sastra melayu sumatera utara - magisterseniusu.com · daftar isi i. pendahuluan 1 1.1 pengantar 1...

279
i

Upload: donhan

Post on 03-Mar-2019

260 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

i

Page 2: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya
Page 3: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

i

SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA

Muhammad Takari bin Jilin Syahrial

Fadlin bin Muhammad Dja’far

Bartong Jaya Medan

2009

Page 4: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

ii

Bartong Jaya

Alamat:

Jalan Pelajar, Gang Buku, No. 10, Medan, Indonesia

Terbitan Pertama 2009

(c) Bartong Jaya Hak cipta dilindungi oleh undang-undang, dilarang memperbanyak, menyalin, merekam sebahagian atau seluruh bahagian buk ini dalam bahasa atau bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit. ISBN: 979 764 704 7 Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KDT) Takari, Muhammad Sastra Melayu Sumatera Utara/Muhammad Takari bin Jilin Syahrial [dan] Fadlin bin Muhammad Dja’far. Medan: Studia Kultura, 2008. x, 252; ilus.; 20 cm; bibliografi; ISBN: 979 764 704 7 1. Sastra – Melayu. I. Fadlin, II. Judul.

Page 5: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

iii

KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena atas berkah dan

karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan buku ini pada tahun 2009.

Begitu juga salawat dan salam untuk Nabi Muhammad, yang telah membawa

Islam dan kedamaian, yang kami harapkan kelak syafaatnya.

Adapun cita-cita menulis buku ini, telah lama kami renanakan. Namun

karena sulitnya mengumpulkan materi-materi yang akan diajangkau, yakni

begitu luasnya bahan yang mesti dicapai, maka kami perlu melakukan

penelitian demi penelitian kembali. Apalagi kami menyadari bahwa disiplin strata satu kami adalah etnomusikologi yang tak begitu mendalam mengkaji

sastra, khususnya Melayu.

Adapun inti utama buku ini adalah mendeskripsikan keberadaan sastra

Melayu Sumatera Utara. Dalam realitasnya, sastra Melayu Sumatera Utara,

hidup dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Masa animisme

dan dinamisme dilalui dari awal adanya orang Melayu sampai datangnya

Hindu-Budha di abad pertama Masehi. Kemudian pengaruh Hindu-Budha

sejak abad pertama sampai ketiga belas. Disusul Islam yang menjadi asas

terdalam pada kebudayaan Melayu Sumatera Utara. Sementara pengaruh

Eropa dimulai sejak awal abad keenam belas sampai akhirnya orang Melayu

merdeka di peruh kedua abad kedua puluh, menjadi negara-negara bangsa. Semua unsur ini, baik yang datang dari dalam berupa inovasi dan yang

datang dari luar, berupa akulturasi, menyatu dalam kebudayaan masyarakat

Melayu.

Sastra Melayu Sumatera Utara diwariskan baik melalui tradisi lisan

maupun tulisan. Tradisi ini hidup, berkembang, dan fungsional dalam

masyarakat. Genre-genre lahir secara alamiah, seperti: pantun, seloka,

gurindam, nazam, cerita rakyat, dan yang menjadi ciri sastra kawasan ini

adalah syair Puteri Hijau.

Tentu saja buku ini bagaikan tak ada gading yang tak retak. Untuk itu

kami mohon kritik dan saran untuk menyempurnakan buku ini di masa-masa

yang akan datang. Medan, Agustuas 2009

Wassalam,

Tim Penulis

Muhammad Takari & Fadlin

Page 6: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

iv

DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 1.2 Guna dan Fungsi Sastra dalam Masyarakat 5 1.3 Sastra dalam Konteks Kritik Sosial 10 1.4 Model Kehidupan Ideal dan Moral dalam Karya Sastra 13 1.5 Mengukur Derajat Sastra 20 1.6 Agama sebagai Puncak Bersastra 21 1.7 Sastra dalam Seni Pertunjukan 25 II. Berbagai Teori dan Metodologi Saintifik dalam Mengkaji Seni dan astra 29 2.1 Pendahuluan 29 2.2 Seni dalam Kajian Estetika 31 2.2.1 Antropologi dan Seni 34 2.2.2 Interaksi 35 2.2.3 Etnomusikologi 36 2.2.4 Antropologi Tari 41 2.2.5 Kajian Pertunjukan Budaya dan/atau Antropologi Teater 42 2.2.6 Antropolinguistik 43 2.3 Pendekatan Ilmiah dan Teori-teori 48 2.3.1 Semiotika 49 2.3.1.1 Semiotika dalam Musik 58 2.3.1.2 Semiotika dalam Seni Pertunjukan 62 2.3.2 Teori Fungsionalisme 67 2.3.3 Teori Evolusi 76 2.3.4 Teori Difusi 77 2.3.5 Teori Siklus Kuint dan Lainnya 78 2.3.6 Teori Resepsi Sastra 80 2.3.7 Teori Takmilah 81 2.3.8 Teori Atqakum 86 2.3.9 Teori Neonostalgia 89 2.4 Metodologi 91 2.4.1 Penelitian Lapangan 92 2.4.2 Metode Transkripsi 94 2.4.3 Metode Penelitian 96 III. Masyarakat Melayu Sumatera Utara dalam Konteks Dunia Melayu 100 3.1 Pendahuluan 100 3.2 Dunia Melayu 102

Page 7: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

v

3.3 Sumatera Utara 105 3.4 Etnik yang Majemuk di Sumatera Utara 111 3.5 Etnik Melayu di Sumatera Utara 119 3.5.1 Pengertian Melayu sebagai Kelompok Etnik 121 3.5.2 Asal-sul Istilah Melayu dari Kerajaan Melayu di Jambi 121 3.5.3 Pengertian Melayu sebagai Ras, Budaya, dan Orang yang Beragama Islam 124 3.5.4 Etnik Melayu Terbentuk dari Proses Campuran antara Ras Melayu 129 3.5.5 Sifat-sifat dan Adat Resam 130 3.5.6 Tingkatan Kebangsawanan Melayu 134 3.5.7 Sistem Kekerabatan 137 3.5.8 Simpulan tentang Identitas Etnik Melayu 140 3.6 Kesultanan di Sumatera Timur 141 3.6.1 Kesultanan Deli 141 3.6.2 Kesulanan Serdang 142 3.6.3 Kesultanan Langkat 145 3.6.4 Kesultanan Asahan 146 IV. Sastra Melayu Sumatera Utara dalam Konteks Dunia Melayu 148 4.1 Konsep Sastra 148 4.2 Sastra Melayu Klasik 149 4.3 Sastra Lisan Melayu Sumatera Utara 151 4.3.1 Cerita Bohong untuk Sultan Serdang 154 4.3.2 Datuk Megang 156 4.3.3 Harimau dengan Kucing 157 4.3.4 Imam Awang 158 4.3.5 Permata Bertuah dari Serdang Putih 163 4.3.6 Sri Dayang atau Asal Mula Burung Balam 164 4.3.7 Tuan Puteri Pucuk Kelumpang 166 4.3.8 Taubatnya Seorang Penjahat 169 4.4 Sinandong 171 4.5 Syair 173 4.5.1 Syair dalam Dunia Melayu 180 4.5.2 Struktur Musikal 188 4.5.3 Struktur melodi Selendang Delima 191 4.5.4 Syair di Sumatera Utara 203 4.5.5 Syair Puteri Hijau 203 4.5.6 Puteri Hijau dalam Teater Melayu 207 4.6 Nazam 214 4.7 Bongai 215

Page 8: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

vi

4.8 Teromba 216 4.9 Dikir Barat 225 4.10 Mantera 225 4.11 Gurindam 229 4.12 Zikir 231 4.13 Teks (Sastra) Lagu-lagu Melayu 236 V. Penutup 256 5.1 Kesimpulan 256 5.2 Harapan 260 Daftar Pustaka 261

DAFTAR DIAGRAM, PETA, TABEL, GAMBAR, DAN NOTASI Diagram 2.1 Segi Tiga Maka dari Ogden dan Richard 56 Peta 3.1 Kelompok Pengguna Bahasa Melayu-Polinesia di Indonesia 107 Peta 3.2 Dunia Melayu 114 Peta 3.3 Sumatera Timur Dasawarsa 1940-an 115 Tabel 3.1 Jumlah Berbagai Etnik di Sumatera Timur Tahun 1930 116 Tabel 3.2 Jumlah Tenaga Kerja Perkebunan Sumatera Timur 116 Gambar 4.1 Contoh Rangkap (Bait) Syair dalam Tulisan Jawi 177 Notasi 4.1 Cuplikan Marhaban 183 Gambar 4.2 Contoh Rangkap (Bait) Syair dalam Kitab Barzanji 185 Notasi 4.2 Cuplian Melodi Barzanji 187 Notasi 4.3 Tiga Rentak Dasar dalam Musik Melayu Sumatera Utara 191 Notasi 4.4 Lagu atau Melodi Selendang Delima 192 Notasi 4.5 Bentuk Melodi Penyelng (Interlude) yang Diidentifikasi sebagai X 193 Notasi 4.6 Bentuk Melodi Isi A 194 Notasi 4.7 Bentuk Melodi Isi B 195 Notasi 4.8 Bentuk Melodi Isi B’ 195 Notasi 4.9 Bentuk Melodi Isi C 196 Gambar 4.3 Teknik Menghasilkan Empat Onomatopeik Bunyi Pada Gendang Ronggeng Melayu 196 Gambar 4.4 Biola 197 Gambar 4.5 Akordeon 197 Gambar 4.6 Tawak-tawak atau Gong 198 Gambar 4.7 Gendang Ronggeng 199 Gambar 4.8 Rebab Melayu 200 Notasi 4.10 Sistem Maqam dan Iqa’at dari Timur Tengah 202

Page 9: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

vii

Notasi 4.11 Lagu Bismillah Mula-mula dari Genre Hadrah 210 Notasi 4.12 Lagu Dunia Fana dari Genre Nasyid 211 Notasi 4.13 Lagu Timamng dari Genre Lagu Menidurkan Anak 212 Notasi 4.14 Lagu Si La Lau Le dari Genre Lagu Menidurkan Anak 213 Notasi 4.15 Tanjung Katun 240 Notasi 4.16 Laksmana 244 Tabel 4.1 Daftar Sebagian Lagu-lagu Melayu Sumatera Utara Yang Juga Mengandung Unsur-unsur Sastra 248

Page 10: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya
Page 11: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

1

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Pengantar

Berbicara tentang sastra, tampaknya tak akan lengkap tanpa

melihatnya dalam konteks yang lebih luas dan holistik, yaitu

melalui ranah budaya atau kebudayaan. Apa yang dipikirkan, diperbuat, dan dihasilkan oleh manusia, semuanya disebut

budaya. Kebudayaan manusia ini terdiri dari unsur-unsur

universalnya, yaitu: agama, bahasa, teknologi, ekonomi, pendidikan, organisasi sosial, dan kesenian. Kebudayaan manusia

dapat berwujud: gagasan, kegiatan, maupun benda-benda. Dalam

bentuk gagasan misalnya terdapat konsep dalihan na tolu

(daliken sitelu, rakut sitelu) dalam budaya masyarakat Mandailing-Angkola, Simalungun, Pakpak, Karo, dan Batak

Toba. Konsep ini melihat hubungan manusia secara universal

berdasarkan perkawinan dan keturunan atau darah. Dalam masyarakat Melayu dijumpai gagasan adat bersendikan syarak—

syarak bersendikan kitabullah. Artinya asas kebudayaan Melayu

adalah hukum Islam (syarak). Demikian pula berbagai kegiatan budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di

Sumatera Utara. Misalnya kegiatan jula-jula atau arisan, kegiatan

sirombuk-rombuk masyarakat Mandailing-Angkola, kegiatan

merga silima masyarakat Karo, kegiatan wisuda di Universitas Sumatera Utara, dan lain-lainnya. Kita semua juga menghasilkan

dan mengkonsumsi benda-benda atau material budaya, seperti:

rumah, pakain, makanan, lukisan, gedung kuliah, bunga rampai, kemenyan, dupa, ayam goreng Kentucky, makanan hoka-hoka

bento, sate, dan lainnya. Masyarakat juga memiliki sistem

filsafat, hukum, adat, sistem perkawinan, rahasia kelompok, kearifan merespons perubahan, menghadapi peperangan, dan

Page 12: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab I: Pendahuluan

2

lain-lainnya. Semua ini adalah manifestasi dari kebudayaan. Termasuk juga bidang seni dan sastra.

Sastra dan seni adalah sebagai dua saudara kandung yang

saling berhubungan secara keilmuan, ruang lingkup studi, pendekatan, metode, dan teori-teori. Unsur utama sastra adalah

bahasa, terutama dengan berbagai peraturan yang mendasarinya.

Sementara kesenian menggunakan modus yang beraneka ragam. Jika menggunakan dimensi ruang (nada) dan waktu (ritme) maka

ia dapat dikategorikan sebagai seni musik. Jika menggunakan

dimensi waktu, ruang, dan tenaga, dengan subjek pelaku tubuh

manusia itu sendiri, maka disebut dengan seni tari. Sementara jika mengunakan komunikasi bahasa, dalam bentuk prolog,

dialog, epilog, kemudian dengan disertai adegan, pencahayaan,

musik, pelakon, dan sejenisnya maka dapat dikategorikan sebagai seni teater. Jika menggunakan titik, garis, warna, bentuk dalam

berbagai dimensi disebut dengan seni rupa.

Sastra juga kadang-kadang dimasukkan ke dalam kelompok

seni yaitu seni sastra. Namun secara keilmuan biasanya masuk ke rumpun bahasa, sastra, dan filsafat. Sementara seni musik,

tari, teater, rupa, dan media rekam dikelompokkan ke dalam

ilmu-ilmu seni. Seni pertunjukan, baik musik, tari, atau teater adalah sebuah

literatur kehidupan. Seni pertunjukan merupakan perwujudan

secara implisif realitas individu atau lingkungan. Alam surealis disublimasi menjadi realitas panggung. Seniman adalah pencipta

yang menerapkan gagasan-gagasannya melalui media panggung

atau pentas. Sastra merupakan signifikasi alam surealis yang

diwujudkan ke dalam realitas imajinatif pembaca atau pendengarnya. Realitas imajinatif pembaca dipancing dengan

paparan yang ditulis oleh pengarang. Hubungan keduanya adalah

alam surealis dan implisivisme. Sebagai paparan berbagai

Page 13: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

3

gagasan, keduanya memiliki persamaan yaitu melahirkan imajinasi individu untuk dinikmati oleh banyak orang, yang tentu

saja dilatarbelakangi oleh kebudayaannya, agar fungsional dalam

masyarakat. Hal lain yang sangat penting adalah aspek estetis yang terkandung dalam seni pertunjukan maupun sastra.

Keduanya adalah realitas yang diselimuti oleh nilai-nilai estetika

secara rapi. Pelahiran karya implisif dari seorang sastrawan atau seniman adalah hasil dari kontemplasi terhadap realitas.

Sastra dan seni pertunjukan adalah sebagai media

kontemplasi empiris intelektual bagi penikmatnya. Dalam hal ini

proses komunikasi pasti terjadi ketika sastra dan seni pertunjukan dilakukan. Proses komunikasi itu melibatkan komunikator

(sastrawan dan seniman) dengan komunikan (masyarakat

penikmat) sastra atau seni pertunjukan. Komunikasi terjadi selama sastra dibaca atau seni pertunjukan ditonton. Baik sastra

maupun seni pertunjukan dalam proses komunikasi ini selalu

menggunakan unsur estetika, yang kadang terlalu dilebih-

lebihkan sehingga jika didekati dengan kacamata pemikiran awam pastilah tidak logis.

Putu Wijaya dalam Pertemuan Teater Indonesia di Surakarta

tahun 1980 menyatakan tentang seni pertunjukan sebagai berikut.

... Tidak semua yang bisa ditonton adalah tontonan. Apa

yang terjadi di sekitar kita sehari-hari betapa pun menarik atau

bisa dibuat “baru” karena upaya kita dalam menikmatinya,

belum cukup untuk membuat segala seuatu itu menjadi

tontonan (Putu Wijaya 1993:1).

Seni pertunjukan haruslah memiliki konsep dan proses yang jelas. Sebuah pertunjukan haruslah memiliki rencana. Tujuan seni

sastra atau pertunjukan adalah untuk memenuhi konsumsi ritual

empiris penikmatnya. Pertunjukan bukanlah tontonan semata-

Page 14: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab I: Pendahuluan

4

mata, tetapi lebih jauh dari itu ia berfungsi sosial yang multidimensional dalam masyarakat. Hal ini selaras dengan

pendapat penyair Supardi Djoko Damono yang menyatakan

bahwa sering dilupakan bahwa pada hakekatnya sebuah sajak (atau novel, atau cerpen, atau naskah drama) tidak membutuhkan

perantaraan dalam bentuk apapun (1990:35). Dengan demikian

seni pertunjukan dan sastra adalah dua bidang disiplin yang memiliki tujuan-tujuan dan hakikat filosofis yang sama, baik

ditinjau dari ontologis, epistemologis, maupun aksiologis.

Dalam sejarah perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan di

dunia ini, bidang linguistik, sastra, dan seni, saling memberikan pengaruh metode dan teori-teori. Dari linguistik, teori semiotika

yang dipelopori Saussure dan Peirce, kemudian berkembang di

bidang ilmu-ilmu seni, seperti dalam seni pertunjukan, seni tari, etnomusikologi, dan musikologi. Begitu juga teori

fungsionalisme dari sosiologi dan antropologi kemudian

dikembangkan di bidang linguistik, sastra, serta seni. Maka

muncullah ilmu-ilmu baru sebagai hasil fusi dari berbagai disiplin. Misalnya persinggungan antara lingusitik dengan

antropologi menjadi antropolingu-istik. Persinggungan

antropologi dengan tari menjadi antropologi tari atau etnokoreologi. Di ilmu-ilmu eksakta juga demikian, misalnya

persinggungan antara kimia dan biologi menjadi ilmu biokimia.

Sementara dua jenis metode penelitian dikembangkan dalam ilmu bahasa dan sastra serta ilmu-ilmu seni. Bahkan dalam ilmu-

ilmu seni, penelitian lapangan (field work) mendapatkan

perhatian dan fokus utama disiplin ini. Metode peneltian

kualitatif yang intens digunakan dalam ilmu-ilmu seni tak lepas dari tujuan utama ilmu-ilmu seni, yaitu pada akhirnya mengkaji

mengapa manusia melakukan seni sedemikian rupa, ada apa di

balik semua aktivitas dan hasil-hasil seni. Tujuannya adalah

Page 15: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

5

untuk mencari makna-makna budaya yang terdapt di sebalik keberadaan kesenian. Dalam ilmu bahasa metode kualitatif dan

kuantitatif mendapatkan peranannya masing-masing.

1.2 Guna dan Fungsi Sastra dalam Masyarakat

Apakah sastra berguna dan berfungsi dalam masyarakat?

Karena seperti mahfum diketahui masyarakat umum, bahwa sastra adalah karya yang sifatnya imajinatif dan fiksional.

Dengan demikian sastra dipandang tak punya fungsi strategis

dalam kebudayaan masyarakat. Menurut Cassirer sastra hanyalah

karya manusia yang sifatnya mimesis, menirukan segala yang terjadi dalam kehidupan manusia. Lantas bagaimana sastra dapat

menerjemahkan budaya yang melahirkannya; mengungkapkan

keadaan masyarakat yang merasa memilikinya; dan menegejewantahkan ideologi yang disampaikan pengarangnya?

Sastra berfungsi sebagai jiwa masyarakat. Sebagai hasil

kebudayaan, sastra memberikan dan mendorong kesadaran dan

pemahaman kepada para pembacanya atas kebudayaan yang menjadi sumber terciptanya sastra. Kebudayaan yang dikandung

dalam karya sastra adalah cerminan perilaku dan konsep-konsep

masyarakatnya. Sastra lahir dari proses yang rumit yaitu merupakan

kegelisahan sastrawan atas kondisi masyarakat dan terjadinya

ketegangan dalam kebudayaannya. Sastra mengungkapkan keadaan pada masa dan ruang tertentu. Sastra memancarkan

semangat zamannya (zeithgeist). Dari sini sastra memberikan

pemahaman yang khas atas situasi sosial, kepercayaan, ideologi,

dan harapan-harapan individu, yang menghadirkan kebudayaan etnik atau bangsanya.

Sastrawan dipandang mewakili masyarakat tempat sumber ia

mencipta. Menurut Armijn Pane (1933) setiap masyarakat lain

Page 16: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab I: Pendahuluan

6

keseniannya dan setiap waktu lain pula keseniannya. Menurutnya lagi, sastrawan tidak sekedar mewakili pemikiran

dan kebudayaan masyarakatnya, tetapi juga mewakili semangat

dan dinamika sosial zaman ia berkarya. Menurut Wellek dan Warren (1989) sastra dianggap sebagai potret sosial dan

mengungkapkan zamannya. Sastra adalah ekspresi perasaan

masyarakat. Mempelajari sastra satu bangsa pada hakekatnya tidak

berbeda dengan usaha memahami kebudayaan bangsa yang

bersangkutan. Mempelajari kebudayaan suatu bangsa tidak akan

lengkap jika keberadaan susastra bangsa tersebut diabaikan. Sastra bukan saja cerminan dari kondisi sosial, tetapi juga

memantulkan pula perkembangan evolutif pemikiran

masyarakatnya. Menurut Sainte-Beuve (1804-1869) sastra tidak terpisahkan dari manusia dan alamnya. Sastra sebagai

pengetahuan pengarangnya juga adalah pengetahuan

masyarakatnya. Sastrawan dan masyarakat ibarat pohon dan

buah (tel abre tel fruit). Selanjutnya, menurut Taine (1828-1893) pengarang sastra tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh

bangsa, watak, dan lingkungan.

Kesusatraan Melayu (Asia Tenggara: Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunai, dan Pattani Thailand) pada dasarnya

merupakan potret sosial budaya masyarakatnya. Sastra berkaitan

dengan sejarah perjuangan bangsa, juga sebagai refleksi kegelisahan kultural bangsa. Sastra merupakan tanggapan

evaluatif sastrawan atas pelbagai peristiwa yang terjadi dalam

lingkungan masyarakatnya.

Pada zaman Balai Pustaka (1920-1933), kita melihat karya-karya sastra saat itu menunjukkan keterikatannya pada masalah

kebudayaan ketika bangsa Indonesia berhadapan dengan

kebudayaan Barat. Tarik-menarik antara tradisi dan pengaruh

Page 17: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

7

Barat diungkapkan dalam bentuk-bentuk tokoh rekaan yang mewakili golongan tua (tradisional) dan golongan muda

(modern). Misalnya novel Siti Nurbaya (1922) karya Marah

Rusli, dan Salah Asuhan (1928) karya Abdul Muis, serta novel-novel lain yang diterbitkan masa itu menunjukkan terjadinya

tarik-menarik antara budaya tradisional dan modern.

Dalam puisi, masalah budaya ini tercermin dari masih kuatnya keterikatan pada bentuk kesusastraan tradisional, seperti

pantun atau syair. Meskipun Mohammad Yamin mengenalkan

soneta (Barat) dalam puisi-puisinya, karya beliau ini masih

terikat pada pola-pola dan norma-norma pantun, terutama rima setiap baris. Tema yang diangkatnya sebahagian besar adalah

tentang tanah air dalam konteks kebangsaan.

Dalam bidang teater, Rustam Effendi dalam Bebasari (1926) secara simbolis menawarkan perlawanan kepada Belanda.

Penculikan Sita (Ibu Pertiwi) oleh Rahwana (kolonial) pada

akhirnya dimenangkan oleh perjuangan gigih seorang Rama

(pemuda Indonesia). Jadi secara simbolis drama ini sudah mempersoalkan konsep nasionalisme dan pentingnya perjuangan

melawan penjajahan Belanda.

Karya-karya sastra banyak yang berisikan dan sinerji dengan nilai-nilai agama. Dalam agama Islam misalnya karya sastra

Barzanji yang dikarang oleh Sheikh Ahmad Al-Barzanji di abad

ke-15 dari Irak, menjadi sebuah karya monumental dalam Dunia Islam. Karya sastra yang selalu dinyanyikan ini, adalah sebuah

puisi yang berisikan riwayat hidup Nabi Muhammad, yang terdiri

dari beberapa rawi dan biasanya disajikan dengan menggunakan

sistem maqam (tangga nada dalam pengertian luas). Begitu pula puisi-puisi keagamaan lainnya seperti karya pujangga Amir

Hamzah dari Langkat, Chairil Anwar dari Medan, dan kawan-

kawannya di seluruh Indonesia.

Page 18: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab I: Pendahuluan

8

Di sisi lain, ada pula karya-karya sastra yang dianggap “menghujat” agama, misalnya novel The Satanic Verses karya

seorang India yang bernama Salman Rushdie, dianggap

sebahagian besar umat Islam menghujat ajaran Islam, sehingga masalah ini berkaitan pula dengan politik. Salman Rushdie

dijatuhi hukuman mati oleh Ayatullah Rohullah Khomeini,

pemimpin Islam Iran era 1990-an, dan hukuman ini belum dicabut sampai sekarang. Di sisi lain ia diberi anugerah Sir oleh

pemerintah Inggris akan karyanya ini, dan ia diberi perlindungan

di Inggris. Karya beliau ini sampai sekarang menuai kontroversi

di kalangan Dunia Islam, dan juga dalam konteks hubungan dunia Timur (Islam) dengan Barat (Yahudi-Kristen).

Hubungan antara sastra dan agama, khususnya oleh para

pengkaji sastra, dapat dikaji terutama dari perspektif kritik sastra, karena bahagian ini yang paling banyak memberikan gambaran

hubungan sastra dan agama. Dalam konteks negara Indonesia,

dunia sastra Indonesia tidak lupa dengan pernyataan Nota Rinkes

yaitu karya sastra tidak boleh dijadikan sarana untuk berpolitik, dan tidak pula menyinggung agama, artinya netral terhadap

agama, dan tidak menyinggung kesusilaan masyarakat (Teeuw

1955:60). Dalam kenyataan dunia sastra di Indonesia, karena para pengarangnya umumnya memiliki agama tertentu, maka isi sastra

yang dihasilkannya selalu berkait erat dengan agama yang

dianutnya. Sastra dan berbagai cabang kesenian lainnya biasanya

mengungkap-kan masalah dan pengalaman manusia di dunia ini.

Termasuk yang paling dasar adalah mengenai eksistensi dan

peran Tuhan dalam hidup manusia diekspresikan dalam kesenian dan sastra. Dengan dasar seperti itu, maka kesenian dan sastra

mestilah diberikan tempat yang wajar dan terhormat dalam

kehidupan kelompok beragama (Gaudium et Spes, No. 62 dalam

Page 19: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

9

Veeger dkk. 2001:14). Sastra adalah sebagai salah satu media ungkapan pengalaman manusia terhadap adanya Tuhan dan peran

Tuhan dalam kehidupan.

Berdasarkan pendapat Abrams, setidaknya ada empat pendekatan terhadap karya sastra, yaitu: (a) ekspresif, (b)

pragmatik, (c) mimetik, dan (d) objektif. Keempat pendekatan ini

dibedakan dari peran yang ditonjolkan. Pendekatan ekspresif menonjolkan peran penulis sebagai pencipta karya sastra.

Pendekatan pragmatik menonjolkan pembaca sebagai penghayat

karya sastra. Pendekatan mimetik menonjolkan karya sastra

sebagai tiruan alam. Pendekatan objektif menonjolkan peran karya sastra sebagai sesuatu yang berdiri sendiri (Teeuw 1991:

59-60).

Dalam pendekatan ekspresif, karya sastra dipandang sebagai ekspresi sastrawan. Ketika menulis karya sastra, sastrawan tidak

bisa lepas dari sejarah sastra dan latar belakang budayanya

(Pradopo 1995: 108). Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan

budaya (Teeuw 1980:11, 12). Karya sastra menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan diri

sendiri, lingkungan, dan Tuhan. Karya sastra berisi penghayatan

sastrawan terhadap lingkungannya. Karya sastra bukan hasil kerja lamunan belaka, melainkan juga penghayatan sastrawan terhadap

kehidupan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan

tanggungjawab sebagai sebuah karya seni (Nurgiyantoro 1998: 3).

Dalam berekspresi sastrawan bebas memperlakukan tokoh-

tokoh dalam karya sastra. Akan tetapi, sastrawan dituntut

membuat alur cerita yang logis bagi tokoh-tokohnya. Tokoh-tokoh yang dari awal dicitrakan dengan sifat tertentu, tidak

masuk akal bila memerankan cerita yang di luar kemampuannya.

Tidak masuk akal pula tokoh yang sejak awal dicitrakan

Page 20: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab I: Pendahuluan

10

berperilaku buruk kemudian menjadi baik tanpa sebab. Tokoh-tokoh rekaan itu harus dihormati kedaulatannya agar mereka

berbicara sendiri secara alamiah, bukan sesuka hati sastrawan

karena kekuasaannya. Agama, pandangan hidup, ideologi politik seorang sastrawan

juga berpengaruh pada karyanya.1 Namun kelogisan alur cerita

harus dipertahankan oleh sastrawan. Saat memilih tema cerita, sastrawan harus punya kepekaan terhadap keadaan masyarakat

dan zamannya. Sastrawan harus bisa menangkap berbagai

persoalan yang sedang dihadapi oleh masyarakat. Agak naif bila

karya sastra hanya menggambarkan hal-hal yang indah dan baik saja, padahal masyarakat sekitarnya dalam kesulitan dan

kesusahan, seperti keadaan bngsa Indonesia sekarang ini, yang

baru saja dilanda tsunami, gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus, krisis ekonomi, dan lain-lainnya—terutama krisis moral

di semua strata masyarakat Indonesia saat ini. Banyak novel

populer, tayangan televisi, dan film Indonesia yang

menggambarkan kehidupan mewah, padahal kebanyakan masyarakat Indonesia dalam kenyataan hidup yang getir.

1.3 Sastra dalam Konteks Kritik Sosial Karya sastra memiliki peran yang penting dalam

masyarakat, karena sastra merupakan ekspresi sastrawan

1Dalam konteks politik di Indonesia, tahun 1950 sampai 1960-an ideologi

politik dalam karya sastra begitu menonjol. Bahkan para seniman dan sastrawan memiliki dua polarisasi politik yaitu Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) yang dianggap onderbouw Partai Komunis Indonesia dan di sisi lain ada Manifesto Kebudayaan (Mnikebu) yang beraliran ideologi nasionalisme dan agama. Sampai sekarang bekas-bekas pertentangan ini masih terasa, ditambah dengan campur tangannya pemerintah Indonesia di masa dan ruang tertentu, teradap karya-karya sastra, sehingga lengkaplah pertentangan sosial antara

kelompok ideologi ini.

Page 21: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

11

berdasarkan pengamatannya terhadap kondisi masyarakat sehingga karya sastra itu menggugah perasaan orang untuk

berpikir dan merenungi kehidupan. Mengkaji dan membaca karya

sastra merupakan sumber moral dan ilmu kemanusiaan bagi seseorang untuk bertindak. Pihak eksekutif, legislatif, dan

yudikatif negeri ini sering melarang peredaran karya-karya sastra

yang dianggap membahayakan pemerintahannya. Buku-buku dimusnahkan dan sastrawannya diasingkan. Pramoedya Ananta

Toer pernah diasingkan ke Pulau Buru. Karya Mochtar Lubis

berjudul Senja di Jakarta juga pernah dilarang beredar oleh

Sukarno. Kekerasan ini terjadi karena sastrawan lewat karyanya berusaha melakukan perlawanan terhadap ketidakadilan

penguasa. Demikian juga seniman-seniman di bidang seni

pertunjukan seperti Koes Plus dilarang manggung di zaman Sukarno. Iwan Fals, Rhoma Irama, Rendra, Teater Koma,

beberapa kali dicekal untuk melakukan pertunjukan yang sifatnya

kritis terhadap pemerintah Orde Baru.

Penentangan para sastrawan tidak hanya terhadap ketidakadilan pemerintah saja, tetapi juga terhadap aturan

kultural yang biasa berlaku dalam masyarakat. Pertanyaan ini

biasanya hampir selalu bermuara pada pertanyaan mengenai peraturan agama formal. Dengan karya sastranya, para sastrawan

sering mempertanyakan, bahkan meragukan efisiensi atau makna

agama sebagai institusi yang menampakkan diri reaksioner dan hanya berbicara tentang akhirat. Contohnya roman Tenggelamnya

Kapal van Der Wijk karya Buya Hamka.2

2Hamka adalah nama kependekan dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah.

Ia selain sebagai sastrawan, seniman, dan juga sebagi ulama yang sangat dihormati. Ia berjuang demi tegaknya ajaran Islam di Nusantara. Ia pernah menjadi pemimpin majalah Pandji Masyarakat di Medan dasawarsa 1950-1960-

an. Ia pernah pula menjadi Ketua Majlis Ulama Indonesia yang kemudian

Page 22: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab I: Pendahuluan

12

Masalah perkawinan berdasar adat dan agama juga disinggung dalam roman Siti Nurbaya. Melalui roman ini

pengarang mempertanyakan longgarnya aturan poligami di

kalangan masyarakat Minangkabau dengan alasan agama agama Islam mengizinkannya. Namun di sisi lain keadilan bagi isteri-

isteri yag dipoligami tidak diterapkan oleh suaminya. Kaum

lelaki bisa dengan mudahnya menambah istri bila ada yang melamar. Menurut adat Minangkabau, perempuan “membeli”

laki-laki untuk menjadi suaminya. Suami-istri diikat dengan

hubungan uang bukan kasih sayang sehingga mudah sekali

bercerai. Di sini disampaikan kritik terhadap institusi adat ini. Selain itu dalam novel Keluarga Permana digambarkan

pertentangan antara dua agama, Islam dan Katolik. Farida, putri

Permana, yang beragama Islam, berkenalan dan berpacaran dengan Sumarto, yang beragama Katolik. Permana menolak

Sumarto menjadi menantunya, padahal Farida sedang

mengandung bayi, buah cintanya dengan Sumarto. Atas perintah

Permana, bayi itu digugurkan. Akan tetapi, cinta Farida sudah terlanjur hanya kepada Sumarto, maka dengan berat hati Permana

mengizinkan pernikahan mereka berdua. Demi cinta, Farida

pindah agama mengikuti Sumarto. Beberapa minggu setelah menikah, Farida jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit. Ketika

sakitnya semakin keras dan hampir meninggal, seorang perawat

membimbingnya dengan tata cara Islam (Nurgiyantoro 1998:

diletakkan ya karena ketidaksetujuan beliau dengan Pemerintah Soeharto. Di masa Sukarno ia juga pernah dipenjara karena penentangannya terhadap ide-ide sekuler Bung Karno, namun saat di penjara ini ia menyelesaikan Tafsir Al-Quran Al-Azhar, yang kemudian diterbitkan dan digunakan masyarakat Nusantara, bukan saja Indonesia, tetapi Malaysia, Singapura, dan Brunai Darussalam. Hamka berasal dari organisasi Islam Muhammadiyah yang pemikirannya diterima juga di kalangan Nahdatul Ulama, Al-Washliyah, dan

lainnya.

Page 23: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

13

330). Begitulah para sastrawan mempertanyakan atau mengkritik adat dan agama lewat karyanya. Tampaknya yang menjadi

ukuran sastrawan dalam konteks di atas adalah rasa humanisme,

yang dipertentangkan dengan ukuran agama yaitu wahyu, yang ditafsir oleh manusia. Padahal sejatinya seorang sastrawan yang

memiliki ilmu yang luas adalah bagaimana menjembatani aturan-

aturan atau dogma agama yang dinggap universal dengan konteks terapannya, karena humanisme juga harus ada asasnya, dalam

Islam wajib berasas kepada agama. Di sinilah diperlukan kearifan

sastrawan dalam mencipta karyanya.

1.4 Model Kehidupan Ideal dan Moral dalam Karya Sastra

Saat sastrawan menulis karya sastra, biasanya ia

menyampaikan model kehidupan yang diidealkan dan ditampilkan dalam cerita lewat para tokoh. Melalui karya

sastranya, sastrawan menawarkan pesan moral yang berhubungan

dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan, memperjuangkan hak dan

martabat manusia. Sifat-sifat itu pada hakikatnya universal, artinya diyakini oleh semua manusia. Pembaca diharapkan dalam

menghayati sifat-sifat ini dan kemudian menerapkannya dalam

kehidupan nyata (Nurgiyantoro 1998: 321). Moral dalam karya sastra yang akan disampaikan sastrawan selalu dalam pengertian

yang baik (walau ada segelintir sastrawan yang berbuat

sebaliknya)--karena pada awal mula semua karya sastra adalah baik (Mangunwijaya 1994:16). Jika dalam cerita disajikan

perlaku tokoh-tokoh yang tidak terpuji, terutama sebagai tokoh

antagonis, bukan berarti sastrawan menyarankan bertingkah laku

demikian. Sng sastrawan mengharapkan pembacanya mengambil hikmah sendiri dari cerita. Perlaku baik jakan lebih mencolok bila

dihadapkan dengan yang tidak baik (Nurgiyantoro 1998: 322).

Page 24: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab I: Pendahuluan

14

Pesan moral merupakan bentuk keagamaan yang paling tampak dalam karya sastra. Pesan moral ini merupakan isi sastra.

Pesan moral itu merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh

sastrawan kepada pembaca lewat karya sastranya. Pesan moral itu menjadikan saran yang ditujukan langsung kepada pembaca.

Sebagaimana tema, pesan moral itu hanya dapat ditangkap

melalui tafsiran cerita. Pesan moral adalah petunjuk praktis mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan masalah

kehidupan manusia, seperti: sikap, tingkah laku, sopan santun,

pergaulan, dan sejenisnya. Sastrawan menyampaikan pesan itu

melalui penampilan tokoh-tokoh ceritanya (Kenny dalam Nurgiyantoro 1998:320-321). Contoh pesan moral yang

disampaikan dalam karya sastra adalah kemitraan sosiobudaya

suami-istri seperti dalam roman Siti Nurbaya karya Marah Rusli. Tuntutan kemitraan karena banyaknya ketidakadilan yang

menimpa para istri. Para suami memperlakukan istrinya seperti

budak, sehingga mereka bebas memukul dan menyakiti,

sedangkan istri tidak bisa membalas. Para suami boleh pergi ke mana saja, sedangkan para istri harus selalu di rumah.

Seharusnya, rumah tangga dikelola oleh suami dan istri bersama-

sama dengan pembagian kerja yang adil, diistilahkan dengan berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Keduanya tidak boleh

melalaikan kewajiban keluarga. Suami dan istri adalah teman

sehingga harus berusaha menyenangkan dan jangan sampai menyakiti hati temannya. Kemitraan, keadilan, atau

keseimbangan hubungan inilah yang sebenarnya menjadi ajaran

agama (Pradopo 1995:192-194).

Model kehidupan ideal yang ditawarkan sastrawan bukan hanya melalui pesan moral yang biasanya menunjuk pada

kehidupan pribadi. Sastrawan juga menawarkan bentuk

kehidupan ideal dalam kehidupan sosial karena sesungguhnya

Page 25: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

15

karya sastra merupakan “struktur yang berarti.” Karena mempunyai struktur, karya sastra harus koheren. Karena

mempunyai arti, karya sastra terkait dengan usaha manusia

memecahkan persoalan-persoalannya dalam kehidupan sosial yang nyata (Goldmann dalam Faruk 1999:19). Pemecahan

persoalan sosial lewat karya sastra terkait dengan konvensi-

konvensi kesusastraan. Konvensi-konvensi itu selalu ada dalam aktivitas kesusastraan karena konvensi-konvensi itu menentukan

sejauh mana suatu objek dapat dianggap sebagai karya sastra

pada umumnya atau sebagai karya yang baik atau yang buruk

pada khususnya. Sastrawan tidak dilarang untuk melakukan “pendobrakan” terhadap konvensi-konvensi sastra karena

masyarakat sastralah yang nanti akan menilai apakah

“pendobrakan” itu masih dalam batasan keindahan karya sastra atau tidak. Sastrawan juga perlu memperhatikan konvensi-

konvensi sastra yang berlaku sebelumnya karena “pendobrakan”

terhadap konvensi sastra akan terlihat maknanya jika

dipertentangkan dengan konvensi sebelumnya (Teeuw 1991:29). Ada hubungan yang menarik ketika konvensi sastra itu

dikaitkan dengan struktur sosial. Menurut Faruk (1999:44-47)

kemungkinan hubungan tersebut ada empat, yaitu: (1) hubungan kelembagaan, (2) hubungan permodelan, (3) hubungan

interpretatif, dan (4) hubungan pembatasan. Hubungan yang

pertama adalah hubungan kelembagaan yang menganggap konvensi-konvensi tersebut sebagai sebuah lembaga sosial yang

diterima dan dipertahankan oleh masyarakat. Perubahan pada

konvensi-konvensi tersebut akan berakibat perubahan pada

struktur sosial--dan perubahan pada struktur sosial akan berakibat perubahan pada konvensi-konvensi kesusastraan. Sebagai

contoh, pada awal tahun 1900-an terjadi penolakan terhadap

segala bentuk karya sastra lama, yang dianggap telah usang.

Page 26: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab I: Pendahuluan

16

Dalam konteks Indonesia, penolakan ini misalnya tercermin pada puisi karya Rustam Efendi, yang bertajuk “Bukan Beta Bijak

Berperi.” Rustam Efendi adalah sastrawan angkatan Balai

Pustaka. Dalam puisi tersebut, periodus (bagian yang sama dalam puisi dan biasa dipakai dalam puisi lama) dipakai secara teratur,

namun ia tidak memakai sampiran. Selain itu, Chairil Anwar

dalam puisinya yang bertajuk “Hampa,” sudah tidak banyak memakai periodus. Bahkan, dalam puisinya yang berjudul “1943”

periodus ini tidak begitu terlihat, karena menggunakan kalimat-

kalimat pendek. Pada puisi-puisi sekarang, sedikit sekali ada

periodus (Pradopo 1987:8-11). Hubungan yang kedua adalah hubungan permodelan.

Menurut Lotman, sastra merupakan suatu wacana yang

memodelkan semesta yang tidak terbatas dalam satu semesta imajiner yang terbatas. Dengan demikian, menurut Culler, karya

sastra berfungsi sebagai model yang dengannya masyarakat

memahami dirinya sendiri. Pembacaan dan penciptaan karya

sastra berpegang pada konvensi bahwa karya sastra adalah gambaran dari kehidupan nyata, sehingga perilaku menyimpang

dalam karya sastra akan menimbulkan reaksi. Contohnya

pengadilan terhadap Flaubert pada tahun 1857 di Perancis. Ia dikecam karena karyanya bertajuk Madame Bovary yang

mengisahkan tokoh pelaku zina bernama Emma. Perbuatan zina,

bagaimanapun, adalah dosa menurut agama (Katolik, Protestan, dan Yahudi) dan pelakunya harus dihukum. Namun, Emma tidak

mendapatkan hukuman. Hal ini dianggap oleh kaum borjuis

mengancam tata susila yang ada (Faruk 1999:47-48).

Yang ketiga adalah hubungan interpretatif. Hubungan ini terjadi ketika pandangan dunia atau struktur sosial diekspresikan

dalam karya sastra, menggunakan konvensi-konvensi sastra.

Misalnya dalam roman Siti Nurbaya karya Marah Rusli, terdapat

Page 27: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

17

peristiwa politik, yaitu pemberontakan rakyat Minangkabau di Padang terhadap Belanda, karena kebijakan pajak. Samsul Bahri,

sebagai tokoh utama, terlibat dalam pertempuran rakyat

Minangkabau dengan Belanda, tetapi dia berada di pihak Belanda. Ia bertempur bukan karena tujuan politis atau jabatan

militer, melainkan karena mencari kematian untuk menyusul

kekasihnya, Siti Nurbaya. Keinginan Samsul Bahri ini bisa dipahami melalui interpretasi dari salah satu konvensi sastra,

yaitu konvensi sastra romantis (Faruk 1999:48-49).

Hubungan keempat adalah hubungan pembatasan. Pada abad

ke-18 konsep kesusastraan di Inggris tidak hanya dibatasi pada tulisan-tulisan kreatif atau imajinatif. Bila tulisan yang dianggap

memenuhi konvensi “sopan dan baik” oleh pembaca, itu sudah

dianggap sastra. Pada abad ke-19 terjadi penyempitan arti kesusastraan yang hanya sebagai karya-karya kreatif dan

imajinatif. Konvensi yang dipakai pada waktu itu adalah konvesi

sastra romantik. Pada waktu itu terjadi revolusi berupa perubahan

dari rezim kolonialis feodal ke rezim kelas menengah. Para sastrawan menciptakan karya sastra mengenai harapan karena

perubahan rezim. Akan tetapi, setelah kelas menengah berkuasa,

mereka melakukan pemerasan terhadap kelas pekerja, sehingga para pekerja melakukan protes. Protes ini diredam dengan

kekerasan oleh penguasa. Peristiwa ini juga ditanggapi oleh para

sastrawan secara romantik dengan karya sastra mengenai harapan akan keadilan. Konvensi sastra romantik ini membatasi gerak

imajinasi para sastrawan untuk menghasilkan karya sastra dengan

warna yang berbeda (Eagleton dalam Faruk 1999:49-52).

Apabila dalam pendekatan ekspresif karya sastra dipandang sebagai ekspresi pengarang, dalam pendekatan pragmatik, karya

sastra dipandang sebagai sarana mencapai tujuan pada pembaca.

Kriteria yang dikenakan adalah tercapainya tujuan tersebut. Peran

Page 28: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab I: Pendahuluan

18

pembaca menjadi sangat besar karena dari waktu ke waktu, karya sastra selalu mendapat tanggapan dan penilaian. Karya itu

memang tetap, tetapi tanggapan terhadapnya bisa berbeda-beda

(Wellek dalam Pradopo 1995:8). Perbedaan tanggapan itu disebabkan oleh horison atau

cakrawala harapan, yaitu konsep-konsep yang dimiliki oleh

masing-masing pembaca karena pendidikan, pengalaman hidup, norma yang dianut, dan lain-lain. Horison itu ditentukan oleh tiga

kriteria. Pertama, ditentukan oleh norma-norma yang terpancar

pada teks-teks yang dibaca. Kedua, ditentukan oleh pengetahuan

dan pengalaman atas karya sastra yang telah dibaca. Ketiga, ditentukan oleh kemampuan pembaca dalam memahami

kehidupan (Segers dalam Pradopo 1995:9, 116). Pembaca perlu

memberikan arti kepada karya sastra, sebab karya sastra itu hanya akan menjadi artifak bila tidak diberi arti oleh pembaca dengan

cara konkretisasi atau pemaknaan (Teeuw 1984:191). Dengan

pemaknaan makna yang tadinya tidak terlihat menjadi jelas.

Selain konkretisasi, pembaca juga melakukan rekuperasi, yaitu “perebutan” makna oleh pembaca sehingga makna itu menjadi

milik pembaca (Pradopo 1995:106). Peran pembaca dalam

memahami karya sastra ini menjadi dasar teori resepsi sastra. Di antara para pembaca karya sastra itu, banyak yang

merupakan para peneliti sastra atau yang biasa disebut kritikus

sastra. Tidak setiap pembaca karya sastra bisa menjadi kritikus karena banyaknya banyak ilmu yang harus dipelajari. Sebaiknya

seorang kritikus sastra perlu menguasai ilmu agama, filsafat,

sejarah, sosiologi, psikologi, dan ilmu pengetahuan lainnya,

sebagai sandaran dalam melakukan interpretasi tentang kehidupan sastrawan yang terpancar dalam karya-karyanya. Ilmu-

ilmu itu diperlukan agar kritik yang dilakukannya kokoh dan

kuat. Dalam melakukan kritik, kritikus bersikap seperti ahli-ahli

Page 29: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

19

ilmu pengetahuan lainnya, yang obyektif dalam melakukan penelitian. Dengan kata lain, kritikus itu tidak “pandang bulu”

atau “tebang pohon” dalam melakukan sebuah kritik (Pradopo

1997:12). Pendekatan ketiga, setelah pendekatan ekspresif dan

pragmatik, yaitu pendekatan mimetik yang memandang karya

sastra sebagai tiruan alam atau kehidupan. Kriteria yang dikenakan adalah ketepatan karya sastra menggambarkan alam

atau kehidupan. Pendekatan mimetik ini sangat dekat dengan

hubungan permodelan seperti yang disampaikan Faruk. Perilaku

menyimpang dalam karya sastra akan ditanggapi negatif. Belum lama ini, juga terjadi kecaman terhadap Muhyiddin M. Dahlan

akibat novelnya yang berjudul Tuhan, Ijinkan Aku Jadi Pelacur.

Novel tersebut dianggap melecehkan komunitas dakwah yang ada di kampus karena Nidah Kirani, tokoh dalam cerpen tersebut,

digambarkan sebagai aktivis dakwah kampus yang kemudian

berubah menjadi “pendosa” karena kecewa kepada Tuhan. Semua

ini terjadi karena para pembaca menganggap bahwa karya sastra adalah tiruan kehidupan nyata.

Pendekatan terakhir adalah pendekatan objektif yang

memandang karya sastra sebagai sesuatu yang berdiri sendiri. Kriteria yang dikenakan adalah kemampuan karya sastra itu

untuk berdiri sendiri. Ada tiga paham tentang penilaian terhadap

karya sastra secara objektif, yaitu paham relativisme, absolutisme, dan perspektivisme.

Penilaian relativisme menyatakan bahwa bila sebuah karya

sastra dianggap bernilai pada suatu waktu dan tempat tertentu,

pada waktu dan tempat yang lain juga harus dianggap bernilai. Penilaian absolutisme menyatakan bahwa penilaian karya sastra

harus didasarkan pada ukuran dogmatis, misalnya, agama seperti

yang dikemukakan oleh Tolstoy: “Agama adalah eksponen (yang

Page 30: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab I: Pendahuluan

20

memegang peranan) pengertian kehidupan tertinggi yang mungkin diterima oleh sebagian besar masyarakat pada waktu

dan tempat tertentu. Agama merupakan suatu pengertian terhadap

hal-hal yang harus tak dielakkan dan kemajuan yang tidak dapat ditolak oleh semua anggota masyarakat. Karena itu, agama selalu

berlaku dan tetap berlaku sebagai dasar penilaian perasaan

manusia. Bila perasaan itu mendekatkan orang-orang kepada ideal yang ditunjukkan oleh agama mereka dan mereka selaras

dengannya, maka perasaan itu baik. Bila perasaan itu menjauhkan

orang-orang dari ideal yang ditunjukkan oleh agama mereka dan

mereka berlawanan dengannya, maka perasaan itu buruk.” Penilaian perspektivisme menyatakan bahwa penilaian karya

sastra harus dilakukan dari berbagai sudut pandang sejak karya

sastra itu tercipta sampai sekarang (Pradopo 1997:49-51).

1.5 Mengukur Derajat Sastra

Eliot berpendapat bahwa mengukur kesastraan sebuah karya

sastra adalah dengan kriteria estetik, sedangkan mengukur kebesaran karya sastra adalah dengan kriteria di luar estetik

(Lubis 1997:15). Salah satu kriteria estetik yang bisa dipakai

adalah kriteria norma sastra. Rene Wellek menyatakan bahwa karya sastra mengandung norma-norma karya sastra, yaitu tata

nilai impilisit yang harus ditarik dari karya sastra dan

menunjukkan karya sastra sebagai keseluruhan. Norma karya sastra itu terdiri dari beberapa lapis seperti yang dikemukakan

oleh Rene Wellek tentang analisis Roman Ingarden dengan

metode phenomenologi Edmund Husserl. Lapis-lapis itu adalah,

lapis suara (berupa kata), lapis arti (berupa kalimat), dan lapis objek (berupa dunia sastrawan). Roman Ingarden menambahkan

dua lapis lagi, yaitu lapis dunia (berupa sudut pandang sastrawan)

Page 31: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

21

dan lapis metafisika, berupa renungan terhadap yang kudus (Pradopo 1997:54-55).

Lapis metafisika yang menjadi puncak lapis-lapis norma

dalam paparan Rene Wellek di atas merupakan satu tujuan puncak dalam sastra. Lapis-lapis norma ini mirip dengan konsep

keutuhan jiwa dari J. Elema yang menyatakan bahwa karya sastra

itu tidak bernilai tinggi bila tidak meliputi keutuhan jiwa. Dalam kaitannya dengan karya sastra, keutuhan jiwa ini diterangkan oleh

Subagio Sastrowardojo sebagai lima tingkatan jiwa manusia,

yaitu (a) niveau anorganis,(b) niveau vegetatif, (c) niveau

animal, (d) niveau human, dan (e) niveau religius. Pada tingkatan niveau anorganis, karya sastra itu berupa bentuk formal seperti

pola bunyi, kalimat, gaya bahasa, dan lain-lain. Pada tingkatan

niveau vegetatif, karya itu menghadirkan suasana kejiwaan, seperti romantis, mengerikan, marah, dan sebagainya. Pada

tingkatan niveau animal, karya sastra menghadirkan hasrat-hasrat

kebinatangan, seperti makan, minum, membunuh, dan lain-lain.

Pada tingkatan niveau human, karya sastra menghasilkan renungan-renungan batin, rasa belas kasihan, rasa simpati, dan

pengalaman-pengalaman lain yang hanya bisa dirasakan oleh

manusia. Pada tingkatan niveau religius, karya sastra menghadirkan renungan-renungan mengenai Tuhan, pengalaman

mistik, dan renungan-renungan lain yang sampai pada hakikat

(Pradopo 1997:57-58). Hakikat, makrifat, syariat, merupakan tahapan-tahapan atau makam dalam konteks keimanan di dalam

agama Islam.

1.6 Agama sebagai Puncak Bersastra Dari sini menjadi jelas bahwa Tuhan, dengan kata lain yang

kudus, merupakan puncak kegiatan bersastra yang dilakukan oleh

para sastrawan. Mengukur kebesaran sastra dengan kriteria di

Page 32: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab I: Pendahuluan

22

luar estetik seperti yang dikemukakan T.S. Eliot di atas bisa diwujudkan dengan menggunakan kriteria agama, walaupun

sejauh ini sulit sekali menemukan definisi final dari agama.

Sebagaimana yang sudah biasa disampaikan bahwa dalam bahasa Sansekerta, kata agama terdiri dari dua kata, yaitu a yang berarti

tidak dan gama yang berarti kacau. Dengan demikian, agama

berarti tidak kacau. Menurut Badudu (1996:11) agama diartikan sebagai kepercayaan kepada Tuhan atau dewa serta dengan ajaran

dan kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu. Arti agama

yang lain seperti yang disampaikan oleh Huijbers (1992:9), yaitu

cara tertentu untuk menghayati kepercayaan pada Allah. Agama dalam arti luas dapat didefinisikan sebagai penerimaan atas tata

aturan dari kekuatan-kekuatan yang lebih tinggi daripada manusia

itu sendiri. Bentuk-bentuk yang khas dari kepercayaan dan aktivitas manusia yang merupakan aktivitas agama adalah

kebaktian, pemisahan antara yang sakral dan yang profan,

kepercayaan kepada jiwa, kepercayaan kepada dewa-dewa atau

tuhan, penerimaan wahyu yang supranatural, dan pencarian keselamatan (Bozman dalam Anshari 1987:119).

Sangat sulit menemukan definisi final agama. Akan tetapi,

dari definisi-definisi yang banyak ditulis oleh para ahli, ada dua pendekatan yang mungkin tepat bila dikatakan sebagai sudut

pandang mereka. Dua pendekatan itu adalah pendekatan “apa”

dan pendekatan “mengapa”. Pendekatan “apa” menimbulkan pertanyaan “Apa yang dilakukan orang ketika dia beragama?”.

Pendekatan “mengapa” menimbulkan pertanyaan “Mengapa

orang melakukan ajaran agama?” (Braden 1954:16). Di dalam

agama, secara umum manusia mengakui adanya yang suci. Manusia insaf bahwa ada suatu kekuasaan yang memungkinkan

dan melebihi segala yang ada. Kekuasaan inilah yang dianggap

sebagai asal atau khalik segala yang ada. Tentang kekuasaan ini,

Page 33: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

23

bermacam-macam bayangan yang terdapat manusia, demikian juga cara membayangkannya. Demikianlah Tuhan dianggap oleh

manusia sebagai tenaga gaib di seluruh dunia dan dalam unsur-

unsur-Nya atau sebagai khalik rohani. Tenaga gaib ini menjelma antara lain dalam alam (animisme), dalam buku suci (Taurat),

atau dalam manusia (Kristus) (Mulia dan Hiddung dalam Anshari

1987:124). Yang mutlak dalam agama adalah unsur ilahi dan unsur ilahi itu adalah wahyu. Dalam agama, orang menjawab

dengan iman. Umat beragama dengan sendirinya mengungkapkan

iman mereka pada wahyu melalui wujud-wujud yang bermakna

bagi mereka dan wujud-wujud itu ditentukan oleh kebudayaan. Iman itu kontekstual karena menjawab keprihatinan-keprihatinan

dari konteks mereka sendiri (Suseno 1992:78-80).

Berbicara mengenai manusia dalam perspektif agama pada hakikatnya adalah berbicara tentang kepercayaan bahwa manusia

itu baik adanya. Apa bila dia gagal untuk baik, pada dasarnya

setiap agama selalu memberikan kesempatan kepada setiap orang

untuk memperbaiki diri karena setiap agama menuntun manusia menuju ke yang lebih baik. Berdasarkan ilusinya, manusia

kadang-kadang merasa telah mencapai kebaikan. Saat itulah

agama memberikan kesadaran bahwa penyempurnaan harus dilakukan terus-menerus. Di sana agama menjadi kebutuhan

objektif (Sumartana dalam Mangunwijaya 1995: 348).

Pengertian tunggal mengenai agama memang sulit dirumuskan, tetapi dalam beragama, Tuhan, yang kudus, juga

menjadi tujuan tertinggi sebagaimana dikemukakan oleh Iqbal

dalam Mangunwijaya (1994:40-41). Iqbal menyatakan bahwa

pengamalan agama dimulai dari tingkatan faith, yaitu penerimaan segala ajaran agama dengan taat tanpa syarat dan tanpa berpikir

kritis. Pada tingkatan faith, agama menjadi ritual rutin yang harus

dilaksanakan. Setelah tingkatan faith, pengamalan agama

Page 34: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab I: Pendahuluan

24

dilanjutkan ke tingkatan thought, yaitu memahami secara rasional segala sumber ajaran agama. Pada tingkatan ini, agama menjadi

amalan hidup yang dihayati dan diamalkan sebagai tali hubungan

manusia dengan Tuhan. Setelah tingkatan thought, pengamalan agama dilanjutkan

pada tingkatan mistik. Pada tingkatan ini, pengamalan agama

menjadi cermin dari pencapaian kepribadian yang merdeka, bukan karena pelepasan dari ikatan hukum ajaran agama,

melainkan berkat penemuan sumber-sumber terakhir dari hukum

di dalam hati nuraninya. Sebagaimana dikatakan sebelumnya,

lapis metafisika merupakan puncak lapis norma Roman Ingarden, sedangkan niveau religius merupakan puncak tingkatan

keutuhan jiwa J. Elema. Dua pendapat dari ranah sastra ini

bersentuhan dengan pendapat Iqbal yang menyatakan bahwa tingkatan tertinggi keberagamaan seseorang adalah tingkatan

mistik. Karya sastra dan pengarang dalam lapis metafisika dan

niveau religius serta seseorang dalam tingkatan mistik memiliki

kesamaan dalam perenungannya tentang keadaan sekitar, alam, manusia, dan Tuhan. Mereka prihatin dengan keadaan yang tidak

baik. Seorang mistik menghayati, sedangkan seorang pengarang

menyerap dan menuangkannya dalam karya sastra. Karya sastra itu akan sangat baik hasilnya jika pengarang

juga orang yang sudah mencapai tingkatan mistik dalam

beragama. Hubungan antara sastra dan agama lainnya yang tidak boleh dilupakan adalah hubungan ketandaan yang menjadi

pembahasan dunia semiotik. Dalam teori semiotik, karya sastra

dipandang struktur tanda yang bermakna. Teori semiotik

berangkat dari pendangan bahwa fenomena sosial dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Tanda itu mempunyai

dua aspek, yaitu penanda dan petanda. Penanda adalah bentuk

formal yang menandai sesuatu, sedangkan petanda adalah yang

Page 35: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

25

ditandai dengan penanda. Sebagai contoh adalah kata “ibu” yang merupakan penanda bagi “orang yang melahirkan”. Orang yang

melahirkan itu menjadi petanda. Dalam teori semiotik, yang

dicari adalah tanda yang mengandung hubungan sebab akibat antara penanda dan petandanya, diistilahkan dengan indeks.

Misalnya kata diagnosa (sic.) yang merupakan penanda dunia

kesehatan dan kata kuliah yang berhubungan dengan perguruan tinggi (Pradopo 1995:118-120). Sebagai contoh adalah kata

ka’bah dalam judul roman Di Bawah Lindungan Ka’bah karya

Hamka. Kata ka’bah dalam roman tersebut tidak semata-semata

menunjuk pada Ka’bah yang ada di kota Mekkah, tetapi juga Ka’bah imajiner yang ada dalam roman tersebut. Pembaca bisa

memahami ka’bah dalam roman ini dengan melihat hubungan

antara Ka’bah dan seorang muslim. Mengunjungi Ka’bah adalah keinginan hampir setiap orang muslim karena di sanalah dia

merasa dapat bertemu Tuhan dan menemukan ketenangan. Kata

ka’bah bagaimanapun tetap dikatakan bersumber dari sebuah

agama, yaitu Islam, tetapi maknanya sudah dipindahkan oleh Hamka ke dalam romannya. Akan tetapi, tidak semua orang suka

bertemu dengan Tuhan. Demikian sekilas tentang jagad sastra

dan sastrawan dalam konteks menghasilkan karya-karya sastra yang tertulis.

