riparda lombok ringkasan_eksekutif.pdf

Upload: lasriama-siahaan

Post on 06-Jul-2018

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 RIPARDA Lombok Ringkasan_Eksekutif.pdf

    1/78

    1

    Rencana Induk

    Pariwisata BerkelanjutanPulau Lombok 

    2015-2019

    B ad an P er encanaan dan Pembangunan Daerah P

    ro v ins i Nus a  Te

     ngg a r a  B a

     r a t 

  • 8/17/2019 RIPARDA Lombok Ringkasan_Eksekutif.pdf

    2/78

    2

    Keterangan Publikasi (Imprint)Rencana Induk Pariwisata Berkelanjutan Pulau Lombok Tahun 2015-2019

    Diterbitkan oleh

    Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat

    Jalan Flamboyan No. 2

    Mataram 83126

    Telepon : +62 370 631581

    Fax : +62 370 631581

    www.bappeda.ntbprov.go.id

    Penyusun 

    Dr. Akhmad Saufi / Universitas Mataram

    Dr. Frans Teguh, Hari Ristanto / Kementerian Pariwisata

    Dr. Prayitno Basuki, Oliver Oehms, Dian Vitriani, Sibylle Creutz, Baiq Hulum Nuzullay / GIZ-SREGIP Program

    Disunting oleh 

    Kementerian Pariwisata

    Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi NTB

    EKONID, Perkumpulan Ekonomi Indonesia-Jerman, Jakarta

    Desain Grafis oleh

    EKONID, Perkumpulan Ekonomi Indonesia-Jerman, Jakarta

    Hak Cipta Gambar 

    - Halaman 2, 11, 9, 16, 18, 21, 22, 25, 27, 28, 29, 34, 40, 43, 50, 57, 64, 68, 70, @ Dinas Kebudayaan dan

    Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat

    - Sampul Depan@ GIZ-SREGIP Program / Baiq Hulum Nuzullay 

    - Halaman 9, 26, 30, 35, 44, 47, 60, Sampul Belakang @ GIZ-SREGIP Program / Sibylle Creutz

    Rencana Induk Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable Toursim Master Plan – STMP) ini disusun dengan

    dukungan dari GIZ, bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata, Kementerian Perencanaan Pembangunan

    Nasional dan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

    GIZ berharap STMP dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pengembangan pariwisata

    dan pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan di Lombok. Pandangan dan opini yang terdapat di

    dalamnya tidak mewakili GIZ secara keseluruhan.

  • 8/17/2019 RIPARDA Lombok Ringkasan_Eksekutif.pdf

    3/78

    3

    Daftar Isi

    KATA PENGANTAR _____________________________________________________5

    RINGKASAN EKSEKUTIF ________________________________________________8

    1. PENDAHULUAN __________________________________________________ 11

    1.1 Latar Belakang ________________________________________________ 11

    1.2 Kerangka Kebijakan Perencanaan Pariwisata _______________________12

    1.3 Prinsip-prinsip Kunci Rencana Induk Pariwisata Berkelanjutan _______15

    1.4 Kebijakan Pariwisata Berkelanjutan dan Strategi Pengembangan ______16

    2. GAMBARAN UMUM PARIWISATA LOMBOK __________________________18

    2.1 Posisi Geografis Lombok _______________________________________18

    2.2 Penduduk ____________________________________________________19

    2.3 Destinasi Pariwisata ___________________________________________20

    2.4 Tantangan untuk Kinerja Lingkungan ___________________________25

    2.5 Analisis TOWS _______________________________________________29

    3. KINERJA KEPARIWISATAAN _______________________________________30

    4. PASAR POTENSIAL ________________________________________________35

    4.1 Pasar Saat Ini _______________________________________________37

    4.1.1 Pasar Domestik _________________________________________38

    4.1.2 Pasar Eropa ____________________________________________39

    4.1.3 Pasar Asia Pasifik _______________________________________40

    4.2 Potensi Pasar Baru ___________________________________________404.2.1 Potensi Pasar Cina_______________________________________41

    4.2.2 Potensi Pasar Rusia ______________________________________41

    4.2.3 Potensi Pasar ASEAN ____________________________________41

    4.2.4 Potensi Pasar Timur Tengah ______________________________42

    5. KEBIJAKAN DAN STRATEGI ________________________________________44

    6. VISI, TUJUAN DAN STRATEGI PRIORITAS TAHUN 2015-2019 ___________47

    6.1 Visi, Tujuan dan Strategi ______________________________________47

    6.2 Rencana Aksi ________________________________________________49

    i Daftar Akronim dan Singkatan ______________________________________69

    ii Daftar Tabel dan Gambar ___________________________________________69

    LAMPIRAN ________________________________________________________70

    I Referensi ____________________________________________________70

    II Konsultasi ___________________________________________________72

    III Strategi STMP dan Indikator GSTC ______________________________74

  • 8/17/2019 RIPARDA Lombok Ringkasan_Eksekutif.pdf

    4/78

  • 8/17/2019 RIPARDA Lombok Ringkasan_Eksekutif.pdf

    5/78

    5

    Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkatrahmat dan karunia-Nya, Dokumen Rencana Induk Pariwisata Berkelanjutan

    (Sustainable Tourism Master Plan / STMP) Pulau Lombok 2015-2019 dapat

    diterbitkan.

    Dokumen STMP ini tersusun berkat kerja sama yang baik antara Pemerintah

    Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan Deutsche Gesellschaft für

    Internationale Zusammenarbeit   (GIZ) melalui program Regional Economic

    Development  (RED) dan BAPPENAS serta Kementerian Pariwisata.

    STMP pulau Lombok 2015-2019 merupakan sebuah dokumen strategis serta

    perencanaan praktis yang dapat memberikan arahan dan fokus kepada

    kebutuhan pemangku kepentingan. Dokumen ini dapat dijadikan sebagai

    dasar pengambilan keputusan dan pengembangan dari strategi program

    asli untuk dilaksanakan secara individu maupun bersama – sama menuju

    destinasi pariwisata yang berkelanjutan.

    Kami harapkan dokumen STMP Lombok 2015-2019 dapat diimplementasikan

    secara nyata untuk pengembangan Pariwisata berkelanjutan di Pulau Lombok.

     Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah

    membantu dalam proses penyusunan dokumen STMP Lombok 2015-2019

    ini. Kami berharap semua pihak dapat mendukung pelaksanaan implementasi

    dokumen STMP ini ke depan.

    Kata Pengantar

    Dadang Rizki Ratman, SH, MPA Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi

    Pariwisata

    Kementerian Pariwisata Republik Indonesia

  • 8/17/2019 RIPARDA Lombok Ringkasan_Eksekutif.pdf

    6/78

    6

    Segala puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT bahwa dengan limpahandan rahmatNya jua kita dapat menyelesaikan penyusunan dan penerbitan

    dokumen Rencana Induk Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable Tourism Master

    Plan / STMP ) Pulau Lombok 2015-2019. Dokumen STMP merupakan dokumen

    perencanaan disusun melalui langkah yang sangat komprehensif dan terpadu

    termasuk didalamnya melakukan pertukaran pengetahuan tentang pariwisata

    berkelanjutan ke Selandia Baru.

    STMP untuk Lombok disusun mengacu pada adanya komitmen dan kerjasama

    antara pemangku kepentingan kepariwisataan di tanah air yaitu pemerintah

    provinsi dan kabupaten/kota di Nusa Tenggara Barat dengan Deutsche Gesellschaft

     für Internationale Zusammenarbeit   (GIZ) melalui program Regional Economic

    Development   (RED), serta didukung oleh BAPPENAS dan Kementerian Pariwisata

    di tingkat nasional.

     

    Dokumen STMP sebagai salah satu dokumen perencanaan sektoral dipastikan

    telah mengacu kepada dokumen perencanaan lainnya baik sektoral yang lebih

    tinggi hirarkinya seperti RIPPARDA Provinsi Nusa Tenggara Barat 2013-2028

    maupun dokumen perencanaan spasial dan makro lainnya seperti Rencana Tata

    Ruang Wilayah dan RPJM-D Provinsi Nusa Tenggara Barat 2013-2018. Sehingga

    kedepannya dokumen STMP, saya harapkan menjadi dokumen praktis untuk

    dipedomani dalam pengembangan kepariwisataan dengan konsep berkelanjutan.

    Selain itu, dokumen STMP saya harapkan dapat menjadi katalisator penguat

    komitmen seluruh pemangku kepentingan pariwisata di Lombok untuk berperan

    sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.

    Tentunya dokumen STMP bukanlah segalanya dan tidak berarti apa-apa bila

    tidak diimplementasikan. Ada kata bijak di dalam perencanaan “rencanakan apa

     yang kita kerjakan” dan “kerjakan apa yang kita rencanakan”. Saat ini adalah saat

     yang tepat bagi seluruh pemangku amanah kepariwisataan di Pulau Lombok Nusa

    Tenggara Barat untuk melaksaksanakan apa isi kandungan dari dokumen STMP

    secara konsisten.

    Kami percaya bahwa tersusunnya dokumen STMP merupakan kerja bersama

    semua pemangku amanah kepariwisataan di Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat.

    Peran serta para pihak di dalam penyusunan STMP dapat dilihat dan dirasakan

    selama proses penyusunan STMP di tingkat kabupaten/kota sepulau Lombok.

    Namun demikian harus kita akui bahwa tiada ciptaan manusia yang sempurna,

    termasuk dokumen STMP. Oleh karena itu, selalu diharapkan saran dan masukan

     yang konstruktif dari para pemangku amanah kepariwisataam dan khalayak luas

    demi peningkatan kualitas dokumen STMP ini.

     Akhirnya kepada semua pihak yang telah berperan aktif di dalam penyusunan

    STMP, terutamanya kepada mitra kami Bappenas, Kementerian Pariwisata dan

    Program GIZ-RED kami sampaikan ucapan terima kasih dan kami sangat berharap

    adanya dukungan lebih lanjut untuk mengimplementasikan dokumen STMP

    dalam waktu segera.

    Chairul Mahsul, SH, MHKepala Badan Perencanaan dan

    Pembangunan Daerah (BAPPEDA)

    Provinsi Nusa Tenggara Barat

  • 8/17/2019 RIPARDA Lombok Ringkasan_Eksekutif.pdf

    7/78

    7

    Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya berkatrahmat dan karunia-Nya, kami dapat menerbitkan Dokumen Rencana Induk

    Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable Tourism Master Plan - STMP) Pulau Lombok

    2015-2019. Dokumen STMP disusun melalui tahapan dan proses yang panjang

    dan komprehensif dengan melibatkan para pemangku kepentingan kepariwisataan

    di seluruh wilayah di Pulau Lombok.

    Rencana Induk Pariwisata Berkelanjutan untuk Lombok dikembangkan

    berdasarkan kerjasama yang sangat baik antara Pemerintah Daerah Provinsi Nusa

    Tenggara Barat dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Nusa

    Tenggara Barat dengan Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit  

    (GIZ) melalui program Regional Economic Development  (RED) bekerjasama dengan

    BAPPENAS dan Kementerian Pariwisata, dimana Lombok menjadi salah satu

    daerah percontohan pengembangan pariwisata berkelanjutan.

    Pengembangan STMP merujuk kepada Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan

    Daerah (RIPPARDA) Provinsi Nusa Tenggara Barat 2013-2028, sehingga dokumen

    ini saya pandang sebagai dokumen praktis yang dapat memberikan manfaat secara

    luas dengan panduan yang jelas dalam mengarahkan pengembangan pariwisata

    dengan konsep berkelanjutan. Serta, dokumen ini berfungsi untuk menguatkan

    komitmen seluruh pemangku kepentingan pariwisata di Lombok untuk berperan

    sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.

    STMP Pulau Lombok 2015-2019 merupakan salah satu dokumen perencanaan yang

    sangat bermanfaat. Arahan pengembangan empat pilar kepariwisataan berkelanjutan

    dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk implementasi pembangunankepariwisataan di Pulau Lombok di masa mendatang. Dengan kehadiran STMP

    diharapkan secara teknis pengembangan destinasi, pemasaran, industri dan

    kelembagaan kepariwistaan di Pulau Lombok hendaknya mengacu pada STMP ini.

