referat pcos

26
REFERAT Polycystic Ovarium Syndorme (PCOS) Disusun Oleh: Melly Faisha Rahma 110.2011.161 Pembimbing: dr. Hushat Pritalianto, Sp.OG

Upload: randyprayogo

Post on 12-Apr-2016

119 views

Category:

Documents


29 download

DESCRIPTION

referat PCOS

TRANSCRIPT

Page 1: referat PCOS

REFERAT

Polycystic Ovarium Syndorme (PCOS)

Disusun Oleh:

Melly Faisha Rahma

110.2011.161

Pembimbing:

dr. Hushat Pritalianto, Sp.OG

KEPANITRAAN ILMU OBSTETRIK GINEKOLOGI RSUD DR.DRAJAT P

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSTAS YARSI

JUNI 2015

Page 2: referat PCOS

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, serta shalawat dan salam kepada Nabi

Muhammad SAW, dan para sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman. Karena

atas rahmat dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat ini dengan judul

“Polycystic Ovarium Syndrome ” (PCOS) sebagai salah satu syarat untuk mengikuti

ujian kepanitraan Obstetrik dan Ginekologi di RSUD dr. Drajat P.

Berbagai kendala yang telah dihadapi penulis hingga referat ini selesai tidak

terlepas dari bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Atas bantuan yang telah

diberikan, baik moril maupun materil, maka selanjutnya penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih kepada pembimbing saya dr. Hushat Pritalianto, Sp.OG atas

bimbingan, arahan dan saran dalam penyusunan referat ini. Ucapan terima kasih juga

penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah membantu.

Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga

penyusunan ini dapat lebih baik sesuai dengan hasil yang diharapkan.

Akhir kata, dengan mengucapkan Alhamdulillah, semoga Allah SWT selalu

meridhai kita semua.

Serang, Juni 2015

Penulis

1

Page 3: referat PCOS

BAB I

PENDAHULUAN

Kombinasi oligomenorea, infertilitas, hirsutisme dan pembesaran ovarium

polikistik secara bilateral didefinisikan sebagai suatu kesatuan oleh Stein and

Leventhal (1935) yang beberapa waktu lalu mereka menyebutnya sindrom. Pada

tahun 1935, Stein dan Leventhal menggambaran adanya penderita amenorea dan

infertil dan disertai dengan pembesaran ovarium berikut sejumlah kista kecil di

dalamnya. Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) adalah penyakit endokrin yang paling

umum pada wanita, mempengaruhi 8% dari wanita di usia reproduksi. PCOS ditandai

dengan siklus anovulasi kronis, oligo-atau amenore, hirsutisme, dan resistensi urin.

Patofisiologi terjadinya PCOS sampai serkarang ini masih dipelajari. Namun

telah disetujui bahwa ketidakseimbangan hormon menjadi salah satu penyebabnya,

kemungkinkan juga dikombinasikan dengan adanya resistensi insulin, yang mana

dapat meningkatkan produksi androgen. Karakteristik gambaran hormon pada PCOS

yakni sekresi abnormal hormon gonadotropin yang mana meningkatkan kadar LH,

yang menstimulasi sel teca di ovarium untuk memproduksi androgen berlebih.

2

Page 4: referat PCOS

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian

Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) adalah penyakit endokrin yang paling

umum pada wanita, mempengaruhi 8% dari wanita di usia reproduksi. PCOS ditandai

dengan siklus anovulasi kronis, oligo-atau amenore, hirsutisme, dan resistensi insulin.

Definisi yang paling dapat diterima secara internasional pada saat ini seperti yang

diadopsi pada tahun 2003 oleh European Society for Human Reproduction dan

Embryology and the American Society for Reproductive Medicine, yang dikenal

dengan ESHRE/ASRM Dalam konsensus ini diperlukan adanya dua dari tiga kriteria

diagnosa yaitu :

1. Oligo/anovulation

2. Gejala hiperandrogen baik secara klinik maupun biokimia

3. Adanya gambaran morfologi ovarium yang polikistik dengan USG (12 atau

lebih folikel-folikel dengan ukuran diameter antara 2-9 mm dan/atau

peningkatan volume ovarium (>10 ml).

