rpi interne (ecu)karyatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/... · web viewasuhan keperawatan...

27
LAPORAN PENDAHULUAN Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Intoksikasi Baygon Di RPI INTERNA RSUD Dr. Soetomo Surabaya Oleh : SUBHAN, S.Kep. NIM : 010030170 B

Upload: others

Post on 05-Dec-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RPI INTERNE (ECU)karyatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/... · Web viewAsuhan Keperawatan Pasien Dengan Intoksikasi Baygon Di RPI INTERNA RSUD Dr. Soetomo Surabaya Oleh :

LAPORAN PENDAHULUAN

Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Intoksikasi BaygonDi RPI INTERNA

RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Oleh :

SUBHAN, S.Kep.NIM : 010030170 B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

AIRLANGGAS U R A B A Y A

2 0 0 1

Page 2: RPI INTERNE (ECU)karyatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/... · Web viewAsuhan Keperawatan Pasien Dengan Intoksikasi Baygon Di RPI INTERNA RSUD Dr. Soetomo Surabaya Oleh :

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN

DENGAN INTOKSIKASI INSEKTISIDA (IFO)

Oleh : Subhan, S.Kep.

A. Pengertian

Intoksikasi (keracunan) adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam

tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.

Istilah peptisida pada umumnya dipakai untuk semua bahan yang dipakai

manusia untuk membasmi hama yang merugikan manusia. Termasuk peptisida

ini adalah insektisida. Ada dua macam insektisida yang paling banyak digunakan

dalam pertanian adalah :

1. insektisida hidrokarbo khlorin (IHK = chlorinated hydrocarbon)

2. insektisida fosfat organic (IFO = organo phosphate insecticide).

Yang paling sering digunakan adalah IFO yang pemakaiannya terus menerus

meningkat. Sifat - sifat dari IFO adalah insektisida poten yang paling banyak

digunakan dalam pertanian dengan toksisitas yang tinggi. Salah satu derivatnya

adalah Tabun dan Sarin. Bahan ini menembus kulit yang normal (intact), juga

dapat diserap di paru dan saluran makanan, namun tidak berakumulasi dalam

jaringan tubuh seperti halnya golongan IHK.

Macam – macam IFO adalah Malathion (Tolly), Paraathion, Diazinon,

Basudin, Paraoxon dan lain – lain. IFO sebenarnya dibagi 2 macam yaitu IFO

murni dan golongan carbamate. Salah satu contoh golongan carbamate adalah

baygon.

B. Patogenesis

IFO bekerja dengan cara menghambat (inaktivasi) enzim asetilkolinesterase

tubuh (KhE). Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja untuk menghidrolisis

Akh dengan jalan mengadakan ikatan Akh- KhE yang bersifat inaktif. Bila

konsentrasi racun lebih tinggi ikatan IFO – KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya

akan terjadi penumpukan AKh di tempat – tempat tertentu, sehingga timbul

gejala – gejala rangsangan AKh yang berlebihan, yang akan menimbulkan efek

muscarinik, nikotinik dan SSP (menimbulkan stimulasi kemudian depresi SSP).

Page 3: RPI INTERNE (ECU)karyatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/... · Web viewAsuhan Keperawatan Pasien Dengan Intoksikasi Baygon Di RPI INTERNA RSUD Dr. Soetomo Surabaya Oleh :

Pada keracunan IFO, ikatan IFO –KhE bersifat menetap (irreversible),

sedangkan pada keracunan carbamate ikatan ini bersifat sementara (reversible).

Secara farmakologis efek AKh dapat dibagi dalan 3 bagian, yaitu :

1. Muskarini, terutama pada saluran pencernaan, kelenjar ludah dan keringat,

pupil, bronkus dan jantung.

2. Nikotinik, terutama pada otot – otot skeletal, bola mata, lidah, kelopak mata

dan otot pernapasan.

3. SSP, menimbulkan nyeri kepala, perubahan emosi, kejang – kejang

(konvulsi) sampai koma.

C. Gambaran klinik

Yang paling menonjol adalah kelainan visus, hiperaktivitas kelenjar ludah,

keringat dan saluran pencernaan, serta kesukaran bernapas.

Keracunan ringan : anoreksia, nyeri kepala, rasa lemah, rasa takut, tremor lidah,

kelopak mata, pupil miosis.

