rencana aksi nasional pena -...

101

Upload: trankhue

Post on 17-Sep-2018

269 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

1

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB

2016-2020

Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia 2016

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20202

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

11 

 

Kata Pengantar  Tuberkulosis masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia. Sesuai dengan hasil Survey Prevalensi TB 2013-2014, Indonesia saat ini berada pada peringkat kedua negara dengan beban TB yang tinggi di dunia. Selain itu TB-HIV, TB Resistan Obat, TB anak serta TB pada kelompok resiko tinggi juga menjadi tantangan yang perlu diselesaikan. Kondisi ini telah mendorong Program Nasional Pengendalian TB untuk melakukan intensifikasi, akselerasi dan inovasi melalui Strategis Nasional Program Pengendalian TB 2016-2020. Strategi utama Program Pengendalian TB sesuai Strategis Nasional Program Pengendalian TB 2016-2020 adalah Penguatan Kepemimpinan TB di Kabupaten/ Kota, Peningkatan Akses Layanan “TOSS-TB” yang Bermutu, Pengendalian Faktor Resiko, Peningkatan Kemitraan melalui Forum Komunikasi TB, Peningkatan Kemandirian Masyarakat dalam Pengendalian TB, serta Penguatan Sistem Kesehatan. Rencana Aksi Nasional Pengendalian TB melalui Penguatan Laboratorium TB ini akan memberikan detil untuk Strategi Nasional Program Pengendalian TB terutama dalam jejaring laboratorium TB, pemantapan mutu laboratorium, dan pengembangan laboratorium mikroskopis, biakan/uji kepekaan, dan Tes Cepat Molekuler pada periode 2016-2020. Dokumen ini diharapkan dapat mendorong peningkatan kualitas laboratorium TB untuk mencapai target Strategi Nasional Program Pengendalian TB tahun 2016-2020. Kami mengapresiasi semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Rencana Aksi Nasional Penguatan Laboratorium TB ini. Dokumen ini diharapkan merupakan dokumen “hidup” yang dapat disesuaikan sesuai kebutuhan. Kami mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan dokumen ini. Kami mengharapkan dokumen ini berguna untuk pengendalian TB di Indonesia. Mari membuat terobosan dalam menanggulangi penyakit TB.

Jakarta, Desember 2016 Dr H. Mohamad Subuh, MPPM Dirjen P2P Kementerian Kesehatan

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202022 

 

Tim Penyusun  Pengarah : dr. H. Mohamad Subuh, MPPM dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes dr. Eka Viora, SpKJ Penanggung jawab : dr. Asik, MPPM dr. Risma Sitorus, MPPM Editor : Nurjannah, SKM, M.Kes dr. Yullita Evarini Y, MARS Siti Romlah, MKM Dini Rahmadian dr. Retno Kusuma Dewi, MPH Kontributor : Andriansjah Rukmana, PhD LRN Molekuler dan Riset Operasional TB Andryani Anggraini, dr, SpPK LRN Mikroskopis TB Ariyani Kiranasari, Dra, MBiomed LRN Molekuler dan Riset Operasional TB Endang Lukitosari, dr, MPH Subdit TB Fera Ibrahim, dr, MSc, PhD, SpMK(K)

LRN Molekuler dan Riset Operasional TB

Fransisca Sunny, Ssi LRN Molekuler dan Riset Operasional TB Frita Warasati, dr Harini Janiar, dr, SpPK

Direktorat Mutu dan Akreditasi Proyek CHALLENGE TB-USAID/KNCV

Indri Rizkiyani, SKM Subdit TB Irfan Ediyanto, dr Subdit TB Isak Solihin, Drs LRN Mikroskopis TB Ita Andayani, S.ST LRN Biakan dan Uji Kepekaan TB Koesprijani, dr, SpPK LRN Biakan dan Uji Kepekaan TB Lydia Mursida, S.Si Subdit TB Mikyal Faralina, SKM WHO Muhammad Taufiq, Am.DK LRN Biakan dan Uji Kepekaan TB Novia Rachmayanti, Mbiomed Proyek CHALLENGE TB-USAID/KNCV Pujiyati Herlina, S.Si. Proyek CHALLENGE TB-USAID/KNCV Ratna Meyda, SSi LRN Molekuler dan Riset Operasional TB Ratu Intang, MKM Regina Tambunan, SKM

Direktorat Mutu dan Akreditasi Subdit TB

Retno Kusuma Dewi, dr, MPH Subdit TB Richard Lumb LRS IMVS Adelaide Roni Chandra, MBiomed Proyek CHALLENGE TB-USAID/KNCV Sandeep Meharwal, PhD Proyek BANTU, USAID Wiwi Ambarwati, dr Subdit Mikrobiologi dan Imunologi

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

33 

 

Ringkasan

Dalam sepuluh tahun terakhir, jejaring laboratorium TB di Indonesia telah memiliki banyak kemajuan dalam pembinaan kapasitas dan pemantapan mutu pemeriksaan laboratorium. Akan tetapi, masih banyak yang belum terselesaikan. Rencana Aksi Nasional Laboratorium TB tahun 2016-2020 disusun sebagai respon terhadap tantangan yang semakin tinggi yaitu beban penyakit TB yang jauh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya, meningkatnya kasus TB Resistan Obat (TB RO) serta penggunaan alat diagnosis baru. Dengan menggunakan kerangka analisis SWOT dan menyusun kerangka pikir strategis, telah teridentifikasi 4 (empat) tujuan sebagai berikut Tujuan 1 Meningkatkan akses terhadap pemeriksaan mikroskopis TB dengan Pemantapam Mutu Eksternal (PME) yang berjalan secara efektif Walaupun alat diagnostik TB terbaru telah ditemukan, beberapa negara dengan beban penyakit TB yang tinggi di dunia termasuk Indonesia, telah berkomitmen bahwa pemeriksaan mikroskopis TB tetap menjadi alat diagnostik utama untuk penyakit TB. Kegiatan review jejaring mikroskopis TB nasional yang dilaksanakan pada tahun 2014 menemukan adanya permasalahan dalam Pemantapan Mutu Eksternal (PME) mikroskopis TB yaitu keteraturan dan ketepatan waktu pelaksanaan uji silang. Salah satu strategi utama dalam RAN Laboratorium 2016-2020 ini adalah penguatan aspek teknis dalam pelaksanaan PME melalui peran utama dan kepemimpinan dari Laboratorium Rujukan TB Nasional (LRN) mikroskopis TB yaitu BLK Provinsi Jawa Barat. Tujuan-2 Meningkatkan akses dan mengurangi waktu diagnosis dan deteksi resistensi Rifampisin dengan menggunakan tes cepat Rencana Aksi Laboratorium TB ini menghitung kebutuhan Tes Cepat Molekuler (TCM) berdasarkan kondisi epidemiologis penyakit sesuai beban pemeriksaan TB di Indonesia, pertimbangan administratif dimana minimal 1 (satu) alat di masing-masing kabupaten/ kota dan pertimbangan geografis di masing- masing wilayah. Kenaikan kebutuhan jumlah alat dihitung setiap tahun. Pengelolaan pelatihan, pemeliharaan, logistik, dan pemantapan mutu harus mulai diserahkan dari LRN Departemen Mikrobiologi FKUI ke tingkat regional atau provinsi. Penguatan laboratorium regional dan provinsi perlu dikembangkan secara bertahap dan harus memiliki jejaring dengan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan. Untuk mengurangi waktu diagnosis, diperlukan sistem transportasi contoh uji secara cepat, aman dan cost efektif. Tujuan-3 Meningkatkan akses terhadap pemeriksaan biakan dan uji kepekaan lini satu dan dua pada pasien yang berisiko TB-MDR dan TB-XDR Pengembangan jejaring laboratorium biakan dan uji kepekaan di tingkat nasional sangat penting untuk kegiatan Manajemen Terpadu Pengendalian TB Resistan Obat (MTPTRO). Saat ini terdapat 13 laboratorium yang tersertifikasi uji kepekaan lini satu, tujuh diantaranya juga tersertifikasi uji kepekaan lini dua. Pada akhir tahun 2020 diharapkan terdapat 17 laboratorium yang tersertifikasi uji kepekaan

2  

Tim Penyusun  Pengarah : dr. H. Mohamad Subuh, MPPM dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes dr. Eka Viora, SpKJ Penanggung jawab : dr. Asik, MPPM dr. Risma Sitorus, MPPM Editor : Nurjannah, SKM, M.Kes dr. Yullita Evarini Y, MARS Siti Romlah, MKM Dini Rahmadian dr. Retno Kusuma Dewi, MPH Kontributor : Andriansjah Rukmana, PhD LRN Molekuler dan Riset Operasional TB Andryani Anggraini, dr, SpPK LRN Mikroskopis TB Ariyani Kiranasari, Dra, MBiomed LRN Molekuler dan Riset Operasional TB Endang Lukitosari, dr, MPH Subdit TB Fera Ibrahim, dr, MSc, PhD, SpMK(K)

LRN Molekuler dan Riset Operasional TB

Fransisca Sunny, Ssi LRN Molekuler dan Riset Operasional TB Frita Warasati, dr Harini Janiar, dr, SpPK

Direktorat Mutu dan Akreditasi Proyek CHALLENGE TB-USAID/KNCV

Indri Rizkiyani, SKM Subdit TB Irfan Ediyanto, dr Subdit TB Isak Solihin, Drs LRN Mikroskopis TB Ita Andayani, S.ST LRN Biakan dan Uji Kepekaan TB Koesprijani, dr, SpPK LRN Biakan dan Uji Kepekaan TB Lydia Mursida, S.Si Subdit TB Mikyal Faralina, SKM WHO Muhammad Taufiq, Am.DK LRN Biakan dan Uji Kepekaan TB Novia Rachmayanti, Mbiomed Proyek CHALLENGE TB-USAID/KNCV Pujiyati Herlina, S.Si. Proyek CHALLENGE TB-USAID/KNCV Ratna Meyda, SSi LRN Molekuler dan Riset Operasional TB Ratu Intang, MKM Regina Tambunan, SKM

Direktorat Mutu dan Akreditasi Subdit TB

Retno Kusuma Dewi, dr, MPH Subdit TB Richard Lumb LRS IMVS Adelaide Roni Chandra, MBiomed Proyek CHALLENGE TB-USAID/KNCV Sandeep Meharwal, PhD Proyek BANTU, USAID Wiwi Ambarwati, dr Subdit Mikrobiologi dan Imunologi

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202044 

 

lini satu dan dua, idealnya laboratorium tersebut juga memiliki pemeriksaan biakan dan uji kepekaan dengan metode cair. Laboratorium LRN untuk pemeriksan biakan dan uji kepekaan (BBLK Surabaya) saat ini melakukan pemantauan mutu laboratorium biakan dan uji kepekaan di Indonesia. Tujuan -4 Penerapan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium (SMML) Sistem pemantapan mutu yang berfungsi optimal merupakan hal yang sangat penting dalam RAN Laboratorium TB. LRN dan beberapa laboratorium rujukan tingkat regional harus memiliki sistem manajemen mutu laboratorium yang berfungsi baik sesuai dengan ISO 15189. Karena belum ada satupun laboratorium yang tersertfiikasi berdasarkan ISO 15189, maka perlu direncanakan pelatihan dan langkah-langkah menuju sertifikasi. Pada awalnya, hanya 5 laboratorium yang diajukan untuk tersertfikasi dengan ISO 15189, tapi direncanakan pada akhir tahun 2019, semua laboratorium yang melakukan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan harus tersertfiikasi atau dalam proses sertifikasi dengan ISO 15189. Sehubungan dengan rencana laboratorium untuk dapat melakukan pemeriksaan yang lebih kompleks dan rencana desentralisasi pemeriksana TCM ke laboratorium tingkat dibawahnya, kemampuan untuk mengirimkan contoh uji sesuai standar sangat penting untuk menjamin contoh uji dapat dikirimkan dengan cepat, aman dan efisien. Dalam penyusunan RAN Laboratorium TB, telah teridentifikasi ketidaksesuaian antara target TB-MDR berdasarkan stranas TB dengan kemampuan pengembangan laboratorium. Diperlukan dukungan dana untuk mendukung pengembangan laboratorium agar dapat memenuhi target temuan kasus TB dan TB RO. Dalam rangka memenuhi target penemuan kasus TB, direncanakan penambahan alat TCM secara bertahap sampai 2.023 alat pada tahun 2020. Kebutuhan pembiayaan untuk 1 (satu) alat TCM dihitung dengan memperhitungkan biaya pengadaan alat, biaya pelatihan, biaya kebutuhan kartrid per alat per tahun dan biaya pemeliharaan alat. Perhitungan biaya ini belum mempertimbangkan biaya transportasi contoh uji dahak ke laboratorium TCM dan dahak/ isolat ke laboratorium biakan dan uji kepekaan. Perbedaan target pasien TB dan TB RO dengan kapasitas laboratorium perlu mendapat perhatian serius. Lebih lanjut lagi, peningkatan kapasitas diagnosis dan penggunaan alat teknologi baru juga harus sejalan dengan kapasitas pengobatan pasien. Pasien TB dan TB RO yang terdiagnosis harus mendapat pengobatan sesuai standar.

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

55 

 

Daftar Isi Kata Pengantar ..................................................................................................... 1 Tim Penyusun ...................................................................................................... 2 Ringkasan ............................................................................................................ 3 Daftar Isi .............................................................................................................. 5 Daftar Tabel ......................................................................................................... 6 Daftar Gambar ..................................................................................................... 7 Daftar Singkatan .................................................................................................. 8 1. Latar Belakang ............................................................................................. 10

1.1. Kondisi Epidemiologi .............................................................................. 10 1.2. Survei Prevalensi TB Indonesia (2013-2014) ........................................... 11 1.3. Review Mikroskopis TB Nasional ............................................................ 12 1.4. Struktur dan Jejaring Laboratorium TB ................................................. 13 1.5. Strategi Laboratorium TB ....................................................................... 15 1.6. Pedoman Nasional Pengendalian TB ....................................................... 15

2. Analisis Situasi ............................................................................................ 17 2.1. Jejaring Laboratorium TB ....................................................................... 17 2.2. Jejaring Laboratorium TB dengan bidang lain ........................................ 20 2.3. Infrastruktur Jejaring Laboratorium TB ................................................. 21 2.4. Pemeriksaan Laboratorium yang tersedia dan cakupannya ..................... 22 2.5. Beban laboratorium TB terkait MTPTRO ................................................. 25 2.6. Sumber Daya Manusia Laboratorium TB ................................................ 26 2.7. Pemeliharaan dan Validasi Alat Laboratorium ........................................ 27 2.8. Sistem Manajemen Mutu Laboratorium .................................................. 28 2.9. Pengelolaan bahan habis pakai dan reagen ............................................ 31 2.10. Sistem Informasi dan Manajemen Data ............................................... 33 2.11. Sistem Rujukan Contoh Uji ................................................................. 34 2.12. Penelitian Operasional ........................................................................ 36 2.13. Kebijakan dan Aspek Hukum .............................................................. 36 2.14. Pembiayaan untuk Layanan Laboratorium TB ..................................... 37

3. Masalah Strategis Laboratorium TB di Indonesia ......................................... 41 3.1. Mikroskopis ........................................................................................... 41 3.2. Biakan dan Uji Kepekaan ....................................................................... 41 3.3. Tes Cepat Molekuler ............................................................................... 42 3.4. Sistem Manajemen Mutu Laboratorium .................................................. 42 3.5. Sumber Daya Manusia ........................................................................... 43 3.6. Transportasi Contoh Uji ......................................................................... 43

4. Strategi, Indikator dan Target ....................................................................... 44 5. Pembiayaan ................................................................................................. 58 6. Monitoring dan Evaluasi Hasil Kegiatan ........................................................ 61 7. Referensi ...................................................................................................... 62 Lampiran 1. Analisis Situasi Kerangka Kerja ....................................................... 64 Lampiran 2: Analisis SWOT ................................................................................ 80 Lampiran 3: Detil Pembiayaan Laboratorium TB ................................................. 94

4  

lini satu dan dua, idealnya laboratorium tersebut juga memiliki pemeriksaan biakan dan uji kepekaan dengan metode cair. Laboratorium LRN untuk pemeriksan biakan dan uji kepekaan (BBLK Surabaya) saat ini melakukan pemantauan mutu laboratorium biakan dan uji kepekaan di Indonesia. Tujuan -4 Penerapan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium (SMML) Sistem pemantapan mutu yang berfungsi optimal merupakan hal yang sangat penting dalam RAN Laboratorium TB. LRN dan beberapa laboratorium rujukan tingkat regional harus memiliki sistem manajemen mutu laboratorium yang berfungsi baik sesuai dengan ISO 15189. Karena belum ada satupun laboratorium yang tersertfiikasi berdasarkan ISO 15189, maka perlu direncanakan pelatihan dan langkah-langkah menuju sertifikasi. Pada awalnya, hanya 5 laboratorium yang diajukan untuk tersertfikasi dengan ISO 15189, tapi direncanakan pada akhir tahun 2019, semua laboratorium yang melakukan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan harus tersertfiikasi atau dalam proses sertifikasi dengan ISO 15189. Sehubungan dengan rencana laboratorium untuk dapat melakukan pemeriksaan yang lebih kompleks dan rencana desentralisasi pemeriksana TCM ke laboratorium tingkat dibawahnya, kemampuan untuk mengirimkan contoh uji sesuai standar sangat penting untuk menjamin contoh uji dapat dikirimkan dengan cepat, aman dan efisien. Dalam penyusunan RAN Laboratorium TB, telah teridentifikasi ketidaksesuaian antara target TB-MDR berdasarkan stranas TB dengan kemampuan pengembangan laboratorium. Diperlukan dukungan dana untuk mendukung pengembangan laboratorium agar dapat memenuhi target temuan kasus TB dan TB RO. Dalam rangka memenuhi target penemuan kasus TB, direncanakan penambahan alat TCM secara bertahap sampai 2.023 alat pada tahun 2020. Kebutuhan pembiayaan untuk 1 (satu) alat TCM dihitung dengan memperhitungkan biaya pengadaan alat, biaya pelatihan, biaya kebutuhan kartrid per alat per tahun dan biaya pemeliharaan alat. Perhitungan biaya ini belum mempertimbangkan biaya transportasi contoh uji dahak ke laboratorium TCM dan dahak/ isolat ke laboratorium biakan dan uji kepekaan. Perbedaan target pasien TB dan TB RO dengan kapasitas laboratorium perlu mendapat perhatian serius. Lebih lanjut lagi, peningkatan kapasitas diagnosis dan penggunaan alat teknologi baru juga harus sejalan dengan kapasitas pengobatan pasien. Pasien TB dan TB RO yang terdiagnosis harus mendapat pengobatan sesuai standar.

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202066 

 

Daftar Tabel Tabel 1. Laboratorium biakan terstandarisasi dan laboratorium uji kepekaan

tersertifikasi ................................................................................................. 23 Tabel 2. Perhitungan beban pemeriksaan laboratorium TB terkait MTPTRO ........ 26 Tabel 3. Hasil Kegiatan Uji Silang 2013-2015 ...................................................... 29 Tabel 4. Laboratorium yang menerima tes panels dari BBLK Surabaya ............... 30 Tabel 5. Perhitungan pembiayaan pasien TB MDR tahun 2016-2020 .................. 39 Tabel 6. Rencana Pengembangan Puskesmas menjadi Puskesmas Mandiri Layanan

TB ................................................................................................................ 52 Tabel 7. Target Kegiatan Uji Silang ..................................................................... 52 Tabel 8. Rencana Pengembangan Laboratorium Intermediate .............................. 53 Tabel 9. Rencana perhitungan kebutuhan alat TCM ............................................ 53 Tabel 10. Rencana Pengembangan Laboratorium per provinsi dan Kabupaten/ Kota

.................................................................................................................... 54 Tabel 11. Kebutuhan Kartrid untuk Pemeriksaan TCM 2016 – 2020 ................... 54 Tabel 12. Rencana Pengembangan Laboratorium LPA Lini 2................................ 55 Tabel 13. Rencana Pengembangan Laboratorium Biakan dan Uji Kepekaan ........ 55 Tabel 14. Kebutuhan Dana Kegiatan Laboratorium TB berdasarkan Tujuan Tahun

2016-2020 ................................................................................................... 59 Tabel 15. Kebutuhan Dana Kegiatan Laboratorium TB berdasarkan Strategi Tahun

2016-2020 ................................................................................................... 60 

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

77 

 

Daftar Gambar

Gambar 1. Struktur Jejaring Laboratorium Rujukan Nasional ............................ 14 Gambar 2. Struktur jejaring laboratorium mikroskopis TB .................................. 17 Gambar 3. Jejaring laboratorium biakan dan uji kepekaan TB ............................ 18 Gambar 4. Sebaran Laboratorium biakan dan uji kepekaan di Indonesia tahun

2016 ............................................................................................................ 23 Gambar 5. Distribusi. Distribusi 82 alat TCM tahun 2016 .................................. 24 Gambar 6. Alur Uji Silang Mikroskopis TB .......................................................... 28 Gambar 7. Model Alur Rujukan Contoh Uji ......................................................... 35 Gambar 8. Model Alur Pelaporan Hasil ............................................................... 35 Gambar 9. Kebutuhan Dana Kegiatan Laboratorium TB berdasarkan Tujuan

Tahun 2016-2020 ........................................................................................ 58 Gambar 10. Kebutuhan Dana Kegiatan Laboratorium TB berdasarkan Strategi

Tahun 2016-2020 ........................................................................................ 59 

6  

Daftar Tabel Tabel 1. Laboratorium biakan terstandarisasi dan laboratorium uji kepekaan

tersertifikasi ................................................................................................. 23 Tabel 2. Perhitungan beban pemeriksaan laboratorium TB terkait MTPTRO ........ 26 Tabel 3. Hasil Kegiatan Uji Silang 2013-2015 ...................................................... 29 Tabel 4. Laboratorium yang menerima tes panels dari BBLK Surabaya ............... 30 Tabel 5. Perhitungan pembiayaan pasien TB MDR tahun 2016-2020 .................. 39 Tabel 6. Rencana Pengembangan Puskesmas menjadi Puskesmas Mandiri Layanan

TB ................................................................................................................ 52 Tabel 7. Target Kegiatan Uji Silang ..................................................................... 52 Tabel 8. Rencana Pengembangan Laboratorium Intermediate .............................. 53 Tabel 9. Rencana perhitungan kebutuhan alat TCM ............................................ 53 Tabel 10. Rencana Pengembangan Laboratorium per provinsi dan Kabupaten/ Kota

.................................................................................................................... 54 Tabel 11. Kebutuhan Kartrid untuk Pemeriksaan TCM 2016 – 2020 ................... 54 Tabel 12. Rencana Pengembangan Laboratorium LPA Lini 2................................ 55 Tabel 13. Rencana Pengembangan Laboratorium Biakan dan Uji Kepekaan ........ 55 Tabel 14. Kebutuhan Dana Kegiatan Laboratorium TB berdasarkan Tujuan Tahun

2016-2020 ................................................................................................... 59 Tabel 15. Kebutuhan Dana Kegiatan Laboratorium TB berdasarkan Strategi Tahun

2016-2020 ................................................................................................... 60 

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202088 

 

Daftar Singkatan

ASP : Authorized Service Provider BBLK : Balai Besar Laboratorium Kesehatan BLK : Balai Laboratorium Kesehatan BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BSC : Biological Safety Cabinet BSL : Biosafety Level BTA : Bakteri Tahan Asam DIKTI : Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi DOTS : Directly Observed Treatment Shortcourse GLI : Global Laboratory Initiative HIV : Human Immunodeficiency Virus HTA : Health Technology Assessment IATA : International Air Transport Association JKN : Jaminan Kesehatan Nasional K3 : Keamanan dan Keselamatan Kerja KAN : Komite Akreditasi Nasional Komli : Komite Ahli KPI : Key Performance Indicator LJ : Lowenstein Jensen LKS : Laboratorium Klinik Swasta LPA : Line Probe Assay LQAS : Lot Quality Assurance Sampling LRI : Laboratorium RUjukanIntermediate LRN : Laboratorium Rujukan Nasional LRP : Laboratorium Rujukan Provinsi

LRS : Laboratorium Rujukan Supranasional RS : Rumah Sakit LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat MDR : Multi Drugs Resistance MTPTRO : Manajemen Terpadu Pengendalian TB Resistan Obat NGO : Non Government Organization OAT : Obat Anti TB ODHA : Orang Dengan HIV AIDS OJT : On the job training PME : Pemantapan Mutu Eksternal PPM : Puskesmas Pelaksana Mandiri PPTI : Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia PRM : Puskesmas Rujukan Mikroskopis PS : Puskesmas Satelit RUS 1 : Rujukan Uji Silang tingkat 1 SDM : Sumber Daya Manusia

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

99 

 

SITT : Sistem Informasi Tuberkulosis Terpadu

SMML : Sistem Manajemen Mutu Laboratorium SPC : Stasiun Pengumpul Contoh Uji SPO : Standar Prosedur Operasional SPR : Slide Positivity Rate SPTB : Survei Prevalensi TB SWOT : strength, weakness, opportunity, threat SWP : Safe Working Practices TAK : Tim Ahli Klinis TB : Tuberkulosis TB RO : TB Resistan Obat TB XDR : TB Ekstremely Drug Resistan TCM : Tes Cepat Molekuler TORG : TB Research Operational Group (TORG), ToT : Training of Trainer WHO : World Health Organization ZN : Ziehl Neelsen

8  

Daftar Singkatan

ASP : Authorized Service Provider BBLK : Balai Besar Laboratorium Kesehatan BLK : Balai Laboratorium Kesehatan BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BSC : Biological Safety Cabinet BSL : Biosafety Level BTA : Bakteri Tahan Asam DIKTI : Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi DOTS : Directly Observed Treatment Shortcourse GLI : Global Laboratory Initiative HIV : Human Immunodeficiency Virus HTA : Health Technology Assessment IATA : International Air Transport Association JKN : Jaminan Kesehatan Nasional K3 : Keamanan dan Keselamatan Kerja KAN : Komite Akreditasi Nasional Komli : Komite Ahli KPI : Key Performance Indicator LJ : Lowenstein Jensen LKS : Laboratorium Klinik Swasta LPA : Line Probe Assay LQAS : Lot Quality Assurance Sampling LRI : Laboratorium RUjukanIntermediate LRN : Laboratorium Rujukan Nasional LRP : Laboratorium Rujukan Provinsi

LRS : Laboratorium Rujukan Supranasional RS : Rumah Sakit LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat MDR : Multi Drugs Resistance MTPTRO : Manajemen Terpadu Pengendalian TB Resistan Obat NGO : Non Government Organization OAT : Obat Anti TB ODHA : Orang Dengan HIV AIDS OJT : On the job training PME : Pemantapan Mutu Eksternal PPM : Puskesmas Pelaksana Mandiri PPTI : Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia PRM : Puskesmas Rujukan Mikroskopis PS : Puskesmas Satelit RUS 1 : Rujukan Uji Silang tingkat 1 SDM : Sumber Daya Manusia

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20201010 

 

1. Latar Belakang 1.1. Kondisi Epidemiologi Penyebaran penyakit TB di Indonesia sangat luas dan mempengaruhi semua kelompok dan umur. Berdasarkan data survey prevalensi TB (SPTB) (Kementerian Kesehatan RI, 2015a), Indonesia berada di urutan tertinggi kedua di dunia setelah India dan diperkirakan 1,6 juta (0,65% dari populasi umum) kasus prevalensi dengan 1 juta kasus insiden setiap tahunnya. Menurut Laporan TB Global (World Health Organization, 2015), Indonesia menyumbang 10% dari total beban TB dunia dan sekitar 100.000 (kisaran 66.000-150.000) orang diperkirakan meninggal karena TB setiap tahunnya. Di negara-negara ASEAN, hanya Kamboja yang memiliki prevalensi TB yang lebih tinggi per 100.000 penduduk (668/100.000). Pada tahun 2014, Program TB di Indonesia mencatat sebanyak 324.539 kasus TB ternotifikasi (TB semua tipe). Angka notifikasi kasus semua tipe adalah 128/ 100.000. Sebanyak 303.152 kasus berasal dari kasus TB Paru (kasus baru dan pengobatan ulang), dimana sekitar 199.770 (60%) dari kasus TB paru tersebut terkonfirmasi bakteriologis. Terdapat 19.653 (6,1%) kasus TB Ekstra Paru ternotifikasi. Sebagian besar kasus TB Ekstra Paru didiagnosis dan diobati di RS karena memerlukan keahlian khusus dan peralatan yang memadai. Angka kematian TB diperkirakan sekitar 68.000 kasus atau 26,5/100.000 penduduk sesuai dengan Laporan TB Global tahun 2014(World Health Organization, 2014). Pada tahun 2014, tercatat sekitar 23.170 (7,6%) kasus TB anak (World Health Organization, 2015), namun diperkirakan terdapat under maupun over reported. Sebuah studi di RS di pulau Jawa menunjukkan bahwa 11% kasus TB anak berasal dari kasus rawat inap dan 27% dari rawat jalan(Lestari et al., 2011). Sebuah studi pemodelan menunjukkan bahwa proporsi TB anak di Indonesia adalah 10-15% dari total beban TB (Dodd et al., 2014). Pada tahun 2014, Program TB melaporkan hanya 5% (15.074) pasien TB yang mengetahui status HIV mereka. Dari jumlah tersebut sekitar 16% ditemukan positif HIV. Prevalensi HIV di antara kasus TB di Indonesia adalah 6,2% (5,1% - 7,5%) (World Health Organization, 2015). Survei sub-nasional telah dilakukan di beberapa provinsi pada tahun 2010 & 2011, dimana perkiraan prevalensi HIV di antara pasien TB adalah 2% (Yogyakarta); 0,8% (Jawa Timur); 3,8% (Bali); dan 14% (Papua). Sementara itu, pada tahun 2013 skrining untuk TB pada ODHA telah mencapai 83% (Ministry of Health, 2104). TB pada ODHA dapat didiagnosis pada poli TB-HIV dengan model terintegrasi atau melalui jejaring internal dan eksternal pada program HIV dan TB. Surveilans sentinel TB resisten obat telah dilakukan di empat (4) provinsi pada tahun 2012 (DKI jakarta, Jawa Timur, Bali dan Sulawesi Selatan), dan di enam (6) provinsi pada tahun 2013 dengan penambahan provinsi Sumatera Utara dan Jawa Barat. Berdasarkan pemantauan tahun 2012 di 4 provinsi, prevalensi TB MDR adalah 1,9% di antara kasus baru dan 28,7% di antara kasus pengobatan ulang. Sebuah survei resistensi TB yang telah dilakukan pada tahun 2006 di provinsi

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

1111 

 

Jawa Tengah menemukan sekitar 1,9 % terjadi di antara kasus baru dan 16,7% di antara kasus pengobatan ulang (Ministry of Health, 2104). WHO memperkirakan proporsi kasus TB MDR di antara kasus TB baru adalah 2% (1,4%-2,5%), sedangkan proporsi TB MDR di antara kasus pengobatan ulang adalah 12% (8,1,%-17%) (World Health Organization, 2015). 1.2. Survei Prevalensi TB Indonesia (2013-2014) Hasil SPTB tahun 2013-2014 menunjukkan bahwa beban TB jauh lebih tinggi dari perkiraan melalui pemodelan WHO yaitu dari 272 per 100.000 penduduk seperti yang dilaporkan melalui Laporan TB Global tahun 2013 (World Health Organization, 2013a), menjadi 660 per 100.000 penduduk, atau 2,4 kali lebih tinggi dibandingkan perkiraan sebelumnya. Prevalensi TB adalah 1,6 juta dengan 1 juta kasus insidensi per tahun (Kementerian Kesehatan RI, 2015a). Dengan total notifikasi 322.806 kasus insidensi pada tahun 2014, maka Indonesia kehilangan 677.000 kasus per tahun dan saat ini capaian tingkat deteksi kasus hanya sekitar 32%. Kesimpulan dari SPTB adalah sebagai berikut:

1. Prevalensi TB paru di Indonesia dengan konfirmasi bakteriologis sebesar 759 per 100.000 penduduk yang berumur 15 tahun ke atas dan prevalensi TB dengan BTA positif sebesar 257 per 100.000 penduduk yang berumur 15 tahun ke atas. Dengan menggunakanan angka prevalensi hasil survei di atas dan angka notifikasi kasus TB anak dan ekstra paru, diperkirakan saat ini terdapat 1.600.000 orang pasien TB semua tipe. a) Prevalensi TB paru BTA positif di kawasan Sumatera, Jawa-Bali, dan

kawasan lainnya adalah 307, 217, dan 260 per 100.000 penduduk yang berumur 15 tahun ke atas,

b) Prevalensi TB paru dengan konfirmasi bakteriologi di kawasan Sumatera, Jawa-Bali, dan kawasan lainnya adalah 913, 593, dan 842 per 100.000 penduduk yang berumur 15 tahun ke atas.

c) Angka prevalensi TB paling tinggi di kelompok yang berumur tua (55 tahun ke atas). Beban TB absolut masih sangat tinggi di kalangan yang berumur produktif.

2. Kasus TB bakteriologis positif yang menunjukkan gejala sebesar 57,5% dan kasus TB BTA positif yang menunjukkan gejala sebesar 70,3%. Kasus TB bakteriologis positif yang tidak menunjukkan gejala namun memiliki foto toraks abnormal sebesar 42,5% dan kasus TB BTA positif yang tidak menunjukkan gejala namun memiliki foto toraks abnormal sebesar 29,7%.

3. Proporsi TB paru penduduk yang berumur 15 tahun ke atas dengan gejala mengarah TB (batuk > 14 hari atau batuk darah) sebesar 12,6%, Proporsi kelainan parenkim paru dan pleura pada penduduk yang berumur 15 tahun ke atas berdasarkan pemeriksaan radiologi sebesar 16,5%. Namun proporsi kelainan parenkim paru dan pleura tanpa adanya gejala batuk 14 hari atau lebih atau batuk darah sebesar 9,9%.

4. Di antara partisipan yang menderita batuk 14 hari atau lebih atau batuk darah pada penduduk yang berumur 15 tahun ke atas, sebanyak 43,1%

10  

1. Latar Belakang 1.1. Kondisi Epidemiologi Penyebaran penyakit TB di Indonesia sangat luas dan mempengaruhi semua kelompok dan umur. Berdasarkan data survey prevalensi TB (SPTB) (Kementerian Kesehatan RI, 2015a), Indonesia berada di urutan tertinggi kedua di dunia setelah India dan diperkirakan 1,6 juta (0,65% dari populasi umum) kasus prevalensi dengan 1 juta kasus insiden setiap tahunnya. Menurut Laporan TB Global (World Health Organization, 2015), Indonesia menyumbang 10% dari total beban TB dunia dan sekitar 100.000 (kisaran 66.000-150.000) orang diperkirakan meninggal karena TB setiap tahunnya. Di negara-negara ASEAN, hanya Kamboja yang memiliki prevalensi TB yang lebih tinggi per 100.000 penduduk (668/100.000). Pada tahun 2014, Program TB di Indonesia mencatat sebanyak 324.539 kasus TB ternotifikasi (TB semua tipe). Angka notifikasi kasus semua tipe adalah 128/ 100.000. Sebanyak 303.152 kasus berasal dari kasus TB Paru (kasus baru dan pengobatan ulang), dimana sekitar 199.770 (60%) dari kasus TB paru tersebut terkonfirmasi bakteriologis. Terdapat 19.653 (6,1%) kasus TB Ekstra Paru ternotifikasi. Sebagian besar kasus TB Ekstra Paru didiagnosis dan diobati di RS karena memerlukan keahlian khusus dan peralatan yang memadai. Angka kematian TB diperkirakan sekitar 68.000 kasus atau 26,5/100.000 penduduk sesuai dengan Laporan TB Global tahun 2014(World Health Organization, 2014). Pada tahun 2014, tercatat sekitar 23.170 (7,6%) kasus TB anak (World Health Organization, 2015), namun diperkirakan terdapat under maupun over reported. Sebuah studi di RS di pulau Jawa menunjukkan bahwa 11% kasus TB anak berasal dari kasus rawat inap dan 27% dari rawat jalan(Lestari et al., 2011). Sebuah studi pemodelan menunjukkan bahwa proporsi TB anak di Indonesia adalah 10-15% dari total beban TB (Dodd et al., 2014). Pada tahun 2014, Program TB melaporkan hanya 5% (15.074) pasien TB yang mengetahui status HIV mereka. Dari jumlah tersebut sekitar 16% ditemukan positif HIV. Prevalensi HIV di antara kasus TB di Indonesia adalah 6,2% (5,1% - 7,5%) (World Health Organization, 2015). Survei sub-nasional telah dilakukan di beberapa provinsi pada tahun 2010 & 2011, dimana perkiraan prevalensi HIV di antara pasien TB adalah 2% (Yogyakarta); 0,8% (Jawa Timur); 3,8% (Bali); dan 14% (Papua). Sementara itu, pada tahun 2013 skrining untuk TB pada ODHA telah mencapai 83% (Ministry of Health, 2104). TB pada ODHA dapat didiagnosis pada poli TB-HIV dengan model terintegrasi atau melalui jejaring internal dan eksternal pada program HIV dan TB. Surveilans sentinel TB resisten obat telah dilakukan di empat (4) provinsi pada tahun 2012 (DKI jakarta, Jawa Timur, Bali dan Sulawesi Selatan), dan di enam (6) provinsi pada tahun 2013 dengan penambahan provinsi Sumatera Utara dan Jawa Barat. Berdasarkan pemantauan tahun 2012 di 4 provinsi, prevalensi TB MDR adalah 1,9% di antara kasus baru dan 28,7% di antara kasus pengobatan ulang. Sebuah survei resistensi TB yang telah dilakukan pada tahun 2006 di provinsi

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202012

12  

tidak berobat, 26,1% mencari pengobatan di fasilitas kesehatan, dan 30,3% mengobati sendiri.

5. Diantara partisipan yang pernah didiagnosis TB paru oleh tenaga kesehatan, sebanyak 99% mendapat pengobatan. Diantara partisipan yang mendapat pengobatan, sebanyak 46% berobat di layanan swasta, dan 48% berobat di RS. Hanya sebagian kecil partisipan yang melaporkan mendapat pengobatan TB dapat ditemukan di SITT. Kemungkinan kasus lebih banyak ditemukan di register di fasilitas kesehatan atau dalam bentuk dokumen cetak karena keterlambatan memasukkan data dalam SITT. Hal ini mengakibatkan kasus TB yang dilaporkan ke program TB masih rendah, terutama kasus yang dikelola di luar Puskesmas.

6. Proporsi kasus TB pada partisipan yang memiliki riwayat diabetes, merokok, kontak dengan pasien TB, atau memiliki riwayat sakit TB lebih tinggi daripada partisipan yang menyatakan tidak mempunyai riwayat tersebut. Perbedaan proporsi kasus TB pada setiap faktor risiko, lebih terlihat pada kasus BTA positif TB daripada kasus BTA negatif.

7. Berdasarkan hasil wawancara sikap dan perilaku terkait penyakit TB, proporsi partisipan yang mengetahui gejala TB utama adalah 78,6%, 69,1% mengetahui cara penularan TB dan 73,5% mengetahui bahwa TB bisa disembuhkan. Hanya sebagian kecil mengetahui bahwa obat TB gratis (18,6%). Namun stigma yang ditunjukkan dengan sikap merahasiakan keluarga yang terkena TB masih tinggi yaitu 11,7%.

Rekomendasi SPTB yang terkait dengan laboratorium TB adalah perlunya meningkatkan tatalaksana kasus TB dalam mengurangi penularan dan efektivitas pengobatan melalui Deteksi dini penemuan kasus TB dengan metode yang lebih akurat. Topik penelitian yang diperlukan menjawab temuan dalam SPTB dalam hal laboratorium adalah model penemuan kasus secara intensif, akurasi pemeriksaan mikroskopis TB di berbagai situasi. 1.3. Review Mikroskopis TB Nasional PME mikroskopis TB melalui kegiatan uji silang dengan metode LQAS telah dilaksanakan sejak tahun 2009 melalui uji pendahuluan di 3 provinsi yaitu Bali, Lampung dan NTB dan secara bertahap dikembangkan di seluruh Indonesia. Untuk menilai jejaring laboratorium mikroskopis TB dan implementasi PME telah dilakukan kegiatan Review Mikroskopis TB Nasional oleh Subdit TB, Subdit Mikrobiologi dan Imunologi bersama dengan partner (Ministry of Health, 2014). Kegiatan ini dilakukan dengan mengunjungi 9 (sembilan) provinsi yaitu Sumatera Barat, DKI Jakarta, DIY, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara Timur. Dari kegiatan tersebut ditemukan variasi partisipasi uji silang antar provinsi. Hanya sedikit provinsi dengan tingkat partisipasi yang tinggi dan memiliki kinerja baik yang konsisten. Terdapat keterlambatan analisis, umpan balik dan laporan hasil uji silang. PME mikroskopis TB terdiri dari uji silang, tes panel dan supervisi; namun tidak ada satupun yang berjalan dengan efektif. Diperlukan panduan dari Program TB tentang pelaksanaan ketiga metode PME tersebut agar saling

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

1313 

 

melengkapi sehingga semua fasyankes mikroskopis TB dapat di pantau mutunya. Kegiatan review tersebut juga menemukan kualitas contoh uji yang kurang, sehingga hasil pemeriksaan laboratorium juga terpengaruh. Pot dahak yang digunakan bervariasi di tingkat fasyankes. Bahan habis pakai dan reagen tidak mengalami stock out walaupun jumlah laboratorium pemeriksa di Indonesia sangat banyak. Namun tidak ada pemantauan kualitas bahan habis pakai dan reagen ZN. Reagen ZN yang dipakai merupakan reagen komersial, walaupun reagen yang diracik oleh B/BLK memiliki kualitas yang bagus. 1.4. Struktur dan Jejaring Laboratorium TB Laboratorium TB merupakan bagian dari fasilitas pelayanan kesehatan yang secara adminstratif berada dalam struktur organisasi yang berbeda. Sebagai contoh seperti di bawah ini: Rumah Sakit Umum Pusat,

BBLK : Kementerian Kesehatan (Direktorat

Jenderal Pelayanan Kesehatan) Rumah Sakit Provinsi, BLK : Pemerintah Provinsi Rumah Sakit Kabupaten

Kota, Labkesda : Pemerintah Kabupaten/Kota

Puskesmas : Kementerian Kesehatan (Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan); Pemerintah Provinsi; Pemerintah Kabupaten/Kota

Universitas (Lab Unit Penelitian, Pelayanan)

: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (DIKTI /Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi)

Militer : Kementerian Pertahanan Kepolisian : POLRI PPTI : NGO/LSM Laboratorium Klinik Swasta : Swasta Jejaring laboratorium TB di Indonesia terdiri dari 5 (lima) jenjang sesuai dengan kemampuan dan wilayah kerja layanan sebagai berikut:

Nasional : Laboratorium Rujukan Nasional Regional : Laboratorium Rujukan Regional Provinsi : Laboratorium Rujukan Provinsi (LRP) Kab/Kota : Laboratorium intermediate/ Laboratorium

Rujukan Uji Silang tingkat 1 (RUS 1) (khusus berperan dalam jejaring laboratorium mikroskopis TB)

Kecamatan/Kelurahan : Puskesmas Jejaring laboratorium TB nasional dikelola oleh:

1. Ditjen Pelayanan Kesehatan (Yankes) a. Subdit Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Lainnya - Direktorat

Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan b. Subdit Puskesmas - Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer

12  

tidak berobat, 26,1% mencari pengobatan di fasilitas kesehatan, dan 30,3% mengobati sendiri.

5. Diantara partisipan yang pernah didiagnosis TB paru oleh tenaga kesehatan, sebanyak 99% mendapat pengobatan. Diantara partisipan yang mendapat pengobatan, sebanyak 46% berobat di layanan swasta, dan 48% berobat di RS. Hanya sebagian kecil partisipan yang melaporkan mendapat pengobatan TB dapat ditemukan di SITT. Kemungkinan kasus lebih banyak ditemukan di register di fasilitas kesehatan atau dalam bentuk dokumen cetak karena keterlambatan memasukkan data dalam SITT. Hal ini mengakibatkan kasus TB yang dilaporkan ke program TB masih rendah, terutama kasus yang dikelola di luar Puskesmas.

