seminar askep dm_2

60
Daftar isi Kata pengantar Daftar isi BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan 1.4 Manfaat BAB II 2.1. Konsep Dasar Penyakit 2.1.1. Definisi 2.1.2. Penyebab 2.1.3. Patofisiologi 2.1.4. Pelaksanaan 2.2. Asuhan keperawatan 2.2.1. Pengkajian 2.2.2. Pengumpulan data 2.2.3. Analisa Data 2.4. Pelaksanaan BAB III Tinjauan Khusus 3.1. Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah

Upload: irmanestry-ayu-ika

Post on 05-Aug-2015

133 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Seminar Askep DM_2

Daftar isi

Kata pengantar

Daftar isi

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

1.4 Manfaat

BAB II

2.1. Konsep Dasar Penyakit

2.1.1. Definisi

2.1.2. Penyebab

2.1.3. Patofisiologi

2.1.4. Pelaksanaan

2.2. Asuhan keperawatan

2.2.1. Pengkajian

2.2.2. Pengumpulan data

2.2.3. Analisa Data

2.4. Pelaksanaan

BAB III

Tinjauan Khusus

3.1. Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah

Page 2: Seminar Askep DM_2
Page 3: Seminar Askep DM_2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Mellitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan

herediter, demham tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai

dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat

dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak

pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan

metabolisme lemak dan protein. ( Askandar, 2000 ).

Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya

jaringan mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses

nekrosis yang disebabkan oleh infeksi. (Askandar, 2001 ).

Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-

hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah

sedang atau besar di tungkai. ( Askandar, 2001).

1.2 Rumusan Masalah

Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini, maka

kelompok 4 melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan

keperawatan Diabetes Mellitus Gangren di pavilion III Rumkital Dr. Ramelan

Surabaya.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa

Diabetes Mellitus Gangren di ruang paviliun III Rumkital Dr. Ramelan

Surabaya.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengkaji pasien dengan diagnosa medis Diabetes Mellitus

Gangren di ruang paviliun III Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.

2. Membuat diagnosa keperawatan pada pasien dengan diagnosa

medis Diabetes Mellitus Gangren di ruang paviliun III Rumkital

Dr. Ramelan Surabaya.

Page 4: Seminar Askep DM_2

3. Merencanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa

medis Diabetes Mellitus Gangren di ruang paviliun III Rumkital

Dr. Ramelan Surabaya.

4. Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa

medis Diabetes Mellitus Gangren di ruang paviliun III Rumkital

Dr. Ramelan Surabaya.

5. Mengevaluasi pasien dengan diagnosa medis Diabetes Mellitus

Gangren di ruang paviliun III Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.

1.4 Manfaat

Dari segi praktis, makalah seminar ini akan bermanfaat bagi :

a. Bagi pelayanan keperawatan di Rumah sakit .

Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan sakit di

rumah sakit agar dapat melakukan asuhan keperawatan pasien dengan iabetes

Mellitus Gangren dengan baik.

b. Bagi pasien

Diharapkan pasien dapat mengetahui penyakit yang dideritanya, baik dari

pengertian, penyebab maupun penanggulangannya serta perawatan dirinya

agar klien dapat memenuhi kebutuhan secara mandiri.

c. Bagi keluarga

Diharapkan keluarga mengerti tentang penyakit yang diderita anggota

keluarga baik pengertian, penyebab, dan pencegahan. Agar bisa memberi

motivasi untuk mematuhi pengobatab untuk pasien Diabetes Mellitus

Gangren dan tidak mengisolasi pasien dengan Diabetes Mellitus Gangren

tersebut.

d. Bagi Mahasiswa

Hasil studi kasus ini dapat dijadikan salah satu rujukan bagi mahasiswa

berikutnya, yang akan menyusun makalah seminar pada asuhan keperawatan

pada pasien Diabetes Mellitus Gangren.

Page 5: Seminar Askep DM_2

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Konsep Dasar Penyakit

2.1.1. Definisi

Diabetes Mellitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan

herediter, demham tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai

dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat

dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak

pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan

metabolisme lemak dan protein. ( Askandar, 2000 ).

Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya

jaringan mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses

nekrosis yang disebabkan oleh infeksi. (Askandar, 2001 ).

Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-

hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah

sedang atau besar di tungkai. ( Askandar, 2001).

2.1.2. Penyebab

a. Diabetes Melitus

DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi

dapat menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik

biasanya memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain

yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :

1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai

kegagalan sel beta melepas insulin.

2. Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara

lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan

karbohidrat dan gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan

kehamilan.

3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh

autoimunitas yang disertai pembentukan sel – sel antibodi

antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel - sel penyekresi

insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.

Page 6: Seminar Askep DM_2

4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan

jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang

terdapat pada membran sel yang responsir terhadap insulin.

b. Gangren Kaki Diabetik

Faktor – faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki

diabetik dibagi menjadi endogen dan faktor eksogen.

Faktor endogen : a. Genetik, metabolik

b. Angiopati diabetik

c. Neuropati diabetik

Faktor eksogen : a. Trauma

b. Infeksi

c. Obat

2.1.3. Patofisiologi

a. Diabetes Melitus

Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan

dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:

1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang

mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 –

1200 mg/dl.

2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang

menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai

dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.

3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.

Pasien – pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat

mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau

toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yng parah yang

melebihi ambang ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar

160 – 180 mg/100 ml ), akan timbul glikosuria karena tubulus –

tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa.

Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang

menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium,

dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul

polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien

akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan

menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah

astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah

Page 7: Seminar Askep DM_2

dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya

protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk

energi.

Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis,

penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini

akan memudahkan terjadinya gangren.

b. Gangren Kaki Diabetik

Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM

akibat hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.

