sikap masyarakat sekitar candi sukuh terhadap

83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN SUTHOMADANSIH DI KABUPATEN KARANGANYAR Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jurusan/Program Studi Penyuluhan Dan Komunikasi Pertanian Disusun Oleh : Sofa Nur Azizah H0407071 JURUSAN PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: truongdiep

Post on 14-Jan-2017

220 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user i 

 

SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN

SUTHOMADANSIH DI KABUPATEN KARANGANYAR

Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Penyuluhan Dan Komunikasi Pertanian

Disusun Oleh : Sofa Nur Azizah

H0407071

JURUSAN PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ii 

 

SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN

SUTHOMADANSIH DI KABUPATEN KARANGANYAR

SKRIPSI

Disusun Oleh : Sofa Nur Azizah

H0407071

Dosen Pembimbing :

Dr. Ir. Suwarto, M.Si

Dr. Ir. Kusnandar, M.Si

JURUSAN PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii 

 

Sikap Masyarakat Sekitar Candi Sukuh Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Suthomadansih

di Kabupaten Karanganyar

yang dipersiapkan dan disusun oleh

Sofa Nur Azizah

H 0407071

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal : Juli 2011

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua

Dr. Ir. Suwarto, M.Si NIP. 19561119 198303 1002

Anggota I

Dr. Ir. Kusnandar, M.Si NIP. 19670703 199203 1 004

Anggota II

Widiyanto, SP, M.Si NIP. 19810221 200501 1 003

Surakarta, Juli 2011

Mengetahui

Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S NIP. 19560225 198601 1 001

Page 4: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan hidayah serta berbagai kemudahan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Sikap Masyarakat Sekitar Candi Sukuh Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Suthomadansih Di Kabupaten Karanganyar” dengan lancar. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Kedua orangtua penulis, Ayah Basid dan Mama Niach yang senantiasa

memberikan doa, motivasi serta kasih sayangnya, 2. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta, 3. Dwiningtyas Padmaningrum, SP., Msi, selaku ketua Jurusan Penyuluhan dan

Komunikasi Pertanian yang telah memberikan bimbingan dan motivasi, 4. Dr. Ir. Suwarto, MSi, selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan

arahan dan bimbingan serta pengetahuan, 5. Dr. Ir. Kusnandar, Msi, selaku Pembimbing Skripsi yang telah memberikan

masukan, bimbingan serta pengetahuan, 6. Agung Wibowo, SP, M.Si, selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan masukan, evaluasi, saran serta selalu mendukung penulis dalam menunjang kegiatan akademik maupun non akademik penulis,

7. Bapak Ibu dosen Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian yang telah memberikan Ilmu-ilmu khususnya dalam bidang pertanian, sebagai tempat diskusi masalah akademik, tempat mencari ide untuk menulis PKM, mengikuti PMW serta tempat evaluasi selama penulis menjadi Co Ass dan menempuh akademik,

8. Bapak Ketut dan seluruh karyawan Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas kemudahan dalam menyelesaikan administrasi penulisan skripsi,

9. Kepala Bappeda dan Kesbanglinmas Kabupaten Karanganyar yang telah mempermudah perizinan pengumpulan data,

10. Bapak Kastono, selaku Ketua Kelompok Tani Sekar Arum yang telah membantu penelitian penulis,

11. Keluarga Besar tercinta (Eyang, Tante Maning, Tante Nana, Om No, Om Taufik, dan Pakdhe Sikin) yang telah memberikan do’a serta dukungan kepada penulis,

12. Saudara tersayang (Tuntun, Wildan, Dhilla, Hannand, Juki) dan pasukan-pasukan kecil penulis(Moelly dan Farras),

13. Sahabat-sahabat tercinta (Pasol, Ayuk, Vera, Titin, Arum, Tika, Elysa, Dicky, Budy, Sixtus, Irsa, Eza, Sochibun, dan Bondan) atas jalinan persaudaraan dan persahabatan yang menjadi dukungan bagi penulis,

Page 5: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v

14. Kakak tingkat tersayang (Mas Aris, Mas Koi, Mas Lilik, Mas Hisbullah, Mas Farid, Mas Pipit, Mas Rama, Mbak Aisyah dan Mbak Santi) atas bimbingan serta segala bantuan kepada penulis,

15. Adik tingkat tercinta (Lita, Merlyna, Frendita, Riana, Anin dan Habib) yang telah memberi semangat dan curahan perhatian kepada penulis,

16. Rekan-rekan di Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Angkatan 2007 yang selalu mendukung dan bekerja sama untuk kesuksesan dan memajukan pertanian Indonesia,

17. Team 9F (Mas Didin, Ayak, MuFi, Heru, Mbak Ipung, Mbak Erna, Ansyor dan Tri) atas segala motivasi, dukungan, bantuan serta doa untuk penulis,

18. Rekan-rekan di IAAS Indonesia maupun IAAS LC-UNS yang telah memberikan motivasi untuk berjuang dan berprestasi lebih,

19. Kakak tingkat dan adik tingkat yang telah memberi semangat dalam setiap langkah penulis,

20. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan secara keseluruhan, yang telah membantu berjalannya penelitian ini.

Penulis selalu berusaha membuat karya ini dengan baik, saran dan masukan selalu dharapan untuk kesempurnaan karya ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan wawasan untuk memajukan dunia pertanian.

Surakarta, Juli 2011

Penulis

Page 6: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x

RINGKASAN ................................................................................................ xi

SUMMARY ................................................................................................... xii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................... .............. 1

B. Perumusan Masalah ............................................................................. 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 8

1. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan ........................................... 8

2. Konsep dan Strategi Pengembangan Agropolitan............................ 9

3. Pengembangan Agropolitan di Karanganyar .................................. 11

4. Pariwisata dan Pengembangan Agropolitan .................................... 15

5. Budaya dan Pengembangan Agropolitan ........................................ 16

6. Sikap dan Perilaku Masyarakat ....................................................... 17

B. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 27

C. Hipotesis ............................................................................................. 29

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel .................................. 29

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian ...................................................................... 34

B. Pemilihan Lokasi Penelitian ................................................................ 34

Page 7: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 35

D. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 36

E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 37

F. Teknik Analisis Data ........................................................................... 38

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Alam .................................................................................... 40

B. Keadaan Penduduk ............................................................................. 42

C. Keadaan Pertanian .............................................................................. 47

D. Keadaan Sarana Perekonomian .......................................................... 49

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kegiatan Pengembangan Kawasan Agropolitan ......................................................................................... 51

B. Identitas Responden ............................................................................ 52

C. Faktor yang Berhubungan dengan Sikap ............................................. 54

D. Sikap Petani Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan ......................................................................................... 61

E. Hubungan Antara Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sikap Dengan Sikap Petani Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar ........................................................................................ 64

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ......................................................................................... 70

B. Saran .................................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 72

LAMPIRAN .................................................................................................... 76

Page 8: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Kerangka Berfikir Mengenai Faktor Pembentuk Sikap Masyarakat Sekitar Candi Sukuh Terhadap Pengembangan Kawasan Agropolitan Suthomadansih Di Kabupaten Karanganyar ................................................................................. 29

Page 9: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Nama Desa di Kecamatan Ngargoyoso ............................................ 35

Tabel 2 Nama Dusun di Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso ....................... 36

Tabel 3 Jenis dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian ............... 36

Tabel 4 Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rumah Tangga di Kecamatan Ngargoyoso Tahun 2009 ............................... 43

Tabel 5 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009 ............................. 45

Tabel 6 Jumlah Penduduk 10 tahun ke atas Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009 ........................ 46

Tabel 7 Luas Panen dan Produksi Padi dan Palawija di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009 .................................................................... 47

Tabel 8 Luas Panen dan Produksi Sayur-sayuran di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009 .................................................................... 48

Tabel 9 Luas Panen dan Produksi Tanaman Buah-buahan di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009 ................................................. 48

Tabel 10 Sarana Perekonomian di Kecamatan Ngargoyoso ........................... 49

Tabel 11 Distribusi Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Pendidikan ........................................................................................ 53

Tabel 12 Distribusi Pengalaman Pribadi Petani dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan ............................................ 55

Tabel 13 Distribusi Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan .................................. 56

Tabel 14 Distribusi Pendidikan Non Formal dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan ....................................................................... 57

Tabel 15 Distribusi Media Massa dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan ..................................................................................... 59

Tabel 16 Distribusi Kebudayaan dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan ...................................................................................... 60

Tabel 17 Distribusi Sikap Petani Terhadap Tujuan Program .......................... 61

Tabel 18 Distribusi Sikap Petani Terhadap Pelaksanaan Program ................. 62

Tabel 19 Distribusi Sikap Petani Terhadap Hasil Program ............................ 63

Tabel 20 Uji Hipotesis Hubungan Antara Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap dengan Sikap Masyarakat Sekitar Candi Sukuh Terhadap Program Pengembangan Agropolitan ..................................................................................... 64

Page 10: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kuisioner Penelitian .................................................................... 76

Lampiran 2 Identitas Responden..................................................................... 85

Lampiran 3 Tabulasi Faktor yang Mempengaruhi Sikap dengan Sikap Masyarakat terhadap Program Pengembangan Agropolitan ...... 87

Lampiran 4 Tabel Frekuensi ........................................................................... 89

Lampiran 5 Output Perhitungan Korelasi Rank Spearman (rs) ...................... 92

Lampiran 6 Peta Kabupaten Karanganyar ...................................................... 93

Lampiran 7 Peta Kecamatan Ngargoyoso ...................................................... 94

Lampiran 8 Dokumentasi ............................................................................... 95

Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian .................................................................... 96

Page 11: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xi

RINGKASAN

SOFA NUR AZIZAH, H0407071. “SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN SUTHOMADANSIH DI KABUPATEN KARANGANYAR”. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Suwarto, M.Si selaku Pembimbing Utama dan Dr. Ir. Kusnandar, M.Si selaku Pembimbing Pendamping. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

Program pengembangan kawasan agropolitan merupakan pembangunan ekonomi berbasis pertanian di Kawasan agribisnis yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada. Kawasan agropolitan terdiri dari sentra produksi pertanian yang ada di sekitarnya yang mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian diwilayah sekitarnya dan memberikan kontribusi yang besar terhadap mata pencaharian dan kesejahteraan masyarakatnya. Melalui pengembangan agropolitan, diharapkan terjadi interaksi yang kuat antara pusat kawasan agropolitan dengan wilayah produksi pertanian dalam sistem kawasan agropolitan.

Penelitian ini bertujuan mengkaji sikap masyarakat terhadap program pengembangan kawasan Agropolitan Suthomandansih, mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat terhadap program pengembangan kawasan Agropolitan Suthomandansih, dan mengkaji hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat dengan sikap masyarakat terhadap program pengembangan kawasan Agropolitan Suthomandansih di Kabupaten Karanganyar.

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan format deskriptif dan teknik survei. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive yaitu di Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar. Sampel ditentukan dengan teknik proporsional sampling, sebanyak 40 responden dari 3 Dusun di Desa Berjo, antara lain: Dusun Tagung, Dusun Gemah, dan Dusun Pabongan .Jenis dan sumber data meliputi data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi sikap dan sikap masyarakat terhadap program pengembangan kawasan agropolitan adalah rumus lebar kelas. Sedangkan untuk menguji hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat dengan sikapnya terhadap program pengembangan kawasan Agropolitan menggunakan analisis korelasi Rank Spearman (rs).

Hasil penelitian pada tingkat kepercayaan 95 % menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, dan pendidikan non formal terhadap pengembangan kawasan Agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar. Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara media massa dan pengaruh kebudayaan terhadap pengembangan kawasan Agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar.

Page 12: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xii

SUMMARY

SOFA NUR AZIZAH, H0407071. “SOCIETY ATTITUDES AROUND

SUKUH TEMPLE TOWARD THE DEVELOPMENT PROGRAM OF AGROPOLITAN SUTHOMADANSIH AREA IN THE KARANGANYAR DISTRICT”. Under guidance of Dr. Ir. Suwarto, M.Si as the Main Consultant and Dr. Ir. Kusnandar, M.Si as the Assistant Consultant, Agricultural Faculty of Sebelas Maret University.

The development programs of agropolitan area is agriculture-based economic development in the area of agribusiness which are designed and implemented by a variety of potential synergies that exist. Agropolitan area consists of agricultural production centers that is able to serve, push, pull, make some development activities in the surrounding area and give contribute greatly to the livelihoods and welfare. Through the development of agropolitan, expected strong interaction between the central agropolitan area with agricultural production region in the system of agropolitan area.

This research aims to assess public attitudes towards the development program of Agropolitan Suthomandansih area, assess the factors that influence society's attitudes towards the development program of Agropolitan Suthomandansih area, and to assess the relationship between the factors that influence society's attitudes in society's attitudes towards the development programs of Agropolitan Suthomandansih area in Karanganyar District.

The basic method that used in this study is quantitative with descriptive format and survey techniques. Research sites determined by purposively that is Berjo Village Ngargoyoso Sub-district Karanganyar District. The sample was determined by proportional sampling technique, as many as 40 respondents from the three Hamlet in the Village Berjo, among others: Hamlet Tagung, Gemah Hamlet, and Pabongan Hamlet. The type and source of data includes primary data and secondary data. Methods of analysis that used to determine the factors that affect attitudes and attitudes toward the development program of agropolitan area is the formula class width. Meanwhile, to know the relationship between the factors that influence society's attitudes to the attitude towards the development programs of Agropolitan area using correlation analysis Rank Spearman (rs).

The results at 95% level shows that there is a very significant relationship between personal experience, the influence of others that are considered important, and non-formal education to the development of Agropolitan Suthomadansih area in Karanganyar District. There is no significant relationship between mass media and cultural influences on the development of Agropolitan Suthomadansih area in Karanganyar District.

Page 13: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kondisi sosial ekonomi masyarakat di pedesaan pada umumnya masih

tertinggal jauh dibandingkan mereka yang tinggal di daerah perkotaan. Hal ini

merupakan konsekuensi dari perubahan ekonomi dan proses indutrialisasi,

investasi ekonomi oleh swasta maupun pemerintah cenderung terkonsentrasi

di daerah perkotaan. Selain itu kegiatan ekonomi yang dikembangkan di

daerah perkotaan masih banyak yang tidak sinergis dengan yang

dikembangkan di daerah perdesaan. Akibatnya, peran kota yang diharapkan

dapat mendorong perkembangan perdesaan, justru memberikan dampak yang

merugikan pertumbuhan perdesaan.

Oleh karena itu, dalam konstelasi kota-desa dewasa ini, semestinya

kawasan perdesaan semakin diperhitungkan keberadaannya. Akan lebih sesuai

untuk menjelaskan desa-kota sebagai sebuah fenomena yang bertautan

daripada menganggap desa dan kota sebagai suatu dikotomi, selain itu

masyarakat di dalamnya secara bersama memecahkan masalah kemiskinan,

perkembangan ekonomi, dan lingkungan yang berkelanjutan.

Kesenjangan antara kawasan perkotaan dan pedesaan serta kemiskinan

di perdesaan telah mendorong upaya-upaya pembangunan di kawasan

perdesaan. Meskipun demikian, pendekatan pengembangan kawasan

perdesaan seringkali dipisahkan dari kawasan perkotaan. Hal ini telah

mengakibatkan terjadinya proses urban bias yaitu pengembangan kawasan

perdesaan yang pada awalnya ditujukan untuk meningkatkan kawasan

kesejahteraan masyarakat perdesaan malah berakibat sebaliknya yaitu

tersedotnya potensi perdesaan ke perkotaan baik dari sisi sumber daya

manusia, alam, bahkan modal (Douglas, 1986).

Dampak dari urbanisasi diperlukan perubahan paradigma dalam

pendekatan pembangunan perdesaan yang mengkaitkan kawasan perkotaan

dengan kawasan perdesaan. Pengembangan kawasan agropolitan dapat

Page 14: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

dijadikan alternatif solusi dalam pengembangan kawasan perdesaan tanpa

melupakan kawasan perkotaan. Melalui pengembangan agropolitan

diharapkan terjadi interaksi yang kuat antara pusat kawasan agropolitan

dengan wilayah produksi pertanian dalam sistem kawasan agropolitan.

Agropolitan merupakan kota pertanian yang tumbuh dan berkembang

karena adanya usaha agribisnis yang dapat melayani kegiatan pembangunan

pertanian. Sebagian besar pendapatan masyarakat didominasi oleh kegiatan

sektor pertanian atau agribisnis. Selain itu kawasan agropolitan juga memiliki

komoditas unggulan dan terdapat hubungan antara kota dengan desa yang

bersifat interdependensi harmonis (Bappeda Karanganyar, 2005).

Penentuan kawasan agropolitan berorientasi pada wilayah berskala

ekonomi sehingga dapat dimungkinkan terjadi lalu lintas desa atau lintas

kecamatan bahkan lintas kabupaten. Kawasan agropolitan Kabupaten

Karanganyar meliputi 5 (lima) Kecamatan yaitu Kecamatan Ngargoyoso

(Sukuh), Jenawi (Cetho), Tawangmangu, Karangpandan dan Matesih atau

dapat juga disebut kawasan Suthomadansih (Sukuh, Cetho, Tawangmangu,

Karangpandan, Matesih). Kawasan ini terdapat banyak sentra-sentra produksi

(KSP) yang akan membentuk kota tani/desa inti dan dari masing-masing kota

akan bermuara pada kota tani utama.

Berdasarkan kondisi tersebut, tidak berarti pembangunan perdesaan

menjadi tidak penting, akan tetapi harus dicari solusi untuk mengurangi urban

bias. Pengembangan kawasan agropolitan dapat dijadikan alternatif solusi

dalam pengembangan kawasan perdesaan tanpa melupakan kawasan

perkotaan. Melalui pengembangan agropolitan, diharapkan terjadi interaksi

yang kuat antara pusat kawasan agropolitan dengan wilayah produksi

pertanian dalam sistem kawasan agropolitan. Melalui pendekatan ini, produk

pertanian dari kawasan produksi akan diolah terlebih dahulu di pusat kawasan

agropolitan sebelum di jual (ekspor) ke pasar yang lebih luas sehingga nilai

tambah tetap berada di kawasan agropolitan.

