sirah nabawiyah: sejarah nabi muhammad saw tahun 6 hijriyah

24
SIRAH NAB PROGRAM STU TARBIYAH SEK ILMU A MAKALAH SIRAH NABAWIYAH Tentang BI MUHAMMAD SAW. TAHUN KE 6 HIJ Disusun oleh: Nurjannah : 20141894 Deti Yulia Martiana : 20141911 Yenni Batubara : 20141919 Dosen Pembimbing: Drs. H. SUHEFRI, M.Ag UDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI KOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PENGE AL-QURAN (STAI-PIQ) SUMATERA BAR 2014 M/ 1435 H JRIYAH I) JURUSAN EMBANGAN RAT

Upload: pausil-abu

Post on 04-Aug-2015

332 views

Category:

Education


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sirah Nabawiyah: Sejarah Nabi Muhammad saw tahun 6 hijriyah

SIRAH NABI MUHAMMAD SAW. TAHUN KE 6 HIJRIYAH

PROGRAM STUDI

TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PENGEMBANGAN

ILMU AL

MAKALAH

SIRAH NABAWIYAH

Tentang

SIRAH NABI MUHAMMAD SAW. TAHUN KE 6 HIJRIYAH

Disusun oleh:

Nurjannah : 20141894

Deti Yulia Martiana : 20141911

Yenni Batubara : 20141919

Dosen Pembimbing:

Drs. H. SUHEFRI, M.Ag

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) JURUSAN

TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PENGEMBANGAN

ILMU AL-QURAN (STAI-PIQ) SUMATERA BARAT

2014 M/ 1435 H

SIRAH NABI MUHAMMAD SAW. TAHUN KE 6 HIJRIYAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) JURUSAN

TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PENGEMBANGAN

PIQ) SUMATERA BARAT

Page 2: Sirah Nabawiyah: Sejarah Nabi Muhammad saw tahun 6 hijriyah

1

PEMBAHASAN

SIRAH NABI MUHAMMAD SAW. TAHUN KE 6 HIJRIYAH

A. PERTEMPURAN BANI LIHYAN

Bani Lihyan adalah orang-orang yang telah berbuat licik terhadap

sepuluh orang sahabat Rasulullah saw. pada tragedi ar-Raji’ dan

menyebabkan kematian mereka. Akan tetapi karena daerah mereka masuk

dalam wilayah Hijaz dan berbatasan langsung dengan Mekkah, sedangkan

pertentangan yang begitu sengit sedang berlangsung antara orang-orang Islam

dan kaum Quraisy serta suku-suku Arab badui, maka Nabi tidak melihat perlu

memasuki wilayah-wilayah tersebut, dekat dengan posisi musuh terbesar. Dan

ketika pasukan gabungan mulai tidak peduli lagi, semangat mereka sudah

mengendur dan karena kondisi saat itu mereka lebih bersikap tenang untuk

beberapa waktu. Akhirnya Nabi memandang sudah saatnya untuk

menuntaskan dendam terhadap bani Lihyan atas terbunuhnya sahabat beliau

pada tragedi ar-Raji’.1

Setelah kembali dari bani Quraizhah Rasulullah menetap di Madinah

selama bulan Dzul-hijjah, Muharram, Shafar, Rabi’ul Awwal, dan Rabi’ul

Akhir. Pada bulan Jumadil Ula tepatnya enam bulan pasca penaklukan Bani

Quraizhah, beliau keluar dari Madinah menuju Bani Lihyan guna mencari

sahabat-sahabat yang beliau kirim ke Ar-Raji’ yaitu Khubaib bin Adi dan lain-

lain. Rasulullah memperlihatkan diri seolah-olah hendak pergi ke Syam agar

bisa mencari kelengahan Bani Lihyan. Rasulullah mengangkat Ibnu Ummi

Maktum sebagai penguasa sementara atas Madinah.2

Ibnu Ishaq mengatakan: Rasulullah keluar dari Madinah berjalan

melintasi Ghurab, gunung di tepian Madinah ke arah Syam. Melintasi

Makhidh lalu ke Al-Batra’ belok kiri dan keluar di Biin. Lalu melintasi

Shukhairatul Yamam, berjalan lurus menuju Al-Mahajjah dari jalan Makkah,

1 Shofiyurrahman al-Mubarakfuriy, Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad

saw. dari Kelahiran Hingga Detik-detik Terakhir, (Jakarta: Darul Haq, 2012) Cet. XIV, hal. 474

2 Ibnu Hisyam, Tahqiq As-Sirah an-Nabawiyah li Ibni Hisyam, Ditahqiq oleh: Umar Abd as-Salam Tadmuriy,, (Beirut: Dar al-Kitab al-Araby, 1990) Juz III, hal. 225

Page 3: Sirah Nabawiyah: Sejarah Nabi Muhammad saw tahun 6 hijriyah

2

meningkatkan tempo perjalanan hingga turun di Ghuran yang merupakan

tempat tinggal Bani Lihyan. Ghuran adalah lembah antara Amaj dengan

Usfan. menuju daerah yang bernama Sayah. Rasulullah saw. mendapati orang-

orang Bani Lihyan siap siaga dan berlindung di puncak gunung. Ketika

Rasulullah turun di Sayah dan beliau merasa gagal menipu mereka, beliau

bersabda: ‘Seandainya kita turun ke Usfan, orang-orang Makkah pasti melihat

kita hendak mendatangi mereka’. Setelah itu, Rasulullah meneruskan

perjalanan bersama dua ratus penunggang unta dari para sahabat hingga turun

di Usfan, mengutus dua penunggang kuda dari para sahabat hingga keduanya

tiba di Kurral Ghamim dan Kura’. Rasulullah sendiri memilih pulang ke

Madinah.3

B. PERTEMPURAN DZI QARAD

1. Latar belakang terjadinya pertempuran Dzi Qarad

Rasulullah saw. pulang ke Madinah dan hanya menetap beberapa

malam. Karena tidak lama setelah itu, Uyainah bin Hudzaifah bin Badr Al-

Fazari bersama pasukan berkuda dari Ghathafan menyerang unta-unta

hamil milik baliau di Al-Ghabah. Di Al-Ghabah terdapat seseorang dari

Bani Ghifar (Ibn Abi Dzar) dan istrinya. Uyainah bin Hishn membunuh

orang tersebut dan membawa istrinya dengan meletakkannya di unta hamil

tersebut.4

Ibnu Ishak berkata: ‘Ashim bin Umar bin Qatadah dan Abdullah

bin Abu Bakar meriwayatkan kepadaku, dari Abdullah bin Ka’ab bin

Malik menceritakan tentang pertempuran Dzi Qarad dalam sebagian hadis:

Artinya: “Orang yang pertama kali mengetahui kedatangan Uyainah bin Hishn bin Hudzaifah bin Badr Al-Fazari beserta pasukannya dan bersiap-siap untuk menghadapinya adalah Salamah bin Amr bin Al-Akwa’ As-Sulami. Ia pergi ke Al-Ghabah pada waktu pagi dengan membawa busur panah ditemani budak milik

