seminar ilmiah_kwashiorkor
TRANSCRIPT
SEMINAR ILMIAH
PENGENALAN KEHIDUPAN KAMPUS MAHASISWA BARU 2012
JAUHKAN KWASHIORKOR DARI INDONESIA
SUB TEMA : MENANGGULANGI KEMISKINAN DAN KELAPARAN
TOPIK : KWASHIORKOR
OLEH :
DESAK MADE TRISNA ULANDARI (125070301111002)
DHANDY BUYA SANTOSA (125070301111021)
DWI RATNAWATI (125070301111008)
IKA DEWI CHOTIJAH (2507030711011)
ILMI DEWI ASTUTI (125070300111013)
NADIA ANGGIA MURNI (125070301111028)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami mampu
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis banyak memperoleh bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada teman-teman yang telah membantu
kami dalam memberikan motivasi dan data – data.
Penulis menyadari, bahwa tidak ada apapun yang sempurna di dunia ini.
Begitu pula dengan karya ilmiah yang penulis buat ini, tentu masih ada hal yang
kurang sempurna dari karya tulis kami. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan
karya tulis ini.
Akhir kata, penulis berharap agar karya tulis ini bermanfaat bagi kita
semua.
Malang, 24 Agustus 2012
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................ i
Daftar Isi ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 2
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................. 2
BAB II TELAAH PUSTAKA ....................................................................... 3
2.1 Pengertian ............................................................................................. 3
2.1.1 Landasan Teori ............................................................................. 4
2.1.2 Pendapat Para Ahli ................................................................... 4
2.2 Gejala dan Penyebab kwashiorkor .................................................... 5
2.3 Akibat kwasahiorkor ........................................................................ 6
2.4 Pemecahan masalah .......................................................................... 9
BAB III METODE PENULISAN ................................................................ 13
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................... 14
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 17
5.1 Simpulan ........................................................................................ 17
5.2 Saran ............................................................................................... 17
Daftar Pustaka ............................................................................................. 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan ditingkat rumah
tangga (kemampuan memperoleh makanan untuk semua anggotannya),
masalah kesehatan, kemiskinan, pemerataan, dan kesempatan kerja.
Indonesia mengalami masalah gizi ganda yang artinya sementara masalah
gizi kurang belum dapat diatasi secara menyeluruh sudah muncul masalah
baru. Sekarang ini masalah gizi mengalami perkembangan yang sangat
pesat. Kasus penyakit kwashiorkor menjadi salah satu masalah gizi buruk
yang serius bagi Indonesia. Malnutrisi masih melatarbelakangi penyakit dan
kematian anak, meskipun sering luput dari perhatian. Keadaan kesehatan
gizi tergantung dari tingkat konsumsi yaitu kualitas hidangan yang
mengandung semua kebutuhan tubuh. Akibat dari kesehatan gizi yang tidak
baik, maka timbul penyakit gizi, umumnya pada anak balita
diderita penyakit gizi buruk. Hubungan antara kecukupan gizi dan penyakit
infeksi yaitu sebab akibat yang timbal balik sangat erat. Berbagai penyakit
gangguan gizi dan gizi buruk diakibatkan oleh tidak baiknya mutu/jumlah
makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh masing-masing orang.
Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan
gizi terutama pada balita. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan
kesehatan, prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu, adanya
kebiasaan/pantangan yang merugikan, kesukaan berlebihan terhadap jenis
makanan tertentu, keterbatasan penghasilan keluarga, dan jarak kelahiran
yang rapat. Kemiskinan masih merupakan bencana bagi jutaan manusia.
Begitu banyak masalah yang dihadapi Indonesia dalam kasus kwashiorkor.
Untuk mencegah agar penyakit ini tidak terjadi lagi pada anak-anak di
negara kita, perlu dilakukan suatu upaya dan usaha. Salah satunya dengan
penjelasan mengenai kwashiorkor agar masyarakat dapat mencegah penyakit
1
yang berhubungan dengan kekurangan protein ini. Dengan demikian,
masyarakat menyadari akan pentingnya gizi dalam kehidupan sehari-hari.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah itu penyakit kwashiorkor?
