seputar hadits berdirinya kembali khilafah

14
Seputar Hadits Kembali Berdirinya Khilafah ‘Ala Minhaaj Al-Nubuwwah Oleh : M. Taufik N. T Ada banyak orang yang meragukan hadits Imam Ahmad tentang akan kembali berdirinya khilafah ‘ala minhaaj al-nubuwwah, dengan hanya mengandalkan dugaan semisal : “Saya menduga kuat bhw Habib (bin Salim, perowi hadits) mencari muka di depan khalifah”. Disisi lain ia justru memakai perkataan Habib Bin salim yang dia pandang “bermasalah” untuk menyatakan: “Kalau khilafah ‘ala minhajin nubuwwah periode yg kedua baru muncul di akhir jaman maka Umar Bin Abdul Azis termasuk golongan para raja yang ngawur”. Anehnya kalau hadits ini diragukan, namun tidak terungkap adanya keraguan saat menulis kelamnya sejarah semisal : “Pasukan tentara Bani Abbas menaklukkan kota Damsyik, ibukota Bani Umayyah … mereka menggali kembali kuburan Mu’awiyah serta Bani Umayyah lainnya. Dan ketika mendapati jasad Hisyam bin Abdul Malik masih utuh, mereka lalu menderanya dengan cambuk- cambuk dan menggantungkannya di hadapan pandangan orang banyak selama beberapa hari, kemudian membakarnya dan menaburkan abunya” Takhrij Hadits Kembali Berdirinya Khilafah ‘Ala Minhaaj Al-Nubuwwah Sebetulnya bukan hanya hadits ini yang membahas khilafah yang akan datang, namun tulisan ini hanya mengulas takhrij hadits ini dan yg berkaitan dg hadits ini. Imam Ahmad meriwayatkan: ُ نْ بُ يبِ بَ ي حِ نَ ثّ دَ حْ يِ طِ اسَ وْ الَ يمِ اهَ رْ بِ إُ نْ بُ دُ اوَ ي دِ نَ ثّ دَ حْ يِ سِ الَ يّ الطَ دُ اوَ دُ نْ بُ انَ مْ يَ لُ ا سَ نَ ثّ دَ حْ بِ انَ مْ ْ النِ نَ مِ الَ س اّ نُ َ اَ يرِ َ بِ نّ لَ سَ وِ هْ يَ لَ ُ ّ ىّ لَ صِ ّ ِ وُ سَ رَ عَ مِ دِ جْ سَ مْ ي الِ ا فً ودُ ُ ْ الَ ةَ بَ لْ َ و ثُ بَ أَ اءَ جَ فُ هَ يثِ دَ حْ فُ كَ يًُ جَ رٌ يرِ َ بَ انَ َ وَ مُ يرِ َ ا بَ يَ اَ َ فْ يِ نَ ُ َ ا أَ نَ أُ ةَ فْ يَ ذُ حَ اَ َ فِ اءَ رَ مُ ْ ي اِ فَ مّ لَ سَ وِ هْ يَ لَ ُ ّ ىّ لَ صِ ّ ِ وُ سَ رَ يثِ دَ حُ ظَ فْ حَ تَ أ دَْ سَ نْ بَ سَ لَ جَ فُ هَ تَ بْ طُ خُ ظَ فْ حَ أُ ةَ فْ يَ ذُ حَ اَ َ فَ ةَ بَ لْ َ و ثُ بْ رَ يّ مُ ثَ ونُ كَ تْ نَ أُ ّ َ اءَ ا شَ مْ مُ يكِ فُ ةّ وُ بْ النُ ونُ كَ تَ مّ لَ سَ وِ هْ يَ لَ ُ ّ ىّ لَ صِ ّ ُ وُ سَ رَ اَ َ فْ رَ يْ نَ أَ اءَ ا شَ ِ ا إَُ َ فٌ ةَ فَ ِ خُ ونُ كَ تّ مُ ا ثََ ُ كَ تَ فِ ةّ وُ بْ النِ اجَ ْ نِ ى مَ لَ َ يَ ا فً اضَ اً كْ لُ مُ ونُ كَ تّ مُ ا ثََ َ فْ رَ يْ نَ أُ ّ َ اءَ ا شَ ِ ا إَُ َ فْ رَ يّ مُ ثَ ونُ كَ تْ نَ أُ ّ َ اءَ ا شَ مُ ونْ نَ أُ ّ َ اءَ ا شَ مُ ونُ ك اَ مُ ونُ كَ تَ فً ةّ يِ رْ بَ ا جً كْ لُ مُ ونُ كَ تّ مُ ا ثََ َ فْ رَ يْ نَ أَ اءَ ا شَ ِ ا إَُ َ فْ رَ يّ مُ ثَ ونُ كَ يَ اءَ ا شَ ِ ا إَُ َ فْ رَ يّ مُ ثَ ونُ كَ تْ نَ أُ ّ َ اءَ شُ ونُ كَ تّ مُ ا ثََ َ فْ رَ يْ نَ أَ تَ كَ سّ مُ ثِ ةّ وُ بْ النِ اجَ ْ نِ ى مَ لَ ً ةَ فَ ِ خTelah berkata kepada kami Sulaiman bin Dawud al-Thayaalisiy; di mana ia berkata, "Dawud bin Ibrahim al-Wasithiy telah menuturkan hadits kepadaku (Sulaiman bin Dawud al-Thayalisiy). Dan Dawud bin Ibrahim berkata, "Habib bin Salim telah meriwayatkan sebuah hadits dari Nu’man bin Basyir; dimana ia berkata, "Kami sedang duduk di dalam Masjid bersama Nabi saw, –Basyir sendiri adalah seorang laki-laki yang suka mengumpulkan hadits Nabi saw. Lalu, datanglah Abu Tsa’labah al- Khusyaniy seraya berkata, "Wahai Basyir bin Sa’ad, apakah kamu hafal hadits Nabi saw yang berbicara tentang para pemimpin? Hudzaifah menjawab, "Saya hafal khuthbah Nabi saw." Hudzaifah berkata, "Nabi saw bersabda, "Akan datang kepada kalian masa kenabian, dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Kemudian, Allah akan menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa Kekhilafahan ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah; dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang kepada kalian, masa raja menggigit (raja yang dzalim), dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa raja dictator (pemaksa); dan atas kehendak Allah masa itu akan datang; lalu Allah akan menghapusnya jika berkehendak menghapusnya. Kemudian, datanglah masa Khilafah ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah (Khilafah yang berjalan di atas kenabian). Setelah itu, beliau diam".[HR. Imam Ahmad] Takhrij Hadits Hadits ini bersumber dari Musnad Imam Ahmad, hadits no.17680, juga musnad al Bazzar (no. 2796). Riwayat ini termasuk hadits marfu’ (bersambung hingga sampai Rasulullah saw).

Upload: nur-kholis-mansur

Post on 25-Jun-2015

4.072 views

Category:

Spiritual


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Seputar Hadits Berdirinya Kembali Khilafah

Seputar Hadits Kembali Berdirinya Khilafah ‘Ala Minhaaj Al-Nubuwwah

Oleh : M. Taufik N. T

Ada banyak orang yang meragukan hadits Imam Ahmad tentang akan kembali berdirinya

khilafah ‘ala minhaaj al-nubuwwah, dengan hanya mengandalkan dugaan semisal: “Saya menduga kuat bhw Habib (bin Salim, perowi hadits) mencari muka di depan khalifah”. Disisi lain ia justru

memakai perkataan Habib Bin salim yang dia pandang “bermasalah” untuk menyatakan: “Kalau khilafah ‘ala minhajin nubuwwah periode yg kedua baru muncul di akhir jaman maka Umar Bin Abdul Azis termasuk golongan para raja yang ngawur”.

