psikologi anak & pendidikan

164
PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0

Upload: gusti-irwansyah

Post on 13-Jun-2015

1.435 views

Category:

Documents


22 download

TRANSCRIPT

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 1

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN(Kumpulan artikel dari webs – dirangkum oleh Zainul Muttaqin)

DAFTAR ISI

Halaman

PENDAHULUAN 1

BAB 1 - UMUM

1 Menciptakan anak pintar sejak dalam kandungan 32 Nutrisi otak agar anak cerdas 53 Kebutuhan gizi pengaruhi kecerdasan anak 64 Pengenalan psikologi sejak dini 75 Hak-hak anak 86 Kesalahan pola asuh anak usia dini, penyesalan orangtua seumur hidup 97 Mencari Pola Asuh Anak Yang Tepat 108 Peran orangtua dalam perkembangan psikologi anak 129 Peran orangtua terhadap perkembangan kemandirian anak 1710 Mendidik agar anak mandiri 1911 Prestasi anak, untuk anak atau orangtua? 2112 Anak berbakat: kebutuhan atau kebahagiaan? 2313 Sikap ayah pengaruhi perkembangan EQ bayi 2614 Peran ibu bagi kesehatan jantung anak 2815 Tahapan bermain bagi anak-anak 3016 Selektif pada produk mainan ; selamatkan kreativitas dan jiwa sosial anak 3217 Apa benar yang bungsu lebih bodoh? 3418 Seperti apa sih, reaksi emosi pada bayi ? 3619 Pertolongan pertama bila balita rewel 3920 Ibu bekerja & dampaknya bagi perkembangan anak 41

BAB 2 - RUTINITAS21 Ketika anak menonton televisi 4222 Menyiasati anak sulit makan 4523 Dipaksa makan, anak bisa trauma 4824 Makanan selingan balita 5125 Menambah nafsu makan pada balita/anak 5326 Muntah setiap kali makan 5427 Melatih si kecil berhenti mengompol 57

BAB 3 - PENDIDIKAN28 Perlukah program child day-care bagi anak? 6029 Bagaimana memilih nursery school? 6430 Kapan anak belajar bahasa inggris? 6531 Kenapa perlu belajar sejak usia dini ? 68

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 2

DAFTAR ISI Halaman32 Pendidikan neo-humanistik 6933 Perkembangan motorik halus dan kasar 7234 Gaya belajar efektif 7335 Matematika, siapa takut? 7436 Peran komputer bagi pendidikan anak 7837 Alternatif hukuman anak di sekolah 7938 Anakku malas belajar 8039 Faktor-faktor makro yang menyebabkan anak malas belajar 8340 Belajar lebih penting daripada bermain? 8841 Pengaruh Permainan pada Perkembangan Anak 9142 Fungsi terapeutik bermain bagi anak usia sekolah 9343 Pengaruh musik pada anak 9544 Rumah ramah belajar 9645 Kreativitas anak jangan dihalangi 99

BAB 4 - PROBLEMATIKA46 Temper Tantrum 10047 Anak pemalu 10548 Labeling 10849 Problem kelekatan 11050 Keterlambatan bicara 11551 Mengekspresikan marah secara tepat kepada anak 12252 Penyiksaan dan pengabaian terhadap anak 12453 Kalau si kecil mulai pandai merayu 12754 Gigi bermasalah hambat perkembangan anak 12955 Mengenal anak hiperaktiv (gangguan hiperkinetik) 13056 Balita anda bersedih ? 13257 Jika alergi menyerang anak 13458 Kok sakit kepala habis makan es krim 13559 Aneka penyebab bayi sesak napas 13660 Mengapa anak sering berbohong ? 13961 Mengenal autisme 14062 Mencegah perilaku buruk anak 14263 Mengenal schizophrenia 14364 Mengenal aphasia 14565 Gejala & penyebab stress 14666 Mengatasi migren pada anak 14867 Metode alternatif atasi rasa takut 14968 Ih...., kecil-kecil "latah" 15469 Si kecil takut pada ayahnya 15770 Tak usah panik mendapati anak "Bermain dengan anunya" 160