1.7 Sastra dalam Seni Pertunjukan Bagaimanapun karya-karya sastra baik yang berupa karya

tulis ataupun yang hidup dalam tradisi lisan, berhubungan erat

dengan seni pertunjukan. Untuk lebih meluaskan pembaca atau

penikmat karya sastra, salah satu di antaranya adalah diteruskan ke dalam dimensi seni pertunjukan. Misalnya karya sastra India

yang sangat terkenal Ramayana dan Mahabrata, diluaskan

dalam bentuk seni pertunjukan wayang kulit purwa di Jawa dan

Page 36: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab I: Pendahuluan

26

Bali, wayang kulit Melayu, wayang kulit Siam, wayang golek Sunda, wayang wong Jawa, dan lainnya. Kemudian karya sastra

sejenis dihasilkan pula oleh sastrawan Nusantara seperti epos

Panji, yang diteruskan ke dalam seni pertunjukan wayang pula. Bahkan istilah sastra itu sendiri dipandang muncul dari sebuah

kitab yang bertajuk Natya Sastra, tulisan cerita dalam bentuk

sage yang dikarang oleh Bharata (sekitar abad kelima Masehi). Karya-karya sastra dan seni lainnya yang begitu kuat

mempengaruhi seni pertunjukan India sampai sekarang adalah di

antaranya tulisan Matanga yang bertajuk Brhaddesi; karya

Sarangadewa yang bertajuk Sangita Ratnakara, yang banyak juga dipengaruhi karya sastra dan seni dari Timur Tengah di abad ke-

13 yang dibawah oleh Imperium Moghul. Bahkan Taj Mahal

adalah sebagai titik kulminasi peradaban Moghul ini, yang termasuk kepada keajaiban dunia.

Di wilayah Nusantara, banyak pula dijumpai karya-karya

sastra yang tertulis atau sastra lisan rakyat, yang diwariskan dari

generasi ke generasi. Ada juga karya sastra lisan yang kemudian ditulis atau direka ulang oleh pengarang dalam masyarakatnya.

Dalam kebudayaan Melayu Sumatera Utara misalnya, karya

sastra berbentuk cerita tradisi lisan yang bertajuk Puteri Hijau telah ada sejak abad keenam belas, yang menceritakan tentang

sejarah dan legenda Puteri Hijau, kakak, dan adiknya yang sakti

dalam konteks menentang lamaran Sultan Aceh yang menginginkan Puteri Hijau dan menguasai kerajaan Gasip di

Sumatera Utara. Kemudian di pertengahan abad ke-20 A.

Rahman menuliskannya dalam sebuah karya sastra berbentuk

syair dalam buku sastra yang bertema cerita rakyat di atas. Karya sastra ini selalu juga dimainkan dalam teater bangsawan di

kawasan Sumatera Utara, yang mencapai puncaknya di tahun

1960-an sampai 1970-an.

Page 37: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

27

Teater-teater tradisional di Nusantara ini seperti sandiwara, tonil, Opera Batak, ludruk, ketoprak, mamanda, wayang, randai,

dan lain-lainnya adalah bentuk-bentuk seni pertunjukan yang

meneruskan dimensi karya-karya sastra dalam bentuk lisan atau tulisan ke dalam bentuk seni pertunjukan teater. Karya-karya

sastra dalam bentuk seni pertunjukan ini memiliki guna adan

fungsi sosial yang multidimensional, dalam rangka meneruskan nilai-nilai yang terdapat dalam kebudayaan masyarakat tersebut.

Karya sastra dan seni pertunjukan ini akan memberikan nilai-nilai

didaktik kepada para penikmatnya berupa pembaca dan

penonton. Melalui tradisi seni pertunjukan ini masyarakat Nusantara meneruskan berbagai nilai dan makna kebudayaan dari

satu generasi ke generasi berikutnya.

Banyak karya sastra yang kemudian diangkat ke dunia film atau televisi (yang lazim disebut sinetron). Misalnya karya sastra

Si Doel Anak Sekolahan difilmkan oleh Rano Karno menjadi

puluhan episode dan menjadi bombing di dasawarwa 1990-an.

Ada juga yang kurang berhasil seperti cerita rakyat Melayu Sumatera Utara yang bertajuk Musang Berjanggut yang

difilmkan tahun 1970-an. Yang cukup spektakuler adalah karya

sastra Naga Bonar ketika difilmkan menjadi begitu populer dan disukai sebagian besar masyarakat Indonesia. Apalagi didukung

oleh peranan para pemainnya seperti Dedi Mizwar, Nurul Arifin,

dan kawan-kawan begitu baik memerankan peranannya masing-masing. Banyak pula karya-karya sastra lisan dari cerita rakyat

(folklor) yang diangkat ke dalam seni pertunjukan (film, teater,

atau sendratari) yang cukup mendapat sambutan seperti cerita

Lutung Kasarung, Batu Belah Batu Bertangkup, Ken Dedes, Malin Kundang, dan lainnya.

Contoh-contoh karya sastra yang kemudian diteruskan ke

dalam seni pertunjukan, yang terkini adalah novel Ayat-Ayat

Page 38: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab I: Pendahuluan

28

Cinta yang difilmkan tahun 2008 ini dan mendapat sambutan luar biasa di kalangan masyarakat Indonesia bahkan Malaysia. Di

mana dalam novel ini Fachri seorang pemuda Indonesia yang

menuntut ilmu di Mesir mendapatkan jodohnya di sana, dengan pengalaman hidupnya yang begitu kompleks dan keras.

Dalam kebudayaan masyarakat di Nusantara, unsur seni

pertunjukan sangat penting dalam rangka menyampaikan karya-karya sastra baik yang berupa sastra lisan maupun tulisan.

Misalnya dalam kebudayaan Melayu, pantun empat baris

mendapat peran utama dalam lagu-lagu tradisional Melayu.

Karena populernya pantun-pantun ini, maka antara satu lagu dengan lagu lainnya bisa saja menggunakan pantun yang sama.

Sehingga untuk membedakannya seorang peneliti atau pengkaji

harus memahami apa yang melatarbelakangi nama sebuah lagu. Ternyata dalam realitas sesungguhnya lagu-lagu Melayu judulnya

didasari oleh bentuk melodi, pantun bisa saling digunakan di

mana-mana tempat dalam lagu. Pantun yang disajikan dalam

lagu juga diberi nafas estetika dengan cara improvisasi, perulangan kata, penyisipan partikel, dan tentu saja improvisasi

melodi yang khas dibawakan oleh setiap penyanyi.

Genre sastra Melayu juga dibedakan oleh melodi di samping oleh aturan-aturan sastra. Misalnya syair memiliki melodi yang

berbeda dengan gurindam, yang juga berbeda dengan nazam.

Syair pun selain melodi yang biasa dikenal yaitu Selendang Delima, memiliki variasi lagi, yaitu melodi Dandan Setia, Puteri

Pucuk Kelumpang, Sinandung, Dedeng, dan lain-lain. Demikian

sekilas hubungan sastra dan seni pertunjukan. Untuk melihatnya

dalam konteks pengetahuan ilmiah maka kita perlu melihat teori-teori dan metode untuk mengkaji sastra dan seni pertunjukan

Melayu dalam bab berikut ini.

Page 39: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

29

BAB II

BERBAGAI TEORI DAN METODE SAINTIFIK

DALAM MENGKAJI SENI DAN SASTRA

2.1 Pendahuluan

Untuk mengkaji kesenian dan sastra secara ilmiah, maka

selalu digunakan berbagai teori dan metode. Teori dan metode dalam bidang ilmu apa pun biasanya dikaji di peringkat

pendidikan tinggi, terutama strata satu, dua, dan tiga. Pentingnya

teori dan metode dalam mengkaji bidang keilmuan adalah untuk mendukung kajian yang disebut ilmiah, yang berlandas pada

aspek-aspek rasionalisme, empirisisme, hipotesis dan

pembuktian, pengujian, dan hasil yang diperoleh.

Untuk bidang kajian sastra, di peringkat perguruan tinggi di Indonesia, biasanya dilaksanakan di Fakultas Sastra, Ilmu

Budaya, atau Ilmu Pengetahuan Budaya. Di Universitas

Sumatera Utara, Fakultas Sastra membidangi tiga rumpun disiplin ilmu yaitu bahasa dan sastra; seni; dan sosial. Bidang

bahasa dan sastra terdiri dari program studi sastra Indonesia,

program studi sastra Batak, program studi Sastra Melayu,

program studi sastra Inggris, program studi sastra Jepang, program studi sastra China, program studi Sejarah. Bidang seni

adalah program studi Etnomusikologi. Sedangkan bisang sosial

adalah program studi ilmu perpustakaan. Di universitas-universitas lain di Indonesia, nama Fakultas Sastra ada yang telah

diubah menjadi Fakultas Ilmu Budaya seperti yang ada di

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Atau diubah menjadi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya seperti di Universitas

Indonesia. Umumnya ilmu yang diasuh fakultas-fakultas ini

adalah ilmu-ilmu humaniora. Ilmu-ilmu seni diasuh oleh institut

atau sekolah tinggi seni di seluruh Indonesia. Di Universitas

Page 40: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab II: Teori dan Metode

30

Sumatera Utara ilmu seni khsusunya etnomusikologi, diasuh di

bawah Fakultas Sastra. Kajian-kajian terhadap seni pertunjukan (pertunjukan

budaya) telah lama dilakukan orang, terutama oleh para ahli

budaya, kurator museum, penyebar agama, antropolog, dan lainnya. Namun, dalam dan fokusnya kajian mereka secara

keilmuan, tergantung dari latar belakang pendidikan,

pengalaman, sikap, dan tujuan ia mengkaji kesenian. Kajian

secara mendalam melalui pendekatan saintifik (ilmiah) tentang kesenian, khususnya seni pertunjukan baru dimulai akhir abad

ke-19, saat berdirinya etnomusikologi di Dunia Barat

(Oksidental), yang kemudian disusul oleh tumbuhnya disiplin antropologi tari dan antropologi teater. Selain itu, kajian tentang

seni rupa juga sudah muncul lebih awal.

Berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia, mendirikan

berbagai Jurusan/Departemen/ Program Studi yang mengkaji seni. Di Eropa, Amerika, dan Australia, kajian seni ada di

universitas-universitas seperti: Universitas Durham di Inggris,

Universitas Jaap Kunst di Belanda, Universitas Alberta di Kanada, University Califomia at Los Angeles (UCLA) di

Amerika Serikat, Washington University di Amerika Serikat,

Univeristy Hawaii di Amerika Serikat, Monash University di Australia, The University of Sydney di Australia, dan

lain-lainnya. Di kawasan Asia Tenggara kajian seni ada di The

University National Philipine, begitu juga di Universiti Malaya

Malaysia, Universiti Sains Malaysia, dan lain-lainnya. Di Indonesia, kajian seni dilakukan baik itu di tingkat

universitas, sekolah tinggi, maupun sekolah menengah. Misalnya

Program Strata Dua (S-2) dan Strata Tiga (S-3) Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa Universitas Gadjah Mada (UGM)

Yogyakarta, S-2 Pengkajian Seni di Sekolah Tinggi Seni

Indonesia (STSI) Surakarta dan Institut Seni Indonesia (ISI)

Page 41: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

31

Yogyakarta. Untuk strata satu Jurusan Seni Rupa di Institut

Teknologi Bandung (ITB), Jurusan/Departemen Etnomusikologi

di Universitas Sumatera Utara, Jurusan Sendratasik (Seni Drama, Tari, dan Musik) di beberapa universitas negeri pengembangan

dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan, misalnya Universitas

Negeri Medan (Unimed), Universitas Negeri Padang (UNP),

Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Univeritas Negri Jakarta (UNJ), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), dan lainnya. Di

Yogyakarta didirikan Institut Seni Indonesia (ISI) yang

keseluruhan fakultasnya mengasuh ilmu-ilmu seni, begitu juga dengan Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Institut Seni Indonesia

(ISI) Denpasar Bali, Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI)

Padangpanjang. Di tingkat sekolah menengah ada Sekolah

Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) atau Sekolah Menengah Musik Negeri (SMMN) yang kini digabung ke dalam rumpun

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Demikian gambaran umum

institusi pendidikan yang mengasuh kajian seni. Perkem-bangannya tampaknya tergantung pata tempat masing- masing.

Secara umum, perkembangan pengetahuan dan sains ini selalu

berkaitan dengan perkembangan ilmu antropologi--karena mempelajari seni tujuan akhimya adalah untuk mengetahui

tingkah laku manusia yang dikaji.

2.2 Seni dalam Kajian Estetika Dalam sejarah pengetahuan dan sains, studi terhadap

unsur-unsur keindahan, dilakukan dalam disiplin yang disebut

estetika (aesthetic) atau dalam bahasa Indonesia lazim disebut filsafat keindahan.

3 Dalam peradaban Barat, estetika dimulai dari

3Dalam bahasa Indonesia kata philosophy dalam bahasa Inggeris selalu

dipadankan dengan kata filsafat. Sementara dalam bahasa Melayu Malaysia

kata ini lebih sering dipadankan dengan kata falsafah. Ahli filsafat sering

Page 42: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab II: Teori dan Metode

32

sumber-sumbe budaya Yunani dan Romawi. Edward et al. (eds.)

membagi sejarah perkembangan filsafat Barat, termasuk estetika ke dalam periode-periode: (1) Plato, yang pada prinsipnya

memperbincangkan seni dan kerajinan (kriya), imitasi,

keindahan, seni dan pengetahuan, dan seni serta moralitas; (2) Aristoteles, yang memperbincangkan pengetahuan tentang

penikmatan seni, imitasi, penikmatan keindahan, keuniversalan

seni, serta katarsis; (3) filosof klasik yang lebih akhir, yang

umumnya berminat dalam puisi dan masalah semantik. Di antaranya Zeno, Cleanthes, dan Chrysippus; (4) Abad

Pertengahan yang ditokohi oleh St. Agustinus dan Thomas

Aquinas. Keduanya memisahkan unsur penikmatan dan hasil dari keindahan. (5) Renaisans, yang berkembang pada abad ke-15 dan

16. Pada saat ini dilakukan revivalisasi filsafat-filsafat Plato,

sehingga periode ini disebut juga dengan Neo-Platonisme; (6)

Rasionalisme Cartesian pada Zaman Pencerahan; (7) Empirisisme; (8) Idealisme Para Filosof Jerman yang ditokohi

oleh Immanuel Kant; (9) Romantisisme, yang menekankan

kepada unsur ekspresi emosional; serta (10) Perkembangan Kontemporer (Edward et al. 1967: volume I dan 2).

Sebagai sebuah gagasan, ada keterhubungan antara kesenian

dan estetika. Berbagai cabang seni dapat juga ditampilkan seperti dalam seni teater yang mencakup seni: visual, musik,

sastra, dan tari. Saling keterhubungan cabang-cabang seni ini

memperlihatkan adanya sumber-sumber yang sama, terutama

dalam tahap ide, walaupun menggunakan media yang berbeda-beda.

Berbagai kesenian merupakan petualangan manusia, dan

sebagian besar karya-karya tentang estetika pada masa kini,

disebut dengan filosof padanan dari kata philosopher dalam bahasa Indonesia,

sedangkan dalam bahasa Melayu Malaysia sering disebut dengan filosof.

Page 43: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

33

dimulai dari perbedaan-perbedaan umum di antara.

cabang-cabang seni yang dihasilkan dalam kehidupan kita.

Namun demikian, dalam tahapan tertentu berbagai cabang kesenian ini mempunyai satu kesatuan, yang membentuk

identitas masyarakat pendukungnya.

Studi tentang estetika ini secara eksplisit dikemukakan oleh

Adler el al. (eds.) sebagai berikut: The discipline called aesthetics may be described

broadly as the study of beauty and, to a lesser extent, its

opposite ‘the ugly.’ It may include general or

theoretical studies of the arts and of related types of

experiences, such as those of the philosophy of art, arts

criticism, and the psychology and sociology of the arts. The world general is emphasized because a narrowly

specialized study of particular work of art or artist

would not ordinarily be regarded as an example of

aesthetics. Aesthetics has often defined more

specifically as the science of the beautiful, a definition

implying an organized body of knowledge covering a

special field of subject matter.

The arts may be include the visual and theatre arts,

music, dance, and literature. In the ancient world, there

was no clear distinction between aesthetic and useful art.

Aesthetic as a philosopher or scientific discipline is not

to be confused with art, though it may undertake to study the arts in a more or less intellectual, logical way.

(1986:161).

Estetika adalah disiplin terhadap keindahan atau seni.

Bahasan seni dalam estetika mencakup masalah filosofis (pengetahuan) dan sains sekali gus. Kemudian, secara bertahap

berkembanglah berbagai disiplin seni yang lebih mcngedepankan

aspek rasional dan empiris--yang didasari oleh interaksi

Page 44: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab II: Teori dan Metode

34

bangsa-bangsa di dunia ini. Dimulai oleh disiplin antropologi

yang kemudian bersentuhan dengan disiplin seni, seperti yang diuraikan berikut ini.

2.2.1 Antropologi dan Seni Antropologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari manusia

(anthropos), sebagai sebuah disiplin integrasi dari berbagai ilmu

yang masing-masing mempelajari suatu kompleks

masalah-masalah khusus mengenai makhIuk manusia (lihat Koentjaraningrat 1980:1). Integrasinya ini mengalami proses

sejarah yang panjang, dimulai sejak kira-kira. awal abad ke-19.

Antropologi mulai mencapai bentuknya yang konkret setelah lebih dari 60 pakarnya dari berbagai negara Eroamenka bertemu

mengadakan simposium tahun 1951. Pendekatan ilmiah

antropologi adalah berdasarkan kepada kajian menyeluruh

(universal) terhadap manusia, yang mencakup bermacam jenis manusia, kebudayaannya, serta semua aspek pengalaman

manusia. Pendalaman bidang-bidang antropologi di antaranya

adalah antropologi fisik, antropologi budaya, arkeologi, antropolinguistik, dan etnologi.

Kesenian sebagai salah satu unsur dan ekspresi budaya, jelas

dapat dikaji oleh antropologi budaya. Namun dalam perkembangan selanjutnya, beberapa disiplin yang objeknya

adalah seni berdiri dan tetap memakai berbagai teori dan metode

dalam antropologi, seperti persinggungannya dengan musikologi

menghasilkan etnomusikologi, dengan tari menghasilkan antropologi tari, dengan teater menghasilkan antropologi teater,

dan seterusnya. Oleh karena itu akan dibahas apa itu musikologi

secara garis besar saja. Musikologi lahir di Dunia Barat, yang pada dasamya

mempelajari musik seni (art music) Barat seperti karya-karya

Bach, Beethoven, Stravinsky, musik gereja, trobadour, trouvere,

Page 45: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

35

dan lainnya. Ilmu ini membuat dikotomi yang mencolok antara

"musik seni" dan "musik primitif' berdasarkan atas ada atau

tidaknya budaya tulis dan teori yang telah berkembang. Secara keilmuan, musikologi bersifat humanistis dan cenderung

mengesampingkan ilmu-ilmu pengetahuan lain, kecuali yang

bersinggungan saja. Secara mendasar, musikologi bersifat historis

budaya Barat dan objek studinya adalah musik sebagaimana adanya.

Berbanding terbalik dengan musikologi, antropologi

mempunyai ciri-ciri mempelajari manusia sepanjang masa; melihat semua aspek budaya manusia dan masyarakat sebagai

sekelompok variabel yang berinteraksi. Antropologi mempunyai

orientasi saintifik, yang metodologinya sebagian historis akan

tetapi pada dasarnya bersifat saintifik. Tujuan antropologi adalah untuk memahami tingkah laku manusia.

Musikologi dan antropologi bukanlah bentuk studi yang

sama. Yang pertama masuk pada studi humaniora, yang kedua adalah ilmu sosial. Setelah berpadu dalam disiplin baru

etnomusikologi, maka terjadi perkembangan-perkembangan lebih

lanjut, disertai ciri khas setiap kawasan yang mengasuh ilmu ini, walaupun dasar-dasarnya adalah ingin mengetahui manusia,

lewat jendela budaya musik secara universal. Dalam

perkembangan selanjutnya, para musikolog yang sadar akan

kemitraan dengan budaya di luar Barat, bahkan menjadi etnomusikolog. Atau ada juga etnomusikolog yang kajiannya

adalah musik Eropa, biasanya musik folk atau rakyat.

2.2.2 Interaksi

Secara ilmiah, interaksi positif terjadi antara antropologi

dengan teater, musik, dan tari. Yang pertama menghasilkan. disiplin antropologi teater, yang kedua etnomusikologi, dan

ketiga etnologi tari, atau disebut juga antropologi tari dan

etnokoreologi. Ketiga disiplin ilmu pengetahuan tersebut lahir di

Page 46: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab II: Teori dan Metode

36

Barat, dan etnomusikologi muncul paling dahulu, yaitu akhir

abad ke-19 (1890-an). Demikian pula di Indonesia, etnomusikologi lebih dahulu dibuka di Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara tahun 1979, yang kemudian diikuti

oleh institusi seni lainnya. Kemudian disusul oleh berdirinya ilmu antropologi tari dan antropologi teater.

2.2.3 Etnomusikologi

Berdasarkan sejarah perkembangan disiplinnya, etnomusikologi mengenal dua kelompok definisi. Kelompok

pertama adalah pengertian yang lebih dekat dengan studi

musikologi komparatif Barat. Definisi ini dapat dibedakan atas tiga macam. Pertama, definisi yang menekankan pada jenis musik

yang dipelajari yaitu musik dan alat musik dari semua bangsa

non-Eropa, termasuk suku yang disebut primitif, dan

bangsa-bangsa Timur yang berbudaya (Kunst 1950). Kedua, definisi yang menekankan musik sebagai tradisi lisan, yaitu

etnomusikologi pada dasamya mewarisi musik pada tradisi lisan

(List 1962). Definisi ketiga, merumuskan etnomusikologi sebagai bidang yang mempelajari musik di luar masyarakat peneliti atau

pengamat, yaitu etnomusikologi mempelajari musik bangsa-

bangsa lain (Wachsman 1969). Selanjutnya definisi kelompok kedua menekankan kepada

proses kepada ilmuwan etnomusikologi. Mereka mendefinisikan

etnomusikologi adalah studi tentang musik di dalam konteks

kebudayaan (Merriam 1964). Definisi-definisi yang menekankan pada proses kerja, memaksa peneliti untuk memusatkan kepada

totalitas bukan kepada seperangkat komponen dari bagian-bagian

tertentu, untuk memperlakukan deskripsi sebagai langkah awal dalam mengadakan studi, dan untuk membuat konsepsi suara

musik tidak terpisah, tetapi merupakan bagian dari totalitas

masyarakat dan budaya.

Page 47: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

37

Etnomusikologi sebagai sebuah disiplin ilmu, merupakan

fusi atau gabungan dari dua induk ilmu yaitu etnologi

(antropologi) dan musikologi. Penggabungan ini sendiri telah menimbulkan dampak yang kompleks dalam perkembangan

etnomusikologi. Jika kemudian ia berfusi lagi dengan ilmu lain,

katakanlah arkeologi, maka akan terjadi sesuatu perkembangan

yang menarik. Dalam konteks etnomusikologi, bidang musikologi selalu dipergunakan dalam mendeskripsikan

struktur musik yang mempunyai hukum-hukum internalnya

sendiri--sedangkan etnologi memandang musik sebagai bagian dari fungsi kebudayaan manusia dan sebagai suatu bagian yang

menyatu dari suatu dunia yang lebih luas. Secara eksplisit

dinyatakan oleh Merriam sebagai berikut.

Ethnomusicology carries within itself the seeds of its

own division, for it has always been compounded of two

distinct parts, the musicological and the ethnological,

and perhaps its major problem is the blending of the

two in a unique fashion which emphasizes neither but

takes into account both. This dual nature of the field is

marked by its literature, for where one scholar writes

technically upon the structure of music sound as a

system in itself, another chooses to treat music as a functioning part of human culture and as an integral part

of a wider whole. At approximately the same time, other

scholars, influenced in considerable part by American

anthropology, which tended to assume an aura of intense

reaction against the evolutionary and diffusionist schools,

began to study music in its ethnologic context. Here the

emphasis was placed not so much upon the structural

components of music sound as upon the part music

plays in culture and its functions in the wider social and

cultural organization of man. It has been tentatively

suggested by Nettl (1956:26-39) that it is possible to

Page 48: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab II: Teori dan Metode

38

characterize German and American "schools" of

ethnomusicology, but the designations do not seem quite

apt. The distinction to be made is not so much one of

geography as it is one of theory, method, approach, and

emphasis, for many provocative studies were made by

early German scholars in problems not at all concerned with music structure, while many American studies

heve been devoted to technical analysis of music sound.4

Dari kutipan paragraf di atas, menurut Merriam para

pakar etnomusikologi membawa dirinya sendiri kepada benih-benih pembahagian ilmu, untuk itu selalu dilakukan

percampuran dua bagian keilmuan yang terpisah, yaitu

musikologi dan etnologi. Kemudian menimbulkan kemung-kinan-kemungkinan masalah besar dalam rangka mencam-pur

kedua disiplin itu dengan cara yang unik, dengan penekanan

pada salah satu bidangnya, tetapi tetap mengandung kedua

disiplin tersebut. Sifat dualisme lapangan studi ini, dapat ditandai dari literatur-literatur yang dihasilkannya--seorang

sarjana menulis secara teknis tentang struktur suara musik

sebagai suatu sistem tersendiri, sedangkan sarjana lain memilih untuk memperlakukan musik sebagai suatu bagian

dari fungsi kebudayaan manusia, dan sebagai bagian yang

integral dari keseluruhan kebudayaan. Pada saat yang sama,

beberapa sarjana dipengaruhi secara luas oleh para pakar antropologi Amerika, yang cenderung untuk mengasumsikan

4Silahkan lihat lebih jauh Alan P. Merriam, 1964. The

Anthropology of Music. Chicago: North Western University. pp. 3-4.

Buku ini menjadi “bacaan wajib dan mendasar” bagi para pelajar

etnomusikologi seluruh dunia, dengan pendekatan kebudayan,

fungsionalisme, strukturalisme, sosiologis, dan lain-lainnya.

Page 49: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

39

kembali suatu aura reaksi terhadap aliran-aliran yang

mengajarkan teori-teori evolusioner difusi, dimulai dengan

melakukan studi musik dalam konteks etnologisnya. Di sini, penekanan etnologis yang dilakukan para sarjana ini lebih luas

dibanding dengan kajian struktur komponen suara musik sebagai

suatu bagian dari permainan musik dalam kebudayaan, dan

fungsi-fungsinya dalam organisasi sosial dan kebudayaan manusia yang lebih luas.

Hal tersebut telah disarankan secara tentatif oleh Nettl

yaitu terdapat kemungkinan karakteristik "aliran-aliran" etnomusikologi di Jerman dan Amerika, yang sebenarnya

tidak persis sama. Mereka melakukan studi etnomusikologi

ini, tidak begitu berbeda, baik dalam geografi, teori, metode,

pendekatan, atau penekanannya. Beberapa studi provokatif awalnya dilakukan oleh para sarjana Jerman. Mereka

memecahkan masalah-masalah yang bukan hanya pada semua

hal yang berkaitan dengan struktur musik saja. Para sarjana Amerika telah mempersembahkan teknik analisis suara musik.

Dari kutipan di atas tergambar dengan jelas bahwa

etnomusikologi dibentuk dari dua disiplin dasar yaitu etnologi dan musikologi, walau terdapat variasi penekanan bidang yang

berbeda dari masing-masing ahlinya. Namun terdapat

persamaan bahwa mereka sama-sama berangkat dari musik

dalam konteks kebudayaannya. Berbagai definisi tentang etnomusikologi telah dikemukakan

dan dianalisis oleh para pakar etnomusikologi. Dalam edisi

berbahasa Indonesia, Rizaldi Siagian dari Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, dan Santosa dari Sekolah Tinggi Seni

Indonesia (STSI) Surakarta, telah mengalihbahasakan berbagai

definisi etnomusikologi, yang terangkum dalam buku yang bertajuk Etnomusikologi, 1995, yang disunting oleh Rahayu

Supanggah, terbitan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia,

yang berkantor pusat di Surakarta. Dalam buku ini, Alan P.

Page 50: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab II: Teori dan Metode

40

Merriam mengemukakan 42 definisi etnomusikologi dari

beberapa pakar, menurut kronologi sejarah dimulai oleh Guido Adler 1885 sampai Elizabeth Hesler tahun 1976.

5

Dari 42 definisi tentang etnomusikologi dapat diketahui

bahwa etnomusikologi adalah fusi dari dua disiplin utama yaitu musikologi dan atropologi, pendekatannya cenderung multi

disiplin dan interdisiplin. Etnomusikologi masuk ke dalam

bidang ilmu humaniora dan sosial sekali gus, merupakan kajian

musik dalam kebudayaan, dan tujuan akhirnya mengkaji manusia yang melakukan musik sedemikian rupa itu. Walau awalnya

mengkaji budaya musik non-Barat, namun sekarang ini semua

jenis musik menjadi kajiannya namun jangan lepas dari konteks budaya. Dengan demikian, masalah definisi dan lingkup kajian

5R. Supanggah, 1995. Etnomusikologi. Surakarta: Yayasan bentang

Budaya, Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Buku ini merupakan kumpulan enam tulisan oleh empat pakar etnomusikologi (Barat) seperti: Barbara Krader, George List, Alan P. Merriam, dan K.A. Gourlay; yang

dialihbahasakan oleh Santosa dan Rizaldi Siagian. Dalam buku ini Alan P. Merriam menulis tiga artikel, yaitu: (a) “Beberapa Definisi tentang ‘Musikologi Komparatif’ dan ‘Etnomusikologi’: Sebuah Pandangan Historis-Teoretis,” (b) “Meninjau Kembali Disiplin Etnomusikologi,” (c) “Metode dan Teknik Penelitian dalam Etnomusikologi.” Sementara Barbara Krader menulis artikel yang bertajuk “Etnomusikologi.” Selanjutnya George List menulis artikel “Etnomusikologi: Definisi dalam Disiplinnya.” Pada akhir tulisan ini K.A. Gourlay menulis artikel yang berjudul “Perumusan Kembali Peran

Etnomusikolog di dalam Penelitian.” Buku ini barulah sebagai alihbahasa terhadap tulisan-tulisan etnomusikolog (Barat). Ke depan, dalam konteks Indonesia diperlukan buku-buku panduan tentang etnomusikologi terutama yang ditulis oleh anak negeri, untuk kepentingan perkembangan disiplin ini. Dalam ilmu antropologi telah dilakukan penulisan buku seperti Pengantar Ilmu Antropologi yang ditulis antropolog Koentjaraningrat, diikuti oleh berbagai buku antropologi lainnya oleh para pakar generasi berikut seperti James Dananjaya, Topi Omas Ihromi, Parsudi Suparlan, Budi Santoso, dan lain-

lainnya.

Page 51: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

41

etnomusikologi sendiri akan terus berkembang dan terus

diwacanakan tanpa berhenti.

2.2.4 Antropologi Tari

Antropologi tari adalah sebuah disiplin baru yang

sebelumnya dikenal sebagai etnologi tari, atau oleh sebagian

pakar disebut dengan etnokoreologi. Walau istilah etnologi tari baru tersebar luas, tetapi penelitian di bidang etnologi tari telah

berlangsung sejak tahun 1930-an. Jika di bidang etnomusikologi

ada tokoh Alan P. Merriam, maka dalam antropologi tari salah seorang perintisnya adalah Getrude Prokosch Kurath yang

kumpulan esainya diterbitkan tahun 1986 dengan judul Half

Century of Dance Research oleh Cross Cultural Dance Research

(CCDR, Flagstaff, Arizona, Amerika Serikat). Ada pula seorang tokoh yang dikenal cukup ahli baik di bidang etnomusikologi

maupun antropologi tari yaitu Curt Sachs.

Kurath menggunakan 20 tahun pertama karimya sebagai penari dan produser pertunjukan budaya, tetapi kemudian

menceburkan dirinya di bidang penelitian etnologi tari.

Menurutnya, metode penelitian etnologi tari terdiri dari tiga tahap: (1) melakukan studi secara aktif dan mendatangi

upacara-upacara masyarakat yang diteliti; (2) mentransfer

pola-pola tari ke dalam bentuk tulisan, dengan deskripsi verbal

dan layout visual; dan (3) menginterpretasikan fakta-fakta yang telah diorganisasikan.

Seperti dalam studi etnomusikologi, yang tergantung latar

belakang pendidikannya, dalam kajian tari pun ada peneliti-peneliti yang lebih menekankan salah satu disiplin:

antropologi atau tari. Seperti yang dikemukakan oleh Adrianne

Kaeppler, bahwa para ahli etnologi tari biasanya adalah berlatarbelakang sebagai penari--yang melihat tari terpisah dari

konteks budaya masyarakatriya. Mereka selalu mendeskrip-sikan

tari menurut pandangan mereka sendiri, bukan pandangan

Page 52: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab II: Teori dan Metode

42

masyarakat pelaku tari itu. Mereka mendeskrip-sikan secara.

struktural bagian-bagian tari itu seperti pola gerak, motif, garis, arah, dan repetisi tari.

Sebaliknya, para etnolog tari ingin mengetahui lebih dari itu.

Antropologi pada abad ke-20 telah berkembang dari pendekatan deskriptif dan natural ke pendekatan yang menekankan kepada

teori. Bagi antropolog, deskripsi tari dari seluruh dunia ini bukan

etnologi, hanya sekedar data, yang lebih jauh harus dianalisis

secara. etnografis, sehingga didapatkan makna-makna kulturalnya, baik dengan memakai teori maupun metode ilmiah.

Menurut Janet Adshead dalam bukunya Dance Analysis:

Theory and Practice (London, Dance Book, 1988:6) penelitian terhadap tari pada perkembangan sekarang ini memerlukan

bantuan disiplin lainnya, seperti: antropologi, sejarah, psikologi,

sosiologi, teologi, dan lainnya. Disiplindisiplin ini sangat

membantu untuk memahami tari dalam konteks yang lebih luas, serta menjelaskan fungsi-fungsinya dalam kehidup-an masyarakat

pendukungnya.

2.2.5 Kajian Pertunjukan Budaya dan/atau Antropologi

Teater

Kajian pertunjukan (performance study) adalah sebuah disiplin (ilmu) yang relatif baru, yang dalam pendekatan

saintifiknya berdasar kepada interdisiplin atau multidisiplin ilmu,

yaitu mempertemukan antara lain antropologi, kajian teater,

antropologi tari atau etnologi tari, etnomusikologi, folklor, semiotika, sejarah, linguistik, koreografi, kritik sastra, dan

lainnya. Dua orang tokoh terkemuka pada disiplin ini adalah

Victor Tumer (antropolog) dan Richard Schechner (aktor, sutradara teater, pakar pertunjukan, dan editor majalah The

Drama Review).

Page 53: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

43

Sasaran kajian pertunjukan tidak terbatas kepada

pertunjukan yang dilakukan di atas panggung, tetapi juga yang

terjadi di luar panggung, seperi olah raga, permainan, sirkus, kamaval, perjalanan ziarah, nyekar, dan upacara. Dia menulis

buku yang terkenal From Ritual to Theatre: On the Edge of the

Bush: Anthropology as Experience, The Anthropology of

Performance, dan The Anthropology of Experience. Buku yang terakhir ini, disuntingnya bersama Victor Tumer dan Edward M.

Bruner tahun 1982 setahun sebelum ia meninggal dunia. Pada

karya-karyanya tersebut secara saintifik Schechner dan Tumer tampaknya menawarkan pentingnya pendekatan pengalaman,

pragmatik, praktik, dan pertunjukan dalam mengkaji kesenian.

Tentunya pendekatan ini diperlukan berdasarkan asumsi dasar

bahwa pengalaman yang kita alami tidak hanya dalam bentuk verbal, tetapi juga dalam bentuk imajinasi dan impresi (kesan).

2.2.6 Antropolinguistik Istilah antropolinguistik yang dalam bahasa Inggris

anthropology linguistic, yang digunakan pada dasawarsa 1950-

an, merujuk kepada sesuatu tradisi linguistik, terutama di Amerika Serikat, yang memusatkan perhatiannya kepada

penelitian bahasa-bahasa di Amerika Utara. Mereka yang terlibat

dalam penelitian dan pengklasafikasian bahasa-bahasa penduduk

asli Amerika Utara pada waktu itu, pada umumnya bukan kalangan akademis atau ahli bahasa melainkan orang-orang yang

mempunyai keterkaitan dengan badan-badan agama, seperti The

Summer Institute of Linguistics. Antropolinguistik adalah satu bidang disiplin antropologi

yang meneliti peranan bahasa dalam kehidupan manusia. Dengan

kata lain, antropolinguistik sebagai satu bidang pengkajian, berkembang dalam disiplin antropologi yang fokus penelitiannya

adalah tentang manusia. Antropolinguistik merupakan lanjutan

pengkajian terhadap manusia bersama-sama dengan bidang lain,

Page 54: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab II: Teori dan Metode

44

seperti antropologi ragawi (physical anthropology), antropologi

sosiobudaya (sociocultural anthropology), dan antropologi kognitif (cognitive anthropology). Istilah antropolinguistik sering

digunakan secara bergantian dengan istilah linguistik antropologi.

Kalau diteliti, pada kedua bidang ilmu ini umumnya ditemukan pengkajian antropolinguistik yang memperlihatkan

bahwa bidang ini kurang memberi perhaian kepada aspek-aspek

antropologi yang bersifat lebih teknis. Di samping

kekurangmahiran di kalangan ahli linguistik antropologi dalam antropologi dan ahli antropolinguistik dalam linguistik menjadi

petunjuk bahwa kedua-duanya adalah bidang yang berlainan.

Bagaimanapun kedua-duanya memiliki banyak kesamaan dan orientasi wilayah penelitian. Hal ini dapat dilihat pada

persamaan minat dan pengaruh dua disiplin yang berkaitan satu

sama lainnya, antropologi dan linguistik. Persamaan ini juga

menunjukkan bahwa hubungan bahasa dan budaya yang bersifat intrinsik adalah sesuatu yang penting dalam usaha para ahli

bahasa dalam menyelaraskan ilmu tentang kehidupan manusia.

Antropolinguistik menganggap bahwa faktor budaya tidak boleh ditinggalkan dalam penelitian bahasa, juga berpandangan

bahasa merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam

kajian budaya dan kehidupan manusia. Dengan kata lain antropolinguistik adalah pengkajian budaya dalam konteks

disiplin linguistik, sedangkan linguistik antropologi adalah kajian

bahasa dalam konteks disiplin antropologi. Terjemahan istilah

anthropological linguistics dalam bahasa Indonesia adalah linguistik antropologi, sedangkan linguistics anthropology

terjemahannya adalah antropolinguistik.

Dengan kenyataan bahwa antropolinguistik adalah satu bidang dalam disiplin linguistik, hal ini dimaksudkan untuk

membedakannya dengan sosiolinguistik. Sejauh manakah

kebenaran hal ini? Walaupun kedua bidang ini memperlihatkan

Page 55: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

45

persamaan pada beberapa hal, namun sosiolinguistik dan

antropolinguistik adalah dua bidang yang berbeda dari segi teori,

ranah bahasan, dan metodologinya. Terdapat sejumlah pemahaman tentang sosiolinguistik, di

antaranya ialah ia meneliti hubungan intrinsik antara bahasa dan

masyarakat. Dalam hal ini sosiolinguistik melihat bahasa

sebagai satu fenomena sosial. Dalam kerangka pemahaman yang serupa, antropolinguistik dapat dipahami sebagai penelitian

hubungan intrinsik antara bahasa dan budaya yang melihat

bahasa itu sebagai satu fenomena budaya. Walaupun kedua bidang ini memberi perhatian kepada

fungsi yang dimainkan oleh bahasa, tetapi fungsi bahasa itu

berbeda. Sosiolinguistik memberi fokus kepada aspek sosial,

artinya bahasa dilihat sebagai satu institusi/fenomena sosial, sedangkan linguistik antropologi menekankn perspektif budaya

dan menganggap bahasa sebagai suatu pranata atau fenomena

budaya. Nampaknya perbedaan mendasar antara sosiolinguistik dan

linguistik antropologi terletak pada ranah penelitian, yakni antara

sosial dan budaya. Pengertian “sosial” umumnya dikaitkan denga hal-hal yang berkenaan dengan kehidupan, kebajikan, organisasi,

serta perhubungan antara anggota-anggota dalam sebuah

masyarakat. Pengertian “budaya” pada umumnya dikaitkan pula

dengan adat istiadat, sistem kepercayaan, nilai, dan pandangan yang dimiliki bersama sebagai asas kehidupan sekelompok

manusia.

Merujuk pada premis ini, sosiolinguistik memberi penekanan kepada hal-hal sosial dalam analisis bahasanya,

sedangkan linguistik antropologi memberi perhatian kepada hal-

hal budaya dalam analisis linguistiknya. Dengan kata lain, sosiolinguistik meneliti bahasa dari dimensi sosial, sedangkan

linguistik antropologi beroperasi dalam hal yang sama, tetapi dari

sudut budaya. Perbedaan antara sosiolinguistik dan linguistik

Page 56: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab II: Teori dan Metode

46

antropologi terlihat dalam masing-masingkajian yang mengambil

judul language in society/language and society dan language in culture/language and culture.

Aspek sosial yang menjadi kajian dalam sosiolinguistik dan

language/language and society adalah seperti kelas sosial, kasta, status, prestise, pendapatan, tingkat pendidikan, afiliasi politik,

umur, jenis kelamin, jejaring sosial (social network), dan

kelompok etnik. Dengan kata lain, bagaimanapun faktor-faktor

yang berkaitan dengan proses sosial atau unsur-unsur yang membentuk struktur sosial. itu mempengaruhi penggunaan

bahasa atau bentuk bahasa tertentu yang menjadi bahasan dalam.

sosiolinguistik. Sistem kepercayaan., sistem nilai, moral, tingkah

laku/kelakuan, dan pandangan, yang berkaitan dengart proses

budaya atau unsur-unsur yang mencorakkan pola budaya suatu

kurnpulan itu, sering menjadi inti masalah kepada kajian antropolinguistik dan linguist and culture/languag. in. culture.

Kajian sosiolinguistik dapat bersifat kualitatif dan

kuantitatif. Hal ini adalah karena faktor yang. berkaitan dengan proses sosial/unsur yang dapat membina struktur sosial itu,

seperti: kelas, umur, jenis kelamin, yang dapat diamati dengan

jelas. Hal ini berbeda sekali dengan faktor yang berkaitan dengan proses budaya yang memberikan corak pada budaya itu, seperti

nilai dan pandangan dan tidak mudah diamati secara ilmiah

(Saville-Troike 1980:10).

Antropolinguistik melihat bahasa atau struktur bahasa yang terdiri dari: fonologi, morfologi, dan sintaksis hanya sebagai satu

komponen saja. Ini amat berbeda dengan sosioliguistik yang

mampu meneliti bahasa dalam tataran fonologi, morfologi, serta sintaksis.

Mazhab Praha berpegang teguh kepada pemahaman bahwa

bahasa tidak perlu mempunyai fungsi yang sama dalam setiap

Page 57: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

47

masyarakat atau budaya. Strukturalisme "Neo-Bloom-field"

Amerika mengajukan pandangan behavi-ouris tentang bahasa,

terutama dalam penetitian makna, yang melihat situasi dan lingkungan itu penting sekali dalam penguraian makna sesuatu

bentuk bahasa (Malinowski 1923:307). Asas pernikiran ini yang

memberi perhatian kepada faktor situasi, konteks, dan lingkungan

yang memberi makna kepada bentuk bahasa itu, dilanjutkan dalam antropolinguistik. Tradisi ini diteruskan dalam bentuk,

yang melihat bahasa sebagai. sesuatu yang dinamis dengan

pengertian bahwa makna suatu bentuk tidak berbahasa itu tidak dilihat dari pengertian kamusnya,. tetapi berdasarkan sesuatu

yang diperoleh dan dipahami setelah dilihat dalam konteks

budaya, bagaimana bahasa itu diungkapkan.

Sebagaimana halnya ilmu lain, antropolinguistik tetap mempunyai dua fokus: (i) khusus dan (ii) umum. Pada fokus

khusus, penelitian antropolinguistik diarahkan untuk rnengu-

raikan serta, memahami tindak berbahasa dalam ranah budaya tertentu, dalam konteks masyarakat (budaya) yang bersangkutan.

Pada fokus umum, yang menjadi pusat perhatian adalah

pembentukan sebuah metateori tentang fenomena komunikasi bahasa dari dimensi budaya.

Sebagai kesimpulan, etnografi adalah pengamatan atau

pemerhatian langsung tentang situasi-situasi kongkret. Dalam

konteks antropolinguistik, etnografi meneliti tindak berbahasa yang berlaku, secara alamiah, yang dianggap sebagai budaya

yang berlaku dalam konteks keseluruhan sistem budaya

masyarakat yang bersangkutan. Antropolinguistik adalah ilmu antardisiplin yaitu antropologi

dan linguistik, yang merupakan dua bidang disiplin ilmu yang

mempunyai hubungan yang sangat erat. Maka untuk memahami antropolinguistik perlu adanya suatu kajian yang objektif dan

ilmiah tentang kehidupan masyarakat dalam bermasyarakat dan

dikait-kan dengan penggunaan bahasa dalam masyarakat tersebut.

Page 58: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab II: Teori dan Metode

48

Keseluruhan disiplin pertunjukan budaya di atas umumnya

mendasarkan kegiatanya pada pendekatan ilmiah dengan menggunakan teori-teori.

2.3 Pendekatan Ilmiah dan Teori-teori Ilmu pengetahuan (sains) adalah suatu disiplin yang

mempunyai tahap-tahap dan prosedur tertentu, yang sering

disebut dengan pendekatan ilmiah. Di antaranya adalah:

rasionalisme, empirisme, determinisme, hipotesis dan pembuk-tian, asumsi, pengamatan, penelitian, dan lainnya (Lihat Denzin

dan Lincoln 1995).

Pendekatan saintifik biasanya menggunakan teori tertentu. dalam mengkaji fenomena alam, biologi, sosial, budaya, dan

lain-lainnya. Teori memiliki peran penting dalam pendekatan

ilmiah. Dengan teori seorang ilmuwan dibekali dasar-dasar

bagaimana mencari dan mengolah data--sehingga didapatkan kesimpulan yang absah. Teori menurut Marckward (1990:1302)

memiliki tujuh pengertian: (1) sebuah rancangan atau skema

pikiran, (2) prinsip dasar atau penerapan ilmu pengetahuan, (3) abstrak pengetahuan yang antonim dengan praktik, (4) rancangan

hipotesis untuk menangani berbagai fenomena, (5) hipotesis yang

mengarahkan seseorang, (6) dalam matematika adalah teorema yang menghadirkan pandangan sistematik dari beberapa subjek,

dan (7) ilmu pengetahuan tentang komposisi musik. Jadi dengan

demikian, teori berada dalam tataran ide orang, yang

kebenarannya secara empiris dan rasional telah diujicoba. Dalam dimensi waktu teori-teori dari semua disiplin ilmu terus

berkembang. Teori-teori yang dipergunakan dalam mengkaji tari,

musik, teater/pertunjukan, seni rupa, sastra, diambil dari berbagai disiplin atau dikembangan sendiri secara khas, seperti beberapa

contoh yang dikemukakan berikut ini.

Page 59: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

49

2.3.1 Semiotika

Teori semiotika, menurut penulis adalah salah satu teori

yang menjadi penghubung erat antara ilmu linguistik dan sastra dengan ilmu-ilmu seni. Dalam sejarah perkembangan ilmu,

belum pernah ada teori yang dipakai begitu meluas di bidang

bahasa, sastra, dan seni seperti semiotika ini. Bahkan kini

semiotika pun dipakai untuk bidang disiplin arsitektur. Pendekatan seni salah satunya mengambil teori semiotika

dalam usaha untuk memahami bagaimana makna diciptakan dan

dikomunikasikan melalui sistem simbol yang membangun sebuah peristiwa seni. Dua tokoh perintis semiotika adalah Ferdinand de

Saussure seorang ahli bahasa dari Swiss dan Charles Sanders

Pierce, seorang filosof dari Amerika Serikat. Saussure melihat

bahasa sebagai sistem yang membuat lambang bahasa itu terdiri dari sebuah imaji bunyi (sound image) atau signifier yang

berhubungan dengan konsep (signified). Setiap bahasa

mempunyai lambang bunyi tersen-diri. Peirce juga menginterpretasikan bahasa sebagai sistem

lambang, tetapi terdiri dari tiga bagian yang saling berkaitan: (1)

representatum, (2) pengamat (interpretant), dan (3) objek. Dalam kajian kesenian berarti kita harus memperhitungkan peranan

seniman pelaku dan penonton sebagai pengamat dari

lambang-lambang dan usaha kita untuk memahami proses

pertunjukan atau proses penciptaan. Peirce membedakan lambang-lambang ke dalam tiga kategori: ikon, indeks, dan

simbol. Apabila lambang itu menyerupai yang dilambangkan

seperti foto, maka disebut ikon. Jika lambang itu menunjukkan akan adanya sesuatu seperti timbulnya asap akan diikuti api,

disebut indeks. Jika lambang tidak menyerupai yang

dilambangkan, seperti burung garuda melambangkan negara Republik Indonesia, maka disebut dengan simbol.

Dengan mengikuti pendekatan semiotika, maka dua pakar

pertunjukan budaya, Tadeuz Kowzan dan Patrice Pavis dari

Page 60: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab II: Teori dan Metode

50

Perancis, mengaplikasikannya dalam pertunjukan. Kowzan

menawarkan 13 sistem lambang dari sebuah pertunjukan teater--8 berkaitan langsung dengan pemain dan 5 berada di luarnya.

Ketiga belas lambang itu adalah: kata-kata, nada bicara, mimik,

gestur, gerak, make-up, gaya rambut, kostum, properti, setting, lighting, musik, dan efek suara.

Pavis menyusun daftar pertanyaan yang lebih lugas dan detil

untuk mengkaji sebuah pertunjukan. Pertanyaan- pertanyaannya

menekankan perlunya dijelaskan bagaimana makna dibangun dan mengapa demikian. Pertanyaan ini menekankan pentingnya

sebuah proses pertunjukan. Adapun pertanyaan-pertanyaan itu

adalah mencakup: (1) diskusi umum tentang pertunjukan, yang meliputi: (a) unsur-unsur apa yang mendukung pertunjukan, (b)

hubungan antara sistem-sistem pertunjukan, (c) koherensi dan

inkoherensi, (d) prinsip-prinsip estetis produksi, (e)

kendala-kendala apa yang dijumpai tentang produksi seni, apakah momennya kuat, lemah, atau membosankan; (2)

skenografi, yang meliputi: (a) bentuk ruang

pertunjukan--mencakup: arsitektur, gestural, keindahan, imitasi tata ruang, (b) hubungan. antara tempat penonton dengan

panggung pertunjukan, (c) sistem pewarnaan dan konotasinya.,

(d) prinsip-prinsip organisasi ruang yang meliputi hubungan antara on-stage dan off-stage dan keterkaitan antara ruang yang

diperlukan dengan gambaran panggung pada teks drama; (3)

sistem tata cahaya; (4) properti panggung: tipe, fungsi, hubungan

antara ruang dan para pemain; (5) kostum: bagaimana mereka mengadakannya serta bagaimana hubungan kostum antar pemain;

(6) pertunjukan (a) gaya individu atau konvensional, (b)

hubungan antara pemain dan kelompok, (c) hubungan antara. teks yang tertulis dengan yang dilakukan, antara pemain dan peran,

(d) kualitas gestur dan mimik, (e) bagaimana dialog

dikembangkan; (7) fungsi musik dan efek suara; (8) tahapan

Page 61: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

51

pertunjukan: (a) tahap keseluruhan dan (b) tahap-tahap tertentu.

sebagai sistem tanda seperti tata cahaya, kostum, gestur, dan

lain-lain, tahap pertunjukan yang tetap atau berubah tiba-tiba; (9) interpretasi cerita dalam pertunjukan: (a) cerita apa yang akan

dipentaskan, (b) jenis dramaturgi apa yang dipilih, (c) apa yang

menjadi ambiguitas dalam pertunjukan dan poin-poin apa yang

dijelaskan, (d) bagaimana. struktur plot, (e) bagaimana cerita dikonstruksikan oleh para pemain dan bagaimana

pementasannya, (f) termasuk genre apakah teks dramanya; (10)

teks dalam pertunjukan: (a) terjemahan skenario, (b) peran yang diberikan. teks drama dalam produksi, (c) hubungan antara teks

dan imaji; (11) penonton: (a) di mana pertunjukan dilaksanakan,

(b) prakiraan penonton tentang apa yang akan terjadi dalam

pertunjukan, (c) bagaimana reaksi penonton, dan (d) peran penonton dalam konteks menginterpretasikan makna-makna; (12)

bagaimana mencatat produksi pertunjukan secara: (a) teknis dan

(b) imaji apa yang menjadi fokus; (13) apa yang tidak dapat diuraikan dari tanda-tanda pertunjukan: (a) apa yang tidak dapat

diinterpretasikan dari sebuah pertunjukan, (b) apa yang tidak

dapat direduksi tentang tanda dan makna pertunjukan (dan mengapa), (14) apakah ada masalah-masalah khusus yang perlu

dijelaskan serta berbagai komentar dan saran lebih lanjut untuk

melengkapi sejumlah pertanyaan dan memperbaiki produksi

pertunjukan. Dua tokoh perintis semiotika adalah Ferdinand de Saussure

seorang pakar bahasa dari Swiss--dan Charles Sanders Peirce,

seorang filosof dari Amerika Serikat. Saussure melihat bahasa sebagai sistem yang membuat lambang bahasa itu terdiri dari

sebuah imaji bunyi (sound image) atau signifier, yang

berhubungan dengan konsep (signified). Setiap bahasa mempunyai lambang bunyi tersendiri.

Menurut Encylopedia Brittanica (2007) pengertian

semiotika itu adalah seperti yang dijabarkan berikut ini.

Page 62: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab II: Teori dan Metode

52

Semiotic also called Semiology, the study of signs

and sign-using behaviour. It was defined by one of its founders, the Swiss linguist Ferdinand de Saussure, as

the study of “the life of signs within society.” Although

the word was used in this sense in the 17th century by the

English philosopher John Locke, the idea of semiotics as

an interdisciplinary mode for examining phenomena in

different fields emerged only in the late 19th and early

20th centuries with the independent work of Saussure

and of the American philosopher Charles Sanders Peirce.

Peirce's seminal work in the field was anchored in

pragmatism and logic. He defined a sign as “something

which stands to somebody for something,” and one of his

major contributions to semiotics was the categorization of signs into three main types: (1) an icon, which

resembles its referent (such as a road sign for falling

rocks); (2) an index, which is associated with its referent

(as smoke is a sign of fire); and (3) a symbol, which is

related to its referent only by convention (as with words

or traffic signals). Peirce also demonstrated that a sign

can never have a definite meaning, for the meaning must

be continuously qualified.

Saussure treated language as a sign-system, and his

work in linguistics has supplied the concepts and

methods that semioticians apply to sign-systems other than language. One such basic semiotic concept is

Saussure's distinction between the two inseparable

components of a sign: the signifier, which in language is

a set of speech sounds or marks on a page, and the

signified, which is the concept or idea behind the sign.

Saussure also distinguished parole, or actual individual

utterances, from langue, the underlying system of

conventions that makes such utterances understandable;

it is this underlying langue that most interests

Page 63: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

53

semioticians.

This interest in the structure behind the use of

particular signs links semiotics with the methods of

structuralism (q.v.), which seeks to analyze these

relations. Saussure's theories are thus also considered

fundamental to structuralism (especially structural

linguistics) and to poststructuralism.

Modem semioticians have applied Peirce and

Saussure's principles to a variety of fields, including

aesthetics, anthropology, psychoanalysis, communi-

cations, and semantics. Among the most influential of these thinkers are the French scholars Claude Lévi-

Strauss, Jacques Lacan, Michel Foucault, Jacques

Derrida, Roland Barthes, and Julia Kristeva.

Semiotika atau semiologi adalah kajian teradap tanda-tanda

(sign) serta tanda-tanda yang digunakan dalam perilaku manusia. Definisi yang sama pula dikemukakan oleh salah seorang pendiri

teori semiotika, yaitu pakar linguistik dari Swiss Ferdinand de

Sausurre. Menurutnya semiotika adalah kajian mengenai “kehidupan tanda-tanda dengan masyarakat yang menggunakan

tanda-tanda itu.” Meskipun kata-kata ini telah dipergunakan oleh

filosof Inggris abad ke-17 yaitu John Locke, gagasan semiotika sebagai sebuah modus interdisiplin ilmu, dengan berbagai contoh

fenomena yang berbeda dalam berbagai lapangan studi, baru

muncul ke permukaan pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-

20, ketika munculnya karya-karya Sausurre dan karya-karya seorang filosof Amerika Serikat, Charles Sanders Peirce.

Dalam karya awal Peirce di lapangan semiotika ini, ia

menumpukan perhatian kepada pragmatisme dan logika. Ia mendefinisikan tanda sebagai “sesuatu yang mendukung

seseorang untuk sesuatu yang lain.” Salah satu sumbangannya

yang besar bagi semiotika adalah pengkategoriannya mengenai

tanda-tanda ke dalam tiga tipe, yaitu: (a) ikon, yang disejajarkan

Page 64: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab II: Teori dan Metode

54

dengan referennya (misalnya jalan raya adalah tanda untuk

jatuhnya bebatuan); (b) indeks, yang disamakan dengan referennya (asap adalah tanda adanya api) dan (c) simbol, yang

berkaitan dengan referentnya dengan cara penemuan (seperti

dengan kata-kata atau signal trafik). Peirce juga menginterpretasikan bahasa sebagai sistem

lambang, tetapi terdiri dari tiga bagian yang saling berkaitan: (1)

representatum, (2) pengamat (interpretant), dan (3) objek.

Dalam kajian kesenian, berarti kita harus memperhitungkan peranan seniman pelaku dan penonton sebagai pengamat dari

lambang-lambang dan usaha kita untuk memahami proses

pertunjukan atau proses penciptaan. Peirce membedakan lambang-lambang ke dalam tiga kategori: ikon, indeks, dan

simbol. Apabila lambang itu menyerupai yang dilambangkan

seperti foto, maka disebut ikon. Jika lambang itu menunjukkan

akan adanya sesuatu seperti timbulnya asap akan diikuti api, disebut indeks. Jika lambang tidak menyerupai yang

dilambangkan, seperti burung garuda melambangkan negara

Republik Indonesia, atau harimau melambangkan negara Malaysia, maka disebut dengan simbol atau lambang.

Secara saintifik, istilah semiotika berasal dari perkataan

Yunani semeion. Panuti Sudjiman dan van Zoest (1992) menyatakan bahwa semiotika berarti tanda atau isyarat dalam

satu sistem lambang yang lebih besar. Manakala bidang

pragmatik mengkaji kesan penggunaan lambang terhadap proses

komunikasi. Dengan menggunakan pendekatan semiotika, seseorang boleh menganalisis makna yang tersurat dan tersirat di

balik penggunaan lambang dalam kehidupan manusia sehari-hari.

Semiotika dapat menjelaskan persoalan yang berkaitan dengan lambang, termasuk: penggunaan lambang, isi pesan, dan cara

penyampaiannya (Berlo 1960:54). Dalam semiotika terdapat

hubungan tiga segi antara lambang, objek dan makna (Eco 1979:

Page 65: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

55

15; Littlejohn 1992:64; Manning 1987:26; Barthes 1967:79).

Lambang itu mewakili objek yang dilambangkan. Penerima yang

menghubungkan lambang dengan objek dan makna, disebut interpretan, yang berfungsi sebagai perantara antara lambang

dengan objek yang dilambangkan. Oleh karena itu, makna

lambang hanya terwujud dalam pikiran interpretan, selepas saja

interpretan menghubungkan lambang dengan objek. Berdasarkan kepada diagram 2.1 berikut, yaitu segitiga

Makna Ogden & Richards (1923) maka dapat dikaji bahwa tidak

ada hubungan secara langsung antara lambang atau isyarat dengan objek yang menjadi rujukan. Hubungan tak langsung ini

digambarkan oleh garis terputus-putus antara lambang atau

isyarat dengan objek. Garis penghubung antara pemikiran

dengan lambang-lambang dan pemikiran dengan objek yang dirujuk adalah secara terus dan langsung. Hubungan ini

menunjukkan bahwa pemikiran seseorang akan menginterpretasi

makna lambang dengan objek atau peristiwa yang dirujuk. Ini bermakna bahwa pikiran seseorang mengkonseptualisasikan

sesuatu objek yang dirujuk berdasarkan rupa bentuk lambang

atau isyarat tertentu. Karena itu wujudlah hubungan secara tidak langsung antara lambang dengan objek walaupun pada

kenyataannya hubungan itu tidak mutlak.

Hubungan antara pemikiran, lambang, dan objek yang

dirujuk itu akan menghasilkan makna (Littlejohn 1992). Oleh karena itu, hubungan lambang dengan objek bersifat arbitrer

(Supardy 1990:29). Pengertian terhadap sesuatu lambang juga

berubah-ubah dari masa ke masa menurut keadaan dan kehendak masyarakat.

Makna digunakan untuk menyampaikan sesuatu pesan.

Pemancaran makna dan pesan itu melibatkan semua bentuk perlakukan dan konteks kewujudannya (Innis 1985:vii) baik

dalam bentuk bahasa ataupun perbuatan, atau kedua-duanya

sekaligus (Cherry 1957: 109-111). Pengirim akan memilih

Page 66: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab II: Teori dan Metode

56

lambang-lambang tertentu dan disusun secara sistematik untuk

mewujudkan makna tertentu (Berlo 1960:269). Oleh karena pengirim bebas memilih lambang-lambang yang hendak

digunakan, maka makna adalah bersifat subjektif. Oleh karena

itu, hubungan antara lambang dengan objek yang dilambangkan adalah berdasarkan imajinasi suatu objek (Littlejohn 1992:64).

Pikiran penerima harus menafsir (Blumer 1962:2; Barthes

1967:44) lambang yang digunakan oleh pengrim pesan.

Penafsiran penerima terhadap makna lambang adalah tergantung kepada situasi dan juga konteks (Eco 1979:15). Dalam hal ini

cara pengirim menggunakan lambang sangat penting untuk

merangsang fikiran penerima bagi mengkonseptualisasikan objek (Elam 1983:1; Anderson 1988:16; Panuti Sudjiman dan van

Zoest 1992:27).

Rangsangan itu juga sangat penting karena lambang

mempunyai makna yang versatil yaitu lambang bisa membawa makna konotatif pada suatu rasa, dan pada masa dan ruang yang

lain dapat membawa makna denotatif bergantung kepada

konteksnya.

Diagram 2.1

Segi Tiga Makna dari Ogden dan Richard (1923) Sumber: Theories of Human Communiction oleh Stephen

Littlejohn, 1992:64, juga Zaleha Abu Hasan 1996: 57)

Page 67: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

57

Menurut Morris (1946), dalam proses perlambangan,

lambang mempunyai nilai tertentu seperti pergantungan

(dependence), keterpisahan (detachment), dan keunggulan (dalam Littlejohn 1992:66). Nilai ini menunjukkan bahwa sistem

lambang bersifat mempengaruhi dan dipengaruhi. Ada lambang

yang dipengaruhi oleh lambang lain untuk membolehkannya

berfungsi. Lambang yang mempengaruhi dikatakan sebagai lambang yang dominan atau unggul. Lambang yang dipengaruhi

mempunyai nilai pergantungan, karena terpaksa bergantung

kepada lambang lain. Selain itu ada pula lambang yang dapat berdiri sendiri untuk menghasilkan makna. Berdasarkan nilai dan

fungsinya dalam komunikasi, lambang merupakan gambaran

perasaan dan perlakuan. Misalnya lambang bisa bermaksud

kumpulan orang, peristiwa luar biasa, pertanda kurang baik atau alamat yang baik (Schramm & Potter 1992: 74).

