reinterpretasi hukum riqab sebagai mustahik zakat …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/m. nurman...

103
REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT (STUDI KOMPARATIF METODE IJTIHAD RASYID RIDHA DAN YUSUF QARDHAWI) Skripsi Oleh: M. NURMAN HAFIZ NIM: SPM.152137 PEMBIMBING: Drs. M. Hasbi Ash-Shiddiqi, M.Ag Dr. D. I. Ansusa Putra, MA PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019

Upload: others

Post on 30-Oct-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT (STUDI KOMPARATIF METODE IJTIHAD RASYID

RIDHA DAN YUSUF QARDHAWI)

Skripsi

Oleh:

M. NURMAN HAFIZ NIM: SPM.152137

PEMBIMBING:

Drs. M. Hasbi Ash-Shiddiqi, M.Ag Dr. D. I. Ansusa Putra, MA

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN

THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019

Page 2: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at
Page 3: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at
Page 4: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at
Page 5: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at
Page 6: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

i

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Reinterpretasi Hukum Riqab Sebagai Mustahik Zakat

(Studi Komparatif Metode Ijtihad Rasyid Ridha dan Yusuf Qardhawi) dengan

tujuan untuk mengetahui bagaimana konsep hukum Riqab dan metode Ijtihad

Rasyid Ridha dan Yusuf Qardhawi terhadap Status dan hakikat Riqab untuk

zaman sekarang ini. Skripsi ini menggunakan Metode kualitatif dengan

Pendekatan normatif dan komparatif dengan metode pengumpulan melalui

dokumentasi berupa data Kitab, buku, Jurnal, Skripsi dan artikel-artikel lainnya

yang berkenaan dengan objek penelitian.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai

berikut: Mengenai konsep hukum riqab menurut Rasyid Ridha dan Yusuf

Qardhawi sebagai berikut: Menurut Rasyid Ridha tentang status Riqab untuk

sekarang ini perlulah untuk diperluas terhadap makna dari riqab tersebut karena

menurut Rasyid Ridha bahwa makna dari riqab seperti yang tercantum dalam al-

Qur’an itu tidaklah dapat ditemukan lagi secara fakta, dan Menurut Yusuf

Qardhawi tentang status Riqab untuk saat sekarang ini tetaplah ia bertahan pada

makna zahiri dari ayat tentang riqab tersebut dan menurutnya tidaklah perlu lagi

untuk diperluas terhadap makna riqab tersebut.

Kata kunci: Reinterpretasi, Riqab, Mustahik Zakat.

Page 7: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

iii

MOTTO

Artinya :

14. Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman),

15. dan Dia ingat nama Tuhannya, lalu Dia sembahyang.

Page 8: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

iv

PERSEMBAHAN

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT atas kasih sayang dan

karunia-Nya yang telah memberikanku kekuatan serta membekaliku dengan ilmu

pengetahuan sehingga diberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.

Sholawat dan salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasulullah Muhammad

SAW semoga kelak kita mendapatkan syafaat dari beliau. Aamiin..

Teristimewa kupersembahkan karya kecil ini kepada cahaya hidup yang

sangat kusayangi Ayahanda (Samsir) dan Ibunda (Rosdiana) tercinta, terkasih,

dan yang tersayang sebagai tanda bakti, hormat dan terima kasih yang

setulusnya. Tiada kata yang bisa menggantikan segala sayang, usaha, do’a,

semangat dan materi yang telah diberikan untuk penyelesaian tugas akhir ini

dibangku kuliah. Semoga ini menjadi awal untuk membuat Ibunda dan Ayahanda

bahagia.

Seluruh keluarga besarku yang tercinta, untuk Abangku yang tercinta

(Wahyu Firmansyah) terima kasih atas do’a, cinta, kasih sayang dan bantuan

kalian selama ini. Serta adik-adik dan keponakan-keponakanku tersayang terima

kasih untuk senyum dan tawanya. Hanya karya kecil ini yang dapat

kupersembahkan, semoga dapat menjadi kebanggaan kalian semua.

Terkhusus untuk Almamater dan kampus biru tercinta.

Tak lupa untuk sahabat dan teman seperjuangan PM15. Serta sahabat,

kawan-kawan sehidup, seperjuangan dan sependeritaan dikontrakan, Terima

kasih untuk do’a, nasehat, hiburan, kerjasama, ide, traktiran, tebengan dan

semangat yang kalian berikan selama ini. Sukses untuk kita semua Aaminn..

Page 9: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang mana dalam

penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Disamping itu, tidak lupa pula iringan shalawat

serta salam Penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammmad SAW.

Menjadi kewajiban bagi setiap mahasiswa semester akhir untuk menyusun skripsi

sebagai syarat untuk memperoleh predikat Sarjana dalam bidang ilmu yang dituntut maka

penulis dapat persetujuan untuk menyusun skripsi dengan judul berjudul “Reinterpretsai

Hukum Riqab Sebagai Mustahik Zakat (Studi Komparatif metode Ijtihad Rasyid Ridha

dan Yusuf Qardhawi)”.

Kemudian dalam penyelesaian skripsi ini, Penulis akui tidak sedikit hambatan

dan rintangan yang Penulis temui baik dalam mengumpulkan data maupun dalam

penyusunannya. Dan berkat adanya bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh Dosen

Pembimbing, maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, hal yang

pantas Penulis ucapkan adalah kata terima kasih kepada semua pihak yang turut

membantu penyelesaian skripsi ini terutama sekali kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA., selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

2. Bapak Dr. A. A. Miftah, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi.

3. Bapak H. Hermanto Harun, Lc., M.HI., Ph.D., selaku Wakil Dekan Bidang

Akademik Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

4. Ibu Dr. Rahmi Hidayati, S.Ag., M.HI., selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi

Umum, Perencanaan Dan Keuangan Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi

Page 10: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at
Page 11: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

vii

DAFTAR ISI

Table of Contents HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iii

MOTTO.................................................................................................................. iv

PERSEMBAHAN ................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Batasan Masalah .............................................................................. 9

C. Rumusan Masalah ......................................................................... 10

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................... 10

E. Kerangka Teori .............................................................................. 11

F. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 15

G. Metode Penelitian………………………………………………. 16

H. Sistematika Penulisan……………………………………........... .22

BAB II PROFIL RASYID RIDHA DAN YUSUF QARDHAWI....................... 23

A. TOKOH RASYID RIDHA ............................................................ 23

1. Biografi Rasyid Ridha…………………………………………23

2. Pemikiran Pembaharuan Rasyid Ridha..................……………24

3. Pandangan Rasyid Ridha Tentang Ijtihad……………….…….26

4. Karya-Karya Rasyid Ridha……………………………………30

B. TOKOH YUSUF QARDHAWI…………………………………32

1. Kelahiran……………………………………………...……….32

2. Pendidikan…………………………………………………….32

Page 12: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

viii

3. Corak Pemikirannya……………………………..……….……34

4. Karya-Karya Yusuf Qardhawi………….……………………...38

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG RIQAB ............................................. 43

A. Pengertian dan Sejarah Riqab ........................................................ 43

1. Pengeretian Riqab…………………………………………...…43

2. Sejarah Riqab……………………………………………..........49

B. Dinamika Hukum Islam ................................................................ 60

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN ...................................... 67

A. Istinbath Hukum Rasyid Ridha Tentang Riqab ………............….67

1. Ijtihad Intiqa'i…………………………………………..............68

2. Ijtihad Insya'i……………………………..……………………69

3. Ijtihad Muqorin……………………………...………………....70

B. Istinbath Hukum Yusuf Qardhawai Tentang Riqab……...………74

1. Ijtihad Tarjih……………….…………………………………..75

2. Ijtihad Kreatif…………………………………………….........76

3. Ijtihad Tarjih Kreatif…………………………………………..77

C. Persamaan dan Perbedaan Istinbath Hukum Rasyid Ridha dan Yusuf Qardhawi Tentang Riqab .................................................... 80

D. Analisis Penulis…………………………….…………………….83

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 85

A. Kesimpulan .................................................................................... 85

B. Saran…………………………………………………...…………86

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................

Page 13: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu norma hukum yang disebutkan al-Qur’an secara eksplisit adalah

hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at Islam.

Dan syari’at Islam itu, menurut As-Syatibi, disyari’atkan dalam rangka untuk

mewujudkan kemaslahatan umat manusia di dunia dan di akherat kelak.1Zakat yang

dikeluarkan seorang Muslim semata karena menurut perintah Allah dan mencari

ridha-Nya, akan mensucikannya dari segala kotoran dosa secara umum dan terutama

kotornya sifat kikir.2 Kewajiban adanya zakat berkaitan dengan kekhalifahan,

kepemilikan, dan penggunaan harta dalam Islam.Ketiga hal tersebut saling berkaitan

dan memiliki implikasi fungsional bagi manusia. Disamping berfungsi untuk

memenuhi kebutuhan diri dan keluarga, juga untuk meningkatkan pengabdian kepada

Allah SWT. Melalui sarana beramal, baik yang mahdhah maupun ghair mahdhah.

Tugas kekhalifahan manusia, secara umum, adalah mewujudkan kemakmuran

dan kesejahteraan dalam kehidupan serta pengabdian atau ibadah dalam arti

luas.Untuk menunaikan tugas tersebut, Allah SWT, memberikan manusia anugerah

sistem kehidupan dan sarana kehidupan.3

Sebagaimana dicantumkan dalam Al-Qur’an Surah Luqman ayat 20

1A. A. Miftah, Zakat Antara Tuntunan Agama dan Tuntunan Hukum, (Sulthan Thaha Press, Jambi, 2007) h. 46-47. 2 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat. (Pustaka Litera AntarNusa, Jakarta, 2004) cet, ke-7 h. 848 3Zakat Antara Tuntunan Agama dan Tuntunan Hukum, h. 42.

Page 14: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

2

“tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk

(kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan

untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. dan di antara manusia ada yang membantah

tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang

memberi penerangan. 4

Harta sebagai sebuah sarana bagi manusia, dalam pandangan Islam, merupakan

hak mutlak milik Allah SWT. Kepemilikan manusia bersifat relatif, hanya sebatas

untuk melaksanakan amanah mengelola dan memanfaatkan sesuai dengan

ketentuannya. Harta yang dianggap sebagai perhiasan hidup yang memungkinkan

manusia bisa menikmatinya dan sebagai bekal ibadah dapat pula sebagai “ujian

keimanan.” Adanya ujian merupakan satu bentuk penilaian terhadap kesadaran

kepatuhan dan pengakuan bahwa, apa yang dimilikinya benar-benar merupakan

karunia dan kepercayaan dari Allah SWT, bagi yang menerimanya. Untuk itu,

kewajiban zakat merupakan suatu yang alamiah bagi kehidupan manusia. Sebab,

zakat yang diberikan atau dikeluarkan oleh seseorang dari harta yang diperolehnya,

pada hakikatnya, dikembalikan kepada pemilik utamanya, yaitu Allah SWT.5

4 Departemen Agama R.I, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Toha Putra, Semarang, 1989), h. 655 5 Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam, (Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta, 2004) cet ke-3. h. 12.

Page 15: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

3

Pada dasarnya, Allah SWT, sendiri memberi kebebasan kepada manusia untuk

menggunakan apa yang diperoleh dari karunia-Nya. Namun ditegaskan bahwa,

karena dia bukanlah satu-satunya khalifah dan karenanya terdapat jutaan manusia lain

yang berkedudukan sama sebagai khalifah, mereka juga mempunyai hak yang sama.

Untuk itu, dalam proses pendayagunaan karunia tuhan perlu dilakukan dengan cara

yang efisien dan adil, agar manusia yang lainnya mendapatkan kemakmuran

sebagaimana yang diperolehnya. Pada dataran ini, solidaritas sosial merupakan

bagian lain dari dasar adanya kewajiban zakat. Zakat adalah ibadah yang

mengandung dua dimensi, yaitu dimensi hablumminallah atau dimensi vertikal dan

dimensi hablumminannas, atau dimensi horizontal.6

Islam menempatkan harta sebagai amanat (titipan) Allah SWT kepada manusia

untuk dinikmati dan dimanfaatkan dalam kehidupan yang bersifat sementara di dunia

ini, sebagai amanat dari Allah SWT, harta benda itu harus dipergunakan sesuai

dengan ketentuan-ketentuan pemberi amanat.

Sebab pada akhirnya penggunaan amanat itu akan dimintai pertanggung

jawabannya. Hal ini dikenal sebagai norma Istikhlaf dalam Islam.7 Zakat terkait

ibadah Maaliyyah yang merupakan perpanjangan tangan orang-orang kaya kepada

fakir untuk memenuhi kebutuhan dan menciptakan kemaslahatan umum. Zakat juga

termasuk hal yang menjadi sebab kepemilikan yang termasuk dalam kategori 6Didin hafiduddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), cet. Ke-2, h. 5 7Istikhlaf adalah: apa-apa yang dimiliki oleh manusia hanyalah titpan Allah, adanya norma Istikhlaf ini makin mengukuhkan norma ketuhanan dalam ekonomi Islam. Untuk selengkapnya lihat bukuYusuf al-Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), cet, ke-1, h, 40-47.

Page 16: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

4

penguasaan harta bebas.8 Dalam semangat dan etos kerja yang diajarkan oleh agama

Islam bahwa setiap muslim hendaknya menyadari dan berkeyakinan, bahwa harta

yang dicarinya, tidak hanya untuk kepentingan pribadi semata, tetapi untuk

kepentingan yang lebih luas lagi, seperti untuk kepentingan fakir miskin,

pembangunan masjid, sekolah, rumah sakit, dan kepentingan sosial lainnya.9

Seperti dijelaskan dalam Al-Qur’an surah At-Taubah Ayat 60.

*

$yJR Î)

àM» s% yâ¢Á9$#

Ïä !#tçs)àÿù=Ï9

Èûü Å3»|¡yJø9$# ur

Page 17: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

5

dan ibnu sabil. Jika delapan kelompok yang tersebut dalam surat At-Taubah ayat 60

itu dapat dikelompokkan lagi akan terdapat tiga hak dalam zakat, yaitu pertama hak

Allah SWT, kedua hak fakir miskin dan ketiga hak masyarakat.10

Menurut Umar Sulaiman al-Asyqar, dari delapan golongan tersebut terbagi lagi

menjadi dua bagian yaitu:

a. Golongan yang mengambil hak zakat untuk menutupi kebutuhan mereka,

seperti fakir, miskin, hamba sahaya, ibnu sabil.

b. Golongan yang mengambil hak zakat untuk memanfaatkan harta tersebut,

seperti pegawai zakat, muallaf, orang yang mempunyai banyak hutang,

perang di jalan Allah SWT.11

Dalam perkembangannya, konsep mustahik serta aplikasinya pada saat ini perlu

dicermati karena kondisi yang berkembang terkait dengan perubahan zaman,

sehingga perlu adanya upaya penggalian hukum untuk menyikapi perkembangan

zaman agar hukum Islam tetap dapat beradaptasi dengan waktu dan tempat (Shahih li

kulli zaman wa makan). Hal ini menyebabkan kelangsungan ashnaf dalam dataran

aplikatif seringkali tidak menentu.Apalagi konteks zakat sendiri selama ini tidak lebih

diproyeksikan sebagai lembaga karitas, yakni sebuah hubungan belas kasihan antara

si kaya dan si miskin.12

10 Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, h. 48. 11 Dikutip oleh Abdul Hamid Mahmud Al-Ba’li, Ekonomi Zakat: Sebuah Kajian Moneter dan Keuangan Syari’ah, h. 68. 12 Muslim Abdurrahman, Islam Transformatif, cet ke-2, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), h. 19.

Page 18: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

6

Zakat dapat merubah status hamba sahaya menjadi merdeka dengan upaya

meningkatkan produktifitas terhadap unsur-unsur baru yang sulit untuk diberdayakan,

Riqab merupakan salah satu mustahik zakat yang dimaknai secara khusus yaitu

memerdekakan budak, budak di sini diartikan sebagai mereka yang menjadi tawanan

akibat perang yang dibenarkan secara syari’at atau mereka yang merupakan

keturunan budak pula. Sebagian besar ulama mazhab sepakat yang dimaksud dengan

riqab adalah budak mukatab. Golongan Syafi’iyyah mengartikan riqab juga dengan

budak mukata bakan tetapi dengan penyertaan syarat-syarat tertentu, hanya golongan

Maliki saja yang berpendapat bahwa arti riqab dalam konteks mustahik zakat disini

adalah budak secara umum, tidak terkait apakah ia mukatab atau tidak. Sebagaimana

firman Allah: Surah An-Nuur ayat 33.

É#Ïÿ÷è tG ó¡uäø9ur

tûïÏ% ©!$#

üw

tbrßâÅgsÜ

% ·n% s3ÏR

Page 19: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

7

harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu. dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini kesucian, karena kamu hendak mencari Keuntungan duniawi. dan Barangsiapa yang memaksa mereka, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa itu”13

Penafsiran konvensional terhadap ar-riqab (memerdekakan budak) sebagai

kalangan yang berhak menerima zakat, yakni tuan si budak yang akan menjual budak

tersebut kepada orang yang akan membelinya untuk dimerdekakan atau orang yang

akan menerima ganti kemerdekaan budak itu.14 Untuk itulah para pihak yang berbuat

demikian itu yang berhak mendapatkan bagian zakat. Sedangkan menurut Rasyid

Ridha konsep riqab masa sekarang ini tidak hanya diartikan sebagai budak saja akan

tetapi luas, boleh dipergunakan untuk membantu suatu bangsa yang ingin melepaskan

dirinya dari penjajahan, apabila tidak ada sasaran membebaskan perseorangan.15

Pendapat itu diperkuat oleh Mahmud Syaltut yang menyatakan bahwa apabila

perbudakan secara perorangan telah habis, ada jenis perbudakan lain yang lebih

berbahaya bagi kemanusiaan, yaitu perbudakan bangsa, baik dalam cara berfikir,

ekonomi, kekuasaan maupun kedaulatannya. Perbudakan perseorangan bisa lenyap

disebabkan matinya orang tersebut, sedangkan negaranya tetap merdeka, dapat di

urus oleh orang-orang pintar yang bebas merdeka, akan tetapi perbudakan terhadap

suatu bangsa, akan melahirkan generasi yang keadaanya seperti nenek moyangnya,

13 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya h. 549

14 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, h. 587. 15 Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Qur’an al-Hakim Syahir bi Tafsir al-Manar (Beirut:Dar al-Marifah), h. 515.

Page 20: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

8

yaitu tetap berada dalam perbudakan yang umum dan kekal, merusak umat dengan

kekuatan yang penuh kezaliman.

