sel punca (kak ely)

26
BAB I PENDAHULUAN Semua manusia merupakan produk dari biologi sel punca. Setiap manusia berkembang dari dua sel, yang merupakan gabungan dari sel sperma ayah dan sel telur ibu. Selanjutnya sel tersebut berkembang menjadi semua organ dalam tubuh manusia dibawah pengaruh program yang langsung mengatur diferensiasi, organisasi dan perkembangan struktural. Semua penampilan umum, intelektual dan semua organ kita merupakan produksi sel punca. Perkembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan yang maju pesat maka dikembangkanlah Sel Punca, sedangkan yang dimaksud Sel Punca adalah sel tubuh manusia dengan kemampuan istimewa memperbaharui atau meregenerasi dirinya sendiri (self regenerate/self renewal) dan mampu berdiferensiasi menjadi sel lain (differentiate). Kegunaan Sel Punca bagi umat manusia untuk masa yang akan datang sangat menjanjikan karena dapat menyembuhan penyakit serta memulihkan kesehatan.

Upload: vivi-yunisa

Post on 24-Oct-2015

144 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sel Punca (Kak Ely)

BAB I

PENDAHULUAN

Semua manusia merupakan produk dari biologi sel punca. Setiap manusia

berkembang dari dua sel, yang merupakan gabungan dari sel sperma ayah dan sel

telur ibu. Selanjutnya sel tersebut berkembang menjadi semua organ dalam tubuh

manusia dibawah pengaruh program yang langsung mengatur diferensiasi,

organisasi dan perkembangan struktural. Semua penampilan umum, intelektual

dan semua organ kita merupakan produksi sel punca.

Perkembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan yang maju pesat maka

dikembangkanlah Sel Punca, sedangkan yang dimaksud Sel Punca adalah sel

tubuh manusia dengan kemampuan istimewa memperbaharui atau meregenerasi

dirinya sendiri (self regenerate/self renewal) dan mampu berdiferensiasi menjadi

sel lain (differentiate). Kegunaan Sel Punca bagi umat manusia untuk masa yang

akan datang sangat menjanjikan karena dapat menyembuhan penyakit serta

memulihkan kesehatan.

Page 2: Sel Punca (Kak Ely)

BAB II

ISI

Kata sel punca mulai popular digunakan di dunia kedokteran sekitar

pertengahan 2008, kosa kata tersebut diambil dari kata stem cell yang mulai

popular digunakan tahun 1950 sejak ditemukannya tahun 1908, istilah “stem cell”

pertama kali diusulkan oleh histology Russia, Alex ander Maksimov, pada

kongres hematologi di Berlin. Ia mempostulatkan adanya sel induk yang

membentuk sel-sel darah. Tahun 1978, terbukti teori ini betul dengan

ditemukannya sel-sel punca di darah sumsum tulang belakang manusia yang

mampu membentuk seluruh jenis sel darah dalam tubuh manusia (Djauhari,

2010).

Sebagian besar sel dalam tubuh mempunyai fungsi tertentu yang tidak dapat

diubah. Sebagai contoh, sel hati berkembang untuk melakukan fungsi yang khusus

dan tidak dapat diubah secara tiba-tiba untuk mengambil ahli peran sebagai sel

jantung. Sel punca adalah sel yang memiliki potensi untuk berkembang menjadi

berbagai jenis sel dengan tipe berbeda pada awal kehidupan dan pertumbuhan.Sel

punca juga ada di jaringan dewasa, seperti saluran cerna dan sumsum tulang,

tempat mereka secara teratur membelah dan menggantikan sel yang rusak

(Kusuma, 2011).

Sebuah sel punca adalah sel yang relatif tidak terspesialisasi dengan baik

yang memperbanyak dirinya tanpa batas waktu dan, di bawah kondisi yang sesuai,

berdiferensiasi menjadi sel-sel khusus dari satu atau beberapa jenis. Dengan

demikian, sel induk mampu dengan baik untuk mengisi populasi mereka sendiri

dan untuk menghasilkan sel-sel yang melakukan perjalanan ke jalur diferensiasi

tertentu (Campbell, 2011).

