sejarah fotografi dunia dan indonesia

35
SEJARAH FOTOGRAFI DUNIA http://www.pasarkreasi.com/news/detail/photography/67/sejarah- fotografi-dunia Fotografi ialah lukisan melalui cahaya. Tanpa cahaya seni foto ini tidak akan berfungsi. Istilah Photography dicipta pada tahun 1839. Ketika teknologi seni foto terus berkembang bersama dengan kemajuan manusia, ilmu sangat penting bagi menjamin mutu kerja seorang seniman foto (Photografer). Dalam buku “The History of Photography” karya Alma Davenport, terbitan University of New Mexico Press tahun 1991, disebutkan bahwa pada abad ke-5 Sebelum Masehi (SM), seorang lelaki berkebangsaan Cina bernama Mo Ti sudah mengamati sebuah gejala fotografi. Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang kecil (pinhole), maka di bagian dalam ruang itu pemandangan yang ada di luar akan terefleksikan secara terbalik lewat lubang tadi. Selang beberapa abad kemudian, banyak ilmuwan menyadari serta mengagumi fenomena pinhole tadi. Bahkan pada abad ke-3 SM, Aristoteles mencoba menjabarkan fenomena pinhole tadi dengan segala ide yang ia miliki, lalu memperkenalkannya kepada kyalayak ramai. Aristoteles merentangkan kulit yang diberi lubang kecil, lalu digelar di atas tanah dan memberinya jarak untuk menangkap bayangan matahari. Dalam eksperimennya itu, cahaya dapat menembus dan memantul di atas tanah sehingga gerhana matahari dapat diamati. Khalayak pun dibuat terperangah. Selanjutnya, pada abad ke-10 Masehi, seorang ilmuwan muslim asal Irak yang bernama Ibnu Al-Haitham juga menemukan prinsip

Upload: kanashimi-chan

Post on 29-Dec-2015

1.157 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Sejarah fotografi

TRANSCRIPT

Page 1: Sejarah Fotografi Dunia Dan Indonesia

SEJARAH FOTOGRAFI DUNIA

http://www.pasarkreasi.com/news/detail/photography/67/sejarah-fotografi-dunia

Fotografi ialah lukisan melalui cahaya. Tanpa cahaya seni foto ini tidak akan berfungsi.

Istilah Photography dicipta pada tahun 1839. Ketika teknologi seni foto terus berkembang

bersama dengan kemajuan manusia, ilmu sangat penting bagi menjamin mutu kerja seorang

seniman foto (Photografer). Dalam buku “The History of Photography” karya Alma Davenport,

terbitan University of New Mexico Press tahun 1991, disebutkan bahwa pada abad ke-5 Sebelum

Masehi (SM), seorang lelaki berkebangsaan Cina bernama Mo Ti sudah mengamati sebuah

gejala fotografi. Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang kecil (pinhole), maka

di bagian dalam ruang itu pemandangan yang ada di luar akan terefleksikan secara terbalik lewat

lubang tadi.

Selang beberapa abad kemudian, banyak ilmuwan menyadari serta mengagumi fenomena

pinhole tadi. Bahkan pada abad ke-3 SM, Aristoteles mencoba menjabarkan fenomena pinhole

tadi dengan segala ide yang ia miliki, lalu memperkenalkannya kepada kyalayak ramai.

Aristoteles merentangkan kulit yang diberi lubang kecil, lalu digelar di atas tanah dan

memberinya jarak untuk menangkap bayangan matahari. Dalam eksperimennya itu, cahaya dapat

menembus dan memantul di atas tanah sehingga gerhana matahari dapat diamati. Khalayak pun

dibuat terperangah.

Selanjutnya, pada abad ke-10 Masehi, seorang ilmuwan muslim asal Irak yang bernama

Ibnu Al-Haitham juga menemukan prinsip kerja kamera seperti yang ditemukan Mo Ti. Ia pun

mulai meneliti berbagai ragam fenomena cahaya, termasuk sistem penglihatan manusia. Lalu,

Haitham bersama muridnya, Kamal ad-Din, untuk pertama kali memperkenalkan fenomena

obscura kepada orang-orang di sekelilingnya. Waktu itu, obscura yang ia maksud adalah sebuah

ruangan tertutup yang di salah satu sisinya terdapat sebuah lubang kecil sehingga seberkas

cahaya dapat masuk dan membuat bayangan dari benda-benda yang ada di depannya. Tak heran,

pada abad ke-11 M, orang-orang Arab sudah memakainya sebagai hiburan dengan menjadikan

tenda mereka sebagai kamera obscura.

Kemudian kamera obscura mulai diteliti lagi oleh Leonardo da Vinci, seorang pelukis

dan ilmuwan, pada akhir abad ke-15. Ia menggambar rincian sistem kerja alat yang menjadi asal

muasal kata "kamera" itu dan mulai menyempurnakannya. Pada mulanya kamera ini tidak begitu

Page 2: Sejarah Fotografi Dunia Dan Indonesia

diminati karena cahaya yang masuk amat sedikit, sehingga bayangan yang terbentuk pun samar-

samar. Penggunaan kamera ini baru populer setelah lensa ditemukan pada tahun 1550. Dengan

lensa pada kamera ini, maka cahaya yang masuk ke kamera dapat diperbanyak, dan gambar

dapat dipusatkan sehingga menjadi lebih sempurna.

Pada tahun 1575, para ilmuwan berhasil membuat kamera portable yang pertama. Tapi

kamera buatan yang sangat kuno ini tetap hanya bisa digunakan untuk menggambar. Lalu pada

tahun 1680 lahir kamera refleks pertama yang penggunaannya juga masih untuk menggambar,

tapi sudah memiliki sedikit kemajuan. Tapi, lantaran bahan baku untuk mengabadikan benda-

benda yang berada di depan lensa belum ditemukan, maka kamera ini juga masih dipakai untuk

mempermudah proses penggambaran benda. 

Joseph Nicephore Niepce

Sejarah penemuan film baru dimulai pada tahun 1826. Joseph Nicephore Niepce, seorang

veteran Perancis, bereksperimen menggunakan kamera obscura dan plat logam yang dilapisi

bahan aspal untuk mengabadikan gambar sebuah obyek. Setelah 8 jam mengekspos

pemandangan dari jendela kamarnya melalui proses “Heliogravure”, ia berhasil melahirkan

sebuah imaji yang agak kabur dan mempertahankan gambar secara permanen. Keberhasilannya

itu dianggap sebagai awal dari sejarah fotografi. Gambar yang dibuat oleh Niepce itu diberi judul

“View from The Window at Le Gras” dan menjadi foto pertama yang pernah ada di dunia.

