repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/795/1/umbi talas samigaluh kulonprogo.pdf · 2020. 1. 23. ·...

15

Upload: others

Post on 05-Mar-2021

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/795/1/Umbi talas Samigaluh Kulonprogo.pdf · 2020. 1. 23. · Pengolahan Umbi Talas Sebagai Sumber Peningkatan Ekonomi Rumahtangga Di Desa Pagerharjo
Page 2: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/795/1/Umbi talas Samigaluh Kulonprogo.pdf · 2020. 1. 23. · Pengolahan Umbi Talas Sebagai Sumber Peningkatan Ekonomi Rumahtangga Di Desa Pagerharjo
Page 3: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/795/1/Umbi talas Samigaluh Kulonprogo.pdf · 2020. 1. 23. · Pengolahan Umbi Talas Sebagai Sumber Peningkatan Ekonomi Rumahtangga Di Desa Pagerharjo
Page 4: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/795/1/Umbi talas Samigaluh Kulonprogo.pdf · 2020. 1. 23. · Pengolahan Umbi Talas Sebagai Sumber Peningkatan Ekonomi Rumahtangga Di Desa Pagerharjo
Page 5: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/795/1/Umbi talas Samigaluh Kulonprogo.pdf · 2020. 1. 23. · Pengolahan Umbi Talas Sebagai Sumber Peningkatan Ekonomi Rumahtangga Di Desa Pagerharjo
Page 6: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/795/1/Umbi talas Samigaluh Kulonprogo.pdf · 2020. 1. 23. · Pengolahan Umbi Talas Sebagai Sumber Peningkatan Ekonomi Rumahtangga Di Desa Pagerharjo
Page 7: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/795/1/Umbi talas Samigaluh Kulonprogo.pdf · 2020. 1. 23. · Pengolahan Umbi Talas Sebagai Sumber Peningkatan Ekonomi Rumahtangga Di Desa Pagerharjo

Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 3 No. 1 Tahun 2018 ISSN. 2541-3805

179

Pengolahan Umbi Talas Sebagai Sumber

Peningkatan Ekonomi Rumahtangga Di Desa

Pagerharjo Samigaluh Kulon Progo

Rini Dorojati#1, Widati*2, Fatih Gama Abisono Nst#3 1Prodi Pembangunan Masyarakat Desa dan 3Prodi Ilmu Pemerintahan

STPMD “APMD” Yogyakarta 1 [email protected]

2 Prodi Ilmu Sosiatri,STPMD APMD 2

STPMD APMD Yogyakarta 2 [email protected]

Abstract

Pageharjo village in Samigaluh, Kulon Progo, has the potential

to produce talas taro (umbi talas) as many as 140 tons per year

which in general, the people sell it in raw materials and

therefore, at low prices. The purpose of this PKM service was to

empower people in processing talas taro into various food

products. The method in this community service wasapplying

participatory approach which has activity stages to two target

groups as our partner: Kusuma and Lestari Maju. The result of

this activity was that the partners followed all stages and have

practiced in making talas taro cake. In conclusion, changes in

the partner’s perspective of talas taro as a source of economic

improvement is their motivation to do entrepreneurship, and

responded to the community service activities by showing of

high level of attendance at each stage of the activities and they

were able to practice talas taro processing.

Keywords: economy, Improvement, processing, household, taro

I. PENDAHULUAN

Desa pagerharjo merupakan salah satu desa di wilayah

Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo. Kondisi

topografi wilayah desa tersebut berbukit-bukit karena secara

geografis terletak di Pegunungan Menoreh. Dengan kondisi

tersebut, masyarakat mengandalkan kehidupannya sebagian

besar dari pertanian lahan kering. Hasil pertanian pangan

lahan kering tergantung pada musim, walaupun sebagian ada

lahan yang mendapat pengairan dari sungai yang mengalir di

desa tersebut, namun juga pada luasan yang lebih rendah.

Sebanyak 50 % KK dari total 1.467 KK (Anonim, 2016)

dalam kondisi miskin. Keterbatasan hasil pertanian,

masyarakat setempat berupaya menambah penghasilan

rumahtangganya dengan memanen tanaman penghasil umbi-

umbian antara lain tanaman talas yang tumbuh liar di

lingkungan kebun, pekarangan dan di sawah. Hasil umbi talas

yang dipanen selanjutnya dijual ke pengepul, dan umumnya

talas yang dijual dalam kondisi mentah dengan harga berkisar

Rp 500,- sampai dengan Rp 1.600,- per kg. Menurut

Suminarti (2015) tanaman talas umumnya ditanam di lahan

kering dengan kendala utama rendahnya tingkat ketersediaan

air tanah. Akibatnya, hasil yang diperoleh rendah yaitu

sekitar 5-7 ton/ha umbi segar, sedangkan potensi produksinya

dapat mencapai 20,7 ton/ha.

Hasil pengamatan dan wawancara kepada khalayak

sasaran bahwa talas adalah salah satu tanaman penghasil

umbi yang tumbuh liar di lingkungan masyarakat Desa

Pagerharjo dan menjadi andalan sebagai sumber penghasilan

tambahan rumahtangga pada saat musim kemarau. Tanaman

talas tersebut tumbuh secara luas di lingkungan Desa

Pagerharjo, dan cocok tumbuh di daerah pegunungan seperti

di Pegunungan Menoreh ini. Masyarakat setempat dalam

istilah lokal untuk menyebut umbi talas dengan nama entik.

Adapun nama-nama daerah yang diberikan kepada tanaman

talas antara lain tale, keladi, taro (nias), suhat (Batak), taleh,

kaladi (Minang), talos (lampung), lueh (dayak), bolang

(Sunda), tales (Jawa), korei, koladi (Sulut), inane, wakal,

gwal (Maluku), yefam, ifen, hekere, (Papua) Old, taro,

cocoyam (Inggris) keladih. (Wikipedia). Tanaman talas

termasuk suku talas-talasan atau Araceae merupakan

tumbuhan penghasil umbi-umbian yang cukup penting.

Diduga asli berasal dari Asia Tenggara atau Asia Tengah bagian

selatan. Talas merupakan makanan pokok, di beberapa

kepulauan di Oseania. Di Indonesia, talas populer ditanam di

hampir semua daerah. Umbi talas memiliki keunggulan yaitu

kemudahan patinya untuk dicerna (Nurbaya dkk, 2013).

Umbi talas memiliki potensi untuk dapat digunakan sebagai

bahan baku tepung-tepungan karena memiliki kandungan

pati yang tinggi, yaitu sekitar 70-80%. Rendemen yang bisa

didapatkan pun juga cukup tinggi, yaitu mencapai 28.7%.

Tepung talas dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar dalam

pembuatan cookies. Umbi talas mengandung 1,9% protein,

lebih tinggi jika dibandingkan dengan ubi kayu (0,8%) dan

ubi jalar (1,8%), meskipun kandungan karbohidratnya (23,78)

lebih sedikit dibandingkan dengan ubi kayu (37,87) dan ubi

jalar (27,97). Komponen makronutrien dan mikronutrien

yang terkandung di dalam umbi talas meliputi protein,

karbohidrat, lemak, serat kasar (Sulistyowati, 2014). Talas

merupakan tanaman dari jenis umbi-umbian yang merupakan

salah satu bahan pangan non beras yang bergizi cukup tinggi,

terutama kandungan karbohidratnya sehingga dapat dijadikan

sebagai salah satu alternatif untuk bahan baku pembuatan etanol

(Setiasih, 2011).