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 3

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN(Kumpulan artikel dari webs dirangkum oleh Zainul Muttaqin)

PENDAHULUAN

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di sisi Allah-lahpahala yang besar. (QS 64:15)

Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istrikami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagiorang-orang yang bertakwa. (QS 25:74)

"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikankepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yangEngkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orangyang berserah diri". (QS 46:15)

Jika anak dibesarkan dengan celaan,ia belajar memaki

Jika anak dibesarkan dengan permusuhan,ia belajar berkelahi

Jika anak dibesarkan dengan cemoohan,ia belajar rendah diri

Jika anak dibesarkan dengan penghinaan,ia belajar menyeasali diri

Jika anak dibesarkan dengan toleransi,ia belajar menahan diri

Jika anak dibesarkan dengan pujian,ia belajar menghargai

Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan,ia belajar keadilan

Jika anak dibesarkan dengan rasa aman,ia belajar menaruh kepercayaan

Jika anak dibesarkan dengan dukungan,ia belajar menyenangi diri

Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan,ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 4

Anak Perempuan

§ Ketika seorang anak perempuan diam, berjuta-juta hal berada dalam fikirannya.

§ Ketika anak perempuan tidak membantah, dia sedang berfikir sangat dalam.

§ Ketika anak perempuan memandang dengan mata penuh tanya, dia ingin tahu berapa lama kita akanmenemani.

§ Ketika anak perempuan menjawab “Saya baik-baik saja” setelah beberapa saat, tidaklah semuanyabaik-baik saja.

§ Ketika anak perempuan memandang tajam, dia ingin tahu kenapa kita berbohong.

§ Ketika anak perempuan bersandar ke dada, dia berharap kita menjadi miliknya selamanya.

Anak Laki-laki

§ Ketika seorang anak laki-laki diam, dia tidak punya sesuatu yang ingin dikatakan.

§ Ketika anak laki-laki tidak membantah, dia dalam kondisi yang tidak ingin membantah.

§ Ketika anak laki-laki memandang dengan mata penuh tanya, dia benar-benar sedang kebingungan.

§ Ketika anak laki-laki menjawab “Saya baik-baik saja” setelah beberapa saat, semuanya adalah baik-baik saja.

§ Ketika anak laki-laki memandang tajam, dia sedang heran atau marah.

§ Ketika anak laki-laki tidur dipangkuan, dia berharap kita menjadi miliknya selamanya.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 5

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKANBAB 1 : UMUM

1. Menciptakan Anak Pintar Sejak Dalam Kandungan

ADALAH hal yang sangat naif, ketika seorang anak menjadi bodoh, nakal, pemberang,atau bermasalah, lalu orang tua menyalahkan guru, pergaulan di sekolah, danlingkungan yang tidak beres. Tiga faktor itu hanya berperan dalam prosesperkembangan anak, sedangkan bakat anak itu menjadi bodoh, nakal, atau pemberangjustru terletak dari bagaimana orang tua memberikan awal kehidupan si anak tersebut.Bukan hal aneh bahwa seorang anak dapat dididik dan dirangsang kecerdasannya sejakmasih dalam kandungan. Malah, sejak masih janin, orang tua dapat melihatperkembangan kecerdasan anaknya. Untuk bisa seperti itu, orang tua harusmemperhatikan beberapa aspek, antara lain terpenuhinya kebutuhan biomedis, kasihsayang, dan stimulasi.

Bicara tentang kecerdasan, tentu saja tidak bisa lepas dari masalah kualitas otak,sedangkan kualitas otak itu dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Secara prinsip,perkembangan positif kecerdasan sejak dalam kandungan itu bisa terjadi denganmemperhatikan banyak hal. Pertama, kebutuhan-kebutuhan biologis (fisik) berupanutrisi bagi ibu hamil harus benar-benar terpenuhi. Seorang ibu hamil, gizinya haruscukup. Artinya, asupan protein, karbohidrat, dan mineralnya terpenuhi dengan baik.Selain itu, seorang ibu hamil tidak menderita penyakit yang akan mengganggupertumbuhan dan perkembangan anak dalam kandungannya. Kebutuhan nutrisi itusendiri, sebenarnya bukan hanya ketika ibu mengandung, melainkan ketika ia siap untukmengandung pun sudah harus memperhatikan gizi, makanan, dan komposisi nutrisinyaharus lengkap, sehingga ketika ia hamil, dari segi fisik sudah siap dan proses kehamilanakan berlangsung optimal secara nutrisi.

