samkhun naji nim: 108011000140 jurusan pendidikan...

90
KANDUNGAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK TASAWUF (ANALISIS ISI NOVEL JACK AND SUFI KARYA MUHAMMAD LUQMAN HAKIM) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) oleh: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H / 2014 M

Upload: vubao

Post on 11-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

KANDUNGAN NILAI-NILAI

PENDIDIKAN AKHLAK TASAWUF

(ANALISIS ISI NOVEL JACK AND SUFI

KARYA MUHAMMAD LUQMAN HAKIM)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

oleh:

SAMKHUN NAJI

NIM: 108011000140

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H / 2014 M

Page 2: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan
Page 3: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan
Page 4: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan
Page 5: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan
Page 6: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

i

ABSTRAK

Nama : Samkhun Naji

NIM : 108011000140

Fak/Jurusan : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan Agama Islam

Judul : Kandungan Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Tasawuf (Analisis

Isi Novel Jack and Sufi karya Muhammad Luqman Hakim)

Tujuan penelitian dari novel Jack and Sufi ini yaitu untuk menemukan bentuk

pendidikan akhlak tasawuf yang ditampilkan dalam novel Jack and Sufi, untuk

memperkaya khazanah keilmuan bagi peneliti karya sastra novel selanjutnya dan

untuk referensi dalam dunia pendidikan. Penelitian ini juga dapat memberikan

manfaat bagi pembaca, yaitu sebagai wahana pemikiran dalam memahami suatu

karya sastra, membantu dalam memahami suatu karya sastra dan sebagai rujukan

dalam bidang pendidikan.

Metode dalam skripsi ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library

research) yaitu suatu jenis penelitian yang mengacu pada khazanah kepustakaan

seperti buku-buku, artikel atau dokumen-dokumen lainnya. Sedangkan teknik

pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi, yaitu suatu cara

pencarian data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku,

surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Dalam

menganalisis data, penulis menggunakan metode analisis isi (content analysis),

yaitu sebuah analisis yang digunakan untuk mengungkap, memahami dan

menangkap isi karya sastra, serta metode deskriptif, yaitu metode yang membahas

objek penelitian secara apa adanya sesuai dengan data-data yang diperoleh.

Penelitian ini menemukan 4 bentuk nilai pendidikan akhlak tasawuf dalam

novel Jack and Sufi yaitu: tentang nilai kearifan (al-hikmah) meliputi ketajaman

intelegensi, kejernihan dalam berpikir. Nilai menjaga kesucian (al-iffah) meliputi

kedermawanan, keteguhan hati, dan wira’i. Nilai keberanian (al-syaja’ah)

meliputi sikap tenang san kesabaran. Terakhir nilai keadilan (al-‘adl) meliputi

kasih sayang, bersahabat, dan tawadhu’.

Page 7: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah swt atas taufik dan hidayah-Nya, akhirnya

penulisan skripsi yang berjudul “Kandungan Nilai-nilai Pendidikan Akhlak

Tasawuf (Analisis Isi Novel Jack and Sufi Karya Muhammad Luqman

Hakim)” ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah

kepada Nabi Muhammad saw, keluarga, sahabat dan seluruh pengikut beliau

hingga akhir zaman.

Peneliti menyadari betul bahwa selama proses penulisan skripsi ini dalam

rangka mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, banyak pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan skripsi ini.

Maka dari itu peneliti memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya sekaligus

ucapan terima kasih. Adapun apresiasi dan ucapan terima kasih ini peneliti

khususkan kepada:

1. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menempuh pendidikan S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Abdul Majid Khon, MA dan Marhamah Shaleh Lc., MA selaku Ketua

Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Sekretaris Jurusan Pendidikan

Agama Islam juga seluruh dosen dan staf Jurusan Pendidikan Agama

Islam yang telah memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuannya selama

penulis menempuh pendidikan S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Dimyati, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing selama penulisan skripsi

ini yang memberikan bimbingan, saran dan kritik selama penulisan.

4. Tanenji, S.Ag, MA, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberikan motivasi dan saran kepada penulis selama menjadi

mahasiswa.

5. Bapak dan ibu dosen yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu

namun tidak sedikitpun mengurangi rasa hormat penulis, yang telah

membimbing penulis selama kuliah di Jurusan Pendidikan Agama Islam

Page 8: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

iii

Ilmu Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

6. Kepada kedua orang tua yakni: Ayahanda Musthafa dan Ibunda Wastiah

yang selalu memberikan didikan, motivasi, doa dan kasih sayang kepada

penulis.

7. Kepada kakak saya Ani Rohani, Siti Khayatun, dan Khumaidullah Irfan,

serta adik saya Numrotul Mustariqoh. Penulis ucapkan banyak terima

kasih karena sudah memberi motivasi.

8. Sahabat-sahabat saya dan teman-teman kelas ”Dhe” PAI yang sudah

memberikan banyak motivasi dan bantuannya sampai selesainya skripsi

ini.

9. Teman-teman Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2008 yang telah

memberikan dukungannya dalam skripsi ini.

Page 9: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

iv

DAFTAR ISI

Cover

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

ABSTRAK .......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL .............................................................................................. vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................ ....... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................... 6

C. Batasan Masalah ……………………………………… …… .... 7

D. Rumusan Masalah ....................................................................... 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 8

BAB II LANDASAN TEORI

A. Hakikat Novel dan Nilai Pendidikan

1. Pengertian Novel ........................................................................ 9

2. Ciri-ciri Novel .............................................................................. 11

3. Macam-macam Novel .................................................................. 12

5. Sastra dan Nilai Pendidikan ........................................................ 14

B. Konsep Pendidikan Akhlak Tasawuf

1. Pengertian Pendidikan ................................................................ 17

2. Pengertian Tasawuf ……………………………………………. 19

3. Pengertian Akhlak ...................................................................... 21

4. Integrasi Pendidikan Akhlak Tasawuf ........................................ 26

5. Dasar Pendidikan Akhlak Tasawuf ............................................ 27

6. Materi Pendidikan Akhlak Tasawuf …………………………… 30

Page 10: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

v

7. Tujuan Pendidikan Akhlak Tasawuf ............................................ 32

C. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................. 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 35

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ..................................................... 35

C. Sumber Data ................................................................................. 36

D. Instrumen Penelitian ..................................................................... 36

E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 37

F. Teknik Analisis Data .................................................................... 37

G. Teknik Penulisan .......................................................................... 38

H. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data .......................................... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Novel

1. Sinopsis Novel .............................................................................. 40

2. Biografi Pengarang........................................................................ 45

B. Temuan Hasil Analisis …………………………………… ....... 46

C. Pembahasan Hasil Analisis

1. Nilai Kearifan ................................................................................ 51

2. Nilai Menjaga Kesucian diri ......................................................... 54

3. Nilai Keberanian ........................................................................... 60

4. Nilai Keadilan ............................................................................... 62

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan .................................................................................. 69

B. Implikasi ....................................................................................... 70

C. Saran ............................................................................................. 70

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 73

Page 11: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 ............................................................................................................ 46

Tabel 4.2 ........................................................................................................... 47

Page 12: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri P & K RI

No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987

tertanggal 22 Januari 1988

Huruf

Arab

Nama

Huruf Latin

Keterangan

Alif - tidak dilambangkan

bā’ B -

tā’ T -

ṡā’ ṡ s dengan satu titik di atas

Jīm J -

ḥā’ ḥ h dengan satu titik di bawah

khā’ Kh -

Dāl D -

Żāl Ż z dengan satu titik di atas

rā’ R -

Zāi Z -

Sīn S -

Syīn Sy -

ṣād ṣ s dengan satu titik di bawah

Page 13: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

viii

ḍād ḍ d dengan satu titik di bawah

ṭā’ ṭ t dengan satu titik di bawah

ẓā’ ẓ z dengan satu titik di bawah

‘ain ‘ koma terbalik

Gain G -

fā’ F -

Qāf Q -

Kāf K -

Lām L -

Mīm M -

Nūn N -

hā’ H -

wāwu W -

hamzah tidak dilambangkan

atau ’

apostrof, tetapi lambang ini tidak

dipergunakan untuk hamzah di awal kata

yā’ Y -

Page 14: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peradaban merupakan kata yang mengacu pada interaksi keseluruhan

aspek-aspek kehidupan suatu komunitas, yang kemudian terekspresikan secara

fisik maupun spiritual. Keseluruhan aspek itu, misalnya ideologi, ilmu

pengetahuan, hukum, etika, seni, nilai-nilai keindahan, kebaikan dan kebenaran.

Peradaban itu dikatakan maju ketika terjadi proses interaksi antar berbagai

dimensi tersebut yang pada gilirannya akan membentuk wajah peradaban

komunitas itu sendiri. Proses interaksi tersebut mungkin terjadi dalam wadah yang

kita sebut sebagai dunia pendidikan. Dengan adanya pendidikan yang memuat

keseluruhan aspek tersebut, kita dapat berharap akan kemajuan peradaban

masyarakat Indonesia pada masa depan.1

Pendidikan adalah kegiatan yang paling banyak berpengaruh terhadap

perilaku seseorang dan masyarakat. Dalam aktualisasinya, pendidikan sering

dilihat dari dua sudut pandang, sebagai fenomena individual dan fenomena sosial

budaya.2 Oleh karena itu, institusi manusia seperti agama, hukum, etika, seni, dan

budaya tidak akan berkembang dengan baik tanpa dukungan dari peran

pendidikan itu sendiri.

1M. Anis Matta, “Seni Islam: Format Estetika dan Muatan Nilai”, dalam Aswab Mahasin

(ed.), Ruh Islam Dalam Budaya Bangsa,(Jakarta: Yayasan Festival Istiqlal, Bina Rena Pariwara,

1996), h. 20 2Mohammad Irfan dan Mastuki HS, Teologi Pendidikan, (tt.p, Friska Agung Insani,

2000), h. 99

Page 15: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

2

Pada saat sekarang, praktek-praktek pendidikan mengalami kemunduran

yang hanya fokus pada kecerdasan otak.3 Ditambah lagi arus modernisasi tak

pelak lagi mengakibatkan banyak perubahan dalam masyarakat. Perubahan ini

menyimpan potensi negatif yaitu tereduksinya nilai-nilai yang ada di masyarakat

berupa kemerosotan akhlak. Dan ini jelas akan mengakibatkan kemunduran suatu

peradaban. Hal ini sebagai akibat praktek pendidikan yang tidak mengacu pada

pengembangan manusia secara utuh dan tidak adanya kesiapan filtrasi terhadap

nilai-nilai kebudayaan baru yang dibawa arus modernisasi tersebut.

Kerusakan akhlak yang ada sekarang memang telah meluas. Umat Islam

selayaknya tidak terkena penyakit itu. Namun kenyataannya tidak demikian. Sifat-

sifat yang menyalahi akhlak Islam ini barangkali salah satu penyebabnya adalah

karena umat Islam lebih mengutamakan aspek luar dari pada aspek yang di dalam.

Padahal seharusnya keduanya dibutuhkan dan memang merupakan satu kesatuan.

Di sinilah peran akhlak tasawuf di mana ilmu ini sangat mementingkan rohani

seseorang sebagai tempat tinggal yang baik bagi keinginan-keinginan manusia

dengan merawatnya secara baik sehingga dapat melahirkan tindakan-tindakan

yang positif mengalir sendiri tanpa ada motif yang terselubung yang bersifat

negatif di mata Allah.4

Dalam pendidikan akhlak tasawuf yang dikembangkan adalah IQ (dzaka

„aqli), EQ (dzaka dihni), dan SQ (dzaka qolbi). Ketiganya merupakan komponen

potensi kemanusiaan yang perlu dikembangkan secara harmonis. Hal ini bertujuan

agar menghasilkan daya guna yang luar biasa, baik secara horizontal dalam

lingkup pergaulan antar manusia maupun secara vertikal dalam relasinya kepada

Ilahi.5 Ketiganya merupakan potensi ruhani dalam diri manusia yang sangat

penting untuk dikembangkan.

Dengan demikian, nanti pada gilirannya tidak ada lagi krisis manusia

modern yang tidak lagi mengindahkan nilai-nilai kesyahduan dalam beragama,

yang telah memeluk agama tidak ubahnya seperti robot, yakni rutin, kaku, jauh

3Said Aqil Siroj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, (Bandung: Mizan, 2006), h. 54

4Ahmad Khalil, Merengkuh Bahagia, Dialog Al-Qur‟an, Tasawuf dan Psikologi,

(Malang: UIN Malang Press, 2007), h. 23 5Siroj. loc. cit.

Page 16: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

3

dari kesan menjiwai dan sangat kering dari nilai-nilai keintiman, sehingga yang

tampak dalam aktivitas beragama adalah sekedar memenuhi kewajiban dan

sekaligus tidak berdampak pada kesalehan sosial sekaligus tidak berdampak pada

transformasi perbaikan sosial kemasyarakatan.6

Dengan model keberagamaan yang mengedepankan pengetahuan akhlak

tasawuf diharapkan fenomena keberagamaan manusia menjadi sesuatu yang

hidup, yang ramah, sekaligus peduli terhadap implikasi sosial kemasyarakatan,

karena memang demikianlah sesungguhnya jati diri Islam.7

Sebagai masyarakat Indonesia yang Islam, untuk mewujudkan hal tersebut

tentunya perlu pola pendidikan yang berorientasi pada pembinaan akhlak yang

berlandaskan pada ajaran agama Islam yang dikenal dengan pendidikan akhlak

tasawuf. Bentuk pendidikan tersebut adalah upaya mengimbangi pendidikan yang

sekarang berkembang, di mana orientasinya hanya pada ranah kecerdasan otak,

dan jarang sekali terarah pada kecerdasan emosi dan spiritual. Padahal, keduanya

merupakan wadah dari pentingnya integritas, kejujuran, komitmen, visi,

ketahanan mental, kebijaksanaan, keadilan, penguasaan diri.8

Faktor yang menyebabkan rusaknya akhlak seseorang menurut peneliti

bukan hanya dari derasnya arus modernisasi yang mengakibatkan perubahan

perilaku seseorang, tetapi juga faktor pola pendidikan yang kurang mengena. Pola

pendidikan yang menggunakan metode menakut-nakuti, memukul dan

mengancam misalnya, itu tidak tepat dilakukan. Karena metode seperti itu tidak

akan mungkin mengembangkan potensi akhlak pada anak.9

Imam al-Ghazali, dalam Zainuddin, berpendapat bahwa kesusastraan

termasuk ke dalam salah satu faktor lingkungan pendidikan. Karya sastra berupa

buku-buku yang berisi cerita yang baik, benar dan mulia akan membawa pengaruh

dan peranan yang sangat penting dalam pembentukan watak perilaku dan

6Djamaluddin, Reorientasi Pembelajaran Akhlak Tasawuf di Perguruan Tinggi, Tadris

Volume 3. Nomor 1. 2008, pp. 8 7Ibid,

8Siroj, loc. cit.

9Murtadha Muthahhari, Dasar-dasar Epistimologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Sadra

Press, 2011), h.38

Page 17: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

4

kepribadian anak.10

Umar Bin Khattab pernah berkata “Ajarkanlah sastra pada

anak-anak kalian, karena sastra itu dapat mengubah anak yang pengecut menjadi

pemberani”.11

Petuah Umar Bin Khattab di atas cukup menggambarkan kaitan erat antara

sastra dan pembentukan karakter seseorang. Dengan mengajarkan sastra, kita

menjadi tahu makna kehidupan. Kita menjadi terbiasa untuk mengungkapkan

sesuatu dengan keindahan dan kelembutan. Sastra mengajarkan kita untuk peduli

dan empati. Ajaran-ajaran agama dan nilai-nilai moral bisa diungkapkan tanpa

kesan menggurui. Bahkan kegemilangan sebuah peradaban bisa dilihat dari

sastrawan dan karya-karya sastra yang lahir pada masa itu. Seperti kegemilangan

Islam yang melahirkan ulama sekaligus sastrawan seperti Imam Syafi‟i,

Jalaluddin Rumi, Umar al Khayyam dll.12

Dalam perspektif peradaban, seni menjadi bagian yang tak terpisahkan

dari keseluruhan dimensi kehidupan masyarakat. Keberadaan seni dalam berbagai

bentuknya, seperti contoh karya sastra, merupakan upaya manusia untuk

menggambarkan dan mengekspresikan sesuatu yang ia rasakan dalam batinnya

tentang realitas berbagai wujud melalui berbagai bentuk ekspresi yang indah,

ilustratif dan memiliki daya pengaruh yang kuat. Keberadaan dan kondisi sastra

pada suatu masyarakat ikut mengindikasikan dari maju atau tidaknya peradaban

suatu bangsa.13

Di kala sistem pendidikan kontemporer tidak berhasil membekali

generasi penerus dengan nilai-nilai luhur pembentuk watak bangsa, sastra

sepatutnya dilihat sebagai jalan alternatif.

Oleh karena itu, menurut hemat peneliti, pola pendidikan yang berbasis

sastra dapat dijadikan alternatif dalam pembinaan akhlak pada diri anak tanpa

harus melakukan tindakan di luar batas yang bisa berakibat fatal. Dengan

mengajarkan sastra dengan sendirinya para anak didik tahu akan akibat atau

manfaat dari apa yang telah ia lakukan dalam kehidupan ini tanpa harus

10

Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),

cet.i, h. 93 11

Matta, op. cit, h. 24 12

Bulqia Mas‟ud, Sastra dan Pembentukan Karakter, 2013,

(http://www.edukasi.kompasiana.com.) 13

Ibid., h. 21

Page 18: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

5

melakukan tindakan yang berlebihan dalam menghukum, walaupun dalam

tingkatan tertentu hukuman itu dibolehkan.

Kemudian muncul pertanyaan apakah sistem pendidikan yang ada selama

ini telah gagal dalam membentuk kepribadian anak-anak bangsa? Jika peneliti

menilik pada hasil penelitian Taufik Ismail, penyair senior Indonesia, bahwa

minimnya pembelajaran apresiasi sastra adalah salah satu penyebab mengapa

kemerosotan moral yang terjadi. Taufik Ismail memaparkan „TRAGEDI NOL

BUKU‟ bahwa siswa-siswi di Indonesia berhasil menyelesaikan „NOL‟ karya

sastra sampai mereka menginjak SMA. Hal ini begitu memilukan jika

dibandingkan dengan budaya literasi yang berkembang di negara-negara maju,

bahkan di Malaysia sekalipun.14

Dari sinilah muncul kesadaran bahwa menurut

peneliti pendidikan akhlak tasawuf (pendidikan yang berorientasi pada jiwa, pada

penanaman kebenaran universal sebagai pemenuhan fitrah manusia) yang berbasis

sastra menjadi sebuah keniscayaan.

Karya sastra dapat menjadi salah satu medium yang efektif dalam

pendidikan akhlak tasawuf. Karena sastra bisa mengasah rasa, mengolah budi,

membukakan pikiran dan mengajak manusia berdialog dengan dirinya sendiri.

Namun, tidak semua hasil karya sastra dapat digunakan sebagai sarana

membangun akhlak. Sastra yang dapat digunakan untuk membangun akhlak

adalah sastra yang „baik‟. Sastra yang baik adalah yang mampu membuat

pembacanya melakukan suatu perenungan, mendapatkan pencerahan, dan

mengajak kepada kehidupan yang lebih baik dan benar.

Dalam hal ini, maka materi dalam karya sastra sangat penting adanya.

Keberadaan isi dalam suatu karya sastra haruslah memuat nilai-nilai yang

mengandung unsur pendidikan akhlak tasawuf. Tanpa hal itu, maka sastra hanya

akan menjadi bacaan yang sifatnya menghibur belaka tanpa ada nilai yang dapat

dijadikan pelajaran.

Novel termasuk karya sastra yang banyak beredar di masyarakat dan

memuat banyak nilai-nilai pendidikan untuk kehidupan manusia dalam setiap

ceritanya. Sebagai pembaca kita harus dapat menangkap nilai apa yang

14

Taufik Ismail, Generasi Nol Buku, 2013, (http://www.kompas.com.)

Page 19: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

6

sebenarnya ingin disampaikan dari novel tersebut kepada para pembaca, bukan

hanya sekadar bacaan yang menghibur semata.

Berdasarkan asumsi bahwa novel merupakan salah satu karya sastra yang

memuat banyak nilai-nilai pendidikan, jadi bisa disimpulkan bahwa karya sastra

berupa novel layak menjadi medium dalam ranah pendidikan, karena memuat

nilai-nilai pendidikan yang dapat berkontribusi dalam pembangunan masyarakat.

Dalam hal ini, peneliti tertarik untuk menganalisis sebuah karya sastra

berupa novel yang berjudul Jack and Sufi karya Muhammad Luqman Hakim.

Dalam karyanya tersebut, si pengarang banyak memberikan hal-hal penting

tentang nilai-nilai pendidikan akhlak tasawuf. Menurut peneliti novel ini sarat

akan muatan nilai pendidikan akhlak tasawuf mengingat si pengarang adalah ahli

di bidang ilmu tasawuf. Sebagai contoh diceritakan si Jack tokoh sentral dalam

buku ini adalah seorang yang telah belajar ilmu tasawuf dari berbagai negara dan

dia juga mempunyai pesantren yang cukup terkenal di daerahnya, namun dia tidak

langsung kembali ke pesantrennya untuk mengajarkan ilmu yang didapatnya,

tetapi malah memilih untuk berdakwah di wilayah yang hampir tak tersentuh oleh

para ulama seperti dia. Wilayah itu dia sebut sebagai wilayah remang-remang,

karena di dalamnya memang tercampur antara kebaikan dan keburukan. Dia

memilih wilayah tersebut karena panggilan Ilahi untuk mengajak mereka yang

telah terbawa arus hitam untuk kembali ke jalan yang benar dengan cara dia

sendiri.