1.2.2 Bagaimanakah gejala dan penyebab penyakit kwashiorkor?
1.2.3 Apakah akibat dari penyakit kwashiorkor?
1.2.4 Bagaimanakah cara mengatasi penyakit kwashiorkor?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Menjelaskan penyakit kwashiorkor
1.3.2 Menjelaskan gejala dan penyebab penyakit kwashiorkor
1.3.3 Menjelaskan akibat dari penyakit kwashiorkor
1.3.4 Menjelaskan cara mencegah penyakit kwashiorkor
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Agar tidak ada lagi anak-anak dan balita yang menderita
penyakit kwashiorkor.
1.4.2 Agar masyarakat bisa memperbaiki nilai gizi, energi, dan
protein sesuai kebutuhan.
1.4.3 Agar masyarakat mengetahui cara mengatasi agar anak-anak
mereka tidak ada yang mengalami penyakit kwashiorkor.
2
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN
Definisi kwashiorkor adalah satu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh
defisiensi protein yang berat bisa dengan konsumsi energi dankalori tubuh
yang tidak mencukupi kebutuhan. Kwashiorkor atau busung lapar adalah
salah satu bentuk sindroma dari gangguan yang dikenali sebagai
Malnutrisi Energi Protein (MEP). Dengan beberapa karakteristik berupa
edema dan kegagalan pertumbuhan, depigmentasi, hyperkeratosis.
Penyakit ini merupakan bentuk malnutrisi paling banyak didapatkan di
dunia ini, pada dewasa ini,terutama sekali pada wilayah-wilayah
yangmasih terkebelakangan bidang industrinya.
Kwashiorkor paling seringnya terjadi pada usia antara 1-4 tahun, namun
dapat pula terjadi pada bayi. Kwashiorkor yang mungkin terjadi pada
orang dewasa adalah sebagai komplikasi dari parasit atau infeksilain.
Banyak hal yang menjadi penyebab kwashiorkor, namun faktor paling
mayor adalah menyusui, yaitu ketika ASI digantikan oleh asupan yang
tidak adekuat atau tidak seimbang. Setelah usia 1 tahun atau lebih,
kwashiorkor dapat muncul bahkan ketika kekurangan bahanpangan
bukanlah menjadi masalahnya, tetapi kebiasaan adat atau ketidaktahuan
(kurangnya edukasi) yang menyebabkan penyimpangan keseimbangan
nutrisi yang baik. Walaupun kekurangan kalori dan bahan-bahan makanan
yang lain mempersulit pola-pola klinik dan kimiawinya, gejala-gejala
utama malnutrisi protein disebabkan oleh kekurangan pemasukan protein
yang mempunyai nilai biologik yang baik. Bisa juga terdapat gangguan
penyerapan protein, misalnya yang dijumpai pada keadaan diare kronik,
kehilangan protein secara tidak normal pada proteinuria (nefrosis), infeksi,
perdarahan atau luka-luka bakar serta kegagalan melakukan sintesis
protein, seperti yang didapatkan pula pada penyakit hati yang kronis.
3
2.1.1 Landasan Teori
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari
organ-organ serta menghasilkan energi.
Pada saat ini orang bisa dikatakan malnutrisi, tanda-tanda klinis gizi buruk
dapat menjadi indikator yang sangat penting untuk mengetahui seseorang
menderita gizi buruk. Kebutuhan tubuh akan zat gizi ditentukan oleh
banyak faktor. Data komposisi zat gizi bahan makanan yang berhubungan
dengan berbagai proses pengolahan belum cukup tersedia, pemeriksaan zat
gizi spesifik bertujuan untuk menilai status gizi. Gangguan gizi buruk
menggambarkan suatu keadaan pathologis yang terjadi akibat
ketidaksesuaian/tidak terpenuhinya antara zat gizi yang masuk kedalam
tubuh dengan kebutuhan tubuh akan zat gizi dalam jangka waktu yang
relatif lama. Untuk mencapai kondisi anak perlu/cukup gizi harus
memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan serta melakukan kegiatan
yang baik seperti olah raga, dan lain-lain. Defisiensi gizi merupakan awal
dari gangguan sistem imun yang menghambat reaksi imunologis.
Gangguan gizi dan infeksi sering saling bekerja sama akanmemberikan
prognosis yang lebih buruk. Ada berbagai zat gizi yang sangat
mempengaruhi kondisi kesehatan manusia. Masalah kesehatan gizi dapat
timbul dalam bentuk penyakit dengan tingkat yang tinggi.
