seminar nasional keramik xviii peluang, tantangan dan

30
Seminar Nasional Keramik XVIII PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0eL Royale Hotel BANDUNG, 23 Oktober 2019

Upload: others

Post on 08-Nov-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Seminar Nasional Keramik XVIII PELUANG, TANTANGAN DAN

Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”

eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019

Page 2: Seminar Nasional Keramik XVIII PELUANG, TANTANGAN DAN

Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”

eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019

PANITIA PENYELENGGARA

SEMINAR KERAMIK NASIONAL XVIII

Pengarah : Dr. Ir. Ngakan Timur Antara

Penanggung jawab : Dr. Gunawan, S.Si, M.Eng

Ketua : Junadi Marki, ST, MT.

Sekretaris : Ria Julyana Manullang, ST, MT

Anggota :

- DR. Handoko Setyo Kuncoro, ST, MT, M.Eng, Ph.D

- Dr. Eneng Maryani, S.Si, MT

- Kiki Aditama, MBA

- M. Syaifun Nizar, ST

- Naili Sofiyaningsih, M.Si

- Dadan Hadian, S.Si, M.Si

Dewan Penyunting :

1 Ir. Hernawan, MT Balai Besar Keramik

2 Dr.Handoko Setyo Kuncoro, ST, MT Balai Besar Keramik

3 Dr.Eneng Maryani Balai Besar Keramik

4 Dr. Rifki Septawendar Balai Besar Keramik

5 Kristanto Wahyudi, MT Balai Besar Keramik

Moderator :

1 Dr. Ir. Lintong Sopandi Hutahaean STMI Jakarta

2 Ir. Supomo, M.Sc Politeknik ATK Yogyakarta

3 Dra. Sri Cicih Kurniasih, M.Si Balai Besar Keramik

4 Ir. Hernawan, MT Balai Besar Keramik

5 Cucu Setyawati, MT Balai Besar Keramik

Page 3: Seminar Nasional Keramik XVIII PELUANG, TANTANGAN DAN

Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”

eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019

TATA TERTIB PERSIDANGAN

1. Presentasi ilmiah dilakukan dalam sidang kelompok.

2. Sidang kelompok dipimpin oleh seorang Moderator didampingi Notulis dan

Petugas Persidangan.

3. Tugas Moderator :

● Membuka dan menutup persidangan.

● Memimpin sidang sehingga terlaksana dengan lancar dan tepat waktu

● Memperkenalkan penyaji makalah kepada hadirin.

● Memimpin sesi tanya jawab setelah presentasi.

● Bila pembicara berhalangan, mengatur sidang agar terlaksana dengan lancar.

4. Tugas Notulis:

● Mencatat dan membuat notulen.

5. Tugas Petugas Persidangan:

● Membantu Notulis mengumpulkan lembar pertanyaan dari hadirin dan

jawaban dari penyaji.

● Membantu Moderator menjaga batas waktu presentasi ditepati.

6. Aturan dalam presentasi sidang kelompok (oral)

Waktu presentasi yang diberikan kepada penyaji dalam sidang kelompok adalah

15 (lima belas) menit.

Dalam 1 (satu) panel akan dipresentasikan 3 – 4 makalah. Sesi tanya jawab

disediakan selama 30 (tiga puluh) menit setelah semua makalah selesai

dipresentasikan.

Pertanyaan kepada Penyaji diajukan secara lisan dan tertulis melalui Moderator.

Jawaban dari Penyaji juga dilakukan secara lisan dan tertulis.

7. Aturan dalam presentasi poster

Penyaji poster akan diberikan waktu 3 menit untuk memaparkan makalahnya

secara berurutan .

Penyaji poster harus berada di depan poster masing-masing saat sesi istirahat

Diskusi mengenai poster akan dilakukan selama sesi istirahat.

Page 4: Seminar Nasional Keramik XVIII PELUANG, TANTANGAN DAN

Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”

eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019

JADWAL SEMINAR NASIONAL KERAMIK XVIII

Keterangan Acara Seminar Waktu No

Rabu, 23

Oktober 2019

Panitia Pendaftaran Ulang Peserta 08.00 – 09.00 1

Pembukaan dan keynote speech

oleh DR. Ir. Ngakan Timur

Antara (Kepala BPPI)

- Menyanyikan lagu Indonesia

Raya

- Pembukaan & Keynote

Speech 1

09.00 – 09.45 2.

Tandatangan Mou 09.45 – 10.00 3.

REHAT KOPI dan Konferensi

Pers

10.00 – 10.15 4.

Moderator :

Dr. Ir. Lintong Sopandi

Hutahaean, M.ChE.

Keynote Speech 2

Dr. Bambang Setiadi, IPU

(Ketua Dewan Riset Nasional)

10.15 – 10.45 5.

Keynote Speech 3

Dr. Bambang Ari Wahjoedi,

M.Sc.Tech (ITB)

10.45 – 11.15 6.

D I S K U S I 11.15- 11.45 7.

Acara dipandu MC Pemaparan Poster secara Seri

Doorprize

11.45 – 12.15 8.

Ruangan B Ruangan A ISHOMA 12.15 – 13.15 9

Moderator :

Ir.

Hernawan,

M.T.

Moderator :

Ir. Supomo, M.Sc

Pemaparan Makalah Oral

Session 1

13.15 – 13.30 10.

Pemaparan Makalah Oral

Session 1

13.30 – 13.45 11.

Pemaparan Makalah Oral

Session 1

13.45 – 14.00 12.

Pemaparan Makalah Oral

Session 1

14.00 – 14.15 13.

D I S K U S I P A N E L 1 14.15-14.45 14.

REHAT KOPI 14.45 – 15.00 15.

Moderator :

Dra. Sri

Cicih

Kurniasih,

M.Si

Moderator :

Cucu Setyawati,

M.T.

Pemaparan Makalah Oral

Session 2

15.00-15.15 16.

Pemaparan Makalah Oral

Session 2

15.15 – 15.30 17.

Pemaparan Makalah Oral

Session 2

15.30 – 15.45 18.

Pemaparan Makalah Oral

Session 2

15.45 – 16.00 19.

D I S K U S I P A N E L 2 16.00 – 16.30 20

Acara dipandu MC, Penutupan

oleh Ka. BBK

Pengumuman Paper Terbaik,

Doorprize dan Penutupan

16.30 – 16.45 21.

Page 5: Seminar Nasional Keramik XVIII PELUANG, TANTANGAN DAN

Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”

eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019

Topik Makalah Ruangan A mencakup :

Desain dan Seni Keramik

Semen, Bahan Bangunan dan Refraktori

Teknologi Pengolahan Limbah dan Bahan Baku Industri

Rancang Bangun dan Perekayasaan Teknologi Keramik

Karakterisasi dan Pengujian Material Keramik

Topik Makalah Ruangan B mencakup :

Teknologi Material Keramik dan Material Terbarukan

Nanomaterial dan Nanoteknologi Keramik

Biomaterial dan Keramik dalam Bidang Medis

Keramik Elektronik dan Magnetik

Kaca dan Komposit Keramik

Page 6: Seminar Nasional Keramik XVIII PELUANG, TANTANGAN DAN

Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”

eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019

Daftar Penyaji Seminar Nasional Keramik XVIII 2019

Daftar Presentasi Oral

Waktu Ruangan A Ruangan B

13.00 – 13.15

Sesion

1

Hot State Repair Application

for Basic Oxygen Furnace (BOF) Refractory

Reinforcement

Adsorpsi Metilen Biru dengan

Reduced Graphene Oxide (RGO) dari Ampas Tahu - Studi Kinetika

dan Kesetimbangan

13.15 –

13.30

Teknologi Refraktori Pada

Reheating Furnace Pabrik

Baja Lembaran Panas #2 Pt Krakatau Steel

Studi Penambahan Reduced

Graphene Oxide terhadap Konduktivitas Listrik Dan Kuat

Lentur Geopolimer Berbasis

Metakaolin

13.30 –

13.45

Pengaruh Penambahan

Biopolimer Pada Geopolimer

Berbasis Fly Ash Terhadap

Laju Korosi Baja Karbon Rendah St-37

Pengaruh Variasi Suhu Sintering Membran Keramik terhadap

Penurunan Kandungan Coliform

dalam Air Bersih

13.45 – 14.00

Pengaruh Penambahan Crude

Palm Oil terhadap Konduktivitas Termal

Geopolimer Berbasis Fly Ash

Pengaruh Jenis Basa Pengendap

dan Waktu Pelapisan terhadap Sifat Hidrofilik Ubin Keramik

Antimikroba

14.00 –

14.30 DISKUSI DISKUSI

14.30 –

14.45 COFFEE BREAK

14.45 –

15.00

Sesion

2

Ekstraksi Silika dari Pasir

Pantai Bengkulu

Menggunakan Metode Fusi Alkali

Komposit Biomaterial

Hidroksiapatit-Biochar dari Cangkang Telur Ayam dan Sekam

Padi sebagai Adsorben Ion

Tembaga dan Metilen Biru

15.15 –

15.30

Peningkatan Kualitas Zirkonium Silikat sebagai

Material Opacifier

Pemanfaatan Bahan Baku Lokal

Untuk Produk Cor Substitusi

Impor Pada Teknologi Investment Casting

15.30 –

15.45

Pembuatan Bata Merah dari

Limbah Soil Bioremediation

Facility berdasarkan SNI 15-2094-2000

Pengembangan metode Penentuan

Batas Pb Cd Terlarut pada Vial

untuk Obat Suntik dengan Menggunakan AAS

15.45 –

16.00

Studi Pengembangan Material Opacifier Jenis Baru Berbasis

Bone Ash Sintetis

16.00-

16.30 DISKUSI DISKUSI

Page 7: Seminar Nasional Keramik XVIII PELUANG, TANTANGAN DAN

Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”

eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019

Daftar Presentasi Poster

Waktu Judul

11.30 –

12.00

(Presenta

si poster

secara

seri

dengan

lamanya

presentas

i 3 menit

untuk

setiap

tulisan)

Perubahan Castable Untuk Mengoptimalkan Umur Pakai Ladle

Studi Pengaruh Penambahan Abu Sekam Padi pada Karakteristik

Mekanik dan Daya Serap Batu Bata Ringan Cellular Lightweight

Concrete (CLC)

Penentuan Kadar Logam Oksida Pada Bentonit Menggunakan Energy

Dispersive X-Ray Spectroscopy (EDX)

