representasi perilaku bermedia generasi milenial …digilib.unila.ac.id/54657/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
REPRESENTASI PERILAKU BERMEDIA GENERASI MILENIAL PADAKARTUN OPINI INSTAGRAM
(Studi Analisis Semiotika Pada Kartun Opini Instagram Karya @Komikazer)
(Skripsi)
Oleh
SALSABILA ASSYIFA KARAMOY
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
ABSTRAK
REPRESENTASI PERILAKU BERMEDIA GENERASI MILENIAL PADAKARTUN OPINI INSTAGRAM
(Studi Analisis Semiotika Pada Kartun Opini Instagram Karya @Komikazer
Oleh
SALSABILA ASSYIFA KARAMOY
Kartun sebagai media pengekspresian opini terhadap fenomena yang terjadi dimasyarakat dengan perkembangan teknologi digital telah muncul di media sosialInstagram. Objek penelitian yaitu kartun-kartun opini pada akun Instagram@komikazer dengan tema perilaku bermedia generasi milenial. Penelitianbertujuan untuk mendeskripsikan perilaku bermedia generasi milenial yangdirepresentasikan dalam kartun-kartun tersebut menggunakan pendekatan teorisemiotika Roland Barthes. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa perilakubermedia generasi milenial yang direpresentasikan dalam kartun opini yangditeliti adalah perilaku ketergantungan teknologi informasi (telepon genggam,laptop, dan televisi) dan perilaku ujaran kebencian dan bigotry di internet yangmuncul akibat kurangnya kecerdasan dalam menyaring informasi dan bebasnyaberpendapat di internet.
Kata kunci: Representasi, Perilaku Bermedia, Kartun, Semiotika
ABSTRACT
REPRESENTATION OF MILLENIALS’ MEDIA BEHAVIOR ININSTAGRAM OPINION CARTOON
(Semiotic Analysis Study on @Komikazer’s Instagram Opinion Cartoon)
By
SALSABILA ASSYIFA KARAMOY
Cartoons as a media to express opinions on phenomenas that occur in society bythe development of digital technology have appeared on Instagram. The objects ofthis study are opinion cartoons on @komikazer’s Instagram account with a themeof millenials’ media behavior. This study aims to describe millenials’mediabehavior which are represented in the cartoons using Roland Barthes’ semiotictheory approach. The results of this study concludes that millenials’mediabehavior which are represented in the opinion cartoons are informationtechnology dependence behavior (smartphones, laptops, and television) and hatespeech and bigotry behavior on internet which arose from lack of aptitude infiltering information and freedom of speech on internet.
Keywords: Representation, Media Behavior, Cartoon, Semiotic
REPRESENTASI PERILAKU BERMEDIA GENERASI MILENIAL PADAKARTUN OPINI INSTAGRAM
(Studi Analisis Semiotika Pada Kartun Opini Instagram Karya @Komikazer)
Oleh
SALSABILA ASSYIFA KARAMOY
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA ILMU KOMUNIKASI
Pada
Jurusan Ilmu KomunikasiFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
SURAT PERI\IYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
NPM
Jurusan
Alamat Rumah
S alsabila Assyifa Karamoy
t4t603tl14
Ilmu Komunikasi
Jl. Aster no.17, Rawalaut, Enggal, Bandar Lampung
Dengan ini menyatakan, bahwa skripsi saya yang berjudul Representasi Perilaku
Bermedia Generasi Milenial Pada Kartun Opini Instagram (Studi Analisis
Semiotika Pada Kartun Opini Instagram Karya @fromikazer'l adalah benar-
benar hasil karya sendiri, bukan plagiat (milik orang lain) ataupun dibuatkan oleh
orang lain.
Apabila dikemudian hari hasil penelitian/skripsi saya, ada pihak-pihak yang
merasa keberatan maka saya akan bertanggung jawab sesuai dengan perafurarr
yang berlaku.
Demikian surat pernyataar ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dalam
tekanan pihak-pihak manapun.
Bandar Lampung, 29 November 2018
Yang membuat pemyataan,
Salsabila Assvifa KaramoyNPM. 1416031114
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Salsabila Assyifa Karamoy,
lahir di Manado pada tanggal 22 Februari 1997 sebagai
anak pertama dari tiga bersaudara oleh pasangan Henry
Ivansa Karamoy dan Rifda Melyanti. Penulis menempuh
pendidikan formal di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah
Bustanul Athfal I Bengkulu, SD Kartika Jaya II-5
Bandar Lampung, SMP Negeri 2 Bandar Lampung,
SMA Negeri 2 Bandar Lampung, dan pada tahun 2014 penulis diterima sebagai
mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung. Selama perkuliahan
penulis mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Paduan Suara Universitas
Lampung sebagai Koordinator Divisi Kesekretariatan pada kepengurusan periode
2015/2016 dan anggota Divisi Artistik pada kepengurusan periode 2016/2017.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada periode Januari 2017 di
Desa Sinarrejo, Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah. Kemudian
penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada Agustus 2017 di
Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia (LPP TVRI) Stasiun
Lampung di bidang Program.
MOTTO
Life is full of pain and suffering, you gain something thenyou’re bound to lose it someday. But if you don’t give up
with life, the things you lose will surely be replaced bybetter ones. You just need to open yourself to other
possibilities and take a step forward. Never give up onyourself.
“All of the connections we encounter in this world serve asteachers who nurture us”
-Koro Sensei-
Persembahan
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Semesta Alam
Kupersembahkan karya kecil ini
Kepada keluargaku
Kepada seluruh sahabatku
Kepada orang yang aku cintai
Dan kepada semua orang yang ada di dalam kehidupanku
Terima kasih atas segala kasih sayang yang kalian berikan
Terima kasih atas segala kenangan baik maupun buruk yang kalianberikan
Semuanya adalah hal-hal yang mengantarkanku untuk bisa sampaidi titik ini
SANWACANA
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji hanya untuk Allah SWT. Shalawat serta
salam selalu tercurah untuk Rasulullah Muhammad Shallallahu’ alaihi Wassalam
serta keluarga, sahabat, dan umat yang selalu mengikuti beliau hingga hari akhir
kelak. Atas ridho Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Representasi Perilaku Bermedia Generasi Milenial Pada Kartun Opini
Instagram (Studi Analisis Semiotika Pada Kartun Opini Instagram Karya
@Komikazer)” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ilmu
Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
Dalam penulisan skripsi ini tentunya penulis senantiasa dibantu oleh berbagai
pihak yang mendukung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan tepat
waktu. Oleh karena itu penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin , M. P selaku Rektor Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Syarief Makyah selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung.
3. Ibu Dhanik Sulistyarini, S. Sos, M.Comm & Media St. Selaku Ketua Jurusan
Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung,.
4. Ibu Dra. Ida Nurhaida, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih
atas segala arahan yang diberikan selama proses penyusunan karya ilmiah ini.
5. Bapak Ahmad Rudy Fardiyan, S.Sos., M.Si. selaku dosen pembahas skripsi.
Terima kasih atas segala kritik dan sarannya yang sangat membantu penulis dalam
menyelesaikan karya ilmiah ini.
6. Bapak Drs. Sarwoko, M.Si selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih
atas segala keramahan dan arahannya selama penulis menyelesaikan masa
perkuliahan di Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung ini.
7. Seluruh dosen Ilmu Komunikasi Universitas Lampung yang senantiasa tulus
ikhlas memberikan ilmu pengetahuannya. Terima kasih atas kesabarannya dalam
mendidik kami para mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung.
8. Seluruh staff FISIP Universitas Lampung yang selalu membantu dalam proses
administrasi akademik. Terima kasih untuk Mas Hanafi dan Mas Daman atas
segala keramahan dan bantuannya untuk kami para mahasiswa.
9. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan kepadaku hingga akhirnya
dapat menyelesaikan kuliah. Walaupun memang tidak bisa menjadi seorang
dokter sesuai dengan impian kalian tapi inilah jalan yang saya pilih dan saya tidak
akan pernah menyesal. Terima kasih karena sudah mengizinkan saya untuk
memilih jurusan ini.
10. Kedua adikku (Nabila dan Adel) yang memberikan warna dalam keluarga.
Semoga kalian tetap menjadi anak-anak yang baik dan tumbuh menjadi orang
yang sukses dan bijak, bukan untuk keluarga tapi untuk kebaikan diri kalian
sendiri.
11. Seluruh teman-teman Ilmu Komunikasi 2014 yang tidak dapat disebutkan satu
persatu yang senantiasa menjadi rekan seperjuangan di Universitas Lampung.
12. Sahabat-sahabatku yang selalu ada di saat suka maupun duka, Astra Rosita
Sari, Nur Azizah Dewi Aniroh, Retnoningayu Janji Utami, Muna Syahidah, dan
Eka Yusmaini Wulandari. Terima kasih yang sebesar-besarnya karena keberadaan
kalian membuat kehidupan kampus jadi seru. Terima kasih atas segala kenangan
dan bantuannya baik secara fisik, materi, maupun mental selama masa
perkuliahan kita. Walaupun aku tidak pernah mengungkapkannya secara langsung
tapi kalian adalah orang-orang yang sangat berarti di kehidupanku. You guys
helped me fix my mental health issues even without you knowing it and I’m really,
truly, thankful that I got to be your friend. I love you all so much.
13. Anak-anak anggota Paduan Suara Mahasiswa Universitas Lampung
khususnya angkatan 2014, Nia, Andaru, Diana, Ivonne, Makrifat, Untari,
Robingatul, Irfan, Rahma, Dhini. Terima kasih atas segala pengalaman dan
kenangannya di masa perkuliahan ini, terima kasih sudah bersedia menghadapi
aku yang suka menghilang dan tertutup ini, dan maaf atas segala kesalahan yang
aku perbuat ke kalian. Forever love you all, Klimis Endeeus!
14. Seluruh teman-teman di komunitas utaite Indo, terima kasih sudah menghibur
di kala breakdown selama mengerjakan skripsi ini. Wait for me in Jakarta ya,
sudah gak sabar mau ketemu kalian semua.
15. All of my international utaite community friends and all of my channel’s
subscribers. To be honest you guys play a really big role in my life, thanks for all
of your love and support for me when I’m down. I don’t think I’d be standing
here, surviving all these years battling with my issues without your existence and
all of the lessons, memories, happiness, and confidence you gave me.
16. My king of meme, my demon king, and my most favorite person in the world
Ara, terima kasih karena sudah mau nemenin begadang dan menghibur di kala
breakdown. You’re my biggest mental support in this journey even without you
knowing it and you deserve to be mentioned here. I’m glad I got to meet you.
17. Seluruh teman, sahabat, rekan, dan pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan
satu per satu. Terima kasih atas semua pengalaman, pelajaran, dan kenangan yang
kalian berikan.
Semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan mungkin tidak dapat penulis
balas secara langsung satu per satu, namun semoga Allah SWT membalas semua
kebaikan yang kalian berikan dan memudahkan segala kesulitan yang kalian
hadapi saat ini dan seterusnya.