Anehnya kalau hadits ini diragukan, namun tidak terungkap adanya keraguan saat menulis kelamnya sejarah semisal : “Pasukan tentara Bani Abbas menaklukkan kota Damsyik, ibukota Bani Umayyah … mereka menggali kembali kuburan Mu’awiyah serta Bani Umayyah lainnya. Dan ketika mendapati jasad Hisyam bin Abdul Malik masih utuh, mereka lalu menderanya dengan cambuk-cambuk dan menggantungkannya di hadapan pandangan orang banyak selama beberapa hari, kemudian membakarnya dan menaburkan abunya”

Takhrij Hadits Kembali Berdirinya Khilafah ‘Ala Minhaaj Al-Nubuwwah Sebetulnya bukan hanya hadits ini yang membahas khilafah yang akan datang, namun tulisan

ini hanya mengulas takhrij hadits ini dan yg berkaitan dg hadits ini. Imam Ahmad meriwayatkan:

ثني حبيب بن ثني داود بن إبراهيم الواسطي حد ثنا سليمان بن داود الطيالسي حد مان ب حد ن الن نا سالم ير ا ن ب

ليه وسل صلى للا للا ودا في المسجد مع رسو لبة ال ير رجل يكف حديثه فجاء أبو ث ان ب ير م و يا ب ني فا خ

حذيفة أنا أ ليه وسلم في المراء فا صلى للا للا د أتحفظ حديث رسو حذيفة أ حفظ خطبته فجلس بن س لبة فا بو ث

أن تكون ثم ير ة فيكم ما شاء للا ليه وسلم تكون النبو صلى للا للا رسو ا شاء أن يرف ا ا إ ا ثم تكون خلفة ف

ة فتك اج النبو لى من ا في اض ا ثم تكون ملكا أن يرف ا شاء للا ا إ أن تكون ثم يرف أن ون ما شاء للا كون ما شاء للا

ا ثم تكون ملكا جبرية فتكون ما ا شاء أن يرف ا إ ا شاء يكون ثم يرف ا إ أن تكون ثم يرف ا ثم تكون شاء للا أن يرف

ة ثم سكت اج النبو لى من خلفة

Telah berkata kepada kami Sulaiman bin Dawud al-Thayaalisiy; di mana ia berkata, "Dawud bin Ibrahim al-Wasithiy telah menuturkan hadits kepadaku (Sulaiman bin Dawud al-Thayalisiy). Dan Dawud bin Ibrahim berkata, "Habib bin Salim telah meriwayatkan sebuah hadits dari Nu’man bin Basyir; dimana ia berkata, "Kami sedang duduk di dalam Masjid bersama Nabi saw, –Basyir sendiri adalah seorang laki-laki yang suka mengumpulkan hadits Nabi saw. Lalu, datanglah Abu Tsa’labah al-Khusyaniy seraya berkata, "Wahai Basyir bin Sa’ad, apakah kamu hafal hadits Nabi saw yang berbicara tentang para pemimpin? Hudzaifah menjawab, "Saya hafal khuthbah Nabi saw." Hudzaifah berkata, "Nabi saw bersabda, "Akan datang kepada kalian masa kenabian, dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Kemudian, Allah akan menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa Kekhilafahan ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah; dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang kepada kalian, masa raja menggigit (raja yang dzalim), dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa raja dictator (pemaksa); dan atas kehendak Allah masa itu akan datang; lalu Allah akan menghapusnya jika berkehendak menghapusnya. Kemudian, datanglah masa Khilafah ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah (Khilafah yang berjalan di atas kenabian). Setelah itu, beliau diam".[HR. Imam Ahmad]

Takhrij Hadits

Hadits ini bersumber dari Musnad Imam Ahmad, hadits no.17680, juga musnad al Bazzar (no. 2796). Riwayat ini termasuk hadits marfu’ (bersambung hingga sampai Rasulullah saw).

Page 2: Seputar Hadits Berdirinya Kembali Khilafah

Sanad Hadits:

Tentang Perowi Hadits: 1. Sulaiman bin Dawud al-Thayaalisiy.

Nama Lengkap : Sulaiman bin Daud bin Al Jarud

Kalangan : Tabi’ut Tabi’in kecil (shugra min al-atbaa’) Nasab : al-Thayaalisiy.

Kunyah: Abu Dawud.

Negeri semasa hidup : Bashrah

Wafat : 204 H di Bashrah

Guru-gurunya: Aban bin Yazid, Ibrahim bin Sa’ad bin Ibrahim bin ‘Abdurrahman bin ‘Auf,

Abu Bakar bin ‘Isyasy bin Salim, Ishaq bin Sa’id bin ‘Aman bin Sa’id bin al-’Ash, Israil bin Yunus bin Abi Ishaq, Ismail bin Ja’far bin Abi Katsir, Asy’ats bin Said, Bustham bin Muslim bin

Numair, Tsabit bin Yazid, Jarir, bin Hazm bin Zaid, Habib bin Abu Habib Yazid, Harb bin

Syaddad, Huraisy bin Salim, Al-Hasan bin Abi Ja’far ‘Ijlaan, al-Hakam bin ‘Athiyyah, Himad bin Salamah bin Dinar, Humaid bin Abi Humaid Mahran, Kharijah bin Mush’ab bin Kharijah, Khalid

bin Dinar, Dawud bin Abi al-Farat ‘Amru bin al-Farat, Dawud bin Qais, Rubbah bin ‘Ubadah bin al-’Ilaa`, Zaidah bin Qudamah, Zum’ah bin Shalih, Dawud bin Ibrahim,Zuhair bin Mohammad,

dan lain-lain. Murid-murid yang meriwayatkan hadits darinya adalah, Ahmad bin Ibrahim bin Katsir,

Ahmad bin ‘Abdullah bin ‘Ali bin Suwaid bin Manjuf, Ahmad bin ‘Ubadah bin Musa, Ahmad bin

Mohammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad, Ishaq bin Manshur bin Bahram, Hujjaj bin Yusuf bin

al-Hujjaj, Al-Hasan bin ‘Ali bin Mohammad, Khalifah bin Khiyaath bin Khalifah bin Khiyaath, dan lain sebagainya.

Komentar ‘Ulama:

ULAMA KOMENTAR

Ahmad bin Hambal Tsiqqah Shaduuq (Dia tsiqqah dan terpercaya)

Yahya bin Ma’in Shaduuq (orang yang paling terpercaya)

Ali al-Madaniy "Aku tidak pernah melihat seorang pun yang paling kuat hafalannya dibandingkan dirinya"

Al-’Ajalaniy Tsiqah banyak hafalannya

Ibnu Mahdi manusia paling terpercaya (ashdaaq al-naas)

Adz Dzahabi Alhafidz

Amru bin Fallas "Aku tidak pernah melihat ahli hadits yang lebih hafal dibandingkan dirinya".

2. Dawud bin Ibrahim al-Waasithiy. Nama Lengkap : Daud bin Ibrahim

Kalangan : Tabi’in kecil

Nasab: al-Wasithiy

Negeri semasa hidup : Bashrah

Murid beliau adalah Sulaiman bin Dawud al-Thayaalisiy, dan ia berguru kepada Habib bin

Salim. Para ahli hadits menyatakan bahwa ia adalah tsiqqah (kepercayaan).

Page 3: Seputar Hadits Berdirinya Kembali Khilafah

3. Habib bin Salim

Nama Lengkap : Habib bin Salim

Kalangan : Tabi’in kalangan pertengahan

Nasab: al-Anshoriy.

Murid : antara lain Ibrahim Bin Muhâjir Bin Jâbir (Abu Ishaq), Bisyr Bin Tsâbit (Abu

Muhammad), Basyîr Bin Tsâbit, Ja’far Bin ‘Iyâs, Khalid Bin Mihran, Muhammad Bin Al

Muntasyir, dll Komentar Ulama:

ULAMA KOMENTAR

Abu Hatim Ar Rozy Tsiqah

Abu Daud al-Sajastaniy Tsiqah

Ibnu Hibban mentsiqqahkannya

Al Bukhari Fiihi Nadzor (haditsnya perlu diteliti)

4. An Nu’man bin Basyir Nama Lengkap : An Nu’man bin Basyir binb Sa’ad

Kalangan : Shahabat

Kuniyah : Abu ‘Abdullah

Negeri semasa hidup : Kufah

Wafat : 65 h

Murid : antara lain Azhar bin ‘Abdullah bin Jami’, Habib bin Salim, al-Hasan bin Ali al-Hasan

Yasar, al-Husain bin al-Harits, Humaid bin ‘Abdurrahman bin ‘Auf, Haitsamah bin

‘Abdurrahman bin Abi Sabrah, Rabi’ah bin Yazid, Sammaak bin Harb bin Aus, Al-Dlahhak bin Qais bin Khalid al-Akbar bin Wahab, dan lain-lain

5. Hudzaifah Nama Lengkap : Hudzaifah bin Al Yaman

Kalangan : Shahabat

Kuniyah : Abu ‘Abdullah

Negeri semasa hidup : Kufah

Wafat : 36 H

Murid : antara lain Abul Azhar, Abu ’Aisyah, Abu ’Ubaidah Bin Hudzaifah, Al Aswad Bin Yazid

Bin Qais, Jundub Bin Abdillah, dll

Status Hadits

Al-Hafidzh Al-Iraqi (wafat 806 H), guru dari Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalaniy (wafat 852 H),

di dalam kitabnya Mahajjatul-Qarb ila Mahabbatil-Arab (II/17), mengatakan :"Status hadits ini shahih”, Syu’aib Arna’uth menyatakan : sanadnya baik (isnâduhu hasan), Al Haitsami dalam Majma’uz Zawa’id (5/341) menyatakan perowi-perowinya terpercaya, Al Albani menshahihkan dalam Silsilah As Shahihah (1/34).

