riki eka putra -...

51
Riki Eka Putra Bacaan untuk Tingkat SD Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Balai Bahasa Sumatra Barat

Upload: nguyendan

Post on 27-May-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

Riki Eka Putra

Bacaan untuk Tingkat SD

Kementerian Pendidikan dan KebudayaanBadan Pengembangan dan Pembinaan BahasaBalai Bahasa Sumatra Barat

Page 2: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

Cerita Rakyat Sumatra Barat

RAHMAN DAN RABAB

Page 3: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan
Page 4: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

Balai Bahasa Sumatra Barat

Tahun 2017

Cerita Rakyat Sumatra Barat

RAHMAN DAN RABAB

Page 5: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

RAHMAN DAN RABAB

Cerita Rakyat Sumatra Barat

Penanggung Jawab : Kepala Balai Bahasa Sumatra BaratPenulis/ilustrator : Riki Eka Putra (Rahman dan Rabab)

: Yelia Fitriani (Kacamata untuk Nenek): Aldino Adry Baskoro (Wasiat Ama)

Penyunting : Imron Hadi dan Joni SyahputraDesain sampul : Riki Eka Putra

CETAKAN PERTAMA TAHUN 2017

Diterbitkan pertama kali olehBalai Bahasa Sumatra BaratSimpang Alai, Cupak Tangah, Pauh LimoPadang, 25162Telepon (0751) 776789Faksimile (0751) 776788

Katalog Dalam TerbitanPB Putra, Riki Eka398.209 598 1 Rahman dan Rabab: cerita rakyat Sumatra

Barat /Riki Eka Putra;OLV Imron Hadi (Penyunting). Padang: Balai Bahasa

Sumatra Barat, 2017.l viii+38 hlm.; 21 cm.

ISBN : 978-602-51224-2-2

CERITA RAKYAT-SUMATRA

Page 6: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

v

KATA PENGANTAR

KEPALA BALAI BAHASA

SUMATRA BARAT

Ketersediaan bacaan dan media audio-visual, khususnya disekolah-sekolah, yang bersumber dari cerita rakyat sangatbermanfaat dalam upaya meningkatkan pemahaman karakter dankekayaan batin bangsa Indonesia di kalangan generasi muda. Upayauntuk mewujudkan ketersediaan itu telah dilakukan Balai BahasaSumatra Barat, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dalam bentuk alihwahana cerita rakyat, yakni dalam bentuk buku cerita rakyat.Pengungkapan cerita rakyat dengan strategi baru danpengalihwahanaan tersebut diperlukan agar cerita itu dapatdinikmati dan mudah dipahami isinya.

Buku cerita yang sekarang berada di tangan Anda inimerupakan cerita rakyat yang berasal dari sayembara penulisancerita rakyat sebagai bahan literasi yang diadakan Balai BahasaSumatra Barat dari bulan Januari—April 2017, yang berjudul Rahman

dan Rabab. Di dalam buku ini terdapat tiga cerita dari penulisberbeda. Ketiga cerita itu yaitu Rahman dan Rabab, Kacamata untuk

Nenek, dan Wasiat Ama. Ceritanya menggunakan bahasa Indonesiaagar dapat dinikmati oleh kalangan yang lebih luas, terutama oleh

Page 7: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

vi

anak-anak di seluruh Indonesia. Dari cerita-cerita itu diharapkanmereka dapat mengambil pelajaran yang mengantarkan merekamenjadi generasi pelapis yang berkarakter yang tidak tercerabut dariakar budaya Indonesia dan mampu menyongsong masa depanseperti yang diharapkan.

Selamat membaca.

Padang, Desember 2017

Page 8: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

vii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARKEPALA BALAI BAHASA SUMATRA BARAT vDAFTAR ISI vii

Kacamata Untuk Nenek 1Wasiat Ama 11Rahman dan Rabab 26

Page 9: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

viii

Page 10: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

1

Pagi ini mentari mulai muncul, Khairul membuka jendelakamarnya. Sinar matahari pun masuk melalui jendela, laluKhairul meniup lampu teplok yang ada di atas meja belajarnya.Suasana pagi terlihat sangat cerah. Ayam-ayam tampakmengais-ngais mencari makanan di halaman rumah. Cahayamentari pagi terasa hangat, Khairul menikmati suasana pagidi depan jendela kamarnya seraya melamun karena teringatayah dan ibunya.

Yelia Fitriani

KACAMATA UNTUK NENEK

Page 11: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

2

Sekarang Khairul tinggal bersama neneknya di desa keciltidak jauh dari Kota Payakumbuh, karena ayah dan ibunya telahlama meninggal dunia disebabkan oleh bencana alam yangterjadi di daerah tempat tinggalnya dulu, yaitu bencana gempabumi di Pariaman, Sumatra Barat beberapa tahun yang lalu,tepatnya saat Khairul berusia enam tahun. Di keluarganyahanya Khairul yang selamat dari bencana itu, karena saat itu iasedang berlibur di rumah pamannya.

Selang beberapa waktu, Khairul tersentak darilamunannya, sekarang ia sudah duduk di kelas enam SD. Diateringat bahwa hari ini ia harus pergi ke sekolah, Lalu iaberanjak ke tempat tidurnya untuk merapikan bantal danselimut yang terlihat sangat berantakan. Hari sudah berangsursiang, jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh. Khairul

Page 12: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

3

mengambil handuk yang tergantung di dinding kamarnyadengan sangat terburu-buru, karena ia harus sampai di sekolahsebelum bel berbunyi yaitu pukul tujuh tiga puluh. Lalu diaberjalan menuju ke kamar mandi.

Setelah selesai mandi dan memasang seragam Khairulsarapan bersama neneknya.

“Rul, pagi ini kita hanya punya sedikit sayuran dan sambal,serta beberapa ikan kering yang digoreng,” kata neneknya.

“Tidak apa-apa Nek,” jawab Khairul dengan tersenyum.Kemudian Khairul mulai makan bersama neneknya. Setelahselesai sarapan, Khairul bersiap-siap untuk berangkat kesekolah. Sebelum pergi ke sekolah, Khairul selalu berpamitanseraya menyalami dan mencium tangan neneknya.

Sesampainya di sekolah, Khairul bersenda gurau bersamateman-temannya. Setelah beberapa waktu, bel masuk punberbunyi. Khairul dan teman-temannya masuk ke dalam kelas.Sebulan ini ia belajar dengan guru baru, namanya Bu Rika, diasangat baik, ramah, dan sangat perhatian pada Khairul.Sepertinya ia merasakan sosok seorang ibu penuh kasih sayangdan kelembutan hadir pada diri ibu Rika. Tiba-tiba, Khairulberpikir ingin memberikan sebuah hadiah kepada Bu Rika, tapiapa ya? Khairul bingung mau memberikan hadiah apa kepadaBu Rika.

Page 13: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

4

“Teeeeeeeeeet,” bel sekolah berbunyi pertanda bahwaseluruh siswa telah diperbolehkan pulang. Semua siswa sontakbersorak dan berhamburan ke luar kelas. Khairul pulangsekolah dengan berjalan kaki. Saat ia berjalan menuju kerumahnya, ia melihat sebuah gelang emas yang sangat indahterpajang di dalam sebuah toko.

“Aku akan membelikan gelang emas itu untuk Bu Rika,”ucap Khairul dalam hati sambil tersenyum bangga. Lalu Khairulbergegas pulang ke rumahnya.

Sesampainya di rumah, Khairul mengambil celengan yangterletak di bawah tempat tidurnya. Lalu ia memecahkancelengan itu. Pecahan celengan itu menyebar di lantaikamarnya.