Kalau nama Niepce tercatat sebagai fotografer pertama yang mengabadikan sebuah

gambar, Louis J.M. Daguerre adalah orang yang pertama kali membuat foto yang di dalamnya

terdapat sosok manusia. Pada foto yang diambil dari jarak jauh di tahun 1839 itu, tampak

seseorang lelaki sedang berdiri dan mengangkat salah satu kaki saat sepatunya sedang

Page 3: Sejarah Fotografi Dunia Dan Indonesia

dibersihkan oleh orang lain di pinggir sebuah jalan raya. Daguerre dinobatkan sebagai orang

pertama yang berhasil membuat gambar permanen pada lembaran plat tembaga perak yang

dilapisi larutan iodin, lalu disinari selama satu setengah jam dengan pemanas mercuri (neon).

Proses ini disebut “daguerreotype”. Untuk membuat gambar permanen, pelat itu dicuci dengan

larutan garam dapur dan air suling.

Percobaan-demi percobaan terus berlanjut, sampai akhirnya William Henry Talbott  dari

Inggris pada 25 Januari 1839 memperkenalkan “lukisan fotografi” yang juga menggunakan

kamera obscura, tapi ia membuat foto positifnya pada sehelai kertas chlorida perak. Kemudian,

pada tahun yang sama Talbot menemukan cikal bakal film negatif modern yang terbuat dari

lembar kertas beremulsi, yang bisa digunakan untuk mencetak foto dengan cara “contact print”.

Teknik ini juga bisa digunakan untuk cetak ulang layaknya film negatif modern. Proses ini

disebut Calotype yang kemudian dikembangkan menjadi Talbotypes. Untuk menghasilkan

gambar positif, Talbot menggunakan proses Saltprint. Gambar dengan film negatif pertama yang

dibuat Talbot pada Agustus 1835 adalah pemandangan pintu perpustakaan di rumahnya di

Hacock Abbey, Wiltshire, Inggris.

Penemuan-penemuan teknologi pun semakin bermunculan seiring dengan masuknya

fotografi ke dunia jurnalistik. Tapi, lantaran orang-orang jurnalistik belum bisa memasukkan foto

ke dalam proses cetak, mereka menyalin foto yang ada dengan menggambarnya memakai

tangan. Surat kabar pertama yang memuat gambar dengan teknik ini adalah The Daily Graphic,

yakni pada 16 April 1877. Gambar berita pertama dalam surat kabar itu adalah sebuah peristiwa

kebakaran.

Kemudian, ditemukanlah proses cetak “half tone” pada tahun 1880 yang memungkinkan

foto dimasukkan ke dalam surat kabar. Foto paling pertama yang ada di surat kabar adalah foto

tambang pengeboran minyak Shantytown yang muncul di surat kabar “New York Daily

Graphic” di Amerika Serikat pada tanggal 4 Maret 1880. Foto itu adalah karya Henry J Newton.

Fotografi kemudian berkembang dengan sangat cepat. Menurut Szarkowski dalam Hartoyo

(2004: 22), arsitek utama dunia fotografi modern adalah seorang pengusaha bernama George

Eastman. Melalui perusahaannya yang bernama Kodak Eastman, George Eastman

mengembangkan fotografi dengan menciptakan serta menjual roll film dan kamera boks yang

praktis. Saat itu, dunia fotografi sudah mengenal perbaikan lensa, shutter, film, dan kertas foto.

Penemuan-penemuan tersebut telah mempermudah orang mengabadikan benda-benda yang

Page 4: Sejarah Fotografi Dunia Dan Indonesia

berada di depan lensa dan mereproduksinya. Dengan demikian, para fotografer, baik amatir

maupun profesional, bisa menghasilkan suatu karya seni tinggi tanpa terhalang oleh keterbatasan

teknologi.

Pada Tahun 1900 seorang juru gambar telah menciptakan kamera Mammoth. Ukuran

kamera ini amat besar. Beratnya 1,400 pon, sedangkan lensanya memiliki berat 500 pon. Untuk

mengoperasikan atau memindahkannya, sang fotografer membutuhkan bantuan 15 orang.

Kamera ini menggunakan film sebesar 4,5 x 8 kaki dan membutuhkan bahan kimia sebanyak 10

galon ketika memprosesnya.

Orang paling pertama yang ada di foto sejak kamera dibuat.

Lalu, pada tahun 1950, pemakaian prisma untuk memudahkan pembidikan pada kamera

Single Lens Reflex (SLR) mulai ramai. Dan di tahun yang sama, Jepang mulai memasuki dunia

fotografi dengan memproduksi kamera NIKON. Di tahun 1972, kamera Polaroid yang

ditemukan oleh Edwin Land mulai dipasarkan. Kamera Polaroid ini mampu menghasilkan

gambar tanpa melalui proses pengembangan dan pencetakan film.

Page 5: Sejarah Fotografi Dunia Dan Indonesia

Kemajuan teknologi turut memacu fotografi dengan sangat cepat. Kalau dulu kamera

sebesar tenda hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak terlalu tajam, kini kamera digital yang

cuma sebesar dompet mampu membuat foto yang sangat tajam dalam ukuran sebesar koran.

SEJARAH FOTOGRAFI INDONESIA

Perkembangan fotografi di Indonesia selalu berkaitan dan mengalir bersama momentum

sosial-politik perjalanan bangsa ini, mulai dari momentum perubahan kebijakan politik kolonial,

revolusi kemerdekaan, ledakan ekonomi di awal 1980-an, sampai Reformasi 1998.

Pada tahun 1841, seorang pegawai kesehatan Belanda bernama Juriaan Munich mendapat

perintah dari Kementerian Kolonial untuk mendarat di Batavia dengan membawa

dauguerreotype. Munich diberi tugas mengabadikan tanaman-tanaman serta kondisi alam yang

ada di Indonesia sebagai cara untuk mendapatkan informasi seputar kondisi alam. Sejak saat itu,

kamera menjadi bagian dari teknologi modern yang dipakai Pemerintah Belanda untuk

menjalankan kebijakan barunya. Penguasaan dan kontrol terhadap tanah jajahan tidak lagi

dilakukan dengan membangun benteng pertahanan atau penempatan pasukan dan meriam,

melainkan dengan cara menguasai teknologi transportasi dan komunikasi modern. Dalam

kerangka ini, fotografi menjalankan fungsinya lewat pekerja administratif kolonial, pegawai

pengadilan, opsir militer, dan misionaris. 

Latar itulah yang menjelaskan mengapa selama 100 tahun keberadaan fotografi di

Indonesia (1841-1941) penguasaan alat ini secara eksklusif ada di tangan orang Eropa, sedikit

orang Cina, dan Jepang. Berdasarkan survei dan hasil riset di studio foto-foto komersial di

Hindia Belanda tentang foto-foto yang ada sejak tahun 1850 hingga 1940, dari 540 studio foto di

75 kota besar dan kecil, terdapat 315 nama orang Eropa, 186 orang Cina, 45 orang Jepang, dan

hanya empat  orang lokal Indonesia, salah satunya adalah Kasian Cephas.