Hidroksiapatit Berbahan Dasar Cangkang Telur Ayam Didoping

Magnesium untuk Aplikasi Penambal Gigi

Pengaruh Kadar Bone Ash Sintetik terhadap Karakteristik Bodi

Keramik

Karakteristik Batu Kapur Lokasi Kolaka berdasarkan Syarat Mutu Batu

Kapur untuk Pembuatan Keramik Halus

Optimasi Kebutuhan Bahan Baku Keramik Stoneware Di Sentra

Keramik UKM Dinoyo

Page 8: Seminar Nasional Keramik XVIII PELUANG, TANTANGAN DAN

Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”

eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019

MENGANTISIPASI REKAYASA DAN TEKNOLOGI MANUFAKTUR

MATERIAL KERAMIK PADA ERA INDUSTRI 4.0*)

Dr. Bambang Ari Wahjoedi, MScTech**)

Ilmuwan dan Pendidik Independen

[email protected] | 022-780-4660 | 0818-215-980

ABSTRAK

Revolusi industri 4.0 di abad ini akan memberikan dampaknya yang sangat kuat terhadap proses manufaktur keramik. Sifat dari proses manufaktur keramik yang kompleks

dari segi jenis material maupun bentuk badan yang akan dicapai, membawa manufaktur

keramik sudah sangat terotomatisasi dan terkomputerisasi sampai di penghujung Era Industri 3.0 yang baru lewat ini. Dapat diperlihatkan bahwa manufaktur seluler dengan sistem produksi

yang fleksibel hanya akan sesuai untuk produksi keramik maju. Sementara untuk keramik

tradisional mulai dari heavy clay sampai dengan keramik halus, sistem flow line akan masih

lebih sesuai. Penggunaan robot-robot industrial maupun guided vehicles untuk materials handling-pun sudah secara luas dipakai dalam pabrik keramik moderen. Walaupun automated

assembly system sangat jarang diimplementasi dalam industri keramik, desain produk

menggunakan CAD dan proses manufaktur menggunakan CAM melalui pemrograman CNC pada mesin-mesin PLC sudah tidak asing lagi dalam manufaktur keramik khususnya

machinable ceramics. Dalam Industri 3.0 ini teknik rapid prototyping telah dapat memasuki

wilayah keramik, mengingat perkembangan laser-laser berenergi tinggi dan polimer-polimer prekursor keramik belakangan ini. Prinsip produksi Just-in-Time maupun penjaminan mutu

TQM sudah dikenal luas dan diterapkan dalam Industri keramik. Industri keramik juga sudah

tidak asing lagi dengan Metode Taguchi maupun pengendalian dengan menggunakan cara-cara

kendali statistik. Yang masih tertinggal untuk Industri 4.0 adalah perluasan dari metode-metode di atas untuk variabel-variabel kritis yang lainnya dalam proses manufaktur, selain

monitoring dilakukan secara real-time dan on-line dengan men-share data pada media cloud.

Koordinasi dan efisiensi operasi tingkat tinggi manufaktur terpadu yang dituntut oleh Industri 4.0 direalisasikan dalam bentuk jaringan-jaringan LAN maupun WAN untuk skala yang lebih

besar. Simulasi komputer proses-proses manufaktur akan diperlukan dan dijalankan seiring

dengan proses fisiknya guna menetapkan kelangsungan serta optimalisasi kinerja proses yang

dieksekusi. AI yang meliputi Expert Systems, Artificial Neural Network dan Fuzzy Logic akan semakin berperan dalam proses manufaktur. Sensor dan aktuator merupakan dua teknologi

yang akan sangat banyak dibutuhkan selain komputer, robot-robot cerdas beserta perangkat

lunaknya masing-masing. Teknologi sensor dapat dikembangkan dari adaptasi teknik-teknik NDT yang sudah ada maupun teknologi yang merupakan inovasi baru. Mengingat drastisnya

perubahan yang harus ditempuh dan besarnya investasi bisnis yang harus digelontorkan, maka

analisis ke arah benefit-cost harus dilakukan secara cermat dan sangat berhati-hati dalam pengambilan keputusan. Studi banding ke kasus-kasus industri keramik di mancanegara

khususnya Jerman merupakan agenda yang sangat perlu dipertimbangkan.

Katakunci: Material Keramik, Rekayasa Manufaktur, Teknologi Manufaktur, Revolusi Industri 4.0,

Industri Keramik 4.0.

_____________

*)Disajikan sebagai Keynote Address-3 pada Seminar Nasional Keramik XVIII, Peluang, Tantangan

dan Inovasi Teknologi Keramik di Era Industri 4.0, El Royale Hotel, Bandung, 23 Oktober 2019.

**)Purnabakti dari ITB, September 2009.

Page 9: Seminar Nasional Keramik XVIII PELUANG, TANTANGAN DAN

Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”

eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN ABU SEKAM PADI PADA

KARAKTERISTIK MEKANIK DAN DAYA SERAP BATU BATA RINGAN

CELLULAR LIGHTWEIGHT CONCRETE (CLC)

STUDIES EFFECT OF USING RICE HUSK ASH ON CELLULAR

LIGHTWEIGHT CONCRETE TYPE BRICKS FOR MECHANICAL

PROPERTIES AND WATER ABSORPTION CAPACITY

Didit Priyadi Muslim1, Abrar

2, Eneng Maryani

3

1,2Departement of Physics Engineering, Telkom University, Bandung, Indonesia 3Balai Besar Keramik, Kementrian Perindustrian, Bandung, Indonesia

[email protected], 2 [email protected], 3

[email protected]

ABSTRAK

Batu bata ringan Cellular Lightweight Concrete (CLC) adalah batu bata yang memiliki sifat

dapat mengering di dalam suhu kamar tanpa adanya pembakaran. Dalam penelitian ini, dibuat batu

bata ringan CLC dengan mencampurkan abu sekam padi dengan agregat pasir dan dilakukan

karakterisasi kuat tekan serta daya serap sesuai dengan SNI 03-0349-1989. Sampel yang diuji

berbentuk balok berukuran panjang 200 mm, lebar 50 mm, serta tebal 50 mm dan kubus berukuran

panjang, lebar, tebal, 50 mm. Sampel dibuat dengan campuran pasir dan abu sekam padi yang

ditambahkan sebanyak 0 g, 150 g, 300 g, 400 g, 500 g dan karakterisasi dilakukan pada hari ke 7,

14, 21, 28. Sampel berbentuk kubus untuk pengambilan data kuat tekan menggunakan alat pemberi

tekanan dan sampel berbentuk balok untuk pengambilan data daya serap air dengan cara merendam

batu bata selama 24 jam. Berdasarkan pengujian, penambahan abu sekam padi mengakibatkan nilai

kuat tekan serta daya serap air yang fluktuatif serta cenderung kembali pada nilai awal pada hari ke

28. Tercatat kuat tekan paling tinggi adalah 0,40 N/m2 pada penambahan 300 g abu sekam padi

serta daya serap air yang dihasilkan adalah 29,07 %, persentase daya serap air akan terus bertambah

seiring dengan ditambahnya abu sekam padi.

Kata Kunci : batu bata ringan, cellular lightweight concrete, kuat tekan, daya serap air, abu sekam

padi, SNI 03-0349-1989

ABSTRACT

Cellular Lightweight Concrete (CLC) is a brick which can dry up in the room atmosphere

without combustion. In this final project CLC brick was created by mixing rice husk ash with sand

aggregate and characterized compressive strength and water absorption as SNI 03-0349-1989

standard. The structure has block shape is had 200 mm long, 50 mm wide, 50 mm thick and the

cubic shape is have long, wide, thick 50 mm. Sample was mixed sand with rice husk ash addition

by 0 g, 150 g, 300 g, 400 g, 500 g and the characterizing was taken in 7th, 14th, 21th, 28th days.

The cubic shape sample was used for collecting compressive strength data using pressure machine

and block shape sample was used for collecting absorption water data by soaking brick for about

24 hours. As the test, additioning rice husk ash was affected compressive strength and absorption

point wich fluctuating and will back to basic point in 28th day. The higest compressive strength was

0,40 N/m2 in 300 g rice husk ash additional with water absorption was 29,07 % , the water

absorption will be increasing at higer additioning rice husk ash.

Keynote : lightweight brick, cellular lightweight concrete, compressive strength, water absorption,

rice husk ash, SNI 03-0349-1989

Page 10: Seminar Nasional Keramik XVIII PELUANG, TANTANGAN DAN

Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”

eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019

PERUBAHAN CASTABLE UNTUK MENGOPTIMALKAN UMUR PAKAI

LADLE

CASTABLE CHANGES FOR OPTIMIZING BOTTOM TEEMING LADLE LIFETIME

Andita Rusliawan

Refractory Team, Steelmaking Department, PT Krakatau Posco

ABSTRAK

Teeming ladle adalah salah satu fasilitas penunjang di steelmaking process dengan berbentuk

bejana yang dilapisi oleh material refraktori yang berfungsi untuk menampung dan mengirim

molten steel dari tuangan hasil converter hingga continuous casting untuk membentuk baja slab.

Permasalahan ladle yang sering terjadi di bagian dasar adalah molten steel penetrasi dan

castable spalling. Membandingkan performa material high aluminsa dan alumina spineel

dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Expansion ratio, corrosion rate, strength,

penetrasi dan umur pakai ladle diamati pada percobaan ini. Material castable Alumina Spinel

mempunyai performa lebih baik dari high alumina dan dapat meningkatkan umur pakai indeks

sebanyak 17 dan mengurangi biaya produksi sekitar 0.6 juta USD/tahun.

Kata Kunci: Ladle, castable, cost reduction

ABSTRACT

Teeming ladle is one of the supporting facilities in the steelmaking process with a vessel lined

by refractory material which serves to hold and transporting molten steel from the converter to

continuous casting to form steel slabs. In the ladle, molten steel penetration and castable

spalling on bottom part is most common occurs. Comparison of high alumina and alumina

spinell castable material was performed in order to overcome this situation. Expansion ratio,

corrosion rate, strength, penetration and ladle life was examined in this test. Spinel alumina

castable material has a better performance than high alumina by increasing ladle service life

index 17 and reduce production costs by around 0.6 million USD / year.

