referat saraf rima

26
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Hemifasial Spasme termasuk dalam golongan movement disorders yang secara karakteristik ditandai dengan adanya kontraksi involunter otot wajah yang dipersarafi oleh saraf kranialis VII (N.facialis). Bersifat paroksismal, timbul secara sinkron dan intermitten pada satu sisi wajah. Kontraksi bersifat tonik klonik dengan variasi derajat keparahannya. Umumnya kontraksi dimulai di daerah sekitar mata (musculus orbicularis oculi), menjalar secara bertahap ke otot daerah pipi dan akhirnya ke daerah mulut (musculus orbicularis oris). Data evidence menunjukkan bahwa hemifasial spasme primer paling banyak disebabkan oleh vascular dekompresi. Prevalensi spasme hemifasial dilaporkan oleh Auger dan Whisnat ( 1990 ) adalah 14,5 per 100.000 populasi wanita dan 7,4 per 100.000 populasi pria. Hemifasial spasme ini timbul pada usia dekade limapuluhan dan lebih banyak dijumpai pada wanita. Di Indonesia belum ada data yang pasti tentang penderita spasme hiemifasial. Pada penelitian oleh Jusuf Misbach Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Page 1 Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Kota Semarang Periode 27 Juli – 29 Agustus 2015

Upload: rima-rizqi-meltahayati

Post on 02-Dec-2015

248 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

referat saraf

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Saraf Rima

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

     Hemifasial Spasme termasuk dalam golongan movement disorders yang

secara karakteristik ditandai dengan adanya kontraksi involunter otot wajah yang

dipersarafi oleh saraf kranialis VII (N.facialis). Bersifat paroksismal, timbul

secara sinkron dan intermitten pada satu sisi wajah. Kontraksi bersifat tonik

klonik dengan variasi derajat keparahannya. Umumnya kontraksi dimulai di

daerah  sekitar mata (musculus orbicularis oculi), menjalar secara bertahap  ke

otot daerah pipi dan akhirnya ke daerah mulut (musculus orbicularis oris).

Data evidence menunjukkan bahwa hemifasial spasme primer paling

banyak disebabkan oleh vascular dekompresi. Prevalensi spasme hemifasial

dilaporkan oleh Auger dan Whisnat ( 1990 ) adalah 14,5 per 100.000 populasi

wanita dan 7,4 per 100.000 populasi pria. Hemifasial spasme ini timbul pada usia

dekade limapuluhan dan lebih banyak dijumpai pada wanita. Di Indonesia belum

ada data yang pasti tentang penderita spasme hiemifasial. Pada penelitian oleh

Jusuf Misbach ( agt 1999 – 31 jan 2001) tentang penggunaan injeksi toksin

botulinum pada hemifasial spasme dari 20 pasien yang ada terdapat 19 pasien

laki-laki ( 95%) dan 1 pasien wanita (5%).

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Page 1 Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Kota Semarang Periode 27 Juli – 29 Agustus 2015

Page 2: Referat Saraf Rima

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 DEFINISI

     Suatu kondisi yang dikarakteristikkan sebagai spasme klonik unilateral

yang di mulai dari musculus orbicularis oculi dan menyebar ke otot-otot fasial

lainnya. Otot stapedius dapat mengalami spasme juga yang ditandai dengan ada

bunyi clicking ipsilateral. Kontraksinya irregular, intermittent dan bisa memburuk

apabila ada faktor pemicu berupa stress emosi dan kelelahan.

Gambar pasien hemifasial Spasme

II.2 EPIDEMIOLOGI

Secara umum berdasarkan data di Amerika, prevalensi hemifasial spasme

mencapai 9,8 - 11 per 100.000 jiwa dari total populasi. Tapi tidak diketahui secara

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Page 2 Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Kota Semarang Periode 27 Juli – 29 Agustus 2015

Page 3: Referat Saraf Rima

pasti data populasi di Asia, walaupun prevalensi Hemifasial spasme di Asia lebih

banyak daripada trigeminal neuralgia.

Adapun beberapa epidemiologi berdasarkan kelompok tertentu :

1. Berdasarkan persebaran ras: semua ras mempunyai prevalensi yang seimbang

atau sama

2. Berdasarkan persebaran gender: wanita lebih banyak daripada pria (2:1)

3. Berdasarkan persebaran umur:

- Hemifasial idiopatik typical mulai pada decade ke-5 atau ke-6 kehidupan

- Onset hemifasial spasme pada pasien yang lebih muda dari 40 tahun

jarang terjadi dan biasanya karena penyakit sekunder seperti multiple

sclerosis.

