seminar awang

Upload: indri-fauzi-gumilar

Post on 16-Oct-2015

60 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Seminar untuk skripsi saya meraih gelas Magister

TRANSCRIPT

NAMA : TRISNA TAUFIK HIDAYAHNPM: 10080010086Judul: Dramatisasi Pemakaian Bahasa Dalam Acara Reportase Investigasi Di Trans TVSub Judul: Studi Wacana Kritis Mengenai Dramatisasi Pemakaian Bahasa Dalam Acara Reportase Investigasi Di Trans TV Edisi Nasi Goreng Marus dan Ayam TirenBAB I PENDAHULUAN1.1 Konteks PenelitianDijaman sekarang ini dengan semakin berkembangnya teknologi, maka kmunikasi dilakukan dengan cara berbeda-beda. Seperti alat yang di gunakan untuk berkomunikasi yaitu media massa. Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV (Cangara, 2002). Media massa adalah faktor lingkungan yang mengubah perilaku khalayak melalui proses pelaziman klasik, pelaziman operan atau proses imitasi (belajar sosial). Dua fungsi dari media massa adalah media massa memenuhi kebutuhan akan fantasi dan informasi (Rakhmat, 2001).Di satu sisi media bisa menjadi sarana penyebaran ideologi penguasa, alat legitimasi dan kontrol atas wacana publik. Namun di sisi lain, media juga bisa menjadi alat resistensi terhadap kekuasaan. Media bisa menjadi alat untuk membangun kultur dan ideologi dominan bagi kepentingan kelas dominan sekaligus juga bisa menjadi instrumen perjuangan bagi kaum tertindas untuk membangun kultur dan ideologi tandingan.Media mempunyai peranan yang sangat penting dalam kaitanya dengan kehidupan masyarakat. Media dikenal sebagai sebuah sistem yang dituduh dapat memeberikan pengaruh besar dalam masyarakat. Tanpa disadari, baik disengaja maupun tidak, dampak media baik dari sisi negative maupun positifnya tidak akan dapat terhindarkan. Media tak akan lepas dengan kehidupan masyarakat. Shierlay Biagi, dalam bukunya yang berjudul Media/Impack mengatakan bahwa: orang dewasa saat ini menghabiskan lebih dari setengah waktu mereka dengan media saat mereka terbangun lebih lama dari waktu tidur. Setiap hari rata-rata setiap orang menghabiskan waktu lebih banyak dengan media daripada tidak bermedia. Kenyataan inilah yang memungkinkan bisa menjadi alasan untuk membenarkan sebuah pernyataan bahwa medialah yang menguasai pola pikir masyarakat, medialah yang membentuk karakter masyarakat. Media mampu menentukan tema dalam interaksi sosial masyarakat. Apa yang dibicarakan di dalam media, itu pula yang menjadi topik perbincangan dalam masyarakat.Investigative reporting atau lazim disebut dengan reportase investigasi merupakan salah satu yang paling populer dalam sistem pencarian berita. Reportase investigasi adalah sebuah jenis reportase di mana si wartawan berhasil menunjukkan siapa yang salah, siapa yang melakukan pelanggaran hukum, yang seharusnya jadi terdakwa, dalam suatu kejahatan publik yang sebelumnya dirahasiakan. Hal ini sangat berkaitan dengan salah satu elemen jurnalisme yang kelima yaitu memantau kekuasaan. Salah satu konsekuensi dari investigasi adalah kecenderungan media mengambil sikap terhadap isu di mana mereka melakukan investigasi. Dan dampak yang timbul besar sekali. Bukan saja orang-orang yang didakwa dibuat menderita tapi juga reputasi media bersangkutan bisa tercemar serius. Mungkin karena risiko ini, banyak media besar serba tanggung dalam melakukan investigasi. Mereka lebih suka memperdagangkan labelnya saja tapi tak benar-benar masuk ke dalam investigasi. Sejatinya langkah investigasi merupakan langkah yang sangat berani baik dari pihak reporter (yang mempertaruhkan keselamatan dirinya sendiri) maupun pihak media dimana reporter tersebut bernaung. Tidak sembarang orang yang bisa melakukannya dan tidak semua berita layak masuk dalam daftar