rencana pembangunan kawasan maroko kab. wonogiri (laporan perwil 10 juli)

68
Perencanaan Pembangunan wilayah Maroko Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perencanaan Wilayah (TKP348) Anggota Kelompok 4A: Anggieta Dwi Septiani NIM 21040111130061 Sri Febriharjati NIM 21040111130043 Hendra Saputra NIM 21040111130087 Eren Marsyukrilla NIM 21040111120005 Ilman Naa’fiaa NIM 20140111130085 Latifah NIM 21040111130089 Muharar Ramadhan NIM 21040111130083 Febrina Sri Arta S NIM 21040111130079 Karolina Siahaan NIM 21040111130045 Resti Oktaviani NIM 21040111120025 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2013

Upload: latifah-tio

Post on 08-Jun-2015

828 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

ini adalah salah satu tugas Mata Kuliah Perencanaan Wilayah smt 4 di Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota. oleh kelompok 4A (studio Maroko)

TRANSCRIPT

Page 1: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

Perencanaan Pembangunan wilayah Maroko Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perencanaan Wilayah

(TKP348)

Anggota

Kelompok 4A:

Anggieta Dwi Septiani NIM 21040111130061

Sri Febriharjati NIM 21040111130043

Hendra Saputra NIM 21040111130087

Eren Marsyukrilla NIM 21040111120005

Ilman Naa’fiaa NIM 20140111130085

Latifah NIM 21040111130089

Muharar Ramadhan NIM 21040111130083

Febrina Sri Arta S NIM 21040111130079

Karolina Siahaan NIM 21040111130045

Resti Oktaviani NIM 21040111120025

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2013

Page 2: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perencanaan sebagai suatu proses mengandung arti bahwa perencanaan merupakan

suatu kegiatan yang berkesinambungan yang mencakup keputusan atau pilihan-pilihan

berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada

masa yang akan datang (Conyers dan Hills, 1994). Pengembangan wilayah adalah

harmonisasi perkembangan wilayah. Banyak cara dapat diterapkan, mulai dari konsep

pengembangan sektoral, basic needs approach sampai penataan ruang (pengaturan ruang

secara terpadu melalui proses pemanfaatan sumber daya alam secara sinergi dengan

pengembangan sumber daya manusia dan lingkungan hidup untuk mencapai pembangunan

berkelanjutan). Pembangunan dan pengembangan wilayah di Indonesia masih menghadapi

berbagai permasalahan seperti masih adanya kesenjangan antar wilayah atau kota, oleh

karena itu dibutuhkan sebuah perencanaan guna mewujudkan keseimbangan pertumbuhan

antar daerah dalam suatu kota atau wilayah, mewujudkan percepatan pembangunan,

mewujudkan kegiatan perekonomian antar wilayah desa dan kota serta mewujudkan sistem

pembangunan yang berkelanjutan melalui keserasian pemanfaatan dan pengendalian ruang.

Wilayah studi yang ditetapkan sebagai wilayah amatan dalam tugas perencanaan

wilayah kali ini adalah Wilayah Maroko. Wilayah Maroko terdiri dari 3 kecamatan yang

berdekatan yaitu Kecamatan Manyaran, Kecamatan Wuryantoro, dan Kecamatan

Eromoko. Pemilihan Wilayah Maroko sebagai wilayah studi tugas Perencanan Wilayah ini

didasarkan pada beberapa faktor yaitu posisi geografis dan fungsi wilayah tersebut dalam

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonogiri.Kecamatan Manyaran secara

administratif terletak di sebelah timur Propinsi D. I. Yogyakarta yaitu berbatasan dengan

Kabupaten Wonogiri. Hal tersebut menyebabkan adanya keterkaitan antara Wonogiri

dengan Propinsi D. I. Yogyakarta. Kecamatan Wuryantoro menyumbang hasil pertanian

untuk perekonomian Kabupaten Wonogiri. Hasil pertanian dari Kecamatan Wuryantoro

antara lain padi, padigogo, jagung, ubikayu, kacang tanah, shorgum dan

kedelai.Kecamatan Eromoko memiliki potensi di bidang pertanian. Jumlah komoditas

pertanian Eromoko antara lain jagung,ubi kayu, kacang tanah, kedelai,sukun,

sawo,pepaya,kacang panjang, kapas, dan ditambah komoditas peternakan seperti ayam

buras dan ayam potong. Sedangkan berdasarkan fungsi kawasan yang tertuang dalam

RTRW Kabupaten Wonogiri, Wilayah Maroko diarahkan sebagai sebagai kawasan

permukiman, pelayanan, jasa, pelayanan sosial serta kegiatan ekonomi.Dengan melakukan

pendekatan melalui perencanaan wilayah serta melakukan pertimbangan berdasarkan

potensi dan masalah yang ada, diharapkan Wilayah Maroko dapat mengalami pertumbuhan

dan pembangunan wilayah secara sinergis dan merata.

1.2 Tujuan dan Sasaran

Tujuan adalah sesuatu hal yang ingin dicapai pada laporan ini, sedangkan sasaran

adalah cara untuk mencapai tujuan. Berikut adalah tujuan dan sasarannya :

1.2.1 Tujuan

Tujuan pada laporan ini adalah didapatkan rencana pengembangan dan memberikan

rekomendasi berdasarkan potensi dan masalah yang dimiliki oleh Maroko baik pada aspek

keruangan, ekonomi dan kelembagaan.

Page 3: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

2

1.2.2 Sasaran

Cara pencapaian tujuan atau sasaran pada laporan ini dengan cara :

a. Mendapatkan profil wilayah Maroko, berupa konstelasi Maroko terhadap

Wonogiri, kondisi fisik dan non fisik secara Makro dan kondisi secara mikro(sub

wilayah) baik dari data sekunder maupun data primer.

b. Menentukan isu dan masalah Maroko serta potensi yang ada

c. Menentukan strategi keruangan, ekonomi, dan kelembagaan serta rekomendasi

yang dapat diberikan.

1.3 Ruang Lingkup

Pada Perencanaan Wilayah ini terdiri dua cakupan ruang lingkup, yaitu Ruang

Lingkup Substansi dan Ruang Lingkup Wilayah.

1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah

Wilayah Maroko mencakup tiga kecamatan di Kabupaten Wonogiri yaitu Kecamatan

Manyaran, Wuryantoro, dan Eromoko (Maroko). Wilayah Maroko saling berbatasan

langsung dan terletak di bagian utara Kabupaten Wonogiri. Setiap kecamatan memiliki

jumlah kelurahan atau desa yang berbeda-beda, Kecamatan Manyaran terdiri dari 2

kelurahan (kelurahan Pagutan dan Kelurahan Punduhsari) dan 5 desa (Desa Kepuhsari,

Desa Pijiharjo, Desa Bero, Desa Gunungan, Desa Karanglor), Kecamatan Wuryantoro

terdiri dari 2 kelurahan (Kelurahan Mojopuro dan Kelurahan Wuryantoro) dan 6 desa

(Desa Genukharjo, Desa Sumberejo, Desa Mlopoharjo, Desa Pulutan Kulon, Desa Pulutan

Wetan, dan Desa Gunungan Lor). Kecamatan Eromoko terdiri dari 2 kelurahan (Kelurahan

Puloharjo, dan kelurahan Ngadirejo) dan 13 desa (Desa Basuhan, Desa Pucung, Desa

Sindukarto, Desa Panekan, Desa Baleharjo, Desa Minggarharjo, Desa Tegalharjo, Desa

Sumberharjo, Desa Eromoko, Desa Pasekan, Desa Ngandong, Desa Tempuharjo, dan Desa

Ngunggahan). Unit amatan pada wilayah Maroko meliputi unit amatan kecamatan dan unit

amatan kelurahan dan desa.

Penyusunan data bersumber dari data primer maupun sekunder dengan

menyesuaikan kebutuhan data dan pengumpulan data pun berdasarkan unit amatan

kecamatan dan unit amatan kelurahan atau desa.

1.3.2 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi yang ada pada laporan ini meliputi karakteristik wilayah

Maroko secara agregrat maupun intrawilayah baik aspek fisik, kependudukan, ekonomi

dan kelembagaan. Untuk intrawilayah juga dibahas sistem pusat permukiman (kota-desa),

dan hubungan antar pusat permukiman. Analisis terhadap isu dan masalah di wilayah

Maroko yang akan mendapatkan aspek permsalahan utama yang akhirnya akan didapatkan

rencana pengembangan wilayah berupa strategi dan rekomendasi.

1.4 Kerangka Pikir

Dalam penyusunan laporan perencanaan wilayah terdapat beberapa proses

pelaksanaan studi yang dilakukan.Pertama adalah penentuan wilayah studi dengan

justifikasi yang menguatkan pemilihan wilayah studi tersebut. Wilayah Studi pada studi

perencanaan wilayah ini mencakup tiga kecamatan di Kabupaten Winogiri yaitu

Kecamatan Manyaran, Wuryantoro, dan Eromoko (Maroko). Setelah wilayah studi

ditentukan, tahap selanjutnya mengidentifikasi wilayah studi tersebut. Pada tahap

identifikasi ini diperlukan berbagai data terkait wilayah studi baik data sekunder maupun

data primer. Identifikasi yang dilakukan dengan menggunakan data primer dan sekunder

akan diketahui isu, permasalahan, dan prospek masa depan dari wilayah studi. Tahapan ini

sudah merupakan tahapan proses yang dilakukan. Selanjutnya diakukan penyusunan profil

wilayah yang mencakup ekonomi dan sosial, keruangan, dan kelembagaan. Analisis

Page 4: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

3

wilayah secara agregat dan intra wilayah dapat dilakukan dari profil wilayah yang telah

disusun. Hasil analisis wilayah tersebut akan dikerucutkan kembali dengan penstrukturan

dan sintessa permasalahan. Dengan mengetahui permasalahan wilayah maka dapat disusun

kebijakan, strategi, dan program pengembangan wilayah Maroko tersebut. Selanjutnya

barulah dapat memberikan rekomendasi terkait rencana pengembangan wilayah jangka

pendek, menengah dan jangka panjang Untuk lebih jelasnya, proses pelaksanaan studi

dapat dilihat pada gambar 1.1.

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4A, 2013

Gambar 1.1

Kerangka Pikir

Data Sekunder :

BPS

Bappeda

PNPM

Kantor Kecamatan

Kantor Kelurahan / Desa

Internet

Literatur

Justifikasi Wilayah Studi Maroko

(Kecamatan Manyaran,

Wuryantoro, dan Eromoko)

Data primer :

Observasi

Wawancara

Kuisioner

Perekaman gambar

Pemetaan

Profil Wilayah (Ekonomi dan Sosial, Keruangan, dan

Kelembagaan)

INPUT

P

R

O

S

E

S

OUTPUT

Analisis Wilayah Agregat dan Intra Wilayah

Identifikasi Isu, Masalah, dan Prospek Masa Depan

(Ekonomi dan sosial, Keruangan, dan Kelembagaan)

Penstrukturan dan Sintesa Permasalahan

Kebijakan, Strategi, dan Program Rencana

Pengembangan Wilayah

Rekomendasi Rencana Pengembangan Wilayah (Jangka

Pendek, Jangka Menengah dan Jangka Panjang)

Identifikasi Wilayah Studi Maroko

Page 5: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

4

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan berisikan tentang bab-bab apa saja yang terdapat di laporan ini,

berikut adalah bab-babnya beserta isinya :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang, justifikasi wilayah studi Wilayah Maroko, tujuan,

sasaran, ruang lingkup materi dan wilayah, kerangka pikir, serta sistematika penulisan

Laporan.

BAB II PROFIL WILAYAH

Pada bab ini bisa disebut dengan bab yang berisikan data-data eksisting dengan

konteks spasial terkait posisi geografis, karakteristik wilayah baik fisik (tata guna

lahan, topografi, persebaran infrastruktur dan fasilitas,dll) maupun non fisik (kondisi

sosial, ekonomi, budaya, kependudukan).

BAB III POTENSI DAN PERMASALAHAN WILAYAH MAROKO

Bab ini membahas tentang isi dan permasalah yang ada di wilayah Maroko, baik dari

aspek fisik maupun aspek non fisik serta skenario dan tren perkembangan wilayah.

BAB IV RENCANA PENGEMBANGAN WILAYAH

Bab ini berisikan tentang kebijakan dan strategi keruangan, kebijakan dan strategi

pengembangan ekonomi wilayah serta kebijakan dan strategi pengembangan

kelembagaan wilayah Maroko.

BAB V PENUTUP

Pada bab penutup ini akan disimpulkan isi dari laporan serta akan diberikan

rekomendasi bagi pihak-pihak yang terkait.

Page 6: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

5

BAB II

PROFIL WILAYAH

2.1 Konteks Wilayah

Kabupaten Wonogiri terletak di bagaian paling tenggara Propinsi Jawa Tengah. Dari

peta diatas terlihat bahwa Kabupaten Wonogiri memiliki batas administrasi sebagai berikut

Utara : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar

Timur : Propinsi Jawa timur

Selatan : Propinsi Jawa timur dan Samudera hindia

Barat : Propinsi D.I.Y

Berdasarkan letak administrasinya, wilayah Maroko merupakan daerah paling utara

dari Kabupaten Wonogiri yang memeiliki batas administrasi sebagai berikut :

Utara : Kabupaten Sukoharjo

Timur : Waduk Gajah Mungkur

Selatan : Sub Wilayah PP (Pracimantoro Parangpupito)

Barat : Propinsi D.I.Y

Dalam Lingkup Wilayah Kabupaten wonogiri, Wilayah Maroko menjadi penghubung

wilayah Selowono (Selogiri Wonogiri) dan wilayah PP (Pracimantoro Parangpupito ).

Dalam Konteks keluar wilayah Kabupaten, wilayah Maroko menjadi penghubung wilayah

kabupaten Wonogiri dengan Propinsi D.I.Y. Wilayah Maroko memiliki sektor basis

pertanian yang komoditas utamanya adalah pertanian padi. Hasil dari pertanian yang

berupa beras akan dipasok ke wilayah lain seperti Kabupaten Sukoharjo, Solo, dan

Provinsi DIY. Karena wilayah Sukoharjo dan Solo memiliki sektor unggulan yang bukan

berupa pertanian melainkan perdagangan dan jasa. Sektor unggulan lain dari wilayah

Maroko yang memiliki yang sektor pertanian khususnya untuk sub sektor tanaman jagung

dan singkong, sektor tanaman perkebunan yaitu mete dan mangga, sertasektor

pengangkutan. Pertanian di wilayah Maroko dapat dikatakan merupakan sektor yang

cukup besar karena lahan pertanian yang terdapat di wilayah ini masih sangat banyak,

begitu pula dengan masyarakatnya yang mayoritas bekerja sebagai petani.

Hubungan antar suatu wilayah dengan wilayah lain tentu akan sangat berkaitan erat

dengan aksesbilitas yang ada. Dari wilayah Maroko untuk menuju ke Kabupaten Sukoharjo

dan Solo melalui jalan lintas Kabupaten yang kondisinya sudah baik. Namun lain halnya

dengan aksesbilitas dari wilayah Maroko menuju ke Provinsi DI Yogyakarta yang kondisi

jalanya belum memadai. Di banyak ruas jalan masih banyak ditemukan kerusakan dan

badan jalan pun tidak terlalu lebar.

Di wilayah Maroko sektor perdagangan dan jasa merupakan sektor yang belum begitu

berkembang dengan baik. Meskipun di setiap kecamatan di wilayah Maroko sudah

memiliki pasar sebagai sentra perekonomian, namun pasar-pasar yang tidak buka setiap

hari. Pasar yang ada akan ramai pada hari-hari pasar yang sudah ditentukan dan masing-

masing pasar pun berbeda hari pasarnya. Hal ini tentu terkait dengan pedagang yang

berjualan di pasar tersebut, mayoritas pedagang yang terdapat di setiap pasar di wilayah

Maroko adalah pedagang yang sama, sehingga dengan adanya hari pasar pedagang akan

dapat berjualan di setiap pasar. Pedagang yang datang tidak hanya datang dari wilayah

Maroko saja namun juga dari wilayah Sukoharjo dan Solo. Disini terlihat bahwa aliran

barang pada aktivitas perdagangan yang terdapat di wilayah Maroko juga berasal dari

wilayah lain.

Pelayanan pasar di wilayah Maroko belum dapat menjangkau seluruh masyarakat yang

ada di wilayah tersebut. Beberapa wilayah yang berada di perbatasan seperti di perbatasan

dengan DI Yogyakarta justru masyarakatnya lebih memilih untuk membeli berbagai

kebutuhan dari wilayah DI Yogyakarta tersebut karena alasan jarak yang lebih dekat. Hal

Page 7: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

6

ini tentu menjadi suatu realita yang harus diperhatikan karena suatu wilayah yang sudah

pasar sebagai sentra aktivitas perekonomian justru harus menerobos administrasi lain

karena pelayanan yang tidak dapat menjangkau seluruh wilayah.

Letak wilayah Maroko yang berada di perbatasan, menjadikan wilayah ini strategis

karena banyak dilalui oleh berbagai moda transportasi yang menghubungkan antar kota

hingga antar provinsi. Kondisi seperti tentu menjadikan wilayah Marokosanagt terkait

dengan wilayah lain di sekitarnya. Mobilisasi yang terjadi dengan intensitas yang cukup

tinggi sangat terlihat dengan banyaknya angkutan umum yang melewati wilayah ini.

Seperti bus dengan tujuan Solo yang sangat sering melalui jalan di wilayah Maroko.

Keadaan tersebut menunjukan bahwa tingkat mobilisasi masyarakat Maroko ke wilayah di

sekitarnya cukup tinggi. Pada umumnya masyarakat yang melakukan pergerakan tersebut

untuk kepentingan pekerjaan dan kegiatan perekonomian lainnya

Sumber : Bappeda

Kabupaten Wonogiri,

2010

Gambar 2.1

Peta Administrasi

Kabupaten

Wonogiri

Page 8: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

7

2.2 Kondisi Fisik

Kondisi fisik menjelaskan tentang bagaimana kondisi eksisting wilayah Kabupaten

Wonogiri dan Maroko, penjelasan berupa tata guna lahan beserta keterkaitannya.

2.2.1 Penggunaan Lahan

Sumber : Bappeda Kabupaten Wonogiri, 2010

Gambar 2.2

Peta Tata Guna Lahan Kabupaten Wonogiri

Pada peta penggunaan lahan Wonogiri, menjelaskan bahwa penggunaan lahan di

Wonogiri mayoritas masih berupa lahan non terbangun, baik hutan, kebun, sawah dan

tegalan. Namun untuk Wonogiri bagian utara lebih didominasi oleh gedung, dan

pemukiman. Namun untuk Wonogiri bagian utara yang bertopografi tinggi hingga

Wonogiri bagian timur didominasi oleh sawah, kebun, tegalan, dan hutan. Begitu juga

Wonogiri bagian selatan dan timur, masih didominasi oleh lahan non terbangun. Namun,

untuk wilayah yang dekat dengan waduk termasuk Maroko sudah cukup banyak

penggunaan lahan sebagai permukiman, walaupun masih cukup banyak tegalan dan sawah.

Maroko yang terdiri dari 3 kecamatan memiliki luas wilayah yang berbeda, sehingga

membuat setiap kecamatan memiliki penggunaan lahan yang berbeda pula. Selain itu

karena aktivitas manusia yang berbeda, juga membuat ketiga kecamatan ini memiliki

karakteristik wilayah yang berbeda. Penggunaan lahan ini dapat dipresentasikan dalam

bentuk grafik,agar dapat jelas prosentasenya.

Page 9: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

8

Sumber : BPS Kabupaten Wonogiri

Gambar 2.3

Diagram Penggunaan Lahan Wilayah Maroko

Dari gambar diagram 2.3 dapat disimpulkan bahwa penggunaan lahan terbesar di

wilayah Maroko adalah tegalan dan sawah. Luas lahan tegalan di Maroko memiliki

peringkat pertama paling luas penggunaannya yaitu 49,92% dibandingkan luas lahan total

Maroko yang sebesar 4.790.744,10 ha dan 0,131% dibanding luas Wonogiri. Jenis dari

tegalan yang ada di Maroko terdiri dari lahan jagung, kedelai, ketela, dll.Untuk

penggunaan lahan sawah, terdiri dari 5 macam jenis, yaitu sawah irigasi sebesar 9,94%,

sawah irigasi ½ teknis sebesar 6,94%, sawah pengairan sederhana sebesar 6,70%,sawah

tadah hujan sebesar 0,05%, dan untuk sawah pasang surut 0%. Penggunaan lahan lainnya

adalah pekarangan dan bangunan sebesar 26,43%.