Sel punca dewasa dapat diambil dari berbagai macam sumber, antara lain:

darah tali pusat, sumsum tulang, darah tepi, jaringan lemak. Sel punca dewasa

tidak kalah pentingnya dibandingkan sel punca embrionik, karena jumlah dan

fungsinya yang juga sangat memadai dan potensial untuk terapi berbagai penyakit.

Page 3: Sel Punca (Kak Ely)

Aplikasi terapi sel punca di bidang kedokteran sekarang terlihat sangat

berkembang pesat.

Sel punca yang menimbulkan terjadinya sel-sel khusus yang menyusun

jaringan tubuh, menunjukkan beberapa pola pembelahan sel. Sebuah sel induk

dapat membelah secara simetris untuk menghasilkan dua anak sel induk yang

identik dengan dirinya sendiri (Gambar 1a). Atau, sel induk bisa membagi

asimetris untuk menghasilkan salinan dari dirinya sendiri dan sel induk derivatif

yang memiliki kemampuan yang lebih terbatas, seperti pembagian untuk periode

waktu yang terbatas atau menimbulkan sedikit jenis keturunan dibandingkan

dengan sel punca induknya (Gambar 1b).

Gambar 1. Pola pembelahan sel punca. (a) Pembagian sel induk menghasilkan dua sel, salah satunya adalah sel punca seperti sel induk. Dengan cara ini populasi

sel induk ini dipertahankan. (b) anakan lainnya sel-sel punca lebih dibatasi penggunaannya potensialnya-dimulai pada jalur menuju sel yang memproduksi

yang terdiferensiasi

Page 4: Sel Punca (Kak Ely)

Tubuh orang dewasa juga memiliki sel punca, yang berfungsi untuk

menggantikan sel-sel yang tidak reproduksi khusus yang diperlukan. Berbeda

dengan sel-sel ES (embryonic stem), sel punca dewasa tidak dapat memunculkan

semua jenis sel dalam organisme, meskipun mereka dapat menghasilkan beberapa

jenis. Sebagai contoh, salah satu dari beberapa jenis sel punca dalam sumsum

tulang dapat menghasilkan semua jenis sel darah dan satu lagi dapat

berdiferensiasi menjadi tulang, tulang rawan, lemak, otot, dan lapisan-lapisan

pembuluh darah.

1. Karakteristik Sel Punca

Sel punca berbeda, karena masih pada stadium awal perkembangan sel,

maka tidak mempunyai fungsi yang khusus, dan tetap mampu berkembang

menjadi berbagai jenis sel yang berbeda. Sel punca mempunyai karakteristik

antara lain:

a. Belum berdiferensiasi (Undiferentiated)

Stem Cell merupakan Sel yang belum memiliki bentuk dan fungsi spesifik

layaknya sel lainnya pada organ tubuh Sel otot jantung (Kardiomiosit),

Neuron dan Sel β Pankreas adalah jenis-jenis sel tubuh yang telah memilki

bentuk dan fungsi yang spesifik. Sel-sel tsb secara jelas menjalankan Fungsi

dari organ yang dibentuknya. Bentuk sel otot jantung mendukung fungsinya

untuk berdenyut. Neuron otak juga memiliki bentuk yang memungkinkannya

menghantarkan impuls-impuls saraf, sedangkan Sel β Pankreas terdapat

dalam susunan jaringan yang disebut sebagai ”Pulau Langerhans” pada

pankreas, yang memproduksi hormon insulin.

Berbeda dengan ketiganya, Stem Cell adalah sel yang belum memiliki fungsi

khusus, seperti berdenyut, menghantarkan impuls, menghasilkan hormon,

ataupun fungsi lainnya. Bukti ilmiah bahkan menunjukkan bahwa populasi

stem cell dalam suatu jaringan matur, tampak sebagai suatu populasi sel

inaktif. Yang fungsinya baru dilihat dalam waktu dan kondisi tertentu.