Keracunan sedang : nausea, muntah – muntah, kejang atau kram perut,

hipersaliva, hiperhidrosis, fasikulasi otot dan bradikardi.

Keracunan berat : diare, pupil pi – point, reaksi cahaya negatif, sesak napas,

sianosis, edema paru, inkontinensia urine dan feses, konvulsi, koma, blokade

jantung, akhirnya meninggal.

D. Pemeriksaan .

1. Laboratorik.

Pengukuran kadar KhE dalam sel darah merah dan plasma, penting

untuk memastikan diagosis keracunan IFO akut maupun kronik (menurun

sekian % dari harga normal).

Keracunan akut : ringan : 40 – 70 %

sedang : 20 – 40 %

berat : < 20 %.

Keracunan kronik bila kadar KhE menurun sampai 25 - 50 %, setiap

individu yang berhubungan dengan insektisida ini harus segera disingkirkan

dan baru diizinkan bekerja kembali bila kadar KhE telah meningkat > 75 %

N.

Page 4: RPI INTERNE (ECU)karyatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/... · Web viewAsuhan Keperawatan Pasien Dengan Intoksikasi Baygon Di RPI INTERNA RSUD Dr. Soetomo Surabaya Oleh :

2. Patologi Anatomi (PA)

Pada keracunan akut, hasil pemeriksaan patologi biasanya tidak khas. Sering

hanya ditemukan edema paru, dilatasi kapiler, hiperemi paru, otak dan organ

– organ lain.

E. Penatalaksanaan

1. Resusitasi

Setelah jalan napas dibebaskan dan dibersihkan, periksa pernapasan

dan nadi. Infus dextrose 5 % kecepatan 15 – 20 tts/mnt, napas buatan +

oksigen, hisap lendir dalam saluran napas, hindari obat – obat depresan

saluran napas, kalau perlu respirator pada kegagalan napas berat. Hindar

pernapasan buatan dari mulut ke mulut sebab racun organofosfat akan

meracuni lewat mulut penolong. Pernapasan buatan hanya dilakukan dengan

meniup face mask atau menggunakan alat bag – valve – mask.

2. Eliminasi

Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang

sadar atau dengan pemberian sirup ipecac 15 –30 ml. Dapat diulan setelah 20

menit bila tidak berhasil.

Katarsis (intestinal lavage), dengan pemberian laksans bila diduga

racun telah sampai di usus halus dan tebal.

Kumbah lambung (KL atau gastric lavage), pada penderita yang

kesadaran yang menurun, atau pada mereka yang tidak kooperatif. Hasil

paling efektif bila KL dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan.

Keramas rambut dan mandikan seluruh tubuh dengan sabun.

Emesis, katarsis dan KL sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan

terjadi kurang daari 4 – 6 jam. Pada koma derajat sedang hingga berat

tindakan KL sebaiknya dikerjakan dengan bantuan pemasangan pipa

endotrakeal berbalon, untuk mencegah aspirasi pneumonia.

3. Antidotum

Atropin sulfat (SA) bekerja dengan menghambat efek akumulasi AKh pada

tempat penumpukan.

a. Mula –mula diberikan bolus iv 1 – 2,5 mg

b. Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 – 10 – 15 menit

sampai timbul gejala – gejala atropinisasi (muka merah, mulut kering,

takikardi, midriasis, febris, dan psikosis).

Page 5: RPI INTERNE (ECU)karyatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/... · Web viewAsuhan Keperawatan Pasien Dengan Intoksikasi Baygon Di RPI INTERNA RSUD Dr. Soetomo Surabaya Oleh :

c. Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 – 60 menit,

selanjutnya setiap 2 – 4 – 6 – 8 dan 12 jam

d. Pemberian SA dihentikan minimal setelah 2 X 24 jam.

Penghentian yang mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa

edema paru dan kegagalan pernapasan akut yang sering fatal.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan napas dan

sirkulasi yang mengancam jiwa, adaya gangguan asam basa, keadaan status

jantung, status kesadaran. Riwayat kesehatan : riwayat keracunan, bahan racun

yang digunakan, berapa lama diketahui setelah keracunan, ada masalah lain

sebagai pencetus keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan

terjadinya.

B. Masalah keperawatan

Masalah keperawatan yang bisa timbul adalah tidak efektifnya pola napas, resiko

tinggi kekurangan cairan tubuh, gangguan kesadaran, tidak efektifnya koping

indicidu.