Tapi, memang di Indonesia atau di negara-negara berkembang pada umumnya--bolehdikatakan sangat jarang ada keluarga yang mempersiapkan kehamilan. Malah, kerapkehamilan dianggap sebagai suatu yang mengejutkan. Berbeda dengan yang terjadi dinegara-negara maju. Inilah yang cenderung menjadi penyebab awal mengapa anak-anak yang lahir kemudian tidak berkualitas, karena orang tua seakan tidak siap dalamsegala hal untuk memelihara anaknya.Faktor kedua adalah kebutuhan kasih sayang. Seorang ibu harus menerima kehamilanitu, dalam arti kehamilan yang benar-benar dikehendaki. Tanpa kasih sayang, tumbuhkembangnya bayi tidak akan optimal. "Si ibu hamil harus siap dan dapat menerima risikodari kehamilannya," kata mantan Sekretaris Jenderal Ikatan Dokter Anak Indonesia itu."Risiko itu, misalnya, seorang wanita karier yang hamil, merasa terbebani dan khawatirakan mengganggu pekerjaannya. Ia sebenarnya ingin hamil, tapi juga merasa terganggudengan kehamilannya itu. Kondisi seperti ini tidak kondusif untuk merangsangperkembangan bayi dalam kandungannya," tambahnya.

Selain itu, menurut Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini, ada faktorpsikologis yang memengaruhi perkembangan kecerdasan bayi, yaitu apakah si ibu hamilmenikah secara resmi atau kawin lari. Pernikahannya direstui atau tidak, dan apakahada komitmen antara istri dan suami. Tanpa komitmen di antara keduanya, kehamilanitu bisa dianggap mengganggu.Juga harus ada support (dukungan). Tanpa support, walaupun ada komitmen dari suamidan orang tua dapat mengurangi perkembangan dan rangsangan kecerdasan bayi dalamkandungan. "Jadi, variabel kasih sayang tadi adalah komitmen dengan suami, serta

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 6

support dari orang tua dan keluarga, sehingga seorang ibu dapat menerimakehamilannya dengan hati tenteram,"Faktor ketiga adalah adanya perhatian penuh dari si ibu hamil terhadap kandungannya.Ia dapat memberikan rangsangan dan sentuhan secara sengaja kepada bayi dalamkandungannya. Karena secara emosional akan terjadi kontak. Jika ibunya gembira dansenang, dalam darahnya akan melepaskan neo transmitter zat-zat rasa senang,sehingga bayi dalam kandungannya juga akan merasa senang.

Sebaliknya, bila si ibu selalu merasa tertekan, terbebani, gelisah, dan stres, ia akanmelepaskan zat-zat dalam darahnya yang mengandung rasa tidak nyaman tersebut,sehingga secara tidak sadar bayi akan terstimuli juga ikut gelisah. "Yang paling baikadalah stimuli berupa suara-suara, elusan, dan nyanyian yang disukai si ibu. Hal ini akanmerangsang bayi untuk ikut senang. Berbeda jika si ibu melakukan hal-hal yang tidakdisukainya, karena itu sama saja memberikan rangsangan negatif pada bayi".Tapi, stimuli itu sendiri lebih efektif bila kehamilan sudah menginjak usia di atas enambulan. Sebab, pada usia tersebut jaringan struktur otak pada bayi sudah mulai bisaberfungsi.