Echo (1976) memberikan empat cara manusia menggunakan

lambang. Pertama, melalui cara pengakuan yaitu menggunakan konteks untuk menyatakan sesuatu maksud. Kedua menunjukkan

peralatan sebenar. Ketiga melalui replika yaitu menggabungkan

lambang bahasa dengan lambang lain. Akhir sekali, keempat melalui ciptaan sesuatu yang baru seperti lukisan. Cara pertama

dan ketiga boleh memandu fikiran penerima untuk

menghubungkan lambang dengan objek yang dirujuk berdasarkan

mutu persamaan yang wujud pada cara perlambangan. Umumnya lambang mempunyai makna. Makna itu

merupakan lambangan sesuatu objek yang dilambangkan. Makna

yang ada pada sesuatu lambang tidak mutlak. Untuk memancarkan makna, sesuatu unit lambang tidak boleh berdiri

sendiri. Unit lambang itu harus berada dalam sistem yang

merupakan gabungan pelbagai lambang karena biasanya pesan hanya dapat digambarkan melalui kombinasi beberapa lambang

yang lebih kompleks (Langer 1942).

Page 68: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab II: Teori dan Metode

58

Hubungan antara lambang dengan makna dalam sesuatu

sistem adalah arbitrer karena lambang tidak mempunyai makna yang tetap (Berlo 1960:54); Scramm & Porter 1992:79). Suatu

lambang boleh berubah makna berdasarkan situasi dan konteks

tanpa menukar lambang dalam sesuatu sistem itu. Yang berubah hanyalah cara lambang digunakan. Bagaimanapun satu set

lambang tidak dapat menyampaikan semua informasi yang

diinginkan. Oleh karena itu, beberapa lambang lain seperti

perlakukan akan disatukan untuk menjadi unit yang lebih besar. Seterusnya unit-unit yang besar ini akan dikombinasikan untuk

menjadi sistem yang lebih besar. Setiap set pengucapan

merupakan kombinasi dari unit-unit lambang (Leach 1976:33). Makna sebenamya yang tersembunyi hanya dapat dilihat dalam

konteks yang menyeluruh. Kombinasi sistem lambang yang

kompleks dan pelbagai ini membolehkan pengirimnya

menyampaikan banyak pesan pada saat-saat tertentu. Sebagai suatu pendekatan, semiotika melihat sesebuah karya

sebagai satu sistem, yang berurusan dengan hal teknis dan

mekanisme penciptaan--di samping mengkhususkan kepada sudut ekspresi dan komunikasi (Mana Sikana 1990:20). Unsur-unsur

komunikasi itu mungkin dalam bentuk lisan atau bukan lisan.

Gabungan dan pertautan antara unit-unit kecil itu akan menghasilkan makna dan pesan tertentu.

2.3.1.1 Semiotika dalam Musik

Semiotika dipakai dalam berbagai disiplin ilmu, demikian juga dalam musikologi. Dalam konteks tulisan ini, teori

semiotika dalam musikologi yang penulis gunakan adalah dari

tulisan Martinez yang bertajuk “A Semiotis Theory of Music: According to a Peircean Rationale.” Ia menyatakan secara tegas

aspek komunikasi dalam musik seperti yang diuraikan berikut ini.

Page 69: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

59

Perkembangan terakhir mengenai terapan teori umum Peirce

mengenai tanda (signs) pada musik, seperti yang dilakukan oleh

David Lidov (1986), Robert Hatten (1994) dan William Dougherty (1993 dan 1994), memperlihatkan bahwa pendekatan

ini mencakup baik itu konteks musikal maupun semiotika, yang

memusatkan perhatian pada kekuatan pertanyaan mengenai

pentingnya peristiwa yang membangun aspek musikal. Martinez dalam tulisan ini menghadirkan struktur teori semiotika musik,

sebagaimana yang dilakukan-nya dalam disertasi doktoralnya

yang bertemakan semiotika dalam musik Hindustani, yang diajukannya kepada University of Helsinski tahun 1997.

Peirce dalam kajian-kajian semiotikanya, memasukkan

berbagai pemikiran yang hanya mungkin terwujud dengan

mengkaji makna-makna tanda. Musik adalah salah satu bahagian dari pemikiran manusia, bahwa ide mengenai musik adalah

berupa tanda-tanda yang tergantung kepada proses-proses

signifikatif atau semiosis. Sebuah tanda musikal dapat berupa satu sistem, satu komposisi atau pertunjukan, satu bentuk

musikal, satu gaya, seorang komposer, seorang pemusik, alat-alat

musik dan seterusnya. Menurut pendapat Peirce, semiotika melibatkan hubungan triadik antara tanda, objek, dan interpretan,

yang dalam konteks musik tanda-tanda lainnya dibangun oleh

pikiran pendengar (penonton), pemusik, komposer, analis, dan

pengkritik. Di dalam sistem klasifikasi saintifik yang ditawarkan Peirce,

semiotika (atau semeiotik) memiliki tiga cabang, yaitu: (a)

grammar spekulatif, (b) kritik, dan (c) metodeutik (atau retorik spekulatif). Selaras dengan pendapat Nathan Houser, para

ilmuwan yang mengkaji gramar spekulatif biasanya melalui

pendekatan tanda-tanda intrinsik yang sifatnya alamiah dan semiosis. Para ilmuwan ini menjelaskan hubungan-hubungan

antara tanda-tanda, korelasi tiap bahagian dalam semiosis, tanda

trikotomi yang diajukan Peirce, dan sepuluh atau yang lebih luas

Page 70: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab II: Teori dan Metode

60

enam puluh enam klasifikasi tanda. Studi kritik biasanya

memusatkan perhatian kepada tanda-tanda dan hubungannya dengan objek. Lebih khusus lagi adalah kondisi pelbagai

referensi tanda dan hubungannya dengan signified object.

Konsekuensinya, studi kritik dalam teori semiotika ini adalah untuk mendapatkan kebenaran, yang dipandu oleh pemikiran

manusia yang logis. Atau melalui tiga jenis argumentasi yaitu:

abduksi, induksi, dan deduksi. Studi metodeutik mengenai tanda-

tanda adalah bagaimana melihat hubungan antara para interpretan. Dalam kaitan ini, semiosis memfokuskan kajian

pada tingkatan interpretan, dan bagaimana interpretan itu sendiri

dapat menafsirkan tanda-tanda selama terjadinya proses semiotika (Houser 1990:210-211).

Peirce membagi semiotika yang bersifat formal ke dalam

tiga wilayah kajian. Sementara kajian musikal juga dapat

diketahui melalui tiga lapangan yang saling berkaitan, yang memperhatikan aspek: (a) kondisi umum tanda-tanda, sebagai

unsur intrinsik semiosis, atau kajian tanda-tanda dan sistem

intemal yang saling berhubungan; (b) teori kondisi umum kerangkan simbol dan tanda-tanda lain dalam melihat objek, yang

dianggap sebagai hubungan antara tanda-tanda dan objek-

objeknya, dan (c) kondisi transmisi makna oleh tanda-tanda dari satu pikiran ke pikiran lain, atau dari seseorang ke orang lain,

yang boleh disebut juga sebagai hubungan antara tanda-tanda

kepada para interpretan, interpreter, dan sistem interpretasi.

Dalam tingkatan mikrokospik, pembagian yang sama juga dilakukan oleh teori semiotikanya Peirce, yaitu: (a) tanda itu

sendiri, (b) tanda dan hubungannya dengan objek-objek yang

mungkin, dan (c) tanda yang berhubungan dengan interpretan yang mungkin.

Sesuai dengan jalan pikiran di atas, Martinez menawarkan

tiga lapangan kajian yang saling berhubungan dalam semiotika

Page 71: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

61

musik. Pertama adalah semiotika intrinsik musik, atau studi

mengenai tanda-tanda musik itu sendiri, yang memfokuskan

perhatian kepada bahagian intemal musik. Semiotika intrinsik musik ini terdiri dari aspek-aspek kualitas musikal, aktualisasi

karya-karya musik, dan pengorganisasian dalam musik yang

dipandang sebagai sistem-sistem musikal. Kedua adalah

referensi musikal, atau studi tanda-tanda musik dan hubungannya dengan objek-objek yang mungkin, yang memfokuskan perhatian

kepada signifikasi musik dengan objek-objek klasifikasi yang

lebih luas. Ketiga, interpretasi musikal, atau kajian tanda-tanda musikal yang berhubungan dengan pelbagai interpretannya, yang

memfokuskan perhatian kepada aksi tanda-tanda musikal dalam

pikiran manusia yang menerimanya atau lebih jauh dari itu. Isu-

isu interpretasi musik dapat dibagi lagi kepada tiga sub kajian, yaitu: (a) persepsi musik, (b) pertunjukan musik, dan (c)

intelektualisasi musik yang mencakup analisis, kritik, pengajaran,

pembuatan teori musik, semiotika musik, dan komposisi. Memandang kerangka teoretis tersebut di atas, Martinez

mendiskusikan beberapa kemungkinan untuk menganalisis

musik. Lapangan kajian semiotika musik intrinsik, dalam langkah pertama adalah kualitas musikal atau kualitas tanda.

Misalnya berbagai variasi suara vokal manusia dalam berbagai

budaya di dunia memperlihatkan pelbagai kualitas musik. Ada

perbedaan antara aktivitas musik pada vokal yang dipersembahkan masyarakat Inuit dalam konteks permainan bel

canto, musik Hindustani yang disebut khayal, nyanyian pada

teater no di Jepang, dan nyanyian para penyanyi griot Afrika. Setiap aktivitas musik yang dilatarbelakangi budayanya ini

memiliki kualitas dan makna-makna musikal tersendiri. Kualitas

ini tidak saja mencakup wama bunyi (timbral), ritme atau melodi, tetapi juga mencakup kualitas makna musikal.

Kajian referensi musikal menyangkut aspek hubungan antara

tanda dan objek, yang memperjelas kapasitas representasi

Page 72: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab II: Teori dan Metode

62

musikal, yang dapat ditandai sebagai objek-objek akustik atau

bukan akustik. Terdapat beberapa makna musik. Salah satu yang fundamental adalah bahwa tanda dan objek menghadirkan sebuah

keterhubungan identitas, bahwa tanda musikal adalah mumi

sebagai sebuah ikon. Bagaimanapun, musik memiliki kapasistas tanda. Beberapa ahli estetika musik, seperti Eduard Hanslick

(1989:61) dan para komposer seperti Pierre Boulez (1986:32),

John Cage (1961:96), dan Kostelanetz 1988:200),

mengemukakan bahwa estetika musik itu sangat bergantung kepada modus signifikasi. Sehingga ide musik mumi atau musik

absolut tak mungkin terwujud dalam membicarakan musik dalam

kebudayaan. Setiap tradisi musik di dunia ini memiliki asas dan konsepsi estetika yang berlainan.

Pentingnya mengkaji berbagai tanda ikonik dalam musik.

Peirce membagi tanda-tanda ikonik dalam pelbagai imej, diagram

dan metafor. Imaji adalah ikon yang menghadirkan karakter objek. Contoh musikal ikonik adalah mulai dari suara burung

sampai kepada musik sesungguhnya. Dalam analisis semiotika

ini, purlu pula bagi para pengkajinya memperhatikan pada aspek metafora. Musik adalah bidang semiotika yang kompleks, yang

dapat dikaji melalui berbagai titik pandang.

2.3.1.2 Semiotika dalam Seni Pertunjukan

Semiotika juga selalu dipergunakan oleh para ilmuwan seni

dan budaya di dalam pengkajian teater atau seni pertunjukan.

Teater itu sendiri merupakan wahana komunikasi yang begitu kompleks, karena ia melibatkan hubungan antara para pelakon

dengan khalayak penonton. Proses menghasilkan makna dalam

teater ini tertakluk sepenuhnya kepada sistem-sistem tertentu yang biasanya akan melibatkan gabungan dari pelbagai

lambang lisan dan lambang bukan lisan. Sistem ini akan

memperbolehkan orang ramai menafsirkan fenomena yag terjadi.

Page 73: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

63

Teater merupakan wahana komunikasi yang kompleks

karena ia melibatkan hubungan antara para pelakon dengan

khalayak. Proses menghasilkan makna dalam teater, menurut kepada sistem tertentu yang melibatkan gabungan lambang lisan

dan lambang bukan lisan. Sistem itu penting untuk

membolehkan khalayak menginterpretasi fenomena yang

dipaparkan. Oleh karena seni pertunjukan merupakan media yang

unidimen-sional, satu-satu unit lambang itu tidak boleh berdiri

dengan sendirinya untuk menggambarkan sesuatu pesan. Ia harus dilihat sebagai satu gabungan yang menyeluruh dengan lambang-

lambang lain dalam konteks tertentu. Misalnya gerak isyarat,

mimik muka, dan bahasa digabung dan digunakan serentak untuk

menampakkan sesuatu makna secara keseluruhan. Satu lagi contoh ialah penggunaan keris. Bagi masyarakat Melayu, keris

bukan saja merupakan senjata untuk mempertahankan diri, tetapi

juga melambangkan kekuatan dan kuasa. Jikalau diselitkan di pinggang, keris itu boleh ditafsirkan sebagai lambang kegagahan

karena gambaran pakaian seorang wira Melayu dalam masyarakat

Melayu tradisional tidak lengkap jikalau tidak ada keris di pinggang. Pemancaran makna keris itu adalah tergantung kepada

cara ia digunakan. Kajian yang menggunakan pendekatan

semiotika mengupas segala unsur simbolik yang terdapat dalam

sesebuah karya. Dalam hal yang berkaitan dengan keris itu, bukan saja cara pemakaiannya, tetapi rupa bentuknya juga

berkaitan dengan kepercayaan dalam masyarakat Melayu.

Mukarovsky (1975) telah memulai kajian semiotika dalam teater (Elam 1983). Bagi Mukarovsky sesebuah teks pertunjukan

merupakan lambang makro yang maknanya hanya dapat difahami

dalam rentetan lambang-ambang lain secara keseluruhan. Dalam teater, lambang atau isyarat memberikan makna yang simbolik.

Oleh karena semua yang terdapat di atas pentas merupakan

lambang (Jiri Veltrusky, dipetik dalam Elam 1983:7), maka

Page 74: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab II: Teori dan Metode

64

segala objek dan perlakuan pelakon di atas pentas harus

mempunyai hubungan dengan objek yang dimaksudkan. Ini bermakna, lambang non-literal harus dapat berfungsi seperti yang

literal supaya khalayak mampu menafsirkan pesan yang

disampaikan. Sesuatu objek mungkin boleh diwakili oleh penggunaan beberapa lambang jika lambang-lambang itu mampu

menunjukkan kehadiran objek tersebut (Brusak dipetik dalam

Elam 1983:9). Misalnya, lambang-lambang yang dihasilkan

melalui pergerakan anggota badan boleh menukarkan seorang pelakon atau penari menjadi benda lain seperti seekor burung

garuda yang sedang terbang, sebuah pohon yang bergoyang

ataupun seekor gajah yang garang. Disebabkan makna sesuatu lambang tidak sama bagi semua orang, maka terpulang kepada

kreativitas pihak sumber untuk memilih lambang yang sesuai

untuk menonjolkan pesan yang dikehendaki.

Sifat lambang yang arbitrer menyebabkan penggunaannya dalam teater bebas dan tidak terbatas. Sejauh mana penggunaan

lambang-lambang dapat menjelaskan makna sebenarnya

berantung kepada konvensi semantik yang terdapat dalam lambang-lambang yang dipilih. Makna lambang-lambang

ditentukan oleh cara perlambangan. Jika lambang yang

digunakan jelas hubungannya dengan objek yang diwakilinya, maka jelas makna yang dimaksudkan. Sebaliknya jika hubungan

lambang dengan objek atau rujukan tidak jelas, maka akan

menjadi kabur. Oleh karena itu, setiap aspek pertunjukan dalam

teater seperti setting, perlakuan dan pertuturan pelakon saling bergantungan untuk menyumbang kepada pemaparan makna.

Menurut Elam (1983) tidak ada hubungan yang mutlak

antara sesuatu lambang dengan apa yang dilambangkan, karena lambang itu merupakan sesuatu yang dinamik. Pada prinsipnya

lambang-lambang yang digunakan di atas pentas boleh digunakan

untuk mewakili fenomena apa saja. Misalnya, adegan yang

Page 75: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

65

dramatik tidak semestinya digambarkan melalui ruang, seni

bangunan ataupun gambar, tetapi boleh ditunjukkan dengan gerak

isyarat (seperti mimos), lisan, dan juga kesan bunyi. Makna juga dikaitkan dengan konteks. Sesuatu lambang akan memberikan

makna yang lain dalam konteks yang berbeda. Misalnya gerak

tari yang meniru gaya burung terbang boleh melambangkan

seekor burung. Dalam konteks yang lain gerak itu melambangkan kebebasan. Dalam shamanisme, gerak itu

dikaitkan dengan air dan jiwa atau ruh yang hilang (Danaan

1985:50). Dengan kata lain, gerak yang menggambarkan seekor burung, mempunyai makna berlainan dalam konteks yang

berbeda. Pentas lazimnya merupakan lambang ruang alam.

Begitu juga dengan pedang yang selalu digunakan dalam cerita-

cerita klasik Inggris lazimnya dipergunakan untuk menentang musuh. Pada masa yang lain boleh digunakan sebagai pengayuh

perahu, dengan hanya menukar cara memegangnya. Sifat arbitrer

lambang membenarkan pelbagai sistem lambang dikombinasikan untuk memberikan gambaran yang hampir serupa dengan objek

atau pesan yang dimaksud.

Dalam teater, lambang bukan lisan itu terdapat dalam sistem-sistem lambang yang mencakup ciri-ciri fisik, mimik

muka, gerak-gerik, sentuhan, artifak, alam sekitar, serta

penggunaan ruang dan masa. Semua ciri ini terdapat dalam

tarian. Ini menjadikan tarian sebagai lambang yang penting dalam teater. Selain untuk menarik perhatian khalayak, tarian

juga digunakan untuk menyampaikan pesan, karena tarian

merupakan himpunan lambang-lambang komunikasi yang kompleks (Hanna 1979:26). Menurut pendapat Hanna, semua

tarian mempunyai tujuan. Sekurang-kurangnya tarian berupa

hasil pergerakan yang melahirkan gagasan tertentu dengan menggunakan anggota badan sebagai mediumnya. Bagi Hanna

(1979:25-26) tarian itu boleh mengatasi kemampuan media

audio-visual dalam menyampaikan informasi kepada khalayak.

Page 76: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab II: Teori dan Metode

66

De Danaan (1985) yang mengkaji tarian Menghadap Rebab

dalam kebudayaan Melayu, mendapati gerak tari dan lirik dalam lagu tersebut saling melengkapi. Lambang-lambang gerak tari

dalam menghadap rebab menggambarkan “beberapa perenggan”

penyataan. Integrasi lirik lagu dan gerak tarinya menghasilkan satu penyataan yang lengkap karena lirik menggambarkan

pergerakan dan seterusnya pergerakan menampakkan makna

pada lirik. Menurut Danaan (1985) hubungan antara lirik dengan

pergerakan dalam tarian Menghadap Rebab sangat rapat. Sukar bagi seseorang untuk memahami pesan dalam tarian tersebut jika

tidak meneliti gerak tarian dan lirik lagunya.

Tarian dalam teater tidak semestinya diiringi oleh nyanyian atau sebaliknya. Ada kalanya dalam tempat tertentu, hanya tarian

digunakan untuk menyatakan sesuatu. Dalam hal ini pergerakan

ekspresif dalam tarian itu digunakan sepenuhnya sebagai

medium komunikasi. Pergerakan bukan saja menampakkan nilai estetika, tetapi juga membawa pesan tertentu sebagai

menggantikan perkataan (Russel 1958:21; Wigman 1966:10;

Hanna 1979:25; dan Laban 1988:85). Semiotika juga senantiasa dipergunakan dalam mengkaji

lagu dan tari. Dengan menuruti pendekatan semiotika, maka dua

pakar pertunjukan budaya, Tadeuz Kowzan dan Patrice Pavis dari Perancis, mengaplikasikannya dalam pertunjukan. Kowzan

menawarkan 13 sistem lambang dari sebuah pertunjukan teater--8

berkaitan langsung dengan pemain dan 5 berada di luamya.

Ketiga belas lambang itu adalah: kata-kata, nada bicara, mimik, gestur, gerak, make-up, gaya rambut, kostum, properti, setting,

lighting, musik, dan efek suara. Demikian sekilas teori semiotika

dalam berbagai disiplin ilmu.

Page 77: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

67

2.3.2 Teori Fungsionalisme

Untuk mengkaji sejauh apa fungsi komunikasi dalam seni

pertunjukan, serta bagaimana fungsi lagu dan tari dalam masyarakat Melayu Sumatera Utara, penyelidik menggunakan

teori fungsionalisme. Mengiku Lorimer et al., teori

fungsionalisme adalah salah satu teori yang dipergunakan

pada ilmu sosial, yang menekankan pada saling ketergantungan antara institusi-institusi dan kebiasaan-kebiasaan pada

masyarakat tertentu. Analisis fungsi menjelaskan bagaimana

susunan sosial didukung oleh fungsi-institusi-institusi seperti: negara, agama, keluarga, aliran dan pasar terwujud. Sebagai

contoh, pada masyarakat yang kompleks seperti Amerika

Serikat, agama dan keluarga mendukung nilai-nilai yang

difungsikan untuk mendukung kegiatan politik demokrasi dan ekonomi pasar. Dalam masyarakat yang lebih sederhana,

masyarakat tribal, partisipasi dalam upacara keagamaan

berfungsi untuk mendukung solidaritas sosial di antara kelompok-kelompok manusia yang berhubungan kekerabatannya.

Meskipun teori ini menjadi dasar bagi para penulis Eropa abad

ke-19, khususnya Emile Durkheim, fungsionalisme secara nyata berkembang sebagai sebuah teori yang mengagumkan

sejak dipergunakan oleh Talcott Parsons dan Robert Merton

tahun 1950-an. Teori ini sangat berpengaruh kepada para pakar

sosiologi Anglo-Amerika dalam dekade 1970-an. Bronislaw Malinowski dan A.R. Radcliffe-Brown, mengembangkan teori

ini di bidang antropologi, dengan memusatkan perhatian pada

masyarakat bukan Barat. Sejak dekade 1970-an, teori fungsionalisme dipergunakan pula untuk mengkaji dinamika

konflik sosial (Lorimer et al. 1991-112-113).

Dalam bidang komunikasi, ada beberapa pakar yang mengemukakan pendapatnya mengenai fungsi komunikasi.

Fungsi komunikasi memperlihatkan arus gerakan yang seiring

dengan masyarakat atau individu. Komunikasi berfungsi

Page 78: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab II: Teori dan Metode

68

menurut keperluan pengguna atau individu yang berinteraksi.

Lantaran itu fungsi komunikasi boleh dikaitkan dengan ekspresi (emosi), arahan, rujukan, puitis, fatik dan metalinguitik yang

berkaitan dengan bahasa (Ajid Che Kob 1991:16). Secara umum

fungsi komunikasi terdiri dari empat kategori utama yaitu: (1) fungsi memberitahu, (2) fungsi mendidik, (3) memujuk khalayak

mengubah pandangan dan (4) untuk menghibur orang lain.

Fungsi untuk memberi tahu, artinya adalah melalui

komunikasi berbagai konsep atau gagasan diberitahukan kepada orang lain (penerima komunikasi), dan penerima ini

menerimanya, yang kemudian dampaknya ia tahu tentang

gagasan yang dikomunikasikan tersebut. Akhirya isi komunikasi itu akan dibalas oleh penerima, boleh jadi dalam bentuk perilaku,

respons, dan lainnya. Pemberitahuan ini sangat penting dalam

konteks sosial kemasyarakatan. Misalnya orang yang diberitahu

bahwa salah seorang warganya meninggal dunia, melalui saluran komunikasi, seperti dalam bentuk lisan atau bukan lisan seperti

bunyi bedug dengan pukulan dan irama tertentu, atau lambang-

lambang, seperti bendera merah atau hijau di depan rumah, dan lainnya. Akibatnya penerima komunikasi akan menafsir pesan

komunikasi dalam bentuk lisan dan bukan lisan tadi, kemudian

datang bertakziah ke tempat warganya yang meninggal dunia. Fungsi komunikasi lainnya adalah mendidik. Artinya adalah

bahwa komunikasi berperan dalam konteks pendidikan manusia.

Komunikasi menjadi saluran ilmu dari seseorang kepada orang

lainnya. Ilmu pengetahuan dipindahkan dari sesorang yang tahu kepada orang yang belum tahu. Berkat terjadinya komunikasi

maka kelestarian kebudayaan akan terus berlanjut antara generasi

ke generasi, dan dampak akhimya masyarakat itu cerdas dan dapat mengelola alam melalui ilmu pengetahuan.

Komunikasi juga berfungsi untuk mengubah pandangan

manusia atau memujuk khlayak untuk merubah pandangannya.

Page 79: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

69

Melalui komunikasi, pandangan seseorang atau masyarakat boleh

diubah, dari satu pandangan ke pandangan lain. Apakah

pandangan yang lebih baik atau lebih buruk menurut stadar norma-norma sosial. Dalam konteks bernegara misalnya,

pandangan yang tak sesuai dengan ideologi negara akan boleh

dipujuk untuk menuruti ideologi yang sesuai dengan negara.

Dalam konteks ini umumnya suatu kabinet di dalam negara, membentuk departemen komunikasi, informasi, atau penerangan.

Tujuan utamanya adalah memujuk masyarakat bangsa itu untuk

menurut ideologi dan program-program pembangunan yang dianut dan dilaksanaka oleh pemerintah.

Fungsi komunikasi lainnya adalah menghibur orang lain.

Maksudnya adalah bahwa melalui komunikasi seorang

penyampai atau sumber komunikasi akan menghibur orang lain sebagai penerima komunikasi, yang memang dalam konteks

sosial diperlukan. Fungsi komunikasi sebagai sarana hiburan ini

akan dapat membantu seseorang atau sekumpulan orang terhibur dari beban sosial budaya yang dialaminya. Hiburan ini dapat

berupa rasa simpati sumber kepada penerima. Bentuknya boleh

saja seperti ungkapan verbal turut merasakan apa yang dirasakan penerima komunikasi, atau juga seperti bernyanyi, bermain

musik, melucu dan lain-lainnya. Dengan demikian, melalui

komunikasi terjadi hiburan, yang juga melegakan diri dari

himpitan dan tekanan sosial. Teori fungsionalisme dalam ilmu antopologi mulai

dikembangkan oleh seorang pakar yang sangat penting dalam

sejarah teori antropologi, yaitu Bronislaw Malinowski (1884-1942). Ia lahir di Cracow, Polandia, sebagai putera keluarga

bangsawan Polandia. Ayahnya seorang guru besar dalam ilmu

sastra Slavik. Jadi tiadalah menghairankan apabila Malinowski memperoleh pendidikan yang kelak memberikannya suatu karir

akademik juga. Tahun 1908 ia lulus dari Fakultas Ilmu Pasti dan

Alam dari Universitas Cracow. Yang menarik, selama studinya ia

Page 80: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab II: Teori dan Metode

70

gemar membaca buku mengenai folklor dan dongeng-dongeng

rakyat, sehingga ia menjadi tertarik kepada ilmu psikologi. Ia kemudian belajar psikologi kepada Profesor W. Wundt, di

Leipzig, Jerman.

Perhatiannya terhadap folklor menyebabkan ia membaca buku J.G. Frazer, bertajuk The Golden Bough, mengenai ilmu

ghaib, yang menyebabkan ia menjadi tertarik kepada ilmu

etnologi. Ia melanjutkan belajar ke London School of

Economics, tetapi karena di Perguruan Tinggi itu tak ada ilmu folklor atau etnologi, maka ia memilih ilmu yang paling dekat

kepada keduanya, yaitu ilmu sosiologi empiris. Gurunya ahli

etnologi, yaitu C.G. Seligman. Tahun 1916 ia mendapat gelar doktor dalam ilmu itu, dengan menyerahkan dua buah karangan

sebagai ganti disertasi, yaitu The Family among the Australian

Aborigines (1913) dan The Native of Mailu (1913). Kemudian

ia berangkat ke Pulau Trobiand di utara Kepulaun Massim, sebelah tenggara Papua Nugini, untuk melakukan penelitian

tahun 1914. Sehabis perang dunia pertama pada tahun 1918, ia

pergi ke Inggeris karena mendapat pekerjaan sebagai asisten ahli di London School of Economics.

Ia mulai mengembangkan suatu kerangka teori baru untuk

menganalisis fungsi dari kebudayaan manusia, yang disebutnya dengan teori fungsional tetang kebudayaan, atau a functiol theory

of culture. Ia kemudian mengambil keputusan untuk menetap di

Amerika Serikat, ketika ia ditawari untuk menjadi guru besar

antropologi di University Yale tahun 1942. Sayang tahun itu juga ia meninggal dunia. Buku mengenai teori fungsional yang baru

yang telah ditulisnya, diredaksi oleh muridnya H. Caims dan

menerbitkannya dua tahun selepas itu (Malinowski 1944). Pemikiran Malinowski mengenai syarat-syarat metode

etnografi berinteraksi secara fungsional yang dikembang-kannya

dalam syarahan-syarahannya. Isinya adalah tentang metode-

Page 81: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

71

metode penelitian lapangan. Dalam masa penulisan ketiga buku

etnografi mengenai kebudayaan Trobiand selanjutnya,

menyebabkan konsepnya mengenai fungsi sosial adat, perilaku manusia, dan pranata-pranata sosial, menjadi lebih mantap. Ia

membedakan fungsi sosial dalam tiga tingkat abstraksi (Kaberry

1957:82), yaitu: (a) fungsi sosial dari suatu adat, pranata sosial

atau unsur kebudayaan pada tingkat abstraksi pertama mengenai pengaruh atau efeknya terhadap adat, perilaku manusia dan

pranata sosial yang lain dalam masyarakat; (b) fungsi sosial dari

suatu adat, pranata sosial atau usur kebudayaan pada tingkat abstraksi kedua mengenai pengaruh atau efeknya terhadap

keperluan suatu adat atau pranata lain untuk mencapai

maksudnya, seperti yang dikonsepsikan oleh warga masyarakat

yang terlibat; (c) fungsi sosial dari suau adat atau pranata sosial pada tingkat abstraksi ketiga mengenai pengaruh atau efeknya

terhadap keperluan mutlak untuk berlangsungnya secara

terintegrasi dari suatu sistem sosial tertentu. Malinowski juga mengemukakan teori fungsional tentang

kebudayaan. Kegemaran Malinowski terhaap ilmu psikologi juga

tampak ketika ia mengujungi University Yale di Amerika Serikat selama setahun, pada tahun 1935. Di sana ia berteu dengan ahli-

ahli psikologi seperti J. Dollard, yag ketika itu sedang

mengembangkan serangkaian penelitian mengenai proses belajar.

Menurut sarjana psikologi dari Yale itu, asas dari proses belajar adalah tidak lain dari ulangan-ulangan dari reaksi-reaksi suatu

organisme terhadap gejala-gejala dari luar dirinya, yang terjadi

sedemikian rupa sehingga salah satu keperluan naluri dari organisme tadi dapat dipuaskan. Teori belajar, atau leaming

theory, ini sangat menarik perhtian Malinowski, sehingga

dipakainya untuk memberi asas pasti bagi pemikirannya terhadap hubungan-hubungan berfungsi dari unsur-unsur sebuah

kebudayaan.

Page 82: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab II: Teori dan Metode

72

Seperti telah diuraikan di atas, saat Malinowski julung kali

menulis karangan-karangannya tentang pelbagai aspek masyarakat orang Trobiand sebagai kebulatan, ia tidak sengaja

mengenalkan pandangan yang baru dalam ilmu antropologi.

Namun reaksi dari kalangan ilmu itu memberinya dorongan untuk mengembangkan suatu teori tentang fungsi dari unsur-usur

kebudayaan manusia. Dengan demikian, dengan menggunakan

leaming theory sebagai asas, Malinowski mengembangkan teori

fungsionalismenya, yang baru terbit selepas ia meninggal dunia. Bukunya bertajuk A Scientific Theory of Culture and Other

Essays (1944). Dalam buku ini Malinowski mengembangkan

teori tentang fungsi unsur-unsur kebudayaan yang sangat kompleks. Namun inti dari teori itu adalah pendirian bahwa

segala kegiatan kebudayaan itu sebenamya bremaksud

memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah keperluan naluri

makhluk manusia yang berhubungkait dengan seluruh kehidupannya. Kesenian sebagai contoh dari salah satu usur

kebudayaan, terjadi karena mula-mula manusia ingin memuaskan

keperluan nalurinya akan keindahan; ilmu pengetahan juga timbul karena keperluan naluri manusia untuk ingin tahu. Namun

banyak juga kegiatan kebudayaan terjadi karena kombinasi dari

beberapa macam human needs itu. Dengan faham ini, kata Malinowski, seseorang penyelidik boleh mengkaji dan

menerangkan banyak masalah dalam kehidupan masyarakat dan

kebudayaan manusia.

Menurut penjelasan Ihromi (1987:59-61) Malinowski mengajukan sebuah orientasi teori yang dinamakan

fungsionalisme, yang ditulis Malinowski dalam artikel bertajuk

“The Group and the Individual in Functional Analysis”, dalam jumal American Joumal of Sociology, jilid 44 (1939), hal. 938-

964. Dalam artikel ini Malinowski beranggapan atau berasumsi

bahwa semua unsur kebudayaan bermanfaat bagi masyarakat di

Page 83: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

73

mana unsur itu terdapat. Dengan kata lain, pandangan

fungsionalisme terhadap kebudayaan menyatakan bahwa setiap

pola kelakuan yang telah menjadi kebiasaan, setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan bahagian dari kebudayaan dalam

suatu masyarakat, yang memenuhi beberapa fungsi mendasar

dalam kebudayaan bersangkutan. Menurut Malinowski, fungsi

dari satu unsur budaya adalah kemampuannya untuk memenuhi beberapa keperluan asas atau beberapa keperluan yang timbul

dari keperluan asas yaitu keperluan sekunder dari para warga

suatu masyarakat. Keperluan pokok atau asas adalah seperti makanan, reproduksi (melahirkan keturunan), merasa enak badan

(bodily comfort), keamanan, kesantaian, gerak dan pertumbuhan.

Beberapa aspek dari kebudayaan memenuhi keinginan-keinginan

asas itu. Untuk memenuhi keinginan asas ini, muncul keinginan jenis kedua (derived needs), keinginan sekundari yang juga harus

dipenuhi oleh kebudayaan. Misalnya unsur kebudayaan yang

memenuhi keinginan akan makanan menimbulkan keinginan sekunder yaitu keinginan untuk kerja sama dalam mengumpulkan

makanan atau yang untuk diproduksi. Untuk ini masyarakat

mengadakan bentuk-bentuk organisasi politik dan pengawasan sosial yang akan menjamin kelangsungan kewajiban kerjasama

itu. Sehingga menurut pandangan Malinowski mengenai

kebudayaan, semua unsur kebudayaan akhimya dapat dipandang

sebagai hal yang memenuhi keinginan asas para warga masyarakat.

Malinowski percaya bahwa pendekatan fungsional

mempunyai sebuah nilai praktikal yang penting. Pengertian nili praktikal ini dapat dimanfaatkan oleh mereka yang bergaul

dengan masyarakat primitif. Ia menjelaskan sebagai berikut:

“nilai yang praktis dari teori fungsionalisme ini adalah bahwa teori ini mengajar kita tentang kepentingan relatif dari berbagai

kebiasaan yang beraneka ragam; bagaimana kebiasaan-kebiasaan

itu tergantung satu dengan yang lainnya, bagaimana harus

Page 84: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab II: Teori dan Metode

74

dihadapi oleh para penyiar agama, oleh penguasa kolonial dan

oleh mereka yang secara ekonomi mengekploitasi perdagangan dan tenaga orang-orang masyarakat primitif.” (Malinowski

1927:40-41).6

Selain Malinowski pakar teori fungsionalisme dalam ilmu antropologi lainnya adalah Arthur Reginald Radcliffe-Brown.

Seperti Malinowski, ia mendasarkan teorinya mengenai perilaku

manusia pada konsep fungsionalisme. Namun berbeda dengan

Malinowski, Radcliffe-Brown merasa bahwa berbagai aspek perilaku sosial, bukanlah berkembang untuk memuaskan

keinginan individual, tetapi justeru timbul untuk

mempertahankan strukur sosial masyarakat. Struktur sosial sesebuah masyarakat adalah keseluruhan jaringan dari hubungan-

hubungan sosial yang ada (Radcliffe-Brown 1952).

Sebuah contoh nyata pendekatan yang bersifat struktural-

fungsional dari Radcliffe-Brown adalah kajiannya mengenai cara penanggulangan ketegangan sosial yang terjadi di antara orang-

orang yang terikat karena faktor perkawinan, yang terdapat dalam

pelbagai masyarakat yang berbeda. Untuk mengurangi kemungkinan ketegangan antara orang-orang yang mempunyai

6Keberatan utama terhadap teori fungsionalismenya Malinowski adalah

bahwa teori ini tidak dapat memberi penjelasan mengenai adanya aneka ragam kebudayaan manusia. Keinginan-keinginan yang diidentifikasikannya, sedikit banyak bersifat universal, seperti keinginan akan makanan yang semua

masyarakat harus memikirkannya kalau ingin hidup terus. Jadi teori fungsionalisme memang dapat menerangkan kepada kita bahwa semua masyarakat menginginkan pengelolaan soal mendapatkan makanan, namun teori ini tak dapat menjelaskan kepada kita mengapa setiap mesyarakat berbeda pengelolaanya mengenai pengadaan makanan mereka. Teori fungsionalisme tidak menerangkan mengapa pola-pola kebudayaan tertentu timbul untuk memenuhi suatu keinginan manusia, yang sebenamya boleh saja dipeuhi dengan cara yang lain yang boleh dipilih, dari sejumlah altematif, dan mungkin cara itu

lebih mudah.

Page 85: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

75

hubungan kekerabatan karena perkawinan, misalnya orang

beripar atau berbesanan. Ia menjelasnkan bahwa masyarakat

boleh melakukan satu dari dua cara sebagai berikut: pertama dibuat peraturan yang ketat yang tidak membuka kesempatan

betemu muka antara orang yang mempunyai hubungan ipar atau

mertua seperti halnya pada suku Indian Navajo di Amerika

Serikat, yang melarang seorang menantu laki-laki bertemu muka dengan mertua perempuannya. Kemudian, yang kedua, hubungan

itu dianggap sebagai hubungan berkelakar seperti yang terdapat

pada orang-orang Amerika kulit putih yang mengenal banyak lelucon tentang ibu mertua. Dengan begitu, konflik antara

anggota keluarga dapat dihindarkan dan norma budaya, yaitu

aturan ketat pada orang Navaho dan lelucon pada orang kulit

putih Amerika, berfungsi dalam menjaga solidaritas sosial masyarakatnya.

Satu masalah terbesar dari pendekatan teori fungsionalisme

struktural adalah sulitnya menentukan apakah suatu kebiasaan tertentu pada kenyataannya berfungsi dalam erti membantu

pemeliharaan sistem sosial masyarakat. Dalam biologi,

bagaimana sumbangan dari suatu organ terhadap kesehatan tubuh manusia atau kehidupan hewan dapat dinilai dengan mencuba

menghilangkan organ tersebut misalnya. Namun kita tidak boleh

meniadakan sesuatu unsur kebudayaan masyarakat untuk melihat

apakah unsur itu memberi jasa dalam pemeliharaan struktur masyarakatnya. Mungkin saja suatu kebiasaan tertentu tidak akan

ada kaitan apa pun dengan pemeliharaan struktur masyarakat atau

mungkin bahkan merugikan. Kita tak boleh mengadakan asumsi, bahwa semua kebiasaan dalam sesebuah masyarakat memang

berfungsi hanya dengan melihat kenyataan bahwa masyarakat

pada masa itu ada dan beraktivitas. Seandainya pun kita berhasil menilai apakah sebuah kebiasaan tertentu berfungsi, namun

orientasi teoretis ini tak kan berhasil memberikan penjelasan

mengapa suatu masyarakat memilih cara pemenuhan keperluan

Page 86: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab II: Teori dan Metode

76

struktural sosial yang tertentu sifatnya. Tentu saja sebuah

masalah tertentu tidak semestinya dipecahkan menurut cara tertentu namun masih diperlukan penjelasan mengapa dipilih satu

cara dari sekian cara atau altematif yang ada.

Dalam kaitannya dengan penelitian tentang fungsi komunikasi dalam lagu dan tari Melayu Sumatera Utara yang

penulis lakukan, teori fungsionalisme dipergunakan untuk

mengkaji bagaimana fungsi komunikasi memenuhi keinginan

masyarakat Melayu akan komunikasi antara sesama mereka. Komunikasi ini berdasar dari teori fungsionalisme Malinowski

dan Radcliffe-Brown. Komunikasi melalui lagu dan tari Melayu

Sumatera Utara wujud karena komunikasi diinginkan oleh masyarakatnya, untuk menyampaikan berbagai keperluan sosial,

seperti pendidikan, tukar-menukar informasi, memberikan

hiburan, mengubah pandangan, integrasi masyarakat, dan

lainnya. Sementara kalau menurut teori fungsional dan struktural Radcliffe-Brown komunikasi dalam lagu dan tari Melayu

Sumatera Utara berfungsi untuk menjaga turai atau struktur

sosial, karena dalam lagu dan tari terkandung ajaran-ajaran dan norma-norma sosial adat Melayu yang dipegang kukuh oleh

orang Melayu dari generasi ke generasi. Struktur sosial

masyarakat Melayu ini termasuk di dalamnya aspek hubungan bangsawan dan rakyat kebanyakan, antara yang tua dan muda,

begitu juga pertuturan seperti ayah, emak, oyang, piut; urutan

generasi seperti ulong, andak, ngah, icik, uncu,dan seterusnya.

2.3.3 Teori Evolusi

Selain itu dalam seni dipergunakan pula teori evolusi. Pada

dasamya. teori evolusi menyatakan bahwa unsur kebudayaan berkembang sejalan dengan perkembangan ruang dan waktu, dari

yang berbentuk sederhana menjadi lebih. kompleks. Teori ini

dalam kesenian banyak digunakan untuk mengkaji sejarah seni.

Page 87: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

77

Misalnya seperti yang dilakukan oleh Wan Abdul Kadir dari

Malaysia dalam tulisannya. yang bedudul Budaya Popular dalam

Masyarakat Melayu Bandaran (1988), yang mengkaji perkembangan kebudayaan Melayu dari masa kerajaan Melayu

Melaka sampai akhir Perang Dunia Kedua--yaitu. terdiri dari

masa Kerajaan Melayu Melaka 1400-an berkembang ke masa

pendudukan Pulau Pinang oleh Inggris tahun 1786, pembukaan Singapura 1819, Pemerintahan Kolonial sampai 1874, 1880-an

pertumbuhan teater bangsawan, 1908 film, 1914 piringan hitam,

1930 film Melayu, dan 1930-an radio. Wan Abdul Kadir melihat perkembangan budaya masyarakat Melayu dari yang sederhana

ke yang lebih kompleks dalam batasan waktu tahun 1400-an

sampai pertengahan abad ke-20 dan berdasarkan penemuan

teknologi baru.

2.3.4 Teori Difusi

Teori difusi juga dipergunakan dalam mengkaji seni. Pada prinsipnya, teori ini mengemukakan bahwa suatu kebudayaan

dapat menyebar ke kebudayaan lain melalui kontak budaya.

Karena teori ini berpijak pada alasan adanya suatu sumber budaya, maka ia sering ~isebut juga dengan teori monogenesis

(lahir dari suatau kebudayaan). Lawannya adalah teori

poligenesis, yang menyatakan bahwa beberapa kebudayaan

mungkin saja memiliki persamaan-persamaan baik ide, aktivitas, maupun benda. Tetapi sejumlah persamaan itu bukanlah menjadi

alasan adanya satu sumber kebudayaan. Bisa saja persamaan itu

muncul secara kebetulan, karena ada unsur universal dalam diri manusia. Misalnya bentuk dayung perahu hampir sama di

mana-mana di dunia ini. Namun itu tidak berarti bahwa ada satu

sumber budaya pembentuk dayung perahu. Teori ini banyak dipergunakan oleh para pengkaji seni yang mencoba mencari

adanya sebuah sumber budaya. Dalam kajian seni, misalnya

sebagian besar peneliti percaya bahwa zapin berasal dari Yaman.

Page 88: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab II: Teori dan Metode

78

Hal ini didukung oleh fakta-fakta sejarah dan persebaran

kesenian ini ke berbagai kawasan di Nusantara.

2.3.5 Teori Siklus Kuint dan Lainnya

Dalam mengkaji timbulnya tangga nada di dunia ini, para etnomusikolog telah mencapai tahap generalisasi, dengan

menggunakan teori siklus kuint (overblown fifth). Dari

bahan-bahan sejarah di China ditemui bahwa untuk membentuk

sebuah tangga nada, seorang rajanya bemama Huang Ti memerintahkan memotong bambu dalam ukuran-ukuran tertentu

berdasarkan siklus interval kuint dengan rasio matematis 3/4 dan

2/3. Di Yunani-Romawi, India, serta Timur Tengah, tangga nada diturunkan dari alat-alat musik bersenar dengan membagi rasio

panjangnya senar. Sehingga didapati tangga nada heptatonik (7

nada) yang dibagi ke dalam dua tetrakord (kumpulan empat nada

tangga nada). Tangga nada jenis ini dianalisis dalam teori devisif. Para pengkaji seni yang meminati upacara-upacara terutama

kematian, selalu menggunakan teori rites de passages yang

ditawarkan oleh antropolog Van Gennep. Bahwa sebuah kematian manusia adalah dalam kondisi transisi dari suatu dunia

ke dunia lain.

Para etnomusikolog juga dalam mengkaji struktur musik sering menggunakan teori kantometrik, yaitu sebuah teori

"general" untuk melihat bagaimana struktur umum budaya musik

yang diteliti melalui 37 jenis parameter dimensi ruang dan waktu

dalam musik. Selain itu juga dipergunakan teori weighted scale, yang melihat unsur-unsur pembentuk ,melodi, seperti: tangga

nada, wilayah nada, jumlah nada, interval, kontur, formula, dan

lainnya. Para etnolog tari, dalam mengkaji struktur tari juga selalu

menggunakan teori koreometrik, yang sama dasamya dengan

kantometrik namun dipergunakan untuk mengkaji struktur tari.

Page 89: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

79

Unsur-unsur tari yang dibahas di antaranya: waktu, ruang, dan

tenaga.

Selain dari teori-teori ilmu sosial dan humaniora dalam kajian seni tak kalah pentingnya juga dipergunakan teori-teori

dalam ilmu eksakta. Misalnya untuk mendeskripsikan pengecoran

dalam pembuatan alat-alat musik,. dipergunakan teori reduksi

oksidasi (redoks) dan sejenisnya dari ilmu kimia. Atau untuk menguji aspek akustik dan timber bunyi alat-alat musik, biasanya

dipergunakan disiplin fisika gelombang. Salah satu karya

monumental di bidang akustik musik adalah karya John Backus yang berjudul The Acoustical Foundation ofMusic (1977).

Teori-teori yang dipergunakan dalam mengkaji seni akan

terus berkembang, scsuai dengan perkembangan pcradaban

manusia di muka bumi ini. Dengan demikian, seniman dan ilmuwan seni terus ditantang untuk mengabdikan dirinya untuk

kesejahteraan umat manusia secara umum atau secara khusus

kelompoknya. Temyata ilmu-ilmu pertunjukan budaya umumnya

cenderung untuk memakai pendekatan multidisiplin atau

interdisiplin. Orang-orang seni juga terbatas pengetahuannya berdasarkan latar belakang dan minat kajiannya. Untuk itu

diperlukan pemahaman lebih luas tentang teori dan metode-

metode ilmu-ilmu sosial, humaniora, dan eksakta, terutama yang

dapat mengambangkan ilmu-ilmu seni pertunjukan budaya. Abad ke-21 adalah abad persaingan dan kemitraan sekaligus. Hanya

mereka yang mampu mengkaji, mengarahkan, menerapkan

kebudayaan dilandasi jiwa religiositas yang akan. mampu menjawab tantangan jaman dan menjadi masyarakat madani.

Untuk itu marilah kita terus belajar sesuai dengan ilmu yang kita

miliki, sambil mempelajari ilmu-ilmu lain--tidak tejebak dalam cabang ilmu secara sentris.

Page 90: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab II: Teori dan Metode

80

2.3.6 Teori Resepsi Sastra

Penelitian sastra sebagaimana penelitian ilmu-ilmu lainnya haruslah menggunakan kerangka teori yang jelas dan sesuai

dengan objek penelitiannya (Teew 1982:17 dan 1983: vii). Teori

diperlukan sebagai tuntutan kerja untuk memahami objeknya dalam saat analisis (Sudaryanto 1983:79).

Dalam ilmu sastra teori yang menekankan kepada aspek

pembaca dikenal dengan nama teori resepsi. Pendekatannya

disebut dengan pendekatan reseptif. Pendekatan dengan titik berat kepada peranan pembaca sebagai penyambut karya sastra

termasuk kepada pendekatan pragmatik (Abrams 1976:14-21 dan

Teeuw 1984:50). Perhatian kepada peranan pembaca sebagai pemberi makna karya sastra dalam sejarah perjalanan ilmu sastra

merupakan perkembangan baru dan baru timbl sesudah tahun

1960 (Teeuw 1983:60-61). Analisis resepsi adalah satu sarana

atau alat dalam proses pemberian makna dan sebagai usaha ilmiah untuk memahami proses itu.

Tokoh utama dalam ilmu sastra yang menekankan peranan

pembaca adalah Hans Robert Jauss. Pada tahun 1967 ia menulis artikel “Literaturgeschichte als Provokation” (“Sejarah Sastra

sebagai Tantangan”) menggemparkan dunia ilmu sastra di Jerman

Barat. Tulisan ini kemudian dialihbahasakan ke dalam bahasa Inggris dengan tajuk “Literary History as a Chalenge to Literary

Theory” (Abrams 1981:155 dan Teeuw 1984:193). Jauss

menyebut pendekatannya terhadap sastra dengan

rezeptionsasthetik. Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan estetika penerimaan dan kemudian menjadi resepsi sastra.

Pembaca dalam konteks ini adalah pembaca yang cakap, mereka

itu para pakar dan kritikus sastra yang dipandang dapat mewakili para pembaca pada periodenya dan juga para ahli sejarah

(Rachmat 1985:186). Selaku pembaca tempat peneliti adalah

sebagai mata terakhir dalam rantai sejarah dan ikut dalam proses

Page 91: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

81

penilaian (Teeuw 1984:200). Demikian sekilas tentang teori

resepsi sastra yang lazim digunakan oleh para ilmuwan pengkaji

sastra.

2.3.7 Teori Takmilah

Usaha mencari teori kritik sastra Melayu (Malaysia dan

Indonesia) oleh para sarjana kesusastraan dimulai tahun 1970-an. Pada masa itu minat masyarakat, organisasi dan pemimpin

pemerintahan terhadap sastra sedang hangat. Surat kabar dan

majalah memberi ruang kepada para penulis untuk mempublikasikan karya-karya mereka. Pemerintah Malaysia

melalui Dewan Bahasa dan Pustaka mengadakan sayembara dan

anugerah seperti Anugerah Pejuang Sastra dan Hadiah Karya

Sastra (kini dikenal dengan Hadiah Sastra Perdana). Usaha ini turut dilaksanakan oleh persatuan-persatuan penulis, organisasi

swadaya masyarakat, dan organisasi kebudayaan. Organisasi-

organisasi swasta seperti bank, yayasan, bertindak sebagai sponsor.

Tuntutan mencari karya yang terbaik atau usaha membina

karya bermutu telah memungkinkan pengadopsian beberapa teori dari Barat. Di antaranya ialah teori struktural, sosiologi sastra,

formalistik, psikoanalisis, Marxisme, dan sebagainya.

Penggunaan teori-teori Barat terhadap karya-karya sastra Melayu

ternyata tidak semuanya menyenangkan. Ada aspek-aspek tertentu dalam karya yang dapat dicernakan dengan baik dan

tidak kurang pula terlihat pertentangan nilai dan normal. Hal ini

menyebabkan timbul usaha dan minat para sarjana sastra Melayu untuk membangun teori sastra sendiri yang relevan dengan nilai,

normal, adat budaya, agama, dan mentalitas masyarakat.

Berkat usaha yang bersungguh-sungguh, maka lahir beberapa teori sastra di Malaysia, seperti: teori sastra Islam oleh

Shahnon Ahmad, teori teksdealisme oleh Mana Sikana, teori

persuratan baru oleh Mohammad Affandi Hassan, teori

Page 92: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab II: Teori dan Metode

82

taabudiyyah oleh Mana Sikana, teori puitika sastra Melayu oleh

Muhammad Haji Salleh, teori pengkaedahan Melayu oleh Hashim Awang, teori takmilah oleh Shafie Abu Bakar, teori

konseptual kata kunci oleh Mohamad Mokhtar Hassan, teori rasa

fenomenologi oleh Sohaimi Abdul Aziz, teori adat oleh Zahir Ahmad, teori pembentukan watak oleh Mohammad Anuar

Ridhwan, teori kritikan Melayu oleh S. Othman Kelantan, teori

hermeneutik kerohanian oleh Salleh Yaapar, teori gerak rasa

oleh Sahlan Mohammad Saman, teori semiotik Melayu oleh Sahlan Mohammad Saman, teori neonostalgia oleh Hashim

Ismail, dan lain-lain. Sebahagian teori-teori tersebut telah diuji

dalam kajian di peringkat sarjana dan doktor filsafat. Teori takmilah diperkenalkan oleh Shafie Abu Bakar,

mantan dosen di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM). Teori

ini dianggap sebagai teori kritik karya sastra Islam. Hal ini karena

teori tersebut berdasarkan tauhid dalam segala aspek keilmuan Islam dan berusaha melahirkan insan syumul yang bersifat

uluhiyah dan rubudiyah. Istilah takmilah bertalian dengan sifat

kamal Allah yang berarti sempurna. Takmilah menyempurnakan sesuatu yang dengannya akan menjadi sempurna. Maksudnya,

melalui teori takmilah sesuatu yang dianggap sempurna oleh

manusia (sebenarnya belum sempurna di sisi agama) akan menjadi lebih sempurna. Kesempurnaan itu dilihat dari segi

akidah, tauhid, akhlak, dan ilmu. Kesemuanya hadir dalam

kesatuan. Hubungan takmilah itu berkait pula dengan sifat-sifat

jamal, qahhar, dan jalal Allah. Kesatuan hubungan itu dapat difahami, misalnya dalam kasus cerpen “Langit Makin

Mendung” karya Ki Pandji Kusmin. Nilai sastranya tinggi dan

ceritanya juga menarik. Namun, dari awal cerita lagi Ki Pandji Kusmin menyatakan rasa tidak puas hati Nabi Muhammad

terhadap Tuhannya. Dari segi realitas peristiwa, sebenarnya tidak

ada petisi yang menandakan rasa tidak puas hati Nabi

Page 93: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

83

Muhammad terhadap Allah. Walaupun dari segi teori

pembangunan karya, cerpen “Langit Makin Mendung” adalah

sempurna dan tepat, namun dari segi realitas peristiwa sebenar adalah fitnah.

Artinya, dari segi ilmunya ada, tetapi dari segi akidah dan

tauhid Islam adalah sebaliknya. Tidak ada kebersatuan antara

nilai akidah, tauhid, akhlak dan ilmu keislaman dengan nilai sastra (rujuk buku Pleidoi Sastra: Kontroversi Cerpen “Langit

Makin Mendung” Kipandjikusmin, 2004). Teori takmilah tidak

memisahkan nilai seni sebagai tuntutan hati nurani manusia mencintai dan mendekati tuhannya. Bahkan pada situasi tertentu,

seni juga dianggap salah satu jalan menuju ke rumah Tuhan.

Salah satu konsep seni dalam susastra Melayu ialah

penyempurnaan rohani bagi tujuan menyucikan jiwa, menambah ketakwaan, melahirkan suasana harmoni, dan membentuk

pemerintahan adil yang diridhai Allah (Maniyamin bin Haji

Ibrahim 2006:211-214). Menurut hadis riwayat Bukhari dari Ubay bin Ka’ab, Rasulullah s.a.w pernah bersabda yang

bermaksud: “Sebahagian syair mengandung hikmah

kebijaksanaan.” Teori takmilah diciptakan untuk aplikasi terhadap semua

karya bagi menilai dan mengukur nilai keislaman dalam karya.

Pada satu posisi mungkin karya itu bebas darinada keislaman,

tetapi setelah dianalisis baru nampak citra keislamannya. Demikian sebaliknya, sesebuah karya yang kelihatan bernada

keislaman, setelah dianalisis mengandung citra yang sebaliknya.

Mungkin di luar alam sadar pengarangnya. Teori takmilah menekankan tiga komponen penting yaitu

pengarang, karya, dan khalayak. Semuanya harus bermula dari

kesadaran tauhid pengarang yang menuangkan kesedaran itu ke dalam karya untuk membangkitkan kesedaran tauhid pembaca.

Ketiga-tiganya memperlihatkan sifat saling menyempurnakan,

yang menjadi sifat Allah dan lambang kesempurnaan-Nya. Karya

Page 94: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab II: Teori dan Metode

84

yang indah harus berdasar kepada kebenaran, kebaikan, dan

keadilan. Karya ini tercerna dalam hubungan sikap dan perlakuan manusia terhadap Allah, sikap dan perlakuan manusia sesama

makhluk Allah, serta sikap dan perlakuan manusia dengan alam

sekitarannya. Keindahan dan kesempurnaan karya sastra meliputi

keindahan isi dan bentuk. Jika isi baik tetapi disampaikan dalam

bentuk yang tidak sesuai, atau bentuk baik tetapi isi tidak sesuai,

maka karya itu dianggap tidak indah dan tidak sempurna. Isi dan bentuk karya harus sama-sama indah, sebagaimana maksud

susastra itu sendiri, dan karya sastra ini berpandukan ajaran Al-

Qur’an. Walaupun aspek struktur karya sama, namun teori ini melihat aspek strukturnya mesti tidak bertentangan dengan isi,

tepat dengan genre, bahasanya tepat, isinya mudah difahami, dan

tidak bertentangan dengan ajaran agama.

Dari segi isi pula karya itu mesti dapat memberi teladan atau hikmah kepada pembaca. Satu hal yang ditegaskan oleh

Shafie Abu Bakar bahwa teori takmilah melihat segala kejadian

atau peristiwa sebagai indah, baik peristiwa itu menggembirakan maupun menyedihkan. Misalnya peristiwa tsunami di Aceh. Di

dalamnya terkandung hikmah dan keteladanan, dalam konteks

tauhid kepada Allah Untuk menguatkan teori ini, Shafie Abu Bakar

mengemukakan tujuh prinsip, yaitu: (1) prinsip ketuhanan yang

bersifat kamal, (2) prinsip kerasulan sebagai insan kamil, (3)

prinsip keislaman yang bersifat akmal, (4) prinsip ilmu dengan sastra yang bersifat takamul, (5) prinsip sastra bercirikan estetis

dan bersifat takmilah, (6) prinsip pengkarya yang seharusnya

mengistikmalkan diri, dan (7) prinsip khalayak yang bertujuan memupuk mereka ke arah insan kamil.

Dalam sajak “Jiwa Hamba,” Usman Awang mencatat

sebagai berikut:

Page 95: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

85

Termenung seketika sunyi sejenak

kosong di jiwa tiada penghuni hidup terasa diperbudak-budak

hanya suara melambung tinggi

berpusing roda beralihlah masa berbagai neka hidup di bumi

selagi hidup berjiwa hamba

pasti tetap terjajah abadi

kalau hidup ingin merdeka

tiada tercapai hanya berkata

ke muka maju sekata maju kita melemparkan jauh jiwa hamba

Ingatkan kembali kata sakti, dari bahang kesedaran berapi

di atas robohan Kota Melaka

Kita dirikan jiwa merdeka’

Sajak ini menyeru masyarakat Melayu Malaysia agar

membebaskan jiwanya. Kata Usman Awang, “hidup terasa

diperbudak-budak / hanya suara melambung tinggi,” sedang suara itu tidak langsung mendapat perhatian pihak yang

berkenaan. Hal ini disebabkan “jiwa hamba” yang menebali diri.

Kata Usman Awang lagi, selagi kita berjiwa hamba maka hidup kita akan terus dijajah. Beliau menyeru agar orang-orang Melayu

bangkit dari kesilapan masa lampau, yang dalam sajak ini,

ditandai dengan kejatuhan Kota Melaka. Seruan Usman Awang itu merupakan usaha mengembalikan kedaulatan dan kesakralan

bangsa. Kedaulatan dan kesakralan itu tentunya mengambil

contoh kegemilangan yang pernah dicapai pada zaman

Page 96: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab II: Teori dan Metode

86

Kesultanan Melayu Melaka. Walaupun sajak Usman Awang itu

tidak terlihat nada keislamannya, namun seruan Usman Awang itu menjadi tuntutan agama Islam. Dalam surah Ar-Ra’ad ayat 11

Allah menegaskan bahwa Dia tidak mengubah nasib sesuatu

kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubahnya. Usman Awang menyeru orang-orang Melayu agar

membebaskan jiwa dari belenggu penjajahan dan berarti pula ia

mengajak orang-orang Melayu agar membuang jauh sikap dan

paradigma yang menyekat kemajuan diri. Jika seruan itu disadari pembaca, diikut dan diteladani, maka seruan itu telah

mendatangkan kebijakan atau hikmah yang membijaksanakan.

Individu berkenaan akan merasakan betapa nikmatnya kemerdekaan jiwa. Idealisme sajak ini bermula daripada

kesedaran jiwa Usman Awang yang diterapkan ke dalam karya

untuk dikongsi dan diteladani oleh pembaca.

Teori takmilah berusaha membentuk insan sempurna dan mulia yang mesra agama. Usaha Shafie Abu Bakar dan sarjana

sastra Malaysia membina teori kritikan sendiri sangat baik dan

perlu disdukung, baik oleh sarjana sastra Malaysia maupun sarjana sastra Indonesia, juga negara-negara Asia yang lain.