Bandar Lampung, 29 Oktober 2018
Penulis,
Salsabila Assyifa Karamoy
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI................................................................................................... iDAFTAR TABEL .......................................................................................... iiiDAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ivDAFTAR BAGAN.......................................................................................... v
I. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 11.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 71.3 Tujuan Penelitian................................................................................... 71.4 Manfaat Penelitian................................................................................. 8
II. TINJAUAN PUSTAKA2.1 Penelitian Terdahulu.............................................................................. 92.2 Kartun-Karikatur-Komik....................................................................... 132.3 Media Sosial Instagram......................................................................... 16
2.3.1 Sejarah Media Sosial .................................................................... 162.3.2 Sejarah dan Fitur Instagram ......................................................... 18
2.4 Perilaku Bermedia Generasi Milenial ................................................... 232.5 Kartun Sebagai Kajian Semiotika ......................................................... 24
2.5.1 Definisi Semiotika........................................................................ 242.5.2 Semiotika dan Kebudayaan .......................................................... 292.5.3 Analisis Semiotika dan Kartun..................................................... 31
2.6 Kerangka Pikir....................................................................................... 35
III. METODOLOGI PENELITIAN3.1 Tipe Penelitian....................................................................................... 383.2 Metode Penelitian.................................................................................. 393.3 Fokus Penelitian .................................................................................... 393.4 Sumber Data .......................................................................................... 413.5 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 423.6 Teknik Analisis Data ............................................................................. 423.7 Teknik Keabsahan Data......................................................................... 43
IV. GAMBARAN UMUM4.1 Kartun Komikazer ................................................................................. 454.2 Profil Penulis ......................................................................................... 48
V. HASIL DAN PEMBAHASAN5.1 Representasi Perilaku Bermedia Generasi Milenial Dalam Kartun Opini
Instagram @komikazer ........................................................................ 515.1.1 Perilaku Bermedia Dalam Kartun A Life Less Ordinary.............. 515.1.2 Perilaku Bermedia Dalam Kartun Multitasking ........................... 605.1.3 Perilaku Bermedia Dalam Kartun Death...................................... 675.1.4 Perilaku Bermedia Dalam Kartun We Are Everyday Robots ....... 745.1.5 Perilaku Bermedia Dalam Kartun Blue Is The New Hate ............ 805.1.6 Perilaku Bermedia Dalam Kartun Netijen.................................... 87
5.2 Pembahasan Terhadap Representasi Perilaku Bermedia Generasi MilenialPada Kartun Opini Instagram @komikazer ......................................... 92
5.2.1 Perilaku Ketergantungan Teknologi Informasi ............................ 925.2.2 Perilaku Ujaran Kebencian dan Bigotry ....................................... 1035.2.3 Representasi Dalam Kartun Sebagai Kritik.................................. 108
VI. KESIMPULAN DAN SARAN6.1 Kesimpulan............................................................................................ 1146.2 Saran...................................................................................................... 115
LAMPIRANDAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Penelitian Terdahulu .................................................................................... 112. Peta Tanda Roland Barthes .......................................................................... 273. Hasil Analisis Pada Kartun A Life Less Ordinary........................................ 594. Hasil Analisis Pada Kartun Multitasking ..................................................... 665. Hasil Analisis Pada Kartun Death ............................................................... 736. Hasil Analisis Pada Kartun We Are Everyday Robots ................................. 797. Hasil Analisis Pada Kartun Blue Is The New Hate ...................................... 868. Hasil Analisis Pada Kartun Netijen.............................................................. 91
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Negara-Negara dengan Jumlah Pengguna Aktif InstagramTerbesar di Dunia......................................................................................... 3
2. Tampak Muka Profil Akun Instagram @komikazer.................................... 53. Contoh Kartun Karya Reza Mustar di Akun Instagram
@komikazer.................................................................................................. 54. Kartun Generasi BANGUN karya Ahmad Antawirya ................................. 155. Kartun Portal ................................................................................................ 326. Tampilan Akun Instagram @komikazer Pada Agustus 2018 ...................... 457. Tokoh Simon dan Azer ................................................................................ 468. Kartun dan Komik Strip Karya @komikazer ............................................... 479. Reza Mustar atau Azer ................................................................................. 4810. Kartun A Life Less Ordinary ...................................................................... 5111. Survei Sikap Pengguna Internet Indonesia Terhadap Digital .................... 5812. Kartun Multitasking ................................................................................... 6013. Ilustrasi Mengemudi Sembari Menggunakan Ponsel................................. 6114. Grafik Pelanggaran Lalu Lintas Dengan Jumlah Tertinggi di Indonesia... 6415. Grafik Kelompok Umur Korban Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia .... 6516. Kartun Death.............................................................................................. 6717. Kondisi Penggunaan Media Digital di Indonesia ...................................... 7218. Kartun We Are Everyday Robots................................................................ 7419. Persentase Penggunaan Media Elektronik di Indonesia............................. 7820. Kartun Blue Is The New Hate..................................................................... 8021. Logo Facebook........................................................................................... 8122. Kelompok Umur Pengguna Facebook di Indonesia .................................. 8423. Kartun Netijen ............................................................................................ 8724. Contoh Tampilan Laman Web Berita Online dan Kolom Komentar
Netizen........................................................................................................ 8825. Kondisi Penggunaan Media Digital di Indonesia ...................................... 9726. Penggunaan Internet di Indonesia .............................................................. 9727. Penggunaan Media Sosial di Indonesia...................................................... 9828. Frekuensi Penggunaan Internet di Indonesia ............................................. 9829. Rata-Rata Waktu yang Dihabiskan Masyarakat Indonesia Dengan
Media Digital ............................................................................................. 99
DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
1. Signifikasi Dua Tahap Roland Barthes ........................................................ 282. Tingkatan Tanda dan Makna Barthes .......................................................... 293. Kerangka Pikir ............................................................................................. 37
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kartun pada dasarnya adalah semua gambar lelucon dan umumnya sering
disalah artikan sebagai komik atau karikatur (Sudarta dalam Sobur, 2017:
138). Kartun sejak awal dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu
media pengekspresian opini dan kritik terhadap fenomena yang terjadi di
masyarakat atau terhadap suatu kelompok melalui pengaplikasiannya pada
surat kabar di masa perjuangan kemerdekaan dan Orde Baru (Cahyadi, 2010:
49-51). Kartun dengan fungsi utamanya sebagai media kritik cenderung
mengangkat isu masyarakat yang sedang hangat, namun pengaplikasiannya
pada surat kabar umumnya didominasi oleh isu-isu politik. Kartun yang
mengkritik pemerintahan di setiap penerbitan surat kabar dikategorikan
sebagai jenis kartun editorial atau kartun politik (Sudarta dalam Sobur, 2017:
139)
Di era modern ini, lahir sebuah media massa baru yang bernama internet.
Internet yang awalnya digunakan sebagai kebutuhan militer kini telah
berkembang menjadi bagian gaya hidup masyarakat dunia. Dengan sifatnya
yang multimedia, semua informasi dari media cetak seperti koran atau
2
majalah maupun media elektronik seperti televisi atau radio dapat
dipindahkan ke dunia maya internet.
Internet memberikan kesempatan kepada penggunanya untuk menjadi
produsen sekaligus konsumen informasi dengan mudah dan anonim tanpa
pandang bulu. Internet juga memberikan akses kepada semua orang untuk
bebas mengekpresikan dirinya di hadapan masyarakat dunia. Terlebih ketika
muncul media sosial, masyarakat semakin berani untuk menyampaikan
pendapatnya melalui akun-akun media sosialnya. Seperti halnya pada koran,
kartun juga ikut muncul di dunia maya. Di internet, tempat terpopuler untuk
mengunggah kartun adalah media sosial Instagram dengan fiturnya yang
mengedepankan gambar dibandingkan teks.
Instagram adalah salah satu media sosial dengan jumlah pengguna terbanyak
selain Facebook, Twitter, dan media-media sosial populer lainnya. Pada
Januari 2018, total pengguna Instagram di dunia telah mencapai 800 juta
pengguna. Di Indonesia sendiri pada tahun 2017 sudah terdapat 45 juta
pengguna aktif bulanan Instagram (Bohang, 2017). Menurut hasil survei
lembaga We Are Social, Indonesia menjadi negara pengguna Instagram
terbesar se-Asia Pasifik dan berada di urutan ke-3 dalam daftar negara–negara
dengan jumlah pengguna aktif Instagram terbanyak di dunia (Databoks,
2018).
3
Gambar 1. Negara-Negara dengan Jumlah Pengguna Aktif Instagram Terbesar di Dunia
Sumber: Databoks, 2018
Di Indonesia, kartun terbilang populer di masyarakat walaupun umumnya
digambarkan dalam bentuk komik-kartun yang merupakan penggabungan
antara cara penggambaran komik dengan fungsi kritik dari kartun. Salah satu
seri komik-kartun di Indonesia yang berhasil populer se-nasional adalah seri
Benny & Mice karya Benny Rachmadi dan Muhammad “Mice” Misrad yang
pertama kali muncul di tahun 2003 dalam koran Kompas. Bahkan baru-baru
ini salah satu seri komik-kartun online yang berjudul ”Si Juki” karya Faza
Ibnu Ubaidillah telah dijadikan film dan rilis pada tanggal 28 Desember 2017
di bioskop Indonesia. Komik-kartun di Indonesia lebih dikenal masyarakat
umum sebagai komik strip bergenre satir.
4
Selain Benny Rachmadi, Muhammad “Mice” Misrad, dan Faza Ibnu
Ubaidillah, ternyata banyak komikus atau kartunis lain di Indonesia yang
karyanya juga terkenal di media sosial khususnya media sosial Instagram.
Salah satunya adalah Reza Mustar dengan akun Instagram-nya @komikazer.
Akun @komikazer dibuat pada tahun 2013 dan jumlah pengikut akun tersebut
saat ini telah mencapai 145 ribu pengikut. Kartun dan komik-kartun karya
Reza Mustar cenderung membahas mengenai fenomena sosial masyarakat
Indonesia yang dipengaruhi kecanggihan teknologi masa kini, terutama
fenomena sosial yang dialami oleh generasi milenial.
Generasi milenial atau generasi Y adalah kelompok demografis yang sering
dikategorikan dalam penelitian sosial sebagai generasi yang tahun
kelahirannya berada di rentang tahun 1980 hingga tahun 2000 (Howe & Neil,
2000). Generasi ini adalah generasi pertama yang mengaplikasikan internet
dalam kehidupan sehari-harinya dan masih menjadi generasi pengguna
internet terbanyak di dunia. Hal ini menjadikan generasi ini unik dan kerap
menjadi bahasan dalam konteks perilaku bermedianya di internet.
5
Gambar 2. Tampak Muka Profil Akun Instagram @komikazer
Sumber: instagram.com/komikazer
Gambar 3. Contoh Kartun Karya Reza Mustar di akun Instagram @komikazer
Sumber: instagram.com/komikazer
Kemunculan internet dan media sosial menggeser batas definisi kartun
editorial yang hanya terbatas pada surat kabar. Selain itu isu yang diangkat
kartun pada saat ini menjadi semakin beragam atau tidak terbatas pada isu
politik-pemerintahan saja seperti pada masa perjuangan kemerdekaan,
6
sehingga dapat dijumpai kartun sosial dan kartun moral yang kisahnya selalu
membidik sasaran tertentu, lazimnya masalah penting di dalam kehidupan
masyarakat. Sehingga tokoh-tokoh kartun yang umumnya berupa manusia
menjadi semacam representasi dari rakyat. Dengan bahasa parodinya, kartun
yang bagus berhasil menyampaikan amanat rakyat secara humoristis (tidak
selalu lucu) sehingga masalah penting semakin menarik perhatian atau
bahkan berubah menjadi tanda bahaya. Kartun mempunyai fungsi yang khas,
yaitu bertujuan utama menyindir atau memperingatkan (Sobur, 2017: 141).
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kartun dibuat berdasarkan
realitas sosial dan konten kartun ditujukan sebagai sebuah kritik terhadap
sebuah realitas sosial untuk mengadakan perubahan di masyarakat atau
perubahan sosial.
Kartun mengangkat realitas sosial yang merupakan cerminan kebudayaan
masyarakat. Kebudayaan yang merupakan kesepakatan masyarakat atau mitos
adalah gabungan dari sistem-sistem tanda, maka untuk mengkajinya
diperlukan semiotika. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk
mengkaji tanda. Semiotika atau dalam istilah Barthes, Semiologi, pada
dasarnya mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal
(things) (Barthes dalam Sobur, 2017: 15). Dalam penelitian ini pemaknaan
dilakukan dengan mengidentifikasi penanda (signifier) dan petanda (signified)
pada gambar kartun yang kemudian akan menghasilkan pemaknaan denotasi
(tersurat) dan konotasi (tersirat).
7
Peneliti tertarik untuk meneliti representasi perilaku bermedia generasi
milenial pada kartun karya Reza Mustar dalam skripsi berjudul Representasi
Perilaku Bermedia Generasi Milenial Pada Kartun Opini Instagram
karena representasi tersebut dibuat dari pengamatan beliau yang juga adalah
bagian dari generasi milenial. Selain itu alasan lain mengapa peneliti memilih
karya Reza Mustar sebagai obyek penelitian adalah karena karya Reza Mustar
tidak mengikuti tren komik-kartun seperti para komikus/kartunis Indonesia
ternama lainnya dan satu-satunya komikus/kartunis yang lebih fokus pada
karya kartun. Untuk mempersempit ruang lingkup penelitian, peneliti akan
mengambil kartun-kartun opini dari akun Instagram Reza Mustar
(@komikazer) yang diunggah pada tahun 2016 - 2017 dengan tema ‘perilaku
bermedia generasi milenial’ sebagai fokus penelitian.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
yang akan diteliti adalah: “Bagaimana perilaku bermedia generasi milenial
yang direpresentasikan dalam kartun opini Instagram karya Reza Mustar?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari penelitian ini
adalah: “Mengetahui perilaku bermedia generasi milenial yang
direpresentasikan dalam kartun opini Instagram Reza Mustar”.
8
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan guna, baik
secara teoritis maupun secara praktis sebagai berikut:
1. Kegunaan teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah kajian
mengenai representasi khususnya pada media kartun.
2. Kegunaan praktis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menumbuhkan rasa mawas diri
pada anak muda masa kini atau generasi milenial yang hidup di dalam
masyarakat modern berbasis teknologi dan globalisasi untuk dapat
menggunakan internet dan teknologi dengan lebih bijak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu digunakan sebagai acuan dan referensi untuk
memudahkan peneliti dalam membuat penelitian ini. Berikut ini adalah
beberapa penelitian terdahulu yang menjadi rujukan peneliti dalam
melakukan penelitian mengenai representasi perilaku bermedia dalam kartun
opini.