Adapun komentar Imam Bukhory tentang Habib bin Salim, tidak otomatis menjadikan hadits ini lemah, namun perlu diteliti, dan hasil penelitian para ahli hadits mereka tidak melemahkan hadits

ini. Imam Muslim sendiri juga meriwayatkan hadits dari Habib Bin Salim semisal hadits: "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa membaca surat Al A’la dan surat Al Ghasyiah dalam shalat dua hari raya dan shalat Jum’at. Bila shalat Id bertepatan dengan hari Jum’at, beliau juga membaca kedua surat tersebut dalam kedua shalat itu."[2]

Selain Imam Muslim, Habib Bin Salim juga merupakan perowi Abu Dawud (4 hadits), At

Tirmidzi (3 hadits), an Nasa’i (8 hadits), Ibnu Majah (2 hadits), Imam Ahmad (16 hadits) juga ad

Darimi ( 4 hadits). Seandainya mengikuti logika penulis blog tersebut, niscaya para ahli hadits tidak akan memuat Habib Bin Salim sebagai perowi hadits mereka.

Perkataan Habib Bin Salim di akhir Hadits ini

ير في صحابته فك مان بن ب ان يزيد بن الن زيز و بد ال مر بن ا ام حبيب فلم ا ر إيا تبت إليه ب ر ذا الحديث أ

مر فلت له إنري أرجو أن يك لى تابي اضر والجبرية فأدخل د الملك ال مر ب ني زيز ون أمير المؤمنين ي بد ال بن

جبه فسر به وأ

Page 4: Seputar Hadits Berdirinya Kembali Khilafah

Habib berkata; “Ketika ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz menjadi khalifah dimana Yazid bin an-Nu’man bin Basyir mendampinginya, aku menulis hadits ini untuknya dan aku mengisahkan hadits ini kepadanya dan aku katakan; “Aku berharap dia, maksudnya ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz menjadi amirul mu’minin setelah kekuasaan kerajaan yang bengis dan pemerintahan diktator” Lalu suratku itu diberikan kepada ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, maka dia senang dan mengaguminya”.

Dalam pendapat yang satu dengan yang lain yang satu selera, mereka menjadikan hal ini

sebagai alasan bahwa kalau khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah khalifah ‘ala minhâjin nubuwwah

yang kedua, maka masa khilafah telah berakhir, lalu dengan sembrono ditulis: “Kalau khilafah ‘ala minhajin nubuwwah periode yang kedua baru muncul di akhir jaman maka umar bin abdul azis termasuk golongan para raja yang ngawur”. Sungguh ajaib ungkapan seperti ini, yg para ahli hadits pun tidak berlogika seperti ini, tepat apa yg dikatakan al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalany dalam Fathul

Bâry (5/446):

ا تكل جائبوإ ال ذ م المرء في غير فن ه أتى ب

“jika seseorang berbicara (dengan logikanya sendiri) dalam hal yang bukan bidangnya, maka akan mendatangkan keajaiban seperti ini”[3] Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kasus ini, yakni:

Perkataan Habib bin Salim bukanlah hadits, sehingga tidak menjadi dalil syara’.

Anehnya perkataan Nabi SAW yg diriwayatkan Habib bin Salim dia tolak karena menurut dugaannya Habib bin Salim cukup “bermasalah” dan cari muka, namun perkataan pribadi

Habib bin Salim dia lontarkan untuk menjustifikasi logika ajaibnya.

Habib bin Salim dalam perkataannya tidak menyatakan Umar bin Abdul Aziz

sebagai khilafah ‘ala minhajin nubuwwah yg dimaksud hadits ini, beliau hanya mengharap, perhatikan kalimat beliau:

إنري أرجو الخAku berharap …

Hadits-hadits yang bicara tentang akhir zaman, akan adanya Khalifah al Mahdi

sebagai khalifah pengganti dari khalifah sebelumnya yang wafat. Imam as Syaukani

(wafat 1250 H) menyatakan bahwa terdapat lima puluh hadits yang terdiri atas hadits shahih, hasan, dan dha’if yang berbicara tentang al Mahdi, salah satu hadits shahih diriwayatkan Ibnu

Majah dalam kitab sunan Ibnu Majah bab Khurûju Al Mahdi & Al Hakim dalam Kitâbu Al Fitan

wa Al Malâhim, dari Tsauban r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda:

تلونكم تل في ر ود من بل ال م ايات الس م ثم تطلع الر م ابن خليفة ثم ل يصير إلى واحد من ل م ثلثة نز ند تتل ي

د الم لى الث لج فإنه خليفة للا و ولو حبوا ا رأيتمو فباي فإ ر شيئا ل أحفظه فا تله وم ثم لم ي

"Akan berperang tiga orang di sisi perbendaharaanmu. Mereka semua adalah putera khalifah. Tetapi tak seorang pun di antara mereka yang berhasil menguasainya. Kemudian muncullah bendera-bendera hitam dari arah timur, lantas mereka memerangi kamu dengan suatu peperangan yang belum pernah dialami oleh kaum sebelummu. " Kemudian beliau Saw menyebutkan sesuatu yang aku tidak hafal , lalu bersabda: "Maka jika kamu melihatnya, berbai’atlah walaupun dengan merangkak di atas salju, karena dia adalah khalifah Allah Al-Mahdi"(Al Hakim berkata, "Ini adalah hadits shahih menurut syarat Syaikhain (Bukhari – Muslim)" Perkataan Al Hakim ini juga disetujui oleh adz-Dzahabi).

Jadi dari hadits ini, jelaslah bahwa Khilafah akan tegak sebelum turunnya al Mahdi, dan al Mahdi adalah khalifah pengganti dari khalifah sebelumnya (tidak diceritakan ada berapa khalifah

sebelum al Mahdi).

Oleh karena itu tidak kita jumpai ahli hadits maupun ahli sejarah yang mu’tabar yang mempunyai pemikiran seperti tertulis dalam blog tersebut, bahkan sangat masyhur bahwa setelah

khalifah Umar Bin Abdul Aziz masih ada para khalifah setelahnya. Allahu Ta’ala A’lam

