quransuci_mukadimah - copy

Upload: muhammad-agil

Post on 07-Jul-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Quransuci_mukadimah - Copy

    1/118

    w w . a a

    i i l . o r

    www.aaiil.org

  • 8/18/2019 Quransuci_mukadimah - Copy

    2/118

    ISBN : 979-97640-7-6Judul asli : The Holy QuranHoly Quran

    Penulis : Maulana Muhammad AliPenterjemah : H . M . Bachru nEditor : Tim Editor Design Layout : Erwan Hamdani

    Cetakan Pertama : 1979Cetakan ke Duabelas : 2006

    Diterbitkan oleh:Darul Kutubil IslamiyahJl. Kesehatan IX No. 12 Jakarta Pusat 10160Telp. 021-3844111

    e-mail: [email protected]: Indonesia Internasional - www.aaiil.org/indonesia - www.muslim.org - www.studiislam.wordpress.com - www.aaiil.org

    - www.ahmadiyah.org

    w w . a a

    i i l . o r

  • 8/18/2019 Quransuci_mukadimah - Copy

    3/118

    PENGANTAR PENERBIT

    Assalâmu’alaikum wr. wb.

    Alhamdulillâh wasyukrûlillâh, bertepatan dengan Bangsa Indonesia me-masuki era Pembangunan Jangka Panjang Tahap II (PJPT II), kami menerbitkankembali —setelah ada sedikit perbaikan dari terbitan sebelumnya —QUR’AN SUCITeks Arab, Terjemah dan Tafsir Bahasa Indonesia oleh H. M. Bachrun, terjemahandari edisi revisiThe Holy Qur’an karya Maulana Muhammad Ali.

    Tafsir Qur’an berbahasa Inggris karya Maulana Muhammad Ali yang terbit

    pertama kali tahun 1918 — yang oleh Dewan Penerjemah/Penafsir Al-Qur’an De-partemen Agama RI dinilai sebagai “terjemahan ilmiah yang diberi catatan-catatan yang luas serta Pendahuluan dan Indeks yang cukup” — sekarang telah diterjemah-kan ke dalam 16 bahasa dunia.

    Putera-putera Islam Indonesia sendiri telah melakukan penerjemahan itusejak lama, yakni: Bapak Haji Oemar Said Tjokroaminoto, meskipun baru beberapaJuz, menerjemahkannya ke dalam bahasa Melayu yang terbit pertama tahun 1928,dalam bahasa Belanda oleh Bapak R. Soedewo Partokusumo Kertohadinegoro ta-hun 1935, dalam bahasa Indonesia oleh Bapak A. Aziz yang selesai tahun 1939 tetapiterhalang terbit, dan dalam bahasa Jawa oleh Bapak R. Ng. H. Minhadjurrahman

    Djojosugito dan M. Mufti Sharif tahun 1958 yang mendapat izin dari Y. M. Menteri Agama RI No. D 26/Q.I. tanggal 3 Oktober 1958, dan izin pentashihan Kementrian Agama RI No. A/O/IV/3602 tanggal 13 Maret 1959. Akhirnya Bapak H. M. Bachrunmenerjemahkan kembali ke dalam bahasa Indonesia yang terbit pertama kali tahun1979 dan hingga sekarang telah mengalami cetak ulang ke delapan kalinya.

    Selaras dengan tugas suci Gerakan Ahmadiyah untuk membela dan menyi-arkan Islam dalam rangka berperan-serta terhadap Rencana Ilahi untuk meme-nangkan Islam di atas semua agama pada zaman akhir ini, Gerakan AhmadiyahIndonesia (GAI) bertekad membumikan Al-Qur’an di Negara Pancasila RepublikIndonesia.

    Oleh karena itu, upaya Darul Kutubil Islamiyah menerbitkan Tafsir ini adalahprioritas pertama. Harapan kami, dengan tersebar-luasnya Tafsir ini, bukan hanyamenambah khazanah ilmu pengetahuan Islam di Indonesia, tetapi juga lebih berpe-ran dalam membentuk minhajul-hayah Islami bagi umat Islam Indonesia khusus-nya, dan Bangsa Indonesia pada umumnya.

    Akhirul-kalâm, semoga Allah SWT selalu melimpahkan tau k dan hidayah-Nya kepada kita. Âmîn yâ Rabbal-âlamîn. Wassalâmu’alaikum wr. wb.

    PENERBIT

    w w . a a

    i i l . o r

  • 8/18/2019 Quransuci_mukadimah - Copy

    4/118

    PENGANTAR PENERBITCetakan ke-10

    Nahmaduhû wanushalli ‘alâ rasûlihil-karîm, Assalâmu’alaikum warahmatullâhi wabarakâtuh.

    Alhamdulillâh, “Qur’an Suci, Terjemah dan Tafsir bahasa Indonesia” terje-mahan dari “The Holy Qur’an” karya Maulana Muhammad Ali, telah terbit kembali.Upaya untuk menyajikan Al-Qur’an dengan tampilan yang lebih baik, terutamapemilihan teks ayat Qur’an yang lebih bagus dan jelas maupun pilihan huruf sertaukuran yang lebih tepat untuk terjemah dan tafsirnya, sehingga harus membuat

    tata-letak ulang, menyebabkan tertundanya penerbitan dalam waktu yang cukuplama.Dalam cetakan ke-10 ini, terdapat sedikit perubahan dari cetakan sebelum-

    nya, antara lain:Transliterasi disesuaikan dengan transliterasi bahasa Indonesia yang

    sudah umum digunakan, seperti: membubuhkan tanda garis ( – ) dibawah hurufh untuk membedakan huruf h tipis ( Í ) dari huruf h tebal ( å ); membubuhkan tan-da payung ( ^ ) di atas huruf vokal untuk menunjukkan bacaan panjang (mad ).Namun, sebagaimana disampaikan oleh Muhammad Ali sendiri bahwa “Tak adatransliterasi yang dapat diucapkan dengan suara yang tepat antara dua bahasa,”

    maka transliterasi di sini pun tentulah belum sempurna adanya.Perbaikan pada beberapa kalimat dan istilah terjemah dan tafsir yangdianggap kurang tepat, dengan tidak mengubah substansi yang disampaikan. De-mikian pula perbaikan penomoran ayat dalam surat Al-Qur’an tanpa mengubahmushaf Al-Qur’an.

    Meskipun tugas ini telah kami upayakan dengan sebaik-baiknya, namuntentunya masih terdapat kekurangan-kekurangan. Untuk itu kami sangat berterimakasih apabila ada saran dan nasihat dari pembaca bagi perbaikan di masa yang akandatang.

    Terima kasih kepada semua pihak yang telah dengan tulus ikhlas membantuterlaksananya tugas ini hingga selesai. Semoga Allah SWT senantiasa membalasamal dan budi baik mereka.

    Akhirul-kalam, semoga Allah selalu memberi kekuatan, petunjuk dan ridhakepada hamba-hambaNya yang senantiasa berupaya memahami dan mengkhidma-ti Al-Qur’an dengan sebaik-baiknya. Wabillâhit-tau q wal-hidâyah, Wassalamu’alaikum warahmatullâhi wabarakâtuh.

    Jakarta, Nopember 2004Darul Kutubil Islamiyah

    1.

    2.

    w w . a a

    i i l . o r

  • 8/18/2019 Quransuci_mukadimah - Copy

    5/118

    PENGANTAR PENERBITCetakan ke-11

    Nahmaduhû wanushalli ‘alâ rasûlihil-karîm, Assalâmu’alaikum warahmatullâhi wabarakâtuh.

    Alhamdulillâh, “Qur’an Suci, Terjemah dan Tafsir bahasa Indonesia” terje-mahan dari “The Holy Qur’an” karya Maulana Muhammad Ali, telah terbit kembali.Upaya untuk menyajikan Al-Qur’an dengan tampilan yang lebih baik, terutamapemilihan teks ayat Qur’an yang lebih bagus dan jelas maupun pilihan huruf sertaukuran yang lebih tepat untuk terjemah dan tafsirnya, sehingga harus membuat

    tata-letak ulang, menyebabkan tertundanya penerbitan dalam waktu yang cukuplama.Dalam cetakan ke-11 ini, terdapat sedikit perubahan dari cetakan sebelumnya,

    antara lain:Transliterasi disesuaikan dengan transliterasi bahasa Indonesia yang

    sudah umum digunakan, seperti: membubuhkan tanda garis ( – ) dibawah hurufh untuk membedakan huruf h tipis ( Í ) dari huruf h tebal ( å ); membubuhkan tan-da payung ( ^ ) di atas huruf vokal untuk menunjukkan bacaan panjang (mad ).Namun, sebagaimana disampaikan oleh Muhammad Ali sendiri bahwa “Tak adatransliterasi yang dapat diucapkan dengan suara yang tepat antara dua bahasa,”

    maka transliterasi di sini pun tentulah belum sempurna adanya.Perbaikan pada beberapa kalimat dan istilah terjemah dan tafsir yangdianggap kurang tepat, dengan tidak mengubah substansi yang disampaikan. De-mikian pula perbaikan penomoran ayat dalam surat Al-Qur’an tanpa mengubahmushaf Al-Qur’an.

    Meskipun tugas ini telah kami upayakan dengan sebaik-baiknya, namuntentunya masih terdapat kekurangan-kekurangan. Untuk itu kami sangat berterimakasih apabila ada saran dan nasihat dari pembaca bagi perbaikan di masa yang akandatang.

    Terima kasih kepada semua pihak yang telah dengan tulus ikhlas membantuterlaksananya tugas ini hingga selesai. Semoga Allah SWT senantiasa membalasamal dan budi baik mereka.

    Akhirul-kalam, semoga Allah selalu memberi kekuatan, petunjuk dan ridhakepada hamba-hambaNya yang senantiasa berupaya memahami dan mengkhidma-ti Al-Qur’an dengan sebaik-baiknya.

    Wabillâhit-tau q wal-hidâyah, Wassalâmu’alaikum warahmatullâhi wabarakâtuh.

    Jakarta, April 2005Darul Kutubil Islamiyah

    1.

    2.

    w w . a a

    i i l . o r

  • 8/18/2019 Quransuci_mukadimah - Copy

    6/118

    SEPATAH KATA DARI PENERJEMAH

    Dalam rapat Pedoman Besar GAI (Gerakan Ahmadiyah Lahore Indonesia) yang dilangsungkan pada tanggal 22 Maret 1968 di rumah bapak Soedewo, antaralain diputuskan bahwa selekas mungkin harus diterbitkan Qur’an dan Tafsir terje-mah bahasa Indonesia, dari Qur’an dan Tafsir bahasa Inggris karya Maulana Mu-hammad Ali, M.A., LL.B. Rapat juga memutuskan bahwa tugas penerjemahan karyaitu diserahkan sepenuhnya kepada saya. Tetapi mengingat banyaknya pekerjaan yang harus saya selesaikan selaku Ketua Umum Pedoman Besar GAI, maka tugaspenerjemahan terpaksa mengalami banyak hambatan. Namun berkat pertolongan Allah Yang Maha-bijaksana, pekerjaan itu akhirnya dapat saya selesaikan.

    Sebenarnya usaha menerbitkan Qur’an dan Tafsir Maulana Muhammad Aliterjemah Indonesia telah dirintis sebelum pecah Perang Dunia II. Yang pertamaoleh bapak Hadji Oemar Sa’id Tjokroaminoto. Beliau mulai menerbitkan itu padatahun 1928, dengan Kata Pengantar oleh bapak Haji Agus Salim. Sekedar untukmengkaji bagaimana tanggapan masyarakat pada waktu itu terhadap Qur’an danTafsir Karya Maulana Muhammad Ali, baiklah kami kutip Kata Pengantar itu.

    KUTIPAN PENGANTAR DARI HAJI AGUS SALIMTatkala pertama kali saya diajak bermusyawarah oleh saudara kita Haji Oe-

    mar Sa’id Tjokroaminoto tentang maksudnya dengan beberapa saudara bangsakita daripada kaum Muslimin, akan mengusahakan salinan kepada bahasa Me-layu daripada salinan dan tafsir Qur’an, karangan “Maulwi Muhammad Ali”,seorang kaum terpelajar Bangsa Hindi, yang telah beroleh gelaran M.A. danLL.B., daripada sekolah-sekolah tinggi Inggris, pada waktu itu tidak sedap hatisaya.

    Tidak sedap! Tapi bukanlah karena isi salinan dan tafsir karangan pujang-ga Hindi itu. Pada waktu itu sudah lebih setahun saya kenal dan kerap-kerapmuthala’ah (mempelajari) isi kitab itu, dan pada sebaik-baik pendapatan sayaadalah karangan itu banyak keutamaannya, yang menjadi penerangan bagi pe-

    ngertian Agama Islam, istimewa ajaran, pendidikan dan nasihat-nasihat yangterkandung di dalam kitab Allah itu. Dan sekali-kali tidaklah saya mendapati barang sesuatu, yang akan menyesatkan paham dan Iman Keislaman kepadaseseorang pembaca, yang membaca dengan memakai pikiran dan pengertian yang sederhana.

    Itupun, seperti kata tadi, tak sedap hati saya pada mula-mula memusyawa-rahkan itu. Sebabnya ialah karena saya mengetahui betul-betul, betapa sem-pitnya paham sebagian bangsa kita daripada kaum santri dan kyai terhadapkepada cara-caranya orang mempelajari Agama Islam.