    Dengan ditetapkannya sektor pariwisata menjadi salah satu sektor unggulan di

    Nusa Tenggara Barat khususnya Lombok, diharapkan pengembangan pariwisata

    kedepannya dapat mengacu pada konsep berkelanjutan. Dan demi tercapainya

    pengembangan pariwisata berkelanjutan secara merata di pilar destinasi,

    pemasaran, industri, kelembagaan dan sumber daya manusia, diharapkan seluruh

    pemangku kepentingan pariwisata Lombok untuk berperan sesuai dengan tugas

    dan tanggung jawabnya masing-masing.

    Tentunya keberhasilan penyusunan STMP bukan merupakan upaya sepihak dari

    pemerintah dan jajarannya semata, melainkan merupakan kerjasama semua

    pihak yang memiliki perhatian yang sama terhadap pembangunan pariwisata

    berkelanjutan di Nusa Tenggara Barat khususnya Pulau Lombok. Keterlibatan para

    pihak di dalam penyusunan STMP sangatlah nyata dan menjadikan dokumen ini

    secara teknis maupun akademis lebih dapat dipertanggungjawabkan. Seperti kata

    pepatah, “tiada gading yang tak retak”, walaupun telah melakukan upaya yang

    optimal untuk menghadirkan STMP ini, dapat dipastikan kalau masih terdapat

    berbagai kekurangan di dalamnya. Maka melalui kesempatan ini, kami mohon

    masukkan konstruktif dari para pihak untuk penyempurnaannya.

     Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dokumen

    STMP, khususnya kepada mitra kami Program RED yang didukung oleh GIZdisampaikan ucapan terima kasih dan kami berharap agar dapat terus berpartisipasi

    dalam pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan di Nusa Tenggara Barat

    di masa mendatang.

    H.L. Moh. Faozal, S.Sos., M.Si.Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

    Provinsi Nusa Tenggara Barat

  • 8/17/2019 RIPARDA Lombok Ringkasan_Eksekutif.pdf

    8/78

    8

    Lombok terbilang belum dikenal dalam pasar pariwisata internasional. Namun, perkembangan pariwisata di

    Lombok sendiri terus berjalan dengan pesat. Sumber daya alam yang melimpah, taman nasional, beraneka ragampemandangan mulai dari area perairan sampai hutan hujan dan budayanya yang unik memberikan warna khusus

    bagi Lombok dan menjadi daya saing yang sangat berharga. Daya tarik wisata alam, beragam kegiatan luar ruang,

    serta wisata olahraga diharapkan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara.

    Pertumbuhan saat ini dan perkiraan pertumbuhan di masa mendatang menunjukkan angka yang positif dan diperkirakan

    akan terus meningkat. Bagaimanapun, tantangan terbesar saat ini yaitu untuk menyeimbangkan bisnis pariwisata

     yang terus berkembang dengan pelestarian warisan budaya, perlindungan lingkungan dan peningkatan kesejahteraan

    masyarakat setempat. Aktivitas kepariwisataan bersifat lintas sektoral dan membawa beragam dampak mulai dari aspek

    ekonomi, sosial budaya, serta lingkungan hidup terutama pada destinasi di mana aktivitas kepariwisataan berlangsung.

    Pemerintah daerah NTB mengakui potensi ekonomi dan kontribusi sosial dari sektor pariwisata, dan menjadikan pengembangan

    pariwisata berkelanjutan sebagai salah satu prioritas strategis jangka menengah dan jangka panjang. Pemerintah mengarahkanagar keuntungan ekonomi dan sosial dari sektor pariwisata tetap dipertahankan sambil tetap berusaha mengurangi dampak

     yang tidak diinginkan terhadap alam, sejarah, budaya atau lingkungan sosial dengan cara menyeimbangkan kebutuhan

    wisatawan untuk disesuaikan dengan lingkungan sekitar, masyarakat setempat dan bisnis pariwisata pada destinasi tersebut.

    Ringkasan Eksekutif

    8

  • 8/17/2019 RIPARDA Lombok Ringkasan_Eksekutif.pdf

    9/78

    9

    Rencana Induk Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable Tourism Master Plan - STMP) disusun untuk memberikan panduan

    pengembangan pariwisata dengan menerapkan kriteria keberlanjutan. STMP merupakan sebuah dokumen strategis, perencanaanpraktis yang dapat memberikan arahan dan fokus pada kebutuhan pemangku kepentingan sebagai dasar pengambilan

    keputusan dan pengembangan dari strategi dan program aksi untuk dilaksanakan secara individu maupun bersama-sama

    menuju destinasi yang berkelanjutan.

    Penyusunan Rencana Induk Pariwisata Berkelanjutan (STMP) Lombok mengacu kepada kriteria-kriteria keberlangsungan global

    seperti yang sudah digariskan pada Global Sustainable Tourism Criteria (GSTC), Agenda 21, dan Kode Etik Global UNWTO.

    Tujuan utama dari STMP yaitu:

    • Untuk membangun dan menuangkan sasaran bersama dan arahan untuk sektor industri, masyarakat dan pemerintah;

    • Untuk mengembangkan strategi dalam mencapai sasaran bersama dan untuk menentukan peran dari masing-masing

    institusi;

    • Untuk menyediakan dasar dalam menentukan prioritas untuk penerapan yang strategis;

    • Untuk menyediakan kerangka kerja yang disetujui dalam pengembangan pariwisata Lombok yang berkelanjutan

    untuk jangka panjang.

    Sawah daerah Suela

    9

  • 8/17/2019 RIPARDA Lombok Ringkasan_Eksekutif.pdf

    10/78

    10

    Penyusunan STMP untuk Lombok berawal dari kerjasama Green Tourism Initiative  antara Kementerian Pariwisata dan

    GIZ, dimana penyusunan Rencana Aksi untuk RIPPARDA Nusa Tenggara Barat perlu diarahkan menuju arah yangberkelanjutan. Inisiatif tersebut disambut baik oleh Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat yang akhirnya

    menjadi daerah percontohan untuk dikembangkan menjadi destinasi pariwisata berkelanjutan, khususnya di pulau

    Lombok. Penyusunan STMP melalui beberapa tahapan, antara lain:

    1) Penyusunan kerangka acuan yang di dalamnya termasuk metodologi penyusunan, tahapan penyusunan, keluaran

     yang diharapkan, proses adopsi, kebutuhan tenaga ahli, waktu pelaksanaan, pendanaan, dan unsur legalitas.

    2) STMP disusun oleh konsultan ahli di bidang pariwisata yang didukung oleh tim serta sebuah panitia pengarah yang

    terdiri dari pemangku kepentingan pariwisata yang berasal dari sektor pemerintah, swasta dan masyarakat.

    3) Penyusunan desain penelitian, yaitu pengumpulan, pengolahan dan analisis data dengan memperhatikan instrumen

    bisnis (marketing mix ), yaitu: Product, Place, Promotion dan Price  (4Ps). Data yang dikumpulkan terdiri dari:

    • data primer, yang dikumpulkan melalui pendekatan wawancara dan dialog dengan pemangku kepentingan

    pariwisata, observasi lapangan, dokumentasi, pemetaan tata ruang (spatial mapping), penilaian (assessment )

    mengenai potensi kepariwisataan berkelanjutan serta f ocus group discussion yang dilakukan lintas Kabupaten/

    Kota di lima wilayah yakni Kabupaten Lombok Barat meliputi Kota Mataram, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten

    Lombok Tengah, dan Kabupaten Lombok Timur,

    • data sekunder terkait potensi daya tarik kepariwisataan, lingkungan, sosial budaya, ekonomi serta kelembagaan dan

    regulasi melalui pendekatan studi kepustakaan terkait laporan, statistik maupun penelitian lainnya yang relevan.

    4) Penyusunan laporan dan finalisasi STMP dilakukan berdasarkan masukan dan persetujuan dari panitia pengarah dan

    pemangku kepentingan pariwisata yang didapatkan pada saat draft STMP melalui proses uji publik.

    5) selanjutnya STMP yang telah disusun disahkan menjadi Peraturan Gubernur  untuk nantinya dilaksanakan baik di

    tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.

    STMP terdiri dari enam bagian utama yakni: (1) pendahuluan yang mencakup penjelasan latar belakang dan prinsip-prinsip

    pembangunan kepariwisataan berkelanjutan; (2) analisis destinasi yang menjelaskan posisi geografis, penduduk, alam dan

    destinasi pariwisata yang ada di Lombok. Analisa TOWS juga termasuk dalam bagian ini; (3) Kinerja Kepariwisataan

    pada bagian ketiga menjelaskan periodisasi pembangunan kepariwisataan di Lombok dan capaiannya serta Destinasi

    (Destination), asal wisatawan (Origin), seasonabilitas (Time ); (4) Pada bagian empat dijelaskan tentang pasar pariwisata

    Lombok saat ini dan analisis potensi pasar yang dapat dijadikan target pada masa mendatang; (5) Pemenuhan kebutuhan

    pasar dijelaskan pada bagian lima, terkait dengan motivasi/tujuan berwisata dan potensi wisata yang dimiliki Lombok

    untuk memenuhi tujuan berwisata tersebut; dan bagian (6) yang berisi Kebijakan dan Strategi yang memuat Visi, Tujuan

    dan Sasaran, dan Rencana Aksi kepariwisataan berkelanjutan di Lombok dalam kurun waktu lima tahun.

     Visi kepariwisataan berkelanjutan di Lombok adalah “Lombok menjadi destinasi wisata berbasis alam dan budaya, yang

    berdaya saing dan berkelanjutan” . Guna mewujudkan visi tersebut disusunlah tujuan yang didasarkan pada empat pilar

    utama kepariwisataan seperti yang digariskan dalam Perda No. 7 tahun 2013 mengenai Rencana Induk Pembangunan

    Kepariwisataan Daerah Nusa Tenggara Barat (RIPPARDA NTB) 2013 – 2028 meliputi destinasi, promosi, industri, dan

    kelembagaan. Tujuan masing-masing pilar yakni:

    1) Membangun destinasi pariwisata yang didukung penuh oleh masyarakat lokal, unik, bersih, berkarakteristik lokal, dan

    berorientasi lingkungan; aman dan nyaman.

    2) Membangun promosi yang dapat meningkatkan kualitas kunjungan, membangun citra pariwisata Lombok yang dapat

    diterima oleh masyarakat lokal, menciptakan rasa bangga bagi pemangku kepentingan pariwisata.

    3) Mengembangkan Kelembagaan & SDM yang profesional dan berdaya saing, didukung oleh pengusaha pariwisata secara

    berkelanjutan, mampu berkoordinasi dan bekerja sama antara sesama pemangku kepentingan pariwisata Lombok.

    4) Mendorong terciptanya industri yang menghasilkan produk/jasa yang kreatif dan inovatif, berorientasi pada prinsipkepariwisataan berkelanjutan, serta, mendorong munculnya pengusaha pariwisata lokal.

    Guna mencapai tujuan pada keempat pilar kepariwisataan tersebut, disusun pula rencana aksi untuk kurun waktu 2015-2019.

    10

  • 8/17/2019 RIPARDA Lombok Ringkasan_Eksekutif.pdf

    11/78

    11

    1.1 Latar Belakang

    Pariwisata telah menjadi salah satu industri dengan pertumbuhan tercepat di dunia dalam dua puluh tahun terakhir.

    UNWTO mencatat rekor jumlah wisatawan internasional (wisatawan yang bepergian ke luar negeri) pada tahun 2012

    mencapai 1 milyar orang dengan pendapatan ekspor internasional sebesar 1,3 triliun US$. Jumlah ini meningkat menjadi

    1,08 milyar pada tahun 2013, dan lebih dari 6 milyar wisatawan melakukan perjalanan di dalam negeri mereka masing-

    masing. Jumlah wisatawan internasional diperkirakan akan meningkat menjadi 1,4 milyar pada tahun 2020, dan menjadi

    1,8 milyar pada tahun 2030.

    Dari jumlah tersebut, 57% wisatawan diperkirakan akan mengunjungi destinasi wisata di negara yang perekonomiannya

    sedang tumbuh dan berkembang, seperti halnya Indonesia. Data lain pada tahun 2013 menunjukkan bahwa sektor

    pariwisata internasional menyumbangkan 9% PDB internasional, 1 dari 11 lowongan pekerjaan di sektor pariwisata,

    6% ekspor dunia, dan 6% ekspor negara-negara miskin. Oleh karena itu, banyak negara, tidak terkecuali Indonesia,

    menjadikan pariwisata sebagai sektor andalan dalam membangun kekuatan perekonomiannya.