6. Proporsi kasus TB pada partisipan yang memiliki riwayat diabetes, merokok, kontak dengan pasien TB, atau memiliki riwayat sakit TB lebih tinggi daripada partisipan yang menyatakan tidak mempunyai riwayat tersebut. Perbedaan proporsi kasus TB pada setiap faktor risiko, lebih terlihat pada kasus BTA positif TB daripada kasus BTA negatif.

7. Berdasarkan hasil wawancara sikap dan perilaku terkait penyakit TB, proporsi partisipan yang mengetahui gejala TB utama adalah 78,6%, 69,1% mengetahui cara penularan TB dan 73,5% mengetahui bahwa TB bisa disembuhkan. Hanya sebagian kecil mengetahui bahwa obat TB gratis (18,6%). Namun stigma yang ditunjukkan dengan sikap merahasiakan keluarga yang terkena TB masih tinggi yaitu 11,7%.

Rekomendasi SPTB yang terkait dengan laboratorium TB adalah perlunya meningkatkan tatalaksana kasus TB dalam mengurangi penularan dan efektivitas pengobatan melalui Deteksi dini penemuan kasus TB dengan metode yang lebih akurat. Topik penelitian yang diperlukan menjawab temuan dalam SPTB dalam hal laboratorium adalah model penemuan kasus secara intensif, akurasi pemeriksaan mikroskopis TB di berbagai situasi. 1.3. Review Mikroskopis TB Nasional PME mikroskopis TB melalui kegiatan uji silang dengan metode LQAS telah dilaksanakan sejak tahun 2009 melalui uji pendahuluan di 3 provinsi yaitu Bali, Lampung dan NTB dan secara bertahap dikembangkan di seluruh Indonesia. Untuk menilai jejaring laboratorium mikroskopis TB dan implementasi PME telah dilakukan kegiatan Review Mikroskopis TB Nasional oleh Subdit TB, Subdit Mikrobiologi dan Imunologi bersama dengan partner (Ministry of Health, 2014). Kegiatan ini dilakukan dengan mengunjungi 9 (sembilan) provinsi yaitu Sumatera Barat, DKI Jakarta, DIY, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara Timur. Dari kegiatan tersebut ditemukan variasi partisipasi uji silang antar provinsi. Hanya sedikit provinsi dengan tingkat partisipasi yang tinggi dan memiliki kinerja baik yang konsisten. Terdapat keterlambatan analisis, umpan balik dan laporan hasil uji silang. PME mikroskopis TB terdiri dari uji silang, tes panel dan supervisi; namun tidak ada satupun yang berjalan dengan efektif. Diperlukan panduan dari Program TB tentang pelaksanaan ketiga metode PME tersebut agar saling

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20201414 

 

c. Subdit Pelayanan Penunjang - Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan d. Subdit Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya – Direktorat Fasilitas

Pelayanan Kesehatan 2. Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), yaitu: Subdit TB yang

berada di bawah Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung.

Program Penanggulangan TB merupakan pengguna dari layanan jejaring laboratorium TB nasional dan memberikan kontribusi secara signifikan kepada jejaring laboratorium TB melalui fasilitasi kebutuhan fisik dan teknis yang terkait dengan pengelolaan P2TB. Sejak tahun 2011, terdapat 3 (tiga) Laboratorium Rujukan Nasional (LRN) TB yang telah beroperasional, masing-masing dengan peran berbeda untuk mendukung laboratorium yang berada pada jenjang di bawahnya. Secara resmi penunjukkan LRN TB dilakukan oleh Menteri Kesehatan melalui SK No.1909 / MENKES / SK / IX / 2011, yaitu:

1. BLK Provinsi Jawa Barat sebagai LRN untuk mikroskopis TB 2. BBLK Surabaya sebagai LRN untuk laboratorium biakan dan uji kepekaan

TB 3. Laboratorium Mikrobiologi FKUI sebagai LRN untuk diagnostik molekuler

dan riset operasional (Kementerian Kesehatan RI, 2011) Ketiga LRN mendapat dukungan teknis dari laboratorium rujukan supranasional TB (LRS) yaitu IMVS Adelaide untuk mengembangkan jejaring laboratorium TB dan meningkatkan kemampuan teknis petugas laboratorium TB.

Gambar 1. Struktur Jejaring Laboratorium Rujukan Nasional

 

3 Laboratorium Rujukan Nasional (LRN) 

LRN Mikroskopis TB (BLK Provinsi Jawa Barat) 

LRN Biakan dan Uji Kepekaan TB 

(BBLK Surabaya) 

LRN Molekuler TB dan Operasional RIset (Mikrobiologi FKUI) 

Laboratorium Rujukan Provinsi (RUS 2) 

Laboratorium Intermediate  (RUS 1) 

Laboratorium Mikroskopis  

Laboratorium Rujukan Regiional Biakan dan Uji Kepekaan TB 

Laboratorium Biakan dan Uji kepekaan TB 

Laboratorium Tes Cepat Molekuler TB (TCM) 

Laboratorium Biakan TB

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

1515 

 

1.5. Strategi Laboratorium TB Kemajuan pemeriksaan untuk diagnosis TB berkembang secara signifikan, termasuk penggunaan pemeriksaan radiologis, TCM, biakan dan uji kepekaan dengan menggunakan metode cair dan padat serta teknik molekuler lainnya. Pemeriksaan mikroskopis TB saat ini tetap menjadi alat diagnosis utama dalam Program TB, paling tidak sampai 5 (lima) tahun kedepan. Namun, untuk meningkatkan kualitas diagnosis pada BTA negatif, TB Ekstra Paru, TB anak dan TB RO, Program TB akan meningkatkan penggunaan teknologi baru selain pemeriksaan mikroskopis. Hal ini meliputi perluasan pengunaan radiologis, penyediaan dan penempatan alat TCM, dan peningkatan kualitas pemeriksaan biakan dan uji kepekaan dengan menggunakan kombinasi metode padat, cair dan molekuler. Pengunaan alat TCM akan dipercepat dan metode pemeriksaan molekuler terbaru akan digunakan setelah terdapat rekomendasi WHO. TCM dengan kartrid ultra diperkirakan tersedia pada tahun 2017, dan kartrid XDR pada tahun 2018. Direncanakan minimal 1 (satu) alat TCM di kabupaten/kota dan lebih dari satu mesin di beberapa kabupaten/kota besar. Metode diagnosis cepat akan didesentralisasi ke tingkat perifer, oleh karena itu diperlukan sistem rujukan contoh uji yang cepat, aman, terpercaya, dengan biaya terjangkau untuk mempersingkat waktu diagnosis TB. Kemampuan laboratorium rujukan untuk dapat melakukan pemeriksaan molekuler, biakan dan uji kepekaan merupakan salah satu tantangan yang harus diselesaikan. Infrastruktur laboratorium, SDM terlatih dan peralatan pendukung masih belum cukup untuk mendukung percepatan kemampuan laboratorium rujukan. Pengembangan laboratorium molekuler perlu direncanakan dengan baik, terutama agar dapat dimanfaatkan oleh pasien yang membutuhkan. 1.6. Pedoman Nasional Pengendalian TB Pedoman Nasional Pengendalian TB yang diterbitkan tahun 2014 meliputi panduan diagnosis untuk TB paru BTA positif, TB paru BTA negatif, TB ekstra paru, TB anak, TB HIV, TB Resistan Obat, rekomendasi untuk penggunaan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan TB lini 1 dan lini 2, serta rekomendasi untuk tes diagnosis cepat (Kementerian Kesehatan RI, 2014a). Indonesia juga memiliki untuk panduan untuk tatalaksana TB RO yaitu Petunjuk Teknis Manajmen Terpadu Pengendalian Tuberkulosis Resistan Obat -2014) (Kementerian Kesehatan RI, 2014b) yang mencakup alur diagnostik untuk pasien TB yang berisiko resistan terhadap obat. Panduan pengunaan alat Tes Cepat Molekuler (TCM) untuk program TB (Kementerian Kesehatan RI, 2015b) telah tresedia dan didistribusikan ke seluruh provinsi. Saat ini, dibutuhkan dua contoh uji dahak untuk terduga TB, namun hanya satu contoh uji dahak yang dibutuhkan dalam pemeriksaan follow up untuk memantau pengobatan. Definisi kasus TB di Indonesia mengikuti rekomendasi WHO tahun 2014. "Kasus TB yang terkonfirmasi bakteriologis berasal dari salah satu contoh uji dahak dengan hasil postifif baik dari pemeriksaan mikroskopis, biakan, atau alat diagnostik cepat yang direkomendasikan oleh WHO" (World Health

14  

c. Subdit Pelayanan Penunjang - Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan d. Subdit Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya – Direktorat Fasilitas

Pelayanan Kesehatan 2. Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), yaitu: Subdit TB yang

berada di bawah Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung.

Program Penanggulangan TB merupakan pengguna dari layanan jejaring laboratorium TB nasional dan memberikan kontribusi secara signifikan kepada jejaring laboratorium TB melalui fasilitasi kebutuhan fisik dan teknis yang terkait dengan pengelolaan P2TB. Sejak tahun 2011, terdapat 3 (tiga) Laboratorium Rujukan Nasional (LRN) TB yang telah beroperasional, masing-masing dengan peran berbeda untuk mendukung laboratorium yang berada pada jenjang di bawahnya. Secara resmi penunjukkan LRN TB dilakukan oleh Menteri Kesehatan melalui SK No.1909 / MENKES / SK / IX / 2011, yaitu:

1. BLK Provinsi Jawa Barat sebagai LRN untuk mikroskopis TB 2. BBLK Surabaya sebagai LRN untuk laboratorium biakan dan uji kepekaan

TB 3. Laboratorium Mikrobiologi FKUI sebagai LRN untuk diagnostik molekuler

dan riset operasional (Kementerian Kesehatan RI, 2011) Ketiga LRN mendapat dukungan teknis dari laboratorium rujukan supranasional TB (LRS) yaitu IMVS Adelaide untuk mengembangkan jejaring laboratorium TB dan meningkatkan kemampuan teknis petugas laboratorium TB.

Gambar 1. Struktur Jejaring Laboratorium Rujukan Nasional

 

3 Laboratorium Rujukan Nasional (LRN) 

LRN Mikroskopis TB (BLK Provinsi Jawa Barat) 

LRN Biakan dan Uji Kepekaan TB 

(BBLK Surabaya) 

LRN Molekuler TB dan Operasional RIset (Mikrobiologi FKUI) 

Laboratorium Rujukan Provinsi (RUS 2) 

Laboratorium Intermediate  (RUS 1) 

Laboratorium Mikroskopis  

Laboratorium Rujukan Regiional Biakan dan Uji Kepekaan TB 

Laboratorium Biakan dan Uji kepekaan TB 

Laboratorium Tes Cepat Molekuler TB (TCM) 

Laboratorium Biakan TB

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20201616 

 

Organization, 2013b). Kasus TB yang terkonfirmasi klinis wajib melalui pemeriksaan bakteriologis baik mikroskopis maupun TCM dengan hasil negatif, dan memiliki hasil pemeriksaan radiologis mendukung TB atau tidak ada perbaikan klinis setelah pemberian antibiotik non Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dan memiliki faktor resiko TB sehingga atas pertimbangan dokter didiagnosis sebagai TB terkonfirmasi klinis.

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

1717 

 

2. Analisis Situasi 2.1. Jejaring Laboratorium TB Pengembangan jejaring laboratorium TB di Indonesia meliputi laboratorium dari jenjang terendah dengan kemampuan laboratorium sederhana sampai dengan jenjang tertinggi dengan kemampuan laboratorium canggih. Namun, masih terdapat hambatan dalam pencatatan dan pelaporan yang tepat waktu dan berkesinambungan. Pengumpulan dan analisis data, pelaporan ke tingkat pusat masih menjadi tantangan utama dalam jejaring laboratorium. Untuk mengatasinya diperlukan penanganan yang menggunakan sistim pencatatan dan pelaporan elektronik. 2.1.1. Mikroskopis Pemeriksaan mikroskopis tersedia di seluruh fasilitas kesehatan primer (puskesmas) sampai ke tingkat nasional. Struktur jejaring mikroskopis TB dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2. Struktur jejaring laboratorium mikroskopis TB Kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tingkatan dijelaskan sebagai berikut:

1. Fasyankes Mikroskopis dapat berada di Puskesmas, Rumah Sakit, B/BLK, Labkesda dengan kemampuan untuk melakukan diagnosis TB melalui pemeriksaan mikroskopis.

2. Laboratorium Intermediate atau Laboratorium Rujukan Uji Silang 1 (RUS 1) dapat berada di fasilitas kesehatan Rumah Sakit, Labkesda dan Puskesmas menjadi rujukan uji silang di wilayah Kabupaten/Kota.

 

FASYANKES MIKROSKOPIS 

LABORATORIUM RUJUKAN TB NASIONAL

LABORATORIUM RUJUKAN PROVINSI 

LABORATORIUM RUJUKAN INTERMEDIATE  

Pembinaan jaminan kualitas Mekanisme rujukan 

16  

Organization, 2013b). Kasus TB yang terkonfirmasi klinis wajib melalui pemeriksaan bakteriologis baik mikroskopis maupun TCM dengan hasil negatif, dan memiliki hasil pemeriksaan radiologis mendukung TB atau tidak ada perbaikan klinis setelah pemberian antibiotik non Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dan memiliki faktor resiko TB sehingga atas pertimbangan dokter didiagnosis sebagai TB terkonfirmasi klinis.

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20201818 

 

3. Laboratorium Provinsi (BLK atau laboratorium TB tingkat provinsi) melakukan penguatan jejaring mikroskopis TB dan melakukan PME bagi fasyankes mikroskopis dan laboratorium intermediate.

4. LRN mikroskopis TB (BLK Provinsi Jawa Barat) melakukan penguatan jejaring mikroskopis TB dan mampu melakukan pemeriksaan diagnosis dengan metode terkini serta bertanggungjawab untuk PME bagi laboratorium provinsi dan pelatihan bagi laboratorium mikroskopis di tingkat bawah.

2.1.2. Biakan dan Uji Kepekaan TB Struktur organisasi jejaring laboratorium biakan dan uji kepekaan TB dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 3. Jejaring laboratorium biakan dan uji kepekaan TB Kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tingkatan jejaring dijelaskan sebagai berikut:

LRN-Biakan dan Uji Kepekaan (BBLK Surabaya): melaksanakan pengembangan jejaring dan pembinaan teknis melalui pelatihan dan supervisi dalam bidang pemeriksaan biakan dan uji kepekaan, melakukan uji panel untuk sertifikasi laboratorium uji kepekaan.

  LABORATORIUM RUJUKAN NASIONAL

LABORATORIUM REGIONAL  BIAKAN & UJI KEPEKAAN TB

LABORATORIUM BIAKAN

LABORATORIUM TCM  

LABORATORIUM  BIAKAN & UJI KEPEKAAN TB  FASKES TB RO 

Supervisi Rujukan Pelaporan 

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

1919 

 

Laboratorium Regional Biakan dan Uji Kepekaan: laboratorium ini melayani rujukan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan dan melaksanakan bimbingan teknis ke laboratorium biakan dan uji kepekaan yang berada di wilayah kerjanya. Laboratorium regional harus sudah tersertifikasi untuk pemeriksaan uji kepekaan lini 1 dan lini 2 dengan metode cair maupun padat. Laboratorium tersebut harus memberikan laporan indikator kinerja secara rutin kepada LRN.

Laboratorium Biakan dan Uji Kepekaan: laboratorium ini melayani rujukan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan dan melaksanakan bimbingan teknis ke laboratorium biakan yang berada di wilayah kerjanya. Laboratorium tersebut harus memberikan laporan indikator kinerja secara rutin kepada LRN dan Laboratorium Regional.

Laboratorium Biakan: menyediakan layanan untuk pemeriksaan biakan sesuai standar dan merujuk isolat untuk pemeriksaan uji kepekaan ke laboratorium biakan dan uji kepekaan TB. Laboratorium tersebut harus memberikan laporan indikator kinerja secara rutin kepada LRN dan Laboratorium Regional.

Hubungan kerja laboratorium biakan dan uji kepekaan, Faskes TB RO, dan laboratorium TCM perlu diatur dalam jejaring laboratorium. Dalam alur diagnosis TB dan TB RO, apabila hasil pemeriksaan TCM menunjukkan Resisten Rifampisin, maka laboratorium TCM harus melaporkan hasil ke Faskes TB RO yang selanjutnya merujuk contoh uji ke laboratorium biakan dan uji kepekaan.

2.1.3. Molekuler Pemeriksaan diagnosis molekuler terdiri dari tes cepat molekuler (TCM) dan Line Probe Assay (LPA). Jejaring laboratorium molekuler TB terdiri dari:

1. Laboratorium Rujukan Nasional Molekuler TB yaitu Departemen Mikrobiologi FKUI, mampu melakukan supervisi dan mengawasi semua laboratorium pelaksana pemeriksaan molekuler TB.

2. Laboratorium Rujukan Regional TCM TB merupakan laboratorium pembina yang mampu melakukan fungsi pembinaan, pengawasan, bimbingan teknis, pengembangan sumber daya manusia ke laboratorium fasyankes TCM di regionalnya. Fungsi ini akan melekat kepada fungsi Balai Besar Laboratorium Kesehatan.

3. Laboratorium Rujukan TCM TB Tingkat Provinsi merupakan laboratorium rujukan yang mampu melakukan pemeriksaan tes cepat, melakukan fungsi pembinaan teknis ke laboratorium fasyankes TCM di wilayahnya. Laboratorium Rujukan TCM TB tingkat provinsi ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.

4. Laboratorium Rujukan TCM TB Tingkat Kabupaten/kota merupakan laboratorium rujukan yang mampu melakukan pemeriksaan tes cepat, melakukan fungsi pembinaan teknis ke laboratorium fasyankes TCM di wilayahnya. Laboratorium Rujukan Kabupaten/kota Tes Cepat Molekuler (TCM) TB ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota.

18  

3. Laboratorium Provinsi (BLK atau laboratorium TB tingkat provinsi) melakukan penguatan jejaring mikroskopis TB dan melakukan PME bagi fasyankes mikroskopis dan laboratorium intermediate.

4. LRN mikroskopis TB (BLK Provinsi Jawa Barat) melakukan penguatan jejaring mikroskopis TB dan mampu melakukan pemeriksaan diagnosis dengan metode terkini serta bertanggungjawab untuk PME bagi laboratorium provinsi dan pelatihan bagi laboratorium mikroskopis di tingkat bawah.

2.1.2. Biakan dan Uji Kepekaan TB Struktur organisasi jejaring laboratorium biakan dan uji kepekaan TB dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 3. Jejaring laboratorium biakan dan uji kepekaan TB Kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tingkatan jejaring dijelaskan sebagai berikut:

LRN-Biakan dan Uji Kepekaan (BBLK Surabaya): melaksanakan pengembangan jejaring dan pembinaan teknis melalui pelatihan dan supervisi dalam bidang pemeriksaan biakan dan uji kepekaan, melakukan uji panel untuk sertifikasi laboratorium uji kepekaan.

  LABORATORIUM RUJUKAN NASIONAL

LABORATORIUM REGIONAL  BIAKAN & UJI KEPEKAAN TB

LABORATORIUM BIAKAN

LABORATORIUM TCM  

LABORATORIUM  BIAKAN & UJI KEPEKAAN TB  FASKES TB RO 

Supervisi Rujukan Pelaporan 

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20202020 

 

5. Laboratorium Fasyankes dengan Tes Cepat Molekuler (TCM) TB merupakan laboratorium fasyankes yang mampu melakukan pemeriksaan TCM.

2.2. Jejaring Laboratorium TB dengan bidang lain 2.2.1. Jejaring Laboratorium TB dengan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Permenkes No.28 tahun 2014 tentang pedoman pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), menyatakan bahwa layanan TB dibiayai dalam JKN dan termasuk ke dalam sistem pendanaan kapitasi dan INA-CBG’s, namun untuk pengadaan obat anti TB (OAT) masih menjadi tanggung jawab Program TB. Prosedur pelayanan kesehatan TB dan sistem rujukannya telah dijelaskan dalam pedoman teknis pelayanan TB dalam JKN (Kementerian Kesehatan RI, 2015c). Saat ini JKN membiayai diagnosis TB menggunakan pemeriksaan mikroskopis, pemeriksaan penunjang dengan foto toraks untuk terduga TB dengan BTA negatif, dan diagnosis TB anak dengan tes tuberkulin. Akan tetapi, pembiayaan untuk pemeriksaan biakan/uji kepekaan dan TCM tidak secara jelas disebutkan dalam pedoman JKN. Terduga TB RO dapat dirujuk ke rumah sakit rujukan TB RO, namun belum menyebutkan jenis pemeriksaan apa untuk diagnosis TB RO yang dapat dibiayai. Karena ketidakjelasan tersebut, penggunaan JKN dalam diagnosis TB RO dengan TCM atau pemeriksaan biakan/uji kepekaan TB dapat bervariasi antar provinsi. Di beberapa provinsi dimana Dinas Kesehatan Provinsi secara aktif mencari pembiayaan untuk pasien TB dengan BPJS, diagnosis terduga TB RO dapat didanai dengan mekanisme ini. 2.2.2. Jejaring dengan Laboratorium Klinik Swasta Jejaring antara laboratorium pemerintah dan Laboratorium Klinik Swasta (LKS) telah diatur dalam Permenkes Nomor 411 Tahun 2010 (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Peraturan tersebut menjelaskan bahwa laboratorium swasta wajib mendukung program kesehatan nasional dan berpartisipasi dalam Pemantapan Mutu Eksternal (PME). Khusus dalam pelayanan pemeriksaan diagnosis TB, LKS wajib melapor kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota terkait (mandatory notification). Diperlukan penguatan sistem pencatatan dan pelaporan dari semua fasilitas kesehatan dan laboratorium ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota terkait. Sampai tahun 2016, keterlibatan LKS dalam program TB di tingkat Provinsi sangat terbatas. Dalam prioritas strategis dalam RAN laboratorium TB 2016-2020 ini LKS akan dilibatkan dalam pelatihan, PME, dan pelaporan data laboratorium kepada Program TB. Perizinan praktek LKS dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setelah dilakukan penilaian kecukupan persyaratan sumber daya laboratorium untuk waktu tertentu. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota secara berkala melakukan pemantauan terhadap kegiatan layanan laboratorium LKS sesuai dengan Permenkes No. 411 Tahun 2010. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota memiliki kewenangan untuk menghentikan kegiatan pelayanan LKS apabila LKS tersebut tidak memenuhi ketentuan Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Permenkes tersebut. JKN hanya akan menerima klaim dari peserta yang mendapat pelayanan dari laboratorium yang bermutu, yaitu laboratorium yang tersertifikasi, terakreditasi, dan mengikuti PME.

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

2121 

 

2.3. Infrastruktur Jejaring Laboratorium TB Jejaring laboratorium TB di Indonesia memiliki infrastruktur biosafety level (BSL) berjenjang sesuai dengan fungsi layanannya dan mengacu kepada sistem keamanan dan keselamatan kerja yang memenuhi persyaratan infrastruktur (World Health Organization, 2004): 1. BSL tingkat I : Laboratorium Pemeriksaan Mikroskopis dan TCM. 2. BSL tingkat II : Laboratorium Pemeriksaan Biakan dan LPA dengan

contoh uji bukan isolat. 3. BSL tingkat III : Laboratorium uji kepekaan dan LPA dengan contoh uji

isolat. Setiap tingkat BSL menggambarkan juga persyaratan biosafety untuk berbagai kegiatan yang dilakukan di laboratorium (World Health Organization, 2012).

Risiko rendah: risiko rendah dalam menghasilkan partikel yang infeksius; partikel infeksius dalam konsentrasi rendah

Risiko sedang: risiko sedang dalam menghasilkan partikel yang infeksius; partikel infeksius dalam konsentrasi rendah

Risiko tinggi : risiko tinggi dalam menghasilkan partikel yang infeksius; partikel infeksius dalam konsentrasi tinggi

2.3.1. Laboratorium Mikroskopis Secara keseluruhan, infrastruktur laboratorium TB untuk pemeriksaan mikroskopis di Indonesis sudah memenuhi ketentuan WHO (World Health Organization, 2012) walaupun pada umumnya laboratorium mikroskopis berukuran <10m2, tanpa pemenuhan kebutuhan ventilasi, air dan daya listrik yang memadai. Kebanyakan ruangan lab mikroskopis tidak memiliki AC sehingga temperatur dan kelembaban tidak sesuai dengan persyaratan laboratorium. Pemeriksaan mikroskopis dilakukan bersama pemeriksaan laboratorium lainnya, namun di laboratorium besar telah dilakukan secara terpisah. Ventilasi biasanya berasal dari pintu dan jendela yang terbuka tanpa memerhatikan risiko cross ventilation pada saat melakukan apusan dahak. Beberapa laboratorium mikroskopis memiliki biological safety cabinet (BSC) kelas I atau kelas II yang perawatannya tidak selalu dilakukan sesuai standar. Beberapa laboratorium menyediakan sarung tangan, namun masih perlu edukasi tentang pemakaian yang baik dan benar. Manajemen limbah infeksius bervariasi berdasarkan kondisi lokal, biasanya contoh uji dahak direndam dalam cairan mengandung fenol atau pemutih dan disimpan semalam sebelum dibuang ke insinerator atau dikubur. Tidak semua laboratorium mikroskopis memiliki otoklaf. 2.3.2. Laboratorium Biakan Laboratorium yang melaksanakan pemeriksaan biakan memiliki infrastruktur, peralatan dan manajemen limbah infeksius yang bervariasi. Laboratorium yang sudah berjejaring dan menerima bantuan teknis dari LRN BBLK Surabaya, Ditjen P2P, Ditjen Yankes, dan mitra pada umumnya telah memiliki infrastruktur yang

20  

5. Laboratorium Fasyankes dengan Tes Cepat Molekuler (TCM) TB merupakan laboratorium fasyankes yang mampu melakukan pemeriksaan TCM.

2.2. Jejaring Laboratorium TB dengan bidang lain 2.2.1. Jejaring Laboratorium TB dengan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Permenkes No.28 tahun 2014 tentang pedoman pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), menyatakan bahwa layanan TB dibiayai dalam JKN dan termasuk ke dalam sistem pendanaan kapitasi dan INA-CBG’s, namun untuk pengadaan obat anti TB (OAT) masih menjadi tanggung jawab Program TB. Prosedur pelayanan kesehatan TB dan sistem rujukannya telah dijelaskan dalam pedoman teknis pelayanan TB dalam JKN (Kementerian Kesehatan RI, 2015c). Saat ini JKN membiayai diagnosis TB menggunakan pemeriksaan mikroskopis, pemeriksaan penunjang dengan foto toraks untuk terduga TB dengan BTA negatif, dan diagnosis TB anak dengan tes tuberkulin. Akan tetapi, pembiayaan untuk pemeriksaan biakan/uji kepekaan dan TCM tidak secara jelas disebutkan dalam pedoman JKN. Terduga TB RO dapat dirujuk ke rumah sakit rujukan TB RO, namun belum menyebutkan jenis pemeriksaan apa untuk diagnosis TB RO yang dapat dibiayai. Karena ketidakjelasan tersebut, penggunaan JKN dalam diagnosis TB RO dengan TCM atau pemeriksaan biakan/uji kepekaan TB dapat bervariasi antar provinsi. Di beberapa provinsi dimana Dinas Kesehatan Provinsi secara aktif mencari pembiayaan untuk pasien TB dengan BPJS, diagnosis terduga TB RO dapat didanai dengan mekanisme ini. 2.2.2. Jejaring dengan Laboratorium Klinik Swasta Jejaring antara laboratorium pemerintah dan Laboratorium Klinik Swasta (LKS) telah diatur dalam Permenkes Nomor 411 Tahun 2010 (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Peraturan tersebut menjelaskan bahwa laboratorium swasta wajib mendukung program kesehatan nasional dan berpartisipasi dalam Pemantapan Mutu Eksternal (PME). Khusus dalam pelayanan pemeriksaan diagnosis TB, LKS wajib melapor kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota terkait (mandatory notification). Diperlukan penguatan sistem pencatatan dan pelaporan dari semua fasilitas kesehatan dan laboratorium ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota terkait. Sampai tahun 2016, keterlibatan LKS dalam program TB di tingkat Provinsi sangat terbatas. Dalam prioritas strategis dalam RAN laboratorium TB 2016-2020 ini LKS akan dilibatkan dalam pelatihan, PME, dan pelaporan data laboratorium kepada Program TB. Perizinan praktek LKS dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setelah dilakukan penilaian kecukupan persyaratan sumber daya laboratorium untuk waktu tertentu. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota secara berkala melakukan pemantauan terhadap kegiatan layanan laboratorium LKS sesuai dengan Permenkes No. 411 Tahun 2010. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota memiliki kewenangan untuk menghentikan kegiatan pelayanan LKS apabila LKS tersebut tidak memenuhi ketentuan Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Permenkes tersebut. JKN hanya akan menerima klaim dari peserta yang mendapat pelayanan dari laboratorium yang bermutu, yaitu laboratorium yang tersertifikasi, terakreditasi, dan mengikuti PME.

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20202222 

 

standar, petugas yang terlatih dalam hal keamanan kerja di laboratorium/K3 (safe working practice =SWP). Diperlukan pemetaan untuk mengetahui kondisi infrastruktur ruangan, beban kerja, dan peralatan laboratorium pelaksana pemeriksaan biakan saat ini 2.3.3. Laboratorium Uji kepekaan Laboratorium pelaksana pemeriksaan uji kepekaan telah memiliki infrastruktur yang memenuhi standar. Hampir semua laboratorium tersebut telah direnovasi sesuai standar BSL 2+ dan dilengkapi dengan peralatan yang sesuai standar laboratorium uji kepekaan OAT dengan bantuan teknis dari LRN BBLK Surabaya, LRS IMVS Adelaide, Ditjen P2P, Ditjen Yankes dan mitra. 2.3.4. Laboratorium Molekular Infrastruktur merupakan salah satu unsur yang dikaji pada saat penilaian kesiapan laboratorium TCM Sebagian besar pemeriksaan TCM dilakukan di RS provinsi, RS kabupaten/kota, B/BLK dan Labkesda. Secara umum infrastruktur laboratorium TCM telah memenuhi ketentuan minimum seperti kondisi ruangan, aliran udara dan pengaturan temperatur dengan AC, daya listrik yang cukup. Ketersediaan listrik yang stabil masih menjadi masalah di beberapa wilayah, terutama daerah yang terpencil sehingga memerlukan tambahan generator dan stabilisator listrik. 2.4. Pemeriksaan Laboratorium yang tersedia dan cakupannya Berbagai jenis pemeriksaan untuk diagnosis TB tersedia di Indonesia, tetapi jenis dan cakupannya bervariasi di masing-masing wilayah. Beberapa teknologi diagnosis baru belum tersedia di seluruh wilayah dan terus dikembangkan. 2.4.1. Mikroskopis Pemeriksaan mikroskopis di Indonesia merupakan pemeriksaan diagnosis TB yang telah berkembang dan masih menjadi pemeriksaan utama untuk diagnosis TB. Pemeriksaan mikroskopis menggunakan teknik pewarnaan Ziehl Neelsen (Kementerian Kesehatan RI, 2009, 2014c). Setiap fasyankes memiliki akses terhadap pemeriksaan mikroskopis TB. Laboratorium Klinik Swasta (LKS) juga melayani pemeriksaan mikroskopis TB. Pada tahun 2015 di Indonesia terdapat 6.820 laboratorium mikroskopis TB yang terdiri dari Puskesmas Pelaksana Mandiri (PPM), Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM), RS dan LKS. 2.4.2. Pemeriksaan Biakan dan Uji Kepekaan Pemeriksaan biakan dilakukan dengan media biakan padat (Lowenstein Jensen=LJ) dan media biakan cair (MGIT 960). Sampai tahun 2016 terdapat 16 laboratorium biakan yang sudah terstandarisasi dan 13 laboratorium biakan dan uji kepekaan yang tersertifikasi. Satu laboratorium dalam proses sertifikasi dan empat laboratorium lainnya dalam tahap persiapan menuju sertifikasi. Pada akhir tahun 2020 Indonesia diharapkan telah memiliki 17 laboratorium yang tersertifikasi untuk uji kepekaan lini satu dan lini dua, minimal terdapat satu laboratorium uji kepekaan di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

2323 

 

Sebaran laboratorium biakan dan uji kepekaan terdapat dalam Gambar 4 dan Tabel 1 berikut.

Gambar 4. Sebaran Laboratorium biakan dan uji kepekaan di Indonesia tahun

2016

Tabel 1. Laboratorium biakan terstandarisasi dan laboratorium uji kepekaan tersertifikasi

No. Laboratorium Provinsi Biakan

Uji kepekaan lini 1

Uji kepekaan lini 2

Metode yang digunakan

Rincian Metode yang Tersertifikasi

Tahun Sertifikasi

Lini 1 Lini 2

1. BBLK Surabaya/ LRN

Jawa Timur

√ √ √ LJ & MGIT LJ & MGIT 2006 2009

2. Mikrobiologi FK UI

DKI Jakarta

√ √ √ LJ & MGIT LJ & MGIT 2014 2014

3. RS Persahabatan

DKI Jakarta

√ √ √ LJ & MGIT LJ & MGIT 2014 2014

4. BLK Provinsi Jawa Barat

Jawa Barat

√ √ √ LJ LJ 2014 2014

5. HUMRC Makassar – RS Hasanuddin

Sulawesi Selatan

√ √ √ MGIT MGIT 2014 2014

6. BBLK Jakarta DKI Jakarta

√ √ √ LJ & MGIT LJ & MGIT 2014 2015

7. RS H. Adam Malik

Sumatera Utara

√ √ √ LJ & MGIT LJ & MGIT 2015 2015

8. BLK Semarang Jawa Tengah

√ √ LJ LJ 2014

9. BLK Jayapura Papua √ √ LJ LJ 2014

10. BBLK Palembang

Sumatera Selatan

√ √ LJ LJ 2014

11. Mikrobiologi UGM

DIY √ √ LJ LJ 2014

22  

standar, petugas yang terlatih dalam hal keamanan kerja di laboratorium/K3 (safe working practice =SWP). Diperlukan pemetaan untuk mengetahui kondisi infrastruktur ruangan, beban kerja, dan peralatan laboratorium pelaksana pemeriksaan biakan saat ini 2.3.3. Laboratorium Uji kepekaan Laboratorium pelaksana pemeriksaan uji kepekaan telah memiliki infrastruktur yang memenuhi standar. Hampir semua laboratorium tersebut telah direnovasi sesuai standar BSL 2+ dan dilengkapi dengan peralatan yang sesuai standar laboratorium uji kepekaan OAT dengan bantuan teknis dari LRN BBLK Surabaya, LRS IMVS Adelaide, Ditjen P2P, Ditjen Yankes dan mitra. 2.3.4. Laboratorium Molekular Infrastruktur merupakan salah satu unsur yang dikaji pada saat penilaian kesiapan laboratorium TCM Sebagian besar pemeriksaan TCM dilakukan di RS provinsi, RS kabupaten/kota, B/BLK dan Labkesda. Secara umum infrastruktur laboratorium TCM telah memenuhi ketentuan minimum seperti kondisi ruangan, aliran udara dan pengaturan temperatur dengan AC, daya listrik yang cukup. Ketersediaan listrik yang stabil masih menjadi masalah di beberapa wilayah, terutama daerah yang terpencil sehingga memerlukan tambahan generator dan stabilisator listrik. 2.4. Pemeriksaan Laboratorium yang tersedia dan cakupannya Berbagai jenis pemeriksaan untuk diagnosis TB tersedia di Indonesia, tetapi jenis dan cakupannya bervariasi di masing-masing wilayah. Beberapa teknologi diagnosis baru belum tersedia di seluruh wilayah dan terus dikembangkan. 2.4.1. Mikroskopis Pemeriksaan mikroskopis di Indonesia merupakan pemeriksaan diagnosis TB yang telah berkembang dan masih menjadi pemeriksaan utama untuk diagnosis TB. Pemeriksaan mikroskopis menggunakan teknik pewarnaan Ziehl Neelsen (Kementerian Kesehatan RI, 2009, 2014c). Setiap fasyankes memiliki akses terhadap pemeriksaan mikroskopis TB. Laboratorium Klinik Swasta (LKS) juga melayani pemeriksaan mikroskopis TB. Pada tahun 2015 di Indonesia terdapat 6.820 laboratorium mikroskopis TB yang terdiri dari Puskesmas Pelaksana Mandiri (PPM), Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM), RS dan LKS. 2.4.2. Pemeriksaan Biakan dan Uji Kepekaan Pemeriksaan biakan dilakukan dengan media biakan padat (Lowenstein Jensen=LJ) dan media biakan cair (MGIT 960). Sampai tahun 2016 terdapat 16 laboratorium biakan yang sudah terstandarisasi dan 13 laboratorium biakan dan uji kepekaan yang tersertifikasi. Satu laboratorium dalam proses sertifikasi dan empat laboratorium lainnya dalam tahap persiapan menuju sertifikasi. Pada akhir tahun 2020 Indonesia diharapkan telah memiliki 17 laboratorium yang tersertifikasi untuk uji kepekaan lini satu dan lini dua, minimal terdapat satu laboratorium uji kepekaan di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20202424 

 

12. RS Rotinsulu Jawa Barat

√ √ LJ & MGIT LJ & MGIT 2015

13. BLK Banjarmasin

Kalimantan Selatan

√ √ LJ LJ 2015

14. RS Sanglah Bali √ LJ LJ Lulus tahap 1 (2015)

15. RS Saiful Anwar

Jawa Timur

√ LJ LJ Proses

16. BBLK Makassar

√ LJ LJ Proses

Sampai tahun 2016 telah tersedia 8 (delapan) laboratorium biakan dan uji kepekaan TB yang mengunakan media cair (MGIT 960) yaitu BBLK Surabaya, Mikrobiologi UI, RS Persahabatan, BBLK Jakarta, BLK Bandung, RS Rotinsulu Bandung, HUMRC Makassar, dan RS Adam Malik Medan). Pada akhir tahun 2016, selain LRN BBLK Surabaya yang mendapatkan tambahan alat MGIT 960, 3(tiga) laboratorium lainnya yaitu BBLK Palembang, BLK Semarang, dan RS Sanglah juga mendapatkan bantuan alat MGIT 960 dari Program TB. 2.4.3. Pemeriksaan Molekular Sampai akhir tahun 2016, alat TCM telah ditempatkan di 82 Faskes terdiri dari 6 (enam) laboratorium dan 76 RS di 34 Provinsi untuk diagnosis TB RO dan TB HIV. Distribusi alat TCM terdapat dalam Gambar 5.

Gambar 5. Distribusi. Distribusi 82 alat TCM tahun 2016  Sampai saat ini penggunaan alat TCM masih belum memenuhi harapan karena semula terdapat kebijakan pembatasan pemeriksaan hanya untuk terduga TB RO dan TB HIV. Rerata nasional penggunaan alat TCM pada akhir 2016 adalah 22%. Dalam rangka meningkatkan penemuan kasus TB maka pada tahun 2016 penggunaan alat TCM diperluas untuk diagnosis TB.

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

2525 

 

Pemeriksaan molekuler lain yang sudah tersedia dan digunakan untuk diagnosis TB yaitu Line Probe Assay (LPA). Pemeriksaan ini dapat mendeteksi mutasi genetik M.tuberculosis dan resistansi terhadap rifampisin dan INH. Sampai tahun 2016 layanan LPA lini satu sudah tersedia di RS Persahabatan dan BBLK Surabaya. 2.4.4. Sekuensing Pemeriksaan sekuensing telah tersedia di beberapa laboratorium di Indonesia, sebagian besar berada di laboratorium universitas dan laboratorium riset. Pada saat ini Indonesia belum memiliki data pemeriksaan sekuensing dalam mendukung program penanggulangan TB. 2.5. Beban laboratorium TB terkait MTPTRO Berdasarkan perkiraan kasus TB RO yang diobati pada tahun 2016 – 2020, beban kerja tahunan untuk pemeriksaan laboratorium TB terkait MTPTRO dapat diperhitungkan. Setiap pasien TB MDR memerlukan pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis, masa pengobatan fase intensif (8-12 bulan) dan fase lanjutan (12-14 bulan) sebagai berikut: 1. Diagnosis : 2 contoh uji untuk mikroskopis, biakan dan uji kepekaan

lini 1 dan lini 2. 2. Fase intensif : 8-12 x pemeriksaan mikroskopis dan pemeriksaan

biakan. 3. Fase lanjutan : 6-7 x pemeriksaan mikroskopis dan pemeriksaan biakan. Kegiatan MTPTRO juga merencanakan penggunaan terapi OAT standar jangka pendek dengan fase intensif (4-6 bulan) dan fase lanjutan (5 bulan), sehingga pemeriksaan laboratorium yang diperlukan sebagai berikut: 1. Diagnosis : 2 contoh uji untuk mikroskopis, biakan dan uji kepekaan

lini 1 dan lini 2. 2. Fase intensif : 4-6 x pemeriksaan mikroskopis dan pemeriksaan biakan. 3. Fase lanjutan : 5 x pemeriksaan mikroskopis dan pemeriksaan biakan. Pengobatan TB-XDR membutuhkan fase intensif (12-18 bulan) dan fase lanjutan (12 bulan), sehingga pemeriksaan laboratorium yang diperlukan sebagia berikut: 1. Diagnosis : 2 contoh uji untuk mikroskopis, biakan dan uji kepekaan

lini 1 dan lini 2. 2. Fase intensif : 12-18 x pemeriksaan mikroskopis dan pemeriksaan

biakan. 3. Fase lanjutan : 5 x pemeriksaan mikroskopis dan pemeriksaan biakan. Kebutuhan jumlah pemeriksaan laboratorium TB untuk pasien TB MDR dapat dihitung berdasarkan target penemuan kasus TB MDR sesuai tabel 2

24  

12. RS Rotinsulu Jawa Barat

√ √ LJ & MGIT LJ & MGIT 2015

13. BLK Banjarmasin

Kalimantan Selatan

√ √ LJ LJ 2015

14. RS Sanglah Bali √ LJ LJ Lulus tahap 1 (2015)

15. RS Saiful Anwar

Jawa Timur

√ LJ LJ Proses

16. BBLK Makassar

√ LJ LJ Proses

Sampai tahun 2016 telah tersedia 8 (delapan) laboratorium biakan dan uji kepekaan TB yang mengunakan media cair (MGIT 960) yaitu BBLK Surabaya, Mikrobiologi UI, RS Persahabatan, BBLK Jakarta, BLK Bandung, RS Rotinsulu Bandung, HUMRC Makassar, dan RS Adam Malik Medan). Pada akhir tahun 2016, selain LRN BBLK Surabaya yang mendapatkan tambahan alat MGIT 960, 3(tiga) laboratorium lainnya yaitu BBLK Palembang, BLK Semarang, dan RS Sanglah juga mendapatkan bantuan alat MGIT 960 dari Program TB. 2.4.3. Pemeriksaan Molekular Sampai akhir tahun 2016, alat TCM telah ditempatkan di 82 Faskes terdiri dari 6 (enam) laboratorium dan 76 RS di 34 Provinsi untuk diagnosis TB RO dan TB HIV. Distribusi alat TCM terdapat dalam Gambar 5.

Gambar 5. Distribusi. Distribusi 82 alat TCM tahun 2016  Sampai saat ini penggunaan alat TCM masih belum memenuhi harapan karena semula terdapat kebijakan pembatasan pemeriksaan hanya untuk terduga TB RO dan TB HIV. Rerata nasional penggunaan alat TCM pada akhir 2016 adalah 22%. Dalam rangka meningkatkan penemuan kasus TB maka pada tahun 2016 penggunaan alat TCM diperluas untuk diagnosis TB.

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20202626 

 

Tabel 2. Perhitungan beban pemeriksaan laboratorium TB terkait MTPTRO

Tahun 2016 2017 2018 2019 2020

Target penemuan kasus TB MDR

1.755 5.387 10.127 15.520 16.984

Pemeriksaan laboratorium:

Mikroskopis 26.325 80.805 151.905 232.800 254.760

Biakan 26.325 80.805 151.905 232.800 254.760

Uji kepekaan lini 1 1.755 5.387 10.127 15.520 16.984

Uji Kepekaan lini 2 1.755 5.387 10.127 15.520 16.984

Catatan:

Perhitungan dilakukan sesuai target penemuan pasien TB MDR, bukan kelompok pasien lainnya.

Perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah pemeriksaan untuk pasien TB MDR dengan lama pengobatan 20 bulan.

Perhitungan dilakukan dengan asumsi seluruh pasien menyelesaikan pengobatannya.

2.6. Sumber Daya Manusia Laboratorium TB 2.6.1. Ketenagakerjaan Investasi untuk pengembangan sumber daya manusia termasuk untuk layanan laboratorium TB di tingkat nasional telah dilakukan melalui upaya yang besar. Pelatihan dan peningkatan kapasitas untuk pemenuhan akreditasi dan perizinan layanan laboratorium serta pengendalian infeksi berada dalam tanggung jawab instansi-instansi yang berbeda di Kementerian Kesehatan. Dengan adanya reformasi struktural yaitu desentralisasi pemerintahan ke tingkat yang lebih rendah, diperlukan upaya yang lebih kuat untuk koordinasi dan diperlukan dukungan bagi pengambil keputusan di tingkat provinsi dan lokal untuk memberikan komitmen untuk pengendalian TB di wilayah kerja mereka. Saat ini telah dibentuk Komite Ahli (Komli) Penanggulangan TB yang akan memberikan masukan antara lain yang terkait koordinasi, advokasi, dan diseminasi informasi dengan para pemangku kepentingan baik di lingkungan instansi pemerintah, mitra, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi provinsi, swasta, maupun masyarakat. Sebagian besar tanggung jawab untuk pelatihan dan penjaminan mutu laboratorium berada pada LRN dan LRP. Secara umum, kapasitas pelatihan di seluruh jejaring telah ditetapkan, namun implementasinya bervariasi dari satu provinsi ke provinsi lainnya. Permasalahan terkait sumberdaya manusia adalah rotasi petugas terlatih di unit kerja, dan tingginya pergantian staf yang akan mengurangi efektivitas pelatihan yang telah dilakukan. Selain itu, laboratorium melaporkan jumlah staf yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan jejaring,

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

2727 

 

sementara pengadaan staf baru tidak mudah karena regulasi birokrasi. Saat ini, data dari staf laboratorium yang terlatih dalam pemeriksaan TB dikelola oleh masing-masing LRN, namun data umum pelayanan kesehatan atau pekerja laboratorium di tingkat pusat dan kab/kota didokumentasikan dan tersedia di Badan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan. 2.6.2. Pelatihan Pada umumnya pelatihan laboratorium TB dilakukan di dalam negeri. Tiga LRN bertanggung jawab untuk pelatihan, ketersediaan materi pelatihan, termasuk memperbaruinya agar sesuai dengan perkembangan. Terdapat 6.820 laboratorium mikroskopis TB di Indonesia pada tahun 2015. Jumlah laboratorium yang besar ini tidak dapat untuk dilakukan pelatihan dengan model yang terpusat. Dalam rangka memberdayakan LRP agar melakukan pelatihan sehingga kebutuhan tenaga terlatih laboratorium terpenuhi maka LRN Mikroskopis melakukan pelatihan untuk pelatih di tingkat provinsi (Training of Trainer). Pelatihan dengan standar nasional dilakukan selama 5 hari efektif. Saat ini pelatihan di tingkat provinsi yang diselenggarakan oleh LRP masih belum menjamin pemenuhan kebutuhan tenaga teknis. Di tingkat Kabupaten/Kota dan daerah terpencil pelatihan umumnya melalui bimbingan teknis dan supervisi yang tidak memenuhi standar pelatihan yang terakreditasi . Pelatihan pemeriksaan biakan dan pembuatan media TB masih memungkinkan dilaksanakan dalam model pelatihan terpusat di LRN BBLK Surabaya. LRN telah mengembangkan materi pelatihan berstandar internasional. Penyelenggaraan pelatihan merupakan kerjasama antara Subdit TB, Ditjen Yankes, LRN, dan mitra. Dengan meluasnya penggunaan alat TCM pelatihan pemeriksaan TCM tidak mungkin lagi terpusat di LRN Molekuler. Desentralisasi pelatihan ke tingkat provinsi sudah dimulai tahun 2016 diawali dengan ToT untuk tim pelatih provinsi. Pelatihan TCM tidak hanya diikuti oleh teknisi laboratorium tetapi juga menyertakan manajemen faskes, klinisi dan pengelola pencatatan dan pelaporan. 2.7. Pemeliharaan dan Validasi Alat Laboratorium Pedoman tentang Spesifikasi Peralatan dan Suplai Laboratorium TB di Indonesia (Kementerian Kesehatan RI, 2014d) telah disusun dan didistribusikan ke tingkat provinsi. 2.7.1. Mikroskopis Peraturan Menteri Kesehatan No 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat menyatakan bahwa Puskesmas Perawatan dan Non Perawatan wajib memiliki minimal 1 (satu) mikroskop binokuler (Kementerian Kesehatan RI, 2014e). Mikroskop yang digunakan di Indonesia terdiri dari beberapa macam merk, namun beberapa mikroskop yang digunakan di fasyankes tidak memenuhi standar. Sampai saat ini belum ada kontrak kerjasama antara pengguna dan penyedia untuk pemeliharaan berkala. Pemeliharaan mikroskopis merupakan bagian dari materi pelatihan mikroskopis TB bagi petugas laboratorium.

26  

Tabel 2. Perhitungan beban pemeriksaan laboratorium TB terkait MTPTRO

Tahun 2016 2017 2018 2019 2020

Target penemuan kasus TB MDR

1.755 5.387 10.127 15.520 16.984

Pemeriksaan laboratorium:

Mikroskopis 26.325 80.805 151.905 232.800 254.760

Biakan 26.325 80.805 151.905 232.800 254.760

Uji kepekaan lini 1 1.755 5.387 10.127 15.520 16.984

Uji Kepekaan lini 2 1.755 5.387 10.127 15.520 16.984

Catatan:

Perhitungan dilakukan sesuai target penemuan pasien TB MDR, bukan kelompok pasien lainnya.

Perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah pemeriksaan untuk pasien TB MDR dengan lama pengobatan 20 bulan.

Perhitungan dilakukan dengan asumsi seluruh pasien menyelesaikan pengobatannya.

2.6. Sumber Daya Manusia Laboratorium TB 2.6.1. Ketenagakerjaan Investasi untuk pengembangan sumber daya manusia termasuk untuk layanan laboratorium TB di tingkat nasional telah dilakukan melalui upaya yang besar. Pelatihan dan peningkatan kapasitas untuk pemenuhan akreditasi dan perizinan layanan laboratorium serta pengendalian infeksi berada dalam tanggung jawab instansi-instansi yang berbeda di Kementerian Kesehatan. Dengan adanya reformasi struktural yaitu desentralisasi pemerintahan ke tingkat yang lebih rendah, diperlukan upaya yang lebih kuat untuk koordinasi dan diperlukan dukungan bagi pengambil keputusan di tingkat provinsi dan lokal untuk memberikan komitmen untuk pengendalian TB di wilayah kerja mereka. Saat ini telah dibentuk Komite Ahli (Komli) Penanggulangan TB yang akan memberikan masukan antara lain yang terkait koordinasi, advokasi, dan diseminasi informasi dengan para pemangku kepentingan baik di lingkungan instansi pemerintah, mitra, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi provinsi, swasta, maupun masyarakat. Sebagian besar tanggung jawab untuk pelatihan dan penjaminan mutu laboratorium berada pada LRN dan LRP. Secara umum, kapasitas pelatihan di seluruh jejaring telah ditetapkan, namun implementasinya bervariasi dari satu provinsi ke provinsi lainnya. Permasalahan terkait sumberdaya manusia adalah rotasi petugas terlatih di unit kerja, dan tingginya pergantian staf yang akan mengurangi efektivitas pelatihan yang telah dilakukan. Selain itu, laboratorium melaporkan jumlah staf yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan jejaring,

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20202828 

 

Kurangnya supervisi dan komitmen petugas mengakibatkan pemeliharaan tidak tidak dilakukan secara rutin. Selain itu beberapa laboratorium tidak menggunakan alat dan bahan yang tepat sehingga banyak mikroskop yang tidak berfungsi. 2.7.2. Biakan dan Uji Kepekaan Sampai saat ini masih sedikit institusi yang memiliki kapasitas pemeliharaan alat laboratorium biakan dan uji kepekaan yang tersertifikasi di dalam negeri. Kementerian Kesehatan memiliki empat Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) yaitu di Jakarta, Makassar, Surabaya, dan Medan yang memiliki kapasitas pemeliharaan dan kalibrasi alat medis dan laboratorium, namun jumlahnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan di seluruh negeri. Setiap laboratorium bertanggung jawab untuk melakukan pemeliharaan dan mendokumentasikannya secara berkala. 2.7.3. Molekuler Pemeliharaan alat TCM harus dilakukan oleh teknisi laboratorium secara berkala meliputi pemeliharaan harian, mingguan, dan bulanan. Pada awal implementasi alat TCM pemeliharaan tahunan berupa kalibrasi dilakukan oleh penyedia layanan resmi (ASP=Authorized Service Provider). Dengan adanya buku Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis menggunakan TCM (Kementerian Kesehatan RI, 2015b), kalibrasi dapat dilakukan secara mandiri oleh laboratorium fasyankes TCM dengan dipandu oleh ASP lokal. 2.8. Sistem Manajemen Mutu Laboratorium Saat ini, belum ada laboratorium TB Indonesia yang mengikuti pelatihan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium (SMML). Pada tahun 2017 direncanakan pelatihan SMML untuk LRN. LRN diharapkan dapat mengimplementasikan SMML di laboratorium masing-masing setelah mengikuti pelatihan tersebut. 2.8.1. Mikroskopis Indonesia telah menetapkan program PME yang dikelola oleh masing-masing provinsi menggunakan pedoman yang dikembangkan di tingkat nasional. PME terdiri dari uji silang, bimbingan teknis dan tes panel. Alur uji silang mikroskopis TB terdapat pada Gambar 6.

Gambar 6. Alur Uji Silang Mikroskopis TB

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

2929 

 

Keterangan: (1) Uji silang laboratorium mikroskopis fasyankes oleh laboratorium RUS 1 (2) Bila tidak ada laboratorium intermediate, uji silang dilakukan oleh LRP.

Dalam hal ini LRP berperan sebagai laboratorium RUS 1 (3) Bila terjadi ketidaksesuaian (discordance), dilakukan pemeriksaan ulang

oleh LRP. Dalam hal ini LRP berperan sebagai laboratorium RUS 2. Bila di provinsi tersebut tidak ada laboratorium RUS 1, maka sediaan discordant dibaca oleh penyelia/supervisor LRP.

Kinerja laboratorium mikroskopis TB harus terjaga dengan PME yang teratur dan berkesinambungan, yaitu 4 kali per tahun dengan metode LQAS. Dengan meluasnya layanan diagnosis melalui TCM maka pemeriksaan mikroskopis hanya akan digunakan untuk pemantauan selama pengobatan sehingga jumlah pemeriksaan mikroskopis akan berkurang. Hal ini akan menyebabkan banyaknya sediaan BTA negatif. Pada metode LQAS, meningkatnya jumlah sediaan BTA negatif dan rendahnya Slide Positivity Rate (SPR) dapat meningkatkan jumlah sediaan yang harus diuji silang. Hal ini berakibat meningkatnya beban kerja laboratorium RUS dan meningkatnya pembiayaan kegiatan PME. Perlu harus direncanakan metode pengambilan uji silang untuk mengantisipasi kondisi tersebut di fasyankes yang memiliki alat TCM atau yang berjejaring dengan laboratorium rujukan TCM. Partisipasi uji silang bervariasi antar provinsi. Proporsi cakupan uji silang dari tahun 2013 sampai 2015 berada pada rentang 12-45%, proporsi kinerja baik di antara fasyankes yang mengikuti uji silang 62-81%, dan proporsi kinerja baik di antara seluruh fasyankes mikroskopis adalah 8-26% seperti terdapat dalam tabel 3.

Tabel 3. Hasil Kegiatan Uji Silang 2013-2015

Indikator

Tahun 2013 (Jml faskes = 6226)

Tahun 2014 (jml faskes = 6820)

Tahun 2015 (jml faskes = 6820)

TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4

Σ Faskes Mikroskopis ikut CC

2.154 2.805 2.627 1.793 1.597 2.175 1.896 1.756 1.793 1.642 811 1.114

% Cakupan Uji Silang

35% 45% 42% 29% 23% 32% 28% 26% 26% 24% 12% 16%

Kinerja Baik di antara Faskes Mikroskopis ikut CC

63% 67% 62% 65% 73% 72% 73% 65% 69% 71% 66% 81%

Kinerja Baik di antara Σ Faskes Mikroskopis

22% 30% 26% 19% 17% 23% 20% 17% 18% 17% 8% 13%

Peran laboratorium intermediate sangat penting dalam uji silang mikroskopis TB. Beban pemeriksaan yang tinggi dapat mengakibatkan keterlambatan hasil uji silang. Pembentukan laboratorium intermediate yang seharusnya ada di setiap Kabupaten/Kota sangat lambat karena komitmen yang kurang dari pemangku program di daerah masih rendah.

28  

Kurangnya supervisi dan komitmen petugas mengakibatkan pemeliharaan tidak tidak dilakukan secara rutin. Selain itu beberapa laboratorium tidak menggunakan alat dan bahan yang tepat sehingga banyak mikroskop yang tidak berfungsi. 2.7.2. Biakan dan Uji Kepekaan Sampai saat ini masih sedikit institusi yang memiliki kapasitas pemeliharaan alat laboratorium biakan dan uji kepekaan yang tersertifikasi di dalam negeri. Kementerian Kesehatan memiliki empat Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) yaitu di Jakarta, Makassar, Surabaya, dan Medan yang memiliki kapasitas pemeliharaan dan kalibrasi alat medis dan laboratorium, namun jumlahnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan di seluruh negeri. Setiap laboratorium bertanggung jawab untuk melakukan pemeliharaan dan mendokumentasikannya secara berkala. 2.7.3. Molekuler Pemeliharaan alat TCM harus dilakukan oleh teknisi laboratorium secara berkala meliputi pemeliharaan harian, mingguan, dan bulanan. Pada awal implementasi alat TCM pemeliharaan tahunan berupa kalibrasi dilakukan oleh penyedia layanan resmi (ASP=Authorized Service Provider). Dengan adanya buku Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis menggunakan TCM (Kementerian Kesehatan RI, 2015b), kalibrasi dapat dilakukan secara mandiri oleh laboratorium fasyankes TCM dengan dipandu oleh ASP lokal. 2.8. Sistem Manajemen Mutu Laboratorium Saat ini, belum ada laboratorium TB Indonesia yang mengikuti pelatihan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium (SMML). Pada tahun 2017 direncanakan pelatihan SMML untuk LRN. LRN diharapkan dapat mengimplementasikan SMML di laboratorium masing-masing setelah mengikuti pelatihan tersebut. 2.8.1. Mikroskopis Indonesia telah menetapkan program PME yang dikelola oleh masing-masing provinsi menggunakan pedoman yang dikembangkan di tingkat nasional. PME terdiri dari uji silang, bimbingan teknis dan tes panel. Alur uji silang mikroskopis TB terdapat pada Gambar 6.

Gambar 6. Alur Uji Silang Mikroskopis TB

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20203030 

 

Pada tahun 2013 Global Laboratory Initiative (GLI) mengeluarkan 11 standar akreditasi jejaring laboratorium mikroskopis TB (Global Laboratory Initiative, 2013) yang dapat membantu LRN untuk perencanaan, pengembangan, dan peningkatan kinerja jejaring mikroskopis. Saat ini LRN Mikroskopis menyediakan tes panel secara rutin untuk LRP. Masing-masing LRP sudah dilatih oleh LRN Mikroskopis untuk menyelenggarakan tes panel yang digunakan untuk PME bagi laboratorium intermediate. Bimbingan teknis dilakukan untuk menilai kinerja dan mengelola jejaring laboratorium mikroskopis TB di masing-masing wilayah. Sampai tahun 2016 terdapat 34 laboratorium rujukan mikroskopis provinsi, 74 laboratorium RUS1 (intermediate) di 10 provinsi, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Papua. 2.8.2. Biakan dan Uji Kepekaan Penilaian laboratorium uji kepekaan dilakukan setiap tahun dengan melakukan kunjungan dan bimbingan teknis oleh LRN biakan dan uji kepekaan ke semua laboratorium biakan dan uji kepekaan, selain itu indikator kinerja utama (Key Performance Indicators=KPI) juga dinilai secara rutin bagi laboratorium biakan. Untuk mencapai sertifikasi laboratorium uji kepekaan membutuhkan beberapa kali penilaian, pelatihan di LRN, mengikuti pelatihan Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3), serta lulus minimal 2 (dua) kali tes panel. Bersama dengan LRS IMVS Adelaide, LRN membuat rekomendasi kepada Program TB dan Unit Pembina Mutu Laboratorium di Kementerian Kesehatan tentang calon laboratorium yang tersertifikasi uji kepekaan. LRS IMVS Adelaide telah memberikan tanggungjawab untuk pembinaan teknis dalam menyelenggarakan tes panel untuk uji kepekaan lini 1 dan 2 ke LRN BBLK Surabaya sejak triwulan 3 tahun 2013. LRS tetap menyediakan tes panel untuk LRN dan isolat yang diterima kemudian digunakan untuk menyiapkan tes panel bagi laboratorium di Indonesia. LRN juga bertanggungjawab untuk menganalisis data PME uji kepekaan serta menyiapkan laporan untuk program TB dan Unit Pembina Mutu Laboratorium di Kemenkes. Laboratorium yang menerima tes panel setiap tahun terdapat pada tabel ....

Tabel 4. Laboratorium yang menerima tes panels dari BBLK Surabaya Maret 2014

Juni 2014

Sept 2014

Des 2014

April 2015

Mei 2015

Des 2015

Agustus 2016

BBLK Palembang

Mikro-UI Mikro-UGM RS Adam Malik

BBLK Palembang

Mikro-UI

RS Adam Malik

BBLK Jakarta

RS Adam Malik

BLK West Java

BBLK Palembang

BLK Banjarmasin

RS Adam Malik

BLK West Java

BBLK Palembang

BLK Banjarmasin

Mikro-UGM

RSP-Jakarta

RS Rotinsulu

BLK Jayapura

Mikro-UGM

RSP-Jakarta

RS Sanglah

BBLK Palembang

BLK Jayapura

NEHCRI-Makassar

BLK Jayapura

NEHCRI-Makassar

BLK Semarang

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

3131 

 

BLK Semarang

BLK Semarang

BLK Banjarmasin

BLK Papua

BBLK Jakarta

BBLK Jakarta

Mikro-UGM

RS Rotinsulu

MIkro-UI

RS Sanglah

RS Rotinsulu

RS Adam Malik

2.8.3. Molekuler Sampai Saat ini belum tersedia pedoman pemantapan mutu laboratorium TCM. GLI sedang menyiapkan panduan untuk PME laboratorium TCM. 2.8.4. Pelatihan Praktik Kerja yang Aman (K3) Sebanyak tiga pelatihan K3 (safe working practices=SWP) telah dilakukan di Indonesia. Pelatihan ini disiapkan oleh LRS IMVS untuk Vietnam dan telah diadaptasi untuk implementasi di Indonesia.

1. Pelatihan Pertama SWP pada 2013; 100% dilakukan oleh LRS IMVS Adelaide

2. Pelatihan Kedua SWP pada tahun 2014; 50% dilakukan oleh LRS IMVS Adelaide & 50% oleh LRN BBLK Surabaya

3. Pelatihan SWP Ketiga pada tahun 2015; 100% oleh BBLK Surabaya dan dengan konsultan dari LRS IMVS Adelaide sebagai pengamat. Materi kursus dan petuntuk pengguna peserta sekarang tersedia dalam Bahasa Indonesia

2.9. Pengelolaan bahan habis pakai dan reagen Mekanisme pengelolaan logistik terkait laboratorium TB yaitu meliputi pengadaan, penyimpanan, pengelolaan dan pembuangan belum tersedia di Indonesia. USAID-Deliver bersama dengan Kemenkes telah mengembangkan pedoman untuk "Manajemen dan perhitungan perkiraan kebutuhan Logistik " (meliputi logistik, limbah, rantai dingin dan supervisi), yang telah diujicobakan di dua laboratorium pusat yaitu BBLK Palembang dan BBLK DKI Jakarta dan dua laboratorium tingkat provinsi yaitu BLK Provinsi Bali dan BLK Provinsi Jawa Tengah. Data dasar dari empat komponen di atas telah dikumpulkan sebelum pelaksanaan dan direncanakan untuk mengumpulkan kembali indikator tersebut setelah 6-12 bulan untuk mengukur perbaikan dan kegunaan dari pedoman tersebut. Jika hasilnyamenunnjukkan perbaikan sistem manajemen logistik maka secara bertahap pedoman ini akan diperluas penggunaannya di laboratorium Salah satu kelemahan sistem desentralisasi adalah provinsi merupakan unit yang bertanggung jawab untuk pengadaan bahan habis pakai dan reagen. Meskipun pedoman spesifikasi dari bahan habis pakai dan reagen tersedia di tingkat provinsi, pedoman tersebut sering tidak diikuti.

30  

Pada tahun 2013 Global Laboratory Initiative (GLI) mengeluarkan 11 standar akreditasi jejaring laboratorium mikroskopis TB (Global Laboratory Initiative, 2013) yang dapat membantu LRN untuk perencanaan, pengembangan, dan peningkatan kinerja jejaring mikroskopis. Saat ini LRN Mikroskopis menyediakan tes panel secara rutin untuk LRP. Masing-masing LRP sudah dilatih oleh LRN Mikroskopis untuk menyelenggarakan tes panel yang digunakan untuk PME bagi laboratorium intermediate. Bimbingan teknis dilakukan untuk menilai kinerja dan mengelola jejaring laboratorium mikroskopis TB di masing-masing wilayah. Sampai tahun 2016 terdapat 34 laboratorium rujukan mikroskopis provinsi, 74 laboratorium RUS1 (intermediate) di 10 provinsi, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Papua. 2.8.2. Biakan dan Uji Kepekaan Penilaian laboratorium uji kepekaan dilakukan setiap tahun dengan melakukan kunjungan dan bimbingan teknis oleh LRN biakan dan uji kepekaan ke semua laboratorium biakan dan uji kepekaan, selain itu indikator kinerja utama (Key Performance Indicators=KPI) juga dinilai secara rutin bagi laboratorium biakan. Untuk mencapai sertifikasi laboratorium uji kepekaan membutuhkan beberapa kali penilaian, pelatihan di LRN, mengikuti pelatihan Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3), serta lulus minimal 2 (dua) kali tes panel. Bersama dengan LRS IMVS Adelaide, LRN membuat rekomendasi kepada Program TB dan Unit Pembina Mutu Laboratorium di Kementerian Kesehatan tentang calon laboratorium yang tersertifikasi uji kepekaan. LRS IMVS Adelaide telah memberikan tanggungjawab untuk pembinaan teknis dalam menyelenggarakan tes panel untuk uji kepekaan lini 1 dan 2 ke LRN BBLK Surabaya sejak triwulan 3 tahun 2013. LRS tetap menyediakan tes panel untuk LRN dan isolat yang diterima kemudian digunakan untuk menyiapkan tes panel bagi laboratorium di Indonesia. LRN juga bertanggungjawab untuk menganalisis data PME uji kepekaan serta menyiapkan laporan untuk program TB dan Unit Pembina Mutu Laboratorium di Kemenkes. Laboratorium yang menerima tes panel setiap tahun terdapat pada tabel ....

Tabel 4. Laboratorium yang menerima tes panels dari BBLK Surabaya Maret 2014

Juni 2014

Sept 2014

Des 2014

April 2015

Mei 2015

Des 2015

Agustus 2016

BBLK Palembang

Mikro-UI Mikro-UGM RS Adam Malik

BBLK Palembang

Mikro-UI

RS Adam Malik

BBLK Jakarta

RS Adam Malik

BLK West Java

BBLK Palembang

BLK Banjarmasin

RS Adam Malik

BLK West Java

BBLK Palembang

BLK Banjarmasin

Mikro-UGM

RSP-Jakarta

RS Rotinsulu

BLK Jayapura

Mikro-UGM

RSP-Jakarta

RS Sanglah

BBLK Palembang

BLK Jayapura

NEHCRI-Makassar

BLK Jayapura

NEHCRI-Makassar

BLK Semarang

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20203232 

 

Bahan habis pakai dan reagen untuk pemeriksaan mikroskopis telah meningkat secara substansial selama dekade terakhir. Salah satu prestasi terbesar dari proyek TBCAP untuk kegiatan laboratorium adalah persiapan dan distribusi reagen Ziehl Neelsen (ZN) oleh B/BLK. Bahan dasar kimia berkualitas tinggi yang digunakan untuk mempersiapkan reagen berkualitas tinggi yang terjamin mutunya, dibagikan ke semua laboratorium yang melakukan pewarnaan ZN. Pendistribusiannya dilakukan secara langsung mendekati perkiraan bahan baku habis, terutama untuk laboratorium yang dekat, karena jejaringnya berjalan efektif. Salah satu kelebihannya adalah jarang terjadi kehabisan bahan habis pakai dan reagen untuk pemeriksaan mikroskopi, dan hal tersebut juga didukung dengan hasil Review Mikroskopis yang dilakukan pada pertengahan tahun 2014. Kondisi berbeda dialami oleh laboratorium yang tidak masuk dalam jejaring laboratorium program TB ataupun laboratorium swasta. Sayangnya, perubahan pedoman membuat B/BLK sulit menyediakan bahan habis pakai dan reagen untuk pemeriksaan mikroskopis ke laboratorium umum. Provinsi yang lebih besar dengan kebutuhan volume bahan habis pakai dan reagen yang lebih besar melakukan pengadaan melalui proses tender yang kompetitif dan mayoritas B/BLK yang tidak dapat bersaing dengan produsen komersial meskipun B/BLK memproduksi bahan habis pakai dan reagen yang berkualitas tinggi secara konsisten dibandingkan dengan saingan komersial mereka. Untuk laboratorium biakan dan uji kepekaan, media padat disiapkan dengan menggunakan bahan habis pakai dan reagen yang dijual secara komersial. Secara umum, tersedia bahan habis pakai dan reagen yang berkualitas baik secara rutin. Kebanyakan laboratorium menggunakan dan menyimpan bahan habis pakai dan reagen dengan benar. Untuk metode biakan cair, pasokan bahan habis pakai dan reagennya di Indonesia hanya tersedia melalui distributor tunggal. Meskipun sebagian besar laboratorium memiliki buffer stock yang cukup banyak, terdapat permasalahan terkait keterlambatan penerimaan bahan habis pakai dan reagen. Keterlambatan ini menyebabkan stock-outs sehingga laboratorium harus menggunakan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan dengan media padat. Masalah ini terjadi terus-menerus dan berkelanjutan. Jika masalah ketepatan waktu pengadaan bahan habis pakai dan reagen tidak dapat diatasi, akan berdampak negatif pada pengembangan teknologi biakan dengan media cair bagi semua laboratorium yang melaksanakan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan Manajemen logistik untuk pemeriksaan TCM memiliki situasi yang berbeda. Bekerja sama dengan mitra, NTP telah mengembangkan metode berbasis Excel yang bisa menangkap data penggunaan kartrid, kartrid yang tidak digunakan (buffer stock), dan tanggal kadaluwarsa kartrid untuk menentukan kebutuhan masing–masing laboratorium untuk pemesanan selanjutnya. Namun hanya sekitar 50% dari laboratorium yang melaporkan data yang dibutuhkan secara rutin setiap bulan. Selain itu, saat ini sistem pemesanan kartrid relatif rumit yaitu laboratorium fasyankes pemeriksa TCM melakukan permintaan ke Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Provinsi melanjutkan permintaan ke Subdit TB, kemudian dilanjutkan ke bagian gudang Subdit TB, dan mengirimkan kartrid

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

3333 

 

untuk Dinkes Provinsi dan akhirnya tiba di laboratorium yang meminta. Namun, laboratorium fasyankes pemeriksa TCM sering tidak menerima kartrid sesuai jumlah yang diminta karena keterbatasan jumlah kartrid di pusat maupun tidak adanya laporan penggunaan sebagai dokumen pendukung. Masalah lain terkait manajemen logistik adalah kemungkinan delay dalam pengeluaran bahan habis pakai dan reagen dari proses Bea Cukai. Peraturan pemerintah yang baru menyebabkan impor bahan habis pakai dan reagen menjadi lebih birokratis. Secara khusus, bahan habis pakai dan reagen dengan waktu kadaluwarsa singkat yang paling terpengaruh. Program TB seharusnya menyampaikan permasalahan ini kepada Menteri Kesehatan karena bahan habis pakai dan reagen yang digunakan di rumah sakit / layanan medis lain juga akan mengalami gangguan. 2.10. Sistem Informasi dan Manajemen Data Sistem pencatatan berbasis kertas untuk pencatatan laboratorium TB tersedia, namun terbatas hanya untuk hasil pemeriksaan (yaitu dengan register TB-04) dan PME mikroskop (dengan form TB-12). Data yang berkaitan dengan SDM, peralatan, kapasitas laboratorium, jumlah pelatihan, dll hanya tersedia di tingkat fasyankes dan kemungkinan tidak diupdate di tingkat kabupaten/kota. Pencatatan pelaporan elektronik untuk laboratorium TB tersedia dan termasuk dalam SITT (TB sensitif) dan e-TB manager (TB RO). Model pencatatan elektronik ini digunakan untuk manajemen informasi pengobatan pasien, sehingga menu laboratorium masih berkembang. Meskipun terdapat berbagai sistem informasi dan manajemen laboratorium tersedia secara internasional, hingga saat ini Indonesia menggunakan sistem informasi laboratorium yang terpisah dan tidak menggunakan sistem informasi dan manajemen laboratorium terpadu. Kemenkes berencana untuk mengintegrasikan semua sistem pencatatan pelaporan untuk pelayanan kesehatan, meskipun sistem terbaru ini nantinya dapat menimbulkan permasalahan lain jika sistem tidak dapat bekerja atau terintegrasi dengan sistem informasi TB lainnya. Secara umum, kualitas data dalam sistem pencatatan dan pelaporan adalah kurang baik dan disebabkan oleh input data yang tidak lengkap. Selain masalah kelengkapan data, Program TB juga perlu memperbaiki masalah terkait delay dalam menerima hasil laboratorium. Karena sistem pencatatan dan pelaporan berbasis elektronik membutuhkan pelatihan khusus sebelum digunakan, masih ditemukan beberapa laboratorium yang tidak dapat mengisi format baku karena staf yang tidak terlatih atau tidak memiliki akses. Keengganan mengisi formulir baku juga merupakan salah satu kendala yang terjadi. 2.10.1. Mikroskopis PME mikroskopis TB dicatat dan dilaporkan menggunakan formulir TB-12. Sebagai upaya mempercepat waktu pelaksanaan dan menjamin ketersediaan umpan balik telah dikembangkan perangkat lunak sederhana berbasis Excel, yaitu e-TB12. Perangkat ini secara otomatis melakukan analisis dan menampilkan

32  

Bahan habis pakai dan reagen untuk pemeriksaan mikroskopis telah meningkat secara substansial selama dekade terakhir. Salah satu prestasi terbesar dari proyek TBCAP untuk kegiatan laboratorium adalah persiapan dan distribusi reagen Ziehl Neelsen (ZN) oleh B/BLK. Bahan dasar kimia berkualitas tinggi yang digunakan untuk mempersiapkan reagen berkualitas tinggi yang terjamin mutunya, dibagikan ke semua laboratorium yang melakukan pewarnaan ZN. Pendistribusiannya dilakukan secara langsung mendekati perkiraan bahan baku habis, terutama untuk laboratorium yang dekat, karena jejaringnya berjalan efektif. Salah satu kelebihannya adalah jarang terjadi kehabisan bahan habis pakai dan reagen untuk pemeriksaan mikroskopi, dan hal tersebut juga didukung dengan hasil Review Mikroskopis yang dilakukan pada pertengahan tahun 2014. Kondisi berbeda dialami oleh laboratorium yang tidak masuk dalam jejaring laboratorium program TB ataupun laboratorium swasta. Sayangnya, perubahan pedoman membuat B/BLK sulit menyediakan bahan habis pakai dan reagen untuk pemeriksaan mikroskopis ke laboratorium umum. Provinsi yang lebih besar dengan kebutuhan volume bahan habis pakai dan reagen yang lebih besar melakukan pengadaan melalui proses tender yang kompetitif dan mayoritas B/BLK yang tidak dapat bersaing dengan produsen komersial meskipun B/BLK memproduksi bahan habis pakai dan reagen yang berkualitas tinggi secara konsisten dibandingkan dengan saingan komersial mereka. Untuk laboratorium biakan dan uji kepekaan, media padat disiapkan dengan menggunakan bahan habis pakai dan reagen yang dijual secara komersial. Secara umum, tersedia bahan habis pakai dan reagen yang berkualitas baik secara rutin. Kebanyakan laboratorium menggunakan dan menyimpan bahan habis pakai dan reagen dengan benar. Untuk metode biakan cair, pasokan bahan habis pakai dan reagennya di Indonesia hanya tersedia melalui distributor tunggal. Meskipun sebagian besar laboratorium memiliki buffer stock yang cukup banyak, terdapat permasalahan terkait keterlambatan penerimaan bahan habis pakai dan reagen. Keterlambatan ini menyebabkan stock-outs sehingga laboratorium harus menggunakan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan dengan media padat. Masalah ini terjadi terus-menerus dan berkelanjutan. Jika masalah ketepatan waktu pengadaan bahan habis pakai dan reagen tidak dapat diatasi, akan berdampak negatif pada pengembangan teknologi biakan dengan media cair bagi semua laboratorium yang melaksanakan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan Manajemen logistik untuk pemeriksaan TCM memiliki situasi yang berbeda. Bekerja sama dengan mitra, NTP telah mengembangkan metode berbasis Excel yang bisa menangkap data penggunaan kartrid, kartrid yang tidak digunakan (buffer stock), dan tanggal kadaluwarsa kartrid untuk menentukan kebutuhan masing–masing laboratorium untuk pemesanan selanjutnya. Namun hanya sekitar 50% dari laboratorium yang melaporkan data yang dibutuhkan secara rutin setiap bulan. Selain itu, saat ini sistem pemesanan kartrid relatif rumit yaitu laboratorium fasyankes pemeriksa TCM melakukan permintaan ke Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Provinsi melanjutkan permintaan ke Subdit TB, kemudian dilanjutkan ke bagian gudang Subdit TB, dan mengirimkan kartrid

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20203434 

 

umpan balik. Sosialisasi penggunaan TB-12 elektronik masih harus dilakukan untuk meningkatkan kinerja PME. 2.10.2. Biakan dan Uji Kepekaan Laboratorium biakan dan uji kepekaan melaporkan hasil pemeriksaan dengan format standar pencatatan/pelaporan dan e-TB manager. Indikator Kinerja Utama (IKU) laboratorium biakan dilaporkan ke LRN menggunakan formulir standar. 2.10.3. Molekuler Pencatatan dan pelaporan hasil pemeriksaan TCM menggunakan format standar yang dilaporkan rutin setiap bulan. Selain itu, hasil pemeriksaan molekuler juga dilaporkan di e-TB manager (untuk TB RO) dan SITT (untuk TB sensitif). Pencatatan pelaporan berbasis kertas masih diperlukan untuk mengumpulkan data melalui laporan bulanan GeneXpert. Akan tetapi masih ditemukan keterlambatan pelaporan secara rutin dan rendahnya kualitas data di laboratorium fasyankes pelaksana TCM. Hal ini berakibat tidak adekuatnya monitoring kinerja laboratorium TCM. Program TB berencana mengatasi hal ini melalui peningkatan akses pengunaan e-TB manager oleh laboratorium serta penggunaan SMS/GXAlert untuk memfasilitasi sistem pelaporan hasil. Sistem manajemen yang tidak berfungsi optimal, tidak adanya nomor khusus untuk pelacakan pasien, serta sulitnya akses internet masih menjadi tantangan utama yang harus diselesaikan. 2.11. Sistem Rujukan Contoh Uji Rujukan contoh uji bertujuan untuk memperluas akses ke laboratorium diagnosis TB. Selain itu dengan memfasilitasi rujukan contoh uji dapat mencegah mobilitas pasien sehingga dapat memutuskan rantai penularan. Program TB telah bekerja sama dengan LRN dan mitra telah menyusun petunjuk teknis pengemasan contoh uji dan pengembangan jejaring. Sosialisasi pengemasan contoh uji dilaksanakan secara berjenjang melalui video tutorial. Pengemasan contoh uji dilakukan dengan standar International Air Transport Association (IATA) untuk menjamin keamanan pengiriman bahan infeksius. Rujukan contoh uji masih masih tetap merupakan tantangan bagi program TB, terutama untuk daerah-daerah dengan kondisi geografis yang sulit sedangkan jumlah ketersediaan laboratorium rujukan terbatas. Sebagai upaya mendapatkan pengalaman sistem rujukan contoh uji di berbagai daerah di Indonesia, telah dilaksanakan studi percontohan di 8 provinsi, yaitu Sumatera Utara, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan. Dari studi tersebut telah diperoleh pembelajaran tentang sistem rujukan contoh uji, mekanisme rujukan contoh uji serta mekanisme pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium. Akses, pembentukan jejaring, dan kesepakatan Stasiun Pengumpul Contoh uji (SPC) harus disiapkan sebelum pelaksanaan rujukan contoh uji. Mekanisme rujukan dapat dilakukan melalui kurir maupun menggunakan tenaga internal faskes yang ditunjuk. Rujukan contoh uji untuk pemeriksaan TCM ke laboratorium tidak memerlukan rantai dingin sedangkan rujukan contoh uji ke laboratorium biakan dan uji kepekaan harus dilaksanakan dengan rantai dingin.

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

3535 

 

Model alur rujukan contoh uji dari fasyankes ke laboratorium terdapat pada Gambar 7. Untuk menjamin pelaporan hasil diterima oleh faskes pengirim tepat waktu, sebaiknya laporan dikirimkan melalui media elektronik (SMS, email, dan faksimili). Lembar cetak hasil (Formulir TB-05) dapat dikirimkan kemudian. Model alur pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium dari laboratorium ke fasyankes terdapat pada Gambar 8.

Gambar 7. Model Alur Rujukan Contoh Uji

Gambar 8. Model Alur Pelaporan Hasil 2.11.1. Mikroskopis Pada PS, apusan dahak yang telah difiksasi dikirimkan ke PRM terdekat melalui kurir atau tenaga faskes internal. Formulir TB-05 dikirimkan kembali ke faskes pengirim menggunakan mekanisme yang sama. Untuk menjamin pelaporan hasil diterima oleh faskes pengirim tepat waktu, sebaiknya laporan dikirimkan melalui media elektronik (SMS, email, dan faksimili). Lembar cetak hasil (Formulir TB-05) dapat dikirimkan kemudian. 2.11.2. Molekuler dan Biakan/Uji Kepekaan. Pada awal penggunaannya, alat TCM ditempatkan di jenjang laboratorium yang lebih tinggi sehingga membuat akses pemeriksaan TCM untuk pasien TB-RO yang

34  

umpan balik. Sosialisasi penggunaan TB-12 elektronik masih harus dilakukan untuk meningkatkan kinerja PME. 2.10.2. Biakan dan Uji Kepekaan Laboratorium biakan dan uji kepekaan melaporkan hasil pemeriksaan dengan format standar pencatatan/pelaporan dan e-TB manager. Indikator Kinerja Utama (IKU) laboratorium biakan dilaporkan ke LRN menggunakan formulir standar. 2.10.3. Molekuler Pencatatan dan pelaporan hasil pemeriksaan TCM menggunakan format standar yang dilaporkan rutin setiap bulan. Selain itu, hasil pemeriksaan molekuler juga dilaporkan di e-TB manager (untuk TB RO) dan SITT (untuk TB sensitif). Pencatatan pelaporan berbasis kertas masih diperlukan untuk mengumpulkan data melalui laporan bulanan GeneXpert. Akan tetapi masih ditemukan keterlambatan pelaporan secara rutin dan rendahnya kualitas data di laboratorium fasyankes pelaksana TCM. Hal ini berakibat tidak adekuatnya monitoring kinerja laboratorium TCM. Program TB berencana mengatasi hal ini melalui peningkatan akses pengunaan e-TB manager oleh laboratorium serta penggunaan SMS/GXAlert untuk memfasilitasi sistem pelaporan hasil. Sistem manajemen yang tidak berfungsi optimal, tidak adanya nomor khusus untuk pelacakan pasien, serta sulitnya akses internet masih menjadi tantangan utama yang harus diselesaikan. 2.11. Sistem Rujukan Contoh Uji Rujukan contoh uji bertujuan untuk memperluas akses ke laboratorium diagnosis TB. Selain itu dengan memfasilitasi rujukan contoh uji dapat mencegah mobilitas pasien sehingga dapat memutuskan rantai penularan. Program TB telah bekerja sama dengan LRN dan mitra telah menyusun petunjuk teknis pengemasan contoh uji dan pengembangan jejaring. Sosialisasi pengemasan contoh uji dilaksanakan secara berjenjang melalui video tutorial. Pengemasan contoh uji dilakukan dengan standar International Air Transport Association (IATA) untuk menjamin keamanan pengiriman bahan infeksius. Rujukan contoh uji masih masih tetap merupakan tantangan bagi program TB, terutama untuk daerah-daerah dengan kondisi geografis yang sulit sedangkan jumlah ketersediaan laboratorium rujukan terbatas. Sebagai upaya mendapatkan pengalaman sistem rujukan contoh uji di berbagai daerah di Indonesia, telah dilaksanakan studi percontohan di 8 provinsi, yaitu Sumatera Utara, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan. Dari studi tersebut telah diperoleh pembelajaran tentang sistem rujukan contoh uji, mekanisme rujukan contoh uji serta mekanisme pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium. Akses, pembentukan jejaring, dan kesepakatan Stasiun Pengumpul Contoh uji (SPC) harus disiapkan sebelum pelaksanaan rujukan contoh uji. Mekanisme rujukan dapat dilakukan melalui kurir maupun menggunakan tenaga internal faskes yang ditunjuk. Rujukan contoh uji untuk pemeriksaan TCM ke laboratorium tidak memerlukan rantai dingin sedangkan rujukan contoh uji ke laboratorium biakan dan uji kepekaan harus dilaksanakan dengan rantai dingin.

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20203636 

 

berasal dari tingkat yang lebih rendah menjadi sulit. Beberapa provinsi merujuk contoh uji untuk pemeriksaan TCM dan biakan/uji kepekaan ke laboratorium dengan jenjang lebih tinggi, tetapi pengemasan contoh uji tidak dilakukan sesuai dengan standar. USAID|DELIVER bekerjasama dengan Program TB telah menyusun standar prosedur operasional (SPO) untuk transportasi contoh uji TB dan memulai proyek percontohan di 8 provinsi dan 17 kabupaten. 2.12. Penelitian Operasional Bukti dampak dari riset operasional terhadap kapasitas kinerja program relatif terbatas dan jumlah publikasi internasional masih rendah. Pergantian pengelola program dan pemegang kebijakan di setiap jenjang menyebabkan hambatan utama untuk kerja sama penelitian dalam jangka panjang. Alasan utama untuk menghasilkan naskah publikasi adalah karena keterbatasan waktu dan kesempatan untuk menulis, kondisi infrastruktur yang tidak adekuat misalnya akses ke jurnal internasional dan pendanaan. Sumber dana utama untuk riset operasional TB sampai saat ini masih berasal dari mitra yang masih mengutamakan penelitian biomedis. Diperlukan lebih banyak proporsi pendanaan riset operasional dari Program TB. Riset operasional dilaksanakan melalui kerja sama TB Research Operational Group (TORG), Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), Universitas, dokter/ tim ahli klinis di RS TB RO, Komli dan mitra. Sebagian besar riset operasional yang telah dikerjakan tidak terkait langsung dengan Program TB. Riset operasional masih diperlukan untuk mendapatkan informasi strategis dan Program TB bersama dengan Unit Pembina Mutu Laboratorium di Kemenkes harus mendukung kegiatan riset operasional yang memiliki efek langsung terhadap kegiatan program khususnya terkait laboratorium TB. Beberapa topik riset operasional yang diperlukan dalam kaitannya dengan jejaring laboratorium TB adalah:

a. Mengevaluasi peran TCM dalam algoritma diagnosis penemuan kasus TB dan TB RO.

b. Mengevaluasi kinerja TCM untuk contoh uji tinja pada diagnosis TB anak. c. Mengevaluasi inovasi penggunaan pengawet sputum yang ditambahkan

sebelum pengiriman dan mengukur dampaknya terhadap tingkat kontaminasi dan tingkat positifitas (positivity rate) di laboratorium biakan.