Kasian Cephas adalah warga lokal asli. Ia dilahirkan pada tanggal 15 Februari 1844 di

Yogyakarta. Cephas sebenarnya adalah asli pribumi yang kemudian diangkat sebagai anak oleh

pasangan Adrianus Schalk dan Eta philipina Kreeft, lalu disekolahkan ke Belanda. Cephas-lah

yang pertama kali mengenalkan dunia fotografi ke Indonesia. Meski demikian, literatur-literatur

sejarah Indonesia sangat jarang menyebut namanya sebagai pribumi pertama yang berkarir

Page 6: Sejarah Fotografi Dunia Dan Indonesia

sebagai fotografer profesional. Nama Kassian Cephas mulai terlacak dengan karya fotografi

tertuanya buatan tahun 1875.

Dibutuhkan waktu hampir seratus tahun bagi bangsa ini untuk benar-benar mengenal

dunia fotografi. Masuknya Jepang pada tahun 1942 telah menciptakan kesempatan bagi bangsa

Indonesia untuk menyerap teknologi ini. Demi kebutuhan propagandanya, Jepang mulai melatih

orang Indonesia menjadi fotografer untuk bekerja di kantor berita mereka, Domei. Pada saat

itulah muncul nama Mendur Bersaudara. Merekalah yang membentuk imaji baru tentang bangsa

Indonesia.

Lewat fotografi, Mendur bersaudara berusaha menggiring mental bangsa ini menjadi

bermental sama tinggi dan sederajat. Frans Mendur bersama kakaknya, Alex Mendur, juga

menjadi icon bagi dunia fotografer nasional. Mereka kerap merekam peristiwa-peristiwa penting

bagi negeri ini, salah satunya adalah mengabadikan detik-detik pembacaan Proklamasi

Kemerdekaan Republik Indonesia. Inilah momentum ketika fotografi benar-benar "sampai" ke

Indonesia, ketika kamera berpindah tangan dan orang Indonesia mulai merepresentasikan dirinya

sendiri.

SEJARAH FOTOGRAFI INDONESIA http://photographhistory.blogspot.com/

Sejarah fotografi di Indonesia dimulai pada tahun 1857, pada saat 2 orang juru foto

Woodbury dan Page membuka sebuah studio foto di Harmonie, Batavia. Masuknya fotografi ke

Indonesia tepat 18 tahun setelah Daguerre mengumumkan hasil penelitiannya yang kemudian

disebut-sebut sebagai awal perkembangan fotografi komersil. Studio fotopun semakin ramai di

Batavia. Dan kemudian banyak fotografer professional maupun amatir mendokumentasikan

hiruk pikuk dan keragaman etnis di Batavia.

Page 7: Sejarah Fotografi Dunia Dan Indonesia

Kamera Daguerre

Masuknya fotografi di Indonesia adalah tahun awal dari lahirnya teknologi fotografi,

maka kamera yang adapun masih berat dan menggunakan teknologi yang sederhana. Teknologi

kamera pada masa itu hanya mampun merekam gambar yang statis. Karena itu kebanyakan foto

kota hasil karya Woodbury dan Page terlihat sepi karena belum memungkinkan untuk merekam

gambar yang bergerak.

Terkadang fotografer harus menggiring pedagang dan pembelinya ke dalam studio untuk

dapat merekam suasana hirup pikuk pusat perbelanjaan. Oleh sebab itu telihat bahwa pedagang

dan pembelinya beraktifitas membelakangi sebuah layar. Ini karena teknologi kamera masih

sederhana dan masih riskan jika terlalu sering dibawa kemana-mana.

Pada tahun 1900an, muncul penemuan kamera yang lebih sederhana dan mudah untuk

dibawa kemana-mana sehingga memungkinkan para fotografer untuk melakukan pemotretan

outdoor. Bisa dibilang ini adalah awal munculnya kamera modern.Karena bentuknya yang lebih

sederhana, kamera kemudian tidak dimiliki oleh fotografer saja tetapi juga dimiliki oleh

masyarakat awam.

Banyak karya-karya fotografer maupun masyarakat awam yang dibuat pada masa awal

perkembangan fotografi di Indonesia tersimpan di Museum Sejarah Jakarta. Seperti namanya,

museum ini hanya menghadirkan foto-foto kota Jakarta pada jaman penjajahan Belanda saja.

Karena memang perkembangan teknologi fotografi belum masuk ke daerah. Salah satu foto yang

dipamerkan adalah suasana Pasar Pagi, Glodok, Jakarta pada tahun 1930an. Pada awal dibangun,

Page 8: Sejarah Fotografi Dunia Dan Indonesia

pasar ini hanya diisi oleh beberapa lapak pedagang saja. Ini berbeda dengan kondisi sekarang

dimana Glodok merupakan pusat perbelanjaan terbesar di Jakarta.

  Kassian Cephas (1844-1912): Yang Pertama, yang Terlupakan

             Cephas lahir pada 15 Januari 1845 dari pasangan Kartodrono dan Minah. Ada juga yang

mengatakan bahwa ia adalah anak angkat dari orang Belanda yang bernama Frederik Bernard Fr.

Schalk. Cephas banyak menghabiskan masa kanak-kanaknya di rumah Christina Petronella

Steven (siapa). Cephas mulai belajar menjadi fotografer profesional pada tahun 1860-an. Ia

sempat magang pada Isidore van Kinsbergen, fotografer yang bekerja di Jawa Tengah sekitar

1863-1875. Tapi berita kematian Cephas di tahun 1912 menyebutkan bahwa ia belajar fotografi

kepada seseorang yang bernama Simon Willem Camerik.

Kassian Cephas

Kassian Cephas memang bukan tokoh nasional yang dulunya menenteng senjata atau

berdiplomasi menentang penjajahan bersama politikus pada zaman sebelum dan sesudah

kemerdekaan. Ia hanyalah seorang fotografer asal Yogyakarta yang eksis di ujung abad ke-19, di

mana dunia fotografi masih sangat asing dan tak tersentuh oleh penduduk pribumi kala itu. Nama

Kassian Cephas mungkin baru disebut bila foto-foto tentang Sultan Hamengku Buwono VII

diangkat sebagai bahan perbincangan.Dulu, Cephas pernah menjadi fotografer khusus Keraton

pada masa kekuasaan Sultan Hamengku Buwono VII. Karena kedekatannya dengan pihak

Keraton, maka ia bisa memotret momen-momen khusus yang hanya diadakan di Keraton pada

Page 9: Sejarah Fotografi Dunia Dan Indonesia

waktu itu. Hasil karya foto-fotonya itu ada yang dimuat di dalam buku karya Isaac Groneman

(seorang dokter yang banyak membuat buku-buku tentang kebudayaan Jawa) dan buku karangan

Gerrit Knaap (sejarawan Belanda yang berjudul "Cephas, Yogyakarta: Photography in the

Service of the Sultan".