Keywords: Ladle, castable, cost reduction

Page 11: Seminar Nasional Keramik XVIII PELUANG, TANTANGAN DAN

Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”

eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019

PENGARUH PENAMBAHAN CRUDE PALM OIL TERHADAP

KONDUKTIVITAS TERMAL GEOPOLIMER BERBASIS FLY ASH

EFFECT OF CRUDE PALM OIL ADDITION TO

THERMAL CONDUCTIVITY OF FLY ASH BASED GEOPOLYMER

Andrie Harmaji

a dan Lia Laila

b,

aTeknik Metalurgi, Fakultas Teknik dan Desain, Institut Teknologi dan Sains Bandung, Indonesia

aTeknologi Pengolahan Sawit, Fakultas Vokasi, Institut Teknologi dan Sains Bandung, Indonesia

Email : [email protected] [email protected]

ABSTRAK

Peningkatan suhu lingkungan mempengaruhi peningkatan temperatur di ruangan. Air conditioner (AC)

berfungsi untuk menyerap panas di ruangan yang disebabkan oleh panas matahari. AC membutuhkan

energi listrik yang relatif besar dimana biaya energi listrik untuk sistem AC dapat mencapai 50% - 70%

dari keseluruhan konsumsi energi listrik bangunan. Sistem pengaturan udara pasif merupakan salah satu

solusi dalam menghemat konsumsi energi AC, yaitu dengan membuat batu bata yang berfungsi sebagai

isolator termal. Crude Palm Oil (CPO) dapat digunakan sebagai bahan penahan udara di batu bata

sehingga bata akan berongga dan diharapkan untuk memainkan peran sebagai pembuat gelembung udara

di batu bata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan persentase CPO terbaik yang

menghasilkan kekuatan tekan tertinggi dan akan diuji secara termal. Penambahan 0,25% CPO pada

Geopolimer berbasis Fly ash adalah 15,7 MPa, sedangkan hasil Konduktivitas Termal yang didapat

adalah 0,46 W / mK..

Kata kunci: Crude Palm Oil, Geopolimer, Fly Ash

ABSTRACT

Increased environmental temperatures also affect the increase in temperature in the room. Air

conditioner can function to absorb the heat in the room caused by the heat of the sun. However, AC

requires a relatively large electrical energy. The cost of electrical energy for AC systems can reach 50%

- 70% of the overall electrical energy consumption of buildings. Passive air conditioning system can be

one solution in saving the energy consumption of AC, that is by making a brick that serves as a thermal

insulator. Crude Palm Oil an be utilized as the air-entraining material in the brick so that the brick will

be porous and expected to play a role as a maker of air bubbles in bricks. The aim for this study is to

obtain the best Crude Palm Oil percentage that produces the highest compressive strength and it will

thermally tested. Addition of 0.25% CPO to Fly ash based Geopolymer results in 15.7 MPa, while

Thermal Conductivity result is 0.46 W/mK.

Keywords: Crude Palm Oil, Geopolymer, Fly Ash

Page 12: Seminar Nasional Keramik XVIII PELUANG, TANTANGAN DAN

Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”

eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019

OPTIMASI KEBUTUHAN BAHAN BAKU KERAMIK STONEWARE DI

SENTRA KERAMIK UKM DINOYO

OPTIMIZATION OF STONEWARE CERAMIC RAW MATERIALS NEEDS IN

DINOYO CERAMIC CENTER SME

Angella Natalia Ghea Puspita, Teguh Prayogo, Nurhadi Wibowoa

aPusat Teknologi Pengembangan Sumber Daya Mineral (PTPSM), Badan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi (BPPT), Komplek PUSPIPTEK, Serpong, Banten, Indonesia

Email : [email protected]

ABSTRAK

Usaha Kecil Menengah (UKM) sebagai salah satu penyangga dalam perekenomonian di Indonesia

memiliki peranan strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Sentra Keramik sebagai salah

satu industri kreatif, merupakan salah satu yang berkembang pesat. Salah satunya adalah Sentra Keramik

UKM Dinoyo, di Malang, Jawa Timur. Sentr Keramik Dinoyo menghasilkan keramik jenis batu

(stoneware) yang memerlukan bahan baku lempung (clay), kaolin dan bentonit. Karena

perkembangannya yang cukup pesat, Sentra Keramik Dinoyo memiliki permasalahan terkait pasokan

bahan baku, dimana pasokan bahan baku biasanya berasal dari lokal ataupun impor. Oleh karena itu,

diperlukan sebuah optimasi kebutuhan bahan baku keramik Stoneware di Sentra Keramik UKM Dinoyo

melalui model sistem Dinamis dengan mempertimbangkan dilihat dari segi jarak dan biaya Bahan Bakar

Minyak (BBM) untuk mendapatkan total biaya yang paling minimum. Berdasarkan penggambaran

model sistem Dinamis dan perhitungan total biaya untuk masing-masing tipe, maka didapatkan bahwa

truk dengan tipe Berat adalah yang paling minimum dari segi total biaya, dan Sedangakan, untuk lokasi

kebutuhan bahan baku, Sentra Keramik UKM Dinoyo paling optimal mendapatkan bahan baku Bentonit

dari lokasi Bantur, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, bahan baku Kaolin dari lokasi Sumberbende,

Klepu, Kecamatan Sumbermanjing, Kabupaten Malang dan bahan baku Lempung (clay) dari Songong,

Toyomerto, Kabupaten Singosari, Kecamatan Malang.

Kata Kunci: optimasi, stoneware, bahan baku, rantai pasok keramik, sistem dinamis, Sentra Keramik UKM Dinoyo.

ABSTRACT

Small Medium Enterprise (SME) as a buffer in the economy in Indonesia has strategic role both

economically, socially, and politically. Ceramic Center is one of the creative industries, is one that is

growing rapidly. One of them is Dinoyo Center Ceramic SME in Malang, East Java. Dinoyo Center

Ceramic produces ceramic type stone (stoneware) that requires raw materials of clay (clay), kaolin and

bentonite. Because of its rapid development, Dinoyo Center ceramic has problems related to the supply

of raw materials, where the supply of raw materials usually comes from local or imported. Therefore,

we need an optimization of the needs of Stoneware ceramic raw materials at Dinoyo through the

Dynamic system model by considering in terms of distance and cost of fuel oil (BBM) to get minimum

total cost. Based on the description of the Dynamic system model and the calculation of the total cost for

each type, it was found that the truck with Heavy type was the minimum in terms of total costs, and while

for the location of raw material requirement, Dinoyo Ceramic Center SME was the most optimal in

obtaining bentonite raw material location from Bantur, Bantur Distric, Malang Regency, Kaolin raw

material location from Sumberbende, Klepu, Sumbermanjing District, Malang Regency and Cly raw

material locartion from Songong, Toyomerto, Singosari, Malamng Regency.

Keywords: optimization, stoneware, raw material, ceramic supply chain, dynamic system, Dinoyo ceramic center

SME.

Page 13: Seminar Nasional Keramik XVIII PELUANG, TANTANGAN DAN

Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”

eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019

PENGARUH KADAR BONE ASH SINTETIK TERHADAP

KARAKTERISTIK BODI KERAMIK

THE EFFECT OF SYNTHETIC BONE ASH CONTENTS ON CHARACTERISTICS

OF CERAMIC BODIES

Anggi Ayuningtiyas a, Novi Puspita Sari

a, Sonia Siti Nurhalijah

a, Eko Prabowo

Hadisantoso a, Kristanto Wahyudi

b

aUIN Sunan Gunung Djati Bandung

Jl. A.H. Nasution, Bandung dan Indonesia bBalai Besar Keramik

Jl. Jendral Ahmad Yani, Bandung dan Indonesia

Email : [email protected]

ABSTRAK

Pada penelitian ini, dibentuk bodi keramik triaksial yang terdiri dari lempung Sukabumi, bone

ash sintetik BBK dan feldspar. Feldspar yang digunakan adalah feldspar Sibelco,feldspar

Pangaribuan dan feldspar India. Perbandingan lempung dan feldspar adalah 1:1 dengan

penambahan bone ash sintetik 10 %, 20 %, 30 % dan 40 %. Semua sample dicetak dengan

metod press, kemudian dibakar pada suhu 1200oC dan 1250oC dengan waktu tahan 1 jam

masing-masing. Hasil pembakaran pada suhu 1200oC, menunjukkan bahwa bodi keramik

dengan peresapan air terkecil sebesar 0,468 %, porositas semu terkecil 0,463, susut bakar

terkecil 6,061 % dan kuat tekan terbesar 127,7212 Mpa. Sedangkan untuk hasil pembakaran

pada suhu 1250oC menunjukkan bahwa bodi keramik dengan peresapan air terkecil sebesar

0,039 %, porositas semu terkecil 0,039, susut bakar terkecil 2,618 % dan kuat tekan terbesar

146,251 Mpa.

Kata Kunci: Lempung Sukabumi, Bone Ash Sintetik BBK, Feldspar Sibelco, Feldspar

Pangaribuan, Feldspar India

ABSTRACT

In this study, a triaxial ceramic body was made consisting of Sukabumi clay, BBK synthetic

bone ash and feldspar. The feldspars used were Sibelco feldspar, Pangaribuan feldspar and

Indian feldspar. The ratio of clay and feldspar was 1: 1 with the ratio of synthetic ash 10%,

20%, 30% and 40%. All samples were formed by method press, then sintered at 1200oC and

1250oC with a holding time of 1 hour each. The results of sintering at a temperature of 1200oC,

showed a ceramic body with lower water absorption of 0.468%, pseudo porosity of 0.463,

shrinkage of 6.061% and the greatest compressive strength of 127.7212 MPa. As for the

sintering results at a temperature of 1250oC, it shows a ceramic body with water absorption of

0.039%, porosity of all 0.039, shrinkage of 2.618% and the greatest compressive strength of

146 Mpa.

Keywords: Sukabumi Clay, BB Ash Synthetic BBK, Feldspar Sibelco, Feldspar Pangaribuan,

Feldspar India

Page 14: Seminar Nasional Keramik XVIII PELUANG, TANTANGAN DAN

Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”

eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019

PEMBUATAN BATA MERAH DARI LIMBAH SOIL BIOREMEDIATION

FACILITY BERDASARKAN SNI 15-2094-2000

RED BRICK PROCESSING FROM SOIL BIOREMEDIATION FACILITY

BASED ON SNI 15-2094-2000

Dede Taufik, Kristanto Wahyudi, Ria Julyana Manullang, Maulid Purnawan, dan Ayu

Ratnasari

Balai Besar Keramik, Jalan Jend. Ahmad Yani No.392, Bandung 40272, Indonesia

[email protected]

ABSTRAK

Penambangan migas menghasilkan limbah salah satunya tanah yang terkontaminasi minyak

yang biasa disebut soil bioremediation facility (SBF). Tanah tersebut dapat diolah menjadi

bahan bangunan bata merah yang memenuhi persyaratan SNI 15-2094-2000. Pada

pembentukan bata merah, SBF ditambah dengan lempung plered (untuk menurunkan suhu

sintering), fly ash, feldspar, cullet, dan pasir. Bahan baku diuji dengan energy dispersive x-ray

(EDX), analisis butir, analisis pembakaran suhu (PS14), dan uji keplastisan. Pada penelitian ini

SBF diolah menjadi bata merah dengan tiga variasi komposisi campuran (H,I,J) dimana jumlah

SBF sama. Pengujian pembakaran sampel pada suhu 850°C menunjukkan bahwa kuat mekanik

tiga kode berada pada kelas 50 kg/cm3 sedangkan pada pembakaran suhu 950°C menunjukkan

bahwa kuat mekanik kode H masih berada di kelas 50 kg/cm3 dan kode I dan J berada pada

kelas 100 kg/cm3. Penyerapan air sekitar 18-21% untuk suhu 850°C dan 950°C. SBF dengan

penambahan lempung Plered memenuhi syarat untuk dijadikan produk bata merah.