Sedangkan menurut Yusuf al-Qardhawi makna riqab diartikan sebagai budak

mukatab yaitu budak yang telah mengadakan perjanjian dengan tuannya bahwa ia

akan dibebaskan bila biaya pembebasannya telah ilunasi. Dengan demikian betapa

pentingnya melakukan usaha dan kegiatan untuk menghilangkan perbudakan dan

penghinaan bangsa, bukan hanya sekedar dengan harta saja, akan tetapi dengan

seluruh harta dan raga.16

Berdasarkan hal diatas maka pada dasarnya pemaknaan riqab terbagi menjadi

dua, pertama golongan yang memaknai riqab sebagai budak secara umum atau

khusus budak mukatab yang hal ini diwakili oleh ulama-ulama mazhab dan Yusuf al-

Qardhawi, yang kedua adalah golongan yang memaknai riqab tidak hanya sebagai

budak akan tetapi memperluasnya mencakup hal-hal seperti pembebasan tawanan

perang, pembebasan suatu bangsa dari penjajahan, baik penjajahan secara fisik

maupun penjajahan secara psikis seperti pikiran dan mental yang diwakili oleh

Muhammad Rasyid Ridha dan Mahmud Syaltut.17

Ulama tafsir dalam menjelaskan ayat yang berkaitan dengan dengan riqab tentu

tidak jauh dari metodologi yang jelas, seperti halnya yang dilakukan oleh ulama tafsir

era klasik, Imam Ath-Thabari. Dalam penjelasan mengenai ayat yang berkaitan

dengan hukum pembagian zakat, ketika meneliti setiap tema pembahasannya yang

16 Mahmud Syaltut, Islam: Aqidah Wa Syari’ah, h. 111. 17 Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Qur’an al-Hakim Syahir bi Tafsir al-Manar, h. 520

Page 21: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

9

bertumpu kepada pendapat-pendapat (atau metode tafsiran) yang dikuatkan dengan

sanad-sanad dari ayat, hadis dan atsar-atsar para salaf pada setiap ayat al-Qur’an,

sehingga mencakupi seluruh pendapat yang ada dari kalangan salaf. Sekaligus

menjadi penjelas bahwa tafsir beliau adalah Tafsir bil-matsur yang mengemukakan

metode tafsiran ayat berdasarkan hadis-hadis dan kefahaman para salaf dari kalangan

sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in. Sedangkan pada era modern, seperti penafsiran

yang dilakukan oleh Rasyid Ridha dalam tafsirnya al-Manar terhadap ayat yang

berkaitan dengan riqab lebih mengarah kepada kontekstualnya, karena era sekarang

sudah tidak ada lagi perbudakan, hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk

membahas lebih mendalam mengenai Reinterpretasi Hukum Riqab Sebagai

Mustahik Zakat (Studi Komparatif Metode Ijtihad Rasyid Ridha dan Yusuf Al-

Qardhawi).

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

a. Riqab secara klasik dimaknai sebagai pembebasan budak belian

b. Pada masa ini (Kontemporer) perbudakan sudah tidak ada lagi

c. Pemaknaan ulang terhadap hakikat hukum riqab sebagai mustahik zakat

pada masa kini sangat penting

2. Batasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini perlu dilakukan agar

pembahasan yang ada tidak terlalu luas dan tidak menyimpang dari pokok

permasalahan, disamping itu juga untuk mempermudah melaksanakan

Page 22: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

10

penelitian dengan hanya membahas permasalahan tentang Reinterpretasi

Hukum Riqab sebagai Mustahik Zakat yang mana dalam hal ini hanya di

fokuskan kepada dua metode ijtihad yang digunakan oleh dua orang ulama’

zaman kontemporer sekarang ini, Yaitu Rasyid Ridha dan Yusuf al-

Qardhawi.

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang penelitian di atas dapat dirumuskan beberapa masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah konsep hukum riqab sebagai mustahik zakat menurut Rasyid

Ridha?

2. Bagaimanakah konsep hukum riqab sebagai mustahik zakat menurut Yusuf al-

Qardhawi

3. Bagaimanakah Metode Ijtihad Rasyid Ridha dan Yusuf Al-Qardhawi dalam

memaknai riqab sebagai mustahik zakat di zaman Kontemporer?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah yang ada maka pada pembahasan

selanjutnya perlu diketahui tentang tujuan dan kegunaan penelitian.

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana konsep hukum riqab sebagai mustahik zakat

secara umum

b. Untuk menganalisa bagaimana pemaknaan terhadap riqab sebagai mustahik

zakat menurut Rasyid Ridha dan Yusuf al-Qardhawi.

Page 23: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

11

c. Untuk memberikan penjelasan mengenai metode ijtihad Rasyid Ridha dan

Yusuf Al-Qardhawi mengenairiqab sebagai mustahik zakat di zaman

Kontemporer

2. Kegunaan Penelitian

a. Sebagai sarana untuk mempelajari interpretasiatau pemaknaan terhadap

riqab yang telah dilakukan oleh ulama-ulama terdahulu.

b. Sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi Strata satu (s1)

pada prodi perbandingan Perbandingan Mazhab, Fakultas Syari’ah, UIN

STS Jambi.

c. Sebagai sumbangan pemikiran terhadap interpretasi hukum riqab sebagai

mustahik zakat metode ijtihad Rasyid Ridha dan Yusuf al-Qardhawi.

E. Kerangka Teori

Hukum islam mempunyai sifat sempurna karenahukum islam ditentukan

dalam bentuk yang umum dan garis besar permasalahan, seperti prinsip tentang

meniadakan kepicikan, tidak memberatkan, memperhatikan kemaslahatan manusia,

keadilan dan lain sebagainya. Prinsip ini bersifat tetap, tidak berubah karena

berubahnya waktudan perbedaan tempat. Hukum islam bersifat elastis karena

meliputi segala bidang dan lapangan kehidupan manusia, permasalahan kemanusiaan,

kehidupan jasmani dan rohani, hubungan sesama makhluk dan khalik serta

tuntunanhidup di dunia dan akhirat terkandung di dalam ajarannya.

Hukum islam bersifat universal dan dinamis, karena hukum islam meliputi

seluruh alam tanpa tapal batas, tidak dibatasi pada daerah tertentu seperti ruang

Page 24: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

12

lingkup ajaran Nabi-nabi sebelumnya, ia berlaku bagi orang arab dan ‘Ajam (non

Arab), kulit putih maupun kulit hitam. Universalitas hukum Islam ini sesuai dengan

pemilik hukum itu sendiri yang kekuasaannya tidak terbatas, di samping itu hukum

islam mempunyai sifat dinamis yaitu sesuai dan cocok untuk semua zaman dan

keadaan.

Dalam kajian hukum islam, ada beberapa istilah yang dipakai untuk merujuk

pemaknaan hukum yaitu istilah syari’ah dan fiqih. Hukum islam yang berdimensi

syari’ah bersifat konstan, telah sempurna tetap berlaku universal sepanjang zaman,

tidak mengenal perubahan dan tidak disesuaikan dengan situasi dan kondisi.18

Adapun hukum islam yang berdimensi fiqih bersifat akurat fleksibel-elastis tidak

berlaku universal, mengenal perubahan serta dapat disesuaikan dengan situasi dan

kondisi. Oleh karena itu fiqih dapat berbeda dari masa ke masa.19

Perubahan dalam hukum islam bukan berarti dengan pembatalan dalam konsepsi

hukum Islam, walaupun pembatalan terjadi dalam syari’at (Hukum Islam) yang juga

dikaitkan dengan kemaslahatan, namun nasakh(pembatalan) tidak berlaku lagi setelah

diturunkannya al-qur’an sebagai wahyu yang terakhir, karena pembatalan

menyangkut eksistensi eks ayat (nash), di mana nash yang datang belakangan

membatalkan nash yang terdahulu. Sementara nash perubahan hukum Islam adalah

pengamalan dan penerapan nash yang sudah ada, dengan mempertimbangkan situasi

18Bustanul Arifin.: Pemikiran dan perannya dalam pengembangan hukum islam dalam sistem hukum nasional di Indonesia. Jakarta: PP IKAHA. 1994. h. 37. 19Ibid, h. 38.

Page 25: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

13

nash tersebut dan dikaitkan dengan kepentingan dan kemaslahatan yang sifatnya

situasional dengan tanpa mengubah nash itu sendiri.20

Secara faktual, perbudakan eksis jauh sebelum ia mencapai skala besarmelintasi

Atlantik lima abad lalu. Bangsa Mesir, Babilonia, Yunani, Persia dan Romawi

semuanya melakukan praktik perbudakan. Pada abad pertengahan, seluruh jaringan

Arab yang tumbuh di Sahara dan seputar sungai Nil, mengambil para budak dari

jantung Afrika. Maka ketika Islam datang, salah satu misinya adalah bertujuan untuk

menghapus perbudakan yang saat itu telah menjadi simbol kekayaan pribadi. Namun

Islam tidak secara drastis mengubah kondisi perbudakan yang sudah mapan di zaman

jahiliyah tersebut. Al-qur’an berupaya secara bertahap dan sistematis menghapus

sistem perbudakan melalui berbagai syari’atnya.

Misalnya, bagi orang yang menzihar istrinya, hukuman yang pertama adalah

memerdekakan budak, kemudian apabila seseorang melanggar sumpahnya sendiri,

hukuman yang pertama diberikan adalah memerdekakan budak. Bagi orang yang

melakukan hubungan suami istri di siang hari pada Bulan Ramadhan, hukuman

pertamanya adalah memerdekakan budak. Tujuan syari’at dalam menetapkan hukum-

hukumnya adalah untuk kemaslahatan manusia secara keseluruhan, baik dunia

maupun akhirat. Kemaslahatan tersebut dibagi dalam tiga kategori yaitu dharuriyat,

hajiyyat dan tahsiniyat. Sedangkan dharuriyat tersebut terkenal denganal- maqashid

al-khamsah (Lima tujuan dasar syari’at Islam), lima tujuan tersebut diarahkan untuk:

20Amir Nuruddin, Ijtihad Umar ibn al-Khattab Studi tentang Perubahan Hukum Dalam Islam, cet. Ke-1 (Jakarta: Rajawali Press, 1991), h. 175

Page 26: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

14

1. Memelihara kemaslahatan agama

2. Memelihara jiwa

3. Memelihara akal

4. Memelihara harta benda.

Terkait dengan masalah zakat terutama mengenai riqab sebagai mustahik zakat,

perkembangan zaman dan perubahan situasi serta kondisi berpengaruh dalam zakat

baik objek maupun subjek zakat itu sendiri. Terutama riqab yang berhubungan

dengan sejarah maka posisi riqab dalam dataran aplikatif harus dipertegas, konsep

maupun kedudukannya sebagai mustahik zakat di masa sekarang, karena saat ini

perbudakan telah dihapuskan sehingga perlu dikaji konsep riqab di masa sekarang

serta kedudukannya selaku objek penyaluran zakat,

Sejarah mencatat Umar bin Khattab pernah tidak memberikan bagian muallaf

dikarenakan alasan politis.21 Atau adanya sebab yang melatar belakangi turunnya ayat

tersebut atau hadist (asbab al wurud dan asbab an nuzul). Akan tetapi untuk

memahami nash-nash syara’ secara tepat, perlu mengetahui pula tujuan syari’at

(maqashid al-syari’ah) disamping peristiwa-peristiwa tertentu yang merupakan asbab

an nuzul dan asbab al wurud hadis-hadis Nabi SAW tersebut, maka seyogyanya

dengan mengambil dari segi umumnya lafadz akan memperoleh arti yang lebih luas

dan lebih jelas tentang keuniversalan al-qur’an, sehingga bisa diterapkan di segala

zaman, situasi, dan kondisi.

21Muhammad Rawwas Qal’aji, Ensiklopedi Fiqih Umar bin Khattab ra, alih bahasaM. Abdul Mujieb (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 1999) h. 678.

Page 27: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

15

F. Tinjauan Pustaka

Permasalahan mustahik zakat sudah banyak yang membahas dalam kitab-

kitab fiqih, baik klasik maupun modern, namun belum banyak yang secara spesifik

membahas mengenai permasalahan Interpretasi hukum riqab sebagai mustahik zakat

menurut Rasyid Ridha dan Yusuf al-Qardhawi. Maka dari itu, penulis mencoba untuk

membahas permasalahan tersebut. Penulis menemukan beberapa penelitian yang

pernah ditulis terkait dengan pembahasan yang sedang diteliti, paenulis menjumpai

hasil penelitian yang dilakukan oleh:

Muhammad Arif salah satu mahasiswa di jurusan perbandingan mazhab UIN

SGD Bandung dengan judul “Konsep riqab dan kontekstualisasinya sebagai mustahik

zakat (studi pemikiran yusuf al-Qardhawi).22” Skripsi ini hanya berfokus kepada

konsep riqab dan kontekstualisasinyadan hasil dari penelitian saudara Muhammad

Arif tersebut mengemukakan “bahwa konsep riqab menurut Yusuf Al-Qardhawi ialah

bahwa: Riqab sebagai salah satu golongan dalam 8 ashnaf yang berhak menerima

zakat ialah budak mukatab atau yang ghairu mukatab yang telah mengadakan

perjanjian dengan tuannya sehingga dimerdekakannya maka sampai pada hal itu ia

tetap berhak menerima zakat”. Ini yang membedakan dengan apa yang akan penulis

angkat, yang mana penulis disini akan mengangkat mengenai metode Ijtihad Rasyid

Ridha dan Yusuf Al-Qardhawi dalam memaknai Riqab sebagai mustahik zakat.

Muhammad Jayus, salah satu mahasiswa di jurusan perbandingan mazhab

IAIN Raden Intan Lampung dengan judul “Reinterpretasi makna riqab sebagai

22Muhammad Arif, “Konsep riqab dan kontekstualisasinya sebagai mustahik zakat (studi pemikiran Yusuf al-Qardhawi)” Skripsi (Bandung: Program Strata satu (s1) Jurusan perbandingan mazhab, fakultas syari’ah, UIN SGD Bandung)

Page 28: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

16

mustahik zakat pada zaman modern.23 Skripsi ini hanya berfokus kepada Interpretasi

makna riqab zakat pada zaman modern dan dalam hal ini penulis temukan hasil dari

penelitian saudara Muhammad Jayus tersebut ialah “Interpretasi makna riqab pada

zaman modern ialah: kembalinya suatu pemaknaan ulang terhadap makna dari Riqab

yaitu sebagai budakyang telah terikat dengan tuannya dan tidak dimaknai secara lebih

luas lagi mengenai budak sebagai salah satu golongan yang berhak menerima zakat

dan ini didasarkan pada pendapat ulama’ yang mengembalikan poros hukum kepada

hukum awal yang dibentuk pada zaman rasulullah hingga kepada zaman Tabi’ut

Tabi’in yang mana dalam penelitian tersebut ia mengkaji secara umum dan tidak

terlalu menspesifikasinya.

Lukman Hakim, salah satu mahasiswa di jurusan perbandingan mazhab UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul “Perluasan makna riqab zakat (studi

pemikiran Wahbah az-Zuhaili )”24 Skripsi ini hanya berfokus kepada pemikiran

Wahbah az-Zuhail yang mana pada penelitian tersebut didapatkan hasil sebagai

berikut: “Dalam hal ini tidak dipandang bagaimana cara memerdekakan nya , tetapi

yang lebih penting adalah fungsi dari dana zakat digunakan untuk memerdekakan

sang budak tersebut”, ini berbeda dengan pembahasan yang akan penulis angkat.

Dalam penelitian tersebut, belum secara spesifik dijelaskan bagaimana pemaparan

yang dilakukan ahli tafsir kontemporer mengenai ayat hukum yang berkaitan dengan

pembagian mustahik zakat,terkhusus mengenai hukum riqab sebagai mustahikzakat

menurut Rasyid Ridha dan Yusuf al-qardhawi. 23 Muhammad Jayus, “Reinterpretasi makna riqab sebagai mustahik zakat pada zaman modern” Skripsi (Lampung: Program Strata Satu (s1) Jurusan Perbandingan mazhab, fakultas syari’ah, IAIN Raden Intan Lampung). 24 Lukman Hakim, Perluasan makna Riqab zakat (studi pemikiran Wahbah az-Zuhaili)” Skripsi (Yogyakarta: Program Strata Satu (s1) Jurusan Perbandingan Mazhab, fakultas Syari’ah, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta).

Page 29: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

17

G. Metode Penelitian

Metode suatu penelitian akan sangat bergantung pada pokok permasalahan

dan sifat penelitian tersebut, sedangkan untuk mendapatkan data yang obyektif bagi

suatu penelitian, maka setiap penelitian ilmiah harus menggunakan suatu metode

penelitian tertentu.

1. Jenis Dan Sifat Penelitian

a. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research).Yaitu

penelitian yang menggunakan buku-buku sebagai sumber datanya.25 Pendapat

lain menyatakan bahwa, yang dimaksud dengan penelitian kepustakaan

menurut Hermawan Warsito ialah: suatu kegiatan yang dilaksanakan dengan

mengumpulkan data dari berbagai literatur dari perpustakaan.26 Jadi, dalam

penelitian ini akan mengumpulkan data dari berbagai jenis literature, baik itu

buku, serta karya-karya lain yang berhubungan dengan pokok pembahasan,

yaitu yang berkenaan dengan riqab. Penelitian ini juga menggunakan sumber-

sumber ilmiah lainnya yang relevan dengan pembahasan.

b. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik, yaitu diawali dengan

mendeskripsikan metode ijtihad para ulama fiqih tentang konsep hukumriqab

25 Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Offset, 1990), h. 9. 26 Hermawan Warsito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: Gramedia Utama, 1992), h. 10.

Page 30: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

18

kemudian penyusun berusaha menganalisa pemikiran Rasyid Ridha dan Yusuf

al-qardhawi.

c. Tehnik Pengumpulan Data

Bahan untuk penelitian dari sumber tertulis yang ada kaitannya dengan

masalah ini, terbagi menjadi dua kategori yaitu:

1). Data Primer,

Yang dimaksud dengan data primer adalah suatu data yang diperoleh

secara langsung dari sumber aslinya,27 bisa diperoleh dari wawancara

dengan narasumber maupun perkataan langsung yang dinyatakan oleh

sumber tersebut. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah bersumber

dari kitab Tafsir Al-manar karangan Rasyid Ridha dan buku Pembaharuan

Hukum Islam dan Fiqh Zakat karya Yusuf Al-Qardhawi yang membahas

berkaitan dengan permasalahan yang sedang dibahas yaitu mustahik zakat,

khususnya riqab.

2). Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak berkaitan secara langsung

dengan sumber aslinya. Yaitu kitab-kitab atau buku-buku serta karya

ilmiah lain yang membahas tentang zakat juga konsep riqab sebagai

mustahik zakat di era kontemporer juga berbagai rujukan.

27 Chalid Narbuko, Abu Dawud, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),h.43.

Page 31: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

19

d. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

normative.28 yaitu pendekatan terhadap suatu masalah dengan berdasarkan

kepada pemahaman dan penafsiran terhadap sumber ajaran Islam (al-qur’an

dan al-hadist) serta kaidah-kaidah yang dirumuskan kepada ulama kemudian

dirumuskan kembali dari pendapat-pendapat dan pemahaman dari

permasalahan yang telah dibahas, sehingga menjadi konklusi atau kesimpulan

yang dihasilkan.

2. Cara Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan cara membaca,

mencatat serta menyusun data-data yang diperoleh itu menurut pokok bahasan

masing-masing. Adapun tehnik dari pengumpulan data-data tersebut penulis

menggunakan antara lain:

a. Kartu Ihtisar

Pencatatan hanya garis besar dari pokok karangan, sumber data atau

pendapat seorang tokoh. Dengan demikian pencatatan ini harus dilakukan

akurat karena untuk menghindari kekaburan dari sumber aslinya.

b. Kartu Kutipan

Yaitu pencatatan sesuai dengan aslinya dan tidak mengurangi dan

menambah atau merubah walaupun satu kata, huruf maupun tanda

baca.Adapun mempertinggi penelitian kutipan diadakan pengecekan ulang 28Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi, Edisi Revisi, (Jambi: Syari’ah Press, 2014), h. 32.

Page 32: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

20

ketika selesai mengutip, lalu disertai dengan halaman sumber yang terdapat

diakhir kutipan.29

c. Kartu Komentar/Ulasan

Kartu ini memuat catatan khusus yang datang dari peneliti sebagai refleksi

terhadap suatu sumber data yang dibaca.Komentar atau ulasan tersebut dapat

berupa kritik, saran, kesimpulan, atau berupa penjelasan kembali terhadap

sumber data yang bersifat pribadi.