Konsep agropolitan pada dasarnya adalah gerakan untuk kembali

membangun desa. Desa yang baik idealnya harus bisa menjadi suatu tempat

Page 15: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

yang nyaman, aman dan dapat mensejahterakan masyarakatnya. Konsep

agropolitan basisnya pada membangun fungsi kota pertanian dalam artian

luas. Pertanian itu tidak dilihat dari sisi bercocok tanam dan mencangkul saja

(Rustiadi, 2006). Tujuan pengembangan kawasan agropolitan adalah untuk

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan

pengembangan wilayah dan peningkatan keterkaitan desa dan kota dengan

mendorong berkembangnya system dan usaha agribisnis yang berdaya saing

berbasis kerakyatan, berkelanjutan (tidak merusak lingkungan) dan

terdesentralisasi (wewenang berada di Pemerintah Daerah dan Masyarakat) di

kawasan agropolitan.

Program pengembangan Kawasan agropolitan adalah pembangunan

ekonomi berbasis pertanian di Kawasan agribisnis yang dirancang dan

dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk

mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing,

berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi yang digerakkan oleh

masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah (Bappeda Karanganyar, 2005).

Keterkaitan fisik harus disertai dengan pengembangan keterkaitan

sinergis yang lebih luas, yakni dengan disertai kebijakan-kebijakan yang

menciptakan struktur insentif yang mendorong keterkaitan yang sinergis antar

kawasan. Pengembangan keterkaitan yang salah (tidak tepat sasaran) dapat

mendorong aliran backwash yang lebih masif yang pada akhirnya justru

memperarah kesenjangan dan ketidakseimbangan pembangunan inter-

regional. Oleh karenanya keterkaitan inter-regional yang sinergis atau saling

meperkuat, bukan saling memperlemah.

Kabupaten Karanganyar yang mempunyai slogan “intanpari” yang

berarti industri, pertanian, dan pariwisata merupakan sektor penunjang

kegiatan agropolitan. Salah satu sektor pariwisata di kawasan agropolitan yang

sangat menarik dan digemari pengunjung yaitu Candi Sukuh, yang berada di

Kecamatan Ngargoyoso. Candi Sukuh merupakah salah satu wahana wisata

yang kental akan budaya, tempat ini sangat menunjang pengembangan

kawasan agropolitan. Karena daerah Ngargoyoso merupakan salah satu aspek

Page 16: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

budaya peninggalan sejarah yang cukup terkenal di Kabupaten Karanganyar.

Berdasarkan uraian tersebut berarti sektor pariwisata yang dilakukan oleh

masyarakat di sekitar Candi Sukuh, Kabupaten Karanganyar merupakan

bagian dari pengembangan kawasan agropolitan.

Dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kawasan

agropolitan, maka program agropolitan sangatlah sesuai dengan kondisi

tersebut. Melalui program pengembangan kawasan agropolitan, diharapkan

dapat meningkatkan produksi pertanian di Kawasan Agropolitan. Lima tahun

terakhir ini, program agropolitan telah diterapkan di Kabupaten Karanganyar.

Walaupun demikian, program tidak serta merta diterapkan oleh masyarakat

sekitar kawasan. Meskipun masyarakat hidup di kawasan agropolitan, namun

tidak semua ikut andil dalam program agropolitan. Adanya inovasi di berbagai

bidang akan mempengaruhi kecenderungan atau sikap masyarakat, baik itu

untuk menerima inovasi ataupun menolak inovasi yang ada. Kecenderungan

masyarakat, baik itu menerima maupun menolak program agropolitan tersebut

tidak terlepas dari beberapa faktor yang berhubungan dengan sikap

masyarakat terhadap program agropolitan tersebut. Sikap masyarakat inilah

yang akan menjadi acuan berhasil atau tidaknya program tersebut. Ditandai

dengan keberhasilan program secara berkelanjutan. Oleh karena itu,

bagaimanakah sikap masyarakat terhadap program pengembangan agropolitan

Suthomadansih perlu diteliti lebih lanjut.

B. Rumusan Masalah

Program agropolitan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan masyarakat di kawasan, mendorong berkembangnya system

usaha agribisnis, meningkatkan keterkaitan desa dan kota, mempercepat

pertumbuhan kegiatan ekonomi pedesaan, mengurangi arus migrasi dari desa

ke kota, menciptakan lapangan pekerjaan, dan meningkatkan pendapatan asli

daerah (PAD). Inti dari program agropolitan merupakan gerakan dan

partisipasi aktif masyarakat (petani, pengusaha, dan masyarakat umum) yang

difasilitasi oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan keluarga dan masyarakatnya. Konsep mengenai agropolitan

Page 17: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

dalam pengembangan sarana dan prasarana lebih diarahkan kepada bagaimana

mempertahankan program tersebut sesuai dengan kemampuan dan potensi

masyarakat serta memperhatikan kelestarian lingkungan. Tingginya potensi di

kawasan pedesaan yang sangat potensial dapat dimanfaatkan sebagai alat

untuk mendorong keberhasilan pembangunan.

Dalam pengembangan sektor pariwisata harus mempertimbangkan

kondisi sumber daya alam dan sumber daya manusia dan aspek kelembagaan.

Pengembangan sektor pariwisata yang kental akan budaya mempunyai

keunggulan komperatif dan kompetitif serta dapat menjadi perangsang untuk

meningkatkan pendapatan masyarakat. Namun kenyataannya dalam

mengembangkan kawasan agropolitan tidak selalu berjalan dengan lancar.

Terdapat berbagai permasalahan yang dihadapai seperti sarana dan prasarana,

serta kurangnya partisipasi masyarakat dalam mendukung pengembangan

agropolitan. Konsep agropolitan sendiri sangat berhubungan dengan umum

maupun sosial, karena dalam pengembangan kawasan agropolitan didalamya

ada kegiatan pariwisata. Salah satu sektor pariwisata yang dikembangkan

adalah Candi Sukuh.

Permasalahan yang dihadapi yaitu kawasan agropolitan yang

seharusnya menjadi pusat pembangunan pertanian, yang memiliki potensi

dalam pengembangan sistem dan usaha agribisnis, melibatkan berbagai

stakeholder dalam action plan (rencana tindak) seperti adanya pemberdayaan

masyarakat pelaku agribisnis agar mampu meningkatkan produksi,

produktivitas komoditi pertanian serta produk-produk olahan pertanian, lalu

pemasaran produk pertanian kurang berfungsi secara benar. Terbukti dengan

adanya kawasan wisata yang merupakan salah satu sarana dalam program

agropolitan secara fisik belum memenuhi syarat untuk dijadikan tempat

pariwisata.

Hal ini dikarenakan oleh sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh yang

tidak menyadari bahwa pendapatan mereka selama ini sebenarnya didominasi

oleh kegiatan sektor pertanian atau agribisnis. Namun, tempat pariwisata yang

sangat menunjang program agropolitan tersebut telah beralih fungsi sebagai

Page 18: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

tempat penjualan barang-barang non pertanian. Dari hal tersebut maka

kegiatan pariwisata yang didalamnya terdapat berbagai kegiatan agribisnis,

merupakan bagian dari pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten

Karanganyar. Masyarakat di sekitar Candi Sukuh dilibatkan dalam hal

pengembangan kawasan agropolitan tersebut.

Mengacu pada keuntungan yang dapat diperoleh dari program

agropolitan tersebut, seharusnya selama lima terakhir ini banyak masyarakat

yang berpartisipasi aktif dalam program agropolitan. Dalam hal ini tentunya

terdapat faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap. Menurut Azwar (1998)

terdapat faktor-faktor pembentuk sikap yang meliputi : pengalaman pribadi,

pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media

massa (informasi), pendidikan formal, pendidikan non formal, serta pengaruh

faktor emosional. Oleh karena itu, perlu dikaji lebih mendalam tentang

hubungan faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap dengan sikap

masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan kawasan

Agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar.

Sehingga, dari uraian diatas maka permasalahan dalam penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap masyarakat sekitar

Candi Sukuh terhadap program pengembangan kawasan agropolitan

Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar ?

2. Bagaimana sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program

pengembangan kawasan agropolitan Suthomadansih di Kabupaten

Karanganyar?

3. Bagaimana hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program

pengembangan kawasan agropolitan Suthomadansih di Kabupaten

Karanganyar?

Page 19: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian

ini, antara lain:

1. Mengkaji faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap masyarakat

sekitar Candi Sukuh dalam mengembangkan kawasan agropolitan

Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar.

2. Mengkaji sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap pengembangan

kawasan agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar.

3. Mengkaji hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh dalam program

pengembangan kawasan agropolitan Suthomadansih di Kabupaten

Karanganyar.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman tentang sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap

pengembangan kawasan agropolitan. Selain itu penelitian ini juga

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pemerintah atau instansi, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan

khususnya dalam kegiatan mengenai model kawasan Agropolitan dalam

meningkatan taraf hidup masyarakat setempat sebagai upaya

mendukung terciptanya stabilitas ekonomi dalam pembangunan

berkelanjutan.

3. Bagi pihak lain yang memerlukan hasil penelitian ini, diharapkan dapat

digunakan sebagai bahan pembanding pada permasalahan yang sama.

4. Bagi masyarakat sekitar Candi Sukuh, sebagai sarana untuk

meningkatkan pengetahuan dalam mengembangkan kawasan

Agropolitan melalui pemasaran hasil pertanian.

Page 20: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

Awalnya, tahun 1980, istilah “sustainable agriculture” atau

diterjemahkan menjadi “pertanian berkelanjutan” digunakan untuk

menggambarkan suatu sistem pertanian alternatif berdasarkan pada

konservasi sumberdaya dan kualitas kehidupan di pedesaan (Abadi, 2007).

Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) merupakan sistem

pertanian yang berwawasan lingkungan (co-agriculture) yang sering juga

dikenal sebagai pertanian organis. Prinsip dasarnya adalah pertanian

dilihat sebagai pengelolaan agro dan ekosistem. Prinsip dasar pertanian

berkelanjutan adalah pengelolaan agro dan ekosistem dengan prinsip :

pertanian dilakukan dengan mengambil metafora yang benar dengan tidak

mendominasi alam dan penetuan yang benar bagi alat, teknik, teknologi

dan praktek pertanian (Lubis, 2000).

Kata ‘berkelanjutan’ (sustainable), sebagaimana dalam kamus,

mengacu pada makna “mengusahakan suatu upaya dapat berlangsung

terus-menerus, kemampuan menyelesaikan upaya dan menjaga upaya itu

jangan sampai gagal”. Dalam dunia pertanian, ‘berkelanjutan’ secara

mendasar berarti upaya memantapkan pertanian tetap menghasilkan

(produktif) sembari tetap memelihara sumber daya dasarnya. Sistem

pertanian berkelanjutan ditujukan untuk mengurangi kerusakan

lingkungan, mempertahankan produktivitas pertanian, meningkatkan

pendapatan petani dan meningkatkan stabilitas dan kualitas kehidupan

masyarakat di pedesaan (Abadi, 2007).

Dewangga (1995) berpendapat bahwa pembangunan pertanian

bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat

tani yang merupakan sebagian besar penduduk Indonesia dan tinggal di

pedesaan. Meningkatkan taraf hidup petani dan masyarakat petani dan

Page 21: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

masyarakat pedesaan dapat dicapai dengan meningkatkan produktivitas

usahatani. Untuk dapat mengelola usahataninya secara efisien diperlukan

adanya perubahan perilaku petani untuk mampu bertani dengan baik dan

berusahatani lebih menguntungkan.

Dalam proses pembangunan pertanian yang berhasil itu peranan

penyuluhan pertanian sangat besar, sehingga tidak salah kiranya bila

penyuluhan pertanian disebut sebagai ujung tombak pembangunan

pertanian, setidak-tidaknya bila dilihat dalam jajaran aparat pemerintah

yang menangani pembangunan pertanian. Oleh karena itu segala usaha

yang ditujukan untuk mengembangkan penyuluhan pertanian sampai

bentuknya yang sekarang perlu mendapatkan penghargaan yang setimpal

(Slamet, 2003).

Pembangunan akan memberikan harapan dengan hasil yang

optimal, jika penyuluhan pertanian dilakukan secara baik. Karena

penyuluhan pertanian merupakan ujung tombak pembangunan pertanian.

Pelaksanaan penyuluhan yang baik dengan disertai dengan sistem

pelayanan yang teratur akan menjadi jaminan yang efektif untuk

tercapainya tujuan pembangunan itu sendiri. Inti kegiatan penyuluhan

pertanian adalah komunikasi gagasan yang inovatif maupun produk

teknologi yang inovatif yang dapat memberikan nilai ekonomis yang lebih

baik kapada petani dan keluarganya ( Levis, 1996).

2. Konsep dan Statregi Pengembangan Agropolitan

Secara harafiah, “Agropolitan” berasal dari dua kata yaitu (Agro

berarti pertanian), dan (Politan/Polis berarti kota), sehingga secara umum

Program Agropolitan mengandung pengertian pengembangan suatu

kawasan tertentu yang berbasis pada pertanian, yang dapat dilihat dari

berbagai pengertian sebagai berikut (Direktorat Jenderal Tata Perkotaan

dan Tata Perdesaan, 2005) :

a. Agropolitan (Agro = pertanian; Politan = kota) adalah kota pertanian

yang tumbuh dan berkembang yang mampu memacu berkembangnya

sistem dan usaha agribisnis sehingga dapat melayani, mendorong,

Page 22: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di

wilayah sekitarnya,

b. Kawasan Agropolitan, terdiri dari Kota Pertanian dan Desa-Desa

sentra produksi pertanian yang ada di sekitarnya, dengan batasan yang

tidak ditentukan oleh batasan administrasi Pemerintahan, tetapi lebih

ditentukan dengan memperhatikan skala ekonomi yang ada. Dengan

kata lain Kawasan Agropolitan adalah Kawasan Agribisnis yang

memiliki fasilitas perkotaan,

c. Pengembangan Kawasan Agropolitan, adalah pembangunan ekonomi

berbasis pertanian dikawasan agribisnis, yang dirancang dan

dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada

untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang

berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi,

yang digerakan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh Pemerintah.

Konsep pengembangan agropolitan pertama kali diperkenalkan

Mc.Douglass dan Friedmann dalam Syahrani (2001) sebagai siasat untuk

pengembangan perdesaan. Meskipun termaksud banyak hal dalam

pengembangan agropolitan, seperti redistribusi tanah, namun konsep ini

pada dasarnya memberikan pelayanan perkotaan di kawasan pedesaan atau

dengan istilah lain yang digunakan oleh Friedmann adalah “kota di

ladang”.

Dengan demikian petani atau masyarakat desa tidak perlu harus

pergi ke kota untuk mendapatkan pelayanan, baik dalam pelayanan yang

berhubungan dengan masalah produksi dan pemasaran maupun masalah

yang berhubungan dengan kebutuhan sosial budaya dan kehidupan setiap

hari. Pusat pelayanan diberikan pada setingkat desa, sehingga sangat dekat

dengan pemukiman petani, baik pelayanan mengenai teknik berbudidaya

pertanian maupun kredit modal kerja dan informasi pasar.

Soleh (1998), besarnya biaya produksi dan biaya pemasaran dapat

diperkecil dengan meningkatkan faktor-faktor kemudahan pada kegiatan

produksi dan pemasaran. Faktor-faktor tersebut menjadi optimal dengan

Page 23: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

adanya kegiatan pusat agropolitan. Jadi peran agropolitan adalah untuk

melayani kawasan produksi pertanian di sekitarnya dimana berlangsung

kegiatan agribisnis oleh para petani setempat. Fasilitas pelayanan yang

diperlukan untuk memberikan kemudahan produksi dan pemasaran antara

lain berupa input sarana produksi (pupuk, bibit, obat-obatan, peralatan, dan

lain-lain), sarana penunjang produksi (lembaga perbankan, koperasi,

listrik, dan lain-lain), serta sarana pemasaran (pasar, terminal angkutan,

sarana transportasi, dan lain-lain).

Dalam konsep agropolitan juga diperkenalkan adanya agropolitan

district, suatu daerah perdesaan dengan radius pelayanan 5 – 10 km dan

dengan jumlah penduduk 50 –150 ribu jiwa serta kepadatan minimal 200

jiwa/km2. Jasa-jasa dan pelayanan yang disediakan disesuaikan dengan

tingkat perkembangan ekonomi dan sosial budaya setempat. Agropolitan

district perlu mempunyai otonomi lokal yang memberi tatanan

terbentuknya pusat-pusat pelayanan di kawasan perdesaan telah dikenal

sejak lama. Pusat-pusat pelayanan tersebut dicirikan dengan adanya pasar-

pasar untuk pelayanan masyarakat perdesaan. Mengingat volume

permintaan dan penawaran yang masih terbatas dan jenisnya berbeda,

maka telah tumbuh pasar mingguan untuk jenis komoditi yang berbeda

(Anwar, 1999).

3. Pengembangan Agropolitan di Karanganyar

Agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan

berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta

mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan

pertanian diwilayah sekitarnya. Kota pertanian berada dalam kawasan

pemasok hasil pertanian (sentra produksi pertanian). Kawasan tersebut

memberikan kontribusi yang besar terhadap mata pencaharian dan

kesejahteraan masyarakatnya. Selanjutnya kawasan pertanian tersebut,

termasuk kotanya disebut dengan kawasan agropolitan (Bappeda

Karanganyar, 2005).

Page 24: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Pelaksanaan program agropolitan di Kabupaten Karanganyar

diawali dari tahun 2006 sampai pada tahun kelima ini pemerintah

Kabupaten Karanganyar telah melakukan pembangunan sarana dan

prasarana pendukung seperti terbangunnya konstruksi jalan dan jaringan

irigasi. Ketersediaan sarana dan prasarana terbesut berguna sebagai

fasilitas sosial ekonomi yang dapat diakses oleh petani dan masyarakat di

pedesaan. Fasilitas tersebut bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan dalam

pengembangan usaha pertanian, meningkatkan kelancaran pengangkutan

sarana produksi ke lahan petani, mempermudah proses pemasaran

produk/komoditas pertanian, dan meningkatkan intensitas ketersediaan air

dalam rangka mendukung produksi pertanian (Dinas Pertanian Tanaman

Pangan, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Karanganyar, 2009).

