risalah mujahadah

185
1 Risalah Mujahadah (PESAN PERJUANGAN   HIDUP) Disusun oleh : Ir. HM. Munawair Meniti Perjalanan H idup Seorang Muslim Diterbitkan oleh : Penerbit “Al-Makmuriyah” Solo

Upload: melwin-syafrizal

Post on 29-Oct-2015

365 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 1/185

1

 Risalah Mujahadah

(PESAN PERJUANGAN dalam  HIDUP)

Disusun oleh :Ir. HM. Munawair

Meniti Perjalanan Hidup Seorang Muslim

Diterbitkan oleh :

Penerbit “Al-Makmuriyah” Solo

Page 2: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 2/185

2

Pengantarی ھ

ھ ,ھ  ھ ھ : ,ھ 

Segala Puji bagi Alloh yang Maha Rohman dan Rohim. Sholawat dan salam semogaselalu bagi junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta para keluarga dan

shohabatnya serta ummat yang mengikuti ajarannya.

Sebagai penyusun kami bersyukur, bahwa naskah “Risalah Mujahadah” ini telah

dapat tersusun dalam bentuk yang sederhana . Insya-Alloh mudah dibaca. Penerbitan

kali ini merupakan penerbitan yang kedua, dan Insya -Alloh lebih sempurna, karena

sesuai saran-saran dan koreksi dari para yang telah membaca buku penerbitan

pertama, Insya-Alloh telah tertampung. Kepada para pembaca yang memberikan

saran dan koreksi, kami ucapkan terimakasih, Jaza-kumullo-hu khoirul jaza'.

Dengan membaca naskah ini penulis berharap agar para pembaca dapat memulaimeniti kehidupannya yang sedang dialami lebih cermat. Walaupun tidak selalu sama

dalam perjalanan hidup masing-masing pembaca, namun kiranya apa yang tertulis

dalam naskah ini, walaupun dalam bentuk yang sederhana, sedikit banyak diharapkan

dapat membantu sebagai acuan. Insya-Alloh.

Selama penyusunan naskah ini, penyusun sangat berterima kasih dengan penuh rasa

hormat, kepada semua fih ak, yang pertama para ‘Ulama yang telah membimbingdengan memberikan teladan, memberikan ‘ilmu dari tulisan dan uraian yangdisampaikan yang tertangkap oleh penyusun, kemudian para keluar ga dekat, tetangga,

handai taulan dan para jama’ah yang memberikan a . l : dorongan, bantuan dan

masukan untuk melengkapi naskah ini, sehingga Insya -Alloh lebih lengkap. Atassegala bimbingan serta bantuan tersebut Insya -Alloh akan di-Anugerah-kan balasan

yang lebih baik dan mendapatkan Barkah dari Alloh SWT.

Akhirnya penyusun berharap mudah-mudahan naskah ini memberi manfaat bagi yang

membacanya. A-min.

  ی    ھ .یھ .ی 

Yogyakarta,11 Maret 2013

Penyusun,

M. Munawir

Page 3: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 3/185

3

Daftar IsiHalaman

P e n g a n t a r 2BAB:

I. J I H A D 5

(1). Jihad Yang Berarti Perang. (2). Adab Dalam Memerangi Musuh. (3) Jihad DalamArti Luas. (4) Jihad Melawan Hawa Nafsu. (5) At-Taubah. (6) Mencapai Kesucian

Hati. (7) Tingkat Kesucian Hati. ( 8) Kemulyaan Mujahid dan Syuhada’.

II. MENUNTUT ILMU 41(9) Tanggung Jawab Orang Tua Dalam Pembekalan Ilmu. (10) . Pendidikan Yang

Wajib Diberikan Orang Tua. (11) Pembinaan Diri Sebagai Ilmuwan.(12 ) Mempelajari

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. (13) Mempelajari Ilmu Ekonomi. (14) Mempelajari

Ilmu Sosial. (15) Mempelajari Ilmu Politik. (16) Mempelajari Ilmu Agama. (17)

Kedudukan Ilmuwan Muslim. (18 ) Sifat Dasar Ilmuwan Muslim Dalam

Mengembangkan Ilmu

III. MENCARI NAFKAH 85(19) Kewajiban Mencari Nafkah. (20 ) Mencari Nafkah Yang Halal. (21) Terpuji Atau

Tercela Karena Harta. (22) Hidup Sederhana. (23) Peduli Orang Lain. (24) Shodaqoh.

(25) Menjaga Diri Dari Sifat Bakhil. (26) Menghindarkan Terjerumus Riba. (27)

Pengentasan Kemiskinan. (28) Bekerja Tanpa Putus Asa.

IV. PERNIKAHAN 111(29) Menikah Sangat Dianjurkan Dalam Islam. (30) Akad Nikah. (31) Maskawin. (32)

Pernikahan Berdasar Pilihan. (33) Hikmah Pernikahan. (34) Kafa’ah dalam

Perkawinan. (35) Kedudukan Suami Isteri. (36 ) N a f k a h. (37) Membina Rumah-

tangga yang Harmonis (38) Nasehat Pernikahan. (39 ) Menikah Dengan Warga Non

Muslim. (40) Undang-Undang Perkawinan RI.

V. HIDUP BERMASARAKAT 136(41) Berjama’ah. (42) Musyawarah. (43) Ta’awun. (44) Tasamuh dan Adil. (45)

Berusaha menjadi Pemimpin yang Adil. (4 6) Patuh dan Taat pada Pemimpin (Imam).

(47) Istiqomah. (48) Kesadaran Berbangsa dan Bernegara. (49) Menjaga Kelestarian

Alam. (50) Jihad fi Sabilillah dan Ijtihad.

Daftar Pustaka 184

Page 4: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 4/185

4

Mujahadah

“Mujahadah” adalah dari bahasa Arab serumpun dengan kata al “Jihad” berasal

dari kalimat “Jahada-Jahdan” artinya berusaha dengan sungguh-sungguh (berjuang).

Ada pula yang mengartikan “Jahada” dengan arti “memberi beban yang berat”,sedang “Jahida” berarti “sukar atau sulit”, sehingga “Jihad” adalah perjuangan yangberat serta tidak sedikit kesulitannya namun wajib dilakukan dengan sungguh -

sungguh. Dengan demik ian “Mujahadah” adalah segala bentuk upaya dalammelaksanakan “Jihad” karena Alloh atau dijalan Alloh (“fi-sabilillah”), Surat Al-

Baqoroh (3) Ayat 218 :

                                                                                     

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang -orang yang berhijrah dan

ber-Jihad fi sabillah (di jalan Allah), mereka itu mengharapkan rahmat Alloh, danAlloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ”. Selanjutnya dalam Surat al-Ankabut

(29) Ayat 69 Alloh ber-Firman :

                                                        Artinya : “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridloan) Kami, benar-

benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. dan Sesungguhnya

Alloh benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik ”.

Dalam kehidupan sehari-hari seseorang (umumnya orang) dalam berjuang untuk 

mencapai tujuan, biasanya mengikuti proses yang antara lain : Berusaha memilikiIlmu yang diperlukan (Menuntut Ilmu), Mencari Bekal untuk hidup (Nafkah untuk 

Hidup), Menikah (Membina Keluarga) dan lebih luas lagi yaitu Hidup Bermasarakat

secara harmonis. Dengan demikian orang tsb akan mencapai Martabat Kehidupan

yang Tinggi (terhormat) buat dirinya, Keyakinan yang benar ditinjau dari segi

kehidupan Dunia dan bahkan untuk Akhirat .

Page 5: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 5/185

5

BAB IJ I H A D

Pengertian “Jihad” seperti diuraikan diatas merupakan kewajiban bagi setiap Muslim

untuk memenuhinya. Perintah Alloh a.l dalam Surat al-Hajj (22) Ayat 78 :

ھ  : Artinyaھ “Dan berjihadlah kamu pada jalan Alloh dengan jihad yang sebenar-

benarnya”. Dalam ber-Jihad tidak lain wajib selalu di-Jalan Alloh,

Pengertian Jihad secara umum sangat luas, bila disimak kalimat dalam al-Quran

antara lain pada Surat at-Taubah (9) Ayat 73 Alloh ber-Firman :

                                                                                              

Artinya : “Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang

munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah nerakaJahannam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk -buruknya”.

Dalam memberikan tafsir Ayat tersebut terdapat setidaknya tiga kelompok 

penafsir :

1. Ahli Tafsir Atsari (berdasar riwayat turunnya), maka Jihad dalam Ayat tsb

diartikan sebagai perang (qital) dengan memanggul senjata atau peralatan

perang yang lain dan bertempur melawan orang kafir dan munafiq.

2. Tafsir Bir-ro’yi (tafsir secara analitis), yaitu mengartikan bahwa jihad (denganmembaca Ayat-ayat lain), diberi tafsir yang lebih luas dari berperang seperti

tsb diatas, yaitu untuk menaklukkan kaum kafir dan munafiqin ditempuh

dengan memperkuat kedudukan dan kemampuan kaum Muslimin disegala

bidang a. l : pendidikan, ekonomi, kesejahteraan dan pertahanan, keamanan

dll, sehingga dapat memenangi (mengalahkan) mereka.

3. Tafsir Isyari (isyarat), yaitu dengan cara memahami lebih dalam apa yang

tersirat dalam Ayat tsb daripada apa yang tersurat kalimatnya, dengan

demikian dapat diartikan, bahwa setiap kaum Muslimin wajib memerangi

sifat-sifat kufur dan munafiq dalam hati masing -masing, sehingga hilang sifat

kufur dan munafiqnya.

Ketiga-tiganya mengandung kebenaran, sehingga pengertian Jihad mencakup

keseluruhan aspek tersebut. Sedang untuk ber -Jihad dalam bentuk yang

bagaimanapun, maka kaum Muslimin wajib mempersiapkan diri baik jiwa, raga dan

hartanya.

Dalam Surat at-Taubah (9) Ayat 41 di-Firmankan :

                                                                    Artinya : “..dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Alloh. yang

demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu m engetahui”.

Page 6: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 6/185

6

Dalam menjalankan Jihad mulai dari persiapan sampai pelaksanaan yang dengan

sendirinya disertai kesungguhan dalam menuju Ridlo Alloh , maka seorang Muslim

harus selalu mempunyai keyaqinan akan keberhasilannya, karena Alloh akan selalu

membimbing kejalan yang di-Ridloi-Nya, dalam Firman-Nya Surat al-Ankabaut (29)

Ayat 69 :

                                                        Artinya : “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridloan) Kami, benar-

benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. dan sesungguhnya

Alloh benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik ”. Insya-Alloh.

1. Jihad Yang Berarti Perang

Jihad Yang berarti Perang (Qital) . Pengertian Jihad dengan berperang memanggul

senjata dan melawan musuh (qital) dilakukan Rosululloh SAW setelah turunnya Ayat

yang mengizinkan berperang, yaitu satu tahun setelah Rosululloh SAW hijrah ke

Madinah, di-Firmankan dalam Surat al-Hajj (22) Ayat 39 :

                                                       Artinya : “Telah diizinkan (berperang) bagi orang -orang yang diperangi, karena

sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya All oh, benar-benar Maha

Kuasa menolong mereka itu ”. Dalam Ayat tersebut, maka diizinkannya berperang

dikarenakan kaum Muslimin diperangi serta dianiaya oleh musuh-musuh mereka.

Dalam Ayat lain Surat al-Baqoroh (2) Ayat 190 Alloh ber -Firman sbb:

                                                      

       Artinya : “Dan perangilah di jalan Alloh orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi)

 janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya All oh tidak menyukai orang -

orang yang melampaui batas”. Dalam Surat an- Nisa’ (4) Ayat 76 di-Firmankan :

                                                                                                                          

Artinya : “Orang-orang yang beriman berperang di jalan Alloh, dan orang-orang

yang kafir berperang di jalan thoghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu,karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah ”. Dalam Ayat tersebut secara

 jelas perbedaan tujuan peperangan mereka, yaitu membela thoghut yaitu sesuatu yang

dipertuhankan selain Alloh, sedang bagi kaum Muslimin, maka peperangan itu

semata-mata karena Alloh. Oleh karenanya bagi kaum Muslimin yang berjuang dalam

peperangan Alloh berjanjinya akan membelina dengan sorga, d isebut dalam Firman-

Nya Surat at-Taubah (9) Ayat 111 di-Firmankan :

Page 7: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 7/185

7

                                                                                                                     

                                                                                               

Artinya : “Sesungguhnya Alloh Telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan

harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka, mereka berperang pada jalan

Alloh; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu t elah menjadi) janji yang benar dari

Alloh di dalam Taurat, Injil dan Al-Quran. dan siapakah yang lebih menepati janjinya

(selain) daripada Alloh? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu

lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar”.

Peperangan tentulah memerlukan keberanian serta ketabahan dan kesabaran yangluar-biasa untuk mencapai suatu kemenangan. Alloh ber -Firman dalam Surat Ali-

Imron (3) Ayat 142 :

                                                                           Artinya : “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surg a, padahal belum

nyata bagi Alloh orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang

yang sabar”. Sampai kapankah peperangan terhadap orang yang memusuhi Islam

harus dilaksanakan, maka jawabnya Alloh ber-Firman dalam Surat al-Anfal (8) Ayat

39-40 :

                                                                                                                              

      Artinya : “Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu

semata-mata untuk Alloh. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya

Alloh Maha Melihat apa yang mereka kerjakan (39). D an jika mereka berpaling,

Maka ketahuilah bahwasanya Alloh Pelindungmu. Dia adalah se baik-baik Pelindung

dan sebaik-baik Penolong (40)”.

Untuk dapat berperang yang dapat diyakini kemenangannya , maka ummat Islam

diwajibkan melakukan persiapan dengan sempurna dan cermat, baik dalam sumber-

daya manusia (laskar), sarana dan prasarana dan yang lebih penting lagi stra tegi

peperangan. Untuk hal itu, Alloh ber-Firman dalam Surat al-Anfal (8) Ayat 60 :

Page 8: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 8/185

8

                                                                                                                 

                                   Artinya : “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu

sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan

itu) kamu menggentarkan musuh Alloh, musuhmu dan orang-orang selain mereka

yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Alloh mengetahuinya. Apa saja yang kamu

nafkahkan pada jalan Alloh niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu d an kamu

tidak akan dianiaya (dirugikan)". Peperangan dapat dihentikan, mana -kala mereka

menghentikan permusuhan. Namun mewaspadai diantara merekan yang tetap dholim.

Alloh ber-Firman dalam Surat al-Baqoroh (2) Ayat 193 :

 

  

  

   

 

  

 

   

  

  

  

  

  

   

 

  

  

 

  

 

 

  

  

 

  

   

   

 

 

 

 

  

 

  

    

 

       Artinya : “Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga)

ketaatan itu hanya semata-mata untuk Alloh. Jika mereka berhenti (dari memusuhi

kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang -orang yang zalim".

Dalam Surat al-Hujurot (49) Ayat 9 di -Firmankan :

                                            Artinya : “…..maka kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah”.

Dalam menghadapi fitnah orang kafir, maka kaum Muslimin wajib senantia sawaspada, karena kaum kafir selalu berusaha melakukan fitnahnya. Alloh ber -Firman

dalam Surat al-Anfal (8) Ayat 73 :

                                                                               

Artinya : “Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi

sebagian yang lain. jika kamu (hai para muslimi n) tidak melaksanakan apa yang t elah

diperintahkan Alloh itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan

yang besar”.

Kesadaran dan bahkan keyakinan, bahwa orang kafir akan selalu berusaha membuat

fitnah, maka disatu fihak kaum Muslimin harus waspada, namun difihak lain kaum

Muslimin yaqin Alloh akan selalu meli ndungi hasutan dan fitnah yang dilakukan

mereka. Dalam Firman-Nya, Surat at-Taubah (9) Ayat 32-33 :

Page 9: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 9/185

9

                                                                                                                           

                        Artinya : “Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allo h dengan mulut

(ucapan- ucapan) mereka, dan Alloh tidak menghendaki selain menyempurnakan

cahayanya, walaupun orang-orang yang kafir ti dak menyukai (32). Dialah yang telah

mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar

untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak 

menyukai (33)”.

Dan dalam sejarah dapat dibuktikan betapa sedikitnya kaum Muslimin diawal

kebangkitannya yang kemudian menjadi besar, yang tentu saja disertai dengan

perjuangan yang sungguh-sungguh para pendahulu kaum Muslimin dimana da lam al-

Quran Alloh ber-Firman pada Surat al-A’rof (6) Ayat 86 :

                                                               Artinya : “..dan ingatlah di waktu dahulunya k amu berjumlah sedikit, lalu Allo h

memperbanyak jumlah kamu dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang -orang

yang berbuat kerusakan”. Dalam sejarahpun telah dibuktikan dicapainya kemenangan

demi kemenangan, yang telah dijanjikan Alloh dalam Firman-Nya, Surat ash-Shoffat

(37) Ayat (171-173) :

                                                                                 

Artinya : “Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada hamba-hamba Kami

yang menjadi rosul (!71), (yaitu) Sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapat

pertolongan (172). Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang (173) ”,

Namun bila kaum kafir menghendaki kedamaian, maka kaum Muslimin adalah

pencinta damai. Sebaliknya bila menipu akan mendapat ak ibat apapun yang harus

diterimanya. Alloh ber-Firman dalam Surat al-Anfal (8) Ayat 61-62, sbb :

                                                                                                                                     

Artinya : “Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah

kepadanya dan bertawakkallah kepada All oh. Sesungguhnya Dialah Yang Maha

Mendengar lagi Maha Mengetahui. Dan jika mer eka bermaksud hendak menipumu,

Page 10: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 10/185

10

maka sesungguhnya cukuplah Alloh (menjadi pelindungmu). Dialah yang memper -

kuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para Mu'min”, Insya-Alloh.

Dalam perkembangan zaman walaupun usaha perdamaian selalu diupayakan, tetapi

Ummat Islam sadar, bahwa masih terdapat golongan -golongan yang selalu ingin

memusuhi kaum Muslimin sehingga diwilayah-wilayah tertentu didunia ini masih saja

bagi Kaum Muslimin wajib melakukan perlawanan bersenjata (al-Qital) demi untuk mempertahankan tegaknya agama diwilayah masing-masing. Rosululloh SAW dalam

haditsnya bersabda :

ھ ی ی  ی  ی ی .)(

Artinya : “Dien ini akan senantiasa tegak, akan tetap berperang karenanya

segolongan kaum Muslimin, sehingga datangnya Qiyamat”. (riwayat Imam Muslim).

Yang membawa bahaya yang mengganggu tegaknya agama , adalah kalau kaum

Muslimin sudah takut mati dalam berperang karena mencintai hidup (dunia), hal itu

disabdakan Rosululloh SAW :

ی ی ھ :,ھ ی ی :,ی 

ی  ھ  ی    :, , ی  ی

  ) . . (ی Artinya : “Hampir -hampir datang waktunya kalian dikeroyok oleh semua bangsa dari

 berbagai penjuru, sebagaimana mereka mengeroyok hidangan mereka”. Kami(sahabat) bertanya, “Wahai Rosululloh, apakah karena waktu itu jumlah kami sedikit?” Beliau menjawab :”Kalian ketika itu banyak, akan tetapi kalian seperti buih banjir.Dicabut rasa takut dari hati musuh -musuh kalian dan dijadikan dalam hati kalian ”al-Wahn”. Mereka (Sahabat) bertanya : “Apakah al -Wahn itu ?”. Beliau menjawab :”Cinta hidup dan benci mati”. (riwayat Imam Ahmad dan Abu Dawud).

Keberadaan kaum Muslimin yang berjuang kemedan peperangan berarti telah dapat

menjamin dimasa depan, berkembangnya Agama Alloh, sabda Rosululloh SAW

dalam haditsnya sbb :

  ھ  ھ    ھ ی ,ی ی ی  ی ھ  ,ھ 

ھ  ی  ھ  ی ھ ی ی   ی  ی  ,ھ ھ  ی:

ی ھ ی  ی   ھ  ی  ی  ی  ھ   ھ  ,ی ھ ھ  ی    (.ی

.(Artinya : “Sesungguhnya Alloh menggelar permukaan bumi untukku, sehingga akudapat melihat timur dan baratnya, dan sesungguhnya um matku, kekuasaannya akan

mencapai wilayah bumi yang telah digelarkan kepadaku dan aku diberi dua harta

terpendam yang merah (emas) dan yang putih (perak). Dan sesungguhnya aku

memohon kepada Robb-ku untuk umatku agar kiranya Dia tidak membinasakannya

Page 11: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 11/185

11

dengan sannah ‘ammah  (bencana yang memusnakan kehidupan suatu ummat) dan agar

Dia tidak menguasakan atas mereka musuh dari golongan selain mereka, sehingga

akan meng-halalkan kesucian mereka dan sesungguhnya Robb -ku ber-Firman :”HaiMuhammad, sesungguhnya Aku apa -bila telah menentukan suatu ketetapan, maka

tidak akan dapat ditolak. Dan sesungguhnya Aku telah memberikan kepadamu untuk 

ummatmu, bahwa Aku tidak akan membinasakan mereka dengan sannah ‘ammah , dan

Aku tidak akan menguasakan terhadap mereka musuh dari golongan selain mereka,sehingga akan meng-halalkan kesucian mereka, meski manusia dari segenap penjuru

 bersatu pada mengeroyok mereka (perowi mengatakan ‘atau manusia sekelilingnya’)sehingga sebagian mereka membinasakan yang lain”. (riwayat Imam Muslim dan

Abudawud). A-min.

2. Adab dalam Memerangi Musuh

Bagi seorang Mujahid (Muslim yang berjihad) dijalan Alloh, wajib memelihara Adab

(sopan santun) yang telah diajarkan oleh Rosululloh SAW, karena Jihad (walaupun

berperang), bukan karena menuruti kehendak seseorang atau golongan aka n tetapi

karena melaksanakan Perintah Alloh SWT, mengikuti tuntunan Rosululloh SAW,yang sabdanya (dalam riwayat Imam Nasa’i r.a) a. l :

 ھ  ھ ھ   ھ .ی Artinya : “Sesungguhnya Alloh tidak akan menerima suatu ‘amal kecuali apa -bila

‘amal itu ikhlash (dikerjakan) untuk -Nya dan untuk mencari Wajhah- Nya”.

Oleh karenanya dalam melaksanakan Jihad agar tetap diusahakan melaksanakan :

1)  Tetap melaksanakan “Da’wah”  artinya tetap mengajak musuh untuk mengikuti

“Tuntunan Syari’at Islam”  tanpa adanya paksaan, seperti Firman Alloh Surat al -

Baqoroh (2) Ayat 256 :

                                      Artinya : “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya

Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat ”. Selanjutnya pada Surat at-

Taubah (9) Ayat 29 :

                                   Artinya : “........sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam

keadaan tunduk ”.

2)  Dengan upaya butir 1 tsb diatas dapat menghindari pertumpahan darah apalagipembunuhan yang tidak semestinya dilakukan. Alloh ber -Firman dalam Surat al-

An’am (6) Ayat 151 :

                                                                      

Artinya : “...dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Alloh

(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar. demikian itu yang

Page 12: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 12/185

12

diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya) ”. Kemudian dalam Surat al-

Maidah (5) Ayat 32 :

                                                                       

  

 

 

  

  

 

  

  

 

 

  

 

    

  

   

 

  

  

 

   

  

  

 

 

  

  

 

  

  

  

  

 

 

    

 

                                                                              

Artinya : “Oleh karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa:

barangsiapa yang membunuh seorang manusia, b ukan karena orang itu (membunuh)

orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan

dia telah membunuh manusia seluruhnya. dan barangsiapa yang memelihara

kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan

manusia semuanya. dan Sesungguhnya t elah datang kepada mereka rasul -rasul kamidengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara

mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan

dimuka bumi”.

3)  Tidak melakukan pengrusakan, antara lain : P embakaran, Merobohkan bangunan

-bangunan yang sudah ada, Merusak fasilitas yang ada yang diperlukan oleh

masarakat, Menebangi pohon yang telah tumbuh, Membunuh binatang-binatang

ternak dsb. Alloh ber-Firman dalam Surat al-Hasyr (59) Ayat 5 :

                                                                       

Artinya : “Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang -orang kafir)

atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya, maka (semua itu) adalah

dengan izin Aloh; dan Karena dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang

fasik ”.

4)  Tidak melakukan perampokan atau merampas barang -barang yang bukan haknya.

Alloh ber-Firman dalam Surat Ali-Imron (3) Ayat 161 :

                                                                                                 Artinya : “Tidak mungkin seorang Nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan

perang. barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, Maka pada

hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu, k emudian tiap-

tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan)

setimpal, sedang mereka tidak dianiaya ”.

Page 13: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 13/185

13

5)  Tetap memenuhi janji yang telah disepakati sebel umnya antara Kaum Muslimin

dan non-Muslim yang pernah ada. Atau dalam tata pergaulan kenegaraan yang

maju berarti tidak melanggar ketentuan peraturan perundangan yang sah yang

sudah disepakati masarakat yang ada.

Dalam pelaksanaan setiap perjuangan, maka kedudukan seorang pemimpin at au

 jajaran pimpinan sangat menentukan. Oleh karenannya adab dalam kepemimpinanyang berjalan menjadi suatu prasarat terlaksananya adab perjuangan yang berlaku

secara keseluruhan.

Adab kepemimpinan yang diperlukan a. l :

Pertama, A d i l . Alloh ber-Firman dalam Surat an-Nahl (16) Ayat 90 :

                                                                                                    

Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuatkebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,

kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat

mengambil pelajaran”.

Dalam Surat al-Maidah (5) Ayat 8 :

                                                                                                                                            

        Artinya : “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang -orang yang

selalu menegakkan (kebenaran) Karena Allo h, menjadi saksi dengan adil. dan

 janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk 

berlaku tidak adil. berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan

bertakwalah kepada Alloh, Sesungguhnya Allo h Maha mengetahui apa yang kamu

kerjakan”.

Kemudian dalam Surat al-An’am (6) Ayat 152 :

                                                                                     Artinya : “.........dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil,

kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janj i Alloh. yang demikian itu

diperintahkan Alloh kepadamu agar kamu ingat”.

Dan kemudian dalam Surat al-Insan (76) Ayat 31 :

Page 14: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 14/185

14

                                                         Artinya : “Dan memasukkan siapa yang dikehendakinya ke dalam rahmat -Nya

(surga). dan bagi orang-orang zalim disediakan-Nya azab yang pedih ”.

Rosululloh SAW bersabda (dalam riwayat Imam Dailamie) :

 .Artinya : “Adil itu bagus akan tetapi (keadilan) pada para pemimpin adalah jauh

lebih bagus...”.

Dalam hadits lain Rosululloh SAW bersabda (riwayat Imam Baihaqi):

ی  ھ ی  ی  ی ی ھ  ی ھ  .ی 

Artinya : “Tiada seorang pemimpin kabilah melainkan dia akan didatangkan dalam

persidangan pada hari Qiyamat dalam keadaan te rbelenggu, sampai keadilan

melepaskannya atau kedzoliman membinasakannya ”.

Dalam hadits lain riwayat Imam Ahmad, Ath-Thobaroni dan Baihaqi :

ی   .ی Artinya : ”Takutlah kalian terhadap tindak kedzoliman, karena kedzoliman itu

merupakan kegelapan pada hari Qiyamat ”.

Kedua, Lemah lembut. Alloh ber-Firman dalam Surat Ali-Imron (3) Ayat 159 :

                                                                        

                                                                                                     Artinya : “Maka disebabkan rahmat dari Alloh-lah kamu berlaku lemah l embut

terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka

menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah

ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah den gan mereka dalam urusan itu .

Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada

Alloh. Sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.

Rosululloh SAW bersabda (riwayat Imam Abdu bin Hamin dan Adh -Dhiya) : ھ .ھ Artinya : “Tiadalah kelemah-lembutan melekat pada sesuatu melainkan ia akan

memper-eloknya, dan tiadalah kelemah-lembutan terlepas dari sesuatu melainkan ia

akan memper-buruknya”.

Ketiga, Bermusyawarah. Alloh ber-Firman dalam Surat Ali-Imron (3) Ayat 159 :

Page 15: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 15/185

15

                                                                                                    

Artinya : “ ....Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan

bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telahmembulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Alloh”. Rosululloh SAW bersabda :

.Artinya : “Tiadalah suatu qaum mau bermusyawarah, melainkan mereka akan

dituntun kepada yang terbaik dari perkara -perkara mereka”. Insya-Alloh.

3. Jihad Dengan Cara Membina Masarakat

Jihad dengan cara membina masarakat . Membina masarakat dalam Jihad berarti

upaya menyeru dan mengajak kepada masarakat yang semula belum mengenal aj aran

Suci Islam agar mengenal disertai amalannya dan bagi yang sudah mengenal agar

lebih mendalami, sehingga dalam hidupnya dapat patuh dan ta’at melaksanakanamalan-amalan sesuai tuntunan Rosululloh SAW dan mendapat kehidupan yang di-

Ridloi Alloh SWT.

Alloh ber-Firman dalam Surat an-Nahl (16) Ayat 125 :

                                                                                                                                                     

Artinya : "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran

yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmudialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan -Nya dan dialah

yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk". Selanjutnya dalam

Surat al-Fath (48) Ayat 29 di-Firmankan :

                                                                                                    

Artinya : "Muhammad itu adalah utusan Allo h dan orang-orang yang bersama

dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama

mereka. kamu lihat mereka ruku ' dan sujud mencari karunia Alloh dan keridloan-Nya", Kepada orang yang kufur disadarkan agar kembali kejalan yang benar. Dalam

Surat an-Nahl (16) Ayat 106 di-Firmankan pula :

                                                                                                             

Artinya : “Barangsiapa yang kafir kepada Alloh sesudah dia beriman (Dia mendapat

kemurkaan Alloh), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang

Page 16: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 16/185

16

dalam beriman (Dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya

untuk kekafiran, maka kemurkaan Alloh menimpanya dan baginya azab yang besar”.

Dalam mencermati masalah Jihad, para Ahli Tafsir yang menghitung Ayat yang

menguraikan Jihad yang mempunyai arti pembinaan masarakat terdapat tidak kurang

dari 39 Ayat, beberapa Ayat antara lain Ayat yang mengajarkan kesa baran. Dalam

Surat Ali-Imron (3) Ayat 142 sbb:                                                                            Artinya : “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surg a, padahal belum

nyata bagi Alloh orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang -

orang yang sabar”.

Dalam Surat at-Taubah (9) Ayat 24 di -Firmankan :

                                                                                                                                                                                                                                                      

Artinya : “Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri,

kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu

khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, ad alah lebih kamu cintai

dari Alloh dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai

Alloh mendatangkan Keputusan Nya". dan Alloh tidak memberi petunjuk kepadaorang-orang yang fasik.

Selanjutnya dalam Surat an-Nahl (16) Ayat 110 :

                                                                             

Artinya : “Dan sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang -orang yang berhijrah

sesudah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan sabar; sesungguhnya

Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ”.

Dalam melaksanakan Jihad orang Mukmin wajib melakukan dengan niat masing -

masing secara sadar semata-mata karena Alloh dan Alloh Maha Mengetahui, Firman

Alloh Surat Taubah (9) Ayat 44 :

                                                                                     

Page 17: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 17/185

17

Artinya : “Orang-orang yang beriman kepada Alloh dan hari kemudian, tidak akan

meminta izin kepadamu untuk (tidak ikut) berjiha d dengan harta dan diri mereka. Dan

Alloh mengetahui orang-orang yang bertakwa”.

Perjuangan tsb wajib dilakukan dengan penuh disiplin, Firman Alloh dalam Surat an -

Nur (24) Ayat 53 :

                                                                                                   

Artinya : “Dan mereka bersumpah dengan nama Alloh sekuat-kuat sumpah, jika

kamu suruh mereka berjihad, pastilah mereka akan pergi. Katakanlah: "Janganlah

kamu bersumpah, (karena ketaatan yang diminta ialah) ketaatan yang sudah dikenal.

Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

Selain berdisiplin, maka dalam Jihad wajib disertai hati yang sungguh -sungguh

karena Alloh, dalam Perintah Alloh Surat al -Hajj (22) Ayat 78 : ھ ,ھ Artinya : “Dan berjihadlah kamu pada jalan Alloh dengan jihad yang sebenar-

benarnya”.

Dalam pelaksanaan perjuangan kaum Muslimin memang ada tingkat -tingkat

kemampuan yang dimiliki masing-masing, seperti sabda Rosululloh SAW :

ھ   ی ی ی ی ھ  ی ).(.ی 

Artinya : “Siapa melihat kemungkaran hendaklah dicegahnya dengan tangannya, bilaia tidak mampu maka dengan lidahnya, dan bila ia tidak mampu dengan hatinya dan

yang dengan ini merupakan selemah -lemah iman”. (riwayat Imam Muslim).

Dalam hadits lain Rosululloh SAW (riwayat Imam Abu Nu’aim r.a), bersabda :

:ھ ھ .

Artinya : “Jihad itu ada empat : Amar ma’ruf nahi munkar, berlaku benar padatempat-tempat yang menuntut kesabaran dan membenci orang-orang yang fasiq”.

Pengertian Jihad dengan cara membina masarakat ini hendaknya dapat memberi

kesadaran kepada Kaum Muslimin, bahwa perjua ngan mencapai cita-cita suci wajib

dilandasi dengan suatu kesabaran dis amping upaya (perjuangan) yang sungguh -sungguh sesuai arti dari Jihad itu sendiri , karena akan selalu ada godaan dan hambatan

yang sangat besar baik dari diri sendiri ataupun dari luar yaitu segala ajaran dan

pendukungnya yang sengaja menentang Islam.

Dalam hal upaya menciptakan kehidupan diantara kaum Musl imin agar bersatu saling

membantu untuk kebaikan (a mar ma’ruf nahi munkar), maka Firman Alloh dalam

Surat al-Maidah (5) Ayat 2 :

Page 18: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 18/185

18

                                                                                                 

Artinya : “...dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan

takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, danbertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Alloh amat berat siksa-Nya”.

Kemudian dalam Surat at-Taubah (9) Ayat 71 :

                                                                                                                                             

                              Artinya : “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka

(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka m enyuruh(mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,

menunaikan zakat dan mereka taat pada Alloh dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi

rahmat oleh Alloh; Sesungguhnya Allo h Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

Dari Firman Alloh SWT dan sabda Rosululloh SAW diuraikan di atas, maka Jihad

untuk membina masarakat, berarti meliputi seluruh aspek perjuangan hidup bagi

Muslimin tercakup beberapa hal, diantaranya yang penting :

Selalu menggunakan akal sehat yang dibekali ilmu , sehingga sangat penting untuk 

mencari ilmu sampai tingkat yang memadahai (Tholabul-‘Ilmi), Alloh ber-Firman

dalam Surat Muhammad (47) Ayat 14 :

                                                                             Artinya : “Maka apakah orang yang berpegang pad a keterangan yang datang dari

Robbnya sama seperti orang yang dinampakkan baik amal kejahatannya serta mereka

mengikuti hawa nafsu mereka?”. Selanjutnya dalam Surat Fathir (35) Ayat 19-22 :

                                                                                                                                   

                  Artinya : “Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang m elihat (19). Dan

tidak (pula) sama gelap gulita dengan cahaya (20), d an tidak (pula) sama yang teduh

dengan yang panas (21), dan tidak (pula) sama orang-orang yang hidup dan orang-

orang yang mati. Sesungguhnya Allo h memberi pendengaran kepada siapa yang

dikehendaki-Nya dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang didalam

kubur dapat mendengar” (22).

Page 19: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 19/185

19

Ta’at melaksanakan Syari’at a. l :Sholat, Zakat, Amar Ma ’ruf-Nahi Munkar seperti

Firman Alloh dalam Surat at-Taubah Ayat 71 tsb diatas.

Hidup bermasyarakat yang harmonis, seperti Firman Alloh Surat al-Maidah Ayat 2

yang telah diuraikan sebelumnya. Rosululloh SAW bersabda (riwayat Imam Bukhori

dan Muslim) :

ھ   ھ ,ی    ھ  ھ .ھ Artinya : “Engkau lihat orang-orang Mukmin dalam kecintaan, kasih sayang dan

belas kasih antara sesama mereka bagaikan satu tubuh, apa -bila salah satu anggota

sakit, maka seluruh tubuh akan ikut merasa sakit, tidak dapat tidur dan demam ”.

Insya-Alloh.

4. Jihad Melawan Hawa Nafsu

Jihad melawan Setan dan Hawa-nafsu. Musuh orang beriman yang selalu berusaha

menghalangi perbuatan Sholeh adalah selain setan juga hawa nafsu dari manusia itu

sendiri. Setan atau Syaithon ada yang mengatakan berasal dari Sya -tho artinya hancur

atau terbakar ada yang mengatakan dari Syathotho artinya melampau i batas. Kedua-

duanya sesuai dengan peri-laku setan yang menghancurkan (terbakar dineraka) dan

membawa manusia untuk melampaui batas.

Dalam Perintah Alloh secara jelas dalam Surat al -Baqoroh (2) Ayat 168 :

                                          Artinya : “dan janganlah kamu mengikuti langkah -langkah syaitan; karena

sesungguh-nya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu ”.

Selain godaan setan, maka hawa-nafsu diri manusia itu sendiri termasuk yang harusdiperangi (dalam jihad), karena cenderung mengarah kepada yang jahat. Surat Yusuf 

(12) Ayat 53 :

                                 Artinya : “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya

nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan ”. Dalam hal keinginan atau dalam istilah

al-Quran disebut Hawa wajib diperangi. Dalam Surat al -Qoshosh (28) Ayat 50 :

ھ   ,ی Artinya : “Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa

nafsunya dengan t idak mendapat petunjuk dari All oh sedikitpun”. Dalam Surat al-

A’rof (7) Ayat 16-17, Alloh ber-Firman :

                                                                                                                                          

Artinya : “ Iblis menjawab: "Karena Engkau Telah menghukum saya tersesat, saya

benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus (16),

Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari

Page 20: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 20/185

20

kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka

bersyukur (taat)” (17). Rosululloh SAW bersabda dalam Hadits riwayat Imam At-

Tirmidzi dan Ibnu Majah :

ھ .ھ Artinya : “Mujahid (orang yang berjihad) adalah orang yang berjihad melawan hawa

nafsunya dijalan Alloh”.

Godaan setan dan hawa-nafsu yang berupa bisikan halus dalam hati manusia dapat

melemahkan jihad manusia untuk melawannya, yang a. l adalah :

1)  Manusia mempunyai sifat “ria’” suka dipuji bai k sebelum ataupun sesudah

berbuat sesuatu, sehingga amalan lebih ditujukan kepada untuk mendapat pujian

bukan karena Alloh SWT.

2)  Kecintaan kepada dunia yang berlebihan, sehingga upaya lebih ditujukan untuk 

mendapat dunia bukan akhirat.

3)  Merasa serba lebih dari orang lain yang membawa kesombongan dan meremehkan

orang lain (takabur).

4)  Meremehkan adanya dosa walau kecil, sehingga dengan ringan melakukan dosa,

dengan alasan dosa kecil.5)  Terlalu ambisius terhadap kedudukan atau kekuasaan dan berburuk sangka kepada

Alloh sehingga tidak menyadari bahwa kedudukan atau kekuasaan hakikatnya

adalah milik Alloh.

Jihad melawan godaan setan dan hawa -nafsu ini merupakan jihad yang wajib

dilakukan setiap saat dan dimanapun oleh pribadi-pribadi Muslim, karena godaannya

yang tidak mengenal waktu dan tempat. Nafsu (an-Nafs) manusia seperti disebut

diatas mempunyai ciri selalu cenderung untuk berbuat kejahatan, seperti dalam

Firman Alloh dalam Surat Yusuf (12) Ayat 53, sbb :

                                                                        Artinya : “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena

sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi

rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang”.

Sekalipun Nafsu kencenderungannya berbuat jahat, namun bila dapat terkendali akan

sangat besar artinya dalam kehidupan manusia. Misalnya Nafsu makan bila terkendali

sangat berarti untuk kekuatan dan kelangsung an hidup manusia. Demikian pula Nafsu

seksual akan sangat berarti dalam melanjutkan keturunan.

Pengertian Nafsu dalam Ayat tersebut biasa disebut “Nafsu Amaroh” , yaitu nafsuyang menggoda manusia untuk berbuat dosa. Nafsu manusia yang lebih dapat

dikendalikan adalah yang disebut “Nafsu Lawwamah” yang artinya Nafsu yang

bersifat senang mencela. Pengertiannya ialah dalam kesadaran manusia dapat pula

mau mencela dirinya sendiri (menyesali diri atas kesalahannya).

Dalam Firman Alloh Surat al -Qiyamah (75) Ayat 1-2 :

                                  

Page 21: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 21/185

21

Artinya : “Aku bersumpah dengan hari Qiamat (1), Aku bersumpah dengan jiwa

yang selalu menegor dirinya”(2) .

Yang diharapkan Muslimin selalu dapat mengendalikan naf su buruk dan

menghilangkannya, selanjutnya dapat dimiliki Jenis Nafsu manusia yang telah dengan

sempurna terkendali atau telah tersucikan adalah “Nafsu Muthmainnah” artinya

telah dengan tenteram dan ta’at dengan sadar hanya untuk mengikuti Perintah Alloh,dalam Firman Alloh Surat al -Fajr (89) Ayat 27-30 :

                                                                                    

Artinya : “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang

puas lagi diridhoi-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba -hamba-Ku, dan

masuklah ke dalam surga-Ku”.

Sabda Rosululloh SAW yang sangat kita kenal :ھ ,ھ  .ھ Artinya : “Kita kembali dari jihad terkecil menuju jihad terbesar, yakni jihadmelawan hawa-nafsu”.

Dengan godaan yang bertubi -tubi kepada manusia, maka Alloh Perintahkan agar

selalu berlindung kepada Alloh, dalam Firman -Nya Surat al-A’rof (7) Ayat 200 -201,

sbb :

                                                       

                                                          Artinya : “Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaita n, maka berlindunglah

kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha mendengar lagi Maha Mengetahui (200).

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was -was dari syaitan,

mereka ingat kepada Alloh, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan -

kesalahannya” (201). Insya-Alloh.

5. At-Taubah

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari seseorang tidak mungkin dapat sepenuhnya

terhindar dirinya dari godaan yang membawa kearah kesalahan atau kekhilafanmenurut hukum Syari'at. Akibatnya sesuai ketentuan Syari'at, maka ybs terkena dosa,

seperti dalam sabda Rosululloh SAW, dimana manusia (bani Adam) tidak ada yang

lepas dari kesalahan sbb :

,   ی ). . (ی Artinya : "Setiap anak cucu Adam itu banyak kesalahannya, dan sebaik -baik orang

yang banyak kesalahannya adalah yang bertaubat". (riw ayat Imam Ahmad dan At-

Tirmidzi). Dan dengan bar-Taubat orang akan terhapus dosanya seperti disabdakan

Rosululloh SAW :

  ).ی ھ .(ھ

Page 22: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 22/185

22

Artinya : "Orang yang ber-Taubat dari dosanya itu seperti halnya orang yang tidak 

berdosa". (riwayat Imam Baihaqi)

Agar dosa yang dilakukan seseorang dapat terhapus seperti diuraikan, ybs diwajibkan

untuk ber-Taubat atau melakukan apa yang disebut “At-Taubah”  berasal dari bahasa

Arab dengan kata kerja “Ta-ba, Yatu-bu, Taubatan”  artinya kembali atau rujuk.

Pengertian kembali adalah kembali dari perjalanan orang yang melakukan perbuatanma’shiat kepada ta’at atau kembali dari jalan yang sesat kej alan yang di-Ridloi Alloh

SWT.

‘Ulama secara umum mengartikan “ at-sTaubah ” sebagai perjuangan (jihad) dalammembersihkan hati dari segala dosa, atau diartikan pula sebagai meninggalkan

keinginan untuk kembali (mengulang) melakukan kejahatan seperti yang pernah

dilakukan, karena ketaatannya kepada Alloh SWT dan menjauhk an diri dari

kemurkaan Alloh SWT.

Dalam Surat al-A’rof (7) Ayat 153 Alloh ber -Firman :

                                                                         Artinya : “Orang-orang yang mengerjakan kejahatan, kemudian bertaubat sesudah itu

dan beriman; sesungguhnya Tuhan kamu, sesudah taubat  yang disertai dengan iman

itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ”.

Selanjutnya dalam Surat an- Nisa’ (4) Ayat 17 Alloh ber -Firman, sbb :

                                                                                 

                                     Artinya : “Sesungguhnya taubat di sisi Alloh hanyalah taubat bagi orang-orang yang

mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan

segera, maka mereka itulah yang diterima All oh taubatnya; dan Alloh Maha

Mengetahui lagi Maha Bijaksana ”.

Bila seseorang telah ber-Taubat selain dihapus dosanya juga akan dianugerahi

keni'matan dari Alloh SWT sepaerti dalam Firman -Nya dalam Surat Hud (11) Ayat 3,

sbb :

                                                                                                                                                 

Artinya : “..dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat

kepada-Nya. (Jika kamu, mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi

kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai k epada waktu yang telah

ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap -tiap orang yang mempunyai keutamaan

(balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu

akan ditimpa siksa hari kiamat ”.

Page 23: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 23/185

23

Selanjutnya dalam Surat at-Tahrim (66) Ayat 8, sbb :

                                                                                                                                                                                                                                                                     

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada All oh dengan taubat

yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan -

kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya

sungai-sungai, pada hari ketika Alloh tidak menghinakan Nabi dan orang -orang yang

beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di

sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Tuhan kami, sempurnakanlah

bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atassegala sesuatu".

Dalam ber-Istighfar, Rosululloh SAW bersabda :

ھ :ی ھ:ی ی  ھ  ھ ی ).(.ی

Artinya : Dari Abu Hurairoh r.a berkata : Saya mendengar Rosululloh SAW

 bersabda : “Demi Alloh, sesungguh -nya saya membaca Istighfar dan ber -Taubat

kepada Alloh tiap hari, lebih dari tujuh puluh kali”. (Riwayat Imam Bukhori).

  ھ:ی ھ  ی ی

ھ  : Artinya)(.ی Dari Al-Aghozz bin Yasar Al-Muzanni r.a berkata : Rosululloh SAW

 bersabda :”Hai sekalian manusia, ber -Taubatlah kamu kepada Alloh dan Istighfarlah

kepada-Nya, maka sesungguhnya saya ber-Taubat/Istighfar setiap hari seratus kali”.(Riwayat Imam Muslim)

ھ: ھ  : ھ .)ھی (.ی 

Artinya : Dari Anas bin Malik r.a berkata : "Bersabda Rosululloh SAW :”Sesungguh -

nya Alloh lebih suka menerima Taubat seorang hamba -Nya, melebihi dari kesenangan

seseorang yang menemukan kembali dengan tiba -tiba, untanya yang telah hilang dari

padanya ditengah-tengah hutan". (Mutafaq ‘alaih).

Dari Ayat-ayat dan Sabda Rosululloh SAW tersebut dia tas dapat diartikan, bahwa

Taubat bukan hanya dilakukan oleh seseorang karena berbuat suatu dosa, tetapi

diajarkan oleh Rosululloh SAW agar selalu ber -Istighfar dan ber-taubat kepada Alloh,

bahkan Rosululloh SAW sendiri melakukan antara tujuh puluh atau se ratus kali

sehari.

Menurut ‘Ulama golongan  Ahlussunah waljama’ah  mengatakan, bahwa syarat Taubat 

bagi orang yang berbuat dosa (ma’shiat ) untuk menjadi sah adalah tiga :1)  Menyesal terhadap perbuatan dosa ( ma’shiat ) yang telah dilakukan.

Page 24: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 24/185

24

2)  Meninggalkan perbuat tersebut.

3)  Bercita-cita untuk tidak akan mengulang lagi.

Syarat-syarat tersebut bila menyangkut dosa terhadap Alloh SWT. Kalau dosa itu

terhadap sesama manusia, maka masih harus ditambah lagi syarat yang keempat ,

yaitu : kalau ada sangkut paut dengan h arta, maka harta tsb agar dikembalikan kepada

siempunya atau ahli warisnya yang berhak, kalau menyangkut kehormatan harusmeminta maaf pada orang ybs.

‘Ulama Besar al-Ghozali dll membagi Taubat menjadi tiga macam, yaitu :

1) Taubat  yang berarti Kembali , yaitu kembali dari ma’shiat kepada ta’at .

2) Taubat  yang berati Firor  atau lari dari ke-ma’shiat -an kepada ke-ta’at -an atau dari

yang baik kepada yang lebih baik karena mengharap mendapat pahala.

3) Taubat  yang berarti Inabat  yaitu ber-Taubat  berkali-kali (berulang-kali) walaupun

tidak berbuat dosa.

Dalam al-Quran Alloh ber-Firman Surat Qof (50) Ayat 32 -33, sbb :

                                                                         

Artinya : “Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu

kembali (kepada Alloh) lagi memelihara (semua peraturan -peraturan-Nya). (Yaitu)

orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan

(olehnya) dan dia datang dengan hati yang ber -taubat ”.

Surat Shod (38) Ayat 30, sbb :

                                             Artinya : “Dan Kami karuniakan kepada Daud, Sulaiman, dia adalah sebaik -baik 

hamba. Sesungguhnya dia amat ta`at (kepada Tuhannya) ”.

Dalam ber-Taubat  kepada Alloh, maka kepada seseorang yang ber -Taubat , apakah

diterima oleh Alloh SWT atau tidak, hanya Alloh yang Maha Mengetahuinya. Bagi

kita manusia baik yang melakukan Taubat  atau orang lain yang memperhatikannya

dapat mengamati atau mencermati tanda-tanda dari apa yang diperbuatnya apakah

sudah berubah seperti dalam Firman Alloh Surat al -Furqon (25) Ayat 70 :

                                                                                           Artinya : "Kecuali orang-orang yang ber-Taubat , beriman dan mengerjakan amal

sholih; Maka itu kejahatan mereka diganti Alloh dengan kebajikan. dan adalah Alloh

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Insya-Alloh".

Page 25: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 25/185

25

Selain ber-Taubat oleh Rosululloh SAW diajarkan pula, agar Ummat Islam selalu ber -

Istighfar  kepada Alloh SWT dan selanjutnya kepada orang yang ber -Istighfar  akan

dianugerahkan keni’matan atau kedudukan yang terhormat dari Alloh SWT, a.l dalamFirman-Nya : Surat Ali-Imron (3) Ayat 193 :

                                                                                                                             

Artinya : “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar ( seruan) yang menyeru

kepada iman (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhan -mu", maka kamipun beriman.

Ya Tuhan kami ampunilah bagi kami dosa -dosa kami dan hapuskanlah dari kami

kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang -orang yang berbakti”.

Selanjutnya dalam Surat al-Hasyr (59) Ayat 10 :

                                                           

                                                            Artinya : “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka ( Muhajirin  dan  Anshor ),mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara -saudara kami yang

telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian

dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya

Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang". Amin.

Dalam pesan yang lebih terinci yang disampaikan oleh para Hukama' (Ulama' Ahli

Hukum) terdapat 10 amalan yang dinasehatkan dan harus dila kukan agar seseorang

dapat mencapai derajat At-Taubah, yaitu sbb:

,:یی  , , ,,ی ,ی

 ,   .ی Artinya : "Seyogyanya bagi orang yang berakal yang ingin bertaubat hendaknya

melaksanakan 10 hal, ialah : 1) Lisan membaca Istighfar, 2) hati menyesali dosa yang

sudah-sudah, 3)  badan menebus/mencabut kembali dosa yang dilakukan, 4)  bertekad

untuk selamanya tidak akan mengulangi dosa itu lagi, 5)  menggemari akhirat, 6) 

membenci duniawi, 7) berbicara sedikit saja, 8) makan minum sedikit, sehingga dapat

9)  mencurahkan kesempatan untuk menambah ilmu dan Ibadat, dan 10)  tidurpun

sedikit saja, untuk banyak ber'ibadat". Insya -Alloh.

6. Mencapai Kesucian Hati

Hati manusia secara Fitroh adalah suci, tetapi karena berbagai godaan maka hati

manusia menjadi kotor selain karena godaan setan yang selalu mengajak kepada

kema’shiatan, juga dikarenakan hawa nafsu manusia itu sendiri untuk condong

menuruti kehendaknya kepada hal yang ma ’shiat juga. Tingkat kebersihan (kesucian)

hati manusia terdapat beberapa jenjang, dalam sabda Rosululloh SAW diuraikan :

Page 26: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 26/185

26

: :ھ:ی  ھ  ,ھ ,ی ی

ھ :,, . ,.ی ھ 

 .   ھ   .ی ی ی ھ  ی ی ی 

,  ی   ی ھ  ی ی )..(ی ھ

Artinya : Dari Abu Sa’id r.a, ia berkata :”Rosululloh SAW bersabda :’Hati terbagiempat : Hati yang bersih, padanya terdapat pelita yang menyala. Hati terbungkus,

yang tertutup oleh bungkusannya. Hati yang tebalik dan hati yang terbuka. Adapun

hati yang bersih adalah hati orang Mukmin yang pelitanya memancarkan cahaya. Hati

yang terbungkus adalah hati orang kafir. Hati yang terbalik adalah hati orang munafiq

yang tahu secara murni (akan kebenaran Islam) tetapi mengingkarinya. Hati yang

terbuka adalah hati yang terdapat keimanan dan kemunafiqan. Ke -Imanan dalam hati

bagaikan tumbuhan hijau yang disirami air yang bersih. Adapun kemunafiqan yangada dalam hati bagaikan borok yang mengeluarkan nanah dan darah. Bila salah satu

dari keduanya didalam hati, dapat mengalahkan yang lain, maka dialah yang

menang”. (riwayat Imam Ahmad).

Akibat godaan kema’shiatan, maka dalam hati manusia akan terdapat noda -noda

hitam yang mengotorinya. Dalam al -Quran Surat al-Muthoffifin (83) Ayat 14 :

                                            Artinya : “Sekali-kali tidak (demikian), Sebenarnya apa yang selalu mereka

usahakan (yang ma’shiat) itu menutupi (menodai) hati mereka”.

Hati manusia dapat tertutup yang tersebut dalam Ayat tsb diatas adalah tertutup hal-

hal yang mengotori, sehingga boleh dikatakan hati manusia tsb mengalami kerusakan.

Seorang Tabi’in yang besar, Imam Hasan Al -Basri Rohima hulloh mengatakan

tentang kerusakan hati, sbb :

    :ی   ھ ,ی ی,ی ,ی ی 

ھ ,ی ھ ھ ,ی  ی .ی

Artinya : “Sesungguhnya kerusakan hati disebabkan oleh enam hal : Pertama - merekasengaja berbuat dosa dengan harapan dapat bertauba t, kedua - mereka menuntut ilmu

tetapi tidak meng-amalkannya, ketiga - jika mereka meng-amalkannya namun tidak 

ikhlash, keempat - mereka memakan rizqi dari Alloh tetapi tidak bersyukur, kelima -

mereka tidak mau ridlo (rela) dengan pembagian yang diberikan All oh, dan keenam -

mereka mengebumikan orang-orang mati tidak mau mengambil pelajaran dari

padanya (orang yang telah mati)”.

Hati manusia yang kotor atau mengalami kerusakan, disebutkan dalam al-Quran

bahwa terdiri dari tiga tingkat, yaitu :

Page 27: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 27/185

27

1) Hati yang sakit.

Dalam Surat al-Baqoroh (2) Ayat 10 :

                                                                        Artinya : “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Alloh penyakitnya; dan

bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta ”. Dalam tafsir pengertian

hati yang sakit ini adalah keyakinan mereka terdahap kebenaran (Islam) lemah.

Kelemahan keyakinan itu, menimbulkan kedengkian, iri -hati dan dendam terhadap

Rosululloh SAW dan ajarannya, dan akan be rtambah bila tanpa pemahaman terhadap

ajarannya. Dalam Surat at -Taubah (9) Ayat 125 di-Firmankan :

                                                                        

Artinya : “Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka

dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang Telah

ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir ”.

Namun bila dapat sadar dan berusaha mengikuti petunjuk kejalan yang benar dengan

sungguh-sungguh disertai Taubat (kembali kepada Alloh) Insya-Alloh masih dapat

diluruskan.

2)  Hati yang keras (membatu).

Dalam Surat al-Baqoroh (2) Ayat 74 disebutkan :

                                                         Artinya : “Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebihkeras lagi…”. Tingkat kedua yaitu yang keras dan membatu tsb mempunyai arti,

bahwa hatinya teramat sukar untuk dilunakkan seperti sifat dari batu. Hanya dalam

sutiasi yang sangat luar-biasa dan dengan kehendak Alloh mungkin juga dapat

diluruskan.

3) Hati yang telah terkunci.

Dalam Surat al-Baqoroh (3) Ayat 7 disebutkan :

                                                                                  

Artinya : “Alloh Telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan

mereka ditutup, dan bagi mereka siksa yang amat berat ”.

Dalam tafsir dijelaskan sebagai orang yang tidak dapat menerima petunjuk, dan segala

macam nasehatpun tidak akan berbekas padanya. Maksudnya : mereka tidak dapat

memperhatikan dan memahami petunjuk kebenaran yang mereka dengar dan tidak 

dapat mengambil pelajaran untuk meluruskan dirinya, sehingga tidak mungkin akan

kembali lurus.

Page 28: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 28/185

28

Bagi manusia yang hatinya masih memungkinkan untuk diluruskan atau disucikan,

maka memerangi hawa nafsu dalam hati manusia ybs Insya-Alloh masih dapat

diupayakan yaitu berusaha menghapus segala dosa, sehingga mencapai “kesucian hati  pada seorang Muslim”.