Page 5: Sel Punca (Kak Ely)

b. Mampu memperbanyak diri (Self Renewal)

Stem Cell dapat melakukan replikasi dan menghasilkan sel-sel

berkarakteristik sama dengan sel induknya. Kemampuan memperbanyak diri

dan menghasilkan sel-sel yang sama seperti sel induknya ini tidak dimiliki

oleh sel-sel tubuh lainnya, seperti sel jantung, otak, ataupun sel pankreas.

Itulah sebabnya, apabila jaringan dalam jantung, otak maupun pankreas

mengalami kerusakan, maka pada umumnya kerusakan tersebut bersifat

irreversibel.

Populasi Stem Cell dalam tubuh terjaga dengan kemampuannya

memperbanyak diri sendiri. Kemampuan ini dapat dilakukan berulang kali,

bahkan diduga tidak terbatas, selain itu, kemampuan ini juga dipertahankan

dalam jangka waktu yang relatif lama.

c. Dapat berdiferensiasi menjadi > 1  jenis Sel (Multipoten/Pluripoten)

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Keberadaan Stem Cell sebagai sel

yang belum berdiferensiasi ternyata dimaksudkan untuk menjaga kontinuitas

regenerasi populasi sel yang menyusun jaringan dan organ tubuh. Hal ini

dapat dilakukan dengan kemampuan stem cell untuk berdiferensiasi menjadi

sel-sel tubuh yang dibutuhkan.

Stem cell bersifat Pluripoten bila mampu berdiferensiasi menjadi sel tubuh

apapun, yaitu yang berasal dari ketiga lapisan embrional (ektoderm,

mesoderm dan endoderm). Dan Stem cell bersifat Multipoten bila hanya

mampu berdiferensiasi menjadi beberapa jenis sel yang biasanya berada

dalam suatu golongan serupa, seperti sel-sel system hematopoietik. Maupun

system syaraf.

Sel punca pluripoten hasil induksi dari sel somatik (induced pluripotent stem

cells) sel dewasa yang mengalami de-diferensiasi atau pemrograman ulang

inti sel menjadi sel yang keadaannya mirip sel punca embrional dengan cara

mendorong ekspresi gen dan faktor penting yang memberikan ciri

pluripotensial. Sel iPS yang dihasilkan memiliki karakteristik sel punca

pluripoten, mengekspresikan penanda sel punca, dan dapat membentuk tumor

Page 6: Sel Punca (Kak Ely)

yang mengandung jenis sel yang berasal dari ketiga lapisan embrional

(teratoma) (Kusuma, 2011).

2. Jenis Sel Punca

a. Berdasarkan Potensi :

Sel induk ber-totipotensi (toti=total) adalah sel induk yang memiliki

potensi untuk berdiferensiasi menjadi semua jenis sel, yaitu sel

ekstraembrionik, sel somatik, dan sel seksual. Jenis sel ini dapat

bertumbuh menjadi organisme baru bila diberikan dukungan

maternal yang memadai. Sel induk bertotipotensi diperoleh dari sel

induk embrio, hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma.

Sel induk ber-pluripotensi (pluri=jamak) adalah sel-sel yang dapat

berdiferensiasi menjadi semua jenis sel dalam tubuh, namun tidak

dapat membentuk suatu organisme baru.

Sel induk ber-multipotensi adalah sel-sel yang dapat berdiferensiasi

menjadi beberapa jenis sel dewasa.

Sel induk ber-unipotensi (uni=tunggal) adalah sel induk yang hanya

dapat menghasilkan satu jenis sel tertentu, tetapi memiliki

kemampuan memperbarui diri yang tidak dimiliki oleh sel yang

bukan sel induk.

b. Sel Punca Berdasarkan Asalnya

Berikut adalah gambar jenis-jenis sel punca.