Pada peta terlihat persebaran penggunaan lahan di maroko, dimana intensitas

penggunaan lahan terbangun berada di Kelurahan Punduhsari dan Desa Karanglor. Untuk

penggunaan lahan tegalan intensitas tertinggi pada Desa Kepuhsari, Desa Basuhan dan

Desa Pucung. Sedangkan untuk desa yang memiliki intensitas tinggi dalam penggunaan

lahan sawah irigasi adalah Desa Mojopuro dan Desa Baleharjo. Perbedaan intensitas yang

terjadi memiliki keterkaitan dengan aspek lain, seperti:

Keterkaitan dengan klimatologi: curah hujan yang tergolong tinggi, maka membuat

wilayah Maroko cocok untuk lahan pertanian. Walapun untuk desa yang memiliki

topografi tinggi seperti desa ngandong, basuhan, pasekan,dan pucung yang air bersihnya

sulit, mereka menggunakan air hujan sebagai sumber air pertanian mereka. Keterkaitan

dengan jenis tanah: walaupun jenis tanah termasuk jenis tanah yang kurang subur, tetapi

dengan didukung irigasi yang baik yaitu dengan waduk gajahmungkur, dan sungai. Maka

lahan dapat digunakan untuk lahan pertanian.

Keterkaitan dengan topografi: karena letak topografi Maroko yang bermcam-macam,

membuat penggunaan lahan yang ada berbeda-beda, untuk wilayah yang datar, biasanya

didominasi oleh sawah, sednagkan untuk wilayah yang tinggi didominasi oleh lahan

tegalan.

9,94%

6,94%

6,70%

0,05%

26,43%

49,92%

0,03%

Penggunaan Lahan

Sawah Irigasi Teknis

Sawah Irigasi 1/2 Teknis

Pengairan Sederhana

Tadah Hujan

Pasang Surut

Pekarangan dan

bangunanTegalan

Padang Rumput

Page 10: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

9

Keterkaitan ekonomi karena

penggunaan lahan yang banyak adalah

tegalan dan sawah, maka basis ekonomi

maroko bertumpu pada pertanian dari sawah

dan tegalan. Komoditas utamanya adalah

padi, jagung, ketela, dan kedelai. Hasil dari

produksi pertanian akan dijual di pasar

umum dan pasar desa.Untuk pengalih

fungsian lahan secara besar-besaran di

Maroko tidak ada, tetapi ada alih fungsi

lahan yang hanya dibawah 5% dari luas

seluruh Maroko. Biasanya alih fungsi berupa

tegalan menjadi lahan rumah, karena ada

keluarga yang menikah.

Sumber : Bappeda Kabupaten Wonogiri, 2010

Gambar 2.4

Peta Tata Guna Lahan Maroko

2.3 Kondisi Non Fisik

Kondisi non fisik menjelaskan tentang bagaimana kependudukan, dan perekonomian

wilayah Kabupaten Wonogiri dan Maroko.

2.3.1 Sosial

Analisis agregat wilayah Maroko berdasarkan jumlah penduduk dapat diketahui

dengan membandingkan wilaayah Maroko terhadap Kabupaten Wonogiri dan sembilan

Sub Wilayah yang ada di kabupaten Wonogiri. Berdasarkan data jumlah penduduk tahun

2010 wilayah Maroko memiliki jumlah penduduk sebesar 9,6% dari jumlah penduduk

yang terdapat di Kabupaten Wonogiri. Jika di bandingkan dengan jumlah penduduk

berdasarkan sembilan Sub Wilayah lainnya yang ada di Kabupaten Wonogiri, wilayah

Maroko termasuk wilayah keempat terbanyak jumlah penduduknya sebesar 121.382 jiwa

setelah Subwilayah Wonogiri-Selogiri, Subwilayah Sijago, dan Subwilayah Bagyo.

Sumber : Bappeda

Kabupaten Wonogiri,

2010

Gambar 2.5

Grafik Jumlah

Penduduk Total per-

Sub Wilayah

Page 11: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

10

Isu kependudukan yang berkembang di Kabupaten Wonogiri saat ini adalah jumlah

migrasi keluar lebih banyak dibandingkan jumlah migrasi masuk. Hal ini di lihat dari

banyaknya penduduk yang keluar daerah untuk bekerja daripada di Kabupaten Wonogiri

sendiri. Berdasarkan data yang ada jumlah penduduk wilayah Maroko yang melakukan

migrasi keluar sebesar 2.269 jiwa dan migrasi masuk sebesar 605 jiwa. Jumlah penduduk

yang melakukan migrasi keluar sebesar 25,4% dari jumlah penduduk untuk migrasi keluar

di kabupaten Wonogiri. Hal ini juga terlihat dari kesembilan Subwilayah, wilayah Maroko

merupakan wilayah terbesar penduduknya yang melakukan migrasi keluar wilayah.

Sedangkan Subwilayah yang jumlah penduduk migrasi keluarnya paling kecil adalah

Subwilayah Karyono.

Sumber : Bappeda Kabupaten Wonogiri, 2010

Gambar 2.6

Grafik Jumlah Penduduk Migrasi Keluar dan Masuk per-Sub Wilayah

Jika di lihat dari jumlah penduduk berdasarkan agama, penduduk wilayah Maroko

mayoritas beragama Islam dengan sebesar 116.529 jiwa dari paling minoritas adalah

penduduk beragama Budha sebesar 28 jiwa. Jika di bandingkan dengan kesembilan

Subwilayah yang mayoritas penduduknya juga beragama islam, penduduk Islam di

wilayah Maroko merupakan yang terbesar kelima di Kabupaten Wonogiri.

Sumber : Bappeda Kabupaten Wonogiri, 2010

Gambar 2.7

Grafik Jumlah Penduduk berdasarkan Agama per-Sub Wilayah

0

500

1000

1500

2000

2500

Migrasi

Masuk

Migrasi

Keluar

07500

150002250030000375004500052500600006750075000825009000097500

105000112500120000127500135000

Islam

Protestan

Katholik

Hindu

Budha

Page 12: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

11

Sumber :

BPS

Kabupaten

Wonogiri

Gambar

2.8

Jumlah

dan

Kepadatan

Penduduk

Kabupaten

Wonogiri

dan

Maroko

tahun 2010

Page 13: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

12

Sumber : BPS

Kabupaten

Wonogiri

Gambar 2.9

Migrasi

Keluar dan

Masuk

Kabupaten

Wonogiri

dan Maroko

tahun 2010

Page 14: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

13

2.3.2 Ekonomi

Berdasarkan gambar 2.10 dan 2.11, wilayah Maroko memiliki nilai PDRB total

paling tinggi dibandingkan dengan wilayah yang lain dengan nilai Rp. 360.314.340.000,-

atau sekitar 13% dari PDRB ADHK Kabupaten Wonogiri. Nilai PDRB total terendah yaitu

wilayah Purwantoro dan Kismantoro sebesar Rp. 207.410.460.000,- dan wilayah Jatisrono

dan Jatiroto sebesar Rp 210.705.750.000,- dengan kontribusi 7% terhadap PDRB

Wonogiri. Semua wilayah di Wonogiri memiliki nilai PDRB total diatas Rp.

200.000.000.000,- dengan kontribusi rata-rata 11% sehingga dapat disimpulkan bahwa

semua wilayah memiliki kontribusi yang hampir sama terhadap PDRB Wonogiri.

Sumber : Bappeda Kabupaten Wonogiri, 2010

Gambar 2.10

PDRB Total ADHK Kabupaten Wonogiri

tahun 2010 (dalam Juta Rupiah)

Sumber : Bappeda Kabupaten Wonogiri, 2010

Gambar 2.11

Kontribusi Wilayah terhadap

Kabupaten Wonogiri tahun 2010 (dalam Juta Rupiah)

0,00

100000,00

200000,00

300000,00

400000,00

PDRB Total ADHK

Page 15: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

14

Sumber : PDRB Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 Menurut Harga Konstan Tahun 2000

Gambar 2.12

Peta Kontribusi Sub Wilayah Wonogiri pada Sektor Perdagangan tahun 2010

Sumber : PDRB Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 Menurut Harga Konstan Tahun 2000

Gambar 2.13

Peta Kontribusi Sub Wilayah Wonogiri pada Sektor Industri tahun 2010

Page 16: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

15

Sumber : PDRB Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 Menurut Harga Konstan Tahun 2000

Gambar 2.14

Peta Kontribusi Sub Wilayah Wonogiri pada Sektor Jasa-Jasa tahun 2010

Sumber : PDRB Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 Menurut Harga Konstan Tahun 2000

Gambar 2.15

Peta Kontribusi Sub Wilayah Wonogiri pada

Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih tahun 2010

Page 17: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

16

Sumber : PDRB Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 Menurut Harga Konstan Tahun 2000

Gambar 2.16

Peta Kontribusi Sub Wilayah Wonogiri pada Sektor Pertanian tahun 2010

Sumber : PDRB Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 Menurut Harga Konstan Tahun 2000

Gambar 2.17

Peta Kontribusi Sub Wilayah Wonogiri pada Sektor Pertambangan tahun 2010

Page 18: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

17

Sumber : PDRB Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 Menurut Harga Konstan Tahun 2000

Gambar 2.18

Peta Kontribusi Sub Wilayah Wonogiri pada Sektor Pertanian tahun 2010

2.3.3 Sarana Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan pendukung bagi aktivitas penduduk di suatu

wilayah. Berikut sarana prasarana yang ada di Maroko dibandingkan dengan Sub Wilayah

di Kabupaten Wonogiri :

a. Sarana

Sarana merupakan tempat untuk mewadahi aktivitas penduduk yang terdiri dari Sarana

Pendidikan, Sarana Peribadatan, Sarana Kesehatan.

Sarana Pendidikan

Berdasarkan jumlah sarana pendidikan yang terdiri dari TK, SD, SMP dan SMA,

wilayah Maroko memiliki jumlah sarana pendidikan tingkat SD paling banyak yaitu

sebanyak 106 unit yang artinya sebanyak 13% dari jumlah keseluruhan sarana

pendidikan berada di Wilayah Maroko dan Subwilayah Ngadirojo, Nguntoronadi

memiliki jumlah sarana pendidikan tingkat SD paling rendah yaitu sebanyak 63 unit

atau sebanyak 7% dari jumlah total sarana pendidikan SD di Wonogiri. Banyaknya

jumlah sarana pendidikan tingkat SD di wilayah Maroko dibandingkan dengan

subwilayah Ngadirojo, Nguntoronadi dikarenakan karena jumlah penduduk tahun 2010

subwilayah Ngadirojo, Nguntoronadi sebanyak 95.887 jiwa sedangkan jumlah

penduduk wilayah Maroko sebanyak 121.832. Pada Jumlah sarana pendidikan tingkat

SMP wilayah Maroko berada pada peringkat 4 dibandingkan dengan 9 subwilayah lain

dengan jumlah sarana pendidikan tingkat SMP sebanyak 14 unit atau sekitar 11,4% dari

jumlah total sarana pendidikan SMP yang ada di Wonogirid. Jumlah sarana pendidikan

tingkat SMP terbanyak berada di subwilayah Wonogiri,Selogiri dengan jumlah

sebanayak 22 unit atau sekitar 18% dari jumlah total saran pendidikan SMP yang ada,

dan jumlah sarana pendidikan tingkat SMP terendah berada di subwilayah Jatisrono,

Page 19: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

18

Jatiroto dengan jumlah sarana pendidikan SMP sebanyak 7 unit atau hanya sekitar 5%

dari jumlah totalnya. Berdasarkan jumlah penduduk subwilayah Wonogiri, Selogiri

memiliki jumlah penduduk lebih banyak dari wilayah Maroko yaitu sebanyak 142.544

jiwa sedangkan subwilayah Jatiroto, Jatisrono memiliki jumlah penduduk lebih sedikit

dibandingkan dengan wilayah Maroko 115.316 jiwa. Berdasarkan jumlah sarana

pendidikan tingkat SMA wilayah Maroko memiliki jumlah sarana SMA sebanyak 3 unit

jumlah sarana pendidikan SMA di wilayah Maroko ini sama dengan jumlah sarana

SMA di subwilayah Wonogiri, Selogiri. Sedangkan Pracimantoro, Paranggupito tidak

memiliki sarana pendidikan tingkat SMA.

Sumber : Bappeda Kabupaten Wonogiri, 2010

Gambar 2.19

Grafik Jumlah Sarana Pendidikan per-Sub Wilayah

Sarana Peribadatan

Dari 10 sub wilayah yang ada di Wonogiri, terlihat bahwa jumlah sarana peribadatan

yang ada pada setiap sub wilayah sudah cukup banyak. Jenis sarana peribadatan yang

ada terdiri dari musholla/surau, masjid, gereja, vihara, dan pura. Jumlah dari sarana

yang ada dapat terlihat peringkatnya/urutannya dari jumlah sarana yang ada, peringkat

ini dibuat dengan mengasumsikan jumlah fasilitas peribadatan berdasarkan jumlah

penduduk yang beragama islam, kristen/katolik, budha dan hindu pada sub wilayah

tersebut. Sub wilayah Maroko memiliki peringkat pertama, yang berarti bahwa Maroko

sudah memiliki sarana peribadatan yang lengkap dan dapat menampung semua

penduduk beragama Maroko. Prosentase jumlah sarana peribadatan di Maroko adalah

12,4% dari jumlah fasilitas total di Wonogiri.

Sarana mushalla, wilayah yang paling banyak memiliki mushalla adalah sub wilayah

4 yaitu wilayah Maroko sendiri dengan jumlah 339 dengan presentase 20,9% dari total

Wonogiri , sedangkan wilayah yang memiliki mushalla yang paling sedikit adalah sub

wilayah 9 yaitu Kecamatan Jatisrono dan dan kecamatan Jatiroto dengan jumlah 58

dengan presentase 6,4%. Sedangkan untuk masjid, peringkat pertama adalah sub

wilayah 8 yaitu Kecamatan Pracimantoro dan Kecamatan Paranggupito, dengan jumlah

total adalah 277 dengan presentase 10,2% dari total Wonogiri dan sub wilayah yang

memiliki masjid yang paling sedikit adalah wilayah Maroko dengan jumlah 75 yang

memiliki prosentase 4% dari total Wonogiri. Sub wilayah 9 yaitu Kecamatan Jatisrono

dan kecamatan Jatiroto memiliki peringkat pertama untuk fasilitas gereja dengan

presentase 7,8% dari total Wonogiri, sedangkan peringkat 10 untuk sub wilayah yang

0

50

100

150

200

250

300

350

TK

SD

SMP

SMA

Page 20: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

19

memiliki gereja yang paling sedikit adalah sub wilayah 8 yaitu kecamatan Pracimantoro

dan Paranggupito dengan presentase 22,9% dari total Wonogiri. Sedangkan untuk sub

wilayah Maroko terletak pada peringkat ke 2, yang berarti bahwa di Maroko cukup

banyak penduduk yang beragama kristen.

Vihara terbanyak terletak pada sub wilayah 4, yaitu Maroko dengan jumlah vihara

adalah 9 buah dengan presentase 40,9%, sedangkan pada 3 sub wilayah yang ada yaitu

sub wilayah 1,2 dan 6 tidak memiliki vihara sama sekali. Fasilitas selanjutnya adalah

pura, persebaran pura masih belum merata, karena masih banyak sub wilayah yang

tidak memiliki pura yaitu sub wilayah 2,3,5,6,7,9, dan 10, sedangkan sub wilayah yang

memiliki pura terbanyak pada sub wilayah 1 yaitu sub wilayah Bagiyo dan sub wilayah

8 yaitu kecamatan Pracimantoro dan Paranggupito dengan presentase 42,9% .

Sedangkan sub wilayah Maroko hanya memiliki 1 pura dengan presentase 14,3%.

Sumber : Bappeda Kabupaten Wonogiri, 2010

Gambar 2.20

Grafik Jumlah Sarana Peribadatan per-Sub Wilayah

Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan menjadi salah satu fasilitas yang mendorong sistem pembentuk

ruang di Kabupaten Wonogiri. Selain itu sarana kesehatan juga dapat menunjukkan

tingkat kesehatan manyarakat yang tinggal di Kabupaten tersebut. Berdasarkan data

pada tahun 2010 yang diperoleh, setiap sub wilayah telah memiliki sarana kesehatan

yang cukup lengkap yaitu poliklinik, puskesmas, pustu, rumah bersalin, praktek dokter,

dan posyandu.

Sumber : Bappeda Kabupaten Wonogiri, 2010

Gambar 2.21

Grafik Jumlah Sarana Kesehatan per-Sub Wilayah

0

50

100

150

200

250

300

350

Sub

Wilayah

1

Sub

Wilayah

2

Sub

Wilayah

3

Sub

Wilayah

4

Sub

Wilayah

5

Sub

Wilayah

6

Sub

Wilayah

7

Sub

Wilayah

8

Sub

Wilayah

9

Sub

Wilayah

10

Mushola/Surau Masjid Gereja Vihara Pura

0

50

100

150

200

250

300

350

SUBWIL 1 SUBWIL 2 SUBWIL 3 SUBWIL 4 SUBWIL 5 SUBWIL 6 SUBWIL 7 SUBWIL 8 SUBWIL 9 SUBWIL 10

Poliklinik Puskesmas Pustu Rumah Bersalin Praktek Dokter Posyandu

Page 21: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

20

Berdasarkan gambar 2.21, dapat diketahui bahwa secara umum sub wilayah 5 yang

terdiri dari Kecamatan Giritontro, Kecamatan Giriwoyo, dan Kecamatan Baturetno

memiliki jumlah sarana kesehatan yang paling lengkap yaitu 16% dari total seluruh

sarana kesehatan yang terdapat di Kabupaten Wonogiri. Sedangkan sub wilayah 4 yaitu

kecamatan Manyaran, Kecamatan Wuryantoro, dan Kecamatan Eromoko merupakan

sub wilayah yang memiliki sarana kesehatan paling tidak lengkap yaitu 5% apabila

dibandingkan dengan seluruh sub wilayah yang terdapat di Kabupaten Wonogiri.

Sarana poliklinik terlengkap dimiliki oleh sub wilayah 5 yaitu sejumlah 21 buah

mencapai 27% dari total yang ada di Kabupaten Wonogiri, sedangkan Sub Wilayah

Maroko hanya memiliki 1 buah poliklinik dan memiliki prosentase sebesar 1% dari

total seluruh poliklinik di Kabupaten Wonogiri sehingga berada pada urutan terakhir

apabila dilihat dari jumlah sarananya. Puskesmas terlengkap dimiliki oleh Sub Wilayah

2 sejumlah 20 buah dengan prosentase 60% dari total puskesmas yang terdapat di

Kabupaten Wonogiri, sedangkan sub wilayah 10 sebagai sub wilayah terendah hanya

memiliki puskesmas sejumlah 2 buah dengan prosentase 6%. Wilayah Maroko hanya

memiliki 4 buah puskesmas dengan prosentase 12% dari total puskesmas yang terdapat

di Kabupaten Wonogiri. Pustu terlengkap dimiliki oleh sub wilayah 1 dan sub wilayah

10 sejumlah 20 buah dengan prosentase 13%, sedangkan sub wilayah 2 memiliki jumlah

sarana paling sedikit dengan jumlah 5 buah dengan prosentase 3%. Wilayah Maroko

memiliki pustu sejumlah 16 buah dan berada pada urutan ke empat dengan prosentase

11%. Rumah bersalin terlengkap dimiliki oleh sub wilayah 3 sejumlah 20 buah dengan

prosentase 24%, sedangkan sub wilayah 9 tidak memiliki rumah bersalin sama sekali.

Wilayah Maroko memiliki pustu sejumlah 13 buah dan berada pada urutan ke dua

dengan prosentase 15%. Praktek dokter terlengkap dimiliki oleh Wilayah Maroko yaitu

sejumlah 140 buah dengan prosentase 52%, sedangkan sub wilayah 6 hanya memiliki 5

buah prakter dokter sehingga berada pada urutan terakhir dengan prosentase 2%.

Posyandu terlengkap dimiliki oleh Sub Wilayah 5 yaitu sejumlah 331 buah dengan

prosentase 17%, sedangkan sub wilayah 2 tidak memilki posyandu sama sekali.

