ringkasan buku sosiologi suatu pengantar prof

66
RINGKASAN BUKU SOSIOLOGI SUATU PENGANTAR Prof. Dr. Soerjono Soekanto 24 April 2015 | nurisyamsiah SOSIOLOGI SUATU PENGANTAR Prof. Dr.Serjono Soekanto BAB. 1 Pendahuluan 1. Pengantar Sosiologi merupakan suatu ilmu yang masih muda, walau telah mengalami perkembangan yang cukup lama, setiap manusia mengenal kebudayaan dan peradaban, masyarakat manusia sebagai proses pergaulan hidup yang telah menarik perhatian. Pemikiran terhadap masyarakat lambat laun mendapat bentuk sebagai suatu ilmu pengetahuan yang kemudian dinamakan sosiologi, pertama kali terjadi di Eropa. Pada abad 19 Auguste Comte menulis beberapa buah buku yang berisikan pendekatan-pendekatan umum untuk mempelajari masyarakat. Dia beranggapan saatnya telah tiba bahwa sumua penelitian terhadap permasalahan kemasyarakatan dan gejala- gejala masyarakat memasuki tahap akhir, yaitu tahap ilmiah. Sosiologi (1839), berasal dari kata latin socius yang berarti “kawan” dan logos yang berarti “kata” atau “berbicara”. Jadi sosiologi berarti “berbicara mengenai masyarakat”. Bagi Comte sosiologi merupakan ilmu pengetahuan kemasyarakatan umum yang merupakan hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan sosiologi harus di bentuk berdasarkan pengamatan terhadap masyarakat bukan merupakan spekulasi. 1. Ilmu Pengetahuan dan Sosiologi

Upload: shafa-nuri-al-nada

Post on 10-Jul-2016

192 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

gtttt

TRANSCRIPT

RINGKASAN BUKU SOSIOLOGI SUATU PENGANTAR Prof. Dr. Soerjono Soekanto24 April 2015 | nurisyamsiah

SOSIOLOGI SUATU PENGANTAR

Prof. Dr.Serjono Soekanto

 

BAB. 1 Pendahuluan

1. Pengantar

Sosiologi merupakan suatu ilmu yang masih muda, walau telah mengalami perkembangan yang cukup lama, setiap manusia mengenal kebudayaan dan peradaban, masyarakat manusia sebagai proses pergaulan hidup yang telah menarik perhatian. Pemikiran terhadap masyarakat lambat laun mendapat bentuk sebagai suatu ilmu pengetahuan yang kemudian dinamakan sosiologi, pertama kali terjadi di Eropa. Pada abad 19 Auguste Comte menulis beberapa buah buku yang berisikan pendekatan-pendekatan umum untuk mempelajari masyarakat. Dia beranggapan saatnya telah tiba bahwa sumua penelitian terhadap permasalahan kemasyarakatan dan gejala-gejala masyarakat memasuki tahap akhir, yaitu  tahap ilmiah.

Sosiologi (1839), berasal dari kata latin socius yang berarti “kawan” dan logos yang berarti “kata” atau “berbicara”. Jadi sosiologi berarti “berbicara mengenai masyarakat”. Bagi Comte sosiologi merupakan ilmu pengetahuan kemasyarakatan umum yang merupakan hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan sosiologi harus di bentuk berdasarkan pengamatan terhadap masyarakat bukan merupakan spekulasi.

1. Ilmu Pengetahuan dan Sosiologi

Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan (knowledge) yang tersusun secara sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, yang selalu dapat diperiksa dan ditelaah (dikontrol) dengan krisis setiap orang lain yang mengetahuinya. Unsur- unsur (element) yang merupakan bagian- bagian yang tergabung dalam suatu kebulatan adalah :

1. Pengetahuan (knowledge)2. Tersusun secara sistematis3. Menggunakan pemikiran4. Dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain atau umum (objektif).

Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indranya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs), takhayul (superstitions) dan penerangan-

penerangan yang keliru (misinformations). Ilmu pengetahuan dapat di bedakan menurut sifat dan objeknya.

Menurut sifat ilmu pengetahuan di kelompokan menjadi :

1. Ilmu pengetahuan yang bersifat eksak2. Ilmu pengetahuan yang bersifat non-eksak

Menurut objek ilmu pengetahuan di kelompokan menjadi :

1. Ilmu matematika2. Ilmu pengetahuan alam3. Ilmu tentang perilaku4. Ilmu pengetahuan kerohanian

Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Sosiologi bersifat empiris, ilmu pengetahuan itu didasarkan pada observasi terhadap kenyataan  dan akal sehat serta hasinya tidak bersifat spekulatif.

2. Sosiologi bersifat teoritis, ilmu pengetahuan tersebut selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi dan menyusunnya menjadi sebuah teori.

3. Sosiologi bersifat komulatif, teori sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori yang sudah ada dalam arti diperbaiki, memperluas dan memperhalus teori yang lama.

4. Sosiologi bersifat non etis, yang mempersoalkan fakta tertentu untuk tujuan menjelaskan fakta tersebut secara analitis.

Sosiologi mempelajari masyarakat dalam keseluruhannya dan hubungan-hubungan antara orang-orang dalam masyarakat. Beberapa definisi sosiologi :

1. Pitirim Sorokin,Sosiologi ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala social, gejala social dengan gejala nonsosial, cirri-ciri umum semua gejala social.

2. Roucek dan WarrenSosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia dalam antar kelompok-kelompok.

3. William F Ogburn dan Meyer F Nimkoff Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi social dan hasilnya yaitu organisasi social

4. A.A van Doorn dan C.J Lammers Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.

5. Selo Soemardjan dan Soelaeman Sumardi Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari stuktur social dan proses-proses social, termasuk perubahan social.

Sosiologi merupakan ilmu social yang objeknya adalah masyarakat. Masyarakat mencakup beberapa unsure berikut.

Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama Bercampur untuk waktu yang cukup lama.

Mereka sadar bahwa mereka satu kesatuan. Mereka merupakan suatu system yang hidup bersama.

1. Gambaran Ringkas tentang Sejarah Teori-teori Sosiologi2. Apakah Teori?

Suatu teori pada hakikatnya merupakan hubungan antara dua fakta atau lebih, atau pengaturan fakta menurut cara- cara tertentu. Kegunaan teori Sosiologi :

1. Suatu teori atau beberapa teori merupakan ikhtisar hal-hal yang telah diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang dipelajari sosiologi.

2. Teori memberikan petunjuk- petunjuk terhadap kekurangan- kekurangan pada seseorang yang memperdalam pengetahuannya di bidang sosiologi.

3. Teori berguna untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang dipelajari oleh sosiologi.

4. Suatu teori akan sangat berguna dalam mengembangkan system klarifikasi fakta, membina struktur konsep- konsep serta memperkembangkan definisi- definisi yang penting untuk penelitian.

5. Pengetahuan teoritis memberikan kemungkinan- kemungkinan untuk mengadakan proyeksi social .

2. Perhatian Terhadap Masyarakat Sebelum Comte

Seorang filsuf Barat yang pertama kali menelaah masyarakat secara sistemmatis adalah Plato ( 429-347 SM ), bahwa masyarakat sebenarnya merupakan refleksi dari manusia perorangan dan suatu masyarakat akan mengalami kegoncangan. Artistoteles (348-322 SM) mengikuti system analisis secara organis dari Plato. Dalam bukunya politic, Aristoteles mengadakan suatu analisis mendalam terhadap lembaga-lembaga politik dalam masyarakat.

Pada akhir abab pertengahan muncul ahli filsafat Arab, Ibn Khaldun (1332-1406) yang mengemukakan beberapa prinsip pokok untuk menafsirkan kejadian-kejadian social dan peristiwa dalam sejarah. Prinsip-prinsip yang sama akan dijumpai bila ingin mengadakan analisis terhadap timbul tenggelamnya Negara-negara. Pada zaman Renaissance (1200-1600), tercatat nama-nama seperti Thomas More dengan Utopia –nya dan Campanella yang menulis City of the Sun. Mereka masih sangat terpengaruh oleh gagasan-gagasan terhadap adanya masyarakat yang ideal. Berbeda dengan mereka adalah N. Machiavelli yang menganalisis bagaimana mempertahankan kekuasaan.

Abad ke-17 ditandai dengan munculnya tulisan Hobbes (1588-1679) yang berjudul The Leviathan. Dia beranggapan bahwa dalam keadaan alamiah, kehidupan manusia didasarkan pada keinginan-keingginan yang mekanis sehingga manusia sering berkelahi. Akan tetapi, mereka mempunyai pikiran hidup damai dan tentram adalah jauh lebih baik jika mereka mengadakan suatu perjanjian atau kontrak. Abad ke-18 muncul ajaran-ajaran seperti John Locke (1632-1704) dan J.J. Rousseau (1712-1778) yang masih berpegang pada konsep kontrak social dari Hobbes. Menurut Locke, manusia pada dasarnya memiliki hak-hak asasi yang berupa hak untuk hidup, kebebasan dan hak atas harta. Rousseau berpendapat bahwa kontrak antara pemerintah dengan

yang diperintah menyebabkan tumbuhnya suatu kolektivitas yang memiliki keinginan-keinginan sendiri, yaitu keinginan umum.Pada abab ke -19 muncul ajaran seperti Saint Simon (1760-1825) menyatakan bahwa manusia hendaknya di pelajari dalam kehidupan kelompok.

3. Sosiologi Auguste Comte (1798- 1853)

Auguste Comte adalah orang pertama – tama memakai istilah “Sosiologi” dan yang membedakan antara ruang lingkup dan isi sosiologi dari ruang lingkup dan isi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. menurut Comte ada 3 tahap perkembangan intelektual :

1. Tahap teologis, yaitu tahap dimana manusia menafsirkan gejala-gejala di sekelilingnya secara teologis, yaitu dengan kekuatan-kekuatan roh dewa-dewa atau Tuhan Yang Maha Kuasa.

2. Tahap metafisik, yaitu manusia menganggap bahwa dalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkap.

3. Ilmu pengetahuan positif, yaitu manusia masih terikat cita-cita tanpa verifikasi karena adan kepercayaan bahwa setiap cita-cita terikat pada suatu realitas tertentu dan dan tidak ada usaha untuk menemukan hukum alam yang seragam.

Hal yang menonjol dari sistematika Comte adalah penilaiannya terhadap sosiologi, yang merupaka ilmu pengetahuan yang paling kompleks, dan merupakan suatu ilmu pengetahuan yang akan berkembang dengan pesat sekali. Comte kemudian membedakan antara sosiologis statis dan dinamis. Sosiologi statis memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar dari adanya masyarakat. Studi ini mempelajari aksi-aksi dan reaksi timbal balik dari system-sistem social. Sosiologi dinamis merupakan teori tentang perkembangan dalam arti pembangunan. Ilmu pengetahuan ini menggambarkan cara-cara pokok dalam mana perkembangan manusia terjadi dari tingkat intelegensia yang rendah ketingkat yang lebih tinggi. Comte yakin bahwa masyarakat berkembang menuju suatu kesempurnaan.

4. Teori- teori Sosiologi sesudah Comte

Suatu gambararan menyeluruh dan lengkap tentang teori- teori sosiologi sesudah masa comte akan dipilih beberapa teori saja, yang dikelompokan kedalam beberapa mazhab untuk memudahkan penyusunan.

1. Mazhab Geografi dan Lingkungan

Mazhab Geografi dan Lingkungan telah lama berkembang. Dengan kata lain, jarang sekali terjadi para ahli pemikir menguraikan masyarakat manusia terlepas dari tanah atau lingkungan dimana masyarakat itu berada. Masyarakat hanya mungkin timbul dan berkembang apabila ada tempat berpijak dan tempat hidup bagi masyarakat tersebut. Teori yang termasuk mazhad ini adalah ajaran-ajaran dari Edward Buckle yang berasal dari Inggris (1821-1862) dan Le Play dari Prancis (1806-1888). Dalam karyanya History of Civilization in England, Buckle meneruskan ajaran-ajaran yang sebelumnya tentang pengaruh keadaan alam terhadap masyarakat.

1. Mazhab Organis dan Evolusiuner

Herbert Spencer adalah orang pertama-tama menulis tentang masyarakat atas dasar data empiris yang kongkret. Dia telah memberikan suatu model kongkret yang secara sadar  maupun tidak telah diikuti oleh sosiolog setelah dia. Suatu organisme menurut Spencer , akan bertambah sempurna apabila bertambah kompleks dan dengan adanya diferensiasi antara bagian-bagiannya. Spencer ingin membuktikan bahwa masyarakat tanpa diferensiasi pada tahap pra industry secara intern tidak stabil karena terlibat pertentangan-pertentangan diantara mereka sendiri. Selanjutnya dia berpendapat bahwa masyarakat industry yang telah terdiferensiasi dengan mantap, aka nada suatu stabilitas yang menuju pada kehidupan yang damai.

Ajaran Spencer berpengaruh besar sekali terutama di Amerika Serikat. Salah satunya W.G Summer (1840-1910) salah satu hasil karyanya adalah Folkway. Folkway dimaksudkan dengan kebiasaan-kebiasaan social yang timbul secara tidak sadar dalam masyarakat, yang menjadi bagian dari tradisi. Division of Labor karya Emile Durkheim termasuk mazhab ini. Durkheim menyatakan bahwa unsure-unsur dalam masyarakat adalah factor solidaritas. Dia membedakan masyarakat yang memiliki solidaritas mekanis dan solidaritas organis. Masyarakat dengan solidaritas mekanis, warga-warga masyarakat belum mempunya diferensiasi dan pembagian kerja,  masyarakat memiliki kepentingan dan kesadaran yang sama. Masyarakat dengan solidaritas organis, yang merupakan perkembangan dari masyarakat solidaritas mekanis, telah memiliki pembagian kerja yang ditandai dengan derajat spealisasi tertentu.

Sebagaimana halnya dengan Spencer dan Durkheim, Ferdinand Tonnies dari Jerman (1855-1936) juga terpengaruh oleh bentuk-bentuk kehidupan social yang lain. Hal yang penting bagi Tonnies adalah bagaimana warga suatu kelompok mengadakan hubungan dengan sesamanya. Tonnies berpendapat bahwa dasar hungungan tersebut disatu pihak adalah factor perasaan, simpati, pribadi, dan kepentingan bersama. Di pihak lain dasarnya adalah kepentingan-kepentingan rasional dan ikatan-ikatan yang tidak permanen sifatnya.