sesuatu yang mesti di-investigasi. Masalah yang diangkat harus berhubungan dengan kepentingan publik dan syarat investigasi adalah "pikiran yang terbuka". Parahnya label investigasi malah dijadikan barang dagangan yang bermutu rendah, ditambah tidak semua orang mengetahui apa investigasi itu. Lihat saja banyak sekali acara yang mencatut label investigasi tetapi tidak memenuhi syarat kepentingan publik dan pikiran yang terbuka. Seperti halnya acara reportase investigasi trans tv yang menggunakan bahasa-bahasa dan bahasan-bahasan didalamnya yang membuat ideologi masyarakat menjadi negatif.Interpelasi menunjukan posisi ideologi yang kita ambil ketika melihat acara reportase investigasi tersebut. Seseorang bisa jadi mempunyai pemikiran dan pemahaman yang berbeda terhadap apa yang sudah ditampilkan dalam acara tersebut.Penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan bahwa topik-topik yang ditampilkan dalam acara reportase investigasi Trans TV menjadi ambigu bagi para penontonnya. Seperti topik Susuku Tak Murni Lagi menjadi salah satu topik yang membentuk ideologi masyarakat berpikirian negatif. Trans TV yang menayangkan acara tersebut pasti memiliki tujuan tersendiri selain menguntungkan pihak mereka, ada juga tujuan untuk menanamkan ideologi kepada masyarakat dengan membahas pedagan-pedagan kecil saja untuk di investigasi dan ditampilkan kepada masyarakat. Sedangkan perusahaan-perusahan besar seperti supermarket, hotel, dll tidak pernah diungkap dalam acara reportase investigasi itu. Jangan sampai acara reportase investigasi trans tv itu, membuat pandangan masyarakat menjadi negatif, karena pedagan-pedagan lain pun tidak semua melakukan kecurangan-kecurangan yang seperti acara reportase investigasi trans tv itu tampilkan. Sehingga merugikan suatu kelompok-kelompok tertentu yang telah dirugikan setelah melihat acara reportase investigasi trans tv dan membuat pandagan masyarakat yang negatif. Berdasarkan hal-hal yang dipaparkan di atas, penulis memilih untuk mengkaji ke dalam bentuk makalah seminar dengan judul : Dramatisasi Pemakaian Bahasa Dalam Acara Reportase Investigasi Di Trans TV Edisi Nasi Goreng Marus dan Ayam Tiren1.2 Fokus Penelitian dan Pertanyaan Penelitian1.2.1 Fokus PenelitianAgar penelitian ini tidak keluar jalur dari pembahasan, maka dari itu, peneliti inging memfokuskan penelitian terhadap bagaimana dramatisasi pemakaian bahasa dalam acara reportase investigasi di Trans TV edisi Nasi Goreng Marus dan Ayam Tiren1.2.2 Pertanyaan Penelitian Bagaimana teks ditampilkan dan digambarkan di Acara Reportase Investigasi Trans TV edisi Nasi Goreng Marus dan Ayam Tiren? Bagaimana kognisi sosial ditampilkan dan digambarkan di Acara Reportase Investigasi Trans TV edisi Nasi Goreng Marus dan Ayam Tiren? Bagaimana konteks sosial ditampilkan dan digambarkan di Acara Reportase Investigasi Trans TV edisi Nasi Goreng Marus dan Ayam Tiren?1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui teks yang ditampilkan dan digambarkan di Acara Reportase Investigasi Trans TV edisi Nasi Goreng Marus dan Ayam Tiren? Untuk mengetahui kognisi sosial yang ditampilkan dan digambarkan di Acara Reportase Investigasi Trans Tv edisi Nasi Goreng Marus dan Ayam Tiren? Untuk mengetahui konteks sosial yang ditampilkan dan digambarkan di Acara Reportase Investigasi Trans TV edisi Nasi Goreng Marus dan Ayam Tiren?1.4 Kegunaan Penelitian1.4.1 Secara Teoritisa. Sebagai masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu komunikasi, terutama pengetahuan tentang analisis wacana.b. Sebagai bahan referensi mengenai komunikasi massa dan analisis teks media.c. Sebagai bahan rujukan bagi mahasiswa komunikasi yang ingin mengkaji tentang analisis wacana.