Sementara sekitar 21% dari perempuan memiliki ovarium polikistik, diperkirakan

bahwa PCOS mempengaruhi 5% sampai 10% dari wanita usia reproduksi dan 15%

sampai 20% dari wanita dengan infertilitas.

2.2. Epidemiologi

Prevalensi PCOS bervariasi tergantung pada kriteria yang digunakan untuk

mendiagnosa. Ketika kriteria National Institutes of Health (NIH) digunakan,

khususnya adanya oligomenore atau amenore dan hiperandrogenisme, kejadian ini

dilaporkan 7% menjadi 8,7% pada wanita usia reproduksi. Namun, prevalensi lebih

tinggi ketika salah satu kriteria Rotterdam atau The Androgen Excess Society (AES)

diterapkan. WHO tahun 2010 menunjukan 3 – 5 % penduduk dunia menderita PCOS.

Diderita pada wanita (5–10% dari wanita usia reproduksi yang berumur 12 – 45

tahun) dan diduga menjadi salah satu penyebab utama infertilitas wanita.

3

Page 5: referat PCOS

Sekitar 18% wanita dari studi prevalensi berbasis komunitas memenuhi

kriteria diagnostik untuk PCOS, berdasarkan kriteria Rotterdam. Batas atas penelitian

ini prevalensi diperhitungkan menggunakan perkiraan dari ovarium polikisik untuk

wanita tanpa dokumentasi kista ovarium dengan USG. Namun, batas atas dari

prevalensi yang tidak diperhitungkan untuk memperkirakan ovarium polikistik pada

wanita didiagnosis dengan menggunakan kriteria AES. Selain itu, perkiraan

prevalensi bervariasi sesuai dengan berat badan wanita, dengan PCOS mempengaruhi

sekitar 28% dari wanita yang mengalami obesitas. Akhirnya, perbedaan yang

signifikan dalam prevalensi PCOS di kelompok etnis yang berbeda belum dilaporkan.

2.3. Etiologi

Etiologi yang tepat untuk pengembangan hiperandrogenisme tidak diketahui.

Namun, kecenderungan keluarga untuk terjadinya PCOS menunjukkan pola turun-

temurun dapat menjadi suatu kerentanan. Sekitar 70% dari yang disajikan varians

diamati dalam patogenesis PCOS adalah disebabkan pengaruh polygenetic. Beberapa

gen telah diidentifikasi yang dapat terlibat dalam patogenesis PCOS, termasuk gen

yang terlibat dalam biosintesis dan tindakan androgen, gen yang berhubungan dengan

resistensi insulin, dan gen yang mengkode untuk sitokin inflamasi. Faktor-faktor lain

yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap pengembangan PCOS termasuk

riwayat memiliki berat lahir yang tinggi (8.5 pon) dan dilahirkan dari ibu kelebihan

berat badan, berat badan lahir rendah, virilisasi bawaan, pubarche dini

(pengembangan rambut kemaluan sebelum 8 tahun), obesitas, acanthosis nigricans

(gelap, tebal, kulit beludru diamati dalam lipatan tubuh), jerawat, anovulasi, dan

ovarium polikistik.

2.4. Patofisiologi

Patofisiologi terjadinya PCOS sampai serkarang ini masih dipelajari. Namun

telah disetujui bahwa ketidakseimbangan hormon menjadi salah satu penyebabnya,

kemungkinkan juga dikombinasikan dengan adanya resistensi insulin.,yang mana

dapat meningkatkan produksi androgen.

Dalam studi dibuktikan bahwa faktor intrinsik dari folikulogenesis ovarium

berpengaruh dalam PCOS yakni hipersekresi dari sel teca dan juga sekresi abnormal

insulin.Penyebab ketidakseimbangan hormon sendiri belum diketahui,namun ini telah

menjadi proses yang berulang-ulang

4

Page 6: referat PCOS

Karakteristik gambaran hormon pada PCOS yakni sekresi abnormal hormon

gonadotropin yang mana meningkatkan kadar LH, yang menstimulasi sel teca di

ovarium untuk memproduksi androgen berlebih. Hiperaktivitas adrenal, yang terjadi

pada 30% wanita dengan PCOS, juga berkontribusi dalam peningkatan dan sirkulasi

hormon androgen. Hasilnya, proses folikulogenesis normal terganggu dan

mempengaruhi perkembangan folikel yang nantinya akan menyebabkan anovulasi.

