refrat skoliosis

37
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi skoliosis Skoliosis adalah deformitas tulang belakang yang mengalami deviasi ke arah lateral. 2 2.2 Anatomi dan struktur vertebra Kolumna vertebralis terdiri dari 33 vertebrae, yaitu 7 vertebra cervicalis, 12 verebra thoracicus, 5 vertebra lubalis, 5 vertebra sacralis (yang bersatu membentuk os sacrum), dan 4 vertebra coccygis (tiga yang di bawah umumnya bersatu). Struktur columna ini feksibel, karena columna ini bersegmen-segmen dan tersusun atas vertebrae, sendi-sendi, dan bantalan fibrocartilago yang disebut discuc intervertebralis. Discus intervertebralis membentuk kira-kira seperempat panjang columna. 3 3

Upload: qoshrina-adenita

Post on 03-Dec-2015

109 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

skoliosis

TRANSCRIPT

Page 1: refrat skoliosis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi skoliosis

Skoliosis adalah deformitas tulang belakang yang mengalami deviasi ke arah lateral. 2

2.2 Anatomi dan struktur vertebra

Kolumna vertebralis terdiri dari 33 vertebrae, yaitu 7 vertebra cervicalis, 12 verebra

thoracicus, 5 vertebra lubalis, 5 vertebra sacralis (yang bersatu membentuk os sacrum),

dan 4 vertebra coccygis (tiga yang di bawah umumnya bersatu). Struktur columna ini

feksibel, karena columna ini bersegmen-segmen dan tersusun atas vertebrae, sendi-sendi,

dan bantalan fibrocartilago yang disebut discuc intervertebralis. Discus intervertebralis

membentuk kira-kira seperempat panjang columna. 3

Gambar 2.1 kolumna vertebralis4

3

Page 2: refrat skoliosis

Gambar 2.2 vertebra thorakal 6 secara lateral4

Secara normal thoracolumbar vertebra relatif lurus pada potongan sagital dan

memiliki kurva dobel pada potongan coronal. Vertebra torakal konveks secara posterior

(kifosis) dan vertebra lumbal konveks secara anterior (lordosis). Secara normal tidak

terdapat kurvatura lateral dari tulang belakang. 5

Gambar 2.3 posisi tulang belakang normal5

2.3 Vertebra pada skoliosis

Skoliosis merupakan komplikasi deformitas yang ditandai oleh kurvatura lateral dan

rotasi vertebra. Pada perjalanan penyakit, vertebra dan prosesus spinosus pada area

lengkungan mayor mengalami rotasi menuju sisi ccekung. Pada sisi konkaf lengkungan,

tulang rusuk akan saling mendekat, sedangkan pada sisi konveks, tulang rusuk akan

berpisah jauh. 5

4

Page 3: refrat skoliosis

Sebagai akibat dari rotasi vertebral bodies prosesus spinosus akan mengalami deviasi

terus-menerus pada sisi konkaf dan tulang rusuk akan mengikuti rotasi vertebra. Tulang

rusuk posterior pada sisi konveks akan terdorong ke posterior yang akan mengakibatkan

rib hump terlihat skoliosis torakal. Bagian anterior costae pada sisi konkaf akan

terdorong ke anterior. 5

Gambar 2.4 Distorsi tipikal pada vertebra dan costa pada skoliosis torakal5

2.4 Klasifikasi skoliosis

1. Nontructural scoliosis

Pada skoliosis non struktural tidak terdapat rotasi vertebrae pada lengkungannya 6

a. Postural scoliosis

Skoliosis postural terjadi akibat kebiasaan postur tubuh yang buruk. 6

b. Compensatory scoliosis

Merupakan skoliosis sekunder yang terjadi akibat ketidaksesuaian panjang

kaki (leg length discrepancy). Supaya tubuh dapat dipusatkan di atas pelvis,

tubuh mengkompensasi dengan posisi skoliosis. 7

5

Page 4: refrat skoliosis

Gambar 2.5 leg length discrepancy yang dapat menyebabkan skoliosis

2. Transient structural scoliosis

a. sciatic scoliosis

b. hysterical scoliosis

merupakan skoliosis yang terjadi akibat reaksi konversi histeris.7

c. inflammatory scoliosis 5

3. Skoliosis struktural

Pada skoliosis struktural terjadi rotasi vertebra dan kadang terjadi wedging pada

vertebra. 7

a. idiopatik (70 - 80 % of all cases)

skoliosis idiopatik merupakan jenis skoliosis struktural terbanyak. Skoliosis

idiopatik terbagi menjadi tiga :