Wilayah Maroko hanya memiliki 117 buah posyandu dan berada pada urutan terakhir

dengan prosentase 6% dari total posyandu yang terdapat di Kabupaten Wonogiri.

b. Prasarana

Selain sarana, prasarana juga salah satu hal yang penting untuk mendukung aktivitas

masyarakatnya. Terdapat 3 kondisi jalan di Kabupaten Wonogiri yaitu kondisi baik

(jarang ditemukan lubang-lubang), sedang (jalan masih cukup baik namun ditemukan

beberapa titik yang berlubang) dan rusak (terdapat lubang disepanjang jalan dan

hancurnya aspal atau beton). Rata-rata kondisi jalan yang ada di Kabupaten Wonogiri

tergolong baik dan dapat mendukung aktivitas masyarakatnya. Namun masih terdapat

kondisi jalan yang sedang bahkan rusak di beberapa desa/kelurahan. Seperti di Sub

Wilayah Si Jago yang kondisi jalan sebagian besar memiliki kondisi sedang. Kondisi

jalan yang sedang dan rusak biasanya terdapat pada Sub Wilayah yang bertopografi agak

curam ataupun curam, sehingga Pemerintah setempat sulit untuk memperbaikinya.

Kondisi jalan antar Kecamatan memiliki kondisi yang baik, jarang ditemukan lubang-

lubang. Namun berbeda halnya dengan jalan antar Desa/Kelurahan yang berkondisi

sedang bahkan rusak. Wilayah Maroko dilihat dari gambar 2.22 terlihat memiliki kondisi

jalan yang paling baik dibandingkan 9 Sub Wilayah lainnya. Kondisi jalan didominasi

oleh jalan baik dan hanya terdapat sebagian kecil saja yang memiliki jalan rusak. Kondisi

jalan yang rusak itupun berada di Desa/Kelurahan yang bertopografi curam. Sama dengan

wilayah lainnya dengan kondisi topografi yang curam, Pemerintah kesulitan untuk

memperbaiki jalan-jalan rusak tersebut.

Page 22: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

21

Sumber : Survey

Wonogiri 2013

Gambar 2.22

Peta Kondisi Jalan

Kabupaten

Wongiri tahun

2013

2.4 Karakteristik Sub Wilayah

Menjelaskan tentang karakteristik khusus yang terdapat pada wilayah Maroko secara

keseluruhan, mulai dari kependudukan, sistem pusat permukiman, perekonomian, dan

infrastruktur. Wilayah Maroko mempunyai 3 pusat permukiman yang terdiri dari pusat

permukiman Kecamatan Manyaran, pusat permukiman Kecamatan Wuryantoro dan pusat

permukiman Kecamatan Eromoko. Masing-masing pusat permukiman mempunyai

jangkauan atau skala pelayanan kecamatan yang terdiri dari beberapa desa dan kelurahan.

Hubungan pusat permukiman di Kecamatan Manyaran dan pusat permukiman di

kecamatan lainnya tidak begitu erat. Hal ini dikarenakan letak pusat permukiman

Kecamatan Manyaran jauh dari pusat permukiman lainnya. Pusat permukiman di

Kecamatan Manyaran berada bagian utara tepatnya di perbatasan Kabupaten Sukoharjo.

Sedangkan hubungan antara pusat permukiman di Kecamatan Wuryantoro dengan

Kecamatan Eromoko memiliki keterkaitan yang kuat. Hal ini dikarenakan kedua pusat

Page 23: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

22

permukiman ini berdekatan dan memiliki aksesibilitas yang baik dengan kondisi jalan

kolektor yang menghubungkan kedua kecamatan ini tergolong cukup baik.

Berdasarkan perhitungan schalogram didapatkan orde kota atau pusat permukiman di

Wilayah Maroko. Gambar Peta 2.23 menunjukkan bahwa pusat pusat permukiman

Kecamatan Wuryantoro merupakan orde 1, pusat permukiman Kecamatan Manyaran

merupakan orde 2 dan pusat permukiman Kecamata Eromoko merupakan orde 3.

Kecamatan Wuryantoro menjadi orde 1 dikarenakan Kecamatan ini mempunyai jumlah

fasilitas yang lebih lengkap dibandingkan dengan 2 pusat permukiman lain di Wilayah

Maroko. Seperti contohnya adalah Sekolah Menengah Atas Negeri yang hanya ada di

Kecamatan Wuryantoro, hal ini menyebabkan penduduk usia sekolah menengah atas harus

pergi ke Kecamatan Wuryantoro untuk bersekolah.

Adapun hubungan kota dengan subwilayah atau daerah pedesaannya yaitu berupa

hubungan distribusi penjualan hasil pertanian, peternakan maupun pertambangan.

Karakteristik subwilayah di wilayah Maroko mempunyai fungsi sebagai wilayah penghasil

komoditas pertanian, peternakan dan pertambangan. Komoditas ini dijual ke wilayah

perkotaan yang ada di wilayah Maroko. Kondisi wilayah Maroko yang cukup luas dan

dengan topografi yang beragam membuat beberapa daerah di wilayah Maroko yang

berbatasan langsung degan wilayah lain seperti Provinsi DI Yogyakarta menjual hasil

komoditasnya ke wilayah di luar wilayah Maroko .

Sumber : Survey Wonogiri 2013

Gambar 2.23

Peta Kota-Kota Wilayah

Maroko

Page 24: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

23

2.4.1 Ekonomi Wilayah

Perekonomian wilayah di Maroko dapat diperoleh dari jumlah penduduk permata

pencaharian dan yang paling besar adalah penduduk bekerja sebagai petani dan buruh

tani. Tingginya penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani diikuti

dengan luas lahan pertanian yang luas sehingga membuat pertanian sebagai sektor

unggulan di Maroko. Jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai buruh tani dan

petani pada tahun 2010 adalah 16.876 jiwa dan 30.318 jiwa. Selain itu Tingginya

penduduk yang bekerja sebagai petani dan buruh tani ditunjukkan dengan banyaknya lahan

pertanian berupa tegalan dan sawah baik sawah tadah hujan dan sawah pasang surut.

Sedangkan penduduk yang paling sedikit adalah penduduk yang bermata pencaharian

sebagai angkutan (supir angkutan) yaitu hanya 798 pada tahun 2010. Mobilisasi yang

rendah membuat sektor ini tidak berkembang dengan baik. Untuk lebih detailnya dapat

dilihat pada tabel 2.2. Tabel 2.2

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Maroko

No Mata Pencaharian 2006 2007 2008 2009 2010

1 Pengusaha Kecil 2197 4905 5720 5936 2155

2 Buruh Bangunan 5169 4326 5157 4988 4871

3 Buruh Tani 15920 13164 12897 13846 16876

4 Petani 30796 26745 26633 26253 30318

5 Buruh Indsutri 3244 7347 7681 7569 4272

6 Pedagang 1715 1632 3150 2341 4356

7 PNS/TNI/POLRI 1618 1997 1796 1805 1805

8 Angkutan 1132 1155 777 344 798

Jumlah Penduduk per Mata Pencaharian 61.791 61.271 63.811 63.082 65.451

Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) -0,84% 4,15% -1,14% 3,76%

Sumber: Kecamatan dalam Angka 2007, 2008, 2009,2010 dan 2011

Dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan ekonomi yang cukup baik pada tahun

2010 khususnya jumlah penduduk yang bekerja sebagi petani yaitu dari 26.253

meningkat menjadi 30.318. Dari tabel diatas juga dapat disimpulkan bahwa tidak ada

perubahan yang signifikan dari jumlah penduduk per mata pencaharian setiap tahunnya.

Setiap tahun jumlah penduduk yang paling tinggi adalah penduduk yang bekerja sebagai

petani dan diikuti buruh tani. Sedangkan penduduk yang paling sedikit adalah penduduk

yang bekerja sebagai supir angkutan.Dari mata pencaharian dapat juga diketahui laju

pertumbuhan ekonomi Maroko dari perbandingan jumlah penduduk per mata pencaharian

setiap tahun dimana pada tahun 2010 mengalami peningkatan yang cukup signifikan

yaitu 3,76%. Laju pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2009, -1,14%. Hal ini terjadi

karena adanya penurunan jumlah penduduk yang bekerja sebagai angkutan sebesar 433

jiwa.

Dari gambar 2.24 dapat diketahui bahwa persentase penduduk yang paling tinggi

adalah penduduk yang bekerja sebagai petani yaitu sebesar 44,62%. Persentase yang

paling tinggi kedua yaitu buruh tani dengan persentase sebesar 23,05%. Sedangkan

persentase penduduk yang paling rendah adalah penduduk yang berkerja sebagi supir

angkutan. Dari lebih meningkatkan perekonomian di Maroko maka sektor yang lebih

ditingkatkan adalah pertanian.

Page 25: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

24

6,63%

7,77%

23,05%

44,62%

9,55%

4,18% 2,86% 1,33%

Pengusaha Kecil

Buruh Bangunan

Buruh Tani

Petani

Buruh Indsutri

Pedagang

PNS/TNI/POLRI

Angkutan

Sumber: Analisis Kelompok 4 Studio, 2013

Gambar 2.24

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Setiap Tahun Maroko

Selain jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian, sektor perkembangan

ekonomi dapat dilihat dari perkembangan PDRB. Berikut adalah perkembangan PDRB

wilayah Maroko dari tahun 2006-2010. Tabel 2.3

Perkembangan PDRB wilayah Maroko tahun 2006-2010

No Sektor PDRB Maroko(Dalam Juta)

2006 2007 2008 2009 2010

1 Pertanian 201457,54 208986,09 215049,79 224779,28 223330,36

2 Pertambangan dan Penggalian 534,81 562,25 585,36 608,97 653,08

3 Industri Pengolahan 9012,14 9548,51 10066,06 10474,85 11469,22

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1713,37 1791,67 1866,03 1926,69 2050,98

5 Bangunan 8551,9 9214,97 9928,76 10662,61 11685,48

6 Perdagangan, Hotel, dan

Restoran 36208,02 37169,53 38628,24 40194,14 41953,49

7 Pengangkutan dan Komunikasi 8839,9 12404,17 15267,29 15913,18 16134,18

8 Lembaga Keuangan, Persewaan

dan Jasa Perusahaaan 10136,46 10599,66 10773,3 11129,68 11548,01

9 Jasa-jasa 31395,69 34275,9 36089,23 38664,21 41489,54

Total 307849,83 324552,75 338254,06 354353,61 360314,34

Sumber: Kecamatan dalam Angka 2007,2008,2009,2010 dan 2011

Dari tabel 2.3 dapat disimpulkan bahwa sektor perekonomian yang paling dominan

di wilayah Maroko adalah pertanian dan menjadi sektor paling dominan setiap tahunnya.

Setiap tahun sektor pertanian semakin meningkat dan pada tahun 2010 sektor pertanian

sebesar 223.330,36 juta rupiah dan menyumbang 61,9% terhadap PDRB Maroko.

Sedangkan sektor perekonomian yang yang perannya paling kecil dalam sektor

perekonomian adalah sektor pertambangan dan penggalian dimana tahun 2010 sebesar

653,08 dan menyumbang PDRB sebesar 0,0018% terhadap wilayah Maroko.

Page 26: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

25

Sumber : Perhitungan

LQ Kelompok 4A

Gambar 2.25

Peta Intrawilayah Sektor Basis

Pertanian Maroko

2.4.2 Distribusi Demografis

Data Kependudukan merupakan data yang dibutuhkan untuk menganalisis

perkembangan jumlah penduduk.Perkembangan penduduk dapat dianalisis berdasarkan

data kelahiran penduduk, kematian penduduk, dan data migrasi penduduk. Selain itu data

jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian dan jenis agama juga dapat digunakan

untuk pertimbangan perencanaan sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan

wilayah.Data tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan desain perencanaan dan

kebijakan yang diterapkan pada lokasi tersebut.

2.4.2.1 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk di 3 kecamatan

memiliki jumlah berbeda-beda.

Kecamatan yang memiliki jumlah

penduduk yang lebih banyak

dibanding 2 kecamatan lainnya

adalah kecamatan Eromoko.

Kecamatan Eromoko memiliki

jumlah penduduk sebanyak 48.746

jiwa sedangkan untuk Kecamatan

Manyaran sebanyak 21.281 dan

Kecamatran Wuryantoro sebanyak

30.781.

0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

Manyaran Wuryantoro Eromoko

Manyaran

Wuryantoro

Eromoko

Sumber: BPS Kabupaten Wonogiri

Gambar 2.26

Diagram Jumlah Penduduk Wilayah Maroko

Page 27: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

26

Dari gambar 2.1, penduduk umur 0-

4 th terbanyak di Maroko dan jumlahnya

paling banyak di Kecamatan Manyaran.

Berdasarkan kelompok umur, jumlah

penduduk Kecamatan Manyaran cukup

merata di tiap kelompok umur. Di

Kecamatan Eromoko dan Kecamatan

Wuryantoro memiliki proporsi jumlah

penduduk tiap kelompok umur yang

hampir sama dengan jumlah penduduk

dengan umur 60 ++ paling banyak dari

pada dengan jumlah penduduk pada

kelompok umur lainnya. Dari peta diatas

juga menunjukkan bahwa Kecamatan

Manyaran Didominasi oleh usia 0-19 tahun

sedangkan Kecamatan Wuryantoro dan

Kecamatan Eromoko didominasi oleh usia

30 tahun keatas.

Dalam gambar 2.27, Kecamatan Eromoko memiliki beberapa desa dengan tingkat

jumlah penduduk yang rendah dan beberapa dengan tingkat jumlah penduduk sedang.

Namun karena jumlah desa/kelurahan yang ada di kecamatan lebih banyak dari 2

kecamatan lainnya maka jumlah penduduk di kecamatan Eromoko menjadi paling banyak.

Kecamatan Manyaran memilikijumlah penduduk sebesar 21.281 jiwa akan tetapi dari Peta

Jumlah Penduduk terlihat bahwa Kecamatan manyaran memiliki 2 desa dan 2 kelurahan

dengan jumlah penduduk tinggi di Maroko yaitu Desa Bero, Desa Gunungan, Kelurahan

Punduhsari dan Kelurahan Pagutan. Kecamatan Wuryantoro sebagian besar memiliki

jumlah penduduk dengan tingkat sedang. Dari jumlah penduduk yang ada di Maroko,

dibandingkan dengan jumlah penduduk di Kabupaten Wonogiri yang sebanyak 1.245.923,

presentase jumlah penduduk Maroko adalah 8,09 % dari jumlah penduduk Kabupaten

Wonogiri.

2.4.2.2 Kepadatan Penduduk

Dari gambar 2.28 terlihat bahwa terdapat 3 pusat kepadatan dimasing-masing

Kecamatan di Maroko. Pada Kecamatan Manyaran Kepadatan tertertinggi terdapat pada 2

desa dan 2 kelurahan yaitu, Desa karanglor, Desa Gunungan, KelurahanPagutandan

Kelurahan Punduhsari. dikarenakan letaknya yang berbatasan dengan Kabupaten Gunung

Kidul dan Kabupaten Sukoharjo serta ditunjang infrastruktur dan sarana dengan kondisi

yang baik salah satunya adalah jaringan jalan yang sudah beraspal dengan kondisi baik.

Kemudian pada Kecamatan Eromoko Kepadatan Tertinggi terdapat pada desa Eromoko,

Desa Puloharjo dan Kelurahan Ngadirejo. Tingkat kepadatan yang tinggi ini disebabkan

oleh kawasan pemukiman yang banyak di daerah tersebut. Selain itu 3 desa/kelurahan

tersebut ditunjang dengan sarana dan prasarana yang cukup baik. Beda halnya dengan 4

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4A, 2013

Gambar 2.27

Peta Jumlah Penduduk (kelompok Umur) Maroko

Page 28: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

27

desa yang memiliki kepadatan penduduk

rendah yaitu Desa Tegalharjo, Desa

Ngandong, Desa Pucung dan Desa

Basuhan.

Hal ini disebabkan 3 desa yaitu

Desa Ngandong, Desa Pucung dan Desa

Basuhan berada pada topografi yang curam

dengan keberadaan infrastruktur yang

minim salah satunya ialah jaringan jalan

masih berupa Rabat. Kecamatan

Wuryantoro memiliki kepadatan penduduk

tinggi yaitu desa pulutan wetan, pulutan

kulon dan mlopoharjo karena lokasinya

dekat dengan strategis yang mudah diakses

ke 3 Kecamatan yaitu Kecamatan

Wuryantoro, Kecamatan Manyaran dan

Kecamatan Eromoko. Selain itu sebagian

besar kawasan pemukiman di Kecamatan

wuryantoro berada di 3 desa tersebut.

Kelurahan Wuryantoro memiliki tinggkat

kepadatan rendah dikarenakan wilayah

tersebut terdapat banyak sarana dan

prasarana dimana jumlah sarana lebih

banyak daripada jumlah pemukiman. Desa

Gumiwanglor memiliki tingkat kepadatan

yang rendah karena desa tersebut berada

pada topografi yang agak curam.

2.4.2.3 Migrasi Keluar dan Masuk

Dari 3 kecamatan yaitu Kecamatan Manyaran, Wuryantoro, dan Eromoko memiliki

karakteristik jumlah penduduk yang datang dan pindah yang berbeda-beda. Pada

Kecamatan Manyaran jumlah penduduk yang pindah berjumlah 114 dan jumlah penduduk

yang datang 88. Jadi kecamatan Manyaran lebih banyak penduduk yang pindah daripada

yang datang, walaupun jumlahnya tidak terlalu banyak. Sedangkan pada Kecamatan

Wuryantoro jumlah penduduk yang datang lebih banyak daripada jumlah penduduk yang

pindah, dengan jumlah penduduk yang datang 222, dan penduduk yang pindah berjumlah

192. Untuk Kecamatan Eromoko yang merupakan kecamatan paling luas diantara

kecamatan yang lain memiliki jumlah penduduk yang pindah lebih banyak daripada yang

datang yaitu 2023 dibanding dengan 325. Kecamatan Eromoko merupakan Kecamatan

dengan tingkat migrasi keluar dan migrasi masuk paling tinggi di wilayah Maroko.

Pada gambar 2.29, akan terlihat bahwa pada Kecamatan Eromoko paling

mendominasi. alasannya adalah jenis tanah yang ada di wilayah tersebut yang kurang

cocok untuk bercocok tanam, karena jenis tanah grumosol ini memiliki sifat pecah-pecah

di musim kering (bersifat liat). Selain itu, sifat tanah ini sangat rentan terhadap erosi,

karena sifat yang dimiliki tanah ini peka hinggaa sangat peka terhadap erosi dan pada jenis

tanah ini kandungan hara yang dikandungnya pun sangat minim. Sedangkan pada diagram

akan terlihat pada Kecamatan Eromoko memiliki jumlah penduduk migrasi keluar paling

banyak, penyebabnya adalah masih minimnya sarana pendidikan dan lapangan kerja di

kecamatan ini. Sebagian besar penduduk Laki-laki lah yang melakukan migrasi keluar

dengan alasan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari gambar 2.30 :

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4A, 2013

Gambar 2.28

Peta Kepadatan Penduduk Maroko

Page 29: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

28

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4A, 2013

Gambar 2.29

Peta Tingkat Migrasi Keluar dan Masuk Maroko

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4A, 2013

Gambar 2.30

Peta Tingkat Migrasi Keluar dan Laki-laki dan Perempuan Maroko

Page 30: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

29

Secara umum penduduk yang tinggal di Wilayah Maroko melakukan migrasi

Keluar dengan alasan untuk mengubah hidup dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang

lebih tinggi setelah lulus SMA. Rata-rata penduduk memilih Jakarta sebagai daerah

migrasi keluarnya. Migrasi keluar yang terjadi dianggap oleh sebagian besar penduduk

sebagai hal yang positif karena dapat meningkatkan ekonomi Wonogiri sehingga

pemerintah tidak berupaya untuk menanggulanginya. Di Kecamatan Wuryantoro

sebenarnya sudah diberikan pelatihan agar penduduk memiliki kreatifitas, namun

kreatifitas tersebut digunakan oleh penduduk sebagai modal bekerja diluar kota. Dari

migrasi keluar yang terjadi ternyata juga berdampak negatif di beberapa desa seperti di

desa Pucung, desa Sindukarto, desa Panekan, desa Tegalharjo dan desa Sumberharjo yang

mengandalkan perekonomiannya dari lahan pertanian. Pada saat musim panen tiba para

petani kekurangan tenaga kerja untuk membantu memanen hasil pertanian tersebut

sehingga mereka mendatangkan tenaga kerja dari kecamatan lain.