3 Ibnu Ishaq, As-Sirah an-Nabawiyah, Muhaqqiq: Ahmad Farid al-Mazidiy, (Beirut: Dar

al-Kutub al-Ilmiyah, 2004) Juz II, hal. 435

4 Ibnu Hisyam, as-Sirah an-Nabawiyah li Ibn Hisyam, (Beirut: Dar Ibn Hazm, 2009) Cet. II, hal. 486. Lihat juga al-Baihaqi dalam Dalail an-Nubuwah (4/186,187)

Page 4: Sirah Nabawiyah: Sejarah Nabi Muhammad saw tahun 6 hijriyah

3

Thalhah bin Ubaidillah yang menuntun kuda. Ketika Salamah bin Amr berada di atas Tsaniyyatul Wada’, ia melihat sebagian kuda-kuda Uyainah bin Hishn. Ia mendaki Sala’ dan berteriak, ‘Duhai pagi ini’. Kemudian Salamah bin Amr menelusuri jejak Uyainah bin Hishn. Salamah bin Amr persis seperti binatang buas. Ia terus berjalan hingga berhasil mengejar mereka, kemudian menyerang mereka dengan anak panah. Setiap kali ia memanah, ia berkata, Ambillah anak panah ini, akulah si Ibnu Al-Akwa’ Hari ini hari kematian orang yang hina.” (Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam ad-Dalail, al-Bukhari, Muslim, dan Ahmad dalam al-Musnad)

Jika pasukan berkuda Uyainah bin Hishn berlari ke arahnya, ia

melarikan diri dan menjauhi mereka. Jika ia mendapat kesempatan untuk

memanah, ia memanah mereka sambil berkata, Ambillah anak panah ini,

akulah Ibnu Al-Akwa’. Hari ini hari kematian orang yang hina. Itulah

yang terjadi hingga salah seorang dari anak buah Uyainah bin Hishn

berkata, ‘Aduh sungguh buruk siang hari kita sejak awal’.5

2. Rasulullah memanggil para penunggang kuda

Ketika Rasulullah saw. mendapat informasi tentang teriakan

Salamah bin Amr (Ibnu al-Akwa’), beliau berseru di Madinah,

م ل س و ه ي ل ع ى اهللا ل ص اهللا ل و س ر ىل إ ل و يـ ج ـال ت ام ر تـ ، فـ ع ز ف ل ا ع ز ف ل ا Artinya: ‘Tolong... Tolong’. Para sahabat penunggang kuda memacu

kudanya menuju Rasulullah saw.

Penunggang kuda yang pertama kali tiba di tempat beliau adalah

Al-Miqdad bin Amr. Dialah Al-Miqdad bin Al-Aswad sekutu Bani

Zuhrah. Orang kedua yang tiba di tempat beliau dari kaum Anshar setelah

Al-Miqdad bin Amr ialah Abbad bin Bisyr bin Waqasy bin Zughbah bin

Zaura’ salah seorang warga Bani Abdul Asyhal.

Ketika para sahabat penunggang kuda berkumpul di tempat

Rasulullah saw., beliau menunjuk Sa’ad bin Zaid sebagai pemimpin

pasukan. Ketika kuda-kuda kaum muslimin berdatangan, Abu Qatadah

alias Al-Harits bin Rib’i saudara Bani Salamah membunuh Habib bin

5 Abu al-Fida’ Ismail Ibn Katsir, As-Sirah an-Nabawiyah, Ditahqiq oleh: Musthafa

Abdul Wahid, (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1976), Juz III, hal. 286

Page 5: Sirah Nabawiyah: Sejarah Nabi Muhammad saw tahun 6 hijriyah

4

Uyainah bin Hishn dan menutupinya dengan kain burdah. Setelah itu, Abu

Qatadah pergi mengejar musuh dan pada saat yang sama Rasulullah saw.

tiba bersama kaum muslimin.

Ukkasyah bin Mihshan mampu mengejar Aubar dan anaknya, Amr

bin Aubar, yang keduanya menaiki satu unta, kemudian Ukkasyah bin

Mihshan menusuk keduanya dengan tombak hingga tewas. Kaum

muslimin berhasil membebaskan beberapa unta hamil.

Rasulullah terus berjalan hingga menuruni gunung dari Dzu Qarad.

Di sanalah, kedua belah pihak bertemu. Rasulullah berhenti di tempat

tersebut dan menetap sehari semalam di sana. Setelah itu, Rasulullah

pulang ke Madinah’.

3. Nazar perempuan Ghifar

Salah seorang wanita dari Bani Ghifar datang kepada Rasulullah

saw. dengan menaiki unta. Tiba di tempat beliau, ia bercerita kepada

beliau kemudian berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku telah bernadzar kepada

Allah untuk menyembelih untaku ini jika Allah menyelamatkanku di

atasnya’. Rasulullah tersenyum, kemudian bersabda,

بئس ما جزيتها أن محلك اهللا عليها و جناك بـها، مث تنحرينها إنه ال نذر ىف

إبلي فارجعي إىل أهلك على معصية اهللا و ال فيما و ال متلكني، إمنا هي ناقة من

بركة اهللا “Sungguh jelek balas budimu kepadanya. Allah membuatmu bisa menaiki unta tersebut dan menyelamatkanmu di atasnya kemudian engkau menyembelihnya? Tidak ada nadzar dalam maksiat kepada Allah dan apa yang tidak engkau miliki. Sesungguhnya unta ini untaku, oleh karena itu, pulanglah kepada keluargamu dengan keberkahan Allah.”

C. PERTEMPURAN BANI AL-MUSTHALIQ

1. Latar belakang terjadinya pertempuran Bani al-Musthaliq

Rasulullah saw. menetap di Madinah di sebagian bulan Jumadil

Akhir dan Rajab. Setelah itu, beliau menyerbu Bani Al-Mushthaliq di

Page 6: Sirah Nabawiyah: Sejarah Nabi Muhammad saw tahun 6 hijriyah

5

bulan Sya’ban tahun enam Hijriyah.6 Beliau mengangkat Abu Dzar al-

Ghifariy sebagai penguasa sementara di Madinah.

Rasulullah mendapat informasi bahwa Bani Al-Mushthaliq bersatu

untuk menghadapi beliau dan panglima perang mereka adalah Al-Harits

bin Abu Dhirar ayah Juwairiyah binti Al-Harits istri Rasulullah saw.

Beliau mendengar rencana mereka, beliau berangkat ke tempat mereka

hingga bertemu mereka di mata air yang bernama Al-Muraisi. Di sana,

kedua belah pihak saling serang dan bertempur hingga akhirnya Allah

mengalahkan Bani Al-Mushthaliq. Beberapa orang dari mereka tewas, dan

Rasulullah saw. menguasai anak-anak, istri-istri, dan kekayaan mereka.

Allah memberikan mereka kepada Rasulullah sebagai harta fa’iy. Pada

perang tersebut, salah seorang dari kaum muslimin yaitu dari Bani Kalb

bin Auf bin Amir bin Laits bin Bakr yang bernama Hisyam bin Shubabah

terbunuh. Ia terbunuh tidak sengaja oleh seorang dari kaum Anshar yaitu

kabilah Ubadah bin Ash-Shamit karena disangka musuh. 7

2. Fitnah yang terjadi antara Muhajirin dan Anshar yang diprovokasi oleh

Abdullah bin Ubay bin Salul

Manakala Rasulullah masih berada di sekitar mata air tersebut, ada

seseorang yang mendekat untuk mengambil air. Dan bersama Umar bin

Khatthab pelayannya dari Bani Ghifar yang bernama Jahjah bin Mas’ud

menuntun kudanya, lalu tiba-tiba Jahjah dan Sinan bin Wabar Al-Juhani

saling berebut ke mata air dan bertikai. Al-Juhani berkata: Wahai Anshar!