Page 5: Seputar Hadits Berdirinya Kembali Khilafah

Para Khalifah dari Masa ke Masa

Para Khalifah Masa Khulafâ ar-Râsyidîn

No Khalifah Th (H) Th (M) ΣTh

1 Abu Bakar ash-Shiddîq 11-13 632-634 2

2 Umar bin al-Khaththâb 13-23 634-644 10

3 ‘Utsman bin Afân 23-35 644-656 12

4 ‘Alî bin Abi Thâlib 35-40 656-661 5

5 Al-Hasan bin ‘Ali 40-41 661 1

Para Khalifah Masa Umayyah

No Khalifah Th (H) Th (M) ΣTh

1 Mu’awiyah bin Abi Sofyân 41-60 661-679 19

2 Yazîd bin bin Mu’awiyah 60-64 679-683 4

3 Mu’awiyah bin Yazîd 64 683

4 Marwân bin al-Hakam 64-65 683-684 1

5 ‘Abdul Malik bin Marwân 65-86 684-705 21

6 Al-Walîd bin ‘Abdul Malik 86-96 705-714 10

7 Sulaiman bin ‘Abdul Malik 96-99 714-717 3

8 Umar bin ‘Abdul ‘Azîz 99-101 717-719 2

9 Yazîd bin ‘Abdul Malik 101-105 719-723 4

10 Hisyam bin ‘Abdul Malik 105-125 723-742 20

11 Al-Walîd bin Yazîd 125-126 742-743 1

12 Yazîd bin al-Walîd 126 743

13 Ibrahîm bin al-Walîd 126-127 743-744 1

14 Marwan bin Muhammad 127-132 744-749 5

Para Khalifah Masa Abbasiyah yang Berpusat di Irak

No Khalifah Th (H) Th (M) ΣTh

1 Abu al-‘Abbâs as-Saffâh 132-137 749-753 5

2 Abu Ja’far al-Manshûr 137-159 753-774 22

3 Al-Mahdi 159-169 774-785 10

4 Al-Hâdi 169-170 785-786 1

5 Hârûn al-Rasyîd 170-193 786-808 23

6 Al-Amîn 193-198 808-813 5

7 Al-Ma`mûn 198-218 813-833 20

8 Al-Mu’tashim Billah 218-227 833-841 9

9 Al-Wâtsiq Billah 227-232 841-846 5

10 Al-Mutawakkil ‘Alallah 232-247 846-861 15

11 Al-Muntashir Billah 247-248 861-862 1

12 Al-Musta’în Billah 248-252 862-866 4

13 Al-Mu’taz Billah 252-255 866-868 3

14 Al-Muhtadî Billah 255-256 868-869 1

15 Al-Mu’tamad ‘Alallah 256-279 869-892 23

16 Al-Mu’tadhid Billah 279-289 892-901 10

17 Al-Muktafî Billah 289-295 901-907 6

18 Al-Muqtadir Billah 295-320 907-932 25

19 Al-Qâhir Billah 320-322 932-933 2

20 Ar-Râdhî Billah 322-329 933-940 7

21 Al-Muttaqî Lillah 329-333 940-944 4

22 Al-Mustakfî Lillah 333-334 944-945 1

Page 6: Seputar Hadits Berdirinya Kembali Khilafah

23 Al-Muthî’ Lillah 334-363 945-973 9

24 Ath-Thâi’ Lillah 363-381 973-991 18

25 Al-Qâdir Billah 381-422 991-1030 41

26 Al-Qâim Biamrillah 422-467 1030-1074 45

27 Al-Muqtadî Biamrillah 467-487 1074-1094 10

28 Al-Mustazhhir Billah 487-512 1094-1118 25

29 Al-Musytarsyid Billah 512-529 1118-1134 17

30 Ar-Râsyid Billah 529-530 1134-1135 1

31 Al-Muqtafî Liamrillah 530-555 1135-1160 25

32 Al-Mustanjid Billah 555-566 1160-1170 11

33 Al-Mustadhî Biamrillah 566-575 1170-1179 9

34 An-Nâshir Lidînillah 575-622 1179-1225 47

35 Azh-Zhâhir Biamrillah 622-623 1225-1226 1

36 Al-Mustanshir Billah 623-640 1226-1242 7

37 Al-Mu’tashim Billah 640-656 1242-1258 16

Para Khalifah Masa Abbasiyah yang Berpusat di Mesir

No Khalifah Th (H) Th (M) ΣTh

1 Al-Mustanshir Billah (II) 659-661 1260-1262 2

2 Al-Hâkim Biamrillah (I) 661-701 1262-1301 40

3 Al-Mustakfî Billah (I) 701-736 1301-1335 35

4 Al-Wâtsiq Billah (I) 736-742 1335-1341 6

5 Al-Hâkim Biamrillah (II) 742-753 1341-1352 11

6 Al-Mu’tadhid Billah (I) 753-763 1352-1361 10

7 Al-Mutawakkil ‘Alallah (I) 763-785 1361-1383 22

8 Al-Wâtsiq Billah (II) 785-788 1383-1386 3

9 Al-Mu’tashim 788-791 1386-1388 3

10 Al-Mutawakkil ‘Alallah (II) 791-808 1388-1405 17

11 Al-Musta’în Billah 808-815 1405-1412 7

12 Al-Mu’tadhid Billah (II) 815-845 1412-1441 30

13 Al-Mustakfî Billah (II) 845-854 1441-1450 9

14 Al-Qâim Biamrillah 854-859 1450-1454 5

15 Al-Mustanjid Billah 859-884 1454-1479 15

16 Al-Mutawakkil ‘Alallah (III) 884-893 1479-1487 9

17 Al-Mutamassik Billah 893-914 1487-1508 11

18 Al-Mutawakkil ‘Alallah (IV) 914-918 1508-1512 4

Para Khalifah Masa Utsmaniyah

No Khalifah Th (H) Th (M) ΣTh

1 Salîm al-Ula 918-926 1512-1520 8

2 Sulaiman Qânûnî 926-974 1520-1566 48

3 Salîm ats-Tsanî 974-982 1566-1574 8

4 Murâd ats-Tsâlits 982-1003 1574-1595 21

5 Muhammad ats-Tsâlits 1003-1012 1595-1603 9

6 Ahmad al-Ula 1012-1026 1603-1617 14

7 Mushthafa al-Ula 1026 1617

8 Utsman ats-Tsânî 1026-1031 1617-1621 5

9 Mushthafa al-Ula (ke dua kali) 1031-1032 1621-1622 1

10 Murâd ar-Râbi’ 1032-1049 1622-1639 17

11 Ibrâhîm al-Ula 1049-1058 1639-1648 9

Page 7: Seputar Hadits Berdirinya Kembali Khilafah

12 Muhammad ar-Râbi’ 1058-1099 1648-1687 41

13 Sulaiman ats-Tsânî 1099-1102 1687-1691 3

14 Ahmad ats-Tsânî 1102-1106 1991-1994 4

15 Mushthafa ats-Tsânî 1106-1115 1694-1702 9

16 Ahmad ats-Tsâlits 1115-1143 1703-1730 28

17 Mahmûd al-Ula 1143-1168 1730-1754 25

18 Utsman ats-Tsâlits 1168-1171 1754-1757 3

19 Mushthafa ats-Tsâlits 1171-1187 1757-1773 16

20 ‘Abdul Hamîd al-Ula 1187-1203 1773-1788 16

21 Salîm ats-Tsâlits 1203-1222 1789-1807 19

22 Mushthafa ar-Râbi’ 1222-1223 1807-1808 1

23 Mahmûd ats-Tsânî 1223-1255 1808-1839 32

24 ‘Abdul Majîd al-Ula 1255-1277 1839-1861 22

25 ‘Abdul ‘Azîz al-Ula 1277-1293 1861-1876 16

26 Murâd al-Khâmis 1293 1876

27 ‘Abdul Hamid ats-Tsânî 1293-1328 1876-1909 35

28 Muhammad Rasyad al-Khâmis 1328-1337 1909-1918 9

29 Muhammad Wahîduddin (II) 1337-1340 1918-1922 3

30 ‘Abdul Majîd ats-Tsânî 1340-1342 1922-1924 2

Khilafah, Wajib Ditegakkan Dan Perlu

Ta’rif Khilafah: Pendapat Imam Ar-Razi mengenai istilah Imamah dan Khilafah dalam kitab Mukhtar Ash-

Shihah hal. 186 :

و هي الخلفة أو اإلمامة الظمى ، أو إمارة المؤمنين لا يؤد منى واحدا ، وتد لى وظيفة واحدة

السلطة اليا للمسلمين

“Khilafah atau Imamah ‘Uzhma, atau Imaratul Mukminin semuanya memberikan makna yang satu

[sama], dan menunjukkan tugas yang satu [sama], yaitu kekuasaan tertinggi bagi kaum muslimin.”