3. Metode Analisa Data

Setelah data-data yang diperlukan terkumpul, maka selanjutnya dilakukan

tahapan analisis terhadap data-data tersebut. Penelitian ini menggunakan metode

analisa kualitatif.Metode analisis kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang dapat diamati.30 Setelah data diperoleh lalu dikumpulkan dan di

olah, kemudian dianalisis secara kualitatif, sehingga memudahkan interpretasi

data.Hasil analisis dan pembahasan tersebut kemudian ditulis dalam bentuk

laporan penelitian yang yang dideskripsikan secara lengkap, rinci, jelas dan

sistematis.Metode penelitian kualitatif dalam bentuk pembahasan ini adalah

dengan mengemukakan analisis dalam bentuk uraian kata-kata tertulis dan tidak

berbentukpemikiran angka-angka.

29Anton Baker dan Zubair Ahmad Charis, Metodologi Penelitian Filsafat,(Kanisius, Yogyakarta, 1990), h. 63. 30 Lexy,.J.Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rusda Karya, 2001), cet ke 14, h. 8.

Page 33: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

21

Metode analisis yang digunakan dalam, penelitian ini adalah metode induktif,

yaitu pengambilan pemahaman dan cara saling melengkapi antara proses analisa

yang berangkat dari peristiwa khusus kemudian diambil kesimpulan secara

umum. Metode ini digunakan dalam rangka memperoleh gambaran utuh tentang

pemikiran fuqaha tentang Makna Riqab sebagai mustahik zakat di zaman modern.

Setelah melalui tahap identifikasi sumber data, identifikasi bahan hukum yang

diperlukan.Dan Inventarisasi bahan hukum (data) yang diperlukan. Data yang

sudah terkumpul kemudian diolah melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a. Pemeriksaan Data (editing)

Pemeriksaan data adalah pembenaran apakah data yang terkumpul melalui

studi pustaka, dokumen, dan karya-karya ilmiah sudah dianggap lengkap,

relevan dengan masalah, jelas, tidak berlebihan, dan tanpa kesalahan

b. Penandaan Data (coding)

Penandaan data adalah pemberian tanda pada data yang diperoleh, baik

merupakan penomoran ataupun penggunaan tanda atau simbol atau kata

tertentu yang menunjukkan golongan atau kelompok klasifikasi data menurut

jenis sumbernya, dengan tujuan untuk menyajikan data secara sempurna,

memudahkan rekonstruksi serta analisis data.Data sekunder berupa literatur

biasanya diberi tanda sumber data (penulis), tahun (penerbitan), dan halaman

(tempat data ditemukan) data sekunder yang berupa perundang-undangan

diberi tanda nomor undang-undang, tahun penerbitan, judul undang-undang,

Page 34: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

22

pasal undang-undang, nomor lembaran negara dan tahun penerbitan lembaran

negara.

c. Penyusunan atau Sistematisasi (constructing/systematizing)

Penyusunan atau sistematisasi data adalah mengelompokkan

secarasistematis data yang sudah diedit dan diberi tanda menurut klasifikasi

data dan urutan masalah, kemudian disusun ulang secara teratur, berurutan

dan logis, sehingga mudah diapahami dan diinterpretasikan. Metode yang

penulis gunakan menggunakan teknik deduktif, yaitu pengolahan data dari

yang bersifat umum terhadap hal-hal yang bersifat khusus.

H. Sistematika Pembahasan

Pembahasan yang akan dilakukan penulis dalam penulisan hasil penelitian ini

adalah: Bab 1 Pendahuluan, meliputi; Latar Belakang Masalah, Fokus Masalah,

Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Teori, Metode

Penelitian, Sistematika Pembahasan, Bab 2 membahas mengenai Biografi dan

pemikiran Rasyid Ridha dan Yusuf Qardhawi. Bab 3 membahas tentang tinjauan

umum riqab sebagai mustahik zakat. Bab 4 analisa terhadap hukumriqab menurut

metode Ijtihad Rasyid Ridha dan Yusuf al-Qardhawi. Bab 5 Penutup berisi

kesimpulan dan rekomendasi.

Page 35: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

23

BAB II

PROFIL RASYID RIDHA DAN YUSUF QARDHAWI

A. Rasyid Ridha

1. Biographi Rasyid Ridha

Muhammad Rasyid Ridha dilahirkan pada tahun 1282 H di Al-Qolamun suatu

desa di lebanon, sebuah kampung sekitar 4 km dari Tripoli, dia adalah seorang

bangsawan Arab yang mempunyai garis keturunan langsung dari Sayyidina

Husain, putra Ali bin Abi Thalib dan Fatimah putri Rasulullah SAW.1 latar

belakang pendidikannya dimulai dari madrasah tradisional di Al-Qolamun.

Kemudian dia meneruskan pelajarannya kesekolah nasional Islam (Madrasah Al-

Wathoniyah Al-Islamiyah) di Tripoli. Di sekolah ini selain pengetahuan agama

dan bahasa arab, diajarkan pula pengetahuan modern dan bahasa Prancis serta

Turki.

Rasyid Ridha adalah murid dari Syaikh Muhammad Abduh, sesungguhnya

ide-ide pembaharuan yang telah diperolehnya pernah dicoba diterapkannya.

Ketika ia masih berada di Suria, namun usahanya mendapat tantangan dari pihak

kerajaan Usmani, atas dasar itu ia memutuskan untuk pindah ke Mesir, dan pada

januari 1898 ia telah sampai disana.2 Pada tahun yang sama, beberapa bulan

kemudian, ia segera menerbitkan majalah yang bersemangat pembaharuan dan

yang kemudian dengan nama Al-Manar. Majalah ini mempunyai haluan dan

1M. Quraisy Shihab, Rasionalitas al-Qur’an: Studi Kritis atas Tafsir al-Manar, (Jakarta: Lentera Hati, 2006). h. 71 2Ibid, h. 85

Page 36: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

24

tujuan yang sama dengan Al-Urwatul Wustqo, selain ide-ide, majalah ini pun

secara langsung banyak memuat tulisan Muhammad Abduh. Disamping pikiran-

pikiran pembaharuan keislaman yang bersifat umum, menurut gagasan Rasyid

Ridha sebaiknya Muhammad Abduh menulis tafsir Al-Qur’an modern yang

mendukung kerangka pikiran pembaharuan.

Gagasan muridnya ini tidak segera ditanggapi secara serius, tetapi karena

Rasyid Ridha terus mendesaknya. Akhirnya pada tahun 1899 Muhammad Abduh

setuju untuk memberikan kuliah Tafsir Al-Qur’an di Al-Azhar. Hasil kuliah

tersebut disusun oleh Rasyid Ridha dan kemudian dikonfirmasikan kepada

gurunya. Setelah mendapat persetujuannya, segera Rasyid Ridha memuat tulisan

tersebut di Al-Manar.

Pekerjaan ini terus dilakukan Rasyid Ridha sampai gurunya wafat pada tahun

1905 M. Dengan cara inilah kemudian Tafsir Al-Manar tercipta. Rasyid Ridha lah

yang meneruskan karya penafsiran tersebut, yang dimulai dari surat An-Nisa ayat

126, karena Muhammad Abduh hingga wafatnya hanya berhasil menafsirkan Al-

Qur’an sampai ayat 125 dari surat An-Nisa. Rasyid Ridha seorang pembaharuan

asal Libanon ini wafat pada Agustus 1935 M.3

2. Pemikiran Pembaharuan Rasyid Ridha

Pemikiran-pemikiran pembaharuan yang dimajukan Rasyid Ridha, tidak

banyak dengan ide-ide gurunya. Muhammad Abduh dan Jamaludin Al-Afghani,

ia juga berpendapat bahwa umat Islam mundur karena tidak lagi menganut ajaran- 3Ibid, h. 71

Page 37: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

25

ajaran Islam sebenarnya. Pengertian umat Islam tentang ajaran-ajaran agama

salah dan perbuatan-perbuatn mereka telah menyeleweng dari ajaran-ajaran Islam

sebenarnya. Kedalam Islam telah banyak masuk bid’ah yang merugikan bagi

perkembangan dan kemajuan umat.4

Di antara bid’ah itu pendapat bahwa dalam Islam terdapat ajaran kekuatan

bathin yang membuat pemiliknya dapat memperoleh segala apa yang

dikehendakinya, sedang kebahagiaan di akhirat dan didunia diperoleh melalui

hukum alam yang diciptakan tuhan, demikian Rasyid Ridha berpendapat. Rasyid

Ridha sebagaimana Muhammad Abduh menghargai akal manusia. Sungguh pun

penghargaannya terdapat akal tidak setinggi penghargaan yang diberikan gurunya.

Menurutnya akal dapat dipakai terhadap ajaran-ajaran mengenai hidup

kemasyarakatan, tetapi untuk ibadah, ijtihad diperlukan hanya untuk soal-soal

hidup masyarakat terhadap ayat dan hadist yang mengandung arti tegas. Ijtihad

tidak dipakai lagi. Akal dapat dipergunakan terhadap ayat-ayat dan hadist yang

tidak mengandung arti yang tegas. Dan terhadap persoalan-persoalan yang tidak

tersebut dalam Al-Qur’an dan Hadist.5

Menurutnya, umat Islam harus dibawa kembali kepada ajaran-ajaran Islam

yang sebenarnya. Yaitu ajaran yang murni dari segala bid’ah yang menggerogoti

ajaran Islam itu, Islam murni itu sederhana sekali menurutnya, kesederhanaan itu

4 Ahmad Sanusi, Pemikiran Rasyid Ridha tentang Pembaharuan Hukum Islam, (Banten: Sultan Maulana Press, 2018) h. 34. 5 Muhammad Subhan, Jurnal Keislaman, Kemasyarakatan & Kebudayaan, Vol 19 No 2 (Juli-Desember 2018), h. 34

Page 38: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

26

terletak dalam ibadah dan muamalat. Ibadah kelihatan berat dan ruwet karena

dalam hal-hal yang wajib pada ibadah telah ditambahkan sesuatu yang bukan

wajib. Padahal yang sebenarnya hanya sunnah mengenai hal-hal yang sunnah

inilah terdapat perbedaan paham yang akibatnya timbulah kekacauan dan bahkan

pertentangan. Dalam soal muamalat juga amat simpel, hanya dasar-dasar yang

diberikan, seperti keadilan, persamaan, pemerintah syura. Perincian dan

pelaksanaan dari dasar-dasar ini diserahkan kepada umat untuk menentukannya.

Hukum-hukum fiqh mengenai kehidupan masyarakat, sungguhpun itu didasarkan

atas Al-Qur’an dan Al-Hadist tidak boleh dianggap absolut dan tak dapat diubah.

Hukum- hukum itu timbul sesuai dengan suasana tempat dan zaman ia timbul.6

3. Pandangan Rasyid Ridha Tentang Ijtihad

Syari’at secara bahasa “jalan menuju sumber air” jalan menuju sumber air

disini dapat pula dikatakan sebagai jalan kearah sumber pokok kehidupan. Dalam

masa-masa awal, syari’at di identikkan dengan al-nushus al-muqaddasah dari Al-

Qur’an dan Al-Hadist mutawatir yang sama sekali belum dicampuri oleh pikiran

manusia. Syari’at sering juga disebut Al-thariq Al-mustaqimah (jalan yang

lurus).7 Pengertian ini sejalan dengan maksud firman Allah, dalam surah al-

jatsiyah ayat 18:

¢OèO

y7» oY ù=yè y_

4ín?tã

7pyèÉ Îéü°

z ÏiB

Page 39: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

27

Artinya: Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan)

dari urusan (agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa

nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.

Dengan demikian, syari’at harus dipahami tidak hanya ajaran-ajaran yang

telah dibawa nabi Muhammad saja, tetapi juga ajaran-ajaran yang dibawa oleh

nabi dan rosulnya sebelumnya. Demikian pula muatan yang terkandung dalam

syari’at para nabi tersebut tidak hanya berkaitan dengan hukum fiqh saja tetapi

meliputi pula aqidah, amaliyah dan khuluqiyah. Sumber-sumber syari’at

sebagaimana dinyatakan Rasyid Ridha meliputi Al-Qur’an dan sunnah Ijtihad.8

Pemikiran ijtihad sebagai salah satu sumber hukum Islam bagi Rasyid Ridha

didasarkan atas hadist nabi tentang diutusnya Muaz bin Jabal ke Yaman sebagai

berikut:

Artinya: “bahwa Nabi Muhammad saw ketika mengutus Muaz ke yaman, nabi

berkata: bagaimana engkau mengambil keputusan hukum terhadap permasalahan yang di

ajukan kepadamu? Muaz menjawab: saya akan mengambil keputusan hukum

berdasarkan kitab Allah, kalau engkau tidak menemukan dalam Al-Qur’an? Tanya nabi,

muaz menjawab: saya akan mengambil keputusan dengan dengan sunnah rosul jawab

8Rasyid Ridha, Tafsir Al-Manar, Juz 4, (Beirut: Dar Al-Ma’rifah, 1973), h. 276-277.

Page 40: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

28

muaz, kalau engkau tidak menemukan dalam sunnah rosul? Tanya nabi, muaz menjawab:

saya akan berijtihad dengan akal saya dan tidak akan bersantai-santai, lalu rosulullah

menepuk dadaku seraya mengatakan: segala puji bagi Allah yang telah membuat taufiq

kepada utusan rosulnya terhadap sesuatu yang diridhai oleh rosulullah saw. (H.R Ahmad,

Abu Dawud, Tirmidzi)

Penetapan hukum dengan berijtihad diakui Rasyid Ridha dengan alasan

bahwa ayat-ayat yang terkandung dalam Al-Qur’an tidak lebih dari 510 ayat yang

terdiri atas ayat-ayat tentang hukum, politik dan selebihnya ayat-ayat tentang

ibadah dan muamalah. Sedang hadist ahkam berjumlah 500 hadist dari 4000

hadist pada umumnya, oleh karena itu penggunaan ijtihad dalam menempatkan

hukum disamping berdasarkan pada adanya persetujuan nabibagi siapa saja yang

mencari ketentuan hukum, juga dari adanya kenyataan baik Al-Qur’an maupun

hadist yang menunjukkan kandungan hukum secara tegas tersurat, sangat terbatas

jumlahnya.9

Kata ijtihad secara umum berarti upaya bersungguh-sungguh, sedangkan yang

dimaksud dengan Ijtihad dalam syari’at Islam adalah menggerakkan kemampuan

oleh mujtahid dalam mencari pengetahuan hukum dalam hukum syara’.Ijtihad

memainkan peranan penting dalam menetapkan hukum, yang bagi Rasyid Ridha

terbagi atas dua bagian yaitu: ijtihad dalam persoalan agama dilakukan melalui

ijma’ oleh para mujtahid dan ijtihad yang dilakukan oleh para penguasa dan

persoalan-persoalan pemerintahan, politik, birokrasi, dan militer.

9 Ahmad Sanusi, PemikiranRasyid Ridha tentang Pembaharuan Hukum Islam. TAZKIYA JurnalKeislaman, Kemasyarakatan&Kebudayaan, Vol.19 No.2 (2018)

Page 41: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

29

Lebih jauh, mengenai ijtihad, Rasyid Ridha berkata:

“Tidak ada ishlah (pembaharuan) kecuali dengan dakwah, tidak ada

dakwah kecuali dengan hujjah (argumentasi yang dapat diterima

secara rasional), dan tidak ada hujjah dalam hal mengikut secara

buta (taqlid)”.

Ijtihad merupakan upaya maksimal dalam mengeluarkan hukum-hukum dari

al-Qur’an dan hadist. Berijtihad sangatlah diperlukan karena ayat-ayat ahkam dan

jumlah hadist ahkam terbatas, sementara situasi sosial terus menerus mengalami

perubahan. Ijtihad memainkan peran penting dalam menetapkan hukum, yang

bagi Rasyid Ridha terbagi dua bagian yaitu: Ijtihad dalam persoalan agama

dilakukan melalui ijma’ oleh para mujtahid dan Ijtihad yang dilakukan oleh para

penguasa dalam persoalan-persoalan pemerintahan, politik, birokrasi dan militer.

Rasyid Ridha menempatkan otoritas ulama dan ummat dalam posisi yang

berbeda. Ijtihad ulama memiliki tingkat otoritas dalam urusan keagamaan,

sedangkan umat mempunyai otoritas dalam ijtihad dibidang pemerintahan.10 hal

ini sesuai dengan firman Allah surah An-Nisa 59

$pk öâr'» tÉ tûïÏ% ©!$# (# þqãYtB# uä (#qãèã ÏÛr&©!$# (#qãèãÏÛr&urtAq ßô §ç9$#íÍ<'ré&urÍê öD F{ $# óOä3ZÏB (bÎ* sù÷L äêôãtì» uZs?íÎû&ä óÓx« ç

nrñä ãçsùín<Î)«!$# ÉAq ßô §ç9$# urbÎ) ÷L äêY ä.tbqãZÏB ÷sè? «!$$Î/ ÏQ öquã ø9$# urÌçÅz Fy$# 4y7Ï9ºså ×é öçyz ß |¡ôm r&urxÉ Írù's?

ÇÎÒÈ

10Wahbah al-Zuhaili, Ushul Fiqh al-Islami (Damaskus: Dar al-Fikr, 1998) Juz 2, h. 1064

Page 42: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

30

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilahRasul (Nya), dan ulil amri

di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia

kepada Allah (Al Quran) danRasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan

hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisa,

Ayat 59)

Yang mesti ada adalah tertutupnya pintu taqlid buta, dan terbukanya pintu

bagi faham rasional yang argumentatif adalah awal dari setiap upaya ishlah.

Taqlid merupakan hijab yang sangat tebal yang tidak disertai ilmu dan

pemahaman. Mengenai ilmu pengetahuan, menurut Rasyid Ridha, peradaban

Barat modern didasarkan atas kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, ilmu

pengetahuan dan teknologi tidak bertentangan dengan Islam. Untuk kemajuan,

umat Islam harus mau menerima peradaban Barat yang ada. Barat maju, demikian

menurut Rasyid Ridha.11 Karena mereka mau mengambil ilmu pengetahuan yang

dikembangkan umat Islam zaman klasik. Dengan demikian mengambil ilmu

pengetahuan barat modern sebenarnya berarti mengambil kembali ilmu

pengetahuan yang pernah dimiliki umat Islam

3. Karya

Majalah al-Manar mulai terbit pada tanggal 22 syawal 1315 H/15 Maret 1898

M. Pada mulanya majalah tersebut terbit dalam bentuk tabloid, sekali dalam

seminggu, kemudian setengah bulan sekali, dan kadang-kadang sembilan nomor

dalam setahunnya, majalah tersebut dapat diterbitkan Rasyid Ridha seorang diri

11 Jurnal Ushuluddin, Pembaharuan Pemikiran Islam, Riau, Badan Penelitian dan Pengembangan Fakultas Ushuluddin UIN SUSKA Vol. VII, Januari 2006, h. 223

Page 43: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

31

hingga akhir hayatnya.12 Apa yang telah dilakukan oleh Rasyid Ridha adalah

prestasi besar yang sulit ditandingi orang lain. Selama al-Manar terbit, sebanyak

34 jilid besar dan setiap jilidnya berisi 1000 halaman telah terkumpul seluruhnya.