2.1.2 Pendapat para ahli
Indonesia mengalami masalah gizi ganda yang artinya sementara masalah
gizi kurang belum dapat diatasi secara menyeluruh sudah muncul masalah
baru. Masalah gizi di Indonesia terutama KEP masih lebih tinggi daripada
Negara ASEAN lainnya.
Sekarang ini masalah gizi mengalami perkembangan yang sangat
pesat,Malnutrisi masih saja melatar belakangi penyakitdan kematian anak,
meskipun sering luput dari perhatian. Sebagian besar anak di dunia 80%
4
yang menderita malnutrisi bermukim di wilayah yang juga miskin akan
bahan pangan kaya zat gizi, terlebih zat gizi mikro.
Hubungan antara kecukupan gizi dan penyakit infeksi yaitu sebab akibat
yang timbal balik sangat erat. Berbagai penyakit gangguan gizi dan gizi
buruk akibatnya tidak baiknya mutu/jumlah makanan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan tubuh masing-masing orang. Jumlah kasus gizi buruk
pada balita yang ditemukan dan ditangani tenaga kesehatan.
2.2 Gejala Dan Penyebab Kwashiorkor
Tanda mendefinisikan kwashiorkor pada anak kurang gizi adalah pedal
edema (pembengkakan pada kaki). Tanda-tanda lainnya termasuk perut
buncit, pembesaran hati dengan infiltrat lemak, penipisan rambut,
kehilangan gigi, depigmentasi kulit dan dermatitis. Anak dengan
kwashiorkor sering mengembangkan lekas marah dan anoreksia.
Korban kwashiorkor gagal untuk menghasilkan antibodi setelah vaksinasi
terhadap penyakit, termasuk difteri dan tifoid. Secara umum, penyakit ini
dapat diobati dengan menambahkan protein untuk diet, namun dapat
memiliki dampak jangka panjang pada anak fisik dan mental
pengembangan, dan pada kasus berat dapat menyebabkan kematian.
Kwashiorkor adalah bentuk gizi buruk yang kekurangan protein. Asupan
timbal protein rendah untuk tanda-tanda spesifik: edema pada tangan dan
kaki, iritabilitas, anoreksia, ruam deskuamatif, perubahan warna rambut,
dan perlemakan hati yang besar. Perut bengkak khas adalah karena dua
penyebab: asites karena hipoalbuminemia (tekanan onkotik rendah), dan
perlemakan hati membesar.
Ketidaktahuan gizi dapat menjadi penyebabnya. Dr Latham, direktur
Program Gizi Internasional di Universitas Cornell , bersama dengan Keith
Rosenberg dikutip kasus di mana orang tua yang anak mereka makan
singkong gagal untuk mengenali kekurangan gizi karena adanya edema
yang disebabkan oleh sindrom ini dan bersikeras anak itu bergizi baik
meskipun kurangnya protein diet.
5
Protein harus diberikan hanya untuk anabolik tujuan. Para katabolik
kebutuhan harus puas dengan karbohidrat dan lemak. Katabolisme protein
melibatkan urea siklus, yang terletak di hati dan dapat dengan mudah
membanjiri kapasitas organ sudah rusak. Yang dihasilkan gagal hati bisa
berakibat fatal. Ini berarti pada pasien yang menderita kwashiorkor,
protein harus diperkenalkan kembali ke dalam makanan secara bertahap.
Dalam sebuah penelitian terhadap anak kembar dari Malawi, kwashiorkor
terpengaruh satu kembar pada 50% kelompok studi, tapi kedua kembar
hanya 7% dari waktu. Ketika bakteri usus dari si kembar
ditransplantasikan ke tikus bebas kuman, tikus menerima bakteri dari
kembar yang terkena dampak kehilangan berat badan lebih pada diet
Malawi khas sebagian besar terdiri dari tepung jagung dan air dengan
beberapa sayuran. Ia berspekulasi bahwa transplantasi bakteri tinja dapat
membantu anak-anak yang terkena dampak.
2.3 Akibat Kwashiorkor
Banyak dampak merugikan yang disebabkan oleh penyakit kwashiorkor,
yaitu merosotnya mutu kehidupan, terganggunya pertumbuhan, gangguan
perkembangan mental anak, serta merupakan satu penyebab dari angka
kematian tinggi. Anak yang menderita penyakit kwashiorkor jika tidak
segera ditangani beresiko tinggi, dan dapat berakhir dengan kematian
anak.