1. Mazhab Formal

Ahli piker yang menonjol pada mazhab ini, kebanyakan dari Jerman yang terpengaruh oleh ajaran-ajaran Immanuel Kant. Georg Simmel (1858-1918) menyatakan elemen-elemen masyarakat mencapai kesatuan melalui bentuk-bentuk yang mengatur hubungan antara elemen-elemen tersebut. Selanjutnya dia berpendapat bahwa pelbagai lembaga di dalam masyarakat terwujud dalam bentuk superioritas, subordinasi, dan konflik. Menurut Simmel, seseorang menjadi warga masyarakat untuk mengalami proses individualisasi dan sosialisasi.

Leopold von Wiese (1876-1961) berpendapat bahwa sosiologi harus memusatkan perhatian pada hubungan-hubungan antarmanusia tanpa mengkaitkannya dengan tujuan-tujuan maupun kaidah-kaidah. Alfred Vierkandt (1867-1953) menyatakan bahwa sosiologi menyoroti situasi-situasi mental yang berasal dari hasil perilaku yang timbul sebagai akibat interaksi antar individu dan kelompok dalam masyarakat.

1. Mazhab Psikologi

Gabriel Tarde (1843-1904) dari perancis. Dia mulai denagnsuatu dugaan atau pandangan awal bahwa gejala social mempunyai sifat psikologis yang terdiri dari interaksi antara jiwa-jiwa

individu dimana jiwa tersebut terdiri dari kepercayaan – kepercayaan dan keinginan-keinginan. Keinginan utama Tarde adalah berusaha untuk menjelaskan gejala-gejala social di dalam kerangka reaksi-reaksi psikis seseorang. Salah satu sosiolog dari Amerika, Richard Horton Cooley (1864-1926) menyatakan bahwa individu dan masyarakat saling melengkapi, dimana individu hanya akan menemukan bentuknya di dalam masyarakat.

Di Inggris yang terkenal adalah L.T Hobhouse (1864-1929) yang sangat tertarik pada konsep-konsep pembangunan dan perubahan social. Dia menolak penerapan prisip-prinsip biologis terhadap studi masyarakat manusia; psikologi dan etika merupakan criteria yang diperlukan untuk mengukur perubahan social.

1. Mazhab Ekonomi

Di mazhab ini akan dikemukakan ajaran-ajaran dari Karl Marx (1818-1883) dan Max Webber (1864-1920). Marx telah mempergunakan metode-metode sejarah dan filsafat untuk membangun suatu teori tentang perubahan yang menunjukan perkembangan masyarakat menuju suatu keadaan dimana ada keadilan social. Menurut Marx, selama masyarakat masih terbagi atas kelas-kelas, maka pada kelas yang berkuasalah akan terhimpun segala kekuatan dan kekayaan

Webber menyatakan bahwa bentuk organisasi social harus diteliti menurut prilaku warganya, yang motivasinya serasi dengan harapan warga-warga lainnya.

1. Mazhab Hukum

Durkheim menaruh perhatian yang besar tehadap hukum yang dihubungkannya dengan jenis-jenis solidaritas yang terdapat di masyarakat. Hukum menurut Durkheim adalah kaidah-kaidah yang bersanksi yang berat-ringannya tergantung pada pelanggaran, anggapan-anggan serta keyakinan masyarakat tentang baik buruknya suatu tindakan. Tujuan kaidah-kaidah hukum ini adalah untuk mengemablikan keadaan pada situasi semula, sebelum terjadi kegoncangan sebagai akibat dilanggarnya kaidah hukum.

Max Webber yang mempunyai latar belakang prndidikan hukum dapat dimasukan dalam mazhab ini. Dia telah mempelajari pengaruh politik, agama dan ekonomi terhadap perkembangan hukum. Disamping itu , dia juga menyoroti pengaruh para cendikiawan hukum, praktikus hukum, dan para hororatioren terhadap perkembangan hukum. Bagi Webber hukum rasional dan formal merupakan dasar bagi suatu Negara modern. Konsep budaya hukum di perkenalkan di Amerikan pada tahun60-an oleh Lawrence M. Friedmann lewat tulisannya yang berjudul “Legal Culture and Social”. Menurut Lev, konsepsi budaya hukum menujuk pada nilai-nilai yang berkaitan dengan hukum (substantif) dan proses hukum (hukum ajektif). Budaya hukum pada hakikatnya mencakup 2 komponen pokok yang saling berkaitan, yakni nilai-nilai hukum substantif dan nilai-nilai hukum ajektif. Nilai-nilai hukum hukum substantif beisikan asumsi-asumsi fundamental mengenai distribusi dan pengunaan sumber-sumber di dalam masyarakat, hal-hal yang secara social dianggap salah atau benar. Nilai-nilai hukum ajektif mencakup sarana pengaturan social maupun pengelolaan konflik yang terjadi dalam masyarakat yang bersangkutan.

Di dalam perkembangan selanjutnya Lev memperkenalkan konsepsi system hukum yang mencakup struktur hukum, substansi hukum dan budaya hukum. Struktur hukum merupakan suatu wadah, kerangka maupun system hokum, yakni susunan daripada unsure-unsur system hukum yang bersangkutan. Substansi hukum mencakup norma-norma atau kaidah mengenai patokan prilaku yang pantas dan prosesnya. Budaya hukum mencakup segala macam gagasan, sikap, kepercayaan harapan maupun pendapaty-pendapat mengenai hukum.

Pada dasarnya terdapat dua jenis cara kerja atau metode, yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kualitatif mengutamakan bahan yang sukar dapat di ukur dengan angka-angka atai denganukuran lain yang bersifat eksak, walaupun bahan-bahan tersebut terdapat dengan nyata di dalam masyarakat.  Di dalam metode Kualitatif termasuk metode historis dan metode komparatif. Metode historis menggunakan analisis atas peristiwa-peristiwa masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum. Metode komparatif mementingkan perbandingan antara bermacam-macam masyarakar berserta bidang-bidangnya untuk memperoleh perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan serta sebab-sebabnya.

Metode kuantitatif mengutamakan bahan-bahan keterangan dengan angka-angka, sehingga gejala-gejala yang di teliti dapat diukur menggunakan scalar-skalar, indeks, tabel dan formula-formula yang semuanya menggunakan ilmu pasti atau matematika. Yang termasuk metode kuntitatif adalah metode ststistik yang bertujuan untuk menelaah gejala-gejala social secara matematis.

Disamping metode-metode diatas, metode sosiologi lainnya berdasarkan penjenisan antara metode induktif yang mempelajari suatu gejala yang khusus untuk mendapatkan kaidah-kaidah yang berlakudalam lapang yang lebih luas, dan metode deduktif yang mempergunakan proses sebaliknya, yaitu mulai dengan kaidah-kaidah yang dianggap berlaku secara umum untuk kemudian dipelajari dalam keadaan khusus.

 

1. Metode-metode dalam Sosiologi2. Kualitatif : tidak bisa diukur dengan angka tetapi nyata dalam masyarakat(metode

historis,komparatif)3. Kuantitatif : bias diukur dengan angka,skala,indeks,table dan formula ( metode

statistik,sociometry)

E. Mazhab-mazhab dan Spesialisasi dalam Sosiologi

Contoh spesialisasi dalam sosiologi adalah sosialisasi pendidikan. Sosiologi pendidikan adalah cabang sosiologi yang mempelajari lembaga-lembaga dan proses pendidikan. Tujuan utama pendidikan adalah meneruskan kebudayaan kepada generasi muda melalui proses sosialisasi.F. Perkembangan Sosiologi Di IndonesiaWalau pada hakikatnya para pujangga dan pemimpin Indonesia belum pernah mempelajari teori-teori formal sosiologi sebagai ilmu pengetahuan, banyak diantara mereka yang telah memasukkan unsur-unsur sosiologi ke dalam ajarannya. Ajaran Wulang Reh yang diciptakan Sri paduka Mangkenegoro IV dari Surakarta antara lain mengajarkan tata hubungan antara para anggota masyarakat jawa yang berasal dari golongan –

golongan yang berbeda ,banyak mengandung aspek sosiologi , terutama dalam bidang hubungan antar golongan. Almarhum Ki Hadjar Dewantoro, Pelopor Utama yang meletakkan dasar-dasar bagi pendidikan nasional di Indonesia , memberikan sumbangan yang sangat banyak pada sosiologi dengan konsep –konsepnya mengenai kepemimpinan dan kekeluargaan Indonesia yang dengan nyata dipraktikan dalam organisasi pendidikan Taman Siswa.

Bab 2. Proses Sosial dan Interaksi Sosial

1. Pengantar

Proses Sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila para individu dan kelompok –kelompok saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada. Atau dengan perkataan lain, proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbale balik antara berbagai segi kehidupan bersama.

1. Interaksi Sosial sebagai faktor utama dalam kehidupan social

Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan-hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok.

1. Syarat-syarat terjadinya interaksi social

Suatu Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu :

1. Adanya kontak sosial2. Adanya Komunikasi3. Kehidupan yang terasing

Pentingnya kontak dan komunikasi bagi terwujudnya interaksi sosial dapat diuji pada suatu kehidupan yang terasing (isolation). Kehidupan Terasing yang sempurna ditandai dengan ketidakmampuan mengadakan interaksi sosial dengan orang lain.

E. Bentuk –bentuk Interaksi sosial

1. Proses-proses yang asosiatif2. Kerja sama ( Cooperation )

Ada lima bentuk kerja sama, yaitu sebagai berikut:

1. Kerukunan yang mencakup gotong royong dan tolong menolong2. Bargaining, yait pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa

antara dua organisasi atau lebih.3. Kooptasi ( Cooptation ), Yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam

kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan

4. Koalisi ( Coalition ), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktur yang tidak sama antara satu dengan yang lainnya. Akan tetapi, karena maksud utama adalah untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama, maka sifatnya adalah kooperatif

5. Joint venture, Yaitu Kerjasama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu, misalnya pengeboran minyak.

6. Akomodasi ( Accomodation)

Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti:

1. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaaan, berarti kenyataan adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara individu dan kelompok sehubungan dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku didalam masyarakat.

2. Akomodasi yang menunjuk pada suatu proses. Sebagai suatu proses akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha mencapai kestabilanTujuan Akomodasi adalah untuk mengurangi pertentangan antar individu atau kelompok , untuk mencegah meledaknya pertentangan untuk sementara waktu agar terjadi kerja sama.

3. Proses Disosiatif4. Persaingan ( Competition)5. Persaingan dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana individu atau kelompok

yang bersaing mencari ke mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan kekerasan atau ancaman.

6. Persaingan ada dua tipe, yaitu bersifat pribadi dan yang tidak bersifat pribadi.7. Bentuk-bentuk persaingan adalah :8. Persaingan Ekonomi9. Persaingan Kebudayaan10. Persaingan untuk mencapai kedudukan11. Persaingan Karena Perbedaan Ras12. Fungsi Persaingan adalah :13. Untuk menyalurkan keinginan-keinginan yang bersifat kompetitif14. sebagai alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan seleksi sosial15. Hasil suatu persaingan adalah :16. Perubahan kepribadian seseorang17. Kemajuan18. Solidaritas Kelompok19. Disorganisasi

1. Kontravensi (Contravention)2. Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses social yang berada antara

persaingan dan pertentangan atau pertikaian.

3. Tipe- tipe Kontravensi, menurut Von Wiese dan Becker, terdapat tiga tipe umum yaitu, kontravensi generasi masyarakat, kontravensi yang menyangkut seks, dan kontravensi parlementer.

4. Tipe- tipe umum tersebut dimasukan dalam katagori kontravensi karena pada umumnya tidak menggunakan ancaman atau kekerasan, tipe- tipe tersebut antara lain :

5. Kontavensi antarmasyarakat setempat6. Antagonisme keagamaan7. Kontravensi Intelektual8. Oposisi moral

1. Pertentangan atau pertikaian ( Conflict )2. Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok

berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan.

3. Sebab-sebab pertentangan adalah4. Perbedaan Individu5. Perbedaan Kebudayaan6. Perbedaan Kepentingan7. Perubahan Sosial8. Pertentangan –pertentangan yang menyangkut suatu tujuan, nila atau kepentingan bersifat

positif, sepanjang tidak berlawanan dengan pola-pola hubungan sosial di dalam struktur sosial tertentu.

9. Bentuk-bentuk pertentangan adalah10. Pertentangan pribadi11. Pertentangan rasial12. Pertentangan antara kelas-kelas sosial13. Pertentangan politik14. Pertentangan yang bersifat Internasional15. Akibat-akibat dari pertentangan antara lain :16. tambahnya solidaritas atau mungkin sebaliknya17. Perubahan Kepribadian18. Akomodasi, dominasi dan takluknya satu pihak tertentu

Bab 3. Kelompok- kelompok sosial dan kehidupan masyarakat

A. Pengantar

Manusia pada dasrnya adalah makhluk social, memiliki naluri untuk hidup dengan orang lain. Naluri manusia untuk selalu hidup dengan orang lain disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal Karena sejak dilahirkan sudah mempunyai dua hasrat atau keinginan pokok, yaitu :

1. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia satu dengan yang lainnya.2. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya3. Pendekatan sosiologis terhadap kelompok-kelompok sosial

Kelompok sosial atau sosial group adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama, karena adanya hubungan diantara mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbale balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling menolong.

1. Tipe-tipe Kelompok Sosial2. Klasifikasi Tipe-tipe Kelompok sosial

Tipe tipe kelompok sosial dapat diklasifikasikan dari beberapa sudut atau ukuran. Seorang sosiolog jerman , George Simmel, mengambil ukuran besar kecilnya jumlah anggota kelompok, sebagaimana individu mempengaruhi kelompoknya serta interaksi sosial dalam kelompok tersebut.Ukuran lain yang diambil adalah atas dasar derajat interaksi sosial dalam kelompok sosial tersebut.

2. Kelompok Sosial dipandang dari sudut individu

Seorang masyarakat yang masih bersahaja susunannya, secara relatif menjadi anggota pula dari kelompok kelompok kecil lain secara terbatas. Kelompok sosial termaksud biasanya adalah atas dasar perbedaan pekerjaan atau kedudukan.

3. In-Group dan Out-Group

In Group adalah kelompok sosial dimana individu mengidentifikasikan dirinya.Out Group adalah kelompok sosial yang oleh individu diartikan sebagai lawan in gorupnya.Perasaan in group atau out group didasari dengan sutu sikap yang dinamakan etnosentris, yaitu adanya anggapan bahwa kebiasaan dalam kelompoknya merupakan yang terbaik disbanding dengan kelompok lainnya.