Pertama, yaitu penelitian dengan judul “Pemaknaan Followers Akun
Instagram @Komikazer Mengenai Kritik Reza Mustar Terhadap Budaya
Konsumtif Generasi Muda” oleh Renanda Khairuna Purba, Magister Ilmu
Komunikasi dari Universitas Sumatera Utara tahun 2017. Sumber objek
penelitian dalam penelitian Renanda Khairuna Purba sama seperti penelitian
ini, yaitu Reza Mustar dan akun Instagram @komikazer. Penelitian Renanda
Khairuna Purba memiliki kontribusi dalam penelitian ini karena kesamaan
dari segi sumber objek penelitiannya. Perbedaannya dengan penelitian ini ada
pada tujuan atau fokus dari penelitian tersebut. Penelitian ini menganalisis
representasi dalam kartun opini sedangkan penelitian Renanda Khairuna
Purba meneliti pemaknaan yang didapat pembaca saat membaca komik strip
atau komik-kartun Reza Mustar.
10
Kedua, yaitu penelitian dengan judul “Analisis Semiotika Komik Sebagai
Media Kritik Sosial (Studi Pada Komik ‘Mice’ di Harian Kompas Periode 21
Juni Sampai Dengan 16 Agustus 2015)” oleh Putra Gumilang, jurusan Ilmu
Komunikasi dari Universitas Lampung tahun 2017. Dalam penelitiannya
Putra Gumilang meneliti komik strip atau komik-kartun sebagai media kritik
sosial terhadap realitas kehidupan penduduk Indonesia. Penelitian Putra
Gumilang memiliki kontribusi dalam penelitian ini karena kesamaan teori
yang digunakan peneliti yaitu analisis semiotika Roland Barthes.
Perbedaannya dengan penelitian ini ada pada objek penelitian dimana
penelitian ini meneliti kartun opini sedangkan penelitian Putra Gumilang
meneliti komik strip atau komik-kartun.
Ketiga, penelitian dengan judul “Konstruksi Makna Tokoh Politik Melalui
Kartun Opini (Analisis Semiotika Karikatur Megawati dalam Buku Dari
Presiden Ke Presiden)” oleh Yikki Arstania, jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah tahun
2011. Dalam penelitiannya Yikki Arstania meneliti konstruksi tokoh politik
dalam buku kumpulan kartun berjudul “Dari Presiden Ke Presiden”.
Penelitian Dahina Bimanti memiliki kontribusi dalam penelitian ini karena
kesamaan objek dalam penelitian. Perbedaannya dengan penelitian ini ada
pada fokus penelitian dimana penelitian ini menganalisis representasi perilaku
bermedia dalam kartun opini, sedangkan penelitian Yikki Arstania
menganalisis representasi tokoh politik dalam kartun opini.
11
Adapun relevansi antara penelitian-penelitian di atas dengan penelitian ini ada
pada penelitian ketiga, dimana penelitian tersebut dan penelitian ini memiliki
konsep penelitian yang sama mengenai representasi dalam kartun. Semua
penelitian yang disebutkan di atas mempunyai beberapa kesamaan dalam
teori maupun objek penelitian dan mempunyai referensi konsep yang
diperlukan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, ketiga penelitian di atas
sangat membantu peneliti.
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
1Peneliti
Renanda Khairuna Purba, Magister Ilmu Komunikasi dariUniversitas Sumatera Utara
Judul PenelitianPemaknaan Followers Akun Instagram @KomikazerMengenai Kritik Reza Mustar Terhadap Budaya KonsumtifGenerasi Muda
Metode Penelitian Deskriptif Kualitatif
KesimpulanPenelitian
(1) Pada kategori informan dominan, komik-komik yangmengandung kritik terhadap budaya konsumtif bergunasebagai pengingat dan alat untuk refleksi diri yang pelantapi pasti akan tertanam di dalam pikiran para pengikutakunnya sehingga dapat mengurangi tingkat konsumtifmereka(2) Pada kategori informan negosiasi, komik-komik kritiktersebut dapat mengurangi dan mengubah perilakukonsumtif pengikutnya yang berusia dewasa jika pembuatkomik konsisten dan menunjukkan bukti nyata bahwadirinya tidak konsumtif(3) Pada kategori informan oposisi, komik-komik kritiktersebut merupakan penggambaran terhadap sesuatu yangsering terjadi di masyarakat sehingga tidak mungkin dapatmengurangi dan mengubah perilaku konsumtif
PerbedaanPenelitian
Penelitian Renanda Khairuna Purba meneliti pemaknaanyang didapat pembaca komik strip atau komik-kartun sertapengaruh yang ditimbulkan setelah membaca komik stripReza Mustar di akun Instagram @komikazer, sedangkanpenelitian ini meneliti representasi yang terdapat dalamkartun opini karya Reza Mustar
Kontribusi Memberikan referensi tambahan mengenai objek penelitian
12
Sumber: Penulis (2018)
2Peneliti
Putra Gumilang, Jurusan Ilmu Komunikasi UniversitasLampung
Judul PenelitianAnalisis Semiotika Komik Sebagai Media Kritik Sosial(Studi Pada Komik “Mice” di Harian Kompas Periode 21Juni Sampai Dengan 16 Agustus 2015)
Metode Penelitian Deskriptif Kualitatif
KesimpulanPenelitian
Kritik sosial yang dideskripsikan merupakan ungkapanmengenai kondisi masyarakat terkait nilai-nilai yangdianut maupun nilai-nilai yang dijadikan sebagaipedoman. Tentunya lewat konteks yang berkembang dariwaktu ke waktu, komik ini berperan sebagai esensi yangdigunakan untuk menunjukkan bentuk tak terujar
Perbedaan Penelitian
Penelitian Putra Gumilang mengambil komik strip ataukomik-kartun “Benny & Mice” sebagai objek penelitiandengan tema realitas kehidupan penduduk Indonesia,sedangkan penelitian ini mengambil kartun opini di akun@komikazer sebagai objek penelitian dengan temaperilaku bermedia generasi milenial
Kontribusi Memberikan referensi teori bagi penelitian ini
3Peneliti
Yikki Arstania, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran IslamUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Judul PenelitianKonstruksi Makna Tokoh Politik Melalui Kartun Opini(Analisis Semiotika Karikatur Megawati dalam Buku“Dari Presiden Ke Presiden”)
Metode Penelitian Deskriptif Kualitatif
KesimpulanPenelitian
Kartun-kartun opini dari buku kumpulan kertun yangberjudul “Dari Presiden ke Presiden” ini menjadi kontrolsosial dan kritik atas pemerintahan yang berkuasa. Tokoh-tokoh yang ditampilkan jauh dari kesan wibawa dankesahajaan, berbeda dengan ketika digambarkan padadunia nyata. Namun karena opini yang disampaikan dalamwujud kartun, mereka digambarkan dengan bertingkahlucu, jenaka, bahkan terkesan konyol.
Perbedaan PenelitianPenelitian Yikki Arstania meneliti representasi tokohpolitik dalam kartun, sedangkan penelitian ini menelitimengenai representasi perilaku bermedia dalam kartun
KontribusiMemberikan referensi objek penelitian dan teori bagipenelitian ini
13
2.2 Kartun-Karikatur-Komik
Kartun berasal dari bahasa Italia ‘cartone’ yang artinya ‘kertas’. Awalnya
kartun adalah penamaan sketsa pada kertas sebagai rancangan atau desain
untuk lukisan kanvas atau dinding. Sekarang kartun telah menjadi media
kritik bagi masyarakat yang mempunyai ciri khas yaitu dibawakan secara
humoris. Secara sederhana kartun dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu
kartun verbal dan nonverbal. Kartun verbal adalah kartun yang memanfaatkan
unsur-unsur verbal (kata/frasa/kalimat/wacana) di samping gambar-gambar
humor untuk menyampaikan humor dan pesannya. Sementara kartun
nonverbal adalah kartun yang hanya memanfaatkan gambar humor atau
visualisasi yang memutar balikkan logika untuk menyampaikan humor dan
pesannya (Wijana dalam Cahyadi, 2010: 49).
Sekilas definisi kartun terlihat sama artinya dengan karikatur, namun
sebenarnya keduanya berbeda tingkatan. Ibarat kartun adalah binatang, maka
karikatur adalah gajah. Artinya karikatur hanyalah bagian dari kartun.
Karikatur adalah deformasi atas wajah seseorang (umumnya orang yang
terkenal) yang digambarkan dengan melebih-lebihkan ciri khas lahiriyahnya
dengan tujuan menyindir atau malah menghormatinya. Tokoh-tokoh karikatur
adalah tokoh-tokoh tiruan lewat pemiuhan (distorian) untuk memberikan
persepsi tertentu kepada pembaca, sedangkan tokoh-tokoh pada kartun
bersifat fiktif dan dikreasikan untuk menyajikan komedi-komedi sosial serta
visualisasi jenaka (Wijana dalam Cahyadi, 2010: 47). Apabila karikatur diberi
beban pesan, kritik, dan sebagainya, maka ia berubah menjadi kartun opini
(Pramono dalam Sobur, 2017: 139). Kartun opini yang cenderung mengkritik
14
pemerintah dan muncul di setiap penerbitan koran disebut sebagai kartun
politik atau kartun editorial. Terkadang ditemui “kartun editorial” yang
membawakan pesannya melalui plot cerita dan dialog tokoh seperti pada
komik. Hal tersebut terjadi akibat penggabungan antara komik dengan kartun
opini dan sampai saat ini masih disebut dengan istilah komik-kartun. Komik-
kartun tidak bisa digolongkan hanya sebagai kartun atau hanya sebagai komik
saja, karena terdapat perbedaan mendasar antara keduanya.
Perbedaan antara kartun opini dan komik yang pertama dilihat dari ceritanya.
Komik cenderung membawakan cerita ringan atau cerita rekaan yang
dilukiskan relatif panjang. Komik tidak selamanya mengangkat isu
masyarakat yang sedang hangat meskipun ceritanya dapat menyampaikan
pesan moral tertentu. Komik dapat dibuat sebagai cerita bersambung dan
dapat mempunyai karakter tetap. Sedangkan kartun dengan fungsi utamanya
sebagai media kritik cenderung mengangkat isu masyarakat yang sedang
hangat. Kartun cenderung habis dalam sekali baca dan tidak mempunyai
karakter tetap dalam ceritanya. Namun terkadang kartun dapat menggunakan
tokoh yang sama berkali-kali tergantung isu yang dibawakan dan tokoh yang
terlibat isu tersebut. Misalnya sebuah kartun membicarakan mengenai isu
pemerintahan dengan menampilkan tokoh presiden, di lain waktu terjadi lagi
isu pemerintahan yang berkaitan dengan presiden sehingga kartun yang baru
kembali menampilkan tokoh presiden.
Perbedaan kedua terletak pada cara penggambarannya. Komik terikat dengan
penggunaan panel-panel dalam penggambarannya, sedangkan kartun tidak
mempunyai batasan tertentu. Kartun pada dasarnya tidak menggunakan
15
dialog antar tokoh seperti komik, tetapi biasanya menggunakan keterangan
(caption) di bawah gambar atau frame gambar untuk memberi petunjuk atas
permasalahan yang ingin disampaikan kartun tersebut (Setiawan, 2002: 33).
Apabila kartun menggunakan dialog antar tokoh seperti komik, maka kartun
tersebut telah berubah menjadi komik-kartun. Tapi hal tersebut tidak berarti
sebuah kartun harus bebas dari kata-kata. Kartun dapat memiliki kata-kata
dalam gambarnya, namun kata tersebut menjadi bagian dari visualnya dan
bukan dialog antar tokoh seperti pada contoh berikut:
Gambar 4. Kartun Generasi BANGUN karya Ahmad Antawirya
Sumber: ahmadantawirya.wordpress.com
Perbedaan antara komik dan kartun yang ketiga adalah dari sasaran
khalayaknya. Komik lebih menjangkau sasaran yang lebih luas dibanding
kartun yang hanya membidik satu khalayak tertentu untuk dikritik. Lalu
perbedaan yang terakhir adalah dari segi bahasa. Komik mempunyai kata-
16
kata penggambaran bunyi seperti bunyi pedang beradu, bunyi hujan, dan lain-
lain sebagai ciri khas yang digunakan untuk pendalaman suasana cerita.
Sedangkan kartun lebih berfokus pada penyampaian pesannya sehingga tidak
menggunakan kata-kata tersebut (Hidayat dalam Sobur, 2017: 141).
Dari penjelasan mengenai perbandingan kartun, karikatur, dan komik di atas
dapat disimpulkan bahwa karya Reza Mustar yang diteliti dalam penelitian ini
lebih condong ke kategori kartun. Namun karena tidak terbit dalam surat
kabar dan tidak hanya berfokus pada kritik tentang pemerintahan, kartun
karya Reza Mustar kurang sesuai apabila dikatakan jenisnya sebagai kartun
editorial atau kartun politik. Oleh karena itu peneliti menggolongkan kartun
karya Reza Mustar yang diteliti dalam penelitian ini sebagai kartun opini
yang lebih general dalam definisinya.