Page 7: Sel Punca (Kak Ely)

Gambar 3. Sumber pembuatan sel punca

Sel punca berdasarkan asalanya terbagi atas:

Sel Punca Embrio (Embryonic Stem Cells)

Sel induk diambil dari embrio pada fase blastosit (5-7 hari setelah

pembuahan). Massa sel bagian dalam mengelompok dan

mengandung sel-sel induk embrionik. Sel-sel diisolasi dari massa

sel bagian dalam dan dikultur secara in vitro . Sel induk embrional

dapat diarahkan menjadi semua jenis sel yang dijumpai pada

organisme dewasa, seperti sel-sel darah, sel-sel otot, sel-sel hati,

sel-sel ginjal, dan sel-sel lainnya.

Sel punca dengan kemampuannya dalam pengembangan sel punca

pada sel punca embrionik manusia (human embryonic stem cell).

Banyak embrio hewan sebelumnya yang mengandung sel-sel induk

yang mampu menimbulkan sel embrio dibedakan dari jenis apa

pun. Sel punca dapat diisolasi dari embrio sebelumnya pada tahap

yang disebut tahap blastula atau setara pada  manusia, tahap

blastokista (Gambar 2). Dalam kultur, sel embrio punca (ES) ini

mereproduksi tanpa batas, dan tergantung pada kondisi kultur,

Page 8: Sel Punca (Kak Ely)

mereka dapat dibuat untuk berdiferensiasi menjadi berbagai sel-sel

khusus, bahkan termasuk telur dan sperma (Alberts, 2002).

Gambar 2. Bekerja dengan sel punca. Sel induk hewan, yang dapat diisolasi dari embrio awal atau jaringan dewasa dan tumbuh dalam budaya, yang yg

memperkekalkan diri, sel-sel yang relatif tidak dibedakan. Sel punca embrio lebih mudah untuk tumbuh dari sel induk dewasa dan secara teoritis dapat

menimbulkan semua jenis sel dalam organisme.

Kultur Embrio Sel punca Dapat Membedakan ke Berbagai Jenis sel

Embrio sel punca (ES) dapat diisolasi dari embrio mamalia awal dan ditumbuhkan dalam kultur (Gambar 3a). Sel-sel ES Kultur dapat berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel, baik secara in vitro atau setelah dimasukkan ke dalam embrio sel inang. Pada saat tumbuh dalam kultur suspensi, sel-sel ES manusia pertama berdiferensiasi menjadi agregat multiseluler, yang disebut tubuh embryoid, yang menyerupai embrio awal berbagai jaringan yang mereka bentuk. Pada saat ini kemudian ditransfer ke medium padat, mereka tumbuh menjadi

Page 9: Sel Punca (Kak Ely)

lembaran sel konfluen mengandung berbagai jenis sel dibedakan termasuk sel saraf dan sel epitel berpigmen dan non berpigmen (Gambar 3b). Dalam kondisi lain, sel-sel ES telah diinduksi untuk berdiferensiasi menjadi prekursor untuk berbagai jenis sel darah.

Gambar 3. Embrio sel punca (ES) dapat dipertahankan dalam kultur dan membentuk jenis sel yang dibedakan. (a) blastokista manusia yang tumbuh dari

embrio pada tahap pembelahan dihasilkan oleh fertilisasi in vitro. Inner cell mass dipisahkan dari jaringan sekitar embrio ekstra dan dilapiskan pada lapisan sel fibroblast yang membantu untuk memberi nutrisi pada sel-sel embrio. Sel-sel

individual yang kembali koloni yang berlapis dan dibentuk sel-sel ES, yang dapat dipertahankan selama beberapa generasi dan dapat disimpan dalam keadaan beku.

(b) Dalam kultur suspensi, sel-sel ES manusia berdiferensiasi menjadi agregat multiseluler (tubuh embryoid) (atas). Setelah tubuh embryoid dipindahkan ke

medium padat digelatinisasi, mereka dibedakan lebih lanjut ke sel lembar konfluen mengandung berbagai jenis sel yang dibedakan termasuk saraf, sel-sel

(tengah), dan sel epitel berpigmen dan non berpigmen (bawah).

Page 10: Sel Punca (Kak Ely)

Sel Germinal/benih Embrionik (Embryonic Germ Cells).