Page 8: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/795/1/Umbi talas Samigaluh Kulonprogo.pdf · 2020. 1. 23. · Pengolahan Umbi Talas Sebagai Sumber Peningkatan Ekonomi Rumahtangga Di Desa Pagerharjo

Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 3 No. 1 Tahun 2018 ISSN. 2541-3805

180

Pemanfaatan umbi talas sebagai sumber pendapatan

sampingan rumahtangga dilakukan masyarakat Desa Pagerharjo,

sebagai contoh di kemukakan oleh seorang ibu wakil anggota

kelompok sebagai khalayak sasaran pengabdian ini yaitu

kelompok Kusuma dan Kelompok “Lestari Maju” sebagai

berikut : “Hasil panen talas dijual ke pengepul setempat yaitu

Bpk.Sukidi di Plono Barat Pagerharjo. Rata-rata setiap keluarga

menjual hasil panen umbi talas sebanyak 100-150 kg/KK”.

Sebagaimana pengabdian yang dilakukan oleh Setiyoko dan

Agus Slamet (2017) di Desa Tanjungharjo Kecamatan

Nanggulan Kulon Progo yang memiliki potensi lokal buah

sukun, namun oleh masyarakat setempat hanya dijual mentah

sehingga nilai jualnyanya rendah. Untuk itu Setiyoko dan

Agus Slamet (2017) memberikan pelatihan pengolahan buah

sukun dibuat donat (Dokun) yang nilai jualnya lebih tinggi.

Permasalahan Mitra

Berbagai permasalahan mitra dalam pengelolaan umbi

talas telah diidentifikasi oleh para anggota kelompok Kusuma

dan Lestari Maju antara lain : mitra mengalami kesulitan dalam

mengelola talas, penanamannya belum maksimal karena

kebanyakan talas tidak ditanam secara khusus (tumbuh sendiri),

perawatan tanaman talas belum ada, pemanenan secara manual,

kadang tidak pakai musim, pengolahan talas masih monoton,

belum ada pengolahan yang lain (misal : cake/roti), pemasaran

talas masih dijual pada pengumpul, dan hasil pengolahan talas

(criping), hanya dijual di warung-warung kecil dekat pusat

sekolahan setempat.

Berbagai permasalahan tersebut menyebabkan hasil umbi

talas belum memberikan manfaat ekonomi maupun sosial

bagi masyarakat Desa Pagerharjo, khususnya mitra yang

selama ini mengelola hasil panen umbi talas yang tumbuh

secara liar di lingkungan masing-masing.

Tujuan

Pemanfaatan potensi tanaman pangan lokal dan pemahaman

tentang pentingnya melestarikan dan mengembangkan potensi

tanaman lokal khususnya umbi talas yang dimanfaatkan

dengan cara mengolahnya menjadi makanan khas Kulon

Progo selain geblek. Untuk itu, khalayak sasaran akan di

berikan motivasi berwirausaha, pelatihan mengolah umbi

talas menjadi produk makanan olahan. Selanjutnya

memperhatikan kelanjutan usaha, maka diberi pelatihan

manajemen usaha sampai dengan pemasarannya. Tujuan dari

pengabdian PKM : 1.Peningkatan daya saing sumberdaya

manusia, khususnya anggota kelompok Kusuma dan Lestari

Maju memiliki ketrampilan dalam mengolah umbi talas dan

memiliki beraneka produk, sehingga harga jual umbi talas

menjadi tinggi; 2.Bertambahnya pengetahuan tentang

manajemen usaha dan mempraktekkannya untuk kelangsungan

usaha yang akan ditekuni; 3.Perubahan sosial yang dapat

diketahui dari pemanfaatan waktu luang yang sebelumnya tidak

digunakan untuk kegiatan produktif menjadi memanfaatkan

waktu luang untuk mengelola talas dan mengolahnya sampai

pemasarannya.

II. METODE KEGIATAN

Pemanfaatan potensi pangan lokal umbi talas menjadi

bahan pangan olahan diupayakan dengan langkah–langkah

sebagai berikut : melakukan assessment tentang permasalahan

yang dihadapi mitra/kelompok calon usaha tentang pengolahan

umbi talas. Kemudian mengindentifikasi kebutuhan untuk

mengatasi permasalahan. Selanjutnya memberikan

tawaran/strategi mengatasi permasalahan berdasar prioritas

mereka (Denzin, Norman K dan Yvonna S.Lincoln, 2009).

Kegiatan yang telah disepakati selanjutnya dibuat penjadwalan

tentang kegiatan yang dirancang seperti pelatihan-pelatihan

yaitu pengolahan umbi talas dan manajemen. Menurut

Supriatna (2009) melalui pendekatan pendidikan merupakan

salah satu upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia

dalam proses perubahan social termasuk dalam mengatasi

kemiskinan pedesaan. Hasil pendidikan berupa pelatihan

akan dipantau dan dilakukan pendampingan sampai

berakhirnya pelaksanaan program.

Melalui pemberdayaan dengan pendekatan Partisipatif

(Mardikanto, 2013), maka kegiatan pengorganisasian

kelompok pada masing-masing anggota diberi tugas dan

tanggungjawab terhadap semua kegiatan yang dirancang

akan menjadi dasar keberhasilan pengabdian ini. Kemudian

dengan pendekatan pengembangan masyarakat yaitu

mencatat kemajuan–kemajuan yang khalayak sasaran telah

melaksanakan semua rencana. Mereka dapat melakukan

evaluasi bersama tim pengabdi. Partisipasi mitra melalui

keikutsertaan dalam semua tahap kegiatan dan menyediakan

peralatan dan bahan yang diperlukan. Langkah evaluasi

pelaksanaan program dan keberlanjutan dilakukan dengan

cara membuat kesepakatan dengan khalayak melakukan

pertemuan rutin terjadwal.

III. HASIL KEGIATAN

Hasil yang dicapai pada pelaksanaan pengabdian

masyarakat pada Program Kemitraan Masyarakat (PKM) ini

yang memfokusnya pada pemanfaatan potensi pangan lokal

menjadi bahan pangan olahan, telah diselenggarakan dengan

upaya dan langkah–langkah sebagai berikut : pertama

persiapan yaitu melakukan koordinasi, dan assessment

tentang permasalahan yang dihadapi mitra /kelompok calon

wirausaha olahan umbi talas. Dari kegiatan assessment dapat

diketahui indentifikasi kebutuhan dan strategi untuk

mengatasi permasalahan. Selanjutnya memberikan tawaran

/strategi mengatasi permasalahan berdasar prioritas mereka.

Kesepakatan dibuat guna terlaksananya kegiatan sesuai

rencana, dan dibuat penjadwalan tentang kegiatan yang

dirancang antara lain kapan waktu pelatihan yang terdiri 2

macam yaitu pelatihan pengolahan umbi talas dan manajemen

serta pendampingan pelaksanaan program. Pada tahap

persiapan ini dilakukan pula pengorganisasian kelompok.

Tahap kedua yaitu tahap pelaksanaan kegiatan berupa

pelatihan dan monitoring hasil pelatihan berkaitan dengan

respon peserta terhadap intervensi yang telah diberikan, tahap

akhir yaitu tahap produksi dan pemasaran serta evaluasi

program pengabdian PKM.