2.4.3 Infrastruktur

2.4.3.1 Jalan

Jalan merupakan salah satu aspek yang

penting dalam keruangan karena

mendukung mobilisasi masyarakat.Pada

wilayah studi perencanaan, jalan terdiri

dari hirarki jalan kolektor dengan lebar

±7m dan jalan lingkungan dengan lebar

±3m. Dari ketiga kecamatan di wilayah

Maroko, dua diantaranya yaitu

Kecamatan Eromoko dan Kecamatan

Manyaran berbatasan langsung dengan

Provinsi DI.Yogjakarta. Namun, jalan

yang sering digunakan oleh sarana

transportasi umum dalam melakukan

perjalanan Wonogiri-Yogyakarta adalah

persimpangan yang terdapat pada

Kelurahan Punduh Sari yang terdapat

pada Kecamatan Manyaran. Hal tersebut

disebabkan oleh topografi yang ada pada

perbatasan antara Kecamatan Eromoko

dan Provinsi DI. Yogyakarta cukup

tinggi. Secara umum persebaran jalan di

ketiga Kecamatan cukup untuk

menunjang aksesibilitas masyarakat.

Namun dari ketiga kecamatan tersebut,

Kecamatan Wuryantoro memiliki akses

jalan yang paling baik dan paling mudah

untuk dijangkau, sedangkan Kecamatan

Eromoko memiliki akses jalan yang agak buruk dan beberapa tempat sulit untuk dijangkau,

hal tersebut disebabkan oleh kondisi topografinya.Secara umum kondisi jalan cukup baik.

Sudah ada pengerasan jalan menggunakan aspal dan paving, namun pada daerah-daerah

tertentu juga terdapat jalan dengan kondisi yang cukup rusak, terdapat lubang-lubang di

sepanjang jalan. Hal itu disebabkan oleh sulitnya akses untuk menjangkau tempat tersebut

sehingga jalang dilakukan perbaikan terhadap jalan tersebut. Selain itu, masih banyak jalan

yang tidak memiliki lampu penerangan, sehingga cukup menghambat mobilisasi penduduk

sekitar terutama di malam hari.

Sumber : Hasil Observasi Kelompok 4A, 2013

Gambar 2.31

Peta Kondisi Jalan Wilayah Maroko

Page 31: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

30

2.4.3.2 Transportasi

Sarana transportasi merupakan sarana yang digunakan manusia untuk berpindah

dari satu tempat ke tempat lain dengan lebih cepat. Dengan perkembangan zaman, maka

manusia akan selalu bergantung terhadap sarana transportasi. Berikut data jumlah sarana

transportasi yang ada di wilayah Maroko. Berdasarkan data selama 6 tahun terakhir yang

diperoleh, tidak ada perubahan yang signifikan terhadap jumlah sarana transportasi.

Sumber : BPS Kabupaten Wonogiri

Gambar 2.33

Diagram Jumlah Sarana Transportasi Wilayah Maroko

Sarana transportasi suatu wilayah dapat dijadikan acuan berkembang atau tidaknya

wilayah tersebut. Semakin banyak jenis dan jumlah sarana transportasi di suatu. wilayah

maka kegiatan ekonomi masyarakat dapat berkembang dan pada akhirnya akan

memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Berdasarkan data yang didapatkan, sebagian

besar penduduk menggunakan sepeda motor sebagai sarana transportasi yaitu sebanyak

9485 unit. Kemudian selain sepeda motor, sepeda merupakan sarana transportasi terbanyak

kedua yaitu sejumlah 7181unit.

Bus merupakan satu-satunya sarana transportasi umum yang ada di Wilayah

Maroko. Sebanyak 170 bus yang beroperasi untuk membantu pergerakan masyarakat ke

tempat-tempat penting seperti kantor desa/kelurahan, balai desa/kelurahan, kantor

kecamatan, dan pasar. Bus menjadi sangat penting karena kantor kecamatan, pasar, dan

terminal yang sangat berdekatan sehingga bus menjadi solusi yang tepat bagi penduduk

yang tidak memiliki sepeda motor untuk pergi ke kantor kecamatan dan pasar.

Sumber : Hasil Observasi Kelompok 4A, 2013

Gambar 2.32

a.Jalan Kolektor,b.Jalan Lingkungan Maroko

a b

Page 32: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

31

Kondisi wilayah Maroko dengan kelerengan yang bervariasi dari landai hingga

curam, dan keterbatasan sarana prasarana transportasi menyebabkan wilayah ini memiliki

angkutan umum plat hitam yang merupakan inisiatif warga dalam upaya memudahkan

mobilisasi. Angkutan umum plat hitam ini pada awalnya adalah sarana transportasi pribadi

milik salah seorang warga yang sering digunakan untuk mengantarkan warga menuju pasar

pada hari pasaran tertentu tanpa ada biaya yang ditarik oleh pemiliknya. Semakin

berkembangnya waktu dan sarana transportasi umum belum juga dapat menjangkau

keseluruhan wilayah Maroko, angkutan plat hitam ini semakin berkembang dan hampir

setiap dusun memiliki satu angkutan plat hitam. Fungsi angkutan plat hitam ini juga

bertambah dari yang hanya sekedar mengantar menuju pasar pada hari-hari tertentu

menjadi angkutan yang mengantarkan anak-anak sekolah dan warga yang ingin ke pasar

untuk menjual hasil bumi setiap hari kemudian menjemput anak sekolah dan warga

tersebut untuk kembali ke dusun.Gambar 2.34 adalah peta rute angkutan pada hari kerja

dan hari libur di Wilayah Maroko.

2.4.3.3 Drainase

Sistem drainase yang ada di wilayah Maroko terdiri dari dua jenis, yaitu drainase

permanen dan non permanen. Berdasarkan kapasitasnya, Wilayah Maroko jarang sekali

mengalami permasalahan dengan saluran drainase. karena kelerengan yang cenderung

landai dan angak curam. Di beberapa saluran drainase memang sering terlihat adanya

sampah, namun hal tersebut tidak pernah mengakibatkan penyumbatan dan memberi

dampak bencana banjir. Peta dapat dilihat pada gambar 2.36.

Sumber : Hasil Observasi Kelompok 4A, 2013

Gambar 2.34

a.Peta Rute Angkutan Wilayah Maroko pada hari Kerja, b.Pada hari Libur

a b

Page 33: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

32

2.4.3.4 Persampahan

Kondisi persampahan pada Wilayah Maroko tidak pernah mengalami persoalan

yang serius. Sistem yang digunakan masyarakat dalam mengolah sampah adalah dengan

membakarnya langsung di pekarang rumah atau lahan terbuka sehingga tidak setiap rumah

memiliki tempat pembuangan sampah. Tidak ada sistem pengangkutan sampah pada

wilayah ini karena setiap kepala keluarga telah dapat mengolah sampah rumah tangga

masing-masing. Peta dapat dilihat pada gambar 2.36

Sumber : Hasil Observasi Kelompok 4A, 2013

Gambar 2.35

a.Drainase Permanen, b.Drainase Non Permanen di wilayah Maroko

a b

Sumber : Hasil Observasi Kelompok 4A, 2013

Gambar 2.36

a.Peta Kondisi Drainase, b.Peta Pengolahan Sampah Maroko

a b

Page 34: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

33

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4A, 2013

Gambar 2.37

Peta Sumber Air Bersih Maroko

2.4.3.5 Air Bersih

Air bersih merupakan hal yang

sangat penting dan menjadi

kebutuhan utama masyarakat dalam

menjalankan aktivitas sehari-hari.

Jaringan air bersih telah tersebar

secara merata pada Wilayah

Maroko, semua penduduk sudah

dapat menggunakan air bersih

dalam pemenuhan kebutuhan

sehari-hari. Sumber air bersih yang

digunakan penduduk di Wilayah

Maroko berasal sumur, PDAM, dan

mata air. Namun mayoritas

penduduk yang terdapat pada ketiga

kecamatan tersebut memanfaatkan

sumber air yang berasal dari sumur

dan PDAM. Kualitas air yang

terdapat pada ketiga kecamatan

tersebut baik dan jernih, namun

pada tempat-tempat tertentu air

dikonsumsi mengandung zat kapur.

Hal tersebut dipengaruhi oleh jenis

tanah yang terdapat pada wilayah

Maroko.

2.4.3.6 Listrik dan Telekomunikasi

a. Listrik

Hampir di seluruh wilayah studi sudah tersalurkan oleh jaringan listrik.Sumber listrik

berasal dari PLTA Waduk Gajah Mungkur yang ada di Kecamatan Wuryantoro. Jaringan

listrik menjadi kebutuhan yang penting diseluruh wilayah Maroko. Daya listrik yang

Sumber : Hasil Observasi Kelompok 4A, 2013

Gambar 2.38

a.Sumur, dan b.PDAM

a b

Page 35: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

34

digunakan oleh penduduk Maroko rata-rata hanya 450 watt hingga 900 watt. Persebaran

listrik di ketiga kecamatan ini cukup merata. Setiap daerah sudah mendapatkan jaringan

listrik dan jarang terjadi pemadaman listrik pada Wilayah Maroko. Apabila dilihat dari

kemungkinan penggunaan listrik, Kecamatan Wuryantoro merupakan daerah yang paling

banyak menggunakan listrik, karena Kecamatan Wuryantoro adalah wilayah yang

dianggap paling memiliki sifat perkotaan dari ketiga kecamatan tersebut.

b. Telekomunikasi

Jaringan telekomunikasi merupakan hal yang penting dan erat kaitannya dengan

berbagai kegiatan yang dilakukan manusia. Jaringan komunikasi merupakan prasarana

yang membantu manusia dalam memperoleh informasi. Kondisi jaringan telekomunikasi

yang terdapat di Wilayah Maroko cukup baik dan telah dapat menunjang kebutuhan

masyarakat setempat dalam menyampaikan dan memperoleh informasi. Secara umum

setiap warga bahkan hingga daerah perbatasan sudah dapat mengakses jaringan

telekomunikasi, namun kendala yang ada yaitu tidak semua operator dapat digunakan di

wilayah tersebut karena jumlah BTS yang terbatas.

2.4.4 Fasilitas

2.4.4.1 Fasilitas Pendidikan

Kecamatan Manyaran memiliki sarana pendidikan untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat terhadap pelayanan pendidikan. Sarana pendidikan yang ada pada Kecamatan

Manyaran terdiri dari TK, SD, SLTP, SMA, dan SMK. Jumlah fasilitas tersebut sesuai

dengan hirarki yang ada, yaitu dengan jumlah 13 bangunan TK, 36 bangunan SD, 5

bangunan SLTP, 2 bangunan SMA dan 1 bangunan SMK. Apabila dibandingkan dengan

acuan Standar Nasional Indonesia terkait keberadaan Sarana pendidikan yang

dibandingkan dengan jumlah penduduk, maka jumlah sarana pendidikan yang terdapat di

Kecamatan Manyaran sudah tergolong cukup. Sarana pendidikan yang terdapat di

Kecamatan Manyaran hanya 6% dari total sarana pendidikan yang ada di Kabupaten

Wonogiri. Selain itu, pada Kecamatan Manyaran juga terdapat sekolah binaan dari

departemen agama untuk siswa/ siswi beragama Islam yaitu Madrasah Ibtidaiyah dan

Madrasah Tsanawiyah.

Sarana pendidikan yang ada di Kelurahan Wuryantoro memiliki jenjang atau

tingkatan, dari Taman Kanak-kanak (TK) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) baik sekolah negeri maupun swasta.Total sarana pendidikan

yang terdapat di Kecamatan Wuryantoro hanya mencapai 5% dari total sarana pendidikan

yang ada di Kabupaten Wonogiri. Kecamatan Wuryantoro juga memiliki sekolah dengan

binaan dari Departemen Agama yaitu Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah.

Sarana pendidikan yang ada di Kecamatan Wuryantoro sudah tersebar diseluruh desa dan

kelurahan, akan tetapi untuk sekolah dengan jenjang lebih tinggi seperti SD, SLTP, dan

SMA hanya terdapat pada satu atau dua desa saja. Sarana pendidikan terlengkap rata-rata

terdapat di Kelurahan Wuryantoro.

Kecamatan Eromoko memiliki sarana pendidikan mulai dari tingkat SD hingga

jenjang SMA/ SMK. Tidak terdapat sarana pendidikan Taman Kanak-kanak pada

kecamatan ini. Total sarana pendidikan yang terdapat di Kecamatan Eromoko hanya 5%

dari total sarana pendidikan yang ada di Kabupaten Wonogiri. Selain itu di kecamatan ini

belum terdapat bangunan SMA, hanya terdapat 1 bangunan SMK yang berlokasi di Desa

Eromoko. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah sarana pendidikan di Kecamatan

Eromoko belum memenuhi acuan Standar Nasional Indonesia yang menyatakan bahwa

suatu wilayah wajib memiliki 1 TK dengan kriteria jumlah penduduk minimal 1250 dan 1

SMA dengan kriteria jumlah penduduk minimal 4800 jiwa. Berikut adalah diagram

perbandingan sarana pendidikan yang terdapat pada Kecamatan Manyaran, Wuryantoro,

Page 36: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

35

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

TK SD SLTP SMA SMK MadrasahIbtidaiyah

MadrasahTsanawiyah

Manyaran Wuryantoro Eromoko

dan Eromoko. Berdasarkan data selama 6 tahun terakhir yang diperoleh, tidak ada

perubahan yang signifikan terhadap jumlah fasilitas pendidikan.

Sehingga dari ketiga kecamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum

ketersediaan sarana pendidikan sudah cukup memenuhi kebutuhan masyarakat. Apabila

dilihat dari persebarannya, sarana pendidikan yang terdapat pada Kecamatan Manyaran

dan Kecamatan Wuryantoro sudah cukup merata, dan fasilitas pendidikan terbaik dan

terlengkap terdapat pada Kecamatan Wuryantoro. Namun pada Kecamatan Eromoko

jumlah fasilitas terbanyak hanya pada tingkat SD, sedangkan sarana pendidikan pada

tingkat TK, SMP, dan SMA masih cukup minim. Contohnya adalah beberapa desa di

Kecamatan Eromoko yang terdapat di daerah perbatasan dengan kelerengan yang cukup

tinggi masih agak sulit untuk mengakses sarana pendidikan.

Secara umum fasilitas pendidikan yang ada di Wilayah Maroko sudah cukup baik,

gedung sekolah masih cukup terawat dengan fasilitas yang memadai serta tenaga pengajar

yang mencukupi. Selain itu, dari hasil perekaman gambar yang dilakukan menunjukkan

bahwa penduduk usia sekolah tingkat menengah keatas (SMA), mereka bersekolah di

SMA yang ada di Kecamatan Wuryantoro dengan alasan kualitas pendidikan yang menurut

masyarakat paling baik daripada Kecamatan Manyaran dan Kecamatan Eromoko.

2.4.4.2 Fasilitas Pendidikan

Penduduk di Kecamatan Manyaran mayoritas beraga islam. Hal ini terlihat dari

jumlah masjid sebanyak 98 buah yang hampir tersebar disemua desa/kelurahan yang

kemudian disusul dengan gereja yang hanya 5 buah, kemudian Vihara Budha sebanyak 9

buah, dan tidak terdapat vihara Hindu di Kecamatan Manyaran. Total sarana peribadatan

yang terdapat di Kecamatan Manyaran hanya 4% dari total sarana peribadatan yang ada di

Kabupaten Wonogiri.

Penduduk di Kecamatan Wuryantoro mayoritas memeluk agama Islam. Hal

tersebut ditandai dengan sarana peribadatan kaum muslim yaitu masjid dan mushola yang

paling banyak jumlahnya. Serta tidak adanya masyarakat yang beragama budha di

kecamatan ini. Total sarana peribadatan yang terdapat di Kecamatan Wuryantoro hanya

3% dari total sarana peribadatan yang ada di Kabupaten Wonogiri.

Kecamatan Eromoko memiliki penduduk mayoritas beragama islam.. Hal ini

terlihat dari jumlah masjid sebanyak 161 buah yang hampir tersebar di semua kelurahan

yang kemudian disusul dengan gereja yang hanya 13 buah. Sementara vihara budha dan

hindu belum terdapat di kecamatan Eromoko. Kecamatan Eromoko hanya 4,5% dari total

sarana peribadatan yang ada di Kabupaten Wonogiri. Berikut adalah diagram perbandingan

sarana peribadatan yang terdapat pada Kecamatan Manyaran, Wuryantoro, dan Eromoko.

Sumber: BPS Kabupaten Wonogiri

Gambar 2.39

Diagram Jumlah Sarana Pendidikan Wilayah Maroko

Page 37: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

36

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4A, 2013

Gambar 2.41

Peta Sebaran Sarana Peribadatan

Maroko

Berikut adalah diagram perbandingan sarana peribadatan yang terdapat pada Kecamatan

Manyaran, Wuryantoro, dan Eromoko. Berdasarkan data selama 6 tahun terakhir yang

diperoleh, tidak ada perubahan yang signifikan terhadap jumlah sarana peribadatan.

Berdasarkan gambar 2.41, dapat

diketahui bahwa dari ketiga kecamatan

tersebut, fasilitas terbanyak adalah

bangunan masjid. Hal tersebut karena

rata-rata penduduk yang menetap pada

kecamatan Manyaran, Wuryantoro, dan

Eromoko beragama Islam. Berdasarkan

kuantitas, Kecamatan Eromoko memiliki

jumlah fasilitas peribadatan yang paling

banyak.Apabila dilihat dari acuan

Standar Nasional Indonesia, jumlah

sarana peribadatan masjid di ketiga

kecamatan tersebut sudah memenuhi

standar bahkan jauh di atas standar

minimal, sehingga kebutuhan

masyarakat terhadap fasilitas peribadatan

sudah sangat terpenuhi.

0

50

100

150

200

Masjid Langgar/Surau

Gereja Vihara Hindu Vihara Budha

Manyaran Wuryantoro Eromoko

Sumber: BPS Kabupaten Wonogiri

Gambar 2.40

Diagram Jumlah Sarana peribadatan Wilayah Maroko

Page 38: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

37

0

20

40

60

80

100

120

Manyaran Wuryantoro Eromoko

2.4.5.3 Fasilitas Kesehatan

Sarana kesahtan tersebut menjadi sistem

pembentuk ruang di Kecamatan Manyaran,

Wuryantoro, dan Eromoko. Selain itu sarana

kesehatan juga dapat menunjukkan tingkat kesehatan

manyarakat yang tinggal di 3 kecamatan tersebut.

Berdasarkan data selama 6 tahun terakhir yang

diperoleh, tidak ada perubahan yang signifikan

terhadap jumlah sarana kesehatan.

Berdasarkan gambar 2.42 menunjukkan

Kecamatan Wuryantoro memiliki sarana kesehatan

paling lengkap yakni memiliki 6 sarana kesehatan

diantaranya 1 puskesmas, 3 puskesmas pembantu, 1

poliklinik, 2 rumah persalin, 5 praktek dokter dan 47

posyandu. Kecamatan Manyaran memiliki 5 sarana

kesehatan diantaranya adalah 1 puskesmas, 4 puskesmas pembantu, 6 rumah bersalin, 2

praktek dokter dan 88 posyandu dan Kecamatan Eromoko memiliki 5 sarana kesehatan

yaitu 2 puskesmas, 9 puskesmas pembantu, 5 rumah bersalin, dan 110 posyandu. Peraturan

pemerintah Wonogiri menyebutkan bahwa satu kecamatan harus memiliki setidaknya 1

puskesmas untuk melayani kesehatan masyarakat. Dari keenam sarana kesehatan yang ada,

posyandu paling mendominasi jumlah sarana kesehatan yang ada. Akan tetapi jumlah

posyandu paling banyak terdapat pada Kecamatan Eromoko. Posyandu disini berfungsi

melayani kesehatan anak balita dan memantau tumbuh kembang anak balita serta

memberikan imunisasi. Kemudian di masing masing kecamatan juga memiliki sarana

kesehatan berupa rumah bersalin yang berfungsi melayani suatu persalinan ibu-ibu yang

akan melahirkan. Sarana kesehatan berupa poliklinik sebagai penunjang pelayanan

kesehatan masyarakat hanya terdapat di Kecamatan Wuryantoro. Selain itu sarana

kesehatan berupa praktek dokter hanya terdapat di Kecamatan Manyaran dan Wuryantoro,

jumlah paling banyak terdapat di Kecamatan Wuryantoro. Dari sarana yang ada di Wilayah

Maroko secara keseluruhan baik di Kecamatan Manyaran, Kecamatan Wuryantoro ataupun

Kecamatan Eromoko sudah memenuhi SNI. Sehingga Penduduk di wilayah Maroko

Tercukupi akan Layanan Kesehatannya. Ketiga Kecamatan sudah memiliki sarana

kesahatan yang cukup baik hal ini ditandai dengan adanya puskesmas dan puskesmas

pembantu di masing-masing kecamatan. Namun, untuk beberapa desa yang terletak di

perbatasan antara Kecamatan Manyaran dan Kecamatan Eromoko belum dapat secara

optimal merasakan jangkauan dari sarana kesehatan tersebut, hal itu disebabkan oleh

kondisi topografi yang cukup tinggi sehingga untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah

memberikan alternatif puskesmas keliling. Berikut adalah gambar kondisi sarana kesehatan

di Wilayah Maroko.