Sel germinal/benih (seperti sprema/ovum) embrionik

induk/primordial (primordial germ cells) dan precursor sel

germinal diploid ada sesaat pada embrio sebelum mereka

terasosiasi dengan sel somatic gonad dan kemudian menjadi sel

germinal. Sel germinal embrionik manusia/human embryonic germ

cells(hEGCs) termasuk sel punca yang berasal dari sel germinal

primordial dari janin berumur 5-9 minggu. Sel punca jenis ini

memiliki sifat pluripotensi.

Sel Punca Dewasa (Adult Stem Cells)

Sel punca dewasa mempunyai dua karakteristik. Karakteristik

pertama adalah sel-sel tersbeut dapat berproliferasi untuk periode

yang panjang untuk memperbaharui diri. Karakteristik kedua, sel-

sel tersbeut dapat berdeferensiasi untuk menghasilkan sel-sel

khusus yang mempunyai karakteristik morfologi dan fungsi yang

special.

Sel Punca Hematopoietic

Salah satu macam sel induk dewasa adalah sel induk hematopoietic

(hematopoietic stem cells), yaitu sel induk pembentuk darah yang

mampu membentuk sel induk pembentuk sel darah merah, sel

darah putih, dan keeping darah yang sehat. Sumber sel induk

hematopoietic adalah sumsum tulang, darah tepi, darah tali pusar.

Pembentukan sel induk hematopoietic terjadi pada tahap awal

embryogenesis, yaitu dari mesoderm dan disimpan pada situs-situs

spesifik di dalam embrio.

Jaringan lain secara terus menerus diisi adalah darah, sel-sel induk

yang berada di sumsum tulang pada hewan dewasa. Berbagai jenis

sel darah semua berasal dari satu jenis pluripotent sel punca

hematopoietik, yang menimbulkan ke myeloid lebih terbatas dan

sel induk limfoid (Gambar 4). Frekuensi sel punca hematopoietik

Page 11: Sel Punca (Kak Ely)

adalah sekitar 1 sel per 104 sel sumsum tulang, bahkan lebih

rendah dari frekuensi sel punca usus pada kriptus.

Gambar 4. Pembentukan sel darah dibedakan dari sel punca hematopoietik dalam sumsum tulang. Sel punca pluripotent dapat membagi secara simetris

untuk memperbaharui diri (panah melengkung) atau membagi asimetris untuk membentuk sel punca myeloid atau limfoid (menyala hijau) dan sel anak yang sel pluripotentnya seperti induk. Meskipun sel-sel induk mampu melakukan

pembaruan diri, mereka akan berbuat untuk salah satu dari dua garis keturunan hematopoietik utama. Tergantung pada jenis dan jumlah sitokin yang ada, sel-sel

punca myeloid dan limfoid menghasilkan berbagai jenis sel prekursor (warna hijau tua), yang tidak mampu melakukan pembaruan diri. Sel prekursor yang terdeteksi oleh kemampuannya untuk membentuk koloni yang berisi jenis sel

yang dibedakan ditunjukkan di sebelah kanan, diukur sebagai "sel-sel pembentuk koloni (CFC)." Koloni yang terdeteksi pada limpa hewan yang

memiliki sel-sel mereka sendiri dihilangkan dan sel-sel prekursor diperkenalkan. Selanjutnya sitokindiinduksi perkembangbiakannya, komitmen, dan diferensiasi sel-sel prekursor menimbulkan berbagai jenis sel darah. Beberapa sitokin yang

mendukung proses ini ditunjukkan (label merah). GM = granulocytemacrophage, Eo = eosinofil;? E = eritrosit, mega = megakaryocyte,

T = T-sel, B = B-sel, CFU = koloni membentuk unit, maka CSF = koloni merangsang faktor, IL = interleukin, SCF = faktor sel punca ; Epo =

erythropoietin, TPO = thrombopoietin, TNF = tumor faktor nekrosis, TGF =

Page 12: Sel Punca (Kak Ely)

faktor pertumbuhan transformasi, SDF = faktor stroma sel yang diturunkan, FLT-3 ligan = ligan untuk fms seperti tirosin kinase reseptor 3.