1. Teori Sorbitol

Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa

pada sel dan jaringan tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa

insulin. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan termetabolisasi habis

secara normal melalui glikolisis, tetapi sebagian dengan perantaraan

enzim aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan

tertumpuk dalam sel / jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan

dan perubahan fungsi.

2. Teori Glikosilasi

Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi

pada semua protein, terutama yang mengandung senyawa lisin.

Terjadinya proses glikosilasi pada protein membran basal dapat

menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun mikro vaskular.

Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktor –

faktor disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang berperan

timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Neuropati

merupakan faktor penting untuk terjadinya KD. Adanya neuropati

perifer akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik maupun

motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan hilang atau

menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami

trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki

gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi otot

kaki, sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsetrasi pada

kaki pasien. Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran darah

ke kaki. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang

lebih besar maka penderita akan merasa sakit tungkainya sesudah ia

berjalan pada jarak tertentu. Manifestasi gangguan pembuluh darah

yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam

Page 8: Seminar Askep DM_2

hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya

angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan

nutrisi, oksigen ( zat asam ) serta antibiotika sehingga menyebabkan

luka sulit sembuh ( Levin,1993). Infeksi sering merupakan komplikasi

yang menyertai KD akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati,

sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhdap

penyembuhan atau pengobatan dari KD.

Page 9: Seminar Askep DM_2

WOC (Web Of Caution)

Diabetes Mellitus

Klinik akut

Kurangnya Insulin

Terjadi gangguan primer

Metabolisme karbohidrat Metabolisme lemak ↑ Metabolisme protein ↓

Gangren

Jaringan Nekrosis (mati)

Infeksi

Terjadi penumpukan kadar glukosa Terjadi glikosilasi pada protein

Gangguan

Perfusi

Gangguan

Integritas

Jaringan

Gangguan Rasa

Nyaman (nyeri)

Keterbatasan

Mobilitas Fisik

Page 10: Seminar Askep DM_2

2.1.4. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan

keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien.

Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi,

disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal, intelektual, teknikal

yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi  yang tepat dengan 

selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai

implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah

dilakukan dan bagaimana respon pasien.

2.2. Asuhan keperawatan

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangren kaki diabetik

hendaknya dilakukan secara komperhensif dengan menggunakan proses

keperawatan.

Proses keperawatan adalah suatu metode sistematik untuk mengkaji respon

manusia terhadap masalah-masalah dan membuat rencana keperawatan yang

bertujuan untuk mengatasi masalah – masalah tersebut. Masalah-masalah

kesehatan dapat berhubungan dengan klien keluarga juga orang terdekat atau

masyarakat. Proses keperawatan mendokumentasikan kontribusi perawat dalam

mengurangi / mengatasi masalah-masalah kesehatan.

2.2.1. Pengkajian

Pengkajian terdiri dari tiga komponen, yaitu: pengumpulan data,

analisa data dan diagnose keperawatan.

2.2.2. Pengumpulan data

Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu

dalam menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita,

mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapt

diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan

laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.

1. Anamnese

a. Identitas penderita

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,

pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor

register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.

Page 11: Seminar Askep DM_2

b. Keluhan Utama

Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba

yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan

berbau, adanya nyeri pada luka.

c. Riwayat kesehatan sekarang

Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka

serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk

mengatasinya.

d. Riwayat kesehatan dahulu

Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain

yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya

penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas,

maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat

maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.

e. Riwayat kesehatan keluarga

Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota

keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan

yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal

hipertensi, jantung.

f. Riwayat psikososial

Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang

dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta

tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.

2. Pola Fungsi Kesehatan

1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi

dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang

dampak gangren kaki diabetuk sehingga menimbulkan persepsi

yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak

mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama, oleh

karena itu perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah

dimengerti pasien.

2. Pola nutrisi dan metabolisme

Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi

insulin maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga

menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan, banyak

minum, berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut

Page 12: Seminar Askep DM_2

dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme

yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita.

3. Pola eliminasi

Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis

osmotik yang menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan

pengeluaran glukosa pada urine (glukosuria). Pada eliminasi alvi

relatif tidak ada gangguan.

4. Pola tidur dan istirahat

Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka dan situasi rumah

sakit yang ramai akan mempengaruhi waktu tidur dan istirahat

penderita, sehingga pola tidur dan waktu tidur penderita mengalami

perubahan.

5. Pola aktivitas dan latihan

Adanya luka gangren dan kelemahan otot – otot pada tungkai

bawah menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan

aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita mudah mengalami

kelelahan.

6. Pola hubungan dan peran

Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan

penderita malu dan menarik diri dari pergaulan.

7. Pola sensori dan kognitif

Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati /

mati rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.

8. Pola persepsi dan konsep diri

Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan

menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri.

Luka yang sukar sembuh, lamanya perawatan, banyaknya biaya

perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami

kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem).

9. Pola seksual dan reproduksi

Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ

reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan

kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses

ejakulasi serta orgasme.

10. Pola mekanisme stres dan koping

Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik,

perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi

Page 13: Seminar Askep DM_2

psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah

tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan penderita tidak

mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif /

adaptif.

11. Pola tata nilai dan kepercayaan

Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi

tubuh serta luka pada kaki tidak menghambat penderita dalam

melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah penderita.

3. Pemeriksaan fisik

a. Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi

badan, berat badan dan tanda – tanda vital.

b. Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada

leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan

pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih

kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah,

apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.

c. Pengkajian Pernafasan

Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita

DM mudah terjadi infeksi.

d. Pengkajian Kardiovaskuler

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,

takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia,

kardiomegalis.

e. Pengkajian Penginderaan

Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,

mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.

f. Pengkajian Bladder Perkemihan

Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau

sakit saat berkemih.

g. Pengkajian Bowel Pencernaan

Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,

dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar

abdomen, obesitas.

