renaissance
DESCRIPTION
zaman kebangkitanTRANSCRIPT
Zaman GelapAbad ke-5 sampai Abad ke-10
Akhir Cendekiawan Arab• Setelah tahun 1100, cendekiawan Arab terus
berkurang (tidak ada penerus)
Alkemi• Arab juga meneruskan kegiatan alkemi• Mereka memadukan alkemi dari Yunani
dengan alkemi dari Cina (dari Taoisme)• Kelompok eksoterik menguat lagi sehingga
kedua-duanya esoterik dan eksoterik sama kuatnya
• Dari kegiatan mereka ditemukan bahan alkali caustik (soda alkali)
Zaman Pertengahan• Zaman Gelap disusul oleh Zaman Pertengahan
(Medieval) pada abad ke-10
Zaman PertengahanAbad ke-10 sampai Abad ke-15
Karakteristik Zaman• Kehidupan di Eropa relatif lebih tenang
• Kegairahan belajar mulai bangkit lagi. Mulai ada pendidikan di luar katedral
• Karya Yunani dan Arab diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Latin terutama oleh orang Yahudi
• Perhatian kepada filsafat tararah ke metafisika dan bahkan diperdebatkan
• Filsafat digunakan untuk menjustifikasi agama
• Universitas dengan istilah universitas mulai muncul pada zaman ini
• Metoda induktif mulai digunakan di dalam pencarian pengetahuan
Zaman PertengahanFilsafat Metafisika
Aliran Filsafat• Sejak zaman Yunani Kuno sudah ada
perbedaan aliran di bidang metafisika
• Pada zaman pertengahan, setiap aliran mengemukakan argumentasi masing-masing
• Ada yang berpegang kepada Plato serta ada yang berpegang kepada Aristoteles
Perdebatan• Ada kalanya, aliran berbeda saling berdebat
• Argumentasi cukup marak pada abad ke-12 sampai ke-14; Universitas juga mempelajari esensi universal pada filsafat
• Dari zaman ke zaman terjadi pergeseran anutan dari satu aliran ke aliran lainnya
Zaman PertengahanStudium dan Universitas
Studium• Bermunculan studium yakni tempat orang
mempelajari bidang pengetahuan tertentu di bawah pengajar
• Ada tiga studium yang sangat terkenal yakni studium di Salerno (medik), Bologna (hukum dan teologi), dan Paris (seni dan teologi); semacam program studi sekarang
Studium Generale• Studium generale adalah studium yang terbuka
untuk semua pelajar (dari berbagai negeri)
• Jadi generale di sini berarti terbuka untuk semua jenis pelajar
• Biasanya studium yang terkenal berbentuk studium generale
Zaman PertengahanStudium dan Uunivesitas
Docendi, Doctor, Magister• Pengajaran di studium dilakukan melalui
docendi (menggurui)
• Kemudian pengajar dibekali lisensi mengajar oleh katedral atau kaisar berupa licentiae docendi dan ius ubique docendi (berhak mengajar di mana-mana)
• Pelaksana docendi adalah doctor sehingga arti doctor adalah pemberi docendi atau guru
• Pengajar juga dikenal sebagai magister yang artinya juga guru
• Doctor dan magister adalah sejajar. Ada jenis studium yang menggunakan istilah doctor dan ada yang menggunakan istilah magister
Zaman PertengahanStudium dan Universitas
Legere• Jarang ada buku sehingga buku hanya dimiliki
oleh para pengajar
• Pengajaran berlangsung melalui pembacaan (legere, lectus) oleh pengajar dan pelajar mencatatnya
• Pengajar yang membaca dikenal sebagai lektor yakni mereka yang membaca (sekarang dikenal sebagai lektor)
• Ada juga commentatio (komentar) dan summa (ringkasan)
Disputatio dan Tesis• Sewaktu-waktu ada disputatio yakni perdebatan
• Di dalam disputatio, ada yang mendudukkan atau menempatkan (thesis) pemikiran yang perlu dipertahankannya terhadap sanggahan
• Secara harfiah, thesis berarti mendudukkan atau menempatkan
Zaman PertengahanStudium dan Universitas
Tujuan Belajar• Tujuan belajar di studium adalah untuk menjadi
doctor atau magister dengan hak mengajar (dengan semua hak yang berkenaan dengan jabatannya)
Gelar • Kecuali hukum, medik, dan teologi, semua
lainnya adalah filsasat, sehingga gelar lulusan menjadi PhD
• Lulusan medik adalah MD dan luluan hukum LLD (bukan PhD)
Pakaian• Di Oxford dan Cambridge, toga adalah pakaian
