sejarah nama indonesia · pdf filepada bulan agustus 1939 tiga orang anggota volksraad (dewan...

16
SEJARAH NAMA INDONESIA Pada zaman purba, kepulauan tanah air disebut dengan aneka nama. Dalam catatan bangsa Cina kawasan kepulauan tanah air dinamai Nan-hai (Kepulauan Laut Selatan). Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara (Kepulauan Tanah Seberang), nama yang diturunkan dari kata Sansekerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Valmiki menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa (Pulau Emas, yaitu Sumatra sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara. Bangsa Arab menyebut tanah air kita Jaza'ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk kemenyan adalah benzoe, berasal dari bahasa Arab luban jawi (kemenyan Jawa), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu hanya tumbuh di Sumatra. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil "Jawa" oleh orang Arab. Bahkan orang Indonesia luar Jawa sekalipun. Dalam bahasa Arab juga dikenal Samathrah (Sumatra), Sholibis (Sulawesi), Sundah (Sunda), semua pulau itu dikenal sebagai kulluh Jawi (semuanya Jawa). Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India, dan Tiongkok. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Tiongkok semuanya adalah "Hindia". Semenanjung Asia Selatan mereka sebut "Hindia Muka" dan daratan Asia Tenggara dinamai "Hindia Belakang". Sedangkan tanah air memperoleh nama "Kepulauan Hindia" (Indische Archipel, Indian Archipelago, l'Archipel Indien) atau "Hindia Timur" (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales). Nama lain yang juga dipakai adalah " Kepulauan Melayu" (Maleische Archipel, Malay Archipelago, l'Archipel Malais). Pada jaman penjajahan Belanda, nama resmi yang digunakan adalah Nederlandsch- Indie (Hindia Belanda), sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur).

Upload: vuongthu

Post on 06-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: SEJARAH NAMA INDONESIA · PDF filePada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan

SEJARAH NAMA INDONESIA

Pada zaman purba, kepulauan tanah air disebut dengan aneka nama. Dalam catatan

bangsa Cina kawasan kepulauan tanah air dinamai Nan-hai (Kepulauan Laut Selatan).

Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara (Kepulauan

Tanah Seberang), nama yang diturunkan dari kata Sansekerta dwipa (pulau) dan

antara (luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Valmiki menceritakan

pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa

(Pulau Emas, yaitu Sumatra sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.

Bangsa Arab menyebut tanah air kita Jaza'ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama Latin

untuk kemenyan adalah benzoe, berasal dari bahasa Arab luban jawi (kemenyan Jawa),

sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax

sumatrana yang dahulu hanya tumbuh di Sumatra. Sampai hari ini jemaah haji kita

masih sering dipanggil "Jawa" oleh orang Arab. Bahkan orang Indonesia luar Jawa

sekalipun. Dalam bahasa Arab juga dikenal Samathrah (Sumatra), Sholibis (Sulawesi),

Sundah (Sunda), semua pulau itu dikenal sebagai kulluh Jawi (semuanya Jawa).

Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang beranggapan bahwa Asia hanya terdiri

dari Arab, Persia, India, dan Tiongkok. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas

antara Persia dan Tiongkok semuanya adalah "Hindia". Semenanjung Asia Selatan

mereka sebut "Hindia Muka" dan daratan Asia Tenggara dinamai "Hindia Belakang".

Sedangkan tanah air memperoleh nama "Kepulauan Hindia" (Indische Archipel, Indian

Archipelago, l'Archipel Indien) atau "Hindia Timur" (Oost Indie, East Indies, Indes

Orientales). Nama lain yang juga dipakai adalah "Kepulauan Melayu" (Maleische

Archipel, Malay Archipelago, l'Archipel Malais).

Pada jaman penjajahan Belanda, nama resmi yang digunakan adalah Nederlandsch-

Indie (Hindia Belanda), sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945

memakai istilah To-Indo (Hindia Timur).

Page 2: SEJARAH NAMA INDONESIA · PDF filePada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan

Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli,

pernah mengusulkan nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan tanah air kita,

yaitu Insulinde, yang artinya juga "Kepulauan Hindia" (bahasa Latin insula berarti

pulau). Nama Insulinde ini kurang populer.

Nusantara

Pada tahun 1920-an, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (1879-1950), yang

dikenal sebagai Dr. Setiabudi (cucu dari adik Multatuli), memperkenalkan suatu nama

untuk tanah air kita yang tidak mengandung unsur kata "India". Nama itu tiada lain

adalah Nusantara, suatu istilah yang telah tenggelam berabad-abad lamanya. Setiabudi

mengambil nama itu dari Pararaton, naskah kuno zaman Majapahit yang ditemukan di

Bali pada akhir abad ke-19 lalu diterjemahkan oleh J.L.A. Brandes dan diterbitkan oleh

Nicholaas Johannes Krom pada tahun 1920.