Page 14: Seminar Askep DM_2

h. Pengkajian musculoskeletal dan integumen

Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi

badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di

ekstrimitas. Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna

kehitaman bekas luka, kelembaban dan shu kulit di daerah

sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka,

tekstur rambut dan kuku.

i. Pengkajian Endokrin

j. Pengkajian Reproduksi/seks

k. Pengkajian Kemampuan Perawatan Diri

4. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :

a. Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah

puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.

b. Urine

Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine.

Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil

dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ),

kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).

c. Kultur pus

Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik

yang sesuai dengan jenis kuman.

2.2.3. Analisa Data

Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokan dan

dilakukan analisa serta sintesa data. Dalam mengelompokan data

dibedakan atas data subyektif dan data obyektif dan berpedoman pada

teori Abraham Maslow yang terdiri dari :

1. Kebutuhan dasar atau fisiologis

2. Kebutuhan rasa aman

3. Kebutuhan cinta dan kasih sayang

4. Kebutuhan harga diri

5. Kebutuhan aktualisasi diri

Page 15: Seminar Askep DM_2

Data yang telah dikelompokkan tadi di analisa sehingga dapat

diambil kesimpulan tentang masalah keperawatan dan kemungkinan

penyebab, yang dapat dirumuskan dalam bentuk diagnosa keperawatan

meliputi aktual, potensial, dan kemungkinan.

2.3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu,

keluarga atau komunitas terhadap proses kehidupan/ masalah kesehatan. Aktual

atau potensial dan kemungkinan dan membutuhkan tindakan keperawatan untuk

memecahkan masalah tersebut.

Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien gangren kaki

diabetik adalah sebagai berikut :

1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya /

menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi

pembuluh darah.

2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada

ekstrimitas.

3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.

4. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.

5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake makanan yang kurang.

6. Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis ) berhubungan dengan

tingginya kadar gula darah.

7. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang

penyakitnya.

8. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

9. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah

satu anggota tubuh.

10. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.

Perencanaan

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan aktivitas

keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan, dan mencegah

masalah keperawatan penderita. Tahapan ini disebut perencanaan keperawatan yang

meliputi penentuan prioritas, diagnosa keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan,

menetapkan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi dan aktivitas keperawatan.

Page 16: Seminar Askep DM_2

a. Diagnosa no. 1

Gangguan perfusi berhubungan dengan melemahnya/menurunnya aliran

darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.

Tujuan : mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal.

Kriteria Hasil : - Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler

- Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis

- Kulit sekitar luka teraba hangat.

- Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.

- Sensorik dan motorik membaik

Rencana tindakan :

1. Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi

Rasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.

2. Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah :

Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi

pada waktu istirahat ), hindari penyilangkan kaki, hindari balutan

ketat, hindari penggunaan bantal, di belakang lutut dan sebagainya.

Rasional : meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga

tidak terjadi oedema.

3. Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa :

Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan

kebiasaan merokok, dan penggunaan obat vasokontriksi.

Rasional : kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya

arterosklerosis, merokok dapat menyebabkan terjadinya

vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi efek dari

stres.

4. Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator,

pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).

Rasional : pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi

pembuluh darah sehingga perfusi jaringan dapat diperbaiki,

sedangkan pemeriksaan gula darah secara rutin dapat mengetahui

perkembangan dan keadaan pasien, HBO untuk memperbaiki

oksigenasi daerah ulkus/gangren.

b. Diagnosa no. 2

Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada

ekstrimitas.

Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka.

Page 17: Seminar Askep DM_2

Kriteria hasil : 1.Berkurangnya oedema sekitar luka.

2. pus dan jaringan berkurang

3. Adanya jaringan granulasi.

4. Bau busuk luka berkurang.

Rencana tindakan :

1. Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.

Rasional : Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses

penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan

selanjutnya.

2. Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara

abseptik menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa

balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang

mati.

Rasional : merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga

kontaminasi luka dan larutan yang iritatif akan merusak jaringan

granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat

menghambat proses granulasi.

3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan

kultur pus pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.

Rasional : insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan

kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat

untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula darahuntuk mengetahui

perkembangan penyakit.

c. Diagnosa no. 3

Ganguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.

Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang

Kriteria hasil :

1. Penderita secara verbal mengatakan nyeri

berkurang/hilang.

2. Penderita dapat melakukan metode atau tindakan

untuk mengatasi atau mengurangi nyeri .

3. Pergerakan penderita bertambah luas.

4. Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas

normal.( S : 36 – 37,5 0C, N: 60 – 80 x /menit, T :

100 – 130 mmHg, RR : 18 – 20 x /menit ).

Page 18: Seminar Askep DM_2

Rencana tindakan :

1. Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.

Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.

2. Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.

Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi

akan mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk

diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan.

3. Ciptakan lingkungan yang tenang.

Rasional : Rangasanga yang berlebihan dari lingkungan akan

memperberat rasa nyeri.

4. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.

Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri

yang dirasakan pasien.

5. Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.

Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan

kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.

6. Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat luka.

Rasional : massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan

pengeluaran pus sedangkan BWC sebagai desinfektan yang dapat

memberikan rasa nyaman.

7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.

Rasional : Obat –obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri

pasien.

d. Diagnosa no. 4

Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka

di kaki.

Tujuan : Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang

optimal.

Kriteria Hasil : 1. Pergerakan paien bertambah luas

2. Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan

kemampuan ( duduk, berdiri, berjalan ).

