebih rentan, kurang kebal terhadap penyakit-penyakit menular tertentu. Hal ini mungkin disebabkan karena kedua kelompok umur tersebut daya tahan tubuhnya rendah.

2. Seks, untuk penyakit-penyakit menular tertentu seperti polio dan difteria lebih parah terjadi pada wanita daripada pria.

3. Kehamilan, wanita yang sedang hamil pada umumnya lebih rentan terhadap penyakitpenyakit menular tertentu misalnya penyakit polio, pneumonia, malaria serta amubiasis. Sebaliknya untuk penyakit tifoid dan meningitis jarang terjadi pada wanita hamil.

4. Gizi, gizi yang baik pada umumnya akan meningkatkan resistensi tubuh terhadap penyakit-penyakit infeksi tetapi sebaliknya kekurangan gizi berakibat kerentanan seseorang terhadap penyakit infeksi.

5. Trauma, stres salah satu bentuk trauma adalah merupakan penyebab kerentanan seseorang terhadap suatu penyakit infeksi tententu.

Masa Inkubasi

Masa inkubasi adalah jarak waktu dari mulai terjadinya infeksi didalam diri orang sampai dengan munculnya gejala-gejala atau tanda-tanda penyakit pada orang tersebut. Tiap-tiap penyakit infeksi mempunyai masa inkubasi berbeda-beda, mulai dari beberapa jam sampai beberapa tahun.

Jenis-Jenis Imunisasi

Pada dasarnya ada 2 jenis imunisasi, yaitu :

1. Imunisasi Pasif (Pasive Immunization), imunisasi pasif ini adalah immunoglobulin. Jenis imunisasi ini dapat mencegah penyakit campak (measles pada anak-anak).

2. Imunisasi Aktif (Active Immunization), imunisasi pada ibu hamil dan calon pengantin adalah imunisasi tetanus toksoid. Imunisasi ini untuk mencegah terjadinya tetanus pada bayi yang dilahirkan. Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus. ATS (Anti

Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan (imunisasi pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus. Jenis imunisasi ini minimal dilakukan lima kali seumur hidup untuk mendapatkan kekebalan penuh. Imunisasi TT yang pertama bisa dilakukan kapan saja, misalnya sewaktu remaja. Lalu TT2 dilakukan sebulan setelah TT1 (dengan perlindungan tiga tahun). Tahap berikutnya adalah TT3, dilakukan enam bulan setelah TT2 (perlindungan enam tahun), kemudian TT4 diberikan satu tahun setelah TT3 (perlindungan 10 tahun), dan TT5 diberikan setahun setelah TT4 (perlindungan 25 tahun).

Biasanya imunisasi bisa diberikan dengan cara disuntikkan maupun diteteskan pada mulut anak balita (bawah lima tahun). Berikut ini adalah Jenis-jenis imunisasi pada balita :

1. Imunisasi BCG, vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan, sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis. Imunisasi BCG dilakukan sekali pada bayi usia 0-11 bulan.

2. Imunisasi DPT, imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang

3. Imunisasi DT, imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh kuman penyebab difteri dan tetanus. Vaksin DT dibuat untuk keperluan khusus, misalnya pada anak yang tidak boleh atau tidak perlu menerima imunisasi pertusis, tetapi masih perlu menerima imunisasi difteri dan tetanus. Setiap orang dewasa harus mendapat vaksinasi lengkap tiga dosis seri primer dari difteri dan toksoid tetanus, dengan dua dosis diberikan paling tidak berjarak empat minggu, dan dosis ketiga diberikan enam hingga 12 bulan setelah dosis kedua. Jika orang dewasa belum pernah mendapat imunisasi tetanus dan difteri maka diberikan seri primer diikuti dosis penguat setiap 10 tahun.

4. Imunisasi Campak, imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (tampek). Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih.

5. Imunisasi MMR, imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali. Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata berair. Campak juga menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia. Campak juga bisa menyebabkan masalah yang lebih serius, seperti pembengkakan otak dan bahkan kematian. Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada salah satu maupun kedua kelenjar liur utama yang disertai nyeri. Gondongan bisa menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput otak dan korda spinalis) dan pembengkakan otak. Kadang gondongan juga menyebabkan pembengkakan pada buah zakar sehingga terjadi kemandulan. Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa menyebabkan pembengkakan otak atau gangguan perdarahan.

6. Imunisasi Hib, imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b. Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat yang bisa menyebabkan anak tersedak. Sampai saat ini, imunisasi HiB belum tergolong imunisasi wajib, mengingat harganya yang cukup mahal. Tetapi dari segi manfaat, imunisasi ini cukup penting. Hemophilus influenzae merupakan penyebab terjadinya radang selaput otak (meningitis), terutama pada bayi dan anak usia muda. Penyakit ini sangat berbahaya karena seringkali meninggalkan gejala sisa yang cukup serius. Misalnya kelumpuhan. Ada 2 jenis vaksin yang beredar di Indonesia, yaitu Act Hib dan Pedvax.