2.13. Kebijakan dan Aspek Hukum Penyediaan layanan laboratorium yang bermutu di semua tingkat pelayanan kesehatan telah diatur secara hukum antara lain melalui:

a. Peraturan Menteri / Kesehatan (Permenkes Nomor 46 tahun 2015 tentang Puskesmas, klinik, dokter umum, dan akreditasi dokter gigi (Kementerian Kesehatan RI, 2015d)

b. Permenkes No 56 2014 tentang klasifikasi dan perizinan rumah (Kementerian Kesehatan RI, 2014f).

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

3737 

 

Pelaksanaan peraturan tersebut berbeda di setiap tingkatan baik di unit teknis (Puskesmas, Rumah Sakit Provinsi / Kabupaten, Laboratorium Kesehatan) atau di Dinas Kesehatan setempat. 2.13.1. Mikroskopis Petunjuk teknis jejaring laboratorium mikroskopis dan PME sudah tersedia. Semua laboratorium mikroskopis TB diwajibkan untuk berpartisipasi dalam PME secara berkala dan berkesinambungan. Sampai saat ini belum ada mekanisme untuk menegakkan kebijakan ini. 2.13.2. Biakan/Uji Kepekaan Petunjuk teknis jejaring laboratorium biakan dan uji kepekaan telah ditetapkan untuk menjamin mutu laboratorium. Kemenkes telah menetapkan regulasi untuk laboratorium pemeriksa uji kepekaan yaitu hanya laboratorium yang telah tersertifikasi dari LRN. Belum ada peraturan yang melarang laboratorium yang tidak tersertifikasi untuk melakukan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan. Dalam era Asuransi Kesehatan Nasional, BPJS Kesehatan telah menetapkan penagihan hanya akan dibayarkan apabila pemeriksaan dilakukan di laboratorium yang tersertifikasi. Hal ini dapat mendorong laboratorium biakan dan uji kepekaan yang belum tersertifikasi untuk meningkatkan kinerja mereka. 2.13.3. Molekuler Pada tahun 2012, Kemenkes melaksanakan rekomendasi WHO tahun 2010 tentang penggunaan TCM untuk diagnosis TB. Saat itu penggunaan alat TCM masih terbatas untuk diagnosis TB RO dan TB pada ODHA. Meskipun TCM telah digunakan, tetapi proses Health Technology Assessment (HTA) masih belum selesai. HTA menjadi salah satu dokumen pendukung supaya biaya pemeriksaan TCM dapat dibayarkan oleh Asuransi Kesehatan Nasional. Saat ini belum terdapat kebijakan penyediaan alat TCM untuk diagnosis TB di laboratorium swasta. Diperlukan kebijakan dari program TB agar setiap pasien TB dan TB RO yang ditemukan melalui pemeriksaan TCM wajib dilaporkan kepada Dinas Kesehatan di wilayah terkait. 2.14. Pembiayaan untuk Layanan Laboratorium TB Pendanaan untuk pelayanan kesehatan termasuk TB berasal dari pemerintah (APBN/APBD) atau dukungan mitra. Mekanisme pendanaan diatur oleh Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 (Republik Indonesia, 2004) tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dalam rangka keberlangsungan layanan kepada pasien TB, Pemerintah Daerah wajib menyediakan dana melalui APBD. Saat ini, pembiayaan untuk laboratorium TB sebagian besar tergantung pada dukungan donor, sedangkan alokasi anggaran dari APBN/APBD sangat terbatas. Dikhawatirkan bahwa dengan tidak adanya dukungan donor, layanan laboratorium TB akan mengalami kendala, terutama untuk pemeriksaan molekuler, dan partisipasi PME mikroskopis.

36  

berasal dari tingkat yang lebih rendah menjadi sulit. Beberapa provinsi merujuk contoh uji untuk pemeriksaan TCM dan biakan/uji kepekaan ke laboratorium dengan jenjang lebih tinggi, tetapi pengemasan contoh uji tidak dilakukan sesuai dengan standar. USAID|DELIVER bekerjasama dengan Program TB telah menyusun standar prosedur operasional (SPO) untuk transportasi contoh uji TB dan memulai proyek percontohan di 8 provinsi dan 17 kabupaten. 2.12. Penelitian Operasional Bukti dampak dari riset operasional terhadap kapasitas kinerja program relatif terbatas dan jumlah publikasi internasional masih rendah. Pergantian pengelola program dan pemegang kebijakan di setiap jenjang menyebabkan hambatan utama untuk kerja sama penelitian dalam jangka panjang. Alasan utama untuk menghasilkan naskah publikasi adalah karena keterbatasan waktu dan kesempatan untuk menulis, kondisi infrastruktur yang tidak adekuat misalnya akses ke jurnal internasional dan pendanaan. Sumber dana utama untuk riset operasional TB sampai saat ini masih berasal dari mitra yang masih mengutamakan penelitian biomedis. Diperlukan lebih banyak proporsi pendanaan riset operasional dari Program TB. Riset operasional dilaksanakan melalui kerja sama TB Research Operational Group (TORG), Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), Universitas, dokter/ tim ahli klinis di RS TB RO, Komli dan mitra. Sebagian besar riset operasional yang telah dikerjakan tidak terkait langsung dengan Program TB. Riset operasional masih diperlukan untuk mendapatkan informasi strategis dan Program TB bersama dengan Unit Pembina Mutu Laboratorium di Kemenkes harus mendukung kegiatan riset operasional yang memiliki efek langsung terhadap kegiatan program khususnya terkait laboratorium TB. Beberapa topik riset operasional yang diperlukan dalam kaitannya dengan jejaring laboratorium TB adalah:

a. Mengevaluasi peran TCM dalam algoritma diagnosis penemuan kasus TB dan TB RO.

b. Mengevaluasi kinerja TCM untuk contoh uji tinja pada diagnosis TB anak. c. Mengevaluasi inovasi penggunaan pengawet sputum yang ditambahkan

sebelum pengiriman dan mengukur dampaknya terhadap tingkat kontaminasi dan tingkat positifitas (positivity rate) di laboratorium biakan.

2.13. Kebijakan dan Aspek Hukum Penyediaan layanan laboratorium yang bermutu di semua tingkat pelayanan kesehatan telah diatur secara hukum antara lain melalui:

a. Peraturan Menteri / Kesehatan (Permenkes Nomor 46 tahun 2015 tentang Puskesmas, klinik, dokter umum, dan akreditasi dokter gigi (Kementerian Kesehatan RI, 2015d)

b. Permenkes No 56 2014 tentang klasifikasi dan perizinan rumah (Kementerian Kesehatan RI, 2014f).

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20203838 

 

2.14.1. Mikroskopis Pelayanan laboratorium mikroskopis TB difasiltasi melalui pendanaan lokal dan pusat. Pemeriksaan BTA sudah bisa dibayarkan oleh BPJS Kesehatan, sehingga tidak ada anggaran khusus yang dialokasikan untuk itu. Pembiayaan kegiatan PME, yaitu transportasi sediaan dari faskes ke laboratorium rujukan uji silang, biaya uji silang, dan distribusi umpan balik ke faskes membutuhkan alokasi APBD maupun secara mandiri oleh fasyankes swasta. 2.14.2. Biakan Penyediaan bahan habis pakai dan reagen untuk pemeriksaan biakan melalui pengadaan laboratorium pelaksana dengan dana rutin. Renovasi infrastruktur dan tambahan peralatan laboratorium didanai terutama oleh mitra. Sebagian besar layanan pemeriksaan biakan tidak dapat dibayarkan oleh BPJS Kesehatan. Melalui kegiatan MTPTRO, pasien terduga TB RO dibebaskan dari biaya pemeriksaan laboratorium. Besaran biaya pemeriksaan ditetapkan sesuai peraturan yang berlaku di masing-masing laboratorium. Berikut contoh biaya pemeriksaan laboratorium yang diterapkan di BBLK Surabaya pada tahun 2015: a. Mikroskopis Rp 35,000 b. Biakan dan Uji Kepekaan:

MEDIA KULTUR KEPEKAAN OAT TOTAL LINI 1 LINI 2

LJ Rp 150.000 Rp 150.000 Rp 150.000 Rp 200.000 Rp 350.000 Rp 150.000 Rp 200.000 Rp 310.000 Rp 660.000

MGIT Rp 271.500 Rp 271.500 Rp 271.500 Rp 408.500 Rp 680.000 Rp 271.500 Rp 408.500 Rp 408.500 Rp 1.088.500

1. Diagnosis : 2 contoh uji untuk mikroskopis, biakan dan uji kepekaan

lini 1 dan lini 2. 2. Fase intensif : 8-12 x pemeriksaan mikroskopis dan pemeriksaan

biakan. 3. Fase lanjutan : 6-7 x pemeriksaan mikroskopis dan pemeriksaan biakan. Dengan menggunakan tarif pemeriksaan di LRN BBLK Surabaya, dapat dihitung kebutuhan biaya pemeriksaan untuk pasien TB RO sebagai berikut:

1. Untuk diagnosis awal dilakukan pemeriksaan mikroskopis, biakan, uji kepekaan lini 1 dan 2, dengan 2 contoh uji dahak memerlukan biaya sebesar Rp 695.000 dengan media LJ atau Rp 1.123.500 dengan media MGIT.

2. Pada fase intensif, satu contoh uji dikumpulkan setiap bulan untuk pemeriksaan mikroskopis dan biakan selama minimal 8 kali yang memerlukan biaya sebesar Rp 1.480.000 dengan media LJ dan Rp 2.452.000 dengan media MGIT

3. Pada fase lanjutan pengobatan, satu contoh uji dikumpulkan setiap dua bulan untuk pemeriksaan mikroskopis dan biakan selama minimal 6 kali

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

3939 

 

yang memerlukan Rp 1.110.000 dengan media LJ dan Rp 1.839.000 dengan media MGIT

Dengan menggunakan asumsi lama pengobatan pasien TB RO adalah 20 bulan, maka kebutuhan biaya pemeriksaan laboratorium untuk pasien TB RO selama menjalani pengobatan adalah Rp 3.285.000 dengan menggunakan media LJ dan Rp 5.414.500 dengan menggunakan media MGIT. Berdasarkan hal tersebut, kebutuhan pembiayaan pemeriksaan laboratorium untuk pasien TB MDR sampai tahun 2010 dapat dihitung sesuai tabel 5

Tabel 5. Perhitungan pembiayaan pasien TB MDR tahun 2016-2020 Tahun 2016 2017 2018 2019 2020

Target penemuan kasus TB MDR

1.755 5.387 10.127 15.520 16.984

Kebutuhan pemeriksaan laboratorium TB (Rp)

Media padat 5.765.175.000 17.696.295.000 33.267.195.000 50.983.200.000 55.792.440.000

Media cair 9.502.447.500 29.167.911.500 54.832.641.500 84.033.040.000 91.959.868.000

Catatan: Biaya pemeriksaaan laboratorium dihitung berdasarkan jenis media yang

digunakan yaitu media padat atau media cair. Biaya belum termasuk biaya lainnya laboratorium (hematologi, biokimia,

pemeriksaan mikrobiologi lainnya) Perhitungan berdasarkan asumsi bahwa semua pasien akan menyelesaikan

pengobatan Diasumsikan bahwa biaya laboratorium akan tetap konstan hingga akhir 2020

2.14.3. Molekuler (TCM) Saat ini pengadaan alat TCM, bahan habis pakai berupa kartrid, pemeliharaan sampai penggantian biaya operasional sangat tergantung pada dukungan mitra. Pada tahun 2016 telah mulai dilakukan pengadaan alat dan kartrid menggunakan APBN. Untuk keberlangsungan penggunaan alat TCM, perlu dipikirkan pembiayaan dengan sumber dalam negeri. Penggantian biaya operasional akan diusulkan untuk dibayarkan oleh BPJS Kesehatan. Pemerintah daerah dan laboratorium faskes TCM harus mengalokasikan dana untuk kartrid, pemeliharaan alat dan biaya operasional agar ketika pembiayaan mitra berakhir, pemeriksaan diagnosis TB dengan alat TCM dapat tetap dilakukan. Kebutuhan pembiayaan TCM terdiri dari komponen alat, pelatihan, kebutuhan kartrid per tahun, pemeliharaan alat dan biaya operasional. Perhitungan kebutuhan untuk masing-masing alat TCM 4 modul untuk masing-masing fasyankes adalah sebagai berikut: a. Biaya pengadaan alat TCM Rp. 1.107.381.534 b. Biaya pelatihan Rp. 35.000.000

38  

2.14.1. Mikroskopis Pelayanan laboratorium mikroskopis TB difasiltasi melalui pendanaan lokal dan pusat. Pemeriksaan BTA sudah bisa dibayarkan oleh BPJS Kesehatan, sehingga tidak ada anggaran khusus yang dialokasikan untuk itu. Pembiayaan kegiatan PME, yaitu transportasi sediaan dari faskes ke laboratorium rujukan uji silang, biaya uji silang, dan distribusi umpan balik ke faskes membutuhkan alokasi APBD maupun secara mandiri oleh fasyankes swasta. 2.14.2. Biakan Penyediaan bahan habis pakai dan reagen untuk pemeriksaan biakan melalui pengadaan laboratorium pelaksana dengan dana rutin. Renovasi infrastruktur dan tambahan peralatan laboratorium didanai terutama oleh mitra. Sebagian besar layanan pemeriksaan biakan tidak dapat dibayarkan oleh BPJS Kesehatan. Melalui kegiatan MTPTRO, pasien terduga TB RO dibebaskan dari biaya pemeriksaan laboratorium. Besaran biaya pemeriksaan ditetapkan sesuai peraturan yang berlaku di masing-masing laboratorium. Berikut contoh biaya pemeriksaan laboratorium yang diterapkan di BBLK Surabaya pada tahun 2015: a. Mikroskopis Rp 35,000 b. Biakan dan Uji Kepekaan:

MEDIA KULTUR KEPEKAAN OAT TOTAL LINI 1 LINI 2

LJ Rp 150.000 Rp 150.000 Rp 150.000 Rp 200.000 Rp 350.000 Rp 150.000 Rp 200.000 Rp 310.000 Rp 660.000

MGIT Rp 271.500 Rp 271.500 Rp 271.500 Rp 408.500 Rp 680.000 Rp 271.500 Rp 408.500 Rp 408.500 Rp 1.088.500

1. Diagnosis : 2 contoh uji untuk mikroskopis, biakan dan uji kepekaan

lini 1 dan lini 2. 2. Fase intensif : 8-12 x pemeriksaan mikroskopis dan pemeriksaan

biakan. 3. Fase lanjutan : 6-7 x pemeriksaan mikroskopis dan pemeriksaan biakan. Dengan menggunakan tarif pemeriksaan di LRN BBLK Surabaya, dapat dihitung kebutuhan biaya pemeriksaan untuk pasien TB RO sebagai berikut:

1. Untuk diagnosis awal dilakukan pemeriksaan mikroskopis, biakan, uji kepekaan lini 1 dan 2, dengan 2 contoh uji dahak memerlukan biaya sebesar Rp 695.000 dengan media LJ atau Rp 1.123.500 dengan media MGIT.

2. Pada fase intensif, satu contoh uji dikumpulkan setiap bulan untuk pemeriksaan mikroskopis dan biakan selama minimal 8 kali yang memerlukan biaya sebesar Rp 1.480.000 dengan media LJ dan Rp 2.452.000 dengan media MGIT

3. Pada fase lanjutan pengobatan, satu contoh uji dikumpulkan setiap dua bulan untuk pemeriksaan mikroskopis dan biakan selama minimal 6 kali

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20204040 

 

c. Biaya kebutuhan kartrid per tahun per alat Rp. 633.600.000 d. Biaya pemeliharaan per alat Rp. 167.191.280,65

Keterangan Biaya pengadaan alat dihitung berdasarkan harga alat TCM pada e-katalog Biaya pelatihan dihitung dengan asumsi 5 orang per fasyankes dan

dilaksanakan secara regional Kebutuhan kartrid dihitung berdasarkan asumsi alat 3 kali beroperasi per

hari, 20 hari per bulan dengan kapasitas alat maksimal. Biaya pemeliharaan alat mulai diperhitungkan setelah alat tidak masuk

garansi Kebutuhan pembiayaan 1 (satu) alat TCM dihitung sebagai berikut:

a. Biaya Tahun Pertama Biaya tahun pertama untuk satu alat TCM adalah Rp. 1.775.981.534,00 yang merupakan  jumlah dari biaya pengadaan alat TCM, biaya pelatihan dan biaya kebutuhan kartrid untuk satu tahun. 

b. Biaya Tahun Kedua dan Selanjutnya Biaya tahun kedua dan seterusnya untuk alat TCM adalah Rp. 800.791.280,65 yang merupakan jumlah dari biaya kebutuhan kartrid per tahun per alat dan biaya pemeliharaan per alat jika masa garansi alat telah berakhir.

Pembiayaan tersebut tidak memperhitungkan biaya lain seperti penggantian modul diluar masa garansi, kehilangan/ kerusakan komputer, pengiriman kartrid dari pusat, dan pengiriman contoh uji ke laboratorium TCM.

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

4141 

 

3. Masalah Strategis Laboratorium TB di Indonesia Analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) digunakan untuk menentukan prioritas dan kegiatan yang akan dilakukan selama lima tahun ke depan. Prioritas ditentukan melalui beberapa pertemuan dengan staf LRN, Subdit TB, Direktorat Pelayanan Kesehatan, dan mitra. Informasi yang dikumpulkan kemudian disusun menjadi Kerangka Analisis Situasi dan prioritas ditentukan dalam 6 (enam) area yaitu mikroskopis, biakan dan uji kepekaan, Tes Cepat Molekuler, Sistem Manajemen Mutu Laboratorium, Sumber Daya Manusia dan Rujukan Contoh Uji. Kerangka analisis situasi dan analisis SWOT terdapat dalam lampiran 1 dan 2. 3.1. Mikroskopis 3.1.1. Prioritas utama

a. Penguatan partisipasi PME dan peningkatan kinerja seluruh jenjang jejaring pemeriksaan mikroskopis

b. Memberdayakan kepemimpinan LRN Mikroskopis untuk memberikan dukungan teknis dalam penguatan jejaring laboratorium.

c. Perluasan jejaring Laboratorium rujukan intermediet. d. Dukungan PME untuk Laboratorium rujukan intermediet

3.1.2. Prioritas sekunder

a. Melibatkan LKS melalui studi percontohan untuk perluasan jejaring laboratorium dalam pelatihan dan kegiatan PME

b. Menerapkan 11 standar GLI dari dokumen akreditasi jejaring Mikroskopis TB.

c. Peningkatan kapasitas teknisi laboratorium untuk kegiatan uji silang d. Impementasi TB-12 elektronik untuk meningkatkan PME

3.2. Biakan dan Uji Kepekaan 3.2.1. Prioritas Utama

a. Memastikan praktik laboratorium yang aman diterapkan oleh semua staf yang bekerja di laboratorium biakan dan uji kepekaan.

b. Memperluas jejaring pemeriksaan biakan TB hingga terdapat 46 laboratorium biakan yang terstandarisasi, setidaknya satu laboratorium per provinsi dan beberapa laboratorium di provinsi yang lebih besar

c. Memperluas jejaring pemeriksaan uji kepekaan hingga terdapat 17 laboratorium uji kepekaan yang tersertifikasi.

d. Memberdayakan kepemimpinan LRN Biakan dan uji kepekaan untuk memberikan dukungan teknis dalam penguatan jejaring laboratorium.

e. LRN memberikan dukungan pemantapan mutu untuk laboratorium biakan dan menjaga kualitas laboratorium uji kepekaan melalui supervisi dan penyediaan tes panel PME biakan dan uji kepekaan berkala untuk untuk menilai kinerja.

3.2.2. Prioritas Sekunder a. Mengembangkan uji kepekaan untuk obat kapreomisin dan

moksifloksasin biakan dan uji kepekaan dan mengembangkan

40  

c. Biaya kebutuhan kartrid per tahun per alat Rp. 633.600.000 d. Biaya pemeliharaan per alat Rp. 167.191.280,65

Keterangan Biaya pengadaan alat dihitung berdasarkan harga alat TCM pada e-katalog Biaya pelatihan dihitung dengan asumsi 5 orang per fasyankes dan

dilaksanakan secara regional Kebutuhan kartrid dihitung berdasarkan asumsi alat 3 kali beroperasi per

hari, 20 hari per bulan dengan kapasitas alat maksimal. Biaya pemeliharaan alat mulai diperhitungkan setelah alat tidak masuk

garansi Kebutuhan pembiayaan 1 (satu) alat TCM dihitung sebagai berikut:

a. Biaya Tahun Pertama Biaya tahun pertama untuk satu alat TCM adalah Rp. 1.775.981.534,00 yang merupakan  jumlah dari biaya pengadaan alat TCM, biaya pelatihan dan biaya kebutuhan kartrid untuk satu tahun. 

b. Biaya Tahun Kedua dan Selanjutnya Biaya tahun kedua dan seterusnya untuk alat TCM adalah Rp. 800.791.280,65 yang merupakan jumlah dari biaya kebutuhan kartrid per tahun per alat dan biaya pemeliharaan per alat jika masa garansi alat telah berakhir.

Pembiayaan tersebut tidak memperhitungkan biaya lain seperti penggantian modul diluar masa garansi, kehilangan/ kerusakan komputer, pengiriman kartrid dari pusat, dan pengiriman contoh uji ke laboratorium TCM.

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20204242 

 

kemampuan dalam pengujian obat baru anti-TB baru (bedaquiline, delamanid, klofazimin).

b. Penyediaan tes panel PME berkala untuk uji kepekaan untuk menilai kinerja.

c. Mengembangkan pemeriksaan biakan menggunakan media cair (MGIT960) di semua laboratorium uji kepekaan.

d. Memperluas jejaring dengan laboratorium klinik swasta yang melakukan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan dan mengikut sertakan mereka dalam pelatihan dan kegiatan PME.

3.3. Tes Cepat Molekuler 3.3.1. Prioritas Utama

a. Memperluas alat TCM ke setiap Kabupaten/Kota dengan kemungkinan penempatan beberapa alat TCM di Kabupaten/Kota yang lebih besar.

b. Mengembangkan dan menerapkan sistem rujukan contoh uji di seluruh Indonesia.

c. Desentralisasi pelatihan TCM dan memberikan dukungan teknis untuk pengembangan 10 laboratorium Regional TCM.

d. Memberdayakan kepemimpinan LRN molekuler untuk memberikan dukungan teknis dalam penguatan jejaring laboratorium.

e. Memperluas jejaring dengan laboratorium non-Program/swasta yang melakukan pemeriksaan molekuler dan mengikut sertakan mereka dalam pelatihan dan kegiatan PME.

3.3.2. Prioritas Sekunder a. Penguatan manajemen data TCM. b. Melaksanakan pemeriksaan TCM menggunakan contoh uji ekstraparu. c. Mengembangkan dan menerapkan strategi untuk penempatan kartrid

XDR TCM dalam jejaring TCM di Indonesia. d. Mendukung TORG untuk melakukan penelitian operasional tentang

perluasan jenis contoh uji untuk pemeriksaan dengan TCM.

3.4. Sistem Manajemen Mutu Laboratorium 3.4.1. Prioritas Utama

a. Mengidentifikasi lima laboratorium yang adekuat untuk mengikuti pelatihan SMML menuju sertifikasi IS0 15189

b. Melakukan pelatihan LMMS oleh pelatih internasional (ToT) untuk mendapatkan keahlian dalam proses sertifikasi SMML

c. Mengidentifikasi perwakilan dari lab TB di Indonesia yang cocok untuk menjadi mentor SMML

d. Membangun hubungan dan berkoordinasi dengan Komite Akreditasi Nasional (KAN) serta menginformasikan kemajuan pelatihan SMML dan implementasi dalam jejaring laboratorium TB

e. Mengembangkan tools pelatihan SMML dalam bahasa Indonesia 3.4.2. Prioritas Sekunder

a. Menyusun rencana jangka panjang dengan KAN untuk implementasi SMML di seluruh jejaring laboratorium

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

4343 

 

b. Mengidentifikasi anggaran untuk implementasi SMML b. Mengidentifikasi asesor/ surveyor untuk memantapkan kualitas di

laboratorium yang terakreditasi. 3.5. Sumber Daya Manusia 3.5.1. Prioritas Utama

a. Menyediakan pelatih yang berdedikasi, berkualitas dan cukup jumlahnya di semua jenjang jejaring laboratorium

b. Memastikan kecukupan staf pada semua jenjang laboratorium c. Mengurangi perpindahan staf terlatih d. Membuat rencana yang tepat untuk mempertahankan staf terlatih e. Memastikan kesempatan untuk membangun karir dan promosi tepat

waktu untuk menjaga staf tetap termotivasi 3.5.2. Prioritas Sekunder

a. Membuat pedoman dan kebijakan pengadaan tenaga yang jelas b. Memastikan pelatihan yang memadai bagi staf teknis c. Mengembangkan kebijakan untuk pemeriksaan rutin kesehatan staf b. Memastikan lingkungan kerja yang aman

3.6. Transportasi Contoh Uji 3.6.1. Prioritas Utama

a. Membangun koordinasi antar Kemenkes, Kemenhub, dan Kementeran Lingkungan Hidup terkait untuk transportasi contoh uji

b. Membuat pedoman untuk transportasi contoh uji yang lebih aman c. Mengembangkan sistem transportasi contoh uji yang cepat, handal dan

berkelanjutan d. Mendorong provinsi untuk mengidentifikasi dan menggunakan sarana

transportasi lokal yang tersedia e. Mengembangkan mekanisme pelaporan elektronik untuk transportasi

contoh uji f. Memastikan anggaran untuk transportasi contoh uji

3.6.2. Prioritas Sekunder a. Mengembangkan indikator kinerja utama untuk sistem rujukan contoh

uji b. Sosialisasi kepada klinisi untuk menggunakan laporan hasil

pemeriksaan secara elektronik c. Pemetaan faskes dan jejaring dengan laboratorium diagnosis d. koordinasi yang kuat antara Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dan SPC

42  

kemampuan dalam pengujian obat baru anti-TB baru (bedaquiline, delamanid, klofazimin).

b. Penyediaan tes panel PME berkala untuk uji kepekaan untuk menilai kinerja.

c. Mengembangkan pemeriksaan biakan menggunakan media cair (MGIT960) di semua laboratorium uji kepekaan.

d. Memperluas jejaring dengan laboratorium klinik swasta yang melakukan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan dan mengikut sertakan mereka dalam pelatihan dan kegiatan PME.

3.3. Tes Cepat Molekuler 3.3.1. Prioritas Utama

a. Memperluas alat TCM ke setiap Kabupaten/Kota dengan kemungkinan penempatan beberapa alat TCM di Kabupaten/Kota yang lebih besar.

b. Mengembangkan dan menerapkan sistem rujukan contoh uji di seluruh Indonesia.

c. Desentralisasi pelatihan TCM dan memberikan dukungan teknis untuk pengembangan 10 laboratorium Regional TCM.

d. Memberdayakan kepemimpinan LRN molekuler untuk memberikan dukungan teknis dalam penguatan jejaring laboratorium.

e. Memperluas jejaring dengan laboratorium non-Program/swasta yang melakukan pemeriksaan molekuler dan mengikut sertakan mereka dalam pelatihan dan kegiatan PME.

3.3.2. Prioritas Sekunder a. Penguatan manajemen data TCM. b. Melaksanakan pemeriksaan TCM menggunakan contoh uji ekstraparu. c. Mengembangkan dan menerapkan strategi untuk penempatan kartrid

XDR TCM dalam jejaring TCM di Indonesia. d. Mendukung TORG untuk melakukan penelitian operasional tentang

perluasan jenis contoh uji untuk pemeriksaan dengan TCM.

3.4. Sistem Manajemen Mutu Laboratorium 3.4.1. Prioritas Utama

a. Mengidentifikasi lima laboratorium yang adekuat untuk mengikuti pelatihan SMML menuju sertifikasi IS0 15189

b. Melakukan pelatihan LMMS oleh pelatih internasional (ToT) untuk mendapatkan keahlian dalam proses sertifikasi SMML

c. Mengidentifikasi perwakilan dari lab TB di Indonesia yang cocok untuk menjadi mentor SMML

d. Membangun hubungan dan berkoordinasi dengan Komite Akreditasi Nasional (KAN) serta menginformasikan kemajuan pelatihan SMML dan implementasi dalam jejaring laboratorium TB

e. Mengembangkan tools pelatihan SMML dalam bahasa Indonesia 3.4.2. Prioritas Sekunder

a. Menyusun rencana jangka panjang dengan KAN untuk implementasi SMML di seluruh jejaring laboratorium

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20204444 

 

4. Strategi, Indikator dan Target Setelah melakukan analisis SWOT, dan analisis kerangka situasi, terdapat 4 (empat) bidang prioritas sebagai tujuan: Tujuan-1 : Meningkatkan akses ke pemeriksaan mikroskopis TB yang

berkualitas dengan PME yang efektif Tujuan-2 : Meningkatkan akses dan mengurangi waktu diagnosis dan

deteksi resistensi Rifampisin melalui tes cepat Tujuan-3 : Meningkatkan akses ke laboratorium uji kepekaan lini satu

dan dua untuk pasien yang berisiko TB RO/TB XDR Tujuan-4 : Menerapkan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium (SMML)

Ada 8 (delapan) strategi utama untuk mencapai tujuan dari 4 (empat) bidang prioritas sebagai berikut: Strategi 1 : Penguatan infrastruktur laboratorium termasuk K3 Strategi 2 : Peningkatan SDM laboratorium termasuk jejaringnya Strategi 3 : Pengembangan dan pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu

Laboratorium Strategi 4 : Penguatan manajemen logistik termasuk pemeliharaan dan

validasi alat Strategi 5 : Penguatan mekanisme rujukan dan transportasi contoh uji Strategi 6 : Penguatan sistem informasi laboratorium Strategi 7 : Pengembangan kerangka kerja peraturan terkait laboratorium Strategi 8 : Pengembangan kapasitas riset operasional

Uraian kegiatan sebagai berikut: Tujuan-1: Meningkatkan akses ke pemeriksaan mikroskopis TB yang berkualitas dengan PME yang efektif Strategi 2: Peningkatan SDM laboratorium termasuk jejaringnya Kegiatan:

1. Pembentukan LRP untuk Provinsi Jawa Barat dan Kalimantan Utara a) Asesmen untuk pembentukan LRP untuk Provinsi Jawa Barat dan

Kalimantan Utara b) Pengembangan kapasitas melalui tes panel untuk LRP terpilih c) OJT ke LRP terpilih untuk penguatan manajemen laboratorium d) OJT ke LRP terpilih supaya dapat menyediakan tes panel

2. Dukungan untuk pelaksanaan PME bagi LRP a) Diseminasi alur pelaporan PME b) Pelatihan PME metode LQAS

3. Pengembangan Laboratorium Rujukan Intermediate a) Advokasi dan sosialisasi ke Dinas Kesehatan Provinsi untuk

pengembangan LRI b) Implementasi LRI

4. Pengembangan kapasitas teknisi laboratorium untuk kegiatan uji silang a) Training LRI di LRP (Jejaring laboratorium TB dan manajemen) b) Workshop PME

5. Implementasi akreditasi jejaring mikroskopis nasional

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

4545 

 

a) Melaksanakan asesmen dan membuat laporan ke Subdit TB dan Dit YanKes

b) Pengembangan program akreditasi c) Sosialisasi akreditasi jejaring mikroskopis nasional d) Proyek percontohan program uji percontohan di 2 provinsi e) Analisis dan penilaian proyek percontohan f) Implementasi secara nasional g) Proporsi Laboratorium Mikroskopik yang berpatisipasi dalam

akreditasi di setiap provinsi 6. Meningkatkan keterlibatan laboratorium swasta/non-program

a) Meningkatkan jumlah provinsi yang mendukung laboratorium swasta/non-program dalam kegiatan PME dan pelatihan

b) Penerapan Rencana Aksi Nasional dalam pelibatan laboratorium swasta/non-program dalam kegiatan PME dan pelatihan

c) Penerapan alur pelaporan data laboratorium dari laboratorium swasta/non-program ke Dinas Kesehatan Provinsi dan LRP secara nasional

d) Melaksanakan pertemuan nasional bagi pemangku kepentingan untuk mengevaluasi implementasi tahunan

7. Pelatihan akreditasi jejaring mikroskopis (11 standar GLI) a) Desktop assessment pedoman nasional, SPO, data PME 2015, dan

kebijakan b) ToT untuk LRN mikroskopik, KAN, dan Kementrian Kesehatan sesuai

dengan 11 standar GLI oleh LRS c) Pelaksanaan ToT untuk pelatih provinsi oleh pelatih nasional d) Evaluasi setelah pelatihan oleh pelatih nasional/ internasional

8. Membuat materi pelatihan untuk 11standar GLI a) Penyesuaian 11standar GLI ke dalam konten lokal b) Membuat kurikulum dan materi pelatihan

Strategi 3: Pengembangan dan pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium Kegiatan

1. Memberikan wewenang kepada LRN Mikroskopik untuk memimpin dan memberi dukungan teknis dalam penguatan jejaring

a) LRS memberikan wewenang kepada LRN Mikroskopik untuk memimpin dan memberi dukungan teknis dalam penguatan jejaring

b) Menyediakan tes panel PME setiap tahun 2. PME untuk Laboratorium Rujukan Provinsi

a) LRN Mikroskopik menyediakan tes panel PME setiap tahun b) LRN Mikroskopik melaksanakan asesmen untuk supervisi jejaring

lab TB di tingkat provinsi 3. Pembentukan Lab Rujukan Intermediet

a) Melakukan supervisi ke Lab Rujukan Intermediet yang baru dibentuk oleh LRN Mikroskopik atau Lab Rujukan Provinsi (2 kali/tahun)

b) Pemantauan dan evaluasi untuk lab mikroskopik

44  

4. Strategi, Indikator dan Target Setelah melakukan analisis SWOT, dan analisis kerangka situasi, terdapat 4 (empat) bidang prioritas sebagai tujuan: Tujuan-1 : Meningkatkan akses ke pemeriksaan mikroskopis TB yang

berkualitas dengan PME yang efektif Tujuan-2 : Meningkatkan akses dan mengurangi waktu diagnosis dan

deteksi resistensi Rifampisin melalui tes cepat Tujuan-3 : Meningkatkan akses ke laboratorium uji kepekaan lini satu

dan dua untuk pasien yang berisiko TB RO/TB XDR Tujuan-4 : Menerapkan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium (SMML)

Ada 8 (delapan) strategi utama untuk mencapai tujuan dari 4 (empat) bidang prioritas sebagai berikut: Strategi 1 : Penguatan infrastruktur laboratorium termasuk K3 Strategi 2 : Peningkatan SDM laboratorium termasuk jejaringnya Strategi 3 : Pengembangan dan pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu

Laboratorium Strategi 4 : Penguatan manajemen logistik termasuk pemeliharaan dan

validasi alat Strategi 5 : Penguatan mekanisme rujukan dan transportasi contoh uji Strategi 6 : Penguatan sistem informasi laboratorium Strategi 7 : Pengembangan kerangka kerja peraturan terkait laboratorium Strategi 8 : Pengembangan kapasitas riset operasional

Uraian kegiatan sebagai berikut: Tujuan-1: Meningkatkan akses ke pemeriksaan mikroskopis TB yang berkualitas dengan PME yang efektif Strategi 2: Peningkatan SDM laboratorium termasuk jejaringnya Kegiatan:

1. Pembentukan LRP untuk Provinsi Jawa Barat dan Kalimantan Utara a) Asesmen untuk pembentukan LRP untuk Provinsi Jawa Barat dan

Kalimantan Utara b) Pengembangan kapasitas melalui tes panel untuk LRP terpilih c) OJT ke LRP terpilih untuk penguatan manajemen laboratorium d) OJT ke LRP terpilih supaya dapat menyediakan tes panel

2. Dukungan untuk pelaksanaan PME bagi LRP a) Diseminasi alur pelaporan PME b) Pelatihan PME metode LQAS

3. Pengembangan Laboratorium Rujukan Intermediate a) Advokasi dan sosialisasi ke Dinas Kesehatan Provinsi untuk

pengembangan LRI b) Implementasi LRI

4. Pengembangan kapasitas teknisi laboratorium untuk kegiatan uji silang a) Training LRI di LRP (Jejaring laboratorium TB dan manajemen) b) Workshop PME

5. Implementasi akreditasi jejaring mikroskopis nasional

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20204646 

 

4. Membentuk pelatih nasional Indonesia a) Setelah ToT, lakukan kunjungan asesmen untuk menindaklanjuti

pelatihan b) Tindak lanjut dan bimbingan oleh ToT

5. Pelibatan Komite Akreditasi Nasional (KAN) a) Bimbingan lab oleh Direktorat Pelayanan Kesehatan (KAN) b) Asesmen lab rutin oleh KAN dan mitra

Strategi 4: Penguatan manajemen logistik termasuk pemeliharaan dan validasi alat Kegiatan:

1. Implementasi 11 standar GLI didahului dengan Distribusi 11 standar GLI

Strategi 6: Penguatan sistem informasi laboratorium Kegiatan:

1. Menerapkan TB-12 elektronik untuk meningkatkan pemantapan mutu eksternal

a) Perbaikan TB-12 elektronik b) Melaksanakan pelatihan TB-12 elektronik c) Pelatihan penyegaran untuk Lab Rujukan Provinsi dan pengelola

program TB Strategi 7: Pengembangan kerangka kerja peraturan terkait laboratorium Kegiatan:

1. Penerapan 11 standar GLI a) Penyesuaian Akreditasi Jejaring Mikroskopik TB ke dalam konten

lokal dan memasukannya ke dalam daftar tilik b) Koordinasi dengan bidang akreditasi di Kemenkes

2. Penguatan jejaring dengan LKS a) Melaksanakan pertemuan sosialisasi antara Program TB dengan

LKS b) Penguatan jejaring LKS dengan Dinas Kesehatan Provinsi dan

Laboaratorium Rujukan Provinsi

Tujuan-2: Meningkatkan akses dan mengurangi waktu diagnosis dan deteksi resistensi Rif melalui uji cepat Strategi 2: Peningkatan SDM laboratorium termasuk jejaringnya Kegiatan

1. Mengadakan penambahan alat TCM sesuai target a) Penentuan calon laboratorium TCM b) Melaksanakan workshop TCM di tingkat pusat

2. Desentralisasi pelatihan dan peran dukungan untuk 10 lab regional TCM a) Membuat langkah-langkah untuk pelatihan dan contoh dukungan

di LRP yang efektif dan berkelanjutan b) Menentukan laboratorium regional TCM

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

4747 

 

c) Sosialisasi pelatihan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan LRP 3. Membangun TCM di seluruh Indonesia

a) Penempatan minimal satu alat TCM di setiap Kabupaten/Kota di Indonesia hingga akhir tahun 2020

b) Workshop TCM 4. Pelatihan untuk Stasiun Pengumpul Contoh Uji (untuk pengemasan contoh

uji yang aman) a) Identifikasi tim pelatih tingkat provinsi dan kabupaten/kota b) Penyampaian/ pemberian pelatihan untuk Stasiun Pengumpul

Contoh Uji dan laboratorium diagnostik c) Pembuatan mekanisme pelaporan hasil untuk Stasiun Pengumpul

Contoh Uji d) Penerapan pengemasan contoh uji yang aman e) Memastikan pemeliharaan rantai dingin dimanapun dibutuhkan

Strategi 3: Pengembangan dan pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium Kegiatan:

1. Memberikan wewenang ke LRN Molekuler untuk menunjukkan kepemimpinan dan memberikan dukungan teknis untuk memperkuat jejaring

2. Desentralisasi pelatihan dan peran dukungan untuk 10 lab regional TCM a) Melakukan pelatihan bagi pelatih untuk melatih teknisi lab,

kalibrasi, penggantian modul, dan pemecahan masalah di tingkat provinsi

b) Melakukan evaluasi setelah pelatihan bagi LRP oleh LRS, LRN Molekuler, Subdit TB, Direktorat Pelayanan Kesehatan, dan mitra

c) LRS Adelaide mengamati kegiatan pelatihan (bekerja sama dengan LRN Molekuler)

3. Penilaian laboratorium TCM sebagai PME dalam penerapan alat TCM di seluruh Indonesia

Strategi 4: Penguatan manajemen logistik termasuk pemeliharaan dan validasi alat Kegiatan:

1. Pengadaan materi/ bahan pengemasan untuk transportasi contoh uji dan mekanisme rujukan

a) Perhitungan persediaan yang dibutuhkan berdasarkan jumlah pasien yang diharapkan

b) Pembuatan anggaran kebutuhan c) Pengadaan persediaan d) Distribusi ke Stasiun Pengumpul Contoh Uji

2. Identifikasi sistem kurir lokal yang tersedia dan tanda tangan perjanjian a) Identifikasi sistem transportasi (kurir, agen pengiriman,

transportasi umum/pribadi) b) Meyakinkan vendor untuk melakukan pengemasan yang aman c) Membuat perjanjian dengan agen kurir d) Mengawasi kurir

46  

4. Membentuk pelatih nasional Indonesia a) Setelah ToT, lakukan kunjungan asesmen untuk menindaklanjuti

pelatihan b) Tindak lanjut dan bimbingan oleh ToT

5. Pelibatan Komite Akreditasi Nasional (KAN) a) Bimbingan lab oleh Direktorat Pelayanan Kesehatan (KAN) b) Asesmen lab rutin oleh KAN dan mitra

Strategi 4: Penguatan manajemen logistik termasuk pemeliharaan dan validasi alat Kegiatan:

1. Implementasi 11 standar GLI didahului dengan Distribusi 11 standar GLI

Strategi 6: Penguatan sistem informasi laboratorium Kegiatan:

1. Menerapkan TB-12 elektronik untuk meningkatkan pemantapan mutu eksternal

a) Perbaikan TB-12 elektronik b) Melaksanakan pelatihan TB-12 elektronik c) Pelatihan penyegaran untuk Lab Rujukan Provinsi dan pengelola

program TB Strategi 7: Pengembangan kerangka kerja peraturan terkait laboratorium Kegiatan:

1. Penerapan 11 standar GLI a) Penyesuaian Akreditasi Jejaring Mikroskopik TB ke dalam konten

lokal dan memasukannya ke dalam daftar tilik b) Koordinasi dengan bidang akreditasi di Kemenkes

2. Penguatan jejaring dengan LKS a) Melaksanakan pertemuan sosialisasi antara Program TB dengan

LKS b) Penguatan jejaring LKS dengan Dinas Kesehatan Provinsi dan

Laboaratorium Rujukan Provinsi

Tujuan-2: Meningkatkan akses dan mengurangi waktu diagnosis dan deteksi resistensi Rif melalui uji cepat Strategi 2: Peningkatan SDM laboratorium termasuk jejaringnya Kegiatan

1. Mengadakan penambahan alat TCM sesuai target a) Penentuan calon laboratorium TCM b) Melaksanakan workshop TCM di tingkat pusat

2. Desentralisasi pelatihan dan peran dukungan untuk 10 lab regional TCM a) Membuat langkah-langkah untuk pelatihan dan contoh dukungan

di LRP yang efektif dan berkelanjutan b) Menentukan laboratorium regional TCM

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20204848 

 

Strategi 5: Penguatan mekanisme rujukan dan transportasi contoh uji Kegiatan:

1. Sosialisasi ke Dinas Kesehatan Provinsi untuk pengembangan model transportasi contoh uji yang berkelanjutan

a) Pertemuan dengan Dinas Kesehatan Provinsi b) Pertemuan dengan Dinas Kesehatan Provinsi dengan tingkat

kabupaten 2. Membangun jejaring antara fasilitas kesehatan, stasiun pengumpul contoh

uji (SPC) dan laboratorium diagnostik a) Identifikasi letak geografis SPC dengan pendekatan waktu yang

tersingkat. b) Hubungan/jejaring Puskesmas, klinik/Rumah Sakit HIV, ARV,

pelayanan MTPTRO dan penjara dengan SPC c) Hubungan/jejaring SPC dengan lab diagnostik terdekat d) Mendapatkan komitmen dari semua pihak yang terlibat