Dari pengamatan yang dilakukan peneliti ada beberapa novel yang

dijadikan judul skripsi untuk diambil nilai-nilai akhlaknya seperti novel Bumi

Cinta karya Habiburrahman al-Syirazi, Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman al-

Syirazi.15

Ada juga yang meneliti novel ini (Jack and Sufi) namun nilai yang

diambil adalah nilai tentang kepedulian sosialnya. Skripsi tersebut peneliti jumpai

di perpustakaan online milik UMM (Universitas Muhamdiyah Malang) dengan

judul “Nilai Kepedulian Sosial Dalam Buku Jack and Sufi”.16

Jadi memang belum

ada judul skripsi seperti yang akan diteliti oleh peneliti. Melihat data tersebut

15Lihat Katalog skripsi di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

16

Lihat Katalog Perpustakaan Online UMM (Universitas Muhammadiyah Malang)

Page 20: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

7

menurut peneliti merupakan hal yang penting untuk menggali nilai-nilai

pendidikan akhlak tasawuf dalam novel Jack and Sufi tersebut, mengingat

pentingnya nilai pendidikan akhlak tasawuf itu sendiri dan adanya nilai

pendidikan akhlak tasawuf dalam novel tersebut. Adapun penelitian ini akan

diberi judul “Kandungan Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Tasawuf dalam Novel

Jack and Sufi Karya Muhammad Luqman Hakim.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi

masalah sebagai berikut:

1. Derasnya arus modernisasi yang mengakibatkan masyarakat terkena

penyakit kerusakan moral (akhlak)

2. Praktek pendidikan yang masih hanya fokus pada kecerdasan otak,

dan mengabaikan tentang pentingnya kecerdasan emosional dan

spiritual.

3. Kurangnya pemahaman tentang pendidikan akhlak tasawuf sebagai

pendidikan emosional dan spiritual.

4. Pola pendidikan yang kurang mengena dapat mengakibatkan

kerusakan akhlak pada anak didik.

5. Penggunaan metode (alat/media) pendidikan yang belum optimal

sehingga belum bisa membentuk pribadi anak didik dengan baik.

6. Kurangnya minat mengapresiasi karya sastra novel sebagai medium

dalam penyampaian nilai-nilai pendidikan guna membentuk

kepribadian anak didik.

7. Masih belum adanya penelitian mengenai novel Jack and Sufi untuk

digali nilai-nilai pendidikan akhlak tasawuf yang terkandung di

dalamnya.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi

hanya pada “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Tasawuf dalam Novel Jack and Sufi

Karya Muhammad Luqman Hakim.”

Page 21: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

8

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah itu, maka rumusan masalah penelitian

ini adalah:

“Bagaimana nilai-nilai pendidikan akhlak tasawuf yang terdapat

dalam novel Jack and Sufi karya Muhammad Luqman Hakim?”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Setelah mengetahui permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah:

“Untuk mengetahui bentuk nilai-nilai pendidikan akhlak tasawuf yang

terkandung dalam novel Jack and Sufi karya Muhammad Luqman

Hakim.”

2. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca,

adapun manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

1) Dapat memperluas khasanah ilmu dalam karya ilmiah terutama

dalam bentuk cerita.

2) Sebagai wahana pemikiran dalam menetapkan teori-teori yang ada

dengan realitas yang ada di masyarakat.

b. Manfaat Praktis

1) Dapat memberikan kontribusi bagi pembaca dalam pengajaran

terutama memahami makna atau hikmah dalam suatu cerita.

2) Dapat memberikan masukan kepada peneliti lain untuk penelitian

selanjutnya.

3) Sebagai transformasi nilai pendidikan yang terimplementasi dalam

kehidupan sehari hari.

Page 22: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hakikat Novel dan Nilai Pendidikan

1. Pengertian Novel

Sebelum menjelaskan apa itu novel, baiknya kita pahami apa itu karya

sastra. Kata sastra berasal dari bahasa Sanskerta; akar kata sas-, dalam kata kerja

turunan berarti “mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau instruksi‟.

Akhiran –tra biasanya menunjuk alat, sarana. Maka dari itu, sastra dapat berarti

”alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran, “.1

Karya sastra dapat digolongkan sebagai salah satu sarana pendidikan

dalam arti luas. Pendidikan dalam arti ini tidak terbatas pada buku-buku teks

(pelajaran dari kurikulum yang diajarkan di sekolah), namun bisa berupa karya

sastra seperti cerpen, puisi, novel. Dunia kesusastraan secara garis besar mengenal

3 jenis teks sastra, yaitu naratif (prosa), teks monolog (puisi), dan teks dialog

(drama). Salah satu dari ragam prosa adalah novel.2 Jadi, karya tulis berupa novel

termasuk salah satu dari karya sastra berupa teks, yang berisi tentang cerita.

Kata novel berasal dari bahasa latin, novus (baru). Sedangkan dalam

bahasa Italia novel disebut novella, kemudian masuk ke Indonesia menjadi novel.

yaitu suatu proses naratif yang lebih panjang dari pada cerita pendek (cerpen),

yang biasanya memamerkan tokoh-tokoh atau pristiwa imajiner. Novel

1Partini Sardjono Prodotokusumo, Pengkajian Sastra, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2008), h. 7 2Widjoko dan Endang Hidayat, Teori dan Sejarah Sastra Indonesia, (Bandung: Upi Press,

2006), cet. ke-1, hal. 43.

Page 23: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

10

merupakan karangan sastra prosa panjang dan mengundang rangkaian cerita

kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekitar dengan cara menonjolkan

sifat dan watak tokoh-tokoh itu.3

Alterbernd dan Lewis, dalam Burhan Nurgiyantoro, berpendapat, fiksi—

sebagai sinonim dari novel—adalah: prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun

biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan

hubungan-hubungan antarmanusia. Pengarang mengemukakan hal itu berdasarkan

pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Namun, hal itu dilakukan

secara selektif dan dibentuk sesuai dengan tujuannya yang sekaligus memasukkan

unsur hiburan dan penerangan terhadap pengalaman kehidupan manusia.4

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, novel diartikan sebagai “karangan

prosa yang panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang

dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap

pelaku”.5

Sastra berupa novel jika dilihat dari aspek isi merupakan karya imajinatif

yang tidak lepas dari realitas. Karya sastra merupakan cermin zaman. Berbagai hal

yang terjadi pada suatu waktu, baik positif maupun negatif direspon oleh

pengarang. Dalam proses penciptaannya, pengarang akan melihat fenomena-

fenomena yang terjadi di masyarakat itu secara kritis, kemudian mereka

mengungkapkannya dalam bentuk yang imajinatif.6

Novel sebagai karya sastra mempunyai fungsi dulce et utile, artinya indah

dan bermanfaat. Dari aspek gubahan, sastra disusun dalam bentuk yang apik dan

menarik sehingga membuat orang senang membaca, mendengar, melihat, dan

menikmatinya. Sementara itu, dari aspek isi ternyata karya sastra sangat

bermanfaat. Di dalamnya terdapat nilai-nilai pendidikan yang berguna untuk

menanamkan pendidikan karakter.7

3Bitstream, Pengertian Novel, 2013, (http://repository.usu.ac.id.)

4Ibid., h. 2-3.

5Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia 1998), h. 1079

6Haryadi, Peran Sastra dalam Pembentukan Karakter Bangsa, Makalah disampaikan

pada Seminar Pendidikan IKIP Yogyakarta, 13 Juni 2011 7Bulqia Mas’ud, loc. cit.,

Page 24: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

11

Dengan demikian, karya sastra memiliki peran sangat fundamental dalam

pendidikan. Hal ini disebabkan karya sastra pada dasarnya membicarakan

berbagai nilai hidup dan kehidupan yang berkaitan langsung dengan pembentukan

karakter manusia. Sastra dalam pendidikan berperan mengembangkan bahasa,

mengembangkan kognitif, afektif, psikomotorik, mengembangkan kepribadian

dan mengembangkan pribadi.8

2. Ciri-ciri Novel

Di Indonesia antara roman, novel, dan cerpen mempunyai sedikit

perbedaan. Ada juga yang disebut novellet. Dalam roman biasanya kisah berawal

dari tokoh lahir sampai dewasa kemudian meninggal, roman biasanya mengikuti

aliran romantik. Sedangkan novel berdasarkan realisme, dan hidupnya dapat

berubah dari keadaan sebelumnya. Berbeda dengan cerita pendek yang tidak

berkepentingan pada kesempurnaan cerita atau keutuhan sebuah cerita, tetapi

lebih berkepentingan pada kesan.9

Hendy menyebutkan ciri-ciri novel sebagai berikut:

a. Sajian cerita lebih panjang dari cerita pendek dan lebih pendek dari roman.

Biasanya cerita dalam novel dibagi atas beberapa bagian.

b. Bahan cerita diangkat dari keadaan yang ada dalam masyarakat dengan

ramuan fiksi pengarang.

c. Penyajian berita berlandas pada alur pokok atau alur utama yang batang

tubuh cerita, dan dirangkai dengan beberapa alur penunjang yang bersifat

otonom (mempunyai latar tersendiri).

d. Tema sebuah novel terdiri atas tema pokok (tema utama) dan tema

bawahan yang berfungsi mendukung tema pokok tersebut.

e. Karakter tokoh-tokoh utama dalam novel berbeda-beda. Demikian juga

karakter tokoh lainnya. Selain itu, dalam novel dijumpai pula tokoh statis

dan tokoh dinamis. Tokoh statis adalah tokoh yang digambarkan berwatak

8Suhardini Nurhayati, Sastra dan Pendidikan Karakter, 2013, (httpwww.malang-

post.com.) 9Sahabat Bersama, Pengertian Novel, 2013, (http://Sobatbaru. Blogspot.com)

Page 25: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

12

tetap sejak awal hingga akhir. Tokoh dinamis sebaliknya, ia bisa

mempunyai beberapa karakter yang berbeda atau tidak tetap.10

Pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri novel adalah

cerita yang lebih panjang dari cerita pendek, diambil dari cerita masyarakat yang

diolah secara fiksi, serta mempunyai unsur intrinsik dan ekstrinsik. Ciri-ciri novel

tersebut dapat menarik pembaca atau penikmat karya sastra karena cerita yang

terdapat di dalamnya akan menjadikan lebih hidup.

3. Macam-macam Novel

Ada beberapa jenis novel dalam sastra. Jenis novel mencerminkan

keragaman tema dan kreativitas dari sastrawan yang tak lain adalah pengarang

novel. Nurgiyantoro membedakan novel menjadi novel serius dan novel popular.

a. Novel Pop (Populer)

Novel pop ini merupakan novel yang hanya mengambil tema-tema yang

sedang popular walaupun itu bersifat fiktif, dengan bahasa yang popular

pada novel itu dibuat dan mengesampingkan isi pesan yang dibuat dalam

novel tersebut. Mereka hanya memikirkan bagaimana novel tersebut laku

keras atau banyak disukai oleh para pembaca, karena novel ini dibuat

untuk nilai konsumtif dan bersifat komersial.

b. Novel Serius

Dalam novel serius ini justru sebaliknya dari novel populer. Novel ini

mengangkat tema-tema universal yang sedang dihadapi oleh masyarakat

dengan harapan mampu mengubah atau memberikan konstribusi pada

masyarakat/pembaca agar mau mengikuti apa yang diinginkan oleh

penulis. Novel ini lebih mengutamakan isi pesan dari pada sekedar

hayalan-hayalan fiktif yang banyak disukai masyarakat/pembaca saat ini.11

Dalam dunia kesastraan sering ada usaha untuk membedakan antara novel

serius dengan novel populer. Namun bagaimanapun adanya perbedaan itu tetap

10

Zaidan Hendy, Kasusastraan Indonesia Warisan yang Perlu Diwariskan 2.

(Bandung: Angkasa,1993), h. 225 11

Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 2005), h. 16

Page 26: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

13

saja kabur. Ciri-ciri yang ditemukan dalam novel serius (yang biasanya

dipertentangkan dengan novel populer) sering juga ditemukan dalam novel

populer, atau sebaliknya.12

Berbicara tentang sastra populer, Kayam dalam Nurgiyantoro

menyebutkan bahwa sastra populer adalah perekam kehidupan dan tidak banyak

memperbincangkan kembali kehidupan dalam serba kemungkinan. Ia menyajikan

kembali rekaan-rekaan kehidupan itu dengan harapan pembaca akan mengenal

kembali pengalaman-pengalamannya sehingga merasa terhibur karena seseorang

telah menceritakan pengalamannya dan bukan penafsiran tentang emosi itu. Oleh

karena itu, sastra populer yang baik banyak mengundang pembaca untuk

mengidentifikasikan dirinya.13

Novel populer telah mengalami perkembangan. Ada jenis novel yang lahir

dari novel populer, yaitu novel metropop. Ada kriteria dalam novel metropop.

Dalam novel metropop, tema cerita tidak ditentukan, tetapi mengharuskan tema

cerita berkaitan dengan kehidupan metropolitan. Tokoh-tokoh yang terdapat

dalam novel-novel metropop merupakan tokoh yang dekat dengan kehidupan

masyarakat urban Indonesia karena penulisan novel metropop dilakukan oleh

pengarang Indonesia. Perkotaan adalah latar fisik yang terdapat dalam novel

metropop. Latar sosial yang digambarkan dalam novel-novel metropop yaitu

mencakup gaya hidup masyarakat urban Indonesia, khususnya orang-orang

dewasa muda, dan bahasa sehari-hari yang ditulis dengan ringan dan santai. Novel

metropop dikategorikan sebagai novel-novel dewasa. Karya-karya metropop dapat

dibaca oleh siapa pun, baik perempuan maupun laki-laki dewasa. Selain itu juga

metropop ditujukan untuk pembaca Indonesia karena tokoh-tokoh di novel ini

dekat dengan kehidupan masyarakat urban Indonesia.14

Adapun mengenai novel serius cenderung yang muncul adalah memicu

sedikitnya pembaca yang berminat pada novel sastra ini. Meskipun demikian, hal

ini tidak menyebabkan popularitas novel serius menurun. Justru novel ini mampu

12

Ibid, h. 17 13

Ibid, h. 18 14

Yuliono, Novel Metropop, Kebaruan dalam Novel popular, 2013,

(httpwww.goodreads.com.)

Page 27: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

14

bertahan dari waktu ke waktu. Misalnya, roman Romeo Juliet karya William

Shakespeare atau karya Sutan Takdir, Armin Pane, Sanusi Pane yang

memunculkan polemik yang muncul pada dekade 30-an yang hingga saat ini

masih dianggap relevan dan belum ketinggalan zaman.

4. Satra dan Nilai Pendidikan

Nilai dapat diartikan suatu ide yang paling baik, menjunjung tinggi dan

menjadi pedoman manusia atau masyarakat dalam tingkah laku, keindahan, dan

keadilan.15

Dalam karya sastra itu ternyata mengandung nilai pendidikan yang dapat

kita ambil. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai sastra terutama novel sebagai

karya yang mengandung macam-macam nilai pendidikan.

Sastra sebagai hasil kehidupan mengandung nilai-nilai sosial, filosofi,

religi dan sebagainya. Baik yang bertolak dari pengungkapan kembali ataupun

yang baru semuanya dirumuskan secara tersurat dan tersirat. Sastra tidak saja lahir

karena kejadian, tetapi juga dari kesadaran penciptaannya bahwa sastra sebagai

sesuatu yang imajinatif, fiktif, juga harus melayani misi-misi yang dapat

dipertanggungjawabkan serta bertendensi.16

Sastrawan ketika menciptakan karyanya tidak saja didorong oleh hasrat

untuk menciptakan keindahan, tetapi juga berkehendak untuk menyampaikan

pikiran-pikirannya, pendapat-pendapatnya, dan kesan-kesan perasaannya terhadap

sesuatu. Melalui karyanya, pencipta karya sastra berusaha untuk mempengaruhi

pola pikir pembaca dan ikut mengkaji tentang baik dan buruk, benar mengambil

pelajaran, teladan yang patut ditiru sebaliknya, untuk dicela bagi yang tidak baik.

Karya sastra diciptakan bukan sekedar untuk dinikmati, akan tetapi untuk

dipahami dan diambil manfaatnya.17

Karya sastra tidak sekedar benda mati yang tidak berarti, tetapi di

dalamnya termuat suatu ajaran berupa nilai-nilai hidup dan pesan-pesan luhur

15

Fakultas Bahasa dan Seni, Estetika Sastra, Seni, dan Budaya, (Jakarta: Universitas

Negeri Jakarta, 2008), hlm. 49-50. 16

Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Buku Seru, 2013), h.

89 17

Ibid., h. 22

Page 28: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

15

yang mampu menambah wawasan manusia dalam memahami kehidupan. Dalam

karya sastra, berbagai nilai hidup dihadirkan karena hal ini merupakan hal positif

yang mampu mendidik manusia, sehingga manusia mencapai hidup yang lebih

baik sebagai makhluk yang dikaruniai oleh akal, pikiran, dan perasaan.18

Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang banyak memberikan

penjelasan secara jelas tentang sistem nilai. Nilai itu mengungkapkan perbuatan

apa yang dipuji dan dicela, pandangan hidup mana yang dianut dan dijauhi, dan

hal apa saja yang dijunjung tinggi. Adapun nilai-nilai pendidikan dalam novel

sebagai berikut.

a. Nilai Pendidikan Religius

Religi merupakan suatu kesadaran yang menggejala secara mendalam

dalam lubuk hati manusia sebagai human nature. Religi tidak hanya menyangkut

segi kehidupan secara lahiriah melainkan juga menyangkut keseluruhan diri

pribadi manusia secara total dalam integrasinya berhubungan ke dalam keesaan

Tuhan.19

Nilai-nilai religius bertujuan untuk mendidik agar manusia lebih baik

menurut tuntunan agama dan selalu ingat kepada Tuhan. Nilai-nilai religius yang

terkandung dalam karya sastra dimaksudkan agar penikmat karya tersebut

mendapatkan renungan-renungan batin dalam kehidupan yang bersumber pada

nilai-nilai agama. Nilai-nilai religius dalam sastra bersifat individual dan personal.

Nurgiyantoro berpendapat, bahwa kehadiran unsur religi dalam sastra

adalah sebuah keberadaan sastra itu sendiri.20

Mangunwijaya menyatakan, bahwa

pada awalnya semua karya sastra adalah religius. Semua sastra pada awalnya

digunakan sebagai sarana berpikir dan berzikir manusia akan kekuasaan,

keagungan, kebijaksanaan, dan keadilan Tuhan Yang Maha Esa. Kerinduan

manusia kepada Tuhan, bahkan hubungan kedekatan manusia dengan Tuhan telah

lama ditulis dalam karya sastra para sufi, seperti Hamzah Fansuri, Nuruddin Ar

Raniri, Al Hallaj, Amir Hamzah, Abdul Hadi W.M, dan masih banyak lagi.21

18

Jakob Sumardjo, Memahami Kesustraan, (Bandung: Alumni, tt), h. 14 19

Rosyadi, Nilai-nilai Budaya dalam Naskah Kaba, (Jakarta: CV Dewi Sri, 1995), h. 90 20

Nurgiyantoro, op. cit., h. 326 21

Lustantini Septiningsih, Mengoptimalkan Peran Sastra dalam Pembentukan

KarakterBangsa, 2013, (httpwww.kemendikbud.com)

Page 29: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

16

b. Nilai Pendidikan Moral

Moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan pengarang kepada

pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam karya sastra, makna yang

disaratkan lewat cerita. Moral dapat dipandang sebagai tema dalam bentuk yang

sederhana, tetapi tidak semua tema merupakan moral.22

Moral merupakan

pandangan pengarang tentang nilai-nilai kebenaran dan pandangan itu yang ingin

disampaikan kepada pembaca. Hasbullah menyatakan bahwa, moral merupakan

kemampuan seseorang membedakan antara yang baik dan yang buruk.23

Nilai

moral yang terkandung dalam karya sastra bertujuan untuk mendidik manusia

agar mengenal nilai-nilai etika merupakan nilai baik buruk suatu perbuatan, apa

yang harus dihindari, dan apa yang harus dikerjakan, sehingga tercipta suatu

tatanan hubungan manusia dalam masyarakat yang dianggap baik, serasi, dan

bermanfaat bagi orang itu, masyarakat, lingkungan, dan alam sekitar.24

.

c. Nilai Pendidikan Sosial

Kata “sosial” berarti hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat/

kepentingan umum. Nilai sosial merupakan hikmah yang dapat diambil dari

perilaku sosial dan tata cara hidup sosial. Perilaku sosial berupa sikap seseorang

terhadap peristiwa yang terjadi di sekitarnya yang ada hubungannya dengan orang

lain, cara berpikir, dan hubungan sosial bermasyarakat antar individu. Nilai sosial

yang ada dalam karya sastra dapat dilihat dari cerminan kehidupan masyarakat

yang diinterpretasikan.25

Nilai pendidikan sosial akan menjadikan manusia sadar

akan pentingnya kehidupan berkelompok dalam ikatan kekeluargaan antara satu

individu dengan individu lainnya.

Nilai pendidikan sosial mengajarkan bagaimana seseorang harus bersikap,

bagaimana cara menyelesaikan masalah, dan menghadapi situasi tertentu dalam

22

Nurgiyantoro, op. cit., h. 320 23

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h.

