rumah kudus

Upload: laili-dwi-annisa

Post on 10-Oct-2015

58 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 5/20/2018 RUMAH KUDUS

    1/13

    Studi Literatur Aplikasi ArsitekturTradisional Dalam Desain Bangunan

    Kontemporer

    Rumah Kudus

    OLEH:

    LAILI DWI ANNISA

    1207112119

    Dosen Pembimbing: Wahyu Hidayat ST, !"P

    Teknik Arsitektur

    Universitas Riau

    #

  • 5/20/2018 RUMAH KUDUS

    2/13

    A. Arsitektur tradisional Rumah Kudus

    Rumah tradisional Kudus merupakan kesatuan beberapa bangunan yang berfungsi

    untuk tempat tinggal dan melakukan kegiatan sehari-hari di rumah. Pola tata bangunan terdiri

    dari bangunan utama, yakni: Dalem atau rumah induk, Jogosatru di sebelah depan serta

    pawon di samping Dalem. Di tengah tapak atau di depan bangunan utama terdapat halamanterbuka (pelataran), sedangkan di seberangnya terdapat kamar mandi dan sumur (Pekiwan)

    serta Sisir. Regol terletak disisi samping halaman.Rumah Adat Kudus merupakan salah saturumah tradisional yang terjadi akibat endapan suatu evolusi kebudayaan manusia, dan

    terbentuk karena perkembangan daya cipta masyarakat pendukungnya. Menurut kajian

    historis-arkeologis, Rumah Adat Kudus ditemukan pada tahun 1500an M dan dibangun

    dengan bahan baku 95% berupa kayu jati (Tectona grandis) berkualitas tinggi dengan

    teknologi pemasangan sistem knock-down (bongkar pasang tanpa paku). Proses akulturasi

    arsitektur tradisional asli Kudus memakan waktu yang cukup panjang, mengingat banyaknya

    kebudayaan asing (Hindu, Cina, Eropa, dan Persia / Islam) yang masuk ke kawasan Kudus

    dengan waktu yang cukup panjang.

    KEISTIMEWAAN RUMAH KUDUS:

    Rumah Adat Kudus, dengan atapnya yang berbentuk Joglo Pencu, memiliki kekhasan

    (keunikan) dibandingkan rumah-rumah adat yang lain di Indonesia. Rumah Adat Kudus tidak

    hanya terletak pada keindahan arsitekturnya yang didominasi dengan seni ukir kualitas tinggi,tetapi juga pada kelengkapan komponen-komponen pembentuknya yang memiliki makna

    filosofis berbeda-beda.

    Seni ukir Rumah Adat Kudus merupakan seni ukir 4 (empat) dimensi dengan

    bentuk ukiran dan motif ragam hiasnya merupakan gaya perpaduan seni ukir Hindu, Persia

    (Islam); Cina, dan Eropa, dengan tetap ada nuansa ragam hias asli Indonesia. Keunikan

    Rumah Adat Kudus yang juga cukup menarik untuk dicermati adalah kandungan nilai-nilai

    filosofis yang direfleksikan rumah adat ini.Bentuk ukiran dan motif ragam hias ukiran,

    misalnya : pola kala dan gajah penunggu, rangkaian bunga melati (sekar rinonce); motif ularnaga, buah nanas (sarang lebah); motif burung phoenix, dan lain-lain.

  • 5/20/2018 RUMAH KUDUS

    3/13

    Tata ruang rumah adat,misalnya :jogo satru / ruang tamu dengan soko geder-nya /

    tiang tunggal sebagai simbol bahwa Allah SWT itu Tunggal/Esa dan penghuni rumah harus

    senantiasa beriman dan bertakwa kepada-Nya. Tata letak rumah adat, misalnya arah hadap

    rumah harus ke selatan, dengan maksud agar pemilik rumah tidak memangku G. Muria (yang

    terletak di sebelah utara) sehingga tidak memperberat kehidupan sehari-hari.

