sedimen klastik laut dalam

Upload: maria-mawar

Post on 07-Aug-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/20/2019 Sedimen Klastik Laut Dalam

    1/19

    Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam 2010 

    164 Copyright @2010 by Djauhari Noor 

    11 SISTEM SEDIMEN L AUT D ALAM 11.1 Sistem Sedimen Klastik Laut Dalam dan Klasifikasinya

    Pada awalnya karakteristik umum dari sistem klasifikasi laut dalam didasarkan pada kejadian

    dari lapisan-lapisan batupasir dimana ukuran butir sedimennya akan menghalus kearah atas.

    Lapisan dengan tekstur demikian menjadi terkenal sebagai turbidit laut dalam (Kuenen,1957). Hal inididasarkan dari hasil pengamatan pada sistem pengendapan arus pekat (turbit) dimana ukuran

    butirnya semakin keatas semakin menghalus. Adanya perubahan secara vertikal dalam fabrik

    (kemas) batuan ini kemudian dikenal sebagai “Bouma Sequence” (Shanmugam, 2000). Saat ini telah

    diakui bahwa meskipun tidak semua siklus pengendapan laut dalam memiliki fabrik seperti turbidit

    dari Bouma Sequence (Shanmugam, 2000), proses yang mendukung adanya keterkaitan atau

    hubungan antara facies sedimen laut dalam dengan geometrinya. Banyak contoh dari proses yang

    mendukung adanya keterkaitan ini. Salah satu contoh yang menjadi perhatian para ahli stratigrafi

    adalah Singkapan Batupasir Ross yang terdapat di Irlandia yang berumur Karbon dimana pada

    singkapan batuannya terlihat adanya siklus (sekuen) yang meningkat dari perselingan mudstone  

    (batulumpur) dan slump   (longsoran nendatan) yang terhubungkan dengan lapisan mudstone dan

    debris dan aliran densitas yang tidak kohesif dari lidah turbidit yang bersifat pasiran.

    Gambar 11-1 memperlihatkan adanya hubungan atau keterkaitan antara berbagai aliran

    densitas yang berada di dalam air dan bagaimana sedimen diangkut (ditransport). Pada gambar

    diperlihatkan bagaimana aliran yang kohesif berubah menjadi aliran yang bersifat non-kohesif saat

    melewati daerah transisi dari aliran yang bersifat hybrid. Sedimen yang berasal dari aliran yang

    berbeda genesanya akan sama dan akumulasi aliran sebagai percampuran kedua material kohesif

    dan non kohesif. Untuk menyimpulkan pengangkutan transportasi sedimen yang terlibat dalam

    aliran yang kohesif ke aliran non-kohesif hingga ke aliran arus densitas yang bersifat turbit (pekat).

     Aliran kohesif (Cohesive flows ) mempunyai kekuatan matrik dan dibagi dalam ukuran butir

    menjadi:

       Aliran debris

       Aliran Lumpur yang kaya akan lempung dan lumpur lanauan.

     Aliran gesek (Strenght flows ) tersusun dari kombinasi butiran dan air dimana ruang antar butir diisi

    oleh air. Aliran gesek dibagi menjadi:

  • 8/20/2019 Sedimen Klastik Laut Dalam

    2/19

    Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam 2010 

    165 Copyright @2010 by Djauhari Noor 

       Aliran densitas hipokonsentrasi (hypoconcentrated density flows), aliran debris pasiran,

    beberapa lapisan bersusun terbalik, tidak ada lapisan bersusun normal, bentuk lapisan tidak

    terawetkan.

     

     Aliran densitas terkonsentrasi (concentrated density flows), seperti erosi dasar, scour &

    flute, lapisan bersusun normal, lapisan masif bagian bawah dengan perlapisan bersusun

    terbalik.

       Aliran turbidit (dibagi berdasarkan lamanya):

    1. 

    Surges

    2.   Aliran seperti surge (Bouma Sequence)

    3.   Arus Quasisteady

    Gambar 11-1 Hubungan antara berbagai aliran densitas yang ada di dalam air dan

    bagaimana sedimen diangkut (ditransport).