194 24

Septiningsih, loc. cit. 25

Rosyadi, Nilai-nilai Budaya dalam Naskah Kaba, (Jakarta: CV Dewi Sri, 1995), h. 80

Page 30: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

17

masyarakat Indonesia yang sangat beraneka ragam coraknya, pengendalian diri

adalah sesuatu yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan masyarakat.

Dari sekian nilai-nilai yang tersebut di atas peneliti tidak akan meneliti

semuanya. Adapun nilai yang digali dalam penelitian ini adalah tentang nilai

pendidikan moral religius yang ada pada karya tersebut, dengan menggunakan

literatur dari Islam, yaitu menggunakan teori konsep pendidikan akhlak tasawuf.

Di bawah ini akan dijelaskan mengenai konsep pendidikan akhlak tasawuf.

B. Konsep Pendidikan Akhlak Tasawuf

1. Pengertian Pendidikan

Secara etimologis, pendidikan berasal dari bahasa Yunani “Paedogogik”,

yang terdiri atas kata “Pais” yang berarti Anak” dan kata “Ago” yang berarti “Aku

membimbing”. Fuad Hasan menyimpulkan paedogogik berarti aku membimbing

anak.26

Purwanto menyatakan bahwa pendidikan berarti segala usaha orang

dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan

jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Hakikat pendidikan bertujuan untuk

mendewasakan anak didik, maka seorang pendidik haruslah orang yang dewasa,

karena tidak mungkin dapat mendewasakan anak didik jika pendidiknya sendiri

belum dewasa.27

Menurut Tilaar, hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia.

Maksud dari memanusiakan manusia atau proses humanisasi adalah melihat

manusia sebagai suatu keseluruhan di dalam eksistensinya. Maksudnya adalah

menempatkan kedudukan manusia pada tempatnya yang terhormat dan

bermartabat. Kehormatan itu tentunya tidak lepas dari nilai-nilai luhur yang selalu

dipegang umat manusia.28

Murtadha Muthahhari menjelaskan bahwa pendidikan identik dengan proses

pengembangan yang bertujuan agar membangkitkan sekaligus mengaktifkan

potensi-potensi yang terkandung dalam diri manusia. Pengembangan yang

26

Fuad Hasan, Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h.1 27

M Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Karya,

1986), h. 11 28

HAR Tilaar, Perubahan Sosial dan Pendidikan: Pengantar Pedagogik Transformatif

untuk Indonesia, (Jakarta: Grasindo, 2002), h. 435

Page 31: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

18

dimaksud adalah menguak potensi-potensi yang tersembunyi dalam diri manusia.

Pendidikan harus diarahkan untuk membangkitkan serta mengaktifkan potensi-

potensi positif yang dimiliki oleh objek didik.29

Menurut Ki Hajar Dewantara, “Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup

tumbuhnya anak-anak, adapun maksud dari pendidikan yaitu menuntut segala

kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan

sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang

setinggi-tingginya.30

Sedangkan dalam Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pasal I menyatakan bahwa "Pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara".31

Pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya membantu peserta didik

untuk menyadari nilai-nilai yang dimilikinya dan berupaya memfasilitasi mereka

agar terbuka wawasan dan perasaannya untuk memiliki dan meyakini nilai yang

lebih hakiki, lebih tahan lama, dan merupakan kebenaran yang dihormati dan

diyakini secara sahih sebagai manusia yang beradab.32

Adler dalam Arifin, mengartikan pendidikan sebagai proses di mana

seluruh kemampuan manusia dipengaruhi oleh pembiasaan yang baik untuk

membantu orang lain dan dirinya sendiri mencapai kebiasaan yang baik.33

Dengan demikian, yang dimaksud dengan pendidikan ialah upaya yang

dilakukan dengan penuh kesadaran untuk membantu mengembangkan potensi

yang ada pada diri mereka meliputi potensi akal, jiwa, jasmani tanpa ada unsur

29

Murtadha Muthahhari, Dasar-dasar Epistimologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Sadra

Press, 2011), h.37 30

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1997), hal. 4 31

Undang-undang Tentang SISDIKNAS dan Peraturan Pelaksanaannya, (Yogyakarta:

CV. Tamita Utama, 2004), h. 4 32

M Elly Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana,m 2006), h.114 33

H M Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi aksara, 1993), h. 12

Page 32: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

19

pemaksaan serta memfasilitasi mereka agar terbukalah wawasan mereka untuk

mencari kebenaran dan kebahagiaan yang hakiki.

Di atas penulis sudah menjelaskan tentang pengertian pendidikan yang

kesimpulannya bahwa pendidikan pada hakikatnya adalah suatu usaha manusia

untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Jika pendidikan

digandengkan dengan kata akhlak tasawuf maka maksudnya adalah pendidikan

yang berorientasi mengembangkan potensi jiwa yang ada pada diri manusia agar

menjadi baik secara rohani.

2. Pengertian Tasawuf

Selanjutnya penulis akan menjelaskan konsep pendidikan akhlak tasawuf.

Pertama tentang pengertian tasawuf. Menurut Abu al-Wafa’ al-Ghanimi al-

Taftazani, sebagaimana dikutip oleh A.R. Ustman, pengertian tasawuf itu dapat

diperoleh dari asal kata tasawuf maupun didasarkan pada ajaran dalam praktik

tasawuf itu sendiri. Berikut ini beberapa teori tentang asal kata tasawuf adalah:

a. Ahl-Shuffah, orang-orang yang ikut pindah dengan nabi dari Makkah ke

Madinah dan karena mereka tidak memiliki harta dan dalam keadaan

miskin, mereka tinggal di masjid nabi dan tidur dengan bantal pelana

(Shuffah).

b. Shaff yaitu barisan atau pertama. Sebagaimana shalat mereka disebut sufi.

Karena dalam shalat atau beribadah kepada Tuhan selalu berada pada

barisan pertama (al-Shaff al-Awwal).

c. Shafa berarti suci, seseorang sufi adalah orang disucikan dan telah

mensucikan dirinya melalui latihan berat dan lama.

d. Sophos dari bahasa Yunani yang berarti hikmat atau pengetahuan

sebagaimana orang-orang sufi berhubungan dengan hikmat.

e. Shuf berarti bulu domba (woll) karena kaum sufi mempunyai tradisi atau

kebiasaan berpakaian yang terbuat dari bulu domba sebagai simbul dari

kesederhanaan dan kemiskinan.34

34

Abu al-Wafa’ al-Ghanimi al-Taftazani, Sufi dari Zaman Ke Zaman, terj. Oleh A.R.

Ustman, (Bandung: Mizan, 1985), hlm 21.

Page 33: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

20

Dari sekian pengertian yang telah ada, pendapat yang mengatakan bahwa

kata ini merupakan penisbatan kepada pakaian dari kain “Shuf” (kain wol) adalah

yang paling tepat dari segi bahasa dan pendapat ini lebih sesuai secara historis

karena para sufi di zaman dulu mempunyai kebiasaan memakai jubah terbuat dari

bulu domba dan selalu diidentikkan dengan sifat zuhud. Di dalam literatur tasawuf

diriwayatkan bahwa para Nabi berpakaian shuf.35

Ibnu Khaldun dalam M. Fauqi Hajaj memberikan pengertian bahwa

tasawuf adalah menjaga kebaikan tata karma bersama Allah dalam amal-amal

lahiriyah dan bathiniyah dengan berdiri di garis-garisNya, sambil memberikan

perhatian pada penguncian hati dan mengawasi segala gerak-gerik hati dan

pikirannya demi memperoleh keselamatan.36

Sementara itu oleh Murtadha Muthahhari dan Syaikh Muhammad Husain

Thabathaba’i, untuk istilah tasawuf dan sufi mereka menyebutnya dengan istilah

“irfan dan arif”. Menurut mereka istilah irfan dan arif dilihat dari sudut pandang

ilmiah, di mana irfan adalah salah satu ilmu yang lahir dari Islam dan

memberitahukan tentang hubungan dengan Tuhan dan jalan mencapainya,

sedangkan kaum arif adalah orang yang mahir dan ahli dalam irfan.37

Terlepas dari apa pun akar katanya, yang jelas istilah tasawuf menurut

Said Aqil Siroj menunjuk pada makna orang-orang yang tertarik pada

pengetahuan esoteris, yang menyalami dan menukik jauh ke dalam inti agama,

yang berupaya mencari jalan dan praktik-praktik amalan yang dapat

mengantarkannya pada kesadaran tercerahkan dan pencerahan hati.38

Lanjutnya, tasawuf tidak hanya berusaha menciptakan manusia yang hidup

dengan benar, rajin beribadah, berakhlak mulia, tapi bisa merasakan indahnya

hidup dan nikmatnya ibadah. Tasawuf juga berupaya menjawab pertanyaan

mengapa manusia harus berakhlak karimah. Apabila etika dapat memberikan

semangat keadilan dan kemampuan merespon segala sesuatu dengan tepat,

35

Totok Jumantoro-Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Tasawuf, (Wonosobo: Amzah,

2005), h. 246 36

M. Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam dan akhlak, (Jakarta: Amzah, 2011), h. 5 37

Murtadha Mutahhari dan Syaikh Muhammad Husain Thabathaba’i, Menapak Jalan

Spiritual, terjemahan MS, Nasrullah, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1997), hlm 19-21 38

Said Agil Siroj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, (Bandung: Mizan Pustaka, 2006), h. 37

Page 34: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

21

tasawuf dapat menumbuhkan makna dan nilai, serta menjadikan tindakan dan

hidup manusia lebih luas dan kaya.39

Bahkan kaum sufi berusaha berpegang teguh

kepada kebenaran meskipun ketika dikelilingi oleh kesalahan dan kebohongan,

berpijak kuat pada kepastian bahwa kebenaran, yang senantiasa indah dalam arti

metafisik, akhirnya akan menang.40

3. Pengertian Akhlak

Kata akhlak berasal dari bahasa Arab “khuluq” yang jamaknya akhlaq.

Artinya tingkah laku, perangai, tabiat, watak, moral, etika dan budi pekerti. Kata

akhlaq mengandung persesuaian dengan perkataan khaliq yang berarti pencipta,

serta erat kaitannya dengan kata makhluq bermakna yang diciptakan. Apabila kita

hubungkan arti akhlaq dengan kata khalq, khalq dan makhluq, maka

sesungguhnya rumusan pengertian akhlaq timbul sebagai media yang

memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluq, dan antara

makhluq dengan makhluq itu sendiri.41

Sementara itu menurut M. Quraish Syihab, secara linguistik, kata akhlaq

merupakan isim jamid atau isim gair mustaq, yaitu isim yang tidak mempunyai

akar kata, melainkan kata tersebut memang begitu adanya. Kata akhlaq adalah

jamak dari kata khulqun atau khuluq yang artinya sama dengan arti kata akhlaq

sebagaimana telah disebutkan di atas. Baik kata akhlaq atau khuluq kedua-duanya

dijumpai pemakaiannya di dalam al-Quran maupun hadis sebagaimana tertulis di

bawah ini:

“Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” (Q.S.

al-Qalam/68: 4)

39

Ibid,. 40

Sayyed Hossein Nasr, The Garden of Truth:Mereguk Sari Taswuf, Terj. dari The

Garden of Truth: The Vision and Promise of Sufism, Islam‟s Mystical Tradition. Oleh Yuliani

Liputo, (Bandung: Mizan, 2010), h.78 41

M. Ma’rifat Imam dan Nandi Rahman, Ibadah Akhlak, Tinjauan Eksetoris dan Esoteris,

(Jakarta: Uhamka Press, 2002), h23

Page 35: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

22

“(Agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang-orang

terdahulu.” (Q.S. asy-Syu‟arâ'/26: 137)

أكول الوؤهنين إيوانا أحسنهن خلقا

“Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah orang yang

sempurna budi pekertinya.” (H.R. Tirmiżî)

(رواه أحود )انوا بعثت ألتون هكا رم األخالق

“Bahwasanya aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan keluhuran

budi pekerti.” (H.R. Ahmad)42

Bertitik tolak dari pengertian bahasa di atas, akhlak atau kelakuan manusia

sangat beragam, dan firman Allah berikut ini dapat menjadi salah satu argumen

dari keanekaragaman tersebut.43

“Sungguh, usahamu memang beraneka macam.” (Q.S. al-Lail/92: 4)

Ayat pertama di atas menggunakan khuluq dalam arti budi pekerti, ayat

kedua menggunakan kata akhlaq untuk arti adat kebiasaan. Selanjutnya hadis

yang petama menggunakan kata khuluq untuk arti budi pekerti, dan hadis kedua

menggunakan kata akhlaq, juga untuk arti budi pekerti. Dengan demikian, kata

akhlaq dan khuluq secara kebahasaan berarti budi pekerti, adat kebiasaan,

perangai, muru‟ah, atau segala sesuatu yang sudah menjadi tabiat atau tradisi.

Adapun pengertian akhlak menurut istilah dapat dilihat dari beberapa

pendapat pakar berikut:

a. Al-Ghazali mengungkapkan tentang akhlak yaitu “sikap yang

mengakar dalam jiwa manusia yang darinya lahir berbagai

perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran

42Kanzul „Ummal, 11: 240/31969

43M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur'an, (Bandung: Mizan, 1997), Cet. IV, h. 253 254.

Page 36: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

23

dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang

baik dan terpuji, baik dari segi akal syara’, maka ia disebut

akhlak yang baik. Dan jika yang lahir darinya perbuatan tercela,

maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk.44

b. Ibn Miskawaih secara singkat mendefinisikan akhlak sebagai sifat

yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan

perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.45

c. Menurut Ahmad Amin, dia menyimpulkan dari berbagai pendapat

ahli, menyatakan bahwa: akhlak adalah kebiasaan berkehendak.

Berarti bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka

kebiasaannya itu disebut akhlak. Dengan perkataan lain, akhlak

adalah menangnya keinginan dari beberapa keinginan manusia

secara berturut-turut.46

Al-Ghazali memberikan kriteria, bahwa akhlak harus menetap dalam jiwa

dan perbuatan itu muncul dengan mudah tanpa memerlukan penelitian terlebih

dahulu. Dengan kedua kriteria tersebut, maka suatu amal itu memiliki

korespondensi dengan faktor-faktor yang saling berhubungan yaitu: perbuatan

baik dan keji, mampu menghadapi keduanya, mengetahui tentang kedua hal itu,

keadaan jiwa yang cenderung kepada salah satu dari kebaikan dan bisa cendrung

kepada kekejian.47

Di satu sisi, pendapat al-Ghazali ini mirip dengan apa yang

dikemukakan Ibnu Miskawaih dalam Tahdzib al-akhlak. Tokoh filsafat etika yang

hidup lebih dahulu ini menyatakan bahwa akhlak adalah “keadaan jiwa yang

menyebabkan seseorang bertindak tanpa dipikirkan terlebih dahulu.” la tidak

bersifat rasional, atau dorongan nafsu.48

Bila ditinjau pembagian yang merusak dan menyelamatkan, keduanya

meletakkan akhlak dalam perspektif tasawuf yang lebih mendalam. Akhlak ini

44

M. Abdul Mujib dkk, Ensiklopedia Tasawuf Imam Ghozali, (Jakarta: Mizan, 2009),

h.38 45

Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih, (Yogyakarta: Belukar, 2004), h.

31 46

Ahmad Amin. Etika (Ilmu akhlak). (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), Cet. Ke-7, h. 62 47

Al- Ghazali, Ihya‟ Ulum al-Din, (Kairo: Dar al-Kutub al_Arabiyyah, T.Th.), jld 3, h.52 48

Suwito. loc. cit

Page 37: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

24

dalam tasawuf disebut hal atau kondisi batiniah. Akhlak lahiriah seperti

dermawan pada fakir miskin tak ada gunanya bila tanpa diringi akhlak batiniah

seperti keikhlasan. Hal ini diperkuat oleh pendapat Al-Mawardi yang

menyebutkan bahwa akhlak diri (disposisi mental) adalah unsur dasar atau

landasan bagi tindakan artinya, seseorang tidak dapat dianggap berakhlak baik,

sebelum ia memiliki akhlak diri yang baik. Dua jenis sikap akhlak yaitu: legalitas

dan moralitas. Legalitas sekedar kesesuaian lahiriyah tindakan dengan suatu

aturan moral tanpa disertai sikap hati (disposisi mental). Sedangkan moralitas

(akhlak) adalah sikap hati yang terungkap dalam tindakan lahiriyah yang sesuai

aturan moral tanpa pamrih.49

Menurut Abuddin Nata ada lima ciri yang terdapat dalam perbuatan

akhlak, yaitu:50

Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat

dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. Dalam kaitan ini

Ahmad Amin51

mengumpamakan, bahwa seseorang yang dermawan ialah orang

yang menguasai keinginan untuk memberi, dan keinginan itu selalu ada padanya

meskipun terdapat keadaan yang menghalanginya, kecuali keadaan yang

menghalanginya itu luar biasa dan terpaksa. Sebaliknya orang kikir ialah orang

yang dikuasai oleh rasa cinta harta, dan mengutamakannya lebih dari

membelanjakannya. Dengan keterangan ini nyata bahwa orang yang baik ialah

orang yang menguasai keinginan baik secara berturut-turut. Sebaliknya orang

jahat atau durhaka ialah orang yang selalu dikuasai oleh keinginannya untuk

berbuat jahat atau durhaka.

Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah

dan tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan sesuatu

perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, atau

tidur. Pada saat yang bersangkutan melakukan suatu perbuatan ia tetap sehat akal

pikirannya dan sadar. Oleh karena itu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang

49

Pengertian moralitas dan legalitas menurut Immanuel Kant. Lihat Frans Magnis Suseno,

Etika Dasar, (Yogyakarta: Kanisius, 1987), h. 58 50

Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), h. 5-7

51Ahmad Amin, op. cit., h. 65

Page 38: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

25

dalam keadaan tidur, hilang ingatan, mabuk, atau perbuatan reflek seperti

berkedip, tertawa, bersin, dan sebagainya bukanlah perbuatan akhlak melainkan

perbuatan alami, seperti halnya binatang juga melakukannya. Perbuatan akhlak

adalah perbuatan yang dilakukan oleh orang yang sehat akal pikirannya. Namun

karena perbuatan tersebut sudah mendarah daging, sebagaimana disebutkan pada

sifat yang pertama, maka pada saat akan menjalankannya sudah tidak lagi

memerlukan pertimbangan atau pemikiran. Hal yang demikian tak ubahnya

dengan orang yang mendarah daging mengerjakan shalat lima waktu, maka begitu

mendengar panggilan shalat ia tidak merasa berat mengerjakannya, dan tanpa

pikir panjang ia sudah dengan mudah dan ringan dapat mengerjakannya.

Ketiga, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri si

pelakunya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah

perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang

bersangkutan. Oleh karena itu perbuatan yang dilakukan karena paksaan, tekanan

atau intimidasi dari luar dirinya, maka perbuatan tersebut bukan termasuk ke

dalam akhlak dari si pelakunya.

Keempat, perbuatan akhlak ialah perbuatan yang dilakukan dengan

sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara.

Kelima, perbuatan akhlak yang baik adalah perbuatan yang dilakukan

dengan ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang lain.

Seseorang yang melakukan perbuatan bukan atas dasar karena Allah tidak dapat

dikatakan perbuatan akhlak yang baik.52

Kelima perbuatan tersebut kemudian disebut sebagai perbuatan akhlaki

(etis) yang acapkali dipertentangkan dengan perbuatan alami. Perbuatan alami

adalah perbuatan yang terjadi di luar kehendak si pelakunya, seperti bernafas,

berkedip, bersin, dan lain sebagainya. Terhadap perbuatan alami, pelakunya tidak

bisa dikenakan hukum “baik atau buruk”. Sebaliknya, terhadap perbuatan etis,

yaitu perbuatan yang timbul karena kehendak si pelakunya, bisa dikenakan hukum

“baik atau buruk”. Dalam kaitan ini Murtadha Muthahhari menyatakan:

“Perbuatan etis” itu layak untuk dipuji dan disanjung. Dengan kata lain, manusia

52

Abudin Nata, loc. cit.

Page 39: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

26

mengakui akan nilai agung suatu perbuatan etis. Nilai yang dimaksud di sini

bukan dalam arti material, seperti yang biasa diistilahkan dengan “upah” atau gaji.

Namun nilai yang dimaksudkan di sini berada pada kedudukan yang lebih tinggi

dalam diri manusia. Nilai-nilai tersebut tidak dapat disejajarkan dengan uang atau

barang.53

4. Integrasi Pendidikan Akhlak Tasawuf

Dari bahasan di atas, dapat dinyatakan bahwa akhlak sesungguhnya

merupakan istilah yang bersifat umum, sehingga perlu diuraikan lagi. Karena itu

terdapat istilah akhlâq al-karîmah dan akhlâq al-sayyi‟ah. Akhlâq al-karîmah

adalah perbuatan terpuji, baik, luhur dan mulia. Sedang akhlâq al-sayyi‟ah adalah

perilaku yang jelek, nista, sekaligus menyengsarakan. Akhlâq al-karîmah yang

telah menjadi bagian tak terpisahkan pada seseorang sehingga ia menjadi

konsisten, kontinyu sekaligus berusaha keras melalui serangkaian riyâdlah untuk

senantiasa bertahan hidup dalam karakter tersebut itulah yang sesungguhnya

disebut dengan istilah tasawuf, dan pelakunya disebut dengan sufi, salik atau

darwis dalam bahasa Persia.54

Harun Nasution berpendapat, ketika mempelajari tasawuf akan terbukti

bahwa kaum sufilah yang terutama pelaksanaan ibadahnya membawa kepada

pembinaan akhlak mulia dalam diri mereka seperti nilai-nilai kejujuran, keadilan,

tolong menolong, murah hati, pemaaf, sabar, baik sangka, pemurah. Semua nilai-

nilai ini terdapat dalam ajaran al-Qur’an dan Hadis, di mana setiap muslim harus

meneladaninya sejak kecil.55

Atas dasar itu, dapat dimengerti filosofi berpikir penggabungan atau

pengintegrasian akhlak tasawuf menjadi satu kesatuan, yakni diharapkan praktek

tasawuf yang dikembangkan tetap berpijak pada nilai-nilai akhlak terpuji.