    Gedhongan senthong/ruang keluarga yang ditopang empat buah soko guru/tiang

    penyangga. Keempat tiang tersebut adalah simbol yang memberi petunjuk bagi penghuni

    rumah supaya mampu menyangga kehidupannya sehari-hari dengan mengendalikan empat

    sifat manusia: amarah (dorongan untuk melakukan kemaksiatan), lawwamah (dorongan

    mengkoreksi diri sendiri), shofiyah (kelembutan hati), mutmainnah (dorongan untuk berbuat

    kebajikan).

    Pawon/dapurdi bagian paling belakang bangunan rumah.

  • 5/20/2018 RUMAH KUDUS

    4/13

    Pakiwan (kamar mandi) sebagai simbol agar manusia selalu membersihkan diri

    baik fisik maupun ruhani. Tanaman di sekeliling pakiwan, misalnya :

    1. pohon belimbing, yang melambangkan 5 rukun Islam.

    2. pandan wangi, sebagai simbol rejeki yang harum / halal dan baik.

    3. bunga melati, yang melambangkan keharuman, perilaku baik dan berbudi

    luhur, serta kesucian abadi

    Tatacara perawatan yang dilakukan Rumah Adat Kudus juga merupakan

    kekhasan tersendiri yang mungkin tidak bisa dijumpai di tempat-tempat lain.

    Jenis bahan dasar yang digunakan untuk merawat Rumah Adat Kudus adalah ramuan yang

    diperoleh berdasarkan pengalaman empiris yang diwariskan secara turun-temurun, yaitu

    ramuan APT (Air pelepah pohon Pisang dan Tembakau) dan ARC (Air Rendaman Cengkeh).

    Dengan mengoleskannya secara berulang-ulang, ramuan ini terbukti efektif mampu

    mengawetkan kayu jati, sebagai bahan permukaan kayu menjadi lebih bersih dan mengkilap.

    KAJIAN ARSITEKTUR TRADISIONAL KUDUS DALAM PERUBAHAN

    KEBUDAYAAN

    Mengkaji perkembangan arsitektur dalam perubahan kebudayaan dengan studi kasus Kudus

    kulon akan merujuk pada interpretasi terhadap sejarah kebudayaan masyarakat Kudus

    dikaitkan dengan perkembangan arsitektur, khususnya rumah tradisionalnya. Apa yang

    diungkapkan berikut adalah satu interpretasi atau pendapat yang sifatnya masih terbuka untuk

    didiskusikan lebih lanjut. Tujuan yang lebih utama adalah untuk memberikan gambaran

    bahwa perubahan pada kebudayaan akan tercermin pada perubahan arsitektur, mengingat

    arsitektur merupakan artefak dari kebudayaan.

    1. Periode sebelum Islam, sampai akhir abad 15

    Kondisi geografis Kudus pada saat itu terletak di dataran lembah dengan gunung Muria

    di sisi utara dan daerah rawa-rawa di sisi selatan. Daerah ini diperkirakan merupakan sisa-sisa

    kanal atau selat yang pernah memisahkan pulau Muria dengan pulau Jawa. Kemungkinan

    telah terdapat permukiman kecil disebut Tajug yang dihuni masyarakat penganut agama

    Hindu ditepi sungai Gelis dengan matapencaharian sebagai petani (Wikantari, 1994).

    Disamping agama Hindu, kepercayaan asli setempat (dinamisme dan animisme) masihdipegang.

    Kelompok permukiman penganut hindu terdiri dari rumah-rumah penduduk dan

    kemungkinan terdapat asrama (mandala) serta tempat ibadah (kuil). Rumah-rumah

    kemungkinan berbentuk kampung atau limasan dengan material bambu atau kayu. Konstruksi

    rumah berbentuk panggung untuk mengatasi kondisi alam berawa-rawa. Atap bangunan

    menggunakan rumbia, yang merupakan bahan bangunan yang mudah didapatkan di

    sekitarnya. Bangunan peribadatan dibangun dengan menggunakan bahan yang lebih awet,

    teknik membangun yang lebih rumit serta ornamentasi pada bangunan yang

    merepresentasikan kemuliaan dan keabadian. Material utama menggunakan batu bata (tanah

    liat yang dibakar) yang disusun berlapis tanpa pengikat semen.