Upaya ini dapat ditempuh antara lain :

Pertama : Mempertahankan kesucian yang secara potensial telah dimiliki nya dalamhati setiap manusia, yaitu dengan selalu mohon anugerah dari Alloh dengan cara ber-Munajah (memohon kepada Alloh) agar ditunjukkan ke jalan yang benar dan

mengawasi/mawas diri dengan cara ber-Muroqobah atau merenungi perbuatan yang

lampau dan menjaga agar tidak terjebak kepada kekotoran ataupun kema’shiatan .

Dalam al-Quran Alloh ber-Firman pada Surat asy-Syamsy (91) Ayat 7-10 :

                                                                                      

  

   

 

Artinya : “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya) (7), Maka Allo h

mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya (8).

Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu (9), Dan Sesungguhnya

merugilah orang yang mengotorinya (10) ”.

Rosululloh SAW bersabda :

ھ ی ی  ی .   ھ:ی  ی

).ھ (

Artinya : Orang bertanya kepada Rosululloh SAW : ”Wahai Rosululloh siapakahmanusia yang terbaik?”. Rosululloh SAW menjawab :”Tiap -tiap orang mukmin yang

hatinya “makhmum”. Lalu orang itu bertanya pu la :”Apakah hati yang makhmumitu?” Rosululloh SAW menjawab :”Yaitu : orang yang taqwa, hatinya bersih, tidak ada padanya penipuan, kedurhkaan, pengkhianatan, kedengkian dan hasutan”.(riwayat Imam Ibnu Majah).

Dalam hadits Qudsi Rosululloh SAW bersabda, bahwa Alloh ber-Firman :

  ی ,ی    ی 

ی , ی ی  ی ھ  ی  ).(.ی 

Artinya : “Wahai putra Adam, sesungguhnya engkau jika berdo’a k epada-Ku dan

mengharap kepada-Ku niscaya aku akan mengampunimu dari dosa -dosa yang ada

padamu dan Aku tidak peduli. Wahai putra Adam, jika engkau datang kepada -Ku

dengan dosa-dosa sepenuh bumi, kemudian bertemu dengan -Aku dan tidak 

menyekutukan diri-Ku dengan sesuatu, niscaya Aku datang kepadamu dengan

ampunan sebanyak itu”. (riwayat Imam Tirmidzi).

Page 29: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 29/185

29

Kedua : Ber’amal baik sebanyak-banyaknya dengan cara bekerja keras atau ber-Mujahadah sesuai dengan syari’at Islam, selain untuk mendekatkan diri kepadaAlloh, juga untuk dapat menghapus (mendapat ampunan) segala dosa yang pernah

diperbuat.

Alloh ber-Firman dalam Surat an- Nisa’ (4) Ayat 95-96 :

                                                                                                                                                   

                                                                    

                                                       Artinya : “Tidaklah sama antara mu'min yang d uduk (yang tidak turut berjihad) yang

tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Alloh dengan hartamereka dan jiwanya. Alloh melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan

 jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka

Alloh menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Alloh melebihkan orang-orang yang

berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar, (ya itu) beberapa derajat

daripada-Nya, ampunan serta rahmat. Dan adalah Alloh Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang”.

Dalam Surat Hud (11) Ayat 114 di-Firmankan :

                                               

Artinya : “Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa)perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang -orang yang ingat”.

Selanjutnya dalam Surat al -A’la (87) Ayat 14-17 :

                                                                      

                      Artinya : “Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan

beriman) (14), Dan dia ingat na ma Tuhannya, lalu dia sholat (15). Tetapi kamu

(orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi (16). Sedang kehidupan akhiratadalah lebih baik dan lebih kekal ” (17). Bila seseorang berhasil selamat dan suci

hatinya, maka selamat pula diakhiratnya.

Firman Alloh dalam Surat asy-Syu’aro (26) Ayat 88 -89 :

                                           Artinya : “(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna (88), Kecuali

orang-orang yang menghadap Alloh dengan hati yang bersih” (89). Insya-Alloh.

Page 30: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 30/185

30

Walaupun seseorang selalu ber-Mujahadah untuk mencapai kesucian dirinya namun

sangat dilarang merasa dirinya telah suci, te tapi tetap berusaha dengan ber -Mujahadah

untuk lebih mensucikan dirinya. Firman Alloh dalam Surat an-Najm (53) Ayat 32 :

                                             Artinya : “maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah (Alloh) yang paling

mengetahui tentang orang yang bertakwa ”. Wallo-hu A’lam. Insya-Alloh.

Sebagai tambahan dalam berusaha mencapai kesucian -hati, tentulah wajib melakukan

ber-Taubat yang oleh sementara para Hukama' ( ‘Ulama Hukum) memberi sepuluh

butir 'amalan sehari-hari a.l sbb :

,:یی , ,

 ,,ی ,ی ,   .ی

Artinya : "Seyogyanya bagi orang yang berakal yang ingin bertaubat hendaknya

melaksanakan 10 hal, ialah : 1) Lisan membaca Istighfar, 2) hati menyesali dosa yang

sudah-sudah, 3) badan menebus/mencabut kembali dosa, 4) bertekad untuk selamanya

tidak akan mengulangi dosa lagi, 5)  menggemari akhirat, 6)  membenci duniawi, 7) 

berbicara sedikit saja, 8)  makan minum sedikit, sehingga dapat 9)  mencurahkan

kesempatan untuk ilmu dan Ibadat, dan 10)  tidurpun sedikit saja". Insya -Alloh.

7. Derajat Kesucian Hati

Upaya mencapai derajat kesucian hati tidak sama bagi masing -masing Muslim,

dikarenakan derajat ke-Imanan dan ‘Amalan Sholeh yang dicapai tidak sama untuk 

masing-masing orang. Ukuran kesucian seseorang yang dapat dicapai ditentukan olehpemahaman dan pengamalan isi Kitab Suci (Al -Quran). Alloh ber-Firman dalam

Surat al-Jumah (62) Ayat 2 :

                                                                                                                            

Artinya : “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rosul di

antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka

dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka

sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata ”,

Bagi kaum Muslimin sebagai pewaris al -Quran dan merupakan manusia pilihan, maka

derajat keutamaan terhadap pemahaman dan pengamalan tidak sama satu dengan yang

lain, yang dalam Kitab Suci dikelompokkan dalam tiga golongan seperti Firman Alloh

dalam Surat Fa-thir (35) Ayat 31-32 :

Page 31: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 31/185

31

                                                                                                                                                     

                                                               Artinya : “Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Al Kitab (Al Qur'an)

itulah yang benar, dengan membenarkan kitab -kitab yang sebelumnya. Sesungguhnya

Alloh benar-benar Maha Mengetahui lagi Maha Melihat (keadaan) hamba -hamba-

Nya.(31) Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang -orang yang Kami pilih di

antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka

sendiri (dho-limun li nafsih) dan diantara mereka ada yang pertengahan (muqtashid)  dan di

antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan (sa-biqun bil khoira-t) 

dengan izin Alloh. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar ”. (32)

Dalam Ayat 31 Alloh ber-Firman tentang kebenaran Al-Quran bagi Ummat Islam dan

membenarkan pada Kitab-Kitab yang diturunkan sebelumnya. Kemudian pada Ayat32 Alloh ber-Firman, bahwa Al-quran diwariskan hanya kepada hamba -hamba-Nya

yang terpilih, yang diantaranya terdapat tiga golongan (klasifikasi) :

Yang pertama , adalah Golongan Ummat yang masih suka menganiaya dirinya sendiri

(dho-limun li nafsih) , yaitu golongan Ummat yang sekalipun berbuat kebaikan namun

masih juga suka melakukan hal -hal yang seharusnya tidak boleh dilakukannya,

sihingga dia masih juga berbuat dosa (dholim). Dalam tafsir Imam Al -Maroghi

disebut sebagai orang yang suka lalai, sehingga masih sering meninggalkan yang

wajib dan juga melakukan hal-hal yang diharamkan.

Yang kedua , dalam terjemah diatas disebut sebagai golongan pertengahan (muqtashid) ,dalam tafsir lain (tafsir Al-Azhar/Buya Hamka), maka kalimat Muqtashid diartikan

sebagai golongan yang cermat memahami ajaran Islam untuk dapat di’amalkannyamenurut kadar yang ia mampu, sihingga terhindar dari perbuatan dh olim pada dirinya.

Yang ketiga , dalam terjemah disebut sebagai golongan yang lebih dahulu berbuat

kebaikan (sa-biqun bil khaira-t) , yang berarti pula telah berbuat kebaikan yang

melampaui yang semestinya atau melampaui dari yang hanya sekedar ke -

mampuannya. Dalam tafsir Imam Al-Maroghi disebut sebagai berlomba berbuat baik 

bukan hanya yang wajib (fardlu) saja, tetapi diamalkan juga ibadat yang sunah

(nafilah), dan meninggalkan bukan hanya yang diharamkan saja, tetapi ditinggalkan

 juga hal-hal yang bersifa t makruh.

Bagi Kaum Muslimin yang dalam kenyataan masih tergolong dalam derajat yang

rendah, maka wajib menyadari dan bertaubat kepada Alloh untuk mendapat

pengampunannya dan berusaha untuk mencapai derajat yang lebih tinggi . Insya-

Alloh.

Selanjutnya dalam Surat Ali-Imron (3) Ayat 133-136 di-Firmankan :

Page 32: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 32/185

32

                                                                                                                          

                                                                                                                                                                                                                   

                                              Artinya : “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga

yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang -orang yang

bertakwa (133). (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktulapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan me ma'afkan

(kesalahan) orang. Alloh menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan (134) Dan

(juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri

sendiri, mereka ingat akan Alloh, lalu memohon ampun terhadap dosa -dosa mereka

dan siapa lagi yang dapat menga mpuni dosa selain dari pada Alloh? dan mereka tidak 

meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka Mengetahui (135) Mereka itu

balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir

sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah seb aik-baik pahala

orang-orang yang beramal (136)”.

Alloh SWT dengan sifat Maha Pengampun-Nya akan selalu memberi ampunanterhadap hambanya yang tidak musyrik. Dalam hadits qudsi disabdakan :

ی ,ی ی

ی ,  ی   ی ی ھ  ی  ).(.ی 

Artinya : “Wahai putra Adam, sesungguhnya engkau jika berdo’a kepada -Ku dan

mengharap kepada-Ku niscaya aku akan mengampunimu dari dosa -dosa yang ada

padamu dan Aku tidak peduli. Wahai putra Adam, jika engkau datang kepada -Ku

dengan dosa-dosa sepenuh bumi, kemudian bertemu dengan -Aku dan tidak menyekutukan diri-Ku dengan sesuatu, niscaya Aku datang kepadamu dengan

ampunan sebanyak itu”. (riwayat Imam Tirmidzi).

Pada hari Qiyamat di-Firmankan, bahwa terdapat hanya dua kategori golongan yang

mempunyai derajat (tingkatan) tertinggi, yang tentu saja dikarenakan derajat kesucia n

hatinya, yang disebut sebagai:

Pertama  ,  Assabiqun al-Muqorrobun  (Kaum terdahulu yang didekatkan Alloh SWT

kepada-Nya).

Page 33: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 33/185

33

Kedua ,  Ashhabul-Yamin  (Golongan Kanan) yang dalam Surat Ali-Imron sementara

‘Ulama memahami mungkin yang disebut sebagai al-Muqtashid(un)  (Golongan yang

Cermat atau Golongan Pertengahan).

Firman Alloh dalam Surat al -Waqi’ah (56) Ayat 1-14 :

                                                                                                                             

                                                                                           

                                                                                       

Artinya : “Apabila terjadi hari kiamat (1), Tidak seorangpun dapat berdusta tentang

kejadiannya (2). (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan

(golongan yang lain) (3), Apabila bumi digoncangkan sedahsyat -dahsyatnya (4),

Dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya (5), Maka jadilah ia debu

yang beterbangan (6), Dan kamu menjadi tiga golongan (7). Yaitu  golongan kanan .alangkah mulianya golongan kanan itu (8). Dan golongan kiri. A langkah sengsaranya

golongan kiri itu (9). Dan orang-orang yang beriman paling dahulu (Assabiqun)  (10),

Mereka Itulah yang didekatkan kepada Alloh (al-Muqorrobun)  (11). Berada dalam

 jannah kenikmatan (12). Segolongan besar dari orang -orang yang terdahulu (13),

Dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian” (14). Wallohu-A’lam.

8. Kemuliaan Mujahidin dan Syuhada

Kaum Muslimin yang berjihad disebut sebagai “Mujahidin ” sedang mereka yang gugur

dalam berjihad disebut sebagai “Syuhada” . Mereka merupakan Kaum yang sangat

dimuliakan disisi Alloh SWT. Dalam Surat an- Nisa’(4) Ayat 95 di-Firmankan :

                                                                                                                                                   

                                                                   Artinya : “Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang)

yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Alloh dengan

harta mereka dan jiwanya. Alloh melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta

dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. kepada masing-masing mereka

Alloh menjanjikan pahala yang baik (su rga) dan Alloh melebihkan orang-orang yang

berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar”,

Dalam Surat al-Baqoroh (2) Ayat 154 di -Firmankan :

Page 34: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 34/185

34

                                                          Artinya : “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap oran g-orang yang gugur di

 jalan Alloh, (bahwa mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, teta pi

kamu tidak menyadarinya”.

Dalam Surat Ali-Imron (3) Ayat 169 di-Firmankan :

                                                                       Artinya : “Janganlah kamu mengira bahwa oran g-orang yang gugur di jalan Alloh

itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki ”.

Kemudian dalam Surat al-Baqoroh (2) Ayat 218 :

                                                                    

                  Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah

dan berjihad di jalan Alloh, mereka itu mengharapkan rahmat Alloh, dan Allo h Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang ”.

Oleh karenanya para Mujahidin dijalan Alloh, baik apakah mereka masih hidup

didunia atau gugur akan mendapatkan kemuliaan. Kemuliaan atau keutamaan yang di -

Anugerahkan kepada mereka, dalam kitab “Al-Jihadu Sabiluna ”  karya Syeikh Abdul

Baqi Ramdhan diuraikan berdasar atas sabda Rosululloh SAW a. l :

1) Mendapatkan pahala yang besar, dalam sabdanya :ی  ی  ھ  ی ی 

.) .(Artinya : “Berdiri satu saat (satu jam) dijalan Alloh adalah lebih baik dari pada

berdiri sholat pada malam lailatul qodar  disamping hajar aswad”. (riwayat Imam Ibnu

Hibban). Dalam hadits lain :

  ی ھ    ی ھ  ی ی   ,ی ی ھ    ی    ,ی ھ    ی

ی ھ   ی ھ  ی ).ی (.ی Artinya : “Ribath  (ketabahan dalam ber’amal ibadah disuatu tempat yang tiada

masarakat Muslim) sehari dijalan Alloh lebih baik dari pada dunia dan apa -apa yang

diatasnya, dan tempat cambuk seseorang dari surga adalah lebih baik dari pada dunia

dan apa-apa yang diatasnya, dan rauhah  (pergi untuk berjuang disore hari) seorang

hamba Alloh dijalan Alloh adalah lebih baik dari pada dunia dan apa -apa yang

diatasnya”. (riwayat Imam Bukhori, Muslim dan Ath -Thirmidzi).

2) Amalan Mereka Terus Mengalir dan Merupakan Amalan yang Paling Utama.Artinya ‘amalan mereka merupakan ‘amalan utama, dan dialirkan kepadanya pahala

dari ‘amalan tsb sampai hari qiyamat. Rosululloh SAW bersabda :

Page 35: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 35/185

35

ی  ھ  ی  ی  ی  ی ھ ی ھ ,ھ ی ھ ھ,ی  ھ  (.ی 

.(Artinya :”Ribath  sehari semalam adalah lebih baik dari -pada berpuasa sebulan dan

berdiri sholat pada malamnya, dan jika ia mati dalam ribath , maka pahalanya terus

dialirkan kepadanya dari amalan yang biasa ia kerjakan, dan terus dialirkan rezqinya

kepadanya, serta diamankan dari siksa kubur”. (riwayat Imam At-Tirmidzi, An-

Nasa’ai danAth-Thobaroni).

Dalam hadits lain :

   ی  ھ ی ی ,ی ھ  ی  ھ  ھ :,ھ ی 

ھ  ).(.ی Artinya : “Tiada sesuatu yang lebih dicintai Alloh daripada dua tetesan dan dua

bekas, tetesan airmata lantaran takut kepada Alloh dan tetesan darah yang tertumpah

dijalan Alloh. Adapun dua beka s itu ialah : Bekas dijalan Alloh, dan bekas faridloh

(keutamaan) dari faridloh-faridloh Alloh”. (riwayat Imam At-Tirmidzi).

3) Bagi yang Syahid tetap Hidup dan diberi Rizqi. Mereka para Syuhada’ tetap

hidup disisi Alloh dan diberi rizqi sampai hari Qiyam at. Rosululloh SAW bersabda :

ھ ی ی   ,ھ   ی ھ,ی  ,ی

,:   ھ ی  ھ  ھ   ,ی    ھ ی

ی:ی  ی,

ی ,  ھ     (.ی .(

Artinya : “Ruh-ruh mereka berada dalam jasad burung hijau, bagi burung itu ada

lampu-lampu yang menggantung pada ‘Arsy, ia bebas terbang kemanapun yang

disukainya, kemudian ia akan kembali lagi bernaung dilampu -lampu tersebut. Alloh

mendatangi mereka dan bertanya : ”Apakah kalian menginginkan sesuatu? ”Apalagi

yang kami inginkan, sedang kami bebas terbang dalam surga sesuka kami? ” jawab

mereka. Alloh menanyakan hal tersebut terhadap mereka sampai tiga kali, hingga

ketika mereka merasa, bahwa mereka tidak akan dilepaskan dari-pada ditanya, maka

menjawablah mereka : “Wahai Robb kami, kami ingin Engkau kembalikan ruh -ruh

kami pada jasad-jasad kami, sehingga kami dapat terbunuh lagi dijalan-Mu”. Tatkala

Alloh melihat, bahwa mereka sudah tida k memiliki hajad, maka ditinggallah mereka”.(riwayat Imam Muslim dan At-Tirmidzi).

4) Terlindung dan dijauhkan dari neraka Jahannam. Rosululloh SAW bersabda :

ھ  ھ ھ  ی ی ی , ھ  ھ ھ ی   ی

ھ ,  ی  ی ھ  ,ھ ھ  ی  ھ  ی

Page 36: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 36/185

36

ھی  ھ,ی ھ :ی ,ی ھ ھ ,ی ھ ھ ی 

.).(Artinya : “Alloh ‘Azza wa Jalla tidak akan mengumpulkan dalam diri seorang hamba

‘debu fi-sabilillah’ dengan ‘asap jahannam’, dan barang siapa yang berdebu kedua

kakinya dalam jihad fi-sabilillah, maka Alloh menjauhkan antaranya dengan nerakapada hari Qiyamat sejauh perjalanan seribu-tahun seorang pengendara yang tergesa -

gesa, dan barang siapa terluka fi -sabilillah niscaya akan dicap baginya cap syuhada ’,ia mempunyai cahaya pada hari Qiyamat yang berwarna seperti warna za ’faron

(kunyit) dan baunya seperti bau minyak kasturi, orang-orang yang terdahulu dan

orang-orang yang kemudian mengenalnya karena cap itu, mereka mengatakan: “Fulan

mempunyai cap syuhada ’ pada tubuhnya”, dan barang siapa yang berperang fi -

sabilillah sekedar waktu orang memerah susu onta, maka wajib masuk surga”.

(riwayat Imam Ahmad).

5) Amal mereka dilipat-gandakan pahala dan kebaikannya dari-pada yang lain .

Sabda Rosululloh SAW : ھ ھ ی  .ھ  ھ    ,ی  ھ

  ).(.ی Artinya : “Berbahagialah bagi orang yang memperbanyak dzikir kepada Alloh saat

berjihad fi-sabilillah, karena ia akan memperoleh dengan setiap kalimat (yang

diucapkan) sebanyak tujuh puluh ribu hasanat (kebaikan), setiap hasanat dari padanya

dilipatkan sepuluh kali bersama dengan yang ada padanya disisi Alloh sebagai

tambahan”. (riwayat Imam Ath-Thobaroni).

6) Pahala mereka telah dijamin oleh Alloh. Rosululloh SAW bersabda : ھ ھ ی ی ,ی  ھ  ,ھ   ,ی,ی  ھ ھ 

ھ ھ ھ ,ی     ھ ,ی ی  ی ,ی    ی

ھ ,ی ھ ی  ی ھ  ,ی ھ   ی ی ی

 ,ھ ,  ھ,ی  ی ی ی ھ , ی    ی

.). (Artinya : “Alloh telah menjamin bagi seseorang yang keluar dijalan -Nya, tidak ada

yang mendorongnya untuk keluar kecuali memang untuk berjihad dijalan -Ku serta

membenarkan Rosul-Ku, maka Alloh menjamin untuk memasukkannya keda lam

surga, atau mengembalikannya ketempat tinggalnya semula yang mana ia keluar

darinya dengan membawa perolehan pahala atau ghonimah, demi Dzat yang mana

 jiwa Muhammad berada ditangan -Nya, tiada suatu luka yang diakibatkan dalam jihad

fi-sabilillah, melainkan ia datang pada hari Qiyamat persis seperti keadaannya pada

hari ia terluka, warnanya warna darah dan baunya bau minyak kasturi, demi Dzat

yang mana jiwa Muhammad berada ditangan -Nya, andaikata tidak memberatkan

Page 37: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 37/185

37

ummatku, niscaya aku tidak akan tertingg al dibelakang pasukan yang berperang fi -

sabilillah, akan tetapi aku tidak mendapatkan kelapangan hingga aku bisa membawa

serta mereka, dan merekapun tidak pula mendapatkan kelapangan, dan terasa berat

oleh mereka bila harus tertinggal dariku, dan demi Dzat yang mana jiwa Muhammad

berada ditangan-Nya, sungguh aku benar-benar ingin berperang fi-sabilillah sampai

terbunuh, kemudian aku berperang lagi sampai terbunuh, kemudian aku berperang

lagi smpai terbunuh”. (riwayat Imam Muslim).

7) Mendapat ampunan dan do’a mereka dikabulkan. Sabda Rosululloh SAW :

ی ھ  ). (.ی Artinya :”Diampuni bagi orang yang mati syahid dari semua dosa, kecuali hutang ”.

(riwayat Imam Muslim dan Ahmad). Dalam hadit s lain disabdakan :

 ,ی ھ :ھ ھ , : ,,ی 

:    ی (.ی  .(

Artinya : “Dua waktu yang mana pintu-pintu langit akan dibuka pada kedua waktutersebut, dan jarang orang yang berdo ’a tertolak permohonannya, yaitu ketika datang

seruan sholat dan saat berada di barisan perang dijalan Alloh ”, atau dalam lafazh yang

lain dikatakan “Dua hal yang tidak akan ditolak, yaitu : Do ’a saat datang seruan sholat

dan do’a saat berlangsung peperangan tatkala sebagian membunuh sebagian yang

lain”. (riwayat Imam Abu Dawud dan Ibnu Hibban).

8) Ingin Mati Syahid berulang kali. Karena keutamaan Mati Syahid yang dirasakan,

sehingga mereka berkeinginan untuk hidup kembali dan kemudian Mati Syahid lagi.

Sabda Rosululloh SAW :

 ی  ھ   ی   ی ی  ی  ,ھ ی ھ  ,ی ی ی 

,    ھ )ی (,ی    (.ی .(

Artinya : “Tiada seorang masuk surga ingin kembali lagi kedunia, meski ia m emiliki

seluruh kekayaan yang ada dimuka bumi, kecuali orang yang mati syahid, ia

berangan-angan bisa kembali kedunia kemudian terbunuh dalam jihad hingga sepuluh

kali, lantaran apa yang dilihatnya dari kemuliaan yang diberikan kepadanya ”.(dalam

suatu riwyat), setelah melihat keutamaan syahidnya. (riwayat Imam Bukhori, Muslim

dan At-Tirmidzi)).

9) Mendapat naungan dari para Malaika t. Dari Jabir bin Abdulloh r.a, berkata :

 ھ ھ ی ی ,ی ,ھ ھ , ,ھ 

  , :, ھ:ی   ھ  ).ھی (.ھ

Artinya : “Jasad ayahku dibawa kepada Nabi SAW, musuh telah mencincang

 jasadnya. Lalu diletakkanlah jas ad ayahku dihadapan beliau, sementara aku pergi

untuk menyingkap kain penutup wajahnya, namun kaumku melarangnya. Lalu beliau

Page 38: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 38/185

38

mendengan jerit tangis seorang wanita - ada yang mengatakan bahwa ia putri Amru

atau saudari Amru  –  maka beliaupun bertanya : “Kenapa engkau menangis?”. Atau

mengatakan : “Janganlah engkau menangis, sepanjang para Malaikat menaunginya

dengan sayap-sayapnya”. (mutafaq-‘alaih).

10) Kematian terasa hanya seperti dicubit dan tidak disiksa dalam Kubur. Dalam

menjalani proses kematian tera sa hanya seperti dicubit dan selama di Alam Kuburmerasa aman karena tidak ada siksa kubur. Rosululloh SAW bersabda :

ی ھ ی  .ی ) .(

Artinya : “Orang yang mati syahid tiada merasakan sentuhan kematian melainkan

hanya seperti salah seorang diantara kalian merasakan dicubit ”. (riwayat Imam At-

Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban).

Dalam hadits lain :

ھ  ی  ھ :ھ ھ ی ,ی 

ی , ,ی,ی ھ ,ی ھ  ی ی ی ھ   ی  ,ی  ی    ی ی 

ھ ,ی   ی ). (.ی Artinya : “Sesungguhnya orang yang mati syahid akan memperoleh tujuh hal disisi

Alloh : 1) Diampuni dosa-dosanya pada saat pertama -kali tertetes darahnya. 2) Melihat

tempatnya disurga. 3)  Dikenakan padanya pakaian Iman. 4)  diberi perlindungan dari

siksa kubur. 5)  Aman dari ketakutan besar pada hari Qiyamat. 6)  Diletakkan diatas

kepalanya mahkota keagungan, yang satu permata yakut dari mahkota tersebut lebih

baik dari dunia dan seisinya, serta dikawinkan dengan tujuh puluh dua isteri dari

bidadari. 7)  Dan dapat memberikan syafa ’at kepada tujuh puluh orang karibkerabatnya. (riwayat Imam Ahmad dan Ath -Thobaroni).

11) Ruh Mereka dalam Jasad Burung. Dalam riwayat disebutkan, bahwa ruh para

syuhada’ berada dalam jasad burung hijau, ia terbang bebas mencari makan didalam

surga kemanapun ia suka. Rosululloh SAW bersabda :

ی    ,ھ .).(

Artinya : “Sesungguhnya ruh-ruh orang yang mati syahid berada dalam rongga/jasad

burung hijau diberi makan buah -buahan dan pepohonan surga”. (riwayat Imam At-

Tirmidzi).

12) Dibangkitkan dalam kendaraan kebesaran dan darah mereka mengalir. Pada hari

kebangkitan (Hari Ba’ats ) atau hari hisab, mereka dibangkitkan dengan menggunakan

kendaraan kebesaran, dalam sabda Rosululloh SAW :

ھ ی  ,ھ :ی :ی ,, 

ی  ی  ).(.ھ 

Page 39: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 39/185

39

Artinya : “Tatkala para hamba sedang berdiri untuk dihisab, datang sekelompok 

kaum menyandangkan pedang diatas pundaknya, dan darah mereka mengucur,

mereka berkerumun dipintu surga. Maka orang -orang bertanya :”Siapakah mereka?”lalu dijawab : “Mereka adalah para syahid, mereka hidup da n diberi rizqi”. Dalam

suatu hadits lain disebutkan mereka dengan kendaraan kebesaran.

13) Dikawinkan dengan bidadari dan dapat memberi syafa’at. Dalam Hadits NabiSAW diterangkan :

ھ ی    ی ی,ی   . (ی ).ھ 

Artinya :”...dan mereka dikawinkan dengan 72 bidadari dan dapat memberi syafa ’at

kepada 70 orang dari sanak kerabatnya”.

14) Dibawah senjata mereka terletak surga. Sabda Rosululloh SAW :

    ). (.ی Artinya : “Ketahuilah, bahwasanya surga itu dibawah bayangan pedang ”. (riwayat

Imam Bukhori, Muslim dan Abu Dawud). Dalam hadits lain :    ). (.ی Artinya : “Sesungguhnya pintu surga itu dibawah bayangan pedang ”. (riwayat Imam

Muslim, At-Tirmidzi dan Ahmad). Dalam hadits lain lagi :

    ی ). (.ی Artinya : “....sesungguhnya pedang itu adalah penghapus dosa -dosa.....” (riwayat

Imam Ahmad, Ath-Thobaroni dan Ibnu Hibban).

15) Mereka adalah manusia terbaik yang dicintai Alloh. Sabda Rosululloh SAW :

  ھ  ھ  ی ی ھ  ی ھ  :ی 

ھ   ھ ,   ,ی ھ ی ھ  ی ی (.ھ ی, :ی .(

Artinya :”Tiga jenis manusia yang Alloh mencintai mereka, tertawa melihat mereka

dan merasa senang dengan mereka : Seorang yang ketika pasukannya mengalami

kekalahan dan mundur kebelakang, namun ia tetap berperang dibelakangnya sendirian

karena Alloh ‘Azza wa Jalla, dengan dua kemungkinan, ia terbunu h atau Alloh

menolongnya dan mencukupkannya, lalu Alloh ber -Firman : “Lihatlah hamba-Ku itu,

bagaimana ia bersabar untuk-Ku sendirian...”. (riwayat Imam Ath-Thobaroni).

Pengertian Syuhada’ seperti yang telah disebut sebagai pahlawan dalam peperangan

ada-pula pengertian Syuhada ’ yang meninggal karena sesuatu yang dijelaskan dalamsabda Rosululloh SAW lain a. l :

ھ ی  ,ھ ی :ھ   ھ ی  ھ ی ,ھ ی  ,ی  ,ی 

ھ ی   .,ی ھ Artinya : “Selain orang yang gugur dalam perang dijalan Alloh, masih ada lagi

(sehingga jumlahnya tujuh orang yang mati syahid), yaitu (enam yang lain) : Orang

mati karena sakit dalam perutnya adalah syahid, orang mati karena tenggelam adalah

syahid, orang mati karena sakit pinggang (ginjal) juga syahid, orang mati karena sakit

Page 40: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 40/185

40

Tho’un (wabah yang menular) juga syahid, orang mati tertimpa bangunan/tanah yangroboh/longsor juga syahid, dan seorang ibu mati karena melahirkan”. Wallo-hu

A’lam.

Dalam hal seseorang berharap mendapatkan pahala sebagai seorang yang mati

Syahid, Rosululloh SAW mengajarkan do'a dari hadits Siti 'Aisyah r.a :

ی ی ھ: "    ,"ی  ھ ی ,ھ . (ھ .(

Artinya : "Barang siapa mengucapkan setiap hari dua -puluh lima kali :"Allo-humma ba- 

rikli- fil-mauti wa fi-ma ba'dal mauti ", (artinya : Ya, Alloh berkahilah dalam matiku dan

nanti setelah mati"), kemudian ternyata mati ditempat tidurnya, maka Alloh

memberinya pahala mati syahid. (riwayat Imam Thobaroni). Insya -Alloh.

Page 41: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 41/185

41

BAB IIMENUNTUT ILMU

Agama Islam itu sendiri hakekatnya adalah tuntunan dari Alloh yang sekaligus adalahilmu, sehingga yang dapat menerimanya, dengan sendirinya berarti menerima ilmu

atau orang tsb adalah orang yang berilmu. Namun untuk mencapai derajat yang lebih

tinggi, maka untuk menimgkatkan Kemampuan Ilmu wajib menuntut ilmu. Alloh ber -

Firman dalam Surat al-‘Alaq (96) Ayat 1-5 :

                                                                         

                                            Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan (1), Dia

Telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2). Bacalah, dan Tuhanmulah yangMaha pemurah (3), Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (4), Dia

mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya ” (5). Selanjutnya dalam Surat

al- Mujadalah (58) Ayat 11, Alloh ber-Firman, sbb :

                                                                                Artinya : “Alloh akan meninggikan martabat orang-orang yang beriman di antaramu

dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dengan beberapa derajat. dan Allah

Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan ”. Kemudian dalam Surat az-Zumar (39)

Ayat 9 di-Firmankan :

                                                                        Artinya : “Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui (berilmu)

dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah

yang dapat menerima pelajaran ”. Dalam hadits dari Anas r.a, riwayat Imam Ibnu

Majah, Rosululloh SAW bersabda :

ی .Artinya : “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim baik pria ataupun wanita ”.

Dalam Hadits lain disabdakan :

ھ ی  ی ھ ی ھ ھ

  ھ   ی ی .ھ )

).ی Artinya : “Barang siapa keluar rumah untuk  “menuntut ilmu”, maka Alloh

membukakan pintu surga untuknya , Malaikat membentangkan sayap naungan

baginya, dan untuknya pula para Malaikat penghuni langit dan ikan -ikan dilaut

memohonkan rahmat kepada Alloh”. (riwayat Imam Abu Ya’la)

Dalam menuntut ilmu tidak lain, bahwa Ummat Islam dituntut untuk mencari

kebenaran yang haqiqi, Firman Alloh dalam Surat Ali -Imron (3) Ayat 137-138 :

Page 42: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 42/185

42

                                                                                                         

Artinya : “Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Alloh; Karena

itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang -orangyang mendustakan (rasul-rasul) (137). (Al Quran) Ini adalah keterangan bagi seluruh

manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang -orang yang bertakwa” (138).

Dengan modal pengetahuan tentang kebenaran, maka Kaum Muslimin akan menjadi

golongan yang dapat menyeru kepada kebaikan dan melarang kemunkaran. Firman

Alloh dalam Surat Ali-Imron (3) Ayat 104 :

                                                                                                 

Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepadakebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf da n mencegah dari yang munkar ; merekalah

orang-orang yang beruntung”. Insya-Alloh.

9. Tanggung Jawab Orang-Tua Dalam Pembekalan Ilmu

Mengajarkan Ilmu kepada anak (mulai usia dini) atau kanak-kanak sampai tingkat

remaja sangat disadari betapa besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak ybs.

Oleh karenanya memberikan kesadaran dan menumbuhkan minat serta bekal anak 

untuk gemar menuntut Ilmu sangat perlu difahami oleh orang tua atau bahkan menjadi

“tanggung jawab orang-tua” yang wajib dijalankan sebagai orang yang menerima

amanat dari Alloh SWT. Proses dalam peng-Anugrahan anak kepada seseorangtersebut, maka Alloh ber-Firman dalam Surat an-Nahl (16) Ayat 72 :

                                                                                                                                 

Artinya : “Alloh menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan

menjadikan bagimu dari isteri -isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan

memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada

yang bathil dan mengingkari nikmat Alloh ?"

Kemudian dilanjutkan dalam Surat al -A’rof (7) Ayat 189 :

                                                                                                                                                                                        

Page 43: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 43/185

43

Artinya : “Dialah yang menciptakan kamu dari d iri yang satu dan dari padanya D ia

menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah

dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia

merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya

(suami-isteri) bermohon kepada Alloh, Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika

Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami ter masuk orang-orang yang

bersyukur".

Selanjutnya untuk membesarkan maka orang-tua (suami) bertanggung-jawab

mencukupi kebutuhan hidupnya, yang dalam Surat al-Baqoroh (2) Ayat 233 di-

Firmankan :

                                                                                                                         

Artinya : “...dan kewajiban ayah memberi mak an dan pakaian kepada para ibu

dengan cara yang ma'ruf (pantas). Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadarkesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan

seorang ayah karena anaknya”,

Dalam proses pendidikannya, maka Rosululloh SAW bersabda :

  ھ   ھ ی   ھ ی ی ھ  ی )(

Artinya : “Setiap anak yang dilahirkan, ia dilahirkan dalam fithroh (kesucian), makakedua orang-tuanyalah yang akan menjadikan ia sebagai seorang Yahudi, Nasrani

atau Majusi. (riwayat Imam Bukhori).

Dalam hadits lain disabdakan : ی   ). (ی

Artinya : “Ajarilah anak-anak dan keluargamu dengan ajaran yang baik dan didiklah

mereka”. (riwayat Imam Abdur -Rozaq dan Sa’id bin Manshur). Insya -Alloh.

10. Pendidikan yang Wajib diberikan Orang -tua

Orang-tua sebagai pegasuh anak yang paling dekat, maka secara alami an ak akan

selalu menyaksikan peri-laku orangtua tsb, yang tidak mustahil dijadikan panutan

dalam perbuatan, ucapan dan sikap anak yang bersangkutan. Oleh karenanya orang -

tua wajib memberikan pendidikan sekurang-kurangnya adalah: Keteladanan,

Kebiasaan baik, Nasehat, Perhatian dan kalau perlu M emberi hukuman bila salah.

Pendidikan Dengan Keteladanan. Keteladanan dalam pendidikan adalah suatu

methoda (upaya) yang dianggap influentif dan paling meyakinkan keberhasilannya

dalam mempersiapkan dan membentuk anak d alam moral, spiritual dan mental. Hal

ini karena orang-tua dan/atau pendidik adalah contoh terbaik dalam pandangan anak 

yang akan ditirunya dalam tindak-tanduknya serta sopan santunnya, dan disadari atau

tidak, akan tercetak dalam jiwa atau perasaan mereka.

Page 44: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 44/185

44

Alloh SWT telah mengajarkan bahwa Rosululloh SAW yang diutus membimbing

Ummat harus menjadi teladan a. l di-Firmankan dalam Surat al-Ahzab (33) Ayat 21 :

                                                                          

 

 

   

 

   

Artinya :” Sesungguhnya telah ada pada (diri) R osulullah itu suri teladan yang baik 

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Alloh dan (kedatangan) hari

kiamat dan dia banyak menyebut Alloh”.

Perangai Rosululloh SAW yang dimiliki adalah seperti ucapan Sayyidah ‘Aisyah rasaat ditanya, tentang akhlaq Rosululloh SAW :

ھArtinya : “Akhlaqnya adalah Al -Quran”

Dalam Hadits riwayat Al-Asakari dan Ibnu As-Sam’an Rosululloh SAW bersabda :

  ”Artinya :”Tuhanku telah mendidikku dengan pendidikan yang baikی .

Dalam suatu syair diungkapkan :

ھ #ی Artinya : “Ummat itu lain tidak adalah akhlaqnya #

Apabila akhlaqnya telah hilang, umat itupun hilang.

Dari hal perangai Rosululloh SAW yang diteladankan, hendaknya menjadi acuan

untuk dimiliki oleh para orang-tua dan pendidik untuk di’amalkan dan diteladankankepada anak-anak kita. Keteladanan-keteladanan yang dicontohkan Ros ululloh SAW

dimana kita sebagai orang-tua dan/atau pendidik diharapkan berusaha memiliki sifat

terpuji yang dimiliki Rosululloh SAW, yang biasa disebut dalam pelajaran Akhlaq

sebagai : Shidiq  (Jujur),  Amanah  (Dapat dipercaya), Fathonah  (Cerdas) dan Tabligh (Mengajak kepada kebaikan). Secara lebih terinci ‘Amalan -‘amalan yang dapatdiamati dan diteladani , a. l :

1)  Keteladanan dalam Ber-‘Ibadah : Keteladanan yang meliputi semua ‘Ibadahdimulai dari yang wajib (sholat wajib, shaum romadlon) sampai ‘amalan nafilahsemisal dalam melakukan Sholat -malam, membaca Al-Quran dan Berdzikir kepada

Alloh SWT, seperti dalam Firman-Nya, Surat al-Muzammil (73) Ayat 1-6 :

                                                                                                       

                               Artinya : “Hai orang yang berselimut (Muhammad) (1), bangunlah (untuk 

sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya) (2), (yaitu) seperduanya

Page 45: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 45/185

45

atau kurangilah dari seperdua itu sedikit (3), atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah

Al Qur'an itu dengan perlahan -lahan (4). Sesungguhnya Kami akan menurunkan

kepadamu perkataan yang berat (5). Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah

lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkes an (6)”.

2) Keteladanan dalam bermurah hati. Rosululloh selalu memberikan sesuatu tanpa

rasa takut kekurangan atau kemiskinan. Hadits dari Anas bin Malik disebutkan : ھ  .:,ی Artinya : “Rosululloh SAW tidak pernah dimintai sesuatu dan berkata tidak 

(menolak)”.

3)  Keteladanan dalam Zuhud : Hidup dengan sangat sederhana. Dalam Hadits

riwayat Imam al-Baihaqi dari ‘Aisyah r. a, berkata :

ھ   ی ھ ی ھ .ی 

Artinya : “Selama tiga hari berturut-turut Rosululloh SAW tidak pernah membuat

dirinya kenyang. Dan bila kami inginkan kami dapat mengenyangkan beliau, tetap i

beliau lebih mengutamakan kepentingan orang lain ”.

Firman Alloh SWT dalam Surat Hud (11) Ayat 29, sbb :

                                             Artinya : “Dan (dia berkata): "Hai kaumku, aku tiada meminta harta bend a kepada

kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Alloh “.

4) Keteladanan dalam kerendahan hati : Beliau selalu mengucapkan salam kepada

sahabatnya. Perintah Alloh dalam Firman -Nya Surat asy-Syu’aro’ (26) Ayat 215, sbb:

                                       Artinya : “…dan rendahkanlah dirimu terhadap orang -orang yang mengikutimu,

yaitu orang-orang yang beriman”.

5)  Keteladanan dalam sikap santun terhadap musuh yang telah dikalahkan.Dalam sejarah sudah diuraikan bagaimana santunnya Rosululloh SAW (tidak 

dendam) terhadap kaum yang telah ditaklukkan setelah dapat merebut kembali kota

Makkah (Fathu Makkah). Alloh ber-Firman dalam Surat al-A’rof (7) Ayat 199 :

                                          

Artinya : “Jadilah engkau pema`af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma`ruf,serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh”. Dalam Surat al-Hijr (15) Ayat

85:

                   Artinya : “… maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik ”.

6) Keteladanan dalam kekuatan Fisik. Rosululloh SAW telah pernah mencontohkan

dan memuji baik pada diri juara-juara gulat dan orang-orang yang mempunyai Fisik 

yang kuat, dalam sabdanya :

Page 46: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 46/185

46

ھ ی   )(.ی Artinya : Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Alloh dari pada Mukmin

yang lemah. (riwayat Imam Muslim).

Dalam Al-Quran di-Firmankan Surat al-Anfal (8) Ayat 60, sbb :

  ھ Artinya : “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu

sanggupi”

7)  Keteladanan dalam hal keberanian. Tidak ada seorangpun yang mena ndingi

keberanian Rosululloh SAW, ditandai dengan keberaniannya mendatangi tempat yang

berbahaya sebelum ada yang berani mendatanginya.

Alloh ber-Firman dalam Surat an- Nisa’ (4) Ayat 84 :

ھ  ,ی  ,ی Artinya : “Maka berperanglah kamu pada jalan All oh, tidaklah kamu dibebani

melainkan dengan kewajiban kamu sendiri, kobarkanlah semangat para mu'min

(untuk berperang)”.

Dalam Surat at-Taubah (9) Ayat 13 di-Firmankan :

  ھ ,ھ  .ی Artinya : "Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal All oh-lah yang berhak 

untuk kamu takuti, jika kamu benar -benar orang yang beriman".

8)  Keteladanan dalam berorganisasi. Beliau telah menjadi contoh untuk ummat

manusia, baik bagi masyarakat kecil ataupun luas, baik itu kaum Mukminin atau kafir.

Rosululloh telah berhasil dalam segala sesuatu, karena beliau dikaruniai akhlaq mulia,

dalam ber-politik dan meletakkan segala masalah secara proporsional. Firman Allohdalam Surat Ali-Imron (3) Ayat 159 :

                                                                                                                                                                            

Artinya : “Maka disebabkan rahmat dari Alloh-lah kamu berlaku lemah-lembut

terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, ten tulah mereka

menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlahampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.

Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada

Alloh. Sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

9)  Keteladanan dalam keteguhan hati. Sifat ini merupakan salah satu yang sangat

menonjol yang dimiliki Rosululloh SAW. Sebagai salah satu contoh adalah ucapan

beliau kepada pamannya seandainya dimi nta untuk berhenti berda’wah :

Page 47: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 47/185

47

ھ ی ی :   ی ,ی ھ  ھ ھ  ھ  .ی

Artinya : “Demi Alloh, wahai pamanku, jika mereka meletakkan matahari ditangan

kananku dan bulan ditangan kiriku, agar aku meninggalkan kewajiban berda’wah ini,aku tidak akan meninggalkannya, hingga Alloh menampakkannya atau kau binasa

dalam membelanya”.

Dari keteladanan Rosululloh SAW yang diuraikan diatas adalah hanya sebagian kecil

akhlaq mulia dari keseluruhan keagungan Rosululloh SAW yang oleh Alloh SWT

telah dianugerahkan kepadanya, yaitu sebagai akhlaq yang agung yang disebut dalam

Firman Alloh Surat al-Qolam (68) Ayat 4, sbb :

                          

Arinya : “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung ”.

Oleh karena dalam memberikan teladan pada anak -anak dan anak didik kita,tentulahharus mengacu selain kepada teladan Rosululloh SAW, jug a mengacu kepada teladan

para Shohabat Rosululloh SAW, dalam sabdanya yang diriwiyatkan oleh Imam

Baihaqi dan Dailami :

ھ   ی .ی Artinya : “Para sahabatku adalah bagaikan bintang -bintang. Dengan siapa saja dari

antara mereka ikut, niscaya kamu dapat petunjuk”. Dalam Atsar lain disebutkanAbdullah bin Mas’ud ra be rkata :

ی .ھ ی Artinya : “Barang siapa mencari ikutan, maka hendaklah ia menjadikan shahabatRosululloh SAW sebagai ikutan.”

Didalam memberikan teladan, maka baik orang-tua atau pendidik tentulah harus lebih

dulu melakukan ‘amalan baik seperti yang diteladankan tsb, seperti dalam Firman-

Nya Surat al-Baqoroh (2) Ayat 44, sbb :

                                                                              Artinya : “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu

melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat) ”?

Maka tidakkah kamu berpikir? ”. Wallo-hu A’lam.

Pendidikan Dengan Adat Kebiasaan Yang baik. Menurut Syari’at pada dasarnyamanusia (sang anak), sejak lahir secara Fithroh telah memiliki Tauhid yang murni,

agama yang lurus dan Iman kepada Alloh, dalam Surat ar -Rum (30) Ayat 30 di-

Firmankan :

                                                                                                           

Page 48: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 48/185

48

Artinya : “...(tetaplah atas) fithroh Alloh yang telah menciptakan manusia menurut

fithroh itu. Tidak ada perubahan pada fithroh Alloh. (Itulah) agama yang lurus; tetapi

kebanyakan manusia tidak mengetahui ”.

Dalam Hadits Rosululloh SAW bersabda :

  ھ   ھ ی  ھ  ی  ی ھ ی )(

Artinya : “Setiap anak yang dilahirkan, ia dilahirkan dalam fithroh (kesucian), makakedua orang-tuanyalah yang akan menjadikan ia sebagai seorang Yahudi, Nasrani

atau Majusi”. (riwayat Imam Bukhori).

Dengan demikian terbentuknya pribadi yang beriman tergantung dari pembiasaan

tindak laku yang diajarkan oleh orang -tuanya atau pengasuhnya. Pembiasaan yang

wajib diberikan pada anak setidaknya adalah : Pembiasaan dalam ‘amalan Islam sertalingkungan keluarga (pergaulan) yang tertib (tidak bertentangan dengan Islam).

Dalam sabda Rosululloh SAW disebutkan :

ی  ). (ی Artinya : “Ajarilah anak -anak dan keluargamu dengan ajaran yang baik dan didiklah

mereka”. (riwayat Imam Abdur -Rozaq dan Sa’id bin Munshur).

Dalam Hadits lain :

:  ھ ,ی    ,ی ) ..(

Artinya : “Didiklah anak -anakmu dalam tiga perkara : Cinta kepada Nabimu, cinta

kepada keluarga dan membaca al-Quran”. (riwayat Imam Thobaroni).

Bahkan dalam pergaulan dengan teman -temannya terdapat pengaruh kepada dirinyaseperti yang disabdakan Rosululloh SAW, sbb :

ھ ی  ی ).. (ی ی 

Artinya : “Seseorang berada pada tuntunan temannya, maka hendaklah salah seorangdari kamu melihat siapa yang menjadi temannya”. (riwayat Imam Thirmidzi).

Dengan cara mengasuh dan mengawasi pergaulan yang demikian hakekatnya anak 

akan tumbuh dalam Iman yang Haq, akan dihiasi dengan Akhlaq (Etika) Islami,

bahkan dapat mencapai puncak keutamaan spiritual dan berpribadi yang mulia.

Dari beberapa uraian diatas, maka dalam mendidik anak (yang sudah mulai dewasa)

dengan cara :Mengikatkannya dengan ‘Aqidah Islamiah , dengan cara pendekatan yang baik, dalam arti

anak dapat disadarkan, bahwa Alloh SWT, dimana dan kapan saja akan selalu

mengawasi gerak-gerik dan ucapan kita, bahkan apa saja yang sudah terdetak dalam

hati kita dapat diketahui-Nya. Dengan demikian anak akan selalu merasa takut untuk 

berbuat yang dimurkai-Nya dan akan berbuat yang diperintahkan -Nya, baik secara

terang-terangan ataupun secara sembunyi.

Menerangkan cela/kejelekan tindak kemungkaran dan kekejia n. Dengan pendekatan yang

baik, maka pemahaman atas cela/jeleknya kemungkaran dan kekejian akan membawa

ketenteraman dalam berbuat baik dan menjauhi segala yang mungkar dan kehinaan.

Page 49: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 49/185

49

Menciptakan dan kalau perlu merubah lingkungan sosial untuk menjadi baik  . Hal itu dimaksud

agar dapat menciptakan suasana yang baik dengan kehidupan yang mulia sesuai

ajaran Islam. Dalam upaya tersebut para orang -tua/ pendidik mengambil jalan dalam

memperbaiki anak asuh agar dicapai keamanan dan ketenteraman masing -masing

individu diantara mereka, Alloh SWT ber-Firman dalam Surat Yusuf (12) Ayat 108 :,

sbb :

                                                                                          

Artinya : “Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang -orang yang

mengikutiku mengajak (kamu) kepada All oh dengan hujjah yang nyata, Maha Suci

Alloh, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".

Adapun methoda yang digunakan adalah bertumpu pada pengaj aran dan pembiasaan.

Yang dimaksud pengajaran adalah upaya yang agak teoritis mengajarkan sesuatu pada

anak, sedang pembiasaan adalah pengajaran praktis untuk melakukan yang diajarkan.

Dalam hal ini Rosululloh SAW bersabda :

ھ  ھ ی ) . .(

Artinya : “Ajarkan kepada anak -anakmu kata-kata pertama ‘La-ila-ha Illa-lloh”.(riwayat Imam Al-Hakim dari Ibnu ‘Abbas).

Dalam Hadits lain Rosululloh SAW bersabda :

,,  ھ  ی ) . .(

Artinya : “..suruhlah anak -anakmu mentaati perintah-perintah dan menjauhilarangan-larangannya, maka itu adalah penjagaan mereka dan dirimu dari api neraka”.(riwayat Ibnu Jarir dan Ibnu Al-Mundzir dari Ibnu ‘Abbas). Insya -Alloh.

Untuk menciptakan lingkungan pergaulan yang baik, maka orang tua agar selalu

menyempatkan mengamati teman sepergaulannya, dan diupayakan selalu mempunyai

teman sepergaulan yang sejalan dengan arah pendidikan yang diberikan baik orang -

tua ataupun pendidiknya. Kawan sepergaulan ad alah sangat berpengaruh tehadap

sikap pegaulan anak ybs. Syair dari Imam Adiy bin Zaid memberikan pesan a. l :

ھ  #ی  ی ی ی

 #ی  Artinya : “Terhadap seseorang jangan menanyakan sesuatu, tapi tanyakan pada

kroninya # knoninyalah yang menentukan tindakannya ”. “Bila engkau memasuki

suatu lingkungan, ambillah orang terbaik menjadi teman # Dan jangan berteman

dengan orang terhina, karena engkau menjadi terhina bersamanya ”.

Dengan teman sepergaulan yang qualitas nya terhormat, maka anak ybs akan pula

memiliki tingkat yang terhormat pula. Insya-Alloh.

Page 50: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 50/185

50

Pendidikan Dengan Nasehat. Kewajiban dari orang-tua atau pengasuh memberikan

nasehat kepada anak sendiri atau anak asuh tentang segala hal yang dianggap

membawa kebaikan anak tersebut dimasa depannya. Nasehat kepada anak dapat

membukakan mata hati dari anak ybs, dan pada ha kekatnya dari situ ada sesuatu yang

dapat mendorong kepada sesuatu yang luhur yang menjadi cita -citanya, dan dapat

pula menghiasinya dengan akhlaq yang luhur.

Dalam Al-Quran terdapat serangkaian Ayat tentang nasehat yang diberikan a.l :Nasehat dengan kelembutan orang tua kepada anaknya untuk beriman kepada Alloh dengan 

tanpa menyekutukan-Nya, berbakti kepada orang tua, sholat dan sopan santun, yang didalam

Al-Quran antara lain pada Surat Luqman (31) Ayat 13 -15, sbb :

                                                              

                                                                                     

                                                                                                                                                                                           

Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia

memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, jang anlah kamu mempersekutukan

(Alloh) sesungguhnya mempersekutukan (All oh) adalah benar-benar kezaliman yang

besar".Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbu at baik) kepada dua orang ibu -

bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah -

tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada -Ku dan kepada duaorang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksam u

untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang

itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia

dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada -Ku, kemudian hanya

kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu

kerjakan”.

Selanjutnya dalam Ayat 16-17 :

                                                                                                                                                                  

                                           

Artinya : (Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan)

seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya

Alloh akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Alloh Maha Halus lagi

Maha Mengetahui. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan

Page 51: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 51/185

51

yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah

terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal -hal

yang diwajibkan (oleh Alloh)”.Nasehat untuk tidak berlaku sombong dan angkuh dalam pergaulan dengan orang lain dan 

dengan masarakat sekitarnya , dalam Surat Luqman (31) Ayat 18-19, sbb :

                                                                                                                                   

Artinya : “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena

sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya

Alloh tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan

sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk -

buruk suara ialah suara keledai ”.

Nasehat dengan menceritakan suatu kisah dengan Tamsil dan Ibarat. Dalam kisah tentulahdiberikan argumen-argumen yang logis menurut akal fikiran a nak ybs. Dalam Al-

Quran a. l Surat Hud (11) Ayat 120, sbb :

                                                                                                  

Artinya : “Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah -

kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang

kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang -orang yang

beriman”. Selanjutnya dalam Surat Yusuf (12) Ayat 3 , sbb :

                                                                                                    

Artinya : “Kami menceriterakan kepadamu kisah yang paling baik dengan

mewahyukan Al Qur'an ini kepadamu, dan ses ungguhnya kamu sebelum (Kami

mewahyukan) nya adalah termasuk orang -orang yang belum mengetahui ”.Nasehat dengan wasiat untuk ber’ibadat dan berperi -laku kepada orang-tua dan orang-orang 

disekelilingnya , Surat an- Nisa’ (4) Ayat 36 , sbb :

                                                                                                                                                                

                                               

Page 52: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 52/185

52

Artinya : “Sembahlah Alloh dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan

sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu -bapa, karib-kerabat, anak-anak 

yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman

sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-

orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”,

Nasehat dengan memberikan Hikmah, nasehat (mau’idhoh) dan dialog, dalam  Surat an-Nahl

(16) Ayat 125, sbb :                                                                                                                                                      

Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan mau’idhoh(pelajaran yang baik) dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya

Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan -Nya

dan Dialah yang lebih mengetahui orang -orang yang mendapat petunjuk ”.

Dalam Tafsir pengertiannya adalah :1)  Menasehati dengan memberi hikmah dimaksud adalah nasehat kepada anak yang

memang sudah cukup faham mengenai kebaikan sehingga dapat dinasehati

dengan memperkaya ilmunya dengan pengertian yang lebih dalam ,

2)  Pemberian nasehat dengan mau’idhoh mempunyai arti nasehat kepada anak yangtelah faham kebaikan tetapi perlu nasehat yang disertai teladan dengan amalan

dari penasehat,

3)  Nasehat dengan berbantah merupakan nasehat kepada anak yang belum

sepenuhnya faham atas kebaikan, sehingga selain berbantah sering diperlukan

tindakan atau sarana-sarana tertentu yang harus disediakan yang dibenarkan dalam

pendidikan Islam. Wallo-hu A’lam.

Pendidikan Dengan Perhatian. Yang dimaksud Pendidikan dengan Perhatian adalah

mencurahkan perhatian disertai dengan senantiasa mengikuti perkembangan anak 

dalam pembinaan ‘Aqidah, Akhlaq (moral spiritual) dan sosial, disamping perhatianterhadap Jasmani dan Daya pikirnya.

Islam mengajarkan pada para orang -tua dan pendidik pada umumny a untuk selalu

memperhatikan, senantiasa mengikuti perkembangan, melakukan pengawasan

terhadap ank-anaknya dalam segi kehidupan dan pendi dikan secara menyeluruh.