Tasawuf mementingkan hubungan vertikal dan horisontal sekaligus. Keasyikan

dan kesyahduan dalam berkomunikasi dengan Allah (habl min Allâh), dalam

53

Muthahhari, op. cit., h. 12 54

Djamaluddin, Reorientasi Pembelajaran Akhlak Tasawuf di Perguruan Tinggi, Tadris

Volume 3. Nomor 1. 2008, pp.5 55

Harun Nasution, Islam Rasional, Gagasan dan Pemikiran, (Bandung: Mizan, 1995),

cet.3, h.57

Page 40: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

27

pandangan tasawuf Islam harus berefleksi dalam cermin praktik hidup keseharian

yang saleh pada hubungan horisontal (habl min al-nâs).56

Jadi, sederhananya dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah sasaran ajaran

tasawuf. Akhlak adalah yang paling utama dalam menempuh jalan sufi. Tidak

dapat dikatakan orang itu bertasawuf sedangkan dia tidak berakhlak. Dan dengan

bertasawuflah akhlak kita akan menjadi baik dan benar. Melalui pendidikan

akhlak yang berbasis tasawuf maka tindakan akhlak kita akan menjadi bermakna

dan bernilai dari segi lahir dan bathin.

5. Dasar Pendidikan Akhlak Tasawuf

Agama Islam sebagaimana yang tertulis dalam kitab suci al-Qur’an

senantiasa menganjurkan manusia untuk membersihkan diri agar jauh dari dosa

dan kesalahan, dengan melakukan amalan-amalan yang digariskan Allah untuk

hamba-Nya. Di samping itu banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menganjurkan

kepada manusia untuk bertawakal, sabar serta taubat. Dan beribadat yang lain

sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW sebagai seorang Insan

Kamil.

Al-Qur’an yang kebenarannya tidak diragukan lagi, menjadi petunjuk bagi

orang yang bertaqwa (al-Baqarah/2:2). Ia sebagai al-Furqan (pembeda antara

yang benar dan yang salah) (al-Furqan/25:1) mempunyai fungsi sebagai kitab suci

yang berisi ajaran dan pedoman yang dapat dipakai untuk mengarungi kehidupan

ini. Ia juga sebagi al-Dzikru (peringatan) (al-Hijr/15:9) agar manusia hidup

bahagia dunia dan akhirat.

Tasawuf lahir karena didorong oleh ajaran Islam sebagaimana yang

terkandung dalam sumbernya al-Qur’an dan Hadis. Yakni mendorong untuk hidup

sufistik. Selain itu kedua sumber itu mendorong agar umatnya berperilaku baik,

tolong menolong, beribadah, berpuasa dan sebagainya. Yang semua itu

merupakan inti tasawuf.57

Al-Qur’an mendeskripsikan sifat-sifat orang yang

wara‟ dan taqwa dalam surat al-Ahzab ayat 35:

56

Djamaluddin, loc. cit. 57

Nasution,, loc. cit.

Page 41: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

28

Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim laki-laki dan

perempuan yang mukmin laki-laki dan perempuan yang tetap dalam

ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar (jujur), sabar, khusyu‟

mau mengeluarkan sedekah, mau berpuasa, mau memelihara

kehormatannya, yang banyak dzikir kepada Allah, maka Allah akan

menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar (al-

Ahzab:35).58

Dari beberapa ayat di atas, peneliti dapat memberikan penjelasan, bahwa

ayat-ayat tersebut menganjurkan kepada hamba Allah SWT agar dalam hidupnya

senantiasa mencerminkan ajaran-ajaran yang merupakan konsekuensi hidup bagi

manusia. Manusia dalam hidupnya wajib menyerahkan segala keputusan yang

diberikan oleh Allah SWT, atas apa yang dilakukannya dan bersabar atas segala

keputusan Allah. Selain itu mereka harus senantiasa bertaubat kepada Allah atas

kesalahan yang telah diperbuat.

Ayat-ayat di atas menjelaskan tentang beberapa ajaran tasawuf seperti

sabar, tawakal, bertaubat dan lainnya atau dengan kata lain, bahwa di dalam ayat

tersebut tersirat makna pendidikan tasawuf yang tentunya bertujuan untuk

membentuk manusia yang memiliki budi pekerti yang luhur.

Sejalan dengan apa yang dibicarakan al-Qur’an tentang ajaran tasawuf,

hadis pun banyak berbicara tentang kehidupan rohaniah. Berikut ini terdapat arti

dari teks hadis yang dapat dipahami dengan pendidikan tasawuf. Pandangan

58

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemah, (Semarang: CV. Toha Putra, 1989),

hlm. 673.

Page 42: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

29

mengenai cinta kepada Allah berdasarkan kesadaran adanya komunikasi dan

dialog langsung antara manusia dengan Tuhannya.

Kesadaran dan komunikasi langsung dengan Tuhannya berakar pada

ajaran Islam, yakni al-Ihsan,59

sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat

Muslim yang menjelaskan dialog Nabi SAW dengan Jibril AS, mengenai sendi-

sendi Islam. Berikut arti dari dialognya:

Artinya: “Abu Hurairah berkata bahwa pada suatu hari ketika Rasulullah

SAW berada di tengah-tengah sahabat, datanglah seorang laki-laki, lalu

bertanya: „wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan iman?‟ Nabi

menjawab: „Hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-

Nya, kitab-kitab-Nya, berjumpa dengan-Nya, rasul-rasul- Nya, dan

engkau beriman kepada hari kebangkitan.‟ Lalu dia bertanya lagi:

„Apakah Islam itu?‟ Nabi menjawab: „Hendaknya engkau beribadah

kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, mendirikan

shalat yang difardukan, menunaikan zakat yang difardukan, dan berpuasa

di bulan Ramadhan‟ kemudian dia bertanya lagi: „apakah ihsan itu?‟

Nabi menjawab: „Hendaknya engkau menyembah kepada Allah seakan-

akan engkau melihat-Nya, maka jika engkau tidak bisa melihat-Nya,

ketahuilah bahwa sesungguhnya Dia melihatmu…”60

Hadis di atas merupakan landasan dasar bagi para pengamal ajaran

tasawuf (orang sufi), sehingga dapatlah sekiranya menjadi pendorong untuk

meningkatkan dan mendekatkan diri kepada Allah.

Kemudian masalah akhlak, Nabi sendiri mengatakan bahwa beliau diutus

ke muka bumi ini adalah untuk menyempurnakan akhlak. adapun hadisnya

sebagai berikut:

(رواه أحود )انوا بعثت ألتون هكا رم األخالق

“Bahwasanya aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan keluhuran

budi pekerti.” (H.R. Ahmad)

59

Amin Syukur, Zuhud di Abad Modern, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), hlm. 12. 60

Lihat hadis di Sakhih Muslim, jilid I Isa Babi al-Halabi, (Mesir,tt), hlm. 23.

Page 43: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

30

Dari hadis tersebut dapat dipahami bahwa ajaran Islam intinya adalah

mengenai akhlak. Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad

saw. harus diteladani agar manusia dapat hidup sesuai dengan tuntunan syariat,

yang bertujuan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan umat manusia itu sendiri.

Sesungguhnya Rasulullah saw. adalah contoh serta teladan sempurna bagi umat

manusia yang mengajarkan serta menanamkan nilai-nilai akhlak terpuji kepada

umatnya.

Kemudian yang melandasi pentingnya pendidikan akhlak tasawuf dalam

konteks Pendidikan Nasional adalah Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

No. 20 tahun 2003 Bab II pasal 3. Dinyatakan bahwa:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME,

berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.61

Undang-undang tersebut secara tersirat menjadikan penting adanya

pendidikan akhalak tasawuf sebagai mata pelajaran yang memberi nilai kepada

peserta didik guna menciptakan masyarakat atau warga negara yang mempunyai

tanggung jawab sebagai hamba Tuhan dan antar manusia satu sama lain.

Sehingga dengan demikian, pendidikan akhlak tasawuf memberikan

pengajaran kepada kita untuk mati dalam diri kita dan hidup abadi dalam

kehidupan untuk-Nya, membentuk akhlak yang mulia dengan memahami

sepenuhnya atas kedudukan seorang hamba di hadapan Tuhan agar hidup bahagia

di dunia dan di akhirat atau menuju kebahagiaan yang abadi. Selain itu pendidikan

akhlak tasawuf bermanfaat untuk memperoleh suatu hubungan khusus dengan

Tuhan. Hubungan yang dimaksud mempunyai makna dengan penuh kesadaran

bahwa manusia sedang berada di kehadirat Tuhan. Kesadaran tersebut akan

menuju kontak komunikasi dan dialog antara Tuhan dengan makhluk-Nya,

sehingga pada gilirannya akan tercipta kehidupan masyarakat yang harmonis.

61

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, UU RI, No. 22 tahun 2003, (Bandung:

Citra Umbara, 2003), hlm. 7

Page 44: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

31

6. Materi Pendidikan Akhlak Tasawuf

Proses pendidikan adalah untuk menumbuhkan potensi-potensi yang ada

pada peserta didik. Secara garis besar potensi manusia dapat mengarah kepada

kebaikan dan ada kalanya kepada keburukan. Oleh sebab itu dapat dikatakan ada

manusia yang berkelakuan baik dan ada manusia yang berkelakuan buruk.

Walaupun demikian menurut Quraish Syihab al-Qur’an mengisyaratkan bahwa

kebajikan lebih dahulu menghiasi diri manusia daripada kejahatan, dan bahwa

manusia pada dasarnya cenderung pada kebaikan.62

Karena itu menjadi penting

adanya pendidikan akhlak tasawuf untuk membimbing potensi kebaikan yang ada

pada diri setiap manusia.

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi materi dari pendidikan

akhlak tasawuf adalah menyangkut potensi apa saja yang terdapat pada diri

manusia yang bisa menjadikannya berbuat baik secara jasmani dan ruhani.

Sehingga pada gilirannya setelah manusia mengetahuinya ia akan mempunyai

akhlak yang baik kapanpun dan dimanapun ia berada.

Adapun mengenai potensi-potensi tersebut para ulama seperti Imam al-

Ghozali dan Ibnu Miskawaih63

membaginya menjadi empat bagian yang

kesemuanya merupakan induk dari segala bentuk akhlak terpuji maupun tercela.

Pertama, adalah kekuatan akal, kekuatan akal jika terdidik dengan baik

maka ia akan melahirkan kebijaksanaan (hikmah), yaitu keadaan jiwa yang bisa

menentukan hal-hal yang benar di antara yang salah dalam urusan ikhtiariyah

(perbuatan yang dilaksanakan dengan pilihan dan kemauan sendiri). Namun jika

tidak terdidik dengan baik justru akan melahirkan kebalikannya yang mempunyai

dua kemungkinan yakni bisa menjadi pintar tapi busuk dan keji atau bisa menjadi

bodoh. Artinya keadaan jiwa yang terlalu pintar atau tidak bisa menentukan yang

benar di antara yang salah karena bodohnya di dalam urusan ikhtariyah.

Kedua, kekuatan marah. Jika ia terdidik dengan baik maka ia akan

berwujud berani (syaja‟ah), yaitu keadaan kekuatan amarah yang tunduk kepada

akal pada waktu dilahirkan atau dikekang. Sebaliknya, jika tidak terdidik dengan

62

Shihab, op. cit., h. 254

63Suwito, op. cit., h. 94

Page 45: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

32

baik maka akan menjadi berani tapi sembrono atau penakut (jubun) dan lemah,

tidak bertenaga (khauron), yaitu kekuatan amarah yang tidak bisa dikekang atau

tidak pernah dilahirkan, sekalipun sesuai dengan yang dikendaki akal.

Ketiga, kekuatan nafsu syahwat. Jika terdidik dengan baik akan

melahirkan sifat perwira (iffah), yaitu keadaan syahwat yang terdidik oleh akal

dan syari’at agama. Sebaliknya keadaan syahwat yang tidak terdidik oleh akal dan

syari’at agama akan melahirkan sifat rakus (syarhan) dan beku (jumud) yang

artinya kekuatan nafsu syahwat bisa berlebihan atau sama sekali tidak berfungsi.

Keempat, kekuatan keseimbangan di antara kekuatan tiga di atas,

wujudnya ialah adil, yakni kekuatan yang dapat menuntun amarah dan syahwat

sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh hikmah. Justru sebailiknya jika

kekuatan syahwat dan amarah yang tidak terbimbing oleh hikmah maka ia akan

zalim yakni, kebalikan dari adil.

Dari keempat sendi akhlak tersebut jika baik akan melahirkan perbuatan

baik pula seperti jujur, suka memberi kepada sesama, tawadhu, tabah, pemaaf,

kasih sayang terhadap sesama, tinggi cita-cita, dan masih banyak lagi cabang-

cabang lainnya.64

7. Tujuan Pendidikan Akhlak Tasawuf

Tujuan adalah suasana ideal yang ingin diwujudkan dalam tujuan

pendidikan. Suasana ideal itu tampak pada tujuan akhir (ultimate aims of

education) yaitu pembentukan pribadi khalifah bagi anak didik yang memiliki

fitrah, roh di samping badan, kemauan yang bebas dan akal.65 Suatu tujuan yang

hendak dicapai oleh pendidikan pada hakikatnya adalah suatu perwujudan dari

nilai-nilai ideal yang terbentuk dalam pribadi manusia yang diinginkan.66

Dari semua pendapat tersebut dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan

akhlak tasawuf adalah untuk mencapai suatu keyakinan yang didasari atas

64

M. Ardani, Akhlak Tasawuf, Nilai-nilai Akhlak Dalam Ibadah dan Tasawuf, (Jakarta:

Mitra Cahaya Utama, 2005), h. 61-64. Lihat juga Ibnu Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak.

terj. dari Tahdzibul Akhlak, oleh Helmi Hidayat, (Bandung: Mizan, 1998), h.52 65

Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisis Psikologi, Filsafat dan

Pendidikan, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1986), h. 67 66

M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Cet. 4, h. 119

Page 46: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

33

tingkah laku yang terpuji dan mulia sesuai dengan ajaran Islam agar terwujud

hubungan yang baik antara manusia dengan Tuhannya dan manusia dengan

sesama makhluk.

Semua itu pada dasarnya akan bermuara pada hidup di dunia dan akhirat

melalui tingkah laku yang baik dalam menghadapi problema kehidupan, serta

menjalin hubungan yang harmonis dengan Tuhan (hablum minallah) dan sesama

manusia (hablum minannas) serta makhluk lain.

C. Hasil Penelitian yang Relevan

Dengan memaparkan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti

lainnya atau para ahli, maka dapat diketahui tentang keaslian penelitian ini.

Setelah peneliti melakukan tinjauan di Perpustakaan Utama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, peneliti tidak menemukan judul skripsi yang sama dengan

yang peneliti kaji. Adapun yang peneliti temukan hanya beberapa judul yang

hampir sama. Maka untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti

mencontek hasil karya orang lain, peneliti perlu mempertegas perbedaan di antara

masing-masing judul dan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:

1. “Analisis Isi Pesan Dakwah pada Novel Dalam Mihrab Cinta Karya

Habiburrahman El Shirazy”. Skripsi ini disusun oleh Siti Maryam,

mahasiswi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta pada tahun 2009. Penelitiannya dibatasi pada analisis isi pesan

dakwah yang meliputi akidah, akhlak dan syariah.

2. “Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Novel Bumi Cinta Karya

Habiburrahman El-Shirazy”. Skripsi ini disusun oleh Ali Rif’an,

mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2013.

Penelitiannya dibatasi pada kajian akhlak dalam novel Bumi Cinta karya

Habiburrahman El-Shirazy. Mengungkapkan tentang akhlak terpuji dan

akhlak tercela.

3. “Nilai Moral dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman

El Shirazy”. Skripsi ini disusun oleh Hena Khaerunnisa, mahasiswi

Page 47: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

34

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2011.

Penelitiannya dibatasi pada kajian nilai moral dalam novel Ketika Cinta

Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy. Hena mengungkapkan

delapan nilai moral dalam novel Ketika Cinta Bertasbih.

Dari ketiga judul skripsi tersebut, tidak ada satupun yang sama dengan apa

yang peneliti kaji. Letak kesamaannya hanya pada ranah kajian tentang nilai

pendidikan dalam sebuah novel. Namun dari segi objek dan isi yang dikaji adalah

berbeda. Objek yang dipakai peneliti adalah novel yang berjudul Jack and Sufi

karya Muhammad Luqman Hakim. Dan nilai yang akan diambil dan diteliti

adalah nilai-nilai pendidikan akhlak tasawuf.

Page 48: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian tidak terikat pada satu tempat karena objek yang dikaji

berupa naskah (teks) sastra. Penelitian ini bukan penelitian yang analisisnya

bersifat statis melainkan sebuah analisis yang dinamis yang dapat terus

dikembangkan. Adapun naskah yang diteliti berupa novel Jack and Sufi karya

Muhammad Luqman Hakim.

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan metode content

analysis atau analisis isi. Penelitian ini mendeskripsikan atau menggambarkan apa

yang menjadi masalah, kemudian menganalisis dan menafsirkan data yang ada.

Metode content analysis atau analisis isi yang digunakan untuk menelaah isi dari

suatu dokumen, dalam penelitian ini dokumen yang dimaksud adalah novel Jack

and Sufi karya Muhammad Luqman Hakim.

Pada dasarnya, analisis isi dalam bidang sastra tergolong upaya

pemahaman karya dari aspek ekstrinsik. Aspek-aspek yang melingkupi di luar

estetika struktur sastra tersebut, dibedah, dihayati, dan dibahas mendalam. Unsur

ekstrinsik sastra yang menarik perhatian analisis isi cukup banyak, antara lain

meliputi: pesan moral, nilai pendidikan, nilai religius, dan sebagianya.1

1Suwardi Endaswara, Metodologi Penelitian Sastra, (Yogyakarta: CAPS, 2013), h. 160

Page 49: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

36

Analisis isi adalah strategi untuk mengungkap pesan karya sastra. Tujuan

analisis isi adalah membuat inferensi. Inferensi diperoleh dari identifikasi dan

penafsiran. Inferensi juga berdasarkan konteks yang melingkupi karya sastra.

Untuk itu, analisis isi harus mempunyai target tertentu. Adapun target dalam

penelitian ini adalah ingin mengetahui nilai-nilai pesan pendidikan akhlak tasawuf

dalam novel Jack and Sufi karya Muhammad Luqman Hakim. Dengan demikian

peneliti harus membangun konsep tentang nilai-nilai pendidikian akhlak tasawuf

dan mengenai karya sastra itu sendiri.2

C. Sumber data

Sumber data adalah data lapangan atau sumber informasi yang langsung

mempunyai wewenang dan bertanggung jawab terhadap pengumpulan ataupun

penyimpanan data.3 Sumber data utama dalam penelitian ini adalah naskah karya

Muhammad Luqman Hakim yang berjudul Jack and Sufi, yang diterbitkan oleh

Pustaka Pesntren pada tahun 2004 dan terdiri dari 294 halaman. Adapun data yang

diperoleh berupa dialog, monolog dan narasi yang mengandung nilai-nilai

pendidikan akhlak tasawuf yang diambil dari novel tersebut. Perolehan data

tersebut dilakukan melalui penelitian dengan cara mengidentifikasikan data

sesuai dengan arah permasalahan yang terurai dalam pemaparan data. 4

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri.

Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus „divalidasi‟ seberapa jauh

peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan.5

Kegiatan yang dilakukan peneliti sehubungan dengan pengambilan data

yaitu kegiatan membaca novel Jack and Sufi dan peneliti bertindak sebagai

pembaca yang aktif membaca, mengenali, mengidentifikasi yang di dalamnya

2Ibid, h. 161

3H. Syamsir Salam & Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2006), Cet. ke-1, hal. 38. 4Bagong Suyanto & Sutinah, (eds.), Metode penelitian Sosial: Berbagai Alternatif

Pendekatan, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. ke-3, hal. 55-56 5Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan Rnd, (Bandung: Alfabeta,

2008), hal. 305

Page 50: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

37

terdapat gagasan-gagasan dan pokok pikiran, sehingga menjadi sebuah keutuhan

makna.

E. Teknik Pengumpulan Data

Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

adalah sebagai berikut: (1) tes, (2) angket, (3) wawancara, (4) obsevasi dan (5)

telaah dokumen.6 Dari kelima teknik pengumpulan data tersebut, peneliti

menggunakan teknik telaah dokumen atau biasa disebut dengan studi

dokumentasi. Peneliti menghimpun, memeriksa, mencatat dokumen-dokumen

yang menjadi sumber data penelitian. Dokumentasi berasal dari kata “dokumen”

yang artinya barang-barang tertulis. Dalam melaksanakan studi dokumentasi ini,

peneliti memilih novel Jack and Sufi karya Muhammad Luqman Hakim sebagai

bahan dalam pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif, teknik ini merupakan

alat pengumpul data yang utama karena pembuktian rasional melalui pendapat,

teori atau hukum-hukum yang diterima, baik mendukung maupun yang menolong

hipotesis tersebut.7

Dengan kata lain, teknik pegumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik catat, karena data-datanya berupa teks. Adapun

langkah-langkah dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut: membaca novel

Jack and Sufi secara berulang-ulang, mencatat kalimat-kalimat yang menyatakan

pemakaian gaya bahasa dan nilai pendidikan.