Melalui teori-teori beridealismekan budaya dan pemikiran

sendiri, kita dapat memurnikan karya-karya pengarang kita.

2.3.8 Teori Atqakum

Teori ini dikemukakan oleh Sanat (1998). Istilah atqakum

diambil dari surah Al-Hujurat (49:13) yang maknanya adalah kamu yang lebih bertakwa. Di sini merujuk kepada manusia

yang lebih mulia di sisi Allah ialah yang lebih bertakwa. Di

dalam Al-Qur’an, terdapat maksud seperti takwa, bertakwa, ketakwaan, ketakwaannya, dan bertakwalah. Menurut Indeks Al-

Qur’an (1999:440-441), bermaksud bertakwalah dikolokasikan

kepada Allah, yaitu merujuk kepada perintah suruhan. Jika

Page 97: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

87

maksudnya kepada selain Allah, ungkapannya akan merujuk

pertanyaannya seperti berikut.

Artinya:

Dan kepunyaan-Nya-lah segala apa yang ada di langit

dan di bumi, dan untuk-Nya-lah ketaatan itu selama-

lamanya. Maka mengapa kamu bertakwa kepada selain

Allah? (Al-Qur’an surah an-Nahl, 16:52)

Ungkapan tanya dalam ayat 52 tersebut sebenarnya tidak ada

jawaban pilihan kepada manusia melainkan bertakwa kepada

Allah, karena maksud ungkapan yang mendahuluinya merujuk kepada pemilihan Allah segala yang ada di langit dan di bumi;

dan kepada-Nya saja tertuju ibadah dan ketaatan untuk selama-

lamnya.

A. Chaedar Alwasilah (1993:28) menyatakan bahwa teori adalah suatu sistem dari hipotesis yang melukiskan hubungan

antara fakta. Jika hipotesis diartikan sebagai dugaan kuat yang

sifatnya sementara dan akan dibuktikan kebenarannya, maka setelah terbukti kebenarannya, hipotesis menjadi teori. Teori

memungkinkan pengetahuan tentang sesuatu objek atau objek

lain yang sama yang sedang diteliti atau semua yang lain yang berkeadaan sama. Dengan demikian teori memberikan persiapan

untuk menghadapi kejadian silam atau kejadian apa pun. Teori

adalah defenisi yang diperluas.

Page 98: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab II: Teori dan Metode

88

Lamb dalam artikelnya yang bertajuk “On the Aims of

Linguistics” dalam Copelanded (1984:1-16) menyatakan bahwa Hjelmslev berpendapat teorui linguistik bertujuan bukan saja

untuk mengabsahkan sistem linguistik seutuhnya, tetapi juga

manusia dan masyarakat di sebalik bahasanya. Semua upaya pengetahuan manusia melalui bahasa. Puncak pencapaian teori

linguistik itu ialah manusia dan keuniversalan atau humanitas et

universitas.

Teori atqakum yang dimaksud oleh Sanat adalah melampaui pengertian teori biasa, teori ini merujuk langsung kepada

perintah Allah untuk menjadi manusia bertakwa. Manusia wajib

melakuknnya dalam konteks hubungan dengan Sang Khalik. Penunaian kewajiban itu adalah sebagai tanda ketaatan dan

kesyukuran yang manfaatnya akan didapati manusia yang

melaksanakannya. Sebaliknya, keingkaran kepada Allah tidak

akan mengurangi kemuliaan dan kekuasaan Allah. Hal ini terekam di dalam Al-Qur’an seperti berikut ini.

Artinya:

Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada

Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan

barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka

sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan

Page 99: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

89

barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya

Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji." (Al-Qur’an, surah

Lukman, 31:12)

Teori atqakum menggagaskan bahwa menjadi lebih

bertakwa merupakan hukum perintah yang tidak ada pilihan pada saat apa pun dan tempat mana pun. Dengan syarat taklif syar’i.

Penunaian teori dalam semua bidang kehidupan atau disiplin ilmu

sebagai tanda ketaatan dan kesyukuran yang membawah

khasanah di dunia dan akhirat. Teori ini menjadi supraordinat kepada teori lain dalam subdisiplin, termasuk linguistik (Lebih

jauh dan rinci lihat Sanat Md. Nasir, 2005)

Demikian contoh-contoh teori yang lazim digunakan dalam disiplin ilmu-ilmu seni dan sastra. Termasuk perkembangan-

perkembangannya yang dicipta dan dikaji oleh para ahli-ahli

linguistik, sastra, dan seni. Bagaimanapun, teori-teori tersebut akan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan

tuntutan disiplin ilmu di Dunia Melayu. Selanjutnya kita lihat

bagaimana metodologi penelitian dalam ilmu-ilmu seni, yang

tampaknya agak sedikit berbeda dengn ilmu bahasa dan sastra. Ilmu bahasa dan sastra biasanya menekankan kepada penelitian

literatur, walau ada juga yang melakukan penelitian lapangan.

Sementara menurut pengalaman akademik penulis, ilmu-ilmu seni cenderung menggunakan penelitian lapangan dengan

menumpukan pada pendekatan kualitatif. Sementara dalam ilmu

linguistik dan sastra pendekatan kuantitatif dan kualitatif

mendapatkan perannya yang lebih seimbang.

2.3.9 Teori Neonostalgia

Teori neonostalgia adalah teori di bidang sastra yang dikemukakan oleh Hashim Ismail. Menurutnya teori neonostalgia

merupakan pandangan konseptualnya terhadap apa yang berlaku

dalam perkembangan sastra Melayu di Nusantara. Teori

Page 100: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab II: Teori dan Metode

90

neonostalgia, bagi Hashim Ismail merupakan satu gagasan

kawasan ini untuk mengembalikan marwah masyarakat Melayu dalam menghadapi kemelut globalisasi. Juga persoalan-persoala

yang dibawa karena benturan pemikiran Barat dengan Timur,

atau antara Islam dengan bukan Islam, yang kini tampak menjurus ke arah multikulturalisme, serta cabang-cabang lain

dalam masa pascamodernisme.

Epistemologi neonostalgia awal kali dimunculkan Hashim

Ismail dalam sebuah seminar kritik sastra di Kuala Lumpur tahun 2001. Ia membicarakan tradisi moralitas kolektif yang menjadi

teras wahana penghasilan teks Melayu. Menurutnya moralitas

kolektif ini adalah sebagai bentukan dari moralitas tua (the old morality) yang harus diangkat dan diketengahkan. Kita akan

kembali kepada satu bentuk nostalgia kolektif, seperti yang

dikutipnya dari Fred Davis tentang nostalgia, yang menggunakan

istilah simple nostalgia (nostalgia sederhana). Dari segi konsep, nostalgia kolektif merujuk keadaan objek-

objek simbolik yang sangat dierima umum, tersebar luas, dan

sudah menjadi kelaziman, dan merupaka sumber simbolis dari masa lalu yang disalurkan dalam keadaan yang terkawal atau

terbentuk—dapat memacu gelombang demi gelombang perasaan

nostalgia jutaan manusia dalam masa yang sama. Tidak saja pandangan Fred yang menyebabkan Hashim

membuat epistemologi, namun dalam membicarakan teori pada

era posmodernisme, semakin banyak kebutuhan ke arah itu untuk

dirasionalkan. Pembacaan terhadap kupasan Fred ditemukan the beautiful past and the unattractive present. Fred juga

menggunakan ungkapan things were better then now.

Sejarah boleh dikonstruksi kembali dalam bentuk baru yang memiliki maksud baru untuk tujuan tertentu. Keberadaan sejarah

bisa ditemukan dalam bentuk nostalgia baru, kembali kepada

keagungan silam. Tujuannya untuk menunjukkan sebuah maksud

Page 101: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

91

baru yang mungkin tidak lagi merujuk kepada sejarah realitas

tetapi sejarah yang berdialog, yang bersifat intertekstualitas, dan

merupakan moralitas baru yang semakin diperlukan untuk memperkokoh jati diri bangsa tersebut.

Teori neonostalgia adalah teori moralitas kolektif masa

lampau yang diterapkan pada masa sekarang. Moralitas masa

lampau ini memiliki berbagai keunguulan dalam rangka membentuk jati diri kelompok manusia. Pemikiran neonostalgia

merupakan suatu bentuk pemikiran yang bukan lagi untuk

muncul mengenangkan kembali masa silam yang indah—tetapi meruakan suatu pembentukn pemikiran yang megangkat pola-

pola nostalgia sejarah silam, tradisi kolektif, dan moralitas

kolektif untuk diberikan makna baru, seupaya bangsa itu dapat

memahami keagungan masa silam.

2.4 Metodologi Masalah metodologi penelitian dalam ilmu pengetahuan seni

dan sastra, adalah tidak jauh berbeda dengan metodologi

penelitian bidang-bidang sains lainnya—meskipun dalam

aplikasinya selalu merujuk kepada konteks, latar belakang masalah, dan tujuan penelitian. Sebelum seorang peneliti bidang-

bidang seni tertentu melakukan aktivitasnya, sebaiknya ia

mengenal dengan baik sains yang melingkupi kajian seni. Begitu

juga dengan berbagai pendekatan, dan konsep-konsep peristilahan yang lazim digunakan dalam konteks kajian seni.

Ilmu pengetahuan yang membidangi kajian seni dalam sejarah

perkembangan sains juga relatif baru, meskipun seni itu sendiri sama tuanya dengan eksistensi manusia. Di antara sains seni itu

adalah: etnomusikologi, antropologi teater, etnokoreologi, kajian

seni pertunjukan, musikologi, media rekam, dan seni rupa (tampak).

Metodologi yang dimaksud dalam tulisan ini adalah hal-hal

yang berkaitan dengan aspek-aspek: teoretis, konseptual, metode

Page 102: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab II: Teori dan Metode

92

dan teknikal, terutama yang umum dipergunakan dalam sains-

sains kesenian. Konsep metodologi seperti itu, selari pula dengan pendapat Gorys Keraf sebagai berikut.

Yang dimaksud dengan metodologi di sini

adalah kerangka teoretis yang dipergunakan oleh

penulis untuk menganalisa, mengerjakan, atau

mengatasi masalah yang dihadapi itu. Kerangka teoretis atau kerangka ilmiah merupakan metode-

metode ilmiah yang akan diterapkan dalam

pelaksanaan tugas itu. Melalui metode-metode yang

digunakan, penerima usul dapat menilai apakah dapat

diharapkan hasil yang memuaskan atau tidak pada

tempat, dan kondisi tertentu.

Di lain pihak penerima usul akan

mendiskusikan semua tawaran yang masuk pertama-

tama dengan menilai kerangka teoretis yang disarankan

untuk digunakan. Semakin komprehensif metodologi yang diusulkan untuk mengerjakan masalah yang

dihadapi itu, semakin akan meyakinkan penerima usul.

Masalah biaya dan sebagainya dapat dimasukkan

dalam pertimbangan kedua (Keraf 1984:310-311).

Jadi metodologi berhubungkait dengan masala teori yang

digunakan untuk mengkaji permasalahan penelitian. Berbeda dengan metode yang maknanya sealu dikaitkan dengan masalah-

masalah teknis.

2.4.1 Penelitian Lapangan Penelitian lapangan yang dimaksud di sini adalah

kegiatan yang dilakukan peneliti, yang berkaitan dengan

Page 103: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

93

pengumpulan data di lapangan, yang terdiri dari pengamatan,

wawancara, dan perekaman.

(1) Pengamatan yang dilakukan adalah secara langsung, contoh seperti yang penulis lakukan yaitu melihat langsung

pertunjukan lagu dan tari Melayu Sumatera Utara. Tujuan

observasi ini adalah untuk memperoleh informasi tentang

kelakuan manusia seperti yang terjadi dalam kenyataan. Dengan pengamatan dapat kita peroleh gambaran yang lebih jelas tentang

kehidupan sosial. Berasaskan jenisnya, maka observasi yang

selalu digunakan dalam penelitian seni adalah partisipasi pengamat sebagai pertisipan (insider) yaitu sebagai anggota

masyarakat yang ditelitinya walau harus tetap menjaga jarak.

Menurut S. Nasution (1989:123) keuntungan cara ini adalah

penyelidik merupakan bagian yang menyatu dari keadaan yang dipelajarinya, sehingga kehadirannya tidak mempengaruhi

keadaan itu dalam kewajarannya.

(2) Wawancara. Untuk memperoleh data-data yang tidak dapat dilakukan melalui pengamatan tersebut (seperti konsep-

konsep etnosainsnya tentang estetika), peneliti seni biasanya

melakukan wawancara. Dalam kaitan ini yang dilakukan adalah wawancara yang sifatnya terfokus yaitu terdiri dari

pertanyaan yang tidak mempunyai struktur tertentu, tetapi

selalu terpusat kepada satu pokok yang tertentu (Koentjaraningrat

1980:139). S. Nasution membagi jenis wawancara sebagai berikut. Berdasarkan fungsinya: (a) diagnostik, (b) terapeutik

dan (c) penelitian. Berdasarkan jumlah respondennya: (a)

individual dan (b) kelompok. Berdasarkan lamanya wawancara: (a) singkat dan (b) panjang. Berdasarkan penanya dan

responden: (a) terbuka, tak berstruktur, bebas, non-direktif atau

client centered dan (b) tertutup, berstruktur (S. Nasution 1989:135).

Page 104: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab II: Teori dan Metode

94

2.4.2 Metode Transkripsi Dalam sains-sains seni, transkripsi dan analisis merupakan

bagian dari kerja laboratorium. Meskipun demiki-an,

pentraskripsian bunyi musik atau gerak tari dapat dilakukan di

lapangan pada saat melakukan penelitian. Namun, dalam konteks pertunjukan, transkripsi secara langsung tentu lebih

sulit dilakukan--terutama karena terbatasnya waktu yang

dipergunakan untuk mentranskripsi, sehingga akan menghasil-

kan transkripsi yang sulit dipertanggungjawabkan ketepatannya. Oleh itu, penyelidik sebaiknya mencatat hal-hal yang dapat

mendukung transkripsi di laboratorium nantinya, pada saat

rekaman langsung di lapangan. Seperti mencatat nama, posisi, dan teknik pemain, seperti: teknik memukul gendang,

improvisasi, cara masuk, cara membentuk tekstur, daerah

tumpuan pukulan onomatopeik gendang, tenaga, gerak, pola

lantai, improvisasi, dan sejenisnya. Transkripsi merupakan pencatatan (notasi) bunyi musik

atau gerak-gerik tari yang dihasilkan seseorang atau sekelompok

pemusik atau penari, ke dalam bentuk lambang-lambang atau gambaran tertentu. Pada dasarnya, secara kasar bentuk-bentuk

notasi musik dapat dikelompokkan kepada dua jenis: (1) notasi

tablatura dan (2) notasi grafik. Notasi tablatura merupakan cara pencatatan bunyi musik atau gerak tari yang diwujudkan ke

dalam bentuk simbol, dengan tidak mewujudkan lintasan

gerakan naik turunnya frekuensi nada. Contoh notasi ini adalah

nota angka Barat, yang pada awalnya diperkenalkan oleh Guido de Arrezo dan Cheve tahun 1850. Contoh lain adalah nota dalam

musikologi Jepang, untuk nada-nada G, A, C, D, E, dan G',

ditulis dengan simbol ( ). Juga dalam musik Jawa dikenal sistem notasi kepatihan dan

sari swara yang mempergunakan angka-angka Arabik. Nota

Page 105: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

95

grafik merupakan sistem pencatatan bunyi musik yang

diwujudkan ke dalam bentuk simbol dengan menuruti lintasan

gerak naik turunnya frekuensi nada atau lintasan melodi (melodic line). Contoh notasi seperti ini adalah notasi balok

(noten balk) Barat. Disadari bahwa selain kelebihannya, notasi

balok juga mempunyai kekurangan-kekurangan (Nettl 1946:33).

Menurut Nettl, kenyataan menunjukkan bahwa beberapa ritme dan tangga nada dari tradisi non-Barat tidak selalu cocok

dengan sistem notasi Barat--sehingga agak menyulitkan untuk

memproduksi ulang kembali ke dalam notasi konvensional. Beberapa pentranskripsi menambah simbol-simbol khusus

dari notasi konvensional tersebut, dengan simbol yang

diinginkan, sesuai dengan suara yang dihasilkan. Misalnya

interval yang lebih besar dari setengah langkah ditambahi tanda "tambah" atau yang lebih kecil ditambahi tanda "kurang" di atas

notnya (Nettl 1946:31).

Untuk mendapatkan hasil transkripsi yang akurat dan objektif, dapat dipergunakan berbagai mesin yang dapat

mengukur nada dan mentranskripsi musik, seperti

monokord--yaitu sebuah senar yang diregangkan di atas sebuah vibrator yang mempunyai skala. Monokord ini mula-

mula diperkenalkan oleh Jaap Kunst, yang selanjutnya dijadikan

dasar cara bekerjanya osiloskop dan komputer, alat yang lebih

peka mentranskripsi bunyi musik. Dalam menotasikan gerak tari, umumnya peneliti

mempergunakan notasi Laban. Menurut Hutchinson tujuan

notasi Laban adalah: (1) sebagai makna komunikasi intemasional, (2) ekuivalen terhadap notasi musik, (3)

preservasi koreografi, (4) membantu teknologi film, (5)

peralatan pendidikan gerak, (6) untuk mengembangkan konsep-konsep gerak, (7) latihan dalam mengamati gerak, (8) peralatan

untuk meneliti gerak, (9) pengembangan profesi baru dan (10)

pendirian perpustakaan tari (Hutchinson 1990: 6-10).

Page 106: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab II: Teori dan Metode

96

Selanjutnya dalam kaitannya mengkaji tari, menurut

Soedarsono tampaknya orang merasa perlu menggunakan notasi tari setelah disadari betapa pentingnya sarana dan wahana ini

bagi preservasi bentuk tari. Notasi ini diharapkan dapat

menolong mengungkapkan kembali tari-tari pada masa lampau (Soedarsono 1986:34).

Assuming that we include dance as a proper

subject for anthropological investigation then we must

insist that dance study conform the same standards and

procedures that anthropologists use in studying other

aspects of human kind. Structure views dance from the pesrpective of form, function from the perspective of

context and contribution to context. ... Europeans

emphasized form and the Americans function. The

desirability of marrying structure and function

(Royce1980:37).

Diasumsikan bahwa kita memasukkan tari sebagai suatu subjek studi yang pantas untuk penelitian pakar antropologi.

Sementara itu kita harus menegaskan bahwa studi tari

menyesuaikan diri dengan beberapa penggunaan prosedur dan

standar yang dilakukan para pakar antropologi dalam melakukan studi aspek-aspek manusia lainnya. Struktur melihat tari dari

perspektif bentuk, fungsi dari perspektif konteks dan

sumbangan terhadap konteks. Orang-orang Eropa lebih menekankan studi terhadap bentuk dan orang-orang Amerika

lebih menekankan studi terhadap fungsi, yang diinginkan adalah

mengawinkan antara struktur dan fungsi.

2.4.3 Metode Penelitian Menurut Merriam dalam etnomusikologi, dikenal istilah

teknik lapangan dan metode lapangan. Teknik mengandung arti

Page 107: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

97

pengumpulan data-data secara rinci di lapangan. Metod

lapangan sebaliknya mempunyai cakupan yang lebih luas,

meliputi dasar-dasar teoretis yang menjadi acuan bagi teknik penelitian lapangan. Teknik menunjukkan pemecahan masalah

pengumpulan data hari demi hari, sedangkan metode mencakup

teknik-teknik dan juga berbagai-bagai pemecahan masalah

sebagai bingkai kerja dalam penelitian lapangan (Merriam 1964:39-40). Selain itu dalam penelitian seni dikenal metode

penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif pada

hakekatnya bertujuan untuk mencari makna-makna yang terkadung dari kegiatan atau artifak tertentu. Selanjutnya

peneltian kuantitatif biasanya bertujuan untuk mengukur

fenomena yang ada berdasarkan rentangan-rentangan kuantitas

tertentu. Sejauh pengamatan penulis, kajian seni lebih banyak didekati oleh metode kualitatif, walaupun demikian bukan berarti

metode kuantitatif tidak diperlukan dalam mengkaji seni. Yang

perlu difahami adalah kedua metode digunakan cocok untuk membahas permasalahan apa. Misalnya untuk mengkaji seberapa

banyak degradasi jumlah ronggeng Melayu di Sumatera Utara,

tentu metode yang cocok adalah metode kuantitatif. Sebaliknya untuk mengetahui sejauh mana makna semiotis yang ingin

dikomunikasikan seniman dalam pertunjukan guro-guro aron,

tentulah lebih sesuai didekati dengan metode kualitatif. Dalam

konteks penelitian tertentu, bahkan kedua-dua metode diperlukan. Denzin dan Lincoln menyatakan secara eksplisit tentang

penelitian kualitatif berdasarkan sejarah perkembangan ilmu

pengetahuan, terutama dalam aliran Chicago, di bidang disiplin antropologi sebagai berikut.

QUALITATIVE [sic.] research has a long and

distinguished history in human disiplines. In sociology

the work of the "Chicago school" in the 1920s and

1930s established the importance of qualitative

Page 108: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab II: Teori dan Metode

98

research for the study of human group life. In

anthropology, during the same period, ... charted the

outlines of the field work method, where in the observer

went to a foreign setting to studycustoms and habits of

another society and culture. ...Qualitative research is a

field of inquiry in its own right. It crosscuts disiplines, fields, and subject matter. A complex, interconnected,

family of terms, concepts, and assumtions surround the

term qualitative research (Denzin dan Lincoln 1995:1).

Lebih jauh Nelson mentrakrifkan menegnai apa itu

penelitian kualitatif itu menurut keberadaannya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah seperti yang dikemukakan berikut ini.

Qualitative research is an interdisiplinary,

transdisi-plinary, and sometimes counterdisiplinary field.

It crosscuts the humanities and the social and physical sciences. Qualitative research is many things at the

same time. It is multiparadigmatic in focus. Its

practitioners are sensitive to the value of the

multimethod approach. They are commited to the

naturalistic perspective, and to the interpretive

understanding of human experience. At the same time,

the field is inherently political and shaped by multiple

ethical and political positions (Nelson dan Grossberg

1992:4).

Dari kedua kutipan di atas secara garis besar dapat

dinyatakan bahwa penelitian kualitatif umumnya ditujukan

untuk mempelajari kehidupan kumpulan manusia. Biasanya manusia di luar kumpulan peneliti. Penelitian ini melibatkan

berbagai-bagai jenis disiplin, sama ada dari ilmu kemanusiaan,

sosial ataupun ilmu alam. Para penyelidiknya percaya

kepada perspektif naturalistik, serta menginter-pretasi untuk

Page 109: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

99

mengetahui pengalaman manusia, yang oleh karena itu biasanya

inheren dan dibentuk oleh berbagai nilai etika posisi politik.

Namun demikian, penelitian seni dengan metode kualitatif juga selalu melibatkan data-data yang bersifat kuantitatif. dengan

melihat kepada pemyataan S. Nasution bahwa setiap penelitian

(kualitatif dan kuantitatif) harus direncanakan. Untuk itu

diperlukan desain penelitian. Desain penelitian merupakan rencana tentang cara pengumpulan dan menganalisis data agar

dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan

penelitian itu. Dalam desain antara lain harus dipikirkan: (a) populasi sasaran, (b) metode sampling, (c) besar sampling, (d)

prosedur pengumpulan data, (e) cara-cara menganalisis data

setelah terkumpul, (f) perlu tidaknya menggunakan statistik, (g)

cara mengambil kesimpulan dan sebagainya (Nasution 1982:31). Dengan demikian, untuk mengkaji seni secara ilmiah,

diperlukan teori-teori dari berbagai bidang disiplin ilmu, baik

ilmu humaniora, sosial, maupun eksakta. Sejalan dengan perkembangan zaman, sudah selayaknya teori-teori yang

dipergunakan dalam rangka mengkaji seni terus dikembangkan

baik secara intensif maupun secara ekstensif. Sesuai dengan filsafat ilmu-ilmu seni, bahwa tujuan akhir mengkaji seni adalah

mengapa manusia pelaku dan pendukung seni itu menghasilkan

kesenian yang sedemikian rupa. Kajian kesenian bukan hanya

sampai pada bagaimana struktur seni itu dihasilkan manusia.

Page 110: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

100

BAB III

MASYARAKAT MELAYU SUMATERA UTARA

DALAM KONTEKS DUNIA MELAYU

3.1 Pendahuluan

Untuk dapat memahami karya sastra dan seni Melayu Sumatera Utara, merupakan suatu keharusan pula setiap

pengkaji mengetahui latar belakang etnografis masyarakat

Melayu Sumatera Utara, termasuk dalam konteks Dunia Melayu. Hal ini dilakukan menimbang bahwa tujuan akhir

mengkaji karya sastra atau seni adalah manusia pendukungnya.

Mengapa mereka berkarya dan melakukan pertunjukan sedemikian rupa? Ada apa di balik karya sastra dan seni ini?

Bagaimana gagasan-gagasan kreatif para seniman dan

sastrawan?

Pada masa sekarang ini, masyarakat Melayu mendiami kawasan Asia Tenggara yang terdiri dari beberapa negara

seperti: Thailand Selatan, Malaysia, Brunai Darussalam,

Singapura, Filipina Selatan, Indonesia dan di beberapa negeri lain. Secara geobudaya mereka disebut dengan Melayu

Polinesia atau Melayu Austronesia. Pengertian Melayu

Polinesia pula mencakup ras Melayu yang terdapat di kawasan Oseania yaitu terdiri dari gugusan kepulauan Mikronesia,

Polinesia, dan Melanesia. Kadang termasuk pula orang-orang

ras Melayu di Madagaskar. Sementara itu diaspora Melayu juga

merentasi berbagai kawasan, seperti Afrika Selatan, Suriname, Sri Langka, Indochina, dan lain-lain. Aspek kemelayuan yang

universal, termasuk ras dan alur bahasa yang sama--serta

identitas lokal, menjadi bahagian identitas kebudayaan kelompok-kelompok masyarakat Dunia Melayu ini.

Indonesia adalah sebuah negara bangsa yang mayoritas

penduduknya terdiri dari ras Melayu, baik Melayu Tua maupun

Melayu Muda. Namun biasanya rasa kemelayuan mereka tidaklah begitu kuat, dibandingkan kesukuan kecilnya. Namun

Page 111: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

101

dalam konteks integrasi budaya biasanya mereka sama-sama

sadar sebagai rumpun Melayu, yang terdiri dari berbagai suku atau etnik seperti: Gayo, Alas, Aceh Rayeuk, Simeuleu, Karo,

Dairi, Simalungun, Toba, Minangkabau, Banjar, Jawa, Sunda,

Bugis, Makasar, Sasak, Ambon, dan masih banyak lagi yang

lainnya. Namun ada juga yang langsung menyebut kelompoknya dan diakui oleh kelompok lain sebagai Melayu,

seperti yang ada di Sumatera Utara, Tamiang Aceh, Riau,

Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan, dan lain-lain tempat.

Penduduk di Sumatera Utara secara rasial, mayoritas

adalah pribumi Melayu, namun terdiri dari berbagai etnik dalam rumpun Melayu, seperti: Pesisir Barat, Dairi, Karo,

Simalungun, Toba, Mandailing-Angkola dan Nias. Bahkan

pada masa sekarang jumlah etnik terbesar di Sumatera Utara

yang berpenduduk sekitar 13 juta jiwa adalah Jawa yaitu sekitar 35 %.

Walau demikian, kebudayaan Melayu mendapat peran

strategis dalam konteks Sumatera Utara. Orang yang menganut sistem religi animisme atau agama lain yang masuk Islam

dianggap masuk Melayu. Kebudayaan Melayu seperti upacara

perkawinan berbagai unsurnya diserap oleh etnik lain. Bahasa Melayu menjadi bahasa pengantar sehari-hari, baik di rumah

atau komunikasi antar etnik di Sumatera Utara. Pakaian

Melayu seperti songkok, baju gunting China, seluar, baju

kurung, baju kebaya, umum digunakan oleh semua etnik rumpun Melayu di Sumatera Utara. Demikian juga kesenian

Melayu didukung oleh etnik-etnik rumpun Melayu ini. Yang

menarik perhatian, mereka yang tergolong kepada rumpun Melayu yang beragama Islam selalu juga menyebut dirinya

sebagai Melayu.

Masyarakat Melayu di Sumatera Utara memiliki kesenian

yang khas berasal dari kawasan ini, seperti: sinandong, gubang, dedeng dan lainnya. Begitu pula kesenian yang umum dijumpai

Page 112: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab III: Masyarakat Melayu Sumatera Utara

102

pada Dunia Melayu seperti: zapin, dondang, nasyid, kasidah,

joget atau ronggeng, bangsawan—tak lupa karya-karya sastra

baik itu yang bersifat lisan maupun tulisan seperti: pantun, seloka, gurindam, dedeng, nazam, sinanandong, dan syair.

Genre yang terahir, yaitu syair biasanya disampaikan dengan

cara menyanyikannya. Syair ini khas Sumatera Utara, terutama

tema ceritanya. Secara budaya, kebudayaan Melayu di Sumatera Utara

adalah sebagai salah satu pembentuk Dunia Melayu.

Kebudayaan Melayu Sumatera Utara juga telah dikenal sebagai penyumbang peradaban kepada Dunia Melayu. Misalnya

berbagai puisi Amir Hamzah dari Langkat, seperti yang

terangkum dalam Buah Rindu dan Nyanyi Sunyi dikaji dan

diamalkan di Dunia Melayu. Tarian Serampang Dua Belas yang menjadi tari nasional Indonesia sejak dekade 1960-an kini

dipraktikkan dan dipelajari di semua kawasan di Dunia Melayu.

Dalam konteks Indonesia sendiri, bahasa Indonesia baku yang dianggap standar adalah bahasa Melayu yang dipergunakan

masyarakat Sumatera Utara, dengan ikonnya kota Medan.

Masyarakat Sumatera Utara pula, selain menganggap bagian dari Indonesia, mereka juga bahagian dari Dunia Melayu.

3.2 Dunia Melayu

Selama ini, pegertian dan pemahaman mengenai Melayu itu berbeda-beda, baik yang dikemukakan oleh para ilmuwan

ataupun masyarakat awam. Perbedaan itu menyebabkan makna

Melayu boleh meluas atau menyempit menurut definisi dan konsep yang dipergunakan. Namun demikian, istilah Melayu

memang telah wujud dan dipergunakan baik oleh masyarakat

atau etnik yang disebut Melayu atau oleh para ilmuwan pengkaji kebudayaan Melayu. Dalam perkembangan terkahir

pula muncul istilah Dunia Melayu atau Alam Melayu serta

Page 113: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

103

Dunia Melayu Dunia Islam, terutama yang digagas para pakar

kebudayaan dan ahli politik dari Negeri Melaka, Malaysia. Menurut Ismail Hussein (1994) kata Melayu merupakan

istilah yang meluas dan agak kabur. Istilah ini maknanya

merangkumi suku bangsa serumpun di Nusantara yang pada

zaman dahulu dikenal oleh orang-orang Eropa sebagai bahasa dan suku bangsa dalam perdagangan dan perniagaan.

Masyarakat Melayu adalah orang-orang yang terkenal dan

mahir dalam ilmu pelayaran dan turut terlibat dalam aktivitas perdagangan dan pertukaran barang dagangan dan kesenian dari

berbagai wilayah dunia.

Istilah Melayu, maknanya selalu merujuk kepada Kepulauan Melayu yang merangkumi kepulauan di Asia

Tenggara. Perkataan ini juga bermakna sebagai etnik atau

orang Melayu Sumatera dan Semenanjung Tanah Melayu dan

tempat-tempat lain yang menggunakan bahasa Melayu. Melayu juga selalu dihubungkan dengan kepulauan Melayu yang

mencakup kepulauan Asia Tenggara dan ditafsirkan menurut

tempat dan kawasan yang berbeda seperti Sumatera. Istilah Melayu dikaitkan dengan masyarakat yang tinggal di sekitar

kawasan Palembang; dan di Borneo (Kalimantan) pula

perkataan Melayu dikaitkan dengan masyarakat yang beragama Islam—sementara di Semenanjung Malaysia arti Melayu

dikaitkan dengan orang yang berkulit cokelat atau sawo matang.

Istilah Melayu berasal dari bahasa Sanskerta yang dikenali

sebagai Malaya, yaitu sebah kawasan yang dikenali sebagai daratan yang dikelilingi lautan (Hall 1994).

Kelompok ras Melayu dapat digolongkan kepada

kumpulan Melayu Polinesia atau ras berkulit coklat yang mendiami Gugusan Kepuluan Melayu, Polinesia dan

Madagaskar. Gathercole (1983) seorang pakar antropologi

Inggeris telah melihat bukti-bukti arkeologi, linguistik dan

etnologi, yang menunjukkan bahwa bangsa Melayu-Polinesia ialah golongan pelaut yang pernah menguasai kawasan

Page 114: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab III: Masyarakat Melayu Sumatera Utara

104

Samudera Pasifik dan Hindia. Ia menggambar-kan bahwa ras

Melayu-Polinesia sebagai kelompok penjajah yang dominan

pada suatu masa dahulu, yang meliputi kawasan yang luas di sebelah barat hingga ke Madagaskar, di sebelah timur hingga ke

Kepulauan Easter, di sebelah utara hingga ke Hawaii dan di

sebelah selatan hingga ke Selandia Baru.

Sementara itu Wan Hasim (1991) mengemukakan bahwa Melayu dikaitkan dengan beberapa perkara seperti sistem

ekonomi, politik, dan juga budaya. Dari sudut ekonomi,

Melayu-Polinesia adalah masyarakat yang mengamalkan tradisi pertanian dan perikanan yang masih kekal hingga ke hari ini.

Dari sudut ekonomi, orang Melayu adalah golongan pelaut dan

pedagang yang pernah menjadi penguasa dominan di Lautan

Hindia dan Pasifik sebelum kedatangan kuasa Eropa. Dari segi politik pula, sistem kerajaan Melayu berasaskan pemerintahan

beraja bermula di Campa dan Funan, yaitu di Kamboja dan

Selatan Vietnam pada awal abad Masehi. Dari kerajaan Melayu tua ini telah berkembang pula kerajaan Melayu di Segenting

Kra dan di sepanjang pantai timur Tanah Melayu, termasuk

Kelantan dan Terengganu. Kerajaan Melayu Segenting Kra ini dikenal dengan nama Kerajaan Langkasuka kemudian menjadi

Pattani (Wan Hashim 1991).

Untuk menentukan kawasan kebudayaan Melayu, ada dua

perkara menjadi kriterianya, yaitu kawasan dan bahasa. Dari segi kawasan, Dunia Melayu tidak terbatas kepada Asia

Tenggara saja, namun meliputi kawasan di sebelah barat

mencakup Lautan Hindia ke Malagasi dan pantai timur benua Afrika; di sebelah timur merangkumi Gugusan Kepulauan

Melayu-Mikronesia dan Paskah di Lautan Pasifik, kira-kira

103,6 kilometer dari Amerika Selatan; di sebelah selatan meliputi Selandia Baru; dan di sebelah utara melingkupi

kepulauan Taiwan dan Hokkaido, Jepang (Ensiklopedia Sejarah

dan Kebudayaan Melayu 1994). Dari sudut bahasa pula,

Page 115: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

105

Melayu memiliki ciri-ciri persamaan dengan rumpun keluarga

bahasa Melayu-Austronesia, menurut istilah arkeologi--atau keluarga Melayu-Polinesia, menurut istilah linguistik (Haziyah

Husein 2006:6).

Demikian pula keberadaan masyarakat Melayu di

Sumatera Utara, mereka menyadari bahwa mereka adalah berada di negara Indonesia, menjadi bahagian dari Dunia

Melayu, dan merasa saling memiliki kebudayaan Melayu.

Mereka merasa bersaudara secara etnisitas dengan masyarakat Melayu di berbagai tempat seperti yang disebutkan tadi. Secara

budaya, baik bahasa atau kawasan, memiliki alur budaya yang

sama, namun tetap memiliki varian-varian yang menjadi ciri khas atau identitas setiap kawasan budaya Melayu.

Secara geopolitik pula, Dunia Melayu umumnya

dihubungkan dengan negara-negara bangsa yang ada di

kawasan Asia Tenggara dengan alur utama budaya Melayu. Di antaranya adalah: Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam,

Selatan Thailand, Selatan Filipina, sebahagian etnik Melayu di

Kamboja, Vietnam, dan lain-lain tempat.

3.3 Sumatera Utara

Berdasarkan letak geografi, kebudayaan Melayu itu meliputi berbagai negara yang terbentang di kawasan Asia

Tenggara, yaitu: Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand

(khususnya daerah Patani), dan Brunai Darussalam. Di

Indonesia sendiri, etnik Melayu mendiami daerah budaya: Pesisir Timur Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan,

dan Pesisir Kalimantan. Etnik Melayu pesisir Timur

Sumatera Utara, berdasarkan ciri khusus kebudayaannya, dapat dikelompokkan lagi ke dalam daerah: Langkat, Deli, Serdang,

Asahan, dan Labuhan Batu.7

7Tentang wilayah budaya Melayu ini dapat dilihat dari tulisan-tulisan:

(1) Tengku Luckman Sinar (1994); (2) Ismail Hussein (1984); (3) Mohd Anis

Page 116: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab III: Masyarakat Melayu Sumatera Utara

106

Pada masa Kesultanan Melayu di kawasan ini, wilayah

mereka lebih lazim disebut dengan Sumatera Timur, dan

kemudian setelah masa kemerdekaan disebut Sumatera Utara (yang termasuk di dalamnya wilayah kebudayaan masyarakat

Batak dan Nias). Masyarakat yang mendiami wilayah

Provinsi Sumatera Utara terdiri dari delapan etnik setempat:

(1) Melayu, (2) Batak Toba, (3) Mandailing-Angkola, (4) Simalungun, (5) Karo, (6) Pakpak-Dairi, (7) Pesisir Barat dan

(8) Nias. Selain itu ditambah pula oleh etnik pendatang seperti:

Jawa, Sunda, Minangkabau, Aceh, Banjar, Tamil, Benggali, Tionghoa, dan Eropa (Usman Pelly 1994).

Etnik Melayu ini dalam konteks kebijakannya menghadapi

kontinuitas dan perubahan kebudayaan, menggunakan empat

klasifikasi adat: (1) adat yang sebenarnya adat, yaitu hukum alam yang secara tabi’i harus terjadi menurut waktu dan

ruang--jika dikurangi merusak, jika dilebihi mubazir.

Selanjutnya (2) adat yang diadatkan, yaitu adat yang berasal dari musyawarah dan mufakat masyarakatnya,

8 yang

dipercayakan kepada pemimpinnya. Kemudian (3) adat yang

teradat, yaitu kebiasaan-kebiasaan yang lama kelamaan atau tiba-tiba menjadi adat. Yang terakhir (4) adat istiadat, yaitu

adat yang merupakan kumpulan dari berbagai-bagai

Md Nor (1990:66-67); (4) J. C. van Eerde (1920:17-20) dan (5) C. Lekkerkerker (1916:119).

8Masyarakat (society) adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Lihat Koentjaraningrat (1974:11). Menurut J.L. Gillin dan J.P. Gillin, yang dimaksud masyarakat

adalah: "... the largest grouping in which common customs, traditions, attitudes and feelings of unity are operative,"--yang artinya: "kelompok manusia yang terbesar, yang secara umum memiliki adat istiadat, tradisi, sikap, dan rasa bersatu, yang merupakan kesatuan tingkah laku mereka." Lebih jauh lihat J.L. Gillin dan J.P. Gillin (1954:139).

Page 117: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

107

kebiasaan, dan cenderung diartikan sebagai upacara-upacara

khusus (Lah Husni 1986:206-211).

Peta 3.1

Kelompok Pengguna Bahasa Melayu-Polinesia di Indonesia

Sumber: Goldsworthy (1979:32)

Dalam bahagian ini, penulis mendeskripsikan secara

umum geografi dan etnografi masyarakat Sumatera Utara,9

9Pada masa penjajahan Belanda, di Sumatera Utara terdapat dua provinsi (afdeeling), yaitu Sumatera Timur dan Tapanuli. Ada perbedaan pengertian antara Sumatera Utara dengan Sumatera Timur. Wilayah Sumatera Timur (Oostkust van Sumatra dalam Bahasa Belanda atau East

Coast of Sumatra dalam Bahasa Inggeris) mencakup Provinsi Sumatera Utara sekarang di luar Tapanuli, ditambah daerah Bengkalis Provinsi Riau--secara budaya termasuk pula Tamiang di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Lebih jauh lihat Blink, Sumatra's Oostkust: In Here Opkomst en Ontwikkelings Als Economisch Gewest, (s'Gravenhage: Mouton & Co., 1918), pp. 1 dan 9. Kini Sumatera Utara adalah salah satu dari 33 Provinsi di

Page 118: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab III: Masyarakat Melayu Sumatera Utara

108

yang biasanya dalam konteks pemerintahan Republik Indonesia

dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu: (1) delapan etnik tempatan

yang terdiri dari: Melayu, Karo, Simalungun, Pakpak-Dairi, Batak Toba, Mandailing-Angkola, Pesisir, dan Nias; (2) etnik

pendatang dari Nusantara: Minangkabau, Acheh, Banjar, Jawa;

serta (3) etnik pendatang dari luar negeri: Tionghoa, Tamil,

Benggali, dan Eropa. Pada masa sekarang sebagian besar masyarakat Sumatera

Utara, menerima cara pembagian kelompok-kelompok etnik

setempat ke dalam delapan kategori, seperti yang ditawarkan oleh pemerintah Indonesia. Keberadaan etnik setempat

dijelaskan oleh Goldsworthy sebagai berikut.

The three major [North] Sumatran ethnic

groups are the Batak, coastal Malay and Niasan ...

North Sumatrans often divide the indigenous (that is,

non-immigrant) population of the province into nine

more narrowly defined ethnic groups (suku-suku). ...

The broad Batak ethnic group is ussually divided

into six main communities - Pakpak Dairi, Toba,

Angkola-Sipirok, Mandailing, Karo and Simalungun.

All six groups have a broadly similar social

organisation (patrilineal, exogamus clans) and related

Indonesia, yang terdiri dari 27 Kabupaten dan Kota, yaitu: (1) Kabupaten Asahan, (2) Kabupaten Batubara, (3) Kabupaten Dairi, (4) Kabupaten Deli Serdang, (5) Kabupaten Humbang Hasundutan, (6) Kabupaten Karo, (7) Kabupaten Labuhan Batu, (8) Kabupaten Langkat, (9) Kabupaten Mandailing Natal, (10) Kabupaten Nias, (11) Kabupaten Nias Selatan, (12) Kabupaten Pakpak Bharat, (13) Kabupaten Samosir, (14) Kabupaten Serdang Bedagai, (15) Kabupaten Simalungun, (16) Kabupaten Tapanuli Selatan, (17)

Kabupaten Tapanuli Tengah, (18) Kabupaten Tapanuli Utara, (19) Kabupaten Toba Samosir, (20) Kabupaten Batubara (baru dimekarkan tahun 2007), (21) Kota Binjai, (22) Kota Medan, (23) Kota Padang Sidempuan, (24) Kota Pematangsiantar, (25) Kota Sibolga, (26) Kota Tanjung Balai dan (27) Kota Tebing Tinggi.

Page 119: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

109

languages, but important social, religious and

linguistic differences also divide them. The

sharpest linguistic division is between the

Karo/Pakpak Dairi groups in the north and west

and the Toba/Mandailing/ Angkola-Sipirok groups

in the south. The Simalungun group falls between the two extreme points of contrast (Golsworthy 1979:6).

Tiga kelompok etnik besar Sumatera Utara adalah Batak,

Melayu Pesisir, dan Nias. Orang-orang Sumatera Utara biasanya dibagi ke dalam sembilan populasi setempat (yaitu

mereka yang bukan imigran), yang biasa disebut dengan

suku-suku.

Kelompok etnik Batak yang lebih luas, biasanya dibagi pada lima komuniti utama, yaitu: Pakpak-Dairi, Batak Toba,

Angkola-Sipirok, Mandailing, Karo, dan Simalungun.

Keenam komunitas utama ini mempu-nyai organisasi sosial yang sama, yaitu berdasar pada sistem patrilineal dan klen

yang eksogamus.10

Mereka mempunyai sistem sosial, religi,

dan linguistik yang berbeda. Perbedaan linguistik paling

jelas adalah antara kelompok Karo dan Pakpak-Dairi di utara dan barat--dengan kelompok Toba, Mandailing,

Angkola, dan Sipirok di Selatan. Simalungun berada di antara

dua sistem linguistik ini. Di Indonesia, etnik Melayu mendiami daerah Tamiang di

Daerah Istimewa Aceh, Pesisir Timur Sumatera Utara, Riau,

Kalimantan, Jambi, dan Sumatera Selatan. Sumatera adalah salah satu pulau besar di Indonesia yang terdiri dari sekitar

4Yang dimaksud klen eksogamus adalah sistem kemasyarakatan dalam

sebuah suku, yang norma pemilihan pasangan hidupnya berasal dari kelompok luar tertentu. Lihat Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (1993:400). Dalam konteks masyarakat Batak, klen yang sama dilarang kawin.

Page 120: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab III: Masyarakat Melayu Sumatera Utara

110

3.000 pulau-pulau. Pulau Sumatera ini mencakup wilayah

sebesar 473.606 km (Fisher 1977:455-457).

Pulau ini mempunyai panjang lebih dari 1.920 km yang membentang dari barat laut ke tenggara, dan mempunyai lebar

maksimum sebesar 384 km. Sumatera adalah pulau di

sebelah barat Indonesia, yang terentang dari 6˚ Lintang Utara

sampai 6˚ Lintang Selatan secara latitudinal dan 95˚ sampai 110˚ Bujur Timur secara longitudinal (Whitington 1963:203).

Sumatera juga dikelilingi oleh pulau-pulau di sekitarnya,

baik yang berdekatan dengan pantai barat ataupun timurnya. Pulau-pulau ini secara administratif ikut ke dalam

pemerintahan daerah di Sumatera. Struktur geologi Pulau

Sumatera didominasi oleh rangkaian Pegunungan Bukit

Barisan. Rangkaian pegunungan ini sampai ke wilayah Selat Sunda. Sumatera dibagi menjadi lima Provinsi. Sumatera

adalah kawasan yang sangat tepat untuk bidang pertanian dan

perikanan (Whitington 1963:539). Majoriti penduduk Sumatera tergolong ke dalam ras proto-Mongoloid (Fisher

1977:456), dan berbahasa sama dengan kelompok bahasa

Austronesia atau Melayu-Polinesia (Howell 1973:80-81). Sumatera sendiri dihuni oleh beberapa kelompok etnik

setempat, yaitu: Aceh, Alas, Gayo, Batak, Melayu,

Minangkabau, Rejang, Lampung, Kubu, Nias, Mentawai dan

Enggano. Di Pesisir Timur Sumatera Utara, yang pada masa kesultanan lazim disebut Sumatera Timur, etnik Melayu

mendiami wilayah yang meliputi empat Kabupaten, yaitu:

Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Asahan dan Labuhan Batu. Pada masa-masa pemerintahan sistem kesultanan, etnik Melayu

di Sumatera Timur ini berada dalam tiga kesultanan besar,

yaitu: Langkat, Deli, dan Serdang, dan ditambah sultan-sultan yang secara geografis dan politis lebih kecil, yaitu: Asahan,

Bilah, Kotapinang, dan Kualuh.

Page 121: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

111

Wilayah Sumatera Timur terbentang dari perbatasan

Acheh sampai kerajaan Siak mempunyai batas-batas geografis sebagai berikut: (1) sebelah utara dan barat berbatasan

dengan wilayah Aceh; (2) sebelah timur berbatasan dengan

Selat Melaka; (3) sebelah selatan dan tenggara berbatasan

dengan daerah Riau; dan (4) sebelah barat berbatasan dengan daerah Tapanuli (Volker 1928:192-193). Luasnya 94.583 km²

atau sekitar 20 % dari luas pulau Sumatera (Pelzer 1985:31).

Di antara daerah Aceh di utara serta Riau di selatan dan tenggara inilah terletak kesultanan-kesultanan Melayu Sumatera

Timur.

3.4 Etnik yang Majemuk di Sumatera Utara Sejarah kebudayaan di Sumatera Timur, erat kaitannya

dengan saling berinteraksinya antara penduduk tempatan

dengan pendatang. Dengan keberadaan budaya yang majemuk ini, sampai sekarang, Sumatera Utara tidak memiliki budaya

dominan. Mereka berada antara hidup segregatif di satu sisi

dan integrasi di sisi lainnya. Para pendatang ini melakukan pola migrasi.

11 Istlah migrasi dapat didefinisikan sebagai gerakan

11Patersen mendefinisikan migrasi sebagai perpindahan seseorang

yang relatif permanen dalam jarak yang cukup bererti. Namun definisi ini

tidak dapat dipastikan, dan sifatnya relatif. Misalnya seberapa permanenkah atau berapa jauhkan jarak perpindahan tersebut. Harus dilihat kasus per kasus. Misalnya sesorang yang pidah ke negara lain untuk menghabiskan sisa hidupnya, ini dapat dikategorikan sebagai migrasi. Contoh lain seseorang yang pergi ke sebuah kota yang dekat dengan kotanya, tetapi berada di negara lain, hanya untuk berjalan-jalan selama dua jam, tidak dapat dikategorikan sebagi migrasi. Lihat, William Patersen 1995:286). Secara matematis, migrasi ini digambarkan oleh Patersen, sebagai berikut:

"It is reasonable to suppose that the number of migrants within any area homogenous with respect to all to other factors that affect the propensity to migrate will be inversely related to the distance covered. One can express this relation inequation, as follows: M=aX/Db, where M stands for the number of migrants, D for the distance over the shortest transportation route, and X for any other factor that is though to be relevant, a and b are consants,

Page 122: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab III: Masyarakat Melayu Sumatera Utara

112

pindah penduduk dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan

maksud mencari nafkah atau menetap. Migrasi tersebut ada

yang terjadi karena didatangkan oleh seseorang atau suatu lembaga, ada juga yang terjadi berdasarkan kemauan sendiri.

Pola migrasi di Sumatera Utara umumnya bermotif ekonomi,

yang didukung oleh faktor sosial, seperti: berbedanya tingkat

kemakmuran antara desa dengan kota, tingkat konsumsi dan produksi rata-rata per kapita di pedesaan lebih rendah

dibandingkan di perkotaan, pertumbuhan ekonomi di pedesaan

lebih lambat dibandingkan di perkotaan (Suwarno dan Leinbach 1985:68).

Sumatera Utara adalah termasuk ke dalam salah satu

daerah tujuan migrasi yang terkenal di Indonesia bahkan

kawasan Asia, karena didukung oleh perkembangan ekonominya yang pesat. Daerah ini memerlukan jumlah tenaga

kerja yang relatif banyak, dan memerlukan pekerja-pekerja

yang terampil dan berkemauan keras untuk maju di dalam bidangnya. Para migran pun sadar akan harapan-harapan yang

realistik yang dijanjikan di daerah ini. Faktor lain tingginya

migrasi ke Sumatera Utara disebabkan oleh faktor budaya majemuk. Orang yang bermigrasi ke wilayah ini dapat

langsung membaur dengan kelompok etniknya--tidak harus

melebur dalam budaya lain. Latar belakang orang

bermigrasi ke Sumatera Utara juga beraneka ragam antara lain, yaitu: mencari kesempatan kerja, pindah kerja,

ditugaskan oleh kantor, tertarik dengan kehidupan kota,

bosan tinggal di desa, ingin mandiri dari orang tua, ikut orang tua, sekolah, dan sebagainya. Sejak zaman Belanda hingga

sekarang imigrasi ke Sumatera Utara terus berlangsung.

usually set at unity. In one version of this equation, the so-called P1P2/D hypothesis, the populations of the end points of the movement are taken as the X factor." (Patersen 1995:287).

Page 123: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

113

Daerah Sumatera Timur mengalami peningkatan jumlah

penduduk sebesar 300% sejak tahun 1905 sampai 1930, yang disebabkan oleh berkurangnya peperangan, perbaikan

kesehatan, menurunnya jumlah kematian anak, dan terutama

kedatangan migran dari luar daerah, yang umumnya

didatangkan untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan di Sumatera Utara (Langenberg 1976:37-38). Khususnya

ekspansi pertanian perkebunan di Sumatera Timur mempunyai

pengaruh yang mencolok dalam keadaan demografis, yaitu dalam waktu singkat penduduk asli Sumatera Timur yang

terdiri dari Melayu, Karo, dan Simalungun jumlahnya

dilampaui oleh suku-suku pendatang, terutama Jawa dan Tionghoa.

Pada tahun 1930, kepadatan penduduk di areal

perkebunan di Sumatera Timur mencapai 200 jiwa/km², yakni

tertinggi di Pulau Sumatera (Langenberg 1976: 40). Perkem-bangan perkebunan yang diikuti pembangunan berbagai

prasarana seperti jalan raya, jalur kereta api, dan jembataan,

menjadi daya tarik bagi pendatang-pendatang yang bermigrasi ke Sumatera Timur ini. Sehubungan dengan pembuatan

prasarana-prasarana ini, sultan-sultan, para pedagang, pejabat-

pejabat pemerintah Belanda dan semua orang kecuali para nelayan mulai pindah ke pedalaman sepanjang jalan raya atau

jalur kereta api, khususnya kota-kota baru. Sebagai contoh

perpidahan, dari Tanjung Pura ke Binjai, dari Rantau

Panjang ke Lubuk Pakam, dan sebagainya (Pelzer 1985:88). Pada awal abad ke-20, lima kota di Sumatera Timur,

yaitu: Medan, Pematang Siantar, Tebing Tinggi, Tanjung

Balai, dan Binjai ditetapkan oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai gemeente (kotapraja), dan dengan demikian

berkembang sebagai pusat ekonomi, politik, dan sosial serta

budaya. Lain halnya dengan daerah Tapanuli, di Sumatera

Timur terlihat bertumbuhnya kelas menengah berpendidikan dan golongan pekerja (proletariat). Kekuatan-kekuatan sosial

Page 124: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab III: Masyarakat Melayu Sumatera Utara

114

yang muncul di kota, memegang peranan penting dalam

perkembangan sosial, politik dan kebudayaan.

Peta 3.2

Dunia Melayu

Sumber: The Encyclopedia of Malaysia (jilid 4, p. 76)

Dengan demikian, di Sumatera Timur, mobilitas sosial

yang tinggi termasuk urbanisasi merupakan faktor utama dari

terjadinya perubahan sosial. Jika kita memberi perhatian pada kedatangan para migran yang menonjol di Sumatera Timur,

maka kita dapat temui bahwa banyak kuli didatangkan oleh

para pengusaha perkebunan melalui agen-agen, terutama masyarakat Tionghoa dan Tamil pada mulanya, dan kemudian

disusul etnik Jawa.

Page 125: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

115

Peta 3.3

Sumatera Timur Dasawarsa 1940-an

Sumber: Langenberg (1975:45)

Page 126: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab III: Masyarakat Melayu Sumatera Utara

116

Tabel 3.1

Jumlah Berbagai Etnik di Sumatera Timur Tahun 1930

Etnik Jumlah %

Eropa 11,079 0.7

China 192,822 11.4

India dan lainnya 18,904 1.1

Subtotal Non-Pribumi 222,805 13.2

Jawa 589,836 35

Batak Toba 74,224 4.4

Mandailing-Angkola 59,638 3.5

Minangkabau 50,677 3

Sunda 44,107 2.6

Banjar 31,266 1.8

Aceh 7,795 0.5

Lain-lain 24,646 1.5

Subtotal Pendatang 882,189 52.3

Melayu 334,870 19.9

Batak Karo 145,429 8.6

Batak Simalungun 95,144 5.6

lain-lain 5,436 0.3

Subtotal Pribumi Sumatera Timur 580,879 34.5

Jumlah seluruhnya 1,685,873 100

Sumber: Anthony Reid (1987:85)

Tabel 3.2

Jumlah Tenaga Kerja Perkebunan Berdasarkan

Masyarakat Tionghoa, Jawa, India dan lainnya di Sumatera

Timur 1884-1929

Tahun 1884 1900 1916 1920 1925 1929

Tionghoa 21,136 58,516 43,689 23,900 26,800 25,934

Jawa 1,771 25,224 150,392 212,400

168,400 239,281

India dll 1,528 2,460 - 2,000 1,500 1,019

Sumber: Anthony Reid (1987:61)

Page 127: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

117

Setelah selesai dari kontrak dengan perkebunan para bekas kuli banyak yang menjadi petani penyewa tanah.

Masyarakat Tionghoa bekas kuli, selain menjadi petani

penanam sayur-sayuran, banyak juga yang berpindah ke kota-

kota memasuki sektor perdagangan. Etnik Jawa bekas kuli banyak mendirikan pemukiman yang selalu disebut sebagai

Kampung Jawa, atau menjadi tenaga kerja di kota-kota di

Sumatera Timur. Kawasan ini juga menjadi tujuan para perantau dari Minangkabau, Mandailing dan Angkola--yang

daerah asal mereka masuk pada kekuasaan Belanda sejak paruh

pertama abad ke-19, beberapa dasawarsa sebelum Belanda masuk ke Sumatera Timur. Mereka sebagian besar bergerak di

bidang perdagangan dan jasa, dan banyak yang diterima

menjadi pegawai di perkantoran, karena mereka sudah

berpendidikan di bawah kebijakan Belanda. Keadaan ini membantu para pengusaha Belanda merekrut tenaga kerja yang

berpendidikan, untuk dipekerjakan sebagai juru tulis, mantri

ukur, ahli mesin, atau untuk kedudukan-kedudukan kecil lainnya. Ketiga golongan tersebut adalah pemeluk agama Islam,

dan karena itu dapat diterima oleh masyarakat Islam yang

dominan di daerah Pesisir Sumatera Timur (Pelzer 1985:83). Orang Batak Toba dari dataran tinggi Tapanuli Utara

juga banyak bermigrasi ke Sumatera Timur, sejak awal abad

ke-20, terutama sebagai petani penanam padi yang diperlukan

untuk memenuhi permintaan makanan yang bertambah banyak di areal perkebunan dan sebagai pegawai pemerintah, dan ahli

teknologi yang telah berpendidikan di sekolah-sekolah

Kristen. Namun karena mereka umumnya beragama Kristen (Protestan), maka kurang diterima baik oleh orang-orang

Islam di daerah pesisir ini (Pelzer 1985:83).

Sedangkan fihak pemerintah Belanda mendukung

kedatangan migran suku Batak Toba yang beragama Kristen ini ke Sumatera Timur dengan maksud menentang gerakan

Page 128: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab III: Masyarakat Melayu Sumatera Utara

118

perlawanan terhadap Belanda oleh orang-orang Islam

(Langenberg 1976:42). Dengan demikian, tidaklah mengheran-

kan jika di daerah Sumatera Timur, khususnya di kota-kota terbentuk masyarakat heterogen dalam beberapa dasawarsa

pada awal abad ke-20 sebagaimana yang dapat dilihat pada

Tabel 3.2. Namun kota-kota tersebut tidak berfungsi sebagai

wadah pembauran (melting pot) (Pelzer 1985:47-48). Di antara kelompok-kelompok etnik tidak terjadi

integrasi dan asimilasi dengan satu sama lain, akan tetapi lebih

mencolok terbentuknya pemukiman-pemukiman yang dihuni oleh kelompok warga satu etnik yang tertentu, yang

memisahkan dirinya dengan etnik lain. Setiap kelompok

dipersatukan oleh ikatan adat yang dibawa dari tempat asalnya

dan perlindungan atas warganya masing-masing. Begitu juga dengan pendatang dari luar Nusantara seperti orang

Tionghoa, Arab, India, dan Eropa, yang membentuk

pemukiman masing-masing. Pada umumnya pemukiman elit orang Eropa dan pemukiman pendatang asal suku Tionghoa,

Arab, India, masing-masing menempati pusat kota, dan di

sekelilingnya terdapat pemukiman-pemukiman kelompok etnik pribumi. Pendatang baru mendapat kemudahan untuk

menyesuaikan diri dengan kehidupan di rantau di bawah

perlindungan pemukiman tersebut. Di dalam pemukiman itu

sendiri setiap kelompok masyarakat biasanya menggunakan bahasa daerahnya masing-masing dan menjaga kelangsungan

kehidupan berdasarkan norma-norma tradisional dan

agamanya. Dengan demikian budaya yang dibawa dari tempat asal

masing-masing kelompok terjaga. Mereka masing-masing

membentuk jaringan sosial dengan para migran baru yang berasal dari kelompok etnik yang sama.

Sesudah terwujudnya kemerdekaan Republik Indonesia, di

kota-kota Sumatera Utara muncul kelompok orang kaya baru

Page 129: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

119

yang terdiri dari beberapa golongan, seperti: pegawai,

pengusaha, politikus, pemodal besar, ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), ahli teknologi dan lain-lain

(Pelly 1986:11).

Mereka yang merupakan elit pribumi baru membentuk

pemukiman baru yang bersifat netral, dan kehadirannya dipandang sebagai kelas eksekutif. Dengan demikian, di kota-

kota Sumatera Utara tersusun masyarakat majemuk yang

segregatif. Orang hidup berdampingan secara fisik, tetapi karena perbedaan suku, agama, dan status sosial, mereka

terpisah dalam kelompok-kelompok atau unit-unit sosial yang

segregatif (Pelly 1985:70). Kehidupan masyarakat perkotaan yang segregatif ini diperkuat oleh kesamaan dalam kehidupan

sosial, ekonomi, dan agama seperti pemilihan jenis pekerjaan,

organisasi-organisasi sosial atau agama dan pendidikan formal

dan informal (Pelly 1985:5). Dalam hal ini tidak jarang terjadi dominasi dari satu

kelompok suku dalam kegiatan ekonomi dan distribusi

pendapatan dapat menimbulkan kesenjangan sosial dan suasana tidak akrab. Akibatnya membuat masyarakat terikat

pada pandangan stereotip dan berbagai prasangka terhadap

kelompok lain. Namun di sisi lain, tuntutan berbangsa dan bernegara

memaksa mereka untuk bersatu pula, demi terwujudnya

stabilitas dan keharmonisan sosial. Salah satu wujud sikap

persatuan dan kesatuan ini, terdapat dalam seni Melayu. Keadaan ini menjadi keunikan tersendiri dalam konteks

budaya heterogen di Sumatera Utara. Dengan demikian,

keadaan ini menggambarkan bhinneka tungal ikanya kebudayaan di daerah ini dan Indonesia umumnya.

