seminar nasional bulan bahasa 2013
DESCRIPTION
BAHASA ALAY VS BAHASA INDONESIATRANSCRIPT
BAHASA INDONESIA SEBAGAI JATI DIRI BANGSA VS BAHASA ALAY
SEBAGAI GAYA HIDUP PELAJAR MASA KINI
Linda R Tagie Mahasiswa STIBA Cakrawala Nusantara, Kupang
ABSTRAK
Bahasa Indonesia adalah jati diri bangsa yang harus di pertahankan untuk menunjukkan keberadaannya di antara bangsa lain. Penulis ingin menganalisis Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa dengan judul “BAHASA INDONESIA SEBAGAI JATI DIRI BANGSA VS BAHASA ALAY SEBAGAI GAYA HIDUP PELAJAR MASA KINI”. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mempertahankan Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa berdasarkan sumpah pemuda 28 oktober 1928 yaitu berbahasa satu, Bahasa Indonesia. Metode yang di gunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Hasil analisis menunjukan adanya kontroversi antara Bahasa Indonesia dengan gaya hidup pelajar masa kini yang lebih cenderung menggunakan bahasa alay agar terlihat gaul dan tidak ketinggalan zaman. Kata kunci : Bahasa, Alay, Kontroversi, Jati Diri.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi dan bahasa persatuan Republik
Indonesia. Penggunaan Bahasa Indonesia diresmikan setelah proklamasi
kemerdekaan bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Dari segi linguistik,
bahasa Indonesia adalah varian dari bahasa Melayu. Bahasa Melayu merupakan
sebuah bahasa Austronesia dari cabang Sunda-Sulawesi yang digunakan sebagai
lingua franca atau bahasa perhubungan di Nusantara sejak abad awal penanggalan
modern.
Dalam perkembangannya Bahasa Indonesia mengalami perubahan akibat
penggunaannya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan
berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan "Bahasa Indonesia"
diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang
bertujuan untuk menghindari kesan "imperialisme bahasa" apabila nama "bahasa
Melayu" tetap digunakan.
Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian
bahasa Melayu yang digunakan di beberapa daerah di Indonesia termasuk Nusa
Tenggara Timur seperti Kupang, Sabu dan Larantuka.
Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus
menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari
bahasa daerah, bahasa asing maupun kata-kata yang tercipta dari lingkungan sekitar.
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam Bahasa Indonesia sering dikenal dengan
istilah Bahasa alay. Biasanya hal ini terjadi di kalangan kaum muda termasuk para
pelajar.
Bahasa alay adalah bahasa nonformal yang digunakan oleh remaja masa kini
dengan tujuan agar tidak ketinggalan zaman. Hal ini terjadi hampir di seluruh pelosok
bumi Indonesia termasuk Kupang. Bahasa alay yang terjadi di Indonesia muncul
sejak adanya telepon seluler (HP) dengan program short message service (SMS).
SMS adalah pesan singkat dari layanan operator yang mengenakan tarif per karakter
dengan tujuan untuk menghemat biaya. Ini berarti bahwa pesan harus di ketik secara
singkat. Namun dalam perkembangannya bahasa-bahasa yang disingkat tersebut
semakin melenceng dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Bahasa Alay telah menggeser eksistensi nilai budaya bahasa Indonesia.
Remaja lebih cenderung mengunakan bahasa alay dalam pergaulan sehari-hari
dibandingkan Bahasa Indonesia. Kosa kata Bahasa Indonesia telah di rubah menjadi
lebih singkat untuk menghasilkan sebuah istilah baru. Fenomena-fenomena ini
mendorong penulis untuk menulis makalah ini dengan judul ”BAHASA
INDONESIA SEBAGAI JATI DIRI BANGSA VS BAHASA ALAY S EBAGAI
GAYA HIDUP PELAJAR MASA KINI”.
1.2 Masalah
Dalam penulisan makalah ini, penulis mengemukakan dua masalah, yakni:
1. Apa pengaruh bahasa Alay dalam peran Bahasa Indonesia sebagai jati diri
bangsa?