sehari-hari (kini dipakai pada upacara saja)
Zaman PertengahanStudium dan Universitas
Universitas Scholarium• Dalam bahasa Latin, universitas berarti
organisasi atau korporasi
• Karena mahasiswa luar kota di Bologna mengalami sejumlah kesulitan (pemondokan, makan), pada tahun ± 1158, mereka membentuk universitas scholarium (korporasi pelajar)
• Mahasiswa berasal dari setiap negeri membentuk consiliarii masing-masing
• Mereka mengangkat rector scholarium (rektor pelajar) untuk menentukan kurikulum dan upah pengajar
• Dari Bologna, model universitas scholarium menyebar ke Padua, Roma, Montpellier, Salamanca, Perancis bagian selatan (umumnya di Eropa selatan)
Zaman PertengahanStudium dan Universitas
Universitas Magistrorum• Di Paris, universitas dibentuk oleh para
magister menjadi universitas magistrorum (korporasi pengajar)
• Pimpinan dan organisasi universitas dipegang oleh para magister
• Model universitas magistrorum menyebar ke Oxford, Cambridge, dan Eropa utara (dan ke jajahan mereka)
Cessatio• Cessastio adalah berhenti (mogok). Cessatio
terjadi kalau timbul masalah serius
• Pada tahun 1229, terjadi cessatio di Universitas Paris selama hampir dua tahun. Banyak magister dan pelajar pergi ke Oxford
Zaman PertengahanStudium dan Universitas
Tradisi di Universitas Paris• Metoda ajar belajar: collatio (kuliah) dan lectio
(penjelasan)
• Masa kuliah: • 1. St Remi (Okt) - Lent, dan
• 2. Easter - St. Pierre (29 Juni)
• Lulusan: di bawah magister adalah determinatio (baccaulaureate) dengan hak mengajar di bawah supervisi magister
Upacara di Universitas Paris• Di Paris terdapat upacara wisuda berupa pidato
pengukuhan (sekarang: untuk guru besar), duduk di kursi magister dan memakai topi magister
Zaman PertengahanStudium dan Universitas
Pembentukan Universitas Baru• Mula-mula reputasi universitas bergantung
kepada namanya yang terkenal
• Pengajar dari universitas kurang terkenal yang pindah ke universitas lebih terkenal sering harus menempuh ujian dulu
• Kaisar atau raja ingin mendirikan universitas. Agar memiliki reputasi, pendiriannya dilakukan melalui keputusan kaisar atau raja
• Sering terjadi bahwa kaisar atau raja sendiri yang menjadi kepala dari universitas itu dan menjabat sebagai chancellor
• Dengan demikian, orang yang sehari-hari mengepalai universitas menjadi vice chancellor. Di sejumlah universitas, tradisi ini masih berlaku sampai sekarang
Zaman PertengahanMetoda Deduktif dan Induktif
Metoda Deduktif• Dimulai dari yang telah diketahui (premis),
melalui penalaran, mencapai konklusi
• Metoda ini digemari karena argumentasinya sangat kuat dan lagi pula mereka tidak usah melakukan kegiatan manual (kegiatan manual dilakukan oleh para budak)
Asumsi• Kelemahan metoda deduktif terletak pada kasus
ketika yang diketahui itu (premis) tidak ada
• Diciptakan asumsi untuk dijadikan yang diketahui itu yakni dijadikan premis
• Asumsi tidak diuji, terserah mau diterima atau tidak
Zaman PertengahanMetoda Deduktif dan Induktif
Belantara Asumsi• Karena banyak hal tidak memiliki atau
menemukan premis, maka asumsi bermunculan tanpa kendali
• Hal yang sama dapat diterangkan melalui asumsi yang berbeda-beda
Parsimoni (Pisau Cukur Ockham)• William Ockham mempopulerkan kegiatan
untuk hanya memilih argumentasi yang paling sederhana untuk diterima dan yang lainnya ditolak (seperti dicukur)
• Prinsip untuk hanya menerima argumentasi yang paling sederhana dikenal sebagai parsimoni atau pisau cukur Ockham
• Parsimoni berlaku sampai sekarang
OCKHAMS’S RAZOR
Ockham’s razor, also spelled Occam’s razor, also called Law of Economy, or Law of Parsimony, name given to the principle stated by William of Ockham (1285-1349?), a Scholastic, that non sunt multiplicanda entia practer necessitatum; i.e. entities are not to be multiplied beyond necessity.