C. Intervensi

Pertolongan pertama yang dilakukan meliputi tindakan umum yang bertujuan untuk

keselamatan hidup, mencegah penyerapan dan penawar racun (antidotum) yang

meliputi resusitasi : air way, breathing dan circulation, eliminasi untuk menghambat

absorbsi melalui pencernaan dengan cara kumbah lambung, emesis atau katartasis

dan keramas rambut.

Berikan antidotum sesuai pesanan dokter minimal 2 X 24 jam yaitu Atropin sulfat

(SA).

Perawatan suportif meliputi pertahankan agar pasien tidak sampai demam atau

mengigil, monitor perubahan – perubahan fisik seperti perubahan nadi yang cepat,

distress pernapasan, sianosis, diaphoresis, dan tanda – tanda lain kolaps pembuluh

darah dan kemungkinan fatal atau kematian. Monitor tanda vital setiap 15 menit

untuk beberapa jam dan laporkam perrubahannya segera kepada dokter. Catat tanda –

tanda seperti muntah, mual dan nyeri abdomen serta monitor semua muntah akan

Page 6: RPI INTERNE (ECU)karyatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/... · Web viewAsuhan Keperawatan Pasien Dengan Intoksikasi Baygon Di RPI INTERNA RSUD Dr. Soetomo Surabaya Oleh :

adanya darah. Observasi feses dan urine serta pertahankan cairan intravenous sesuai

pesanan.

Jika pernapasan depresi, berikan oksigen dan lakukan suction. Ventilator mungkin

bias diperlukan.

Jika keracunan sebagai suatu usaha untuk membunuh diri maka lakukan safety

precautions. Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatris klinis. Pertimbangkan juga

masalah kelainan kepribadian, reaksi depresi, psikosis, neurosis, mental retardasi dan

lain – lain.

Page 7: RPI INTERNE (ECU)karyatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/... · Web viewAsuhan Keperawatan Pasien Dengan Intoksikasi Baygon Di RPI INTERNA RSUD Dr. Soetomo Surabaya Oleh :

SUMBER :

1. Lab./UPF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo, (1994), “Pedoman

Diagnosis dan Terapi”, Surabaya

2. Phipps, etc. (1991), ”Medical Surgical Nursing ; Cencept and Clinical Practice”,

4th, Mosby Year Book, Toronto.

3. Departemen Kesehatan RI, (2000), “Resusistasi Jantung – Paru – Otak ; Bantuan

Hidup Lanjut (Advanced Life Support)”, Jakarta.

4. Emerton, D.M., (1989), “Principles and Practice of Nursing”, University of

Queensland Press, Australia

Page 8: RPI INTERNE (ECU)karyatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/... · Web viewAsuhan Keperawatan Pasien Dengan Intoksikasi Baygon Di RPI INTERNA RSUD Dr. Soetomo Surabaya Oleh :

L A P O R A N

PELAKSANAAN PRAKTEK KEPERAWATAN

(KEPERAWATAN GAWAT DARURAT)

Di Ruang RPI INTERNA/ECU RSUD Dr. Soetomo Surabaya

18JUNI - 22 JUNI 2001

Oleh : Subhan, S.Kep

NIM. 010030170 B

UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

2 0 0 1

Page 9: RPI INTERNE (ECU)karyatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/... · Web viewAsuhan Keperawatan Pasien Dengan Intoksikasi Baygon Di RPI INTERNA RSUD Dr. Soetomo Surabaya Oleh :

LEMBAR PENGESAHAN

Kasus ini saya ambil dari ruang RPI INTERNA/ECU

RSUD Dr. Soetomo Surabaya, pada waktu mengikuti

praktek keprofesian Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran

Universitas Airlangga Surabaya

Mahasiswa

Subhan, S.Kep

Nim 010030170 B

M e n g e t a h u i

Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik

Tintin S, SKp

Nip. Nip.