    Skema dari sedimen aliran densitas mengangap bahwa setiap aliran memungkinkan berubah

    dalam kedua tipe, aliran yang memotong dan aliran bawah dengan waktu pada setiap saat disuatu

    titik. Kekuatan dan kelemahan dari klasifikasi ini adalah bahwa spektrum sedimen yang mewakili

    terlibat menjadikan multi-interpretasi dan kualitatif.

    11.2. Aliran densitas konsentrasi tinggi

    Pergerakan turbulensi fluida pada aliran berkonsentrasi tinggi ditafsirkan berdasarkan volumekonsentrasi sedimen yang selalu berada diatas 25%, seringkali berbentuk partikel partikel berukuran

  • 8/20/2019 Sedimen Klastik Laut Dalam

    3/19

    Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam 2010 

    166 Copyright @2010 by Djauhari Noor 

    pasir dan kerikil. Fluida tidak memiliki gaya kohesi akan tetapi karena adanya dukungan interaksi

    antar butir serta beban sedimen (material sedimen) yang ditransport. Sebagai aliran, sedimen tidak

    selamanya mendukung dan terakumulasi sebagai aliran debris bersifat pasiran yang seringkali

    terpilah. Endapan ini menunjukan beberapa lapisan dasar bergradasi terbalik (tidak bergradasi

    normal). Struktur silang-siur dan lapisan lapisan lainnya cenderung tidak terawetkan ketika

    komposisinya bervariasi antara lanau, pasir, dan kerikil yang masif.

    Gayaberat mendorong aliran ini, dimana sifat dan kecepatan akan tergantung dari kecuraman

    lereng dimana aliran melintas. Lereng akan menjadi curam apabila aliran transportnya dekat dan

    ketika lereng menjadi landai maka sedimen cenderung menjadi bebas yang memungkinkan

    terjadinya interaksi antar butir.

    Gambar 11-2 Gambar yang memperlihatkan berbagai kenampakan dari tipe-tipe sedimentasiyang berbeda mekanisme pengangkutan butirannya. Kesesuaian pengendapanarus turbidit (Lowe, 1982) dengan endapan konsentrasi aliran densitas menurutMulder & Alexander's (2001).

    11.3 Aliran densitas terkonsentrasi

     Aliran ini ditentukan berdasarkan pergerakan turbulensi fluida dari aliran yang didukung 10  – 25% partikel berukuran pasir. Pada aliran ini, aliran debris yang bersifat pasiran digambarkan diatas

  • 8/20/2019 Sedimen Klastik Laut Dalam

    4/19

    Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam 2010 

    167 Copyright @2010 by Djauhari Noor 

    akumulasi. Dasar permukaan terhadap endapan ini adalah erosional dan seringkali diekpresikan

    sebagai scour   dan flute .  Bidang permukaan ini merupakan bukti adanya arus yang cepat yang

    memindahkan kearah bagian bawah lereng yang curam dengan gerakan interaksi antar butir dengan

    mengerosi dan menggesek. Dengan berkurangnya kemiringan lereng, sedimen sedimen berbutir

    kasar akan diendapkan menghasilkan kombinasi struktur graded bedding   normal   dan atau

    lapisan massif  dengan struktur gradded bedding terbalik .

    11.4. Turbidit

    Istilah turbidit diperkenalkan pertama kalinya oleh Kuenen (1957) untuk mewakili suatu

    endapan yang berasal dari arus turbit. Adalah Arnold Bouma, sebagai mahasiswa yang membantu

    pekerjaaan Kuenen dan mempublikasikan hasil penelitiannya untuk singkapan singkapan batupasir

    yang berada di daerah Annot sebelah tenggara Perancis yang kemudian untuk pertama kalinya

    memperkenalkan model facies turbidit vertikal (Bouma, 1962) yang kemudian dikenal sebagai

     “Bouma Sekuen”. 

    11.4.1 Sedimen Turbidit

    Meskipun semua sedimen aliran densitas dipahami sebagai sedimen yang bersifat tidak tetap

    Mulder & Alexander (2001) membagi sedimen ini berdasarkan atas lamanya arus turbulen bekerja,

    yaitu:

    1. 

    Durasi aliran densitas yang cepat

    2.  Perilaku aliran densitas dimana bagian kepala dari aliran densitas mengendalikan

    pengendapan. (Bouma sequences atau turbidites)

    3.   Arus dimana kepala dari aliran densitas tidak berpengaruh bila dilihat sebagai bagian dari

    badan aliran.

