ptm bangka belitung

36
  TAHUN 2014 [ [ [ LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAK DAN DETEKSI DINI FAK DAN DETEKSI DINI FAK DAN DETEKSI DINI FAKTOR  TOR  TOR  TOR RESIKO PTM DI PROVIN RESIKO PTM DI PROVIN RESIKO PTM DI PROVIN RESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNG SI BANGKA BELITUNG SI BANGKA BELITUNG SI BANGKA BELITUNG  ]  ]  ] BTKL PP KELAS I PALEMBANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan perekonomian sebagai dampak dari pembangunan di negara sedang berkembang sebagaimana di Indonesia menyebabkan perbaikan tingkat hidup. Hal ini menjadikan kesehatan masyarakat meningkat, disamping itu terjadi pula perubahan pola hidup. Perubahan pola hidup ini yang menyebabkan pola penyakit berubah, dari penyakit infeksi dan rawan gizi ke penyakit penyakit degeneratif, diantaranya adalah penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) dan akibat kematian yang ditimbulkannya. Hasil survei kesehatan nasional pada tahun 2001 menunjukkan bahwa: 26,3% penyebab kematian adalah penyakit jantung dan pembuluh darah, kemudian diikuti oleh penyakit infeksi, pernafasan, pencernaan, neoplasma dan kecelakaan lalu lintas. Berdasarkan data WHO mengenai persentase penyebab kematian di seluruh dunia pada tahun 2008, penyakit tidak menular merupakan persentase tertinggi yakni 63%. Estimasi Proporsi Penyebab Kematian di Regional Asia Tenggara pada tahun 2008 penyakit tidak menular  juga di posisi tertinggi yakni sebesar 55%. Penyakit tidak menular (PTM) memang sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat secara global, regional,nasional dan lokal. Global status report on NCD World Health Organization (WHO) tahun 2010 melaporkan bahwa 60% penyebab kematian semua umur di dunia adalah karena PTM. Di negara-negara dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari seluruh kematian yang terjadi pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun, 29% disebabkan oleh PTM, sedangkan di negara-negara maju, menyebabkan 13% kematian. Proporsi penyebab kematian PTM pada orang-orang berusia kurang dari 70 tahun. Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular. Di Indonesia transisi epidemiologi menyebabkan terjadinya pergeseran pola penyakit, di mana penyakit kronis degeneratif sudah terjadi peningkatan. Dalam kurun waktu 20 tahun (SKRT 1980–2001), proporsi kematian penyakit infeksi menurun secara signifikan, namun proporsi kematian karena penyakit degeneratif (jantung dan pembuluh darah, neoplasma,

Upload: gitarisedane

Post on 08-Oct-2015

83 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kesehatan Lingkungan & Pengendalian Penyakit

TRANSCRIPT

  • TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR

    RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]

    BTKL PP KELAS I PALEMBANG 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Kemajuan perekonomian sebagai dampak dari pembangunan di negara sedang berkembang

    sebagaimana di Indonesia menyebabkan perbaikan tingkat hidup. Hal ini menjadikan kesehatan masyarakat meningkat, disamping itu terjadi pula perubahan pola hidup. Perubahan pola hidup ini yang menyebabkan pola penyakit berubah, dari penyakit infeksi dan rawan gizi ke penyakit penyakit degeneratif, diantaranya adalah penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) dan akibat kematian yang ditimbulkannya. Hasil survei kesehatan nasional pada tahun 2001 menunjukkan bahwa: 26,3% penyebab kematian adalah penyakit jantung dan pembuluh darah, kemudian diikuti oleh penyakit infeksi, pernafasan, pencernaan, neoplasma dan kecelakaan lalu lintas.

    Berdasarkan data WHO mengenai persentase penyebab kematian di seluruh dunia pada tahun 2008, penyakit tidak menular merupakan persentase tertinggi yakni 63%. Estimasi Proporsi Penyebab Kematian di Regional Asia Tenggara pada tahun 2008 penyakit tidak menular juga di posisi tertinggi yakni sebesar 55%. Penyakit tidak menular (PTM) memang sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat secara global, regional,nasional dan lokal. Global status report on NCD World Health Organization (WHO) tahun 2010 melaporkan bahwa 60% penyebab kematian semua umur di dunia adalah karena PTM. Di negara-negara dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari seluruh kematian yang terjadi pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun, 29% disebabkan oleh PTM, sedangkan di negara-negara maju, menyebabkan 13% kematian. Proporsi penyebab kematian PTM pada orang-orang berusia kurang dari 70 tahun. Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular.

    Di Indonesia transisi epidemiologi menyebabkan terjadinya pergeseran pola penyakit, di mana penyakit kronis degeneratif sudah terjadi peningkatan. Dalam kurun waktu 20 tahun (SKRT 19802001), proporsi kematian penyakit infeksi menurun secara signifikan, namun proporsi kematian karena penyakit degeneratif (jantung dan pembuluh darah, neoplasma,

  • TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR

    RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]

    BTKL PP KELAS I PALEMBANG 2

    endokrin) meningkat 23 kali lipat. Penyakit stroke dan hipertensi di sebagian besar rumah sakit cenderung meningkat dari tahun ke tahun dan selalu menempati urutan teratas. Dalam jangka panjang, prevalensi penyakit jantung dan pembuluh darah diperkirakan akan semakin bertambah.

    Direktorat Jendral P2PL mengelompokkan prioritas PTM pada tahun 2009 dan 2010 al; Hipertensi, Jantung dan Diabetes. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat hipertensi. Menurut Khancit, pada 2011 WHO mencatat ada satu miliar orang yang terkena hipertensi. Di Indonesia, angka penderita hipertensi mencapai 32 persen pada 2008 dengan kisaran usia di atas 25 tahun. Jumlah penderita pria mencapai 42,7 persen, sedangkan 39,2 persen adalah wanita. Pada tahun 2005, secara global diestimasikan 17,5 juta penduduk meninggal karena Penyakit Jantung Pembuluh Darah (PJPD),dan 7,6 juta disebabkan serangan jantung. Penyakit (Diabetes Melitus) DM merupakan ancaman serius bagi pembangunan kesehatankarena dapat menimbulkan kebutaan, gagal ginjal, kaki diabetes (gangrene) sehingga harus diamputasi, penyakit jantung dan stroke. DM menduduki peringkat ke-6 sebagai penyebab kematian. Sekitar 1,3 juta orang meninggal akibat diabetes dan 4 persenmeninggal sebelum usia 70 tahun. Pada Tahun 2030 diperkirakan DM menempati urutan ke-7 penyebab kematian dunia. Sedangkan untuk di Indonesia diperkirakan pada tahun 2030 akan memiliki penyandang DM (diabetis) sebanyak 21,3 juta jiwa. Berdasarkan data dari www.ino.searo.who.int/ pada tulisan yang berjudul Risiko Sakit dan Belanja Kesehatan Perokok dan Bukan Perokok . Didalam tulisan tersebut disampaikan bahwa penduduk yang berobat rawat jalan rumah tangga perokok dalam waktu sebulan sebelum survei dilakukan adalah bahwa ada sekitar 1,5 juta orang yang berobat penyakit hipertensi dengan biaya yang dihabiskan mencapai Rp 219 milyar sebulan atau Rp 2,6 triliun lebih setahun, dan penyakit jantung Rp 2,6 triliun.

