qadla dan qadar

Upload: taufik-rahman

Post on 09-Mar-2016

245 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

pembahsasan tuntas qadla dan qadar

TRANSCRIPT

  • : , : : , :, : , . Menurut bahasa, kata qadar memiliki banyak makna (musytarak), diantaranya qaddara al-amra (dabbarahu /mengaturnya). Juga bermakna qaddara al-syaia bi al-syaiy, (qaasahu/ menganalogkannya). Arti lainnya adalah qaddara rizqahuu yang berarti dhayyaqa alaihi rizqahu (mempersempit rizkinya) yakni jaalahu qaliilan (menjadikannya sedikit). [Dr. Mohammad Husain Abdullah, Diraasaat fi al-Fikr al-Islaamiy, hal.38]

  • : .Qadar menurut istilah adalah takdir (ketetapan) Allah pada sesuatu di zaman azali. Artinya, Allah swt telah menetapkan segala yang akan terjadi, baik benda maupun perbuatan-perbuatan sebelum menciptakannya. [Dr. Mohammad Husain Abdullah, Diraasaat fi al-Fikr al-Islaamiy, hal. 38]

  • Allah swt berfirman:

    Maka kami menyelamatkannya dan keluarganya, kecuali isterinya. Kami sudah menentukannya dari golongan yang tinggal (dibinasakan) (TQS. An Naml[27]: 57). Maksudnya, Kami telah menuliskan hal itu dan menetapkannya sejak zaman azaliy.

  • Katakanlah, Sekali-kali tidak akan menimpa kepada kami kecuali apa yang telah dituliskan bagi kami (TQS. At Tawbah[9]: 51). Maksudnya, segala sesuatu yang telah ditetapkan bagi kami sejak azali sebelum kami diciptakan.

  • Tidaklah sebuah musibah yang menimpa bumi dan tidak (pula) pada dirimu, melainkan (tertulis) dalam kitab sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu di sisi Allah adalah sangat mudah (TQS. Al Hadiid[57]: 22). Maksudnya, tiada suatu bencana yang menimpa bumi dan diri manusia, kecuali telah tertulis dalam kitab al-Lauh al- Mahfuudh, yang juga berarti bahwa sesungguhnya Allah mengetahuinya sebelum menciptakannya.

  • Ketetapan Allah seperti inilah (Qadar) yang wajib kita imani, baik atau buruknya berasal dari Allah. DI dalam hadits shahih disebutkan:

    : dan engkau beriman kepada al qadar, baik dan buruknya. Kemudian (malaikat) mengatakan: Anda benar.

  • Kata qadla yang disebut di dalam al-Quran memiliki banyak makna, dan semuanya menunjuk pada Perbuatan dan Shifat Allah swt, bukan menunjuk pada makna perbuatan manusia dan khasiat benda.[Lihat Dr. Mohammad Husain Abdullah, Diraasaat fi al-Fikr al-Islaamiy, hal. 39-40]

  • Istilah qadla dan qadar adalah lafadz baru yang diadopsi oleh ahli kalam dari diskusi para filosof Yunani mengenai perbuatan dan kehendak manusia, serta khasiat benda.Istilah ini disebut juga dengan al-jabr wa al-ikhtiyaar (determinisme dan undeterminisme) dan huriyyat al-iraadah (kebebasan berkehendak (free will).Al-Quran dan Sunnah tidak pernah menyebut lafadz qadla wa qadar secara bersamaan, akan tetapi menyebut kata qadla sendiri, atau qadar sendiri. Makna lafadz qadla (saja) dan qadar (saja) yang disebut di dalam al-Quran dan Sunnah berbeda, bahkan tidak berkaitan dengan makna lafadz qadla dan qadar yang dikenalkan para filosof (perbuatan manusia dan khasiat benda).

  • Penyebutannya terpisah, qadla sendiri, dan qadar sendiri.Penyebutannya tak terpisah, qadla dan qadar. Disebut juga dengan al-jabr wa al-ikhtiyaar, dan hurriyyat al-iradah

  • APAKAH MANUSIA MEMILIKI KEHENDAK ATAU TIDAK KHASIAT BENDA DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERBUATAN MANUSIATidak memaksa perbuatan manusia dalam wilayah mukhayyarDalilnya Aqliyyah

  • APAKAH MANUSIA MEMILIKI KEHENDAK ATAU TIDAK KHASIAT BENDA DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERBUATAN MANUSIADalilnya Aqliyyah

  • Diciptakan Allah swt

  • Dalam wilayah mukhayyar, manusia berbuat sesuai dengan pilihan dan kehendaknya. Namun, ada konsekuensi yang harus dipikul atas pilihannya. Jika ia berbuat sesuai dengan aturan Allah, dapat pahala, jika menyimpang, mendapatkan siksa.Dalam wilayah mukhayyar, seorang Muslim diperintahkan untuk beramal sesuai dengan kaedah kausalitas, dan wajib memperhatikan hukum halal dan haram.Dalam wilayah musayyar, seorang Muslim wajib berserah sepenuhnya dengan qadla Allah swt. Ia harus menyakini sepenuhnya bahwa apa yang menimpanya (dalam wilayah ini) semua atas Kehendak dan Ijin Allah swt. Seorang Muslim tidak boleh berburuk sangka apalagi membenci qadla Allah yang telah menimpa dirinya. Misalnya, masalah rejeki, ajal, dan lain sebagainya.