II. 3 ANATOMI

Nukelus fasialis menerima serabut-serabut yang menyilang dan tidak

menyilang melalui traktus kortikobulbaris. Otot-otot wajah dibawah dahi

menerima inervasi dari korteks kontralateral (hanya serabut kortikobulbaris yang

menyilang). Apabila terdapat suatu lesi rostral dari nukleus fasialis akan

menimbulkan paralisis dari otot-otot fasialis kontralateral kecuali otot frontalis

dan orbikularis okuli. Karena otot frontalis dan orbikularis okuli menerima

inervasi dari kortikal bilateral, maka otot-otot tersebut tidak akan dilumpuhkan

oleh lesi yang mengenai satu korteks motorik atau jaras kortikobulbarisnya.

Saraf kranial N. VII (fasialis) mengandung 4 macam serabut, yaitu :

1. Serabut somato-motorik, yang mensarafi otot-otot wajah (kecuali M.

Levator palpebra (N. III)), M. Platisma, M. Digastrikus bagian posterior,

M. Stilohioid dan M. Stapedius di telinga tengah.

2. Serabut visero-motorik (parasimpatis) yang datang dari nukleus

salivatorius superior. Serabut saraf ini mengurus glandula dan mukosa

faring, palatum, rongga hidung, sinus paranasal, dan glandula submaksilar

serta sublingual dan lakrimalis.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Page 3 Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Kota Semarang Periode 27 Juli – 29 Agustus 2015

Page 4: Referat Saraf Rima

3. Serabut visero-sensorik yang menghantar impuls dari alat pengecap di

2/3 bagian depan lidah.

4. Serabut somato-sensorik rasa nyeri (dan mungkin juga rasa suhu dan

rasa raba) dari sebagian daerah kulit dan mukosa yang disarafi oleh nervus

trigeminus. Daerah overlapping (disarafi oleh lebih dari satu saraf

(tumpang tindih)) ini terdapat di lidah, palatum, meatus akustikus elsterna

dan bagian luar gendang telinga.

Nervus fasialis terutama merupakan saraf motorik yang menginervasi otot-

otot ekspresi wajah. Disamping itu saraf ini membawa serabut parasimpatis ke

kelenjar ludah, kelenjar air mata dan ke selaput mukosa rongga mulut dan hidung.

Dan ia juga menghantarkan berbagai jenis sensasi eksteroseptif dari daerah

gendang telinga, sensasi 2/3 depan lidah, dan sensasi viseral umum dari kelenjar

ludah, mukosa hidung, dan faring. Dan sensasi proprioseptif dari otot-otot yang

disarafinya.

Sel sensorik terletak di ganglion genikulatum, pada lekukan saraf fasialis

di kanal fasialis. Sensasi pengecapan dari 2/3 depan lidah dihantar melalui saraf

lingual ke korda timpani dan kemudian ke ganglion genikulatum. Serabut yang

menghantar sensasi eksteroseptif mempunyai badan selnya di ganglion

genikulatum dan berakhir pada akar desenden dan inti-inti akar desenden dari

saraf trigeminus.

Inti motorik N. VII terletak di pons. Serabutnya mengitari inti N. IV dan

keluar di bagian lateral pons. N. VII bersama N. Intermedius dan N. VIII

kemudian memasuki meatus akustikus internus. Disini N. VII bersatu dengan N.

Intermedius dan menjadi satu berkas saraf yang berjalan dalam kanalis fasialis dan

kemudian masuk ke dalam Os mastoid. Ia keluar dari tulang tengkorak melalui

foramen stilomastoid dan bercabang untuk mensarafi otot-otot wajah.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Page 4 Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Kota Semarang Periode 27 Juli – 29 Agustus 2015

Page 5: Referat Saraf Rima

Gambar 1. Anatomi nervus fasialis

II. 4 ETIOLOGI

Pada dasarnya etiologi dari hemifasial spasme masih belum bisa diketahui

secara pasti, tetapi gejala tersebut muncul karena terjadinya iritasi atau kompresi

pada pembuluh darah yang terkait dengan persarafan pada nervus kranial tujuh.

Hal tersebut menyebabkan demyelinisasi dan “short circuiting” diantara saraf-

saraf tersebut.