“Wah, ternyata tabunganku sudah banyak,” Khairuldengan sigap mengumpulkan recehan yang berserakan dihadapannya. Ia menyimpan hasil tabungan itu di ransel hitamkesayangannya sembari menyiapkan dan memasukkan bukupelajaran yang akan dibawa ke sekolah esok hari. Setelah itu,Khairul makan siang bersama neneknya.

“Rul, bisakah kamu membantu nenek memanenmentimun di ladang Pak Harun setelah ini?” tanya neneknyasambil menuangkan air minum untuk Khairul.

“Baik Nek,” jawab Khairul dengan sopan. Setelah makansiang, mereka pergi ke ladang Pak Harun bersama.Sesampainya di ladang, Khairul memanen mentimun dengansigap. Tanpa disadari, ternyata hari sudah mulai gelap. Khairuldan neneknya bersiap-siap untuk pulang karena azan Magribpun sudah berkumandang di masjid, pertanda bahwa waktushalat sudah masuk.

Sesampainya di rumah, Khairul membersihkan tubuhnyadan bergegas untuk shalat. Malam ini Khairul menyibukkandiri dengan belajar dan membuat tugas sekolah yang diberikanBu Rika. Setelah beberapa saat, matanya terasa berat, ia mulai

Page 14: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

5

mengantuk, lalu ia menuju ke kamar mandi untuk menggosokgigi. Setelah itu, Khairul beranjak ke tempat tidurnya danmembaca doa sebelum tidur.

“Kukuruyuuuuk.”Suara ayam jago membangunkan Khairul dari tidur

pulasnya. Ternyata hari sudah pagi, dia bersiap-siap untuk pergike sekolah. Seperti biasa, di sekolah ia selalu bersenda guraudengan teman-temannya. Sepulang sekolah, saat Khairulberjalan menuju ke rumahnya, Khairul singgah di sebuah tokotempat ia melihat gelang emas beberapa waktu lalu. Kemudiania menanyakan harga gelang emas itu kepada pemilik tokoyang dikunjunginya tersebut. Ternyata tabungannya belumcukup untuk membeli gelang emas itu. Khairul kembali pulangdengan perasaan sedih.

Khairul berusaha mengumpulkan uang untuk membeligelang emas itu. Setiap diberi uang jajan oleh neneknya,Khairul selalu menyimpannya dengan baik dan tidak pernahmembelanjakannya. Dia sangat berharap dapat memberikangelang emas itu kepada Bu Rika dalam waktu dekat.

Suatu hari, nenek Khairul jatuh sakit. Tapi karena tidakpunya biaya untuk berobat, Khairul hanya merawat neneknya

Page 15: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

6

di rumah. Semakin hari, keadaan neneknya semakin parah.Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untukmendapatkan uang agar dia dapat berobat ke rumah sakit,untunglah neneknya tidak tinggal di rumah sakit, sebab tidakada yang bisa menungguinya. Namun jika nenek dirawat dirumah tetangga ada yang dapat menemaninya ketika Khairulpergi sekolah.

Khairul sangat sedih melihat keadaan neneknya. Dalamhati kecilnya, ingin sebenarnya Khairul memberikantabungannya untuk biaya berobat nenek, tapi ia juga inginmemberikan hadiah kepada Bu Rika. Sementara Khairul tetapmenyimpan tabungannya dulu semoga nanti dapat membantu

Page 16: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

7

nenek berobat pikirnya sendiri.Berhari-hari neneknya tidak mampu memasak untuk

Khairul. Terpaksa ia memasak sendiri meskipun hasilmasakannya tidak enak. Khairul hanya merebus beberapasayuran untuk dimakannya bersama neneknya. Khairul sangatsedih karena harus mengerjakan semua pekerjaan rumahsendiran.

Terlintas di benaknya, “Bagaimana jika tidak ada neneklagi? Ah, itu tidak boleh terjadi,” ratap Khairul dalam hati. Diamulai menyesal karena lebih mementingkan hal lain dibandingkesehatan neneknya sendiri.

Tiga hari telah berlalu, nenek Khairul sudah berangsursembuh. Khairul sangat bahagia karena neneknya sudahkembali sehat.

“Khairul, nenekmu tidak boleh terlalu lelah. Jika diasampai kelelahan, maka bisa saja kesehatannya kembalimelemah,” kata dokter desa kepada Khairul saat diamengontrol neneknya ke rumah bersama beberapa orangtetangga.

“Rul, apakah rumah kita sangat berantakan?” tanyaneneknya kepada Khairul.

“Nenek lihat saja nanti,” jawab Khairul dengan tersenyumlebar ke arah neneknya. Nenek sangat terkejut karenapekarangan rumah terlihat sangat bersih, bunga-bunga punbermekaran di halaman. Nenek Khairul mulai membuka pintulagi-lagi dia terpana karena pekarangan rumah juga terlihatsangat bersih. Tikar pun terbentang rapi dan di atas meja sudahtersedia beberapa makanan. Betapa bahagianya nenek Khairulsaat itu, dia memeluk Khairul dengan sangat erat.

Selama beberapa hari, Khairul tidak membiarkan neneknyauntuk bekerja, dia selalu mengerjakan pekerjaan rumah agarneneknya tidak kelelahan. Sekarang nenek khairul sudah sehatsepenuhnya.

Page 17: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

8

“Rul, apakah kamu punya uang untuk membeli beras?”nenek terbata-bata bertanya pada Khairul.

“Ada Nek sedikit,” dalam hati Khairul merasa bersalahsebab tidak berkata benar. Padahal tabungannya masih utuhdi dalam ransel. Niatnya untuk membeli gelang emas yang akandiberikan pada Bu Rika masih bergelora. Neneknya percayapada Khairul, lalu dia menyuruh cucu satu-satunya itu membeliberas ke warung.

Suatu siang saat neneknya mencari kayu bakar, Khairulhanya sendirian di rumah. Dia menghitung uang yang sudahlama dikumpulkannya untuk membelikan gelang yang akandiberikan kepada Bu Rika. Alangkah bahagianya Khairul saatitu, ternyata tabungannya sudah mencukupi untuk membeligelang emas itu. Khairul berniat akan membeli gelang itu besokpagi.

Malam harinya, Khairul menyiapkan buku-buku dankeperluan lainnya yang akan dibawa ke sekolah besoknya.Termasuk uang yang akan dijadikan untuk membeli gelangemas itu. Dia juga tidak lupa mengosok gigi dan mencucikakinya sebelum tidur. Kata nenek, jika tidak menggosok gigidan mencuci kaki sebelum tidur, maka kuman akan merusakgigi dan kaki kita saat kita tertidur. Khairul mulai beranjak kekasurnya untuk tidur.

“Rul, Rul, bangunlah Rul, hari sudah pagi,” suara nenekterdengar dari tempat yang agak jauh dari kamarnya. Khairulpun terbangun, dia menuju ke bangku tempat neneknya dudukditemani sebuah lilin kecil yang menyala redup-redup. Khairulmenanyakan apa yang sedang dilakukan neneknya sepagi ini.Ternyata neneknya sedang menjahit seragam sekolahnya yangrobek.

“Ahhk,” nenek khairul merintih kesakitan, jari keriputnyamengeluarkan darah karena tertusuk jarum penjahit. Usianenek yang sudah sangat tua membuat matanya tidak lagi

Page 18: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

9

berfungsi dengan baik. Khairul sangat terharu melihat usahaneneknya dalam memperbaiki seragam sekolahnya. Dia mulaitersandar, lebih baik dia menggunakan tabungannya untukmembelikan nenek kacamata. Meskipun dengan berat hati diaharus meredam keinginannya untuk membeli sebuah gelangemas yang akan diberikannya pada Bu Rika.

Sepulang sekolah, Kairul pergi ke toko kacamata milik PakKarim untuk membelikan neneknya kacamata. Diamenanyakan harga kacamata itu pada Pak Karim. Beruntung,uang tabunganya lebih dari cukup untuk membeli kacamataitu, bahkan tabungan itu masih bersisa sepertiga lagi setelahia membeli kacamata untuk neneknya.