2.3 Media Sosial Instagram
2.3.1 Sejarah Media Sosial
Munculnya internet di era teknologi ini membawa perubahan besar pada
dunia komunikasi, salah satunya adalah lahirnya media sosial. Menurut
Boyd dalam Nasrullah (2015 :11), media sosial adalah kumpulan perangkat
lunak yang memungkinkan individu maupun komunitas untuk berkumpul,
berbagi, berkomunikasi, dan dalam kasus tertentu saling berkolaborasi atau
bermain. Individu atau komunitas yang disebutkan dalam pernyataan
tersebut mencakup individu dari berbagai belahan dunia. Artinya media
17
sosial di internet memungkinkan semua orang di dunia untuk berinteraksi
satu sama lain tanpa memikirkan letak geografis dan waktu.
Pada dasarnya kemunculan media sosial didasari oleh inisiatif untuk
menghubungkan orang-orang di seluruh dunia. Dimulai dari sekitar tahun
1970 hingga 1990, ditemukan sistem papan buletin yang memungkinkan
manusia untuk berhubungan satu sama lain melalui surat eletronik atau
dengan mengunduh perangkat lunak. Pada saat itu, saluran telepon masih
berhubungan dengan modem. Pada tahun 1995, lahir situs GeoCities yang
melayani web hosting atau penyimpanan data halaman web agar halaman
tersebut dapat diakses di mana saja. Lalu pada tahun 1997 hingga 1999
muncul Sixdegree.com dan Classmates.com sebagai situs media sosial
pertama (Depari, 2016).
Pada tahun 1999 dan 2000 muncul situs sosial Lunarstorm, Live Journal,
dan Cyword yang berfungsi untuk memperluas informasi secara searah.
Pada tahun 2001, muncul Ryze.com yang berperan untuk memperbesar
jejaring bisnis. Pada tahun 2002, muncul Friendster sebagai situs anak
muda untuk saling berkenalan dengan pengguna lain. Pada tahun 2003,
muncul situs sosial interaktif yaitu Flickr, Youtube, dan Myspace. Hingga
pada akhir tahun 2005, Friendster dan Myspace merupakan situs jejaring
sosial yang paling diminati. Kemudian para pengguna media sosial beralih
ke Facebook yang sebenarnya dibuat pada tahun 2004, tetapi baru terkenal
pada tahun 2006. Pada tahun 2006, kemunculan Twitter ternyata menambah
jumlah pemakai media sosial. Twitter merupakan microblog yang memiliki
batasan karakter tulisan bagi penggunanya, yaitu sebanyak 140 karakter.
18
Lalu setelah lahirnya Twitter, muncul lagi media sosial lain seperti Path dan
Instagram yang berbentuk aplikasi telepon genggam yang hanya bisa
diakses melalui perangkat iOs atau Android (Purba, 2017: 36).
2.3.2 Sejarah dan Fitur Instagram
Instagram adalah aplikasi media sosial yang memungkinkan penggunanya
untuk mengunggah foto lewat internet, menerapkan filter foto digital, dan
membagikan hasilnya ke publik. Nama Instagram didapat dari pengertian
fungsi aplikasi itu sendiri. Kata ‘insta’ berasal dari kata ‘instan’, seperti
kamera polaroid yang pada masanya lebih dikenal dengan sebutan ‘foto
instan’. Sedangkan untuk kata ‘gram’ berasal dari kata ‘telegram’, dimana
cara kerja telegram sendiri adalah untuk mengirimkan informasi kepada
orang lain dengan cepat. Jadi, nama Instagram berasal dari kata
‘instantelegram’. (Arif, 2017: 19)
Instagram diciptakan oleh Kevin Systrom dan Mike Krieger yang
merupakan dua sarjana dari Stanford University di Amerika Serikat sebagai
aplikasi untuk telepon genggam. Instagram awalnya diciptakan dengan
nama Burbn. Aplikasi Burbn adalah aplikasi berbasis lokasi yang bisa
digunakan penggunanya untuk membuat rencana pertemuan dengan teman-
teman dan mengunggah foto. Fitur tersebut sangat mirip dengan aplikasi
Foursquare yang sudah terlebih dahulu populer, bedanya aplikasi Burbn
dinilai sulit untuk dimengerti cara penggunaannya dan tampilan aplikasinya
tidak menarik sehingga kurang populer di masyarakat.
19
Dengan penilaian-penilaian tersebut, pendiri Burbn melakukan riset dan
memutuskan untuk mengubah Burbn menjadi aplikasi media sosial yang
hanya fokus sebagai aplikasi pengunggahan foto. Kemudian nama aplikasi
Burbn diubah menjadi Instagram dan diluncurkan sebagai aplikasi baru
pada bulan Oktober 2010. Hanya dalam waktu 3 tahun, Instagram telah
mendapat lebih dari 100 juta pengguna di seluruh dunia (Handriatmaja,
2013: 40-47). Berikut adalah fitur-fitur dalam aplikasi Instagram:
1. Pengikut (Follower dan Following)
Instagram memiliki sistem sosial yang mempunyai istilah pengikut
(follower) dan mengikuti (following) akun pengguna lain. Komunikasi
antara sesama pengguna Instagram terjalin dengan memberikan tanda
suka dan komentar pada suatu foto.
2. Mengunggah dan membagikan foto atau video
Kegunaan utama dari Instagram adalah sebagai tempat mengunggah dan
berbagi foto kepada pengguna lainnya. Foto atau video yang diunggah
dapat diperoleh dengan kamera telepon genggam (mengambil foto atau
video baru) atau foto dan video yang ada di dalam album telepon
genggam. Selain itu foto dan video yang diunggah tidak hanya dapat
dibagikan dalam Instagram saja, melainkan dapat dibagi juga melalui
media sosial lainnya seperti Instagram, Facebook, Foursquare, dan lain-
lain.
20
3. Efek foto
Pada versi awalnya, Instagram memiliki 15 efek yang dapat digunakan
oleh para pengguna pada saat mereka hendak menyunting sebuah foto
atau video. Di dalam pengaplikasian efek, para pengguna juga dapat
menghilangkan bingkai-bingkai foto yang sudah termasuk di dalam efek
tersebut.
4. Arroba
Seperti Twitter dan Facebook, Instagram juga memiliki fitur dapat
menyinggung pengguna lain dengan menggunakan tanda arroba (@) dan
memasukkan username pengguna akun Instagram tersebut. Pada
dasarnya tanda arroba ini dimaksudkan untuk berkomunikasi dengan
pengguna yang telah disinggung tersebut.
5. Label foto
Label di dalam Instagram adalah sebuah kode yang memudahkan para
pengguna untuk mencari foto tersebut menggunakan “kata kunci” dengan
menambahkan tanda hashtag (#) sebelum label foto. Bila para pengguna
memberikan label pada sebuah foto, maka foto tersebut dapat lebih
mudah untuk ditemukan. Label tersebut dapat digunakan di dalam segala
bentuk komunikasi yang bersangkutan dengan foto itu sendiri. Para
pengguna dapat memasukkan namanya sendiri, tempat dimana
mengambil foto tersebut, dan lain-lain. Foto yang telah diunggah dapat
dimasukkan label yang sesuai dengan informasi yang bersangkutan
dengan foto tersebut. Pada saat ini label adalah cara yang terbaik jika kita
hendak mempromosikan foto di dalam Instagram. Misalnya seorang
21
pengguna memberi label pada sebuah foto dengan kata “#prewedding”,
jika pengguna-pengguna lain mengetikkan kata ‘prewedding’ pada kolom
pencari di aplikasi Instagram maka akan muncul sejumlah foto yang
sudah diberi label tersebut.
6. Geotagging
Geotagging adalah identifikasi metadata geografis dalam sebuah media
situs ataupun foto. Fitur ini dapat menambahkan lokasi dengan cara
mengaktifkan GPS pada telepon genggam. Dengan demikian para
pengguna lain dapat mengetahui di mana foto tersebut diambil atau
diunggah.
7. Popular
Halaman popular merupakan halaman yang berisi kumpulan foto-foto
populer dari seluruh dunia pada saat itu. Secara tidak langsung foto
tersebut akan menjadi foto yang dikenal oleh masyarakat di seluruh dunia,
sehingga jumlah pengikut pun juga dapat bertambah. Foto-foto yang ada
di halaman popular tidak selamanya berada di halaman tersebut,
melainkan seiring berjalannya waktu foto-foto populer yang baru akan
menggantikan foto-foto populer yang sebelumnya.
8. Pesan
Pesan langsung atau direct message pada aplikasi Instagram adalah
pesan pribadi yang ditujukan langsung kepada pengguna lainnya tanpa
ada pengguna lain yang mengetahui. Pesan langsung ini dapat digunakan
22
juga untuk mengobrol dengan pengguna lain seperti aplikasi berbasis
chatting lainnya.
9. Stories
Instagram stories adalah fitur baru yang diluncurkan Instagram. Fitur ini
adalah fitur yang sangat mirip dengan aplikasi SnapChat. Pengguna
dapat langsung membagikan aktifitas sehari-hari baik berupa foto
maupun video singkat secara langsung kepada pengikut dengan
ditambahkan tulisan atau efek tertentu. Foto atau video tersebut hanya
dapat dilihat dalam waktu 24 jam. Setelah melewati 24 jam, secara
otomatis stories akan terhapus dengan sendirinya.
10. Live Stories
Instagram live stories juga merupakan fitur baru pada Instagram.
Pengguna Instagram dapat menayangkan live video streaming melalui
stories dengan durasi selama satu jam. Video siaran langsung tidak dapat
disimpan sehingga ketika pengguna selesai melakukan siaran langsung,
video tersebut akan langsung hilang. (Arif, 2017: 20-22).
Karena fitur-fitur dan tampilan muka (interface) Instagram lebih berfokus
pada gambar atau foto, maka aplikasi Instagram dapat populer di kalangan
komikus, kartunis, maupun seniman-seniman lainnya, sebagai media untuk
mempublikasi karyanya. Selain gratis, Instagram juga mudah digunakan
dan memiliki banyak pengguna dari seluruh dunia sehingga karya-karya
seniman dapat lebih mudah menuai perhatian dari masyarakat dunia.
23
Internet juga memungkinkan karya-karya tersebut untuk menjadi viral di
tengah masyarakat.
2.4 Perilaku Bermedia Generasi Milenial
Perkembangan teknologi membawa perubahan pada kebudayaan manusia,
ditandai oleh munculnya perilaku, kebiasaan, nilai-nilai, dan sikap yang
baru berkat globalisasi dan kemudahan-kemudahan yang ditawarkan
teknologi. Hal tersebut dinamai kultural teknologi dimana teknologi yang
lahir sebagai hasil budaya manusia kemudian menyuburkan budaya yang
baru dan teknologi yang berkontribusi banyak dalam hal tersebut adalah
teknologi komunikasi dan media. Perkembangan teknologi membawa
perubahan dalam inovasi teknologi komunikasi dan media yang kemudian
melahirkan teknologi digital. Teknologi digital atau internet sebagai media
baru dengan cepat diadopsi oleh masyarakat dan saat ini telah menjadi
bagian gaya hidup masyarakat.
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas yang dilakukan individu
akibat stimulus yang mengenai individu tersebut (Fitriyah dan Jauhar, 2014:
9). Perilaku merupakan bagian dari representasi budaya manusia. Perilaku
bermedia generasi milenial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap
yang ditunjukkan generasi milenial ketika dihadapkan pada media, terutama
setelah munculnya media baru atau internet. Kehadiran internet telah
menuai banyak perhatian pada dampaknya terhadap perilaku manusia dan
telah banyak penelitian-penelitian yang membahas masalah tersebut.
24
Teknologi media telah menciptakan revolusi di tengah masyarakat karena
masyarakat sudah sangat tergantung dengan teknologi dan tatanan
masyarakat masa kini terbentuk berdasarkan kemampuan menggunakan
teknologi. Pada dasarnya media ikut berperan dalam menciptakan dan
mengelola budaya masyarakat.
McLuhan menyatakan dalam teorinya Technology Determinism bahwa
teknologi berpengaruh sangat besar dalam masyarakat atau dengan kata lain
teknologi menentukan kehidupan manusia. Menurutnya, perkembangan
teknologi komunikasi menjadi penyebab utama perubahan budaya dan
setiap penemuan teknologi baru dapat mempengaruhi institusi budaya
masyarakat. Ide dasar dari teori tersebut berdasarkan dari pemikiran bahwa
perubahan pada cara berkomunikasi akan membentuk keberadaan manusia
itu sendiri. Teknologi membentuk bagaimana cara manusia berpikir,
berperilaku dalam masyarakat, dan pada akhirnya teknologi mengarahkan
manusia untuk bergerak ke abad teknologi selanjutnya (Morissan, 2010: 30).