1. tipe infantil

- ditemukan sejak lahir hingga usia 3 tahun

- lebih sering ditemukan pada laki-laki

2. tipe juvenil

- ditemukan pada usia 4-9 tahun

- lebih sering ditemukan pada perempuan

3. tipe adolesen

- bila ditemukan pada usia 10-18 tahun

6

Page 5: refrat skoliosis

- lebih sering pada wanita

etiologinya belum diketahui secara pasti, namun dianggap sebagai autosom

dominan. 2

b. kongenital

Skoliosis dapat disebabkan karena adanya kelainan kongenital pada

vertebra. Anomali dapat disebabkanoleh kegagalan pembentukan vertebra

parsial. Anomali yang paling lazim adalah hemivertebra. Malforasi vertebra

dapat juga bisa disebabkan oleh kegagalan segmentasi, yang paling jelas

adalah batang unilateral yang tidak bersegmen. Anomali- anomali vertebra ini

dapat menyebabkan skoliosis struktural yang nyata sejak kehidupan dini.

Batang unilateral yang tidak bersegmen, terutama memiliki progesifitas

lengkung yang cepat. Penemuan kelainan ini akan berhubungan dengan

kelainan pada jantung, genitourinaria, atau kelainan vertebra. 5,7

Gambar 2.6 kelainan kongenital vertebra yang mengakibatkan skoliosis5

c. neuromuskular

Ketidakseimbangan neurologis pada otot-otot spinal akibat poliomielitis, spina

bifida dan neurofibromatosis atau kelainan neurologis mengakibatkan

skoliosis berat yang tidak selalu berhasil dalam pemberian tatalaksana. Braces

atau fiksasi internal mungkin dibutuhkan. 5

7

Page 6: refrat skoliosis

i. poliomielitis

Poliomielitis merupakan infeksi entero virus yang menyerang susunan

saraf pusat sehingga menyebabkan paralisis dan deformitas yang

bersifat ireversibel. 2 Skoliosis yang terjadi merupakan sekuel dari

poliomyelitis.

ii. cerebral palsy

Cerebral palsy (CP) meiputi variasi ketidakmampuan

neurologis nongeneratif yang disebabkan oleh perkembangan SSP

abnormal, juga cedera masa prenatal, perinatal, dan periode pasca lahir

awal yang menyebabkan kelainan fungsi motorik. CP terbagi menjadi

diskinetik, ataksik dan spastik. CP spastik merupakan bentuk tersering

yang terjadi pada 70-80% individu dengan CP. Tipe ini diakibatkan

oleh cedera upper motor neuron traktus piramidalis. Anak dengan

bentuk CP ini sering menunjukkan hipotonia trunkus pada tahun

pertama kehidupannya.8

CP spastik sering muncul mengenai daerah yang terbatas.