2. Bagaimana bahasa Alay mempengaruhi peran Bahasa Indonesia sebagai jati diri
bangsa?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini, yakni:
1. Untuk memenuhi persyaratan penyajian materi sebagai pemakalah Seminar
Nasional Bulan Bahasa STIBA CNK.
2. Untuk mendeskripsikan pengaruh bahasa alay dalam peran Bahasa Indonesia
3. Untuk menjelaskan asal mula dan karakteristik bahasa alay dalam kehidupan
remaja masa kini.
1.4 Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode kualitatif
deskriptif. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan tentang kontroversi antara
Bahasa Alay dan Bahasa Indonesia.
1.5 Defenisi Istilah
1. Bahasa
Bahasa adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata (nama
benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin dari ide seseorang
dalam arus udara lewat mulut (Plato).
2. Alay
Alay adalah gejala yang di alami pemuda-pemudi Indonesia yang ingin di akui
statusnya di antara teman-temannya. Gejala ini akan mengubah gaya bahasa baik
secara lisan maupun tertulis termasuk gaya berpakaian ( Koentjara Ningrat).
1.6. Konsep
1.6.1 Sosiolinguistik
Dalam penulisan makalah ini, penulis akan mengemukakan defenisi Sosiolinguistik
menurut beberapa ahli bahasa, yakni:
1. Sosiolinguistik adalah bidang ilmu antar disiplin yang mempelajari bahasa
dalam kaitannya dengan penggunaan itu didalam masyarakat. (Abdul
Chaer:2004:2)
2. Sosolinguistik adalah cabang linguistik yang mempelajari faktor-faktor sosial
yang berperan dalam pemakaian bahasa dan yang berperan dalam pergaulan.
(Rafiek:2005:2)
3. Sosiolinguistik sesungguhnya mempelajari bahasa dan hubungannya dengan
masyarakat seperti juga halnya sosiologi, antropologi, politik, ekonomi,
agama, dan beberapa bidang lainya yang memerlukan bahasa untuk
menerangkan substansinya. (Sabon Ola:2009:19)
Dari defenisi sosiolinguistik diatas, maka sudah jelas cabang-cabang dari
sosiolinguistik mempunyai cakupan yang luas. Sosiolinguistik artinya ilmu yang
mempelajari tentang hubungan timbal balik antara bahasa dan masyarakat. Ini berarti
bahwa sosiolinguistik merupakan kajian bahasa. Akan tetapi, para ahli umumnya
cenderung menganggap bahasa sebagai suatu yang tidak bervariasi (monolitik).
sebaliknya bagi ahli sosiolinguistik, bahasa, terutama pemakaianya, tidak bersifat
monolitik.
1.6.2 Variasi Bahasa
Menurut Bachman (1990) Variasi bahasa adalah ragam bahasa menurut
pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang di bicarakan, menurut hubungan
pembicara, kawan bicara, orang yang di bicarakan, serta menurut medium pembicara.
Ini berarti bahwa variasi bahasa dapat dianalisis secara deskriptif. Semua jenis dan
perubahan dalam bahasa dapat dilihat dari subjek dan objek yang ditutur. Pernyataan
ini juga di dukung oleh Ferguson. Ferguson menjelaskan bahwa variasi bahasa adalah
bentuk ujaran berpola yang dapat dianalisis secara deskriptif sinkronis yang di batasi
oleh makna dan di pergunakan dalam konteks komunikasi.
1.6.3 Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional yang memiliki fungsi sebagai
lambang kebanggaan kebangsaan, identitas nasional, alat penyatuan berbagai suku
bangsa dalam kesatuan kebangsaan, dan alat perhubungan antar daerah dan antar
budaya berdasarkan butir ketiga Sumpah Pemuda 28 oktober 1928 yang juga di
dukung dalam Undang – Undang No.24 Tahun 2009.