Khalayak sasaran, dalam hal ini kelompok mitra yaitu

Kelompok Kusuma dan Kelompok “Lestari Maju” telah

Page 9: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/795/1/Umbi talas Samigaluh Kulonprogo.pdf · 2020. 1. 23. · Pengolahan Umbi Talas Sebagai Sumber Peningkatan Ekonomi Rumahtangga Di Desa Pagerharjo

Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 3 No. 1 Tahun 2018 ISSN. 2541-3805

181

sepakat bersama sama melaksanakan program PKM dengan

tahap tahap yang telah ditentukan. Tahap -tahap yang telah

dilaksanakan dan hasil serta luaran yang dicapai dapat diikuti

pada uraian berikut ini yang diawali dengan deskripsi Desa

Pagerharjo dimana kelompok mitra bertempat tinggal.

A. Desa Pagerharjo

Desa Pagerharjo adalah salah satu desa di Kecamatan

Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa

Yogyakarta. Secara administratif Desa Pagerharjo terbagi

atas 20 pedukuhan. Batas wilayah : Sebelah Utara Desa

Paripurna, Salaman, Magelang dan Desa Sedayu, Loano,

Purworejo; Sebelah Selatan Desa Pucungroto, Kaligesing,

Kab. Purworejo; Sebelah Barat Desa Sedayu, Loano, Kab.

Purworejo; Sebelah Timur Desa Ngargosari, Banjarsari,

Kecamatan Samigaluh, Kulon Progo. Adapun Orbitasi Desa

Pagerharjo ke pusat Pemerintahan yaitu ke Ibu Kota

Kecamatan 6 Km; Ibu Kota Kabupaten 40 Km; Ibu Kota

Provinsi 45 Km Ibu Kota Negara 500 Km. Kondisi topografi;

Luas kemiringan lahan (rata-rata) Datar : 32,085 Ha dan

tingkat Kemiringan : 1.037,426 Ha. Ketinggian dari atas

permukaan laut (rata – rata) : 600 – 700 m. Klimatologi, suhu

18 – 30 °C, Curah Hujan : 2.500/3.000 mm. Luas Wilayah

Desa Pagerharjo 1.069,5115 Ha. Jumlah penduduk 5064 jiwa

laki-laki 51,15 persen dan perempuan 48,85 persen,

mayoritas mata pencaharian penduduk sebagai petani 79

persen. Pendidikan tingkat SD 41 persen. Jumlah KK

termasuk pra sejahtera sebanyak 50 persen.

B. Pengolaha Umbi Talas Sebagai Sumber Peningkatan

Ekonomi Rumahtangga

Koordinasi

Koordinasi Internal, tim pengabdi melaksanakan koordinasi

pada tanggal 27 Februari 2018 untuk membahas rencana

pelaksanaan PKM meliputi tugas dan jadwal yang akan

direalisasikan sebagaimana dalam proposal. Tiga hal yang

dihasilkan tim pengabdi dalam koordinasi ini yaitu tim

melaksanakan kegiatan sebagaimana terjadwal dalam

proposal, pelaksanaan kegiatan dengan mitra berdasarkan

hasil kesepakatan. Jadi partisipasi khalayak sasaran sebagai

mitra dilibatkan dalam pengambilan kesputusan pada

aktivitas bersama, mahasiswa dilibatkan dalam PKM ini

sebagai asisten lapangan sekaligus dapat dijadikan

pembelajaran bagi mahasiswa untuk pemberdayaan

masyarakat. Kemungkinan munculnya kendala pada kegiatan

PKM pada tim pengabdi antara lain kesibukan masing-

masing anggota sebagai dosen yang melaksanakan tridarma

akan berdampak pada aktivitas PKM. Untuk itu disepakati

akan diatasi dengan upaya komunikasi antar anggota lebih

intensif apabila dalam proses kegiatan ada kendala waktu,

biaya dan kegiatan masing-masing individu.

Dari hasil koordinasi internal tim pengabdi dilanjutkan

dengan koordinasi dengan mitra yang sebelumnya sudah

didahului dengan kesepatan antara tim dengan mitra tentang

waktu pertemuannya. Koordinasi dengan mitra dilaksanakan

pada hari Jumat tanggal 16 Maret 2018. Pertemuan

dilaksanakan di ruang pertemuan kantor Desa Pagerharjo.

Diawali dengan pembukaan, ketua tim pengabdian PKM

menyampaikan informasi tentang hasil pengumuman

Kemenristek dikti diterimanya proposal PKM, tujuannya

untuk kepastian pelaksanaan kegiatan pengabdian ini.

Selanjutnya tim menyampaikan informasi personil sebagaimana

tertulis dalam proposal kemudian memperkenalkan secara rinci

nama dan peran anggota masing-masing yaitu Ketua Tim Ir.

Rini Dorojati, M.S. Anggota : Dra Widati lic.rer.reg dan Fatih

Gama Abisono Nst., S.IP., MA., dan menyampaiakn

informasi tentang personil mitra yang disepakati dalam

kontrak proposal. Kegiatan perkenalan ini dimaksudkan

untuk mengenal kelompok mitra lebih dekat, menjalin

hubungan yang lebih dalam supaya timbul kepercayaan

antara kelompok sasaran dan pelaksana pengabdian. Dua

kelompok yang menjadi mitra adalah kelompok “Lestari

maju” dan kelompok “Kusuma”. Masing-masing kelompok

beranggotakan 3 orang. Kelompok “Lestari Maju” adalah

kelompok PKK dari Pedukuhan Sarigono dengan anggota

Ibu Haryati, Ibu Achistiniyah, Ibu Siti Nasriana, sedangkan

Kelompok “Kusuma” dari Pedukuhan Ngentak dengan

anggota Ibu Heri Yuliati, Ibu Sugiyanti, Ibu Waryanti.

Kelompok ibu-ibu rumah tangga ini telah mempunyai

kegiatan dalam pengolahan talas namun terbatas. Pada sesi

perkenalan ini, mitra pada Kelompok “Lestari Maju”

menyampaikan informasi bahwa salah satu anggota

mengundurkan diri yaitu Ibu Siti Fatimah dan digantikan oleh

Ibu Nastriana. Alasan pengunduran diri karena harus keluar

daerah menunggu orangtua yang sakit. Untuk

menindaklanjuti permasalahan tersebut, tim pengabdi minta

secara tertulis kepada Ketua Kelompok “Lestari Maju” untuk

memberikan alasan pengunduran diri anggota dan

penggantian anggota. Setelah perkenalan, penjelasan tahap tahap kegiatan

dimulai yaitu akan dilakukan sosialisasi kepada para tokoh

tentang PKM di Desa Pagerharjo, yang direncanakan

penjelasannya berisi tentang jenis jenis kegiatan dan sumber

pendanaannya. Pertanyaan yang muncul pada saat penjelasan

ini diantaranya apa saja sarana yang perlu disiapkan mitra

dalam melaksanakan program ini, karena hampir semua

belum punya sarana kegiatan dalam mengolah talas. Memang

ada yang memiliki alat tetapi tidak semata mata digunakan

mengolah talas saja tetapi digunakan untuk keperluan dalam

rumahtangga seperti pisau dan pemarut kelapa atau pemarut

ketela (sosrok) dan kepemilikannya jumlahnya terbatas. Pada

tahap akhir dari kegiatan koordinasi adalah menyampaikan

kekhawatiran kemunginan permasalahan yang akan dihadapi

tim dan mitra dalam melaksanakan kegiatan berdasar jadwal

yang telah ditentukan, mengingat khalayak sasaran adalah

para ibu-ibu anggota PKK yang aktif kegiatan di desa. Untuk

mengatasi hal tersebut, tim akan selalu menghubungi mitra

lebih dahulu jika akan melaksanakan kegiatan agar tidak

mengganggu kegiatan lainnya. Mitra setuju akan menyampaikan

informasinya apabila ada kegiatan di desa dengan rencana PKM

pada hadwal yang sama, dan dicari jadwal lainnya.

