seminar seni rupa

14
1. Pendahuluan Islam bermula pada tahun 611 ketika wahyu pertama (QS Al- Alaq Ayat 1-5) diturunkan kepada rasul yang terakhir yaitu Muhammad bin Abdullah di Gua Hira, Arab Saudi. Islam dalam perkembangannya sebagai agama, tentu saja sangat berkaitan erat dengan kehidupan berkebudayaan di dunia. Dari awal diturunkan hingga sangat ini, agama Islam masuk secara damai dan halus dengan kebudayaan masyarakat sebelum peradaban Islam itu muncul. Bagi Islam, beribadah itu tidak hanya sekedar menghadap Allah SWT tetapi saat berinteraksi dengan sesama makhluk-Nya juga merupakan ibadah. Pendekatan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan agama Islam diketahui dengan cara berkominukasi yang sangat baik. Oleh karena itu Islam berkembang secara cepat membaur dengan budaya yang sudah menjadi pegangan di masyarakat. Proses akulturasi budaya yang sudah ada sebelumnya dengan Islam yang baru masuk inilah yang menjadikan Islam memiliki begitu banyak nilai – nilai yang berkembang di masyarakat tersebut tanpa mengurangi rasa berpegang teguh pemeluknya terhadap sumber nilai Islam yakni Al-Quran dan Al-Hadist. Sejalan dengan proses perkembangan kebudayaan Islam, hal ini pun mempengaruhi budaya Islam dengan masalah keindahan. Walaupun Islam tidak mengatur secara langsung di dalam Al- Quran atau pun Al-Hadist perihal keindahan ini, secara tidak langsung ketika kita mengenal diri kita, dimana kita hidup, dunia yang indah ini, yang merupakan ciptaan-Nya, hal ini