Pengertian Nusantara yang diusulkan Setiabudi jauh berbeda dengan pengertian

nusantara zaman Majapahit. Pada masa Majapahit, Nusantara digunakan untuk

menyebutkan pulau-pulau di luar Jawa (antara dalam bahasa Sansekerta artinya luar,

seberang) sebagai lawan dari Jawadwipa (Pulau Jawa). Sumpah Palapa dari Gajah

Mada tertulis "Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa" (Jika telah kalah

pulau-pulau seberang, barulah saya menikmati istirahat).

Oleh Dr. Setiabudi kata nusantara zaman Majapahit yang berkonotasi jahiliyah itu

diberi pengertian yang nasionalistis. Dengan mengambil kata Melayu asli antara, maka

Nusantara kini memiliki arti yang baru yaitu "nusa di antara dua benua dan dua

samudra", sehingga Jawa pun termasuk dalam definisi nusantara yang modern. Istilah

nusantara dari Setiabudi ini dengan cepat menjadi populer penggunaannya sebagai

alternatif dari nama Hindia Belanda.

Sampai hari ini istilah nusantara tetap dipakai untuk menyebutkan wilayah tanah air

dari Sabang sampai Merauke.

Page 3: SEJARAH NAMA INDONESIA · PDF filePada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan

Nama Indonesia

Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the

Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang dikelola oleh James Richardson

Logan (1819-1869), seorang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas

Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George

Samuel Windsor Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah

JIAEA.

Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the

Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations.

Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk

Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive

name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India

yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia (nesos

dalam bahasa Yunani berarti pulau). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis:

"... the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago would become

respectively Indunesians or Malayunesians".

Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada

Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu,

sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (Srilanka) dan Maldives

(Maladewa). Earl berpendapat juga bahwa bahasa Melayu dipakai di seluruh

kepulauan ini. Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia

dan tidak memakai istilah Indunesia.

Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis

artikel The Ethnology of the Indian Archipelago. Pada awal tulisannya, Logan pun

menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah "Indian

Archipelago" terlalu panjang dan membingungkan. Logan memungut nama Indunesia

Page 4: SEJARAH NAMA INDONESIA · PDF filePada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan

yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik.

Maka lahirlah istilah Indonesia.

Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman

254 dalam tulisan Logan:

"Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects it in favour of

Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a

shorter synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago".

Ketika mengusulkan nama "Indonesia" agaknya Logan tidak menyadari bahwa di

kemudian hari nama itu akan menjadi nama resmi. Sejak saat itu Logan secara

konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat

laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan

geografi.

Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian

(1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel

sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara ke tanah

air pada tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah

"Indonesia" di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa

istilah "Indonesia" itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain

tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch-Indie tahun 1918. Padahal Bastian

mengambil istilah "Indonesia" itu dari tulisan-tulisan Logan.

Pribumi yang mula-mula menggunakan istilah "Indonesia" adalah Suwardi

Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun 1913

beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.

Nama indonesisch (Indonesia) juga diperkenalkan sebagai pengganti indisch (Hindia)

oleh Prof Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander (pribumi)

diganti dengan indonesiër (orang Indonesia).

Page 5: SEJARAH NAMA INDONESIA · PDF filePada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan

Politik

Pada dasawarsa 1920-an, nama "Indonesia" yang merupakan istilah ilmiah dalam

etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan tanah

air kita, sehingga nama "Indonesia" akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas

suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan. Akibatnya pemerintah Belanda

mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.

Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels

Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan

mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama

Indische Vereeniging) berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau

Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi

Indonesia Merdeka.

Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya,:

"Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische

staat) mustahil disebut "Hindia Belanda". Juga tidak "Hindia" saja, sebab dapat

menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia

menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan

mencita-citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang

Indonesia (Indonesier) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya."

Di tanah air Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924. Tahun

itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis

Indonesia (PKI). Pada tahun 1925 Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan

Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air yang

mula-mula menggunakan nama "Indonesia". Akhirnya nama "Indonesia" dinobatkan

sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi

Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini dikenal dengan sebutan Sumpah

Pemuda.

Page 6: SEJARAH NAMA INDONESIA · PDF filePada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan

Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen

Hindia Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo

Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Hindia Belanda agar nama

"Indonesia" diresmikan sebagai pengganti nama "Nederlandsch-Indie". Tetapi Belanda

menolak mosi ini.