2.4.5.4 Fasilitas Ekonomi

Sumber: BPS Kabupaten Wonogiri

Gambar 2.42

Diagram Jumlah Sarana

Kesehatan Wilayah Maroko

0

200

400

600

800

Kecamatan Manyaran Kecamatan Wuryantoro

Kecamatan Eromoko

Sumber: BPS Kabupaten Wonogiri

Gambar 2.43

Diagram Jumlah Sarana Ekonomi

Wilayah Maroko

Page 39: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

38

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4A, 2013

Gambar 2.44

Peta Perbandingan Jumlah Sarana

Perdagangan dan Jasa Maroko

Dari gambar 2.44 dapat

diketahui bahwa jumlah sarana

perdagangan paling banyak terdapat

pada Kecamatan Eromoko. Hal

tersebut disebabkan karena luas

wilayah Kecamatan Eromoko adalah

luas wilayah terbesar dari ketiga

kecamatan tersebut. Berikut ini adalah

peta persebaran sarana perekonomian

Wilayah Maroko. Sarana perdagangan

yang terdapat pada Wilayah Maroko

terdiri dari pasar umum, pasar hewan,

pasar desa, serta toko dan kios. Dari

perbandingan ini dapat dilihat bahwa

sebagian besar penduduk melakukan

kegiatan ekonomi menggunakan

toko/kios. Hal tersebut disebabkan

oleh faktor akses yang cukup sulit

untuk menjangkau pasar. Namun pasar

yang terdapat di Wilayah Maroko tidak

beroperasi setiap hari, pasar-pasar

tersebut hanya berfungsi pada hari-hari

pasar sesuai dengan kecamatan

masing-masing

2.4.5.5 Fasilitas Olahraga

Sarana olahraga merupakan sarana penunjang suatu aktivitas olahraga yang

dibutuhkan masyarakat. Sarana olahraga yang terdapat pada Wilayah Maroko antara lain

lapangan sepak bola, lapangan volly, lapangan bulu tangkis, dan lapangan tenis. Kondisi

sarana olahraga yang ada masih cukup baik dan masih sering digunakan oleh masyarakat

di Wilayah Maroko.

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Lapangan voli lapangan bulu tangkis lapangan sepak bola

Lapangan voli

lapangan bulu tangkis

lapangan sepak bola

Sumber: BPS Kabupaten Wonogiri

Gambar 2.45

Diagram Jumlah Fasilitas Olahraga Wilayah Maroko

Page 40: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

39

Sumber : Hasil Analisis

Kelompok 4A, 2013

Gambar 2.46

Peta Sebaran Fasilitas

Pemerintahan Maroko

Sumber : Hasil Analisis

Kelompok 4A, 2013

Gambar 2.47

Peta Objek Wisata

Maroko

2.4.5.6 Fasilitas Pemerintahan

Sebagai wilayah yang memiliki aturan

dan tata organisasi maka di Kecamatan

Manyaran dan Wuryantoro memiliki

kantor-kantor kelurahan/desa sebagai

pusat pemerintahan untuk mengatur

seluruh kegiatan dan masyarakat dari

tingkatan kelurahan. Serta terdapat balai

desa sebagai tempat pertemuan

masyarakat. Berdasarkan hasil

wawancara dan observasi, perangkat

desa/kelurahan menganggap bahwa

kondisi sarana pemerintahannya kurang,

karena bangunannya yang sudah cukup

tua dan kurangnya inventaris yang dapat

mendukung pelayanan kepada

masyarakat seperti komputer dan printer.

Berikut ini adalah gambar dan peta

persebaran jumlah sarana pemerintahan

di Wilayah Maroko.

2.4.5.7 Fasilitas Kebudayaan dan Rekreasi

Sarana kebudayaan yang ada di

wilayah Maroko yaitu Museum Wayang

Kulit Indonesia yang terletak di

Kecamatan Wuryantoro. Sumber mata

air Umbul Naga, seni ukir bambu,

organisasi wayang kulit, dan seni lukis

kaca yang terdapat pada Kecamatan

Manyaran. Selain itu pada Kecamatan

Eromoko juga terdapat Waduk Parang

Joho yang memiliki pemandangan yang

sangat indah. Berikut adalah peta

persebaran sarana kebudayaan dan

sarana rekreasi yang terdapat di wilayah

Maroko.

Page 41: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

40

2.5 Kelembagaan

Kelembagaan masyarakat merupakan suatu institusi yang mengarah pada organisasi atau pranata yaitu sistem norma khusus yang mengatur

suatu rangkaian tindakan dalam kehidupan bermasyarakat. Kelembagaan masyarakat yang terbentuk di wilayah studi Maroko adalah lembaga

yang dibentuk berdasarkan kebutuhan dan sebagian merupakan kerjasama desa dengan masyarakat. Jenis kelembagaan di Wilayah Maroko dapat

dlihat pada tabel berikut : Tabel 3.1

Matriks Kelembagaan Wilayah Maroko

No Organisasi Status Fungsi dan peran deskripsi

A Kecamatan Pemerintah Perencana Pembuat rencana startegis pembangunan wilayah kecamatan

dan mengakomodir musyawarah rencana pembangunan

B Kelurahan Pemerintah Perencana Pembuat rencana tata ruang kelurahan

C PNPM Non Pemerintah Fasilitator/Mediator Fasilitator pembangunan antar pemerintah dengan

masyarakat

D Kelompok Tani Non Pemerintah Pelaksana Membantu pemerintah dalam meningkatkan perekonomian

pada sektor pertanian

E Kelompok Ternak Non Pemerintah Pelaksana Membantu pemerintah dalam meningkatkan perekonomian

pada sektor perternakan

F PAMSIMAS Non Pemerintah Pelaksana Menyediakan air bersih dan sanitasi bagi masyarakat

H KUD Pemerintah Pelaksana Membantu masyarakat dalam pengadaan modal usaha

I Desa Pemerintah Perencana Menyusun Anggaran Dasar Desa

J Koramil Pemerintah Pelaksana Membantu stabilitas keamanan kecamatan

Tabel 3.2

Matriks Hubungan Kelembagaan Wilayah Maroko

Kecamatan Kelurahan Desa PNPM

Kelompok

Tani

Kelompok

Ternak PAMSIMAS KUD Koramil

Kecamatan

Terstruktur

dan formal

Terstruktur

dan formal -

Terstruktur

dan formal

Terstruktur

dan formal - -

Terstruktur

dan formal

Kelurahan peraturan

tertulis/legal -

sukarela dan

informal

Terstruktur

dan formal

sukarela dan

informal

sukarela dan

informal

Terstruktur

dan formal -

Page 42: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

41

Kecamatan Kelurahan Desa PNPM

Kelompok

Tani

Kelompok

Ternak PAMSIMAS KUD Koramil

Desa peraturan

tertulis/legal -

sukarela dan

informal

Terstruktur

dan formal

Terstruktur

dan formal

sukarela dan

informal

Terstruktur

dan formal -

PNPM Konsensus/k

esepakatan

konsensus/kes

epakatan

konsensus/ke

sepakatan

sukarela dan

informal

sukarela dan

informal

sukarela dan

informal - -

Kelompok

Tani

peraturan

tertulis/legal

peraturan

tertulis/legal

peraturan

tertulis/legal

konsensus/

kesepakatan - -

Terstruktur

dan formal -

Kelompok

Ternak

peraturan

tertulis/legal

peraturan

tertulis/legal

peraturan

tertulis/legal

konsensus/

kesepakatan -

-

Terstruktur

dan formal -

PAMSIMAS - peraturan

tertulis/legal

peraturan

tertulis/legal

konsensus/

kesepakatan - -

- -

KUD peraturan

tertulis/legal

peraturan

tertulis/legal

peraturan

tertulis/legal -

konsensus/kes

epakatan

konsensus/kes

epakatan -

-

Koramil peraturan

tertulis/legal - - - - - - -

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4A, 2013

Tabel di atas menjelaskan hubungan antar organisasi yang terdapat di Wilayah Maroko. Mekanisme hubungan yang terjadi diantara lebih dari 1

organisasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu:

Terstruktur dan formal, biasa terjadi diantara lembaga-lembaga negeri yang bersifat resmi. Contohnya adalah mekanisme hubungan antara

kecamatan dengan kelurahan, kecamatan dengan desa, kecamatan dengan kelompok tani, kecamatan dengan kelompok ternak, kecamatan

dengan koramil, kelurahan dengan kelompok tani, kelurahan dengan KUD.

Sukarela dan informal, biasa terjadi diantara lembaga-lembaga swasta yang bersifat tidak begitu resmi. Contohnya adalah mekanisme

hubungan antara kelurahan dengan PNPM, kelurahan dengan kelompok ternak, kelurahan dengan PAMSIMAS, desa dengan PNPM, PNPM

dengan kelompok tani, dan PNPM dengan kelompok ternak.

Dalam menjalankan hubungan juga terdapat dasar dalam organisasi tersebut. Dasar dalam hubungan di antara organisasi terbagi menjadi 2 jenis

yaitu:

Konsensus/ kesepakatan, merupakan dasar dalam menjalin hubungan yang terjadi diantara lembaga-lembaga swasta yang bersifat tidak

begitu resmi. Contohnya sama seperti lembaga-lembaga yang menjalani mekanisme sukarela dan informal.

Peraturan tertulis/legal, merupakan dasar dalam menjalin hubungan yang terjadi diantara lembaga-lembaga negeri yang bersifat resmi.

Contohnya sama seperti lembaga-lembaga yang menjalani mekanisme terstruktur dan formal.

Page 43: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

42

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4A, 2013

Gambar 3.1

Bagan Permasalahan Pertanian

BAB III

POTENSI DAN PERMASALAHAN WILAYAH

3.1 Potensi dan Permasalahan

Sektor informal di wiayah Maroko adalah pertanian. Hasil komoditas pertanian di

wilayah Maroko Mayoritas adalah padi, palawija seperti tanaman kacang-kacangan,

jagung, dan singkong. Hasil komoditas tersebut didistribusikan ke sektor informal yang

berada di daerah kota yaitu toko kelontong. Kemudian aliran barang dari sektor informal

kota didistribusikan menuju sektor formal yang berada di kota yang berupa pasar

pertokoan dan mini market. Sektor formal yang berada di kota juga memiliki hubungan

dengan sektor informal yang berada di desa yaitu pertanian. Dimana sektor informal

pertanian mendapatkan bahan produksi pertanian seperti bibit, pupuk, pestisida, dan alat-

alat petanian. Selain itu sektor informal di desa (pertanian) memiliki hubungan langsung

dengan world market atau wilayah yang lebih luas yaitu Kabupaten Wonogiri. Hubungan

ini berupa penjualan hasil komoditas padi (beras) yang didistribusikan langsung ke pusat

kota Wonogiri. Untuk hubungan pusat kota Wonogiri dengan sektor formal wilayah

Maroko yaitu untuk memenuhi kebutuhan wilayah Maroko yang tidak ada di wilayah

Maroko itu sendiri, seperti pemenuhan barang-barang elektronik, dan sembako yang tidak

di produksi di wilayah Maroko. Bagan dapat dilihat pada gambar 3.1.

Sektor informal lain yang ada di wilayah Maroko yaitu home industry berupa industri

kerajinan baik kerajinan wayang kulit dan kerajinan bambu. Hasil produksi industri ini

berupa olahan wayang kulit, dan anyaman bambu yang di distribusikan ke sektor informal

kota yaitu distributor. Selanjutnya distributor menjual hasil produksi tersebut ke sektor

formal kota yaitu pasar, pertokoan, dan mini market. Selain menjual hasil produksi

informal ke sektor formal, distributor juga menjuual hasil produksi langsung ke world

market yaitu pusat kota Wonogiri tepatnya Kecamatan Selogiri dan kota-kota di luar

Pertanian,

Toko

kelontong

Pasar,

Pertokoan,

mini

market

Kabupaten

Wonogiri

Page 44: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

43

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4A, 2013

Gambar 3.2

Bagan Permasalahan Home industry

wilayah Kabupaten Wonogiri seperti Kota Jakarta dan Kota Denpasar. Distribusi langsung

kepada world market tidak hanya dilakukan oleh distributor, namun home industry juga

menjual langsung hasil produksi ke world market yaitu kerajinan Wayang Kulit ke Kota

Jakarta, dan anyaman bambu ke Kota Denpasar. Selain hubungan diatas world market juga

menjual menjual kebuuhan yang tidak dapat dipenuhi di wilayah Maroko ke pasar,

pertokoan, dan mini market yang selanjutnya di distribusikan lagi ke home industry. Bagan

dapat dilihat pada gambar 3.2.

3.2 Hubungan Antar Aspek

Pada poin ini akan membahas mengenai hubungan aspek lain dengan dua

permasalahan utama yaitu Pertanian dan Home industry.

3.2.1 Pertanian

Pada permasalahan pertanian ternyata berkaitan dengan beberapa hal yaitu Jalan dan

Ekonomi, berikut penjelasannya :

a. Pertanian dengan Jalan

Sektor pertanian merupakan sektor basis perekonomian di wilayah Maroko. Aktivitas

pertanian ini menyebar di setiap wilayah Maroko dengan mayoritas penduduk

bermatapencaharian sebagai petani. Sebagai sektor basis perekonomian di Wilayah

Maroko, pertanian yang ada di wilayah ini belum sepenuhnya maju. Hal ini dikarenakan

berbagai faktor, salah satunya adalah faktor aksesbilitas yang berkaitan erat dengan

kondisi jalan.

Kondisi jalan yang ada di wilayah Maroko belum sepenuhnya baik. Terutama jalan

yang menjadi akses menuju pelosok desa yang ada di wilayah Maroko. Inilah yang

menjadi penyebab sulitnya aktivitas pertanian yang ada terutama dalam hal

pendistribusian baik untuk hasil produksi pertanian maupun pendistribusian keperluan

pertanian lainnya. Jalan yang beraada di desa wilayah Maroko sebagian besar merupakan

jalan rabat beton. Jalan ini memiliki lebar yang tidak lebih dari 3 meter, sehingga masih

Home

industry

Distributor

Pasar,

Pertokoan,

mini

market

Kabupaten

Wonogiri,

Kota Jakarta

dan Kota

Denpasar

Page 45: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

44

belum memadai untuk digunakan untuk pendistribusian dalam aktivitas pertanian yang

menggunakan mobil angkutan.

b. Pertanian dengan Ekonomi

Sektor pertanian merupakan sektor basis di wilayah Maroko sehingga menjadi sektor

yang berperan penting dalam ekonomi Maroko. Jika sektor pertanian ini mundur, maka

berdampak pada masalah ekonomi di wilayah Maroko seperti masyarakat tidak mampu

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya karena sebagian besar mata pencaharian sebagai

petani dan buruh tani.

3.2.2 Home industry

Pada permasalahan Home industry ternyata berkaitan dengan beberapa hal yaitu

Jalan dan Transportasi, berikut penjelasannya :

a. Home industry dengan Jalan

Home industry merupakan lapangan kerja yang diciptakan oleh penduduk guna

mendapatkan penghasilan. home industri ini bermodalkan kreatifitas penduduk dalam

mengolah bahan mentah menjadi barang yang memiliki daya jual. Home industry di

wilayah maroko adalah anyaman bambu dan kerajianan wayang. Aktifitas home industri

ini dipengaruhi oleh aksesibilitas di wilayah Maroko. Kedua kerajinan ini berada di

kecamatan manyaran tepatnya di desa Karanglor (anyaman bambu) dan kelurahan

Kepuhsari (kerajinan wayang). Dari kedua home industri yang ada kerajinan ayaman

bambu lebih cepat berkembang dibandingkan dengan kerajinan wayang. Hali ini

dikarenakan lokasi kerajinan anyaman bambu lebih dekat dengan jalan utama yaitu jalan

lintas propinsi. Sehingga kegiatan distribusi hasil kerajinan lebih mudah dan cepat

didistribusikan ke luar kota. Berbanding terbalik dengan kerajianan wayang yang

lokasinya terletak kelurahan Kepuhsari di bagian selatan dimana jauh dari jalan utama.

Selain itu lokasi kerajinan tersebut nampak seperti terisolasi karena kondisi jalan di

wilayah tersebut rusak dan berlubang alhasil kegiatan distribusi hasil kerajinan menjadi

terhambat dan sulit berkembang.

b. Home Industri dengan Telekomunikasi

Home industry di wilayah Maroko menjadi faktor dominan atau aspek kunci yang

mempengaruhi perekonomian wilayah. Produksi home industry ini diantaranya kerajinan

wayang kulit, dan anyaman bambu. Home industry tersebut memiliki hubungan dengan

aspek lain salah satunya dengan jaringan telekomunikasi. Dengan kemajuan jaman,

jaringan telekomunikasi menjadi pengaruh dari pertumbuhan produksi terhadap wilayah

luar khususnya wilayah luar Kabupaten Wonogiri. Hasil produksi kerajinan dapat

didistribusikan langsung oleh para pengrajin ke luar wilayah Maroko seperti para

pengrajin wayang kulit yang mendistribusikan langsung hasil produksinya melalui

jaringan telekomunikasi telepon terhadap para pembelinya yang berada di Kota Jakarta.

Sedangkan untuk kerajinan anyaman bambu para pengrajin banyak mengirimkan

permintaan hasil produksinya ke Kota Denpasar.

3.3 Skenario dan Tren Perkembangan Wilayah Maroko

Skenario yang akan dilakukan berdasarkan pendekatan PESTO yaitu Politik,

Ekonomi, Sosial dan Teknologi. Penjelasan PESTO di wilayah Maroko sebagai berikut :

Politik : Kebijakan yang ada di Maroko, yaitu Kebijakan Tata Ruang

Ekonomi : Investasi

Sosial : Migrasi

Teknologi : Inovasi

3.3.1 Pertanian

Terdapat tiga pendekatan untuk penyusunan skenario, yaitu Status Qou, Skenario

Optimis dan Skenario Pesimis, berikut penjelasannya :

Page 46: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

45

a. Status Quo

Sektor pertanian merupakan sektor basis basis di wilayah Maroko. sebagai sektor

basis, pertanian di Maroko tidak hanya memenuhi kebutuhan di wilayah itu sendiri

namun juga sudah diekspor ke Kabupaten Wonogiri. Namun dalam perkembangannya,

sektor ini pertumbuhannya cukup lambat, hal ini disebabkan karena hasil produksi tani

setiap tahun cenderung tetap. Hal ini dipengaruhi kondisi alam di Maroko dimana pada

bulan juni hingga september terjadi kekeringan sehingga produksi tani khususnya padi

hanya sekali setahun. Faktor faktor yang mempengaruhi keadaan sektor pertanian adalah

politik, ekonomi, sosial dan teknologi. Jika dilihat dari faktor politik,selama ini

pemerintah sudah mulai memberikan perhatian dalam pengembangan pertanian yaitu

pembentukan GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani). Kelompok tani ini dibentuk

untuk mewadahi petani dalam pemberian bantuan baik bibit, pupuk, pestisida dan alat

pertanian. Selain itu kelompok ini juga dibentuk untuk mewadahi petani dalam

pemberian penyuluhan mengenai pertanian. Namun dalam prosesnya, kelompok tani ini

kurang berjalan dengan baik karena kurangnya koordinasi antara pemerintah dan petani

sendiri. Apabila kondisi ini tetap maka perkembangan pertanian di Maroko tidak akan

signifikan. Jika dilihat dari faktor ekonomi yaitu investasi, sektor pertanian di Maroko

hanay mendapat investasi dari pemerintah. Investasi yang diberikan pemerintah yaitu

bantuan dalam pengembangan pertanian. Apabila kondisi ini tetap tanpa adanya investasi

dari pihak lain seperti swasta, maka pertanian di Maroko akan tetap stagnan. Faktor

lainnnya yaitu faktor sosial, dimana kondisi sosial di Maroko, penduduk yang menetap

tinggal di Maroko mayoritas adalah penduduk yang usianya 30 tahun keatas. Hal ini

disebabkan karena penduduk usia produktif melakukan migrasi keluar daerah. Hal ini

tentunya mempengaruhi perkembangan pertania di Maroko dimana kurangnya tenaga

kerja yang produktif dalam mengelola pertanian. Apabila hal ini tetap terjadi, maka

produksi pertanian di Maroko akan tetap stagnan bahkan menurun karena kekurangan

SDM untuk mengelola pertanian. Faktor terakhir yang mempengaruhi adalah faktor

teknologi. Di wilayah Maroko, pengelolaan pertanian masih bersifat tradisional dan

belum ada inovasi yang membuat pertanian meningkat. Apabila hal ini tetap maka

produksi pertanian di Maroko tidak berkembang bahkan menurun karena tidak mampu

mengikuti perkembangan teknologi/inovasi khususnya dalam bidang pertanian.

b. Skenario Optimis

Pendekatan Politik untuk Sektor Pertanian akan berkembang jika didukung dengan

optimalnya peran kelompok tani yang ada di wilayah Maroko. Peran aktif kelompok tani

ini mampu sebagai wadah untuk saling berbagi informasi tentang bibit, pupuk, alat-alat

pertanian sehingga dapat meningkatkan produktivitas sawah. Pendekatan Ekonomi untuk

Sektor pertanian akan berkembang jika didukung dengan adanya investasi yang lebih

sehingga masyarakat dapat terbantu dalam pemenuhan modal seperti bibit, pupuk, alat-

alat pertanian, dan untuk membeli hasil pertanian dari masyarakat.