Sementara Jahjah berseru: Wahai Muhajirin!

Karena kejadian di atas, Abdullah bin Ubay bin Salul yang ketika

itu bersama beberapa orang dari kaumnya di antaranya Zaid bin Arqam

naik pitam kemudian berkata, sungguh mereka telah melakukannya.

Mereka mengalahkan dan mengungguli kita di Madinah. Demi Allah, aku

tidak mengibaratkan kita dengan orang-orang gembel Quraisy tersebut

melainkan seperti dikatakan orang-orang tua dulu, “Gemukkan anjingmu,

6 Ibn Ishaq, Op. Cit. Hal. 439 7 Ibnu Hisyam, Op. Cit. Hal. 490

Page 7: Sirah Nabawiyah: Sejarah Nabi Muhammad saw tahun 6 hijriyah

6

niscaya ia memakanmu.” Demi Allah, jika kita tiba di Madinah, orang-

orang mulia di dalamnya pasti mengusir orang-orang hina. Abdullah bin

Ubay bin Salul menghadap kepada beberapa orang dari kaumnya yang ada

di tempat tersebut, kemudian berkata kepada mereka: “Inilah yang kalian

perbuat terhadap diri kalian. Kalian tempatkan mereka di negeri kalian dan

membagi harta kalian dengan mereka. Demi Allah, jika kalian tidak

memberikan kekayaan kalian kepada mereka, mereka pasti pindah ke

selain negeri kalian.

Zaid bin Arqam mendengar dengan jelas ucapan Abdullah bin

Ubay bin Salul di atas, kemudian ia pergi ke tempat Rasulullah saw. Itu

terjadi setelah Rasulullah berhasil mengatasi musuhnya. Zaid bin Arqam

melaporkan ucapan Abdullah bin Ubay bin Salul di atas kepada Rasulullah

saw. yang ketika itu ditemani Umar bin al-Khaththab.

Ketika Abdullah bin Ubay bin Salul mendengar Zaid bin Arqam

melaporkan ucapan yang didengarnya kepada Rasulullah, ia pergi meng-

hadap beliau kemudian bersumpah dengan nama Allah dan berkata, “Aku

tidak mengatakan ucapan yang dilaporkan Zaid bin Arqam” Abdullah bin

Ubay bin Salul adalah tokoh penting di kaumnya. Salah seorang dari kaum

Anshar berkata kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, bisa jadi anak

muda usia tersebut (Zaid bin Arqam) bicara salah dan tidak hapal apa yang

dikatakan Abdullah bin Ubay bin Salul.” Sahabat tersebut berkata seperti

itu untuk melindungi Abdullah bin Ubay bin Salul.8

3. Pertemuan Usyaid bin Hudhair dengan Rasulullah

Dalam perjalanan pulang ke Madinah, Rasulullah bertemu Usaid

bin Hudhair. Ia mengucapkan salam kepada beliau, dan berkata kepada

beliau, “Wahai Nabi Allah, demi Allah, sungguh engkau pulang di waktu

yang tidak mengenakkan. Engkau tidak pernah pulang pada waktu seperti

sekarang sebelum ini. Rasulullah saw. bersabda kepada Usaid bin

Hudhair:

8 Ibnu Ishaq, Op. Cit. Hal. 440. Lihat juga al-Baihaqiy dalam ad-Dalail (4/46,52,53)

Page 8: Sirah Nabawiyah: Sejarah Nabi Muhammad saw tahun 6 hijriyah

7

عبد : "وأي صاحب يا رسول اهللا؟ قال: قال" ما بـلغك ما قال صاحبكم؟و أ

زعم أنه إن رجع إلى المدينة أخرج األغر ": وما قال؟ قال: قال" اهللا بن أبي

منها إن شئت، هو و اهللا فأنت يا رسول اهللا، و اهللا خترجه : قال" منها األذل

يا رسول اهللا، ارفق به، فـو اهللا لقد جاءنا اهللا بك، : الذليل و أنت العزيز، مث قال

و إن قومه لينظمون له اخلرز ليتـوجوه، فإنه لريى أنك قد استلبته ملكاArtinya: “Apakah engkau telah mendengar apa yang dikatakan

sahabat kalian? Usaid bin Hudhair berkata, Sahabat kami yang mana, wahai Rasulullah? Rasulullah bersabda, “Abdullah bin Ubai bin Salul.” Usaid bin Hudhair berkata, Apa yang ia katakan? Rasulullah bersabda, “Ia menyangka bahwa jika ia tiba di Madinah, orang mulia di dalamnya akan mengusir orang hina.” Usaid bin Hudhair berkata, “Wahai Rasulullah, engkaulah yang akan mengusirnya dari Madinah jika engkau mau. Demi Allah, ia hina sedang engkau mulia. Usaid bin Hudhair berkata lagi, “Wahai Rasulullah, bersikaplah lembut kepadanya. Demi Allah, pada saat engkau datang kepada kami, ketika itu kaumnya meminta pertimbangan kepadanya sebagaimana seorang raja dan sekarang ia menganggapmu telah merampas kerajaannya.”

Rasulullah berjalan bersama kaum muslimin pada siang hari itu

hingga sore, malam harinya hingga pagi hari berikutnya hingga sinar

matahari menyengat mereka. Setelah itu, beliau bersama mereka berhenti.

Tidak lama berselang, mereka mengantuk dan tertidur. Rasulullah berhenti

agar kaum muslimin melupakan pembicaraan tentang Abdullah bin Ubay

bin Salul di hari kemarin.

Rasulullah meneruskan perjalanan bersama kaum muslimin

melewati Hijaz hingga turun di atas mata air di Hijaz yang bernama Baq’a.

Ketika beliau sedang berjalan, tiba-tiba angin kencang bertiup mengenai

kaum muslimin hingga mereka sakit dan ketakutan. Rasulullah saw.

Bersabda:

ا هبت لموت عظيم من عظماء الكفار ال ختافوها، فإمن“Janganlah kalian takut kepada angin kencang ini. Angin kencang ini bertiup karena kematian salah seorang tokoh orang-orang kafir.”

Page 9: Sirah Nabawiyah: Sejarah Nabi Muhammad saw tahun 6 hijriyah

8

Ketika kaum muslimin tiba di Madinah, mereka mendapati Rifa’ah

bin Zaid bin At-Tabut salah seorang warga Bani Qainuqa’ yang tidak lain

adalah tokoh orang-orang Yahudi dan pelindung orang-orang munafik

meninggal pada hari bertiupnya angin kencang tersebut. 9

4. Abdullah bin Abdullah bin Ubay meminta izin kepada Rasulullah untuk

membunuh ayahnya Abdullah bin Ubay bin Salul

Kemudian turunlah surat Al-Qur’an di mana di dalamnya Allah

menyebutkan tentang orang-orang munafik yaitu Abdullah bin Ubai bin

Salul dan konco-konconya. Ketika surat tersebut turun, Rasulullah saw.

memegang telinga Zaid bin Arqam kemudian bersabda:

هذا الذي أوىف اهللا بأذنه ”Orang inilah yang mengerti janji Allah dengan telinganya.”