Karena tabunganya masih bersisa, Khairul membelikansebuah bros kupu-kupu yang indah untuk Bu Rika. AkhirnyaKhairul terbebas dari rasa bersalah kepada neneknya.Disamping itu dia juga bisa memberikan hadiah pada Bu Rika.

Khairul memasukkan kacamata dan bros itu ke dalam duabuah kotak yang berbeda. T idak lupa pula Khairulmembungkus kedua kotak itu menggunakan kertas berwarnaorange dan merah muda mengkilap sebagaimana warnakesukaan neneknya dan Bu Rika. Di bagian atas kotak itu jugadibubuhkan sebuah pita berwarna hijau terang.

Sekarang Khairul sudah menyerahkan hadiah itu kepadaBu Rika dan neneknya. Neneknya senang sekali begitu jugaBu Rika menerima hadiah darinya. Ucapan terima kasih tidakhenti-hentinya ia terima. Pelukan penuh kasih sayang dari sangnenek menambah semangat Khairul untuk lebih rajin lagi.Tanpa disadari oleh Khairul, ternyata neneknya sudah lamamengumpulkan uang untuk membelikan Khairul seragamsekolah baru. Khairul sangat terharu dengan ketulusanneneknya.

“Khairul, kamu anak yang baik, pintar, dan suka berbagi,kamu pantas mendapatkan hadiah,” Khirul menoleh ke

Page 19: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

10

sumber suara itu, ternyata itu adalah suara Bu Rika yang jugaberada tepat di belakangnya. Bu Rika membawakan sebuahsepatu baru untuk Khairul, sekarang Khairul mendapatkansepatu dan seragam sekolah baru karena sifatnya yang sukaberbagi.

***

Page 20: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

11

Sikolik duduk termenung di pinggir pantai. Pikiran bocahlaki-laki berambut lurus itu masih berputar-putar memikirkanbait-bait lagu yang dilantunkan oleh Sikerei. Dukun Mentawaiyang paling disegani di kampungnya itu selalu memanggilSikolik setiap kali upacara pengobatan selesai dilakukan. Bait-bait lagu yang sama ia dengar kembali kemarin. Sikerei bahkanmemegang kedua pundak Sikolik.

WASIAT AMA

Aldino Adry Baskoro

Page 21: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

12

Sementara itu dari balik gubug kecil yang tak jauh di tepipantai, Situipek tampak memperhatikan Sikolik. Sudahbeberapa hari ia melihat adik semata wayangnya itu seringmelamun di tepi pantai. Situipek segera menghampiri adiknya.Tak lupa sepiring esi yang baru masak ia bawa juga. Sikolikbelum makan sejak tadi.

“Akhir-akhir ini kakak lihat Sikolik sering termenung disini,ada apa ya?” tanya Situipek.

Sikolik sangat percaya pada kakaknya. Apalagi setelahAma meninggal karena sakit jantung. Ina selalu menasihatiSikolik untuk selalu bertanya kepada kakaknya jika ada hal-halyang tidak diketahuinya. Ama adalah panggilan untuk ayah diMentawai, sedangkan Ina adalah sebutan untuk ibu. Sejakkepergian Ama, Ina menjadi tulang punggung keluarga. Lapaunasi yang Ina buka di dermaga cukup laris sehingga kebutuhanhidup sehari-hari bisa terpenuhi.

Page 22: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

13

Sikolik masih sangat kecil saat Ama tiada. Sejak saat itulahSikoloui menjadi sosok panutan bagi Sikolik. Situipek-lah yangsering mengajaknya ke pantai. Hingga akhirnya Sikolik bisaberenang bahkan menyelam. Ia pernah melihat kakakperempuannya yang berambut panjang itu menyelam belasanmeter untuk mencari udang lobster.

“Kebbuk, duduk sini deh!” pinta Sikolik. Kebbuk adalahpanggilan kakak di Mentawai.

Situipek punduduk di sebelah Sikolik.Sikolik lalumenceritakan kegundahan yang dirasakannya. Tak lupa bait-bait lagu berbahasaMentawai yang sangat dihapalnya itu,dinyanyikannyakembali.Situipek mendengarkan denganseksama.

Setelah bait terakhir selesai dinyanyikan, Sikolik justrusemakin heran. Kakaknya malah tersenyum lebar.PundakSikolikbahkan ditepuk kakaknya berulang kali. Saatditanya mengapa Situipek tersenyum hingga tampak semuagigi putihnya, ia malah tidak menjawab. Kakak yang sangatdisayanginya itu justru memintanya menghabiskanesi yangasapnya masih mengepul.

Esi adalah makanan laut berupa kerang yang bentuknyaseperti terompet kecil. Sebelum dimasak, daging kerangnyaberwarna hijau. Setelah matang, warnanya berubah menjadiputih.Saat dikunyah, rasa gurih dan manis bercampur menjadisatu.Permintaan kakaknya untuk menghabiskan esi tentu sajatidak disia-siakan Sikolik.

Tak sampai 5 menit, satu piring esi telah habis disantapSikolik. Bagian cangkang keras ia sisihkan di pinggir piring.

“Dulu Ama sering bertemu Sikerei! Sepertinya ini pesanAma lewat Sikerei! Adik diberi petunjuk untuk mencari harta!”kata Situipek setengah berbisik.

“Harta? Harta apa kebbuk?”“Kakak belum tahu. Di bait lagunya ada kata ‘harta

Page 23: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

14

terpendam’. Kalau kepala rusa, kebbuk tau maksudnya. Amapernah mengajak kebbuk ke sana. Tapi kebbuk tidak tahumaksud manua. Manua-kan artinya langit.”

Situipek berpikir sebentar.“Oya…kebbuk punya teman sekelas yang sangat pintar.

Besok akan kebbuk tanyakan! Nanti kebbuk catat dulu bait-bait lagunya di rumah!”sambungSituipek.

Hati Sikolik semakin riang. Pengalaman berburu hartakarun yang misterius telah menunggunya. Tentu saja jikarahasia di balik bait-bait lagu itu berhasil terpecahkan. Merekaberdua lalu berjalan pulang ke rumah yang tak jauh dari tepianpantai.

Rumah orangtua kedua anak berdarah Mentawai ituberada di balik rerimbunan pohon-pohon pindaro. Pohon yangbuahnya mirip klengkeng ini tumbuh subur di daerah pesisirpantai. Jam dinding menunjukkan pukul 17.00 saat mereka tibadi rumah. Ina belum pulang. Sepertinya banyak pelanggan dilapau nasi miliknya. Situipek yang terbiasa hidup mandirisepeninggalan ama, mengajak Sikolik untuk membersihkandan merapikan rumah. Pantang baginya menyusahkan Ina. Itujuga yang dulu sering dinasihatkan ama pada Situipek.

Tak sampai 30 menit, rumah yang beratapkan seng itutelah bersih dan rapi. Pekerjaan memang akan cepat selesaijika dikerjakan bersama-sama. Apalagi ditambah dengan hatiyang riang. Tepat saat jam dinding berdentang sebanyak enamkali, Ina tiba di rumah. Senyum terkembang melihat rumahyang telah bersih. Ina memeluk kedua anaknya itu denganhangat. Sebuah kata terucap dari bibir Ina.

“Terima kasih Nak!” bisik Ina di telinga Situipek dan Sikolik.***

Bel tanda waktu istirahat berbunyi. Situipek mengambilbekal makanan kecil yang tersimpan dalam kotak plastikberwarna hijau. Ia bergegas menemui sahabatnya yang berasal

Page 24: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

15

dari pulau besar. Sahabatnya itu sedang duduk di bangkuterdepan. Puti Maharani namanya. Panggilannya Puti. Pulaubesar adalah sebutan pulau Sumatra yang diberikan oleh Puti.Ayahnya mendapat tugas dari pemerintah Sumatra Baratuntuk membangun Mentawai. Sebelum ke Mentawai,keluarga Puti tinggal di Kota Padang di dekat Muaro Lasak.