1.6.4 Bahasa Alay
Bahasa alay adalah bahasa hasil kreatifitas kaum muda yang tidak mau
ketinggalan zaman sehingga mereka berusaha menciptakan sesuatu yang
berbeda dan bisa menarik perhatian publik. Hal ini di dukung oleh Koentjara
Ningrat yang menegaskan bahwa alay merupakan gejala yang di alami oleh
pemuda-pemudi indonesia yang di ingin di akui statusnya di antara teman-
temannya sebagai seseorang yang penuh kreatifitas dengan menciptakan
sesuatu yang baru untuk menarik perhatian orang-orang di sekitarnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Bahasa
Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga
membentuk kata dengan aturan sintaks untuk membentuk kalimat yang memiliki arti
(Sabon Ola , 2009 : 2). Ini berarti bahasa merupakan sarana komunikasi yang paling
efektif untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan orang lain. Melalui bahasa,
manusia dapat menyampaikan ide, gagasan dan pokok pemikiranya baik secara lisan
maupun tertulis sebagai perumusan maksud dan tujuan dengan harapan dapat di
mengerti oleh orang lain. Menurut Plato, Bahasa adalah pernyataan pikiran seseorang
dengan perantaraan onomata (nama benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang
merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut . Bahasa juga
berfungsi sebagai alat ekspresi diri. Dengan bahasa manusia dapat mengekspresikan
dirinya dengan mengungkapkan segala sesuatu yang berada atau yang bergejolak
dalam batinnya. Terlepas dari fungsi sebagai alat ekspresi diri, bahasa juga
merupakan sarana yang paling ampuh untuk melepaskaan diri dari belenggu yang
menghimpit batin kita, sesuatu yang masih dalam taraf angan-angan pun dapat di
sampaikan melalui bahasa, oleh karna itu, bahasa bukan saja mencerminkan gagasan
dan pikir an melainkan juga mencerminkan perilaku seseorang. Dengan kata lain,
bahasa adalah tolak ukur yang menunjukkan keberadaan seseorang.
2.2 Sejarah Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional sebagai bahasa pemersatu seluruh
Warga Negara Republik Indonesia. Lahir dari peristiwa bersejarah yang monumental
yang di ikrarkan pada tanggal 28 oktober 1928 di Jakarta. Bahasa Indonesia berasal
dari bahasa melayu. Bahasa ini adalah sebuah bahasa Austronesia dari cabang
bahasa-bahasa sunda Sulawesi yang di gunakan sebagai lingua france di Nusantara.
Istilah Melayu berasal dari kerajaan Malayu, yaitu sebuah kerajaan Hindu-
Budha pada abad ke-7 di hulu sungai Batanghari, jambi di pulau sumatera jadi secara
geografis semula hanya mengacu pada wilayah kerajaan yang merupakan sebagian
dari wilayah pulau sumatera. Namun, dalam perkembangannya, pemakaian istilah
melayu mencakup wilayah geogafis yang lebih luas dari wilayah kerajaan Malayu
tersebut.
Pada awal abad ke-20 perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahasa Melayu
mulai terlihat. Pada tahun 1901, Indonesia yang saat itu disebut Hindia-Belanda,
mengadopsi ejaan Van Ophuijsen dan pada tahun 1904 Persekutuan Tanah Melayu-
yang saat ini menjadi wilayah Malaysia,di bawah pimpian Inggris mengadopsi ejaan
Wilkinson. Ejaan Van Ophuijsen diawali dari penyusunan Kitab Logat Melayu Van
Ophuijsen pada tahun 1896 yang dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan
Moehammad Taib Soetan Ibrahim.
Intervensi pemerintah semakin kuat dengan dibentuknya Commissie voor de
Volkslectuur ("Komisi Bacaan Rakyat" - KBR) pada tahun 1908 yang saat ini
bernama Balai Pustaka. Pada tahun 1910 komisi ini, di bawah pimpinan D.A Rinkes,
melancarkan program Taman Poestaka dengan membentuk perpustakaan kecil di
berbagai sekolah pribumi dan beberapa instansi milik pemerintah. Perkembangan
program ini sangat pesat, dalam dua tahun telah terbentuk sekitar 700 perpustakaan.
Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai "bahasa persatuan bangsa" pada saat
Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober.
Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional merupakan usulan
Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah.