    Indonesia sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di dunia memiliki daya tarik tersendiri untuk menjadi destinasi

    wisata dunia. Di Asia Tenggara, Indonesia adalah negara dengan luas wilayah terbesar, jumlah penduduk terbanyak dansumber daya alam terkaya. Terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil, Indonesia memiliki laut dan hamparan pantai yang

    indah tempat wisatawan melakukan aktivitas wisata bahari seperti diving, snorkeling dan surfing. Ditunjang dengan

    iklim tropis, Indonesia mendapat sinar matahari sepanjang tahun karena berada pada lintasan garis khatulistiwa,

    1. PendahuluanGendang Beleq

    11

  • 8/17/2019 RIPARDA Lombok Ringkasan_Eksekutif.pdf

    12/78

    12

    sehingga aktivitas kepariwisataan tidak dipengaruhi oleh pergantian musim. Selain itu, Bangsa Indonesia terdiri atas

    lebih dari 500 suku (etnis), dengan bahasa dan budaya yang beraneka ragam. Keragaman suku dan budaya tersebutmenjadikan Indonesia sebagai destinasi wisata dunia karena memiliki atraksi wisata budaya dan kuliner yang sangat

    unik dan beragam.

    Namun demikian, hingga tahun 2013 Indonesia dikunjungi oleh kurang dari 1% jumlah wisatawan dunia, yakni

    8,6 juta wisatawan internasional. Jumlah ini masih jauh di bawah jumlah kunjungan wisatawan ke Malaysia yang

    mencapai 25,7 juta dan Thailand 26,7 juta kunjungan. Jumlah ini pun setelah mengalami peningkatan 12% dari tahun

    2012. Perolehan devisa dari sektor pariwisata juga meningkat 10,99% yakni 9,1 miliar US$ di tahun 2012 menjadi

    10,1 miliar US$ pada tahun 2013. Sektor pariwisata menyerap hampir 7 (tujuh) juta tenaga kerja pada tahun 2009.

    Kenyataan ini mengindikasikan bahwa Indonesia memiliki potensi wisata yang penting di dunia. Namun Indonesia masih

    harus meningkatkan kemampuan pengelolaan potensi wisata yang ada, yang tersebar di 33 provinsi, termasuk Pulau

    Lombok di Provinsi NTB, agar dapat bersaing dengan destinasi wisata lain di dunia.

    Pulau Lombok dan Bali telah ditetapkan menjadi pintu gerbang pariwisata Nasional dalam MP3EI Koridor V (Masterplan

    Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia). Pembangunan kepariwisataan Lombok telah berlangsung

    selama lebih dari tiga dasawarsa namun hingga kini belum memiliki arah yang jelas karena tidak didukung oleh

    perencanaan yang matang.

    Sebagai aktivitas yang bersifat lintas sektoral, sektor pariwisata membawa dampak langsung dan tidak langsung terhadap

    tiga aspek utama pembangunan (triple bottom line ) yang meliputi: ekonomi, sosial budaya dan lingkungan hidup.

    Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan adalah upaya memaksimalkan dampak positif dan meminimalkan dampak

    negatif aktivitas kepariwisataan terhadap ketiga aspek pembangunan tersebut. Agar pembangunan pariwisata di Lombok

    berkelanjutan, diperlukan perencanaan yang didasarkan pada prinsip-prinsip keberlanjutan yang berlaku secara global,

    nasional, dan lokal.

    1.2 Kerangka Kebijakan Perencanaan Pariwisata

    Berdasarkan survei pariwisata dan studi pasar yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir, ditemukan adanya

    pengakuan di antara para profesional dan konsumen akan pentingnya perjalanan pariwisata yang bertanggung jawab,

     yaitu “perjalanan yang meminimalkan dampak negatif, membawa manfaat ekonomi untuk masyarakat lokal, serta

    melestarikan sumber daya alam dan budaya dari suatu destinasi”.

    Hal tersebut mengakibatkan perubahan paradigma global terhadap pariwisata dengan prinsip yang berkelanjutan, yaitu:

    a) Pariwisata mengandung semangat konservatif, bukan eksploitatif (mencegah komersialisasi alam dan budaya);

    b) Pariwisata merupakan suatu proses ekonomisasi pengalaman, terkait pemuasan kebutuhan manusia melebihi ekspektasi

    dalam memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang terinspirasi dari sesuatu yang dilihat, diamati, dirasakan dandilakukan di destinasi wisata.

    c) Tumbuh secara alamiah berbasis masyarakat, lingkungan alam dan sosial-budaya karena inti kegiatan pariwisata

    adalah masyarakat itu sendiri.

    Penyusunan STMP di Lombok didasarkan pada prinsip-prinsip keberlanjutan yang berlaku secara global meliputi:

    • Global Sustainable Tourism Council  (GSTC) yang terkait dengan kriteria pembangunan destinasi wisata berkelanjutan

    dan kriteria operasional hotel dan tour operator . Terdapat empat prinsip keberlangsungan dalam kriteria GSTC yaitu:

    (1) keberlangsungan manajemen; (2) memaksimalkan keuntungan ekonomi untuk masyarakat lokal; (3) meningkatkan

    dan melestarikan warisan budaya; dan (4) mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

    • Agenda 21: merupakan penerapan rencana aksi dari PBB untuk pengembangan yang berkelanjutan. Agenda 21

    merupakan produk dari Earth Summit  (UN Conference on Environment and Development ) yang diselenggarakan di Rio

    de Janeiro, Brazil pada tahun 1992.

  • 8/17/2019 RIPARDA Lombok Ringkasan_Eksekutif.pdf

    13/78

    13

    • Kode Etik Global UNWTO untuk Pariwisata (Global Code of Ethics for Tourism) yang terdiri dari 10 prinsip panduan

    untuk stakeholder  utama pariwisata yakni pemerintah, industri pariwisata, dan wisatawan, dalam mengoptimalkandampak positif pariwisata dan menekan dampak negatifnya terhadap ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan hidup.

     Adapun prinsip-prinsip keberlanjutan di tingkat nasional  yang mendasari penyusunan STMP telah digariskan dalam

    peraturan perundang-undangan dan program-program pemerintah antara lain:

    • “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan” yang mengatur asas, fungsi

    dan tujuan pembangunan kepariwisataan; prinsip penyelenggaraan kepariwisataan; ruang lingkup pelaksanaan

    pembangunan kepariwisataan; kawasan strategis; usaha pariwisata; hak, kewajiban dan larangan dalam aktivitas

    kepariwisataan; kewenangan pemerintah dan pemerintah daerah; koordinasi antar stakeholder   pariwisata; badan

    promosi pariwisata Indonesia; gabungan industri pariwisata Indonesia; pelatihan SDM, standarisasi, sertifikasi dan

    tenaga kerja; pendanaan; sanksi administratif; dan ketentuan pidana kepariwisataan.

    • “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup”

     yang mengatur pelaksanaan pembangunan yang bertujuan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegahterjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup demi kehidupan generasi saat ini dan yang akan datang.

    • “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan

    Nasional (RIPPARNAS)”, yang merupakan dokumen perencanaan pembangunan kepariwisataan nasional untuk periode

    15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2025.

    • “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana

    Pengelolaan Hutan, serta Manfaat Hutan”.

    • “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil”

    • Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Koridor V di mana Lombok ditetapkan

    sebagai salah satu pintu gerbang pariwisata dan pendukung pangan di Indonesia.

    • “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang”

    • “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengolahan Sampah”

    • Sesuai dengan RPJMN 2015-2019, pariwisata merupakan salah satu dari 4 fokus sektor yang akan dikembangkan.

    Dari 39 pengembangan kawasan pariwisata yang telah ditetapkan secara nasional, 2 diantaranya ada di Provinsi Nusa

    Tenggara Barat dan salah satunya yaitu kawasan Gunung Rinjani di Pulau Lombok.

    Sedangkan prinsip-prinsip keberlangsungan yang menjadi acuan STMP di tingkat daerah antara lain:

    • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi NTB Tahun 2013-2018;

    • Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) NTB;

    • Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (RIPPARDA) Provinsi NTB Tahun 2013–2028.

    Dalam perjalanannya, aktivitas kepariwisataan di Lombok mendapatkan momentumnya untuk menjadi sektor unggulan

    perolehan pendapatan daerah dengan ditetapkannya NTB sebagai koridor V Master Plan Percepatan dan Perluasan

    Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yakni sebagai pintu gerbang pariwisata dan pendukung pangan nasional.

    Momentum tersebut membuka kesempatan emas bagi sektor pariwisata Lombok untuk berkembang dan meningkatkan

    kontribusinya kepada perekonomian daerah mengungguli sektor lainnya seperti pertanian dan pertambangan.

    Dalam Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah (RIPPARDA), pemerintah provinsi NTB menunjukkan

    komitmen untuk mengarahkan sektor pariwisata kepada konsep yang berkelanjutan, bertanggung jawab dan berkualitas

     yang dikombinasikan dengan kearifan lokal, perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan serta kebijakan yang

    ramah lingkungan. Dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (RIPPARDA) tahun 2013-2028, telahditetapkan empat Kawasan Strategis Pariwisata Daerah (KSPD) seperti yang terlihat pada Gambar 1, dan dipertegas

    di Tabel 1. Penetapan KSPD ini dimaksudkan untuk mempermudah pengelolaan kawasan dan pengembangan produk-

    produk yang unik (unique selling point, USP ) di masing-masing destinasi.

  • 8/17/2019 RIPARDA Lombok Ringkasan_Eksekutif.pdf

    14/78

    14

    Gambar 1: Peta KSPD Pariwisata Pulau Lombok 

    Sumber: RIPPARDA NTB 2013

    Tabel 1: KSPD di Pulau Lombok 

    Sumber: RIPPARDA NTB 2013

    KSPD Mataram Metro Senggigi, Tiga Gili Kuta Mandalika Resimas-Sembalun

    Tema Pariwisata budaya,

    religi, kuliner, belanja

    dan MICE

    Pariwisata pantai,

    bawah laut, olah

    raga berbasis bahari,budaya, religi dan

    kuliner

    Pariwisata pantai,

    bawah laut, olah raga

    berbasis bahari, danbudaya

    Pariwisata agro,

    pegunungan, budaya,

    dan kuliner

    Lokasi Kota Mataram

    Islamic Center

    Loang Baloq

    Taman Mayura

    Sekarbela

    Banyumulek

    Taman Namarda

    Suranadi

    Lingsar

    Batu Layar

    Batu Bolong

    Senggigi

    Tiga Gili

    Sindang Gile

    Senaru

    Dusun Traditional

    Segenter

    Gili Gede

    Gili Nanggu

    Bangko-Bangko

    Selong Belanak

    Sade

    Kuta

    Gili Indah

    Benang Setokel

    Gili Sulat

    Sembalun

    Gunung Rinjani

    Otak Kokoq

  • 8/17/2019 RIPARDA Lombok Ringkasan_Eksekutif.pdf

    15/78

    15

    1.3 Prinsip Kunci Rencana IndukPariwisata Berkelanjutan

    Pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan

    memiliki prinsip triple bottom line , yakni kemanfaatan

    aktivitas kepariwisataan terhadap aspek ekonomi,

    sosial budaya dan lingkungan hidup. Prinsip-prinsip

    tersebut diadopsi dalam penyusunan Rencana Induk

    Pariwisata Berkelanjutan (STMP) Lombok yang

    diimplementasikan dalam penyusunan strategi dan

    rencana aksi pembangunan selama lima tahun.

    Model Pengelolaan Destinasi

    Secara ekonomi, perencanaan pembangunan

    pariwisata berkelanjutan Lombok didasarkan

    pada upaya-upaya meningkatkan perekonomian

    masyarakat lokal, mengurangi angka kemiskinan,

    mendorong tumbuh kembangnya usaha pariwisata

    lokal, menciptakan lapangan kerja, mendorong

    pembelian produk lokal, dan meningkatkan

    pendapatan daerah dan nasional melalui pajak usaha

    dan pajak penghasilan. Diharapkan tumbuh kembangnya ekonomi lokal akan menekan dampak negatif pariwisata secara

    ekonomi, seperti berkurangnya kebocoran ekonomi, dan terlindunginya hak kepemilikan lokal atas tanah dan properti.