Strategi 6: Penguatan sistem informasi laboratorium Kegiatan:

1. Memperkuat manajemen data TCM a) Pengawasan dan evaluasi TCM b) Mengembangkan database elektronik nasional untuk mengawasi

kalibrasi dan penggantian modul, beban kerja, logistik kartrid, dan pelacakan indikator kinerja utama lab TCM

c) Melatih pelatih provinsi dalam pengelolaan database d) Mikrobiologi-UI untuk memberikan laporan triwulan dan tahunan

kepada NTP/Subdit TB dan BPPM/Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan

2. Manajemen data untuk diagnosis TB-XDR menggunakan kartrid XDR a) Membuat dan mencetak formulir dan register yang sudah

diperbaiki b) Memperbaiki database elektronik untuk menyertakan hasil XDR

dari TCM c) Mengembangkan mekanisme pelaporan prioritas untuk dokter/TAK

3. Manajemen data untuk TB ekstra-paru a) Mengumpulkan dan menganalisis data semua tes yang dilakukan

pada sampel ekstra paru dan anak 4. Manajemen data untuk transportasi contoh uji dan mekanisme rujukan

a) Pemantauan dan evaluasi rutin pengiriman contoh uji Strategi 7: Pengembangan kerangka kerja peraturan terkait laboratorium Kegiatan:

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

4949 

 

1. Membuat kebijakan implementasi kartrid XDR a) Sosialisasi ke NTP/Subdit TB, Direktorat Pelayanan Kesehatan terkait

kartrid XDR TCM b) Membuat dan menerapkan strategi untuk penempatan kartrid XDR

TCM dalam jejaring TCM Indonesia 2. Pemeriksaan sampel/contoh uji TB ekstra paru menggunakan TCM

a) Membuat pedoman untuk pemeriksaan TCM menggunakan contoh uji ekstra paru (Mikrobiologi-UI)

b) Diseminasi pedoman pemeriksaan TCM menggunakan contoh uji ekstra paru ke semua provinsi

Tujuan-3: Meningkatkan akses ke laboratorium uji kepekaan OAT lini satu dan dua untuk pasien yang berisiko TB RO /TB XDR Strategi 1: Penguatan infrastruktur laboratorium termasuk K3 Kegiatan:

1. Renovasi laboratorium biakan TB

Strategi 2: Peningkatan SDM laboratorium termasuk jejaringnya Kegiatan:

1. Memperluas jejaring biakan a) Melakukan pelatihan penyiapan media dan biakan untuk semua

laboratorium biakan b) Mengembangkan dan menerapkan tools untuk pengumpulan data

indikator kinerja utama 2. Mengembangkan dan mempertahankan praktik kerja yang aman di

laboratorium TB a) Melakukan pelatihan praktek kerja yang aman (safe working

practices) setidaknya untuk dua staf di setiap laboratorium yang melakukan pemeriksaan biakan/ atau uji kepekaan.

b) LRS Adelaide menyerahterimakan pelaksanaan pelatihan praktek kerja yang aman (safe working practices) kepada BBLK Surabaya

c) LRS melakukan revisi materi pelatihan. 3. Pengembangan pemeriksaan biakan menggunakan media cair

(MGIT960) di semua laboratorium uji kepekaan. a) Melakukan pelatihan MGIT 960 untuk pemeriksaan biakan dan uji

kepekaan di BBLK Surabaya b) Mengembangkan uji kepekaan lini pertama dan kedua di semua

laboratorium uji kepekaan yang menggunakan MGIT960 melalui pelatihan

c) Mengembangkan uji kepekaan untuk OAT baru (Kapreomisin, Moksifloksasin) melalui pelatihan

4. Membangun kapasitas staf LRN Biakan/Uji kepekaan untuk kalibrasi BSC

Strategi 3: Pengembangan dan pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium

48  

Strategi 5: Penguatan mekanisme rujukan dan transportasi contoh uji Kegiatan:

1. Sosialisasi ke Dinas Kesehatan Provinsi untuk pengembangan model transportasi contoh uji yang berkelanjutan

a) Pertemuan dengan Dinas Kesehatan Provinsi b) Pertemuan dengan Dinas Kesehatan Provinsi dengan tingkat

kabupaten 2. Membangun jejaring antara fasilitas kesehatan, stasiun pengumpul contoh

uji (SPC) dan laboratorium diagnostik a) Identifikasi letak geografis SPC dengan pendekatan waktu yang

tersingkat. b) Hubungan/jejaring Puskesmas, klinik/Rumah Sakit HIV, ARV,

pelayanan MTPTRO dan penjara dengan SPC c) Hubungan/jejaring SPC dengan lab diagnostik terdekat d) Mendapatkan komitmen dari semua pihak yang terlibat

Strategi 6: Penguatan sistem informasi laboratorium Kegiatan:

1. Memperkuat manajemen data TCM a) Pengawasan dan evaluasi TCM b) Mengembangkan database elektronik nasional untuk mengawasi

kalibrasi dan penggantian modul, beban kerja, logistik kartrid, dan pelacakan indikator kinerja utama lab TCM

c) Melatih pelatih provinsi dalam pengelolaan database d) Mikrobiologi-UI untuk memberikan laporan triwulan dan tahunan

kepada NTP/Subdit TB dan BPPM/Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan

2. Manajemen data untuk diagnosis TB-XDR menggunakan kartrid XDR a) Membuat dan mencetak formulir dan register yang sudah

diperbaiki b) Memperbaiki database elektronik untuk menyertakan hasil XDR

dari TCM c) Mengembangkan mekanisme pelaporan prioritas untuk dokter/TAK

3. Manajemen data untuk TB ekstra-paru a) Mengumpulkan dan menganalisis data semua tes yang dilakukan

pada sampel ekstra paru dan anak 4. Manajemen data untuk transportasi contoh uji dan mekanisme rujukan

a) Pemantauan dan evaluasi rutin pengiriman contoh uji Strategi 7: Pengembangan kerangka kerja peraturan terkait laboratorium Kegiatan:

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20205050 

 

Kegiatan: 1. Memberikan dukungan kepada LRN Biakan/uji kepekaan untuk

menunjukkan kepemimpinan dan memberikan dukungan teknis untuk memperkuat jejaring

a. Dukungan LRS untuk LRN Biakan/Uji Kepekaan dengan melakukan dua kunjungan per tahun (masing-masing 1-2 hari)

b. Menyediakan tes panel PME uji kepekaan setiap tahun untuk LRN 2. LRN memberikan dukungan terkait pemantapan mutu (QA) untuk

laboratorium biakan TB a. Asesmen ke semua laboratorium biakan (minimal sekali setiap tahun) b. Pengumpulan dan analisis indikator kinerja utama

3. Memperbanyak jumlah laboratorium uji kepekaan dalam jejaring lab TB a. Pemantapan mutu ekternal yang lengkap (tersertifikasi penuh) untuk

lab uji kepekaan yang sedang berproses untuk sertifikasi (RS M. Jamil, BBLK Makassar, BLK Banjarmasin, BLK Samarinda, RS Sanglah, BLK Ambon)

b. Supervisi rutin oleh BBLK Surabaya ke 6 lab yang sedang dalam proses menuju serifikasi

c. Semua lab uji kepekaan tersertifikasi d. Penyediaan tes panel PME uji kepekaan untuk menilai kinerja e. Dua kali menilai kemajuan oleh LRS-Adelaide (bekerja sama dengan

BBLK Surabaya) 4. Mempertahankan kualitas lab uji kepekaan yang sudah ada oleh LRN BBLK

Surabaya a. Menyediakan setidaknya satu tes panel PME untuk uji kepekaan per

tahun b. Melakukan setidaknya satu kali supervisi ke lab uji kepekaan setiap

tahun (1-2 hari) oleh LRN c. Review tahunan laboratorium uji kepekaan yang terpilih oleh LRS

Adelaid (bekerja sama dengan BBLK Surabaya d. Melakukan asesmen selama implementasi MGIT960

Strategi 4: Penguatan manajemen logistik termasuk pemeliharaan dan validasi alat Kegiatan:

1. Memperkuat kapasitas pemeriksaan uji kepekaan menggunakan MGIT 960. a. Pengadaan kontrak pemeliharaan untuk semua pengguna MGIT 960

dalam jejaring Tujuan-4: Menerapkan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium (SMML) Strategi 2: Peningkatan SDM laboratorium termasuk jejaringnya Kegiatan:

1. Melatih laboratorium Indonesia a. Staf nasional mendapatkan pelatihan internasional b. Pelatih nasional melatih Lab TB dalam hal sistem manajemen mutu

laboratorium (SMML) dengan pengawasan pelatih internasional 2. Membentuk pelatih nasional

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

5151 

 

a. Mengidentifikasi kebutuhan ToT b. Penyesuaian materi pelatihan SMML c. ToT untuk melatih laboratorium uji kepekaan dengan pelatih

internasional sebagai pengawas Strategi 3: Pengembangan dan pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium Kegiatan:

1. Membentuk pelatih nasional 2. Pelibatan Badan Akreditasi Nasional (KAN)

a. Bimbungan Lab oleh Direktorat Pelayanan Kesehatan (KAN) b. Asesmen Lab rutin oleh KAN dan mitra

3. Persiapan laboratorium untuk akreditasi ISO dengan bantuan KAN a. KAN bersama dengan mitra internasional melakukan penilaian

persiapan untuk akreditasi ISO 15189 b. Labs mempersiapkan aplikasi ISO c. Kunjungan Tim ISO ke lab uji kepekaan TB

Strategi 4: Penguatan manajemen logistik termasuk pemeliharaan dan validasi alat Kegiatan: 1. Membuat SPO manual logistik untuk tingkatan lab yang berbeda

a. Workshop logistik untuk laboratorium biakan dan uji kepekaan b. Tindak lanjut dan bimbungan setelah workshop

Kegiatan Utama Kegiatan Utama Tujuan 1: Meningkatkan akses ke pemeriksaan mikroskopis BTA yang berkualitas dengan PME yang efektif Walaupun alat diagnostik TB terbaru telah ditemukan, beberapa negara dengan beban penyakit TB yang tinggi di dunia termasuk Indonesia, telah berkomitmen bahwa pemeriksaan mikroskopis TB tetap menjadi alat diagnostik utama untuk penyakit TB. Kegiatan review jejaring mikroskopis TB nasional yang dilaksanakan pada tahun 2014 menemukan permasalahan dalam PME mikroskopis TB yaitu keteraturan dan ketepatan waktu pelaksanaan uji silang. Salah satu strategi utama dalam RAN Laboratorium 2016-2020 ini adalah penguatan aspek teknis dalam pelaksanaan PME melalui peran utama dan kepemimpinan dari Laboratorium Rujukan TB Nasional (LRN) untuk pemeriksaan mikroskopis TB yaitu BLK Provinsi Jawa Barat. Dalam lima tahun mendatang direncanakan peningkatan akses ke pemeriksaan mikroskopis TB yang berkualitas dengan PME yang efektif untuk menunjang diagnosis di seluruh kabupaten/kota sesuai dengan rencana pengembangan. Semua Puskesmas Satelit (PS) akan menjadi Puskesmas Pelaksana Mandiri pada akhir tahun 2020 dengan kemampuan pemeriksaan laboratorium mikroskopis dahak setara dengan Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM). Dengan demikian

50  

Kegiatan: 1. Memberikan dukungan kepada LRN Biakan/uji kepekaan untuk

menunjukkan kepemimpinan dan memberikan dukungan teknis untuk memperkuat jejaring

a. Dukungan LRS untuk LRN Biakan/Uji Kepekaan dengan melakukan dua kunjungan per tahun (masing-masing 1-2 hari)

b. Menyediakan tes panel PME uji kepekaan setiap tahun untuk LRN 2. LRN memberikan dukungan terkait pemantapan mutu (QA) untuk

laboratorium biakan TB a. Asesmen ke semua laboratorium biakan (minimal sekali setiap tahun) b. Pengumpulan dan analisis indikator kinerja utama

3. Memperbanyak jumlah laboratorium uji kepekaan dalam jejaring lab TB a. Pemantapan mutu ekternal yang lengkap (tersertifikasi penuh) untuk

lab uji kepekaan yang sedang berproses untuk sertifikasi (RS M. Jamil, BBLK Makassar, BLK Banjarmasin, BLK Samarinda, RS Sanglah, BLK Ambon)

b. Supervisi rutin oleh BBLK Surabaya ke 6 lab yang sedang dalam proses menuju serifikasi

c. Semua lab uji kepekaan tersertifikasi d. Penyediaan tes panel PME uji kepekaan untuk menilai kinerja e. Dua kali menilai kemajuan oleh LRS-Adelaide (bekerja sama dengan

BBLK Surabaya) 4. Mempertahankan kualitas lab uji kepekaan yang sudah ada oleh LRN BBLK

Surabaya a. Menyediakan setidaknya satu tes panel PME untuk uji kepekaan per

tahun b. Melakukan setidaknya satu kali supervisi ke lab uji kepekaan setiap

tahun (1-2 hari) oleh LRN c. Review tahunan laboratorium uji kepekaan yang terpilih oleh LRS

Adelaid (bekerja sama dengan BBLK Surabaya d. Melakukan asesmen selama implementasi MGIT960

Strategi 4: Penguatan manajemen logistik termasuk pemeliharaan dan validasi alat Kegiatan:

1. Memperkuat kapasitas pemeriksaan uji kepekaan menggunakan MGIT 960. a. Pengadaan kontrak pemeliharaan untuk semua pengguna MGIT 960

dalam jejaring Tujuan-4: Menerapkan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium (SMML) Strategi 2: Peningkatan SDM laboratorium termasuk jejaringnya Kegiatan:

1. Melatih laboratorium Indonesia a. Staf nasional mendapatkan pelatihan internasional b. Pelatih nasional melatih Lab TB dalam hal sistem manajemen mutu

laboratorium (SMML) dengan pengawasan pelatih internasional 2. Membentuk pelatih nasional

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20205252 

 

tidak lagi diperlukan tenggat waktu karena harus mengirim dan menunggu hasil pemeriksaan mikroskopis dahak dari PRM. Pelatihan akan didesentralisasi ke tingkat provinsi dan kabupaten/ kota. Kebutuhan mikroskop untuk mendukung pengembangan PS menjadi PPM diharapkan berasal dari pembiayaan lokal karena persyaratan minimal untuk Puskesmas adalah memiliki minimal 1 mikroskop binokuler. Pengembangan PS menjadi PPM dilakukan secara bertahap sesuai dengan rencana pengembangan sebagai berikut: Tabel 6. Rencana Pengembangan Puskesmas menjadi Puskesmas Mandiri Layanan

TB Upaya Pengembangan Situasi

saat ini 2016 2017 2018 2019 2020

Laboratorium PRM 1.795 1.795 1.203 541 244 0

Laboratorium PPM 2.936 2.936 4.740 7.593 8.797 9.782

Laboratorium PS 4.141 4.607 3.662 1.648 742 0

Non DOTS 611 444 177 0 0 0 Total 9.483 9.782 9.782 9.782 9.782 9.782

Indonesia telah menetapkan program PME yang dikelola oleh masing-masing provinsi menggunakan pedoman yang dikembangkan di tingkat nasional. PME terdiri dari uji silang mikroskopis, bimbingan teknis, dan tes panel. Uji silang merupakan pemeriksaan ulang sediaan mikroskopis oleh laboratorium rujukan tanpa mengetahui hasil pemeriksaan oleh laboratorium sebelumnya (blinded rechecking) yang dilakukan secara berkala dan berkesinambungan dengan tujuan untuk peningkatan mutu. Uji silang mikroskopis dilakukan dengan metode LQAS sebanyak 4 kali setiap tahunnya. Partisipasi uji silang bervariasi antar provinsi. Persentase cakupan uji silang dari tahun 2013 sampai 2015 berada pada rentang 12-45%, persentase kinerja baik di antara fasyankes yang mengikuti uji silang 62-81%, dan persentase kinerja baik di antara seluruh fasyankes mikroskopis adalah 8-26%. Persentase faskes mikroskopis yang mengikuti uji silang dengan hasil baik diharapkan terus meningkat setiap tahunnya sesuai target yang tertera pada tabel di bawah ini:

Tabel 7. Target Kegiatan Uji Silang

Faskes Baseline 2015

Target 2016 2017 2018 2019 2020

Persentase faskes mikroskopis yang mengikuti uji silang

44% 50% 60% 80% 90% 90%

Persentase faskes mikroskopis yang mengikuti uji silang dengan hasil baik

20% 40% 60% 80% 100% 100%

Kegiatan PME mikroskopis TB dapat berjalan dengan efektif melalui peran serta 3 (tiga) komponen uji silang yaitu Fasyankes mikroskopis TB, Laboratorium RUS 1

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

5353 

 

(intermediate) dan pengelola program TB kabupaten/ kota. Saat ini Indonesia memiliki 63 laboratorium intermediate. Kebutuhan laboratorium intermediate adalah sebanyak 1 (satu) laboratorium intermediate melayani 1-3 kabupaten/kota. Tahapan pengembangan laboratorium intermediate secara bertahap sesuai dengan tabel ...

Tabel 8. Rencana Pengembangan Laboratorium Intermediate Upaya Pengembangan Situasi

saat ini 2016 2017 2018 2019 2020

Laboratorium Intermediate

63 63 102 142 172 200

Kegiatan Utama Tujuan-2: Meningkatkan akses dan mengurangi waktu diagnosis dan deteksi resistensi Rif melalui uji cepat Tes Cepat Molekuler Kebutuhan Tes Cepat Molekuler (TCM) berdasarkan kondisi epidemiologis penyakit sesuai beban perkiraan pasien TB di Indonesia, pertimbangan administratif dimana minimal 1 (satu) alat di masing-masing kabupaten/ kota dan pertimbangan geografis di masing-masing wilayah. Kenaikan kebutuhan jumlah alat dihitung setiap tahun. Penempatan alat TCM dapat diperuntukkan bagi faskes rujukan TB RO, faskes TB RO, RS atau Puskesmas dengan pasien TB dan HIV yang tinggi, serta laboratorium rujukan. Rencana perhitungan kebutuhan alat TCM dihitung sesuai dengan tabel...

Tabel 9. Rencana perhitungan kebutuhan alat TCM Baseline 2016 2017 2018 2019 2020

Target penemuan kasus TB

332.000

396.976

530.493

599.338

605.291

Target Terduga TB (10%)

3.320.000

3.969.760

5.340.930

5.993.380

6.052.910

Rencana pemeriksaan diagnostik

a. Mikroskopis 99,8% 68% 60% 55% 45% 30%

b. TCM 0,2% 32% 40% 45% 55% 70%

Beban pemeriksaan diagnosis

a. Mikroskopis 2.257.600 2.381.856 2.917.712 2.697.021 1.815.873

TCM (positivity 10%) 1.062.400 1.587.904 2.387.219 3.296.359 4.237.037

Asumsi mesin 3 kali running, 20 hari sebulan

Kapasitas 80% 2304 2304 2304 2304 2304

Kebutuhan mesin sesuai proporsi TCM dibanding mikroskopis

461

689

1.036

1.431

1.839

*penambahan berdasar asumsi administratif dan geografis (naik 10% dari hitungan)

507

758

1.140

1.574

2.023

52  

tidak lagi diperlukan tenggat waktu karena harus mengirim dan menunggu hasil pemeriksaan mikroskopis dahak dari PRM. Pelatihan akan didesentralisasi ke tingkat provinsi dan kabupaten/ kota. Kebutuhan mikroskop untuk mendukung pengembangan PS menjadi PPM diharapkan berasal dari pembiayaan lokal karena persyaratan minimal untuk Puskesmas adalah memiliki minimal 1 mikroskop binokuler. Pengembangan PS menjadi PPM dilakukan secara bertahap sesuai dengan rencana pengembangan sebagai berikut: Tabel 6. Rencana Pengembangan Puskesmas menjadi Puskesmas Mandiri Layanan

TB Upaya Pengembangan Situasi

saat ini 2016 2017 2018 2019 2020

Laboratorium PRM 1.795 1.795 1.203 541 244 0

Laboratorium PPM 2.936 2.936 4.740 7.593 8.797 9.782

Laboratorium PS 4.141 4.607 3.662 1.648 742 0

Non DOTS 611 444 177 0 0 0 Total 9.483 9.782 9.782 9.782 9.782 9.782

Indonesia telah menetapkan program PME yang dikelola oleh masing-masing provinsi menggunakan pedoman yang dikembangkan di tingkat nasional. PME terdiri dari uji silang mikroskopis, bimbingan teknis, dan tes panel. Uji silang merupakan pemeriksaan ulang sediaan mikroskopis oleh laboratorium rujukan tanpa mengetahui hasil pemeriksaan oleh laboratorium sebelumnya (blinded rechecking) yang dilakukan secara berkala dan berkesinambungan dengan tujuan untuk peningkatan mutu. Uji silang mikroskopis dilakukan dengan metode LQAS sebanyak 4 kali setiap tahunnya. Partisipasi uji silang bervariasi antar provinsi. Persentase cakupan uji silang dari tahun 2013 sampai 2015 berada pada rentang 12-45%, persentase kinerja baik di antara fasyankes yang mengikuti uji silang 62-81%, dan persentase kinerja baik di antara seluruh fasyankes mikroskopis adalah 8-26%. Persentase faskes mikroskopis yang mengikuti uji silang dengan hasil baik diharapkan terus meningkat setiap tahunnya sesuai target yang tertera pada tabel di bawah ini:

Tabel 7. Target Kegiatan Uji Silang

Faskes Baseline 2015

Target 2016 2017 2018 2019 2020

Persentase faskes mikroskopis yang mengikuti uji silang

44% 50% 60% 80% 90% 90%

Persentase faskes mikroskopis yang mengikuti uji silang dengan hasil baik

20% 40% 60% 80% 100% 100%

Kegiatan PME mikroskopis TB dapat berjalan dengan efektif melalui peran serta 3 (tiga) komponen uji silang yaitu Fasyankes mikroskopis TB, Laboratorium RUS 1

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20205454 

 

Berdasarkan perhitungan tersebut, disusun target kebutuhan alat TCM berdasarkan provinsi dan kabupaten kota sebagai berikut: Tabel 10. Rencana Pengembangan Laboratorium per provinsi dan Kabupaten/ Kota

Mampu Tes Cepat Molekuler

Baseline (2015)

2016 2017 2018 2019 2020

Jumlah Provinsi 33 34 34 34 34 34

Jumlah Kabupaten/Kota

56 315 514 514 514 514

Jumlah Fasyankes 63 504 786 1.108 1.778 2.023

Berdasarkan jumlah alat TCM dan fasyankes di seluruh Indonesia, tidak semua fasyankes akan memiliki alat TCM. Pada faskes yang tidak memiliki akses langsung terhadap pemeriksaan TCM, apabila diperlukan pemeriksaan TCM, maka digunakan sistem transportasi contoh uji. Pengembangan sistem transportasi contoh uji, mengikuti rencana pengembangan TCM dan sistem rujukan, baik dalam jejaring PPM di satu kabupaten/kota maupun antar kabupaten/kota. Pengelolaan pelatihan, pemeliharaan, logistik, dan pemantapan mutu harus mulai diserahkan dari LRN Departemen Mikrobiologi FKUI ke tingkat regional atau provinsi. Terkait dengan hal tersebut, jejaring TCM perlu dikembangkan secara bertahap dan harus memiliki jejaring dengan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan TB. Bahan habis pakai untuk alat TCM berupa kartrid dihitung berdasarkan asumsi 3 (tiga) kali pemeriksaan per hari, 20 hari per bulan serta mempertimbangkan hasil error 10% sesuai tabel berikut

Tabel 11. Kebutuhan Kartrid untuk Pemeriksaan TCM 2016 – 2020

Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Jumlah alat 62 507 758 1.140 1.574 2.023

Jumlah pemeriksaan per hari

744 6.084 9.096 13.680 18.888 24.276

Jumlah pemeriksaan per bulan

14.880 121.680 181.920 273.600 377.760 485.520

Jumlah pemeriksaan per tahun

178.560 1.460.160 2.183.040 3.283.200 4.533.120 5.826.240

10% pemeriksaan error (hasil error, invalid, indeterminate, dan kartrid rusak)

17.856 146.016 218.304 328.320 453.312 582.624

TOTAL PEMERIKSAAN / KEBUTUHAN KARTRID

196.416 1.606.176 2.401.344 3.611.520 4.986.432 6.408.864

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

5555 

 

Line Probe Assay (LPA) Lini 2 Pengembangan laboratorium LPA terutama untuk pemeriksaan LPA lini 2 untuk mendukung kegiatan MTPTRO dalam menggunakan regimen jangka pendek (short regimen). Syarat pemberian regimen tersebut adalah tidak adanya resistensi terhadap OAT lini 2. Pemeriksaan uji kepekaan lini dua dengan metode konvensional (media padat maupun cair) membutuhkan waktu 3-4 bulan. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan dengan metode cepat untuk dapat mendeteksi resistensi terhadap OAT lini 2. Berdasarkan perkiraan kebutuhan pemeriksaan LPA lini 2 untuk pasien TB RO, dengan 3 laboratorium LPA yang telah tersedia saat ini dapat memenuhi kebutuhan nasional. Akan tetapi dengan peningkatan kebutuhan pemeriksaan sesuai target pasien TB RO, diperlukan pengembangan laboratorium LPA sesuai dengan tabel...

Tabel 12. Rencana Pengembangan Laboratorium LPA Lini 2 Upaya Pengembangan Baseline

(2015) 2016 2017 2018 2019 2020

Laboratorium 2 2 3 4 5 6

Kegiatan Utama Tujuan 3: Meningkatkan akses pemeriksaaan uji kepekaan lini pertama dan kedua untuk pasien yang berisiko TB RO (TB MDR /XDR) Kebutuhan pemeriksaan biakan, uji kepekaan lini satu dan lini dua disesuaikan dengan target penemuan kasus TB RO. Pemeriksaan uji kepekaan lini satu dan lini dua wajib dilakukan bagi setiap pasien TB RO yang terkonfirmasi resistan terhadap Rifampisin melalui pemeriksaan TCM. Sampai akhir tahun 2016 terdapat ...laboratorium mampu melakukan pemeriksaan biakan, ...laboratorium tersertifikasi lini 1 dan ... laboratorium tersertifikasi lini 1 dan 2. Pengembangan laboratorium biakan dan uji kepekaan lini 1 dan 2 disesuaikan dengan target pasien TB RO yang akan diterapi sampai tahun 2020 sesuai dengan tabel ...

Tabel 13. Rencana Pengembangan Laboratorium Biakan dan Uji Kepekaan

Laboratoriun 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Biakan 16 20 30 40 46 46

Uji Kepekaan Lini Satu 13 13 14 15 17 17

Uji Kepekaan Lini Dua 5 7 10 13 17 17

WHO merekomendasikan satu laboratorium biakan untuk setiap 5 juta penduduk sehingga masih diperlukan penambahan laboratorium biakan sesuai dengan populasi Indonesia. Direncanakan pada akhir tahun 2020 telah terdapat minimal satu laboratorium biakan di setiap provinsi. Pengembangan laboratorium biakan

54  

Berdasarkan perhitungan tersebut, disusun target kebutuhan alat TCM berdasarkan provinsi dan kabupaten kota sebagai berikut: Tabel 10. Rencana Pengembangan Laboratorium per provinsi dan Kabupaten/ Kota

Mampu Tes Cepat Molekuler

Baseline (2015)

2016 2017 2018 2019 2020

Jumlah Provinsi 33 34 34 34 34 34

Jumlah Kabupaten/Kota

56 315 514 514 514 514

Jumlah Fasyankes 63 504 786 1.108 1.778 2.023

Berdasarkan jumlah alat TCM dan fasyankes di seluruh Indonesia, tidak semua fasyankes akan memiliki alat TCM. Pada faskes yang tidak memiliki akses langsung terhadap pemeriksaan TCM, apabila diperlukan pemeriksaan TCM, maka digunakan sistem transportasi contoh uji. Pengembangan sistem transportasi contoh uji, mengikuti rencana pengembangan TCM dan sistem rujukan, baik dalam jejaring PPM di satu kabupaten/kota maupun antar kabupaten/kota. Pengelolaan pelatihan, pemeliharaan, logistik, dan pemantapan mutu harus mulai diserahkan dari LRN Departemen Mikrobiologi FKUI ke tingkat regional atau provinsi. Terkait dengan hal tersebut, jejaring TCM perlu dikembangkan secara bertahap dan harus memiliki jejaring dengan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan TB. Bahan habis pakai untuk alat TCM berupa kartrid dihitung berdasarkan asumsi 3 (tiga) kali pemeriksaan per hari, 20 hari per bulan serta mempertimbangkan hasil error 10% sesuai tabel berikut

Tabel 11. Kebutuhan Kartrid untuk Pemeriksaan TCM 2016 – 2020

Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Jumlah alat 62 507 758 1.140 1.574 2.023

Jumlah pemeriksaan per hari

744 6.084 9.096 13.680 18.888 24.276

Jumlah pemeriksaan per bulan

14.880 121.680 181.920 273.600 377.760 485.520

Jumlah pemeriksaan per tahun

178.560 1.460.160 2.183.040 3.283.200 4.533.120 5.826.240

10% pemeriksaan error (hasil error, invalid, indeterminate, dan kartrid rusak)

17.856 146.016 218.304 328.320 453.312 582.624

TOTAL PEMERIKSAAN / KEBUTUHAN KARTRID

196.416 1.606.176 2.401.344 3.611.520 4.986.432 6.408.864

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20205656 

 

dan uji kepekaan dilakukan melalui renovasi laboratorium dan pelatihan petugas laboratorium. Saat ini pemeriksaan biakan dan uji kepekaan dilakukan dengan metode padat dan cair. Waktu tunggu keluarnya hasil pemeriksaan (turn around time) untuk pemeriksaan dengan media cair lebih cepat dengan media padat. Pada tahun 2017 pengembangan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan menggunakan media cair akan dilanjutkankan ke 7(tujuh) laboratorium lain sehingga diharapkan nanti semua laboratorium uji kepekaan yang tersertifikasi dapat memberikan layanan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan menggunakan media cair. Laboratorium yang telah dinyatakan mampu melakukan pemeriksaan biakan sesuai standar perlu dipantau dan dipertahankan kinerjanya secara berkala dan berkesinambungan melalui evaluasi indikator kinerja utama.. Peran LRN BBLK Surabaya sangat penting untuk memonitor kinerja laboratorium biakan melalui kunjungan rutin minimal sekali setahun ke masing-masing laboratorium biakan dan uji kepekaan serta pengumpulan Indikator Kinerja Utama. Pemantauan kinerja laboratorium uji kepekaan dilakukan dengan pengiriman tes panel yang disiapkan dan dianalisis oleh LRN BBLK Surabaya. Berikut adalah indikator untuk kegiatan utama tujuan 3

Indikator 2015 2016 2017 2018 2019 Renovasi Lab 16/46 20/46 30/46 40/46 46/46 Melakukan pelatihan penyiapan media dan biakan untuk semua laboratorium biakan

15 (60%) dari lab biakan (25)

21 (70%) dari lab biakan (30)

28 (80%) dari lab biakan (35)

36 (90%) dari lab biakan (40)

46 (100%) dari lab biakan (46)

Mengembangkan dan menerapkan tools untuk pengumpulan data indikator kinerja utama

20 (80%) dari lab biakan (25)

27 (90%) dari lab biakan (30)

100%) dari lab biakan (35)

100% dari lab biakan (40)

100% dari lab biakan (46)

# jumlah lab biakan yang sudah menerapkan keselamatan dan keamanan kerja dengan optimal

15 (60%) dari lab biakan (25)

21 (70%) dari lab biakan (30)

28 (80%) dari lab biakan (35)

36 (90%) dari lab biakan (40)

46 (100%) dari lab biakan (46)

Melakukan pelatihan MGIT960 untuk pemeriksaan biakan dan uji kepekaan di BBLK Surabaya

6/17 10/17 12/17 13/17 17/17

Mengembangkan uji kepekaan lini satu dan lini dua di semua laboratorium uji kepekaan yang menggunakan MGIT960 melalui pelatihan

4/7 (57%) 7/11 (63%)

10/12 (83%)

13/13 (100%)

17/17 (100%)

Mengembangkan uji kepekaan untuk obat anti-TB baru

N/A 5/11 (45%)

12/12 (100%)

13/13 (100%)

17/17 (100%)

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

5757 

 

(Kapreomisin, Moksifloksasin) melalui pelatihan Asesmen ke semua laboratorium biakan (setidaknya sekali setiap tahun)

15 (60%) dari lab biakan (25)

21 (70%) dari lab biakan (30)

28 (80%) dari lab biakan (35)

36 (90%) dari lab biakan (40)

46 (100%) dari lab biakan (46)

Pengumpulan dan analisis indikator kinerja utama

15 (60%) dari lab biakan (25)

21 (70%) dari lab biakan (30)

28 (80%) dari lab biakan (35)

36 (90%) dari lab biakan (40)

46 (90%) dari lab biakan (46)

Kegiatan Utama Tujuan 4: Menerapkan sistem manajemen mutu laboratorium Saat ini belum ada laboratorium di Indonesia yang telah menyelesaikan pelatihan SMML sesuai dengan ISO-15089. Direncanakan sebanyak 5 (lima) laboratorium tersosialisasi pelatihan pada tahun 2017 ini untuk dapat memulai proses untuk tersertifikasi ISO-15089. Materi pelatihan tersebut juga perlu disesuaikan dengan kebutuhan pelatihan di Indonesia. Perlu dibentuk tim pelatih melalui kegiatan training of trainer (ToT). Jejaring dengan Komite Akreditasi Nasional (KAN) juga harus dibentuk agar SMML untuk laboratorium TB dapat dilaksanakan pada seluruh jejaring laboratorium TB di Indonesia

56  

dan uji kepekaan dilakukan melalui renovasi laboratorium dan pelatihan petugas laboratorium. Saat ini pemeriksaan biakan dan uji kepekaan dilakukan dengan metode padat dan cair. Waktu tunggu keluarnya hasil pemeriksaan (turn around time) untuk pemeriksaan dengan media cair lebih cepat dengan media padat. Pada tahun 2017 pengembangan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan menggunakan media cair akan dilanjutkankan ke 7(tujuh) laboratorium lain sehingga diharapkan nanti semua laboratorium uji kepekaan yang tersertifikasi dapat memberikan layanan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan menggunakan media cair. Laboratorium yang telah dinyatakan mampu melakukan pemeriksaan biakan sesuai standar perlu dipantau dan dipertahankan kinerjanya secara berkala dan berkesinambungan melalui evaluasi indikator kinerja utama.. Peran LRN BBLK Surabaya sangat penting untuk memonitor kinerja laboratorium biakan melalui kunjungan rutin minimal sekali setahun ke masing-masing laboratorium biakan dan uji kepekaan serta pengumpulan Indikator Kinerja Utama. Pemantauan kinerja laboratorium uji kepekaan dilakukan dengan pengiriman tes panel yang disiapkan dan dianalisis oleh LRN BBLK Surabaya. Berikut adalah indikator untuk kegiatan utama tujuan 3

Indikator 2015 2016 2017 2018 2019 Renovasi Lab 16/46 20/46 30/46 40/46 46/46 Melakukan pelatihan penyiapan media dan biakan untuk semua laboratorium biakan

15 (60%) dari lab biakan (25)

21 (70%) dari lab biakan (30)

28 (80%) dari lab biakan (35)

36 (90%) dari lab biakan (40)

46 (100%) dari lab biakan (46)

Mengembangkan dan menerapkan tools untuk pengumpulan data indikator kinerja utama

20 (80%) dari lab biakan (25)

27 (90%) dari lab biakan (30)

100%) dari lab biakan (35)

100% dari lab biakan (40)

100% dari lab biakan (46)

# jumlah lab biakan yang sudah menerapkan keselamatan dan keamanan kerja dengan optimal

15 (60%) dari lab biakan (25)

21 (70%) dari lab biakan (30)

28 (80%) dari lab biakan (35)

36 (90%) dari lab biakan (40)

46 (100%) dari lab biakan (46)

Melakukan pelatihan MGIT960 untuk pemeriksaan biakan dan uji kepekaan di BBLK Surabaya

6/17 10/17 12/17 13/17 17/17

Mengembangkan uji kepekaan lini satu dan lini dua di semua laboratorium uji kepekaan yang menggunakan MGIT960 melalui pelatihan

4/7 (57%) 7/11 (63%)

10/12 (83%)

13/13 (100%)

17/17 (100%)

Mengembangkan uji kepekaan untuk obat anti-TB baru

N/A 5/11 (45%)

12/12 (100%)

13/13 (100%)

17/17 (100%)

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20205858 

 

5. Pembiayaan Prinsip pembiayaan kegiatan laboratorium dalam Program Penanggulangan TB mengikuti kaidah kaidah yang berlaku dalam sistem pembiayaan kesehatan lainnya. Pembiayaan kesehatan sesuai Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009, Pasal 170 bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan agar meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Jumlah kebutuhan dana untuk kegiatan laboratorium TB selama kurun waktu 2016-2020 disusun dengan kerangka ringkas sebagai berikut; dilakukan hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan dan hasil kegiatan sampai dengan tahun 2015, yang digunakan untuk reformulasi strategi penanggulangan. Selanjutnya disusun rencana kegiatan berdasar 4 (empat) tujuan dan 8 (delapan) strategi dengan pengembangan dan peningkatan kegiatan yang berpatokan pada target untuk meningkatkan kualitas laboratorium TB. Kebutuhan pembiayaan kegiatan laboratorium TB berdasarkan 4 (empat) tujuan secara garis besar digambarkan sebagaimana tabel dan gambar berikut.

Gambar 9. Kebutuhan Dana Kegiatan Laboratorium TB berdasarkan Tujuan

Tahun 2016-2020  

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

5959 

 

Tabel 14. Kebutuhan Dana Kegiatan Laboratorium TB berdasarkan Tujuan Tahun 2016-2020

Tujuan 2016 2017 2018 2019 2020 Tujuan-1 Meningkatkan akses ke pemeriksaan mikroskopis TB yang berkualitas dengan PME yang efektif

2.414.554.301

6.823.150.830

9.960.371.494

8.757.696.123

12.863.851.024

Tujuan-2 Meningkatkan akses dan mengurangi waktu diagnosis dan deteksi resistensi Rifampisin melalui tes cepat

830.726.080.601

785.260.940.667

1.227.084.604.645

1.536.558.725.360

1.823.157.570.223

Tujuan-3 Meningkatkan akses ke laboratorium uji kepekaan OAT lini 1 dan 2 untuk pasien yang berisiko TB RO /TB XDR

12.246.345.950

23.476.888.244

23.879.387.020

17.853.204.460

2.401.348.082

Tujuan-4 Menerapkan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium (SMML)

324.092.472

1.029.187.170

1.817.845.902

1.990.280.712

Sedangkan kebutuhan pembiayaan kegiatan laboratorium TB berdasarkan 8 (delapan) strategi secara garis besar digambarkan sebagaimana tabel dan grafik berikut

Gambar 10. Kebutuhan Dana Kegiatan Laboratorium TB berdasarkan Strategi

Tahun 2016-2020  

 

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-20206060 

 

Tabel 15. Kebutuhan Dana Kegiatan Laboratorium TB berdasarkan Strategi Tahun 2016-2020

Strategi 2016 2017 2018 2019 2020

Strategi 1 Penguatan infrastruktur laboratorium termasuk K3

7.200.000.000

18.000.000.000

18.000.000.000

10.800.000.000

-

Strategi 2 Peningkatan SDM laboratorium termasuk jejaringnya

15.571.728.138

12.773.381.200

20.271.499.583

20.835.206.908

22.605.348.363

Strategi 3 Pengembangan dan pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium

5.076.642.770

6.455.629.730

8.425.564.814

6.629.944.688

4.504.787.098

Strategi 4 Penguatan manajemen logistik termasuk pemeliharaan dan validasi alat

816.445.585.093

775.240.015.639

1.211.591.306.053

1.523.041.005.748

1.807.523.928.757

Strategi 5 Penguatan mekanisme rujukan dan transportasi contoh uji

53.603.236

268.016.180

516.800.000

-

-

Strategi 6 Penguatan sistem informasi laboratorium

1.336.124.087

2.398.832.162

3.542.406.611

3.404.997.311

3.394.073.111

Strategi 7 Pengembangan kerangka kerja peraturan terkait laboratorium

27.390.000

1.454.292.000

394.632.000

448.752.000

394.632.000

Strategi 8 Pengembangan kapasitas riset operasional

- - - - -

Detil perhitungan kebutuhan pembiayaan terdapat di lampiran 3

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

6161 

 

6. Monitoring dan Evaluasi Hasil Kegiatan

Monitoring atau pemantauan adalah pengumpulan dan analisis data program yang dilaksanakan secara rutin, khususnya pada kegiatan implementasi program. Pengumpulan data ini berlangsung terus menerus baik harian, mingguan, bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan tergantung pada jenis data yang dikumpulkan. Pemantauan dilakukan dengan membandingkan hasil dengan target yang telah ditetapkan agar kita dapat mengetahui apakah kita telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan yang kita rencanakan. Dengan demikian, monitoring dapat memberikan peringatan dini apabila timbul masalah ditengah implementasi program, agar dapat segera dilakukan tindakan koreksi. Monitoring bisa dilakukan dengan mengamati laporan yang masuk, baik dalam hal kualitas laporan dari kelengkapan, ketepatan waktu dan akurasi; maupun isi laporan tersebut yang menggambarkan hasil kegiatan program di lapangan. Monitoring bisa juga dilakukan dengan melakukan observasi dengan kunjungan ke lapangan. Evaluasi memberikan informasi spesifik tentang kinerja, merupakan analisis mendalam yang menunjukkan apakah kita akan melanjutkan dengan kinerja seperti sekarang, ataukah harus ditingkatkan. Evaluasi dilakukan lebih jarang, dan memberikan informasi tentang seberapa efektif nya kegiatan yang telah dilaksanakan. Beberapa kegunaan evaluasi yang efektif adalah untuk membantu memahami apa yang sedang terjadi apabila data rutin menunjukkan tren yang kita tidak bisa mengartikan dengan baik. Untuk itulah kita sebaiknya melakukan evaluasi yang efektif.

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202062

62  

7. Referensi Dodd, P.J., Gardiner, E., Coghlan, R., Seddon, J.A., 2014. Burden of childhood

tuberculosis in 22 high-burden countries: a mathematical modelling study. Lancet Glob. Health 2, e453–e459. doi:10.1016/S2214-109X(14)70245-1

Global Laboratory Initiative, 2013. TB Microscopy Network Accreditation. Kementerian Kesehatan RI, 2015a. Survei Prevalensi Tuberkulosis Indonesia 2013-

2014. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta. Kementerian Kesehatan RI, 2015b. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Tuberkulosis

menggunakan alat GeneXpert. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI, 2015c. Buku Petunjuk Teknis Pelayanan TB bagi

Peserta JKN 2015. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI, 2015d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun

2015 tentang AKreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktek Mandiri Dokter dan Tempat Praktek Mandiri Dokter Gigi.

Kementerian Kesehatan RI, 2014a. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI, 2014b. Petunjuk Teknis Manajemen Terpadu Pengendalian Tuberkulosis Resistan Obat. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI, 2014c. Surat Edaran Dirjen Bina Upaya Kesehatan Nomor HK.03.03/I/4002/2014 tentang Perubahan Konsentrasi Reagen Ziehl Neelsen untuk Pemeriksaan Mikroskopis TB.

Kementerian Kesehatan RI, 2014d. Pedoman Tentang Spesifikasi Peralatan dan Suplai Laboratorium TB di Indonesia.

Kementerian Kesehatan RI, 2014e. Peraturan Menteri Kesehatan No 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.

Kementerian Kesehatan RI, 2014f. Peraturan Menteri kesehatan RI nomor 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit.

Kementerian Kesehatan RI, 2011. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1009/Menkes/SK/IX/2011 tentang Laboratorium Rujukan Tuberkulosis Nasional.

Kementerian Kesehatan RI, 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 411/Menkes.PER/III/2010 tentang Laboratorium Klinik.

Kementerian Kesehatan RI, 2009. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 831/Menkes/SK/IX/2009 tentang standar Reagen Ziehl Neelsen.