Page 10: RPI INTERNE (ECU)karyatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/... · Web viewAsuhan Keperawatan Pasien Dengan Intoksikasi Baygon Di RPI INTERNA RSUD Dr. Soetomo Surabaya Oleh :

ASUHAN KEPERAWATAN Tn. R

DENGAN INTOKSIKASI INSEKTISIDA (IFO) DI RPI/ECU

INTERNA II RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

Nama Mahasiswa : Subhan, SKep

N I M : 010030170 B

Ruangan : RPI Interna/ECU No. reg : 1005458

Tanggal dikaji : 19 Juni 2001, Pkl. 08.30 BBWI

I. PENGKAJIAN

I. Identitas

Nama : Tn. R (Laki – laki) Tgl. MRS : 18 Juni 2001

Umur : 21 thn. Diagnosa : Intoksikasi Baygon

(IFO)

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam Alamat : Kedondong Kidul

I/15

Pekerjaan : Tukang patri

Pendidikan : SMA

Alasan MRS : Minum baygon

Keluhan sebelumnya tidak ada.

II. Nursing history

1. Riwayat penyakit sebelumnya.

Pasien dua minggu yang lalu mengeluh pusing dan sempat pingsan lalu

dibawa ke dokter praktek dan diberitahukan bahwa ia menderita sakit jantung.

Setelah itu dianjurkan untuk pemeriksaan lanjutan tetapi pasien tidak mau

karena tidak mempunyai uang.

2. Riwayat penyakit sekarang

Pasien tanggal 18 Juni 2001 pukul 12.10 menenggak baygon + ¼ gelas dan

langsung pingsan. Oleh keluarga dibawa ke IRD RSDS, dilakukan kumbal

lambung, mandi dan keramas serta pengobatan dengan SA. Setelah keadaan

umum membaik dibawa ke RPI/ECU dan pasien muntah dua kali + 1 gelas

berisi makanan dan bau baygon.

III. Observasi dan pemeriksaan fisik

Page 11: RPI INTERNE (ECU)karyatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/... · Web viewAsuhan Keperawatan Pasien Dengan Intoksikasi Baygon Di RPI INTERNA RSUD Dr. Soetomo Surabaya Oleh :

1. Keadaan umum

Pasien nampak sakit sedang. Diikat karena kesadaran berubah dimana

nampak gaduh gelisah.

2. Tanda – tanda vital

Suhu : 38 0 C, N : 120 x/menit, tidak teratur, kuat, T : 110/70 mmHg RR : 34

x/menit.

3. Body system

3.1 Pernapasan (B1)

Pernapasan lewat hidung, napas dangkal. Suara tambahan dan bentuk dada

normal.

3.2 Kardiovasukuler (B2)

Tidak nyeri dada, palpitasi dan suara jantung normal. Tidak ada edema.

3.3 Persarafan (B3)

GCS : 4 – 5 – 6 = 15. Kesadaran kompos mentis. Pasien merasakana

tenggorokan panas dan mulut terasa sakit. Sclera putih, konjungtiva merah muda

dan pupil anisokor miosis. Pendengaran pada telinga kiri ada gangguan sejak

kecil yaitu kurang pendengaran.

3.4 Perkemihan – Eliminasi uri (B4)

Produksi urine + 1500 cc/hari dipasang kateter.

3.5 Pencernaan – Eliminasi alvi (B5)

Mulut dan tenggorokan terasa panas. Abdomen supel, sebelumnya pasien diare 3

kali. Tidak menggunakan pencahar.

3.6 Tulang – otot – integument (B6)

Kemampuan pergerakan sendi terbatas karena diikat. Tidak mengalami parese

ataupun paralise. Ekstremitas atas dan bawah tidak ad kelainan.

3.7 Sistem endokrin

Tidak ada kelainan.

3.8 Sistem hematopeoitek

Tidak ada kelainan.

3.9 Reproduksi

Tidak dikaji.

3.10 Psikososial

1. Konsep diri :

Page 12: RPI INTERNE (ECU)karyatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/... · Web viewAsuhan Keperawatan Pasien Dengan Intoksikasi Baygon Di RPI INTERNA RSUD Dr. Soetomo Surabaya Oleh :

Body image

Pasien mengatakan pada bagian kepalanya ada benjolan yang mobil di

parietal kiri, sehingga tidak mau kalau rambut digunting.

Identitas

Status pasien dalam keluarga sebagai anak puas dan terhadap jenis

kelaminnya ia puas.

Peran

Terhadap perannya klien tidak mau masalahnya diketahui orang lain,

merasa tidak sanggup lagi menghadapi masalah yang dihadapi.

Ideal diri

Harapan terhadap lingkungan terutama pacarnya mau mengerti dia.