2.5 Kartun Sebagai Kajian Semiotika
2.5.1 Definisi Semiotika
Eco dalam Sobur (2015: 95) menyatakan, bahwa secara etimologis, istilah
semiotika berasal dari kata Yunani ‘semeion’ yang berarti ‘tanda’. Tanda itu
sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang dianggap mewakili sesuatu yang
lain atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya. Secara
25
terminologis semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
objek-objek, peristiwa-peristiwa, dan seluruh kebudayaan sebagai tanda.
Dalam semiotika terdapat istilah penanda, petanda, dan tanda. Penanda
adalah aspek material dari bahasa yaitu apa yang dikatakan atau didengar
dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran,
atau konsep. Artinya, petanda adalah aspek mental dari bahasa. Tanda
adalah kesatuan dari penanda dan petanda. Contoh dari penanda, petanda,
dan tanda adalah kata ‘kursi’ merupakan sebuah penanda, gambar sebuah
kursi adalah petandanya, dan tanda adalah kesatuan dari kedua konsep
tersebut yang merupakan keberadaan kursi secara keseluruhan.
Karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis representasi
perilaku bermedia dalam kartun opini, maka dibutuhkan semiotika untuk
menganalisis kartun tersebut. Jalinan-jalinan tanda dalam kartun adalah
refleksi dari kebudayaan kartunisnya sendiri oleh karena itu menurut
peneliti semiotika Roland Barthes adalah teori yang tepat untuk menjadi
landasan dari analisis penelitian ini karena semiotik Barthes berfokus
menelaah sistem tanda melalui makna konotasi yang di dalamnya
mempertimbangkan keberadaan mitos. Barthes mengembangkan pertandaan
bertingkat (staggered system) yang memungkinkan untuk dihasilkannya
makna yang juga bertingkat-tingkat, yaitu denotasi dan konotasi (Piliang,
2004: 94).
26
Arti makna denotasi secara singkat adalah makna yang tampak atau tersurat.
Denotasi adalah tingkat pertanda yang menjelaskan hubungan antara
penanda dan petanda atau aturan dan rujukannya pada realitas. Denotasi
menghasilkan makna yang eksplisit, langsung, dan pasti. Sedangkan
konotasi adalah tingkat pertanda yang menjelaskan hubungan antara
penanda dan petanda yang menghasilkan makna tidak eksplisit, tidak
langsung, dan tidak pasti (artinya terbuka berbagai kemungkinan). Dalam
kata lain, makna konotasi adalah makna yang tidak tampak atau tersirat.
Makna konotasi terbentuk ketika penanda (aspek bahasa) dikaitkan dengan
berbagai aspek psikologis, seperti perasaan, emosi, dan keyakinan. Oleh
karena itu makna konotasi bersifat implisif dan tersembunyi.
Dari denotasi dan konotasi, Barthes melihat adanya makna yang lebih dalam
lagi tingkatnya tetapi bersifat konvensional, yaitu makna-makna yang
berkaitan dengan mitos. Konvensional dapat diartikan sebagai suatu
pandangan bahwa penanda (aspek bahasa) tidak memiliki hubungan
intrinsik dengan petanda (aspek mental), tetapi hubungan tersebut
ditetapkan oleh kebiasaan, kesepakatan, atau persetujuan masyarakat yang
didahului pembentukan makna secara arbitrer (manasuka). Dalam kata lain,
konvensional adalah suatu konsep mengenai sesuatu yang terbagi bersama
(socially shared concept).
Mitos dalam pemahaman semiotika Roland Barthes adalah pengkodean
makna dan nilai-nilai sosial yang arbitrer sebagai sesuatu yang dianggap
alamiah. Dalam mitos, terdapat pola tiga dimensi yang terbentuk dari
penanda, petanda, dan tanda. Namun yang menjadikannya unik, mitos
27
dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau,
dengan kata lain, mitos juga adalah sistem pemaknaan tataran kedua (Sobur,
2017 :71). Teori semiotika Roland Barthes dapat digambarkan dengan peta
tanda sebagai berikut:
Tabel 2. Peta Tanda Roland Barthes
1. Signifier(Penanda)
2. Signified (Petanda)
3. Denotative Sign (Tanda Denotatif)
4. Connotative Signifier (Penanda Konotatif)5. Connotative Signified
(Petanda Konotatif)
6. Connotative Sign (Tanda Konotatif)
Sumber: Paul Cobley dan Litza Jasnz (Sobur, 2017: 69)
Dalam peta tanda Barthes, terlihat bahwa tanda konotatif juga terdiri dari
penanda dan petanda konotatif. Dalam teorinya, Barthes mempunyai konsep
bahwa tanda konotatif tidak hanya sekedar makna tambahan dari tanda
denotatif, namun juga mempunyai penanda dan petanda yang melandasi
keberadaannya. Hal tersebut menjadikan tanda konotatif dapat digunakan
untuk menjelaskan makna dari suatu metafora atau gaya-gaya kiasan lainnya
yang hanya bermakna apabila dipahami pada tataran konotatif. Fiske dalam
Sobur (2015: 127), mengutip bahwa Roland Barthes membuat sebuah model
sistematis untuk menganalisis makna dari tanda-tanda. Perhatian Barthes
terfokus pada gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order of
significations) seperti yang terlihat pada bagan berikut:
28
Bagan 1. Signifikasi Dua Tahap Roland Barthes
Sumber: John Fiske (Sobur, 2015: 127)
Pada gambar di atas, terlihat bahwa signifikasi tahap pertama merupakan
hubungan antara penanda (signifier) dan petanda (signified) di dalam sebuah
tanda (sign) terhadap realita (reality). Hal tersebut merupakan hal yang
membentuk makna denotasi atau makna paling nyata dari sebuah tanda.
Signifikasi tahap kedua menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda
(sign) bertemu dengan kebudayaan (culture) atau ideologi dan emosi
manusia. Hal tersebut membentuk makna konotasi atau makna yang
tersembunyi dari tanda.
Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi (content), tanda
bekerja melalui mitos (myth). Mitos adalah bagaimana kebudayaan
menjelaskan atau memahami beberapa aspek realitas atau gejala alam.
Mitos seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bersifat konvensional atau
Content
Form
Signifier
Signified
First Order Second Order
Reality Sign Culture
Denotation
Connotation
Myth
29
merupakan suatu konsep yang disepakati bersama oleh suatu masyarakat.
Beberapa contoh mitos adalah mitos mengenai manusia dan dewa, mitos
hidup dan mati, mitos mengenai konsep feminin dan maskulin, dan lain-lain.
Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi yang
disebutnya sebagai ‘mitos’. Menurut Barthes, mitos berfungsi untuk
mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan
yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Barthes memampatkan ideologi
dengan mitos karena baik di dalam mitos maupun ideologi, hubungan antara
penanda konotatif dan petanda konotatif terjadi secara termotivasi (Budiman
dalam Sobur, 2017: 71). Ideologi ada selama kebudayaan ada, itulah
sebabnya mengapa Barthes menyatakan konotasi sebagai suatu ekspresi
budaya.
Bagan 2. Tingkatan Tanda dan Makna Barthes
Sumber: Piliang, 2004: 195
2.5.2 Semiotika dan Kebudayaan
Semiotik pada perkembangannya menjadi perangkat teori yang digunakan
untuk mengkaji kebudayaan manusia. Semiotik memandang kebudayaan
atau gejala budaya sebagai suatu sistem tanda yang berkaitan satu sama lain
dengan cara memahami makna yang ada di dalamnya. Kaitan tersebut
bersifat konvensional atau merupakan ketetapan bersama karena pada
Tanda Denotasi Konotasi (Kode) Mitos
30
dasarnya makna merupakan hasil pemikiran manusia yang dipengaruhi
sosial budayanya (Hoed, 2011: 5-6). Terlepas apakah paham yang di anut
adalah paham semiotik struktural atau pragmatis, semiotik dapat digunakan
untuk mengkaji kebudayaan.
Pada semiotika struktualis yang diwakili oleh Barthes, peran semiotik dalam
kajian budaya sangat jelas. Barthes mengemukakan bahwa dalam kehidupan
sosial budaya, penanda adalah “ekspresi” tanda, petanda adalah “isi”, dan
tanda adalah “relasi” antara keduanya (Hoed, 2011: 13). Pada teori semiotik
Pierce, semiotik lebih diarahkan pada pemahaman tentang bagaimana
kognisi kita memahami apa yang ada di sekitar kita, baik lingkungan sosial,
alam, maupun jagat raya. Pada perkembangannya, teori Pierce mendapat
perannya di bidang biologi. Lalu pada teori semiotik Morris, ia melihat
semiotik untuk memahami kebudayaan manusia sebagai teori tingkah laku.
Dan terakhir adalah teori semiotik Eco yang menyatakan bahwa tanda
merupakan satuan budaya.
Titik fokus Eco adalah lambang yang dapat terdiri dari berbagai jenis
(termasuk indeks dan ikon yang berlaku sebagai lambang). Walaupun teori
Eco cenderung memperlihatkan model struktualis, namun Eco mengakui
bahwa produksi tanda adalah kegiatan fisik dan bahwa semiosis memang
berlaku dalam pemaknaan tanda, namun tidak tak terbatas penerapannya.
Pandangan tersebut berseberangan dengan pandangan pansemiotik milik
Pierce yang melihat tanda tidak terbatas pada gejala budaya tetapi juga pada
gejala alam. Kata kunci dalam semiotik adalah “tanda” dan “makna”. Dalam
31
setiap ancangan yang menggunakan semiotik, kedua kata itu disatukan
dalam istilah signifikasi atau pemaknaan tanda (Hoed, 2011: 26).
2.5.3 Analisis Semiotika dan Kartun
Dalam mengkaji komik-kartun-karikatur, peneliti akan dihadapkan dengan
tanda-tanda visual dan kata-kata. Setiawan mengakui bahwa sejatinya
menguak makna kartun pada kenyataanya bukan pekerjaan mudah,
mengingat berbagai persoalannya menyangkut permasalahan yang
berkembang dalam masyarakat, khususnya mengenai masalah sosial dan
politik (Setiawan dalam Sobur, 2017: 132). Elemen pembentuk komik dan
kartun cukup kompleks karena terdiri dari bidang seni rupa, sastra,
linguistik, dan sebagainya. Namun dibandingkan bentuk komunikasi politik
lain, Anderson dalam Sobur (2017: 133) berpendapat bahwa kartun
merupakan bentuk yang paling terbaca. Karena sering diberi kata-kata
tertulis, kartun terlihat dekat dengan dokumen teks konvensional. Selama
sering merespons peristiwa-peristiwa bersejarah, kartun dapat mempunyai
kemungkinan untuk digali kandungan “faktual”-nya.
Tommy Christomy dalam Sobur (2017: 133-135) mengungkapkan beberapa
langkah untuk menganalisis kartun dengan mengambil contoh kartun
“Pertemuan 4 Tokoh yang Rukun dan Konstruktif”. Pada saat kartun ini
terbit, Abdurrahman Wahid masih menjabat sebagai presiden Republik
Indonesia, Megawati sebagai wakil presiden Republik Indonesia, Amien
Rais sebagai ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat, dan Akbar Tanjung
sebagai ketua Dewan Perwakilan Rakyat.
32
Gambar 5. Kartun Portal
Sumber: Tommy Christomy (Sobur, 2017: 133)
Langkah pertama, kita harus mendeskripsikan jalinan tanda di kartun
tersebut. Misalnya dengan menandainya berdasarkan pola gesture,
komposisi ruang, dan hubungan antara objek. Pada contoh kartun
sebelumnya, kita dapat melihat bahwa suatu ruangan dibagi empat secara
diagonal dan di setiap ujung terdapat empat gambar tokoh politik. Keempat
tokoh tersebut menatap ke empat arah yang berbeda dan tidak saling
memandang walaupun berada sejajar di sampingnya. Gambar-gambar
kartun tersebut tampil sebagai tanda karena adanya kedekatan antara gambar
dengan objeknya. Kedekatan yang dimaksud adalah adanya hubungan
ikonis antara gambar tersebut dengan sosok Amien Rais, Akbar Tanjung,
Megawati, dan Abdurrahman Wahid. Dengan demikian disimpulkan bahwa
33
kartun mempunyai pola: proposition >> indexical >> type (legisign). Suatu
pernyataan (proposisi) yang mengacu pada objeknya secara indeksikal dan
menjadi ‘tanda’ karena hukum/tradisi/kesepakatan. Dengan kata lain,
gambar kartun menjadi tanda akibat kesepakatan bersama atau mitos yang
berlaku di masyarakat atas makna gambar tersebut.