    Dan saya pikirkan, betapa ramai, bahkan betapa riuhnya dan kacaunya per-

    bincangan, perbantahan dan debat-debat dalam kalangan bangsa kita tentang: Ijtihad dan Taqlid . Ijtihad, yang dikatakan sudah “tertutup pintunya” semenjaktutupnya zaman kaum ‘Salaf’. Taqlid, yang dikatakan wajib, semenjak Ijma’

    w w . a a

    i i l . o r

  • 8/18/2019 Quransuci_mukadimah - Copy

    7/118

    V Surat Sepatah kata dari penerjemah

    mengakui sahnya Madzhab yang empat, dengan meluaskan segala haluan, yang

    tidak masuk kepada salah satu yang empat itu.Sayapun mengakui pula bahwa Ijtihad, yang sebenar-benarnya Ijtihad, yaitupenyelidikan ilmu daripada pangkalnya yang asli, pada ‘sumbernya’ tiap-tiapkabar, pada ‘tempatnya’ tiap-tiap kejadian yang di dalam tarikh. Ijtihad sema-cam itu memang jauh daripada yang mungkin dalam masa ini.

    Dan sayapun mengakui pula, bahwa memang ‘Taqlid’, yaitu menerima danmenurut keterangan-keterangan dan paham-paham daripada ahli-ahli ilmu, yang telah mendapat pengakuan luas di dalam kalangan umat Islam itu, men- jadi wajib atas tiap-tiap orang Islam. Bukan karena kehendak hati atau karenasuka, melainkan karena sudahmestinya begitu, baik di jalan adat, maupun di

    jalan tabiat. Sudah memang mestinya orang yang terkemudian memakai pedo-man orang-orang yang terdahulu. Bukan saja dalam agama; melainkan dalamadat hidup dan ilmu pengetahuan begitu pula.

    Akan tetapi, TIDAK TERTUTUP jalan pelajaran dan penyelidikan denganseluas-luasnya yang berdasar dengan mempelajari kitab-kitab Ulama yang bermula-mula dalam agama dan dengan menyelidik dan memperhatikanpengajaran-pengajaran yang terdapat di dalam perjalanan riwayat dunia dandi dalam tabiat Alam, yang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kitadiperintahkan dalam beberapa banyak ayat Qur’an yang Hakim, dan dalam beberapa banyaksabda Rasulnya yang Karim (clm), akan memperhatikan segala itu dan meng-ambil ibarat dan pengajaran daripadanya.

    Artinya, TIDAK TERTUTUP jalan ‘ijtihad’, yang bermakna mempelajarisebanyak-banyaknya kitab-kitab ulama yang besar-besar dalam agama danTIDAK TERTUTUP pembacaan Qur’an dan Hadith untuk mencari pendidikanIman dan Budi-pekerti, asal jangan hendak berpandai-pandai, sekehendak hatimemakna-maknakan hukum-hukum, yang di dalam Qur’an dan Hadith itudengan tidak memperhatikan keterangan-keterangan dan pemandangan-pe-mandangan ulama-ulama yang menjadi ikutan dalam selama masa yang telahlalu, yang memberi keterangan-keterangan dan pemandangan-pemandanganitu dengan alasan yang kuat-kuat.

    Dan TIDAK TERTUTUP, malahdiperintahkan kita menempuh jalan men-cari ilmu pengetahuan dengan mempelajari pengajaran-pengajaran pujangga yang besar-besar, yang membentangkan riwayat dunia di dalam tarikh (babad)dan riwayat alam, di dalam ilmu alam, ilmu tabiat, ilmu hewan dan tumbuhan,dan lain-lain yang semakin bertambah-tambah banyak hasil penyelidikannya.

    Dan hasil-hasil penyelidikan itu senantiasa menambah banyaknya jumlahpengetahuan yang dikumpulkan oleh manusia. Maka bertambah-tambah pula perkakas isi otak dan hati manusia itu; untukakalnya bagi memaham-ma-hamkan pengajaran-pengajaran agama, yang mencerdaskan budi pikirannya;untuk perasaannya bagi menajam-najamkan timbangannya, yang mencerdas-kan budi-pekertinya.

    Syahdan, ‘ijtihad’ yang kedua ini (yang kita tuliskandengan huruf pangkalkecil , akan membedakan daripada ‘Ijtihad’ yang bermula tadi, yang kita tulis-

    w w . a a

    i i l . o r

  • 8/18/2019 Quransuci_mukadimah - Copy

    8/118

    VI JuzSepatah kata dari penerjemah

    kan dengan huruf pangkal besar ), ‘ijtihad’ini , bukanlah tertutup pintunya,

    melainkan malah bertambah-tambah luas dan lebar jalannya.Sebaliknya (akan tetapi berhubung juga dengan itu),tidaklah wajib, malahKELIRU ‘taqlid’, yang bersifat menurut dan meniru dengan membuta-tuli.Menurut dan meniru, yangsengaja mendiamkan macam-macam pertanyaan yang terbit di dalam hati. Kelakuan yang semacam ini membutakan budi pikir-an, menumpulkan budi-pekerti, sehingga akhirnyamemisahkan aturan hidupdengan aturan agama. Maka jadilah manusia itumengaku beragama, tapitidakmengerjakan, tidak melakukan agamanya dengan keyakinan dan bersungguh-sungguh.

    Adapun dengan salinan dan tafsir Maulwi Muhammad Ali itu tidaklah di-

    sajikan pembaruan Qur’an, dan tidak diadakan Madzhab baru, yang diwajib-kan ‘Taqlidnya’; melainkan yang disajikan itu semata-mata hasil pekerjaanseorang manusia Muslim terpelajar, yang menguraikan beberapa pendapatan yang dikumpulkannya dalam mempelajari beberapa banyak kitab tafsir danlain-lain kitab daripada ulama-ulama Islam, dan salinan-salinan Qur’an danpemandangan-pemandangan tentang Qur’an itu daripada pujangga-pujanggadi dalam dan di luar Islam. Maka adalah yang sebagai itu satu alat pelajaran,untuk meluaskan pengetahuan agama belaka, yang sekali-kalitidak mengenaiperkara ‘Ijtihad’ atau ‘Taqlid’.

    Ada lagi satu pandangan. Di tanah air kita dan di tiap-tiap negeri Islam yanglainpun juga adalah tersiar salinan-salinan Qur’an dengan bahasa asing: Belan-da, Jerman, Inggris dan lain-lain yang dapat diperbuat oleh pihak-pihak di luarIslam. Dan tidak sedikit pula karangan tentang Agama Islam daripada pihaklain-lain itu, baik yang bangsa ahli ilmu pengetahuan, maupun bangsa penye- bar lain-lain agama, istimewa Kristen dan Theosof, yang karangan-karanganitu memakai salinan Qur’an.

    Salinan-salinan Qur’an dan kitab-kitab yang sebagai itu biasanya tidak sam-pai ke tangan kaum santri (orang surau) umumnya, tapi untuk kaum terpelajaratau umumnya kaum sekolah, yang hendak mengetahui ajaran-ajaran AgamaIslam, boleh kita katakanhanyalah kitab-kitab bangsa itu, yang menjadi pe-nuntunnya. Dan terutama sekali Qur’an yang dipentingkannya; sebab agamaKristen, yaitu umumnya Eropa, yang di sini menjadi persaingan dan bandingan Agama Islam di mata orang, diajarkan dengan “kitab suci” agama itu yaitu Bi- bel, istimewa kitab Injil.

    Padahal dalam kitab-kitab tadi itu banyak sekali terdapat pemalsuan ayat-ayat Qur’an, yaitu yang berlainan daripada yang sebenarnya. Atau, sekalipuntidak boleh dikatakan menukar makna, akan tetapi seolah-olah dipilih perka-taan-perkataan, yang dengan mudah menerbitkan pengertian yang keliru atauperasaan yang tak menyenangkan, oleh karena memang keliru pengertian atautidak menyukai ajaran-ajaran yang disalinnya itu.

    Sebaliknya, umumnya kitab-kitab tafsir Qur’an yang dari pihak Islam, tak da-pat dibaca oleh kaum sekolah atau kaum terpelajar tadi. Kaum itu jarang yangmengerti bahasa Arab. Dan jika pun ada yang dapat bahasa Arab atau dapat taf-

    w w . a a

    i i l . o r

  • 8/18/2019 Quransuci_mukadimah - Copy

    9/118

    VIISurat Sepatah kata dari penerjemah

    sir yang dengan bahasa Melayu dan sebagainya, tidak juga boleh memuaskan

    kaum itu, sebab tafsir-tafsir itu tidak memakai ilmu pengetahuan zaman inidan tidak memakai jalan pemberi keterangan yang bersetujuan dengan pahamdan pengertian orang zaman kita ini.

    Syahdan tafsir Maulwi Muhammad Ali itu adalah satu karangan, yang sepa-dan dengan pengetahuan dan pengertian kaum terpelajar zaman sekarang ini.

    Macam-macam pemalsuan, macam-macam cacian, celaan dan gugatan da-ripada pihak luar Islam, istimewa Eropa, mendapat bantahan dan sangkalandengan alasan-alasan dan bukti-bukti, yang merubuhkan hujah-hujah danmembuktikan kekosongan falsafah pihak pencaci, pencela dan penggugat itu.

    Sebaliknya tidak ada di dalam karangan itu sesuatu keterangan yangmem-

    batalkan tafsir-tafsir lama yang mu’tabar di dalam kalangan umat Islam. Jikapun ada satu-satu perkara yang berbeda keterangan atau pemandangan dengansatu-satu tafsir dulu itu, tidaklah perbedaan itu baru semata-mata, melainkanmesti sudah ada dari dulu di dalam kalangan ulama Islam.

    Sebagai lagi, biar berapapun ‘moderen’-nya keterangan-keterangan dalamkarangan Maulwi Muhammad Ali itu, berapapun takluknya kepada ilmu pe-ngetahuan (wetenschappelijk), akan tetapi sepanjang pendapatan penyelidikansaya, selamat ia daripada paham kebendaan (materialisme) dan daripada pa-ham ‘ke-aqlian’ (rasionalisme), paham keghaiban (mistik), yang menyimpangdaripada iman dan tauhid Islam yang benar. Tegasnya terpelihara ia daripadakesesatan Dahriyah, Mu’tazilah dan Batiniyah.

    Akhirul-kalâm, penerbitan salinan Qur’an dan Tafsir yang diusahakan itutidak memakai asas kuno. Dari mula-mula terbit bagian pertama penyalin danpenerbit suka menerima ‘perbaikan’ kalau ada salah satu pihak membuktikansalah atau keliru atau pun suatu yang sangat berlainan di dalam salinan yangditerbitkan itu. Dan tiap-tiap ‘persalinan’ yang kuat alasannya akan dicetakpula dan dilampirkan kepada bagian yang berikut.

    Dengan jalan ini saya beroleh keyakinan, bahwa dengan usaha penerbitan sa-linan tafsir itu dapatlah segala faedah yang berguna dengan menyingkiri segala yang mudlarat dan keliru.

    Maka oleh sebab itu bukan saja hilang “tak sedap hati” saya yang pada per-mulaan itu, melainkan berganti dengan suka dan setuju membantu dengansegala kesungguhan hati akan menjadikan usaha itu.

    Adapun akan tau q, kepada Allah kita pohonkan.Sayang sekali bahwa penerbitan itu berhenti di tengah jalan, setelah diterbit-

    kan dua tiga juz.Pada tahun 1939, saudara A. Azis, translateur Balai Pustaka Jakarta telah

    menerjemahkan De Heliege Qur’an (Soedewo) kepada bahasa Indonesia. Hasilkarya itu diserahkan kepada GAI untuk diterbitkan. Tiba-tiba menjelang akhirtahun 1939 pecahlah Perang Dunia II, sehingga usaha penerbitan mengalamikemacetan. Sekitar tahun lima puluhan, timbullah keinginan untuk mener- bitkan karya itu. Bapak Muh. Kusban diminta bantuannya untuk mengoreksikarya itu, mengingat karya itu masih banyak digunakan bahasa Melayu. Tetapi

    w w . a a

    i i l . o r

  • 8/18/2019 Quransuci_mukadimah - Copy

    10/118

    VIII JuzSepatah kata dari penerjemah

    setelah dipertimbangkan masak-masak, GAI mengambil keputusan agar yang

    diterbitkan ialah karya Maulana Muhammad Ali yang sudah direvisi ( Revised Edition).Sebagaimana kita maklum, Maulana Muhammad Ali menerbitkan Qur’an

    dan Tafsir bahasa Inggris pertama kali pada tahun 1918. Terbitan inilah yangditerjemahkan kepada bahasa Jawa oleh bapak H. Minhadjurrahman Djojosu-gito dan M. Mufti Syarif. Kemudian pada tahun 1928, Maulana Muhammad Alimenerbitkan terjemah Qur’an bahasa Inggris tanpa huruf Arab dengan tafsir yang singkat. Karya inilah yang diterjemahkan oleh bapak Soedewo kepada bahasa Belanda, yang kemudian diterjemahkan kepada bahasa Indonesia olehsaudara A. Azis. Kemudian pada tahun 1951, Maulana Muhammad Ali mener-

    bitkan Revised Edition, yaitu terjemah Qur’an kepada bahasa Inggris yangdirevisi. Adapun tujuan Revised Edition, diterangkan dengan jelas dalam katapengantarnya. Terjemahan Revised Edition inilah yang sekarang diterbitkanoleh Gerakan Ahmadiyah Lahore Indonesia.