F. Teknik Analisis Data

Analisis dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat penelitian

berlangsung dan setelah pengumpulan data dalam waktu tertentu. Miles dan

Huberman sebagaimana dikutip Sugiyono mengemukakan bahwa aktivitas dalam

analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-

menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis

data yaitu:

6H. Syamsir Salam & Jaenal Aripin, op.cit., hal.134-135.

7Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan: Komponen MKDK, (Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 2004), cet. ke-4, hal.181.

Page 51: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

38

1. Data Reduction (Reduksi data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya. Dengan

demikian data yang sudah direduksi akan menghasilakan gambar yang

jelas. Dan mempermudah peneliti mengumpulkan data selanjutnya dan

mencarinya bila diperlukan. 8

2. Data Display (Peyajian Data)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan

sejenisnya. Adapun yang paling sering digunakan untuk penyajian data

penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Miles dan

Huberman juga mengatakan “dalam melakukan display data selain dengan

teks yang naratif dapat juga data berupa grafik matriks, netwoks (jejaring

kerja) dan chart.“ 9

3. Conclusion Drawing/Verification

Langkah ketiga yang dilakukan Miles dan Huberman adalah

penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal masih bersifat

sementara dan akan berubah jika tidak ada bukti-bukti yang kuat atau valid

dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan dalam pengumpulan data

berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,

didukung dengan data-data yang valid dan konsisten saat peneliti kembali,

maka kesimpulan yang dikemukakan adalah kesimpulan yang kredibel.

Kesimpulan data berupa hubungan kausal atau interaktif dan hipotesis atau

teori. 10

G. Teknik Penulisan

Teknik penulisan yang digunakan dalam skripsi ini merujuk pada buku

Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

8Sugiyono, op.cit, hal. 247.

9Ibid, hal. 249

10Ibid, hal. 252

Page 52: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

39

H. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Banyak cara pengujian kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data

hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,

peningkatan penekukan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman

sejawat, analisis kasus negatif, dan memberchek.

Dalam penelitian ini, untuk mengabsahkan data, peneliti menggunakan

teknik ketekunan dalam penelitian. Meningkatkan ketekunan berarti melakukan

pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Peneliti secara tekun

memusatkan diri pada latar penelitian untuk menemukan ciri-ciri dari unsur yang

relevan dengan persoalan yang diteliti. Peneliti mengamati secara mendalam pada

novel agar data yang ditemukan dapat dikelompokkan sesuai dengan kategori

yang telah dibuat dengan tepat. 11

Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara

membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-

dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca ini maka

wawasan peneliti akan semakin luas, sehingga dapat digunakan memeriksa data

itu benar atau dapat dipercaya atau tidak.

11

Ibid, hal. 321

Page 53: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

40

BAB IV

HASIL PEMBAHASAN DAN ANALISIS PENELITIAN

A. Deskripsi Novel

1. Sinopsis Novel Jack and Sufi

Kota merupakan tempat tarung yang dahsyat, pergumulan batin yang

dahsyat. Tempat keramaian orang dengan berbagai aneka perilaku, kepentingan

dan pekerjaan akan menyebabkan seseorang tarik ulur antara satu dengan yang

lain dalam diri pribadinya. Bukan hal yang mudah untuk menjadi manusia yang

berpendirian teguh saat hidup di kota. Inilah ruang-ruang yang menyediakan

sajian, makanan yang tidak disediakan label halal-haram dan menuntut kita

sendiri yang arif memilah dan memilih.

Apakah yang akan kita lakukan jika berhadapan perilaku yang bercampur

baur, bersatu padu membentuk senyawa yang bernama “kehidupan kota”?

Mengutukkah, mengasingkan diri di dalam rumah dan asyik bercengkerama

dengan keluarga dan kebiasaan masing-masing? Melakukan aksi “pembersihan"

dengan kekuatan dan berbagai embel-embel lainkah? Atau akan malah terhanyut

dengan segala gemerlapnya kota dan tanpa sadar kita semakin kehilangan diri,

kesejatian diri? Ataukah malah sebaliknya kita hanyut tetapi tidak meladeni

dengan keterhanyutan itu dan berusaha menolong teman, keluarga atau semua

orang agar dapat kembali dari basah kuyupnya dunia remang-ramang?1

Opsi yang terakhirlah yang diambil oleh Jack, tokoh sentral dalam buku

ini. Jack tidak memposisikan diri sebagai orang yang anti riuh rendahnya kota dan

1Kaha Anwar, Resensi Buku Jack & Sufi; Sufisme di Remang-Remang Jakarta, 2013,

(www.wisata-buku.com)

Page 54: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

41

lantas mengutuknya. Jack juga tidak berdiam diri di kamarnya dan asyik dengan

laku spritualnya. Jack juga tidak suka jika dakwahnya dilakukan dengan cara

gembar-gembor, meneriakkan asma Tuhan di jalanan dengan menenteng pedang.

Sebaliknya, Jack menghanyutkan diri dalam arus kehidupan kota, yaitu kota

Jakarta. Hanya yang membedakan Jack dengan orang kebanyakan adalah Jack

tidak terseret arus kehidupan kota, itu saja.

Jack memang lain. Ketika bertahun-tahun belajar agama di pesantren, lalu

meneruskan studi ke Timur Tengah, ke Eropa, dan bahkan melangkah ke Afrika

untuk belajar tasawuf, Jack kembali ke Indonesia bukannya mendirikan pesantren

atau mengajar di perguruan tinggi. Tapi malah menyeruak di balik semak-semak

belukar Jakarta, menghampiri mereka yang dipinggirkan oleh peradaban, yang

disingkirkan oleh mereka yang merasa suci, dan diabaikan oleh para ulama dan

kyai, ustadz dan agamawan. Remang-remang Jakarta, remang-remang rel kereta,

remang-remang mereka yang berurusan dengan peradilan, dan remang-remang

yang memainkan uang rakyat untuk dikorupsi. Jack mendekati mereka untuk

kembali ke jalan Ilahi, dengan caranya sendiri.2

Jack tidak sekedar menguji diri, ilmu, dan ajaran agamanya di “majelis

zikir” remang-remang kota, melainkan benar-benar hidup dengan segala yang

dimiliki di dalamnya. Lelaku yang tidak mudah untuk dijalankan oleh kebanyakan

orang. Orang akan lebih suka mengasingkan diri, menyepi di kaki-kaki bukit atau

di puncak gunung. Katanya di sana lebih tenang, lebih khusyu’ melakukan

kegiatan spiritual dan akan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan sehingga

Tuhan berbalik kasih kepadanya. Ini hanya prasangka manusia semata. Jika pola

pikir seperti ini terus diperanak-pinakkan maka kehidupan kota akan semakin

suram, tak ada lagi yang mencoba mengarahkan kemudi kehidupannya. Prostitusi,

klub malam, diskotek dan tempat remang-remang bukanlah tempat yang sepi akan

hadirnya Tuhan atau malah Tuhan tidak hadir sama sekali di sana. Tuhan meliputi

segalanya, setiap inci kehidupan hambaNya. Tidak dibatasi oleh ruang waktu.3

2M. Luqman Hakim, Jack and Sufi, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2004), cet. IV, h. 4.

3Kaha Anwar, loc. cit.

Page 55: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

42

Jack melakukan bertapa di keramaian kota. Sesuatu yang amat sulit

dilakukan dibanding dengan bertapa di tempat-tempat sepi. Konsekuensinya ada

dua: pertama, terseret yang akhirnya gagal lelakunya. Kedua, berhasil merengkuh

kenikmatan bersama orang-orang di sekitarnya. Melakukan hal tersebut pasti

membutuhkan segala daya, kekuatan, ilmu yang dilambari dengan keteguhan

iman, kearifan dan sikap bijak dalam menjalaninya. Sanggupkah kita menjalani

seperti Jack: berdakwah dengan hasanah dan hikmah. Sungguh berat

melaksanakan berpuasa setelah lebaran dan sholat setelah salam.4

Daerah remang-remang (tempat-tempat maksiat) merupakan sasaran Jack

dalam melakukan dakwah. Kafe merupakan tempat nongkrong paling asyik bagi

Jack dalam bermunajat kepada Allah SWT dan di kafe itu pula Jack mengenal

seorang waitres cantik yang bernama Susi yang akhirnya oleh Jack dianggap

sahabat sekaligus murid spiritualnya. Rumah prostitusi yang dianggap tempat

najis dan menjijikkan oleh sebagian besar kaum sufi, merupakan sasaran utama

bagi Jack dalam menjalankan dakwahnya.5

Anak-anak jalanan yang hampir tidak pernah disentuh oleh para ulama juga

merupakan sasaran dakwah bagi Jack yang pada akhirnya beberapa dari mereka

diangkat menjadi santri dan oleh Jack ditempatkan di villa yang disulap menjadi

pondok pesantren yang dulunya merupakan milik tukang jagal paling angker di

Jakarta.

Dalam menjalani kehidupannya, dia melepaskan semua atribut sufinya,

yang biasanya seorang sufi menggunakan sarung, baju koko, berjubah

mengenakan peci sudah tidak dipakai lagi oleh jack. Agar diterima oleh

masyarakat remang-remang Jack harus berpenampilan seperti mereka. Celana

jeans, jaket kulit hitam, kacamata hitam merupakan seragam kebesarannya yang

baru. Namun dalam hatinya Jack masih tetap sebagai seorang sufi yang

mengemban amanat untuk memperbaiki akhlak umat.6

4Ibid.

5Ibnu Ghibran, Resensi Jack and Sufi; Celoteh Kecil Kaum Kusam, 2013,

(http://www.ibnugibran.wordpress.com) 6Luqman Hakim, op. cit., h. XVI

Page 56: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

43

Sasaran dakwah Jack adalah preman, pelacur, dukun, paranormal, anak

jalanan, koruptor, artis dan lain sebagainya. Intinya jack berdakwah kepada

seluruh lapisan masyarakat terutama kepada kaum yang terpinggir yang hampir

tidak pernah tersentuh oleh para kaum sufi seperti Jack.

Bagi Jack predikat sufi bukan hanya milik santri dan ulama tapi milik

semua lapisan masyarakat yang mau mengingat Allah. Hidayah tidak diberikan

oleh kyai atau ulama tapi semata mata hak preogratif Allah yang akan diberikan

kepada hambaNya yang mau mengingat dan berdzikir kepadaNya walaupun dia

adalah seorang anak jalanan, preman, bahkan pelacur sekalipun.

Bertaubat melalui Jack sangat mudah bahkan Jack tidak pernah memaksa

pelacur yang sedang bertobat untuk meninggalkan pekerjaannya asalkan dia mau

berdzikir mengingat Allah dan biarlah Allah sendiri nanti yang akan memberi

petunjuk dan hidayahNya kepada hamba yang sedang bertobat tersebut.

Tapi Jack kadang memperingatkan agar tidak mencoba mengikuti alur

kehidupannya, apa lagi sekedar untuk menguji sejauh mana kualitas iman kita.

Kisah baladanya, sekedar untuk refleksi kita bersama agar kehidupan interaktif

antara hamba dengan Allah tidak terjebak formalisme. Sebab iblis itu tergelincir

dan sesat hanya gara-gara memandang perintah Allah secara formal belaka,

bahkan memandang Adam as juga secara lahiriyahnya. Namun Allah menilai

sejauh mana hati anda bergantung kepadaNya. Bukan bergantung pada prestasi

amal kita masing-masing.7

Buku ini tak ingin mengajak kita untuk mencoba memainkan peran

sebagaimana yang ditempuh Jack. Buku ini mungkin lebih tepat kita tempatkan

sebagai sebuah cermin tentang bagaimana kita mencoba mengubah cara pandang

kita yang stereotyping atas kecenderungan-kecenderungan yang bertolak belakang

dengan keyakinan, ideologi, dan mungkin rasa keimanan kita. Laku sufi

sebagaimana yang ditunjukkan Jack, kyai kita ini, boleh jadi adalah sumber

pelajaran penting tentang pencarian hakikat hidup kita sendiri. Sekali lagi kita

7Ibid, h. XX

Page 57: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

44

diajak untuk selalu mempertanyakan pendapat, pikiran, dan cara kita melihat

orang lain (kehidupan lain).8

Untuk itu, buku ini sungguh menarik untuk dikaji dan diambil intisarinya.

Mengingat banyaknya dakwah-dakwah keagamaan yang akhir-akhir ini dilakukan

dengan wajah garang, guyonan (banyolan) atau dengan lagak sok-sokan dengan

terus nyerocos mengutip firman-firman Tuhan. Mampukah kita mengajak ke jalan

Tuhan tanpa harus terus-terusan melontarkan kata Tuhan dan Nabi, melainkan

dengan nama dan sifatNya. Buku yang cukup bagus untuk dibaca dan dipelajari

serta diambil hikmahnya, terutama oleh para kaum sufi yang menginginkan

suasana berbeda dalam mengenal Tuhan yang biasanya dilakukan dengan cara

menyendiri dan berdzikir di tempat tempat yang sunyi dan suci, tapi tokoh kita ini

yang bernama Jack mengambil cara yang berbeda yaitu dengan cara berdzikir dan

berdakwah di remang-remang Jakarta yang sebelumnya hampir tidak pernah di

jamah oleh kaum sufi pada umumnya.

Buku ini pada akhirnya mengajak kita untuk coba menggunakan perspektif

sufistik dalam mencermati berbagai perubahan sosial, godaan gaya hidup, dan

mengajukan argumen lain tentang bagaimana posisi yang proporsional, moderat

namun tak menghilangkan nalar kritis kita sendiri.9

Namun di balik semua itu buku ini juga memiliki beberapa kekurangan

yang di antaranya alur cerita yang tidak jelas bahkan tiap chapter kadang tidak

saling berhubungan. Sebagian besar dalam setiap chapter pembaca langsung

dibawa ke inti permasalahan tanpa ada latar belakang penjelasan semisal

bagaimana Jack cara mempengaruhi umatnya agar mau bertobat tidak pernah

dijabarkan secara gamblang sehingga menurut peneliti memerlukan beberapa

metode penelitian lebih lanjut apabila seseorang yang ingin terjun ke dunia Jack

sebagai seorang sufi yang memilih hidup di keremangan Jakarta. Menurut peneliti

saat ini kita banyak membutuhkan orang yang mau berjuang semisal Jack.

8Ibid, h. XII

9Ibid, h. XIII

Page 58: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

45

2. Biografi Pengarang

Muhammad Luqman Hakim, lahir di Madiun, 20 April 1962. Belajar di

pesantren Tebuireng Jombang, hingga menyelesaikan kuliah di Fakultas Syariah

Unhasy Tebuireng (sekarang menjadi IKAHA). Ia melajutkan studinya di Special

Program Philosophy, di Fakultas Filsafat UGM, kemudian menempuh program

Doktor di University of Malaya Kuala Lumpur Jurusan Siyasah Syariah.10

Muhammad Luqman Hakim belajar Tasawuf pada Hadharatus Syaikh KH

Abdul Jalil Mustaqim, Mursyid Thariqat Syadziliyah Qodariyah-Naqsyabandiyah,

Samaniyah, dan Syathariyah. Beberapa karyanya dalam bidang tasawuf antara

lain:

- Risalatul Qusyairiyah Induk Ilmu Tasawuf

- Raudhah Taman Jiwa Kaum Sufi

- Tujuh Samudra Agung Ummul Qur‟an

- NU di Tengah Kelemahan Ulama dan Kemunduran Umat

- Di Balik Sarung Presiden

- Pledoi Sufi dari Sunan Kalijaga hingga Syaikh Siti Jenar

- Negeri Tanpa Kyai

- Allah pun Berdzikir

- Kedai Sufi Kang Luqman

- Jack and Sufi; Sufisme di Remang-remang Jakarta

10

Ibid, h. 293

Judul : Jack & Sufi; Sufisme di Remang-Remang Jakarta

Penulis : Muhammad Luqman Hakim

Penerbit : LKiS Yogyakarta

Tahun : 2009

Genre : Metropop

Tebal : 294 Halaman

ISBN : 978-979-3381-329

Page 59: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

46

- Dan sejumlah buku keagamaan nonsufistik lainnya.11

Menurut Gus Mus, dia orangnya kalem, lembut dan sederhana. Tapi, kalau

sudah bicara akan menyemburkan banyak mutiara hikmah kesufian. Memang

begitulah sosok Muhammad Luqman Hakim yang kesohor sebagai ahli dalam

tasawuf, dosen dan juga penulis banyak buku. Alumnus Pesantren Tebuireng,

Jombang ini selama ini memang banyak menggeluti dunia tasawuf serta mengisi

pengajian-pengajian tasawuf di berbagai kalangan.12

Kegiatan sehari-harinya adalah menulis berbagai masalah sosial

keagamaan, khususnya tinjauan sufistik. Ia juga memberi kuliah tasawuf di

Jakarta, dan menerbitkan majalah dunia Sufi: Cahaya Sufi, dan Sufinews.com. Ia

menjadi pimpinan redaksi keduanya.13

B. Temuan Hasil Analisis

Temuan nilai-nilai pendidikan akhlak tasawuf dalam novel Jack and Sufi

adalah hasil analisis peneliti dengan menggunakan teori yang telah dirancang

sebelumnya. Adapun nilai-nilai pendidikan akhlak tasawuf yang terdapat dalam

novel Jack and Sufi adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Temuan Hasil Analisis Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Tasawuf

Dalam Novel Jack and Sufi

No. Ruang Lingkup Bentuk Perilaku

1. Kearifan (al-hikmah) Ketajaman Intelegensi

Kejernihan Berpikir

2. Menjaga Kesucian (al-iffah) Kedermawanan

Keteguhan Hati

Kewira’ian

3. Keberanian (al-syaja‟ah) Ketenangan

11

Ibid. 12

Musthofa Bisri, Lukman Hakim MA: “Kalau Tidak Ada “Kebinatangan”, Ya Tidak Ada

Politik”, 2013, (http://www.gusmus.net) 13

Luqman Hakim, op. cit., h.294

Page 60: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

47

Kesabaran

4. Keadilan (al-„adl) Cinta Kasih

Bersahabat

Tawadhu’

Tabel 4.2

Paparan Data Hasil Analisis Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Tasawuf

Dalam Novel Jack and Sufi

No. Dialog/Monolog Keterangan

1. “………….Sebailknya sama sekali tidak bisa disebut

orang bodoh, jika seseorang mampu mengekang

hawa nafsunya, kepentingan dirinya, egoismenya, iri

dengkinya, walaupun ia tampak seperti orang bodoh,

hakikatnya ia adalah orang yang pandai. Karena

betapa pun hebat ilmu seseorang, sepanjang ia masih

senang dengan hawa nafsunya, ia tidak akan pernah

menyelamatkan kita di dunia hingga akhirat…”.14

Ketajaman

Intelegensi

2. “…….“Ya, saya paham atas kebingungan anda.

Sederhananya begini, kalau anda bisa hadir di depan

Allah dalam suasana religius di masjid, di tempat

majekis zikir, atau di tempat-tempat kebajikan, itu

semata karena Allah hadir dengan asma‟ dan

sifatnya yang Maha Indah, Maha Lembut, Maha

Terpuji. Tapi kalau anda datang ke tempat

pelacuran, perjudian, di tempat orang KKN, di

tempat para preman, maka anda harus melihat Allah

atas kehadiranNya yang berasma‟ dan bersifat Yang

Maha Menghina, yang Maha Menyiksa, yang Maha

Menghisab perbuatan hambaNya. Takwalah kepada

Allah di manapun anda berada, baik di tempat

kebajikan atau kezaliman, dua-duanya jangan

sampai menjadi penghalang interaksi anda dengan

Allah…….”15

Kejernihan

Berfikir

3. “Bersama rombongan jama‟ahnya Jack menuju

pusat kota, putar-putar di Monas, lalu menuju ke

arah selatan, melewati setiap jalan yang macet.

Kedermawanan

14Ibid., h. 75

15

Ibid., h. 234

Page 61: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

48

“Jack, kita muter-muter melulu sejak tadi,” Tanya

Parjo penasaran. Sementara para jama‟ah yang

menumpang di mobil itu juga penasaran. Apalagi

setiap ada peminta-minta di pinggir jalan, Jack

kadang malah turun membagi uang, dan makanan

kecil. “Ceritanya lagi membayar zakat Jack,” lanjut

Parjo. “Iya, Mas Jack, ngapain kasih uang

pengamen, anak-anak peminta itu…..”16

4. “….Banyak anak muda Islam yang bercita-cita jadi

tokoh Islam, karena kalau jadi tokoh Islam ia jadi

bangga. Jadi panutan masyarakat. Sebuah cita-cita

keblinger, sebagaimana cita-cita menjadi muballigh

kondang karena ingin jadi public figure. Cuap sana

cuap sini, seperti politisi, lalu jadi ajang karir,

kemudian ada sejumlah fasilitas materi dan budaya

yang memanjakan dirinya. Lebih-lebih bercita-cita

jadi muballigh sebagai pekerjaan, karir, dan profesi,

wah, apa bedanya dengan penjual jamu dan tukang

sulap yang bisa menyihir penonton dengan

hiburannya?“Ah, wallahu a‟lam. Yang penting anak-

anak di sini punya akhlaqul karimah, dengan

pengetahuan dan pemahaman ilimu-ilmu Islam

hebat, “kata Jack bergumam sendiri, sembari

mengingat-ingat pesan kakek bertongkat agar Jack

mulai mengkader ulama masa depan.”17

Keteguhan Hati

5. Jack tertawa lebar. Tiba-tiba selembar cek

berisi milyaran rupiah disodorkan. “Ini, kalau kamu

tidak percaya…”

Jack meraih saja lembaran itu tanpa basa-basi.