Dalam pidatonya di Kongres Nasional kedua di Jakarta. Yamin mengatakan :
"Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan
kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa
persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah
yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan."
Selanjutnya perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak dipengaruhi
oleh sastrawan Indonesia yang banyak mengisi dan menambah perbendaharaan
kata,sintaksis, maupun morfologi bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia dituturkan di seluruh Indonesia, walaupun lebih banyak
digunakan di area perkotaan dengan dialek dan logat daerahnya masing-masing.
Untuk berkomunikasi dengan sesama orang sedaerah kadang bahasa ibulah yang
digunakan sebagai pengganti bahasa Indonesia.
2.2.1 Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa
Berdasarkan sumpah pemuda 28 oktober 1928 di mana salah satu butir
sumpah pemuda berbunyi ” Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa
persatuan, bahasa indonesia”. Pernyataan ini menunjukan bahwa ada kesepakatan
bersama untuk mempertahankan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan
pemersatu seluruh warga Negara. Hal ini berarti bahwa bahasa Indonesia merupakan
salah satu kebutuhan pokok warga Negara Indonesia.
Sebuah pepatah lama mengatakan “ Bahasa Menunjukkan Bangsa”. Artinya
bahasa yang di gunakan menunjukkan asal-usul seseorang. Berbahasa Indonesia
menandakan seseorang berasal dari bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia juga
menandakan jati diri bangsa. Maksudnya bahasa menandakan pola pikir, kebiasaan
dan sifat khusus seseorang. Karena itu Bahasa Indonesia harus di pertahankan. Dalam
UUD No 24 tahun 2009 juga menegaskan tentang bendera, bahasa dan lambang
Negara serta lagu kebangsaan sebagai jati diri bangsa. Dari sini, jelaslah bahwa
bahasa Indonesia merupakan jati diri bangsa yang menunjukkan esksistensinya di
antara bangsa lain.
2.3 Alay
Alay merupakan sebuah fenomena yang merujuk kepada gaya hidup remaja
masa kini. Remaja lebih cenderung menciptakan sesuatu yang baru dan berlomba-
lomba menjadi orang pertama yang menemukan hal baru. Hal ini biasanya terjadi
pada usia remaja yang berada dalam tahapan pencarian jati diri. Mereka berusaha
untuk mencari perhatian publik dengan hal-hal baru yang mereka yakini akan menjadi
satu fenomena yang menarik perhatian khalayak luas. Mulai dari gaya bahasa, gaya
bicara, gaya berpakaian termasuk gaya hidup.
Dalam ensiklopedia inggris, “Alay is a pop culture phenomenon in Indonesia,
it is a stereotype describing something tacky and cheesy”. Hal ini tentu saja terjadi
kesalahpahaman (Miss understanding) dari para alayers (pengguna bahasa alay)
terhadap makna yang sebenarnya, karna para pengguna bahasa alay menganggap diri
mereka gaul atau tidak ketinggalan zaman dengan menggunakan bahasa alay,
sedangkan makna alay yang sesungguhnya adalah “Norak atau Kampungan”.
Eksistensi bahasa alay semakin hari semakin luas, hingga kaum mudapun berlomba-
lomba menjadi alayer agar tidak di katakan ketinggalan zaman. Padahal, entah di
sadari atau tidak, justru para pengguna bahasa alaylah yang kampungan atau Norak.
2.3. Sejarah Bahasa Alay
Bahasa alay merupakan budaya remaja Indonesia yang merujuk pada satu
fenomena gaya hidup remaja Indonesia yang selalu berusaha tampil beda dengan
teman-temannya. Bahasa Alay muncul pertama kalinya sejak ada program SMS
(Short Message Service) atau pesan singkat dari layanan operator yang mengenakan
tarif per karakter ataupun per SMS yang berfungsi untuk menghemat biaya. Ini
mengharuskan mereka agar lebih kreatif untuk mengetik pesan secara singkat. Di
tambah lagi dengan munculnya beberapa Jejaring Sosial yang merupakan dunia maya
tempat berkreasi sebebas-bebasnya tanpa aturan . seperti Facebook, twitter,blackberry
messager, line, kakao talk, yahoo messager dan beberapa layanan chating lainnya.