3.5 Etnik Melayu di Sumatera Utara Kesenian Melayu adalah cerminan dari identitas etnik

Melayu. Seperti sudah dikemukakan sebelumnya, di dalam

Page 130: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab III: Masyarakat Melayu Sumatera Utara

120

seni persembahan Melayu terdapat unsur heterogenitas budaya,

akulturasi, pemungsiannya pada segenap strata sosial (awam

dan bangsawan), dan lain-lain. Keberadaan seni Melayu ini didasari oleh identitas etnik Melayu. Untuk dapat

memahami siapakah orang Melayu, yang menjadi pendukung

seni Melayu, maka sebelumnya dijelaskan pengertian

kelompok etnik (ethnic group). Naroll memberikan pengertian kelompok etnik sebagai suatu populasi yang: (1) secara

biologis mampu berkembang biak dan bertahan; (2)

mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk budaya; (3) membentuk

jaringan komunikasi dan interaksi sendiri; dan (4)

menentukan ciri kelompoknya sendiri yang diterima oleh

kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain (Narol 1965:32).

Selain dari itu, pendekatan untuk menentukan sebuah

kelompok etnik harus melibatkan beberapa faktor: etnosains, yaitu pendapat yang berasal dari masyarakatnya; bantuan

ilmu-ilmu pengetahuan dan ilmuwan dari beberapa disiplin;

wilayah budaya; masalah-masalah pembauran (integrasi), disintegrasi, kepribadian, perkawinan, kekerabatan, sistem

galur keturunan, religi, dan sejumlah faktor sosial lain-nya.

Kelompok etnik (suku bangsa) merupakan golongan sosial

yang dibedakan dari golongan-golongan sosial lainnya, karena mempunyai ciri-ciri yang paling mendasar dan umum berkaitan

dengan asal-usul, tempat, serta budayanya. Kelompok etnik

adalah segolongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitasnya yang diperkuat oleh kesamaan bahasa. Kesamaan

dalam kesenian, adat-istiadat, dan nenek moyang merupakan

ciri-ciri sebuah kelompok etnik. Jika ras lebih dilihat dari perbedaan fisik, maka etnik lebih dilihat dari perbedaan

kebudayaan dalam arti yang luas. Satu ras boleh terdiri dari

berbagai macam kelompok etnik yang berbeda.

Page 131: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

121

Di dalam sebuah kelompok etnik bisa saja terjadi

diferensiasi sosial. Sebuah kelompok etnik terbentuk dari sejumlah orang yang menghendaki hidup bersama, dalam

waktu yang lama, dan di suatu tempat yang sama. Mereka

mengadakan interaksi yang tetap, memiliki sistem nilai,

norma, dan kebudayaan yang mengikat mereka menjadi satu kesatuan. Dengan adanya berbagai kesamaan yang

mereka miliki, mereka menjadi satu kesatuan dalam

masyarakat. Namun, di dalam suatu masyarakat ada pemisahan dan pembagian karena adanya perbedaan tertentu,

seperti: jenis kelamin, klen, pekerjaan, politik, dan lainnya.

Perbedaan-perbedaan sosial ini menyebabkan masyarakat terbagi dalam kelompok-kelompok tertentu, namun tidak

bererti terpisah dari masyarakatnya. Keadaan ini disebut

diferensiasi sosial, yang dapat diartikan sebagai suatu

proses setiap individu di dalam masyarakat memperoleh hak-hak dan kewajiban yang berbeda dengan orang lain di dalam

masyarakat, atas dasar perbedaan-perbedaan sosial. Demikian

pula yang terjadi dalam kebudayaan Melayu.

3.5.1 Pengertian Melayu Sebagai Kelompok Etnik Sampai sekarang, definisi Melayu belum disepakati

oleh para ilmuwan, karena pengertian Melayu itu maknanya

dapat berbeda-beda sesuai dengan konteksnya. Untuk dapat

memahami pengertian Melayu sebagai kelompok etnik,

biasanya selalu ditelusuri melalui munculnya istilah Melayu, yaitu sebuah kerajaan di daerah Jambi, yang ada pada masa

Kerajaan Sriwijaya.

3.5.2 Asal-usul Istilah Melayu dari Kerajaan Melayu di

Jambi Jika kita menelusuri sumber sejarah yang menyangkut

Melayu, maka kata Melayu sudah disebut-sebut dalam catatan I-Tsing yang mengunjungi Sriwijaya pada tahun 672. Kata

Page 132: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab III: Masyarakat Melayu Sumatera Utara

122

Melayu dipakai sebagai nama tempat yang menunjukkan

Jambi sekarang (Tsurumi Yoshiyuki 1981:78). Berdasarkan

kronik Dinasti T'ang di China, terdapat nama kerajaan di Sumatera yang disebut Mo-Lo-Yue pada tahun 644 dan 645

Masehi. Seorang pendeta Budha China yang bernama I-Tsing

dalam perjalanannya ke India pernah tinggal di Sriwijaya

(She-li-fo-she) untuk mempelajari bahasa Sanskerta selama enam bulan. Dari Sriwijaya ini I-Tsing menuju ke

Kerajaan Melayu dan tinggal di sana selama enam bulan,

sebelum berangkat ke Kedah dan ke India. Dalam perjalanannya pulang ke China pada tahun 685 dia singgah di

Kerajaan Melayu, yang sudah ditaklukkan oleh Sriwijaya

(tahun 645-685 M). Menurut I-Tsing, pelayaran dari

Sriwijaya ke Melayu memerlukan waktu lima belas hari (Luckman Sinar 1994:2).

Menurut Casparis, Kerajaan Melayu ditaklukkan Sriwijaya

sebelum tahun 688, sesuai dengan prasasti di Karang Berahi di tepi Sungai Merangin, yaitu cabang Sungai Batang Hari, di

Hulu Sungai Jambi. Pada masa akhir abad ke-11 sampai tahun

1400, Kerajaan Melayu pulih kembali. Kerajaan Melayu bekerjasama dengan Kerajaan Singasari dari Jawa, yang

mengirimkan pasukan dalam jumlah besar, untuk

menghancurkan Sriwijaya. Peristiwa itu terkenal dengan

ekspedisi Pamalayu, terjadi tahun 1275--serta dikirimnya arca Amoghapasa Lokeswara tahun 1286 di Padang Roco, yang

membuat rakyat Kerajaan Melayu gembira, terlebih lagi rajanya

Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa. Selanjutnya tahun 1347 di belakang arca itu kemudian ditulis prasasti Raja

Adityawarman, raja Melayu Damasraya, penerus Kerajaan

Melayu ini. Kerajaan Melayu dan Sriwijaya menggunakan bahasa dan aksara Melayu kuna (Luckman Sinar 1994:3).

Pada abad ke-12 sampai ke-14, Jambi merupakan salah

satu dari tiga bandar penting di Pesisir Timur Sumatera, yaitu:

Page 133: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

123

(1) Jambi, (2) Palembang di sebelah selatan, dan (3) Kota

China di Kerajaan Haru/Deli tepatnya di Labuhan Deli sebelah utara (Hasan M. Hambari 1980:51-63).

Kerajaan Melayu di Jambi ini, dalam tulisan-tulisan

sejarah berbahasa Arab dan Persia disebut dengan Kerajaan

Zabaq--yang dapat diidentifikasikan dengan nama tempat Muara Sabak di daerah Tanjung Jabung di muara Sungai

Batanghari. Letak pusat Kerajaan Melayu di hulu Sungai

Batanghari itu hanya dapat dijangkau dengan naik sampan, dengan alasan kemananan, tetapi kerajaan ini mengawasi

sumber tambang emas dari daerah pedalaman Sumatera Barat.

Meskipun kemudian Kerajaan Melayu yang berpusat di hulu Sungai Jambi itu di masa Raja Adityawarman (1347)

dipindahkan ke wilayah Saruaso Minangkabau, dia tidak

pernah menyebut kerajaan ini dengan Kerajaan Minangkabau,

tetapi sebagai Kanakamedininindra Suwarnabhumi (Penguasa Negeri Emas), yang dahulunya dikuasai Kerajaan Melayu dan

Sriwijaya (Luckman Sinar 1994:3).

R. C. Rajumdar mengatakan bahwa ada satu suku di India yang bernama Malaya, yang disebut orang Yunani sebagai

Malloi. Selain itu ada gunung Malaya yang menjadi sumber

kayu sandal, yang di dalam kitab Purana disebut sebagai salah satu dari tujuh batas (kulaparvatas) pegunungan di

India. Banyak lagi nama-nama tempat di Asia Tenggara dan

Nusantara yang namanya berasal dari India. Ada legenda pada

orang Melayu Minangkabau bahwa leluhur mereka berasal dari India, yaitu Sang Sapurba yang turun dari Bukit

Siguntang Mahameru bersama dua saudaranya yang lain

(Luckman Sinar 1994:6). Kerajaan Sriwijaya dan Melayu mulai pudar karena

serangan Majapahit tahun 1365. Selanjutnya orang-orang Jawa

menguasai daerah ini. Namun bahasa Melayu yang telah

menjadi bahasa pengantar di Nusantara sejak disebarkannya oleh Kerajaan Sriwijaya dan Melayu sejak abad keenam, serta

Page 134: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab III: Masyarakat Melayu Sumatera Utara

124

adat-istiadat raja-rajanya yang dibawa Parameshwara ke

Melaka tahun 1400, memberikan kontribusi pada budaya

Jawa. Setelah hancurnya Kerajaan Sriwijaya, Melayu, dan Damasraya, maka budaya Melayu berpusat di Pasai dan

Melaka. Kerajaan Melayu di Melaka yang didirikan oleh

Paramesywara pada tahun 1400. Imperium ini mengembangkan

budaya Melayu, termasuk agama Islam awalnya ke pesisir timur Sumatera. Kemudian Kalimantan, dan ke seluruh

Semenanjung Tanah Melayu sampai Patani di Thailand sebelah

selatan

3.5.3 Pengertian Melayu sebagai Ras, Budaya, dan Orang

yang Beragama Islam

Istilah Melayu biasanya dipergunakan untuk mengiden-tifikasi semua orang dalam rumpun Austronesia yang meliputi

wilayah Semenan-jung Malaya, kepulauan Nusantara,

kepulauan Filipina, dan Pulau-pulau di Lautan Pasifik Selatan. Dalam pengertian umum, orang Melayu adalah

mereka yang dapat dikelompokkan pada ras Melayu. Dengan

demikian, istilah Melayu sebagai ras ini mencakup orang-orang yang merupakan campuran dari berbagai suku di

kawasan Nusantara.

Ras Melayu yang sudah memeluk agama Islam pada abad

ke-13, identitas budanyanya selalu dipandang berbeda dengan masyarakat ras Proto-Melayu pedalaman, yaitu orang

Batak Toba, Karo, Simalungun, Pakpak-Dairi, yang masih

menganut kepercayaan mereka sendiri; baik oleh mereka sendiri mahupun orang luar. Namun demikian, di sisi lain

terjadi adaptasi/asimilasi orang Batak dengan orang Melayu

jika masuk agama Islam Ada perbedaan mengenai pengertian Melayu ini di

Indonesia, Malaysia, dan Singapura, seperti yang dikemukakan

oleh Vivienne Wee.

Page 135: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

125

As we shall see further below, it is clear that

'Malayness' in Indonesia is indeed different from

'Malayness' in Singapore and Malaysia. This difference is directly related to the perception of the respective

governments. The Singapore government regards

'Malay' as a 'race', a genetically engendered category in

the state-imposed system of ethnicity. ... In Singapore, a

Christian English speaking 'Malay' is still legally

considered 'Malays'. Indeed there is apparently a

sufficient number of Christian 'Malays', that they are

considering setting up a Malay Christian Association. ...

In Malaysia, however, 'Malayness' is constitutionally

tied to Islam, such that a 'Malay' convert to Christianity

would no longer the legally considered 'Malay'. This was stated to me categorically by Anwar

Ibrahim, a Minister in the Malaysian Cabinet. But

not all Malaysian Muslims qualify as 'Malays': the

constitutional category 'Malay' includes only Muslims

who speak Malay, conform to Malay custom, and who

were borm in Malaysia or born of Malaysia parents.

In contrast to the governments of Singapore

and Malaysia, the Indonesian government evidently has

no interest in giving a legal definition of 'Malayness'. In

Indonesia, 'Malay' or Melayus just one label in the loose

array of regional identitases that people may profess. In

other words, from the Indonesian governement's point of view, anyone who wants to identify herself/himself as

Melayu may do so; conversely, if she/he does not want

to do so, then she/he may choose practically any other

regional identity. The Indonesian government's laissez-

faire attitude towards the ethnic labelling of the

population is evident in the identity cards issued to all

citizens. Whereas the identity cards issued by the

Singapore and Malaysia governments stipulate the

respective ethnic labels of their citizens, the

Indonesian identity card does not include any ethnic

Page 136: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab III: Masyarakat Melayu Sumatera Utara

126

labelling. So in Indonesia, 'Malayness' is a matter of

subjective-identification, rather than objective category

belonging to legally imposed set (Vivienne Wee 1985:7-

8).

Menurut Wee, di Indonesia arti Melayu berbeda dengan yang di Singapura dan Malaysia. Perbedaan ini secara

langsung berkaitan erat dengan persepsi pemerintahan masing-

masing. Pemerintah Singapura memandang Melayu sebagai

sebuah ras, sebuah kategori yang dihasilkan berdasar keturunan dalam sistem etnisitasnya. Di Singapura, seorang

yang rasnya Melayu, beragama Kristen, dan berbahasa

Inggeris, secara syah dianggap sebagai Melayu. Dalam kenyataannya terdapat sejumlah kecil orang Melayu Kristen,

dan mereka dipandang sebagai suatu Asosiasi Kristen Melayu

di Singapura. Di Malaysia, Melayu secara konstitusional diikat

identitasnya dengan agama Islam, dan jika seorang Melayu

menjadi Kristen, dia tidak dipandang lagi sebagai Melayu.

Namun demikian, tidak semua orang Islam Malaysia dipandang sebagai Melayu: konstitusi Malaysia menyatakan

bahwa orang Melayu itu hanyalah orang Islam yang

berbahasa Melayu, mengikut adat-istiadat Melayu, lahir di Malaysia, atau lahir dari orang tuanya yang berkebangsaan

Malaysia.

Berbeda dengan pemerintah Singapura dan Malaysia, pemerintah Indonesia, tidak begitu berminat memberikan

definisi secara legal terhadap Melayu. Di Indonesia, Melayu

adalah satu istilah yang mengandung makna identitas regional

berdasar pengakuan penduduknya. Dengan kata lain, dalam pandangan pemerintah Indonesia, seseorang dapat saja

menyatakan dirinya sendiri sebagai atau bukan sebagai orang

Melayu, dan dia boleh saja memilih identitas regional. Pemerintah Indonesia tidak mencantumkan label etnik dalam

Page 137: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

127

kartu tanda penduduk bagi seluruh warga negaranya.

Pemerintah Singapura dan Malaysia mencantumkan label etnik ini. Menurut Wee, pengertian Melayu di Indonesia bersifat

subjektif.

Untuk menjangkau pengertian Melayu dalam wawasan

yang lebih luas, perlu juga diperhatikan pendapat dari orang-orang dari luar Melayu. Dalam pandangan orang-orang Eropa

pada umumnya, yang dimaksud Melayu itu selalu dikaitkan

dengan istilah yang dipakai oleh I-Tsing.

Malayan; Malay; (occasionally) Moslem, e.g.

masok Melayu (to turn Mohammedan). In early times

the word did not cover the whole Malay word; and

even Abdullah draws a distinction between anak

Melaka [Melaka native] and Orang Melayu (Hikayat

Abdullah 183). It would seem from one passage

(Hang Tuah 200) that the word limited geographically to one area, became associated with a

standard of language and was extended to all who

spoke 'Malay'. The Malay Annals speak as a sungai

Melayu [Melayu River]; I-tsing speaks of Sri Vijaya

conquering the 'Moloyu' country; Minangkabau has

a 'Malayu' clan (suku); Rajendracola's conquests (A.D.

1012 to 1042) covered Melayu and Sri Vijaya as a

separate countries; the Siamese records claim Malacca

and Melayu as a separate entities. Rouffaer identifies

Melayu with Jambi (Wilkinson 1959:755).

Menurut Wilkinson seperti dikutip di atas, seorang

Melayu adalah beragama Islam. Misalnya masuk Melayu

bererti masuk Islam. Pada zaman dahulu, kata Melayu tidak mencakup keseluruhan Dunia Melayu (Alam Melayu1)

12 yang

12Istilah dunia dan alam dalam bahasa Melayu, diserap dari bahasa

Arab, yang ertinya adalah dunia yang kita tempati sekarang ini. Istilah alam berkaitan pula ertinya dengan konsep-konsep mistis dalam Islam, seperti

Page 138: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab III: Masyarakat Melayu Sumatera Utara

128

sekarang ini. Misalnya Abdullah bin Abdulkadir Munsyi,

seorang pujangga Melayu ternama, membedakan antara anak

Melaka dan Orang Melayu. Kata Melayu menunjukkan sebuah kawasan, yang dikaitkan dengan bahasa yang

mereka pakai yaitu bahasa Melayu. Dalam Sejarah Melayu

diceritakan tentang sebuah sungai yang bernama Sungai

Melayu. I-Tsing menceritakan bahwa Sriwijaya menguasai negeri Moloyu. Masyarakat Minangkabau mempunyai

sebuah suku yang disebut Melayu. Rajendra Coladewa (1012

sampai 1042) yang menak-lukkan Melayu dan Sriwijaya sebagai dua negeri yang terpisah. Rekaman-rekaman sejarah

di Thailand menyatakan bahwa Melaka dan Melayu adalah

sebuah entitas yang terpisah. Rouffaer mengidentifikasikan

Melayu dengan Jambi. Ketika orang-orang Portugis dan orang-orang Barat

lainnya (Inggris, Belanda) datang ke kawasan ini, maka

mereka mengenal orang Melayu yang dikaitkan erat dengan agama Islam. Oleh karena bahasa Melayu sudah menjadi

bahasa pengantar (lingua franca) di kawasan Nusantara dan

sebagian besar mereka beragama Islam, maka orang-orang Barat ini memandang secara umum semua penghuni Nusantara

ini sebagai orang Melayu, walau dalam kenyataannya

masyarakat di Nusantara terdiri dari berbagai etnik dan

menggunakan bahasa daerahnya masing-masing pula. Dalam kebudayaan Melayu, garis keturunan ditentukan

berdasarkan pada garis keturunan bilateral, yaitu garis

keturunan dari pihak ayah ataupun ibu--namun dengan

alam kandungan, alam arwah, alam barzakh, alam samar, alam malakul,

alam al-mithai, alam al-insan al-kamil. Dalam bahasa Arab, kata alam mempunyai beberapa arti. Misalnya Allahu Alam berarti (Allah Yang Maha Tahu), al-ghuyub berarti mengetahui hal-hal yang bersifat rahasia. Lihat: (1) Wilkinson (1959:16); (2) Awang Sujai Hairul dan Yusoff Khan (ed.) (1986); (3) W. J. S. Poerwadarminta (ed.) (1965); (4) Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988) (5) William Marsden (1984) dan (6) R. J. Wilkinson (1970).

Page 139: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

129

masuknya agama Islam dalam kehidupan etnik Melayu yang

dijadikan pandangan hidupnya, maka garis keturunan cenderung ke arah garis keturunan patriachart, yaitu berdasar

kepada pihak ayah.

Meskipun akar kebudayaan etnik Melayu itu satu rumpun,

namun juga ada perbedaan-perbedaan kecil yang membedakan etnik Melayu di daerah yang satu dengan

daerah lainnya. Sebagai contoh konkret, misalnya dialek etnik

Melayu di Deli Serdang dengan Asahan berbeda--misalnya menyebutkan kata kemana, etnik Melayu Deli Serdang akan

menyebutnya kemane sedangkan etnik Melayu Asahan akan

menyebutnya kemano. Menurut Zein, yang dimaksud dengan Melayu adalah

bangsa yang menduduki sebagian besar pulau Sumatera serta

pulau- pulau Riau-Lingga, Bangka, Belitung, Semenanjung

Melaka, dan Pantai Laut Kalimantan. Banyak orang menyangka bahwa nama Melayu itu artinya lari, yang

berasal dari bahasa Jawa--yaitu lari dari bangsa sendiri dan

menganut agama Islam. Namun nyatanya nama Melayu sudah lama terpakai sebelum agama Islam datang ke

Nusantara ini. Jadi menurut Zein pernyataan di atas adalah

salah. Menurutnya, istilah Melayu itu adalah kependekan dari Malayapura, yang artinya adalah kota di atas bukit Melayu,

kemudian dipendekkan menjadi Malaipur, kemudian menjadi

Malaiur, dan akhirnya menjadi Melayu (Zein 1957:89).

3.5.4 Etnik Melayu Terbentuk dari Proses Campuran

Antara Ras Melayu

Menurut Tengku Lah Husni, orang Melayu adalah kelompok yang menyatukan diri dalam ikatan perkawinan antar

suku, dan selanjutnya memakai adat resam serta bahasa

Melayu dalam kehidupan sehari-hari (Lah Husni 1975:7).

Selanjutnya Husni menyebutkan lagi, bahwa orang Melayu Pesisir Sumatera Timur merupakan turunan campuran antara

Page 140: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab III: Masyarakat Melayu Sumatera Utara

130

orang Melayu yang memang sudah menetap di Pesisir

Sumatera Timur dan suku-suku Melayu pendatang, seperti

Johor, Melaka, Riau, Aceh, Mandailing, Jawa, Minangkabau, Karo, India, Bugis, dan Arab, yang selanjutnya memakai

adat resam dan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar

dalam pergaulan antara sesamanya atau dengan orang dari

daerah lain, serta yang terpenting adalah beragama Islam. Suku Melayu itu berdasarkan falsafah hidupnya, terdiri

dari lima dasar: Islam, beradat, berbudaya, berturai, dan

berilmu (Lah Husni 1975:100). Berturai maksudnya adalah mempunyai susunan-susunan sosial, dan berusaha menjaga

integrasi dalam perbedaan-perbedaan di antara individu.

Ketika seorang pejabat pemerintah Inggeris, yang

bernama John Anderson berkunjung ke Sumatera Timur pada tahun 1823, dia menjelaskan bahwa pemukiman orang

Melayu merupakan jalur yang sempit terbentang di sepanjang

pantai. Penghuni-penghuni di Sumatera Timur tersebut, diperkirakan sebagai keturunan para migran dari berbagai

daerah kebudayaan, seperti: Semenanjung Melaka, Jambi,

Palembang, Jawa, Minangkabau, dan Bugis, yang telah menetap dan bercampur baur di daerah setempat (Pelzer

1985:18-19).

Percampuran dan adaptasi Melayu dalam pengertian

sebagai kelompok etnik dengan kelompok etnik lain, terjadi di sepanjang pantai pulau Sumatera, Semenanjung Malaysia, dan

pesisir Kalimantan.

3.5.5 Sifat-sifat dan Adat Resam Sifat-sifat orang yang dikategorikan dalam Melayu

sering dibicarakan dalam berbagai kesempatan, yaitu mereka yang tingkah lakunya lemah lembut, ramah-tamah,

mengutamakan sopan-santun, menghormati tamu-tamu. Ini

semua tidak mengherankan jika dikaitkan dengan adanya

Page 141: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

131

pengaruh-pengaruh dari luar dan sejumlah pendatang yang

mengunjungi daerah pesisir yang dihuni mereka. Kepentingan dagang menghendaki orang Melayu menciptakan suasana

penegakan orde dan hukum. Mereka pemberani, perajin, dan

mementingkan keharmonisan dalam melaksanakan mata

pencaharian mereka. Kesemuanya tidak bertentangan dengan agama Islam yang mereka anut (Luckman Sinar 1985:3).

Metzger yang mengkaji kekuatan dan kelemahan orang

Melayu berdasar sifat-sifat dan tingkah-lakunya, secara tegas menyatakan bahwa orang Melayu itu "unggul" dalam

bahasa, adat-istiadat, dan sistem pemerintahan. Kelemahan

orang Melayu [tertama di Malaysia] adalah suka mencampurbaurkan bahasa, misalnya: "I telefon you nanti."

Selain itu, kelemahan orang Melayu adalah kurang

menghargai budaya lama, "pemalas," dan kurangnya sifat

ingin tahu (Metzger 1994:158-175). Apa yang dikemukakan Metzger ini mungkin ada benarnya, namun kalau melihat asas

kebudayaan Melayu itu Islam, tentu sifat tersebut hanyalah

distorsi dari nilai-nilai positif Islam, dan sifatnya tidaklah umum.

Hal mendasar yang dijadikan identitas etnik Melayu

adalah adat resam, termasuk aplikasinya dalam lagu dan tari. Dalam bahasa Arab adat berarti kebiasaan, lembaga,

peraturan, atau hukum. Sedangkan dalam bahasa Melayu dapat

dipadankan dengan kata resam. Resam adalah jenis tumbuhan

pakis besar, tangkai daunnya biasanya dipergunakan untuk kalam, alat tulis untuk menulis huruf-huruf Arab. Arti lain kata

resam adalah adat. Jadi dalam bahasa Melayu yang sekarang

ini, adat dan resam sudah digabung menjadi satu yaitu adat resam.

Menurut Lah Husni adat pada etnik Melayu tercakup

dalam empat ragam, yaitu: (1) adat yang sebenar adat; (2)

adat yang diadatkan; (3) adat yang teradat, dan (4) adat istiadat. (1) Adat yang sebenar adat adalah apabila menurut

Page 142: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab III: Masyarakat Melayu Sumatera Utara

132

waktu dan keadaan, jika dikurangi akan merusak, jika dilebihi

akan mubazir (sia-sia). Proses ini berdasar kepada: (a) hati

nurani manusia budiman, yang tercermin dalam ajaran adat: Pisang emas bawa belayar, Masak sebiji di dalam peti; Hutang

emas dapat dibayar, Hutang budi dibawa mati. (b) kebenaran

yang sungguh ikhlas, dengan berdasar pada: berbuat karena

Allah bukan karena ulah; (c) keputusan yang berpadan, dengan berdasar kepada: hidup sandar-menyandar, pisang seikat

digulai sebelanga, dimakan bersama-sama. yang benar itu

harus dibenarkan, yang salah disalahkan. Adat murai berkicau, tak mungkin menguak. Adat lembu menguak, tak

mungkin berkicau. Adat sebenar adat ini menurut konsep

(etnosains) Melayu adalah: penuh tidak melimpah, berisi tidak

kurang, yang besar dibesarkan, yang tua dihormati, yang kecil disayangi, yang sakit diobati, yang bodoh diajari, yang

benar diberi hak, yang kuat tidak melanda, yang tinggi tidak

menghimpit, yang pintar tidak menipu, hidup berpatutan, makan berpadanan. Jadi ringkasnya, hidup itu seharusnya

harmonis, baik mencakup diri sendiri, seluruh negara, dan

lingkungan hidupnya. Tak ada hidup yang bernafsi-nafsi. Inilah adat yang tak boleh berubah (Lah Husni 1986:51).

(2) Adat yang diadatkan adalah adat itu bekerja pada

suatu landasan tertentu, menurut mufakat dari penduduk

daerah tersebut--kemudian pelaksanaannya diserahkan oleh rakyat kepada yang dipercayai mereka. Sebagai pemangku adat

adalah seorang raja atau penghulu. Pelaksanaan adat ini

wujudnya adalah untuk kebahagiaan penduduk, baik lahir ataupun batin, dunia dan akhirat, pada saat itu dan saat yang

akan datang. Tiap-tiap negeri itu mempunyai situasi yang

berbeda dengan negeri-negeri lainnya, lain lubuk lain ikannya lain padang lain belalangnya. Perbedaan keadaan,

tempat, dan kemajuan sesuatu negeri itu membawa resam dan

adatnya sendiri, yang sesuai dengan kehendak rakyatnya, yang

Page 143: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

133

diwarisi dari leluhurnya. Perbedaan itu hanyalah dalam

lahirnya saja, tidak dalam hakikinya. Adat yang diadatkan ini adalah sesuatu yang telah diterima untuk menjadi kebiasaan

atau peraturan yang diperbuat bersama atas mufakat menurut

ukuran yang patut dan benar, yang dapat dimodifikasi

sedemikian rupa secara fleksibel. Dasar dari adat yang diadatkan ini adalah: penuh tidak melimpah, berisi tidak

kurang, terapung tidak hanyut, terendam tidak basah (Lah Husni

1986:62). (3) Adat yang teradat adalah kebiasaan-kebiasaan yang

secara berangsur-angsur atau cepat menjadi adat. Sesuai

dengan patah: sekali air bah, sekali tepian berpindah, sekali zaman beredar, sekali adat berkisar. Walau terjadi perubahan

adat itu, inti adat tidak akan lenyap: adat pasang turun-naik,

adat api panas, dalam gerak berseimbangan, antara akhlak

dan pengetahuan. Perubahan itu hanya terjadi dalam bentuk ragam, bukan dalam hakiki dan tujuan semula. Umpamanya

jika dahulu orang memakai tengkuluk atau ikat kepala dalam

suatu perhelatan, kemudian sekarang memakai kupiah itu menjadi pakaian yang teradat. Jika dulu berjalan berkeris atau

disertai pengiring, sekarang tidak lagi. Jika dulu warna

kuning hanya raja yang boleh memakainya, sekarang siapa pun boleh memakainya (Lah Husni 1986:62).

(4) Adat istiadat adalah kumpulan dari berbagai

kebiasaan, yang lebih banyak diartikan tertuju kepada

upacara khusus seperti adat: perkawinan, penobatan raja, dan pemakaman raja. Adat istiadat dalam pengertian upacara ini

mencakup siklus hidup orang Melayu. Dimulai ketika masih

janin dalam upacara melenggang perut. Kemudian saat lahir diadakan upacara menyambut bayi lahir, menabalkan nama

anak, dan akikah. Kemudian ketika remaja diadakan ritual

khitanan. Kemudian yang terbesar adalah perkawinan dengan

berbagai tahapannya. Sampai meninggal dunia diadakan upacara kematian. Jika hanya adat saja maka kecenderungan

Page 144: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab III: Masyarakat Melayu Sumatera Utara

134

penger-tiannya adalah sebagai himpunan hukum, misalnya:

hukum ulayat, hak azasi, dan lainnya

3.5.6 Tingkatan Kebangsawanan Melayu Seni persembahan Dunia Melayu bukan hanya didukung

oleh masyarakat kebanyakan (rakyat), tetapi juga oleh

golongan bangsawan. Oleh karena itu dikaji pula tingkatan kebangsawanan Melayu. Dalam kebudayaan Melayu dikenal

beberapa tingkat kebangsawanan. Menurut Tengku Luckman

Sinar (wawancara pada 23 September 2006), bangsawan dalam konsep budaya Melayu adalah golongan yang

dipercayakan secara turun-temurun menguasai sautu

kekuasaan tertentu. Namun demikian,seorang bangsawan

yang berbuat salah dalam ukuran norma-norma yang berlaku dalam kebudayaan, dapat saja dikritik bahkan diturunkan dari

kekuasaannya, seperti yang tercermin dalam konsep raja adil

raja disembah, raja lalim raja disanggah. Hirarki kekuasaan adalah dari Allah, kemudian berturut-turut ke

negara, raja, pimpinan, rakyat, keluarga, dan keturunannya.

Dalam kebudayaan Melayu, tingkatan golongan bangsawan itu adalah sebagai berikut: (1) Tengku (di Riau

disebut juga Tengku Syaid) adalah pemimpin atau guru--baik

dalam agama, akhlak, maupun adat-istiadat. Menurut

penjelasan Tengku Lah Husni (wawancara 17 Maret 1988), istilah Tengku pada budaya Melayu Sumatera Timur, secara

resmi diambil dari Kerajaan Siak pada tahun 1857. Dalam

konteks kebangsawanan, seseorang dapat memakai gelar Tengku apabila ayahnya bergelar Tengku dan ibunya juga

bergelar Tengku. Atau ayahnya bergelar Tengku dan ibunya

bukan Tengku. Jadi gelar Tengku secara genealogis diwariskan berdasarkan hubungan darah secara patrilineal.

Page 145: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

135

(b) Syaid, adalah golongan orang-orang keturunan Arab

dan dianggap sebagai zuriat dari Nabi Muhammad. Gelar ini terdapat di Riau adalah Semenanjung Malaysia.

(c) Raja, yaitu gelar kebangsawanan yang dibawa dari

Inderagiri (Siak), ataupun anak bangsawan dari daerah

Labuhan Batu: Bilah, Panai, dan Kota Pinang. Pengertian raja di daerah Melayu tersebut adalah sebagai gelar yang

diturunkan secara genealogis, bukan seperti yang diberikan

oleh Belanda. Oleh pihak penjajah Belanda, gelar raja itu diberikan baik mereka yang mempunyai wilayah

pemerintahan hukum yang luas ataupun hanya mengepalai

sebuah kampung kecil saja. Pengertian raja yang diberikan Belanda ini adalah kepala atau ketua. Menurut keterangan

Sultan Kesebelas Kesultanan Deli, Tengku Amaluddin II,

seperti yang termaktub dalam suratnya yang ditujukan kepada

Gubernur Sumatera Timur tahun 1933, jika seorang wanita Melayu bergelar Tengku nikah dengan seorang bangsawan

yang bergelar Raden dari Tanah Jawa atau seorang bangsawan

yang bergelar Sutan dari Minangkabau (Kerajaan Pagaruyung), maka anak-anak yang diperoleh dari perkahwinan ini berhak

memakai gelar raja.

(d) Wan. Jika seorang wanita Melayu bergelar Tengku kawin dengan seorang yang bukan Tengku, dengan seseorang

dari golongan bangsawan lain atau masyarakat awam, maka

anak-anaknya berhak memakai gelar wan. Anak lelaki

keturunan mereka seterusnya dapat memakai gelar ini, sedangkan yang wanita tergantung dengan siapa dia menikah.

Jika martabat suaminya lebih rendah dari wan, maka gelar ini

berubah untuk anaknya, mengikuti gelar suaminya--dan hilang jika kawin dengan orang kebanyakan.

(e) Datuk. Terminologi kebangsawanan datuk ini,

awalnya berasal dari Kesultanan Acheh, baik langsung ataupun

melalui perantaraan Wakil Sultan Aceh di Deli. Gelar ini diberikan kepada seseorang yang mempunyai kekuasaan

Page 146: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab III: Masyarakat Melayu Sumatera Utara

136

daerah pemerintahan otonomi yang dibatasi oleh dua aliran

sungai. Batas-batas ini disebut dengan kedatuan atau

kejeruan. Anak-anak lelaki dari datuk dapat menyandang gelar datuk pula. Sultan atau raja dapat pula memberikan

gelar datuk kepada seseorang yang dianggap berjasa untuk

kerajaan dan bangsanya. Di Malaysia gelar datuk diperoleh

oleh orang-orang yang dianggap berjasa dalam pengembangan budaya Malaysia. Kemudian tingkatan datuk lainnya adalah

datuk seri dan datuk wira.

(f) Daeng, yang terdapat di Riau adalah golongan bangsawan yang merupakan keturunan bangsawan daripada

masyarakat Bugis dari Sulawesi. Seperti diketahui bahwa

masyarakat Bugis banyak yang menetap di kawasan Melayu

dan menjadi bagian dari etnik Melayu tempatan. (g) Kaja. Gelar ini dipergunakan oleh anak-anak wanita seorang datuk.

(h) Encik dan Tuan adalah sebuah terminologi untuk

memberikan penghormatan kepada seseorang, lelaki atau wanita, yang mempunyai kelebihan-kelebihan tertentu dalam

berbagai bidang sosial dan budaya seperti: kesenian, dagang,

bahasa, agama, dan lainnya. Panggilan itu bisa diucapkan oleh sultan, raja, bangsawan, atau masyarakat kebanyakan

13

Sesuai dengan peralihan zaman, maka penggolongan

kebangsawanan ini tidak lagi dominan dan memberi pengaruh

yang luas dalam konteks sosial budaya etnik Melayu di Sumatera Utara, walaupun biasanya golongan bangsawan tetap

mempergunakan gelarnya. Kini yang menjadi orientasi

kehidupan sebagian besar etnik Melayu adalah menyerap ilmu

13Tingkatan-tingkatan bangsawan Melayu Sumatera Timur ini, diolah

dari penjelasan yang dikemukakan para narasumber: (1) Tengku Lah Husni, (2) Tengku Luckman Sinar, (3) Encik Tairani, (4) Datuk Filiansyah, (5) Datuk Ahmad Fauzi, (6) Encik Dahlia Abu Kasim Sinar, (7) Wan Saifuddin, dan lain-lainnya. Wawancara dilakukan selama tahun 2000 sampai 2007.

Page 147: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

137

pengetahuan dan teknologi, dengan didasari oleh adat-

istiadat Melayu.

3.5.7 Sistem Kekerabatan Dalam kebudayaan Melayu sistem kekerabatan berdasar

baik dari pihak ayah maupun ibu, dan masing-masing anak wanita atau pria mendapat hak hukum adat yang sama. Dengan

demikian termasuk ke dalam sistem parental atau bilateral.

Pembagian harta pusaka berdasarkan kepada hukum Islam (syara'), yang terlebih dahulu mengatur pembagian yang

adil terhadap hak syarikat, yaitu harta yang diperoleh bersama

dalam sebuah pernikahan suami-isteri. Hak syarikat ini tidak mengenal harta bawaan dari masing-masing pihak. Harta

syarikat dilandaskan pada pengertian saham yang sama

diberikan dalam usaha hidup, yang ertinya mencakup: (1)

suami berusaha dan mencari rezeki di luar rumah; (2) isteri berusaha mengurus rumah tangga, membela, dan mendidik

anak-anak. Hak masing-masing adalah 50 %, separuh dari

harta pencaharian. Hukum ini dalam budaya Melayu Sumatera Utara, awal kali ditetapkan oleh Sultan Gocah Pahlawan, pada

saat menjadi Wakil Sultan Aceh, Iskandar Muda, di Tanah

Deli. Sampai sekarang hukum ini tetap berlangsung (wawancara dengan Tengku Muhammad Daniel, Al-Haj, 12

September 2000).

Sistem kekerabatan etnik Melayu di Sumatera Utara,

berdasar kepada hirarki vertikal adalah dimulai dari sebutan yang tertua sampai yang muda: (1) nini, (2) datu, (3) oyang

(moyang), (4) atok (datuk), (5) ayah (bapak, entu), (6) anak,

(7) cucu, (8) cicit, (9) piut, dan (10) entah-entah. Hirarki horizontal adalah: (1) saudara satu emak dan ayah, lelaki dan

wanita; (2) saudara sekandung, yaitu saudara seibu, laki-laki

atau wanita, lain ayah (ayah tiri); (3) saudara seayah, yaitu

saudara laki-laki atau wanita dari satu ayah lain ibu (emak tiri); (4) saudara sewali, yaitu ayahnya saling bersaudara; (5)

Page 148: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab III: Masyarakat Melayu Sumatera Utara

138

saudara berimpal, yaitu anak dari makcik, saudara perempuan

ayah; (6) saudara dua kali wali, maksudnya atoknya saling

bersaudara; (7) saudara dua kali impal, maksudnya atok lelaki dengan atok perempuan bersaudara, (8) saudara tiga kali

wali, maksudnya moyang laki-lakinya bersaudara; (9)

saudara tiga kali impal, maksudnya moyang laki-laki sama

moyang perempuan bersaudara. Demikian seterusnya empat kali wali, lima kali wali, empat kali impal, dan lima kali

impal. Sampai tiga kali impal atau tiga wali dihitung alur

kerabat yang belum jauh hubungannya. Dalam sistem kekerabatan Melayu Sumatera Utara dikenal

tiga jenis impal: (1) impal larangan, yaitu anak-anak gadis dari

makcik kandung, saudara perempuan ayah. Anak gadis

makcik ini tidak boleh kawin dengan pihak lain tanpa persetujuan dari impal larangannya. Kalau terjadi, dan impal

larangan mengadu kepada raja, maka orang tua si gadis

didenda 10 tail atau 16 ringgit. Sebaliknya jika si gadis itu cacat atau buruk sekali rupanya, impal larangan wajib

mengawininya untuk menutup malu "si gadis yang tak laku;"

(2) impal biasa, yaitu anak laki-laki dari makcik; (3) impal langgisan, yaitu anak-anak dari emak-emak yang bersaudara.

Terminologi kekerabatan lainnya untuk saling menyapa

adalah sebagai berikut: (1) ayah, (2) mak (emak, asal

katanya mbai); (3) abang (abah); (5) akak (kakak); (6) uwak, dari kata tua, yaitu saudara ayah atau mak yang lebih tua

umurnya; (7) uda, dari kata muda, yaitu saudara ayah atau

mak yang lebih muda umurnya; (8) uwak ulung, uwak sulung, saudara ayah atau mak yang pertama baik laki-laki atau

perempuan; (9) uwak ngah, uwak tengah, saudara ayah atau

emak yang kedua baik laki-laki atau perempuan; (10) uwak alang atau uwak galang (benteng), saudara ayah atau mak yang

ketiga baik laki-laki atau perempuan; (11) uwak utih, uwak

putih, saudara ayah atau mak yang keempat baik laki-laki

Page 149: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

139

atau perempuan; (12) uwak andak, wak pandak, saudara ayah

atau mak yang kelima baik laki-laki atau perempuan; (13) uwak uda, wak muda, saudara ayah atau mak yang keenam

baik laki-laki atau perempuan; (14) uwak ucu, wak bungsu,

saudara ayah atau mak yang ketujuh baik laki-laki atau

perempuan; (15) wak ulung cik, saudara ayah atau mak yang kedelapan baik laki-laki atau perempuan; dilanjutkan ke uwak

ngah cik, uwak alang cik, dan seterusnya. Jika anak yang

dimaksud adalah naka dari andak misalnya, maka panggilan pada nomor 8 sampai 11 tetap uwak, dan nomor 11 dan

seterusnya ke bawah disebut dengan: (1) ayah uda, (2) ayah

ucu, (3) ayah ulung cik, (4) ayah ngah cik, (5) ayah alang cik, dan seterusnya.

Terminologi kekerabatan lainnya adalah sebagai

berikut.(1) mentua atau mertua, kedua orang tua isteri; (2)

bisan (besan) sebutan antara orang tua isteri terhadap orang tua sendiri atau sebaliknya; (3) menantu, panggilan kepada

suami atau isterinya anak; (4) ipar, suami saudara perempuan

atau isteri saudara laki-laki, demikian juga panggilan pada saudara-saudara mereka; (5) biras, suami atau isteri saudara

isteri sendiri. Misalnya Ahmad berbiras dengan Hamid,

karena isteri Ahmad adalah kakak kandung isteri Hamid. Kedua saudara itu dalam keadaan bersaudara kandung. Dapat

juga sebaliknya. (6) semerayan (semberayan), yaitu manantu

saudara perempuan dari mertua perempuan; (7) kemun atau

anak kemun, yaitu anak laki-laki atau perempuan dari saudara-saudara kita; (8) bundai, yaitu panggilan aluran ibu

yang bukan orang bangsawan; (9) bapak, kata asalnya pak,

yang berarti ayah atau entu (ertinya suci), dapat juga dipanggil abah; (10) emak, berasal dari kata mak, yang bererti ibu atau

bunda, yang melahirkan kita (embai); (11) abang, yang berasal

dari kata bak atau bah yang ertinya saudara tua laki-laki;

(12) kakak, berasal dari kata kak, yang berarsaudara tua perempuan; (13) adik, yang berasal dari kata dik, ertinya

Page 150: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab III: Masyarakat Melayu Sumatera Utara

140

saudara lelaki atau perempuan yang lebih muda; (14) empuan,

ertinya sama dengan isteri, tempat asal anak; (15) laki, yaitu

suami.

3.5.8 Simpulan tentang Identitas Etnik Melayu Dari pendapat-pendapat tentang Melayu di atas,

selanjutnya diambil kesimpulan, yang jangan diartikan sebagai kesimpulan akhir definisi tentang identitas etnik

Melayu. Kesimpulan ini hanya bersifat sementara, dan masih

harus didiskusikan dengan para cerdik-cendikiawan yang ahli dalam masalah Melayu secara umum. Tujuan utama penulis,

mempergunakan kesimpulan ini adalah untuk mengkaitkan

antara siapa orang Melayu itu, bagaimana budayanya, dan

bagaimana pencerminannya dalam sastra dan seni. Identitas etnik Melayu sebagai berikut: (a) di Singapura

menitikberatkan pada ras dan keturunan; (b) di Malaysia

menitikberatkan pada agama Islam, ras dan budaya Melayu, serta berkewarganegaraan Malaysia; (c) di

Indonesia identitas sebagai etnik Melayu diserahkan kepada

masing-masing orang berdasar daerah budayanya; (d) menurut pandangan sebagian besar orang Barat, Melayu itu adalah

ras, orang yang berbahasa Melayu, dan beragama Islam.

Istilah Melayu berasal dari sebuah tempat (sungai dan

Kerajaan) di Jambi; (e) berdasarkan wilayah budayanya orang Melayu mendiami sebagian besar Sumatera dan

pulau-pulau sekitarnya, Semenanjung Malaysia, dan Pantai

Laut Kalimantan; (f) etnik Melayu terbentuk dari proses campuran antar suku bangsa di kawasan Nusantara; (g) etnik

Melayu mempunyai sistem adat resam, sifat-sifat,

penggolongan strata sosial (bangsawan dan awam), dan sistem kekerabatan yang khas.

Dari kesimpulan di atas, penulis mereduksi identitas

etnik Melayu kepada dua pengertian umum. (1) Dalam

Page 151: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

141

pengertian Melayu sebagai ras, maka seluruh ras Melayu

(Proto-Melayu dan Deutro-Melayu) dapat menyebut dirinya sebagai Melayu. (2) Dalam pengertian sebagai orang yang

tergolong ke dalam ras Melayu, mempergunakan budaya

Melayu, dan beragama Islam, mencakup orang-orang Melayu

yang ada di Malaysia, Singapura, Sumatera Utara, Riau, Kalimantan, Sumatera Selatan, Jambi, dan lainnya. Dalam

perkembangan selanjutnya, etnik Betawi dan Minangkabau

juga sering menyebutkan dirinya sebagai etnik Melayu dengan tambahan Melayu Betawi atau Melayu Minangkabau.

Etnik Melayu Sumatera Utara mengidentitaskan

kelompok etniknya dalam pengertian seperti kesimpulan nomor (2) di atas. Melayu adaplah orang yang tergolong ke dalam

ras Melayu, mempergunakan budaya Melayu, dan beragama

Islam.

Seterusnya karena sastra dan seni didukung dan mengekspresikan budaya para bangsawan di Sumatera Utara,

maka alangkah baiknya dideskripsikan kesultanan di Sumatera

Timur (sekarang Sumatera Utara), dan trasformasinya hingga sekarang ini. Ini bertujuan untuk melihat bagaimana struktur

kerajaan Melayu di Sumatera Utara.

3.6 Kesultanan di Sumatera Timur

3.6.1 Kesultanan Deli Kesultanan Deli terletak di antara Selat Melaka, dari

muara Sungai Labu Dalam di utara perbatasan Langkat sampai Sungai pematang Oni di selatan perbatasan Serdang, yakni

pada daerah 4˚57' sampai 4˚39' Lintang Utara, dan 98˚25'

sampai 98˚47' Bujur Timur (Veth 1977:153). Di dalam Staatsblad 13 April 1911, Nomor 17, ditetapkan

batas-batas Kesultanan Deli yang meliputi kawasan sebagai

berikut: (1) di sebelah utara berbatasan dengan Selat

Melaka, (2) sebelah selatan berbatasan dengan Tanah Karo, batas yang pada dasarnya adalah daerah perbukitan, yaitu

Page 152: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab III: Masyarakat Melayu Sumatera Utara

142

bagian dari Bukit Barisan, (3) di timurnya adalah Kesultanan

Serdang, dan (4) di sebalah barat adalah Kesultanan Langkat.

Daerah Padang dan Bedagai yang letaknya di sebelah timur Serdang masih termasuk Deli.

Para sultan yang memerintah di Kerajaan Deli, berdasar

penyelidikan penulis adalah: (1) Sultan Gojah Pahlawan (1590-

1653); (2) Sultan Panglima Perungkit/Perungkat (1643-1700); (3) Sultan Panglima Paderap/Pidali (1654-1720); (4) Sultan

Panglima Pasutan (1720-1743); (5) Sultan Gandar Wahid; (6)

Sultan Amaludin Magendar Alam; (7) Sultan Osman atau Perkasa Alam (sampai 1856); (8) Sultan Mahmud Perkasa

Alam (1837-1872), Sultan Mahmud ini ditetapkan oleh

pemerintah Belanda menjadi Sultan Deli pada tanggal 22

Agustus 1862); (9) Sultan Makmun Al-Rasyid (1873-22 Oktober 1924), Sultan Makmun Al-Rasyid ini memberikan

konsesi tanah kepada pemerintah Belanda terutama untuk

perkebunan tembakau Deli; (10) Sultan Amaluddin Shani Perkasa Alamsyah (22 Oktober 1924-12 Maret 1924); (11)

Sultan Osman Perkasa Alam (1900-1967); (12) Sultan Azami

Perkasa Alamsyah 1967 sampai 2006 dan (13) Sultan Abdul Aziz Lamanzizi yang merupakan sultan yang masih muda

usianya.

3.6.2 Kesultanan Serdang Di kawasan lain Sumatera Timur, berjarak lebih kurang

39 kilometer dari Kota Medan menuju ke arah timur, terdapat

kesultanan Serdang. Kesultanan ini berbatasan dengan sebelah utara kesultanan Langkat dan selat Melaka, sebalah

selatan dengan Simalungun dan Kesultanan Deli, sebelah timur

dengan kesultanan Asahan dan Selat Melaka, sebelah barat dengan Tanah Karo dan Tapanuli.

Serdang adalah salah satu dari empat kesultanan besar di

Sumatera Timur. Di masa Sultan Basyaruddin (1850-1880)

Page 153: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

143

istana berada di Rantau Panjang. Digantikan oleh Sultan

Sulaiman Syariful Alamsyah, istana pindah ke Perbaungan. Pengangkatan dan pemberhentian orang besar (Landsgrooten)

kesultanan harus mendapat persetujuan pemerintah Belanda

Sulaiman (1881-1946) memasuki kejayaan karena konsesi-

konsesi tanah yang dibagi-bagikan kepada pengusaha swasta Eropa yang ingin menginvestasikan modalnya dalam industri

perkebunan.

Di masa Sultan Thafsinar Basyarshah yang lebih dikenal sebagai Sultan Besar (1790-1850), ibu negeri Serdang berada

di Rantau Panjang. Karena letaknya dekat dengan pantai,

kerajaan ini cepat berkembang dan menjadi salah satu bandar terkenal di Sumatera Timur. Serdang di kala itu

menghasilkan lada dan diekspor ke bandar perdagangan

internasional, seperti Melaka. Di masa pemerintahan Sultan

Besar Serdang banyak dilalui kapal-kapal dengan tujuan perdagangan. Sebelum berlayar ke negeri Sumatera Timur,

biasanya kapal lebih dahulu singgah di Rantau Panjang. Jika

kapal akan ke Penang sering berlayar melewati Deli, Langkat, dan Serdang untuk memgambil lada (Broersma 1919:16).

Menurut Anderson yang melawat ke Serdang pada tahun

1823, di Rantau Panjang dijumpai tempat pembuatan kapal dan jumlah penduduknya tiga ribu orang Melayu dan delapan ribu

orang Batak. Mereka gemar menghibur diri dengan melaga

burung puyuh (Anderson 1971:302-305).

Unsur magis dalam kerajaan acapkali dihidup-hidupkan untuk memberi legitimasi sultan. Istana beserta

perangkatnya memiliki daya magis yang luar biasa. Ibukota

kerajaan bukan saja sebagai pusat politik dan kebudayaan, tetapi juga pusat magis (Geldern 1972:6).

Sultan dianggap pribadi sempurna. Namun dalam

kebudayaan Melayu, bisa saja rakyat berontak, dengan

menuruti konsep: raja adil raja disembah, raja lalim raja disanggah. Sumber kekuasaan Sultan lain yang dapat

Page 154: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab III: Masyarakat Melayu Sumatera Utara

144

mengukuhkan legitimasinya adalah alat-alat kebesaran, di

antaranya: (1) alat-alat musik seperti gendang nobat, serunai,

seruling, dan terompet; (2) beberapa lencana jawatan seperti kayu gamit, puan naya, taru, kumala, surat ciri, cap halilintar,

ubor-ubor, bantal, dan langsir; (3) senjata-senjata seperti

pedang, tombak, dan keris. Yang terakhir ini dipercayai

mampu menjelma sendiri dan dipenuhi kuasa sakti sehingga dapat memusnahkan siapa saja yang memegangnya tanpa ijin

(Gullick 1972:73-74).

Pada tahun 1891 Sultan menikah dengan Tengku Darwisyah. Perkawinannya ini merupakan perkawinan

politis. Tengku Darwisyah adalah saudara tiri Sultan Deli,

yang saat itu sering berselisih dengan Kesultanan Serdang

karena soal batas kerajaan. Untuk menyelesaikan wilayah ini pemerintah Belanda campur tangan melalui perkawinan

antara Sultan dengan Tengku Darwisyah (Mohammad Said t.t.:

67). Kehidupan istana Serdang tidak ketat dengan ritus

upacara yang rumit. Upacara besar dalam istana adalah

penabalan Sultan. Sultan Serdang lebih senang bepergian di tempat tertentu sambil menonton seni pertunjukan. Putera

Mahkota Tengku Rajih Anwar adalah seorang pemusik

yang sangat berbakat. Ia pandai memainkan piano, gendang,

serunai, dan terutama gesekan biolanya yang khas. Dia juga pernah sekolah musik ke Jerman.

Bentuk administrasi birokrasi kesultanan Melayu

Sumatera Timur bercorak patrimonial, dan memprioritaskan status sosial dalam hirarki jabatan. Sultan Melayu yang

beragama Islam dalam kekuasaannya tetap didukung oleh

bermacam-macam atribut suci dan sakti, walau pada kenyatannya bukan merupakan jaminan loyalitas abadi para

bawahannya (Ratna 1990:xi).

Page 155: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

145

Dalam rangka memperluas apresiasi budaya, Kesultanan

Serdang mengadakan hubungan dengan Kesultanan Yogyakarta, yang pada tahun 1922 menerima seperangkat

gamelan Jawa dan sekalian dengan para pemainnya dari Sultan

Yogyakarta. Dalam perkembangan sosial dan politik setelah

Indonesia merdeka, para Keturunan Sultan Serdang sangat dikenal di Sumatera Utara, sebagai ahli-ahli intelektual,

budayawan, dan militer. Generasi Sinar ini menduduki

beberapa posisi strategis dalam tata pemerintahan di Sumatera Utara. Bahkan kesenian-kesenian dikembangkan oleh mereka,

seperti: makyong, mendu, ronggeng, dan bangsawan.

Para sultan yang memerintah Negeri Serdang adalah: (1) Raja Osman atau Teuku Umar; (2) Sultan Pahlawan

Alamsyah; (3) Sultan Thaf Sinar Basyarah (1790-1850); (4)

Sultan Basyarudin (1809-1850); (5) Sultan Sulaiman (1862-

1946), Sultan Sulaiman ini ditetapkan oleh Belanda menjadi Sultan Serdang tanggal 29 Januari 1887); (6) Sultan

pemangku budaya Melayu Serdang pada masa kini adalah

Tuanku Luckman Sinar Basharsyah Al-Haj.

3.6.3 Kesultanan Langkat

Setelah itu Kesultanan Langkat berjarak kira-kira enam puluh kilometer dari Kota Medan memiliki batas-batas

teritorialnya: sebelah utara dan barat berbatasan dengan

daerah Aceh, sebelah timur dengan Selat Melaka, dan sebelah

selatannya dengan Kesultanan Deli (ENI, II 1918:530). Kesultanan Langkat ini berada pada 34º14' sampai

40º31' Lintang Utara dan 90º52' sampai 98º45' Bujur Timur--

dengan ketinggian rata-rata 45 meter di atas permukaan laut. Di daerah-daerah kesultanan Melayu Sumatera Timur

tersebut terdapat banyak sungai yang dapat dilayari oleh

kapal-kapal pada masa lalu. Sungai-sungai tersebut adalah:

Sungai Panai, Sungai Belawan (Deli), Sungai Langkat, Sungai Bilah, Sungai Kualuh, Sungai Asahan, Sungai Lepan, Sungai

Page 156: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab III: Masyarakat Melayu Sumatera Utara

146

Gebang, Sungai Babalan, Sungai Besitang, Sungai Salahaji,

Sungai Bedagai, Sungai Batubara, Sungai Padang, Sungai

Pagurawan, dan Sungai Serangjaya (ENI, III, 1919:40). Sungai-sungai yang sering membawa banjir ini, dan

kemudian menggenangi tanah-tanah di kiri kanannya telah

memberi keuntungan tersendiri bagi daerah Sumatera Timur.

Air Bah membantu membawa kesuburan pada tanah-tanah Deli, Serdang, serta Langkat (ibid.:140).

3.6.4 Kesultanan Asahan Terminologi Asahan dan Tanjung Balai adalah negeri dan

bandar yang termasuk tertua di kawasan Sumatera Timur

(Utara). Nama asahan dibuat oleh masyarakat Batak Toba

kuna, karena penduduk daerah Asahan umumnya berasal dari sebelah hulu sungai Asahan. Terminologi Asahan berasal dari

kata sahan yakni suatu alat yang dibuat dari tanduk kerbau,

yang di dalamnya berisi air yang digunakan untuk menyiram tubuh ibu-ibu, terutama yang mandul, dan dianggap sebagai

saluran "air bahagia." Sahan ini khusus dipergunakan oleh

para Datu atau Guru, dengan cara meniupkan air yang ada di dalam sahan tersebut ke tubuh para ibu terutama yang mandul

tadi. Kegiatan ini dilakukan pada upacara yang disebut horbo

santi. Tujuan upacara ini adalah agar para ibu tersebut

diberkahi oleh Debata Mulajadi Nabolon dan arwah para leluhurnya dengan harapan semoga ibu yang mandul tersebut

kelak memperoleh anak. Air yang terpancar dari sahan

tersebu diibaratkan sebagai air terjun yang mengalir dari Tao Toba, pangkalnya agak besar dan lebar, akan tetapi semakin ke

hilir semakin sempit dan kecil serta deras terjun ke dalam

Ngarai Sigura-gura dan Siarimo, lalu lepas memutih seperti kapas menjadi air terjun raksasa. Dari sinilah asal kata Asahan

sebagai nama tempat, termasuk Kesultanan Asahan (Batara

Sangti 1977:61).

Page 157: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

147

Berdasarkan informasi yang penulis terima dari Kantor

Departemen Pendidikan Tanjung Balai 2006, ada beberapa sultan Melayu yang pernah memerintah di Asahan, yaitu: (1)

Sultan Abdul Jalil (1620 sampai waktu yang tidak diketahui

masa pemerintahannya); (2) Sultan Saidisyah; (3) Sultan

Muhammad Rumsyah (kedua sultan ini tidak diketahui tahun masa pemerintahannya); (4) Sultan Abdul Jalilsyah (1760-

1762); (5) Sultan Dewasyah (1763-1800), (6) Sultan Musa

Syah (1800-1813); (7) Sultan Ali Syah (1814-1843); (8) Sultan Husinsyah (1843-1856); (9) Sultan Ahmadsyah (1856-1888);

(10) Sultan Muhammad Husinsyah (1888-1915); dan (11)

Sultan Abdul Jalil (1933-1945). Setelah zaman kemerdekaan Indonesia, Asahan ditetapkan

menjadi sebuah kabupaten atau Daerah Tingkat II, yang di

dalamnya bernaung beberapa kota, yaitu: Tanjung Balai,

Tanjung Tiram, Kisaran, Lima Puluh, Air Joman, dan lainnya. Pada masa kini, Tanjung Balai merupakan pemerintahan kota

sendiri, yang secara administratif pemerintahannya berdiri

sendiri di luar Kabupaten Asahan. Kisaran sebagai ibukota Kabupaten Asahan telah menjadi kota administratif. Secara

budaya etnik Melayu di kawasan ini dapat dibagi lagi ke

dalam ciri khasnya: Tanjung Balai, Batubara, dan Asahan secara umum. Sejak Januari 2007 yang lalu kawasan Batubara

memekarkan diri menjadi kabupaten tersendiri, dengan

ibukotanya di Kota Limapuluh.

Latar belakang Sumatera Utara sebagai salah satu daerah perkembangan ekonomi yang pesat di Indonesia,

menyebabkan terjadinya migrasi, baik dari dalam negeri

maupun luar negeri. Kemudian terbentuklah budaya hetero-gen. Keadaan ini turut pula mempengaruhi kebudayaan Melayu,

termasuk seni dan sastra. Selanjutnya mari kita bahas mengenai

sastra Melayu (termasuk yang klasik) di Sumatera Utara sebagai

inti kajian.

Page 158: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

148

BAB IV

SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA

DALAM KONTEKS DUNIA MELAYU

4.1 Konsep Sastra

Yang dimaksud sastra Melayu klasik dalam tulisan ini

adalah sastra dalam tradisi budaya Melayu Sumatera Utara, yang telah muncul mengikuti sejarah kebudayaan dan peradaban

masyarakat Melayu Sumatera Timur (Utara) selama ratusan

tahun. Sastra Melayu klasik ini, bagi masyarakat pendukungnya dipandang sebagai hasil kebudayaan yang telah memenuhi norma

estetika dalam strukturnya dan telah diuji keberadaannya dalam

sejarah budaya Melayu.

Istilah sastra yang dalam bahasa asalnya Sansekerta, dalam huruf Romawi lazim ditulis dengan çastra, berarti “tulisan” atau

“karangan.” Sastra dalam konteks ilmu pengetahuan dan seni,

biasanya didefinisikan sebagai karangan dengan bahasa yang indah dan isi yang dinilai baik. Bahasa yang indah maknanya

dapat menimbulkan kesan yang dalam dan menghibur

pembacanya. Kemudian, isi yang baik artinya adalah berguna dan mengandung nilai-nilai enkulturasi. Indah dan baik ini menjadi

fungsi sastra yang terkenal dengan istilah dulce et utile. Bentuk

fisik dari sastra disebut karya sastra. Penulis karya sastra disebut

sastrawan (Bagyo S. (ed.) 1986::7). Sastra umumnya memiliki ciri-ciri: kreasi, otonom, koheren,

sintesis, dan mengungkapkan hal yang tidak terungkapkan.