Kata kunci: soil bioremediation facility (SBF), bata merah, SNI 15-2094-2000

ABSTRACT

Oil and gas mining produces waste, one of which is oil-contaminated soil, commonly called

soil bioremediation facility (SBF). The land can be processed into red brick building materials

that meet SNI 15-2094-2000 requirements. In the formation of red brick, SBF is added with

Plered clay (to reduce the temperature of sintering), fly ash, feldspar, cullet, and sand. Raw

materials were tested with energy dispersive x-ray (EDX), grain analysis, temperature

combustion analysis (PS14), and plasticity test. In this study SBF was processed into red bricks

with three variations of mixed composition (H, I, J) where the number of SBF was the same.

Testing of combustion of samples at 850°C shows that the mechanical strength of the three

codes is at class 50 kg/cm3 while at combustion temperatures 950°C shows that the mechanical

strength of the H code is still at class 50 kg/cm3 and codes I and J are in the class 100 kg/cm3.

Water absorption is around 18-21% for temperatures of 850°C and 950°C. SBF with the

addition of Plered clay meets the requirements to be made into red brick products.

Keywords: soil bioremediation facility (SBF), red brick, SNI 15-2094-2000

Page 15: Seminar Nasional Keramik XVIII PELUANG, TANTANGAN DAN

Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”

eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019

PENGARUH VARIASI SUHU SINTERING MEMBRAN KERAMIK

TERHADAP PENURUNAN KANDUNGAN COLIFORM DALAM AIR

BERSIH

THE EFFECT OF VARIATION SINTERING TEMPERATURE CERAMIC

MEMBRANE ON REDUCTION OF COLIFORM IN CLEAN WATER

Dede Taufik a, Karlina Noordiningsih

a,Bambang Yulianto

b, Nany Djuhriah

b, Annisa

Endayani b.

aBalai Besar Keramik Jl. Jendral Ahmad Yani No.392, Kebonwaru, Kec. Batununggal,

Kota Bandung, Jawa Barat 40272 b Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung Jl. Pajajaran No.56, Pasir Kaliki, Kec. Cicendo,

Kota Bandung, Jawa Barat 4017

Email : alamatemailpenulis

ABSTRAK

Kebutuhan air bersih merupakan kebutuhan yang mendasar bagi kehidupan manusia dan mendapatkan

prioritas yang utama untuk pemenuhannya. Kebutuhan air tidak hanya menyangkut kuantitas, tetapi juga

kualitas agar tidak menimbulkan masalah baik terhadap lingkungan maupun kesehatan. Keberhasilan

penggunaan membran untuk pengolahan air bersih maupun air laut, membuat teknologi membran

digunakan sebagai pilihan teknologi yang memungkinkan karena mempunyai efektifitas dan efisiensi

yang tinggi untuk mendapatkan kriteria air bersih. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh variasi suhu sintering 1100°C, 1200°C, dan 1300°C dalam penurunan kandungan bakteri Coliform pada

air bersih dengan menggunakan media membran keramik. Hasil menunjukkan angka penurunan

kandungan bakteri Coliform pada variasi suhu sintering membran keramik 1100°C, 1200°C, dan 1300°C

adalah 1100 MPN/100 ml (0%) , 460 MPN/100 ml (60%) dan 210 MPN/100 ml (81,74%). Hasil uji

Kruskall Wallis menunjukkan P value 0,000 < α (0,05) artinya terdapat pengaruh variasi suhu sintering

membran keramik dalam penurunan kandungan bakteri Coliform pada air bersih. Suhu sintering

membran keramik efektif dalam menurunkan kandungan bakteri Coliform pada air bersih adalah pada

suhu 1300°C.

Kata Kunci: Air bersih, filtrasi, membran keramik , coliform,

ABSTRACT

The clean water is a fundamental requirement for human life and gets top priority for its fulfillment.

Water requirements are not only related to quantity but also the quality so that not give the problems

to the environment and health. The successful application of membranes for the treatment of clean water

and seawater, makes membrane technology used as the choice of technology that enables it to have high

effectiveness and efficiency to obtain clean water criteria. The purpose of this study was to determine the

effect of variations in sintering temperature of 1100 ° C, 1200 ° C and 1300 ° C in decreasing the content

of Coliform bacteria in clean water using ceramic membrane. The results showed a reduction in the

content of Coliform bacteria at variations in ceramic membrane sintering temperature of 1100 ° C, 1200

° C, and 1300 ° C were 1100 MPN / 100 ml (0%), 460 MPN / 100 ml (60%) and 210 MPN / 100 ml (81.74%). Kruskall Wallis test results showed P value 0,000 <α (0.05) meaning that there was an

influence of temperature variation of the ceramic membrane sintering in decreasing the content of

Coliform bacteria in clean water. The sintering temperature of the ceramic membrane is effective in

reducing the content of Coliform bacteria in clean water at 1300 ° C.

Keywords: Clean water, filtration, ceramic membrane, coliform

Page 16: Seminar Nasional Keramik XVIII PELUANG, TANTANGAN DAN

Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”

eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019

EKSTRAKSI SILIKA DARI PASIR PANTAI BENGKULU

MENGGUNAKAN METODE FUSI ALKALI

SILICA EXTRACTION FROM BENGKULU BEACH

USING THE ALKALI FUSION METHOD

Diana Rakhmawaty Eddy1, M. Diki Permana1, Soraya Nur Ishmah1,

Iwan Hastiawan1, M. Lutfi Firdaus2

1Departemen Kimia, FMIPA, Universitas Padjadjaran

Jl. Raya Bandung-Sumedang km. 21 Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat 45363, Indonesia 2Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bengkulu

Jl. W.R. Supratman Kandang Limun, Bengkulu 38371, Indonesia

Email: [email protected]

ABSTRAK

Silika merupakan salah satu mineral yang potensial untuk dikembangkan dan diaplikasikan

dalam berbagai bidang industri. Silika dengan kemurnian tinggi dapat diperoleh dengan

memanfaatkan material alam seperti pasir pantai. Pada penelitian ini digunakan metode

ekstraksi padat-cair (leaching) dalam tiga tahapan utama dengan prekursor pasir pantai

Bengkulu yang direaksikan dengan NaOH (fusi alkali) pada suhu 95°C sehingga membentuk

Na2SiO3, pembentukan Si(OH)4 dengan penambahan HCl, dan pengeringan silika gel menjadi

SiO2. Berdasarkan hasil analisis kandungan awal pada pasir Bengkulu diketahui silika yang

terkandung sebanyak 69,87% dan beberapa senyawa lain dengan presentase yang lebih rendah.

Silika hasil ekstraksi selanjutnya dikarakterisasi menggunakan XRF dan diperoleh peningkatan

kemurnian menjadi 97,3%. Hasil karakterisasi XRD menunjukkan silika yang terbentuk berada

dalam fase amorf. Ikatan Si-O-Si dan Si-O yang merupakan karakteristik dari SiO2

teridentifikasi pada spektrum FT-IR dengan pita serapan khas masing-masing sebesar 798,8

cm-1 dan 475,1 cm-1.

Kata kunci: fusi alkali, pasir silika, padat-cair, SiO2

ABSTRACT

Silica is one of the potential minerals to be developed and applied in various industrial fields.

High purity silica can be obtained by utilizing natural materials such as beach sand. In this

study solid-liquid extraction (leaching) method was used in three main stages with Bengkulu

sand beach precursors reacted with NaOH (alkali fusion) at a temperature of 95 ° C to form

Na2SiO3, Si(OH)4 formation with HCl addition, and drying silica gel becomes SiO2. Based on

the results of the initial content analysis in Bengkulu sand, it was found that silica contained as

much as 69.87% and several other compounds with a lower percentage. The extracted silica

was then characterized using XRF and an increase in purity to 97.3% was obtained. The XRD

characterization results showed that the silica formed was in the amorphous phase. Si-O-Si

and Si-O bonds which are characteristics of SiO2 were identified in the FT-IR spectrum with

typical absorption bands of 798.8 cm-1 and 475.1 cm-1, respectively.

Key words : alkali fusion, silica sand, solid-liquid, SiO2

Page 17: Seminar Nasional Keramik XVIII PELUANG, TANTANGAN DAN

Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”

eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019

STUDI PENAMBAHAN REDUCED GRAPHENE OXIDE TERHADAP

KONDUKTIVITAS LISTRIK DAN KUAT LENTUR

GEOPOLIMER BERBASIS METAKAOLIN

STUDY OF REDUCED GRAPHENE OXIDE ADDITION ON ELECTRICAL

CONDUCTIVITY AND FLEXURAL STRENGTH OF METAKAOLIN BASED

GEOPOLYMER

Elsy Rahimi Chalduna, Andrie Harmajib, Nindya Kirana Prabaswarib, Lina Nur Listiyowatic, Achmad Subhand, Syoni Soepriyantob

aLoka Penelitian Teknologi Bersih, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bandung, Indonesia bTeknik Metalurgi, Fakultas Teknik dan Desain, Institut Teknologi dan Sains Bandung, Indonesia

cPusat Penelitian Geoteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bandung, Indonesia

dPusat Penelitian Fisika, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bandung, Indonesia

Email : [email protected]

ABSTRAK

Pada tahun 2025, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) akan berkontribusi 30% dalam baruan energi

nasional. PLTU Suralaya memproduksi 1.750.000 kg sisa pembakaran batubara (Fly Ash). Indonesia

juga tercatat sebagai negara penghasil Kaolin ke – 5 di dunia. Salah satu pemanfaatan Fly ash dan Kaolin

adalah prekursor Geopolimer. Salah satu kelemahan dari Geopolimer adalah sifatnya yang getas, khususnya kuat lentur yang rendah. Dalam penelitian ini telah disintesis Komposit Geopolimer

berpenguat reduced Graphene Oxide (rGO) yang didapat melalui Metode Hummers. Material ini

merupakan opsi pengganti Graphene karena sifat rGO lebih mudah diproduksi dalam jumlah besar.

Secara teori, rGO diharapkan dapat meningkatkan kuat lentur dan konduktivitas listrik dari Geopolimer.

Komposisi rGO yang digunakan bervariasi dari 0-1 wt%. Geopolimer beserta penyusunnya

dikarakterisasi dengan uji Three Point Bending, EIS, SEM, FTIR, XRD, dan XRF. Geopolimer berbasis

Fly Ash memiliki kuat lentur 5,2 MPa pada komposisi 0,5 wt% rGO, sedangkan Geopolimer berbasis

Metakaolin dengan penambahan 0,25% rGO mengasilkan kuat lentur paling tinggi 5,53 MPa. Frekuensi

100.000 Hz cenderung memfasilitasi konduktivitas listrik yang lebih besar, pada Geopolimer berbasis

Fly Ash didapati konduktivitas listrik sebesar 5,08 x 10-3 S/m, sedangkan untuk Geopolimer berbasis

Metakaolin konduktivitas listriknya lebih tinggi yaitu 1,01 x 10-1 S/m.