    MAKSUD DAN TUJUANTujuan Gerakan Ahmadiyah Indonesia menerbitkan Tafsir Qur’an terjemah

    Indonesia ialah untuk membantu para pembaca, memahami Qur’an Suci yang ditu-runkan oleh Tuhan Yang Maha-esa sebagai Pedoman petunjuk bagi umat manusia.GAI tahu bahwa di Indonesia sudah banyak diterbitkan Terjemah Qur’an Suci baha-sa Indonesia dengan Tafsirnya, hasil karya Ulama Indonesia yang kenamaan. TetapiGAI menyadari bahwa dalam Qur’an Suci, banyak terdapat ayatmutasyâbihât (ka-lam ibarat). Untuk memahami ayat semacam itu, diperlukan tafsir atau keterangan yang agak luas, yang banyak kami jumpai dalam Tafsir Maulana Muhammad Ali.Hal ini dinyatakan dengan jelas dalam Tafsir Al-Qur’an Departemen Agama RI,tahun 1965, halaman 44, sebagai berikut: “Terjemahan itu (terjemahan Maulvi Mu-hammad Ali) adalah terjemahan ilmiyah yang diberi catatan-catatan (tafsir) yangluas, dan Pendahuluan dan Indeks yang cukup.”

    BEBERAPA CATATAN PENTINGa. Tata bahasa

    Dalam Tafsir ini, banyak dijumpai istilah tata-bahasa Arab, misalnya,wazan,mashdar, isim, ’il madli , dan lain-lainnya. Di bawah ini adalah penjelasan singkattentang istilah-istilah itu.

    Wazan ialah semacamnot dalam nyanyian. Jikanot itu terdiri dari do re mi fa sol la si do, maka wazan itu terdiri dari fa’ ‘ain lam. Dari tiga huruf ini, digubahmenjadi bentuk-bentuk tertentu, yang menghasilkan arti yang berlainan. Denganmengenali wazan, orang mudah sekali mengetahuiakar katanya . Misalnya kata Rahmân dan Rahîm, ini dari wazan fa’landan fa’il . Dari sini dapat diketahui akar-

    katanya, yaiturahima artinya belas kasih. Dlamir artinya kata ganti . Kata ganti dalam bahasa Arab itu lebih jelas, ka-rena mengenal bentuk tunggal, bentuk ganda, bentuk jamak, bentuk laki-laki dan

    w w . a a

    i i l . o r

  • 8/18/2019 Quransuci_mukadimah - Copy

    11/118

    IXSurat Sepatah kata dari penerjemah

    bentuk perempuan.

    Isimialahkata benda atau kata sifat. Semua isim dalam bentukin nitif selalumemakai tanwin . Adapun isim dalam bentuk nit harus ditambah al di depannya. Mashdar ialah kata benda in nitif . Isim-fa’il itu sama dengan bentuk nominatif , yang menunjukkan orang yang

    melakukan pekerjaan. Fi’il madli ialah kata kerja yang menunjukkan waktu yang sudah lampau. Fi’il mudlari’ ialah kata kerja yang menunjukkan waktu sekarang atau yang

    akan datang. Mufrad ialahbentuk tunggal (singular),Tatsniyah ialahbentuk ganda (dual).

    Jama’ sama dengan bentuk jamak (plural).

    b. Kitab BibelOleh karena sudah tersedia Bibel Indonesia, maka semua kutipan ayat BibelInggris tidak saya terjemahkan, melainkan saya kutip langsung dari Bibel Indonesia, walaupun teks Bibel Inggris lebih mudah dipahami daripada teks Bibel Indonesia. Adapun Bibel yang saya gunakan ialah Bibel Indonesia terbitan Lembaga AlkitabIndonesia, Jalan Teuku Umar 34, Jakarta.c. Kitab Kamus

    Kamus Arab, saya gunakan Kitab Munjid yang sudah terkenal di Indonesia.Kamus Arab-Inggris, saya gunakanQamusul-‘Ashri , karya E. A. Elias, Beirut. Ka-mus Inggris-Indonesia, saya gunakan kamus W. J. S. Purwodarminto cs. dan E.Pino. Kamus Indonesia, saya gunakan kamus W. J. S. Purwodarminto dan SutanMuhammad Zain. Kamus kecil Arab-Indonesia-Inggris, karya Abdullah bin Nuh, banyak pula saya gunakan.d. Tafsir Qur’an Indonesia

    Sebagai bahan perbandingan, saya gunakan Tafsir Al-Qur’an keluaran Depar-temen Agama RI dan Tafsir Al-Qur’an Jarwa Jawi.

    KESULITAN-KESULITANKesulitan yang saya hadapi ialah adanya kenyataan bahwa bahasa Indonesia

    tak mengenal bentuk jamak, apalagi bentuktatsniyah (dual). Demikian pula kataganti bahasa Indonesia tak mengenal perbedaan antara bentuk pria dan bentuk wanita, sehingga terjemahan ayat yang di dalamnya terdapat rentetan dlamir yangmenunjukan pria dan wanita, sukar sekali dibedakan. Ini disebabkan karena ter- jemahan ini saya usahakan setepat mungkin dengan kata-kata aslinya (har yah ), bukan terjemahan bebas. Cara-cara ini memang sulit, tetapi saya tempuh, demimenyajikan terjemahan yang dapat dipertanggungjawabkan. Jika ada terjemahan yang terpaksa harus ditambah keterangan, maka keterangan itu ditaruh diantaradua kurung. Misalnya terjemahan rentetan dlamir yang menunjukkan pria dan wanita, maka sesudah kata ganti ‘dia’ atau ‘mereka’ terpaksa ditambah dengan per-kataan ‘pria’ atau ‘wanita’ di antara dua kurung. Jika tidak, maka terjemah itu sukardipahami

    w w . a a

    i i l . o r

  • 8/18/2019 Quransuci_mukadimah - Copy

    12/118

    X JuzSepatah kata dari penerjemah

    EDISI YANG DIPERBAHARUITerjemah dan Tafsir ini bersumber kepada The Holy Qur’an, karya MaulanaMuhammad Ali, M.A., LLB., tahun 1951, edisi yang diperbaharui (Revised Edition).

    Yang diperbaharui di dalam edisi ini ialah Mukadimah dan Tafsirnya. Mukadimah lebih singkat daripada Edisi sebelumnya. Dalam edisi sekarang ini banyak ditam- bahkan tafsir baru. Misalnya dalam Surat Al-Fatihah, ditambahkan dua tafsir barudengan nomor 8a dan 8b. Dan bila dianggap perlu, tafsir yang dimuat dalam edisisebelumnya, dihilangkan atau diubah sama sekali. Maka dari itu, dalam edisi se-karang ini, banyak terdapat nomor tafsir yang dihilangkan. Misalnya dalam Surat Al-Bâqarah, sesudah tafsir nomor 16, disusul dengan tafsir nomor 18, dengan meng -hilangkan tafsir nomor 17. Itulah sebabnya mengapa tafsir ini banyak yang tidaksama dengan tafsir Jarwa Jawi.

    PERMOHONANSebaik-baik terjemahan, pasti tak menyamai aslinya. Terjemahan adalah

    terjemahan, bukan asli, sekalipun penerjemahannya diusahakan setepat mungkin.Jiwa penerjemah, jauh tak sepadan dengan jiwa Maulana Muhammad Ali. Makadari itu jika ada terjemah yang tak betul, ini adalah karena kebodohan saya, dansekali-kali bukan karena disengaja. Saya akan sangat berterima kasih kepada siapasaja yang membetulkan terjemahan saya. Harapan saya, semoga Qur’an Suci ter-

    jemah Indonesia ini merupakan sumbangan yang berharga bagi Bangsa Indonesia yang sedang giat melaksanakan pembangunan, teristimewa pembangunan mentalspiritual.

    Sebelum saya mengakhiri uraian saya, perlu saya sampaikan terima kasihsebanyak-banyaknya kepada bapak Soedewo dan bapak Muhammad Irsyad yang banyak memberikan dorongan kepada saya dan membangkitkan keberanian sayadalam mengerjakan tugas yang amat berat ini. Ucapan terima kasih, saya sampai-kan pula kepada ananda Hadiwiratno, yang dengan tekun mengetik naskah ini,dan kepada ananda S. A. Syurayuda, yang mengerjakan tata-letak (lay-out ) sampaiselesai. Demikian pula kepada bapak H. Muh. Syarif E. Koesnadi, yang berkenanmengerjakan koreksi naskah dan memeriksa cetak-percobaan sampai selesai, dankepada bapak H. Soetjipto, S. H. yang mengatasi segala kesulitan sehingga TafsirQur’an Suci terjemah bahasa Indonesia ini dapat diterbitkan.

    Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberkahi Tafsir dan Terjemah Qur’anSuci bahasa Indonesia ini.

    Akhir kalam, segala puji kepunyaan Allah, Tuhan sarwa sekalian alam.

    Jakarta, 29 September 1971Penerjemah

    w w . a a

    i i l . o r

  • 8/18/2019 Quransuci_mukadimah - Copy

    13/118

    KATA PENGANTAR

    Sejak berakhirnya Perang Dunia II, sangat diperlukan perbaikan terjemahanTafsir Qur’an bahasa Inggris. Semenjak saya mulai menangani karya ini pada tahun1909, keadaan telah berubah begitu cepat, hingga terasa sekali perlunya perbaikanitu. Sebenarnya, bukan hanya perubahan keadaan saja yang mendorong saya meng-adakan perbaikan, melainkan pula sehubungan dengan semakin luasnya pengeta-huan saya tentang Qur’an, berkat adanya kenyataan, bahwa siang dan malam, sayaselalu sibuk dalam urusan itu, yaitu mendalami Qur’an, Hadits dan buku Islam lain-nya. Dalam jangka waktu 33 tahun, sejak diterbitkannya Edisi Pertama pada tahun1917, saya telah banyak menyumbangkan karya ke-Islaman yang penting-penting, baik yang berbahasa Inggris maupun berbahasa Urdu. Setelah selesai menulis Tafsir bahasa Inggris, saya menulis Tafsir bahasa Urdu yang lebih luas, Bayânul-Qur’ân,dalam tiga jilid, dan untuk ini saya perlukan waktu tujuh tahun. Tafsir ini meliputi2500 halaman, dan memuat tafsir yang lebih luas daripada tafsir bahasa Inggris.Selain itu, saya menulis Sejarah Nabi Suci dalam bahasa Urdu, yang kemudian di-terjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul Muhammad The Prophet . Taklama kemudian, saya terbitkan sejarah Khulafâur-Râsyidûn dalam bahasa Urdudan Inggris. Kira-kira pada tahun 1928, saya terbitkan Terjemahan Qur’an Sucidalam bahasa Inggris tanpa teks Arab, dengan tafsirnya yang agak dipersingkat.Kemudian menyusul terjemahan Kitab Hadits termasyhur, Sahih Bukhari , dengantafsirnya dalam bahasa Urdu. Pada tahun 1936, saya terbitkan karya besar lainnyadalam bahasa Inggris, The Religion of Islam, yang berisi uraian lengkap tentangmasalah ke-Islaman, baik yang berhubungan dengan Ibadat maupun mu’amalat,disertai penjelasan tentang masalah ke-Islaman pada zaman moderen ini. Sesudahtahun 1940, saya terbitkan buku-bukuThe New World Order, A Manual of Hadith, dan The Living Thoughts of The Prophet Muhammad.

    Berkat studi yang mendalam yang harus saya lakukan untuk menyelesaikankarya-karya itu, saya memperoleh banyak ilmu yang perlu sekali disampaikan kepa-da para pembaca berbahasa Inggris yang tersebar luas di sebagian besar dunia ten-tang pengertian Qur’an yang lebih dalam daripada yang pernah saya berikan pada waktu saya berusia muda. Pada akhir 1946, mulailah saya memperbaiki terjemahandan tafsir Qur’an ini, tetapi pada tahun 1947 terjadilah keadaan yang genting dinegara Pakistan, dan pada tanggal 29 Agustus 1947, demi keamanan, saya terpaksamengungsi dari Dalhousie, tempat saya bekerja pada musim panas. Naskah yangtelah saya kerjakan di sana banyak yang hilang, tetapi dapat saya himpun kembalidi Quetta, tempat saya bermukim selama musim panas tahun 1948. Akan tetapisebelum banyak saya kerjakan, saya menderita sakit keras, hingga pekerjaan ter-paksa dihentikan selama enam bulan. Pada pertengahan tahun 1950, naskah telahselesai seluruhnya, tetapi di Karachi, saya menderita sakit agak keras lagi. Tetapi, ALHAMDULILLÂH, saya dikaruniai sehat kembali, untuk melihat naskah itu dima-sukkan dalam percetakan, dan untuk memberi nishing touch ; dan mungkin pulauntuk melanjutkan pengabdian saya dalam perkara Kebenaran. Meskipun sambil berbaring di kamar sakit, saya terus memeriksa cetak-percobaan dan memperbaiki

    w w . a a

    i i l . o r

  • 8/18/2019 Quransuci_mukadimah - Copy

    14/118

    XII JuzKata Pengantar

    Mukadimah.

    Sebelum saya menguraikan perbaikan apa yang saya lakukan dalam Edisi ini,saya ingin mengutip beberapa paragraf Mukadimah Tafsir lama, yang menerangkanciri khas Tafsir ini:

    “Tentang hal terjemahan, tak banyak yang perlu saya terangkan. Meskipunkini telah beredar terjemahan dan tafsir Qur’an bahasa Inggris, namun pada umum-nya orang menganggap perlu adanya terjemahan tafsir Qur’an bahasa Inggris yangditulis oleh orang Islam sendiri. Apakah terjemahan ini sudah memenuhi kebutuh-an, hanya soal waktu saja yang menentukan. Akan tetapi perlu kiranya saya terang-kan, bahwa terjemahan saya ini, saya usahakan lebih berpegang teguh pada Teks Arabnya daripada terjemahan bahasa Inggris yang lain. Kata tambahan sebagai

    penjelasan makna aslinya, pada umumnya saya tiadakan, tetapi jika dianggap perlu— dan hal ini jarang terjadi — kata tambahan itu ditaruh di antara dua kurung. Ma-nakala terjadi penyimpangan dari makna aslinya, alasan penyimpangan diberikandalam tafsir, dan dikutip sebanyak mungkin dalilnya.