3. Rasa nyeri berkurang.

4. Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara

bertahap sesuai dengan kemampuan.

Page 19: Seminar Askep DM_2

Rencana tindakan :

1. Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.

Rasional : Untuk mengetahui derajat kekuatan otot-otot kaki

pasien.

2. Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk

menjaga kadar gula darah dalam keadaan normal.

Rasional : Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat

kooperatif dalam tindakan keperawatan.

3. Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas

bawah sesui kemampuan.

Rasional : Untuk melatih otot – otot kaki sehingg berfungsi dengan

baik.

4. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.

Rasional : Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi.

5. Kerja sama dengan tim kesehatan lain : dokter ( pemberian

analgesik ) dan tenaga fisioterapi.

Rasional : Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri,

fisioterapi untuk melatih pasien melakukan aktivitas secara

bertahap dan benar.

e. Diagnosa no. 5

Gangguan pemenuhan nutrisi ( kurang dari ) kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake makanan yang kurang.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi

Kriteria hasil : 1. Berat badan dan tinggi badan ideal.

2. Pasien mematuhi dietnya.

3. Kadar gula darah dalam batas normal.

4. Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.

Rencana Tindakan :

1. Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.

Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan

nutrisi pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan

diet yang adekuat.

2. Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.

Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi

terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia.

3. Timbang berat badan setiap seminggu sekali.

Page 20: Seminar Askep DM_2

Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan pasien ( berat

badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet ).

4. Identifikasi perubahan pola makan.

Rasional : Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program

diet yang ditetapkan.

5. Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan

diet diabetik.

Rasional : Pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan

glukosa ke dalam jaringan sehingga gula darah menurun,pemberian

diet yang sesuai dapat mempercepat penurunan gula darah dan

mencegah komplikasi.

f. Diagnosa no. 6

Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis) berhubungan dengan

tinggi kadar gula darah.

Tujuan : Tidak terjadi penyebaran infeksi (sepsis).

Kriteria Hasil : 1. Tanda-tanda infeksi tidak ada.

2. Tanda-tanda vital dalam batas normal ( S : 36 – 37,5 0C )

3. Keadaan luka baik dan kadar gula darah normal.

Rencana tindakan :

1. Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi pada luka.

Rasional : Pengkajian yang tepat tentang tanda-tanda penyebaran

infeksi dapat membantu menentukan tindakan selanjutnya.

2. Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga

kebersihan diri selama perawatan.

Rasional : Kebersihan diri yang baik merupakan salah satu cara

untuk mencegah infeksi kuman.

3. Lakukan perawatan luka secara aseptik.

Rasional : untuk mencegah kontaminasi luka dan penyebaran

infeksi.

4. Anjurkan pada pasien agar menaati diet, latihan fisik, pengobatan

yang ditetapkan.

Rasional : Diet yang tepat, latihan fisik yang cukup dapat

meningkatkan daya tahan tubuh, pengobatan yang tepat,

mempercepat penyembuhan sehingga memperkecil kemungkinan

terjadi penyebaran infeksi.

5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotika dan insulin.

Page 21: Seminar Askep DM_2

Rasional : Antibiotika dapat menbunuh kuman, pemberian insulin

akan menurunkan kadar gula dalam darah sehingga proses

penyembuhan.

g. Diagnosa no. 7

Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang

penyakitnya.

Tujuan : rasa cemas berkurang/hilang.

Kriteria Hasil : 1. Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.

2. Emosi stabil., pasien tenang.

3. Istirahat cukup.

Rencana tindakan :

1. Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.

Rasional : Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien

sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat.

2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.

Rasional : Dapat meringankan beban pikiran pasien.

3. Gunakan komunikasi terapeutik.

Rasional : Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien

sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan.

4. Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan

pasien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.

Rasional : Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan

keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan dapat mengurangi

beban pikiran pasien.

5. Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim

kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik

dan seoptimal mungkin.

Rasional : Sikap positif dari timkesehatan akan membantu

menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien.

6. Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara

bergantian.

Rasional : Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga

yang menunggu.

7. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.

Rasional : lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu

mengurangi rasa cemas pasien.

Page 22: Seminar Askep DM_2

h. Diagnosa no. 8

Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan : Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang

penyakitnya.

Kriteria Hasil : 1. Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet,

perawatan dan pengobatannya dan dapat

menjelaskan kembali bila ditanya.

2. Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri

berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.

Rencana Tindakan :

1. Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit DM dan

gangren.

Rasional : Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga,

perawat perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan

yang diketahui pasien/keluarga.

2. Kaji latar belakang pendidikan pasien.

Rasional : Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan

menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien

sesuai tingkat pendidikan pasien.

3. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan

pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.

Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat

sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.

4. Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan

libatkan pasien didalamnya.

Rasional : Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung

dalam tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan

cemasnya berkurang.

5. Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan (jika ada /

memungkinkan).

Rasional : gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan

yang telah diberikan.

i. Diagnosa no. 9

Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah

satu anggota tubuh.

Page 23: Seminar Askep DM_2

Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan bentuk salah satu anggota

tubuhnya secar positif.

Kriteria Hasil : 1. Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan

lingkungan. Tanpa rasa malu dan rendah diri.

2. Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki.

Rencana tindakan :

1. Kaji perasaan/persepsi pasien tentang perubahan gambaran diri

berhubungan dengan keadaan anggota tubuhnya yang kurang

berfungsi secara normal.

Rasional : Mengetahui adanya rasa negatif pasien terhadap dirinya.

2. Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien.

Rasional : Memudahkan dalm menggali permasalahan pasien.

3. Tunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan pada pasien.

Rasional : Pasien akan merasa dirinya di hargai.

4. Bantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang lain.

Rasional : dapat meningkatkan kemampuan dalam mengadakan

hubungan dengan orang lain dan menghilangkan perasaan terisolasi.

5. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan

kehilangan.

Rasional : Untuk mendapatkan dukungan dalam proses berkabung

yang normal.

6. Beri dorongan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri dan

hargai pemecahan masalah yang konstruktif dari pasien.

Rasional : Untuk meningkatkan perilaku yang adiktif dari pasien.

j. Diagnosa no.10

Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.

Tujuan : Gangguan pola tidur pasien akan teratasi.

Kriteria hasil : 1. Pasien mudah tidur dalam waktu 30 – 40 menit.

2. Pasien tenang dan wajah segar.

3. Pasien mengungkapkan dapat beristirahat dengan

cukup.

Rencana tindakan :

1. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.

Rasional : Lingkungan yang nyaman dapat membantu

meningkatkan tidur/istirahat.

2. Kaji tentang kebiasaan tidur pasien di rumah.

Page 24: Seminar Askep DM_2

Rasional : mengetahui perubahan dari hal-hal yang merupakan

kebiasaan pasien ketika tidur akan mempengaruhi pola tidur pasien.

3. Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain seperti

cemas, efek obat-obatan dan suasana ramai.

Rasional : Mengetahui faktor penyebab gangguan pola tidur yang

lain dialami dan dirasakan pasien.

4. Anjurkan pasien untuk menggunakan pengantar tidur dan teknik

relaksasi .

Rasional : Pengantar tidur akan memudahkan pasien dalam jatuh

dalam tidur, teknik relaksasi akan mengurangi ketegangan dan rasa

nyeri.

5. Kaji tanda-tanda kurangnya pemenuhan kebutuhan tidur pasien.

Rasional : Untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya kebutuhan

tidur pasien akibat gangguan pola tidur sehingga dapat diambil

tindakan yang tepat.

2.4. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan

keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien.

Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi,

disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal, intelektual, teknikal

yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat dengan

selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai

implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah

dilakukan dan bagaimana respon pasien.

Page 25: Seminar Askep DM_2
Page 26: Seminar Askep DM_2

BAB III

TINJAUAN KHUSUS

1.1. Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah

Waktu Pengkajian : 28 November 2011

Waktu MRS : 17 November 2011

Ruang / kelas : Pav III / 3

No. RM : 38.32.41

Dx. Medis : DM Gangren Pedis

1.1.1. Identitas

Nama Pasien : Ny L.

Umur : 60 tahun

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Perum bukit bambe blok AE/36 , Driyorejo

1.1.2. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama

Kaki bengkak(cenut – cenut)

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Klien mengatakan kalau kakinya tertusuk paku pines(2 paku)di kjempol sebelah

kiri,badan terasa panas ,dingin,dan pusing.klien masuk kUGD pada tanggal 17

november 2011 pukul 20.40 WIB untuk mengeluarkan pus pada kaki yamg

terinfeksi(operasi kecil).Tanggal 18 november 2011 klien masuk keruang pav

III.Sebelum masuk ruang pav III,klien pernah dirawat diruang B1.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Keluarga klien menyatakan mempunyai penyakit diabetes mellitus,jantung pada

tahun 2011 dan sempat di rawat di ruang pav. Jantung di RSAL Dr. Ramelan

Surabaya.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga mengatakan kalau dalam keluarganya(ibu) mempunyai riwayat

penyakit jantung.

Page 27: Seminar Askep DM_2

Genogram :

Keterangan :

Laki-laki

Perempuan

Pasien

Meninggal

--- Tinggal serumah

1.1.1. Review Of System

Keadaan Umum : keadaan baik

Tanda Vital : TD : 140/90 mmhg

S : 36,N : 88x/menit

RR : 18x/menit

Antopometri : TB : 155 cm

BB sebelum sakit : 50 kg

BB setelah sakit : 47 kg

1.1.2. Pengkajian Pernafasan

Bentuk dada : simetris Pergerakan : simetris

Otot bantu nafas : tidak ada otot bantu nafas

Jika ada, jelaskan : tidak ada

Irama nafas : reguler Kelainan: tidak ada kelainan

Suara nafas : vesikuler

Sesak nafas : tidak ada sesak Batuk : tidak ada

Sputum : tidak ada Warna : tidak ada

1.1.3. Pengkajian Kardiovaskuler

Ictus Cordis : mid clavicula ICS 5

Irama Jantung : reguler

Nyeri dada tidak : tidak ada nyeri

Jika ya, jelaskan (PQRST) : tidak ada nyeri dada

Bunyi jantung : s1s2 tunggal

CRT : < 2 detik

Sianosis : tidak ada sianosis

Jika ya, Lokasi : tidak ada

Akral : hangat

Oedema : ada

Jika ya, jelaskan : oedema di kaki sebelah kiri

Page 28: Seminar Askep DM_2

1.1.4. Pengkajian Penginderaan

GCS eye : 4 verbal : 5 motorik : 6 total : 15

Refleks fisiologis : bisep +/+ trisep +/+ patella +/+

Refleks patologis : babinski Kepala : tidak ada trauma

Nyeri kepala : ada Jika ya, Lokasi : nyeri di bagian kepala

Paralisis : tidak ada

Penciuman

Bentuk hidung : simetris Septum : di tengah

Polip : tidak ada Gangguan : tidak ada gangguan

Wajah & Pengelihatan

Mata : simetris Kelainan : tidak ada kelainan

Pupil : isokor Refleks cahaya : +/+

Konjungtiva/Sklera : tidak anemis

Lapang pandang : normal

Pendengaran

Telinga : simetris Kelainan : tidak ada kelainan

Kebersihan : bersih Gangguan : tidak ada gangguan

Alat bantu : tidak ada

Lidah

Kebersihan : bersih Uvula : simetris

Kesulitan telan : tidak ada Berbicara : normal

1.1.5. Pengkajian Bladder Perkemihan

Kebersihan : bersih Ekskresi : ada pengeluaran

Kandung kemih : distensi vesika urinaria (-)