Beberapa tanda atau gejala seorang anak yang menderita kwashiorkor :
1. Wujud Umum
Secara umum penderita kwashiorkor tampak pucat, kurus, atrofi pada
ekstremitas, adanya edema pedis dan pretibial serta asites. Muka
penderita ada tanda moon face dari akibat terjadinya edema.
Penampilan anak kwashiorkor seperti anak gemuk (sugar baby).
2. Retardasi Pertumbuhan
Gejala penting ialah pertumbuhan yang terganggu. Selain berat badan,
tinggi badan juga kurang dibandingkan dengan anak sehat.
3. Perubahan Mental
6
Biasanya penderita cengeng, hilang nafsu makan dan rewel. Pada
stadium lanjut bisa menjadi apatis. Kesadarannya juga bisa menurun,
dan anak menjadi pasif. Keadaan gizi buruk mengakibatkan perubahan
struktural dan fungsional pada otak.
4. Kelainan Rambut
Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya
(texture), maupun warnanya. Sangat khas untuk penderita kwashiorkor
ialah rambut kepala yang mudah tercabut tanpa rasa sakit. Pada
penderita kwashiorkor lanjut, rambut akan tampak kusam, halus,
kering, jarang dan berubah warna menjadi putih. Warna rambut yang
merah (seperti jagung) disebabkan karena kekurangan vitamin A,C,E.
Kelainan Rambut pada Kwashiorkor
5. Kelainan Kulit
Pada sebagian besar penderita ditemukan perubahan kulit yang khas
untuk penyakit kwashiorkor, yaitu crazy pavement dermatosis yang
merupakan bercak-bercak putih atau merah muda dengan tepi hitam
ditemukan pada bagian tubuh yang sering mendapat tekanan.
Kurangnya nicotinamide dan tryptophan menyebabkan mudah terjadi
radang kulit.
6. Kelainan Gigi dan Tulang
Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi,
osteoporosis, dan hambatan pertumbuhan. Sering juga ditemukan
caries pada gigi penderita.
7
7. Kelainan Hati
Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan biopsi
hati yang hampir semua sela hati mengandung vakuol lemak besar.
Ditemukan juga tanda fibrosis, nekrosis, da infiltrasi sel mononukleus.
Perlemakan hati terjadi akibat defisiensi faktor lipotropik.
8. Kelainan Darah dan Sumsum Tulang
Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor. Bila
disertai penyakit lain, terutama infestasi parasit ( ankilostomiasis,
amoebiasis) maka dapat dijumpai anemia berat. Anemia juga terjadi
disebabkan kurangnya nutrien yang penting untuk pembentukan darah
seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12, folat, B6). Defisiensi protein
menyebabkan gangguan pembentukan sistem kekebalan tubuh dan
terjadi defek umunitas seluler, dan gangguan sistem komplimen.
9. Kelainan Jantung
Bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung
disebabkan hipokalemi dan hipmagnesemia.
10. Kelainan Ginjal
Malnutrisi energi protein dapat mengakibatkan terjadi altrofi
glomerulus sehingga GFR menurun.
Menifestasi klinis kwashiorkor pada anak
Untuk menegakkan diagnosis kwashiorkor ini bisa kita lihat melalui
pemeriksaan fisis dan pemeriksaan laboratorium. Dari pemeriksaan fisis yang
pertama adalah inspeksi, dapat kita lihat fisik penderita secara umum seperti
yang telah dijelaskan diatas antara lain edema dan kurus, pucat, moon face,
8
kelainan kulit misalnya hiperpigmentasi, crazy pavement dermatosis. Pada
palpasi ditemukan hepatomegali.
Perubahan yang paling khas adalah penurunan konsentrasi albumin dalam
serum. Ketonuria lazim ditemukan pada tingkat awal karena kekurangan
makanan, tetapi sering kemudian hilang pada keadaan penyakit lebih lanjut.
Kerap kali juga ditemukan kekurangan kalium dan magnesium. Terdapat juga
penurunan aktifitas enzim-enzim dari pancreas dan xantin oksidase, tetapi
kadarnya akan kembali menjadi normal setelah pongobatan dimulai.
2.4 Pemecahan Masalah
Bagi penderita kwashiorkor jangan berkecil hati untuk bisa bertahan hidup
karena ada beberapa cara untuk mengatasi dan mengobati penyakit tersebut.