Page 10: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/795/1/Umbi talas Samigaluh Kulonprogo.pdf · 2020. 1. 23. · Pengolahan Umbi Talas Sebagai Sumber Peningkatan Ekonomi Rumahtangga Di Desa Pagerharjo

Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 3 No. 1 Tahun 2018 ISSN. 2541-3805

182

Sosialisasi, Asessment Tentang Permasalahan Talas dan

Pengorganisasian Kelompok

Pada hari Selasa, tanggal 16 Maret 24 April 2018 kegiatan

sosialisasi kepada seluruh stakeholders Desa Pagerharjo.

Hadir dalam kegiatan sosialisasi tersebut tidak hanya

kelompok mitra tetapi juga aparat pemerintah desa, Ketua BPD,

dan juga tokoh masyarakat. Sosialisasi bertujuan

1.Mensosialisasikan tujuan dan rancangan program/kegiatan

pengabdian pada kelompok mitra; 2.Meneguhkan komitmen

pelaksanaan program antara kelompok mitra dengan

menunjukkan manfaat program/kegiatan baik bagi kepentingan

kelompok maupun kepentingan pribadi; 3.Menggali harapan,

pengetahuan, pemahaman, peserta terkait dengan substansi

program/kegiatan; 4.Memetakan kebutuhan peserta sepanjang

pelaksanaan program/kegiatan. Adapun proses sosialisasi

adalah sebagai berikut : pembawa acara menyampaikan

susunan acara, kemudian diawali dengan berdoa, selanjutnya

acara sosialisasi dibuka dengan sambutan dari pihak

Pemerintah Desa, yang disampaikan oleh Sekretaris Desa

Pagerharjo mewakili Bapak Lurah. Dilanjutkan tim pengabdi

melakukan perkenalan tim Pengabdi dari STPMD “APMD”

yang diketuai oleh Ir. Rini Dorojati, sekaligus memberikan

sambutan, dilanjutkan dengan sesi perkenalan anggota dua

kelompok mitra yakni Kelompok Lestari dan Kelompok

Kusuma. Setelah acara resmi dibuka, ketua tim pengabdi

menjelaskan desain program yang meliputi tujuan, rangkaian

kegiatan tujuan setiap kegiatan serta hasil yang diharapkan dari

tahapan kegiatan pengolahan ubi talas. Dalam sesi ini juga

dibuka sesi tanya-jawab dan diskusi interaktif untuk

memperjelas pemahaman peserta.

Assessment tentang permasalahan pengolahan talas

dilaksanakan usai sosialisasi. Tujuan assessment adalah

untuk analisis pemetaan permasalahan yang dihadapi

kelompok dalam mengolah talas. Dari hasil pemetaan dapat

diketahui masalah yang paling utama dan mendasar sampai

dengan yang paling rincian untuk diatasi dalam rangka

peningkatan nilai talas dan perekonomian masyarakat.

Peserta yang hadir pada kegiatan sosialisasi diajak tim

pengabdi menggali pengetahuan dan pemahaman peserta

tentang ubi talas selama ini. Secara teknis, sesi ini dilakukan

dengan mengajukan sejumlah pertanyaan pada peserta.

Setiap peserta dimiminta menuliskan jawaban pada kertas

meta plan untuk satu pertanyaan yang selanjutnya ditempel

pada kertas plano. Setelah satu pertanyaan dijawab,

kemudian tim pengabdi mencermati jawaban pada kertas

plano untuk menganalisis kebutuhan peserta dengan cara

mengklarifikasi serta mengkonfirmasi jawaban peserta.

Setelah satu pertanyaan terjawab kemudian beralih pada

pertanyaan selanjutnya hingga seluruh pertanyaan yang

disiapkan habis dijawab oleh peserta. Menutup sesi ini, tim

pengabdi penyampaikan hasil-hasil diskusi dan menyimpulkan

dan meminta peserta menyampaikan harapan mengikuti

program pengabdian PKM tentang pengolahan umbi talas.

Seluruh peserta merasa tertarik dengan program ini karena

menawarkan kemungkinan peluang usaha baru, karena

selama ini umbi talas hanya dijual dalam bentuk mentah.

Mereka sangat antusias menyambut kegiatan pengabdian ini

dan berharap bahwa apa yang dilakukan bisa meningkatkan

pengetahuan dan ketrampilan menganekaragamkan produk

olahan umbi talas sehingga bisa menjadi kegiatan ekonomi

yang produktif dan mampu memberkan peningkatan ekonomi

rumah tangga. Sesi ini kemudian ditutup dengan membentuk

kesepakatan menuju sukses antara Tim Pengabdi dengan mitra

Kontrak belajar yang memuat kesepakatan-kesepatan terkait

jadwaldan pembagian tugas agar program dapat berjalan

lancar. Adapun hasil pemetaan tentang talas dan permasalahan

pengolahannya sebagai berikut :

TABEL I PENGETAHUAN MASYARAKAT DESA PAGERHARJO TENTANG

PEMANFAATAN TANAMAN TALAS

Pertanyaan Jawaban

Nama lain dan

karakteristik ubi

talas

Umumnya warga mengenal dua jenis talas,

yakni talas kebon (kebun) atau botheatau

enthik; dan talas sawah atau kimpul.

Talas kebon biasanya berukuran lebih besar

dibandingkan talas sawah. Talas kebon

maupun talas sawah kulit berwarna coklat,

dagingnya berwarna putih dan berlendir, dan

menimbulkan gatal, jika dicuci licin.

Lokasi tumbuh

tanaman talas

Tanaman talas kebon tumbuh liar di kebun-

kebun warga dan pekarangan sedangkan

talas sawah biasa ada disekitar sawah-sawah

warga

Cara penanaman

dan cara panen

Untuk talas kebon biasanya dibiarkan

tumbuh liar, sedangkan talas sawah ditanam

oleh warga desa, dengan cara menanam

indukkannya kurang lebih 5 cm ke dalam

tanah.

Untuk memanennya biasanya dicabut atau

“dibedhol” atau dengan menggunakan alat

seperti cangkul. Untuk panen biasanya yang

diambil adalah anakan bukan induknya.

Pemanfaatan ubi

talas

Rata-rata hanya dikonsumsi sendiri dengan

direbus, atau dijual mentah setelah dipanen

dan dibuat produk keripik talas.

Pengolahan ubi

talas

Talas yang telah dipanen, dibersihkan,

kemudian dipotong tipis-tipis dan diberi bumbu

untuk kemudian digoreng menjadi keripik talas.