    11.4.2 Endapan Turbidit

    1. 

    Definisi Endapan Turbidit

    Secara umum turbidit didefinisikan sebagai sedimen yang diendapkan oleh suatu mekanisme

    arus turbit. Middelton dan Hampton (1973) menyebut sebagai sedimen aliran gravitasi yang

    menyebabkan terjadinya arus kenyang (turbidity current) karena adanya longsoran pada lereng

    benua yang disebabkan oleh getaran, baik itu gempa bumi maupun tsunami. Mekanisme

    pengendapannya berasal dari onggokan-onggokan sedimen yang berada pada lereng suatu

    cekungan, karena suatu getaran kemudian sedimen tersebut meluncur kebawah. Luncuran-luncuran

    ini menghasilkan lengseran yang kemudian berkembang menjadi suatu arus turbid dimana

    sedimennya lepas-lepas dan butir-butirnya bergerak sendiri-sendiri yang pada awalnya masih terikat

  • 8/20/2019 Sedimen Klastik Laut Dalam

    5/19

    Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam 2010 

    168 Copyright @2010 by Djauhari Noor 

    dan menyatu karena kohesi antar butirnya. Butiran-butiran ini kemudian pada akhirnya mengendap

    pada dasar cekungan. Sedangkan menurut Friedman dan Sanders (1978), arus turbidit adalah aliran

    arus pekat yang dihasilkan oleh masa dari butiran (padatan) sedimen yang berada didalam media

    aliran tersebut.

    Berdasarkan gerak relatif antara butir dan jarak dari sumber, Middelton dan Hampton (1973)

    membagi 4 jenis arus densitas:

    1. 

     Aliran Arus Kenyang (Turbidity current ): butir-butir telah lepas sama sekali dan masing-

    masing butir didukung oleh fluida/media (telah terinduksi menjadi turbulen)

    2.   Aliran Sedimen Yang Difluidakan  (Fluidizes sediment flow)   : butiran yang lepas

    didukung oleh cairan yang diperas keatas antar butir. Butir-butir masih bersentuhan.

    3.   Aliran Butiran  (Grain flow ): dimana butir-butir belum lepas dan dalam mengalir saling

    berentuhan.

    4.   Aliran Rombakan  (Debris flow ) : dimana butir-butir kasar masih didukung oleh matrik

    (masa dasar) campuran sedimen yang lebih halus dan media (air) dan masih mempunyai

    kekuatan

    Bouma (1962) mempelajari dengan seksama endapan turbidit purba dan menemukan urut-

    urutan yang khas yang dikenal dengan Sekuen Boma. Sekuen ini merupakan model fasies dari

    turbidit yang disusun oleh lima interval dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Gambar 11-3):

    Gambar 11-3 Model Fasies Vertikal Turbidit Bouma

    1.  Interval Perlapisan Bersusun  (Ta): Interval lapisan bersusun (graded beding)

    merupakan bagian terbawah dari model fasies ini, bertekstur pasiran kadang-kadang

    krakalan atau krikilan. Struktur perlapisan bersusun ini akan menjadi tidak jelas atau hilang

    sama sekali apabila batupasir yang menyusun interval ini trpilah dengan baik. Tandastruktur lainnya tidak tampak.

  • 8/20/2019 Sedimen Klastik Laut Dalam

    6/19

    Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam 2010 

    169 Copyright @2010 by Djauhari Noor 

    2.  Interval Laminasi Sejajar Bagian Bawah (Tb): Interval laminasi sejajar bagian bawah

    (lower of paralel laminate). Interval laminasi sejajar bagian bawah (lower of paralel

    lamination)   tersusun dari perselingan antara batupasir dengan serpih atau batulempung.

    Bidang sentuh (kontak) dengan interval di bawahnya mungkin berlangsung.

    3.  Interval Riak Arus (Tc): Interval riak arus (interval of current lamination ) dicirikan dengan

    adanya struktur riak arus yang tingginya maksimal 5 cm dan panjang maksimal 20 cm,

    kadang nampak foreset lamination dan struktur riak arus yang berbentuk konvolut.