Lestari, T., Probandari, A., Hurtig, A.-K., Utarini, A., 2011. High caseload of childhood tuberculosis in hospitals on Java Island, Indonesia: a cross sectional study. BMC Public Health 11. doi:10.1186/1471-2458-11-784

Ministry of Health, 2104. National Strategy for Tuberculosis COntrol 2015-2019 Draft version 29.12.14.

Ministry of Health, 2014. National Smear Microscopoy Network Review. Republik Indonesia, 2004. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33

TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH.

World Health Organization, 2015. Global Tuberculosis Report 2015. World Health Organization, 2014. Global Tuberculosis Report 2014. World Health Organization, 2013a. Global Tuberculosis Report 2013.

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

63

63  

World Health Organization, 2013b. Definitions and reporting framework for tuberculosis – 2013 revision.

World Health Organization, 2012. Tuberculosis Laboratory Biosafety Manual. World Health Organization (Ed.), 2004. Laboratory biosafety manual, 3rd ed. ed.

World Health Organization, Geneva.

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202064

1  La

mpi

ran

1. A

nalis

is S

itua

si K

eran

gka

Ker

ja

A. P

emer

iksa

an m

ikro

skop

is :

Men

ingk

atka

n Pe

man

tapa

n M

utu

pem

erik

saan

mik

rosk

opis

BTA

den

gan

dist

em P

ME

yan

g ef

ektif

Topi

k an

alis

is

situ

asi

Situ

asi s

aat

ini

Keb

ijaka

n sa

at

ini/

yang

di

hara

pkan

/sta

ndar

( n

asio

nal/

inte

rnas

iona

l)

Kel

emah

an

utam

a/ke

senj

anga

n So

lusi

Situ

asi L

ab T

B

Pa

da

tahu

n 20

13,

part

isip

asiP

ME

sk

itar

29

-45

%,

hany

a 45

-67%

ya

ng

berk

ualit

as b

aik

Pa

rtis

ipas

i la

b sw

asta

ham

pir

tidak

ad

a at

au

tidak

di

keta

hui

Pa

rtis

ipas

i PM

E

lebi

h da

ri

90%

den

gan

75%

ber

kual

itas

baik

Part

isip

asi

lab

swas

ta

men

ingk

at s

ampa

i se

diki

tnya

50

%

R

enda

hnya

kom

itmen

pol

itis

dan

pend

anaa

n da

ri P

rovi

nsi

dan

Kab

Kot

a

Alur

pen

dana

an y

ang

jela

s

R

enda

hnya

ke

terl

ibat

an

prog

ram

da

n la

yana

n m

ikro

skop

is n

on p

rogr

am

Ti

dak

ada

pend

anaa

n lo

kal

M

engu

atka

n LR

N

Mik

rosk

opis

un

tuk

mem

iliki

ke

pem

impi

nan

dan

kem

ampu

an

tekn

is

untu

k m

empe

rkua

t jej

arin

g

LRN

m

endu

kung

La

b ru

juka

n Pr

ovin

si

mel

alui

ke

giat

an

–ke

giat

an P

ME

Pem

erik

saan

ya

ng

saat

in

i te

rsed

ia

PM

E

deng

an

met

oda

LQAS

un

tuk

pem

erik

saan

m

ikro

skop

is

H

ampi

r se

mua

m

elak

ukan

pe

mer

iksa

aan

mik

rosk

opis

de

ngan

pew

arna

an Z

N t

anpa

uj

i kua

litas

Mik

rosk

op F

luor

esen

s be

lum

di

guna

kan

Se

mua

la

bora

tori

um

mik

rosk

opis

(te

rmas

uk

lab

swas

ta)

haru

s m

elak

sana

kan

pem

anta

pan

mut

u

Seca

ra

bera

ngsu

r m

engi

mpl

emen

tasi

kan

peng

guna

an

mik

rosk

op

Fluo

rese

ns

di

selu

ruh

Indo

nesi

a

R

enda

hnya

kom

itmen

pol

itis

dan

pend

anaa

n da

ri P

rovi

nsi

dan

Kab

Kot

a

Tida

k ad

a ke

rjas

ama

deng

an

labo

rato

rium

non

pro

gram

/

lab

swas

ta

B

elum

ada

str

ateg

i na

sion

al

untu

k m

ikro

skop

Flu

orse

ns

LQ

AS b

ukan

sat

u-sa

tuny

a pi

lihan

un

tuk

PME

Lab

ruju

kan

inte

rmed

iate

ha

rus

berf

ungs

i

Mem

bang

ung

kerj

asam

a di

tin

gkat

na

sion

al m

elal

ui k

ebija

kan

M

emba

ngun

da

n m

engi

mpl

emen

tasi

kan

di

tingk

at

Prov

insi

Stru

ktur

Je

jari

ng

Je

jari

ng

nasi

onal

te

lah

dite

tapk

an

Pa

rtis

ipas

i La

b sw

asta

tid

ak

ada

/ tid

ak d

iket

ahui

Pa

rtis

ipas

i La

b sw

asta

m

enin

gkat

sam

pai

sedi

kitn

ya

50%

R

enda

hnya

ke

terl

ibat

an

anta

ra p

orgr

am d

an l

ayan

an

mik

rosk

opis

non

pro

gram

Labo

rato

rium

pa

da

jenj

angn

ya

tidak

m

engg

amba

rkan

kom

pete

nsi

St

rukt

ur

jeja

ring

tid

ak

leng

kap

kare

na

ketid

akse

suai

an

kom

pete

nsi

yang

dib

utuh

kan

dan

sum

ber

daya

labo

rato

rium

M

emba

ngun

ke

rjas

ama

di

tingk

at

nasi

onal

mel

alui

keb

ijaka

n

Peng

emba

ngan

da

n im

plem

enta

si

di t

ingk

at p

rovi

nsi

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

65

2  To

pik

anal

isis

si

tuas

i Si

tuas

i saa

t in

i K

ebija

kan

saat

in

i/ya

ng

diha

rapk

an/s

tand

ar

( nas

iona

l/in

tern

asio

nal)

Kel

emah

an

utam

a/ke

senj

anga

n So

lusi

Infr

astu

ktur

H

ampi

r se

mua

la

bora

tori

um

mem

iliki

in

fras

tukt

ur

yang

cu

kup

untu

k pe

mer

iksa

an

mik

rosk

opis

Infr

astr

uktu

r di

la

b sw

asta

tid

ak d

iket

ahui

Peng

guna

an

mik

rosk

op

fluor

eses

ns

tidak

m

emer

luka

n pe

ning

kata

n in

fras

truk

tur

Se

bagi

an

besa

r la

b tid

ak

mem

iliki

sta

ndar

pro

sedu

r

Lab

swas

ta h

arus

mem

enuh

i sy

arat

min

imum

infr

astu

ktur

Keb

ijaka

n ya

ng

jela

s ha

rus

dike

mba

ngka

n un

tuk

peng

guna

an

mik

rosk

op

fluor

esen

s

Ti

dak

ada

kese

njan

gan

yang

be

sar

Ti

dak

dike

tahu

i ad

anya

ke

senj

anga

n

Tida

k ad

a ke

senj

anga

n ya

ng

besa

r

M

enge

mba

ngka

n st

rate

gi

untu

k m

enen

tuka

n an

alis

is

kese

njan

gan

di la

bora

tori

um s

was

ta

M

engi

dent

ifika

si k

esen

jang

an y

ang

ada

dan

cara

un

tuk

men

ghila

ngka

nnya

Sum

ber

Day

a M

anus

ia

Ju

mla

h te

knis

i te

rlat

ih t

idak

se

suai

de

ngan

ju

mla

h la

yana

n la

bora

tori

um

K

ecep

atan

pe

rgan

tian

staf

f ya

ng t

ingg

i ka

rena

keb

ijaka

n pe

mer

inta

h te

ntan

g ro

tasi

pe

gaw

ai

K

ecep

atan

pe

rgan

tian

staf

f ya

ng t

ingg

i

Tida

k te

rsed

iany

a ju

mla

h st

aff

deng

an

kebu

tuha

n je

jari

ng

B

anya

k te

knis

i la

bora

tori

um

deng

an

pend

idik

an

yang

tid

ak s

esua

i sta

ndar

D

iting

kat

pusa

t,

tela

ah

kebi

jaka

n ro

tasi

Men

gem

bang

kan

stru

ktur

ka

rir

untu

k st

aff l

abor

ator

ium

Pem

elih

araa

n da

n ka

libra

si

alat

la

bora

tori

um

Te

lah

ters

edia

pe

tunj

uk

tekn

is

pem

elih

araa

n m

ikro

skop

Pem

elih

araa

n m

inim

al

berk

ala

tidak

dila

kuka

n

Te

knis

i La

bora

tori

um

TB

dapa

t m

elak

sana

kan

pem

elih

araa

n st

anda

r ya

ng

min

imal

Pe

mel

ihar

aan

alat

yan

g tid

ak

sesu

ai s

tand

ar

Ti

dak

ada

info

rmas

i ya

ng

ters

edia

te

ntan

g ko

ndis

i m

ikro

skop

Tida

k ad

a ko

ntra

k ke

rjas

ama

de

ngan

age

n pe

mel

ihar

aan

Te

rsed

ia a

lat d

an lo

gist

ik

M

embu

at

kont

rak

untu

k pe

mel

ihar

aan

mik

rosk

op

seca

ra

berk

ala

Sist

em

Man

ajem

en

Mut

u La

bora

tori

um

(SM

ML)

dal

am

Jeja

ring

La

bora

tori

um

Pa

da t

ahun

201

3 pa

rtis

ipas

i PM

E s

ekita

r 29

– 4

5% d

an

hany

a 45

-6

7%

berk

ualit

as

baik

Tida

k ad

a la

bora

tori

um

swas

ta

yang

be

rpar

tisip

asi

dala

m S

MM

L

Pa

rtis

ipas

i PM

E

lebi

h da

ri

90%

da

n 75

%

berk

ualit

as

baik

LRN

da

n La

b ru

juka

n pr

ovin

si

haru

s m

emili

ki

sert

ifika

t SM

ML

Pa

rtis

ipas

i PM

E l

abor

ator

ium

R

enda

hnya

ko

mitm

en

di

tingk

at p

rovi

nsi

dan

kabk

ota

terh

adap

PM

E m

ikro

skop

is

Al

ur d

ana

jela

s

Ren

dahn

ya

kete

rlib

atan

an

tara

la

yana

n m

ikro

skop

is

prog

ram

dan

non

pro

gram

Im

plem

enta

si

renc

ana

akre

dita

si

lab

mik

rosk

opis

ses

uai

deng

an 1

1 st

anda

r G

LI

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202066

3  To

pik

anal

isis

si

tuas

i Si

tuas

i saa

t in

i K

ebija

kan

saat

in

i/ya

ng

diha

rapk

an/s

tand

ar

( nas

iona

l/in

tern

asio

nal)

Kel

emah

an

utam

a/ke

senj

anga

n So

lusi

swas

ta

m

enin

gkat

se

tidak

nya

50%

Man

ajem

en

Alat

da

n Lo

gist

ik

Labo

rato

rium

TB

Ja

rang

te

rjad

i ke

habi

san

logi

stik

Situ

asi

logi

stik

di

la

bora

tori

um

swas

ta

tidak

di

keta

hui

M

ikro

skop

Flu

ores

ens

belu

m

bero

pera

si

Te

rsed

ia

stan

dar

spes

ifika

si

alat

da

n lo

gist

ik

untu

k la

bora

tori

um m

ikro

skop

is T

B

La

bora

tori

um

mem

iliki

ku

alita

s ba

han

habi

s pa

kai

dan

reag

en y

ang

cuku

p ba

ik

La

bora

tori

um

swas

ta

haru

s m

emili

ki j

umla

h ba

han

habi

s pa

kai d

an r

eage

n ya

ng c

ukup

Sem

ua

labo

rato

rium

ha

rusa

m

emili

ki

akse

s te

rhad

ap

baha

n ha

bis

paka

i da

n re

agen

den

gan

kual

itas

yang

ba

ik

Lo

gist

ik

untu

k pe

mer

iksa

an

tidak

ter

stan

dar

K

ualit

as

baha

n ha

bis

paka

i da

n re

agen

ber

vari

asi

M

enge

mba

ngka

n m

ekan

ism

e un

tuk

mem

erik

sa

kual

itas

baha

n ha

bis

paka

i dan

rea

gen

Man

ajem

en

Info

rmas

i da

n D

ata

Le

bih

kura

ng .

...%

lab

tid

ak

mel

apor

at

au

mel

apor

kan

data

ya

ng

tidak

le

ngka

p ke

tin

gkat

nas

iona

l

TB

12

elek

tron

ik

hany

a di

guna

kan

di d

aera

h te

rten

tu

Ti

dak

ada

lapo

ran

dari

la

b sw

asta

Se

mua

la

b m

elap

orka

n ke

pr

ovin

si

dan

prov

insi

m

elap

orka

n ke

Sub

dit

P2 T

B

70

%

dari

la

b ru

juka

n uj

i si

lang

m

elap

orka

n PM

E

deng

an

men

ggun

akan

E

TB

12

M

engi

kuts

erta

kan

sem

ua l

ab

swas

ta k

edal

am p

rogr

am

U

mpa

n ba

lik

PME

sa

ngat

la

ma

atau

tid

ak a

da

Im

plem

enta

si

eTB

12

di

se

luru

h pr

ovin

si

R

evis

i m

odel

pe

lapo

ran

dari

la

bora

tori

um d

i je

njan

g ya

ng l

ebih

re

ndah

ke

je

njan

g la

bora

tori

um

yang

lebi

h tin

ggi (

LRN

)

Mem

bang

un

kerj

asam

a di

tin

gkat

na

sion

al

mel

alui

pe

ngem

bang

an

kebi

jaka

n da

n im

plem

enta

si

di

jenj

ang

prov

insi

Si

stem

R

ujuk

an

Con

toh

Uji

Unt

uk

Jeja

ring

La

bora

tori

um

Si

stem

ruj

ukan

dar

i la

yana

n PS

ke

PRM

tela

h di

tent

ukan

PS

te

lah

men

giri

mka

n se

diaa

n ha

pusa

n da

hak

ke

PRM

, har

ian

Pe

ngir

iman

ke

PR

M

dila

kuka

n se

cara

ko

lekt

if,

tidak

set

iap

hari

Pend

anaa

n ?

R

evis

i ke

bija

kan

dan

men

gem

bang

kan

petu

njuk

te

knis

pe

ngir

iman

sed

iaan

/ c

onto

h uj

i

Ris

et

Ope

rasi

onal

La

bora

tori

um

TB

Ti

dak

ada

renc

ana

rise

t at

au

impl

emen

tasi

ri

set

oper

asio

nal

N

/A

N

/A

N

/A

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

67

4  To

pik

anal

isis

si

tuas

i Si

tuas

i saa

t in

i K

ebija

kan

saat

in

i/ya

ng

diha

rapk

an/s

tand

ar

( nas

iona

l/in

tern

asio

nal)

Kel

emah

an

utam

a/ke

senj

anga

n So

lusi

Aspe

k Le

gal

dan

Tela

ah

Keb

ijaka

n

Pr

otok

ol

tekn

is

pela

ksan

aan

PME

be

ruba

h se

suai

te

laah

ke

giat

an

mik

rosk

opis

se

cara

na

sion

al

Sp

esifi

kasi

na

sion

al

untu

k al

at,

baha

n ha

bis

paka

i da

n re

agen

tel

ah te

rsed

ia

Ti

dak

ada

keha

rusa

n un

tuk

mel

apor

kan

kasu

s B

TA p

ositi

f

R

evis

i pr

otok

ol

PME

da

n di

perg

unak

an s

ecar

a na

sion

al

Al

ur p

elap

oran

?

Sp

esifi

kasi

na

sion

al

untu

k al

at,

baha

n ha

bis

paka

i da

n re

agen

ha

rus

dipa

tuhi

de

ngan

bai

k

Sem

ua

kasu

s TB

ha

rus

dila

pork

an k

epad

a Su

bdit

P2

TB

D

i je

njan

g pr

ovin

si

pela

ksan

aan

tekn

is

pem

erik

sana

an

BTA

m

asih

le

mah

Spes

ifika

si

nasi

onal

un

tuk

alat

, ba

han

habi

s pa

kai

dan

reag

en t

idak

dip

atuh

i

Tida

k ad

a ke

haru

san

pela

pora

n ka

sus

TB

M

enga

dops

i pr

otok

ol

PME

ya

ng

tela

h di

rev

isi d

i jen

jang

pro

vins

i

Sper

sifik

asi

nasi

onal

unt

uk u

ntuk

al

at,

baha

n ha

bis

paka

i da

n re

agen

di

patu

hi

K

ehar

usan

m

elak

sana

kan

pela

pora

n ka

sus

TB

Sist

em

Pend

anaa

n U

ntuk

La

yana

n

Labo

rato

rium

TB

M

enet

apka

n al

okas

i da

na

dari

pus

at k

e pr

ovin

si d

an k

e je

njan

g ka

bupa

ten

kota

Pe

ndan

aan

yang

cu

kup

untu

k pe

laks

anaa

n pe

mer

iksa

an

mik

rosk

opis

da

n PM

E

Pe

nyer

apan

dan

a da

ri t

ingk

at

nasi

onal

re

ndah

ya

ng

berp

enga

ruh

terh

adap

pe

laya

nan

pasi

en

M

enge

mba

ngka

n si

stem

pe

nyer

apan

ya

ng

lebi

h ef

isie

n sa

mpa

i ke

jenj

ang

yang

ter

enda

h

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202068

5   B

. Te

s ce

pat u

ntuk

TB

MD

R/X

DR

-TB

: M

enin

gkat

kan

akse

s di

agno

sis

labo

rato

rium

tes

cep

at u

ntuk

pas

ien

deng

an r

esik

o TB

M

DR

/XD

R T

B ,

pasi

en H

IV te

rdug

a TB

, ter

duga

TB

ana

k da

n TB

Eks

tra

Paru

Topi

k an

alis

is

situ

asi

Situ

asi s

ekar

ang

Keb

ijaka

n sa

at

ini/

yang

di

hara

pkan

/sta

ndar

( n

asio

nal/

inte

rnas

iona

l)

Kel

emah

an U

tam

a So

lusi

Situ

asi

anal

isis

sp

esifi

k la

bora

tori

um

TB

LR

N-M

olek

ule

r (M

ikro

biol

ogi

UI)

bert

angg

ung

jaw

ab u

ntu

k pe

nila

ian

labo

rato

riu

m,

pela

tiha

n, Q

A,

peng

um

pula

n da

n an

alis

is

data

, se

rta

um

pan

balik

u

ntu

k m

itra

N

TP

H

anya

ter

dapa

t 41

per

angk

at

TCM

di 2

8 pr

ovin

si

Ta

mba

han

42

pera

ngka

t,

TCM

2-

mod

ul

akan

ti

ba

sebe

lum

ak

hir

2015

da

n ak

an d

idis

trib

usi

kan

Te

rsed

ia

kebi

jaka

n pe

ndu

kung

m

enge

nai

peng

guna

an

alat

TC

M,

mis

alny

a,

kete

rsed

iaan

al

gori

tma

TCM

u

ntu

k pe

mer

iksa

an

TB

RO

da

n te

rdu

ga T

B-H

IV

Te

rsed

ia

petu

nju

k pe

laks

anaa

n da

n te

knis

u

ntu

k TC

M

Te

rdap

at

setid

akny

a 1

alat

TC

M d

i se

tiap

kab

upa

ten

di

Indo

nesi

a

TC

M d

igu

naka

n u

ntu

k (i)

TB

R

O d

an t

erdu

ga H

IV T

B,

(ii)

kasu

s pa

da a

nak,

(iii)

ba

han

cont

oh u

ji ya

ng b

eras

al d

ari

ekst

rapa

ru,

dan

(iv)

Has

il A

FB n

egat

if da

n ka

sus

baru

TB

pa

ru

LR

N-M

olek

ule

r (M

ikro

biol

ogi

UI)

tida

k cu

kup

men

unj

ukk

an

pera

nnya

; fo

kus

pada

pen

gelo

laan

dat

a da

n pe

mel

ihar

aan

pera

lata

n,

teru

tam

a ke

tika

ju

mla

h pe

rang

kat

men

ingk

at

Pe

nggu

naan

TC

M

mas

ih

terb

atas

u

ntu

k te

rdu

ga

TB

RO

saj

a

Te

rtu

ndan

ya

duku

ngan

u

ntu

k u

ji TC

M p

ada

kasu

s TB

ana

k

Pr

oses

ya

ng

lam

ban

unt

uk

peng

ujia

n da

ri b

ahan

con

toh

uji

ekst

rapa

ru

Si

stem

tr

ansp

orta

si

baha

n co

ntoh

uji

ke l

ab T

CM

tid

ak

efek

tif d

an t

erja

min

.

Peng

guna

an a

lat

TCM

mas

ih

kura

ng o

ptim

um

di b

eber

apa

lab:

aks

es j

arin

gan

ekst

erna

l su

lit d

an p

embi

ayaa

n

M

enge

mba

ngka

n pe

rcon

toha

n TC

M

berb

asis

pr

ovin

si

(pen

gelo

laan

da

ta,

trai

ning

, pe

mel

ihar

aan

alat

, da

n ka

libra

si),

sepe

rti

stru

ktu

r pa

da ja

ring

an m

ikro

skop

is.

M

enca

pai

seti

dakn

ya

1 al

at

TCM

di

seti

ap k

abu

pate

n di

In

done

sia

pada

tah

un

2019

, de

ngan

m

emas

tika

n ka

pasi

tas

diag

nosi

s be

rkai

tan

deng

an

kapa

sita

s pe

ngol

ahan

.

Pela

ksan

aan

TCM

u

ntu

k ka

sus

TB

anak

da

n ek

stra

paru

Mem

perk

uat

si

stem

e-

TB

man

ager

s da

n ap

likas

i pe

ndu

kung

la

inya

u

ntu

k la

pora

n ak

tusl

TC

M,

sepe

rti

GX

SM

S /

GX

Ale

rt.

M

enge

mba

ngka

n st

rate

gi d

an

sist

em

tran

spor

tasi

ba

han

cont

oh

uji

nasi

onal

pa

da

selu

ruh

ting

kat

labo

rato

riu

m

Tes

TB

dan

caku

pan

laya

nan

A

lat

TCM

di

tem

patk

an

seti

dakn

ya d

i 1

rum

ah s

akit

di

se

tiap

pr

ovin

si

yang

ca

kupa

n la

yana

nnya

m

enca

pai

ting

kat

kabu

pate

n

Pe

nem

pata

n al

at

TC

per

kabu

pate

n pa

da a

khir

tah

un

2019

(500

kab

upa

ten)

TCM

di

guna

kan

unt

uk

Pe

nggu

naan

TC

M

mas

ih

terb

atas

u

ntu

k te

rdu

ga

TB

RO

saj

a

Te

rtu

ndan

ya

duku

ngan

M

enca

pai

setid

akny

a 1

alat

TC

M d

i se

tiap

kab

upa

ten

di

Indo

nesi

a pa

da t

ahu

n 20

19,

deng

an

mem

asti

kan

kapa

sita

s di

agno

sis

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

69

6  To

pik

anal

isis

si

tuas

i Si

tuas

i sek

aran

g K

ebija

kan

saat

in

i/ya

ng

diha

rapk

an/s

tand

ar

( nas

iona

l/in

tern

asio

nal)

K

elem

ahan

Uta

ma

Solu

si

pe

mer

iksa

an

(i) T

B R

O d

an

terd

uga

TB

HIV

, (ii

) k

asu

s an

ak,

(iii)

bah

an c

onto

h u

ji ya

ng

bera

sal

dari

ek

stra

paru

, da

n (iv

) H

asil

AFB

neg

atif

dan

kasu

s ba

ru

TB

paru

unt

uk

uji

TCM

pad

a ka

sus

TB a

nak

Pros

es

yang

la

mba

n u

ntu

k pe

ngu

jian

dari

bah

an c

onto

h u

ji ek

stra

paru

Sist

em

tran

spor

tasi

ba

han

cont

oh u

ji ke

lab

TC

M t

idak

ef

ekti

f dan

ter

jam

in.

A

rea

pasi

en y

ang

Jau

h da

ri

fask

es

deng

an

TCM

m

empe

rsu

lit

akse

s pe

laya

n TC

M

berk

aita

n de

ngan

ka

pasi

tas

peng

olah

an.

Pe

ngaj

uan

unt

uk

peng

guna

an

TCM

pad

a ba

han

cont

oh u

ji ya

ng

bera

sal

dari

pa

sien

de

ngan

HIV

Pela

ksan

aan

TCM

u

ntu

k ka

sus

TB

anak

da

n ek

stra

paru

Men

gem

bang

kan

stra

tegi

da

n si

stem

tr

ansp

orta

si

baha

n co

ntoh

u

ji na

sion

al

pada

se

luru

h ti

ngka

t la

bora

tori

um

Stru

ktu

r je

jari

ng la

b TB

Pa

da

um

um

nya,

se

mu

a in

fras

tru

ktu

r di

la

b TC

M

mem

enu

hi

stan

dard

ya

ng

dibu

tuhk

an. H

anya

beb

erap

a la

b sa

ja y

ang

mem

butu

hkan

pe

ning

kata

n se

pert

i m

enyi

apka

n:

peny

edia

da

ya

stab

il,

vent

ilasi

, da

n A

C

(<30

°C)

Se

tiap

la

b TC

M

haru

s m

emen

uhi

sy

arat

st

anda

rd

unt

uk

peng

inst

alan

m

esin

TC

M

B

eber

apa

kend

ala

dala

m

mem

perc

epat

pe

rlu

asan

ja

rina

gn T

CM

Hu

bung

an

anta

ra

diag

nosi

s da

n ka

pasi

tas

peng

elol

aan

belu

m

terh

arm

onis

asi

deng

an b

aik

M

enge

mba

ngka

n pe

rcon

toha

n TC

M b

erba

sis

prov

insi

unt

uk

pela

tiha

n da

n pe

ngaw

asan

Men

gem

bang

kan

stra

tegi

da

n si

stem

tr

ansp

orta

si

baha

n co

ntoh

u

ji na

sion

al

pada

sel

uru

h ti

ngka

t

SDM

la

bora

tori

um

TB

Pe

nyed

iaan

st

af

di

setia

p la

bora

tori

um

yan

g be

rvar

iasi

da

ri

jum

lah

dan

kebu

tuha

nnya

Tiap

la

b TC

M

mem

iliki

st

af

terl

atih

ya

ng

cuku

p u

ntu

k m

ence

gah

tert

und

anya

pe

laks

anaa

n TC

M

kare

na

kura

ngny

a st

af.

St

af

terl

atih

TC

M

mas

ih

mu

ltifu

ngsi

di l

abor

ator

ium

Rot

asi

staf

TC

M k

e ar

ea l

ain

atau

pe

ngu

ndu

ran

diri

st

af

TCM

Ku

rang

nya

peng

awas

la

b pa

da t

ingk

at p

usa

t

Pa

stik

an

TCM

m

eru

paka

n ke

giat

an

prio

rita

s di

lab

K

apas

itas

m

emad

ai

unt

uk

pela

tiha

n TC

M

M

enge

mba

ngka

n pe

rcon

toha

n TC

M

berb

asis

pr

ovin

si u

ntu

k pe

lati

han

dan

peng

awas

an

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202070

7  To

pik

anal

isis

si

tuas

i Si

tuas

i sek

aran

g K

ebija

kan

saat

in

i/ya

ng

diha

rapk

an/s

tand

ar

( nas

iona

l/in

tern

asio

nal)

K

elem

ahan

Uta

ma

Solu

si

Pem

elih

araa

n al

at

dan

kalib

rasi

la

b TB

Pe

mel

ihar

aan

dan

kalib

rasi

di

pand

u

mel

alu

i Lo

cal

Serv

ice

Prov

ider

(LS

P) p

usat

ya

ng d

itu

nju

k ol

eh p

embu

at

TCM

(C

ephe

id)

tanp

a m

asu

kan

dari

N

TP

atau

m

itra

lain

nya.

Se

mu

a m

odu

l ha

rus

berf

ung

si

dan

dika

libra

si,

sert

a m

engo

ntro

l kon

disi

ala

t de

ngan

pen

gece

kan

ruti

n

B

anya

k LS

P te

rpili

h ti

dak

sang

gup

men

anga

ni

pem

elih

araa

n ke

selu

ruha

n pe

rang

kat

TCM

yan

g ad

a di

In

done

sia

Ik

uti

m

odel

pe

rcon

toha

n di

ti

ngka

t Pr

ovin

si

unt

uk

men

duku

ng

pem

elih

araa

n da

n ka

libra

si a

lat

TCM

Men

ingk

atka

n ke

rjas

ama

deng

an

LSP

unt

uk

men

duku

ng

dese

ntra

lisas

i pe

mel

ihar

aan

dan

kalib

rasi

Si

stem

M

anaj

emen

M

utu

La

bora

tori

um

(S

MM

L)

Sa

at i

ni t

idak

ada

SM

ML

di

Indo

nesi

a

Ja

ring

an

TCM

di

awas

i di

ti

ngka

t na

sion

al

oleh

la

bora

tori

um

te

rser

tifik

asi

SMM

L

Pr

ogre

s la

mba

n da

lam

m

enye

leng

gara

kan

pela

tiha

n u

ntu

k

sert

ifika

si

SMM

L u

ntu

k la

bora

tori

um

di

In

done

sia

M

empe

rcep

at

pela

ksan

aan

SMM

L

Pera

lata

n la

b TB

da

n m

anaj

emen

pe

nyed

iaan

Pe

mbe

lian

pera

lata

n da

n pe

rlen

gkap

an t

erpu

sat

Pe

laks

anaa

n LS

P

di

Indo

nesi

a

Sist

em

man

ajem

en

data

u

ntu

k m

enge

tahu

i be

ban

kerj

a TC

M,

KPI

, da

n pe

laks

anaa

n lo

gist

ik

M

ekan

ism

e pe

mbe

lian

efis

ien

unt

uk

men

ghin

dari

ke

terl

amba

tan

biro

kras

i

LSP

men

yedi

akan

laya

nan

ke

jari

ngan

TC

M t

epat

wak

tu

Se

mu

a la

bora

tori

um

TC

M

men

ggu

naka

n si

stem

m

anaj

emen

dat

a ke

tin

gkat

op

tim

al

Pr

oses

bir

okra

si m

emer

luka

n w

aktu

u

ntu

k m

embe

li pe

rala

tan

dan

baha

n ha

bis

paka

i, se

hing

ga

dapa

t m

enga

kiba

tkan

ke

terl

amba

tan

bara

ng

data

ng

dan

beri

siko

ha

bisn

ya

stok

di

ja

ring

an.

Sela

in

itu

, be

risi

ko

juga

te

rjad

inya

ke

terl

amba

tan

dala

m m

engg

anti

mod

ul

LS

P m

asih

men

gem

bang

kan

kapa

sita

s pe

ngel

olaa

n m

esin

TC

M

yang

m

enga

lam

i pe

ning

kata

n be

sar

di

Indo

nesi

a

Sist

em

man

ajem

en

data

u

ntu

k lo

gist

ik

TCM

ti

dak

digu

naka

n ol

eh

sem

ua

lab

TCM

M

enge

mba

ngka

n pr

oses

bi

rokr

asi

yang

efis

ien

unt

uk

pem

belia

n pe

rala

tan

dan

baha

n ha

bis

paka

i

Cep

heid

m

endu

kung

A

SP

loka

l u

ntu

k m

enin

gkat

kan

kapa

sita

s u

ntu

k m

emen

uhi

pena

ngan

an 5

00 m

esin

TC

M

pada

akh

ir 2

019

M

enin

gkat

kan

akse

sibi

litas

si

stem

man

ajem

en d

ata

TCM

LRN

m

enge

mba

ngka

n st

rate

gi

peni

ngka

tkan

pe

lapo

ran

data

ya

ng

tepa

t w

aktu

, ba

ik

pela

opra

n be

rbas

is

kert

as

mau

pun

elek

tron

ik.

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

71

8  To

pik

anal

isis

si

tuas

i Si

tuas

i sek

aran

g K

ebija

kan

saat

in

i/ya

ng

diha

rapk

an/s

tand

ar

( nas

iona

l/in

tern

asio

nal)

K

elem

ahan

Uta

ma

Solu

si

Pe

ncat

atan

da

n pe

lapo

ran

(ber

basi

s ke

rtas

da

n el

ektr

onik

) m

asih

di

ba

wah

st

anda

rd

Sist

em

ruju

kan

baha

n u

ji u

ntu

k ja

ring

an

lab

TB

Si

stem

ru

juka

n co

nton

ba

han

uji

yang

di

kem

bang

kan

oleh

JS

I-D

ELI

VE

R

saat

in

i da

lam

ta

hap

peng

emba

ngan

St

rate

gi n

asio

nal

peng

irim

an

cont

oh b

ahan

uji

yang

am

an,

hand

al,

cepa

t,

dan

berk

elan

juta

n u

ntu

k se

mu

a ti

ngka

t la

bora

tori

um

Ja

ring

an

pela

yana

n TC

M

mas

ih

buru

k m

elih

at m

ekan

ism

e ru

juka

n co

ntoh

ba

han

uji

saat

ini

JS

I-D

ELI

VE

R

men

gam

bil

pem

bela

jara

n da

ri

stu

di

perc

onto

han

dan

men

gem

bang

kan

mek

anis

me

unt

uk

mem

perl

uas

m

odel

ya

ng

dim

odifi

kasi

te

rseb

ut

unt

uk

ting

kat

nasi

onal

Ris

et

oper

asio

nal

lab

TB

M

elak

uka

n pr

omo

hoc

seca

ra

kele

mba

gaan

da

n bu

kan

atas

pe

rmin

taan

Pr

ogra

m

Peng

enda

lian

TB

Nas

iona

l

R

iset

op

eras

iona

l ya

ng

rele

van

unt

uk

men

jaw

ab

pert

anya

an-p

erta

nyaa

n da

ri

Prog

ram

Pe

ngen

dalia

n TB

N

asio

nal

R

iset

op

eras

iona

l ya

ng

dila

kuka

n ti

dak

men

jaw

ab

pert

anya

an-p

erta

nyaa

n da

ri

Prog

ram

Pe

ngen

dalia

n TB

N

asio

nal

R

iset

ope

rasi

onal

difo

kusk

an

men

jaw

ab

kebu

tuha

n pr

ogra

m.

Asp

ek

huku

m

dan

Keb

ijaka

n

K

emen

kes

men

duku

ng

peng

guna

an

TCM

u

ntu

k di

agno

sis

TB M

DR

/XD

R

Pr

ogra

m

Peng

enda

lian

TB

Nas

iona

l m

endu

kung

re

kom

enda

si

WH

O

unt

uk

mel

aku

kan

TCM

K

onsi

sten

si

kebi

jaka

n TC

M

di s

elu

ruh

jari

ngan

Ket

erla

mba

tan

kare

na

men

ung

gu

pers

etu

juan

Pr

ogra

m

Peng

enda

lian

TB

Nas

iona

l u

ntu

k pe

nggu

naan

TC

M

bagi

ka

sus

anak

an

d ba

han

uji

ekst

rapa

ru

Te

rbat

asny

a pe

nggu

naan

TC

M u

ntu

k pa

sien

HIV

Pe

rset

uju

an

yang

ce

pat

unt

uk

peng

guna

an T

CM

bag

i ka

sus

anak

an

d ba

han

uji

extr

apar

u

Peng

aju

an

unt

uk

pena

mba

han

peng

guna

an

TCM

u

ntu

k di

agno

sis

TB

pada

pas

ien

HIV

Pem

biay

aan

laya

nan

lab

TB

Pe

mbi

ayaa

n TC

M

bera

sal

dari

da

na

Prog

ram

TB

da

n pe

ndon

or a

sing

(GF)

Pem

biay

aan

penu

h ol

eh

dana

lo

kal

dan

tida

k be

rgan

tung

pad

a pe

ndon

or a

sing

TCM

di

biay

ai

oleh

B

PJS

Kes

ehat

an

Pe

ndon

or

berk

elan

juta

n m

embi

ayai

se

cara

pe

nuh

pem

biay

aan

TCM

B

eral

ih k

e pe

ndaa

nan

penu

h m

engg

una

kan

dana

loka

l

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202072

9  

C

. La

bora

tori

um

Bia

kan/

Uji

Kep

ekaa

n: M

enin

gkat

kan

akse

s di

agno

sis

labo

rato

riu

m b

iaka

n &

uji

kepe

kaan

Topi

k an

alis

is

situ

asi

Situ

asi s

ekar

ang

Keb

ijaka

n sa

at

ini/

yang

di

hara

pkan

/sta

ndar

( n

asio

nal/

inte

rnas

iona

l)

Kel

emah

an U

tam

a So

lusi

Ana

lisis

si

tuas

i lab

TB

B

BLK

Su

raba

ya

dipi

lih

seba

gai

LRN

bia

kan

dan

uji

kepe

kaan

ya

ng

mem

butu

hkan

ke

ahlia

n ti

nggi

Bia

kan

dan

uji

kepe

kaan

TB

su

dah

berj

alan

bai

k

5 la

b te

rser

tifik

asi

unt

uk

uji

kepe

kaan

lini

1 d

an li

ni 2

6 la

b te

rser

tifik

asi

unt

uk

uji

kepe

kaan

lini

1

2

lab

dala

m

prog

ress

se

rtifi

kasi

5 la

b da

lam

ta

hap

awal

pe

mba

ngu

nan

O

pera

sion

al b

iaka

n ca

ir p

ada

6/11

lab

ters

erti

fikas

i

Han

ya b

eber

apa

lab

biak

an

yang

fu

ngsi

onal

se

suai

st

anda

rd y

ang

diep

erlu

kan

B

BLK

Su

raba

ya

akan

m

elan

jutk

an

seba

gai

LRN

bi

akan

dan

uji

kepe

kaan

Pada

akh

ir 2

019,

ber

enca

na

palin

g ti

dak

mem

iliki

: o

Satu

la

b bi

kan

TB

ters

erti

fikas

i per

pro

vins

i

o 18

la

b te

rser

tifik

asi

deng

an

kapa

sita

s u

ji ke

peka

an

o Si

stem

ku

ltu

r ca

ir

digu

naka

n di

sem

ua

lab

uji

kepe

kaan

Lab

ters

ertii

fikas

i da

pat

men

jaga

ku

alit

as p

elay

anan

Sem

ua

lab

non-

prog

ram

/sw

asta

te

rmas

uk

dala

m k

egia

tan

EQ

A

Pe

nund

aan

yang

te

rjad

i ka

rena

men

ungg

u s

erti

fikas

i la

b bi

akan

dan

uji

kepe

kaan

ya

ng b

aru

Ku

rang

op

tim

alny

a pe

ngir

iman

re

agen

da

ri

BD

u

ntu

k m

edia

ca

ir,

pem

elih

araa

n pe

rala

tan

lab,

pe

nyed

iaan

ba

han

habi

s pa

kai

dan

reag

en

yang

m

asih

ren

dah

La

b ya

ng t

idak

ter

sert

ifika

si

men

yeba

bkan

re

ndah

nya

mu

tu

hasi

l u

ji bi

akan

da

n u

ji ke

peka

an

B

eban

ker

ja p

ada

lab

biak

an

dan

uji

kepe

kaan

sw

asta

ya

ng t

idak

dik

etah

ui

Pr

oses

pe

mba

ngu

nan

tam

baha

n la

bora

tori

um

yan

g ra

sion

al s

esua

i kap

asit

as

B

D m

enin

gkat

kan

pela

yana

n pe

ngir

iman

u

ntu

k la

bora

tori

um

di I

ndon

esia

Pem

anta

pan

stra

tegi

u

ntu

k m

emge

valu

asi

dan

men

sers

tika

si

kine

rja

lab

biak

an d

an u

ji ke

peka

an

M

endo

rong

ke

terl

ibat

an

lab

non-

prog

ram

/sw

asta

da

lam

pe

lati

han

dan

pros

es

EQ

A

dan

lab

ters

ebu

t tu

rut

men

yedi

akan

da

ta

unt

uk

Prog

ram

Pe

ngen

dalia

n TB

N

asio

nal

Pem

erik

saan

ya

ng

ters

edia

da

n ca

kupa

nnya

Te

rbat

asny

a pe

nggu

naan

bi

akan

TB

se

baga

i al

at

diag

nosi

s

Han

ya

5/11

la

b u

ji ke

peka

an t

erse

rtifi

kasi

yan

g m

enye

diak

an

uji

kepe

kaan

lin

i 2

B

iaka

n da

n u

ji ke

peka

an

men

guna

kan

med

ia

pada

t (L

J)

and

liqu

id

(MG

IT),

berd

asar

kan

man

ual

te

knis

M

enin

gkat

kan

peng

guna

an

biak

an

unt

u

diag

nose

TB

te

rmas

uk

unt

uk

baha

n u

ji ek

stra

paru

Sem

ua

lab

men

ggu

naka

n SO

P ya

ng

kons

iste

n se

suai

de

ngan

pa

rakt

ik

nasi

onal

/int

erna

sion

al

Se

mu

a la

b u

ji ke

peka

an

ters

erti

fikas

i m

elak

uka

n u

ji ke

peka

an

deng

an

biak

an

K

eter

lam

bata

n ha

sil,

teru

tam

a un

tuk

lab

yang

m

engg

una

kan

med

ia p

adat

Terb

atas

nya

peng

guna

an

biak

an c

air

(MG

IT)

La

b ta

npa

sert

ifika

si

turu

t m

enye

diak

an

jasa

bi

akan

da

n u

ji ke

peka

an

La

b bi

akan

dan

uji

kepe

kaan

no

n-pr

ogra

m/s

was

ta

yang

Pe

ngaj

uan

unt

uk

biak

an c

air

agar

dap

at m

enja

di r

efer

ensi

u

ntu

k u

ji ke

kepa

an

St

rate

gi

eval

uas

i da

n se

rtifi

kasi

la

b bi

akan

ya

ng

men

yedi

akan

has

il

Peni

laia

n aw

al

unt

uk

men

entu

kan

beba

n ke

rja

yang

di

laku

kan

lab

biak

an

dan

uji

kepe

kaan

no

n-pr

ogra

m/s

was

ta

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

73

10 

 Topi

k an

alis

is

situ

asi

Situ

asi s

ekar

ang

Keb

ijaka

n sa

at

ini/

yang

di

hara

pkan

/sta

ndar

( n

asio

nal/

inte

rnas

iona

l)

Kel

emah

an U

tam

a So

lusi

sist

em

nasi

onal

u

ntu

k bi

akan

da

n u

ji ke

peka

an p

ada

med

ia p

adat

(2

012)

Prog

ram

E

QA

di

tem

oatk

an

unt

uk

uji

kepe

kaan

fo

r (d

ised

iaka

n B

BLK

Su

raba

ya)

cair

(MG

IT)

tida

k di

keta

hui

M

anu

al t

ekni

s pe

rlu

dir

evis

i

Mer

evis

i m

anu

al

tekn

is

(201

2)

Stru

ktu

r ja

ring

an

lab

TB

B

BLK

Su

raba

ya

dipi

lih

seba

gai

LRN

bia

kan

dan

uji

kepe

kaan

ya

ng

mem

butu

hkan

ke

ahlia

n ti

nggi

Ref

eren

si

jari

ngan

daer

ah

seda

ng

dala

m

prog

res

pem

bang

una

n

Cak

upa

n na

sion

al

unt

uk

pend

uku

ng

lab

biak

an

dan

uji

kepe

kaan

Pe

nem

pata

n st

rate

gis,

ku

alit

as

jari

ngan

se

cara

na

sion

al,

men

jam

in

lab

mam

pu

men

gelo

la

sesu

ai

beba

n ke

rja

yang

di

perk

irak

an

B

BLK

Su

raba

ya

teru

s m

enye

diak

an

duku

ngan

ti

ngka

t ti

nggi

unt

uk

jari

ngan

la

b bi

akan

dan

uji

kepe

kaan

K

ura

ngny

a la

b bi

akan

TB

ya

ng m

utu

nya

terj

amin

Aks

es n

asio

nal

unt

uk

bika

n da

n u

ji ke

peka

aan

sang

at

terb

atas

Lab

non-

prog

ram

/sw

asta

ti

dak

dim

asu

kkan

ke

dala

m

pem

bang

una

n ja

ring

an

M

enam

bah

lab

biak

an

dan

uji

kepe

kaan

yan

g m

utu

mya

te

rjam

in

sesu

ai

jum

lah

perm

inta

an

La

b no

n-pr

ogra

m/s

was

t di

mas

ukk

an

ke

dala

m

stru

ktu

rjar

inga

n

Infr

astr

ukt

ur

dan

jeja

ring

la

b TB

14

la

b bi

akan

da

n u

ji ke

peka

an

tela

h di

reno

vasi

da

n m

emen

uhi

st

anda

rd

kese

lam

atan

dan

kea

man

an

kerj

a

Saat

ini

4 l

ab s

edan

g da

lam

pe

renc

anaa

n pe

mba

ngu

nan

Se

mu

a la

b bi

akan

da

n u

ji ke

peka

an

m

emili

ki

infr

astr

ukt

ur

yang

m

emen

uhi

st

anda

rd

kese

lam

atan

dan

kea

man

an

kerj

a ya

ng d

ibu

tuhk

an

Pe

mel

ihar

an

infr

astr

uct

ure

se

suai

yan

g di

butu

hkan

B

iaya

pe

mba

ngu

nan

lab

biak

an

dan

uji

kepe

kaan

sa

at

ini

hany

a m

ampu

be

rgan

tung

pa

da

pend

onor

as

ing

O

rgan

isas

i lo

kal

yang

m

emili

ki f

asili

tas

biak

an d

an

uji

kepe

kaan

m

enem

ui

kend

ala

dala

m

pend

anaa

n ya

ng

dibu

tuhk

an

unt

uk

pem

elih

araa

n in

fras

tru

ktu

r

In

fras

tru

ctu

r la

b no

n-pr

ogra

m/s

was

ta

tida

k di

keta

hui

M

enja

min

ja

ring

an

lab

biak

an d

an u

ji ke

peka

an k

e de

pann

ya

akan

m

emen

uhi

pe

rmin

taan

Men

cari

pe

ndan

aan

loca

l u

ntu

k pe

mba

ngu

nan,

re

nova

si,

dan

pem

elih

araa

n la

b bi

akan

dan

uji

kepe

kaan

Peng

aju

an

stan

dard

m

inim

um

u

ntu

k la

b no

n-pr

ogra

m/s

was

ta

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202074

11 

 Topi

k an

alis

is

situ

asi

Situ

asi s

ekar

ang

Keb

ijaka

n sa

at

ini/

yang

di

hara

pkan

/sta

ndar

( n

asio

nal/

inte

rnas

iona

l)

Kel

emah

an U

tam

a So

lusi

Sum

ber

Day

a M

anu

sia

B

BLK

Su

raba

ya

mem

iliki

in

fras

tru

ctu

re,

pend

anaa

n,

dan

kapa

sita

s u

ntu

k m

enga

daka

n pe

lati

han

St

af t

idak

mem

adai

(ku

alit

as

dan

kuan

tita

s)

unt

uk

mel

aku

kan

kegi

atan

ja

ring

an l

ab b

iaka

n da

n u

ji ke

peka

aan

Pe

lati

han

biak

an

dan

uji

kepe

kaan

ha

nya

dila

kuka

n B

BLK

Su

raba

ya

Ti

nggi

nya

perg

anti

an/

peng

und

ura

n di

ri

staf

te

rlat

ih

di

labo

rato

riu

m

Pa

stik

an k

apas

itas

pel

atih

an

di

BB

LK

Sura

baya

ti

dak

berl

ebih

an.