Kuadriplegia spastik merupakan salah satu jenis CP spastik, yang

terjadi pada 40-45% individu dengan CP. Kuadriplgia spastik

melibatkan keempat ekstremitas. Tipe ini disebabkan oleh BBLR dan

asfiksia berat serta dapat menyebabkan retardasi mental, kejang,

kesulitan makan, skoliosis dan masalah ortopedia lainnya.8

Gambar 2.7 koreksi skoliosis pada CP 9

8

Page 7: refrat skoliosis

iii. syringomyelia

Syringomielia merupakan gangguan akibat kista pada medulla

spinalis. Kista ini disebut syrinx yang dapat membesar kemudian

menekan dan melukai serabut saraf. Kerusakan medulla spinalis akan

menyebabkan kelemahan pada tangan dan kaki, kekakuan pada

punggung, bahu, serta nyeri yang berat dan kronis. 10

Gambar 2.8 Gambaran MRI pada tulang belakang pasien yang

menunjukkan syrinx pada C3 hingga conus medullaris dan berhubungan

dengan malformasi Chiari I. 11

Pada malformasi Chiari tipe I, terdapat tonsil serebellum yang

terletak rendah dan meluas ke bawah menuju kanalis vertebralis dan

dapat menyebabkan gejala obstruksi aliran CSF dan penekanan medula

spinalis. 12

iv. muscular dystrophy

Duchenne muscular dystrophy merupakan kelainan X-linked resesif

yang diturunkan, yang diakibatkan mutasi dystrophin gene pada lokus

Xp21.2 pada kromosom X. Dystrophin merupakan sebuah protein

9

Page 8: refrat skoliosis

membran sel yang berperan dalam transport kalsium pada sel otot.

Usia yang tersering adalah usia 10-14 tahun. Skrining radiografi tulang

belakang dengan posisi AP terhadap skoliosis harus dilakukan pada

anak yang tidak dapat berjalan setiap 6 bulan. 13

Gambar 2.9 (2A) foto AP yang diambil dengan posisi duduk pada anak 14

tahun dengan Duchenne muscular dystrophy. Sudut skoliosis terukur 46°.

(2B) foto AP dengan posisi yang sama satu tahun setelah koreksi dengan

mengguakan Dunn-McCarthy dengan kombinasi pengait dan sekrum pedikel

lumbal. (2C) merupakan gambaran lateral pada pasien yang sama satu tahun

setelah operasi. 13

v. amyotonia congenita5

vi. Friedreich's ataxia : merupakan penyakit yang sering ditandai dengan

kelemahan lutut dan sering disalahartikan sprain pergelangan kaki

yang berulang. 6

d. neurofibromatosis

neurofibromatosis merupakan penyakit autosomal dominanyang terbagi

menjadi neurofibromatosis tipe 1 dan 2. Neurofibromatosis tipe I memiliki

tiga gambaran utama :

10

Page 9: refrat skoliosis

1) tumor saraf (neurofibroma) multipel yang tersebar di kulit atau di

dalam tubuh

2) lesi-lesi kulit berpigmen yang sebagian diantara berupa macula café au

de lait

3) hamartoma iris berpigmen yang disebut nodul Lisch.

Berbagai kelainan terkait pernah dilaporkan pada pasien dengan kelainan

ini. Sebanyak 30-50% pasien mengalami kelainan tulang seperti :

1) defek erosif akibat kontinguitas neurofibroma ke tulang

2) skoliosis

3) lesi kistik intra tulang

4) kista tulang subperiosteum

5) pseudoartrosis tibia 12

Gambar 2.10 skoliosis pada penderita neurofibromatosis

e. mesenchymal disorders

i. Marfan syndrome

Sebanyak 40-70% penderita Marfan Syndome mengalami skoliosis.

Penderita dapat merasakan nyeri. Vertebra thorakal biasanya

melengkung ke kanan. Thorakal lumbal biasanya melengkung ke kiri.

Lengkungan dobel mayor biasanya sering terjadi.14

11

Page 10: refrat skoliosis

Gambar 2.11 Tes untuk mendeteksi marfan syndrome

ii. Morquio's syndrome

Morquio syndrome merupakan kelainan diturunkan yang jarang dari

katabolisme mucopolysaccharide yang terbagi menjadi tipe IV A,

merupakan defisiensi N-acetylgalactosamine-6-sulfatase dan tipe IV B

beta galactosidase yang menyebabkan degradasi keratin sulfat.