Untuk mendapatkan kondisi-kondisi itulah, seorang ibu hamil harus tetap menjaganutrisi yang didapat dari makanan sehari-hari. Bahkan, perlu diimunisasi, misalnyadengan suntik TT. Lakukan juga konsultasi rutin dengan dokter secara berkala. Mula-mula sekali sebulan, dan pada bulan terakhir menjelang kelahiran (partus), diperketatmenjadi tiga minggu sekali, lalu dua minggu sekali, dan bahkan mendekati partusmenjadi setiap minggu.Juga disarankan untuk tidak meminum obat-obatan yang katanya bisa merangsangperkembangan dan kecerdasan otak bayi. Obat-obatan semacam itu hanya omongkosong. "Pemberian obat semacam itu percuma saja, dan tidak berpengaruh apa-apa,"katanya. "Yang penting, ciptakan saja lingkungan mendidik, yaitu tiga faktor tadi.

Sementara itu, psikolog anak lainnya juga mengungkapkan pendapat yang sama.Stimulasi positif, menurutnya, memang dapat meningkatkan kecerdasan anak sejakdalam kandungan. Dari stimulasi ini, diharapkan ketika anak tumbuh, bukan hanyamenjadi cerdas, melainkan dapat bersosialisasi dengan lingkungannya. "Stimulasimenimbulkan kedekatan antara ibu dan anak.

Bahkan, lanjut Surastuti, bayi masih dalam kandungan bisa distimuli dengandiperdengarkan musik klasik, diajak berbicara, dan diberikan elusan penuh kasih sayang.Orang tua juga harus siap dan berusaha mengajarkan cara anaknya bersosialisasidengan dunia luar ketika ia masih di dalam rahim.Tapi, mengapa musik klasik? Pendapat semacam ini memang terus menjadi topikbahasan. Musikus hebat seperti Adhi MS, pimpinan Twilite Orchestra, juga meyakinimusik klasik dapat merangsang kecerdasan bayi sejak dalam kandungan. Bahkan, untukjenis musik yang 'merangsang bayi' ini sudah banyak dijual di toko-toko kaset tertentu.Tapi, untuk lebih tuntasnya kupasan mengenai hal itu, coba kita simak penuturanPsikologi lainnya:Musik klasik, katanya, memiliki berbagai macam harmoni yang terdiri dari nada-nada.Nada-nada inilah yang memberikan stimulasi berupa gelombang alfa. Gelombang inimemberikan ketenangan, kenyamanan, dan ketenteraman, sehingga anak dapat lebihberkonsentrasi."Menurut beberapa penelitian, musik klasik memang termasuk metode yang tepat. Anakmenjadi siap menerima sesuatu yang baru dari lingkungannya," ujar pengasuh rubrikkonsultasi di Klinik Anakku ini. Tapi, jangan coba-coba memperdengarkan musik-musikkeras kepada bayi dalam kandungan. Konon, justru menyebabkan timbulnyakebingungan pada si jabang bayi!

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 7

2. Nutrisi Otak Agar Anak Cerdas

Pastikan Anda memberikan nutrisi yang cukup untuk otak si kecil agar ia tumbuh sehatdan juga cerdas karena dengan kekurangan salah satu nutrisi tersebut akibatnyaperkembangan sistem saraf pusat dan kemampuan kognitif di masa selanjutnya punakan turut terpengaruh (menurut suatu penelitian yang dipublikasikan dalam BritishMedical Journal, Inggris, tahun 2001).

Agar si kecil tumbuh sehat juga cerdas maka Kebutuhan yang diperlukan antara lainLemak Pembangunan Otak, Lemak, terutama asam lemak (DHA dan ARA), adalahsalah satu nutrisi yang penting untuk pertumbuhan otak dan mata si kecil. Kekurangankedua jenis asam lemak esensial itu saat lahir berkorelasi dengan berat badan yangrendah, lingkar kepala yang kecil, dan ukuran plasenta yang rendah. Akibatnyaperkembangan sistem saraf pusat dan kemampuan kognitif di masa selanjutnya punturut terpengaruh. menurut suatu penelitian yang dipublikasian dalam Brithis MedicalJournal, Inggris, tahun 2001.