Kendala

Pengelolaan dan

pemanfaatan ubi

talas

- alat produksi terbatas dan sederhana

- minimnya pengetahuan cara mengolah dan

memanfaat ubi talas

- kendala pemasaran karena masih sebatas

bergerak pada pasar lokal

Sumbangan ubi

talas terhadap

pendapatan

warga

Sejauh ini sumbangan ubi talas untuk

pendapatan warga masih kecil, karena di jual

mentah pada pengepul ubi talas yang ada di

desa. Rata-rata harga jual per kilo berkisar

Rp. 1000, - dan bergantung pada musim

Harapan peserta Peserta berharap adanya pengembangan

usaha ubi talas baik berbentuk produksi

tepung talas maupun produk olahan ubi talas

dalam rupa aneka kue (bolu, brownies, lapis,

dan lain-lain). Harapan berikutnya adalah

adanya fasilitasi pemasaran kreasi produk-

produk ubi talas ya mereka hasilkan. Sumber : hasil pemetaan Talas, 2018

Kegiatan ini menghasilkan sejumlah catatan keberhasilan

yang dapat dipaparkan sebagai berikut:

Page 11: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/795/1/Umbi talas Samigaluh Kulonprogo.pdf · 2020. 1. 23. · Pengolahan Umbi Talas Sebagai Sumber Peningkatan Ekonomi Rumahtangga Di Desa Pagerharjo

Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 3 No. 1 Tahun 2018 ISSN. 2541-3805

183

Pertama, adanya sambutan yang sangat baik terhadap

program ini oleh peserta. Seluruh peserta antusias menyatakan

menerima dan siap menjalankan program ini karena membuka

harapan baru bagi upaya perbaikan kondisi ekonomi keluarga

dan warga Desa Pagerharjo melalui kegiatan produktif.

Penerimaan yang baik juga ditunjukkan dengan adanya

pemahaman yang dapat diterima dengan baik oleh peserta,

terkait desain program dari segi tujuan, manfaat, tahapan-

tahapan, serta hasil yang ingin dicapai. Kedua, penggalian

pemahaman dan pengetahuan lokal terkait umbi talas dapat

berjalan maksimal. Ketiga, adanya pemetaan kebutuhan yang

lebih baik terkait dengan kebutuhan peserta seperti alat-alat

produksi, memperkuat daya kreasi peserta dalam mengolah

produk berbahan ubi talas melalui suplai pengetahuan dan

memperkuat ketrampilan, manajemen usaha serta pemasaran.

Keempat, adanya komitmen kuat dari peserta terkait

pelaksanaan program ini, karena menumbuhkan harapan baru

peserta tentang peningkatan pendapatan melalui usaha

pengolahan ubi talas sehingga mampu mendongkrak ekonomi

keluarga dan desa.

Disamping itu dari hasil FGD tentang potensi dan p

ermasalahan pengelolaan umbi talas dapat diketahui pula

bahwa potensi umbi talas sebagai salah satu sumberdaya

pertanian lokal yang banyak tumbuh secara liar di desa

Pagerharjo mempunyai rasa yang lebih enak, lebih “pulen”

dibandingkan dengan umbi talas yang ada di wilayah lain.

Masyarakat selama ini memanfaatkan potensi umbi talas ini

hanya sebagai bahan makanan yang kurang bernilai dan

kurang mendapat perhatian. Masyarakat belum

membudidayakan umbi talas sebagai bahan makanan lokal

yang mempunyai nilai lebih. Hasil produksi umbi talas

selama ini hanya dijual langsung dengan harga yang sangat

murah. Pengelolaan produk umbi mulai dari cara menanam,

memelihara, memanen, menyimpan masih sangat tradisional

dan jauh belum memenuhi standar, pengolahan hasil pasca

panen juga kurangoptimal.

Pengorganisasian Kelompok

Pengorganisasian kelompok dilaksanakan pada tanggal 16

Maret 2018 usai pemetaan kebutuhan dan permasalahan

dalam mengelola dan mengolah umbi talas. Pengorganisasian

kelompok merupakan langkah selanjutnya yang penting

untuk memberdayakan ibu-ibu rumah tangga yang tergabung

dalam Kelompok “Lestari Maju” dan kelompok “Kusuma”.

Di masing-masing kelompok dibentuklah ketua, sekretaris

dan bendahara. Ketua Kelompok “Lestari Maju” adalah ibu

Haryati, sebagai sekretarisnya adalah ibu Aichistiniyah dan

bendahara ibu Nasriana, sedangkan Kelompok kusuma, ketua

Ibu Haey Yliati, sekretaris Ibu Sugiyanti dan bendahara Ibu

Waryanti. Tujuan dibentuknya organisasi tersebut adalah

untuk merangsang kelompok melakukan inovasi dalam

pengelolaan umbi talas, disamping agar kegiatan kelompok

berjalan efektif, terkontrol dan teradministrasi dengan baik.

Masing-masing melakukan pembukuan sesuai dengan tugas

masing-masing, baik administrasi kegiatan maupun

pengelolaan keuangan. Dengan pengorganisasian kelompok

maka tujuan kegiatan ini: 1.Meneguhkan komitmen usaha

sebagai usaha kolektif dan bukan usaha individu;

2.Membentuk kepengurusan masing-masing kelompok;

3.Mensepakati uraian tugas masing-masing pengurus dalam

kelompok.

Acara pengorganisasian dibuka oleh Tim pengabdi dengan

presentasi menampilkan gambar-gambar produk olahan ubi

talas seperti bolu, lapis dan brownis untuk memancing

ketertarikan peserta. Tim pengabdi mencoba menggiring

pemahaman peserta tentang pentingnya peserta membuat

organisasi produksi yang kuat. Untuk membuat produk

tersebut adalah hal yang mudah, namun untuk membuat usaha

produksi olahan ubi talas yang berkelanjutan bukan hal yang

mudah karena mensyaratkan organisasi yang kuat. Selanjutnya

Tim Pengabdi menyampaikan prinsip-prinsip dasar organisasi

seperti keterbukaan dalam tata kelola, tanggunjawab bersama

dalam pelaksanaan tugas-tugas organisasi, musyawarah dalam

setiap pengambilan keputusan yang seluruhnya ditujukan

untuk membangun trust/kepercayaan dalam kelompok.

Selanjutnya pentingnya pembagian peran dalam kelompok.

Untuk itu pengabdi memandu pembentukan kepengurusan

kelompok dengan cara musyarawah. Tim pengabdi

menjelaskan uraian tugas masing-masing pengurus dalam

struktur kelompok baik ketua, sekretaris dan bendahara.

Disepakati oleh masing-masing kelompok, kemudian ditutup

dengan menegaskan hasil-hasil yang dicapai dalam sesi ini.

Hasil yang dapat dipaparkan sebagai berikut: Pertama,

adanya pemahaman yang kuat di kalangan peserta tentang

pentingnya organisasi usaha yang solid. Peserta merespon

dengan baik pemahaman tentang organisasi yang kuat.

Mereka juga mengungkapkan pengalaman berorganiasi yang

mereka alami, termasuk kelemahan-kelemahan dalam organisasi

yang dapat dijadikan pembelajaran untuk menata organisasi

usaha ubi talas yang sedang dirintis pada masa mendatang.

Kedua, terbentuknya pengurus kelompok usaha ubi talas.

Untuk kelompok Kusuma dipusatkan di Pedukuhan Ngentakrejo

dan Kelompok Lestari di Pedukuhan Ngemplak. Ketiga, adanya

kesepakatan tentang tugas masing-masing pengurus.