Anda rela ini untuk saya?”

Ikhlas Jack….”

Untuk dan demi rakyat kan?‟

Ya, dan untuk suksesmu…”

Tidak. Ini untuk mereka…”

Ya…ya..yaa untuk sukses mereka.”

Karena itu uang ini akan saya bagi-bagi untuk

mereka. Lagi pula Anda sudah lama tidak bayar

zakat kan?”

Alah Jack. Ini bukan uang zakat. Ini uang cuma-

cuma.kamu tahulah dari mana uang ini aku

Kewira’ian

16Ibid., h. 22

17

Ibid., h. 195

Page 62: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

49

dapatkan…”

Kalau begitu tepat Bung, Uang ini harus kita

bersihkan. Kita cuci. Kita bagi-bagi saja besok

kepada mereka…”18

6. “……Baiklah sobat mulai saat ini anda memasuki

markas maksiat di negeri ini. Kamu masih ingat

kunci-kunci yang dulu saya berikan?”

“Oh, masih...”

“Antara lain?”

“Semua ini juga kehendak Allah, Jack...”

“Bagus! Apalagi?”

“Kadang Allah menakdirkan hambaNya berbuat

maksiat, dalam rangka si hamba itu lebih dekat

kepadaNya....”

“Asyik, apalagi....?

“Orang yang merasa aneh dengan kekuasaan Allah

mengentas seorang ahli maksiat, maniak dosa,

menjadi kekasih Allah, berarti tidak paham dengan

kekuasaan Ilahi itu sendiri...”

“Jack memeluk si Gendut sekali lagi….”19

Ketenangan

7. “…..jangan berhenti berprofesi. Hanya karena ingin

mendekati Allah, lalu anda berhenti meninggalkan

semuanya. Keinginan itu adalah hawa nafsu anda

yang tersembunyi, emosi anda yang tergesa-gesa.

Biarlah Allah menakdirkan dan memposisikan anda

di mana, dan bagaimana saat ini. Kelak anda bisa

sangat dekat dengan Allah tanpa anda harus berhenti

dari profesi anda..20

Kesabaran

8. ..”….Di bulan puasa ini kedatangan Jack selain

membawa oleh-oleh sekedar berbekal untuk buka

puasa bagi masyarakat kumuh itu, Jack sedang

membawa kabar gembira bagi mereka. Yaitu wujud

impian masa depan mereka, yaitu anak-anak mereka.

Anak-anak germo, anak pelacur, anak preman, anak

maling, anak pemulung, siapa yang memikirkan

mereka? Jack hanya geleng kepala pada penguasa

negeri ini……”21

Cinta Kasih

9. “…….Siapa yang bersahabat dengan manusia model

ini, ia akan mendapatkan tiga hal pula: Meraih

kebajikan-kebajikan tersebut sebagai anugerah,

karena seseorang itu sangat erat kaitannya dengan

Bersahabat

18Ibid., h. 84

19

Ibid., h. 166

20Ibid., h. 161

21

Ibid., h. 11-12

Page 63: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

50

keyakinan agama sahabat dekatnya. Ia juga meraih

rasa ringan dalam hatinya, dan mendapatkan

keselamatan dunia dan agamanya…….”22

10. “….Apakah anda juga masih menuntut sesuatu dari

Allah? Ini sungguh tidak sopan, tidak etis, dan tidak

punya adab di hadapan Allah, karena Anda pasti

tidak yakin kepada Allah, karena anda pasti sangat

mencurigai Allah. Apa modal kita, bekal kita,

prestasi amal kita, sehingga kita punya hak menuntut

Allah? Padahal kita tidak pernah memiliki modal, tak

pernah berbuat, tak pernah membuat bekal. Sebab

yang menggerakkan kepatuhan, amal, taat, ibadah

kita itu, Allah juga!...”23

Tawadhu’

C. Pembahasan Hasil Analisis

Nilai-nilai pendidikan akhlak tasawuf dalam novel Jack and Sufi karya

Muhammad Luqman Hakim banyak ditunjukkan dalam bentuk deskripsi cerita,

dialog antar tokoh, maupun respon para tokoh dalam menyikapi sesuatu. Dalam

novel ini terdapat dialog seperti percakapan langsung pada umumnya. Namun

percakapan ini berbentuk tulisan sehingga lebih mudah untuk dilihat dan dibaca

berulang-ulang. Paragraf dan kalimat dalam sebuah novel merupakan kumpulan

ide yang ingin dituangkan oleh pengarang.

Dalam penelitian ini dapat terjadi perbedaan interpretasi, mengingat

kemampuan seseorang berbeda dalam memahami suatu teks. Sehingga terkadang

pesan yang disampaikan oleh pengarang dipahami berbeda oleh pembaca. Oleh

sebab itu, paragraf dan kalimat yang jelas akan lebih mudah dipahami oleh

pembaca pada umumnya. Pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang pun

dapat dipahami oleh pembaca dengan mudah. Untuk melihat pesan di balik

deskripsi cerita maka dalam skripsi ini penulis akan menyampaikannya dalam

bentuk potongan paragraf atau kalimat.

Adapun penjabaran nilai-nilai pendidikan akhlak tasawuf dalam novel Jack

an Sufi karya Muhammad Luqman Hakim akan penulis paparkan berikut ini:

22Ibid., h. 76

23

Ibid., h. 192

Page 64: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

51

1. Kearifan (al-hikmah)

Kearifan merupakan keutamaan dari jiwa berpikir dan mengetahui.

Terletak pada mengetahui segala yang ada ini. Mengetahui segala yang ilahiah

dan manusiawi. Pengetahuan ini membuahkan pemahaman mana di antara hal-

hal yang mungkin harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.24

Kearifan

merupakan keutamaan jiwa rasional yang memelihara jiwa al-syahwiyyah dan

jiwa al-ghadabiyyat yang memungkinkan seseorang membedakan yang benar

dari yang salah dalam semua perbuatan yang disengaja.25

Dalam pengertian tasawuf kearifan diartikan sebagai pengetahuan.

Kearifan yang mempunyai arti pengetahuan itu berbeda dengan pengetahuan

biasa. Ia merupakan pengetahuan yang abadi, sebab isinya tentang yang Abadi.

Maka dari itu, ketika seseorang sudah mempunyai kearifan atau dalam bahasa

tasawufnya ma‟rifat, ia akan menjadi orang yang mengenal hakikat segala

sesuatu, memandang, dan bersikap terhadap dunia melalui penglihatan hatinya

yang telah tercerahkan. Ia tidak lagi terpaku pada segala sesuatu yang bersifat

embel-embel, sebab yang menjadi perhatiannya ialah yang hakiki. Ia tidak sibuk

memikirkan dirinya dan hasratnya yang rendah. Namun ia senantiasa asyik

memandang wajah Sahabat atau Kekasihnya, yang Maha Pengasih dan

Penyayang itu. Dan pada tingkatan tertentu seorang sufi akan meninggalkan

sikap acuh tak acuh, masa bodoh dan ketidakpedulian terhadap masalah

keagamaan, kemanusiaan dan sosial.26

Ada bagian-bagian yang masuk pada kategori kearifan. Di antaranya

adalah ketajaman intelegensi, kejernihan berfikir, dan jernih ingatan.27

Adapun

nilai akhlak tasawuf yang ditampilkan adalah ketajaman intelegensi seperti dalam

dialaog:

“Inilah etika kita berguru atau bersahabat dengan seseorang, mestinya

harus selektif agar berpengaruh positif dalam keseharian kita. Banyak

24

Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, Terj. dari Tahdzibu al-Akhlak oleh

Helmi Hidayat, (Bandung: Mizan, 1998), h.45 25

Suwito, Filasafat Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih, (Yogyakarta: Belukar, 2004), h.

97 26

Said Aqil Munawwar, Al-Qur‟an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, (Jakarta:

Ciputat Press, 2002), h. 351 27

Ibn Miskawaih, op.cit., h. 46

Page 65: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

52

orang pandai, alim, intelektual, tetapi sepanjang kepentingan-kepentingan

dirinya lebih menonjol, sama sekali tidak patut kita ikuti. Tidak peduli

apakah dia ustadz, kyai, cendekiawan muslim, ataukah syaikh, manakala

ia masih menuruti kepentingan nafsunya, sangat tidak layak untuk diikuti

jejaknya.

Kepentingan nafsu itu sering kali justru dijadikan umpan setan untuk

berselingkuh dengan ilmu pengetahuan, kebenaran, agama, dan hal-hal

yang suci. Artinya, mereka yang berselimut kesucian, keulamaan,

kecendikiawaan, jika masih menuruti hawa nafsunya, seperti popularitas,

riya‟, takjub diri, ingin dipuji, takbbur, egois, berarti ia tetap saja seorang

yang bodoh.

Sebailknya sama sekali tidak bisa disebut orang bodoh, jika seseorang

mampu mengekang hawa nafsunya, kepentingan dirinya, egoismenya, iri

dengkinya, walaupun ia tampak seperti orang bodoh, hakikatnya ia adalah

orang yang pandai. Karena betapa pun hebat ilmu seseorang, sepanjang

ia masih senang dengan hawa nafsunya, ia tidak akan pernah

menyelamatkan kita di dunia hingga akhirat.28

Dialog di atas ingin memberi pemahaman bahwa memilih panutan yang

benar-benar baik adalah sangat penting. Oleh karena itu ketajaman intelgensi

sebagai bagian dari akhlak muslim sangatlah berperan penting dalam kaitannya

mencari panutan agar tidak salah dalam memilih panutan. Adapun pengertian

ketajaman intelegensi itu sendiri adalah kemampuan jiwa untuk merenungkan

pengalaman yang ada pada lingkungan sekitar kita untuk memilah mana yang

baik dan mana yang buruk.29

Selain ketajaman intelegensi, ada lagi nilai lain yang ditampilkan yaitu

nilai tentang kejernihan dalam berfikir. Nilai ini terdapat pada dialog:

“Suatu hari Jack diundang seminar di sebuah lembaga kajian dunia sufi.

Jack diundang karena ada sejumlah orang yang mengenal Jack sebagai

sosok yang hampir mirip kelelawar. Hidupnya di malam hari, dan di

remang-remang kegelapan. Jack hanya diminta untuk mengisahkan

balada kehidupan malam, dan makna Ketuhahan yang terselip di balik

celah-celah anyirnya remang-remang itu.

“Rasanya menjelaskan dan menghayati Allah di tengah kehadiran malam

yang penuh dengan kemaksiatan dan kemungkaran itu, sudah setengah

mustahil. Banyak faktor yang merasa menjadi hijab antara kita dengan

Allah. Pertama, wajah di hadapan kita yang tentu sangat antagonis

dengan nuansa Ilahi. Kedua, apakah kita tidak risih khusyu‟ dan khudur di

28

Luqman Hakim, op. cit., h.75 29

Ibn Miskawaih, loc. cit.

Page 66: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

53

tengah-tengah mereka. Ketiga, apakah kita tidak jadi sembrono dengan

hadir di tempat seperti itu?” kata seorang penanya.

Jack terjengah mendengar pertanyaan peserta yang begitu kritis.

“Allah tidak bisa dibatasi oleh apa pun, termasuk oleh kegelapan pun,

bahkan oleh kebaikan apa pun, Karena Allah itu Mahabesar. Jika Allah

bisa ditabiri, dihijab, ditirai, maka hijab dan tirai itu pasti lebih besar

dibanding Allah. Padahal Allah Mahabesar dari segalanya.”

“Saya jadi semakin bingung memahaminya…”

“Ya, saya paham atas kebingungan anda. Sederhananya begini, kalau

anda bisa hadir di depan Allah dalam suasana religus di masjid, ditempat

majekis zikir, atau di tempat-tempat kebajikan, itu semata karena Allah

hadir dengan asma‟ dan sifatNya yang Maha Indah, Maha Lembut, Maha

Terpuji. Tapi kalau anda datang ke tempat pelacuran, perjudian, di tempat

orang KKN, di tempat para preman, maka anda harus melihat Allah atas

kehadiranNya yang berasma‟ dan bersifat Yang Maha Menghina, yang

Maha Menyiksa, Yang Maha Menghisab perbuatan hambaNya. Takwalah

kepada Allah di manapun anda berada, baik di tempat kebajikan atau

kezaliman, dua-duanya jangan sampai menjadi penghalang interaksi anda

dengan Allah”

Semua peserta seminar diam begitu lama. Tiba-tiba suara tepuk tangan

membahana di gedung itu. Bukan tepuk tangan atas jawaban Jack, tetapi

tepuk tangan yang disertai tetesan air mata keharuan atas problema yang

menyesakkan dada mereka. Sang penanya tadi seperti mewakili benak

para peserta.30

Dialog di atas menunjukkan pentingnya berpikir jernih. Kejernihan

berpikir adalah kesiapan jiwa untuk menyimpulkan apa saja yang dikehendaki.

Jack dalam memandang kehidupan pasti diciptakan mempunyai pasangan, ada

indah ada jelek, ada baik ada buruk semua itu adalah sunnatullah.

Kaum sufi berusaha berpegang teguh kepada yang baik dan yang indah

bahkan di tengah-tengah apa-apa yang tampak dalam kehidupan sebagai jahat dan

jelek. Mereka berpegang teguh kepada kebenaran meskipun ketika dikelilingi oleh

kesalahan dan kebohongan, berpijak kuat pada kepastian bahwa kebenaran

akhirnya akan menang.31

Maka orang yang bertakwa adalah mereka yang selalu

berfikir jernih dalam kondisi apa pun, entah dalam kondisi yang tampak sebagai

kebajikan maupun tampak seperi kezaliman. Dan ini dibuktikan oleh Jack sebagai

tokoh di dalam cerita tersebut bagaimana dia menempatkan hati dan pikirannya

30

Luqman Hakim, op. cit., h. 234 31

Seyyed Hossein Nasr, op. cit., h. 78

Page 67: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

54

selalu untuk ingat kepada Allah. Oleh karena itu dapat kita pahami bahwa,

kebajikan yang dimaksud akhlak kearifan dalam tasawuf merupakan kebajikan

spiritual yang telah dikemas dengan filsafat, pemikiran, ilmu pengetahuan dan

disiplin kerohanian tertentu berdasarkan ajaran Islam.32

2. Menjaga kesucian (al-iffah)

Adalah keutamaan dari bagian hawa nafsu menurut penilaian baiknya. Dia

mengikuti pengetahuan yang akurat, hingga dia tidak terseret oleh hawa nafsunya,

dan dia tidak menjadi budak hawa nafsunya. Dia muncul pada diri manusia apa

bila hawa nafsunya dikendalikan oleh pikirannya.33

Dan penilaian ini didasarkan

pada pikiran yang mengandung unsur syari’at. Jadi nafsu syahwat yang digunakan

secara pertengahanlah yang akan menimbulkan sikap iffah, yaitu orang yang dapat

menahan syahwat dan farjinya dari berbuat lacur. Allah Swt. berfirman:

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-

orang yang khusyu' dalam sembahyangnya. Dan orang-orang yang

menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna (QS.

Al-Mu‟minun. Ayat 1-3)34

Akhlak yang lahir dari sifat iffah ini banyak sekali, di antaranya ada sifat

dermawan, wira’i, kesabaran, keteguhan hati.35

Iffah dalam pembahasan ini sering

diartikan dengan kedermawanan di samping mempunyai arti menjaga kesucian.

Hal ini mungkin terjadi, karena mengingat kebajikan satu dengan yang lain itu

mempunyai saling keterkaitan secara spiritual. Sebagai contoh sifat tawakkal tidak

akan terlaksana dengan baik jika tidak disertai dengan sifat sabar, karena untuk

bisa bertawakal kepada Allah maka kita butuh kesabaran dalam menerima cobaan

dari Allah.

32

Ibid., h. 164 33

Suwito, op. cit., h. 103 34

Depag, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Solo: Qomari Prima Publisher, 2007), h. 475 35

Suwito, op. cit., h. 104

Page 68: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

55

Adapun nilai akhlak tasawuf yang ditampilkan pada novel ini sebagai

cabang dari sifat iffah antara lain adalah tentang kedermawanan. Berikut

dialognya:

Bersama rombongan jama‟ahnya Jack menuju pusat kota, putar-putar di

Monas, lalu menuju kearah selatan, melewati setiap jalan yang macet.

“Jack, kita muter-muter melulu sejak tadi,” Tanya Parjo penasaran.

Sementara para jama‟ah yang menumpang di mobil itu juga penasaran.

Apalagi setiap ada peminta-minta di pinggir jalan, Jack kadang malah

turun membagi uang, dan makanan kecil.

“Ceritanya lagi membayar zakat Jack,” lanjut Parjo.

Dalam hal ini Jack memberikan teladan kepada temannya tentang

kedermawanan yang tidak mengharapkan ingin dipuji oleh orang lain. Jack

memandang para anak jalanan, peminta-minta termasuk orang yang kurang

mendapat perhatian dari kita yang mempunyai latar pendidikan yang lebih baik.

“Iya, Mas Jack, ngapain kasih uang pengamen, anak-anak peminta itu.

Namanya kan tidak mendidik. Lagi pula di antara mereka banyak

pemabuknya. Kita kan ngasih uang untuk mabuk, lah, berarti kita turut

mendukung kemabukan mereka kan?” celoteh Susi ngedumel.

Jack hanya senyum-senyum saja. Kendaraan terus melaju kencang ke

arah Depok. Malam sudah sedemikian larut. Di Padepokan Jack, sudah

berkumpul beberapa jama‟ah, dan ternyata di antara mereka adalah para

peminta-minta, tukang ngamen, dan gelandangan.

“Gila lu Jack! Memang umat kamu ini macam apa lagi? Kemarin para

artis bermasalah, kini gelandangan, pengemis, besok perampok, lusa

koruptor, aku kira sama gilanya dengan imamnya ini” kata Parjo gemes,

dan membuat jama‟ah di mobilnya semakin bingung.

Para gelandangan itu sudah kumpul dengan para pengamen dan

pengemis jalanan. Jack seperti bapak bagi mereka. Tidak jelas kapan Jack

mulai mengenal dunia mereka, tidak satu pun yang tau, hanya Jack, Allah

dan para malaikat saja yang tahu.

Di sini menggambarkan betapa Jack sangat disegani di kalangan para

gelandangan, bahkan dia sudah diangggap menjadi bapak bagi mereka. Inilah

bukti bahwa kepedulian sosial itu sangat dibutuhkan apalagi pada daerah

perkotaan yang hamper manusia di dalamnya hidup masing-masing tidak peduli

dengan lingkungan sekitar.

Di antara satu gelandangan itu ada tampak akrab sekali dengan Jack.

Gelandangan tua, perempuan keriput, berkulit putih bersih, dengan

Page 69: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

56

rambut memutih bergerai. Parjo dan Susi diam-diam mengamati

gelandangan itu ketika sedang ngobrol akrab dengan Jack. Tidak jelas

siapa perempuan tua itu. Malah kadang tampak seperti ibunya Jack,

kadang seperti bibinya Jack, kadang pula seperti sahabat dekatnya.

Walaupun gelandangan perempuan itu tidak menampakkan sekali wajah

masam atau kusamnya, kadang malah bercahaya. Aneh.

Ketika semua jama‟ah jalanan itu pamit pulang, Jack memeluk satu per

satu sambil memberikan pesan yang dibisikkan lewat telinganya. Ada

yang mendengarkan bisikan Jack dengan manggut-manggut, ada pula

yang ketawa, ada pula yang meronakan wajah dan menitikkan air mata,

ada pula yang diam seribu bahasa. Entah apa yang dibisikkan Jack

kepada mereka, satu sama lain berbeda.

“Kapan Jack kamu berhenti nyeleneh dan kembali normal? Tanya Susi.

Jack hanya tertawa terbahak-bahak. “Kalian ini bagaimana, justru

mereka yang disebut normal kadang-kadang malah

abnormal..ha…ha…”36

Setelah membaca potongan dialog di atas, dapat dipahami bahwa si Jack

ingin memberi pemahaman arti pentingnya kedemawanan dalam arti yang

sesungguhnya. Nilai kedermawanan yang ditunjukkan Jack adalah kedermawanan

yang tak mempunyai unsur ingin merasa dirinya adalah orang baik. Dalam dialog

di atas juga terjadi perbedaan pendapat antara Jack dan Susi. Susi mempunyai

pendapat apa yang dilakukan Jack itu salah, karena menurut Susi akibat dari

perbuatan Jack adalah hanya sia-sia. Namun Jack memberi pengertian kepada Susi

melalui dialog selanjutnya:

“Apa karena ada misi tertentu ente mendekati para gelandangan itu?”

“Nggak ada. Saya tidak punya kepentingan apa-apa. Hanya saja saya

merasa sama dengan mereka. Kita di dunia ini tidak lebih dari

gelandangan Allah, kita hanya pengemis dan selalu mengamen kepada

Allah. Nah, renungkan itu.”37

Dialog tersebut merupakan jawaban dari Jack untuk kebimbangan Susi

mengapa Jack mau memberi kepada para gelandangan. Kedermawanan yang

ditampilkan Jack merupakan kedermawanan yang diajarkan oleh Nabi. Tentu

masih ingat dalam pikiran kita kisah Nabi dengan seorang pengemis Yahudi yang

buta. Walaupun Nabi terus dicela oleh si Yahudi, Nabi tetap memberinya

makanan kepadanya. Hal ini tentu dapat kita pahami bahwa di kemudian hari

36

Luqman Hakim, op. cit., h. 22 37

Ibid., h. 23

Page 70: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

57

dengan cara tersebut Nabi berhasil membuat si Yahudi menjadi Muslim dan

bertaubat.