  • 5/20/2018 RUMAH KUDUS

    5/13

    2. Periode Pengembangan Agama Islam, Awal Pertengahan Abad 16

    Sebelum kedatangan Jafar Shodiq telah datang terlebih dahulu The Ling Sing, penyiar

    agama Islam dari Yunan (China) yang selain menyebarkan agama Islam juga mengajarkan

    ketrampilan mengukir atau menyungging pada masyarakat. Jafar Shodiq datang kemudian

    dengan pengikut-pengikutnya ke Kudus untuk menyebarkan agama Islam, mengembangkan

    permukiman baru serta mulai memperkenalkan ketrampilan berdagang. Penyebaran agama

    Islam dilakukan secara persuasif serta menghormati keyakinan yang sudah ada lebih dahulu.

    Jafar Shodiq membangun masjid Al Manaar, membagi-bagikan tanah pada pengikutnya dan

    mendirikan kota. Pengaruh Cina serta Timur Tengah masuk dalam kebudayaan masyarakat,

    disamping Hindu dan Jawa. Demikian juga struktur masyarakat berkembang dengan tatanan

    yang lebih kompleks.

    Masjid yang awalnya kecil kemungkinan dibangun di bekas tempat peribadatan Hindu,

    atau dengan mempergunakan pengetahuan membangun tempat ibadah Hindu yang

    disesuaikan untuk Masjid. Diversifikasi bentuk bangunan bangunan mulai di kenal untuk

    merepresentasikan fungsi atau penghuninya. Atap bangunan peribadatan berbentuk tajuk,

    bangunan untuk petinggi atau penguasa berbentuk limas dan Kampung untuk masyarakat

    umum. Penggunaan material kayu jati untuk bangunan penting. Ukiran atau ornamentasi

    mulai dikenal sebagai elemen penghias bangunan penting. Rumah biasa mungkin tetap

    menggunakan bahan bambu serta beratap kampung dari bahan rumbia. Pusat Kota berupa

    pelataran terbuka diletakkan berebelahan dengan sungai. Pelataran ini sekaligus digunakan

    sebagai pasar. Di sisi barat terdapat Masjid yang menghadap pelataran tersebut. Di sisi

    selatan masjid terdapat Pendopo yang diperkirakan merupakan bangsal istama, kemungkinanlain istana atau rumah Sunan Kudus terdapat di sisi utara kawasan dengan masjid pribadinya,

  • 5/20/2018 RUMAH KUDUS

    6/13

    Langgar Dalem. Dengan membagi-bagikan tanah disekitarnya pada pengikutnya, Sunan

    Kudus sudah meletakkan dasar-dasar tata kota Kudus.

    3. Periode Kekuasaan Mataram Islam, Awal Abad 17 Akhir Abad 18

    Dengan jatuhnya kekuasaan Demak ke Pajang dan kemudian Mataram, kekuasaan kerajaan

    bandar berpindah ke selatan, ke kerajaan agraris yang veodal, saat itu Kudus berkembang

    menjadi pemasok beras dan palawija dari pedalaman ke bandar Demak, Jepara serta tempat-

    tempat lain. Perdagangan keliling lambat laun menjadi mata pencaharian penting masyarakat

    Kudus dan memberikan peningkatan sosial ekonomi pada masyarakat, menjadi kelopok

    masyarakat yang makmur dan mandiri.