    Pada rumah tangga perokok mengeluarkan belanja rawat inap di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lain sebanyak Rp 1,1 Triliun setahun untuk penyakit hipertensi. Penyakit saluran nafas lain mencapai Rp 1,1 triliun dan untuk penyakit jantung mencapai Rp 1,1 triliun setahun. Berdasarkan kondisi di atas dapat kita lihat PTM yang meningkat, dan penderita berada di usia

  • TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR

    RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]

    BTKL PP KELAS I PALEMBANG 3

    produktif. Meningkatnya kejadian PTM disebabkan perilaku daripada masyarakat: perubahan pola makan, kebiasaan merokok, kurangnya aktivitas dan masih banyak lagi. Pengendalian penyakit tidak menular dapat dilakukan dengan upaya preventif dan promotif sehingga besarnya beban rumah tangga dapat dikurangi serta kejadian PTM dapat disikapi. Perlu adanya gerakan untuk mengurangi peningkatan penyakit menular.

    Fenomena yang terjadi sejak abad ke 20; penyakit jantung dan pembuluh darah telah menggantikan peran penyakit TBC paru sebagai penyebab epidemi di negara-negara yang telah maju, terutama laki laki. Pada saat ini penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Pada tahun 2005 sedikitnya 17,5 juta atau setara dengan 30% kematian di seluruh dunia disebabkan oleh penyakit jantung. Menurut WHO 60% dari seluruh penyebab kematian penyakit jantung adalah penyakit jantung koroner (PJK). Di Indonesia, penyakit jantung juga cenderung meningkat sebagai penyebab kematian. Data survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1996 menunjukan bahwa proporsi penyakit ini meningkat dari tahun ke tahun sebagai penyebab kematian. Tahun 1975 kematian akibat penyakit jantung hanya 5,9% tahun 1981 meningkat sampai dengan 9,1 %, tahun 1986 melonjak menjadi 16% dan tahun 1995 meningkat menjadi 19%, sensus nasional tahun 2001 menunjukkan bahwa kematian karena penyakit kardiovaskuler termasuk penyakit jantung koroner adalah sebesar 26,4% dan sampai dengan saat ini PJK juga merupakan penyebab utama kematian dini pada sekitar 40% dari sebab kematian laki laki usia menengah. Seperti yang telah dijelaskan di atas, PTM merupakan penyakit degeneratif, saat ini yang banyak berkembang di masyarakat seperti penyakit hipertensi atau darah tinggi, diabetes melitus, hiperkolesterolemia, asam urat, penyakit jantung, paru-paru kronis, bahkan kanker. PTM dapat juga disebabkan karena kecelakaan termasuk cedera, luka dan benturan akibat kecelakaan. Penyakit jantung koroner merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi. Ditinjau dari segi pembiayaan, akibat waktu perawatan dan biaya pengobatan PJK serta pemeriksaan penunjangnya tentu tidak sedikit. Belum lagi keberhasilan pengobatan sangat bergantung kepada kecepatan penanganan penyakit. Oleh karena itu upaya pencegahan PJK sangat bermanfaat karena sudah pasti lebih murah dan lebih efektif. Data dari Sistem Informasi Rumah Sakit Tahun 2010-2011 didapatkan bahwa persentase kasus rawat jalan untuk kasus PTM di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009 adalah

  • TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR

    RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]

    BTKL PP KELAS I PALEMBANG 4

    75,49%, pada tahun 2010 sebesar 60,57% (rata-rata Nasional 61,84%). Sedangkan kasus rawat jalan untuk Provinsi Pangkal Pinang pada tahun 2009 sebesar 53,51% dan tahun 2010 sebesar 57,66%. Untuk kasus PTM rawat inap di Provinsi Pangkal Pinang pada tahun 2009 sebesar 35,81% pada tahun 2010 sebesar 39,53%.

    Penelitian tentang faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian PJK sudah banyak dilakukan, baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Penelitian di dalam negeri, misalnya cara mengenal faktor risiko seperti yang dikemukakan Dede Kusuma (bagian kardiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) yaitu lewat skor kardiovaskuler Jakarta. Dengan mengukur faktor risiko berdasarkan jenis kelamin, usia, tekanan darah, indeks massa tubuh, kebiasaan merokok, ada tidaknya diabetes serta tingkat aktivitas fisik, seseorang bisa mengetahui risiko terkena PJK pada masyarakat di kota Jakarta. Penelitian luar negeri dalam kajian yang sama yang dilakukan oleh Framingham Heart Study Prediction Score Sheets dengan mengukur faktor risiko berdasarkan usia, kadar kolesterol darah (HDL dan LDL cholesterol), tekanan darah, kebiasaan merokok, dan adanya penyakit diabetes mellitus, juga untuk mengestimasi risiko PJK pada laki-laki dan wanita.

    Berdasarkah hal di atas maka Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKLPP) Palembang melakukan kegiatan pemeriksaan faktor risiko penyakit tidak menular yang kali ini sasarannya dikhususkan untuk guru-guru di Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan tujuan agar pihak sekolah semakin mengenal apa itu penyakit tidak menular (PTM) dan berbagai faktor risikonya dengan harapan akan tercipta kebijakan untuk mengadakan ekstrakurikuler untuk pelajar SMA mengenai Posbindu PTM di wilayah Kota Pangkal Pinang dimana Kota Pangkal Pinang merupakan wilayah kerja BTKLPP Kelas I Palembang agar pencegahan terjadinya PTM dengan pola hidup sehat dapat dimulai sedini mungkin.

    1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas secara eksplisit dapat diidentifikasi berbagai masalah sebagai berikut :

    Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan masalah kesehatan masyarakat karena berkaitan dengan tingginya kejadian morbiditas, mortalitas, disabilitas, dan penurunan produktivitas.

  • TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR

    RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]

    BTKL PP KELAS I PALEMBANG 5

    Risiko seseorang untuk terkena penyakit jantung koroner (PJK) banyak dipengaruhi oleh faktor perilaku dan juga faktor keturunan serta tidak hanya tergantung dari satu faktor saja.

    Merokok dan disipidemia merupakan faktor risiko yang berhubungan kuat terhadap kejadian PJK pada usia 45 tahun

    Kajian dan penelitian tentang faktor-faktor PJK pada usia muda ( 45 tahun) masih jarang dilakukan.

    1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui persentase Propinsi yang melakukan pembinaan, pencegahan, dan penanggulangan penyakit tidak menular (PTM).