Sultan Hamengku Buwono VII karya Kassian Cephas

Dari foto-fotonya tersebut, bisa dibilang bahwa Cephas telah memotret banyak hal

tentang kehidupan di dalam Keraton, mulai dari foto Sultan Hamengku Buwono VII dan

keluarganya, bangunan-bangunan sekitar Keraton, upacara Garebeg di alun-alun, iring-iringan

benda untuk keperluan upacara, tari-tarian, hingga pemandangan Kota Yogyakarta dan

sekitarnya. Tidak itu saja, bahkan Cephas juga diketahui banyak memotret candi dan bangunan

bersejarah lainnya, terutama yang ada di sekitar Yogyakarta. Berkaitan dengan kegiatan Cephas

memotret kalangan bangsawan Keraton, ada cerita yang cukup menarik. Zaman dulu, dari sekian

banyak penduduk Jawa waktu itu, hanya segelintir saja rakyat yang bisa atau pernah melihat

wajah rajanya. Tapi, dengan foto-foto yang dibuat Cephas, maka wajah-wajah raja dan

bangsawan bisa dikenali rakyatnya.

Masa-Masa Keemasan Cephas

      Cephas pernah terlibat dalam proyek pemotretan untuk penelitian monumen kuno

peninggalan zaman Hindu-Jawa, yaitu kompleks Candi Loro Jonggrang di Prambanan, yang

Page 10: Sejarah Fotografi Dunia Dan Indonesia

dilakukan oleh Archeological Union di Yogyakarta pada tahun 1889-1890. Saat bekerja, Cephas

banyak dibantu oleh Sem, anak laki-lakinya yang juga tertarik pada dunia fotografi. Cephas juga

membantu memotret untuk lembaga yang sama ketika dasar tersembunyi Candi Borobudur mulai

ditemukan. Ada sekitar 300 foto yang dibuat Cephas dalam proyek penggalian itu. Pemerintah

Belanda mengalokasikan dana 9.000 gulden untuk penelitian tersebut. Cephas dibayar 10 gulden

per lembar fotonya. Ia mengantongi 3.000 gulden (sepertiga dari seluruh uang penelitian),

jumlah yang sangat besar untuk ukuran waktu itu.

Beberapa foto seputar candi tersebut dijual Cephas. Alhasil, foto-foto buah karyanya itu

menyebar dan terkenal. Ada yang digunakan sebagai suvenir atau oleh-oleh bagi para elite

Belanda yang akan pergi ke luar kota atau ke Eropa. Album-album yang berisi foto-foto Sultan

dan keluarganya juga kerap diberikan sebagai hadiah untuk pejabat pemerintahan seperti

presiden. Hal itu tentunya membuat Cephas dikenal luas oleh masyarakat kelas tinggi, dan

memberinya keleluasaan bergaul di lingkungan mereka. Karena kedekatan dengan lingkungan

elite itulah sejak tahun 1888 Cephas memulai prosedur untuk mendapatkan status "equivalent to

Europeans" (sama dengan orang Eropa) untuk dirinya sendiri dan anak laki-lakinya: Sem dan

Fares.

Cephas adalah salah satu dari segelintir pribumi yang waktu itu bisa menikmati

keistimewaan-keistimewaan dan penghargaan dari masyarakat elite Eropa di Yogyakarta.

Mungkin itu sebabnya karya-karya foto Cephas sarat dengan suasana menyenangkan dan indah.

Model-model cantik, tari-tarian, upacara-upacara, arsitektur rumah tempo dulu, dan semua hal

Page 11: Sejarah Fotografi Dunia Dan Indonesia

yang enak dilihat selalu menjadi sasaran bidik kameranya. Bahkan, rumah dan toko milik orang-

orang Belanda, lengkap dengan tuan-tuan dan noni-noni Belanda yang duduk-duduk di teras

rumah, juga sering menjadi obyek fotonya.

Sekitar tahun 1863-1875, Cephas sempat magang di sebuah kantor milik Isidore van

Kinsbergen, fotografer yang bekerja di Jawa Tengah. Status sebagai fotografer resmi baru ia

sandang saat bekerja di Kesultanan Yogyakarta. Sejak menjadi fotografer khusus Kesultanan

itulah namanya mulai dikenal hingga ke Eropa.

Terlindas Semangat Revolusi

             Meski demikian, dalam khazanah fotografi Indonesia, nama Kassian Cephas tidak

seharum nama Mendur bersaudara, yakni Frans Mendur dan Alex Mendur. Mereka berdua

adalah fotografer yang dianggap sangat berjasa bagi perjalanan bangsa ini. Merekalah yang

mengabadikan momen-momen penting saat Soekarno membacakan proklamasi Kemerdekaan

Indonesia. Karya-karya mereka lebih disorot masyarakat Indonesia karena dianggap kental

dengan suasana heroik yang memang pada masa itu sangat dibutuhkan.

Foto-foto monumental karya Mendur Bersaudara, mulai dari foto Bung Tomo yang

sedang berpidato dengan semangat berapi-api di bawah payung, foto Jenderal Sudirman yang tak

lepas dari tandunya, foto sengitnya pertempuran di Surabaya, hingga foto penyobekan bendera

Belanda di Hotel Savoy, menjadi alat perjuangan bangsa dan menjadi bukti sejarah terbentuknya

negara ini. Di awal-awal kemerdekaan dan revolusi, tentu saja foto-foto Mendur Bersaudara tadi

terus diproduksi oleh penguasa dan pelaku sejarah untuk mengawal semangat bangsa ini. Foto-

foto karya mereka dicetak dalam buku-buku sejarah dan menjadi bacaan wajib siswa sekolah,

mulai dari tingkat dasar sampai tingkat doktoral.

Sementara foto-foto Cephas yang penyebarannya sangat terbatas lebih cocok masuk ke

museum atau dikoleksi oleh orang-orang yang menjadi kliennya atau para kolektor. Kandungan

foto karya Cephas dinilai tidak mendukung suasana pergolakan yang tengah berlangsung saat itu.

Bahkan foto-fotonya yang menonjolkan tentang keindahan Indonesia, potret raja-raja dan

“londo-londo”, serta para bangsawan dipandang sebagai “pro status quo”. Makanya fotonya

jarang dilirik.