Belum setahun Puti tinggal di Mentawai. Walaupun begitu,Puti telah menjadi sahabat baik Situipek. Mereka seringberdiskusi dan bertukar ide baik tentang pelajaran maupunbudaya masing-masing. Walaupun sama-sama di SumatraBarat, Mentawai dan kota-kota di nagari Minangkabauternyata memiliki budaya yang berbeda.

“Puti, punya waktu ngga? Ada yang mau aku tanyakan nih!”Puti menatap Situipek sambil tersenyum. Di mejanya

terhampar lembaran-lembaran kertas yang berisi kode-kodeaneh. Puti sangat menyukai bahasa-bahasa sandi. Apalagi yangberbau-bau misteri. Buku-buku detektif klasik milik Buya yangtersimpan di gudang sudah khatam ia baca berulangkali. Mulaidari Petualangan 5 Sekawan, sampaiserial Detektif CilikHawkeye Collins & Amy Adams. Buya adalah panggilan Putiuntuk ayahnya.

“Mau nanya apa Tuipek?” kata Puti.Situipek lalu menceritakan kegundahan hati adiknya.

Lembaran kertas yang berisi bait-bait lagu ia berikan pada Puti.Puti tampak serius memandangi tulisan yang ada di kertas itu.Setiap bait kata ia baca perlahan. Tapi, ia tidak paham isinya

“Bait lagu yang adikku nyanyikan sudah aku terjemahkan.Ini kertas terjemahannya. Kalau masih bahasa Mentawai,kamu pasti bingung!” kata Situipek sambil menyerahkan kertaskedua pada teman kelasnya yang terkenal paling cerdas itu.

Puti kembali mengamati barisan kata yang tertulis rapi.Kali ini, ia membacanya agak keras.

“Seiring matahari pagi hilang di angkasa. Dua bintang

Page 25: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

16

pengawal sang mentari akan terlihat. Berdirilah hingga kepalarusa melihatmu. Dua bintang akan memberi petunjuk saatmahkota sang raja terlihat. Membuka jalan menuju hartaterpendam. Saat sinarnya menyentuh lautan. Berlayarlahmenuju ujung sinarnya untuk menuju kapal abadi. Disitulahharta yang tersimpan kau temukan di balik ekor batu penyu!”

Puti terdiam sejenak. Setelah menggaruk-garuk dagunyayang tidak gatal, ia berbicarakembali.

“Hmm…ini sepertinya tentang harta karun. Petunjuknyaberhubungan sama benda-benda langit!”

Puti berpikir sejenak.“Oya, kebetulan ada teman-teman buya yang datang dari

Bandung. Mereka nginap di rumah. Kata buya, mereka itu parapeneliti yang mau liat gerhana matahari total. Mungkin kitabisa tanya-tanya!”sambung Puti dengan mata berbinar-binar.

Puti lalu mengajak Situipek untuk menemui para penelitiitu sepulang sekolah. Situipek tidak setuju. Ia belum meminta

Page 26: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

17

ijin pada ibunya. Ibunya berpesan agar Situipek membantunyadi lapau sepulang sekolah. Akhir-akhir ini memang banyakpengunjung yang datang.

Situipek menyarankan pertemuan dilakukan keesokanharinya saja saat hari libur. Puti setuju. Tapi pertemuan tidakakan dilakukan di rumah Puti. Kebetulan di pagi itu teman-teman ayahnya itu akan menguji beberapa alat di tepi pantai.Mereka berdua pun berjanji akan bertemu di pantai selepasPuti mengikuti ceramah subuh di surau dekat rumahnya.

“Kutunggu di pantai ya Put!” kata Situipek yang diiringianggukan kepala Puti.

Situipek lalu membuka kotak perbekalan makanan yangsejak tadi ia bawa. Kotak plastik berwarna coklat tanah yangberisi tinemei itu ia sodorkan pada Puti. Ia ingat, Ama dan Inasering menasehatinya untuk berbagi walau sekecil apapun.

Puti mengambil dua buah camilan yang terbuat daricampuran ubi kayu, pisang, dan talas. Bentuknya bulat-bulatsebesar kepalan tangan. Saat Puti mengambilnya, beberapaparutan kelapa yang menempel pada kue tradisional itutampak berjatuhan.

“Terima kasih ya Tuipek, Enak banget!” puji Puti.***

Beberapa abak tampak terombang-ambing di antara duapulau di seberang pantai tempat Situipek dan Puti berdiri. Abakadalah perahu khas Mentawai yang terbuat dari kayu lengkapdengan serepaknya yang berfungsi sebagai penyeimbang.Serepak terletak di kiri dan kanan perahu.

Di tempat yang tak jauh dari kedua sahabat itu berdiri,terlihat kesibukan tim peneliti gerhana.Beragam peralatanpengamatan diletakkan di atas pasir pantai. Ada beberapateleskop berwarna putih berbagai model. Ada sebuah kotakkardus yang tingginya hampir dua kali tinggi Puti. Beberapaorang juga tampak mengenakan kacamata matahari.

Page 27: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

18

Salah seorang peneliti bergerak menuju ke arah Situipekdan Puti. Ia baru menyadari kehadiran kedua anak kelas 6 itu.

“Hei Puti, ayo dong ke sini! Ini kakak sama temen-temenkakak lagi ngetes alat-alat buat besok!”

Puti dan Situipek berjalan perlahan mendekati kakakpeneliti yang menyandang sebuah ransel. Saat merekabertemu, Puti memperkenalkan Situipek kepada kakak penelitiitu. Kak Asep namanya.

“Kak Asep, aku mau nanya, memang bintang bisa keliatansiang hari kak?” tanya Puti yang teringat pada bait-bait laguSikerei.

“Wah, pertanyaanmu bagus banget Put! Hmmm…biarlebih mudah kakak jelasin, yuk kita ke bawah pohon di sana!Ada yang ingin kakak liatin,” kata Kak Asep sambil menunjukke rerimbunan pohon sinenglek yang tumbuh tak jauh dari bibirpantai.

“Baik kak!” kata Situipek dan Puti serempak.Mereka bertiga segera berjalan menyusuri pasir pantai

yang lembut. Beberapa kepiting kecil tampak berlarian saatPuti yang berjalan paling depan mendekati lubang-lubang kecilsarang sang binatang laut bercapit merah itu.Sementara ituKak Asep dan Situipek berjalan berdampingan di belakang Puti.

Saat berjalan, Kak Asep bercerita bahwa beberapa tahunyang lalu ia pernah ke Mentawai. Bahkan beberapa pulau yangada di sekitarnya pun juga dijelajahi untuk menemukan tempatterbaik mengamat gerhana matahari total. Ia dibantuberkeliling pulau menggunakan abak yang dipandu olehseorang bapak nelayan. Tapi sayang, bapak nelayan itu kinisudah meninggal karena sakit.

Sebenarnya Situipek ingin menanyakan tentang nelayanyang diceritakan oleh Kak Asep. Ia merasa sosok nelayan itutak lain adalah ayahnya sendiri. Tapi pertanyaan itu urung iatanyakan. Mereka telah tiba di tempat yang dituju.

Page 28: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

19

“Nah, kita duduk di sini aja ya!” kata Kak AsepPuti dan Situipek kemudian duduk di sebelah Kak Asep.

Batang-batang pohon sinenglek menjadi tempat bersandarmereka sekaligus sebagai penghalang sinar matahari. Sebuahlaptop berwarna hitam dikeluarkan Kak Asep dari dalamtasnya. Dengan sigap, tombol kecil yang terletak di pojok kiriatas ditekannya.