Pengembangan kawasan agropolitan adalah bertujuan

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui

percepatan pembangunan wilayah dan peningkatan keterkaitan desa dan

kota dengan mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis

yang berdaya saing. Sasaran pengembangan kawasan agropolitan adalah

untuk mengembangkan kawasan pertanian yang berpotensi menjadi

kawasan agropolitan. Melalui pemberdayaan masyarakat pelaku

agribisnis agar mampu meningkatkan produksi, produktivitas komoditi

pertanian serta produk-produk olahan pertanian. Pemberdayaan yang

dilakukan dengan cara pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang

efisien, penguatan kelembagaan petani, serta pengembangan kelembagaan

sistem agribisnis (penyedia agroinput, pengelolaan hasil, pemasaran dan

penyedia jasa); pengembangan kelembagaan penyuluhan pembangunan

terpadu; pengembangan iklim yang kondusif bagi usaha dan investasi

(Bappeda Karanganyar, 2005).

Program agropolitan di Kabupaten Karanganyar merupakan

program dari pemerintah yang ditujukan untuk daerah-daerah yang

memiliki potensi atau keunggulan di bidang pertanian. Penetapan kawasan

ini didasarkan pada potensi Kabupaten Karanganyar terutama di bidang

Page 25: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

tanaman hortikultura. Strategi yang diterapkan di Kabupaten Karanganyar

diawali dengan mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung seperti

memperbaiki jalan usahatani, dan saluran irigasi. Kemudian setelah dua

program tersebut berjalan lancar, Kabupaten Karanganyar membuka

penyediaan Sub Terminal Agribisnis (STA) di Watusambang

Tawangmangu. Sub Terminal Agribisnis (STA) ini dapat mendukung

berjalannya program agropolitan. Keberadaan STA diharapkan dapat

memperbaiki teknik pemasaran bagi hasil produksi pertanian, tidak hanya

untuk komoditas yang diunggulkan seperti wortel tetapi untuk komoditas

yang lainnya. Pengembangan sarana dan prasarana di kawasan agropolitan

juga didukung dengan pengembangan sumberdaya manusia yaitu dengan

mengembangkan kelompok tani (Bappeda Karanganyar, 2005).

Beberapa Kecamatan di Kabupaten Karanganyar antara lain

Ngargoyoso (Sukuh), Jenawi (Cetho), Tawangmangu, Karangpandan dan

Matesih memiliki produk unggulan sendiri untuk dijadikan pelopor

tumbuh kembangnya agropolitan. Kecamatan Ngargoyoso berpacu pada

peningkatan penerapan teknologi pertanian / perkebunan. Kegiatan yang

dilakukan antara lain pembuatan pestisida organik, pengadaan Alat

Pengolah Pupuk organik (APPO), pengadaan biogas, pengadaan hand

sprayer, alat pengayak kompos, dan berbagai macam alat pendukung

usahatani lainnya. Kecamatan Jenawi berpusat pada peningkatan mutu

intensifikasi gandum. Kegiatan ini dilakukan supaya terpeliharanya

tanaman tumpang sari gandum. Kecamatan Tawangmangu terdapat

program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan. Sosialisasi

ini dilakukan supaya masyarakat senantiasa merubah perilakunya tentang

pelestarian Sumber Daya alam. Kecamatan Karangpandan merupakan kota

tani utama dan kecamatan lain yang termasuk dalam Kawasan Agropolitan

akan bermuara ke Kecamatan Karangpandan. Hal ini dikarenakan

tidak hanya dari bidang pertanian yang dikembangkan tetapi juga bidang

pariwisata. Kemudian yang terakhir di Kecamatan Matesih lebih

mengacu kepada peningkatan ketahanan pangan pertanian dan

Page 26: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

perkebunan. Pengadaan alat ice cream maker dan pengadaan freezer

diharapkan dapat meningkatkan pengolahan hasil pertanian. Selain itu

dikembangkan juga alat mesin pertanian dan alat pengolahan pasca panen

hasil pertanian, seperti tersedianya hand tractor, vacuum frying, slicer,

power threser, alat pencuci wortel dan pompa air. Semua alat tersebut

digunakan untuk peningkatan penggunaan teknologi tepat guna oleh petani

(Bappeda Karanganyar, 2009).

Strategi pengembangan kawasan sentra produksi pangan

berorientasi pada kekuatan pasar atau (market driven), atau melalui

pengembangan masyarakat yang tidak saja diarahkan pada upaya

pengembangan usaha budidaya (on-farm) tetapi juga meliputi

pengembangan agribisnis hulu (penyediaan sarana pertanian) dan

agribisnis hilir (proses dan pemasaran) dan jasa-jasa pendukungnya.

Memberi kemudahan melalui penyediaan sarana dan prasarana yang dapat

mendukung pengembangan agribisnis dalam suatu kesisteman yang utuh

dan menyeluruh, mulai dari subsistem budidaya, subsistem agribisnis hulu,

hilir, dan jasa pendukung. Pengembangan suatu kawasan sentra produksi

pangan nasional dan daerah (agropolitan) harus mengikuti pengelolaan

kawasan tersebut. Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran tata ruang

kawasan sentra produksi pangan (agropolitan), arahan pengembangannya

sebagai berikut:

a. Pemberdayaan masyarakat pelaku agribisnis setempat

b. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan agribisnis dan industri

pertanian secara lokalita.

c. Pembangunan prasarana dan infrastruktur fisik yang menunjang

kegiatan di kawasan sentra produksi pangan (agropolitan).

d. Adanya keterpaduan rencana tata ruang kawasan sentra produksi

pangan (agropolitan) dengan rencana tata ruang wilayah, khususnya

aspek kawasan permukiman dan industri (Dirjen Ruang, 2006).

Pengembangan kawasan agropolitan dilakukan dengan pendekatan

Action plan (rencana tindak) yang melibatkan berbagai stakeholder terkait.

Page 27: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Dengan pelibatan ini stakeholder secara intensif diharapkan dapat

dihasilkan kesepakatan program pembangunan prasarana dan sarana

kawasan agropolitan yang memberikan nilai lebih pada aspek dukungan

masyarakat dan dengan kesadaran sense belonging (rasa memiliki) yang

cukup tinggi. Tahapan action plan yang dilakukan dalam rangka

pengembangan fasilitas prasarana dan sarana yang diharapkan sebagai

stimulan pengembangan kawasan agropolitan, meliputi sosialisasi program

(temu muka), pembentukan stakeholder agribisnis, survai dan analisa,

inventarisasi permasalahan prasarana dan sarana, usulan dan perumusan

program serta penyepakatan pentahapan program. Semua tahapan tersebut

dilakukan dalam forum sosialisasi dan penyepakatan kegiatan

(Bappeda Karanganyar, 2005).

4. Pariwisata dan Pengembangan Agropolitan

Pengembangan agrowisata merupakan upaya terhadap pemanfaatan

atraksi wisata pertanian. Agrowisata sebagai bagian dari objek wisata

dengan tujuan untuk memanfaatkan usaha agro sebagai objek wisata

dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi dan

hubungan usaha dibidang pertanian (Tirtawinata, 1999).

Berkembangnya dunia pertanian mendapat tanggapan dari

masyarakat, pada umumnya tanggapan masyarakat terhadap

berkembangnya dunia pariwisata berkaitan dengan harapan-harapan yang

mengacu kepada kebutuhan ekonomis misalnya adanya kesempatan kerja,

majunya usaha mereka dan sebagainya. Hal ini dapat terlihat terutama

pada masyarakat yang tinggal disekitar daerah yang terkena proyek

pengembangan wisata (Tashadi, 1994).

Potensi objek wisata dapat dibedakan menjadi objek wisata

alami dan buatan manusia. Objek wisata alami dapat berupa kondisi

iklim (udara bersih dan sejuk, suhu dan sinar matahari yang nyaman,

kesunyian), pemandangan alam (panorama pegunungan yang indah,

air terjun, danau dan sungai yang khas), dan sumber air kesehatan (air

mineral, air panas). Objek wisata buatan manusia dapat berupa

Page 28: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

fasilitas atau prasarana, peninggalan sejarah dan budaya, pola

hidup masyarakat dan taman-taman untuk rekreasi atau olahraga.

Objek agrowisata pada umumnya masih berupa hamparan suatu

areal usaha pertanian dari perusahaan-perusahaan besar yang dikelola

secara modern/ala barat dengan orientasi objek keindahan alam dan

belum menonjolkan atraksi keunikan/spesifikasi dari aktivitas lokal

masyarakat (Bappeda Karanganyar, 2005).

Tashadi (1994) mengemukakan bahwa timbulnya dampak sosial

budaya sebagai konsekuensi dari pembangunan pariwisata itu dapat dilihat

sebagai dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif merupakan

keuntungan berkembangnya pariwisata yang antara lain mendatangkan

pendapatan devisa negara dan terciptanya kesempatan kerja yang berarti

mengurangi jumlah pengangguran serta adanya kemungkinan bagi

masyarakat di daerah wisata untuk meningkatkan pendapatan dan standart

hidup mereka. Sedangkan dampak negatif yang merupakan kerugian

tampak menonjol dalam bidang sosial.

5. Budaya dan Pengembangan Agropolitan

Budaya atau kebudayaan yaitu system pengetahuan yang meliputi

sistem ide/gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam

kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak (Soeranto, 2003).

Sedangkan menurut Soekanto (1983), budaya diartikan dalam bentuk

perilaku kehidupan keseharian. Kebudayaan merupakan sistem pola

perencanaan kehidupan yang eksplisit maupun implisit yang terbentuk

secara historis, dan yang dianut oleh semua/anggota-anggota tertentu dari

suatu kelompok.

Tradisi merupakan kebudayaan yang telah menjadi suatu kebiasaan

dalam masyarakat (Hardiman, 2003). Tradisi bukanlah sesuatu yang dapat

diubah, tradisi justru dipadukan dengan aneka ragam perbuatan manusia

dan diangkat dalam keseluruhannya. Manusialah yang membuat sesuatu

dengan tradisi itu: ia menerima, menolaknya, atau merubahnya. Itulah

sebabnya mengapa kebudayaan merupakan cerita tentang perubahan-

Page 29: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

perubahan: riwayat manusia yang selalu member wujud baru kepada pola-

pola kebudayaan yang sudah ada (Peursen, 1983).

Dalam hakekat hidup ada kecendrungan yang kuat sangat untuk

menekankan pada nilai keakhlakan atau spiritualisme semata-mata

(Soekanto, 1983). Orang Jawa itu tidak dapat melepaskan diri dari lilitan

tradisinya, masyarakat Jawa menempatkan individu yang sekunder saja,

sedangkan masyarakat itu sendiri berperan primer, sedemikian rupa

sehingga aksi-aksi yang dipandang akan mengganggu keselarasan umum

tak seharusnya dilakukan (Sutrisno, 1985).

6. Sikap dan Perilaku Masyarakat

a. Pengertian Sikap dan Perilaku

Attitude dapat kita terjemahkan dengan sikap terhadap obyek

tertentu, yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan.

Tetapi sikap tersebut disertai oleh kecenderungan untuk bertindak

sesuai dengan sikapnya terhadap obyek tadi itu. Jadi sikap itu tepat

diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan bereaksi terhadap suatu hal.

Sikap senantiasa terarahkan terhadap suatu hal, suatu obyek. Tidak ada

sikap tanpa ada obyeknya (Gerungan, 1999).

Sears et all (1997) mendefinisikan bahwa sikap merupakan

suatu mental dan neural status dari kesiapsiagaan, yang diorganisir

melalui pengalaman, menggunakan suatu arahan atau pengaruh

dinamis atas setiap tanggapan kepada semua obyek dan situasi yang

terkait.

Hal serupa juga diungkapkan G. W. Allport (1935) dalam

Taylor (1997), yang juga mendefinisikan bahwa sikap adalah suatu

mental dan status kesiapsiagaan, yang diorganisir melalui pengalaman,

menggunakan suatu pengaruh yang dinamik ketika individu menjawab

semua obyek dan situasi yang terkait.

Mar’at (1984) menyatakan sikap merupakan produk dari proses

sosialisasi di mana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsang yang

diterimanya. Jika sikap mengarah pada obyek tertentu, berarti bahwa

Page 30: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

penyesuaian diri terhadap obyek tersebut dipengaruhi oleh lingkungan

sosial dan kesediaan untuk berekasi dari orang tersebut terhadap

obyek. Seperti halnya dengan Myers (1992) yang menyebutkan bahwa

sikap sebagai bentuk evaluasi yakni sikap merupakan pengorganisasian

terakhir secara relatif dari kepercayaan dimana terdapat kecenderungan

untuk merespons benda-benda dalam keadaan yang nyata. Sikap tidak

pernah dilihat secara langsung. Seseorang harus mengambil

kesimpulan keberadaan sikap dari apa yang dilakukan orang lain.

Sedangkan Van Den Ban dan Hawkins (1999) mendefinisikan

sikap sebagai perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang

kurang lebih bersikap permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam

lingkungannya. Lebih mudahnya, sikap adalah kecondongan evaluatif

terhadap suatu obyek atau subyek yang memiliki konsekuensi yakni

bagaimana seseorang berhadap-hadapan dengan obyek sikap.

Soedjito dalam Mardikanto (1993) mengatakan bahwa sikap

sebenarnya merupakan fungsi dari kepentingan, artinya sikap

seseorang sangat ditentukan oleh kepentingan-kepentingan yang

dirasakan. Semakin ia memiliki kepentingan, atau semakin banyak

kepentingan yang dirasakan, maka sikapnya semakin baik dan

sebaliknya semakin merasa tak memiliki kepentingan atau

kepentingannya tidak dipenuhi maka sikapnya semakin buruk.

Manifestasi sikap tidak bisa langsung dilihat akan tetapi harus

ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang masih tertutup.

Secara operasional pengertian sikap menunjukkan konotasi adanya

kesesuaian reaksi terhadap kategori stimulus tertentu dan penggunaan

praktis, sikap sering kali dihadapkan dengan rangsangan sosial dan

reaksi yang bersifat emosional (Mar’at, 1984).

Perilaku (behavior) dalam Psikologi dipandang sebagai reaksi

yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Pada

manusia khususnya dan pada semua makhluk umumnya, memang

terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif yang disadari oleh kodrat

Page 31: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

mempertahankan kehidupan. Sikap selalu dikaitkan dengan perilaku

yang berada dalam kenormalan dan merupakan respon atau reaksi

terhadap rangsangan lingkungan sosial. Salah satu karakteristik

perilaku manusia adalah sifat diferensialnya. Artinya, suatu stimulus

yang sama belum tentu akan menimbulkan bentuk reaksi yang sama

dari individu. Sebaliknya, suatu reaksi yang sama juga belum tentu

timbul akibat adanya stimulus yang serupa (Azwar, 1991).

Skinner dalam Walgito (2003) membedakan perilaku menjadi

perilaku yang alami (innate behavior) dan perilaku operan (operant

behavior). Perilaku alami yaitu perilaku yang dibawa sejak organisme

dilahirkan, yakni yang berupa refleks-refleks dan insting-insting,

sedangkan perilaku operan yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses

belajar. Perilaku yang reflektif merupakan perilaku yang terjadi

sebagai reaksi secara spontan terhadap stimulus yang mengenai

organisme yang bersangkutan. Pada manusia perilaku psikologis atau

operan inilah yang dominan, sebagian besar perilaku manusia

merupakan perilaku yang dibentuk, diperoleh, dipelajari melalui

peroses belajar.

b. Pembentuk Sikap dan Perilaku

Komponen sikap ada tiga yaitu, komponen kognisi yang

hubungannya dengan belief, ide dan konsep. Komponen afektif yang

menyangkut kehidupan emosional seseorang. Komponen konasi yang

merupakan kecenderungan bertingkah laku (Mar’at, 1984). Begitu juga

dengan Ahmadi (1999) yang menyatakan bahwa sikap mempunyai tiga

aspek. Antara lain aspek kognitif dimana aspek tersebut berhubungan

dengan gejala mengenal fikiran, aspek afektif yang berwujud proses

yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu, dan aspek konatif yang

berwujud proses tendensi atau kecenderungan untuk berbuat sesuatu

objek. Tiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga

komponen sikap yang melekat pada diri seseorang. Antara lain

komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif.

Page 32: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Demikian halnya Wortman (2004) yang mengemukakan bahwa

sikap mempunyai tiga komponen, antara lain komponen kognisi yaitu

apa yang kita percaya atau kita pikirkan, komponen emosional tentang

bagaimana kita merasakan, dan komponen tingkah laku tentang

bagaimana kita bertindak.

Sikap merupakan suatu kemampuan internal yang berperanan

sekali dalam mengambil tindakan (action), belajar sikap berarti

memperoleh kecenderungan untuk menerima atau menolak suatu

obyek, berdasarkan penilaian terhadap obyek itu sebagai hal yang

berguna/berharga (sikap positif) atau tidak berharga/berguna (sikap

negatif). Sikap merupakan sesuatu yang bersifat agak kompleks, yang

mengandung komponen-komponen atau aspek-aspek, yaitu aspek

kognitif, aspek afektif, dan aspekkonatif (Winkel, 1991).

Sikap merupakan faktor yang menentukan perilaku, karena sikap

itu berhubungan dengan persepsi, kepribadian, belajar, dan motivasi.

Sikap (attitude) adalah kesiap-siagaan mental, yang diorganisasi

melalui pengalaman, yang mempunyai pengaruh tertentu kepada

tanggapan seseorang terhadap orang, obyek, dan situasi yang

berhubungan dengannya (Gibson et all, 1994).

Menurut Azwar (1991), sikap sosial tertentu dari adanya interaksi

sosial yang dialami oleh individu. Dalam interkasi sosial, individu

bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai obyek

psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang

mempengaruhi pembentukan sikap adalalah pengalaman pribadi,

pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan,

media massa, lembaga pendidikan atau lembaga agama.