4. Kelompok Primer dan kelompok sekunder

Kelompok Primer atau face to face group merupakan kelompok sosial yang paling sederhana, dimana anggotanya saling mengenal antara lain serta ada kerja sama yang erat. Contohnya,Keluarga, kelompok sepermainan dan lain lain.Kelompok sekunder adalah kelompok yang terdiri dari banyak orang, yang sifat hubungannya tidak berdasrkan pengenalan secara pribadi dan juga tidak langgeng. Contohnya Hubungan kontrak jual beli.

5. Paguyuban dan patembayanPaguyuban( gemeinschaft )

merupakan bentuk kehidupan bersama, dimana anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni, bersifat alamiah, dan kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa persatuan batin yang memang telah dikodratkan. Hubungan seperti ini dapat dijumpai dalam keluarga, kelompok kekerabatan,rukun tetangga, dan lain lainPatembayan( geselischaft) merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok dan biasanya untuk jangka waktu pendek. Ia bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka. Contohnya adalah ikatan antara pedagang, organisasi dalam suatu pabrik, dan lain-lain.

6. Formal Group dan Informal Group

Formal Group adalah kelompok yang mempunyai aturan tegas dan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotannya untuk membangun hubungan antara sesame. Contohnya organisasiInformal Group Tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu yang pasti. Kelompok kelompok tersebut biasanya terbentuk karena pertemuan yang berulangkali yang didasari oleh kepentingan dan pengalaman yang sama. Contohnya Klik ( Clique)

7. Membership Group dan reference group

Membership group Merupakan suatu kelompok dimanasetiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut.Reference Group ialah kelompok-kelompok sosial yang menjadi acuan bagi seseorang ( bukan anggota kelompok tersebut) untuk membentuk pribadi dan perilakunya.

8. Kelompok Okupasional dan Volunter

Kelompok Okupasional adalah kelompok yang muncul karena semakin memudarnya fungsi kekerabatan, diman kelompok ini timbul karena anggotanya, memiliki pekerjaan yang anggotanya memiliki pekerjaan yang sejenis. Contohnya kelompok profesi, seperti asosiasi sarjana farmasi, ikatan dokter Indonesia, dan lain-lain.Kelompok Volunter adalah kelompok orang yang memiliki kepentingan sama, namun tidak mendapatkan perhatian masyarakat. Melalui kelompok ini diharapakan akan dapat memenuhi kepentingan anggotanya secara individual tanpa mengganggu kepentingan masyarakat secara umum.

1. Kelompok-kelompok sosial yang tidak teratur2. Kerumunan ( Crowl )

Kerumunan ( Crowl ) adalah individu-i( individu yang berkumpul secara kebetulan di suatu tempat, pada waktu yang bersamaan.

Bentuk kerumunan adalah formal dan ekspresif ( direncanakan ) Sifat kerumunan ( sementara ), yaitu tidak menyenangkan, keadaan panic, kerumunan

penonton. Berlawanan dengan norma hukum

2. Publik

Publik lebih merupakan kelompok yang tidak merupakan kesatuan .Interaksi terjadi secara tidak langsung melalui alat komunikasi misalnya pembicaraan pribadi yang berantai, desas desus, surat kabar, radio,televise, film, dan lain sebagainya.

1. Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan

Empat criteria untuk klasifikasi masyarakat, yaitu :

1. Jumlah penduduk2. luas,kekayaan, dan kepadatan penduduk daerah pedalaman3. Fungsi-fungsi khusus dari masyarakat setemapat terhadap seluruh masyarakat.

4. organisasi masyarakat setempat yang bersangkutan.Perbedaan antara masyarakat pedesaaan dan masyarakat perkotaanMasyarkat Pedesaan Masyarakat PerkotaanWarga memiliki hubungan yang lebih erat Jumlah penduduknya tidak tentuSistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar kekeluargaan Bersifat IndividualistisUmumnya hidup dari pertanian Pekerjaan lebih bervariasi, lebih tegas batasannya dan lebih sulit batasannya dan lebih sulit mencari pekerjaanGolongan orang tua memegang peranan penting Perubahan sosial terjadi secara cepat, menimbulkan konflik antara golongan muda dengan golongan orang tuaDari sudut pemerintahan, hubungan antara penguasa dan rakyat bersifat informal Interaksi lebih disebabkan faktor kepentingan daripada faktor pribadiPerhatian masyarakat lebih daripada keutamaan kehidupan Perhatian lebih pada pengguanaan kebutuhan hidup yang dikaitkan dengan masalah prestiseKehidupan keagamaan lebih kental Kehidupan keagamaan lebih longgarBanyak berurbanisasi ke kota karena ada faktor yang menarik dari kota Banyak migrant yang berasal dari dari daerah dan berakibat negatif di kota, yaitu pengangguran, naiknya kriminalitas, persoalan rumah, dan lain lain

5. Kelompok-kelompok kecil (Small Group)

Small Group suatu kelompok yang secara teoritis terdiri paling sedikit dari dua orang, dimana orang-orang saling berhubungan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu dan yang menganggap hubungan itu sendiri, penting baginya.

1. Dinamika Kelompok Sosial

Dinamika kelompok sosial, setiap kelompok sosial pasti mengalami perkembangan serta perubahan. Perubahan dalam kelompok sosial, ada yang mengalami perubahan secara lambat, namun ada pula yang mengalami perubahan secara cepat.

Bab 4. Kebudayaan dan Masyarakat

1. Pengantar

Kebudayaan adalah Kompleks yang mencakup pengetahuan,kepercayaan, kesenian,moral, hukum, adapt istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan –kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

B. Unsur-unsur Kebudayaan

Tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai Cultural Unifrsals, yaitu :

1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia( Pakaian, perumahan, Alat-Alat Rumah tangga,senjata,alat-alat produksi, transport dan sebagainya)

2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi3. Sistem Kemasyarakatan4. Bahasa(Lisan maupun tertulis )5. Kesenian6. Sistem Pengetahuan

7. Religi ( sistem kepercayaan )

C . Fungsi Kebudayaan bagi masyarakat

Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi masyarakat. Bermacam kekuatan yang harus dihadapi oleh masyarakat dan anggota-anggotanya seperti kekuatan alam, maupun kekuatan-kekuatan lainnya didalam masyarakat itu sendiri tidak selalu baik baginya. Selain itu, masyarakat memerlukan pula kepuasan, baik di bidang spiritual maupun materiil.

1. Sifat Hakikat Kebudayaan

Sifat Hakikat Kebudayaan adalah sebagai berikut:

1. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia2. Kebudayaan terlebih ada dahulu mendahului yang lainnya3. Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan tingkah lakunya4. Kepribadian dan kebudayaan

Kepribadian mewujudakan perilaku manusia Perilaku manusia dapat dibedakan dengan kepribadiannya karena kepribadian merupakan latar belakang perilaku yang ada dalam diri seorang individu, sedangkan pengertian kebudayaan menunujuk pada pola perilaku- perilaku yang khas dari masyarakat.

1. Gerak Kebudayaan

Gerak kebudayaan adalah gerak manusia yang hidup dalam masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan.Gerak manusia terjadi sebab dia mengadakan hubungan-hubungan dengan manusia lainnya. Artinya karea terjadinya hubungan antar kelompok manusia di dalam masyarakat.

Bab 5. Lembaga Kemasyarakatan ( Lembaga Sosial )

1. Pengantar

Lembaga Kemsyarakatan merupakan terjemahan langsung dari istilah asing Sosial Institution . Akan tetapi hingga kini belum ada kata sepakat mengenai istilah Indonesia yang dengan tepat dapat menggambarkan isi Sosial Institution tersebut. Ada yang mempergunakan istilah pranata sosial, tetapi Sosial-Institution menunjuk pada adanya unsur-unsur yang mengatur perilaku warga masyarakat.

1. Proses Pertumbuhan Lembaga Kemasyarakatan2. Norma- Norma Masyarakat

Ada empat pengertian norma( dimana dasar itu sama yaitu memeberikan pedoman bagi seseorang untuk bertingkah laku dalam masyarakat):

1. Cara ( Usage ) menunujuk pada suatu bentuk perubahan

2. Kebiasaan ( Folkways ) adalah perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk sama.3. Tata kelakuan ( mores ) merupakan kebiasaan yang dianggap sebagai cara berperilaku

dan diterima norma-norma pengatur.4. Adat-Istiadat (Customs) adalah tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan

pola-pola perilaku masyarakat. Ada sanksi penderitaan bila dilanggar.5. Sistem Pengendalian SosialPengendalian social

Bertujuan untuk mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan – perubahan dalam masyarakat. Atau, suatu sistem pengendalian sosial bertujuan untuk mencapai keadaan damai melalui keserasian antara kepastian dengan keadilan/kesebandingan.Alat-alat pengendalian sosial dapat digolongkan ke dalam paling sedikit lima golongan, yaitu :

1. Mempertebal anggota keyakinan masyarakat akan kebaikan norma-norma kemasyarakatan

2. Memberikan penghargaan kepada anggota masyarakat yang taat pada norma-norma kemasyarakatan

3. Mengembangkan rasa malu dalam diri atau jiwa anggota masyarakat bila mereka menyimpang atau menyeleweng dari norma-norma kemasyarakatan dan nilai-nilai yang berlaku.

4. Menimbulkan rasa takut5. Menciptakan sistem hukum, yaitu sistem tata tertib dengan sanksi yang tegas bagi para

pelanggar.

C . Ciri-ciri Umum Lembaga Kemasyarakatan

Menurut Gillin dan Gillin, lembaga kemasyarakatan mempunyai beberapa cirri umum, yaitu.:

1. Suatu lembaga kemasyarakatan adalah suatu organisasi pola-pola pemikiran dan pola-pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan hasil-hasilnya

2. Suatu tingkat kekekalan tertentu merupakan cirri semua lembaga kemasyarakatan3. Lembaga Kemasyarakatan mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu4. Lembaga kemasyarakatan mempunyai alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk

mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan.5. Lambang biasanya juga merupakan cirri khas lembaga kemasyarakatan6. Suatu lembaga kemasyarakatan mempunyai suatu tradisi tertulis atau yang tidak tertulis.

1. Tipe-tipe Lembaga Kemasyarakatan

Tipe-tipe Lembaga Kemasyarakatan dapat diklasifikasikan sebgai berikut :

1. dari sudut perkembangannya 2. cresif institutions3. enacted institutions4. dari sudut sistem nilai-nilai yang diterima masyarakat 5. basic institutions

2.subsidiary institutions

1. dari sudut penerimaan masyarakat 2. approved socially sanctioned3. dari sudut penyebarannya 4. general institutions

2 regulatif institutions

1. dari sudut fungsinya 2. operatif institutions

2.restrictedinstitutions

1. Cara-cara Mempelajari Lembaga Kemasyarakatan

Cara-cara pendekatan atau mempelajari lembaga kemasyarakatan dapat dirinci ke dalam :

1. analisis histories2. analisis komparatif3. analisis hubungan antara lembaga-lembaga kemasyarakatan yang terdapat dalam suatu

masyarakat tertentu.4. Conformity dan Deviation

Masalah Conformity dan Deviation berhubungan erat dengan social control. Conformity berarti proses penyesuaian diri dengan masyarakat dengan cara mengindahkan kaidah dan nilai-nilai masyarakat. Sebaliknya, Deviation adalah penyimpangan terhadap kaidah dan nilai-nilai dalam masyarakat.

BAB 6 . LAPISAN MASYARAKAT

(STRATIFIKASI SOSIAL)

2.1.1        Pengantar

Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan. Bahkan pada zaman kuno dahul, filosof Aristoteles (Yunani) mengatakan didalam negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, yang melarat, dan yang berada di tengah-tengahnya.

Sistem lapisan masyarakat tersebut dalam sosiologi dikenal dengan Social Stratification. Social Stratification adalah pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat (hirarkis).

2.1.2        Terjadinya Lapisan Masyarakat

Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mngejar suatu tujuan bersama. Pembedaan atas lapisan masyarakat merupakan gejala universal yang merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat.Untuk meneliti terjadinya proses lapisan dalam masyarakat, pokok-pokoknya adalah :

1. Sistem lapisan berpokok pada sistem pertentangan dalam masyarakat. Sistem demikian hanya mempunyai arti khusus bagi masyarakat-masyarakat tertentu yang menjadi objek penyelidikan.

2. Sistem lapisan dapat dianalisis sebagai berikut :3. Distribusi hak-hak istimewa yang objektif seperti misalnya penghasilan, kekayaan,

keselamatan (kesehatan, laju kejahatan)4. Sistem pertanggaan yang diciptakan oleh para warga masyarakat (prestise dan

penghargaan)5. Kriteria sistem pertanggaan dapat berdasarkan kualitas pribadi, keanggotaan, kelompok

kerabat tertentu, milik, wewenang, atau kekuasaan6. Lambang-lambang kedudukan, seperti tingkah laku hidup, cara berpakaian, perumahan,

keanggotaan pada suatu organisasi7. Mudah sukarnya bertukar kedudukan8. Solidaritas diantara individu atau kelompok-kelompok sosial yang menduduki kedudukan

yang sama dalam sistem sosial masyarakat.

2.1.3        Sifat Sistem Lapisan Masyarakat

Sifat sistem lapisan masyarakat dapat tertutup (Closed Social Statification) dan dapat pula terbuka (Open Social Stratification). Yang bersifat tertutup tidak memungkingkan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain, baik gerak pindahnya itu ke atas atau ke bawah. Di dalam sistem yang demikian, satu-satunya jalan untuk masuk menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakat adalah kelahiran.

Sebaliknya didalam sistem terbuka, setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik lapisan, atau bagi mereka yang tidak beruntung, untuk jatuh dari lapisan yang atas ke lapisan yang dibawahnya.

2.1.4        Kelas-kelas dalam Masyarakat (Social Classes)

Kelas sosial (Social Clases) adalah semua orang dan keluarga yang sadar akan kedudukannya didalam suatu lapisan, sedang kedudukan mereka itu diketahui erta diakui oleh masyarakat umum.

Kurt. B. Mayer berpendapat bahwa istilah kelas hanya dipergunakan untuk lapisan yang berdasarkan atas unsur-unsur ekonomis, sedangkan lapisan yang berdasarkan atas kehormatan kemasyarakatan dinamakan kelompok kedudukan (Status Group) selanjutnya dikatakan bahwa harus diadakan pembedaan yang tegas antara kelas dan kelompok kedudukan tersebut.