Morquio syndrome memiliki karakteristik perubahan skeletal yang

berat seperti hipoplasia prosesus odontoid, leher pendekm barrel chest

dengan pectus carinatum, kifoskoliosis torakal, dan dwarfisme. 15

iii. rheumatoid arthritis

Penelitian retrospektif mengenai karakteristik skoliosis lumbal pada 26

pasien rheumatoid arthritis (RA) oleh Ohishi et al (2014) mendapatkan

hasil bahwa kebanyakan pasien memiliki durasi yang panjang pada

penyakitnya dan diklasifikan sebagai stage 3 atau 4 menurut klasifikasi

Steinbrocker. Selama periode observasi, kebanyakan pasien

mendapatkan terapi dengan glukokortikoid. Penelitian ini mendapatkan

kesimpulan bahwa kerapuhan tulang berkaitan dengan durasi penyakit,

control aktivitas penyakit yang buruk dan osteoporosis yang mungkin

berpengaruh terhadap progresi skoliosis. 16

12

Page 11: refrat skoliosis

Gamabr 2.12 Gambaran pasien wanita 70 tahun dengan RA dan skkoliosis.

Progresifitas skoliosis dan perubahan penemuan radiologis dievaluasi selama

tahun 2005 dan 2008. Garis menunjukkan pandangan anteroposterior

(gambar atas) mengindikasikan vertebra yang miring, panah pada kedua

anteroposterior dan lateral (gambar bawah) tampak mengindikasikan

progresifitas disc space menyempit dan destruksi endplate.16

iv. osteogenesis imperfekta

Osteogenesis imperfekta (OI) disebabkan karena mutasi gen

yang mengkode rantai α1 dan α2 molekul kolagen. Secara morfologis,

kelainan dasar pada semua bentuk osteogenesis imperfekta adalah

terlalu sedikitnya tulang sehingga terjadi suatu osteoporosis disertai

penipisan korteks yang mencolok dan melemahnya trabekula. Ekspresi

klinis osteogenesis imperfekta membentuk suatu spektrum kelainan

13

Page 12: refrat skoliosis

yang semuanya ditandai dengan kerapuhan tulang yang ekstrem. OI

tipe III merupakan jenis OI dengan subtipe deformitas progresif yang

pewarisan dominan autosom 75% dan resesif autosom 25%. OI tipe III

memiliki gambaran klinis utama retardasi pertumbuhan, fraktur

multipel, kifoskoliosis yang progresif, sklera biru saat lahir yang

kemudian menjadi putih dan dentinogenesis imperfekta. 12

Gambar 2.13 Gambaran PA pada anak perempuan usia 13

tahun penderita OI dengan Cobb’s angle 90° 17

f. trauma

i. fraktur

ii. irradiasi

iii. pembedahan5

14

Page 13: refrat skoliosis

2.5 Manifestasi Klinis

a. Pada skoliosis idiopatik, penderita biasanya berjalan perlahan.

b. Kepala tidak berada di garis tengah

c. Perbedaan posisi dan tinggi pinggul

d. Perbedaan posisi dan tinggi bahu

e. Saat membungkuk, tinggi pnggung kanan dan kiri berbeda2,18

Gambar 2.14 manifestasi klinis skoliosis

2.6 Diagnosis

a. Anamnesis

Skoliosis dengan kelengkungan kurang dari 200, tidak akan menimbulkan

masalah yang signifikan. Namun, keluhan yang muncul adalah rasa pegal.

Sedangkan pada kelengkungan 20 – 40 derajat, penderita akan mengalami

penurunan daya tahan dalam posisi duduk atau berdiri berlama-lama. Bila

lengkungan ke samping terlalu parah, yaitu ukuran kurva di atas 400 akan

menyebabkan kelainan bentuk tulang belakang yang cukup berat, keluhan akan

semakin berat seiring dengan berjalannya pertumbuhan tulang.5

15

Page 14: refrat skoliosis

b. Pemeriksaan fisik

1. Kulit harus diinspeksi untuk mencari bercak cafe au de lait pada

neurofibromatosis atau setiap manifestasi cutaneus dari disrafisme

vertebra (bercak berambut, cekungan sakral) 9

Gambar 2.15 bercak café au de lait

2. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya rotasi tulang vertebra yang