Sebagai kreasi, sastra tidaklah wujud dengan sendirinya. Sastrawan menciptakan dunia baru, meneruskan penciptaan itu,

dan terkahir menyempurnakannya. Sastra dalam konsep sains di

Dunia Barat bersifat otonom karena tidak mengacu pada sesuatu

yang lain. Sastra bersifat koheren, yaitu mengandung keselarasan yang mendalam antara bentuk dan isi. Sastra juga menyuguhkan

sintesis dari hal-hal yang bertentangan di dalamnya. Melalui

Page 159: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

149

struktur bahasanya, sastra mengungkapkan hal yang tidak

terungkapkan (Luxemburg dkk. terjemahan Hartoko 1989: 5-6).

Sementara dalam Islam, sastra haruslah mencerminkan nilai-nilai

universal agama Islam, jadi tak berdiri sendiri, kemudian sastra mestilah fungsional, artinya berguna bagi pengarang dan

masyarakat pembaca dan pendukungnya—bukan semata-mata

seni untuk seni saja. Untuk mengkaji sastra dipergunakan ilmu sastra, yang saat

ini sudah menjadi disiplin ilmu tersendiri. Wellek dan Warren

menyatakan bahwa ilmu sastra terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: (a) teori sastra, (b) sejarah sastra, dan (c) kritik sastra. Teori

sastra bergerak di bidang teori, misalnya mengenai pengertian

sastra, makna-makna dalam sastra, simbol dalam sastra, hakikat

sastra, gaya sastra, aliran sastra, dan lain-lain. Kemudian sejarah sastra bergerak di bidang perkembangan sastra dalam ruang dan

waktu yang dilaluinya. Kritik sastra pula bergerak di bidang

penilaian baik-buruknya karya sastra (Pradopo 1997: 9).

4.2 Sastra Melayu Klasik

Bagi sebahagian pengkaji budaya dan sastra Melayu, zaman keemasan yang disebut masa klasik budaya Melayu adalah dalam

kurun abad ke-16 sampai ke-17. Apa yang dikenal sebagai

Melaka, Aceh, Minangkabau, Jambi, dan Palembang, adalah

kelompok-kelompok pusat kekuasaan di sekitar Selat Melaka yang sering berpindah, tergantung kepada jatuh dan bangunnya

penguasa di sekitar selat ini. Demikian juga di seluruh Nusantara

yang sering kelihatan terdiri dari dua gugusan kuasa besar: Jawa dan Melayu. Gagasan ini begitu terasa ketika meneliti beberapa

hasil karya sastra Melayu klasik yang diwarisi sejak abad ke-16.

Meskipun karya-karya ini agak baru menurut zaman, mungkin

telah berada di dalam himpunan kepustakaan Melayu lama, sebelum disebarluaskan ke seluruh penjuru Nusantara.

Page 160: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

150

Karya-karya sastra di zaman itu di antaranya adalah Sejarah

Melayu (Sulalatussalatin) yang di dalamnya meliputi kawasan Tanah Jawa, Jambi, Palembang, Aceh, dan Melaka. Karya sastra

klasik Melayu ini dapat menjadi milik Indonesia dan Malaysia

sekarang ini.

Karya sastra Melayu klasik lainnya adalah Hikayat Hang Tuah, yang dikarang pada abad ke-17. Karya ini dapat diterima

sebagai hasil budaya Alam Melayu, dan memiliki variasi-variasi

di setiap kawasan. Semua versi yang terdapat baik di wilayah Melayu maupun Jawa adalah sebahagian dari proses difusi

hikayat ini di seantero Nusantara. Liputan hikayat ini adalah

lebih luas dan besar. Inilah hikayat yang membicarakan konteks

holistik zamannya, tentang Dunia Melayu atau Nusantara dalam hubungannya dengan dunia luar seperti China dan India, sampai

ke Arab dan Romawi (Istambul). Karena upaya yang meluas dan

besar, maka hikayat ini mestilah diberi perhatian besar pula, dalam rangka mengkaji karya sastra Melayu dalam melihat dan

merekam gagasan Nusantara atau Dunia Melayu.

Karya sastra Melayu klasik lainnya yang sezaman adalah Bustanussalatin (Taman Raja-raja) dan juga Tajussalatin

(Mahkota Raja-raja). Bustanussalatin adalah sebuah karya sastra

berbahasa Melayu, yang berkaitan dengan Aceh, tetapi meliputi

wilayah yang jauh lebih luas, khususnya dalam konteks sejarah Islam di rantau ini. Karya ini lebih bersifat sebuah treaties atau

pembicaraan secara ilmiah tentang sistem pemerintahan, sejarah

manusia umumnya dan setempat, juga hikayat dari tradisi Islam. Ruang lingkup pemikirannya adalah mencakup interaksi manusia

dan kekuasaan kenegaraan yang empiris.

Tajussalatin membicarakan ilmu politik berbahasa Melayu menurut tradisi Islam yang disesuaikan untuk kegunaan wilayah

Melayu. Dengan menimba pelbagai sumber klasik Islam tentang

sistem pemerintahan dari tulisan-tulisan ulama besar, karya ini

menjelaskan segala fungsi dan ciri yang harus dipegang oleh para

Page 161: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

151

pemegang kuasa pemerintahan di Alam Melayu dalam

mengendalikan kekuasaan serta hubungan manusia dalam

birokrasi. Karya ini amat konseptual dan universal sifatnya tanpa

ikatan dengan sebarang wilayah yang spatial.

4.3 Sastra Lisan Melayu Sumatera Utara

Masyarakat Melayu di Sumatera Utara memiliki karya sastra lisan dan tulisan, atau juga ceritera rakyat (folklor), yang terdiri

dari jenis mite, legenda dan dongeng. Mite (myth) adalah

bahagian dari folklor (ceritera rakyat). Dari bentuk atau genre folklor, yang paling banyak diteliti para ahli folklor adalah cerita

prosa rakyat. Menurut Bascom, ceritera prosa rakyat bisa dibagi

ke dalam tiga golongan besar, yaitu: (1) mite (myth), (2) legenda

(legend), dan (3) dongeng (folktale). Mite adalah ceritera prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh

yang empunya cerita. Mite ditokohi para dewa atau makhluk

setengah dewa. Peristiwa terjadi di dunia lain, atau di dunia yang bukan seperti kita kenal sekarang, dan terjadi pada masa lampau.

Legenda adalah prosa rakyat yang mempunyai ciri-ciri yang

mirip dengan mite, yaitu dianggap pernah benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci—namun legenda ditokohi oleh

manusia, meski kadangkala memiliki sifat-sifat luar biasa, dan

sering juga dibantu makhluk-makhluk ajaib. Tempat terjadinya

adalah di dunia seperti yang kita kenal sekarang, waktu terjadinya belu begitu lama. Dogeng adalah prosa rakyat yang tidak

dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita, serta

tidak terikat oleh waktu dan ruang. (Parafrase pengertian tiga bentuk cerita rakyat ini dikutip dari James Danandjaja 1984:50-

51).

Sebagai hasil kebudayaan tradisional, karya sastra yang

terdapat dalam kebudayaan masyarakat Melayu Sumatera Utara merupakan khasanah kebudayaan bangsa. Dalam karya sastra ini

tersirat dan tersurat gambaran mengenai kehidupan masyarakat

Page 162: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

152

Melayu Sumatera Utara. Gambaran tentang kehidupan itu antara

lain berupa: (a) kemampuan berbuat kebaikan dan kebajikan menurut norma budaya Melayu; (b) kesetiaan pada norma-norma

dan aturan budaya Melayu; (c) sopan santun dan etika menurut

budaya Melayu; (d) rendah hati; (e) patuh dan taat kepada orang

tua dan adat; (f) arif dan bijaksana, dan (g) teguh memegang amanah, dan lain-lainnya.

Nilai-nilai gambaran kehidupan masyarakat Melayu

Sumatera Utara yang terdapat dalam karya sastra perlulah diungkapkan, dikaji, digali, dan diketahui oleh masyarakat

pendukungnya. Dengan demikian gambaran kehidupan dan

sistem berpikir masyarakat Melayu Sumatera Utara tidak hanya

sebagai nilai budaya saja, tetapi amatlah berguna bagi kehidupan masyarakat Melayu Sumatera Utara di masa kini, yang tidak

terlepas dari nilai-nilai budaya nenek moyang orang-orang

Melayu. Sebagai bukti kultural, pada masa sekarang masih dijumpai

budaya tradisi lisan dan tulisan masyarakat Melayu Sumatera

Utara dalam bentuk pantun dan syair yang menceritakan kisah hidup dan kehidupan masyarakat Melayu Sumatera Utara. Ada

juga karya-karya sastra yang telah pun dibukukan seperti:

Hikayat Si Miskin, Hikayat Iskandar Zulkarnain, Hikayat Hang

Tuah, Terjadinya Bukit Tinggi Raja, Datuk Megang, Lubuk Pakam, Asal Mula Pantai Cermin, dan lain-lain. Karya-karya

sastra ini umum pula disampaikan dengan media melodi (syair,

gurindam, atau nyanyian Melayu). Terciptanya karya sastra senantiasa mencerminkan latar

belakang sosiobudaya, sebagai gambaran kehidupan masyarakat

tempat karya itu dituturkan. Dengan demikian karya sastra ini jelas tidak terlepas dari konvensi artistiknya. Sastra yang tidak

ditulis pada suatu kurun waktu tertentu, langsung berkaitan

dengan norma-norma dan adat-istiadat zaman itu. Sastra secara

tradisional menurut kemampuannya agar bisa menyenangkan

Page 163: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

153

dan mengajarkan kepada para pembaca atau pendangar. Sastra

mestilah memberi kesan kepada pembaca, berhubungan dengan

masalah-masalah emosional, sehingga sambil membaca karya

sastra masyaakat pembaca dan pendengarnya dapat menilai langsung karya sastra sebagai cerminan kehidupan sosial

sesebuah masyarakat. Melalui membaca karya sastra maka dapat

difahami makna-makna yang tersembunyi di dalamnya. Bila ditinjau dari sudut strukturnya, maka karya sastra itu haruslah

dikaji dalam konteks latar belakang konvensi-konvensi artistik

dan estetika dan menempakannya dalam kerangka kesedaran pencipta atau pengarang dan penikmatnya (Mukarovsky 1978:4).

Adapun karya-karya sastra yang terdapat di dalam

kebudayaan masyarakat Melayu di Sumatera Utara adalah seperti

yag diuraikan berikut ini. (1) Karya sastra yang berbentuk legenda: (a) Datuk Megang; (b) Terjadinya Bukit Tinggi Raja; (c)

Asal Mula Pantai Cermin; (d) Permata Bertuah dari Serdang

Putih; (e) Lubuk Pakam atau Lubuk Pualam; (f) Asal Mula Terjadinya Danau Laut Tador, Syair Puteri Hijau, dan lain-lain.

(2) Karya sastra berbentuk mite; (a) Sumpah Sakti Suku Melayu;

(b) Tuai dengan Tujuh Puteri dan lainnya. (3) Karya sastra berbentuk fabel: (a) Kucing dengan Harimau; (b) Ular Piar dan

Ular Tedung; (c) Kuau dengan Gagak dan lain-lain. (4) Selain

dari karya sastra di atas, dijumpai pula karya sastra berbentuk

puisi nyanyian rakyat, yang sering dikategorikan sebagai senandung atau sinandung, terdiri dari: (a) senandung ibu atau

senandung nasib; (b) senandung anak; (c) senandung nelayan; (d)

senandung muda-mudi; (e) senandung hiburan dan (f) senandung dabus.

Berikut akan diuraiakan isi beberapa karya sastra dalam

bentuk prosa di dalam kebudayaan masyarakat Melayu di

Sumatera Utara.

Page 164: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

154

4.3.1 Cerita Bohong untuk Sultan Serdang

Cerita ini berasal dari daerah Pasar Bengkel, Serdang, Sumatera Utara, yang pada masa kini menjadi daerah pusat

perbelanjaan pariwisata di Sumatera Utara. Adapun ringkas

ceritanya adalah sebagai berikut.

Pada awal abad kedua puluh di Kerajaan Serdang hiduplah seorang sultan, yang adil, berwibawa, dan menaungi rakyatnya

dengan memerintah mengikut petunjuk sunnatullah. Sultan itu

bernama Sultan Sulaiman Syariful Alamsyah. Ia dicintai rakyatnya dan termasyhur ke seantero negeri di kawasan ini.

Untuk dekat dengan rakyat, dan ia menanggap dirinya sebagai

wakil Tuhan untuk memerintah dan melayani rakyatnya. Oleh

karena itu, ia selalu mengadakan pertunjukan di istananya yaitu Istana Kota Galuh di Perbaungan, seperti zapin, bangsawan,

makyong, joget dan ronggeng, dan lain-lainnya. Ia juga selalu

mengadakan festival dan sayembara, untuk kemajuan kebudayaan dan seni di Kesultanan Serdang. Wilayah kebudayaan Serdang

ini didiami oleh suku Melayu, Simalungun (Batak Timur Raya),

dan Karo. Suatu hari, ia menitahkan para pembantu kerajaannya untuk

mengadakan sayembara atau perlombaan cerita bohong, yang

terbuka kepada siapa saja. Adapun setiap pencerita dipersilahkan

membuat cerita bohong, sampai sultan benar-benar tidak percaya bahwa cerita bohong itu benar-benar bohong.

Setelah diumumkan sayembara ini, maka datanglah para ahli

cerita bohong. Yang pertama adalah pencerita bohong dari Tanah Karo. Ia bercerita bahwa pada hari sayembara ini ia

sedang bertapa di atas sebuah pohon yang paling besar dan tinggi

di Tanah Karo. Karena tingginya ketika ia turun ia menjatuhkan beberapa keping uang logam. Ia kemudian turun, dan ketika ia

sampai di bawah tanah, ia menunggu beberapa menit sampai

akhirnya uang yang dijatuhkannya dari atas pohon tadi sampai ke

Page 165: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

155

tanah, setelah ia lebih dahulu sampai. Jawaban Sultan Sulaiman,

“Boleh jadi.”

Kemudian datang pula pencerita bohong dari daerah

Langkat, yang menyatakan bahwa ketika ia datang mengikuti sayembara ini, ia harus menyeberangi sebuah sungai yang lebar.

Namun karena ia mempunyai keahlian khusus, ketika hendak

menyeberang ia jumpa dengan buaya-buaya yang hendak memangsanya. Ia bilang pada buaya-buaya itu agar berbaris

bersaf dari tepi sungai sampai ke seberang sungai, agar tahu

berapa jumlahnya dan dapat mengira-ngira berapa dagingnya untuk masing-masing buaya. Akhirnya buaya tersebut berbaris

dan ia berjalan di atas punggung-punggng buaya itu dan akhirnya

sampai di seberang, dan mengucapkan terima kasih kepada

buaya-buaya tersebut. Jawaban Sultan Sulaiman tetap saja, “Boleh jadi.”

Kemudian datanglah seorang pencerita bohong dari

Perbaungan. Ia bercerita kepada Sultan Serdang itu, “Ampun beribu ampun Paduka, hamba sebenarnya malu nak menceritakan

hal ini pada Tuanku.” Jawab Sultan Sulaiman, “Tak apa-apa

ceritakan sajalah apa yang nak engkau ceritakan wahai pencerita.” Lalu ia menceritakan, ”Kata Allahyarham Ayah saya,

ayah Tuanku, Sultan Serdang sebelumnya, punya hutang 500

ringgit, dan belum dikembalikan.” Maka Sultan pun terkejut, dan

berkata, “Mana mungkin seorang sultan yang kaya berhutang pada rakyatnya.” Sambil kemudian mengucapkan,

“Astaghfirullah, engkau telah berhasil memancing emosi saya,

dan beta sebagai raja menyatakan bahwa cerita bohongmu itu tak benar.”

Akhirnya pencerita ini memenangkan sayembara cerita

bohong tersebut. Ia selalu dipanggil sultan unuk bercerita tentang

apa saja di istana sultan dalam waktu-waku tertentu.

Page 166: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

156

4.3.2 Datuk Megang

Tokoh pelaku utama dalam karya sastra ini adalah Datuk Megang. Tokoh pembantunya adalah Si Balut, lima pembantu,

Pak Deman, Pak Syahir, Syekh Yusuf, dan Sobana. Datuk

Megang memiliki sifat keras hati; semangat hidupnya tinggi,

yakin kepada usaha, selalu ingin berhasil dalam kehidupan, tidak pemalas, pengasih kepada semua manusia, disegani dan

dihormati sebagai seorang pendekar. Sementara itu Si Balut

adalah penduduk sekampung Datuk Megang, sahabat yang selalu menyadarkan dan memberi pandangan-pandangan hidup kepada

Datuk Megang. Pak Syahir, paman Datuk Megang tinggal di

Melaka. Ia berhasil membimbing Datuk Megang menjadi

pemeluk Islam dari awalya seorang animis. Syekh Yusuf pula sangat alim menjalankan perintah Allah, dan luas ilmu

keislamannya, mengajar Datuk Megang tentang rukun Islam dan

rukun iman, serta tata cara berbadah terutama shalat. Di lain sisi, Sobana adalah seorang wanita cantik, janda, kemenakan isteri

Pak Deman, sebagai wanita yang cantik dan bermoral secara

alamiah. Dari isi cerita Datuk Megang, dapat diambil gambaran

kehidupan masyarakat Melayu Sumatera Utara. Datuk Megang

merupakan seorang lelaki Melayu yang tabah, tidak putus asa di

dalam hidup, terus giat bekerja dan berusaha. Datuk Megang adalah, lelaki Melayu yang memiliki sifat pengasih dan penolong

serta tidak sombong. Walau ia dikategorikan sebagai orang kaya,

ia selalu memberikan harta bendanya kepada yang memerlukan, dan tidak suka dipuji. Datuk Megang merupakan gambaran

lelaki Melayu yang tidak suka kesedihan menimpa beberapa kali.

Terlihat dari usul Pak Deman supaya ia menikah lagi, ia tidak langsung menyatakan bersedia, tetapi menceritakan ia lebih

senang menyendiri dan membantu orang lain. Ia adalah seorang

figur lelaki Melayu yang sayang kepada keluarga, anak, dan

isteri. Ketika anak sakit ia menjual hartanya demi kesembuhan si

Page 167: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

157

anak. Setelah anaknya meninggal, beberapa masa kemudian

isterinya pula yang meninggal dunia. Menjelang nafas terakhir

isterinya bertanya bagaimana cinta suaminya kepadanya selepas

ia meninggal. Dijawabnya tidak akan nikah lagi. Umumnya dalam kebudayaan Melayu di Sumatera Utara, jika lelaki

menyatakan demikian, ia tidak akan menikah lagi. Datuk

Megang merupakan ikon lelaki Melayu Sumatera Utara yang lengkap kebaikannya.

4.3.3 Harimau dengan Kucing Konon pada zaman dahulu kala kucing pandai bermain silat.

Segala yang disebut penjaga diri sudah dimiliki kucing.

Kepandaian kucing bersilat ini rupanya sudah termasyhur ke

mana-mana. Tersebutlah kisah, datanglah seekor harimau mau menuntut ilmu belaiar silat kepada kucing. Setelah ada

persesuaian, kucing pun mulai mengajar ilmu silat kepada

harimau, diajarnya bagaimana caranya membuat langkah kiri, langkah kanan., putar kiri, putar kanan, balik sana, balik sini,

lompat sana, lompat sini, begitulah caranya bersilat.

Kebetulan rupa kucing dengan harimau mirip sekali hanya kebetulan kucing badannya lebih kecil. Setelah beberapa lama

belaiar main silat itu, berkatalah harimau satu hari kepada kucing,

“Sudah cukup lama rasanya aku belajar denganmu, sekarang

berilah aku ini pemutus.” Kucing pun lalu menjawab, “Tidak bisa, tidak bisa, kalau ku bagi engkau pemutus, nanti aku bisa

berbahaya.” “Jadi bagaimana belajar silat tidak dibagi pemutus,”

kata harimau. Kemudian marahlah harimau kepada kucing segera mau diterkamnya. Ketika harimau mau menerkam kucing, kucing

pun mengelak, melompat, kemudian naik ke atas pohon karena

badan harimau lebih besar dari kucing dia tidak dapat memanjat

seperti kucing itu. Sangat marah dia kepada kucing, karena tidak dapat menerkamnya. Setelah kucing berada di atas pohon tadi,

harimau pun berkata, “Kalau begitu, biarpun engkau adalah

Page 168: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

158

guruku, tapi bila saja pun engkau terus kucari.” Kemudian

menjawab kucing, katanya, “Jangankan mencari aku, taikku (kotoranku) takkan kau dapat,” sambil dia pun berlalu dari tempat

memanjatnya tadi.

Begitulah cerita harimau yang berguru ilmu silat kepada

kucing. Itulah pula sebabnya sampai sekarang ini kalau kucing mau buang air besar dikoreklah lobang cepat-cepat ditutupnya

kotorannya itu dengan tanah karena takut kalau-kalau beriumpa

dengan harimau.

4.3.4 Imam Awang

Alkisah tersebut cerita Imam Awang. Ditemani oleh ketiga

anaknya, sampailah dia ke Kampung Tapak Kuda di daerah

Langkat. Imam sendiri adalah searang laki-laki setengah baya, dan anaknya yang tiga orang: terdiri dari dua laki-laki dan

seorang perempuan. Dua orang yang laki-laki masing-masing

bernama Abdurrasyid dan Hasyim sedangkan yang perempuan bernama Halimah.

Imam Awang berasal dari Kedah di Tanah Semenanjung dan

dengan menumpang sebuah sagor merantaulah ke darat di sebuah

Selat Malaka di pantai Timur pulau Sumatera. Empat beranak itu meninggalkan kampungnya di Kedah, karena ingin melupakan

rasa sedih akibat musibah yang menimpa keluarga. Isteri Imam

Awang telah meninggal, dan itu merupakan kesedihan baginya dan anak-anaknya. Untuk itulah pada mulanya maka dia sampai

ke kampung Tapak Kuda.

Sesampainya di Kampung itu merapatlah dia ke rumah penghulu. Karena hari sudah sore dan tak tahu di mana dia dan

anak-anaknya harus bermalam, maka dimintanyalah kepada

penghulu agar diizinkan bermalam di rumah penghulu. Hal itu

diterima penghulu dengan segala senang hati.

Page 169: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

159

Dari kampung Tapak Kuda Imam Awang empat beranak

melanjutkan perjalanan dengan menumpangi perahu arah ke hulu

sungai. Sesampainya di Bubun dilihatnya banyak sampan besar

dan kecil tertambat di bagan. Orang pun sangat banyak pula di sana, masing-masing sangat sibuk seperti ada sesuatu sedang

teriadi. Imam Awang yang merasa tertarik melihat hal itu, dengan

ingin tahu bertanyalah dia kepada salah secrang di kampung itu: “Apakah yang terjadi maka orang sangat sibuk di sini?” “Raja

dan pamilinya sedang berada di kampung kita ini, karena Langkat

sudah dimasuki musuh,” begitu jawab orang tersebut. “Raja Langkat akan mengungsi ke Kampung Pusung,” tambah orang itu

lagi. Karena negeri sedang dalam keadaan perang, maka

dinasehatinya Imam Awang supaya berhati-hati di jalan. Lagi

pula jangan banyak-banyak bercerita mungkin membahayakan diri sendiri. Imam Awang pun menyatakan terima kasihnya atas

nasehat tersebut. Kemudian dilanjutkannya perjalanannya arah ke

hulu. Sampai mereka di kampung Hinai. Di sebelah tempat di tepi

sungai mereka melihat banyak orang. Mungkin karena mengingat

nasihat orang di kampung Bubun, empat beranak itu terus saja berkayuh, dan tak mau bertanyakan apa yang terjadi dengan

orang banyak itu. Namun dalam berkayuh itu didengarnya orang

berteriak di pinggir sungai menyuruh mereka mendekat. Setelah

menambatkan perahunya, mereka pun naik ke darat. Di sebuah rumah besar tak jauh dari tepi sungai nampak banyak orang

berkumpul-kumpul. Macam- macam tingkah laku mereka, ada

yang sedang bercakap-cakap dengan air muka yang bersungguh-sungguh. Di tempat lain terlihat pula sekelompok

pemuda tetapi dengan kesibukan lain.. Mereka sedang mengasah

senjata tajam, seperti parang, lembing, dan tombak.

Keempat beranak itu dibawa orang naik ke rumah. Didapatinya di situ ada pula sekumpulan orang yang rata-rata

berbadan tegap dan besar. Di tengah-tengah mereka ada seorang

Page 170: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

160

yang paling besar dan tegap badannya. Mukanya penuh jambang

dan janggot. Dialah Datuk Kampung Hinai, dan biasa panggil dengan Datuk Janggut. Kepada Datuk janggut itulah Imam

Awang dihadapkan. Ditanyalah empat beranak itu, “Hai, orang

yang baru datang,, siapakah namamu, dari mana datang, dan

hendak menuju kemana gerangan kalian ini?” Dijawab oleh Imam Awang segala pertanyaan. Datuk itu dengan hormat dan

sopannya. Dimintanya pula agar diperbolehkan menjadi

penduduk kampung Hinai. Oleh Datuk Janggut permintaannya itu dikabulkan, tetapi dengan syarat agar Imam Awang bersedia

membantu kampung itu yang sedang terlibat dalam perang

dengan musuh. Akhirnya disetujuilah, bahwa tugas Imam Awang

ialah mengajari penduduk tentang agama Islam, sambil turut serta menjaga di kampung, berhubung tidak amannya keadaan.

Sebagai guru agama banyaklah murid Imam Awang itu,

tetapi dia masih belum puas dengan keadaannya, dia ingin pindah lagi dari sana menuju ke hulu sungai. Berjalanlah empat beranak.

Waktu itu masih hujan, jalan banyak yang licin. Di sebuah tempat

jatuh Imam Awang, terjerembab ke sawah orang. Banyak padi orang itu yang rusak ditimpa badannya. Ketika diketahui oleh

yang empunya padi, marah mereka kepada Imam Awang.

Dimintanya maaf, namun tak diterima orang itu. Karena

ribut-ribut, maka berdatanganlah orang kampung ke tempat tersebut. Mereka semua bersepakat mempersalahkan Imam

Awang. Beberapa orang mulai main pukul dan main terjang. Pak

Imam Awang masih sabar menghadapi mereka. Namun serangan mereka tambah menjadi-jadi, sehingga mulailah naik darah Imam

Awang. Kemarahannya diperlihatkannya dengan menerjang

sebatang pohon pinang yang tinggi dan berbuah lebat. Akibat terjangannya itu bergoncanglah pohon itu, dan buahnya yang ada

berguguran ke tanah.

Melihat hal itu banyak orang mulai sadar, bahwa orang

yang mereka keroyok beramai-ramai itu bukan orang

Page 171: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

161

sembarangan. Mulailah timbul rasa takut mereka kalau~kalau

Imam Awang akan membalas. Mereka pun cepat-cepat minta

maaf atas tindakan yang telah mereka lakukan. Oleh Imam

Awang permintaan maaf mereka diterima. Kepada yang empunya padi dikatakannya, bahwa semua batang padi yang rusak akan

didoakannya agar tumbuh kembali dengan subur. Hal itu memang

menjadi kenyataan beberapa masa kemudian. Maka menetaplah pula Imam Awang di kampung Nangka. Kerjanya sama seperti di

tempat-tempat sebelumnya, yakni mengajari penduduk tentang

agama Islam. Datanglah musim menugal padi. Musim itu didahului

dengan upacara membuat bubur tiktik. Dinamakan bubur tiktik,

karena caranya membuat ialah melalui saringan tempurung

kelapa yang dilubangi, sehingga ketika jatuhnya tepung berasnya berbunyi tiktik. Namun demikian, bunyi tiktik itu juga

dihubungkan dengan harapan dihati penduduk petani agar hujan

turun dari langit, supaya padi mereka tumbuh dengan subur. Kepada penduduk diajarkan Imam Awang cara-cara yang harus

dilakukan agar tanaman padi nanti berhasil dengan baik. Di

ladang itu mula-mula dibuatnya sebuah perigi bersegi empat kira-kira seluas semeter bujur sangkar. Di tengah-tengah persegi

empat itu dibuatnya lukisan Tapak Nabi Sulaiman, dan di sanalah

diletakkannya tepung tawar. Sesudah itu dimulai-nyalah

menunggal sebanyak tujuh lubang dan diisinya dengan padi. Lalu dibacakan jampi oleh Imam Awang. Ternyata bahwa padi yang di

tanam dengan cara demikian tumbuhnya sangat subur dan

hasilnya pun luar biasa banyaknya. Maka makin menghormatlah orang pada Imam Awang.

Pada suatu waktu negeri Stabat sedang berperang. Maka

didatangi dua orang Panglima Stabat Imam Awang dengan

maksud mengajaknya untuk berperang di pihak Stabat. Namun maksud mereka yang sebenarnya ialah untuk menyingkirkan

Imam Awang dari kampung itu, karena pengaruhnya sudah

Page 172: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

162

terlalu besar. Malam hari datang lima orang Panglima Stabat di

antaranya Wan Patah dan Aja Ranggi ke rumah Imam Awang. Dinyatakannya maksudnya tetapi ditolak oleh Imam Awang

baik-baik dan secara lemah lembut. Dicobanya kembali

mengaijak, tetapi juga ditolak. Akhirnya datanglah marah mereka

dengan suara keras dan kasar didatanginya Imam itu berkelahi. Permintaan itu dilayaninya. Maka berkelahilah dua orang lawan

satu namun dapat dihadapi oleh Imam Awang. Segala

kepandaiannya berupa silat dan ketangkasan telah dikeluarkan oleh kedua Panglima Stabat, namun tak berdaya menghadapi

Imam Awan. Habislah akal mereka. Lalu dicobalah menghadapi

Imam Awang dengan menggunakan senjata. Wan Patah

mencabut kelewangnya dan Aja Ranggi memakai keris. Itupun tidak dapat menundukkan Awang. Pada suatu kesempatan

ditangkapnya tangan Aja Ranggi sesudah tangannya lepas maka

dilipat Imam Awang kedua tangan itu ke belakang. Aja Ranggi tak berkutik karena tak berdaya melepaskan tangannya. Diancam

Awang: “Ku patahkan tangan ini, atau kalian tunduk saja.”

Mendengar hal itu Wan Patah cepat-cepat menyerah. Kedua orang dari Stabat itu kemudian menyatakan maksudnya ingin

berguru kepada Imam Awang. Oleh Imam Awang diajukan syarat

kepada keduanya, bahwa mereka tidak boleh berperang di pihak

Stabat, dan harus menggunakan pengaruhnya agar Negeri Stabat menghentikan perang. Belajarlah kedua panglima itu kepada

Imam Awang tentang rupa-rupa ilmu pencak dan silat. Mereka

pun menepati janjinya mengusahakan mempengaruhi orang Stabat—untuk tidak dilanjutkan perang,, tetapi kurang berhasil,

karena tidak semua orang di sana dapat dipengaruhinya.

Bertahun-tahun di kampung Nangka ini taatlah orang menjalankan agama karena pengaruh dan teladan yang diper-

lihatkan oleh Imam Awang kepada masyarakat sekelilingnya. Di

belakang hari Imam Awang meninggalkan dua orang isteri di

kampung itu. Masing-masing bernama Mas dan Kwang. Anak-

Page 173: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

163

anaknya dari kedua isterinya itupun banyak dan semua tetap

tinggal di kampung Nangka. Kedua anaknya yang dibawanya dari

Kedah tinggal di kampung Hinai. Di sana pula keduanya tinggal

sampai tua dengan anak cucunya. Kuburan Imam Awang dijumpai di kampung itu di tepi

sungai. Kuburan itu dianggap penduduk sebagai tempat keramat.

Tidak kurang di antara penduduk yang meminta dan memohon ke sana. Tetapi semakin maju penduduk karena pendidikan dan

penerangan-penerangan agama, maka semakin berkurang pula

perhatian mereka terhadap kuburan Imam Awang. Sekarang kuburan itu tinggal dalam keadaan tidak terawat di kampung

Nangka.

4.3.5 Permata Bertuah dari Serdang Putih Pelaku-pelaku utama dalam cerita Permata Bertuah dari

Serdang Putih adalah: Permata, Bogak, Baginda Alamsyah, serta

tentera Berhala. Permata memiliki sifat sebagai perwira yang keras, jujur, pantang menyerah, pembela rakyat yang lemah serta

bijaksana. Sementara Bogak adalah seorang penjudi, tetapi

akhirnya insyaf dan boleh membela Kerajaan Serdang Putih hingga diangkat menjadi raja muda. Baginda Alamsyah pula

adalah seorang raja yang pandai membalas budi, adil dalam

memutuskan perkara ,dan disenangi oleh rakyatnya. Tentara

Berhala merupakan kumpulan antagonis di dalam kisah ini. Mereka mempunyai watak yang keji, dengki, irihati, tamak dan

loba, dan merampas harta orang lain. Setelah Permata dapat

mengalahkan mereka, lalu mereka bertobat dan berjanji tidak mengulangi perbuatan tersebut.

Dari perwatakan kisah ini dapat diambil kesimpulan bahwa

masyarakat Melayu di Sumatera Utara kukuh dengan sikap

pengabdian yang dilambangkan oleh Permata. Pengabdian tanpa pamrih itu mendukung sosok seorang Melayu dalam mencapai

kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam kebudayaan masyarakat

Page 174: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

164

Melayu Sumatera Utara nilai berbudi dan berbahasa dianggap

suatu nilai yang dipandang tinggi, dan dijadikan teladan dalam kehidupan. Sementara itu Bogak dan Permata melambangkan

persaudaraan dalam adat Melayu yang berasas pada keikhlasan.

Bahwa kalau saudara memerlukan sesuatu dahulukan pertolongan

untuknya. Di sisi lain, kesetiaan Permata kepada raja, merupakan gambaran seorang Melayu yang setia raja. Bak kata pepatah raja

adil raja disembah, raja lalim raja disanggah.

4.3.6 Sri Dayang atau Asal Mula Burung Balam

Pada zaman dahulu kala terdapat sebuah negeri antah

berantah, sebahagian besar rakyatnya kerja berladang untuk

mencari makan sehari-hari. Di negeri ini hiduplah seorang petani dengan anak tunggaInya yang bernama Sri Dayang. Wajahnya

cantik sekali tak ada bandingnya dan dia juga sangat penurut

kepada orang tuanya. Pada suatu hari pergilah emaknya ke ladang dan tinggallah Sri Dayang searang diri. Kalau orang sudah

ke ladang, maka kampung akan sunyi dan Sri Dayang tinggal

secrang diri di rumah dan dikuncilah dari luar hanya dari jendela saia dia melihat ke luar.

Pada suatu hari pergilah orang penebas rimba untuk

membuka ladang, berkatalah Sri Dayang, “O, … mak, ikutlah aku

mak,” maka jawab emaknya. “Janganlah anakku orang masih menebas rimba, tidak ada anak-anak yang ikut ke ladang.” Maka

Sri Dayang pun terdiam. Tibalah saatnya membersihkan tanah.

Maka Sri Dayang berkata lagi. “Mak, ikutlah aku ke ladang, kepingin sekali aku melihat ladang.” “Jangan nak, nanti kena

sabit pula kakimu.” Sampailah pula masa menanam padi, Sri

Dayang berkata, “0, .. mak, ramainya orang di ladang, Sri Dayang ingin beramai-ramai dengan mereka. Kata emaknya lagi,

“Jangan nak, tunggulah sedikit lagi sampai padi subur.” Sri

Dayang berkata lagi, “0, … mak, ikutlah aku mak.” Jawab

ibunya, “Jangan nak terik sekali matahari.”

Page 175: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

165

Masa menuai padi Sri Dayang ingin ikut lagi tetapi emaknya

terus melarang dengan menyatakan: “Jangan ikut nak, sekarang

masanya kalau pagi turun hujan, kalau siang panas terik, nanti

kau sakit.” Begitulah sampai saat menuai padi dia tidak juga diberi aleh emaknya melihat ladang tersebut. Sri Dayang hatinya

meniadi sangat sedih, kesunyian tidak tertahankan olehnya lagi.

Maka terbukalah hatinya dan meminta kepada Tuhan. “Wahai… Tuhan jadikanlah aku manusia yang bebas, jangan terkurung saja

begini, ingin sekali aku melihat indahnya ladang, lebatnya hutan,

mengapalah aku selalu terkurung begini.” Sewaktu dia berkata demikian, masuklah asap lama-kelamaan asap itu menjelma

menjadi manusia. Wujud manusia itu berkata, “Wahai Sri

Dayang, aku ini adalah Datok Pertapa, apa yang kau keluhkan

selama ini aku tahu, pedih sekali rupanya hatimu,” kata Datok Pertapa.”Wahai Datok Pertapa yang sakti, tolonglah aku ini, aku

ingin bebas walaupun wujudku tidak berupa manusia lagi. Jadilah

aku seekor burung, biar aku bebas melayang-layang menyaksikan keindahan dunia ini, sudah cukup lama aku menuruti kata-kata

kedua orang tuaku, namun tidak ada kebebasan untukku.”

“Baiklah”, kata Datok Pertapa. Tidak berapa lama mengepul-lah asap di depan Sri Dayang, dan tiba-tiba berubahlah wujud Sri

Dayang menjadi seekor burung, yaitu burung Balam, dan

terbanglah burung Balam ini dari jendela menuju ke ladang

emaknya. Dilihatnya orang sedang ramai sekali di ladang, di sana bernyanyilah ia,

0 … emak ... emak tahukah emak, Si Sri Dayang berubah wujud,

Kalau dimakan Balam padilah emak,

Si Sri dayang yang memakannya,

Wahai emak relakan hati, Si Sri Dayang berubah wujud.

Page 176: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

166

Mendengar nyanyian itu terkejudlah orang yang berada di ladang,

semua melihat ke Burung Balam itu. Emak dan Bapaknya pun menangis dengan sangat menyesaInya mereka berkata, “Wahai

anakku, maafkanlah kami nak, turunlah engkau kembalilah

menjadi manusia. “Tetapi sudah tidak bisa lagi karena Sri

Dayang sudah disumpah tidak bisa berubah wujud lagi. Maka kata Sri Dayang, “0 … Tuhan, aku tidak pernah menyesal, Cuma

ku harap suatu hari nanti hendaknya manusia jugalah yang

memelihara aku nanti.” Oleh karena itulah maka orang suka memelihara burung balam, jadi yang berbintik-bintik di leher

Burung Balam itu adalah kalung yang diberi oleh emaknya

dahulu.

4.3.7 Tuan Puteri Pucuk Kelumpang

Cerita ini dimulakan pada zaman dahulu kala, ketika agama

Islam belum masuk ke wilayah budaya Melayu, di sebuah negeri hiduplah seorang saudagar kaya dengan isterinya yang cantik

jelita. Selepas ia kawin dengan isterinya, ia pun pergi berniaga

ke negeri seberang. Lamanya ia meninggalkan isteri sampai dua belas tahun. Saat itu isteriny telah mengandung.

Pada saat hendak pergi berniaga ke negeri seberang ia

berpesan kepada isterinya: “isteriku, Abang merantau ke negeri

sebelrang untuk berniaga dan untuk kebahagian kita sekeluarga di hari kelak. Doakan agar Abangnda berhasil dalam berniaga ini.

Namun Abang merantau ke negeri seberang ‘tu selama dua belas

tahun. Kalau anak kita lelaki berilah nama sesuai dengan nama-nama orang Melayu lazimnya, kalau boleh Awang Laksmana.

Namun kalau ia perempuan, sesuai dengan kebiasaan puak kita,

maka bunuhlah ia dan tanamlah agar tidak membuat malu keluarga kita.” Kemudian pesan suaminya tersebut disetujui dan

difahami oleh sang isteri tercinta.

Ringkas cerita, sang saudagar pergi berlayar berniaga ke

negeri seberang dengan dihantar oleh sang isteri sampai di

Page 177: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

167

pelabuhan pemberangkatan. Keduanya pun saling bersedih

karena berpisah dalam masa yang begitu lama. Padahal mereka

sendiri pun baru saja menjadi pengantin baru.

Dalam perjalanan waktu, maka si iseri saudagar kaya tersebut mengandung hingga sembilan bulan, maka lahirlah

seorang anak, dengan dibantu mak bidan anak. Namun bukan

kebahagiaan yang didapat, tetapi pilu hati si isteri saudagar. Adapun permasalahan besarnya adalah ia melahirkan seorang

anak perempuan. Gunda-gulanalah hatinya menghadapi

kenyataan ini. Apalagi para manusia dan hewan saat itu dapat berkomunikasi. Mereka ini semua melihat bahwa sang isteri

saudagar melahirkan bayi berjenis kelamin perempuan. Sang

isteri saudagar berdasarkan naluriah keibuannya tak tega

membunuh anaknya ini sesuai pesan yang dari suaminya tatkala hendak pergi berniaga ke negari seberang.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti

tahun. Maka tumbuhlah anak perempuan saudagar itu, dan menjelasng ayahnya pulang ia ditempatkan di pucuk pohon

kelumpang. Di pohon kelumpang ini ia menyulam pakaia n untuk

ayahnya jika nanti pulang. Makanan dikirim sehari-hari oleh ibunya ke pohon tersebut.

Dua belas tahun pun telah berlalu, sejak sang saudagar pergi

ke negeri seberang. Rindu dendanm dengan isteri selama dua

belas tahun ditumpahkannya dalam peremuan ini. Ia pun membawa keuntungan yang sangat besar, dalam bentuk uang,

emas, berlian, dan lain-lainnya. Tentu saja ia pun bertanya

apakah anak mereka lelaki atau perempuan. Sang isteri menjawab anak mereka perempuan. Kemudian sang saudagar

melanjutkan pertanyaan: “Apakah anak perempuan kita itu elah

dibunuh?” Jawab sang isteri: “Sudah kakanda, anak perempun

kita sudah dibunuh.” Kemudian dilanjutkan lagi pertanyaan saudagar, “Mana bukti anak perempuan itu telah adinda bunuh?”

Maka, sag isteri saudagar mengambil sebuah bukti yaitu sebuah

Page 178: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

168

hati dari seekor kera, yang telah kering—yang dianggap sebagai

pengganti ati anak perempuannya, yang masih hidup hinga saat ini di pohon pucuk kelumpang. Untuk sementar sang saudagar

percaya pada isterinya.

Namun kenyataan tersebut tak bertahan lama. Di antara

hewan-hewan yan menyaksikan, tak semuanya menyimpan rahasia. Ada seekor elang buta, yang membo-corkan rahasia ini

kepada sang saudagar, karena ia merasa tak dipedulikan oleh

isteri saudagar. Elang buta ini kemudian melaporkan kejadian sebenarnya kepada sang saudagar. Maka mengertilah saudagar

kaya itu, apa yang terjadi. Ia tidak memarahi isterinya. Ia

berniat akan membunuh anaknya. Ia pun pergi ke pohon pucuk

kelumpang, dan menyanyi:

Tuan Puteri Pucuk Kelumpang,

Ayahmu pulang darilah seberang, Ayah membawa kain dan selendang,

Serta perhiasan subang dan gelang.

Si anak pun mendengar suara ayahnya ini, kemudian

menyahuti dari pucuk pohon kelumpang,”Ananda rindu pada

ayah, ke mana saja gerangan ayah selama ini?”

Dengan adanya sahutan dari sang puterinya ini, maka sang saudagar membawa senapan tembak dan akan membunuh

anaknya. Ia pun menembaki anaknya tersebut. Satu per satu

badan sang puteri jatuh ke bumi. Kaki, pinggang, tangan, leher, hingga hati, dan wajahnya jatuh satu per satu. Saudagar melihat

anaknya yang sangat cantik walau teah meninggal. IA sedih,

karena mengikut perauan yang tidak manusiawi ini dipegang oleh masyaraktnya.

Akhirnya, ia pin berani menentang aturan adat tersebut, dan

menyatakan sejak detik ini, ia dan keturunanya aau siapapun

yang mau mendukungnya, agar tidak membunuh anak

Page 179: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

169

perempuan. Hargailah mereka, karena tanpa adanya perempuan,

siapa yang akan meneruskan generasi keturunan manusia. Kisah

ini tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat Melayu

Serdang dan Bedagai di Sumatera Utara.

4.3.8 Taubatnya seorang Penjahat

Cerita ini berasal dari daerah Serdang Bedagai, yang dipelihara kelangsungannya oleh masyarakat Melayu setempat

sampai sekarang ini. Cerita ini juga mengandung unsur didaktik

dan jenaka. Alkisah dimulai dari, pada masa dahulu kala, di sebuah

desa hiduplah seorang penjahat yang terkenal karena

perbatannya, seperti: merompak, membunuh, mencuri, dan

merusak apa pun yang menggangu keinginanya. Ia menjadi penjahat nomor satu di seantero kawasan itu. Bahkan hukum pun

tak berani mengusiknya. Hukum berada di bawah kendalinya,

karena ia bekerjasama dengan aparat penegak hukum, seberti menyuap, mengertak, dan membunuh penegak hukum yang

menghalanginya. Hidup sebagai penjahat ini dilakukannya

selama puluhan tahun. Nasib dan takdir manusia hanya Allah yang tahu. Hingga

satu masa ia bertobat, karena putra kesayangannya yang semata

wayang meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan, ketika

bersamanya merampok sebuah rombongan orang-orang sakti. Ia pun ditaklukkan oleh rombongan orang-orang sakti itu, yang

kemudian melepaskannya dengan syarat ia harus bertobat dengan

taubatan nasuhah. Akhirnya ia bertobat, dan kemudian rajin melaksanakan

shalat lima waktu dan shalat sunat di mesjid di kampungnya. Ia

pun kemudian diangkat menjadi pengurus mesjid. Ia rajin

bekerja dan bertanggung jawab atas kepercayaan masyarakat yang diberikan kepadanya.

Page 180: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

170

Satu masa imam mesjid meninggal. Oleh masyarakat secara

musyawarah dan mufakat, beliau dipercayakan untuk menggantikan imam mesjid yang telah wafat. Ia tak bisa

menolak. Namun ia pun tak mampu untuk menjadi imam shalat

dan khutbah Jumat. Dengan terpaksa ia terima kepercayaan yang

diberikan masyarakat ini. Tiba masa shalat Jumat yang pertama ia menjabat sebagai imam mesjid. Sebagaimana biasa, pada

siang hari setelah sampai masa shalat, azanlah muazin untuk

segera shalat Jumat. Masyarakat desa berbondong-bondong datang ke mesjid untuk melaksanakan shalat fardhu Jumat.

Kemudian salah satu rukunnya, adalah khutbah Jumat. Naiklah

tokoh kita ini ke atas mimbar Jumat. Namun tidak lazim seperti

khutbah Jumat sebelumnya. Karena sang imam mesjid yang baru ini, sadar ia tidak mampu memberikan khutbah, maka ia

memberikan arahan: “ Asalamu’alaikum, Bapak-bapak sidang

Jumat yang mulia, karena sesuatu hal, saya selaku imam mesjid mengumumkan bahwa shalat Jumat hari ini ditiadakan,

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.” Riuh-

rendahlah respos para jamaah shalat Jumat. Namun mereka mengikuti perintah sang imam mesjid.

Tak berapa lama kemudian, Allah murka karena pembatalan

shalat Jumat ini oleh sang imam mesjid. Allah menurunkan petir

membakar bahagian atas mesjid. Para jemaah pun berkomentar, “Hebat benar imam mesjid kita ini, tahu apa yang akan terjadi.

Coba kalau kita tadi shalat tentu akan tersengat petir.”

Demikian contoh-contoh cerita rakyat Melayu Sumatera Utara, yang sebenarnya di lapangan masih banyak lagi dan perlu

diteliti oleh para pakar sastra dan budaya pada umumnya.

Namun bagaimanapun inti dari cerita rakyat adalah sebenarnya pembelajaran menurut sistem nilai dan norma-norma masyarakat

Melayu. Cerita rakyat tersebut secara alamiah adalah hasil

kreativitas imajinatif pengarangnya yang tidak dapat lagi dilacak

siapa pengarangnya. Atau berdasarkan cerita rakyat itu kemudian

Page 181: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

171

ditulislah karya sastra oleh pengarang tertentu dalam budaya

Melayu.

4.4 Sinandong Sinandong atau senandung adalah sebuah genre sastra lisan

yang hidup dan tumbuh di kawasan Batubara, Asahan, dan

Labuhanbatu, Sumatera Utara. Istilah sinandong ini sendiri memiliki hubungan dengan istilah sejenis dalam kebudayaan

rumpun Melayu Tua, misalnya andung dalam kebudayaan Batak

Toba, mersukut-sukuten dalam budaya Pakpak-Dairi, dan tangis-tangis dalam kebudayaan Karo.

Dalam kebudayaan Melayu Sumatera Utara, sinandong ini

diperkirakan tercipta seiring dengan munculnya cerita rakyat

Melayu yang mengisahkannya. Syahdan di suatu kerajaan di Sumatera Timur, hiduplah seorang nelayan yang bernama Si

Nandang. Ia jatuh cinta kepada seorang puteri raja yang elok

paras rupanya. Rasa cinta ini tidak bertepuk sebelah tangan—puteri raja juga jatuh cinta kepadanya. Namun ada jurang

pemisah untuk bertautnya hati dan cinta mereka berdua, yaitu

status sosial. Sang putri raja tentu saja sebagai bangsawan memiliki status sosial tertinggi dalam masyrakat. Sementara sang

nelayan adalah dipandang berstatus sosial rendah. Dari pihak

sang puteri yaitu terutama raja tentu saja tidak setuju dengan

hubungan yang seperti ini. Karena dihalang-halangi pihak raja untuk memadu kasih dan

cinta, sang puteri raja jatuh sakit. Dalam kenyataannya ketika

seluruh dukun atau bomoh (datu) diundang untuk menyembuhkan Tuan Puteri, tak ada satu pun yang bisa menyembuhkannya.

Kemudian Si Nandang pemuda nelayan menyamar menjadi

dukun dan membaca mantera dengan cara bersyair

(bersinndong), sang puteri raja sembuh dari penyakitnya. Si Nandang ini kemudian dikenali secara luas sebagai Si Nandung.

Page 182: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

172

Setelah sang pteri raja sembuh, gejolak cinta antara dia

dengan Si Nandung semakin bergelora. Namun tetap saja sang puteri raja mendapat halangan dari ayahandanya dan

keluarganya. Untuk memutuskan jalinan asmara antara dua satus

sosial yang berbeda ini, pihak raja menuduh Si Nandung

mengguna-gunai sang puteri raja. Kemudian Si Nandung ditangkap untuk selanjutnya dibunuh. Setelah dibunuh, maka

sang puteri merasa kesepian dan kesendirian. Akhirnya ia jatuh

sakit dan meninggal. Ia berharap dapa bertemu di alam lain dengan sang kekasih pujaan hati, sebagai simbol abadinya cinta

mereka berdua.

Dalam zaman-zaman berikutnya sinandong ini, berkembang

menurut fungsinya dalam masyarakat Melayu di Sumatera Utara. Di antaranya adalah sinandong mengenang nasib atau sinandong

ibu.

Hoi ... menumbok kunun jang di losung batu

Antan dibuat jang batang galenggang

Hoi ... saketlah sunggoh dagang piatu Kaenlah basah koreng di pinggang ...

Hoi ... naek raket mengambek kupang

Pukat dilaboh tepi kualo Sungguhlah saket badan menumpang

Aer yang koroh diminum jugo

Pada waktu malam hari saat tidur malam, ketika sang bayi

terbangun dari tidurnya dan minta untuk disusui, sambil

menyusui sang ibu menyanyikan senandung, sebagai berikut.

Dadong dadong dadong didadong ...

Dadong didadong nak dadong di dado ... Kalaulah gugor nak gugorlah nangko

Page 183: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

173

Usah ditimpah nak si ghanting paoh

Kalau nak tidor nak tidorlah mato

Jangan dicinto ayah nan jaoh

Dadong dadong dadong didadong ... Dadong didadong nak dadong di dado ...

4.5 Syair Genre sastra Melayu (termasuk Sumatera Utara) disebut

syair ialah suatu bentuk puisi Melayu tradisional yang sangat

populer. Kepopularen syair sebenarnya bersandar pada sifat penciptaannya yang berdaya melahirkan bentuk naratif atau

cerita, sama seperti bentuk prosa, yang tidak dipunyai oleh

pantun, seloka, atau gurindam.

Dari bentuk kata atau istilahnya jelas bahwa kata ini berasal dari bahasa Arab. Kamus al-Mabmudiyah (1934) karangan Syed

Mahmud ibnu Almarhum Abdul Qadir al-Hindi memberikan

makna kata syair sebagai "karangan empat baris yang sama sajak (s-j-?)nya pada akhir keempat-empat kalimat dan sama

pertimbangan perkataannya" (Syed Mahmud 1934:159). Dari

konteksnya kita faharmi apa yang dimaksudkan dengan sajak (s-j-?) ialah persamaan bunyi di akhir tiap-tiap baris atau rawi.

Tentu saja keterangan yang terdapat dalam Kamus Al-

Mahmudiyah sangat ringkas, karena penyusun kamus ini

menyadari bahwa semua orang Melayu pasti tahu apa itu syair (Siti Hawa Haji Salleh 2005:1).

Begitu pentingnya kedudukan syair ini dalam kebudayaan

Islam atau Melayu. Maka Al-Qur’an pun memuat perbincangan tentang syair ini dalam beberapa ayat. Dalam Al-Qur’an Asy

Syu’araa’ (26:224) dijelaskan bahwa para penyair itu diikuti oleh

orang-orang yan g sesat.

Page 184: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

174

Artinya:

Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat.

Kemudian dalam surat yang sama Al-Qur’an Asy Syu’araa’ (26:225), bahwa para penyair itu mengembara di tiap-tiap

lembah.

Artinya: Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap- tiap lembah

Yang dimaksud dalam ayat ini ialah bahwa sebagian penyair-penyair itu suka mempermainkan kata-kata dan tidak mempunyai

tujuan yang baik yang tertentu dan tidak punya pendirian.

Di ayat lain yaitu ayat 226, diterangkan bahwa penyair itu hanya suka mengatakan tetapi tidak melakukan apa yang

dikatakannya. Selengkapnya firman Allah dalam Al-Qur’an Asy

Syu’araa’(26: 226) adalah sebagai berikut.

Artinya: dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)?

Setelah memberikan peringatan bagi para penyair yang

“menyimpang,” di ayat 227 Allah memuji dan memberikan jaminan kepada para penyair yang beriman dan beramal saleh,

Page 185: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

175

walau awalnya mereka menderita dan dizalimi. Selengkapnya

Al-Qur’an surat Asy Syu’araa’(26: 227) sebagai berikut.

Artinya: Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. Dan orang-orang

yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.

Di dalam Al-Qur’an surah Yaasiin (36;69), sebagai

pernyataan bahwa Al-Qur’an itu bukan ciptaan Nabi Muhammad tetapi adalah wahyu Allah melalui Malaikat Jibril, Allah

berfirman sebagai berikut

Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak baginya. Al Qur.an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan.

Ayat-ayat Al-Qur’an yang berisi tentang penyair dan syair

tersebut di atas, tampaknya adalah ingin meluruskan ide dan praktik terhadap sastra syair ini dalam rangka tauhid kepada

Allah, bukan sebaliknya “bermain dengan kata-kata” untuk

ingkar kepada Tuhan, dan memilih jalan syetan.

Dalam Dunia Melayu, lebih lanjut menurut Harun Mat Piah para pengkaji yang meneliti syair sepakat menyatakan baawa

kata syair berasal dari bahasa Arab sy’r yang umumnya merujuk

Page 186: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

176

kepada pengertian puisi dalam apa-apa jua jenisnya seperti yang

difahami dalam istilah Inggris poem atau poetry (Harun Mat Piah 1989:210). Sementara itu, dalam bahasa Arab kata sy’r

melahirkan kata sya’ir dengan membawa maksud penulis atau

pencipta puisi, penyair, atau penyajak.

Dalam bentuk asalnya, syair tidak mungkin dikelirukan dengan seloka dan gurindam karena cara penulisannya. Syair

yang pada mulanya ditulis dalam tulisan Jawi (Arab Melayu),

ditulis berpasang-pasangan, yaitu dua kalimat (ayat) pada baris pertama dengan dipisahkan oleh suatu tanda hiasan atau bunga di

tengah-tengahnya. Biasanya dua pasangan ayat (yaitu empat

baris) mempunyai bunyi akhir sama, walaupun kadang-kadang

ditemui sepasang ayat sahaja yang mempunyai rima akhir yang sama (Siti Hawa Haji Salleh 2005:4).

Kekeliruan terjadi ketika syair dalam tulisan Jawi

diperturunkn ke dalam tulisan rumi (Romawi) dan mungkin karena keterbatasan ruang, empat baris syair berpasang-pasangan

terpaksa diletakkan sebagai suatu rangkap yang terdiri dari

empat baris. Baris-baris syair ini biasanya ditransliterasikan dalam bentuk yang sangat berbeda dengan yang asalnya dalam

tulisan jawi.

Page 187: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

177

Gambar 4.1

Contoh Rangkap (Bait) Syair dalam Tulisan Jawi

Sumber: Siti Hawa Haji Salleh (2005:4)

Hijrat’l-Nabi ‘alaihi’l-salam,

Seribu tiga ratus bilangan Islam, Bertambah empat bilangan malam,

Buan Jumadi’l-awal sepuluh malam.

Hari Thalatha mula disurat,

Syair dikarang fakir yang larat,

Dari hai sangat kelurat, Disuratkan sedikit tamsil ibarat.

Baris-baris membawa maksud atau amanat syair, semuanya

membawa maksud amanat yang berkaitan dan jika ditransliterasikan ke dalam tulisan Latin dalam bentuk rangkap

empat baris, maka mudah dikelirukan dengan seloka (Siti Hawa

Haji Salleh 2005:5).

Page 188: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

178

Za’ba dalam bukunya Ilmu Mengarang Melayu (1962

dan sebelumnya) menyatakan bahwa penulisan syair tidaklah terkungkung pada monorima saja. Beliau mengemukakan

beberapa contoh yang memperlihatkan variasi yan berbeda,

seperti syair dua baris serangkap berima a/b, a/b, a/b, dan

seterusnya; syair tiga baris serangkap dengan rima a/a/b, a/a/b, dan seterusnya; syair empat baris serangkap berima a/a/a/b,

c/c/c/d, dan seterusnya.

Contoh dua baris serangkap berima a/b, a/b:

Dihitung banyak tidak terkira,

Apabila dijumlahkan menjadi satu.

Melompat tak seperti kera,

Hanya tak pandai memanjat pintu.

Menghidupi memelihara,

Tetapi orang benci bercampur bersatu.

(Za’ba 1962:236 dalam Harun Mat Piah 1989:232).

Contoh syair tiga baris serangkap berima a/a/b, a/a/b:

Islam kita wei kejatuhan,

Sebab karut masuk tembahan,

Quran hadis terbulang-baling.

Hadis firman dapat ubahan,

Maksud hakiki perpecahan, Punding bengkok kena perguling.

(Za’ba 1962:235 dalam Harun Mat Piah 1989:232)

Contoh syair empat baris serangkap berima a/b/a/b.

Page 189: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

179

Kamilah raja tuan di sini,

Harta pun kami yang punya,

Orang yang duduk di bumi ini, Mendengar kami gentar semuanya.

Bukalah pintu kami titahkan, Nabi Sulaiman empunya perintah,

Jangan sekali kamu ingkarkan,

Derhaka kamu jika dibantah. (Za’ba 1962:234 dalam Harun Mat Piah 1989:234)

Contoh syair empat baris serangkap berima a/a/a/b,

c/c/c/d

Wahai Ramadhan syahar berpangkat,

Tuan kemana lenyap berangkat? Dukanya kami tidak bersukat,

Hendak menurut tidak berdaya.

Sekali setahun tuan bermegah,

Menjelang kami sebulan singgah,

Kami bercengkerama belum semenggah,

Tuan pun lenyap dari dunia.

Syair empat baris serangkap berima a/a/a/b, c/c/c/d, e/e/e/f,

dan diulang semula:

Kalau kita ditanya orang:

Kemudi manusia apakah gerang?

Berilah jawab dengannya terang: Akal, akal, akal, akal.

Page 190: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

180

Kalau kita lagi ditanya:

Haluan manusia apa ditanya? Berilah jawab yang sempurna:

Hati, hati, hati, hati.

Kalau kita ditanya pula: Perahu manusia nayatakan sila,

Terangkan dengan berhati rela:

Ilmu yang sihat, ilmu yang sihat. (Za’ba 1962:107-8 dalam Harun Mat Piah 1989:237)

4.5.1 Syair dalam Dunia Melayu

Meskipun menggunakan pendekatan yang berbeda, seperti A. Teeuw yang menggunakan pendekatan ekstensif (emik) dan

Syed Naquib al-Attas yang menggunakan pendekatan intensif,

para sarjana ini tidak dapat menafikan bahwa dalam realitinya Hamzah Fansuri yang memesatkan penggunaan syair dalam

perkembangan kesusastraan Melayu. Oleh karenanya, soalan

yang perlu dibagi jawaban ialah sangat menentukan seperti yang dikemukakan Harun Mat Piah (1989:216):

Pertamanya, apakah syair itu merupakan bentuk

puisi Melayu-Indonesia yang asli (purba), ertinya telah ada

sebelum kedatangan Islam atau, keduanya, benarkah syair

dikarang dandicipta oleh Hamzah Fansuri dan hanya

dikenali dan berkembang selepas Hamzah Fansuri (m. 1630 Masihi)

Page 191: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

181

Harun Mat Piah mengemukakan empat kesimpulan berasaskan

kepada berbagai-bagai pendapat dan polemik yang timbul

berhubung dengan syair yang dikemukakan oleh para sarjana.

Tanpa mengulangi satu per satu penghujahan yang dikemukakan oleh para sarjana dan mengulangi lagi asal-usul syair dan lain-

lain yang berkaitan dengannya, kita lihat keempat simpulan

mengenai syair yang dikemukakan oleh Harun Mat Piah (1989:209-210).

(1) Bahwa istilah syair berasal dari bahasa Arab; dan

penggunaannya dalam bahasa Melayu hanya sebagai istilah teknik.

(2) Bahwa syair Melayu itu, walau ada kaitannya dengan

puisi Arab, tetapi tidak berasal dari syair Arab dan

Persia, atau sebagai penyesuaian dari mana-mana genre puisi Arab atau Persia. Dengan perkataan lain,

syair adalah cipataan asli masyarakat Melayu.

(3) Ada kemungkinan syair itu berasal dari puisi Melayu Malaysia-Indonesia asli.

(4) Bahwa syair Melayu dicipta dan dimulakan

penyebarannya oleh Hamzah Fansuri dan beracuankan puisi Arab-Persia.

Pengkaji lainnya yaitu Mohd. Yusof Md. Nor dan Abdul

Rahman Kaeh (1985:vii) mengemukakan empat kesimpulan juga,

namun sedikit berbeda dengan kesimpulan yang dikemuakakn oleh Harun Mat Piah, yaitu:

(1) Karena kata syair datangnya dari Arab-Persia, maka

syair dianggap datang dari luar. (2) Meskipun kata syair ada kaitannya dengan bahasa

Arab-Persia, tetapi bentuk syair ialah ciptaan orang

Melayu di Nusantara ini.