Tafsir al-Qur’an karya Rasyid Ridha itu berjudul Tafsir al-Qur’an al-Hakim

(Tafsir Al-Manar) bagian pertamanya, yaitu surat al-Fatihah sampai dengan surat

An-Nisa ayat 125 merupakan hasil kerjasama dengan gurunya, Syekh Muhammad

Abduh. Sedangkan bagian keduanya, yaitu dari surat An-Nisa ayat 126 sampai

dengan surat yusuf ayat 110 adalah hasil karyanya secara mandiri. Karya-karya

yang dihasilkan semasa hidup Rasyid Ridha pun cukup banyak. Antara lain,

Tarikh Al-Ustadz Al-Imama Asy-Syaikh ‘Abduh (sejarah hidup Imam Syaikh

Muhammad ‘Abduh), Nida’ Li Al-Jins Al-Latif (panggilan terhadap kaum

wanita), Al-Wahyu Muhammad (Wahyu Allah yang diturunkan kepada nabi

Muhammad saw), Yusr Al-Islam wa Usul At-Tasyri’ Al-‘Am (kemudahan

Agama Islam dan dasar-dasar umum penetapan hukum Islam), Al-Khilafah wa

Al-Imamah Al-Uzma (Kekhalifahan dan Imam-imam besar), Muhawarah Al-

Muslih wa Al-Muqallid (dialog antara kaum pembaharu dan konservatif), Zikra

Al-Maulid An-Nabawiy (Peringatan kelahiran Nabi Muhammad saw), dan Haquq

Al-Mar’ah As-Shalihah (hak-hak wanita Muslim).13

12 Ahmad Taufik, dkk, Sejarah Pemikiran dan Tokoh Modernisme Islam, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2005), h. 103 13 M. Quraisy Shihab, Rasionalitas al-Qur’an: Studi Kritis atas Tafsir al-Manar, (Jakarta: Lentera Hati, 2006), h. 71

Page 44: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

32

B. Yusuf Qardhawi

Yusuf Qardhawi adalah seorang cendekiawan Muslim yang berasal dari

Mesir, beliau dikenal sebagai seorang mujtahid pada era modern ini. Salah satu

ulama kontemporer yang fatwanya banyak menjadi rujukan, namun juga banyak

yang mengkritiknya.

1. Kelahiran

Yusuf Qardhawi, nama lengkapnya adalah Muhammad Yusuf Qardhawi, lahir

di Desa Shafat Turab Mesir (Barat Mesir), pada tanggal 9 September 1926. Desa

tersebut adalah tempat dimakamkannya salah seorang sahabat Rasulullah SAW,

yaitu Abdullah bin Harist R.A.14 Yusuf Qardhawi berasal dari keluarga taat

beragama. Ketika berusia dua tahun, ayahnya meninggal dunia. Sebagai anak

yatim dia diasuh pamannya, yaitu saudara ayahnya. Ia mendapat perhatian cukup

besar dari pamannya sehingga ia menganggap pamannya itu orang tuanya sendiri.

Seperi keluarganya, keluarga pamannya pun taat menjalankan perintah Allah.

Sehingga ia terdidik dan dibekali dengan berbagai Ilmu pengetahuan agama dan

syari’at Islam.15

2. Pendidikan

Dengan perhatian yang cukup baik dalam lingkungan yang taat beragama,

Yusuf Qardhawi mulai serius menghapal Al-Qur’an sejak usia lima tahun.

Bersamaan itu ia juga disekolahkan di sekolah dasar yang bernaung dibawah

14Yusuf Qardhawi, Fatwa Qardhawi, Terj: H. Abdurrahman Ali Bauzir. (Jakarta: Gema Insani),

2008 h. 499. 15http://www.Repository.UIN-Suska.ac.id/2497/3/BaB 11 PDF.diakses 15 April 2019

Page 45: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

33

lingkungan departemen pendidikan dan pengajaran Mesir untuk mempelajari ilmu

umum seperti menghitung, sejarah, kesehatan dan ilmu-ilmu lainnya. Berkat

ketekunan dan kecerdasan Yusuf Qrdhawi akhirnya berhasil menghafal al-Qur’an

30 juz dalam usia 10 tahun. Bukan hanya itu, kefasihan dan kebenaran tajwid serta

kemerduan qira’atnya menyebabkan dia sering disuruh menjadi imam masjid.

Prestasi akademik Yusuf Qardhawi pun sangat menonjol sehingga dia meraih

lulusan terbaik pada Fakultas Ushuluddin di Universitas al-Azhar Kairo Mesir

pada tahun 1952/1953. Kemudian dia melanjutkan pendidikan kejurusan Khusus

Bahasa Arab di al-Azhar selama 2 tahun. Disini dia pun mendapat ranking pertama

dari 500 mahasiswa lainnya dengan memperoleh ijazah internasional dan sertifikat

pengajaran.Pada tahun 1957, Yusuf Qardhawi meneruskan studinya di Lembaga

Riset dan Penelitian masalah-masalah arab selama 3 tahun. Akhirnya dia

menggondol diploma di bidang sastra dan bahasa. Seterusnya beliau

menyambung usahanya pada peringkat pasca sarjana di Fakultas Ushuluddin

dalam Jurusan Tafsir Hadis di Universitas al-Azhar Kairo Mesir.

Setelah tahun pertama di jurusan Tafsir Hadis, tidak seorangpun yang berhasil

dalam ujian kecuali Yusuf Qardhawi. Selanjutnya dia mengajukan Tesis dengan

judul Fiqh az-Zakah, dia mengajukan dan berhasil meraih gelar doktor.16 Pada

tahun 1977, Yusuf Qardhawi ditempat sebagai ketua Fakultas Syari’ah dan Studi

Islam di Universitas Qatar dan menjadi Dekan. Pada tahun yang sama beliau

mendirikan Pusat Penyelidikan Sirah dan Sunnah.

16Ibid, h. 155

Page 46: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

34

3. Corak Pemikirannya

Yusuf al-Qardhawi adalah seorang cendekiawan muslim dan seorang ulama

mujtahid kondang di Mesir dan beberapa negara timur tengah. Beliau terkenal

sebagai seorang ulama yang tidak mengikatkan diri kepada mazhab fiqh tertentu.

Semua mazhab sunni olehnya dijadikan bahan studi, bahan analisis dan bahan

kajian serta perbandingan melalui proses penelitian berdasarkan al-Qur’an dan

Sunnah kemudian dia renungkan hasil ijtihad dan istinbath tersebut kedalam fatwa-

fatwa fiqh.

Menurutnya pemecahan masalah fiqh yang terbaik adalah yang paling jelas

landasannya.Yang terbaik dasar pemikirannya, yang termudah pengalamannya dan

yang terdekat relevannya dengan kondisi zaman. Dia menolak fanatisme

kemazhaban dan taqlid tanpa pengertian.17 Menurut Yusuf Qardhawi para imam

yang empat to

koh pendiri mazhab-mazhab populer dikalangan umat Islam tidak pernah

mengharuskan mengikuti salah satu mazhab. Semua mazhab itu tidak lain

hanyalah hasil dari ijtihad dari para imam. Para ulama tidak pernah mendewakan

dirinya sebagai orang yang “Ishamah” (terhindar dari kesalahan). Karena itulah

Yusuf Qardhawi tidak mengikat dirinya pada salah satu mazhab, karena

menurutnya kebenaran itu tidak hanyalah terdapat dalam satu mazhab saja.

Menurut Yusuf Qardhawi tidak pantas bagi seorang muslim yang

berpengetahuan dan memiliki kemampuan untuk menjatuhkan dan menguji, 17Yusuf Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, Jilid 1, h. 16

Page 47: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

35

mengikatkan diri pada satu mazhab atau tunduk pada pendapat seorang ahli fiqh,

tetapi seharusnya dia mendalami sendiri hujjah dan dalil tersebut berdasarkan al-

Qur’an dan Sunnah. Justru itu sejak awal Ali bin Abi Thalib R.A mengatakan

“jangan kamu kenali kebenaran itu karena tokohnya, tetapi kenalilah kebenaran itu

sendiri niscaya engkau akan tahu siapa ahlinya”.18

Maksud dari perkataan Ali tersebut adalah, kebenaran itu bukan dilihat dari

sekelompok orang yang menjadi panutan, tetapi dilihat dari tata cara dan sistem

seseorang tertentu dalam menghasilkan kebenaran tersebut. Maka oleh sebab itu

orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang dapat mencapai kebenaran janganlah

sampai terikat pada kebenaran yang telah dihasilkan oleh ahli fiqh. Yusuf

Qardhawi mengatakan bahwa untuk menjadi seorang mujtahid yang berwawasan

luas dan berfikiran objektif, ulama harus lebih banyak membaca dan menelaah

buku-buku karangan muslim maupun non muslim. Seorang ulama yang bergelut

dalam hukum Islam tidak cukup hanya menguasai kitab-kitab klasik saja.19

Menanggapi tentang adanya golongan yang tidak menerima pembaharuan

hukum Islam, dia mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak

mengerti jiwa dan cita-cita Islam, tidak memahami persialitas dan kerangka global.

Sedangkan golongan ekstrim yang menginginkan semua yang berbau kuno harus

dihapuskan. Meskipun sudah mengakar di budaya masyarakat, sama dengan

golongan tersebut, mereka tidak memahami jiwa dan cita-cita Islam yang

18Ibid, h. 22 19Antoni, Ensiklopedia Hukum Islam. H. 1449

Page 48: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

36

sebenarnya. Tapi yang benar menurutnya Islam memerlukan pembaharuan.

Pembaharuan yang tetap dibawah naungan Islam, pembaharuan hukum Islam

menurutnya bukan berarti ijtihad, tapi meliputi bidang pemikiran, sikap mental dan

sikap tindak, yaitu ilmu, iman dan amal. Sebagaimana di akuinya sendiri Yusuf

Qardhawi pengagum Ibnu Taymiyah, hasan al-Banna, Rasyid Ridha dan Sayyid

Sabiq, karna itu cara berpikir maupun cara pandang nya punya ciri khas tersendiri.

Namun walaupun demikian Yusuf al-Qardhawi tidak bertaqlid pada mazhab

tertentu dalam mengeluarkan fatwa-fatwanya.20 Ada beberapa metode Yusuf al-

Qardhawi dalam memberi fatwa yakni sebagai berikut:

a. Tidak panatik pada suatu mazhab, yakni tidak bertaklid buta pada suatu

pendapat, baik dari ulama salafiyah maupun yang hidup pada zaman berikutnya.

Dia tidak mengambil suatu pendapat tertentu tanpa dalil yang kuat, sebelum

meneliti pendapat-pendapat yang lain.21

b. Menghindari kesulitan dalam berfatwa dia banyak mempermudah atau

memperingan dalam masalah furu’iyah namun sangat tegas dalam Ushuluddin,

karena menurutnya syari’at di tegaskan atas dasar kemudahan dan menghindari

kesulitan dari kehidupan manusia.22

c. Berfatwa dengan mempertimbangkan kondisi, Yusuf al-Qardhawi dalam

memberi fatwa selalu menyesuaikan dengan kondisi serta menghindari kata-

20Yusuf Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, Jilid 1. H. 6 21 Ibid, h. 22 22 Ibid, h. 25

Page 49: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

37

kata istilah aneh yang sukar di fahami, sehingga fatwanya mudah dimengerti

dan difahami oleh masyarakat.

d. Menghindari sesuatu yang tidak bermanfaat, dalam berfatwa dia menghindari

sumber fatwa pada sesuatu yang tidak bermanfaat dan pada sesuatu yang

apabila di fatwakan bisa memecah belah persatuan kaum muslimin. Tetapi

bersegera memfatwakan pada suatu yang bermanfaat bagi masyarakat, yang

mereka butuhkan dalam kehidupan nyata.

e. Bersikap menengahi, dalam memberikan fatwa dia tidak menginginkan seperti

orang-orang yang hendak melepaskan ikatan-ikatan hukum Islam yang telah

tetap dengan alasan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, tetapi

juga tidak seperti orang-orang yang melakukan fatwa-fatwa, perkataan-

perkataan dan ungkapan terdahulu karena dianggap suci segala sesuatu yang

terdahulu.

f. Memberikan hak fatwa yang jelas. Dalam hal ini dia berusaha memberikan fatwa

kepada masyarakat berupa penjelasan yang memadai, sehingga memuaskan hati

sang peminta fatwa.23

Dari keterangan diatas dapat di fahami bahwa Yusuf al-Qardhawi dalam

memberikan fatwa menengahi para mazhab yang didasari langsung dari al-

Qur’an dan Sunnah, ia tidak memihak kepada suatu mazhab apapun karena

menurutnya pendapat yang benar adalah yang paling kuat hujjah dan mudah

pengalamannya. 23 Ibid, h. 31

Page 50: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

38

4. Karya-karya Yusuf Qardhawi

Buku-buku karya Yusuf al-Qardhawi memiliki beberapa kelebihan di

antaranya adalah:

a. Karya-karyanya selalu mendasarkan pada khazanah keislaman yang berdasarkan

al-Qur’an dan Sunnah Nabi dan selalu mengikuti manhaj salafus shahih. Dia

tidak pernah melupakan zaman semasa hidupnya. Maka dari itu, dia selalu

menggabungkan antara orisinalitas dan kemoderenansekaligus.

b. Selalu menggabungkan antara ketelitian ilmiah, kedalaman pemikiran dan

orientasi perubahan.

c. Bebas dari sikap taklid dan fanatisme mazhab.

d. Karya-karyanya penuh dengan nuansa moderat.

e. Tulisan-tulisannya selalu menggambarkan konfrontasi bagi semua aliran

pemikiran destruktif yang datang dari luar Islam

Karya-karya Yusuf al-Qardhawi tersebut adalah sebagai berikut:24

1) Bidang Fiqh dan Ushul Fiqh

a) al-Halal wal Haram fil-Islam

b) Fatawa mu’ashirah (3 juz)

c) Tafsir al-Fiqh: Fiqh ash-Shiyam

d) Al-Ijtihad Fiqh Syari’ah al-Islamiyyah

e) Madkhal fi Dirasat asy-Syari’ah al-islamiyyah

24 Ishom Talimah, Manhaj Fikih Yususf Al-Qardhawi, cet ke-1, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, Dar At-Tauji’ wa an-Nasyr al-Islamiyah, 2001), h. 35-39

Page 51: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

39

f) Min Fiqhid Daulah fil Islam

g) Tafsir al-Fiqh li al-Muslim al-Mu’ashir

h) Al-Fatwa Baina al-Indhibath wat-Tasayyub

i) ‘Awamil as-Sa’ah wal-Murunah Fi asy-Syari’ah al-Islamiyah

j) Al-Fiqh al-Islami baina ash-Shalah wat-Tajdid

k) Al-Ijtihad al-Mu’ashir bainal-indhibath wal-Infirath

l) Ziwaj al-Misyar

m) Adh-Dhawabith asy-Syariyyah li Binaa al-Masajid

n) Al-Ghina wal-Musiqa fi dhau’il-kitab was-Sunnah

2) Bidang Ekonomi Islam

a) Fiqh az-Zakah (2 juz)

b) Musykilat al-Faqr wa Kaifa ‘Alajaha al-Islam

c) Bai’ al-Murabahah lil-Amir Bisy-Syira’

d) Fawaidul-Bunuk Hiya ar-Riba al-Haram

e) Darul Qiyam wal-Akhlak fil-Iqtishad al-Islami

3) Bidang ‘Ulum Al-Qur’an dan Sunnah

a) Ash-Shabru wal-‘ilmu Fil-Qur’an al-Karim

b) Al-‘Aqhu wal-‘ilmu Fil-Qur’an al-Karim

c) Kaifa Nata’amal Ma’as-Sunnah an-Nabawiyyah

d) Kaifa Nata’amal Ma’al Qur’an al-‘Adzim

e) Tafsir surat ar-Ra’d

f) Al-madkhal Li Dirasat as-Sunnah an-Nabawiyyah

Page 52: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

40

g) Al-Muntaqaa Fit-Targhib wat-Tarhib (2 juz)

h) As-Sunnah mashdar lil-Ma’rifah wal-Hadharah

i) Nahwa Mausu’ah lil-Hadits An-Nabawi

j) Quthuf Daniyyah min al-Kitab was-Sunnah

4) Bidang Akidah

a) Al-Imam wal-Hayat

b) Muaqif al-Islam min Kufr al-Yahud wan-Nashara

c) Al-Iman bil Qadar

d) Wujudullah

e) Haqiqat at-Tauhid

5) Bidang Fiqih Perilaku

a) Al-Hayat ar-Rabbaniyyah wal-‘ilmu

b) An-Niyat wal-Ikhlas

c) At-Tawakkul

d) At-Taubah ila Allah

6) Bidang Dakwah dan Tarbiyah

a) Tsaqafah ad-Da’iyyah

b) At-Tarbiyah al-Islamiyyah wa-Madrasatu Hasan al-Banna

c) Al-Ikhwanu al-Muslimin 70 ‘Aaman fid-Da’wah wat-Tarbiyyah

d) Ar-Rasul wal-‘Ilmu

e) Rishalat al-Azhar baina al-Amsi wal Yaum wal-Ghad

f) Al-Waqtu fil-Hayat al-Muslim

Page 53: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

41

7) Bidang Gerakan dan Kebangkitan Islam

a) Ash-Shahwah al-Islamiyyah bainal-juhud wat-Tatharruf

b) Ash-Shahwah al-Islamiyyah wa Humum al-Wathan al-‘Arabi wal-Islami

c) Ash-Shahwah al-Islamiyyah bainal-Ikhtilaf al-Masyru’ wat-Tafarruq al-

Madzmum

d) Min Ajli Shahwah Rasyidah Tujaddid ad-Din wa Tanhad bid-Dunya

e) Ayna al-Khalal?

f) Awlawiyyat al-Harakah al-Islamiyyah fi al-Marhalah al-Qadimah

g) Al-Islam wal ‘Alamiyyah wajhan bi wajhin

h) Fi fiqh al-Awlawiyyat

i) Ghayrul al-Muslimin fi al-Mujtama’ al-Islami

j) Syari’at al-Islam Shalihah Lit-Tatbiq fi kulli Zaman wa Makanin

k) Zhahirat al-Ghuluw fit-Tafkir

l) Al-Ummat al-Islamiyyah Haqiqat la Wahm

m) Al-Hullul al-Mustawridah wa Dharurah

n) Bayyinal-Hill al-Islami wa syubuhat al-‘Ilmaniyyin wal-Murtagharribin

o) A’da’ al-Hill al-Islami

p) Ummatuna bainal-Qarnayn

8) Bidang Penyatuan Pemikiran Islam

a) Syumul al-Islam

b) Al-Marji’iyyah al-‘Ulya fi al-Islam li Al-Qur’an was-Sunnah

Page 54: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

42

c) Mauqif al-Islam min al-Ilham wal-kasyf wa al-Ru’aa wa min al-Tamaim

wa al-Kahanah wa al-Ruqa

d) Al-Siyasah al-Syariyyah fi Dhau’ Nushush al-Syari’ah wa Maqashidiha

9) Bidang Pengetahuan Islam yang Umum

a) Al-‘ibadah fi al-Islam

b) Al-Khashaish al-‘Ammah li al-Islam

c) Madkhal li ma’rifat al-Islam

d) Al-Islam Hadharat al-Ghad

e) Khuthab al-Syaikh al-Qardhawi (2 juz)

10) Tentang Tokoh-tokoh Islam

a) Asy-Syaikh al-Ghazali kama ‘Araftuhu Rihlah Nisfu Qarn

Page 55: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

43

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG RIQAB

A. Pengertian dan Sejarah Riqab

1. Pengertian Riqab

Riqab adalah bentuk jamak dari raqabah.1 Istilah ini dalam al-Qur’an

artinya budak belian laki-laki (abid) dan bukan belian perempuan (amah).Istilah

ini diterangkan dalam kaitannya dengan pembebasan atau pelepasan, seolah-olah

Qur’an memberikan isyarah dengan kata kiasan ini maksudnya, bahwa perbudakan

bagi manusia tidak ada bedanya seperti belenggu yang mengikatnya.

Membebaskan budak belian artinya sama dengan menghilangkan atau melepaskan

belenggu yang mengikatnya.