Dalam al-Quran Alloh ber-Firman Surat at-Tahrim (66) Ayat 6, sbb :

                

 

            

          

             Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari

api neraka”

Pengertian “Qu-amfusakum…” oleh Sayidina ‘Ali ra diartikan sebagai “Didiklah danajarilah…” sedang menurut Sayyidi na ‘Umar ra mengartikan sebagai “laranglah dariperbuatan yang dimurkai Alloh dan ajarilah deng an yang diperintahkan Alloh..”Termasuk dalam perhatian adalah mencukupi kebutuhan hidup dan kebutuhan lain,

dalam Al-Quran Alloh ber-Firman Surat al-Baqoroh (2) Ayat 233, sbb :

Page 53: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 53/185

53

                                                        Artinya : “Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan

cara yang ma`ruf (pantas)”.

Secara praktis seorang pendidik atau orang -tua memberi perhatian secara saksamadalam hal-hal, a. l. :

Perhatian dalam Segi ke-Imanan pada anak. Kepada anak agar diperhatikan pada prinsip

apa yang telah dianut anak, pikiran dan keyakinan yang ada. Bila apa yang telah

dimiliki telah sejalan dengan ke -Imanan maka bersyukurlah orang-tua/pendidik 

sehingga tinggal memupuknya. Bila ada kecenderungan penyimpangan terhadap

prinsip Iman, maka harus diambil tindakan dalam menanamkan jiwa Tauhid dan

mengokohkan fondasi Iman dengan pendekatan kesadaran anak yang tulus. Un tuk 

lebih mendalami keadaan anak perlu diperhatikan pula pada : 1)  Media yang

berbentuk cetak ataupun elektronik yang menjadi kegemaran anak tersebut. 2) Kawan

bergaul sehari-hari dengan segala kegiatannya. 3)  Bentuk klompok-klompok 

pergaulan yang bagaimana yang digumuli bersama dengan teman akrabnya, yangdengan sendirinya akan tampak kegiatan bersama yang dilakukan setiap waktu.

Perhatian dalam Segi moral. Perhatian dalam segi moral ini terfokus pada kejujuran anak 

ybs. Jika kenyataan anak menunjukkan, bahwa dia suka berdusta dalam ucapan atau

 janji, berbicara dengan cara berbelit -belit dan dalam penampilan menunjukkan

penampilan yang kurang wajar berbeda dari kawan sebayanya, maka orang tua wajib

berusaha membimbingnya dengan secara bijaksana. Upaya itu dimulai dengan

menjelaskan kejelekan sifat-sifat dusta dan ketidak wajaran penampilannya. Lebih

penting pula dicari tahu perihal apa yang telah membawa sifat tersebut. Bila hal

tersebut dirasa sudah agak melibihi yang sewajarnya sebaiknya perlu bantuan pa da

ahli jiwa yang lebih dapat mendalaminya.

Perhatian dalam Segi mental dan intelektual anak. Orang-tua mempunyai kewajiban

memperhatikan daya intelektual anaknya dan pembentukan mental budaya dalam

anak yang bersangkutan. Dalam hal intelektual dapat dili hat dari kemampuan pikir

tehadap pelajaran yang sedang diikuti, sedang pembentukan mental dan budaya dapat

dilihat dari sikap dalam menghadapi persoalan, serta perilaku kesehariannya. Dalam

norma pendidikan Islam, maka kewajiban orang -tua harus sudah mengenalkan untuk 

melaksanakan yang dikategorikan sebagai “Fardlu ‘Ain” seperti Sholat Fardlu yangwajib dijalankan anak ybs dan dikenalkan juga yang bersifat “Fardlu kifayah”. Bagianak yang sudah lebih dewasa (mahasiswa) dapat pula dicari tahu tentang pandan gan

terhadap mentalitas dan tindakan para penguasa yang dikenalnya dalam masyarakat.

Perhatian dari Segi Jasmani anak. Dari penampilan anak dapat diketahui kondisi

kesehatan anak, dan perlunya upaya untuk mencapai kondisi (kesehatan) yang

seharusnya (fit). Manakala menunjukkan kondisi tidak layak, maka anak perlu

dibimbing dalam memelihara kesehatannya dengan cara yang wajar sesuai norma -

norma kesehatan kemampuan keluarga. Perintah Rosululloh SAW dari Imam Ahmad

dan An-Nasa’i sbb :

ھ ,ی  ھ   ھ .ی

Page 54: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 54/185

54

Artinya : “Wahai hamba-hamba Alloh, berobatlah kalian, karena sesungguhnya

Alloh ‘Azza wa Jalla tidaklah menciptakan adanya peny akit kecuali Dia menciptakan

penyembuhannya”.

Perhatian dalam Segi Psikhologi anak. Untuk memberikan perhatian tentang jiwa anak 

dapat diamati pada gejala-gejala pada anak antara lain :

Gejala malu atau juga rendah diri, bahkan tidak berani mengahadapi o rang lain,maka sebaiknya orang-tua menumbuhkan keberanian dengan membiasakan

berkumpul dengan orang lain dalam pegaulan yang sopan.

Gejala takut (penakut). Gejala ini dapat dihilangkan dengan meneguhkan hati untuk 

menghadapi segala sesuatu dan diberi key akinan akan kemampuannya. Yang perlu

dihindarkan adalah jangan sampai anak selalu ditakut -takuti.

Gejala merasa tidak puas. atau merasa diperlakukan tidak seperti yang dikehendaki.

Perasaan tidak puas atau diperlakukan tidak adil yang dapat disebabkan ant ara lain:

Sering mendapat penghinaan, kebetulan menjadi seorang yang yatim dan adakalanya

merasa fakir atau miskin, manja, iri atau dengki dan marah. Untuk mengatasi hal yang

demikian, maka anak dianjurkan untuk didekati dengan cara melakukan panggilan

yang dapat didengar dengan lebih menyenangkan, dengan pembicaraan yang

menyenangkan pula yang dapat membesarkan hati, memberi perlakuan yang adil dan

memberikan kesadaran untuk membangun pribadi dan kesabaran. Dalam hal anak 

manja hendaknya tidak dibiasakan adanya perlakuan istimewa dan bagi yang senang

marah perlu dihilangkan hal-hal yamg menjadi penyebabnya.

Perhatian dalam segi Sosial anak. Dalam pergaulan masarakat dapat dilihat apakah

seseorang dapat selalu memberikan hak -hak orang lain yang harus diberikan kepada

orang tersebut, misalnya memberikan salam waktu ketemu, menjawab pertanyaan

orang, menengok teman yang sakit atau berta’ziah. Bila hal tersebut tidak tampak pada diri seseorang yang menjadi asuhannya, maka hendaknya orang -tua mengajarkankepada anaknya agar melakukannya, karena disamping seseorang mempunyai hak 

yang perlu dilayani, sebaliknya adanya hak orang lain yang harus dipenuhi. Sifat -sifat

egoistis seseorang (anak) agar dicegah dengan melatih untuk suka mendahulukan

kepentingan orang lain terutama kepada yang lebih dituakan.

Perhatian dalam segi Spiritual. Perhatian kepada anak seberapa dia memahami, bahwa

haqiqatnya Alloh selalu mengawasi dalam gerak -gerik kehidupan kita, sehingga

apapun yang kita perbuat Alloh mengetahuinya. Kemampuan i tu hanya dapat dimiliki

karena ke-Imanan yang di-Anugerahkan kepadanya. Oleh karenanya upaya

peningkatan Iman merupakan langkah yang tidak dapat diabaikan dengan bimbingan

amalan ‘Ibadah yang baik dan khusyu’. Seperti halnya Sholat, hendaknya dibiasakansejak kecil.

Dalam sabda Rosululloh SAW yang diriwayat Imam Abu Dawud dan Al -Hakim :

......ی Artinya : “Suruhlah anak -anakmu sholat ketika mereka berusia 7 tahun………”.Insya-Alloh.

Page 55: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 55/185

55

Pendidikan Dengan Memberikan Hukuman atau Sangsi. Pemberian hukuman atau

sangsi didasarkan pada pemberian pengertian kepada anak, bahwa untuk dapat

dicapainya suasana kehidupan yang tenteram dan harmonis yang merupakan

kebutuhan seluruh masarakat, perlu ditegakkan suatu tatanan (hukum), dimana siapa

yang melanggarnya dikenakan suatu hukuman atau sangsi sesuai ketentuan dalam

hukum tersebut. Oleh karenanya pada setiap anak diberi pengertian lebih dahulu,

bahwa dalam hidup ada suatu tatanan (aturan mai n) yang dikenal sebagai hukum.Untuk dapat memberikan pengertian demikian diperlukan tahapan -tahapan sesuai

dengan usia atau pertumbuhan akal anak ybs. Pemahaman terhadap hukum tidak lain

agar seseorang dapat melaksanakan yang disebut: ”al-kulliyyatul-khomsu” atau “lima-keharusan”, yaitu : ”1) Menjaga Agama, 2) Menjaga jiwa, 3) Menjaga kehormatan, 4) menjaga ‘akal dan 5) Menjaga harta-benda”.

Sedangkan ketentuan Hukum yang harus difahamkan kepada anak adalah :

“Hudud”  yaitu hukum yang menjadi ketentuan Al loh SWT, misalnya : dilarangnya

kufur atau murtad, berzina, mencuri, minum khomr dsb. Dalam pelanggarannya ada

sangsi hukuman yang ditentukan secara jelas yang diatur dalam Syara’ dan tegas

bahkan kadang-kadang sangat berat, misalnya harus dibunuh, dicambu k, dipotongtangan dsb.

“Ta’dzir”  yaitu hukum yang tidak merupakan hukum yang seketat seperti hudud dan

merupakan hukum yang lebih menyangkut kepantasan dalam kehidupan kaum

Muslimin, misalnya berpakaian atau berpenampilan yang kurang pantas dsb.

Sehingga hukuman yang diberikan a. l. berupa kecaman atau perampasan barang yang

kurang pantas atau suatu sangsi keras yang tujuannya hanya menakut -nakuti.

Beberapa metoda yang dipakai Islam dalam upaya memberi hukuman kepada anak 

sesuai dengan tahapan-tahapannya a. l :

1) Memberikan teguran yang lemah lembut dan kasih sayang  adalah dasar mu’amalat dengananak :

Imam Bukhori meriwayatkan : ی ی .Artinya : “Hendaknya kamu bersikap lembah lembut, kasih sayang, dan hindarilahsikap keras dan keji”

Imam Al-Ajiri meriwayatkan :

Artinya : ”Bersikap ‘Ariflah (baik) dan janganlah kalian bersikap keras”.Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Musa Al -Asy’ari bahwa Rosululloh SAWmengutusnya bersama Mu’adz kenegeri Yaman, dan Rosululloh SAW bersabdakepada mereka :

ی Artinya :”Permudahlah jangan kalian persukar. Ajarkan ilmu dan janganlah berlakutidak simpati”.

2) Dalam memberikan teguran selalu menjaga tabi’at anak seseuai kecerdasan dan kepekaannya.Mungkin ada yang cukup dengan isya rat atau pandangan mata. Sedapat mungkin

dihindarkan dengan kekerasan. Pendapat Ibnu Khaldun a. l :”Pendidikan yangbersikap keras baik terhadap anak (murid) atau orang lain (hamba sahaya, pembantu),

maka pendidikan itu telah menyempitkan jiwanya dalam hal perkembangan,

Page 56: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 56/185

56

menghilangkan semangat, menyebabkan malas, dan menyeretnya untuk berdusta kare

takut mendapatkan pukulan yang keras dan kejam pada mukanya. Hal itu berarti telah

mengajarkan anak untuk berbuat makar dan tipu daya yang berkem -bang menjadi

pembinasaannya.

3) Dalam upaya memperbaiki perilaku anak, hendaknya dilakukan secara bertahap, a. l :

o Menunjukkan kesalahan dengan pengarahan. Artinya dengan nasehat yang baik danpengarahan yang membekas.

o Menunjukkan kesalahan dengan tegas tapi tetap ra mah. Misalnya memberikan suatu

hidangan yang seharusnya didahulukan kepada yang lebih tua dan keliru, maka

secara jelas dinasehatkan agar untuk tidak keliru lagi.

o Menunjukkan kesalahan dengan kecaman. Dalam riwayat Rosululloh SAW pernah

mengecam terhadap Abu Dzar yang merendahkan seseorang anak kulit Hitam

dengan kata :”kamu anak orang hitam”, maka Rosululloh mengcam denganperkataan : ”Sesungguhnya engkau masih berperilaku jahiliyah”.

o Menunjukkan adanya kesalahan dengan memutus hubungan. Misalnya meninggalkan

tempat.

o Menunjukkan kesalahan dengan memukul. (dengan pukulan yang tidak membahayakan).

Dalam hadits Rosululloh SAW yang diriwayatkan Imam Abu -Dawud dan Al-Hakim,

sbb :

 ,ی ی ھ ,  ھ    .ی

Artinya : “Suruhlah anak -anak kalian mengerjakan shola t sejak mereka berusia tujuh

tahun, dan pukullah mereka jika melalaikannya, ketika mereka berusia sepuluh tahun,

dan pisahkan tempat tidurnya”.

o Menunjukkan kesalahan dengan hukuman yang membuat jera. Hukuman itu kalauperlu atau dalam hal tertentu (kadang-kadang) dapat dilakukan didepan orang

lain. Dalam Al-Quran a. l Surat an-Nur (24) Ayat 2 :

                                                                                                                                                        

Artinya : “Perempuan yang berzina dan laki -laki yang berzina, maka deralah tiap -

tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada

keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Alloh, jika kamu beriman

kepada Alloh, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman merekadisaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman”. Na’udzubillah.

11. Pembinaan Diri Sebagai Ilmuwan

Bila dalam pembekalan Ilmu yang diberikan orang -tua dan para pengasuhnya sudah

berhasil, maka pada diri anak Insya-Alloh sudah terbentuk atau tampak bakat atau

minat anak ybs untuk melanjutkan ketingkat dan arah jenis pengetahuan tertentu,

sejalan dengan minat dan bakatnya. Dalam hal bakat ini, hakikatnya tidak mudah

ditentukan tanpa kecermatan dalam pengamatan dan pangalaman baik dari anak ybs,

Page 57: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 57/185

57

orang-tua atau pengasuh, karena setiap manusia hakikatnya diberi kelebihan masing -

masing seperti di-Firmankan Alloh dalam Surat al-An’am (6) Ayat 165, sbb :

                                                                                     

                                                   Artinya : “Dan dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia

meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk 

mengujimu tentang apa yang diberikan -Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat

cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ”.

Bila secara tepat atau setidaknya mendekati bakat yang sebenarnya, maka hendaknya

anak didorong untuk berusaha selalu meningkatkan derajat keilmuannya. Dalam kata

lain, Insya-Alloh anak bersangkutan dapat berusaha membina diri menjadi seorang

“Ilmuwan” atau Intelektual yang dalam kalangan agama sering juga disebut sebagai

“’Ulama” berdasar bakat yang dimilikinya dan sejalan dengan proses penguasaan

ilmu yang telah diupayakannya dengan baik . Upaya mendapatkan ilmu wajib disadari,karena setiap manusia setelah dilahirkan hakikatnya tidak berpengetahuan apa -apa,

seperti di-Firmankan Alloh pada Surat an-Nahl (16) Ayat 78 :

                                                                                                  

Artinya : “Dan Alloh mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak 

mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati,

agar kamu bersyukur”. Dengan Firman tsb hendaklah setiap insan dengan indera danfikirannya mencermati segala sesuatunya yang terjadi dialam untuk difahami dalam

memperkaya ilmunya, seperti dalam beberapa Ayat sbb :

Surat Yunus (10) Ayat 101 :

                              Artinya : “Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi ”.

Surat al-Ghosyiyah (88) Ayat 17-20 :

                                                                                                     Artinya : “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan

(17), Dan langit , bagaimana ia ditinggikan? (18), Dan gunung -gunung bagaimana ia

ditegakkan? (19), Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? (20) ”. Tentu saja dalam

mencari ilmu wajib didasari dengan ke -Taqwaan kepada Alloh, karena hanya berdasar

ke-Taqwaan Alloh akan selalu menambah ilmu hamba -Nya. Dalam Firman-Nya,

Surat al-Baqoroh (2) Ayat 282 :

Page 58: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 58/185

58

                                           

Artinya : “....dan bertakwalah kepada Alloh; Alloh mengajarmu; dan Allo h Maha

mengetahui segala sesuatu”.

Di-Firmankan pula, bahwa hanya ahli ilmu pengetahuan yang takut kepada Alloh

SWT, Surat Fathir (35) Ayat 28 :

                                                   

Artinya : “Sesungguhnya yang takut kepada Alloh di antara hamba-hamba-Nya,

hanyalah ‘Ulama. Sesungguhnya Alloh Maha Perkasa lagi Maha Pengampun ”.

Dalam sabda Rosululloh SAW disebutkan :

ھ  ھ ی Artinya : “Barang siapa mengamalkan sesuatu didasarkan ilmunya, maka Alloh

menganugerahkan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya ”.

Untuk mendapatkan tingkat ilmu yang lebih tinggi, seseorang harus secara cermat

menggunakan akalnya karena akal merupakan landasan dalam ber'amal. Rosululloh

SAW bersabda :

.ھ ,Artinya : "Setiap amal perbuatan ada fondasinya, dan fondasi amal perbuatan

seseorang adalah akalnya". Sayyidina 'Umar bin Khotthob mengatakan :"Mahkota

seseorang adalah akalnya, derajad seseorang adalah agamanya dan harga diri se -

seorang adalah akhlaqnya".

Dengan uraian Ayat-ayat dan sabda Rosululloh SAW tidak secara otomatis manusia

sanggup mencermati serta mendalami ilmu untuk mencapai derajat ke -ilmuan yangtinggi dan bermanfaat, hal itu dikarenakan banyaknya godaan dalam kehidupan

manusia didunianya, yaitu a. l : kesombongan dan melupakan kehidupan akhirat,

seperti Firman Alloh Surat al-A’rof (7) Ayat 146 dan Surat ar-Rum (30) Ayat 6-7 :

                                                     Artinya : “...Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di

muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda -tanda kekuasaan-Ku..”

                                                                                 

Artinya : “.......tetapi kebanyakan manusia tidak Mengetahui (6). Mereka Hanya

mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang

(kehidupan) akhirat adalah lalai ” (7). Na’udzubillah.

Jenis ilmu apa saja yang harus didalami dalam membangun dunia ini, tentulah sangat

banyak jenis dan ragamnya. Untuk lebih menyederhanakannya dalam uraian ini

dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : 1)  Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2)  Ilmu

Page 59: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 59/185

59

Pengetahuan tentang Ekonomi, Sosial dan Politik. 3)  Ilmu Pengetahuan tentang

Agama yang memuat ilmu ‘Aqidah, Syar i’ah dan Akhlaq disertai ilmu -ilmu pengantar

(diroyat) dari masing-masing ilmu ybs.

12. Mempelajari Ilmu Pengetahuan dan Tek nologi

“Ilmu” yang dalam bahasa Indonesia biasa dirangkai dengan kata Pengetahuan, berasal dari bahasa ‘Arab “‘alima” artinya “tahu” atau dalam buku Prof. QuraishShihab (Wawasan Al-Quran) diuraikan dari kata “‘ilm” yang artinya “jelas” atau

kejelasan. Sifat Alloh disebutkan sebagai “’A-lim” dari kata kerja “Ya’lam” artinya

Dia yang Mengetahui atau untuk sifat kesempunaan -Nya menjadi “’Ali-m” artinya

Dia yang Maha Mengetahui. Karena pentingnya Ilmu, maka Ahli tafsir menghitung

kalimat “’Ilm” dengan segala bentuknya disebut dalam al -Quran 854 kali. Dalam

Sifat Alloh disebutkan “‘A-limul Ghoibi wasy Syaha-dah” artinya Mengetahui baik 

yang ghoib dan yang nyata. Ilmu yang dianugerahkan kepada manusiapun Insya -

Alloh dapat mencakup dari hal -hal yang terlihat mata dan yang tidak terlihat mata.

Ilmu tsb telah diterima oleh manusia dari Alloh SWT pada permulaan penciptaannya,

seperti dalam Firman-Nya pada Surat al-Baqoroh (2) Ayat 31-32 :

                                                                                                                                                                      

Artinya : “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama -nama (benda-benda)

seluruhnya, Kemudian mengemukakanny a kepada para malaikat lalu ber -Firman:

"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang

yang benar!"(31). Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami

ketahui selain dari apa yang Telah Engkau ajarkan kepada Kami; SesungguhnyaEngkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana (32) ”. Dalam menerima ilmu

dari Alloh SWT, maka manusia dapat menerimanya dengan dua cara, yaitu : Pertama,ilmu diterima tanpa adanya upaya manusia tsb untuk mencarinya, artinya langsung di -

Anugerahkan Alloh kepada manusia tertentu yang disebut sebagai “Ilmu Ladunni”,

yang dalam al-Quran di-Firmankan pada Surat al-Kahfi (18) Ayat 65 :

                                                                

Artinya : “Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antar a hamba-hamba

kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi kami, dan yang telah kami

ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami ”. Kedua Ilmu yang diperoleh manusia denganberusaha (belajar) yang disebut “Ilmu al-Kasbi”, yang merupakan sebagian besar

dari ilmu yang dimiliki seluruh manusia.

Teknologi. Dalam kamus bahasa (Indonesia), “Teknologi” diartikan sebagai

“kemampuan tehnik yang didasarkan pada pengetahuan eksakta dan didasarkan pada

proses tehnis”. Dalam penerapannya, maka teknologi adalah merupakan ilmu tentang

bagaimana cara menerapkan sain (Ilmu Pengetahuan Murni) untuk kepentingan yang

sesuai kebutuhan masarakat dari ilmu tsb , dengan mengikuti prosedur tehnik yang

sudah dirumuskan secara baku. Teknologi selalu berkembang sesuai kemajuan zaman

Page 60: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 60/185

60

atau sejalan dengan tingkat perkembangan pemik iran para tehnokrat yang hidup

dizaman itu. Dalam kehidupan mereka secara cermat melakukan penelitian dan

pengembangan untuk kemajuan teknologi ybs. Alloh ber-Firman dalam Surat Ali-

Imron (3) Ayat 190-191 :

  

  

  

   

      

  

 

     

     

 

     

 

 

 

     

     

       

    

      

 

                                                                                                                                   

Artinya : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya

malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (190), (yaitu)

orang-orang yang mengingat Alloh sambil berdiri atau duduk atau dalam keada an

berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya

berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan s ia-sia, Maha

Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka (191)”. Dalam meneliti ataumengembangkan teknologi, maka sesuai Ayat tersebut para Tehnokrat Muslim wajib

selalu mengingat dan menyandarkan diri kepada Kebesaran Alloh SWT. Berbeda

dengan para pakar yang kufur, maka Alloh mempertanyakan dengan Firman -Nya,

Surat al-Anbiya’ (21) Ayat 30 :

                                                                                                            

Artinya : “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langitdan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan

antara keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka

mengapakah mereka tiada juga beriman? ”

Dalam mengembangkan Ilmu pengetahuan dan Teknologi ummat Islam dituntut

untuk selalu memperkaya dan meningkatkan pengetahuan, bahkan kepada Rosululloh

SAW diperintahkan untuk selalu berdo ’a, mohon ditambah ilmunya, Surat Thoha (20)

Ayat 114 :

                

Artinya : “...dan Katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilm upengetahuan”.

Penguasaan terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi merupakan tuntutan dalam

hidup manusia dialam ini dalam mencapai kesejahteraanya seperti digambarkan

dalam Surat Yunus (10) Ayat 24 :

                                                                                                                                             

Page 61: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 61/185

61

                                                                                                                 

Artinya : “Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air

(hujan) yang kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya, karena airitu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang

ternak. hingga apabila bumi itu telah s empurna keindahannya, dan memakai (pula)

perhiasannya, dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya,

tiba-tiba datanglah kepadanya azab kami di waktu malam atau siang, lalu kami

 jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan -akan

belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah kami menjelaskan tanda -tanda

kekuasaan (kami) kepada orang -orang berfikir”.

Dengan Ayat inilah manusia terinspirasi menyusun kaidah -kaidah ilmiah yang

menjadi salah satu dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Oleh karenanya Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi umumnya bertujuan untuk kepentingan bersama dibidangkeilmuan, sehingga sifatnya lebih obyektif untuk seluruh manusia. Wallo -hu A’lam.

Bila kita lihat perkembangan Ummat Islam diseluruh dunia, tingkat kemampuan

Teknologi yang dimiliki Ummat Islam jauh masih dibawah ummat yang lain,

walaupun secara perseorangan dari waktu kewa ktu kualitas keilmuannya mengalami

kemajuan. Bagi Ummat Islam Indonesia yang merupakan penduduk mayoritas

dibanding dengan yang non-Muslim, tentulah kemajuan secara umum lebih dapat

dilihat, namun sebagai Ummat yang mayoritas, maka jumlah yang berkualitas masih

sangat terbatas dalam arti kurang proporsional dari jumlah Ummat Islam yang ada di

Indonesia. Untk memberikan penilaian tingkat kemampuan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi lebih mudah diukur dalam pendidikan formal yang modern, salah satu

penilaian kualitas dalam dunia akademis adalah kelulusan para Ilmuwan dan

Tehnokrat dalam pendidikan tinggi yang diberi kategori strata 1 (S1), S2 dan S3

disertai hasil-hasil penelitiannya masing yang dikembangkan dimasarakat. Ukuran

lain yang dapat digunakan untuk meng etahui tingkat kemampuan seorang Ilmuwan

atau Tehnokrat yang tidak bersifat formal, dapat diidentifikasi melalui hasil karya

ilmiah yang nyata dari mereka yang dapat dibaca atau diamati secara terbuka. Hanya

dengan kesadaran yang penuh dan usaha yang sungg uh-sungguh dari Ummat Islam

Indonesia sendiri, peningkatan akan dapat mungkin dicapai sesuai kebutuhan Ummat.

Insya-Alloh.

13. Mempelajari Ilmu Ekonomi

Sebelum secara khusus menguraikan Ilmu Ekonomi, lebih baik kiranya ditinjau

tentang peri kehidupan manusia didunia yang secara umum menuntut a.l :

Tersediannya sarana dan prasana yang diperlukan untuk memelihara kelangsungan

hidupnya. Kemudian selain itu diperlukan suasana aman dan tenteram, disamping itu

diantara manusia tertentu ada yang berkeinginan da pat berkuasa dalam arti berwenang

mengatur kehidupan dalam masarakat lingkungannya. Kebutuhan kesemuanya hanya

mungkin didapat bila manusia memeliki ilmu pengetahuan yang cukup untuk 

mewujudkan apa yang mereka cita -citakan.

Page 62: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 62/185

62

Tersedianya sarana dan prasarana untuk kepentingan hidup sehari-hari secara

memadahi dapat dipenuhi mana -kala diantara manusia yang ada memiliki atau faham

tentang ilmu untuk mendapatkan dan menyediakan sarana tsb , yang dalam pemikiran

awam disebut sebagai “Ilmu Ekonomi” , untuk tercapainya suasana kehidupan

kemasarakatan yang damai dapat dipelajari dalam ilmu untuk bermasarakat yang

tenteram, harmonis dan damai yaitu disebut sebagai “Ilmu Sosial” , sedang untuk 

dapat mencapai kedudukan dalam kekuasaan pemerintahan mengatur masarakat dannegara oleh orang-orang tertentu dipelajari dalam “Ilmu Politik” .

Bila dalam uraian tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi lebih mengarah kepada

obyektifitas artinya digunakan dalam pemenuhan kebutuhan pengetahuan itu sendiri

dan kebutuhan manusia umumnya, namun dalam hal Ilmu Ekonomi, Sosial dan

Politik lebih cenderung mengarah kepada subyektifitas masing -masing manusia yang

terlibat, karena berhubungan dengan kepentingan dari masing -masing yang

membidanginya yang kadang-kadang berbeda antara satu fihak dan fihak lain, baik 

ditinjau dari segi kepentingan, suasana ketenteraman yang diharapkan dan kekuasaan

yang diinginkan.

Ilmu Ekonomi. Seperti diuraikan sebelumnya, Pengetahuan ini (Ilmu Ekonomi)meliputi a. l : Penyediaan atau Pengadaan (Produksi) barang dan jasa yang diperlukan

manusia, disertai dengan sitem distribusi barang kebutuhan tersebut, sehingga dapat

menjangkau bagi yang memerlukan dan adanya alat yang mempunyai nilai tukar

(uang) untuk mendapatkan barang dan jasa yang diperlukan. Dalam dunia m odern

telah dirumuskan berbagai teori dan praktek dalam ilmu pengetahuan ekonomi

modern mencakup seluruh kawasan dunia dari Timur sampai Barat atau Utara -Selatan

yang umumnya sebagian besar menganut sistem ekonomi kapitalis dan sementara

negara yang padat penduduk seperti Cina mengikuti sistem ekonomi komunis, yang

pada dasarnya sistem yang ada belum mengikuti tuntunan Ekonomi seperti dalam

Syari’at Islam. Hanya tidak dapat dibantah, bahwa sistem ekonomi yang berjalan

diseluruh dunia adalah sistem ekonomi yang dianut negara non-Muslim yang memanglebih menguasai ekonomi dunia. M au atau tidak mau sesuai prosedur perekonomian

yang telah berjalan diseluruh dunia, maka walaupun tidak secara menyeluruh kaum

Muslimin, tetapi sebagaian terpaksa masih mengikuti prosedur yang terkait sistem

yang berlaku. Tentulah secara bertahap Ekonomi Syari ’at Islam bagi Ummat Islam

wajib secara cermat walaupun lambat dapat mewujudkannya. Insya-Alloh.

Sebagai manusia (makhluq) Alloh secara tegas diperintahkan agar mencari segala

karunia (keperluan untuk hidupnya), Firman Alloh Surat al -Jum’ah (62) Ayat 10 :

                                               Artinya : “Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muk a bumi;dan carilah karunia Alloh” . Sedang naluri manusia selalu ada dorongan untuk 

berusaha memiliki kekayaan dunia, Firman Alloh Surat Ali -Imron (3) Ayat 14 :

                                                                                                             

Page 63: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 63/185

63

Artinya : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa -apa

yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,

perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang ”,

Tersedianya rizqi untuk setiap makhluq sudah dijanjikan Alloh, hanya seperti dalam

Surat Jum’at tsb diatas diwajibkan manusia mencarinya. Janji Alloh menyediakan

rizqi bagi makhluq di-Firmankan dalam Surat Hud (11) Ayat 6 :                                                                                      

Artinya : “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Alloh-lah

yang memberi rezkinya, dan dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat

penyimpanannya. semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh) ”.

Walaupun naluri manusia ingin memiliki harta sebanyak yang diinginkan dan Alloh

menjamin tersedianya rizqi bagi makhluq, namu n Alloh memberi tuntunan agar dalammencarinya secara halal, Surat al-Baqoroh (2) Ayat 188 :

                                                                                                           

Artinya : “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di

antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta

itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda

orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui ”.

Bagi orang yang telah berhasil mengumpulkan harta, maka bagi mereka berkewajiban

membelanjakan uang tersebut sesuai tuntunan Agama (Islam), Firman Alloh Surat at -

Taubah (9) Ayat 34 :

                                                                       

Artinya : “.........dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak 

menafkahkannya pada jalan Alloh, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa

mereka akan mendapat) siksa yang pedih ”,

Dalam hal pengurusan harta benda kaum Muslimin diajarkan wajib berhati -hati dan

cermat dengan tidak menyerahkan begitu saja pada orang yang tidak berkemampuan.

Alloh ber-Firman dalam Surat an-Nisa’ (4) Ayat 5 :

                                                 Artinya : “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna

akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Alloh sebagai

Page 64: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 64/185

64

pokok kehidupan”. Selain itu dalam pengurusan harta, Kaum Muslimin diwajibkan

secara cermat mencatatnya dengan teliti. Dalam Surat al -Baqoroh (2)Ayat 282 sbb :

                                                                               

                                   Artinya : “...dan janganlah kamu jemu menucatatnya , baik kecil maupun besar

sampai batas waktu membayarnya. Y ang demikian itu, lebih adil di sisi Al loh dan

lebih menguatkan persaksian dan le bih dekat kepada tidak (menimbulkan)

keraguanmu”.

Didalam mempelajari ilmu ekonomi dan dalam mengatur perekonomian, maka Kaum

Muslimin disamping mempelajarinya secara cermat dengan pencatatan yang teliti

wajib mentaati hukum Syari ’at. Firman Alloh Surat al-Baqoroh (2) Ayat 188 :

                                                                                                           Artinya : “Dan janganlah sebahagian kamu memakan h arta sebahagian yang lain di

antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta

itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda

orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui ”. Insya-Alloh.

14. Mempelajari Ilmu Sosial

Ilmu Sosial. Dalam kehidupan masarakat sering disebut, bahwa manusia adalahmakhluq Sosial, artinya selalu hidup dalam kelompok yang disebut masarakat. Untuk 

dapat terbentuknya masarakat yang harmonis, maka setia p anggota masarakat wajib

memelihara keserasian hidup yang saling disepakati. Pada dasarnya setiap anggota

masarakat memiliki yang disebut “hak dan kewajiban” atau dapat dikatakan bila

seseorang memenuhi kewajiban kemasarak atannya (dengan ‘amalan baik), maka dia

akan dapat menerima haknya yaitu mendapatkan perlakuan yang baik pula dari

masarakatnya. Firman Alloh Surat al-An’am (6) Ayat 108 :

                                                                                 

Artinya : “....Demikianlah kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan

mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu dia memberitakan

kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan ”.

Untuk dapat faham hal-hal yang demikian, seseorang wajib memiliki ilmu yang

diperlukan seperti tsb sebelumnya, yaitu “Ilmu Sosial” atau ilmu kemasarakatan.

Karena kenyataan dalam masarakat yang ada, tidak semua memiliki kemampuan serta

pandangan hidup yang sama, sehingga perlu adanya kesepakatan yang dapat

menciptakan rasa keadilan bagi masing-masing anggota masarakat. Alloh ber -Firman

dalam Surat az-Zukhruf (43) Ayat 32 :

Page 65: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 65/185

65

                                                                                                                                                                            

          Artinya : “Apakah mereka yang mem bagi-bagi rahmat Tuhanmu? kami t elah

menentukan antara mereka penghidupan mereka d alam kehidupan dunia, dan kami

telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar

sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu

lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan ”.

Pemahaman terhadap ilmu tersebut selai n harus mempelajarinya mulai dari teori yang

sudah ditumuskan oleh para ahli, perlu pula didalami dari kenyataan dalam masarakat

yang ada dan selalu memohon petunjuk dari Alloh agar tidak sesat, karena Dia -lah

yang Maha Mengetahui. Sebagai Ummat Islam, mak a yang wajib diwujudkan adalah

sebagai “Ummatan Wasathon” (Ummat Pilihan yang Adil). Firman Alloh Surat al -Baqoroh (2) Ayat 143 :

                                                                                   

Artinya : “Dan demikian (pula) kami Telah menjadikan kamu (umat Islam), umat

yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar

Rosul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu ”.

Dalam hidup bermasarakat, maka setiap anggo ta masarakat dituntut untuk mengikutiketentuan-ketentuan yang telah disepakati bersama, sehingga tidak terjadi pergesekan

atau bahkan permusuhan diantara anggota masarakat. Diantara bentuk kejadian yang

dapat menyebabkan pergesekan, misalnya adanya peras aan yang saling merendahkan

satu dengan lain, dalam hal ini Alloh ber -Firman dalam Surat Hujurot (49) Ayat 11 :

                                                                                                                    

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki -laki

merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik darimereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lai nnya,

boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik ”. Sifat mudah memuji diri atau mencela

orang lain dari sifat seseorang atau sekelompok orang merupakan suatu penyakit,

karena kefanatikan yang dijiwai kesombongan atau kecongkaan atas rasa hebat pada

dirinya atau kelompoknya, dan begitu ringan memandang jelek dan rendah pada yang

lain. Ada ungkapan dalam suatu syair :

ی    ی #ی    ی ی 

Page 66: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 66/185

66

Artinya : “Dan Mata keridloan gelap tidak dapat melihat cacat #

Sebagaimana mata kebencian hanya melihat yang buruk saja ”.

Sifat buruk demikian agar disadari kemungkinan menjangkiti dirinya dan harus

berupaya menghilangkannya. Disisi lain, untuk mencapai keharmonisan dalam

masarakat, maka setiap anggota masarakat wajib menyadari, bahwa kemajuan

lingkungan masarakatnya tidak akan meningkat atau berkembang, tanpa adanya upaya

melakukan perubahan/pembangunan dalam segala bidang pada diri masing-masing.Alloh ber-Firman dalam Surat ar-Ro’ad (13) Ayat 11 :

                                              Artinya : “Sesungguhnya Alloh tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga

mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”.

Dalam Ayat tsb terdapat dua proses perubahan, yaitu : 1)  Perubahan dari masarakat

yang dilakukan oleh Alloh. 2) Perubahan keadaan dari diri manusia (perubahan sikap

mental) yang pelakunya manusia itu sendiri (dalam masarakat) bukan didasarkan

pribadi masing-masing. Sedang perubahan yang dilakukan Alloh terjadi secara pasti

melalui hukum masarakat dengan ketetapan Alloh (Sunatulloh). Adapun tanggung- jawab masing-masing pribadi dalam tanggung -jawabnya terhadap masarakat akan

dipertanggung-jawabkan sendiri-sendiri dihadapan-Nya. Alloh ber-Firman dalam

Surat Maryam (19) Ayat 93-95 :

                                                                                           

Artinya : “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada

Tuhan yang Maha Pemurah selaku seora ng hamba (93). Sesungguhnya Alloh telah

menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti (94).

Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allo h pada hari kiamat dengan sendiri -

sendiri (95)”. Wallo-hu A’lam.

15. Mempelajari Ilmu Politik 

Ilmu Politik. Bila dipelajari Struktur dari suatu masarakat yang mapan, selalu

tersusun dalam bentuk struktur yang didalamnya terdapat adanya pemimpin atau

kelompok orang tertentu yang memimpin dan kelompok yang dipimpin yang

 jumlahnya lebih besar dari yang memimpin. Dalam proses pengangkatan pemimpin

atau pembentukan pimpinan setiap kelompok masarakat yang mapan tsb, umumnya

telah mereka susun mekanisme atau prosedur yang telah disepakati bersama.

Kepada anggota masarakat yang duduk dalam pimpinan agar dapat menjalankan tugas

kepemimpinannya tentulah kepadanya ada kewenangan tertentu yang diberikan atau

bahkan lebih dari itu yaitu, diberikannya suatu kekuasaan tertentu untuk dapat

melaksanakan kewajibannya sebagai yang memimpin. Dengan kewenangan atau

kekuasaan yang dimiliki, kepadanya dapat diberikan kemudahan -kemudahan tertentu

termasuk didalamnya hak untuk mengatur d an dipatuhi. Dengan hak dan kemudahan

yang diberikan kepada pemimpin tsb, maka secara wajar setiap anggota masarakat

mengakui, bahwa kedudukan pemimpin adalah lebih terhormat atau dihormati oleh

yang dipimpin atau setidak-tidaknya, mereka adalah anggota yang pantas dihormati.

Page 67: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 67/185

67

Dengan kondisi yang demikian, maka dalam masarakat dituntut adanya suatu

pengetahuan (Ilmu) yang mempelajarinya, bagaimana cara mengatur kehidupan suatu

masarakat dan siapa yang harus mengaturnya, sehingga seseorang dapat mencapai

kedudukan yang terhormat tsb. Secara sederhana umumnya pengetahuan tsb

dinamakan “Ilmu-Politik” dari bahasa Latin Politicos atau berasal dari kata “Polis”

yang artinya “Kota”. Kota dipandang sebagai tempat dimana masarakatnya lebihtinggi tingkat peradabannya, karena sudah mempunyai aturan dan pemimpin yang

dipatuhi untuk mengatur.

Dalam bahasa ‘Arab, ‘Ulama menyebutnya dengan kata “sasa-yasusu-sais-siasah”yang berarti mengemudi-mengendali-pengendali dan cara pengendali an sesuatu. Arti

mengendali disini mengendalikan masarakat agar arah yang dituju jelas dalam

menempuh hidup bermasarakat. Bagi seseorang Muslim yang mempunyai minat

bahkan ambisi untuk mendapat kekuasaan atu menjadi pemimpin maka pada hakikat

adalah wajar, karena kepada manusia Alloh memberi kuasa untuk dapat mengatur

segala sesuatunya dibumi ini sebagai Kholifah. Firman Alloh Surat al-Baqoroh (2)

Ayat 30 :

                                                  Artinya :“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para mal aikat: "Sesungguhnya

Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Kemudian dalam Surat al-

An’am (6) Ayat 165:

                                                                      Artinya : “Dan Dialah yang menjadikan kamu pen guasa-penguasa di bumi dan Dia

meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat ”. Firmanlebih lanjut dalam Surat Yunus (10) Ayat 14 :

                                                             Artinya : “Kemudian Kami jadikan kamu pengganti -pengganti (mereka) di muka

bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat ”. Lebih

lanjut dalam Surat an-Nur (24) Ayat 55 :

                                                                                                                                                  

                 Artinya : “Dan Alloh telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu

dan mengerjakan amal yang saleh bahwa Dia sungguh -sungguh akan menjadikan

mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang -orang yang

sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama

yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar -benar akan menukar (keadaan)

mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa ”.

Page 68: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 68/185

68

Mana-kala seorang Muslim berhasil mendapat kesempatan menjadi pemimpin, maka

wajib baginya menyandarkan pada hukum Alloh, shingga dapat tercapai keadilan,

seperti dalam Firman Alloh Surat an-Nisa’ (4) Ayat 58 :

                                                                         

                                             Artinya :”....apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapka n

dengan adil. Sesungguhnya Alloh memberi pengajaran yang sebaik-baiknya

kepadamu. Sesungguhnya Alloh adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat”.

Dan siapakah hakekatnya orang yang dapat menjadi pemimpin, maka hanya Alloh

yang Maha Tahu yang menentukan, Firman Alloh Surat Ali -Imron (3) Ayat 26 :

                                                                       

                                                           Artinya : “Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan

kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau ca but kerajaan dari orang

yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau

hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan.

Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu ”.

Sedangkan dalam memimpin Ummat, maka pemimpin Muslim wajib memegang

amanah tsb secara adil, Firman Alloh Surat an-Nisa’ (4) Ayat 58-59 :

 

 

 

 

  

  

 

 

 

 

   

  

    

  

 

 

 

   

  

  

  

 

 

 

    

  

 

   

  

  

  

 

  

 

 

  

 

  

  

  

                                                                                                                                            

                                                               

Artinya : “Sesungguhnya Alloh menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang

berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara

manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Alloh memberipengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allo h adalah Maha

mendengar lagi Maha Melihat (58) . Hai orang-orang yang beriman, taatilah Alloh dan

taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudia n jika kamu berlainan

pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah i a kepada Alloh (al Quran) dan Rasul

(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Alloh dan hari kemudian. yang

demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya (59) ”.

Untuk dapat tercapainya kondisi tersebut dalam masarakat perlu adanya kesadaran,

bahwa setiap individu berusaha dapat masuk dalam kelompok yang selalu berusaha

amar ma’ruf dan nahi munkar, Firman Alloh dalam Surat Ali -Imron (3) Ayat 104 :

Page 69: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 69/185

69

                                                                                                 

Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada

kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf da n mencegah dari yang munkar; merekalahorang-orang yang beruntung”.

Didalam Ilmu Politik yang telah berkembang dimasarakat , salah satu yang dipelajari

dan menjadi suatu perhatian penting (ambisi) seseorang adalah, bagaimana dapat

mencapai derajat atau kedudukan yang tinggi, sehingga mendapat kewenangan

(berkuasa) dalam masarakat sebagai seorang Pemimpin. Hal tsb merupakan sesuatu

yang wajar sejauh sesuai Qo ’idah agama seperti tsb diatas. Yang lebih penting adalah

untuk berlomba menjadi orang yang terbaik d iantara yang baik. Alloh ber-Firman

dalam Surat al-Maidah (5) Ayat 48 :

                                                                                                                                                                                                                                               

Artinya : “Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Alloh turunkan dan

 janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka deng an meninggalkan kebenaran yang

telah datang kepadamu. untuk tiap -tiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang. sekiranya Allo h menghendaki, niscaya kamu dijadikan -Nya satu

umat (saja), tetapi Alloh hendak menguji kamu terhadap pemberian -Nya kepadamu,

Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya k epada Alloh-lah kembali kamu

semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu ”,

Dalam berlomba kebaikan suatu hal yang wajar bila terjadi pebedaan pandangan

dalam masarakat. Hal yang lebih penting dalam perbedaan pandangan tersebut

dipergunakan untuk saling membantu dalam menuju kebaikan, karena disadari, bahwa

setiap kelompok masarakat tidak harus sama dal am memandang suatu masalah.

Dalam suatu syair diungkapkan :

ھ    #ی : Artinyaی “Manusia tidaklah dapat diharapkan akan sepakat hatinya semua # Pas ti ada

yang memuji engkau dan mencela ”. Perbedaan yang terjadi untuk saling dipadukan

sehingga dapat saling menunjang. Firman Alloh Surat al-Maidah (5) Ayat 2 :

                                                                                                 

Page 70: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 70/185

70

Artinya : “...dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan

takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan

bertakwalah kamu kepada Alloh, Sesungguhnya All oh amat berat siksa-Nya”.

Dengan dalil-dalil diuraikan diatas, maka Muslim yang berkecimpung dalam ilmu

pengetahuan politik mempunyai pemikiran yang berbeda satu dengan lain, tentang

bagaimana secara praktis untuk melaksanakan penerapan Islam dalam berpolitik ataupun bernegara. Pakar politik seperti H. Munawir Sjadzali MA menulis , bahwa

terdapat tiga kelompok pemikiran politik dikalangan kaum Muslimin :

Kelompok pertama , dengan kecenderungan tradisionalnya dan semangat anti Barat

berpendirian, bahwa Islam bukan sekedar agama dalam pengertian Barat, tetapi

merupakan suatu pola hidup yang lengkap dengan pengaturan unt uk segala aspek 

kehidupan, termasuk aspek politik. Oleh karenanya unt uk pemulihan kejayaan ummat

Islam, mereka harus kembali kepada pola hidup generasi pertama Islam, yaitu semasa

Nabi SAW dan Al-Khulafa ar-Rosyidin dan tidak perlu atau bahkan jangan meniru

pemikiran Barat.

Kelompok Kedua , berpendapat sebaliknya yang beranggapan, bahwa Islam seperti

halnya dengan agama-agama lain, yang hanya mengurusi hubungan antara manusia

dan Penciptanya; sedang tata kehidupan bermasarakat, baik dalam bidang politik,

ekonomi maupun bidang-bidang lain terserah kepada ummat (pemimpin ummat)

tentang cara atau pola pengaturan yang disepakatinya.

Kelompok ketiga , tidak sepakat dengan kelompok pertama, bahwa Islam itu lengkap

dengan pengaturannya untuk seluruh aspek kehidupan bermasarakat, termasuk sistem

politik, tetapi juga menolak anggapan kelompok kedua, bahwa Islam sama dengan

agama-agama lain. Menurut kelompok ini, didalam Islam terdapat seperangkat prinsip

dan tata-nilai moral serta etika bagi kesejahteraan hidup manusia, termasuk kehidupan

bermasarakat dan bernegara, yang untuk pelaksanaannya ummat Islam bebas memilih

sistem mana yang terbaik, dan dibenarka n seandainya meniru ummat lain, termasuk 

bangsa Barat. Walloh-hu A’lam.

16. Mendalami Ilmu Agama

Yang dimaksud Agama disini adalah Agama Islam atau “ad-Dinul Islam” yang

menurut istilah diartikan sebagai “ Agama Samawi yang diturunkan oleh Alloh SWT 

melalui utusan-Nya Junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang ajarannya terdapat 

dalam Kitab Suci Al-Quran dan Sunnah Rasul SAW dalam bentuk perintah -perintah,

larangan-larangan, dan petunjuk-petunjuk untuk kebaikan manusia didunia dan

akhirat atau sebagai tuntunan yang berisi tuntunan dalam mengatur hubungan

antara manusia dengan Alloh, hubungan dengan manusia lain dan hubungan denganmakhluk lain termasuk lingkungan sekitar manusia tersebut”.

Penganut Agama pada umumnya termasuk penganut agama Islam, rata -rata berusaha

memahami agamanya sebatas pengetahuan yang menyangkut amalan yang wajib

dijalankan yang dalam tingkat pemahamannya sudah bebas dari dosa. Namun ada -

pula diantaranya berusaha menguasai ilmu pengetahuan tentang agama yang

dianutnya, bukan hanya sekeda r untuk diamalkan sendiri, akan tetapi untuk diajarkan

kepada orang lain secara sempurna. Agar dapat mendalaminya dengan sendirinya

perlu mempelajarinya secara mendalam.

Page 71: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 71/185

71

Secara garis besar dalam Ilmu Agama Islam para ‘U lama membagi secara garis besar

pula menjadi tiga pokok pemahaman, yaitu : Ilmu ‘Aqidah (Keimanan), IlmuSyari’ah (Hukum dan tata-cara Pengamalannya) dan Akhlaq (Budi-pekerti).

Disamping tiga Pokok Pengetahuan tersebut tentu masih banyak pengetahuan dalam

agama yang perlu dipelajari agar secara ilmu pengetahuan seorang ilmuwan lebih luas

wawasannya, antara lain : Sejarah Islam, Filsafat, Politik dsb. Namun dalam Agama

Islam, bahwa segala sesuatu yang difahami dan diamalkan seorang Muslim wajibberdasar kepada Kitab-Alloh (Al-Quran) dan Sunnah Nabi, penguasaan terhadap

kandungan kedua sumber tersebut wajib dikuasai dengan baik. Agar dapat memberi

pemahaman terhadap kedua sumber ilmu tsb, wajib dipelajari lebih dulu Ilmu

Pengetahuan yang dapat mengantar pada pemahaman terhadap kedua Sumber (al -

Quran dan Sunnah Nabi) sesuai kaidah keilmuan.

Dengan demikian seorang Muslim yang berniat ingin mengembangkan Ilmu

Agamanya, berarti wajib mengikuti proses pembelajaran yang memang sudah

dibakukan dalam pengembangan “Ilmu Agama”, yaitu mengikuti pendidik an dengan

tahapan pembelajaran terhadap ilmu -ilmu tertentu sebagai ilmu yang secara khusus

dapat membimbingnya dalam pemahaman agama yaitu “Ilmu alat” atau “IlmuDiroyat”. Diantaranya yang terpenting adalah Ilmu alat yang mempelajari Kitab Suci

(al-Quran) dan Sunnah Rosul (Hadits). Dalam tulisan ini tidak ingin diuraikan secara

menyeluruh dan hanya secara sekilas yaitu agar dapat memberi gambaran sebagai

contoh, a. l :

1) Al-Quran. Ilmu yang dapat membimbing dalam membaca kemudian memahami

kandungan isi Al-Quran. Untuk memberi gambaran tentang ilmu tsb, karena luasnya,

maka mungkin hanya dalam uraian secara garis besar sbb :

Ilmu Tajwid. . Sebelum seseorang mendalami isi al -Quran, maka seorang Muslim

sesuai dengan proses pembelajaran yang baku dalam pen didikan agama Islam, maka

mereka wajib belajar bagaimana dapat membaca al -Quran dengan baik dan benar,

baru kemudian meningkat kepada pemahaman isinya. Seperti kita maklum, bahwa al -

Quran adalah berbahasa Arab (al -Quran) dan dalam membaca wajib mengikuti

pedoman bacaan yang benar yang diuraikan dalam “Ilmu Tajwid   ”, yaitu Ilmu yang

mempelajari bacaan huruf secara benar pada ucapan mulut (Makhroj), panjang

pendeknya bacaan, kemudian saat membacanya, dimana bacaan boleh berhenti dan

dimana harus lanjut dsb. Untuk mempelajarinya wajib berguru kepada yang memiliki

penguasaan Ilmu tsb artinya tidak dapat hanya belajar sendiri.

Ilmu Bahasa ‘Arab. Seseorang yang ingin mempelajari (mendalami tentang Islam)

wajib mempelajari Bahasa ‘Arab (Bahasa al -Quran), yang terdiri dari Bahasa Arabnya

sendiri yaitu Lughoh (arti kata-kata), Tata bahasa (Nahwu dan Shorof) dan yang lebih

tinggi yang sudah menyangkut sastera (Balaghoh). Seberapa ukuran orang memiliki

pengetahuan bahasa Arab, manakala seseorang dapat dikatakan sudah menjadi

‘Ulama yang mampu memberi Fatwa, maka sesuai kriteria ‘Ulama Ushul ialah orangdikatakan menguasai bahasa Arab apabila dalam membaca makalah bahasa Arab,

mereka selain faham apa yang dibaca, juga sudah mampu membedakan bahasa Arab

mana yang asli dan mana yang asing. Wallo-hu A’lam.

Ilmu Tafsir. Untuk mendalami isi “Al -Quran” atau memahami Tafsir al -Quran wajib

mempelajari yang disebut “Ilmu-Tafsir ” yaitu Ilmu yang menguraikan mulai dari arti

setiap kata (Tarjamah ), kemudian maksud disertai Tafsir dar i rangkaian kalimat dalam

al-Qoran sesuai Qo’idah Ilmu Tafsir. Secara sederhana sementara ‘Ulama membagiilmu tafsir dalam 3 kelompok, yaitu : Pertama  bila didasarkan kesesuaian riwayat

Page 72: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 72/185

72

kapan dan pada situasi yang bagaimana Ayat tersebut diturunkan, maka d isebut “Tafsir 

 Atsari”, kedua  bila didasarkan pada pokok isi serta analisa kandungan (menurut

Qo’idah yang ada) sesuai maksud dan tujuan diturunkannya Ayat tersebut makadisebut “Tafsir bir-Ro’yi” , ketiga  bila arti yang dimaksud lebih ditekankan pada hal a pa

yang tersirat dibalik kalimat yang tersurat, maka disebut “Tafsir Isyari ” (isyarat).

Dalam menyusun kitab tafsir umumnya dibuat secara urut sesuai susunan naskah al -

Quran, namun ada pula yang dalam menyusun mengelompokkan Ayat berdasarmaksud dan arti (pengertian) masing-masing Ayat (Maudlu’), misalnya Ayat -ayat

tentang Sholat dikumpulkan dalam suatu kelompok Ayat -ayat Sholat, demikian pula

tentang Zakat dsb. Tafsir demikian disebut sebagai Tafsir “Maudlu’i”.

2) Al-Hadits. Untuk dapat memahami arti dari Hadits, maka seperti tersebut diatas

Hadits juga adalah bahasa Arab, sehingga pemahaman bahasa adalah wajib dikuasai

dengan baik. Hanya bacaan dalam hadits tidak secara ketat dan wajib mengikuti

qoidah ilmu tajwid seperti dalam bacaan Al -Quran, namun tetap dianjurkan agar

sesuai dengan qoidah ejaan Arab. Untuk pendalaman soal hadits diperlukan “ilmu

alat” yang a. l:

Ilmu Hadits. Ilmu ini memberi pedoman agar hadits yang ditemukan bermanfaat untuk menetapkan suatu hukum dan menyusun petunjuk amalan sesuai isi dari pada hadits

tersebut. Sering disebut pula sebagai ilmu “Mustholahul-Hadits”. Dalam ilmu tersebut

dapat diidentifikasi tingkat keabsahan hadits yang diuji. Secara umum tingkat

keabsahan hadits dapat ditinjau dari :

o Pembawa Hadits (Perowi) dimana masing-masing Perowi sesuai kaidah

dalam ilmu tsb sudah mempunyai kualifikasi tertentu.

o Isi Hadits (Matan Hadits) yaitu kalimat dalam hadits yang dirujuk kepada

ketentuan (Nas) al-Quran sesuai atau tidaknya.

Dengan kriteria demikian, maka Hadits Rosulu lloh SAW secara sederhana disusun

kriteria :

o Yang tertingi keabsahannya yang disebut sebagai hadits “ Mutawatir”  yaituhadis yang disampaikan oleh sebagian besar (bahkan semua perowi) sehingga

tidak disangsikan nilai keabsahannya.

o Kemudian hadis dengan kriteria dibawahnya yang dibawakan oleh perowi

perorangan (beberapa orang) atau yang disebut “Ahadi” (perorangan).

Dalam hadits yang ahadi ini ada tiga kategori keabsahannya tergantung pada

kualifikasi para perowinya, sehingga terdapat tiga kategori, yaitu :

o Shohih ,

o Hasan (baik) dan

o Dlo’if  (lemah).

Kekuatan dalam penentuan hukumnya tergantung kreteria tsb :

o Bila penentuan halal dan haram , maka hanya boleh didasarkan pada haditsyang mutawatir atau shohih.

o Sedang hukum yang lebih rendah dapat didasari d engan hadits hasan.

o Adapun hadits yang lemah masih tetap berguna dalam mempertimbangkan

pada amalan-amalan keutamaan misalnya lafadz do’a yang harus dibaca dsb.

Dalam penilaian terhadap Matan Hadits (Isi dari hadits), maka penilaian

didasarkan dengan merujuk Ayat al-Quran, yaitu bila sejalan dengan isi Ayat

al-Quran, maka hadits tersebut shah.

Page 73: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 73/185

73

o Bila matan hadits tersebut tidak sesuai Ayat al -Quran, tetapi menurut

perowinya shohih, maka sebagaian ‘Ulama menganggap tetap shah sebagian

menganggap tidak shah. Wallo-hu a’lam.