Dengan jatuhnya tanah air ke tangan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah

nama "Hindia Belanda". Lalu pada tanggal 17 Agustus 1945, lahirlah Republik

Indonesia.

sumber:

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0804/16/0802.htm

http://batarahutagalung.blogspot.com/2006/03/asal-usul-kata-indonesia.html

Daftar Perdana Menteri Indonesia

1. 14 November 1945 20 Juni 1947 Sutan Sjahrir PS

2. 3 Juli 1947 29 Januari 1948 Amir Sjarifoeddin PNI

3. 29 Januari 1948 16 Januari 1950 Mohammad Hatta PNI

4. 16 Januari 1950 5 September 1950 Abdul Halim nonpartisan

5. 5 September 1950 26 April 1951 Muhammad Natsir Masyumi

6. 26 April 1951 1 April 1952 Sukiman Wirjosandjojo Masyumi

7. 1 April 1952 30 Juli 1953 Wilopo PNI

8. 30 Juli 1953 11 Agustus 1955 Ali Sastroamidjojo PNI

9. 11 Agustus 1955 20 Maret 1956 Burhanuddin Harahap Masyumi

10. 20 Maret 1956 9 April 1957 Ali Sastroamidjojo PNI

11. 9 April 1957 9 Juli 1959 Djuanda Kartawidjaja PNI

Masa VOC (1610-1799)

Page 7: SEJARAH NAMA INDONESIA · PDF filePada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan

1610-1614 - Pieter Both

1614-1615 - Gerard Reynst

1615-1619 - Laurens Reael

1619-1623 - Jan Pieterszoon Coen

1623-1627 - Pieter de Carpentier

1627-1629 - Jan Pieterszoon Coen

1629-1632 - Jacques Specx

1632-1636 - Hendrik Brouwer

1636-1645 - Antonio van Diemen

1645-1650 - Cornelis van der Lijn

1650-1653 - Carel Reyniersz.

1653-1678 - Joan Maetsuycker

1678-1681 - Rijkloff van Goens

1681-1684 - Cornelis Speelman

1684-1691 - Johannes Camphuys

1691-1704 - Willem van Outhoorn

1704-1709 - Johan van Hoorn

1709-1713 - Abraham van Riebeeck

1713-1718 - Christoffel van Swol

1718-1725 - Hendrick Zwaardecroon

1725-1729 - Mattheus de Haan

1729-1732 - Diederik Durven

1732-1735 - Dirk van Cloon

1735-1737 - Abraham Patras

1737-1741 - Adriaan Valckenier

1741-1743 - Johannes Thedens

1743-1750 - Gustaaf Willem baron van Imhoff

1750-1761 - Jacob Mossel

1761-1775 - Petrus Albertus van der Parra

1775-1777 - Jeremias van Riemsdijk

1777-1780 - Reinier de Klerk

Page 8: SEJARAH NAMA INDONESIA · PDF filePada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan

1780-1796 - Willem Alting

1796-1799 - Pieter Gerardus van Overstraten

Masa kekuasaan Belanda pertama - dibawah kekuasaan Napoleon di Perancis(1800-1811)

1800-1801 - Pieter Gerardus van Overstraten

1801-1805 - Johannes Siberg

1805-1808 - Albertus Hendricus Wiese

1808-1811 - Herman Willem Daendels

1811 - Jan Willem Janssens

Masa kekuasaan Inggris (1811-1816)

1811 - Lord Minto

1811-1816 - Thomas Stamford Raffles

1816 - John Fendall

Masa kekuasaan Belanda kedua (1816-1949)

1816-1826 - G.A.G.Ph. Baron van der Capellen

1826-1830 - L.P.J. Burggraaf du Bus de Gisignies

1830-1833 - Graaf van den Bosch

1833-1836 - J.C. Baud

1836-1840 - D.J. de Eerens

1840-1841 - C.S.W. Graaf van Hogendorp

1841-1844 - P. Merkus

1844-1845 - J.C. Reijnst

1845-1851 - J.J. Rochussen

1851-1856 - A.J. Duijmaer van Twist

1856-1861 - C.F. Pahud

Page 9: SEJARAH NAMA INDONESIA · PDF filePada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan

1861-1866 - L.A.J.W. Baron Sloet van de Beele

1866-1872 - P. Mijer

1872-1875 - J. Loudon

1875-1881 - J.W. van Lansberge

1881-1884 - Frederik 's Jacob

1884-1888 - Otto van Rees

1888-1893 - C. Pijnacker Hordijk

1893-1899 - Carel Herman Aart van der Wijck

1899-1904 - W. Rooseboom

1904-1909 - Johannes Benedictus van Heutsz

1909-1916 - A.F.W. Idenburg

1916-1921 - J.P. Graaf van Limburg Stirum

1921-1926 - D. Fock

1926-1931 - A.C.D. de Graeff

1931-1936 - B.C. de Jonge

1936-1942 - A.W.L. Tjarda van Starkenborgh Stachouwer

1942-1948 - H.J. van Mook*)

1948-1949 - L.J.M. Beel (Komisaris Tinggi) (Bahasa Belanda:hoge commissaris)

1949 - A.H.J. Lovink (Komisaris Tinggi)

*) semenjak penaklukan oleh tentara Jepang, para penguasa Belanda ini praktis tidak

memiliki dan menjalankan kekuasaannya.

Masa kekuasaan Jepang (1942-1945)

Gubernur Militer di Jawa

Maret 1942-November 1942 - Hitoshi Imamura

November 1942-November 1944 - Kumashaki Harada

November 1944-September 1945 - Shigeichi Yamamoto

Gubernur Militer di Sumatera

Maret 1942-Juli 1942 - Tomoyuki Yamashita

Juli 1942-April 1943 - Yaheita Saito

Page 10: SEJARAH NAMA INDONESIA · PDF filePada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan

April 1943-Agustus 1945 - Moritake Tanabe

1. Jawa Barat 39.130.756

2. Jawa Timur 37.076.283

3. Jawa Tengah 32.952.040

4. Sumatera Utara 12.333.974

5. Banten 9.127.923

6. Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya 9.111.651

7. Sulawesi Selatan 7.475.882

8. Lampung 7.161.671

9. Sumatera Selatan 6.798.189

10. Sumatera Barat 4.549.383

11. Riau 4.546.591

12. Nusa Tenggara Timur 4.174.571

13. Nusa Tenggara Barat 4.161.431

14. Kalimantan Barat 4.078.246

15. Nanggroe Aceh Darussalam 3.899.290

16. Bali 3.487.764

17. Daerah Istimewa Yogyakarta 3.279.701

18. Kalimantan Selatan 3.245.705

19. Kalimantan Timur 2.950.531

20. Jambi 2.698.667

21. Sulawesi Tengah 2.324.025

22. Sulawesi Utara 2.159.787

23. Sulawesi Tenggara 1.965.958

24. Kalimantan Tengah 1.902.454

25. Papua 1.841.548

Page 11: SEJARAH NAMA INDONESIA · PDF filePada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan

26. Bengkulu 1.610.361

27. Maluku 1.330.676

28. Kepulauan Riau 1.198.526

29. Kepulauan Bangka Belitung 1.018.255

30. Sulawesi Barat 966.535

31. Gorontalo 916.488

32. Maluku Utara 912.209

33. Irian Jaya Barat 566.563

Total 220.953.634

sumber: http://www.depdagri.go.id/konten.php?nama=DataWilayah&op=download&id=5

Daftar motto provinsi di Indonesia

Sumatra

Nanggroe Aceh Darussalam: Pancacita (Bahasa Sansekerta: "Lima cita-cita")

Sumatra Utara: sipature hutana be

Sumatra Barat: Tuah Sakato (Bahasa Minangkabau: "Seia sekata")

Bengkulu:

Riau:

Kepulauan Riau: Berpancang Amanah Bersauh Marwah

Jambi: Sepucuk Jambi Sembilan Lurah

Sumatra Selatan: Bersatu Teguh

Lampung: Sang Bumi Ruwa Jurai (Bahasa Lampung: "Rumah Tangga yang Agung")

Bangka-Belitung: Serumpun Sebalai

Jawa

DKI Jakarta: Jaya Raya ("Jaya dan Agung")

Jawa Barat: Gemah Ripah Repeh Rapih (Bahasa Sunda: "Makmur Sentosa Sederhana Rapi")

Page 12: SEJARAH NAMA INDONESIA · PDF filePada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan

Banten: Iman Taqwa

Jawa Tengah: Prasetya Ulah Sakti Bhakti Praja (Bahasa Jawa: "Berjanji akan berusaha keras

an setia terhadap negara")

DI Yogyakarta: Amemayu Hayuning Bawana (?) (Bahasa Jawa: "Memperindah keindahan

agad")

Jawa Timur: Jer Basuki Mawa Béya (Bahasa Jawa: "Jika ingin makmur, maka hal ini

memerlukan pengorbanan")

Kalimantan

Kalimantan Barat: Akcaya (Bahasa Indonesia: "Tak kunjung binasa")