Dalam Fiqh, terdapat perkembangan dalam beberapa tahap, dimulai dari

masa kenabian hingga zaman sekarang. Periode perkembangan fiqh terjadi

beberapa tahap, sejak masa nabi Muhammad SAW sampai pada masa kejayaanya

kemudian sempat terjadi masa taklid, dan baru-baru ini terjadi perubahan besar

dalam pemikiran fiqih yang menunjukkan adanya kebangkitan pemikiran fiqih.2

Hal ini akan berimplikasi pada peradaban Islam itu sendiri mengalami kebangkitan

1Dalam kamus al-munawwir diartikan sebagai artinya leher, atau juga

artinya: budak, hamba sahaya. Lihat: Ahmad Warson al-Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia, (Surabaya, PT. Pustaka Progresif, 1997), h. 520 2 Muhammad Khudari Bek membagi periode Tarikh Tasyri’ al-Islami menjadi enam periode yaitu: (1) Periode awal, sejak Muhammad bin Abdullah diangkat menjadi rasul; (2) Periode para sahabat besar; (3) Periode sahabat kecil dan tabi’in; (4) Periode awal abad ke-2 H sampai pertengahan abad ke-4 H; (5) Periode berkembangnya mazhab dan munculnya taklid mazhab; dan (6) Periode jatuhnya Baghdad (pertengahan abad ke-7 H oleh Hulagu Khan (1217-1265) sampai sekarang. Lihat selengkapnya: http://pustaka.abatasa.com/pustaka/detail/fiqih/ilmu-fiqih/115/tarikh at-tasyri.html, diakses 2-04-2019.

Page 56: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

44

dan kemajuan seperti masa abad 15 lalu, akan tetapi hal yang paling menonjol dari

perkembangan fiqih adalah pembaharuan pemikiran fiqih saat ini yang

membedakannya dengan produk pemikiran masa lalu, sehingga penulis membagi

produk pemikiran fiqih dalam dua masa yaitu klasik dan kontemporer.Golongan

budak ini mencakup budak mukattab dan budak biasa. Budak mukattab adalah

budak yang telah dijanjikan oleh tuannya akan dimerdekakan bila telah melunasi

harga dirinya yang telah ditetapkan dengan harta zakat,budak mukattab dibantu

membebaskan diri dari belenggu perbudakan. Adapun budak biasa, dengan harta

zakat dibebaskan dengan membeli budak itu dari tuannya.3

Kata “fi ar-riqab” dalam al-Qur’an disebutkan 3 kali,4 sedangkan padanan

katanya disebutkan sebanyak 21 kali. Lafaz “fi ar-riqab” dalam al-Qur’an menurut

al-Ragib al-Asfahani memiliki makna budak mukattab yang dibebaskan melalui

harta zakat.5 Ulama Hanafiah dan Hanabilah mengartikan riqab sebagai budak

mukattab, sedangkan ulama Syafi’iyyah mengartikan riqab juga sebagai budak

mukattab dengan syarat sebagai berikut:

a. Ada janji untuk dibebaskan

b. Muslim

c. Tidak mempunyai sesuatu hal yang membebaskannya dari budak

d. Tidak memiliki perjanjian (kitabah) dengan muzakki. 3 Ensiklopedi Islam, Jilid 5, (Jakarta: Ichtisar Baru Van Hoeve, 1997), h. 229. 4Yaitu pada QS. Al-Baqarah (2) : 177, QS. At-Taubah (9) : 60, QS Muhammad (47) : 4, Lihat,Muhammad Fuad Abdu al-Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahros li Alfaz al-Qur’an al-Karim, cet. Ke-1, (Kairo: Dar al-Hadis, 1996), h. 397. 5Al-Rogib al-Ashfahani, Mufrodat al-Alfaz al-Qur’an al-Karim, cet. Ke-1, (Damaskus: Dar al-Qalam, 1997), h. 362.

Page 57: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

45

Sedangkan golongan Malikiyah saja yang berpendapat bahwa arti riqab dalam

konteks mustahik zakat disini adalah budak secara umum, tidak terkait apakah ia

mukattab atau tidak.6 Berbicara masalah konsep tentunya tidak lepas dari kajian

ilmu tafsir. Pada masa hidup Rasulullah SAW, keperluan tentang tafsir al-Qur’an

belumlah begitu dirasakan, sebab apabila para sahabat tidak atau kurang

memahami sesuatu ayat al-Qur’an, mereka dapat terus menanyakannnya kepada

Rasulullah SAW.

Dalam hal ini Rasulullah SAW. Selalu memberikan jawaban yang

memuaskan, setelah Rasulullah SAW meninggal apalagi setelah agama Islam

meluaskan sayapnya ke luar jazirah Arab, dan memasuki daerah-daerah yang

berkebudayaan lama, terjadilah pertemuan antara agama Islam yang masih dalam

bentuk kesederhanaannya di satu pihak, dengan kebudayaan lama yang telah

mempunyai pengalaman, perkembangan serta kekuatan daya juang di pihak yang

lain. Disamping itu kaum Muslimin sendiri menghadapi persoalan baru, terutama

yang berhubungan dengan pemerintahan dan pemulihan kekuasaan berhubung

dengan meluasnya daerah Islam itu.

Perkembangan dan keperluan ini menimbulkan persoalan baru. Persoalan baru

itu akan dapat dipecahkan apabila ayat al-Qur’an ditafsirkan dan diberi komentar

untuk menjawab persoalan-persoalan yang baru timbul itu. Maka tampil lah ke

muka beberapa orang sahabat dan tabi’in memberanikan diri menafsirkan ayat al-

6Abdu ar-Rahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh ‘ala mazahib al-Arba’ah, (Mesir: Maktabah al-Tijariyyah al-Kubro, t.t), h. 621

Page 58: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

46

Qur’an yang masih bersifat umum dan global itu, sesuai dengan batas-batas

lapangan berijtihad bagi kaum Muslimin. Demikian lah, tiap-tiap generasi yang

mewarisi kebudayaan dari generasi sebelumnya, keperluan suatu generasi

berlainan dan hampir tidak sama dengan keperluan generasi yang lain. Begitu pula

perbedaan tempat dan keadaan, tidak dapat dikatakan sama keperluan dan

keperluannya, sehingga timbullah penyelidikan dan pengolahan dari apa yang telah

didapat dan dilakukan oleh generasi-generasi yang dahulu, serta saling tukar

menukar pengalaman yang dialami oleh manusia pada suatu daerah dengan daerah

lain, mana yang masih sesuai dipakai, mana yang kurang sesuai dilengkapi dan

mana yang tidak sesuai lagi diketepikan, sampai nanti keadaan dan masa

diperlukan pula.

Begitu pula haknya tafsir al-Qur’an, ia berkembang mengikuti irama

perkembangan masa dan memenuhi keperluan manusia dalam suatu generasi,

Tiap-tiap masa dan generasi menghasilkan tafsir-tafsir al-Qur’an yang sesuai

dengan keperluan dan keperluan generasi itu dengan tidak menyimpang dari

ketentuan-ketentuan agama Islam sendiri. Pada mulanya usaha penafsiran ayat-

ayat al-Qur’an berdasarkan ijtihad masih sangat terbatas dan terikat dengan

kaidah-kaidah Bahasa serta arti-arti yang dikandung oleh satu kosa kata.Namun

sejalan dengan lajunya perkembangan masyarakat, berkembang dan bertambah

besar pula porsi peranan akala tau ijtihad dalam penafsiran yang beraneka ragam

Page 59: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

47

coraknya.7 Dalam peta ilmu-ilmu keislaman, ilmu tafsir termasuk ilmu yang belum

matang, sehingga selalu terbuka untuk dikembangkan. Sejarah perkembangan

tafsir al-Qur’an secara garis besar dapat dibedakan menjadi tafsir pra-modern dan

tafsir modern. Dilihat dari perspektif sejarah perkembangan ilmu pengetahuan

yang menurut Thomas Kuhn berlangsung secara dialektik dan revolusioner, tafsir

dalam dua periode itu dikembangkan dengan menggunakan paradigma. Paradigma

adalah pandangan fundamental tentang pokok persoalan dari obyek yang dikaji

dalam studi tafsir, obyek itu adalah al-Qur’an.8

Jadi paradigma tafsir itu adalah pandangan mendasar mengenai al-Qur’an

yang ditafsirkan, berkenaan dengan apa yang seharusnya dikaji dari kitab itu,

sampai zaman pra-modern ada tiga teori tafsir yang pernah dominan, masing-

masing dengan paradigmanya sendiri, dan menghasilkan tafsir normal science

yang melimpah dan berpengaruh. Pertama, teori teknis. Teori ini dirumuskan

dalam definisi yang menyatakan bahwa “tafsir itu adalah kajian mengenai cara

melafalkan kata-kata al-Qur’an, pengertiannya, ketentuan-ketentuan yang berlaku

padanya ketika berdiri sendiri dan ketika berada dalam susunan, arti yang

dimaksudkannya dalam susunan kalimat al-Qur’an, dan lain-lain yang melengkapi

kajian mengenai hal-hal itu”.

7 Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, cet. Ke-13, (Bandung: Mizan, 1996), h. 135. 8 Muhammad Jayus, Reinterpretasi makna riqab di zaman modern, Skripsi, IAIN Raden Intan Lampung, 2008) h. 30

Page 60: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

48

Kedua, teori akomodasi. Teori ini dirumuskan dalam definisi yang

menyatakan bahwa tafsir itu adalah kajian untuk menjelaskan maksud al-Qur’an

sesuai dengan kemampuan manusia, Ketiga, teori takwil. Tidak ada yang

merumuskan teori ini secara definitive.9 Dalam sebagian besar dalam literatur

klasik kita temukan bahwa makna riqab sebagai salah satu mustahik zakat

diartikan sebagai memerdekakan budak saja atau mempergunakan sebagian harta

zakat untuk memerdekakan budak mukattab. Dalam Ma’ani al-Qur’an, riqab

diartikan sebagai budak mukattab,10 Dalam Tafsir Ibn Katsir, makna riqab berarti

budak mukattab menurut Ibnu Abbas dan Al-Hasan, memerdekakan seorang

hamba sahaya atau budak belian dapat diperhitungkan sebagai bagian dari zakat

yang harus dikeluarkan.

Demikian pula menurut mazhab Imam Ahmad. Dalam Tafsir at-Thobari

dinyatakan bahwa riqab menurut Ibnu Abbas adalah budak mukattab, beliau

berpendapat bila hal itu tidak memungkinkan untuk membayarkan angsuran

karena disebabkan ketiadaan apapun pada diri budak atau tidak ditemukan sesuatu

untuk mengangsurnya maka hal itu diserahkan kepada tuannya dengan izinnya

untuk membantu memerdekakan. Imam Malik, Ahmad dan Ishak berpendapat

bahwa pengertian riqab disini adalah membeli budak kemudian dimerdekakan.11

9 Hamim Ilyas, dalam Muhammad Yusuf dkk, Studi Kitab Tafsir: Menyuarakan Teks Yang Bisu, (Yogyakarta: Teras, 2004), h. 19-21. 10Abi Zakariyya ibn Ziyad Al-Farra’, Ma’ani al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Fikr, 1995), h. 443. 11 Abu Ja’far Muhammad ibn Jarir at-Thobari, Tafsir At-Thobari, (Beirut: Dar al-Fikr, 1978), VI: H. 111.

Page 61: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

49

2. Sejarah Riqab

Istilah riqab menunjuk pada seseorang yang menjadi abdi, hamba, jongos atau

orang yang dibeli untuk dijadikan budak.12 Sedangkan perbudakan mengacu pada

system sosial di suatu masa dimana segolongan manusia merampas kepentingan

golongan manusia lain. Di masa penjajahan kolonial dikenal istilah kuli, sebagai

sebutan untuk buruh kasar yang tidak terdidik yang diperlakukan juga dengan

semena-mena sebagai budak. Perbudakan dan pelayan diketahui sudah ada sejak

zaman Mesir kuno dan Timur Tengah juga China dan India.

Dalam Skripsi Muhammad Jayus yang berjudul Reinterpretasi makna riqab di

zaman modern di katakan bahwa Budak secara umum berasal dari bangsa asing

akan tetapi di banyak negara berasal dari bangsa asli yang diperbudak karena

sebab hutang maupun hukuman. Dalam undang-undang Hamurabi di Babylonia

(sekitar 2.000 SM) diketahui bahwa budakmerupakan salah satu kelas populasi

masyarakat yang menjalani aturan tertentu, tidak jarang seperti di Mesir mereka

bangkit dan menempati posisi penting dalam negara dan pengadilan.Hal ini

tampak nyata ketika sebuah rezim ekonomi berkuasa pada masa lalu selalu ada

sistem perbudakan terkait dengan industri.13

Pada masa berburu, kelompok yang menang perang tidak hanya menaklukkan

musuhnya akan tetapi juga membunuhnya, menawan wanita-wanitanya dan

menjadikannya sebagai pelayan, kemudian budak tersebut dapat diperjualbelikan.

12 Peter Salim dan Yenni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, edisi 1, (Jakarta: Modern English Press, 1991), h. 227 13 Muhammad Jayus, Reinterpretasi Makna Riqab di Zaman Modern, h. 33

Page 62: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

50

Hal ini merupakan bagian kemenangan yang terus menerus dan eksploitasi

agrikultur yang diterapkan secara skala besar sebagai eksistensi pasca perang.Di

daerah Yunani, Roma, Eropa, Rusia dan Timur Tengah, system perbudakan telah

menjadi hal yang lazim saat itu. Perbudakan berkembang, seiring dengan

perkembangan perdagangan dan industri. Meningkatnya perdagangan dan industri

meningkatkan permintaan akan tenaga kerja untuk menghasilkan barang-barang

keperluan ekspor. Islam datang di saat budak dan system perbudakan telah

merajalela.Penyebab perbudakan pun beraneka ragam, sesuai dengan tabiat dan

sistem sosial kemasyarakatan pada masa itu. Diantara penyebab perbudakan pada

masa lalu ialah:

a. Nafsu memperbudak (insting manusia) ketika kelompok atau golongannya

menang perang terhadap bangsa lain.

b. karena kemiskinan atau tidak adanya kesetiaan terhadap agama

c. Hukumbagi tindakan criminal pada masa itu, seperti pencurian

d. Karena mencari pekerjaan dan tempat tinggal

e. Karena penyanderaan dan penculikan

f. dan sumber-sumber lainnya yang bisa menjadi “alasan” untuk

memperbudak.14

Ada perbedaan prinsip antara hak-hak asasi manusia dilihat dari sudut

pandang Barat dan Islam.Hak asasi manusia menurut pemikiran Barat semata-mata

bersifat antroposentris, artinya segala sesuatu berpusat pada manusia. Dengan 14http://www.angelfire.com/id/dialogis/budak.html.akses 4 Maret 2019

Page 63: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

51

demikian, manusia sangat dipentingkan. Sebaliknya, hak-hak asasi manusia ditilik

dari sudut pandang Islam bersifat teoantroposentris, artinya segala sesuatu

berpusat pada Tuhan, atau menempatkan Allah melalui ketentuan syari’atnya

sebagai tolak ukur tentang baik buruk tatanan kehidupan manusia baik sebagai

pribadi maupun sebagai warga masyarakat atau warga bangsa. Dengan demikan

ajaran Islam tentang HAM berpijak pada tauhid.Konsep tauhid mengandung ide

persamaan dan persaudaraan manusia.15 Islam hadir untuk melepaskan budak dan

system perbudakan.Syari’at Islam datang dengan misi membebaskan para budak

dan memperlakukannya secara terhormat dan manusiawi. Perlakuan Islam

terhadap budak ini secara garis besar dapat disimpulkan dalam tiga rumusan yaitu:

a. Islam memandang para budak dari sisi bahwa mereka itu adalah manusia juga

yang sama dengan manusia merdeka lainnya. Terutama pada fitrah

insaniyahnya. Islam datang mengembalikan hakekat manusia, tanpa

membedakan warna kulit, jenis dan tingkatannya, bahwa tidak ada kelebihan

bagi orang berkulit putih atas orang berkulit hitam, tidak ada kelebihan

seorang Arab atas seorang ‘Ajam(bukan Arab) kecuali dengan taqwanya.

Firman Allah SWT. Dalam surat al-Hujurat: 13

$pk öâr'» tÉ

â¨$¨Z9$#

$¯RÎ)

/ä3» oYø)n=yz

ÏiB

Page 64: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

52

Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-

laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-

sukusupaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia

diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara

kamu.Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujurat:

13)

b. Islam memperlakukan budak dengan perlakuan manusiawi dan mulia. Islam

menyatakan bahwa seorang budak adalah seorang mahluk hidup yang

memiliki kehormatan dan kehidupan sebagaimana mahluk lain. Sehingga kita

harus memprlakukannya dengan baik sama dengan memperlakukan orang tua,

sanak saudara, dan lainnya.

Allah berfirman dalam surah an-Nisa: 36

*

(#rßâç6 ôã$# ur

©!$#

üwur

(#qä.Îé ô³è@

Page 65: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

53

c. Islam mengangkat derajat budak menjadi manusia merdeka. Tidak ada

perbedaan antara manusia merdeka dengan budak, oleh karena itu banyak

anjuran untuk memerdekakan budak menjadi orang yang merdeka supaya

memiliki kesamaan derajat dengan orang merdeka secara umum.Dalam

sejarah, kita temukan bahwa Nabi SAW. Mempersaudarakan budak dengan

orang merdeka dengan harapan dapat mengikat erta hubungan selain itu pula

dapat mengangkat harkat dan martabat budak tersebut di lingkungan sosial

kemasyarakatan. Berikut ini beberapa contoh perlakuan mengangkat harkat

dan martabat para budak:

1) Rasulullah SAW. mempersaudarakan beberapa mantan budak belian

dengan beberapa pemuka Quraisy.

2) Bilal bin Rabbah dipersaudarakan dengan Khalid bin Ruwainah al-

Khatsma’i.

3) Zaid bin Haritsah dipersaudarakan dengan paman Nabi SAW.

4) Zaid dipersaudarakan dengan Abu Bakar as-Shiddiq.16

Islam secara awal telah membebaskan budak melalui dalam diri dan

nurani si budak sendiri agar ia merasakan persamaan hak dan sungguh-sungguh

si budak bisa menempuh jalan-jalan secara hukum/syari’at Islam untuk

kebebasannya. Inilah proses pembebasan yang sebenarnya. Islam juga 16 Peristiwa ini terjadi ketika Nabi Muhammad SAW, beserta pengikutnya hijrah ke Yastrib (sekarang Madinah), di tahun pertama di Yastrib, untuk mempererat persaudaraan antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar, maka Nabi SAW mempersaudarakan mereka, Husein Haekal, Sejarah Muhammad, (Jakarta: Litera Antar Nusa, 1996), h. 254

Page 66: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

54

mengupayakan pembebasan yang sebenarnya bagi para budak, dari dalam dan

dari luar. Dari dalam dengan jalan menyadarkan para budak, dari kedalaman

sanubarinya, melalui keyakinannya bahwa ni’mat kebebasan itu sangatlah

tinggi dan menggalakkan mereka agar mendapatkan kemerdekaan, sekalipun

dengan pengorbanan yang berat dan mahal. Syari’at Islam juga mengupayakan

berbagai jalan untuk membebaskan budak, seperti yang tercermin dalam

beberapa sarana berikut:17

1) Memerdekakan budak karena mengharap Ridha Allah SWT.Cara ini adalah

pembebasan budak dari pihak tuannya atau pemilik budak yang

mengharapkan pahala dan ganjaran di sisi Allah SWT. Dan terbebas dari api

neraka.Dalamhal ini Islam sangat menggalakkandanmendorong

(targhib)para tuan agar memerdekakan budaknya.