Uraian tersebut diatas merupakan gambaran singkat tentang pengetahuan agama yang

setidaknya wajib dikuasai mana-kala seseorang cenderung dalam pejalanan hidupnya

berhasrat untuk lebih mendalami dalam arti tidak hanya untuk dirinya sendi ri, tetapiuntuk disebarkan kepada sesama manusia sebagai pelaksanaan Perintah Alloh SWT

dan Rosul-Nya sebagai amanat. Dengan demikian tidak terkesan, bahwa seseorang

untuk mempelajari pengetahuan tentang agama dengan mudah belajar sendiri dari

buku-buku terjemah yang telah ada tanpa panduan yang telah dibakukan dan tertulis

dalam buku panduan yang disusun para ‘Ulama yang berkompeten dalam ilmunya.Sehingga apa-bila seseorang mendapat kesulitan memaham pada masalah -masalah

agama sebaiknyalah untuk berguru pada yang memang menguasai pada bidang yang

ingin ditanyakan. Alloh ber-Firman dalam Surat al -Anbiya’ (21) Ayat 7 :

  

  

  

 

 

 

 

  

 

 

  

   

  

 

 

   

 

  

Artinya : “…Maka tanyakanlah olehmu kepada orang -orang yang berilmu (tentang

al-Quran), jika kamu tiada Mengetahui”. Insya-Alloh.

Siapa yang tepat menjawab soal Agama? Bila pemahaman terhadap isi al-Quran

dan Hadits sudah dapat dikuasai oleh seseorang (seorang ‘Ulama), mak a ‘Ulama ybs

biasanya mempunyai pilihan dalam pengembangan atau pendalaman ilmunya,

misalnya : sebagai “‘Ulama ahli hukum” (syari’ah), ada pula yang telah mendalamiilmu ‘Aqoid yang mendalami ilmu “’Aqidah”, dan ada pula yang mendalami Ilmu

“Akhlaq” dsb seperti diuraikan sebelumnya. Untuk itu diperlukan ilmu alat yang lebih

khusus a. l : Untuk ahli hukum, maka ia akan pelajari “ilmu ushul fiqh”, sedang

untuk ilmu ‘aqidah dipelajari “Ilmu ushuluddin” atau “I lmu kalam” dsb.

Hanya ‘Ulama yang berkualifikasi demikianlah sebenarnya yang boleh menjawabpertanyaan tentang pro blema Agama yang menyangkut apakah soal ‘Aqidah, Syari’atataukah soal Akhlaq, yaitu sebagai ‘Ulama yang dibenarkan untuk ber -“Ijtihad” .

Karena dalam pengertian “Ijtihad” ‘Ulama mendefinisikan, a. l :

ی ی ھ  .

Artinya : “Ijtihad adalah berkonsentrasi dalam akal pikiran (secara sungguh -

sungguh) dalam mendapatkan hukum Syara’ dengan cara mengambil kesimpukan

berdasar Quran dan Hadits ”. Dalam kaidah ilmu ushul sudah ada ketentuan syarat apasaja yang wajib dimiliki seorang ‘Ulama yang boleh ber -Ijtihad, antara lain : 1) 

Menguasai Ketentuan apa saja yang sudah te rsurat dalam al-Quran dan al-Hadits

(nususul Kitab was Sunnah). 2)  Ahli dalam bahasa ‘Arab (menurut kriteria a.l faham

terhadap teks bahasa Arab, sehingga dapat membedakan bahasa Arab mana yang asli

dan mana yang dari bahasa asing) dan 3)  Ahli dalam qo’idah-qo’idah dalam ilmuushul (ilmu diroyat) yang menjelaskan persoalan yang dibahas. .

Bagaimana halnya yang dapat kita saksikan dalam masarakat kita sehari-hari, dalam

media elektronik atau media lain yang dengan mudah seakan -akan siapa saja yang

Page 74: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 74/185

74

tampil dalam media tsb, dengan ringan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan soal

agama yang termasuk pelik sekalipun. Hal tsb sementara dapat dijawab karena

kebutuhan masarakat muslim kita yang me ndesak ingin mendapat jawaban tentang

masalah yang ditanyakan, sehingga lebih dapat dikatakan dalam keadaan darurat.

Namun yang lebih tepat para yang mudah begitu menjawab sebaiknya berusaha

memiliki ilmu yang diperlukan sesuai syarat baku dalam prosedur pemahaman ilmuagama, seperti para ‘Ulama telah merumuskan ketentuan tsb diatas. Tetapi bila

kenyataan tidak memungkinkan untuk memenuhi syarat itu, secara jujur menjelaskan

bagaimana seharusnya menurut ketentuan baku dalam ilmu agama yang telah ada ,

tentang siapa yang seharusnya menjawabnya dan lebih tepat agar menanyakan kepada

yang ahli seperti Surat al-Anbiya’ Ayat 7 tsb diatas .

Yang wajib dihindari adalah mempelajari pengetahuan agama (Islam) seperti yang

dilakukan para Orientalis yang hanya condong untuk mencari kelemahan dalam Islam

menurut pandangan mereka sebagai alat untuk menentang Islam. Na’udzubilla.

17. Kedudukan Intelektual Muslim

Bila seorang Muslim telah berkesempatan mendalami Ilmu Pengetahuan dan

menguasainya dengan memadahi, baik dalam Ilmu Pengetahuan Teknologi, Ekonomi,

Sosial dan Politik atau Pengetahuan Agama, maka Muslim tersebut telah digolongkan

sebagai “Intelektual Muslim” yang dalam bidang agama sering pula disebut sebagai

‘Ulama. Sementara orang ada yang memberi pengertian, bahwa seorang Intelektual

adalah orang yang memiliki kemampuan mental dan pemikiran dengan pemahaman

yang baik didasarkan disiplin Ilmu tertentu yang dimilikinya. Ada pula yang

menambahkan sebagai pemikir -pemikir yang memiliki kemampuan menalar dan

meng-analisa masalah-masalah tertentu dengan memadahi. Penguasaan pengetahuan

secara mendasar telah diajarkan Alloh SWT kepada Rosululloh SAW pada permulaan

turunnya wahyu, yaitu dalam Surat al-‘Alaq (96) Ayat 1-5 di-Firmankan :

                                                                                                                    

Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan (1), Dia

Telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2). Bacalah, dan Tuhanmulah yang

Maha pemurah (3), Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (4), Dia

mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5) ”. Selanjutnya dalam Surat

Ali-Imron (3) Ayat 79 :

                                                                 

Artinya : "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbaniy, karena kamu selalu

mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya ”. Kemudian dalam

Surat Fathir (35) Ayat 28 di-Firmankan :

                                                   

Page 75: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 75/185

75

Artinya : ”Sesungguhnya yang takut kepada All oh di antara hamba-hamba-Nya,

hanyalah ‘Ulama. Sesungguhnya Alloh Maha Perkasa lagi Maha Pengampun ”.

Sabda Rosululloh SAW :

(.ی ی ی   .(

Artinya : “’Ulama itu merupakan pelita dimuka bumi pengganti para Nabi pewariskudan pewaris para Nabi”. (riwayat Imam Ibnu ‘Ady bin ‘Ali).

Dalam hadits lain :

    ھ ).(.ی Artinya : “Ulama itu adalah pemimpin, dan orang-orang yang taqwa itu adalah

ikutan, dan bergaul dengan mereka mendapat kelebihan (kehormatan) ”. (riwayat

Imam Bukhori).

Karena terhormatnya seorang ‘Ulama, maka Rosululloh SAW memerintahkan untu k 

menghormatinya dengan sabdanya :

ی   ھ ,ھ  ھ ).(.ھ 

Artinya : “Muliyakanlah para ‘Ulama, karena mereka adalah para pewaris Nabi,

barang siapa memuliyakan mereka, berartilah memuliyakan Alloh dan Rosul -Nya”.

(riwayat Imam Ath-Thobaroniy).

Dalam hadits lain diterangkan :

  ,ی  ی  ی ی  .).(

Artinya : “Sesungguhnya ‘Ulama adalah penerima waris dari para Nabi. Dan para

Nabi itu tidaklah mewariskan dinar atau dirham, yang mereka wariskan adalah IlmuPengetahuan”. (riwayat Imam Abu Dawud).

Dalam uraian diatas diharapkan jangan sampai ummat Islam menjauhkan diri dari

para ‘Ulama. Terhadap orang yang demikian ada ancaman yang disabdakan

Rosululloh SAW sbb :

ھ ی ھ  ی    ھ ی  ی ھ ::ی  ھ  ,ی  ی :ی

ھ ھ  :,ی ی ی ی .ی

Artinya : “Akan datang suatu masa ummatku menjauhkan diri dari para ‘Ulama danFuqoha, maka Alloh menimpakan tiga bencana atas mereka : Pertama , dicabut kembali

berkah usahanya. Kedua , dikuasai penguasa dzolim ata s mereka. Ketiga , mereka

meninggalkan alam dunia tanpa membawa Iman”. Na’udzubillah.

Tentang ‘Ulama bukan Muslim disebut pula dalam Surat asy-Syu’aro’ (26) Ayat 197

di-Firmankan :

                                                    

Page 76: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 76/185

76

Artinya : “Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa para ‘U lama

Bani Israil mengetahuinya (bahwa Rosululloh SAW akan da tang)?”.

Dari Ayat-ayat tsb diatas, maka seorang Muslim dituntut mempelajari ilmu secara

cermat (dengan baca tulis), mendalami Kitab Suci dan mengajarkannya dan memiliki

sifat Robbani (ketaqwaan kepada Alloh) dengan sifat Syahsiyah (selalu tunduk 

kepada Alloh SWT). Atau dengan kata lain, manakala seorang Muslim telah menjadiseorang Intelektual Muslim (‘Ulama) dituntut untuk : Pertama, terus-menerus

mempelajari Kitab Suci dalam rangka pendalaman , dilanjutkan dengan mengamalkan

dan menjabarkan nilai-nilai yang bersifat umum agar dapat diuraikan menjadi

petunjuk-petunjuk yang dapat difahami oleh masarakat sesuai dengan kebutuhannya

yang selalu berkembang. Dalam Surat al -Baqoroh (2) Ayat 213 di-Firmankan :

                                                                                                                                            

                                                                                                                    

Artinya : “Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), Maka

Alloh mengutus para nabi, seba gai pemberi peringatan, dan Alloh menurunkan

bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia

tentang perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah berselisih tentang Kitab itu

melainkan orang yang Telah didatangkan kepada mereka kitab, y aitu setelah datang

kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, k arena dengki antara mereka

sendiri. Maka Alloh memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran

tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak -Nya. dan Alloh selalu

memberi petunjuk orang yang dikehendaki -Nya kepada jalan yang lurus”. Kedua,

mempelajari Ayat-ayat Alloh dari fenomena alam (Ayat Kauniah) baik yang dapat

dirasakan dalam diri pribadi seseorang dan kelompok atau tanda -tanda yang terjadi

dalam keseluruhan alam. Alloh ber-Firman dalam Surat Ali-Imron (3) Ayat 190-191 :

                                                                 

                                                                                                                                    

Artinya : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya

malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (190), (yaitu)

orang-orang yang mengingat Alloh sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan

berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya

berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia -sia, Maha

Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka (191) ”.

Page 77: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 77/185

77

Dalam istilah lain ‘Ulama menyebutkan, bahwa penguasaan ilmu yang lengkap adalah

ilmu yang menyangkut : 1)“adabud-D-in”  yaitu penjelasan yang diuraikan dalam

balajar dan mengajarkan Kitab Suci , kemudian 2)“adabud Dun-ya”  yaitu pemikiran

tentang penciptaan alam yang menghasilkan ilmu pengetahuan dan pemikiran yang

menjelaskan tentang peri-laku makhluq. Dengan demikian, a dalah menjadi kewajiban

Intelektual Muslim dapat merumuskan kedua hal tsb, s ehingga dapat memberikan

“Fatwa”  yang dengan mudah dapat difahami seluruh masarakat untuk menjadipedoman dalam meningkatkan ilmu dan menjalani kehidupannya tanpa dapat

menolaknya. Rosululloh SAW bersabda (riwayat Imam Abu Dawud, Ibnu Majah dan

At-Tirmidzi) :

ھ ی ھ ھ  ی ی  ی ھ  ھ:ی ,ھ ی  .

Artinya : ”Aku tidak ingin mendapati seorangpun diantara kalian duduk santai diatas

dipannya pada saat datang kepadanya suatu urusan dariku, dari apa yang

diperintahkan kepadaku atau dilarang dariku, lalu dia mengatakan, kami tidak tahu,

kami tidak mendapatkannya dalam k itab Alloh yang kami ber -ittiba’ kepadanya”.

Sedang seorang Ilmuwan seharusnya dengan murah hati memberikan ilmu kepadasiapa saja yang memerlukan tanpa perhitungan untung rugi, dan sangat dikecam

mana-kala dalam memberikan ilmu sangat kikir dengan memperh itungkan dalam hal

untung ruginya dari soal kekayaan. Firman Alloh Surat Ali -Imron (3) Ayat 187 :

                                                                                                                                   

Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Alloh mengambil janji dari orang-orang yang telah

diberi Kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi Kitab itu kepada manusia,

dan jangan kamu menyembunyikannya," lalu mereka melemparkan janji itu kebelakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit.

Amatlah buruknya tukaran yang mereka terima ”. Sabda Rosululloh SAW :

"ھ: ھ ھ ی ھ  ھ ی .ی 

.  ھ  ,,ی ی ھ ھ. ھ ھ ی

ی ,ھ  ی  ی,ی ھ ھ ی ھ,ھ

ھ  : Artinya) .(.ی Dari Ibnu ‘Abbas r. a ia berakata : Rosululloh SAW bersabda : ”Ulama

ummat ini ada dua golongan : 1)  Orang yang oleh Alloh dianugerahi Ilmu

Pengetahuan, kemudian diberikannya kepada orang -orang dan ia tidak mengambil

(upah) atasnya dengan thama’ dan ia tidak menjualnyadengan sesuatu harga, maka

itulah orang yang dimintakan ampun oleh ikan -ikan laut dan oleh binatang-binatang

darat serta oleh burung-burung diudara. 2)  Orang yang oleh Alloh dianugerahi Ilmu

Pengetahuan, kemudian ia kikir, tidak mau menularkan kepada hamba-Nya dan ia

mengambil (upah) atasnya dengan thama’ dan ia menjualnya dengan suatu harga .

Itulah orang yang dipasang kendali pada mulutnya pada hari Qiyamat dengan kendali

Page 78: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 78/185

78

dari neraka. Dikala itu berserulah seorang penyeru, “Inilah orang yang dianugerahi

ilmu pengetahuan oleh Alloh, kemudian ia bakhil dengan ilmu terhadap hamba -

hamba Alloh dan mengambil upah atasnya dengan thoma ’ dan ia menjualnya dengan

suatu harga”. Demikian sehingga hisab itu selesai ”. (riwayat Imam Ath-Thobaroni).

Adapun Ilmu itu hakikatnya hanya dimiliki dan terpelihara semata-mata oleh para

‘Ulama, sehingga hilangnya para ‘Ulama akan berarti hilangnya ilmu. RosulullohSAW bersabda :

ھ ی   ھ ی ی   ی ھ

ی .).(Artinya : “Sesungguhnya Alloh tidak akan mencabut (melenyapkan) ilmu dari

manusia dengan sekaligus, melainkan Alloh akan mencabut ilmu itu dengan wafatnya

para ‘Ulama, sehingga apabila sudah tiada seorang ‘alim-pun, maka manusia akan

mengangkat pemimpin-pemimpinnya yang bodoh (tentang Syari ’at Islam), lalu

mereka ditanya dan mereka memberi fatwa tanpa ilmu, maka mereka itu sesat dan

menyesatkan” (riwayat Imam Muslim).

Dalam hadits lain disabdakan :

  ھ  ھ   ھ ی ی   ی  ھ  ی ی  ھ 

ی    .ی Artinya :”Sesungguhnya Alloh tidak akan mencabut ilmu begitu saja setelah

memberikannya kepada mereka, tapi akan mencabutnya dari mereka dengan peng -

genggaman ilmu oleh para ‘Ulama. Maka manusia tetap dalam kebodohan, (apa -bila)

mereka meminta sesuatu fatwa (kepada para ‘Ulama, maka para ‘Ulama ybs) akan

memberi fatwa dengan pendapat mereka sendiri, mereka itu menyesatkan dan

disesatkan”. Dengan peran ‘Ulama dalam penguasaan ilmu yang dimilikinya, makaseorang ‘Ulama wajib menyadarinya, bahwa ilmu yang dimiliki adalah amanat Alloh

yang wajib disampaikan kepada ummat secara jujur dan terbuka. Kejujuran serta

keterbukaan sesuai dengan peran para ‘Ulama (Ilmuwan) Muslim yang begitu

penting, sangat diharapkan mereka dengan teknologi yang telah maju dapat menyusun

karya ilmiahnya yang dapat diwariskan pada generasi berikutnya baik berupa tulisan

atau hasil karya lain yang mudah difahami ummat, mengingat kehidupan seorang

manusia sangat terbatas. Dengan apa yang ditinggalkan, maka seca ra obyektif dapat

dinilai tingkat kebenarannya oleh penerusnya. Dalam suatu syair diungkapkan :

  ی #ی ی

 #ی   ی Artinya : “Tidak  ada seorang penulispun melainkan akan lenyap dari dunia #

Perjalanan masa akan mengekalkan apa yang ditulis tangannya , Maka jangan kau tulis

dengan tanganmu kecuali sesuatu # Yang akan menyenangkan hatimu dihari Qiyamat

 jika engkau lihat”.

Lebih dari itu seorang ‘Ulama juga wajib berupaya untuk menyusun konsep

“Pembaharuan” atau “Tajdid” , dalam arti Ummat Islam yang mengikutinya selalu

mendapat pembaharuan dalam Iman dan Tauhidnya, sehingga tidak menjadi luntur.

Rosululloh SAW bersabda :

Page 79: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 79/185

79

ھ  :ی  ی ھ ھ ھ    ھ ی   .) (.ی

Artinya : Dari Abu Huroiroh r.a dari Rosululloh SAW, bersabda :”Sungguh AllohMengutus/Membangkitkan untuk ummatku ini, pada aw al setiap seratus tahun,

seorang untuk memperbaharui agama buat ummatku (mujaddid)”. (riwayat Imam AbuDawud). Insya-Alloh.

18. Sifat Dasar Ilmuwan Muslim Dalam Mengembangkan Ilmu

Seorang Ilmuwan atau Intelektual Muslim adalah orang yang telah diberi ama nat oleh

Alloh SWT berupa Ilmu yang dimilikinya dan wajib di ’amalkan baik untuk dirinya

sendiri serta diajarkan dan dikembangkan untuk orang lain, sehingga akan menjadi

seluas mungkin bermanfa ’at untuk kepentingan ummat. Agar dapat terlaksana dalam

mengembangkan Ilmu yang efektif dan harmonis maka sifat dasar (asasi) yang

dimiliki Ilmuwan ybs itu sendiri setidak-tidaknya a. l adalah :

1. Ikhlash , artinya seorang ilmuwan hendaknya dalam melakukan tugas mengem-

bangkan ilmu, semata-mata karena Alloh dalam seluruh kegiatan baik berupa hukum

yang bersifat perintah atau larangan, Aqidah, nasehat, pengawasan diri ataupun sangsi

bila diperlukan kepada yang melakukannya.

Alloh ber-Firman dalam Surat al-Bayyinah (98) Ayat 5 sbb :

                                                                                                 

Artinya : “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya meny embah Alloh dengan

Ikhlash (memurnikan keta`atan hanya kepada-Nya) dalam (menjalankan) agama

dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang

demikian itulah agama yang lurus ”. Dalam Surat al-Kahfi (18) Ayat 110 sbb :

                                                                                 

Artinya : “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah

ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun

dalam beribadat kepada Tuhannya". Ke-Ikhlasan dimulai pada niat seseorang dalam

 ber’amal dan Rosululloh SAW bersabda menurut riwayat Bukhori/Muslim :

  )ی ھ (...یArtinya : “Sesungguhnya segala amal perbuatan (‘Ibadah) itu harus dengan Niat.Dan sesungguhnya setiap orang memiliki niat sendiri -sendiri….” (mutafaq ‘alaih)Dalam Hadits yang diriwatkan oleh Imam Abu Dawud dan Nasa -i, sbb :

ھ ھ   ھ ی .ھ ھ

Artinya : “Sesungguhnya Alloh ‘Azza wa Jalla tidak menerima ‘amal perbuatan,kecuali yang dikerjakan secara tulus, semata -mata untuk-Nya, yang dengan perbuatan

itu mengharapkan ke-Ridloan Alloh”.

Page 80: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 80/185

80

Sementara ‘Ulama memberikan penilaian tentang tingkat ke -Ikhlasan ber’amalmenjadi tiga tingkat, sbb :

Pertama, Tingkat Tertingi yaitu memurnikan amal perbuatan dari campuran makhluq,

dalam arti melakukan ‘Ibadat semata -mata demi menjunjung tinggi perintah Alloh

dan memenuhi hak pengabdian, tanpa ada maksud mencari jasa dari sesama manusia,

baik berupa simpati, pujian, sumbangan yang berupa materi ataupun yang lain.

Kedua, Tingkat Menengah, yaitu melakukan sesuatu karena Alloh, dengan maksudagar memperoleh imbalan di-Akhirat semacam dijauhkan dari neraka, dimasukkan

dan menerima berbagai keni’matan d isurga.

Ketiga, Tingkat Rendah, yaitu melakukan sesuatu karena Alloh, dengan maksud agar

memperoleh imbalan duniawi semacam lapang rizqinya, tertolaknya berbagai mara -

bahaya, dsb.

Dengan uraian diatas, maka seorang ilmuwan hendaklah memurnikan niatnya da n

bermaksud mendapatkan ke -Ridloan Alloh semata dalam setiap amal berbuatan yang

dikerjakan, agar diterima Alloh, dicintai ummat atau anak didiknya. Disamping apa

yang dinasehatkan dapat membekas pada diri anak didiknya. Insya-Alloh.

2. T a q w a , selain Ikhlas seperti tsb diatas, sifat terpenting lainnya adalah Taqwayang didefinisikan para ‘Ulama, sbb :”Alloh tidak akan melihat kamu mengerjakanapa yang Dia larang, dan meninggalkan apa yang Dia perintahkan”. Dalam definisilain ‘Ulama merumuskan dengan kata-kata lain, sbb :”Menjaga diri dari ’adzab Allohdengan mengerjakan ‘amal sholeh, dan merasa takut kepada -Nya, baik secara

sembunyi-sembunyi atau terang-terangan”.Kedua perumusan tsb pada hakikatnya sama, yaitu menjaga diri dari ‘adzab Allohdengan merasakan muroqobah kepada Alloh, bahwa Alloh senantiasa Mengawasi

perbuatannya. Dan perbuatannya senantiasa berjalan dalam jalan yang digariskan

Alloh, baik secara terang ataupun secara tersembunyi dan berusaha semaksimal

mungkin untuk menempuh jalan yang halal dan menjauhkan yang haram. Selanjutnya

Alloh ber-Firman dalam Surat al-Ahzab (33) Ayat 70, sbb :

                                              Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Alloh dan

katakanlah perkataan yang benar”, Dalam Surat at-Thalaq (65) Ayat 2-3, sbb :

                                                                Artinya : “Barangsiapa yang bertakwa kepada All oh niscaya Dia akan mengadakan

baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka -

sangkanya”.

Imam Muslim meriwayat dari Rosululloh SAW, bahwa beliau bersabda :

ی ,ی  ھ  ھ ی ی ,  ,ی ,  ی

.Artinya : “Sesungguhnya dunia ini manis hijau, dan sesungguhnya Allohmenjadikan kamu hidup didalamnya. Dia melihat bagaimana kamu berbuat. Maka

 jagalah dirimu dari fitnah dunia, dan jagalah dirimu dari fitnah wanita, karena

sesungguhnya fitnah pertama yang menimpa Bani Israil adalah wanita”.Imam Ahmad, Al-Hakim dan At-Tirmidzi meriwayatkan dari Anas ra, Rosululloh

SAW bersabda :

Page 81: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 81/185

81

ھ  ,ی ,ی ھ .

Artinya : “Taqwalah kepada Alloh dimana saja kamu berada, ikutilah perbuatanburuk dengan perbuatan baik, n iscaya akan menghapusnya, dan gaulilah orang -orang

dengan budi pekerti yang baik”.Imam Ath-Thobroni meriwayatkan dari An- Nu’man bin Basyir, bahwa RosulullohSAW bersabda :

  ھ ی .ی Artinya : “Taqwalah kepada Alloh, berlaku adil -lah kepada anak-anakmu,

sebagaimana kamu menginginkan agar mereka semua berbakti kepadamu”.Sayidina ‘Utsman bin ‘Afwan r.a menguraikan tentang tanda-tanda orang Taqwa sbb :

  ھ :ی   ی ی   ھ ی  ھ ,ی  ی ,ی ی 

ھ  ی   ھ,ی  ی ھ  ھ,ی    ھ ی ی 

 .Artinya : “Lima hal yang menjadi alamat orang yang bertaqwa : Pertama, tidak 

bermajlis kecuali dengan orang yang membawa mashlahat agamanya dan dapat

menundukkan nafsu birahi dan lisannya. Kedua , bila mendapatkan keduniaan yang

besar dianggap sebagai suatu b encana. Ketiga , bila memperoleh sedikit langkah agama

memandangnya sebagai keuntungan yang besar. Keempat , tidak mengisi sepenuh

perutnya dengan barang yang halah khawatir tercampur barang yang haram. Kelima 

memandang seluruh manusia telah beruntung dan me mandang dirinya telah binasa ”.

Kedudukan Taqwa pada diri manusia digambarkan dalam suatu syair sbb :

#ی   ی

: Artinyaی  “Jika seseorang tidak memakai pakaian Taqwa #

Niscaya telanjanglah dia walaupun dia berpakaian”.Dengan Ayat-ayat serta Hadits Rosululloh dan atsar tersebut diatas, maka seorang

Ilmuwan atau pendidik yang juga bertanggung-jawab kepada ummat dan anak-didik 

dituntut untuk memiliki sifat-sifat Taqwa seperti Firman dan sabda Rosululloh tsb

diatas, karena akan menjadi contoh serta panutan bagi ummat dan anak didiknya .

3. Menguasai Ilmunya. Suatu hal yang sangat difahami oleh masarakat, bahwa seorang

Ilmuwan Muslim haruslah menguasai Ilmunya dengan cukup mendalam, disamping

itu memiliki Ilmu pengetahuan yang setidak -tidaknya pokok-pokok ajaran yang

sejalan dengan Syari’at Islam, dan diharapkan juga menguasai hukum -hukum tentang

halal-haram, prinsip-prinsip etika Islam dan pengetahuan Islam yang bersifat umumdengan ka’idah-ka’idah syari’atnya. Karena dengan memiliki pengetahuan (Ilmu)seperti tersebut, ilmuwan akan menjadi seorang ‘alim yang bijak, meletakkan segalasesuatu pada tempat yang benar, dengan berpijak pada ajaran kokoh dari ajaran al -

Quran dan petunjuk Rosululloh SAW. Tentang penguasaan terhadap ‘Ilmu, makasyari’at Islam sangat besar memberikan perhatiannya, sebesar perhatian dalam

 pembentukan sikap ‘ilmiah. D alam Surat az-Zumar (39) Ayat 9, sbb :

                                                                        

Page 82: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 82/185

82

Artinya : “Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-

orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat

menerima pelajaran”. Kemudian dalam Surat al-Mujadalah (58) Ayat 11, sbb :

                                                                                Artinya : “Alloh akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan

orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Alloh MahaMengetahui apa yang kamu kerjakan ”. Selanjutnya sabda Rosululloh SAW, sbb :

ھ ھ ی ھ  ی ھ ی  .ی )(

Artinya : “Barang siapa berjalan mencari ilmu peng etahuan, niscaya Alloh

memudah-kan jalan kesurga”.(riwat Imam Muslim ). Dama Hadits lain disabdakan

ھ ی ھ    ی.).(

Artinya : “Dunia terkutuk dan tekutuk pula segala yang ada didalamnya, kecuali

yang berdzikir kepada Alloh, dan ta’at kepada -Nya, yang mempunyai ilmu

pengetahuan atau yang mencari ilmu pengetahuan ”. (riwayat Imam at-Tirmidzi).Sabda berikutnya :

)ھ .(ی Artinya : “Mencari ilmu pengetahuan adalah wajib bagi setiap Muslim ”. (riwayat

Imam Ibnu Majah).

Dengan pesan-pesan Ayat dan Sabda Rosululloh SAW tsb, maka seorang Ilmuwan

hendaknya membekali diri dengan segala ilmu pengetahuan yang bemanfaat de ngan

metoda-metoda pengembangan yang sesuai, untuk membina generasi muda Muslim.

4. Bersifat Santun. Dari sifat-sifat pokok yang menolong keberhasilan Ilmuwan dalam

tugasnya, disamping memberikan pengetahuan adalah sifat “Santun”. Dengan sifat

itu, maka masarakat yang dibina akan memberi tanggapan yang baik terhadap ucapan -

ucapannya. Dengan sifat santun seorang Ilmuwan , maka dapat memberi pengaruh,bahwa masarakat binaan akan berhias dengan akhlaq yang terpuji dan terjauh dari

akhlaq yeng tercela, Insya-Alloh. Oleh karenanya Islam sangat memberi perhatian

pada sifat santun. Beberapa Firman Alloh dalam al -Quran a l Surat Ali-Imron (3)

Ayat 134 :

                                                    Artinya : “orang-orang yang menahan amarahnya dan me ma`afkan (kesalahan)

orang. Alloh menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. Kemudian dalam Surat

al-A’rof (7) Ayat 199 :

                                           Artinya : “Jadilah engkau pema`af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma`ruf,

serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh”. Surat asy-Syuro (42) Ayat 43 :

                                           Artinya : “Tetapi orang yang bersabar dan mema` afkan sesungguhnya (perbuatan)

yang demikian itu termasuk hal -hal yang diutamakan”. Dalam Surat Fush-shilat (41)

Ayat 34:

Page 83: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 83/185

83

                                                                       Artinya : “Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba -tiba orang

yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah -olah telah menjadi teman yang

sangat setia”.

Dalam Hadits Rosululloh SAW bersabda :

ھ  ی  ی :ی   ی ھ ھ  ).(. :ی 

Artinya : Rosululloh SAW bersabda kepada Asyaj ‘Abdul -Qois :”Sesungguhnyapada dirimu ada dua sifat yang disenangi Alloh : Kesantunan dan ketabahan”.(riwayat Imam Muslim). Dalam Hadits lain Rosululloh SAW bersabda :

ھ ی ی ,  ی  ی ).(.ی, 

Artinya : “Sesungguhnya Alloh Maha Lemah Lembut, mencintai kelemah lembutan,memberi orang yang lemah lembut apa yang tidak diberikan kepada orang yang keras,

dan apa yang tidak diberikan kepada orang lain”. (riwayat Imam Muslim).Para ‘Ulama menasehatkan agar tidak terjadi kesombongan yang disebutkan sebagai :

ی Artinya : “Bahaya memiliki ilmu itu sombong. ” Selain sifat yang mengarah kepada

rasa sombong atau congkak juga dihindari sifat yang membangg a-banggakan diri

yang maksudnya juga sombong. Rosululloh SAW bersabda :

ھ ھ ی  ھ  ی ی ). (.ی ھ 

Artinya : “Tiada lain bagi orang yang membanggakan diri sendiri dan berbuat

congkak, kecuali akan menemui Alloh dalam keadaan Ia murka kepadanya ”.

Na’udzubillah. (riwayat Imam Bukhori, Al -Hakim dan Ahmad).Oleh karenanya seorang Ilmuwan hendaknya menghiasi diriny a dengan santun, lemah

lembut dan tabah. Pengertian harus berlemah lembut tidak berarti, bahwa pembina

tidak dapat melakukan suatu hukuman kepada masarakat yang dibina yang telah

menyimpang dari tatanan pembinaan yang telah diuraikan sebelumnya.

5. Rasa Tanggung-jawab Ilmuwan. Hal lain yang harus dimiliki seorang ilmuwan atau

pembina lain dalam masarakat adalah rasa tanggung -jawab yang besar terhadap

masarakat binaan itu sendiri meliputi ke-Imanan, perangai, bahkan juga pemeliharaan

 jasmani dan ruhani, persiapan mental dan sosial. Rasa tanggung-jawab ini selamanya

akan mendorong secara keseluruhan dalam m engawasi dan memperhatikan yang

dibinanya, mengarahkan, mengikuti dan membiasakan melakukan hal yang baik dan

melatihnya. Sebab bila terjadi kelalaian pad a seorang ilmuwan sebagai pembina,maka akan dapat berakibat, bahwa masarakat binaan akan terjerumus kejurang

kerusakan. Na’udzubillah.Tentang tanggung jawab seseorang yang me ndapat amanat untuk membina atau

sesuatu tanggung jawab yang lain . Dimulai dari keluarganya sendiri, maka dalam

Firman Alloh disebutkan a. l :

Surat Tho-ha (20) Ayat 132 :

                                          

Page 84: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 84/185

84

Artinya : “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah

kamu dalam mengerjakannya”.

Surat at-Tahrim (66) Ayat 6 :

                                                   Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dariapi neraka”Surat al-Hijr (15) Ayat 92-93 :

                                                   Artinya : “Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua, tentang

apa yang telah mereka kerjakan dahulu ”.

Surat Ashsha-ffat (37) Ayat 24 :

                    

Artinya : “Dan tahanlah mereka (di tempat perhentian) karena sesungguhnya merekaakan ditanya”.

Dalam sabda Rosululloh SAW disebutkan :

   ھ )ھی ....(ی

Artinya : “Kaum lelaki adalah penggembala, dan bertangg ung jawab atas gembala-

nya….. .(muttafaq ‘alaih)

ھ ... ی )ھی . (ی 

Artinya :”…..dan wanita adalah penggembala, dan bertanggung jawab terhadapgembalaannya…” (muttafaq ‘alaih).

  ی  : Artinya.ی  “Ajarilah anak -anakmu dan keluargamu kebaikan dan didiklah mereka

….(riwayat Imam Abdur -Razaq dan Sa’id bin Mansuhr)

 ).(

Artinya : “Tidak ada pemberian orang -tua kepada anaknya yang lebih utama dari -

pada budi- pekerti yang baik” (riwayat Imam At -Tirmidzi).

ھ  ,ی  یھ  )(ی 

Artinya : “Sesungguhnya Alloh akan bertanya kepada setiap penggembala tentang

gembalaannya, apakah dipelihara atau disia -siakannya, sehingga bertanya kepadalaki-laki tentang keluarganya”. (riwayat Imam Ibnu Hi bban).

Bertitik tolak pada Firman Alloh dan sabda Rosululloh SAW tsb diatas, maka seorang

Ilmuwan yang membina dan mendidik atau bahkan orang-tua sendiri yang Mukmin,

berakal sehat dan bijaksana wajib menunaikan tanggung -jawab dengan sesempurna

mungkin dan dengan penuh kesadaran, agar terhindar dari Murka Alloh SWT dimulai

dari keluarganya masing-masing dan diperluas pada lingkungan binaannya secara

menyeluruh. Insya-Alloh.

Page 85: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 85/185

85

BAB IIIMENCARI NAFKAH

Salah satu tugas-pokok dalam membina kehidupan dunia a dalah setidak-tidaknya

dapat memenuhi kebutuhan pokok hidup (makan, pakaian dan tempat tinggal) bagidirinya sendiri, yang disebut sebagai nafkah (nafaqoh). Oleh karenanya bila seseorang

telah cukup dengan pengetahuan yang dimilikinya, maka untuk kelangsun gan hidup

dirinya, tanpa tergantung kepada orang lain, wajib mencari nafkah. Dalam Surat al -

Qoshos (28) Ayat 77 di-Firmankan sbb :

                                                                                                                          

Artinya : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allo h kepadamu

(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allo h

Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)

bumi. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.

19. Kewajiban Mencari Nafkah

“Nafkah” atau Nafaqoh adalah bahasa Arab dari kata infaq yang artinya belanja atau

pengeluaran. Pengeluaran belanja disini dimaksud untuk kebutuhan sendiri atau untuk 

keluarga yang menjadi tanggung-jawabnya. Setiap manusia yang hidup pasti memiliki

kebutuhan yang harus dibiayainya untuk kehidupannya. Kebutuhan manusia memiliki

tingkat-tingkat pemenuhan antara yang mendesak dan kurang mendesak, sehingga

secara umum dapat dikategorikan :

o Kebutuhan Primer  yaitu kebutuhan pokok yang mendesak  (dloruriyat) ,

o Kebutuhan Sekunder yaitu kebutuhan pokok hanya tidak mendesak  (hajiyat) dan

o Kebutuhan tertier  kebutuhan yang selain kurang mendesak, juga merupakan

kebutuhan yang bersifat melengkapi (kamaliyat)  pada kebutuhan-kebutuhan

primer dan sekunder.

Dari kebutuhan manusia terse but yang tidak banyak berubah adalah kebutuhan

primer, yaitu berupa : pangan, sandang dan papan. Adapun yang lain sangat berragam

sesuai kemajuan zaman dan tingkat kehidupan ybs. Dengan demikian, maka wajiblah

manusia mencari nafkah untuk memenuhinya. Per intah Alloh dalam Surat Jum’at (62)Ayat 10 :

                                               Artinya : “Apabila Telah ditunaikan sholat (Jum’at), maka bertebaranlah kamu di

muka bumi; dan carilah karunia Alloh”. Dalam Ayat tsb diistilahkan sebagai “Fadlli-

llah” artinya keutamaan atau karunia yang berarti pula belanja yang diperlukan

manusia.

Dalam Surat an-Nisa’ (4) Ayat 5 Alloh ber-Firman :

Page 86: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 86/185

86

                                                 Artinya : “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna

akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Alloh sebagai

pokok kehidupan”. Dalam Ayat ini belanja yang diperlukan disebut sebagai harta.

Dalam hal harta, maka naluri manusia mencintainya dan berusaha memiliki sebanyak -

banyaknya. Alloh ber-Firman dalam Surat Ali-Imron (3) Ayat 14 :

                                                                                                                                                       

Artinya : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa -apa

yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,

perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenanganhidup di dunia, dan di sisi Alloh-lah tempat kembali yang baik (surga)”.

Walaupun kecintaan manusia terhadap harta sangat b esar namun perlu dikendalikan

sehingga tidak Isrof (berlebihan), Firman Alloh dalam Surat al-A’rof (7) Ayat 31 :

                                                 Artinya :”……makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya

Alloh tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”.

Yang wajib dicegah adalah kemelaratan yang dalam ungkapan ‘Ulama’ disebutkan

sebagai salah satu pangkal kekufuran :

.یArtinya : “Hampir saja kefakiran itu menjadi kekufuran”. Sehingga do’a Rosululloh

SAW dalam riwayat Imam Abu Dawud, sbb :

ھ .Artinya : “Ya Alloh, aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran”.

Betapa lemahnya bagi orang yang tidak memiliki harta, disebut dalam syair a. l :

ی #ھ Artinya : “Betapa lemahnya bila seseorang tidak memiliki harta #

Yang dekatpun tidak mampu menjangkau apalagi yang jauh ”.

Sedang harta yang terbaik, oleh Ahli Hikmah dikatakan sebagai :

  , ی  ی Artinya : “Sebaik-baik harta adalah yang membuat orang bebas (setelah memiliki),dan sebaik-baik amal adalah yang berhak disyukurinya. ” Wallo-hu A’lam.

Dalam berusaha mencari nafkah hendaknya disertai dengan kesungguhan yang dalam

keyaqinan hati telah dijamin ada kepastian dianugerahi Alloh SWT seperti janji dalam

Firman-Nya, Surat Hud (11) Ayat 6 :

                                                                                     

Page 87: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 87/185

87

Artinya : “Dan tidak ada suatu binatang (makhluq) m elata pun di bumi melainkan

Alloh-lah yang memberi rezqinya, dan dia mengetahui tempat berdiam binatang

(makhluq) itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang

nyata (Lauh Mahfudh)”. Selanjutnya dalam Surat Ibrohim (14) Ayat 34, sbb :

                                                                

           Artinya : “Dan dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang

kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Alloh, tidaklah dapat

kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat

mengingkari (nikmat Al loh)”.

Dan dalam mencari nafkah sangat dianjurkan menghindarkan diri untuk meminta -

minta (mengemis) walaupun pekerjaan yang dijalaninya mungkin dalam pandangan

masarakat dianggap sebagai pekerjaan yang kasar. Rosululloh SAW bersabda :

ھ   ھ ی ی  ی  ھ  ی 

ھ  ی ھ  ھ ی   ھ ھ (.ی .(

Artinya : “Salah seorang diantara kamu mengambil tali, kemudian membawa seikat

kayu bakar diatas punggungnya lalu dijualnya, sehingga ditutup Alloh air -mukanya,

itu lebih baik dari-pada meminta-minta kepada orang, baik ia diberi atau ditolaknya ”.

(riwayat Imam Bukhori). Dalam hadits lain Rosululloh SAW bersabda :

  ھ   ,ی  ی   ھ ھ ھ  (.ی ی

).ی Artinya : “Barang siapa membuka pintu permintaan (meminta -minta), maka Alloh

membukakan baginya pintu kefakiran didunia dan akhirat ; dan barang siapamembuka pintu pemberian (berderma) karena mengharap keridloan Alloh, maka

Alloh memberinya kebaikan dunia dan akhirat”.(riwayat Imam Ibnu Jarir). Kemudian

Hadits lain berikutnya :

 ھ ھ ی ھ  ی   ).ی (.ی

Artinya : “Tiada seseorang membuka pintu permintaan (meminta -minta) untuk 

dirinya sendiri dimana ia meminta sesuatu kepada manusia, melainkan Alloh

membukakan pintu kefakiran buatnya, karena perbuatan menahan diri (untuk tidak 

minta-minta) itu lebih bagus”. (riwayat Imam Ibnu Jarir). Wallo -hu A’lam.

20. Mencari Rizqi Yang HalalDalam kehidupan dunia yang luas apalagi modern, maka dalam mendapatkan rizqi

terdapat berbagai usaha dari seseorang dengan berbagai cara. Ada diantaranya yang

halal menurut syari’at, tetapi ada pula yang haram. Alloh ber -Firman dalam Surat

Yunus (10) Ayat 59 :

                                                                                             

Page 88: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 88/185

88

Artinya : “Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku te ntang rezki yang diturunkan

Alloh kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya Haram dan (sebagiannya) halal".

Katakanlah: "Apakah Alloh Telah memberikan izin kepadamu (tentang ini) atau kamu

mengada-adakan saja terhadap Alloh ?". Dalam Surat al-Baqoroh (2) Ayat 168

dijelaskan, bahwa kita wajib memilih yang halal :

                                                                                   Artinya : “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang

terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah -langkah syaitan; Karena

Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu ”. Insya-Alloh.

Disamping dilarangnya untuk memak an atau menggunakan barang yang Haram

dilarang pula berusaha mencari harta dengan cara yang Haram atau Bathil. Firman

Alloh dalam Surat al-Baqoroh (2) Ayat 188:

                                                                                                           Artinya : “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di

antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta

itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian dari -pada harta benda

orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui ”.

Peringatan-peringata Alloh tsb diatas adalah dimaksud agar manusia tidak tergoda

oleh syaitan yang selalu ingin menjerumuskan kepada kehidupan yang haram. Dalam

ilmu “Akhlaq” Muslim dididik untuk berhati-hati yang di-istilahkan sebagai “Wara‘”atau “Wira’i” artinya sholih dan berhati-hati menjauhi (perbuatan dosa) atau menjauhi

perkara Syubhat (perkara yang belum jelas ke halalannya). Diartikan pula bukan hanya

menjauhi perkara syubhat tetapi juga meninggalkan segala kebutuhan harta yang

sifatnya tidak pokok (sekunder). Dengan demikian orang dituntut untuk berhati -hati

dan tidak memandang enteng (ringan) terhadap sesuatu ya ng mempunyai pengaruh

(buruk) yang besar dikemudian hari. Alloh ber -Firman dalam al-Quran Surat an-Nur

(24) Ayat 15, sbb :

                                   Artinya : “dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi

Alloh adalah besar”.Perilaku demikian sebagai hal yang menunjukkan berhati -ha ti, karena ada perasaan,

bahwa Alloh SWT selalu mengawasi, seperti dalam Surat al-Fajr (89) Ayat 14 :

                   Artinya : “….sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi”.

Berhati-hati adalah langkah yang lebih utama agar tidak terjerumus kepada hal -hal

yang haram, Rosululloh SAW bersabda (riwayat Imam Bukhori dan Muslim) :

Page 89: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 89/185

89

ی :  ی ,ی ھ  ھ ھ ی ھ  .ی

Artinya : Dari Abu Huroiroh r. a berkata : Bersabda Nabi SAW :”SesungguhnyaAlloh Cemburu, dan cemburu Alloh adalah bila seseorang melakukan ap a yang

diharamkan”. Dalam Hadits lain disabdakan :

ھ ھ    ,ی   ی   ھ ).(.ھ Artinya : “Barang siapa memungut du nia yang halal, maka Alloh mengadakan

 perhitungannya, barang siapa memungutnya yang haram maka Alloh menyiksanya”.(riwayat Imam Al-Hakim). Dalam sabdanya yang lain disebutkan :

 .)(.Artinya : "Mencari harta yang halal wajib bagi setiap Muslim". (riwayat Imam Ath -

Thobarony)

Dengan situasi keduniaan yang demikian, maka setiap Muslim dituntut untuk secara

cermat dan berhati-hati dalam memilih suatu usaha sehingga dapat selalu berjalan

dalam jalur yang diyakini kehalal annya. Untuk itu perlu “kehati-hatian” yang dalam

pandangan 'Ulama dibagi menjadi tiga tingkat :1)Bersifat umum yaitu umumnya orang telah meninggalkan usaha tertentu,

karena lebih dekat kepada haram. Rosululloh SAW bersabda (riwayat dari an- Nu’manbin Baasyir r.a :

ھ  ھ  ی ھ     ی  ی ی  ,ی  ھ ھ ی ,ھ

    ھ ی ی ھ  ی  ,ی ,  ھ

)ھی (ھ 

Artinya : “Sesungguhnya halal telah jelas dan yang haram juga telah jelas, dandiantara keduanya ada hal menyerupai/meragukan (Syubhat) tidak banyak diketahui

oleh kebanyakan manusia. Maka siapa yang berhati -hati dari Syubhat akan bersih

agamanya dan kehormatannya, dan siapa yang terjerumus dalam Syubhat akan

terjerumus dalam haram, bagaikan gembala yang menggembala disekitar tempat

terlarang mungkin terjerumus kedalamnya. Ingatlah tiap raja mempunyai tempat

larangan. Ingatlah larangan Alloh itu yang diharamkan dst”. (mutafaq-alaih)

2)Bersifat Khusus, yaitu orang-orang tertentu saja yang terhadap perkara

yang umumnya orang menganggap halal -pun masih menjauhi, karena dalam hatinya

masih belum secara penuh menerima kehalalan seperti umumnya o rang. Sabda

Rosululloh SAW dari al-Hasan bin Ali r. a, dia berkata :

ی :ھ ی ی : Artinya)(ی “Saya telah ingat dari ajaran Rosululloh SAW : “Tinggalkan apa yang kau

ragukan dan kerjakan apa yang tidak kamu ragukan ”.

3)Khususnya Khusus, sifat yang hanya dimiliki oleh orang yang tergolong

‘Arif  (sangat bijak) yaitu menjauhkan diri dari tindakan -tindakan yang mengarah

pada hal-hal yang tidak mendekatkan diri (mengingat) kepada Alloh SWT. Dalam

Surat Ali-Imron (3) Ayat 191, sbb :

Page 90: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 90/185

90

                                                                                                                                   

Artinya : “(yaitu) orang-orang yang mengingat Alloh sambil berdiri atau duduk atau

dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi(seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia -sia.

Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka ”.

Dalam Ayat tersebut diatas merupakan penjelasan Ayat sebelumnya yang menyebut -

kan “Ulul-Albab” atau orang yang dapat berpikir secara sempurna, yaitu orang yang

dapat menghayati kehidupan dengan s egala aneka peristiwa dalam lingkungannya,

sehingga ia dapat menentukan pilihan antara yang baik dan buruk menurut Syari’atIslam dan ia tidak pernah lupa mengingat Alloh SWT.

Dari uraian tsb diatas, maka berhati-hati atau “Wara’”, manusia dapat dijauhkan dari

sesuatu yang dapat memalingkan dirinya terjerumus pada hal yang haram. Sesuatu

yang Haram selain mendatangkan dosa, juga akan membutakan hati dan menutupinya

dari ingat kepada Alloh SWT. Upaya itu wajib dilakukan dengan tanpa putus asa.Rosululloh SAW bersabda (riwayat Imam Abu Dawud) :

ھ ,ی ھ , ھ , ی 

ھ   ,ی  ھ   ھ ,ی .

Artinya : “Demi Dzat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya. Sesungguhnya setiap

 jiwa tidak akan mati sebelum dicukupkan rizqinya dan sampai batas waktunya. Maka

bertaqwalah kepada Alloh dan bersikaplah baik dalam memohonnya. Dan janganlah

keterlambatan datangnya rizqi itu menyebabkan kalian mendapatkann ya dengan tanpa

ketaatan kepada Alloh; karena apa yang ada pada Alloh itu tidak dapat diperolehkecuali dengan ketaatan kepada-Nya. Ketetapan (Alloh) telah ditulis dan lembaran -

lembaran telah dilipat”. Dengan uraian tersebut diatas alangkah baiknya dalammengelola usaha mendapatkan nafkah untuk kehidupan setiap Muslim selalu

dilakukan dengan berhati-hati seperti dalam tuntunan Syari’at. Insya -Alloh.

21. Terpuji Atau Tercela Karena HartaSecara umum telah diterima oleh akal, bahwa naluri manusia cinta kepada harta dan

punya kecenderungan untuk memiliki sebanyak mungkin. Alloh ber -Firman dalam

Surat Ali-Imron (3) Ayat 14 :

                                                                                                                                                        

Artinya : Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa -apa yang

diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak,

kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di

dunia, dan di sisi Alloh-lah tempat kembali yang baik (surga).

Page 91: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 91/185

91

Namun dalam sejarah kehidupan manusia dapat disaksikan, bahwa s ementara manusia

mendapat kemulyaan karena memiliki harta yang sangat bermanfaat bagi dirinya dan

manusia yang lain. Dibalik itu ada pula yang karena tindak kema ’shiatannya telah

terjerumus kehidupannya menjadi manusia yang hina disebabkan hartanya.

Orang yang berkecukupan hartanya didunia, maka dengan sediriny a akan mampu dan

lebih sempurna melaksanakan ‘amalan yang memang diperlukan dengan pengeluaranharta, a. l : membayar zakat, shodaqoh, menunaikan ‘ibadah haji, menyediakan sarana

dan prasarana ‘ibadah yang diperlukan masarakat dsb. Alloh ber -Firman dalam Surat

Hud (11) Ayat 15 :

                                                                            Artinya : “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya,

niscaya kami berikan kepada mereka balasan pe kerjaan mereka di dunia dengan

sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan ”. Surat Nuh (71) Ayat 12 :

  

  

 

 

  

     

     

        

       

  

  

     

      

       

  

  

        

   

Artinya : “Dan membanyakkan harta dan anak -anakmu, dan mengadakan untukmu

kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai -sungai”.

Untuk dapat dipeliharanya harta yang dimiliki, maka seseorang wajib secara terbuka

memberitahukan kepada keluarga yang berhak dan lebih utama dicatat dengan dengan

cermat. Alloh ber-Firman dalam Surat al -Baqoroh (2) Ayat 180 :

                                                                      Artinya : “….jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu -bapak 

dan karib kerabatnya secara ma'ruf, (Ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang

bertaqwa”. Kemudian dalam Ayat 282 difirmankan :

                                                                                                            

Artinya : “…….dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun

besar sampai batas waktu membayarnya. yang demik ian itu, lebih adil di sisi Alloh

dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan)

keraguanmu”. Dengan mengikuti tuntunan Rosululloh SAW maka harta yang baik 

hanya dimiliki oleh orang yang sholih, sabda Rosululloh SAW :

.) .(

Artinya : “Alangkah baiknya harta yang baik bagi orang yang baik (sholih)”.(riwayat Imam Ahmad dan Ath-Thobaroni).

Ketiadaan harta bagi seorang manusia dapat menjadi penyebab seseorang menjadi

kufur. Rosululloh SAW bersabda :

ی (.ی ).ھی Artinya : “Hampirlah kefakiran (kemiskinan) seseorang itu menjadi kekufuran”.(riwayat Imam Abu Muslim Al-Laitsi dan Al-Baihaqi).

Namun banyaknya harta seseorang tanpa pengendalian yang didasari pemahaman

hukum Syara’, maka manusia cenderung melampaui batas yang dapat menjerumuskanmanusia kepada kehinaan. Alloh ber-Firman dalam Surat al-‘Alaq (96) Ayat 6-7 :

Page 92: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 92/185

92

                                    Artinya : "Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar -benar melampaui batas, (6)

Karena dia melihat dirinya serba cukup (7)". Dalam Surat at-Taghobun (64) Ayat 15 :

  

  

 

 

 

  

   

 

  

  

   

 

 

 

  

  

  

 

   

 

  

 

   

  

 

 

  

 

 

Artinya : “Sesungguhnya hartamu dan anak -anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan

di sisi Alloh-lah pahala yang besar”. Dalam Surat al-Munafiqun (63) Ayat 9:

                                                                                                   

Artinya : "Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak -anakmu

melalaikan kamu dari mengingat All oh. barangsiapa yang berbuat demikian Maka

mereka Itulah orang-orang yang merugi". Rosululloh SAW bersabda :

ھ ی ھ   ی ی ھ    ).(.ی یArtinya : “Tinggalkanlah dunia untuk yang mempunyainya. Siapa ya ng mengambil

dunia diatas yang mencukupinya, niscaya ia telah mengambil kebinasaan. Dan ia

tidak merasa”. (riwayat Imam al-Bazzar). Mencari dunia untuk keperluan hidup

keluarga dan dirinya adalah sebagai Jihad fi Sabilillah, sabda Rosululloh SAW :

ھ   ی  ھ   ,ی ھ  ی  ھ  ی  ی ی  ی  ی   ,ی

ھ ی  ی  ھ  ھ   ,ی ھ ی  ی  ھ  ی  .)(.ی

Artinya : "Jika ia (seseorang) pergi mencari dunia secukup keperluan anak (kecil) -

nya, maka dia berada dijalan Alloh. Jika ia pergi mencari dunia secukup keperluan

dua orang-tuanya yang sudah renta, maka dia berada dijalan Alloh. Jika ia pergi

mencari dunia secukup keperluan diri sendiri agar tidak minta -minta pada orang lain,

maka dia berada dijalan Alloh Jika ia pergi mencari dunia untuk pamer, maka dia

berada dijalan syaitan". (riwayat Imam Ath -Thobaroni).

Dalam hadits lain disebutkan, bahwa dunia yang berlebih mer upakan beban yang

berat dihari qiyamat. Rosululloh SAW bersabda (riwayat dari Anas r.a) :

  ی ی ی ی ی 

ھ :  ی :یی    : :ھ.:ی  .: :ھ..  :ھ  .ی ی

Artinya : "Wahai Abu Dzar, tahukah kamu, bahwa didepan kita terdapat bukit terjal

yang tidak dapat dilintasi kecuali oleh ora ng yang ringan bebannya? Seorang

bertanya: "Ya Rosululloh, adakah aku ini orang yan g berat beban atau ringan beban?".

Rosululloh balik bertanya: "Adakah engkau punya makanan hari ini?", jawabnya :

"Ya". Rosul bertanya lagi: "Adakah makanan untuk besuk?" ia menjawab: "Ya,

Page 93: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 93/185

93

punya". Rosululloh bertanya lagi : "Adakah makanan besuk lusa?", ia menjawab :

"Tidak ada". Kemudian Rosululloh SAW bersabda : "Kalau saja engkau telah punya

 jatah makanan untuk tiga hari, maka termasuk orang yang berat bebannya".

Keserasian antara pemilikan dunia dan agama adalah hal yang penting untuk 

diupayakan bagi yang ingin hidup tenteram, dikatakan dalam suatu syair :

ی ی #ی  Artinya : “Alangkah indahnya jika dunia dan agama berkumpul jadi satu #

dan alangkah buruknya kafir dan durhaka bergabung dalam diri seorang ”.

Dalam berusaha mencari dunia seorang Muslim wajib menghindari cara yang besifat

meminta-minta dengan cara ataupun dalih apapun, karena meminta-minta kepada

seseorang untuk mendapatkan dunia (harta) sangat te rhina dalam agama. Rosululloh

SAW bersabda :

 ھ  ,ی

  ھ  ی ھ   ی ھ   (.ی ).ی Artinya : “Barang siapa membuka pintu permintaan ( meminta-minta), maka Alloh

membukakan baginya pintu kefakiran didunia dan akhirat ; dan barang siapa

membuka pintu pemberian (berderma) karena mengharap keridloan Alloh, maka

Alloh memberinya kebaikan dunia dan akhirat ”.(riwayat Imam Ibnu Jarir).

Dalam Hadits lain.

ھ   ھ ھ ی  ی   ).ی (.ی

Artinya : “Tiada seseorang membuka pintu permintaan (meminta -minta) untuk 

dirinya sendiri dimana ia meminta sesuatu kepada manusia, melainkan Allohmembukakan pintu kefakiran buatnya, karena perbuatan menahan diri (untuk tidak 

minta-minta) itu lebih bagus”. (riwayat Imam Ibnu Jarir).