The principle was, in fact, invoked before Ockham by Durand de Saint-Pourçain, a French Dominican theologian and philosopher of dubious orthodoxy, who used it to explain that abstraction is the apprehension of some real entity, such as an Aristotelian cognitive species, an active intellect, or a disposition, all of which he spurned as unnecessary. Likewise, in science, Nicole d’Oresme, a 14th-century French physicist, invoked the law of economy, as did Galileo later, in defending the simplest hypothesis of the heavens. Other later scientists stated similar simplifying laws and principles.
Ockham, however, mentioned the principle so frequently and employed it so sharply that it was called
“Ockham’s frazor.” He used it, for instance, to dispense with relations, which he held to be nothing distinct from their foundation in things; with efficient causality, which he tended to view merely as regular succession; with motion, which is merely the reappearance of a thing in a different place; with psychological powers distinct for each mode of sense; and with the presence of ideas in the mind of the Creator, which are merely the creatures themselves.
Zaman PertengahanMetoda Deduktif dan Induktif
Kisah Gigi Kuda• Dikisahkan pada tahun 1432, terjadi
perdebatan di biara tentang berapa jumlah gigi di mulut kuda
• Semua karya kuno dan karya besar dibaca untuk dicari premis, tetapi belum juga ditemukan
• Dengan izin para tetua, biarawan muda membantu dengan menyeret kuda ke dalam ruangan dan menghitung giginya
• Dianggap sebagai cara hina, biarawan muda dan kuda diusir dan perdebatan berlangsung
• Setelah lelah berdebat, mereka berdamai dengan kesimpulan: jumlah gigi di mulut kuda adalah suatu misteri, tidak mungkin diketahui
THE STORY OF HORSE TEETH In the year of our Lord, 1432, there arose a grievous quarrel among the brethren over the number of teeth in the mouth of a horse. For thirteen days the disputation raged without ceasing. All the ancient books and chronicles were fetched out, and wonderful and ponderous erudition was made manifest. At he beginning of the fourteenth day a youthful friar of goodly bearing asked his learned superiors for permission to add a word, and straightaway, to the wonder of the disputants, whose deep wisdom he sorely vexed, he beseeched them in a manner coarse and unheard of, to look in the mouth of a horse and find answers to their questionings. At this, their dignity being grievously hurt, they waxed exceedingly wroth; and joining in a mighty uproar they flew upon him and smote him hip and thigh and cast him out forthwith. For, they said, “Surely Satan hath tempted this bold neophyte to declare unholy and unheard-of ways of finding truth, contrary to all the teachings of the fathers.” After many days of grievous strife the dove of peace set on the assembly, and they, as one man, declaring the problem to be an everlasting mystery because of a dearth of historical and theological evidence thereof, so ordered the same writ down.
– Dari Francis Bacon as cited by CEK Mees, “Scientific thought and Social Reconstruction,” American Scientist 22 (1934): 13-24.
Zaman PertengahanMetoda Deduktif dan Induktif
Metoda Induktif• Diperlukan metoda induktif untuk menemukan
jumlah gigi di mulut kuda, sehingga metoda induktif mulai digunakan
• Kelemahan: terjadi lompatan induktif yang membuat argumentasi lemah
• Penganut: Robert Grosseteste, Roger Bacon, John Duns Scotus, William Ockham
Bahaya Metoda Induktif• Metoda induktif dapat menghasilkan sesuatu
yang bertentangan dengan doktrin penguasa
• Contoh: Kopernikus menemukan sistem heliosentris yang bertentangan dengan doktrin katedral (yang geosentris)
Zaman PertengahanAlkemi
Terjemahan• Terjemahan tulisan Arab ke Latin juga
mencakup alkemi
• Alkemi menyerap berbagai sumber termasuk dari Cina (alkemi Tao)
Buku Jabir• Pada 1310, Jabir menerbitkan 4 buku alkemi
• Logam memiliki prinsip terbakar dan karatan dari belerang serta prinsip cair dan lebur dari merkuri
• Paduan yang cocok dari belerang dan merkuri dapat menghasilkan emas
• Eksoterik dan esoterik sama majunya
• Ada kalanya menghasilkan bahan kimia baru
ALCHEMYAlchemy, the pseudoscience whose aims were
to transform base metals such as lead or copper into silver or gold. Although such attempts have involved chemical procedures, evidence linking the pseudoscience with the development of chemistry itself remains inconclusive.