    Tafsir ini mempunyai beberapa ciri yang baru. Setelah Teks Arab dipasang,terjemahannya ditaruh sebelah-menyebelah dengan teks itu. Tiap-tiap ayat dimu-lai dengan alinea baru, baik teks maupun terjemahannya, dan tiap-tiap ayat diberinomor sendiri untuk memudahkan referensi. Tafsir yang perlu-perlu, ditaruh di bawah, dengan diberi nomor urut; dan untuk penjelasan, diberikan pula dalil-dalildan alasannya. Pekerjaan itu memang berat, namun saya tempuh, demi untuk men- jadikan karya ini sebagai sumber yang memuaskan, terutama bagi para pembaca, yang jika tidak demikian, pasti timbul keragu-raguan tentang keterangan yang bagimereka tampak baru sama sekali. Saya usahakan agar tafsir yang telah saya berikan,tak saya ulang lagi, tetapi bila dianggap perlu, saya cantumkan nomor referensinya,meskipun saya harus mengakui bahwa referensi amatlah menjemukan. Apabilamakna suatu perkataan Arab telah saya terangkan di suatu tempat, saya anggap takperlu memberi referensi lagi, kecuali dalam hal yang luar biasa. Akan tetapi untukmemudahkan para pembaca, saya lampirkan daftar kata Arab, dan bila dianggapperlu, para pembaca dapat mencocokkan sendiri.

    Selain tafsir, tiap-tiap Surat diberi kata pengantar yang cukup jelas. Katapengantar itu mengikhtisarkan isi Surat dalam ruku’-ruku’, yang sekaligus menun- jukkan adanya hubungan antar ruku’ dan antar-Surat. Tafsir yang diatur demikian,memang baru pertama kali ini, dan saya berharap semoga tafsir ini berangsur-angsur membuktikan keampuhannya dalam memberantas pendapat umum, bahwaayat dan Surat Qur’an Suci tak teratur sama sekali. Memang benar bahwa Qur’antak membagi-bagi isinya yang beraneka ragam, dan menggolongkan sendiri-sendiridalam ruku’ atau Surat. Hal ini disebabkan karena Qur’an bukanlah kitab undang-undang, melainkan kitab yang pada dasarnya dimaksud untuk meninggikan akhlakdan rohani manusia; maka dari itu tema yang terpokok ialah Kekuasaan, Kebesaran,Keagungan dan Kemuliaan Allah. Sekalipun di dalamnya diundangkan hukum-hu-kum sosial, namun ini dimaksud untuk meninggikan akhlak dan rohani manusia.Bahwa Qur’an Suci mempunyai susunan yang teratur, ini dapat dilihat dengan jelas,sekalipun oleh pembaca yang hanya sepintas kilas membaca kata pengantar pada

    w w . a a

    i i l . o r

  • 8/18/2019 Quransuci_mukadimah - Copy

    15/118

    XIIISurat Kata Pengantar

    tiap-tiap Surat. Selanjutnya hendaknya diingat, bahwa wahyu yang diturunkan di

    Makkah dan di Madinah dirangkaikan dengan indah, bahkan ada segolongan Su-rat yang diturunkan dalam waktu yang hampir bersamaan, yang membahas satupokok persoalan. Kata pengantar menerangkan pula, apakah Surat itu diturunkandi Makkah atau di Madinah, dan kapan kira-kira Surat itu diturunkan. Memastikantanggal dan menentukan urutan wahyu bagi masing-masing Surat, seringkali hanyaperkiraan saja, maka dari itu, saya menjauhkan diri dari pekerjaan yang tak adagunanya itu.

    Kitab-kitab yang dikutip dalam tafsir ini, diterangkan dalam daftar singkatan,pada halaman LXXXI. Di antara kitab tafsir yang saya gunakan ialah tafsir besarkarya Ibnu Djarir, Imam Fahrudin Razi, Imam Atsiruddin Abu Hayyan, sedang

    tafsir yang agak kecil tetapi tak kurang pentingnya ialah tafsir Zamakhsyari, Bai-dlowi, dan Jami’u-l-Bayyan karya Ibnu Katsir. Di antara kitab kamus yang selalusaya gunakan ialah kamus besar Taju-l-‘Arus dan Lisanu-l-‘Arab yang dua-duanyamerupakan buku standard; akan tetapi yang amat banyak menolong saya ialah kitab yang lebih kecil karya Imam Raghib Isfahani yang terkenal dengan nama Mufradât fî Gharibil-Qur’ân, yang di antara buku standar lainnya, buku ini menduduki tem-pat yang paling atas dalam bidang kamus Qur’an.

    Kamus Hadits yang paling penting ialah kitab Nihâyah karya Ibnu Atsir, dankitab Majmâ’ul-Bihâr, dua-duanya berguna sekali dalam mengungkapkan soal yangrumit-rumit. Akan tetapi perlu saya terangkan bahwa saya kerap kali menggunakan Arabic English Lexicon karya tuan Lane. Karena bagi para pelajar Inggris yang bela- jar bahasa Arab, buku ini besar sekali nilainya; hal ini sengaja saya kemukakan agarpara pembaca leluasa mencocokkannya. Sayang sekali penulis besar ini meninggalsebelum karyanya selesai, tetapi sampai huruf fa’ . Dunia sangat berhutang budikepada tuan Lane. Selain kitab tafsir dan kamus, saya gunakan pula kitab sejarahdan kitab lainnya. Di antara kitab Hadits, Kitâbut-Tafsîr dari Sahih Bukhari, yaitu yang menerangkan tafsir Qur’an selalu saya gunakan; akan tetapi di samping itu,saya gunakan pula seluruh kitab Bukhari dan Hadits Sahih lainnya. Dan akhirnya,seorang pemimpin Islam yang paling besar pada zaman sekarang, Hazrat MirzaGhulam Ahmad, banyak sekali memberi inspirasi yang baik dalam tafsir ini. Banyaksekali ilmu yang saya peroleh dari sumber yang dialirkan oleh Mujaddid Agung abadsekarang dan Pendiri Gerakan Ahmadiyah. Masih seorang lagi yang namanya perlusaya sebutkan di sini ialah almarhum Maulvi Nuruddin, yang menjelang akhir hi-dup beliau, sekalipun dalam keadaan sakit, berkenan pula memeriksa dengan sabartafsir ini, dan memberi banyak nasihat yang amat berharga. Sungguh, dunia Islam berhutang budi kepada beliau, karena beliau merupakan pemimpin gaya baru yangmeremajakan cara menafsiri Qur’an. Beliau telah menyelesaikan tugas dengan baik,dan meninggal dengan tenang; bahkan sebenarnya, beliau telah menghabiskan hi-dup beliau untuk mendalami Qur’an, maka sudah sepantasnya beliau digolongkansebagai mufassir besar Qur’an Suci.

    Prinsip utama yang saya gunakan dalam menafsiri Qur’an ialah bahwa Qur’anharus ditafsirkan begitu rupa hingga tak bertentangan dengan ajarannya yang te-rang-benderang (muhkamât ), suatu prinsip yang diterangkan oleh Qur’an sendiri

    w w . a a

    i i l . o r

  • 8/18/2019 Quransuci_mukadimah - Copy

    16/118

    XIV JuzKata Pengantar

    dalam 3:6. Lihatlah tafsir nomor 387. Itulah pedoman bagi tafsir saya; dan jika

    diingat bahwa Qur’an itu penuh dengan tamsil, perumpamaan, kiasan, di sampingajarannya yang terang-benderang, maka prinsip itu merupakan dasar yang palingsehat. Sunnah dan Hadits, jika benar-benar sahih, merupakan pula tafsir Qur’an yang paling baik, maka dari itu saya gunakan sebanyak mungkin. Kitab karanganpara ulama kuno pun saya utamakan sebagai dalil, akan tetapi keterangan dan Ha-dits yang bertentangan dengan Qur’an, sudah sewajarnya ditolak. Demikian pulasaya tunduk kepada peraturan, bahwa bagaimanapun juga, arti suatu perkataandalam Qur’an disesuaikan dengan kalimat di muka dan di belakangnya, dan hanyadalam batas-batas tertentu saja, saya tunduk kepada pendapat saya sendiri, yangsekiranya dibenarkan oleh kamus dan sastra Arab dalam pemakaian kata itu. Terje-

    mah bahasa Inggris yang sudah beredar, memberi banyak pertolongan kepada saya,akan tetapi terjemahan itu baru saya ambil apabila cocok dengan selera saya, demi-kian pula telah saya cocokkan dengan teks aslinya. Dongeng-dongeng yang biasadimasukkan dalam tafsir, tak mendapat tempat dalam tafsir saya, terkecuali cerita yang cukup dibuktikan oleh sejarah, atau yang diambil dari Hadits sahih. Menurutkeyakinan saya, cerita yang terdapat dalam kitab-kitab Islam itu dimasukkan olehorang Yahudi atau orang Kristen, ketika mereka berduyun-duyun memeluk Islam.Perlu saya tambahkan di sini, bahwa kecenderungan para Ulama zaman sekaranguntuk menganggap tafsir terbitan Abad Pertengahan sebagai tafsir Qur’an babakterakhir, adalah berbahaya sekali, dan praktis menutup perbendaharaan ilmu yangmelimpah-limpah yang seharusnya dituangkan dalam tafsir Qur’an gaya baru. Apa-lagi jika kita pelajari para mufassir kuno, tampak dengan jelas betapa bebasnya me-reka menafsiri Qur’an, yang jika karya besar itu kita abaikan, kita sungguh berdosa.Pengabdian mereka dalam perkara Kebenaran akan lenyap begitu saja, jika merekaseperti halnya para ulama zaman sekarang, menganggap para ulama sebelumnya,telah menyatakan diri sebagai ulama terakhir dalam menafsiri Qur’an Suci.”

    Saya senang sekali bahwa para mufassir sesudah saya, mengambil begitu sajaciri khas Tafsir saya, teristimewa kata pengantar pada tiap-tiap Surat, yang meng-ikhtisarkan isi Surat dan hubungannya dengan Surat sebelumnya. Bahkan tafsirmereka mengambil begitu saja sebagian besar keterangan saya. Di bawah ini adalah beberapa kutipan dari majalah triwulan tuan Zwemer,The Moslem World , bulanJuli 1931, yang menulis artikel penting tentang hal itu:

    “Jika tafsir Mr. Pickthall diteliti secermatnya dan dibandingkan dengan tafsir Ahmadiyah karya Maulvi Muhammad Ali, akan nampak dengan jelas bahwakarya Mr. Pickthall itu tak ubahnya hanya perbaikan saja dari karya Ahmadi- yah.” (hlm. 289)

    “Kami telah mempelajari dengan seksama lebih kurang empat puluh ayatSurat kedua, enam puluh ayat Surat ketiga, empat puluh ayat Surat kesembilan belas, dan lima belas Surat-surat terakhir, dan kami bandingkan dengan tafsirSale, Rodwell, Palmer dan Muhammad Ali, demikian pula dengan Teks Arab-nya. Dari penyelidikan yang seksama itu, dapat kami tarik kesimpulan bahwatafsir M. Pickthall, pada semua bagian yang kami pelajari, mirip sekali dengankarya Muhammad Ali; perbedaan antara dua tafsir itu hanya mengenai kata-

    w w . a a

    i i l . o r

  • 8/18/2019 Quransuci_mukadimah - Copy

    17/118

    XV Surat Kata Pengantar

    katanya saja.” (hlm. 290)

    “Sekarang jika ayat di atas (3:57-63) kami bandingkan dengan tafsir Sale,Rodwell, dan Palmer, kami akan melihat, bahwa Mr. Pickthall lebih dekat ke-pada Muhammad Ali daripada tiga mufassir lainnya, hingga orang mendapatkesan bahwa ia lebih banyak mengikuti Muhammad Ali daripada Rodwell danPalmer, walaupun di sana-sini ia mengambil pula kata-kata dari Rodwell danPalmer.” (hlm. 292)

    “Ketergantungan Mr. Pickthall pada karya Muhammad Ali, kadang-kadangdapat dilihat dalam tafsirnya, dan siapa saja yang memperbandingkan tafsir itudengan tafsir Muhammad Ali edisi tahun 1920, akan menjumpai bahwa di se-

    luruh Surat kedua, hampir semua tafsirnya didasarkan atas tafsir Ahmadiyah”(hlm. 293)

    “Kami berpikir bahwa kini terang sekali bagi pembaca, betapa besar hutang budi Mr. Pickthall kepada kaya Maulvi Muhammad Ali, bukan saja dalam haltafsirnya, melainkan pula terjemahannya” (hlm. 293)

    “Jika dua ayat itu dibandingkan dengan tafsir Mr. Sarwar termuat di halaman133 dalam majalah yang terbit baru-baru ini, nampak sekali bahwa Mr. Sarwardan Mr. Pickthall, dua-duanya mengikui Muhammad Ali” (hlm. 294)

    “Beberapa ayat telah kami pelajari dengan seksama, yakni permulaan Suratkedua, ketiga dan kesembilan belas, dan lima belas Surat terakhir, nampak se-kali bahwa terjemahan Pickthall hampir seluruhnya mengikuti Muhammad Ali,demikian miripnya hingga orang tak dapat membuktikan keorisinilan karyaPickthall.” (hlm. 297)