Ada juga beberapa pencegahan yang bisa kita lakukan untuk menghindarinya,
sehingga kita tidak perlu khawatir akan terserang penyakit kwashiorkor
tersebut.
Beberapa pengobatan yang bisa dilakukan untuk penderita kwashiorkor :
1. Pengobatan Pertama
Beri makanan: tinggi kalori, protein, cukup cairan, vitamin &
mineral
Makanan : mudah dicerna & diserap
Penangann terhadap penyakit penyerta
Tindak lanjut : pemantauan kesehatan.
2. Terapi Awal Kwashiorkor
Atasi kelainan akut: diare atau bronkopneumonia atau penyakit
infeksi lain, gangguan elektrolit, keseimbangan asam basa,
dehidrasi, gagal ginjal/ jantung
Jika terjadi dehidrasi & asidosis, maka beri cairan infuse
Jumlah cairan : 200 ml/kgBB/hr (kwashiorkor/marasmus-
kwasiorkor )
Makanan: kalori 150-200 kkal/kgBB/hr dengan protein 3-5
g/kgBB/hr
9
Pemberian vitamin mineral: vit A, asam folat, KCL, Mg-sulfat,
fero-sulfat.
3. Terapi Dietetik
Tahap penyesuaian (1-2 minggu)
Berat badan kurang dari 7 kg, maka berikan makanan untuk bayi
Susu yang diencerkan /rendah laktosa (1/3, 2/3, 3/3)
Penambahan kalori : tambahkan glukosa 2-5%, tepung 2%
Berangsur-angsur tambahkan buah, biscuit, makanan lumat dan
lembek
Berat badan lebih dari 7 kg, maka berikan makanan untuk anak
usia lebih dari 1 tahun
Kalori 50 kkal/kgBB/hr, protein 1 g/kgBB, cairan 200 ml/kgBB
Makanan cair yang diencerkan (1/3, 2/3, 3/3 ) dari bahan dasar
susu dan glukosa 5% , porsi kecil tapi lebih sering.
4. Tahap Penyembuhan
Toleransi makan dan nafsu makan baik ____> jumlah kalori
meningkat / 1-2 hari, sampai mencapai 150-200 kkal/kgBB/hr.
5. Tahap Lanjutan
Dengan terapi adekuat, penderita kwashiorkor dapat ditolong untuk
mencapai berat badan cukup perlu waktu 2-3 bulan
Namun pekembangan IQ akan mengalami retardasi menetap,
terutama jika penyakit kwashiorkornya terjadi sejak usia kurang
dari 2 tahun (masih terjadi proses proliferasi, mielinisasi dan
migrasi sel otak).
6. Pengobatan untuk Tahap Penyakit Penyerta
Defisiensi vitamin A Bila ada kelainan di mata, berikan vitamin A
oral pada hari ke 1, 2 dan 14 atau sebelum keluar rumah sakit bila
terjadi memburuknya keadaan klinis diberikan vit. A dengan dosis:
1. umur > 1 tahun : 200.000 SI/kali
2. umur 6 – 12 bulan : 100.000 SI/kali
3. umur 0 – 5 bulan : 50.000 SI/kali
10
Bila ada ulkus dimata diberikan : Tetes mata khloramfenikol atau
salep mata tetrasiklin, setiap 2-3 jam selama 7-10 hari, Teteskan
tetes mata atropin, 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5 hari. Tutup mata
dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali
Dermatosis Dermatosis ditandai adanya : hipo/hiperpigmentasi,
deskwamasi (kulit mengelupas), lesi ulcerasi eksudatif,
menyerupai luka bakar, sering disertai infeksi sekunder, antara lain
oleh Candida. Tatalaksana :
1. kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO4 (K-
permanganat) 1% selama 10 menit
2. beri salep atau krim (Zn dengan minyak kastor)
3. usahakan agar daerah perineum tetap kering
4. umumnya terdapat defisiensi seng (Zn): beri preparat Zn peroral
Tuberkulosis Pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes
tuberkulin/Mantoux (seringkali alergi) dan Ro-foto toraks. Bila
positip atau sangat mungkin TB, diobati sesuai pedoman
pengobatan TB.
7. Pengobatan untuk Tindakan Kegawatan
Syok (renjatan) Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai
KEP berat dan sulit membedakan keduanya secara klinis saja.
Hati-hati terhadap terjadinya overhidrasi. Pedoman pemberian
cairan :
1. Berikan larutan Dekstrosa 5% : NaCl 0.9% (1:1) atau
larutan Ringer dengan kadar dekstrosa 5% sebanyak 15
ml/KgBB dalam satu jam pertama.
2. Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi nadi dan
pernapasan) dan status hidrasi ® syok disebabkan
dehidrasi. Ulangi pemberian cairan seperti di atas untuk 1
jam berikutnya, kemudian lanjutkan dengan pemberian
Resomal/pengganti, per oral/nasogastrik, 10 ml/kgBB/jam
selama 10 jam, selanjutnya mulai berikan formula khusus
(F-75/pengganti).
11
3. Bila tidak ada perbaikan klinis ® anak menderita syok
septik. Dalam hal ini, berikan cairan rumat sebanyak 4
ml/kgBB/jam dan berikan transfusi darah sebanyak 10
ml/kgBB secara perlahan-lahan (dalam 3 jam). Kemudian
mulailah pemberian formula (F-75/pengganti).
Anemia berat Transfusi darah diperlukan bila : Hb < 4 g/dl atau Hb
4-6 g/dl disertai distress pernapasan atau tanda gagal jantung.
Transfusi darah : Berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam.
Bila ada tanda gagal jantung, gunakan ’packed red cells’ untuk
transfusi dengan jumlah yang sama. Beri furosemid 1 mg/kgBB
secara i.v pada saat transfusi dimulai. Perhatikan adanya reaksi
transfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok).
Beberapa cara pencegahan kwashiorkor :
1. Revitalisasi posyandu
Di posyandu, penurunan berat badan dapat dipantau setiap bulan,
dan langsung ditangani agar tidak terjadi gizi buruk seperti
kwashiorkor. Inilah manfaat posyandu yang perlu digiatkan lagi.
2. Revitalisasi Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)
Revitalisasi SKPG bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dan pemerintahan daerah melakukan pemantauan terus
menerus terhadap situasi pangan dan keadaan gizi masyarakat,
untuk dapat melakukan tindakan cepat dan tepat mencegah
timbulnya bahaya kelaparan dan kurang gizi, khususnya gizi buruk
di tingkat desa, kecamatan, dan kabupaten.
3. Pencegahannya dapat berupa diet adekuat dengan jumlah-jumlah
yang tepat dari karbohidrat, lemak (minimal 10% dari total kalori),
dan protein (12 % dari total kalori). Protein terutamanya harus
disediakan dalam makanan. Memberikan ASI eksklusif (hanya
ASI) sampai anak berumur 6 bulan.
4. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya.
5. Lakukan penyuluhan terkait pentingnya pemenuhan kebutuhan
gizi.
12
BAB III
METODE PENULISAN
Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka. Dimana data, fakta dan
informasi di kumpulkan melalui jurnal ilmiah dan artikel ilmiah dari situs-situs
terpecaya. Sebagian besar jurnal dan artikel ilmiah ini diperoleh dari internet.
Untuk menjaga kebenaran data, fakta atau informasi maka hanya sumber-sumber
bacaan dalam rentang waktu lima tahun terakhir yang dijadikan acuan dalam
penulisan karya ilmiah ini.
Agar tulisan yang dibuat efisien dan efektif, disusunlah kerangka tulisan
berdasarkan topik dan permasalah yang ada. Kemudian data dikumpulkan,
disarikan, disusun, diolah dan ditafsirkan. Hasil tafsiran kemudian dianalisis dan
disintesis kemuadian disimpulakan. Analisis dan sintesis berisi gagasan baru
untuk memecahkan masalah yang telah dikemukakan.
Data dikumpulakan melalui sumber bacaan berupa jurnal dan artikel ilmiah di
internet. Pada tahap ini, data, fakta dan informasi yang terkumpul diseleksi
berdasarkan kesesuaian dengan topik dan permasalahan yang dibahas. Data
kemudian dipisah-pisahkan berdasarkan sub-sub judul dalam kerangka penulisan.
Simpulan dibuat dengan menarik intisari-intisari dari data yang telah dianalisis,
kemudian di rangkaikan ke dalam sebuat tulisan yang lebih ringkas. Saran dibuat
berdasarkan simpulan.
13
BAB IV
PEMBAHASAN MASALAH
Sepanjang tahun ini banyak sudah bencana kesehatan yang melanda bangsa ini.
Mulai dari demam berdarah, polio dan penyakit busung lapar yang cukup
mengejutkan. Kasus penderita gizi buruk terus bertambah di sejumlah daerah.