Walgito (2003) memaparkan bahwa sikap tidak dibawa sejak

dilahirkan, tetapi dibentuk sepanjang perkembangan individu yang

bersangkutan. Sikap yang ada dalam diri seseorang akan dipengaruhi

oleh faktor internal, yaitu faktor fisiologis dan psikologis, serta faktor

eksternal. Faktor eksternal dapat berujud situasi yang dihadapi oleh

Page 33: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

individu (pengalaman), norma-norma yang ada dalam masyarakat,

hambatan-hambatan dan pendorong-pendorong yang ada dalam

masyarakat. Semua ini akan berpengaruh pada sikap yang ada dalam

diri seseorang.

Sikap dipandang sebagai seperangkat reaksi-reaksi afektif

terhadap obyek tersebut berdasarkan hasil penalaran, pemahaman, dan

penghayatan individu. Sikap dipengaruhi oleh faktor-faktor

pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuannya. Manusia

mengamati suatu obyek psikologik dari kacamatanya sendiri yang

diwarnai oleh nilai dari kepribadiannya. Sedangkan obyek psikologik

ini dapat berupa kejadian, ide atau situasi tertentu. Faktor pengalaman,

proses belajar dan sosialisasi memberikan bentuk dan struktur

terhadapapa yang dilihat. Sedangkan pengetahuan dan cakrawala

memberikan arti terhadap objek psikologi tersebut. Berdasarkan nilai

dan norma yang dimiliki pribadi seseorang akan terjadi keyakinan

(belief) terhadap obyek tersebut (Mar’at, 1984).

Ahmadi (1999) mengemukakan bahwa sikap timbul karena

adanya stimulus. Terbentuknya suatu sikap itu banyak dipengaruhi

perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan. Misalnya

keluarga, norma, golongan agama, dan adat istiadat. Kemudian

terdapat tiga hal penting dalam pembentukan sikap dalam masa

adolesen. Antara lain media massa, kelompok sebaya, dan kelompok

yang meliputi lembaga sekolah, lembaga keagaaman, organisasi kerja,

dan sebagainya.

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sikap

terbentuk karena adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu.

Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap terdiri dari:

1) Pengalaman pribadi

Pengalaman kita sendiri menunjukkan bahwa mereka yang

merasa bisa memahami orang lain dengan baik itu sebenarnya tidak

mengerti apa-apa, baik orang lain maupun dirinya sendiri.

Page 34: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Seringkali ada hubungan ironis antara pendapat dan tabiatnya

sendiri. Seringkali terjadi bahwa apa yang diyakininya benar

tentang diri orang lain biasanya juga benar tentang dirinya sendiri.

Cara kita mempersepsi situasi sekarang tidak bisa terlepas dari

adanya pengalaman sensoris terdahulu. Kalau pengalaman

terdahulu itu sering muncul, maka reaksi kita lalu menjadi salah

satu kebiasaan. Karena kebanyakan aktivitas kita sehari-hari

bergantung pada pengalaman yang terdahulu, kita mereaksi kepada

isyarat dan lambang daripada kepada keseluruhan stimulus aslinya.

Jadi dalam kebanyakan situasi, persepsi itu pada umumnya

merupakan proses informasi yang didasarkan atas pengalaman-

pengalaman masa lampau (Mahmud, 1990).

Apa yang kita alami akan membentuk dan mempengaruhi

penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan

menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat menjadi

dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi harus melalui kesan

yang kuat (Azwar, 1991).

Pengalaman menunjukkan bahwa interaksi yang terjadi

cenderung mengakibatkan dan menghasilkan adanya penyesuaian

diri yang timbal balik serta penyesuaian kecakapan (skill) dengan

situasi yang baru (Susanto, 1974). Selain itu pengalaman juga

dapat membentuk sikap sebagai proses semakin meningkatnya

pengetahuan yang dimiliki petani.

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara

komponen sosial yang dapat mempengaruhi sikap kita. Seseorang

yang kita anggap penting bagi kita, seseorang yang kita harapkan

persetujuannya bagi setiap gerak tindak dan pendapat kita,

seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang

berarti khusus bagi kita, akan banyak mempenagruhi pembentukan

sikap kita terhadap sesuatu. Diantara orang yang biasa dianggap

Page 35: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

penting bagi kita adalah orang tua, orang yang status sosialnya

lebih tinggi, teman dekat, guru, istri atau suami. Pada umumnya

individu bersikap kompromis atau searah dengan seseorang yang

dianggap penting (Azwar, 1991).

Sebagaimana kita ketahui bahwa lingkungan masyarakat

yang tradisional masih tertanam penghormatan yang besar

terhadap pemimpin masyarakat. Sesungguhnya demi untuk

suksesnya pembangunan dan tercapainya kemakmuran dalam

masyarakat sendiri, maka sikap hidup tradisional itu perlu

diubah dan disesuaikan dengan cara yang tepat. Disinilah

pentingnya peranan daripada faktor kepemimpinan sebagai

perluasan komunikasi massa, penyuluhan, dan pendidikan

masyarakat (Kamaluddin, 1998).

Kebanyakan keputusan tentang pertanian masih dibuat

petani secara perorangan. Akan tetapi, ia membuat keputusan-

keputusan tersebut dalam rangka memenuhi hasrat untuk

memberikan sesuatu yang lebih baik bagi keluarganya. Oleh karena

itu, mereka tergantung kepada hasil yang didapat dari usahatani.

Anggota-anggota keluarganya mungkin memberikan tekanan

kepada petani dalam mengambil keputusan. Di pihak lain hasrat

petani untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi

keluarganya meruapkan dorongan yang efektif dalam banyak hal

untuk meningkatkan produktivitas usahatani. Keputusan-keputusan

yang diambil oleh petani juga dapat dipengaruhi oleh sikap dan

perilaku serta hubungan-hubungan dalam masyarakat setempat di

mana mereka hidup. Bagi petani, masyarakat di sekitarnya

mempunyai arti yang penting (Soetriono et all, 2006).

3) Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dewasa ini dipengaruhi oleh suatu

perkembangan yang pesat, dan manusia modern sadar akan hal ini.

Lebih dari dulu manusia dewasa ini sadar akan kebudayaannya.

Page 36: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Kesadaran ini merupakan suatu kepekaan yang mendorong

manusia agar dia secara kritis menilai kebudayaan yang sedang

berlangsung. Menurut Peursen (1988) terdapat tiga tahap dalam

kebudayaan kita. Antara lain tahap mitis dimana sikap manusia

yang merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib

sekitarnya, tahap ontologis dimana sikap manusia yang tidak hidup

lagi dalam kepungan kekuasaan mitis, melainkan secara bebas

ingin meneliti segala hal ikhwal, kemudian tahap fungsionil yaitu

sikap dan alam pikiran yang makin nampak dalam manusia

modern.

Kebudayaan adalah cara berfikir, cara merasa, cara

meyakini dan menganggap. Kebudayaan adalah pengetahuan yang

dimiliki warga kelompok yang diakumulasi (dalam memory

manusia, dalam buku dan obyek-obyek) untuk digunakan di masa

depan. Suatu kebudayaan diperoleh melalui proses belajar oleh

individu-individu sebagai hasil interaksi anggota-anggota

kelompok satu sama lain, sehingga kebudayaan juga bersifat

dimiliki bersama (Suparlan, 1984).

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Tanpa disadari,

kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap

berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota

masyarakatnya karena kebudayaan pulalah yang yang memberikan

corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota

kelompok masyarakat asuhannya (Azwar, 1991).

Kebudayaan (culture) berarti keseluruhan dari hasil

manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh

sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan

kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat kebiasaan,

dan lain-lain kepandaian (Shadily,1999).

Page 37: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Dalam Mardikanto (1996) kebudayaan, diartikan sebagai

pola perilaku yang dipelajari oleh setiap warga masyarakat (baik

oleh setiap individu maupun oleh kelompok-kelompok sosial yang

ada) dan diteruskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi.

Kebudayaan tidak hanya mencakup kepercayaan, kebiasaan dan

moral, tetapi juga sikap, perbuatan, pikiran-pikiran yang dimiliki

masyarakat yang bersangkutan. Sebagai pola perilaku sudah

sewajarnya jika kebudayaan akan merupakan suatu kekuatan yang

mempengaruhi efektifitas inovasi yang direncanakan untuk

mengubah perilaku petani.

4) Media massa

Shannon dalam Saleh (2004) menyatakan bahwa informasi

adalah sesuatu yang membuat pengetahuan kita berubah, yang

secara logis mensahkan perubahan, memperkuat atau menemukan

hubungan yang ada pada pengetahuan yang kita miliki. Seperti

Yusup (1995) yang mengungkapkan bahwa fungsi informasi bisa

berkembang sesuai dengan bidang garapan yang disentuhnya.

Namun, setidaknya yang utama adalah sebagai data dan fakta yang

dapat membuktikan adanya suatu kebenaran, sebagai penjelas hal-

hal yang sebelumnya masih meragukan, sebagai prediksi untuk

peristiwa-peristiwa yang mungkin akan terjadi pada masa yang

akan datang. Nyatanya, informasi itu banyak fungsinya. Tidak

terbatas pada salah satu bidang atau aspek saja, melainkan

menyeluruh, hanya bobot dan manfaatnya yang berbeda karena

disesuaikan dengan kondisi yang membutuhkannya.

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa

seperti televisi, radio, surat kabat, majalah dan lain-lain

mempunyai pengaruh dalam pembentukan opini dan kepercayaan

orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya,

media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang

dapat mengarahkan opini seseorang (Azwar, 1991). Media massa

Page 38: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

merupakan salah satu faktor yang terdapat diluar pribadi manusia.

Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok. Misalnya

interaksi antara manusia dengan hasil kebudayaan manusia yang

sampai padanya melalui alat-alat komunikasi seperti surat kabar,

radio, televisi, majalah dan lain sebagainya (Ahmadi, 1999).

Media massa mempunyai pengaruh dalam membentuk

suatu wacana publik. Walaupun pengaruh media massa tidaklah

sebesar pengaruh interaksi individual secara langsung, namun

dalam proses pembentukan dan perubahan sikap, peranan media

massa tidak kecil artinya. Adanya informasi baru mengenai sesuatu

hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap

terhadap hal tersebut. Hal ini seringkali berpengaruh terhadap sikap

pembaca atau pendengarnya, sehingga dengan hanya menerima

berita-berita yang sudah dimasuki unsur-unsur subyektif itu,

terbentuklah sikap (Sastraatmadja, 1993).

5) Lembaga Pendidikan

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sistem

mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan

keduannya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam

diri individu (Azwar, 1991).

Tujuan pendidikan adalah untuk menawarkan pengalaman

yang akan mengubah sesorang ke arah yang lebih baik. Hal

tersebut dicontohkan dengan adanya kesopanan siswa, atau

mungkin digambarkan sebagai bentuk kesuksesan seseorang dalam

masyarakat tertentu (Krasner dan Ullman, 1973).

Seperti diketahui, lembaga pendidikan sifatnya bermacam-

macam diantaranya bersifat formal, informal dan non formal.

Pendidikan formal, dapat dilihat dari pendidikan yang pernah

dialami (dalam hal ini petani) melalui sekolah-sekolah, dari jenjang

tertinggi dari suatu tingkatan pendidikan formal yang tersedia

(Mardikanto, 1993).

Page 39: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Pendidikan non formal diartikan sebagai penyelenggaraan

pendidikan yang terorganisir yang berada diluar system pendidikan

sekolah, isi pendidikan terprogram, proses pendidikan yang

berlangsung berada dalam situasi interaksi belajar mengajar yang

terkontrol (Mardikanto dan Sutarni, 1982). Begitu juga Azwar

(1995) yang mengemukakan bahwa pendidikan non formal

merupakan pendidikan yang didapat diluar bangku sekolah.

Penyuluh pertanian dan pelatihan merupakan pendidikan non

formal.

Menurut Suhardiyono (1992), pendidikan non formal

adalah pengajaran sistematis yang diorganisir dari luar sistem

pendidikan formal bagi sekelompok orang yang memenuhi

keperluan khusus. Salah satu contohnya adalah penyuluhan

pertanian. Demikian halnya dengan Azwar (1995) yang

menyatakan bahwa penyuluhan pertanian merupakan sistem

pendidikan non formal yang tidak sekedar memberikan penerangan

atau menjelaskan tetapi berupaya untuk mengubah perilaku

sasarannya agar memiliki pengetahuan pertanian dan berusahatani

yang luas, memiliki sikap progresif untuk melakukan perubahan

dan inovatif terhadap inovasi sesuatu (informasi) baru, serta

terampil melaksanakan kegiatan.

B. Kerangka Pemikiran

Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh

individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih daripada sekedar adanya

kontak sosial. Dalam interaksinya, individu bereaksi membentuk pola sikap

tertentu terhadap obyek psikologis yang dihadapi. Sebagai salah satu obyek

dari Program pengembangan kawasan agropolitan ini, masyarakat akan

memberikan respon evaluatif artinya memberikan akan memberikan reaksi

sebagai sikap yang timbul karena proses evaluasi dalam diri individu yang

memberi kesimpulan sebagai potensi reaksi sikap terhadap obyek sikap. Sikap

Page 40: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

merupakan keyakinan individu yang menentukan perbuatan nyata dan

perbuatan-perbuatan yang mungkin terjadi.

Pembangunan kawasan pedesaan tidak bisa dipungkiri merupakan hal

yang mutlak dibutuhkan. Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten

Karanganyar diprioritaskan membangun kekuatan wilayah pedesaan yang

memiliki potensi pertanian, tetapi belum termanfaatkan secara optimal.

Bentuk dari kegiatan ini adalah pembangunan fisik untuk kelancaran kegiatan

produksi dan transportasi hasil pertanian berupa pembangunan saluran air dan

jalan usahatani.

Dalam rangka pengembangan kawasan agropolitan, sikap masyarakat

didefinisikan sebagai kecenderungan untuk memberikan respon terhadap

pengembangan kawasan agropolitan. Sikap masyarakat terhadap

pengembangan kawasan agropolitan diukur dengan tiga paramater yaitu

tujuan, pelaksanaan, hasil. Pengetahuan masyarakat terhadap pengembangan

kawasan agropolitan meliputi tujuan, pelaksanaan dan hasil. Sikap masyarakat

tersebut merupakan ungkapan dari masing-masing responden mengenai

kepuasan pada program pengembangan kawasan agropolitan. Hasil akhir dari

pemikiran responden dalam merespon pengembangan kawasan agropolitan

adalah petani akan bersikap sangat baik, baik, cukup, buruk, dan sangat buruk.

Sedangkan untuk variabel yang berhubungan dengan sikap

masyarakat terhadap program pengembangan kawasan agropolitan meliputi

pengalaman pribadi, orang lain yang dianggap penting, media massa dan

pendidikan non formal, media massa, dan pengaruh kebudayaan, secara

sistematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

Page 41: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

C.

D.

E.

Gambar 1. Kerangka berfikir mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap masyarakat terhadap program pengembangan kawasan Agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar.

C. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian dan kerangka

berpikir yang telah diuraikan di atas maka hipotesis sebagai berikut:

Di duga ada hubungan yang signifikan antara faktor-faktor yang

berhubungan dengan sikap (pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang

dianggap penting, pendidikan non formal, media massa, pengaruh

kebudayaan) dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program

pengembangan kawasan Agropolitan Suthomadansih di Kabupaten

Karanganyar.

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variable

1. Definisi Operasional

Faktor yang berhubungan dengan sikap yaitu faktor personal yang

ada dalam diri individu yang turut mempengaruhi pola perilaku petani

sehingga dapat membentuk sikap terhadap pengembangan kawasan

agropolitan.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap: 1. Pengruh pengalaman

pribadi 2. pengaruh orang

lain yang dianggap penting

3. pengaruh pendidikan non formal

4. pengaruh media massa

5. pengaruh kebudayaan

Sikap masyarakat terhadap program pengembangan agropolitan : 1. Tujuan Program 2. Pelaksanaan Program 3. Hasil Program

Sangat Baik

Sangat Buruk

AGROPOLITAN

Baik

Cukup

Buruk

Page 42: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

a. Pengaruh pengalaman pribadi adalah pengalaman responden yang

berkaitan dengan kegiatan pengembangan kawasan agropolitan.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting merupakan saran, ajakan,

bujukan atau bahkan perintah dari orang-orang yang dianggap penting

(keluarga, kerabat, kelompok profesi, aparat desa dan tokoh informal

lainnya) yang berkaitan dengan kegiatan pengembangan kawasan

agropolitan.

c. Pengaruh kebudayaan merupakan adat istiadat atau kebiasaan yang

sering dilakukan masyarakat setempat yang berkaitan dengan kegiatan

pengembangan kawasan agropolitan.

d. Pegaruh media massa merupakan media yang dipergunakan untuk

memberikan informasi terkait dengan pengembangan kawasan

agropolitan baik yang berupa media cetak maupun elektronik.

e. Pengaruh lembaga pendidikan merupakan lembaga pendidikan baik

secara formal maupun non formal yang pernah di peroleh responden.

Pendidikan non formal berada diluar pendidikan formal (kursus,

pelatihan maupun penyuluhan) di bidang pertanian, kewirausahaan dan

pariwisata.

Sikap adalah kecenderungan petani untuk memberikan respon atau

evaluasi yang meliputi perasaan, pikiran dan kecenderungan untuk

bertindak dengan adanya pengembangan kawasan agropolitan khususnya

untuk masyarakat sekitar Candi Sukuh yang dilihat komponen kognitif,

afektif dan konasi. Sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh selanjutnya

diukur dengan memberikan rangsangan beberapa pertanyaan positif dan

negatif yang disusun dan dikembangakan dari 4 indikator yaitu tujuan

program, pelaksanaan program dan hasil program.

a. Sikap terhadap tujuan program, merupakan sikap masyarakat

responden terhadap tujuan program pengembangan kawasan

agropolitan yang meliputi peningkatan pengetahuan dan peningkatan

keterampilan masyarakat.