Sebuah gambar rumah gadang lengkap denganrangkiangnya tampak terlihat di bagian tengah layar laptopyang telah menyala. Kak Asep kemudian membuka sebuahpiranti lunak. Kata “Stellarium” terbaca jelas beberapa detiksebelum sebuah bentangan simulasi langit memenuhi layar.Puti dan Situipek memperhatikan dengan antusias.

Kursor tampak bergerak dengan lincah. Kak Asep sedangmengatur beberapa menu yang tak dimengerti oleh Puti danSituipek. Tapi satu hal yang mereka tahu. Piranti lunak itusedang memperlihatkan gambaran langit dan objek-objekyang menghiasinya.

“Nah, coba perhatikan ya adik-adik!” kakak akan jalankansimulasi gerak langit ini! Lihat apa yang terjadi! besok” kataKak Asep

Dengan sekali ketukpada layar, gambar yang semula diamkini tampak bergerak. Arahnya ke atas. Puti dan Situipekmenatap tajam layar laptop yang kontras cahayanya telahdinaikkan oleh peneliti muda yang berasal dari kota Bandungini. Kak Asep pun menjelaskan dengan bersemangat sambilmenunjuk-nunjuk ke arah layar. Dua puluh menit berlalu tanpaterasa.

Mendengar penjelasan panjang dari Kak Asep ditambahdengan pengetahuan IPA yang didapat di kelas 6 tentanggerhana, membuat Puti jadi paham. Rahasia dalam bait-baitlagu akhirnya bisa ia pecahkan. Tak sabar rasanya Putimenceritakan semuanya pada Situpek. Kini hanya tinggal

Page 29: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

20

menunggu waktu saja untuk menemukan harta terpendamyang diamanatkan pada adik Situipek.

***9 Maret 2016 adalah hari yang tak terlupakan bagi Puti,

Situipek, dan Sikolik. Untungnya, sekolah libur karenabertepatan dengan Hari Raya Nyepi. Takbir berkumandangsaling bersautan terdengar dari tempat Sikolik, Situipek, danPuti berdiri.

Matahari yang semula bersinar terang, kini tertutupperlahan-lahan oleh bulan. Suasana cerah di pagi hariberangsur-angsur berubah seperti malam. Bintang-bintangterlihat gemerlap di langit ketika matahari tertutup dengansempurna oleh piringan bulan. Korona matahari bersinar bakmahkota sang raja. Dua cahaya terang seperti bintang tepatberada di kanan atas korona. Persis seperti penjelasan KakAsep dan gambaran dalam bait-bait lagu Sikerei.

Tanpa mereka sadari, air mata menetes perlahanmembasahi pipi. Mereka takjub dan kagum akan kebesaranTuhan. Puti tersadar dari rasa takjubnya. Momen yang hanyasebentar ini adalah kunci pembuka rahasia di balik bait-baitlagu. Dengan sigap sebuah tongkat lurus yang telah merekasiapkan, ia bentangkan ke angkasa. Pangkalnya tepatmenutupi dua bintang terang di kanan atas mataharisedangkan pada ujungnya mengarah langsung ke laut,menunjuk ke sebuah pulau yang tak jauh dari bibir pantai.

Bintang terang tersebut sebenarnya bukanlah bintangdalam arti sesungguhnya. Dari penjelasan Kak Asep seharisebelumnya, Puti dan Situipek tahu bahwa dua cahaya terangdi kanan atas matahari sebenarnya adalah planet Venus danMerkurius.

“Cepat Situipek, kita ngga punya banyak waktu! Gerhanamatahari totalnya hanya satu menit aja! Ingat kata Kak Asep!”teriak Puti.

Situipek yang semula melongok ke angkasa segera

Page 30: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

21

menyambar tongkat lainnya yang tergeletak di atas pasir.Sengaja Puti dan Situipek menyiapkan dua tongkat untukberjaga-jaga jika salah satu dari mereka terlupa. Situipek punmelakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Puti.

Baik tongkat yang dipegang Puti maupun Situipekmenunjuk arah yang sama. Sontak mereka tersenyumbersamaan. Kapal abadi yang diceritakan dalam bait laguternyata bermakna sebuah pulau. Tak jauh dari pantaimengarah ke Timur terdapat empat buah pulau. Dari keempatpulau itu, baru dua pulau yang pernah dijelajahi Situipekbersama Ama saat masih hidup dulu. Pulau kecil yang ditunjukoleh ujung kayu belum pernah dijelajahinya.

Perlahan-lahan suasana kembali seperti pagi hari yangcerah. Sinar matahari menerangi pantai yang airnya surut.Situipek pun berkata pada Puti dan Sikolik.

“Puti! Sikolik! Ayo kita ke seberang pulau. Kita naik abak!

Page 31: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

22

Pamanku akan menemani kita. Aku sudah bilang sama Ina!”kata Situipek sambil menunjuk ke arah abak.

Puti mengangguk ragu. Jalannya terseok-seok. Ia tak yakin.Kedua orangtuanya memang mengijinkannya ke pantai.Namun, untuk berlayar ke seberang, ia tak pernah bilangkepada kedua orangtuanya itu. Tapi satu yang ia ingat saatpertama kali pindah ke Mentawai. Buya berpesan untuk tidakmenyeberang pulau tanpa ditemani Buya. Namun, misteriharta karun seakan menarik-nariknya untuk berlayar keseberang.

Tepat saat akan memasukkan kakinya ke dalam abak, Putiterdiam dan menggelengkan kepalanya ke arah Situipek.

“Aku ngga ikut. Buya melarangku pergi ke pulau tanpaditemani Buya!” kata Puti.

“Ayolah kak, ngga ada yang tahu kok!” ajak Sikolik.“Tapi Allah tahu dan melihatku! Dan… Aku ngga berani

melanggar larangan Buya!” kata Puti dengan yakin.Situipek tersenyum mendengar perkataan Puti yang

berbeda agama dengannya. Ia mengangguk perlahanpertanda ia pun sepakat dengan keputusan Puti. Abak punberlayar ke laut dengan dinahkodai oleh Paman Demar.Kebetulan hari ini paman juga akan pergi ke pulau lain untukmelihat hasil ladangnya.

Puti pun bergegas ke surau sambil menunggu temansekelasnya itu. Sholat gerhana akan dilakukan sebentar lagi.Demikian pengumuman yang terdengar dari pengeras suarayang berasal dari surau di tepi pantai itu. Walaupun gerhanamatahari total telah usai, gerhana matahari sebagian masihakan berlangsung satu jam ke depan.

Tidak sampai 20 menit, Sikolik dan Situipek telah tiba dipulau yang dimaksud dalam bait lagu. Paman Demarmenunggu di tepi pantai sambil menjaga abak. Kedua bocahmentawai itu kemudian berkeliling pulau sambil berlari-lari

Page 32: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

23

kecil. Pulau yang dihuni beberapa penyu itu tak seberapa luas.Karang-karang tampak mencuat di sana-sini. Sementarapepohonan yang hidup hanyalah pohon pindaro.

Tiba-tiba mata Sikolik terpaku pada sebuah batu yangberbentuk seperti tempurung penyu. Tangan Situipek punditariknya seketika sambil tetap berlari. Situipek terkejut. SaatSikolik menunjuk batu penyu yang dimaksud, Situipek punpaham maksud adiknya itu. Ia pun mempercepat laju larinya.

Batu berwarna kelabu itu tergeletak kokoh di atas pasirpantai yang kering. Bentuknya menyerupai penyu besardengan kepala menghadap ke laut. Bagian yang dicari Situipekadalah ekor batu penyu, sesuai dengan petunjuk pada baitlagu.