Anovulasi yang berkepanjangan dapat meningkatkan kadar level androgen dan

estrogen (terutama proses konversi androgen menjadi estrone yang berlangsung pada

jaringan adiposa). Peningkatan level androgen juga menyebabkan berkurangnya

sekresi SHBG dan menurunnya SHBG dapat meningkatkan sirkulasi dari androgen

dan estradiol. Meningkatnya estradiol dapat meningkatkan hormon relising GnRH dan

dapat berkontribusi dalam meningkat level LH dan terjadi unovulasi. Proses ini

termasuk perkembangan abnormal dari folikel, atresia dan unovulasi yang mana rasio

LH dan FSH meningkat. Selain itu ada resusitasi insulin pada wanita pengidap PCOS

dapat berkontribusi dalam peningkatan androgen. Wanita dengan PCOS, faktor

pertunbuhan insulin meningkat yang mana menstimulasi sel teca di ovarium

dikombinasikan dengan LH yang mana akan dapat menyebabkan produksi androgen

berlebihan.

Cascade Cholesterol

5

Page 7: referat PCOS

2.5. Diagnosis

Catatan medis berasal dari sedini zaman Hippocrates memberikan bukti

adanya berbagai karakteristik fisik pada wanita yang konsisten dengan PCOS,

termasuk oligomenore, infertilitas, tubuh gemuk, hirsutisme, dan virilisasi. Meskipun

karakteristik fisik gangguan ini telah diakui selama ribuan tahun, saat ini belum ada

definisi yang diterima secara universal dari PCOS. Pada tahun 1990, sebuah panel ahli

diselenggarakan di National Institutes of Health (NIH) yang diusulkan kriteria

6

Page 8: referat PCOS

diagnostik untuk PCOS yang diperlukan dokumentasi hiperandrogenisme (baik

hyperandrogenemia biokimia atau bukti klinis hirsutisme) dan oligomenore atau

amenore. Pada tahun 2003, Rotterdam PCOS Konsensus Kelompok memperluas

kriteria NIH menyertakan bukti ovarium polikistik dengan USG dan diperlukan

bahwa 2 dari 3 kriteria ini harus dipenuhi untuk mendiagnosis PCOS. The Androgen

Excess Society (AES) Ulasan kriteria diagnostik PCOS yang ada dan pada tahun 2006

menyimpulkan bahwa dokumentasi hyperandrogenemia sangat penting untuk

diagnosis PCOS dan harus disertai dengan bukti disfungsi ovarium dan / atau ovarium

polikistik didokumentasikan oleh USG.

Yang penting, semua pedoman diagnostik yang diusulkan oleh kelompok-

kelompok ini mengharuskan minimal 2 dari 3 kriteria yang terdaftar hadir dan

penyebab lain dari sekresi androgen berlebih (misalnya, hiperprolaktinemia)

dikecualikan untuk mendiagnosa kondisi ini.

Hirsutism

7

Page 9: referat PCOS

2.6. Manifestasi Klinis

Kriteria diagnostik yang dipakai untuk PCOS termasuk kejadian

hiperandrogen, oligoovulasi atau anovulation, dan atau polikistik ovari. Ada juga

gejala dari segi dernatologis seperti hirsutisme, acne, androgeni alopersia (kerontokan

rambut). Yang lebih penting di asia dan remaja jarang terjadi hirsutisme. Rata-rata

60% mengalami gejala unovulasi (amenore, infertil, menorargi, oligomenore) dan 50-

60% gejala obesitas ada namun hanya 30% yang mengalami kejadian ini. Salah satu

indikasi hiperandrogen kemungkin pada pada PCOS yaitu pubertas prekok.