Berikutnya kita harus mengamati aspek bahasa yang tercantum di bawah
atau di dalam ilustrasi kartun dan mendeskripsikannya. Penerapannya pada
contoh kartun sebelumnya dapat dimulai dengan mencermati pernyataan
atau proposisi verbal “pertemuan 4 tokoh yang rukun dan konstruktif”.
Proposisi tersebut dapat divalidasi keabsahannya dengan mencocokkan
proposisi tersebut dengan kenyataan/pengalaman kita atau dengan rangkaian
informasi yang ada dalam kartun itu sendiri baik yang berupa visual maupun
verbal. Contohnya adalah pada frase “4 tokoh”, frase tersebut telah menjadi
validasi kebenaran dari gambar-gambar di kartun tersebut. “Tokoh” yang
dimaksud pasti adalah tokoh masyarakat dan dilihat dari penggambarannya,
pembaca dapat mengetahui bahwa empat tokoh tersebut adalah Amien Rais,
Akbar Tanjung, Megawati, dan Abdurrahman Wahid. Lalu frase “rukun dan
konstruktif” menjadi acuan bagi interpretasi gambar kartun secara
keseluruhan.
Langkah selanjutnya adalah melihat ada atau tidaknya kesejajaran antara
proposisi verbal dan proposisi visual pada kartun. Proposi verbal adalah teks
yang siap atau terbuka untuk dikonfrontasikan dengan realitas atau tanda
lainnya. Dari sudut interpretan, kalimat “pertemuan 4 tokoh yang rukun dan
konstruktif” menjadi proposisi verbal pada contoh kartun yang dibahas.
34
Lalu ketika kalimat tersebut dihadapkan dengan proposisi visual kartun,
terjadi kontras yang menandakan bahwa tema kartun tersebut adalah
argumen. Argumen bisa luas atau kecil tergantung dari jalinan proposisinya.
Argumen-argumen kecil bisa membentuk satu argumen besar.
Pada contoh kartun tersebut, Amien Rais dan Akbar Tanjung entah sengaja
atau tidak digambarkan sebagai dua tokoh yang berada dalam satu garis atau
satu pihak walaupun di antara mereka ada ketidaksamaan yang
direpresentasikan dengan tidak adanya kontak mata antara mereka. Hal
tersebut juga berlaku pada tokoh Megawati dan Abdurrahman Wahid. Lalu
hierarki kedudukan para tokoh juga dapat dilihat dari jarak penggambaran
antar tokoh, di mana tokoh Abdurrahman Wahid digambarkan cukup jauh
dari tokoh Akbar Tanjung, sementara tokoh Megawati dan Amien Rais
berada di “tengah” kedua tokoh tersebut. Hal tersebut dapat diartikan bahwa
Abdurrahman Wahid kedudukannya paling tinggi dibanding ketiga tokoh
yang lain, disusul Megawati, Amien Rais, dan terakhir Akbar Tanjung.
Dengan membaca representasi hierarki tersebut dan menghubungkannya
dengan kenyataan, dapat disimpulkan bahwa Megawati dan Amien Rais
dapat menjadi “penengah” untuk Orde Baru (direpresentasikan oleh Akbar
Tanjung) dan Rezim Gus Dur.
Dengan melihat kontras antara proposisi visual dan verbal secara
keseluruhan pada kartun empat tokoh tersebut, kita dapat menyimpulkan
bahwa argumen yang direpresentasikan adalah argumen mengenai ironi
kebangsaan. Berdasarkan contoh tersebut, Christomy menyimpulkan bahwa
proses semiosis yang paling dominan dalam kartun tersebut adalah
35
gabungan antara proposisi visual dan verbal yang dibentuk oleh kombinasi
tanda argumen indexical legisign. Dalam menganalisis kartun atau komik-
kartun, kita seyogyanya menempatkan diri sebagai kritikus agar secara
leluasa dapat melakukan penilaian dan memberi tafsiran terhadap komik-
kartun tersebut. Selain dikaji sebagai “teks”, kartun juga harus dianalisis
secara kontekstual dengan menghubungkan karya seni tersebut dengan
siuasi yang menonjol di masyarakat. Langkah tersebut dilakukan untuk
menjaga signifikansi permasalahan sekaligus menghindari pembiasan
tafsiran (Sobur, 2017: 136).
2.6 Kerangka Pikir
Kartun sebagai gambar lelucon yang mudah diterima masyarakat telah umum
dimanfaatkan sebagai media kritik di surat kabar atau koran sehingga
kemudian ditetapkan bahwa fungsi kartun yang utama adalah untuk
mengkritik atau menyindir. Seiring perkembangan teknologi, kartun pun telah
mulai memasuki ranah digital terutama media sosial internet. Instagram
sebagai salah satu media sosial populer di dunia telah banyak dimanfaatkan
seniman dalam mempublikasi karyanya. Reza Mustar sebagai salah satu
seniman yang memang mempunyai ketertarikan pada isu sosial menjadi
terkenal dengan kartun opininya di akun Instagram @komikazer. Kartun
Reza Mustar dalam penelitian ini mengangkat perilaku bermedia generasi
milenial dari sudut pandang beliau sebagai bagian dari generasi milenial.
Perilaku bermedia generasi milenial yang dimaksud adalah apa saja yang
dilakukan generasi milenial dalam menggunakan media digital akibat
36
pengaruh inovasi teknologi. McLuhan menyatakan dalam teorinya
Technology Determinism bahwa inovasi teknologi pada media pada dasarnya
mempengaruhi adanya perubahan pada kebudayaan karena media mempunyai
andil dalam pembentukan kebudayaan manusia. Perubahan dalam
kebudayaan tentu saja mempengaruhi adanya perubahan dalam perilaku
masyarakat. Dengan kata lain, teknologi menentukan kehidupan manusia
(Morissan, 2010: 30).
Kartun yang merupakan gambar yang bersifat simbolik dan representatif
menjadi topik interpretasi yang menarik baik bagi peneliti maupun netizen di
internet. Kartun sebagai hasil kebudayaan terbentuk oleh suatu sistem tanda
yang dirancang oleh pembuatnya. Dalam menginterpretasi makna dari kartun,
dibutuhkan semiotika yang merupakan ilmu yang mengkaji tanda. Kartun
opini yang mengandung pesan atau kritik membutuhkan analisis pada tingkat
konotatif untuk mendapatkan makna yang sebenarnya. Semiotika Roland
Barthes dengan signifikasi dua tahapnya yang digunakan dalam penelitian ini
mengarahkan peneliti pada analisis pada tingkat konotatif.
Berdasarkan tujuan penelitian ini, dengan menganalisis penanda dan petanda
konotatif pada kartun opini yang diteliti maka akan didapat representasi
perilaku bermedia yang terkandung dalam kartun tersebut. Hasil analisis
kemudian akan dibandingkan atau dicek ulang dengan sumber-sumber
informasi dan kenyataan di masyarakat karena pada dasarnya kartun
mengangkat isu masyarakat sebagai bahan utamanya. Perbandingan atau
pengecekan ulang tersebut juga merupakan upaya untuk membuktikan
37
keabsahan hasil analisis. Secara singkat, penelitian ini dapat digambarkan
dengan bagan kerangka pikir berikut:
Bagan 3. Kerangka Pikir
Sumber: Penulis (2018)
Kartun Pada Akun Instagram@Komikazer
(Perilaku Bermedia GenerasiMilenial Indonesia)
Analisis Semiotika(Teori Semiotika Roland
Barthes)
Representasi PerilakuBermedia GenerasiMilenial Indonesia
Makna Konotatif
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perilaku bermedia generasi
milenial yang direpresentasikan di dalam kartun opini Reza Mustar di akun
Instagram-nya @komikazer. Berdasarkan tujuan tersebut, maka tipe
penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Bogdan dan Taylor dalam
Moleong (2011: 4), mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Data yang tertulis maupun lisan
tersebut didapat dengan berhadapan langsung dengan objek penelitian, maka
penelitian kualitatif dikategorikan sebagai penelitian yang bersifat subyektif.
Penelitian kualitatif tidak bermaksud untuk menggambarkan karakteristik
populasi atau menarik kesimpulan yang berlaku bagi suatu populasi,
melainkan lebih fokus pada sebuah fenomena dan menggalinya secara lebih
mendalam (Bungin, 2007). Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
berusaha melihat kebenaran-kebenaran atau membenarkan kebenaran. Namun
untuk mendapatkan kebenaran tidak selalu cukup dengan hanya melihat
sesuatu yang nyata, akan tetapi kadangkala perlu melihat dan melacak sesuatu
yang tersembunyi di balik sesuatu yang nyata tersebut.
39
3.2 Metode Penelitian
Untuk mendeskripsikan seperti apa perilaku bermedia yang digambarkan
dalam kartun opini, maka kita harus memahami makna dari hubungan
penanda dan petanda yang membentuk kartun tersebut. Makna dipahami
dengan melihat struktur penanda dan petanda secara keseluruhan (Sobur,
2015: 147). Semiotika menjadikan kebudayaan sebagai objek kajian
utamanya (Hoed, 2011: 26) dan perilaku merupakan refleksi dari kebudayaan
sehingga analisis semiotika diperlukan dalam penelitian ini. Penelitian ini
akan menggunakan teori semiotika Roland Barthes dan alasan mengapa
peneliti menggunakannya adalah karena alasan kemudahan untuk diterapkan
dalam penelitian karena analisisnya bersifat sistematis dan keinginan peneliti
untuk memperdalam hasil analisis dimana Barthes memberikan makna pada
sebuah tanda berdasarkan kebudayaan yang melatarbelakangi munculnya
makna tersebut sehingga makna dalam tataran mitos dapat diungkapkan.
3.3 Fokus Penelitian
Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif adalah pokok soal yang hendak
diteliti, mengandung penjelasan mengenai dimensi-dimensi apa yang menjadi
pusat perhatian dan hal yang kelak dibahas secara mendalam dan tuntas
(Bungin, 2012: 41). Fokus penelitian diperlukan agar topik yang dibahas
dalam penelitian tidak melebar sehingga memudahkan diadakannya penelitian.
Fokus pada penelitian ini adalah mengidentifikasi perilaku bermedia generasi
milenial dalam kartun opini Reza Mustar. Untuk mencapai tujuan tersebut
peneliti akan menganalisis dialog/teks dan gambar/simbol/tanda dari kartun
40
opini Reza Mustar. Berikut adalah landasan dalam pemilihan data yang
digunakan peneliti:
1. Tema
Peneliti akan mengambil kartun-kartun opini karya Reza Mustar di akun
Instagram @komikazer yang menggambarkan perilaku bermedia generasi
milenial sebagai batasan penelitian. Perilaku bermedia generasi milenial
yang dimaksud adalah perilaku yang ditunjukkan generasi milenial dalam
menggunakan media digital akibat pengaruh inovasi teknologi media.
Artinya peneliti akan mengambil kartun-kartun yang menggambarkan
ketergantungan generasi milenial terhadap media digital, bagaimana
generasi milenial memanfaatkan media digital, seberapa pentingnya media
digital bagi pribadi generasi milenial, dan budaya baru atau pengaruh apa
yang muncul akibat kehadiran media digital terhadap generasi milenial.
2. Waktu
Sebagai batasan penelitian, peneliti akan menganalisa kartun opini Reza
Mustar yang diunggah ke akun @komikazer mulai dari bulan Mei 2016
hingga November 2017. Reza Mustar pada dasarnya tidak mempunyai
jadwal unggahan yang tetap bagi karyanya sehingga rentang waktu yang
dipilih peneliti terbilang cukup luas. Rentang waktu tersebut mengikuti
waktu unggahan kartun-kartun opini yang sesuai dengan tema yang telah
ditentukan peneliti sebelumnya.
41
Berdasarkan landasan-landasan pemilihan data tersebut, peneliti menetapkan
enam buah kartun opini sebagai objek penelitian. Kartun-kartun tersebut
diunggah pada tanggal 3 Mei 2016, 29 November 2016, 16 Desember 2016, 8
Januari 2017, 17 Januari 2017, dan 2 Juli 2017 di akun Instagram
@komikazer. Kartun-kartun opini yang dipilih tersebut masing-masing telah
mempunyai jumlah likes di atas 2.500 dengan jumlah tertinggi sebanyak
9.599 likes.
3.4 Sumber Data
Berikut adalah jenis data yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah kartun-kartun opini dalam akun
Instagram @komikazer. Kartun didapat dengan cara screen capture
gambar kartun tersebut beserta kata penjelas atau caption dari Reza Mustar
sebagai pemilik akun yang menyertai unggahan kartunnya di akun
@komikazer.
2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan
kartunis, buku-buku, jurnal, data-data dari internet, dan penelitian
terdahulu yang berhubungan dengan masalah penelitian atau yang
berkaitan dengan Reza Mustar dan akun @komikazer.