1.4.2 Secara Praktisa. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca agar lebih kritis terhadap informasi yang disajikan mediab. Untuk masukan kepada pembaca terutama yang tertarik dengan pembahasan analisis wacana pada televisi atau film terutama yang menyangkut sosial dan pendidikan.

1.5 Setting PenelitianPenelitian ini akan dilakukan dengan mewawancara responden masyarakat yang sudah menonton acara reportase investigasi trans tv, mahasiswa bahasa, dan mahasiswa ilmu komunikasi di kota Bandung. Setting penelitian dilakukan di kampus ataupun di luar kampus dengan teknik pengambilan data berubah indepth interview. 1.6 Krangka Pemikiran

Jurnalisme TvMedia MassaReportase Investigasi di Trans TV

Teori T. Van DjikTeksKognisi SosialKonteks SosiualBahasaDiksiGaya bahasa

Jurnalisme Investigasi di TV

Dramatisasi Pemakaian Bahasa

Konteks SosialKognisi SosialTeks maupun Gambar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis

2.2 Tinjauan Teoritis.

KomunikasiKomunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.Banyak pemahaman tentang komunikasi diantaranya, menurut Everett M. Rogers, komunikasi adalah proses dimana suatu ide di alihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tinghkah laku mereka. Sedangkan menurut Bernard Brelson dan Gary A. Steiner, komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figur, grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.

Komunikasi MassaPengertian komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright, dalam Liliweri.1991, merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauuh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu.Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi yang lain, yaitu Gebner. Menurut Gerbner (1967) Mass communication is the tehnologically institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of massages in industrial societies. (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Rakhmat, seperti yang dikutip Komala, dalam Karlinah, dkk. 1999).