    Pendapat yang serupa, dinyatakan pula oleh lain-lain penulis. Demikianlahpenulis Islam in Its True Light menyebut Tafsir ini sebagai “bintang petunjuk bagikarya orang Islam yang datang kemudian” (hlm. 69), dan menyebut Mr. Sarwardan Mr. Pickthall mengikuti begitu saja Tafsir ini. Adapun sebabnya, mudah dicari.Tafsir saya adalah hasil kerja keras. Tiap-tiap tafsir atau penjelasan, saya cocokkanlebih dahulu dengan Hadits, Kitab Kamus, tafsir-tafsir dan karya penting lainnya,demikian pula setiap pandangan yang saya kemukakan, tentu diperkuat dengandalil-dalil. Zaman dahulu terdapat banyak perbedaan, dan zaman kemudian juga banyak perbedaan, namun manakala saya mempunyai perbedaan pendapat, pastisaya kemukakan dalil-dalilnya. Selain itu, prinsip yang saya pegang teguh dalamTerjemahan dan Tafsir saya ialah bahwa segala persoalan, saya cari keterangannyalebih dahulu dari Qur’an Suci; ini menyebabkan saya lebih dekat kepada kebenaran,hingga barangsiapa mau mempelajari Qur’an dengan teliti, pasti jarang mempunyaipendapat yang berlainan dengan saya. Seorang penulis Kristen dalam majalahThe Moslem World , yang beberapa keterangannya telah saya kutip di atas, mengakhiritulisannya sebagai berikut:

    “Setelah orang banyak membaca terjemahan dan tafsir Muhammad Ali, orangpasti mempunyai keyakinan bahwa sebelum beliau mulai menerjemahkan dan

    w w . a a

    i i l . o r

  • 8/18/2019 Quransuci_mukadimah - Copy

    18/118

    XVI JuzKata Pengantar

    menafsiri Qur’an, beliau telah banyak membaca Kitab-kitab Arab, termuat di

    halaman 60, yang sering beliau sebutkan dalam tafsir; demikian pula adanya beberapa kutipan dari kamus Lane, menunjukkan bahwa beliau tak mengabai-kan sama sekali karya sarjana Eropa.” (hlm. 303)

    Lalu ditambahkan lagi sebagai berikut:“Sayang sekali bahwa karya beliau dicelup dengan warna madhhab Ahmadi-

    yah yang aneh dan memburuk-burukkan ajaran Kristen, hingga gelar kesarja-naan ketimuran beliau sangat cemar karenanya.”

    Baiklah saya tambahkan di sini, bahwa bukan hanya penggunaan kamus tuanLane saja yang saya ambil faedah dari kesarjanaan Eropa. Sembilan tahun penuh,sebelum saya mulai menulis tafsir ini, saya selalu mempelajari aspek kritikisme Ero-pa, baik terhadap Islam, Kristen maupun agama-agama lain-lainnya, yang khusussaya kupas dalam majalahThe Review of Religion, yang saya menjadi pengasuhnya yang pertama. Jadi, saya tak henti-hentinya mendalami kritikisme agama, baik daritingkat tinggi oleh para sarjana kenamaan, maupun apa yang disebut kritikismemurah terhadap Islam oleh para sarjana kenamaan, maupun apa yang disebut Is-lam dan ajarannya yang bersifat kosmopolitan, dan perubahan yang tak ada taranya yang dilaksanakan oleh Islam. Obrolan mereka tentang ajaran madhhab Ahmadiyahitu hanya propaganda palsu belaka. Agama Islam itu satu, dan sepanjang mengenairukun iman dan rukun Islam, semua madhhab sama. Memang benar terdapat per- bedaan dalam tafsiran, akan tetapi perbedaan itu hanya mengenai masalah kecil yangbersifat sekundair (masalah far’iyah). Pandangan Kristen yang menghubung-hubungkan “ajaran madhhab Ahmadiyah yang aneh, dan memburuk-burukkanajaran Kristen” ini hanya membuka kedok mereka sendiri. Kepalsuan ajaran Gerejatentang Trinitas, Tuhan Anak, dan Penebus dosa, dikecam sekeras-kerasnya olehQur’an sendiri, dan kecaman itu demikian terangnya hingga tak diperlukan lagikecaman dari seorang mufassir. Apa yang dikecam oleh pendeta Kristen dan apa yang disebut ajaran madhhab Ahmadiyah yang aneh itu tiada lain hanyalah sebuahpernyataan bahwa Yesus Kristus tak naik ke langit dan tak hidup di sana dengan badan jasmani, melainkan mati sewajarnya seperti Nabi lain-lainnya. Dalam tafsirini tak ada doktrin Islam yang berbeda dengan pandangan ulama ahli sunnah wal jama’ah (ortodok). Perkenankanlah sebagai penjelasan, saya kutipkan pandanganMr. Pickthall tentang buku saya, Religion of Islam, termuat dalam majalah IslamicCulture bulan Oktober 1936:

    “Barangkali tak ada orang yang lebih lama atau lebih banyak membaktikanhidupnya dalam perkara kebangkitan Islam, daripada Maulvi Muhammad Alidari Lahore. Menurut hemat saya, karya beliau sekarang ini adalah yang palingindah. Buku ini berisi uraian tentang agama Islam yang ditulis oleh orang yangamat mahir dalam hal Sunnah Nabi, yang jiwanya tergores oleh perasaan malu yang disebabkan karena merosotnya umat Islam selama lima abad, dan yanghatinya penuh dengan harapan akan bangkitnya agama Islam, yang tanda-tandanya dapat dilihat sekarang ini di mana-mana. Tanpa menyimpang se-rambutpun dari posisi tradisionil tentang hal ibadah dan syari’at agama, beliau

    w w . a a

    i i l . o r

  • 8/18/2019 Quransuci_mukadimah - Copy

    19/118

    XVIISurat Kata Pengantar

    menunjukkan lapangan luas yang memperbolehkan dan membenarkan adanya

    perubahan-perubahan, karena dalam hal ini aturan dan pelaksanaannya takdidasarkan atas undang-undang Qur’an atau Sunnah Nabi saw.”Mr. Pickthall adalah orang Islam ortodok, dan apa yang beliau katakan ten-

    tang The Religion of Islam, berlaku pula bagi Tafsir saya. Tak ada yang menyimpangserambutpun dari syari’at Islam, dan Tafsir saya tak memuat hal-hal yang berten-tangan dengan pandangan para Imam dan Ulama Ahlus-Sunnah wal-Jamâ’ah.Bahwa ada perbedaan penafsiran di kalangan para mufassir, para Sahabat Nabidan para Imam Besar, ini memang benar. Akan tetapi perbedaan itu tak menyang-kut soal pokok-pokok ajaran Islam, yang seluruh umat Islam sama pendapatnya;perbedaan itu hanya mengenai soal-soal kecil atau soal-soal sekundair (masalah

    khila yah). Semua orang Islam percaya kepada Tuhan Yang Maha-esa dan kepadaNabi Suci Muhammad saw. Semua orang Islam percaya kepada semua Nabi dansemua Kitab Suci. Semua orang Islam percaya bahwa wahyu Ilahi sudah sempurnapada diri Nabi Muhammad saw., maka dari itu beliau adalah Nabi terakhir — Khâ-tamun-Nabiyyîn — yang sesudah beliau tak akan datang Nabi lagi, demikian pulaQur’an merupakan Kitab Suci terakhir bagi seluruh umat manusia. Semua ajaran itudiuraikan seterang-terangnya dalam terjemahan dan tafsir saya ini.

    Satu-satunya masalah penting yang saya dapat dikata berbeda dengan ke- banyakan orang Islam ialah tentang wafatnya Nabi ‘Isa. Akan tetapi, kepercayaan bahwa Nabi ‘Isa masih hidup di langit, ini tak termasuk masalah pokok ajaran Is-

    lam. Kepercayaan ini sekali-kali bukan salah satu rukun iman. Banyak orang Islammasih percaya, bahwa ada empat Nabi yang masih hidup, yaitu: Nabi Khidlir, NabiIdris, Nabi Ilyas, dan Nabi ‘Isa, akan tetapi ini bukan rukun iman. Banyak ulama berpendapat bahwa kepercayaan tentang masih hidupnya tiga Nabi pertama itudidasarkan atas cerita Yahudi yang tak dibenarkan oleh Qur’an dan Hadits Shahih.Namun mereka tetap dianggap sebagai ulama ortodok. Tetapi mengapa Tafsir initidak dianggap ortodok hanya karena tak mengatakan masih hidupnya Nabi ‘Isa dilangit? Ada fakta lagi yang patut mendapat perhatian para pembaca. Pada dewasaini, jika tidak semua, banyak sekali ulama di seluruh dunia, yang mempunyai ke- yakinan bahwa Nabi ‘Isa sudah wafat seperti Nabi lainnya, dan di antara mereka

    banyak pula yang menyatakan pendapatnya, antara lain Mufti Muhammad ‘Abduhdan Sayyid Rasyid Ridla yang terkenal di Mesir (Dan baru-baru ini ada pernyataan yang serius oleh Syaikh Salthuth, Guru Besar Al-Azhar di Mesir).

    Perkenankanlah saya mengutip pendapat dua ulama ortodok lainnya tentangTafsir saya. Maulana ‘Abdul Majid Daryabadi, pengasuh majalah Such di Lucknow, yang diakui sebagai pemimpin Islam berhaluan ortodok, pada tanggal 25 Juni 1943menulis sebagai berikut:

    “Jika orang mengingkari keistimewaan tafsir Maulvi Muhammad Ali yang besar sekali pengaruhnya dan besar pula faedahnya bagi orang yang baru sa- ja memeluk Islam, berarti mengingkari sinar matahari. Tafsir ini membantumeng-Islam-kan beribu-ribu orang ka r, dan mendekatkan beratus-ratus ribuorang ka r kepada Islam. Berbicara tentang diriku sendiri, dengan segala se -nang hati saya akui bahwa tafsir ini merupakan salah satu dari beberapa kitab

    w w . a a

    i i l . o r

  • 8/18/2019 Quransuci_mukadimah - Copy

    20/118

    XVIII JuzKata Pengantar

    yang menyebabkan saya memeluk Islam, lima belas atau enam belas tahun

    yang lalu tatkala saya dalam kegelapan, keka ran dan keragu-raguan. BahkanMaulana Muhammad Ali dari Majalah ‘Comrade’, sangat tertarik dan selalumemuji-muji tafsir ini.”

    Inilah pandangan, bukannya satu, melainkan dua ulama besar ortodok. Sayaingin menambahkan seorang ulama ortodok lagi, untuk menunjukkan bahwa pro-paganda palsu yang mengatakan tafsir ini dicelup dengan pandangan bid’ah atautidak ortodok, tak ada dasarnya sama sekali. Majalah berbahasa Urdu,Wakil , yangterbit di Amritsar, dan yang dimiliki dan diasuh oleh ulama ortodok, tatkala Tafsirini untuk pertama kali diterbitkan, menulis pandangannya sebagai berikut:

    “Kami membaca tafsir ini secara kritis, dan tak ragu-ragu lagi kami berpen-dapat bahwa kesederhanaan bahasa, dan kebenaran terjemahan, semuanyapatut diiri. Penulis menjaga semua keterangannya bebas dari pengaruh go-longan, tanpa berat sebelah, dan menghimpun seluruh perbendaharaan ilmuke-Islman yang asli. Beliau memperhatikan keahlian dan kebijaksanaan yangluar biasa dalam menggunakan senjata baru untuk menangkis serangan yangmemusuhi Islam.”

    Sebagaimana saya terangkan di muka, di sana-sini saya kutip dalil-dalil,manakala saya mempunyai perbedaan pendapat dengan para penerjemah dan paramufassir terdahulu, atau dengan pendapat umum umat Islam yang tidak berlandas-kan Qur’an atau Hadits sahih. Bahkan ini, lebih saya tekankan lagi dalam edisi yangsaya perbaharui ini. Dalam tafsir ini saya berikan referensi Hadits yang sebenarnya, baik babnya maupun tafsirnya; yang ini tak saya berikan dalam edisi yang terdahu-lu; selain itu, saya lebih banyak menggunakan Hadits Bukhari — Ashahhul-Kutubiba’da Kitâbillâh — kitab yang paling sahih sesudah Kitab Suci Allah. Kitab kamus juga banyak saya gunakan; selain itu, saya tambahkan pula indeks kata-kata Arab yang lebih lengkap. Indeks umum juga saya perluas, ditambah dengan judul-judulpenting yang dibahas dalam Qur’an.

    Adapun nomor urut tafsir, tak ubahnya seperti edisi pertama, hanya dalam beberapa hal diadakan perubahan, bahkan kadang-kadang, tafsirnya diubah samasekali. Banyak sekali saya tambahkan tafsir baru dengan diberi nomor baru pula.Misalnya Surat kesatu, saya tambahkan dua tafsir baru dengan nomor 8a dan 8b,sesudah tafsir nomor 8. Kata pengantar tiap-tiap Surat yang menerangkan pokokpersoalan yang dibahas dalam Surat itu, dan menerangkan hubungan antara ruku’dan antar Surat, tetap saya pertahankan; akan tetapi ikhtisar ruku’ itu sendiri, saya berikan dalam tafsir, bersama-sama Surat yang bersangkutan. Ikhtisar yang diberi-kan pada tiap-tiap ruku’, saya tiadakan; bilamana perlu, hubungan antar ayat, sayaterangkan dalam tafsir. Catatan pinggir (margin) pada edisi pertama, saya anggaptak ada gunanya; bilamana perlu, pertukaran makna dan persilangan referensi, saya berikan dalam tafsir. Adapun terjemahan ayat suci, saya bikin lebih sederhana, wa-laupun saya tetap tunduk pada prinsip yang saya ambil dalam edisi pertama, yaitutunduk kepada Teks Arabnya.