Pendekatan Sosial untuk Sektor pertanian akan berkembang jika jumlah migrasi di

wilayah Maroko dapat ditekan. Migrasi yang terjadi di Maroko sebagian besar berada di

usia produktif sehingga mengurangi sumber daya manusia untuk mengelola pertanian di

Maroko. Dengan berkurangnya atau dapat ditekannya angka migrasi diharapkan mampu

membuat sektor pertanian akan berkembang. Pendekatan Teknologi untuk Sektor

pertanian akan berkembang jika dibantu dengan adanya inovasi dalam bidang pertanian

seperti alat-alat pertanian yang baru dan bibit-bibit unggul.

c. Skenario Pesimis

Pertanian merupakan sektor basis dalam perekonomian wilayah Maroko, akan tetapi

sektor pertanian ini belum mampu menjadi sektor unggulan hanya mampu menjadi sektor

potansial. Hal ini dikarenakan sektor pertanian mengalami pertumbuhan yang lambat.

Page 47: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

46

Dengan berbagai permasalahan yang ada salah satunya dari investasi, baik investasi

pemerintah maupun swasta. Investasi tersebut dapat meningkatkan produksi pertanian

bagi wilayah Maroko. Namun investasi yang ada selama ini hanya berasal dari

pemerintah, belum ada investasi dari pihak swasta. Investasi dari pemerintah dengan

pemberian bibit subsidi melalui kelompok tani. Belum adanya monitoring yang baik

terhadap kelompok tani oleh pemerintah, maka akan mempengaruhi terhadap pemberian

investasi dari pemerintah.

Tingginya angka migrasi yang ada di wilayah Maroko menjadikan penduduk wilayah

ini hanya anak-anak dan penduduk usia tua. Sehingga kurangnya penduduk usia produktif

di Maroko yang seharusnya berpotensi untuk mengembangkan produksi pertanian di

wilayahnya. Dengan kurangnya investasi khusunya penambahan investasi dari pihak

swasta dan kurangnya penduduk usia produktif, sehingga tidak berkembangnya inovasi

penggunaan alat-alat produksi pertanian. Hal ini akan menjadikan produksi pertanian

semakin lama semakin tidak berkembang.

3.3.2 Home industry

Terdapat tiga pendekatan untuk penyusunan skenario, yaitu Status Qou, Skenario

Optimis dan Skenario Pesimis, berikut penjelasannya :

a. Status Quo

Kegiatan home industry di wilayah Maroko terdiri dari pengerajin anyaman bambu

dan pengerajin wayang kulit. Kondisi kegiatan industri rumahan wayang kulit di Wilayah

Maroko ini sudah sempat dikirim hingga ke Provinsi DKI Jakarta dan luar negeri. Namun

beberapa tahun terakhir mengalami kemuduran disebabkan oleh tidak adanya perhatian

dari pemerintah setempat yang belum membuat kebijakan pengembangan terkait industri

rumahan, terbatasnya modal dan kurangnya sumber daya manusia yang ingin meneruskan

usaha ini yang disebabkan oleh kultur masyarakat terutama penduduk usia produktif di

Maroko yang lebih memilih pergi ke luar wilayah dibandingkan harus menetap dan

meruskan usaha yang ada. Sedangkan pada industri rumahan anyaman bambu saat ini

sudah dapat menjangkau pasar hingga ke Kota Denpasar. Pada sektor kerajinan wayang

kulit apabila kondisi modal tetap terbatas seperti saat ini maka industri rumahan wayang

kulit ini akan semakin mengalami kemunduran. Pada sektor kerajinan anyaman bambu

dengan kondisi investasidan modal yang terbatas serta kondisi jumlah migrasi yang

tinggi maka sektor industri rumahan di Maroko tidak akan mengalami pertumbuhan.

b. Skenario Optimis

Home industry yang terdapat di wilayah Maroko adalah industri wayang kulit dan

anyaman bambu. Industri yang terdapat di wilayah Maroko tersebut masih belum

berkembang dengan cukup baik. Padahal beberapa waktu yang lalu industri wayang kulit

yang ada pemasarannya hingga ke luar negeri. Namun seiring berjalannya waktu, justru

terjadi kemunduran terhadap industri wayang kulit ini dikarenakan ketidaktersedian

modal untuk pengembangan industri tersebut. Sejak mengalami kemuduran tersebut,

beberapa pengrajin industri wayang kulit mulai kembali merintis usaha yang sempat

berhenti tersebut. Saat ini pemasarannya telah sampai keluar daerah Wonogiri seperti

Kota Jakarta. Begitu pula dengan industri anyaman bambu yang masih sulit untuk

berkembang karena kertebatasan modal, padahal indutri anyaman bambu yang terdapat di

wilayah Maroko ini merupakan industri anyaman bambu terbesar ketiga di Jawa Tengah.

Dari latar belakang kondisi home industry yang telah dijelaskan di atas, home industry

yang terdapat di wilayah Maroko sanagt memiliki potensi yang sangat baik untuk

dikembangkan. Pemerintah belum memiliki perhatian yang lebih terkait dengan

keberadaan home industry di wilayah Maroko. Jika pemerintah dapat lebih

memperhatikan home industry yang ada melalui pembuatan kebijakan untuk memajukan

home industry, maka industri kerajinan wayang kulit dan anyaman bambu dapat

Page 48: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

47

berkembang dengan baik karena adanya dukungan dari pihak pemerintah terkait produksi

maupun pemasaran dari hasil industri tersebut.

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa permasalahan home industry bermuara pada

ketidaktersediaan modal. Hal ini tentu juga dikarenakan minimnya investor yang bersedia

untuk melakukan investasi pada home industry di wilayah Maroko. Padahal peran

investor sangat diperlukan dalam pengadaan modal home industry. Jika banyak investor

yang bersedia melakukan investasi pada home industry di wilayah Maroko maka akan

sangat membantu dalam kemajuan home industry tersebut.

Keberadaan home industry yang ada tentu juga membutuhkan tenaga kerja yang tidak

sedikit untuk proses produksi. Di wilayah Maroko sendiri keberadaan tenaga kerja

dengan usia produktif sangat sulit, hal ini dikarenakan tingginya tingkat migrasi yang

terjadi di wilayah ini. Apabila tingkat migrasi yang ada di wilayah Maroko dapat ditekan

maka perkembangan home industry pun dapat lebih baik karena adanya dukungan dari

tenaga kerja produktif yang berasal dari wilayah Maroko sendiri. Tenaga kerja dari

wilayah Maroko sendiri tidak perlu lagi melakukan migrasi karena home industry yang

maju di wilayah Maroko dapat menyerap tenaga kerja.

Hal terpenting lainnya terkait dengan home industry adalah adanya inovasi yang

dilakukan oleh pelaku industri. Inovasi yang harus dilakuakn baik dari kegiatan produksi

maupun dalam hal pemasaran hasil produksi tersebut. Inovasi yang dilakukan seperti

adanya penggunaan teknologi saat kegiatan produksi dan pemasaran hasil produksi

tersebut, sehingga hasil industri dapat lebih berkualitas dan memiliki pasar yang luas.

c. Skenario Pesimis

Berdasarkan kondisi eksisting, belum adanya perda yang mengatur tentang

keberlangsungan home industry di Wilayah Maroko. Apabila home industry seperti

wayang kulit dan anyaman bambu terus berkembang tanpa adanya perhatian khusus dari

pemerintah, maka akan ada kemungkinan home industry yang terdapat di Wilayah

Maroko mengalami kemunduran. Apabila ditinjau dari aspek ekonomi, belum ada

investasi terhadap usaha kecil/ pengrajin di Wilayah Maroko. Hal tersebut dapat menjadi

kendala bagi para pengrajin karena terkendala modal untuk mengembangkan usaha

tersebut. Kecenderungan migrasi bagi penduduk kelompok umur produktif menyebabkan

mayoritas penduduk yang terdapat di Wilayah Maroko yaitu orang-orang yang berusia di

atas 50 tahun. Home industry yang ada di Wilayah Maroko hanya dikembangkan oleh

penduduk usia tua sehingga hasil yang didapatkan tidak optimal dan dapat menyebabkan

kemunduran pada sektor home industry apabila tidak ada penduduk usia produktif yang

berminat untuk mengembangkan usaha-usaha tersebut. Teknologi juga menjadi peran

yang sangat penting dalam mengembangkan usaha. Pengembangan home industry yang

dilakukan selama ini masih bersifat konvensional sehingga hal tersebut tidak akan

memberikan hasil yang maksimal dalam proses produktivitasnya.

Page 49: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

48

BAB IV

RENCANA PENGEMBANGAN WILAYAH

4.1 Kebijakan dan Strategi Keruangan Tabel 4.1

Tabel Kebijakan dan Strategi Keruangan

No Analisis sistem

keruangan

Hasil analisis (fakta/kondisi yang ada) Pendekatan Strategi

1 Sistem pusat-pusat

pemukiman

Sistem pusat-pusat pemukiman yang ada di 3 kecamatan

diperoleh berdasarkan kepadatan permukiman dan

jumlah penduduk yang ada di wilayah 3 Kecamatan

tersebut. Pusat permukiman di Manyaran terdapat di

Kelurahan Karanglor, pusat pemukiman pada

Wuryantoro di Kelurahan Wuryantoro, Mlopoharjo, dan

Genukharjo. Sedangkan pusat pemukiman di Kecamatan

Eromoko terdapat pada Desa Eromoko, kelurahan

Ngadirejo, dan Kelurahan Puloharjo.

Agropolitan, pendekatan ini

merupakan pendekatan untuk

melakukan pengembangan

wilayah dengan memfokuskan

pertumbuhan di setiap wilayah

hinterland atau desa secara

terpadu, sehingga pertumbuhan

yang terjadi tidak hanya di

daerah pusat. Daerah pusat

lebih berfungsi sebagai

wilayah pemasaran dari hasil

pertanian pedesaan.

- Peningkatan jumlah dan

perbaikan terhadap sarana

perekonomian yaitu pasar-

pasar desa dan pasar umum

agar dapat menampung hasil

pertanian pedesaan.

- Pembenahan terhadap sarana

dan prasarana yang ada di

setiap pusat di desa secara

terpadu dan ke pusat

permukiman.agar dapat

memaksimalkan fungsi desa

sebagai pemenuh kebutuhan

wilayah desa itu sendiri.

- Pemerataan pelayanan sistem

pusat pemukiman di seluruh

Maroko.

2 Wilayah pelayanan

pusat permukiman

Wilayah pelayanan pusat di Kecamatan Manyaran

mencakup hampir seluruh desa dan kelurahan yang ada.

Sedangkan untuk desa yang berbatasan langsung dengan

Prov.DIY, mereka lebih memilih untuk memenuhi

kebutuhannya di Prov.DIY. Pada pusat Kecamatan

Wuryantoro dapat melayani daerah-daerah di sekitarnya

Agropolitan, pendekatan ini

merupakan pendekatan untuk

melakukan pengembangan

wilayah dengan memfokuskan

pertumbuhan di setiap wilayah

hinterland atau desa secara

- Maksimalisasi pelayanan

pada pusat permukiman

dengan cara melakukan

pembangunan dan perbaikan

terhadap sarana dan

prasarana yang ada di pusat

Page 50: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

49

No Analisis sistem

keruangan

Hasil analisis (fakta/kondisi yang ada) Pendekatan Strategi

yaitu Kelurahan Wuryantoro, desa Pulutan Wetan, desa

Pulutan Kulon, desa Sumberejo, desa Mlopoharjo, desa

Genukharjo dan Kelurahan Mojopuro. Selain itu pusat

pemukiman di Wuryantoro dapat melayani kelurahan

yang ada di kecamatan lain, seperti Kelurahan Bero

(Kecamatan Manyaran), desa Pijiharjo dan Kelurahan

Tempurharjo (Kecamatan Eromoko). Pusat pemukiman

di Kecamatan Eromoko dapat melayani hampir seluruh

desa dan kelurahan yang ada di Eromoko.

terpadu, sehingga pertumbuhan

yang terjadi tidak hanya di

daerah pusat. Daerah pusat

lebih berfungsi sebagai

wilayah pemasaran dari hasil

pertanian pedesaan

maupun wilayah pedesaaan

agar wilayah pedesaan dapat

mendistribusikan hasil

produksi pertanian ke

wilayah perkotaan.

- Meningkatkan kualitas dan

diversifikasi produk yang

dihasilkan dari wilayah-

wilayah yang ada.

3 Karakteristik wilayah

pedesaan dari setiap

pusat permukiman

tertentu

Ketiga pusat pemukiman yang ada di Kecamatan

Manyaran, Wuryantoro, dan Eromoko memiliki basis

perekonomian pada sektor pertanian. Karakteristik pusat

pemukiman di Kecamatan Manyaran memiliki mayoritas

penggunaan lahan adalah sawah, namun juga terdapat

tegalan yang menghasilkan jagung, singkong,dll.

Kecamatan Wuryantoro memiliki mayoritas penggunaan

lahan adalah sawah irigasi namun juga terdapat tegalan

yang menghasilkan jagung, singkong, sedangkan di

Kecamatan Eromoko mayoritas penggunaan lahannya

adalah sawah irigasi dan sawah tadah hujan, selain itu di

saat musim kemarau banyak terdapat tegalan yang

menghasilkan jagung,singkong, gudei, kacang tanah,dll.

Agropolitan, pendekatan ini

merupakan pendekatan untuk

melakukan pengembangan

wilayah dengan memfokuskan

pertumbuhan di setiap wilayah

hinterland atau desa secara

terpadu, sehingga pertumbuhan

yang terjadi tidak hanya di

daerah pusat. Daerah pusat

lebih berfungsi sebagai

wilayah pemasaran dari hasil

pertanian pedesaan

- Maksimalisasi potensi

sumberdaya alam yang

terdapat di setiap desa

dengan cara pemberian

modal kepada petani,

misalnya melalui KUD

(Koperasi Unit Desa).

- Pemberdayaan masyarakat

pelaku agribisnis setempat,

seperti pelatihan-pelatihan.

- Pengembangan pusat-pusat

pertumbuhan agribisnis dan

industri pertanian di setiap

pusat permukiman.

4 Hubungan antara

pusat satu dengan

pusat lain

Hubungan pusat permukiman di Kecamatan Manyaran

dan pusat permukiman di kecamatan Wuryantoro cukup

erat terutama pada pelayanan sarana pendidikan SMA ke

pusat permukiman Wuryantoro, selain itu juga adanya

keterkaitan aksesibilitas antar 2 pusat tersebut.

Sedangkan hubungan pusat Manyaran ke pusat Eromoko

tidak ada hubungan. Hubungan antara pusat permukiman

di Kecamatan Wuryantoro dengan Kecamatan Eromoko

Agropolitan, pendekatan ini

merupakan pendekatan untuk

melakukan pengembangan

wilayah dengan memfokuskan

pertumbuhan di setiap wilayah

hinterland atau desa secara

terpadu, sehingga pertumbuhan

yang terjadi tidak hanya di

- Perbaikan dan perawatan

prasarana jalan sebagai faktor

utama dalam mobilitas

kegiatan masyarakat antara

tiap pusat permukiman.

Page 51: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

50

No Analisis sistem

keruangan

Hasil analisis (fakta/kondisi yang ada) Pendekatan Strategi

memiliki keterkaitan yang erat. Hal ini dikarenakan

kedua pusat permukiman ini berdekatan, selain itu

keterkaitan lainnya yaitu pelayanan sarana pendidikan

SMA yang berpusat di Wuryantoro,dan kedua wilayah

ini merupakan jalur transpotasi dari Pracimantoro

menuju Solo. Pusat pemukiman di Eromoko tidak

memiliki hubungan dengan Manyaran.

daerah pusat. Daerah pusat

lebih berfungsi sebagai

wilayah pemasaran dari hasil

pertanian pedesaan

5 Hubungan antara

pedesaan dengan

pusat perkotaan

terdekat

Hubungan pedesaan dengan pusat terdekat cukup erat

karena pedesaan yang ada di sekitar pusat pemukiman

terlayani oleh pusat pemukiman yang ada,

1.Kecamatan Manyaran, hubungan pusat pemukiman di

Manyaran dengan desa-desa yang ada adalah pergerakan

penduduk yang salah satunya dikarenakan adanya

tempat pariwisata Sendang Songo dan adanya aliran

barang yang berupa kerajinan wayang, alumunium, intip,

bak pia, serta hasil sumber daya alam.

2. Kecamatan Wuryantoro, wilayah hinterland atau

pedesaan mengirim hasil dari pertanian ke pasar desa

atau pasar umum karena wilayah pedesaan belum

memiliki pasar serta adanya pergerakan penduduk yang

salah satunya dikarenakan adanya waduk

Gajahmungkur.

3. Kecamatan Eromoko, memiliki hubungan dari

pedesaan terhadap pusat pemukimannya adalah

pergerakan penduduk serta pergerakan barang berupa

hasil produksi pertanian, serta hasil kerajinan.

Agropolitan, pendekatan ini

merupakan pendekatan untuk

melakukan pengembangan

wilayah dengan memfokuskan

pertumbuhan di setiap wilayah

hinterland atau desa secara

terpadu, sehingga pertumbuhan

yang terjadi tidak hanya di

daerah pusat. Daerah pusat

lebih berfungsi sebagai

wilayah pemasaran dari hasil

pertanian pedesaan

- Meningkatkan peran pusat

pemukiman sebagai tempat

penjualan dari komoditas-

komoditas pertanian dari

pedesaan.

- Menyediakan fasilitas untuk

pengembangan agro bisnis

di wilayah pedesaan seperti

pengadaan modal dan

teknologi pertanian.

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4A, 2013

Page 52: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

51

Sumber : Hasil Analisis

Kelompok 4A, 2013

Gambar 4.1

Peta Strategi

Pengembangan Wilayah

Pusat Permukiman

Maroko dan Peta

Strategi Pengembangan

Hubunga Pusat Satu

dengan Pusat Lainnya

Page 53: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

52

Sumber : Hasil Analisis

Kelompok 4A, 2013

Gambar 4.2

Peta Strategi

Pengembangan

Hubungan Pedesaan

dengan Pusat Perkotaan

dan Peta Strategi

Pengembangan

Karakterstik Wilayah

Pedesaan

Page 54: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

53

Sumber : Hasil Analisis

Kelompok 4A, 2013

Gambar 4.3

Peta Strategi

Pengembangan Sistem

Pusat Permukiman

Page 55: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

54

4.2 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Ekonomi Wilayah

Untuk kebijakan dan strategi Pengembangan Ekonomi wilayah dilakukan analisis ekonomi terlebih dahulu, seperti analisis LQ dan Shift

Share, serta Indeks Williamson, kemudian akan disusun kebijakan strategi pengembangan ekonomi wilayah.