    4.  Interval Laminasi Sejajar Bagian Atas  (Td): Interval laminasi sejajar bagian atas

    (upper interval of parallel lamination)   tersusun dari perselingan antara batupasir halus

    dengan batulempung, struktur laminasi sejajarnya tidak begitu jelas, apabila terkena proses

    pelapukan atau gangguan tektonik, kadang-kadang lempung pasirannya berkurang kearah

    vertikal, bidang sentuhnya dengan interval di bawahnnya sangat jelas.

    5.  Interval Pelitik   (Te): Interval pelitik tersusun dari batuan yang bersifat lempungan dan

    tidak menunjukan adanya struktur yang jelas, kearah tegak pada interval ini material

    pasirannya berkurang dan ukuran besar butirnya makin menghalus. Cangkang foraminifera

    mungkin ditemukan. Bidang sentuh dengan interval dibawahnya berangsur, diatas interval

    ini sering ditemukan lapisan yang bersifat napalan.

    Bouma (1962) menyatakan turbidit dengan fasies yang lengkap (dari interval Ta hingga

    interval Te) hanya dijumpai pada lapisan yang tebal saja, umumnya fasies yang dijumpai telah

    hilang pada bagian atas, bawah atau keduanya. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa baik kecepatan

    maupun ukuran besar butir berkurang kearah hilir. Hal ini menyebabkan urut-urutan turbidit menjadi

    T1 (Ta-e), T2 (Tb-e), T3 (Tc-e), T4 (Tc-e), T5(Te) yang terbentuk.

    Urutan - urutan yang umum ditemukan:

    1.  Base cut out sequence. Merupakan urutan turbidit yang tidak utuh, yaitu interval bagian

    bawahnya hilang. Bagian interval yang hilang bisa berupa Ta, Ta-b, Ta-c dan Ta-d.

    2. 

    Trancated sequence. Interval yang hilang pada sekuen ini adalah interval bagian atas,

    yakni Tb-e, Tc-e,Td-e dan Te.

    3.  Truncated, base cut out sequence. Pada sekuen ini baik interval bagian atas maupun

    bawahnya hilang. Interval yang muncul berkisar antara Tb  –  Td. Keadaan ini disebut

    truncated, base cut out sequence.

  • 8/20/2019 Sedimen Klastik Laut Dalam

    7/19

    Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam 2010 

    170 Copyright @2010 by Djauhari Noor 

    Dari berbagai klasifikasi yang ada, klasifikasi yang dibuat oleh Walker (1978) merupakan

    klasifikasi yang paling sederhana dalam penggunaannya untuk menafsirkan endapan turbidit. Walker

    (1978) membagi fasies turbidit menjadi lima fasies, yaitu:

     A. 

    Turbidit Klasik (Classic Turbidite). Turbidit klastik terdiri atas urutan batupasir  – 

    batulempung yang dapat digolongkan dalam urutan Bouma (1962) yang lengkap untuk suatu

    endapan turbidit. Namun demikian urutan  – urutan yang lengkap jarang dijumpai, dengan demkian

     juga dalam urutan terbalik, tetapi yang sering dijumpai adalah urutan yang tidak lengkap.

    B.  Batupasir Masif (Masive Sandstones). Batupasir masif merupakan gardasi dari turbidit

    klastik, yaitu berkurangnya perselingan batulempung dan bertambahnya paritan serta ketidak aturan

    perlapisan. Ukuran butir semakin bertambah kasar, demikian juga dengan ketebalan batupasir

    bertambah. Baupasir masif terdiri dari perlapisan batupasir tanpa perselingan batulempung, yang

    kalau digolongkan ke dalam urutan Bouma (1962) merupakan urutan Ta (graded bedding) karena

    interval lain tidak terdapat. Lapisan batu pasirmasif tanpa struktur sedimen, kecuali struktur

    mangkok yang terkadang mungkin dapat ditemukan, ketebalan lapisan berkisar 0.5 – 5 meter.

    C.  Batupasir Kerikilan (Pebbly Sandstones). Fasies batupasir kerikilan ini dicirikan oleh

    ketebalan lapisan berkisar 0.5  –  5 meter, batas bawah tegas dan tidak terdapat interkalasi

    batulepung atau serpih untuk fasies ini.urutan Bouma atau struktur sedimen turbidit klasitik tidak

    berlaku atau tidak digunakan. Merupakan struktur sedimen perlapisan bersusun dapat ditemukandengan besar butir mulai kerikilan dibagian dasar sampai ukuran sedang. Perlapisan yang biasanya

    terjadi dari perselingan lapisan yang kaya akan kerikilan dan lapisan yang miskin dengan kerikil

    dengan tebal rata-rata lapisan 5 – 20 cm, dengan struktur sedimen mangkok atau planar tabular.