Ayat-Ayat dan sabda Rosululloh SAW tsb mengandung arti, bahwa sangat

dimuliakan bagi yang memiliki harta karena usahanya dan digunakan sepenuhnya

untuk beribadat dan sangat dicela bagi yang menggunakan harta untuk ma’shiat atau

mendapatkan harta secara haram atau dengan meminta -minta. Namun sejauh orang

diberi kemudahan seseorang untuk mendapatkan harta tanpa meminta dengan cara

apapun, tidak ada jeleknya untuk menerimanya. Rosululloh SAW bersabda :

ی :ی ھ  ی ھ : ھ ھ  :,ی

ھ ,,ی .  ھ:ھ:ی 

   .ھ ,,ی  :.ھ ی 

ی ھ    ی ی  :.ی ھ ھ, ھ ھ

Page 94: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 94/185

94

ی ی ھ  ی ی ھ.ی    ی

ھ    : .ی ی   ی  ی  ی   ی ھ  (.ی 

.(

Artinya : Dari Umar bin Khoththob r.a berkata :”Bahwa Rosululloh SAW memberisesuatu kepadaku, aku berkata, “Berikan (barang) itu kepada seseorang yang lebihmelarat dari pada-ku. Sabda Rosul :”Ambillah. Apabila ada sesuatu harta datangkepadamu sementara kamu tidak mengharap -harap dan tidak minta, maka ambillah

dan jangan memperturutkan dirimu”. Dalam riwayat Muslim : Rosululloh menyuruhkepada Umar :”Ambillah barang itu, kamu dapat menyimpannya atau men-shodaqoh-

kannya. Apabila kamu diberi harta (barang) pada -hal kamu tidak mengharap-harap

dan tidak meminta, ambillah dan jangan memperturutkan dirimu”. Berkata Salim :”Dari peristiwa itu, Ibnu Umar tidak pernah meminta sesu atu kepada seseorangpun,

 juga tidak pernah mengembalikan pemberian orang orang lain”. Menurut riwayatMalik, bahwa Rosululloh SAW mengirim sesuatu hadiah kepada Umar bin Khoththob

tetapi Umar mengembalikannya. Maka sabda Rosululloh SAW kepada Umar :”Mengapa kamu kembalikan barang itu?”. Jawab Umar :”Wahai Rosululloh SAW,bukankah engkau telah memberi -tahu kami, bahwa sebaik-baik orang adalah yang

tidak mau mengambil sesuatu dari orang lain ”. Sabda Rosululloh SAW : ”Yangdimaksud mengambil dari orang lain t sb adalah meminta, selama tidak meminta -

minta, maka barang itu termasuk rizqi yang telah dianugerahkan oleh Alloh

kepadamu”. Umar berkomentar : ”Demi zat yang diriku dalam kekuasaan -Nya, aku

tidak akan pernah minta kepada orang lain; serta semua barang (ha rta) yang sampai

kepadaku tanpa aku mintanya, akan aku ambil”. (riwayat Imam Bukhori, Muslim,Ad-

Darimy, Malik dan Nasa’i).

Terhadap harta yang dimiliki seorang Muslim, maka sementara ‘Ulama memberikankriteria-kriterianya terhadap nilai harta (dunia) buat dirinya, yaitu dibagi dalam tiga

kategori, sbb :

Pertama  Harta yang membawa pahala : ialah harta halal yang dipakai sebagai

sarana untuk menuju kebajikan dan menyingkiri kejelekan. Inilah disebut sebagai

harta anugerah orang Mukmin yang merupakan ladang akhirat.

Kedua Harta yang diperhitungkan di akhirat : ialah harta-benda yang tidak menjadi

sarana untuk menunaikan perintah Alloh, tapi juga tidak diperoleh dengan cara-cara

yang terlarang dalam agama.

Ketiga  Harta yang membawa dosa : ialah harta-benda yang memberikan sebab

diabaikannya perintah Alloh, dan membawa pada dilanggarnya larangan Alloh.

Dengan pemahaman terhadap kedudukan atau nilai dari harta yang dimiliki, maka

diharapkan dapat memahami harta secara wajar dan tidak melebihi pemahaman nya

terhadap agama, jangan seperti diungkap dalam syair sbb :

ھ    ھ #ی ی ی Artinya : “Sangat mengerti apabila tersinggung harta bendanya #

Tetapi apabila agamanya yang tersinggung dia tidak me rasa apa-apa”. Na’udzubillah.

Page 95: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 95/185

95

22. Hidup SederhanaHidup sederhana yang dimaksud adalah hidup wajar sesuai tuntunan Syari ’at dan

norma masarakat pada umumnya. Apabila seseorang telah berhasil untuk mencari dan

mendapatkan Nafkah untuk memenuhi kebutuha nnya, maka yang wajib diterapkan

adalah membuat pola hidup yang sederhana dan wajar ditengah-tengah masarakat

dimana ia tinggal. Alloh ber-Firman dalam Surat al-Furqon (25) Ayat 67 :

                                                            Artinya : “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak 

berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah -tengah

antara yang demikian”.

Kesederhanaan hidup bagi orang yang memili ki harta adalah selain tidak boros yang

condong mubadzir, tetapi sebaliknya juga tidak dibenarkan bila terlalu ketat, hingga

menjadi kikir (bakhil). Yang lebih mendasar wajib selalu ingat (dzikir) kepada Alloh

SWT. Firman Alloh dalam Surat an -Nur (24) Ayat 37 :

  

 

 

 

 

  

 

  

 

     

    

 

  

 

 

   

 

  

  

 

Artinya : “Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual

beli dari mengingati Alloh”. Surat al-Munafiqun (63) Ayat 9 :

                                                                                                    

Artinya : “Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak -anakmu melalaikan

kamu dari mengingat Alloh. barangsiapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah

orang-orang yang merugi”. Surat al-Isro’ (17) Ayat 26-29 :

                                                                                                                                                                                                                                                                      

Artinya : “Dan berikanlah kepada keluarga -keluarga yang dekat akan haknya, kepada

orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur -hamburkan (hartamu) secara boros (26). Sesungguhnya pemboros -pemboros itu

adalah Saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya

(27). Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tu hanmu

yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka u capan yang pantas (28). Dan

 janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu

terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal (29) ”.

Dalam ilmu Akhlaq, maka sifat hidup sesuai kewajaran yang diterimanya disebut

“Qona’ah”, artinya merasa cukup, merasa puas atas bagian ( harta kekayaan) yang

diterimanya, atau berhentinya keinginan seseorang terhadap apa yang sudah diberikan

Page 96: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 96/185

96

kepadanya. Dalam istilah Ulama Akhlaq diartikan sebagai : Tidak ada lagi keinginan

untuk menambah apa yang sudah ada. Qona’ah adalah suatu sikap yang d ituntut oleh

para Ahli Hikmah agar dapat menjauhkan diri dari ajakan nafsu terhadap berbagai

tipu daya kehidupan dunia, untuk tidak membuat lupa kepada Alloh SWT dan lalai

atas kewajiban sebagai hamba -Nya dan lalai pula mempersiapkan diri untuk menuju

kehidupan akhirat kelak. Akibat godaan nafsu yang kuat, maka manusia kadang -

kadang tidak takut lagi terhadap ancaman yang disampaikan Rosululloh SAW,sehingga sikap dan perilakunya melampaui batas -batas norma Ila-hiah. Hal itu karena

Fitroh manusia dalam pandangannya terhadap dunia seperti di -Firmankan oleh Alloh

SWT dalam Surat Ai-Imron (3) Ayat 14, sbb :

                                                                                                                                                       

Artinya : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa -apayang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,

perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan

hidup di dunia dan di sisi Alloh-lah tempat kembali yang baik (surga) ”.

Dalam Haditsnya (dari Ibnu ‘Abbas ra) Rosululloh SAW bersabda :

   ھ ی ی   )ھی (.ی

Artinya : “Kalau adalah bagi anak Adam dua buah lembah daripada emas, masihla h

dia menginginkan yang ketiga. Tapi tidaklah yang akan memenuhi perut anak Adam

selain tanah. Dan Alloh akan memberi taubat kepada yang bertaubat ”.(Hadits

Bukhori /Muslim)Bagi seorang Muslim dituntut untuk berusaha memiliki sikap Qona’ah agar tehindar dari godaan nafsu seperti tsb diatas. Sedangkan secara sadar kehidupan manusia harus

diyaqini, bahwa sudah dijamin rezqi untuk setiap makhluq yang melata diatas bumi

dari oleh Alloh SWT. Dalam al -Quran Surat Hud (11) Ayat 6 di -Firmankan sbb :

                                                                                     

Artinya : “Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan All oh-lah

yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat

penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh) ”.

Seperti dalam Surat al-Furqon (25) Ayat 67 :

                                                           Artinya : “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak 

berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah -

tengah antara yang demikian ”.

Dalam Hadits dari Abu Hurairoh, Rosululloh SAW bersabda :

Page 97: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 97/185

97

ی: )ھی ( 

Artinya : “dari Rosululloh SAW Abu Hurairoh berkata : Bukannya kekayaan itu

karena banyaknya harta benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kaya hati”.

(Bukhori Muslim). Dalam hal Qona’ah disabdakan oleh Rosululloh SAW a.l :

 .ھ  : .ھ ھ  )(.ھ ھArtinya : dari Abdullah bin Amir ra. bahwasanya Rosululloh SAW bersabda :

“Sungguh beruntung orang yang Islam, karena rizqinya cukup dan Alloh membuatnyaQona’ah”. (at-Tirmidzi). Dalam Hadits lain Rosululloh SAW bersabda :

  ی  ) (.ی Artinya : “Qona’ah itu adalah harta yang tak kan hilang, pura (simpanan) yang tak kan lenyap”. (at-Tobaroni dari Jabir). Hadits lain dalam hal hidup sederhana,

Rosululloh SAW bersabda :

 ھ   ھ ھ ھ .ھ ).(

Artinya :”Siapa yang bersifat sederhana, niscaya dikayakan oleh Alloh. Siapa yangboros (mubadzir) niscaya dimiskinkan oleh Alloh. Dan siapa yang berdzikir kepada

Alloh ‘Azza wa Jalla niscaya dikasihi oleh Alloh”. (riwayat Imama Al -Bazzar).

Pengertian “Hidup sederhana” atau “Qona’ah” seperti tersebut diatas dalamkehidupan sehari-hari yang bersifat pragmatis bukan b erarti bahwa seseorang dalam

usaha mencari suatu kebutuhan, tanpa usaha yang sungguh -sungguh (bermalas-malas

saja), akan tetapi Qona’ah diartikan dapat menerima dengan senang dari hasil usahayang sungguh-sungguh tanpa mengeluh. Insya-Alloh.

23. Peduli Orang Lain

Dalam masarakat pada umumnya selalu terjadi kondisi dimana keadaan anggotanyaterdiri dari berbagai tingkat kemampuan, baik dalam usaha ataupun pemilikan harta

kekayaan, sehingga terdapat kelompok masarakat yang tegolong berpunya dan ada

yang tidak berpunya. Dengan kesenjangan tersebut sangat penting dalam menjaga

keharmonisan diupayakan adanya kepedulian bagi yang berpunya terhadap yang

kurang beruntung yaitu kelompok masarakat yang tidak berpunya. Ketidak pedulian

berarti mengingkari ni ’mat yang dianugerahkan Alloh. Firman Alloh dalam Surat an-

Nahl (16) Ayat 71 :

                                                                    

                                                  Artinya : “Dan Alloh melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam

hal rezki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezkinya itu) tidak mau memberikan

rezki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama

(merasakan) rezki itu. Maka Mengapa mere ka mengingkari nikmat Alloh?”.

Oleh karenanya dalam mencari nafkah seorang Muslim dianjurkan bukan hanya

sekedar memenuhi kebutuhan sendiri beserta keluarganya saja, tetapi hendaknya

peduli kepada orang lain apakah itu sanak keluarga ataupun orang sekitarnya yang

Page 98: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 98/185

98

ternyata kurang beruntung dalam memenuhi kebutuhannya. Alloh ber -Firman dalam

Surat an-Nur (24) Ayat 33 :

                             Artinya : “....dan berikanlah kepada mereka (yang membutuhkan) sebahagian dari

harta Alloh yang dikaruniakan-Nya kepadamu.....” Dalam kisah kaum Muhajirin dan

Anshor, Alloh ber-Firman, Surat al-Hasyr (59) Ayat 9, sbb :

                                                                                                                                            

                           Artinya : “Dan orang-orang yang Telah m enempati kota Madinah dan Telah beriman

(Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai'

orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruhkeinginan dalam hati mereka terhadap apa -apa yang diberikan kepada mereka

(Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang -orang Muhajirin), atas diri mereka

sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran

dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung ”.

Dengan perintah tersebut kaum Muslimin akan tetap mengendalikan diri, agar pada

harta yang dimiliki tersedia sejumlah harta yang dapat dinafakahkan baik dalam

keadaan sedang sempit dan apalagi sedang longgar. Da lam Surat Ali Imron (3) Ayat

134 Alloh ber-Firman :

                                                                  

            Artinya : “...(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang

maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan

(kesalahan) orang. Alloh menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.

Dengan sikap dan perilaku demikian akan dapat tercipta suatu pemerataan kekayaan

dan mengurangi kemiskinan. Dalam Surat al -Hasyr (59) Ayat 7 Alloh ber-Firman :

                                                                      

                                  Artinya :”...supaya harta itu jangan beredar di antara orang -orang Kaya saja di antara

kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang

dilarangnya bagimu, Maka tinggalkan lah. dan bertakwalah kepada Alloh.

Sesungguhnya Alloh amat keras hukumannya”. Selanjutnya kesediaan berkorban

untuk orang lain dalam Surat tsb Ayat 9 di-Firmankan :

                                             

Page 99: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 99/185

99

Artinya : “......dan mereka mengutamakan (orang -orang Muhajirin), atas diri mereka

sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan ”. Rosululloh SAW bersabda :

ھ ھ ھ   ھ ھ     (.ی ھ ).ی 

Artinya : ”Manusia manapun yang mengingini suatu keinginan, lalu ditolaknya

keinginan itu dan ia mengutamakan orang lain dari dirinya sendiri, niscaya diampun-

kan dosanya”. (riwayat Imam Ibnu Hibban dan Abu Syaikh). Dalam hadits lain :  ھ    ھ ی

).. (ی ی Artinya : "Barang-siapa (Mukmin) yang memudahkan kesulitan -dunia saudaranya,

niscaya Alloh akan memudahkan jalannya ke -Sorga dihari Qiyamat". (riwayat Imam

Bukhori).

Dalam melakukan pemerataan dan pengurangan ke miskinan, maka dapat dicegah

penimbunan harta yang sangat dikecam dalam ajaran Islam. Alloh ber -Firman dalam

Surat at-Taubah (9) Ayat 34 :

    

 

               

                                                    Artinya : “....dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tida k 

menafkahkannya pada jalan Alloh, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa

mereka akan mendapat) siksa yang pedih ”. Na’udzubillah.

24. Shodaqoh“Shodaqoh” adalah bahasa Arab yang serumpun dengan kata Shodaqo artinya benar,

nyata; Yusoddaqu artinya dapat dipercaya ; Sho -daqo artinya bersahabat. Dan dalam

 bahasa Indonesia sering diterjemahkan dengan “Sedekah”, yang berarti pemberianseorang Muslim kepada orang lain baik secara terencana ataup un spontan dan dengan

sukarela semata-mata mengharap Ridlo dari Alloh SWT. Pemberian demikian sangat

dianjurkan dan diutamakan untuk memenuhi kebutuhan -kebutuhan yang sangat

diperlukan bagi yang diberi. Dalam Surat an - Nisa’ (4) Ayat 114 Alloh ber -Firman :

                                                                                                                          

Artinya : “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali

bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat

ma`ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang

berbuat demikian karena mencari ker idloan Alloh, maka kelak Kami memberi

kepadanya pahala yang besar”. Rosululloh SAW bersabda :

    ھ ھ   ی ی ھ  ی  ی ھ ھ ) .ھی (.

Artinya : “Tiada seorang yang membuka pintu pemberian baik shodaqoh atau relasi,melainkan Alloh akan menambahnya lebih banyak lagi; dan tiada seorang yang

membuka pintu permintaan agar ia memperol eh lebih banyak lagi, melainkan Alloh

akan memperbesar kekurangannya” (riwayat Imam Al -Baihaqiy).

Page 100: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 100/185

100

Dalam hadits lain :

ھ ":ھ ھ  ی   ,ھ  ھ ھ,ھ  ی 

) .ی (.Artinya : “Alloh mewahyukan kepadaku beberapa kalimat yang masuk kedalam

telingaku, kemudian menancap kedalam kalbuku, iala h : “Barang siapa mendermakankelebihan hartanya, maka amat bagus buatnya, siapa menahannya maka jahatlah ia,

dan Alloh tidak mencela penyimpanan sejumlah kebutuhan hidupnya”. (riwayat ImamIbnu Jarir)

Dalam Ilmu “Fiqh” (hukum Islam) diantara Shodaqoh ada yang merupakan perintah

wajib (fardlu ‘ain) yaitu yang disebut “ Zakat” yang artinya suci, dalam al-Quran

Surat at-Taubah (9) Ayat 103 sbb :

                                                                                              

  

  

  

   

Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo`alah untuk mereka. Se -

sungguhnya do`a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan All oh

Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

Pengertian membersihkan dan mensucikan dalam Ayat tersebut selain bagi orangnya

yang melakukan (muzakki) berarti juga bagi harta yang dimiliki untuk d isucikan dari

harta yang haram. Ketentuan-ketentuan dalam Zakat (Zakat maal) umumnya

diuraikan secara khusus dalam Kitab Fiqh menyangkut : 1)  Jenis kekayaannya,

misalnya : Emas, Uang, Ternak, Hasil tananaman Pertanian, Tambang dlsb. 2) Nishob

dan Haul, yaitu batas minimal jumlah pemilikan kekayaan dari jenis kekayaan tsb

diatas dan batas waktu (jangka waktu) kapan saat kewajiban membayarkanya, dan 3) Siapa-siapa yang berhak menerima zakat tsb.

Bagi orang yang tidak membayar zakat , maka secara tegas diancam dalam al-Quran

Surat at-Taubah (9) Ayat 34-35 di-Firmankan :

                                                                                                                                                                                              

Artinya : “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkah -

kannya pada jalan Alloh, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan

mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak it u dalam neraka

Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu

dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu

sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu". Untuk itu

Rosululloh SAW bersabda :

Page 101: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 101/185

101

   ی ی   ی ھ    ھ   ھ ھ ھ ھ ھ  ی ھ  ,ی 

  ی  ھ  ی ,ی ھ ی  ی  ی   – ی  .

Artinya : “Tiada bagi pemilik emas atau perak yang tidak mau menunaikan hak 

Zakatnya, melainkan dihari Qiyamat dipersiapkan untuknya lempengan -lempenganbara neraka yang dipanaskan pada neraka Jahannam, kemudian diseterikakan pada

lambung dan punggungnya ; setiap-kali lempengan tsb dingin, maka kembali

dipanaskan dalam suatu hari yang lamanya lima -puluh ribu tahun, sehingga diberi

keputusan diantara para hamba, dan tahulah dia nasib selanjutnya akan menuju sorga

atau neraka”. Na’udzubillah.

Karena Zakat merupakan Rukun Islam dan Fardlu ‘Ain, maka setiap Muslim wajibmenyadari dan berkewajiban berusaha memenuhinya. Sepertinya Ibadah Haji, maka

setiap Muslim-pun diwajibkan menunaikan bagi yang mampu. Untuk kemampuan

ber-Haji ini umumnya kaum Muslimin berusaha dengan menabung, sehingga pad a

saatnya dapat menunaikannya. Dalam hal zakat, karena hakikatnya adalah juga RukunIslam, artinya untuk menjadi Muslim yang sempurna Rukun itu wajib ditunaikan.

Oleh karenanya, mana-kala seorang Muslim telah berhasil mendapatkan nafkah yang

cukup, segeralah menabung agar dapat memiliki harta mencapai Nishob, sehingga

dapat menunaikan Zakat setelah Haul, setiap tahun (Haul). Alloh menjamin Zakat

yang dikeluarkan akan diganti-Nya, selanjutnya harta akan berkembang, sehingga

tahun berikutnya harta yang dimiliki dan dengan sendirinya zakat pada masa

berikutnya akan lebih besar, bahkan berlipat ganda. Insya-Alloh. Alloh ber-Firman

dalam Surat ar-Rum (30) Ayat 39 :

                                                             

Artinya : “…….dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkanuntuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang -orang

yang melipat gandakan”. Insya-Alloh.

Kewajiban yang disebut Zakat tapi dalam bentuk yang lain adalah “Zakat Fitrah”yang diwajibkan untuk membayar nya bagi setiap Muslim mulai yang masih bayi

sampai yang sudah lanjut usia, yaitu berupa makanan yang diberikan pada saat

menjelang ‘Idul-Fitri. Selain zakat ada pula perintah Alloh kepada kaum Muslimin

untuk memberikan atau membelanjakan hartanya untuk ‘amal Ibadah yang disebutsebagai “Infaq” atau nafaqoh yang dalam bahasa Indonesia disebut juga sebagai

nafkah (belanja), dimana diantaranya ada yang bersifat wajib dan berkesinambungan

a. l : kewajiban seorang Muslim (suami) memberi nafkah keluarga nya (isteri dananaknya) atau pengeluaran seorang Muslim dalam membantu kebutuhan ummat Islam

dalam hal tertentu, hanya saja secara hukum syara’ tidak dihitung seketat dan terinci

dalam syara’ seperti pada Zakat. Dalam Surat al-Baqoroh (2) Ayat 195 di-Firmankan :

                                                                             

Page 102: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 102/185

102

Artinya : “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan All oh, dan janganlah kamu

menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena

sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang berbuat baik ”. Kemudian dalam

Ayat 215 Alloh ber-Firman :

                                                                                                                                         

Artinya : “Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan.

Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu -

bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang

sedang dalam perjalanan."

Dan apa saja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya All oh Maha

Mengetahuinya”. Rosululloh SAW bersabda :

).ھی (ھ

Artinya : “Belanja seorang (suami) yang diberikan kepada keluarganya adalahShodaqoh”. (riwayat Imam Bukhori dan Muslim).

Adakalanya seseorang Muslim sekalipun secara tidak sengaja mem berikan sesuatu,

atau karena suatu hal, kehilangan hartanya, maka mana -kala ikhlash akan menjadi

Shodaqoh pula, dalam sabda Rosululloh SAW :

ھ ھ ھ ی ھ ھ  ھ  ی ھ  ھ ھ

ھ ).(.ی Artinya : “Tidaklah seorang Muslim -pun menanam sebatang tanaman kecuali apa

yang ia makan untuk dirinya merupakan Shodaqoh, apa yang dicuri dari tanaman itumaka baginya merupakan Shodaqoh, apa yang dimakan binatang buas dari tanaman

itu, maka baginya Shodaqoh, dan apa yang dimakan burung dariny a, maka baginya

 juga Shodaqoh. Dan tak seorang -pun yang dapat terperciki sedikit saja dari hasil

tanamannya, kecuali baginya (Muslim tsb) juga Shodaqoh. (riwayat Imam Muslim).

Wallo-hu A’lam.

25. Menjaga Diri Dari Sifat Bakhil

“Bakhil” dalam bahasa Indonesia sering diartikan sebagai Kikir yang dalam agama

diartikan sebagai sifat orang yang tidak mau memberi dan menyisihkan sebagian harta

yang dimilikinya untuk orang lain. Sering pula disebut sebagai orang yang tidak punya peduli terhadap orang lain. S ifat tersebut merupakan sifat yang sangat tercela

dan wajib dihindari oleh setiap Muslim. Dalam Firman Alloh, Surat Muhammad (47)

Ayat 38:

                                                                 Artinya :” …..dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir te rhadap dirinya

sendiri. dan Alloh-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang -orang yang

berkehendak (kepada-Nya)”. Dalam Surat Ali-Imron (3) Ayat 180 :

Page 103: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 103/185

103

                                                                                                                                                                

        Artinya : “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Alloh

berikan kepada mereka dari karunia -Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi

mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. H arta yang mereka

bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. da n kepunyaan

Alloh-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. dan Alloh mengetahui apa

yang kamu kerjakan”.

Lebih jahat lagi orang bakhil sering mengajak orang lain berbuat bakhil pula seperti

Firman Alloh dalam Surat an-Nisa’ (4) Ayat 37 :

                                                                                             

Artinya : “(yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir,

dan menyembunyikan karunia Alloh yang telah diberikan-Nya kepada mereka. dan

kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan ”.

Rosululloh SAW bersabda :

ی    :ی ھ   ی   ی

.) .(Artinya : “Sesungguhnya Alloh marah kepada tiga jenis manusia : Orang tua yang

berzina, orang bakhil (kikir) yang menyebut-nyebutkan pemberiannya dan orang yang

mempunyai tanggungan yang sombong ”. (riwayat Imam Ath-Thirmidzi dan An-

Nasa’i).Dalam hadits lain disabdakan :

 .) .(

Artinya : “Dua perkara tidak akan berkumpul pada orang Mukmin, yaitu bakhil

(kikir) dan buruk akhlaq (jahat) ”. (riwayat Imam Ath-Thirmidzi dan Abu sa’id).

Dengan tercelanya sifat bakhil, maka setiap Mukmin diajarkan agar selalu membacado’a yang diajarkan oleh Rosululloh SAW, sbb :

ھ  .

Artinya : “Ya Alloh, sesungguhnya hamba berlindung pada-Mu dari kekikiran. Dan

hamba berlindung pada-Mu dari sifat pengecut. Serta hamba berlindung pada -Mu

pula dari ketuaan yang menyusahkan (pikun) ”.

Sementara Ahli Hikmah mengatakan betapa beruntungnya orang yang murah hati

sebaliknya betapa celakanya, bagi orang yang bakhil, dengan ungkapan :

Page 104: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 104/185

104

ھ   ,ی ھ .ی ھ Artinya : “Kemurahan seseorang itu dapat membuatnya dikasihi oleh lawan -

lawannya, sedang kebakhilan (kikir) seseorang dapat membuatnya dibenci putra -

putrinya”.

Dalam suatu syair diungkapkan :

  ھ ی  ھ  ی #ی  ھ  ی  # ی 

Artinya : “Kekikiran seseorang, membuka aibnya didepan manusia # Kemurahan hati

seseorang menutup aib dirinya. Tutuplah dirimu dengan busana kemurahan hati #

Sungguh, setiap aib aku tahu, hanya kemurahan hati yang menu tupi”. Insya-Alloh.

26. Menghidarkan Terjerumus Riba

“R i b a” dalam arti bahasanya (Arab) adalah kelebihan atau penambahan, yang

dalam Syari’at diartikan sebagai tambahan pada modal uang yang dipinjamkan dan

harus diterima oleh yang berpiutang sesuai dengan jangka waktu peminjaman denganprosentase yang ditetapkan. Riba diharamkan dengan secara tegas , sedang kalimat

Riba disebutkan dalam al-Quran sebanyak delapan Ayat a.l : Surat al -Baqoroh (2)

Ayat 275 :

                                                                                                                                                                                                                  

                           Artinya : “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan

seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lanta ran (tekanan) penyakit gila,

keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),

Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Alloh telah menghalalkan jual

beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari

Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambi l riba), Maka baginya apa yang t elah

diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Alloh.

orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni -penghuni

neraka; mereka kekal di dalamnya ”. Dalam Ayat ini secara tegas Alloh SWT

“menghalalkan Jual- beli dan mengharamkan Riba”. Rosululloh SAW bersabda :ھ ,ھ ,:ھ: 

).(. ,ی ھ ,Artinya : Dari Jabir r. a, ia berkata : Rosululloh SAW melaknat orang yang makan

riba, fihak yang memberi makan riba, yang mencatatnya dan dua saksinya. Dan beliau

 bersabda :”Mereka adalah sama” . (riwayat Imam Muslim)

Kalimat Riba dalam al-Quran yang mempunyai arti hadiah atau pemberian yang tidak 

diharamkan hanya ada pada Surat ar-Rum (30) Ayat 39 sbb :

Page 105: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 105/185

105

                                                                                                                 

Artinya : “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada

harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Alloh. dan apa yang kamuberikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridloan Alloh, Maka

(yang berbuat demikian), itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya) ”.

Kedudukan Uang. Dalam kehidupan manusia yang berusaha mencari penghasilan,

maka suatu faktor produksi yang sangat penting yaitu adanya modal, disamping faktor

lain yaitu sumber daya alam dan manusia. Bentuk dari modal pada zaman kemajuan

ini adalah Uang, atau segala sesuatu yang dinilai dengan uang . Bagi yang memiliki

uang sendiri dan sekaligus mengelolanya sendiri, maka lebih aman dari hal yang

memungkinkan terjerumus kepada riba. Namun bila seseorang tidak memiliki cukup

uang, sehingga harus meminjam, atau memiliki cukup tetapi tidak dapat berusaha,

sehingga dipinjamkan kepada orang lain untuk usaha, maka dalam kondisi demikianwajib baginya untuk hati-hati agar tidak terjerumus dalam riba.

Dalam Usaha Islami yang kini telah berkembang, maka ‘Ulama memberi pedoman

permodalan, a.l :

1) Mudhorobah, yaitu modal yang dimiliki pemilik modal, dipinjam kan pada mitra-

kerja untuk usaha yang keuntungannya dibagi -hasil dengan rasio yang disepakati

bersama.

2) Musyarokah yaitu bergabung bersama dengan pemilik modal lain untuk dibagi -

hasil dengan rasio yang disepakati.

3) Murobahah, yaitu berupa pembelian barang d engan peminjaman, dengan rincian

pembayaran yang ditetapkan pengutang, dengan keuntungan dan waktupembayaran yang disepakati.

Dengan cara demikian diharapkan para pemilik modal (uang) terdorong tidak 

membiarkan uangnya tersimpan, sedang orang lain sangat memerlukan untuk usaha

yang memberikan kesejahteraan bersama. Insya -Alloh.

27. Pengentasan Kemiskinan

Sementara ‘Ulama Fiqh berpendapat, bahwa “Miskin” adalah keadaan tidak 

tercukupinya (kekurangan) dalam memenuhi kebutuhan hidup seseorang, karena

walau mempunyai pekerjaan tertentu tetapi penghasilannya tidak mencukupi. Kondisi

tidak mampu yang lain disebut dalam Syara ’ adalah “Fakir”, yaitu kondisi ketidak tercukupinya kebutuhan hidup memang tidak ada penghasilan (pekerjaan) yang secara

tetap dapat diharapkan. Bagi para fakir ataupun miskin memerlukan perhatian bagi

para orang yang berkecukupan untuk mengentaskannya. Dalam Surat ath -Tholaq (65)

Ayat 7, Alloh ber-Firman :

                                                                                                                

Page 106: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 106/185

106

Artinya : “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya.

dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafka h dari harta yang

diberikan Alloh kepadanya. Alloh tidak memikulkan beban kepada seseorang

melainkan sekedar apa yang Alloh berikan kepadanya. Allo h kelak akan memberikan

kelapangan sesudah kesempitan”.

Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Abu Dawud melalui Abud Darda’, RosulullohSAW bersabda :

 .Artinya : “Kalian mendapatkan kemenangan dan kecukupan berkat orang -orang

lemah diantara kamu”.

Pengentasan kemiskinan hakikatnya adalah merupakan kewajiban yang dapat dibagai

sebagai :

1) Kewajiban setiap individu bagi dirinya,

2) Kewajiban orang lain atau kewajiban bersama dalam masarakat,

3) Kewajiban Pemerintah/Negara.

1) Kerwajiban Individu bagi dirinya. Setiap kaum Muslimin berkewajiban bekerjamencukupi kebutuhan hidupnya masing -masing. Hal itu tercermin pada naluri setiap

manusia yang selalu berkeinginan memiliki harta kekayaan, dalam Surat Ali -Imron

(3) Ayat 14 :

                                                                                                                                                       

Artinya : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa -apa

yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,

perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan

hidup di dunia, dan di sisi Alloh-lah tempat kembali yang baik (surga) ”. Dengan

kecintaan harta tersebut Alloh Perintahk an untuk mencari nafkah tersebut, dalam

Surat al-Jum’at (62) Ayat 10 :

                                                                                 

Artinya : “Apabila Telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi;dan carilah karunia Alloh dan ingatlah Alloh banyak-banyak supaya kamu

beruntung”. Selanjutnya dalam Surat al-Insyiroh (94) Ayat 7-8 Alloh Perintahkan

agar manusia tidak menganggur :

                                            Artinya : “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh (urusan) yang lain (7), Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya

kamu berharap (8)”. Dalam Surat al-Qoshos (28) Ayat 77 di-Firmankan sbb :

Page 107: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 107/185

107

                                                                                                                          

Artinya : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Alloh kepadamu

(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kep ada orang lain) sebagaimana Alloh

telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat ke rusakan di (muka) bumi.

Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan ”.

Sedang Rosululloh SAW bersabda :

ھ ی ی  ی  ھ  ھ  ی ھ  ی ھ  ھ ی   ھ ھ (.ی 

.(Artinya : “Salah seorang diantara kamu mengambil tali, kemudian membawa seikat

kayu bakar diatas punggungnya lalu dijualnya, sehingga ditutup Alloh air -mukanya,

itu lebih baik dari-pada meminta-minta kepada orang, baik ia diberi atau ditolaknya ”.

(riwayat Imam Bukhori).2) Kewajiban orang lain atau kewajiban bersama masarakat. Dalam al-Quran sudah

disebutkan, bahwa pada dasarnya dalam harta seseorang terdapat hak bagi orang yang

tidak berkecukupan, Surat adz-Dzariyat (51) Ayat 19

                                    Artinya : “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta

dan orang miskin yang tidak mendapat bagian (tidak meminta-minta)”.

Lebih jelas lagi di-Firmankan bagi orang yang masih ada hubungan k ekerabatan,

Surat al-Anfal (8) Ayat 75 :

                                                               Artinya : “...orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih

berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kera bat) di dalam Kitab Alloh.

Sesungguhnya Alloh Maha mengetahui segala sesuatu ”. Selanjutnya dalam Surat al-

Isro’ (17) Ayat 26 :

                                                           Artinya : “Dan berikanlah kepada keluarga -keluarga yang dekat akan haknya,

kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu

menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros ”3) Kewajiban Pemerintah dan Negara . Dalam kehidupan modern hampir seluruh

pemerintah negara didunia mempunyai program pengentasan kemiskinan dinegerinya

masing-masing, apalagi pada negara yang mayoritas penduduknya Muslim. Di

Indonesia, maka UUD Negara Republik Indonesia didalamnya telah men cantumkan

pasal-pasal tentang perhatian kepada pengentasan kesmiskinan, a. l disebut :

“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar asas kekeluargaan ”.

“Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup

orang banyak dikuasai oleh Negara ”.

Page 108: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 108/185

108

“Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara

dan dipergunakan untuk sebesar -besar kemakmuran rakyat”.

“Fakir-miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara ”Dengan pasal-pasal dalam UUD tsb sesuai dengan herarkhi perundangan dengan

sendirinya telah disusun pula Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah baik dalam

tingkat pusat ataupun tingkat daerah untuk pelaksanaannya. Adalah menjadi

kewajiban dan tanggung jawab para penguasa dalam memegang amanat, lebih -lebihyang Muslim agar melaksanakannya untuk kepentingan rakyat, seperti Firman Alloh

dalam Surat an-Nisa’ (4) Ayat 58 dan Ayat 135 :

                                                                                                                      

Artinya : “Sesungguhnya Alloh menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada

yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di

antara manusia supaya kamu menetapka n dengan adil. Sesungguhnya Alloh memberi

pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allo h adalah Mahamendengar lagi Maha Melihat ”.

                                                                                                                                                                 

                                             Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar -benar

penegak keadilan, menjadi saksi karena Alloh biarpun terhadap dirimu sendiri atau

ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia kaya ataupun miskin, m aka Alloh lebih tahukemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ingin

menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata -kata) atau

enggan menjadi saksi, maka Sesungguhnya Alloh adalah Maha Mengetahui segala

apa yang kamu kerjakan”. Insya-Alloh.

28. Bekerja Tanpa Putus AsaDalam menjalani kehidupan dunia dalam al -Quran disebutkan, bahwa manusia dalam

keadaan susah payah, Firman Alloh Surat al -Balad (90) Ayat 4 :

       

               

  

      

Artinya : “Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia berada dalam susah

payah. Disamping itu watak asli manusia disebutkan sebagai banyak keluh kesah ”,

Surat al-Ma’arij (70) Ayat 19-21 :

                                                                Artinya : “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir (19).

Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah (20), Dan apabila ia mendapat

kebaikan ia amat kikir (21)”,

Page 109: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 109/185

109

Gambaran manusia yang diuraikan diatas adalah kebanyakan manusia yang tidak ber -

Iman. Dengan sifat yang demikian manusia condong kepada sifat yang mengarah

kepada rasa putus asa. Bagi yang ber -Iman dikecualikan seperti dalam Surat al -

Ma’arij (70) Ayat 22 sebagai kelanjutan Ayat 21 tsb diatas yaitu :

            

Artinya : “Kecuali orang-orang yang mengerjakan sholat”, Dalam arti sebagai orangyang ber-Iman dan mendirikan sholat.

Dengan ke-Imanan maka seseorang berkeyaqinan adanya jaminan rizqi dari Alloh

seperti yang telah difirmankan dalam Surat Hud (11) Ayat 6 :

                                                                                     

Artinya : “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allo h-lah

yang memberi rezkinya, dan dia mengetahui tempat berdiam bina tang itu dan tempat

penyimpanannya. semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh) ”.Selanjutnya dalam Surat ath-Tholaq (65) Ayat 2-3 :

                                                                                                                                  

Artinya :” ......barangsiapa bertakwa kepada Allo h niscaya dia akan mengadakan

baginya jalan keluar (2). Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka -

sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Alloh niscaya Allo h akan

mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allo h melaksanakan urusan yang

(dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Alloh Telah mengadakan ketentuan bagi tiap -tiapsesuatu (3)”. Ke-Imanan dan Taqwa kepada Alloh disertai Tawakkal adalah sikap

yang wajib dimiliki Muslim dalam berusaha mencari rizqi (nafkah), sedang putus asa

adalah sifat yang dilarang, karena sifat tersebut adalah sifat orang kafir. Dalam Surat

Yusuf (12) Ayat 87 Alloh ber-Firman :

                                                  Artinya : “….dan jangan kamu berputus asa dari rahmat All oh. Sesungguhnya tiada

berputus asa dari rahmat Alloh, melainkan kaum yang kafir ”.

Rosululloh SAW bersabda kepada dua orang putra sahabat Kholid :

ھ   ھ ھ ی  ھ ھ  ی ی ). . (ی Artinya : “Janganlah kamu berdua berputus asa dari rizqi selama bergerak -gerak 

kepalamu berdua. Sesungguhnya manusia dilahirkan oleh ibunya merah tiada padanya

berkulit . Kemudian mereka diberi rizqi oleh Alloh Ta’ala”. (riwayat Imam Ibnu

Hiban). Selain menghindari rasa putus asa, maka wajib selalu memelihara kecermatan

dengan cara bekerja yang tidak terburu -buru. Rosululloh SAW bersabda :

ھ ی  (.ی  .(

Page 110: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 110/185

110

Artinya : “Apabila engkau menghendaki suatu urusan, maka harus dengan at-tuadah

(cermat/tidak buru-buru), sehingga Alloh menjadikan bagimu kelapangan dan jalan

keluar”. (riwayat Imam Ibnul -Mubarok). Perjalanan seseorang dalam menjalani hidup

didunia banyak liku-liku serta naik-turunnya nasib yang dialami tetapi perjalanan tsb

tetap dilalui.

Dalam beberapa syair dikatakan :  #ھArtinya : “Berapa banyak gunung telah didaki puncaknya oleh orang #

Orang-orang itupun turun namun gunung tetap gunung.

  #ی  Artinya : “Janganlah putus asa didalam mengembalikan kemuliyaan #

Kadang-kadang orang yang kalah lalu jatuh kemudian bangkit kembali”.

Dalam syair lain :

ھ ی  ی #ی Artinya : ”Bila engkau tidak sanggup mengerjakan sesuatu #

Tinggalkan itu dan kerjakan saja yang engkau sanggup”.

Wallo-hu A’lam.

Page 111: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 111/185

111

BAB IVPERNIKAHAN

Pernikahan (Munakahah) adalah istilah untuk manusia dan bagi makhluq umumnya

sering disebut sebagai perkawinan, merupakan Sunnatulloh atau hukum alam yang

berlaku didunia, dimana diantara makhluq mengalami perjodohan antara jenis priya

(untuk manusia) atau jantan untuk makhluq lain dengan jen is pasangannya, yaitu

wanita (untuk manusia) dan betina untuk makhluq lain. Dalam al-Quran Alloh SWT

berfirman dalam Surat Ya-sin (36) Ayat 36 :

                                                                Artinya : “Maha Suci Tuhan yang t elah menciptakan pasangan-pasangan semuanya,

baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang

tidak mereka ketahui”. Kemudian dalam Surat adz-Dzariyat (51) Ayat 49, sbb :

                                            

Artinya : “Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang -pasangan supaya kamumengingat kebesaran Alloh”. Dalam Kitab Suci al-Quran digunakan dua istilah dalam

menyebutkan pernikahan, yaitu :

1) “Nikah” adalah bahasa Arab yang mempunyai arti “berhimpun”.

2) “Zawwaja”  atau “Zawuj” bahasa Arab yang artinya “Pasangan” yang dalam

bahasa Indonesia sering disebut sebagai “Perkawinan” .

Kata Zawwaja dalam Kitab Suci tercantum antara lain dalam dua Ayat tsb di atas.

Sedang istilah yang menggunakan kata Nikah antara lain Surat an -Nur (24) Ayat 32 :

                                

                                                               Artinya : “Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-

orang yang layak (berkawin) dari hamba -hamba sahayamu yang lelaki dan hamba -

hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miski n Alloh akan memampukan

mereka dengan kurnia-Nya”. Insya-Alloh.

29. Menikah Sangat Dianjurkan Dalam IslamDalam kehidupan seluruh makhluq bernyawa yang berpasangan, maka perkawinan

diantara kedua jenis adalah merupakan Fithroh, Alloh ber -Firman dalam Surat ar-

Rum (30) Ayat 30 :

                                                                                     

Artinya :”… (tetaplah atas) fitrah Alloh yang Telah menciptakan manusia menurut

fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Alloh. (Itulah) agama yang lurus; tetapi

kebanyakan manusia tidak mengetahui ”,

Page 112: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 112/185

112

Untuk kepentingan tersebut, maka bagi seorang Muslim atau Muslimah bila telah

mencapai usia dewasa (usia menikah) sangat dianjurkan untuk segera menikah, Ayat -

ayat dalam al-Quran tentang pernikahan a. l dalam Surat an -Nur (24) Ayat 32 sbb :

                                                                     

                         32

Artinya : “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-

orang yang layak (kawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba -hamba

sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Alloh akan memampukan mereka

dengan kurnia-Nya. dan Alloh Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui ”.

Dalam Surat ar-Rum (30) Ayat 21 :

                                                                         

                                          Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu

isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram

kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada

yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. Pada

Surat an-Nahl (16) Ayat 72 :

                                                                              

   

    

  

 

 

 

   

   

  

  

  

 

 

  

 

  

  

  

 

 

 

  

 

 

 

 

  

 

  

 

Artinya : “Alloh menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan

menjadikan bagimu dari isteri -isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan

memberimu rezki dari yang baik-baik ”. Dalam Surat ar-Ro’ad (13) Ayat 38 :

                                                          Artinya : “Dan Sesungguhnya kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu

dan kami memberikan kepada mereka isteri -isteri dan keturunan”. Selanjutnya dalam

hadits Rosululloh bersabda a.l :

 :ھ:ھ ی 

ھ   ھ  ی ھ ی ھ ) . (.ی Artinya : Dari Abdulloh bin Mas ’ud r.a, berkata : Rosululloh SAW bersabda kepada

kami :”Hai para pemuda, apabila diantara kamu mampu untuk kawin, hen daklah ia

kawin, sebab kawin itu lebih mampu menjaga mata dan kemaluan; dan barang siapa

tidak mampu, hendaklah ia puasa, sebab puasa itu jadi penjaga baginya ”. (riwayat

Imam Bukhori dan Muslim). Dalam hadits lain Rosululloh SAW bersabda :

Page 113: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 113/185

113

 ھ   ھ :ی ,,,, , 

) . (.ی Artinya : Dari Anas bin Malik r.a : Bahwasanya Nabi SAW memuji Alloh dan

menyanjung-Nya, kemudian beliau bersabda : ”Akan tetapi aku sholat dan tidur, dan

berbuka dan mengawini wanita, maka barang siapa tidak suka akan sunnahku, mak aia bukan dari golonganku”. (riwayat Imam Bukhori dan Muslim). Hadits lain :

   ی ھ ).ھی (.یArtinya : “Sesungguhnya Alloh telah menggantikan kita ruhbaniyyah (kependetaan/ 

tidak menikah) dengan yang lurus dan mudah”. (riwayat Imam Baihaqi). Hadits

selanjutnya :

  ی Artinya : “Tidak ada kependetaan/tidak menikah dalam Islam ”. Hadits berikutnya :

یی    ).ھی (.ی Artinya : “Barang siapa yang dimudahkan untuk menikah, lalu ia tidak menikah,

maka tidaklah ia termasuk golonganku ”. (riwayat Imam Ath-Thobaroni dan Baihaqi).

Orang yang tidak kadang dikategorikan sebagai orang yang menolak perintah yang

terpuji sepert Firman Alloh dalam Surat al -Maidah (5) Ayat 87:

                                                                                     

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang

baik yang telah Alloh halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu me lampaui batas.

Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas ”.

Dari Ayat-ayat dan sabda Rosululloh SAW tersebut diatas, maka menikah adalah

sangat dianjurkan, sebaliknya akan menjadi tidak terpuji bagi seseorang yang tidak 

mau menikah apabila sudah berkemampuan. Hanya dalam kelompok yang sedikit

yang berpandangan, bahwa dalam hid up lebih ringan bila tidak menikah dengan

mengikuti atsar yang berbunyi :

ی  ی  .ی Artinya : “Sebaik-baik kamu dimasa 200 tahun mendatang (sejak masa Nabi), yaitu

orang-orang yang ringan, tidak beristeri dan dan tidak punya anak ”. Menurut para

‘Ulama sanatnya lemah. Wallohu-A’lam.

30. Akad Nikah

Bagi Kaum Muslimin, maka Pernikahan dianggap shah apa -bila mengikuti tuntunan

Syari’at-Islam, artinya ada “Rukun Nikah” yang wajib dipenuhi untuk shahnya

Nikah. Dalam qoidah Fiqh disebut ada empat Rukun Nikah, yaitu :

Pertama adanya calon mempelai pria,

Kedua adanya calon mempelai wanita,

Ketiga dua orang saksi,

Keempat adanya Sighot Akad (aqod) Nikah yaitu ucapan (perkataan) dari fihak wali

(fihak mempelai wanita), yaitu ucapan wali : ”Saya nikahkan engkau dengan anak 

saya yang bernama “............”, jawab pengantin pria “Saya terima nikah putri bapak 

Page 114: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 114/185

114

bernama ........” dst. Ada pula ‘Ulama yang membolehkan dimulai dari mempelai pria

lebih dulu dengan perkataan : ”Nikahkan saya dengan putri ba pak bernama..........”.

Jawab Wali :”Saya nikahkan engakau dengan anak saya bernama.......... ”. Kalimat-

kalimat tersebut “lafadz nikah” atau “tazwij nikah” adalah kalimat yang wajib

diucapkan dalam Akad Nikah atau tanpa kalimat -kalimat tsb nikah tidak shah

menurut Syari’at.

Selain adanya Rukun, maka juga ada Syarat-syarat yang wajib dipenuhi dalam

Rukun tsb :

Syarat calon mempelai Pria :1) Bukan muhrim bagi calon mempelai wanita,

2) Tidak terpaksa (kemauan sendiri),

3) Orangnya nyata (jelas) keberadaanya,

4) Tidak sedang menjalani Ihrom haji.

Syarat calon mempelai wanita :1) Tidak ada halangan Syar ’i (menurut hukum Syara ’), yaitu : Tidak bersuami, bukan

muhrim, tidak dalam ‘iddah,2) Tidak terpaksa artinya atas kemauan sendiri,

3) Orangnya nyata keberadaannya,

4) Tidak sedang menjalani Ihrom haji.

Syarat Wali :1) Pria,

2) Baligh (dewasa menurut Syari ’at),

3) Sehat ‘akal,

4) Tidak dipaksa,

5) Adil,6) Tidak sedang ber-ihrom haji.

Syarat Saksi :1) Pria,

2) Baligh (dewasa menurut Syari ’at),

3) Sehat ‘akal,

4) Tidak dipaksa,

5) ‘Adil,

6) Tidak sedang ber-Ihrom haji,

7) Faham dengan bahasa yang diucapkan dalam akad nikah.

Tuntunan tentang Rukun tsb diatas Rosululloh SAW bersabda a.l :

,ی ).(.ی 

Artinya : Dari Hasan dari Imron bin Khusoini r.a : Rosululloh SAW bersabda

:”Tidak shah nikah kecuali adanya wali dan dua orang saksi”. (Hadits marfu’, riwayat

Imam Ahmad). Perlunya dua saksi pria di -Firman dalam Surat al-Baqoroh (2) Ayat

282 :

Page 115: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 115/185

115

یھ   ,ھ ی ی  ی   ھ

Artinya : “....dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari o rang-orang lelaki (di

antaramu), jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang

perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhoi...”. Dengan merujuk Ayat tersebut

sementara ‘Ulama ada yang tidak mengharuskan kedua saksi harus pria semua,

sehingga bisa juga seorang pria dan dua orang wanita. Wallo -hu A’lam.

Kedua calon mempelai hendaknya pernah saling melihat disebut d alam hadits

Rosululloh SAW :

  :ی  ").(".ی ھ :"".:"".ی ھ

Artinya : “Dari Abu Huroiroh r.a berkata : Sesungguhnya Nabi SAW bertanya

kepada orang yang akan menikah dengan seorang wanita : ”Apakah engkau telah

melihatnya ?”. Dia menjawab : “Belum”. Beliau bersabda :”Pergilah dan lihatlah”.

(riwayat Imam Muslim).

Perayaan (Walimah). Dalam melaksanakan pernikahan dianjurkan untuk diadakanperayaan yang meksudnya mengundang beberapa orang untuk bergembira bersama

menyaksikan upacara tsb. Rosululloh SAW bersabda :

ھ ).ھی (. : Artinya : Rosululloh SAW bersabda kepada Abdur -Rohman bin Auf :”Adakan

perayaan sekalipun hanya memotong seekor kambing ”. (mutafaq ‘alaih). Adapun bagi

yang diundang diwajibkan hadir. Dalam sabda Rosululloh SAW :

ھ ی   ).ھی .(ی Artinya : “Apabila salah seorang diantara kamu diundang keperayaan nikah, maka

hendaklah ia datang”. (mutafaq alaih).

Dalam tuntunan ini disamping ada anjuran untuk menyelenggarakan perayaan dalam

suatu pernikahan, namun dengan perayaan yang sederhana sudah memenuhi tuntunandan tidak dipaksakan untuk perayaan dengan kemewahan yang dapat membebani dan

bahkan akan berakibat mubadzir. Wallo-hu A’lam.

31. Maskawin

Dalam pelaksanaan akad Nikah setelah dipenuhi Syarat serta Rukunnya, maka ada

suatu kewajiban bagi calon suami membayar “Maskawin” atau “Mahar” yaitu suatu

pemberian wajib seorang calon suami kepada bakal ister inya yang dinikahinya. Alloh

ber-Firman dalam Surat an-Nisa’ (4) Ayat 4 :

                                                                                Artinya : “Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (y ang kamu nikahi) sebagai

pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu

sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, m aka makanlah (ambillah) pemberian

itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya ”. Maskawin tersebut diberikan

pada calon isteri dan bukan untuk orang tuanya, sejalan dengan Surat an -Nisa’ (4)

Ayat 25 :

                                                  

Page 116: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 116/185

116

Artinya : “.....Karena itu kawinilah mereka dengan seizin keluarganya, da n berilah

maskawin mereka menurut yang patut ..”, Maksudnya: orang merdeka dan budak 

yang dikawininya itu adalah sama -sama keturunan Adam dan Hawa dan sama-sama

beriman. Selanjutnya dalam Ayat 34 :

                                                                           

Artinya : “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Alloh

telah melebihkan sebahagian mereka (laki -laki) atas sebahagian yang lain (wanita),

dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka ”.

Kadar besarnya Maskawin. Dalam menentukan seberapa besar jumlah maskawin

yang diserahkan? Diantara para ‘Ulama berpendapat yang kesimpulannya tidak secara

tegas batas atas dan batas bawahnya. Diant ara riwayat dari beberapa Sahabat yang

tidak mampu hanya membayar sepasang sandal atau beberapa Ayat al -Quran yang

diajarkan :  ,ی ھ  ی ) .(ھ :ی 

Artinya : “Sesungguhnya ada seorang wanita menikah atas sepasang sandal. Maka

bertanyalah Rosululloh SAW kepadanya : ”Adakah engkau telah merelakan dirimu

dan apa yang ada padamu dengan sepasang sandal? ” Jawab perempuan itu : ”Ya”.

Maka beliaupun memperbolehkan pernikahannya ”. (riwayat Ath-Thirmidzi).

Dalam riwayat lain :

   ,ھ ,"ھ :ی    ھ

",  : "ی  : Artinya" .ھ “Dalam sebagian riwayat (kalimat dari Imam Muslim). Rosululloh SAW

bersabda :”Pergilah aku sudah menikahkan kamu dengan dia. Oleh karena itu ajarilah

al-Quran”. Dari riwayat Imam Bukhori : ”Kami telah memperbolehkan dia untukmu,

dengan maskawin Surat-surat al-Quran”. Dari uraian diatas, maka kewajiban calon

suami membayar Maskawin dapat berbentuk sesuai yang ia mampui dan pantas,

namun tetap adanya kerelaan bagi yang menerimanya. Wallo -hu A’lam.

32. Pernikahan Berdasar Pilihan

Dalam Rukun Nikah telah disebutkan, bahwa calon mempelai pria ataupun wanita

tidak dibenarkan bila dalam keadaan terpaksa. Oleh karena untuk mendapatkan jodoh(suami atau isteri), dalam Islam ada tuntunan agar pernikahan tidak terjadi dalam

kondisi terpaksa atau pada sebaliknya yaitu sembarangan. Dalam menentukan pilihan

tersebut hendaknya didasarkan tuntunan Syari ’at dan didasarkan pula pada tata hidup

dan pergaulan masarakat yang berpandangan luas serta berakhlaq, antara lain :

Pertama memilih berdasarkan ad-Din yaitu se-Iman, artinya pemahaman yang haqiqi

terhadap Islam dan penerapannya dalam segala aspek kehidupan, secara mutl ak selalu

dipelihara dan diyaqini kebenarannya. Firman Alloh, Surat an-Nisa’ (4) Ayat 34 :

                                                     

Page 117: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 117/185

117

Artinya : “Maka wanita yang sholeh, ialah yang taat kepada Alloh lagi memelihara

diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Alloh telah memelihara (mereka) ”.

Rosululloh SAW bersabda :

ھ ی ی )....(

Artinya : “Sesungguhnya Alloh tidak menilai bentuk dan badan kamu, tetapi Dia

menilai hati dan perbuatan-perbuatan kamu....”. (riwayat Imam Muslim). Dalam nikah

Rosululloh SAW bersabda :

  ھ  ھ ھ ھ  ھ  ی Artinya : “Barang siapa mengawini seorang perempuan karena agamanya, niscaya

Alloh memberi anugerah dengan harta”. Dalam hadits lain disabdakan :

 : ھ : ھ    ی ی ی ). (ھ 

Artinya : Dari Jabir r.a : Sesungguhnya Nabi SAW bersabda : ”Sesungguhnya

perempuan itu dinikahi orang karena agamanya, hartanya dan kecantikannya, maka

pilih yang beragama (Islam)”. (riwayat Imam Muslim dan At -Tirmidzi). Hadits yang

hampir sama diriwayatkan Abu Huroiroh , sbb :

ھ :  ی ھ  ی ھ  ھ   .ی 

Artinya : “Wanita itu dinikahi karena empat perkara : karena hartanya, karena

keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya. Dapatkanlah wanita yang

memiliki agama (ad-din), niscaya kedua tanganmu akan penuh debu (harta) ”.

Kedua  memilih berdasarkan Keturunan dan Kemuliaan. Selain faktor agama seperti

tersebut diatas, maka diajarkan Islam agar memilih pasangan dengan memperhatikan

faktor keturunan dalam arti kemuliaan dalam segi nilai hidup keluarga, dari kalangan

yang terhormat dalam masarakat dan berakhlaq mulya. Rosululloh SAW bersabda :

.) .(Artinya : “Kawinlah kamu dengan wanita yang baik. Sebab sesungguhnya keturunan

itu kuat pengaruhnya”.(riwayat Imam Ibnu ‘Adi r. a).

Ketiga memilih didasarkan pada penampilannya, termasuk didalamnya keindahan dan

kesehatannya dan perangai yang ramah. Rosululloh SAW bersabda :

ھ  ھ  ی ی .ھ ھ 

Artinya : “Sebaik-baik perempuan, ialah perempuan yang apabila engkau

memandang kepadanya ia menggirangkan engkau, dan jika engkau menyuruhnya

diturutnya perintah engkau, dan jika engkau bepergian dipelihar anya harta engkau dan

dijaganya dirinya”.Keempat  memilih didasarkan harta kekayaannya. Pilihan demikian adalah pilihan

yang masuk akal dalam membina kehidupan dunia, yaitu agar dapat lebih menjamin

kelangsungan hidup keluarga dan diharapkan hidup beragam anya lebih tenang.