Apabila pengertian kelas ditinjau dengan lebih mendalam maka akan dijumpai beberapa kriteria tradisional, yaitu :

1. Besar atau ukuran jumlah anggot-anggotanya2. Kebudayaan yang sama, yang menentukan hak-hak dan kewajiban-kewajiban warganya3. Kelanggengan4. Tanda-tanda atau lambang-lambang yang merupakan ciri khas5. Batas-batas yang tegas (bagi kelompok itu terhadap kelompok lain)6. Antagonisme tertentu

Sehubungan dengan kriteria tersebut diatas, kelas menyediakan kesempatan atau fasilitas-fasilitas hidup tertentu. Sosiologi menamakannya life chances.

2.1.5        Dasar Lapisan Masyarakat

Ukuran-ukuran yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota masyarakat kedalam lapisan-lapisan adalah:

1. Ukuran kekayaan (material)2. Ukuran kekuasaan3. Ukuran kehormatan4. Ukuran ilmu pengetahuan

2.1.6        Unsur-unsur Lapisan Masyarakat

1. Kedudukan (Status)

Secara abstrak, kedudukan berati tempat seseorang daam suatu pola tertentu. Dengan demikian seseorang dikatakan mempunyai banyak kedudukan, oleh karena seseorang biasanya ikut serta dalam pelbagai pola-pola kehidupan. Pengertian tersebut menunjukkan tempatnya sehubungan dengan kerangka masyarakat secara menyeluruh.

Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam kedudukan, yaitu :

1. Ascribed-status : kedudukan eseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran.

2. Achieved-status : kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidan diperoleh atas dasar kelahiran, akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja, ergantug dari kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya.

3. Kadang-kadang dibedakan lagi satu macam keudukan yaitu Assigned-status, yang merupakan kedudukaan yang diberikan. Assigned-status tersebut sering mempunyai hubungan yang erat dengan achieved-status dalam arti bahwa suatu kelompok atau golongan memberikan kedudukan yang lebih tinggikepada seseorang yang berjasa, yang telah memperjuangkan suatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat.

Adakalanya antara kedudukan –kedudukan yang dimiliki seseorang timbul pertentangan-pertentangan atau konflik, yang dalam sosiologi, dinamakan status-conflic.

Kedudukan tertentu yang dimliki seseorang atau yang melekat pada diri seseorang tercermin pada kehidupan sehari-harinya melalui ciri-ciri tertentu. Sosiologi menyebutnya status-cymbol.

1. Peranan (Role)

Peranan (role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan. Suatu peranan mencakup paling sedikit tiga hal, yaitu :

1. Peranan adalah melupiti norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seeorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

2. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang terpenting bagi struktur sosial.

2.1.7        Lapisan yang Sengaja Disusun

Chaster I. Barnard secara khusus membahas sistem lapisan yang sengaja disusun dalam organisasi-organisasi formal untuk mengejar suatu tujuan tertentu. Menurut Barnard, sistem kedudukan dalam organisasi-organisasi formal timbul karena perbedaan-perbedaan kebutuhan kepentingan dan kemampuan individu. Sistem pembagian kekuasaan dan wewenang dalam organisasi-organisasi tersebut, dibedakan kedalam :

1. Sistem fungsional yang merupakan pembagian kerja kepada kedudukan yang tingkatnya berdampingan dan harus bekerja sama dalam kedudukan yang sederajat.

2. Sistem skala yang merupakan pembagian kekuasaan menurut tangga kedudukan dari bawah ke atas.

2.1.8        Mobilitas Sosial (Social Mobility)

1. Pengertian Umum dan Jenis-jenis Gerak Sosial

Gerak sosial atau social mobility adalah gerak dalam struktur sosial, yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok itu dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.

Tipe-tipe gerak sosial yang prinsipil ada dua macam, yaitu gerak sosial yang horizontal dan vertikal. Dengan gerak sosial yang horizontal dimaksudkan suatu perihal individu atau objek-objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial lainnya yang sederajat.

Dengan gerak sosial yang vertikal dimaksudkan sebagai perpindahan individu atau objek sosial dari suatu kedudukan sosial lainnya, yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, maka terdapat dua jenis gerak sosial yang vertikal yaitu yang naik (social climbing) dan yang turun (social sinking).

1. Tujuan Penelitian Gerak Sosial

Para sosiolog meneliti gerak-gerak sosial terutama untuk mendapatkan keterangan-keterangan perihal kelanggengan dan keluwesan struktur sosial untuk masyarakat tertentu.

1. Beberapa Prinsip Umum Gerak Sosial Yang Vertikal

Prinsip-prinsip umum gerak sosial yang vertikal adalah sebagai berikut:

1. Hampir tak ada masyarakat dengan sistem lapisan yang tertutup secara mutlak.2. Betapapun terbukanya sistem lapisan dalam suatu masyarakat, tak mungkin gerak sosial

vertikal dilakukan dengan bebas, sedikit banyaknya akan ada hambatan-hambatan.3. Gerak sosial vertikal yang umum berlaku bagi semua masyarakat tak ada. Setiap

masyarakat mempunyai ciri-ciri khas bagi gerak sosialnya yang vertikal.4. Laju gerak sosial vertikal yang disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi, politik serta

pekerjaan adalah berbeda.5. Berdasarkan bahan-bahan sejarah, khususnya dalam gerak sosial vertikal yang

disebabkan faktor-faktor ekonomi, politik dan pekerjaan, tak ada kecenderungan yang kontinu perihal bertambah atau berkurangnya laju gerak sosial.

1. Saluran Gerak Sosial Vertikal

Saluran-saluran yang terpenting adalah angkatan bersenjata, lembaga-lembaga keagamaan, sekolah, organisasi politik, ekonomi dan keahlian dalam pelaksanaan gerak sosial vertikal di dalam masyarakat.

2.1.9        Perlunya Sistem Lapsian Mayarakat

Mau tidak mau ada sistem lapisan masyarakat, oleh karena gejala tersebut sekaligus memecahkan persoalan yang dihadapi masyarakat, yaitu penempatan individu dalam tempat-tempat yang tersedia dalam struktur sosial dan mendorongnya agar melaksanakan kewajiban yang sesuai dengan kedudukan serta peranannya.

BAB 7. KEKUASAAN, WEWENANG DAN KEPEMIMPINAN

 

2.2.1        Pengantar

Kekuasaan mempunyai peranan yang dapat menentukan nasib berjuta-juta manusia. Karena itu, soal kekuasaan (power) amat menarik perhatian para ahli ilmu pengetahuan masyarakat.

Sesuai dengan sifatnya sebagai ilmu pegetahuan, sosiologi tidak memandang kekuasaan sebagai sesuatu yang baik atau buruk. Akan tetapi sosiologi mengakui kekuasaan sebagai unsur yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat.

Kekuasaan senantiasa ada di dalam setiap masyarakat, baik yang masih bersahaja, maupun yang sudah besar dan rumit susunannya. Adanya kekuaaan tergantung dari hubungan antara yang berkuasa dan yang dikuasai, atau dengan perkataan lain, antara pihak yang memiliki kemampuan untuk melancarkan pengaruh dan pihak lain yang menerima pengaruh itu, dengan rela atau karena terpaksa.

Apabila kekuasaan dijelmamakan pada diri seseorang, maka biasanya orang itu dinamakan pemimpin, dan mereka yang menerima pengaruhnya adalah pengikut-pengikutnya. Bedanya antara kekuasaan dan wewenang (authority atau legalized power) adalah bahwa setiap kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain dapat dinamakan kekuasaan, sedangkan wewenang adalah kekuasaan yang pada seseorang atau sekelompok orang, yang mendapat pengakuan masyarakat.

2.2.2        Hakikat Kekuasaan dan Sumbernya

Kekuasaan adalah suatu kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan. Kekuasaan tertinggi dalam masyarakat dinamakan pula kedaulatan (sovereignity) yang biasanya dijalankan oleh segolongan kecil masyarakat. Oleh Gaetano Mosca diebut the rulig class.

2.2.3        Unsur-unsur Saluran Kekuasaan dan Dimeninya

Unsur-unsur pokok kekuasaan adalah :

1. Rasa Takut

Perasaan takut pada seseorang menimbulkan suatu kepatuhan terhadap segala kemauan dan tindakan orang yang ditakuti tadi. Rasa takut merupakan unsur negatif, karena seseorang tunduk kepada orang lain dalam keadaan terpaksa.

1. Rasa Cinta

Rasa cinta menghasilkan perbuatan-perbuatan yang pada umumnya positif.

1. Kepercayaan

Kepercayaan dapat timbul sebagai hasil hubungan langsung antara dua orang atau lebih yang bersifat asosiatf.

1. Pemujaan

Sistem kepercayaan mungkin masih dapat disangkal oleh orang-orang lain. Akan tetapi di dalam sistem pemujaan, seseorang atau sekelompok orang-orang yang memegang kekuaaan, mempunyai dasar pemujaan dari orang-orang lain. Akibatnya adalah segala tindakan penguasa dibenarkan atau setidak-tidaknya di anggap benar.

Apabila dilihat dalam masyarakat, maka kekuasaan di dalam kekuasaannya dijalankan melalui saluran-saluran tertentu, yakni:

1. Saluran militer2. Saluran ekonomi3. Saluran politik4. Saluran tradisional5. Saluran ideology6. Saluran-saluran lainnya

2.2.4        Cara-cara Mempertahankan Kekuasaan

Cara-cara atau usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kekuasaan antara lain adalah:

1. Dengan jalan meninggalkan segenap peraturan-peraturan lama, terutama dalam bidang politik, yang merugikan kedudukan penguasa.

2. Mengadakan sistem-sistem kepercayaan.3. Melaksanakan administrasi dan birokrasi yang baik.4. Mengadakan konsolidasi secara hrizontal dan vertikal.

Untuk  memperkuat kedudukan, penguasa dapat menempuh jalan sebagai berikut :

1. Menguasai bidang-bidang kehidupan tertentu.2. Penguasaan bidang-bidang kehidupan dalam masyarakat yang di lakukan dengan paksa

dan kekerasan.

2.2.5        Beberapa Bentuk Lapisan Kekuasaan

Menurut Robert M. Maclver, dalam masyarakat terdapat tiga tipe umum piramida kekuasaan yang merupakan pola umum, yaitu :

1. Tipe kasta.2. Tipe oligarkis.3. Tipe demokratis.

2.2.6        Wewenang

Menurut Max Weber, wewenang adalah suatu hak yang telah di tetapkan dalam suatu tata-tertib sosial untuk menatapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan, menentukan keputusan-keputusan

mengenai persoalan-persoalan yang penting, dan untuk menyelesaikan pertentangan-pertentangan. Wewenang ada empat macam, yaitu :

1. Wewenang Kharismatis, Tradisional dan Rasional (Legal)

Wewenang kharismatis merupakan wewenang yang didasarkan pada kharisma, yaitu suatu kemampuan khusus yang ada pada diri seseorang. Wewenang kharismatis tersebut akan dapat tetap bertahan selama dapat dibuktikan  dan rasional keampuhannya bagi seluruh masyarakat.

Wewenang tradisional dapat dipunyai oleh seseorang maupun sekelompok orang. Ciri-ciri utama wewenang tradisional adalah :

Adanya ketentun-ketentuan tradisional yang mengikat penguasa yang mempunyai wewenang, serta orang-orang lainnya.

Adanya wewenang yang lebih tinggi ketimbang kedudukan seeorang yang hadir secara pribadi.

Selama tak ada pertentangan dengan ketentuan-ketentuan tradisional, orang-orang dapat bertindak secara bebas.

Wewenang rasional atau legal adalah wewenang yang di sandarkan pada sistem hukum yang berlaku pada masyarakat.

1. Wewenang Resmi dan Tidak Resmi

Wewenang resmi sifatnya sistematis, di perhitungkan dan rasional. Biasanya wewenang tersebut dapat dijumpai pada kelompok-kelompok besar yang memerlukan aturan-aturan tata tertib yang tegas dan bersifat tetap. Sedangkan wawasan tidak resmi tidak menjalankan semua peraturan-peraturan resmi yang segaja dibentuk.

1. Wewenang Pribadi dan Teritorial

Pembedaan antara wewenang pribadi dengan teritorial sebenarnya timbul dari sifat dan dasar kelompok-kelompoksosial tertentu.

1. Wewenang Terbatas dan Menyeluruh

Wewenang terbatas adalah wewenang yang tidak mencakup semua sektor atau bidang kehidupan. Wewenang menyeluruh berarti suatu wewenang yang tidak dibatasi oleh bidang-bidang kehidupan tertentu.

2.2.7        Kepemimpinan (Leadership)

1. Umum

Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan seseorang (pemimpin atau leader) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang di pimpin  atau pengikut-pengikutnya), sehingga orang lain tersebut bertingkah-laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut.

Kadangkala di bedakan antara kepemimpinan sebagai kedudukan dan kepemimpinan sebagai suatu proses sosial. Sebagai kedudukan, kepemimpinan merupakan suatu komplek dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dapat di miliki oleh seseorang  atau suatu badan. Sebagai suatu proses sosial, kepemimpinan meliputi segala tindakan yang di lakukan seseorang atau sesuatu badan, yang menyebabkan gerak dari warga masyarakat.

Kepemimpinan ada yang bersifat resmi (formal leadership) yaitu kepemimpinan  yang tersimpul di dalam suatu jabatan, dan ada pula kepemimpinan karena pengakuan masyarakat dan kemampuan seseorang untuk menjalankan kepemimpinan (informal leadership).

1. Perkembangan Kepemimpinan dan Sifat-sifat Seorang Pemimpin

Menurut mitologi Indonesia, kepemimpinan yang baik tersimpul dalam Asta Brata yang pada pokoknya menggambarkan sifat-sifat dan kepribadian para dewa, yakni :

Indra-brata, yang memberi kesenangan dalam jasmani. Yama-brata, yang menunjuk pada keahlian dan kepastian hukum. Surya-brata, yang menggerakkan bawahan dengan mengajak mereka untuk bekerja 

persuasion. Caci-brata, yang memberi kesenangan rohaniah. Bayu-brata, yang menunjukkan keteguhan pendidikan dan rasa tidak  segan-segan untuk

turut merasakan kesukaran-kesukaran pengikut-pengikutnya. Dhana-brata, menunjukkan pada suatu sikap yang patut di hormati. Paca-brata, yang menunjukkan kelebihan di dalam ilmu pengetahuan, kepandaian dan

keterampilan. Agni-brata, yaitu sifat memberikan semangat kepada anak buah.