Kata kunci: Geopolimer, Fly Ash, Metakaolin, Kuat Lentur, Konduktivitas Listrik

ABSTRACT

In 2025, Steam Generated Power Plant (PLTU) will contribute 30% of national energy supplies. PLTU

Suralaya produces 1,750,000 kg of coal combustion (Fly Ash). Indonesia is also listed as the 5th Kaolin

producer in the world. One of the uses of Fly ash and Kaolin is the precursor of Geopolymer. One of the

Drawback of using this material is the brittle nature, especially its low flexural strength. In this research,

reduced Graphene Oxide (rGO) obtanined throught Hummers Method. This material is a substitute

option for Graphene because the nature of rGO is easier to produce in large quantities. In theory, it is

expected that rGO can increase the flexural strength and electrical conductivity of Geopolymer. The

rGO composition used varies from 0-1 wt%. Geopolymer and their constituents were characterized by

the Three Point Bending, EIS, SEM, FTIR, XRD, and XRF tests. Fly Ash-based geopolymers have a

flexural strength of 5.2 MPa at a composition of 0.5 wt% rGO, while Metakaolin-based Geopolymers with an addition of 0.25% rGO produce the highest flexural strength of 5.53 MPa. A frequency of 100,000

Hz tends to facilitate greater electrical conductivity, on Fly Ash-based Geopolymers found electrical

conductivity of 5.08 x 10-3 S / m, while for Metakaolin-based Geopolymers the electrical conductivity is

higher ie 1.01 x 10-1 S / m.

Keywords: Geopolymer, Fly Ash, Metakaolin, Flexural Strength, Electrical Conductivity

Page 18: Seminar Nasional Keramik XVIII PELUANG, TANTANGAN DAN

Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”

eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019

DOPING MAGNESIUM PADA HIDROKSIAPATIT BERBAHAN DASAR

CANGKANG TELUR AYAM YANG BERPOTENSI SEBAGAI BAHAN

TAMBAL GIGI

MAGNESIUM DOPING ON HYDROXYAPATITE BASED ON CHICKEN EGG

CHOPPING POTENTIAL AS A DENTAL ADDITION MATERIAL

Atiek Rostika Noviyantia, Elsyafahriza Risky

a, Iman Rahayu

a

a Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Padjadjaran

Jalan Raya Bandung-Sumedang KM-21, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat

Email : [email protected]

ABSTRAK

Biomaterial banyak digunakan pada bidang medis karena biasanya tidak beracun dan

biokompatibel. Hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2) adalah salah satu biomaterial untuk

perbaikan jaringan tulang dan gigi . Namun, sifat mekaniknya yang rendah, maka doping logam

magnesium pada strukturnya dilakukan untuk meningkatkan sifat fisiknya. Komposit

Hidroksiapatit-Mg disintesis dengan metode hidrotermal pada 90C selama 24 jam, kemudian

disintering pada suhu 1000C dengan kenaikan 5 per menit. Struktur dan morfologi

hidroksiapatit dikarakterisasi dengan XRD, FTIR dan SEM, sementara sifat mekaniknya diuji

sifat kekerasannya. Doping logam Mg pada hidroksiapatit berpengaruh pada pembentukan fase

sekunder yaitu whitlockite. Semakin tinggi konsentrasi doping Mg, semakin tinggi sifat

kekerasan kompositnya. Nilai kekerasan komposit Hidroksi-Mg tertinggi adalah 88,7HV.

Kata Kunci: hidroksiapatit, hidrotermal, magnesium, whitlockite

ABSTRACT

Biomaterials are widely used in the medical field because they are usually non-toxic and

biocompatible. Hydroxyapatite (Ca10(PO4)6(OH)2 is one of the biomaterials for repairing bone

and tooth tissue. However, its mechanical properties are low, so doping magnesium metal in

its structure is done to improve its physical properties. Hydroxyapatite-Mg composites were

synthesized by the hydrothermal method at 90C for 24 hours, then sintered at 1000C with an

increase of 5 kenaikan per minute. The structure and morphology of hydroxyapatite were

characterized by XRD, FTIR and SEM, while the mechanical properties were tested for their

hardness. Mg metal doping in hydroxyapatite affects the formation of secondary phases, namely

whitlockite. The higher the Mg doping concentration, the higher the hardness of the composite.

The highest value of Hydroxy-Mg composite hardness is 88.7HV.

Keywords: hydroxyapatite, hydrothermal, magnesium, whitlockite

Page 19: Seminar Nasional Keramik XVIII PELUANG, TANTANGAN DAN

Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”

eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019

PEMANFAATAN BAHAN BAKU LOKAL UNTUK PRODUK COR

SUBSTITUSI IMPOR PADA TEKNOLOGI INVESTMENT CASTING

THE USE OF LOCAL RAW MATERIALS FOR THE MANUFACTURING OF

IMPORT SUBSTITUTION CASTING PRODUCTS ON INVESTMENT CASTING

TECHNOLOGY Hafid Abdullah

a, Purbaja Adi Putra

a, Sri Bimo Pratomo

b

aBalai Besar Logam dan Mesin (BBLM) Jl. Sangkuriang No. 12 Bandung 40135

E-mail : [email protected] bDirektorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika

Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav.52-53 Jakarta 12950

ABSTRAK

Pemanfaatan bahan baku lokal untuk produk cor substitusi impor pada teknologi investment casting telah

dilakukan. Dibandingkan dengan proses pengecoran konvensional, investment casting memiliki

keunggulan yaitu dapat membuat produk cor yang rumit dan menghasilkan produk yang mendekati

ukuran akhir sehingga tidak memerlukan lagi proses permesinan. Tujuannya adalah sebagai salah satu

upaya mencari alternatif metode pembuatan produk cor berkualitas, yang mempunyai nilai tambah tinggi

dengan pemanfaatan bahan baku lokal yang tersedia di Indonesia sehingga dapat menurunkan biaya

produksi dan ketergantungan terhadap import bahan baku industri yang sangat mahal pada proses

investment casting. Metode pembuatan produk cor dengan proses investment casting, meliputi:

membuatan model, pembuatan cetakan, dewaxing, peleburan, penuangan, pembongkaran dan pengujian.

Teknologi investment casting telah berhasil diterapkan pada pembuatan rocker arm, impeler pompa dan

sudu turbin dengan pemanfaatan bahan baku lokal yaitu: epoxy resin sebagai pengganti pola logam, lilin

campuran paraffin dan damar selo untuk pola lilin dan pasir zirkon Bangka sebagai slurry coating untuk

cetakan keramik. Bahasan paper ini diharapkan menjadi contoh kasus pengembangan pembuatan produk

cor lainnya yang dibutuhkan Indonesia untuk industri: alat-alat kesehatan, peralatan pertanian, peralatan

tekstil, peralatan senjata, elektronik, otomotif dan komponen listrik dan lain sebagainya.

Kata kunci: pengecoran presisi, epoxy resin, lilin, pasir zirkon, cetakan keramik

ABSTRACT

The use of local raw materials for the manufacturing of import substitution casting products on

investment casting technology has been done. Compared to the conventional casting process, investment

casting has the advantage of being able to create a sophisticated casting product and produce a product

that is near net shape, so it is no need machining process. The objective is as an effort to find an

alternative method of making a quality casting product, has high added value with the utilization of local

raw materials which available in Indonesia so that it can reduce the cost of production and dependence

on imports of industrial raw materials which are very expensive in the investment casting process. The

method of making casting products with investment casting process, including: pattern making, mould

making, dewaxing, melting, pouring, finishing and testing. Investment casting technology has been

successfully applied to the manufacture of rocker arm, impeller pump and turbine blade with the

utilization of local raw materials ie: epoxy resin as a substitute for metal pattern, mixture wax of paraffin,

and celo resin for the pattern of wax and zircon sand of Bangka island as coating slurry for ceramic

mould. The discussion of this paper is expected to be a case of developing other casting products needed

by Indonesia for industry such as: medical equipment, agricultural equipment, textile equipment, gun

and small armaments, electronics, automotive and electrical components etc.

Keywords: investment casting, epoxy resin, wax pattern, zircon sand, ceramic mould

Page 20: Seminar Nasional Keramik XVIII PELUANG, TANTANGAN DAN

Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”

eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019

KOMPOSIT BIOMATERIAL HIDROKSIAPATIT-BIOCHAR DARI

CANGKANG TELUR AYAM DAN SEKAM PADI SEBAGAI ADSORBEN

ION TEMBAGA DAN METILEN BIRU

BIOMATERIAL COMPOSITE OF HYDROCSIAPATIT-BIOCHAR FROM

CHICKEN EGG SHELL AND RICE HUSK AS ADSORBEN OF COPPER ION

AND BLUE METHYLENE

Hendri Setiawan, Umi F. Anindi, Dedek Y. Pulungan, Nur Akbar, Atiek R. Noviyanti*,

Solihudin

Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Padjadjaran, Jl. Raya Bandung – Sumedang Km. 21 Jatinangor 45363, Sumedang

*penulis koresponden: [email protected]

ABSTRAK

Pertumbuhan aktivitas industri dan peningkatan penggunaan air telah menyebabkan pelepasan berbagai

polutan ke perairan, seperti metilen biru dan ion tembaga. Kadar berlebih metilen biru dan ion tembaga

pada perairan dapat menyebabkan kerusakan ekosistem. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

komposit hidroksiapatit-biochar dari cangkang telur ayam dan sekam padi serta kemampuan adsorpsinya

terhadap polutan anorganik (Cu(II)) dan polutan organik metilen biru. Hidroksiapatit disintesis dengan

mengkalsinasi cangkang telur ayam menjadi serbuk CaO yang kemudian ditambahkan (NH4)2HPO4.

Kemudian disintesis dengan biochar dari sekam padi. Kemampuan uji adsorpsi dilakukan dengan

membuat variasi waktu dan konsentrasi awal larutan logam dan metilen biru. Berdasarkan hasil

penelitian, komposit HA-biochar menunjukkan waktu kontak terbaik untuk metilen biru dan ion tembaga

masing masing 50 dan 30 menit. Uji terhadap variasi konsentrasi awal metilen biru, sebanyak 12,79 ppm

dapat teradsorpsi dengan dengan konsentrasi yang sisa yaitu 1,15 ppm. Sementara pada ion tembaga,

kemampuan adsorpsi komposit HA-biochar meningkat ketika konsentrasi sampel semakin besar.