Media MassaMedia massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV (Cangara, 2002). Media massa adalah faktor lingkungan yang mengubah perilaku khalayak melalui proses pelaziman klasik, pelaziman operan atau proses imitasi (belajar sosial). Dua fungsi dari media massa adalah media massa memenuhi kebutuhan akan fantasi dan informasi (Rakhmat, 2001).Effendy (2000), media massa digunakan dalam komunikasi apabila komunikasi berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya adalah surat kabar, radio, televisi, dan film bioskop, yang beroperasi dalam bidang informasi, edukasi dan rekreasi, atau dalam istilah lain penerangan, pendidikan, dan hiburan. Keuntungan komunikasi dengan menggunkan media massa adalah bahwa media massa menimbulkan keserempakan artinya suatu pesan dapat diterima oleh komunikan yang jumlah relatif banyak. Jadi untuk menyebarkan informasi, media massa sangat efektif yang dapat mengubah sikap, pendapat dan prilaku komunikasi.TelevisiDari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Sebanyak 99% orang Amerika memiliki televisi dirumahnya. Tayangan televisi mereka dijejali hiburan, berita, dan iklan. Mereka menghabiskan waktu menonton televisi sekitar tujuh jam dalam sehari (Agge, et. Al. 2001:297).Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainya (surat kabar dan radio siaran), yakni memberi informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi sebagaiman hasil penelitian-penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD, yang menyatakan bahwa pada umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi.JurnalistikDalam dunia media massa, ada orang pencari sebuah berita atau informasi yang kita kenal dengan sebutan jurnalistik. Jurnalsitik yaitu kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan atau pelaporan setiap hari. Dengan demikin, jurnalistik bukanlah bukanlah pers, bukan pula media massa. Jurnalistik adalah kegiatan yang memungkinkan pers atau media massa bekerja dan diakui eksistensinya dengan baik. Tugas jurnalistik adalah mencari berita untuk diinformasasikan kepada masyarakat melualui media.F.Fraser Bond dalam An Introduction to Journalism (1961:1) menulis: jurnalistik adalah segala bentuk yang membuat berita dan ulasan mengenai berita sampai pada kelompok pemerhati. Roland E. Wolsely dalam Understanding Magazines (1969:3) menyebutkan, jurnalistik adalah pengumpulan, penulisan, penafsiran, pemprosesan, dan penyebaran informasi umum, pendapat pemerhati, hiburan umum secara sistematik dan dapat dipercaya untuk diterbitkan pada surat kabar, mjalah, dan disiarkan di stasiun siaran (Mappatoto, 1993:69-70).BeritaPaul De Massenner dalam buku Heres The News: Unesco Associate menyatakan, news atau berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta minat khalayak pendengar. Charnley dan JamesM. Neal menuturkan, berita adalah laporan tentang sesuatu peristiwa , opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan kepada khalayak (Errol Jonathans dalam Mirza, 2000:68-69).Jurnalisme InvestigasiPemberitaan atau reportase adalah laporan lengkap ataupun interpretatif (telah disajikan sebagaimana dianggap penting oleh redaksi pemberitaan) ataupun berupa pemberitaan penyelidikan (investigatif reporting) yang merupakan pengkajian fakta-fakta lengkap dengan latar belakang, trend atau kecenderungan, yang mungkin terjadi pada masa mendatang.Investigasi adalah Upaya penelitian, penyelidikan, pengusutan, pencarian, pemeriksaan dan pengumpulan data, informasi, dan temuan lainnya untuk mengetahui/membuktikan kebenaran atau bahkan kesalahan sebuah fakta yang kemudian menyajikan kesimpulan atas rangkaian temuan dan susunan kejadian.Jurnalisme investigasi memang beda dengan kegiatan jurnalistik pada umumnya. Hugo De Burgh (2000) mengutip Boyd., Llyod, Edwards, Pilger, Tuchman, dan lainya, menjelaskan beberpa unsur dari jurnalisme investigatif di dalam campuran bahasa antara teori dan praktek.Dunia jurnalisme mengenal perangkat nilai berita, seperti unsur-unsur proksimitas, relevansi, kecepatan, drama, dan lainya (Boyd, 1994). Para wartawan membuat berita berdasarkan sumber-sumber yang terkait, teragenda, dan menjadi langganan informasi mereka. Selain itu, mereka juga menyeleksi, apa sumber informasi mereka layak atau tidak, mengandung kebenaran atau tidak. Kisah-kisah investigatif memiliki perbedaan dengan pola kisah berita umum.Wartawan bisa mengorganisir laporanya melalui pengkategorian seperti dinyatakan Tuchman (1973): hard news, soft news, spot news, dan what a story! Kisah berita investigatif tampil dirangkaian program atau rubrik tersebut. Terminologio investigative jornalism memberikan atribut penyelidikan, keingintahuan dan misi tertentu dari para wartawannya. Jurnalisme ini tidak mau terjebak dengan adonan pemberitaan entertainment. Liputan beritanya bukan lagi berdasar agenda pemberitaan harian yang sudah terjadwal di ruang redaksi. Para wartawan investigasi tidak bekerja berdasarkan pengagendaan berita seperti yang dalam peliputan reguler. Mereka memasuki subjek pemberitaan tatkala mereka tertarik untuk mengetahui sesuatu. Kerja peliputanya tidak lagi dibatasi oleh tekanan-tekanan waktu. Ada kekhususan kerja peliputan dibanding biasanya. Acara Reportase Investigasi di Trans TV Reportase adalah salah satu acara televisi dari stasiun televisi Trans TV. Acara berita ini ditayangkan setiap pukul 04.30 - 06.00 WIB, 12.00 - 12.30 WIB dan 16.30 - 17.00 WIB setiap Senin hingga Minggu. Reportase