Kasus gizi buruk umumnya menimpa balita dengan latar belakang ekonomi
lemah serta ketidakmampuan akses pelayanan kesehatan . Beragam masalah
malnutrisi banyak ditemukan pada anak-anak dari kurang gizi hingga busung
lapar. Betapa banyaknya bayi dan anak-anak yang sudah bergulat dengan
kelaparan dan penderitaan sejak mereka dilahirkan. Penyebab utama kasus gizi
buruk di Indonesia tampaknya karena masalah ekonomi atau kurang pengetahuan.
Kemiskinan dan ketidakmampuan orang tua menyediakan makanan bergizi bagi
anaknya menjadi penyebab utama meningkatnya korban gizi buruk di Indonesia,
kemiskinan memicu kasus gizi buruk.
Saat ini, penyakit masyarakat yang berhubungan dengan kekurangan gizi, yaitu
berhubungan dengan protein adalah kwashiorkor. Kwashiorkor adalah salah satu
jenis penyakit kekurangan protein yang belakangan ini sering terjadi.
Kwashiorkor biasanya terjadi pada balita dan anak-anak. Gejala awal termasuk
kelelahan, lekas marah, dan kelesuan. Apabila hal ini terus berlanjut maka dapat
menyebabkan terganggunya pertumbuhan, kehilangan massa otot, edema atau
pembengkakan umum, perubahan mental, dan menurunkan fungsi sistem
kekebalan tubuh.
Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan pemerintah untuk menanggulangi
masalah gizi buruk termasuk penyakit kwashiorkor, terbagi menjadi 3 tahap yaitu
tahap promotif, preventif, dan kuratif. Tindakan promotif dilakukan melalui
kegiatan penyuluhan kepada masyarakat terutama ibu balita, diantaranya adalah
tentang :
1. Pemantauan berat badan balita. Pemantauan berat badan ini dilakukan dengan
penimbangan rutin balita di posyandu, puskesmas, poliklinik swasta, bidan
praktek, dokter umum, dokter anak atau dimana saja. Yang terpenting adalah
14
orang tua tahu perkembangan berat badan anaknya, karena anak yang naik
berat badannya adalah anak yang tumbuh sehat dan berarti pula asupan
gizinya baik dan benar.
2. Penyuluhan kepada pada masyarakat terutama ibu-ibu tentang gizi untuk
balita dan ibu hamil. Penyuluhan dilakukan secara langsung kepada ibu-ibu
melalui kerjasama dengan kader PKK yang ada di posyandu, penyuluhan
langsung di puskesmas, melalui leaflet, media cetak, elektronik, dll.
3. Promosi Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) . KADARZI adalah keluarga yang
mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya.
Suatu keluarga disebut KADARZI jika telah berperilaku gizi baik yang
dicirikan minimal dengan:
a. Menimbang berat badan secara teratur
b. Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur
6 bulan (ASI eksklusif)
c. Makan beraneka ragam
d. Menggunakan garam beryodium
e. Minum suplemen gizi (tablet tambah darah, kapsul vitaminA dosis tinggi)
sesuai anjuran
Tindakan Preventif dilakukan antara lain dengan :
1. Pemantauan berat badan balita setiap bulan melalui penimbangan rutin di
posyandu. Ibu sang balita diberi penyuluhan tentang cara mengatasinya
sehingga dapat dicegah agar balita tersebut tidak jatuh ke status gizi buruk.
2. Pemberian makanan tambahan penyuluhan (PMT Penyuluhan) dan pemberian
makanan tambahan pemulihan (PMT Pemulihan). PMT Penyuluhan berupa
contoh makanan yang diberikan pada balita pada saat pelaksanaan
penimbangan balita di posyandu, yang dimaksudkan untuk memberi contoh
kepada para ibu tentang makanan bergizi yang dibutuhkan oleh balita.
3. Pelacakan kasus gizi buruk oleh kader kesehatan. Kader kesehatan bertugas
melakukan pelacakan balita yang tidak datang ke posyandu untuk mengetahui
kemana ibu balita memantau berat badan balitanya dan untuk mengetahui
15
balita yang tidak datang ke posyandu tersebut apakah menderita gizi buruk
atau gizi kurang sehingga dapat dibantu penanggulangannya.
Tindakan kuratif adalah dengan mencari penyebab balita dengan gizi buruk.