(Lihat Muslim Al-Yusuf, Daulah Al-Khilafah Ar-Rasyidah wa Al-‘Alaqat Ad-Dauliyah, hal. 23; Wahbah Az-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu, Juz 8/270). Dalam Al Majmu’, Imam Nawawi menyatakan

bahwa khilafah disebut juga Imamah Kubra: الن االمامة الكبرى إنما يقصد بها الخالفة كما قدمنا

Dalam kitab الموسوعة الفقهية bab إمامة كبرى disebutkan :

مامة الكبرى في الصطلح ن النبير صلى للا لي : واإل نيا خلفة ين والد ة في الدر ام ه وسلم رئاسة

لة غرى , وهم إمامة الص مامة الص ن اإل ا برى تمييزا ل يت وسمر

(Makna) Imamah kubra secara istilah: kepemimpinan umum dalam urusan agama dan dunia sebagai pengganti Rasulullah SAW, dikatakan kubra (besar) untuk membedakan dari imamah sughro (kecil) yakni imam shalat. Sedangkan khilafah, imamah kubro, imarotul mu’minin, as sulthoth adalah merupakan sinonim yang menunjuk makna yang sama. Ibnu Khaldun dalam kitab Muqaddimah hal 97 menyatakan bahwa

khilafah adalah:

Page 8: Seputar Hadits Berdirinya Kembali Khilafah

دنيا به، تسمى د بينا حية هذا المنصب، وأنه نيابة ن صاحب الرية في حفظ الدين، وسياسة ال

ة وإماما خلفة وإمامة، والائم به خليف

“Telah kami jelaskan hakikat kedudukan ini [khalifah] dan bahwa ia adalah pengganti dari Pemilik Syariah [Rasulullah SAW] dalam menjaga agama dan mengatur dunia dengan agama. [Kedudukan ini] dinamakan Khilafah dan Imamah, dan orang yang melaksanakannya [dinamakan] khalifah dan imam.” Pendapat Para Ulama tentang kewajiban mengangkat Khalifah

Imam an Nawawi (wafat 676 H) dalam Syarh Shohih Muslim (12/205) menulis :

وأجموا لى أنه يجب لى المسلمين نصب خليفة ووجوبه بالرع ل بالل

Dan mereka (kaum muslimin) sepakat bahwa sesungguhnya wajib bagi kaum muslimin mengangkat

Kholifah, dan kewajiban (mengangkat khalifah ini) ditetapkan dengan syara’ bukan dengan akal. (lihat juga ‘Aunul Ma’bud, 6/414, Tuhfatul Ahwadzi, 6/397) Ibnu Hajar Al Haytami Al Makki Asy Syafi’i (wafat 974 H) dalam kitabnya : لصواعق المحرقة على أهل ا الرفض

:juz 1 hal 25 menulis والضالل والزندقة

راض زمن الم أيضا أن الصحابة رضوان للا تالى ليم أجمين أجموا لى أن نصب اإلمام بد ان

النبوة واجب بل جلو أهم الواجبات

Ketahuilah juga bahwa sesungguhnya para shahabat r.a telah ber ijma’ (sepakat) bahwa mengangkat imam (khalifah) setelah zaman kenabian adalah kewajiban, bahkan mereka menjadikannya sebagai kewajiban yang terpenting. Imam al Mawardi dalam kitab Al Ahkâm As Sulthoniyyah hal 3 mengatakan :

دها لمن يوم با في نيا، و ين وسياسة الد ة في حراسة الدر ة لخلفة النبو مامة موضو المة واجب اإل

بالجماع

Imamah diletakkan (diposisikan) untuk mengganti nabi dalam menjaga agama dan mengurus dunia, dan mengangkat orang yang melakukannya (menjaga agama dan mengurus dunia) ditengah-tengah umat merupakan kewajiban berdasarkan ijma’ Al-imam Al-qurthubi, dalam tafsir الجامع ألحكام القرآن ketika menafsirkan ayat 30 dari surah Al-

baqarahmenyatakan: حكام الخليفة. ية أصل في نصب إمام وخليفة يسمع له ويطاع، لتجتمع به الكلمة، وتنفذ به أهذ اآل …

( حيث ان ن الرية 1ول خلف في وجوب لك بين المة ول بين الئمة إل ما رو ن الصم )

أصم، وذلك ل من ا بوله واتبه لى رأيه ومذهبه،

…ayat ini pokok (yang menegaskan) bahwa mengangkat imam dan khalifah untuk didengar dan dita’ati, untuk menyatukan pendapat serta melaksanakan, melalui khalifah, hukum-hukum tentang khalifah. Tidak ada perbedaan tentang wajibnya hal tersebut diantara umat, tidak pula diantara para imam kecuali apa yang diriwayatkan dari Al-asham[1], yang menjadi syariat Asham, dan begitu pula setiap orang yang berkata dengan perkataannya serta orang yang mengikuti pendapat dan madzhabnya

Abdurrahman Al Jaziri, dalam kitab الفقه على المذاهب األربعة juz 5 hal 197 mengatakan : ائر الدين اتفق الئمة رحمم للا تالى لى : أن اإلمامة فرض وأنه ل بد للمسليمن من إمام ييم ش

ي جميع ولى أنه ل يجوز أن يكون لى المسلمين في وت واحد ف وينصف المظلومين من الظالمين

…الدنيا إمامان ل متفان ول مفتران

Telah sepakat para Imam Madzhab, semoga Allah merahmati mereka, atas: sesungguhnya imamah (khilafah) adalah kewajiban dan sesungguhnya haruslah kaum muslimin mempunyai imam yang menegakkan syi’ar-syi’ar agama, mengambil haknya orang orang yang didzolimi dari orang-orang

Page 9: Seputar Hadits Berdirinya Kembali Khilafah

yang dzolim, dan (mereka sepakat) bahwa sesungguhnya tidak boleh bagi kaum muslimin dalam waktu yang sama di seluruh dunia terdapat dua imam baik mereka sepakat atau bersengketa…

Dalam kitab mausû’ah al Fiqhiyyahbab إمامة كبرى dinyatakan:

مام ا النياد إل لي ة يجب لى أن الم مامة , و د اإل لى وجوب ة ت الم , ييم فيأجم ام م أحك اد

صلى للا ليه وسلم للا ا رسو ة التي أتى ب ري م بأحكام ال , ويسوس للا

Umat telah sepakat akan wajibnya mengangkat imamah (khilafah), dan umat wajib tunduk kepada imam yang adil, yang menegakkan hukum-hukum Allah atas mereka, dan mengatur urusan mereka dengan hukum-hukum syara’ yang dibawa Rasulullah SAW.

Kutipan diatas hanya sebagian saja dari pendapat ulama yang mereka gali berdasarkan al Qur’an, As Sunnah serta ijma’ sahabat.

Lafadz Khalifah dalam Hadits Rasulullah Sebagian orang menolak khilafah karena menurut mereka kata (lafadz) ini tidak ada secara

tektual dalam nash, berikut salah satu contoh hadits (dari banyak hadits) yang secara tekstual menyatakan adanya khalifah.

م ال انت بنو إسرائيل تسوس د وسي لما هلك نبي خلفه نبي وإنه ل نبي ب كون خلفاء فيكثرون. نبياء

م م فإن للا سائل طوهم ح ، أ فالو ة الو فوا ببي الوا: فما تأمرنا؟ ا ا استر م اه م

"Dulu Bani Israil selalu dipimpin/diurus oleh para nabi. Setiap kali seorang nabi meninggal, datang nabi lain menggantikannya. Sesungguhnya tidak ada nabi sesudahku; yang ada adalah para khalifah yang banyak." Para sahabat bertanya, "Apa yang engkau perintahkan kepada kami?" Beliau menjawab, "Penuhilah baiat yang pertama; yang pertama itu saja. Berikanlah kepada mereka haknya, karena Allah nanti akan menuntut pertanggungjawaban mereka atas rakyat yang diurusnya." (HR al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

Dengan Khilafah Islam Bisa Diterapkan Secara Totalitas Sesungguhnya Allah SWT telah menyeru semua manusia –baik muslim maupun kafir– untuk

mengerjakan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Hanya saja dalam pelaksanaannya, ada hukum-hukum yang dibebankan kepada manusia secara pribadi seperti dalam

masalah ‘aqidah dan sebagian besar masalah ibadah mahdhah/ritual, dan banyak pula hukum-hukum

yang tidak bisa dan/atau tidak boleh/haram dilakukan individu, antara lain: a. Hukum-hukum yang berkaitan dengan hubungan internasional yang lahir dari Aqidah Islamiyah.