The theory that five elements (air, water, earth, fire, space) in various combinations constitute all matter was postulated in almost identical form in ancient China, India, and Greece. Further, the world of matter was seen to function by means of antagonistic, opposing “forces”—e.g., hot and cold, wet and dry, positive and negative, male and female. Under their similar astrological heritages, philosophers of these three cultures found correspondences among the elements, planets, and metals.
Astrologers believed that events in the macrocosm of the natural world were reflected in the human microcosm, and vice versa. Thus, under the proper astrological influences, a “perfection,” or “healing,” of lead into gold might occur, just as the human soul could achieve a perfect state in heaven. The artisan in his laboratory could perhaps hasten this process by careful nurture and long heating, by “kill-
ing” the metal and then “reviving” it in a finer form.While the practical alchemists invented and
used many laboratory apparatuses and procedures that in modified form are used today, they were still essentially artisans and did not wish to reveal their trade secrets. In an effort to preserve the esoteric nature of their practices, they devised many concealing, symbolic names for the materials with which they work. In addition, Greek writers usually ascribed their manuscripts to some god, hero, king, or philosopher of old as a further concealment.
The confusing tendencies were intensified as the mystically minded began to develop alchemical ideas. As Hellenistic philosophy shifted more and more from the technical scientific viewpoint to the emphasis on divine revelation of Gnosticism, Neoplatonism, and Christianity, the alchemical writings became esoteric to the point of total obscurity. In time the Chinese practitioners, who sought to make gold not for its own sake but as an elixir of immortality, also came to emphasize the esoteric aspects at the expense of all practical technique, and the art degenerated into a mass of superstition. Alchemy in India eventually met with a similar fate.
Arabic alchemy is as mysterious in its origins
as the other currents. It presumably migrated to Egypt during the Hellenistic period, where it became incorporated into the work of the first alchemist whose identity has been authenticated, Zomisos of Panopolis. Through their contact with China, the Arabs adopted the use of a transmuting “medicine,” the mysterious substance that appears later in European alchemy as the philosopher’s stone. Translations of the Arabic works of ar-Razi (c. 850-923 or 924) by Christian scholars in the 12th century led to a revival of the art in Europe. By 1300 the subject was being discussed by the leading philosophers, scientists, and theologians of the day. Important alchemical discoveries of the period include the mineral acids and alcohol. Medical chemistry, or pharmacy, emerged from this revival two centuries later under the influence of Paracelsus (1493-1541), a Swiss-German alchemist.
Renaissance physicists and chemists began to discount the possibility of transmutation on the basis of a renewed interest in Greek atomism. The chemical facts that had been accumulated by the alchemists were now reinterpreted and made the basis upon which modern chemistry was erected. It was not until the 19th
century, however, that the possibility of chemical gold-making was conclusively contradicted by scientific evidence. Sporadic revivals of alchemical philosophies and techniques persisted into the 20th century.
Zaman PertengahanFilsafat Scholaticism
Filsafat Scholasticism• Pada zaman pertengahan, sejumlah biarawan
menjadi ahli filsafat
• Di antaranya St. Agustin, St. Anselmus, St. Thomas Aquinas
• Mereka menggunakan filsafat untuk menerangkan agama dan doktrin katedral
• Aliran filsafat mereka dikenal sebagai scholaticism
Scholaticism dan Induksi• Scholasticism tidak menolak metoda induksi
dengan syarat
• Syaratnya adalah seluruh kegiatan induktif tidak boleh bertentangan dengan doktrin katedral
Zaman KebangkitanAbad ke-15 sampai Abad ke-18
Karakteristik Zaman• Disebut sebagai Renaissance, banyak
perubahan terjadi pada zaman ini
• Kemajuan di bidang observasi dan eksperimen
• Sintesis agung ilmu dengan matematika
• Metoda ilmiah
• Alkemi menjadi kimia
• Kemajuan di bidang matematika dan ilmu alam
• Kemajuan di bidang pertukangan
Penjelajahan• Terjadi penjelajahan ke seluruh dunia
• Columbus tiba di benua Amerika
• Vasco da Gama mengelilingi bumi
• Belanda sampai ke Indonesia
Zaman KebangkitanObservasi dan Eksperimen
Observasi Ilmiah• Observasi astronomi melalui teropong
dilakukan oleh Kopernikus, Galileo, Tycho Brahe
• Lahir teori heheliosentris (berbeda dengan geosentris) dan ditemukan bulan di planet saturnus
• Heliosentris ditentang oleh Katedral• (kini dilindungi dengan kebebasan akademik)
Temuan• Kopernikus mengemukakan sistem heliosentri
dengan garis edar lingkaran• Kepler (dengan data Tycho Brahe) menemukan
garis edar berbentuk elips• Galileo menemukan bulan di planet Jupiter
melalui teropong
Zaman KebangkitanObservasi dan Eksperimen
Eksperimen Ilmiah• Galileo menjatuhkan benda dari menara Pisa
dan menemukan bahwa benda ringan dan berat tiba di tanah dalam waktu yang sama (membantah asumsi Aristoteles)
• Galileo melakukan percobaan tentang gerak benda pada bidang miring dan menyusun rumus gerak benda
Dinamika Gerak (Gallileo)• Sebelum Newton, Galileo menemukan
dinamika gerak
• Termasuk rumus gerak, gerak parabola, gaya sentripetal
SCHOLASTICISM
The philosophical systems and speculative tendencies of various medieval Christian thinkers who, working on a background of fixed religious dogma, sought to solve anew general philosophical problems (as of faith and reason, will and intellect, realism and nominalism, and the provability of the existence of God), initially under the influence of the mystical and intuitional tradition of patristic philosophy and especially Augustinianism and later under that of Aristotle.