Abdullah bin Abdullah bin Ubai bin Salul mendengar

permasalahan yang terjadi pada ayahnya. Kemudian ia berkata kepada

beliau, “Wahai Rasulullah, aku dengar engkau hendak membunuh

Abdullah bin Ubay bin Salul karena mendengar ucapannya. Jika engkau

memang ingin membunuhnya, perintahkan aku saja yang membunuhnya,

niscaya aku bawa kepalanya kepadamu. Rasullah saw. Bersabda:

بل نـتـرفق به و حنسن صحبته ما بقي معنا“Kita akan bersikap lembut dan bersahabat baik dengannya selagi ia bersama kita.”

Setelah itu, jika Abdullah bin Ubay bin Salul mengerjakan

kesalahan, Rasulullah memerintahkan kaumnya sendiri yang mengecam,

menindak, dan memarahinya.10

5. Miqyas bin Shubabah

Miqyas bin Shubabah datang dari Makkah ke Madinah dengan

menampilkan diri telah masuk Islam. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku

datang kepadamu dalam keadaan muslim dan bermaksud meminta diyat

saudaraku. Ia dibunuh karena salah sasaran. Rasulullah memerintahkan

9 Ibnu Ishaq, Op.Cit. hal. 441 10 Ibnu Hisyam. Op. Cit. Hal. 491

Page 10: Sirah Nabawiyah: Sejarah Nabi Muhammad saw tahun 6 hijriyah

9

sahabat membayar diyat kepadanya. Miqyas bin Shubabah tinggal di

Madinah beberapa lama, kemudian membunuh pembunuh saudaranya.

Kemudian pergi ke Makkah dalam keadaan murtad.11

6. Korban Bani al-Mushthaliq

Korban dari Bani Al-Mushthaliq banyak sekali. Ali bin Abi Thalib

r.a. membunuh dua orang, yaitu Malik dan putranya. Abdurrahman bin

Auf r.a. membunuh salah seorang penunggang kuda mereka yang bernama

Ahmar atau Uhaimar.

Pada perang tersebut, Rasulullah saw. mendapatkan tawanan yang

banyak sekali kemudian semua tawanan dibagi secara merata di antara

kaum muslimin. Di antara tawanan wanita ketika itu adalah Juwairiyah

binti Al-Harits bin Abu Dhirar yang akhirnya diperistri Rasulullah.

Aisyah berkata, Informasi pun menyebar ke tengah-tengah manusia

bahwa Rasulullah saw. menikahi Juwairiyah binti Al-Harits. Mereka

berkata, “Ia menjadi keluarga Rasulullah.” Mereka kirim apa yang mereka

miliki kepada beliau. Karena pernikahan tersebut, seratus keluarga dari

Bani Al-Mushthaliq dibebaskan. Aku tidak tahu ada wanita yang lebih

terhormat dan lebih berkah di kalangan kaumnya daripada Juwairiyah binti

Al-Harits.12

D. KABAR AL-IFKI (BERITA BOHONG TENTANG ‘AISYAH R.A)

Ketika pulang dari peperangan, mereka singgah di suatu tempat,

Aisyah keluar dari sekedupnya untuk menunaikan hajat, terjatuhlah kalung

yang dipinjamkan oleh saudarinya Asma’ kepadanya. Karena itu dia kembali

ke tempat itu lagi untuk mencari kalung yang hilang tersebut. Setelah

menemukan kembali kalung yang hilang itu, namun sudah tidak ada lagi orang

yang memanggil atau menjawab seruannya. Akhirnya dia duduk di tempat

singgahnya dan mengira bahwa para pengangkut sekedupnya itu pasti merasa

kehilangan dan mencarinya.

11 Ibid 12 Ibid

Page 11: Sirah Nabawiyah: Sejarah Nabi Muhammad saw tahun 6 hijriyah

10

1. Aisyah r.a. menunggangi unta Shafwan bin al-Muththal as-Sulami

Aisyah berkata: “Demi Allah, ketika aku tidur tiba-tiba Shafwan

bin Al-Muaththal As-Sulami berjalan melewatiku. Ia sengaja berjalan di

belakang kaum muslimin karena suatu keperluan. Ia melihat bayangan

hitam diriku dan datang ke tempatku hingga berdiri di depanku. Ia pernah

melihatku ketika hijab belum diwajibkan kepada kami. Ketika ia

melihatku, ia berkata, “Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’uun. Istri

Rasulullah saw.?” Ketika itu, aku tutup diriku dengan jilbab. Shafwan bin

Al-Muaththal As-Sulami berkata lagi, ”Kenapa engkau tertinggal?” Aku

tidak menjawab pertanyaannya. Ia dekatkan untanya kepadaku sambil

berkata, “Naiklah ke atasnya.” Ia menjauh dariku dan aku pun menaiki

untanya. Setelah aku berada di atas unta, ia memegang kepala unta

kemudian berjalan cepat untuk menyusul kaum muslimin. Demi Allah,

kami tidak berjumpa dengan siapa-siapa dan kaum muslimin tidak merasa

kehilangan diriku hingga esok hari, bahkan hingga mereka tiba di

Madinah. Ketika mereka istirahat di Madinah, tiba-tiba Shafwan bin Al-

Muaththal As-Sulami muncul dengan menuntun unta sedang aku berada di

atasnya. Saat itulah, para penyebar berita bohong mengucapkan perkataan

mereka. Orang-orang pun gempar. Demi Allah, aku sedikit juga tidak

mengetahui apa yang terjadi di tengah mereka.13

2. Aisyah r.a. jatuh sakit ketika sampai di Madinah

Aisyah melanjutkan: “Kami tiba di Madinah dan sesudahnya aku

sakit. Selama aku sakit, aku tidak pernah mendapatkan informasi yang

beredar di luar. Informasi tentang diriku juga terdengar oleh Rasulullah

saw., dan kedua orang tuaku, namun mereka tidak menceritakan sedikit

pun kepadaku. Anehnya, aku tidak lagi mendapatkan sebagian keramahan

beliau, karena jika aku sakit beliau menyayangiku dan ramah kepadaku.

Tapi itu semua tidak beliau berikan kepadaku dalam sakitku kali ini. Ya,

aku tidak mendapatkan itu semua dari beliau. Ketika itu, jika beliau masuk

13 Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009)

Cet. III, hal. 238

Page 12: Sirah Nabawiyah: Sejarah Nabi Muhammad saw tahun 6 hijriyah

11

ke tempatku dan di tempatku terdapat ibuku (Zainab binti Abdi Dahman,

demikian menurut Ibnu Hisyam), beliau berkata, “Bagaimana

keadaanmu?” Tidak lebih dari itu.14

3. Para Provokator penyebar fitnah

Orang yang amat gencar menyebarkan berita bohong ini adalah

Abdullah bin Ubay bin Salul. Ia menyebarkannya di kalangan orang-orang

Al-Khazraj bersama Misthah dan Hamnah binti Jahsy. Hamnah binti Jahsy

ikut menyebarkan berita bohong ini karena saudara perempuannya, yaitu

Zainab binti Jahsy adalah istri Rasulullah saw. dan tidak ada satu pun dari

istri-istri beliau yang menyaingi kedudukanku di sisi beliau melainkan dia.