Kalimantan Tengah: Isen Mulang (Bahasa Sangen: "Pantang Mundur")

Kalimantan Selatan: Wadja Sampai Kaputing (Bahasa Banjar:"Tetap bersemangat dan kuat

eperti baja dari awal sampai akhir")

Kalimantan Timur: Ruhui Rahayu (Bahasa Banjar: "Keseimbangan sempurna di segala hal

berkat ridho Tuhan YME"

Nusa Tenggara

Bali: Bali Dwipa Jaya (Bahasa Kawi: "Pulau Bali Jaya")

Nusa Tenggara Barat:

Nusa Tenggara Timur:

Sulawesi

Sulawesi Barat:Mellete Diatonganan ("Meniti pada Kebenaran")

Sulawesi Utara: Si Tou Timou Tumou Tou (Bahasa Minahasa: "Manusia hidup untuk

mendidik orang lain")

Sulawesi Tengah:

Sulawesi Selatan: Todo Poli ("Teguh dalam keyakinan")

Sulawesi Tenggara:

Gorontalo: Duluo Limo Lo Pohalaa

Kepulauan Maluku dan Papua

Page 13: SEJARAH NAMA INDONESIA · PDF filePada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan

Maluku: Siwa Lima ("Milik Bersama")

Maluku Utara: Marimoi Ngome Futuru

Irian Jaya Barat:

Papua: Karya Swadaya

Daftar provinsi Indonesia menurut luas wilayah

1. Papua 309.934,40

2. Kalimantan Timur 194.849,08

3. Kalimantan Tengah 153.564,50

4. Kalimantan Barat 120.114,32

5. Irian Jaya Barat 114.566,40

6. Riau 87.844,23

7. Sumatera Utara 72.427,81

8. Sulawesi Tengah 68.089,83

9. Sumatera Selatan 60.302,54

10. Nanggroe Aceh Darussalam 56.500,51

11. Maluku 47.350,42

12. Jawa Timur 46.689,64

13. Nusa Tenggara Timur 46.137,87

14. Sulawesi Selatan 46.116,45

15. Jambi 45.348,49

16. Sumatera Barat 42.224,65

17. Maluku Utara 39.959,99

18. Kalimantan Selatan 38.884,28

19. Lampung 37.735,15

20. Jawa Barat 36.925,05

21. Sulawesi Tenggara 36.757,45

Page 14: SEJARAH NAMA INDONESIA · PDF filePada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan

22. Jawa Tengah 32.799,71

23. Bengkulu 19.795,15

24. Nusa Tenggara Barat 19.708,79

25. Sulawesi Barat 16.787,19

26. Kepulauan Bangka Belitung 16.424,14

27. Sulawesi Utara 13.930,73

28. Gorontalo 12.165,44

29. Banten 9.018,64

30. Kepulauan Riau 8.084,01

31. Bali 5.449,37

32. Daerah Istimewa Yogyakarta 3.133,15

33. Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya 740,29

Total 1.860.359,67

Daftar ibukota provinsi Indonesia

Ibukota provinsi terbesar adalah Jakarta dengan 8.540.306 penduduk (perk. 2005)

Sumatera

Banda Aceh, Nangroe Aceh Darussalam

Medan, Sumatera Utara

Padang, Sumatera Barat

Pekanbaru, Riau

Tanjung Pinang, Kepulauan Riau

Jambi, Jambi

Palembang, Sumatera Selatan

Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung

Bengkulu, Bengkulu

Bandar Lampung, Lampung

Page 15: SEJARAH NAMA INDONESIA · PDF filePada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan

Jawa

Serang, Banten

Jakarta, DKI Jakarta Raya

Bandung, Jawa Barat

Semarang, Jawa Tengah

Yogyakarta, DI Yogyakarta

Surabaya, Jawa Timur

Nusa Tenggara

Denpasar, Bali

Mataram, Nusa Tenggara Barat

Kupang, Nusa Tenggara Timur

Kalimantan

Pontianak, Kalimantan Barat

Palangka Raya, Kalimantan Tengah

Banjarmasin, Kalimanan Selatan

Samarinda, Kalimantan Timur

Sulawesi

Manado, Sulawesi Utara

Gorontalo, Gorontalo

Palu, Sulawesi Tengah

Mamuju, Sulawesi Barat

Makassar, Sulawesi Selatan

Kendari, Sulawesi Tenggara

Maluku

Ambon, Maluku

Page 16: SEJARAH NAMA INDONESIA · PDF filePada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan

Ternate, Maluku Utara

Papua

Manokwari, Papua Barat

Jayapura, Papua