Upload: panji1708

Post on 03-Oct-2015

238 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Seminar Seni Rupa

TRANSCRIPT

1. PendahuluanIslam bermula pada tahun 611 ketika wahyu pertama (QS Al-Alaq Ayat 1-5) diturunkan kepada rasul yang terakhir yaitu Muhammad bin Abdullah di Gua Hira, Arab Saudi. Islam dalam perkembangannya sebagai agama, tentu saja sangat berkaitan erat dengan kehidupan berkebudayaan di dunia. Dari awal diturunkan hingga sangat ini, agama Islam masuk secara damai dan halus dengan kebudayaan masyarakat sebelum peradaban Islam itu muncul. Bagi Islam, beribadah itu tidak hanya sekedar menghadap Allah SWT tetapi saat berinteraksi dengan sesama makhluk-Nya juga merupakan ibadah. Pendekatan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan agama Islam diketahui dengan cara berkominukasi yang sangat baik. Oleh karena itu Islam berkembang secara cepat membaur dengan budaya yang sudah menjadi pegangan di masyarakat. Proses akulturasi budaya yang sudah ada sebelumnya dengan Islam yang baru masuk inilah yang menjadikan Islam memiliki begitu banyak nilai nilai yang berkembang di masyarakat tersebut tanpa mengurangi rasa berpegang teguh pemeluknya terhadap sumber nilai Islam yakni Al-Quran dan Al-Hadist. Sejalan dengan proses perkembangan kebudayaan Islam, hal ini pun mempengaruhi budaya Islam dengan masalah keindahan. Walaupun Islam tidak mengatur secara langsung di dalam Al-Quran atau pun Al-Hadist perihal keindahan ini, secara tidak langsung ketika kita mengenal diri kita, dimana kita hidup, dunia yang indah ini, yang merupakan ciptaan-Nya, hal ini seolah sudah menunjukkan bahwa Allah SWT memiliki sifat keindahan. Secara tidak langsung pula Islam mengajarkan kita untuk mencintai keindahan ini sekaligus menjaganya (lihat Tryanto, 2011) Keindahan yang dimiliki Islam sangat beragam, salah satunya keindahan arsitektur. Seni arsitektur yang berkembang dengan Islam dari setiap wilayah tentu berbeda. Akan tetapi poros utamanya adalah tanah dimana Islam diturunkan, yakni di tanah Arab. Seiring penyebarannya, seni arsitektur dari Arab ini pun berpadu dengan seni arsitektur yang sudah ada pada suatu wilayah tertentu. Arabesque merupakan salah satu seni arsitektur Islam yang paling mendunia. Ciri motif arsitektur ini adalah penggunaan corak corak geometris yang diaplikasikan pada ornamen bangunan yang kental dengan Islam. Motif geometris merupakan motif yang paling banyak digunakan dalam arsitektur Islam, hal ini sejalan dengan ajaran Islam yang melarang penggunaan objek makhluk bernyawa untuk digambar ataupun dilukiskan. Oleh karena itu perkembangannya motif geometris sangat berkembang dalam seni arsitektur Islam di dunia. Corak dari arabesque ini mengambil bentuk bentuk persegi dan ada pula yang ditambah bentuk sulur-sulur daun dalam perkembangannya. Dari sedikit penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa proses berkesenian oleh pemeluk islam tetap berjalan dengan memperhatikan kaidah kaidah Islam yang melarang objek manusia dan hewan digunakan sebagai objek berkesenian dengan memalingkan pada bentuk bentuk geometris dan tumbuhan. Namun sekarang permasalahannya adalah apakah benar seniman saat itu menentukan corak geometris sebagai objek karyanya karena ketentuan agama ataukah ada makna lain dibalik motif tersebut dan berkembang dengan cara seperti apa? Dengan makalah ini penulis ingin mencoba mengumpulkan referensi dari berbagai sumber tentang seni arsitektur motif arabesque tersebut. 2. Pembahasan2.1. Penyebaran Budaya IslamNilai nilai budaya dalam keyakinan umat Islam sumber utamanya adalah Al-Quran dan Al-Hadist. Al-Quran adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Muhammad sebagai petunjuk bagi manusia untuk kebahagiaan hidupnya dunia dan akhirat. Al-Quran mensinyalir tentang corak hidup dan kehidupan manusia didunia.Allah berfirman dalam surat Al-Hujurat (ayat 13) yang berbunyi: (artinya): Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal (teliti). (QS.Al-Hujarat:13).Dalam ayat di atas Allah menyerukan kepada manusia supaya saling kenal mengenal baik laki-laki dan perempuan, berbangsa-bangsa dan bersuku-suku saling mencintai dan menyayangi dalam kehidupan duniawi. Hidup bermasyarakat dan berbudaya dengan mengisi pergaulan yang baik sesamanya banyak keuntungan yang dapat diperoleh. Karena melalui bergaul inilah dapat mengembangkan diri, dalam berbagai segi kehidupan dan sebagai jalan berbakti pada sesama manusia yang sekaligus sebagai upaya pembangunan negara dan bangsa. Tidak mungkin seseorang dapat hidup secara sempurna tanpa adanya hubungan dengan manusia lain, sebab manusia adalah makhluk yang saling bergantungan dalam memenuhi segala kebutuhan. Hal ini lah yang dapat dikatakan sebagi alasan mengapa Islam dengan ajarannya berkembang dan menyebar dengan pesat. Peradaban masa Islam tumbuh hingga seluruh belahan dunia, sekaligus menyebarkan nilai nilai estetika dalam perkembangannya. 