uji kesesuaian chi kuadrat.pdf

13
Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 2, Oktober 2011 ISSN : 1858-3695 99 UJI KESESUAIAN CHI-KUADRAT DATA HUJAN DAS BATANG KURANJI KOTA PADANG Oleh Indra Agus, Hartati Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang Kampus Limau Manis Padang ABSTRAK Hujan merupakan komponen masukan pada proses hidrologi. Umumnya karakteristik hujan terdiri dari intensitas hujan, durasi dan ketebalan hujan. Data hujan yang tersedia akan digunakan untuk menghitung curah hujan rencana yang pada akhirnya digunakan untuk menghitung debit banjir. Dari debit banjir bisa menghitung dimensi dari suatu konstruksi bangunan air. Sebelum data hujan digunakan untuk perhitungan debit terlebih dahulu harus dilakukan pengolahan data hujan. Pengolahan data hujan di antanya adalah melakukan penentuan jenis distribusi berdasarkan data parameter statistic seperti perhitungan nilai rata-rata, nilai standar deviasi, nilai koefisien variasi,koefisien kurtosis dan koefisien kemencengan.Untuk mengetahui apakah perlu penambahan data dalam perhitungan curah hujan rencana maka diperlukan uji kecocokan. Uji Kecocokan bertujuan untuk menentukan apakah jumlah data hujan yang digunakan telah mencukupi. Jika dari hasil uji kesesuaian tersebut didapatkan hasil tidak diterima maka sangat diperlukan sekali penambahan data hujan. Uji kesesuaian ini dapat dilakukan dengan beberapa metode di antaranya metode Smirnov Kolmogorov dan metode Chi-Kuadrat. Dalam penelitian ini uji kesesuaian dilakaukan dengan Metode Chi-Kuadrat Kata kunci : Chi-Kuadrat PENDAHULUAN Dalam melakukan analisi hidrologi sering dihadapkan pada kejadian-kejadian ekstrim seperti kejadian banjir dan kekeringan. Akibat dari banjir akan berpengaruh terhadap bangunan-bangunan air seperti bendung, bendungan, tanggul, jembatan, gorong-gorong dan bangunan air lainnya. Bangunan-bangunan tersebut harus direncanakan untuk dapat melewatkan debit banjir maksimum yang mungkin terjadi. Bangunan air yang dibangun tidak hanya memperhitungkan bangunan itu sendiri, tapi juga memperhatikan kehidupan dan fasilitas-fasilitas lain yang mengancam keselamatannya apabila bangunan tersebut runtuh. Masalah kekeringan banyak berkaitan dengan ketersediaan air untuk berbagai kebutuhan, seperti kebutuhan air irigasi, air baku, pemeliharaan sungai, dan sebagainya. Pada musim kemarau debit sungai kecil, sehingga untuk bisa memenuhi berbagai kebutuhan perlu dilakukan analisis ketersediaan air. Penentuan jenis distribusi ini sangat diperlukan sekali dalam menghitung hujan rencana, hujan rencana dapat menghitung debit rencana, yang pada akhirnya dapat menentukan dimensi bangunan-bangunan air yang akan dirancang. Sebelum data hujan digunakan lebih lanjut ke perhitungan debit maka sangat diperlukan sekali uji kesesuaian data hujan. Jika dari hasil perhitungan uji kesesuaian data hujan didapatkan hasil tidak diterima atau ditolak maka data hujan tersebut belum bisa digunakan dalam merancang dimensi bangunan air. Salah satu cara untuk menghitung uji kesesuaian adalah dengan metode Chi Kuadrat

Upload: rahman-gading

Post on 03-Sep-2015

84 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

  • Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 2, Oktober 2011 ISSN : 1858-3695

    99

    UJI KESESUAIAN CHI-KUADRAT DATA HUJAN DAS BATANG

    KURANJI KOTA PADANG

    Oleh

    Indra Agus, Hartati

    Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang

    Kampus Limau Manis Padang

    ABSTRAK

    Hujan merupakan komponen masukan pada proses hidrologi. Umumnya karakteristik hujan terdiri dari intensitas hujan, durasi dan ketebalan hujan. Data hujan yang tersedia akan digunakan untuk menghitung curah hujan rencana yang pada akhirnya digunakan untuk menghitung debit banjir. Dari debit banjir bisa menghitung dimensi dari suatu konstruksi bangunan air. Sebelum data hujan digunakan untuk perhitungan debit terlebih dahulu harus dilakukan pengolahan data hujan. Pengolahan data hujan di antanya adalah melakukan penentuan jenis distribusi berdasarkan data parameter statistic seperti perhitungan nilai rata-rata, nilai standar deviasi, nilai koefisien variasi,koefisien kurtosis dan koefisien kemencengan.Untuk mengetahui apakah perlu penambahan data dalam perhitungan curah hujan rencana maka diperlukan uji kecocokan. Uji Kecocokan bertujuan untuk menentukan apakah jumlah data hujan yang digunakan telah mencukupi. Jika dari hasil uji kesesuaian tersebut didapatkan hasil tidak diterima maka sangat diperlukan sekali penambahan data hujan. Uji kesesuaian ini dapat dilakukan dengan beberapa metode di antaranya metode Smirnov Kolmogorov dan metode Chi-Kuadrat. Dalam penelitian ini uji kesesuaian dilakaukan dengan Metode Chi-Kuadrat

    Kata kunci : Chi-Kuadrat

    PENDAHULUAN

    Dalam melakukan analisi hidrologi sering

    dihadapkan pada kejadian-kejadian ekstrim

    seperti kejadian banjir dan kekeringan. Akibat

    dari banjir akan berpengaruh terhadap

    bangunan-bangunan air seperti bendung,

    bendungan, tanggul, jembatan, gorong-gorong

    dan bangunan air lainnya. Bangunan-bangunan

    tersebut harus direncanakan untuk dapat

    melewatkan debit banjir maksimum yang

    mungkin terjadi. Bangunan air yang dibangun

    tidak hanya memperhitungkan bangunan itu

    sendiri, tapi juga memperhatikan kehidupan

    dan fasilitas-fasilitas lain yang mengancam

    keselamatannya apabila bangunan tersebut

    runtuh.