4.2.1 LQ dan Shift Share

Perekonomian wilayah Maroko berdasarkan jumlah penduduk mata pencaharian tahun 2011 cukup berkembang dengan baik. Untuk

melihat persebaran baik sektor basis non basis, pertumbuhan progresif mundur, dan keadaan sektor, dapat dilakukan melalui perhitungan LQ dan

Shift share. Berikut adalah hasil perhitungan dari kedua analisis tersebut. Tabel 4.2

Tabel LQ

Desa/Kelurahan

LQ Rata Rata

Pengusaha

Kecil

Buruh

Bangunan Buruh Tani Petani

Buruh

Indsutri Pedagang PNS/TNI/POLRI Angkutan

Desa Kepuhsari 0.6404 NB 1.0786 B 1.6210 B 0.8365 NB 0.7512 NB 1.0965 B 0.6175 NB 0.2620 NB

Desa Pijiharjo 0.5806 NB 0.4898 NB 1.0601 B 1.2256 B 0.5781 NB 1.4173 B 0.6078 NB 0.2841 NB

Desa Bero 0.2242 NB 1.0610 B 0.8285 NB 1.2192 B 0.1271 NB 3.5626 B 0.8853 NB 0.2922 NB

Desa Gunungan 0.9474 NB 1.3651 B 1.4633 B 0.6073 NB 0.8427 NB 2.3976 B 1.6267 B 0.3398 NB

Desa Karanglor 2.4461 B 0.2947 NB 1.7895 B 0.5402 NB 0.6853 NB 1.8000 B 1.5567 B 0.6861 NB

Kelurahan Pagutan 0.6536 NB 1.2947 B 1.0724 B 1.0663 B 0.5590 NB 1.3688 B 0.7911 NB 0.3420 NB

Kelurahan Punduhsari 1.2170 B 1.9301 B 1.4090 B 0.5723 NB 1.7228 NB 1.2934 B 0.2908 NB 0.9077 NB

Desa Genukharjo 1.8430 B 1.4893 B 0.7012 NB 0.3734 NB 2.6394 B 0.7029 NB 2.0442 B 2.1374 B

Desa Sumberejo 3.8586 B 0.9922 NB 0.7383 NB 0.4656 NB 1.7222 B 0.2008 NB 2.6949 B 1.5881 B

Kelurahan Mojopuro 2.8564 B 0.2131 NB 0.9093 NB 0.4082 NB 1.6737 B 0.1732 NB 1.7994 B 5.8495 B

Kelurahan Wuryantoro 1.7642 B 0.8494 NB 0.6380 NB 0.2858 NB 1.4344 B 0.8361 NB 8.8545 B 6.0333 B

Desa Mlopoharjo 2.4274 B 1.9172 B 0.7356 NB 0.3651 NB 2.4923 B 0.7101 NB 1.8966 B 1.8848 B

Desa Pulutan Kulon 3.6017 B 0.2749 NB 1.1238 B 0.3676 NB 1.6052 B 0.3646 NB 0.6631 NB 0.4200 NB

Desa Pulutan Wetan 2.9309 B 2.3544 B 0.9567 NB 0.3083 NB 2.1711 B 0.3018 NB 0.8058 NB 0.3214 NB

Desa Guminang Lor 1.6602 B 0.5484 NB 0.4364 NB 0.7113 NB 2.9343 B 0.1995 NB 0.8353 NB 2.5862 B

Page 56: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

55

Desa/Kelurahan

LQ Rata Rata

Pengusaha

Kecil

Buruh

Bangunan Buruh Tani Petani

Buruh

Indsutri Pedagang PNS/TNI/POLRI Angkutan

Desa Basuhan 0.0941 NB 0.5464 NB 1.0736 B 1.4611 NB 0.1112 NB 0.3791 NB 0.8366 NB 0.1560 NB

Desa Pucung 0.3929 NB 0.7976 NB 0.3454 NB 1.7621 B 0.2762 NB 0.2325 NB 0.4551 NB 0.1637 NB

Desa Sindukarto 0.1274 NB 2.2304 B 0.0116 NB 1.4032 B 2.0382 B 0.1871 NB 0.6302 NB 0.2986 NB

Desa Panekan 0.0064 NB 0.7150 NB 0.4452 NB 1.6354 B 0.6885 NB 0.9386 NB 0.3309 NB 0.6357 NB

Desa Baleharjo 0.0267 NB 0.2178 NB 2.5512 B 0.8114 NB 0.0481 NB 0.0390 NB 0.5053 NB 0.0997 NB

Desa Minggarharjo 0.7875 NB 0.0894 NB 0.3132 NB 1.9257 B 0.1768 NB 0.0625 NB 0.1018 NB 0.0171 NB

Desa Tegalharjo 0.1799 NB 0.2465 NB 0.6800 NB 1.7394 B 0.0049 NB 0.5998 NB 0.2326 NB 0.3450 NB

Kelurahan Ngadirejo 0.0138 NB 1.0841 B 1.2778 B 0.7377 NB 1.3914 B 1.8721 B 1.2179 NB 4.4675 B

Desa Sumberharjo 0.1791 NB 1.1433 B 0.0972 NB 1.8090 B 0.4231 NB 0.2372 NB 0.7397 NB 0.0738 NB

Kelurahan Puloharjo 0.7579 NB 0.6555 NB 1.9654 B 0.7337 NB 0.4720 NB 0.4782 NB 1.8107 B 1.0875 B

Desa Eromoko 0.6698 NB 0.6258 NB 1.4207 B 0.6744 NB 1.4983 B 1.6481 B 2.2227 B 1.7993 B

Desa Pasekan 0.0833 NB 0.9574 NB 0.2599 NB 1.8368 B 0.2920 NB 0.1762 NB 0.3579 NB 0.3222 NB

Desa Ngandong 0.6512 NB 0.8787 NB 0.4940 NB 1.6586 B 0.3218 NB 0.1914 NB 0.1241 NB 0.2007 NB

Desa Tempuharjo 0.0000 NB 0.0000 NB 1.7773 B 1.2056 B 0.0000 NB 0.4921 NB 0.8884 NB 0.2541 NB

Desa Ngunggahan 0.5844 NB 0.3057 NB 0.4522 NB 1.6743 B 0.3094 NB 0.6131 NB 1.4877 B 0.6122 NB

32.2063

26.6463

28.6478

30.4213

29.9907

24.5722

37.9112

34.4676

Keterangan :

B = Basis; NB = Non Basis

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4A, 2013

Berdasarkan hasil perhitungan LQ tiap desa wilayah Maroko terhadap ketiga kecamatan diketahui bahwa sektor basis dan non basis setiap

desa berbeda-beda. Berdasarkan PDRB wilayan Maroko yang menjadi sektor basis adalah sektor pertanian. Desa-desa di wilayah Maroko yang

memiliki sektor pertanian sebagai sektor basis adalah Kecamatan Manyaran yaitu Desa Pijiharjo, Desa Bero, Desa Pagutan, dan Kecamatan

Eromoko yaitu Desa Basuhan, Desa Pucung, Desa Sindukarto, Desa Panekan, Desa Minggarharjo, Desa Tegalharjo, Desa Sumberharjo, Desa

Page 57: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

56

Pasekan, Desa Ngandong, Desa Tempurharjo, dan Desa Munggahan. Sedangkan di Kecamatan Wuryantoro sektor pertanian di setiap desa

merupakan sektor non basisi, yang menjadi sektor basis sebagian besar adalah penduduk yang bermata pencaharian sebagai pengusaha kecil. Tabel 4.3

Tabel PB

Desa

PB

Pengusaha

Kecil

Buruh

Bangunan

Buruh Tani Petani Buruh

Indsutri

Pedagang PNS/TNI/POLRI Angkutan

Desa Kepuhsari Mundur Progresif Progresif Mundur Progresif Progresif Mundur Progresif

Desa Pijiharjo Mundur Progresif Progresif Mundur Progresif Progresif Mundur Progresif

Desa Bero Progresif Progresif Progresif Mundur Progresif Mundur Mundur Progresif

Desa Gunungan Mundur Mundur Progresif Progresif Mundur Progresif Mundur Progresif

Desa Karanglor Mundur Progresif Mundur Progresif Progresif Progresif Progresif Progresif

Kelurahan Pagutan Progresif Progresif Progresif Mundur Progresif Progresif Mundur Progresif

Kelurahan Punduhsari Progresif Mundur Mundur Mundur Mundur Progresif Progresif Mundur

Desa Genukharjo Progresif Progresif Mundur Progresif Progresif Progresif Progresif Mundur

Desa Sumberejo Mundur Mundur Mundur Progresif Mundur Progresif Mundur Mundur

Kelurahan Mojopuro Mundur Mundur Mundur Mundur Mundur Progresif Mundur Mundur

Kelurahan Wuryantoro Mundur Progresif Mundur Progresif Mundur Progresif Progresif Progresif

Desa Mlopoharjo Progresif Mundur Mundur Mundur Progresif Progresif Mundur Mundur

Desa Pulutan Kulon Mundur Mundur Progresif Mundur Mundur Progresif Progresif Mundur

Desa Pulutan Wetan Mundur Progresif Progresif Progresif Progresif Progresif Mundur Mundur

Desa Guminang Lor Mundur Mundur Progresif Mundur Mundur Progresif Mundur Progresif

Desa Basuhan Progresif Progresif Mundur Mundur Mundur Mundur Mundur Mundur

Desa Pucung Mundur Mundur Mundur Mundur Mundur Mundur Mundur Progresif

Desa Sindukarto Progresif Mundur Mundur Progresif Progresif Mundur Progresif Progresif

Desa Panekan Mundur Mundur Mundur Progresif Mundur Mundur Mundur Mundur

Desa Baleharjo Progresif Mundur Mundur Mundur Progresif Mundur Mundur Progresif

Desa Minggarharjo Progresif Mundur Mundur Progresif Progresif Mundur Mundur Mundur

Page 58: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

57

Desa

PB

Pengusaha

Kecil

Buruh

Bangunan

Buruh Tani Petani Buruh

Indsutri

Pedagang PNS/TNI/POLRI Angkutan

Desa Tegalharjo Mundur Mundur Mundur Mundur Mundur Mundur Mundur Mundur

Kelurahan Ngadirejo Progresif Mundur Progresif Progresif Mundur Mundur Mundur Mundur

Desa Sumberharjo Progresif Mundur Mundur Progresif Progresif Mundur Mundur Mundur

Kelurahan Puloharjo Mundur Progresif Mundur Mundur Mundur Progresif Progresif Progresif

Desa Eromoko Progresif Progresif Mundur Progresif Progresif Progresif Progresif Progresif

Desa Pasekan Mundur Progresif Progresif Progresif Mundur Mundur Progresif Mundur

Desa Ngandong Progresif Progresif Progresif Mundur Progresif Mundur Progresif Mundur

Desa Tempuharjo Progresif Progresif Mundur Mundur Progresif Mundur Mundur Mundur

Desa Ngunggahan Progresif Mundur Mundur Mundur Mundur Mundur Mundur Mundur

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4A, 2013

Berdasarkan analisis Shift Share berdasarkan mata pencaharian dapat diketahui bahwa pertumbuhan bersih dari perekonomian wilayah

Maroko dari sektor pertanian sebagian besar pertumbuhannya progresif. Sedangkan jika dilihat dari analisis shift share berdasarkan PDRB bahwa

ketiga kecamatan pertumbuhan pada sektor pertanian cenderung mundur. Untuk itu perlu adanya pengembangan sektor pertanian sebagai sektor

unggulan dengan melalui pengembangan pada desa yang memiliki sektor pertanian dengan pertumbuhan progresif yaitu, Desa Gunungan, Desa

Karanglor, Desa Genukharjo, Desa Sumberejo, kelurahan Wuryantoro, Desa Pulutan Wetan, Desa Pucung, Desa Sindukarto, Desa Panekan, Desa

Minggarharjo, Desa Tegalharjo, Kelurahan Ngandirejo, Desa Sumberharjo, Desa Eromoko, dan Desa Pasekan. Tabel 4.4

Tabel LQ dan Shift Share

Desa

PB LQ Rata-rata Keterangan

PK BB BT P BI P PTP A PK PB BT P BI P PTP A PK PB BT P BI P PNS/TNI/

POLRI

Angkuta

n

Desa

Kepuhsari PB<0 PB<0 PB>0 PB<0 PB>0 PB>0 PB<0 PB>0 LQ<1 LQ>1 LQ>1 LQ<1 LQ<1 LQ>1 LQ<1 LQ<1

Terbelakan

g

Potensia

l

unggula

n

Terbelakan

g

Berkem

bang Unggulan

Terbelaka

ng

Berkemba

ng

Desa

Pijiharjo PB<0 PB>0 PB>0 PB<0 PB>0 PB>0 PB<0 PB>0 LQ<1 LQ<1 LQ>1 LQ>1 LQ<1 LQ>1 LQ<1 LQ<1

Terbelakan

g

Berkem

bang

unggula

n Potensial

Berkem

bang Unggulan

Terbelaka

ng

Berkemba

ng

Desa Bero PB>0 PB>0 PB>0 PB<0 PB>0 PB<0 PB<0 PB>0 LQ<1 LQ>1 LQ<1 LQ>1 LQ<1 LQ>1 LQ<1 LQ<1 Berkemba

ng

Unggula

n

Berkem

bang Potensial

Berkem

bang Potensial

Terbelaka

ng

Berkemba

ng

Page 59: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

58

Desa

PB LQ Rata-rata Keterangan

PK BB BT P BI P PTP A PK PB BT P BI P PTP A PK PB BT P BI P PNS/TNI/

POLRI

Angkuta

n

Desa

Gunungan PB<0 PB<0 PB>0 PB>0 PB<0 PB>0 PB<0 PB>0 LQ<1 LQ>1 LQ>1 LQ<1 LQ<1 LQ>1 LQ>1 LQ<1

Terbelakan

g

Potensia

l

unggula

n

Berkemba

ng

Terbela

kang Unggulan Potensial

Berkemba

ng

Desa

Karanglor PB<0 PB>0 PB<0 PB>0 PB>0 PB>0 PB>0 PB>0 LQ>1 LQ<1 LQ>1 LQ<1 LQ<1 LQ>1 LQ>1 LQ<1 Potensial

Berkem

bang

Potensia

l

Berkemba

ng

Berkem

bang Unggulan Unggulan

Berkemba

ng

Kelurahan

Pagutan PB>0 PB>0 PB>0 PB<0 PB>0 PB>0 PB<0 PB>0 LQ<1 LQ>1 LQ>1 LQ>1 LQ<1 LQ>1 LQ<1 LQ<1

Berkemba

ng

Unggula

n

unggula

n Unggulan

Berkem

bang Unggulan

Terbelaka

ng

Berkemba

ng

Kelurahan

Punduhsari PB>0 PB<0 PB<0 PB<0 PB<0 PB>0 PB>0 PB<0 LQ>1 LQ>1 LQ>1 LQ<1 LQ>1 LQ>1 LQ<1 LQ<1 Unggulan

Potensia

l

Potensia

l

Terbelakan

g

Potensia

l Unggulan

Berkemba

ng

Terbelaka

ng

Desa

Genukharjo PB>0 PB>0 PB<0 PB>0 PB>0 PB>0 PB>0 PB<0 LQ>1 LQ>1 LQ<1 LQ<1 LQ>1 LQ<1 LQ>1 LQ>1 Unggulan

Unggula

n

Terbela

kang

Berkemba

ng

Unggula

n

Berkemb

ang Unggulan Potensial

Desa

Sumberejo PB<0 PB<0 PB<0 PB>0 PB<0 PB>0 PB<0 PB<0 LQ>1 LQ<1 LQ<1 LQ<1 LQ>1 LQ<1 LQ>1 LQ>1 Potensial

Terbela

kang

Terbela

kang

Berkemba

ng

Potensia

l

Berkemb

ang Potensial Potensial

Kelurahan

Mojopuro PB<0 PB<0 PB<0 PB<0 PB<0 PB>0 PB<0 PB<0 LQ>1 LQ<1 LQ<1 LQ<1 LQ>1 LQ<1 LQ>1 LQ>1 Potensial

Terbela

kang

Terbela

kang

Terbelakan

g

Potensia

l

Berkemb

ang Potensial Potensial

Kelurahan

Wuryantoro PB<0 PB>0 PB<0 PB>0 PB<0 PB>0 PB>0 PB>0 LQ>1 LQ<1 LQ<1 LQ<1 LQ>1 LQ<1 LQ>1 LQ>1 Potensial

Berkem

bang

Terbela

kang

Berkemba

ng

Potensia

l

Berkemb

ang Unggulan Unggulan

Desa

Mlopoharjo PB>0 PB<0 PB<0 PB<0 PB>0 PB>0 PB<0 PB<0 LQ>1 LQ>1 LQ<1 LQ<1 LQ>1 LQ<1 LQ>1 LQ>1 Unggulan

Potensia

l

Terbela

kang

Terbelakan

g

Unggula

n

Berkemb

ang Potensial Potensial

Desa Pulutan

Kulon PB<0 PB<0 PB<0 PB<0 PB<0 PB>0 PB>0 PB<0 LQ>1 LQ<1 LQ>1 LQ<1 LQ>1 LQ<1 LQ<1 LQ<1 Potensial

Terbela

kang

Potensia

l

Terbelakan

g

Potensia

l

Berkemb

ang

Berkemba

ng

Terbelaka

ng

Desa Pulutan

Wetan PB<0 PB>0 PB>0 PB>0 PB>0 PB>0 PB<0 PB<0 LQ>1 LQ>1 LQ<1 LQ<1 LQ>1 LQ<1 LQ<1 LQ<1 Potensial

Unggula

n

Berkem

bang

Berkemba

ng

Unggula

n

Berkemb

ang

Terbelaka

ng

Terbelaka

ng

Desa

Guminang

Lor

PB<0 PB<0 PB>0 PB<0 PB<0 PB>0 PB<0 PB>0 LQ>1 LQ<1 LQ<1 LQ<1 LQ>1 LQ<1 LQ<1 LQ>1 Potensial Terbela

kang

Berkem

bang

Terbelakan

g

Potensia

l

Berkemb

ang

Terbelaka

ng Unggulan

Desa Basuhan PB>0 PB>0 PB<0 PB<0 PB<0 PB<0 PB<0 PB<0 LQ<1 LQ<1 LQ>1 LQ>1 LQ<1 LQ<1 LQ<1 LQ<1 Berkemba

ng

Berkem

bang

Potensia

l

Terbelakan

g

Terbela

kang

Terbelak

ang

Terbelaka

ng Potensial

Desa Pucung PB<0 PB<0 PB<0 PB<0 PB<0 PB<0 PB<0 PB>0 LQ<1 LQ<1 LQ<1 LQ>1 LQ<1 LQ<1 LQ<1 LQ<1 Terbelakan

g

Terbela

kang

Terbela

kang Potensial

Terbela

kang

Terbelak

ang

Terbelaka

ng

Berkemba

ng

Desa

Sindukarto PB>0 PB<0 PB<0 PB>0 PB>0 PB<0 PB>0 PB>0 LQ<1 LQ>1 LQ<1 LQ>1 LQ>1 LQ<1 LQ<1 LQ<1

Berkemba

ng

Potensia

l

Terbela

kang Potensial

Unggula

n

Terbelak

ang

Berkemba

ng

Berkemba

ng

Desa Panekan PB<0 PB<0 PB<0 PB>0 PB<0 PB<0 PB<0 PB<0 LQ<1 LQ<1 LQ<1 LQ>1 LQ<1 LQ<1 LQ<1 LQ<1 Terbelakan

g

Terbela

kang

Terbela

kang Unggulan

Terbela

kang

Terbelak

ang

Terbelaka

ng

Terbelaka

ng

Desa

Baleharjo PB>0 PB<0 PB<0 PB<0 PB>0 PB<0 PB<0 PB>0 LQ<1 LQ<1 LQ>1 LQ<1 LQ<1 LQ<1 LQ<1 LQ<1

Berkemba

ng

Terbela

kang

Potensia

l Unggulan

Berkem

bang

Terbelak

ang

Terbelaka

ng

Berkemba

ng

Desa

Minggarharjo PB>0 PB<0 PB<0 PB>0 PB>0 PB<0 PB<0 PB<0 LQ<1 LQ<1 LQ<1 LQ>1 LQ<1 LQ<1 LQ<1 LQ<1

Berkemba

ng

Terbela

kang

Terbela

kang

Terbelakan

g

Berkem

bang

Terbelak

ang

Terbelaka

ng

Terbelaka

ng

Desa

Tegalharjo PB<0 PB<0 PB<0 PB<0 PB<0 PB<0 PB<0 PB<0 LQ<1 LQ<1 LQ<1 LQ>1 LQ<1 LQ<1 LQ<1 LQ<1