Mungkin keadaan tersebut disebabkan karena penyakit kronis seperti radang paru-
paru, TBC, diare kronis, cacingan, sakit ginjal, dll. Mungkin juga dikarenakan
kelainan bawaan seperti kelainan jantung bawaan, kelainan pencernaan, kelainan
hormonal dll. Kelainan ini sangat penting untuk disembuhkan terlebih dahulu
karena pemulihan gizi buruk dengan PMT apapun tidak akan berhasil apabila
penyebabnya tidak diatasi.
16
BAB V
PENUTUP
5.1 SIMPULAN
Gizi buruk adalah bentuk terparah (akut) merupakan keadaan kurang gizi
tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya tingkat konsumsi energi dan
protein dan makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama.
Ada 4 faktor yang melatarbelakangi kasus gizi buruk yaitu : masalah sosial,
ekonomi, biologi, dan lingkungan. Kemiskinan salah satu determinan sosial
- ekonomi, merupakan akar dari ketiadaan pangan, tempat mukim yang
berjejalan, dan tidak sehat serta ketidakmampuan mengakses fasilitas
kesehatan.
Gizi yang diperoleh seorang anak melalui konsumsi makanan setiap hari.
Kecukupan zat gizi berpengaruh pada kesehatan dan kecerdasan anak. Kasus
gizi buruk bukanlah jenis penyakit yang datang tiba-tiba begitu saja. Tetapi
karena proses yang menahun terus bertumpuk dan menjadi kronik saat
mencapai puncaknya. Masalah defisiensi gizi menjadi perhatian
karena berbagai penelitian menunjukan adanya efek jangka panjang
terhadap pertumbuhan dan perkembangan otak manusia
5.2 SARAN
Ketidakseriusan pemerintah terlihat jelas ketika penanganan kasus gizi
buruk terlambat. Seharusnya penanganan pelayanan kesehatan dilakukan
disaat penderita gizi buruk belum mencapai tahap membahayakan.
Keseriusan pemerintah tidak ada artinya apabila tidak didukung masyarakat
itu sendiri. Sebab, perilaku masyarakat yang sudah membudaya selama ini
adalah,anak-anak yang menderita penyakit kurang mendapatkan perhatian
orang tua. Anak-anak itu hanya diberi makan seadanya, tanpa peduli akan
kadar gizi dalam makanan yang diberikan.
Penanganan yang cepat dan tepat pada kasus-kasus gizi seperti kwashiorkor,
umumnya dapat memberikan prognosis yang cukup baik. Penanganan pada
17
stadium yang lanjut, walaupun dapat meningkatkan kesehatan anak secara
umum, namun ada kemungkinannya untuk memperoleh gangguan fisik
permanen dan gangguan intelektual. Maka dari itu, jika ada gejala-gejala
yang mengarah pada penyakit kwasiorkor atau gejala gizi buruk lainnya,
segeralah bawa ke dokter atau ahli gizi untuk berkonsultasi tentang penyakit
tersebut. Jangan sampai kita membiarkan tanpa ada upaya pencegahan atau
pengobatan, karena itu akan berakibat fatal.
18
Daftar pustaka :
Williams, Cicely (1935). "Kwashiorkor". The Lancet 226 (5855): 1151.
doi:10.1016/S0140-6736(00)94666-X
Fajar, Ibnu, dkk.2007. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Arisman. 2008. Gizi Dalam Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi.Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
Santoso, Soegeng, Ranti, Anne Lies.2010. Kesehatan dan Gizi. Jakarta : Rineka
Cipta
Pretorius, PJ; De Villiers, LS (1962). "Antibody response in children with protein
malnutrition". The American journal of clinical nutrition 10: 379–83.
PMID 14037411
Williams, Cicely (1935). "Kwashiorkor". The Lancet 226 (5855): 1151.
doi:10.1016/S0140-6736(00)94666-X.
Jones, Nicola (2011). "Do gut bacteria worsen malnourishment?". Nature.
doi:10.1038/news.2011.151.
Sihadi. Strategi Penanggulangan Gizi Buruk. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Gizi dan Makanan – Departemen Kesehatan RI Bogor, Jawa Barat
Edwin Saputra Suryadi. Kejadian KEP Literatur. FKM UI 2009.
http://dinkes.malangkota.go.id/index.php/berita-terbaru/80-gizi-buruk-di-kota-
malang
19