Nyeri tekan : tidak ada Eliminasi uri SMRS : 4-5x/ hari

Eliminasi uri MRS

Frek : 4-5x/ hari Jumlah : 500cc/ jam

Warna : kuning Alat bantu : tidak memakai alat bantu

Gangguan : tidak ada gangguan

1.1.6. Pengkajian Bowel Pencernaan

Mulut : bersih

Membran mukosa : kering

Gigi/gigi palsu : lengkap / rata

Faring : tidak ada nyeri tekan dan hiperemik

Diit (makan&minum) SMRS : normal 3x/hari

Page 29: Seminar Askep DM_2

Diit di RS

Diit : nasi biasa frekuensi:3x/hari

Nafsu makan : menurun

Muntah : tidak Mual : tidak

Jenis : nasi NGT : tidak terpasang NGT

Porsi : ¼ dari porsi

Frekuensi minum

Jumlah : 250cc Jenis : cair

Abdomen

Bentuk perut : cembung simetris

Peristaltik : terdengar

Kelainan abdomen : tidak ada

Hepar : dalam batas normal

Lien : dalam batas normal

Nyeri abdomen : tidak ada nyeri

Rectum dan anus : tidak ada kelainan

Eliminasi Alvi SMRS : 2x/ hari

Eliminasi Alvi MRS

Frekuensi : 2x/ hari warna : kuning

Konsistensi : lembek colostomi : tidak ada

1.1.7. Pengkajian Muskuloskeletal dan Integumen

Rambut, kulit kepala : beruban, kulit kepala tidak ada yang lecet

Warna kulit : sawo matang

Turgor kulit : baik

ROM : bebas Jika terbatas, pada sendi : tidak ada

Kekuatan Otot

Tulang : simetris

Kelainan Jaringan : tidak ada

Lain-lain : tidak ada

1.1.8. Pengkajian Endokrin

Thyroid : tidak ada pembesaran thyroid

Page 30: Seminar Askep DM_2

Hiperglikemia : ada

Hipoglikemia : tidak ada

1.1.9. Pengkajian Reproduksi

Menstruasi terakhir : pasien mengatakan lupa

Masalah menstruasi :

Pap Smear terakhir :

Pemeriksaan Payudara/Testis sendiri setiap bulan :

Masalah seksual yang berhubungan dengan penyakit :

1.1.10. Pengkajian Kemampuan Perawatan Diri

Mandi

Berpakaian/dandan

Toileting/eliminasi

Mobilitas di tempat tidur

Berpindah

Berjalan

Naik tangga

Berbelanja

Memasak

Pemeliharaan rumah

SMRS MRS

1 3

1 3

1 3

1 1

1 2

1 3

1 3

1 3

1 3

Skor :

1. mandiri

2. alat Bantu

3. dibantu orang lain dan alat

4. tergantung atau tidak mampu

Alat bantu berupa : tidak memakai alat bantu

1.1.11. Personal Hygiene

Mandi SMRS : 3x / hari Mandi MRS : 2x / hari

Keramas : 2x / minggu Keramas : 1x / minggu

Ganti pakaian : 2 Ganti pakaian : 2

Menyikat gigi : 3x / hari Menyikat gigi : 2x / hari

Memotong kuku: 1x / minggu Memotongkuku : 1x/minggu

1.1.12. Istirahat Tidur

Istirahat tidur SMRS : malam 21.00-07.00

Siang 12.00-15.00

Pagi 08.00-10.00

Page 31: Seminar Askep DM_2

Jam tidur malam MRS: 20.00-02.00 Jam tidur siang : jarang

tidur siang Jumlah : 6 jam/hari

Kualitas tidur : terganggu Masalah : susah tidur

Penyebab : nyeri

1.1.13. Kognitif Perseptual – Psikososial

Persepsi terhadap sehat sakit :

Pasien mengatakan bahwa semua adalah cobaan dari Allah SWT, serta

berusaha sabar dan tabah dalam menghadapi cobaan ini

Konsep diri :

Identitas diri : pasien merupakan ibu rumah tangga

Harga diri : pasien sabar dan menerima dengan penyakitnya

Ideal diri : pasien berharap segera sembuh

Citra diri : pasien menyukai semua anggota tubuhnya

Peran : pasien sebagai ibu rumah tangga

Kemampuan bicara : normal/lancar Bahasa sehari-hari : Jawa

Kemampuan adaptasi terhadap masalah : pasien mampu beradaptasi

dengan penyakitnya

Ansietas : tidak ada Jika ya, Jelaskan : tidak ada

Aktivitas sehari-hari : sebagai ibu rumah tangga

Rekreasi : pasien lebih suka bercerita

Olahraga : jarang

Sistem pendukung : keluarga dan kerabat

Hubungan dengan orang lain : baik

Kegiatan ibadah : pengajian 1 bulan sekali

1.1.14. Pemeriksaan Penunjang

Data Laboratorium

Tanggal 8 November 2011

Gula darah puasa : 107

Page 32: Seminar Askep DM_2

Tanggal 22 November 2011 Normal

Hb : 10,9

Gula darah acak : 81

Albumin : 2,5

Gula darah 2 jam PP : 103

Gula darah puasa : 93

Albumin : 2,8

Photo

Photo CT Scan, Thorak

Photo scan :

Aligumen baik

Inflamasi proses kronik dengan pembentukan fas forming di Soft Tissue

Ostomegelitis

1.1.15. Terapi Penunjang

Terapi/tindakan lain :

Terapi infus NS 500 ml

Terapi infuse Civel 2x1 /jam08.00 dan 12.00

Terapi infuse Metro 2x1 /jam08.00 dan 12.00

Terapi RL 1000 cc/jam

Tim pav. III

Page 33: Seminar Askep DM_2

Tanda Tangan Perawat

Page 34: Seminar Askep DM_2

B. Analisa Data

Data Etiologi Masalah

DS : Pasien mengatakan

luka di kakinya keluar

pus.