Untuk mencukupi kebutuhan tersebut, berikan ASI seoptimal mungkin untuk si kecil.Sebab ASI terbukti mengandung asam lemak yang dibutuhkan otak untuk bisaberkembang. Dari studi yang dilakukan di The University of Kentucky Chandler MedicalCenter, Amerika Serikat, terbukti IQ bayi yang diberi ASI jauh lebih tinggi dibandingdengan yang tidak diberi ASI. Dan, pada saat anak mulai diberikan makanan padat,kebutuhan asam lemak itu bisa Anda penuhi dengan memberikan ikan, telur bebek, susuyang diperkaya DHA dan ARA, atau minyak jagung.

Karbohidrat Bahan Bakar OtakGlukosa dari makanan yang kaya karbohidrat merupakan bahan bakar otak yang amatpenting agar otak berfungsi optimal. Proses pengolahan informasi dan mengingat dapatberjalan dengan baik dengan terpenuhinya kebutuhan glukosa otak tersebut. Ini semuabisa didapatkan dengan memberikan anak berbagai jenis kacang-kacangan, kentang,buah-buahan seperti pisang, sawo, serta sayur-sayuran misalnya singkong dan daun ubijalar.

Sedangkan untuk Protein Pembentukan Neurotransmiter adalah senyawa asam aminoyang berperan terhadap proses pengolahan informasi di otak. Kadar ini sendiri amatberpengaruh terhadap seberapa banyak protein yang ada dalam makanan yangdikonsumsi sehari-hari Kebutuhan ini bisadidapat dari ikan, daging, keju, yogur dankacang-kacangan Sedangkan kebutuhan Buah-buahan, Sayur-sayuran yang diperkayaantioksidan amat diperlukan untuk melindungi otak dari proses kerusakan sel-sel otakyang dapat menyebabkan kesulitan dalam mengingat, seperti proses belajarpun jadilamban.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 8

3. Kebutuhan Gizi Pengaruhi Kecerdasan Anak

Penelitian membuktikan ada keterkaitan antara tubuh pendek dan tingkat kecerdasan.Bila sejak awal sudah tidak ada keseimbangan berat dan tinggi badan, maka akanberpengaruh pada pembentukan otak. Karena itu, kebutuhan gizi bayi sejak janinsampai usia lima tahun harus terpenuhi secara baik.Kepala Seksi Standardisasi, Subdit Gizi Mikro, Direktorat Gizi pada Ditjen KesehatanMasyarakat Depkes menegaskan hal tersebut di Jakarta, di sela-sela Kongres NasionalXII dan temu ilmiah Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi).

Menurut Atmarita, anak yang perkembangannya sangat lambat disebabkan olehpembentukan otak maupun tubuhnya tidak baik akibat gizinya buruk. "Berarti hal palingpenting adalah pemenuhan gizi bayi sejak dalam kandungan sampai berusia lima tahun,dan bila tidak terpenuhi, pertumbuhan otak dan tubuhnya tidak bagus. Anak dengantubuh pendek, ia mengemukakan, berarti status gizi pada masa lalunya sudah kronis,"jelas Atmarita.Namun begitu, lanjutnya, sampai usia 18 tahun pun asupan gizi masih penting untukpertumbuhan fisik anak. Jadi jika tubuh seseorang kurus, hal ini dipengaruhi olehkeadaan gizi pada saat itu.

Bersama rekannya, dr Robert L Tiden, pakar gizi tersebut menganalisis masalah gizi diperkotaan yang dikaitkan dengan tinggi badan anak baru masuk sekolah.62% lebih anak di perkotaan memiliki tinggi badan normal dari segi umur, sedangkananak di pedesaan hanya 49%. Maka disimpulkan bahwa anak di perkotaan memilikikeadaan gizi lebih baik dibanding anak di pedesaan. Meski demikian, obesitas (gemuksekali) pada anak di perkotaan cenderung lebih tinggi dibanding anak di pedesaan.Cuma, masalah itu mulai meningkat bukan saja di perkotaan, melainkan juga dipedesaan.Atas dasar tersebut, program perbaikan gizi sekarang harus diubah denganmemerhatikan faktor yang terkait dengan pola hidup penduduk di perkotaan maupunpedesaan.