    Dari aspek sosial budaya, perencanaan pembangunan pariwisata berkelanjutan Lombok menitikberatkan pada upaya-

    upaya mengembangkan dan melestarikan warisan budaya baik yang berupa event budaya seperti hasil seni tari dan

    musik, maupun yang berupa tempat, benda, dan bangunan budaya.

    Untuk mengoptimalkan dampak positif aktivitas kepariwisataan bagi kelestarian lingkungan, perencanaan pembangunan

    pariwisata Lombok mengadopsi manajemen sampah 3R yakni reuse  (penggunaan kembali), reduce  (mengurangi jumlah

    sampah), dan recycle   (mendaur ulang) sampah. Disamping itu, perencanaan ditujukan kepada upaya memberikan

    pemahaman dan pendidikan kepada masyarakat lokal dan wisatawan akan pentingnya memelihara kelestarian lingkungan

    untuk keberlanjutan aktivitas kepariwisataan.

    SOSIAL

    Meningkatkan kualitas

    hidup masyarakat dan

    melestarikan kebudayaan

    setempat

    LINGKUNGAN

    Mengurangi dampak

    negatif terhadap

    lingkungan dan

    kesehatan

    EKONOMI

    Meningkatkan

    pendapatan ekonomi

    untuk bisnis dan

    masyarakat

    BERKELANJUTAN

    Prinsip kunci lain yang diadopsi dalam membangun

    kepariwisataan yang berkelanjutan di Lombok adalah

    mengikuti empat prinsip keberlangsungan GSTC di atas

     yakni:

    • Keberlangsungan manajemen;

    • Memaksimalkan keuntungan ekonomi untuk

    masyarakat lokal;

    • Meningkatkan dan melestarikan warisan budaya;

    • Mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

    Global Sustainable Tourism Council (GSTC)

    Lembaga yang dibentuk dari dukungan dan inisiatif PBB

    untuk mempromosikan praktik pariwisata berkelanjutan

    di seluruh dunia dan menciptakan pengertian yang

    sama mengenai keberlanjutan dan dampak lingkungan,

    mengidentifikasi kebutuhan wisatawan, industri,

    lingkungan dan masyarakat. GSTC merupakan kerjasama

    sektor pemerintah dan swasta yang terdiri dari kurang

    lebih 120 anggota di dalamnya. Program GSTC meliputi

    penyusunan standar internasional, pendidikan dan

    pelatihan, akses terhadap pasar dan akreditasi.

  • 8/17/2019 RIPARDA Lombok Ringkasan_Eksekutif.pdf

    16/78

    16

    1.4 Kebijakan Pariwisata Berkelanjutan dan Strategi Pengembangan

    Berdasarkan Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan pasal 2 bahwa pengembangan pariwisata

    harus berdasarkan pada prinsip (a) manfaat, (b) kekeluargaan, (c) adil dan merata, (d) keseimbangan, (e) kemandirian,

    (f) kelestarian, (g) partisipatif, (h) berkelanjutan, (i) demokrasi, (j) kesetaraan dan (k) kesatuan. Untuk itu, STMP untuk

    Lombok menargetkan tujuan secara menyeluruh sebagai berikut:

    • Menyetir keberlanjutan dan pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh,

    • Menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan,

    • Melestarikan lingkungan dan mengelola salah satu aset pariwisata utama di Indonesia,

    • Dalam skala nasional, perkembangan pariwisata berkontribusi terhadap beberapa komitmen dari Pemerintah seperti berikut:

    -  Salah satu hasil dari konferensi Rio+20 yaitu mengenai persetujuan oleh anggota yang menyatakan akan

    melaksanakan proses untuk mengembangkan satu set Sustainable Development Goals  (SDGs), yang disusun

    berdasarkan Millenium Development Goals dan menyatukannya dengan agenda pengembangan setelah tahun 2015.

    -  10 Years Framework Programmes on Sustainable Consumption and Production meningkatkan kerjasama internasional

    untuk mempercepat perubahan menuju Sustainable Consumption Production  (SCP) di seluruh dunia. 10 YFP

    dikembangkan, direplikasi dan ditingkatkan disertai inisiatif sumber daya yang ada, baik di tingkat nasional dan

    regional, melepas keterkaitan antara degradasi lingkungan dan penggunaan sumber daya dari pertumbuhan ekonomi

    dan hal-hal yang meningkatkan kontribusi bersih dari aktivitas ekonomi terhadap pemberantasan kemiskinan dan

    perkembangan sosial.

    -  Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk berkontribusi dalam perlawanan global terhadap perubahan iklim: sampai

    tahun 2020, pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 26% dari tingkat yang ada saat ini menjadi target untuk

    dicapai, didanai dari sumber daya sendiri dan 41% merupakan dukungan internasional. Rencana Aksi Nasional

    Perahu Nelayan di Pantai Kuta

    16

  • 8/17/2019 RIPARDA Lombok Ringkasan_Eksekutif.pdf

    17/78

    17

    untuk Perubahan Iklim (RAN-PI), Rencana Aksi Nasionaluntuk Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) dan Indonesian

    Climate Change Sectoral Roadmap  (ICCSR) memandu

    strategi dan aktivitas terkait mitigasi Greenhouse Gas

    Emissions  (GHG) dan adaptasi terhadap perubahan

    iklim secara sistematis. Pengenalan terhadap teknologi

    penghematan energi dan solusi untuk menghasilkan

    produk dan jasa adalah sebuah langkah penting untuk

    mengurangi emisi karbondioksida. Pilar penting lainnya

     yaitu meningkatnya penggunaan sumber daya energi

    terbarukan.

    -

     Travel  dan Pariwisata merupakan kebutuhan manusia,selain itu sektor ini membuka kesempatan bekerja secara

    langsung dan tidak langsung sebesar 8,3% pekerja

    (9,2 juta pekerjaan). Mengembangkan pariwisata yang

    berkelanjutan diharapkan dapat memperkuat kesempatan

    kerja untuk sektor ini dengan mempekerjakan

    penduduk setempat dan meningkatkan peluang kerja

    secara signifikan berlandaskan budaya setempat dan

    lingkungan. Dalam rangka mengurangi carbon footprint  

    dan mengurangi ketergantungan terhadap sumber

    daya alam, pemerintah pusat bertugas mempromosikan

    panduan produk yang berkelanjutan khususnya untuk

    industri pariwisata. Karenanya, Kementerian Pariwisata

    berkomitmen untuk memperkenalkan tidak hanya Rencana Induk Pariwisata Berkelanjutan Nasional, tetapi juga

    standar keberlanjutan untuk industri pariwisata dan destinasi.

    -  Dalam hal produk, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mempromosikan program PROPER dan Eco-

    label , dua kerangka kerja yang memberikan predikat “green”, produksi dan proses pengelolaan berkelanjutan.

     Walaupun jumlah industri yang berminat untuk mendapatkan predikat ini masih tergolong kecil, namun industri

     yang mampu memenuhi semua standar program yang dimaksud pantas mendapatkan manfaat dari keberhasilannya

    seperti mendapatkan bunga kredit yang lebih rendah atau semacamnya. Dalam kasus industri yang menjadi sumber

    polusi terberat, pihak terkait mempunyai wewenang untuk menarik izin usaha dari industri yang bersangkutan

    sebagai salah satu konsekuensinya apabila industri yang bersangkutan tidak mampu untuk memenuhi standar

    minimal dari program yang dimaksud.

    Untuk mencapai tujuan tersebut, STMP untuk Lombok mendukung pembangunan pariwisata yang:

    • diposisikan sebagai konsep/pendekatan/wahana/alat untuk mencapai tujuan akhir pembangunan,

    • mampu melestarikan (melindungi, mengembangkan dan memanfaatkan) lingkungan (alam dan budaya),

    • mampu memberdayakan masyarakat,

    • mampu mensejahterakan masyarakat,

    • berkelanjutan.

    Pendekatan pariwisata berkelanjutan dalam pembangunan nasional seyogyanya tidak hanya dilihat secara ekonomi saja, tetapiharus dilihat secara holistik. Selain itu, analisis keuntungan dan kerugian pariwisata (cost and benefit analysis of tourism) dalam

    pembangunan destinasi pariwisata, harus dikomunikasikan kepada masyarakat setempat secara detail dan transparan.

    17

  • 8/17/2019 RIPARDA Lombok Ringkasan_Eksekutif.pdf

    18/78

    18

    2. Gambaran Umum Pariwisata Lombok

    2.1 Posisi Geografis Lombok 

    Lombok dan Sumbawa merupakan dua pulau utama yang membentuk Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang secara

    keseluruhan terdiri dari 278 (dua ratus tujuh puluh delapan) pulau kecil yang berada di sekeliling kedua pulau tersebut

    seperti terlihat pada peta Provinsi NTB di bawah ini. Dari ratusan pulau tersebut, 32 diantaranya telah berpenghuni (BPS

    NTB, 2012).

    Gambar 2: Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat

    Provinsi NTB terletak antara 115o 46’-119 o5’ Bujur Timur dan 8 o10’-9 o5’ Lintang Selatan, dengan luas daratan 20.153.15 km2 yang membentang dari barat ke timur. Satu per tiga dari luas tersebut adalah luas Pulau Lombok, dimana

    terletak kota Mataram, ibu kota Provinsi NTB. Terdapat lima kabupaten dan kota di Pulau Lombok. Luas masing-masing

    kabupaten dan kota yang berada di Pulau Lombok terlihat pada Grafik di bawah ini.

    Gili Sunut

    18

  • 8/17/2019 RIPARDA Lombok Ringkasan_Eksekutif.pdf

    19/78

    19

    Tabel 2: Luas Kabupaten dan Kota di Lombok 

    Secara geografis, Pulau Lombok terletak pada segitiga emas destinasi pariwisata utama di Indonesia yakni Pulau Bali

    di sebelah barat, Tana Toraja dan Bunaken di sebelah utara, dan Pulau Komodo di sebelah timur. Lombok juga berada

    pada segitiga emas pelayaran lintas nasional dan internasional yakni Surabaya di sebelah barat, Makassar di utara dan

    Darwin Australia di timur. Posisi ini memberikan berkah kepada Pulau Lombok karena tidak hanya strategis sebagai

    destinasi wisata tetapi juga tempat transit kapal-kapal layar dari Darwin. Disamping itu, Lombok dilalui oleh garis

     Wallace, yakni garis pemisah antara kelompok spesies flora dan fauna Benua Asia dan Australia. Akibatnya, Lombokmemiliki spesies flora dan fauna yang unik, karena menjadi titik pertemuan pengaruh kedua benua tersebut. Posisi ini

    menjadikan Lombok tempat yang menarik untuk melakukan penelitian dan studi tentang alam dan biologi.

    2.2 Penduduk dan Sumber Daya Manusia

    Suku Sasak adalah penduduk asli Lombok yang mendiami lebih dari 2/3 pulau ini. Juga terdapat suku Samawa dan

    Mbojo yang berasal dari Pulau Sumbawa, suku Bali yang sudah berada di Lombok sejak permulaan abad ke 15, dan

    sekelompok kecil keturunan Cina dan Arab yang diperkirakan telah mendiami pulau Lombok sejak ratusan tahun silam.

    Mayoritas penduduk Lombok, terutama suku Sasak, Samawa, dan Mbojo, beragama Islam. Walaupun demikian, seni

    budaya masyarakat di pulau Lombok, seperti musik dan tarian, lebih banyak dipengaruhi kebudayaan Hindu dari pada

    Islam.

    Jumlah penduduk Pulau Lombok pada tahun 2013 tercatat sebanyak 3,2 juta jiwa atau 70% dari jumlah penduduk

    Provinsi NTB, yang terbagi menjadi 1,5 juta laki-laki dan 1,7 juta perempuan.