    1.3.2 Tujuan Khusus 1. Melihat gambaran jenis kelamin di 7 (tujuh) Kabupaten/Kota di Propinsi Bangka

    Belitung.

    2. Melihat sebaran klasifikasi pekerjaan di 7 (tujuh) Kabupaten/Kota di Propinsi Bangka Belitung.

    3. Melihat gambaran responden perokok di 7 (tujuh) Kabupaten/Kota di Propinsi Bangka Belitung

    4. Melihat gambaran responden yang mengkonsumsi makanan asin, makanan berlemak, konsumsi sayuran, dan konsumsi buah-buahan, di 7 (tujuh) Kabupaten/Kota di Propinsi Bangka Belitung

    5. Melihat gambaran indeks massa tubuh (IMT) pada responden di 7 (tujuh) Kabupaten/Kota di Propinsi Bangka Belitung

    6. Melihat gambaran tekanan darah pada responden di 7 (tujuh) Kabupaten/Kota di Propinsi Bangka Belitung

    7. Melihat gambaran kadar gula darah sewaktu (GDS) pada responden di 7 (tujuh) Kabupaten/Kota di Propinsi Bangka Belitung

  • TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR

    RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]

    BTKL PP KELAS I PALEMBANG 6

    1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan manfaat bagi program, kesehatan, masyarakat, dan ilmu pengetahuan.

    1.4.1 Bagi BTKLPP Kelas I Palembang Merupakan suatu nilai tambah untuk peningkatan pada jejaring kerja, kegiatan sistem kewaspadaan dini pada penyakit tidak menular (PTM).

    1.4.2 Bagi Tempat Penelitian Merupakan suatu masukan yang sangat baik, untuk diambil tindakan antisipatif selanjutnya kepada wilayah yang menjadi tempat penelitian dalam hal ini sekolah-sekolah di Kota Pangkal Pinang.

    1.5 Ruang Lingkup Survei Menyadari adanya keterbatasan dana, sarana, dan tenaga, maka bagi tim survey

    pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut :

    1. Lingkup Penelitian Sasaran sampel kegiatan ini adalah guru SLTA, yang dibagi menjadi guru SLTA Negeri dan Swasta. Alasan kenapa sasarannya adalah guru SLTA, karena untuk menyamakan jenis sampel yang mana kegiatan ini juga dilakukan di Propinsi Bangka Belitung.

    2. Lokasi Tempat kegiatan dilakukan di Propinsi Bangka Belitung dimana dipilih sekolah menengah atas negeri maupun swasta.

  • TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR

    RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]

    BTKL PP KELAS I PALEMBANG 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi

    Penyakit tidak menular adalah jenis penyakit yang tidak menular seperti cacat fisik, gangguan mental, kanker, penyakit degeneratif, penyakit gangguan metabolisme, dan kelainan-kelainan organ tubuh lain penyakit jantung, pembuluh darah, penyakit tekanan darah tinggi, penyakit kencing manis, berat badan lebih, osteoporosis, kanker usus, depresi dan kecemasan. Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyebab kematian terbanyak di Indonesia. Keadaan dimana penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan penting dan dalam waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM makin meningkat merupakan beban ganda dalam pelayanan kesehatan, tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia. Penyakit tidak menular sering dianggap tidak berbahaya disbanding penyakit menular. Padahal menurut data Dinas Kesehatan pembunuh nomor satu justru masuk pada kategori penyakit tidak menular seperti serangan jantung, diabetes, ginjal, dan lain-lain. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) RI tahun 2007, pada usia 45-54 tahun kematian akibat stroke sebesar 15,9%, diabetes sebesar 14,7%, penyakit jantung sebesar 15,8%, hipertensi sebesar 7,1%, kecelakaan lalu lintas sebesar 5,2%, dan kanker 4,8%. a. Penyakit Stroke

    Stroke (bahasa Inggris: stroke, cerebrovascular accident, CVA) adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia, yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel saraf di otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu. Stroke adalah penyebab kematian yang ketiga di Amerika Serikat dan banyak negara industri di Eropa (Jauch, 2005). Bila dapat diselamatkan, kadang-kadang penderita mengalami kelumpuhan di anggota badannya, hilangnya sebagian ingatan atau kemampuan bicaranya. Beberapa tahun belakangan ini makin populer istilah serangan otak. Istilah ini berpadanan dengan istilah yang sudah dikenal luas, serangan jantung. Penyakit Stroke terjadi karena cabang pembuluh darah terhambat oleh emboli. Emboli bisa berupa kolesterol atau udara.

  • TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR

    RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]

    BTKL PP KELAS I PALEMBANG 8

    b. Penyakit Diabetes Penyakit diabetes mellitus (DM) yang juga lazim disebut kencing manis dan kini lebih

    dikenal sebagai diabetes saja, berasal dari bahasa Yunani Kuno yang menurut Wikipedia.com arti harfiahnya adalah to pass through [urine] yaitu terus mengalir, maksudnya adalah air dari dalam tubuh yang terus mengalir keluar alias banyak kencing. Sedangkan mellitus berarti madu atau manis. Dengan demikian, kata diabetes mellitus dapat diartikan atau dikonotasikan sebagai urine yang manis semanis madu. Benarkah? Pada kenyataannya urine penderita diabetes sering dikerumuni semut, selain itu pemeriksaan di laboratorium menunjukkan kadar gula darah yang tinggi melebihi normal.Sesungguhnya kadar gula dalam urine tidak bisa dijadikan ukuran untuk kadar gula dalam darah. Jika di dalam urine tidak ditemukan glukosa, bukan berarti kadar gula dalam darah tidak tinggi. Kadar gula dalam darah selalu lebih tinggi dari kadar gula dalam urine. Dan pembuangan glukosa lewat ginjal pada masing-masing orang, berbeda, sehingga kadar gula dalam urine tidak secara otomatis bisa dijadikan ukuran kadar gula dalam darah

    c. Penyakit Jantung Penyakit jantung adalah sebuah kondisi yang menyebabkan jantung tidak dapat

    melaksanakan fungsinya dengan baik. Ada berbagai macam gangguan dan penyakit yang dapat mempengaruhi bagian manapun dari jantung. Penyakit jantung yang paling umum adalah jantung koroner yang dapat menyebabkan serangan jantung hingga kematian mendadak. Penyebab penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan dan penyumbatan pembuluh arteri karena penumpukan zat lemak secara berlebihan di lapisan dinding nadi pembuluh koroner. Hal tersebut dipengaruhi oleh pola makan yang kurang sehat yang disertai gaya hidup kurang gerak, kecanduan rokok, hipertensi, dan kolesterol tinggi sehingga mempengaruhi pembentukan bekuan darah. Sebagai akibatnya, aliran darah ke jantung terhambat sehingga mengganggu kerja jantung sebagai pemompa darah yang selanjutnya akan memicu terjadinya serangan jantung. Selain penyakit jantung koroner, ada juga penyakit jantung lainnya yang disebabkan kelainan semenjak lahir misalnya jantung yang tidak sempurna, kelainan katup jantung, dan melemahnya otot jantung. Penyebab lain adalah bakteri yang menyebabkan infeksi pada jantung.

  • TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR

    RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]

    BTKL PP KELAS I PALEMBANG 9

    d. Hipertensi atau Tekanan Darah Tinggi Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk stroke, infark miokard (serangan jantung),

    gagal jantung, aneurisma arteri (misalnya aneurisma aorta), penyakit arteri perifer, dan penyebab penyakit ginjal kronik. Bahkan peningkatan sedang tekanan darah arteri terkait dengan harapan hidup yang lebih pendek. Perubahan pola makan dan gaya hidup dapat memperbaiki kontrol tekanan darah dan mengurangi resiko terkait komplikasi kesehatan. Meskipun demikian, obat seringkali diperlukan pada sebagian orang bila perubahan gaya hidup saja terbukti tidak efektif atau tidak cukup. e. Penyakit Kanker

    Penyakit Kanker adalah suatu penyakit yang ditimbulkan oleh sel tunggal yang tumbuh tidak normal dan tidak terkendali sehingga dapat menjadi tumor ganas yang dapat menghancurkan dan merusak sel atau jaringan sehat. Kanker merupakan salah satu jenis penyakit yang sangat ditakuti oleh banyak orang sehingga ada baiknya kita mencegah kanker daripada mengobatinya.

    Penyakit tidak Menular telah dijelaskan diatas bahwa penyakit tidak menular terjadi akibat interaksi antara agent (non living agent) dengan host dalam hal ini manusia (faktor predisposisi, infeksi dll) dan lingkungan sekitar (source and vehicle of agent). Penyakit tidak menular biasa disebut juga dengan penyakit kronik, penyakit non-infeksi, new communicable disease, dan penyakit degeneratif.

    2.2 Karekteristik Penyakit Tidak Menular 1. Penularan tidak melalui rantai penularan tertentu 2. Masa inkubasi yang panjang dan latent 3. Perlangsungan penyakitnya yang berlarut-larut (kronik) 4. Sulit untuk didiagnosa 5. Biaya pencegahan maupun pengobatannya cukup tinggi 6. Mempunyai variasi yang cukup luas 7. Faktor penyebabnya bermacam-macam (Multifaktor)

    2.3 Peranan dan Pendekatan Epidemiologi dalam Penyakit Tidak Menular a) Peranan 1. Mengetahui distribusi PTM dalam masyarakat

  • TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR

    RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]

    BTKL PP KELAS I PALEMBANG 10

    2. Mengetahui penyebab tingginya distribusi PTM dalam suatu masyarakat 3. Menentukan pilihan prioritas dalam menangani masalah PTM b) Pendekatan Epidemiologi Penyakit Tidak Menular Epidemiologi berusaha untuk mempelajarai distribusi dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya PTM dalam masyarakat. Untuk itu diperlukan pendeekatan metodologik, yakni dengan melakukan dengan berbagai penelitian. Adapun tujuan dari pendekatan epidemiologi ini adalah untuk mengetahui distribusi dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya PTM atau mengetahui faktor determinantnya. Distribusi dalam hal ini diarahkan untuk melihat beban dari PTM, Trend yang meningkat, frekuensi melalui Rate, Ratio dan Proporsi. Pendekatan epidemiologi dalam PTM ini tentunnya jug tidak akan terlepas dari dasar segitiga epidemiologi (person, place,time), disamping melihat populasi, dan determinat

    2.4 Jenis-jenis Penelitian untuk Penyakit Tidak Menular Penelitian observasional yang bersifat pasif, penelitian ini sekedar mengamati apa yang

    terjadi, tanpa intervensi atau tidak mengontrol/mengarahkan penelitian Penelitian eksprimental yang bersifat aktif, mengarahkan peneliti untuk melakukan

    intervensi sesuai dengan desain yang telah dibuat.

    2.5 Penyakit Tidak Menular yang Bersifat Kronis

    Penyakit yang termasuk di dalam penyebab utama kematian, yaitu : Ischaemic heart disease, cancer, cerebrovasculer disease, chronic obstructive pulmonary disease, cirrhosis dan diabetes melitus.

    Penyakit yang termasuk dalam special interest , banyak menyebabkan masalah kesehatan tapi jarang frekuensinya, yaitu: osteoporosis, penyakit ginjal kronis, mental retardasi, epilepsi, lupus erithematosus dan collitis ulcerative.

    Penyakit yang termasuk akan menjadi perhatian yang akan datang, yaitu: defisiensi nutrisi, akloholisme, ketagihan obat, penyakit-penyakit mental dan penyakit yang berhubungan dengan lingkungan pekerjaan.

    2.6 Faktor-faktor Resiko 1. Faktor resiko untuk timbulnya penyakit tidak menular yang bersifat kronis belum

    ditemukan secara keseluruhan.

  • TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR

    RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]

    BTKL PP KELAS I PALEMBANG 11

    2. Untuk setiap penyakit, faktor risiko dapat berbeda-beda (merokok, hipertensi, hiperkolesterolemia)

    3. Satu faktor risiko dapat menyebabkan penyakit yang berbeda-beda, misalnya merokok, dapat menimbulkan kanker paru, penyakit jantung koroner, kanker larynx.

    4. Untuk kebanyakan penyakit, faktor-faktor resiko yang telah diketahui hanya dapat menerangkan sebagian kecil kejadian penyakit, tetapi etiologinya secara pasti belum diketahui

    5. Faktor-faktor resiko yang telah diketahui ada kaitannya dengan penyakit tidak menular yang bersifat kronis antara lain: tembakau, alkohol, kolesterol, hipertensi, diet, obesitas, aktivitas, stress, pekerjaan, lingkungan masyarakat sekitar dan gaya hidup.

  • TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR

    RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]

    BTKL PP KELAS I PALEMBANG 12

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Kerangka Teori Penyakit tidak menular adalah penyakit yang tidak ditularkan dari orang ke orang. Selain itu penyakit tidak menular baru terjadi dalam jangka waktu bertahun-tahun dan gejalanya tidak spesifik. Umur dan jenis kelamin merupakan faktor risiko yang penting terhadap kejadian PJK dan diabetes melitus. Faktor keturunan juga merupakan faktor penting yang diperkirakan mempengaruhi kejadian PJK dan diabetes mellitus yang meliputi riwayat penyakit DM/PJK pada keluarga, gen khusus yang dimiliki seseorang dan terjadinya mutasi genetic yang berpengaruh kuat terhadap metabolisme kolesterol. Faktor lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi terjadinya penyakit tidak menular adalah faktor lingkungan yang berhubungan dengan lingkungan kerja sebagai penyebab terjadinya stress, dan terdapat hubungan yang saling berkaitan antara stress dan abnormalitas metabolism kolesterol. Pola hidup yang berhubungan dengan pola diet lemak (konsumsi lemak jenuh lebih banyak dibandingkan dengan kosnumsi lemak tak jenuh), aktivitas fisik, obesitas, kebiasaan merokok, dan konsumsi alkohol diduga memberikan kontribusi pula terhadap kejadian penyakit tidak menular khususnya diabetes mellitus dan penyakit jantung koroner. Faktor pola hidup seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, dan pendapatan.

  • TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR

    RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]

    BTKL PP KELAS I PALEMBANG 13

    3.2. Kerangka Teori Bagan 3.1 Kerangka Teori Penyakit Tidak Menular

    SOSIAL POLA DIET

    Diet lemak Pendidikan

    Cholesterol

    Low Fiber

    Pendapatan

    Makro-angiopati

    OBESITAS

    Sea Food

    Diabetes Melitus

    Olahraga

    Hipertensi

    Minum alkohol

    Hormonal dan

    Reproduksi

    Nyeri Ulu Hati

    Merokok

    Kontrasepsi Oral

    Usia

    Usia Menopause

    Terapi hormonal

    Jenis kelamin

    Mutasi Genetik

    Metabolisme

    Lemak

    Ras

    Riwayat PJK

    Riwayat

    Peny.Jantung lain Lingk.Kerja

    Lingk. Sosial

    Lingk. Rumah

    Pola

    hidup

    D

    E

    M

    O

    G

    R

    A

    F

    I

    Homosistein

    Hiperkolesterolemia

    Arteriosklerosis

    Penyumbatan

    STRESS

    L

    I

    N

    G

    K

    U

    N

    G

    A

    N

    F

    A

    K

    T

    O

    R

    R

    I

    W

    A

    Y

    A

    T

    A

    R

    T

    E

    R

    I

    K

    O

    R

    O

    N

    E

    R

    Penyakit Jantung Koroner

    dan Diabetes Melitus

  • TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR

    RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]

    BTKL PP KELAS I PALEMBANG 14

    3.3 Populasi dan sampel penelitian 3.3.1 Populasi

    Populasi yang digunakan guru di sekolah menengah atas negeri maupun swasta di Provinsi Bangka Belitung.

    3.3.2 Besar sampel penelitian Besar sampel ditentukan dengan perhitungan sampel yaitu guru dan karyawan lainnya yang hadir pada saat pemeriksaan dilaksanakan.

    3.3.3 Teknik pengambilan sampel

    Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini secara acak dengan cara random sampling.

    3.4 Bahan dan alat untuk penelitian Bahan dan alat yang diguakan pada penelitian ini adalah tensimeter digital, alat cek

    glukosa darah sewaktu, timbangan digital, meteran untuk mengukur lingkar perut, dan statue meter untuk mengukur tinggi badan.

    3.5 Pengolahan dan Analisa Data 3.5.1 Pengolahan Data Pengolahan data merupakan salah satu bagian rangkaian kegiatan penelitian setelah pengumpulan data, digunakan untuk menjawab penelitian. Hal ini agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar.

    Ada empat tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui (2001, Hastono) yaitu : editing, coding, processing dan cleaning.

    3.5.2 Teknik analisis data Analisis Univariat Tehnik anaisis yang dilakukan untuk menampilkan data dalam bentuk distribusi frekuensi

    dari masing-masing variabel.

  • TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR

    RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]

    BTKL PP KELAS I PALEMBANG 15

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Gambaran Umum Propinsi Bangka Belitung A. LETAK GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI WILAYAH

    Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terletak pada 10450 sampai 10930 Bujur Timur dan 050 sampai 410 Lintang Selatan, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut sebelah Barat dengan Selat Bangka, sebelah Timur dengan Selat Karimata, sebelah Utara dengan Laut Natuna, sebelah Selatan dengan Laut Jawa. Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terbagi menjadi wilayah daratan dan wilayah laut dengan total luas wilayah mencapai 81.725,14 km2. Luas daratan lebih kurang 16.424,14 km2 atau 20,10 persen dari total wilayah dan luas laut kurang lebih 65.301 km2 atau 79,90 persen dari total wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Berdasarkan administrasi wilayah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara administratif terbagi dalam 6 kabupaten dan 1 kota, 46 Kecamatan dan 376 desa/kelurahan Berdasarkan UU Nomor 27 tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tanggal 4 Desember 2000, yang juga menetapkan Pangkalpinang sebagai Ibu Kota Provinsi.

    B. KEADAAN PENDUDUK

    Jumlah penduduk di wilayah Provinsi Bangka Belitung tahun 2011 sebanyak 1.261.737 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 77 jiwa per km2. Penyebaran penduduk di Provinsi Bangka Belitung masih bertumpu di Kabupaten Bangka yakni sebesar 23 persen, Kabupaten Bangka Barat yakni sebesar 14,3 persen dan Kabupaten Pangkal Pinang sebesar 14,3 persen sedangkan kabupaten yang dibawah 10 persen terdapat di Kabupaten Belitung Timur sebesar 8,7 persen. Sementara dilihat dari kepadatan penduduk Kabupaten/Kota yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Pangkal Pinang yakni sebanyak 1.517 jiwa per Km2 dan yang paling rendah adalah Kabupaten Beitung Timur dengan tingkat kepadatan penduduk sebanyak 44 jiwa per Km2.

  • BANGKA BANGKA

    BARAT

    BANGKA

    SELATAN

    BANGKA

    TENGAH

    BELITUNG BELITUNG

    TIMUR

    PANGKAL

    PINANG

    66

    50

    59

    46

    72

    49

    72

    85

    29

    51

    62

    48

    6560

    Jenis Kelamin

    laki-laki perempuan

  • 020

    40

    60

    80

    100

    120

    TIDAK

    SEKOLAH

    SD SMP SMA DIII S1/S2

    0

    26

    7

    118

    0 003 1

    149

    52

    0 03

    29

    17

    61

    0 0 0

    14

    6

    88

    0 0 0

    22

    4

    94

    4

    27

    11

    72

    0 00 03

    19

    6

    104

    BANGKA

    BANGKA BARAT

    BANGKA SELATAN

    BANGKA TENGAH

    BELITUNG

    BELITUNG TIMUR

    PANGKAL PINANG

  • 020

    40

    60

    80

    100

    120

    BANGKA BANGKA

    BARAT

    BANGKA

    SELATAN

    BANGKA

    TENGAH

    BELITUNG BELITUNG

    TIMUR

    PANGKAL

    PINANG

    32

    1625 21

    2822 24

    119

    63

    85 8792 92

    108

    YA

    TIDAK

    0

    50

    10073

    3159

    38 49 52 4778

    48 5170 71 62

    85

    YA

    TIDAK

  • TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR

    RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]

    BTKL PP KELAS I PALEMBANG 19

    Seperti halnya dengan yang ditujukkan pada grafik 4 bahwa responden juga dominan tidak tinggal (hidup) di lingkungan perokak., sehingga bisa memperkecil peluang risiko terkena penyakit degeneratif (penyakit jantung Koroner). Risiko penyakit jantung koroner pada perokok 2-4 kali lebih besar dari pada yang bukan perokok. Rokok dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen ke jantung, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, penurunan kadar kolesterol-HDL (Kolesterol baik), peningkatan penggumpalan darah dan kerusakan endotel pembuluh darah koroner.