Batu itu terlalu berat. Mustahil untuk menggesernyaapalagi sampai membaliknya. Namun kedua bocah itu tak maumenyerah. Tak mungkin Sikerei memberikan petunjuk yangsalah. Dukun itu terkenal sakti di kampungnya. Banyak yangsembuh karena pengobatannya.

Saat hampir putus asa, Sikolik mencoba menggali pasiryang berada tepat di bawah ekor batu penyu. Pada bagianekor ternyata berongga. Saat digali lebih dalam denganmenggunakan kedua tangannya, tangan Sikolik terantuk padasebuah benda yang berbentuk silinder. Senyum terkembangdi bibir Sikolik.

“Kebbuk, aku menemukan sesuatu!” teriak Sikolik girang.“Sini, biar kebbuk tarik!” kata SituipekSituipek lalu membantu adiknya. Kini giliran Situipek yang

mencoba menarik paksa benda berbentuk silinder tersebut.Perlahan-lahan, benda itu berhasil di keluarkannya. Sikolik lalumembantu Situipek membersihkan benda aneh itu dari pasir-pasir yang melekat.

Benda itu ternyata terbuat dari sambungan dua buah botolkaca yang ujungnya telah dipotong. Di dalamnya berisi dua

Page 33: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

24

buah benda yang berbentuk gulungan. Tanpa menungguwaktu lagi, botol kaca itu dipukulkan Situipek pada punggungbatu penyu. Botol itu pecah tepat di sambungannya. Sikolikkemudian memungut dua gulungan tersebut. Gulungantersebut terbuat dari semacam kulit hewan. Mungkin rusa.Sikolik kemudian membuka gulungan tersebut satu per satu.

Gulungan pertama ternyata kosong tak bertuliskan,sedangkan sebuahnya lagi berisi tulisan berwarna hitam.Sikolik membacanya dengan keras.

“Anakku Sikolik dan Situipek” kata Sikolik.Sikolik terdiam sejenak. Tak lamakemudian ia berbicara

sambil menyerahkan surat itu kepada kakaknya.“Kebbuk, ini suratnya buat kebbuk juga! Ayo baca sama-

sama!”Situipek mengangguk. Mereka pun membaca bersama-

sama.“Pertemuan Ama dengan Kang Asep dari Bandung

membuat Ama jadi paham tentang pentingnya ilmupengetahuan. Walaupun sekolah Ama tidak tinggi, tapi Amaingin anak-anak Ama bisa bersekolah setinggi mungkin.

Sikolik….Sebagai anak laki-laki di keluarga Mentawai,Sikoliklah yang akan meneruskan nama Ama! Rajin-rajinlahbelajar di sekolah!Jangan rusak alam! Pantang orang Mentawaimerusaknya. Belajarlah dari alam karena alam adalah guru bagiorang Mentawai.

Situipek…. Dari pengamatan Ama, Ama melihat Situipekmemiliki sikap yang lebih dewasa dari usiamu. Ama berpesanuntuk merawat Ina. Bantu adikmu agar menjadi anakmentawai yang kuat dan mandiri. Ama telah mempersiapkansemuanya agar kalian bisa bersekolah setinggi mungkin.

Menyelamlah lebih dalam karena harta kalian tersimpandi sana!”

Tiba-tiba terdengar suara Paman Demar berteriak

Page 34: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

25

memanggil Sikolik dan Situipek.“Ayo anak-anak, sebentar lagi laut akan pasang!”Tanpa pikir panjang kedua anak Mentawai itu segera

berlari menuju sumber suara. Saat akan mendekati abak,sebuah gulungan yang dipegang Sikolik terjatuh. Ombak besarmenerjang gulungan berwarna coklat tanah tersebut. SontakSituipek bergerak dengan gesit menyambar gulungan yangtelah basah itu agar tidak terbawa arus balik.

“Untung bukan surat Ama yang jatuh!” kata Situipekdalam hatinya.

Lembaran yang basah itu kemudian dibentangkan olehSituipek. Ajaib. Gulungan yang semula kosong dengan cepatmemperlihatkan pola-pola aneh. Rupanya ada tinta rahasiayang tersimpan di dalamnya. Saat terkena air laut, pola itumenampakkan wujudnya. Tanda “´” terlihat jelas di bagiantengah gulungan. Situipek yang menyadari tanda aneh itusegera berteriak pada adiknya.

“Sikolik! Ada peta bawah laut!”Kedua anak Mentawai itu pun tertawa bersamaan.

Petulangan baru telah menunggu.

***

Page 35: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

26

Wajah Rahman cemberut saat berhenti bermain gendang.Perlahan diliriknya penjual mainan yang ada di seberang jalan.Di sana beberapa orang anak kecil sedang memilih mainanditemani orangtuanya. Semua terlihat bahagia saat dibelikanmainan yang mereka suka.

“Kenapa, Man. Kok dari tadi ayah lihat kamu cemberutbegitu. Kamu capek ya?” tanya ayah yang tiba-tiba berhentimenggesek rabab.

Rahman dan Rabab

Riki Eka Putra

Page 36: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

27

“Nggak ada apa-apa kok, yah,” jawab Rahman pelan.Dengan wajah masih cemberut, ia kembali meneruskanbermain gendang. Jam baru menunjukkan pukul 20.00. Masihada dua jam lagi sebelum ayah mengajaknya pulang dari pasarkuliner.

Pasar kuliner yang terletak di pusat kota Padang Panjangitu buka dari pukul empat sore sampai larut malam. Banyakpedagang makanan dan minuman yang berjualan di sana. Adapedagang nasi, pedagang sate, pedagang soto, dansebagainya. Selain itu di beberapa tempat juga ada beberapapedagang yang menjual mainan dan pakaian.

Sudah lama Rahman menemani ayah bermain rabab dipasar kuliner Padang Panjang. Selain itu, ayah juga seringmengajaknya bermain rabab di tempat-tempat baralek. Tetapiitu hanya sesekali saja. Kalau tidak ada undangan baralek, ayahselalu bermain rabab di pasar.

Page 37: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

28

Rabab adalah alat musik gesek tradisional Minangkabau.Bentuknya seperti biola. Orang yang memainkan alat musikitu disebut tukang rabab.

Rabab juga sering diiringi dengan gendang. Karena ituayah meminta Rahman jadi pemain gendang. Ayah yangmenggesek rabab dan jadi penyanyinya. Namun sesekaliRahman juga ikut serta bernyanyi.

Mula-mula Rahman senang sekali diajak ayah. Selain bisamembantu ayah mencari uang, ia juga bisa melihat keramaianpasar kuliner. Namun lama kelamaan Rahman merasa bosankarena ayah tak kunjung membelikannya mainan.

Malam ini, Rahman memukul gendang asal-asalan. Bunyiyang dihasilkan tak beraturan dan kurang enak didengar.

Ayah yang sedang menggesek rabab berhenti seketika. Iamenatap Rahman, lalu berkata, “Sudah, Man. Berhenti saja.Tak usah kau teruskan main gendangnya.”

Page 38: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

29

Rahman pun berhenti memukul gendang. Kekesalanmasih tampak di wajahnya.

“Kok disuruh berhenti, yah? Kan belum selesai lagunya?”tanya Rahman heran.

Ayah menjawab dengan sabar, “Mungkin kau sudah lelah,Man. T iap malam kau menemani ayah. Ada baiknya kauistirahat dulu.”

Rahman meletakkan gendang di atas tikar. Kepalanyamenunduk. Sepertinya ayah tahu kenapa akhir-akhir ini ia takbermain gendang dengan baik.

“Sudah, jangan bermenung seperti itu. Pergilahberistirahat,” ucap ayah lagi.

Ayah lalu minum air putih yang dibawa dari rumah.Wajahnya tampak lelah karena sejak sore menggesek rababdan bernyanyi.

Rahman tetap menunduk, lalu berkata, “Iya, Yah. Aku maunonton tivi di warung pak Samsir aja.”