Page 43: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

b. Sikap terhadap pelaksanaan program, merupakan sikap masyarakat

terhadap pelaksanaan baik yang menyangkut keikutsertaan petugas

maupun masyarakat dalam kegiatan pengembangan kawasan

agropolitan di sekitar Candi Sukuh.

c. Sikap terhadap hasil program, merupakan sikap masyarakat terhadap

hasil dari kegiatan atau program pengembangan kawasan agropolitan

terutama di kawasan pariwisata.

2. Pengukuran Variabel

Berdasarkan definisi operasional, Pengukuran variabel dapat dilihat

sebagai berikut:

a. Variabel Faktor yang berhubungan dengan sikap Variabel Indikator Kriteria Skor

1) Pengaruh pengalaman pribadi

Lama responden menjadi bagian dari pengembangan kawasan agropolitan

- > 4 th - 3 - 4 th - < 1 - 2 th

3 2 1

Bentuk kunjungan ke daerah pengembangan agropolitan yang lain berupa a. fieldtrip c. magang b. diskusi, d. Kerjasama

- > 3 macam - 1 - 2 macam - Tidak pernah

3 2 1

Frekuensi mengunjungi daerah pengembangan agropolitan lain

- > 3 kali - 1 - 2 kali - Tidak pernah

3 2 1

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Tokoh panutan yang memberikan masukan atau pengaruh terkait dengan pengembangan kawasan agropolitan, berkompeten dalam bidang a. pertanian c. perdagangan b. sosial budaya d. Agama

- > 3 tokoh panutan

- 1 - 2 tokoh panutan

- Tidak ada

3

2

1

Frekuensi tokoh panutan memberikan masukan mengenai pengembangan agropolitan

- > 3x sebulan - 1 - 2x sebulan - Tidak pernah

3 2 1

3) Pengaruh Kebudayaan

Nilai-nilai adat yang masih diyakini oleh masyarakat

- > 3 nilai adat yang dipatuhi

- 1 - 2 nilai adat yang dipatuhi

- Tidak ada yang dipatuhi

3

2

1

Kepatuhan terhadap nilai-nilai adat yang diyakini

- Patuh - Kadang-kadang - Tidak patuh

3 2 1

Page 44: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

4) Pegaruh Media massa

Media yang dipergunakan untuk menerima informasi mengenai agropolitan a. koran b. majalah c. TV d. radio

- > 3 media massa - 1 - 2 dari media

massa - Tidak ada

3 2

1

Frekuensi mengakses informasi dari media massa

- > 4 kali/MT - 1 - 3 kali/MT - Tidak pernah

3 2 1

5) Pendidikan non formal

Pernah mengikuti pelatihan atau kursus a. seminar b. demonstrasi c. loka karya d. karyawisata

- Pernah - Kadang-kadang - Tidak pernah

3 2 1

Frekuensi mengikuti pelatihan - > 3 kali/tahun - 1 - 2 kali/tahun - Tidak pernah

3 2 1

b. Sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan kawasan agropolitan

Pengukuran variabel sikap masyarakat terhadap

pengembangan kawasan agropolitan, diukur dengan menggunakan

pernyataan-pernyataan positif dan negatif. Responden kemudian

diminta untuk memberikan respon berupa sangat setuju, setuju,

netral, tidak setuju, sangat tidak setuju terhadap pertanyaan yang

diajukan kepada mereka.

Alternatif jawaban berskala likert. Untuk itu dibedakan

menjadi dua macam pernyataan, yaitu pernyataan positif yang

berupa pernyataan yang setuju dan mendukung terhadap adanya

program pengembangan kawasan Agropolitan dan pernyataan

negatif yang berupa pernyataan yang tidak setuju dengan adanya

program pengembangan kawasan Agropolitan. Selanjutnya

responden diminta memberikan jawaban atau respon terhadap

pernyataan-pernyataan yang diajukan kepada mereka.

a) Pernyataan positif

1) Sangat Setuju (SS) : skor 5

2) Setuju (S) : skor 4

3) Tidak tahu/Ragu-ragu (TT) : skor 3

Page 45: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

4) Tidak Setuju (TS) : skor 2

5) Sangat Tidak Setuju : skor 1

b) Pernyataan negatif

1) Sangat Setuju (SS) : skor 1

2) Setuju (S) : skor 2

3) Tidak tahu/Ragu-ragu (TT) : skor 3

4) Tidak Setuju (TS) : skor 4

5) Sangat Tidak Setuju : skor 5

Page 46: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif

dengan format deskriptif bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai

kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat

yang menjadi obyek penelitian berdasarkan apa yang terjadi. Kemudian

mengangkat ke permukaan karakter atau gambaran tentang kondisi, situasi

ataupun variabel tersebut (Bungin, 2006). Menurut Nawawi dan Mimi Martini

(1996), metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan

masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan

obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau

sebagaimana adanya. Metode deskriptif memusatkan perhatiannya pada

penemuan fakta-fakta sebagaimana keadaan sebenarnya.

Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

survei. Teknik survei adalah penelitian yang dilaksanakan dengan mengambil

sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuisioner sebagai alat

pengumpul data dan menjelaskan hubungan kausal antar variabel

(Singarimbun dan Effendi, 2006). Sedangkan menurut Fathoni (2006), survei

untuk mengadakan pemeriksaan dan melakukan pengukuran-pengukuran

terhadap gejala empirik yang diperiksa.

B. Pemilihan Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih adalah Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten

Karanganyar. Pemilihan kecamatan ini dengan dasar pertimbangan bahwa

Kecamatan Ngargoyoso merupakan salah satu kawasan agropolitan

Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar. Terdapat beberapa desa di

Kecamatan Ngargoyoso telah menjadi bagian dari program agropolitan.

Diantara beberapa desa tersebut terdapat satu desa yang memiliki potensi

unggul dalam program agropolitan yaitu Desa Berjo.

Page 47: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Tabel 1 Nama Desa di Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar

No Desa Jumlah Dusun Banyak Penduduk

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Puntukerjo Berjo Girimulyo Segoro gunung Kemuning Nglegok Dukuh Jatirejo Ngargoyoso

7 6 7 4 5 7 4 4 6

3950 5808 4008 1789 6608 4311 2498 2125 4496

Jumlah 50 8860

Sumber : Data Primer

Lokasi penelitian dipilih di kawasan agropolitan Suthomadansih

(Sukuh, Cetho, Tawangmangu, Karangpandan, Matesih) di Kabupaten

Karanganyar tepatnya di Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso (seperti yang

tertera pada Tabel 1) dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan

daerah sekitar Candi Sukuh yang merupakan kawasan pengembangan

agropolitan. Selain itu Desa Berjo juga merupakan satu-satunya Desa yang

telah berperan aktif dalam program pengembangan kawasan agropolitan.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di Desa Berjo yang

berpartisipasi maupun yang tidak berperan langsung dalam program

pengembangan kawasan Agropolitan Suthomadansih. Alasan pemilihan

desa tersebut dikarenakan di Desa Berjo memiliki potensi paling unggul

dalam pengembangan program agropolitan, baik dalam produksi tanaman

sayuran dan hortikultura, maupun pengadaan alat pertanian dibandingkan

desa – desa yang lain.

2. Sampel

Metode penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode Proportional sampling yaitu pengambilan sampel

yang ditetapkan secara sengaja oleh peneliti (Faisal, 2003). Selain itu

Page 48: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

dengam menetapkan jumlah tergantung besar kecilnya sub populasi atau

kelompok yang akan diwakilinya (Mardikanto, 2006). Sampel dalam

peneltian ini meliputi tiga dusun yang berada di sekitar Candi Sukuh, antara

lain Dusun Tagung, Dusun Pabongan, dan Dusun Gemah. Penentuan

jumlah sampel responden untuk masing-masing kecamatan ditentukan

dengan rumus :

ni = nNnk

ni : Jumlah sampel dari masing-masing dusun

nk : Jumlah masyarakat dari masing-masing dusun sebagai responden

N : Jumlah populasi atau jumlah masyarakat seluruh kecamatan

n : Jumlah responden yang diambil sebanyak 40 masyarakat

Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini sesuai dengan rumus

diatas adalah :

Tabel 2 Nama Dusun di Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso No Dusun Jumlah Sampel 1 2 3

Tagung Gemah Pabongan

13 15 12

Jumlah 40

Sebagaimana tersaji pada Tabel 2 jumlah sampel yang diambil

dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 petani dari 3 Dusun yang termasuk

dalam Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso.

D. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pokok dan data

pendukung. Data pokok atau data primer bersumber dari subyek, informan dan

arsip atau dokumen. Data pendukung atau data sekunder diperoleh dari

monografi Kawasan Suthomadansih yaitu mengenai keadaan alam, keadaan

penduduk dan keadaan pertanian.

Page 49: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Tabel 3 Jenis dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian Data Yang Diperlukan Sifat Data Sumber Data

Pr Sk Kn Kl Data Pokok A. Identitas Responden

1. Umur Responden 2. Pendidikan Formal

Responden

B. Faktor yang mempengaruhi Sikap :

1. Pengalaman pribadi 2. Pengaruh Orang Lain yang

Dianggap Penting 3. Pendidikan Non formal 4. Media Massa 5. Pengaruh Kebudayaan

C. Program Pengembangan

kawasan Agropolitan : 1. Tujuan Program 2. Pelaksanaan Program 3. Hasil Program

Data Pendukung 1. Keadaan alam 2. Keadaan penduduk 4. Keadaan Pertanian

√ √ √ √ √ √ √

√ √ √ - - -

- - - - - - - - - -

√ √ √

√ √ √ √ - - - - -

- √ √ √

- - - √ √ √ √

√ √ √ √ √ √

Petani/responden Petani/responden

Petani/responden Petani/responden

Petani/responden Petani/responden Petani/responden

Petani/responden Petani/responden Petani/responden

Kantor Kecamatan

Ngargoyoso Kabupaten

Karanganyar Keterangan : Pr : Pimer Sk : Sekunder

Kn : Kuantitatif Kl : Kualitatif

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara, content analysis (mencatat dokumen dan arsip) dan observasi.

a. Observasi

Teknik observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan

langsung terhadap obyek yang akan diteliti sehingga diperoleh gambaran

yang jelas mengenai obyek yang akan diteliti. Teknik observasi digunakan

untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau

lokasi, dan benda.

Page 50: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

b. Wawancara

Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi.

Dalam proses ini, hasil wawancara dilakukan oleh beberapa faktor yang

berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi (Singarimbun, 2006).

wawancara dilakukan dengan pihak-pihak yang terlibat dalam

pengembangan kawasan Agropolitan di Kabupaten Karanganyar.

c. Content Analysis atau Mencatat Data

Teknik yang dilakukan untuk memperoleh data baik dari responden

maupun dari instansi yang terkait dengan penelitian maupun dokumen-

dokumen. Teknik pencatatan ini digunakan untuk mengumpulkan data

sekunder yang diperlukan dalam penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdapat beberapa

langkah. Untuk menentukan tingkat faktor yang berhubungan dengan sikap

masyarakat yang meliputi pengalaman pribadi, orang lain yang dianggap

penting, pendidikan non formal, pengaruh media massa serta pengaruh

kebudayaan dan program pengembangan kawasan agropolitan dilakukan

dengan menjumlahkan skor-skor antar sub variabel.

Kemudian hasil dari penjumlahan antar sub tersebut diketahui dengan

menggunakan skala Likert. Menurut Mueller (1986), Mengukur sikap

seseorang adalah mencoba untuk menempatkan posisinya pada suatu

kontinum afektif berkisar dari sangat positif hingga sangat negatif terhadap

suatu obyek sikap. Dalam penskalaan Likert kuantifikasi dilakukan dengan

mencatat penguatan respon dan untuk pernyataan kepercayaan positif dan

negatif tentang obyek sikap.

Dalam analisis faktor yang berhubungan dengan sikap, dikategorikan

dalam tiga kelompok atau tingkatan yaitu: tinggi, sedang, dan rendah.

Sedangkan untuk menganalisis sikap masyarakat terhadap program

pengembangan agropolitan dikategorikan dalam lima kelompok atau

tingkatan yaitu: sangat baik, baik, cukup, buruk, dan sangat buruk. Untuk

mengukur kategori tersebut digunakan rumus interval sebagai berikut:

Page 51: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Lebar Interval = Kelas

TerendahSkorTertinggiSkor∑

∑−∑

Untuk mengetahui tingkat signifikansi hubungan antara faktor yang

mempengaruhi sikap masyarakat yang meliputi pengalaman pribadi, orang

lain yang dianggap penting, pendidikan non formal, pengaruh media massa

serta pengaruh kebudayaan dengan program pengembangan kawasan

agropolitan digunakan uji korelasi jenjang spearman (rank spearman) dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

NN

dirs

N

i

−−=∑=3

1

261

dimana: rs = koefisien korelasi rank spearman

di = beda rangking

N = jumlah sampel

Sedangkan untuk menguji tingkat signifikansi rs digunakan uji t

karena sample yang diambil lebih dari 10 (N>10) dengan taraf signifikansi

95% dengan rumus :

212

rsNrst−−

=

(Siegel, 1994)

Kriteria pengambilan keputusan:

1. jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak berarti terdapat hubungan

yang signifikan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap

dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program

pengembangan kawasan agropolitan.

2. jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima berarti tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara faktor-faktor yang berhubungan

dengan sikap dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap

program pengembangan kawasan agropolitan.

Page 52: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Alam

1. Lokasi Daerah Penelitian

Secara administratif, Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu

dari 35 kabupaten/kotamadya di Propinsi Jawa Tengah. Sedangkan secara

geografis, Kabupaten Karanganyar terletak diantara 70 28’ sampai dengan

70 46’ Lintang selatan, dan 1100 40’ sampai 1100 70’ Bujur Timur dengan

ketinggihan berkisar antara 80-2.000 meter di atas permukaan air laut serta

beriklim tropis dengan temperatur 220-310C. Wilayah Kabupaten

Karanganyar dibatasi oleh :

Sebelah Utara : Kabupaten Sragen

Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Wonogiri

Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali dan Kota Surakarta

Sebelah Timur : Propinsi Jawa Timur

Wilayah Kabupaten Karanganyar membentang dari barat ke timur.

Secara administratif luas wilayah Kabupaten Karanganyar adalah

77.378,6374 Ha, terdiri dari 17 Kecamatan dengan 162 Desa dan 15

Kelurahan. Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Karanganyar adalah

Ngargoyoso, Karanganyar, Tasikmadu, Jaten, Colomadu, Gondangrejo,

Kebakkramat, Jatipuro, Jatiyoso, Jumapolo, Jumantono, Mojogedang,

Matesih, Tawangmangu, Karangpandan, Kerjo dan Jenawi. Kecamatan

Paling luas adalah Tawangmangu, kecamatan terluas setelah

Tawangmangu adalah Kecamatan Jatiyoso kemudian disusul kecamatan

Ngargoyoso. Sedangkan kecamatan yang wilayahnya paling kecil adalah

Kecamatan Colomadu (Monografi Kabupaten Karanganyar).

Kabupaten Karanganyar merupakan wilayah timur dari Propinsi

Jawa Tengah, tidak memiliki area pantai. Menarik untuk dikemukakan

bahwa hampir tiap Kecamatan di Kabupaten Karanganyar memiliki

berbagai objek lokasi tujuan wisata dan agrowisata. Seperti pada

Kecamatan Ngargoyoso terdapat wisata budaya Candi Sukuh, wisata alam

Page 53: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

berupa Air Terjun Parang Ijo, Air Terjun Jumog, Wisata Kebun Teh.

Kecamatan Jenawi memiliki Candi Cetho. Kecamatan Tawangmangu

memiliki air terjun Grojogan Sewu. Kecamatan Tasikmadu memiliki

Pabrik Gula yang juga dijadikan tempat wisata yaitu agrowisata

Sondokoro. Begitu juga di Kecamatan Colomadu yang juga memiliki

Pabrik Gula. Kecamatan Matesih memiliki wisata ziarah astana Giri

Bangun dan mata air Sapta Tirta. Segala bentuk wisata tersebut menjadi

penunjang kegiatan ekonomi masyarakat Kabupaten Karanganyar.

2. Kondisi Kawasan Agropolitan

Kawasan Agropolitan Suthomadansih telah disosialisasikan dan

disepakati dengan nama Suthomadansih. Nama tersebut merupakan

akronim dari nama obyek wisata dan Kecamatan di bagian timur

Kabupaten Karanganyar dan merupakan Kawasan yang berada di lereng

sebelah barat Gunung Lawu. Adapun akronim tersebut terdiri dari Su

berasal dari suku kata Sukuh (Obyek wisata budaya berupa candi hindu

yang berada di wilayah Kecamatan Ngargoyoso); Tho (Obyek wisata

budaya berupa candi hindu yang berada di wilayah Kecamatan Jenawi);

Ma (Kecamatan Tawangmangu dengan potensi produksi pertanian dan

obyek wisata alam); Dan (Kecamatan karangpandan yang terletak pada

simpul akses); Sih ( Kecamatan Matesih dengan potensi produksi

pertanian holtikultura buah-buahan). Dengan demikian Kawasan

Agropolitan Kabupaten Karanganyar meliputi 5 Kecamatan yakni

kecamatan Ngargoyoso, Jenawi, Tawangmangu, Karangpandan dan

Matesih. Batas administratif wilayah Kawasan Suthomadansih sebagai

berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Sragen

Sebelah Selatan : Kecamatan Karanganyar

Sebelah Barat : Kecamatan Jumantono dan Jatiyoso

Sebelah Timur : Propinsi Jawa Timur

Luas wilayah Kawasan agropolitan adalah 25.1840,941 Ha terdiri

dari 5 Kecamatan dengan 48 Desa/Kelurahan. Kecamatan Paling luas

Page 54: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

adalah Tawangmangu, kecamatan terluas setelah Tawangmangu adalah

Kecamatan Ngargoyoso. Sedangkan kecamatan yang wilayahnya paling

kecil adalah Kecamatan Matesih (Monografi Kabupaten Karanganyar).