    Orientasi masyarakat Kudus waktu itu banyak ditujukan ke Nagarigung sebagai ibukota

    kerajaan. Kemampuan ekonomi hasil perdagangan diwujudkan dengan pembangunan rumah-

    rumah dari bahan yang lebih baik, kayu jati. Bentuk Joglo yang menjadi lambang

    kebangsawanan menjadi bentuk yang disukai untuk menaikkan derajat sosial. Tata ruang

    rumah mengalami penyederhanaan dengan hanya meliputi Dalem serta pawon. Tata ruang

    rumah yang ringkas ini kemungkinan ada hubungannya dengan perkembangan peduduk kota

    yang mulai padat, terutama di sekitar pusat Kawasan (Masjid Menara). Arah selatan yang

    menjadi orientasi rumah tetap dipatuhi, sehingga menimbulkan pola rumah berderet pada

    kapling-kapling yang mulai ramai.

    4. Periode Kekuasaan Kolonial Belanda, Abad 18

    Pada masa kekuasaan kolonial belanda, Kudus dijadikan wilayah pemerintahan setingkat

    kabupaten dan pejabat-pejabat pemerintah lansung diangkat oleh Belanda. Hubungan dengan

    Nagarigung menjadi terputus dan penguasa-penguasa Kudus menjadi semacam raja. Belandamemindahkan pusat kota ke sebelah Barat kali Gelis dan kota lama dibiarkan tetap dalam

    kondisi tradisionalnya. Perdagangan keliling semakin ditekuni masyarakat kota lama Kudus.

    Demikian pula dengan kehidupan keagamaannya. Menguatnya perekonomian masyarakat

    menummbuhkan tuntutan aktualisasi diri pada masyarakat Kudus. Sayang tuntutan tersebut

    tidak mendapat respon yang positif. Pergesekan dengan pemerintah Belanda, masyarakat

    Jawa sendiri serta orang China mulai sering terjadi. Ikatan diantara masyarakat semakin kuat

    karena karakteristik kelompok masyarakat tersebut.

    Pengaruh kolonial Belanda dan eropa tercermin pada penggunaan elemen-elemen non kayu

    yang mulai mewarnai rumah Kudus. Unsur keamanan mulai diperhatikan masyarakat dengan

    membangun pagar-pagar halaman. Ketertutupan terhadap masyarakat luar serta ikatankelompok yang berkembang diwujudkan dengan adanya dinding-dinding pembatas.

  • 5/20/2018 RUMAH KUDUS

    7/13

    Masyarakat mengembangkan kehidupannya dibalik tembok pembatas. Bentuk rumah

    berkembang menyesuaikan tradisi masyarakat. Emperan rumah mulai ditutup dan diperbesar

    untk menerima tamu.

    5. Periode Kejayaan Sosial Ekonomi, Abad 19 Awal Abad 20

    Menjelang akhir abad 19 kota Kudus mengalami peningkatan kemakmuran berkat

    melimpahnya hasil pertanian daerah sekitarnya, terutarna. beras, polowijo dan gula jawa.

    Hasil panen ini menjadi mata dagangan penting bagi pedagang pedagang Kudus. Aktivitas

    perdagangan mengharuskan mereka menjelajah sampai di tempat tempat yang jauh (biasa

    disebut belayar) yang memakan waktu berminggu minggu sampai berbulan-bulan. Setelah

    berkeliling dan sukses mereka kemudian kembali (berlabuh) atau menetap di suatu kota.

    Sementara para suami berlayar, kaurn wanita Kudus melakukan kegiatan kerajinan rumah

    tangga atau berdagang kecil kecilan. Hasil kerajinan rumah tangga berupa batik, bordir dan

    tenun ikut menjadi mata dagangan dari suami suami mereka.

    Pada paruh pertama abad 20 Kudus menjadi terkenal karena pabrik rokok kreteknya. Industri

    yang semula merupakan kerajinan rumah tangga berkernbang menjadi industri besar 13).