Adapun beberapa mekanisme yang bisa menyebabkan terjadinya hemifasial

spasme:

Idiopatik

Vascular compression

Facial nerve compression oleh massa

Lesi batang otak seperti stroke atau plak multiple sclerosis

Trauma atau bells palsy.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Page 5 Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Kota Semarang Periode 27 Juli – 29 Agustus 2015

Page 6: Referat Saraf Rima

II. 5 PATOFISIOLOGI

Pertama kali dideskripsikan oleh Gowers pada tahun 1884, hemifasial

spasme menunjukkan myoclonus segmental pada otot yang di inervasi oleh saraf

fasial. Kelainan ini umumnya tampak pada decade 5 atau 6 dari kehidupan.

Kebanyakan secara unilateral meskipun dapat terjadi secara bilateral namun

sangat jarang dijumpai kasus seperti itu. Hemifasial spasme secara umum dimulai

dengan gerakan clonus pada musculus orbicularis oculi dan menyebar ke beberapa

otot-otot wajah yang lainnya (corrugator, frontalis, orbicularis oris, platysma,

zygomaticus).

Iritasi yang terjadi secra kronis pada nervus fasialis atau nucleus

merupakan penyebab secara universal hemifasial spasme, dan hal tersebut bisa

disebakan oleh beberapa faktor penyebab.

Iritasi pada nucleus nervus fasialis dipercaya memacu terjadinya reaksi

hipereksitasi dari nucleus nervus fasialis, sehingga iritasi pada segment proksimal

nervus tersebut menyebabkan gangguan transmisi diantara nervus-nervus fasialis.

Maka kemungkinan besar akan menyebabkan short circuiting diantara saraf

tersebut. Pada tampakan klinis akan muncul sebagai rhythmic involuntary

myoclonic contractions yang di observasi sebagai hemifacial spasm.

Lesi-lesi compresive (sebagai contoh: tumor, arteriovenous malformation,

Paget disease) dan lesi-lesi noncompressive (sebagai contoh: stroke, multiple

sclerosis plaque, basilar meningitis) akan tampak dengan manifestasi klinis berupa

hemifacial spasm. Secara singkat penyebab hemifasial spasme adalah idiopatik

tetapi beberapa mekanisme juga bisa disebabkan oleh kelainan pembuluh darah

(sebagai contoh,, distal branches of the anterior inferior cerebellar artery or

vertebral artery) menekan nervus fasialis pada cerebellopontine angle.

II. 6 KLASIFIKASI

Hemifasial spasme di bedakan atau diklasifikasikan berdasarkan jalur

kontraksinya. Sehingga di bagi menjadi :

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Page 6 Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Kota Semarang Periode 27 Juli – 29 Agustus 2015

Page 7: Referat Saraf Rima

Hemifasial spasme tipe typical: yaitu kontraksi dimulai pada musculus

orbicularis oculi dan menjalar secara bertahap ke otot daerah pipi dan

menyebar ke daerah mulut, meliputi musculus orbicularis oris,buccinator dan

platysma.

Hemifasial spasme tipe atypical: yaitu dimana kontraksi otot tidak selalu

dimulai dari musculus orbicularis oculi. Untuk atypical hemifasial spasme

lebih jarang ditemukan. Madjid Samii dkk menemukan  dari 143 pasien

spasme hemifasial kasus typical ditemukan pada 95,9% dan atypical 4,1%.

II. 7 MANIFESTASI KLINIS

Gejala klinis:

Kedutan pada kelopak mata secra intermittent

Kesulitan untuk menutup mata

Terjadi spasme otot-otot wajah bawah

Mulut tertarik pada salah satu sisi wajah

Terjadi spasme yang terus-menerus atau berkelanjutan di seluruh otot wajah

pada salah satu sisi wajah.

Tanda klinis:

Hemifasial spasme secara karakteristik ditandai adanya kontraksi

involunter otot wajah yang dipersarafi N.VII ( N. facialis ) , bersifat paroksismal,

timbul secara sinkron dan intermitten pada satu sisi wajah.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Page 7 Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Kota Semarang Periode 27 Juli – 29 Agustus 2015

Page 8: Referat Saraf Rima

II. 8 PEMERIKSAAN FISIK

Yang dapat kita evaluasi pada pemeriksaan secara fisik adalah munculnya

gerakan involunter pada otot-otot wajah secara intermittent pada salah satu sisi

wajah.

II. 9 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat menunjukkan

karakteristik dan sekaligus etiologi dari hemifasial spasme.