Bahasa alay merupakan pengembangan dari bahasa prokem. Bahasa prokem
adalah ragam bahasa nonstandar yang lazim di gunakan di Jakarta pada tahun 1970an.
Bahasa prokem merupakan kode rahasia bagi kaum muda yang saling mengenal
dengan baik. Namun dalam perkembangannya, penggunaan bahasa alay lebih di
kenal khalayak ramai setelah Debby Sahertian mengumpulkan kosa-kata yang di
gunakan dalam komunitas tertentu dan menerbitkan buku yang berjudul “Kamus
bahasa gaul” pada tahun 1999. Saat ini bahasa prokem telah banyak di gunakan
masyarakat luas sebagai bentuk percakapan sehari-hari dalam pergaulan di
lingkungan sosial bahkan di media massa seperti Majalah, koran bahkan televisi.
Namun, bahasa prokem lebih dominan di pengaruhi oleh bahasa dan dialek betawi,
karna itu, kaum muda berusaha lebih kreatif lagi dengan menciptakan kata-kata baru
sesuai dengan popularitas daerah masing-masing. Hal ini muncul pertama kali dalam
Dialek jawa lalu berkembang ke seluruh pelosok tanah air termasuk Kupang, Nusa
Tenggara Timur.
2.4 Variasi Bahasa
a. Variasi bahasa dalam kajian sosiolinguistik
Dalam kajian ilmu sosiolinguistik, ada berbagai macam variasi bahasa.
Variasi bahasa ini di sebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang di lakukan
oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan di karenakan oleh para
penuturnya yang tidak homogen. (Sabon Ola, 2009:62-63)
Ada empat variasi bahasa berdasarkan kajian ilmu sosiolinguistik, yaitu :
1) Variasi dari segi penutur.
Ada empat variasi bahasa dari segi penutur yaitu :
• Idiolek : Variasi bahasa yang bersifat perseorangan . setiap orang
mempunyai idiolek masing-masing, idiolek ini berkenaan dengan warna
suara, pilihan kata,gaya bahasa, susunan kalimat, dan sebagainya. Yang
paling dominan adalah warna suara.
• Dialek : Variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif,
yang berada di suatu tempat atau area tertentu. Bidang studi yang
mempelajari tentang variasi bahasa ini adalah dialektologi
• Kronolek : merupakan dialek temporal, yaitu variasi bahasa yang di
gunakan oleh sekelompok sosial pada masa tertentu.
• Sosiolek : merupakan dialek sosial, yaitu variasi bahasa yang berkenan
dengan status, golongan dan kelas sosial para penuturnya. Dalam kajian
sosiolinguistik, variasi inilah yang menyangkut semua masalah pribadi
penuturnya, seperti usia, pendidikan, keadaan sosial ekonomi, pekerjaan
dan sebagainya.
2) Variasi dari segi pemakaian
Variasi ini biasanya di biacarakan berdasarkan bidang penggunaan,
gaya, atau tingkat keformalan dan sarana penggunaan. Variasi bahasa
berdasarkan bidang pemakaian ini ialah menyangkut bahasa itu di gunakan
untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya bidang sastra, jurnalistik,
pertanian, militer, pelayaran, pendidikan dan sebagainya.
3) Variasi dari segi keformalan
Variasi jenis ini di gunakan dalam situasi resmi. Misalnya upacara,
Pidato kenegaraan, surat resmi, undang-undang, akte notaris, sumpah dan
sebagainya.