Adapun Zainab binti Jahsy sendiri, Allah swt. melindunginya dan tidak

mengatakan kecuali yang baik-baik. Sedang Hamnah binti Jahsy, ia ikut

menyebarluaskan berita bohong ini dan melawanku karena membela

saudara perempuannya. Akibatnya, ia merugi.

4. Rasulullah menemui Ali bin Abi Thalib r.a dan Usamah bin Zaid r.a.

Rasulullah saw. turun dari mimbar kemudian masuk ke rumah.

Beliau memanggil Ali bin Abi Thalib r.a. dan Usamah bin Zaid r.a.,

kemudian bermusyawarah dengan keduanya. Adapun Usamah bin Zaid, ia

menyanjung Aisyah r.a. dan berkata baik tentang dirinya. Usamah bin

Zaid berkata, “Wahai Rasulullah, ia istrimu dan kami tidak mengetahui

padanya kecuali yang baik-baik dan engkau juga tidak mengetahui

padanya kecuali yang baik-baik saja. Ini kebohongan dan kebatilan.”

Sedang Ali bin Abi Thalib, ia berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya

wanita masih banyak dan engkau mampu mencari wanita pengganti.

Tanyakan kepada budak wanita, niscaya ia akan membenarkanmu’.

5. Rasulullah meminta pendapat Barirah

Rasulullah saw. memanggil Barirah untuk bertanya kepadanya. Ali

bin Abi Thalib pergi kepada Barirah dan memukulnya dengan pukulan

keras sambil berkata, “Berkatalah jujur kepada Rasulullah.” Barirah

berkata, “Demi Allah, aku tidak mengetahui pada Aisyah kecuali yang

14 Ibnu Ishaq, Ibid

Page 13: Sirah Nabawiyah: Sejarah Nabi Muhammad saw tahun 6 hijriyah

12

baik-baik saja. Aku tidak pernah mencela sesuatu pada Aisyah melainkan

karena aku pernah membuat adonan roti kemudian aku menyuruhnya

menjaganya, namun ia tidur hingga akhirnya kambing datang dan

memakan adonan roti tersebut.”

6. Rasulullah menemui Aisyah dan keputusan Allah terhadapnya

Rasulullah saw. masuk ke tempat Aisyah. Ketika itu Aisyah

ditemani kedua orang tuanya dan salah seorang wanita dari kaum Anshar.

Aisyah menangis dan wanita dari Anshar tersebut juga ikut menangis.

Rasulullah saw. duduk memuji Allah, menyanjung-Nya, kemudian

bersabda,

Artinya: “Hai Aisyah, engkau telah mendengar omongan orang tentang dirimu. Oleh karena itu, bertakwalah kepada Allah. Jika engkau telah mengerjakan kesalahan, bertaubatlah kepada Allah, karena Allah menerima taubat hamba-hambaNya.”

Rasulullah saw. belum beranjak dari tempat duduknya, tiba-tiba

beliau pingsan. Lalu beliau diselimuti dengan pakaiannya dan bantal dari

kulit diletakkan di bawah kepalanya. Kemudian Rasulullah duduk kembali

dan keringat mengucur dari badan beliau seperti biji intan berlian di

musim hujan. Beliau mengusap keringat dari keningnya, kemudian

bersabda:

بشري يا عائشة، فـقد أنـزل اهللا بـراءتك أ “Bergembiralah engkau hai Aisyah, karena Allah telah menurunkan ayat tentang kesucian dirimu.”

Aisyah berkata, “alhamdulillah” sedang beliau keluar menemui

manusia, berkhutbah kepada mereka, dan membacakan kepada mereka

ayat Al-Qur’an tentang kasus yang diturunkan Allah kepada beliau.

Setelah itu, beliau memerintahkan untuk memanggil Misthah bin Utsatsah,

Hasan bin Tsabit, dan Hamnah binti Jahsy yang semuanya ikut

menyebarluaskan berita bohong tentang Aisyah, kemudian mereka

dikenakan hukuman had.

Page 14: Sirah Nabawiyah: Sejarah Nabi Muhammad saw tahun 6 hijriyah

13

Abu Ishaq bin Yasar berkata dari beberapa orang dari Bani An-

Najjar yang berkata bahwa Abu Ayyub bin Khalid bin Zaid ditanya

istrinya, Ummu Ayyub: “Hai Abu Ayyub, apakah engkau tidak mendengar

apa yang dikatakan manusia tentang Aisyah?” Abu Ayyub bin Khalid bin

Zaid menjawab, “Ya, aku mendengarnya dan itu tidak benar. Apakah

engkau juga ikut menyebarkannya, hai Ummu Ayyub?” Ummu Ayyub

menjawab, “Tidak, demi Allah, aku tidak akan pernah melakukan hal itu.”

Abu Ayyub bin Khalid bin Zaid berkata, “Demi Allah, Aisyah jauh lebih

baik daripadamu.” Ummu Ayyub berkata, “Ketika Al-Qur’an turun, ia

menyebutkan orang-orang berdosa yang mengatakan perkataan orang-

orang yang menyebarluaskan berita bohong.” Allah swt. Berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kalian juga. Janganlah kalian kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kalian bahkan ia baik bagi kalian. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam pentiaran berita bohong itu baginya adzab yang besar’. (An-Nuur: 11)

Pelaku yang menyebarluaskan berita bohong tersebut adalah

Hassan bin Tsabit dan sahabat-sahabatnya. Kemudian Allah swt.

berfirman,

“Mengapa di waktu kalian mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri dan (mengapa tidak) berkata, ‘Ini adalah suatu berita bohong yang nyata.” (An-Nuur: 12)

Page 15: Sirah Nabawiyah: Sejarah Nabi Muhammad saw tahun 6 hijriyah

14

Maksudnya, kenapa mereka tidak berkata seperti perkataan Abu

Ayyub dan istrinya? Kemudian Allah swt. berfirman:

“(Ingatlah) di waktu kalian menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kalian katakan dengan mulut kalian apa yang tidak kalian ketahui sedikit juga, dan kalian menganggapnya suatu yang ringan saja, padahal dia pada sisi Allah adalah besar.” (An-Nuur: 15)

Ketika ayat di atas turun untuk Aisyah dan orang-orang yang telah

mengatakan sesuatu tentang Aisyah, Abu Bakar yang sebelumnya

menafkahi Misthah karena masih kerabat dan ia miskin, berkata: “Demi

Allah, aku tidak akan memberi sesuatu apa pun kepada Misthah dan tidak

memberinya manfaat apa pun selama-lamanya setelah ia berkata sesuatu

tentang Aisyah dan memasukkan sesuatu kepada kita.” Kemudian Allah

swt. menurunkan ayat tentang ucapan Abu Bakar tersebut:

“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kalian bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat, orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kalian tidak ingin Allah mengampuni kalian?. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (An-Nuur: 22)

Abu Bakar berkata, “Ya, aku ingin Allah mengampuniku.” Usai

berkata seperti itu, ia kembali menafkahi Misthah seperti sebelumnya ia

berkata, “Demi Allah, aku tidak akan menghentikan nafkah kepadanya

selama-lamanya.”