    Masalah kekeringan banyak berkaitan

    dengan ketersediaan air untuk berbagai

    kebutuhan, seperti kebutuhan air irigasi, air

    baku, pemeliharaan sungai, dan sebagainya.

    Pada musim kemarau debit sungai kecil,

    sehingga untuk bisa memenuhi berbagai

    kebutuhan perlu dilakukan analisis

    ketersediaan air.

    Penentuan jenis distribusi ini sangat

    diperlukan sekali dalam menghitung hujan

    rencana, hujan rencana dapat menghitung debit

    rencana, yang pada akhirnya dapat

    menentukan dimensi bangunan-bangunan air

    yang akan dirancang. Sebelum data hujan

    digunakan lebih lanjut ke perhitungan debit

    maka sangat diperlukan sekali uji kesesuaian

    data hujan. Jika dari hasil perhitungan uji

    kesesuaian data hujan didapatkan hasil tidak

    diterima atau ditolak maka data hujan tersebut

    belum bisa digunakan dalam merancang

    dimensi bangunan air. Salah satu cara untuk

    menghitung uji kesesuaian adalah dengan

    metode Chi Kuadrat

  • Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 2, Oktober 2011 ISSN : 1858-3695

    100

    Maksud dari uji kesesuaian Chi Kuadrat adalah

    untuk menentukan apakah persamaan

    distribusi peluang yang telah dipilih dapat

    mewakili dari distribusi statistik sampel data

    yang di analisis pada DAS Batang Kuranji

    Tujuan dari Penelitian :

    - Menghitung parameter statistik data hujan

    DAS Batang Kuranji.

    - Penentuan jenis distribusi berdasarkan

    perhitungan parameter satistik.

    - Melakukan uji kesesuaian dengan metode

    Chi Kuadrat

    Curah Hujan

    Seperti yang telah diketahui dari siklus

    hidrologi, udara yang membawa uap air dari

    laut atau ke lautan akan bergerak ke atas

    menjadi awan. Bila suhu awan mencapai titik

    embun kemudian terjadilah proses

    pengembunan uap air (condensation), yang

    selanjutnya hasil pengembunan itu jatuh dari

    awan atau diendapkan dari udara menuju

    permukaan bumi sebagai presipitasi

    (precipitation). Presipitasi arah vertikal dapat

    bermacam-macam bentuknya seperti hujan;

    hujan batu es, salju atau sebagai presipitasi

    horizontal, seperti: kabut, embun dan

    sebagainya.

    Beberapa pengertian yang berhubungan

    dengan curah hujan antara lain:

    - Hujan (Rain), adalah bentuk tetesan air

    yang mempunyai garis tengah lebih dari 0.5

    mm atau lebih kecil dan terhambur luas

    pada suatu kawasan.

    - Curah Hujan (H,rain fall), adalah banyak air

    yang jatuh kepermukaan bumi, dalam hal

    ini permukaan bumi dianggap datar dan

    kedap, tidak mengalami penguapan dan

    tersebar merata serta dinyatakan sebagai

    ketebalan air (rain fall depth,cm, mm).

    - Durasi Hujan (t,Duration), lamanya waktu

    hujan tercurah dari atmosfer ke permukaan

    bumi, dinyatakan sebagai satuan waktu

    (menit,jam,hari).

    - Intensitas Hujan (I,Rain Fall Intensity),

    adalah ukuran yang menyatakan tebal

    hujan dalam satuan durasi

    tertentu(mm/jam, cm/hari).

    - Frekuensi Intensitas Hujan (T,Rain Fall

    Intensity Frequency), adalah interval waktu

    rata-rata antara kejadian curah hujan yang

    mempunyai intensitas tertentu dengan

    kejadian curah hujan dengan intensitas

    yang sama atau lebih lebat.

    - Luas daerah Hujan (A,rain Fall Area

    Extent), adalah luas areal dengan suatu

    curah hujan yang tebalnya dianggap sama,

    dan dinyatakan dalam satuan luas

    (ha,km2).

    - Hitograf (Hytograph), adalah diagaram

    batang yang menggambarkan hubungan

    tebal hujan terhadap waktu.

    - Curah Hujan Efektif (He, Efectif Rain Fall),

    adalah curah hujan yang menjadi aliran

    permukaan (surface run off). Dalam

    pengertian irigasi, curah hujan efektif

    adalah curah hujan yang meresap dalam

    tanah untuk memenuhi kebutuhan air

    tanaman.

    Curah Hujan Wilayah

    Dalam analisa hidrologi sering diperlukan

    untuk menentukan hujan wilayah rata-rata pada

    daerah tersebut. Metode yang digunakan dalam

    menghitung curah hujan wilayah adalah metode

    rata-rata Aljabar, metode poligon Thiessen dan

    metode Isohyet.

  • Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 2, Oktober 2011 ISSN : 1858-3695

    101

    Metode Rata-Rata Aljabar

    Metode ini adalah metode yang paling

    sederhana untuk menghitung hujan rerata pada

    suatu daerah. Pngukuran yang dilakukan di

    beberapa stasiun dalam waktu yang

    bersamaan dijumlahkan dan kemudian dibagi

    dengan jumlah stasiun. Stasiun hujan yang

    digunakan dalam hitungan biasanya adalah

    berada di dalam DAS, tetapi stasiun di luar

    DAS yang masih berdekatan juga bisa

    diperhitungkan. Metode rerata aljabar

    memberikan hasil yang baik apabila

    - Stasiun hujan tersebut tersebar secara

    merata di DAS

    - Distribusi hujan relatif merata pada seluruh

    DAS.

    Persamaan rerata aljabar :

    n

    P

    n

    P ................ P P P P

    n

    1 i in32 1_

    Dimana :

    P : curah hujan wilayah

    P1,P2,...Pn : hujan di stasiun 1,2,3...n

    n : jumlah stasiun

    Metode Thiessen

    Metode ini memperhitungkan bobot dari

    masing-masing stasiun yang mewakili luasan

    disekitarnya. Pada suatu luasan di dalam DAS

    dianggap bahwa hujan adalah sama dengan

    yang terjadi pada stasiun yang terdekat,

    sehingga hujan yang tercatat pada suatu

    stasiun mewakili luasan tersebut. Metode ini

    digunakan apabila penybaran stasiun hujan di

    daerah yang ditinjau tidak merata. Hitungan

    curah hujan rerata dilakukan dengan

    memperhitungkan daerah pengaruh dari tiap

    stasiun.

    Pembentukan poligon Thiessen adalah sebagai

    berikut :

    a. Stasiun pencatat hujan digambarkan pada

    peta DAS yang ditinjau termasuk stasiun

    hujan diluar DAS yang berdekatan.

    b. Stasiun-stasiun tersebut dihubungkan

    dengan garis lurus (garis terputus)

    sehingga membentuk segitiga-segitiga,

    yang sebaiknya mempunyai sisi dengan

    panjang yang kira-kira sama.

    c. Dibuat garis berat pada sisi-sisi segitiga.

    d. Garis-garis berat tersebut membentuk

    poligon yang mengelilingi tiap stasiun. Tiap

    stasiun mewakili luasan yang dibentuk oleh

    poligon. Untuk stasiun yang berada didekat

    batas DAS, garis batas DAS membentuk

    batas tertutup dari poligon.

    e. Luas tiap poligon di ukur dan kemudian

    dikalikan dengan kedalaman hujan di

    stasiun yang berada didalam poligon.

    f. Jumlah dari hitungan pada butir e untuk

    semua stasiun dibagi dengan luas daerah

    yang ditinjau menghasilkan hujan rerata

    daerah tersebut yang dalam bentuk

    matematik mempunyai bentuk berikut ini :

    An.....AAA

    P ................ AP AP P P

    321

    n3322 1_

    n

    AA1

    Dengan :

    P : curah hujan wilayah

    P1,P2,...Pn : hujan di stasiun 1,2,3...n

    A1,A2,...An : luas daerah yang mewakili

    stasiun 1,2,3....n

    Metode Isohyet

    Isohyet adalah garis yang menghubungkan

    titik-titik dengan kedalaman hujan yang sama.

    Pada metode isohyet, dianggap bahwa hujan

    pada suatu daerah di antara dua garis isohyet

    adalah merata dan sama dengan nilai rerata

    dari kedua garis isohyet tersebut. Pembuatan

  • Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 2, Oktober 2011 ISSN : 1858-3695

    102

    garis isohyet dilakukan dengan prosedur berikut

    ini :

    a. Lokasi stasiun hujan dan kedalaman hujan

    digambarkan pada peta daerah yang

    ditinjau.

    b. Dari kedua nilai kedalaman hujan di stasiun

    yang berdampingan dibuat interpolasi

    dengan pertambahan nilai yang ditetapkan.

    c. Dibuat kurva yang meenghubungkan titik-

    titik interpolasi yang mempunyai kedalaman

    hujan yang sama. Ketelitian

    tergantungpada pembuatan garis isohyet

    dan intervalnya.

    d. Diukur luas daerah antara dua isohyet yang

    berurutan dan kemudian dikalikan dengan

    nilai rata-rata dari nilai kedua garis isohyet.

    e. Jumlah dari hitungan pada butir d untuk

    seluruh garis isohyet dibagi dengan luas

    daerah yang ditinjau menghasilkan

    kedalaman hujan rerata daerah tersebut.

    Secara matematis hujan rerata tersebut

    dapat ditulis.

    An.....AA

    .........2

    II A

    P21

    322_

    22

    1211

    nnn

    IIA

    IIA

    Dimana :

    P : curah hujan wilayah

    I1,I2,...In : garis isohyet ke 1,2,3,...n, n+1

    A1,A2,...An : luas daerah yang dibatasi

    oleh garis isohyet ke 1 dan 2,3 dan 3,....,n dan

    n+1

    Penentuan Jenis Distribusi

    Penentuan jenis Distribusi yang sesuai

    dengan data dilakukan dengan mencocokan

    parameter statistik dengan syarat masing-

    masin jenis distribusi.