8

NIH (1990) Rotterdam Kriteria

(2003)

AES (2006)

Semua tiga kriteria

Bukti klinis atau

biokimia

Hiperandrogen

Oligomenorre

dan/atau

anovulasi

Pengecualian dari

gangguan lainnya

Dua dari tiga kriteria:

Oligomenorre

dan/atau

anovulasi

Tanda klinis dari

hiperandrogen

Polikistik

ovarium

Semua tiga hal berikut :

Hiperandrogenisme

(klinis atau biokimia )

Disfungsi ovarium

(oligomenore atau

anovulasi dan /atau

morfologi ovarium

polikistik)

Pengecualian

kelebihan androgen

lain atau terkait

gangguan lainnya

PCOS dapat didiagnosis

hanya setelah

mengesampingkan

gangguan yang terkait

(misalnya, resistensi

insulin yang parah,

androgen neoplasma,

sindrom Cushing,

hiperprolaktinemia dan

kelainan tiroid gen)

PCOS didominasi gangguan

kelebihan androgen .

Page 10: referat PCOS

Gejala dan keluhan PCOS disebabkan oleh adanya perubahan hormonal. Satu

hormon merupakan pemicu bagi hormon lainnya. Hal ini akan menimbulkan

lingkaran setan dari suatu gangguan keseimbangan hormonal dalam sistem endokrin.

Gangguan tersebut antara lain adalah :

1. Hormon ovarium. Bila kadar hormon pemicu ovulasi tidak normal maka

ovarium tidak akan melepaskan sel telur setiap bulan. Pada beberapa

penderita, dalam ovarium terbentuk kista-kista kecil yang menghasilkan

androgen.

2. Kadar androgen yang tinggi. Kadar androgen yang tinggi pada wanita

menyebabkan timbulnya jerawat dan pola pertumbuhan rambut seperti pria

serta terhentinya ovulasi.

3. Kadar insulin dan gula darah yang meningkat. Sekitar 50% tubuh penderita

PCOS bermasalah dalam penggunaan insulin yaitu mengalami resistensi

insulin. Bila tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan baik maka kadar

gula darah akan meningkat. Bila keadaan ini tidak segera diatasi, maka dapat

terjadi diabetes kelak dikemudian hari.

Gejala PCOS cenderung terjadi secara bertahap. Awal perubahan hormon

yang menyebabkan PCOS terjadi pada masa remaja setelah menarche. Gejala akan

menjadi jelas setelah berat badan meningkat pesat.

Gejala yang diperlihatkan oleh penderita PCOS kadang-kadang tidak jelas

Gejala PCOS awal:

1. Jarang atau tidak pernah mendapat haid. Setiap tahun rata-rata hanya terjadi

kurang dari 9 siklus haid ( siklus haid lebih dari 35 hari ). Beberapa penderita

PCOS dapat mengalami haid setiap bulan namun tidak selalu mengalami

ovulasi.

2. Perdarahan haid tidak teratur atau berlebihan. Sekitar 30% penderita PCOS

memperlihatkan gejala ini.

3. Rambut kepala rontok dan rambut tubuh tumbuh secara berlebihan.

Kerontokan rambut dan pertumbuhan rambut berlebihan dimuka, dada, perut

(hirsuitisme) disebabkan oleh kadar androgen yang tinggi.

4. Pertumbuhan jerawat. Pertumbuhan jerawat disebabkan pula oleh kadar

androgen yang tinggi.

5. Depresi. Perubahan hormon dapat menyebabkan gangguan emosi.

9

Page 11: referat PCOS

Gejala PCOS lanjut

1. Berat badan meningkat atau obesitas terutama pada tubuh bagian atas (sekitar

abdomen dan pinggang). Gejala ini disebabkan oleh kenaikan kadar hormon

androgen.

2. Kerontokan rambut dengan pola pria atau penipisan rambut kepala (alopesia).

Gejala ini disebabkan oleh kenaikan kadar hormon androgen.

3. Abortus berulang. Penyebab hal ini tidak diketahui dengan jelas. Abortus

mungkin berkaitan dengan tingginya kadar insulin, ovulasi yang terhambat

atau masalah kualitas sel telur atau masalah implantasi pada dinding uterus.

4. Sulit mendapatkan kehamilan (infertil) oleh karena tidak terjadi ovulasi.

5. Hiperinsulinemia dan resistensi insulin yang menyebabkan obesitas tubuh

bagian atas, perubahan kulit dibagian lengan, leher atau pelipatan paha dan

daerah genital.

6. Masalah gangguan pernafasan saat tidur (mendengkur). Keadaan ini

berhubungan dengan obesitas dan resistensi insulin.