Kecamatan Ngargoyoso merupakan salah satu kecamatan dari 17

kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar. Jarak dari ibukota

kabupaten 20,5 km arah Timur Laut. Luas wilayah Kecamatan

Ngargoyoso adalah 65,34 km2 dengan ketinggihan rata-rata 880 m diatas

permukaan laut. Batas wilayah Kecamatan Ngargoyoso :

Sebelah Utara : Kecamatan Jenawi

Sebelah Selatan : Kecamatan Karangpandan

Sebelah Barat : Kecamatan Mojogedang

Sebelah Timur : Kecamatan Tawangmangu

Luas wilayah Kecamatan Ngargoyoso adalah 6.553,942 Ha, yang

terdiri dari luas tanah sawah 689,952 Ha dan luas tanah kering 5.843,990

Ha. Tanah sawah terdiri dari irigasi teknis 17,740 Ha, 1/2 teknis

199,951 Ha, sederhana 473,261 Ha dan tadah hujan 0,00 Ha. Sementara

itu luas tanah untuk pekarangan/bangunan 836,037 Ha, luas untuk

tegalan/kebun 1.272,248 Ha. Di Kecamatan Ngargoyoso terdapat hutan

negara seluas 2.775,980 Ha dan perkebunan seluas 784,680 Ha

(Monografi Kecamatan Ngargoyoso).

B. Keadaan Penduduk

1. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rumah Tangga

Jumlah Penduduk di Kecamatan Ngargoyoso berdasarkan registrasi

tahun 2009 sebanyak 35.593 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 17.643 jiwa

dan perempuan 17.950 jiwa. Dibandingkan tahun 2008, maka terdapat

pertambahan penduduk sebanyak 242 jiwa atau mengalami pertumbuhan

sebesar 0,68%. Desa dengan penduduk terbanyak adalah Desa Kemuning

yaitu 6.608 jiwa (18,57%), kemudian Desa Berjo yaitu 5.808 jiwa

(16,32%). Sedangkan Desa dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah

Desa Segorogunung, yaitu 1.789 jiwa (5,03%), kemudian Desa Jatirejo,

Page 55: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

yaitu 2.125 jiwa (5,97%) dan Desa Dukuh, yaitu 2.489 jiwa (7,02%). Jika

dilihat dari banyaknya penduduk berdasar jenis kelamin dan rumah tangga

di Kecamatan Ngargoyoso dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4 Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rumah Tangga di Kecamatan Ngargoyoso Tahun 2009

No Desa Penduduk Rumah

Tangga

Sex

Ratio Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Puntukerjo 1.979 1.971 3.950 998 100,41

2. Berjo 2.906 2.902 5.808 1.255 100,14

3. Girimulyo 1.998 2.010 4.008 1.130 99,40

4. Segoro gunung 900 889 1.789 507 101,24

5. Kemuning 3.149 3.459 6.608 1.682 91,04

6. Nglegok 2.132 2.179 4.311 1.232 97,84

7. Dukuh 1.246 1.252 2.498 552 99,52

8. Jatirejo 1.038 1.087 2.125 478 95,49

9. Ngargoyoso 2.295 2.201 4.496 1.026 104,27

Jumlah 17.643 17.950 35.593 8.860 98,29

Sumber : Data Kecamatan Ngargoyoso Dalam Angka 2010

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa di Desa Berjo memiliki

jumlah penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan yang relatif

sama. Untuk menghitung seks rasio dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut : Sex Ratio : 100XPerempuanPendudukJumlah

lakikiPendudukLaJumlah −

Angka seks rasio untuk Desa Berjo sebesar 100,04 hal ini

menunjukkan bahwa dalam 100 penduduk perempuan terdapat 100

penduduk laki-laki. Jadi tidak terdapat perbandingan yang mencolok

antara penduduk perempuan dan laki-laki.

Pertumbuhan penduduk Kecamatan Ngargoyoso pada tahun 2009

sebesar 0,68 %, dan naik sedikit bila dibandingkan dengan tahun 2008

yaitu 0,48%. Rumah tangga juga bertambah, pada tahun 2009 tercatat

sebanyak 8.860 rumah tangga atau bertambah sebanyak 78 rumah tangga

Page 56: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

dari tahun 2008. Rata-rata banyaknya anggota rumah tangga pada tahun

2009 sebesar 4,02 jiwa/rumah tangga.

Seiring dengan kenaikan penduduk, maka kepadatan penduduk

juga mengalami kenaikan. Pada tahun 2009 kepadatan penduduk

Kecamatan Ngargoyoso mencapai 545 jiwa/Km2. Disisi lain persebaran

penduduk masih belum merata. Kecamatan Ngargoyoso yang merupakan

daerah pegunungan mempunyai kepadatan penduduk yang relative masih

rendah. Desa dengan kepadatan penduduk paling tinggi adalah Desa

Puntukrejo, yaitu 1.468 jiwa/Km2, sedangkan yang paling rendah adalah

Desa Segorogunung, yaitu 103 jiwa/ Km2 .

2. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Dalam suatu masyarakat jumlah penduduk menurut umur

diperlukan untuk mengetahui jumlah penduduk yang sudah masuk dalam

usia kerja atau dengan kata lain untuk mengetahui jumlah penduduk

produktif dan jumlah penduduk non produktif. Keadaan penduduk

berdasarkan produktivitasnya dapat dilihat dari umur atau usia yang

dimiliki seseorang pada saat itu.

Penduduk diklasifikasikan dalam usia produktif (umur 15-64

tahun) dan non produktif (umur 0-14 tahun dan > 65 tahun)

perbandingannya adalah untuk penduduk usia non produktif sebanyak

12.179 jiwa sedangkan untuk penduduk usia produktif sebanyak 23.414

jiwa. Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di

Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009. Adapun datanya adalah sebagai

berikut:

Page 57: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Tabel 5 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah 0-4 1.441 1.413 2.8545-9 1.524 1.504 3.028

10-14 1.611 1.599 3.21015-19 1.685 1.682 3.36720-24 1.581 1.583 3.16425-29 1.477 1.484 2.96130-34 1.360 1.370 2.73035-39 1.247 1.258 2.50540-44 1.119 1.131 2.25045-49 981 994 1.97550-54 836 856 1.69255-59 720 750 1.47060-64 630 670 1.30065-69 547 601 1.14870-74 460 533 99375+ 424 522 946

Jumlah 17.643 17.950 35.593

Sumber : Kecamatan Ngargoyoso Dalam Angka 2010

Sebagaimana tertera pada Tabel 5 dapat digunakan untuk

menghitung Angka Beban Tanggungan (ABT) di Kecamatan Ngargoyoso.

Jika dilihat Angka Beban Tanggungannya dengan menggunakan Rumus

sebagai berikut :

ABT: 100Pr

Pr xoduktifPenduduk

oduktifNonPenduduk

Dari hasil tersebut jika dilihat ABT (Angka Beban Tanggungan)

sebesar 52 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa dalam 100 penduduk

produktif terdapat 52 penduduk non produktif sehingga perbandingannya

tidak terlampau tajam.

3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk menunjukkan struktur perekonomian

yang ada pada wilayah tersebut, hal ini akan menentukan arah kebijakan

pembangunan di daerah setempat. Selain itu perkembangan suatu daerah

bisa juga dilihat dari jenis pekerjaan yang dimiliki penduduknya, oleh

Page 58: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

karena itu diperlukan pengetahuan tentang jumlah penduduk berdasarkan

mata pencahariannya

Jumlah penduduk menurut mata pencahariannya maka dapat di

lihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 6 Jumlah Penduduk 10 tahun ke Atas Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009 Uraian Jumlah Presentase (%)

Petani Sendiri 9.824 33,06Buruh Tani 6.641 22,35Nelayan - 00,00Pengusaha 172 0,58Buruh Industri 1.932 6,50Buruh Bangunan 1.712 5,76Pedagang 2.877 9,68Pengangkutan 478 1,63PNS/TNI/Polri 415 1,39Pensiunan 197 0,66Lain-lain 5.463 18,39

Jumlah 29.711 100,00Sumber : Kecamatan Ngargoyoso Dalam Angka 2010

Data diatas menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk yang

berada di Kecamatan Ngargoyoso mempunyai mata pencaharian di sektor

pertanian (petani sendiri atau buruh tani), yaitu 16.465 orang (55,42%).

Kemudian sebagai buruh industri sebanyak 1.932 orang (6,50%), buruh

bangunan 1.712 orang (5,76%) dan pedagang sebanyak 2.877 orang

(9,68%). Selebihnya adalah sebagai pengusaha, di sektor pengangkutan,

PNS/TNI/Polri, pensiunan, jasa-jasa dan lain-lain.

Mata pencaharian lain yang diperoleh oleh sebagian penduduk

karena adanya kesempatan yang mendukung mereka untuk memperoleh

mata pancaharian tersebut. Kebijakan pembangunan khususnya di

kawasan Agropolitan sebagai pusat pembangunan pertanian, perlu

dilakukan dengan menitikberatkan sektor pertanian yang didukung oleh

sektor-sektor lainnya guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat di

daerah setempat.

Page 59: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

C. Keadaan Pertanian

Pertanian merupakan salah satu sektor utama dalam pembangunan pusat

pertanian di pedesaan karena pertanian merupakan satu-satunya bidang untuk

menghasilkan produk untuk mencukupi kebutuhan pokok hidup rakyat. Tidak

terbatas pada pemenuhan pangan penduduk setempat tetapi juga bagi

penduduk wilayah lainnya. Kecamatan Ngargoyoso sebagian besar tanahnya

merupakan tanah pertanian yang memiliki potensi cukup baik bagi

pengembangan tanaman agro industri.

Tabel 7 Luas Panen dan Produksi Padi dan Palawija di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009

Uraian Luas Panen (Ha) Produksi (Kwt) Padi Sawah 944 5.560 Jagung 138 1.089 Ubi Kayu 116 2.898 Ubi Jalar 105 1.993 Kedelai - - Kacang Tanah - -

Sumber : Kecamatan Ngargoyoso Dalam Angka 2010 Data diatas menunjukkan bahwa selama tahun 2009 diperoleh produksi

padi dan palawija dengan rincian padi sawah sebanyak 5.560 kw dari luas

panen 944 Ha, dan jagung sebanyak 1.089 kw dari luas panen 138 Ha,

sedangkan ubi kayu sebanyak 2.898 kw dari luas panen 116 Ha, dan ubi jalar

sebanyak 1.993 kw dari luas lahan 105 Ha.

Ketersediaan lahan pertanian yang cukup, sangat mendukung kondisi

pertanian yang ada. Kecamatan Ngargoyoso memiliki kondisi alam sangat

mendukung sektor pertanian. Seperti tanah pegunungan/perbukitan yang

sangat potensial untuk tanaman sayur-sayuran seperti bawang merah, bawang

putih, kobis, sawi, wortel, cabe, dan lainnya. Produksi sayur-sayuran sangat

berlimpah. Luas lahan dan produksi sayur-sayuran di Kecamatan Ngargoyoso

dapat dilihat pada Tabel 8 berikut:

Page 60: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Tabel 8 Luas Panen dan Produksi Sayur-sayuran di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009

Uraian Luas Panen (Ha) Produksi (Kwt) Bawang Merah 39 2.336Bawang Putih 11 488Kentang 65 9.655Kobis 21 2.651Sawi 24 3.855Cabe 28 1.780Tomat 18 475Terong - -Buncis 18 822Wortel 67 2.776Petai (pohon) 1.904 254Mlinjo (pohon) 800 80Kacang Panjang - -

Sumber : Kecamatan Ngargoyoso Dalam Angka 2010

Selain padi-padian, palawija, dan sayuran, Kecamatan Ngargoyoso juga

menghasilkan komoditas tanaman buah-buahan seperti alpokat, durian,

rambutan, pisang, dan lainnya.

Tabel 9 Luas Panen dan Produksi Tanaman Buah-buahan di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009

Uraian Luas Panen (Pohon) Produksi (Kwt) Jeruk Keprok 307 31Pepaya 1.566 690Durian 12.930 1.550Pisang 22.314 2.950Rambutan 853 26Mangga - -Alpokat 329 141Duku/langsat - -Sawo - -Nangka 2.100 900Salak - -

Sumber : Kecamatan Ngargoyoso Dalam Angka 2010

Dari data diatas menunjukkan bahwa Kecamatan Ngargoyoso memang

unggul dalam komoditas pertanian. Baik padi-padian dan palawija, sayur-

sayuran, maupun buah-buahan. Aspek pertanian merupakan tonggakdari

segala pemenuhan kebutuhan masyarakat di Kecamatan Ngargoyoso.

Page 61: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

D. Keadaan Sarana Perekonomian

Keberadaan sarana perkonomian di suatu wilayah merupakan salah satu

hal yang dibutuhkan untuk mendukung laju kegiatan perekonomian penduduk.

Kegiatan perekonomian dapat berjalan lancar bila didukung adanya sarana dan

prasarana yang memadai antara lain sarana perdagangan. Keadaan

perekonomian dikatakan maju apabila terjadi perkembangan perekonomian

yang dapat dilihat dari ketersediaan sarana perekonomian yang memadai di

wilayah tersebut.

Tabel 10 Sarana Perekonomian di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009 Uraian Jumlah Presentase (%)

Pasar Tradisional 4 1,14 Supermarket - 0,00 Restoran/Rumah Makan 5 1,41 Warung/Kedai Makan 77 21,75 Toko/Warung kelontong 235 66,38 Hotel/Losmen 11 3,11 Bank Umum 2 0,56 BPR 1 0,28 KUD 1 0,28 Koperasi Simpan Pinjam 14 3,95 Pasar Tradisional 4 1,14

Jumlah 354 100,00 Sumber : Kecamatan Ngargoyoso Dalam Angka 2010

Di Kecamatan Ngargoyoso pada tahun 2009 terdapat 1 unit industri besar

dan 135 unit industri kecil. Guna menunjang lajuperekonomian di Kecamatan

Ngargoyoso pada tahun 2009, terdapat 4 buah pasar dengan jumlah toko /

warung kelontong sebanyak 235 unit, warung / kedai makan sebanyak 77

buah, hotel / losmen berjumlah 11 unit. Sarana perkonomian tersebut

merupakan tempat dimana terjadi kegiatan jual beli atau pemindahan barang

dan jasa dari produsen ke konsumen, yang merupakan kegiatan saling

menguntungkan diantara kedua belah pihak. Sehingga dapat menunjang

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

Adanya sarana perekonomian seperti 1 unit KUD dapat membantu

masyarakat di Kecamatan Ngargoyoso dalam memenuhi kebutuhan sarana

produksi dan pemasaran hasil produksi. Sedangkan untuk membantu masalah

Page 62: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

permodalan petani dapat mengajukan kredit ke lembaga keuangan yang

tersedia seperti bank umum, BPR maupun koperasi simpan pinjam. Dimana di

Kecamatan Ngargoyoso terdapat 1 unit BPR dan 14 unit koperasi simpan

pinjam. Selain itu juga terdapat 2 unit bank umum. Tersedianya bank dapat

mempermudah masyarakat memperoleh berbagai layanan perbankan. Salah

satunya adalah layanan simpan pinjam. Masyarakat dapat menyimpan

sebagian kelebihan pendapatannya dengan menabung di bank, serta

memperoleh kredit untuk menunjang kegiatan usahanya.

Page 63: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kegiatan Pengembangan Kawasan Agropolitan

Agropolitan merupakan pusat pembangunan pertanian yang tumbuh dan

berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis. Kawasan

agropolitan terdiri dari sentra produksi pertanian yang ada di sekitarnya.

Kawasan agropolitan mampu melayani, mendorong, menarik, menghela

kegiatan pembangunan pertanian diwilayah sekitarnya dan memberikan

kontribusi yang besar terhadap mata pencaharian dan kesejahteraan

masyarakatnya.

Pelaksanaan program agropolitan di Kabupaten Karanganyar berawal

pada tahun 2006 yang merupakan program dari pemerintah. Program ini

ditujukan untuk daerah-daerah yang memiliki potensi atau keunggulan

khususnya di bidang pertanian. Penetapan kawasan ini didasarkan pada

potensi Kabupaten Karanganyar terutama di bidang hortikultura. Strategi

yang diterapkan di Kabupaten Karanganyar diawali dengan mempersiapkan

sarana dan prasarana pendukung seperti memperbaiki jalan usahatani, dan

saluran irigasi. Pengembangan sarana dan prasarana di kawasan agropolitan

juga didukung dengan pengembangan sumberdaya manusia yaitu dengan

mengembangkan kelompok tani. Sasaran pengembangan kawasan

agropolitan adalah untuk mengembangkan kawasan pertanian yang

berpotensi menjadi kawasan agropolitan.

Pengembangan kawasan agropolitan bertujuan meningkatkan

pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan pembangunan

wilayah dengan mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis

yang berdaya saing. Pemberdayaan masyarakat pelaku agribisnis dilakukan

agar mampu meningkatkan produksi, produktivitas komoditi pertanian serta

produk-produk olahan pertanian. Pemberdayaan yang dilakukan dengan cara

pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang efisiensi, penguatan

kelembagaan petani, serta pengembangan kelembagaan sistem agribisnis

(penyedia agroinput, pengelolaan hasil, pemasaran dan penyedia jasa);

Page 64: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

pengembangan kelembagaan penyuluhan pembangunan terpadu;

pengembangan iklim yang kondusif bagi usaha dan investasi.

Pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Karanganyar

diprioritaskan untuk meningkatkan sarana dan prasarana pertanian untuk

meningkatkan produksi dan kelancaran usahatani. Pembangunan infrastruktur

yang memadai penting untuk meningkatkan kelancaran akses kegiatan

budidaya dan transportasi hasil pertanian dari lahan ke pasar-pasar mutlak

perlu dilakukan.

Secara khusus kegiatan pengembangan kawasan agropolitan di

Kabupaten Karanganyar bertujuan guna meningkatkan pembangunan yang

sinergis antara perdesaan dan perkotaan, serta meningkatkan kesejahteraan

petani melalui pengembangan wilayah pedesaan. Kegiatan ini dilakukan

karena pada kondisi awal, belum adanya program yang sinergis untuk

memberdayakan semua bidang pertanian dengan terarah dan memanfaatkan

komoditas unggulan daerah.