tampak lebih jelas ketika pasien disuruh untuk membungkuk2

Gambar 2.16 Adam’s forward bend test. Selama pengujian , anak membungkuk ke

depan dengan kaki bersama-sama dan lutut lurus sambil mengayun-ayunkan

lengan . Setiap ketidakseimbangan dalam tulang rusuk atau cacat lainnya di

sepanjang punggung bisa menjadi tanda skoliosis 19

3. Kepala tidak berada di garis tengah bagian tubuh lain

4. Perbedaan posisi dan tinggi pinggul

5. Perbedaan posisi dan tinggi bahu

16

Page 15: refrat skoliosis

6. Nyeri punggung, nyeri kaki dan perubahan kebiasaan berkemih umumnya

berhubungan dengan skoliosis idiopatik

Gambar 2.17 Plumb line test. Pemeriksaan sederhana pada skoliosis dengan menggunakan tali

yang diberi bandul pada ujungnya yang sekarang jarang digunakan. 10

c. Pemeriksaan neurologi keseluruhan harus dilakukan untuk menyingkirkan

kondisi neurologi yang berhubungan 7

d. Pemeriksaan radiologi

Pasien dengan bukti skoliosis struktural harus mendapatkan evaluasi radiografi

PA dan lateral untuk mencari anomali kongenital, cacat unsur posterior, bukti

pelebaran antar pedikulum, diatematomielia, infeksi atau tumor.

1. Metode cobb

Metode Cobb ini memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan

metode lain. Selain itu metode ini lebih tepat bahkan jika pasien diperiksa

oleh pemeriksa lainnya. Selain itu juga masih ada metode lain yaitu metode

Risser-Ferguson, yang lebih jarang digunakan.5

17

Page 16: refrat skoliosis

Metode lippman-cobb diambil dan distandarisasi oleh Scoliosis

Research Society dan digunakan untuk mengklasifikasikan jenis

kelengkungan skoliosis menjadi tujuh bagian. 22

Gambar 2.18 derajat skoliosis menurut Lippman Cobb22

Pada awalnya, seseorang harus ditentukan terlebih dahulu apa

jenis/tipe dari kelengkungan pada skoliosisnya tersebut. Lengkungannya

bisa jadi akut, seperti yang terlihat pada fraktur atau hemivertebra. Setiap

kelainan pada costae atau vertebrae harus dilaporkan. Skoliosis secara

umum dapat digambarkan berdasarkan lokasi kelengkungannya, seperti

yang ada digambar berikut ini :5

Gambar 2.19 jenis skoliosis berdasar lokasi kelengkungan 5

Pemeriksa seharusnya juga menentukan apakah titik kelengkungan

tersebut mengarah ke kanan atau ke kiri. Jika kelengkungannya ada ada

dua, maka masing-masing harus digambarkan dan diukur.5

18

Page 17: refrat skoliosis

Untuk menggunakan metode Cobb, pertama kita harus menetukan

mana saja yang merupakan end vertebrae. Masing-masing dari end

vertebrae ini adalah batas atas dan bawah dari kelengkungan yang miring

paling jauh yang mengarah ke kelengkungannya. Jika kita sudah memilih

vertebrae tersebut, lalu gambarlah garis sepanjang endplate bagian atas dan

bawah, sebagimana digambarkan dibawah ini.5

Gambar 2.20 perhitungan Cobb Angle 5

Jika ujung end plate sulit dinilai, maka garis ini dapat digambarkan

di sepanjang bagian atas dan bawah dari pedikel. Sudut yang didapatkan

adalah sudut yang terdapat di antara dua garis tersebut. Namun, jika sudut

yang terbentuk itu kecil, bisa saja kedua garis tersebut berpotongan di

gambarnya saja. Pada saat melaporkan penghitungan sudut skoliosis ini

maka kita harus menerangkan bahwa metode yang dipakai dalam

pengukuran ini adalah metode Cobb dan juga bagian mana dari ujung-ujung

vertebrae yang telah kita pilih unutk diukur. Peranannya disini adalah jika

kita telah memilih vertebrae tersebut, maka kita harus menggunakan

vertebrae yang sama dalam proses follow up selanjutnya, agar hasil yang

didapatkan lebih tepat dan pasti dalam menilai kemajuan atau perbaikan

yang ada. 5

Yang berguna bagi tim bedah adalah gambaran lateralnya, yang

digunakan untuk menilai derajat rigidaitas atau kekakuan dan fleksibelitas

dari kelengkungan tersebut. Pada gambar dibawah ini dapat dinilai bahwa

19

Page 18: refrat skoliosis

kelengkungan yang utama atau pangkalnya adalah dari thorakal (thorakal

curve) dengan lumbal sebagai lanjutannya.5

Gambar 2.21. “Bending film” dapat membedakan skoliosis struktural dan non struktural5