2.2 Estetika Islam Menurut Pandangan Al-GhazaliIslam mengutus Nabi Muhammad untuk membentuk budi pekerti manusia agar memiliki akhlak yang mulia. Ketika berbicara mengenai akhlak yang mulia, tentu akhlak yang mulia tersebut akan membuat dunia ini menjadi semakin indah. Jelas, secara tidak langsung Islam mengajarkan pada umat manusia untuk mencintai keindahan. Dalam konsep keindahan Islam ini, Islam mengajarkan bahwa nilai dan sifat keindahan yang dibuat oleh manusia harus memiliki kandungan nilai-nilai ibadah kepada Allah SWT. Islam mempersilahkan manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah, namun hal ini harus memperhatikan ketersesuaian dengan ajaran-ajaran Islam, harus berpedoman pada Al-Quran, Al-Hadist dan pendapat para ahli, agar nantinya konsep yang terdapat dalam karya ciptaan manusia tersebut tidak berdampak negatif bagi umat. Al-Ghazali di dalam kitab Ihya Ulumiddin (dalam Nahrawi; 2008) beliau berkata: Nash nash syara' telah menunjukkan bahwa menyanyi, menari, memukul rebana sambil bermain dengan perisai dan senjata-senjata perang pada hari raya adalah mubah sebab hari seperti itu adalah hari untuk bergembira. Oleh karena itu hari bergembira dikiaskan untuk hari-hari lain, seperti khitanan dan semua hari kegembiraan yang memang dibolehkan syara. Al-Ghazali mengutip perkataan Imam Syafi'i (dalam Nahrawi; 2008) yang mengatakan bahwa sepanjang pengetahuannya tidak ada seorangpun dari para ulama Hijaz yang benci mendengarkan nyanyian, suara alat-alat musik, kecuali bila di dalamnya mengandung hal-hal yang tidak baik. Maksud ucapan tersebut adalah bahwa macam-macam nyanyian tersebut tidak lain nyanyian yang bercampur dengan hal-hal yang telah dilarang oleh ajaran Islam. Baik dan buruknya pengaruh sebuah kesenian terhadap moral bangsa atau masyarakat sangat tergantung dari mana kesenian itu berasal. Kalau kesenian itu tumbuh dari nilai-nilai keislaman dan keimanan, maka ia akan tumbuh menjadi pilar keimanan. Akan tetapi sebaliknya kalau seni itu tumbuh dari bibit nafsu dan kekufuran, maka iapun akan tumbuh menjadi sumber kekufuran dan pengobar api kemaksiatan. Singkatnya, Islam mengajarkan sebuah seni harus dikembalikan pada pesan-pesan moral yang bisa disampaikan.Allah berfirman dalam surat As-Syuara ayat 224-227: Artinya: Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap- tiap lembah. Dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya). Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali. Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa ada sebagian seniman-seniman yang hidupnya tidak teratur dan tidak mau diatur, penyair-penyair itu suka mempermainkan kata-kata dan tidak mempunyai tujuan yang baik dan tidak punya pendirian. Mereka suka mengatakan tetapi tidak pernah mereka kerjakan. Tetapi Allah juga menjelaskan bahwa tidak semua seniman sama. Masih ada seniman yang baik, beriman dan beramal saleh. Tidak semua seniman buruk, tetapi tidak banyak seniman yang baik. Imam Al-Ghazali mengatakan (dalam http://blog.uin-malang.ac.id) untaian syair sama kedudukannya dengan kata-kata maupun ucapan biasa, yang baik darinya dianggap baik dan yang buruk juga dianggap buruk, karena itu bisa saja kegiatan seni budaya suatu bangsa menjadi bagian dari ibadah , kalau diniatkan karena Allah. Imam Al-Ghazali menjelaskan (dalam http://blog.uin-malang.ac.id) bahwa ada lima faktor yang dapat mengalihkan dengan mendengarkan musik atau lagu dari yang mubah menjadi haram yakni: Faktor yang ada pada penyanyi, yaitu seorang wanita yang tidak halal untuk dipandang dan dikhawatirkan menjadi fitnah apabila mendengarkannya. Jadi titik tekannya adalah pengharam takut kalau terjadi fitnah. Faktor yang ada pada alat musik tersebut, yaitu apabila menunjukkan lambang para banci alat tersebut yakni seruling, guitar dan gendang kecil. Faktor yang ada pada isi lagu, bila di dalamnya terkandung kata-kata mencaci maki dan kata-kata kotor, dusta. Faktor yang ada pada pendengar, yakni ketika mendengarkan lagu atau nyanyian tersebut dapat mendatangkan syahwat. Apabila orang yang mendengar lagu tersebut mengalahkan cintanya pada Allah.