    Kemajuan perdagangan dan industri pribumi menarik kalangan masyarakat Cina untuk

    beramai ramai ikut terjun dalam industri rokok. Persaingan ini mernicu pertentangan antar

    etnis yang sengit dan berlarut larut 14). Perkembangan ini lebih dipertajam ketika industri

    rokok berkembang (akhir abad 19 awal abad 20). Perkembangan ini menyebabkan

    kepercayaan diri yang besar dari masyarakat Kudus berkembang. Mereka membangun strata

    sosial sendiri menjadi kaum borjuis. Tuntutan aktualisasi diri menjadi semakin kuat melawan

    perlakuan masyarakat luar yang dianggap kurang menghargai.

    Jalan jalan kereta api di dibangun untuk mengantisipasi perkembangan industri guladan produksi beras. Daerah Kudus kulon berkembang menjadi daerah permukiman saudagar

    saudagar hasil bumi yang kaya dari hasil perdagangan. Rumah-rumah besar dibangun dengan

    bentuk Joglo yang dimodifikasi. Brunjung atau bagian atas dari atap Joglo dibuat lebih tinggi,

    dikenal sebagai Joglo Pencu. Ornamentasi semakin rumit dan halus serta menghiasi hampir

    seluruh permukaan dinding rumah, terutama ruang Jogosatru dan Gedongan. Elemen-elemen

    khusus yang hanya di temui di Rumah tradisional Kudus memperkuat karakter rumah.

    Musholla-musholla mulai banyak didirikan untuk mendekatkan dengan rumah. Sumur dan

    kamar mandi mungkin sudah dibuat di depan rumah sejak awalnya. Untuk mempermudah

    kegiatan ibadah yang perlu bersuci sebelum ke masjid atau musholla. Bangsal didirikan di

    depan rumah untuk menampung barang dagangan atau untuk tempat kerja produksi Rokok.

    Gudang gudang dan pabrik rokok banyak didirikan di Kudus kulon.

  • 5/20/2018 RUMAH KUDUS

    8/13

    6. Periode Surutnya Kejayaan Sosial Ekonomi, Awal Abad 20 Tahun 1970an

    Perkembangan perekonomian surut ketika kondisi politik dan perekonomian tidak stabil

    (awal abad 20 1970). Banyak perusahaan yang bangkrut dan gudang gudang terbengkalai.

    Industri Rokok yang pernah mengantarkan sosial ekonomi ke puncak kejayaan beralih ketangan orang-orang China yang mengembangkannya menjadi Industri raksasa dengan

    dukungan pemerintah. Bagi masyarakat Kudus sendiri industri rokok tidak pernah bangkit

    kembali. Hanya beberapa keluarga keturunan pengusaha rokok besar yang masih meneruskan

    usahanya dalam skala kecil. Surutnya perekonomian membawa dampak pada kehidupan

    masyarakat, namun tidak pernah menghilangkan semangat perdagangan dan usaha mandiri

    masyarakat.

    Rumah-rumah Kudus mulai menjadi obyek yang bermasalah. Kondisi sosial ekonomi

    masyarakat saat itu tidak lagi mampu mendukung keberadaan rumah-rumah tradisional

    Kudus. Demikian juga dengan ketersediaan material kayu jati yang semakin langka. Elemen-

    elemen bangunan yang rusak mulai diganti dengan elemen yang lebih murah dan awet.Jumlah penghuni yang berkembang juga mulai merubah fungsi-fungsi awal dari ruangan

    yang ada. Namun secara keseluruhan bangunan tidak mengalami perubahan. Bangunan

    bangunan baru yang didirikan tidak lagi menerapkan bangunan tradisional karena alasan

    kepraktisan serta biaya.