Rasulullah SAW telah menulis surat kepada para kepala negara, mengirim utusan kepada mereka, serta menerima utusan-utusan dari negara lain. Rasulullah bersabda kepada dua orang utusan

Musailamah Al Kadzdzaab : "Kalaulah sekiranya tidak ada ketentuan bahwa utusan-utusan itu tidak boleh dibunuh, niscaya aku sudah membunuh Anda berdua."

b. Juga Firman Allah SWT :"…(Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka…" (QS. Al Anfaal : 72) Hukum-hukum jihad, tawanan, dan pertukaran perdagangan antar negara, semuanya termasuk

dalam kategori hukum hubungan internasional ini. Dan Rasulullah SAW sendiri telah mengadakan

berbagai perjanjian. Beliau SAW bersabda:"Kaum muslimin bertindak sesuai dengan syarat-syarat yang mereka tetapkan."

c. Hukum-hukum mengenai ‘uqubat (hukuman dan sanksi) yang ditetapkan oleh Islam untuk menjaga agama, jiwa, harta, kehormatan, akal, dan kemuliaan, diantaranya hukum-hukum

tentang pencurian, hukum-hukum zina dan para pezina, hukum pembunuhan, meminum khamr,

perampasan, orang-orang murtad, qishash, serta hukum qadzaf (menuduh zina), dan penghinaan. hanya dapat dan boleh dilakukan oleh negara/khilafah, dalam hal ini Imam Qurthubi berkata

:“Para fuqaha(ahli fiqh) telah sepakat bahwa siapapun tidak berhak menghukum para pelaku pelanggaran syara’ tanpa seijin penguasa/khalifah, dan tidak boleh suatu masyarakat saling mengadili sesamanya, tetapi yang berhak adalah sulthan/khalifah”[2]

Page 10: Seputar Hadits Berdirinya Kembali Khilafah

Dan karena menegakkan semua hukum Allah adalah wajib sementara kewajiban ini tidak bisa

terlaksana tanpa adanya khilafah, maka berdasarkan qaidah syara’ “Tidak sempurna suatu kewajiban kecuali dengan sesuatu hal, maka hal tersebut adalah wajib”. Sehingga berdasarkan hal ini maka menegakkan khilafah adalah wajib. Kewajiban ini bukan hanya didasarkan pada qaidah ushul ini saja,

tetapi juga didasarkan pada dalil-dalil berikut : a. Al Qur’an : Allah SWT telah berfirman : “Taatilah Allah dan taatilah rasul-Nya dan ulil amri diantara kalian…” (QS An Nisaa : 105), sedangkan terhadap ulil amriAllah SWT berfirman :

“Dan hendaknya engkau memutuskan (perkara) diantara mereka dengan apa yang Allah turunkan…”.(QS Al Maidah: 48, 49) dan karena memutuskan perkara diantara manusia(rakyat)

adalah hanya hak khalifah (dengan definisi khalifah/khilafah seperti tersebut dimuka), maka jelaslah bahwa ulil amri disini adalah khalifah. Dan karena dalam ayat ini kita dituntut untuk mentaatinya,

maka jelaslah bahwa kita juga wajib untuk merealisasikan hal yang harus kita ta’ati, yakni khalifah.

b. As Sunnah : Sabda Rasulullah : “Barang siapa mati sedangkan dipundaknya tidak ada bai’at (kepada khalifah) maka matinya adalah mati jahiliyyah” [3] c. Ijma’ Shahabat, para shahabat telah sepakat memba’iat Abu Bakar sebagai khalifah setelah Rasulullah wafat, kemudian menyusul Umar, Ustman dan Ali radhiallahuanhum. Bahkan seluruh imam mazhab dan para mujtahid besar tanpa kecuali, baik dari kalangan ahlussunnah, mu’tazilah, murji’ah maupun khawaarij semuanya sepakat bahwa

mengangkat seorang khalifah hukumnya adalah wajib.[4]. Allahu A’lam. [M. Taufik N.T

Page 11: Seputar Hadits Berdirinya Kembali Khilafah

Kekhilafahan Hanya 30 Tahun ?

Sebagian kelompok cendekiawan menggunakan beberapa hadits sebagai dalil bahwa keberadaan daulah Khilafah tidak berlangsung lama, yaitu hanya berlangsung sampai pada masa

Khalifah ar-Rasyidun saja. Menurut mereka, setelah 30 tahun, kekhilafahan berubah menjadi sistem

kerajaan-kekaisaran. Oleh sebab itu tidak ada gunanya memperjuangkan tegaknya khilafah, bahkan upaya tersebut mereka anggap hal yang bertentangan dengan hadits-hadits ini. Benarkah hadits-

hadits tersebut bermakna demikian? Tulisan ini berupaya mengupas hadits-hadits tersebut, membandingkan dengan hadits-hadits lain dan merujuk pendapat para pakar hadits yang sudah

mu’tabar. Sebelumnya saya kutip (copy paste arabnya) dari maktabah syamilah v. 3.24, penjelasan haditsnya juga saya telusuri dan ambil dari maktabah syamilah.

Hadits 1. HR. Ibnu Hibban dari Safînah, dan Ibnu Hibban mensahihkannya:

فاء والملوك اثنا عشرالخالفة ثالثون سنة وسائرهم ملوك والخل

“Kekhilafahan itu (akan berlangsung selama) 30 tahun, (setelah itu) semuanya adalah para raja, dan (banyaknya) para khalifah dan para raja adalah 12 orang” Hadits 2. HR. Ibnu Hibban jilid 15 hal. 392 No. 6943 (Mu’assasah Ar Risalah – Beirut) dengan sanad

hasan, juga diriwayatkan Al Bazzar, Thabrani dalam Mu’jâm al Kabîr, & Abu Dawud.

الخالفة بعدي ثالثون سنة ثم تكون ملكا“Masa kekhilafahan (yang ada pada umat) sepeninggalku adalah 30 tahun, setelah itu adalah kerajaan”

Hadits 3. HR. Muslim No. 1821, Dâr Ihyâ’ At Turâts Al Arabiy, dari Jabir bin Samurah:

إن هذا األمر ال ينقضي حتى يمضي فيهم اثنا عشر خليفةSesungguhnya urusan (kekhilafahan) ini tidak akan musnah sampai berlalu atas mereka 12 khalifah. Hadits 4. HR. Ibnu Hibban, dari Jabir bin Samurah:

يكون بعدي اثنا عشر خليفة كلهم من قريش“Akan ada setelahku 12 orang khalifah, semuanya dari (suku) quraisy.” Hadits 5. HR. Ibnu Hibban, dari Jabir bin Samurah:

عزيزا إلى اثني عشر خليفةال يزال اإلسالم

Tidak henti-hentinya Islam dalam keadaan kuat sampai (berlalu) 12 orang khalifah (diriwayatkan juga

oleh Thabrani, Ahmad, Muslim, Lihat Jâmi’ul Kabîr karya As Suyuthi) Hadits 6. HR. Ibnu Hibban, Al Baihaqi, Ibnu “Asakir, Abu Ya’la, dari Abu Hurairah, beliau SAW

bersabda: ملون بما ال يعلمون سيكون بعدى خلفاء يعملون بما يعلمون ويفعلون ما يؤمرون وسيكون بعدهم خلفاء يع

برئ ومن أمسك يده سلم ولكن من رضى وتابع ويفعلون ما ال يؤمرون فمن أنكر عليهم

“Akan ada setelahku para Khalifah yang mengamalkan apa yang mereka ketahui dan mengerjakan apa yang diperintahkan kepada mereka. Setelah masa itu akan ada para Khalifah yang mengamalkan apa yang tidak mereka ketahui dan mengerjakan apa yang tidak diperintahkan kepada mereka. Maka siapa saja yang mengingkari perbuatan mereka akan terbebas (dari dosa), dan siapa saja yang menahan dirinya dia akan selamat, tetapi siapa saja yang ridha dan mengikuti mereka (dia akan celaka)” (Al-Haitsami menyatakan bahwa perowinya perowi shahih, sedang Abu Bakar Muhammad bin Abdul Malik dia tsiqot /terpercaya).