Page 12: Sejarah Fotografi Dunia Dan Indonesia

Perbedaan zamanlah yang membuat foto-foto karya Cephas dan Mendur Bersaudara

saling bertolak belakang. Kalau foto karya Mendur Bersaudara memperlihatkan sosok Bung

Karno yang hangat, flamboyan, dan penuh semangat kerakyatan, justru foto buatan Cephas

menampilkan sosok raja yang dingin, sombong, dan sangat feodal. Bila foto-foto para pejuang

wanita yang juga anggota palang merah di kancah pertempuran disuguhkan Mendur Bersaudara,

justru foto-foto gadis cantik, manja, dan ayulah yang ditawarkan Cephas. Maka wajar bila foto-

foto Mendur Bersaudara dicari dan dilirik orang, sedangkan foto-foto Cephas tenggelam dalam

pelukan para kolektor.

Kini Kassian Cephas hanya tinggal kenangan. Foto-foto tentang dirinya pun tersembunyi

entah di mana. Hanya ada satu buah foto yang menjadi bukti bahwa ia pernah ada, yakni foto

dirinya setelah menerima bintang jasa “Orange-Nassau” dari Ratu Wilhelmina pada tahun 1901

Sejarah fotografi

http://id.wikipedia.org/wiki/Fotografi

Kronologi perkembangan fotografi dimulai dengan:

1822 – Joseph Nicéphore Niépce membuat foto Heliografi yang pertama dengan subyek

Paus Pius VII, menggunakan proses heliografik. Salah satu foto yang bertahan hingga

sekarang dibuat pada tahun 1825.[1]

1826 – Joseph Nicéphore Niépce membuat foto pemandangan yang pertama,[1] yang

dibuat dengan pajanan selama 8 jam.

1835 – William Henry Fox Talbot menemukan proses fotografi yang baru.

1839 – Louis Daguerre mematenkan daguerreotype.

1839 – William Henry Fox Talbot menemukan proses positif/negatif yang disebut

Tabotype.

1839 – John Herschel menemukan film negatif dengan larutan Sodium

thiosulfate/hyposulfite of soda yang disebut hypo atau fixer.

1851 – Frederick Scott Archer memperkenalkan proses koloid.

1854 – André Adolphe Eugène Disdéri memperkenalkan rotating camera yang dapat

merekam 8 citra berbeda dalam satu film. Setelah hasilnya dicetak di atas kertas albumen,

Page 13: Sejarah Fotografi Dunia Dan Indonesia

citra tersebut dipotong menjadi 8 bagian terpisah dan direkatkan pada lembaran kartu.

Kartu ini menjadi inspirasi penyebutan (fr:carte de visite, bahasa Inggris:visiting card)

1861 – Foto berwarna yang pertama diperkenalkan James Clerk Maxwell.

1868 – Louis Ducos du Hauron mematenkan metode subtractive color photography.

1871 – Richard Maddox menemukan film fotografis dari emulsi gelatin.

1876 – F. Hurter & V. C. Driffield memulai evaluasi sistematis pada kepekaan emulsi

fotografis yang kemudian dikenal dengan istilah sensitometri.

1878 – Eadweard Muybridge membuat sebuah foto high-speed photographic dari seekor

kuda yang berlari.

1887 – Film Seluloid yang pertama diperkenalkan.

1888 – Kodak memasarkan box camera n°1, kamera easy-to-use yang pertama.

1887 – Gabriel Lippmann menemukan reproduksi warna pada foto.

1891 – Thomas Alva Edison mematenkan kamera kinetoskopis (motion pictures).

1895 – Auguste and Louis Lumière menemukan cinématographe.

1898 – Kodak memperkenalkan produk kamera folding Pocket Kodak.

1900 – Kodak memperkenalkan produk kamera Brownie.

1901 – Kodak memperkenalkan 120 film.

1902 – Arthur Korn membuat teknologi phototelegraphy;; yang mengubah citra menjadi

sinyal yang dapat ditransmisikan melalui kabel. Wire-Photos digunakan luas di daratan

Eropa pada tahun 1910 dan transmisi antarbenua dimulai sejak 1922.

1907 – Autochrome Lumière merupakan pemasaran proses fotografi berwarna yang

pertama.

1912 – Vest Pocket Kodak menggunakan 127 film.

1913 – Kinemacolor, sebuah sistem "natural color" untuk penayangan komersial,

ditemukan.

1914 – Kodak memperkenalkan sistem autographic film.

1920s – Yasujiro Niwa menemukan peralatan untuk transmisi phototelegraphic melalui

gelombang radio.

1923 – Doc Harold Edgerton menemukan xenon flash lamp dan strobe photography.

1925 – Leica memperkenalkan format film 35mm pada still photography.

Page 14: Sejarah Fotografi Dunia Dan Indonesia

1932 – Tayangan berwarna pertama dari Technicolor bertajuk Flowers and Trees dibuat

oleh Disney.

1934 – Kartrid film 135 diperkenalkan, membuat kamera 35mm mudah digunakan.

1936 – IHAGEE membuat Ihagee Kine Exakta 1. Kamera SLR 35mm yang pertama.

1936 – Kodachrome mengembangkan multi-layered reversal color film yang pertama.

1937 – Agfacolor-Neu mengembangkan reversal color film.

1939 – Agfacolor membuat "print" film modern yang pertama dengan materi warna

positif/negatif.

1939 – View-Master memperkenalkan kamera stereo viewer.

1942 – Kodacolor memasarkan "print" film Kodak yang pertama.

1947 – Dennis Gabor menemukan holography.

1947 – Harold Edgerton mengembangkan rapatronic camera untuk pemerintah Amerika

Serikat.

1948 – Kamera Hasselblad mulai dipasarkan.

1948 – Edwin H. Land membuat kamera instan yang pertama dengan merk Polaroid.

1952 – Era 3-D film dimulai.

1954 – Leica M diperkenalkan.

1957 – Asahi Pentax memperkenalkan kamera SLRnya yang pertama.

1957 – Citra digital yang pertama dibuat dengan komputer oleh Russell Kirsch di U.S.

National Bureau of Standards (sekarang bernama National Institute of Standards and

Technology, NIST). [2]

1959 – Nikon F diperkenalkan.

1959 – AGFA memperkenalkan kamera otomatis yang pertama, Optima.

1963 – Kodak memperkenalkan Instamatic.

1964 – Kamera Pentax Spotmatic SLR diperkenalkan.

1973 – Fairchild Semiconductor memproduksi sensor CCD skala besar yang terdiri dari

100 baris dan 100 kolom.

1975 – Bryce Bayer dari Kodak mengembangkan pola mosaic filter Bayer untuk CCD

color image sensor.

1986 – Ilmuwan Kodak menemukan sensor dengan kapasitas megapiksel yang pertama.