Sebagaimana firman-Nya dalam surah al-Balad:11-13

üxsù

zNys tFø% $#

sp t7 s)yè ø9$#

ÇÊÊÈ

!$tB ur

Page 67: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

55

2) Memerdekakan budak dengan kafarat

Kafarat merupakan sarana yang paling penting dalam memerdekakan

budak. Al-Qur’an di dalam berbagai kesmpatan menetapkan bahwa

“memerdekakan budak” sebagai kafarat (penghapus) bagi beberapa

pelanggaran syari’at dan dosa-dosa eksidental yang dilakukan oleh seorang

muslim. Padahal pelanggaran dan dosa yang dilakukan oleh kaum muslimin

dalam realitas kehidupannya sehari-hari sudah barang tentu tidak sedikit. Ini

berarti Islam bersungguh-sungguh dalam memerdekakan budak sebanyak

mungkin didalam masyarakat Islam. Diantara sarana pembebasan dengan

kafarat sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an

a) Orang yang membunuh karena keliru (tidak sengaja) maka kafaratnya

adalah memerdekakan seorang budak dan membayar diyat kepada

keluarganya .18

$tB ur

öc% x.

? ÏB ÷sßJÏ9

br&

ü@ çFø)tÉ

Page 68: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

56

yJsù

öN ©9

ôâÉf tÉ

ãP$uã ÅÁ sù

Èûøïtç ôgx©

Page 69: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

57

oleh kedua pihak (tuan dan budaknya) dan akan ditunaikan oleh pihak budak

secara berangsur, bila ia telah menunaikannya maka merdekalah sang budak

tersebut. Islam menjamin pelaksanaan mukatabah ini dengan firman-Nya

dalam surah an-Nuur: 33

É#Ïÿ÷è tG ó¡uäø9ur

tûïÏ% ©!$#

üw

tbrßâÅgsÜ

% ·n% s3 ÏR

Page 70: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

58

perbudakan, selain budak mukatab ada pula budak mudabbar,19 yang akan

menjadi orang merdeka ketika tuannya meninggal dunia serta ummu al-walad20

yang anaknya menjadi merdeka ketika ia dinikahi oleh tuannya.

4) Memerdekakan budak sebagai tanggungan Negara

Suatu jalan yang utama, apabila negara dalam Islam mengambil pula

kewajibannya untuk menghapuskan para budak ini. Ribuan budak secara

serentak dan cepat bisa dimerdekakan di berbagai tempat. Islam telah

menyediakan dana khusus yang tersedia di Bait al-Maal, yaitu melalui dana

zakat untuk memerdekakan para budak. Bahkan dalam pandangan Islam

apabila di Bait al-Maal cukup banyak, dan tidak terdapat suatu pun yang

dapat meruntuhkan sendi-sendi ekonomi negara, maka negara dalam hal ini

yang diwakili oleh khalifah mendistribusikan sebagian harta dari Bait al-Maal

tersebut untuk membebaskan para budak. Yahya bin Sa’id berkata:

“Umar bin Abdul Azis pernah mengutus aku untuk mengurusi zakat-

zakatdi Afrika, kemudian aku mengumpulkannya dan aku mencari

fuqara’ yang berhak menerimanya, tetapi kami tidak mendapatkan

seorang faqir pun yang berhak menerimanya karena Umar bin Abdul

19Budak mudabbar adalah budak yang merdeka ketika tuannya meninggal dunia. Baca al-Hafiz Syihab ad-Din Ahmad ibn Ali ibn Hajar al-Asqalani, Ibahat al-Ahkam: Syarh Bulughal Maram,(Beirut: Dar al-Fikr, 2004), IV: 314 20 Ketika seorang lelaki Muslim memiliki seorang budak wanita, maka Islam mengangkat derajat di budak wanita tersebut dengan peluang dijadikannya si budak itu istri baginya atau paling tidak diperlakukan seperti istri, dan apabila si budak wanita itu melahirkan anaknya kemudian tuannya itu mengakui bahwa itu adalah anaknya, maka si budak wanita itu menjadi ”ibu si Anak” (ummu al-walad), maka dalam keadaan demikian, tuannya diharamkan menjual budak tersebut, dan apabila si tuan meninggal, maka budak tersebut langsung menjadi merdeka sesudah kematiannya jika selama itu belum dimerdekakannya.

Page 71: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

59

Azis telah memenuhinya. Lalu harta zakat itu aku belikan sejumlah

budak untuk kemudian dimerdekakan oleh Negara”21

5) Memerdekakan budak karena pemukulan secara aniaya

Islam memerintahkan perlakuan yang baik bagi para budak, agar

mereka merasakan eksistensi dan kemanusiaannya dan menyadari bahwa ia

adalah manusia yang diciptakan sebagaimana manusia lainnya yang memiliki

hak dan kehormatan dan kehidupan. Rasulullah SAW, mengecam dan

mengingkari setiap orang yang memperlakukannya secara kasar dan tidak

manusiawi, misalnya memukul dan merusak kehormatannya. Di dalam

riwayat yang shahih pernah disebutkan:

Artinya:Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib Muhammad bin al-A’la telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah bin al-A’la telah menceritakan kepada kami Al-A’masy dari Ibrahim At Taimi dari ayahnya dari Abu Mas’ud al Anshari dia berkata, ‘Aku pernah memukul seorang budk milikku, lalu aku mendengar suara seseorang menyeru dari belakang, “Ketahuilah wahai Abu Mas’ud, sesungguhnya Allah lebih berkuasa atas dirimu daripada kuasamu atas dia.” Setelah aku menoleh, ternyata itu adalah Rasulullah SAW. Maka aku pun berkata, “Wahai Rasulullah, dia sekarang aku bebaskan karena Allah”, Beliau bersabda: “Seandainya kamu tidak membebaskannya, maka kamu akan dilahap oleh api neraka”.22

21http://www.angelfire.com/id/dialogis/budak.html. Diakses 06-04-2019 22 Abu al-Husain Muslim ibn al-Hujjaj an-Naisaburi, Shahih Muslim, XI: hadist ke 68.

Page 72: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

60

Islam membolehkan para pemilik budak untuk memberikan pelajaran disiplin

pada budaknya yang berlaku kurang baik, namun ini harus dilakukan dalam

batas-batas yang telah digariskan oleh Islam dan tidak boleh dilanggar. Jika hal

ini dilanggar, maka perlakuan buruk ini menjadi “sebab syar’i” untuk

pembebasannya dari perbudakan.

B. Dinamika Hukum Islam

Secara etimologis (Bahasa) kata hukum al-hukm, sebagaimana dijelaskan

Wahbah Zuhaili menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan hukm adalah

“cegahan atau larangan”. Kemudian, Amir Syarifuddin menyebutkan bahwa

secara etimologi kata al hukm berarti “menetapkan, memutuskan, dan

menyelesaikan”.Dari pengertian etimologi di atas dapat dipahami bahwa jika al

hukm diartikan menempatkan sesuatu pada tempatnya, berarti hukum itu sesuatu

yang menghendaki keteraturan dan ketertiban.23

Demikian juga, jika hukum diartikan dengan “cegahan atau larangan” maka

berarti hukum itu melarang atau mencegah terjadinya kezaliman atau maksiat

yang dilakukan oleh manusia. Selanjutnya, bila hukum diartikan dengan

“menetapkan, menentukan atau menyelesaikan”, maka berarti hukum merupakan

alat atau sarana untuk menyelesaikan dan menetapkan berbagai perkara yang

muncul dalam kehidupan umat. Kemudian secara terminologi, sebagaimana

23 Wahbah Zuhaili, Ushul al-Fiqh al Islami jilid I, Damaskus: Daarul Fikri, 1986 h. 37.

Page 73: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

61

dijelaskan oleh ulama ushul fiqh bahwa yang dimaksud dengan hukum syara'

adalah:

“Hukum ialah titah (khitab) Allah yang berkaitan dengan perbuatan orang

mukallaf baik berupa tuntutan (suruhan, larangan) pilihan untuk berbuat atau tidak berbuat maupun hal-hal yang menjadi sebab, syarat dan penghalang dari ketentuan-ketentuan”24

Pengertian atau definisi di atas merupakan definisi yang dikemukakan oleh

kalangan ulama ushul pada umumnya. Tidak ada perbedaan antara ulama ushul

klasik dengan ulama ushul kontemporer dalam mendefinisikan hukum syara’.

Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa apa yang disebut dengan titah Allah

kepada orang mukallaf adalah menyangkut ketentuan untuk melaksanakan segala

perintah Allah dan meninggalkan semua larangan-Nya. Selanjutnya, dalam

syari’at Islam pembuat hukum Al hakim Al Syari’ adalah Allah SWT sendiri.

Adapun Rasul (Muhammad SAW) adalah orang yang dipilih oleh Allah untuk

menyampaikan hukum-hukum syara’ kepada manusia.Semasa hidupnya, nabi

Muhammad SAW telah menjalankan tugasnya dengan sungguh-sungguh

menyampaikan dan menjelaskan berbagai ketentuan hukum syara’ yang

termaktub dalam kitab al-Qur’an dan Sunnahnya.

Setelah beliau wafat, peran dan tugas beliau beralih kepada para mujtahid-

mujtahid setelahnya. Peran dan tugas yang diemban oleh para mujtahid bukanlah

pekerjaan yang mudah dan ringan, tetapi membutuhkan kesungguhan dan

24 Hasbi Ash-Shiddiqi, Pengantar Hukum Islam, Jilid II, (Jakarta: Bulan Bintang), h. 121

Page 74: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

62

kemampuan yang tinggi dalam memahami dan sekaligus “menetapkan” hukum-

hukum syara’ manakala berhadapan dengan berbagai persoalan yang tidak

dijelaskan oleh nash al-Qur’an dan Sunnah. Menghadapi hal seperti inilah para

mujtahid merumuskan kaidah-kaidah dan system ijtihad atau system istinbath

hukum ini sesungguhnya, adalah merupakan teori “penetapan hukum” (usaha

mujtahid memahami sumber-sumber syara’ dan menetapkan hukum atas dasar

pemahaman tersebut) yang bentuknya adalah sebagai berikut:

1. Teori Bayani

Sumber penetapan hukum atau tasyri’ adalah al-Qur’an dan As-

Sunnah.Kedua sumber utama ini merupakan rujukan utama dalam

menetapkan hukum, maka ia harus dapat dipahami dengan baik sehingga

persoalan-persoalan hukum dapat dipecahkan dengan tepat. Untuk dapat

memahami nash dengan baik para ulama ushul telah merumuskan kaidah-

kaidah kebahasaan dengan membagi lafaz nash kepada berbagai bentuk

karakteristiknya, baik dilihat dari segi lafaz nash dan cakupan maknanya, lafaz

dari segi penggunaan maknanya, lafaz dari segi penunjukkan (dilalah)nya

kepada makna. Pembagian lafaz nash kepada beberapa karakteristik seperti

disebutkan di atas tujuannya adalah dalam rangka untuk menjelaskan maksud

yang terkandung di dalam lafaz nash tersebut. Jika lafaz nash sudah dapat

diketahui maksudnya, maka akan memudahkan untuk mengambil kesimpulan

hukum. Usaha untuk menjelaskan dan mengetahui maksud lafaz nash dan

Page 75: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

63

kemudian berakhir pada penetapan ketentuan hukum. Inilah yang disebut

dengan proses penetapan hukum dengan teori bayani.25

2. Teori Qiyasi

Secara Bahasa qiyas berarti “mengukur sesuatu atas sesuatu yang lain”

qiyas diartikan pula dengan “mengukur sesuatu atas

sesuatu yang lainnya dan kemudian menyamkannya”. Misalnya seseorang

mengukur sesuatu dan lalu menyamakannya dengan sesuatu yang lain, maka

dalam kontek pengertian bahasa hal tersebut dinamakan dengan qiyas.

Adapun pengertian qiyas secara istilah syara’ menurut Muhammad Abdul

Ghani ialah: “menghubungkan satu persoalan yang tidak (belum) ada

ketentuan hukumnya di dalam nash dengan suatu persoalan yang telah

ditetapkan oleh nash hukumnya, karena dantara keduanya terdapat persamaan

‘illat”. Oleh karena itu, apabila nash telah menjelaskan hukum sesuatu

persoalan dan di dalamnya diketahui ada ‘illat penetapannya dan kemudian

terdapat persoalan lain (masalah baru) yang ‘illat nya sama dengan apa yang

telah disebutkan oleh nash, maka atas dasar kesamaan ‘illat ini keduanya

berlaku ketentuan hukum yang sama pula. Penetapan hukum atas metode ini

disebut dengan ijtihad qiyasi.26

25 Wahbah Zuhaily, Ushul al-Fiqh.... h. 204 26 Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, (Pusat Penerbitan Universitas LPPM Universitas Islam Bandung, 1995), h. 62

Page 76: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

64

3. Teori Istilahi

Menurut para ulama ushul fiqh maslahat ialah berusaha untuk

terwujudnya manfaat dan kebaikan dan menolak terjadinya kerusakan.

Sementara itu, menurut Imam Ghozali maslahat pada dasarnya yaitu meraih

manfaat dan menolak terjadinya kemudharatan. Sedangkan Istishlah

merupakan cara yang digunakan dalam rangka menetapkan suatu ketentuan

hukum, dimana penetapan itu dimaksudkan semata-mata untuk mencari

kemaslahatan dan menolak kemudharatan dalam kehidupan ini. Oleh karena

itu penerapan istislahi dalam istinbath hukum, tentu tidaklah serta merta

begitu saja, tetapi harus didukung oleh syarat-syarat yang kongkrit.

Berdasarkan penjelasan Jalaludin Rahman, paling tidak ada tiga syarat yang

harus melandasi teori istishlahi atau maslahat mursalah ini,yaitu:

a. Kemaslahatan hendaklah terkait dengan kepentingan pokok yang dihajatkan

oleh manusia dan harus sejalan dengan tujuan syari’ah.

b. Kemaslahatan hendaklah menyangkut kepentingan masyarakatbanyak,

bukan orang-perorang. Artinya, kepentingan dan manfaattersebut

menyangkut kepentingan umat secara keseluruhan.

Page 77: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

65

c. Kemaslahatan itu hendaklah realistis, jelas, dapat dipastikan dan

diperkirakan eksistensinya, kemaslahatan itu harus logis dan tidak

mengada-ada atau sesuatu yang tidak masuk akal.27

4. ‘Illat Hukum

‘Illat secara bahasa (etimologis) kata ‘illat adalah bentuk mashdar yang

berasal dari akar kata atau yang berarti sakit atau penyakit.

Dalam ilmu hadist, ‘illat dipandang sebagai sesuatu yang menyebabkan

cacatnya suatu hadist. Dalam terminologi ahli hadist bahwa ‘illat itu

merupakan sebab yang tersembunyi dan mengakibatkan cacatnya hadist,

meskipun secara lahiriyah tampak terhindar dari cacat.

Para filosof hukum Islam membagi ‘illat kedalam beberapa bagian:

1. ‘illat Asasiyah yaitu kausa prinsipal. Kausa prinsipal ialah ‘illat yang dapat menyebabkan adanya sesuatu yang selainnya dengan sendirinya.

2.‘illat Adah yaitu kausa instrumental. Kausa instrumental ialah ‘illat yang menyebabkan adanya wujud sesuatu.

3.‘illat Mubasyarah yaitu ‘illat yang menyebabkan sesuatu yang lainberadatanpa melalui perantaraan. ‘illat ini dapat disebut kausadireksi:kebalikan dari kausa instrumental.

4.‘illat Ghairu Mubasyarah, yaitu ‘illat yang menyebabkan keberadaanya sesuatu yang lain disebabkan adanya perantaranya.

27Jalaludin Abdul Rahman, al-Mashalih al-Mursalah, h. 50-51

Page 78: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

66

5.‘illat Tammah atau Mustaqilah,yaitu ’illat yang independent yang menyebabkan mahiyyah/quiddity (apanya sesuatu wujud) dan wujud sesuatu tergantung kepadanya.

6.‘illat Muadah yaitu sesuatu yang menyebabkan adanya yang disebabkan tanpa keharusan ada penyebabnya.28

Kemudian disebut ‘illat manqulah.‘illat ini dapat diketahui berdasarkan

informasi dari Qur’an dan Sunnah, namun demikian, untuk mengetahuinya

diperlukan ilmu bantu seperti Ilmu Bahasa Arab, ilmu tafsir serta ilmu hadist.

Kedua ’illat musthanbitah, yaitu ‘illat yang diketahui melalui ijtihad.Bentuk

’illat ini jelas harus diketahui melalui penelitian yang mendalam. Oleh karena

itu, cara mengetahuinya bukan hanya diperlukan pengetahuan logika, tetapi

juga ilmu-ilmu lainya baik ilmu kealaman maupun ilmu sosial.29 Dapat

dinyatakan bahwa peranan metode ilmiah dalam upaya mengetahui dan

menguji keberadaan suatu ‘illat hukum sangat penting, bahkan menentukan

kualitas kebenaran ada dan tidak adanya suatu ‘illat.

28 Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam...... h. 67 29 Ibid, h. 65

Page 79: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

67

BAB IV

ANALISIS TERHADAP HUKUM RIQAB MENURUT METODE IJTIHAD

RASYID RIDHA DAN YUSUFQARDHAWI.

A. Istinbath Hukum Rasyid Ridha Tentang RIQAB Sebagai Mustahik Zakat

Rasyid Ridha adalah seorang ahli Tafsir pada era modern, paham serta

pemikirannnya tidak lah jauh berbeda dengan guru-guru nya yaitu Jamaluddin Al-

Afghani dan Muhammad ‘Abduh dan ide-ide para gurunya tersebut amatlah

mempengaruhi corak pemikirannya serta ia pun amat mengidolakan Imam Al-Ghazali

yang terkenal sebagai tokoh Filsuf Muslim, sehingga hampir secara keseluruhan dari

ide pembaharuan yang di lontarkan oleh Rasyid Ridha hampir tak ada yang

bertentangan dengan apa-apa yang di sampaikan oleh para gurunya dan juga Imam

Al-Ghazali, hanya saja syaikh Muhammad Abduh tidak mau terikat pada salah satu

aliran atau mazhab yang ada dalam Islam, karena ingin bebas dalam pemikiran.1

Sebaliknya Rasyid Ridha masih memegang kuat mazhab dan masih terikat

secara kuat pula pada pendapat-pendapat Ibn Hambal dan Ibn Taiymiyyah.

Karenanya, dalam beberapa pemikiran beliau, terdapat persamaan dengan faham

Salafi,2 dalam menafsirkan ayat tajassum, misalnya, Muhammad ‘Abduh

menafsirkannya sebagai kiasan, sementara Rasyid Ridha menafsirkannya secara

dzahiri sebagaimana juga ketika menafsirkan QS. Al-Baqarah: 25, di dalam tafsir Al-

Manar tentang balasan di akhirat. ‘Abduh menekankan tafsiran filosofis. Tafsiran itu 1 https://www.harjasaputra.com/amp. Diakses 27 April 2019 2 https://www.bacaanmadani.com/2018/01/biografi-singkat-rasyid-ridha-dan.html?m=1. Diakses 27 April 2019

Page 80: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

68

mengandung arti bahwa balasan yang akan diterima di akhirat adalah bersifat rohani.

Sedangkan Rasyid Ridha dalam komentarnya lebih menekankan balasan dalam

bentuk jasmani.