Hadits 7. Hadits tentang akhir zaman, diriwayatkan Ibnu Majah Bab Khurûju Al Mahdi & Al Hakim

dalam Kitâbu Al Fitan wa Al Malâhim, dari Tsauban r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda: من قبل المش رق و ايات السو يقتتل عند كنزكم ثالثة كلوهم ابن خليفة ثم ال يصير إلى واحد منهم ثم تطلع الر

ا على الل فإنه خليفة فيقتلونكم قتالا لم يقتله قوم ثم ذكر شيئاا ال أحفظه فقال فإذا رأيتموه فبايعوه ول و حبوا

المهديو للا

"Akan berperang tiga orang di sisi perbendaharaanmu. Mereka semua adalah putera khalifah. Tetapi tak seorang pun di antara mereka yang berhasil menguasainya. Kemudian muncullah bendera-bendera hitam dari arah timur, lantas mereka memerangi kamu dengan suatu peperangan yang belum pernah dialami oleh kaum sebelummu. " Kemudian beliau Saw menyebutkan sesuatu yang aku tidak hafal (yakni dalam jalan periwayatan yang lain yang dikeluarkan al hasan bin sufyan dalam

musnadnya…lihat syarah), lalu bersabda: "Maka jika kamu melihatnya, berbai’atlah walaupun dengan

Page 12: Seputar Hadits Berdirinya Kembali Khilafah

merangkak di atas salju, karena dia adalah khalifah Allah Al-Mahdi" (Al Hakim berkata, "Ini adalah

hadits shahih menurut syarat Syaikhain (Bukhari – Muslim)" Perkataan Al Hakim ini juga disetujui oleh

adz-Dzahabi).

Penjelasan Hadits Kalau hanya difahami secara harfiah dari hadits-hadist tersebut:

Hadits 1 & 2: Kekhilafahan itu (hanya akan berlangsung selama) 30 tahun saja setalah itu semuanya

adalah para raja, ujung hadits ini yang menyatakan: “(banyaknya) para khalifah dan para raja adalah 12 orang” yang berarti para khalifah dan para raja sepeninggal beliau SAW hanya 12 orang saja.

Sedangkan faktanya khalifah dan ‘raja’ setelah beliau SAW wafat ada ratusan orang. Hadits 3, 4, dan 5 yang menyebut ada 12 orang khalifah setelah beliau juga bertentangan dengan

hadits bahwa khalifah hanya 30 tahun, karena selama 30 tahun hanya ada 4 orang khalifah, jadi

selebihnya tidak bisa disebut khalifah kalau mau memakai hadits 1 dan 2. Sedangkan kalau mau menyebut yang 12 orang tersebut adalah khalifah, sedangkan 12 orang khalifah tersebut masa

kekuasaannya sekitar 100 tahun, maka hadits 1 & 2 juga tidak bisa di pakai. Karena banyak ‘pertentangan’ hadits ini, sedangkan Rasul SAW perkataannya adalah haq

(benar) dan beliau tidak berbicara menurut hawa nafsu, maka kita tidak bisa mengambil pemahaman dari sepotong hadits saja, kemudian membuang yang lain, melainkan haruslah hadits tersebut

dipahami dalam konteks maknanya masing-masing.

Hadits 6 dan 7 (dan beberapa hadits lagi yang tidak di tulis disini) menjelaskan apa yang dimaksud kata ‘khalifah’ dalam hadits 1 sampai 5. Berkaitan dengan hadits 2, Al-Hafidz Ibnu Hajar,

(wafat 852H) dalam Fathul Bâri, 12/392 menyatakan: …. موا خلفاءألن المرا به خالفة النبوة واما معاوية ومن بعده فكان أكرهم على طريقة الملوك ولو س

“…karena sesungguhnya yang dimaksud kata khilafah (dalam hadis ini –pent) adalah Khilafah Nubuwwah, adapun Muawiyah dan orang-orang setelahnya sebagian besar mereka menggunakan metode kerajaan, sekalipun demikian mereka tetap disebut Khalifah”. Ini juga penjelasan Imam Nawawi (wafat 676 H), dalam Syarh Sahih Muslim, 12/201 yang mengutip

pendapat Qadli Iyadh.

Oleh karena itu hadist 1 dan 2 tidak bertentangan dengan hadits 3 dan 4 yang menyatakan khalifah adalah 12 orang dan yang dimaksud dengan 12 orang ini yang dijelaskan dalam hadits 5,

yakni saat ke 12 orang khalifah inilah umat senantiasa dalam kondisi kuat, yakni Tidak henti-hentinya Islam dalam keadaan kuat sampai (berlalu) 12 orang khalifah. Sedangkan saat khalifah setelah ke 12

khalifah ini (sampai Umar bin Abdul Aziz) maka ada pasang surut kekuatan umat Islam. Disisi lain, hadits yang menyatakan 12 orang khalifah juga tidak bisa dijadikan dalil bahwa

khalifah hanya 12 saja (masih penjelasan al Qadli dalam Syarh sahih Muslim[1]), sebagaimana yang

difahami syi’ah itsna asyariyah. Kalau saya bilang “saya lulusan SD” bukan berarti bahwa saya hanya lulus SD saja. Oleh sebab itu keberadaan khalifah setelah 30 tahun dan setelah 12 khalifah tidak

bertentangan dengan hadits 1 s/d 5 dan hadits yang semakna dengan ini. Para Ahli sejarah juga menyatakan bahwa dari kalangan bani Umayyah, bani ‘Abbasiyah, dan bani Utsmaniyah, diantara

mereka ada juga yang menjalankan kekhilafahan sebagaimana Khilafah Nubuwwah, seperti Khalifah

‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz yang dibaiat pada bulan Shafar 99 Hijriyah. Demikian juga terdapat seorang Khalifah yang mendekati Khilafah Nubuwwah dalam menjalankan kekhilafahannya, yaitu Adh-Dhahir

Bi Amrillah yang dibaiat tahun 622 Hijriyah. Dalam hal ini Ibnu Atsir mengatakan: “Ketika Adh-Dhahir bi Amrillah memerintah nampak sekali dalam kekhilafahannya keadilan dan kebaikannya, seolah-olah keadaan itu kembali pada masa dua ‘Umar. Bahkan dapat dikatakan bahwa tidak ada khalifah yang menyamai ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz setelahnya selain Adh-Dhahir, dimana dia selalu berkata benar dan jujur”.

Demikian juga para Khalifah yang lain setelahnya hingga pada masa-masa kemundurannya, mereka tidak mengunakan sistem kerajaan atau sistem lain yang telah dikenal didunia, walaupun

harus diakui sebagai manusia mereka juga punya kelemahan disana sini. Bahkan sistem kekhilafahan ini, merupakan sistem pemersatu yang agung sepanjang masa dan sistem ini terus diterapkan pada

masa mereka, yaitu mulai masa para Kholifah Ar-Rasyidun sampai pada masa Khalifah Abdul Hamid II

di Turki pada tahun 1924. Hadits 6 menjelaskanbahwakhalifah bisa banyak, ada yang baik ada juga yang menyimpang karena

mereka juga manusia, dan pada hadits ini diperintahkan untuk mengingkari penyimpangan itu, namun hadits ini tetap menyebut mereka sebagai kholifah.