42
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Berikut adalah teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini:
1. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2006: 132). Dokumen yang penting
dalam penelitian ini adalah kartun-kartun opini Reza Mustar. Data dari
hasil dokumentasi digunakan sebagai data primer.
2. Studi Pustaka
Studi pustaka dapat diartikan sebagai langkah mengumpulkan informasi
yang relevan dari berbagai sumber bacaan. Sumber bacaan yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah berbagai buku, jurnal, penelitian terdahulu,
data dari internet, dan catatan lainnya yang memiliki keterkaitan dengan
topik penelitian. Topik yang dibahas dalam penelitian ini mencakup kartun
opini, Reza Mustar sebagai seorang komikus/kartunis, dan akun
@komikazer. Data dari studi pustaka digunakan sebagai data sekunder.
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah kegiatan penyederhanaan data ke dalam susunan tertentu
yang dapat lebih dibaca dan diinterpretasikan. Penelitian ini akan
menganalisis gambar dan teks yang terdapat dalam kartun opini di akun
Instagram @komikazer. Kartun opini tersebut akan dianalisis menggunakan
43
pendekatan semiotika Roland Barthes dengan signifikasi dua tahap (two
order of significations) yang menghasilkan data mengenai makna denotasi
dan konotasi dalam kartun opini tersebut. Berikut adalah tahapan analisis
dalam penelitian ini:
1. Pemilihan data dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian. Dalam
proses ini data direduksi sesuai dengan fokus penelitian yang telah
ditentukan.
2. Membuat daftar proposisi verbal dan non-verbal yang teridentifikasi
dalam kartun dan mengalisis hubungan atau signifikasinya menggunakan
analisis semiotika dengan pendekatan semiotika Roland Barthes. Analisis
dipusatkan pada makna konotasi tanda.
3. Setelah hasil analisis didapat, kemudian hasil analisis tersebut
dibandingkan atau dicek ulang dengan informasi-informasi lain seperti
hasil wawancara dengan kartunis, penelitian-penelitian terdahulu,
pendapat ahli, dan signifikasinya dengan kenyataan di masyarakat saat
ini untuk membuktikan kredibilitas hasil analisis.
4. Tahap terakhir adalah menyusun kesimpulan berdasarkan poin 1, 2, dan 3
di atas.
3.7 Teknik Keabsahan Data
Pada penelitian ini, teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan
adalah triangulasi data. Triangulasi data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah triangulasi sumber. Triangulasi sumber adalah membandingkan atau
44
mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari
sumber yang berbeda. Misalnya membandingkan opini pribadi dengan opini
umum, membandingkan hasil observasi dengan hasil wawancara,
membandingkan hasil penelitian dengan penelitian terdahulu, atau
membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada (Bachri, 2010:
56). Dalam penelitian ini triangulasi sumber dilakukan dengan cara
membandingkan hasil analisis dengan hasil wawancara dengan kartunis,
pendapat ahli, penelitian terdahulu, dan dengan kenyataan di masyarakat yang
berhubungan dengan isu di dalam kartun opini yang diteliti untuk
mendapatkan hasil penelitian yang kredibel.
BAB IV
GAMBARAN UMUM
4.1 Kartun Komikazer
Gambar 6. Tampilan Akun Instagram @komikazer Pada Agustus 2018
Sumber: instagram.com/komikazer
Komikazer adalah sebuah akun Instagram milik Reza Mustar atau yang
sering disapa Azer. Akun Komikazer memuat komik-komik strip dan kartun
opini yang sarat dengan satir karya Azer. Dalam karyanya, Azer membahas
mengenai budaya konsumtif masyarakat Indonesia, perilaku sosial generasi
milenial di era internet dan teknologi, dan kehidupan sosial masyarakat
Indonesia sehari-hari. Azer juga mengangkat isu-isu sosial yang sedang ramai
46
diperbincangkan masyarakat Indonesia. Azer mengaku bahwa komiknya
selalu berdasarkan kehidupan sehari-harinya.
Fenomena yang ia representasikan dalam karyanya adalah fenomena yang
dialami oleh generasi muda dan lingkungan sosialnya. Hal tersebut
menjelaskan mengapa karyanya cenderung ditargetkan kepada generasi
milenial karena Azer juga masih termasuk bagian generasi milenial. Kartun-
kartun yang dibahas pada penelitian ini adalah kartun yang bertema perilaku
bermedia generasi milenial dari akun @komikazer. Kartun-kartun tersebut
menggambarkan kebiasaan baru masyarakat yang timbul setelah internet dan
teknologi canggih muncul. Fenomena yang digambarkan dalam kartun Reza
Mustar atau Azer bersifat umum atau tidak terikat dengan tokoh-tokoh
tertentu, sehingga masyarakat umum dapat merasa terhubung dengan
fenomena tersebut. Dan karena kartun tersebut tidak berkesan menggurui,
maka banyak pembaca yang menyukai karyanya (Purba, 2017: 86).
Gambar 7. Tokoh Simon dan Azer
Sumber: instagram.com/komikazer
47
Seri Komikazer pada dasarnya tidak mempunyai tokoh tetap, namun terdapat
beberapa karakter yang muncul berulang kali. Tokoh yang pertama adalah
representasi sang kartunis itu sendiri yaitu tokoh bernama Azer dan tokoh
fiktif yang bernama Simon. Tokoh Simon digambarkan sebagai tokoh yang
terlihat konyol dan terkadang vulgar, sedangkan tokoh Azer mempunyai sifat
yang sama persis dengan kartunis. Lewat karakter Simon, Azer menawarkan
humor satir yang merepresentasikan kisah persoalan hidup masyarakat masa
kini (Setiawan, 2014). Seri Komikazer mempunyai dua cara penggambaran,
sebagian ada yang digambarkan sebagai komik strip dan sebagian ada yang
digambarkan sebagai kartun. Komikazer juga tidak mempunyai jadwal
unggahan yang tetap, terkadang ada jeda yang panjang antara satu unggahan
dengan unggahan yang lain. Jumlah unggahan komik per harinya pun tidak
tetap, namun berkisar antara satu sampai tiga buah karya.
Gambar 8. Kartun dan Komik Strip Karya @komikazer
Sumber: instagram.com/komikazer
48
4.2 Profil Penulis
Gambar 9. Reza Mustar atau Azer
Sumber: instagram.com/komikazer
Reza Mustar atau yang lebih akrab disapa Azer adalah seorang ayah dari dua
orang putri. Beliau lahir di Jakarta pada Oktober 1983. Semenjak kecil, Azer
telah menekuni hobi menggambar. Kemudian Azer memulai karirnya di
dunia komik dan kartun pada tahun 2001. Saat itu Azer masih menjalani
kuliah di Jurusan Desain Komunikasi Visual Institut Kesenian Jakarta. Pada
tahun tersebut Azer menjual komik-komik indie karyanya di area sekitar
kampus untuk menambah uang saku. Tema komik-komik tersebut diakuinya
sama dengan komik yang ada di akun @komikazer miliknya, yaitu mengenai
kehidupan sehari-hari masyarakat umum.
Melalui kegiatan tersebut Azer kemudian mengikuti pameran, event, dan
workshop seputar dunia komik. Beberapa pameran yang diikutinya antara lain
adalah Pameran Komik PKN VI Jogja, Pameran Komik Metropolis
Gadungan Menyertai Anda Bersama Ruang Rupa, Pameran Decompression
49
#10 di Galeri Nasional, Pameran #HASRATKEBENDAAN Azer x Kompas,
dan Pameran Hari HAM. Lalu beberapa workshop dan event yang diikutinya
antara lain adalah Workshop Komik Jakarta 32 Derajat di Galeri Nasional,
International Media Art Festival, Asia Pacific Writers & Translators Festival,
Ubud Writers and Readers Festival, Jakarta Creative Hub., RPTRA Project,
dan Residensi Rimba Baling. Walaupun telah banyak menuai prestasi dari
komik-komik dan kartunnya, Azer mengaku tidak berani menyebut dirinya
sebagai komikus. Menurutnya ia hanyalah seniman komik karena medium
karyanya adalah komik.
Setelah Azer lulus dari kuliah, ia sempat bekerja sebagai supervisor designer
di sebuah perusahaan swasta selama 7 tahun. Ia juga mengaku pernah bekerja
di bagian periklanan, namun hanya bertahan selama 3 bulan. Setelah itu Azer
kembali membuat komik-komik dan kartun untuk melepas rasa bosannya.
Sebenarnya selama ia masih bekerja sebagai pegawai kantoran, Azer masih
membuat komik dan kartun untuk melepas penat. Namun karya-karya
tersebut tidak diunggah di Instagram di bawah nama Komikazer, melainkan
di akun-akun media sosial pribadinya yang lain (Kaskus, Facebook, dan
Deviantart) dan di pameran-pameran seni rupa di Jakarta. Hingga akhirnya
pada tahun 2013, Azer mulai mengunggah karyanya di akun Instagram
@komikazer dan mendapat panggilan Azer dari popularitasnya di internet
(Purba, 2017: 86).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
Perilaku bermedia generasi milenial yang direpresentasikan dalam kartun
opini Instagram karya Reza Mustar adalah perilaku ketergantungan teknologi
informasi (telepon genggam, laptop, dan televisi) dan perilaku ujaran
kebencian dan bigotry di internet yang muncul akibat kurangnya kecerdasan
dalam menyaring informasi dan bebasnya berpendapat di internet. Kartunis
sebagai bagian dari generasi milenial merepresentasikan perilaku tersebut
sebagai sebuah kritik terhadap generasi milenial melalui ironi pada jalinan-
jalinan makna visual gambar. Harapannya hal tersebut dapat mengingatkan
generasi masa kini untuk lebih bijak dalam menggunakan teknologi terutama
teknologi media dan informasi.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti, terdapat beberapa saran
terkait dengan penelitian yaitu:
115
1. Kepada generasi milenial Indonesia diharapkan untuk senantiasa sadar
akan bahaya dari penggunaan teknologi yang berlebihan, senantiasa ingat
untuk bersosialisasi dengan orang sekitar, dan cerdas dalam menyaring
informasi yang masuk dari media terutama media sosial atau internet.
2. Kepada Reza Mustar selaku komikus diharapkan untuk tetap
mempertahankan idealisme dalam karyanya, namun diharapkan agar caption
kartun/komik di akun @komikazer dapat lebih menjelaskan lagi mengenai isi
kartun agar memperkecil kemungkinan perbedaan persepsi.
3. Penelitian ini hanya berfokus pada analisis representasi dalam kartun karya
@komikazer, diharapkan agar penelitian selanjutnya dapat mengupas
mengenai ada atau tidaknya pengaruh yang timbul pada diri generasi milenial
setelah membaca kartun opini karya @komikazer untuk mengembangkan
hasil penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
SUMBER BUKU
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: Rineka Cipta.
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, KebijakanPublik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Prenada Media Group.
Bungin, Burhan. 2012. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.
DS, Rendro. 2010. Beyond Borders: Communication Modernity & History.Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi The London School of PublicRelations.
Fitriyah & Jauhar. 2014. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: PrestasiPustakaraya.
Hauben & Truscott. 1997. Netizens: On the History and Impact of Usenet and theInternet 1st Edition. Wiley-IEEE Computer Society Pr.
Hoed, Benny H. 2011. Semiotik & Dinamika Sosial Budaya. Jakarta: KomunitasBambu.
Howe & Neil. 2000. Milenials Rising: The Next Great Generation. New York:Vintage Original.
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: RemajaRosdakarya.
Morissan, M.A dkk. 2010. Teori Komunikasi Massa: Media, Budaya, danMasyarakat. Bogor: Ghalia Indonesia.
Morton, Jill. 2001. A Guide to Color Symbolism. Colorcom.
Nasrullah, Rulli. 2015. Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, danSosioteknologi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Pease, Allan dan Barbara. 2004. The Definitive Book of Body Language: How ToRead Others’ Thoughts by Their Gestures. Australia:www.peaseinternational.com.
Prihantini, Ainia. 2015. Master Bahasa Indonesia: Panduan Tata BahasaIndonesia Terlengkap. Bentang Pustaka.
Roney, Carley. 2013. The Knot: Guide To Wedding Vows and Traditions[Revised Edition]: Readings, Rituals, Music, Dances, and Toasts. PotterStyle.
Setiawan, M. Nashir. 2002. Menakar Panji Koming. Jakarta: Kompas.
Sobur, Alex. 2015. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana,Analisis Semiotika, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sobur, Alex. 2017. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Soedjatmiko, Haryanto. 2008. Saya Berbelanja Maka Saya Ada: Ketika Konsumsidan Desain Menjadi Gaya Hidup Konsumeris. Yogyakarta: Jalasutra.
Solomon, Michael R. 2002. Consumer Behavior: Buying, Having, and Being 5thEdition. New Jersey: Prentice Hall, inc.