2005 – AgfaPhoto menyatakan bangkrut. Produksi film konsumen bermerk Agfa terhenti.

Page 15: Sejarah Fotografi Dunia Dan Indonesia

2006 – Dalsa membuat sensor CCD dengan kapasitas 111 megapixel, yang terbesar saat

itu.

2008 – Polaroid mengumumkan penghentian semua produksi produk film instan

berkaitan dengan semakin berkembangnya teknologi citra digital.

2009 - Kodak mengumumkan penghentian film Kodachrome.[2]

Sejarah Ringkas Fotografi

Oleh Hasnuddin Abu Samah untuk FOTOTEACHER.COM

http://www.fototeacher.com/blog/artikel-kreativiti/sejarah-ringkas-fotografi/

Adalah penting untuk kita mengetahui sedikit sejarah mengenai fotografi agar kita lebih

menghargai dan memahami asas mengenai bidang ini.

Pada zaman awal fotografi, manusia lebih memberi tumpuan kepada proses penciptaan

kamera itu sendiri. Berbagai proses telah dicipta dan diperkenalkan. Ciptaan-ciptaan awal ini

mempunyai berbagai kelemahan yang kemudiannya sentiasa diperbaiki oleh ciptaan-ciptaan lain

yang lebih baik.

Setelah beberapa lama, apabila kamera menjadi semakin mudah digunakan dan

menghasilkan kualiti yang lebih baik, dunia fotografi terus berkembang dengan lahirnya

jurufoto-jurufoto yang menggunakan kamera sebagai alat untuk berkarya. Fotografi juga telah

berkembang menjadi satu bentuk media visual yang mempunyai nilai seni yang tersendiri. Ianya

juga turut memberi faedah yang besar dalam berbagai bidang seperti kewartawanan,

pengiklanan, perubatan, pendidikan, pemetaan dan sebagainya.

Penciptaan Kamera

Siapakah yang mencipta kamera? Sebenarnya, penciptaan kamera tidak dilakukan oleh

seorang individu sahaja. Proses penciptaan kamera ini berlaku secara beransur-ansur selama

ratusan tahun melibatkan berbagai pengetahuan dalam ilmu fizik, kimia dan optik. Beberapa

orang individu penting telah mencipta beberapa perkara yang akhirnya menyumbang kepada

terciptanya kamera pertama yang boleh merakam imej kekal.

Manusia telah lama mengetahui prinsip asas berkaitan fotografi, iaitu sekitar tahun 300

sebelum masihi dimana Aristotle (ahli falsafah Greek) telah menulis mengenai fenomena

Page 16: Sejarah Fotografi Dunia Dan Indonesia

pembentukan imej yang merupakan asas kepada fungsi sebuah kamera. Pada sekitar abad yang

sama, Mo Ti (ahli falsafah Cina) telah mencipta sebuah alat yang berfungsi sebagai sebuah

kamera yang ringkas. Tetapi, kamera ini tidak boleh merakam gambar.

Seorang lagi tokoh penting yang menyumbang ke arah penciptaan kamera ialah Ibn Al-

Haytham (Dunia Barat mengenalinya sebagai Alhazen). Beliau adalah seorang saintis muslim

yang dianggap sebagai Bapa Optik Moden dan jasanya diiktiraf oleh sarjana Barat. Pada sekitar

tahun 1000 masehi, Ibn Al-Haytham telah membina camera obscura dan telah menerangkan

secara saintifik mengenai camera obscura, sifat cahaya dan beberapa perkara mengenai optik.

Hasil kajian dan penemuan oleh Ibn Al-Haytham dikembangkan lagi oleh saintis barat selepas

itu.

Pada zaman awal ini, kamera yang dicipta tidak boleh digunakan untuk merakam imej

secara kekal. Kamera yang dikenali sebagai camera obscura ini cuma boleh memaparkan imej

yang hanya boleh dilihat sahaja. Selepas beberapa lama, kamera ini diperbaiki lagi lalu

membolehkan imej yang dilihat itu boleh ditekap bagi dijadikan lukisan.

Perkataan camera obscura adalah perkataan yang berasal dari Bahasa Latin dimana

‘camera’ bermaksud bilik dan ‘obscura’ bermaksud gelap. Oleh itu, camera obscura bermaksud

bilik gelap. Memang pada asalnya, kamera adalah merupakan sebuah bilik yang tertutup dan

gelap. Satu lubang kecil akan dibuat pada satu dinding di bilik tersebut bagi membolehkan

cahaya masuk. Cahaya yang masuk melalui lubang kecil ini akan membentukkan imej pada satu

permukaan yang bertentangan di dalam bilik ini. Kamera yang bersaiz sebuah bilik ini kemudian

telah dikecilkan saiznya sehingga ia menjadi mudah alih. Camera obscura seterusnya menjadi

semakin popular apabila ianya dijadikan dalam bentuk kotak yang dibuat dari kayu dan bersaiz

lebih kecil.

Page 17: Sejarah Fotografi Dunia Dan Indonesia

Camera obscura yang telah diperbaiki – bersaiz lebih kecil dan mudah alih. Alat ini

digunakan untuk menekap imej yang dihasilkan untuk dijadikan lukisan. Sumber foto dari

Wikimedia Commons

Penciptaan Kaedah untuk Merakam Imej Foto Kekal

Untuk mencipta sebuah kamera adalah tidak begitu sukar. Apa yang lebih sukar adalah

untuk merakam imej secara kekal. Pada sekitar tahun 1800, Thomas Wedgewood telah berjaya

merakam gambar foto, tetapi gambar tersebut tidak kekal. Foto yang dirakam hanya bertahan

selama beberapa saat sahaja sebelum ianya pudar dan terus lenyap.

Setelah lebih dari 800 tahun sejak wujudnya camera obscura, manusia masih belum boleh

merakam foto yang kekal. Akhirnya, pada tahun 1826(1), Nicephore Niepce telah berjaya

merakam foto alam semulajadi(1) yang pertama di dunia secara kekal! Untuk mendapatkan foto

ini, Niepce telah menggunakan proses yang diberi nama Heliograph dan telah membuat dedahan

cahaya selama 8 jam untuk merakam imej (kamera sekarang boleh merakam foto dengan

dedahan cahaya hanya selama 1/125 saat atau lebih cepat)

Huraian: (1) Di bahagian belakang foto ini tertera tulisan tahun 1827. Ada pendapat yang

mengatakan foto ini dirakam pada tahun tersebut. Ada pula pendapat lain mengatakan, tahun

1827 yang ditulis di bahagian belakang foto itu adalah tahun dimana Niepce menghadiahkan foto

itu kepada rakannya, tetapi foto ini sebenarnya dirakam pada tahun 1826. (2) Foto yang lebih

awal sebenarnya telah dihasilkan pada tahun 1822 dari objek bukan alam semulajadi, iaitu foto

salinan dari lithograph (litograph ialah sejenis teknik cetakan menggunakan goresan) Sumber

rujukan: Harry Ransom Center, University of Texas at Austin

Page 18: Sejarah Fotografi Dunia Dan Indonesia

Foto yang diberi nama ‘View from the Window’ ini telah dikenali sebagai foto kekal yang

pertama di dunia yang telah dirakam oleh Nicephore Niepce di rumahnya di Perancis. Sumber

foto dari Wikimedia Commons

Pada tahun 1837, Louis Daguerre telah menunjukkan proses yang dikenali dengan nama

Daguerreotype dimana foto boleh dirakam dengan dedahan yang lebih pendek iaitu kurang dari

30 minit. Proses Daguerreotype ini boleh menghasilkan foto yang cantik dan merupakan satu

proses yang popular di seluruh dunia pada zaman itu.