7. Nyeri panggul kronis (nyeri perut bagian bawah dan panggul)

8. Tekanan darah tinggi seringkali ditemukan pada penderita PCOS.

2.7. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang

Untuk menegakkan diagnosa PCOS diperlukan sejumlah pemeriksaan antara

lain anamnesa yang cermat, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium serta

pemeriksaan ultrasonografi.

Anamnesa:

1. Riwayat medis mengenai keluhan yang dirasakan penderita.

2. Pertanyaan mengenai perubahan berat badan, perubahan kulit, rambut dan

siklus haid.

3. Pertanyaan mengenai masalah kesuburan.

4. Pertanyaan mengenai riwayat keluarga yang menderita PCOS atau diabetes.

Pemeriksaan fisik:

1. Pemeriksaan kesehatan secara umum termasuk tekanan darah, berat dan tinggi

badan (menentukan BMI-Body Mass Index).

2. Pemeriksaan tiroid, kulit, rambut, payudara.

3. Pemeriksaan bimanual untuk melihat kemungkinan adanya pembesaran

ovarium.

10

Page 12: referat PCOS

Pemeriksaan laboratorium :

1. β-hCG untuk menyingkirkan kemungkinan kehamilan.

2. Testosteron dan androgen. Kadar tinggi dari Androgen akan menghambat

terjadinya ovulasi dan menyebabkan jerawat, pertumbuhan rambut secara

berlebihan dan kerontokan rambut kepala.

3. Prolaktin yang mempengaruhi siklus haid dan fertilitas

4. Kolesterol dan trigliserida

5. Pemeriksaan untuk fungsi ginjal dan hepar dan pemeriksaan gula darah

6. Pemeriksaan TSH (Thyroid Stimulating Hormon) untuk menentukan aktivitas

tiroid

7. Pemeriksaan hormon adrenal, DHEA-S (Dehiydroepiandrosteron Sulfat) atau

17-hydroxyprogesteron. Gangguan kelenjar adrenal dapat menimbulkan gejala

seperti PCOS.

8. Pemeriksaan OGTT- oral glucosa tolerance test dan kadar insulin untuk

menentukan adanya resistensi insulin.

Pemeriksaan ultrasonografi :

Pemeriksaan ulttrasonografi pelvis dapat menemukan adanya pembesaran satu

atau kedua ovarium. Namun yang perlu diingat bahwa pada PCOS tidak selalu terjadi

pembesaran ovarium sehingga diagnosa PCOS dapat diduga tanpa harus melakukan

pemeriksaan ultrasonografi terlebih dulu.

2.8. Terapi

11

Page 13: referat PCOS

2.8.1. Farmakologi

2.8.1.1. Metformin

Dalam penelitian, pengobatan metformin setelah 6 dan 12 bulan secara

signifikan mengurangi berat badan, BMI dan lingkar pinggang. Hiperinsulinemia

merupakan parameter penting dalam menentukan memulai atau tidak untuk terapi

metformin untuk wanita PCOS dengan harapan mencegah timbulnya diabetes mellitus

tipe 2.

Sindroma ovarium polikistik adalah sekelompok masalah gangguan kesehatan

akibat gangguan keseimbangan hormonal. Seringkali PCOS menyebabkan gangguan

pada pola haid dan menimbulkan kesulitan untuk mendapatkan kehamilan. Olahraga

secara teratur, konsumsi makanan sehat, serta menghentikan kebiasaan merokok dan

mengendalikan berat badan merupakan kunci utama pengobatan PCOS. Alternatif

pengobatan lainnya adalah dengan menggunakan obat untuk menyeimbangkan

hormon. Tidak terdapat pengobatan definitif untuk PCOS, namun pengendalian

penyakit dapat menurunkan resiko infertilitas, abortus, diabetes, penyakit jantung dan

karsinoma uterus.

Metformin adalah obat sensitifitas insulin yang sudah dipakai untuk

mengobati PCOS pada wanita. Metformin yang meningkatkan sensitifitas insulin di

liver dengan mengurangi kerja enzim gluconeogenic, menghambat pengeluaran laktat

dan alanine, peningkatan konversi piruvat ke alanine dan menghambat pengeluaran

glukosa. Dalam studi menunjukkan bahwa metformin efektif mengurangi androgen,

meningkatkan sensitifitas insulin, mengurangi penurunan berat badan yang sering

terjadi pada PCOS. Namun dalam suatu studi randomisasi lebih dari 600 wanita

dilaporkan tidak ada perubahan dalam fertilitas dalam menggunakan metformin

jangka panjang pada wanita PCOS dibandingkan dengan dengan clomphine.