Sebelumnya, Menkes Achmad Sujudi dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh StafAhli Menkes Bidang Desentralisasi dan Kelembagaan Dini Latief merasa prihatin karenaproporsi anak pendek di Indonesia masih cukup tinggi."Saya yakin, para ahli gizi mengetahui situasi ini karena di tiap wilayah telah difasilitasidengan pemantauan status gizi," ulasnya.Ia menambahkan sudah banyak penelitian yang menyimpulkan pentingnya gizi untukmeningkatkan kemampuan belajar dan mengikuti pendidikan sampai tingkat tertinggi.Menkes mengutip pula sejumlah studi di Filipina, Jamaika, dan negara lainnya yangmembuktikan, adanya hubungan yang sangat bermakna antara tinggi badan dankemampuan belajar.Bahkan, ujarnya, dihasilkan bahwa pemberian makanan tambahan pada anak bertubuhpendek berusia 9-24 bulan akan mampu meningkatkan kemampuan belajar anak ketikaberusia 7-8 tahun.

Dibuktikan pula dari beberapa studi bidang ekonomi di Ghana maupun Pakistanmengenai pentingnya gizi untuk mendukung pembangunan. "Malah dengan menurunkanprevalensi anak pendek sebesar 10%, akan dapat meningkatkan 2%-10% proporsi anakyang mendaftar ke sekolah."

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 9

4. Pengenalan Psikologi Sejak Dini

Kurangnya pengenalan tentang masalah kejiwaan akan berpotensi membuat seseorang kurangmengenal potensi maupun kekurangan dari dirinya, khususnya masalah kejiwaan.

Akibatnya akan beragam, tapi akan lebih nampak pada remaja. Mereka dengan ketidak mengertiannyamengenai seluk beluk kejiwaan akan membentuk pribadi yang cenderung subyektif dan egosentris.Mereka tidak mengetahui mengenai tipe tipe kepribadian. Kurang tahunya potensi diri akanmenyebabkan mereka cenderung mengambil keputusan berdasarkan emosinya maupun pengaruhteman temannya.

Para orangtua umumnya tidak memberikan bimbingan psikologis yang baik pada anak anak mereka.Entah karena ketidak tahuan mereka ataupun karena mereka tdak menganggap hal itu sesuatu yangpenting. Para remaja lebih suka curhat ke kawan kawan mereka yang notabene pengetahuanpsikologisnya sama sama kurang.Jika ada perilaku anak remaja yang aneh aneh, para orang tua umumnya berusaha memahami bahwaitu adalah suatu kewajaran yang memang harus dialami setiap remaja. padahal jika perkembanganseseorang tidak mulai diarahkan sejak remaja, maka mereka akan menemukan kesulitan untukmembentuk diri menjadi pribadi dewasa.

Sebaiknya kita semua sudah ahrus mulai berpikir untuk mulai melakukan pengenalan psikologi sejakdini pada diri kita, keluarga kita, dan orang orang terdekat kita.Salah satu langkah yang harus kita lakukan sebelum mulai mengenalkan psikologi kepada keluargakita, kita harus terlebih dahulu memiliki wawasan yang memadai dan paham secara garis besarmengenai masalah psikologi.Kita dapat mendapatkannya dari bangku kuliah, buku buku psikologi maupun yang mengenaikejiwaan, artikel psikologi di koran maupun di Internet, rubrik konsultasi di berbagai media.

Setelah kita memiliki wawasan yang cukup, konsultasikan kepada orang yang lebih paham dari kitakarena masalah pembentukan psikologi sama seperti nasehat kesehatan seorang dokter. Jika doktersalah dalam diagnosa dan memberikan obat, maka akibatnya akan berbahaya bagi pasiennya. Begitujuga kita dalam memberikan bimbingan kejiwaan pada seseorang. Jika kita salah mendiagnosaproblem klien akan mengakibatkan salah dalam advis solusi sehingga kemungkinan klien akanmengambil keputusan yang beresiko.Mungkin hal ini terdengar menakutkan, namun seperti di dunia nyata pada umumnya, kita selalumembutuhkan dokter, maka begitu juga kita sekarang harus sudah mulai berpikir untuk membutuhkanjasa seorang psikolog.