Rasyid Ridha menggunakan beberapa sumber ijtihad dalam merumuskan

pendapat hukumnya (fatwa), baik dalam arti sesuatu yang darinya diambil

kesimpulan-kesimpulan hukum maupun dalam arti Al-adillah as-Syar’iyyah (dalil-

dalil hukum). Rasyid Ridha masih memegang madzhab dan masih terikat pada

pendapat-pendapat Ibn Hambal dan Ibn Taimiyah, secara berurutan menyebutkan

lima sumber atau dalil-dalil hukum secara berurutan sebagai berikut:3

1.Nash Al-Qur’an dan Al-Hadist

2. Fatwa Sahabi

3. Pendapat sebagian sahabat

4. Hadis Mursal atau hadist dho’if

5. Qiyas

Menurut Rasyid Ridha, ada beberapa bentuk ijtihad dalam merumuskan suatu

hukum atau menghasilkan suatu fatwa nya tersebut yaitu:4

1. Ijtihad Intiqa’i

Ijtihad Intiqa’i adalah ijtihad yang dilakukan seseorang atau sekelompok

orang untuk memilih pendapat para ahli fiqh terdahulu mengenai masalah-masalah

3 Hasbi Ash-Shiddiqi, Pengantar Ilmu Fiqh, cet. Ke 8, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1993), h. 122 4 Imarah Muhammad, Mencari Format Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 182

Page 81: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

69

tertentu, sebagaimana tertulis dalam kitab fiqh, kemudian menyeleksi mana yang

lebih kuat dalilnya dan lebih relevan dengan kondisi kita sekarang. Dan pada

pembahasan mengenai interpretasi riqab pada saat sekarang ini Rasyid Ridha

menggunakan metode ijtihad Intiqa’i tersebut yang mana ia menganalisis tentang

makna riqab dengan keadaan umat saat itu, dikarenakan pada saat ia mengemukakan

fatwa tentang makna riqab tersebut tidak lagi ia temukan perbudakan

individu/perorangan yang terjadi pada saat itu, sehingga ia mengeluarkan fatwa

terbaru yang berbeda dengan fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh ulama’ kontemporer

lainnya, yaitu ia mengemukakan bahwa makna riqab untuk saat sekarang ini dapat

diperluas kepada arti yang bermuatan kepada suatu golongan, masyarakat, bangsa

ataupun Negara.

2. Ijtihad Insya’i

Ijtihad Insya’i ialah usaha untuk menetapkan kesimpulan hukum mengenai

peristiwa-peristiwa baru yang belum diselesaikan oleh para ahli fiqh terdahulu.

Dalam ijtihad ini diperlakukan pemahaman yang menyeluruh terhadap kasus-kasus

baru yang akan ditetapkan hukumnya, jadi dalam menghadapi masalah yang sedang

dibahas, tanpa mengetahui kasus yang baru tersebut maka kemungkinan besar hasil

ijtihadnya akan membawa kepada kekeliruan.5

Sebagai contoh dalam kasus pencangkokan jaringan atau organ tubuh

manusia, guna menetapkan hukumnya maka perlu didengar lebih dahulu pendapat

para ahli dalam bidang kedokteran, khususnya ahli bedah, setelah diketahui secara 5 Ibid, h. 184

Page 82: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

70

jelas perihal pencangkokan tersebut kemudian baru dimulai dibahas dalam disiplin

ilmu agama Islam, untuk kemudian diambil kesimpulannya. Dalam Ijtihad Insya’i ini

diperlukan pemahaman tentang metode penetapan hukum, diantara metode tersebut

adalah qiyas, istihsan, maslahat mursalat dan saddu al-Zari’at.

3. Ijtihad Muqorin (komparatif)

Ijtihad Muqorin (komparatif) adalah menggabungkan kedua bentuk ijtihad

diatas (Intiqa’i dan Insya’i) dengan demikian disamping untuk menguatkan atau

mengkompromikan beberapa pendapat, juga diupayakan adanya pendapat baru

sebagai jalan keluar yang lebih sesuai dengan tuntunan zaman.6 Pada dsarnya, hasil

Ijtihad yang dihasilkan oleh ulama’ terdahulu merupakan karya agung yang masih

utuh, bukanlah menjadi patokan mutlak, melainkan masih memerlukan ijtihad baru,

karena itu diperlukan kemampuan mengutak-atik, mengkaji ulang hasil sebuah ijtihad

tersebut, dengan jalan menggabungkan kedua bentuk ijtihad tersebut diatas.

Menurut Rasyid Ridha dalam Tafsir al-Manar, beliau mengatakan

memerdekakan budak ialah, memerdekakan budak yang mempunyai perjanjian

dengan tuannya atau pun budak yang memang berasal dari keturunan dan

memerdekakan budak ini ialah tujuan yang bermuatan maslahah dalam kehidupan

bermasyarakat berbangsa dan bernegara yang sangat di utamakan dalam islam.7

Bahkan agama islam menempatkan posisi memerdekakan budak pada posisi

pertama dalam setiap kesalahan-kesalahan umat muslim ketika melanggar hukum-

6Fathurrahman Djamil, Metode Ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah, (jakarta: logos publishing House, 1995) h. 34-35. 7Rasyid Ridha, Tafsir al-Manaar, cet ke-2 Juz 10, (Daar al-fikr), h. 497

Page 83: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

71

hukum yang di perintahkan oleh tuhan, contoh: Jika seorang muslim menzihar

istrinya, maka kafarat pertama yang harus di tunaikan seorang muslim ialah

memerdekakan budak, dan contoh lain: jika seoarng muslim berhubungan suami istri

pada siang hari ketika puasa pada bulan Ramadhan maka ia diharuskan pertama

kalinya ialah untuk memerdekakan budak.

Dari keterangan-keterangan tersebut dapat dipahami bahwa begitu besarnya

respect atau kepedulian agama islam terhadap perbudakan yang terjadi, apabila

perbudakan sekarang sudah hilang tetapi peperangan tidak akan pernah berhenti,

pertentangan antara hak dan batil akan senantiasa berlangsung. Atas dasar itu maka

bagian ini diperbolehkan dengan seluas-luasnya untuk membebaskan tawanan

Muslim. Rasyid Ridha mengemukakan dalam Tafsir al-Manar, bahwa bagian “fir-

riqab” boleh dipergunakan untuk membantu sesuatu bangsa yang ingin melepaskan

dirinya dari penjajahan, apabila tidak ada sasaran membebaskan perorangan.8

Pendapat tersebut diperkuat oleh pendapat Syaikh Mahmud Syaltut yang

menyatakan, bahwa apabila anda menyatakan telah habisnya perbudakan perorangan,

akan tetapi sebagaimana aku lihat ada jenis perbudakan lain yang lebih berbahaya

bagi kemanusiaan, yaitu perbudakan bangsa, baik dalam cara berfikir, ekonomi,

kekuasaan maupun kedaulatannya. Perbudakan perorangan lenyap dengan sebab

matinya orang itu, sedangkan negaranya tetap merdeka, bisa diurus oleh orang-orang

pintar yang bebas merdeka.9

8Ibid, h. 498 9Muhammad Jayus, Reinterpretasi Makna Riqab..... h. 86

Page 84: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

72

Akan tetapi perbudakan terhadap sesuatu bangsa, akan melahirkan generasi

yang keadaannya seperti nenek moyangnya yaitu tetap berada dalam perbudakan

yang umum dan kekal, merusak umat dengan kekuatan yang penuh kezaliman.

Dengan demikian betapa pentingnya melakukan usaha dan kegiatan untuk

menghilangkan perbudakan dan penghinaan bangsa, bukan hanya sekedar dengan

harta zakat saja, akan tetapi dengan seluruh harta dan raga.

Atas dasar itu kita mengetahui betapa besar tanggung jawab orang kaya

muslim untuk menolong suku bangsa lain yang Muslim. Apa yang dikemukakan

Rasyid Ridha dan Mahmud Syaltut menunjukkan betapa luasnya arti perbudakan itu,

meliputi perbudakan perorangan dan perbudakan bangsa. Maka menurut Rasyid

Ridha, dalam konteks ini penafsiran ar-Riqab perlu diperluas tidak melulu

menyangkut membebaskan budak tetapi merupakan upaya membebaskan negara-

negara yang masih dikuasai negara adikuasa yang bertindak zalim baik secara politik,

ekonomi, maupun ideologis.10

Negara-negara semacam ini masuk dalam cengkeraman perbudakan dan

mengekang kebebasan warganya sehingga bagi kemanusiaan secara global

dampaknya lebih mengerikan daripada sekedar perbudakan hamba sahaya. Lagi pula

perbudakan yang ditunjuk dalm surah at-Taubah ayat 60 itu sudah tidak ditemukan

lagi faktanya di dunia sekarang ini. Lebih lanjut Rasyid Ridha menjelaskan bahwa

negara-negara yang masih diperbudak ini umumnya adalah negara yang warganya

10Rasyid Ridha, Tafsir al-Manaar, (Daar al-Kutub al-‘Ilmiyah, cet pertama, Juz 2. Beirut 1999), h. 93

Page 85: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

73

mayoritas beragama Islam, oleh karena itu, ia menegaskan alangkah pantasnya jika

perbudakan semacam ini dibebaskan lewat perlawanan dan perjuangan guna

melepaskan penjajahan negara adikuasa yang jelas menimbulkan dampak kerugian

bagi kemanusiaan.

Untuk usaha pembebasan ini, Rasyid Ridha berpendapat tidak hanya dengan

zakat saja namun juga melibatkan jiwa dan raga. Dalam kasus memerdekakan budak

(ar-Riqab) Rasyid Ridha menggunakan pendekatan qiyas. Dia menganalogikan

penjajahan atas bangsa dengan perbudakan pada masa awal Islam. Walaupun Rasyid

Ridha tidak menjelaskan ‘illat-nya, namun hal itu bisa dipastikan dengan merujuk

langsung kepada surat at-Taubah ayat 60. Kiranya illat yang mengikat antara

memerdekakan budak pada masa awal Islam dengan memerdekakan bangsa yang

terjajah adalah menyingkirkan kesulitan dan menjauhkan nestapa manusia.11

Metode istinbath yang digunakan nya ialah metode yang dilakukan dengan

metode ijtihad intiqa’i serta menggunakan qiyas musawi yaitu: suatu qiyas yang

‘illatnya yang mewajibkan hukum, atau mengqiyaskan sesuatu pada sesuatu yang

keduanya bersamaan dalam keputusan menerima hukum tersebut. Yang mana pada

pembahasan tersebut ia bersandar pada Hadis Nabi:

11Muhammad Jayus, Reinterpretasi Makna Riqab..... h. 87

Page 86: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

74

Artinya: dari barra bin ‘Azib berkatadatang seorang lelaki menghadap Rasulullah SAW, dan berkata “Ya Rasulullah, tunjukkan kepadakun suatu amalan yang mendekatkanku kepada surga dan menjauhkanku dari neraka, Rasulullah menjawab, bebaskanlah budak dan merdekakanlah budak, lelaki itu berkata lagi, ya Rasulullah bukankah itu perkara yang sama? Rasulullah menjawab, tidak, membebaskan budak adalah engkau sendiri yang membebaskan nya sedangkan memerdekakan budak ialah engkau membantu dengan hartamu”. (HR. Ahmad dan Daarul Quthni).12 Dalam pembahasan mengenai Riqab pada surat Al-Baqarah ayat 177 dan

surah at-Taubah ayat 60 Rasyid Ridha meluaskan makna riqab yang asal nya hanya

dimaknai kepada budak perorangan/individu menjadi lebih luas lagi ketika sudah tak

ditemukan lagi budak yang dimaksud tersebut maka di luaskan lah makna tersebut

mencakup suatu masyarakat, golongan, bangsa dan bahkan negara yang mengalami

penjajahan alasan fatwa ini di keluarkan karena hampir tidak ada lagi perbudakan

seperti yang tertulis dalam ayat al-Qur’an tersebut sehingga di qiyas kan lah kepada

yang lebih luas lagi dari maksuda dan tujuan ayat tersebut yang essensi nya tetaplah

sama yaitu: menciptakan kesetaraan dalam masyarakat ataupun golongan.

B. Istinbath Hukum Yusuf Qardhawi Tentang Riqab Sebagai Mustahik Zakat

Yusuf al-Qardhawi menggunakan beberapa sumber ijtihad dalam

merumuskan hukumnya (fatwa), baik dalam arti sesuatu yang darinya diambil

kesimpulan-kesimpulan hukum maupun dalam arti al-adillah as-syar’iyyah (dalil-dalil

hukum). Dalam buku Min Hady al-Islam Fatawa Mu’asirah, ketika mengkaji tentang

keharaman rokok, al-Qardhawi menyebutkan empat sumber atau dalil-dalil hukum

secara beruntun sebagai berikut:

12 Rasyid Ridha, Tafsir Al-Manaar..... h. 497

Page 87: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

75

1. Al-Qur’an

2. Sunnah

3. Ijma’

4. Al-Qawa’id as-Syar’iyyah al-Kuliyah (Kaidah Prinsipil Syariat).13

Akan tetapi, dalam pengkajian lebih lanjut, penulis menemukan bahwa selain

empat sumber atau dalil hukum di atas, al-Qardhawi juga menggunakan satu sumber

lain dalam berijtihad, yakni logika. Ketika mengkaji tentang kisah nabi Khidir as. Al-

Qardhawi menyebutkan dalil hukum yang ia gunakan selain Al-Qur’an, Sunnah dan

Ijma’, yakni logika.14 Dengan menganalisis fatwa yang dikemukakan oleh Yusuf al-

Qardhawi, dan menghubungkannnya dengan pendapat-pendapat hukum para fuqaha

terdahulu, maka ijtihad yang dilakukan al-Qardhawi dapat diklasifikasikan kepada

tiga kelompok, yakni: Ijtihad tarjih, Ijtihadi Kreatif dan Ijtihad Tarjih Kreatif. Untuk

hal ini, al-Qardhawi mempunyai istilah yang berbeda yakni Ijtihad Intaqa’i dan

Ijtihad Intaqa’i Insya’i.

1. Ijtihad tarjih

Ijtihad tarjih atau intaqa’i seperti yang dilakukan oleh Yusuf al-Qardhawi

dalam berfatwa adalah memilah-milih beberapa pendapat dan menetapkan pendapat

yang paling kuat dan mengikutinya berdasarkan dalil-dalil hukum tertentu. Ijtihad ini

sangat banyak ditemukan dalam fatwa kontemporer al-Qardhawi. Dalam ijtihad tarjih

al-Qardhawi melakukan pengkajian terhadap pendapat-pendapat hukum ulama 13 Yusuf Qardhawi, Hady Al-Islam Fatawa Al-Mu’asirah (Kuwait: Dar Al-Qalam, 2000), jilid 1, h. 645-646 14 http://repository.uinsu.ac.id/193/8/BAB%20IV.pdf. Diakses 3 mei 2019

Page 88: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

76

sebelumnya tentang sebuah masalah dengan menimbang dalil-dalil yang digunakan

hingga ia mendapatkan pendapat yang paling kuat yang didasarkan pada argumentasi

yang paling kuat. Selain pertimbangan dalil, tarjih yang dilakukan oleh al-Qardhawi

juga mempertimbangkan identifikasi masalah serya keadaan kontemporer mencakup

perubahan keadaan sosial politik, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ijtihad

tarjih banyak dilakukan oleh al-Qardhawi dalam permasalahan bersuci, shalat, zakat,

sedekah, puasa, zakat fitrah, sumpah dan nazar.

2. Ijtihad Kreatif atau insya’i

Ijtihad kreatif atau insya’i adalah usaha untuk merumuskan hukum suatu

persoalan yang belum pernah dikemukakan oleh para fuqaha salaf, baik karena

masalah tersebut baru atau karena pendapat hukumnya berbeda. Ijtihad kreatif atau

insya’i pada umumnya dilakukan al-Qardhawi untuk masalah-masalah yang relatif

baru dan belum dikenal pada masa sebelumnya, seperti masalah zakat gudang dan

stand.15

Dalam melakukan ijtihad kreatif, al-Qardhawi sering mengutip pendapat-

pendapat para fuqaha yang lain kalau ada, menguji dalil-dalil hukum yang digunakan

serta menyimpulkan kesimpulan hukum. Sedangkan apabila tidak ada pendapat

ulama lain tentang masalah tersebut, maka al-Qardhawi mengemukakan dalil-dalil

serta argumentasinya dan menyimpulkan pendapat hukumnya.16

15Ibid, h. 173 16 Muhammad Halim, Istinbath Hukum Yusuf Qardhawi Tentang Aurat Wanita, (Skripsi, UIN SGD Bandung, Fakultas Syari’ah. 2008), h. 51

Page 89: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

77

3. Ijtihad Tarjih atau Intaqa’i Insya’i

Ijtihadi tarjih kreatif atau intaqa’i insya’i adalah perpaduan dari dua bentuk

ijtihad sebelumnya. Ijtihad ini dilakukan dengan mengemukakan pendapat-pendapat

ulama salaf tentang sebuah permasalahan hukum. Menentukan yang paling kuat di

antaranya serta menjelaskan atau menambahkan hal-hal baru yang belum dijelaskan

atau disertakan oleh ulama sebelumnya. Selain tiga bentuk ijtihad di atas, yang perlu

dicatat di sini adalah bahwa al-Qardhawi sangat jarang menggunakan metode

istinbath hukum yang umum digunakan oleh para mujtahid seperti Qiyas, Maslahah

Mursalah dan Istihsan.17

Menurut Yusuf Qardhawi dalam bukunya Hukum Zakat, Riqab adalah

bentuk jama’ dari Raqabah. Istilah ini dalam Qur’an artinya budak belian laki-laki

(abid) dan bukan belian perempuan (amah). Istilah ini diterangkan dalam kaitannya

dengan pembebasan atau pelepasan, seolah-olah Qur’an memberikan isyarah dengan

kata kiasan ini maksudnya, bahwa perbudakan bagi manusia tidak ada bedanya

seperti belenggu yang mengikatnya.18 Membebaskan budak belian artinya sama

dengan menghilangkan ataupun melepaskan belenggu yang mengikatnya. Pada ayat

tentang sasaran zakat, Allah berfirman: “Dan dalam memerdekakan budak belian.”

Artinya, bahwa zakat itu antara lain harus dipergunakan untuk membebaskan budak

belian dan menghilangkan segala bentuk perbudakan. Cara membebaskan bisa

dilakukan dengan dua hal:

17Ibid, h. 53 18Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat..... h. 587

Page 90: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

78

Pertama, menolong hamba mukatab, yaitu budak yang telah ada perjanjian

dan kesepakatan dengan tuannya, bahwa bila ia sanggup menghasilkan harta dengan

nilai dan ukuran tertentu, maka bebaslah ia, Allah telah memerintahkan kepada kaum

Muslimin untuk memberikan kesempatan pada hamba-hambanya untuk

memerdekakan dirinya, bila ia menghendakinya serta berbuat baik kepadanya

sebagaimana Allah memerintahkan kaum Muslimin untuk memberikan pertolongan

pada mereka dalam memenuhi segala tuntutan yang diperlukan. Majikan hendaknya

memudahkan mereka, demikian pula masyarakat hendaknya mau menolong agar

mereka dapat melepaskan diri dari perbudakan.

Terhadap hal ini Allah s.w.t. berfirman:

tûïÏ% ©!$# ur

tbqäó tG ö6 tÉ

|=» tGÅ3ø9$#

$£JÏB

ôMs3 n=tB

Page 91: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

79

firman Allah: “Dan dalam memerdekakan budak belian.” Maksudnya adalah budak

mukatab. Ia memperkuat dengan firman: “Dan berikanlah kepada mereka sebagian

dari harta Allah yang dikaruniakan-nya kepadamu.”19

Kedua, seseorang dengan harta zakatnya atau seseorang bersama-samadengan

temannya membeli seorang budak atau amah kemudian membebaskan, atau penguasa

membeli seorang budak atau amah dari harta zakat yang diambilnya, kemudian ia

membebaskan. Cara ini termasuk pendapat yang masyhur yang diikuti oleh Imam

Malik, Ahmad dan Ishak.