Harga diri

Harga dirinya klien merasa sedang.

2. Interaksi social

Keluarga dan pacar aktif dalam merawat pasien. Reaksi saat interaksi kontak

mata kurang, defensif.

3. Respon terhadap kecemasan (pengkajian tgl. 19 Juni 2001).

Pasien berada pada tingkat kecemasan sedang, strategi koping yang

digunakan tidak efektif. Dalam hal semangat optimisme, pasien merasa putus

asa dan tidak berdaya karena cincin pertunangannya dikembalikan oleh

pacarnya dan tetanga mengatakan bahwa benjolan di bawah kulit kepalanya

merupakan tumor otak.

4. Diagnosa psikiatrik

Berdasarkan konsul ke bagian psikiatrik tanggal 19 Juni 2001, pasien

didiagnosa gangguan penyesuaian dengan reaksi cemas dan depresi serta

perilaku bunuh diri karena memendam masalahnya (preokuparital

masalahnya).

3.11 Spiritual

Pasien mengatakan bunuh diri adalah perbuatan yang salah.

4. Pemeriksaan penunjang (tgl 18 Juni 2001)

Laboratorium :

Page 13: RPI INTERNE (ECU)karyatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/... · Web viewAsuhan Keperawatan Pasien Dengan Intoksikasi Baygon Di RPI INTERNA RSUD Dr. Soetomo Surabaya Oleh :

Hb. : 16,7 g/dl Trombosit : 227 X 109/L

Leukosit : 14,3 X 109/L P C V : 0,49

5. Terapi

Dextrose 5 % 15 tts/menit

SA 0,5 g/6 jam

Mahasiswa,

Subhan, S.Kep.

NIM. 010030170 B

Page 14: RPI INTERNE (ECU)karyatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/... · Web viewAsuhan Keperawatan Pasien Dengan Intoksikasi Baygon Di RPI INTERNA RSUD Dr. Soetomo Surabaya Oleh :

ANALISA DATA dan DIAGNOSA KEPERAWATAN

D a t a Kemungkinan

penyebab

Masalah

1. DS : pasien mengatakan tidak

tahu dimana sekarang

DO : gelisah, meronta – ronta, muka

kemerahan, pupil midriasis,

pembicaraan tidak punya tujuan

(inkoheren), S :380C, RR 34 x/mnt.

2. DS : mengatakan tidak mau

menyusahkan orang lain.

DO : kontak mata kurang, defensif,

dukungan keluarga dalam merawat

pasien, nampak putus asa

3. DS : Pasien mengatakan dua

minggu terakhir sering pusing,

takut mati karena dikatakan

menderita tumor otak, konflik

dengan pacar dan pendengaran

kiri berkurang

DO : nampak cemas sedang, kontak

mata kurang, tidak memahami apa itu

tumor otak, depresi, S : 380C, RR 34

x/mnt, N : 120 x/mnt, TD 110/70

mmHg.

Efek SA (atropinisasi)

Koping individu yang

tidak efektif

Kurang pengetahuan

pasien

Resiko tinggi

cedera

Resiko tinggi

bunuh diri

berulang

Cemas sedang

Page 15: RPI INTERNE (ECU)karyatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/... · Web viewAsuhan Keperawatan Pasien Dengan Intoksikasi Baygon Di RPI INTERNA RSUD Dr. Soetomo Surabaya Oleh :

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan efek SA (atropinisasi)

Tujuan : tidak terjadi cedera pada pasien dengan criteria evaluasi mampu

orientasi terhadap orang, waktu dan tempat, arus piker koheren, tidak jatuh.

Intervensi :

a. Bina hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga,

meningkatkan hubungnan yang terapeutik.

b. Jelaskan kepada keluarga mengenai reaksi obat. Mengurangi

kecemasan keluarga.

c. Ciptakan lingkungan yang theraputik, pasien dan keluaga akan

kooperatif dalam tindakan yang diberikan

d. Observasi reaksi non verbal pasien. Melihat efek SA.

e. Lakukan pengikatan untuk mencegah jatuh akibat gelisah.

2. Resiko tinggi bunuh diri berulang berhubungan dengan koping individu yang

inadekuat

Tujuan : tidak akan melukai diri dengan criteria evaluasi ungkapkan perasaan,

mengidentifikasi koping yang efektif, ada keterlibatan keluarga.