Untuk para remaja, mereka akan sangat selektif dalam memilih orang yang akan ia dengarkanucapannya. Maka dalam penyampaian bimbingan kejiwaan pada remaja, sebaiknya denganmenggunakan pendekatan yang dapat diterima oleh remaja tersebut. Pendekatan yang menggurui akanditinggalkan oleh mereka. Kita harus dapat memposisikan diri sebagai "teman" mereka sehinggamereka memiliki kepercayaan untuk mau menceritakan (curhat) problemanya kepada kita.

Setelah itu penting untuk tidak langsung menghakimi maupun menyalahkan si remaja tersebut denganberbagai masalahnya, namun kita harus bersikap mengerti dan memahami serta memberikan solusiuntuk mereka. Remaja yang disalahkan akan menolak karena pada masa itu rasa egoisnya sedangtinggi tingginya

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 10

5. Hak-hak AnakSaat ini baik di Indonesia maupun di negara-negara lain sering kita lihat, dengar danbaca dari media elektronik dan media cetak anak-anak yang dianiaya, ditelantarkanbahkan dibunuh hak-haknya oleh orangtuanya sendiri maupun oleh kerasnya kehidupan.Hak asasi mereka seakan-akan tidak ada lagi dan tercabut begitu saja oleh orang-orangyang kurang bertanggungjawab. Bukan orang dewasa saja yang mempunyai hak, anak-anakpun mempunyai hak. Hak-hak untuk anak-anak ini diakui dalam Konvensi Hak Anakyang dikeluarkan oleh Badan Perserikatan Bangsa-bangsa pada tahun 1989. Menurutkonvensi tersebut, semua anak, tanpa membedakan ras, suku bangsa, agama, jeniskelamin, asal-usul keturunan maupun bahasa memiliki 4 hak dasar yaitu :

• Hak Atas Kelangsungan HidupTermasuk di dalamnya adalah hak atas tingkat kehidupan yang layak, danpelayanan kesehatan. Artinya anak-anak berhak mendapatkan gizi yang baik,tempat tinggal yang layak dan perwatan kesehatan yang baik bila ia jatuh sakit.

• Hak Untuk BerkembangTermasuk di dalamnya adalah hak untuk mendapatkan pendidikan, informasi,waktu luang, berkreasi seni dan budaya, juga hak asasi untuk anak-anak cacat,dimana mereka berhak mendapatkan perlakuan dan pendidikan khusus.

• Hak PartisipasiTermasuk di dalamnya adalah hak kebebasan menyatakan pendapat, berserikatdan berkumpul serta ikut serta dalam pengambilan keputusan yang menyangkutdirinya. Jadi, seharusnya orang-orang dewasa khususnya orangtua tidak bolehmemaksakan kehendaknya kepada anak karena bisa jadi pemaksaan kehendakdapat mengakibatkan beban psikologis terhadap diri anak.

• Hak PerlindunganTermasuk di dalamnya adalah perlindungan dari segala bentuk eksploitasi,perlakuan kejam dan sewenang-wenang dalam proses peradilan pidana maupundalam hal lainnya. Contoh eksploitasi yang paling sering kita lihat adalahmempekerjakan anak-anak di bawah umur.

Untuk itu ada baiknya para orangtua, lembaga-lembaga pendidikan maupun lembagalain yang terkait dengan anak mengevaluasi kembali, apakah semua hak-hak asasi anaktelah dipenuhi / terpenuhi.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 11

6. Kesalahan Pola Asuh Anak Usia Dini; PenyesalanOrangtua Seumur Hidup

SALAH satu problem orangtua yang sudah bekerja yakni, menentukan pola asuh bayi, Balita atauanak usia dini dengan perasaan aman dan nyaman. Secara umum, sekarang ini orangtua berkeinginansukses mengasuh anak, tetapi juga sukses berkarir, kata seorang alumnus La Trobe UniversityVictoria Australia.Dalam menentukan pola asuh anak usia dini orangtua harus mampu mengukur kemampuan diri.Dijelaskan, setiap orangtua pasti ingin mengasuh anak-anak dengan baik. Ketika bekerja, anak harusdengan siapa? Bersama pembantu, kakek, nenek, tetangga, dititipkan pada Tempat Penitipan Anakatau Griya Asuh Bayi-Balita? Semuanya memiliki konsekuensi dengan segala risikonya. Dalamrealitas seperti ini, orangtua harus mengukur kemampuan diri, baik tenaga, pikiran juga kemampuanekonomi, kata dosen Psikologi UGM bersemangat.