DO : Luka akibat

terkena pines,lika

terinfeksi dan

mengeluarkan

pus,baunya setengah

menyengat.

Adanya ganggren pada

ekstremitas.Gangguan

intregitas

jaringan

DS : Pasien mengatakan

kakinya terasa sakit bila

digerakan.

P : Terputusnya iskemik

jaringan

Q : Pasien mengatakan

cekat-cekot.

R : Di daerah jempol

kaki sebelah kiri.

S : Skala 5

T : Pada saat di

gerakan.

DO :Terasa nyeri dan

cekat-cekot di jempol

kaki sebelah kiri

TTV :

TD: 130/60 mmHg

S : 36 C

N : 72x/menit

Iskemik jaringan agen cidera fisik

Gangguan rasa

nyaman (nyeri)

(nyeri akut

NANDA

2009,sakit 2

mingguan

Jika nyeri kronis

(sakit 6 bulanan)

Page 35: Seminar Askep DM_2

C. Rencana Perawatan

1. Gangguan intregitas jaringan b/d adanya gangguan pada ekstremitas

Tujuan : Tercapainya prose penyembuhan luka

KH : Berkurangnya odema sekitar luka

Pus dan jaringan nekrosis jaringan berkurang

Adanya jaringan granulasi

Bau khas ganggren berkurang

Intervensi Rasionalitas

1. Kaji luas dan

keadaan luka serta

proses

penyembuhan.

2. Rawat luka dengan

baik dan benar :

memberksihkan

luka secara aseptik

3. Kolaborasi dengan

dokter untuk

pemberian

insulin,pemeriksaa

n kultur

pus,pemeriksaan

gula

darah,pemberian

antibiotik.

1. Pengkajian yang tepatterhadap luka dan

proses penyembuhan akan membantu dalam

menentukan tindakan selanjutnya.

2. Merawat luka dengan teknik aseptik dapat

menjaga kontaminasi luka dan larutan yang

iritatif akan merusak jaringan granulosi yang

timbul.

3. Inssulin akan menurunkan kadar gula

darah,pemeriksaan kultur pus untuk

mengetahui jenis kuman dan antibiotik yang

tepat untuk pengobatan,pemeriksaan kadar

gula darah untuk mengetahui perkembangan

penyakit.

Page 36: Seminar Askep DM_2

2.Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d iskemik jaringan.

Tujuan : Rasa nyeri hilang atau berkurang

KH : 1. Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang.

2. Penderita dapat melakukan tindakan atau metode untuk mengatasi

nyeri.

3. Pergerakan penderita bertambah luas.

4. Tidak ada keringat dingin.

Intervensi Rasional

1.Kaji

tingkat,frekuensi,dan

reaksi nyeri yang di alami

pasien.

2. Jelaskan pada pasien

tentang sebab-sebab

timbulnya nyeri.

3. Ciptakan lingkungan

yang tenang.

4. Kolaborasi dengan

dokter untuk pemberian

analgesik.

1. Untuk mengetahui beberapa berat nyeri yang

dialami pasien.

2. Pemahaman pasien tentang penyebab nyeri

yang terjadi akan mengurangi keregangan

pasien dan memudahkan pasien untuk di ajak

bekerja sama dalam melakukan tindakan.

3. Rangsangan yang berlebihan dari lingkungan

akan memperberat rasa nyeri.

4. Obat-obatan analgesik dapat membantu

mengurangi rasa nyeri pasien.

Page 37: Seminar Askep DM_2

D. TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI

Tanggal 28 November 2011

Jam TINDAKAN TT Waktu CATATAN

PERKEMBANGAN

TT

07.00

08.00

08.30

09.00

09.30

10.30

11.00

12.00

08.00

09.00

10.00

11.00

12.00

Membina hubungan saling percaya

antara klien dengan pasien

Mengoplos obat,menginjeksi IV

perinfus

Bed making

Ambil darah IV 2JPP

Mengubah posisi pasien serta

mengkaji luas dan keadaan luka

serta proses penyembuhan.

Mengantar tes darah ke Lab

Injeksi SC insulin

Observasi TTV

Td : 150/70

S : 36,4 C

N : 68x/menit

Oplos obat dan injeksi IV ceftriaxon

1 gram

Mengkaji tingkat frekuensi, dan

reaksi nyeri yang dialami pasien.

Menciptakan lingkungan tenang.

Injeksi SC insulin

Observasi TTV

TD : 150/70

S :36,4 C

N : 68/menit

13.00

13.00

S : Pasien

mengatakan lukanya

masih keluar pus.

O : Pasien terlihat

memegangi kakinya

A : Masalah belum

teratasi

P :Pertahankan

intervensi 2 dan 3.

S : Px mengatakan

kakinya masih nyeri

bila digerakan.