Page 16: Sirah Nabawiyah: Sejarah Nabi Muhammad saw tahun 6 hijriyah

15

Sungguh Hassan telah merasakan hukuman cambuk karena ia

layak mendapatkannya. Juga Hamnah dan Mitshah. Ketika mereka berkata

kotor terhadap istri Nabi. Mereka berkata atas dasar sangkaan belaka

terhadap istri nabi. Mereka mendapatkan murka Pemilik Arasy yang

mulia. Kemudian mereka sedih karena mereka menyakiti Rasulullah.

Kemudian mereka diliputi dengan kehinaan abadi seperti sorban di kepala

mereka. Hasil panen disiramkan kepada mereka seperti hujan deras dari

awan yang menghujani.15

E. PERJANJIAN HUDAIBIYAH

Kemudian Rasulullah menetap di Madinah selama bulan Ramadhan

dan Syawal. Pada bulan Dzulqa’dah, beliau keluar dari Madinah untuk

berumrah dan tidak menginginkan perang.

1. Seruan Rasulullah kepada manusia untuk melakukan Umrah

Rasulullah mengajak orang-orang Arab dan orang-orang Badui

yang ada di sekitar beliau untuk pergi bersama beliau, karena khawatir

orang-orang Quraisy memerangi atau melarang beliau mengunjungi

Baitullah. Banyak sekali orang-orang Badui yang menolak ajakan beliau.

Kendati begitu, beliau tetap berangkat bersama para sahabat dari kaum

Muhajirin, para sahabat dari kaum Anshar, dan orang-orang Arab lainnya.

Beliau membawa hewan sembelihan (onta) dan berpakaian ihram untuk

umrah agar manusia merasa aman dan mengetahui beliau keluar untuk

mengunjungi Baitullah dan mengagungkannya.

2. Rasulullah mengambil jalan lain dari jalan yang biasa dilalui orang-orang

Quraisy

Rasulullah berjalan dan ketika tiba di ‘Usfan (sebuah tempat lebih

kurang dua marhalah sebelum masuk kota Makkah), beliau bertemu Bisyr

bin Sufyan al-Ka’bi. Bisyr bin Sufyan berkata kepada Rasulullah saw.,

“Wahai Rasulullah, orang-orang Quraisy mendengar keberangkatanmu,

untuk itu mereka keluar dengan membawa unta-unta betina yang baru

15 Ibnu Hisyam. Op. Cit. hal. 493-498

Page 17: Sirah Nabawiyah: Sejarah Nabi Muhammad saw tahun 6 hijriyah

16

melahirkan anaknya yang teteknya penuh dengan susu lalu berhenti di Dzu

Thuwa (Nama sebuah tempat dekat Makkah). Mereka bersumpah kepada

Allah bahwa engkau tidak boleh masuk ke tempat mereka untuk selama-

lamanya. Inilah Khalid bin Walid dengan pasukan berkudanya, mereka

mengutusnya ke Kuraul Ghamim. Rasulullah saw. Bersabda:

“Celakalah orang-orang Quraisy, sungguh mereka telah dikuasai nafsu berperang. Apa salahnya kalau mereka tidak menghalang-halangiku berhubungan dengan orang-orang Arab. Jika orang-orang Arab tersebut mengalahkanku, itulah yang mereka harapkan. Jika Allah memenangkanku atas mereka, maka mereka masuk Islam. Jika mereka tidak masuk Islam, mereka berperang, toh mereka mempunyai kekuatan. Demi Allah, orang-orang Quraisy jangan salah sangka, sesungguhnya aku tidak pernah berhenti memperjuangkan apa yang aku bawa dari Allah hingga Dia memenangkannya atau aku mati karenanya’. Beliau bersabda lagi, ‘Siapa yang bisa berjalan dengan kita di jalan lain yang tidak mereka lalui?”

Seseorang dari Bani Aslam berkata, “Aku, wahai Rasulullah.”

Orang tersebut berjalan bersama kaum muslimin melewati jalan yang

penuh dengan pohon hingga sulit dilalui di antara jalan-jalan menuju

gunung. Ketika mereka keluar dari jalan tersebut dalam keadaan lelah dan

tiba di tanah datar di ujung lembah, Rasulullah bersabda: “Katakanlah,

Kami meminta ampunan kepada Allah dan bertaubat kepadaNya.”

Mereka mengucapkan perkataan tersebut. Rasulullah bersabda lagi, “Demi

Allah, itulah perkatan yang dulu ditawarkan kepada Bani Israel, namun

mereka tidak mau mengucapkannya.”

Maka Rasulullah memberi instruksi kepada kaum muslimin dengan

bersabda, “Hendaklah kalian mengambil jalan arah kanan melewati Al-

Hamdhu, jalan yang tembus ke Tsaniyyatul Mirar, tempat pemberhentian

di al-Hudaibiyah, dari arah bawah Makkah.”

Rombongan pun berjalan melewati jalan tersebut. Ketika pasukan

berkuda Quraisy melihat kepulan debu dari jalan yang berlainan dengan

jalan mereka yang mereka lalui, mereka pulang kepada orang-orang

Quraisy.

Page 18: Sirah Nabawiyah: Sejarah Nabi Muhammad saw tahun 6 hijriyah

17

3. Utusan Quraisy kepada Rasulullah

Ketika Rasulullah tengah beristirahat, beliau didatangi Budail bin

Warqa’ Al-Khuzai bersama beberapa orang dari Khuza’ah. Mereka

berbicara dan menanyakan alasan kedatangan beliau ke Makkah. Beliau

menjelaskan kepada mereka bahwa beliau datang tidak untuk perang,

namun untuk mengunjungi Baitullah dan mengagungkannya.

Mikraz bin Hafsh bin Al-Akhyaf saudara Bani Amir bin Luai

diuitus kepada Rasulullah. Ketika beliau melihat kedatangannya, beliau

bersabda, “Orang ini pengkhianat.” Ketika Makraz bin Hafsh tiba di

tempat beliau dan berbicara dengan beliau, maka beliau bersabda

kepadanya seperti yang beliau sabdakan kepada Budail bin Warqa’ dan

teman-temannya.

Orang-orang Quraisy mengutus Al-Hulais bin Alqamah atau bin

Zabban kepada Rasulullah. Ketika itu, Al-Hulais bin Alqamah adalah

pemimpin orang-orang Ahabisy dan warga Bani Al-Harits bin Abdu

Manat bin Kinanah. Ketika Rasulullah melihat kedatangannya, beliau

bersabda, “Orang ini berasal dari kaum yang beribadah. Oleh karena itu,

tempatkan hewan sembelihan (onta) di depannya agar ia bisa melihatnya.”