Apa yang dilakukan Jack secara makna tidak jauh beda dengan kisah Nabi.

Si Jack hanya ingin meneladani sifat Nabi yang sangat dermawan. Menurut para

sufi kebajikan dalam pandangan tasawuf bukan dipahami sekedar kebajikan moral

melainkan kebajikan spiritual dengan dimensi niskala dan eksistensial. Dan setiap

kebajikan itu ditengarai oleh akal bukan sekedar sentimental.38

Untuk itu,

kedemawanan bukanlah sekedar pemberian sentimental atas dasar ingin merasa

baik. Agar kedermawanan bernilai spiritual, ia harus didasarkan pada kesadaran

metafisik bahwa orang lain dalam pengertian mendalam adalah diri kita sendiri

dan bahwa dalam memberi, kita juga mengatasi ego kita sendiri, yang

memisahkan kita dari orang lain, dan karena itu kita sebenarnya juga menerima.

Hal ini hanya akan dicapai jika kita sudah benar-benar mencintai Allah, yang

merupakan sumber seluruh kasih sayang. Karena kebajikan seperti ini hanya akan

terwujud jika dalam diri kita ada cinta dan belas kasih.39

Pada kesempatan lain, Jack juga mengajarkan kita tentang makna akhlak

keteguhan hati. Keteguhan hati adalah termasuk sifat orang beriman yang

bersabar. Dalam beberapa kondisi sabar juga disebut dengan istilah iffah,

terkadang juga termasuk dalam sifat syaja‟ah. Sabar yang tergolong dari sifat

iffah pada dialog berikut:

Banyak anak muda Islam yang bercita-cita jadi tokoh Islam, karena kalau

jadi tokoh Islam ia jadi bangga. Jadi panutan masyarakat. Sebuah cita-

cita keblinger, sebagaimana cita-cita menjadi muballigh kondang karena

ingin jadi public figure. Cuap sana cuap sini, seperti politisi, lalu jadi

ajang karir, kemudian ada sejumlah fasilitas materi dan budaya yang

memanjakan dirinya. Lebih-lebih bercita-cita jadi muballigh sebagai

pekerjaan, karir, dan profesi, wah, apa bedanya dengan penjual jamu dan

tukang sulap yang bisa menyihir penonton dengan hiburannya?

“Ah, wallahu a‟lam. Yang penting anak-anak di sini punya akhlaqul

karimah, dengan pengetahuan dan pemahaman ilimu-ilmu Islam hebat,

“kata Jack bergumam sendiri, sembari mengingat-ingat pesan kakek

bertongkat agar Jack mulai mengkader ulama masa depan.40

38

Seyyed Hossein Nasr, op. cit., h. 164 39

Ibid., h. 165 40

Luqman Hakim, op. cit., h. 195

Page 71: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

58

Jika diamati Jack dalam dialog ini menunjukkan sifat sabar yang

mempunyai arti sikap tegar (keteguhan hati) pantang menyerah untuk

membangkitkan motif beragama dalam menghadapi dorongan syahwat berupa

keinginan menjadi terkenal, menjadi public figure, dan berlimpahan materi.

Kesabaran yang ditampilkan Jack adalah berupa beramal dengan komitmen

keyakinan, sebab keyakinan mengajarkan kepadanya bahwa menuruti hawa nafsu

itu berbahaya dan ketaatan itu bermanfaat.

Sifat wira’i juga ditampakkan oleh Jack ketika dia sedang berhadapan

dengan para elite negeri ini yang mempunyai kepentingan pribadi. Berikut

dialognya:

Nama Jack begitu populer di kalangan kaum gelap di Jakarta. Disebut

kaum gelap karena mereka tidak memiliki kepastian hidup, keyakinan

masa depan, dan mungkin mereka sangat rakus dan tamak terhadap masa

depan orang lain.

Mereka adalah para penikmat maksiat di Jakarta, para tikus-tikus malam

yang menggerogoti harta negara dan rakyat, koruptor, dan para

penghibur, gelandangan, dan mereka yang kehilangan kepercayaan diri di

depan sesama, apalagi di depan Allah.

“Jack, sudah waktunya kamu tampil di permukaan. Jadi caleg lah. Atau

minimal kamu bisa jadi pilihan rakyat lewat DPD. Kamu bisa jadi senator

di sana…. Biar kamu bisa teriak wakili suara kita…”

Jack terbahak-bahak.

“Tidak ada yang pilih aku, Bung!”

“Wah, jangan remehkan peran kami Jack. Seluruh preman di Jakarta

akan mendukungmu. Semua perempuan remang-remang pasti

mencoblosmu sambil histeris. Apa lagi orang-orang di pinggiran sungai

Jakarta itu, siapa tak kenal kamu Jack?”

Jack hanya garuk-garuk kepala ketika didesak lelaki bertubuh gempal

yang penuh goresan tato itu. Di sampingnya ada lelaki pengusaha yang

kelihatan kelimis, dan seorang pejabat penting di BUMN.

Kalian tahu apa bedanya pejuang dengan politisi?”

Mereka tampak terhenyak dan kernyitnya serentak berkerut.

“Ini peluang Jack….,” kata pengusaha di sampingnya.”Berapa kamu

butuh biaya, akan saya talangi semua….”

Jack tertawa lebar. Tiba-tiba selembar cek berisi milyaran rupiah

disodorkan. “Ini, kalau kamu tidak percaya…”

Jack meraih saja lembaran itu tanpa basa-basi.

Anda rela ini untuk saya?”

Ikhlas Jack….”

Untuk dan demi rakyat kan?‟

Ya, dan untuk suksesmu…”

Page 72: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

59

Tidak. Ini untuk mereka…”

Ya…ya..yaa untuk sukses mereka.”

Karena itu uang ini akan saya bagi-bagi untuk mereka. Lagi pula Anda

sudah lama tidak bayar zakat kan?”

Alah Jack. Ini bukan uang zakat. Ini uang cuma-cuma. kamu tahu lah dari

mana uang ini akan dapatkan…”

Kalau begitu tepat Bung, Uang ini harus kita bersihkan. Kita cuci. Kita

bagi-bagi saja besok kepada mereka…”

Penguasa itu bungkam, antara jengkel dan harap-harap cemas. Jack

ternyata menolak jadi wakil rakyat, dan uang itu amblas terbagi-bagi

begitu saja untuk komunitas Jack yang juga tidak jelas masa depannya.

“Jujur saja Jack. Saya tambah penasaran, kenapa kamu menolak ide

bagus kita-kita ini untuk mewakili aspirasi kita di dewan?”

“Ya, saya takut…saya ngeri saja…”

“Lho?”

“Iya, kalau Allah masih marah pada wakil-wakil rakyat di Senayan, maka

murka Allah pasti memberangus saya juga. Ngeri dan sangat

traumatik…”Meerka manggut-manggut saja mendengar ungkapan tajam

Jack. Lalu Jack ngeloyor begitu saja. Keluar dari kafe itu…41

Kewira’ian Jack terletak pada hatinya yang selalu ingat kepada Allah.

Tahap wara’ seperti ini kelihatannya sama sekali sudah meninggalkan urusan

duniawi. Satu sisi Jack dikenal oleh mereka yang suka dalam kemaksiatan, tapi di

sisi lain Jack juga menjaga dirinya agar tidak terjerumus oleh perilaku para

pemaksiat. Ini sungguh sulit untuk dilakukan. Namun Jack bisa melewatinya,

dengan segala mujahadah dan riyadhahnya. Jack menganggap hal ini tidak

melanggar moral atau akhlak.

Hal yang dilakukan Jack bukannya tanpa dasar. Etika yang dibangun oleh

sufi adalah etika ruhaniyah tanpa mengabaikan moral pada tingkatannya sendiri.

Kaum sufi memahami klaim moralitas pada kemutlakan di tingkat ini, mereka

berusaha untuk keluar sama sekali dari ranah tindakan lahiriyah dan mencapai

kebaikan mutlak melalui cinta dan pengetahuan tentang Ilahi, yang melampaui

oposisi yang baik dan yang buruk serta melihat kenisbian dari apa yang kita sebut

keburukan dalam kaitannya dengan yang baik secara mutlak dan yang nyata

secara mutlak. Di sanalah Jack meletakkan dasar etikanya, yaitu etika sufi yang

merupakan etika ruhaniyah, berbeda dengan moralitas biasa. Sementara pada saat

41

Ibid, h. 84

Page 73: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

60

yang bersamaan kaum sufi meletakkan arti penting bagi moralitas pada

tingkatannya sendiri.42

3. Keberanian (al-syaja‟ah)

Keberanian adalah keutamaan jiwa amarah, dan muncul pada diri

seseorang bila jiwa ini tunduk dan patuh terhadap jiwa berfikir serta

menggunakan penilaian baik dalam menghadapi hal-hal yang membahayakan.43

Keberanian adalah tepatnya pikiran ketika berbagai bahaya datang. Kondisi ini

hanya akan diperoleh karena adanya faktor ketenangan dan keteguhan jiwa dalam

menghadapi segala hal.44

Sikap keberanian dalam arti yang sesungguhnya adalah dengan

menggabungkan sikap tersebut dengan sikap tak mementingkan diri sendiri,

tindakan tanpa motif duniawi atau dinodai oleh cacat seperti marah, keserakahan,

nafsu untuk berkuasa, atau haus akan dendam. Inilah yang dilakukan oleh para

sufi untuk medapatkan sikap ruhani yang benar terhadap amal perbuatan, di mana

mereka melepaskan diri dari buah perbuatannya demi suatu kebenaran.45

Dalam novel ini menampilkan sikap tenang yang merupakan bagian dari

akhlak keberanian. Berikut dialognya:

“Ya, misalnya kalau kamu ingin ke Jakarta, melihat kemaksiatan Jakarta

dan bejatnya manusia Jakarta, dengan motivasi kamu ingin menguji iman

kamu maka malam ini juga kamu saya usir dari Jakarta…”

“Lho, aku ini jujur Jack. Akan ingin kemari bukan untuk menguji cintaku

kepada Allah melalui kemaksiatan hambaNya yang dicemburui Allah.

Tapi memang kepingin lihat dengan mata kepala saya, biar saya bisa

sejenak tidak bergemuruh bunyi Allah saja di dadaku…”

Jack tertawa terbahak-bahak mendengar kepolosan Gendut yang tak

pernah surut oleh air pasang, juga tak pernah lekang oleh panasnya usia

dan kehidupan.

“Baiklah sobat mulai saat ini anda memasuki markas maksiat di negeri

ini. Kamu masih ingat kunci-kunci yang dulu saya berikan?”

“Oh, masih...”

“Antara lain?”

“Semua ini juga kehendak Allah, Jack...”

“Bagus! Apalagi?”

42

Seyyed Hossein Nasr, op. cit., h. 111 43

Ibn Miskawaih, op. cit., h. 45 44

Ma’rifat Imam dan Nandi Rahman, op. cit., h.36 45

Seyyed Hossein Nasr, op. cit., h. 117

Page 74: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

61

“Kadang Allah menakdirkan hambaNya berbuat maksiat, dalam rangka

si hamba itu lebih dekat kepadaNya....”

“Asyik, apalagi....?

“Orang yang merasa aneh dengan kekuasaan Allah mengentas seorang

ahli maksiat, maniak dosa, menjadi kekasih Allah, berarti tidak paham

dengan kekuasaan Ilahi itu sendiri...”

“Jack memeluk si Gendut sekali lagi.46

Dialog di atas menerangkan tentang keberanian si Gendut untuk mengikuti

Jack masuk ke dalam dunia kemaksiatan yang ada di Jakarta. Dan disebutkan pula

pesan-pesan yang disampaikan Jack kepada Gendut sebelum mereka bertindak.

Sikap tenang ditampilkan di sini. Dengan penuh keyakinan dan kepasrahan

tanpa motif menguji iman Gendut dan Jack memasuki dunia kemaksiatan.

Tujuannya adalah membantu mereka yang ingin kembali ke jalan yang benar.

Mempunyai sikap yang tenang dalam konteks ini tidaklah mudah. Maka dari itu

Jack memberi nasehat kepada Gendut terlebih dahulu. Ketenangan akan diperoleh

dari sikap berani yang ditengarai oleh kearifan, menjaga kesucian diri dengan

sikap adil dalam diri sendiri. Tanpa itu, mereka tidak akan mampu

mengarunginya.

Selain sikap tenang, di sini juga ditampilkan sikap sabar. Sabar di sini

berbeda dengan sabar yang menjadi cabang dari sikap menjaga kesucian. Yang

dimaksud sabar bagian dari sifat berani adalah sabar yang berkaitan dengan hal-

hal yang menakutkan.47

Jack memberi gambaran tentang sabar dengan dialognya

sebagai berikut:

Dengan senyum yang membasuh seluruh ruang itu, Jack berkata tegas,

“Kalian semua jangan berhenti bekerja, jangan berhenti berprofesi.

Hanya karena ingin mendekati Allah, lalu anda berhenti meninggalkan

semuanya. Keinginan itu adalah hawa nafsu anda yang tersembunyi,

emosi anda yang tergesa-gesa. Biarlah Allah menakdirkan dan

memposisikan anda di mana, dan bagaimana saat ini. Kelak anda bisa

sangat dekat dengan Allah tanpa anda harus berhenti dari profesi anda.48

Dialog tersebut mempunyai pemahaman bahwa, kesabaran itu bukan

hanya bagaimana seseorang menahan untuk tidak melakukan hal yang dilarang.

46

Luqman Hakim, op. cit., h. 166 47

Ibn Miskawaih, op. cit., h. 48 48

Luqman Hakim, op. cit., h. 161

Page 75: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

62

Namun, sabar juga berkaitan bagaimana cara yang benar untuk mendekatkan diri

kepada Allah. Maka dari itu Jack memberi masukan untuk tidak tergesa-gesa

keluar dari pekerjaannya hanya karena merasa bahwa pekerjaannya dipandang

kurang baik, seperti menjadi penyanyi café, artis dan lain-lain. Memang

lingkungan yang ada dalam dunia tersebut dekat dengan hal-hal yang buruk.

Tetapi walaupun demikian janganlah merasa bahwa itu akan menjauhkan dari

Allah.

Dalam hidup ini banyak sekali pengalaman yang tidak semuanya

menyenangkan. Suatu bahaya besar jika kita mengalami kehidupan yang tidak

menyenangkan, kemudian menuduh Allah tidak adil, tidak berpihak kepada kita

dan meninggalkan kita. Itu adalah permulaan dari pesimisme kepada Tuhan, dan

juga merupakan kehilangan harapan kepada Allah.49

Oleh karena itu, Jack

mengatakan janganlah tergesa-gesa dalam hal melaksanakan perintahNya atau

menjauhi laranganNya, sebab jika kita tergesa-gesa itu hanya menuruti hawa

nafsu kita yang tersembunyi. Jika kita menurutinya, maka kita akan mengalami

permulaan yang salah yang akan mengakibatkan pesimisme dan putus harapan

kalau apa yang kita inginkan tidak sesuai dengan harapan kita hanya karena

merasa sudah melaksanakan perintahNya dengan menjauhi laranganNya.

4. Keadilan (al-a‟dl)

Keadilan juga merupakan kebajikan jiwa yang timbul akibat menyatunya

tiga kebajikan di atas. Ketika tiga fakultas bertindak selaras dengan satu sama lain

dan tunduk pada fakultas melihat jiwa sehingga fakultas-fakultas tadi tidak

kontradiksi atau mengikuti keinginannya sendiri-sendiri atas dasar kecenderungan

tabiat-tabiatnya.50

Buah kebajikan ini adalah sikap yang mendorong orang

memilih selalu untuk adil pada dirinya dulu, dan kemudian adil pada orang lain

dan menuntut keadilan dari mereka. Seseorang tidak dapat dikatakan kesatria

apabila ia tidak adil. Seseorang tidak dapat disebut pemberani apabila ia tidak

mengetahui keadilan jiwa/dirinya dan mengarahkan semua indranya untuk tidak

mencapai tingkat nekat maupun pengecut. Sebagai contoh seorang hakim tidak

49

Sudirman Tebba, Orientasi sufistik Cak Nur, (Jakarta: Paramadina, 2004), h.150 50

Ma’rifat Imam dan Nandi Rahman, op. cit., h.38

Page 76: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

63

akan memperoleh kearifan (al-hikmah), kalau ia tidak menegakkan keadilan

dalam berbagai pengetahuannya dan tidak menjauhkan diri dari sifat kelancangan

dan kedunguan. Dengan demikian manusia tidak akan disebut adil kalau ia tidak

mengetahui cara mengharmoniskan al-hikmah, al-syaja‟ah, dan al-iffah.51

Akhlak yang menjadi cabang dari sifat adil ini beraneka ragam sesuai

dengan konteksnya. Sikap adil seseorang bisa diaplikasikan dalam kehidupan

sosial, seperti bersikap baik dalam kerja sama, cinta kasih kepada sesama

manusia, jauh dari rasa dengki, dan masih banyak lagi.52

Adapun jenis akhlak keadilan yang ditampilkkan dalam novel ini adalah

sikap cinta kasih dengan cara menolong mereka yang tertindas oleh peradaban

modern ini. Berikut potongan dialognya:

Beberapa hari setelah Jack mengembalikan fitrah sang penjagal, kini

yang terbayang adalah anak-anak pelacur di pinggir rel kereta.

Sepanjang rel kota, di mana krisis ini menjadi sasaran kelas bawah para

penjaja cinta. Di situ bercampur baur pencopet kelas teri, persembunyian

pembunuh, para penjudi, tukang ojek, tukang becak, dan pemulung. Tak

satu pun manusia Jakarta yang menganggap mereka sebagai layaknya

manusia.

Sudah setahun silam, Jack memasuki daerah kumuh itu bersama Parjo.

Maka di sana ia kenal preman Dulimin, Oscor, dan si Kadal. Ia juga kenal

dengan germo Sumi dan seorang pelacur yang beranak pinak di mana-

mana.

Setiap kali Jack datang, ia menuju rumah Dulimin dan mampir di germo

Sumi. Jangan dikira masuk di daerah kumuh seperti itu gampang, Jack

melakukan proses interaksi yang lama penuh dengan hati-hati, dan

berhubungan dari hati ke hati pula. Mereka menganggap Jack preman

pula. Tapi preman berbaik hati.

Di bulan puasa ini kedatangan Jack selain membawa oleh-oleh sekedar

berbekal untuk buka puasa bagi masyarakat kumuh itu, Jack sedang

membawa kabar gembira bagi mereka. Yaitu wujud impian masa depan

mereka, yaitu anak-anak mereka. Anak-anak germo, anak pelacur, anak

preman, anak maling, anak pemulung, siapa yang memikirkan mereka?

Jack hanya geleng kepala pada penguasa negeri ini. Tapi Allah

menakdirkan bangsa ini memang demikian, diberi pemimpin dan menteri-

menteri koruptor. Demi sinisme Tuhan pada bangsa ini, yang katanya

mayoritas muslim. Tentu dengan cara Allah memberi pelajaran pada para

ulama, agar sadar bangkit kembali.

51

Suwito, op. cit., h. 117 52

Ibn Miskawaih, op. cit., h. 49

Page 77: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

64

Massa di sana bertepuk tangan, sambil mencoba untuk mengerti apa yang

dimaksud Jack, dengan rumah baru, pondok baru, dan sekolah baru.

“Jadi mulai besok, bukan hanya orang kaya saja yang bisa menempati

villa mewah, bukan hanya pejabat saja yang punya villa indah di puncak.

Tapi kita semua kan punya…”

Suara gegap gempita disambut oleh anak-anak di sana. Lalu Jack

mengumpulkan pentolan-pentolan di sana, mendiskusikan nasib anak-

anak mereka. Dan Jack bercerita tentang seseorang yang telah bertaubat

mewakafkan villanya yang besar untuk pesantren dan pendidikan anak-

anak kumuh, anak-anak pelacur, yang tidak ingin bernasib seperti orang

tuanya. Pesantren gratis, dari uang yang selama ini dikumpulkan oleh si

penjagal, entah uang apa namanya.

Sepulang Jack pulang dari villa penjagal kemarin yang terbayang adalah

nasib anak-anak itu. Dan alhamdulillah, Tuhan memberi jalan keluar

yang tak terduga. Dalam sekejap ada pesantren anak-anak kumuh, dan

dalam sekejap mulai ada seseorang pemimpin pesantren mantan penjagal.

Tentu, si penjagal tidak duduk sebagai ustadz, tetapi cukup berhamburan

bersama anak-anak itu, ikut belajar mengaji.

Jack pun pamitan diiringi dengan rasa haru dan isak tangis. Anak-anak

yang tak berdosa itu seperti melepaskan seluruh pandangan matanya

untuk Jack. Dan Jack adalah harapan dan masa depan mereka.53

Apa yang dilakukan Jack dalam dialog di atas adalah usaha Jack dalam

menegakkan kedilan yang sesungguhnya, yakni berbuat adil kepada sesama

manusia dengan tujuan mencari kebenaran dan ridho Allah swt. Dalam Al-Qur’an

Allah berfirman:

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang

selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.

dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,

mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu

lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya

53

Luqman Hakim, op. cit., h. 11-12

Page 78: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

65

Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Maidah, ayat

8)54

Keadilan merupakan nilai akhlak yang timbul dari rasa kasih sayang.