    Pokok persoalan yang dibahas dalam Mukadimah edisi pertama juga banyak yang diubah, seperti nampak dalam Mukadimah sekarang ini. Hal kemurnian Teks

    w w . a a

    i i l . o r

  • 8/18/2019 Quransuci_mukadimah - Copy

    21/118

    XIXSurat Kata Pengantar

    Qur’an adalah penting sekali, karena hal itu menjelaskan bagaimana Qur’an dihim-

    pun dan disusun, maka dari itu tetap saya pertahankan dengan beberapa perubahandi sana-sini. Akan tetapi ringkasan ajaran Islam saya tiadakan, karena ajaran itutelah diterbitkan tersendiri dengan judul Islam The Religion of Humanity, danmudah didapat. Demikian pula uraian tentang shalat, juga diterbitkan tersendiri,maka dari itu, tak saya masukkan dalam Mukadimah ini. Sebagai gantinya, sayasisipkan masalah baru yang penting, untuk memudahkan para pembaca memahamiQur’an Suci. Besarnya tafsir ini tetap seperti edisi pertama; bertambahnya tafsir takmenyebabkan tambah besarnya Tafsir ini, karena banyak hal yang saya tiadakan,sebagaimana diterangkan di sini dan di paragraf yang sudah.

    Saya sampaikan terima kasih banyak kepada Dr. SM Abdullah, Imam Masjid

    Woking, atas pertolongan beliau dalam mengurus pencetakan Tafsir ini, demikianpula kepada Mr. WB Bashyr Pickard yang telah mengoreksi cetak percobaan. Se-lanjutnya terima kasih pula kepada Khwaja Nazir Ahmad, Bar at-Law Lahore, danMuhammad Ibrahim Sakhwani di Basrah, atas kedermawanan beliau hingga edisiini dapat diterbitkan.

    Muhammad AliMuslim Town, Lahore, Pakistan

    18 Juni 1951

    w w . a a

    i i l . o r

  • 8/18/2019 Quransuci_mukadimah - Copy

    22/118

    MUKADIMAH

    I. AL-QUR’AN DAN BAGIAN-BAGIANNYA Al-Qur’ân, nama Kitab Suci umat Islam, dicantumkan beberapa kali dalam

    Kitab itu sendiri (2:185, dsb). KataQur’ân adalah mashdar (in nitif) dari kata qa-ra’a, makna aslinyamengumpulkan, dan pula membaca. Mengapa disebut Qur’an,karena Kitab ini berisi kumpulan ajaran agama yang baik-baik, dan pula karena Ki-tab ini dibaca atau selalu dibaca. Sebenarnya, Kitab ini adalah yang paling banyakdibaca di seluruh dunia. Dengan tegas dinyatakan bahwa Qur’an adalah wahyu Tu-

    han sarwa sekalian alam (26:192), atau wahyu dari Allah yang Maha-perkasa, YangMaha-bijaksana (39:1, dsb), dan seterusnya. Qur’an ini diturunkan kepada NabiSuci Muhammad (47:2), diturunkan dalam kalbu beliau melalui Roh Suci (26:193,194). Wahyu pertama diturunkan kepada Nabi Suci dalam bulan Ramadlan (2:185)pada malam ke-25 atau ke-27, yang terkenal dengan Lailatul-Qadar (97:1), dandiwahyukan dalam bahasa Arab (44:58; 43:3).

    Gelar dan nama lainQur’an menyebut dirinya dengan berbagai nama seperti berikut: Al-Kitâb

    (2:2), yaitu tulisan yang sudah lengkap; Al-Furqân (25:1), yang membedakan anta-ra kebenaran dan kepalsuan, antara benar dan salah; Adz-Dzikr (15:9), peringatanatau sumber kemuliaan dan keagungan bagi manusia; Al-Mau’izhah (10:57), na-sihat; Asy-Syifâ’ (10:57), yang menyembuhkan; Al-Hukm (13:37), keputusan; Al- Hikmah (17:39), kebijaksanaan;al-Hudâ (72:13), yang memimpin atau membuatorang mencapai tujuan; At-Tanzîl (26:192), wahyu; Ar-Rahmah (17:82), rahmat; Ar-Rûh (42:52), roh atau yang memberi hidup; Al-Khaîr (3:103), kebaikan; Al- Bayân (3:137), yang menjelaskan segala sesuatu; An-Ni’mah (93:11), nikmat; Al- Burhân (4:175), tanda bukti yang terang; Al-Qayyim (18:2), yang memelihara; Al-Muhaimin (5:48), penjaga (wahyu yang sudah-sudah); An-Nûr (7:157), cahaya; Al-Haqq (17:81), kebenaran; Hablullâh (3:102), perjanjian Allah. Selain itu Qur’anmempunyai beberapa gelar yang menerangkan sifatnya, seperti: Al-Mubîn (12:1), yang menjelaskan; Al-Karîm (56:77), yang dermawan; Al-Majîd (50:1), yang agung; Al-Hakîm (36:2), yang penuh kebijaksanaan; Al-‘Azîz (41:12), yang perkasa; Al- Mukarramah (80:13), yang termulia; Al-Marfû’ah (80:14), yang tertinggi; Al-Mu-thahharah (80:14), yang disucikan; Al-‘Ajab (72:1), yang mengagumkan; Mubârak (6:93), yang diberkahi; dan Mushaddiq (6:93), yang membetulkan wahyu yangsudah-sudah.

    Bagian-bagiannya

    Qur’an dibagi menjadi 114 bab, yang masing-masing disebutsûrat (2:23).Kata sûrat makna aslinyamulia atau derajat tinggi , dan pula tingkat dari sebuahgedung; dan dalam Qur’an, katasûrat dipakai untuk menamakan bab-babnya, ini

    w w . a a

    i i l . o r

  • 8/18/2019 Quransuci_mukadimah - Copy

    23/118

    XXISurat Al-Quran dan bagian-bagiannya

    disebabkan karena mulianya; atau, jika Qur’an diibaratkan sebuah gedung, Surat itu

    tingkat-tingkatnya. Surat-surat Qur’an itu tak sama panjangnya, yang terpanjangmeliputi seperdua belas Qur’an — 286 ayat — dan yang terpendek hanya berisi tigaayat. Akan tetapi Surat-surat itu sendiri sudah lengkap, oleh sebab itu disebutkitâb,dan dalam

    Qur’an dikatakan berisi banyak kitab: “Lembaran-lembaran suci yang di da-lamnya berisi kitab-kitab yang benar” (98:2-3). Surat yang panjang dibagi menjadi beberapa ruku’ , dan tiap-tiap ruku’ biasanya membahas satu pokok persoalan; danruku’ itu berhubungan satu sama lain. Selanjutnya, tiap-tiap ruku’ berisi beberapaayat . Kataayat makna aslinyatanda bukti atau pertanda yang terang , dan dalamhal ini berarti mu’jizat ; akan tetapi ayat berarti pula pekabaran atau berita dari

    Allah, dan arti inilah yang dipakai untuk menamakan ayat Qur’an, wahyu atau un-dang-undang Ilahi. Kecuali 35 Surat terakhir, Surat Qur’an dibagi menjadi beberaparuku’, dan jumlah ruku’ yang paling besar dalam satu Surat ialah 40; tiap-tiap ruku’,demikian pula Surat-surat yang terdiri dari satu ruku’ dibagi menjadi beberapaayat. Jumlah ayat Qur’an seluruhnya ada 6237, atau jika ditambah dengan 113 ayatbismillâh pada tiap-tiap permulaan Surat, jumlah ayatnya menjadi 6350. Untukmemudahkan pembacaan, Qur’an dibagi menjadi 30 bagian yang sama panjangnya,agar para pembaca mudah menyelesaikan bacaannya dalam satu bulan; tiap-tiap bagian disebut juz , dan tiap-tiap juz dibagi lagi menjadi empatmanzil , untuk me-mudahkan para pembaca menyelesaikan bacaannya dalam tujuh hari. Akan tetapipembagian ini tak ada sangkut-pautnya dengan pokok acara yang dibicarakan da-lam Qur’an Suci.

    Diturunkan sepotong-sepotong, tetapi dihimpun dan disusundari permulaan

    Qur’an diturunkan sepotong-sepotong (25:32) selama 23 tahun; Surat yangpendek dan sebagian Surat yang agak panjang, pada umumnya diturunkan seka-ligus, sedangkan sebagian besar Surat yang panjang dan sebagian kecil Surat yangpendek, diturunkan sampai beberapa tahun lamanya. Dalam praktek, apabila suatuSurat diturunkan dalam beberapa bagian, Nabi Suci, atas petunjuk Ilahi, menye-

    butkan satu demi satu, di mana suatu ayat harus ditempatkan, dengan demikian,urutan ayat pada tiap-tiap Surat dikerjakan sendiri oleh Nabi Suci. Hal ini akankami bahas nanti. Demikian pula, setelah sebagian besar Qur’an diturunkan, urutanSurat juga dikerjakan sendiri oleh Nabi Suci. Dalam salah satu wahyu permulaanditerangkan, bahwa pengumpulan dan diturunkannya wahyu, termasuk rencanaIlahi: “ Sesungguhnya menjadi tanggungan Kami pengumpulan dan pembaca-annya ” (75:17). Jadi, pengumpulan Qur’an — yaitu mengurutkan ayat dan SuratQur’an — adalah pekerjaan yang dilakukan sendiri oleh Nabi Suci atas petunjukIlahi, dan keliru sekali jika dikira bahwa yang menghimpun Qur’an ialah Sayyidina Abu Bakar atau Sayyidina ‘Utsman, sekalipun kedua-duanya amat berjasa dalam

    menyiarkan mushaf Qur’an setelah selesai ditulis. Sayyidina Abu Bakar lah yangmula-mula membuat satu mushaf lengkap, dengan menyusun naskah-naskah yangditulis pada zaman Nabi Suci. Adapun zaman Sayyidina ‘Utsman hanyalah menyu-

    w w . a a

    i i l . o r

  • 8/18/2019 Quransuci_mukadimah - Copy

    24/118

    XXII JuzMukadimah

    ruh menurun beberapa mushaf dari mushaf yang ditulis pada zaman Sayyidina Abu

    Bakar, dan menyiarkan itu ke pusat-pusat perguruan Islam, sehingga mereka yang berhasrat menulis Qur’an, dapat menurun dari mushaf standar. Jadi, teks Qur’anitu dilindungi kesuciannya, tak mengalami perubahan dan kerusakan, sesuai janjiTuhan yang diterangkan dalam salah satu wahyu permulaan: “Sesungguhnya Kamitelah menurunkan Peringatan dan sesungguhnya Kami adalah Penjaganya” (15:9).Tentang hal kesucian Teks Qur’an akan kami bahas seluas-luasnya dalam bab khu-sus.

    Wahyu Makkiyyah dan MadaniyyahQur’an dibagi menjadi Wahyu Makkiyyah dan Wahyu Madaniyyah. Dari wak-

    tu 23 tahun, yaitu jangka waktu turunnya seluruh Qur’an yang 13 tahun dilewatkanoleh Nabi Suci di Makkah dan yang 10 tahun lagi di Madinah, tempat beliau hijrahuntuk keselamatan beliau dan para Sahabat. Dari seluruh jumlah Surat, yang 93 di-turunkan di Makkah, dan yang 21 diturunkan di Madinah; adapun Surat Makkiyahke-110, walaupun itu tergolong pada zaman Madinah, tetapi itu diturunkan di Mak-kah, pada waktu Haji Wada’ yang termasyhur. Pada umumnya, Surat Madaniyyahadalah panjang, dan meliputi sepertiga dari seluruh Qur’an. Adapun susunannya,Surat Makkiyyah diselang-seling dengan Surat Madaniyyah. Mula-mula Qur’an di-awali dengan Surat Makkiyyah, Surat Al-Fatihah; lalu disusul dengan empat SuratMadaniyyah yang semuanya meliputi seperlima Qur’an. Lalu disusul berselang-se-

    ling antara Surat Makkiyyah dan Madaniyyah. Adapun tanggal diturunkannya Surat Makkiyyah, ini sukar sekali ditetapkan,kecuali hanya beberapa saja; namun secara garis besar, Surat Makkiyyah dapatdibagi menjadi tiga golongan: (a) golongan Surat yang diturunkan pada zamanMakkah permulaan, mulai dari tahun pertama sampai tahun kelima; (b) golonganSurat yang diturunkan pada zaman Makkah pertengahan, mulai dari tahun keenamsampai tahun kesepuluh; (c) golongan Surat yang diturunkan pada akhir zamanMakkah, mulai dari tahun sebelas sampai dengan hijrah. Sebaliknya, tanggal ditu-runkannya Surat Madaniyyah agak pasti dan jelas, namun ada pula kesukarannya, yakni Surat yang panjang, yang meliputi jangka waktu yang panjang pula; bahkan

    ada Surat yang tak sangsi lagi tergolong zaman Madinah permulaan, berisi ayat-ayat yang diturunkan pada akhir hidup Nabi Suci.Berdasarkan uraian tersebut di atas, ancar-ancar tanggal di bawah ini dapat

    dipakai sebagai patokan untuk menentukan golongan Surat-surat itu:Zaman Makkah permulaan, 60 Surat: 1, 17-21, 50-56, 67-109, 111-114.Zaman Makkah pertengahan, 17 Surat: 29-32, 34-39, 40-46.Zaman Makkah terakhir, 15 Surat: 6, 7, 10-16, 22, 23, 25-28.Tahun Hijrah 1-2, 6 Surat: 2, 8, 47, 61, 62, 64.Tahun Hijrah 3-4, 3 Surat: 3, 58, 59.Tahun Hijrah 5-8, 9 Surat: 4, 5, 24, 33, 48, 57, 60, 63, 65.