    7. Masyarakat Kudus Kulon Saat Sekarang

    Akhirnya ketika keadaan lebih stabil penataan perkembangan kota mulai dilakukan Kudus

    berkembang menjadi kota industri kecil. Perluasan kota mengarah ke selatan dan timur,sementara kota lama tidak mengalami banyak perubahan. Pada sisi kehidupan sosial

    masyarakat. Kegiatan industri rokok sudah mulai di tinggalkan. Beberapa industri kecil

    rumahan seperti jamu sempat berkembang sebentar diantara masyarakat. Industri yang terus

    bertahan adalah industri Konfeksi. Pada tahun-tahun terakhir mulai bermunculan industri

    kerajinan ukir untuk perabot serta elemen bangunan, walaupun jumlahnya tidak terlalu

    banyak dan letaknya tersebar di wilayah Kota Kudus (Wikantari, 2001) dan yang sampai

    sekarang terus berkembang dengan pesat adalah industri bordir.

    Ketika masa kemakmuran berlalu, banyak rumah rumah dan fasilitas-fasilitas perekonomian

    yang kemudian terbengkalai. Perselisihan yang terjadi diantara keluarga keturunan pemilik

    rumah, kesulitan ekonomi serta rumitnya perawatan rumah seringkali berakhir dengandijualnya rumah rumah tersebut. Di sisi lain keunikan dan kemewahan rumah Kudus sangat

  • 5/20/2018 RUMAH KUDUS

    9/13

    menarik minat orang-orang di luar Kudus, bahkan luar negeri untuk memilikinya. Akibatnya

    dari tahun ke tahun jumlah rumah tradisional terus berkurang. Tahun 2003 Balai Pelestarian

    Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah telah melakukan inventarisasi dan hanya

    menemukan 33 rumah adat kudus dan 68 rumah diseluruh kota Kudus.

    Berkurangnya rumah tradisional Kudus juga disebabkan karena sifat kayu yang tidak tahanterhadap cuaca dan waktu dibandingkan dengan material batu atau beton. Kecuali yang selalu

    dirawat dengan seksama, rumah-rumah tradisional yang sudah lewat seratus tahun sudah

    mulai lapuk dan rusak. Dalam perkembangannya kemudian rumah rumah di daerah ini

    banyak mengalami perubahan perubahan baik dalam hal penggunaan bahan bangunan

    maupun dalam corak arsitektur bangunannya. Ada yang hanya berubah sedikit pada elemen-

    elemen bangunannya, berubah satu unit bangunan yang hilang dan digantikan bangunan baru

    atau yang berubah sama sekali, walaupun ada pula yang masih tetap berusaha untuk tetap

    mempertahankannya.

    Perkembangan kebudayaan masyarakat Kudus serta bentukan rumah tinggalnya secara

    (kebudayaan lokal, Hindu, Islam, Cina, Kolonial, Eropa) mewarnai kebudayaan Kudussampai saat ini. Perkembangan dari masa kemasa tersebut tercermin pada perkembangan

    artefaknya, yakni rumah traisional Kudus. Dari gambaran morfologi rumah tradsional Kudus

    dalam perkembangan kesejarahannya dapat dilihat bagaimana rumah tradisional sampai pada

    bentuk seperti sekarang. Sebagaimana dikatakan Rapoport, Oliver, Nash, Tjahjono, bahwa

    suatu kebudayaan yang bentuknya tercermin dalam arsitektur akan selalu berubah atau

    berkembang. Selama nilai nilai yang dipatuhi masih dianggap berguna serta cocok dalam

    menghadapi tantang kehidupan, maka nilai-nilai tersebut masih akan lestari atau lentur

    berubah dengan tetap mempertahankan karakteristik intinya.

    DENAH

    Pada bagian pintu masuk memiliki tiga buah pintu, yakni pintu utama di tengah dan pintukedua yang berada di samping kiri dan kanan pintu utama. Ketiga bagian pintu tersebut

  • 5/20/2018 RUMAH KUDUS

    10/13

    memiliki makna simbolis bahwa kupu tarung yang berada di tengah untuk keluarga besar,

    sementara dua pintu di samping kanan dan kiri untuk besan.