Sel Punca Mesenkimal

Sel induk mesenkimal/mesenchymal stem cell (MSC) dapat

ditemukan pada stroma sumsum tulang belakang, periosteum,

lemak, dan kulit. MSC termasuk sel induk multipotesi yang dapat

berdeferensiasi menjadi sel-sel tulang, otot, ligament, tendon, dan

lemak.

Hasil penelitian pada mesenchymal stem cells allogenik, yang

bertujuan untuk membuktikan bahwa terjadi peningkatan

konsentrasi serum IL-10 pada otot femur kelinci serta untuk

membuktikan bahwa tidak terjadi peningkatan jumlah limfosit,

monosit, dan sel polimorphonuclear (PMN) pada otot femur kelinci

yang sudah ditanami mesenchymal stem cells allogenik. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa Bone marrow derived mesenchymal

stem cell (MSCs) allogenik menimbulkan peningkatan jumlah

interleukin 10 (IL 10) pada serum kelinci. Bone marrow derived

mesenchymal stem cell (MSCs) allogenik tidak menimbulkan

peningkatan jumlah sel limfosit, monosit polimorphonuclear

(PMN) bila ditanam pada otot femur kelinci (Anggitadewi, 2013).

Berikut adalah gambar

Bone marrow pada sel

punca (gambar 4).

Gambar 4. Mikrograf elektron pada bagian tipis dari sumsum tulang sel

punca. Nucleolus (n) adalah subcompartment inti (N) dan tidak

dikelilingi oleh membran. RNA ribosom Kebanyakan diproduksi

dalam nucleolus. Pada penelitian lain

saat ini telah

Page 13: Sel Punca (Kak Ely)

dikembangkan prosedur terapi sel menggunakan sel punca

mesenkimal (mesenchymal stem cells). Sel punca mesenkimal

memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi sel-sel tulang,

tulang rawan, lemak atau jaringan ikat. Sel punca mesenkimal

dapat diperoleh dari sumsum tulang penderita yang umumnya

diambil melalui aspirasi tulang Krista iliaka. Sel punca mesenkimal

diisolasi dari aspirat sumsum tulangmtersebut dan kemudian

diperbanyak jumlahnya di laboratorium. Setelah itu sel-sel punca

tersebut diimplantasikan ke daerah yang mengalami kerusakan. Sel

punca yang diimplantasikan tersebut diharapkan akan

berdiferensiasi menjadi sel tulang rawan sehingga terjadi regenerasi

pada daerah cedera tulang rawan tersebut.

Terapi sel punca (stem cell) untuk kerusakan tulang rawan sendi

telah mulai dikembangkan di Indonesia. Pada tahun 2009-2010

Departemen Orthopaedi dan Traumatologi FKUI/RSCM bekerja

sama dengan Departemen Orthopaedi National University Hospital

Singapore dan Laboratorium ReGeniC melakukan uji validasi

teknik dan kualitas isolasi dan perbanyakan sel punca mesenkimal

sebagai persiapan untuk prosedur implantasi sel punca pada

penderita kerusakan tulang rawan sendi.

Page 14: Sel Punca (Kak Ely)

Sel Punca Fetal

Sel punca fetal adalah sel primitif yang dapat ditemukan pada

organ-organ fetus (janin) seperti sel punca hematopoietik fetal dan

progenitor kelenjar pankreas. Sel punca neural fetal yang

ditemukan pada otak janin menunjukkan kemampuan untuk

berdiferensiasi menjadi sel neuron dan sel glial (sel-sel pendukung

pada sistem saraf pusat). Darah, plasenta, dan tali pusat janin kaya

akan sel punca hematopoietik fetal.

3. Fungsi Sel Punca

Ada dua kegunaan stem cell yaitu berdasarkan fungsinya dan riset. Fungsi

setelah diaktifkannya stemcell dalam tubuh adalah sebagai berikut:

1. Menambah jumlah peredaran darah dan mempercepat mikro sirkulasi

darah sehingga bagi pasien yang stroke, tekanan darah tinggi, leukimia,

dan cuci darah akan sembuh.