2. Metode Ferguson1

Metode Ferguson merupakan metode lain dalam pencitraan yang

bisa digunakan dalam menentukan kelengkungan yang merupakan

kelengkungan primer vertebrae ataupun lanjutan dari kelengkungan

tersebut. Metode Ferguson tidak bisa menentukan ada atau tidaknya

bungkuk pada pasien. Pasien harus berdiri, jika tidak bisa, pasien pasien

dapat duduk. Pada posisi yang pertama, posisi PA, pasien berdiri tegap

sehingga dapat terlihat seluruh tulang belakang pada hasil foto (atau paling

tidak regio thorak dan lumbal) dan pasien yang diberi bantuan untuk posisi

tersebut. Kedua, pasien diminta untuk berdiri dengan 1 kaki dan

dielevasikan 2 hingga 4 inchi pada sandaran. Elevasi kaki harus menghadap

sisi lengkung dari kelengkungan tulang belakang pasien. PA dengan posisi

terlungkup bisa jadi sulit bagi pasien. Maka pada posisi kedua tersebut

dapat dibantu dengan mengelevasikan kaki pasien.

Keuntungan pada metode Ferguson adalah bisa mendeteksi adanya

kelengkungan yang sekunder pada pasien yang tidak bisa berdiri tegap tapi

bisa duduk tegap. Pada pasien yang duduk, diberikan bantalan 3 hingga 4

inchi yang diletakkan pada pantat pasien yang menghadap ke arah sisi

20

Page 19: refrat skoliosis

lengkung dari kelengkungan tulang belakang pasien. Ini akan cukup untuk

mengelevasikan dan dapat menunjukkan koreksi kelengkungan dengan

posisi PA tersebut.

3. Metode Adam Greenspan

Teknik terbaru untuk mengukur derajat skoliosis diperkenalkan oleh

Adam Greenspan Andis pada tahun 1978, yang lebih akurat dalam

mengukur deviasi setiap vertebrae. Teknik ini disebut “scolioti index”

mengukur setiap deviasi vertebrae dari garis spinal, yang ditentukan

melalui titik pada pusat vertebrae, di atas vertebrae yang di atasnya, atau di

pusat dari vertebrae yang di bawahnya. Teknik ini berguna saat

mengevaluasi segmen singkat atau kelengkungan minimal, yang umumnya

sulit untuk diukur dengan metode yang ada dan dapat menjadi pemeriksaan

penunjang untuk mengukur kelengkungan skoliosis. 22

.

Gambar 2.22. Indeks skoliosis22

21

Page 20: refrat skoliosis

4. Metode Nash-Moe

Metode Nash-Moe digunakan untuk menilai rotasi vertebra. Setelah

seseorang telah diukur kelengkungannya, kemudian diperkirakan derajat

rotasi (perputaran) dari vertebrae pada apexnya dengan melihat hubungan

dari pedikel ke garis tengahnya (midline).5

Gambar 2.23 metode Nash-Moe 5

Gambar A menunjukkan posisi netral (tidak ada rotasi), gambar B

merupakan rotasi derajat 1, gambar C rotasi derajat 2, gambar D rotasi

derajat 3, dan gambar E rotasi derajat 4.

5. Riser sign

Hal lain yang tak kalah penting untuk dinilai dalam pemeriksaan

radiologi adalah menentukan kematangan rangka pasien secara fisiologis.

Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, jika kematangan tulang

seseorang telah sempurna, dengan derajat skoliosis kurang dari 30 derajat,

tidak dapat menunjukkan perbaikan yang bermakna. Untuk itu pada kasus

seperti ini, pasien umumnya disarankan untuk menghentikan follow-up

ataupun terapinya. Oleh karena itu, skrining skoliosis sangat dianjurkan

pada saat anak-anak.5

Beberapa metode dapat digunakan untuk menilai kematangan

tulang. Posisi AP dari tangan kiri dan sendi pergelangan tangan dapat

dibandingkan dengan standardnya yang bisa dilihat di atlas. Karena Krista

iliaca bisanya digunakan dalam penelitian skoliosis, maka indeks

22

Page 21: refrat skoliosis

kematangan rangka juga sudah ditetapkan. Jika apophyse krista iliaca telah

bertemu dengan sacroiliaca junction, dan telah menempel dengan ilium,

maka sudah hampir dapat dipastikan bahwa kematangannya sudah penuh

atau sempurna.5

Gambar 2.24 Risser Sign. Penentuan kematangan tulang rangka5

Selain itu, bukti kematangan bisa juga dinilai dari tulang

vertebraenya sendiri. Jika end plates telah bergabung dengan corpus

vertebrae dan membentuk suatu kesatuan yang solid, maka artinya

kematangannya juga sedah sempurna.5

23

Page 22: refrat skoliosis

Gambar 2.25. penentuan kematangan vertebrae5

2.7 Tatalaksana

Penanganan skoliosis idiopatik bergantung pada besar sudut pembengkokan vertebra

dan usia penderita. Skoliosis pada penderita yang masih mengalami pertumbuhan akan

terus memburuk. Bila sudut pembengkokan melebihi 40°, tindakan bedah berupa koreksi

dengan batang Harrington dan fusi posterior. Bila sudut kurang dari 40°,dilakukan terapi

konservatif dengan menggunakan brace Milwaukke. Bila anak sudah tidak lagi tumbuh,

dan sudut bengkok 40°, skoliosis ditangani secara konservatif dulu dan bila tidak berhasil

atau dalam dua kunjungan sudut bengkok bertambah 15°, terapi bedah dianjurkan. 2

Penatalaksanaan

1. Observasi

Observasi merupakan metode pertama yang dilakukan pada anak-anak dengan

deformitas tulang belakang. Selama observasi, dilakukan pemeriksaan radiologi.

Pemeriksaan rontgen AP dan lateral diakukan secara teratur. Selain itu

pemeriksaan genetic, jantung dan paru juga dapat dilakukan. Dokter bedah dapat

meneruskan observasi jika tidak ada peningkatan drastis ukuran kelengkungan.

Pada beberapa kasus, kelengkungan akan membaik (misalnya pada skoliosis

infantil). Apabila dokter bedah menemukan progresifitas kelengkungan atau

terlihat seperti memiliki progresifitas yang tinggu, penatalaksaan berbeda akan

mulai dilakukan. Pemeriksaan bending X-ray tulang belakang akan membantu

untuk menentukan langkah selanjutnya.23

2. Braces

Apabila kurva terjadi secara progresif dan anak masih dalam masa pertumbuhan ,

pemasangan brace dapat dipertimbangkan tergantung fleksibilitas kurva yang

ditentukan dengan bending Xray. Bila kurva rigid dan tidak mengecil dengan

bending Xray, brace akan sedikit memperbaiki. Skoliosis jarang dapat diperbaiki

secara permanen dengan brace. Tujuan pemasangan brace adalah memungkinkan

24

Page 23: refrat skoliosis

anak dapat tumbuh sebelum prosedur operasi dapat dilakukan. Oleh karena itu

tujuan pemasangan brace untuk memperlambat progresifitas kurva, bukan

memperbaiki. 23

a. Kalabas brace memiliki sejumlah strap yang akan diaplikasikan di bahu

dan akan memfiksasi anak berlawanan dengan arah kurva. 23

Gambar 2.26 kalabas brace 23

b. Willmington brace merupakan brace yang memuliki cetakan khusus pada

thoracolubosacral untuk mendorong dan memperbaiki kurva. 23

Gambar 2.27 Willmington brace 23

c. Boston brace mirip dengan willmington brace namun menggunakan

bantalan dalam brace untuk mendorong kurva.