Imam Ibnu Arabi berpendapat, bahwa cara ini adalah cara yang tepat, ia

memperkuat dengan menyatakan, bahwa hal itu berdasarkan zahir nash Qur’an,

karena Allah s.w.t. apabila dalam kitab-Nya menerangkan Raqabah, maka

maksudnya membebaskan. Dan kalau yang dimaksud hamba mukatab, pasti Allah

menyebut dengan namanya yang yang tertentu itu, sedangkan dalam ayat tersebut ia

menyebutkan Raqabah. Maka pasti maksudnya membebaskan. Dan sebenarnya pula

bahwa mukatab itu sudah termasuk golongan orang yang berhutang, karena ia harus

membayar hutang kitabah (pembebasan dirinya), sehingga ia tidak termasuk

kelompok fir-riqab (dalam membebaskan budak belian). Kadang-kadang mukatab

termasuk pula pada asnaf fir-riqab dalam pengertian umum, akan tetapi baru pada

angsuran terakhir dia harus membayar, boleh diambil dari zakat untuk memerdekakan

dirinya.

19Tafsir al-Kabir, Imam Fakhrur-Razi, jilid 16, h. 112

Page 92: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

80

C. Persamaan dan Perbedaan Istinbath Hukum Rasyid Ridha dan Yusuf

Qardhawi tentang Riqab Sebagai Mustahik zakat

Persamaan pendapat antara Rasyid Ridha dan Yusuf Qardhawi tentang

mengistinbathkan hukum Riqab sebagai mustahik zakat yaitu sama-sama

menggunakan metode ijtihad intiqa’i, dan sama-sama memahami dan mengartikan

bahwa riqab itu ialah bermakna tentang pembebasan dari sesuatu yang membelenggu

atau mengikat antar sesama manusia ataupun golongan.Sedangkan dasar hukum yang

digunakan Rasyid Ridha yaitu Al-Qur’an, Hadist, Ijma’ dan Qiyas, sedangkan Yusuf

Qardhawi juga menggunakan dasar hukum yang sama berbeda hanya pada Rasyid

Ridha dalam menafsirkan makna riqab menggunakan Qiyas tetapi Yusuf Qardhawi

tidak, sedangkan untuk menguatkan pendapat masing-masing yaitu dengan hadist

yang berbeda-beda pula.

Sedangkan untuk intiqa’i nya Rasyid Ridha berpendapat sama dengan

mahmud syaltut yang mengatakan bahwa: “Apabila perbudakan perorangan telah

tiada lagi di dunia ini, maka di qiyaskan lah pada pembebasan budak yang

melingkupi sebuah masyarakat, golongan atau bangsa yang masih terjajah oleh

negara atau golongan lain”.20 Dan pada pembahasan ini Rasyid Ridha menggunakan

qiyas musawi sebagaimana berikut ini:

20Rasyid Ridha, Tafsir Al-Manar, (Daar Al- Kutub Al-Ilmiyah, Beirut 1999), Juz 10. h. 434-

435

Page 93: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

81

“Sesuatu qiyas, yang ‘illatnya mewajibkan hukum”. Atau mengqiyaskan sesuatu

kepada sesuatu yang bersamaan kedua-duanya yang patut menerima hukum tersebut”.

Yakni hukum tersebut patut diterima oleh kedua-duanya dengan dasar sama,

umpamanya, mengqiyaskan budak wanita kepada budak lelaki dalam soal

mewajibkan kepada yang memerdekakan bagiannya dari seseorang budak wanita,

membayar kepada yang tidak memerdekakan, supaya budak itu merdeka penuh.

Allah berfirman:

“Maka atas mereka (budak-budak perempuan) separo bebanan dari yang

dikenakan atas wanita-wanita yang terpelihara”. (Q. S. An-Nisa’: 25)

Maka kita qiyaskan hukum budak lelaki kepada budak wanita, dalam

memikul separo dera (separo hukuman) Qiyas ini oleh setengah ulama dinamai:

Lahnul Khitab, yakni: menetapkan hukum kepada yang tidak disebut atas dasar

memahamkan irama pembicaraan. Qiyas ini juga diterima oleh semua ulama,

walaupun sebagian mereka tidak menamainya qiyas.21

Sedangkan Yusuf Qardhawi tetap berpegang teguh pada ketetapan tekstual

yang tertera dalam surah At-Taubah ayat 60 tersebut yang mana, ma’na fir-riqab

hanya di peruntukkan untuk budak belian saja atau budak mukatab ataupun budak

yang berasal dari keturunan dan tidak lah ma’na pada ayat tersebut diperluas ke arah

yang lain. Sebagaimana ia kemukakan fatwa nya dalam bukunya yang berjudul

21Hasbi Ash-Shiddieqy, (Pengantar Hukum Islam, PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang. 1997), h. 207-208

Page 94: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

82

Hukum Zakat yaitu “ Saya cenderung untuk menyatakan, bahwa kita tidak perlu

memperluas pengertian kalimat yang madlul aslinya tidak menunjukkan demikian,

sebab menolong bangsa yang sedang memperjuangkan kemerdekaannya, bila diambil

dari zakat dengan melalui bagian sabilillah, apalagi dalam hubungan dengan negara

lain, masalah ini merupakan tanggung jawab bersama”. Dan ia tetap berpegang teguh

pada pengertian riqab itu ialah budak yang ada perjanjian dengan tuannya ataupun

yang berasala dari keturunan dan tidaklah makna tersebut diperluasnya lagi kedalam

jangkauan lain. Dan pendapatnyainidiperkuatdengansalahsatuayat al-Qur’an dalam

surah An-Nisaa’ ayat: 92

ãçÉ ÌçóstG sù

7pt7 s% uë

“(hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya.” (QS. An-Nisaa’: 92) Dalam As-Sunnahdisebutkan, bahwaRasulullahShallallahu ‘alaihiwasallambersabda,

“Barangsiapa yang memerdekakanbudak yang muslim, maka Allah

akanmembebaskansetiapanggotabadannyasatupersatuarineraka, sampaikemaluannya

(dihindarkandarineraka) karenamembebaskanfarjinya.” (HR. Bukharidan Muslim)

Dalam pengertian penggalan ayat ke 92 dari surah an-Nisaa’ dan hadis

riwayat Bukhari dan Muslim tersebut, yusuf Qardhawi memaknai dan menafsirkan

riqab hanya untuk budak perorangan atau individu saja baik yang mukatab ataupun

budak yang dari keturunan, sehingga yusuf Qardhawi tidak memaknai ayat tentang

riqab tersebut secara meluas dan lebih jauh lagi. Karena pemahaman suatu ayat yang

Page 95: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

83

sudah jelas tujuannya dan objeknya tidak perlu lagi untuk diperluas pada pemahaman

maknanya. Dan ia pun tidak menemukan hadis atau perbuatan sahabat yang

melakukan atau mengungkapkan tentang makna riqab secara luas dan lebih umum.22

D. Analisis Penulis

Pada bab terdahulu penulis telah membahas tentang sejarah panjang

kehidupan dan penididikan Rasyid Ridha dan Yusuf Qardhawi, metode istinbath

hukumnya serta dasar-dasar hukum yang digunakannya, serta pendapat mengenai

hukum Riqab sebagai mustahik zakat, maka selanjutnya dalam bab ini, penulis akan

penulis akan menganalisis lebih lanjut pendapat Rasyid Ridha dan Yusuf Qardhawi

yakni tentang pendapat yang berbeda mengenai riqab sebagai mustahik zakat, Al-

Qur’an tidak banyak memberi solusi yang rinci mengenai hakikat riqab sebagai

mustahik zakat yang sebenarnya, sehingga para fuqaha masih merasa perlu merinci

hal-hal yang masih global atau mujmal tersebut dalam bentuk ra’yi atau ijtihad

mereka.

Para ulama’ dalam melakukan istinbath hukum tehadap suatu persoalan akan

merujuk pada sumber pokok (Al-Qur’an dan Hadist), padahal sering kali pesan-pesan

yang terkandung dalam sumber-sumber pokok itu bersifat global yang pada akhirnya

akan menimbulkan berbagai pemikiran ushul fiqh, sehingga berpengaruh terhadap

pengambilan hukum yang seringkali kita temukan berbeda satu sama lainnya. Dalam

hal ini, penulis melihat urgensi zaman sekarang banyaknya aliran/pendapat yang

22https://www.bacaanmadani.com/pengertian-qiyas-dan-macam.html?m=1.Diakses 25 April 2019

Page 96: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

84

muncul perbedaan antaranya masalah ma’na sebenarnya tentang hakikat riqabsebagai

mustahik zakat, oleh sebab itu penulis ingin menjelaskan bagaimana pandangan

Rasyid Ridha dan Yusuf Qardhawi tentang arti dari Riqab untuk zaman sekarang ini,

terlihat perbedaan pendapat dikalangan mereka didasari oleh perbedaan dalam

memahami dalil-dalil nash, begitu pula dengan Rasyid Ridha dan Yusuf Qardhawi

yang berbeda pendapat mengenai riqab sebagi mustahik zakat yang menggunakan

konsep tersendiri.

Mengenai konsep riqab Rasyid Ridha menggunakan metode intiqa’i, yaitu

Riqab dimaknai secara luas dan tidak terfokus hanya pada ma’na yang tertulis dalam

surah At-Taubah ayat 60 tersebut serta menggunakan metode Qiyas Musawi tersebut,

sedangkan pendapat dan metode Yusuf Qardhawi mengatakan bahwa Riqab itu

tidaklah harus dimaknai secara luas karena ketetapannya aadalah tetap pada makna

bahwa Riqab itu ialah: budak mukatab, budak belian maupun budak yang berasal dari

keturunan dan tidak meluaskan maknanya, karena para sahabat dan ijtima’ ulama’

terdahulu pun tidak ada yang meluaskan mengenai tafsir dari Riqab tersebut.

Dalam hal ini, penulis melihat urgensi zaman sekarang dan melihat kepada pendapat

yang diatas disitu terkandung makna supaya kemaslahatan itu benar-benar tercipta

dan dirasakan oleh setiap orang, golongan, masyarakat, bangsa dan Negara. Jadi

kalau dilihat dari dasar hukum masing-masing itu sama tapi berbeda dalam

penguatannya yang lebih kuat dan memandang kemaslahatan sesuai zaman sekarang

ini yaitu metode yang digunakan oleh Rasyid Ridha.

Page 97: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

85

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Istinbath hokum tentang Riqab sebagai mustahik zakat menurut Rasyid Ridha

yaitu menggunakan metode qiyas musawi yaitu melihat makna sebenarnya dari

suatu tafsiran ayat tersebut dan tidak terpatok atau terfokus pada makna yang

ada saja namun juga melihat kepada kemaslahatan yang akan di timbulkan dari

hal tersebut.

2. Istinbath hukum yang digunakan Yusuf Qardhawi yaitu ijtihad intiqa’i ia

mengikut pendapat yang tidak terlalu meluaskan mengenai makna dari riqab

tersebut dan melihat makna dari riqab tersebut hanyalah bermuatan dan

bertujuan pada budak mukatab, belian dan budak yang berasal dari keturunan

saja.

3. Persamaan dan perbedaan Istinbath hukum tentang Riqab menurut Rasyid Ridha

dan Yusuf Qardhawi yaitu sama-sama dasar hukum surah At-Taubah ayat 60

dan tujuannya sama yaitu supaya menghilangkan perbudakan yang ada di dunia

ini, sedangkan perbedaannya yaitu berbeda dalam pemahaman tentang

penafsirannya secara luas dan berbedanya cara memandang tentang

kemaslahatan yang terjadi pada masanya masing-masing.

Page 98: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

86

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang diperoleh penulis, maka penulis menyampaikan

saran sebagaiberikut:

1.Perlu adanya upaya memahamkan masyarakat mengenai berbagai hal yang

berkenaan dengan proses penafsiran dan istinbath hukum, sehingga apa yang

menjadi kekayaan intelektual umat Islam berupa hasil kajian-kajian para

intelektual Islam dapat dipahami oleh masyarakat secara umum

2. Dengan adanya upaya pemahaman terhadap kekayaan intelektual umat Islam

tersebut, yang memiliki perbedaan cara pandang dalam memahami makna riqab

serta mengetahui makna dari kemaslahatan yang terkandung dalam ayat tersebut.

3. hasil pemikiran Yusuf Qardhawi mengenai riqab sebagai mustahik zakat terkesan

lebih mudah dipahami dalam perkembangan masyarakat, namun dalam hal ini

bukan berarti yang ditawarkan Yusuf Qardhawi yang terbaik, pendapatnya tentang

Riqab terkesan lebih mudah dicerna dari pendapat Rasyid Ridha, akan tetapi dari

pendapat kedua ulama tersebut, paling tidak dapat menambahkan rujukan hokum

bagi umat Islam dalam menjalankan aturan-aturan tuhan, sehingga kita dapat lebih

arif dalam menyikapi setiap persoalan di sekeliling kita.

Page 99: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

DAFTAR PUSTAKA

A. Literature.

A. A. Miftah, Zakat Antara Tuntunan Agama dan Tuntunan Hukum, (Sulthan Thaha Press, Jambi, 2007)

Abi Zakariyya ibn Ziyad Al-Farra’, Ma’ani al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Fikr, 1995).

Abu Ja’far Muhammad ibn Jarir at-Thobari, Tafsir At-Thobari, (Beirut: Dar al-

Fikr, 1978).

Ahmad Warson al-Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia, (Surabaya, PT. Pustaka Progresif, 1997)

Al-Hafiz Syihab ad-Din Ahmad ibn Ali ibn Hajar al-Asqalani, Ibahat al-Ahkam: Syarh Bulughal Maram,(Beirut: Dar al-Fikr, 2004).

Al-Rogib al-Ashfahani, Mufrodat al-Alfaz al-Qur’an al-Karim, cet. Ke-1, (Damaskus: Dar al-Qalam, 1997)

Amir Nuruddin, Ijtihad Umar ibn al-Khattab Studi tentang Perubahan Hukum Dalam Islam, cet. Ke-1 (Jakarta: Rajawali Press)

Anton Baker dan Zubair Ahmad Charis, Metodologi Penelitian Filsafat,(Kanisius, Yogyakarta, 1990)

Bustanul Arifin.: Pemikiran dan perannya dalam pengembangan hukum islam dalam sistem hukum nasional di Indonesia. Jakarta: PP IKAHA.

Chalid Narbuko, Abu Dawud, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara). Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya.(Semarang: Toha Putera).

Didin hafiduddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), cet. Ke-2.

Dikutip oleh Abdul Hamid Mahmud Al-Ba’li, Ekonomi Zakat: Sebuah Kajian Moneter dan Keuangan Syari’ah.

Ensiklopedi Islam, Jilid 5, (Jakarta: Ichtisar Baru Van Hoeve, 1997)

Fathurrahman Djamil, Metode Ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah, (jakarta: logos publishing House, 1995).

Ghufron A Mas’ad, Fiqh Mu’amalah Kontekstual, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002).

Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam, (PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang. 1997)

Page 100: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

Hamim Ilyas, dalam Muhammad Yusuf dkk, Studi Kitab Tafsir: Menyuarakan Teks Yang Bisu, (Yogyakarta: Teras, 2004).

Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam, (Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta, 2004) cet ke-3

Hermawan Warsito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: Gramedia Utama, 1992).

Husein Haekal, Sejarah Muhammad, (Jakarta: Litera Antar Nusa, 1996)

Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam. (Pusat Penerbitan Universitas LPPM Universitas Islam Bandung. 1995).

Lexy,.J.Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rusda Karya, 2001), cet ke 14.

M Ali Hasan, Zakat dan Infak: Salah Satu Mengatasi Problema Sosial di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006).

Mahmud Syaltut, Islam: Aqidah Wa Syari’ah.

Muhammad Chirzin, Al-Qur’an dan ‘Ulum al-Qur’an (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1998).

Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Qur’an al-Hakim Syahir bi Tafsir al-Manar (Beirut:Dar al-Marifah).

Muhammad Rawwas Qal’aji, Ensiklopedi Fiqih Umar bin Khattab ra, alih bahasaM. Abdul Mujieb (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 1999).

Muhammad Fuad Abdu al-Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahros li Alfaz al-Qur’an al-Karim, cet. Ke-1, (Kairo: Dar al-Hadis, 1996).

Muslim Abdurrahman, Islam Transformatif, cet ke-2, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995).

Peter Salim dan Yenni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, edisi 1, (Jakarta: Modern English Press, 1991).

Rasyid Ridha, Tafsir Al-Manar, Juz 4, (Beirut: Dar Al-Ma’rifah, 1973)

Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi, Edisi Revisi, (Jambi: Syari’ah Press, 2014).

Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Offset, 1990)

Page 101: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

Yusuf Qardawi, al-ijtihad fi al-Syari’at al-Islamiyyah (Kuwait, Dar al-Qalam, 1985).

Yusuf Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer Jilid 1

Yusuf Qardhawi, Fatwa Qardhawi, Terj: H. Abdurrahman Ali Bauzir. (Jakarta: Gema Insani 2008).

YusufQardhawi, Hady Al-Islam Fatawa Al-Mu’asirah (Kuwait: Dar Al-Qalam, 2000).

Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat. (Pustaka Litera AntarNusa, Jakarta, 2004) cet, ke-7

Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, cet. Ke-13, (Bandung: Mizan, 1996).

Wahbah Zuhaili, Ushul al-Fiqh al Islami jilid I, (Damaskus: Daarul Fikri, 1986).

Page 102: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

B. Lain-Lain

http://www.angelfire.com/id/dialogis/budak.html.akses

http://www.Repository.UIN-Suska.ac.id/2497/3/BaB 11 PDF.

http://pustaka.abatasa.com/pustaka/detail/fiqih/ilmu-fiqih/115/tarikh at-tasyri.html.

Lukman Hakim, Perluasan makna Riqab zakat (studi pemikiran Wahbah az-Zuhaili)” Skripsi (Yogyakarta: Program Strata Satu (s1) Jurusan Perbandingan Mazhab, fakultas Syari’ah, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta).

Muhammad Arif, “Konsep riqab dan kontekstualisasinya sebagai mustahik zakat (studi pemikiran Yusuf al-Qardhawi)” Skripsi (Bandung: Program Strata satu (s1) Jurusan perbandingan mazhab, fakultas syari’ah, UIN SGD Bandung).

Muhammad Jayus, “Reinterpretasi makna riqab sebagai mustahik zakat pada zaman modern” Skripsi (Lampung: Program Strata Satu (s1) Jurusan Perbandingan mazhab, fakultas syari’ah, IAIN Raden Intan Lampung).

Page 103: REINTERPRETASI HUKUM RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT …repository.uinjambi.ac.id/2576/1/M. NURMAN HAFIZ... · hukum kewajiban membayar zakat, Zakat merupakan bahagian dari syari’at

CURRICULUM VITAE

Nama : M. Nurman Hafiz Tempat dan Tanggal Lahir : Ds. Rambahan, 31 - Mei - 1996 NIM : SPM. 152137 Fakultas : Syariah Jurusan : Perbandingan Mazhab Jenis Kelamin : Laki-Laki Status : Belum Menikah Nama Ayah : Samsir Nama Ibu : Rosdiana Anak Ke : 2 dari 6 Bersaudara Alamat Asal : Ds. Rambahan, Kec Muara Bulian, Kab Batang Hari Nomor Telepon : 0822-3761-4332 E-mail : [email protected] Alamat Sekarang : Desa dusun baru simpang sei.duren RT.10

JENJANG PENDIDIKAN

Tahun 2003 – 2009 : SD N 159/1 Desa Rambahan Tahun 2009 – 2012 : MTs Swasta Darul Aufa Sungai Buluh Tahun 2012 – 2015 : MAS Darul Aufa Sungai Buluh Tahun 2015 – 2019 : Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin

Jambi