    Tabel 1. Parameter Statistik Untuk Menentukan Jenis Distribusi

    No Distribusi Persyaratan

    1 Normal %27,68 sx %44,952 sx

    0Cs

    3Ck 2 Log

    Normal CvCvCs 33

    3216415668 CvCvCvCvCk

    3 Gumbel 14,1Cs

    4,5Ck

    4 Log

    Pearson III

    Selain dari nilai diatas

    Koefisien Variasi (Cv)

    Koeisien variasi (variation coefficient)

    adalah nilai perbandingan antara deviasi

    standar dengan nilai rata-rata hitung dari suatu

    distribusi. Koefisien variasi dapat dihitung

    dengan rumus sebagai berikut :

    Bila dinyatakan dalam persentase

    Keterangan :

    Cv = koefisien variasi

    S = deviasi standar

    = rata-rata hitung

    Semakin besar nilai koefisien variasi berarti

    datanya kurang merata (heterogen), jika

    semakin kecil berarti semakin merata

    (homogen).

    Koefisien Kemencengan (Skewness) Cs

    Kemencengan (skewness) adalah suatu

    nilai yang menunjukan derajat ketidak

    simetrisan (assymetry) dari suatu bentuk

    distribusi. Apabila kurva suatu frekuensi dari

    suatu distribusi mempunyai ekor memanjang

    kekanan atau kekiri terhadap titik pusat

  • Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 2, Oktober 2011 ISSN : 1858-3695

    103

    maksimum maka kurva tersebut tidak akan

    berbentuk simetri, keadaan ini disebut menceng

    kekanan atau menceng kekiri.

    Pengukuran kemencengan adalah mengukur

    seberapa besar suatu kurva frekuensi dari

    suatu distribusi tidak simetri atau menceng.

    Umumnya ukuran kemencengan dinyatakan

    dengan besarnya koefisien kemencengan

    (coefisient of skewness) dan dapat dihitung

    dengan persamaan berikut :

    Keterangan :

    Cs = koefisien kemencengan

    S = deviasi standar

    = rata-rata hitung

    n = jumlah data

    Kurva distribusi yang bentuknya simetri maka

    Cs = 0,000, kurva distribusi yang bentuknya

    menceng kekakan maka Cs lebih besar nol,

    sedangkan yang bentuknya menceng kekiri

    maka Cs kurang dari nol.

    Koefisien Kurtosis (Ck)

    Pengukuran kurtosis dimaksudkan untuk

    mengukur kerucingan dari bentuk kurva

    distribusi, yang umumnya dibandingkan dengan

    distribusi normal. Koefisien kurtosis digunakan

    untuk menentukan keruncingan kurva distribusi,

    dan dapat dirumuskan sebagai berikut :

    4

    1

    4

    21 Snn

    XXn

    C

    n

    i

    i

    k))((

    .

    Secara teoritis bila :

    Ck = 3, disebut dengan distribusi yang

    mesokurtis (mesokurtic), artinya puncaknya

    tidak begitu runcing dan tidak begitu datar,

    serta berbentuk distribusi normal.

    Ck > 3 ,disebut dengan distribusi yang

    leptokurtis (leptokurtic), artinya puncaknya

    sangat runcing

    Ck

  • Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 2, Oktober 2011 ISSN : 1858-3695

    104

    distribusi normal yang berisi luas area yang

    dibatasi oleh rerata dan simpangan baku dan

    ditandai oleh simbol y

    Nilai y didekati dengan persamaan :

    s

    xy

    dimana :

    y = luas area

    nilai rata-rata sampel

    simpangan baku

    Untuk menentukan probalitas antara y

    digunakan tabel y (distribusi probalitas normal

    standar) yang dapat dilihat pada lampiran tabel

    y.

    Parameter h2 merupakan variable acak.

    Peluang untuk mencapai nilai h2 sama atau

    lebih besar dari data pada nilai chi-kuadrat

    yang sebenarnya 2 dengan derajat kebebasan

    (dk) yang ditentukan melalui parameter statistik

    yang digunakan. Derajat kebebasan didekati

    dengan persamaan.

    dk = G R 1

    nilai R = 2 untuk distribusi normal dan

    binomial, dan nilai R=1 untuk distribusi

    Poisson)

    Tabel 2. Nilai Kritis untuk Distribusi Chi-Kuadrat (Uji Satu Sisi)