1. Kepemimpinan Menurut Ajaran Tradisional

Ajaran-ajaran tradisional seperti misalnya di jawa, menggambarkan tugas pemimpin melalui pepatah sebagai berikut :

Ing ngarsa sung tulada

Ing madya mangun karsa

Tut wuri handayani

yang apabila di terjemahkan ke dalam bahasa indonesia berbunyi sebagai berikut:

Di muka memberi tauladan

Di tengah-tengah membangun semangat

Dari belakang memberikan pengaruh

Seorang pemimpin diharapkan dapat menempati ketiga kedudukan tersebut, yaitu sebagai pemimpin dimuka (front leader) pemimpin di tengah-tengah (sosial leader) dan sebagai pemimpin di belakang (rear-leader).

1. Sandaran-sandaran Kepemimpinan dan Kepemimpinan yang Dianggap Efektif

Secara sosiologis, seseorang pemimpin harus mempunyai sandaran-sandaran kemasyarakatan atau sosial basis yang mencakup susunan masyarakat serta cultural focus masyarakat yang bersangkutan.

1. Tugas dan Metode

Tugas kepemimpinan memberikan kerangka pokok kekuasaan dan wewenang, mengawasi dan menyalurkan perilaku kelompok. Cara-caranya adalah :

Otoriter Demokratis Bebas

BAB 8. PERUBAHAN SOSIAL DAN KEBUDAYAAN

2.3.1 Pembatasan Pengertian

1. Definisi

      Para sosiaolog dan antropolog telah mempersoalkan mengenai pembatasan pengertian perubahab perubahan sosial dan kebudayaan agar tidak timbul kekabutan  sehingga di buatlah batasan sehingga diinventarisasi rumusan rumusan seperti berikut.

William F. Ogburn mengemukakan ruang lingkup perubahan perubahan sosial meliputi unsur unsur kebudayaan baik yang material maupun immaterial. Dengan menekan kan unsur unsur kebudayaan material terhadap unsur unsur immaterial.

Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.dengan contoh timbulnya pengorganisasian buruh dalam msyarakat kapitalis. Maclaver membedakan utilitarian element dengan cultural elements berdasarkan kepentingan primer dan sekunder.dengan contoh utilitarian element bisa kita ambil mesin ketik benda tersebut tidak bisa memenuhi kebutuhan manusia tetapi dapat di pakai dalam memenuhi kebutuhan kebutuhannya.dan culture menurutna ialah ekspresi jiwa yang terwujud dalam cara cara hidup dan berfikir, pergaulan hidup, seni kesustraan, agama, rekreasi dan hiburan dengan hal itu dapat langsung memenuhi kebutuhan manusia.

1. Teori-teori Perubahan Sosial

Banyak yang berpendapat bahwa kecenderungan terjadinya perubahan perubahan sosial merupakan gejala wajar yang timbul dari pergaulan hidup manusia . dan ada pula pendapat bahwa perubahan perubahan sosial bersifat periodik, pendapat tersebut umumnya menyatakan bahwa perubahan merupakan lingkaran kejadian-kejadian. Beberapa sosiolog berpendapat bahwa ada kondisi kondisi sosial primer yang menyebabkannya,seperti kondisi ekonomis, teknologis, geografis atau biologis .

Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan kondisi dan faktor faktor tersebut perlu di teliti secara objektif dan juga memperhatikan waktu serta tempat perubahan itu berlangsung  sehingga memberikan hukum hukum umum perubahan sosial dan kebudayaan.

2.3.2  Hubungan antara Perubahan Sosial dan Perubahan Kebudayaan

Teori-teori mengenai perubahan-perubahan masyarakat sering mempersoalkan perbedaan antara perubahan-perubahan kebudayaan. Perbedaan ini tergantung dari adanya perbedaan pengertian tentang masyarakat dan kebudayaan. Apabila perbedaan perbedaan pengertian tersebut dapat dinyatakan dengan tegas, maka dengan sendirinya perbedaan antara perubahan-perubahan sosial dan perubahan-perubahan kebudayaan dapat di jelaskan.

Kingsley Davis berpendapat “bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan”. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya, yaitu: kesenian, ilmu pengetahuan, tekhnologi, filsafat, dan sebagainya. Bahkan perubahan-perubahan dalam bentuk serta aturan dalam organisasi sosial. Sebagai contoh dikemukakan perubahan pada logat bahasa Aria setelah terpisah dari induknya. Tetapi, perubahan sosial tersebut tidak mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya. Perubahan tersebut lebih merupakan perubahan kebudayaan ketimbang kebudayaan sosial

Sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari, acap kali tidak mudah untuk letak garis pemisah antara perubahan sosial dan kebudayaan. Hal itu di sebabkan tidak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan, dan sebaliknya tidak ada kebudayaan yang tidak terjelma kedalam suatu masyarakat. Hal itu mengakibatkan garis pemisah didalam kenyataan hidup antara perubahan sosial dan kebudayaan lebih sukar lagi untuk di tegaskan. Biasanya antara kedua gejala itu dapat ditemukan hubungan timbal balik sabagai sebab dan akibat

Proses proses pada perubaha perubahan sosial saat ini mempunyai ciri ciri :

1. Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya2. Perubahan pada lembaga masyarakat akan diikuti pada lembaga lembaha lainnya dan

menjadikan rantai pada tahap selanjutnya.3. Perubahan yang cepat akan mengakibatkan disorganisasi karena membutuhkan proses

penyesuaian.

2.3.3  Beberapa Bentuk Perubahan Sosial dan Kebudayaan

1. Perubahan lambat dan cepat

Perubahan memerlukan waktu yang lama dengan proses  rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat yang di namakan evolusi, dan terjadi tanpa ada rencana atau kehendak tertentu. Dan pada umumnya teori tentang evolusi dapat di golongkan ke dalam beberapa kategori sebagai berikut :

Unilinear Theories of Evolution

Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu, bermula dari bentuk yang sederhana, kemudian bentuk yang kompleks sampai pada tahap yang sempurna. Pelopor teori tersebut antara lain August Comte, Herbert Spencer.

Universal Theory of Evolution

Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidaklah perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Herbert Spencer mengatakan bahwa masyarakat merupakan hasil perkembangan dari kelompok homogen ke kelompok heterogen, baik sifat maupun susunannya.

Multilined Theories of Evolution

Teori ini menekankan pada penelitian-penelitian terhadap tahap-tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat.

Sementara itu, perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung dengan cepat dan menyangkut dasar-dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat (yaitu lembaga-lembaga kemasyarakatan) disebut Revolusi. Unsur-unsur dalam revolusi adalah adanya perubahan yang cepat dan perubahan tersebut mengenai dasar-dasar pokok kehidupan masyarakat. Secara sosiologis, syarat-syarat terjadinya revolusi adalah sebagai berikut:

1. Harus ada keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan.2. Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu memimpin

masyarakat tersebut.3. Adanya pemimpin yang dapat menampung keinginan-keinginan masyarakat untuk

kemudian merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas untuk menjadi program dan arah gerakan.

4. Pemimpin tersebut harus dapat menunjukkan suatu tujuan pada masyarakat.

1. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar

Dapat dikatakan bahwa perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat.

Perubahan mode rambut misalnya, tidak membawa pengaruh apa-apa bagi masyarakat secara keseluruhan kerana tidak mengakibatkan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan.

Sedangkan perubahan besar adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial dan membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat.

Sebagai contoh, reformasi pada tahun 1998 yang telah melahirkan perubahan dan pengaruh yang besar bagi masyarakat Indonesia dan  di berbagai bidang kemasyarakatan.   Menimbulkan berbagai macam oraganisasi massa yang memanfaatkan peluang ini untuk menampilkan ideologi.

1. Perubahan yang Dikehendaki (Intended-Change) atau Perubahan yang Direncanakan (Planned-Change) dan Perubahan yang tidak Dikehendaki (Unintende-Change) atau Perubahan yang tidak Direncanakan (Unplanned-Change)

Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan didalam masyarakat. Pihak-pihak yang menghedaki perubahan dinamakan Agent of Change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapatkan kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan. Agent of Change mempengaruhi masyarakat dengan sistem teratur dan direncanakan terlebih dahulu. Cara-cara tersebut dinamakan rekayasa sosial (social engineering) atau perencanaan sosial (social planning).

Perubahan sosial yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan  merupakan perubahan-perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki, belangsung di luar jangkauan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat.

2.3.4 Faktor-faktor yang Menyebabkan Perubahan Sosial dan Kebudayaan

1. Bertambah atau berkurangnya penduduk.

Pertambahan penduduk yang terjadi sangat cepatmenyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat, terutama pada lembaga kemasyarakatnya. Misal, orang lantas mengenal hak milik individual atas tanah, sewa tanah, bagi hasil dan lain sebagainya yang sebelumnya belum dikenal. Berkurangnya penduduk mungkin disebabkan karena perpindahan penduduk dari kota ke desa atau transmigrasi. Perpindahan penduduk mengakibatkan kekosongan, misalnya dalam bidang pembagian kerja yang mempengaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan. perpindahan penduduk telah berlangsung selama ratusan ribu lamanya didunia ini.

1. Penemuan-penemuan Baru.

Suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar, tetapi terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama, adalah inovasi. Proses tersebut meliputi suat penemuan baru, jalannya unsur-unsur kebudayaan baru yang tersebar ke lain-lain bagian masyarakat, dan cara-cara unsur kebudayaan baru tadi diterima, dipelajari, dan akhirnya dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan.

Penenemuan baru sebagai akibat terjadinya perubahan-perubahan dapat dibedakan dalam pngertian dari discovery dan invention.

Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik berupa alasan atau gagasan yang diciptakan oleh seorang individu. Discovery baru berubah menjadi invention  kalau masyarakat sudah mengakui, menerima dan menerapkan penemuan baru itu.

Apabila ditelaah lebih lanjut lagi tentang penemuan baru, terlihat ada beberapa faktor pendorong yang dipunyai masyarakat, antara lain adalah:

1. a) Kesadaran individu-individu akan kekurangan dalam kebudayaannya.2. b) Kualitas ahli-ahli dalam suatu kebudayaan.3. c) Perangsang bagi aktivitas-aktivitas penciptaan dalam masyarakat.

Didalam setiap masyarakat tentu ada individu yang sadar akan adanya kekeurangan dalam kebudayaan masyarakatnya. Sebagian orang menerima kekurangan-kekurangan tersebut sebagai hal yang diterima begitu saja. Sebagian orang yang tidak puas dengan keadaan akan tetapi tidak mampu memperbaiki keadaan tersebut. Mereka inilah yang kemudian menjaci pencipta-pencipta baru tersebut.

1. Pertentangan Masyarakat

Pertentangan-pertentangan mungkin terjadi antara individu-kelompok, kelompok-kelompok. Pada umumnya masyarakat tradisional di Indonesia bersifat kolektif. Segala kegiatan didasarkan pada kepentingan masyarakat. Kepentingan individu walaupun diakui tapi mempunyai fnganungsi sosial. Banyak timbul pertentangan antara kepentinga individu denga kelompoknya, yang dalam hal-hal tertentu dapat menimbulkan perubahan-perubahan.

Pertentangan antar kelompok mungkin terjadi pada generasi muda dengan generasi tua. Pertentangan-pertentangan demekian itu kerap terjadi, apalagi pada masyarakat yang sedang berkembang dari tahap tradisional menuju ketahap modern. Generasi muda yang belum terbentuk kepribadiaannya lebih mudah menerima unsur-unsur kebudayan asing atau barat yang dalam beberapa hal mempunyai taraf yang lebih tinggi. Keadaan demikian dapat menimbulkan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Misalnya, pergaulan bebas antara wanita dengan laki-laki, cara berpakaian, atau derajat wanita yang kian sama di dalam masyarakat dan lain-lain.

1. Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi.

Revolusi yang terjadi di Rusia pada 1917 telah menyulut terjadinya perubahan-perubahan besar bagi negra rusia yang dulu adalah kerajaan berubah menjadi dictator proletariat yang dilandaskan pada doktrin marxis. Segenap lembaga kemasyarakatan , mulai dari bentuk egara sampai keulrga mengalami perubahan yang mendasar.

Suatu perubahan sosial dan kebudayaan dapat pula bersumber pada sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat itu sendiri (faktor ekstern) antara lain:

1. Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik yang ada disekitar manusia.

Terjadinya gempa bumi, banjir, tanah longsor dan lain-lain mungkin menyebabkan masyarakamasyarakat terpaksa harus meninggalkan tempat tinggalnya. Misal, pada waktu dulu masyarakat dulu berburu kini berpindah ke pertanian.

Sebab yang bersumber pada lingkungan alam, kadang-kadang disebabkan oleh tindakan manusia itu sendiri. Misalnya penggunaan tanah yang sembrono tanpa memperhitungkan kelestarian humus tanah, penebanagan hutan yang liar dapat menyebabkan banjir.

Perang dengan negara lain dapat menimbulkan perubahan, karena negara yang menang akan memaksakan kebudayaannya kepada negara yang kalah.hingga negara tersebut mengalami perubahan-perubahan besar dalam masyarakat.

1. Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Lain

Apabila sebab-sebab bersumber pada masyarakat lain, maka mungkin kebudayaan lain melancarkan pengaruhnya. Hubungan secara fisik antara dua masyarakat mempunyai kecerendungan untuk menimbulkan hubungan timbal-balik, artinya masing-masing masyarakat mempengaruhi masyarakat lainnya, tetapi juga menerima pengaruh dari masyarakat yang lain itu. Apabila salah satu kebudayaan yang bertemu mempunyai taraf teknologi yang lebih tinggi maka yang terjadi adalah proses imitasi yaitu peniruan terhadap budaya lain. Mula-mula unsur-unsur tersebut ditambahkan kebudaya asli namun lanbat laun kebudayaan asli diubah dengan kebudayaan asing tersebut.

2.3.5  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jalannya Proses Perubahan

Penyebab terjadinya perubahan sosial dan kebudayaan terbagi menjadi dua yaitu faktor yang mendorong dan faktor yang menghambat terjadinya sebuah perubahan. Dan semua akan diterangkan dalam bentuk poin-poin sebagai berikut :

1. Faktor yang Mendorong Perubahan :2. Kontak dengan Kebudayaan Lain

Salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah  difusi (diffussion). Menurut kamus sosiologi dan kependudukan karya Dra. Hartini dan G. Kartasapoetra, difusi adalah penyebaran sifat kebudayaan atau kompleks dari suatu masyarakat yang lain. Yaitu cara bagaimana masyarakat mendapat sebagian benar sifat-sifat barunya. Dengan terjadinya difusi, suatu penemuan baru telah diterima oleh masyarakat dapat diteruskan dan disebarkan pada masyarakat luas hingga dapat menikmati kegunaannya bersama.

1. Sistem Pendidikan Formal yang Maju

Pendidikan formal dapat mengajarkan manusia berpikir objektif, yang akan memberikan kemampuan untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan zaman atau tidak.