Pandangan Imam Al-Ghazali yang berhubungan dengan seni musik yaitu: tidak terdapat keterangan yang jelas dari sunnah Rasulullah yang melarang penggunaan alat-alat musik. sebahagian instrumen musik yang mempunyai bunyi yang baik tidak dilarang. seni musik yang dilarang ialah seni musik yang berada di dalam keadaan yang bersekongkol dengan kumpulan pemabuk, perzinaan dan perbuatan dosa yang lain. mendengar lagu itu ada 5 hukum yaitu harus, sunat, wajib, makruh dan haram. Imam al-Ghazali mengklasifikasikan lagu-lagu kepada 7 jenis yaitu : Lagu-lagu yang membangkitkan kerinduan untuk menziarahi tempat-tempat suci seperti Mekah dan Madinah. Lagu yang mengobarkan semangat untuk berjuang mempertahankan aqidah dan negara Lagu yang memperihalkan pertarungan dan sikap kelelakian yang pantang mengalah di saat-saat genting. Lagu yang mengenang peristiwa lampau yang menimbulkan kesedihan yang positif. Mengingatkan diri terhadap hakikat hidup yang sebenarnya. Lagu yang menunjukkan keadaan ketika rela dan sukacita untuk menghargai suasana tersebut dan menikmati kenangannya selama yang mungkin. Lagu bercorak yang sopan : memperihalkan kisah cinta dan membayangkan harapan untuk bertemu dan pertautan yang lebih erat di masa yang akan datang. Lagu yang memperihalkan keagungan sifat-sifat Tuhan, memuji serta mentahmidkan kebesaran-Nya.Dari pandangan Al-Ghazali mengenai konsep karya seni musik bagi agama Islam tersebut, apabila kita mengaitkannya dengan bidang kesenirupaan maka, secara konsep dasar hal itu juga dapat kita terapkan pada karya-karya seni rupa. Selain konsep konsep di atas, Al- Ghazali menilai keindahan (dalam Triyanto; 2011) adalah sesuatu yang dapat membangkitkan atau mengekspresikan rasa cinta, yakni cinta kepada Allah, yang merupakan sesuatu yang amat penting untuk mencapai kebahagiaan. 2.3 Hukum Islam Tentang Gambar dan PatungMenurut Yusuf Qardhawi (dalam http://media.isnet.org) : lukisan seni itu berbentuk sesuatu yang disembah selain Allah, seperti gambar al-Masih bagi orang-orang Kristen atau sapi bagi orang-orang Hindu dan sebagainya, maka bagi si pelukisnya untuk tujuan-tujuan di atas, tidak lain dia adalah menyiarkan kekufuran dan kesesatan. Dalam hal ini berlakulah baginya ancaman Nabi yang begitu keras: Sesungguhnya orang yang paling berat siksaannya nanti di hari kiamat ialah orang-orang yang menggambar. (HR Muslim). Imam Thabari berkata (dalam http://media.isnet.org) : "Yang dimaksud dalam hadis ini, yaitu orang-orang yang menggambar sesuatu yang disembah selain Allah, sedangkan dia mengetahui dan sengaja. Orang yang berbuat demikian adalah kufur. Tetapi kalau tidak ada maksud seperti di atas, maka dia tergolong orang yang berdosa sebab menggambar saja." Yang seperti ini ialah orang yang menggantungkan gambar-gambar tersebut untuk dikuduskan. Perbuatan seperti ini tidak pantas dilakukan oleh seorang muslim, kecuali kalau agama Islam itu dibuang di belakang punggungnya. Dan yang lebih mendekati persoalan ini ialah orang yang melukis sesuatu yang tidak biasa disembah, tetapi dengan maksud untuk menandingi ciptaan Allah. Yakni dia beranggapan, bahwa dia dapat membuat dan menciptakan jenis terbaru seperti ciptaan Allah. Orang yang melukis dengan tujuan seperti itu jelas telah keluar dari agama Tauhid. Terhadap orang ini berlakulah hadis Nabi yang mengatakan: Sesungguhnya orang yang paling berat siksaannya ialah orang-orang yang menandingi ciptaan Allah. (HR Muslim)Allah mengungkapkan firman-Nya di sini dengan kata-kata Dzahaba Yakhluqu Kakhalqi (dia bekerja untuk membuat seperti pembuatanku), ini menunjukkan adanya suatu kesengajaan untuk menandingi dan menentang kekhususan Allah dalam ciptaannya dan keindahannya. Oleh karena itu Allah menentang mereka supaya membuat sebutir zarrah. Ia memberikan isyarat, bahwa mereka itu benar-benar bersengaja untuk maksud tersebut. Justru itu Allah akan membalas mereka itu nanti dan mengatakan kepada mereka: Hidupkan apa yang kamu cipta itu! Mereka dipaksa untuk meniupkan roh ke dalam lukisannya itu, padahal dia tidak akan mampu. Dari konsep tentang estetika Islam di atas, kesenian yang berkembang pada masa itu sebagian besar memang meninggalkan bentuk makhluk yang bernyawa. Seniman pada saat itu mulai mengembangkan corak-corak karya seni tanpa objek makhluk bernyawa. Corak-corak geometris dijadikan sebagai objek karya seni untuk menghindari perbuatan yang keluar dari kaidah Islam. Perkembangannya hingga masa kini dapat kita lihat pada ornamen masjid masjid di seluruh penjuru dunia. Apabila kita bandingkan dengan ornamen yang ada pada tempat ibadah agama lain tentu sangat bertolak belakang. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang melarang gambar mahluk bernyawa untuk dijadikan sebagai objek berkarya seni untuk menghindari perbuatan syirik. 2.4. Motif Geometris ArabesqueMotif geometris arabesque terdiri dari bentuk-bentuk sederhana seperti bulatan dan persegi, corak-corak geometri yang digabungkan, diulang, dihubungkan, dan disusun dalam kombinasi yang lengkap, sehingga menjadi salah satu ciri khas keseniaan dalam Islam. Corak-corak yang kompleks ini terlihat seperti bertolak belakang dengan aturan geometri. Corak geometri dalam seni arsitektur Islam menunjukkan kualitas dan kuantitas yang luar biasa terutama dalam pengulangan yang sangat kompleks. Motif arabesque ini tidak selalu menggunakan motif-motif geometris, tetapi ada beberapa yang dikombinasikan dengan motif-motif lain.