Atas hasil kesepakatan diantara masing-masing anggota

kelompok, maka struktur organisasi dengan susunan

pengurusnya sebagai berikut:

TABEL II

KELOMPOK PENGOLAH UMBI TALAS

Jabatan Kusuma Lestari Maju

Ketua Heri Yuliati Haryati

Sekretaris Sugiyanti Achistiniyah

Bendahara Waryanti Naisirana

TABEL III

URAIAN TUGAS KELOMPOK

Jabatan Uraian Tugas Ketua - Mengkoordinasikan seluruh kegiatan dan

agenda kelompok

Page 12: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/795/1/Umbi talas Samigaluh Kulonprogo.pdf · 2020. 1. 23. · Pengolahan Umbi Talas Sebagai Sumber Peningkatan Ekonomi Rumahtangga Di Desa Pagerharjo

Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 3 No. 1 Tahun 2018 ISSN. 2541-3805

184

- Mewakili kelompok dalam bekerjasama

dengan mitra

Sekretaris - Mengkoordinasikan agenda internal

kelompok

- Melakukan pencatatan dan dokumentasi

administrasi kelompok

Bendahara - Mengelola kekayaan dan keuangan

kelompok

- Melakukan pencatatan dan dokumentasi

transaksi keuangan

Pelatihan pengolahan umbi talas

Tahap pemberian pengetahuan pengolahan umbi talas

dilaksanakan dengan pemberian pelatihan tentang talas dan

cara pengolahannya menjadi aneka macam kue. Pelatihan

dilaksanakan pada tanggal 11 Mei 2018 di Ruang Pertemuan

Kantor Pemerintah Desa pagerharjo. Pelatihan pengolahan

umbi talas, tim pengabdi menghadirkan pakar boga dan chef

dari STP AMPTA (Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA)

Yogyakarta. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan penganekaragaman produk olahan talas dan

meningkatkan ketrampilan membuat berbagai makanan

berbahan umbi talas.Materi yang diberikan berkaitan dengan

peningkatan pengetahuan penganekaragaman pengolahan

umbi talas adalah bahwa umbi talas bisa sangat bernilai

ekonomi dengan cara menganekaramkan produk. Umbi talas

bisa dijadikan tepung. Tepung adalah bahan dasar yang awet

yang bisa digunakan untuk berbagai macam olahan

makanan.Tepung umbi talas mempunyai harga sangat tinggi.

1 kg tepung umbi talas harganya mencapai antara Rp.

70.000,- samapi Rp. 90.000,-. Apabila dibandingkan dengan

dijual mentah yang hanya bernilai 1 kg nya Rp.600,- sampai

1,000,-, umbi talas yag dijadikan tepung mempunyai nilai

ekonmi yang berlipat ganda. Disamping produk umbi talas

yang berupa tepung, juga selanjutnya bisa dimanfaatkan

sebagai bahan untuk membuat aneka macam kue, baik untuk

kue-kue kering maupun kue-kue basah. Tentunya untuk

menghasilkan produk tepung maupun kue-kue diperlukan

peralatan dan teknologi modern yang belum dimiliki dan juga

belum sepenuhnya dikuasai oleh kelompok sasaran.

Praktek pembuatan kue kering dan kue basah merupakan

rangkaian kegiatan untuk meningkatakan ketrampilan

kelompok ibu-ibu. Maksud dari kegiatan praktek ini adalah

supaya kelompok sasaran bisa melakukan secara mandiri

membuat aneka ragam produk olahan berbahan talas. Dengan

bimbingan dari chef ibu-ibu melakukan praktek membuat kue

brownis talas dan aneka kue kering. Karena tidak

mendapatkan tepung talas, dalam praktek digunakan parutan

talas basah yang diperas sampai kandungan airnya habis.

Cara ini kurang menghasilkan kue yang bagus dibandingkan

jika menggunakan tepung. Hasilnya bagus seperti kue

berbahan tepung terigu dan rasanya enak. Untuk pembuatan

kue basah dengan bahan umbi talas kurang bisa mengembang

dibandingkan dengan bahan terigu. Ini disebabkan bahan

umbi talas jauh lebih sedikit kandungan glutennya. Agar

dapat mengetahui campuran bahan tepung talas dan tepung

terigu dicoba juga pembuatan kuae dengan Perbandingan

antara talas dan terigu adalah satu berbanding satu.Dari hasil

wawancara dengan kelompok sasaran diketahui bahwa

mereka sangat tertarik dan termotivasi dan ingin segera

mencoba membuat kue-kue berbahan talas.

Gambar 1.Praktik memarut umbi talas dijadikan kue

bolu dan kue kering pada Pelatihan.

Gambar 2. Hasil olahan Umbi talas

Pelatihan Manajemen Usaha Pengolahan Umbi Talas.

Meningkarnya pengetahuan pengolahan umbi talas

menjadi aneka produk makanan akan sangat bermanfaat bagi

khalayak sasaran dapat digunakan sebagai sarana

peningkatan ekonomi rumahtangga. Untuk itu memberikan

motivasi kepada mitra tentang manajemen usaha hasil olahan

umbi talas untuk berwirausaha. Memberikan pelatihan

manajemen usaha olahan talas dilaksanakan pada hari

Minggu, tanggal 8 Juli 2018. Tim pengabdi menghadirkan

narasumber Bapak Sugiyanto S.Sos., M.M ahli dalam

pengembangan UKM di tingkat nasional. Materi yang diberikan

tentang bagaimana mengelola usaha yang dirintis yang paling

sederhana. Adapun tujuan pemberian pengetahuan

manajemen usaha antara lain agar terjadi perubahan pola

pikir dalam mengelola umbi talas agar bernilai ekonomi

tinggi dan mampu memberikan manfaat bagi khalayak secara

berkelanjutan dan memiliki dampak kepada masyarakat luas.

Disamping itu meningkatkan pemahaman pentingnya

admanitrasi dalam rintisan usaha.

Pada proses pelathan manajemen usaha olahan talas ini

khalayak sasaran mengikuti dengan antusias karena ada game

game yang dilakukan peserta, dan hasilnya dijadikan bahan

diskusi bagaimana membangun usaha. Memiliki motivasi

dan pantang menyerah merupakan syarat utama dalam

berwirausaha dan memiliki arah tujuan usaha. Pada akhir

Page 13: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/795/1/Umbi talas Samigaluh Kulonprogo.pdf · 2020. 1. 23. · Pengolahan Umbi Talas Sebagai Sumber Peningkatan Ekonomi Rumahtangga Di Desa Pagerharjo

Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 3 No. 1 Tahun 2018 ISSN. 2541-3805

185

kegiatan narasumber memberikan kesempatan kepada

khalayak sasaran untuk membangun jejaring UKM yang

dapat difasilitasi beliau. Pada kegiatan pelatihan ini tim

pengabdi mengundang media berita on line Sorot Kulon

Progo untuk dipublikasikan agar dapat menjadi perhatian

para pemangku kepentingan di kabupaten Kulon progo dan

pihak pihak terkait.