Sehingga ada kemungkinan komposit HA-biochar dapat mengadsorpsi ion tembaga lebih baik dengan

konsentrasi yang tinggi .Sehingga kapasitas adsorbsi komposit HA-biochar dapat digolongkan tinggi.

Kata Kunci: hidroksiapatit, biochar, ion tembaga, metilen biru

ABSTRACT

Growth in industrial activity and increased use of water have led to the release of various pollutants

into the waters, such as methylene blue and copper ions. Excess levels of methylene blue and copper

ions in the waters can cause ecosystem damage. This study aims to obtain hydroxyapatite-biochar

composites from chicken egg shells and rice husks and their adsorption ability to inorganic pollutants

(Cu (II)) and organic pollutant methylene blue. Hydroxyapatite is synthesized by calcining chicken

eggshells into CaO powder which is then added (NH4)2HPO4. Then it is synthesized with biochar from

rice husk. The ability of the adsorption test is carried out by varying the time and initial concentration

of the metal solution and methylene blue. Based on the results of the study, HA-biochar composites

showed the best contact time for methylene blue and copper ions 50 and 30 minutes respectively. Tests

for variations in the initial concentration of methylene blue, as much as 12.79 ppm can be adsorbed

with the remaining concentration of 1.15 ppm. While in copper ions, the ability of HA-biochar composite

adsorption increases when the sample concentration increases. So there is a possibility that HA-biochar

composites can adsorb copper ions better with high concentrations. So that the adsorption capacity of

HA-biochar composites can be classified as high.

Keywords: hydroxyapatite, biochar, copper ion, methylene blue

Page 21: Seminar Nasional Keramik XVIII PELUANG, TANTANGAN DAN

Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0” eL Royale

Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019

PENGARUH JENIS BASA PENGENDAP DAN WAKTU PELAPISAN

TERHADAP SIFAT HIDROFILIK UBIN KERAMIK ANTIMIKROBA

EFFECTS OF SETTLER BASE AND COATING TIME ON HYDROPHILIC PROPERTIES

ANTIMICROBE CERAMIC TILE

Irna Rosmayanti, Rizky Berliana W dan Eneng Maryani

Balai Besar Keramik, JL. Jendral Ahmad Yani No 392 Bandung 40272

Telp (022) 7206221 email : [email protected]

ABSTRAK

Glasir antimikroba digunakan untuk kebutuhan sanitasi dalam lingkungan khusus seperti rumah

sakit atau sekolah. Sifat antimikroba terjadi karena adanya aktivitas fotokatalitik material anorganik TiO2

yang akan menyebabkan suatu permukaan bersifat hidrofilik, yaitu apabila nilai sudut kontak < 65o. Pada

penelitian ini dilakukan pelapisan ubin poles menggunakan material TiO2 yang telah dipreparasi melalui

proses pelarutan dalam asam sulfat dilanjutkan pembentukan gel dengan penambahan 2 jenis basa yaitu

amonia dan amonium bikarbonat. Gel TiO2 yang terbentuk didispersikan dalam aquadest kemudian

dilapiskan pada permukaan ubin dengan cara perendaman (dip coating) dengan variasi waktu pengendapan

3 jam, 6 jam dan 53 jam. Berdasarkan hasil uji ANOVA, jenis basa dan waktu pelapisan berpengaruh pada

sudut kontak yang dihasilkan. Ubin yang dilapisi TiO2 dari basa ammonium bikarbonat menghasilkan

permukaan yang bersifat lebih hidrofilik. Semakin lama waktu pelapisan membuat ubin semakin bersifat

hidrofilik.

Kata kunci : ubin keramik, TiO2, hidrofilik, sudut kontak, basa pengendap, pelapisan.

ABSTRACT

Antimicrobial glaze is used for sanitation needs in special environments such as hospitals or schools.

Antimicrobial properties of TiO2 involve photocatalytic activity on inorganic material. A hydrophilic

surface, with contact angle value <65o, is resulted by those activity. In this study, polished tile coating was

done using TiO2 material which had been prepared through a dissolving process in sulfuric acid followed

by gel formation with addition of 2 types of alkali, ammonia and ammonium bicarbonate. The TiO2 gel

formed was dispersed in aquadest and then coated on the surface of the tile by dip coating with various

deposition time (3 hours, 6 hours and 53 hours). ANOVA test results represent that both main effect of alkali

type and coating time, and interaction effect of these variable produce significant effects on contact angles.

Addition of ammonium bicarbonate produce better hydrophilic surface on the tile than addition of ammonia.

The longer coating time will increase hydrophilic characteristic of the surface.

Keywords : ceramic tile, TiO2, hydrophilic, contact angle, alkali, coating

Page 22: Seminar Nasional Keramik XVIII PELUANG, TANTANGAN DAN

Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0” eL Royale

Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019

ADSORPSI METILEN BIRU DENGAN REDUCED GRAPHENE OXIDE (RGO) DARI

AMPAS TAHU: STUDI KINETIKA DAN KESETIMBANGAN

ADSORPTION OF METHYLENE BLUE ONTO REDUCED GRAPHENE OXIDE (RGO) FROM

TOFU RESIDUE: KINETICS AND EQUILIBRIUM STUDIES

Muhamad Diki Permanaa, Diana Rakhmawaty Eddy

a, Ahmad Nabiel

a,

Amalia Septiania dan Elsy Rahimi Chaldun

b

aDepartemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran

Jl. Raya Bandung-Sumedang KM. 21, Jatinangor, Sumedang, Indonesia bLoka Penelitian Teknologi Bersih, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Jl. Cisitu, Sangkuriang, Bandung, Indonesia

Email : [email protected]

ABSTRAK

Pembuangan zat warna ke aliran air dan sungai dari industri menimbulkan masalah besar, karena zat pewarna

memberikan toksisitas yang dapat merusak lingkungan. Ketersediaan air bersih masih menjadi masalah yang

signifikan. Sebagian besar, sumber air bersih telah tercemar oleh senyawa organik seperti metilen biru dari sumber

industri. Salah satu solusi utama untuk tantangan ini adalah pemurnian air. Dalam penelitian ini, ampas tahu dipilih

sebagai bahan dasar untuk pembuatan reduced graphene oxide (rGO), yang disiapkan menggunakan metode Hummers

yang dimodifikasi. Karakteristik rGO Scannig Electron Microscopy (SEM). Faktor efek waktu kontak dan dosis pada

adsorpsi metilen biru pada rGO diselidiki. Hasil SEM menunjukkan bahwa rGO terbentuk lembaran. Proses adsorpsi

berlangsung cepat dalam 15 menit pertama. Kesetimbangan adsorpsi model Langmuir dan Freundlich menggambarkan

data kesetimbangan yang memadai. Analisis kinetik menunjukkan bahwa adsorpsi terjadi secara cepat dan dapat

dijelaskan oleh model pseudo-orde kedua. Kapasitas adsorpsi dari metilen biru dengan rGO dari model Langmuir

adalah 94,755 mg g-1.

Kata Kunci: adsorpsi, reduced graphene oxide (rGO), metilen biru, ampas tahu

ABSTRACT

Disposal of dyes into water and river from industries poses a major problem, since dyes has toxicity that may damage

environment. Availability of clean water have still a significant problem, most of it have been polluted by organic dyes

such as methylene blue form industrial sources. One of the main solution for this challenge is water purification. In

respect to that, tofu residue was chosen as the base material for reduced Graphene Oxide (rGO) production using

modified Hummer’s method. The synthesized rGO was characterized by Scanning Electron Microscopy (SEM). The

rGO also introduced to methylene blue, the effect factor of contact time and dosage on the adsorption properties also

investigated. SEM results show that rGO forming sheets. The adsorption process was rapid in the first 15 minutes. The

equilibrium adsorption model of Langmuir and Freundlich assesses adequate equilibrium data. Kinetic analysis shows

that adsorption is carried out quickly and can be requested by the pseudo-second order model. The adsorption capacity

of these compound from the Langmuir model was 94.755 mg g-1.

Keywords: adsorption, reduced graphene oxide (rGO), methylene blue, tofu reside

Page 23: Seminar Nasional Keramik XVIII PELUANG, TANTANGAN DAN

Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0” eL Royale

Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019

PENINGKATAN KUALITAS PASIR ZIRKON ALAM KALIMANTAN SEBAGAI MATERIAL

OPACIFIER GRADE PREMIUM

IMPROVING QUALITY OF NATURAL ZIRCON SAND KALIMANTAN AS A MATERIAL

OPACIFIER GRADE PREMIUM

Kristanto Wahyudi, M. Syaifun Nizar, Naili Sofiyaningsih, Rifki Septawendar

Balai Besar Keramik, Jalan Jenderal Ahmad Yani 392 Bandung, 40272

Telp. 022-7206221, 7206296 Fax. 022-7205322 E-Mail: [email protected]

ABSTRAK

Zirkonium silikat (ZrSiO4) banyak digunakan sebagai opacifier untuk produk keramik seperti ubin,

tableware, dan produk saniter. Salah satu persyaratan ZrSiO4 opacifier adalah kadar ZrO2 harus mencapai

>60%. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas zirkonium silikat alam sehingga dapat

memenuhi persyaratan sebagai material opacifier. ZrSiO4 opacifier diperoleh dari bahan baku pasir zirkon

alam Kalimantan melalui proses fusi-hidrolisa. Proses fusi-hidrolisa dilakukan dengan mereaksikan pasir

zirkon direaksikan dengan natrium karbonat pada perbandingan berat 1:2 ; 1:1; 2:1 dan dibakar pada

suhu 1000⁰C. Sedangkan proses pelarutan dilakukan dengan mereaksikan hasil proses kalsinasi dengan

asam sulfat encer. Setelah melalui proses tersebut, diperoleh kadar ZrO2 mengalami peningkatan dari

39,37% menjadi 48,62% - 66,37%.

Kata kunci : zirkonium silikat, opacifier, fusi, hidrolisa

ABSTRACT

Zirconium silicate (ZrSiO4) is widely used as an opacifier for ceramic products such as tile, tableware,

sanitaryware. Opacifier material must have at least >60%. Of zircon. The purpose of this research is to

improve natural zircon sand to achieve opacifier material grade. Opacifier ZrSiO4 was obtained from

Kalimantan natural zircon sand which reacted with sodium carbonate with a weight ratio of 1:2; 1:1; 2:1

and calcined at 1000⁰C. Calcined samples are hydrolyzed with dilute sulfuric acid. The final product of

the process increased the ZrO2 content from 39,37% to 48,62% - 66,37%.