Jika

m

emu

ngki

nkan

ca

ri

lab

biak

an

dan

uji

kepe

kaan

al

tern

ativ

e

Kom

itm

en

anta

ra

lab

dan

staf

te

rlat

ih

akan

be

rtha

n la

ma

di l

ab b

iaka

n da

n u

ji ke

peka

aan

Pem

elih

araa

n al

at

dan

kalib

rasi

Sp

esifi

kasi

Pe

rala

tan

dike

mba

ngka

n da

n di

impl

emen

tasi

kan

K

alib

rasi

pe

rala

tan

labo

rato

riu

m

dila

kuka

n se

cara

ru

tin

oleh

in

siny

ur

bers

erti

fikat

ag

ar

kual

itas

ha

sil t

etap

ter

jam

in

Pe

ndan

aan

untu

k pe

rala

tan

D

ana

pem

elih

araa

n da

n ka

libra

si

bera

sal

dari

pe

ndon

or

asin

g,

nam

un

seda

ng

men

ingk

atka

n du

kung

an

dana

da

ri

pem

erin

tah

loka

l

Pe

mbe

lian

pera

lata

n la

b ha

rus

sesu

ai s

pesi

fikas

i

Kal

ibra

si

pera

lata

n la

b di

laku

kan

seca

ra r

uti

n ol

eh

petu

gas

bers

erti

fikat

Para

met

er

kine

rja

dido

kum

enta

sika

n da

n di

lapu

rkan

se

bagi

an

kegi

atan

ru

tin s

etia

p ha

ri

B

eber

apa

pera

lata

n la

b de

ngan

ku

alit

as

buru

k m

asih

ser

ing

dibe

li

Pe

ndon

or

dala

m

mem

beri

kan

bant

uan

bu

kan

deng

an "

peny

erah

an"

ke l

ab,

sehi

ngga

pen

gaju

an d

ana

ke

pem

erin

tah

unt

uk

pem

elih

araa

n da

n ka

libra

si

tida

k da

pat

dila

kuka

n

Tekn

isi

loka

l m

emili

ki

kem

ampu

an t

erba

tas

unt

uk

mel

aku

kan

pem

elih

araa

n da

n ka

libra

si

In

stru

ksi

man

ual

m

enge

nai

pera

lata

n la

b ti

dak

ters

edia

di

lab

Pa

stik

an

sem

ua

pera

lata

n ya

ng

sesu

ai

spes

ifika

si

terd

apat

di

se

mu

a la

b di

pr

ovin

si, t

erm

asu

k LK

S

Past

ikan

sp

esifi

kasi

pe

rala

tan

yang

se

suai

te

rdap

at

dala

m

doku

men

pe

ngad

aan

M

eram

pung

kan

mek

anis

me

“pen

yera

han”

al

at

dari

pe

ndon

or k

epad

a la

b

Pela

tiha

n st

af

unt

uk

pem

elih

araa

n da

n ka

libra

si

Se

mu

a la

bora

tori

um

w

ajib

m

enye

diak

an

pend

anaa

n,

tekn

isi,

SPO

m

aint

enan

ce

sesu

ai

pedo

man

. K

egia

tan

ini h

aru

s te

rdok

um

enta

si.

Se

mu

a la

b TB

ha

rus

mem

pers

iapk

an

dana

, w

aktu

, tek

nisi

, dan

pet

unj

uk

pem

elih

araa

n, s

erta

val

idas

i ku

alit

as y

ang

terj

amin

.

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

75

12 

 Topi

k an

alis

is

situ

asi

Situ

asi s

ekar

ang

Keb

ijaka

n sa

at

ini/

yang

di

hara

pkan

/sta

ndar

( n

asio

nal/

inte

rnas

iona

l)

Kel

emah

an U

tam

a So

lusi

K

egia

tan

dido

kum

enta

sika

n da

n di

lapo

rkan

se

cara

be

rkal

a.

SMM

L

Se

bagi

an

SMM

L su

dah

dite

rapk

an d

alam

lab

bia

kan

dan

uji

kepe

kaan

, na

mu

n ke

selu

ruha

n SM

ML

belu

m

dapa

t di

tera

pkan

Tida

k ad

a la

b TB

di

In

done

sia

yang

m

emili

ki

sert

ifika

t SM

ML

Ti

dak

ada

tena

ga

loca

l be

rser

tifik

at

unt

uk

men

agan

daka

n pe

latih

an

SMM

L da

n pe

ngaw

asan

Se

mu

a LR

N d

an l

ab r

efen

si

daer

ah

haru

s m

emili

ki

sert

ifika

t SM

ML

Pela

tih

loka

l de

ngan

ke

mam

puan

u

nru

k m

elak

uka

n pe

lati

han

dan

peng

awas

an S

MM

L

Ti

dak

ada

lab

TB

di

Indo

nesi

a ya

ng

mem

iliki

se

rtifi

kat

SMM

L

Tida

k ad

a te

naga

lo

cal

bers

erti

fikat

u

ntu

k m

enag

anda

kan

pela

tiha

n SM

ML

dan

peng

awas

an

K

omit

men

tin

gkat

na

sion

al

dan

labo

rato

riu

m

unt

uk

mel

aku

kan

pela

tiha

n SM

ML

D

uku

ngan

da

ri

mit

ra

inte

rnas

iona

l u

ntu

k m

enga

daka

n pe

lati

han

SMM

L da

n TO

T u

ntu

k st

af

loca

l

Pera

lata

n da

n m

anaj

emen

pe

nyed

iaan

Pe

mbe

lian

pera

lata

n da

n pe

rlen

gkap

an t

erpu

sat

Pe

laks

anaa

n LS

P

di

Indo

nesi

a

Sist

em

man

ajem

en

data

u

ntu

k m

enge

tahu

i be

ban

kerj

a TC

M,

KPI

, da

n pe

laks

anaa

n lo

gist

ik

M

ekan

ism

e pe

mbe

lian

yang

ef

isie

n u

ntu

k m

ence

gah

kete

rlam

bata

n ka

rena

la

man

ya b

irok

rasi

LSP

mem

pers

iapk

an la

yana

n u

ntu

k bi

akan

da

n u

ji ke

peka

an t

epat

wak

tu

Se

mu

a la

b bi

akan

da

n u

ji ke

peka

an

men

ggun

akan

si

stem

m

anaj

emen

da

ta

pada

tah

ap o

ptim

um

Pr

oses

bir

okra

si m

emer

luka

n w

aktu

u

ntu

k m

embe

li pe

rala

tan

dan

baha

n ha

bis

paka

i, se

hing

ga

dapa

t m

enga

kiba

tkan

ke

terl

amba

tan

bara

ng

data

ng

dan

beri

siko

ha

bisn

ya

stok

di

ja

ring

an.

Sela

in

itu

, be

risi

ko

juga

te

rjad

inya

ke

terl

amba

tan

dala

m m

engg

anti

mod

ul

Pe

ncat

atan

da

n pe

lapo

ran

(ber

basi

s ke

rtas

da

n el

ektr

onik

) m

asih

di

baw

ah

stan

dard

M

enge

mba

ngka

n pr

oses

bi

rokr

asi

yang

efis

ien

unt

uk

pem

belia

n pe

rala

tan

dan

baha

n ha

bis

paka

i

LRN

m

enge

mba

ngka

n st

rate

gi

peni

ngka

tkan

pe

lapo

ran

data

ya

ng

tepa

t w

aktu

, ba

ik

pela

opra

n be

rbas

is

kert

as

mau

pun

elek

tron

ik.

Man

ajem

en

data

da

n si

stem

Ti

dak

ada

sist

em p

enca

tata

n da

n pe

lapo

ran

sepe

rti

anal

isis

dat

a di

jari

ngan

lab

H

asil

anal

isis

bia

kan

dan

uji

kepe

kaan

di

teru

skan

ke

st

akeh

olde

r te

rkai

t u

ntu

k

Ti

dak

ada

pela

pora

n be

rbas

is e

lekt

roni

k pa

da l

ab

biak

an d

an u

ji ke

peka

an

M

elak

uka

n pe

ncat

atan

da

n pe

lapo

ran

hasi

l bi

akan

dan

u

ji ke

peka

an

berb

asis

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202076

13 

 Topi

k an

alis

is

situ

asi

Situ

asi s

ekar

ang

Keb

ijaka

n sa

at

ini/

yang

di

hara

pkan

/sta

ndar

( n

asio

nal/

inte

rnas

iona

l)

Kel

emah

an U

tam

a So

lusi

info

rmas

i ja

ring

an

lab

TB

Pe

lapo

ran

ke L

RN

: Su

bdit

TB

da

n su

bdit

la

inny

a m

elak

uka

n pe

ngaw

asan

lab

resp

on

lanj

uta

n da

n pe

nila

ian

Ja

ring

an

inte

rnet

su

lit

di

area

loka

l el

ektr

onik

Sist

em

ruju

kan

baha

n u

ji

Si

stem

ru

juka

n co

nton

ba

han

uji

yang

di

kem

bang

kan

oleh

JS

I-D

ELI

VE

R

saat

in

i da

lam

ta

hap

peng

emba

ngan

St

rate

gi n

asio

nal

peng

irim

an

cont

oh b

ahan

uji

yang

am

an,

hand

al,

cepa

t,

dan

berk

elan

juta

n u

ntu

k se

mu

a ti

ngka

t la

bora

tori

um

H

anya

bi

akan

, ja

ring

an

pela

yana

n u

ji ke

peka

an

mas

ih

buru

k m

elih

at

mek

anis

me

ruju

kan

cont

oh

baha

n u

ji sa

at i

ni

JS

I-D

ELI

VE

R

men

gam

bil

pem

bela

jara

n da

ri

stud

i pe

rcon

toha

n da

n m

enge

mba

ngka

n m

ekan

ism

e u

ntu

k m

empe

rlu

as

mod

el

yang

di

mod

ifika

si

ters

ebu

t u

ntu

k ti

ngka

t na

sion

al

Ris

et

oper

asio

nal

TB la

b

R

iset

op

eras

iona

l te

rbat

as

seti

ngka

t pr

ovin

si u

ntu

k u

ji ke

peka

an

dan

Surv

ey

Prev

alen

si T

B N

asio

nal

M

elak

uka

n si

stem

pen

elit

ian

berb

asis

ad-

hoc

buka

n at

as

perm

inta

an

Prog

ram

Pe

ngen

dalia

n TB

Nas

iona

l

Pr

ogra

m

peng

enda

lian

TB

Nas

iona

l m

enga

rahk

an r

iset

op

eras

iona

l ya

ng

dila

ksan

akan

ol

eh

labo

rato

riu

m

R

iset

op

eras

iona

l ya

ng

dila

kuka

n ti

dak

men

jaw

ab

pert

anya

an-p

erta

nyaa

n Pr

ogra

m

Peng

enda

lian

TB

Nas

iona

l

Terb

atas

nya

tena

ga

loka

l ya

ng

mam

pu

men

anga

ni

rise

t op

eras

iona

l

Ris

et

oper

atio

nal

mem

erlu

kan

dana

ya

ng

besa

r

M

emfo

kusk

an

rise

t be

rdas

rkan

pe

rtan

yaan

-pe

rtan

yaan

ya

ng

mu

ncu

l da

ri k

egia

tan

prog

ram

Pela

tiha

n te

naga

loka

l unt

uk

mel

aku

kan

rise

t op

eras

iona

l

Asp

ek

huku

m

dan

kebi

jaka

n

K

epu

tusa

n m

ente

ri

men

etap

kan

BB

LK S

ura

baya

se

baga

i LR

N b

iaka

n da

n u

ji ke

peka

an p

ada

tahu

n 20

12

K

emen

kes

men

duku

ng

peng

guna

an

biak

an/u

ji ke

peka

an

unt

uk

pasi

en

TB

MD

R/X

DR

K

ebija

kan

yang

ku

at u

ntu

k m

endu

kung

lab

bia

kan

dan

uji

kepe

kaan

Bia

ya

biak

an/u

ji ke

peka

an

dita

nggu

ng

oleh

B

PJS

kese

hata

n

Han

ya

lab

deng

an

mu

tu

terj

amin

ya

ng

dapa

t m

enge

luar

kan

hasi

l bi

akan

/uji

kepe

kaan

Ti

dak

ada

mek

anis

me

form

al

unt

uk

SK

men

gena

i pe

mer

iksa

an

biak

an/u

ji bi

akan

Di

luar

M

TPTR

O,

pasi

en

dike

naka

n bi

aya

unt

uk

pem

erik

saan

bi

akan

/uji

kepe

kaan

Seti

ap l

ab d

apat

mel

aku

kan

biak

an/u

ji ke

peka

an

dan

men

gela

uar

kan

hasi

l, se

rta

mel

aku

kan

pela

pora

n

M

enge

mba

ngka

n m

ekan

ism

e pe

nerb

itan

SK

u

ntu

k pe

mer

iksa

an

biak

an/u

ji ke

peka

ani

Pe

ngaj

uan

pe

ngkl

aim

an

ke

BPJ

S K

eseh

atan

u

ntu

k pe

mer

iksa

an

biak

an/u

ji ke

peka

an

M

enen

tuka

n m

ekan

ism

e ag

ar

lab

yang

ku

alit

asny

a ti

dak

terj

amin

ti

dak

dapa

t m

elap

orka

n ha

sil

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

77

14 

 Topi

k an

alis

is

situ

asi

Situ

asi s

ekar

ang

Keb

ijaka

n sa

at

ini/

yang

di

hara

pkan

/sta

ndar

( n

asio

nal/

inte

rnas

iona

l)

Kel

emah

an U

tam

a So

lusi

pem

erik

saan

bi

akan

/uji

kepe

kaan

Pem

biay

aan

laya

nan

lab

TB

Te

rbat

asny

a A

PBD

/APB

N

unt

uk

kegi

atan

op

eras

iona

l (p

rogr

am

TB)

unt

uk

LRN

bi

akan

/uji

kepe

kaan

Ji

ka

APB

D/A

PBN

ti

dak

men

cuku

pi,

mak

a ba

ntu

an

luar

neg

eri d

apat

dig

una

kan,

m

isal

nya

unt

uk:

pe

mbe

lian

mes

in

kult

ur

cair

, pe

mel

ihar

aan

pera

lata

n, d

an

pem

bang

una

n ka

pasi

tas

A

ngga

ran

kegi

atan

pe

laya

nan

lab

TB

bera

sal

dari

APB

D a

tau

APB

N

Ti

dak

ada

dana

u

ntu

k pe

mel

ihar

aan

dan

kalib

rasi

al

at,

kare

na p

endo

nor

tida

k m

elak

uka

n “p

enye

raha

n”

alat

ke

lab

Pe

ngaj

uan

da

na

bant

uan

da

ri

pend

onor

u

ntu

k m

endu

kung

la

b bi

akan

/uji

kepe

kaan

.

Du

kung

an

dari

K

emen

kes

unt

uk

mew

uju

dkan

hi

bah

pera

lata

n u

ntu

k la

b bi

akn/

uji

kepe

kaan

D

. SM

ML:

M

enin

gkat

kan

Sist

em M

anaj

emen

Mut

u La

bora

toriu

m

Topi

k an

alis

is

situ

asi

Situ

asi s

ekar

ang

Keb

ijaka

n sa

at

ini/

ha

rapa

n/

stan

dar

(nat

iona

l/in

tern

atio

nal)

Kel

emah

an U

tam

a So

lusi

Ana

lisis

si

tuas

i

Ti

dak

ada

labo

rato

riu

m y

ang

mem

iliki

ser

tifik

at S

MM

L

Tida

k ad

a te

naga

ya

ng

mam

pu

mel

aku

kan

pela

tiha

n

Se

mu

a LR

N d

an la

b re

fere

nsi

daer

ah

haru

s te

rser

tifik

asi

SMM

L

Tena

ga

loka

l de

ngan

ke

mam

puan

m

elak

ukan

pe

lati

han

SMM

L da

n m

elak

uak

an p

enga

was

an la

b se

suai

SM

ML

Ti

dak

ada

lab

TB

di

Indo

nesi

a ya

ng

mem

iliki

se

rtifi

kat

SMM

L

Tida

k ad

a te

naga

lok

al y

ang

mam

pu

mel

aku

kan

pela

tiha

n SM

ML

dan

peng

awas

an la

b

K

omit

men

pa

da

ting

kat

nasi

onal

da

n la

b u

ntu

k m

enga

daka

n pe

latih

an

SMM

L

Du

kung

an

dari

m

itra

in

tern

asio

nal

unt

uk

mem

bant

u m

empe

rsia

paka

n pe

lati

han

SMM

L da

n TO

T ba

gi s

taf l

okal

Tes

yang

ada

Ti

dak

ada

labo

rato

riu

m y

ang

mem

iliki

ser

tifik

at S

MM

L

Tida

k ad

a te

naga

ya

ng

mam

pu

mel

aku

kan

pela

tiha

n SM

ML

Se

mu

a LR

N d

an la

b re

fere

nsi

daer

ah

haru

s te

rser

tifik

asi

SMM

L

Tena

ga

loka

l de

ngan

ke

mam

puan

m

elak

ukan

Ti

dak

ada

lab

TB

di

Indo

nesi

a ya

ng

mem

iliki

se

rtifi

kat

SMM

L

Tida

k ad

a te

naga

lok

al y

ang

mam

pu

mel

aku

kan

K

omit

men

pa

da

ting

kat

nasi

onal

da

n la

b u

ntu

k m

enga

daka

n pe

latih

an

SMM

L

Du

kung

an

dari

m

itra

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202078

15 

 Topi

k an

alis

is

situ

asi

Situ

asi s

ekar

ang

Keb

ijaka

n sa

at

ini/

ha

rapa

n/

stan

dar

(nat

iona

l/in

tern

atio

nal)

Kel

emah

an U

tam

a So

lusi

pela

tiha

n SM

ML

dan

mel

aku

akan

pen

gaw

asan

lab

sesu

ai S

MM

L

pela

tiha

n SM

ML

dan

peng

awas

an la

b in

tern

asio

nal

unt

uk

mem

bant

u m

empe

rsia

paka

n pe

lati

han

SMM

L da

n TO

T ba

gi s

taf l

okal

Stru

ktu

r

Ti

dak

ada

labo

rato

riu

m y

ang

mem

iliki

ser

tifik

at S

MM

L

Tida

k ad

a te

naga

ya

ng

mam

pu

mel

aku

kan

pela

tiha

n SM

ML

M

ekan

ism

e pe

lati

han

SMM

L lo

kal

yang

se

suai

de

ngan

pe

dom

an

pela

tiha

n in

tern

asio

nal

Ti

dak

ada

fasi

litas

pe;

atih

an

loca

l u

ntu

k SM

ML

yang

se

suai

de

ngan

pe

dom

an

intr

erna

sion

al

M

emba

ngu

n fa

silit

as

pela

tiha

n SM

ML

loca

l ya

ng

sesu

ai

deng

an

pedo

man

in

tern

asio

nal

Infr

astr

ukt

ur

Ti

dak

ada

infr

astr

ukt

ur

pend

uku

ng S

MM

L

M

emba

ngu

n

seti

dakn

ya

satu

fa

silit

as

unt

uk

pela

tiha

n SM

ML

Ti

dak

ada

infr

astr

ukt

ur

yang

m

endu

kung

unt

uk

pela

tiha

n SM

ML

dan

peng

awas

an

M

emba

ngu

n

seti

dakn

ya

satu

fa

silit

as

unt

uk

pela

tiha

n SM

ML

SDM

Ti

dak

ada

tena

ga

yang

m

ampu

m

elak

uka

n pe

lati

han

SMM

L at

au t

idak

ad

a hu

bung

an

form

al

deng

an

mit

ra

inte

rnas

iona

l u

ntu

k m

empe

rsia

pkan

pe

lati

han

SMM

L

Te

naga

lo

kal

deng

an

kem

ampu

an

mel

akuk

an

pela

tiha

n SM

ML

dan

mel

aku

akan

pen

gaw

asan

lab

sesu

ai S

MM

L

Ti

dak

ada

tena

ga

yang

m

ampu

m

elak

uka

n pe

lati

han

SMM

L at

au t

idak

ad

a hu

bung

an

form

al

deng

an

mit

ra

inte

rnas

iona

l u

ntu

k m

empe

rsia

pkan

pe

lati

han

SMM

L

K

omit

men

pa

da

ting

kat

nasi

onal

da

n la

b u

ntu

k m

enga

daka

n pe

latih

an

SMM

L

Du

kung

an

dari

m

itra

in

tern

asio

nal

unt

uk

mem

bant

u m

empe

rsia

paka

n pe

lati

han

SMM

L da

n TO

T ba

gi s

taf l

okal

Pe

mel

ihar

aan

dan

kalib

rasi

N

/A

N/A

N

/A

N/A

SMM

L N

/A

N/A

N

/A

N/A

Pera

lata

n da

n m

anaj

emen

pe

nyed

iaan

N/A

N

/A

N/A

N

/A

Man

ajem

en

data

N

/A

N/A

N

/A

N/A

Sist

em

ruju

kan

baha

n u

ji

N/A

N

/A

N/A

N

/A

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

79

16 

 Topi

k an

alis

is

situ

asi

Situ

asi s

ekar

ang

Keb

ijaka

n sa

at

ini/

ha

rapa

n/

stan

dar

(nat

iona

l/in

tern

atio

nal)

Kel

emah

an U

tam

a So

lusi

Ris

et

oper

asio

nal

N/A

N

/A

N/A

N

/A

Asp

ek

huku

m

dan

kebi

jaka

n

Ti

dak

ada

kebi

jaka

n m

enge

nai

pene

rapa

n SM

ML

pada

jari

ngan

lab

TB

K

omis

i A

kred

itas

i N

asio

nal

(KA

N)

bert

angg

ung

jaw

ab

mel

aku

kan

peni

laia

n

Se

mu

a LR

N d

an la

b re

fere

nsi

daer

ah

haru

s te

rser

tifik

asi

SMM

L

Kem

enke

s m

embu

at

kebi

jaka

n m

enge

nai

sert

ifika

si

SMM

L u

ntu

k se

mu

a la

bora

tori

um

Dis

kusi

te

ntan

g pe

nera

pan

SMM

L de

ngan

K

AN

u

ntu

k m

elih

at

kapa

sita

s ya

ng

dapa

t m

endu

kung

pr

oses

te

rlak

sana

nya

SMM

L

Pem

biay

aan

Ti

dak

ada

alok

asi

dana

u

ntu

k pe

lati

han

SMM

L

Pend

anaa

n pu

sat

unt

uk

men

duku

ng k

egia

tan

SMM

L

Tida

k ad

a al

okas

i da

na

unt

uk

pela

tiha

n SM

ML

Pe

ndan

aan

pusa

t u

ntu

k m

endu

kung

keg

iata

n SM

ML

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202080

17 

 Lam

pira

n 2:

Ana

lisis

SW

OT

Tu

juan

-1 M

enin

gkat

kan

akse

s m

utu

AFB

mik

rosk

opis

den

gan

peni

laia

n m

utu

eks

tern

al

Uns

ur

Anal

isis

si

tuas

i TB

di

la

bora

tori

um

Keu

ntun

gan

Kek

uran

gan

Pelu

ang

Anca

man

Situ

asi s

ekar

ang

Met

ode

uji

sesu

ai s

tand

ard

Mik

rosk

op b

erku

alit

as b

aik

Lab

tuju

an

unt

uk

pem

erik

saan

m

ikro

skop

is

suda

h te

rcak

up

dala

m p

edom

an n

asio

nal

Kom

itm

en y

ang

rend

ah p

ada

ting

kat

prov

insi

da

n ka

bupa

ten

unt

uk

pem

erik

saan

E

QA

m

ikro

skop

is

Rea

gen

kom

ersi

al

tida

k be

rsta

ndar

d H

ubu

ngan

ya

ng

buru

k an

tara

pe

laya

nan

mik

rosk

opis

unt

uk

prog

ram

da

n no

n pr

ogra

m

Tida

k ad

a si

stem

pe

mel

ihar

aan

unt

uk

mik

rosk

op

Terd

apat

ru

ang

unt

uk

peni

ngka

tan

pela

ksan

aan

K

epu

tusa

n K

emen

kes

unt

uk

dist

ribu

tor

kom

ersi

al

Mem

buat

si

stem

pe

mer

iksa

an

mu

tu

reag

en

kom

ersi

al

oleh

la

bora

tori

um

ru

juka

n /

BLK

Terg

angg

uny

a ki

nerj

a si

stem

E

QA

na

sion

al

seca

ra

lebi

h la

nju

t

Tes

TB

dan

caku

pan

laya

nan

Seba

gian

be

sar

fask

es

dapa

t m

elak

uka

n pe

mer

iksa

an

mik

rosk

opis

Pe

rset

uju

an

anta

ra

Prog

ram

Pe

ngen

dalia

n TB

N

asio

nal

dan

mit

ra u

ntu

k m

emu

lai L

ED

FM

Var

iabl

e m

utu

pe

laya

nan

mik

rosk

opis

di

se

tiap

ja

ring

an

Lab

non-

prog

ram

/sw

asta

se

ring

tid

ak t

erm

asu

k da

lam

pe

ngu

mpu

lan

data

EQ

A

Stra

tegi

nas

iona

l bel

um

ada

Men

ingk

atka

n m

utu

mik

rosk

opis

di

se

tiap

jari

ngan

, te

rmas

ukl

ab

swas

ta d

alam

sis

tem

EQ

A D

uku

ngan

yan

g ku

at d

ari

mit

ra

unt

uk

LED

FM

Terb

atas

nya

SDM

te

rlat

ih,

ting

giny

a ti

ngka

t pe

ngu

ndu

ran

diri

sta

f La

b no

n-pr

ogra

m/s

was

ta

teta

p be

rada

di l

uar

pro

gram

Lo

gist

ik d

an E

QA

unt

uk

LED

FM

Jari

ngan

la

b m

ikro

skop

is

Jari

ngan

yan

g m

emad

ai

Lab

non-

prog

ram

/sw

asta

ti

dak

term

asu

k da

lam

ka

pasi

tas

bang

una

n

Men

gem

bang

kan

stra

tegi

ke

rjas

ama

deng

an

labo

rato

riu

m

non-

prog

ram

.

Du

kung

an

yang

m

emad

ai

dari

Pr

ogra

m

Nas

iona

l Pe

ngen

dalia

n TB

Infr

astr

ukt

ur

jari

ngan

Seba

gian

bes

ar i

nfra

stru

ktu

r la

b m

emen

uhi

sya

rat

min

imu

m y

ang

dipe

rlu

kan

SDM

yan

g m

emad

ai d

i set

iap

ting

kata

n ja

ring

an

Pene

tapa

n ba

hwa

pem

erik

saan

m

ikro

skop

is a

kan

teta

p m

enja

di

yang

u

tam

a da

lam

la

b u

ntu

k di

agno

sa T

B

Tes

cepa

t ya

ng

ters

edia

di

pe

laya

nan

kese

hata

n

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

81

18 

 Uns

ur

Anal

isis

si

tuas

i TB

di

la

bora

tori

um

Keu

ntun

gan

Kek

uran

gan

Pelu

ang

Anca

man

SDM

Terd

apat

ka

pasi

tas

pela

tiha

n fu

ngsi

onal

di s

etia

p ja

ring

an

Ting

giny

a pe

rgan

ting

an s

taf

Staf

ya

ng

mem

enuh

i pe

rsya

rata

n ya

ng d

iper

luka

n ti

dak

mem

adai

Mem

pert

ahan

kan

staf

te

rlat

ih

dan

pelu

ang

kerj

a ya

ng b

aik

Ta

ntan

gan

biro

kras

i u

ntu

k m

enca

ri s

taf

Pem

elih

araa

n da

n ka

libra

si

Mik

rosk

op

Seba

gian

be

sar

mik

rosk

op

yang

ad

a se

suai

de

ngan

sp

esifi

kasi

na

sion

al

Tida

k ad

a ko

ntra

k te

ntan

g pe

mel

ihar

aan

Kem

auan

di

stri

buto

r u

ntu

k m

enye

leng

gara

kan

pela

tiha

n pe

mel

ihat

aan

alat

.

Pend

anaa

n ya

ng

tida

k m

emad

ai

Sist

em m

anaj

emen

m

utu

labo

rato

riu

m

Terd

apat

pe

dom

an

mik

rosk

opis

ya

ng d

iset

uju

i Pe

dom

an

pela

ksaa

nan

seri

ngka

li ti

dak

dipa

tuhi

Pe

mba

ngu

nan

LRN

m

ikro

skop

is

dan

jeja

ring

LR

I Pe

ndan

aan

berk

elan

juta

n

Man

ajem

en

peny

edia

an

Logi

stik

mem

adai

dan

fung

sion

al

Terd

apat

ped

oman

spe

sifik

asi

Mu

tu b

ahan

hab

is p

akai

dan

re

agen

Pe

ning

kata

n pe

nyed

ian

baha

n ha

bis

paka

i da

n re

agen

be

rku

alit

as

baik

pa

da

suat

u

nega

ra

Pend

anaa

n G

F da

lam

m

asa

tran

sisi

Dat

a m

anag

emen

t

Pela

ksan

aan

e-TB

-12

unt

uk

EQ

A

Tida

k m

emat

uhi

fo

rmat

st

anda

rd d

alam

pel

apor

an

Ren

dahn

ya

um

pan

balik

E

QA

Ket

erse

diia

an

dan

min

at

unt

uk

mel

aku

kan

sist

em

man

ajem

en

lab

berb

asis

ele

ktro

nik

Kom

itm

en

tida

k da

pat

dipe

rtah

anka

n

Sist

em

ruju

kan

cont

oh u

ji

Sist

em d

ari

pusa

t sa

telit

ke

pusa

t m

ikro

skop

is b

erja

lan

baik

Pe

ngir

iman

at

au

ruju

kan

tida

k di

laku

kan

seti

ap h

ari,

men

ggu

naka

n si

stem

pe

ngu

mpu

lan

Stra

tegi

pe

ngir

iman

se

cara

te

ratu

r

Pend

anaa

n G

F da

lam

m

asa

tran

sisi

Ris

et o

pera

sion

al

Pem

bent

uka

n ti

m

rise

t op

eras

iona

l Ti

m

berp

enga

lam

an

dala

m

rise

t op

eras

iona

l

Men

sosi

alis

asik

an

hasi

l pe

nelit

ian

unt

uk

nasi

onal

Pena

nam

an

min

at

mit

ra

unt

uk

men

duku

ng r

iset

ope

rasi

onal

K

egia

tan

risi

et

tida

k te

rkai

t de

ngan

ke

butu

han

Prog

ram

Pe

ngen

daal

ian

TB N

asio

nal

Pem

biay

aan

unt

uk

laya

nan

labo

rato

riu

m

mik

rosk

op

Mem

bang

un

alok

asi

angg

aran

da

ri p

usa

t ke

pro

pins

i dan

tin

gkat

ka

bupa

ten

Peng

alok

asia

n da

na

unt

uk

laya

nan

mik

rosk

opis

ti

dak

dim

anfa

atka

n se

penu

hnya

Peng

aku

an b

ahw

a pe

emer

iksa

an

mik

rosk

opis

aka

n te

rus

men

jadi

al

at

uta

ma

unt

uk

diag

nosi

s la

bora

tori

um

TB

Tes

diag

nost

ik

cepa

t ya

ng

baru

di b

agia

n pe

raw

atan

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202082

19 

 Tuju

an-2

Men

ingk

atka

n ak

ses

dan

men

gura

ngi w

aktu

dia

gnos

is d

an d

etek

si r

esis

tens

i Rif

mel

alu

i tes

cep

at

Uns

ur

anal

isis

si

tuas

i TB

di

la

bora

tori

um

Keu

ntun

gan

K

ekur

anga

n Pe

luan

g

Anca

man

A

nalis

is s

itu

asi

Alg

orit

ma

unt

uk

diag

nosi

s TB

di

anta

ra k

asu

s A

FB-

nega

tif,

term

asu

k in

divi

du

HIV

+,

tel

ah d

idef

inis

ikan

da

n te

rsed

ia

Pera

tura

n M

ente

ri

Kes

ehat

an

Nom

or

21

Tahu

n 20

13

tent

ang

kola

bora

si T

B-H

IV

Pedo

man

m

anaj

emen

ko

labo

rati

f TB

-HIV

Han

ya s

ebag

ian

keci

l in

divi

du

HIV

+ /

tid

ak d

iket

ahu

i ya

ng

diru

juk

unt

uk

peng

ujia

n TB

Je

jari

ng

kola

bora

tif

TB-H

IV

belu

m

didi

rika

n u

ntu

k m

emva

lidas

i da

ta

unt

uk

sist

em r

uju

kan

Peni

ngka

tan

kerj

a sa

ma

anta

ra

Prog

ram

N

asio

nal

Peng

enda

lian

TB d

an N

AP

seda

ng d

iper

kuat

M

eren

cana

kan

unt

uk

men

gint

egra

sika

n SI

HA

dan

SIT

T

Isu

dal

am m

anaj

emen

dat

a V

aria

si

kom

itm

en

di

seti

ap

ting

kat

Kab

upa

ten

/ ko

ta /

pro

vins

i ti

dak

mem

iliki

str

ateg

i ke

luar

u

ntu

k pe

ndan

aan

tran

sisi

Tes

TB y

ang

ada

dan

caku

pan

laya

nan

TCM

ya

ng

digu

naka

n u

ntu

k di

agno

sis

TB p

ada

oran

g de

ngan

HIV

pos

itif

Aks

es

ke

TCM

te

rbat

as

di

nasi

onal

, da

n be

bera

pa

labo

rato

riu

m

regi

onal

da

n ka

bupa

ten

Vol

um

e te

s le

bih

rend

ah d

ari

targ

et (

4975

tes

tar

get

(201

5),

tes

TCM

unt

uk

OD

HA

= 1

.512

te

s (J

anu

ari-

Okt

ober

201

5)

Du

kung

an m

itra

yan

g ku

at u

ntu

k ek

span

si T

CM

nas

iona

l B

eren

cana

unt

uk

mem

asok

TC

M

ke

labo

rato

riu

m

di

fasi

litas

ke

seha

tan

di t

ingk

at k

abu

pate

n /

kota

di

Indo

nesi

a se

cara

ber

taha

p hi

ngga

akh

ir 2

019

Tida

k cu

kupn

ya s

um

ber

daya

pe

mer

inta

h u

ntu

k pe

ngad

aan

perl

engk

apan

TC

M

Jeja

ring

la

bora

tori

um

LR

N

mol

eku

ler

seba

gai

oper

asio

nal

Hu

bung

an

kuat

an

tara

LR

N m

olek

ule

r da

n m

itra

Sist

em r

uju

kan

baha

n co

ntoh

u

ji da

ri

pusa

t H

IV

ke

situ

s TC

M b

elu

m d

itet

apka

n

Du

kung

an m

itra

yan

g ku

at u

ntu

k m

enin

gkat

kan

hubu

ngan

an

tara

la

bora

tori

um

da

n pa

sien

, pe

rlu

asan

jeja

ring

TC

M

Ker

jasa

ma

yang

bu

ruk

dan

koor

dina

si a

ntar

lab

orat

oriu

m

TB

di

jeja

ring

di

se

mu

a ti

ngka

tan

tida

k di

perb

aiki

Infr

astr

ukt

ur

labo

rato

riu

m

Infr

astr

ukt

ur

yang

m

emad

ai u

ntu

k pe

ngu

jian

TB H

IV d

i se

bagi

an b

esar

ti

ngka

tan

Mek

anis

me

peni

laia

n la

bora

tori

um

u

ntu

k m

enila

i cal

on lo

kasi

TC

M

Beb

erap

a la

bora

tori

um

m

emili

ki p

asok

an l

istr

ik y

ang

tida

k st

abil

Peng

atu

ran

suhu

yan

g bu

ruk

unt

uk

mes

in

TCM

da

n pe

nyim

pana

n ka

rtri

d

Du

kung

an m

itra

yan

g ku

at u

ntu

k ek

span

si G

X n

asio

nal

Terb

atas

nya

atau

tid

ak a

dany

a al

okas

i da

na

unt

uk

peng

emba

ngan

infr

astr

ukt

ur

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

83

20 

 Uns

ur

anal

isis

si

tuas

i TB

di

la

bora

tori

um

Keu

ntun

gan

K

ekur

anga

n Pe

luan

g

Anca

man

SD

M

Prog

ram

pe

lati

han

yang

di

susu

n ol

eh s

taf t

erla

tih

Kom

itm

en

pend

anaa

n u

ntu

k pe

lati

han

Ting

kat

perg

anti

an

staf

ya

ng

ting

gi

Tida

k cu

kupn

ya

staf

u

ntu

k m

emen

uhi

ke

butu

han

jari

ngan

Mem

pert

ahan

kan

staf

ter

lati

h da

n pe

luan

g ka

rir

yang

tep

at

Hila

ngny

a te

naga

ter

lati

h ya

ng

berl

ebih

an

Tida

k ad

a si

stem

tr

ansf

er

peng

etah

uan

an

tara

m

anta

n pe

tuga

s de

ngan

pet

uga

s ba

ru

Rin

tang

an

biro

kras

i u

ntu

k m

empe

kerj

akan

sta

f

Pem

elih

araa

n pe

rlen

gkap

an

labo

rato

riu

m

dan

kalib

rasi

Ters

edia

nya

peny

edia

la

yana

n lo

kal u

ntu

k TC

M

Alo

kasi

da

na

unt

uk

kalib

rasi

TC

M

dan

peng

gant

ian

mod

ul

Ket

idak

mam

puan

pe

nyed

ia

laya

nan

loka

l u

ntu

k m

embe

rika

n la

yana

n ya

ng

dipe

rlu

kan

unt

uk

loka

si

GX

ya

ng a

da d

an y

ang

dian

tisi

pasi

Ti

dak

adan

ya

kont

rak

pem

elih

araa

n ta

huna

n

Du

kung

an

mit

ra

dan

kom

itm

en

yang

ku

at

Tida

k te

rsed

iany

a pe

ndan

aan

loka

l u

ntu

k ka

libra

si

dan

pem

elih

araa

n K

eber

lanj

uta

n

Sist

em

man

ajem

en

mu

tu la

bora

tori

um

Prog

ram

N

asio

nal

Peng

enda

lian

TB d

an L

RN

be

rkom

itm

en

unt

uk

men

erap

kan

sist

em

man

ajem

en

mu

tu

unt

uk

TCM

Tida

k ad

anya

pe

dom

an

inte

rnas

iona

l u

ntu

k m

anaj

emen

mu

tu T

CM

Labo

rato

riu

m

Glo

bal

Init

iati

ve

seda

ng m

empe

rsia

pkan

ped

oman

u

ntu

k m

anaj

emen

mu

tu T

CM

Mu

tu T

CM

mu

ngki

n m

enu

run

kare

na

tida

k te

rsed

iany

a pe

dom

an m

anaj

emen

mu

tu

Man

ajem

en

pers

edia

an

Tim

lo

gist

ik

pusa

t m

enge

lola

pem

belia

n da

n pe

nyim

pana

n u

ntu

k m

emas

tika

n m

utu

pa

soka

n Lo

kasi

TC

M

tida

k pe

rlu

m

embe

li pa

soka

n da

ri

dist

ribu

tor

Seri

ngny

a m

unc

ul

keha

bisa

n pe

rsed

iaan

kar

ena

loka

si t

idak

m

enda

patk

an

cuku

p ka

rtri

d se

suai

yan

g di

min

ta

Mu

tu d

ata

logi

stik

mel

apor

kan

ke t

ingk

at p

usa

t K

ehab

isan

pe

rsed

iaan

di

ti

ngka

t pu

sat

kare

na

ham

bata

n /

kete

rlam

bata

n da

lam

pen

gada

an

Prog

ram

N

asio

nal

Peng

enda

lian

TB

dan

kom

itm

en

mit

ra

unt

uk

men

ingk

atka

n si

stem

lo

gist

ik

di

sem

ua

ting

kata

n da

lam

jeja

ring

Kom

plek

sita

s bi

rokr

asi

dala

m

peng

adaa

n da

n di

stri

busi

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202084

21 

 Uns

ur

anal

isis

si

tuas

i TB

di

la

bora

tori

um

Keu

ntun

gan

K

ekur

anga

n Pe

luan

g

Anca

man

M

anaj

emen

dat

a D

igu

naka

nnya

per

ekam

an

stan

dar

dan

form

at

pela

pora

n

Rek

aman

el

ektr

onik

&

si

stem

pe

lapo

ran

yang

di

kem

bang

kan

unt

uk

situ

s PM

DT

(e-T

B

Man

ager

)

e-TB

m

anaj

er

tida

k m

enye

diak

an

mod

ul

khu

sus

unt

uk

kasu

s TB

ba

ru

(HIV

, Pe

diat

rik,

EP,

DM

) Se

ring

nya

penu

ndaa

n si

stem

pe

lapo

ran

man

ual

&

m

utu

da

ta y

ang

buru

k M

utu

da

ta

yang

bu

ruk

berd

ampa

k ne

gati

f pa

da

pem

anta

uan

kin

erja

per

alat

an

RR

ru

mit

Men

ingk

atka

n ak

ses

e-TB

m

anaj

er k

e la

bora

tori

um

M

enge

mba

ngka

n TC

M

SMS

/ G

XA

lert

u

ntu

k m

emfa

silit

asi

sist

em p

elap

oran

has

il te

s

Tida

k m

emili

ki

sist

em

man

ajem

en d

ata

fung

sion

al

Tida

k m

emili

ki n

omor

pas

ien

khu

sus

/ da

pat

dila

cak

Sist

em

ruju

kan

baha

n co

ntoh

uji

Mod

ul

pela

tiha

n ya

ng

dike

mba

ngka

n da

n di

guna

kan

unt

uk

pros

es

peng

emas

an

dan

tran

spor

tasi

yan

g am

an

Stu

di p

ilot

yang

dila

kuka

n u

ntu

k m

engu

ji m

odal

itas

ya

ng b

erbe

da

Tida

k je

lasn

ya

gari

s pe

ndan

aan

yang

te

rsed

ia

unt

uk

pusa

t ke

seha

tan

ting

kat

rend

ah

Kom

plek

sita

s ge

ogra

fis

yang

su

bsta

nsia

l Ti

dak

adan

ya

pedo

man

na

sion

al

unt

uk

peng

irim

an

bara

ng b

erba

haya

Kom

itm

en d

ari

dono

r da

n m

itra

u

ntu

k m

enin

gkat

kan

mek

anis

me

peng

irim

an b

ahan

con

toh

uji

Pote

nsi

unt

uk

mem

anfa

atka

n be

rbag

ai

bent

uk

tran

spor

tasi

lo

kal

Keb

erla

nju

tan

Terj

adin

ya

pote

nsi

tum

paha

n ba

han

infe

ksiu

s Pe

nola

kan

lem

baga

ku

rir

unt

uk

men

anga

ni

baha

n in

feks

ius

Ris

et o

pera

sion

al

Tim

ris

et o

pera

sion

al y

ang

berp

enga

lam

an

Mek

anis

me

duku

ngan

ya

ng b

aik

Peny

ebar

an

hasi

l pe

nelit

ian

unt

uk

ting

kat

nasi

onal

Men

ingk

atny

a m

inat

da

ri

mit

ra

unt

uk

men

duku

ng

rise

t op

eras

iona

l

Keg

iata

n pe

nelit

ian

tida

k te

rkai

t de

ngan

ke

butu

han

Prog

ram

N

asio

nal

Peng

enda

lian

TB

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

85

22 

 Uns

ur

anal

isis

si

tuas

i TB

di

la

bora

tori

um

Keu

ntun

gan

K

ekur

anga

n Pe

luan

g

Anca

man

K

ebija

kan

dan

aspe

k le

gal u

ntu

k TB

K

emen

teri

an

Kes

ehat

an

tela

h m

endu

kung

pe

nggu

naan

tes

cep

at

Peni

laia

n Te

knol

ogi

Kes

ehat

an

(PTK

) tid

ak s

eles

ai

Peng

ujia

n ti

dak

dita

nggu

ng

oleh

as

ura

nsi

kese

hata

n na

sion

al (B

PJS

Kes

ehat

an)