    Dk

    derajat kepercayaan

    0,995 0,99 0,975 0,95 0,05 0,025 0,01 0,005

    1 0,04393 0,0315 0,0398 0,0239 3,841 5,024 6,635 7,879

    2 0,0100 0,0201 0,0506 0,103 5,991 7,378 9,210 10,579

    3 0,0717 0,115 0,216 0,352 7,815 9,348 11,345 12,838

    4 0,207 0,297 0,484 0,711 9,488 11,143 13,277 14,860

    5 0,412 0,554 0,831 1,145 11,070 12,832 15,086 16,750

    6 0,676 0,872 1,237 1,635 12,592 14,449 16,812 18,548

    7 0,989 1,236 1,690 2,167 14,067 16,013 18,475 20,278

    8 1,344 1,646 2,180 2,733 15,507 17,535 20,090 21,955

    9 1,735 2,088 2,700 3,325 16,919 19,023 21,666 23,589

    10 2,156 2,558 3,247 3,940 18,307 20,483 23,209 25,188

    11 2,603 3,053 3,816 4,575 21,920 24,725 24,725 26,757

    12 3,074 3,571 4,404 5,226 23,337 26,217 26,217 28,300

    13 30565 4,107 5,009 5,892 24,736 27,688 27,688 29,819

    14 4,075 4,660 5,629 6,571 26,119 29,141 29,141 31,319

    15 4,601 5,229 5,262 7,261 27,488 30,578 30,578 32,801

    16 5,142 5,812 6,908 7,962 26,296 28,845 32,000 34,267

    17 5,697 6,408 7,564 8,672 27,587 30,191 33,409 35,718

    18 6,265 7,015 8,231 9,39 28,869 31,526 34,805 37,156

    19 6,844 7,633 8,907 10,117 30,144 32,852 36,191 38,582

    20 7,434 8,260 9,591 10,851 31,410 34,170 37,566 39,997

    21 8,034 8,897 10,283 11,594 32,671 35,479 38,932 41,401

    22 8,643 9,542 10,982 12,338 33,924 36,781 40,289 42,796

    23 9,260 10,196 11,689 13,338 36,172 38,076 41,638 44,181

    24 9,886 10,856 12,401 13,091 36,415 39,364 42,980 45,558

    25 10,520 11,524 13,120 14,611 37,652 40,646 44,314 46,928

    26 11,160 12,198 13,844 15,379 38,885 41,923 45,642 48,290

    27 11,808 12,879 14,573 16,151 40,113 43,194 46,963 49,645

    28 12,461 13,565 15,308 16,928 41,113 44,461 48,278 50,993

    29 13,121 14,526 16,047 17,708 42,557 45,588 49,588 52,336

    30 13,787 14,953 16,791 18,493 43,773 50,892 50,892 53,672

    Sumber : Bonier, 1980

  • Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 2, Oktober 2011 ISSN : 1858-3695

    105

    METODE PENELITIAN

    Untuk menentukan jenis distribusi data hujan

    dan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

    1. Menentukan hujan harian maksimum untuk

    tiap-tiap tahun data.

    2. Menentukan curah hujan wilayah

    3. Menentukan parameter statistik dari data

    yang telah diurutkan dari kecil ke besar

    atau sebaliknya

    Tabel 3. Curah Hujan DAS Batang Kuranji

    No Tahun

    Curah Hujan Harian Maks Curah Hujan

    Wilayah Stasiun

    Batu Busuk Stasiun

    Gunung Nago

    1 1978 160 320.0 240.0

    2 1979 232 226.0 229.0

    3 1980 180 138.0 159.0

    4 1981 143 178.0 160.5

    5 1982 150 217.0 183.5

    6 1983 76 152.0 114.0

    7 1984 115 212.0 163.5

    8 1985 70 175.0 122.5

    9 1986 83 241.0 162.0

    10 1987 90 181.0 135.5

    11 1988 173 199.0 186.0

    12 1989 169 176.0 172.5

    13 1990 60 305.0 182.5

    14 1991 130 186.0 158.0

    15 1992 150 222.0 186.0

    16 1993 274 199.0 236.5

    17 1994 160 202.0 181.0

    18 1995 160 179.0 169.5

    19 1996 140 171.0 155.5

    20 1997 120 151.0 135.5

    21 1998 140 258.0 199.0

    22 1999 100 202.0 151.0

    23 2000 221 362.0 291.5

    24 2001 258 257.0 257.5

    25 2002 140 162.0 151.0

    26 2003 155 245.0 200.0

    27 2004 160 261.0 210.5

    28 2005 193 270.2 231.6

    29 2006 155 270.2 212.6

    30 2007 175 98.0 136.5

    31 2008 155 238.8 196.9

    32 2009 87 196.2 141.6

    yaitu: Mean x , Standard Deviation S,

    Coeffisient of Variation Cv, Coeffisient of

    Skewness Cs, Coeffisient of Kurtosis Ck.

    4. Lakukan pengujian dengan metode Chi

    Kuadrat untuk mengetahui apakah jenis

    distribusi yang dipilih sudah tepat.

    Tabel.4. Hasil Hitungan Parameter Statistik

    NO Xi (Xi-Xrata-

    rata) (Xi-Xrata-

    rata)2

    (Xi-Xrata-rata)3 (Xi-Xrata-rata)