Keywords: zirconium silicate, opacifier, fuse, hydrolysis

Page 24: Seminar Nasional Keramik XVIII PELUANG, TANTANGAN DAN

Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0” eL Royale

Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019

APLIKASI PERBAIKAN DALAM KEADAAN PANAS UNTUK PENGUAT

REFRAKTORI TUNGKU DASAR OKSIGEN

HOT STATE REPAIR APPLICATION FOR BASIC OXYGEN FURNACE (BOF)

REFRACTORY REINFORCEMENT

Rendy Oktavian Priadi

PT. Krakatau Posco, Cilegon – Banten, Indonesia

ABSTRAK

Krakatau Posco adalah Produsen baja Indonesia kelas dunia yang mengimplementasikan sistem

pembuatan baja terpadu secara satu jalur. Setiap proses erat kaitannya dengan proses lainnya dan setiap

fasilitas sangatlah penting untuk produksi baja. Salah satu fasilitas yang paling penting adalah tanur oksigen

basa karena memiliki fungsi untuk mengubah besi cair murni menjadi baja cair. Proses pengubahan besi

cair menjadi baja cair mengakibatkan kerusakan parah terhadap refraktori, terutama sering terjadi di zona

charging dan zona trunion yang mejadi hambatan pada proses pembuatan baja. Meningkatkan Umur pakai

refraktori tanur oksigen basa merupakan hal krusial untuk pengurangan biaya dan kesetabilan produksi baja.

Material Penguatan diterapkan pada kondisi panas dengan menambahkan material kneader dan material

spray. Metode ini dapat meningkatkan umur pakai dari Index 100 menjadi 180 (naik 80%) dan pengurangan

biaya lebih dari 16,2 Juta USD per tahun

Kata-kata kunci: perbaikan kondisi panas,pembuaatan baja, penguatan, tanur oksigen basa,

pengurangan biaya

ABSTRACT

Krakatau Posco is Indonesia world class steel producer which utilize integrated Steelmill - Single line

system. One of the most substantial facility for steel production is Basic Oxygen Furnace due to its function

to convert virgin molten iron to become molten steel. Converting process made severe refractory damage

which mostly happen at Charging area and Trunion area. Enhancing lifetime of Basic Oxygen Furnace

refractory has become crucial to reduce cost and to sustain stable production. Reinforcement has been

applied in hot state by adding kneader material and spray material. This method can prolong Basic Oxygen

Furnace refractory lifetime index from 100 to be more than 180 (80% Increased) and reduce cost USD 16.2

M per year.

Keywords: hot state repair, steel making, reinforcement, Basic Oxygen Furnace, cost reduction

Page 25: Seminar Nasional Keramik XVIII PELUANG, TANTANGAN DAN

Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”

eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019

TEKNOLOGI REFRAKTORI PADA REHEATING FURNACE

PABRIK BAJA LEMBARAN PANAS #2 PT KRAKATAU STEEL

REFRACTORY TECHNOLOGY OF HOT STRIP MILL #2 REHEATING FURNACE

AT PT Krakatau Steel

Yudhia, Taufik Ramuli

b, Sudarwanto

c

a b c PT Krakatau Steel (Persero) Tbk.

Jl. Industri No. 5 P.O Box 14,Cilegon Banten 42435 Indonesia

Email : [email protected], [email protected]

[email protected]

ABSTRAK

PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. membangun sebuah fasilitas pabrik baru yang dinamai dengan Hot

Strip Mill #2, ini adalah pengembangan dari Hot Strip Mill #1 milik PT Krakatau Steel dengan kapasitas

awal 1,5 juta ton/tahun pada tahap pertama dan akan meningkat menjadi 4 juta ton pertahun dimasa yang

akan datang. Hot Strip Mill #2 akan menjadi pabrik roling panas yang memiliki teknologi paling maju di

Indonesia karena akan menghasilkan produk baja kelas otomotif dan kelas penting lainnya (baja 2 fasa).

Peralatan yang nantinya akan dipasang pada tahap pertama adalah 1 Walking Beam Furnace, 1 Roughing

Mill Stand, 6 Finishing Mill Stand, and 1 Down Coiler. Pada tahap selanjutnya, pabrik ini akan dilengkapi

dengan Walking Beam Furnace 2 dan 3, Finishing Mill Stand ke 7, Down Coiler 2 dan 3. Salah satu

peralatan penting dalam proses rolling adalah furnace, dimana hal tersebut menjadi salah satu parameter

untuk mencapai kapasitas target produksi, selain itu penggunaan energi terbesar dalam proses rolling

juga terdapat pada equipment ini. Semua orang mengetahui bahwa faktor energi sangat ditentukan dari

nilai efisiensi, dimana faktor ini disebabkan oleh besar kecilnya heat loss. Ada banyak faktor yang

menentukan heat loss pada furnace, salah satu yang terbesar adalah refractory.

Kata Kunci: Hot Strip Mill #2, Walking Beam Furnace, Refractory

ABSTRACT

PT Krakatau Steel (PTKS) build new line facility which known as Hot Strip Mill #2 (HSM #2), this is

the development of HSM #1 PTKS with a capacity of 1,5 million tons per year at the first stage and will

be extended 4 million tons per year for the future stage. HSM #2 will be the most advanced technology

of hot rolling mill in Indonesia since this plant will be producing automotive grade and other critical

steel grades (such as dual phase steel grade). The main equipment which will be installed for the first

stage of HSM #2 are 1 Walking Beam Furnace, 1 Roughing Mill Stand, 6 Finishing Mill Stand, and 1

Down Coiler. At the future stage, the facility will be completed with 2nd & 3rd Walking Beam Furnace,

7th Finishing Mill Stand, 2nd & 3rd Down Coiler. One of the important equipment in the rolling process

is the furnace, where it is one of the parameters to achieve the target production capacity, besides that

the biggest energy use in the rolling process is also found in this equipment. Everyone knows that the

energy factor is determined by the value of efficiency, where this factor is caused by the size of the heat

loss. There are many factors that determine the heat loss in a furnace, one of the biggest is the refractory.

Keywords: Hot Strip Mill #2, Walking Beam Furnace, Refractory

Page 26: Seminar Nasional Keramik XVIII PELUANG, TANTANGAN DAN

Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”

eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019

PENENTUAN KADAR LOGAM OKSIDA PADA BENTONIT

MENGGUNAKAN ENERGY DISPERSIVE X-RAY SPECTROSCOPY (EDX)

DENGAN TIGA JENIS PREPARASI SAMPEL

DETERMINATION OF OXIDE METAL CONTENT IN BENTONITE USING

ENERGY DISPERSIVE X-RAY SPECTROSCOPY (EDX) WITH THREE TYPE OF

SAMPLE PREPARATION

Synta Mutiara B.W.a, Nurhidayatib, Kristanto Wahyudib aDepartemen Kimia, FMIPA, Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto SH, Semarang, Indonesia

bBalai Besar Keramik Jl. Jend. A. Yani 392, Bandung, Indonesia

Email : [email protected]

ABSTRAK

Bentonit merupakan salah satu jenis lempung yang banyak terdapat di Indonesia dan memiliki

komposisi kimia yang sangat bervariasi. Salah satu cara untuk mengetahui kadar logam oksida

pada bentonit seperti SiO2, Al2O3, CaO, Fe2O3, K2O dan TiO2 secara kualitatif dan kuantitatif

adalah dengan menggunakan energy dispersive x-ray spectroscopy (EDX). Sampel bentonit

dipreparasi dengan cara serbuk, press dan vakum. Analisis statistik MANOVA dilakukan untuk

mengetahui pengaruh jenis preparasi sampel uji terhadap kadar SiO2, Al2O3, CaO, Fe2O3, K2O

dan TiO2. Uji normalitas dengan Saphiro-Wilk dan Q-Q Plot menunjukkan bahwa data

terdistribusi normal multivariat. Secara keseluruhan, terdapat pengaruh dari jenis preparasi

sampel bentonit terhadap kadar SiO2, Al2O3, CaO, Fe2O3, K2O dan TiO2.

Kata Kunci: bentonit, EDX, preparasi sampel, kadar logam oksida, MANOVA

ABSTRACT

Bentonite is a type of clay that is widely available in Indonesia and has a very varied chemical

composition. One way to determine the levels of metal oxides in bentonite such as SiO2, Al2O3,

CaO, Fe2O3, K2O and TiO2 qualitatively and quantitatively is to use energy dispersive x-ray

spectroscopy (EDX). Bentonite samples were prepared by means of powder, press and vacuum.

Statistical analysis of MANOVA was carried out to determine the effect of the type of test sample

preparation on levels of SiO2, Al2O3, CaO, Fe2O3, K2O and TiO2. Normality test with Saphiro-

Wilk and Q-Q plot shows that the data is normally distributed multivariate. Overall, there is an

influence of the type of bentonite sample preparation on the levels of SiO2, Al2O3, CaO, Fe2O3,

K2O and TiO2.

Keywords: bentonite, EDX, sample preparation, levels of metal oxides, MANOVA

Page 27: Seminar Nasional Keramik XVIII PELUANG, TANTANGAN DAN

Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”

eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019

KARAKTERISTIK BATU KAPUR LOKASI KOLAKA

BERDASARKAN SYARAT MUTU BATU KAPUR UNTUK

PEMBUATAN KERAMIK HALUS

CHARACTERISTICS OF KOLAKA LIMESTONE

BASED ON REQUIREMENTS OF LIMESTONE QUALITY FOR

MANUFACTURING FINE CERAMICS

Wahyu Garinas

Peneliti Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Mineral (PTPSM)

Deputi TPSA - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

([email protected],[email protected] )

ABSTRAK

Sampel uji didapatkan dari 3 lokasi di daerah Kolaka - Sulawesi Tenggara.

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik batu kapur untuk

bahan campuran keramik halus. Kemurnian kapur berdasarkan standar syarat baku BGS

(British Geological Standard) menunjukkan bahwa sampel I dan III kemurniannya rendah(low

purity), sampel II termasuk batu kapur yang impure. Karakteristik batu kapur untuk bahan baku

keramik halus (SII-1279-1985) menunjukkan bahwa semua sampel belum memenuhi standar.

Untuk sampel I hanya kadar SiO2 yang memenuhi standar dan semua sampel tidak memenuhi

standar Fe2O3 yang dan CaO. Untuk memanfaatkannya sebagai bahan mentah industri

keramik, maka perlu dilakukan usaha benefiasi untuk menurunkan kadar SO3, Fe2O3 dan

meningkatkan kadar CaO, sehingga syarat mutu kapur sebagai bahan mentah keramik halus

dapat lebih terpenuhi.

Kata kunci : Batu kapur Kolaka, pengujian, standar, karakteristik batu kapur.

ABSTRACT

Test samples were obtained from 3 locations in the Kolaka region - Southeast Sulawesi. This

research was conducted to obtain information about the characteristics of limestone for fine

ceramic mixtures. Lime purity based on BGS (British Geological Standard) standard conditions

shows that sample I and III are low purity, while sample II is included as impure limestone.