    Persebaran penduduk menurut jenis kelamin seperti yang terjadi di Pulau Lombok sangat mendukung pengembangan

    industri pariwisata, mengingat pengembangan industri pariwisata yang merupakan industri berbasis layanan hospitality  

    sangat membutuhkan tersedianya tenaga kerja perempuan. Saat ini, industri pariwisata di Lombok menyerap lebih

    banyak tenaga kerja perempuan dibandingkan tenaga kerja laki-laki, yang terlihat dari serapan tenaga kerja per-sektor

    di Lombok di mana proporsi tenaga kerja perempuan yang bekerja di sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar

    28,86 %, sementara tenaga kerja laki-laki hanya sebesar 12,30 %.

    Beberapa penelitian mengindikasikan tantangan pembangunan pariwisata di Lombok berasal dari lemahnya peran serta

    masyarakat lokal dalam pembangunan pariwisata. Hal ini dikarenakan pengetahuan dan keterampilan kepariwisataan

     yang rendah serta kurangnya pemberdayaan oleh pemerintah setempat. Akibatnya, sektor pariwisata di daerah ini,

    terutama investasi pariwisata, masih didominasi oleh pendatang dari luar Lombok.

    Kabupaten / Kota Luas (Km2)

    Lombok Barat 1.051

    Lombok Tengah 1.205

    Lombok Timur 1.602

    Lombok Utara 807

    Kota Mataram 60

    Total 4.725

    Sumber: Dikutip dari NTB Dalam Angka 2014

    19

  • 8/17/2019 RIPARDA Lombok Ringkasan_Eksekutif.pdf

    20/78

    20

    Hal-hal yang menjadi isu sosial dalam pengembangan pariwisata antara lain mengenai kepemilikan lahan. Selain itu

    kepemilikan usaha wisata dan aktivitas wisata yang mayoritas dilakukan oleh para pendatang sangat rentan terhadap

    gesekan sosial di masyarakat. Untuk itu sangat diperlukan pemberdayaan masyarakat lokal sebagai subyek sekaligus

    obyek pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan.

    Masyarakat di sekitar destinasi pariwisata pulau Lombok memiliki antusiasme yang tinggi dalam melihat sektor pariwisata

    sebagai peluang ekonomis. Antusiasme tersebut menjadi modal yang sangat berharga dalam membenahi dan membangun

    destinasi pariwisata Lombok. Meski demikian masyarakat tetap perlu dididik agar mampu menjadi motor penggerak

    aktivitas dan bisnis kepariwisataan di tempat masing-masing.

    Pendidikan kepariwisataan bagi masyarakat Lombok membutuhkan strategi khusus, misalnya dengan melibatkan pemimpininformal seperti ketua adat, ulama, dan tokoh masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat Lombok memiliki karakteristik

    paternalistik yakni kecenderungan mengikuti arahan dan rekomendasi pemimpin non formal atau orang yang dituakan

    di wilayah masing-masing. Di samping itu pendidikan pariwisata tersebut juga membutuhkan dukungan para pendidik

    di sekolah-sekolah mulai dari tingkat dasar, menengah maupun atas. Mereka, perlu mengikutsertakan pariwisata dalam

    kurikulum muatan lokal (mulok) di sekolah masing-masing, agar dapat memberikan informasi dan pengajaran awal

    kepada peserta didik guna mendorong peserta didik membangun karier yang berkaitan dengan pariwisata.

    2.3 Destinasi Pariwisata

    Sebagai sebuah destinasi pariwisata, pulau Lombok memiliki dua atraksi wisata andalan, yakni keindahan wisata alam

    dan keunikan budaya masyarakatnya. Lombok memiliki wisata alam yang tersebar di seluruh bagian pulau, mulai dari

    ketinggian Gunung Rinjani hingga hamparan pantai di sekelilingnya. Alam Lombok tidak hanya menyajikan pemandangan

    dan topografi seperti pantai, gunung, air terjun, sungai, dan danau, tetapi juga peristiwa alam yang tidak ditemukan di

    destinasi lain. Peristiwa alam unik yang hanya terjadi di Lombok antara lain munculnya nyale, sejenis cacing laut, setiap

    musim hujan di pantai selatan; munculnya kelompok ikan pari manta di pantai barat dan utara setiap pergantian musim;

    keindahan matahari terbit dan matahari tenggelam dari puncak Rinjani; serta berbagai keunikan peristiwa alam di sekitar

    Gunung Rinjani.

     A. PRODUK PARIWISATA

    Produk pariwisata berkaitan dengan pembenahan destinasi, peningkatan kualitas sumber daya pendukung,

    profesionalisme aparatur, dan peran serta masyarakat yang secara langsung bersinggungan dengan aktivitas

    kepariwisataan. Pembangunan infrastruktur strategis seperti jalan dan penerangan yang memadai ke tempat tujuan

    wisata, keamanan dan kenyamanan para wisatawan baik di tempat tujuan maupun sepanjang perjalanan sangat

    mempengaruhi kualitas pengalaman pariwisata yang ditawarkan. Terlebih lagi bila produk wisata yang ditawarkan

    adalah pengalaman berpetualang di alam seperti Gunung Rinjani, produk yang ditawarkan sangat memerlukan standar

    prosedur operasional. Hal-hal seperti yang tersebut diatas masih merupakan tantangan yang harus dibenahi oleh

    pelaku pariwisata Lombok agar dapat meraih segmen pasar pariwisata yang lebih besar di semua kawasan pasar.

    Kombinasi alam dan budaya menciptakan keunikan atraksi wisata yang merupakan produk pariwisata Lombok.

    KERAGAMAN SUMBER DAYA ALAM

      Lombok memiliki sumber daya alam yang sangat potensial untuk memenuhi permintaan para wisatawan baik dalam

    maupun luar negeri. Dengan dua wilayah yang memiliki vegetasi alam yang kontras, Lombok bagian utara dan

    tengah lebih hijau dan subur dibandingkan bagian selatan. Vegetasi Lombok utara dan tengah sangat dipengaruhi

    oleh Gunung Rinjani. Gunung dengan tinggi 3.726 m ini merupakan pusat kehidupan berbagai spesies flora dan fauna

    di Lombok. Catatan sejarah dan kajian geologi mengindikasikan bahwa gunung Rinjani pernah mengalami letusan yang sangat dahsyat sekitar tahun 1257. Efek letusan Gunung Rinjani tersebut memberikan berkah tersendiri berupa

    kesuburan tanah dan panorama alam yang luar biasa, yang kini menjadi salah satu atraksi wisata alam utama di

    Lombok, yaitu Danau Segara Anak.

    20

  • 8/17/2019 RIPARDA Lombok Ringkasan_Eksekutif.pdf

    21/78

    21

      Bagian selatan Lombok memiliki vegetasi yang lebih kering namun dihiasi dengan hamparan pantai pasir putih yang

    memanjang dari timur sampai ke barat. Kontur Lombok selatan yang berbukit-bukit menciptakan relief yang indah

    dan bentuk teluk yang unik. Selain hamparan pantai dengan karakteristik yang beragam untuk berbagai aktivitas

    olahraga air, Lombok selatan juga memiliki desa-desa tradisional yang masih dihuni oleh suku Sasak dengan tradisi

    nenek moyang dan kearifan lokal yang masih dijaga dengan sangat baik. Kesemuanya menyajikan rangkaian atraksi

    wisata yang berbeda dari destinasi-destinasi wisata lainnya. Bagian kekayaan alam yang menjadi daya tarik wisata di

    Lombok antara lain:

    PANTAI

      Lombok selatan memiliki hamparan pantai pasir putih sejauh lebih dari 90 km, yang memanjang dari timur sampai ke

    barat daya. Hamparan pantai tersebut berada di antara lekukan kaki gunung dan cerukan bukit yang menghadirkan

    pemandangan yang mempesona. Keistimewaan pantai di Lombok tak hanya pada pasir putihnya yang kadang diselingi

    warna lainnya, namun juga pada keheningan yang masih terpelihara. Di beberapa tempat, topografi pantai yang

    sedemikian rupa menciptakan arus dan gelombang yang tepat untuk olahraga selancar, menyuguhkan lebih dari

    sekedar sand and sun. Dengan cuaca yang relatif stabil dan matahari yang bersinar sepanjang tahun, pantai-pantai

    di kawasan selatan Lombok sangat layak dijadikan produk wisata unggulan dan berdaya saing bagi kepariwisataan

    Lombok.

    KEBERLIMPAHAN KEHIDUPAN LAUT

    Untuk wisata laut, Lombok memiliki ratusan pulau kecil dengan pantai berpasir putih, dan air yang sejernih kristal.Setiap pulau kecil memiliki titik penyelaman dengan jenis karang dan ikan yang unik, selain untuk melakukan aktivitas

    sand, sun, surfing and fishing. Selain kesempatan untuk melakukan berbagai kegiatan wisata laut dan pantai, pulau-

    pulau kecil tersebut memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi destinasi olahraga air.

    Diving

    21

  • 8/17/2019 RIPARDA Lombok Ringkasan_Eksekutif.pdf

    22/78

    22

     ALAM YANG MURNI DAN PETUALANGAN BER-TREKKING  DI TAMAN NASIONAL DAN GEOPARK RINJANI

    Gunung Rinjani telah lama dikenal sebagai sentra destinasi tersendiri di Lombok. Berbagai aktivitas pariwisata

    petualangan, sightseeing, penelitian dan pendidikan, kesehatan, serta soft and hard trekking dapat dilakukan di sini.

    Keistimewaan lainnya yaitu danau Segara Anak yang terdapat di kawah gunung ini pada ketinggian 2.008 meter di

    atas permukaan laut. Gunung Rinjani banyak mempengaruhi terjadinya berbagai obyek wisata alam seperti air terjun,

    sungai, dan hutan lindung dengan berbagai flora dan fauna endemik yang berada di dalamnya, termasuk keunikan

    hayati bawah laut di sekitar Pulau Lombok dan pulau-pulau kecil di sekelilingnya.

    KEKAYAAN SENI BUDAYA 

      Atraksi budaya Lombok terdiri dari tempat, benda dan gelaran acara budaya. Walaupun masyarakat Lombok mayoritas

    beragama Islam, namun budayanya banyak dipengaruhi pula oleh budaya Hindu. Ini terlihat dari peninggalan

    bangunan tempat ibadah. Terdapat banyak pura dan masjid tua peninggalan abad ke 16 dan 17 di Lombok yang

    hingga kini masih dijadikan tempat ibadah oleh masyarakat sekitar. Pengaruh Hindu dan Islam juga terlihat pada

    berbagai ritual gelaran acara budaya yang dilakukan oleh masyarakat Lombok dari waktu ke waktu. Berbagai jenis

    tarian, permainan, musik tradisional, serta filosofi yang dimiliki masyarakat Lombok merupakan refleksi dari ajaran

    Hindu dan Islam yang dipelihara secara harmonis oleh masyarakat Lombok secara turun temurun. Keunikan budaya

    Lombok merupakan keunggulan lain yang patut dibanggakan. Desa-desa tradisional yang masih terjaga keasriannya di

    bagian selatan dan utara pulau Lombok masih menerapkan gaya hidup bersahaja seperti yang diwariskan oleh generasi

    terdahulu mereka, termasuk dalam menyajikan berbagai tarian tradisional, musik, permainan dan karnaval tradisional,seperti nyongkolan.

    Mendaki Gunung Rinjani

  • 8/17/2019 RIPARDA Lombok Ringkasan_Eksekutif.pdf

    23/78

    23

      Lombok memiliki lima produk kerajinan unggulan yang mendukung pariwisata. Kelima produk kerajinan tersebutterpusat di lima kabupaten/kota seperti yang terlihat pada tabel 3 di bawah ini.

      Tabel 3: Produk lokal andalan Pariwisata Lombok 

    Produk pariwisata andalan Tempat / asal Produksi

    Kain tenun songket Desa Sukarara (Lombok Tengah), Desa Suwela (Lombok Timur)

    Gerabah Desa Banyumulek (Lombok Barat), Penujak (Lombok Tengah), Penakak (Lombok Timur)

    Cukli Labuapi (Lombok Barat), Sayang-Sayang (Mataram)

    Kuliner Mataram

    Mutiara Mataram

      Semua produk kerajinan tersebut, kecuali mutiara, adalah barang kerajinan yang sudah diproduksi sejak jaman dahulu,

     jauh sebelum industri pariwisata dikembangkan di Lombok.