(3) Syair sudah ada sejak abad kelima belas di Melaka. (4) Syair dikarang oleh Hamzah Fansuri dan

berkembang selepasnya.

Page 192: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

182

Sementara Siti Hawa Salleh menambahkan bahwa selain simpulan seperti di atas ada sebuah lagi aspek yang berkaitan

dengan eksistensi syair di dunia Melayu. Menurutnya, kegiatan

keagamaan dalam tradisi merayakan Maulidur Rasul (Maulid

Nabi) memperkenalkan dan merapatkan masyarakat Melayu dengan puisi barzanji. Mungkin pada mulanya puisi

didendangkan dalam bahasa Arab asalnya dan kemudian

diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu sambil memberi perhatian kepada rima akhir setiap baris. Akhirnya para penyair

Melayu sendiri mencipta puisi-puisi dengan berpandukan

penulisan puisi barzanji. Contoh-contoh yang dipetik dari buku

barzanji memperlihatkan bahwa bentuk penciptaan puisi itu ialah bentuk syair seperti yang wujud sekarang. Kegiatan

menyanyikan puisi barzanji dalam majlis Maulidur Rasul (maulid

Nabi) setiap tahun pasti meninggalkan kesan terhadap selera puisi masyarakat Melayu. Dengan itu, tentulah sedikit sebanyak lagu

barzanji ini memainkan peranan dalam menyebarkan penciptaan

puisi jenis ini yang akhirya bernamakan syair. Selain itu, tidak dapat dinafikan bahwa minda masyarakat Melayu lebih mudah

menerima puisi barzanji dengan struktur kalimat dan rima

akhirnya karena kebiasaan mereka dengan bentuk puisi yang

sedia ada dalam kesusastraannya sendiri.

Page 193: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

183

Notasi 4.1

Cuplikan Marhaban

Page 194: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

184

Dengan wujudnya berbagai-bagai jenis syair dalam

kesusastraan Melayu, ternyata bahwa puisi jenis ini amat disukai oleh masyarakat Melayu zaman silam. Syair menyediakan satu

lagi cara untuk menyampaikan cerita selain bentuk prosa.

Walaupun pantun berkait berdaya menyam-paikan sesuatu kisah

yang panjang, menuruti penceritaannya dapat memberikan tekanan kepada pembaca atau pendengar karena struktur pantun

berkait yang terpaksa mengulang sebut maksud dalam rangkap

awal sebelum mengungkapkan informasi dalam rangkap yang berikutnya. Oleh itu, pantun berkait tidak digunakan secara

meluas untuk menyampaikan cerita yang panjang-panjang seperti

yang dapat dilakukan oleh syair (Siti Hawa Salleh 2005:23).

Dalam Dunia Melayu hampir setiap genre kesusastraan Melayu tradisional mempunyai versinya dalam bentuk syair,

selain dalam bentuk prosa—hingga terdapat satu kumpulan karya

yang besar tercipta dalam bentuk syair. Dengan demikian, daam perbendaharaan kesusastraan Melayu terdapat syair agama, syair

sejarah, syair hikayat, syair nasehat, dan lain-lain. Syair juga

muncul dalam karya prosa tradisional, baik untuk selingan mauun penghias bahasa dan juga dapat sebagai penyampai alternatif.

Kepopularannya dikekalkan melalui iramanya yang tersendiri

hingga syair termasuk ke dalam kumpulan dendangan irama

asli14

, menjadi sebahagian dari nyanyian dalam persembahan bangsawan dan mempunyai peminat atau audiensnya sendiri.

14Sebenarnya syair ini tidak boleh dikategorikan sebagai irama asli

atau kalau di Sumatera Utara disebut irama senandung, yang temponya lambat yaitu sekitar 60 ketukan asas per minitnya. Ditulis dalam birama atau sukatan 4/4. Dalam satu siklus (pusingan) memerlukan delapan ketukan asas. Dengan onomatopeik bunyi 4 ketukan awal diisi oleh suara tak, dan empat berikutnya dang, dang , tung, tung, dang, dang dan tung. Dengan nota lengkap sebagai

berikut: . Pada bahagian melodi selang (interlude) digunakan rentak inang atau mak inang dalam 4/4 dan bahagian isi meter bebas bukan rentak ata irama asli.

Page 195: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

185

Contoh syair dalam Dunia Melayu: (a) syair sejarah (Syair Sultan

Maulana, Syair Perang Mengkasar, Syair Muko-Muko), (b) syair

keagamaan (Syair Makrifat, Syair Mekah dan Medinah, Syair

Hari Kiamat), (c) syair hikayat/hiuran/romantis (Syair Harith Fadzillah, Syair Gul Bakawali, Syair Jauhar Manikam), (d) syair

hikayat panji (Syair Ken tambuhan, Syair Panji), syair nasihat

(Syair Nasihat, Syair Nasihat Pengajaran untuk Memelihara Diri, Syair Nasihat kepada Pemerintah), dan (e) syair

perlambangan, kiasan atau sindiran (Syair Ikan Terubuk, Syair

Ikan Tongkol, Syair Bereng-bereng) (Siti Hawa Haji Salleh 2005:24).

Gambar 4.2

Contoh Rangkap (Bait) Syair dalam Kitab Barzanji

Page 196: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

186

Page 197: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

187

Notasi 4.2

Cuplikan Melodi Barzanji

Page 198: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

188

4.5.2 Struktur Musikal

Selain peraturan struktural sastra, seperti sudah diuraikan di atas, struktur syair yang tak kalah pentingnya adalah melodi dan

rentak musikalnya. Syair ini selalu dipersembahkan dengan

menggunakan bentuk melodi tertentu, yang memiliki struktur

internal pula. Bahkan dalam satu bait pada Syair Puteri Hijau dinyatakan sebagai berikut.

Sampai disini sja’irpun tammat, Sadjaknya banjak a’ betul amat,

Mengarangkan dia habislah tjermat,

Pinggang dan tengkuk rasanja lumat.

Sedikit sadja saja pohonkan,

Membatja sja’ir hendaklah lagukan,

Supaja gembira jang mendengarkan, Paedahnja banjak tentu didapatkan.

(Rahman 1962:92)

Dari nukilan atau cuplikan syair di atas jelaslah bahwa

dalam mempersembahkan syair, haruslah dilagukan bukan dibaca

verbal biasa saja. Demikian pentingnya lagu ini, maka menurut

penulis, lagu dalam syair Melayu memainkan peran utama dalam aspek strukruralnya mahupun fungsionalnya Artinya lagu dalam

syair ini memberikan identitas dan jati diri kepada syair selain

dari struktur teks sastranya. Bagaimana-pun, melodi syair berbeda dengan melodi gurindam dan berbeda pula dengan

melodi nazam, dan genre sastra Melayu lainnya. Dengan

demikian melodi syair wajib dibagi perhatian serius pula di samping struktur sastranya.

Di Sumatera Utara, melodi pengiring syair disebut dengan

Lagu Selendang Delima. Dari mana asal-usul tajuk melodi ini

belum dapat dipastikan lagi. Namun kemungkinan besar,

Page 199: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

189

menurut penulis adalah melodi tersebut awalnya berasal dari

sebuah lagu tradisional Melayu baik yang berada di Sumatera

Utara atau Semenanjung Tanah Melayu, yang bertajuk Lagu

Selendang Delima, dengan teksnya tersendiri, atau teks berbentuk pantun, yang boleh pantun mana saja masuk ke dalamnya.

Karena lagu ini memang tepat untuk dimasuki sesebuah pantun.

Kemudian karena ia bentuk asli atau senandung dan sedikit meter bebas melodinya, maka lagu ini tepat pula dipergunakan untuk

menyampaikan syair. Demikian hipotesis penulis.

Nama tajuk Lagu Selendang Delima ini tak banyak yang mengetahuinya. Hanya ada beberapa pemusik saja di kalangan

seniman Melayu, yang mengetahuinya, terutama di kalangan

pemusik yang berusia relatif tua. Mereka menjelaskan bahwa

lagu ini memang bertajuk demikian sejak mereka mengenalnya awal kali. Bila itu tercipta dan siapa penciptanya mereka tidaklah

tahu.

Di Sumatera Utara, melodi Lagu Selendang Delima untuk mempersembahkan syair ini cukup populer, karena pada dekade

1960-an sampai 1970-an, masyarakat Melayu Sumatera Utara

biasanya pencinta berat acara Drama dalam Syair yang disiarkan oleh Radio Singapura, Singapore Broadcasting Coorporation

(SBC). Pada ketika itu, pemain drama ini yang cukup popular di

kalangan masyarakat Melayu Sumatera Utara adalah Jahlelawati

dan Haji Syarif Medan Singapura. Adapun cerita-cerita yang dipersembahkan umumnya adalah sama dengan yang

dipersembahkan dalam genre teater bangsawan.

Melodi Lagu Selendang Delima ini dalam konteks megiringi syair, di wilayah Sumatera Utara, biasanya untuk suara lelaki

memakai nada dasar D sedangkan untuk mengiringi penyair

perempuan menggunakan tangga nada G (wawancara dengan

Ahmad Setia 22 September 2007 di Jalan Antara Medan). Nada dasar ini diperlukan sebagai sarana memosisikan suara agar tidak

terlalu rendah atau terlalu tinggi, disesuaikan dengan ambitus

Page 200: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

190

suara penyair. Namun demikian, setiap penyair boleh saja

meminta nada dasar yang lebih sesuai untuk suaranya, misalnya E, Es atau F untuk lelaki, As atau A untuk perempuan, dan lain-

lainnya, menurut kehendak dan kemampuan suara penyair itu.

Rentak yang digunakan pada melodi syair ini adalah

menggunakan dua jenis rentak yaitu (a) mak inang, ditulis dalam birama 2/4 atau 4/4, dengan menggunakan onomatopeik: tak,

ding, dang dan tung. Keseluruhannya adalah delapan birama atau

32 ketukan asas. Kemudian rentak yang kedua (b) adalah meter bebas atau free meter. Pada bahagian ini diutamakan

persembahan teks syair yang terdiri dari empat baris dalam satu

baitnya. Rentak meter bebas ini sedikit mengarah kepada rentak

senandung namun tidak terikat oleh tanda birama atau metrum Dengan demikian kita boleh melihat adanya pengutamaan teks

saat isi ini sehingga boleh dikategorikan sebagai musik

melogenik, yaitu musik yang mengutamakan unsur teks dibanding ritme atau melodi. Ini menjadi ciri utama pula dalam

persembahan kesenian Melayu pada umumnya, jarang yang

mengutamakan unsur musik saja, namun lebih menumpukan pada teks.

Page 201: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

191

Notasi 4.3

Tiga Rentak Dasar dalam Musik Melayu Sumatera Utara

(Senandung, Mak Inang, dan Lagu Dua)

Rentak Mak Inang adalah Asas pada Melodi Penyelang Syair

4.5.3 Struktur Melodi Selendang Delima Struktur melodi Lagu Selendang Delima yang biasa

digunakan untuk menyanyikan syair, nampaknya hampir sama di

kawasan Dunia Melayu, khususnya Indonesia dan Malaysia. Secara struktural lagu ini terdiri dari satu bentuk interlude atau

Page 202: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

192

melodi penyelang (dalam hal ini diidentifikasi sebagai bentuk X).

Ditambah tiga bentuk isi, yaitu (A-B-B’-C). Bentuk isi ini digunakan untuk menyanyikan teks yang terdiri dari empat baris

dalam satu bait. Selengkapnya melodi Selendang Delima itu

adalah seperti Notasi 4.4 berikut ini.

Notasi 4.4

Lagu atau Melodi Selendang Delima

yang Biasa Digunakan Untuk Menyanyikan Syair

Melodi Selendang Delima di atas dapat dianalisis lagi menurut bentuknya. Bentuk melodi selang atau bentuk X, menggunakan

birama 4/4. Dimulai dari tanda istirahat seperdelapan dilanjut ke

Page 203: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

193

nada b di bawah c tengah yang berdurasi seperdelapan, meloncat

ke nada e dengan durasi not setengah, selepas itu ke nada g dan a

masing-masing not seperdelapan Nada dan durasi ini mengisi

birama pertama. Selanjutnya birama kedua diisi oleh nada b, c, a, b, g, a, fis, dan g dengan menggunakan durasi masing-masing not

seperdelapan. Sementara itu pada birama ketiga diisi oleh nada e

dengan durasi tiga perempat dilanjut ke nada g, fis, a, g, fis masing-masing berdurasi not seperdelapan. Birama keempat diisi

oleh nada dan durasi not yang sama dengan birama ketiga.

Kemudian birama kelima diisi oleh nada e, d, cis, b yang masing-masing berdurasi not seperdelapan dilanjut ke nada cis dan d

masing-masing not seperempat. Birama keenam pula diisi sama

dengan birama tiga atau empat. Birama ketujuh sama dengan

birama kelima, dan birama kedelapan diisi oleh satu nada saja yang berdurasi dua pertiga ditambah tanda istirahat seperempat.

Lihat Notasi 4.5 berikut ini.

Notasi 4.5

Bentuk Melodi Penyelang (Interlude) yang Diidentifikasi Sebagai

X

Bentuk melodi Selendang Delima bahagian isi, yang

bermeter bebas, terdiri dari bentuk A, B, B’ dan C. Bentuk A dimulai dari tanda istirahat seperdelapan dilanjutkan dengan nada

e berdurasi relatif seperdelapan. Kemudian dilanjutkan dengan

repetisi tiga buah nada a masing-masing berdurasi seperdelapan,

Page 204: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

194

dilanjut ke nada a bahagian ujung frase yang berdurasi not

setengah. Bahagian ini kemudian dilanjutkan dengan nada gis, b, a, g, yang masing-masing berdurasi not seperdelapan, dilanjut ke

nada f durasi tiga perdelapan, terus ke nada f lagi dengan durasi

seperdelapan, nada a seperdelapan, nada b seperempat, nada d

seperempat, nada c seperdelapan, nada b seperempat, nada a seperenam belas, dan bentuk ini diakhiri oleh nada b yang

berdurasi tiga perdelapan. Selengkapnya lihat bentuk A ini pada

Notasi 6 berikut ini.

Notasi 4.6

Bentuk Melodi Isi A

Bentuk B dimulai dari nada b dan c yang masing-masing berdurasi seperdelapan. Dilanjutkan dengan nada dis berdurasi

seperenam belas, kemudian nada e berdrasi seperdelapan, nada e

setengah, kemudian ke nada cis dengan durasi seperdelapan, dianjutkan ke nada e, d, c masing-masingberdurasi seperdelapan

dan kemudian diakhiri sementara oleh nada b dengan durasi not

setengah. Kemudian perjalanan melodi dilanjutkan dengan nada a, c, b dan a masing-masing berdurasi not seperdelapan,

kemudian ditambah dengan nada g seperempat durasinya, dengan

dilanjutkan nada f, a, g yang masing-masing berdurasi not

seperdelapan dan bentuk ini diakhiri oleh nada e sebagai nada dasarnya dengan durasi not setengah. Bentuk B ini selengkapnya

dapat dilihat pada Notasi 4.7 berikut ini.

Page 205: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

195

Notasi 4.7

Bentuk Melodi Isi B

Bentuk B’ hampir sama dengan bentuk B, yang berbeda adalah

bahagian awal—dimulai empat nada yang berbeda dengan bentuk B yaitu menggunakan nada e berdurasi seperdelapan langsung

meluncur ke atas nada d sebanyak tiga kali dengan durasi

masing-masing not seperdelapan. Selangkapnya lihat Notasi 4.8 berikut ini.

Notasi 4.8 Bentuk Melodi Isi B’

Bentuk C yaitu bentuk terakhir isi melodi syair, dimulai dari nada e berdurasi seperdelapan, dianjutkan ke nafa fis berdurasi

seperdelapan, nada g seperdelapan, nada b seperenam belas, nada

a seperdelapan, nada b seperenam belas, nada a tiga perdelapan, nada f berdurasi seperdelapan, nada e berdurasi seperenam belas,

nada dis berdurasi not seperdelapan. Kemudian dilanjutkan e

nada a dua kali masin-masing berdurasi not seperdelapan, nada f tiga perenam belas, nada a seperdelapan, nada g seperdelapan,

nada fis seperdelapan dan diakhiri nada e sebesar tiga perempat

sebagai nada paling akhir dari keseluruhan nada melodi ini.

Bentuk C ini dapat dilihat pada Notasi 4.9 sebagai berikut.

Page 206: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

196

Notasi 4.9 Bentuk Melodi Isi C

Gambar 4.3

Teknik Menghasilkan Empat Onomatopeik Bunyi Pada Gendang Ronggeng Melayu,

Termasuk untuk Mengiringi Sastra Melayu yang Dinyanyikan

Gambar tangan: Muhammad Takari, 1997

Page 207: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

197

Gambar 4.4

Biola

Salah Satu Alat Musik untuk

Pembacaan Sastra yang Dilagukan

Sumber: www.concertgoersguide.org

Gambar 4.5

Akordeon

Salah Satu Alat Musik Terpenting untuk Mengiringi Sastra yang Dilagukan

Page 208: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

198

Gambar 4.6 Tawak-tawak atau Gong

Untuk Mengiringi Sastra yang Dilagukan

Gambar tangan: Muhammad Takari, 1997

Page 209: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

199

Gambar 4.7 Gendang Ronggeng yang biasa Digunakan

untuk Mengiringi Musik Melayu

termasuk Sastra yang Dilagukan

Page 210: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

200

Gambar 4.8

Rebab Melayu

Digunakan untuk Mengiringi Sastra yang Dilagukan terutana Gurindam

Page 211: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

201

Tangga nada (scale) yang dipergunakan dalam syair atau Lagu Selendang Delima secara umum adalah tangga nada minor:

minor natural, melodis, harmonis dan zigana sekali gus. Unsur

maqam dari Asia Barat juga terwujud dalam lagu ini. Dengan demikian, musik memainkan peran penting pula di

samping peran seni sastra di dalam persembahan syair dalam

konteks Sumatera Utara atau yang lebih luas Dunia Melayu. Melodi Lagu Selendang Delima menjadi salah satu identitas atau

jati diri khas syair dalam kebudayaan Melayu, yang

membedakannya dengan syair dalam tradisi budaya Arab dan

Persia. Melodi ini terebar secara luas di kawasan Asia Tenggara atau juga di wilayah diaspora Melayu. Dengan demikian,

seorang penyair yang bagus dalam kebudayaan Melayu haruslah

pandai menyanyikan syair dengan melodi asas yang telah ada disertai dengan gerenek (ornamentasi) melodi yang boleh saja

menjadi ciri seorang penyair. Melalui melodi ini pula seseorang

dapat membedakan persembahan-persembahan sejenis dalam kebudayaan Melayu seperti nazam, gurindam, dondang sayang

dan lain-lainnya. Jadi unsur musikal dan sastra menjadi satu

kesatuan yang saling berkaitan dalam konteks pertunjukan syair,

baik dalam bentuk pertunjukan semata-mata syair, atau dalam bangsawan, toneel dan yang lainnya.

Page 212: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

202

Notasi 4.10

Sistem Maqam dan Iqa’at dari Timur Tengah yang Diadopsi dalam Melodi Sastra Melayu yang Dinyanyikan

Page 213: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

203

4.5.4 Syair di Sumatera Utara

Syair yang terdapat dalam kebudayaan Melayu Sumatera

Utara, ada yang umum terdapat dalam Dunia Melayu, namun ada pula yang khusus terdapat di kawasan ini. Adapun di antara syair

yang terdapat di Sumatera Utara dan umum dijumpai di dunia

Melayu adalah: Syair Kitab al-Nikah, Syair Hukum Faraid, Syair Sinar Gemala Mastika Alam yang kesemuanya dikarang oleh

pengarang Melayu ternama Raja Ali Haji. Selain itu terdapat

juga Syair Siti Sianah, Syair Siti Zubaidah, Perang Cina, dan Syair Ken Tambuhan, yang mencerminkan eksistensi kaum

wanita dalam Dunia Melayu. Adapun syair yang menjadi ciri

khas utama masyarakat Melayu Sumatera Utara adalah Syair

Puteri Hijau, yang berunsur sejarah dan legenda sekali gus.

4.5.5 Syair Puteri Hijau

Di Sumatera Timur ada sebuah cerita sejarah yang berbalut legenda dan sangat populer yaitu Puteri Hijau. Menurut cerita

yang disajikan secara lisan, pada abad ke-15, di bahagian pesisir

timur pulau Sumatera atau pulau Andalas, atau pulau Perca berdiri sebuah kerajaan yang bernama Gasip. Wilayahnya

membentang dari Teluk Aru sampai Sungai Rokan. Kerajaan ini

selalu mendapat serangan dari kerajaan Aceh yang lebih kuat.

Untuk menghindarkan bencana yang lebih dahsyat, maka Kerajaan Gasip memindahkan ibu negerinya dari tepi pantai Selat

Melaka ke Deli Tua. Raja Gasip bersahabat baik dengan orang-

orang Portugis yang datang berniaga dari Melaka. Persahabatan itu menjadikan pihak Portugis dan pihak Kerajaan Gasip

mengadakan persahabatan sosial melalui perkawinan.

Termasuklah Puteri Hijau yang hidup di masa ini yaitu sekitar

abad ke-15 adalah hasil keturunan dari perkawinan orang Portugis dengan Melayu.

Page 214: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

204

Ketika Sultan Deli Tua yang bernama Sultan Sulaiman

berpulang ke rahmatullah, maka baginda meninggalkan tiga orag putera. Yang paling tua yaitu lelaki bernama Mambang Yazid,

yang tengah perempan bernama Puteri Hijau dan yang bungsu

laki-laki bernama Mambang Khayali. Ketiganya hidup rukun dan

sentosa. Puteri Hijau sangatlah cantik parasnya, mahal didapat dan sukar dicari tolok bandingnya. Puteri ini dinamakan

demikian karena tubuhnya selalu memancarkan cahaya berwarna

hijau, terutama ketika ia bermain di taman saat sedang bulan purnama. Ketiga orang anak sultan ini dianggap rakyatnya

sebagai penjelmaan para dewa, sangat dimuliakan dan dipuja dan

sebagai orang sakti. Mayoritas rakyat Deli paham cahaya hijau

berasal dari tubuh sang puteri di Deli Tua. Pada suatu malam Sultan Aceh, Ali Mukhayat Syah (1497-

1530), sedang bersenang-senang di atas mahligainya, tiba-tiba

terlihat oleh baginda suatu cahaya yang berwarna hijau, letaknya kira-kira arah sebelah timur pulau Sumatera. Baginda segera

memanggil wazirnya dan menunjukkan cahaya yang tampak itu,

dan menanyakannya pada wazir, namun tiada jawaban karena wazir tak tahu. Maka keesokan harinya dititahkanlah beberapa

orang yang dipercayai untuk pergi melihat cahaya itu.

Mereka berangkat meninggalkan Aceh menuju pesisir timur

Pulau Perca. Akhrinya selepas beberapa pekan sampailah mereka di Labuhan Deli, yang pada masa itu terasuk sebuah bandar yang

ramai. Dari daerah ini mereka mengadakan penyelidikan, yang

kemudian mendapat keterangan bahwa itu adalah cahaya Puteri Hijau di Deli Tua. Secepat mungkin mereka berangkat menuju

Deli Tua dan langsung menghadap Sultan. Oleh Sultan mereka

diberi tempat tinggal dekat dengan istana. Mereka pada satu saat dapat melihat paras Puteri Hijau, yang kemudian terpesona

karena begitu cantiknya bagaikan dewi dari kayangan.

Selepas orang-orang kepercayaan Sultan Aceh itu

mempersaksikan bagaimana cantiknya paras Puteri Hijau itu,

Page 215: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

205

maka mereka segera bergegas minta diri kepada Sultan Deli Tua

untk kembali ke Negeri Aceh. Setibanya di Aceh sekalian yang

nampak oleh mereka dijelaskan kepada Sultan, yang

menyebabkan Sultan Aceh bertambah gairah. Sultan Aceh sendiri dengan kelengkapan yang besar

berangkat menuju Deli. Setibanya di Labuhan Deli, dititahkanya

utusan pergi menghadap Sulta Deli Tua utu meminang Puteri Hijau yang akan dijadikan permaisuri. Kemudian Sultan Deli

Tua bermufakat dengan adindanya, namun Puteri Hijau tetap

menolak pinangan Sultan Aceh. Karena penolakan ini maka kemudian terjadilah peperangan antara pasukan Aceh dengan

Deli Tua. Dalam peperangan itu Aceh hampir dikalahkan oleh

Deli Tua. Kemudian Sultan Aceh bermufakat dengan perdana

menterinya dan orang-orang besarnya, mencari tipu muslihat untuk menaklukkan Deli Tua dan menawan Puteri Hijau. Tipu

muslihatnya adalah pasukan Aceh menembakkan uang ringgit ke

sebelah pohon-pohon aur berduri yang berfungsi sebagai benteng kota Deli Tua. Berpuluh-puluh goni uang ringgit ditembakkan

oeh pasukan Aceh. Kemudian pasukan ini kembali ke Aceh

untuk melihat perkembangan lebih lanjut. Setelah rakyat Deli Tua melihat bahwa musuhnya telah tidak menyerang lagi, mereka

berebut mencari dan mengumpulkan uang ringgit yang

bertaburan di sekeliling kota Deli Tua, hingga benteng yang

terbuat dari aur berduri pun mereka tebas habis. Kemudian tentara Aceh datang kembali menyerang Deli

Tua. Pertempuran berkecamuk dan lebih hebat dari peperangan

awal. Dalam peperangan ini Mambang Khayali menjelma menjadi meriam dan menggempur musuhnya terus-menerus.

Ketika pertempuran sedang memuncak, Mambang Khayali

kehausan dan meminta pada Puteri Hijau supaya diberi air.

Puteri Hijau menasehatkan dalam keadaan demikian Mambang Khayali tak boleh minum, namun ia memaksa, sehingga

permintaannya dikabulkan. Akibatnya Mambang Khayali

Page 216: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

206

mengalami lemah sekujur tubuhnya yang telah berubah menjadi

meriam. Ketika meriam ini menembak musuh maka putuslah meriam itu, kepalanya melayang ke Aceh dan sebelah

belakangnya tetap di tempat.

Melihat hal yang demikian, maka Mambang Yazid (telah

menjadi Sultan menggantikan ayahandanya) telah melihat firasat bahwa mereka akan kalah, lalu ia memberi nasihat pada Puteri

Hijau, bahwa jika kelak ditawan oleh Sultan Aceh, agar ia

meminta dimasukkan ke dalam keranda yang terbuat dari kaca, dan sebelum sampai di Aceh, ia tak boleh disentuh atau dipegang

oleh Sultan Aceh. Sesampainya di Aceh nanti Puteri Hijau

meminta kepada Sultan Aceh untuk memerintahkan segenap

rakyatnya masing-masing membawa sebutir telur ayam dan segenggam bertih, dan dilonggokkan di tepi pantai kemudian

dibuang ke laut. Saat ini Puteri Hijau keluar sebentar dari dalam

keranda kaca tempatnya berbaring, membakar kemenyan dan menyeru nama Mambang Yazid. Mudah-mudahan ia akan

mendapat pertolongan. Selepas saja memberi nasehat kepada

adindanya, maka Mambang Yazid pun menghilang secara ghaib. Puteri Hijau tinggal seorang diri duduk menangis dan menatap.

Beberapa saat kemudian Sultan Aceh masuk ke istana Deli Tua

dan menawan Puteri Hijau. Kemudian Puteri Hijau meyampaikan

semua pesan Mambang Yazid kepada Sultan Aceh. Selepas itu Puteri Hijau bersama Sultan Aceh dan

rombongannya pergi ke Aceh. Kapal yang dinaiki Sultan Aceh

bernama Tanjung Jambu Air. Oleh Sultan Aceh seluruh rakyat diperintahkan untuk membawa persembahan seperti yang diminta

Puteri Hijau. Dengan sekejap mata terkumpulah telur ayam di

tepi pantai dan kemudian dibuang ke laut. Kemudian Puteri Hijau keluar dari keranda kaca dan memanggil Mambang Yazid

dan asap kemenyan mengepul ke udara. Dengan takdir Allah

tiba-tiba turunlah angin ribut dan hujan badai, serta halilintar

sambung menyambung. Dalam keadaan kacau balau ini, ombak

Page 217: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

207

laut bergulung-gulung dan kelihatanlah seekor naga yang amat

besar, datang berenang mendekati kapal Sultan Aceh. Setelah

dekat dengan kapal tersebut, maka naga tadi melibaskan ekornya

ke kapal Sultan Aceh. Kapal ini terbelah dua dan tenggelam bersama-sama dengan beberapa orang korban. Namun mujur

bagi Sultan Aceh ia dapat diselamatkan oleh para pengawalnya

dan kemudian dibawa ke tepi pantai. Keranda kaca bersama Puteri Hijau tinggal terapung-apung di atas permukaan laut.

Naga penjelmaan Mambang Yazid itu mengangkat keranda

tersebut lalu diangkat dengan kepalanya dan dibawanya berenang ke Selat Melaka. Tinggallah Sultan Aceh bermenung seorang diri

merindukan Puteri Hijau yang telah dilarikan oleh naga sakti itu.

Demikian ringkasan cerita Puteri Hijau seperti yang ditulis dalam

Syair Puteri Hijau. (Lebih rinci dan jauh lihat A. Rahman 1962).

4.5.6 Puteri Hijau dalam Teater Melayu

Kisah Puteri Hijau ini selain populer dalam masyarakat Melayu Sumatera Utara, yang dikisahkan melalui seni tradisi

lisan maupun tulisan berupa syair, terutama yang ditulis oleh A.

Rahman diterbitkan tahun 1962 oleh Pustaka Andalas Medan. Cerita ini juga populer dipersembahkan melalui teater

bangsawan, toneel, dan juga ludruk Jawa yang ada di Sumatera

Utara. Penulis sendiri sebagai saksi dalam tahun 1967 menonton

kisah Puteri Hijau ini di dalam ludruk Jawa di Tebing Tinggi yang bernama Sopo Nyono. Kelompok ludruk ini biasanya main

di perkebunan-perkebunan atau desa-desa di seluruh Sumatera

Utara dengan cara berpindah-pindah selama menetap sebulan di masing-masing tempat. Begitu juga dengan teater bangsawan

yang ada di Labuhan Batu dan Asahan. Biasanya pertunjukan

dilakukan di Gedung Balai Desa setempat atau di lapangan

dengan ditutup tenda-tenda. Cerita Puteri Hijau biasanya dipersembahkan pada setiap akhir masa teater Melayu ini tinggal

di suatu tempat.

Page 218: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

208

Aspek yang menarik adalah bahwa cerita Puteri Hijau ini

berkaian dengan alam gaib dalam sistem kosmologi Melayu. Masyarakat Melayu Sumatera Utara meyakini bahwa Puteri Hijau

adalah sebuah sejarah dan legenda sekali gus. Untuk

mempertunjukkannya dalam seni persembahan ada syarat-syarat

yang mesti dipenuhi, yaitu meminta izin kepada Puteri Hijau atau keturunannya dan mengorbankan seekor kambing.

Banyak realitas yang memperlihatkan kepada masyarakat

Melayu di Sumatera Utara, mereka yang tidak meminta izin untuk mementaskan kisah Puteri Hijau ini dan memenuhi syarat-

syaratnya maka akan mengalami bala dan bencana. Misalnya

seperti yang pernah terjadi di Kota Medan tahun 1950-an,

menurut pejelasan dari Ahmad Setia, seorang pemain akordeon Melayu ternama saat ini.

Tahun-tahun 1950-an itu cerita Puteri Hijau pernah dibuat

sandiwara. Dipentaskan di kota Medan. Datanglah masyarakat Medan untuk mengetahui kisah Puteri Hijau.

Pernah satu saat di tahun 1950-an ini seorang sutradara

bernama Pak Dali yang tinggal di Kampung Baru

(sekarang Jalan Brigradir Jenderal Katamso). Ia juga

seorang penjual sirih. Pak Dali membuat panggung

sandiwara, tepatnya di Gedung Nasional Medan. Menurut

orang-orang Melayu Deli seharusnya sebelum

dipertunjukkan, kisah Puteri Hijau di dalam teater,

hendaknya mohon izin dahulu kepada keturunan Puteri

Hijau, yaitu kerabat yang sekarang ini mendiami rumah-

rumah atau bilik di sekitar Istana Maimoon Medan. Izin

itu biasanya berupa penyem-belihan seekor kambing, kemudian dagingnya dibagikan kepada fakir miskin dan

kepalanya dihanyutkan ke laut atau sungai. Pada saat itu

Pak Dali dan kawan-kawannya tidak meminta izin kepada

keturunan Puteri Hijau. Akibatnya ia dilanggar mobil

Kobun dan kakinya patah. Sementara itu pemeran Puteri

Page 219: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

209

Hijau (saya lupa namanya), berputar-putar di lantai

belakang pentas pertunjukan. Akhirnya pertun-jukan

Puteri Hijau ini gagal (wawancara dengan Ahmad Setia 22

September 2007).

Dekade 1950-an sampai 1970-an cerita Puteri Hijau begitu populer dipersembahkan melalui seni teater Melayu. Biasanya

kisah Puteri Hijau ini dipersembahkan selama dua atau tiga

malam berturut-turut di akhir masa tinggal suatu kumpulan teater.

Kemudian di dekad 1980-an hingga kini teater-teater Melayu mengalami kepupusan dan degradasi secara perlahan. Ia

digantikan oleh televisi. Namun bentuk teater tradisional Melayu

ini, kurang diperhatikan untuk diangkat ke televisi, termasuk cerita tradisional Melayu seperti Puteri Hijau. Di antara kisah-

kisah cerita rakyat Sumatera Utara yang difilmkan atau

ditayangkan di televisi Indonesia di antaranya adalah Musang

Berjanggut, Pertempuran Medan Area, Naga Bonar, Buaya Deli dan lainnya.

Gambar 4.9 Wayang Melayu, Rama dan Siti Dewi

Page 220: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

210

Notasi 4.11

Lagu Bismillah Mula-mula dari Genre Hadrah

Page 221: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

211

Notasi 4.12

Lagu Dunia Fana dari Genre Nasyid

Page 222: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

212

Notasi 4.13

Lagu Timang dari Genre Lagu Menidurkan Anak

Page 223: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

213

Notasi 4.14

Lagu Si La Lau Le dari Genre Lagu Menidurkan Anak

Page 224: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

214

4.6 Nazam

Nazam adalah salah satu genre sastra Melayu klasik yang umum dijumpai di kawasan Semenanjung Malaysia, dan ada juga

sedikit pengaruhnya di Sumatera Utara. Nazam adalah bentuk

puisi yang digubah oleh para ulama Melayu Islam menurut aturan

puisi Arab, namun dalam bahasa Melayu. Temanya berkaitan dengan ajaran-ajaran agama Islam, termasuk pendidikan dan

keilmuan yang penting diraih oleh semua orang Melayu.

Biasanya nazam terdiri dari dua baris dalam satu bait, dengan jumlah perkataan dan suku kata dalam sebaris tidak ditetapkan

secara mutlak. Skema rimanya adalah aa atau ab, cb, db, dan

lainnya. Nazam memiliki fungsi komunikasi yang ingin

menyampaikan informasi dan pendidikan menurut tuntutan agama Islam, dan peristiwa-peristiwa agama Islam yang penting

(Mutiara Sastera Melayu 2003:327).

Perkembangan nazam di Melaka sekarang selalu mengutarakan ulasan dan pandangan terhadap peristiwa-peristiwa

semasa, seperti menyambut hari kemerdekaan, bulan bahasa dan

sastra, dan lain-lain. Biasnya nazam disampaikan melalaui lisan dan dilagukan. Sebagai media komunikasi, nazam digunakan

untuk tujuan mendidik. Berikut ini adalah contoh nazam yang

ditulis oleh Haji Ahmad Mufti Melaka bertajuk Rukun Islam.

Rukun Islam

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Allahumashalliwasalim wabarik alaihi Bismillahirrahmanirrahim

Allah Allah, Azzawajal, Tuhan kami, Kami minta, ampun akan, dosa kami.

Page 225: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

215

Dengan Allah, kami mula nazam ini,

Sebab dengan, Dia jadi, kitab ini.

Segala puji, bagi Allah, yang menyuruh, Dirikan sembahyang, dengan ikhlas, dengan

sungguh.

Hai saudara, sembahyang itu, rukun Islam,

Fardu ain, atas kamu, siang malam.

Agama Islam, dipersusun, atas lima,

Mengucap syahadah, itu rukun, yang pertama.

Yang kedua, solat itu, tiang agama, Yang ketiga, puasa Ramadan, bulan utama.

Yang keempat, bayar zakat, jika sampai, Nisab harta, jangan leka, jangan lalai.

Yang kelima, naik haji, ke Baitullah, Jika ada, kuat kuasa, hai wajiblah.

Allah Allah, Azzawajal, Tuhan kami,

Kami minta, ampun akan, dosa kami.

Dari Allah, kami datang, dan asalnya,

Kepada Allah, kami kembali, akhirnya.

4.7 Bongai

Nyanyian bongai pula sering didendangkan di majelis

perkawinan, berkhitan, bercukur, berehat, dan sebagainya. Di antara fungsi komunikasi nyanyian bongai, pasangan suarni isteri

yang telah bercerai boleh rujuk semula apabila mendengar dan

Page 226: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

216

menghayati bongai. Biasanya pantun-pantun yang dinyanyikan

akan mengusik dan menyindir kedua suami isteri yang telah berpisah sehingga menyebabkan mereka terusik atau kecut hati

lalu tersenyum dan tersipu malu mengenangkan kisah manis

bersama. Komunikasi tanpa lisan melalui mata yang bertentangan

dan di hati seolah-olah menggamit dan melarnbai untuk kembali hidup bersama. dan melupakan waktu-waktu gerhana. yang

menjadi sebab utama perpisahan mereka. Sebaik saja selesai

persembahan, kedua-duanya akan berjalan beriringan pulang ke rumah untuk rujuk semula (Ismail Hadi, 1996:17).

4.8 Teromba

Teromba sebagai alat komunikasi memaparkan kepribadian Melayu atau Malayness yang terangkum indah di antara bait-bait

dan baris di dalamnya. Baris dan bait-bait komunikasi teromba

bertaut indah secara integratif ibarat struktur luaran dan dalaman, lahir dan batin, bertaut menjadi satu. Susunan suku kata,

perkataan, sasaran, dan tujuan komunikasi teromba serta makna

adalah penghubung antara kedua struktur binaan dalam komunikasi teromba.

Teromba juga adalah hasil kerja akal atau mental yang

terhasil secara lisan. Oleh karena itu pengolahan isi dan kata

memancarkan nilai indah dalam berkomunikasi. Sebagai hasil kerja lisan, isi dan makna hendaklah tepat dengan maksud yang

hendak disampaikan. Unsur komunikasi amat jelas di dalam

teromba, apabila dikaji fungsi dan penggunaannya. Komunikasi melalui teromba dilakukan secara kisan dan ibarat, yaitu melalui

kiasan dan ibarat nasihat, falsafah, tunjuk ajar, sindiran, dan

termasuk penceritaan. Kebanyakannya disampaikan secara bertemu muka, yaitu berbentuk komuni-kasi dua arah.

Komunikasi teromba dapat kita bagi kepada dua bentuk,

yaitu kaedah langsung dan kaedah tidak langsung. Kaedah

langsung adalah kaedah yang digunakan untuk meminta atau

Page 227: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

217

memberikan suatu informasi secara terus terang. Kaedah tak

langsung pula merupakan kebalikan dari kaedah langsung. Dalam

kaedah ini penutur teromba tidak menyatakan sesuatu secara

terus terang, tetapi berlindung di balik kata-kata yang dituturkan. Kaedah tak langsung digunakan oleh penutur sebagai

landasan untuk menyatakan suatu maksud sebenarnya. Menurut

Asmah Hj. Omar (1992:175-186) terdapat empat kategori kaedah tak langsung yang digunakan oleh masyarakat Melayu dalam

komunikasi mereka yaitu "beating about the bush" (BAB),

penggunaan "imagery" (kiasan), "contradicting" (mengatakan hal yang sebaliknya) dan penggunaan “surrogate" (orang perantara).

Menurut beliau, dalam BAB penutur akan menyatakan suatu

perkara lain yang tidak mempunyai kaitan dengan perkara yang

hendak dinyatakan. Perkara itu merupakan landasan yang digunakan untuk penutur sebagai pembuka komunikasi supaya

komunikasi seterusnya dapat berjalan dengan lancar dan.

kemudian diikuti oleh perkara sesunggunya yang hendak disampaikan.

Melalui kiasan, suatu perkara tidak disampaikan oleh

penutur secara terus terang tetapi dikiaskan dengan benda lain, seperti alam dan keindahan alam. Bahasa kiasan digunakan untuk

menambah kejelasan. sesuatu yang diperkatakan atau diceritakan

di samping menguatkan maknanya (Za’ba 1965:190-191).

Berdasarkan pembahagian oleh Asmah, jelas bahwa masyarakat pengamal teromba kerap menggunakan unsur

"contradicting" sebagai kaedah tak langsung dalam startegi

komunikasi mereka. Pengkaji menganggap unsur "contra-dicting" yang digunakan sudah memadai guna menyatakan

sesuatu pesan kepada penerima komunikasi teromba dan

khalayaknya.

Mengatakan hal yang sebaliknya atau "contradicting" merupakan salah satu strategi komunikasi yang sering digunakan

oleh pengamal teromba. Penggunaan ini bertujuan sebagai

Page 228: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

218

merendah diri. Di samping itu, "contradicting " turut digunakan

untuk mengelakkan sikap bangga diri atau mementingkan diri sendiri karena sikap ini bertentangan dengan ajaran agama Islam

dan tidak diterima oleh masyarakat pengamal teromba.

Unsur ini meluas penggunaannya dalam komunikasi

teromba terutama dalam bagian. awal. Sebelum pesan sesungguhnya disampaikan, unsur merendah diri akan

ditampilkan. Penampilan itu menggambarkan kelembutan budi

dan bahasa masyarakat yang mengamalkan komunikasi teromba.

Carik-carik pokok kerakap

Pokok kemkap condong ke baruh

Tabik-tabik saya nak bercakap

Takut terkena darah gemuruh

Kelapa bali dalam puan

Datang dari Bangkahulu

Apa nak kata katalah tuan Ampun maaf terlebih dahulu

Buah cempedak di luar pagar

Ambil galah tolong jolokkan Saya budak baru belajar

jika salah tolong tunjukkan

Saya ini umur baru setahun jagung

Darah baru setampuk pinang

Akar baru selilit telunjuk Ibarat belukar muda

Perjalanan belum jauh

Pemandangan belum luas

Berkata belum pandai

Page 229: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

219

Bercakap belum tahu

Ibarat belalang lanjung

Hinggap di tepi bondar Nak menjunjung kepala runcing

Nak memikul bahu runtuh

Pikul bahu kanan runtuh Pikul bahu krii runtuh

Namun bahu tidak juga ada

Daun sirih daun kerakap

Daunnya tumbuh berjela-jela

Tak dapat saya menyusun cakap Teromba Dato' bernas belaka

(Khalid Bonget, Batu Kikir, Negeri Sembilan, 26 Januari

2001)

Teromba di atas, digunakan pada bahagian awal sebelum pesan

sebenarnya disampaikan. Sifat merendah diri melalui kata-kata

ini membuatkan wujud suasana gembira, tenang dan akrab semasa komunikasi dua arah sedang berjalan. Sudah menjadi sifat

masyarakat pengamal teromba yang tidak suka menujuk-nunjuk

dan sentiasa menjaga suasana mesra ketika berkomunikasi. Bahasa merendah diri dan puitis menggambarkan ketianggian

budi pekerti masyarakat pengamal teromba.

Tegasnya sebelum transaksi komunikasi teromba boleh

berlaku, maka suasana yang penuh mesra hendaklah diwujudkan oleh komunikator. Kemesraan merupakan prasyarat sebelum

komunikasi teromba dapat berlaku khususnya komunikasi

bertatap muka. Bahasa merendah diri adalah salah satu cara membina kemesraan.

Page 230: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

220

Bahasa merendah diri yang puitis itu terdapat dalam istiadat

pinang meminang dan kerap kali pantun digunakan sebagai mukadimah atau pembuka kata. Pihak yang menanti

(perempuan) biasanya akan bertanya kepada pihak yang

mendatangi (lelaki) akan hajat mereka berkunjung. Aktivitas

berbalas-balas pantun diselang-selingi dengan lawak jenaka serta gelak ketawa sambil menyorong tepak sirih.

Lawak jenaka atau unsur-unsur bersenda gurau adalah satu

perkara yang tidak kurang pentingnya dalam komunikasi. Unsur ini memainkan peran penting karena bisa menimbulkan suasana

mesra, riang dan bisa mengurangi ketegangan. Hubungan yang

berlaku secara serius tanpa diselipkan dengan unsur-unsur gurau

senda akan menimbulkan rasa tertekan, terikat, tidak seronok, dan mau cepat diakhiri perhubungan (Aziz Saleh 2002: 119).

Melalui lawak jenaka, komunikasi kata yang digunakan bisa

menggugah hati dan membuat orang ketawa atau ingin ketawa, walaupun dalam keadaan marah. Ketika berkomunikasi masing-

masing mencoba mempertahankan pendirian yang lebih baik dari

yang lain dan juga coba mempengaruhi pihak lawan. Dalam suasana yang ditandai dengan konflik, lawak jenaka digunakan

sebagai alat untuk menajamkan pendapat, melembutkan suasana,

menimbulkan minat pendengar, dan sebagainya (Asmah Haji

Omar, 2000:84-85). Biasanya sebelum adat peminangan diadakan, upacara

merisik telah terlebih dahulu dibuat, supaya urusan pertunangan

tidak terkendala. Pantun yang diungkapkan mungkin seperti berikut:

Perahu kolek di hilir tanjung Sarat bermuat tali temali

Salam tersusun sirih junjung

Apa hajat sampai ke mari?

Page 231: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

221

Bukan batang sebarang batang

Batang berduri sukar dipanjat

Bukan datang sebarang datang

Datang kami membawa hajat

Malam-malam pasang pelita

Pelita dipasang di atas peti Kalau sudah bagai dikata

Sila terangkan hajat di hati

Buah pauh di celah batang

jatuh sebiji di tengah laman

Dari jauh kami datang

Ingin menyunting bunga di taman

Kacang hijau dibuat inti

Pisang salai dalam perahu Bunga di taman masih sunti

Mengaji tak pandai, ke dapur tak tahu

(Md. Ali Bachik, 1989: 63-64)

Dalam komunikasi teromba menolak cincin tanya, juga

terdapat nilai merendah diri di bahagian tengah teromba tersebut.

Nilai merendah diri bukan menunjukkan kelemahan, akan tetapi menjelaskan perkara yang sebenar tanpa merusakkan perasaan

seseorang. Orang yang hadir menghantar cincin tanya tersebut

adalah tetamu dan kehadiran tetamu haruslah dihormati. Setiap kata yang bakal dikeluarkan akan disusun dengan suasana mesra

tanpa ada pihak yang akan tersinggung (Abdul Latiff Abu Bakar

2004).

Page 232: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

222

Beginilah, kakak abang semua

Sakit bermula mati bersebab Hujan berpokok kata berpangkal

Sampai janji ditepati

janji yang kita buat itu Dahlah dimufakatkan

Tapi kata orang

Rezeki, maut, tanah terbaris, jodoh pertemuan Semuanya di tangan Tuhan

Jadi, kakak dan semua yang ada di sini

Nampaknya jodoh budak ini belumlah ada lagi

Kalaulah yang keras jodohnya

Asam di darat ikan di laut pun bertemu

Inikan pula kita Dekat rumah dekat kampung

Sehalaman sepermainan

Seperigi sepermandian

Segayung sepergeleran

Sejamban seperulangan

Bukan apa-apa kakak

Ibunya mengatakan

Anaknya masih kecil Menyapu ingus belum reti

Mengikat tali belum faham

Masak memasak belum pandai Kok suruh jerang nasi mentah

Kok suruh goreng ikan hangus

Kok ke sawah main lumpur kerjaanya

Lagi pun dia itu dalarn niat

Page 233: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

223

Tengoklah lepas niat nanti

Jadi inilah kami datang ini

Membawa salam dan sembah Orang seadat seresam kami

Meminta maaf

Dari ujung rambut hingga ke ujung kaki Kok ada salah dan silap

Baik tutur jua kata

Berbanyak-banyak ampun Sahajalah kami pinta

Jadi inilah nang dijanjikan dahulu

Orang membeli kerbau dengan talinya Mengikat kata dengan tanda

janji tawai janji tanya

Kalau oso sekata kata dikembalikan Tak oso sekata tanda dikembalikan

Maka kakak abang sernua ini kami kembalikan tanda dahulu

Harap terimalah semula

(Abdul Hamid Sabtu, Tanjung 1poh, Negeri Sembilan,

10 Februari 2001)

4.9 Dikir Barat

Dikir barat atau zikir barat adalah satu contoh wansan seni persembahan yang populer di Kelantan. Dikir barat menggunakan

kaedah komunikasi lisan dan tanpa lisan berinteraksi dengan

penonton. la mengandung pelbagai jenis rentak dan irama dan ia

dipimpin oleh seorang juara sebagai penyanyi utama. Lagu juara mementingkan nyanyian suara ramai yang mengulang nyanyian

juara dari awal hingga akhir rangkap utama, dalam teknik

Page 234: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

224

responsorial. Di samping menyanyi, ahli kumpulan yang

dipanggil awak-awak akan menggerakkan tangan dengan aktif bagi menunjukkan suasana gembira dan keceriaan.

Dikir Perpaduan

(Lagu Juara)

Terus gemilang di mata dunia

Terus bersatu seia bersama Berganding bahu bekerjasama

Pautan mesra kita bersma.

Marilah kita tidak kira siapa jalinkan hubungan sesama kita

jaulah dari sengketa

Hormat-menghormati jadikan budaya

Manis berseri cahaya di mata

Seruan murni sahut bersama Masa hadapan pasti berguna.

(Wau Bulan)

Ai la ewau, wau bulan, wau bukan teraju tiga

Assalamualaikurn hamba pada sernua

Pada saudara dan saudari yang rnana ada.

Masyarakat kita hidup aman bahagia Nikrnat nierdeka sama-sama kita rasa.

Sekian dulu dikir barat pada kali ini

Segala pesan kena simpan di dalarn dada.

Page 235: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

225

4.10 Mantera Mantera dikenal sebagai jampi, serapah, puja, cuca, tangkal,

dan sebagainya. Mantra dituturkan oleh seorang pawang atau bomoh atau dukun dan dipercayai dapat menimbulkan kesan

ghaib untuk menyembuhkan penyakit atau memohon

perlindungan (Harun Mat Piah 1989). Isi mantera mengandung kata-kata pujian yang mengandungi irama dan nada tertentu.

Mantra juga berfungsi menyembuhkan penyakit atau mengghalau

makhluk halus, mencari pemanis, pengasih, dan turut digunakan pada upacara-upacara adat istiadat (Mutiara Sastera Melayu

2003:361). Di bawah ini dimuat mantera Merawat Tulang Patah

yang dijadikan media komunikasi untuk memohon kepada Allah

supaya disembuh-kan penyakitnya.

Mantera Merawat Tulang Patah

Bismillahi Rahmanir Rahim,

Jong sengkang kemudi sengkang,

Tarik layar kembang sena, Urat yang kendur sudah ku tegang,

Urat yang putus sudah ku sambung,

Teguh Allah, tegang Muhammad,

Sendi anggota Baginda Ali, Tulang gajah, tulang mina,

Ketiga dengan tulang angsa, Patah tulang berganti sendi,

Badan jangan rosak binasa,

Berkat sidi kepada guru,

Sidi menjadi kepada aku, Lailahaillallah, Muhammadar Rasulullah.

Page 236: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

226

Mantera wayang kulit pula memohon semangat atau roh

untuk menjaga keselamatan selama pertunjukan wayang kulit diadakan. Mantra wayang kulit di sebelah utara Semenanjung

Malaysia digunakan bahasa Siam. Maharaja Sri Rama yang

menjadi watak utama cerita dalarn wayang kulit yang

dipersembahkan. Disamping itu, mantera ini akan menceritakan kisah dan latar belakang Maharaja Sri Rama yang berasal dari

keturunan yang baik. Sebelum memulai pertunjukan di belakang

tirai/kelir, biasanya Tok Dalang akan memanggil roh atau semangat lain untuk masuk ke dalam tubuhnya dengan gaya

gerak tangannya (sebagai tanda menjemput) roh atau semangat

masuk dalarn tubuhnya. Tok Dalang penuh perasaan

menggunakan mimik mukanya (menggambarkan suasana kehadiran roh atau semangat) dan gerak jarinya yang menggamit

bagi menandakan kehadiran roh atau semangatnya.

Mantra Wayang Kulit

Laaa... rak cak tar o doho bucat buceh

sunnati nato sagar sagen

akan tati lima pergawenan pinak pine

ro doho anak wong tajar patik.

Kisahkan dari dulu tirnbul nak royak

bapak sirat mah raja serama

baik baka bangsawan saktinobaro

gerba timbul.

Kumembacakan isim urakedi

ganiwak sadoroko bermok tiga

lapan doho

Page 237: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

227

anak panah berusur

anak panah berasur

nak setak sabilah

ganiwak sodoroko bermok tiga lapan doho

paspa logan inderalogan

baben kala aden kala baben kala aden niva.

Selain itu, mantera dalam sastra Melayu dapat juga digunakan untuk tujuan utama memperkuat fisik manusia.

Kedudukan ketahanan dan kekuatan fisik masing-masing tokoh

itu dalam kehidupan anggota masyarakat dianggap mampu

menguasai penjaga dan penguasa di laut, separti Laksamana Mambang Tali Arus, Mambang Jeruju, Katimah Panglima Merah

dan Datu’ Panglima Babu Rahman dan Babu Rahim (Syaifuddin

2006). Teks mantera yang dinyatakan itu, seperti berikut;

Mantera Ritual Tolak Bala

...jangan engkau masuk tapak guru aku

jikalau engkau masuk tapak guru aku

aku sumpah engkau dengan perkataaan

nabi Allah Sulaiman. Aku sumpah engkau dengan perkataan

Laailaahaillallah,

Muhammadarrasuuulullaah. Bismillahirrahmanirrahim

Hai ... Mambang Bumi

Hai ... mambang tanah

Hai ... Mambang laut yang menjaga Pusak Tasek Pauh Jenggi.

Hai ... Datu’ mambang kuning

Page 238: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

228

Hai ... Datu’ Mambang merah

Hai ... Datu’ Mambang hitam...”

... Hai ... Datok ketam

Hai... Datok sontok

Hai... Nini kencong Hai... nini menti ...

Di kiri datu Gamad

Di kanan datu Saeh Di muka datu Sai

Di belakang datu Cong.

Wala tak wala tam

Tubuhku tubuh mulia Tak mempan di tetak

Tak mempan ditikam

Berkat Laillahaillallah Berkat Muhammadarasullullah.

Bismi’llahi’l-Rahmani’l-Rahim

Jibril Mikail

Israfil

Izrail

minta aku turun engkau menurunkan Syehk Abbdul Kadir Jaelani

tawar Syehk Lukman Hakim.

Bukan aku mempunyai tawar nur hak nur Baginda

Bismi’llahi’l-Rahmani’l-Rahim

berkat Muhammad s.a.w. Aku memahami sabuk besi sanukani

Pemberian nabi Allah Khaidir. ...

Page 239: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

229

Mantera juga digunakan untuk tujuan komunikasi antara

manusia dengan alam. Kesadaran dalam membentuk perilaku

menjaga alam sekitar tidak hanya dalam masa-masa tertentu,

melainkan untuk selamanya. Kesadaran itu dalam teks mantera ritual puja pantai dan tolak bala dikemukakan seperti berikut:

Mantera Puja Pantai dan Tolak Bala

... bukan aku melepas bala mustaka

jin taru melepas bala mustaka

bukan aku melepas bala mustaka jin yang tua melapas bala mustaka.

... Nenek air jembalang air yang duduk di atas air di tepi air

nenek yang alus bahasa alus

anak cucu yang kasar bahasa kasar

maaf beribu maaf ampun beribu ampun....

Datu’ Mat Kuis

jangan dihalangi lagi anak cucu jangan diulangi ...

... terimalah jamuan kami ini

inilah pemberian kami. Jagalah semua anak cucumu yang berada disini

dari semua marabaya

berilah anak cucumu rezeki yang banyak ...

4.11 Gurindam

Gurindam berasal dari bahasa Sanskerta dan menurut Za’ba (1962) gurindam merupakan puisi yang mengandung pikiran

yang bernas dan digubahkan dalam bahasa yang indah untuk

Page 240: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

230

dinyanyikan bagi tujuan hiburan. Gurindam berfungsi untuk

hiburan dan pendidikan. Bahasanya selalu padat dan isinya cenderung kepada riang, suka cita, jenaka, gurau senda, kelakar,

sindiran, dan menggelikan hati. Sedangkan seloka pula isinya

suka bersindir, sinis, mengejek, perasaan iba, sedih-sayu,

angan-angan, khayal, dan lain-lain. Berikut ini adalah Gurindam Dua Belas, Fasal Kelapan dan

Kesembilan, karya Raja Ali Haji dari Riau yang dijadikan media

komunikasi yang berfungsi untuk mendidik dan menasehati manusia Melayu untuk berbuat kebaikan.

Ini Gurindam Fasal yang Kelapan

Barang siapa khianat akan dirinya,

Apa lagi kepada lainnya.

Kepada dirinya ia aniaya,

Orang itu jangan engkau percaya.

Lidah yang suka membenarkan dirinya,

Daripada yang lain dapat kesalahannya.

Daripada memuji diri hendaklah sabar, Biar daripada orang datangnya khabar.

Orang yang suka menampakkan jasa, Setengah daripada syirik mengaku kuasa.

Kejahatan diri sembunyikan, Kebajikan diri diamkan.

Keaiban orang jangan dibuka,

Keaiban diri hendaklah sangka.

Page 241: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

231

Ini Gurindam Fasal Kesembilan

Tahu pekerjaan tak baik tetapi dikerjakan, Bukannya manusia ia itulah syaitan.

Kejahatan seorang perempuan tua, Itulah iblis punya penggawa.

Kepada segala hamba-hamba raja, Di situlah syaitan tempatnya manja.

Kebanyakan orang yang muda-muda,

Di situlah syaitan tempat berkuda.

Perkumpulan lelaki dengan perernpuan,

Di situlah syaitan punya jamuan.

Adapun orang tua yang hemat,

Syaitan tak suka membuat sahabat.

Jika orang muda kuat berguru,

Dengan syaitan jadi berseteru.

(Raja Ali Haji; Dipetik dari Harun Aminurrashid (ed.),

1990. Kajian Puisi Melayu. Singapura: Pustaka Melayu)

4.12 Zikir Zikir dalam bahasa Arab berarti puji-pujian terhadap Allah

dan Nabi Muhammad SAW. Fungsi zikir dabus pula adalah

sebagai hiburan di majlis-majlis keramaian seperti maulidur Rasul (Maulid Nabi) dan zikir mempunyai nilai estetika. Zikir ini

dijadikan media komunikasi dengan Allah meminta perlindungan

Page 242: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

232

dari kejahatan orang lain. Di samping memuji keesaan Allah,

orang yang berzikir menggunakan komuniksi tanpa lisan untuk menunjukkan rasa gembira dengan menggerakkan tangan dan

menari-nari dengan diiringi pukulan gendang.

Zikir dabus disebut berulang-ulang untuk memohon

perlindungan kepada Allah SWT. Komunikasi tanpa lisan melalui pukulan gendang dan gerak tari digunakan untuk memohon

keridhaan Allah SWT.

Lailahaillallah

Muhammad ya Rasulullah

Lailahaillallah

Nabi Muhammad ya Rasulullah (dinyanyikan berulang-ulang)

Solallah mahkota alam

Bukit Somad kubu aulia Dituntut besi yang tajam

Buat penawar besi yang bias.

Biasanya, dengan izin Allah, tetakan senjata yang tajam di

anggota badan pemain dabus tidak mengalami luka atau

kecacatan. Ketua atau khalifahnya akan memainkan peranan

penting berkomunikasi dengan Allah memohon perlindungan. Berikut adalah teks lengkap zikir dabus.

Zikir Dabus

Allah hee Allah huu ya Allah,

Baddal hee ya maula, Allah hee Allah huu ya Allah,

Hudal le ma ti habur sere, ya Allah.

Allah humma salli Allah,

Page 243: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

233

Allah he salli dona Allah,

Allah Muhammadun sahu, ya Allah,

Hee Allah Allah wabiza aalihi.

Pada kasih penghulu kita Muhammad,

Cahaya bulan empat belas petunjuk yang sempuma,

Hati rindu kepada Nabi Muhammad, Sentiasalah didapat daripada yang sempuma.

Allah hee Allah huu ya Allah, Baddal hema ya maula,

Allah hee Allah huu ya Allah,

Baddal hema habur sere, ya Allah.

Tiada aku kasih selain Nabi Muhammad,

Sebaik-baik Rasul yang didatangkan wahyu yang mulia,

Kasih sangat kepada Muhammad, Walau wafat tetap ingat Muhammad.

Allah huma salli Allah, Allah he salli dona amma,

Allah Muhammadun sahu, ya Allah,

Hee Allah Allah wabiza aalihi.

Perhimpunan Mahsyar kita dapat neraka jahanam,

Terlepas daripada kesengsaraan neruka jahanam, Dilahirkan penghulu kita Nabi Muhammad,

Pusat pemerintahan negara yang mulia.

Allah hee Allah huu ya Allah, Baddal humal hee ya maula,

Allah hee Allah huu ya Allah,

Page 244: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

234

Hudalle ma habur sere ya Allah.

Malam hidup masa Muhammad,

Tuannya sejahtera selamanya,

Minta tolong akan dikau,

Penghulu segala rasul yang terdahulu.

Allah humma salli Allah,

Allah he salli dona amma, Allah Muhammadun sahu ya Allah,

Hee Allah Allah wabiza aalihi.

Aku minta pertolongan, ya Muhammad, Hari kiamat diberi nikmat dan selamat,

Mengharap pettolongan daripada Muhammad,

Jikalau ada aku mengegakan yang khurafat.

Allah hee Allah huu ya Allah,

Baddal hemal hee ya maula, Allah hee Allah huu ya Allah,

Hudalle ma ti habur sere ya Allah.

Dan kelepasan-kelepasan kami, ya Muhammad, Hari kesusahan dengan dia kami dikumpulkan,

Dan cahaya telah datang dengan dia Nabi Muhammad,

Sebenamya yang nyata waktu kami memohon.