Berikut merupakan contoh-contoh dari motif arabesque:

Sumber foto: google.comGaya arsitektur arabesque sejatinya merupakan motif yang berkembang dari perpaduan gaya arsitektur dari Roma, Mesir, dan Persia. Persia merupakan kebudayaan yang diketahui melakukan kontak dengan Islam untuk pertama kalinya. Dalam konteks kebudayaan, banyak kebudayaan Persia yang diadopsi Islam salah satunya seni arsitektur ini yang kemudian berevolusi. Gaya arsitektur arabesque juga dipengaruhi gaya arsitektur Byzantium. Arsitektur Bizantium adalah arsitektur dari kekaisaran Bizantium, juga dikenal sebagai kekaisaran Romawi atau Romawi Timur. Kekaisaran ini bertahan selama lebih dari satu milenium, secara dramatis mempengaruhi Medieval arsitektur di seluruh Eropa dan menjadi cikal bakal dari gaya renaissance dan tradisi arsitektur ottoman yang diikuti keruntuhannya. Arabesque dikatakan mempunyai maksud tersendiri yang dikaitkan dengan Islam dari segi falsafah bentuknya. Sulur melambangkan daun baru yang akan tumbuh dan proses ini akan berterus - menerusan dan bentuk sulur arabesque ini selalu tidak memiliki puncak atau ujung yang melambangkan sebagai perlambangan kepada sifat Allah SWT yang tiada awal dan akhir. Kemudian, seniman Islam turut menggabungkan motif arabesque bersama dengan kaligrafi. Kebanyakan motif kaligrafi yang digabungkan dengan latar arabesque adalah seperti puisi, kata-kata hikmah dan ayat al-Quran.3. SimpulanSeni arsitektur Islam dengan seni arsitektur agama lainnya dapat dibedakan dengan melihat dari corak dan motif yang digunakan dalam ornamennya. Arsitektur Islam dalam perkembangannya sangat menghindari objek ornamen berupa makhluk yang bernyawa, bagian dalam dan luar bangunan terdapat ornamen yang mengingatkan kepada Allah SWT, bangunan tidak ditujukan untuk pamer dan kesombongan, menggunakan warna yang mendekatkan kepada Allah, seperti warna-warna alam. Hal ini dapat kita lihat ketika kita membandingkan ornamen arsitektur arabesque yang ada pada masjid dengan ornamen-ornamen yang ada pada bangunan keagamaan lain. Arsitektur arabesque kental dengan corak geometris, tumbuhan, sulur, sejalan dengan konsep ajaran Islam tentang larangan dalam berkarya seni. Pada bangunan-bangunan Islam juga tidak terdapat adanya ornamen berupa patung makhluk hidup. Dengan mengacu pada ajaran Islam yang melarang umatnya untuk berkarya dengan objek makhluk hidup merupakan sesuatu yang berdampak sangat besar dalam perkembangan seni Islam. Dapat dikatakan, seni arsitektur Islam dengan coraknya merupakan pelarian serta respon yang cerdas dari pembatasan tentang ajaran Islam mengenai konsep berkesenian tersebut. Motif Islami yang berkembang bukan hanya sekedar bentuk motif namun tetap memiliki nilai nilai ajaran Islam, yang berusaha tetap mendekatkan diri kepada-Nya. Tetapi, jika pada saat itu konsep yang dipegang seperti konsep yang dipegang umat pada masa sekarang, yang mulai mengesampingkan ajaran yang melarang berkarya seni dengan objek makhluk bernyawa mungkin kita dapat melihat perkebangan seni yang berbeda dalam seni arsitektur Islam yang ada saat ini tetapi dengan tidak bermaksud menduakan-Nya.

Daftar PustakaTriyanto. 2007. Estetika Timur. Semarang: Universitas Negeri Semarang.Nahrawi, A. 2008. Ensiklopedia Imam Syafi'i ( dalam bentuk Electronic Book). Jakarta: PT. Mizan Publika.http://blog.uin-malang.ac.id/ http://media.isnet.org/http://www.alfanous.org/ http://wikipedia.com/

11