Kamera yang digunakan untuk menghasilkan foto dengan proses Daguerreotype. Foto oleh

Liudmila & Nelson, Wikimedia Commons

Pada tahun 1839, satu lagi penemuan besar dalam fotografi telah dibuat oleh William

Henry Fox Talbot. Beliau telah mencipta satu proses yang dinamakan Calotype dimana proses

ini boleh menghasilkan imej negatif. Imej negatif ini boleh digunakan untuk mencetak semula

imej-imej positif. Ini bermaksud, foto yang dirakam boleh dicetak semula sebanyak mana yang

dikehendaki. Proses Calotype ini telah memberi idea asas kepada proses negatif-positif yang

Page 19: Sejarah Fotografi Dunia Dan Indonesia

telah digunakan secara meluas dalam era fotografi analog selama lebih dari 100 tahun selepas

itu.

Selepas proses Calotype diperkenalkan, ada banyak lagi proses lain telah dicipta –

antaranya ialah Wet Plate Collodion, Ambrotype (Collodion Positive), Tintype, Cyanotype dan

beberapa proses lagi. Namun, kesemua proses ini masih tidak cukup sempurna dan ianya tidak

begitu mesra pengguna. Kamera yang digunakan bersaiz besar dan berat. Proses menghasilkan

foto juga adalah remeh dan memakan masa.

Sehinggalah pada tahun 1888, George Eastman menerusi syarikatnya Kodak telah mengeluarkan

kamera yang lebih mesra pengguna. Kamera yang diberi nama Kodak No. 1 ini dikilangkan

secara besar-besaran untuk kegunaan orang ramai. Kamera ini menggunakan filem negatif dan

boleh merakam sehingga 100 keping foto untuk setiap kali isian.

Kamera Kodak No. 2A (Brownie) yang telah diperbaharui dari kamera sebelumnya, iaitu Kodak

No. 1. Penghasilan kamera jenis ini telah menjadikan fotografi lebih popular di kalangan orang

awam. Foto oleh John Kratz, Wikimedia Commons

Perkembangan Fotografi Analog

Kodak telah mencetuskan perubahan dimana fotografi boleh dipraktikkan secara lebih

meluas terutamanya di kalangan jurufoto amatur. Dari sini, fotografi semakin berkembang

dimana kamera semakin mampu dimiliki dan proses merakam gambar menjadi lebih mudah.

Kamera terus menjadi semakin canggih. Secara beransur-ansur, kamera yang beroperasi

secara mekanikal diperbaiki dengan penggunaan komponen elektronik. Berbagai kawalan

automatik ditambah untuk memudahkan pengguna.

Page 20: Sejarah Fotografi Dunia Dan Indonesia

Teknologi fotografi analog (menggunakan filem) digunakan selama lebih dari 100 tahun

lamanya. Dalam tempoh ini, bidang fotografi telah menjadi cukup matang, baik dari segi

teknologinya mahupun dari segi perkembangan artistiknya.

Kamera Canon New F1, antara kamera analog yang termasyhur di zamannya. Kamera seperti ini

banyak digunakan oleh jurufoto profesional pada sekitar tahun 1980an. Foto oleh Richard Hilber,

Wikimedia Commons.

Fotografi Digital

Menurut rekod yang sah, kamera digital pertama dicipta pada tahun 1975 oleh Steve

Sasson, seorang jurutera Kodak. Kamera ini boleh menangkap gambar menggunakan CCD

(Charge-Coupled Device) dengan 10,000 piksel. Namun, fotografi digital juga dikatakan telah

mula digunakan oleh NASA (National Aeronautics and Space Adiministration) sejak tahun

1960an lagi untuk menerima isyarat imej digital yang dirakam oleh pesawat di angkasa lepas.

Asas kepada fotografi digital ini juga sebenarnya telah wujud sejak tahun 1950an berasaskan dari

teknologi kamera video.

Page 21: Sejarah Fotografi Dunia Dan Indonesia

Antara kamera digital yang terawal – Kodak DCS 420 yang menggunakan badan kamera analog

Nikon F90. Sistem ini mempunyai sensor dengan 1.2 megapixel sahaja dan mula diperkenalkan

pada tahun 1994. Sumber foto dari Wikimedia Commons

Apa pun, fotografi digital tidak digunakan oleh orang ramai secara meluas sehinggalah

pada sekitar tahun 2002 apabila kamera digital mula dipasarkan secara komersial. Perkembangan

teknologi fotografi digital berlaku dengan begitu pesat sejak dari itu. Dengan ini, bermulalah satu

era baru dalam sejarah fotografi.

Sejarah Awal Mula Fotografi Dunia

www.elib.unikom.ac.id/download.php?id=103471

SIAPA yang tidak mengenal kamera? Anak kecil zaman sekarang pun sudah terbiasa

memegang dan bergaya di hadapan kamera. Yang perlu dilakukan hanyalah menekan satu

tombol, momen yang ingin disimpan dapat tertangkap oleh kamera. Pada hakikatnya, fotografi

merupakan teknik untuk menghasilkan gambar yang tahan lama melalui suatu reaksi kimia yang

terjadi, ketika cahaya menyentuh permukaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Sejarah fotografi saat ini, berhutang banyak p ada beberapa nama yang memberikan

kontribusi yang sangat berarti bagi perkembangan fotografi sampai era digital sekarang. Kita

mencatat nama Al Hazen, seorang pelajar berkebangsaan Arab yang menulis bahwa citra dapat

dibentuk dari cahaya yang melewati sebuah lubang kecil pada tahun /000 M. Kurang lebih 400

tahun kemudian, Leonardo da Vinci, juga menulis mengenai fenomena yang sama. Namun,

Battista Delta Porta, juga menulis hal tersebut, sehingga dia yang dianggap sebagai penemu

prinsip kerja kamera melalui bukunya, Camera Obscura.