    4

    1 291.5 109.9 12071.1 1326241.3 145712474.7

    2 257.5 75.9 5756.1 436705.6 33132309.9

    3 240.0 58.4 3406.9 198857.1 11607042.4

    4 236.5 54.9 3010.6 165186.7 9063590.3

    5 231.6 50.0 2496.9 124765.8 6234389.6

    6 229.0 47.4 2243.8 106285.9 5034631.6

    7 212.6 31.0 959.1 29701.0 919802.8

    8 210.5 28.9 833.4 24059.4 694563.4

    9 200.0 18.4 337.4 6197.8 113846.2

    10 199.0 17.4 301.7 5239.7 91006.9

    11 196.9 15.3 233.1 3559.7 54351.8

    12 186.0 4.4 19.1 83.4 364.3

    13 186.0 4.4 19.1 83.4 364.3

    14 183.5 1.9 3.5 6.5 12.2

    15 182.5 0.9 0.8 0.7 0.6

    16 181.0 -0.6 0.4 -0.3 0.2

    17 172.5 -9.1 83.4 -761.4 6952.2

    18 169.5 -12.1 147.2 -1785.3 21658.2

    19 163.5 -18.1 328.7 -5960.5 108071.5

    20 162.0 -19.6 385.4 -7565.6 148522.4

    21 160.5 -21.1 446.5 -9435.7 199388.8

    22 159.0 -22.6 512.2 -11591.1 262321.7

    23 158.0 -23.6 558.4 -13196.5 311850.7

    24 155.5 -26.1 682.8 -17843.5 466273.5

    25 151.0 -30.6 938.3 -28740.5 880357.1

    26 151.0 -30.6 938.3 -28740.5 880357.1

    27 141.6 -40.0 1602.5 -64150.1 2568009.4

    28 136.5 -45.1 2036.8 -91924.7 4148675.3

    29 135.5 -46.1 2128.1 -98171.6 4528776.5

    30 135.5 -46.1 2128.1 -98171.6 4528776.5

    31 122.5 -59.1 3496.5 -206752.7 12225545.3

    32 114.0 -67.6 4574.0 -309344.4 20921347.7

    JUMLAH 0.0 52680.1 1432838.1 264865634.9

    Xrata-rata 181.6

  • Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 2, Oktober 2011 ISSN : 1858-3695

    106

    - Nilai Standar Deviasi (S) 223,41S

    - Koefisien Skewness (kemencengan)

    704,0sC

    - Koefisien Variasi (Cv) 227,0vC

    - Koefisien Kurtosis (Ck) 156,3kC

    Penentuan Jenis Distribusi

    Nilai 408,140223,41631,181 sx

    Nilai 855,222223,41631,181 sx Jumlah data yang lebih kecil dari 140,408

    adalah 5 buah, jumlah data yang lebih besar

    dari 222,855 adalah 6 buah, sehingga Y1 = 10

    Banyak variat

    =

    %27,68%750,68%1001

    xn

    Yn

    Nilai 185,99223,412631,1812 xsx

    Nilai 078,264223,412631,1812 xsx Jumlah data yang lebih kecil dari 99,185 tidak

    ada, jumlah data yang lebih besar dari 264,078

    adalah 1 buah, sehingga Y2 = 1

    Banyak variat

    =

    %44,95%875,96%1002

    xn

    Yn

    Tabel 5. Parameter Statistik untuk menentukan

    jenis distribusi.

    No Distribusi Persyaratan Hasil Hitungan

    1 Normal %27,68 sx %44,952 sx

    0Cs

    3Ck

    68,750%

    96,875%

    0,704

    3,156

    2 Log Normal

    CvCvCs 33

    3216415668 CvCvCvCvCk

    0,693 3,865

    3 Gumbel 14,1Cs

    4,5Ck

    0,704 3,156

    4 Log Pearson III

    Selain dari nilai diatas

    Uji Chi Kuadrat

    Dari hasil perhitungan parameter statistik

    didapat :

    - Nilai Standar Deviasi (S), 223,41S

    - Nilai rata-rata , 631,181X

    Tabel 6.Interval Hujan dan Frekuensi

    INTERVAL HUJAN (mm/hari)

    FREKUENSI n

    90 - 115 1

    116 - 141 4

    142 - 167 9

    168 - 193 7

    194 - 219 5

    220 - 245 4

    246 - 271 1

    272 - 297 1

    Jumlah 32

    Gambar 1. Histogram Data Curah Hujan

    Menentukan nilai probabilitas titik y

    Dari kurva normal dengan nilai -2,23 didapat

    probabilitasnya adalah 1,29%

  • Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 2, Oktober 2011 ISSN : 1858-3695

    107

    Tabel 7 Probabilitas Data Hujan Menggunakan

    Kurva Normal

    BATAS BAWAH KELAS

    NILAI y PROBABILITAS

    89.5 -2.23 0.0129 1.29%

    115.5 -1.60 0.0548 5.48%

    141.5 -0.97 0.166 16.60%

    167.5 -0.34 0.3669 36.69%

    193.5 0.29 0.6141 61.41%

    219.5 0.92 0.8212 82.12%

    245.5 1.55 0.9394 93.94%

    271.5 2.18 0.9854 98.54%

    Menentukan probabilitas antara y

    Tabel 8.Distribusi Probilitas Data Curah Hujan

    INTERVAL HUJAN

    (mm/hari)

    FREK. n

    PROB. (%)

    Ei

    90 - 115 1 3.94 1.26

    116 - 141 4 10.52 3.37

    142 - 167 9 19.47 6.23

    168 - 193 7 23.96 7.67

    194 - 219 5 20.07 6.42

    220 - 245 4 11.44 3.66

    246 - 271 1 4.44 1.42

    272 - 297 1 1.17 0.37

    Tabel 9 . Menentukan Nilai

    INTERVAL HUJAN

    (mm/hari)

    JUMLAH DATA (OI-Ei)

    2/Ei

    Oi Ei

    90 115 1 1.261 0.054

    116 141 4 3.366 0.119

    142 167 9 6.230 1.231

    168 193 7 7.667 0.058

    194 219 5 6.422 0.315

    220 245 4 3.661 0.031

    246 271 1 1.421 0.125

    272 297 1 0.374 1.045

    JUMLAH 32 30,403 2.979

    Menentukan derajat kebebasan (dk)

    Derajat kepercayaan

    Dari table nilai kritis Chi Kuadrat didapat harga

    dapat diterima

    Pengujian Chi-Kuadrat dalam Bentuk Logaritma

    Dari hasil perhitungan parameter statistic

    didapat :

    - Nilai Standar Deviasi (S) 09625,0SlogXi

    - Nilai rata-rata log, 25,2X

    Tabel 10.Interval Hujan dan Frekuensi

    INTERVAL HUJAN (mm/hari)