25

Page 24: refrat skoliosis

Gambar 2.28 Boston brace23

d. Milwauke brace merupakan brace yang pertama kali dikembangkan untuk

skoliosis yang dapat mengekstensi dagu dan sebagai satu-satunya brace

yang dapat mengatur kurva bagian atas tulang belakang

Gambar 2.29 Milwauke brace 23

3. Pembedahan

a. Fusi spinal insitu

Fusi spinal insitu merupakan prosedur yang digunakan untuk

menghentikan pertumbuhan tulang belakang. Tindakan ini dapat dilakukan

melalui punggung (posterior) atau melalui dada (anterior). Sendi pada

tulang belakang akan dihilangkan dan diletakkan bone graft sehingga

tulang tersebut akan menjadi sebuah bagian yang solid. Tujuan fusi spinal

insitu adalah sebagai penanganan awal sebelum deformitas memberat.

26

Page 25: refrat skoliosis

Tidak semua fusi spinal merupakan pilihan terbaik pada setiap pasien

skoliosis onset dini. Fusi spinal dapat menyebabkan retriksi thoraks yang

akan menyebabkan insufisiensi thoraks.

b. Hemi-epiphysiodesis

Merupakan prosedur bedah yang bertujuan untuk mengehntikan

pertumbuhan abnormal pada saah satu sisi tulang belakang dengan harapan

bahwa kelanjutan pertumbuhan sisi yang lain akan mengoreksi kurva.

Metode ini tidak dapat diprediksi hasilny pada anak dengsn kelainan

vertebra.

c. Reseksi hemivertebra

Vertebra normal berbentuk segiempat sedangkan hemivertebra berbentuk

segitiga. Ketika hemivertebra ini terletak di bagian bawah tulang belakang

dapat memiringkan dasar tulang belakang dan menyebabkan anak

bersandar ke satu sisi . Di bagian lain tulang belakang , tergantung pada

jumlah hemivertebrae ini, deformitas parah bisa berkembang. Tergantung

pada situasi anak, hemivertebra ini dapat dihapus dari depan , belakang ,

atau kedua bagian tulang belakang . Setelah hemivertebra dihapus vertebra

atas dan dibawahnya akan disaukan dengan instrumentasi . Kebanyakan

anak-anak akan memakai brace setelah operasi sampai sembuh. Operasi

ini memiliki risiko yang melekat terlibat , termasuk pendarahan dan cedera

neurologis , namun koreksi tulang belakang yang baik sering dicapai.23

Gambar 2.30 hemivertebra pre dan post reseksi 23

d. Growth friendly surgery

27

Page 26: refrat skoliosis

Dikarenakan fusi dini pada vertebra thorakalis akan membatasi

pertumbuhan paru sehingga menyebabkan gangguan respirasi, growth

friendly surgery lebih dianjurkan.

a. Growing rods merupakan spine based system diamana

belakang di mana kurva direntang oleh satu atau dua batang

bawah kulit untuk menghindari kerusakan jaringan

pertumbuhan tulang belakang . Batang yang melekat pada

tulang belakang atas dan di bawah kurva dengan kait atau

sekrup di kedua ujung batang 23

Gambar 2.31 Growing rods23

b. Rib Based Systems, misalnya Vertical Expandable Prosthetic

Titanium Rib (VEPTR) adalah sistem yang digunakan untuk

pengobatan thoracic insufficiency syndrome (TIS) pada pasien

yang memiliki skeletal imatur . 23

28

Page 27: refrat skoliosis

Gambar 2.32 Rib Based Systems23

c. Magnetically controlled growing rods (MCGR). Growth rods

merupakan teknik distraction based yang tidak mengintervensi

pertimbuhan spinal normal dan potensial memberikan stimulasi

pertumbuhan pada rate pertumbuhan nomal.

Gambar 2.33 MCGR23

29

Page 28: refrat skoliosis

30