Page 15: Sel Punca (Kak Ely)

2. Menambah oksigen dalam darah dan sel sehingga dapat mematikan

virus dan bakteri.

3. Mempercepat transportasi nutrisi ke seluruh tubuh.

4. Mempercepat pembersihan dalam tubuh manusia sehingga pasien

setelah diterapi stemcell akan lancar buang air besar dan air kecil.

5. Mempercepat metabolisme tubuh.

6. Menambah kinerja sel badan.

7. Mempercepat penyembuhan luka dan patah tulang, Meningkatkan

kemampuan anti kanker.

Sedangkan peran stem cell dalam riset adalah sebagai berikut:

1. Terapi gen, sebagai alat pembawa transgen ke dalam tubuh pasien dan

selanjutnya dapat dilacak jejaknya apakah stemcell ini berhasil

mengekspresikan gen tertentu dalam tubuh pasien.

2. Mengetahui proses biologis yaitu perkembangan organisme dan

perkembangan kanker. Melalui stemcell dapat dipelajari perkembangan

sel baik sel normal maupun sel kanker.

3. Penemuan dan pengembangan obat baru yaitu untuk mengetahui efek

obat terhadap berbagai jaringan.

4. Terapi sel berupa replacement therapy, Oleh karena stem cell dapat

hidup di luar organ tubuh manusia misalnya di cawan petri maka dapat

dilakukan manipulasi terhadap stemcell itu tanpa mengganggu organ

tubuh manusia.

4. Aplikasi Sel Punca

Secara garis besar aplikasi sel punca di bidang kedokteran dapat dibagi

menjadi dua, yaitu: auto-tranplantasi (donor dan resipien adalah orang yang sama)

dan allotransplantasi (donor dan resipien adalah orang yang berbeda). Akan tetapi

aplikasi lain yaitu dengan cara xenotransplantasi (donor dan resipien adalah

spesies yang berbeda).

Page 16: Sel Punca (Kak Ely)

Auto-transplantasi

Autotranplantasi adalah teknik yang paling berkembang untuk sel punca,

karena tidak melibatkan sumber sel punca dari orang lain maupun spesies lain.

Dengan demikian, penolakan dari sistem kekebalan tubuh resipien tidak terjadi.

Sumber sel punca untuk auto-tranplantasi yang banyak diaplikasikan dapat

berasal dari darah tepi, sumsum tulang dan darah tali pusat. Dengan

perkembangan teknologi dewasa ini pemberian suatu faktor tertentu juga dapat

memobilisasi sel punca. Sel punca yang berlokasi di jaringan tubuh lainnya seperti

di sum-sum tulang dapat berpindah ke dalam sirkulasi darah. Dengan demikian

pengumpulan sel punca dari darah tepi merupakan teknik yang banyak diminati

saat ini karena relatif lebih nyaman dan aman. Karena adanya perkembangan

teknik pengumpulan sel punca dari darah tepi ini, maka timbulah pemikiran untuk

melakukan penyimpanan sel punca darah tepi. Bank sel punca darah tepi

merupakan suatu perwujudan dari hal tersebut dan telah banyak kita jumpai di

luar negeri, bahkan di negara tetangga seperti: Singapura dan Malaysia.

Berbagai penyakit telah dapat diterapi dengan autotransplantasi sel

punca dan menunjukkan hasil yang baik, antara lain: critical limb ischemia

pada penderita diabetes mellitus, penyakit jantung iskemik kronis, penyakit-

penyakit autoimun, penyakit tulang rawan sendi lutut dan kanker, terutama

kanker darah.

Allotransplantasi

Walaupun sudah ada teknik ekspansi sel punca dan penelitiannya terus

berjalan, akan tetapi dijumpai keadaan di mana sel punca tidak dapat diperoleh

dari pasien itu untuk kegunaan autotranplantasi. Misalnya pada pasien dengan

bakar yang luas, atau pasien lansia dengan penyakit sistemik. Pasien-pasien

dengan kondisi tersebut tidak memungkinkan untuk dilakukan koleksi sel punca,

sehingga sumber sel punca diharapkan dapat diperoleh dari orang lain, yang

dikenal sebagai allotransplantasi.