berisikan materi berita dari dalam dan luar negeri yang aktual dan terkini. Khusus untuk berita international, materi yang ditampilkan adalah informasi yang memiliki kedekatan dengan masyarakat Indonesia. Sementara, kejadian-kejadian yang berlangsung di kawasan Timur Tengah, Asia, dan Asia Tenggara serta beberapa kawasan yang berdekatan dengan Indonesia akan menjadi pilihan utama berita-berita dari luar negeri. Program yang diramu selama enam puluh menit ini akan disajikan ke hadapan pemirsa dengan lima kemasan berita yang berbeda. Materi berita yang ditampilkan diantaranya berupa perkembangan berita politik, ekonomi, sosial terkini serta berbagai peristiwa menarik lainnya. Reportase Investigasi, Sabtu dan Minggu jam 16.30-17:00 wib.Teori Diksi Gorys KerafPengertian pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh jalinan kata-kata itu. Istilah ini bukan hanya dipergunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan. Tetapi juga meliputi persoalan fraseologi, gaya bahasa dan ungkapan. Fraseologi mencakup persoalan kata dalam pengelompokan atau susunannya, atau yang menyangkut cara-cara yang khusus berbentuk ungkapan-ungkapan. Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi bertalian dengan ungkapan-ungkapan yang individual atau yang memiliki nilai artistik yang tinggi.Pilihan kata tidak hanya mempersoalkan ketepatan pemakaian kata, tetapi juga mempersoalkan apakah kata yang dipilih itu dapat juga diterima atau tidak merusak suasana yang ada. Sebuah kata yang tepat untuk menyatakan suatu maksud tertentu, belum tentu dapat diterima oleh para hadirin atau orang yang diajak bicara. Masyarakat yang diikat oleh beberapa norma, menghendaki pula agar setiap kata yang dipergunakan harus cocok atau serasi dengan norma norma masyarakat, harus sesuai dengan situasi yang dihadapi. (Gorys Keraf, Hal. 24).Kata sebagai satuan dari perbendaharaan kata sebuah bahasa mengandung dua aspek, yaitu aspek bentuk atau ekspresi dan aspek isi makna. Bentuk atau ekspresi adalah segi yang dapat diserap dengan pancaindra, yaitu dengan mendengar atau degan melihat. Sedangkan sisi atau makna adalah segi yang menimbulkan reaksi dalam pikiran pendengar atau pembaca karena rangsangan aspek bentuk tadi. (Gorys Keraf, Hal. 25).Pada umumnya makna kata pertama-tama dibedakan atas makna yang bersifat denotatif dan makna kata yang bersifat konotatif. Dalam bentuk murni, makna denotatif dihubungkan dengan bahasa ilmiah. Seorang penulis hanya ingin menyampaikan informasi kepada kita, dalam hal ini khususnya bidang ilmiah, akan berkecenderungan untuk menggunakan kata-kata yang denotatif. Sebab pengarahan yang jelas terhadap fakta yang khusus adalah tujuan utamanya. (Gorys Keraf, 2009 Hal. 28). Dan konotasi atau makna konotatif disebut juga dengan makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Maka konotatif adalah suatu jenis makna dimana stimulus dan respons mengandung nilai nilai emosional. Makna konotatif sebagian terjadi Krena pembicara ingin menimbulkan perasaan setuju tidak setuju, senang tidak senang, (Gorys Keraf, 2009 Hal. 29).Teori Gaya Bahasa Gorys KerafGaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah Style. Kata style diturunkan dari kata latin Stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Keahlian menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi. (Gorys Keraf, 2009 Hal. 112)Walaupun kata style berasal dari bahasa latin, orang yunani sudah mengembangkan sendiri teori-teori mengenai style itu. Ada dua aliran yang terkenal, yaitu :a) Aliran Platonik: memgungkap style sebagai kualitas suatu ungkapan; menurut mereka ada ungkapan yang memiliki style, dan ada juga yang tidak memiliki style.b) Aliran Aristoteles: menganggap bahwa gaya adalah suatu kualitas yang inheren, ada yang ada dalam tiap ungkapan. Secara umum, Gaya adalah cara mengungkapkan diri sendiri, baik melalui bahasa, tingkah laku, berpakaian, dan sebagainya. Gaya bahasa memungkinkan kita dapat menilai pribadi, watak dan kemampuan seseorang yang mempergunakan bahasa itu. Semakin baik gaya bahasanya, semakin baik pula penilaian orang terhadapnya. Begitu pula sebaliknya. Style atau gaya bahasa dapat di batasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). (Gorys Keraf, 2009 Hal. 113) Sendi Gaya Bahasaa. KejujuranKejujuran dalam bahasa berarti kita mengikuti aturan-aturan, kaidah-kaidah yang baik dan benar dalam bahasa. Pemakaian kata yang kabur dan tak terarah, serta penggunaan kalimat yang berbelit-belit adalah jalan untuk mrngandung ketidakjujuran. Pemakaian bahasa yang berbelit-belit menandakan bahwa pembicara atau penulis tidak tahu apa yng akan dikatakannya. Bahasa adalah alat untuk kita bertemu dan bergaul. Oleh sebab itu, ia harus digunakan pula secara tepat dengan memperhatikan sendi kejujuran. (Gorys Keraf, 2009 Hal. 114)b. Sopan-santunSopan-santun adalah memberi penghargaan atau menghormati orang yang diajak bicara, khususnya pendengar atau pembaca. Rasa hormat dalam gaya bahasa dimanifestasikan melalui kejelasan dan kesingkata. (Gorys Keraf, 2009 Hal. 114)Adapun kejelasan akan diukur dalam beberapa butir kaidah berikut, yaitu :1) Kejelasan dalam struktur gramatikal kata dan kalimat.2) Kejelasan dalam korespondensi dengan fakta yang diungkapkan melalui kata-kata atau kalimat.3) Kejelasan dalam pengaturan ide secara logis.4) Kejelasan dalam penggunaan kiasan dan perbandingan.Kesingkatan jauh lebih efektif dari pada jalinan yang berliku-liku. Kesingkatan dapat dicapai