Dengan berbuat adil berarti kita telah melakukan tindakan yang timbul dari rasa

kasih sayang kita terhadap sesama manusia. Sebelum dapat berbuat adil terhadap

orang lain, terlebih dahulu kita harus belaku adil terhadap diri sendiri. Gambaran

orang yang adil adalah berdiri di posisi tengah. Dalam arti tengah dalam

menjalankan hak dan kewajibannya.

Oleh karena itu, ketika Jack memutuskan melakukan dakwah dengan cara

tersebut itu berangkat dari rasa kasih sayang yang tinggi, sehingga apa yang

dilakukan Jack adalah bentuk keadilan yang ingin dia tunjukkan kepada sesama

manusia, bahwa di dalam kehidupan ini kita harus saling tolong-menolong dalam

hal kebaikan bahkan dalam kondisi yang tidak kita sukai sekalipun. Ayat di atas

dengan jelas mempunyai makna keadilan yang sebenarnya. Jika ada suatu

golongan yang tidak kita sukai mungkin karena mereka ahli maksiat atau mereka

beseberangan ideologi, itu jangan membuat kita tidak berlaku adil terhadapnya,

karena walau bagaimanapun kita adalah sama-sama manusia yang harus

menebarkan kasih sayang (rahmat Allah) dan wujudnya adalah dengan berbuat

adil kepada sesama manusia.

Jika melihat isi dialog tersebut dapat dipahami, bahwa mereka yang

tinggal di kawasan kumuh dan dekat dengan kejahatan dan keburukan, atau

mereka para elite yang kehilangan arah dengan berbuat keburukan, tidaklah

menjadi suatu penghalang bagi Jack untuk menolong mereka yang ingin kembali

ke jalan yang benar. Bagi Jack, rasanya sangatlah tidak adil jika mereka tidak

dihampiri oleh penempuh jalan Allah seperti dirinya. Mereka adalah yang perlu

dikasihani dan perlu ditolong, karena mereka telah kehilangan tujuan hidup yang

sebenarnya. Untuk melakukan hal ini pasti membutuhkan kesatriaan moral,

karena bisa jadi dia terjerumus, tapi juga bisa terjadi sebaliknya. Dan yang terjadi

adalah Jack bisa menolong mereka dan dia tidak terjerumus. Hal inilah yang

menurut peneliti kenapa Jack bisa melakukan hal tersebut, itu karena empat pokok

54

Depag, op. cit., h. 144

Page 79: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

66

kebajikan yang diajarkan oleh Islam tentang kearifan, kesucian diri, keberanian,

dan keadilan tertancap pada diri Jack dengan suatu keyakinan pada Allah bahwa

pasti Allah akan membantunya.

Termasuk juga yang menjadi bagian dari adil adalah sifat bersahabat.

Bersahabat adalah cinta yang tulus, yang menyebabkan orang memperhatikan

masalah-masalah sahabatnya dan berbuat baik untuknya.55

Jack menampilkan

dialog tentang cara mencari sahabat yang baik. Karena, menurut Jack sahabat

yang baik akan mengantarnya kepada kebaikan pula. Berikut dialognya:

sebaliknya sama sekali tidak bisa disebut orang bodoh, jika seseorang

mampu mengekang hawa nafsunya, kepentingan dirinya, egoismenya, iri

dengkinya, walaupun ia tampak seperti orang bodoh, hakikatnya ia

adalah orang pandai. Karena betapa pun hebat ilmu seseorang,

sepanjang ia masih senang dengan hawa nafsunya, ia tidak akan pernah

menyelamatkan kita di dunia hingga akhirat.”

“Apa karakteristik hamba Allah yang bisa mengekang hawa nafsunya itu,

Bung?”

“Hamba Allah yang mampu mengekang hawa nafsunya, walaupun ia

bodoh, pasti memiliki tiga karakter: sadar dirinya, tawadhu‟ pada sesama,

mencari kebenaran dengan jujur. Menurut Ammar ra., jika tiga perkara

berkumpul pada diri seseorang, maka ia telah benar-benar

mengakumulasi keimanannya: Sadar diri, menyiramkan kedamaian bagi

semesta, dan menginfakkan hartanya walaupun ia miskin.”

Siapa yang bersahabat dengan manusia model ini, ia akan mendapatkan

tiga hal pula: meraih kebajikan-kebajikan tersebut sebagai anugerah,

karena seseorang itu sangat erat kaitannya dengan keyakinan agama

sahabat dekatnya. Ia juga meraih rasa ringan dalam hatinya, dan

menapatkan keselamatan dunia dan agamanya.56

Dialog di atas menggambarkan mana sahabat yang baik dan mana sahabat

yang buruk. Menurut Jack, itulah gambaran etika ketika berguru atau bersahabat

dengan seseorang, mestinya harus selektif agar berpengaruh positif dalam

keseharian kita. Jangan mencari guru atau sahabat yang masih menonjolkan

kepentingan dirinya sendiri. Hal itu sama sekali tidak patut untuk kita ikuti.

Akhlak yang termasuk kategori adil pada diri sendiri dengan memandang

bahwa kita hamba Allah adalah sikap tawadhu’. Sikap tawadhu’ pada dasarnya

55

Ibn Miskawaih, op. cit., h. 50 56

Luqman Hakim, op. cit., h. 76

Page 80: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

67

adalah sikap adil terhadap diri sendiri. Tidak merasa tinggi (takabbur) dan tidak

merasa rendah (rendah diri). Jika seseorang bisa tawadhu’ pada dirinya, maka ia

bisa bersikap tawadhu’ pada orang lain, yakni tidak memandang orang lain lebih

rendah dari dirinya. Berikut dialog yang menggambarkan sikap tawadhu’ pada

Allah sebagai cerminan tawadhu’ pada diri sendiri:

Apakah anda juga masih menuntut sesuatu dari Allah? Ini sungguh tidak

sopan, tidak etis, dan tidak punya adab di hadapan Allah, karena Anda

pasti tidak yakin kepada Allah, karena anda pasti sangat mencurigai

Allah. Apa modal kita, bekal kita, prestasi amal kita, sehingga kita punya

hak menuntut Allah? Padahal kita tidak pernah memiliki modal, tak

pernah berbuat, tak pernah membuat bekal. Sebab yang menggerakkan

kepatuhan, amal, taat, ibadah kita itu, Allah juga!57

Kita adalah makhluk ciptaan Allah yang dihidupkan dan dimatikan

olehNya. Kita dapat berbuat baik itu semata-mata karena karunia Allah. Jika

keinginan kita tak sesuai dengan kehendakNya, maka tak pantas menuntutNya

agar sesuai dengan keinginan kita. Itu adalah bentuk sikap tidak patuh kepadaNya.

Salah satu akhak mulia yang menjadi fokus perhatian kaum sufi adalah

tawadhu’. Mereka antusias untuk menerapkannya pada diri mereka sebagai bentuk

peneladananan Rasulullah yang merupakan model utama kaum mu‟min dalam

masalah tawadhu’. Tawadhu’ merupakan perilaku mulia di antara dua perilaku

nista, atau tengah-tengah antara sombong dan rendah hati. As-Suhrawardi

mengatakan: “Tawadhu’ sesungguhnya adalah menjaga keseimbangan antara

sikap tinggi hati (al-kibr) dan rendah hati (ad-dhi‟ah). Tinggi hati berarti

meninggikan diri melebihi kadarnya, sementara rendah hati berarti menempatkan

diri pada posisi yang membuatnya dicemooh dan bisa berakibat pada penyia-

nyiaan haknya.58

Rasulullah telah memberi arahan agar bersikap moderat dalam

bertawadhu’, yakni tidak berlebih-lebihan dalam merendahkan diri yang bisa

membuatnya direndahkan atau dilecehkan. Beliau bersabda: “berbahagialah orang

57

Ibid, h. 192 58

Fauqi Hajjaj, op. cit., h. 330

Page 81: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

68

yang merendahkan diri tanpa membuatnya terlecehkan dan orang yang

menghinakan diri tanpa membuatnya sengsara”.59

59

Ibid, h. 332

Page 82: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

69

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil kajian yang dilakukan peneliti mengenai kandungan nilai-nilai

pendidikan akhlak tasawuf dalam novel Jack and Sufi karya Muhammad Luqman

Hakim, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Pertama, nilai-nilai pendidikan akhlak tasawuf dalam novel Jack and Sufi

karya Muhammad Luqman Hakim digambarkan melalui perilaku para tokoh yang

berperan di dalam novel tersebut. Dilihat dari ruang lingkupnya, nilai-nilai

pendidikan akhlak tasawuf tersebut menggambarkan nilai kearifan (al-hikmah),

menjaga kesucian (al-iffah), keberanian (al-syaja’ah), dan keadilan (al-‘adl).

Nilai kearifan yang ditunjukkan pada novel ini meliputi ketajaman intelegensi,

kejernihan berfikir. Kemudian nilai menjaga kesucian meliputi dermawan, wira’i,

kesabaran, keteguhan hati. Adapun nilai keberanian meliputi tenang, sabar.

Kemudian yang terakhir mengenai nilai adil meliputi cinta kasih, bersahabat, dan

tawadhu’. Dari kesemua nilai yang telah disebutkan yang menjadi titik

penilaiannya adalah nilai tanggung jawab kemanusiaan sebagai hamba Allah dan

sebagai mahkluk yang saling tolong menolong.

Kedua, novel Jack and Sufi karya Muhammad Luqman Hakim merupakan

jenis novel populer metropop yang dikemas dengan kalimat yang mudah

dimengerti. Novel ini menceritakan perjalanan seorang pemuda bernama Jack

(nama samaran) yang telah lama menempuh studi tasawuf di berbagai negara.

Page 83: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

70

Namun, setelah kembalinya dia ke Indonesia, bukannya dia berdakwah di

pesantren-pesantren padahal dia mempunyai pesantren. Tetapi malah yang dia

lakukan adalah berdakwah kepada mereka yang terpinggirkan oleh kehidupan

peradaban modern. Maka tak jarang dia berdakwah di wilayah yang mungkin

dianggap kotor alias tempat maksiat. Cara Jack mengajak mereka untuk kembali

ke jalan yang benar tentu dengan caranya sendiri. Yang pasti cara dia bukan

dengan kekerasan. Dia punya teman bernama Susi dan si Gendut yang selalu

menemaninya. Sungguh menarik ketika mengikuti perjalanan ceritanya.

B. Implikasi

Penelitian ini memiliki implikasi terhadap aspek lain yang relevan dan

memiliki hubungan positif. Implikasi tersebut dijelaskan sebagai berikut.

1. Implikasi teoritis

a. Membuka wawasan akan beragamnya novel yang dapat digunakan

sebagai media pembelajaran.

b. Membuka peluang dilakukannya penelitian-penelitian tentang nilai

pendidikan Islam.

2. Implikasi paedagogis

Novel Jack and Sufi karya Muhammad Luqman Hakim digunakan sebagai

media pembelajaran novel yang isinya dapat dipahami dan banyak

mengandung nilai-nilai pendidikan akhlak tasawuf.

3. Implikasi praktis

a. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan

penelitian pendidikan, sehingga peneliti lain akan termotivasi untuk

melakukan penelitian yang nantinya dapat diaplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari.

b. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk lebih

mencermati media pembelajaran yang tepat bagi siswa.

Page 84: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

71

C. Saran

1. Mengenai eksistensi novel, sudah sepantasnya penulis novel atau karya

sastra lainnya, mempertimbangkan nilai-nilai pendidikan khususnya

pendidikan akhlak tasawuf yang bisa disumbangkan kepada

masyarakat luas dan bukan mempertimbangkan selera pasar atau trend.

Karena sangat jarang sekali novel yang berisi tentang akhlak tasawuf

dan dalam beberapa tahun terakhir banyak bermunculan novel atau

karya sastra yang sangat jauh dari unsur mendidik, sebab

bagaimanapun karya sastra terutama novel yang banyak diminati oleh

seluruh lapisan masyarakat, terlebih lagi dari kalangan remaja yang

merupakan cikal bakal pemimpin bangsa.

2. Bagi para pembaca. Hikmah yang dapat diambil dari nilai-nilai

pendidikan akhlak tasawuf yang terkandung dalam novel Jack and Sufi

karya Muhammad Luqman Hakim. Novel ini banyak memberikan

kontribusi kepada seluruh pembaca, khususnya umat Islam untuk

mengamalkan dan mengaplikasikan nilai-nilai pendidikan akhlak

tasawuf dalam kehidupan masyarakat yang semakin modern dan

pragmatis.

3. Hendaknya para pendidik di sekolah menganjurkan para peserta

didiknya untuk melengkapi bahan bacaan mereka dengan bacaan yang

edukatif. Secara lebih konkret, misalnya, dengan menyediakan buku-

buku yang dimaksud di perpustakaan sekolah sehingga para peserta

didik dapat membacanya.

4. Kemudian melalui lembaga pendidikan formal dapat menanamkan

nilai-nilai akhlak tasawuf kepada anak didik sehingga tercermin pola

pikir, tingkah laku, dan kepribadiannya dalam masyarakat. Dan dapat

merespon fenomena kemasyarakatan dengan cara mengedepankan

kedamaian, kenyamanan dan keadilan di masyarakatnya.

5. Hendaknya dilakukan apresiasi sastra dalam proses belajar mengajar

khususnya pada pendidikan agama Islam, agar murid terbiasa

mengambil hikmah pada setiap buku cerita yang telah dia baca.

Page 85: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

72

6. Bagi peneliti selanjutnya. Kajian tentang nilai-nilai pendidikan akhlak

tasawuf dalam novel ini belum dikatakan sempurna, karena

keterbatasan waktu, metode serta pengetahuan dan ketajaman analisis

yang peneliti miliki, untuk itu besar harapan penulis, akan ada banyak

peneliti-peneliti baru yang berkenan untuk mengkaji ulang novel Jack

and Sufi karya Muhammad Luqman Hakim.

Page 86: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

73

DAFTAR PUSTAKA

Ardani, M., Akhlak Tasawuf “Nilai-nilai Akhlak dalam Ibadah dan Tasawuf,

Jakarta: Mitra Cahaya Utama, 2005.

Al-Ghazali, Abu Hamid, Ihya’ Ulum al-Din, Kairo: Dar al-Kutub al_Arabiyyah,

tt.

Al-Taftazani, Abu al-Wafa’ al-Ghanimi, Sufi dari Zaman ke Zaman, terj. Oleh

A.R. Ustman, Bandung: Mizan, 1985.

Anwar, Kaha, Resensi Buku Jack & Sufi; Sufisme di Remang-Remang Jakarta,

www.wisata-buku.com, 12 Desember 2012

Arifin, M., Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, cet. IV, 2000.

Amin, Ahmad. Etika (Ilmu akhlak). Jakarta: Bulan Bintang, cet VII, 1993

Bisri, Musthofa, Lukman Hakim MA: “Kalau Tidak Ada “Kebinatangan”, Ya

Tidak Ada Politik”, http://www.gusmus.net. 12 Desember 2012

Bitstream, Pengertian Novel, http://repository.usu.ac.id, 10 september 2013

Depag, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Solo: Qomari Prima Publisher, 2007.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, Semarang: CV. Toha Putra,

1989.

Djamaluddin, Reorientasi Pembelajaran Akhlak Tasawuf di Perguruan Tinggi,

Tadris Volume 3. Nomor 1. 2008.

Endraswara, Suwardi, Metodologi Penelitian Sastra, Yogyakarta: Buku Seru,

2013.

Fakultas Bahasa dan Seni, Estetika Sastra, Seni, dan Budaya, Jakarta: Universitas

Negeri Jakarta, 2008.

Page 87: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

74

Ghibran, Ibnu, Resensi Jack and Sufi; Celoteh Kecil Kaum Kusam,

http://www.ibnugibran.wordpress.com, 12 Desember 2012

Haryadi, Peran Sastra dalam Pembentukan Karakter Bangsa, Makalah

disampaikan pada Seminar Pendidikan IKIP Yogyakarta, 13 Juni 2011

Hasan, Fuad, Dasar-dasar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2005.

Hendy, Zaidan, Kasusastraan Indonesia Warisan yang Perlu Diwariskan 2.

Bandung: Angkasa,1993

Hajjaj, M. Fauqi, Tasawuf Islam dan akhlak, Jakarta: Amzah, 2011.

Hossein Nasr, Sayyed, The Garden of Truth:Mereguk Sari Tasawuf, Terj. dari The

Garden of Truth: The Vision and Promise of Sufism, Islam’s Mystical

Tradition. terj. Oleh Yuliani Liputo, Bandung: Mizan, 2010.

Hakim, M. Luqman, Jack and Sufi, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, cet. IV, 2004.

Ismail, Taufik, Generasi Nol Buku, http://www.kompas.com , 1 september 2013.

Irfan, Mohammad dan HS, Mastuki, Teologi Pendidikan, tt. P: Friska Agung

Insani, 2000.

Imam, M. Ma’rifat dan Rahman, Nandi, Ibadah Akhlak, Tinjauan Eksetoris dan

Esoteris, Jakarta: Uhamka Press, 2002

Jumantoro Totok dan Amin, Samsul Munir, Kamus Ilmu Tasawuf, Wonosobo:

Amzah, 2005.

Khalil, Ahmad, Merengkuh Bahagia, Dialog Al-Qur’an, Tasawuf dan Psikologi,

Malang: UIN Malang Press, 2007

Langgulung, Hasan, Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisis Psikologi, Filsafat

dan Pendidikan, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1986.

Page 88: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

75

Mas’ud, Bulqia, Sastra dan Pembentukan Karakter,

http//www.edukasi.kompasiana.com, 11 Juli 2013.

Mutthahhari, Murtadha, Dasar-dasar Epistimologi Pendidikan Islam, Jakarta:

Sadra Press, 2011.

____________________, dan Thabathaba’i, Muhammad Husain, Menapak Jalan

Spiritual, terj. Oleh MS, Nasrullah, Bandung: Pustaka Hidayah, 1997.

Matta, M. Anis, “Seni Islam: Format Estetika dan Muatan Nilai”, dalam Aswab

Mahasin (ed.), Ruh Islam dalam Budaya Bangsa, Jakarta: Yayasan

Festival Istiqlal, Bina Rena Pariwara, 1996.

Mujib, M. Abdul dkk, Ensiklopedia Tasawuf Imam Ghozali, Jakarta: Mizan, 2009.

Muslim, Sakhih Muslim, jilid I Isa Babi al-Halabi, Mesir, tt.

Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan: Komponen MKDK, Jakarta: PT.

Rineka Cipta, cet. IV, 2004

Miskawaih, Ibn, Menuju Kesempurnaan Akhlak, Terj. dari Tahdzibu al-Akhlak

oleh Helmi Hidayat, Bandung: Mizan, 1998.

Munawwar, Said Aqil, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Jakarta:

Ciputat Press, 2002.

Nurgiyantoro, Burhan, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 2005.

Nurhayati, Suhardini, Sastra dan Pendidikan Karakter, httpwww.malang-

post.com, 11 september 2103

Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.

Nasution, Harun, Islam Rasional, Gagasan dan Pemikiran, Bandung: Mizan, cet

III, 1995.

Page 89: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

76

Prodotokusumo, Partini Sardjono, Pengkajian Sastra, Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2008.

Purwanto, M Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja

Karya, 1986

Rosyadi, Nilai-nilai Budaya dalam Naskah Kaba, Jakarta: CV Dewi Sri, 1995.

Salam, H. Syamsir dan Aripin, Jaenal, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: UIN

Jakarta Press, cet. I, 2006

Sahabat Bersama, Pengertian Novel, http://Sobatbaru. Blogspot.com, 2013

Siroj, Said Aqil, Tasawuf sebagai Kritik Sosial, Bandung: Mizan, 2006.

Setiadi, M Elly, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Kencana, 2006.

Sumardjo, Jakob, Memahami Kesastraan, Bandung: Alumni, tt

Septiningsih, Lustantini, Mengoptimalkan Peran Sastra dalam Pembentukan

Karakter Bangsa, httpwww.KementerianPendidikandan Kebudayaan.com,

12 september 2013

Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-Qur'an, Bandung: Mizan, cet. IV, 1997

Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih, Yogyakarta: Belukar, 2004.

Suseno, Frans Magnis, Etika Dasar, Yogyakarta: Kanusius, 1987.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan Rnd, Bandung :

Alfabeta, 2008.

Suyanto, Bagong & Sutinah (eds.). Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif

Pendekatan, Jakarta: Kencana. cet. ke-3, 2007

Syukur, Amin, Zuhud di Abad Modern, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997.

Page 90: SAMKHUN NAJI NIM: 108011000140 JURUSAN PENDIDIKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27400/1/SAMKHUN... · i ABSTRAK Nama : Samkhun Naji NIM : 108011000140 Fak/Jurusan

77

Tebba, Sudirman, Orientasi Sufistik Cak Nur, Jakarta: Paramadina, 2004.

Tilaar, HAR,. Perubahan Sosial dan Pendidikan: Pengantar Pedagogik

Transformatif untuk Indonesia, Jakarta: Grasindo, 2002.

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia 1998.

Undang-undang Tentang SISDIKNAS dan Peraturan Pelaksanaannya,

Yogyakarta: CV. Tamita Utama, 2004.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, UU RI, No. 22 tahun. 2003,

Bandung: Citra Umbara, 2003.

Widjoko dan Hidayat, Endang, Teori dan Sejarah Sastra Indonesia, Bandung:

Upi Press, cet. I, 2006.

Yuliono, Novel Metropop, Kebaruan dalam Novel Popular,

httpwww.goodreads.com, 11 septemper 2013

Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari al-Ghazali, Jakarta: Bumi Aksara,

cet. I, 1991.