4) Variasi dari segi sarana
Variasi jenis ini di lihat dari segi sarana atau jalur yang di gunakan
baik lisan maupun tertulis, dalam hal ini ragam bahasa dengan menggunakan
sarana atau alat terntentu, misalnya bertelepon dan mengirim e-mail
b. Variasi bahasa Alay
Bahasa alay juga merupakan variasi bahasa yang biasa terjadi di ranah
kebahasaan. Berdasarkan kajian sosiolinguistik, bahasa alay termasuk
variasi bahasa dari segi penutur karena bahasa alay termasuk dalam
keempat konsep sosiolinguistik berdasarkan segi penutur. Yaitu
dialeknya yang berbeda dari bahasa-bahasa lainnya dari segi dialek,
gaya dan susunan kalimat dari segi idiolek, hanya berlaku pada masa
tertentu dari segi kronolek dan hanya terjadi pada komunitas tertentu
dari segi sosiolek
Ada dua variasi bahasa alay , yaitu alay lisan dan alay tulisan.
1. Alay Tulisan
Ada lima variasi penulisan bahasa alay, yaitu :
1.1 Alay Matematika
alay ini adalah mengganti jenis huruf tertentu dengan angka. Misalnya I di ganti
dengan 1, A di ganti dengan 4, G di ganti dengan 6 atau 9, E di ganti dengan 3, S di
ganti dengan 5 dan sebagainya.
Contoh : 4ku 54y4nk k4m03 (aku sayang kamu)
1.2 Alay Capslock
Jenis alay ini penggabungan huruf besar dengan huruf kecil, hal ini tentu saja membutuhkan kreativitas jari supaya lebih lincah menekan tombol capslock untuk menghidupkan dan mematikan huruf kapital. Contoh : - saMpai JuMpa beZok EaaahH ( Sampai jumpah besok ya)
- CeMuuNgUdh Eaah Kak’Z ( Semangat ya kakak )
1.3 Alay Double
Jenis alay ini merupakan penulisan dengan pendobelan huruf tertentu. Tidak
hanya itu, terkadang alay jenis ini mengganti beberapa huruf tertentu dengan huruf –
huruf sesuai dengan keinginan para alayers untuk mencapai kata yang di targetkan
Contoh :
- kamuuu dii manaaaaa???? Akuuu mauuu ketemu kamuuu (kamu di
mana? Saya ingin bertemu denganmu)
- akuu chayank cama kamuuu ( aku sayang padamu)
1.4 Alay tanda baca
Jenis alay ini di temukan dalam penulisan yang lebih dominan di hiasi tanda
baca yang berlebihan.
Contoh : Hy…boleh kenalan gaak???????? Nama aku siska,,, kamu siapa?????
(hai, bolehkah kita berkenalan? Nama saya siska, namamu siapa?)
1.5 Alay Constraction
Jenis alay ini biasanya menggunakan singkatan kata atau kalimat tertentu. Jenis ini
merupakan pemekaran dari bahasa slang yang biasa menghiasi beranda jejaring
sosial.
Contoh :
- u R d best (you are the best)
- OTW (on the way)
- LOL ( Laughing of Loud)
- teng’s b’4 (thanks before)
- GWS (Get Well Soon)
- b4 (Before)
2. Alay Lisan
Dalam perkembangannya, bahasa alay kini tidak hanya di temukan dalam
bentuk tulisan, tapi juga dalam bentuk lisan. Jenis alay ini berdasarkan ilmu
sosiolinguistik tergolong Variasi idiolek dari segi penutur. idiolek ini berkenaan
dengan warna suara, pilihan kata,gaya bahasa, susunan kalimat, dan bentuk mulut
yang di atur sedemikian rupa saat berbicara.
Berikut ini adalah beberapa contoh alay yang biasa menghiasi beranda
jejaring sosial dan juga biasa di pakai kaum muda dalam komunikasi lisan dengan
sesama mereka. Yaitu :
1. Ciyus, Miapah?
Artinya : serius? Demi apa?
2. Enelan?
Artinya : benaran?(jawa) Apakah benar?(Indonesia)
3. Trus, Gue Harus bilang Wow gitu?
Apakah saya harus mengatakan Wow? Wow artinya sesuatu yang luar
biasa. Biasanya kata-kata ini di ucapkan ketika seseorang bercerita
tentang sesuatu yang berlebihan. Entah kalimat ini merupakan isyarat
untuk tidak berbicara lagi ataupun tanda iri karna sang penutur tidak
sanggup menjadi seperti yang di ceritakan.