In the early Middle Ages the authority of the Church Fathers still remain important especially that of the Pseudo-Dionysus, with his hierarchically ordered cosmos. (Pseudo-Dionysus wrote under the name of Dionysus the Areopagite—one of St. Paul’s convents—around AD 500 in order to clothe his own works in a borrowed authority.) The impact of the controversial theologian Peter Abelard in the 11th century, however, brought logic to the forefront of scholastic philosophy and rendered reliance upon the authority of the Fathers alone inadequate.
For such medieval theologians as Albertus Magnus and Thomas Aquinas, reasoned assumed an important role in theology, not as the antithesis of faith, but as its supplement. Thus, the scholastics made a systematic attempt to map out the field of theology as a science and
in so doing developed new treatises on matters that had previously belonged to preaching (e.g. the sacraments). They began to prevail over the more contemplative and monastic schools, which held that theology considered in wisdom rather than in science. They borrowed freely from the philosophy of Aristotle, which came to them largely via the Islamic philosophers Averoes (1126-98) and Avicenna (980-1037). They aimed at a synthesis of learning in which theology surmounted the hierarchy of knowledge.
The primary methods of teaching were the lectio (lecture) and the disputatio (formal debate), which consisted largely in the presentation and analysis of syllogisms. Although there was fairly general agreement as to method and aim, Scholastics did not always agree among themselves on points of doctrines. Distinct schools of theology emerged, the most influential being those of the Franciscan Duns Scotus, for whom a world created in God’s groundless, absolute freedom could exhibit no “necessary reasons,” and the Dominican St. Thomas Aquinas, for whom faith, in general, presupposed and therefore required natural reason. The Thomist position tended increasingly to prevail, and Aquinas was eventually declared “common doctor” of the church and consider-
ed the repository of sound and orthodox doctrine. His Summa Theologiae (“Summary of Theology”) became the standard textbook of theology, and the era of the great commentaries on Aquinas began. One of the most famous was that of a 16th-century Dominican, Cardinal Thomas de Vio, commonly known as Cajetan.
The polemical atmosphere of the Reformation and Counter-Reformation introduced a new factor. While Protestant theologians stressed scriptural and patristic authority and despised the Scholastics as logic-chopping obscurantists, Catholic theologians came to rely on the latter more and more heavily. The Metaphysical Disputations of the late 16th-century Jesuit Francisco Suares, however, reveal a concern for the spirit rather than the letter of Scholasticism. Rather than commentary on Aquinas, his work is an original philosophical treatises inspired by Aquinas and others.
The first author to try to extract a philosophy (apart from theology) from Aquinas was the Dominican John of St. Thomas in the 17th century with his Cursus Philosophicus, and this example was much followed. The medieval synthesis was still further fragmented as new treatises were devised on such subjects as ecclesiology, apologetics, moral theology, and cosmology. Nevertheless, the medieval were retained
as a point of reference, and these philosophers and theologians saw themselves as the heirs to the Scholastic tradition. Th18th and 19th centuries were a period of decadent Scholasticism. The tradition survived as a form of emasculated Aristotelianism out of touch with contemporary thought and science, it continues to be taught in Latin, providing what amounted to a memory test for Catholic seminarians.