    FREKUENSI n

    2.02 - 2.07 1

    2.08 - 2.13 3

    2.14 - 2.19 5

    2.20 - 2.25 7

    2.26 - 2.31 8

    2.32 - 2.37 5

    2.38 - 2.43 2

    2.44 - 2.49 1

    Jumlah 32

  • Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 2, Oktober 2011 ISSN : 1858-3695

    108

    Gambar 2. Histogram Data Curah Hujan (Log)

    Tabel 11.Distribusi Probilitas Data Curah Hujan

    INTERVAL HUJAN

    (mm/hari)

    FREK. n

    PROB. (%)

    Ei

    2.02 - 2.07 1 1.01 0.32

    2.08 - 2.13 3 7.03 2.25

    2.14 - 2.19 5 14.29 4.57

    2.20 - 2.25 7 19.99 6.40

    2.26 - 2.31 8 19.05 6.10

    2.32 - 2.37 5 12.46 3.99

    2.38 - 2.43 2 5.51 1.76

    2.44 - 2.49 1 1.69 0.54

    JUMLAH 32 81.03 25.93

    Tabel 12 . Menentukan Nilai

    INTERVAL HUJAN

    (mm/hari)

    JUMLAH DATA (OI-Ei)/Ei

    Oi Ei

    2.02 - 2.07 1 0.323 1.417

    2.08 - 2.13 3 2.250 0.250

    2.14 - 2.19 5 4.573 0.040

    2.20 - 2.25 7 6.397 0.057

    2.26 - 2.31 8 6.096 0.595

    2.32 - 2.37 5 3.987 0.257

    2.38 - 2.43 2 1.763 0.032

    2.44 - 2.49 1 0.541 0.390

    JUMLAH 3.038

    Menentukan derajat kebebasan (dk)

    Derajat kepercayaan

    Dari table nilai kritis Chi Kuadrat didapat harga

    dapat diterima

    PEMBAHASAN

    Kondisi Topografi Daerah Aliran Sungai

    (DAS) Batang Kuranji bagian hulu merupakan

    daerah bergunung dan dan berbukit. Bagian

    tengah DAS bergelombang sampai berombak.

    Hanya daerah di sekitar daerah sungai Batang

    Kuranji Hulu bagian hilir yang mempunyai

    kemiringan 0-5 %. Bagian hilir DAS Batang

    Kuranji bervariasi dari berbukit, bergelombang

    dan berombak. Pada Tabel 13 disajikan

    persentase kemiringan lahan berdasarkan

    kondisi topografi.

    Tabel 13. Kondisi Topografi DAS Batang

    Kuranji

    NO

    Wilayah

    Kemiringan

    Lereng (%)

    Bentuk Wilayah

    1

    Kawasan Hulu DAS Batang Kuranji Hulu, dan tepi-tepi DAS Batang Kuranji

    >25 Bergunung

    dan berbukit

    2 Kawasan Lereng Perbukitan

    15 25 Bergelomba

    ng / Berbukit

    3 Bagian Tengah DAS

    5 15 Beromba sampai datar

    4

    Lembah-lembah sungai/kipas aluvial Batang Kuranji Hulu Bagian Hilir

    0 5 Relatif Datar

    Sumber : Hasil Studi

    Berdasarkan peta Topographi DAS Batang

    Kuranji, terdapat beberapa susunan anak-anak

    sungainya, antara lain tipe denritik yang berada

  • Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 2, Oktober 2011 ISSN : 1858-3695

    109

    di bagian hulu Batang Kuranji yang beberapa

    anak sungainya membentuk Tipe Sejajar yang

    dikombinasikan dengan Tipe Cabang Pohon.

    Pada pola ini banjir sering terjadi di daerah titik

    pertemuan sungai-sungai. Dalam hal ini Batang

    Kuranji mempunyai posisi bersejajar dengan

    anak sungai Sungai Danau Limaumanis.

    Dengan demikian, secara teoritis hidrografis

    kawasan ini memang rawan terhadap banjir.

    Kemudian ditinjau dari metode kuantitatif lain

    dalam jaringan sungai suatu DAS adalah

    penentuan kepadatan aliran (drainage density)

    yang dinyatakan dalam rumus :

    A

    LDd

    Dimana :

    Dd = Kepadatan aliran (km/km2)

    L = Panjang sungai total (km)

    A = Luas DAS (km2)

    Lynsley (1949) menyatakan bahwa jika nilai

    kepadatan aliran lebih kecil dari 1 mile/mile2

    (0,62 km/km2), DAS akan mengalami

    penggenangan, sedangkan jika nilai kepadatan

    aliran lebih besar dari 5 mile/mile2 (3,10

    km/km2), DAS sering mengalami kekeringan.

    Dalam artian lain semakin besar angka

    kerapatan maka makin memperpendek waktu

    konsentrasi, sehingga memperbesar laju aliran

    permukaan.

    DAS Batang Kuranji dengan panjang sungai

    total (sungai utama beserta anak-anak sungai)

    adalah 369,092 km dan total luas DAS sebesar

    210,354 km2, angka kepadatan aliran sama

    dengan 1,75 km/km2. Dengan demikian secara

    teori, DAS Batang Kuranji mempunyai tingkat

    kerapatan sungai yang kecil.

    Gambar 3 .DAS Batang Kuranji

    Stasiun curah hujan yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah Stasiun Gunung Nago

    ,Stasiun Batu Busuk, yaitu data hujan dari

    tahun 1978 sampai dengan 2009.