1. Sikap Menghargai Karya Seseorang dan Keinginan-Keinginan untuk Maju

Apabila sikap tersebut melembaga dalam masyarakat, hal ini akan mendorong semangat bagi usaha-usaha penemuan baru. Contohnya Hadiah Nobel, Kalpataru, atau Adipura.

1. Toleransi

Toleransi terhadap sikap-sikap menyimpang, yang bukan perbuatan yang yang dapat dikenakan hukuman kerana merupakan pelanggaran terhadap undang-undang.

1. Sistem Terbuka Lapisan Masyarakat

Berarti memberi kesempatan kepada individu untuk maju atas dasar kemampuan sendiri.

1. Penduduk yang Heterogen

Pada masyarakat yang memiliki latar belakang kebudayaan ras ideologi berbeda akan mudah terjadi pertentangan. Keadaan demikian akan menjadi pendorong perubahan-perubahan dalam masyarakat.

1. Ketidak Puasan Masyarakat Terhadap Bidang-Bidang Kehidupan Tertentu

Ketidakpuasan masyarakat yang berlangsung terlalu lama dalam sebuah masyarakat bekemungkinan besar akan mendatangkan revolusi.

1. Orientasi Kemuka

Selalu berpikir kedepan untuk merubah keadaan masyarakat.

2. Nilai Meningkatkan Taraf Hidup

Bahwa manusia harus berikhtiar untuk sentiasa memperbaiki diri dan taraf hidupnya.

3. Faktor yang Menghalangi Perubahan :4. Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain

Kehidupan terasing menyebabkan sebuah masyarakat tidak mengetahui perkembangan-perkembangan yang terjadi pada masyarakat lain yang mungkin dapat memperkaya kebudayaan sendiri.

1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan yang Terlambat

Dikeranakan terisolasi dari dunia luar, perkembangan ilmu pengetahuan menjadi terhambat.

1. Sikap Masyarakat yang Tradisionalistis

Sikap yang mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau, dan menganggap tradisi mutlak tidak bisa diubah akan menghambat proses perubahan sosial.

1. Adanya Kepentingan-kepentingan yang Telah Tertanam dengan Kuat atau Vested Interest

Dalam organisasi sosial yang mengenal sistem lapisan, pasti ada sekelompok orang yang menikmati kedudukan. Mereka takut kedudukannya akan direbut jika terjadi perubahan-perubahan. Hal ini terjadi pada masyarakat feodal.

1. Rasa Takut akan Terjadinya Kegoyahan pada Integrasi Kebudayaan

Integrasi kebudayaan tidak ada yang sempurna. Beberapa kelompok mengkhawatirkan akan tergoyahnya integrasi kebudayaan lama yang bisa menyebabkan perubahan-perubahan pada aspek-aspek tertentu masyarakat.

1. Prasangka Terhadap Hal-hal yang Baru

Sikap demikian banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang pernah dijajah bangsa-bangsa barat kerana tidak bisa melupakan pengalaman pahit selama penjajahan.

1. Hambatan Ideologis

Setiap usaha perubahan pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah biasanya usaha yang berlawanan dengan ideologi masyarakat yang biasanya sudah menjadi dasar integrasi masyarakat tersebut.

1. Adat atau Kebiasaan

Apabila adat atau kebiasaan ternyata tidak efektif lagi di dalam memenuhi kebutuhan pokok, krisis akan muncul. Akan tetapi adat atau kebiasaan yang mencangkup segala bidang didalam masyarakat begitu kokoh sehingga sukar untuk diubah.

1. Nialai Pasrah

Nilai bahwa hidup ini pada hakikatnya buruk dan tidak mungkin diperbaiki.

2.3.6  Proses-proses Perubahan Sosial dan Kebudayaan

1. Penyesuaian Masyarakat Terhadap Perubahan

Keserasian dalam masyarakat merupakan keadaan yang diidam-idamkan setiap masyarakat. Keserasian masyarakat yang dimaksud adalah sebagai suatu keadaan di mana lembaga-lembaga kemasyarakatan yang pokok benar-benar berfungsi dan saling mengisi. Setiap kali terjadi gangguan terhadap keserasian, masyarakat dapat menolaknya atau mengubah susunan kemasyarakatan dengan maksud menerima unsur yang baru. Kadang kala ada unsur baru yang dipaksakan oleh suatu kekuatan. Akan tetapi, jika ada unsur baru yang tidak dapat ditolak oleh

masyarakat kerana tidak menimbulkan kegoncangan, pengaruhnya tetap ada, tetapi sifatnya dangkal dan hanya terbatas pada bentuk luarnya. Hal ini tidak akan berpengaruh pada norma-norma dan nilai-nilai sosial dan dapat berfungsi dengan wajar.

Terkadang  unsur-unsur baru dan lama yang bertentangan secara bersamaan mempengaruhi norma-norma dan nilai-nilai yang berpengaruh terhadap masyarakat. Itu berarti ada gangguan yang berkelanjutan terhadap keserasian masyarakat. Hal tersebut berarti bahwa ketegangan dan kekecewaan di antara masyarakat tidak mempunyai saluran perubahan. Apabila keserasian kembali dipulihkan  setelah terjadinya suatu perubahan, keadaan tersebut dinamakan penyesuaian (adjusment). Bila sebaliknya terjadi, maka dinamakan ketidak penyesuaian sosial (maladjusment) yang mungkin mengakibatkan terjadinya anomie. Anomie dalam kamus sosiologi dan kependudukan karya Dra. Hartini dan G. Kartasapoetra, adalah lunturnya norma-norma yang dianut, atau vakumnya suatu nilai/tata krama.

1. Saluran-saluran Perubahan Sosial dan Kebudayaan

Saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan (Avenue or Channel of Change) merupakan saluran-saluran yang dilalui oleh suatu proses perubahan. Umumnya saluran-saluran tersebut adalah lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam bidang pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama, rekreasi, dan seterusnya. Lembaga kemasyarakatan tersebut menjadi titik tolak, tergantung pada cultural focus masyarakat pada suatu masa yang tertentu.

Lembaga kemasyarakatan mendapatkan penilaian tertinggi dari masyarakat cenderung menjadi saluran utama perubahan sosial dan kebudayaan. Perubahan lembaga masyarakat tersebut akan membawa akibat pada lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya kerana lembaga-lembaga kemasyarakatan merupakan suatu sistem yang tergabung menjadi satu.

1. Disorganisasi (Disintegrasi) dan Reorganisasi (Reintegrasi)

  Pengertian

Disorganisasi adalah proses berpudarnya norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat dikarenakan adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan.

Reorganisasi adalah proses pembuatan norma-norma dan nilai-nilai yang baru agar sesuai dengan lembaga- lembaga kemasyarakatan yang mengalami perubahan. Reorganisasi dilaksanakan apabila norma-norma dan nilai-nilai yang baru telah melembaga (institutionalized) dalam diri warga.

  Suatu Gambaran Mengenai Disorganisasi dan Reorganisasi

Suatu contoh adalah norma-norma dalam lalu lintas. Sopan santun berlalu lintas yang secara minimal menyangkut ketaatan seseorang pengemudi atau orang yang jalan kaki. Pada umumnya terlihat adanya suatu kecenderungan untuk melanggar peraturan-peraturan tersebut, padahal peraturan bertujuan untuk menjaga keselamatan masyarakat, termasuk pengemudi dan orang-

orang yang berjalan kaki. Hal ini pailng tidak dapat dijadikan suatu indeks terhadap keadaan sampai di mana disorganisasi masih berlangsung padahal telah ada reorganisasi.

  Ketidak Serasian Perubahan  dan Ketertinggalan Budaya (Cultural Lag)

Ada unsur-unsur yang cepat berubah, tetapi ada pula unsur-unsur yang sukar untuk berubah. Biasanya unsur-unsur kebudayaan kebendaan lebih mudah berubah daripada unsur-unsur kebudayaan rohaniah. Misalnya, suatu perubahan dalam cara bertani, tidak berpengaruh pada tarian-tarian tradisonal.

Suatu teori tentang ketertinggalan budaya (cultural lag)  dari William F. Ogburn, menyatakan kenyataan bahwa pertumbuhan kebudayaan tidak selalu sama cepatnya dalam keseluruhannya seperti diurai sebelumnya, sedangkan ada bagian lain yang tumbuhnya lambat. Perbedaan antara taraf kemajuan dari berbagai bagian dalam kebudayaan dari suatu masyarakat dinamakan ketertinggalan kebudayaan (cultural lag) dan unsur masyarakat atau kebudayaan yang mempunyai korelasi, tidak sebanding sehingga unsur yang satu tertinggal oleh unsur lainnya.

Ketertinggalan kebudayaan juga berarti sebagai jangka waktu antara terjadi dan diterimanya penemuan baru. Atau dipakai untuk menunjukkan pada tertinggalnya suatu unsur lainnya yang berkaitan erat hubungannya.

2.3.7        Arah Perubahan (Direction of Change)

Gerak perubahan adalah perubahan bergerak meninggalkan  faktor yang diubah. Akan tetapi, setelah meninggalkan faktor itu, mungkin perubahan bergerak kepada sesuatu bentuk yang sama sekali baru, atau mungkin pula bergerak ke arah suatu bentuk yang sudah ada di dalam waktu lampau.

Sebagai contoh, perkembangan industri musik saat ini mengalami kemajuan yang luar biasa. Banyak jenis-jenis aliran musik yang kita kenal, mulai dari pop, rock, jazz, dangdut, heavy metal, ska, hip-hop, punk, dan lain-lain. Tapi saat ini ada jenis musik baru yang sedang trend di kalangan anak muda Indonesia yaitu The Changcuter. Lagu mereka berjenis rock n’ roll yang pernah dipopulerkan Rolling Stone dan mengikuti aksi panggung Mick Jagger dan Jim Morrisson. Akan tetapi lagu mereka rata-rata bertema komedi. Hal tersebut tentu berbeda dengan dengan generasi sebelum mereka yang biasanya bertema sosial dan cinta.

2.3.8 Modernisasi

1. Pengantar

Secara historis, modernisasi merupakan suatu proses perubahan yang menuju pada tipe sistem-sistem sosial, ekonomi, dan politik. Negara-negara atau masyarakat-masyarakat modern pun yang sedang menjalani proses tersebut telah berkembang dari aneka warna masyarakat tradisional. Setiap negara-negara atau masyarakat-masyarakat mengalami persolan berbeda-beda dalam menghadapi modernisasi sesuai dengan hukum situasi, pasti ada unsur-unsur yang sama dan berlaku universal. Menyangkut Indonesia yang mengalami modernisasi melalui perubahan-

perubahan yang direncanakan , misalnya dari orde lama ke orde baru, orde baru ke zaman reformasi.

1. Pengertian

Modernisasi mencangkup suatu tranformasi total kehidupan bersama yang tradisional dalam arti teknologi serta organisasi sosial ke arah pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri negara-negara barat yang stabil.

Modernisasi merupakan suatu bentuk perubahan sosial. Biasanya merupakan perubahan sosial yang terarah yang didasarkan pada perencanaan. Modernisasi merupakan suatu persoalan yang harus dihadapi masyarakat, kerana di dalam prosesnya meliputi bidang yang luas, menyangkut proses disorganisasi, problema-ploblema sosial, konflik antar kelompok, hambatan-hambatan terhadap perubahan, dan sebagainya.

1. Disorganisasi, Tranformasi, dan Proses dalam Modernisasi

Di dalam proses modernisasi akan muncul disorganisasi pada masyarakat. Hal tersebut akan menjadi masalah-masalah sosial. Masalah sosial diartikan sebagai penyimpangan terhadap norma-norma kemasyarakatan.

Disamping itu, perlawanan terhadap transformasi misalnya keyakinan yang kuat terhadap kebenaran tradisi, sikap yang tidak toleran terhadap penyimpangan-penyimpangan, pendidikan dan perkembangan ilmiah yang tertinggal , merupakan faktor-faktor yang menghambat modernisasi.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa  yang berpengaruh pada modernisasi adalah sikap dan nilai, kemampuan menunjukkan manfaat unsur yang baru, dan kesepadanannya dengan unsur-unsur kebudayaan yang ada. Ada kemungkinan modernisasi bertentangan dengan kebudayaan yang ada. Selain itu, ada kemungkinan modernisasi menggantikan unsur-unsur yang lama.

1. Syarat-syarat Modernisasi

Modernisasi pada awalnya mengakibatkan disorganisasi pada masyarakat. Tetapi masyarakat akan bisa reorganisasi jika modernisasi bersifat preventif (mencegah) dan konstruktif (membangun).

Syarat-syarat suatu modernisasi adalah sebagai berikut.

1)      Cara berpikir yang ilmiah.

2)      Sistem administrasi negara yang baik.

3)      Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur.

4)      Penciptaan iklim yang baik dari masyarakat.

5)      Tingkat organisasi yang tinggi.

BAB 9. MASALAH SOSIAL DAN MANFAAT SOSIOLOGI

 

2.4.1 Pengantar

Masalah-masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial yang mencangkup pula segi moral. Karena untuk dapat mengklasifikasikan suatu persoalan sebagai masalah sosial, harus digunakan penilaian sebagai pengukurannya. Apabila suatu masyarakat menganggap sakit jiwa, bunuh diri, perceraian, penyalahgunaan obat bius sebagai masalah sosial, masyarakat tersebut tidak semata-mata menunjuk pada tata kelakuan yang menyimpang. Akan tetapi, sekaligus juga mencerminkan ukuran-ukuran umum mengenai segi moral.

2.4.2 Masalah Sosial, Batasan dan Pengertian

Masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral masalah tersebut merupakan persoalan karena menyangkut tata kelakuan yang immoral, berlawanan dengan hukum dan bersifat merusak oleh sebab itu, masalah-masalah sosial tak akan mungkin ditelaah tanpa pertimbangan ukuran-ukuran masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap tidak baik. Sosiologi menyangkup teori yang hanya dalam batas tertentu menyangkut nilai-nilai sosial dan moral, yang terpokok adalah aspek ilmiahnya. Masalah sosial merupakan suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial.

2.4.3 Klasifikasi Masalah Sosial dan Sebab-sebabnya

Masalah sosial timbul dari kekurangan-kekurangan dalam diri manusia atau kelompok sosial yang bersumber pada faktor-faktor ekonomis, biologis, biopsikologis, dan kebudayaan. Klasifikasi yang berbeda mengadakanpenggolongan atas dasar kepincangan-kepincangan  dalam warisan fisik, warisan biologis, warisan sosial, dan kebijaksanaan sosial. Klasifikasi ini lebih luas ruang lingkupnya daripada yang terdahulu.