    B. DAYA TARIK WISATA

    Empat kelompok produk pariwisata yang dimiliki Lombok, seperti tersebut diatas, tersebar di lima kabupaten dan kota

     yang ada di Pulau Lombok. Sebagian besar dari produk wisata tersebut adalah obyek wisata yang belum dibangun dan

    dikembangkan dengan optimal. Obyek-obyek wisata unggulan yang menjadi produk wisata Lombok seperti dijelaskan

    di atas antara lain dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.

      Tabel 4: Daya tarik wisata di masing-masing Kabupaten / Kota

    Wilayah Jenis PariwisataPariwisata Pantai Laut Alam di darat Tempat Budaya

    Lombok Barat Senggigi, Mekaki,Bangko-bangko

    Gili Gede GiliNanggu

    Pusuk monkey forest,Hutan Sesaot

    Desa Banyumulek,Suranadi, Narmada,Karang Bayan

    Lombok Tengah Kuta, Tanjung Aan,Selong Belanak,Mawun, Gerupuk

    Air terjun Benangsetokel, Kelambu,RInjani

    Desa Sukarara, Penujak,Sade

    Lombok Timur Pantai Pink, PantaiSurga

    Gili Sudak LampuTangkong

    Tete Batu, Air TerjunKembang Kuning,Rinjani

    Desa Suwela, Penakak

    Lombok Utara Pantai Sepi 3 Gili Rinjani, Air Terjun

    Sindang Gile

    Desa tradisional Senaru

    dan SegenterMataram Loang Baloq Mayure, Shopping Mall,

    Desa Sekarbela

    C. PEMASARAN PARIWISATA 

      Berkaitan dengan konsep dan strategi pemasaran pariwisata Lombok, sedikitnya ada dua hal utama yang perlu segera

    mendapat perhatian.

    • Lombok perlu memiliki konsep pemasaran wilayah yang dapat diadopsi oleh semua pengusaha pariwisata, berupa

    sebuah brand image  yang mewakili pariwisata Lombok dan menjadi identitas seluruh produk yang ditawarkan.

    Penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Saufi, Diswandi, dan Nurul (2010) menemukan bahwa sebagian besar pelaku

    pariwisata di Lombok menjadikan wisata alam sebagai basis utama produk pariwisata yang mereka jual baik secarakonvensional maupun online . Oleh karena itu branding pariwisata Lombok harus dibuat sesuai dengan karakteristik

  • 8/17/2019 RIPARDA Lombok Ringkasan_Eksekutif.pdf

    24/78

    24

    produk pariwisata yang dijual sehingga mampu menjadikan pariwisata Lombok setara dengan kemajuan destinasipariwisata lainnya.

    • Pemasaran produk pariwisata Lombok secara konvensional maupun online  masih bersifat parsial. Para pelaku usaha

    pariwisata belum memiliki kesatuan dan koordinasi yang kuat dalam memasarkan produk pariwisata Lombok secara

    bersama-sama. Di samping itu, kuantitas dan kualitas pemasaran masih sangat rendah. Sebagai contoh, belum

    banyak alat promosi, seperti brosur, majalah, dan materi promosi lainnya yang dipajang di tempat-tempat strategis

    seperti pelabuhan dan bandara. Kalaupun ada, informasi yang diberikan sangat terbatas dan sudah tidak relevan

    dengan kondisi saat ini. Padahal peran alat promosi seperti brosur dan majalah sangat efektif dalam meningkatkan

    kualitas pengalaman wisatawan. Lombok perlu memiliki sistem pemasaran terpadu yang memberikan informasi

    kepariwisataan secara luas dan tepat.

    D. PELAYANAN PENUNJANG PARIWISATASebagian besar usaha pariwisata, seperti hotel berbintang dan Biro Perjalanan Wisata, berada di Mataram dan Kabupaten

    Lombok Barat seperti yang dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini:

    Tabel 5: Sebaran Usaha Pariwisata di Pulau Lombok 2013

    Kabupaten/KotaBiro Perjalanan

    WisataHotel Bintang Hotel Melati Restoran

    Mataram 219 12 80 196

    Lombok Barat 61 26 67 150

    Lombok Tengah 52 2 43 97

    Lombok Timur 6 0 49 188

    Lombok Utara 24 6 275 308

    Total 362 46 514 939

      Sumber: Dikutip dari Nusa Tenggara Barat dalam Angka, Badan Pusat Statistik NTB, 2014

      Jumlah biro perjalanan terbanyak berada di Mataram karena merupakan ibu kota Provinsi NTB dan pusat bisnis

    sehingga akses informasi penunjang usaha ini lebih mudah untuk didapatkan. Sementara itu hotel berbintang terbanyak

    terdapat di Lombok Barat karena kabupaten ini adalah pioner pembangunan sektor pariwisata di Lombok dengan

    Pantai Senggiginya. Sedangkan hotel melati dan restoran terbanyak terletak di Kabupaten Lombok Utara dimana

    terdapat 3 Gili yang menjadi salah satu pusat aktivitas kepariwisataan bahari dan tujuan wisatawan backpacker .

    E. AKSESIBILITAS  Akses menuju Lombok dapat ditempuh melalui jalur udara dan laut, dengan tiga pintu masuk utama yakni BIL (Bandara

    Internasional Lombok), Pelabuhan Lembar, dan Pelabuhan Kayangan. Untuk penerbangan domestik, Lombok dapat

    diakses melalui Jakarta, Surabaya, Makassar, Bali, Yogyakarta dan Bima, dengan penerbangan terbanyak berasal dari

    Bali. Sementara itu, terdapat dua penerbangan internasional ke Lombok yakni dari Singapura dan Malaysia. Sementara

    untuk jalur laut, Lombok terhubung dengan pelabuhan Padang Bai di Bali dan Poto Tano di Sumbawa. Terdapat feri

    setiap jam dari dan ke kedua pelabuhan tersebut. Juga terdapat kapal cepat yang secara berkala datang dari Benoa Bali

    ke Teluk Nare dan Gili Trawangan di Utara Lombok dan dari Serangan, Bali ke Marina del Ray di Gili Gede.

    Untuk membangun dan mengembangkan industri pariwisata, Lombok perlu menambah akses masuk wisatawan lebih

    banyak lagi, dengan cara menambah dan membuka rute penerbangan baik domestik maupun internasional. Untuk

    domestik, penerbangan-penerbangan ke dan dari Jakarta, Surabaya, Makassar, dan Bali perlu diperbanyak. Sementara

    itu perlu dibuka pula rute penerbangan baru ke daerah-daerah seperti Flores dan Kupang untuk menjadikan Lomboksebagai pintu gerbang menuju Indonesia bagian timur.

    24

  • 8/17/2019 RIPARDA Lombok Ringkasan_Eksekutif.pdf

    25/78

    25

      Untuk penerbangan internasional, penerbangan dari dan ke Singapura dan Kuala Lumpur di Malaysia perlu ditambah

    intensitasnya. Lombok juga harus menggencarkan promosi kepariwisataan di kawasan ASEAN dan Asia Pasifik lain

    untuk meningkatkan jumlah wisatawan dari kawasan tersebut. Meningkatnya jumlah wisatawan ASEAN dan Asia

    Pasifik ke Lombok akan menarik minat maskapai-maskapai penerbangan besar seperti Quantas, Virgin Blue, Cathay

    Pacific dan Jet Star untuk membuka rute penerbangan ke Lombok.

    F. PENGELOLAAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN

      Salah satu tantangan terbesar pembangunan destinasi wisata di Lombok saat ini adalah sistem keamanan dan keselamatan

     yang masih kurang memadai. Sistem keamanan yang dimaksud adalah pendekatan yang efektif dalam mengatasi

    tindak kriminalitas yang mengganggu aktivitas kepariwisataan seperti pencurian, pemerasan, dan perampokan yang

    dilakukan terhadap wisatawan dan para pelaku usaha wisata. Saat ini, terdapat polisi pariwisata yang secara khusus

    menangani masalah keamanan wisatawan, yang ditempatkan di berbagai destinasi wisata seperti Senggigi dan Pantai

    Kuta. Namun jumlah personel polisi pariwisata yang tidak sebanding dengan luas areal patrolinya mengakibatkan

    tindak kejahatan terhadap wisatawan masih sering terjadi di tempat-tempat tertentu. Guna mengatasinya, diperlukan

    penambahan personel polisi pariwisata serta dibangunnya sistem keamanan terintegrasi yang melibatkan berbagai

    elemen masyarakat pemangku kepentingan pariwisata di sekitar obyek wisata.

    Kepariwisataan Lombok juga harus lebih memperhatikan tingkat keselamatan wisatawan dan pelaku usaha dalam

    aktivitas kepariwisataan mereka. Lombok perlu memiliki lembaga sertifikasi yang bertugas mengevaluasi standar

    operasional kerja para tour operators untuk menjamin tingkat keselamatan aktivitas kepariwisataan, terutama aktivitas

    alam seperti wisata laut dan gunung. Bervariasinya kualitas layanan karena belum adanya lembaga sertifikasi yang

    dimaksud secara tidak langsung mengakibatkan seringnya terjadi kecelakaan terutama di kawasan Gunung Rinjani.

    2.4 Tantangan untuk Kinerja Lingkungan

    Menjadikan Lombok sebagai destinasi berbasis wisata alam dan budaya memiliki tantangan yang berasal dari alam danmasyarakat setempat. Tantangan yang berasal dari alam dapat berupa fenomena yang seringkali menyebabkan kematian

    terumbu karang dan ikan di destinasi wisata bahari seperti di tiga Gili. Namun demikian, terdapat tantangan yang lebih besar

     yang berasal dari masyarakat setempat, baik yang secara langsung terkait dengan aktivitas kepariwisataan maupun yang tidak.

    Proses Pembuatan Gerabah di Banyumulek

    25

  • 8/17/2019 RIPARDA Lombok Ringkasan_Eksekutif.pdf

    26/78

    26

    Beberapa diantara tantangan tersebut adalah:

    • Penyedotan dan penggunaan air tanah di 3 Gili, terutama Gili Trawangan, dikhawatirkan telah meningkatkan rembesan

    air laut ke dalam tanah sehingga meningkatkan kadar garam di air tanah. Hal tersebut mengancam kelangsungan

    hidup tidak hanya karang dan ikan di laut tapi juga tumbuhan di sekitar Gili.

    • Lemahnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan dan kebiasaan membuang sampah disembarang

    tempat. Hal ini diperparah oleh kurangnya infrastruktur kebersihan dan lemahnya sistem pengelolaan sampah yang

    dimiliki pemerintah. Keberadaan pengelolaan sampah, seperti bank sampah, dirasa sangat mendesak terutama di dua

    destinasi utama di Lombok yakni Gunung Rinjani dan 3 Gili.

    • Penebangan pohon di kawasan hutan lindung Gunung Rinjani dan area konservasi lainnya yang dilakukan olehmasyarakat baik dengan tujuan penebangan liar maupun pembukaan lahan baru untuk berkebun telah menjadi

    ancaman serius bagi kelestarian flora dan fauna di kawasan tersebut. Di samping itu, penggundulan hutan seringkali

    memicu terjadinya banjir bandang dan tanah longsor di kaki Gunung Rinjani sebelah timur seperti daerah Sembalun

    dan Sambelia.

    • Penangkapan, perburuan, dan komersialisasi binatang-binatang endemik Lombok yang langka dan dilindungi

    dilakukan secara liar dan tidak terkendali. Binatang-binatang seperti monyet, penyu, dan berbagai jenis ikan langka

    diburu untuk dikonsumsi dan dijadikan peliharaan. Begitu juga dengan nasib hampir semua jenis burung di Lombok

     yang diburu untuk dikonsumsi dan dikomersilkan. Perdagangan ilegal burung di daerah ini sudah mencapai tingkat

     yang mengkhawatirkan sehingga apabila tidak segera dihentikan dan ditangani dengan baik dikhawatirkan akan

    menimbulkan ketidakseimbangan ekosistem dan petaka lingkungan dalam beberapa tahun mendatang.