Gambar 3.Pelatihan manajemen Usaha

Gambar 4.Game strategi Bisnis Saat Pelatihan

Monitoring

Pada tanggal 13 Juni 2018, tim melaksanakan kegiatan

monitoring untuk tindak lanjut hasik pelatihan, mengingat

suasa menjelang lebaran, tim berharap mitra mampu

mempraktekkan hasil pelatihan untuk membuat produk talas

menjadi olahan kue lebaran. Tim melaksanakan monitoring

mulai pukul 13.00-17.00 di pos kelompok Kusuma dan

Kelompok Lestrasi maju. Adapun tujuan monitoring :

1.Memantau tindak lanjut kemajuan program pada masing-

masing keolompok; 2.Menemukan pembelajaran-pembelajaran

pada masing-masing kelompok. Monitoring dilakukan

dengan kunjungan lapangan dan diskusi interaktif. Pertama

monitoring lapangan ke Kelompok “Kusuma” di Pedukuhan

Ngentakrejo. Pada saat kunjungan, Kelompok “Kusuma”

sedang mengadakan uji coba membuat produk olahan umbi

talas seperti bolu kukus serta brownis kukus dan berhasil.

Mereka mencoba komposisi beberapa resep yang ada.

Disamping itu, Kelompok “Kusuma” melaporkan telah

melakukan ujicoba membuat tepung talas dengan cara

menggiling potongan-potongan umbi talas yang sebelumnya

dilakukan di penggilingan gabah pedukuhan setempat. Dari sisi,

pencatatan, kelompok ini juga telah melakukan pencatatan dan

dokumentasi proses ujicoba pengolahan talas serta melakukan

pembukuan keuangan kelompok. Mereka melaporkan pula

penggunaan dana bantuan yang diberikan melalui program ini

untuk pembelian alat produksi seperti oven.

Setelah memantu perkembangan kelompok kusuma, Tim

Pengabdi melakukan kunjungan ke Kelompok “Lestari

Maju”. Kelompok ini melaporkan bahwa ada anggota

kelompok yang berinisiatif melakukan ujicoba membuat

produk olahan ubi talas secara mandiri beberapa hari sebelum

kunjungan lapangan. Namun ujicoba pada tingkat kelompok

baru dijadwalkan setelah Idul Fitri, mengingat saat

kunjungan lapangan masih dalam bulan Ramadhan.

Adapun langkah-langkah pembuatan tepung dilakukan

secara manual tradisional pada kelompok Kusuma, caranya

adalah umbi talas dikupas, kemudian diiris-iris tipis dengan

menggunakan alat “pasha”.Irisan talas dicuci bersih dengan

air sumur, kemudian dijemur dibawah terik matahari selama

3 hari. Setelah kering, irisan umbi talas digiling dengan

gilingan tepung beras.

Untuk mengupas dan mengiris 4 kg talas basah membutuhkan

waktu 30 menit. Biaya untuk penggilingan satu kilogram

tepung sebesar Rp. 2.000,-. Tepung yang dihasilkan dengan

cara ini tidak bisa putih. Permasalahan lain yang dihadapi

adalah ketika mengupas talas dan mengenai tangan maka

biasanya tangan menjadi gatal-gatal. Ibu-ibu dengan

pengetahuan lokalnya mencoba menghindari supaya gatal-

gatal tersebut dengancara setelah mengupas dan mengiris-iris

talas, tangan tidak dicuci dibiarkan sampai kering. Setelah

tangan kering baru dicuci dengan air mengalir dan memakai

sabun sampai bersih.

Disamping membuat tepung talas Kelompok “Kusuma”

juga telah berhasil membuat kue brownis. Peralatan yang

digunakan untuk membuat kue brownis adalah loyang,

soblok, mixer, kompor. Kelompok ini mencoba resep

sederhana yang didapat dari browsing di google. Resep

brownis yang dicoba adalah: Terigu 12 sendok makan :

- Tepung talas 6 sendok makan

- Gula pasir 14 sendok makan

- Soda kue 1 sendok teh

- Baking powder 1 sendok teh

- Susu bubuk 8 sendok makan

- Telur 4 butir

- Air hangat 12 sendok makan

- Minyak goreng 6 sendok makan

- Coklat 4 sendok teh

- Blueband dan keju secukupnya.

Perbandingan antara tepung talas dan tepung terigu adalah

2:1. Kalau dilihat tampilan kue yang dihasilkan dari resep

diatas bagus, tetapi rasanya kurang enak, mugkin karena

resep yang dipilih kurang sesuai dengan standar resep secara

umum. Kelompok “Kusuma” akan mencoba resep dengan

perbandingan tepung talas yang lebih banyak. Disamping kue

brownis Kelompok “Kusuma” juga telah berhasil mencoba

resep kue kering dengan bahan tepung talas 100%, hasilnya

bagus, renyah dan enak.

Dari hasil monitoring ke kelomok “Kusuma” bahwa

kegiatan pengolahan umbi talas ini bisa memberdayakan

lansia dan ibu-ibu rumah tangga. Di RT 48 Pedukuhan

Page 14: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/795/1/Umbi talas Samigaluh Kulonprogo.pdf · 2020. 1. 23. · Pengolahan Umbi Talas Sebagai Sumber Peningkatan Ekonomi Rumahtangga Di Desa Pagerharjo

Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 3 No. 1 Tahun 2018 ISSN. 2541-3805

186

Ngentak RW 14 ini ada 17 KK. 13 KK dari 17 KK yang ada

di RT tersebut tergolong miskin dan memperoleh Program

Keluarga Harapan (PKH). PKH adalah program dari

Kemensos untuk keluarga miskin dan lansia. Jumlah Lansia

ada 10, perempuan sejulah 6 orang, sedangkan laki-lakinya

sejumlah 4 orang. Ibu-ibu rumah tangga yang tidak bekerja

ada 9 orang. Gotong royong di RT 48 masih tinggi, guyub

rukun dan tidak selalu berpikir tentang uang sebagaimana

halnya dengan RT yang lain.

Cara pembuatan tepung talas yang dilakukan berbeda

dengan yang dilakukan Kelompok “Kusuma”. Caranya

adalah talas basah di parut dengan parut sawut, kemudian

diperas. Setelah diperas kemudian dijemur dibawah terik

matahari. Setelah kering kemudian ditumbuk dengan ulegan

atau alat pelumat cabai untuk sambal. Kegiatan ini dilakukan

porsi yang sangat sedikit.

Dari Kegiatan ini menghasilkan sejumlah catatan

kemajuan mitra : Pertama, tumbuhnya inisiatif baik kelompok

maupun perorangan di kalangan mitra untuk melakukan ujicoba

baik secara kelompok maupun perorangan paska pelatihan

pengolahan produk makanan berbahan ubi talas. Kemajuan

penting dari segi ini adalah adanya kesadaran tentang

pemanfaatan manajemen pengetahuan yang ditunjukkan dengan

adaya dokumentasi proses dalam ujicoba tersebut. Kedua,

bekerjanya organisasi yang ditandai dengan terlaksananya

pembagian peran dalam kelompok sesuai dengan tugas dan

fungsi masing-masing pengurus. Hal tersebut dibuktikan dengan

adanya pencatatan dan pendokumentasiaan kegiatan kelompok,

termasuk transaksi keuangan kelompok. Ketiga, kelompok

sasaran punya motivasi dan semangat untuk mengembangkan

produk olahan talas.