Electromyography (EMG)

Merupakan sebuah test yang mengukur dan merekam aktivitas elekrik

yang berasal dari aktivitas otot saat istirahat (relaksasi) maupun saat aktif

(kontraksi). Pada EMG akan menunjukkan frekwensi yang irregular, tajam,

dang frekwensi tinggi (150-400 Hz) pada motor unit yang potensial yang

mana berhubungan dengan klinis dari gerakan wajah.

Magnetic resonance imaging (MRI)

Merupakan sebuah test yang menggunakan gelombang magnet untuk

membuat dan melihat gambaran struktur yang terdapat di dalam kepala.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Page 8 Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Kota Semarang Periode 27 Juli – 29 Agustus 2015

Page 9: Referat Saraf Rima

Merupakan pemeriksaan pilihan khususnya jika di duga terdapat underlying

compressive lesion.

Computed tomography (CT) scan

Merupakan salah satu tipe dari X-y yang digunakan untuk membuat

gambaran dari struktur yang terdapat dalam kepala.

Angiography

Merupakan pemeriksaan X-ray pada pembuluh darah dengan cara di isi

dengan pemberian material kontras. Imaging yang berfunsi sebagai penunjang

apabila terdapat aneurysme atau vascular decompressions. Tetapi untuk

mengklarifikasi hasil tersebut adalah dengan tindakan pembedahan.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Page 9 Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Kota Semarang Periode 27 Juli – 29 Agustus 2015

Page 10: Referat Saraf Rima

II. 10 DIAGNOSIS

Spasme hemifasial harus dibedakan dengan tics, blepharospasm dan facial

myokimia. Secara klinis karakteristik facial myokimia berupa suatu gerakan

menyerupai getaran otot muka yang menetap dan berlanjut. Gambaran EMG

berupa salah satu cetusan (discharge) spontan yang asinkron dari motor unit yang

berdekatan.

Pada tic”s gerakan biasanya bersifat tiba-tiba, sesaat,stereotipik dan

terkoordinasi serta berulang dengan interval yang tidak teratur. Penderita biasanya

merasakan keinginan untuk melakukan gerakan-gerakan tersebut. Dengan

demikian penderita merasa lega. Penderita tic”s biasanya berhubungan dengan

penyakit obsesive compulsive.

     Pemeriksaan EMG pada hemifasial spasm secara karakteristik ditandai

timbulnya irama gelombang frekuensi tinggi ( 150-400 Hz ), dengan sinkronisasi.

Sedangkan pada blink refleks dengan perekaman elektrofisiologis dapat terlihat

sinkinesis dari otot-otot yang dipersarafi oleh cabang-cabang N.VII secara jelas.

Pada pasien ini hasil ENMG menunjukkan adanya spasme otot wajah kanan

( spasme hemifasial ).

     Diagnosa pasti penyebab spasme hemifasial sulit ditegakkan. Ada

beberapa penyebab yang dapat menimbulkan spasme hemifasial, yaitu tumor,

malformasi pembuluh darah dan proses infeksi lokal yang semuanya dapat

menimbulkan penekanan pada nervus VII.

Sebagai penyebab terbanyak dan telah dibuktikan yaitu adanya penekanan

oleh pembuluh darah . Dari 143 kasus spasme hemifasial yang dilakukan tindakan

mikrovaskular dekompresi didapatkan copressing vessel yang paling sering adalah

Anterior Inferior Cerebellar Artery ( AICA) pada 73 kasus ( Madjid S.dkk,1998).

II. 11 DIAGNOSIS BANDING

Gerakan otot wajah hanya merupakan sebuah gejala. Kecemasan,

Kelelahan serta membaca mungkin juga bisa menyebabkan atau memicu gerakan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Page 10 Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Kota Semarang Periode 27 Juli – 29 Agustus 2015

Page 11: Referat Saraf Rima

tersebut. Berikut ini beberapa diagnosis banding gejala gerakan otot wajah yang

involunter.

Hemimasticatory spasm

o Hemimasticatory spasm merupakan analog dari hemifasial spasme dan

terjadi karena iritasi dari nervus trigeminal.

o Kondisi ini jarang ada, merupakan segmental myoclonus dan nampak

sebagai kontraksi unilateral involunter pada otot yang dipersarafi oleh

nervus trigeminus untuk mengunyah (biasanya m. masseter)

o Mirip dengan hemifacial spasm, hemimasticatory spasm berespon

terhadap pengobatan dengan botulinum toxin.