Ketika al-Hulais bin ‘Alqamah melihat hewan sembelihan (onta)

berdatangan kepadanya dari samping lembah dengan memakai kalung

sebagai tanda akan disembelih dan bulu-bulunya telah rusak karena terlalu

lama berada di tempat ia akan disembelih, ia segera pulang kepada orang-

orang Quraisy dan tidak jadi bertemu dengan Rasulullah karena hormat

kepada beliau. Ia ceritakan apa yang dilihatnya kepada orang-orang

Quraisy, kemudian orang-orang Quraisy berkata kepadanya, “Duduklah

engkau, karena engkau orang Arab dusun yang bodoh.”

Kemudian orang-orang Quraisy mengutus Urwah bin Mas’ud Ats-

Tsaqafi untuk pergi kepada Rasulullah. Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafi

berangkat ke tempat Rasulullah. Ketika ia tiba di tempat beliau, ia duduk

di depan beliau, kemudian berkata, “Hai Muhammad, engkau kumpulkan

Page 19: Sirah Nabawiyah: Sejarah Nabi Muhammad saw tahun 6 hijriyah

18

orang banyak kemudian membawa mereka kepada keluargamu untuk

membunuh mereka?”

Kemudian Rasulullah menjelaskan kepada Urwah bin Mas’ud Ats-

Tsaqafi seperti yang telah beliau jelaskan kepada teman-teman Urwah bin

Mas’ud Ats-Tsaqafi sebelum ini bahwa beliau datang tidak untuk perang.

4. Utusan Rasulullah kepada orang-orang Quraisy

Rasulullah memanggil Khirasy bin Umaiyyah Al-Khuzai dan

mengutusnya untuk menemui orang-orang Quraisy. Beliau menyerahkan

unta beliau yang bernama Ats-Tsa’lab kepada Khirasy bin Umaiyyah dan

menyuruhnya menyampaikan pesan beliau kepada tokoh-tokoh Quraisy.

Ketika Khirasy bin Umaiyyah tiba di tempat orang-orang Quraisy, mereka

menyembelih unta beliau yang dikendarai Khirasy bin Umaiyyah dan juga

bermaksud membunuh Khirasy bin Umaiyyah namun dicegah orang-orang

Ahabisy. Mereka melepas Khirasy bin Umaiyyah hingga ia tiba kembali di

tempat Rasulullah saw.

Utsman bin Affan berangkat ke Makkah dan bertemu Aban bin

Sa’id bin Al-Ash ketika memasuki Makkah atau hendak memasukinya.

Aban bin Sa’id Al-Ash membawa Utsman bin Affan di depannya dan

melindunginya hingga ia menyampaikan surat Rasulullah. Setelah itu,

Utsman bin Affan menemui Abu Sufyan bin Harb dan tokoh-tokoh

Quraisy, untuk menyampaikan surat Rasulullah saw. kepada mereka.

Mereka berkata kepada Utsman bin Affan setelah ia selesai menyampaikan

pesan Rasulullah kepada mereka, ‘Jika engkau hendak melakukan thawaf

di Baitullah, silakan’. Utsman bin Affan menjawab, ‘Aku tidak akan

thawaf hingga Rasulullah yang memulai thawaf.

Utsman bin Affan ditahan orang-orang Quraisy di tempat mereka,

namun informasi yang sampai kepada Rasulullah saw. dan kaum muslimin

ialah Utsman bin Affan dibunuh.

5. Bai'at Ar-Ridwan

Ibnu Ishaq berkata, Abdullah bin Abu Bakar berkata kepadaku,

“Ketika Rasulullah saw. mendapat informasi bahwa Utsman bin Affan r.a.

Page 20: Sirah Nabawiyah: Sejarah Nabi Muhammad saw tahun 6 hijriyah

19

dibunuh, beliau bersabda: “Kita tidak pulang hingga mengalahkan kaum

tersebut.” Beliau mengajak kaum muslimin berbaiat, kemudian

berlangsunglah Baiat Ar-Ridhwan di bawah pohon. Kaum muslimin

berkata, “Rasulullah membaiat kaum muslimin untuk mati.” Jabir bin

Abdullah berkata, “Rasulullah membaiat kita tidak untuk mati, namun

untuk tidak melarikan diri.”

Di antara kaum muslimin yang hadir di peristiwa Baiat Ar-

Ridhwan namun tidak ikut barbaiat ialah Al-Jadd bin Qais saudara Bani

Salamah. Jabir bin Abdullah berkata, “Demi Allah, sepertinya aku lihat

Al-Jadd bin Qais merapat ke perut untanya dan bersembunyi di baliknya

dari penglihatan manusia. Setelah itu, ia datang kepada Rasulullah dan

menjelaskan kepada beliau bahwa informasi terbunuhnya Utsman bin

Affan hanyalah berita bohong semata.”

6. Perihal al-Hudnah (Perdamaian Hudaibiyah)

Kemudian orang-orang Quraisy mengutus Suhail bin Amr saudara

Bani Amir bin Luai kepada Rasulullah saw. Mereka berkata kepada Suhail

bin Amr, “Temuilah Muhammad, berdamailah dengannya, dan isi perda-

maian ialah: Ia harus pergi dari tempat kita tahun ini. Demi Allah, orang-

orang Arab tidak boleh memperbincangkan kita bahwa ia datang kepada

kami dengan kekerasan.” Suhail bin Amr datang menemui Rasulullah saw.

Ketika beliau melihat kedatangan Suhail bin Amr, beliau bersabda,

“Orang-orang Quraisy menginginkan perdamaian ketika mereka mengutus orang ini’. Ketika Suhail bin Amr tiba di tempat Rasulullah saw., ia berbicara panjang lebar dengan beliau, tawar menawar pun terjadi dan akhirnya perdamaian pun disepakati.”

Rasulullah memanggil Ali bin Abi Thalib dan bersabda kepadanya,

“Tulislah ‘Bismillahir Rahmaanir Rahiim.” Suhail bin Amr berkata, “Aku

tidak kenal kata-kata itu, namun tulislah bismikallahumma (dengan nama-

Mu, ya Allah).” Rasulullah bersabda kepada Ali bin Abi Thalib, “Tulislah

bismikallahumma.” Ali bin Abi Thalib menulisnya. Rasulullah bersabda

kepada Ali bin Abi Thalib, “Tulislah ini perdamaian antara Rasulullah

dengan Suhail bin Amr.” Suhail bin Amr berkata, “Kalau aku melihatmu

Page 21: Sirah Nabawiyah: Sejarah Nabi Muhammad saw tahun 6 hijriyah

20

sebagai Rasulullah, aku tidak memerangimu, namun tulislah namamu dan

nama ayahmu.” Rasulullah bersabda kepada Ali bin Abi Thalib, “Tulislah

ini perdamaian antara Muhammad bin Abdullah dengan Suhail bin Amr.”

Keduanya berdamai untuk menghentikan perang selama sepuluh tahun,

masing-masing pihak memberikan keamanan selama jangka waktu

tertentu, masing-masing pihak menahan diri dari pihak lainnya,

barangsiapa di antara orang-orang Quiraisy datang kepada Muhammad

tanpa izin pemiliknya maka ia dikembalikan kepadanya, barangsiapa di

antara pengikut Muhammad pergi kepada orang-orang Quraisy maka ia

tidak dikembalikan kepadanya, kita harus komitmen dengan isi

perdamaian, pencurian rahasia, dan pengkhianatan tidak diperbolehkan.