Kelima bila dimungkinkan diusahakan dari kerabat yang jauh. Maksudnya bukan dari

sanak keluarga yang dekat. Dalam pengertian ini mungkin lebih difahami oleh ahli

genetika (ilmu tentang perkawinan) dimana seseorang yang mempunyai hubunga n

darah yang dekat adakalanya memiliki faktor -faktor kelemahan genetis yang sama,

sehingga bila berpadu karena pernikahan akan berakibat lebih memperlemah sifat

keturunannya. Rosululloh Saw bersabda :

Page 118: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 118/185

118

ی  .ی Artinya : “Janganlah kamu sekalian menikah kaum kerabat (dekat). Sebab, anak itu

akan mewariskan anak yang lemah jasmani dan bodoh ”.

Dari pilihan-pilihan tsb maka ada yang lebih diprioritaskan dalam memilih ialah

tentang agama dan akhlaqnya. Rosululloh SAW bersabda :

ھ ھ ,ی ).. (ی , 

Artinya : “Apabila kamu sekalian didatan gi seseorang yang Din (agama) dan

akhlaqnya engkau ridloi, maka kawinkanlah dia. Jika engkau sekalian tidak 

melakukan-nya, maka akan terjadilah fitnah dimuka bumi dan tersebarlah kerusakan ”.

(riwayat Imam Ath-Thirmidzi). Dalam hadits lain :

ھ ھ ھ  ی ھ    ھ ھ   .ی Artinya :”Kawinkanlah dengan laki-laki yang bertaqwa kepada Alloh, kalau ia

mencintainya ia akan menghormatinya dan kalau tidak cinta tidak men ganiaya”.

Wallo-hu A’lam.

33. Hikmah Pernikahan dan Kewajiban SyariatPernikahan hakikatnya selain merupakan suatu Fitroh bagi kehidupan manusia juga

sangat penting dalam kehidupan sosial kemasarakatan : membentuk keluarga besar

dari kedua belah fihak, menjalin hubungan dari komunitas kedua fihak dan lebih luas

lagi bila berasal dari wilayah yang berjauhan. Alloh ber -Firman dalam Surat ar-Rum

(30) Ayat 30 :

                                                             

  

 

  

  

   

 

  

 

  

 

   

 

 

Artinya : ".... (tetaplah atas) fitroh Allah yang Telah menciptakan manusia menurut

fitroh itu. tidak ada perubahan pada fitro h Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi

kebanyakan manusia tidak mengetahui",

Hikmah Pernikahan. Dengan Fitroh tersebut manusia membentuk masarakat dengan

peradapan yang sesuai pula ajaran Fitroh tersebut yaitu ajaran suci al-Islam. Dan

dalam pernikahan tsb terdapat hikmah yang yang sangat luhur, a. l :

Menjaga dan memelihara kelangsungan hidup manusia dengan keturunannya. Alloh

ber-Firman dalam Surat an-Nahl (16) Ayat 72 :

                                                                                                                                 

Artinya : “Alloh menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan

menjadikan bagimu dari isteri -isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan

memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada

yang bathil dan mengingkari nikmat Alloh ?" Dalam Surat an -Nisa’ (4) Ayat 1 :

Page 119: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 119/185

119

                                                                                                                                                                               

Artinya : "Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan -mu yang Telah

menciptakan kamu dari seo rang diri, dan dari padanya Allo h menciptakan isterinya;dan dari pada keduanya Alloh memperkembang biakkan laki -laki dan perempuan

yang banyak. dan bertakwalah kepada Alloh yang dengan (mempergunakan) nama -

Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.

Sesungguhnya Alloh selalu menjaga dan Mengawasi kamu ".

Menjaga masarakat dari dekadensi moral. Tidak terlaksananya pernikahan yang

harmonis, sangat mungkin terjadi perzinaan dalam masarakat yang berarti merosotnya

moralitas masarakat (dekadensi). Hal demikian akan membawa kerusuhan kehidupan

masarakat. Oleh karena Rosululloh sangat menganjurkan kepada para muda -mudi

untuk menikah sesuai kemampuannya, dalam sabdanya :

ی ی: ھ, ھ , ,  ی ھ ی )..(

Artinya : “Wahai sekalian pemuda, barang siapa diantara kamu sudah mampu

menikah, maka menikahlah. S ebab pernikahan itu akan dapat lebih memelihara

pandanga dan lebih menjaga kemaluan. Barang siapa belum mampu untk menikah,

maka hendaklah dia berpuasa. Karena sesungguhnya berpuasa itu dapat mengalahkan

hawa nafsu. (riwayat Jamaah Imam).

Mencegah berbagai penyakit. Sudah diketahui secara umum terdapatnya penyakit

dimasarakat akibat perzinaan baik itu berupa penyakit kelamin atau yang disebut

sebagai penyakit sipilis. Dalam kurun zaman modern sekarang ini telah ditemukan

 jenis penyakit yang lebih mengerika n akibat perzinaan tersebut yaitu pe nyakit yang

disebabkan oleh Virus HIV. Disamping penyakit yang menyerang jasmani seperti tsb

diatas, sudah disadari adanya penyakit masarakat yang lebih merusakkan masarakat

itu sendiri secara moral. Na’udzubillah.

Ketenteraman Jiwa dalam Membina Keluarga. Pernikahan sesuai yang diajarkan

syari’at dimulai dari rasa cinta dan kasih sayang suami isteri, yang kemudian

menumbuhkan keharmonisan hidup serta ketenteraman jiwa keduanya dalam

keluarga. Alloh berfirman dalam Surat ar-Rum (30) Ayat 21 :

                                                                                                                   

Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu

isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram

kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada

yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir ”.

Page 120: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 120/185

120

Kewajiban Syariah setelah Pernikahan. Disamping terdapatnya Hikmah dalam

Pernikahan seperti diuraikan diatas, mana-kala seseorang yang telah menikah , maka

baginya ada kewajiban Syariah yang dilakukan terhadap a. l :

Memenuhi hajat hidup, pendidikan (Aqidah, Syariah dan Akhlaq) dan pembinaan

secara keseluruhan. Diantara kewajiban tsb, menurut tuntunan syari’at bagi yang

sudah memiliki keturunan (anak), maka sebagai orang-tua agar juga berupaya

melakukan atau mengadakan : Aqiqoh dan Khitanan untuk anak yang baru lahir(belum dewasa), selanjutnya Pernikahan bagi yang telah dewasa.

“‘Aqiqoh”  . Berarti “menyembelih hewan sebagai qurban atas anak yang baru lahir sesuai tuntunan Rosululloh SAW”. Hukum ‘Aqiqoh menurut para ‘Ulama adaberbeda pendapat, antara lain : Menurut Imam Hasan Al -Basri menetapkan sebagai

“wajib”. Sedang Jumhur ‘Ulama seperti Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Hambalimenetapkan sebagai “Sunnah Muaqqad” . Hanya Imam Abu Hanifah yang

menetapkan “tidak wajib dan juga bukan Sunnah hanya “tathowwu’” atau sukarela.

Dalam Hadits Rosululloh SAW diterangkan, a. l sbb :

: ی

.)(Artinya : dari Ibnu ‘Abbas r.a “bahwasanya Nabi SAW ber’aqiqoh untuk Hasan danHusain masing-masing satu kambing”.(riwayat Imam Abu Dawud)

  ھ ی .)(.ی 

Artinya : dari ‘Aisyah r. a : “bahwasanya Rosululloh SAW memerintah orang -orang

agar supaya anak laki-laki di’aqiqohi dengan dua ekor kambing dan anak perempuan

seekor kambing”. (riwayat Imam Tirmidzi).

Dari hadits tersebut diatas, maka ‘Aqiq oh merupakan amalan yang menjadi tanggung -

 jawab orang-tua tsb diatas.

Hikmah ‘Aqiqoh  :1)  Merupakan Qurban yang diharapkan mendekatkan anak kepada Alloh SWT

sejak masa dilahirkannya.

2)  Merupakan Qurban bagi anak, hingga do’a orang tua agar anak terhindar da ri

berbagai malapetaka hidup dikabulkan.

3)  Merupakan tebusan bagi anak yang akan memberikan Syafa’at pada hari akhir kepada orang tuanya.

4)  Merupakan penampakan rasa gembira dengan ditegakkannya syari’at Islamdan bertambahnya jumlah Muslim.

5)  Mengokohkan tali Silatur-Rahmi antara para warga masyarakat dan keluarga.6)  Merupakan sarana merealisasi prinsip keadilan sosial dengan membagi bagian

dari “aqiqah bagi para fakir miskin. Wallo-hu A’lam.

Khitanan. Khitanan atau pelaksanaan khitan yang dalam istilah hukum , maka

diartikan sebagai memotong kulit dari ujung penis (kemaluan pria) yang dalam

hukum syari’at mempunyai pengaruh terhadap sahnya amalan yang dijalaninya.Dalam hadits Rosululloh SAW diterangkan :

Page 121: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 121/185

121

,,: :ھ,  ).ھی (. ,ی 

Artinya : Rosululloh SAW bersabda :”Fitroh itu ada lima : Khitan, mencukur bulu

sekitar kemaluan, memotong kumis, memotong kuku dan mencabut bulu ketiak.

(muttafaq ‘alaih).

Khitan bagi priya seperti tsb diatas, menurut hukum umumnya Ulama berpendapat

Wajib dan walau sementara ada yang menganggap Sunnah, namun umumnya le bih

condong pada wajib, seperti dalam pendapat Imam Malik dari sementara hadits

disebutkan :

ھ ھ ,ی  .ھ Artinya : Barang siapa yang belum Khitan, maka tidak boleh menjadi Imam (sholat)

dan tidak diterima syahadatnya.

Khitan memiliki hikmah yang besar bagi yang m enjalaninya, selain keabsahan

amalan ‘ibadah, juga dalam kesehatan ybs.

Pernikahan. Istilah pernikahan adalah terlaksananya “Aqad Nikah” yaitu aqad yang

menghalalkan pergaulan dengan saling mengatur hak dan kewajiban, serta hidup

tolong menolong antara seorang pria dan seorang wanita yang bukan muhrim seperti

telah diuraikan sebelumnya, a. l Alloh ber-Firman dalam al-Quran Surat an-Nur (24)

Ayat 32 :

                                                                                              

Artinya : “Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang -orang yang layak (berkawin) dari hamba -hamba sahayamu yang lelaki dan hamba -

hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Alloh akan memampukan

mereka dengan kurnia-Nya. dan Alloh Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha

Mengetahui.

Dalam hadits Nabi SAW dari Abu Horoiroh r.a, disabdakan :

ھ ی    ھ ھ ی  ی ی ).. (ی

Artinya : “Ada tiga orang yang berhak mendapat pertolongan Alloh : Orang yang

berjuang dijalan Alloh, hamba sahaya yang berniat menebus dirinya dan orang yang

menikah untuk menjaga kehomatannya ”. (riwayat Imam Tirmidzi).

Dalam tuntunan Perkawinan (Nikah) disebutkan adanya Rukun (yang wajib dipenuhi)

agar Perkawinan tsb sah (sesuai Syariat), yaitu : adanya mempelai priya dan wanita,

wali, dua saksi dan pernyataan ijab qobul. Yang dinikahkan adalah wanita oleh

walinya (Ayah kandung). Disinilah pentingnya kedudukan orang -tua. Walaupun

seandainya Ayah kandung tidak memungkinkan, maka ybs dapat mewakilkan kepada

orang yang berhak mewakili, baik dari keluarga ayah kandung tersebut atau Hakim.

Page 122: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 122/185

122

Dengan uraian tsb diatas, maka orang -tua sebagai yang bertanggung jawab keluarga

diwajibkan untuk mengupayakan ter laksananya tuntunan yang telah diajarkan diatas

dalam memenuhi tuntunan Syari’at dalam keluarganya. Insya -Alloh.

34. Kafa’ah Dalam Perkawinan

“Kafa’ah” atau “Kufu” adalah bahasa ‘Arab yang artinya kesesuaian keadaan atausederajat. Ada sementara pandangan dari ahli hukum agama (Fiqh), diseyogiakan agar

seorang suami dengan isterinya memiliki kesetaraan derajat dalam hal kemuliaan

akhlaq dan kemampuan duniawi dalam pandangan masarakat dimana mereka berada.

Hal tersebut diharapkan menurut ahli hu kum tsb, dapat tercipta kehidupan keluarga

yang lebih harmonis sesuai norma agama. Namun Kafa’ah oleh ‘Ulama Fiqh tidak termasuk dalam rukun Nikah.

Secara umum manusia diciptakan oleh Alloh SWT sama hanya berbeda kebangsaan

atau suku bangsanya, Alloh ber-Firman dalam Surat al-Hujurot (49) Ayat 13 :

                                                                                                                                  Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki -

laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-

suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia

diantara kamu disisi Alloh ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.

Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal ”.

Sehingga Kafa’ah termasuk sebagai hal dipertimbangkan diluar Syara’, yang lebih

mengarah kepada kepantasan dalam masarakat yang dalam ucapan Sayyidina ‘Umar r. a disebut :

.Artinya : “Sungguh saya akan mencegah perkawinan wanita -wanita bangsawan

kecuali kawin dengan laki-laki yang sekufu (kafa’ah)”. Dalam riwayat hadits lain :

(.ھ ھ .(

Artinya : “Orang ‘Arab kufu bagi lainnya, orang Mawali kufu dengan orang Mawalilainnya”. (riwayat ImamAl -Bazzar).

Dalam mempertimbangkan Kafa’ah, maka ada hal p rinsip utama yang menjadi dasar

 pokok adalah soal keimanan. Seperti ucapan Sayyidina ‘Ali r. a :  ی ھ  ھ  ھ  ی ی ی ھ    ھ .

Artinya :”Manusia itu sebagian kufu bagi lainnya, ‘Arabnya, ‘Ajamnya (OrangAsing), Quraisynya dan Hasyimnya, apabila mereka telah ber -Iman dan masuk 

Islam”.

Dari uraian tsb diatas, maka pandangan terhadap Ka fa’ah terbagi tiga pandangan,yaitu :

Page 123: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 123/185

123

Pertama  Kafa’ah itu hakikatnya tidak ada, yang ada hanya ke-Imanan saja. Hal itu

dikemukakan Imam Ibnu Hazm.

Kedua  Kafa’ah adalah perlu diterapkan selain ke -Imanan dan dalam penerapannya

penilaian yang condong agak ketat, yaitu dalam hal yang a. l :

1)  Nasab (keturunan), misalnya seorang keluarga bangsawan tidak boleh dengan

orang bukan keluarga bangsawan .

2)  Kekayaan, misal orang yang berpunya dianggap kurang pantas dengan orangtidak berpunya.

3) Profesi, misal keluarga seorang pedagang juga harus dengan keluarga

pedagang dst. Pandangan tersebut adalah dari Imam Al -Hadhromi.

Ketiga  adalah pandangan yang moderat yang mungkin lebih adil atau lebih sesuai

dengan ajaran Islam yang fitroh, yaitu kafa’ah adalah hanya dalam soal agama (ad -

din) dan akhlaq, sedang soal lain adalah so al kemasarakatan atau mungkin ada dalam

adat. Imam Ibnul Qoyyum mengemukakan pandangan yang sejalan dengan cara

pandang tsb, yaitu seperti pada Surat al -Hujurot Ayat 13 dan sabda Rosululloh SAW

a.l sbb :

  ی .ی 

Artinya :”Tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas orang ‘Ajam, tida k ada

kelebihan orang ‘Ajam atas orang Arab, tidak ada kelebihan bagi orang kulit putihatas orang berkulit hitam, dan yang berkulit hitam atas yang berkulit putih, kecuali

karena taqwanya. Manusia itu berasal dari Adam dan Adam berasal dari debu”.

Dalam sabda lain :

    ی ی   ی ی    ی  .

Artinya : “Keluarga Bani Fulan bukanlah waliku, wali itu tidak lain adalah orang

yang taqwa, dalam keadaan bag aimanapun dan dimanapun mereka berada”. Dalamsabda lebih lanjut :

ھ ھ ,ی ھ ھ ی ,ی ,   :ی

ھ  ھ ).. (ی Artinya : “Apabila kamu sekalian didatangi seseorang yang Din (agama) dan

akhlaqnya engkau ridloi, maka kawinkanlah dia. Jika engkau sekalian tidak 

melakukan-nya, maka akan terjadilah fitnah dimuka bumi dan kerusakan besar

didunia”. Mereka bertanya : ”Apakah meskipun...... ’ Rosululloh SAW menjawab :

“Apabila kamu sekalian didatangi seseorang yang Din ( agama) dan akhlaqnya engkau

ridloi, maka kawinkanlah dia ” beliau mengucapkan sabdanya tiga kali. (riwayat ImamAth-Thirmidzi).

Dalam al-Quran di-Firmankan Surat an-Nur (24) Ayat 26 :

                                        Artinya : “......dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki -laki yang baik dan laki-

laki yang baik adalah untuk wanita -wanita yang baik (pula)”.

Dari Ayat-ayat dan hadits tsb diatas Ibnu Qoyyum mengatakan : Hukum yang ada

dari Rosululloh SAW tentang Kafa ’ah yang dimaksud adalah agama dan kesempurna -

Page 124: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 124/185

124

an budi seseorang. Seorang wanita muslimah jangan dikawinkan dengan pria kafir,

wanita yang tidak pernah zina jangan dikawinkan dengan pria jahat. Quran dan

sunnah tidak menyebut-nyebut Kafa’ah selain agama dan tidak pula menyinggung-

nyinggung soal nasab, usaha, kekayaan dan pekerjaan. Wallo -hu A’lam.

35. Kedudukan Suami Isteri

Suami (pria) dan Isteri (wanita) sebagai manusia, maka pada hakikatnya mempunyaikedudukan yang sederajat, Alloh ber-Firman dalam Surat at-Taubah (9) Ayat 71 :

                                                                                                                                             

                              Artinya : “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka

(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. M ereka menyuruh

(mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,menunaikan zakat dan mereka taat pada A lloh dan Rosul-Nya. mereka itu akan diberi

rahmat oleh Alloh; Sesungguhnya Allo h Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

Yang membedakan antara seseorang dengan orang lain menurut tuntunan agama

adalah tingkat amal ‘ibadat masing-masing dihadapan Alloh SWT. Demikian pula

kedudukan sebagai anggota masarakan akan tergantung pada peran masi ng-masing

dalam masarakat. Kedudukan dalam rumah tangganya, bila Akad Nikah sepasang

suami-isteri sudah dilaksanakan, maka dengan sendirinya akan berlakulah hukum

yang mengatur hubungan antara suami -isteri, dan mungkin dipengaruhi pula oleh adat

yang disepakatinya. Namun tuntunan yang ada dan wajib ditaati antara lain tanggung -

 jawab seorang suami disebutkan dalam al -Quran Surat an-Nisa’ (4) Ayat 34 :

                                                                           

Artinya : “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, o leh karena Alloh

telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita),

dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka ...”.

Dalam Ayat tersebut, bahwa suami adalah : 1) ”....qowwamu-na ‘alanisa’ ba’dlohum ‘ala 

ba’dlin....” . Qowwamuna lebih berarti kewajiban menegakkan atau memenuhi segala

kewajiban didalam kepemimpinan, meliputi : kecukupan kebutuhan hidup, perhatian,pemeliharaan, pembelaan dan pembinaan terhadap isterinya, walaupun masing -

masing suami isteri memiliki kelebihan masing -masing. 2) “....wa bima-anfaqu min 

amwa-lihim ....”  kewajiban tersebut diatas diwujudkan dengan memberikan sebagian

hartanya kepada isterinya, dimana untuk isteri kewajiban itu tidak ada. Dengan

kewajiban seorang suami menegakkan kewajiban kepemimpinan dimana didal amnya

termasuk memberikan sebagian harta kepada isterinya, maka bila kewajiban itu telah

ditunaikan dengan baik dengan sendirinya dalam susunan rumah tangga seorang

suami mendapat kedudukan (derajat) setingkat lebih tinggi. Alloh ber -Firman dalam

Surat al-Baqoroh (2) Ayat 228 :

Page 125: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 125/185

125

                                             Artinya :”.......para suami, mempunyai satu derajat kelebihan (satu tingkat) dari pada

isterinya. dan Alloh Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana ”.

Pengertian derajat dalam Ayat ini sementara ‘Ulama tafsir mengartikan adalah derajat

kesabaran. Sehingga seorang suami diperlukan memiliki derajat kesabaran lebihtinggi.

Sedang seorang isteri mempunyai kewajiban a.l dalam Surat an -Nisa’ (4) Ayat 34 :

                                                     Artinya :”.....Maka wanita yang sholeh, ialah yang taat kepada Alloh lagi memelihara

diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Alloh telah memelihara (mereka)....”.

Selain dalam hal memberi kecukupan pada keluarga maka seorang suami punya

kewajiban melindungi keluarga dari segala gangguan yang mungkin terjadi. Dalam

suatu Atsar disebutkan : ھ ی   ھی   ی ھی    ی ی 

Artinya : Para Priya (Suami) diberi hak kepemimpinan, karena berkewajiban

memberi nafkah kepada Wanita (Isterinya) dan membela keselamatannya, juga

menjadi penguasa dan berperang, dimana kewajiban itu tidak ada pada Wanita.

Wallo-hu A’lam.

36. Nafkah

“Nafkah” atau Nafaqoh dari al-infaq artinya belanja, biaya yang berarti pengeluaran

uang. Dalam pengertian hukum agama (fiqh) adalah suatu pemberian (biaya)seseorang kepada seorang penerima yang berhak menerimanya. Dalam hukum

perkawinan Islam, maka seorang suami wajib memberikan nafkah kepada isterinya

yang telah ditegaskan dalam al-Quran seperti dalam Surat an - Nisa’ Ayat 34 tsb diatas,selanjutnya juga wajib memberi nafkah kepada keluarga, dalam Surat al -Baqoroh (2)

Ayat 233 :

                                                                              Artinya : “….dan kewajiban ayah (suami) memberi makan dan p akaian kepada para

ibu (isteri) dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar

kesanggupannya….”. Dalam Ayat tersebut kecukupan yang diberikan disebut sebagairizqu (sekurang-kurangnya makanan yang cukup), kiswah (pakaian yang pantas) dan

dengan ma’ruf  artinya pantas menurut ukuran masarakat yang ada (tidak kurang dan

tidak berlebihan). Soal tempat tinggal disebut dalam Surat ath -Tholaq (65) Ayat 6 :

                                                              Artinya : “Berilah tempat tinggal mereka (para isteri) di mana kamu bertempat

tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka dan

membuat sempit (hati) mereka……..”. Selanjutnya dalam Ayat 7 dijelaskan lagi :

Page 126: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 126/185

126

                                                                                                               

Artinya : “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya.

dan orang yang disempitkan rezqinya hendaklah memberi nafkah dari harta yangdiberikan Alloh kepadanya. Alloh tidak memikulkan beban kepada seseorang

melainkan sekedar apa yang Allo h berikan kepadanya. Alloh kelak akan memberikan

kelapangan sesudah kesempitan”.

Nafkah yang diberikan termasuk juga dalam kadegori shodaqoh, dimana pemberian

kepada keluarga adalah shodaqoh yang paling berpahala, Rosululloh SAW bersabda :

).ھی (ھ Artinya : “Belanja seorang (suami) yang dibe rikan kepada keluarganya adalah

Shodaqoh”. (riwayat Imam Bukhori dan Muslim).Sabda selanjutnya :

  :ی  ھ :ھ ی ی ھ ,ھ  , ی  ھ ی ی ,ی 

,ھ  ھ ). (ھ Artinya : Abu Hurairah RA berkata :”B er-Sabda Rosululloh SAW : Satu dinar kau

dermakan dalam perjuangan Fi-Sabilillah dan satu dinar untuk memerdekakan budak,

dan satu dinar kau sedekahkan pda orang miskin, dan satu dinar kau belanjakan pada

keluargamu, yang terbesar pahalanya adalah yang kau belanja kan kepda keluargamu”.(hadits riwayat Imam Muslim).

Sabda Rosululloh SAW yang lain :

ھ ھ

ھ   ی  ھ  ھ ی ھ  ھ    ی   ھ   ی

).(.ھ Artinya : “Bertaqwalah kepada Alloh tentang urusan wanita (isteri), sungguh engkau

telah mengambilnya dengan amanat Alloh, engkau telah meng -halalkan kehormatan

mereka dengan kalimat Alloh. Engkau mempunyai hak atas mereka yaitu mereka

tidak boleh membiarkan orang lain yang tidak engkau sukai menempati tempat

tidurmu, apabila mereka mela kukannya, maka pukullah mereka dengan pukulan yang

tidak melukainya. Mereka berhak atasmu untuk meminta makan dan pakaian dengan

baik (pantas)”. (riwayat Imam Muslim). Wallo-hu A’lam.

37. Membina Rumah-tangga yang HarmonisAlloh menciptakan manusia dalam kelompok-kelompok yang diistilahkan sebagai :

Ummat, Qoum, bangsa, suku atau yang dalam Al -Quran disebut antara lain, sebagai

Syu'ub dan Qobail seperti dalam Firman Alloh Surat Hujurot (49) Ayat 13 diuraikan :

                                                                                                                                 

Page 127: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 127/185

127

Artinya : "Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki -

laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-

suku supaya kamu saling kenal -mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia

diantara kamu disisi Alloh ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.

Sesungguhnya Alloh Maha mengetahui lagi Maha Mengenal".

Dari kelompok yang besar itu maka didalamnya terdapat kelompok yang lebih kecildan yang terkecil tapi merupakan kelompok dan yang sangat menentukan perjalanan

hidup adalah yang disebut sebagai "keluarga" (suami-isteri dengan anak-anaknya).

Yang dalam Al-Quran Surat Nahl (16) Ayat 72 diterangkan :

                                                                                                                                 

Artinya : "Alloh menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan

menjadikan bagimu dari isteri -isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan

memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepadayang bathil dan mengingkari nikmat Alloh ?". Dalam hal ini, maka setiap manusia

yang sudah dapat berhasil membentuk keluarga, maka seorang Muslim berkewajiban

membangun dan melakukan pembinaan didalamnya sesuai dengan Syari'at Islam,

untuk itu Alloh SWT menjamin Anugerah dengan hidup yang berbahagia yang dalam

Firman-Nya Surat Ar-Rum (30) Ayat 21 :

                                                                                                                   

Artinya : "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu

isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram

kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada

yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir".

Dengan kedudukan keluarga yang merupakan komponen terkecil dari satu kelompok 

masarakat yang lebih besar, maka disatu fihak kualitas kehidupan keluarga sebagai

komponennya akan menentukan tingkat ku alitas masarakat yang dibentuknya. Tetapi

sebaliknya corak dan pola hidup masarakat yang besar dimana keluarga tsb berada

akan dapat berpengaruh pula pada corak keluarga yang berada didalamnya.

Dengan kedudukan "Keluarga" dalam masarakat seperti diuraikan diatas, maka bagi

seorang Muslim akan mempunyai arti, bahwa keluarga adalah kelompok terkecil yangdapat dirumuskan sebagai : Pertama , kelompok yang memiliki kepemimpinan, karena

terdiri dari adanya pemimpin dan ada yang dipimpin. Kedua , sebagai tempat mendidik 

(sekolah) bagi anak untuk diasuh sesuai dengan Syari'at Islam.

Sebagai kelompok yang ada kepemimpinan, maka orang -tua wajib menjaga keluarga

agar jauh dari pelanggaran Syari'at, sepert Firman Alloh dalam Surat at-Tahrim (66)

Ayat 6 :

                                                   

Page 128: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 128/185

128

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari

api neraka”.

Dalam membimbing tetapa bertanggung-jawab seperti tercantum dalam Surat al-Hijr

(15) Ayat 92-93 :

 

                                                  Artinya : “Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua, tentang

apa yang telah mereka kerjakan dahulu ”.

Dilanjutkan dengan Surat Ashsha-ffat (37) Ayat 24 :

                   

Artinya : “Dan tahanlah mereka (di tempat perhentian) karena sesungguhnya mereka

akan ditanya”.

Yang selanjutnya dalam sabda Rosululloh SAW disebutkan :

 ھ )ھی (....ی

Artinya : “Kaum lelaki adalah penggembala, dan bertanggung jawab atas gembala -

nya….. .(muttafaq ‘alaih)

ھ ... ی )ھی (.ی 

Artinya :”…..dan wanita adalah penggembala, dan bertanggung jawab terhadapgembalaannya…” (muttafaq ‘alaih).

Sedang kelurga sebagai tempat mendidik anak -anak, maka sabda Rosululloh SAW :

ی  .ی Artinya : “Ajarilah anak -anakmu dan keluargamu kebaikan dan didiklah mereka

….(riwayat Imam Abdur -Razaq dan Sa’id bin Manshur) .

Pendidikan anak tsb juga mencakup membina budi -pekerti, seperti sabda Rosululloh

SAW :

 .)(

Artinya : “Tidak ada pemberian orang -tua kepada anaknya yang lebih utama dari -

pada budi- pekerti yang baik” (riwayat Imam At -Tirmidzi).

ھ   ,ی   ی ھ )(ی 

Artinya : “Sesungguhnya Alloh akan bertanya kepada setiap penggembala tentanggembalaannya, apakah dipelihara atau disia -siakannya, sehingga bertanya kepada

laki-lakitentang keluarganya”. (riwayat Imam Ibnu Hibban).

Bertitik tolak pada uraian diatas beserta Firman Alloh dan sabda Rosululloh SAW tsb,

maka pembinaan keluarga yang harmonis sesuai dengan Syari'at Islam, sangat utama

diperlukan dengan harapan masarakat yang le bih luas dimana keluarga tsb berada

 juga akan merupakan masarakat Muslimin yang diharapkan. Insya -Alloh.

Page 129: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 129/185

129

38. Nasehat Tentang Pernikahan

Proses kehidupan manusia secara alami berjalan sesuai Sunnatulloh dimana seorang

pria yang telah dewasa mencintai pasa ngannya yaitu wanita. Untuk melanjutkan

kehidupan bersama antara pria dan wanita secara syara’ sudah diatur dengan suatuperikatan yang disebut “Pernikahan” yang merupakan amalan yang diperintahkan

Alloh SWT seperti dalam Surat an-Nur (24) Ayat 32 di-Firmankan :

                                                                                              

Artinya : “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan oran g-

orang yang layak (berkawin) dari hamba -hamba sahayamu yang lelaki dan hamba -

hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin All oh akan memampukan

mereka dengan kurnia-Nya. Dan Alloh Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha

Mengetahui”.

Selain itu juga merupakan Sunnah Rosululloh SAW seperti dalam sabdanya :

: ی  Artinya : Nabi SAW bersabda :”Menikah atau berumah -tangga adalah termasuk 

sunnahku (ajaranku), siapapun yang sengaja membencinya berarti membenci

k epadaku, oleh karenanya bukan termasuk golongan/ummatku”.

Dalam sabdanya yang lain :

ھ ,Artinya : “Ketahuilah sesungguhnya Alloh SWT sungguh hanya menghalalkan

pergaulan pria dengan wanita sebagai suami -isteri dengan melalui nikah dan,sebaliknya Alloh mengharamkan pergaulan suami -isteri diluar nikah”.

Sedangkan berkembangnya manusia dikarenakan perjodohan diantara pria dan wanita

seperti dalam Surat an- Nisa’ (4) Ayat 1 :

                                                                                                                                                                               

Artinya : “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan -mu yang telah

menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya All oh menciptakan isterinya;

dan daripada keduanya Alloh memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang

banyak. Dan bertakwalah kepada Alloh yang dengan (mempergunakan) nama -Nya

kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.

Sesungguhnya Alloh selalu menjaga dan mengawasi kamu ”.

Selanjutnya kedudukan hukum pernikahan dalam Ayat 21 disebut sebagai “M itsaqon

Gholidho” :

                                                               

Page 130: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 130/185

130

Artinya : “Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu

telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami -isteri. Dan mereka (isteri -

isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat (Mitsaqon Gholi-dho)”.

Mitsaqon Gholi-dho ini dalam al-Quran disebut tiga kali, yaitu : selain Ayat tsb diatas

yang merupakan perjanjian antara suami -isteri, kemudian Surat an-Nisa Ayat 154:

                                                                                                                 

Artinya : “Dan telah Kami angkat ke atas (kepala) mereka bukit Thursina untuk 

(menerima) perjanjian (yang telah Kami ambil dari) mereka. Dan Kami perintahkan

kepada mereka: "Masukilah pintu gerbang itu sambil bersujud", dan Kami

perintahkan (pula), kepada mereka: "Janganlah kamu melanggar peraturan mengen ai

hari Sabtu", dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang kokoh ”.

Ayat ini merupakan pejanjian Alloh dengan manusia dalam melaksanakan perintah -Nya dan yang ketiga dalam Surat al -Ahzab (33) Ayat 7 :

                                                                                                   

Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi -nabi dan dari

kamu (sendiri), dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa put era Maryam, dan Kami telah

mengambil dari mereka perjanjian yang teguh ”.

Ayat ini merupakan perjanjian antara Alloh dengan Rosul -Nya dalam kewajiban

menyampaikan risalah. Dengan tiga Ayat tersebut diatas, maka perjanjian dalam

pernikahan adalah tidak semata-mata perjanjian antar orang, tetapi lebih sakral d ari itu

yaitu merupakan perjanjian yang terkait pada hubungan dengan Alloh dan ajaran

Rosululloh, yang tidak cukup dibatasi hanya didunia saja. Artinya seandainya

pasangan suami/isteri tsb telah terpisa hkan karena salah seorang meninggal, maka

diakhir zaman (diakhirat) masih akan berlanjut. Wallohu A’lam.

Pernikahan sebagai amalan ‘Ibadah tidak lain yang dituju adalah keridloan Alloh sertadapat dicapainya kebahagiaan dalam kehidupan dunia dan akhirat. Alloh ber-Firman

dalam Surat ar-Rum (30) Ayat 21 sbb :

                                                                                                                   

Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu

isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram

kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada

yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. Dalam

ayat tersebut disebutkan kebahagian seseorang dalam perkawinan adalah dapat

dicapainya : sakinah, mawadah dan rohmah.

Page 131: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 131/185

131

Sakinah  berarti tenang setelah terjadinya perasaan yang goncang, atau kondisi ten ang

karena telah dapat menemukan jalan keluar untuk mengatasi persoalan yang dihadapi.

Ahli ‘ibadat mengartikan sakinah sebagai thuma’ninah dalam ber‘ibadah ataukhusyu’ sehingga tanpa pernah tergoda.Mawaddah  suatu anugerah dari Alloh yang memiliki si fat al-Wadud artinya sangat

mencintai. Sementara ahli tafsir mengartikan mawaddah dalam perkawinan ini adalah

cinta kasih yang timbul pada kedua makhluq dikarenakan keduanya memiliki tuntutanuntuk saling memerlukan keberadaannya. Ada pula yang mengartikan sebagai cinta

kasih yang semula menjadi lamunan dengan keindahannya kemudian menjadi

kenyataan. Bagi manusia mawaddah kadang -kadang berubah sesuai dengan tuntutan

kebutuhan manusia sendiri yang juga berubah -rubah. Oleh karena perlu adanya

ar-Rohmah  yang merupakan anugerah Alloh yang mempunyai sifat ar -Rohman yaitu

kasih sayang Alloh kepada hambanya tanpa mengenal apakah hamba itu ta’at atautidak. Sifat rohmah bagi manusia wajib dipelihara agar tetap tidak berubah sepanjang

hidup didalam kelestarian perkawinan. Kasih sayang demikian telah bersama kita

ni’mati, berupa kasih sayang kedua orang -tua kita kepada kita dalam mendidik dan

membesarkan kita. Sekalipun arti atau pemahaman soal sakinah, mawaddah dan

rohmah dapat dicerna secara sederhana, tetapi k etiganya tidak dapat dicapai tanpa ijindari Alloh. Selain dalam pernikahan diharapkan keberhasilan kehidupan keluarga

seperti diuraikan diatas, maka dalam pernikahan juga mempunyai maksud agar

manusia mempunyai keturunan dalam rangka kelestarian kehidupan manusia. Dalam

segi perkembangan manusia Muslim akan berarti berkembangnya ajaran Islam dalam

arti tetap diamalkannya ajaran Islam. Doa harapan itu seyogianya telah dibaca sejak 

saat seorang isteri masih mengandung bayinya yang dalam al -Quran telah diajarkan

dalam Surat al-A’rof (7) Ayat 189 di-Firmankan:

                                                                                     

                                                                                                    Artinya : “Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia

menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampuri -

nya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan

(beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami isteri)

bermohon kepada Alloh, Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau

memberi kami anak yang sempurna, tentulah kami terma suk orang-orang yang

bersyukur". Selanjutnya terhadap anak yang telah lahir tidak boleh diabaikan agar

tidak terjerumus dalam kekafiran, dalam Surat an-Nahl (16) Ayat 72 di-Firmankan :

                                                                                                                                 

Artinya : “Alloh menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan

menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak anak dan cucu-cucu, dan

memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada

yang bathil dan mengingkari ni`mat Alloh?".

Page 132: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 132/185

132

Dalam Ayat tersebut selain adanya jaminan Alloh tentang tersedianya rizqi, dalam arti

wajib berusaha ketersediaannya, maka bagi orang-tua dituntut untuk memberikan

perhatian dalam arti pendidikan penanaman aqidah. Dengan demikian anak sebagai

amanah dari Alloh akan selamat.

Oleh karenanya pernikahan mempunyai konsekwensi selain dicapai kehidupan ruma h

tangga yang dirumuskan dalam istilah sakinah, mawaddah dan rohmah, maka wajibadanya upaya membina generasi penerus dalam menegakkan Kalimah Alloh. Namun

kesemuanya hanya mungkin karena Izin dari Alloh SWT, sehingga mutlak wajib

untuk berusaha (berjuang) agar selalu dalam kondisi dekat kepada Alloh. Dengan

kata lain secara disiplin dan konsisten (Istiqomah) selalu ta’at menjalankan perintah(amar ma’ruf) dan menjauhi larangan -Nya (nahi munkar), dengan demikian berarti

 juga selalu menjaga kesucian diri da n jauh dari kema’shiatan. Tanpa itu mustahil akancita-cita suci itu akan dicapainya, seperti perintah dalam Surat an - Nisa’ Ayat 1 tsbdiatas agar kita selalu bertaqwa. Insya -Alloh.

39. Menikah Dengan Warga Non Muslim

Orang bukan Muslim adakalanya Kufur, Musyrik atau Ahli Kitab. Dalam hal seorang

Muslim menikah dengan orang Musyrik, Alloh secara tegas melarangnya dengan

Firman-Nya dalam Surat al-Baqoroh (2) Ayat 221 :

                                                                                                                                                                                                                                                             

Artinya : “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka

beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyr ik,

walaupun dia menarik hatimu, dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik 

(dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang

mukmin lebih baik dari orang musyr ik, walaupun dia menarik hatimu; mereka

mengajak ke neraka, sedang Allo h mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya;

dan Alloh menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia

supaya mereka mengambil pelajaran ”.

Sedangkan bagi pria yang menikah dengan wanita Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani),

sementara ‘Ulama membolehkan dengan merujuk Sura t al-Maidah (5) Ayat 5 :

                                                                                                                                                                        

Page 133: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 133/185

133

                                                                                                                             

Artinya : “Pada hari Ini dihalalkan bagimu yang baik -baik. makanan (sembelihan)

orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula)bagi mereka. (dan dihalalkan mangawini) wan ita yang menjaga kehormatan diantara

wanita-wanita yang beriman dan wanita -wanita yang menjaga kehormatan di antar a

orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu t elah membayar mas

kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak 

(pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (t idak 

menerima hukum-hukum Islam), maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat

termasuk orang-orang merugi”.

Akan tetapi kebanyakan ‘Ulama berpendapat, bahwa arti dalam Ayat tersebut dimana

pernikahan dengan wanita Ahli Kitab akan menjadi gugur dengan Ayat 221 Surat al -

Baqoroh seperti diuraikan diatas, mana -kala wanita Ahli Kitab ybs tidak menjadi ber-Iman. Seperti ucapan Sahabat Nabi Abdulloh ibnu ‘Umar :

ی ھ  ی .ھ 

Artinya : “Saya tidak mengetahui kemusyrikan yang lebih besar dari seseorang yang

menyatakan, bahwa Tuhannya adalah Isa atau seorang dari hamba Alloh ”.

Sedang pengertian orang yang Kafir disebut dalam Surat al -Bayyinah (98) Ayat 1 :

                                                                               

Artinya : “Orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang -orang musyrik (mengatakanbahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka

bukti yang nyata”.

Dalam Ayat tsb dijelaskan, bahwa orang Kafir terbagi menjadi dua kelompok ya ng

berbeda yaitu : Ahli Kitab dan Musyrik (al-Musyrikin). Dengan demikian larangan

mengawinkan wanita Muslimah dengan pria non Muslim termasuk didalamnya Ahli

Kitab telah diisyaratkan oleh al -Quran, dan tidak sedikit-pun menyinggung

sebaliknya. Sehingga d alam kaidah hukum, mana-kala dibolehkan pasti akan

ditegaskan kebolehannya. Ketentuan itu berlaku pula bagi para orang yang termasuk 

Kafir. Wallo-hu A’lam.

Adapun masih terdapatnya pria Muslim yang menikah dengan wanita non Muslimah,

perlu disimak pendapat Shaikh al-Azhar Mahmud Saltut : “..dalam ketentuan yang

wajar, ialah bahwa perkawinan secara syari ’at Islam, maka suami memiliki tanggung

 jawab kepemimpinan dalam rumah tangga termasuk kepada isterinya, sehingga

memiliki wewenang memimpin dan mengarahkan terhadap keluarga dan anaknya

yang sejalan dengan tuntunan Islam. Bila hal t sb dapat dilakukan dengan baik, maka

ketenteraman rumah tangga sejalan dengan tuntunan Islam akan dengan sendirinya

tercapai”. Akan tetapi apa-bila menurut kenyataan rumah tangg a yang diharapkan

seperti dalam tuntunan Islam tersebut tidak terwujud, maka mayoritas ‘Ulama

condong tidak membenarkan perkawinan campur tersebut. Wallo -hu A’lam.

Page 134: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 134/185

134

40. Undang-Undang Perkawinan Pemerintah R.I.

Republik Indonesia adalah merupakan Negara berpenduduk mayoritas Muslim yang

terbesar diseluruh dunia. Suatu hal yang wajar mana -kala kaum Muslimin Indonesia

selalu berjuang agar dalam masarakat I slam ybs dapat dilaksanakan Syari’at Islam

secara penuh bagi kehidupannya, setidak-tidaknya dijamin, bahwa kaum Muslimin

secara bebas melaksanakan Syari ’at Islam secara penuh. Salah satunya adalahditetapkannya Undang-Undang perkawinan yang menjamin terlaksananya perkawinan

bagi kaum Muslimin sesuai Syari ’at Islam secara penuh.

Pada tahun 1974 telah ditetapkan terbitnya Undang-Undang no.1 tahun 1974 yang

disebut sebagai Undang-Undang Perkawinan. Undang-Undang tsb bukan berbentuk 

hukum Syari’at, akan tetapi suatu Undang-Undang yang bersifat nasional yang secara

konsepsional telah disepakati para ‘Ulama Islam, bahwa dengan Undang-Undang tsb

dapat menjamin terlaksananya hukum perkawinan (pernikahan) sesuai Syari’at Islam.

Dalam proses penetapannya tidaklah demikian saja mulus, tetapi sangat ditentang

oleh golongan (partai) non Islam saat pembahasannya, yaitu dalam forum legislatip.

Golongan non Islam yang dimotori oleh partai yang berhaluan nasionalis sekuler

bersama partai bukan Islam lainnya yang juga beraliran sekuler, dalam persidangan

DPR melakukan Walk Out (anggotanya meninggalkan ruang sidang) saat

pengambilan suara untuk penetapan. Alhamdulillah walk out yang dilakukan tidak 

dapat berhasil menggagalkan penetapan Undang -Undang tsb, karena dukungan Partai

Islam dan Partai pendukung Pemerintah bersama -sama menerima, sehingga dalam

tata-tertib DPR, Undang-Undang tersebut dengan sah dapat ditetapkan.

Secara garis besar Undang-Undang tersebut terdiri dari XVI BAB atau 67 Pasal, yang

secara umum memuat ketentuan-ketentuan, a. l :

1) Dasar Perkawinan,

2) Syarat,

3) Perjanjian dalam Perkawinan,

4) Hak Suami Isteri,

5) Perceraian, dan

6) Peradilan dalam penyelesaian Perkawinan.

Dalam naskah ini tidak bermaksud untuk menguraikan Undang-Undang ybs secara

terinci, tetapi hanya memberi gambaran atas jaminan kepada kaum Muslimin untuk 

melaksanakan perkawinan sesuai Syari ’at Islam. Dalam Naskah Undang-undang tsb

yang mungkin dapat dianggap penting a. l :

Keabsahan perkawinan (pernikahan) ditegaskan dalam Pasal 2 : Ayat 1, Perkawinan adalah sah, apa-bila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu.Dalam Ayat ini ditegaskan, bahwa seorang Muslim dalam melaksanakan pernikahan

hanya sah bila sesuai Syari ’at (hukum Islam).

Selain itu juga mempunyai arti, bahwa tidak ada pernikahan yang ditempuh dengan

percampuran antara agama satu dengan yang lain.

 Ayat 2 , Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang -undangan yang berlaku.

Page 135: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 135/185

135

Pada Ayat 2 disebut agar perkawinan dicatat sesuai peraturan. Dalam hal ini, yang

sebaiknya kaum Muslimin hendaknya menempuh perkawinan secara jelas dicatat oleh

Kantor Urusan Agama yang memang berwenang mengaturnya. Pencatatan dalam

lingkup Kantor Agama memang bukan sarat atau rukun sahnya perkawinan menurut

Syari’at, namun bagi Muslim yang menikah diluar pencatatan adalah Muslim yang

didalam Negara yang sah tetapi menempuh jal an Illegal (tidak sah) menurut Negara.

Pengadilan masalah Perkawinan. Pada Pasal 63, tentang pengadilan disebut a. l :

 Ayat 1 , Yang dimaksud dengan Pengadilan dalam Undang -Undang ini ialah :a. Pengadilan Agama mereka yang beragama Islam.b. Pengadilan Umum bagi lainya.

Dalam pasal tsb memberikan ketegasan Pengadilan bagi Kaum Muslimin dalam hal

perkara perkawinan yaitu Pengadilan Agama (Islam). Sehingga penanganan hukum

yang terkait dengan urusan perkawinan bagi Kaum Muslimin telah ada perangkat

hukum yang bertugas untuk menyelesaikannya dengan dasar Syari ’at Islam didalam

Pengadilan Agama (Islam).

Dengan penjelasan yang singkat dan sederhana ini mudah -mudahan perkawinan bagi

Kaum Muslimin di Indonesia terjamin dapat terselenggara sesuai Syari ’at Islam, dan

untuk menyelesaikan masalah yang timbul dalam perkawinan telah ada perangkat

hukum yang menanganinya sesuai Syari ’at Islam pula. Insya-Alloh.

Page 136: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 136/185

136

BAB VHIDUP BERMASARAKAT

Manusia adalah dikenal sebagai makhluq sosial dimana dalam hidupnya selalu

berusaha berkelompok dengan sesamanya. Hidup berkelompok demikianlah yang

sering disebut sebagai hidup bermasyarakat. Sementara ahli ilmu sosial memberi

definisi a. l, bahwa: “masyarakat adalah kumpulan sekian banyak individu, baik kecil atau besar yang terikat oleh sesuatu , antara lain : adat, ritus keagamaan,kesamaan wilayah dan hukum atau ketentuan lain yang bersifat khusus, sehingga mereka perlu hidup bersama”.

Dalam kitab Suci al-Quran pengertian masyarakat disebut dengan beberapa istilah

(kalimat), a. l : Qoum, Ummah, Syu’ub atau Qobai l dsb, sebagai contoh Firman Alloh

dalam al-Quran : Surat ar-Ro’ad (13) Ayat 11 :

                                                                                                  

Artinya : “Sesungguhnya Alloh tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga

mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Alloh

menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat

menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia ”.

Surat al-Jatsiyah (45) Ayat 28 :

                                                                                  

Artinya : “Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. tiap-tiap umatdipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. pada hari itu kamu diberi balasan

terhadap apa yang Telah kamu kerjakan ”.

Surat al-Hujurot (49) Ayat 13 :

                                                                                                                                 

Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki -

laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-

suku supaya kamu saling kenal -mengenal. Sesungguhnya orang yang paling muliadiantara kamu disisi Alloh ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.

Sesungguhnya Alloh Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Agar seseorang dapat membina kehidupan pribadi atau keluarganya secara harmonis,

maka orang tersebut harus dapat menyesuaikan kehidupannya dalam masyarakat

dimana dia berada secara wajar.

Page 137: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 137/185

137

41. Berjama’ah

Dalam menjalani kehidupan seorang Mus lim wajiblah baginya membentuk jama’ahbersama kaum Muslimin lain, dimana didalamnya terdapat seorang Imam yang

memimpin atau sekelompok Pimpinan yang membina Ummat ybs dalam lingkungan

masyarakatnya sebagai yang menjadi Makmum, hal itu dimaksud agar masya rakat

Muslim tsb dapat melaksanakan ajaran Islam secara benar, baik untuk kepentingandunia ataupun akhirat. Alloh ber-Firman dalam Surat Ali-Imron (3) Ayat 103, sbb :

                                     .

Artinya : “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) All oh, dan

 janganlah kamu bercerai berai ”.

Dalam sabda Rosululloh SAW disebutkan :

ھ : : ی :ھ  ھ    ھ

)..(ھ Artinya : Dari Al-Harits al-Asy’ari r.a, dari Nabi SAW bersabda :”Aku perintahkepadamu lima hal : Alloh telah Memerintah kepadaku kelima hal tsb : be r-Jama’ah,sanggup Mendengar, Ta’at, Hijroh, dan Jihad dalam jalan Alloh”.(riwayat ImamAhmad).

Dengan kalimat lain Rosululloh SAW bersabda :

ی  . ,ی Artinya : “Wajib bagimu ber -Jama’ah dan awas jangan ber -Firqoh (pecah-belah),

bahwa ber-Jama’ah adalah Rohmat dari Alloh, sedang Firqoh itu adalah ‘Adzab”.

Memilih Imam (Pemimpin). Seperti diuraikan diatas, bahwa jama’ah wajiblah adayang memimpin atau Imam, sehingga para anggota jama’ah wajib memilih pemimpin(Imam). Kewajiban memilih pemimpin ini disabdakan Rosululloh SAW :

1- ھ ی : ی  ھ  ).(.ی

Artinya : Dari Abdullah bin ‘Amr r.a, bahwa Nabi bersabda : “Tidak halal bagi tigaorang yang berada dihamparan dari bumi kecuali hendaklah salah satu mereka

memimpin mereka”. (riwayat Imam Ahmad)

2- :ی   :ھ

).(.ی Artinya : Dari Abu Sa’id al-Khudriy,  bahwa Rosululloh SAW bersabda :”Apabilatiga orang diantara kamu keluar dalam bepergian, maka hendaklah mereka

mengangkat salah seorang menjadi pemimpin”.(riwayat Imam Abu -Dawud).

3-  ی   :ھ:ی ی  ی  .)(.ی 

Artinya : Dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan r.a berkata : Rosululloh SAW bersabda :“Barang siapa mati dengan tanpa Imam (Pemimpin) maka dia mati dengan kea daan

 jahiliyah”.(riwayat Imam Ahmad).

Page 138: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 138/185

138

Siapakah pemimpin yang harus dipilih ? Jawabnya tentu saja tidak sederhana. Akan

tetapi setiap komunitas umumnya sudah mempunyai sistem atau mekanisme yang

telah disepakati bersama, dalam memilih pemimpim masing -masing. Sebagai Ummat

Islam meyakini, bahwa siapakah pemimpin (Imam) yang seharusnya, adalah Alloh

yang Maha-Tahu untuk menentukannya. Oleh sebab itu dengan sistem dan/atau

mekanisme yang disepakati bersama tsb Ummat Islam wajib mencermati pada isarat -

isarat yang diberikan oleh Alloh SWT untuk dilaksanakan, a. l :Surat as-Sajadah (32) Ayat 24, sbb :

                                                                      Artinya : “Dan Kami jadikan di antara mereka itu p emimpin-pemimpin yang

memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka

meyakini ayat-ayat Kami”. Dalam Ayat tersebut kriteria yang disebut, meliputi :

kemampuan memimpin berdasar ajaran yang di -Perintahkan Alloh dengan memiliki

kesabaran dan selalu meyakini kebenaran ajaran Alloh.

Surat an- Nisa’ (4) Ayat 58, sbb :

                                                                                                                       Artinya : “Sesungguhnya Alloh menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang

berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara

manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Alloh memberi

pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya All oh adalah Maha

Mendengar lagi Maha Melihat”.

Dalam Ayat ini diisyaratkan, pemimpin hendaknya : 1)  amanah  (melaksanakan

amanat dengan jujur), sehingga akan tepat mencapai siapa yang berhak , 2)  a d i l   artinya dengan kekuasaannya mampu menegakkan hukum dengan tidak membedakan

antara suku, agama, kelompok dll.

Kemudian dalam Surat al-Ambiya’ (21) Ayat 73, sbb :

                                                                                                              

Artinya : “Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin -pemimpin yang

memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka

mengerjakan kebajikan, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan hanya kepadaKamilah mereka selalu menyembah ”.

Ayat tsb diatas mengisyaratkan, bahwa pemimpin selain memimpin berdasar Perintah

Alloh dengan kesucian jiwanya selalu dapat Bimbingan dari Alloh untuk mem bawa

kebaikan Ummat, dengan teguh menegakkan Sholat dan mem bayar Zakat serta ta’atdalam ber’ibadat.

Page 139: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 139/185

139

Memilih Imam (Pemimpin) yang adil. Kepemimpinan seseorang akan berjalan

dengan baik bila terjadi keharmonisan antara kemampuan yang dimiliki pemimpin

(Imam) memenuhi syarat yang diperlukan, dengan didukung oleh ketaatan yang wajar

oleh para pengikutnya (Ummat). Sifat yang utama dimiliki seorang pemimpin adalah

“Adil” dalam Surat Ali Imron (3) Ayat 18 difirmankan :

                                                                                        Artinya : “Alloh menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang b erhak disembah)

melainkan Dia, yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan or ang-orang yang

berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak 

disembah) melainkan Dia, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

Kemudian dalam Surat an- Nisa’ (4) Ayat 58 Alloh ber -Firman, sbb :

                                                                                                                       Artinya : “Sesungguhnya Alloh menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang

berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara

manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Alloh memberi

pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya All oh adalah Maha

Mendengar lagi Maha Melihat”.

Keadilan yang bagaimana yang wajib ditegakkan, maka dalam Surat Ali -Imron Ayat

18 tsb diatas diajarkan, bahwa Alloh adalah yang menjadi Saksi atas yang

menegakkan keadilan baik malaikat atau manusia yang berilmu, sedang dalam Surat

an- Nisa’ Ayat 58, lebih dirinci man a-kala ada suatu amanat, maka wajib disampaikan

kepada yang berhak (yang memiliki hak), karena hal itu adalah keadilan, maka wajib

diterapkan untuk keseluruhan manusia (an -nas) tidak memandang suku, bangsa dan

agama ataupun golongan..

Kewajiban pemimpin memberi keputusan yang adil ditegaskan Firman Alloh dalam

Surat Maidah (5) Ayat 42 :

                                                    

Artinya : “Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkaraitu) di antara mereka dengan adil, sesungguhnya All oh menyukai orang-orang yang

adil”.

Keutamaan pemimpin yang adil disabdakan Rosululloh SAW :

:ھ:ھی ھ ی ی ھ  ی

ی  ی ھی  ھ  ). (.ی 

Page 140: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 140/185

140

Artinya : Dari Abdulloh bin Amr r.a berkata :“Rosululloh SAW bersabda :”Sesungguhnya orang yang berbuat adil disisi Alloh akan berada disebuah menarayang terbuat dari cahaya disebelah kanan Alloh Azza wa Jalla. Itulah kedua tangan

orang yang berlaku adil terhadap hukum, keluarga dan terhadap perkara yang mereka

urusi. (riwayat Imam Muslim dan Nasa’i).

Sabda Rosululloh SAW dalam hadits lain : :ھ:ی:, ی , ی 

  ی ). (.ی Artinya : Dari Iyad bin Himar al-Mujasyiti r. a berkata :”Rosululloh SAW bersabda :”Penghuni surga ada tiga, yaitu penguasa yang berlaku adil, orang yang shodaqohsecara tepat dan seorang yang mempunyai sifat belas kasih terhadap keluarga dekat

lagi muslim, serta orang miskin yang menjaga dan dijaga kehormatannya”. (riwayatImam Muslim dan Ahmad).

Dalam hadits yang panjang disabdakan :

ی"ی  ی ھ  ھ  ی    ھ ھ:ی ھ ھی ھ 

    ھ ھ ھ : ھ ھ

ھ ی  ھ:.ی    ھ ی ),,,, (.ی ھ 

Artinya : Dari Abu Hurairoh r.a dari Nabi SAW bersabda :”Ada tujuh orang/golongan yang akan memperoleh perlindungan pada hari qiamat yang tidak ada

perlindungan kecuali perlindungan Alloh, yaitu : Pemimpin yang adil, seorang

pemuda yang tumbuh dengan beribadat kepada Alloh, seorang yang mengingat

(dzikir) kepada Alloh saat sendirian (maka mengalirlah air matanya), seorang hatinya

tergantung dimasjid, orang yang saling bercinta/bersahabat karena Alloh, seorang

laki-laki yang diajak wanita yang punya kedudukan dan cantik untuk menggaulinya ia

menjawab ‘aku takut kepada Alloh’, seorang yang memberi shodaqoh danmerahasiakannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat

tangan kanannya”. Imam Muslim:”dua orang laki -laki besahabat karena Alloh,

bersama-sama karena Alloh dan be rpisah karena Alloh”. (riwayat Imam Bukhori,Muslim, Tirmidzi, Malik dan Nasa-i).