Myoclonic movements

o Myoclonic movements juga merupakan gangguan pada otot-oto fasial

yang disebabkan oleh lesi pada otak atau level batang otak.

o Kondisi ini dibedakan dari hemifasial spasm berdasarkan distribusi ke

abnormalan gerakan (lebih menyeluruh dan memungkinkan bilateral)

dan bisa di evaluasi dengan electrodiagnostic.

o Imaging studies mampu mendeteksi underlying cause.

o Central myoclonus berespon terhadap terapi anticonvulsan.

Oromandibular dystonia

o Oromandibular dystonia (OMD) merupakan dystonia yang menyerang

lower facial musculature, dominan pada rahang, pharynx, dan lidah.

o Ketika oromandibular dystonia terjadi dan bersamaan dengan

blepharospasm, kelainan ini disebut sebagai Meige syndrome.

o Jaw-opening forms dari oromandibular dystonia merupakan indikasi

keterkaitan dari digastric dan lateral pterygoid. Jaw-closing

oromandibular dystonia termasuk adalah masseter, temporalis, dan

medial pterygoid.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Page 11 Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Kota Semarang Periode 27 Juli – 29 Agustus 2015

Page 12: Referat Saraf Rima

o Jaw deviation, meg indikasikan jarang nha keterkaitan dari lateral

pterygoid

o Botulinum toxin merupakan terapi pilihan pada oromandibular

dystonia dan paling efektif pada the jaw-closure type.

o Karena pada treatment terdapat resiko aspirasi maka tidak pernah

dilakukan inject botulinum toxin pada lidah.

Craniofacial tremor

o Craniofacial tremor mungkin berhubungan dengan adanya with

essential tremor, Parkinson disease, thyroid dysfunction atau

electrolyte disturbance.

o Sangat jarang terjadi.

o Merupakan Focal motor seizures yang harus dibedakan dengan facial

movement disorders, khususnya hemifasial spasme.

Facial chorea

o Facial chore terjadi dalam konteks systemic movement disorder

(seperti, Huntington disease, Sydenham chorea).

o Chorea merupakan kumpulan gerakan yang random, mengalir, dan tak

berpola.

o Kelainan yang berhubungan spontaneous orofacial dyskinesia pada

orang tua.

Tics

o Facial tics merupakan gerakan yang jelas, berulang, dan terkoordinasi

serta gerakan yang sedikit disadari pada kelompok otot di wajah dan

leher.

o Tics terjadi secara fisiologis atau berhubungan dengan diffuse

encephalopathy.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Page 12 Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Kota Semarang Periode 27 Juli – 29 Agustus 2015

Page 13: Referat Saraf Rima

o Beberaa pilihan pengobatan adalah (contoh, anticonvulsants, caffeine,

methylphenidate, antiparkinsonian agents) dihubungkan dengan

produksi tics.

o Gerakan tungal, berulang dan stereotyped (contoh, repetitive

grimacing, throat clearing, vocalizations) disebut sebagai a simple tic

disorder.

Facial myokymia

o Facial myokymia tampak sebagi vermicular twitching dibawah kulit,

sering tampak seperti wavelike spread.

o Dibedakan dari abnormal facial movements dilihat dari karakteristik

electromyogram discharges yang tampak jelas/tajam, berulang pada

potesial motor unit dengan frekwensi 2-60 Hz dan di interupsi

beberapa detik dengan frekwensi yang diam.

o Facial myokymia mungkin terjadi karena kelainan brainstem process.

Kasus yang berat berespon terhadap terapi botulinum toxin.

o Kasus terbanyak adalah idiopatik dan sembuh sendiri dalam beberapa

minggu.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Page 13 Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Kota Semarang Periode 27 Juli – 29 Agustus 2015

Page 14: Referat Saraf Rima

II. 12 PENATALAKSANAAN

Terdapat beberapa pilihan pengobatan sesuai dengan patofisiologi

penyakitnya serta berat ringannya gejala hemifasial spasme.

- Injeksi Botulinum

Pilihan terapi yaitu dengan injeksi toksin botulinum dengan panduan

berdasarkan hasil EMG. Akan menghilangkan spasme dalam waktu sekitar

3-5 hari setelah injeksi dan di terapi kurang lebih selama 6 bulan.

Efek samping yang timbul dari injek toksin botulinum adalah munculnya

facial asymmetry, ptosis, facial weaknes tetapi biasanya hanya transient

saja.

Berdasarkan laporan yang ada, kebanyakan pasien mempunyai respon

yang baik terhadap pengobatan ini.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Page 14 Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Kota Semarang Periode 27 Juli – 29 Agustus 2015

Page 15: Referat Saraf Rima

Pengobatan

Digunakan pada pasien dengan lesi yang non kompresif dang idiopatik

hemifasial spasme.