Kegiatan Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten

Karanganyar Tahun 2010 dititikberatkan pada terbangunnya dan

membaiknya kondisi sarana dan prasarana transportasi dan irigasi

khususnya jalan untuk menciptakan akses sosial dan ekonomi, serta

penyediaan fasilitas sosial ekonomi yang dapat diakses oleh petani dan

masyarakat di perdesaan untuk memenuhi kebutuhannya dalam

pengembangan usaha pertanian (Dinas Pertanian Tanaman Pangan,

Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Karanganyar, 2009).

B. Identitas Responden

Identitas responden merupakan bagian penting dalam penelitian.

Identitas responden digunakan untuk mengetahui sebagian dari latar belakang

kehidupan responden dan dijadikan sebagai gambaran umum responden.

Identitas responden meliputi umur, pendidikan formal terakhir, serta jumlah

anggota keluarga yang dimiliki responden, dapat dilihat pada tabel 11.

Page 65: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Tabel 11. Distribusi responden berdasarkan umur dan jenis pendidikan

No Identitas Responden Kategori Jumlah (jiwa)

Presentase (%)

1 Umur < 14 15 - < 65

0 34

0,00 85,00

> 65 6 15,00Jumlah 40 100,00

2 Jenis pendidikan Tidak tamat SD - - Tamat SD 6 15,00 Tamat SMP 13 32,50 Tamat SMA 10 25,00 Tamat S1 11 27,50

Jumlah 40 100,00Sumber : Analisis data primer 2011

1. Umur

Umur responden dalam penelitian ini digolongkan menjadi 2 yaitu,

kelompok umur produktif (15 – < 65 tahun) dan non-produktif (<14 tahun

dan > 65 tahun). Responden dari umur produktif biasanya masih aktif

dalam melakukan kegiatan usahatani dibandingkan responden yang

umurnya sudah tidak produktif lagi.

Berdasarkan Tabel 11 didapati bahwa 85 % responden berada pada

umur produktif yaitu berada pada umur antara 15 – 64 tahun. Sedangkan

15 % responden berada pasa umur non produktif, yaitu berada pada umur

> 65 tahun. Responden berusia produktif tersebar merata di ketiga dusun.

Kondisi ini mendukung peran responden dalam pengembangan usahatani.

Salah satunya dengan adanya program pengembangan kawasan

agropolitan. Dengan keadaan responden yang tergolong dalam umur

produktif diharapakan dalam pengembangan kawasan agropolitan tersebut

akan lebih mudah diterapkan

Selain itu, umur akan mempengaruhi kondisi seorang responden

dalam melakukan aktivitas, terlebih lagi kegiatan pertanian membutuhkan

tenaga yang cukup besar. Kondisi umur seperti tabel diatas memiliki

kecenderungan bahwa keadaan umur responden tergolong dalam usia

Page 66: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

produktif, sehingga kondisi tersebut akan membantu dalam pengenalan

dan penerimaan hal-hal baru.

2. Pendidikan

Pendidikan formal responden merupakan jenjang sekolah yang

diperoleh dari bangku sekolah dengan kurikulum yang sudah terorganisir.

Tingkat pendidikan ini secara umum menjadikan seseorang lebih

berkualitas. Responden (32,5%) hanya menamatkan pendidikannya

sampai tingkat SMP. Hal tersebut dikarenakan keadaan ekonomi,

keterbatasan sarana pendidikan, jarak antara fasilitas pendidikan dengan

pemukiman yang relatif jauh. Selain itu, kurangnya kesadaran

masyarakat akan manfaat dan pentingnya pendidikan. Adanya budaya

untuk melibatkan anggota keluarga dalam kegiatan berusahatani daripada

memberikan kesempatan untuk mengenyam pendidikan. Budaya ini

harus ditinggalkan agar setiap anggota keluarga berhak memperoleh

pendidikan yang setinggi-tingginya. Upaya ini bertujuan dalam

peningkatan sumber daya manusia.

C. Faktor yang Berhubungan dengan Sikap

Individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai

obyek psikologis yang dihadapinya. Hal ini sering ditunjukkan dalam

interaksi sosial. Faktor yang berhubungan dengan sikap masyarakat sekitar

Candi Sukuh terhadap pengembangan kawasan agropolitan diduga

dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu pengalaman pribadi, pengaruh orang

lain yang dianggap penting, pendidikan non formal, media massa, dan

pengaruh kebudayaan.

1. Pengaruh pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadi merupakan lamanya responden menjadi bagian

dari pengembangan kawasan agropolitan. Bisa dilihat dari keikutsertaan

petani dalam kegiatan agropolitan, dan lamanya responden memenuhi

kebutuhan hidup melalui kegiatan agropolitan. Pengalaman pribadi

responden di Desa Berjo dapat dilihat pada Tabel 12 berikut:

Page 67: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Tabel 12. Distribusi pengaruh pengalaman pribadi dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan

No Kategori Skor Jumlah (orang)

Persentase (%)

1 Tinggi 3 36 90,002 Sedang 2 4 10,003 Rendah 1 - 00,00

Jumlah 40 100,00 Sumber : Analisis data primer 2011

Berdasarkan Tabel 12, pengalaman masyarakat mayoritas sebanyak

36 orang (90%) dalam mengembangankan kawasan agropolitan tergolong

kategori tinggi, petani ikut serta dalam mengembangkan kawasan

agropolitan lebih dari 5 tahun. Tingginya pengalaman responden ini

dikarenakan mayoritas petani mengetahui tentang program pengembangan

kawasan agropolitan. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden telah

mengetahui program agropolitan. Semakin tinggi pengalaman responden

maka akan semakin tinggi pula sikapnya dalam menerima suatu inovasi

dan adopsi. Selain itu, gencarnya sosialisasi dari Pemerintah Daerah

tentang program pengembangan kawasan agropolitan mengakibatkan

peran aktif petani dalam kegiatan tersebut.

Apa yang kita alami akan membentuk dan mempengaruhi

penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah

satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan

sikap pengalaman pribadi harus melalui kesan yang kuat (Azwar, 1991).

Demikian halnya dengan Susanto (1974) yang menyatakan bahwa

pengalaman menunjukkan bahwa interaksi yang terjadi cenderung

mengakibatkan dan menghasilkan adanya penyesuaian diri yang timbal

balik serta penyesuaian kecakapan (skill) dengan situasi yang baru.

Berdasarkan teori tersebut, maka pengalaman juga dapat membentuk sikap

sebagai proses semakin meningkatnya pengetahuan yang dimiliki petani.

Semakin tinggi pengalaman petani maka akan semakin tinggi sikapnya

dalam penerimaan suatu inovasi.

Page 68: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

2. Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting

Pengaruh orang lain yang dianggap penting merupakan saran atau

masukan atau informasi yang berikan oleh pihak-pihak tertentu yang

mengetahui tentang pengembangan kawasan agropolitan. Orang lain yang

dianggap penting dalam penelitian ini adalah orang-orang yang oleh petani

dianggap penting sebagai panutan ataupun yang berperanan dalam

menunjang usahatani seperti Penyuluh Pertanian Lapang (PPL), ketua

Kelompok tani, dan Aparat Desa.

Tabel 13. Distribusi Pengaruh orang lain yang dianggap penting dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan

No Kategori Skor Jumlah (orang)

Persentase (%)

1 Tinggi 3 34 85,002 Sedang 2 6 15,003 Rendah 1 - 00,00

Jumlah 40 100,00 Sumber : Analisis data primer 2011

Sebagaimana data yang tersaji pada Tabel 13, menunjukkan bahwa

mayoritas petani sebanyak 34 responden (85%) menyatakan pengaruh

orang lain yang dianggap penting tergolong kategori tinggi. Hal ini

dikarenakan informasi yang diperoleh tidak hanya di dapat dari ketua

kelompok yang diikutsertakan dalam kegiatan sosialisasi pengembangan

kawasan agropolitan, namun juga dari berbagai pihak seperti PPL dan

Aparat Des dan Pemerintah, pihak swawta, serta teman-teman petani lain.

Menurut Azwar (1991) orang lain di sekitar kita merupakan salah

satu diantara komponen sosial yang dapat mempengaruhi sikap kita.

Diantara orang yang biasa dianggap penting bagi kita adalah orang tua,

orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman dekat, guru, istri atau

suami. Berdasarkan teori tersebut, maka semakin baik pengaruh orang lain

yang di anggap penting maka mereka semakin dapat menentukan arah

pembentukan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program

pengembangan kawasan agropolitan.

Page 69: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Selain itu informasi yang diterima oleh responden cukup jelas

sehingga mempengaruhi sikap petani terhadap pengembangan kawasan

agropolitan tersebut. Memang untuk mendapatkan hasil program yang

optimal hendaknya ada kerja sama dari semua pihak dalam

mengembangkan kawasan agropolitan tersebut.

3. Pengaruh Pendidikan Non Formal

Pendidikan non formal merupakan jenjang pendidikan yang pernah

ditempuh responden diluar pendidikan formal. Pendidikan non formal

yang dimaksudkan adalah pendidikan yang sasaran utamanya adalah orang

dewasa yang memiliki program yang terencana. Selain itu kegiatan dapat

dilakukan dimana saja, dimana tidak terikat waktu serta disesuaikan

dengan kebutuhan sasaran peserta didik. Sehubungan dengan hal ini, maka

pendidikan non formal diasumsikan sebagai penyuluhan, pelatihan dan

kursus-kursus yang pernah diikuti oleh responden. Dalam penelitian ini,

pendidikan non formal merupakan pendidikan yang diperoleh responden

selama kegiatan pelatihan atau penyuluhan di bidang pertanian khususnya

dalam pengembangan kawasan agropolitan.

Tabel 14. Distribusi Pengaruh Pendidikan Non formal dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan

No Kategori Skor Jumlah (orang)

Persentase (%)

1 Tinggi 3 35 87,502 Sedang 2 5 12,503 Rendah 1 - 00,00

Jumlah 40 100,00 Sumber : Analisis data primer 2011

Tabel 14 menunjukkan mayoritas responden sebanyak 35 reponden

(87,5%) menyatakan pernah mengikuti pendidikan non formal seperti

pelatihan-pelatihan maupun kegiatan penyuluhan. Respon responden

terhadap kegiatan penyuluhan dan pelatihan baik. Melalui kegiatan-

kegiatan penyuluhan dan pelatihan yang diadakan oleh pihak

penyelenggara baik pemerintah maupun swasta mengenai kegiatan

pengembangan agropolitan berdampak positif bagi responden, karena

Page 70: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

wawasan terhadap hal-hal baru akan semakin terbuka. Di lokasi penelitian,

kegiatan penyuluhan dilakukan bersama dengan arisan dan kumpul

anggota tani. Pertemuan dilakukan tiap satu bulan sekali pada tanggal 20

untuk kelompok tani sayuran dan hortikultura, dan tiap tanggal 12 untuk

kelompok tani padi-padian dan palawija.

Menurut Suhardiyono (1992), pendidikan non formal adalah

pengajaran sistematis yang diorganisir dari luar sistem pendidikan formal

bagi sekelompok orang yang memenuhi keperluan khusus. Salah satu

contohnya adalah penyuluhan pertanian. Seperti halnya Margono Slamet

(2003) yang mengemukakan bahwa dalam proses pembangunan pertanian

yang berhasil itu peranan penyuluhan pertanian sangat besar, sehingga

tidak salah kiranya bila penyuluhan pertanian disebut sebagai ujung

tombak pembangunan pertanian, setidak-tidaknya bila dilihat dalam

jajaran aparat pemerintah yang menangani pembangunan pertanian.

Berdasakan teori tersebut, dengan mengikuti kegiatan penyuluhan,

petani juga mendapatkan ilmu, pengetahuan dan pengalaman dalam

mengembangkan kawasan agropolitan. Responden berharap dengan

berbagai keuntungan yang diperoleh senantiasa akan meningkatkan

kesejahteraan petani tersebut.

4. Pengaruh Media Massa

Media massa merupakan sumber informasi yang dipergunakan untuk

memberikan informasi terkait dengan pengembangan kawasan agropolitan

baik yang berupa media cetak maupun elektronik. Sebagai sarana

komunikasi, media massa mempunyai pengaruh dalam pembentukan opini

dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi, media massa

membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan

opini seseorang. Pentingnya informasi sangat melekat pada diri seseorang,

khususnya seseorang yang memiliki semangat kuat dan maju untuk

mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

Page 71: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Tabel 15. Distribusi Pengaruh Media Massa dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan

No Kategori Skor Jumlah (orang)

Persentase (%)

1 Tinggi 3 20 50,002 Sedang 2 19 47,503 Rendah 1 1 2,50

Jumlah 40 100,00 Sumber : Analisis data primer 2011

Sebagaimana data yang tersaji pada Tabel 15, mayoritas responden

sebesar 20 petani (50%) dan 19 petani (47,5%) memanfaatkan lebih dari

tiga media massa yang ada. Antara lain televisi, majalah bulanan, leaflet

maupun buletin. Petani aktif membaca buletin Intanpari sebagai sumber

informasi yang dirasa dapat memberikan informasi terkait dengan

pengembangan kawasan agropolitan yang merupakan rekomendasi dari

PPL yang ada di wilayah tersebut.

Menurut Sastraatmadja (1993), walaupun pengaruh media massa

tidaklah sebesar pengaruh interaksi individual secara langsung, namun

dalam proses pembentukan dan perubahan sikap, peranan media massa

tidak kecil artinya. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal

tersebut. Berdasarkan teori tersebut, maka petani yang aktif mencari

informasi tentang agropolitan akan semakin berkembang pula wawasan

ilmu dan pengetahuannya tentang agropolitan.

5. Pengaruh Kebudayaan

Pengaruh kebudayaan merupakan nilai-nilai yang masih melekat

pada responden yang berhubungan dengan pengembangan kawasan

agropolitan. Kebudayaan tidak hanya mencakup kepercayaan, kebiasaan

dan moral, tetapi juga sikap, perbuatan, pikiran-pikiran yang dimiliki

masyarakat yang bersangkutan. Kebudayaan yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah adat istiadat, tradisi leluhur ataupun kepercayaan

yang masih dianut oleh petani sekitar yang berpengaruh terhadap pola

pikir dan usahataninya. Untuk mengetahui pengaruh kebudayaan terhadap

Page 72: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

sikap petani dalam pemgembangan kawasan agropolitan dapat dilihat

dalam tabel berikut:

Tabel 16. Distribusi pengaruh kebudayaan dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan

No Kategori Skor Jumlah (orang)

Persentase (%)

1 Tinggi 3 12 30,002 Sedang 2 28 70,003 Rendah 1 - 00,00

Jumlah 40 100,00 Sumber : Analisis data primer 2011

Berdasarkan Tabel 16 diketahui bahwa lebih dari 50% sebanyak 28

responden termasuk dalam kategori sedang dalam tingkat pengaruh

kebudayaan. Dalam penelitian ini, budaya gotong royong dan

kebersamaan sangatlah kental. Sehingga nilai kebudayaan masih

berpengaruh terhadap kehidupan petani terutama dalam kegiatan

usahatani. Namun ada juga yang tidak percaya dengan nilai-nilai adat

karena dengan adanya budaya islam yang masuk ke petani memberikan

dampak dalam melakukan kegiatanya berusahatani dari petani itu sendiri.

Hal ini menunjukkan bahwa kebudayaan, baik itu yang bersifat tradisi

turun-temurun dan kepercayaan kurang berpengaruh terhadap pola pikir

dan pola usahatani.

Shadily (1999) menyatakan bahwa kebudayaan (culture) berarti

keseluruhan dari hasil manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi

terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang

merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat

kebiasaan, dan lain-lain kepandaian. Berdasarkan teori tersebut, faktor

kebudayaan terutama yang berhubungan dengan tradisi leluhur dirasakan

petani sudah mulai pudar. Artinya keberadaan pola kepercayaan terhadap

hal-hal yang dianggap memiliki nilai magis sudah tidak cocok diterapkan

dalam kondisi sekarang ini, mengingat kemajuan jaman dan teknologi

menjadikan pengetahuan petani semakin bertambah maju.

Page 73: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

D. Sikap Masyarakat Terhadap Program Pengembangan Kawasan

Agropolitan

Sikap responden terhadap program pengembangan agropolitan dalam

penelitian ini diartikan sebagai tanggapan atau respon evaluatif petani

terhadap segala bentuk kegiatan dalam program pengembangan agropolitan

berupa sikap positif atau negatif yang dilihat dari tiga komponen program

yaitu tujuan program, pelaksanaan program dan hasil dari program

pengembangangan kawasan agropolitan.

1. Sikap Masyarakat Terhadap Tujuan Program

Sikap masyarakat terhadap tujuan program merupakan tanggapan

responden terhadap program pengembangan kawasan agropolitan. Dengan

adanya program pengembangan kawasan agropolitan memberikan

peningkatan terhadap produktivitas usahatani, pendapatan petani,

perbaikan pemasaran hasil, peningkatan pengetahuan dan peningkatan

keterampilan petani.

Tabel 17 Distribusi Sikap Masyarakat Terhadap Tujuan Program

No Kategori Interval Jumlah (orang)

Persentase (%)

1 Sangat Baik >189 13 32,502 Baik 153-189 19 47,503 Cukup 117-152 8 20,004 Buruk 81-116 - 0,005 Sangat Buruk 45-80 - 0,00

Jumlah 40 100,00Sumber : Analisis data primer 2011

Sebagaimana data yang tersaji pada Tabel 17, sikap masyarakat

terhadap tujuan program pengembangan kawasan agropolitan mayoritas

47,5% tergolong kategori baik. Hal ini disebabkan dengan adanya program

pengembangan kawasan agropolitan telah memberikan pengaruh yang

besar kepada petani. Karena program pengembangan kawasan memang

pada mulanya mulanya bertujuan untuk peningkatan produktivitas,

perbaikan pemasaran, peningkatan pendapatan, peningkatan pengetahuan

serta peningkatan ketrampilan berhasil dicapai.