Selain sifat kepemimpinan yang sudah dibakukan dalam syari’at dan kesepakatanmasyarakat, maka bagi pemimpin (Imam) itu sendiri mempunyai sifat yang terbukaterlepas dari kerahasiaan yang mengandung kecurigaan. Imam Syafi’i menuliskan :

    ھ #ی ی Artinya : “Rahasiaku sama saja dengan kehidupan nyataku # dan gelap gulita

malamku sama saja dengan terang benderang siangku”. Wallo-hu A’lam.

Taat kepada Imam (Pemimpin) yang Adil. Kewajiban dari para anggota jama’ahmentaati Pemimpinnya yang telah dipilih bila telah dapat memimpin dengan Adil

sesuai tuntunan Islam. Alloh ber-Firman dalam Surat an- Nisa’ (4) Ayat 59 :

Page 141: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 141/185

141

                                                              Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Alloh dan ta`atilah Rasul (Nya),

dan ulil amri di antara kamu”. Dalam hadits Rosululloh SAW, disabdakan :

 :ھ:  ی 

  ھ ی ).ھ (.ی Artinya : Dari Anas bin Malik r. a. berkata :”Rosululloh SAW bersabda :”Dengarlahdan taatlah walaupun kamu diperintah oleh seorang hamba dari Habsyi yang kepala -

nya seakan-akan bagaikan buah anggur”. (riwayat Imam Bukhori, Ibn u Majah dan

Ahmad).

Dalam membaca Ayat 59 Surat an- Nisa’ tsb diatas secara tegas disebutkan untuk 

“Alloh dan Rosululloh” agar menta’ati, sedang untuk “U lil-amri” tidak disebut secara

tegas kepatuhan yang harus dijalani. Sementara Ulama tafsir memahami, b ahwa untuk 

Alloh SWT dan Rosululloh SAW ada kemutlakan dalam menta’atinya, sed ang kepada

Ulil-amri ada pendapat, bahwa untuk Ulil -amri diperlukan syarat yang mewajibkan

menta’atinya yang dalam hadits Rosululloh SAW disebutkan a. l :    ھ ی ی   ی

  ھ :ی ی  ی ). (.ی 

Artinya : Dari Umi Hushoini al-Ahmasiyah r. a , bahwa dia mendengar Nabi SAW

 berkhotbah pada saat Haji Wada’ :”Seandainya kamu dipimpin oleh seorang hambayang membimbing dengan Kitab Alloh, maka dengarkanlah dan patuhi lah”. (riwayatImam Muslim dan Ahmad). Dalam hadits ini Ulil -amri yang wajib dita’ati adalahyang membimbing berdasar Kitab -Alloh. Kepemimpinan seseorang apakah

berpedoman pada Kitab Alloh dimungkinkan dapat dideteksi dengan sikap dan

perilaku pemimpin ybs apakah sesuai dengan yang dicontohkan Rosululloh SAWyang dalam Surat Ali Imron (3) Ayat 159 di-Firmankan :

                                                                                                                                                                            

Artinya : “Maka disebabkan rahmat dari Alloh-lah kamu (Muhammad) berlaku

lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berh ati kasar,

tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka,mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawara hlah dengan mereka dalam

urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah

kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-

Nya. Jika Alloh menolong kamu, maka tak adalah orang yang d apat mengalahkan

kamu; jika Alloh membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah

gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Alloh sesudah itu? Karena itu

hendaklah kepada Alloh saja orang-orang mu'min bertawakkal”.

Hubungan antara seorang pemimpin dan yang dipimpin wajib diciptakan suasana

saling mencintai dan saling mendo’akan yang baik, Rosululloh SAW bersabda :

Page 142: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 142/185

142

ی :ھ    ھ  ی   ی   ھ ی ی   .ی

ھ  ھ  ی   یھ .ی  ی   ,ی   ,:ی

ھ.ی  ی  ی ھ  ). (.ی

Artinya : Dari ‘Auf bin Ma lik al-Asyja’iy r. a dari Rosululloh SAW bersabda

:”Sebaik -baik pemimpinmu adalah orang yang kalian cintai dan mereka mencintai

kalian, mereka mendo’akan kalian dan kalian mendo’akan mereka. Sejelek  -jelek 

 pemimpin adalah orang yang kalian benci dan membenci kalian”. Ditanyakan:”Wahai Rosululloh apakah tidak sebaikn ya mereka diperangi dengan pedang ?”,Rosul bersabda :”Jangan! Selama mereka menegakkan sholat diantara kalian. Apabilakalian melihat pejabat berbuat sesuatu yang tidak kalian senangi, maka bencilah

 perbuatannya dan jangan kalian menarik diri dari keta’at an”. (riwayat Imam Muslimdan Darimi). Insya-Alloh.

Menyelamatkan Ummat dari Pemimpin yang menyesatkan, melanggar pet unjuk dan berkhianat. Kesengsaraan ummat dapat dimungkinkan terjadi bila pemimpin

yang ada ternyata menyesatkan, atau melanggar petunjuk -petunjuk Alloh dan bahkan

berkhianat. Ciri-ciri pemimpin yang demikian a. l :

Pemimpin yang menyesatkan. Alloh ber-Firman dalam Surat al-An’am (6) Ayat 116-

117, sbb :

                                                                                                                      

         Artinya : “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang -orang yang di muka bumi ini,

niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah

mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap

Alloh). Sesungguhnya Tuhanmu, Dia -lah yang lebih mengetahui tentang orang yang

tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang-orang yang mendapat

petunjuk ”. Rosululloh SAW bersabda :

:ھ:    ی ی ی ی  ھ  ی

  ی   ی ھ ی   ھ

ی ھ  ی ی  ھ   ی ھی   ی

.) .(Artinya : Dari Tsauban r. a berkata :”Rosululloh SAW bersabda :”Sesungguhnyayang paling aku takutkan atas ummatku adalah adanya pemimpin yang menyesatkan.

Yaitu apabila pedang diletakkan atas ummatku tidak diangkat dari mereka hingga hari

Page 143: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 143/185

143

Qiya-mat. Hari Qiyamat tidak terjadi sehingga setelah sekelompok ummatku

bergabung dengan orang musyrik, dan sekelompok ummatku menyembah berhala.

Sungguh akan ada tiga-puluh pendusta dalam ummatku s emua mengaku sebagai nabi

sesudahku. Tetapi senantiasa ada sekelompok ummatku yang menampak al -Haq; dan

tidaklah akan membahayakan mereka yang menyelisihi sehingga datang urusan Alloh

Azza wa Jalla”. (riwayat Imam Darimi dan Ahmad).

Pemimpin yang melanggar petunjuk. Firman Alloh pada Surat al-A’rof (7) Ayat 169 :

                                                                                                                                                                                                                    

Artinya : "Maka datanglah sesudah mereka generasi (yang jahat) yang mewarisi

Taurat, yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan berkata: "Kami akan

diberi ampun". Dan kelak jika datang kepada mereka harta benda dunia sebanyak itu(pula), niscaya mereka akan mengambilnya (juga). Bukankah perjanjian Taurat sudah

diambil dari mereka, y aitu bahwa mereka tidak akan mengatakan terhadap All oh

kecuali yang benar, padahal mereka telah mempelajari apa yang tersebut di

dalamnya?. Dan kampung akhirat itu lebih baik bagi mereka yang berta qwa. Maka

apakah kamu sekalian tidak mengerti? ”.Dalam Surat Maryam (19) Ayat 59-60 :

                                                                                 

                                                                         Artinya : “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia -

nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan

menemui kesesatan. kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka

mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun”.

Rosululloh SAW bersabda :

ھ :  ھ  ھ ی :ھ ی ی 

ھ  ھ  ھ    ھ ی ھ ی  ی  ھ ی 

ی    ھ ھ  ھ  ھ  ی  .).(

Artinya : Dari Jabir bin Abdullah r. a , bahwa Rosululloh SAW bersa bda kepada

Ka’ab bin ‘Ujroh :”Semoga Alloh me lindungimu dari pemimpin yang bo doh”. Dia bertanya :”Apakah pemimpin yang bodoh itu?”.Jawab Rosululloh :”Akan adasesudahku nanti pemimpin yang membimbing tidak dengan petunjukku dan tidak me -

laksanakan sunnahku. Barang-siapa membenarkan kebohongannya dan menolong

mereka berbuat dholim, mereka itu bukan golonganku dan aku bukan dari golongan -

nya dan mereka tidak datang ditelagaku.

Page 144: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 144/185

144

Barang siapa tidak membenarkan kebo-hongannya dan tidak menolong mereka dalam

kedholiman, maka mereka itu termasuk golonganku dan aku termas uk golongannya

serta mereka datang padaku ditelaga”. (riwayat Imam Ahmad).

Pemimpin yang berkhianat. Alloh ber-Firman dalam Surat Al-Imron (3) Ayat 161 :

                                                                                                  Artinya : “Tidak mungkin seorang nabi curang (berkhianat) dalam urusan harta

rampasan perang. Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampa san perang itu,

maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu;

kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan

(pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya ”.

Rosululloh SAW bersabda :

ھ :  ,ی  : ی  ی 

ی  ھ ی  ی  ھ  ی ی ی .).(

Artinya : Dari Mu’adz bin Jabal r.a berkata :”Rosululloh SAW mengutusku keYaman, setelah aku berjalan, beliau mengutus (seseorang) pada jejak pejalananku,

maka aku kembali, beliau bersabda :”Tahukah kamu, mengapa aku mengutusmu?Janganlah kamu mengambil sesuatu tanpa izinku, (apabila mengambil tanpa izinku),

maka sesungguhnya hal itu adalah peng khianatan, barang-siapa berkhianat dia akan

datang dengan khianatnya itu pad a hari qiyamat. Untuk inilah aku memanggilmu,

teruskan tugasmu”. (riwayat Imam Tirmidzi).

Dalam hadits lain disabdakan :

: ی ھ ی  ی ھ  ).(.ی

Artinya : Dari Sa’ad bin Ubadah r. a dari Nabi SAW bersabda :”Tidak seorangpundari sepuluh pemimpin kecuali Alloh ‘Azza wa Jalla mendatangkan pada hari qiyamatsebagai pengkhianat, tidak melepaskannya dia kecuali keadilan” (riw. Imam Ahmad).

Dari Firman Alloh SWT serta sabda Rosu lulloh SAW telah dijelaskan buruknya

berkhianat, namun pada kenyataannya diakhirat nanti semua pemimpin dikategorikan,sebagai telah berkhianat sebab mereka meninggalkan sifat adil dalam memimpin.

Dilarang berpecah belah. Dalam Jama’ah Ummat Islam kemungkinan dapat terjadi

perpecahan apabila setelah terbentuknya kelompok -keompok dalam Ummat Islam,

dimana karena godaan setan dan ambisi (nafsu pribadi) masing -masing pribadi

pemimpin atau anggota dalam satu kelompok dengan kelompok yang lain saling

berbangga diri, merasa dirinya lebih tinggi dari yang lain dan berebut pengaruh

dengan tujuan yang sifatnya mencari kesenangan dunia, dalam Surat al -An’am (6)Ayat 159, disebut :

Page 145: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 145/185

145

                                                                                                   

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka

(terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu

(Rosululloh) terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terse rah)

kepada Alloh, kemudian Alloh akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah

mereka perbuat”.

Kalimat Rosululloh SAW dalam sabdanya :

ی . ,ی Artinya : “Wajib bagimu ber -Jama’ah dan awas jangan ber -Firqoh (pecah-belah),

bahwa ber-Jama’ah adalah Rohmat dari Alloh, sedang Firqoh itu adalah ‘Adzab”.

Dalam Ayat 159 Surat Al-An’am tsb diatas, kelompok -kelompok yang berpecahbelah disebut dengan istilah “Syia’an” yang dalam bahasa Arab sebagai kata jama’dari “Syi’ah”, artinya : sekelompok orang yang mempunyai kesamaan “ide” atau“pendirian” yang selalu dibelanya diluar tuntunan Islam. Dalam ayat tsb diartikan

sebagai kelompok yang merasa benar sendiri tidak bersedia bekerja -sama dengan

kelompok lain, dimana yang lain dianggapnya tidak benar.

Kelompok demikian merupakan sumber pemec ah belah dengan tujuan yang negatip.

Hal demikian karena godaan dalam hati para pimpinan dan anggota , baik godaan itu

dari syaitn ataupun hawa nafsunya sendiri untuk berbangga terhadap kelompok nya

sendiri dan selalu menganggap kelompoknya selain paling ben ar juga merasa lebih

terhormat, sedang kelompok lain, selain dianggap salah, juga dianggap lebih rendah

martabatnya. Dalam istilah lain sifat demikian sering disebut sebagai fanatik terhadap

kelompok (golongan), dalam bahasa Arab disebut “al -ashobiyyah” atau

“Ta’ashshub” terhadap golongan-nya. Sifat ta’ashshub pada golongan sendiri sangatdikecam dalam al-Quran Surat ar-Rum (30) Ayat 31-32 sbb :

                                                                        

Artinya : “…dan janganlah kamu termasuk orang -orang yang mempersekutukan

Alloh (musyrik), yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka

menjadi beberapa golongan (syia’an). Tiap-tiap golongan merasa bangga de ngan apayang ada pada golongan yang dimilikinya” .

Sikap tidak senangnya pada golongan lain dapat menimbulkan tindakan yang saling

merugikan atau saling menghancurkan dengan cara tidak baik. Hal demikian sangat

dimungkinkan terjadinya dalam masarakat ya ng membiarkan diri berpecah belah.

Surat al-An’am (6) Ayat 65 sbb :

Page 146: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 146/185

146

                                                                                                              

Artinya : “Katakanlah: "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu,

dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalamgolongan-golongan (yang saling bermusuhan) dan merasakan kepada sebahagian

kamu keganasan sebahagian yang lain ”.

Kebanggaan yang menggoda yang biasanya mereka miliki antara lain : perasaan

memiliki jumlah anggota yang banyak dan bahkan terdiri orang -orang yang

terhormat, merasa mempunyai pengaruh besar dalam masarakat umum, merasa

memiliki kekayaan atau kekuasaan yang lebih be sar dari-pada yang lain dsb.

Ancaman orang yang Ta’ashshub disabdakan Rosululloh, sbb :

ھ:ھی  ی  ی ).(.یی 

Artinya : Dari Jundab bin Abdullah al -Bajali r.a berkata :”Bersabda RosulullohSAW: “Barang-siapa terbunuh dibawah panji -pamji kesesatan, mereka menyeru

kepada ashobiyah (ta’ashshub), maka kematiannya jahi liyah”. (riwayat Imam Muslim).

Penderitaan dengan kebanggaan merasa mempunyai golongan yang banyak telah

dialami oleh Ummat Islam masa lalu dalam perang Hunain yang dalam al -Quran

Surat at-Taubah (9) Ayat (25), sbb:

                                                                            

                                                        Artinya : “Sesungguhnya Alloh telah menolong kamu (hai para mu'minin) di medan

peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu

menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak 

memberi manfa`at kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit

olehmu, kemudian kamu lari ke b elakang dengan bercerai-berai“. Dalam Ayat tsb

secara tegas Alloh ber-Firman, jumlah yang banyak apa -lagi disertai dengan

kecongkaan tidak ada artinya bagi Alloh. Kemudian dalam Surat at -Takatsur (102)

Ayat 1-2 di-Firmanka sbb :

                                      Artinya : “Saling memperbanyak (berlomba untuk lebih banyak) telah melengahkankamu, sampai kamu menziarahi kubur -kubur”. Arti “taka-tsur” mengindikasikan

sedikitnya ada dua fihak atau lebih yang saling bersaing untuk merasa lebih banyak 

dari yang lain. Persaingan itu bila secara individu adalah dalam hal banyaknya harta

atau kerabat yang membawa kehormatan dan kebanggaannya. Sedang kalau pada

kelompok atau golongan, maka “taka -tsur” yang biasa terjadi adalah bersaing d alam

hal banyaknya pengikut, kekayaan, luasnya pengaruh atau kedudukan dalam

masarakat. Dalam Ayat tersebut, maka sikap itu mempunyai indikasi kelengahan pada

diri dalam arti termakan godaan setan dan nafsu pribadi pada tingkat pimpinan atau

anggota, yang berkembang menjadi “ta’ashshub”.

Page 147: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 147/185

147

Godaan setan dan ambisi tsb dikarenakan pikiran yang berorientasi pada keduniaan.

Atau berarti pula ketidak waspadaan pimpinan dalam mengendalikan diri dan

anggotanya dari godaan dalam memenuhi ambisi dunia. Wallo -hu A’lam.

Dalam aqidah, maka sikap kelengahannya telah membawa diri seakan -akan lebih

mempertuhankan pada hawa-nafsu dan ambisinya yang ada dalam kelompok atau

golongannya, sehingga dalam Surat ar -Rum Ayat 31 disebutkan sebagai berpotensi

masuk dalam golongan orang musyrik. Na’udzubillah.

42. Musyawarah

“Musyawarah” menurut ahli bahasa (Arab) berasal dari “syawara” yang mempunyaiarti mengeluarkan madu dari sarang lebah. Arti itu berkembang menjadi kalimat yang

 berarti “berusaha mengumpulkan pendapat” atau d apat juga berarti mengajukan suatu

pendapat. Dengan isyarat yang diuraikan diatas, maka dengan musyawarah

diharapkan mendapatkan sesuatu yang digambarkan sebagai madu, yaitu sesuatu yang

berasa manis dan memberi kasiat kepada siapa yang meminumnya. Ungkapan

Rosululloh SAW dalam hal Musyawarah a. l:

Artinya : “Musyawarah itu benteng penangkal penyesalan, juga pengaman daricercaan”. Dalam nasehatnya, Sayyidina Aliy bin Abi Tholib mengatakan :

 , Artinya : ”Sebaik -baik kerja-sama adalah musyawarah, dan seburuk -buruk persiapan

adalah kesewenang-wenangan”.

Firman Alloh dalam al-Quran tentang Musyawarah :

Surat al-Baqoroh (2) Ayat 233 :

  

         

     

   

           

  

  

  

               

    

 

      

  Artinya : “…..apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan

kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya ….”Musyawarah dalam Ayat tersebut adalah antara suami/isteri dalam mengambil

keputusan dalam hal rumah tangga.

Surat Ali-Imron (3) Ayat 159 :

                                                                                                                                                      

                      Artinya : “Maka disebabkan rahmat dari Alloh-lah kamu berlaku lemah Lembut

terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka

menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah

ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah den gan mereka dalam urusan itu.

Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, m aka bertawakkallah kepada

Alloh. Sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.

Dalam Ayat ini musyawah yang dimaksud adalah antara Rosululloh SAW dengan

para sahabat atau masarakat.

Page 148: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 148/185

148

Surat asy-Syuro (42) Ayat 38 :

                                                                                  Artinya : “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan

mendirikan shalat, sedang urusan merek a (diputuskan) dengan musyawarah antara

mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada

mereka”.

Musyawarah dalam Ayat ini adalah musyawarah kaum Anshor yang menyepakati

untuk menafkahkan rizqinya sebagai Anugerah Alloh. Dalam Ayat-ayat tsb diatas

bentuk musyawarah dapat berbagai macam dan berbagai persoalan yang

dimusyawarkan. Namun yang jelas sudah ditegaskan dalam al -Quran bahwa

musyawarah adalah salah satu cara yang diperintahkan untuk ditempuh dalam

mengatasi suatu perkara. Dapat diartikan seandainya musyawarah tidak me ncapai

hasil yang maksimal, maka mana -kala tanpa musyawarah, dapat diperkirakan hasilnya

akan lebih minimal. Untuk mengambil keputusan dalam Ayat 159 Surat Ali -Imron

disebutkan :”…apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada

Alloh…….”.

Siapakah yang harus mengambil keputusan dapat diartikan sebagai seseorang yang

berwenang memutuskan dalam sistem masarakat tersebut. Artinya musyawarah tidak 

mewajibkan adanya kesepakatan bulat dari masing -masing anggota musyawarah,

tetapi pemimpin yang bertanggung-jawab yang memberi keputusan setelah menerima

berbagai pendapat dari para peserta musyawarah. Dalam Ayat tsb diatas yang

memutuskan adalah Rosululloh SAW. Dalam mengikuti pendapat sebagian besar

 jama’ah, maka Rosululloh Saw bersabda :

ھی  , , ) .ی (.

Artinya : “Alloh ‘Azza wa Jalla tidak akan mengumpulkan urusan ummat ku diatas

kesesatan selama-lamanya, hendaklah kamu ikuti golongan terbesar, tangan Alloh

beserta jama’ah, barang siapa mengasingkan diri, maka ia mengasingkan diri kedalam

neraka”. (riwayat Imam Al-Hakim dari Abu Huroiroh). Dalam hadits yang lebih

panjang dijelaskan :

ی ھ:ی    ی ھ  ی ھ :ی  ی 

ی ھ  ی    ھ ی ھ .:   ی ھ,:ی

ی :ھ:. ی :ی ,ی ھ  ی ی  ھ  ی ی ,ھ  – ی  :  ھ   ::ی 

ی ھ ,ھ  ھ ھ  ھ :.ی ,ھی  :.ی : 

ھ :  :.ی ھ  ھ: ی 

  ) .. (ی

Page 149: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 149/185

149

Artinya : “Dari Hudzaifah r.a, ia berkata : Ada orang-orang bertanya kepada

Rosululloh SAW tentang kebaikan, dan aku bertanya kepada beliau tentang kejahatan,

karena takut apabila kejahatan itu mendapatiku.

Maka aku berkata : Ya Rosulalloh, sesungguhnya kami dahulu berada dalam alam

 jahiliyah (kesesatan) dan kejahatan, maka Alloh telah me ndatangkan kebajikan ini

kepada kami. Adakah setelah kebajikan itu kejahatan ?

Beliau menjawab: Benar.Aku berkata: Adakah setelah kejahatan itu kebajikan?

Beliau menjawab: Benar.

Aku berkata: Adakah setelah kejahatan itu kebajikan?

Beliau menjawab: Benar, dan ada kekeruhan.

Aku berkata: Apakah kekeruhannya?

Beliau menjawab: Suatu kaum yang mengambil petunjuk selain dari petunjukku.

Dan dilain riwayat : Orang-orang yang melakukan cara-cara yang lain dari Sunnahku

dan mengikuti petunjuk yang lain dari petunjukku, engkau mengetahui dari mereka

dan engkau mengingkarinya.

Aku berkata: Adakah setelah kebajikan itu kejahatan?

Beliau menjawab: Benar; para penyeru (da’i) diatas pintu-pintu neraka; barang siapa

menjawab seruan mereka itu, melemparkannya kedalam neraka.

Aku berkata: Ya Rosulalloh, terangkan sifat -sifat mereka kepada kami!

Beliau bersabda: Mereka sebangsa dengan kita dan berbicara dengan bahas a-bahasa

kita.

Aku berkata: Apakah yang engkau perintahkan kepadaku, apabila aku mendapati

yang demikian itu?

Beliau menjawab: Tetaplah (berpihaklah) engkau kepada kebanyakan kaum

Muslimin dan Imam mereka.

Aku berkata: Apabila mereka tidak mempunyai jama ’ah dan Imam?

Beliau menjawab: Hendaklah engkau keluar menjauhkan diri dari semua golongan -

golongan itu, walaupun sampai engkau harus menggigit batang poho n, sehingga maut

mendatangimu dan engkau tetap demikian”. (riwayat Imam Tirmidzi).

Dalam menyampaikan suatu pendapat, maka dalam Islam sa ngat dijamin kebebasan

berpendapat terlebih yang menyangkut urusan masin g-masing fihak. Rosululloh SAW

bersabda :

).(.ی Artinya : ”Kalian lebih mengetahui urusan duniamu ”. (riwayat Imam Muslim).

Dalam hadits lain Rosululloh SAW bersabda :

ھ ی  (.ی .(

Artinya : “Yang berkaitan dengan urusan agama kalian, maka kepadaku (rujuannya),dan yang berkaitan dengan urusan dunia kalian, maka kalian lebih mengetahuinya ”.

(riwayat Imam Ahmad). Wallo-hu A’lam.

43. T a ’ a-w u n

“Ta’a-wun” bahasa Arab dari kata “al -‘Aunu” atau “al-I’anah” artinya pertolonganatau bantuan, sehingga Ta’awun adalah diartikan sebagai “tolong menolong” atausaling memberi bantuan satu dengan yang lain. Yang kuat membantu yang lemah dst.

Page 150: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 150/185

150

Bila dilihat kehidupan masarakat umumnya dan khususnya kaum Muslimin selama ini

telah terhimpun dalam berbagai himpunan dan kelompok-kelompok dengan berbagai

tingkat kemampuan, baik dalam segi : kekayaan, keilmuan dan kedudukan masing -

masing dalam masarakat mereka. Sehingga untuk mewujudkan masarakat yang

harmonis perlu bersepakat untuk saling membantu dalam hal yang masing -masing

saling memerlukan. Sebagai kaum Muslimin saling menolong tersebut dibatasi hanya

dalam hal-hal yang baik dalam arti mendapat Ridlo dari Alloh. Sebaliknya sangattidak dibenarkan dalam hal-hal yang dilarang oleh Islam. Firman Alloh dalam Surat

Maidah (5) Ayat 2 :

                                                                         Artinya : ”Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan ber-

takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran ”. Dalam

Surat at-Taubah (9) Ayat 71 :

                                                                     

                                                                                                      

Artinya : “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan p erempuan, sebahagian

mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh

(mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,

menunaikan zakat dan mereka taat pada Alloh dan Rasul -Nya. mereka itu akan diberi

rahmat oleh Alloh; Sesungguhnya Alloh Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. Selain

saling tolong menolong kaum Muslimin wajib menasehati, Perintah dalam Surat al -

‘Ashr (103) Ayat 3 :

                                       Artinya : “…..dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat

menasehati supaya menetapi kesabaran ”.

Rosululloh SAW bersabda :

ھ ھ  ی ی ھ ,ی .ھ ھ  ھ ھ

ی  ی .ی  ).ھی (.ی ھ 

Artinya : “Kaum Muslim itu saudara orang Muslim, tiada medholiminya dan tiadamembiarkannya binasa. Dan barang siapa memenuhi hajat saudaranya, maka Alloh

memenuhi hajatnya. Dan barang -siapa melapangkan seorang Muslim dari suatu

kesusahan, maka Alloh melapangkannya dari suatu kesusahan pada hari Qiyamat.

Dan barang siapa menutupi keaiban seorang Muslim, Alloh menutupi keaibannya

 pada hari Qiyamat”. (mutafq alaih).

Dalam sejarah perkembangan kaum Muslimin dizaman Rosululloh SAW tolong

menolong ditunjukkan oleh kaum Anso r terhadap kaum Muhajirin seperti Firman

Alloh dalam Surat al-Hasyr (59) Ayat 9 :

Page 151: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 151/185

151

                                                                                                                                              

                        Artinya : “Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman

(Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'me ncintai'

orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh

keinginan dalam hati mereka terhadap apa -apa yang diberikan kepada mereka

(Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang -orang Muhajirin), atas diri mereka

sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran

dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung ”.

Selanjutnya terhadap orang-orang yang tidak mementingkan urusan kaum Muslimin

Rosululloh SAW bersabda :

ھ ی    ی ی ,ی ھ  ی ھ  ی  ھ  ھ ھ ی

.).(Artinya : “Barang-siapa tidak mementingkan urusan orang Islam, maka bukanlah ia

dari mereka (Muslimin), dan barang -siapa tiada sehari penuh berlaku jujur kepada

Alloh, kepada Rosul-Nya, kepada Kitab-Nya, kepada Imam mereka (Muslim) dan

kepada masarakat Muslimin, bukanlah ia dari mereka”. (riwayat Imam Muslim).

Godaan dalam Ta’awun . Dalam menjalankan Ta’awun banyak godaan yang sering

menimpa pada diri kaum Muslimin dalam bermasarakat antara lain : Sifat Ria’, ‘Ujub,

Takabbur, Marah, Dengki dan Dendam. Secara lebih terinci dapat dijelaskan, sbb :“Ar-Ria’” adalah bahasa Arab yang artinya menyatakan (memamerkan) sesuatu yang

tidak sesuai dengan kenyataannya. Imam M uhammad al-Barkawi (ahli Hikmah)

mangartikan, “ar -Ria’” adalah mencari manfaat duni awi dengan menampilkan amalan

ukhrowi (akhirat). Segala hal yang ditampilkan sengaja dimaksud agar dilihat oleh

orang lain (pamer). Menurut Imam al -Ghozali dikatakan, bahwa ar -Ria adalah

penampilan amalan seseorang dalam bentuk ibadat dengan tujuan supaya diperhatikan

orang lain, sehingga ia mendapat tempat didalam hatinya. Dari keterangan Imam

Ghozali tersebut diatas, ada yang berpendapat ada kalanya orang yang Ria’, tampak sebagai ahli ‘ibadat, hanya saja bukan diniatkan karena Alloh tetapi karena manusia .

Wallohu-A’lam.

Firman Alloh dalam Surat al-Ma’un (107) Ayat 4-7, sbb :

                                                                  

Artinya : “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang

yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya. dan enggan (menolong

dengan) barang berguna”. Dalam Surat al-Baqoroh (2) Ayat 264 Alloh ber -Firman :

Page 152: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 152/185

152

                                                                                                                                                     

                                                                        Artinya : “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala)

sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan sipenerima), seperti

orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manu sia dan dia tidak beriman

kepada Alloh dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin

yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia

bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari ap a yang mereka

usahakan; dan Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang -orang yang kafir”.

Dalam suatu Hadits Qudsi Rosululloh SAW bersabda :

ھ ھ ی  ھ ھ  ھ  ی ی ھ  ).. (ی 

Artinya : Alloh ‘Azza wa Jalla ber -Firman :”Siapa yang berbuat ‘amal bagi -Ku, yang

dipersekutukannya padanya dengan yang lain dari pada -Ku, maka ‘amal itu baginyasemuanya. Dan Aku terlepas dari padanya dan Aku itu yang terkaya dari segala yang

kaya dari yang disekutukan”. (riwyat Imam Muslim).

Dari sudut perbuatan “Ria’” yang dilakukan, maka Ria’ dibagi menjadi dua, yaitu : (1) Ria’yang nyata (Ria’ jalli) artinya Ria’ yang diperbuat sejak semula semata -mata untuk 

mendapatkan pujian atau keuntungan yang bersifat duniawi. (2)  Ria’ tersembunyi(Ria’ Kho-fi), dimana maksud semula tidak semata -mata untuk pamer namun dalam

perjalannnya, karena suatu sebab, maka yang dituju menjadi keinginan untuk 

mendapat pujian atau keuntungan dunia yang lain.

Dari sudut niat dari orang yang berbuat “Ria’” , maka Ria mempunyai empat tingkatan : (1) Semata-mata untuk memikat hati orang. Ria’ demikian adalah merupakan Ria yangmempunyai nilai paling buruk. (2) Selain untuk memikat hati orang, maka orang yang

berbuat masih berusaha mendapatkan pahala. Akan tetapi kadar keinginan memikat

orang lebih besar dari upaya mendapatkan pahala. (3)  Ria’ mempunyai nilai lebihtinggi dari no. 2, yaitu keinginan memikat orang sama kuat dengan untuk 

mendapatkan pahala. (4) Ria’ yang mempunyai nilai tertinggi (lebih -baik) adalah bilakeinginan untuk mendapat pahala lebih besar dari keinginan memikat hati orang lain.

Sekalipun lebih baik perbuatan Ria’ wajib dihindarkan.

Dari sudut penampilan orang yang berbuat , maka Ria’ dibagi menjadi empat , yaitu a. l :(1)  secara lahir (nampak) se lalu mempertunjukkan penampilan seolah -olah seperti

orang ‘alim ataupun ahli ‘ibadah a. l : tubuh yang lunglai seperti ahli puasa, berpakaiannya dengan penampilan pakaian orang ‘alim, menunjukkan bekas sujudpada dahi seakan ahli sholat dsb. (2)  Ria dalam perkataan, seperti seseorang yang

Page 153: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 153/185

153

selalu berbicara soal agama dan soal ibadat namun tidak dijalankan dalam amalan. (3) Ria dalam perbuatan a. l. didepan halayak ramai selalu menunjukkan banyak 

melakukan ‘amalah baik (sholat sunnah). (4)  Ria dalam pergaulan a. l. memaksakan

diri untuk selalu tampak mengiring i atau berdampingan dengan orang-orang ‘alimdan para ahli ‘ibadah yang lain. Wallo -hu A’lam.

“‘Ujub” serumpun dengan kata ta’ajub artinya mengagumi. Dalam hal ‘ujub berartimengagumi tetapi terhadap diri sendiri, karena merasa memiliki keunggulan

dibanding yang lain. Dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan sebagai

“Congkak”. Perasaan ‘Ujub didasari atas adanya perasan, bahwa dalam dirinya, iamemiliki suatu tingkat kemampuan yang lebih atau keun ggulan dari orang yang lain.

Perasaan kagum pada diri sendiri condong menghilangkan kesadaran, bahwa

keunggulannya terhadap orang lain itu hakekatnya adalah karunia Alloh, yang harus

disyukuri. Salah satu Firman dalam Surat at -Taubah (9) Ayat 25, disebutkan sbb :

                                                                            

                                                         

Artinya : “Sesungguhnya Alloh telah menolong kamu (hai para mu'minin) di medan

peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu

menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak 

memberi manfa`at kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas it u telah terasa sempit

olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai -berai”.

Dalam Hadits Rosululloh SAW bersabda a. l :

ھ  ی ی ی .).(

Artinya : “Apabila engkau melihat kikir yang dituruti, hawa nafsu yang diikuti danmasing-masing yang mempunyai pendapat mengagumi dengan pendapat sendiri,

maka engkau harus menjaga diri engkau”. (riwayat Imam Thobaroni).

Hadits lain :

 :ھ . (ھ ).ھی 

Artinya : “Tiga perkara yang membinasakan, yaitu : kikir yang diikuti orang, hawa -

nafsu yang dituruti dan mengagumi (‘Ujub) pada dirinya sendiri”. (riwayat Imam al -Bazzar, Imam ath-Thobaroni dan al -Baihaqi).

Keunggulan seseorang yang mendorong untuk menjadi ‘Ujub, a. l :1)  Penampilan fisik yang berupa kecantikan atau ketampanan yang dimiliki

seseorang. Orang yang cantik atau tampan secara kasat mata dapat disaksikan

siapapun dan pengertian seseorang itu cantik atau tampan sudah jela s dapat

diketahui semua orang tentang kriterianya. Sehingga seseorang yang memiliki

kriteria tersebut wajar untuk merasai, hanya tidak harus terlarut untuk mengagumi

diri.

Page 154: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 154/185

154

2)  Keperkasaan atau ketangkasan olah fisik. Hal tersebut dapat diuraikan seperti

pada no.1.

3)  Kecerdasan dan kepandaian yang dapat diuji dari kemampuan ilmunya, atau

dalam dunia pendidikan modern dapat dinyatakan dalam bentuk gelar akademis.

4)  Kekayaan kadang-kadang dapat dilihat kasat mata.

5)  Kepangkatan atau kedudukan dalam masarakat.

6)  Keturunan yang diperoleh dari kebangsawanan atau ketokohan leluhurnya.7)  Luasnya pergaulan dan banyaknya kerabat dan handai taolan terutama bila terdiri

dari para orang yang terhormat.

Perasaan lebih tinggi dari orang lain bila dibiarkan berkembang dalam hati dapat

menimbulkan kesombongan atau takabbur. Sifat demikian merupakan sifat yang

dimiliki Iblis dalam menjawab pertanyaan tsb dalam al -Quran Surat al-A’rof (7) Ayat12, di-Firmankan sbb :

                                                                                   

   Artinya : "Alloh berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada

Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis: "Saya lebih baik daripadanya :

Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". Na’udzubillah.

“Takabbur” adalah bahasa Arab yang berasal dari “Kibru” artinya “kemuliaan”atau “kebesaran”. Orang takabbur adalah orang yang merasa lebih mulia atau lebihsebagai orang besar dari pada yang lain. Dalam bahasa Indonesia sering

diterjemahkan sebagai “Sombong” atau”Angkuh”. Orang yang takabbur disebut“mutakabbir”.

Dalam al-Quran sifat mutakabbir yang positif hanya dimiliki Alloh, di -Firmankan

dalam Surat al-Hasyr (59) Ayat 23, sbb :

                                                                                             

Artinya : “Dia-lah Alloh Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja,

Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha

Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki s egala

keagungan, Maha Suci, Alloh dari apa yang mereka persekutukan ”.

Pengertian sifat Alloh yang Mutakabbir ini adalah perbuat an baik Alloh yang serba

melimpah yang ditunjukkan kepada makhluq. Sedang bagi manusia memberi

penilaian yang negatif berupa kesombongan dan kean gkuhan terhadap sesama

manusia. Menurut sabda Rosululloh SAW pengertian sombong adalah :

ھ ) . .(Artinya : “Orang yang mengingkari kebenaran dan menghina manusia”. (riwayatIbnu Mas’ud). Takabbur adalah sifat dasar yang dimiliki Iblis, seperti dalam firmanAlloh Surat al-Baqoroh (2) Ayat 34 :

Page 155: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 155/185

155

                                                                                       

Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Kami (Alloh) berfirman kepada para malaikat:

"Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecual i Iblis; ia enggan dantakabur dan adalah ia termasuk golongan orang -orang yang kafir”. Bagi manusia sifat

demikian sangat dikecam dalam al -Quran, a. l :

Surat az-Zumar (39) Ayat 60 dan 72 :

                                                                                         

Artinya : “Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang -orang yang berbuat dusta

terhadap Alloh, mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada

tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri? ”                                                                Artinya : “Dikatakan (kepada mereka): "Masukilah pintu -pintu neraka Jahannam itu,

sedang kamu kekal di dalamnya". Maka neraka Ja hannam itulah seburuk-buruk 

tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri ”.

Surat al-Mukmin (40) Ayat 60 :

                                                       

Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".

Beberapa hal yang menyebabkan seseorang menjadi Takabbur, a. l : Pertama  merasa

memiliki a. l : ilmu, kecantikan/ketampanan, harta/kekayaan atau handai

taulan/pendukung yang banyak dan terdiri dari orang terhormat lebih dari orang lain ;

dalam hal pemilikan ilmu, disebutkan disebutkan dalam atsar :

.یArtinya: “Bahaya memiliki ilmu itu adalah sombong ”.

Sedang seharusnya semakin bertam bahnya ilmu seseorang semakin tawadlou’(santun). Hal itu dapat terjadi karena ilmu yang dimiliki tidak menyentuh haqiq at

tentang Alloh dan dirinya. Bila dalam memiliki ilmupun dapat mendatangkantakabbur apalagi memiliki yang lain seperti halnya harta ataupun kedudukan. Kedua 

karena godaan setan yang menyebabkan jiwa dan akhlaq seseorang menjadi rendah

mutunya dan kemudian takabbur. Kepada Rosulpun setan menggoda, dalam al -Quran

Alloh ber-Firman pada Surat al-Haj (22) Ayat 52, sbb :

                                                                                                                               

Page 156: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 156/185

156

Artinya : “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak 

(pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitanpun

memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Alloh menghilangkan apa yang

dimasukkan oleh syaitan itu, dan Alloh menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Alloh Maha

Mengetahui lagi Maha Bijaksana”,

Untuk menghilangkan sifat takabbur diperlukan keberanian dan intero -speksi secara berkelanjutan dalam diri sendiri. Atau disebut sebagai mujahadah, yakni “perjuanganbatin untuk menundukkan hawa-nafsu angkara-murka”. Upaya itu anta ra lain :

1)  Perasaan atas kekayaan ilmu harus disadari bahwa ilmu yang dimiliki manusia

adalah sangat sedikit dan Alloh -lah yang Maha-Mengetahui, seperti dalam Firman

Alloh Surat Bani-Isroil (17) Ayat 85 dan Surat Yusuf (12) Ayat 76 :

                          Artinya : “… dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".

          

 

   

 

  

   

Artinya : “..dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha

Mengetahui”.

2)  Perasaan diri, bahwa dirinya yang paling ta’at kepada Alloh, hendaknya diukur dengan ke-Ikhlashan yang teramat tinggi dalam ber’ibadat. Sementara ‘Ulamamembagi ke-Ikhlashan dalam tiga tingkat :

Pertama, Tingkat Tertingi yaitu memurnikan amal perbuatan dari campuran makhluq,

dalam arti melakukan ‘Ibadat semata -mata demi menjunjung tinggi perintah Alloh

dan memenuhi hak pengabdian, tanpa ada maksud mencari jasa dari sesama manusia,

baik berupa simpati, pujian, sumbangan yang berupa materi ataupun yang lain.

Kedua, Tingkat Menengah, yaitu melakukan sesuatu karena Alloh, dengan maksudagar memperoleh imbalan di-Akhirat semacam dijauhkan dari neraka, dimasukkan

dan menerima berbagai keni’matan disurga.Ketiga, Tingkat Rendah, yaitu melakukan sesuatu karena Alloh, dengan ma ksud agar

memperoleh imbalan duniawi semacam lapang rizqinya, tertolaknya berbagai mara -

bahaya, dsb.

3) Perasaan tingginya derajat dan keutamaan melebihi orang lain dihilangkan dengan

kesadaran, bahwa kemuliaan diukur oleh Alloh dengan ke -Taqwaan. Firman Alloh

dalam Surat al-Hujurot (49) Ayat 13 :

     

                 

                     Artinya : “Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal ”.

Perasaan atas kekayaan yang banyak melebihi orang lain hendaknya disadarkan,

bahwa manusia adalah miskin sedang yang Maha-Kaya adalah Alloh dalam al-Quran

Surat Fathir (35) Ayat 15, sbb :

                                                            Artinya : “Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Alloh; dan Alloh Dia-lah

Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji ”.

Page 157: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 157/185

157

Dengan ber-mujahadah dan menyadari semua tsb mudah -mudahan dapat terhindar

dari sifat takabbur, Insya-Alloh.

“Marah” atau “al-Ghodlob” secara umum mempunyai arti “keras”, hatinya panasdan tidak mudah reda. Bila hal itu diperankan oleh manusia mempunyai arti memiliki

perasaan tidak puas disertai tindakan emosional yang mengarah pada keburukan.

Karena marah hakekatnya adalah godaan syaiton. Rosulul loh SAW bersabda : ی   .ی Artinya : “Sesungguhnya kemarahan itu adalah dari syaiton dan syaiton diciptakan

dari api dst”. (riwayat Imam Abu Dawud).

Dalam hadits lain Rosululloh SAW b ersabda :

.  ی ھ ی  ی  ,ھ  ی    ).(.ی

Artinya : “Ingatlah bahwa kemarahan adalah bara api yang menyala -nyala dalam hati

anak Adam, dapat kamu lihat pada merah matanya dan urat lehernya yang membesar.

Barang siapa merasakan hal tersebut, hendaklah mereka menempelkan dirinya pada

bumi (riwayat Imam Turmudzi). Dari hadits tersebut diatas dan dari pengalaman

pergaulan dapat secara jelas indikasi kemarahan seseorang dapat diketahui mulai dari

yang nampak a. l : matanya yang merah, bicara secara keras dengan urat lehernya

yang membesar dan tindakannya yang kasa r. Selain itu dapat diduga dalam hati

menyala bara yang diindikasikan sebagai godaan syaiton. Na’udzubillah.Agar seseorang dapat meredam kemarahan, maka Rosululloh SAW bersabda :

(.ی .(

Artinya : “Apabila marah seseorang dari kamu, maka hendaklah ia mengambilwudlu, sesungguhnya marah itu dari api”. (riwayat Imam Turmudzi).

Dalam hadits lebih lanjut disabdakan :

ی   .ی Artinya : “Bila saat marah kamu berdiri, maka duduklah. Sedang bila daat marahduduk maka berdirilah”.

Sikap terpuji yang wajib dilakukan bagi seorang Muslim adalah mengendalikan

marah serta mudah memaafkan. Mudah memaafkan artinya memberikan maaf tanpa

menunggu permintaan maaf bagi orang yang dianggap salah. Alloh ber -Firman dalam

Surat Ali Imron (3) Ayat 134 dan Surat al -A’rof (8) Ayat 199, sbb :

                                                    Artinya :”..dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan)

orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan ”.

                                           Artinya : “Jadilah engkau pema`af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma`ruf,

serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh”. Insya-Alloh.

Page 158: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 158/185

158

“Dengki” atau “al-Hasad” adalah salah satu sifat buruk seseorang dimana dia

merasa tidak senang bila orang lain mendapat kebahagiaan. Buruknya sifat dengki (al -

hasad) digambarkan Rosululloh SAW dengan sabdanya :

ی ) .(Artinya : “Dengki (al-hasad) memakan kebaikan, sebagaimana api memakan kayu

kering”. (riwayat Imam Abu Dawud).

Dalam al-Quran sifat dengki kaum musyrikin terhadap kaum Mukminin, digambarkan

dalam Firman Alloh pada Surat Ali -Imron (3) Ayat 120, sbb :

                                                        Artinya : “Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetap i jika

kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya ”.

Selanjutnya terdapat pula dalam sabda Rosululloh SAW tentang keburukan dengki,

sbb :

ی : Artinya).ھی (ی “Hampirlah kemiskinan itu menjadi kufur dan hampirlah kedengkian itumengalahkan taqdir”. (riwayat Imam Baihaqi). Pengertian mengalahkan taqdir dalam

hadits tersebut adalah hilangnya keimanan terhadap adanya taqdir. Na’udzubillah.

“Dendam” atau “al-Ghillu” adalah perasaan marah atau tidak senang terhadap

seseorang yang berkepanjangan tersimpan dalam hati. Perangai ini adalah sangat

buruk dan perasaan demikian hanya akan hilang bila ada kesadaran dan upaya untuk 

menghilangkannya. Untuk dapat hilang hanya Kuasa Alloh saja yang dapat meng -

hilangkannya, yaitu dengan selalu meningkatkan keta’atan, mengingat -Nya, bersi-

latur-rahmi dengan sesama dan bermohon kepada-Nya dengan sungguh-sungguh.

Kepada orang yang sadar Alloh menjanjikan dalam Surat Al-A’r of (8) Ayat 43 :

                                                                                                                                                                                                   

Artinya : “Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada

mereka; mengalir di bawah mereka sungai -sungai dan mereka berkata: "Segala puji

bagi Alloh yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali -kali tidak 

akan mendapat petunjuk kalau Alloh tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnyatelah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran". Dan diserukan kepada

mereka: "Itulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu

kerjakan." Kemudian dalam Surat Al-Hijr (15) Ayat 47-48 Alloh ber-Firman :

                                                                                                

Page 159: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 159/185

159

Artinya : “Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka,

sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap -hadapan di atas dipan-dipan.

Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali -kali tidak akan dikeluarkan

daripadanya”. A-min.

Masarakat Muslimin (Mukmin) digambarkan oleh sabda Rosululloh SAW sbb :

ھ   ھ ی 

ھ  ھ ) .(ھ Artinya : “Perumpamaan orang-orang yang Mukmin itu dalam sayang -

menyayanginya, santun menyantuni dan kasih mengasihinya, adalah bagaikan satu

tubuh yang apabila menderita satu anggota dari tubuh itu, ikut menderita pula

keseluruhan tubuh dengan tidak dapat tidur dan demam”. (riwayat Imam Bukhori)

Bantu-membantu sesama Muslim sudah jelas dalam sabda Rosululloh SAW, namun

bantu-membantu yang dilakukan bersama bukan Muslim dengan maksud yang

bersifat tidak mencari keridloan Alloh, maka agar diwaspadai dan tidak dibenarkan

dalam dalam Firman-Alloh Surat al-Hasyr (59) Ayat 11-12 sbb :

                                                                                                                                                                                                                                                                   

Artinya : “Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang munafik yang berkata

kepada saudara-saudara mereka yang kafir di antara ahli kitab: "Sesungguhnya jika

kamu diusir niscaya kami-pun akan keluar bersamamu; dan kami selama -lamanyatidak akan patuh kepada siapapun untuk (menyusahkan) kamu, da n jika kamu

diperangi pasti kami akan membantu kamu." dan Alloh menyaksikan bahwa

sesungguhnya mereka benar-benar pendusta (11). Sesungguhnya jika mereka diusir,

orang-orang munafik itu tidak a kan keluar bersama mereka, dan sesungguhnya jika

mereka diperangi, niscaya mereka tidak akan menolongnya; Sesungguhnya jika

mereka menolongnya, niscaya mereka akan berpaling lari ke belakang; Kemudian

mereka tidak akan mendapat pertolongan (12) ”. Wallo-hu A’lam.

44. Tasamuh dan Adil

“Tasamuh” dari bahasa Arab “as -Samhu” artinya “murah -hati” atau toleran dansering diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai “Tenggang -rasa” atau “Toleransi”.Kalimat tersebut merupakan lawan-kata dari “Fanatik” atau dalam bahasa Arabdisebut sebagai “Ta’ashub” yang berarti menganut sifat “’ashobiyah” yaitu merasapandangan sendiri yang paling baik dan pandangan orang lain tidak baik, sifat

demikian merupakan sifat yang sangat dicela dalam Islam. Sifat Tasamuh ini sangat

penting, karena kenyataan dalam masarakat kita umumnya telah terbentu k berbagai

kelompok atau golongan dengan pandangan dan jalan pikiran masing -masing yang

yang dikembangkan dan saling berbeda satu dengan yang lain . Alloh ber-Firman

dalam Surat al-Isro’ (17) Ayat 36 :

Page 160: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 160/185

160

                                                                                

Artinya : “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai

pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanyaitu akan diminta pertanggungan jawabnya”. Kehati-hatian menilai suatu yang terjadi

sangat penting, karena banyaknya pandangan masarakat yang oleh masing -masing

dianggap benar sendiri. Alloh ber-Firman dalam Surat Yunus (10) Ayat 36 :

                                                                          Artinya : “Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja.

Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun bergun a untuk mencapai kebenaran

Sesungguhnya Alloh Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan ”.

Dalam memandang faham keagamaan seseorang -pun, maka kaum Muslimin tidak 

dibenarkan memaksakan pemahamannya sendiri. Surat al -Baqoroh (2) Atar 256 :

                                      Artinya : “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya

Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat ……”. Terahadap kesalahan

orang lain kita wajib berlapang dada dalam arti dapat memaafkan dengan

mengendalikan rasa marah yang ada pada hati kita. Surat Ali-Imron (3) Ayat 134 :

                                                    Artinya : ”……..dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan

(kesalahan) orang. Allah menyukai ora ng-orang yang berbuat kebajikan”. Mana-kala

seseorang mendapat kesempatan memimpin suatu masarakat, maka seorang Muslimwajib lemah lembut kepada masarakat yang dibina memaafkan terhadap mereka dan

mampu bermusawarah bersama mereka. Surat Ali -Imron (3) Ayat 159 :

                                                                                                                                                                            

Artinya : “Maka disebabkan rahmat dari Alloh-lah kamu berlaku lemah Lembut

terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka

menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah

ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah den gan mereka dalam urusan itu.

Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada

Alloh. Sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada -Nya”.

Kondisi yang terbaik adalah kemampuan kaum Muslimin untuk dapat mendengarkan

segala sesuatu yang disampaikan seseorang, namun wajib menyaring, memilih dan

memilah yang mana yang terbaik untuk dapat dijadikan pedoman. Sikap yang perlu

dimiliki dalam bergaul tetap ramah. Dalam Surat az-Zumar (39) Ayat 17-18 :

Page 161: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 161/185

161

                                                                                                          

Artinya : “...Oleh karena itu gembirakanlah hamba -Ku (17) Yaitu yang

mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yan g paling baik di antaranya, merekaitulah orang-orang yang telah diberi Alloh petunjuk dan mereka Itulah orang-orang

yang mempunyai akal”. Dalam hal teleransi Rosululloh SAW bersabda :

ی  ).(Artinya : “Iman paling utama ialah kesabaran dan toleransi (tasamuh)”. (riwayatImam Muslim). Dalam riwayat Imam Bukhori :

ی ی .Artinya : “Hendaknya kamu bersikap lembah lembut, kasih sayang, dan hindarilahsikap keras dan keji” . Dalam riwayat Imam Al-Ajiri :

Artinya :”Bersikap ‘Ariflah (baik) dan janganlah kalian bersikap keras”. Dalam

hadits lain Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Musa Al -Asy’ari bahwa RosulullohSAW mengutusnya bersama Mu’adz kenegeri Yaman, dan Rosululloh SAW bersabdakepada mereka :

ی Artinya :”Permudahlah jangan kalian per sukar. Ajarkan ilmu dan janganlah berlaku

tidak simpati”. Selanjutnya dalam riwayat Imam At -Tirmidzi dan lain, bersabda :

ھ :,  ,ی  ی :.ی ,ھ .ھ 

Artinya : “Tidaklah kalian akan beriman sebelum kalian mengasihi”. Mereka berkata:”Wahai Rosululloh, masing -masing kami adalah orang yang mengasihi”. Beliau bersabda :”Kasih sayang itu bukanlah kasih sayang seseorang diantara kamu kepada

sahabatnya (yang Mukmin) saja, tetapi kasih sayang yang menyeluruh” (seluruh umatmanusia). Dalam hadits lain dari Imam Tirmidzi, Abu Dawud dan Ahmad :

ھ    ی,ی .

Artinya : “Orang yang mengasihi akan dikasihi oleh Yang Maha Pengasih. Kasihilaholeh kalian siapa yang ada dibumi, niscaya kalian akan dikasihi oleh siapa yang

dilangit”. Dalam menyaring segala bentuk irformasi yang diperoleh, maka Alloh ber-

Firman dalam Surat az-Zumar (39) Ayat 18 :

                                                                                               

Artinya : “Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di

antaranya. mereka Itulah orang -orang yang Telah diberi Allah petunjuk dan mereka

Itulah orang-orang yang mempunyai akal ”. Suatu hal yang tidak boleh ditinggalkan

adalah selalu menyeru kepada jalan Alloh dengan segala upaya yang benar. Dalam

Firman Alloh diperintahkan Surat an-Nahl (16) Ayat 125 :

Page 162: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 162/185

162

                                                                                                                                                     

Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran

yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmudialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan -Nya dan dialah

yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk ”.

Bahkan kepada masarakat diluar Islam yang tidak ada indikasi berbuat jahat kepada

kaum Muslimin sewajarnya diperlakukan secara baik. Alloh ber-Firman dalam Surat

al-Mumtahanah (60) Ayat 8-9 :

                                                                            

  

 

 

 

  

  

 

 

  

 

 

  

 

 

 

  

  

  

  

 

 

 

 

  

  

 

 

 

   

   

  

 

 

 

  

 

  

 

 

 

 

  

  

    

  

  

                                                                                                      

Artinya : “Alloh tidak melarang kamu untuk berbu at baik dan berlaku adil terhadap

orang-orang yang tiada memerangimu k arena agama dan tidak (pula) mengusir kamu

dari negerimu. Sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang berlaku adil (8).

Sesungguhnya Alloh hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanm u orang-

orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan

membantu (orang lain) untuk mengusirmu. dan barangsiapa menjadikan mer ekasebagai kawan, Maka mereka itulah orang-orang yang zalim (9)”. Suatu hal yang

penting lagi yang diperhatikan adalah seorang Muslim hendaklah bersikap wajar dan

tidak oportunis. Sabda Rosululloh SAW (riwayat Imam at -Tirmidzi), sbb :

ی ,,:ی  . , 

.ھ Artinya :”Hendaklah diantara kamu tidak ada yang bersikap a pportunis (hanya cari

yang enak ), yang berkata :”Saya bersama orang -orang, jika mereka berbuat baik,

sayapun berbuat baik, dan jika mereka berbuat jelek m aka sayapun berbuat jelek.

Akan tetapi tegarlah dirimu, jika mereka berbuat baik, maka hendaklah kamu berbuat baik, dan jika mereka berbuat jelek, maka jauhilah perbuatan jelek mereka”.

“Adil” sudah merupakan bahasa Indonesia yang dalam bahasa Arab diba ca al-‘Adlumempunyai banyak arti antara lain tidak berat sebelah, berpegang pada yang benar,

tidak sewenang-wenang atau dholim, merupakan sifat yang wajib dimiliki seorang

pemimpin. Oleh karenanya menegakkan keadilan adalah tuntutan amal ibadat, yang

wajib bagi seseorang apalagi manakala menjadi pemimpin dalam masarakat dimana

dia berada. Alloh ber-Firman dalam Surat Ali-Imron (3) Ayat 18 :

Page 163: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 163/185

163

                                                                                       

Artinya : “Alloh menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)

melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang -orang yangberilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak 

disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana ”. Kemudian

dalam Surat an- Nisa’ (4) Ayat 58 Alloh ber -Firman, sbb :

                                                                                                                      

Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang

berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara

manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Alloh memberipengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya All oh adalah Maha

Mendengar lagi Maha Melihat”.

Keadilan tsb bagaimana wajib ditegakkan, maka d alam Surat Ali-Imron Ayat 18

diterangkan diatas diajarkan, bahwa Alloh adalah yang menjadi Saksi atas yang

menegakkan keadilan baik malaikat atau manusia, sedang dalam Surat an - Nisa’ Ayat58, lebih dirinci mana-kala ada suatu amanat, maka wajib disampaikan kepada yang

berhak (yang memiliki), bila itu adalah keadilan, maka wajib diterapkan untuk 

keseluruhan manusia (an-nas) tidak memandang suku, bangsa dan agama.