Respon terhadah pengobatan bervariasi, tetapi sangat memuaskan pada

derajat kasus yang ringan sampai sedang.

Agent yang menjadi pilihan adalah carbamazepine dan benzodiazepines

(contoh, clonazepam).

Sebaiknya pengobatan ini dilakukan segera setelah diagnosis ditegakkan

jika derajat kasusnya ringan atau pada pasien yang menolak injeksi

botulinum.

- Surgical Care

Sebagai terapi definitive lesi yang kompresif.

o Pembuluh darah yang ektasis bisa menyebabkan hemifasial spasme

oleh karena adanya kompresi nervus fasialis yang terdapat pada

batang otak.

o Surgical decompression pada penbuluh darah tersebut akan

menunjukkan hasil yang baik dan memuaskan.

o Pasien yang mempunyai kelainan idiopatik mungkin

menguntungkan apabila dilakukan eksplorasi padavposterior fossa

dan microvascular decompression.

o Myectomy sangat jarang dilakukan.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Page 15 Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Kota Semarang Periode 27 Juli – 29 Agustus 2015

Page 16: Referat Saraf Rima

- Medication Summary

Tujuan dari terapi adalah me-reduksi kontraksi otot yang abnormal.

Pilihan terapinya adalah botulinum toksin tipe A. Carbamazepin, benzodiazepine

dan baclofen juga digunakan sebagai pengobatan pada pasien yang menolak terapi

toksin botulinum dan bukan kandidat terapi pembedahan.

II. 13 PROGNOSIS

Prognosis untuk individu dengan hemifacial spasm tergantung pada

pengobatan dan respon mereka terhadap pengobatan. Beberapa individu akan

menjadi relative bebas dari gejala dengan terapi injeksi, beberapa mungkin

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Page 16 Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Kota Semarang Periode 27 Juli – 29 Agustus 2015

Page 17: Referat Saraf Rima

memerlukan operasi dekompresi. Dalam kebanyakan kasus, kesembuhan dapat

dicapai, dengan gejala sisa yang dapat ditoleransi.

Penyembuhan yang lambat sangat mendukung hipotesis bahwa hemofacial

spasm tidak hanya disebabkan oleh denyutan mekanik arteri yang memanjang

terhadap zona keluar akar saraf wajah, tetapi juga karena demielinasi saraf dan/

atau hiperaktivitas dari motor nucleus wajah yang dihasilkan oleh kompresi

neurovaskular.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Page 17 Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Kota Semarang Periode 27 Juli – 29 Agustus 2015

Page 18: Referat Saraf Rima

DAFTAR PUSTAKA

1. Adams RD, victor.M and Ropper A.H.Principles of neurology. Sixth ed, McGraw Hill:

Alexander. Carbamazepin for hemifacial spasm. Neurology 1990;40:286-287.

2. Anonim.2010.

http://medicastore.com/penyakit/3160/Kejang_hemifacial_Hemifacial_Spasm.html.

diakses: 10 agustus 2015

3. Gulevich, steven, et al. 2010. Medscape. http://emedicine.medscape.com/article.

Hemifacial spasme. diakses: 10 agustus 2015. American Academy of Neurology and

Colorado Medical Society

4. Hanson MR, Disturbance of lower cranial nerve In : Bradley et al.Neurology in clinic

5. Hitshi et al. Cerebellopontine Angle Epidermoids. Presenting with Cranial nerve

Dysfunction: Pathogenesis and Long term surgical results in 30 patients. Neurosurgery

2002;50:276-286.

6. Istiana. 2005. Laporan kasus: SPASME HEMIFASIAL. Residen Neurologi FKUI

7. J Korean, et al. 2007. Journal Neurosurg Soc Hemifacial Spasm : A Neurosurgical

Perspective Hemifacial spasm. Department of Neurosurgery,Samsung Medical Center:

Sungkyunkwan University School of Medicine, Seoul, Korea

8. Jusuf Misbach, penggunaan injeksi toksin botulinum pada spasme hemifasial.Neurona vol

18 no 2 januari 2001 :51-54.                                                  

9. Lang A.E. Approach to common neurological problems. In: Bradley et al.Neurology

10. Maadjid et al. Microvascular Decompression to treat hemifacial spasm : long term results

for a consecutive series of 143 patients.Neurosurgery 2002 ;50:712-719.

11. Kenneth W. Lindsay, et al. 2004. Neurology and Neurosurgery Illustrated. Philadelphia:

Churchill livingstone

18