A Thomist revival was announced and stimulated by Pope Leo XIII’s encyclical Aeterni Puris (1879); so called Neoscholasticism became the dominant school in the Roman Catholic universities, although it proved at first incapable of dialogue with contemporary philosophy and played a conservative role in the Modernist crisis of the early years of the 20th century. Subsequently, however, Neoscholasticism and Neothomism earned renewed respect on the basis of the historical scholarship of the French Christian philosopher Etienne Gilson and others, who traced the original contributions of the Scholastics and their influence on subsequent philosophy.
Zaman KebangkitanObservasi dan Eksperimen
Teori Newton• Newton mengemukakan teori mekanika:
kelembaman dan gravitasi
• Merupakan salah satu temuan terbesar di bidang ilmu
Sintesis Agung • Observasi, eksperimen, dan teori Newton
menggunakan matematika sehingga terjadi sintesis di antara ilmu alam dengan matematika
• Sintesis ini sangat produktif sehingga menghasilkan kemajuan yang pesat di bidang ilmu
Matematika• Mengalami kemajuan yang pesat, dari ahli
matematika Italia, ke Perancis, dan ke Jerman
Zaman KebangkitanObservasi dan Eksperimen
Alkemi• Alkemi eksoterik dan esoterik terus
berkembang
• Mereka mencari suatu bahan yang dinamakan elixir (al-iksir) atau philosopher’s stone yang dipercaya dapat menjadi katalisator pembuatan emas dari bahan murah
• Elixir dapat membuat orang panjang umur
• Pembuatan emas tidak mereka peroleh, tetapi mereka menemukan sejumlah bahan baru
• Kegiatan mereka mendekati kegiatan kimia
Bernard Trevisan• Ada kisah tentang Bernard Trevisan yang sejak
muda berusaha membuat emas tetapi tidak berhasil (agaknya fiktif)
Zaman PertengahanObservasi dan Eksperimen
Paracelsus dan Pengobatan• Nama aslinya adalah Theophratus Philippus
Aureolus Bombastus von Hohenheim, kemudian menggunakan nama Paracelsus (1493-1541)
• Anak seorang dokter dan kemudian belajar di Universitas Basel dan menjadi dokter
• Paracelsus percaya bahwa bahan dari alkemi dapat dijadikan obat sehingga bertengkar dengan para dokter dan farmasi yang masih menggunakan pengobatan cara kuno
• Ketika diangkat menjadi guru besar medik di Universitas Basel, pada tahun 1527, di depan umum, Paracelsus membakar buku pengobatan kuno
• Dimusuhi banyak orang, Paracelsus pergi meninggalkan Basel dan berkelana
Zaman PertengahanObservasi dan Eksperimen
Paracelsus dan Alkemi• Paracelsus percaya bahwa alkemi dapat
mengubah bahan alami dan menghasilkan bahan baru untuk keperluan baru
• Walaupun gagal membuat emas, para alkemi berhasil menemukan sejumlah bahan baru
Alkemi Menjadi Kimia• Dibantu dengan teori ilmiah, alkemi memudar
dan hilang
• Dirintis oleh Lavoisier, muncul kimia yang mengenal teori dan eksperimen di laboratorium
Pembetulan Kalender• Pada tahun 1527, Paus Gregorius membetulkan
kalender (ada lompatan 10 hari di bulan Oktober)
Zaman PertengahanObservasi dan Eksperimen
Rekapitulasi Perkembangan• Kopernikus: heliosentrik (tata surya)
• Kepler (dengan data dari Tycho Brahe): gerakan benda langit adalah elips
• Galileo Galilei: dinamika gerak (percepatan jatuh dan sentrifugal, gerak parabola dan proyektil), bulan di Jupiter
• Isaac Newton: teori gravitasi
Dampak • Bumi hanya planet kecil, arti manusia di jagad
raya menjadi kecil
• Komet bisa diterangkan, banyak tahayul lenyap
• Tuhan berurusan dengan jagad raya yang besar sehingga urusan manusia hanya bagian kecil
Zaman kebangkitanMetoda Ilmiah
Metoda Ilmiah Descartes• Rene Descartes menulis Risalat Metoda
• Ada empat aturan pada metoda ilmiah ini yang dimulai dari meragukan apa yang belum diyakini secara pasti
• Ragukan masa kini, masa lalu, masa depan, dan pikiran orang lain
• Bahkan Descartes meragukan keberadaan dirinya sendiri. Katanya cogito ergo sum (saya berpikir maka saya ada)
Pengaruh Metoda Descartes• Aturan Descartes ini berpengaruh sampai
sekarang
• Metoda ini digunakan pada metodologi penelitian
METHODIC DOUBT
Methodic doubt in Cartesian philosophy, a way of searching for certainty by systematically though tentatively doubting everything. First, all statements are classified according to type and source of knowledge—e.g. knowledge from tradition, empirical knowledge, and mathematical knowledge. Then, examples from each class are examined. If a way can be found to doubt the truth of any statement, then all other statements of that type are also set aside as dubitable. The doubt is methodic because it assures systematic completeness, but also because no claim is made that all—or even that any—statements in a dubitable class are really false or that one must or can distrust them in an ordinary sense. The method is to set aside as conceivably false all statements and types of knowledge that are not indubitably true. The hope is that, by eliminating all statements and types of knowledge the truth of which can be doubted in any way, one will find some indubitable certainties.