Page 74: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Walaupun pada kenyataannya, responden dapat dikatakan tidak

begitu tahu secara keseluruhan tentang tujuan program pengembangan

agropolitan, tetapi responden setuju dengan diadakannya program tersebut

karena memberikan motivasi besar bagi petani dan anggota kelompok lain

untuk meningkatkan kemampuan mengembangkan usahataninya. Selain

itu dengan adanya program agropolitan tersebut, responden memiliki

harapan akan peningkatan pendapatan dan keuntungan dari hasil kegiatan

akan dapat terwujud. Sebagian besar petani setuju dengan tujuan yang

dibuat karena petani merasa terlibat dalam tahap perencanaan dilihat dari

keikutsertaan dalam berbagai kegiatan pengembangan agropolitan.

2. Sikap Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program

Pelaksanaan kegiatan merupakan suatu tindak lanjut yang nyata dari

suatu gagasan atau perencanaan yang dirumuskan dalam tujuan yang telah

dibuat sebelumnya. Sikap masyarakat terhadap pelaksanaan program

merupakan tanggapan petani akan keikutsertaan dari berbagai pihak baik

pemerintah daerah dan masyarakat itu sendiri dalam mengembangkan

kawasan agropolitan yang ada di Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten

Karanganyar.

Tabel 18 Distribusi Sikap Petani terhadap Pelaksanaan Program

No. Kategori Interval Jumlah (orang)

Persentase (%)

1 Sangat Baik >189 25 62,502 Baik 153-189 9 22,503 Cukup 117-152 6 25,004 Buruk 81-116 - 0,005 Sangat Buruk 45-80 - 0,00

Jumlah 40 100,00Sumber : Analisis data primer 2011

Berdasarkan Tabel 18, sikap masyarakat terhadap pelaksanaan

program pengembangan kawasan agropolitan termasuk dalam kategori

sangat baik, dengan jumlah responden 25 responden (62,5%). Ini

menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan dalam program

pengembangan agropolitan dapat terlaksana dengan baik. Sikap

Page 75: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

mendukung yang diperlihatkan responden terhadap kegiatan proyek

dikarenakan responden memiliki tanggapan yang menyetujui pelaksanaan.

Hal ini disebabkan petani dilibatkan secara penuh mulai dari perencanaan

sampai akhir kegiatan pengembangan kawasan agropolitan.

3. Sikap Masyarakat Terhadap Hasil Program

Hasil program merupakan keadaan akhir dari program yang telah

dicapai yang dapat dirasakan atau dinikmati serta bermanfaat bagi petani.

Untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap hasil program

pengembangan kawasan agropolitan, dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 19 Distribusi Sikap Masyarakat terhadap Hasil Program

No Kategori Interval Jumlah (orang)

Persentase (%)

1 Sangat Baik >189 25 62,502 Baik 153-189 10 25,003 Cukup 117-152 5 12,504 Buruk 81-116 - 0,005 Sangat Buruk 45-80 - 0,00

Jumlah 40 100,00Sumber : Analisis data primer 2011

Hasil dalam penelitian ini diukur dari keterlibatan responden dalam

penyebarluasan pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan program

pengembangan kawasan agropolitan, penilaian responden terhadap hasil

yang diperoleh dan peranan petani dalam memanfaatkan sarana dan

teknologi baru yang dihasilkan dari kegiatan program pengembangan

kawasan agropolitan.

Berdasarkan Tabel 19 diketahui bahwa sikap masyarakat terhadap

hasil dari program pengembangan kawasan agropolitan tergolong sangat

baik dengan jumlah 25 responden (62,5%). Hasil dari kegiatan program

pengembangan kawasan agropolitan dirasakan responden, khususnya

petani dapat menunjang peningkatan usahataninya walaupun belum

maksimal. Dengan inisiatif sendiri petani selalu berusaha memanfaatkan

hasil dari setiap kegiatan diantaranya pemakaian alat-alat pertanian seperti

hand spayer ataupun pinjaman kas kelompok untuk tambahan modal.

Page 76: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Meskipun sarana produksi yang diberikan oleh pemerintah kuantitasnya

terbatas sehingga dalam pemanfaatannya harus bergantian, tidak

menjadikan minat petani untuk terus memanfaatkan hasil yang diperoleh

dari kegiatan tersebut berkurang. Disamping itu, petani juga aktif

menyebarluaskan pengetahuan yang didapatnya dari kegiatan program

pengembangan kawasan agropolitan kepada petani lain dan masyarakat

sekitar sebagai bentuk kepedulian petani terhadap kegiatan program

pengembangan kawasan agropolitan.

E. Hubungan Antara Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sikap Dengan Sikap Masyarakat Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar

Penelitian ini mengkaji hubungan antara faktor-faktor yang

berhubungan dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh dengan sikap

terhadap program pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan

Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar. Hasil analisis hubungan antara faktor-

faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat dengan sikap masyarakat

terhadap program pengembangan kawasan agropolitan tersaji dalam tabel 20.

Untuk mengetahui hubungan antara faktor yang berhubungan dengan

sikap dengan sikap masyarakat terhadap program pengembangan kawasan

agropolitan digunakan uji korelasi Rank Spearman (rs) dengan program SPSS

17,0 for windows. Dan untuk mengetahui tingkat signifikansi menggunakan

uji t dengan tingkat kepercayaan 95 % ( α = 0,05 ).

Tabel 20. Uji Hipotesis Hubungan Antara Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sikap Dengan Sikap Masyarakat Sekitar Candi Sukuh Terhadap Program Pengembangan Agropolitan

Faktor yang Berhubungan dengan Sikap (X)

Sikap Petani (Y)

Rs t hitung

t tabel α Keterangan

a. Pengalaman Pribadi b. Pengaruh Orang Lain c. Pendidikan Non Formal d. Media Massa e. Kebudayaan

0,849** 0,396*

0,706** -0,173 -0,228

9,908 2,658 6,035

-1,082 -1,443

2,021 2,021 2,021 2,021 2,021

0,05 0,05 0,05 0,05 0,05

SS S

SS NS NS

Sumber : Analisis Data Primer 2011

Page 77: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Keterangan :

SS : Sangat Signifikan

NS : Non Signifikan

1. Hubungan Pengaruh Pengalaman Pribadi dengan Sikap Masyarakat Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan

Berdasarkan Tabel 20 diketahui bahwa nilai rs adalah 0,849 dengan t

hitung > t tabel (9,908>2,021). Nilai ini menunjukkan bahwa hubungan

antara pengalaman pribadi dengan sikap terhadap program memiliki

korelasi positif yang signifikan.

Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pengalaman responden, maka

akan semakin positif sikapnya terhadap program pembangunan

agropolitan. Selain itu, karena program pengembangan kawasan

agropolitan sudah banyak diketahui oleh masyarakat sekitar, khususnya

petani. Sampai saat ini program pengembangan kawasan agropolitan lebih

difokuskan pada pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan

pendapatan.

Pada kenyataannya lamanya responden sebagai petani dalam

program pengembangan kawasan agropolitan tergolong sangat baik, tetapi

apabila responden jarang aktif dan kurang aktif dalam mengikuti program

pengembangan kawasan agropolitan maka responden kurang mendapatkan

informasi, petunjuk, serta nasehat tentang program pengembangan

kawasan agropolitan. Pengalaman responden menunjukkan bahwa

interaksi yang terjadi dalam kehidupan sosial cenderung mengakibatkan

dan menghasilkan adanya penyesuaian diri yang timbal balik serta

penyesuaian kecakapan.

Menurut Mahmud (1990), mengemukakan bahwa kebanyakan

aktivitas kita sehari-hari bergantung pada pengalaman yang terdahulu, kita

mereaksi kepada isyarat dan lambang daripada kepada keseluruhan

stimulus aslinya. Jadi dalam kebanyakan situasi, persepsi itu pada

umumnya merupakan proses informasi yang didasarkan atas pengalaman-

pengalaman masa lampau. Berdasarkan teori tersebut, dapat disimpulkan

Page 78: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

bahwa apa yang responden alami telah membentuk dan mempengaruhi

penghayatan responden terhadap stimulus sosial. Hal demikian akan

menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat menjadi dasar

pembentukan sikap maka pengalaman pribadi yang dimiliki responden

harus melalui kesan yang kuat. Meskipun demikian, responden yang

tergolong jarang dan kurang aktif mengikuti program pengembangan

kawasan agropolitan mereka tetap berpikir positif terhadap program

pengembangan kawasan agropolitan.

2. Hubungan Pengaruh Orang Lain Yang Dianggap Penting dengan Sikap Masyarakat Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan

Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara pengaruh tokoh panutan dengan sikap masyarakat

sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan kawasan

agropolitan. Hal ini dilihat dari nilai t hitung > t tabel (2,658>2,021) pada

taraf signifikansi 95%, α=0,05 dengan nilai rs sebesar 0,396 serta arah

hubungan yang positif. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pengaruh

tokoh panutan maka mereka semakin dapat menentukan arah pembentukan

sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan

kawasan agropolitan. Dengan adanya informasi dan pengaruh dari tokoh

panutan, maka masyarakat sekitar Candi Sukuh dapat mengetahui program

pengembangan kawasan agropolitan tersebut. Sehingga dapat menciptakan

lapangan pekerjaan yang baru bagi masyarakat di kawasan.

Menurut Soetriono et all, (2006) keputusan-keputusan yang diambil

oleh petani juga dapat dipengaruhi oleh sikap dan perilaku serta hubungan-

hubungan dalam masyarakat setempat di mana mereka hidup. Bagi petani,

masyarakat di sekitarnya mempunyai arti yang penting. Berdasarkan teori

tersebut dan sesuai dengan kondisi di lapang, orang-orang yang di anggap

penting meliputi: PPL, aparat desa, pihak pemerintah maupun swasta,

petani lain, suami/isteri, dan tetangga. Semakin sering orang-orang yang di

anggap penting memberikan informasi tentang program pengembangan

kawasan agropolitan kepada responden maka responden akan lebih

Page 79: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

bersikap positif terhadap program pengembangan kawasan agropolitan

tersebut.

3. Hubungan Pengaruh Pendidikan Non Formal Dengan Sikap Masyarakat Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan

Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan

yang sangat signifikan antara pendidikan non formal dengan sikap

masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan

kawasan Agropolitan. Hal ini dilihat dari nilai t hitung > t tabel

(6,035>2,021) pada taraf signifikansi 95%, α=0,05 dengan nilai rs sebesar

0,706 serta arah hubungan yang positif. Hal ini berarti bahwa semakin

sering responden menghadiri penyuluhan atau pelatihan maka semakin

positif pula sikap responden terhadap program pengembangan kawasan

agropolitan.

Menurut Azwar (1995) pendidikan non formal merupakan

pendidikan yang didapat diluar bangku sekolah. Penyuluh pertanian dan

pelatihan merupakan pendidikan non formal. Berdasarkan teori tersebut

dan sesuai kondisi di lapang, mayoritas responden mengaku bahwa

pendidikan non formal responden termasuk kategori baik. Hal ini

disebabkan karena responden sangat aktif bahkan selalu hadir dalam

mengikuti kegiatan penyuluhan/pelatihan yang diadakan baik oleh

kelompok tani, PPL maupun aparat desa. Selain itu setiap responden

sering bertemu, bertanya dan mencari informasi dari petani lain, PPL, dan

aparat pemerintah. Waktu di rumah pun responden juga bertanya dan

mencari informasi dari tetangganya yang mengikuti kegiatan

penyuluhan/pelatihan.

Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan non formal tergolong baik

dikarenakan responden selalu berusaha bersikap positif terhadap program

pengembangan kawasan agropolitan tersebut. Penyuluhan pertanian tidak

sekedar memberikan penerangan atau menjelaskan tetapi juga mengubah

perilaku responden agar memiliki pengetahuan pertanian dan berusahatani

Page 80: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

yang luas, memiliki sikap progresif untuk melakukan perubahan dan

inovatif terhadap inovasi baru dan terampil mnerapkan kegiatannya.

4. Hubungan Pengaruh Media Massa dengan Sikap Masyarakat Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan

Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara media massa dengan sikap masyarakat

sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan kawasan

agropolitan. Hal ini dilihat dari nilai t hitung < t tabel (-1,082<2,021) pada

taraf signifikansi 95%, α=0,05 dengan nilai rs sebesar -0,173 serta arah

hubungan yang negatif. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan yang nyata

antara banyaknya responden mengakses media massa dengan informasi,

petunjuk, serta nasehat tentang program pengembangan kawasan

agropolitan yang didapatkan oleh responden.

Ketidaksignifikanan dikarenakan media massa yang ada belum bisa

memberikan informasi yang rinci tentang adanya program pengembangan

kawasan agropolitan. Hanya media massa dalam bentuk buletin seperti

Intanpari yang selama ini yang dijadikan sumber informasi terutama bagi

PPL terkait dengan pengembangan kawasan agropolitan. Sehingga

informasi tersebut belum bisa menjangkau keseluruh petani. Pengetahuan

tentang adanya program pengembangan kawasan agropolitan hanya

sebatas pengertian dari PPL saja belum ada tidak lanjut ke arah tujuan

yang sebenarnya. Selain itu, walaupun terdapat buletin bulanan maupun

leaflet yang diakses oleh responden, namun hal ini tidak mempengaruhi

sikap responden. Hal ini dikarenakan media massa yang diakses tidak

mempeberikan pengetahuan yang bagus dan secara komplit tentang

pengembangan maupun kegiatan yang berhubungan dengan agropolitan.

Menurut Sastraatmadja (1993), memang pengaruh media massa

tidaklah sebesar pengaruh interaksi individual secara langsung, namun

dalam proses pembentukan dan perubahan sikap, peranan media massa

tidak kecil artinya. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal

Page 81: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya. Hal ini seringkali

berpengaruh terhadap sikap pembaca atau pendengarnya.

Teori tersebut sesuai dengan kondisi dilapang. informasi tentang

program pengembangan kawasan agropolitan yang didapatkan dari media

massa selayaknya dapat menambah pengetahuan. Sehingga informasi yang

didapat oleh responden dapat diterapkan di lapang/di hutan, misalnya :

pelatihan pembibitan tanaman, sistem tanam, dan sistem tumpang sari. Hal

ini menunjukkan bahwa meskipun jumlah media massa dan frekuensi

menyimak informasi tentang program pengembangan kawasan agropolitan

yang diakses rendah tetapi responden bersikap positif terhadap program

pengembangan kawasan agropolitan tersebut.

5. Hubungan Pengaruh Kebudayaan Dengan Sikap Petani Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan

Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara kebudayaan dengan sikap masyarakat

sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan kawasan

agropolitan. Sebagaimana tersaji pada Tabel 20 bahwa nilai t hitung < t

tabel (-1,443<2,021) pada taraf signifikansi 95%, α=0,05 dengan nilai rs

sebesar -0,228 serta arah hubungan yang negatif. Hal ini menunjukkan

bahwa kebudayaan tidak berhubungan dengan sikap petani terhadap

pembangunan agropolitan.

Kondisi ini sesuai dengan teori Peursen (1988) yang mengemukakan

bahwa suatu tradisi bukanlah sesuatu yang dapat diubah, tradisi justru

dipadukan dengan aneka ragam perbuatan manusia dan diangkat dalam

keseluruhannya. Manusialah yang membuat sesuatu dengan tradisi itu: ia

menerima, menolaknya, atau merubahnya. Itulah sebabnya mengapa

kebudayaan merupakan cerita tentang perubahan-perubahan: riwayat

manusia yang selalu memberi wujud baru kepada pola-pola kebudayaan

yang sudah ada.

Page 82: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Faktor- faktor yang berhubungan dengan sikap masyarakat sekitar Candi

Sukuh terhadap pengembangan kawasan agropolitan meliputi :

a. Pengaruh pengalaman pribadi menurut masyarakat tergolong tinggi.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting menurut masyarakat

tergolong tinggi.

c. Pengaruh pendidikan non formal menurut masyarakat tergolong tinggi.

d. Pengaruh media massa menurut masyarakattergolong tinggi.

e. Pengaruh kebudayaan menurut masyarakat tergolong sedang.

2. Sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap pengembangan kawasan

agropolitan meliputi :

a. Sikap masyarakatterhadap tujuan dari program pengembangan

kawasan agropolitan tergolong baik.

b. Sikap masyarakat terhadap pelaksanaan dari program pengembangan

kawasan agropolitan tergolong sangat baik.

c. Sikap masyarakat terhadap hasil dari program pengembangan kawasan

agropolitan tergolong sangat baik.

3. Hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap

masyarakat sekitar Candi Sukuh dengan sikap masyarakat sekitar Candi

Sukuh terhadap pengembangan kawasan agropolitan, pada taraf

kepercayaan 95% sebagai berikut :

a. Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pengaruh

pengalaman pribadi masyarakat sekitar Candi Sukuh dengan sikap

masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan

kawasan agropolitan dengan arah hubungan yang positif.

b. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh orang lain yang

dianggap penting oleh masyarakat sekitar Candi Sukuh dengan sikap

Page 83: SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan

kawasan agropolitan dengan arah hubungan yang positif.

c. Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pengaruh pendidikan

non formal masyarakat sekitar Candi Sukuh dengan sikap masyarakat

sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan kawasan

agropolitan dengan arah hubungan yang positif .

d. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh media massa

yang diterima masyarakat sekitar Candi Sukuh dengan sikap

masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan

kawasan agropolitan, dengan arah hubungan yang negatif.

e. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh kebudayaan

yang dimiliki masyarakat sekitar Candi Sukuh dengan sikap

masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengambangan

kawasan agropolitan dengan arah hubungan yang negatif.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian sikap masyarakat terhadap

program pengembangan kawasan Agropolitan, dapat diajukan saran sebagai

berikut :

1. Bagi pemerintah, hendaknya memberikan penambahan program

pendidikan non formal kepada masyarakat kawasan Agropolitan.

Pendidikan non formal dapat berupa latihan-latihan yang dapat mengasah

kemampuan dan menambah wawasan petani sekitar. Sehingga program

pengembangan agropolitan yang dilaksanakan sesuai dengan harapan dan

kebutuhan petani.

2. Bagi masyarakat kawasan agropolitan, perlu penyegaran dalam pencarian

informasi dan pembinaan yang kontinyu dari tokoh panutan baik PPL,

aparat pemerintah maupun swasta untuk lebih mengaktifkan anggota

dalam mengikuti rapat rutin serta melaksanakan kegiatan program guna

menumbuhkan rasa budaya gotong-royong.