4. Cetar Membahana
Kata ini pertama kali di popularkan oleh penyanyi asal Indonesia,
Syahrini. Yang berarti sesuatu yang spektakuler atau luar biasa.
5. Unyu-unyu
Unyu-unyu artinya imut, cantik, manis dan menggemaskan.
6. PHP
Merupakan singkatan dari Pemberi Harapan Palsu atau dapat di
artikan sebagai hanya tipuan belaka. Julukan ini di berikan kepada
mereka yang suka mengumbar janji namun tak di tepati hingga
membuat galau.
7. Prikitiew
Istilah ini pertama kali dipopularkan oleh pelawak Indonesia, Sule.
Prikitiew artinya menggambarkan suasana bahagia, terkadang bersifat
mengejek.
8. Afgan
Istilah ini lahir dari nama seorang penyanyi asal Indonesia, Afgan
Syahreza. Ini bermula ketika Afgan mengeluarkan lagunya yang
berjudul “sadis”. Jadi afgan artinya sesuatu yang misterius, tidak
berlogika, namun benar-benar terjadi.
9. Kamseupay
Artinya Kampungan sekali, Uh payah !
Istulah ini berawal dari sinetron remaja “Putih Abu-abu”. Istilah
kamseupay di gunakan untuk mengejek orang lain yang di anggap
tidak gaul atau ketinggalan zaman.
10. Kepo
Kepo merupakan kepanjangan dari Knowing Every Particular Object.
Adalah sebutan bagi orang yang selalu ingin tahu segala hal termasuk
urusan pribadi orang lain. Dan pada akhirnya menjadi penyebar
gossip. Akhir-akhir ini istilah kepo kebanyakan terdengar dengan
istilah ‘google’. Yaitu serba tau segalanya.
11. Maaciw
Artinya terima kasih, namun disini terjadi perbuahan gaya bahasa dan
diucapkan dengan nada suara genit supaya terdengar alay.
12. Narsis
Berasal dari cerita yunani, ada seorang lelaki tempan yang bernama
Narcissus yang menolak cinta seorang gadis bernama Echo. Echo
kemudian patah hati dan mengutuk Narcissus agar tidak pernah jatuh
cinta, akhirnya narcissus menjadi seseorang yang suka menyendiri.
Bagi kaum alayers hal ini di tandai dengan suka foto sendiri dengan
gaya alay atau berlebihan.
13. Oretz
Artinya oke. Berasal dari bahasa inggris yang berarti all right atau
baiklah.
14. Paku Alus
Istilah ini merupakan jenis Alay yang cukup popular di kalangan
remaja kota kupang. Artinya belum dewasa atau masih labil.
15. Kak’Z / Adig’z
Istilah ini juga merupakan bahasa alay yang popular di kota kupang.
Artinya Kakak sayang atau adik sayang.
16. Keloli Love
Istilah ini lahir dari kolaburasi antara bahasa daerah Sabu,Nusa
Tenggara Timur dengan bahasa inggris. Keloli berasal dari bahasa
sabu yang artinya Jatuh, sedangkan love berasal dari bahasa inggris
yang artinya Cinta. Jadi keloli love artinya jatuh cinta.
17. Karmendez?
Artinya Bagaimana. Berasal dari melayu kupang “Karmana”.
18. MaCamah
Artinya sama-sama. Merupakan jawaban dari kata alay maaciw atau
terima kasih.
19. Cemungudh
Artinya : Semangat. Kini ada kata alay baru yang mirip dengan istilah
ini, yakni “Semangka” artinya “Semangat Kakak”.
20. Ma’em
Artinya : Makan.
Dalam dunia sosiolinguistik juga di kenal istilah ‘Alih Kode’ dan ‘Campur Kode’.
• Alih Kode (switching code).
Alih kode (switching code) adalah beralihnya penggunaan suatu kode
(entah bahasa atau ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain
(Chaer, 1994: 67). Alih kode mrupakan salah satu aspek ketergantungan
bahasa dalam masyarakat multilingual. Dalam masyarakat multilingual
sangat sulit seorang penutur mutlak hanya menggunakan satu bahasa.