In the first half of the 17th century, the French
Rationalist Rene Descartes used methodic doubt to reach certain knowledge of self-existence in the act of thinking, expressed in the indubitable proposition cogito, ergo sum (“I think, therefore I am”). He found knowledge from tradition to be dubitable because authorities disagree; empirical knowledge dubitable because of illusions, hallucinations, and dreams; and mathematical knowledge dubitable because people made errors in calculating. He proposed an all-powerful, deceiving demon a a way of involving universal doubt. Although the demon could deceive men regarding which sensations and ideas are truly of the world, or could even make them think that there is an external world when there is none, the demon could not make men think that they exist when they do not.
Zaman KebangkitanMetoda Ilmiah: Aturan Descartes
Aturan #1• Jangan menerima sesuatu sebagai kebenaran
selama kita tidak mengetahui secara jelas bahwa sesuatu itu adalah demikian
• (ini dikenal sebagai methodic doubt)
Aturan #2• Membagi kesulitan yang sedang diperiksa ke
dalam sebanyak mungkin bagian dan seperlu mungkin untuk memperoleh pemecahan yang pantas
• (kemudian dikritik sebagai reduksionis karena melihat sesuatu dari bagian-bagian dan bukan secara menyeluruh)
Zaman KebangkitganMetoda Ilmiah
Aturan #3• Mengatur pikiran kita menurut urutan sehingga
dengan memulai penelitian pada obyek yang paling sederhana dan yang paling mudah untuk diketahui, langkah demi langkah, ke bagian yang lebih kompleks
Aturan #4• Di dalam setiap kasus kita membuat
perhitungan yang lengkap dan ditinjau secara umum sehingga kita dapat memastikan bahwa tidak ada cara yang terlewatkan
Zaman KebangkitanMetoda Ilmiah
Kritik terhadap Descartes• Metoda ilmiah Descartes masih kita
pergunakan sampai sekarang
• Di semua penelitian, kita membagi dan membatasi masalah kita ke dalam bagian tertentu
• Kemudian kita membatasi masalah kita pada bagian tertentu saja
• Muncul kritik yang mengatakan bahwa metoda ini adalah reduksionis karena melihat sesuatu dari bagian-bagian
• Ada yang mengusulkan metoda wholistic yakni memecahkan masalah secara keseluruhan
Zaman KebangkitanObservasi dan Eksperimen
Contoh Tubuh Manusia• Tubuh dipecah menjadi jiwa dan raga
• Jiwa dipecah menjadi psikiatri dan psikologi
• Raga dipecah menjadi banyak bagian (mata, kulit, jantung, dan lainnya)
• Tiap bagian dipelajari tersendiri dengan keahlian terpisah
• Ada yang ingin melihat tubuh manusia secara utuh
• Tidak jelas bagaimana sebenarnya metoda wholistic ini
• Masih di dalam pembicaraan
Zaman KebangkitanBidang Pertukangan
Bidang Pertukangan• Bidang pertukangan juga mengalami kemajuan
yang cepat
• Terjadi sumbangan secara silang di antara ilmu dan pertukangan
• Pertukangan membuat alat yang lebih canggih (teropong, kompas) untuk digunakan oleh ilmu
• Sebaliknya temuan ilmiah dapat dimanfaatkan oleh pertukangan untuk meningkatkan kemampuan pertukangan
Teknik dan Teknologi• Ilmu dan pertukangan yang maju kelak menjadi
ilmu teknik dan teknologi
Zaman ModernAbad ke-18 sampai Sekarang
Revolusi Industri• Revolusi industri pada abad ke-18 digunakan
sebagai waktu dimulainya zaman modern• Kemajuannya dapat kita saksikan pada zaman
ini, terutama di bidang ilmu dan teknologi• Ada yang mengidentifikasi zaman sekarang ini