SUMBER JURNAL
Agusta, Duha. 2016. Faktor-Faktor Resiko Kecanduan Menggunakan SmartphonePada Siswa di SMK Negeri 1 Kalasan Yogyakarta. E-Journal Bimbingandan Konseling Edisi 3 Tahun ke-5. http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/fipbk/article/view/1021. Diakses pada tanggal 15 Agustus 2018.
Bachri, Bachtiar S. April 2010. Meyakinkan Validitas Data Melalui TriangulasiPada Penelitian Kualitatif. Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 10 No. 1.Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Cahyadi, Hadi Oki. Januari 2010. Komunikasi Politik Lewat Kartun: Sindiran,Kritik, Dukungan, & Perlawanan. Jurnal POLITEIA Vol. 2 No. 1.http://jurnal.usu.ac.id/index.php/politeia/article/view/16127. Diakses pada29 April 2018.
Calabritto & Daly. 2014. Emblems of Death In The Early Modern Period. Cahiersd’Humanisme et Renaissance Vol. 120. https://www.academia.edu/9066262/_Introduction_Death_and_Emblems_by_Peter_Daly_and_Monica_Calabritto. Diakses pada 7 Oktober 2018.
Handriatmaja, C.D. 2013. Citizen Journalism Dalam Pemberitaan Bendana diInstagram (Analisis Isi Kuantitatif Pemberitaan Bencana Hurricane Sandy
di New York. Amerika Serikat Melalui Publikasi Foto di Instagram PadaPeriode Waktu 29-30 Oktober 2012 Sebagai Bentuk Jurnalisme WargaBaru). Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UniversitasAtma Jaya Yogyakarta.
Lestari, Riana, dan Taftarzani. 2015. Pengaruh Gagdet Pada Interaksi SosialDalam Keluarga. Prosiding KS: Riset & PKM Vol. 2 No. 2: 147 – 300.http://jurnal.unpad.ac.id/prosiding/article/view/13280/6119. Diakses pada28 Juli 2018.
Piliang, Y.A. 2004. Semiotika Teks: Sebuah Pendekatan Analisis Teks. MediatorVol. 5 No.2: 189-198. http://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mediator/article/view/1156. Diakses pada 19 Maret 2018.
Putra, Yanuar Surya. Desember 2016. Theoritical Review: Teori PerbedaanGenerasi. Jurnal Among Makarti Vol. 9 No. 18. http:// jurnal.stieama.ac.id/index.php/ama/article/view/142. Diakses pada tanggal 15 Agustus 2018.
Sabani, Noveliyati. Juni 2018. Generasi Milenial dan Absurditas Debat KusirVirtual. INFORMASI: Kajian Ilmu Komunikasi Vol. 48 No. 1.https://journal.uny.ac.id/index.php/informasi/article/view/18078. Diaksespada tanggal 5 Oktober 2018.
Simangunsong dan Sawitri. Oktober 2017. Hubungan Stres dan KecanduanSmartphone Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Surakarta. Jurnal EmpatiVol. 6 No. 4. http://eprints.undip.ac.id/55120. Diakses pada tanggal 15September 2018.
Singh, K.R. Oktober 2012. Humour, Irony and Satire In Literature. InternationalJournal of English and Literature (IJEL) Vol. 3 Issue 4.http://www.tjprc.org/publishpaper/. Diakses pada tanggal 27 September2018.
SUMBER PENELITIAN TERDAHULU
Arif, F.A. 2017. Analisis Sikap Narsisme Dalam Aplikasi Instagram (Studi PadaSiswa SMA Negeri 2 Bandar Lampung). Lampung: Fakultas Ilmu Sosialdan Ilmu Politik Universitas Lampung.
Marlina, Rizky Dwi. 2017. Hubungan Antara Fear of Missing Out (FoMO)Dengan Kecenderungan Kecanduan Internet Pada Emerging Adulthood.Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
Oksinata, Hantisa. 2010. Kritik Sosial dalam Kumpulan Puisi Aku Ingin JadiPeluru Karya Wiji Thukul (Kajian Resepsi Sastra). Surakarta: FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Sebelas MaretSurakarta.
Purba, R.K. 2017. Pemaknaan Followers Akun Instagram @KomikazerMengenai Kritik Reza Mustar Terhadap Budaya Konsumtif GenerasiMuda. Medan: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas SumateraUtara.
SUMBER ONLINE
Ali, Hasanuddin. 30 Desember 2017. Generasi Millenial Indonesia: Tantangandan Peluang Pemuda Indonesia. http://alvara-strategic.com/generasi-millennial-indonesia-tantangan-dan-peluang-pemuda-indonesia. Diaksespada tanggal 25 Juli 2018.
Anindita, Febrina. 18 Januari 2017. Satir Sarkas Bersama Reza Mustar.https://www.whiteboardjournal.com/interview/ideas/satir-sarkas-bersama-reza-mustar/. Diakses pada tanggal 8 Maret 2018.
Arfyana. 16 Februari 2017. Reza Mustar ‘Komikazer’: Menggambar untukMelawan.http://mugscope.id/2017/02/16/reza-mustar-komikazer-menggambar-untuk-melawan/. Diakses pada tanggal 8 Maret 2018.
Azanella, L.A. 3 September 2018. Fenomena “Sumbu Pendek” Dan LiterasiDigital di Indonesia. https://national.kompas.com/read/2018/09/03/15212761/fenomena-sumbu-pendek-dan-literasi-digital-di-indonesia.Diakses pada tanggal 26 September 2018.
Balitbang SDM Kemkominfo (Badan Penelitian dan Pengembangan SumberDaya Manusia Kementerian Komunikasi dan Informasi). 2017. Booklet:Survei Penggunaan Tik 2017. https://balitbangsdm.kominfo.go.id. Diaksespada tanggal 7 Oktober 2018.
BBC Indonesia. 24 Agustus 2017. Kasus Saracen: Pesan Kebencian dan Hoax diMedia Sosial Memang Terorganisir. https://www.bbc.com/indonesia/trensosial-41022914. Diakses pada tanggal 25 Juli 2018.
BBC Indonesia. 5 Maret 2018. Seputar Muslim Cyber Army: Sebarkan Isu PKIBangkit, Pembunuhan Ulama, Hingga Tim Sniper.https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-43287955. Diakses padatanggal 26 September 2018.
Bohang, F.K. 27 Juli 2017. Indonesia, Pengguna Instagram Terbesar se-AsiaPasifik. https://tekno.kompas.com/read/2017/07/27/11480087/indonesia-pengguna-instagram-terbesar-se-asia-pasifik. Diakses pada 4 Maret2018.
CNN Indonesia. 16 Juni 2018. Instagram dan Facebook Jadi Ladang UjaranKebencian. https://m.cnnindonesia.com/teknologi/201806170321-185-
306378/instagram-dan-facebook-jadi-ladang-ujaran-kebencian. Diaksespada tanggal 25 Juli 2018.
CNN Indonesia. 8 Oktober 2018. Tolak Lepas Jilbab, Atlet IndonesiaDidiskualifikasi dari APG. https://m.cnnindonesia.com/olahraga/20181008162249-178-336665/tolak-lepas-jilbab-atlet-indonesia-didiskualifikasi-dari-apg. Diakses pada tanggal 8 Oktober 2018.
Databoks. 9 Februari 2018. Berapa Pengguna Instagram dari Indonesia?.https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/02/09/berapa-pengguna-instagram-dari-indonesia. Diakses pada 4 Maret 2018.
Databoks. 18 Mei 2018. 2018, Jumlah Penduduk Indonesia Mencapai 265 JutaJiwa. https:// databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/05/18/2018-jumlah-penduduk-indonesia-mencapai-265-juta-jiwa. Diakses pada26 Juli 2018.
Depari, M.A. 11 Juli 2016. https://student.cnnindonesia.com/edukasi/20160630161342-317-142169/yuk-menengok-sejarah-media-sosial.Diakses pada 18 Maret 2018.
DetikNews. 11 Maret 2018. Anggota Muslim Cyber Army: Kami OrganisasiTanpa Bentuk. https://m.detik.com/news/berita/d-3910119/anggota-muslim-cyber-army-kami-organisasi-tanpa-bentuk. Diakses pada tanggal26 September 2018.
Divianta, Dewi. 18 November 2017. Angka Kematian Akibat KecelakanIndonesia Tertinggi di Dunia. https://www.liputan6.com/news/read/3167214/angka-kematian-akibat-kecelakaan-indonesia-tertinggi-di-dunia.Diakses pada tanggal 25 Juli 2018.
Heryanto, Gun Gun. 2 September 2017. Bisnis Hoaks Dan Literasi Digital. http://mediaindonesia.com/read/detail/120440-bisnis-hoaks-dan-literasi-digital.Diakses pada tanggal 25 Juli 2018.
Ika, Aprilia. 15 Februari 2018. Survei Nielsen: Media Digital dan MediaKonvensional Saling Melengkapi. https://ekonomi.kompas.com/read/2018/02/15/093533926/survei-nielsen-media-digital-dan-media-konvensional-saling-melengkapi. Diakses pada tanggal 7 Oktober 2018.
Kominfo (Kementerian Komunikasi Dan Informasi). 31 Januari 2018. SurveiPenggunaan TIK Serta Implikasinya Terhadap Aspek Sosial BudayaMasyarakat. https://www.kominfo.go.id/content/detail/12506/siaran-pers-no22hmkominfo012018-tentang-survei-penggunaan-tik-serta-implikasinya-terhadap-aspek-sosial-budaya-masyarakat/0/siaran_pers. Diakses padatanggal 7 Oktober 2018.
Kusuma, A.T. 19 November 2016. Indonesia Darurat Bigot.https://www.kompasiana.com/ichatrikusuma/582feb12d87a61a806eeb737/indonesia-darurat-bigot . Diakses pada tanggal 26 September 2018
Liputan6. 17 Maret 2018. 20 Jam Tatap Layar Pnsel, Darah di Otak Wanita IniMembeku. https://m.liputan6.com/global/read/3382091/20-jam-tatap-layar-ponsel-darah-di-otak-wanita-ini-membeku. Diakses pada tanggal 7Oktober 2018.
Movanita, Ambaranie N.K. 24 Desember 2017. 11 Kasus Ujaran Kebencian danHoaks yang Menonjol Selama 2017. https://nasional.kompas.com/read/2017/12/24/23245851/11-kasus-ujaran-kebencian-dan-hoaks-yang-menonjol-selama-2017?page=all. Diakses pada tanggal 25 Juli 2018.
Pertiwi, Wahyunanda Kusuma. 1 Maret 2018. Riset Ungkap Pola PemakaianMedsos Orang Indonesia. https://tekno.kompas.com/read/2018/03/01/10340027/riset-ungkap-pola-pemakaian-medsos-orang-indonesia.Diakses pada tanggal 29 Juli 2018.
Santoso, Audrey. 13 Februari 2018. Polri Pantau Akun Medsos Penyebar Hoaxdan Ujaran Kebencian. https://m.detik.com/news/berita/3864425/polri-pantau-akun-medsos-penyebar-hoax-dan-ujaran-kebencian. Diakses padatanggal 25 Juli 2018.
Setiawan, Robertus Rony. 15 Desember 2014. Solilokui: Dialog Kultural‘Komikazer’ dan Video ‘Azab Perempuan Matre’.http://lilinberbinar.blogspot.com/2014/12/dialog-kultural-komikazer-dan-video.html?m-1. Diakses pada tanggal 28 Juli 2018.
Universal Life Church Monastery. 9 April 2014. The Wedding Vow: EverChanging Pledge of Devotion. https://www.themonastery.org/blog/2014/04/the-wedding-vow-ever-changing-pledge-of-devotion. Diakses padatanggal 7 Oktober 2018
We Are Social. 2018. https://digitalreport.wearesocial.com. Diakses pada tanggal29 Juli 2018.
https://ahmadantawirya.wordpress.com/2015/08/13/w-s-r/. Diakses pada tanggal29 April 2018
https://en.facebookbrand.com/assets/f-logo. Diakses pada tanggal 7 Oktober 2018.
http://korlantas.polri.go.id/statistik-2/. Diakses pada tanggal 26 Juli 2018.
https://kbbi.web.id/kritik. Diakses pada tanggal 19 Maret 2018.
https://kbbi.web.id/siklus. Diakses pada tanggal 22 September 2018.
https://kbbi.web.id/sosial. Diakses pada tanggal 19 Maret 2018
https://www.instagram.com/komikazer. Diakses pada tanggal 16 April 2018
https://www.merriam-webster.com/dictionary/bigot. Diakses pada tanggal 25 Juli2018.
https://www.merriam-webster.com/dictionary/bigotry. Diakses pada tanggal 25Juli 2018.
https://www.merriam-webster.com/dictionary/multitasking. Diakses pada tanggal25 Juli 2018.
https://www.merriam-webster.com/dictionary/netizen. Diakses pada tanggal 25Juli 2018.
https://www.merriam-webster.com/dictionary/quality%20time. Diakses padatanggal 25 Juli 2018.