melalui usaha untuk mempergunakan kata-kata secara efesien, meniadakan penggunaan dua kata atau lebih, yang bersinonim secara longgar, menghindari tautologi atau mengadakan reperisi yang tidak perlu. Diantara kejelasan dan kesingkatan sebagai ukuran sopan-santun, syarat kejelasan masih jauh lebih penting dari pada syarat kesingkatan. (Gorys Keraf, 2009 Hal. 114)c. MenarikKejujuran, kejelasan, serta kesingkatan harus merupakan langkah dasar dan langkah awal. Bila gaya bahasa hanya mengandalkan kedua atau ketiga, kaidah diatas, maka bahasa yang digunakan masih terasa tawar, tidak menarik. Oleh sebab itu, gaya bahasa harus pula menarik. Gaya bahasa menarik dapat diukur melalui beberapa komponen sebagai berikut: variasi, humor yang sehat, pengertian yang baik, tenaga hidup (vitalitas), dan penuh daya khayal (imajinasi). (Gorys Keraf, 2009 Hal. 114)Penggunaan variasi akan menghindari monotoni, dalam nada struktur, dan pilihan kata. Humor yang sehat berarti gaya bahasa itu mengandung tenaga untuk menciptakan rasa gembira dan nikmat. Vitalitas dan daya khayal adalah pembawaan yang berangsur-angsur dikembangkan melalui pendidikan, latihan dan pengalaman.Teori Teun Van DjikModel yang dipakai oleh van Dijk sering disebut sebagai kognisi sosial. Menurut van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Perlu juga dilihat bagaimana suatu teks diproduksi, sehingga kita memperoleh suatu pengetahuan kenapa teks bisa semacam itu. Wacana oleh van Dijk mempunyai tiga dimensi/bangunan: teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti analisis van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu satuan analisis. Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan tema tertentu. Pada level kognisi sosial, dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan. Sedangkan konteks sosial, mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah.A. Analisis SosialKognisi sosial merupakan dimensi untuk menjelaskan bagaimana suatu teks diproduksi oleh individu/kelompok pembuat teks. Cara memandang atau melihat suatu realitas sosial itu yang melahirkan teks tertentu. Analisis sosial melihat bagaiman teks itu dihubungkan lebih jauh dengan struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang dalam masyarakat atas suatu wacana. Ketiga dimensi ini merupakan bagian yang integral dan dilakukan secara bersama-sama dalam analisis van Dijk.B. TeksVan Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur atau tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya dalam tiga tingkatan. Pertama, struktur makro: makna global atau umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, superstruktur merupakan struktur wacana berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Ketiga, struktur mikro, adalah makana wacana yang dapat diamati dari bagian kecil suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, dan gambar.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN3.1 Pendekatan atau Paradigma PenelitianPendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini bersifat pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis wacana kritis. Dalam analisis wacana kritis wacana disini tidak dipahami semata sebagai studi bahasa. Pada akhirnya, analisis wacana memang menggunakan bahasa dalam teks untuk dianalisis, tetapi bahasa yang dianaliis disni agak berebda dengan studi bahasa dalam pengertian linguistik tradisional. Bahasa dianalisis bukan dengan menggambarkan saemata dari aspek kebahasaan, tetapi juga menghubungkan dengan konteks. Konteks disini berarti bahasa itu dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk didalamnya praktik kekuasaan.Menurut Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis melihat wacana pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan sebagai bentuk dari praktik sosial. Praktik wacana bisa jadi menampilkan efek ideologi ; ia dapat memproduksi dan mereproduksi hubungan kekuasaan yang tidak imbang antara kelas sosial laki-laki dan wanita kelompok mayoritas dan minoritas melalui mana perbedaan itu direpresentasikan dalam posisi sosial yang ditampilkan. Analisis wacana kritis melihat bahasa sebagai faktor penting, yakni bagaimana bahasa digunakan ntuk melihat ktimbkekuasaan dalam masyarakat terjadi.Dalama analisis wacana kritis yang bisa diihat adalah :1. TindakanDengan pemahaman semacam ini mengasosiasikan wacana sebagai bentuk interaksi. Wacana bukan ditempatkan seperti dalam ruang tertutup dan internal. 2. KonteksAnalisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana, seperti latar, situasi, peristiwa dan kondisi. Wacana di sini dipandang, diproduksi, dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. 3. HistorisMenempatkan wacana dalam konteks sosial tertentu, berarti wacana diproduksi dalam konteks tertentu dan tidak dapat dimengerti tanpa menyertakan konteks yang menyertainya. Salah satu aspek penting untuk bisa mengerti teks adalah dengan menempatkan wacana itu dalam konteks historis tertentu.4. Kekuasaan.Analisis wacana kritis mempertimbangkan elemen kekuasaan dalam analisisnya. Di sini, setiap wacana yang muncul, dalam bentuk teks, percakapan, atau apapun, tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar, dan netral tetapi merupaakan bentuk pertarungan kekuasaan.5. IdeologiIdeologi juga konsep yang sentral dalam analisis wacana yang bersifat kritis. Hal ini karena teks, percakapan, dan lainnya adalah beentuk dari praktik ideologi atau pencerminan dari ideologi tertentu.