    D. 

    Konglomerat yang didukung oleh fragmen (Conglomerate supported by

    fragment): Fasies konglomerat ini disebut “clay supported conglomerat“ yang dicirikan oleh:

    1.  Umumnya terdapat struktur perlapisan bersusun dari jenis normal atau terbalik dengan

    ketebalan lapisan 20 – 30 cm.

    2.  Stratifikasi bisa ada ataupun tidak

    3.  Setiap lapisan bisa tebal hingga 1- 5 cm

    4.  Dasar perlapisan biasanya tegas dan paritan biasanya ada

    5. 

    Interkalasi serpih atau baulempung jarang terdapat.

    Perlapisan yang didukung oleh matrik (Matrix supported beds ). Fasies ini disebut sebagai

     “matrixs suported beds” oleh Walker (1978) yang meliputi batupasir, kerikil, kerakal dan bongkah

    yang didukung matrik. Endapan Debris Flow (DF) dan Slump (SL) termasuk dalam fasies ini. Dasar

    perlapisan tidak teratur dan tidak terdapat kemas tertutup, tetapi biasanya fragmen atau bongkah

  • 8/20/2019 Sedimen Klastik Laut Dalam

    8/19

    Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam 2010 

    171 Copyright @2010 by Djauhari Noor 

    yang ada terletak mengambang dalam matrik. Distribusi lateral endapan turbidit sepanjang

    cekungan menurut Walker (1978) adalah bahwa semakin kearah laut yang lebih dalam sedimen

    kasar semakin menghilang. Akibatnya makin kearah laut dalam akan didapatkan struktur sedimen

    bagian-bagian atas dari seri Bouma (1962). Walker (1978) mengajukan formulasi yang lebih

    lengkap, yang mencerminkan produk sedimentasi baik oleh arus pekat maupun oleh longsoran

    bawah laut, yang memunculkan fasies-fasies endapan turbidit secara umum mulai dari lereng

    kontinen yaitu endapan kipas atas, endapan kipas tengah dan endapan kipas bawah.

    Progradasi endapan kipas bawah laut menimbulkan urutan-urutan stratigrafi hipotesis seperti

    diperlihatkan pada gambar 8-4. Dapat dilihat adanya dua sekuen menjadi ciri utama dari stratigrafi

    hipotesis Walker tersebut. Pertama sekuen menebal keatas merupakan ciri fasies endapan kipas

    bawah sampai kipas tengah. Kedua, sekuen menipis keatas merupakan ciri fasies endapan kipas

    tengah (bagian tengah) dan kipas atas.

    Struktur turbidit Bouma (1962) lebih berkembang pada fasies kipas bawah sampai kipas

    tengah. Beberapa ciri litologi dan asosiasi struktur sedimen juga membeda bedakan ketiga fasies

    tersebut diatas. Endapan kipas bawah dicirikan oleh dominasi batulempung dan perselingan

    batupasir dengan struktur turbidit klastik dari Bouma (1962). Munculnya batupasir masif  

    (Walker,1978) dan sekuen A  dari Bouma mencirikan mulainya endapan kipas tengah bagian 

    bawah. Batupasir yang muncul semakin intensif dengan disertai munculnya konglomerat

    menandakan endapan kipas tengah bagian tengah. Dominasi batulempung kearah kipas tengah

    bagian atas semakin berkurang dan menurut stratigrafi hipotesis diatas, batulempung menghilang

    pada kipas atas dimana litologinya adalah konglomerat, batupasir endapan debris flow dan sedimen

    berstruktur slump.