    Gambar 4. Stasiun Curah Hujan DAS Batang Kuranji

    Curah Hujan Wilayah di hitung dengan Metode

    Aljabar

    n

    P

    n

    P ................ P P P P

    n

    1 i in32 1_

    Menentukan parameter Data Curah Hujan

    - Nilai rata-rata curah hujan X

    S. Sikab

    ugad

    ang

    S. Belimbing

    A. L

    areh

    S.

    Lu

    bu

    kg

    aja

    h

    B. Kuranji

    S.

    Su

    ng

    ka

    i S. D

    anaulim

    aum

    anis

    S. Bukittindawan

    A. K

    ura

    nji

    S.

    Pa

    da

    ng

    ka

    ru

    h

    S. P

    adan

    gja

    nih

    S. P

    adan

    gja

    nih

    S. Sapih

    S. Sapih

    SKALA:

    UPeta DAS Bt Kuranji

    CA = 210.354 km

    Legenda:

    Sungai

    Batas DAS

    Garis pantai

    Samudera

    Indonesia

  • Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 2, Oktober 2011 ISSN : 1858-3695

    110

    n

    Xi

    X

    n

    i

    1

    - Nilai Standar Deviasi, S

    1

    1

    2

    n

    XX

    S

    n

    i

    i

    - Koefisien Skewness (kemencengan) Cs

    3

    1

    3

    21 Snn

    XXn

    C

    n

    i

    i

    s))((

    .

    - Koefisien Variasi, Cv

    x

    sCv

    - Koefisien Kurtosis, Ck

    4

    1

    4

    21 Snn

    XXn

    C

    n

    i

    i

    k))((

    .

    Penentuan Jenis Distribusi

    - Distribusi Normal

    Untuk distribusi normal disyaratkan bahwa

    kemungkinan variat yang berada sx

    dan sx adalah 68,27% dan yang berda

    antara sx 2 dan sx 2 adalah 95,44%.

    - Distribusi Log Normal

    CvCvCs 33

    316156 2468 CvCvCvCvCk

    - Distribusi Gumbel

    14,1Cs

    4,5Ck

    - Distribusi Log Pearson III

    Selain dari nilai diatas.

    Uji Kesesuaian Chi Kuadrat

    Prosedur Perhitungan Uji Chi Kuadrat :

    1. Urutkan data pengamatan (dari besar ke

    kecil atau sebaliknya).

    2. Kelompokan data menjadi G sub-group.

    3. Jumlahkan data pengamatan sebesar OI

    tiap-tiap sub group;

    4. Tentukan batas bawah masing-masing

    kelas.

    5. Hitung transformasi y

    6. Tentukan probalitas antara y dengan kurva

    normal atau tabel y

    7. Tentukan frekuensi teoritis

    8. Tentukan derajat kebebasan (df)

    9. Tentukan derajat kepercayaan yang

    diterima, biasanya dilakukan uji tehadap

    derjat kepercayaan sebesar 95% dan 99%.

    Setelah dilakukan pengolah data sesuai

    dengan prosedur, lakukan perbandingan antara

    2 hitungan dan

    2 teoritis pada derajat 95%

    99% dengan interprestasi sebagai berikut:

    1. Apabila 2 hitungan <

    2 teoritis, maka

    hipotesa dapat diterima.

    2. Apabila 2 hitungan >

    2, maka hipotesa

    tidak dapat diterima/ditolak.

    KESIMPULAN

    Dari hasil perhitungan data hujan DAS Batang

    Kuranji didapatkan hasil sebagai berikut :

    1. Koefisien variasi (Cv) didapatkan hasil

    0,227, yang berarti yang dapat disimpulkan

    data semakin merata atau homogen.

    2. Koefisien kurtosis (Ck) didapatkan hasil

    3.156 besar dari 3 yang berarti distribusi

    data hujan dikelompokan ke bentuk

    leptokurtis (puncak kurva nya sangat

    runcing).

  • Rekayasa Sipil Volume VII, Nomor 2, Oktober 2011 ISSN : 1858-3695

    111

    3. Koefisien kemencengan (Cs) didapatkan

    hasil 0,704 besar dari nol (0), yang berarti

    kurva dengan distribusi ekor panjang

    kekanan.

    4. Dari perbandingan parameter statistic data

    hujan dapat disimpulkan bahwa jenis

    distribusi yang cocok untuk DAS batang

    Kuranji adalah distribusi normal.

    5. Berdasarkan uji kecocokan dengan metode

    Chi Kuadrat dapat di simpulkan bahwa data

    curah hujan DAS Batang Kuranji sudah

    bisa di gunakan dalam menghitung hujan

    rencana, dalam arti tidak diperlukan dalam

    penambahan data curah hujan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Agus,Indra,2001, Pra Rancangan drainase

    Kawasan Wisata Di Pulau Sangiang Provinsi

    Banten, Tugas Akhir Institut Teknologi

    Bandung.

    Soemanto, C.D.,1995, Hidrologi Teknik,

    Erlangga.

    Soewarno, 1995. Hidrologi Aplikasi Metode

    Statistik Untuk Analisa Data Jilid I,Nova

    Soewarno, 2000. Hidrologi Operasional Jilid

    Kesatu,Citra Aditya Bakti

    Subarkah,Imam. Hidrologi Untuk Perencanaan

    dan Bangunan Air , Idea Dharma

    Triatmojo, Bambang. Hidrologi Terapan, Beta

    Offset.