    • Perusakan terumbu karang dan penangkapan ikan di laut dengan menggunakan bahan peledak dan racun masih

    marak terjadi di sekitar Lombok dan pulau-pulau kecil yang mengelilinginya. Penggunaan bahan peledak dan racun

    mengancam kelestarian terumbu karang dan ikan, termasuk kelangsungan hidup para nelayan tradisional yang

    menangkap ikan dengan menggunakan pancing. Perusakan terumbu karang juga terjadi oleh aktivitas buang jangkar

    kapal yang dilakukan dengan sembarangan. Oleh karena itu, perlu ada koordinasi yang solid antar instansi pemerintah

    terutama pihak keamanan laut, dinas perhubungan laut, dinas kelautan dan lingkungan hidup, dinas pariwisata dan

    instansi lainnya untuk bersama-sama menangani permasalahan ini.

    • Polusi suara yang ditimbulkan oleh pengeras suara dari tempat-tempat ibadah, kendaraan bermotor, karaoke, bar

    dan club yang berada di kawasan obyek wisata pada waktu-waktu tertentu juga seringkali dikeluhkan baik oleh para

    wisatawan maupun warga setempat. Tidak bisa dipungkiri bahwa penggunaan pengeras suara sangat diperlukan dalam

    setiap acara terutama yang bersifat keagamaan. Akan tetapi pengeras suara sering digunakan secara berlebihan dan

    tidak proporsional sehingga merugikan masyarakat yang berada di sekitarnya. Fenomena polusi suara dari tempat

    ibadah memerlukan pendekatan yang hati-hati dan bijaksana karena bersifat sensitif. Penyelesaiannya memerlukan

    dukungan para tokoh masyarakat setempat.

    Kain Songket

    26

  • 8/17/2019 RIPARDA Lombok Ringkasan_Eksekutif.pdf

    27/78

    27

    • Erosi lahan dan pantai disebabkan oleh konstruksi bangunan dan tambang pasir ilegal. Bangunan (baik yang sudah

    berdiri maupun yang sedang didirikan) melanggar batas garis pantai dan masyarakat setempat banyak mengambil

    pasir secara ilegal untuk tujuan konstruksi.

    Dampak Perubahan Iklim

    Iklim berubah dengan cepat dan mengancam masyarakat, bisnis dan alam. Untuk sektor pariwisata, dampak dari perubahan

    iklim sendiri sudah mulai terasa, khususnya untuk destinasi wisata pantai. Di saat yang bersamaan, sektor pariwisata

    berkontribusi terhadap gas rumah kaca (GRK), khususnya melalui transportasi wisatawan.

    Dengan perubahan iklim, dampak negatif terhadap sektor pariwisata dan pertanian sudah dapat diperkirakan akan

    memberikan dampak buruk bagi Pulau Lombok. Kehidupan terumbu karang terancam dengan meningkatnya suhu

    permukaan air dan oksidasi air laut; hutan bakau terancam dengan meningkatnya tinggi permukaan air laut dan

    meningkatnya kejadian cuaca ekstrim. Sumber air diperkirakan juga akan terkena dampaknya dari perubahan pola curah

    hujan dan cuaca ekstrim yang menyebabkan kerusakan hutan terestrial. Dampak lainnya termasuk berkurangnya sumber

    air tawar dan ketersediaan sumber air pada umumnya disebabkan berkurangnya curah hujan dan intrusi air laut yang

    sudah mengancam area Gili, serta banjir yang terjadi di pemukiman dan lahan pertanian dekat pantai.

    Perubahan iklim dan pola cuaca di destinasi pariwisata seperti Lombok dapat secara signifikan mempengaruhi kenyamanan

    wisatawan dan rencana perjalanan mereka. Perubahan pola permintaan dan laju wisatawan akan memberikan dampak

    terhadap bisnis pariwisata dan masyarakat setempat, serta mempengaruhi sektor terkait lainnya seperti pertanian, industri

    kerajinan atau konstruksi. Pemerintah Indonesia dan pemerintah daerah NTB mengakui adanya kebutuhan mendesak bagi

    industri pariwisata untuk mengembangkan dan menerapkan strategi dalam menghadapi perubahan iklim serta pentingnya

    langkah pencegahan untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan yang disebabkan sektor pariwisata. Langkah awal

     yang diambil untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan di Lombok serta mengurangi ecological footprint  dari

    destinasi wisata itu sendiri antara lain:

    • Proyek peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah dan masyarakat untuk beradaptasi dengan perubahan iklim

    dan mengintegrasikannya ke dalam kebijakan dan strategi pemerintah (contoh: RED-GRK, RPJMD);

    • Proyek penghematan sumber daya: pengurangan penggunaan sumber daya air dan konsumsi listrik oleh industri

    perhotelan serta pengelolaan sampah guna mengurangi emisi GRK dan di saat yang sama meningkatkan daya saing

    dalam pasar pariwisata. Selain itu, beberapa hotel mulai berinisiatif menerapkan desain bangunan dengan konsep

    berkelanjutan;

    • Pengadaan bahan/material yang berkelanjutan (green procurement ): sebagai usaha untuk menghubungkan produk

    lokal dengan bisnis pariwisata seperti hotel dan restoran, pemasok didorong untuk mengadopsi praktik pengadaan

    barang dan jasa yang berkelanjutan;

    Mutiara di dalam Kerang MutiaraProduk Topeng Tradisional

    27

  • 8/17/2019 RIPARDA Lombok Ringkasan_Eksekutif.pdf

    28/78

    28

    • Proyek yang menggerakkanmasyarakat untuk melestarikan alam,

    menanam pohon, khususnya reboisasi

    hutan bakau;

    • Kegiatan memperbaiki terumbu

    karang dengan penanaman biorock 

    dan terumbu karang yang saat ini

    sedang berjalan.

    Cara lain yang dapat ditempuh

    oleh industri pariwisata, termasuk

    para wisatawan yang mengunjungi

    Lombok untuk melawan dampakperubahan iklim, misalnya dengan

    meningkatkan kesadaran terhadap

    perubahan iklim yang diakibatkan industri pariwisata setempat dan perilaku konsumen. Diperlukan pula usaha untuk

    memfasilitasi adaptasi terhadap dampak perubahan iklim yang telah terjadi serta mengantisipasi dampak lainnya di masa

     yang akan datang. Kegiatan ini harus didukung oleh pengembangan media komunikasi seperti publikasi, poster, selebaran

    serta media informasi dan kampanye yang lebih spesifik yang bisa ditampilkan di radio setempat.

    Memperkenalkan praktik pengelolaan risiko akan menciptakan kesadaran dalam masyarakat terhadap bahaya dan

    memastikan bahwa mereka dan institusi pelayanan darurat terlatih dengan baik dan cepat tanggap. Guna mencapai

    kesiapan tersebut, diperlukan peningkatan kapasitas operasional oleh masyarakat di sekitar destinasi wisata pantai dan

    gunung agar lebih sigap dan cepat tanggap dalam keadaan darurat bencana alam.

    Mengkoordinasikan dan mengintegrasikan kegiatan dalam rangka adaptasi terhadap perubahan iklim ke dalam kebijakan

     yang sudah ada dalam pengembangan sosial ekonomi dan kelestarian lingkungan, serta merevisi dan/atau menegakkan

    aturan yang ada seperti izin bangunan, zonasi lahan di sekitar pantai dan sungai akan mendukung pengembangan yang

    berkelanjutan. Hal lain yang bisa direkomendasikan yaitu menggunakan teknologi dan praktik berkelanjutan, seperti

    energi terbarukan dan penelitian lebih lanjut.

    Inisiatif Hijau

    Dalam upaya menciptakan kesadaran di tengah masyarakat serta melibatkan wisatawan guna mengurangi jumlah sampah

     yang dihasilkan sekaligus melindungi keanekaragaman hayati di Lombok, dilaksanakan beberapa inisiatif yaitu:

    • South Lombok Community Association (SLCA) untuk keamanan, kebersihan, dan pendidikan di kawasan pantai Kuta;

    • Gili Eco Trust mendukung pengelolaan sampah dan konservasi terumbu karang dan penyu di 3 Gili;

    • Mendidik masyarakat desa mengenai dampak lingkungan, memperkenalkan pengelolaan sampah berdasarkan prinsip

    3R di Kampung Wisata di Tete Batu;

    • Pengembangan Desa Wisata Hijau Banyumulek;

    • Program penghematan sumber daya yang dilakukan oleh beberapa hotel yang merupakan anggota PHRI;

    • Pembentukan bank sampah di beberapa area baik di Lombok maupun Sumbawa;

    • Tour operator yang mempromosikan ecotourism;

    • Pengembangan eco region di Tanjung Ringgit oleh Eco Solution Lombok; dan

    • Program penanaman pohon oleh tour operator dan usaha akomodasi setempat, serta program rehabilitasi hutan bakau

    (mangrove ) oleh pemerintah setempat.

    28

  • 8/17/2019 RIPARDA Lombok Ringkasan_Eksekutif.pdf

    29/78

    29

    2.5 Analisis TOWS

     Analisis TOWS dipergunakan untuk melihat ancaman, peluang, kelemahan dan kekuatan yang dimiliki Pulau Lombok

    dalam sektor pariwisata. Selanjutnya analisis ini akan digunakan untuk merumuskan strategi pembangunan dan

    pemasaran kepariwisataan yang berkelanjutan.

    Ancaman (Threats ) terhadap keberlangsungan

    pembangunan kepariwisataan di Lombok

    Peluang (Opportunities ) untuk membangun

    kepariwisataan berkelanjutan

    1. Pesatnya pembangunan kepariwisataan termasukkualitas SDM yang lebih tinggi di destinasi lain yangberdekatan;

    2. Kondisi ekonomi, sosial, dan politik dunia yang masihbelum kondusif;

    3. Adanya dampak dari perubahan iklim dan meningkatnyakunjungan wisatawan yang mengakibatkanmeningkatnya carbon footprint .

    1. Membaiknya pasar pariwisata nasional;

    2. Adanya keinginan yang kuat dari wisatawan domestikdan mancanegara untuk mendapatkan pengalamanwisata yang unik dan berkelanjutan;

    3. Beroperasinya Bandara Internasional Lombok;

    4. Munculnya beberapa institusi pendidikan tinggikepariwisataan;

    5. Perhatian pemerintah pusat terhadap pembangunankepariwisataan di Lombok.

    Kelemahan (Weaknesses )

    yang dimiliki oleh Lombok

    Kekuatan (Strengths ) yang dimiliki oleh Lombok

    sebagai sebuah destinasi wisata terdiri dari

    1. Infrastruktur pariwisata yang masih kurang;

    2. Kurangnya tenaga kerja pariwisata profesional;

    3. Sistem pengelolaan pariwisata yang masih belumterpadu;

    4. Lemahnya sistem manajemen yang mengikutsertakanmasyarakat lokal dalam aktivitas kepariwisataan; Isukeamanan lokal (aksi kriminalitas) masih tinggi.

    1. Posisi geografis yang strategis;

    2. Gunung Rinjani dengan keindahan dan keunikanalamnya;

    3. Hamparan pantai dan ombak;

    4. Pulau-pulau kecil lengkap dengan pantai, ombak, dankeberagaman hayati bawah air;

    5. Keberagaman budaya (agama, adat istiadat, tarian,musik, arsitektur lokal, kuliner, souvenir).

    Air Terjun Tiu Kelep Senaru

    29

  • 8/17/2019 RIPARDA Lombok Ringkasan_Eksekutif.pdf

    30/78

    30

    Perkembangan Kepariwisataan Lombok 

    Bab ini membahas mengenai kinerja kepariwisataan Lombok secara keseluruhan, termasuk destinasi (destination), asal

    wisatawan (origin), seasonabilitas (time ). Khusus mengenai asal wisatawan (origin) akan dibahas secara lebih lanjut pada

    bab selanjutnya mengenai Pasar Potensial. Pembangunan industri pariwisata Lombok telah berlangsung selama lebih

    dari tiga dasawarsa termasuk sejak ditetapkan sebagai daerah tujuan wisata di Indonesia tahun 1979. Dalam kurun waktu

    tersebut, pembangunan kepariwisataan di daerah ini dapat diklasifikasikan ke dalam tiga periode, yakni: (1) periode

    pembangunan yakni masa sampai akhir 90an; (2) periode recovery   yakni awal tahun 2000 sampai dengan 2005; dan

    (3) periode kebangkitan yang masih berjalan hingga sekarang. Pada sepuluh tahun pertama pembangunannya, industri

    pariwisata di Lombok mengalami perkembangan yang pesat yang ditandai dengan meningkatnya jumlah kunjungan

    wisatawan mancanegara dari tahun ke tahun.