Intervensi :

a. Sediakan waktu untuk berkomunikasi dengan pasien.

b. Identifikasi kemampuan, gali dan kembangkan koping yang

digunakan oleh pasien.

c. Terangkan semua tindakan pada pasien

d. Diskusikan alternatif pemecahan masalah bersama pasien, keluarga

atau orang terdekat.

e. Libatkan keluarga atau teman dekat dalam perawatan agar pasien

merasa mendapat dukungan psikologis.

3. Cemas sedang berhubungan dengan kurang pengetahuan.

Tujuan : kecemasan pasien berkurang atau hilang dnengan criteria evaluasi :

memahami tentang penyakit yang diderita seseorang, tanda dan gejalanya.

a. Kaji tingkat kecemasan pasien.

b. Kaji tingkat pengethauan pasien mengenai informasi yang kurang

tepat.

Page 16: RPI INTERNE (ECU)karyatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/... · Web viewAsuhan Keperawatan Pasien Dengan Intoksikasi Baygon Di RPI INTERNA RSUD Dr. Soetomo Surabaya Oleh :

c. Jelaskan kepada pasein tentang hal – hal yang berhubungan keadaan

yang dialami pasien dan informasi yang kurang tepat

Page 17: RPI INTERNE (ECU)karyatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/... · Web viewAsuhan Keperawatan Pasien Dengan Intoksikasi Baygon Di RPI INTERNA RSUD Dr. Soetomo Surabaya Oleh :

TINDAKAN KEPERAWATAN

Tanggal/jam Tindakan keperawatn

19 Juni 2001

10.00

12.00

20 Juni 2001

08.00

s/d

09.00

a. Melibatkan ibu dan teman dekat pasien dalam

perawatan seperti memberi makan dan minum.

b. Mengkaji orientasi pasien akan orang waktu dan

tempat.

c. Mempertahankan pengikatan selama pasien

gelisah/gaduh

a. Monitor pasien terhadap tanda – tanda seperti muka

kemerahan, midriasis pupil, gelisah, respon psikologis. Ini

merupakan tanda dan gejala atropinisasi.

b. Memonitor reaksi non verbal pasien.

c. Memberikan injeksi SA 0,5 mg/iv

a. Mengidentifikasi kemampuan, gali dan kembangkan

koping yang digunakan oleh pasien sekailgus mengkaji tingkat

kecemasan pasien dan pengetahuan pasien

b. Menerangkan semua tindakan pada pasien

c. Mendiskusikan alternatif pemecahan masalah bersama

pasien, keluarga atau orang terdekat.

d. Melibatkan keluarga atau teman dekat (pacar) dalam

perawatan.

e. Menjelaskan kepada pasein tentang hal – hal yang

berhubungan keadaan yang dialami pasien dan informasi yang

kurang tepat

f. Menganjurkan kepada pasien untuk pemeriksaan

benjolanpada kepala ke rumah sakit

Page 18: RPI INTERNE (ECU)karyatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/... · Web viewAsuhan Keperawatan Pasien Dengan Intoksikasi Baygon Di RPI INTERNA RSUD Dr. Soetomo Surabaya Oleh :

EVALUASI

Tgl/jam Diagnosa keperawatan Evaluasi

19 Juni

13.00

20 Juni

08.45

12.30

Gangguan komunikasi verbal

berhubungan dengan efek SA

(atropinisasi)

Gangguan komunikasi verbal

berhubungan dengan efek SA

(atropinisasi)

Resiko tinggi bunuh diri

berulang berhubungan dengan

koping individu yang

inadekuat

Cemas sedang berhubungan

dengan kurang pengetahuan.

Pasien masih gelisah, meronta – ronta,

mampu mengingat nama, tgl. Lahir dan

alamat, tidak bisa mengngat nama orang

tua dan pacar. Intervensi dipertahankan.

Pasien tenang, tidak meronta, sudah

mampu orientasi orang, waktu dan

ttempat. Intervensi dihentikan.

Pasien, keluarga dan pacar saling

memberikan penguatan dalam

menyelesaikan masalah dan dilakukan

secara bersama. Intervensi

dipertahankan.

Pasien memahami mengenai benjolan di

kepala, penyakit jantung dan masalah

pendengaran. Intervensi dipertahankan.