Kewajiban pemimpin memberi keputusan yang adil ditegaskan Firman Alloh dalam

Surat Maidah (5) Ayat 42 :

                                                    Artinya : “Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara

itu) di antara mereka dengan adil, sesungguhnya All oh menyukai orang-orang yang

adil”. Keutamaan seorang yang bertindak adil disabdakan Rosululloh SAW :

:ھ:ھ ی  ھ  ی ھ ی ی

ھ  ھ  ی  ی ی ). (.ی 

Artinya : “Dari Abdulloh bin Amr r.a berkata :“Rosululloh SAW bersabda :”Sesungguhnya orang yang berbuat adil disisi Alloh akan berada disebuah menara

yang terbuat dari cahaya disebelah kanan Alloh Azza wa Jalla. Itulah kedua tangan

orang yang berlaku adil terhadap hukum, keluarga dan terhadap perkara yang mereka

urusi”.(riwayat Imam Muslim dan Nasa’i). Sabda Rosululloh SAW dalam hadits lain :

:ھ:ی:, ی , ی 

  ی ). (.ی 

Page 164: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 164/185

164

Artinya : Dari Iyad bin Himar al-Mujasyiti r. a berkata :”Rosululloh SAW bersabda :”Penghuni surga ada tiga, yaitu penguasa yang berlaku adil, orang yang shodaqohsecara tepat dan seorang yang mempunyai sifat belas kasih terhadap keluarga dekat

lagi muslim, serta orang miskin yang menjaga dan dijaga kehormatannya”. (riwayatImam Muslim dan Ahmad). Dalam hadits yang panjang disabdakan :

ی ی" ی ھ  ھ  ی 

  ھ ھ:ی ھ ھ  ھی

  ھ ھ ھ : ھ ھ

ھ  ی  ھ:.ی    ھ ی ),,,, (.ی ھ 

Artinya : Dari Abu Hurairoh r.a dari Nabi SAW bersabda : ”Ada tujuh orang/golongan yang akan memperoleh perlindungan pada hari qiamat yang tidak ada

perlindungan kecuali perlindungan Alloh, yaitu : Pemimpin yang adil, seorang

pemuda yang tumbuh dengan beribadat kepa da Alloh, seorang yang mengingat(dzikir) kepada Alloh saat sendirian (maka mengalirlah air matanya), seorang hatinya

tergantung dimasjid, orang yang saling bercinta/bersahabat karena Alloh, seorang

laki-laki yang diajak wanita yang punya kedudukan dan can tik untuk menggaulinya ia

menjawab ‘aku takut kepada Alloh’, seorang yang memberi shodaqoh danmerahasiakannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat

tangan kanannya”. Imam Muslim:”dua orang laki -laki besahabat karena Alloh,

bersama-sama karena Alloh dan berpisah karena Alloh”. (riwayat Imam Bukhori,Muslim, Tirmidzi, Malik dan Nasa -i). Insya-Alloh.

Menghindarkan diri dari menuntut kedudukan. Dalam bermasarakat sifat ambisi

pribadi yang bermaksud mendapat kedudukan adalah suatu berbuat an yang sangat

tercela. Alloh ber-Firman dalam Surat Ali-Imron (3) Ayat 26 :

                                                                                                                                  

Artinya : “Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan

kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang

yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau

hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan.

Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu ”.

Rosululloh SAW bersabda :

 :ھ : . ی ھ   ی

  ی ھ  ی  ھ  ی   .ی ھ ی    ی ی ھ  ی  ی  ی  ی ی 

.) .(

Page 165: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 165/185

165

Artinya : Dari Abdur-Rahman bin Samuroh r.a berkata :”Bersabda kepadakuRosululloh SAW :”Wahai Abdur -Rahman bin Samuroh, janganlah kamu meminta

 jadi pemimpin, sebab apa -bila kamu diberi atas dasar permintaan, kamu kan dibebani,

tetapi apa-bila kamu diberi jabatan pemimpin tidak karena minta, kamu akan ditolong.

Apa-bila kamu telah bersumpah (sebagai pemimpin), kemudian melihat ada orang

yang lebih baik, datangilah orang yang lebih baik itu (untuk mengganti) dan ber -

kafaratlah (membayar denda) untuk sumpahmu. (riwayat Imam Bukhori, Muslim, Nasa’i dan Ahmad).Dalam hadits lain Rosululloh SAW bersabda :

ی :ی ,ی 

) (.ھ:Artinya : Dari Abu Huroiroh r.a dari Nabi SAW bersabda :”Sesungguhnya kamuakan berambisi menjadi pemimpin dan akan menjadi penyesalan pada hari Qiyamat.

(Kekuasaan) ibarat sebaik-baik pemberi susuan dan sejelek - jelek penyapih”. Menurutriwayat Imam Nasa’i :”Sesungguhnya kepemimpinan (jabatan pemimpin) ini akanmenjadi penyesalan dan kerugian (pada hari Qiyamat)”.(riwayat Imam Bukhori,nasa’i dan Ahmad). Dari Firman Al loh serta Sabda Rosululloh tsb diatas menuntut

kesadaran, bahwa hakikatnya kedudukan (jabatan) adalah milik Alloh dan kepada

siapa diberikan atau dicabut adalah hak-Nya. Meminta bahkan menuntut untuk 

mendapatkannya merupakan hal yang sangat tidak dikehenda ki Rosululloh SAW,

karena hakikatnya kedudukan itu suatu beban yang harus dipertanggung -jawabkan

diakhirat nanti. Wallo-hu A’lam.

45. Berusaha menjadi Pemimpin yang AdilSeorang yang ber-Iman, manakala dipercaya untuk menjadi Pemimpin (Imam) wajib

menjalankan tugasnya secara Adil. Istilah “Adil” sudah merupakan bahasa Indonesia

yang dalam bahasa Arab dibaca al-‘Adlu mempunyai banyak arti antara lain tidak beratsebelah, berpegang pada yang benar, tidak sewenang -wenang atau dholim, merupakan

sifat yang wajib dimiliki seorang pemimpin. Oleh karenanya menegakkan keadilan

adalah tuntutan amal ibadat, yang wajib bagi seseorang yang berkedudukan sebagai

seorang pemimpin (Imam) ditingkat manapun dalam melaksanakan tugas pokok dan

fungsinya. Alloh ber-Firman dalam Surat Ali-Imron (3) Ayat 18 :

                                                                                       

Artinya : "Alloh menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berha k disembah)

melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang -orang yang

berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak 

disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana ".

Kemudian dalam Surat an- Nisa’ (4) Ayat 58 Alloh ber-Firman, sbb :

                                                                                                                      

Page 166: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 166/185

166

Artinya : "Sesungguhnya Alloh menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada

yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di

antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya All oh memberi

pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Alloh adalah Maha

Mendengar lagi Maha Melihat".

Keadilan bagaimanapun wajib ditegakkan, maka dalam Surat Ali -Imron Ayat 18 tsbdiatas diajarkan, bahwa Alloh adalah yang menjadi Saksi atas yang menegakkan

keadilan, dan menjadi saksi pula baik m alaikat ataupun manusia, sedang dalam Surat

an- Nisa’ Ayat 58, lebih dirinci mana -kala ada suatu amanat, maka wajib disampaikan

kepada yang berhak (yang memiliki), bila itu adalah dalam menegakkan keadilan,

maka wajib diterapkan untuk keseluruhan manusia (a n-nas) tidak memandang suku,

bangsa, agama dan golongan. Kewajiban pemimpin memberi keputusan yang adil

ditegaskan Firman Alloh dalam Surat Maidah (5) Ayat 42 :

                                                    Artinya : "Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara

itu) di antara mereka dengan adil, sesungguhnya All oh menyukai orang-orang yangadil". Keutamaan pemimpin yang adil disabdakan Rosululloh SAW :

ی :ھ:ھی ھ ھ ی ی ی 

ھ  ی  ی ی ). (.ھی Artinya : Dari Abdulloh bin Amr r.a berkata :“Rosululloh SAW bersabda :”Sesungguhnya orang yang berbuat adil disisi Alloh akan berada disebuah menarayang terbuat dari cahaya disebelah kanan Alloh Azza wa Jalla. Itulah kedua tangan

orang yang berlaku adil terhadap hukum, keluarga dan terhadap perkara yang mereka

urusi. (riwayat Imam Muslim dan Nasa’i).

Sabda Rosululloh SAW dalam hadits lain :  :ھ:ی 

:, ی , ی   ی   ). (.ی

Artinya : Dari Iyad bin Himar al-Mujasyiti r. a berkata :”Rosululloh SAW bersabda :”Penghuni surga ada tiga, yaitu penguasa yang berlaku adil, orang yang shodaqohsecara tepat dan seorang yang mempunyai sifat belas kasih terha dap keluarga dekat

lagi muslim, serta orang miskin yang menjaga dan dijaga kehormatannya”. (riwayatImam Muslim dan Ahmad).

Dalam hadits yang panjang disabdakan :

ھ "ی  ھ  ی ی  ی  ھ ھ:ی ھ ھ ھ   ی

  ھ ھ :ھ ھ ھ  

ھ ی  ھ:.ی    ھ ی ),,,, (.ی ھ 

Page 167: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 167/185

167

Artinya : Dari Abu Hurairoh r.a dari Nabi SAW bersabda :”Ada tuj uh orang/ 

golongan yang akan memperoleh perlindungan pada hari qiamat yang tidak ada

perlindungan kecuali perlindungan Alloh, yaitu : Pemimpin yang adil, seorang

pemuda yang tumbuh dengan beribadat kepada Alloh, seorang yang mengingat

(dzikir) kepada Alloh saat sendirian (maka mengalirlah air matanya), seorang hatinya

tergantung dimasjid, orang yang saling bercinta/bersahabat karena Alloh, seorang

laki-laki yang diajak wanita yang punya kedudukan dan cantik untuk menggaulinya iamenjawab ‘aku takut kepada Alloh’, seorang yang memberi shodaqoh danmerahasiakannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat

tangan kanannya”. Imam Muslim:”dua orang laki -laki besahabat karena Alloh,

bersama-sama karena Alloh dan berpisah karena Alloh”. (riwayat I mam Bukhori,

Muslim, Tirmidzi, Malik dan Nasa -i). Insya-Alloh.

46. Patuh dan Ta’at pada Pemimpin (Imam)

Kepemimpinan seseorang akan berjalan dengan baik bila terjadi keharmonisan antara

kemampuan yang dimiliki pemimpin ( Imam ) memenuhi syarat yang diper lukan,

dengan didukung oleh ketaatan yang wajar oleh para pengikutnya ( Umma t). Alloh ber-Firman dalam Surat an- Nisa’ (4) Ayat 59 :

                                                             Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Alloh dan ta`atilah Rasul (Nya),

dan ulil amri di antara kamu". Dalam hadits Rosululloh SAW, disabdakan :

 :ھ:  ی   ھ ی ).ھ (.ی 

Artinya : Dari Anas bin Malik r. a. berkata :”Rosululloh SAW ber sabda :”Dengarlahdan taatlah walaupun kamu diperintah oleh seorang hamba dari Habsyi yang kepala -

nya seakan-akan bagaikan buah anggur”. (riwayat Imam Bukhori, Ibnu Majah danAhmad).

Dalam membaca Ayat tsb diatas secara tegas disebutkan untuk Alloh dan Rosululloh

agar menta’ati, sedang untuk ulil -amri tidak disebut secara tegas. Sementara ‘Ulama

tafsir memahami, bahwa untuk Alloh SWT dan Rosululloh SAW ada kemutlakan

dalam menta’atinya, sedang kepada ulil -amri ada pendapat, bahwa untuk ulil- amri

diperlukan syarat yang mewajibkan menta’atinya. Dalam hadits lain Rosululloh SAWbersabda :

    ھ ی ی   ی ھ :ی  ی  ی

). (.ی Artinya : Dari Umi Hushoini al-Ahmasiyah r. a , bahwa dia mendengar Nabi SAW

berkhotbah pada saat Haji Wada’ :”Seandainya kamu dipimpin oleh seorang hambayang membimbing dengan Kitab Alloh, maka dengarkanlah dan patuhilah”. (riwayatImam Muslim dan Ahmad). Dalam hadits ini Ulil -amri yang wajib dita’ati adalahyang membimbing berdasar Kitab -Alloh. Kepemimpinan seseorang apakah

berpedoman pada Kitab Alloh dimungkinkan dapat dideteksi dengan sikap dan

perilaku pemimpin ybs apakah sesuai dengan yang dicontohkan Rosululloh SAW

yang dalam Surat Ali Imron (3) Ayat 159 -160 di-Firmankan :

Page 168: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 168/185

168

                                                                                                                                                      

                                                                                                                   

Artinya : “Maka disebabkan rahmat dari Alloh-lah kamu (Muhammad) berlaku

lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,

tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka,

mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawara hlah dengan mereka dalam

urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan teka d, maka bertawakkallah

kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-

Nya. Jika Alloh menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan

kamu; jika Alloh membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakahgerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari All oh sesudah itu? Karena itu

hendaklah kepada Alloh saja orang-orang mu'min bertawakkal”.

Hubungan antara seorang pemimpin dan yang dipimpin wajib diciptakan suasana

saling mencintai dan saling mendo’akan yan g baik, Rosululloh SAW bersabda :

ی :ھ    ھ  ی   ی   ھ ی ی   .ی

ھ  ھ  ی   یھ .ی  ی   ,ی   ,:ی

ھ.ی  ی  ی  ھ  ). (.ی Artinya : Dari ‘Auf bin Makil al -Asyja’I r. a dari Rosululloh SAW bersabda :”Sebaik -baik pemimpinmu adalah orang yang kalian cintai dan mereka mencintai

kalian, mereka mendo’akan kalian dan kalian mendo’akan mereka. Sejelek  -jelek 

 pemimpin adalah orang yang kalian benci dan membenci kalian”. Ditanyakan:”Wahai Rosululloh apakah tidak sebaikn ya mereka diperangi dengan pedang ?”,Rosul bersabda :”Jangan! Selama mereka menegakkan sholat diantara kalian. Apabilakalian melihat pejabat berbuat sesuatu yang tidak kalian senangi, maka bencilah

 perbuatannya dan jangan kalian menarik diri dari keta’at an”. (riwayat Imam Muslimdan Darimi). Insya-Alloh.

47. I s t i q o m a h“Istiqomah” berasal dari bahasa ‘Arab “Istaqoma, Yastaqimu, Istiqomatan”artinya “menjadi lurus” atau menjadi benar atau teguh. Dalam Istilah Agama diartikansebagai “Tetap teguh mengikuti jalan lurus (ajaran Islam) yang telah ditunjukkan oleh

Rosululloh SAW”. Kemudian berubah menjadi “Mustaqim” artinya lurus atau benar,

dan dikatakan pula orang yang Istiqomah adalah orang yang mengikuti “ShirotlolMustaqim”, seperti dalam Su rat al-Fatihah (1) Ayat 6 dimana setiap Muslim dalam

Sholatnya wajib membacanya, yaitu :

Page 169: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 169/185

169

                   Artinya : Tunjukilah kami jalan yang lurus,

Dalam al-Quran Alloh ber-Firman dalam Surat Fushilat (41) Ayat 30, sbb :

 

 

 

 

 

  

 

  

   

 

  

 

 

 

 

  

 

  

  

 

 

   

  

  

  

  

 

   

 

  

  

 

   

   

  

 

 

  

  

    

  

  

                                                Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah A lloh"

kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka (Istiqomah), maka Malaikat akan

turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan

 janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga

yang telah dijanjikan Alloh kepadamu".

Dalam Hadits Rosululloh SAW diterangkan :

ھ ھ:ی  ی ھ:,ھ  .

),(Artinya : Dari Sufyan bin Abdullah ats-Tsaqofi ra, dia berkata :”Aku bertanya:”Wahai Rosululloh ! Katakanlah kepada saya didalam Islam suatu perkataan yangsaya tidak perlu lagi bertanya kepada seseorang sesudah Engkau”. Rosulululloh SAWmenjawab :”Katakanlah aku ber-Iman kepada Alloh, lalu ber-Istiqomahlah”. (HaditsMuslim dan ad-Dailami).

Kalimat Istiqomah dalam Ayat serta Hadits sering dikaitkan dengan kalimat Iman,

sehingga pengertian Istiqomah yang berarti teguh (benar), maka keteguhan yang

dimaksud adalah dalam mempertahankan ke -Imanan seseorang. Dalam arti sehari  – hari, maka orang yang Istiqomah dapat pula diartikan sebagai “orang yang ta’at dan berdisiplin dalam melaksanakan Sy ari’at Islam”. Kedudukan orang yang Istiqomah

digambarkan dalam Firman Alloh Surat Yunus (10) Ayat 89 sbb:

                                                           Artinya : “Alloh berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu

berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus (Istiqomah) dan

 janganlah sekali -kali kamu mengikuti jalan orang -orang yang tidak mengetahui".

Selain Istiqomah memberikan pengaruh tidak ada kekawatiran dan diperkenankan

do’anya oleh Alloh SWT, maka Istiqomah juga dapat me ncegah perbuatan yangma’shiat, Firman Alloh dalam surat F ushshilat (41) Ayat 6 :

                                                                                                         

Artinya : “Katakanlah: "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu,

diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka

tetaplah pada jalan yang lurus (Istiqomah) menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun

Page 170: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 170/185

170

kepada-Nya. Dan kecelakaan yang besarlah bagi orang yang mempersekutukan

(Nya)”,

Dengan Ayat-ayat serta sabda Rosululloh SAW tersebut diatas maka “Istiqomah”adalah sifat yang harus diupayakan dengan sungguh -sungguh dimiliki oleh seorang

yang ber-Iman, sehingga selalu bersikap konsisten terhadap pengakuan Iman dan

Islamnya, secara tulus dan ikhlash mengabdikan diri kepada Alloh SWT, atau jugadikatakan dengan konsisten mengikuti pedoman yang disebut “Shirotlol Mustaqim”,yang dalam akhir Surat al-Fatihah (1) Ayat 7 diuraikan lebih rinci, yaitu :

                                                          Artinya : “(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni`mat kepada

mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan ) mereka yang

sesat”. Anugerah ni’mat yang diberikan kepada hamba Alloh seperti tersebut dalamAyat diatas sangat bermacam-macam, akan tetapi anugerah ni’mat dari Alloh yangdianggap paling tinggi adalah anugerah ni’mat yang berupa ni’mat keagamaan(menta’ati Ajaran Islam). Orang-orang tsb di-Firmankan dalam Surat an- Nisa’ (4)

Ayat 69, sbb :

                                                                                                                         

Artinya : “Dan barangsiapa yang menta`ati All oh dan Rasul (Nya), mereka itu akan

bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni`mat oleh Alloh, yaitu: Nabi-

nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan

mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”.

Dari Firman Alloh tsb, maka orang yang mencapai derajat “Istiqomah” danmendapatkan keni’matan dari Alloh terdapat empat kelompok, yaitu :Kelompok pertama  adalah para Nabi, yaitu mereka yang dipilih oleh Alloh SWT untuk 

memperoleh wahyu guna menuntun manusia menuju kebenaran Ilahi. Mereka selalu

berucap dan bersikap benar, memiliki kesungguhan, amanah, cerdas, terbuka,

sehingga mereka dapat menyampaikan apa yang seharusnya disampaikan. Meraka

terpelihara integritasnya sehingga tidak melakukan dosa ataupun pelanggaran apapun.

Kelompok kedua  adalah para Shiddiqin, yaitu orang-orang yang dengan pengertian

apapun selalu berkata atau bertindak benar dan jujur. Mereka tidak ternodai oleh

kebatilan, tidak pula mengambil sikap yang bertentangan dengan kebenaran. Tampak 

pada pelupuk mata mereka segala sesuatu yang haq. Mereka mendapat petunjuk dan

bimbingan dari Alloh SWT, walau bukan dalam bentuk wahyu seperti pada Nabi.Kelompok ketiga  adalah para Syuhada’, yaitu mereka yang bersaksi atas kebenaran dan

kebajikan yang sebenarnya, melalui ucapan dan tindakannya, walaupun mungkin

harus mengorbankan nyawa sekalipun; dan/atau mereka yang disaksikan kebenaran

dan kebajikannya oleh Alloh SWT, para malaikat serta masar akat lingkungannya.

Kelompok keempat  adalah ash-sholihin yaitu kelompok orang-orang sholeh artinya

orang-orang yang tangguh dalam hal kebajikan, yang selalu berusaha mewujudkan

kebajikan dalam seluruh hidupnya. Kalau mereka ada kedapatan melakukan

pelanggaran, maka pelanggaran itu sangat kecil (tidak berarti) dibanding kebajikan

yang telah dilakukannya.

Page 171: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 171/185

171

Dalam kehidupan kaum Muslimin sehari -hari ada pula yang merumuskan secara

sederhana, bahwa Muslim yang “Istiqomah” adalah Muslim yang berdisiplin dalam

meng’amalkan ‘amalan Agama baik yang wajib ataupun nafilah, sekalipun yangpaling ringan dan selain secara teratur juga berkesinambungan (Ajeg).

Dengan uraian tsb diatas kita berusaha mencapai derajat “Istiqomah” mengacu padakelompok-kelompok pilihan tsb dalam Surat an- Nisa’ Ayat 69 diatas, sesuai dengan

kemampuan yang kita miliki. Insya-Alloh.

48. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara

Setiap manusia yang dilahirkan dimana saja tempatnya, pada hakikatnya adalah

bukan karena pilihannya. Selain itu men jadi bangsa apa serta menjadi anak siapa, juga

bukan karena pilihannya sendiri. Keadaan manusia yang demikian disebut sebagai

“Makhluq Muyassar” artinya tidak dapat memilih apa yang dikehendaki dan hanya

menerima apa adanya. Lain halnya bila sudah dewasa, maka apakah ingin menjadi

pedagang atau pegawai, hal itu dia mungkin saja dapat memilih pada awalnya dan

tergantung usahanya, sehingga ia dapat mencapainya, hal demikian disebut sebagai

“Makhluq Mukhoyyar” artinya dapat memilih, walaupun pilihannya belum t entudapat tercapai seperti yang dikehendaki.

Kedudukan seseorang yang di lahirkan disuatu Negara dengan K ebangsaannya yang

ada, lebih tepat baginya untuk disadari dan diterima dengan ikhlash bahkan lebih dari

itu yaitu dengan disyukuri. Adanya manusia sud ah diciptakan berbangsa-bangsa di-

Firmankan dalam Surat al-Hujurot (49) Ayat 13 :

                                                                                         

  

       

    

 

 

     

  

  

   

 

   

    

    

Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki -

laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-

suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia

diantara kamu disisi Alloh ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.

Sesungguhnya Alloh Maha mengetahui lagi Maha Mengenal ”. Dalam Ayat tersebut

telah jelas kenyataan diciptakannya manusia berbangsa dan bergolong -golong, agar

saling mengenalnya satu dengan yang lain untuk bermasarakat yang harmonis.

Sedang kemulyaan yang diperoleh bukan karena kebangsaannya itu sendiri tetapi

hanya “ke-taqwaannya” kepada Alloh semata.

Kecintaan terhadap tempat kelahiran ( Negara) adalah suatu hal yang alami bagi setiap

manusia seperti halnya Rosululloh SAW dalam sabdanya :

ھ ھ .Artinya : “Demi Alloh, sesungguhnya engkau adalah bumi Alloh yang paling aku

cintai, seandainya yang bertempat tinggal disini tidak mengusirku, niscaya aku tidak 

meninggalkannya”. Dalam hadits lain :

  ی ). (.ھ ی Artinya : “Wahai Alloh, cintakanlah kota Madinah kepada kami, sebagaimana

Engkau mencintakan kota Makkah kepada kami, bahkan lebih ”. (riwayat Imam

Bukhori, Malik dan Ahmad). Sebagai Muslimin Indonesia wajar saja untuk mencintai

Page 172: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 172/185

172

Negara dan Bangsanya. Yang tidak dibenarkan adalah memban ggakan disertai dengan

menganggap bangsa lain lebih rendah atau yang disebut sebagai bangsa yang

berfaham Fasis seperti bangsa Jepang yang menjajah negara-negara di Asia Timur

termasuk Indonesia pada Perang Dunia II. Sebagai Muslim walaupun mempunyai

kebangsaan tertentu, tetapi harus tetap memiliki wawasan kebangsaan dan kenegaraan

terhadap dunia secara menyeluruh. Dalam suatu syair diungkapkan :

 #  ی : Artinyaھ  “Kalau benar asalku dari tanah #

maka semua adalah negeriku dan semua manusia keluargaku ”.

Selanjutnya sebagai seorang Muslim Indonesia seharusnya menyadari, bahwa Negara

Republik Indonesia adalah Negara terbesar jumlah penduduk Muslimnya diseluruh

dunia, sehingga peran Muslimin akan menjadi sa ngat menentukan dalam negara ybs .

Bila secara cermat dipelajari berdirinya negara RI, maka kaum Muslimin telah berdiri

dideretan terdepan dalam memandu perjuangan rakyat yang berkebangsaan I ndonesia

yang mayoritas Muslim, sehingga terujud negara yang merdeka dan berdaulat.

Oleh karenanya wajar seandainya peran kaum Muslimin dominan pula. Kondisidominan yang wajib terjadi, diupayakan dipertahankan yang selanjutnya disyukuri.

Bagaimana kenyataan yang terjadi, sebaiknya kaum Muslimin berusaha dengan

saksama dan dengan data-data yang cermat dipelajari, seberapa besar peran rakyat

Muslimin dalam perjuangan sejak pra kemerdekaan, kemerdekaan dan pasca

kemerdekaan, demikian juga dalam perjuangan fisik (pertempuran) ataupun dalam

diplomasi. Adapun peran kaum Muslimin dewasa ini belum sepadan dengan

kedudukannya yang dominan, dengan demikian sebaiknya masing-masing

mempertanyakan pada diri masing -masing, tentang peran apa dari dirinya yang

dimampui dan diperlukan masarakat apakah memang sudah mempunyai kemampuan

dan kemudian sudah diberikan kepada bangsa dan negara?

Juga sebaiknya bertanya pada diri Muslim masing -masing, apakah eksistensi masing-

masing dalam masarakat majmuk, sebagai seorang Muslim sudah merupakan orang

berperan yang diperlukan bahkan dapat menjadi teladan ataukah sebetulnya hanya

sebagai beban dan dapat mengganggu perasaan diri masarakat itu sendiri? Masing-

masing mempunyai ukuran dalam penilai an terhadap apa yang dilihat dan dirasakan.

Dalam penampilan seseorang dimas yarakat dikaitkan identitas teman bergaulnya ada

suatu syair dari Imam Adiy bin Zaid yang memberi pesan a. l :

ھ  ی #ی  ی ی #ی 

Artinya : “Terahadap seseorang jangan menanyakan sesuatu, tapi tanyakan padakroninya # knoninyalah yang menentukan tindakannya ”.

Bila engkau memasuki suatu lingkungan, ambillah orang terbaik menjadi teman #

Dan jangan berteman dengan orang terhina, karena engkau menjadi terhina

bersamanya. Dalam syair yang lain disebutkan :

ھ ھ#ھ  Artinya : “Terahadap seseorang jangan menanyakan peri -lakunya #

Diwajahnya sudah merupakan bukti yang tampak jel as”.

Page 173: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 173/185

173

Syair bukanlah merupakan dasar atau pegangan hukum, tapi tidak ada jeleknya untuk 

menyimaknya. Dalam masarakat luas dewasa ini sudah dengan secara kasat -mata

identitas ke-Musliman seseorang cukup ditonjolkan baik ditengah masarakat, bahkan

dijalan-jalan atau dimanapun, diujudkan dan dircerminkan dalam bentuk pakaian

ataupun penampilan sosok dirinya. Demikian pula gerakan -gerakan masa atau

tindakan yang dilakukan fisik dan non fisik dari komunitas Muslim masing-masing

kelompok, sehingga tidak berkelebi han bila dari menampilan tersebut masarakatmenilai kelompok-kelompok yang tampil tsb.

Bagaimana masarakat menilai merupakan hak masarakat untuk menilainya menurut

ukuran masing-masing. Bila hal itu dinilai baik yang berakibat baik, maka akan

berpengaruh baik pula pada seluruh komunitas Muslimin, tetapi bila sebaliknya, maka

mungkin juga terjadi pada yang sebaliknya. Wallo -hu A’lam. Untuk dapat mencapai

hal yang dapat diharapkan, perlu landasan berpikir dan bertindak yang mendasar ,

mulai dari hal-hal yang kasat-mata sampai hal yang hanya dapat dirasa atau direnungi

a.l :

1)  Sebagai warga negara Muslim yang merupakan moyoritas hendaklah berusaha

selalu tampil dalam kedudukan terhormat dan tidak membiarkan diri untuk tidak berperan yang secara nyata pada hal yang diperlukan masarakat, bangsa dan Negara,

Firman Alloh dalam Surat an-Nisa’ (4) Ayat 95-96 :

                                                                                                                                                   

                                                                    

                                                       Artinya : “Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berjuang )

yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Alloh dengan

harta mereka dan jiwanya. Alloh melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta

dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. kepada masing-masing mereka

Alloh menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Alloh melebihkan orang-orang yang

berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar (95), (yaitu) beberapa

derajat dari pada-Nya, ampunan serta rahmat. dan adalah Alloh Maha Pengampun lagi

Maha Penyayang (96)”. Dalam berperan prinsip dasar adalah melakukan amalan baik 

(‘Amal Sholih) yang secara obyektip dapat difahami seluruh masarakat. Bahkan

amalan baik dapat pula menghapus segala kekurangan yang diperbuat seseorang.

Firman Alloh Surat Hud (11) Ayat 114 :

                                               Artinya : “Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa)

perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang -orang yang ingat”.

Untuk dapat melangkah yang lebih mulus dalam masarakat, maka sebagai warga

negara yang baik perlu memahami ketentuan -ketentuan yang berlaku dalam

masarakat dan bangsa, baik itu berupa peraturan perundangan atau adat yang berlaku.

Page 174: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 174/185

174

Dengan memenuhi ketentuan peraturan perundangan, maka segala gerak -gerik 

seseorang dalam suatu negara akan dinilai sebagai legal (sah). Yang perlu dihindarkan

adalah bila yang dilakukan hal yang sebaliknya (tid ak mengikuti peraturan), maka

akan dinilai sebagai illegal. Dalam hal adat, maka kadang-kadang tidak sepenuhnya

mengikat seseorang, kecuali keluarga seadat setempat, sehingga dapat lebih longgar.

Mana-kala seseorang atau sekelompok masarakat Muslim meras a ada sesuatu ketidak sesuaian pandangan, apalagi bila dianggap tidak sesuai dengan ajaran Suci, maka

wajiblah Muslim tersebut mengingatkan dengan cara sesuai ketentuan yang berlaku ,

yang sudah diatur dalam peraturan perundangan negara yang bagi seorang wa rga

negara tidak terkecuali Muslimpun wajib berupaya memahaminya. Alloh ber-Firman

dalam Surat al-A’rof (7) Ayat 62 :

                                                           Artinya : "Aku sampaikan kepadamu amanat -amanat Tuhanku dan Aku memberi

nasehat kepadamu. dan Aku mengetahui dari Alloh apa yang tidak kamu ketahui".

Sejalan dengan itu Rosululloh SAW bersabda : :ھ ی ھی 

ھ :  ھ  ی  ھ  ).(.ی 

Artinya : Dari Anas bin Malik r.a dari Rosululloh SAW bersabda :”Tiga hal yangdada setiap Muslim tidak akan mendengkinya yaitu ikhlash ber’amal hanya kepadaAlloh, memberi nasehat kepada pemimpin serta tetap berada dalam jama’ahMuslimin. Maka jika mendoakan mereka, berarti kamu selalu menjaga dari belakang

mereka”.(riwayat Imam Ahmad). Insya -Alloh.

2) Meningkatkan derajat keilmuan masing -masing individu Muslim sesuai bakat dankemampuannya. Dalam tuntunan Rosululloh SAW sudah jelas kepemilikan ilmu bagi

setiap Muslim adalah wajib. Dalam hadits dari Anas r.a, riwayat Imam Ibnu Majah,

Rosululloh SAW bersabda :

.ی Artinya : “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim baik pria ataupun wanita ”.

Dalam Surat Mujadalah (58) Ayat 11, Alloh ber -Firman, sbb :

                                                                                Artinya : “Alloh akan meninggikan martabat orang-orang yang beriman di antaramudan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dengan beberapa derajat. dan Allo h

Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan ”. Selanjutnya dalam Surat az-Zumar (39)

Ayat 9 di-Firmankan :

                                                                      Artinya : “Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui (berilmu)

dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah

yang dapat menerima pelajaran ”.

Page 175: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 175/185

175

3)  Menghimpun dan mengerahkan segala potensi (kekuatan) dalam menghadapi

tantangan zaman. Dalam perjalanan perkembangan zaman , maka pada setiap bangsa

atau kelompok masarakat yang lain, selalu terdapat banyak tantangan yang wajib

diatasi baik dari bidang : Pengetahuan dan Teknologi, Ekonomi, Politik, Budaya dll.

Sehingga sebagai kaum Muslimin yang merupakan bagian dari suatu bangsa yang

merdeka dan berdaulat bahkan mayoritas, wajib menghadapinya dengan cara dan

upaya mengerahkan segala potensi (kekuatan) dalam bentuk yang memadahi dandengan cara yang masuk akal, sehingga mampu memecahkan persoalan bangsa yang

timbul. Dalam Surat al-Anfal (8) Ayat 60 Alloh ber-Firman :

                                                                                                                 

                                   Artinya : “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu

sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapanitu) kamu menggentarkan musuh Alloh, musuhmu dan orang-orang selain mereka

yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Alloh mengetahuinya. Apa saja yang kamu

nafkahkan pada jalan Alloh niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu

tidak akan dianiaya (dirugikan) ”.

4)  Berusaha membantu terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa. Perpecahan dan

 juga bentuk perselisihan dalam masarakat merupakan hal yang selalu terjadi, bahkan

susah dihindari. Namun sebagai Muslim wajib terus berusaha memb ina kesatuan dan

persatuan dimulai dari masarakat Muslim sendiri, Alloh ber-Firman dalam Surat Ali-

Imron (3) Ayat 105 :

                                                                                                   Artinya : “Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan

berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. mereka Itulah orang -

orang yang mendapat siksa yang berat ”.

Walaupun kenyataan ujud masarakat dan bangsa yang ada selalu dalam bentuk yang

beraneka ragam, namun dijamin kaum Muslimin adalah merupakan kelompok 

masarakat bangsa yang baik, untuk itu yang perlu diciptakan adalah berlomba dalam

menciptakan keadaan yang lebih b aik. Alloh ber-Firman dalam Surat al -Baqoroh (2)

Ayat 148 :

                                                                                                   

Artinya : “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap

kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu

berada pasti Alloh akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat).

Sesungguhnya Alloh Maha Kuasa atas segala sesuatu ”.

Page 176: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 176/185

176

Untuk menghimpun masarakat yang beraneka pandangan tidak mu ngkin dilakukan

secara sendiri namun harus melalui kelompok yang berpandangan yang sej alan

dengan cita-cita tsb. Agar kelompok pembina dapat berjalan dengan harmonis, dipilih

diantara para anggota masarakat yang dapat diyakini i ’tikat baiknya. Untuk dapat

mengharap dipenuhinya upaya tersebut Alloh ber -Firman dalam Surat Ali-Imron (3)

Ayat 118 :

                                                                                                                                           

        Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman

kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti -

hentinya (menimbulkan) kemudhorotan bagimu. Mereka menyukai apa yang

menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang

disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah K ami terangkankepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya ”. Untuk memahamkan arti

Ayat tersebut, Rosululloh SAW bersabda :

 :ھ:ی ھ ,   ,ھ 

 ھ  ی ).(.ھ 

Artinya : Dari Abu Huroiroh r.a berkata :”Rosululloh SAW bersabda :”Tidak adasatu pemimpin-pun kecuali selalu disertai dua kepercayaan, satu kepercayaan yang

menyuruh kepada yang ma’ruf d an mencegahnya dari kemunkaran, satu kepercayaan

lagi yang membuat kerusakan. Bara ng-siapa terjaga dari kejahatannya berarti dia akanterjaga. Dia termasuk orang yang dapat mengalahkannya (keburukan)”. (riwayatImam Nasa’i).

Dengan memahami isyarat-isyarat yang ada dalam Ayat dan Sabda Rosululloh SAW

tsb Insya-Alloh dapat terhimpun kesatuan dan persatuan yang diinginkan..

5)  Menjauhi sifat takabur dan arogan. Sifat takabur yang menjadi sebab seseorang

menjadi arogan adalah sifat yang sangat dicela yang disabdakan Rosululloh SAW :

ھ ) ..(Artinya : “Orang yang mengingkari kebenaran dan menghina manusia”. (riwayatIbnu Mas’ud). Takabbur adalah sifat dasar yang dimiliki Iblis, seperti dalam firmanAlloh Surat al-Baqoroh (2) Ayat 34 :

                                                                                       

Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Kami (Alloh) berfirman kepada para malaikat:

"Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan

takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir”.

Page 177: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 177/185

177

Arogansi golongan pernah dimiliki sebagian kaum Muslimin yang telah membawa

petaka pada perang Hunain zaman Nabi SAW diceritakan dala al -Quran Surat at-

Taubah (9) Ayat 25 :

                                                                            

                                                        Artinya : “Sesungguhnya Alloh Telah menolong kamu (hai para mukminin) di

medan peperangan yang banyak, dan (Ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu

kamu menjadi congkak, karena banyaknya jumlah (mu), m aka jumlah yang banyak 

itu tidak memberi manfaat kepadamu sedi kitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa

sempit olehmu. Kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai -berai”.

Untuk itu perlu dihindari untuk saling mengecam yang hakikatnya kemungkinan yang

dikecam yang justru lebih baik, seperti Firman Alloh Surat al -Hujurot (49) Ayat 11 :

                                                                                                                     Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki -laki

merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang dit ertawakan itu lebih baik dari

mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya,

boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik ”.

Sifat mudah memuji atau mengecam kadang -kadang mudah dilakukan kepada

seseorang dikarenakan pandangan fa natik kepada seseorang dalam penilaian atas baik 

atau buruknya. Dalam Syair disebut :

ی    ی #ی    ی ی 

Artinya : Dan mata keridloan gelap tidak dapat melihat cacat #

Sebagaimana mata kebencian hanya melihat yang buruk saja .

Namun setiap Muslim menyadari, bahwa melihat sesuatu secara obyektip adalah

mutlak dilakukan, sedang bagi seseorang yang berilmu, maka sesungguhnya ilmu

yang dianugerahkan oleh Alloh kepada hambanya hanyalah sangat sedikit dan yakin

bahwa diatas setiap manusia masih ada yang Maha T ahu. Firman Alloh dalam Surat

Isro’ (17) Ayat 85 :

                           Artinya : “........dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". Kemudian

dalam Surat Yusuf (12) Ayat 76 :

                  Artinya : “.......dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi yang

Maha Mengetahui”. Wallo-hu A’lam.

Page 178: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 178/185

178

49. Menjaga Kelestarian AlamManusia sejak awal diciptakan Alloh SWT ad alah sebagai makhluq yang bertugas

menjadi "Kholifah" (yang diberi kuasa) dibumi, seperti dalam Firman -Nya pada

Surat Al-Baqoroh (2) Ayat 30 :

                                                                                                                                                           Artinya : "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya

Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa

Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat

kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih

dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya

Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." Dengan kedudukan manusia yang

sangat penting tersebut, maka berkewajibanlah baginya untuk memahami keberadaan

alam, terutama bumi diamana mereka berada seperti Firman Alloh Surat al -Qo-f (50)Ayat 6-7 :

                                                                                                                                                   

Artinya : "Maka apakah mereka tidak melihat ak an langit yang ada di atas mereka,

bagaimana kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai

retak-retak sedikitpun ? (6) Dan kami hamparkan bumi itu dan kami letakkan padanya

gunung-gunung yang kokoh dan kami tumbuhkan padanya segala m acam tanamanyang indah dipandang mata (7)". Untuk kehidupan makhluq dibumi ditumbuhkan

berbagai tanaman untuk memberi makan dan kebutuhan lain seperti dalam Surat tsb

Ayat 9-11, sbb :

                                                                                                                                                       

Artinya : Dan kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu kami

tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam (9), Danpohon kurma yang tinggi -tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun - susun (10),

Untuk menjadi rezki bagi hamba-hamba (Kami), dan kami hidupkan dengan air itu

tanah yang mati (kering). seperti Itulah terjadinya kebangkitan (11). Lebih tegas lagi

untuk memeliharanya, Firman Alloh Surat Ash -Shod (38) Ayat 27 :

                                                                                                  

Page 179: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 179/185

179

Artinya : "Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara

keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan orang -orang kafir, Maka

celakalah orang-orang kafir itu Karena mereka akan masuk neraka ". Sedang alam

sendiri berjalan dalam keadaan yang selalu serasi, seperti halnya dalam penciptaan

manusia dalam keadaan sempurna dan serasi dalam Fiman -Nya Surat al-A'la (82)

Ayat 7 :

                                

Artinya : "Yang Telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan

menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang",

Kenyataan yang terjadi adalah banyak hal yang tidak sesuai dengan yang diharapkan,

yaitu terjadi berbagai kerusakan yang memang karena ulah tangan manusia sendiri

seperti Firman Allo dalam Surat Ar-Ruum (30) Ayat 41 :

                                                                                    

Artinya : "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perb uatan

tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)

perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) ". Dalam hal ini Alloh

selalu memesankan kepada manusia untuk tidak merusakkan sesuatu apalagi setelah

dibangun dengan Firman-Nya pada Surat al-A'rof (7) Ayat 56 :

                                                                           

Artinya : "Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)

memperbaikinya dan berdoalah kepada -Nya dengan rasa takut (Tidak akan diterima)

dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada

orang-orang yang berbuat baik". Hal tsb dapat terjadi mana-kala ada manusia yang

meras serba cukup, sehingga melampaui batas seper Firman Alloh Surat al -'Alaq (96)

Ayat 6-7, sbb :

  

   

 

   

    

 

 

   

 

  

 

 

 

 

 

 

    

 

  

 

Artinya : Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar -benar melampaui batas (6),

Karena dia melihat dirinya serba cukup (7).

Namun tidak sedikit manusia yang dengan lapang dada memelihara lingkungan sesuai

tuntunan Agama, terutama bagi yang telah menyadari fungsi kehidupan mereka sesuai

tuntunan seperti yang diajarkan dalam Syari'at. Sebagai contoh seperti peta ni dengan

tanaman yang dipeliharanya sekalian memberi makan bagi hewan disekitarnya dan

merupakan Shodaqoh, yang dalam sabda Rosululloh SAW :

Page 180: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 180/185

180

ھ ھ ھ ی ھ ھ  ھ  ی ھ  ھ ھ

ھ ).(.ی Artinya : “Tidaklah seorang Muslim -pun menanam sebatang tanaman kecuali apa

yang ia makan untuk dirinya merupakan Shodaqoh, apa yang dicuri dari tanaman itu

maka baginya merupakan Shodaqoh, apa yang dimakan binatang buas dari tanamanitu, maka baginya Shodaqoh, dan apa yang dimakan burung darin ya, maka baginya

 juga Shodaqoh. Dan tak seorang -pun yang dapat terperciki sedikit saja dari hasil

tanamannya, kecuali baginya (Muslim tsb) juga Shodaqoh. (riwayat Imam Muslim).

Wallo-hu A'lam.

50. Jihad fi Sabilillah dan Ijtihad

“Jihad fi Sabilillah” atau berjuang dijalan Alloh untuk menegakkan Kalimah Alloh

adalah kewajiban setiap Muslim. Untuk itu, dalam menjalani hidup bermasarakat dan

bergaul, maka seorang Muslim agar tetap memiliki dasar berpikir dan bertindak yang

selalu meng-amalkan prinsip Jihad dan dalam mencapai kebenaran wajib didasarkanpada ketentuan yang benar yang dapat diperoleh dengan jalan ber-Ijtihad

Kalimat “Jihad” telah diuraikan sebelumnya adalah  berasal dari kalimat “Jahada -

Jahdan” artinya berusaha dengan sungguh -sungguh (berjuang). Ada pula yang

mengartikan “Jahada” dengan arti “memberi beban yang berat”, sedang “Jahida” berarti “sukar atau sulit”, sehingga “Jihad” adalah perjuangan yang berat serta tidak sedikit kesulitannya namun wajib dilakukan dengan sungguh -sungguh, sedang arti fi-

Sabillah adalah dijalan Alloh . Sedangkan kalimat “Ijtihad” yang serumpun pula

dengan kalimat Jihad yang mempunyai arti bersungguh -sungguh dalam berfikir untuk 

dapat menyimpulkan rumus, yang dalam Ilmu Ushul oleh ‘Ulama didefinisikan

sebagai :ی ی ھ 

.Artinya : “Ijtihad adalah berkonsentrasi dalam akal pikiran (secara sungguh -

sungguh) dalam mendapatkan huk um Syara’ dengan cara mengambil kesimpukanberdasar dalil dalam Quran dan Hadits ”.

“Jihad” yang merupakan ‘amalan wajib bagi setiap Muslim di -Firmankan Alloh, a. l

dalam Surat al-Hajj (22) Ayat 78 :

                               

                  

                        Artinya : “Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar -

benarnya. dia Telah memilih kamu dan dia sekali -kali tidak menjadikan untuk kamu

dalam agama suatu kesempitan”. Selain Ayat tersebut masih banyak Ayat lain yang

menguraikan Jihad, yang merurut ‘Ulama ada empat puluh Ayat. Kewajiban Jihad

bagi kaum Muslimin telah memberikan tujuan yang tingi lagi mulia baik dalam hidup

ataupun berkehidupanny, yaitu : menegakkan Kalimat Suci, men egakkan keadilan,

amar ma’ruf dan nahi mungkar serta melindungi dan menolong orang yang lemah dan

menderita. Alloh ber-Firman dalam Surat Ali-Imron (3) Ayat 110 :

Page 181: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 181/185

181

                                                                                                                                  

         Artinya : “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh

kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.

sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka

ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang -orang yang fasik ”.

Kalimat Jihad tsb diatas mengandung ma ’na sebagai ujian atau cobaan yang berat

untuk menunjukkan kualitas seseorang, Surat Ali -Imron (3) Ayat 142 menyebutkan :

                                                                           Artinya : “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surg a, padahal belum

nyata bagi Alloh orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang -orangyang sabar”. Dalam menjalankan Jihad kaum Muslimin dituntut untuk senantiasa

shabar. Termasuk didalamnya mengeluark an hartanya. Dalam Surat at -Taubah (9)

Ayat 79, di-Firmankan :

                                                                                                         

Artinya : “ (orang-orang munafik itu) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang

mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang -orang yang

tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Alloh akan membalas penghinaan mereka itu,

dan untuk mereka azab yang pedih ”.

Godaan untuk ber-Jihad bagi seorang Muslim adalah sangat banyak, sehingga pilihan

berJihad adalah wajib diutamakan. Dalam Surat at -Taubah (9) Ayat 24 di-Firmankan :

                                                                                                                                                                                     

    

                        

 

                                       Artinya : “Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri,

kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kam u

khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, ad alah lebih kamu cintai

dari Alloh dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Alloh

mendatangkan Keputusan Nya". dan Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang -

orang yang fasik ”. Namun betapun berat bagi seorang Muslim untuk ber -Jihad, Alloh

akan menunjukkan jalan keluarnya. Dalam Surat al -Ankabut (29) Ayat 69, sbb :

Page 182: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 182/185

182

                                                        Artinya : “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar -

benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan -jalan kami. dan Sesungguhnya Alloh

benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik ”. Insya-Alloh.

“Ijtihad” yang berarti bersungguh-sungguh dalam berfikir dan berkonsentrasi untuk merumuskan tindakan dalam amalan (berjihad), berdasar al-Quran dan Hadits wajib

dilakukan, karena Jihad bukan kepentingan seseorang atau kelompok tetapi Perintah

Agama. Untuk melakukan proses penentuan hukum, Rosululloh SAW bersabda :

ھ   ی ,:  ی :.ھ :ی 

:ھ  .ھ ی ھ :ھ  :.ی ھ

) .(.ھ 

Artinya : “Dari beberapa orang dari sahabat Mu ’adz dari Rosulullohi SAW dikalabeliau mengutus Mu’adz ke Yaman, beliau bersabda : ”Bagaimana engkau memutus

hukum ?” Ia menjawab :”Aku akan menghukum dengan apa yang terdapat dalam

kitab Alloh”. Beliau bersabda :”Apabila tidak terdapat dalam Kitab Alloh? ”. Ia

menjawab :”Maka dengan Sunnah Rosululloh SAW ”. Beliau bersabda :”Apabila tidak 

ada dalam Sunnah Rosululloh? ”. Ia menjawab : ”Aku akan berijtihad dengan

pikirannku”. Beliau bersabda :”Segala Puji bagi Alloh yang telah memberi Taufiq

kepada utusan Rosululloh SAW ”. (riwayat Imam Tirmidzi).

Dalam Hadits lain :

  ھ  ھ  :ی

ھ  ھ ھ  .ھ ). (Artinya :”Dari ‘Amr ibn ‘Ash bahwasanya ia pernah mendengar R osululloh SAW

bersabda : ”Apabila seorang hakim menghukumi, lalu ia ber -Ijtihad dan benar dalam

Ijtihadnya, maka ia mendapat dua pahala; dan apabila ia menghukumi, lalu ber -Ijtihad

dan salah Ijtihadnya, maka ia akan mendapat satu pahala. (riwayat ImamTirmidzi).

Hanya-saja untuk melakukan suatu Ijtihad tidaklah setiap orang Mu slim wajib

melakukan sendiri-sendiri, karena sesuai ketentuan atau Kaidah ilmu usul ada sarat -

sarat tertentu yang wajib dimiliki oleh orang yang ber-ijtihad (Mujtahid). Berpegang

teguhnya pada al-Quran dan hadits ditulis dalam syair oleh ‘Ulama a.l :

#  ھ ی   ی ی ھ  #:ی ی  ی 

Artinya : “Tiap-tiap ilmu, lain dari al-Quran, hanyalah membuang tempo belaka #

Kecuali Ilmu Hadits dan Fiqh dalam hal agama , Yang ilmu adalah yang memakai

dasar “haddatsana” # lain dari itu adalah was-was syaithon belaka”.Wallo-hu A’lam.

Bagi Muslim yang awam yang tidak memiliki kemampuan ber-ijtihad wajiblah

menanyakan hal-hal yang tidak difahami kepada seseorang yang berpredikat Mujtahid

Page 183: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 183/185

183

yang dalam al-Quran disebut sebagai Ahli-dzikir. Hal itu semata-mata menjaga

kesucian hukum agar tidak tercemar nafsu yang menyimpang dari kebenaran. Dalam

Surat al-Anbiyak (21) Ayat 7 Alloh ber-Firman :

                                Artinya : “....... Maka tanyakanlah olehmu kepada orang -orang yang berilmu, jika

kamu tiada Mengetahui”.

Didalam berpendirian, maka seorang Muslim harus selalu teguh dalam melaksanakan

kebenaran. Dalam suatu syair disebutkan :

ی ھ #ی  ی    ی Artinya : “Teguhlah pada pendapatmu didalam hidup itu dan berjuanglah #

Karena sesungguhnya hidup itu ialah aqidah dan jihad ”.

Dalam keteguhan kadang-kadang harus sabar, karena dalam masarakat selalu terdapat

orang yang sefaham dan tidak sefaham dengan kita, yang dalam suatu syair

diungkapkan :

  ھ     #ی ی Artinya : “Manusia tidaklah dapat diharapkan akan sepakat hatinya semua #

Pasti ada yang memuji engkau dan mencela ”.

Wallo-hu A’lam.

P E N U T U P

Alhamdulillah naskah ini telah te rsusun kembali dengan beberapa koreksi dari

penerbitan pertama, Insya-Alloh lebih sempurna. Namun kami tetap menyadari

terbatasnya pengetahuan penyusun, maka mudah -mudahan dapat mendapat koreksilebih lanjut disana-sini, sehingga menjadi lebih sempurna dan bermanfaat bagi yang

membaca.

  ,ی  ی ھ ھ  ی

.ی  ,ی ,ی

ھ  .ی .ی

Page 184: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 184/185

184

Daftar Pustaka :Al-Quran al-Karim

Tafsir al-Quran : A. Hasan, Tafsir “Al-Furqon”, Persatuan Islam Bangil 1406 H. Abu Muhammad Ma’muri, Imam Ghozali bin Hasan Ustadz , Tafsir “Al-Quran Wa Sunnatu

Sayyidil A-nam”, Al-Ma’muriyah, Solo 1936. Al-Maroghi , Ahamad Mustafa, Tafsir “Al -Maroghi”, Mustafa al-Babi al-Halabi Mesir.

HAMKA, Prof. DR , Tafsir “Al-Azhar”, Pustaka Panjimas, Jakarta 1982.Ibnu Katsir , Abu al-Fida I, Tafsir “Al-Quran al-‘Adhim”, Isa al-Babi al-Halabi Mesir.

Quraish Shihab, Prof. DR. M , Tafsir “Al-Mishbah”, Lentera Hati, Jakarta 1999.Quthb, Sayyid  . “Fi Zhilal al-Quran”, Dar al-Syuruq, Kairo-Beirut, 1978.

Al-Hadits Al-Bukhori, Ibnu Abdillah , “Shohih al-Bukhori”, Dar wa Matabi’ al-Sya’b, Kairo.Muslim, Abu Hasan , “Shohih Muslim”, Dar Ihya al-Turats al-Arabi, Beirut.

Pustaka lain Abduh, Muhammad Syeh , “Risalah at-Tauhid” (Terjemah), Bulan Bintang, Jakarta 1979. Abdul Baqi Ramdhun , “Al-Jihad Sabiluna”, Pustaka Al -‘Alaq, Solo 1990. Abu Muhammad Ma’muri, Imam Ghozali bin Hasan Ustadz , “Kitab Al-Imamah”, Al-Ma’muriyah, Solo 1968.

------------”-------------------, “At-Tijan fi Syu’ab al-Iman”, Al-Ma’muriyah Solo 1968.------------”-------------------, “Al-Islam wal-Muslim”, Al-Ma’muriyah Solo 1968.

 Akhdlori, Imam, “Ilmu Balaghoh” (Tarjamah Jau har maknun), Al-Ma’arif Bandung1979.

 Al-Asyqolani, Al-Hafidh Ibnu Hajar, ”Bulugh al-Marom” min Adillah al-Ahkam

(Terjemah), Al-Ma’arif , Bandung 1978.

 Al-Ghozali, Abu Hamid  , “Ihya’ Ulum ad-Din”, Dar al-Fikr, Beirut 1975.

 Amanah, Dra. H. St , “Pengantar Ilmu Al-Quran dan Tafsir”, CV. Asyifa, Semarang1991.

 Al-Hamdani, H.S.A , “Risalah Nikah”, Pustaka Amani, Jakarta 1989. An-Nawawi Al-Banteniy , “Nasho-ihul ‘Ibad” (Terjemah), Menara Kudus, Kudus 1983. An-Nawawy, Imam Abu Zakariya bin Syarof  , “Riadhus-Sholihin” (Terjemah), Al-Ma’arif Bandung 1978.

 An-Nawawi, Syeih Muhyiddin Abi Zakaria, Yahya Ibnu Syorof   “Al-Adzkar” (Terjemah),Al-Ma’arif Bandung 1984.Haekal, Dr. Muhammad Husein PhD , “Hayat Muhammad” (Terjemah), PT Dunia

Pustaka, 1984.HAMKA, Prof. DR, “Tasauf Modern”, Djaja Murni, Jakarta. 1970.Hanafi, A. MA , “Usul Fiqh”, Penerbit Widjaya, Jakarta, 1987.Ibnu Rusyd  , “Bidayatul-Mujtahid” (Terjemah), Pustaka Amani, Jakarta 1995.Latif Osman, A. “Ringkasan Sejarah Islam”, Penerbit Widjaya, Jakarta 1992.Nashih Ulwan, Dr. Abdullah , “Tarbiyatu l-Aulad fi l-Islam” (Terjemah), CV Asy -Sifa’Semarang 1993.

Munawir Sadzali, H. MA , “Islam dan Tata Negara”, Penerbit Universitas Indonesia,Jakarta 1990.

Natsir, M , “Capita Selecta”, Bulan -Bintang, Jakarta 1973.

Page 185: Risalah Mujahadah

7/14/2019 Risalah Mujahadah

http://slidepdf.com/reader/full/risalah-mujahadah 185/185

185

Qardawi,, Prof Dr. Yusuf, “Fiqhuz-Zakat” (Terjemah), PT Letera Antar Nusa, Jakarta1991

Qardawi,, Prof Dr. Yusuf, “Fi-Fiqhil Aulawiyat” (Terjemah), Robbani Press, Jakarta

1996.

Quraish Shihab, Prof. DR. M , “Membumikan Al-Quran”, Penerbit Mizan, Bandung

1994.

------------”------------------, “Wawasan Al-Quran”, Penerbit Mizan, Bandung 1997.Sayid Sabiq , “Al-‘Aqaid Al-Islamiyyah” (Terjemah), CV Diponegoro, Bandung 1978.Shalahuddin Sanusi, KH , “Integrasi Ummat Islam”, Penerbit Iqamatuddin, Bandung1987.

------------------, “Insiklopedi Islam”, PT Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta 1994.------------------, “Insiklopedi Al-Quran”, PT Kharisma Ilmu, Jakarta 2005.------------------, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, 1945.

------------------, Undang-Undang Republik Indonesia no. 1 Tahun 1974, Tentang

Perkawinan.