    Pada ruang bagian dalam yang disebut gedongan dijadikan sebagai mihrab, tempat Imam

    memimpin salat yang dikaitkan dengan makna simbolis sebagai tempat yang disucikan,

    sakral, dan dikeramatkan. Gedongan juga merangkap sebagai tempat tidur utama yang

    dihormati dan pada waktuwaktu tertentu dijadikan sebagai ruang tidur pengantin bagi anak-anaknya.

    Ruang depan yang disebut jaga satru disediakan untuk umat dan terbagi menjadi dua bagian,

    sebelah kiri untuk jamaah wanita dan sebelah kanan untuk jamaah pria. Masih pada ruang

    jaga satru di depan pintu masuk terdapat satu tiang di tengah ruang yang disebut tiang

    keseimbangan atau soko geder, selain sebagai simbol kepemilikan rumah, tiang tersebut juga

    berfungsi sebagai pertanda atau tonggak untuk mengingatkan pada penghuni tentang keesaan

    Tuhan.Begitu juga di ruang dalam terdapat empat tiang utama yang disebut soko guru

    melambangkan empat hakikat kesempurnaan hidup dan juga ditafsirkan sebagi hakikat dari

    sifatmanusia.

    SISTEM PENGHAWAAN RUMAH JOGLO

    Penghawaan pada rumah joglo ini dirancang dengan menyesuaikan dengan lingkungan

    sekitar. rumah joglo, yang biasanya mempunyai bentuk atap yang bertingkat-tingkat, semakin

    ke tengah, jarak antara lantai dengan atap yang semakin tinggi dirancang bukan tanpa

    maksud, tetapi tiap-tiap ketinggian atap tersebut menjadi suatu hubungan tahap-tahap dalam

    pergerakan manusia menuju ke rumah joglo dengan udara yang dirasakan oleh manusia itu

    sendiri. Saat manusia berada pada rumah joglo paling pinggir, sebagai perbatasan antara

    ruang luar dengan ruang dalam, manusia masih merasakan hawa udara dari luar, namun saat

    manusia bergerak semakin ke tengah, udara yang dirasakan semakin sejuk, hal ini

    dikarenakan volume ruang di bawah atap, semakin ke tengah semakin besar. Seperti teori

    yang ada pada fisika bangunan

  • 5/20/2018 RUMAH KUDUS

    11/13

    Efek volume sebenarnya memanfaatkan prinsip bahwa volume udara yang lebih besar akan

    menjadi panas lebih lama apabila dibandingkan dengan volume udara yang kecil.

    Penghawaan Rumah Joglo...

    Saat manusia kembali ingin keluar, udara yang terasa kembali mengalami perubahan, dari

    udara sejuk menuju udara yang terasa diluar ruangan. Dapat dilihat kalau penghawaan pada

    rumah joglo, memperhatikan penyesuaian tubuh manusia pada cuaca disekitarnya.

  • 5/20/2018 RUMAH KUDUS

    12/13

    B. Aplikasi arsitektur rumah kudus dalam desain bangunan kontemporer

    Seni bangunan yang ada di Provinsi Jawa Tengah yang mempunyai corak campuran

    antara seni bangunan asli dengan pengaruh seni bangunan luar, atau campuran antara luar

    dengan luar atau asli luar. Paduan unsur seni bangunan yang satu dengan yang lain ini

    terutama terlihat pada konstruksi bangunannya, atau pada bentuk atapnya. Dari bagian yangmudah terlihat ini, misalnya pada atap, orang dapat mengenalnya dengan mudah bahwa

    bangunan itu unsur seninya perpaduan. Jenis bangunan yang termasuk arsitektur modern ini

    dapat berfungsi sebagai tempat tinggal, rumah ibadah, gedung sekolah, gedung pertemuan,

    rumah makan, dan lain sebagainya.

  • 5/20/2018 RUMAH KUDUS

    13/13