Analisis Wacana KritisPengertian WacanaProses pemberitaan tidak dapat dipisahkan dengan proses politik yang berlangsung dan akumulai modal yang dimanfaatkan sebagai sumber daya, dimana proses ekonomi politik dalam media akan membentuk dan di bentuk melalui proses produksi, distribusi dan konsumsi media itu sendiri. Hal itu berarti bahwa apa yang terlihat pada permukaan realitas belum tentu menjawab masalah yang ada, apa yang nampak dari permukaan harian belum tentu mewakili kebenaran realitas itu sendiri.Reproduksi realitas dalam media pada dasarnya dan umumnya akan sangat dipengaruhi oleh bahasa Little john ( 2002 : 210-211 ), simbolisasi pemaknaan dan politik penandaan, bahasa disamping sebagai realitas sosial, tetap bisa dilihat sebagai sebuah sistem penandaan. Kata Wacana berasal dari terjemahan bahasa inggris discorse kata discouse berasal dari bahasa latin discursus yang berarti lari kian kemari ( yang diturunkan dari dis- dari, dalam arah yang berbeda, currere lari. Menurut kamus webster ( 1983 : 522 ) dalam Alex Sobur ( 2006 : 9 ) Wacana adalah : 1. Komunikasi pikiran dengan kata -kata; ekpresi ide -ide atau gagasan-gagasan; konversasi atau percakapan.2. Komunikasi secara umum, terutama sebagai suatu subyek studi atau pokok telaah.3. Risalat tertulis, disertasi foormal; kuliah ; ceramah; khotbah. Ismail dalam Alex Sobur ( 2006 : 9 ) mengartikan wacana sebagai kemampuan utnuk maju ( dalam pembahasan ) menurut urut urutan yang teratur, dan semestinya, dan komunikasi buah pikiran , baik lisan maupun tulisan, yang resmi dan teratur. Dari beberapa pengertian diatas dapat dipertegas bahwa wacana mencakup aspek lisan ( obrolan, percakapan di depan umum/ pidato ) dan tulisan tulisan berdasarkan ururtan yang di susun secara sistematis. Lull ( 1998 : 23 ) dalam Alex sobur ( 2005 : 11 ) Dalam pengertian yang lebih sederhana, wacana berarti cara obyek atau ide diperbincangkan secara terbuka kepada publik sehingga menimbulkan pemahaman tertentu yang tersebarluas.Pengertian Analisis Wacana kritisIstilah analisis wacana adalah istilah umum yang dipakai dalam banyak disiplin ilmu dan dengan berbagai pengertian. Meskipun ada gradasi yang besar dari berbagai definisi, titik singgungnya adalah analisis wacana berhubungan dengan studi mengenai bahasa atau pemakaian bahasa. Bagaimana bahasa dipandang dalam analisis wacana. Dalam analisis wacana kritis (Critical Discourse Analysis / CDA), wacana disini tidak dipahami semata sebagai studi bahasa. Pada akhirnya, analisis wacana memang menggunakan bahasa dalam teks untuk dianalisis, tetapi bahasa yang dianalisis disini agak berbeda dengan studi bahasa dalam pengertian linguistik tradisional. Bahasa dianalisis bukan dengan menggambarkan semata dari aspek kebahasaan, tetapi juga menghubungkan dengan konteks. Konteks disini berarti bahasa itu dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk di dalamnya praktik kekuasaan.Analisa wacana adalah sebuah alternatif dari analisis isi selain analisis isi kuantitatif yang dominan dan banyak di pakai. Jika analisis isi kuantitatif lebih menekankan pada pertanyaan Apa ( What ), analisis wacana lebih melihat pada bagaimana ( How) dari pesan atau teks komunikasi. Melalui analisis wacana kita bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks berita, tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan. Lewat kata, frase, kalimat , metafora apapun namanya suatu berita disampaikan. Menurut Eriyanto ( 2001 : 337-341 ) pertama, dalam analisisnya analisis wacana lebih bersifat kualitatif dibandingkan dengan analisis isi yang umumnya kuantitatif. Analisis wacana lebih menekankan pemaknaan teks ketimbang panjumlahan unit kategori separti dalam analisis isi, Dasar dari analisis wacana adalah Interpretatif yang mengandalkan interpretasi dan penafsiran peneliti. Kedua, analisis isi kuantitatif pada umumnya hanya dapat digunakan untuk membedah muatan teks komunikasi yang bersifat manifest ( nyata ), sedangkan analisis wacana justru berpretensi memfokuskan pada pesan laten ( tersembunyi ) Makna suatu pesan dengan demikian tidak bisa hanya ditafsirkan sebagai apa yang tampak nyata dalam teks, namun harus dianalisis dari makna yang tersembunyi. Pretensi analisis wacana adalah muatan, nuansa, dan makna yanglaten dalam teks.Dari segi analisisnya, ciri dan sifat wacana itu dapat dikemukakan sebagai berikut Syamsudin ( 192 : 6 ) dalam Alex sobur ( 2006 : 49 ) :1. Analisis wacana membahasa kaidah memakai bahasa di dalam masyarakat.2. Analisis wacana merupakan usaha memahami makna tuturan dalam konteks, teks dan situasi.3. Analisis wacana merupakan pemahaman rangkaian tuturan melalui interpretasi semantik.4. Analisis wacana berkaitan dengan pemahaman bahasa dalam tindak berbahasa.5. Analisis wacana diarahkan kepada mas memakai bahasa secara fungsional.yarakat3.2 Subjek, Objek, Wilayah Penelitian, dan Sumber Data SubjekSubjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah masyarakat yang sudah atau pernah melihat acara reportase investigasi Trans TV. Peneliti mengambil responden mahasiswa ilmu komunikasi, dan mahasiswa bahasa di kota Bandung. ObjekYang menjadi objek penelitian adalah penonton acara Reportase Investigasi Trans TV yang menanggapi bagaimana inti dari isi acara reportase investigasi di trans TV Wilayah Penelitian Di daerah Kota Bandung Sumber Data- Internet- Hasil wawancara3.3 Teknik Pengumpulan DataTeknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah WawancaraPeneliti menggunakan teknik wawancara. Pembicaraan ini dilakukan oleh dua pihak, yakni orang yang mengajukan pertanyaan/pewawancara (interviewer) dan orang yang diwawancara (interviewee). Interview yang dilakukan merupakan upaya untuk mendapatkan informasi secara langsung dan akurat dari subjek tentang latar belakang, peranan, proses, dan penyesuaian. Interview dilakukan dengan menggunakan panduan umum interview dan bisa dikembangkan lebih mendalam saat proses interview (semistructure) ObservasiObservasi merupakan kegiatan untuk mendeskripsikan latar/setting yang dipelajari, aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Observasi dilaporkan secara faktual, deskriptif dan akurat.