IV.KESIMPULAN

Kegiatan tridarma perguruan tinggi khususnya darma

pengabdian yang telah dilaksanakan tim pengabdi dengan

pendanaan DRPM Kemenristek Dikti Tahun Anggaran 2018

untuk pemberdayaan masyarakat desa dalam mengolah umbi talas

menjadi aneka produk olahan dapat disimpulkan sebagai berikut:

Pertama, pemberdayaan masyarakat pada khalayak

sasaran yakni mitra dalam hal ini Kelompok “Kusuma” dan

Kelompok “Lestari Maju” yang anggotanya terdiri Ibu Ibu

anggota PKK telah mendapat respon positif ditunjukkan dari

berubahnya cara pandang mereka dalam memperlakukan umbi

talas. Apabila sebelumnya umbi talas hanya dijual mentah

atau diolah dengan cara merebus maka saat ini umbi talas

diproses menjadi tepung dan diolah menjadi bahan olahan

yang bentuk maupun rasa dan tampilan lebih bervariasi.

Berubahnya cara pandang tersebut merupakan hasil

kontribusi mendasar program PKM ini.

Kedua, pemberdayaan masyarakat yang dilakukan melalui

berbagai kegiatan mitra secara berkelompok maka akan

terbangun sifat gotong royong dalam memecahkan masalah

khususnya masalah nilai ekonomi talas sebagai potensi pangan

lokal yang harus dikelola untuk meningkatkan ekonomi

rumahtangga dan perekonomian masyarakat desa umumnya.

Dengan meningkatnya pengetahuan secara berkelompok maka

akan lebih mudah dalam mengatasi masalah umbi talas. Melalui

pengorganisasian pada kelompok usaha produktif talas

merupakan upaya percepatan perubahan perilaku dalam

membangun masyarakat yang lebih mandiri akan diperoleh

manfaat yang lebih besar.

Ketiga dukungan masyarakat dan para tokoh masyarakat

setempat telah memberikan semangat khalayak untuk

menekuni usaha talas. Sekaligus kondisi tersebut membantu

perubahan sosial di lingkungan mitra, karena munculnya

inisiatif anggota untuk mandiri maupun secara berkelompok

untuk berkegiatan mengolah talas, masyarakat yang bukan

kelompok mitra mulai menjual talas kepada mitra karena

akan menjadi bahan dasar olahan talas daripada harus dijual

murah ke tempat lain. Perubahan sosial yang dapat diketahui

dari pemanfaatan waktu luang yang sebelumnya tidak

digunakan untuk kegiatan produktif menjadi memanfaatkan

waktunya untuk mengolah talas.

Keempat, motivasi dan semangat yang kuat untuk maju

dan menghasilkan produk olahanan makanan umbi talas

merupakan modal sosial yang mulai tumbuh pada khalayak

sasaran perlu dukungan dari berbagai pihak dan potensi

sumber daya alam di lingkungan mitra akan banyak berperan

dalam keberhasilan pengembangan usaha olahan talas.

Namun demikian masih banyak tantangan yang perlu

menjadi perhatian mitra, karena teknologi yang digunakan

dalam mengolah talas masih terbatas baik kualitas dan

kuantitasnya, tanaman talas tidak dibudidayakan sehingga

sehingga kemampuan produksi umbi talas dan kemampuan

produk olahan umbi talas terbatas,

Saran, atas dasar permasalahan yang dialami mitra dalam

mengolah umbi talas menjadi aneka produk olahan, maka

pengabdian ini menyarankan, Pentingnya memberikan dukungan

usaha olahan talas, berupa pengadaan teknologi yang mampu

meningkatkan hasil tepung talas. Menambah pengetahuan lagi,

tentang standar kesehatan hasil olahan talas. Hal ini dapat

dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada mitra

memperoleh pendidikan, pelatihan teknik olahan pangan

yang berstandar, agar kualitas produk olahan talas dengan

memiliki jaminan kesehatan. Masyarakat diharapkan mulai

memperhatikan budidaya talas, sehingga akan diperoleh talas

yang berkualitas sebagai bahan dasar pembuatan hasil olahan.

Agar semangat ibu ibu mitra tetap terjaga dalam kepedulian

piningkatan nilai talas, maka dukungan stakesholders pemerintah

desa setempat dan tokoh sangat diharapkan dengan jalan

selalu menjalin komunikasi dengan mitra.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Direktorat Riset

dan Pengabdian Masyarakat Kemenristek Dikti atas batuan

pendanaan Hibah Pengabdian Tahun Anggaran 2018, sehingga

kegiatan PKM berjalan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

[2] Agus Setiyoko dan Agus Slamet, "Pengembangan Pangan Lokal Melalui Pembuatan Dokun (Donat Sukun) Aneka Toping Di Desa

Tanjungharjo, Nanggulan Kulon Progo". Jurnal Semar Vol.1

November 2017.

Page 15: repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/795/1/Umbi talas Samigaluh Kulonprogo.pdf · 2020. 1. 23. · Pengolahan Umbi Talas Sebagai Sumber Peningkatan Ekonomi Rumahtangga Di Desa Pagerharjo

Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 3 No. 1 Tahun 2018 ISSN. 2541-3805

187

[8] Anonim, Profil Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh Kabupaten

Kolon Progo, 2016

[1] Denzin, Norman K dan Yvonna S.Lincoln., Qualitative Research.Yogyakarta : Pustaka Pelajar., 2009

[1] Mardikanto, Totok. Konsep-Konsep Pemberdayaan

Masyarakat.Surakarta: UPT UNS Press. 2013

[2] Nurbaya, Syarifa Ramadhani, Teti Estiasih, Pemanfaatan Talas Berdaging

Kuning (Colocasia esculenta (L.) Schott) Dalam Pembuatan Cookies.

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya Malang. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 1 2013

[8] Setiasih, Ani, Pemanfaatan Talas (Calocasia esculenta L. Schott)

Pemanfaatan Talas (Calocasia esculenta L. Schott) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Bioetanol (Utilization of Taro (Calocasia esculenta L. Schott) as

a Raw Material For The Manufactured of Bioethanol). Laporan Tugas Akhir. Semarang : Universitas Diponegoro , 2011

[2] Suminarti, Nur Edy, Respons Tanaman Talas (Colocasia esculenta

(L.) Schott var. antiquorum) Terhadap Berbagai Jumlah dan Frekuensi Pemberian Air .The response of taro (Colocasia esculenta (L.) Schott

var. antiquorum) to various amount and frequency of water provision.

PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON Volume 1, Nomor 4, Juli

2015 ISSN: 2407-8050

[2] Sulistyowati, Putri Vyati, Niken Kendarini dan Respatijarti, 2014.

Observasi Keberadaan Tanaman Talas-Talasan Genus Colocasia Dan Xanthosoma Di Kec. Kedungkandang Kota Malang Dan Kec.

Ampelgading Kab. Malang Observation The Existence of Taro Plant

Genus Colocasia and Xanthosoma in Kedungkandang Subdistrict and Ampel Gading Subdistrict, Malang. Malang : Universitas Brawijaya.

Jurnal produksi Tanaman, Volume Jurnal Produksi Tanaman Nomor

2, Maret 2014, hlm. 86-93.

[1] Supriatna, Tjahja. Strategi pembangunan dan kemiskinan. Jakarta :Rineka Cipta, 2009

[4] Wikipedia, Talas. Available : https://id.wikipedia.org/wiki/Talas"

https://id.wikipedia.org/wiki/Talas