Barangsiapa ingin masuk ke dalam perjanjian Muhammad maka ia masuk

ke dalamnya, dan barangsiapa ingin masuk ke dalam perjanjian orang-

orang Quraisy maka ia masuk ke dalamnya. Orang-orang Khuza’ah berdiri

dan berkata, “Kami masuk ke dalam perjanjian Muhammad.” Orang-orang

Bani Bakr juga berdiri dan berkata, “Kami masuk ke dalam perjanjian

orang-orang Quraisy.” Isi perdamaian lebih lanjut, “Engkau (Muhammad)

pulang dari tempat kami tahun ini dan tidak boleh masuk ke Makkah pada

tahun ini. Tahun depan, kami keluar Makkah, kemudian engkau memasuki

Makkah dengan sahabat-sahabatmu, engkau berada di sana selama tiga

hari dengan membawa senjata layaknya musafir yaitu pedang di sarungnya

dan tidak membawa senjata lainnya.

Ketika Rasulullah saw. menulis teks perdamaian dengan Suhail bin

Amr, tiba-tiba Abu Jandal bin Suhail bin Amr datang kepada beliau

dengan melompat dan memegang pedang. Sebenarnya ketika para sahabat

keluar dari Madinah dengan tujuan Makkah, mereka tidak meragukan

terjadinya penaklukkan Makkah, karena mimpi Rasulullah saw. Jadi,

wajar ketika mereka menyaksikan perdamaian, sikap mengalah, dan apa

yang dirasakan Rasulullah saw. Maka mereka sangat terpukul hingga

keragu-raguan nyaris masuk ke hati mereka. Ketika Suhail bin Amr

melihat Abu Jandal, ia berdiri, memukulnya, dan mencengkeram leher

Page 22: Sirah Nabawiyah: Sejarah Nabi Muhammad saw tahun 6 hijriyah

21

bajunya, kemudian berkata, “Hai Muhammad, permasalahan di antara kita

telah selesai sebelum orang ini (Abu Jandal) datang kepadamu.”

Rasulullah saw. bersabda, “Engkau berkata benar.”

Suhail bin Amr mencengkeram leher baju Abu Jandal dan

menyeretnya untuk dibawa kepada orang-orang Quraisy. Abu Jandal

berteriak dengan suara terkerasnya, “Hai seluruh kaum muslimin, apakah

aku dibiarkan dibawa kepada kaum musyrikin kemudian mereka

menyiksaku karena agamaku?” Kaum muslimin semakin sedih dengan

kejadian yang dialami Abu Jandal.

Rasulullah bersabda, “Hai Abu Jandal, bersabarlah dan berharaplah

akan pahala di sisi Allah, karena sesungguhnya Allah akan memberikan

jalan keluar bagimu dan bagi orang-orang lemah sepertimu. Sungguh, kita

telah meneken perjanjian dengan kaum tersebut. Kita berikan perjanjian

kepada mereka sedang mereka memberikan janji Allah kepada kita, dan

kita tidak mengkhianati mereka.”

Setelah teks perdamaian ditulis, perdamaian tersebut disaksikan

sejumlah orang dari kaum muslimin dan kaum musyrikin. Para saksi

tersebut adalah Abu Bakar, Umar bin Khaththab, Abdurrahman bin Auf,

Abdullah bin Suhail bin Amr, Sa’ad bin Abu Waqqash, Mahmud bin

Maslamah, Mikraz bin Hafsh yang masih musyrik ketika itu, dan Ali bin

Abi Thalib yang menulis teks perdamaian tersebut.”

Setelah menyelesaikan perdamaian, Rasulullah saw. berjalan ke

arah hewan sembelihannya kemudian menyembelihnya, duduk, dan

mencukur rambutnya. Ketika kaum muslimin melihat beliau menyembelih

hewan sembelihan dan mencukur rambut, mereka pun menyembelih

hewan sembelihan (unta) dan mencukur rambut mereka.

Kemudian, Rasulullah saw. pulang dari tempat tersebut. Ketika

beliau berada di antara Makkah dan Madinah, turunlah surat Al-Fath

kepada beliau. Allah SWT., berfirman:

Page 23: Sirah Nabawiyah: Sejarah Nabi Muhammad saw tahun 6 hijriyah

22

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata. Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurna-kan nikmatNya kepadamu dan memimpin kamu ke jalan yang lurus.” (Al-Fath: 1-2) Setelah itu, Allah SWT., berfirman,

“Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada RasulNya tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguh-nya kalian pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan menggunting-nya, sedang kalian tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tidak kalian ketahui.” (Al-Fath: 27)

Yakni kebenaran mimpi Rasulullah saw. bahwa beliau akan masuk

ke dalam kota Makkah dalam keadaan aman tanpa diliputi rasa takut,

dengan mencukur rambut kepala mereka atau mengguntingnya tanpa

diliputi rasa takut. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang tidak mereka

ketahui.

Kemenangan yang dekat yang dimaksud pada ayat di atas adalah

Perdamaian Al-Hudaibiyah. Az-Zuhri berkata lagi, “Sebelum penaklukan

Makkah, tidak ada penaklukan yang lebih agung daripada Perdamaian Al-

Hudaibiyah. Perdamaian Al-Hudaibiyah dinamakan perang karena kedua

belah pihak bertemu di sana. Ketika gencatan senjata terjadi, perang

dihentikan, masing-masing pihak memberikan jaminan keamanan kepada

pihak lain, dan mereka bertemu, mereka mengadakan pembicaraan,

perdebatan, dan tidak ada seorang pun yang membicarakan Islam

Page 24: Sirah Nabawiyah: Sejarah Nabi Muhammad saw tahun 6 hijriyah

23

melainkan ia masuk ke dalamnya. Dalam jangka waktu dua tahun tersebut,

telah masuk Islam orang-orang yang jumlahnya sama dengan jumlah

orang-orang yang masuk Islam sebelumnya atau bahkan lebih banyak.

PENUTUP

Tahun keenam Hijriyah merupakan tahun terjadinya peristiwa yang

terkenal yang menfitnah keluarga Rasulullah saw. Yaitu yang disebut Khabar al-

Ifki. Peristiwa-peristiwa besar yang terjadi pada masa ini yaitu Perang Bani

Lihyan, Perang Dzi Qard, Perang Bani al-Musthaliq, dan Perjanjian Hudaibiyah.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Al-Mubarakfuriy, Shofiyurrahman, Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad saw. dari Kelahiran Hingga Detik-detik Terakhir, (Jakarta: Darul Haq, 2012) Cet. XIV

Hasan, Hasan Ibrahim, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009) Cet. III

Ibnu Hisyam, Tahqiq As-Sirah an-Nabawiyah li Ibni Hisyam, Ditahqiq oleh: Umar Abd as-Salam Tadmuriy,, (Beirut: Dar al-Kitab al-Araby, 1990) Juz III

Ibnu Ishaq, As-Sirah an-Nabawiyah, Muhaqqiq: Ahmad Farid al-Mazidiy, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2004) Juz II

Ibnu Katsir, Abu al-Fida’ Ismail, As-Sirah an-Nabawiyah, Ditahqiq oleh: Musthafa Abdul Wahid, (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1976), Juz III