P : Terputusnya

iskemik jaringan

Q : Px mengatakan

terasa cekat-cekot

R : Di daerah kaki

sebalah kiri

S : 5 (0-5)

T : Pada saat

digerakan

O : TD : 150/70

Page 38: Seminar Askep DM_2

mmHg

S : 36,4 C

N : 68x/menit

A : Masalah belum

tertasi

P : Pertahankan

intervensi 2 dan 3

Page 39: Seminar Askep DM_2

Tanggal 29 November 2011

Jam IMPLEMENTASI TT waktu EVALUASI TT

08.00

09.00

09.30

11.30

12.00

12.30

08.00

10.00

11.00

12.00

Oplos obat dan injeksi iv per

infus, ceftriaxon 1 gram

Pemeriksaan EKG

Ganti infus px obat cifel 100ml

Mengganti infus dengan obat metro

100ml

Kolaborasi dengan dokter untuk

pemberian insulin, pemeriksaan

kultur pus, gula darah, serta

pemberian anti biotik

Observasi TTV:

TD : 130 / 60 mmHg

S : 36,2 c

N : 72x/ menit

Mengkaji tingkat,frekuensi, reaksi

yg dialami px

Menjelaskan kepada px tentang

sebab-sebab timbulnya nyeri

Memberi snack

Observasi TTV

TD: 130 / 60 mmHg

S : 36,2 c

N : 72x / menit

13.00

13.00

S : px mengatakan luka

di kakinya mengeluarkan

pus agak berkurang

O : px masik terlihat

memegangi kakinya

A : Masalah teratasi

sebagian

P : pertahankan

intervensi 2 dan 3

S : px mengatakan nyeri

di kaki agak berkurang

P : terputusnya jaringan

iskemik

Q : nyeri terasa

berkurang

R : di daerah kaki

sebelah kiri

S : 4 (0-5)

T : pada saat di gerakkan

O : TD : 130/60 mmHg

S : 36,2 c

N : 72x/ menit

A : masalah teratasi

sebagian

P : pertahankan

intervensi 2 dan 3

Jam IMPLEMENTASI TT Waktu EVALUASI TT

Page 40: Seminar Askep DM_2

15.00

16.00

16.30

17.30

19.30

15.30

16.00

16.45

17.30

18.30

Oplos obat dan injeksi IV per infus

ceftriaxon 1 gram

Rawat luka, membersihkan luka

secara abseptik

Mengganti infus NS 250 ml

Observasi TTV

TD : 120/70 mmHg

S : 37

N : 80 x/menit

Mengganti infus Metro 250 ml

Persiapan rawat luka

Rawat luka dengan benar

Injeksi IV ceftriaxon 1 gram

TTV

TD : 120/70 mmHg

S : 37

N : 80 x/menit

Mengganti infus Civel 250 ml

21.00

21.00

S : pasien mengatakan

lukanya sudarh tidak

keluar nanah

O : pasien sudah tidak

terlihat memegangi

kakinya

A : Masalah teratasi

P : Intervensi

dihentikan

S : pasien mengatakan

nyerinya sudah hilang

P : terputusnya iskemik

jaringan

Q : nyeri hilang atau

tidak terasa

R : di daerah kaki

sebelah kiri

S : 3 (0-5)

T : pada saat

digerakkan

O : TD : 120/70 mmHg

S 37

N : 80 x/menit

A : masalah teratasi

P : intervensi

dihentikan

Tanggal 30 November 2011

BAB IV

Page 41: Seminar Askep DM_2

PENUTUP

Setelah kelompok 4 melakukan pengamatan dan melaksanakan asuhan

keperawatan secara langsung pada pasien dengan diagnosa medis Diabetes Mellitus

di paviliun III Rumkital Dr.Ramelan Surabaya, maka kelompok 4 dapat menarik

beberapa kesimpulan sekaligus saran yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan

mutu asuhan keperawatan pasien dengan Diabetes Mellitus Gangren.

4.1 Kesimpulan

Dari hasil uraian yang telah diuraikan tentang asuhan keperawatan pada

pasien Diabetes Mellitus Gangren, maka kelompok 4 dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut :

Diabetes Mellitus adalah penyakit keturunan atau bisa disebabkan oleh faktor

pola makan yang tidak teratur.

Pada pasien dengan Diabetes Mellitus Gangren akan mengalami beberapa

masalah baik fisik, psikologi, maupun sosial. Masalah asuhan keperawatan

yang muncul adalah Nyeri dan Integritas Jaringan.

Untuk menyelesaikan masalah tersebut, kelompok 4 melibatkan pasien dan

keluarga secara aktif dalam pelaksanaan asuhan keperawatan karena banyak

tindakan keperawatan yang memerlukan kerja sama antara perawat, pasien,

dan keluarga.

4.2 Saran

Ada beberapa saran yang dapat kelompok 4 sampaikan dalam upaya

meningkatkan asuhan keperawatan pada pasien dengan Diabetes Mellitus

Gangren, yaitu :

4.2.1 Bagi Pasien

Diharapkan pasien dapat menjaga dirinya sendiri dalam keadaan

sehat maupun sakit, selain itu disarankan kepada pasien agar selalu

melakukan pemeriksaan kesehatan secara bertahap.

4.2.2 Bagi Perawat

Page 42: Seminar Askep DM_2

Sebagai perawat hendaknya mempunyai pengetahuan dan

keterampilan yang cukup serta dapat berkolaborasi dengan tim

kesehatan lain untuk mengetahui dan memantau perkembangan pasien.

4.2.3 Bagi Pelayanan Kesehatan

Diharapkan dapat meberikan penyuluhan tentangkit Diabetes

Mellitus Gangren untuk mengurangi peningkatan penderita setiap

tahunnya.

Page 43: Seminar Askep DM_2

Daftar Pustaka

Carpenito, L.J., (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2

Jakarta : EGC

(2000). Diagnosa Keperawatan. Ed. 8. Jakarta : EGC

Doengoes, (1999). Perencanaan Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Makalah Kuliah . Tidak diterbitkan.

Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran

UI : Media Aescullapius.

Price, Anderson Sylvia. (1997) Patofisiologi. Ed. I. Jakarata : EGC.