2.4.4  Ukuran-ukuran Sosiologis terhadap Masalah Sosial

1. Tidak ada kesesuaian antara ukuran atau nilai-nilai sosial dengan kenyataan sosial.2. Sumber-sumber sosial dari masalah sosial, yaitu merupakan akibat dari suatu gejala sosial

atau bukan, yang menyebabkan masalah sosial. Contohnya gagal panen.3. Pihak-pihak yang menetapkan apakah suatu kepincangan merupakan gejala sosial atau

tidak, tergantung dari kerakteristik masyarakatnya.4. Manifest Social Problems dan Latent Social Problems.5. Perhatian masyarakat dan masalah sosial.6. Sistem nilai dan dapatnya suatu masalah sosial diperbaiki.

2.4.5 Beberapa Masalah Sosial Penting

1. Kemiskinan, menyababkan tidak baiknya fungsi lembaga kemasyarakatan di bidang ekonomi.

2. Kejahatan, tinggi rendahnya angka kejahatan berhubungan erat dengan bentuk-bentuk dan organisasi  sosial dimana kejahatan itu terjadi. Orang yang berbuat jahat canderung melawan norma hukum.

3. Disorganisasi keluarga, yaitu perpecahan keluarga, mungkin terjadi karena konflik peranan sosial atas perbedaan ras, agama, atau karena faktor ekonomis.

4. Masalah generasi muda dalam masyarakat modern, masa remaja dikatakan sebagai suatu masa yang berbahaya karena pada periode itu, seseorang meninggalkan tahap kehidupan anak-anak untuk menuju tahap kedewasaan.

5. Peperangan, mengakibatkan disorganisasi dalam berbagai aspek kemasyarakatan, baik bagi negara yang ke luar sebagai pemenang atau negara yang kalah.

6. Pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat.7. Masalah kependudukan, tercipta kepadatan penduduk sehingga menyebabkan

ketidaksejahteraan.8. Masalah lingkungan, tercemarnya bahan yang merugiakan manusia pada dasarnya

tercipta karena manusia itu sendiri, kemudian menghancurkan diri sendiri.9. Birokrasi, merupakan organisasi yang bersifat hierarkis, bersifat menghambat roda

pemerintahan.

2.4.6 Pemecahan Masalah Sosial

Sosiologi mempunyai kegunaan bagi proses pembangunan dalam hal-hal sebagai berikut:

1. Tahap perencanaan untuk mengidentifikasi :

Kebutuhan-kebutuhan sosial, Pusat perhatian sosial, Lapisan sosial, Pusat-pusat kekuasaan, Sistem dan saluran-saluran komunikasi sosial.

1. Tahap pelaksanaan:

Identifikasi terhadap kekuatan-kekuatan sosial dalam masyarakat, Pengamatan terhadap perubahan sosial yang terjadi

1. Tahap evaluasi:

Analisis terhadap efek-efek sosial pembangunan.

2.4.7 Perencanaan Sosial

Menurut Ogburn dan Nimkoff  prasyarat suatu perencanaan sosial yang efektif adalah:

1. Adanya unsur-unsur modern dalam masyarakat yang mencakup sistem ekonomi dimana telah dipergunakan uang, urbanisasi yang teratur, intelegensi dibidang teknik dan ilmu pengetahuan dan suatu sistem administrasi yang baik.

2. Adanya sistem pengumpulan keterangan dan analisa yang baik.3. Terdapatnya sistem publik yang baik terhadap usaha-usaha perencanaan.4. Adanya pimpinan ekonomi dan politik yang progresif.

Untuk melaksanakan perencanaan sosial dengan baik, diperlukan organisasi yang baik pula dan itu berarti adanya disiplin disatu pihak dan hilangnya kemerdekaan dipihak lain.

Tokoh- tokoh yang Mempengaruhi Perkembangan Ilmu Sosiologi

1. Auguste Comte (1789-1857)

Auguste Comte, seorang Prancis, merupakan bapak sosiologi yang pertama-tama member nama pada ilmu tersebut (socius dan logos). Dia mempunyai anggapan bahwa sosiologi terdiri dari dua bagian pokok, yaitu social statistic dan social dynamic. Sebagai social statistic, sosiologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari hubungan timbale balik antara lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sebagai social dynamic, meneropong bagaimana lembaga-lembaga itu berkembang dan mengalami perkembangan sepanjang masa. Menurut Comte, masyarakat harus diteliti atas dasar fakta-fakta objektif dan dia juga menekankan pentingnya penelitian-penelitian perbandingan antara pelbagai masyarakat yang berlainan. Hasil karya Comte yang terutama adalah :

1. The Scientific Labors Necerssary for Reorganization of Society (1822);2. The Positive Philosophy (6 jilid 1830-1840);3. Subjective Synthesis (1820-1903).

2. Herbert Spencer (1820-1903)

Dalam bukunya The Principles of Sociology ( 3 jilid, 1877), Spencer menguraikan materi sosiologi secara rinci dan sistematis. Dia mengatakan bahwa objek sosiologi yang pokok adalah keluarga, politik,agama,pengendalian social dan industry. Dia juga menekankan bahwa sosiologi harus menyoroti hubungan timbale balik antara unsure-unsur masyarakat seprti pengaruh norma-norma atas kehidupan keluarga, hubungan antara lembaga polotik dan lembaga keagamaan. Hasil karya yang terkenal lainnya :

1. Social Statistic (1850);2. Principles of Psychology (1955);3. Principles of Biologis (2 jilid, 1864 dan 19614. Principles of Ethics (1893)

3. Emile Durkheim (1858-1917)

Menurut Emile Durkheim, sosiologi meneliti lembaga-lembaga dalam masyarakat dan proses-proses social. Dalam majalah sosiologi, ia mengklasifikasikan pembagian sosiologi atas tujuh seksi, yaitu:

1. Sosiologi umum yang mencakup kepribadian individu dan kelompok manusia.2. Sosiologi agama3. Sosiologi hukum dan moral yang mencakup organisasi politik, organisasi social,

perkawinan dan keluarga.4. Sosiologi tentang kejahatan5. Sosiologi ekonomi yang mencakup ukuran-ukuran penelitian dan kelompok kerja6. Demografi yang mencakup masyarakat pedesaan dan perkotaan7. Sosiologi estetika

Hasil karyanya yang terkemuka :

1. The Social Division of Labor (1893)2. The Rules of Sociological Method (1895)3. The Elementary Forms of Religious (1912)

4. Max Webber(1864-1920)

Max Webber, seorang Jerman, berusaha memberikan pengertian mengenai perilaku manusia dan sekaligus menelaah sebab-sebab terjadinya interaksi social. Max juga terkenal dengan teori ideal typus, yaitu merupakan suatu konstruksi dalam pikiran seorang peneliti yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisis gejala-gejala dalam masyarakat. Karya yang ditulisnya antara lain :

1. The History of Trading Companies During the Moddle Ages (disertasi,1889)2. Economy and Society (1920)3. Collected Essays on Sociology of Region (3 jilid, 1921)4. Collected Essays on Sociology and Social Problems (1924)5. From Max Webber : Essays in Sociology (1946)6. The Theori of Social and Economic Organization (1947)7. Alex Webber on The Methodology of Social Sciences (1949)

5. Charles Horton Cooley (1864-1929)

Seorang Amerika, Charles Horton Cooley, mengembangkan konsepsi mengenai hubungan timbale balik dan hubungan yang tidak terpisah antara individu dengan masyarakat. Coooley dalam mengemukakan teorinya terpengaruh aliran romantic yang mengidamkan kehidupan bersama, rukun, damai, sebagaimana dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang masih bersahaja. Hasil-hasil karyanya :

1. Human Nature and Social Order (3 jilid,1902)2. Social Organization (1909)3. Social Process (1918)

6. Pierre Guillaurne Frederic Le Play (1806-1882)

Le Play mengenalkan suatu metode tertentu di dalam meneliti dan menganalisis gejala-gejala social, yaitu dengan jalan mengadakan observasi terhadap fakta-fakta social dan analisis induktif. Kemudian ia juga menggunakan metode case study dalam penelitian-penelitian social. Penelitian-penelitiannya terhadap masyarakat menghasilkan dalil bahwa lingkungan geografis menentukan jenis pekerjaan dan hal ini mempengaruhi organisasi ekonomi, keluarga, serta lembaga-lembaga lainnya.

Karangan-karangan yang pernah di buatnya:

1. European Worker (1855);2. Social Reform in France (1864)3. The Organization of The Family (1871)4. The Organization of Labor (1872)

7. Ferdinand Tonnies

Ferdinand Tonnies terkenal dengan teorinya mengenai Gemeinschaft dan Gesellschaft sebagai dua bentuk yang menyertai perkembangan kelompok-kelompok social. Gemeinschaft (paguyuban) adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat ilmiah serta bersifat kekal. Gasellschaft (patembayan) merupakan bentuk kehidupan bersama yang merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok dan biasanya dalam jangka waktu yang pendek. Hasil karyanya antara lain :

1. Gemeinschaft und Gesellschaft (1887)2. Sociological Studies and Criticism (3 jilid, 1952)3. Introduction to Sociology (1937) dan lain-lain.

8. Leopold von Wiese (1876-1949)

Von Wiese, seorang jerman, menganggap sosiologi sebagai ilmu pengegtahuan empiris yang berdiri sendiri. Objek sosiologi adalah penelitian terhadap hubungan antarmanusia yang merupakan kenyataan social. Jadi, menurutnya, objek khusus ilmu sosiologi adalah interaksi social atau proses social. Penelitian selanjutnya dilakukan terhadap struktur social yang merupakan saluran dari hubungan antar manusia. Hasil-hasil karyanya adalah antara lain :

1. The Basis of Sosiologi : A critical examination of Herbert spencer’s Synthetic Philosophy (1906)

2. General Sosiology, jilid I Social Relations (1924); dan jilid II3. Social Forms (1929)4. Systematic Sosiology (bersama dengan Howard Becker,1932)5. Sosiology of Social Relation (1940)

9. Alfred Vierkandt (1867-1953)

Pada permulaannya Alfred menganggap sosiologi harus mempelajari sejarah kebudayaan. Kemudian, ia menyatakan bahwa sosiologi terutama mempelajari interaksi dan hasi interaksi tersebut. Masyarakat merupakan himpunan interaksi-interaksi social, sehingga sosiologi bertugas untuk mengkontruksikan teori-teori tentang masyarakat dan kebudayaan. Hasil-hasil karyanya adalah :

1. Primitive and Civilized (1896)2. Inertia in Culture Change (1908)3. Theory of Society; Main Problems of Philosophical Sociology (1922)4. Dictionary of Sociology (1931)5. Family, People and State in their Social Life (1936)

10. Lester Frank Ward (1841-1913)

Ward merupakan salah satu pelopor sosiologi di Amerika. Tujuan utamanya adalah membentuk suatu system sosiologi yang akan menyempurnakan kesejahteraan umum manusia. Menurutnya sosiologi bertujuan menetili kemejuan-kemajuan manusia. Ia membedakan antara pure sociology (sosiologi murni) yang meneliti asal dan perkembangan gejala-gejala social dan applied sociology (sosiologi terapan) yang khusus mempelajari perubahan-perubahan dinamis dalam masyaraka karena usaha-usaha manusia. Hasil karyanya adalah :

1. Dynamic Society (1883)2. Psychic Factors of Civilization (1893)3. Pure Sociology (1903)

11. Vilfredo Pareto (1848-1923)

Teori Pareto didasarkan pada observasi terhadap tindakan-tindakan, eksperimen terhadap fakta-fakta dan rumus-rumus matematis. Menurut dia, masyarakat merupakan system kekuatan yang seimbang dan keseimbangan tersebut tergantung pada cirri-ciri tingkah laku dan tindakan-tindakan manusia dan tindakan-tindakan manusia tergantung dari keinginan-keinginan serta dorongan-dorongan dari dalam dirinya. Buku yang pernah ditulisnya antara lain Treatisme on General Sociology (3 jilid,1917), yang diterjemahkan ke bahasa Inggris dengan judul The Mind and Society.

12. Georg Simmel (1858-1918)

Menurut Georg Simmel, sosiologi merupakan ilmu pengtahuan khusus, yaitu satu-satunya ilmu pengetahuan analitis yang abstrak diantara semua ilmu pengetahuan kemasyarakatan. Masyarakat merupakan suatu proses yang berjalan dan berkembang terus. Masyarakat ada dimana individu mengadakan interaksi dengan indiviu-individu lainnya. hasil katya-karyanya adalah :

1. Concering Social Differentiation (1890)2. Sociology, Studies of  the Forms of Socialization (1908)3. Basic Problems of Sociology (1917)

4. Conflic of Modern Culture (1918)

13. William Graham Summer (1840-1910)

Sistem sosiologi Summer didasarkan pada konsep in-group dan out-group. Masyarakat merupakan peleburan dari kelompok-kelompok social. Kebiasaan dan tata kelakuan merupakan petunjuk-petunjuk bagaimana harus memperlakukan warga-warga sekelompok, maupun warga-warga dari kelompok lainnya. hasil karyanya misalnya :

1. Collected Essays on Political and Science (1885)2. What Social Classes Owe to Folksway (1907)3. Selected Essays of WilliamGraham Summer (1924)4. The Science of Sociology (dengan A.C Keller, 1927)5. Essays of William Graham Summer (2 jilid, 1934)

14. Robert Ezra Park (1864-1944)

Pokok ajaran Robert Ezra Park adalah suatu pendapat yang menyatakan bahwa sosiologi meneliti masyarakat setempat dari sudut hubungan antarmanusia. Namanya terkenal karena telah mengarang sebuah buku (bersama Burgess) yang berjudul : Introduction to The Science of Sociology tahun 1921. Hasil karya lainnya :

1. Race and Culture (1950)2. Old World Traits Transplanted (bersama H.A Miller, 1921)

15. Karl Mannheim (1893-1947)

Mannheim telah banyak menyumbangkan pikirannya bagi perkembangan sosiologi. Antara lain di peloporinya satu cabang sosiologi, yang dinamakan sosiologi pengetahuan, yang khusus menelaah hubungan antara masyarakat dengan pengetahuan. Kemudian teorinya yang sangat terkenal adalah mengenai krisis. Hasil-hasil karya dari Karl Mannheim yang terkenal antaralain :

1. Ideology and Utopia (1929)2. Man and Society in an Age of Reconstruction (1940)3. Diagnosis of our Time (1943).

2.4.9   Manfaat Penelitian Sosiologi bagi Pembangunan

1. Pengantar

Pembangunan merupakan suatu proses perubahan disegala bidang kehidupan yang dilakukan secara sengaja berdasarkan suatu rencana tertentu. Proses pemangunan bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyrakat,baik secra spritual,maupun material

1. Cara melangsungkan pembangunan

Strutural, yang mencangkup perencanaan, pembentukan, dan evaluasi terhadap lembaga sosial.