Di warung pak Samsir ada televisi. Banyak orang yangmenonton pertandingan sepak bola di warung kopi itu.Biasanya kalau lelah, Rahman selalu main ke sana.

Setelah Rahman pergi, ayah pun kembali bermain rabab.Beberapa pengunjung pasar kuliner silih berganti datangmenyaksikan. Beberapa orang diantaranya memasukkan uangke dalam kotak kardus yang diletakkan di depan tikar.

Keesokan harinya, Rahman kembali bersiap ke pasarkuliner. Selesai menunaikan sholat Ashar, ia bergegasmenyiapkan peralatan yang akan dibawa. Tak lupa ia memakaijaket. Kota Padang Panjang memang terkenal dengan suhuudaranya yang dingin. Apalagi di malam hari. Sering turunkabut yang membawa butiran embun. Ditambah lagi denganangin yang berhembus tak kenal waktu. Siapa saja yang barupertama kali datang ke Padang Panjang pasti menggigilkedinginan.

Page 39: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

30

Melihat Rahman sudah siap untuk berangkat, ayahberkata dengan lembut, “Man, malam ini kamu nggak usahikut ya. Biar Rara saja yang menemani ayah.”

Rahman terperanjat. Tak biasanya ayah mau mengajakRara. Adiknya itu sering mengantuk saat diajak ke pasar. Iajuga tak sepandai Rahman bermain gendang.

Tapi sesaat kemudian Rahman tersenyum dan berkata, “Yaudah. Kalau gitu aku mau nonton teve saja di rumah, yah.”

Rahman lalu menghidupkan televisi. Sesaat lagi akan adapertandingan antara Semen Padang melawan Arema Malang.Rahman tak sabar ingin melihat aksi Vendry Mofu, pemainidolanya yang berposisi sebagai gelandang.

“Ayo, Ra. Sudah sore nih. Temani ayah main rabab dipasar,” ajak ayah saat melihat Rara pulang dari surau.

Rara yang baru selesai mengaji terlihat senang. “Hore!Nanti kita beli sate Mak Syukur kesukaan ibu ya, Yah,” pintaRara.

Sate Mak Syukur yang ada di kota Padang Panjang terkenalsekali dengan rasanya yang lezat. Pasti ibu suka.

Rara merasa kasihan melihat ibu yang terbaring sakit.Sudah beberapa hari ini ibu tak mau makan. Tubuhnya punsemakin lemah. Beberapa hari lalu ibu dibawa oleh ayah kePuskesmas.

Mendengar permintaan Rara itu, ayah pun mengangguksetuju. “Ya, nanti ayah beli kalau kita dapat uang.”

Rara tersenyum bahagia dan segera menukar pakaiansebelum berangkat. Ia tak sabar lagi ingin menemani ayahbermain rabab di pasar.

Setibanya di pasar kuliner Padang Panjang, Raramembantu ayah menyiapkan perlengkapan bermain rabab.Seperti malam sebelumnya, tempat yang dipilih ayah untukbermain rabab adalah di depan sebuah warung nasi. Warungitu ramai oleh orang-orang yang hendak makan.

Page 40: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

31

“Ayo pasang tikarnya, Ra,” ucap ayah. Lalu ia masuk kedalam untuk minta izin kepada pemilik warung.

Rara segera menggelar tikar yang dibawa dari rumah.Sebuah kotak kardus ia letakkan di depan tikar. Lalu iamengambil gendang. Sementara ayah mengambil rabab danalat penggeseknya.

‘Dang ding dung. Dang ding dung…’Dengan riang, Rara mulai bermain gendang. Telah lama ia

diajari ayah cara bermain gendang yang benar. Walaupun taksepandai Rahman, tapi bunyi yang dihasilkan cukup enakdidengar.

Di samping Rara, ayah mulai menggesek rabab danbernyanyi. Lagu pertama yang dinyanyikan ayah adalah lagukomedi.

Page 41: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

32

Apolah guno abuak (Apa guna mata)Abuak rajo di ateh (Mata raja di atas)Baa ndak ka mabuak (Bagaimana tidak akan mabuk)Nasi angek gulai padeh (Nasi panas gulai panas)Apolah guno mato (Apa guna mata)Mato caliak mancaliak (Mata lihat melihat)Baa ndak ka ibo (Bagaimana tidak akan iba)Urang datang awak babaliak (Orang datang kita pulang)

Lirik lagu itu terdengar lucu. Rara dan pengunjung yangdatang ikut serta tertawa mendengarnya. Setelah selesai satulagu, seorang pengunjung meminta ayah menyanyikan lagukomedi berikutnya. Ia sepertinya merasa terhibur mendengarlagu itu.

Selesai ayah mendendangkan beberapa buah lagu, kinigiliran Rara yang bernyanyi. Lagu yang ia bawakan penuhdengan nasehat tentang kehidupan.

Pisang ameh baok balayia (Pisang emas dibawa berlayar)Simpanlah jarum dalam peti (Simpanlah jarum dalam peti)Hutang ameh bisa dibayia (Hutang emas dapat dibayar)Hutang budi dibaok mati (Hutang budi dibawa mati)

Suara Rara terdengar merdu. Pengunjung pasar semakinramai menyaksikan. Satu persatu memasukkan uang ke dalamkotak kardus.

Setelah Rara selesai menyanyikan beberapa buah lagu,ayah meminta Rara untuk berhenti.

“Sudah, Ra. Nanti aja lanjutkan. Kamu pasti capek. Kitaistirahat dulu ya,” ucap ayah.

Rara pun berhenti. Ia segera minum karena kehausan.Bermain gendang ternyata cukup melelahkan.

Ayah yang duduk di samping Rara mulai menghitung uang

Page 42: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

33

yang ada di dalam kardus.“Syukurlah. Uang yang kita dapat malam ini lumayan

banyak, Ra,” ucap ayah gembira. Uang itu ia simpan di dalamtas agar tidak hilang.

Rara pun turut bahagia. Senang rasanya bisa membantuayah. Sebelum pulang, Rara tak lupa membeli sebungkus sateMak Syukur untuk ibu.

Hari demi hari berlalu, mulanya Rahman senang sekalitidak diajak ayah bermain rabab. Selesai mengerjakan PR, iabisa menonton televisi sepuasnya. Selain itu ia juga bisabermain bersama teman-teman di sekitar rumah.

Tetapi lama kelamaan Rahman merasa malu. Apalagi saatibu sering bertanya kenapa akhir-akhir ini Rara yang menemaniayah bermain rabab di pasar.

“Kasihan adikmu itu, Man. Ia masih kecil. Kalau ibu sehat,

Page 43: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

34

biar ibu saja yang menemani ayahmu ke pasar,” ucap ibu padasuatu malam. Terdengar ibu batuk beberapa kali. Telah lamaia menderita sakit sesak nafas. Sangat berbahaya kalau ia pergike pasar. Di sana suhunya dingin dan angin bertiup kencang.

Rahman terdiam. Ia tak sanggup menatap tubuh ibu yangsemakin kurus dari hari ke hari.

“Harusnya kamu yang membantu ayah di pasar. Kamu kananak laki-laki. Kamu juga yang paling tua,” lanjut ibu dengansuara pelan.

Mendengar itu, Rahman jadi sedih. Terbayang olehnyatubuh Rara yang kedinginan terkena angin malam. Adiknyaitu juga sering tertidur di pasar. ‘Pasti karena ia lelah setiapmalam bermain gendang,’ pikir Rahman.

“Maafkan Rahman, bu. Mulai besok biar Rahman saja yangmembantu ayah di pasar,” ucap Rahman dengan kepalatertunduk. Tak seharusnya ia kesal pada ayah hanya gara-garatak dibelikan mainan.