Terapi metformin secara signifikan memperbaiki resistensi insulin, ketidak

seimbangan hormon endokrin, hirsutisme, siklus mentruasi. kehamilan dapat terjadi

tergantung terhadap keseimbangan metabolisme, endokrin dan parameter

antropometri. 

Metformin (Glucophage). Obat diabetes ini digunakan untuk mengendalikan

insulin, gula darah dan androgen. Obat ini menurunkan resiko diabetes dan penyakit

jantung serta memulihkan siklus haid dan fertilitas.

Catatan : Metformin nampaknya sangat bermanfaat untuk mengatasi gejala yang

terjadi pada PCOS. Metformin dapat memperbaiki derajat fertilitas, menurunkan

12

Page 14: referat PCOS

kejadian abortus, dan diabetes gestasional serta mencegah terjadinya masalah

kesehatan jangka panjang. Penggunaan metformin pada masa kehamilan masih

merupakan kontroversi meskipun resiko nampaknya sangat kecil. Metformin oleh

FDA dimaksudkan untuk mengatasi diabetes sehingga penggunaannya pada kasus

PCOS harus dibahas secara rinci.

Faktor yang paling penting dalam penggunaan metformin yaitu testosteron,

progesteron, FSH, CRP dan adanya ovulasi. Untuk kedepannya perlu dipelajari

adanya hubungan antara perubahan endokrin degan penggunaan jangka panjang

metformin pada wanita PCOS.

2.8.1.2. Pil KB Diane

Pil KB Diane merupakan merek dagang pil kontrasepsi yang mengandung

ethinyloestradiol dan cyproterone acetate. Pil KB Diane umumnya digunakan sebagai

terapi gejala androgenisasi pada wanita, seperti jerawat yang parah dengan riwayat

gagal dengan terapi lainnya atau  pertumbuhan rambut di daerah wajah atau tubuh

(disebut hirsutism) dengan derajat ringan sampai sedang yang tidak disebabkan oleh

penyakit lain yang mendasari. Selain itu, pil KB Diane juga dapat digunakan sebagai

pil kontrasepsi untuk mencegah kehamilan. Pil Diane mengandung hormon

progesteron dan estrogen, yang memiliki kombinasi yang sama dengan piil

kontrasepsi oral pada umumnya. Oleh karena itu, penggunaan pil KB Diane tidak

boleh digabungkan dengan pil kontrasepsi lainnya.

2.8.1.3. Anti-androgen

Mengurangi timbulnya gejala yang abnormal seperti hirsutisme, contoh obat:

flutamid, finasterid

2.8.1.4. Obat untuk fertilitas

Clomiphene citrate merangsang pelepasan hormon yang diperlukan untuk

menyebabkan ovulasi.

Terapi Clomiphene biasanya digunakan selama 5 hari berturut-turut di awal

siklus menstruasi, selama 3 sampai 6 siklus bulanan. Mungkin diperlukan beberapa

siklus untuk menemukan dosis yang tepat untuk merangsang ovulasi. Setelah dosis

yang ditentukan, seorang wanita akan mengambil obat untuk setidaknya 3 lebih

siklus. Jika dia tidak menjadi hamil setelah 6 siklus, tidak mungkin bahwa pengobatan

clomiphene lanjut akan berhasil.

2.8.1.5. Terapi Pembedahan

13

Page 15: referat PCOS

Terapi pembedahan kadang-kadang dilakukan pada kasus infertilitas akibat PCOS

yang tidak segera mengalami ovulasi setelah pemberian terapi medikamentosa.

Melalui pembedahan, fungsi ovarium di pulihkan dengan mengangkat sejumlah kista

kecil.Alternatif tindakan :

1. “Wedge Resection”

Mengangkat sebagian ovarium. Tindakan ini dilakukan untuk

membantu agar siklus haid menjadi teratur dan ovulasi berlangsung secara

normal. Tindakan ini sudah jarang dikerjakan oleh karena memiliki potensi

merusak ovarium dan menimbulkan jaringan parut.