7. Imunisasi Varisella, imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air. Cacar air ditandai dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara perlahan mengering dan membentuk keropeng yang akan mengelupas.

8. Imunisasi HBV, imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian. Karena itu imunisasi hepatitis B termasuk yang wajib diberikan. Jadwal pemberian imunisasi ini sangat fleksibel, tergantung kesepakatan dokter dan orangtua. Bayi yang baru lahir pun bisa memperolehnya. Imunisasi ini pun biasanya diulang sesuai petunjuk dokter. Orang dewasa yang berisiko tinggi terinfeksi hepatitis B adalah individu yang dalam pekerjaannya kerap terpapar darah atau produk darah, klien dan staf dari institusi pendidikan orang cacat, pasien hemodialisis (cuci darah), orang yang berencana pergi atau tinggal di suatu tempat di mana infeksi hepatitis B sering dijumpai, pengguna obat suntik, homoseksual/biseksual aktif, heteroseksual aktif dengan pasangan berganti-ganti atau baru terkena penyakit menular seksual, fasilitas penampungan korban narkoba, imigran atau pengungsi di mana endemisitas daerah asal sangat tinggi/lumayan. Berikan tiga dosis dengan jadwal 0, 1, dan 6 bulan. Bila setelah imunisasi terdapat respon yang baik maka tidak perlu dilakukan pemberian imunisasi penguat (booster).

9. Imunisasi Pneumokokus Konjugata, imunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis bakteri yang sering menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius, seperti meningitis dan bakteremia (infeksi darah).

10. Tipa, imunisasi tipa diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap demam tifoid (tifus atau paratifus). Kekebalan yang didapat bisa bertahan selama 3 sampai 5 tahun. Oleh karena itu perlu diulang kembali. Imunisasi ini dapat diberikan dalam 2 jenis: imunisasi oral berupa kapsul yang diberikan selang sehari selama 3 kali. Biasanya untuk anak yang sudah dapat menelan kapsul. Sedangkan bentuk suntikan diberikan satu kali. Pada imunisasi ini tidak terdapat efek samping.

11. Hepatitis A, penyakit ini sebenarnya tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya. Tetapi bila terkena penyakit ini penyembuhannya memerlukan waktu yang lama, yaitu sekitar 1 sampai 2 bulan. Jadwal pemberian yang dianjurkan tak berbeda dengan imunisasi hepatitis B. Vaksin hepatitis A diberikan dua dosis dengan jarak enam hingga 12 bulan pada orang yang berisiko terinfeksi virus ini, seperti penyaji makanan (food handlers), mereka yang sering melakukan perjalanan atau bekerja di suatu negara yang mempunyai prevalensi tinggi hepatitis A, homoseksual, pengguna narkoba, penderita penyakit hati, individu yang bekerja dengan hewan primata terinfeksi hepatitis A atau peneliti virus hepatitis A, dan penderita dengan gangguan faktor pembekuan darah.

Kondisi Dimana Imunisasi Tidak Dapat Diberikan atau Imunisasi Boleh Ditunda:

• Sakit berat dan akut

• Demam tinggi

• Reaksi alergi yang berat atau reaksi anafilaktik;

• Bila anak menderita gangguan sistem imun berat (sedang menjalani terapi steroid jangka lama, HIV) tidak boleh diberi vaksin hidup (Polio Oral, MMR, BCG, Cacar Air).

• Alergi terhadap telur à hindari imunisasi influenza.

KESIMPULAN

Reygen, bayi laki-laki usia 11 bulan, mengalami marasmus, keterlambatan perkembangan motorik, dan diare et causa kekurangan nutrisi dan imunisasi belum lengkap dengan faktor predisposisi sosial ekonomi dan pendidikan keluarga yang rendah.

DAFTAR PUSTAKA

- Cameron, N. 2002. Human Growth and Development. California: Academic Press.

- Narendra, M. B. 2003. Penilaian Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Jakarta: EGC.

- Meadow, R dan Newll, S. 2002. Lecture Notes Pediatrica. Jakarta: Erlangga.

- Soetjiningsih. 2003. Perkembangan Anak dan Permasalahannya. Jakarta: EGC.

- Soepardi, E. A. dan Iskandar, N (ed). 2000. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok. Edisi ke-4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

- Subbagian Tumbuh Kembang. 2004. Pemantauan Perkembangan Denver II. Yogyakarta:- Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUGM/RS Sardjito.

- Suyitno, H, dan Narendra, M. B. 2003. Pertumbuhan Fisik Anak. Jakarta: EGC.