Page 44: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

35

Rahman juga merasa malu pada Rara. Adiknya itu selalutampak bahagia setiap kali pulang dari pasar. Tidak pernahsekali pun ia mengeluh walaupun tak pernah dibelikan mainanoleh ayah.

Mendengar jawaban Rahman, ibu tampak senang.Ternyata anak sulungnya itu telah menyadari kesalahan yangia lakukan.

“Nah, begitu dong. Itu baru namanya anak lelaki ibu.” Ibumemeluk tubuh Rahman dan mengusap kepalanya denganlembut.

Sesudah menunaikan salat Ashar keesokan harinya,Rahman bertanya pada ayah. “Yah, boleh nggak kalau mulaihari ini Rahman aja yang pergi ke pasar?”

Ayah tersenyum dan berkata, “Tentu boleh dong, Man.Kasihan juga Rara. Adikmu itu sering tertidur di pasar karenalelah bermain gendang.”

Rahman bertambah sedih mendengar ucapan ayah itu.Seharusnya ia tak membiarkan Rara yang membantu ayah.Adiknya itu masih kecil. Apalagi ia seorang perempuan. Taksepantasnya ia melakukan pekerjaan yang berat itu.

“Rahman minta maaf, Yah,” pinta Rahman dengan suaraserak. Kedua bola matanya berlinang.

“Iya. Nggak apa-apa. Ayah tahu kok selama ini kamu sedihkarena nggak dibelikan mainan,” balas ayah.

“Tapi bukannya ayah nggak mau, Man. Uang yang kitadapat setiap malam itu untuk biaya hidup kita sehari-hari.Selain itu juga ayah gunakan untuk keperluan sekolahmu danRara,” lanjut ayah.

Butiran air mata akhirnya meleleh di pipi Rahman. Ternyataayah tahu apa yang ada di pikirannya selama ini.

“Maafkan Rahman, yah,” pinta Rahman sekali lagi. Iamencium tangan ayah dan menyesali sikapnya selama ini.

Ayah mengusap kepala Rahman dan berkata lembut, “Ya,

Page 45: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

36

udah ayah maafkan kok. Ayo, kita berangkat sekarang. Jangannangis lagi. Malu dong kalau dilihat sama Rara.”

Rahman pun mengusap air matanya. Lalu ia bergegasmasuk ke kamar. Diambilnya gendang di atas lemari. Malamini ia akan kembali menemani ayah bermain rabab di pasarkuliner Padangpanjang.

***

Page 46: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

37

Glosarium

sikerei : orang pintar/dukun di Mentawai, Sumatra Barat

ama : panggilan untuk ayah di Mentawaisinengklek : nama salah satu jenis pohon

Page 47: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

38

Biodata Penulis

Yelia Fitriani lahir di Anding tanggal 25 Juli2000 adalah seorang siswa Madrasah AliyahNegeri Padang Japang Kabupaten LimapuluhKota. Ia salah satu dari sekian banyak anak mudayang memiliki perhatian tinggi terhadappemanfaatan cerita rakyat sebagai wahanadalam pembelajaran dan mananamkan karakter

pada siswa. Melalui cerita “Kaca Mata untuk Nenek” ia berbagidan berpartisipasi dalam penyediaan bahan bacaan yangberkualitas. Yelia dapat dihubungi melalui HP. 085274326080.

Riki Eka Putra lahir Lubuk Sikaping 10Oktober 1980 adalah seorang Manager Pub-lishing Diniyyah Research Center/GuruMenulis Diniyyah Puteri. Ratusan tulisanberupa artikel, berita, cerpen, puisi, danpantun tersebar di Singgalang, Haluan, PadangEkspres, Annida-online, Republika, dan MajalahNur Hidayah. Riki menulis buku sepertikumpulan pantun “Perbaiki Diri, Raih Prestasi” diterbitkan PT.Tiga Serangkai (2013), Antologi Sayembara Cerpen SumatraBarat, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sumbar (2016), danAntologi Cerita Anak Terbaik Berbasis Kearifan Lokal,Kemdikbud RI (2016), Mari Mengenal Jalan, Kemdikbud RI(2017). Ia juga penulis yang berprestasi dalam karya terpilihlomba kisah inspiratif Madrasah Award 2013. Nominatorlomba menulis cerpen FBSS UPI Bandung 2014, Juara 2 LombaMenulis Cerpen Tingkat Nasional FSDI UNP 2015, Penulis ceritaanak terbaik Kemdikbud RI 2016, dan pemenang SayembaraLiterasi Bahan Ajar SD Balai Bahasa Sumatra Barat 2017. Ia jugamenulis bahan bacaan Gerakan Literasi Nasional (GLN)Kemdikbud RI 2017.

Page 48: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

39

Aldino Adry Baskoro lahir di Denpasar,5 Maret 1981. Sehari-hari beliau aktif sebagaipendidik di sekolah alam dan sebagaikomunikator astronomi di langitselatan.com. Pendidikan formal tingkatdasar hingga SMA diselesaikan di KotaDenpasar. Lulusan Astronomi ITB inikemudian memilih profesi sebagai pendidik

di Sekolah Alam Bandung sebagai panggilan jiwanya. Semasamahasiswa, penulis yang menyebut dirinya sebagaiPengembara Malam ini sempat meninggalkan jejak sastranyaberformat puisi dalam buku Antologi Puisi Dian Sastro for Presi-dent #2 Reloaded (2004). Tahun 2013 penulis hijrah ke KotaPadang dan meneruskan profesinya sebagai pendidik.Beberapa karya narasinya tercipta di Kota Padang antara lain:cerita anak berjudul Alam Terkembang Jadi Guru (2016) yangterabadikan dalam Buku Antologi Cerita Anak dalam SayembaraPenulisan Cerita Anak Berbasis Kearifan Lokal yang diadakanoleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,Kemdikbud (terpilih sebagai pemenang I tingkat nasional),Novel Sekolah Terindah dalam Hidupku (2017) diterbitkan olehSAB Publisher Bandung, serta buku elektronik berformatflipbook berjudul Roket Cita-Cita (2017). Karya yang disebutkanterakhir ini terpilih sebagai 10 besar pemenang tingkat nasionaldan menerima penghargaan dari Kemdikbud yangpenyerahannya langsung diberikan secara simbolis oleh IbuIriana Jokowi dalam acara Anugerah PAUD 2017 di Tangerang.Selain membuat karya sastra, penulis juga aktif melakukanedukasi di bidang sains keantariksaan dalam bentuk lokakaryadan kompetisi roket air. Pemerintah Provinsi Maluku bersamaYayasan Heka Leka sejak tahun 2016 rutin mengundang penulisuntuk melakukan kegiatan roket air, baik di Kota Ambonmaupun di beberapa pulau di Maluku. Penulis dapat dihubungidi [email protected]

Page 49: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

40

BIODATA PENYUNTING

Imron Hadi, lahir di Petaling, Banyuasin III adalah seorangpegawai Balai Bahasa Sumatra Barat. Dia menempuhpendidikan dasar dan menengah di Banyuasin III, SumatraSelatan dan melanjutkan ke perguruan tinggi di Kota Padang,Sumatra Barat. Sekarang, beliau bergiat di bidang pengajarandan kajian bahasa (linguistik).

Joni Syahputra, lahir 31 Desember 1979 di Solok, SumatraBarat. Saat ini tercatat sebagai staf di Balai Bahasa SumatraBarat. Ia sudah menyunting beberapa buku cerita anak dancerpen remaja yang diterbitkan Balai Bahasa Sumatra Barat.

Page 50: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

41

Page 51: Riki Eka Putra - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/rahman dan... · Akhirnya, nenek menjual kalung emas satu-satunya untuk mendapatkan

Riki Eka Putra

Balai Bahasa Sumatra BaratSimpang Alai, Cupak Tangah, Pauh LimoPadang, 25162