2. “Laparoscopic ovarian drilling”

Merupakan tindakan pembedahan untuk memicu terjadinya ovulasi

pada penderita PCOS yang tidak segera mengalami ovulasi setelah

menurunkan berat badan dan memperoleh obat-obat pemicu ovulasi. Pada

tindakan ini dilakukan eletrokauter atau laser untuk merusak sebagian

ovarium. Beberapa hasil penelitian memperlihatkan bahwa dengan tindakan

ini dilaporkan angka ovulasi sebesar 80% dan angka kehamilan sebesar 50%.

Wanita yang lebih muda dan dengan BMI dalam batas normal akan lebih

memperoleh manfaat melalui tindakan ini.

2.8.1.6. OHSS

Ovarian Syndrome Hyperstimulation (OHSS) adalah suatu kondisi

dimana karena produksi beberapa telur (biasanya lebih dari 25) cairan

menumpuk di perut yang menyebabkan pembengkakan, rasa tidak nyaman,

mual, muntah, rasa sakit, kesulitan bernapas, dan buang air kecil. Ada derajat

yang berbeda pada OHSS. Hal ini dapat sangat ringan dengan gejala minimal

yang dapat diselesaikan lebih dari hitungan 2-3 hari atau bisa berat yang

membutuhkan akumulasi cairan drainase perut (ascites) dan rawat inap.

Insiden OHSS ringan terjadi pada sekitar 10% kasus dan OHSS dalam <1%

dalam jangka waktu tertentu dalam proses bayitabung.

BAB III

14

Page 16: referat PCOS

KESIMPULAN

Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) adalah penyakit endokrin yang paling

umum pada wanita, mempengaruhi 8% dari wanita di usia reproduksi. PCOS ditandai

dengan siklus anovulasi kronis, oligo-atau amenore, hirsutisme, dan resistensi insulin.

Penyebab dari PCOS masih belum jelas, namun faktor genetik dapat menjadi salah

satu penyabab dari PCOS. PCOS ditandai dengan terjadinya peningkatan pada LH,

androgen yang menyebabkan hirsutism dan adipose yang menyebabkan tingginya

kadar estrone sehingga tidak bekerja pada FSH sehingga menyebabkan menurunnya

kadar estradiol di dalam folikel yang dapat menyebabkan digenerasi kistik folikel.

Terapinya juga dapat berupa terapi dengan obat-obatan dan dengan pembedahan.

Daftar Pustaka

15

Page 17: referat PCOS

Anonym (2010). Kriteria PCOS. http://related:nurse-practitioners-and-physician-assistants.advanceweb.com/SharedResources/Downloads/2010/012510/NP020110_p18table1.pdf. Diakses 19 Juni 2014 jam 18.00.

Ehrmann DA (2005). Polycystic ovary syndrome. New England Journal of Medicine, 352(12): 1223–1236.

Haas DA, et al. (2003). Effects of metformin on body mass index, menstrual cyclicity, and ovulation induction in women with polycystic ovary syndrome. Fertility and Sterility, 79(3): 469–481.

Huang I, et al. (2007). Endocrine disorders. In JS Berek, ed., Berek and Novak's Gynecology, 14th ed., pp. 1069–1135. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.

lsenbruch S, et al. (2003). Quality of life, psychological well-being, and sexual satisfaction in women with polycystic ovary syndrome. Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism, 88(12): 5801–5807

Maureen Shannon, Yusharn Wang (2012). Polycystic Ovary Syndrome: A Common But Often Unrecognized Condition. Journal of Midwifery & Women’s Health Volume 57, No. 3, May/June 2012

Speroff L, Fritz MA (2005). Anovulation and the polycystic ovary. Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility, 7th ed., pp. 465–498. Lippincott Williams and Wilkins.

Yuan An, Zhuangzhuang Sun, Yajuan Zhang et al (2014). The use of berberine for women with polycystic ovary syndrome undergoing IVF treatment. Clinical Endocrinology (2014) 80, 425–431

Zelija Velija-Ašimi (2013). Evaluation of endocrine changes in women with the polycystic ovary syndrome during metformin treatment. Bosn J Basic Med Sci 2013; 13 (3): 180-185

16