Dengan demikan, tantangan baru yang dapat pada allotransplantasi adalah

reaksi penolakan terhadap sel punca, yang dapat mengarah ke GvHD (Graft

versus Host Disease). Jika ini terjadi tentu akan memperparah keadaan resipien

transplantasi sel punca. Oleh karena itu harus ada kecocokan antara sel punca

Page 17: Sel Punca (Kak Ely)

donor dengan resipien. Analisa imunogenisitas terhadap molekul MHC (Major

Histocompatibility Complex), aktivasi terhadap sel limfosit (sel B dan sel T) dan

antigen (Professional dan Non-professional Antigen Presenting Cells / APC)

harus dilakukan. Seperti yang kita ketahui dibutuhkan suatu pemeriksaan HLA

(Human Leucocyte Antigen) atau dikenal dengan HLA typing.

Kendala yang kerap terjadi pada allotransplantasi adalah kesulitan untuk

mendapatkan donor yang sesuai secara imunologis untuk mencegah terjadinya

reaksi penolakan terhadap sel yang ditransplantasikan (Sandra, 2008).

Page 18: Sel Punca (Kak Ely)

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Sel punca dapat diinduksi untuk menjadi sel dengan fungsi tertentu seperti

sel jaringan maupun sel organ yang mempunyai tugas tersendiri. Pada sumsum

tulang dan darah tali pusar, sel punca secara teratur membelah dan memperbaiki

jaringan yang rusak, meski demikian pada organ lain seperti pankreas atau hati,

pembelahan hanya terjadi dalam kondisi tertentu.

Sel punca berpontensi untuk mengubah keadaan penyakit pada manusia

dengan cara memperbaiki  jaringan atau organ tertentu. Sel punca ini bisa dipanen

dari sel embrionik yang diambil dari embrio bayi atau dari sel dewasa, seperti

sumsum tulang, darah tepi, dan tali pusat bayi baru lahir.

Pada proses terapi, sel punca hanya disuntikkan ke jaringan yang rusak,

seperti pada penanganan pasien jantung stadium akhir. Terapi menggunakan sel

punca menjadi alternatif lain dalam pengobatan suatu penyakit yang mungkin

tidak ada obatnya. Terapi ini masih dikembangkan lagi untuk mendapatkan hasil

pengobatan yang tidak memiliki efek yang riskan.

Page 19: Sel Punca (Kak Ely)

DAFTAR PUSTAKA

Anggitadewi, L. G. D, dkk. 2013. Alloreaktifitas dari Transplantasi Sel Punca Mesenkimal pada Sumsum Tulang Allogenik: Studi Mengenai Tingkat Serum Interleukin 10 dan Efeknya pada Reaksi Inflamasi Jaringan Otot.Journal Universitas Airlangga. Vol 1: 1 – 10.

Alberts, Bruce, Alexander Johnson, Julian Lewis, Martin Raff, Keith Roberts, and Peter Walter. 2002. Molecular Biology of the Cell, Fifth Edition. New York: Garland Science.

Djauhari, Thontowi NS. 2011. Sel Punca. Jurnal Saintika Medika. Vol. 6: 91 – 96

Ferry Sandra, dkk. 2008. Potensi Terapi Sel Punca dalam Dunia Kedokteran dan Permasalahannya. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 8: 94 – 100.

Kusuma, Indra dan Nurhadi Ibrahim. 2011. Induksi Sel Somatik Menjadi Sel Punca Pluripoten. Cermin Dunia Kedokteran. Vol. 38: 327 – 331.

Lubis, Vita Kurniati, dkk. 2012. Implantasi Sel Punca Mesenkimal Autolog pada Cedera Tulang Rawan Sendi Lutut. Cermin Dunia Kedokteran. Vol. 39: 463 – 464.

Reece, Jane B, Lisa A. Urry, Michael L. Chain, Steven A. Wasserman, Peter V. Minorsky, Robert B. Jackson. 2011. Campbell Biology Ninth Edition. United States of America: Pearson Education.