sebagai zaman informasi pascaindustri
Filsafat• Ada sejumlah aliran filsafat yang berkembang
pada zaman modern (Hegel, Marx, Satre, dan lainnya), namun di sini, kita hanya melihat aliran yang banyak sangkut pautnya dengan filsafat ilmu
• Mereka mencakup filsafat positivisme, filsafat analitik (linguistik), dan filsafat postivisme logika
Zaman ModernAliran Filsafat
Filsafat Positivisme• Diidentifikasi juga sebagai filsafat ilmu• Membatasi filsafat kepada hal-hal yang dapat
diuji secara empirik
Filsafat Analitik• Dikenal juga sebagai filsafat linguistik (bahasa)• Filsafat diungkapkan dan dikomunikasikan
melalui bahasa sehingga masalah filsafat adalah masalah bahasa
Filsafat Positivisme Logika• Positivisme ditambahkan dengan logika dan
analisis bahasa• Metodologi penelitian bertumpu juga pada
filsafat ini
Zaman ModernKemajuan Ilmu dan Teknologi
Kemajuan Ilmu• Kemajuan pesat terjadi di berbagai cabang ilmu
• Muncul jurnal untuk publikasi temuan ilmiah
• Terdapat hadiah (termasuk Nobel) bagi temuan yang dinilai sangat menonjol
• Penerapan temuan ilmu ke teknologi terjadi dalam tenggang waktu yang makin singkat
Kemajuan Ilmu Teknik• Ilmu teknik juga mengalami kemajuan pesat
• Terpecah ke dalam sejumlah disiplin
• Menggunakan temuan di bidang ilmu
• Membuat alat canggih untuk penelitian di bidang ilmu
Zaman ModernKemajuan Ilmu dan Teknologi
Beberapa dimensi kemajuan• Sangat kecil sampai ke partikel subatomik dan
bahkan partikel elementer
• Sangat besar sampai ke galaksi dan cluster galaksi
• Sangat cepat pada siklotron dan pencepat partikel subatomik lainnya
• Sangat jauh melalui pesawat antariksa dan bahkan ke luar tata surya
• Sangat mendekati inti kehidupan sampai ke genetika dan gnome
• Sangat cerdas sampai ke komputer dan kecerdasan buatan
• Sangat menyentuh kesehatan sampai ke transplantasi dan cloning
• Sangat halus sampai ke nanoelektronika dengan skala nanometer (submikron)
Zaman ModernKemajuan Ilmu dan Teknologi
Segi Positif• Ada mesin tenaga alam sehingga hewan dan
budak menjadi bebas• Ada mesin terampil dan robot sehingga
membebaskan manusia dari pekerjaan monoton dan berbahaya
• Ada mesin komupter sehingga membebaskan manusia dari hitung yang lambat
• Ada pengobatan canggih sehingga membebaskan manusia dari banyak jenis penyakit
Segi Negatif• Alat digunakan untuk perang dan membunuh
orang secara massal• Senjata nuklir dapat memusnahkan peradaban
manusia
Zaman ModernKemajuan Ilmu dan Teknologi
Moral Ilmuwan• Ilmuwan makin berbahaya sehingga diperlukan
ilmuwan yang bermoral dan jujur
• Diperlukan etika untuk eksperimen, biasanya, dilakukan melalui dewan etika
• Ada juga etika publikasi yang perlu dipatuhi oleh para ilmuwan
Konvensi Internasional• Larangan senjata pembunuh massal
• Perlindungan terhadap bumi
• Perlindungan terhadap hewan dan tumbuhan
• Hak asasi manusia
Zaman ModernIlmu dan Teknologi
Dari Ilmu ke Teknologi• Dua abad lalu, tidak diketahui apa gunanya
listrik
• Satu setengah abad lalu, tidak diketaui apa gunanya sistem bilangan biner
• Pada waktu lalu, tidak diketahui apa gunanya bilangan prima
Kecepatan Kemajuan• Tiap 18 tahun isi perpustakaan melipat dua
• Jumlah organisasi ilmuwan bertambah
• Waktu antara ilmu ke teknologi makin singkat
• Kecepatan gerak yang dihasilkan manusia makin besar