Allah huma salli Allah,

Allah he salli dona anima, Allah Muhammadun sahu ya Allah,

Hee Allah Allah wabiza alihi.

Malaikat di langit memanggil nama Muhammad,

Page 245: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

235

Jibril berkata baginya yang telah terdahulu,

Tentera sewaktu peperangan Nabi Muhammad,

Setengah daripada mereka malaikat bertandu.

Allah hee Allah huu ya Allah,

Baddal hemal hee ya maula,

Allah hee Allah huu ya Allah, Hadalle mal habur sere ya Allah.

Agama Islam telah zahir oleh Muhammad, Yang ingkar akan binasa,

Moga-moga Allah memberi rahmat ke atas Muhammad,

Dan ahli keluarga semuanya salam sejahtera.

Allah huma salli Allah,

Allah he salli dona amma,

Allah Muharnmadun sahu ya Allah, Hee Allah Allah wabiza alihi.

Mudah-mudahan Allah memberi rahmat ke atas Muhammad,

Dan ke atas sahabatnya salam sejahtera,

Engkau memberi rahmat dan kesejahteraan,

Semoga berkat ke atasmu Muhammad.

Allah hee Allah hee ya Allah,

Baddal huma hee ya maula, Allah hee Allah huu ya Allah,

Hudal le mal habur sere ya Allah.

Allah huma salli Allah, Allah hee salli dona amma,

Allah Muhammadun sahu ya Allah,

Page 246: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

236

Hee Allah Allah wabiza alihi.

Sumber: Didokurnentasikan oleh Ahmad Ali Salikin,

1996. Lumut, Perak.

4.13 Teks (Sastra) Lagu-lagu Melayu Pengguaan pantun banyak mendapatkan peran utama dalam

lagu-lagu musik Melayu. Oleh karena itu, pantun menjadi ciri

khas dari sebuah pertunjukan musik Melayu. Lagu-lagu yang digarap berdasarkan pantun, teksnya selalu diubah terus-menerus.

Perubahan teks tersebut menjadi karakteristik khas musik

Melayu. Untuk lagu yang berjudul sama, oleh seorang penyanyi

yang sama, dalam selang waktu beberap menit, jika diulang, biasanya akan menghasilkan teks yang berbeda.

Lagu-lagu Melayu adalah lebih mengutamakan garapan teks

dibandingkan garapan melodi atau instrumentasinya. Hal ini dapat dilihat dari garapan teks yang terus menerus berubah,

sedangkan melodinya sama atau hampir sama. Dengan demikian

musik Melayu ini dapat dikategorikan sebagai musik logogenik.15

Teksnya berdasar kepada pantun empat baris, kuatrin, yang

terdiri dari dua baris sampiran dan dua baris isi. Kecenderungan

15Jika sebuah genre musik mengutamakan aspek melodi dan ritme saja,

dapat dikategorikan sebagai musik melogenik. Contoh pertunjukan musik yang dikategorikan sebagai logogenik adalah pertunjukan ronggeng dan joget Melayu yang memang mengutamakan teks berbentuk pantun yang disajikan oleh ronggeng dan pengunjung. Aspek jual beli pantun secara spontanias merupakan

ruh pertunjukan ronggeng. Sementara contoh pertunjukan musik melogenik, yang hanya mengutamakan aspek nada atau ritme saja, misalnya adalah pertunjukan gonrang bolon di Simalungun, yang tanpa menggunakan vokal penyanyi, hanya mengutamakan melodi sarune bolon dan bunyi gonrang sipitu-pitu, serta gong.

Page 247: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

237

mempergunakan ulangan-ulangan apakah itu sampiran atau

isinya.

Dalam konteks ronggeng misalnya teks disajikan bersahut-

sahutan (litany) antara penari wanita dan mitra prianya yang biasanya berasal dari pengunjung atau pemusik yang merangkap

sebagai penyanyi. Kehebatan teknis seroangronggeng salah satu

di antaranya, ditandai dengan kehebatannya dalam berbalas pantun dalam nyanyian ronggeng. Untuk itu perlu diketahui

konsep-konsep pantun.

Menurut Harun Mat Piah, pantun ialah sejenis puisi pada umumnya, yang terdiri dari: empat baris dalam satu rangkap,

empat perkataan sebaris, mempunyai rima akhir a-b-a-b, dengan

edikit variasi dan kekecualian. Tiap-tipa rangkap terbagi ke

dalam dua unit: pembayang (sampiran) dan maksud (isi). Setiap rangkap melengkapi satu ide. Ciri-ciri pantun Melayu dapat

dibicarakan dari dua aspek penting, yaitu eksternal dan internal.

Aspek eksternal adalah dari segi struktur dan seluruh ciri-ciri visual yang dapat dilihat dan didengar, yang termasuk hal-hal

berikut ini.

(1) Terdiri dari rangkap-rangkap yang berasingan. Setiap rangkap terdiri dari baris-baris yang sejajar dan berpasangan, 2,

4, 6, 8, 10 dan seterusnya, tetapi yang paling umum adalah empat

baris (kuatrin). (2) Setiap baris mengandung empat kata dasar.

Oleh karena kata dalam bahasa Melayu umumnya dwisuku kata, bila termasuk imbuhan, penanda dan kata-kata fungsional, maka

menjadikan jumlah suku kata pada setiap baris berjumlah antra 8-

10. Berarti unit yang paling penting ialah kata, sedangkan suku kata adalah aspek sampingan. (3) Adanya klimaks, yaitu

perpanjangan atau kelebihan jumlah unit suku kata atau perkataan

ada dua kuplet maksud. (4) Setiap stanza terbagi kepada dua unit

yaitu pembayang (sampiran) dan maksud (isi); karena itu sebuah kuatrin mempunyai dua kuplet: satukuplet pembayang dan satu

kuplet maksud. (5) Adanya skema rima yang tetap, yaitu rima

Page 248: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

238

akhir a-b-a-b, dengan sedikit variasi a-a-a-a. Mungkin juga

terdapat rima internal, atau rima pada perkataan-perkataan yang sejajar, tetapi tidak sebagai ciri penting. Selain rima,

asonansijuga merupakan aspek yang dominan dalam

pembentukan sebuah pantun. (6) Setiap stanza pantun, apakah itu

dua, empat, enam, dan seterusnya, mengandung satu pikiran yang bulat dan lengkap. Sebuah stanza diapndang sebagai satu

kesatuan.

Aspek-aspek internal adalah unsur-unsur yang hanya dapat dirasakan secara subjektif berdasar pengalaman dan pemahaman

pendengar, termasuk: (7) Penggunaan lambang-lambang yang

tertentu berdasarkan tanggapan dan dunia pandangan (world

view) masyarakat. (8) Adanya hubungan makna antara pasangan pembayang dengan pasangan maksud, baik itu hubungan konkrit

atau abstrak atau melalui lambang-lambang (Harun Mat Piah

1989: 91,123, 124). Dalam lagu-lagu Melayu Sumatera Utara, ciri-ciri pantun

seperti yang dikemukakan Harun Mat Piah tersebut juga berlaku.

Namun, karena pantun ini disajikan secara musikal, aka ada lagi beberapa ciri pantun lagu-lagu Melayu, yaitu: (1) pantun biasanya

disajikan berulang-ulang mengikuti ulangan-ulangan melodi. (2)

Walau prinsipnya teks lagu-lagu Melayu mempergunakan pantun,

namun pantun ini tidak sembarangan dimasukkan, misalnya untuk lagu-lagu seperti Hitam Manis, Selendang Mayang, Siti

Payung, sudah ada melodi yang khusus dipergunakan untuk teks

yang menjadi ciri utama lagu-lagu tersebut. Pada bagian ini pantun tak boleh masuk. (3) Pantun dalam lagu-lagu Melayu

juga selalu dapat diulur atau dipadatkan sesuai dengan kebutuhan

melodi musik yang dimasukinya. (4) Pantun-patun dalam lagu-lagu Melayu juga dapat disisipi oleh kata-kata seperti: ala sayang,

sayang, hai, ala hai, abang, bang, Tuan, Puan, Pak Ucok, Bang

Ucok, akak, abah, juga judul-judul lagu seperti Gunung Sayang,

Dondang Sayang, Serampang Laut, dan lain-lainnya, di tempat-

Page 249: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

239

tempat awal, tengah, atau akhir baris. (5) Selain itu, dalam satu

baris tidak harus mutlak terdiri dari empat kata atau sepuluh suku

kata, tetapi bisa lebih melebar dari ketentuan pantun secara

umum. Hal ini memungkinkan terjadi, karena teks tersebut disampaikan secara melodis, bukan dalam gaya berpantun.

Misalnya untuk memperpanjang beat, dapat dipergunakan dengan

teknik melismatik, sebaliknya dengan teknik silabik dengan durasi yang relatif pendek. Keadaan seperti ini terjadi pada

keseluruhan repertoar kesenian Melayu, yang berdasarkan kepada

pantun. Sifatnya lebih fleksibel terhadap tata aturan pantun, dibanding dengan seni pantun yang disampaikan dengan cara

berpantun. Contoh-contoh masuknya pantun dalam lagu Melayu

secara fleksibel adalah sebagai berikut.

(1) lagu: Tanjung Katung

pantun asal: Tanjung Katung airnya biru,

Tempat hendak mencuci muka,

Lagi sekampung hatiku rindu, Konon pula jauh di mata.

Digarap menjadi: Tanjung Katung airnya biru (nyawa),

Tempat hendak mencucilaj muka,

Tanjung Katung airnya biru (sayang), Tempat hendak (ah muka) mencuci muka,

Lagi sekampung hatiku rindu,

Konon pula (ah mata) jauh di mata,

Lagi sekampung hatiku rindu (nyawa), Konon (ah konon mata) jauh di mata.

Page 250: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

240

Digarap ke dalam melodi musik menjadi sebagai berikut.

Notasi 4.15

Tanjung Katung

Page 251: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

241

Page 252: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

242

Page 253: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

243

(2) Lagu: Laksmana

pantun asal:

Sayang Laksmana mati dibunuh, Mati ditikam Radin Amperi,

Mujurlah kilat menjadi suluh,

Barulah tampak tanah daratan. digarap menjadi:

Sayang Laksmana mati dibunuh (Laksmana sayang),

Matilah ditikam Radin Amperi,

Sayang Laksmana mati dibunuh (Laksmana sayang), Matilah ditikam Radin Pangeran,

Mujurlah kilat menjadi suluh (Laksmana sayang),

Barulah tampak tanah daratan, Mujurlah kilat menjadi suluh (Laksmana sayang),

Barulah tampak tanah daratan.

Digarap ke dalam melodi musik menjadi sebagai berikut.

Page 254: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

244

Notasi 4.16

Laksmana

Page 255: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

245

Page 256: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

246

Page 257: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

247

Page 258: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

248

Tabel 4.1

Daftar Sebahagian Lagu-lagu Melayu Sumatera Utara Yang Juga Mengandung Unsur-unsur Sastra

No. Tajuk Lagu Jenis/Genre Pencipta Keterangan

1 Abdukal Miskin irama Padang Pasir Ahmad Baqi bahasa Arab

2 Adikku Sayang nasyid Nurasiah Jamil pesan sayang kepada adik

3 Ahbabina irama Padang Pasir Ahmad Baqi bahasa Arab

4 Al-Ayyam irama Padang Pasir Ahmad Baqi bahasa Arab

5 Al-Quran nasyid Nurasiah Jamil mesej Al-Qur'an kitab suci

6 Ambil Madu Lebah lagu rakyat anonim memuja lebah

7 Anak Berbudi nasyid Nurasiah Jamil nasehat

8 Anak Kala lagu dua anonim cerita tentang anak kala

9 Anak Tiung lagu dua anonim cerita tentang anak tiung

10 Anakku Sayang nasyid Nurasiah Jamil kasih terhadap anak

11 Asholatu Ala Nabi nasyid Nurasiah Jamil pujian kpd Nabi Muhammad

12 Assalamu Alaik nasyid Nurasiah Jamil ucapan salam

13 Babussalam nasyid Nurasiah Jamil keselamatan

14 Bahtera Merdeka senandung anonim cerita tentang kemerdekaan

15 Batu Belah senandung anonim cerita rakyat Melayu

16 Bercerai Kasih lagu dua anonim

kerinduan karena bercerai

kasih

17 Bisikan Dunia nasyid anonim Nasehat tentang kehidupan

18 Bismillah Mula-Mula hadrah anonim Kebenaran Islam

19 Bismillah Mula-Mula nasyid anonim/Takari Kebenaran Islam

20 Bonda irama Padang Pasir Ahmad Baqi Kasih sayang Ibunda

21 Bunga Tanjung (A) senandung anonim Kisah tenang bunga tanjung

22 Bunga Tanjung (B) senandung anonim Kisah tentang bunga tanjung

23 Burug Nuri lagu dua anonim Cerita tentang burung nuri

24 Cek Minah Sayang mak inang anonim Pujian terhadap Cek Minah

25 Cinta Hampa mak inang Perdana/A.Cha-lik Cinta yang tak tulus

Page 259: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

249

26 Cintaku Terbagi Dua dangdut Jefri Bule Lagu dangdut, cinta mendua

27 Cintaku irama Padang Pasir Ahmad Baqi Cinta pada Allah

28 Cintamu dan Cintaku mak inang anonim Tentang kasih sayang

29 Ciptaan-Mu nasyid Kahfi/Takari Tentang alam ciptaan Tuhan

30 Da'i Lawton nasyid Nurasiah Jamil Cinta tanah air

31 Dalam Kesunyian ghazal anonim Keadaan sepi

32 Damai Dunia nasyid Kahfi/Takari Keinginan dunia damai

33 Damak senandung anonim Cerita tentang Damak

34 Dedeng Mulaka Nukal senandung anonim Nyanyian menanam padi huma

35 Dedeng Padang Rebah senandung anonim Nyanyian membuka lahan

36 Demi Masa nasyid Nurasiah Jamil Keadaan dimensi waktu

37 Di Ambang Sore senandung Said Effendi Menanti kekasih sore hari

38 Doa dalam Irama irama Padang Pasir Ahmad Baqi Nyanyian berisi doa

39 Doa dalam Kenangan nasyid Nurasiah Jamil Tema doa

40 Doa Ibu nasyid Nurasiah Jamil Doa seorang ibu

41 Dodoi Didodoi mak inang anonim Menidurkan anak

42 Dondang Siti Fatimah senandung anonim Mengayun anak

43 Dua Belas Rabiul Awal nasyid Kahfi/Irwan Lahirnya Nabi Muhammad

44 Embun Pagi nasyid Nurasiah Jamil Keadaan pagi hari

45 Fajar Menyingsing nasyid Nurasiah Jamil saat matahari pagi terbit

46 Fatwa Pujangga senandung Said Effendi surat dari kekasih

47 Gunung Sayang nasyid anonim Nyanyian pembuka joget

48 Gunung Seulawah nasyid Mukhlis Gamabaran GunungSeulawah

49 Hanya Nyanyian senandung anonim Harapan hanya nanyian

50 Harapan Hampa mak inang anonim Harapan hampa

51 Harapan Kecewa senandung anonim Harapan kecewa

52 Harta Dunia nasyid Ahmad Baqi

Jangan leka dengan harta

dunia

53 Hati Merana senandung anonim Gambaran hati merana

54 Hayal dan Penyair ghazal Husin Bawafie Hayalan penyair

55 Hilang Tak Berkesan mak inang/dangdut M. Mashabi Cinta hilang tak berkesan

Page 260: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

250

56 Hitam Manis lagu dua anonim Pujian kecantikan

57 Hujan di Malam Minggu dangdut Jefri Bule Hujan di malam minggu

58 Ibda' bi Nafsi nasyid Nurasiah Jamil Cinta keluarga

59 Inang Lenggang mak inang anonim Musik tari inang

60 Ingatlah nasyid Kahfi Ingat keadaan dalam hidup

61 Injit-Injit Semut mak inang anonim Lagu rakyat

62 Insan dan Bunga senandung anonim Manusia bagai bunga

63 Iradat Tuhan nasyid Nurasiah Jamil Allah Maha berkehendak

64 Isra' Mi'raj nasyid Nurasiah Jamil Gambaran Nabi Isra’ Mi’raj

65 Iya ya Ilahi nasyid Kahfi Doa kepada Allah

66 Iyolah Molek mak inang anonim Lagu anak Asahan

67 Jandaku ghazal/dangdut anonim Permohonan pada bekas istri

68 Jangan Lekas Percaya lagu dua anonim

Nasehat jangan mudah

percaya

69 Jangan Tangisi irama Padang Pasir Ahmad Baqi Jangan tangisi yang kembali

70 Jaya Bahagia lagu dua anonim Kejayaan

71 Jodoh Tak Kemana ghazal anonim Kalau jodoh tak kemana

72 Johor Sport Club lagu dua anonim Pantun-pantun cinta

73 Kalaulah Kaca Jadi Intan ghazal anonim Abgaikan kaca jadi intan

74 Kasih Ibu nasyid Nurasiah Jamil Kasih ibu

75 Kasih Sekejap senandung Suhaimi Kasih sebentar saja

76 Kata Hati nasyid Nurasiah Jamil Kata hati

77 Katakanlah Mama senandung anonim Katakanlah ibu

78 Kau Laksana Bulan ghazal P. Ramlee Pujian pada gadis sep bulan

79 Kau Pergi Tanpa Relaku senandung anonim Kekasih pergi tanpa relaku

80 Keagungan Tuhan senandung A. Chalik Keagungan Tuhan

81 Kecak Lenggang mak inang anonim Musik tari inang

82 Khana dangdut Rhoma Irama Pujian pada Gadis Khana

83 Kinabalu mak inang anonim Gambaran Kinabalu

84 Ku Kenang Hingga Abadi mak inang anonim Kenangan selamanya

85 Ku Tak Kan Bercinta lagu dua anonim Patah hati

Page 261: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

251

Lagi

86 Kuala Deli senandung anonim Keadaan Kuala Deli

87 Kuala Deli senandung anonim Keadaan Kuala Deli

88 Laksemana senandung anonim Gambaran Laksemana

89 Lambaian Iman nasyid Nurasiah Jamil Iman pendorong kebaikan

90 Lancang Kuning zapin anonim Hidup bagai lancang kuning

91 Lebah nasyid Nurasiah Jamil Khasiat dan contoh dari lebah

92 Maafkanlah mak inang anonim Memaafkan

93 Madah Terakhir Nasyid Ahmad Baqi Lambaian terakhir ketika azan

94 Mak Inang Kayangan mak inang anonim Lagu tari inang

95 Mak Inang Pulau Kampai mak inang anonim Lagu tari inang

96 Mak Inang Selendang mak inang anonim Lagu tari inang

97 Makan Sirih senandung anonim Lagu pembukaan acara

98 Mali Ila Ahadi nasyid Mukhlis Bahasa Arab irama pd pasir

99 Mawar Nasyid Mukhlis Mawar sebagai simbol

100 Mega Mendung senandung anonim Nasehat

101 Menempuh Hidup irama Padang Pasir Ahmad Baqi Nasehat

102 Mengapa Ku Tak Tahu lagu dua anonim Mengapa tidak tahu

103 Menuntut Ilmu nasyid Anonim Nasehat menuntut ilmu

104 Merapi Singgalang nasyid Anonim Keadaan Gunung Singgalang

105 Mohon Ampunan irama Padang Pasir Ahmad Baqi Doa mohon ampunan Tuhan

106 Muhasabah nasyid Kahfi Berzikir dalam setiap saat

107 Mukjizat nasyid Kahfi Gambaran Mukjizat Nabi-Nabi

108 Musafir nasyid Anonim Jiwa pengelana musafir

109 Nabi Salam Nasyid Anonim Salam kepada Nabi Muhammas

110 Nasyidul Amal nasyid Anonim Nyanyian untuk beramal

111 Pahlawan nasyid Anonim Keutamaan pahlawan

112

Pak Ketipak Ketipung

(Rentak 106) lagu dua Ahmad C.B. Suara gendang Melayu

113 Pak Malau Inang anonim Lagu tarian inang

114 Pancang Jermal lagu dua anonim Lagu tarian joget

Page 262: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

252

115 Pancang Jermal lagu dua anomim Lagu tarian joget

116 Panggilan Jihad nasyid anonim Keutamaan jihad

117 Panggilan Ka'bah nasyid anonim Ibadah haji

118 Pangglan Ka'bah nasyid anonim Ibadah haji

119 Patah Hati senandung anonim Patah hati

120 Patah Kemudi senandung Hajah Dahlia Patah kemudi di laut lepas

121 Patam-patam patam-patam anonim Lagu iringan silat

122 Patam-Patam Tempo patam-patam anonim Lagu iringan silat

123 Pautan Hati mak inang anonim Cinta yang universal

124 Pemberian Ikhlas Irama Padang Pasir ahmad Baqi Pemberian ikhlas

125 Perjuangan Irama Padang Pasir anonim Tema perjuangan

126 Petani Irama Padang Pasir anonim Gambaran tentang petani

127 Petuah Guru Irama Padang Pasir Ahmad Baqi Nasihat dari guru

128 Pilihan Terakhir nasyid Anonim

Keadaan menjelang akhir

hayat

129 Pilu ghazal Husein Aidid Rasa rindu

130 Pucuk Pisang mak inang Anonim Pantun kasih

131 Pulau Puteri mak inang anonim Tema pantun pulau puteri

133 Pulau Sari lagu dua anonim

Lagu iringan Tari Pulau Sari

yang kemudian menjadi

Serampang XII

133 Pura-pura lagu dua anonim Tentang kepura-puraan

134 Ramadhan nasyid Nurasyiah Jamil Keutamaan Ramadhan

135 Raudatunabi nasyid Kahfi Kisah tentang umrah

136 Renungan Masa nasyid anonim Demi masa manusia merugi

137 Ridha-Mu nasyid Kahfi Ridha Allah

138 Romantika Hidup nasyid anonim Gambaran hidup di dunia

139 Sakitnya Dimadu Lagu dua anonim Derita perempuan dimadu

140 Sambas ghazal anonim Pantun dengan tema Sambas

141 Sayang Musalmah senandung anonim Cerita tentang Musalmah

142 Seandung China senandung anonim

Senandung t nada pentatoik

Asia

Page 263: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

253

143 Selamat Datang nasyid anonim Ucapan selamat datang

144 Selawat Al-Banjari nasyid Kahfi

Salawat yang menggunakan

unsur rentak dari Kalimantan

145 Selayang Pandang lagu dua Lily Suheiry Tentang selayang pandang

146 Selimut Putih Irama Padang Pasir Ahmad Baqi Cerita tentang kematian

147 Semalam di Malaysia senandung Syaiful Bahri Cerita duka di Negeri Malaysia

148 Semerah Padi ghazal anonim Cerita Semerah Padi

149 Senandung Asahan senandung anonim Kesedihan yang dinyanyikan

150 Serampang Dua Belas lagu dua anonim

Lagu iringan tari Serampang

XII

151 Serampang Laut lagu dua anonim

Pantun tentang Serampang

Laut

152 Seratus Enam lagu dua Ahmad C.B. Pantun dalam nyanyian

153 Seribu Impian nasyid anonim Seribu impian di dunia

154 Seringgit Dua Kupang mak inang anonim

Pantun tentang seringgit dua

kupang

155 Sholat Nasyid Nurasiah Jamil Keutamaan shalat

156 Si Baju Merah lagu dua anonim Lagu joget

157 Sibacong mak ianng anonim Setting Asahan

158 Siput Air lagu dua anonim Nasehat

159 Siti Payung senandung anonim Pujian pada Gadis Siti Payung

160

Sorga di Bawah Telapak

Kaki Ibu senandung Said Effendi

Sorga di bawah telapak kaki

ibu

161 Sri Banang senandung anonim Keadaan Sri Banang

162 Sri Kedah senandung anonim Keadaan Kedah Malaysia

163 Sri Langkat mak inang anonim Keadaan Langkat Sumut

164 Sri Mersing senandung anonim Keadaan Mersing Malaysia

165 Sri Serawak senandung anonim Keadaan Serawak Kalimantan

166 Sri Siantan senandung anonim Keadaan Siantan

167 Sri Siantar senandung anonim Keadaan Siantar

168 Sri Taman senandung anonim Keadaan Taman

169 Sri Tamiang ghazal anonim Keadaan tamiang

170 Stanggi Dua mak inang anonim Tentang Stanggi Dua

Page 264: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab IV: Sastra Melayu Sumatera Utara

254

171 Subhanallah nasyid Ahmad Baqi Maha Suci Allah

172 Surat Merah mak inang anonim Surat bersampul merah

173 Tabah Menanti ghazal anonim Tabah menanti kekasih hati

174 Tak Mau Bercinta Lagi Mak inang anonim Patah hati karena cinta

175 Tamtambuku mak inang anonim Lagu anak-anak

176 Tanjung Katung lagu dua anonim Pantun Tanjung Katung

177

Tari Lenggang/Joget

Pahang lagu dua anonim Lagu joget dari Pahang

178 Tebak-tebakan nasyid anonim Lagu untuk anak

179 Teganya Hatimu mak inang anonim Khianat kekasih

180 Teluk Simeuleu nasyid anonim Tentang Teluk Simeuleu

181 Tudung Periuk senandung anonim Falsafah kain yang buruk

182 Tudung Periuk lagu dua anonim Falsafah kain yang buruk

183 Tudung Saji senandung anonim Pantun tentang tudung saji

184 Untuk Bungamu Wals Said Effendi Pujian pada bunga

185 Untukmu Bunga Irama padang pasir anonim Pujian bagi bunga

186 Wak Uteh mak inang Jalaut Hb

setting budaya Asahan, irama

roncah

187 Ya Habibi nasyid anonim Muhammad kekasih Allah

188 Ya Maqsit nasyid anonim Keluhuran Islam

189 Ya Maulidan nasyid anonim Kelahiran Nabi

190 Ya Rabbi nasyid anonim Pujian pada Allah

191 Ya Rabbi Barik nasyid anonim Pujian pada Allah

192 Ya Rasulullah nasyid anonim Pujian pada Nabi Muhammad

193

Zapin Laksmana Raja di

Laut Zapin anonim dari Riau

194 Katak Bortung mak inang Jalaut Hb Asahan dan Batubara

195 Sakit Gigi mak inang Jalaut Hb Asahan dan Batubara

196 Batongkar mak inang Jalaut Hb Asahan dan Batubara

196 Wak Ali mak inang Jalaut Hb Asahan dan Batubara

198 Pulau Kampai mak inang anonim setting budaya Langkat

199 Dadong lagu rakyat anonim menidurkan anak

Page 265: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

255

200 Ada Apa Dengan Cinta mak inang Jalaut Hb Asahan dan Batubara

201 Nasib mak inang Jalaut Hb Asahan dan Batubara

202 Mencari Ganti mak inang Jalaut Hb Asahan dan Batubara

203 Penjual Jamu mak inang Jalaut Hb Asahan dan Batubara

Page 266: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

256

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan Sastra dalam masyarakat Melayu Sumatera Utara adalah

mencerminkan kebudayaannya. Sastra diciptakan oleh pengarang

berdasarkan sistem nilai dan norma yang berlaku menurut ruang dan waktu. Sastra dalam masyarakat Melayu Sumatera Utara, ada

yang disajikan berbentuk tulisan karangan para sastrawan atau

seniman. Namun yang tak kalah pentingnya adalah sastra juga diungkapkan dalam tradisi lisan, terutama dalam bentuk cerita

rakyat. Ada juga karya sastra tulisan yang tercipta setelah

munculnya cerita rakyat dalam tradisi lisan, misalnya Kisah

tentang Putri Hijau di Kerajaan Deli. Secara struktural dan kontekstual karya-karya sastra Melayu

Sumatera Utara berkaitan erat dengan struktur sosial masyarakat

Melayu di kawasan ini. Bahwa masyarakat Melayu di Sumatera Utara memiliki hubungan kultural dengan masyarakat Melayu

lainnya seperti di Semenanjung Malaysia, Riau dan Kalimantan.

Selain itu meskipun secara etnik selalu dipandang kecil, yaitu nomor empat atau lima dari sejumlah etnik di Sumatera Utara,

namun jika merujuk kepada kebudayaan Islam atau kebudayaan

yang universal etnik-etnik di Sumatera Utara dikategorikan sebagai

Melayu, atau kadang mengelempokkan etniknya sebagai Melayu. Masyarakat Melayu menggunakan bahasa, adat, norma-norma,

etika dan falsafah Melayu, yang berasaskan konsep adat bersendi

syarak, syarak bersendi kitabullah. Masyarakat Melayu Sumatera Utara memiliki turai atau

struktur sosial yang juga dipakai di belahan Dunia Melayu lainnya,

namun ada pula yang khas ada di kawasan ini. Stuktur sosial ini

juga memberikan dampak kepada eksistensi kesenian dan sastra. Di antara fungsi sastra adalah untuk enkulturasi nilai-nilai dan

filsafat Melayu. Sastra mentransmisikan cerita rakyat (folklor)

Melayu, dan sastra berfungsi sebagai sarana untuk berlansungnya kontinuitas dan perubahan kebudayaan Melayu secara umum.

Page 267: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

257

Masyarakat Melayu di Sumatera Utara memiliki karya sastra

lisan dan tulisan, atau juga ceritera rakyat (folklor), yang terdiri

dari jenis mite, legenda dan dongeng. Sebagai hasil kebudayaan

tradisional, karya sastra yang terdapat dalam kebudayaan masyarakat Melayu Sumatera Utara merupakan khasanah

kebudayaan etnik dan sekaligus bangsa Indonesia. Dalam karya

sastra ini tersirat dan tersurat gambaran mengenai kehidupan masyarakat Melayu Sumatera Utara. Gambaran tentang ajaran-

ajaran positif dan universal dalam kehidupan supaya berbuat baik

itu antara lain adalah kemampuan berbuat kebaikan dan kebajikan menurut norma budaya Melayum kesetiaan pada norma-norma dan

aturan budaya Melayu, sopan santun dan etika menurut budaya

Melayu, rendah hati, patuh dan taat kepada orang tua dan adat, arif

dan bijaksana, teguh memegang amanah, menjadi insan kamil dan bertakwa, dan lain-lainnya.

Nilai-nilai gambaran kehidupan masyarakat Melayu Sumatera

Utara yang terdapat dalam karya sastra perlulah dikemukakan, dikaji, digali, dan diketahui oleh masyarakat pendukungnya.

Dengan demikian gambaran kehidupan dan sistem berpikir

masyarakat Melayu Sumatera Utara tidak hanya sebagai nilai budaya saja, tetapi amat berguna bagi kehidupan masyarakat

Melayu Sumatera Utara di masa kini, yang tidak terlepas dari nilai-

nilai budaya nenek moyang orang-orang Melayu.

Sebagai bukti budaya, pada masa sekarang masih dijumpai budaya tradisi lisan dan tulisan masyarakat Melayu Sumatera Utara

dalam bentuk pantun dan syair yang menceritakan kisah hidup dan

kehidupan masyarakat Melayu Sumatera Utara. Ada juga karya-karya sastra yang telah dibukukan seperti: Hikayat Si Miskin,

Hikayat Iskandar Zulkarnain, Hikayat Hang Tuah, Terjadinya

Bukit Tinggi Raja, Datuk Megang, Lubuk Pakam, Asal Mula

Pantai Cermin dan lain-lain. Karya-karya sastra ini umum disampaikan dengan media melodi (syair, gurindam, sinandong,

atau nyanyian Melayu).

Karya-karya sastra yang terdapat di dalam kebudayaan masyarakat Melayu di Sumatera Utara adalah seperti yang

Page 268: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab V: Penutup

258

dihuraikan berikut ini. (1) Karya sastra yang berbentuk legenda: (a)

Datuk Megang; (b) Terjadinya Bukit Tinggi Raja; (c) Asal Mula

Pantai Cermin; (d) Permata Bertuah dari Serdang Putih; (e) Lubuk Pakam atau Lubuk Pualam; (f) Asal Mula Terjadinya

Danau Laut Tador, Syair Puteri Hijau, dan lain-lain. (2) Karya

sastra berbentuk mite; (a) Sumpah Sakti Suku Melayu; (b) Tuai

dengan Tujuh Puteri dan lainnya. (3) Karya sastra berbentuk fabel: (a) Kucing dengan Harimau; (b) Ular Piar dan Ular

Tedung; (c) Kuau dengan Gagak dan lain-lain. (4) Selain dari

karya sastra di atas, dijumpai pula karya sastra berbentuk puisi nyanyian rakyat, yang sering dikategorikan sebagai senandung atau

sinandung, terdiri dari: (a) senandung ibu atau senandung nasib; (b)

senandung anak; (c) senandung nelayan; (d) senandung muda-

mudi; (e) senandung hiburan dan (f) senandung dabus. Sastrawan Melayu Sumatera Utara juga terus bermunculan

dalam waktu dan ruang yang ditempuhnya. Daerah ini

emnyumbang sastrawan-sastrawan terkemuka seperti Amir Hamzah, Sutan Takdir Alisyahbana, Chairil Anwar, Merari

Siregar, dan lain-lainnya. Kemudian masa sekarang ini, Sumatera

Utara juga memiliki sastrawan seperti: AdiMujabir, Baharuddin Saputra, Danil Eneste, Darwis Rifai Harahap, Azmansyah, Ezra

Dalimunthe, arun Al-Rasyid, Hidayat Banjar, Maulana Syamsuri,

Romulus Z.I. Siahaan, O.K. Syahril, Thomson H.S., dan masih

banyak lagi yang lain-lainnya. Sastra dalam kebudayaan Melayu di Sumatera Utara ada juga

yang berbentuk dalam tradisi lagu-lagu rakyat, yang lebih dikenal

dengan lagu Melayu. Sastra dalam bentuk lagu-lagu ini biasanya menggunakan unsur-unsur pantun, syair, nazam, dan lainnya. Di

antara genre-genre nyanyian Melayu Sumatera Utara adalah:

marhaban, barzanji, dedeng, sinandong, hadrah, nasyid, kasidah, irama padang pasir, ghazal, endeng-endeng, rodat, dan lain-lain.

Sastra dalam bentuk nyanyian ini sangat mengutamakan teks dan

melodi serta rentak sekali gus. Dalam bentuk sedemikian rupa

aspek dimensi ruang (nada) dan waktu menjadi begitu penting diungkapkan di samping struktur dan seni teksnya. Dalam bentuk

Page 269: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

259

seperti ini karya-karya sastra mengalami pengemebangan esoteris

estetik, sesuai dengan jiwa dan kemampuan musikal penyair atau

penyanyinya. Improvisasi adalah bagian dari proses pengindahan

teks dalam nyanyian Melayu. Improvisasi ini berada dalam tahapan paling asas dalam ruh musik Melayu. Improvisasi dan

warna suara akan menjadi begitu berdaya pukau dalam komunikasi

seni pertunjukan yang melibatkan aspek-aspek sastra. Orang Melayu Sumatera Utara akan dapat menikmati keindahan pantun

atau syair yang dinyanyikan Nurjannah, Ibu Senang, Nafsiah,

Nurainun, Laila hasyim, Syaiful Amri, dan lain-lainnya. Semua ini didasari oleh improvisasi, warna suara, gaya, dan jiwa lagu yang

dinyanyikan mereka.

Melodi dan sastra memiliki hubungan yang sinerji dalam

kebudayaan Melayu. Melodi menjadi asas utama tajuk lagu-lagu Melayu di kawasan ini. Misalnya pantun yang sama jika

dinyanyikan dengan melodi yang berbeda maka pantun tersebut

akan diberi tajuk yang berbeda dalam konteks lagu-lagu Melayu tertentu. Begitu pentingnya aspek musikal dalam menyajikan

karya sastra, maka sudah sewajarnya apabila karya-karya sastra

dan seni Melayu Sumatera Utara didekati dengan pendekatan multi disiplin dan interdisiplin ilmu. Katakanlah dalam mengkaji syair

misalnya, diperlukan peneliti-peneliti dari disiplin linguistik,

sastra, etnomusikologi, antropologi, dan fisika akustik. Begitu pula

untuk mengkaji puisi-puisi karya Amir Hamzah, perlu melibatkan para pakar sastra, linguistik, ahli prosodi, ahli akustik, ahli

etnomusikologi, ahli agama, ahli filsafat, ahli tasawuf, dan lainnya.

Sudah saatnya pula para pakar sastra tidak hanya menumpukan perhatian pada karya sastra tertulis, tetapi juga karya-karya sastra

rakyat yang sifatnya lisan. Oleh karena itu perlu mengkajinya

melalui penelitian-penelitian lapangan. Sebaiknya pula setiap

pengkaji sastra atau sastrawan dibekali pula oleh ilmu seni, untuk lebi menarik pertunjukan sastra di depan khlalayaknya.

Page 270: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab V: Penutup

260

5.2 Harapan

Bagaimana pun sastra Melayu Sumatera Utara, merupakan

hasil kebudayaan masyarakatnya, yang didukung oleh sastrawan, seniman, penonton, pembaca, penikmat, kritikus, dan semua orang

yang terlibat dan merasa memilikinya. Sastra dan seni adalah salah

satu media ungkap peradaban atau tamadun, yang dipandu oleh

wahyu dan akal yang diberikan Tuhan. Semoga saja masyarakat Melayu Sumatera Utara dapat terus mengembangkan diri baik

melalui sistem inovasi yang bersumber dari diri orang melayu itu

sendiri maupun melalui sistem akulturasi, yaitu mengolah kebudayaan-kebudayaan luar untuk menjadi bagian yang integral

dalam kebudayaan Melayu, dan untuk memperkuat identitas

kebudayaanya.

Seperti dibuktikan dalam sejarah masyarakat Melayu adalah pelopor lingua franca di Nusantara ini. Artinya bahasa Melayu

mampu menjadi bahasa pengantar rumpun Melayu Tua dan Muda

di Nusantara untuk berinteraksi secara bahasa. Mereka semua merasa memiliki dan merasa bagian dari identitas bahasa Melayu

itu, walau kemudian berkembang menjadi bahasa Indonesia atau

bahasa Melayu Malaysia, bahasa Melayu Brunai, namun akarnya sama yaitu bahasa Melayu. Demikian pula sastra Melayu klasik

seperti Bustanussalatin, Sulalatussalatin, Hikayat Hang Tuah, yang

tercipta di abad ke-16 sampai 17 menjadi monumen sastra yang

tiada bandingnya di Nusantara ini, dan mampu mengintegrasikan rumpun Melayu di Nusantara.

Ke depan tampaknya sangatlah logis dan relevan jika budaya

Melayu selain sebagai lingua franca juga akan menjadi kultura franca. Artinya setelah bahasa Melayu menjadi perajut integrasi

budaya masyarakat rumpun Melayu, maka secara alamiah

kebudayaan Melayu secara umum, mencakup bahasa, kesenian, organisasi, teknologi, nilai-nilai religi, ekonomi, dan pendidikan—

akan menjadi perajut rumpun Melayu Nusantara. Namun

kebudayaan etnik dalam rumpun Melayu juga perlu terus

dikembangkan dalam menghadapi tantangan zaman dan menjadi pemerkaya khasanah budaya rumpun melayu. Semua usaha ini

Page 271: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

261

tentu saja tak akan berhasil tanpa berdoa dan berserah diri pada

Allah semata. Insya Allah.

Daftar Pustaka Adler, Mortimer J. et al. (eds.) Encyclopaedia Britannica (Vol. XII). Chicago: Helen

Hemingway Benton. Adshead, Janet 1988 Dance Analysis: Theoy and Practice.London: Dance Book. Agar, Michael H., 1980. The Professional Stranger: An Informal Introductions to

Ethnography. New York: Academic Press. A. Rahman, 1962. Sja’ir Puteri Hidjau: Tjerita Jang Benar Terdjadi pada Abad ke-15 di

Tanah Deli Sumatera Timur. Medan: Pustaka Andalas. A.R. Radcliffe-Brown, 1952. Structure and Function in Primitive Society. Glencoe: Free

Press. Abdul Monir Yaacop dan Sarina Othman (ed.), 1995. Pemerintahan Islam dalam

Masyarakat Majmuk. Kuala Lumpur: Institut Kefahaman Islam Malaysia (IKIM).

Abdullah, Mohd. Ghazali, 1995. Teater Tradisional Melayu. Kuala Lumpur: Kemenerian Kebudayaan, Kesenian dan Pelancongan Malaysia.

Abu Bakar Bin Yang. 2000. Islam, Rekreasi, dan Seni Lakon. Kuala Lumpur: Penyelidik IKIM.

Abu Hassan Sham, 1995. Syair-syair Melayu Riau. Kuala Lumpur: Perpustakaan Negeri Malaysia.

Adler, Mortimer J. Et al. (eds.). 1983. Encyclopaedia Britannica (Vol. XII). Chicago: Helen Hemingway Benton.

Al-Attas, Syed Muhammad Naquib, 1968. The Origin of the Malay Syair. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka

Anderson, John, 1971. Mission to the east Coast of Sumatra in 1823. Singapura: Oxford University Press.

Aston, Elaine dan George Savona. 1991. Theatre as Sign-System: A Semiotics of Text and Performance. London dan New York: Routledge.

Backus, John 1977 The Acoustical Foundation of Music. New York: W.W. Norton Company.

Bambang Suwarno dan Thomas R. Leinbach, 1985. “Migrasi Penduduk Desa ke Kota dan Kesempatan Kerja: Survey di Tiga Kota Sumatera Utara,” Majalah Demografi Indonesia, tahun 13, No. 25, Juni 1985, Jakarta.

Batara Sangti. 1971. Sejarah Batak. Balige: Karl Sianipar. Blagden, C.O., 1989 “The Name Melayu”, Journal of the Straits Branch of the Royal

Asiatic Society. Blink, 1918. Sumatra’s Oostkust: In Here Opkomst en Ontwikkelings Als Economisch

Gewest. S’Gravenhage: Mouton & Co.

Page 272: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab V: Penutup

262

Bonvillian, Nancy. 1993. Language, Culture, and Communication. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall.

Braden, Charles Samuel. 1954. The Worlds of Religions: A Short History. New York: Abingdon Press

Burhan Nurgiyantoro, 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

C.A. Fisher, 1977. “Indonesia: Physical and Social Geography,” The Far East and Australasia 1977-78: A Survey and Directory of Asia and Pacific. London: Europe Publications Ltd.

Denzin, Norman K. Dan Yvonna S. Lincoln (eds.). 1995. Handbook of Qualitative Research. Thousand Oaks, London, dan New Delhi: Sage Publications.

Deraman, A. Azis, 2002. Himpunan Kertas Kerja: Isu dan Proses Pembukaan Minda Umat Melayu Islam. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

D. Kemalawati dan Sulaiman Tripa, 2005. Ziarah Ombak Sebuah Antologi Puisi. Banda Aceh: LAPENA

Dt. Idrus Hakimi Rajo Penghulu, 1978. Rangkaian Mustika Adat Basandi Syarak di Minangkabau, Bandung: Rosda.

Edwards, Paul et at. (eds.) 1967 The Encyclopedia ofPhilosophy (vol. I dan 2), New York dan London: Collier Macmillan Publisher.

Elydawati Pasaribu, 1993. Tradisi Musik Vokal Marhaban dalam Upacara Menabalkan Anak di Desa Helvetia Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang. Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Endang Saifuddin Anshari. 1987. Ilmu, Filsafat, dan Agama. Surabaya: Bina Ilmu.

Faruk, 1999. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Frans Magnis Suseno. 1992. Filsafat-Kebudayaan-Politik: Butir-butir Pemikiran Kritis.

Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Gazalba, Sidi. 1989. Masjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Indonesia. Goldsworthy, David J. 1979. Melayu Music of North Sumatra: Continuities and Changes.

Sydney: Monash University. Grillo, Ralph (ed.), 1989. Social Anthrophology and Politics of Language. London:

Roudledge. Gumperz, John J. dan H. Hymes Dell (ed.). 1972. Directions in Sociolinguis-tics and

Anthrophology. New York: Harper & Row. Gumperz, John. J., 1983. Essays in The History of Linguistic Anthrophology.

Amsterdam: John Benjamin Publishing Company. Hajjah Noresah bt Baharon dkk. (eds.), 2002. Kamus Dewan Edisi Ketiga. Kuala

Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka. Hamzah Hamndani (ed.), 2005. Islam di Malaysia dan Sastera Nusantara. Kuala

Lumpur: Gapeniaga. Harun Mat Piah, 1989. Puisi Melayu Tradisional: Suatu Perbincangan Genre dan

Fungsi. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Page 273: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

263

Hasan M. Hambari, 1980. "Peranan Beberapa Bandar Utama di Sumatera Abad Ke-7 sampai 16 M dalam Jalur Darat Melalui Lautan,” dalam Saraswati. Jakarta: Pusat Penyelidikan Arkeologi Nasional.

Hasbi Makhmud, 1993. “Studi Komparatif terhadap Aspek-aspek Muzikal dalam Penyajian Azan oleh Empat Muazin di Kotamadya Medan.” Skripsi Sarjana Seni, Universitas Sumatera Utara Medan.

Hashim Ismail, 2005. “Karakteristik Melayu dalam Sastera Nusanara: Perspektif Neonostalgia.” dalam Hamzah Hamndani (ed.) Islam di Malaysia dan Sastera Nusantara. Kuala Lumpur: Gapeniaga.

Hasym Said, 1993. Nasyid di Kelurahan Sitirejo II Kecamatan Medan Amplas Kajian Tekstual dan Musikologis. Skripsi Universitas Sumatera Utara Medan.

Herlina Ginting dkk., 1994. Folklor Lisan Melayu Serdang. Medan: Lembaga Penelitian Universitas Sumaera Utara.

Ismail Husein, 1984. Antara Dunia Melayu dengan Dunia Indonesia. Kuala Lumpur: University Kebangsaan Malaysia.

James Danandjaja, 1972. An Annotated Biliography of Javanese Folklore. California: Center for Shorthand Southeast Asia Studies.

James Danandjaja, 1982. Folklor Indonesia. Jakarta: Grafiti Press. J.L. Gillin dan J.P. Gillin, 1954. For A Science of Social Man. New York: McMillan. Khadijah Shalihah, 1983. Perkembangan Seni Baca Al-Quran dan Qiraat Tujuh di

Indonesia. Jakarta: Al-Husna. Koentjaraningrat, 1980. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: Ul Press. Kunst, Jaap, 1959. Ethnomusicology (edisi ke-3). The Hague: Martinus Nijhoff. Kurath, Getrude Prokosch, 1986. Century of Dance Research. Arizona: Cross Cultural

Dance Research. Langenberg, Michael van, 1976. “National Revolution in North Sumatra: Sumatra

Timur and Tapanuli 1942-1950,” tesis doktor falsafah, Sydney: University of Sidney.

Lavandera, Beatriz R. 1988. The Study. of Language in Its Socio-Cultural Context dalarn Fredrick. J. Newmeyer (ed.). Linguistics. The Canbridge Survey (Volume IV). Language: The Socio-Cultural Context. Cambridge: Cambridge University Press.

Legge, J.D., 1964. Indonesia. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall. List, George 1962, "Ethnomusicology in Higher Education." Music-Joumal. 20:20. Lomax, Alan P. (1968), Folk Song Style and Culture. Transaction Books New Jersey. M. Amin Abdullah, 2002. Antara Al-Ghazali dan Kant: Filsafat Etika Islam. Bandung:

Mizan Pustaka. Malinowski, 1987 "Teori Fungsional dan Struktural," dalam Teori Antroplologi I

Koentjaraningrat (ed.), Jakarta: Universitas Indonesia Press. Malinowski, Bronislaw. 1923. “The Problem of Meaning in Primitive Language” dalam

Charles. K. Ogden dan I.A. Richards (ed.). The. Meaning of Meaning: A Study of Th. Influence of Language Upon Thought And of the Science of Symbolism.California: Harcourt Brace Javanovich, Inc.

Page 274: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab V: Penutup

264

Mana Sikana, 2005. Teori & Kritikan Sastera Malaysia & Singapura. Singapura: Pustaka Karya.

Maniyamin bin Haji Ibrahim “Menggali Keintelektualan Silam Membina Seni Masa Kini” dlm. Mohamad Saleeh Rahamad, S.M. Zakir dan Shamsudin Othman, 2006. Persuratan dan Peradaban Nasional. Kuala Lumpur: Persatuan Penulis Nasional Malaysia (PENA).

Maniyamin bin Haji Ibrahim, 2005. Citra Takmilah: Analisis Terhadap Kumpulan Puisi Islam. Selangor Darul Ehsan: Karisma Publications Sdn. Bhd.

Marckward, Albert H. et al. (eds.) 1990. Webster Comprehensive Dictionary (Vol. 2). Chicago: Ferguson.

Marsden, W. 1966. The History of Sumattra. Kuala Lumpur: Oxford University Press. Mc Cormack, William. C. dan Stephen A. Wurm (ed.) 1979.. Language, and Society..

Anthrophological Issues. The Hague: Mouton Publishers.

Merriam, Alan P. (1964), The Anthropology of Music. Chicago Nortwestern University. Metzger, Laurent, 1994. "Kekuatan dan Kelemahan Orang Melayu: Suatu Pandangan

Seorang Asing," Alam Melayu, Yaacob Harun (ed.), Kuala Lumpur: Akademi Pengkajian Melayu Universiti Malaya.

Mochtar Naim, 1984. Merantau: Pola Migrasi Suku Minangkabau. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mohammed Ghouse Nasharuddin. 2002. Teater Tradisional Melayu. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Mohd Anis Md Nor, 1990 The Zafin Melayu Dance of Johor: From Village to A National Performance Tradition, disertasi doktoral, Michigan: The University of Michigan.

Mohd Anis Md. Nor, "Lenggang dan Liuk dalam Tari Pergaulan Melayu," Tirai Panggung, jilid 1, nomor 1, 1995.

Mohd. Yusof Md. Nor dan Abd. Rahman Kaeh (ed.), 1985. Puisi Melayu Tradisi. Petaling Jaya: Penerbit Fajar Bakti Sdn. Bhd.

Mohd. Zain Hj. Hamzah, 1961. Pengolahan Muzik dan Tari Melayu. Singapura: Dewan Bahasa dan Kebudayaan kebangsaan.

Murgiyanto, 1995. "Cakrawala Pertunjukan Budaya, Mengkaji Batas dan Arti Pertunjukan." Seni Pertunjukan Indonesia, Jumal Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Yogyakarta: Bentang Budaya.

Murray, Stephen 0., 1983. Group Formations in Society Science. Edmonton. Alberta: Linguistic Research.

Murtadha Muthahhari. 2002. Filsafat Hikmah: Pengantar Pemikiran Shadra. Bandung: Mizan Pustaka.

Narrol,R., 1965. "Ethnic Unit Classification," Current Anthropology, volume 5 No. 4. Nettl, Bruno, Folk and Traditional of Western Continents, Englewood Cliffs, New Jersey:

Prentice Hall, 1973). Noorsiah Sabri, 1998. Pembangunan Kebudayaan untuk Pembinaan Negara dan

Bangsa. Kuala Lumpur: Kementerian Kebudayaan, Kesenian dan

Page 275: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

265

Pelancongan Malaysia.

Omar A. Hoesin, 1981. Kultur Islam: Sejarah Perkembangan Kebudayaan Islam dan Pengaruhnya dalam Dunia Internasional. Jakarta: Bulan Bintang.

Onong U. Effendy, 1988. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,Remadja Rosdakarya, Bandung.

Othman Mod. Yatim dan Abdul Halim Nasir, 1990. Epigrafi Islam Terawal di Nusantara. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Patersen, William, 1995. "Migration: Social Aspects," International Encyclopedia of the Sosial Sciences, volume 9, David L. Sills (ed.), New York dan London: The Macmillan Publishers.

Paulus Heru Wibowo Kurniawan. 2001. “Bahasa Puisi Subagyo Sastrowardoyo dalam Dan Kematian Makin Akrab”: Analisis Formalisme dan Semiotika Riffaterr. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Budaya UGM Yogyakarta.

Pelzer, Karl J. 1985. Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria 1863-1947. Terjemahan J. Rambo. Jakarta: Sinar Harapan.

Rachmat Joko Pradopo. 1987. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Rachmat Joko Pradopo. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rachmat Joko Pradopo,.1997. Prinsip-prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

R. Sadarmo dan R. Suyono, 1985. “Keserasian Sosial dalam Kearifan Tradisional Masyarakat Jawa-Deli,” Makalah Seminar Keserasian Sosial Masyarakat Majemuk di Perkotaan, Medan.

Radcliffe-Brown, A.R., 1952., Structure and Function in Primitive Society. Glencoe: Free Press.

Rogayah A. Hamid dan Wahyunah Abd. Gani (peny.), 2005. Pandangan Semesta Melayu: Syair. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka

Sadie, Stanley (ed.). 1980, The New Grove Dictionary Music and Musicians. London: Macmillan.

Saville-Troike, Muriel, 1989. The Etnography of Communicatiow An Introduction. (Second Edition). New York:Bash Blackwell.

Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, 1964. Setangkai Bunga Rampai Sosiologi. Jakarta: FE UI.

Schechner, Richard. 1980, The End ofHumanism: Writing on Performance. New York: PAJ Publication.

Shadily, Hassan, 1983. Ensiklopedi Indonesi. Jakarta: Ikhtiar Baru-Vanhoeve. Shafie Abu Bakar, 1995a. “Takmilah: Teori Sastera Islam” dlm. S. Faafar Husin (peny.)

Nadwah Ketakwaan Melalui Kreativiti. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Shafie Abu Bakar, 1995b. “Kau dan Aku: Analisis Takmilah” dlm. Dewan Sastera, Januari. Shafie Abu Bakar, 1997. “Takmilah: Teori, Falsafah dan Prinsip” dlm. Mana Sikana (ed.)

Teori Sastera dan Budaya dalam Kajian Akademik. Bangi: Jabatan Persuratan

Page 276: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab V: Penutup

266

Melayu, Universiti Kebangsaan Malaysia.

Shafie Abu Bakar, 1997. “Estetika dan Takmilah” dlm. Mana Sikana (peny.) Pembangunan Seni dan Sastera. Bangi: Jabatan Persuratan Melayu, Universiti Kebangsaan Malaysia.

Sheppard, Mubin, 1972. Taman Indera: Malay Decorative Arts and Pastimes. London: Oxford University Press.

Sidi Gazalba, 1989. Masjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Indonesia. Siti awa Haji Salleh, 2005. “Suatu Perbincangan tentang Sejarah dan Asal Usul Syair,

dalam Rogayah A. Hamid dan Wahyunah Abd. Gani (peny.), Pandangan Semesta Melayu: Syair. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

S. Nasution, 1982. Metode Research. Bandung: Jemmars.

Soerjanto Poespowardjojo, 1978. Manusia. Jakarta: Gramedia.

Swettenham, F.A., 1895. Malay Sketches, London: t.p. Syed Alwi Sheikh Al-Hadi, 1986. Adat Resam dan Adat Istiadat Melayu. Kuala Lumpur:

Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pelajaran Malaysia. Syed Mahmud ibni Almarhum Abdul Qadir al-Hndi. 1934. Kamus al-Mahmudiyah.

Cetakan ke-4. Kelantan: Al-Kamaliah Press. Teeuw. A. 1955. Pokok dan Tokoh dalam Kesusastraan Indonesia. Jilid I.

Pembangunan: Jakarta

Teeuw. A. 1980. Tergantung pada Kata. Jakarta: Pustaka Jaya

Teeuw. A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Pustaka Jaya: Jakarta.

Teeuw. A. 1991. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Tenas Effendy, 2000. Pemimpin dalam Ungkapan Melayu. Kuala Lumpur: Dewan

Bahasa dan Pustaka. Tenas Effendy, 2004. Tunjuk Ajar Melayu: Butir-butir Budaya Melayu Riau. Yogyakarta:

Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu dan Penerbit Adicita. Tengku Lah Husni, 1986, Butir-butir Adat Budaya Melayu Pesisir Sumatera Timur.

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Tengku Lah Husni, 1975. Lintasan Sejarah Peradaban dan Budaya Penduduk

Melayu Pesisir Sumatera Timur 1612-1950. Medan: B.P. Husny. Tengku Luckman Sinar, 1994. Jatidiri Melayu. Medan: Majelis Adat Budaya Melayu

Indonesia. Tengku Luckman Sinar, 1990. Pengantar Etnomusikologi dan Tarian Melayu. Medan:

Perwira. Tengku Luckman Sinar, 1971. Sari Sejarah Serdang. Medan: t.p. Tengku Luckman Sinar, 1985. “Keserasian Sosial dalam Kearifan Tradisional

Masyarakat Melayu.” Makalah Seminar Keserasian Sosial dalam Masyarakat Majemuk di Perkotaan, Medan.

Tsurumi Yoshiyuki, 1981. Malaka Monogatari: Sebuah Kisah di Melaka. Tokyo: Jiji Tsuushinsa.

Tumer, Victor. 1980, From Ritual to Theater: The Human Seriousness of Play. New

Page 277: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

267

York: PAJ Publication. Tumer Victor dan Edward M. Bruner (eds.)The Anthropology of Performance. Urbana

dan Chicago: University Illinois. Ulack, Richard (2007). Encyclopædia Britannica. Encyclopædia Britannica 2007 Ultimate

Reference Suite. Chicago: Encyclopædia Britannica. Umar Junus, 1971. “Kebudayaan Minang kabau,” Manusia dan Kebudayaan di

Indonesia, Koentjaraningrat (ed.), Jakarta: Gramedia. Usman Pelly, 1985. “Menciptakan Pra Kondisi Keserasian Hidup dalam Masyarakat

Majemuk: Kasus Kotamadya Medan,” Medan: Makalah Seminar Keserasian Sosial dalam Masyarakat Majemuk di Perkotaan.

Usman Pelly, 1994. Urbanisasi dan Adaptasi: Peranan Misi Budaya Minangkabau dan Mandailing. Jakarta: LP3ES.

Usman Pelly, 1986. Lokasi Lembaga Pendidikan, Sosial, dan Agama dalam Tata Ruang Permukiman Masyarakat Majemuk yang Menopang Integrasi Sosial: Kasus Kotamadya Medan. Tokyo: The Toyota Foundation.

van Langenberg, Michael, 196. National Revolution in North Sumatra: Sumatra Timur and Tapanuli 1942-1950. Disertasi doktor falsafah. Sydney: University of Sidney.

Veeger, V. J. 2001. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Prenhallindo Veth, P.J. (peny.), 1882. Midden-Sumatra: Reizen en Onderzoekingen der Sumatra-

Expeditie (4 volume). Leiden: E.J. Brill. Volker, T., 1928. Van Oerbosch tot Cultuurgebied. Medan: De Deli Planters Vereeniging. Wilkinson, R.J. , 1959. A Malay-English Dictionary (2 volume) London: Macmillan and

Co. Ltd. Withington, W.A. 1963. "The Distribution of Population in Sumatra, Indoensia, 1961, The

Journal of Tropical Geography, 17. Wachsman, K.P. 1967, "Music." Joumal of the Folklore Institute. 6:164-191. Wahyunah Abdul Ghani dan Mohamad Shaidan, 2000. Puisi Melayu Lama Berunsur

Islam. Kuala Lmpur: Dewan Bahasa dan Pustaka. Wan Abdul Kadir, 1988. Budaya Popular dalam Masyarakat Melayu Bandaran, (Kuala

Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Y.B. Mangunwijaya, Y.B. 1994. Sastra dan Religiositas. Yogyakarta: Kanisius.

Y.B. Mangunwijaya, 1995. Mendidik Manusia Merdeka. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Yahaya, Mahayudin Hj. 2001. Tamadun Islam. Shah Alam Selangor Dahrul Ehsan:

Penerbit Fajar Bakti Sdn. Bhd. Yuyun S. Suriasumantri, 1983, Rmu dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor dan

Leknas Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Zainal Abididin Borhan dkk. (penyelenggara), 1990. Adat-istiadat Melayu Melaka. Kuala

Lumpur: Institut Kajian Sejarah dan Patriotisme Malaysia, Kerajaan Negeri Melaka dan Akademi Pengajian Melayu.

Zalila Sharif dan Jamilah Hj. Ahmad, 1993. Kesusastraan Melayu Tradisional. Kuala Lumpur; Dewan Bahasa dan Pustaka.

Page 278: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Bab V: Penutup

268

Zein, St. Muhammad, 1957. Kamus Bahasa Indonesia Modern. Jakarta: t.p. Zulham, 1993. Bahasa Senandung Dialek Asahan Ditinjau dari Segi Morfologi. Medan:

Skripsi Sarjana Sastra Melayu.

Page 279: SASTRA MELAYU SUMATERA UTARA - magisterseniusu.com · DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 1.1 Pengantar 1 ... budaya dapat kita saksikan di seputar lingkungan kita di Sumatera Utara. Misalnya

Muhammad Takari dan Fadlin, Sastra Melayu Sumatera Utara

269

Biodata Penulis

(a) Muhammad Takari, dosen Etnomuzikologi Fakultas Sastra USU, lahir pada tanggal 21 Disember 1965 di Labuhanbatu. Menamatkan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas di Labuhanbatu. Tahun 1990 menamatkan studi sarjana seninya di Jurusan Etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Selanjutnya tahun 1998 menamatkan studi magister humaniora pada Program Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Sekarang sedang studi S-3 Pengajian Media (Komunikasi) di Universiti Malaya, Malaysia. Aktif sebagai dosen, peneliti, penulis di berbagai media dan jurnal dalam dan luar negeri. Juga sebagai seniman khususnya musik Sumatera Utara, dalam rangka kunjungan budaya dan seni ke luar negeri. Kini juga sebagai Staf Ahli Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Kantor: Jalan Universitas No. 19 Medan, 20155, telefon/fax.: (061)8215956. Rumah: Tanjungmorawa, Bangunrejo, Ds I, No. 40/3, Deliserdang, 20336. E-mail: [email protected].

(b) Fadlin atau nama lengkapnya Fadlin bin Muhammad Dja’far adalah seorang dosen di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara. Dilahirkan di Medan tanggal 20 Februari 1961. Menamatkan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas di Kota Tebingtinggi. Tahun 1980 masuk menjadi mahasiswa Etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara dan menamatkannya tahun 1988. Setelah itu ia diangkat menjadi dosen di Jurusan Etnomusikologi FS USU, dan kemudian menjabat sekretaris Jurusan tahun 1990 sampai 1999. Ia juga menjadi ketua Lembaga Kesenian USU, dan aktif melakukan kajian dan pertunjukan kesenian. Kini sedang menuruti pendidikan master di Akademi Pengajian Melayu Jabatan Sosiobudaya Melayu, sedang menulis tesis dengan tema songket Batubara. Kantor: Jalan Universitas No. 19 Medan, 20155, telefon: (061)6618947, handphone: 08126026137. Rumah: Kapten Muctar Basri No. 110, Medan. E-mail: [email protected].