The characteristics of limestone for fine ceramic raw material (SII-1279-1985) shows that all

samples do not meet the standards. For sample I only SiO2 levels met the standard and all

samples did not meet the Fe2O3 and CaO standards. To use it as a raw material for the ceramic

industry, it is necessary to make a beneficiation for reducing levels of SO3 and Fe2O3 also

increasing CaO levels, so that the quality requirements of lime as a fine ceramic raw material

can be more fulfilled.

Keywords: Kolaka Limestone, BGS and SII standard, utilization of clay.

Page 28: Seminar Nasional Keramik XVIII PELUANG, TANTANGAN DAN

Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”

eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019

PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KADAR PB DAN CD TERLARUT

PADA VIAL UNTUK OBAT SUNTIK DENGAN MENGGUNAKAN ATOMIC

ABSORPTION SPECTROSCOPY (AAS)

DEVELOPMENT OF DETERMINATION METHOD OF LEAD AND CADMIUM RELEASE ON VIAL

FOR PARENTERAL DRUG USING ATOMIC ABSORPTION SPECTROSCOPY (AAS)

Hendra Kustiawan, Nurhidayati, Kristanto Wahyudi

Balai Besar Keramik

Jl. Jend. A. Yani 392, Bandung, Indonesia

Email : [email protected]

ABSTRAK

Selama bertahun-tahun, vial gelas telah digunakan sebagai pilihan utama bagi kemasan parenteral. Vial

gelas untuk obat suntik merupakan wadah dari pipa gelas borosilikat atau soda kapur silikat yang telah

mengalami perlakuan khusus, digunakan untuk menyimpan dan melindungi obat suntik. Namun vial

gelas yang dipakai di industri farmasi tidak dapat dianggap sepenuhnya inert. Pengujian vial secara

umum adalah ketahanan hidrolitik; ketahanan alkali; ketahanan asam; analisa bahan kontak dengan

makanan; uji farmakope; analisa komposisi; standar industri gelas kontainer; dan pelepasan logam berat.

Pada penelitian kali ini dilakukan pengembangan metode penentuan kadar Pb dan Cd terlarut

menggunakan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS). Standar uji logam berat yang digunakan adalah

SNI ISO 6486-1:2011, dengan variasi preparasi non autoklaf dan autoklaf. Seluruh hasil uji AAS dengan

dan tanpa autoklaf menunjukkan bahwa kadar Pb dan Cd berada di bawah ambang batas syarat mutu

sesuai SNI ISO 6486-2:2011. Kadar Pb rata-rata dengan dan tanpa autoklaf tidak berbeda jauh yaitu

sebesar 0,0554 mg/L dan 0,0530 mg/L sedangkan kadar Cd rata-rata menunjukkan perbedaan hasil yaitu

dengan autoklaf sebesar 11,625 µg/L dan non-autoklaf sebesar 8,583 µg/L. Nilai koefisien korelasi (r)

yang diperoleh untuk logam Pb dan Cd non-autoklaf secara berturut-turut adalah 0,9995 dan 1 . Nilai

koefisien korelasi (r) yang diperoleh untuk logam Pb dan Cd autoklaf secara berturut-turut adalah 0,9896

dan 0,9999. Instrumen AAS mempunyai kinerja yang baik seperti dapat dilihat pada nilai LoQ Pb dan

Cd. Perbedaan hasil uji AAS dengan autoklaf dan non-autoklaf kemungkinan berasal dari cara pencucian,

pengisian dan kondisi ruang autoklaf.

Kata Kunci : Vial, kadar Pb dan Cd, AAS, autoklaf

ABSTRACT

For years, glass vials have been used as the primary choice for parenteral packaging. Glass vials for

parenteral drugs are borosilicate or soda lime silicate glasses which have undergone special treatment,

used to store and protect parenteral drugs. However glass vials used in the pharmaceutical industry

cannot be considered fully inert. Vial testing in general are hydrolytic resistance; alkali resistance; acid

resistance; analysis of food contact materials; pharmacopoeia test; composition analysis; industrial

glass container standards; and release of heavy metals. In this study, the development of method for

determining the levels of Pb and Cd release using Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) has been done.

Testing standard used is ISO 6486-1: 2011, with non-autoclave and autoclave preparations. All AAS test

results with and without autoclave show that the levels of Pb and Cd release were below the threshold

for quality requirements in accordance with ISO 6486-2: 2011. The average Pb level with and without

autoclave did not differ much, that is 0.0554 mg / L and 0.0530 mg / L, while the average Cd level showed

differences in results, with autoclaving of 11,625 µg / L and non-autoclaving of 8,583 µg / L. Correlation

coefficient (r) values obtained for Pb and Cd non-autoclave metals were 0.9995 and 1, respectively. The

correlation coefficient (r) values obtained for Pb and Cd metal autoclaves were 0.9896 and 0.9999,

respectively. AAS instruments have good performance as can be seen in the value of LoQ Pb and Cd.

The difference in AAS test results with autoclaves and non-autoclaves was likely to originate from the

washing, filling and chamber conditions of autoclave.

Keywords: Vial, Pb dan Cd release, AAS, autoclave

Page 29: Seminar Nasional Keramik XVIII PELUANG, TANTANGAN DAN

Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”

eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019

PENGARUH PENAMBAHAN BIOPOLIMER PADA GEOPOLIMER BERBASIS

FLY ASH TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON RENDAH ST-37

THE EFFECT OF BIOPOLYMER ADDITION IN FLY ASH-BASED GEOPOLYMER ON

CORROSION RATE OF LOW CARBON STEEL ST-37

Yosia Azarya a, Lia Asria,*, Rifki Saptawendarb, Bambang Sunendarc

aProgram Studi Teknik Material, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Institut Teknologi Bandung,

Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia bDepartemen Keramik Mutakhir, Gelas dan Enamel, Balai Besar Keramik, Kementerian Perindustrian

Indonesia, Bandung 40272, Indonesia cLaboratorium Pemrosesan Material Maju, Program Studi Teknik Fisika, Institut Teknologi Bandung,

Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia

Email : [email protected]

ABSTRAK

Korosi merupakan masalah yang paling umum dalam penggunaan baja karbon rendah di industri.

Luasnya bidang penggunaan, sifat mekanis yang baik, serta harga yang murah menjadi alasan untuk tetap

menggunakan baja karbon rendah dibandingkan dengan stainless steel. Salah satu cara pencegahan

terjadinya korosi adalah dengan penggunakan coating yang berasal dari material inorganik. Geopolymer

berbasis fly ash berpotensi untuk digunakan sebagai coating pada baja karbon rendah, terlebih

ketersediaan fly ash yang melimpah di Indonesia. Selain itu nanoselulosa dan kitosan sebagai coupling

agent dapat dimanfaatkan sebagai paduan geopolimer untuk meningkatkan performa dari coating geopolimer yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan korosi dari geopolimer

sebagai pelapis baja karbon rendah serta pengaruh dari paduan terhadap ketahanan korosi. Fly ash yang

digunakan untuk prekursor geopolimer merupakan fly ash kelas F. Fly ash diaktivasi dengan larutan

aktivator alkali menghasilkan geopolimer, ditunjukkan oleh material yang mengalami setting dan uji X-

Ray Diffraction yang menunjukkan senyawa karakteristik geopolimer, yaitu Quartz dan Mullite.

Nanoselulosa disintesis dari sekam padi dengan metode hidrolisis asam. Ketahanan korosi ST-37 yang

dilapisis geopolimer dan paduannya diuji dengan metode imersi dan Electrochemical Impedance

Spectroscopy (EIS). Hasil pengujian imersi menunjukkan bahwa spesimen baja karbon rendah yang

dilapis dengan coating geopolimer dan paduannya tidak mengalami korosi namun terdapat fenomena

leaching larutan aktivator sisa yang tidak bereaksi sehingga nilai laju korosi yang didapatkan buruk

karena laju korosi didasarkan pada penghitungan berat yang hilang. Pada hasil pengujian korosi dengan EIS, baja karbon rendah ST-37 yang dilapisi dengan coating geopolimer memiliki laju korosi yang jauh

lebih rendah dibandingkan baja karbon rendah tanpa pelapisan. Penggunaan nanoselulosa pada coating

geopolimer menurunkan jumlah porositas yang terlihat pada hasil SEM. Bedasarkan pengujian korosi

pada larutan artificial brine, maka dapat disimpulkan penggunaan kitosan pada coating geopolimer

memiliki hasil yang paling baik dalam meningkatkan ketahanan korosi baja karbon rendah ST-37.

Kata Kunci: Coating, Geopolimer, Fly Ash, Korosi, Kitosan, Nanoselulosa

ABSTRACT

Corrosion is the most common problem in the use of low carbon steel in the industry. The wide field of

use, good mechanical properties, and low prices are the reasons for continuing to use low carbon steel

compared to stainless steel. One way to prevent corrosion is to use a coating derived from inorganic

material. Fly ash-based geopolymer has the potential to be used as a coating on low carbon steel,

especially the abundant availability of fly ash in Indonesia. In addition, nanocellulose and chitosan as a coupling agent can be used as geopolymer alloys to improve the performance of the resulting geopolymer

coating. This study aims to determine the corrosion resistance of geopolymers as low carbon steel

coatings and the effect of alloys on corrosion resistance. From the results of X-Ray Fluorescence

characterization, it can be concluded that the fly ash used for geopolymer precursors is class F fly ash.

Fly ash is activated by an alkaline activator solution to produce geopolymers, shown by the material

undergoing setting and X-Ray Diffraction test that shows geopolymer characteristic compounds, namely

Quartz and Mullite. Nanocellulose is synthesized from rice husks by acid hydrolysis method. The

corrosion resistance of ST-37 coated with geopolymer and its alloys was tested by using Immersion

Method and Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS). Immersion test results show that low

carbon steel specimens coated with geopolymer coatings and alloys do not undergo corrosion but there

Page 30: Seminar Nasional Keramik XVIII PELUANG, TANTANGAN DAN

Seminar Nasional Keramik XVIII “PELUANG, TANTANGAN DAN INOVASI TEKNOLOGI KERAMIK DI ERA INDUSTRI 4.0”

eL Royale Hotel – BANDUNG, 23 Oktober 2019

is a phenomenon of leaching residual activator solution that does not react so that the corrosion rate

values obtained are poor because the corrosion rate is based on calculating the weight loss. In the results

of corrosion testing with EIS, ST-37 low carbon steel coated with geopolymer coating has a much lower

corrosion rate than low carbon steel without coating. The use of nanocellulose in geopolymer coatings reduces the amount of porosity seen in SEM results. Based on corrosion testing on artificial brine

solutions, it can be concluded that the use of chitosan on geopolymer coatings has the best results in

increasing corrosion resistance of low carbon steel ST-37.

Keywords: Coating, Geopolymer, Corrosion, Fly Ash, Chitosan, Nanocellulose