Hadits 7 lebih jelas menunjukkan bahwa nanti akan tegak khilafah kembali, kembalinya Imam mahdi

adalah saat khilafah sudah tegak, dan Imam mahdi adalah khalifah pengganti dari khalifah sebelumnya.Rasul SAW juga bersabda: "Kenabian akan ada pada diri kalian sesuai dengan yang

Page 13: Seputar Hadits Berdirinya Kembali Khilafah

dikehendaki oleh Allah, kemudian akan diangkat masa itu sesuai dengan yang dikehendaki-Nya, kemudian masa otoriter akan ada kekhilafahan yang sesuai dengan manhaj kenabian sesuai dengan yang dikehendakiNya, kemudian akan diangkat masa itu sesuai dengan yang dikehendaki-Nya, kemudian akan ada pemerintahan Mulkan Adhan sesuai dengan yang dikehendaki-Nya, kemudian akan diangkat masa itu sesuai dengan yang dikehendaki-Nya, kemudian akan ada pemerintahan otoriter sesuai dengan yang dikehendaki-Nya, kemudian akan diangkat masa itu sesuai dengan yang dikehendaki-Nya, kemudian akan ada kekhilafahan yang sesuai dengan Manhaj Kenabian”.(HR. Imam

Ahmad no. 17.680\ Musnad Kufiyin, hadis Marfu’ dalam Kitab Musnadnya). Dan ditambahkan lafadznya oleh Al-Bazzar rahimahullah …. “ Dimana Institusi ini akan menerapkan Sunnah kepada Umat manusia. Maka penghuni langit dan bumipun meridhoinya. Hingga tidak ada bagian dari langitpun yang tersisa selain diturunkan kepadanya. Dimana kenikmatan dan juga tanaman di bumi pun tidak tersisa kecuali dikeluarkan untuknya“. Dan tatkala hadis ini disampaikan oleh Ibn Nu’man

(yaitu salah seorang perawi hadis ini) kepada Umar bin Abdul Aziz ra. maka Umar-pun ta’jub terhadapnya (yaitu hadis yang disampaikan oleh Ibn Nu’man) (HR. Al-Bazzar jilid 7\hal. 224 dalam

kitab musnad Al-Bazzar)”. Khatimah

Dari rangkaian penjelasan diatas jelaslah bahwa terlalu gegabah kalau hanya melihat satu atau dua hadits lantas menyatakan bahwa khilafah hanya 30 tahun, pernyataan ini merupakan

pengingkaran terhadap hadits Rasulullah yang lain, padahal antar hadits tersebut membawa

pengertiannya masing-masing, dimana konteks yang satu berbeda dengan yang lain. Disisi lain Islam menyatakan bahwa khalifah bukanlah representasi (wakil) Tuhan sebagaimana ajaran teokrasi,

namun khalifah disini adalah khalifatur rasul (pengganti rasul) dalam masalah kekuasaan, bukan dalam masalah kenabian, sehingga khalifah bisa juga keliru, salah, atau lalai. Disinilah Islam

mewajibkan umat untuk mengontrol khalifah dalam menjalankan tugasnya. Allahu A’lam [M. Taufik

NT]

Generasi Awal Muhammadiyah & NU Ternyata Pendukung Khilafah

Kalau membaca buku semisal “Ilusi Negara Islam” yang diterbitkan oleh LibForAll Foundation, dikesankan bahwa NU dan Muhammadiyah adalah gerakan yang menolak dengan tegas ide khilafah.

Buku ini bisa dinilai sendiri kejujurannya penerbitnya karena menuai protes (bahkan sampai diadukan

ke polisi) bukan dari orang lain, namun dari penulisnya sendiri yang merasa dicatut namanya untuk menjustifikasi isi buku ini. Bisa dibaca di:

http://www.tempointeraktif.com/hg/hukum/2009/05/28/brk,20090528-178570,id.html. Benarkah NU dan Muhammadiyah adalah gerakan yang menolak ide khilafah? Kalau kita baca sejarah

awal kedua organisasi ini, justru akan kita dapatkan fakta sebaliknya.

Pada tgl 4 Agustus 1924, para pemuka masyarakat dari kalangan Muhammadiyah, Al Irsyad, Syarikat Islam (diketuai Wondo Soedirdjo, wakilnya KH. Abdul Wahab Hasbullah, yg kelak

jadi organisator NU), Nahdhatul Wathan, Tashwirul Afkar, At Ta’dibiyyah, dan ormas Islam lainnya mengadakan Komite Khilafah di Surabaya dalam upaya menegakkan kembali khilafah

Islam yang diruntuhkan pada tanggal 3 Maret 1924, yakni akan menghadiri kongres khilafah di Kairo,

Mesir. Lihat disini: http://www.eramuslim.com/berita/laporan-khusus/berkaca-pada-politik-islam-di-turki-3.htm. Video 3gp bisa dilihat disini:

http://www.4shared.com/file/149388038/84ea350b/nu_mu_upayategakkhilfah01.html lanjutannya:

http://www.4shared.com/file/149388028/9df1044a/nu_mu_upayategakkhilfah02.html ***

Setelah saya baca buku “Ilusi Negara Islam” tersebut, ternyata terdapat ‘ilusi’ dalam

pengutipan kitab yang tidak sesuai dg konteksnya, yakni pada halaman 252 mengutip Syarh An Nawawiy atas shahih Muslim:

وغيرهم للا عليه و سلم لم ينص على خليفة وهو إجماع أهل السنة فيه ليل على أن النبي صلى

hadits ini merupakan dalil bahwasanya nabi SAW tidak menentukan (secara tertulis) atas khalifah (sesudahnya). Dan hal ini adalah kesepakatan (ijma’) ahlus sunnah dan yg lainnya.

Konteks hadits dan penjelasan Imam Nawawi tersebut tidak ada kaitannya dengan wajib

tidaknya khalifah, namun berkaitan dengan apakah Nabi menunjuk seseorang untuk menjadi khalifah setelah beliau atau tidak, dan ahlus sunnah dan yang lainnya berpendapat bahwa tidak ada

penunjukan kepada seseorang untuk menjadi khalifah, berbeda dg syi’ah yang menyangka bahwa Ali

lah yg ditunjuk dan ditetapkan nabi sebagai khalifah setelah nabi wafat, sebagian menyangka Abu Bakar yg ditunjuk, sebagian menyangka Abbas bin Abdul Muththalib yg ditunjuk.

Page 14: Seputar Hadits Berdirinya Kembali Khilafah

Imam Nawawi (wafat 676 H) sendiri menulis dalam kitab yg sama: juz 12 hal 232: الم أم الواتفق العلماء على أنه ال يجوز أن يعقد لخليفتين في عصر واحد سواء اتسعت ار اإلس

Telah sepakat para ‘ulama bahwa tidak boleh diangkat dua orang kholifah dalam waktu yang sama , sama saja apakah Darul Islam itu luas atau tidak. Sedangkan dalam Shahih Muslim, juz 12/205 (maktabah syamilah) imam Nawawi menulis :

وأجموا لى أنه يجب لى المسلمين نصب خليفة ووجوبه بالرع ل بالل

Dan mereka (kaum muslimin) sepakat bahwa sesungguhnya wajib bagi kaum muslimin mengangkat Kholifah, dan kewajiban (mengangkat khalifah ini) ditetapkan dengan syara’ bukan dengan akal. (lihat juga ‘Aunul Ma’bud, 6/414, Tuhfatul Ahwadzi, 6/397) Ibnu Hajar Al Haytami Al Makki Asy Syafi’i (wafat 974 H) dalam kitabnya : الرفض الصواعق المحرقة على أهل

:juz 1 hal 25 menulisوالضالل والزندقة راض زمن الم أيضا أن الصحابة رضوان للا تالى ليم أجمين أجموا لى أن نصب اإلمام بد ان

النبوة واجب بل جلو أهم الواجبات Ketahuilah juga bahwa sesungguhnya para shahabat r.a telah ber ijma’ (sepakat) bahwa mengangkat imam (khalifah) setelah zaman kenabian adalah kewajiban, bahkan mereka menjadikannya sebagai kewajiban yang terpenting. Penulis buku الفقه على المذاهب األربعة mengatakan

للا تعالى على أن اإلمامة فرض،اتفق األئمة رحمهم

Telah sepakat para Imam Madzhab semoga Allah merahmati bahwa imamah (khilafah) adalah fardlu (wajib).

Oleh sebab itu, tidak ada ‘ulama yang mengingkari kewajiban menegakkan khilafah ini baik dia ahlus sunnah, syi’ah maupun khawarij sekalipun. Adanya pengingkaran ini baru muncul setelah

khilafah runtuh, yakni dibawa oleh syaikh Ali Abdul Raziq, seorang profesor imu kesusasteraan Al Azhar Kairo, lewat buku yang sangat kontroversial berjudul "Al Islam wa `Ushul Al Hukm", buku inilah

yang banyak di copy-paste dan cikal bakal munculnya penolakan akan kewajiban ini. Namun Dr.

Dhiya’uddin ar Ra’is setelah meneliti buku tersebut meragukan kalau buku tersebut adalah karangan syaikh Ali Abdul Raziq, buku itu karangan pihak lain yang dinisbatkan ke syaikh Ali Abdul Raziq. Mirip

buku ilusi negara Islam?