Spiritual, yang mencangkup watak dan pendidikan dalam penggunaan cara berfikir Struktural dan spiritual

1. Syarat yang diperlukan

Masyarakat harus aktif memecahakan masalah-masalah dan memiliki  sikap terbuka bagi pikiran dan usaha baru.

1. Tahap-tahap pembangunan

Tahap perencanaan,penerapan atau pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahap penerapan perlu diadakan penyorotan terhadap kekuatan sosial dalam masyarakat.

1. Penelitian sosiologis

Penelitian yang terpusatkan pada masalah, yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang timbul penelitian murni, yang berujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan secara  teoretis dalam perkembangan teori

Penelitian terapan, yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat atau pemerintah.

1. Manfaat penelitian sosioogis bagi pembangunan

Pada tahap perncanaan pembangunan diperlukan data yang relatif lengkap megenai masyarakat. Pada tahap penerapan atau pelaksanaan, perlu diadakan identifikasi terhadap kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat. Dengan pengetahuan mengenai perubahan sosial yang telah terjadi, akan dapat di ketahui apakah pemangunan berhasil atau tidak. Dan pada tahap evaluasi dapat diadakan penilaian dengan menggunakan beberapa ilmu pengetahuan.

1. Penutup

Indonesia merukan masyarakat yang majemk. Dan kemajemukan inilah yang dihadapi dalam proses pembangunan nasional.

BAB 10. PENUTUP

3.1  PENGANTAR

Setelah mendalami isi buku ini menjadikan kita lebih memperdalam sosiologi sebagai suatu ilmu, namun masih memiliki kesan bahwa ilmu sosiologi bersifat abstrak. Sebagai ilmu msyarakat sosiologi mengalami peristiwa-peristiwa tertentu maupun berbagai masa kritis.pada masa selesai Perang Dunia ke II, banyak masalah muncul konflik konflik realis ,kejahatan  dll. Masalah tersebut selalu di kaitkan atau di dasarkan pada yang terjadi saat ini sehingga di nilai

cepat tanggap terhadap masalah sosial penting sehingga dapat membantu memecahkan masalah-masalah tersebut.

Perkembangan sosiologi di amerika telah di arahkan untuk menyususn program program sosial serta usaha usaha  untuk mengatasi masalah ketertiban dan kemiskinan  yang terjadi. Sehingga perhatiannya lebih tertuju pada kesejahteraan individual daripada struktural yang menyeluruh yang sanagat mempengaruhu tersedianya kesempatan untuk membenahi dan memperkuat peranan sosial seseorang.

3.2  KETERKAITAN “PUBLIC SPEAKING” DENGAN SOSIOLOGI KOMUNIKASI

1. Pengantar

Publik speaking atau berbicara kepada umum merupakan suatu kegiatan yang berintikan pada interaksi sosial.Proses interaksi demikian merupakan salah satu lingkup sosiologi sebagai ilmu dan juga sosiologi komunikasi sebagai salah satu pengkhususannya. Sosiolgi merupakan suatu ilmu yang menelah dan menganalisis kehidupan bersama manusia serta akibat-akibatnya yang mungkin dilanjutkan dengan suatu proyeksi.sosiologi berintikan pada komunikasi sehingga sudah sewajarnya apabila tumbuh pengkhususan dalam wujud sosiologi komunikasi. Dasar uraian ini adalah semata – mata pengalaman sebagai pendidikan dan pengajar yang dalam pekerjaan sehari-hari banyak berhubungan dengan umum khususnya sivitas akademika dan pihak-pihak lainnya dalam rangka pengabdian masyarakat.

1. Khalayak yang Dihadapi

Seorang publik speaking akan menghadapi khalayak tertentu, yang terdiri lebih dari satu orang dengan jumlah maksimal yang kadang-kadang tidak dapat ditentukan batas-batasnya.

Heterogenitasdilihat dari sudut kebudayaan khusus yang dianut, orientasi politik yang berbeda, latar belakang pendidikan informal dan formal yang berlainan,agama yang tidak sama, suku yang tidak seragam, dan seterusnya.dipergunakan sebagai patokan umum untuk memberikan public speech.khalayak yang dihadapi mempunyai taraf kecerdasan yang berbeda – beda. Salah satu akibatnya adalah bahwa taraf kemampuan untuk memahami hal-hal yang disampaikan oleh pembicara juga berbeda.Karena khalayak terdiri dari orang banyak,sulit diciptakan hubungan batiniah antara pembicara dengan khalayak.Dengan demikianlah,pembicara dengan khalayak biasanya bersifat impersonal.Dalam menghadapi khalayak yang beranekaragam latar belakangnya seorang pembicara harus mampu membuat tolak ukur yang seragam terlebih dahulu. Di antara sekian banyaknya perbedaan, pasti akan ada hal – hal yang sama. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah meminta data mengenai khalayak yang akan dihadapi (artinya, sebelum publik speaking berlangsung).

1. Usaha Agar Khalayak Menjadi Pendengar yang Aktif

Seseorang pembicara pertama – tama harus mengusahakan agar khalayak menjadi pendengar yang baik.Kemampuan untuk mendengarkan pembicaraan orang dengan baik, merupakan salah satu landasan bagi adanya pemahaman. Pertama-tama seorang pembicara harus dapat

memberikan “pengantar”yang menarik perhatian khalayak ,yang hanya dapat dilakukan apabila pembicara terlebih dahulu telah memperoleh data awal mengenai khalayak yang dihadapinya. “Pengantar” yang menarik tersebut bertujuan untuk menciptakan suasana yang menyenangkan terutama bagi khalayak.Suasana yang menyenangkan ini biasanya terjadi apabila khalayak merasa dirinya dihargai oleh pembicara.kadang – kadang pembicara perlu menempatkan dirinya pada posisi yang lebih tinggihendaknya hal itu dilakukan hanya sebagai taktik sajaLangkah kedua yang perlu dilakukan agar khalayak mendengarkan hal – hal yang dibicarakan adalah menciptakan kewibawaan.yang lebih penting lagi adalah sikap tindakan yang nyata dari pembicara, atau penampilannya yang simpatik.Langkah yang ketiga adalah menciptakan landasan pengetahuan yang sama.peKalau itu sudah terciptapembicara berusaha “menggiring” khalayak ke taraf pengetahuan yang lebih tinggi dengan jalan membantu khalayak untuk hari esok. untuk kemudian membimbingnya ke taraf yang lebih tinggi akan merangsang khalayak untuk bertanya atau memberikan tanggapan pada kesempatan diskusi nantinya.

1. Usaha untuk Memengaruhi Khalayak

Pembicara tentunya harus berusaha untuk memengaruhi khalayak agar tujuan – tujuan tertentu dapat dicapai.Agar diperoleh suatu gambaran yang jelas, akan dikemukakan suatu contoh, dimana pembicara berfungsi sebagai pembaharu atau pengubah (change agent; agentof development).Kalau seorang pembicara berfungsi sebagai pembaharu, pertama – tama yang dilakukannya adalah mengembangkan suasana,pembaharu perlu menyadarkan khalayak bahwa ada sesuatu yang perlu diubah untuk mencapai tingkat kehidupan tertentu.Selain itu, pembicara juga harus menyakinkan khalayak bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik.Sesudah mengemukakan hal itu,pembicara harusmenciptakan keadaan yang baik.pembicara mencoba dan mengajak khalayak untuk menggadakan diagnosis terhadap keadaan yang dihadapi.Dalam tahap harus dijelaskan mengapa timbul masalah, dan mengapa selama ini masalah-masalah tidak dapat ditanggulangi. Namun, diagnosis ini hendaknya dilandaskan pada kepentingan khalayak dan bukan pembicara.Selanjutnya pada langkah keempat pembicara berusaha untuk menanamkan keinginan agar keadaan yang dihadapi diubah.Pada tahap kelima pembicaraberusaha untuk menjelaskan keuntungan dan kerugian sebagai akibat terjadinya perubahan.Dengan cara demikian, pembicara berusaha membentuk opini khalayak kearah yang positif bagi pemenuhan kebutuhannya.

1. Kemampuan – Kemampuan yang Diperlukan

Seorang pembicara seyogyanya mempunyai berbagai kemampuan agar dapat melakukan publik speaking dengan baik dan benar.Kemampun-kemampuan tersebut hanya akan dapat dipunyai apabila yang bersangkutan mempunyai wawasan yang luas karena banyak membaca, peka terhadap masalah-masalah di sekitarnya, dan secara cepat merekam kejadian-kejadian yang penting.

1. Penutup

Keterkaitan antara publik speaking dengan sosiologi komunikasi tampaknya terletak pada kenyataan bahwa publik speaking pada hakikatnya merupakan penerapan konsep-konsep sosiologi komunikasi tertentu.

Hal yang penting adalah bahwa seorang pembicara mengetahui atau memahami aspek-aspek sosiologi kehidupan masyarakat. Apalagi kalau pengetahuan tersebut ditambah dengan pengetahuan dibidang ilmu – ilmu sosial lainnya seperti antropologi, psikologi sosial, ekonomi dan seterusnya, pengetahuannya semakin lengkap (demikian pula halnya dengan kemampuan yang bersangkutan).Hal yang penting adalahrajin melatih diri berbicara di depan umum dengan memberikan penyajian yang akurat mengenai masalah yang diketengahkan.Seorang public speaker harus senantiasa berterus terang, namun dilandaskan pada perhitungan yang mantap. Hal yang juga penting adalah pantangan untuk mempopulerkan diri dengan jalan mendiskreditkan pihak – pihak lain yang dijadikan kambing hitam, baik secara langsung maupun tidak langsung.Demikianlah beberapa catatan mengenai publik speaking, yang semata-mata didasarkan pada mudahan-mudahan rekaman pengalaman sendiri. Mudahan-mudahan rekaman pengalamanini dapat dimanfaatkan demi kebaikan.

3.3  DAMPAK PADA SISTEM SOSIAL BUDAYA

1. Pengantar

Secara etimologis, dampak berarti pelanggaran, tubrukan atau benturan. Dampak pada sistem sosial budaya dapat diartikan sebagai pelanggaran terhadap sistem sosial budaya, tubrukan terhadapnya, ataupun benturan. Secara garis besar, kehidupan bersama yang berproses dalam suatu wadah, disebut sistem kemasyarakatan. Setiap gejala tersebut saling berkaitan, sehingga terjadi proses saling pengaruh, mempengaruhi.

1. Sistem Kemasyarakatan dan Sistem Sosial Budaya

Sistem kemasyarakatan mencakup berbagai macam bidang kehidupan yang merupakan subsistem, oleh karena menjadi bagian dari suatu kesatuan yang menyeluruh. Biasanya subsistem-subsistem tersebut adalah sebagai berikut :

1. Subsistem politik2. Subsistem ekonomi3. Subsistem sosial4. Subsistem budaya5. Subsistem pertahanan-keamanan6. Subsistem hukum

1. Indikator Perubahan

Masalah perubahan sosial telah menjadi sorotan penting para sosiolog, semenjak timbulnya sosiologi modern. Sosiologi modrn dilahirkan dalam masyarakat yang sedang mengalami perubahan pada unsur-unsur tradisional, sehingga para ssiolog waktu itu menaruh perhatian besar pada proses-proses perubahan tersebut. Pada masa itu, masalah pokoknya adalah :

Kecenderungan-kecenderungan umum perubahan suatu masyarakat sebagai keseluruhan atau sesuat yang utuh.

Perkembangan suatu tipe masyarakat tertentu.

Pemusatan perhatian terhadap sebab-sebab terjadinya perubahan sosial  dan pengaruh perubahan sosial terhadap masyarakat maupun bagian-bagiannya.

1. Dampak Pembangunan

Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang direncanakn dan dikehendaki. Disamping tujuan-tujuan yang direncanakan dan dikehendaki tidak mustahil pembangunan mengakibatka terjadinya dampak pada subsistem kemasyarakatan, misalnya pada subsistem sosial budaya.

1. Penanggulangan Dampak

Penanggulangan terhadap dampak pembangunan sangat penting, karena pelopor pembangunan maupun masyarakat yang sedang membangun, menginginkan akibat-akibat yang positif dari pembangunan tersebut. Dampak pembangunan dapat ditekan dengan tahap-tahap sebagai berikut :

1)      Awareness

2)      Interest

3)      Evaluation

4)      Trial

5)      Adoption

3.4  TINJAUAN SOSIOLOGIS MENGENAI LINGKUNGAN ANAK DAN REMAJA YANG MENUNJANG TUMBUHNYA MOTIVASI DAN KEBERHASILAN STUDI ANAK

1. Pengantar

Suatu tinjauan sosiologis berarti sorotan yang didasarkan pada hubungan antar manusia, hubungan antar kelompok serta hubungan antara manusia dengan keompok, di dalam proses kehidupan bermasyarakat.

1. Orang Tua, Saudara-Saudara dan Kerabat Dekat

Di dalam keadaan yang normal, maka lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah orang tuanya, saudara-saudaranya yang lebih tua serta mungkin kerabat dekatnya yang tinggal serumah.

1. Kelompok Sepermainan

Kelompok sepermainan dan peranannya belum begitu tampak pengaruhnya pada masa kanak-kanak, walaupun pada masa itu seorang anak sudah mempunyai sahabat-sahabat yang terasa sangat dekat sekali dengannya.

1. Kelompok Pendidik (Sekolah)

Kelompok pendidik sebenarnya tidak mencakup sekolah saja, oleh karena sekolah hanya menyelenggarakan pendidikan formal. Pada sekolah-sekolah yang menyelenggarakan pendidikan awal seperti TK, SD atau SMP guru berperan sangat besar bahkan dominan, guru mempunyai peranan yang cenderung mutlak di dalam membentuk dan mengubah pola perilaku anak didik.

1. Penutup

Orang tua sebenarnya merupakan kunci motivasi dan keberhasilan studi anak dan remaja. Orang tua merupakan tempat anak erlindung dan mendapatkan kedamaian melalui keserasia antara ketrtiban dengan ketenteraman, dengan mempertimbangkan pengaruh-pengaruh yang datang dari luar rumah

 

Daftar Pustaka

 

Soekanto Soerjono, 2012, “ Sosiologi Suatu Pengantar “, Rajawali Pers, Jakarta