    Kebiasan merokok, konsumsi minuman beralkohol dan kurang olah raga serta bersantai dapat mempengaruhi peningkatan tekanan darah. Rokok mempunyai beberapa pengaruh langsung yang membahayakan jantung. Dua batang rokok terbukti dapat meningkatkan tekanan darah sebesar 10 mmHg. Beberapa penelitian, sesudah merokok selama kurang lebih 30 menit, tekanan darah akan meningkat secara signifikan. Rokok meningkatkan tekanan darah lewat zat nikotin yang terdapat dalam tembakau. Zat nikotin yang terisap beredar dalam pembuluh darah sampai ke otak, otak akan bereaksi dengan memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepaskan hormone/adrenalin. Hormon adrenalin ini akan membuat pembuluh darah menyempit dan memaksa jantung untuk bekerja lebih kuat untuk memompakan darah, hal inilah yang menyebabkan peningkatan tekanan darah (Marliani, 2007).

  • 020

    40

    60

    80

    100

    120

    BANGKA BANGKA

    BARAT

    BANGKA

    SELATAN

    BANGKA

    TENGAH

    BELITUNG BELITUNG

    TIMUR

    PANGKAL

    PINANG

    Kab/Kota

    107

    57

    8289 90 85

    100

    44

    2228

    1930 29 32 YA

    TIDAK

  • 050

    100

    150

    BANGKA BANGKABARAT

    BANGKASELATAN

    BANGKATENGAH

    BELITUNG BELITUNGTIMUR

    PANGKALPINANG

    136

    69

    96 103

    7

    105118

    15 9 14 5

    113

    9 14

    Ya

    Tidak

    0

    50

    100

    150

    BANGKA BANGKA

    BARAT

    BANGKA

    SELATAN

    BANGKA

    TENGAH

    BELITUNG BELITUNG

    TIMUR

    PANGKAL

    PINANG

    102

    55 5568

    3

    68

    93

    2 3 1 1

    35

    3 2

    47

    21

    5439

    82

    43 37

    Ya

    Tidak

    Jarang

  • TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR

    RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]

    BTKL PP KELAS I PALEMBANG 22

    Pada grafik 7 menggambarkan kebiasaan responden dalam mengkonsumsi buah pada 7 Kabupaten/Kota yang ada di Propinsi Bangka Belitung. Dari 814 responden ada 444 responden yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi buah dan ini didominasi oleh Kabupaten Bangka sebanyak 120 orang dari inang. Sementara yang tidak mengkonsumsi buah hanya 15 orang dari total responden dan itu menyebar disetiap Kabupaten/Kota.

    Konsumsi sayuran dan buah-buahan responden dalam penelitian ini dilihat berdasarkan ada tidaknya kebiasaan mengkonsumsi setiap hari. Banyak studi menyebutkan bahwa pentingnya konsumsi sayur dan buah terhadap berbagai penyakit kronis. Konsumsi sayur dan buah dapat mengurangi risiko sindrom metabolik melalui kombinasi dari antioksidan, serat, potassium, magnesium dan photochemical lainnya. Konsumsi sayur dan buah dihubungkan dengan penurunan risiko penyakit jantung koroner. Konsumsi sayur dan buah menurunkan risiko penyakit jantung melalui penurunan konsentrasi CRP yang merupakan marker inflamasi.

    4.2.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik, Istirahat dan Jumlah Air yang Diminum

    Grafik 8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik di SMA Propinsi Bangka Belitung Tahun 2014

    46

    3127 27

    59

    4339

    29

    10

    2922

    36

    20 18

    76

    38

    5459

    25

    51

    75

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    BANGKA BANGKA BARATBANGKA SELATANBANGKA TENGAH BELITUNG BELITUNG TIMURPANGKAL PINANG

    3 hari/minggu

  • TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR

    RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]

    BTKL PP KELAS I PALEMBANG 23

    Dari grafik 8 menggambarkan sebagian besar responden jarang/tidak pernah berolahraga/aktivitas fisik secara rutin. Sementara yang rutin berolahraga > 30 menit/hari dan > 3 hari/minggu dari 814 responden hanya 164 orang, dari jumlah ini yang paling sedikit terdapat di Kabupaten Bangka Barat yaitu sebanyak 10 orang saja dan sumbangsih terbesar dari Kabupaten Belitung sebanyak 36 responden.

    Meski aktivitas fisik hanya mempengaruhi satu pertiga pengeluaran energi

    seseorang dengan berat normal, tapi bagi orang yang memiliki kelebihan berat badan aktivitas fisik memiliki peran yang sangat penting. Pada saat berolahraga kalori terbakar, makin banyak berolahraga maka semakin banyak kalori yang hilang. Kalori secara tidak langsung mempengaruhi sistem metabolisme basal.Orang yang duduk bekerja seharian akan mengalami penurunn metabolisme basal tubuhnya. Kekurangan aktifitas gerak akan menyebabkan suatu siklus yang hebat, obesitas membuat kegiatan olahraga menjadi sangat sulit dan kurang dapat dinikmati dan kurangnya olahraga secara tidak langsung akan mempengaruhi turunnya metabolisme basal tubuh orang tersebut. Jadi olahraga sangat penting dalam penurunan berat badan tidak saja karena dapat membakar kalori, melainkan juga karena dapat membantu mengatur berfungsinya metabolis normal.