    Memasuki milenium baru tahun 2000, kemajuan pembangunan kepariwisataan Lombok mendapat cobaan dari berbagai

    peristiwa politik, ekonomi dan sosial di tingkat lokal, nasional, dan internasional. Beberapa peristiwa yang secara

    berturut-turut mempengaruhi perkembangan industri pariwisata di Lombok selama periode 1997–2006 meliputi: (1)

    Instabilitas politik dalam negeri yang diawali dengan runtuhnya kekuasaan Orde Baru pada tahun 1997; (2) Kerusuhan

    sosial mengenai Suku, Ras, Agama dan Antar golongan (SARA) yang terjadi di Mataram tahun 2000; (3) Serangan Teroris

    terhadap menara kembar di New York tahun 2001; (4) Serangan teroris di Bali tahun 2002 dan 2005; (5) Bencana alam

    seperti Tsunami yang terjadi di Aceh tahun 2004, Gempa bumi di Yogyakarta tahun 2006; dan (6) Penyebaran Virus SARS

    dan flu burung di Asia Tenggara tahun 2005.

    Geliat aktivitas kepariwisataan Lombok mulai terlihat lagi sejak tahun 2006, dan mencatatkan jumlah kunjungan

    wisatawan yang rata-rata lebih tinggi dari periode sebelumnya, seperti yang terlihat dari jumlah kunjungan wisatawan

    ke Provinsi NTB pada Gambar 3. Peningkatan jumlah wisatawan terlihat sangat signifikan dari tahun ke tahun. Bila pada

    periode sebelum tahun 2000, wisatawan yang berkunjung didominasi oleh wisatawan mancanegara, maka kunjungan

    3. Kinerja Kepariwisataan

    Musim Panen Rumput Laut di Pantai Numbung

    30

  • 8/17/2019 RIPARDA Lombok Ringkasan_Eksekutif.pdf

    31/78

    31

    pada periode setelah tahun 2006 didominasi oleh wisatawan domestik. Fenomena ini bisa jadi dipicu oleh meningkatnya

    perekonomian dalam negeri yang disertai oleh lebih tingginya dorongan wisatawan domestik untuk melakukan perjalanan

    di dalam negeri. Data tersebut memberikan indikasi menguatnya permintaan pariwisata dalam negeri yang menguntungkan

    aktivitas kepariwisataan di Lombok. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan wisatawan di pulau

    Lombok adalah karena mulai beroperasinya Bandara Internasional Lombok pada tahun 2011.

    Gambar 3: Jumlah wisatawan ke Nusa Tenggara Barat tahun 2006-2013

    Sumber: Dikutip dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB 2013

    Kunjungan Wisatawan

    Pada tahun 2014 jumlah kunjungan wisatawan di Lombok mencapai 1.629.122 juta, meningkat 20% dibandingkan dengan

    tahun 2013. Selama tahun terakhir pertumbuhan tahunan wisatawan sangat mengesankan dan tampaknya sudah berada

    di jalur yang benar untuk mencapai target 2 juta wisatawan di tahun 2015 yang telah ditetapkan oleh pemerintah NTB.

    Pulau ini didominasi oleh pasar domestik, yang menyumbang hampir 60% dari kunjungan. Mayoritas wisatawan domestik

    berasal dari Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya serta dari Makassar dan Bali. Sisanya adalah wisatawan dari

    kawasan ASEAN dan pasar luar negeri lainnya.

    Berbeda dengan kunjungan wisatawan di Indonesia pasar outbound  didominasi oleh Eropa dengan Perancis, Jerman dan

    Belanda yang mendominasi di tahun 2013/14. Wisatawan Asia masih rendah jumlahnya, namun koneksi penerbangan

    baru dari Singapura, Bali (dan untuk sementara dari Perth) telah mengubah keadaan ini. Kedatangan pengunjung dari

     Australia melonjak tinggi pada kuartal pertama tahun 2013/2014. Pada 2015 peningkatan pasar terutama diharapkan

    berasal dari pasar Asia.

    Seasonabilitas

    Data pada Gambar 4 menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan per bulan selama enam tahun terakhir. Walaupun

    terdapat perbedaan musim kunjungan puncak ( peak season) dari tahun ke tahun, terlihat kecenderungan peningkatan

     jumlah wisatawan setiap tahun. Yang menarik adalah kecenderungan terjadinya peak season setiap akhir tahun. Bulan-

    bulan yang termasuk ramai bagi kepariwisataan di Lombok dimulai pada bulan Mei, dimana terjadi peningkatan jumlah

    kunjungan wisata yang mencapai puncaknya ( peak) pada bulan Agustus. Hal ini dipicu oleh libur musim panas di Eropadan Amerika, libur tengah semester di Indonesia, dan musim libur lebaran di Indonesia yang jatuh pada pertengahan

    tahun sejak 2009.

    2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

      Wisatawan Mancanegara 179.666 200.170 213.926 232.525 282.161 364.196 417.706 565.944

      Wisatawan Nusantara 246.911 257.209 330.575 386.845 443.227 522.684 691.436 791.658

      Jumlah 426.577 457.379 544.481 619.370 725.388 886.880 1.163.142 1.357.602

     Jumlah Wisatawan ke NTB Tahun 2006-2013

       J  u   m   l   a   h   W   i   s   a   t   a  w   a   n

    31

  • 8/17/2019 RIPARDA Lombok Ringkasan_Eksekutif.pdf

    32/78

    32

    Gambar 4: Seasonabilitas ke NTB dalam 6 tahun terakhir

    Sumber: Dikutip dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB 2014

    Penurunan jumlah wisatawan rata-rata terjadi pada bulan September, Oktober, dan November, dan kembali meningkat

    pada bulan Desember bersamaan dengan musim liburan Natal dan Tahun Baru yang berakhir sampai pertengahan Januari

    tahun berikutnya. Jumlah wisatawan terendah terlihat pada bulan Februari, Maret dan April bersamaan dengan musim

    hujan di Lombok.

    Selain itu, salah satu daya tarik wisata unggulan Lombok yaitu Gunung Rinjani ditutup untuk 3 bulan dimulai dari

    bulan Februari hingga April. Ditutupnya Gunung Rinjani oleh Balai Taman Nasional Gunung Rinjani dilakukan karenabeberapa alasan, yang pertama yaitu untuk alasan keselamatan wisatawan karena dianggap tidak aman untuk melakukan

    pendakian pada saat musim penghujan karena jalur pendakian akan sangat licin. Yang kedua yaitu untuk menjaga

    keberlanjutan kehidupan keanekaragaman hayati yang terdapat di Gunung Rinjani.

    Mayoritas wisatawan yang datang ke Lombok adalah wisatawan individu /Free Independent Traveller  (FIT) yang berumur

    antara 25-40 tahun, hampir 50% belum menikah dan 60% berjenis kelamin laki-laki. Wisatawan yang berkunjung ke

    Lombok memesan jasa perjalanan mereka secara terpisah karena paket tur yang ada tidak begitu digemari.

    Rata-Rata Lama Tinggal dan Rata-Rata Pengeluaran

    Selain dilihat dari seasonabilitas sepanjang tahun, berkembangnya aktivitas pariwisata di Lombok juga dilihat dari rata-

    rata lama tinggal dan rata-rata pengeluaran wisatawan per hari baik oleh wisatawan domestik maupun mancanegaraseperti yang terlihat pada tabel 6 dan 7 di bawah ini.

    Tabel 6: Rata-rata lama tinggal dan pengeluaran Wisman dan Wisnus periode 1994-1997

    TahunJumlahWisman

    Rata-rata JumlahWisnus

    Rata-rata

    Lama Tinggal (malam) Pengeluaran (US$/hari) Lama Tinggal (malam) Pengeluaran (IDR/hari)

    1994 158.813 8,0 59 120.279 6,0 95.550

    1995 167.267 8,0 64 140.940 6,0 99.167

    1996 227.453 12,0 65 122.172 6,0 78.000

    1997 245.049 12,0 68 151.282 6,0 99.000

    Sumber: Pariwisata dalam Angka Tahun 1997 

     Apabila dibandingkan rata-rata lama tinggal dan rata-rata pengeluaran wisatawan dari periode tahun 1994-1997 dengan

    tahun 2009-2012, terlihat penurunan lama tinggal yang signifikan, namun terjadi peningkatan yang juga signifikan pada

    pengeluaran wisatawan.

    Seasonabilitas Kedatangan Wisatawan di Provinsi NTB (2009-2014)

      J  a  n  u  a  r   i

       W   i   s   a   t   a  w   a   n

      F e   b  r

      u  a  r   i

      M  a  r e  t

      A  p  r   i   l   M e

       i  J  u  n   i

      J  u   l   i

      A  g   u  s  t  u  s

      S e  p  t e  m

       b e  r

      O   k  t  o   b

     e  r

      N  o  v e  m   b e

      r

      D

     e  s e  m   b e

      r

    2009 2010 2011 2012 2013 2014

  • 8/17/2019 RIPARDA Lombok Ringkasan_Eksekutif.pdf

    33/78

    33

    Tabel 7: Rata-rata lama tinggal dan pengeluaran Wisman dan Wisnus tahun 2009-2013

    TahunJumlahWisman

    Rata-rata JumlahWisnus

    Rata-rata

    Lama Tinggal (malam) Pengeluaran (US$/hari) Lama Tinggal (malam) Pengeluaran (IDR/hari)

    2009 232.525 3,8 80 386.845 4,3 375.000

    2010 282.161 4,0 100 443.227 4,0 500.000

    2011 364.196 3,9 125 552.684 3 1.214.300

    2012 471.706 3,9 130 691.436 3,8 1.200.500

    2013 565,944 5,8 270 789.658 4,8 1.780.000

    Sumber: Dikutip dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB 2014, GIZ Tourism Impact Study Lombok 2013

    Perbedaan jumlah rata-rata pengeluaran wisatawan pada periode tahun 1990 dengan tahun 2000 seperti yang terlihat

    pada tabel diatas juga mempengaruhi pendapatan yang dihasilkan oleh sektor pariwisata. Perbedaan pendapatan dari dua

    periode baik dari wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara dapat dilihat pada tabel 8:

    Tabel 8: Pendapatan dari Wisman dan Wisnus periode 1994/1997 dan 2009/2012

    Wisman Wisnus

    Tahun Jumlah (US$) Tahun Jumlah (US$) Tahun Jumlah (000 IDR) Tahun Jumlah (000 IDR)

    1994 74.959.736,00 2009 74.408.000,00 1994 69.955.950,00 2009 623.787.562,50

    1995 85.640.704,00 2010 112.864.400,00 1995 83.859.500,00 2010 886.454.000,00

    1996 139.958.520,00 2011 177.545.550,00 1996 57.176.498,00 2011 1.904.085.543,60

    1997 174.672.144,00 2012 239.154.942,00 1997 89.861.508,00 2012 3.154.261.888,40

    Sumber: Dikutip dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB 2012; Pariwisata dalam Angka Tahun 1997 

    Peningkatan jumlah kunjungan wisata berdampak pada peningkatan sumbangan sektor ini terhadap PDRB Provinsi NTB.Gambar 5 menunjukkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) NTB atas dasar harga berlaku pada tahun 2013 adalah

    sebesar IDR 56.,277.970.000 sedang pada tahun sebelumnya sebesar IDR 49.679.694.000. Sampai saat ini perekonomian

    NTB masih didominasi oleh sektor primer yakni sektor pertambangan dan pertanian, namun bagaimanapun juga, sektor

    pariwisata mulai menempati posisi yang cukup penting dalam kontribusinya terhadap PDRB Provinsi NTB. Selain itu, sektor

    pertanian juga perlu dipertimbangkan karena sektor ini memberikan kontribusi terhadap sektor pariwisata seperti pemasok

    bahan makanan, walaupun dampak ekonomi tidak terlihat secara langsung dan belum terukur secara sis