    Tahun Hijrah 9-10, 4 Surat: 9, 49, 66, 110.

    w w . a a

    i i l . o r

  • 8/18/2019 Quransuci_mukadimah - Copy

    25/118

    XXIIISurat Al-Quran dan bagian-bagiannya

    Urutan menurut tarikhTak sangsi lagi bahwa lima ayat pertama Surat ke-96 merupakan wahyu

    pertama, dan dapat dipastikan bahwa lima ayat itu disusul dengan bagian pertamaSurat ke-74, yang selanjutnya, kemungkinan besar disusul dengan Surat ke-1, yangkemudian disusul dengan bagian pertama Surat ke-73. Di luar itu, tak dapat diberi-kan urutan yang agak pasti. Usaha memberikan urutan menurut Tarikh, pasti akansalah, karena, Surat yang pendek-pendek pun tak diturunkan sekaligus. Misalnya,menurut urutan tarikh, Surat ke-96 harus ditempatkan sebagai Surat pertama; pa-dahal nyatanya, tiap-tiap ahli sejarah Islam tahu bahwa yang diturunkan pertamakali hanyalah lima ayat pertama, sedang ayat 6-19 diturunkan lama kemudian, tat-kala dimulai perlawanan terhadap Nabi Suci, sebagaimana diterangkan dalam ayat 9dan 10, yang menerangkan dihalang-halanginya Nabi Suci menjalankan shalat, danini terjadi pada waktu rumah Sahabat Arqam dipilih sebagai tempat sembahyang,sekitar tahun ke-4 sesudah Bi’tsah. Lalu, jika dalam menetapkan tempat pertama bagi Surat yang tak sangsi lagi merupakan wahyu permulaan, kami dihadapkandengan kesukaran yang tidak sedikit, apalagi mengenai Surat yang diturunkan be-lakangan, teristimewa Surat yang panjang-panjang. Ambillah misalnya Surat ke-2dari urutan sekarang ini; tak ragu-ragu sedikitpun bahwa Surat itu diturunkan padatahun Hijrah ke-1, atau paling tidak pada tahun Hijrah ke-2; akan tetapi kami yakin bahwa di dalamnya berisi ayat-ayat yang diturunkan pada tahun Hijrah ke-10. Olehkarena itu, urutan menurut tarikh bagi Surat-surat Qur’an adalah hal yang musykil,dan apa yang dapat kami katakan dengan pasti ialah bahwa sebagian besar dari ayatSurat anu, diturunkan selama periode anu, dan inilah alasan saya dalam menentu-kan ancar-ancar tanggal bagi Surat-surat tersebut di atas.

    Susunan selang-seling wahyu Makkiyyah dan Madaniyyahdikerjakan dalam babak terakhir

    Kesan pertama yang menarik perhatian kami dalam susunan sekarang iniialah bercampurnya wahyu Makkiyyah dan Madaniyyah. Sudah tentu di balik inisemua, terdapat alasan; dan untuk menemukan alasan itu, kami harus menemukan

    ciri khas yang membedakan antara wahyu Makkiyyah dan Madaniyyah. Memang adaperbedaan yang mencolok antara dua macam wahyu itu, yakni, wahyu Makkiyyahmelandasi kaum Muslimin supaya beriman kepada Allah, sedang wahyu Madaniy- yah dimaksud untuk mewujudkan iman itu dalam perbuatan. Memang benar bahwadalam wahyu Madaniyyah juga diterangkan hal iman yang harus dijadikan landasan bagi perbuatan, namun pada dasarnya Surat Makkiyyah lebih menekankan imankepada Allah, Yang Maha-agung, Yang Maha-kuasa, Yang membalas tiap-tiap per- buatan baik dan buruk, sedangkan Surat Madaniyyah terutama sekali membahasapa yang disebut perbuatan baik dan buruk, atau dengan perkataan lain, membahasperincian undang-undang. Ciri khas lain yang membedakan dua macam wahyu ter-sebut ialah bahwa wahyu Makkiyyah pada umumnya berisi ramalan, sedang wahyuMadaniyyah membahas terpenuhinya ramalan itu. Selanjutnya, wahyu Makkiyyahmenerangkan, bahwa kebahagiaan sejati hanya dapat dicapai setelah orang dapat

    w w . a a

    i i l . o r

  • 8/18/2019 Quransuci_mukadimah - Copy

    26/118

    XXIV JuzMukadimah

    berhubungan dengan Allah, sedang wahyu Madaniyyah memberi petunjuk tentang

    caranya hubungan antara sesama manusia, agar ini menjadi sumber kesenangandan kebahagiaan bagi mereka. Oleh sebab itu secara ilmiah susunan Qur’an dibuatselang-seling antara dua wahyu tersebut — selang-seling antara iman dan amal, an-tara ramalan dan terpenuhinya ramalan; hubungan antara manusia dengan Allah,dan hubungan antara manusia dengan sesama manusia.

    Sepintas-kilas tentang susunan sekarang iniPengamatan yang mendetail tentang urutan Surat menunjukkan bahwa ke-

    terangan tersebut adalah benar; untuk ini para pembaca dipersilahkan membacakata pengantar pada tiap-tiap permulaan Surat. Namun secara garis besar, dapat

    diikhtisarkan sebagai berikut: Qur’an itu diawali dengan Surat Makkiyyah yangpendek, yang tujuh ayatnya pendek, mengandung inti seluruh Qur’an, dan meng-ajarkan sebuah doa yang diakui sebagai doa yang paling indah di antara sekaliandoa yang diajarkan oleh agama apa saja, dan meletakkan cita-cita yang amat luhur yang dapat dicapai oleh manusia. Jika Mukadimah Qur’an (Al-Fâtihah) adalah inti Al-Qur’an, dan meletakkan cita-cita yang amat luhur bagi manusia, maka Surat Al-Baqarah sebagai permulaan Al-Qur’an adalah tepat sekali, karena Surat Al-Baqarahdiawali dengan penjelasan tentang maksud dan tujuan Al-Qur’an. Empat Suratpertama tergolong wahyu Madaniyyah, dan meliputi seperlima Qur’an dan mem- bahas secara terperinci ajaran-ajaran Islam, dan memperbandingkannya dengan

    ajaran agama yang sudah-sudah, terutama sekali agama Yahudi dan Nasrani, yangpada saat itu menjadi contohnya agama yang sesat, karena agama Yahudi hanyamementingkan upacara lahir dan mengabaikan roh agama, sedang agama Nasra-ni mengutuk undang-undang, dan mengandalkan kepercayaannya kepada YesusKristus saja. Sebagian besar undang-undang Islam, baik tentang orang-seorang,keluarga maupun masyarakat, dibahas dalam empat Surat itu. Keempat Surat inidisusul dengan dua Surat Makkiyyah yang paling panjang; yang pertama memba-has dengan panjang lebar azas Keesaan Ilahi dan yang kedua tentang kenabian dansejarah beberapa Nabi yang terkenal. Lalu disusul dengan dua Surat Madaniyyah, yang serasi benar dengan Surat di muka dan di belakangnya, karena dua Surat itu

    menerangkan bagaimana Allah akan memperlakukan orang yang memusuhi Kebe-naran yang diturunkan kepada Nabi Suci; yang pertama — Surat 8 — membahaskekalahan mereka pada perang Badar awal, dan yang kedua — Surat 9 — memba-has kehancuran mereka sama sekali. Lalu disusul dengan tujuh Surat Makkiyyahgolongan Alif Lâm Râ’ , yang membahas kebenaran wahyu Nabi Suci, dan untukmembuktikan kebenaran itu, dikemukakan bukti-bukti intern, bukti tentang kodratmanusia, bukti sejarah para Nabi yang sudah-sudah, dan bukti alam semesta. Laludisusul dengan lima Surat Makkiyyah, yang semuanya membahas keluhuran agamaIslam, dengan menyebut sebagai bukti, sejarah Bangsa Yahudi (Surat 17), sejarahdan ajaran Kristen (Surat 18 dan 19), dan sejarah Nabi Musa (Surat 20), dan sejarah

    para Nabi pada umumnya (Surat 21). Lalu disusul dengan dua Surat Makkiyyah; yang pertama menerangkan bahwa perjuangan Nabi Suci pasti akan menang, seka-lipun menuntut pengorbanan besar dari kaum mukmin; dan yang kedua menerang-

    w w . a a

    i i l . o r

  • 8/18/2019 Quransuci_mukadimah - Copy

    27/118

    XXV Surat Al-Quran dan bagian-bagiannya

    kan bahwa landasan kebenaran umat Islam ialah akhlak, bukan kebendaan. Lalu

    diseling dengan Surat Madaniyyah (Surat 24) yang menerangkan bahwa ramalan wahyu Makkiyyah akan terpenuhi dengan berdirinya kerajaan Islam dan tersiarnyacahaya rohani Islam. Lalu diselingi lagi dengan Surat Makkiyyah (Surat 25) yangmenerangkan bahwa perbedaan antara hak dan batal yang harus ditegakkan olehQur’an, sudah terwujud pada zaman para Sahabat. Lalu diketengahkan 3 SuratMakkiyyah golonganThâ Sîn, yang meramalkan kemenangan akhir bagi Nabi Suci,dengan menyebut kemenangan Nabi Musa terhadap lawan yang kuat yang hendakmenghancurkan Bangsa Israil. Lalu disusul dengan 4 Surat Makkiyyah golongan Alif Lâm Mîm, yang menerangkan bahwa keadaan lemah dan tak berdaya yang dialamioleh kaum Muslimin, akan segera berakhir. Lalu diseling dengan Surat Madaniyyah

    (Surat 33) yang menerangkan kegagalan tentara gabungan musuh dalam Perang Ahzab, dalam usaha mereka menghancurkan Islam. Lalu di sini diselipkan uraiantentang kesederhanaan rumah tangga Nabi Suci, untuk menunjukkan bahwa beliautak tertarik sama sekali kepada keindahan barang-barang duniawi, seperti hartadan takhta, walaupun beliau menjadi penguasa seluruh Tanah Arab; oleh karena itu beliau menjadi teladan bagi semua bangsa di segala zaman, yang tak diperlukan lagidatangnya seorang Nabi sesudah beliau; hanya orang yang berpandangan picik saja yang mencari-cari kesalahan terhadap orang yang kesucian dan kesederhanaannyatak ada taranya. Lalu disusul dengan enam Surat Makkiyah, yang menerangkantimbul tenggelamnya bangsa itu disebabkan karena baik dan buruknya perbuatanmereka, dan bahwa bangsa yang besar hanya dapat mempertahankan kebesaran-nya jika mereka tak menga ri nikmat Tuhan yang diberikan kepada mereka. Laludisusul dengan tujuh Surat Makkiyah yang dikenal sebagai golongan Hâ Mîm, yangmenekankan suatu kenyataan bahwa kebenaran pasti akan menang, dan tak ada ke-kuatan duniawi dapat melenyapkan kebenaran, sekalipun dibantu dengan kekayaanduniawi. Lalu disusul dengan tiga Surat Madaniyah; Surat 47 yang diturunkan padpermulaan tahun Hijriah, yang menekankan orang yang mau menerima kebenaran yang diturunkan kepada Nabi Suci, sekalipun mengalami penderitaan berat, keada-an mereka akan segera menjadi baik; Surat berikutnya yang diturunkan pada tahunHijrah keenam, meramalkan seterang-terangnya bahwa Islam akan memperoleh ke-menangan akhir, mengalahkan semua agama di dunia; dan Surat yang terakhir darigolongan ini, yang diturunkan menjelang akhir hidup Nabi Suci, menyuruh kaumMuslimin supaya saling hormat menghormati. Surat 50 sampai 56 adalah golonganSurat Makkiyah yang menerangkan hebatnya kebangkitan rohani yang dilaksa-nakan oleh Qur’an Suci. Lalu disusul dengan golongan Surat Madaniyah terakhir,sepuluh Surat, yaitu Surat 57 sampai dengan 66, yang semuanya merupakan peleng-kap bagi apa yang diuraikan dalam Surat Madaniyah sebelumnya, misalnya Surat65 dan 66 merupakan pelengkap bagi Surat Al-Baqarah , dan membahas masalahperceraian dan perpisahan sementara. Lalu disusul dengan 48 Surat Makiyah yangpendek-pendek, yang menerangkan bahwa manusia atau bangsa dapat mencapaikedudukan tinggi dengan mengikuti kebenaran yang diajarkan oleh Qur’an; seba-liknya, manusia atau bangsa akan menderita rugi jika mereka menolak kebenaran.Qur’an diakhiri dengan ajaran singkat tetapi jelas tentang Keesaan Ilahi (Surat 112);

    w w . a a

    i i l . o r

  • 8/18/2019 Quransuci_mukadimah - Copy

    28/118

    XXVI JuzMukadimah

    adapun Surat yang paling akhir (Surat 113 dan 114) menerangkan bahwa manusia

    harus mohon perlindungan Tuhan dari segala macam bencana.II. KEKUATAN ROHANI YANG PALING BESAR DI DUNIA

    Tujuan Qur’an ialah menyempurnakan umat manusiaQur’an mengaku sebagai kekuatan rohani yang paling besar yang akhirnya

    dimaksud untuk menyempurnakan seluruh umat manusia. Siapa saja yang sukamembaca ayat pembukaan dan ayat penutup Qur’an Suci pasti akan meyakini halitu. Ayat pembukaan berbunyi:

    “Segala puji kepunyaan Allah, Rabb sekalian alam.” (1:1)Dan ayat penutup berbunyi:

    “Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb sekalian manusia.” (114:1)Itulah tema seluruh Qur’an Suci. Qur’an menyebut dirinya Ar-Rûh (42:52)

    atau Roh yang memberi hidup manusia, dan Qur’an berkali-kali mengibaratkandirinya bagaikan air yang memberi hidup kepada bumi yang mati:

    “Dan di antara tanda bukti-Nya ialah engkau melihat bumi tak bergerak, teta-pi apabila Kami turunkan air dari atasnya, ia bergerak dan menggelem-bung.Sesungguhnya yang memberi hidup kepadanya ialah Yang Memberi hidup ke-pada yang mati.” (41:39)

    Memberi hidup kepada bumi itulah yang selalu dijadikan tema Qur’an Suci,dan berulangkali Qur’an memberi keyakinan bahwa bumi (rohani) yang mati akandihidupkan kembali:

    “Ketahuilah bahwa Allah menghidupkan bumi setelah matinya. SesungguhnyaKami telah menjelaskan ayat-ayat kepada kamu agar kamu mengerti.” (57:15)

    Qur’an menyebut dirinya Asy-Syifâ’ atau Obat (10:57) untuk menunjukkan bahwa Qur’an menyembuhkan segala macam penyakit rohani. Qur’an menyebutdirinya Adz-Dzikr atau Sumber kemuliaan bagi manusia (15:9). Qur’an menyebutdirinya An-Nûr atau cahaya (7:157) yang akhirnya akan melenyapkan semua kege-lapan dari muka bumi. Qur’an menyebut dirinya Al-Haqq atau Kebenaran (17:81) yang akhirnya akan menguasai jiwa manusia, dan melenyapkan segala kepalsuan.Qur’an menyebut dirinya Al - Hudâ atau Pimpinan (72:13) yang akhirnya akan me-mimpin manusia untuk mencapai tujuan hidupnya. w

    w . a a i i l . o r

  • 8/18/2019 Quransuci_mukadimah - Copy

    29/118

    XXVIISurat Kekuatan rohani yang paling besar di dunia

    Kekuatan rohani yang akhirnya akan mengalahkan semua-

    nyaSelanjutnya Qur’an mengaku sebagai satu-satunya kekuatan rohani yang

    akhirnya akan menaklukkan seluruh dunia, dan manusia di seluruh dunia tak dapatmembuat kekuatan rohani seperti Qur’an:

    “Dan sekiranya Qur’an yang dengan itu gunung dibikin bergerak, atau denganitu bumi dijelajahi, atau dengan itu orang mati dibuat berbicara — malahan,perintah itu kepunyaan Allah semuanya.” (13:31)

    “Sekiranya Qur’an ini Kami turunkan di atas gunung, engkau pasti akan meli-hat (gunung) itu runtuh berkeping-keping.” (59:21).

    Semua perlawanan terhadap Qur’an pasti akan disapu bersih:“Dan biarkanlah Aku dan mereka yang mendustakan kebenaran yang mempu-nyai kemewahan, dan tangguhkanlah mereka sebentar.” (73:11)

    Manusia di seluruh dunia tak dapat membuat Kitab seperti Qur’an:“Jika seandainya manusia dan jin bergabung menjadi satu untuk membuat yang seperti Qur’an, mereka tak dapat membuat yang seperti ini, walaupunsebagian mereka membantu sebagian yang lain.” (17:88)

    “Dan apabila kamu ragu-ragu tentang apa yang Kami wahyukan kepada hamba

    Kami, maka buatlah satu Surat seperti ini dan panggillah penolong kamu selain Allah, jika kamu orang yang tulus.” (2:23) Ayat yang menerangkan bahwa Qur’an akhirnya akan menang di seluruh du-

    nia, diulang sampai tiga kali:“Dia ialah Yang mengutus Utusan-Nya dengan pimpinan dan agama yang be-nar agar Dia memenangkan itu di atas sekalian agama.” (61:9; 48:28; 9:33)

    Qur’an membuat perubahan yang tak ada taranyaSebenarnya perubahan yang dibuat oleh Qur’an tak ada taranya dalam seja-

    rah dunia. Tak ada pemimpin lain di dunia yang dalam masa hidupnya, melaksa-nakan perubahan yang menyeluruh dalam kehidupan bangsa. Qur’an menjumpaiBangsa Arab sebagai penyembah berhala, batu, kayu, tumpukan pasir, namun da-lam jangka waktu kurang dari seperempat abad, penyembahan kepada Allah YangMaha-esa menguasai seluruh jazirah Arab, setelah penyembahan berhala disapu bersih dari ujung ke ujung. Qur’an menyapu bersih segala kepercayaan takhayul,dan menggantinya dengan agama yang paling rasional yang pernah terlintas dalamgambaran dunia. Bangsa Arab yang membanggakan diri karena kebodohannya, berubah menjadi bangsa yang cinta ilmu pengetahuan, seolah-olah mereka disulapdengan tongkat wasiat; di mana terdapat sumber ilmu pengetahuan, mereka minum

    sepuas-puasnya. Ini adalah akibat langsung dari ajaran Qur’an, yang bukan sajamenggerakkan rasio, kelak dan dahulu, melainkan pula menyatakan bahwa dahagamanusia akan ilmu pengetahuan tak dapat dipuaskan; Qur’an mengajarkan Nabi

    w w . a a

    i i l . o r

  • 8/18/2019 Quransuci_mukadimah - Copy

    30/118

    XXVIII JuzMukadimah

    Suci sendiri berdoa sebagai berikut: “Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku ”

    (20:114). Qur’an bukan saja menyapu bersih kejahatan Bangsa Arab yang sudah berurat berakar, dan bukan saja membasmi kemesuman mereka yang tak kenalmalu, melainkan pula meniupkan dalam batin mereka hasrat yang menyala-nyalauntuk menjalankan perbuatan yang baik dan mulia guna kepentingan sesama ma-nusia. Menanam hidup-hidup anak perempuan, mengawini ibu tiri, dan hubungan bebas antara pria maupun wanita, diganti dengan persamaan derajat bagi keturun-an, baik pria maupun wanita, persamaan hak waris bagi ayah dan ibu, putra danputri, suami dan istri, saudara laki-laki dan perempuan, menanamkan hubungan yang paling suci antara pria dan wanita, dan menempatkan nilai moral yang palingtinggi tentang masalah seks dan kesucian wanita. Minuman keras yang menjadi

    kegemaran Bangsa Arab sejak zaman dahulu, lenyap begitu rupa hingga piala dan bejana yang biasa digunakan untuk menyimpan dan meminum minuman keras, takdapat diketemukan lagi; dan yang paling hebat dari semua itu ialah Tanah Arab yang penuh dengan berbagai unsur yang mendatangkan pertempuran yang tak adahenti-hentinya, sehingga hampir seluruh jazirah mengalami kehancuran, sebagai-mana dilukiskan oleh Qur’an dengan singkat dan indah: “berada di tepi jurang api”(3:102) — dari Tanah Arab yang penuh dengan unsur perpecahan dan permusuhanitu, ditempa oleh Qur’an menjadi satu bangsa yang hidup dan kuat sehingga sekalimereka maju ke depan, kerajaan yang paling besar di dunia hancur lebur laksanamainan anak-anak, berhadapan dengan kekuatan agama baru. Belum pernah suatuagama menanamkan hidup baru begitu luas kepada pengikutnya — hidup baru yangmeliputi segala cabang kegiatan manusia; pembaharuan orang seorang, keluarga,masyarakat, bangsa dan negara; pembaharuan dalam bidang material, moral, in-telektual dan spiritual. Qur’an membangun peradaban manusia dari tingkat yangpaling rendah ke tingkat yang paling tinggi, hanya dalam jangka waktu yang relatifpendek, dibandingkan dengan usaha pembangunan berabad-abad lamanya, yangterbukti tak menghasilkan apa-apa. Sifat pembangunan yang tak ada taranya itu,dibuktikan oleh ahli sejarah bukan orang Islam, bahkan kadang-kadang anti Islam.Di bawah ini kami kutipkan beberapa contoh:

    “Sejak zaman dahulu, Makkah dan seluruh jazirah Arab, mati rohaninya.

    Agama Yahudi, Kristen dan ilmu lsafat yang sayup-sayup mempengaruhi jiwa bangsa Arab, di sana sini hanya bagaikan riak pada permukaan danau yang te-nang; di bawah itu tetap diam dan tak bergerak. Mereka tetap tenggelam dalamkepercayaan takhayul, kekejaman dan kebejatan moral. Agama meraka adalahpenyembahan berhala yang kasar; dan kepercayaan mereka ialah takut terha-dap sesuatu yang tak kelihatan …. Tiga belas tahun sebelum Hijrah, Makkahmengalami kematian yang hina. Alangkah besarnya perubahan yang dihasilkandalam jangka waktu tiga belas tahun …. Telinga orang Madinah telah lamamendengar agama Yahudi; namun mereka barulah bangun dari tidur nyenyakmereka, setelah mendengar suara yang menggetarkan jiwa dari Nabi Bangsa

    Arab, dan seketika itu mereka meloncat menuju hidup baru dan hidup sung-guh-sungguh.” (Muir, Life of Mahomet , bab VII)

    “Sukar sekali menemukan bangsa yang berpecah-belah seperti Bangsa Arab,

    w w . a a

    i i l . o r

  • 8/18/2019 Quransuci_mukadimah - Copy

    31/118

    XXIXSurat Kekuatan rohani yang paling besar di dunia

    sampai tiba-tiba terjadi suatu keajaiban. Seorang, yang mengaku mendapat

    pimpinan langsung dari Tuhan, bangkit dan melaksanakan sesuatu yang mus-tahil — yaitu mempersatukan semua golongan yang saling bertempur.” (The Ins and Outs of Mesopotamia, hlm. 99)

    “Namun dapat kami katakan dengan sesungguhnya bahwa tak ada peristiwasejarah yang dapat membangkitkan khayalan yang hidup atau membuat orangtercengang, selain dari peristiwa yang kami saksikan dalam kehidupan kaumMuslimin pada zaman permulaan; baik yang kami saksikan pada PemimpinBesarnya atau pun menteri-menterinya, semuanya menggambarkan orang yang paling hebat; demikian pula yang kami saksikan dalam cara mereka me-naklukkan berbagai negara; atau yang kami lihat dalam keberanian, keluhuran budi pekerti dan kehalusan budi bahasa, yang serempak mereka miliki, baik jenderalnya maupun prajuritnya.” (The Life of Mahomet , oleh Count of Bou-lainvillers, terjemahan bahasa Inggris, hlm. 5)

    “Bahwa ajaran penulis Arab yang hebat-hebat tak ada yang dapat menulis buku yang bermutu seperti Qur’an, ini tak mengherankan.” (Palmer, Introduc-tion to English Translation of the Qur’an, hlm. IV)

    “Menurut pengakuan Muhammad, Qur’an itu mukjizat — dia menyebutnyamukjizat yang abadi — dan ini memang benar-benar mukjizat.” (BosworthSmith, Life of Muhammad )

    “Belum pernah terjadi suatu bangsa yang begitu cepat dipimpin ke arahperadaban, seperti Bangsa Arab melalui Islam.” ( New Researches, oleh H.Hirshfeld, hlm. 5)

    “Tak ada yang menyamai Qur’an dalam keampuhannya, keindahan bahasa-nya, dan susunan kata-katanya” (idem, hlm. 8)

    “Secara tidak langsung, perkembangan cabang ilmu pengetahuan di duniaIslam yang mengagumkan, adalah berkat jasa Qur’an Suci.” (idem, hlm. 9)

    “Oleh karena itu, keunggulan Qur’an sebagai karya kesusasteraan, jangan-lah diukur patokan subyektif dan aesthetika, melainkan harus diukur dengankeberhasilan Qur’an yang dirasakan oleh para Sahabat Muhammad dan orangawam. Jika rman Qur’an itu begitu ampuh dan meyakinkan para pendengar -nya, dan menempa berbagai unsur yang berpecah-belah dan saling bermusuh-an menjadi kesatuan yang kompak dan teratur, dihayati dengan ide-ide yang jauh lebih tinggi daripada ide-ide yang hingga kini menguasai jiwa Bangsa Arab, maka sungguh sempurnalah keindahan bahasa Qur’an itu. Ini disebab-kan karena Qur’an berhasil menciptakan peradaban dari manusia yang biadab,dan meniupkan udara segar dalam sejarah yang sudah lapuk.” (Dr. Steingass,Hughe’s Dictionary of Islam, artikel ‘Qur’an’)

    w w . a a

    i i l . o r

  • 8/18/2019 Quransuci_mukadimah - Copy

    32/118

    XXX JuzMukadimah

    Dua ciri khas lainnyaPengaruh ajaran Qur’an yang mengagumkan terhadap jiwa orang yang baru

    pertama kali berkenalan dengan Qur’an, menyebabkan terjadinya revolusi dunia yang tak ada taranya, dan mengangkat bukan hanya satu, melainkan banyak bangsadi dunia, dari tingkat yang paling rendah ke tingkat peradaban yang paling tinggi,namun ini bukanlah satu-satunya ciri khas yang menonjol. Qur’an mempunyai duaciri khas lain yang tak ada taranya, yaitu: (1) Qur’an kaya akan ide, dan (2) indahgaya bahasanya; dua ciri khas ini, ditambah dengan pengaruh ajaran Qur’an, me-rupakan tiga ciri khas yang mengangkat derajat Qur’an ke tingkat keluhuran yang belum pernah dicapai oleh Kitab Suci lain, dan yang membuat Qur’an tak dapat di-tiru oleh siapa pun. Sebenarnya, pengaruh ajaran Qur’an bukanlah barang sulapan.Ide-ide besar dan masuk akal yang dibungkus dengan pakaian yang indah itulah yang menarik hati manusia, dan karena sudah berakar dalam batin manusia, ideitu menjadi tenaga