    Grafik 9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Istirahat di SMA Propinsi Bangka Belitung Tahun 2014

    133

    66

    92 94

    13

    98107

    1810

    18 14

    107

    1625

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    140

    BANGKA BANGKA

    BARAT

    BANGKA

    SELATAN

    BANGKA

    TENGAH

    BELITUNG BELITUNG

    TIMUR

    PANGKAL

    PINANG

    YA

    TIDAK

  • BANGKA BANGKA

    BARAT

    BANGKA

    SELATAN

    BANGKA

    TENGAH

    BELITUNG BELITUNG

    TIMUR

    PANGKAL

    PINANG

    84

    39 42 42

    4

    68 6167

    18

    68 6679

    4671

    022

    0 0

    37

    0 0

    < 2 LITER/HARI >= 2 LITER/HARI Tidak Tentu/Tidak Tahu

    0

    20

    40

    60

    80

    7 9 8 4

    2612

    5

    78

    45

    6169

    5057

    7466

    25

    4135

    44 4553

    Kurus =25

  • TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR

    RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]

    BTKL PP KELAS I PALEMBANG 25

    Grafik 11 menggambarkan status gizi responden berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Secara keseluruhan masih didominasi responden yang IMT normal, yaitu sejumlah 434 orang atau sebesar 53,4 %. Ada 71 orang yang mempunyai IMT dibawah normal atau kurus. Selebihnya ada 309 orang termasuk kategori obesitas dan terbanyak diperoleh dari Kabupaten Bangka yaitu 66 orang dari 151 responden yang diperiksa. Dapat disimpulkan bahwa responden yang ada di 7 Kabupaten/Kota di Propinsi Bangka Belitung sebagian besar berada pada status gizi normal, hal ini dimungkinkan responden sudah mengerti dan menjalani pola hidup sehat dengan konsep gizi seimbang. Kegemukan dan obesitas lebih berkaitan dengan tingginya jumlah lemak yang dikonsumsi dan tidak dipengaruhi oleh jenis lemak yang dikonsumsi (Depkes, 2003). Berdasarkan hasil penelitian Fatimah Z.B, dkk (2013) didapatkan bahwa konsumsi makanan tinggi lemak merupakan faktor risiko obesitas sentral. Besarnya risiko terjadinya obesitas sentral pada responden dengan asupan lemak yang tinggi (>110% AKG/ hari) adalah 9,3 kali lebih besar dibanding dengan responden dengan asupan lemak yang cukup dan rendah. Orang yang kegemukan lebih responsif dibanding dengan orang berberat badan normal terhadap syarat lapar eksternal, seperti rasa dan bau makanan, atau saatnya waktu makan. Orang yang gemuk cenderung makan bila ia merasa ingin makan, bukan makan pada saat ia lapar. Pola makan berlebih inilah yang menyebabkan mereka sulit untuk keluar dan kegemukan jika sang individu tidak memiliki kontrol diri dan motivasi yang kuat untuk mengurangi berat badan.

  • 050

    100

    150

    BANGKA BANGKA

    BARAT

    BANGKA

    SELATAN

    BANGKA

    TENGAH

    BELITUNG BELITUNG

    TIMUR

    PANGKAL

    PINANG

    3 016 16

    5 5 9

    110

    46

    7857 58 63

    90

    38 3316

    3557

    4633

    Rendah

  • 050

    100

    150

    BANGKA BANGKA

    BARAT

    BANGKA

    SELATAN

    BANGKA

    TENGAH

    BELITUNG BELITUNG

    TIMUR

    PANGKAL

    PINANG

    147

    77

    108 104115 106

    127

    4 2 2 4 5 8 5

    Normal 70-190 mg/dl Tinggi >=200 mg/dl

  • TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR

    RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]

    BTKL PP KELAS I PALEMBANG 28

    Grafik 13 menggambarkan hasil pemeriksaan Gula Darah Sewaktu (GDS) 814 responden. Dari hasil pemeriksaan diperoleh data bahwa hampir semua kadar gula darah sewaktu responden dalam kondisi normal. Namun demikian di setiap Kabupaten/Kota tetap ada responden yang memiliki kadar GDS tinggi (>=200 mg/dl) dengan total jumlah 30 orang dan yang terbanyak ada di Kabupaten Belitung Timur yaitu sebanyak 8 orang dari 124 responden yang diperiksa.

    Hubungan antara hipertensi dengan diabetes mellitus sangat kuat karena beberapa kriteria yang sering ada pada pasien hipertensi yaitu peningkatan tekanan darah, obesitas, dislipidemia dan peningkatan glukosa darah (Saseen and Carter, 2005). Hipertensi adalah suatu faktor resiko yang utama untuk penyakit kardiovaskular dan komplikasi mikrovaskular seperti nefropati dan retinopati (Anonimc, 2006). Prevalensi populasi hipertensi pada diabetes adalah 1,5-3 kali lebih tinggi daripada kelompok pada non diabetes. Diagnosis dan terapi hipertensi sangat penting untuk mencegah penyakit kardiovaskular pada individu dengan diabetes (Anonim, 2002). Pada diabetes tipe 1, adanya hipertensi sering diindikasikan adanya diabetes nefropati. Pada kelompok ini, penurunan tekanan darah dan angiotensin converting enzym menghambat kemunduran pada fungsi ginjal (Thomas, 2003). Pada diabetes tipe 2, hipertensi disajikan sebagai sindrom metabolit (yaitu obesitas, hiperglikemia, dyslipidemia) yang disertai oleh tingginya angka penyakit kardiovaskular (Anonim, 2006).

  • TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR

    RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]

    BTKL PP KELAS I PALEMBANG 29

    BAB V PENUTUP

    5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan sebagian besar responden di 7 Kabupaten/Kota yang ada di Propinsi Bangka Belitung yang diambil sebagai lokasi pengambilan sampel dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

    1. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin pada sekolah-sekolah yang ada di Propinsi Bangka Belitung antara laki-laki dan perempuan sangat bervariasi dengan total responden sebanyak 814 orang. Di Kabupaten Bangka, Bangka Tengah dan Belitung Timur responden yang dominan jumlah responden laki-laki dari perempuan. Sementara di 4 Kabupaten/Kota lainnya responden perempuan lebih banyak.

    2. Sebagian besar responden berlatar belakang pendidikan Strata 1 dan Strata 2, kecuali di Kabupaten Bangka dan Kabupaten Belitung Timur yang semua respondennya berpendidikan SMA. Di antara 7 Kabupaten/Kota yang ada di Propinsi Bangka Belitung yang disampling responden paling banyak pendidikan strata 1 dan strata 2 terdapat di Kota Pangkal Pinang yaitu sejumlah 104 orang dari 132 responden.

    3. Umumnya responden bukan perokok. Sedangkan responden yang memiliki kebiasaan merokok paling banyak di Kabupaten Bangka yaitu 32 orang dari 151 responden. Dan juga sebagian besar responden tinggal dilingkungan yang bukan perokok. Hal ini mengindikasikan bahwa gaya hidup responden sudah cukup baik.

    4. Dari 814 responden sebagian besar (610 responden atau sebesar 74,9 %) memiliki kebiasaan mengkonsumsi gula atau makanan yang manis.

    5. Sebagian besar responden memiliki kebiasaan mengkonsumsi sayuran, tepatnya ada 634 responden atau sebesar 77,9 % yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi sayuran dan yang paling tinggi terdapat di Kabupaten Bangka sebanyak 136 orang atau sebesar 90,1 %.

    6. Ada 444 responden yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi buah dan ini didominasi oleh Kabupaten Bangka sebanyak 120 orang dari inang. Sementara yang tidak

  • TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR

    RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]

    BTKL PP KELAS I PALEMBANG 30

    mengkonsumsi buah hanya 15 orang dari total responden dan itu menyebar disetiap Kabupaten/Kota.