Awal abad 17, Ilmuwan Italia, Angelo Sala menemukan bahwa bila serbuk perak nitrat

dikenai cahaya, warnanya akan berubah menjadi hitam. Bahkan saat itu, dengan komponen

kimia tersebut, ia telah berhasil merekam gambar - gambar yang tak bertahan lama. Hanya saja

masalah yang dihadapinya adalah menyelesaikan proses kimia setelah gambar-gambar itu

terekam sehingga permanen.

Pada 1727, Johann Heinrich Schuize, profesor farmasi dari Universitas di Jerman, juga

menemukan hal yang sama pada percobaan yang tak berhubungan dengan fotografi. Ia

memastikan bahwa komponen perak nitrat menjadi hitam karena cahaya dan bukan oleh panas.

Page 22: Sejarah Fotografi Dunia Dan Indonesia

Sekitar tahun 1800, Thomas Wedgwood, seorang Inggris, bereksperimen untuk merekam gambar

positif dari citra yang telah melalui lensa pada kamer a obscurayang sekarang ini disebut kamera,

tapi hasilnya sangat mengecewakan. Akhirnya ia berkonsentrasi sebagaimana juga Schuize,

membuat gambar-gambar negatif, pada kulit atau kertas putih yang telah disaputi komponen

perak dan menggunakan cahaya matahari sebagai penyinaran.

Tahun 1824, setelah melalui berbagai proses penyempurnaan oleh berbagai orang dengan

berbagai jenis pekerjaan dari berbagai negara. Akhirnya Joseph Nieephore Niepee, seorang

lithograf berhasil membuat gambar permanen pertama yang dapat disebut "FOTO" dengan tidak

menggunakan kamera, melalui proses yang disebutnya Heliogravure atau proses kerjanya mirip

lithograf dengan menggunakan sejenis aspal yang disebutnya Bitumen of judea, sebagai bahan

kimia dasarnya. Kemudian dicobanya menggunakan kamera, namun ada sumber yang

menyebutkan Niepee sebagai orang pertama yang menggunakan lensa pada camera obscura.

Pada masa itu lazimnya camera obscura hanya berlubang kecil, juga bahan kimia lainnya, tapi

hasilnya tidak memuaskan.

Agustus 1827, Setelah saling menyurati beberapa waktu sebelumnya, Niepee berjumpa

dengan Louis Daguerre, pria Perancis dengan beragam ketrampilan tapi dikenal sebagai pelukis.

Mereka merencanakan kerjasama untuk menghasilkan foto melalui penggunaan kamera.

Tahun 1829, Niepee secara resmi bekerja sama dengan Daguerre, tapi Niepee meninggal

dunia pada tahun 1833. Dan tanggal 7 Januari 1839 , dengan bantuan seorang ilmuwan untuk

memaparkan secara ilmiah, Daguerre mengumumkan hasil penelitian. Penelitiannya selama ini

kepada Akademi Ilmu Pengetahuan Perancis. Hasil kerjanya yang berupa foto- foto yang

permanen itu disebut DAGUERRETYPE, yang tak dapat diperbanyak atau reprint atau repro.

Tanggal 25 Januari 1839, William Henry Fox Talbot, seorang ilmuwan Inggris,

memaparkan hasil penemuannya berupa proses fotografi modern kepada Institut Kerajaan

Inggris. Berbeda dengan Daguerre, ia menemuk an sistem negatif-positif (bahan dasar : perak

nitrat, diatas kertas). Walau telah menggunakan kamera, sistem itu masih sederhana seperti apa

yang sekarang kita istilahkan : Contactprint (print yang dibuat tanpa pembesaran atau

pengecilan).

Juni 1840, Talbot memperkenalkan Calotype, perbaikan dari sistem sebelumnya, juga

menghasilkan negatif diatas kertas. Dan pada Oktober 1847. Abel Niepee de St Victor,

keponakan Niepee, memperkenalkan pengunaan kaca sebagai base negatif menggantikan kertas.

Page 23: Sejarah Fotografi Dunia Dan Indonesia

Pada Januari 1850 . Seorang ahli kimia Inggris, Robert Bingham , memperkenalkan

penggunaan Collodion sebagai emulsi foto, yang saat itu cukup populer dengan sebutan WET-

PLATE Fotografi. Setelah berbagai perkembangan dan penyempurnaan, penggunaan roll film

mulai dikenal.

Juni 1888, George Eastman, seorang Amerika, menciptakan revolusi fotografi dunia

hasilpenelitiannya sejak 1877. Ia menjual produk baru dengan merek KODAK berupa sebuah

kamera box kecil dan ringan, yang telah berisi roll film (dengan bahan kimia Perak Bromida)

untuk /00 exposure. Bila seluruh film digunakan, kamera ini yang diisi film dikirim

keperusahaan Eastman untuk diproses. Setelah itu kamera dikirimkan kembali dan telah berisi

roll film yang baru.

Berbeda dengan kamera masa itu yang besar dan kurang praktis, produk baru tersebut

memungkinkan siapa saja dapat memotret dengan leluasa.Hingga kini perkembangan fotografi

terus mengalami perkembangan dan berevolusi menjadi film-film digital yang mutakhir tanpa

menggunakan roll Film.

Selanjutnya, secara bertahap fotografi berkembang ke arah penyempurnaan teknik dan

kualitas gambarnya sampai pada akhir abad ke -19, fotografi telah mencapai kualitas hasil yang

mendekati seperti yang dikenal sekarang. Namun, sebenarnya perkembangan foto seni di

Indonesia sendiri telah berkembang di akhir abad ke /8, ada orang Indonesia yang telah membuat

foto-foto indah menawan di dalam studio maupun di alam bebas, foto -foto itu jelas sekali

bernapaskan seni seperti yang dikenal sekarang.

Objek, lighting, dan komposisinya jelas sekali diperhitungkan dengan masak saat

pemotretan. Pencetakan fotonya pun sangat brilian, sehingga hasil fotonya menjadi indah

menawan bagaikan lukisan-foto piktorial. Perbedaan yang dapat dilihat dengan jelas adalah

sebagian besar foto terekam beku. Jika memotret manusia, maka si model diwajibkan diam

beberapa saat. Hal ini dapat dimaklumi karena teknologi fotografi saat itu masih sederhana, body

kamera berukuran besar, sedangkan filmnya masih dalam bentuk lembaran (bukan rol), bahkan

bahan dasarnya kaca atau seluloid, dengan kepekaan (ASA) yang masih rendah. Mekanis pada

lensa juga sangat sederhana, bahkan banyak lensa yang mempunyai satu bukaan diafragma dan

tidak disertai lembaran daun di afragma, sehingga pemotretan dilakukan dengan cara membuka

dan menutup lensa.