3.4 Teknik Analisis DataMoleong mendefinisikan analisis data sebagai proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan bisa dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Usaha untuk memperoleh data yang lebih tajam terhadap data hasil temuan di lapangan, dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik analisis data kualitatif. Analisis data bermaksud atas nama mengorganisasikan data, data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto, dokumen, laporan, dan lain-lain, dan pekerjaan analisis data adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan dan memberikan suatu kode tertentu dan mengkategorikannya, pengelolaan data tersebut bertujuan untuk menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantive (Moeloeng, 2007: 103). Beberapa teknik data khusus yang dipakai dalam penelitian kualitatif, meliputi :1. Peneliti membuat dan mengatur data yang sudah dikumpulkanSetelah melakukan wawancara dan observasi, peneliti akan mentranskripsikan hasil wawancara dan observasi. Dalam transkripsi itu, peneliti akan mengatur data dengan rapi sehingga akan memudahkan dalam pembuatan transkrip.2. Peneliti membaca dengan teliti data yang sudah diaturSetelah melakukan transkripsi, peneliti akan membaca dan memahami transkrip. Tujuan dari proses ini adalah untuk mengetahui kecukupan data yang diperoleh supaya relevan dengan fokus penelitian. Proses ini juga disebut dengan coding, lewat proses ini akan didapatkan tema-tema penting dari pernyataan subjek dalam transkrip.3. Peneliti mendeskripsikan pengalamannya di lapanganPada bagian awal analisis, peneliti akan mendeskripsikan pengalaman di lapangan. Disini akan digambarkan situasi penelitian untuk memudahkan dalam memahami pernyataan-pernyataan subjek.Teknik analisis data yang dilakukan oleh peneliti disini mengacu pada tahapan-tahapan penelitian isi kualitatif seperti :1. Identifikasi masalah yang akan diteliti2. Mulai mengenal atau terlibat dengan proses dan konteks dari sumber informasi3. Koleksi data berupa pengumpulan informasi dan banyak contoh deskriptif4. Melakukan kombinasi antara data dan contoh kasus yang ada3.5 Uji Keabsahan DataBAB IV TEMUAN PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN4.1 Temuan Penelitian4.2 PembahasanBAB V KESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan5.2 Saran atau RekomendasiDAFTAR PUSTAKA

1