    7. Sebagian besar responden jarang/tidak pernah berolahraga/aktivitas fisik secara rutin. Sementara yang rutin berolahraga > 30 menit/hari dan > 3 hari/minggu dari 814 responden hanya 164 orang, dari jumlah ini yang paling sedikit terdapat di Kabupaten Bangka Barat yaitu sebanyak 10 orang saja dan sumbangsih terbesar dari Kabupaten Belitung sebanyak 36 responden.

    8. Umumnya responden cukup istirahatnya (tidur 5 jam/hari) yaitu sebanyak 603 responden dari 814 total responden atau sebesar 74 %. Hanya di Kabupaten Belitung yang didominasi oleh responden yang tidurnya < 5 jam/hari (tidak cukup istirahat).

    9. Lebih banyak responden yang minum air putih 2 liter/hari ada 415 orang, jumlah terbanyak berasal dari Kabupaten Belitung yaitu sebanyak 71 orang. Sedangkan 340 responden minum air putih masih kurang dari 2 liter perhari. Sisanya ada 59 orang yang tidak tahu/tidak tentu jumlah minumnya.

    10. Secara keseluruhan masih didominasi responden yang IMT normal, yaitu sejumlah 434 orang atau sebesar 53,4 %. Ada 71 orang yang mempunyai IMT dibawah normal atau kurus. Selebihnya ada 309 orang termasuk kategori obesitas dan terbanyak diperoleh dari Kabupaten Bangka yaitu 66 orang dari 151 responden yang diperiksa.

    11. Sebagian besar responden memilki tekanan darah normal yaitu sebanyak 502 atau sebesar 61,7 %. Namun yang harus mendapat perhatian ada 258 orang sudah termasuk hipertensi ( tekanan darah di atas 140/90 180/110 mmHg) dan yang terbanyak di Kabupaten Belitung yaitu 57 orang dari 120 responden atau sebesar 47,5 %.

    12. Hampir semua kadar gula darah sewaktu responden dalam kondisi normal. Namun demikian di setiap Kabupaten/Kota tetap ada responden yang memiliki kadar GDS tinggi (>=200 mg/dl) dengan total jumlah 30 orang dan yang terbanyak ada di Kabupaten Belitung Timur yaitu sebanyak 8 orang dari 124 responden yang diperiksa.

    5.2 Saran Dari hasil penelitian diatas penulis menyarankan:

    1. Bagi Instansi terkait Dinkes / Puskesmas

  • TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR

    RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]

    BTKL PP KELAS I PALEMBANG 31

    Dari hasil kesimpulan di atas, maka diketahui bahwa yang menjadi permasalahan yang agak menonjol dari 7 (tujuh) Kabupaten/Kota di Provinsi Bangka Belitung yang dijadikan sampel penelitian ini adalah adanya masalah pada kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung gula atau manis, tidak rajin berolahraga sehingga kecendrungan untuk timbul obesitas. Maka berdasarkan hal tersebut maka sebaiknya dilakukan upaya promotif oleh Dinkes setempat mengenai upaya pencegahan penyakit tidak menular salah satunya dengan cara mengadakan POSBINDU PTM (Pos Pelayanan Terpadu Penyakit Tidak Menular) yang mana dengan sasaran usia 15 tahun 47 tahun di Sekolah Menengah Atas.

    2. Kepada masyarakat disarankan untuk melakukan penyuluhan untuk waspada dengan bertambahnya umur (>35 tahun), karena pada usia ini berbagai macam penyakit termasuk faktor resiko penyakit tidak menular seperti risiko penyakit jantung dan pembuluh darah mulai mengintai. Terutama apabila memiliki riwayat keluarga yang menderita diabetes militus, hipertensi, penyakit jantung dan stroke hendaknya melakukan upaya pencegahan faktor risiko yang dapat dirubah, disarankan kepada mereka untuk melakukan pola hidup CERDIK yang meliputi cek kesehatan secara berkala, enyahkan asap rokok, rajin aktivitas fisik, diet dengan kalori seimbang, istirahat yang cukup dan kelola stress.

  • TAHUN 2014 [[[[LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKDAN DETEKSI DINI FAKTOR TOR TOR TOR

    RESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINRESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNGSI BANGKA BELITUNG]]]]

    BTKL PP KELAS I PALEMBANG 32

    DAFTAR PUSTAKA

    Adam JMF, 2011. Hubungan Antara Obesitas dan Diabetes Melitus Tipe2. Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unhas Makasar, diakses dari dokternetworkang97.blogspot.com

    Anggraeni, A. C. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogyakarta: Graha Ilmu Almatsier, S. 2004. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Boedhi, Darmojo. 2001. Mengamati Perjalanan Epidemiologi Hipertensi diIndonesia.Jakarta:

    Medika

    Bustan, Mn.1997.Epidemiologi penyakit tidak menular. PT RINEKA CIPTA. Chandra GY, Wulansari A., 2012. Surveilans Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular. BBTKLPP

    Yogyakarta. Yogyakarta

    Departemen Kesehatan R.I, 2002. Panduan Pengembangan Sistem Surveilans Perilaku Berisiko Terpadu. Jakarta

    Kementerian Kesehatan RI, 2010. Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Risiko Diabetes Melitus. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta

    Nor,nasry.2000.epedimiologi penyakit menular. PT RINEKA CIPTA. Widyaningsih, N. N., Latifah, M. 2008. Pengaruh Keadaan Sosial Ekonomi, Gaya Hidup, Status

    Gizi, dan Tingkat Stres terhadap Tekanan Darah. Jurnal Gizi dan Pangan 3 (1), 1-6

  • FOTO KEGIATAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKTOR RESIKO PTM PROVINSI BANGKA BELITUNG

  • TAHUN 2014 [[[[[LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKTOR [LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKTOR [LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKTOR [LAPORAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI FAKTOR

    RESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNG]RESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNG]RESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNG]RESIKO PTM DI PROVINSI BANGKA BELITUNG] ]]]]

    BTKL PP KELAS I PALEMBANG

    ii

    Penanggung Jawab Dr. Amar Muntaha, SKM, M. Kes

    Koordinator dr. Rahmayani, M. Kes

    Penyusun Laporan dr. Artineke, M.Kes (Bangka Barat) Ena Juhaina, SKM (Pangkal Pinang)

    Vera Susanti, SKM (Bangka) Sri Maidalena, SKM, M.Kes (Bangka Tengah) Dr.Dianita Ekawati,SKM, M.Epid (Belitung)

    Bunayah, SKM (Bangka Selatan) Lucky Mardan, SKM (Bangka Selatan) Jimmy Tiarlina, SKM (Belitung Timur)

    Sumber Data Responden

    Profil Dinas Kesehatan Kota Pangkal Pinang Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka

    Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Selatan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Barat

    Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Tengah Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Belitung

    Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Belitung Timur

    PTM BABEL.pdfhal ii.pdf