Suwito (1985) membagi alih kode menjadi dua, yaitu :
1. Alih Kode Ekstern
Merupakan alih bahasa, seperti dari Bahasa Indonesia beralih ke
bahasa inggris dan sebaliknya.
2. Alih Kode Intern
Merupakan alih varian, seperti dari Bahasa Indonesia beralih ke
melayu Kupang, atau dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Alay.
• Campur Kode (Mixing Code).
Campur kode ( Mixing Code) adalah dua kode atau lebih yang di gunakan
bersama (Chaer, 1994 : 69). Ini terjadi dengan menyisipkan bahasa lain ke
dalam bahasa yang menjadi kode utama atau kode dasar.
Campur kode juga di bagi menjadi dua, yaitu :
1. Campur kode ke dalam (innercode mixing).
Campur kode yang berasal dari bahasa asli dengan segala variasinya.
2. Campur kode ke luar (outer code mixing).
Campur kode yang berasal dari bahasa asing
Berdasarkan kajian tersebut di atas, maka bahasa alay dapat di golongkan dalam
campur kode (mixing code) karena bahasa alay merupakan campuran beberapa
variasi bahasa yang menghasilkan satu istilah baru yang cukup rumit untuk didefinisi.
2.5 Dampak Bahasa Alay
Pesatnya perkembangan jumlah pengguna bahasa alay menunjukkan semakin
akrabnya generasi muda Indonesia dengan dunia teknologi terutama internet.
Munculnya bahasa alay juga menunjukkan adanya perkembangan zaman yang
dinamis, karena suatu bahasa harus disesuaikan dengan masyarakat penggunanya
agar tetap eksis.
Di samping itu, munculnya bahasa alay juga merupakan sinyal ancaman yang
sangat serius terhadap eksistensi bahasa indonesia sebagai jati diri bangsa. Hal ini di
tandai dengan semakin buruknya kemampuan berbahasa generasi muda Indonesia. Ini
berarti resmilah kita mengubur semangat sumpah pemuda berbahasa satu, bahasa
Indonesia.
Hasrat tidak ingin dianggap ketinggalan zaman membuat bahasa alay semakin
di minati, di samping itu juga, pelan-pelan bahasa alay mulai menggeser eksistensi
bahasa indonesia. Akibatnya, kaum muda yang cenderung berbahasa alay kebanyakan
tidak mampu berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa Bahasa
Indonesia merupakan bahasa nasional sebagai bahasa persatuan yang menunujukan
eksistensi dan jati diri Bangsa Indonesia. Ini dapat dilihat pada tanggal 28 Oktober
1928 silam, dimana para pemuda berkumpul dan berikrar dalam sumpah pemuda
untuk menjunjung tinggi bahasa persatuan yaitu Bahasa Indonesia.
Akan tetapi, nilai dan eksistensi Bahasa Indonesia telah dirusak oleh
kehadiran bahasa alay sebagai bahasa pergaulan anak muda jaman sekarang untuk
berinteraksi satu sama lainnya. Beberapa kosa kota Bahasa Indonesia dirubah menjadi
kosa kata baru tetapi memiliki arti yang sama. Sebenarnya penggunaan bahasa alay
itu sah-sah saja, asalkan digunakan dalam konteks dan sikon tertentu, dalam hal ini,
situasi informal. Akan tetapi, jangan terlalu sering digunakan juga sehingga tidak
mempengaruhi tata Bahasa Indonesia dalam situasi formal.
DAFTAR PUSTAKA
- Sabon Ola,Simon. 2009. Sosiolinguistik . Yogyakarta : The Dogge Press.
- Kementrian pendidikan dan kebudayaan. 2011. Undang-undang republik
indonesia No 24. Tahun 2009 Jakarta :badan pengembangan dan pembinaan
bahasa kementrian pendidikan dan kebudayan.
- http// www.pmjournal.com . 2012 : Categories bahasa alay
- WordPress :2011. Pengaruh bahasa alay trhadap perkembangan bahasa
indonesia
- Munsyi, alif danya. 2005. Languages shows Nation. Jakarta : KPG