Terbelakan

g

Terbela

kang

Terbela

kang Unggulan

Terbela

kang

Terbelak

ang

Terbelaka

ng

Terbelaka

ng

Kelurahan

Ngadirejo PB>0 PB<0 PB>0 PB>0 PB<0 PB<0 PB<0 PB<0 LQ<1 LQ>1 LQ>1 LQ<1 LQ>1 LQ>1 LQ>1 LQ>1

Berkemba

ng

Potensia

l

unggula

n Potensial

Potensia

l Potensial Potensial Potensial

Desa

Sumberharjo PB>0 PB<0 PB<0 PB>0 PB>0 PB<0 PB<0 PB<0 LQ<1 LQ>1 LQ<1 LQ>1 LQ<1 LQ<1 LQ<1 LQ<1

Berkemba

ng

Potensia

l

Terbela

kang

Berkemba

ng

Berkem

bang

Terbelak

ang

Terbelaka

ng

Terbelaka

ng

Page 60: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

59

Desa

PB LQ Rata-rata Keterangan

PK BB BT P BI P PTP A PK PB BT P BI P PTP A PK PB BT P BI P PNS/TNI/

POLRI

Angkuta

n

Kelurahan

Puloharjo PB<0 PB>0 PB<0 PB<0 PB<0 PB>0 PB>0 PB>0 LQ<1 LQ<1 LQ>1 LQ<1 LQ<1 LQ<1 LQ>1 LQ>1

Terbelakan

g

Berkem

bang

Potensia

l Unggulan

Terbela

kang

Berkemb

ang Unggulan Unggulan

Desa

Eromoko PB>0 PB>0 PB<0 PB>0 PB>0 PB>0 PB>0 PB>0 LQ<1 LQ<1 LQ>1 LQ<1 LQ>1 LQ>1 LQ>1 LQ>1

Berkemba

ng

Berkem

bang

Potensia

l

Terbelakan

g

Unggula

n Unggulan Unggulan Unggulan

Desa Pasekan PB<0 PB>0 PB>0 PB>0 PB<0 PB<0 PB>0 PB<0 LQ<1 LQ<1 LQ<1 LQ>1 LQ<1 LQ<1 LQ<1 LQ<1 Terbelakan

g

Berkem

bang

Berkem

bang

Berkemba

ng

Terbela

kang

Terbelak

ang

Berkemba

ng

Terbelaka

ng

Desa

Ngandong PB>0 PB>0 PB>0 PB<0 PB>0 PB<0 PB>0 PB<0 LQ<1 LQ<1 LQ<1 LQ>1 LQ<1 LQ<1 LQ<1 LQ<1

Berkemba

ng

Berkem

bang

Berkem

bang Potensial

Berkem

bang

Terbelak

ang

Berkemba

ng

Terbelaka

ng

Desa

Tempuharjo PB>0 PB>0 PB<0 PB<0 PB>0 PB<0 PB<0 PB<0 LQ<1 LQ<1 LQ>1 LQ>1 LQ<1 LQ<1 LQ<1 LQ<1

Berkemba

ng

Berkem

bang

Potensia

l Potensial

Berkem

bang

Terbelak

ang

Terbelaka

ng

Terbelaka

ng

Desa

Ngunggahan PB>0 PB<0 PB<0 PB<0 PB<0 PB<0 PB<0 PB<0 LQ<1 LQ<1 LQ<1 LQ>1 LQ<1 LQ<1 LQ>1 LQ<1

Berkemba

ng

Terbela

kang

Terbela

kang Potensial

Terbela

kang

Terbelak

ang Potensial

Terbelaka

ng

Keterangan :

PK = Pengusaha Kecil; BB = Buruh Bangunan; BT = Buruh Tani; BI = Buruh Industri; P = Petani; PTP = PNS/TNI/Polri; A = Angkutan

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4A, 2013

Dari kedua analisis LQ dan Shift Share dapat diketahui bahwa di tiap desa/ kelurahan wilayah Maroko yang menjadi sektor unggulan yaitu

sektpr perdagangan yang ada di Desa Gunungn, Desa Karanglor, Kelurahan Pagutan, Kelurahan Punduhsari, dan Desa Eromoko. Sedangkan jika

dilihat dari sektor pertanian desa yang memiliki sektor pertanian sebagai sektor unggulan dan merupakan sektor yang desa atau kelurahan paling

banyak sebagai sektor unggulan yaitu di Desa Pagutan, Desa Panekan, Desa Baleharjo, Desa Tegalharjo, dan Kelurahan Puloharjo.

4.2.2 Indeks Williamson

Ketimpangan keruangan salah satu ukuran hasil pembangunan untuk melihat peningkatan hasil pembangunan (welfare) yang didekati dari

besaran pendapatan perkapita. Tolak ukur yang bisa dipakai untuk mengetahui ketimpangan wilayah antara lain Kurva Lorenz, Gini Coefisient,

Index Williamson, Kuznets Index, Oshima Index, dan Theil Decomposition Index. Saat ini kita akan melakukan perhitungan Indeks Williamson

(Williamson Index: Wi). Indek Williamson memiliki besaran dari 0.00 hingga tak terhingga. Apabila angka Wi semakin mendekati 0, maka

ketimpangan di wilayah tersebut kecil. Namun apabila Wi mendekati besar, hal tersebut menunjukan bahwa ketimpangan wilayah yang terjadi

juga besar. Suatu ruang tidak mengalami ketimpangan jika indek Wi bernilai 0. Index Williamson dapat dihitung dengan membutuhkan data

PDRB total dan sektoral serta jumlah penduduk yang kemudian diakumulasikan dengan rumus berikut ini :

√∑

Keterangan:

Wi = Index Williamson

Yi = PDRB per kapita region

Y = PDRB per kapita nation

Fi = Jumlah penduduk region

n = Jumlah penduduk nation

Page 61: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

60

Setelah melakukan perhitungan Indeks Williamson pada kesembilan sektor PDRB wilayah Maroko pada tahun 2010 maka didapatkan

Indeks Williamson sebagai berikut : Tabel 4.5

Indeks Williamson

Indeks Wiliiamson Nilai Indeks Wiliiamson Nilai

Dengan Pertanian 1.18 Tanpa Pertanian 1.42

Dengan Pertambangan Tanpa Pertambangan 0.15

Dengan Industri Tanpa Industri 0.15

Dengan Listrik, Gas, Air Tanpa Listrik, Gas, Air 0.15

Dengan Bangunan Tanpa Bangunan 0.15

Dengan Perdagangan Tanpa Perdagangan 0.17

Dengan Angkutan Tanpa Angkutan 0.11

Dengan Bank dan Lembaga

Keuangan

Tanpa Bank dan

Lembaga Keuangan

0.14

Dengan Jasa-Jasa Tanpa Jasa-Jasa 0.10

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4A, 2013

Pada tabel diatas dapat terlihat bahwa secara umum terdapat disparitas yang cukup besar pada wilayah Maroko dengan nilai 1,18. Sektor

pertanian adalah sektor yang paling mempengaruhi pendapatan daerah, karena Indeks Williamson tanpa sektor ini cukup besar yaitu sebesar 1,42

sehingga apabila tidak ada sumbangan dari sektor pertanian maka terjadi ketimpangan pada wilayah Maroko.

Page 62: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

61

Tabel 4.6

Tabel Kebijakan dan Strategi Pengembangan Ekonomi Wilayah

No Aspek Ekonomi Fakta Saat Ini Pendekatan Strategi

1. Apa yang menjadi sektor basis dalam perekonomian

wilayah Pertanian

Agropolitan adalah

pendekatan dari bawah yang

terdiri dari dua hal utama

yang mendasari yaitu

manusia sebagai pusat

pembangunan dan

pemenuhan kebutuhan dasar,

dengan sektor dasarnya

adalah pertanian dan desa

Pengoptimalan hasil

pertanian dengan cara

intesifikasi pertanian dari

Pemerintah berupa bantuan

pengadaan alat-alat

pertanian dan pemberian

bibit-bibit unggul

2. Bagaimana sebaran ruang sektor perekonomian

wilayah

Tersebar di 14 Desa di

wilayah Maroko

Agropolitan adalah

pendekatan dari bawah yang

terdiri dari dua hal utama

yang mendasari yaitu

manusia sebagai pusat

pembangunan dan

pemenuhan kebutuhan dasar,

dengan sektor dasarnya

adalah pertanian dan desa

Melakukan pemerataan

dengan cara intensifikasi

terhadap wilayah-wilayah

yang sektor pertanian belum

menjadi sektor basis

3. Bagaimana spesialisasi sub wilayah dalam

perekonomian

Palawija : Desa Pagutan,

Desa Basuhan, Desa Pucung,

Desa Minggarharjo, Desa

Tegalharjo, Desa Pasekan,

Desa Ngandong, Desa

Tempurharjo, Desa

Ngunggahan

Padi : Desa Pijiharjo, Desa

Bero, Desa Pagutan, Desa

Sindukarto, Desa Panekan,

Desa Minggarharjo, Desa

Tegalharjo, Desa

Sumberharjo, Desa

Agropolitan adalah

pendekatan dari bawah yang

terdiri dari dua hal utama

yang mendasari yaitu

manusia sebagai pusat

pembangunan dan

pemenuhan kebutuhan dasar,

dengan sektor dasarnya

adalah pertanian dan desa

Meningkatkan kualitas dan

kuantitas hasil pertanian

agar memiliki daya saing di

pasar lokal, nasional dan

internasional

Page 63: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

62

No Aspek Ekonomi Fakta Saat Ini Pendekatan Strategi

Tempurharjo, Desa

Ngunggahan

Jagung : Desa Pijiharjo, Desa

Bero,

Melon : Desa Minggarharjo

4. Apa sumber utama investasi wilayah, dari dalam atau

dari luar wilayah

Sumber daya alam berupa

pertanian dan peternakan serta

dari hasil remmitance

masyarakat yang melakukan

migrasi

Agropolitan adalah

pendekatan dari bawah yang

terdiri dari dua hal utama

yang mendasari yaitu

manusia sebagai pusat

pembangunan dan

pemenuhan kebutuhan dasar,

dengan sektor dasarnya

adalah pertanian dan desa

Mengembangkan sektor-

sektor non pertanian

(perdagangan, home

industri, pariwisata dan lain-

lain)

5. Bagaimana dengan fasilitas pendukung kegiatan

ekonomi wilayah (unit usaha, modal, dll)

Adanya Koperasi Unit Desa

(KUD), Kelompok Tani,

Simpang Pinjam oleh PNPM

serta pasar yang sudah dapat

menampung hasil pertanian

dan peternakan.

Agropolitan adalah

pendekatan dari bawah yang

terdiri dari dua hal utama

yang mendasari yaitu

manusia sebagai pusat

pembangunan dan

pemenuhan kebutuhan dasar,

dengan sektor dasarnya

adalah pertanian dan desa

Mengoptimalkan peran dan

fungsi fasilitas pendukung

ekonomi wilayah guna

meningkatkan hasil produksi

dan perekonomian wilayah

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4A, 2013

Page 64: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

63

Sumber : Hasil Analisis

Kelompok 4A, 2013

Gambar 4.4

Peta Strategi

Pengembangan Sektor

Unggulan Maroko

Page 65: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

64

4.3 Kebijakan dan Strategi Kelembagaan Pengembangan Wilayah Tabel 4.7

Tabel Kebijakan dan Strategi Kelembagaan Pengembangan Wilayah

Strategi/Komponen Kebutuhan untuk Mendukung Perencanaan

Sistem Organisasi Individu

Keruangan

Peningkatan jumlah dan perbaikan

terhadap sarana perekonomian

RTRW , RPJPD, RPJMD, Perda,

RDTRK, Renstra

Pemerintah Kabupaten, Kecamatan,

Kelurahan/Desa

Mendukung pelaksanaan dan

berpartisipasi terhadap perawatan

sarana ekonomi.

Pembenahan terhadap sarana dan

prasarana

RTRW , RPJPD, RPJMD, Perda,

RDTRK, Renstra

Pemerintah Kabupaten, Kecamatan,

Kelurahan/Desa

berpartisipasi terhadap perawatan

sarana ekonomi

Pemerataan pelayanan sistem pusat

pemukiman

RTRW , RPJPD, RPJMD, Perda,

RDTRK, Renstra

Pemerintah Kabupaten, Kecamatan,

Kelurahan/Desa

-

Maksimalisasi pelayanan pada pusat

permukiman

RTRW , RPJPD, RPJMD, Perda,

RDTRK, Renstra

Pemerintah Kabupaten, Kecamatan,

Kelurahan/Desa

Pelatihan individu yang berperan

dalam setiap sarana umum.

Meningkatkan kualitas dan

diversifikasi produk

RTRW, Perda Pemerintah Kabupaten, Kecamatan,

Kelurahan, PNPM

Terlibat secara aktif dan

berkontribusi secara optimal dalam

produksi dan distribusi produk yang

berkualitas.

Maksimalisasi potensi sumberdaya

alam

RTRW, Perda Pemerintah Kabupaten, Kecamatan,

Kelurahan, PNPM

Berpartisipasi dalam setiap kegiatan

yang menunjang eksplorasi dalam

pemanfaatan sumber daya alam.

Pemberdayaan masyarakat pelaku

agribisnis

RPJPD, RPJMD Pemerintah Kabupaten, Kelompok

tani, PNPM

pelatihan yang diadakan untuk para

petani

Pengembangan pusat-pusat

pertumbuhan agribisnis dan industri

pertanian di setiap pusat permukiman.

RTRW, Renstra Pemerintah kecamatan dan PNPM Pelatihan bagi petani dan penduduk

agar memiliki kualitas yang baik

Meningkatkan peran pusat pemukiman

sebagai tempat penjualan dari

komoditas-komoditas pertanian

Renstra Pemerintah kecamatan Menunjang relasi antar sub pusat

permukiman dengan pusat-pusat

permukiman.

Menyediakan fasilitas untuk

pengembangan agrobisnis

Peraturan pemerintah Pemerintah Kabupaten, Kecamatan,

Kelurahan/ Desa

-

Page 66: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

65

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 4A, 2013

Strategi/Komponen Kebutuhan untuk Mendukung Perencanaan

Sistem Organisasi Individu

Ekonomi

Pengoptimalan hasil pertanian dengan

cara intesifikasi pertanian dari

Pemerintah berupa bantuan pengadaan

alat-alat pertanian dan pemberian

bibit-bibit unggul

RPJMD, Renstra Pemerintah Kabupaten (Dinas

Pertanian), Kecamatan,

Kelurahan/desa, dan PNPM

Memanfaatkan bantuan alat-alat

pertanian untk meningkatkan hasil

produksi pertanian

Melakukan pemerataan dengan cara

intensifikasi terhadap wilayah-wilayah

yang sektor pertanian belum menjadi

sektor basis

RPJMD, Renstra

Pemerintah Kecamatan Pelatihan yang diadakan untuk para

petani

Meningkatkan kualitas dan kuantitas

hasil pertanian agar memiliki daya

saing di pasar lokal, nasional dan

internasional

RPJMD, Renstra Pemerintah Kabupaten (Dinas

Pertanian), Kecamatan,

Kelurahan/desa

Pelatihan yang diadakan untuk para

petani

Mengembangkan sektor-sektor non

pertanian (perdagangan, home

industri, pariwisata dan lain-lain)

RPJPD, RPJMD Pemerintah Kabupaten, Kecamatan,

Kelurahan/Desa

Pelatihan-pelatihan yang diberikan

kepada penduduk seperti pelatihan

kerajinan wayang kulit,wayang

uling,dll

Mengoptimalkan peran dan fungsi

fasilitas pendukung ekonomi wilayah

guna meningkatkan hasil produksi dan

perekonomian wilayah

RPJMD, Renstra Pemerintah Kabupaten (Dinas

Pekerjaan Umum), Kecamatan,

Kelurahan/desa, dan PNPM

Mendukung pelaksanaan dan

berpartisipasi terhadap perawatan

sarana ekonomi.

Page 67: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

66

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Wilayah Maroko terdiri dari 3 kecamatan yang berdekatan yaitu Kecamatan

Manyaran, Kecamatan Wuryantoro, dan Kecamatan Eromoko. Berdasarkan letak

administrasinya, wilayah Maroko merupakan daerah paling utara dari Kabupaten Wonogiri

yang berbatasan langsung dengan Kabupten Sukoharjo dan Provinsi DI Yogyakarta.Letak

wilayah Maroko yang berada di perbatasan, menjadikan wilayah ini strategis karena

banyak dilalui oleh berbagai moda transportasi yang menghubungkan antar kota hingga

antar provinsi. Wilayah Maroko memiliki sektor basis pertanian yang komodistas

utamanya adalah pertanian padi. Hasil dari pertanian yang berupa beras akan dipasok ke

wilayah lain seperti Kabupaten Sukoharjo, Solo, dan Provinsi DIY. Secara umum

prasarana wilayah Maroko cukup baik namun masih ada infrastruktur yang harus

diperbaiki seperti jalan khususnya jalan lingkungan, belum meratanya penerangan jalan

dan untuk sarana kondisinya cukup baik dan dapat menunjang aktivitas masyarakat. Dilihat

dari aspek kependudukan, wilayah Maroko kepadatannya cukup rendah hal ini disebabkan

karena tingkat migrasi keluar khususnya usia produktif yang lebih tinggi dibandingkan

migrasi masuk. Migrasi keluar yang terjadi dianggap oleh sebagian besar penduduk

sebagai hal yang positif karena dapat meningkatkan ekonomi Wonogiri sehingga

pemerintah tidak berupaya untuk menanggulanginya. Padahal kenyataanya hal ini

menghambat perkembangan wilayah Maroko karena kekurangan tenaga kerja yang usia

produktif. Wilayah Maroko memiliki potensi untuk mengembangkan wilayahnya sebagai

lahan pertanian dan tegalan. Selain pertanian Maroko juga memiliki potensi wisata seperti

Waduk Gajah Mungkur, Waduk Parangjoho dan lain lain. Dari aspek ekonomi wilayah

Maroko memiliki banyak potensi diantaranya pertanian, sentral pengrajin wayang kulit dan

pengrajin anyaman bambu. Sedangkan permasalahan yang ada di wilayah Maroko yaitu

kurangnya lapangan pekerjaan, sarana prasarana yang belum memadai seperti kerusakan

jalan, sarana kesehatan yang buruk, kekurangan air bersih, dan pola pikir masyarakat yang

masih rendah akan pentingnya pendidikan. Dari masalah yang ada maka strategi

pengembangan yang sesuai untuk diterapkan di wilayah Maroko diantaranya melalui

pendekatan agropolitan yaitu pendekatan dari bawah dengan memfokuskan pertumbuhan

di setiap wilayah hinterland atau desa secara terpadu, sehingga pertumbuhan yang terjadi

tidak hanya di daerah pusat. Daerah pusat lebih berfungsi sebagai wilayah pemasaran dari

hasil pertanian pedesaan. Adapun strategi agropolitan ini yaitu meningkatkan jumlah dan

perbaikan terhadap sarana perekonomian, maksimalisasi potensi SDA dan pelayanan pada

pusat pemukiman, menyediakan fasilitas untuk pengembangan agro bisnis di wilayah

pedesaan seperti pengadaan modal dan teknologi pertanian, pengoptimalan hasil pertanian

melalui intensifikasi pertanian, dan mengembangkan sektor-sektor non pertanian

(perdagangan, home industry, pariwisata dan lain-lain).

5.2 Rekomendasi

Rekomendasi yang dapat diberikan dalam jangka waktu 1 hingga 5 tahun kedepan

untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada di wilayah Maroko, sebagai

berikut :

a. Jangka Pendek

Meningkatkan pertumbuhan sektor pertanian melalui penambahan alat pertanian

Page 68: Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)

67

Memperbaiki dan meningkatkan infrastruktur guna mengembangkan potensi

pariwisata di Wilayah Maroko serta meningkatkan kemudahan dalam distribusi

hasil pertanian

Pemberdayaan sumber daya manusia dengan pemberian pelatihan ketarmpilan dan

softskill di ekonomi untuk mengolah sumber daya alam

b. Jangka Menengah

Mengembangkan sektor pertanian sebagai sumber perekonomian wilayah Maroko

melalui peningkatan produk yang memiliki keunggulan dan daya saing

Pengadaan peralatan-peralatan produksi yang modern baik untuk home industry

maupun pertanian

Menambah lapangan pekerjaan diluar sektor pertanian seperti industri pengolahan,

pengrajin wayang, pengrajin kayu, pengolahan batu gamping, pengusaha kripik

tempe, dan lain-lain

Pemerataan kuantitas dan kualitas lapangan pekerjaan diluar sektor pertanian

c. Jangka panjang

Mempromosikan sektor pariwisata ke luar Wilayah Maroko

Membuka kesempatan investasi bagi para investor terutama pada home industry

kerajinan wayang kulit dan anyaman bambu.