    Gambar 8-4 Model Hipotetis Kipas Bawah Laut (Walker, 1978)

  • 8/20/2019 Sedimen Klastik Laut Dalam

    9/19

    Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam 2010 

    172 Copyright @2010 by Djauhari Noor 

    Gambar 8-5 Urut urutan vertikal Kipas Bawah Laut (Walker, 1978)

    TURBIDIT

    KLASIK (TK)

  • 8/20/2019 Sedimen Klastik Laut Dalam

    10/19

    Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam 2010 

    173 Copyright @2010 by Djauhari Noor 

    Gambar 8-6 Singkapan Sedimen yang sangat tebal dari Endapan Turbidit Klasik

    Struktur Bouma lengkap: Ta – Tb, Tc, Td, dan Te

    Parelel laminasi dan Ripple Lapisan Bersusun (Graded Bedding)

    Gambar 8-7 Struktur Sedimen Bouma

  • 8/20/2019 Sedimen Klastik Laut Dalam

    11/19

    Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam 2010 

    174 Copyright @2010 by Djauhari Noor 

    Gambar 8-8 Profil singkapan penipisan kearah atas (Thinning upwardsequences)

    Gambar 8-9 Profil singkapan penebalan kearah atas (Thickeningupward sequences)

  • 8/20/2019 Sedimen Klastik Laut Dalam

    12/19

    Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam 2010 

    175 Copyright @2010 by Djauhari Noor 

    Gambar 8-10 Profil singkapan penebalan kearah atas (Thickeningupward sequences)

    Gambar 8-11 Profil singkapan Perlapisan yang didominasi batupasiryang mencirikan proximal turbidites (Bagian Berlembah dari Suprafan lobe on Mid Fan)

  • 8/20/2019 Sedimen Klastik Laut Dalam

    13/19

    Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam 2010 

    176 Copyright @2010 by Djauhari Noor 

    Gambar 8-12 Profil singkapan Perlapisan yang didominasi oleh perlapisanbatupasir (masive sandstone) daan sekuen menipis keatas (thinning upwardsequence). Merupakan ciri dari  “Bagian Berlembah dari Supra fan lobe on MidFan”  

    Gambar 8-13 Endapan “chaotic”  diantara 2 sikuen utama dari endapan batupasir.

  • 8/20/2019 Sedimen Klastik Laut Dalam

    14/19

    Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam 2010 

    177 Copyright @2010 by Djauhari Noor 

    Gambar 8-14 Pengisian saluran (Channel-fill) yang menutupi endapan “chaotic”  serta and mulainya sikuen endapan batupasir.

    Gambar 8-15. Perselingan “distal”  and “proximal”  turbidit. Setiap bidangperlapisan memisahkan masing-masing endapan.

  • 8/20/2019 Sedimen Klastik Laut Dalam

    15/19

    Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam 2010 

    178 Copyright @2010 by Djauhari Noor 

    Gambar 8-16 Memperlihatkan “slump structures” yang berada didalam lapisanbatupasir

    Gambar 8-17 Memperlihatkan “slump structures” yang berada didalam lapisanbatupasir

  • 8/20/2019 Sedimen Klastik Laut Dalam

    16/19

    Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam 2010 

    179 Copyright @2010 by Djauhari Noor 

    Gambar 8-19 Kontak antara lapisan dasar (debrite) yang ditutupi oleh “channel sandstone” yang tebal. 

    Gambar 8-20 Bentuk “scour marks” pada dasar lapisan

    saluran (channel bed).

  • 8/20/2019 Sedimen Klastik Laut Dalam

    17/19

    Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam 2010 

    180 Copyright @2010 by Djauhari Noor 

    Beberapa Contoh Analisa Profil Model Kipas Bawah Laut

    Gambar 8-21 Profil singkapan yang menunjukkan lingkungan kipas bawah laut bagian “SuprafanLobe on Mid Fan” dan “ Upper Fan”  

  • 8/20/2019 Sedimen Klastik Laut Dalam

    18/19

    Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam 2010 

    181 Copyright @2010 by Djauhari Noor 

    Gambar 8-22 Profil singkapan yang menunjukkan lingkungan kipas bawah laut bagian “Suprafan

    Lobe on Mid Fan”

  • 8/20/2019 Sedimen Klastik Laut Dalam

    19/19

    Bab 11 Sistem Sedimen Laut Dalam 2010 

    182 Copyright @2010 by Djauhari Noor 

    Gambar 8-23 Profil singkapan yang menunjukkan lingkungan kipasbawah laut bagian “Lower Fan” (bawah) dan “Suprafan Lobes on Mid

    Fan” (atas)