Terb

atas

nya

peng

guna

an T

CM

u

ntu

k te

rdu

ga T

B R

O d

an T

B-

HIV

Ti

dak

ada

kebi

jaka

n u

ntu

k m

embe

rita

huka

n ha

sil

dari

la

bora

tori

um

sw

asta

ke

pada

Pr

ogra

m

Nas

iona

l Pe

ngen

dalia

n TB

ke

tika

la

bora

tori

um

in

i di

izin

kan

unt

uk

mem

beli

TCM

Du

kung

an m

itra

unt

uk

PTK

dar

i TC

M

Adv

okas

i u

ntu

k pe

nyed

ia

BPJ

S K

eseh

atan

u

ntu

k m

enye

rtak

an

peng

ujia

n TC

M

Perl

uas

an

TCM

u

ntu

k se

mu

a ke

lom

pok

pasi

en

yang

di

reko

men

dasi

kan

WH

O

Kem

uda

han

akse

s TC

M o

leh

non-

prog

ram

la

bora

tori

um

/

labo

rato

riu

m s

was

ta

BPJ

S K

eseh

atan

mel

anju

tkan

u

ntu

k ti

dak

men

angg

ung

pe

ngu

jian

TCM

Pe

nyed

ia

swas

ta

tida

k da

pat

men

gaks

es T

CM

den

gan

biay

a Pr

ogra

m

Tida

k ad

anya

pe

mbe

rita

huan

w

ajib

ke

pada

Pr

ogra

m

Nas

iona

l Pen

gend

alia

n TB

Pem

biay

aan

unt

uk

laya

nan

labo

rato

riu

m

TB

Prog

ram

N

asio

nal

Peng

enda

lian

TB

men

gaku

i tr

ansi

si

dari

pe

ndan

aan

dono

r ke

pe

ndan

aan

nasi

onal

Saat

in

i se

luru

h bi

aya

TCM

di

tang

gung

ole

h da

na d

onor

Adv

okas

i u

ntu

k pe

nyed

ia

BPJ

S K

eseh

atan

u

ntu

k m

embi

ayai

pe

ngu

jian

TCM

Ting

giny

a ke

terg

antu

ngan

pa

da p

enda

naan

don

or

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202086

23 

  Tuju

an-3

Men

ingk

atka

n ak

ses

terh

adap

uji

ker

enta

nan

obat

lini

per

tam

a da

n ke

dua

di a

ntar

a pa

sien

res

iko

ting

gi T

B

M/X

DR

U

nsur

an

alis

is

situ

asi

TB

di

labo

rato

rium

K

eunt

unga

n

Kek

uran

gan

Pe

luan

g

Anca

man

A

nalis

is

kead

aan

tert

entu

TB

Je

jari

ng

nasi

onal

bi

akan

TB

/uji

kepe

kaan

ya

ng

mu

tuny

a te

rjam

in s

edan

g da

lam

pen

gem

bang

an

Jum

lah

labo

rato

riu

n bi

akan

/ u

ji ke

peka

an t

idak

mem

enu

hi

reko

men

dasi

WH

O

Du

kung

an m

itra

yan

g ku

at u

ntu

k m

enge

mba

ngka

n je

jari

ng

Ban

yak

labo

rato

riu

m

mem

inta

se

rtifi

kasi

dar

i LR

N

Peru

baha

n te

knol

ogi

yang

ti

dak

terd

uga

K

eber

lang

sung

an

Peng

ujia

n TB

ya

ng

ada

dan

caku

pan

laya

nan

5 la

bora

tori

um

be

rser

tifik

asi u

ntu

k u

ji ke

peka

an li

ni p

erta

ma

dan

kedu

a 8

labo

rato

riu

m

bers

erti

fikas

i unt

uk

uji

kepe

kaan

lini

per

tam

a 6

labo

rato

riu

m d

alam

ta

hapa

n pe

rsia

pan

unt

uk

men

gem

bang

kan

kapa

sita

s bi

akan

/ u

ji ke

peka

an

Bia

kan

cair

/ u

ji ke

peka

an

ters

edia

di b

eber

apa

labo

rato

riu

m

Peng

guna

an u

ji id

enti

fikas

i bia

kan

cepa

t

Jeja

ring

lab

orat

oriu

m b

iaka

n/

uji

kepe

kaan

yan

g ad

a sa

at i

ni

tida

k m

enye

diak

an

caku

pan

seca

ra n

asio

nal

Beb

an

kerj

a bi

akan

/ u

ji ke

peka

an

yang

ad

a sa

at

ini

mas

ih r

enda

h Ti

dak

sem

ua

labo

rato

riu

m

biak

an/

uji

kepe

kaan

m

engg

una

kan

kult

ur

cair

Pe

nila

ian

mu

tu

ekst

erna

l u

ntu

k bi

akan

su

b-op

tim

al

Mit

ra

mel

anju

tkan

du

kung

an

perl

uas

an b

iaka

n /

uji

kepe

kaan

Pe

ning

kata

n du

kung

an d

ana

dari

ti

ngka

t pr

ovin

si

Peru

baha

n te

knol

ogi

yang

ti

dak

terd

uga

K

eber

lang

sung

an b

iaka

n ca

ir/

uji

kepe

kaan

Stru

ktu

r je

jari

ng

labo

rato

riu

m

biak

an/

uji

kepe

kaan

Jeja

ring

na

sion

al

biak

an

TB/

uji

kepe

kaan

ya

ng

mu

tuny

a te

rjam

in s

edan

g da

lam

pen

gem

bang

an

BB

LK S

ura

baya

dit

unj

uk

seba

gai

LRN

u

ntu

k bi

akan

/ u

ji ke

peka

an

Jeja

ring

lab

orat

oriu

m b

iaka

n/

uji

kepe

kaan

yan

g ad

a sa

at i

ni

tida

k m

enye

diak

an

caku

pan

seca

ra n

asio

nal

Beb

an

kerj

a bi

akan

/ u

ji ke

peka

an

yang

ad

a sa

at

ini

mas

ih r

enda

h

Mit

ra

mel

anju

tkan

du

kung

an

perl

uas

an b

iaka

n /u

ji ke

peka

an

Peni

ngka

tan

duku

ngan

dan

a da

ri

ting

kat

prov

insi

Peru

baha

n te

knol

ogi

yang

ti

dak

terd

uga

K

eber

lang

sung

an b

iaka

n ca

ir/

uji

kepe

kaan

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

87

24 

 Uns

ur

anal

isis

si

tuas

i TB

di

la

bora

tori

um

Keu

ntun

gan

K

ekur

anga

n

Pelu

ang

An

cam

an

Infr

astr

ukt

ur

jeja

ring

la

bora

tori

um

pe

ngu

jian

TB

12

labo

rato

riu

m

seda

ng

dipe

rbai

ki

unt

uk

mem

enu

hi s

tand

ar B

SL2+

Ban

yak

labo

rato

riu

m

di

Indo

nesi

a m

enaw

arka

n bi

akan

, ta

pi

seba

gian

be

sar

laya

nan

tida

k m

emen

uhi

st

anda

r Ti

dak

adan

ya

pem

etaa

n la

bora

tori

um

ya

ng

mel

aksa

naka

n bi

akan

Pe

mbe

lian

perl

engk

apan

ke

bany

akan

dib

iaya

i don

or

Peni

ngka

tan

kont

ribu

si

pend

anaa

n da

ri t

ingk

at n

asio

nal

dan

prov

insi

Ku

rang

nya,

at

au

tida

k m

emad

ainy

a pe

mel

ihar

aan

infr

astr

ukt

ur

Peru

baha

n te

knol

ogi y

ang

cepa

t

Sum

ber

Day

a M

anu

sia

Pusa

t pe

lati

han

di B

BLK

Su

raba

ya

mel

aku

kan

pela

tiha

n da

lam

bi

akan

, u

ji ke

peka

an,

per

siap

an

med

ia,

dan

prak

tek

kerj

a ya

ng a

man

LR

N

suda

h m

emili

ki

sist

em t

erst

rukt

ur

unt

uk

peng

emba

ngan

SD

M

LRN

yan

g su

dah

terl

atih

da

n be

rpen

gala

man

m

ampu

m

elat

ih,

men

gaw

asi,

dan

mel

aku

kan

prog

ram

pe

man

tapa

n m

utu

Ren

dahn

ya j

um

lah

SDM

yan

g te

rlat

ih

unt

uk

mem

enu

hi

targ

et 4

6 la

bora

tori

um

sta

ndar

u

ntu

k bi

akan

Ti

dak

ada

data

da

sar

men

gena

i lab

SD

M

Saat

in

i LR

N

mem

beri

kan

sem

ua

mas

uka

n te

knis

da

n pe

ngaw

asan

ter

hada

p bi

akan

/

uji

kepe

kaan

Ban

yakn

ya

labo

rato

riu

m

men

gaju

kan

pela

tiha

n da

ri

LRN

m

engg

una

kan

dana

loka

l

Seri

ngny

a te

rjad

inya

ro

tasi

SD

M y

ang

terl

atih

di u

nit

kerj

a

Kom

itm

en

man

ajem

en

labo

rato

riu

m

unt

uk

men

ingk

atka

n ju

mla

h pe

tuga

s K

apas

itas

mas

ih b

erva

rias

i

Pem

elih

araa

n da

n ka

libra

si p

eral

atan

B

eber

apa

pem

elih

araa

n pe

rala

tan

dila

kuka

n se

cara

loka

l

Dik

emba

ngka

nnya

pr

osed

ur

pem

elih

araa

n u

ntu

k pe

rala

tan

labo

rato

riu

m T

B t

erpi

lih

Tekn

isi

B

SC

yang

Han

ya b

eber

apa

labo

rato

riu

m

yang

m

emili

ki

alok

asi

angg

aran

unt

uk

pem

elih

araa

n pe

rala

tan

Han

ya b

eber

apa

labo

rato

riu

m

yang

m

emili

ki

kont

rak

pem

elih

araa

n ta

huna

n K

ura

ngny

a te

knis

i B

SC

yang

Men

ganj

urk

an

kepa

da

pem

erin

tah

daer

ah a

tau

nas

iona

l u

ntu

k m

enda

patk

an p

embi

ayaa

n u

ntu

k pe

mel

ihar

aan

pera

lata

n da

n ka

libra

si

Kem

kes

(BPF

K)

bere

ncan

a u

ntu

k m

elat

ih

staf

la

bora

tori

um

u

ntu

k pe

raw

atan

se

derh

ana

dan

Pera

lata

n m

ahal

ber

esik

o ti

dak

dike

lola

den

gan

baik

Pe

rala

tan

yang

ti

dak

dika

libra

si

berp

enga

ruh

terh

adap

mu

tu h

asil

tes

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202088

25 

 Uns

ur

anal

isis

si

tuas

i TB

di

la

bora

tori

um

Keu

ntun

gan

K

ekur

anga

n

Pelu

ang

An

cam

an

bers

erti

fikas

i be

rser

tifik

at

kalib

rasi

Sist

em

man

ajem

en

mu

tu

SOP

dan

pedo

man

di

kem

bang

kan

dan

diik

uti

da

lam

lab

orat

oriu

m y

ang

terj

amin

mu

tuny

a

Beb

erap

a ko

mpo

nen

SMM

L (S

iste

m

Man

ajem

en

Mu

tu

Labo

rato

riu

m)

terd

apat

di

dala

m l

abor

ator

ium

yan

g te

rjam

in m

utu

nya

Ban

yak

labo

rato

riu

m

tida

k m

ener

apka

n si

stem

m

anaj

emen

SM

ML

Lem

ahny

a ko

mit

men

po

litik

u

ntu

k SM

ML

di b

anya

k lo

kasi

B

uru

knya

ka

pasi

tas

loka

l u

ntu

k m

elak

uka

n SM

ML

Ban

yak

labo

rato

riu

m

men

unj

ukk

an k

eter

tari

kan

dala

m

SMM

L da

n ak

redi

tasi

Kom

itm

en

teru

s m

ener

us

unt

uk

mem

pert

ahan

kan

SMM

L m

asih

ren

dah

Man

ajem

en

pers

edia

an

dan

pera

lata

n la

bora

tori

um

TB

Staf

te

rlat

ih

dala

m

labo

rato

riu

m t

erpi

lih y

ang

m

utu

nya

terj

amin

u

ntu

k m

anaj

emen

logi

stik

B

uku

pe

tunj

uk

um

um

te

lah

dike

mba

ngka

n B

uku

pet

unj

uk

spes

ifika

si

pera

lata

n la

bora

tori

um

te

lah

dike

mba

ngka

n da

n di

duku

ng o

leh

Kem

kes

Man

ajem

en

logi

stik

ti

dak

diik

uti

den

gan

bena

r Sp

esifi

kasi

pe

rala

tan

labo

rato

riu

m t

idak

diik

uti

Man

ajem

en l

ogis

tik

adal

ah b

agia

n da

ri p

rogr

am a

kred

itas

i Pr

osed

ur

biro

kras

i ya

ng r

um

it

mem

peng

aru

hi

kebu

tuha

n lo

gist

ik

Man

ajem

en d

ata

Fo

rmat

st

anda

r R

R

seda

ng

diik

uti

da

lam

la

bora

tori

um

ya

ng

terj

amin

mu

tuny

a

e-TB

man

ager

dig

una

kan

oleh

la

bora

tori

um

u

ntu

k pa

sien

MTP

TRO

B

entu

k st

anda

r K

PI

unt

uk

labo

rato

riu

m

uji

kepe

kaan

dig

una

kan

dan

dila

pork

an s

ecar

a m

anu

al

Form

at

stan

dar

hany

a ad

a da

lam

la

bora

tori

um

ya

ng

terj

amin

mu

tuny

a

Seri

ngny

a pe

nund

aan

sist

em

pela

pora

n m

anu

al

&

mu

tu

data

yan

g bu

ruk.

Ti

dak

terl

atih

nya

staf

lab

TB

u

ji ke

peka

an

unt

uk

e-TB

m

anaj

er,

men

yeba

bkan

ser

ing

mu

ncu

lnya

m

asal

ah

dala

m

men

gaks

es e

-TB

man

ajer

RR

ter

inte

gras

i u

ntu

k pe

laya

nan

kese

hata

n se

dang

dik

emba

ngka

n ol

eh K

emke

s

Dat

abas

e ge

nera

si b

aru

tid

ak

beke

rja

Infr

astr

ukt

ur

unt

uk

man

ajem

en

data

el

ektr

onik

ti

dak

men

duku

ng

Kee

ngga

nan

unt

uk

men

gisi

fo

rmu

lir R

R

Dat

a ko

nsol

idas

i da

ri

beba

n pe

nyak

it

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

89

26 

 Uns

ur

anal

isis

si

tuas

i TB

di

la

bora

tori

um

Keu

ntun

gan

K

ekur

anga

n

Pelu

ang

An

cam

an

kepa

da

LRN

di

ba

sis

regu

ler

Sist

em r

uju

kan

baha

n co

ntoh

uji

M

odu

l pe

lati

han

dike

mba

ngka

n da

n di

guna

kan

unt

uk

peng

emas

an

dan

tran

spor

tasi

yan

g am

an

Stu

di

pilo

t ya

ng

dila

kuka

n u

ntu

k m

engu

ji m

odal

itas

ber

beda

Tida

k ad

anya

gar

is p

enda

naan

ya

ng

jela

s u

ntu

k pu

sat

kese

hata

n de

ngan

tin

gkat

yan

g le

bih

rend

ah

Kom

plek

sita

s ge

ogra

fis

subs

tans

ial

Tida

k ad

anya

pe

dom

an

nasi

onal

u

ntu

k pe

ngir

iman

ba

rang

ber

baha

ya

Kom

itm

en d

ari

dono

r da

n m

itra

u

ntu

k m

enin

gkat

kan

mek

anis

me

peng

irim

an b

ahan

con

toh

uji

Pote

nsi

unt

uk

mem

anfa

atka

n be

rbag

ai

bent

uk

tran

spor

tasi

lo

kal

Keb

erla

nju

tan

Terj

adin

ya

pote

nsi

tum

paha

n ba

han

infe

ksiu

s Pe

nola

kan

lem

baga

ku

rir

unt

uk

men

anga

ni

baha

n in

feks

ius

Ris

et o

pera

sion

al

Prog

ram

N

asio

nal

Peng

enda

lian

TB

berk

omit

men

u

ntu

k m

enin

gkat

kan

pelu

ang

unt

uk

pene

litia

n op

eras

iona

l Ti

m

LRN

ya

ng

sang

at

berp

enga

lam

an

Tida

k ad

anya

da

na

unt

uk

mel

aku

kan

pene

litia

n op

eras

iona

l

Men

ggu

naka

n LR

N

unt

uk

mel

aku

kan

kegi

atan

pe

nelit

ian

oper

asio

nal

unt

uk

pert

anya

an

Prog

ram

N

asio

nal

Peng

enda

lian

TB

Keg

iata

n pe

nelit

ian

yang

tid

ak

terk

ait

deng

an

Prog

ram

N

asio

nal

Peng

enda

lian

TB

mem

butu

hkan

su

mbe

r lim

bah

Keb

ijaka

n hu

kum

dan

u

lasa

n Te

rsed

iany

a pe

dom

an

unt

uk

jeja

ring

la

bora

tori

um

Pe

ngu

jian

TB d

asar

tel

ah

diak

ui

oleh

B

PJS

Kes

ehat

an

Han

ya l

abor

ator

ium

yan

g te

rjam

in

mu

tuny

a u

ntu

k u

ji ke

peka

an

yang

di

perb

oleh

kan

unt

uk

mel

apor

kan

hasi

l

Bad

an

akre

dita

si

nasi

onal

te

ruta

ma

berf

oku

s pa

da

man

ajem

en

dan

keku

rang

an

pada

tek

nis

Rin

tang

an

biro

kras

i da

lam

m

enye

rahk

an p

eral

atan

don

or

ke la

bora

tori

um

BPJ

S K

eseh

atan

ha

nya

mel

aku

kan

peng

gant

ian

dana

ke

labo

rato

riu

m t

erak

redi

tasi

K

emau

an K

emke

s da

n du

kung

an

mit

ra u

ntu

k m

enge

nali

peng

ujia

n ce

pat

deng

an B

PJS

Kes

ehat

an

Keb

erla

ngsu

ngan

tes

cep

at

Aks

esib

ilita

s ke

pe

ndu

duk

yang

diin

gink

an

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202090

27 

 Uns

ur

anal

isis

si

tuas

i TB

di

la

bora

tori

um

Keu

ntun

gan

K

ekur

anga

n

Pelu

ang

An

cam

an

Pem

biay

aan

unt

uk

biak

an/

uji

kepe

kaan

Se

mak

in

bert

amba

hnya

da

na l

okal

yan

g te

rsed

ia

unt

uk

mem

perk

uat

la

bora

tori

um

bia

kan

/ u

ji ke

peka

an

Ket

erse

diaa

n da

na

loka

l u

ntu

k pe

lati

han

Ber

lanj

utn

ya

kete

rgan

tung

an

berl

ebih

pa

da

pend

anaa

n do

nor

Tida

k ad

a da

na

unt

uk

pem

elih

araa

n pe

rala

tan

dan

kalib

rasi

In

fras

tru

ktu

r da

n pe

rala

tan

dise

rahk

an o

leh

dono

r

Peni

ngka

tan

duku

ngan

dan

a da

ri

sum

ber-

sum

ber

nasi

onal

da

n pr

ovin

si

Pend

anaa

n m

elal

ui

GF

bera

da

dala

m m

asa

tran

sisi

Keb

erla

nju

tan

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

91

28 

  Tuju

an-4

Mel

aku

kan

sist

em m

anaj

emen

mu

tu la

bora

tori

um

U

nsur

an

alis

is

situ

asi

TB

di

labo

rato

rium

K

eunt

unga

n

Kek

uran

gan

Pe

luan

g

Anca

man

A

nalis

is

kont

eks

tert

entu

TB

A

ktiv

itas

SM

ML

term

asu

k da

lam

5

tahu

n re

ncan

a st

rate

gis

labo

rato

riu

m

Tida

k te

rsed

iany

a ra

ncan

gan

SMM

L di

neg

ara

Peni

ngka

tan

kepe

rcay

aan

di

labo

rato

riu

m b

erse

rtifi

kat

SMM

L K

ura

ngny

a ko

mit

men

pol

itik

di

ting

kat

nasi

onal

dan

/ a

tau

di

ting

kat

labo

rato

riu

m

Cak

upa

n la

yana

n ya

ng a

da

Prog

ram

N

asio

nal

Peng

enda

lian

TB d

an B

UK

(B

ina

Upa

ya

Kes

ehat

an)

tela

h se

paka

t u

ntu

k m

endu

kung

pe

lati

han

SMM

L

Tida

k ad

a pe

lati

han

SMM

L re

smi

tela

h di

laku

kan

unt

uk

labo

rato

riu

m In

done

sia

Men

ingk

atka

n m

inat

ole

h ba

dan-

bada

n in

tern

asio

nal

unt

uk

men

duku

ng p

elat

ihan

SM

ML

Impl

emen

tasi

ya

ng

tepa

t da

n be

rlan

jut

Stru

ktu

r je

jari

ng

Beb

erap

a ko

mpo

nen

tela

h di

kem

bang

kan

dan

diim

plem

enta

sika

n

Ku

rang

nya

peng

etah

uan

das

ar

men

gena

i SM

ML

Men

ghu

bung

kan

SMM

L de

ngan

si

stem

akr

edit

asi n

asio

nal

Keg

agal

an

unt

uk

mel

aksa

naka

n se

luru

h ja

ring

an

Infr

astr

ukt

ur

labo

rato

riu

m

Infr

astr

ukt

ur

yang

mem

adai

da

lam

la

bora

tori

um

ya

ng

terj

amin

mu

tuny

a

Ban

yak

labo

rato

riu

m

tida

k m

emili

ki

infr

astr

ukt

ur

yang

di

ingi

nkan

Men

ingk

atny

a ko

ntri

busi

pe

ndan

aan

dari

tin

gkat

nas

iona

l da

n pr

ovin

si

Ku

rang

nya,

at

au

tida

k m

emad

ainy

a pe

mel

ihar

aan

infr

astr

ukt

ur

Su

mbe

r D

aya

Man

usi

a B

eber

apa

staf

ter

lati

h da

lam

ko

mpo

nen

yang

dip

ilih

dari

SM

ML

dala

m m

utu

ter

jam

in

labo

rato

riu

m

Tida

k ad

anya

pel

atih

ata

u s

taf

berp

enga

lam

an

Ban

yakn

ya

prog

ram

st

udi

ya

ng

ters

edia

dar

i mit

ra

Ku

rang

nya

jum

lah

SDM

Pem

elih

araa

n da

n ka

libra

si

pera

lata

n la

bora

tori

um

Pem

elih

araa

n be

bera

pa

perl

engk

apan

di

laku

kan

seca

ra lo

kal

Pros

edu

r u

ntu

k pe

mel

ihar

aan

bebe

rapa

pe

rala

tan

labo

rato

riu

m

TB

suda

h di

kem

bang

kan

Tekn

isi B

SC b

erse

rtifi

kasi

Han

ya

bebe

rapa

la

bora

tori

um

m

emili

ki

alok

asi

angg

aran

u

ntu

k pe

mel

ihar

aan

pera

lata

n H

anya

be

bera

pa

labo

rato

riu

m

mem

iliki

kon

trak

pem

elih

araa

n ta

huna

n K

ura

ngny

a ju

mla

h te

knis

i B

SC

yang

ber

sert

ifika

t

Men

ganj

urk

an

kepa

da

pem

erin

tah

daer

ah a

tau

nas

iona

l u

ntu

k m

enda

patk

an p

embi

ayaa

n u

ntu

k pe

mel

ihar

aan

pera

lata

n da

n ka

libra

si

Kem

kes

(BPF

K)

bere

ncan

a m

elat

ih s

taf

labo

rato

riu

m u

ntu

k m

elak

uka

n pe

raw

atan

sed

erha

na

dan

kalib

rasi

Pera

lata

n m

ahal

ber

esik

o ti

dak

dike

lola

den

gan

baik

Pe

rala

tan

yang

ti

dak

dika

libra

si

mem

peng

aru

hi

mu

tu h

asil

tes

Sist

em

man

ajem

en

mu

tu

SOP

dan

pedo

man

di

kem

bang

kan

dan

diik

uti

B

anya

k la

bora

tori

um

ti

dak

men

erap

kan

sist

em

Ban

yak

labo

rato

riu

m

men

unj

ukk

an k

eter

tari

kan

dala

m

Kom

itm

en

teru

s m

ener

us

unt

uk

mem

pert

ahan

kan

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202092

29 

 Uns

ur

anal

isis

si

tuas

i TB

di

la

bora

tori

um

Keu

ntun

gan

K

ekur

anga

n

Pelu

ang

An

cam

an

dala

m

labo

rato

riu

m

yang

te

rjam

in m

utu

nya

Beb

erap

a ko

mpo

nen

SMM

L te

rdap

at

di

dala

m

labo

rato

riu

m y

ang

terj

amin

m

utu

nya

man

ajem

en S

MM

L Le

mah

nya

kom

itm

en

polit

ik

unt

uk

SMM

L di

ban

yak

loka

si

Bu

rukn

ya

kapa

sita

s lo

kal

unt

uk

mel

aku

kan

SMM

L

SMM

L da

n ak

redi

tasi

SMM

L m

asih

ren

dah

Man

ajem

en

pers

edia

an

Staf

te

rlat

ih

dala

m

labo

rato

riu

m

terp

ilih

yang

m

utu

nya

terj

amin

u

ntu

k m

anaj

emen

logi

stik

B

uku

pet

unj

uk

um

um

tel

ah

dike

mba

ngka

n B

uku

pe

tunj

uk

spes

ifika

si

pera

lata

n la

bora

tori

um

te

lah

dike

mba

ngka

n da

n di

duku

ng o

leh

Kem

kes

Man

ajem

en

logi

stik

ti

dak

diik

uti

den

gan

bena

r Sp

esifi

kasi

pe

rala

tan

labo

rato

riu

m t

idak

diik

uti

Man

ajem

en lo

gist

ik a

dala

h ba

gian

da

ri p

rogr

am a

kred

itas

i Pr

osed

ur

biro

kras

i ya

ng r

um

it

mem

peng

aru

hi

kebu

tuha

n lo

gist

ik

Man

ajem

en d

ata

Fo

rmat

sta

ndar

RR

sed

ang

diik

uti

da

lam

la

bora

tori

um

ya

ng t

erja

min

mu

tuny

a

Indi

kato

r ki

nerj

a u

tam

a ya

ng

dike

mba

ngka

n da

n di

impl

emen

tasi

kan

dala

m

labo

rato

riu

m y

ang

terj

amin

m

utu

nya

Form

at

stan

dar

hany

a ad

a da

lam

la

bora

tori

um

ya

ng

terj

amin

mu

tuny

a

Indi

kato

r ki

nerj

a u

tam

a ha

nya

terd

apat

di

labo

rato

riu

m y

ang

terj

amin

mu

tuny

a

Ban

yak

LIM

S te

rsed

ia

seca

ra

inte

rnas

iona

l Si

stem

man

ajem

en d

ata

tida

k fu

ngsi

onal

Sist

em

ruju

kan

baha

n co

ntoh

uji

Mod

ul

pela

tiha

n di

kem

bang

kan

dan

digu

naka

n u

ntu

k pe

ngem

asan

da

n tr

ansp

orta

si y

ang

aman

St

udi

pilo

t ya

ng d

ilaku

kan

unt

uk

men

guji

mod

alit

as

berb

eda

Tida

k ad

anya

gar

is p

enda

naan

ya

ng

jela

s u

ntu

k pu

sat

kese

hata

n de

ngan

tin

gkat

yan

g le

bih

rend

ah

Kom

plek

sita

s ge

ogra

fis

subs

tans

ial

Tida

k ad

anya

pe

dom

an

nasi

onal

u

ntu

k pe

ngir

iman

ba

rang

ber

baha

ya

Kom

itm

en d

ari

dono

r da

n m

itra

u

ntu

k m

enin

gkat

kan

mek

anis

me

peng

irim

an b

ahan

con

toh

uji

Pote

nsi

unt

uk

mem

anfa

atka

n be

rbag

ai

bent

uk

tran

spor

tasi

lo

kal

Keb

erla

nju

tan

Terj

adin

ya

pote

nsi

tum

paha

n ba

han

infe

ksiu

s Pe

nola

kan

lem

baga

ku

rir

unt

uk

men

anga

ni

baha

n in

feks

ius

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

93

30 

 Uns

ur

anal

isis

si

tuas

i TB

di

la

bora

tori

um

Keu

ntun

gan

K

ekur

anga

n

Pelu

ang

An

cam

an

Keb

ijaka

n da

n as

pek

huku

m

unt

uk

TB

Bad

an

akre

dita

si

nasi

onal

m

enga

kui S

MM

L Ti

dak

adan

ya

pedo

man

ya

ng

ters

edia

D

uku

ngan

m

itra

da

n ke

mau

an

Kem

kes

Ku

rang

nya

kom

itm

en p

olit

ik

Pem

biay

aan

Keg

iata

n SM

ML

term

asu

k da

lam

re

ncan

a st

rate

gis

5 ta

hun

labo

rato

riu

m

Bel

um

di

buau

tnya

al

okas

i kh

usu

s pe

mbi

ayaa

n D

uku

ngan

ku

at d

ari m

itra

Impl

emen

tasi

da

n ke

berl

anju

tan

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202094

 

Lampiran 3: Detil Pembiayaan Laboratorium TB Tujuan-1 Perluasan akses ke laboratorium mikroskopis TB yang berkualitas, dengan Pemantapan Mutu Eksternal yang Efektif

2016 (Rp)

2017 (Rp)

2018 (Rp)

2019 (Rp)

2020 (Rp)

Total (Rp)

Strategi 1.1 Penguatan infrastruktur laboratorium termasuk K3

-

N/A -

-

-

-

Strategi 1.2 Peningkatan SDM laboratorium termasuk jejaringnya

21.627.792.060 Dukungan untuk pelaksanaan PME bagi Laboratorium Rujukan Provinsi

-

5.100.000

414.693.325

19.690.000

414.693.325

Pengembangan Laboratorium Rujukan Intermediate

202.818.000

232.957.326

48.577.326

-

-

Pengembangan kapasitas teknisi laboratorium untuk kegiatan uji silang

-

2.164.969.622

1.926.890.790

535.136.630

535.136.630

Implementasi akreditasi jejaring mikroskopis nasional

-

129.870.270

52.887.708

370.213.956

475.989.372

Meningkatkan keterlibatan laboratorium swasta/non-program

-

-

1.863.340.000

2.787.820.000

6.119.308.000

Pelatihan akreditasi jejaring mikroskopis (11 standar GLI)

-

55.370.000

712.030.900

1.137.743.260

1.422.555.620

Strategi 1.3 Pengembangan dan pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium

9.046.496.412

Memberikan wewenang kepada LRN Mikroskopik untuk memimpin dan memberi dukungan teknis dalam penguatan jejaring

1.085.905.428

1.085.905.428

1.085.905.428

1.085.905.428

1.085.905.428

PME untuk Laboratorium Rujukan Provinsi

214.023.708

604.662.024

604.662.024

604.662.024

604.662.024

Pemantauan dan evaluasi untuk lab mikroskopik

-

21.711.900

919.161.768

21.711.900

21.711.900

Strategi 1.4 Penguatan manajemen logistik termasuk pemeliharaan dan validasi alat

31.605.000

Implementasi 11 standar GLI didahului dengan Distribusi 11 standar GLI

-

31.605.000

-

-

-

Strategi 1.5 Penguatan mekanisme rujukan dan transportasi contoh uji

-

N/A -

Strategi 1.6 Penguatan sistem informasi laboratorium

7.475.542.301

Menerapkan TB-12 elektronik untuk meningkatkan pemantapan mutu eksternal

911.807.165

1.036.707.260

1.937.590.225

1.800.180.925

1.789.256.725

Strategi 1.7 Pengembangan kerangka kerja peraturan terkait laboratorium

2.638.188.000

Penerapan 11 standar GLI -

65.772.000

-

-

-

Penguatan jejaring dengan LKS -

1.388.520.000

394.632.000

394.632.000

394.632.000

Strategi 1.8 Pengembangan kapasitas riset operasional

-

N/A

Total

IDR 2.414.554.301

6.823.150.830

9.960.371.494

8.757.696.123

12.863.851.024

40.819.623.773

   

 

 

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

95

Tujuan-2 Meningkatkan akses dan mengurangi waktu diagnosis dan deteksi resistensi Rifampisin melalui tes cepat

2016 (Rp)

2017 (Rp)

2018 (Rp)

2019 (Rp)

2020 (Rp)

Total (Rp)

Strategi 2.1 Penguatan infrastruktur laboratorium termasuk K3

-

N/A -

-

-

-

Strategi 2.2 Peningkatan SDM laboratorium termasuk jejaringnya

47.715.967.014

Mengadakan penambahan alat TCM

13.350.000.000

7.530.000.000

11.460.000.000

13.020.000.000

13.470.000.000

Desentralisasi pelatihan dan peran dukungan untuk 10 lab regional TCM

4.560.000

81.145.708

81.145.708

81.145.708

76.185.708

Pengembangan SL LPA 182.959.416

91.479.708

91.479.708

91.479.708

91.479.708

Pelatihan untuk Stasiun Pengumpul Contoh Uji (untuk pengemasan contoh uji yang aman)

66.022.854

330.114.270

1.254.434.226

-

-

Strategi 2.3 Pengembangan dan pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium

4.571.084.792

Memberikan wewenang ke LRN Molekuler untuk menunjukkan kepemimpinan dan memberikan dukungan teknis untuk memperkuat jejaring

86.416.180

86.416.180

86.416.180

86.416.180

86.416.180

Melakukan evaluasi setelah pelatihan bagi Laboratorium Rujukan Provinsi oleh LRS, LRN Molekuler, Subdit TB, Direktorat Pelayanan Kesehatan, dan mitra

771.733.304

1.291.290.720

1.543.466.608

-

-

Penilaian lab TCM sebagai PME dalam penerapan alat TCM di seluruh Indonesia

154.732.360

154.732.360

154.732.360

154.732.360

154.732.360

Supervisi ke Lab LPA 50.003.708

75.005.562

100.007.416

125.009.270

150.011.124

Strategi 2.4 Penguatan manajemen logistik termasuk pemeliharaan dan validasi alat

4.314.386.729.499

Pengadaan Alat TCM, Kartrid, dan Pemeliharaan

814.019.982.621

768.822.365.077

1.192.197.146.053

1.503.404.985.748

1.789.587.908.757

Pengadaan materi/ bahan pengemasan untuk transportasi contoh uji dan mekanisme rujukan

817.530.000

4.087.650.000

15.533.070.000

15.504.000.000

15.504.000.000

Identifikasi sistem kurir lokal yang tersedia dan tanda tangan perjanjian

716.830.000

1.080.600.000

2.461.090.000

2.432.020.000

2.432.020.000

Strategi 2.5 Penguatan mekanisme rujukan dan transportasi contoh uji

838.419.416

Sosialisasi ke Dinas Kesehatan Provinsi untuk pengembangan model transportasi contoh uji yang berkelanjutan

26.403.236

132.016.180

-

-

-

Membangun jejaring antara fasilitas kesehatan, stasiun pengumpul contoh uji (SPC) dan laboratorium diagnostik

27.200.000

136.000.000

516.800.000

-

-

Strategi 2.6 Penguatan sistem informasi laboratorium

4.996.074.596

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202096

Memperkuat manajemen data TCM

-

873.941.800

873.941.800

873.941.800

873.941.800

Mengembangkan database elektronik nasional untuk mengawasi kalibrasi dan penggantian modul, beban kerja, logistik kartrid, dan pelacakan indikator kinerja utama lab TCM

282.704.562

282.704.562

282.704.562

282.704.562

282.704.562

Manajemen data untuk diagnosis TB-XDR menggunakan kartrid XDR

-

-

-

-

-

Manajemen data untuk TB ekstra-paru

-

-

-

-

-

Manajemen data untuk transportasi contoh uji dan mekanisme rujukan

141.612.360

205.478.540

448.170.024

448.170.024

448.170.024

Strategi 2.7 Pengembangan kerangka kerja peraturan terkait laboratorium

81.510.000

Membuat kebijakan implementasi kartrid XDR

-

-

-

54.120.000

-

Membuat pedoman untuk pemeriksaan TCM menggunakan contoh uji ekstra paru

27.390.000

-

-

-

-

Strategi 2.8 Pengembangan kapasitas riset operasional

-

N/A -

-

-

-

Total

IDR 830.726.080.601

785.260.940.667

1.227.084.604.645

1.536.558.725.360

1.823.157.570.223

4.379.630.351.273

USD 61.535.265

58.167.477

90.895.156

113.819.165

135.048.709

324.417.063

 

Tujuan-3 Meningkatkan akses ke laboratorium uji kepekaan OAT lini 1 dan 2 untuk pasien yang berisiko TB RO /TB XDR 

2016 (Rp)

2017 (Rp)

2018 (Rp)

2019 (Rp)

2020 (Rp)

Total (Rp)

Strategi 3.1 Penguatan infrastruktur laboratorium termasuk K3

54.000.000.000

Renovasi Laboratorium biakan TB

7.200.000.000

18.000.000.000

18.000.000.000

10.800.000.000

-

Strategi 3.2 Peningkatan SDM laboratorium termasuk jejaringnya

8.148.588.398

Memperluas jejaring biakan 281.055.888

198.458.652

226.809.888

283.512.360

-

Mengembangkan dan mempertahankan praktik kerja yang aman di laboratorium TB

850.186.788

991.884.586

1.133.582.384

1.416.977.980

-

Pengembangan pemeriksaan biakan menggunakan media cair (MGIT960) di semua laboratorium uji kepekaan

451.275.192 625.667.260

687.861.440

1.001.315.980

-

Strategi 3.3 Pengembangan dan pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium

11.407.237.276

Memberikan dukungan kepada LRN-Biakan/uji kepekaan untuk menunjukkan kepemimpinan dan memberikan dukungan teknis untuk memperkuat jejaring

1.182.033.192

1.182.033.192

1.182.033.192

1.182.033.192

1.182.033.192

LRN memberikan dukungan terkait pemantapan mutu (QA) untuk laboratorium biakan TB

150.011.124

175.012.978

200.014.832

250.018.540

-

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020 Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020

97

Memperbanyak jumlah laboratorium uji kepekaan dalam jejaring lab TB

450.033.372

475.035.226

500.037.080

550.040.788

550.040.788

Mempertahankan kualitas lab uji kepekaan yang sudah ada oleh LRN BBLK Surabaya

656.730.000

628.774.102

649.024.102

669.274.102

669.274.102

Melakukan asesmen selama implementasi MGIT960

275.020.394

300.022.248

325.024.102

425.031.518

-

Strategi 3.4 Penguatan manajemen logistik termasuk pemeliharaan dan validasi alat

3.900.000.000

Pengadaan kontrak pemeliharaan untuk semua pengguna MGIT960 dalam jejaring

750.000.000

900.000.000

975.000.000

1.275.000.000

-

Strategi 3.5 Penguatan mekanisme rujukan dan transportasi contoh uji

-

N/A -

-

-

-

Strategi 3.6 Penguatan sistem informasi laboratorium

-

N/A -

-

-

-

Strategi 3.7 Pengembangan kerangka kerja peraturan terkait laboratorium

-

N/A -

-

-

-

Strategi 3.8 Pengembangan kapasitas riset operasional

-

N/A -

-

-

-

Total

IDR 12.246.345.950

23.476.888.244

23.879.387.020

17.853.204.460

2.401.348.082

79.857.173.756

USD 907.137

1.739.029

1.768.843

1.322.460

177.878

5.915.346

 

Tujuan-4 Menerapkan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium (SMML) 

2016 (Rp)

2017 (Rp)

2018 (Rp)

2019 (Rp)

2020 (Rp)

Total (Rp)

Strategi 4.1 Penguatan infrastruktur laboratorium termasuk K3

- N/A

- -

-

-

Strategi 4.2 Peningkatan SDM laboratorium termasuk jejaringnya

927.151.304 Melatih laboratorium Indonesia

182.850.000 304.884.562

-

-

-

Membentuk pelatih nasional -

31.479.236

317.766.180

90.171.326

-

Strategi 4.3 Pengembangan dan pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium

2.925.216.918

Setelah ToT, melakukan asesmen untuk menindaklanjuti pelatihan

- 125.009.270

350.025.956

475.035.226

-

Pelibatan Badan Akreditasi Nasional (KAN)

- 250.018.540

500.037.080

850.063.036

-

Persiapan laboratorium untuk akreditasi ISO dengan bantuan KAN

- -

225.016.686

150.011.124

-

Strategi 4.4 Penguatan manajemen logistik termasuk pemeliharaan dan validasi alat

1.309.038.034

Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-202098

Membuat SPO manual logistik untuk tingkatan lab yang berbeda

141.242.472 317.795.562

425.000.000

425.000.000

-

Strategi 4.5 Penguatan mekanisme rujukan dan transportasi contoh uji

N/A

- -

-

-

Strategi 4.6 Penguatan sistem informasi laboratorium N/A

- -

-

-

Strategi 4.7 Pengembangan kerangka kerja peraturan terkait laboratorium

N/A

- -

-

-

Strategi 4.8 Pengembangan kapasitas riset operasional N/A

- -

-

-

Total

IDR 324.092.472

1.029.187.170

1.817.845.902

1.990.280.712

5.161.406.256

USD 24.007

76.236

134.655

147.428

382.326