Hanya saja yang sering dilupakan, pola asuh anak, orangtua sering tidak berpikir pentingnyakeamanan, kenyamanan serta pengaruh sosial dan lingkungan anak. Karena orangtua lengah, tidakwaspada, banyak kejadian anak dijaili sampai terjadi tindak kekerasan seksual. Mereka yang ada disekeliling kita yang selama ini dianggap baik, menyanyangi, melindungi, ternyata melukai. Kalausudah demikian, orangtua hanya bisa menyesal seumur hidup, ujarnya. Dicontohkan, pelecehanseksual pada anak menjadi trauma seumur hidup.Pola asuh anak, tentunya memiliki dampak secara psikologis, sosial bagi anak itu sendiri yangberbentuk perilaku. Kalau perilaku itu baik, bijak, orangtua sering menerima dengan senang hati dankegembiraan. Sebaliknya, kalau perilaku itu buruk yang rugi adalah orangtua itu sendiri, anak akantumbuh tidak semestinya, katanya. Perlu diingatkan, orangtua harus bisa mengukur kemampuan diri,serta perlunya waspada untuk hati-hati dalam menentukan pola asuh anak. Pola asuh, pada akhirnyasangat menentukan pertumbuhan anak, baik menyangkut potensi psikomotirik, sosial dan afektifsesuai perkembangan anak.

Pengamatan tersebut, mengingatkan pada rekomendasi National Association for the Education ofYoung (Asosiasi Nasional bagi Pendidikan Anak-anak), lingkungan harus mempermudahpertumbuhan, perkembangan bayi dan balita untuk dapat bermain, belajar bersama-sama.Rekomendasi itu selalu saja terngiang-ngiang. Maka ketika waktu memungkinkan, kami

merealisasikannya, bagaimana membuat lembaga yang bisa membantu orangtua, terutama memberisolusi menentukan pola asuh anak yang nyaman .Keinginan yang sudah lama terpendam itu, kata Ayu, maka direalisasikan lewat GABB (Full DayChildcare). Dimana Childcare mampu menyediakan sarana, perlengkapan serta bahan permaian sesuaidan memadai. Keinginan menolong anak untuk meningkatkan ketrampilan psikomotor, sosial, efeksidan bahasa anak-anak, serta memperluas pemahaman tentang dunia di sekitarnya .

Ditegaskan, pola asuh anak GAAB memang mengacu pada program percontohan yang dikembangkanJarome Kagan, Kearsley dan Zelazo di Universitas Harvard Amerika Serikat, pola asuh anak usia dinisangat ditentukan, siapa pengasuhnya. Pengasuh yang selalu tersenyum dan berbicara dengan bayidan menyediakan lingkungan childcare yang aman dengan banyak mainan merangsang anak-anak,tidak menentukan pengaruh negatif bagi perkembangan anak.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 12

7. Mencari Pola Asuh Anak Yang Tepat

Ada tiga macam pola asuh orangtua terhadap anak, yaitu:

1. Authoritatan 2. Permisif 3. Authoritave

Mana yang paling tepat untuk anak Anda?

Dorothy Law Nolte pernah menyatakan bahwa anak belajar dari kehidupan lingkungannya.Lengkapnya adalah :Jika anak dibesarkan dengan celaan,ia belajar memakiJika anak dibesarkan dengan permusuhan,ia belajar berkelahiJika anak dibesarkan dengan cemoohan,ia belajar rendah diriJika anak dibesarkan dengan penghinaan,ia belajar menyeasali diriJika anak dibesarkan dengan toleransi,ia belajar menahan diriJika anak dibesarkan dengan pujian,ia belajar menghargaiJika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan,ia belajar keadilanJika anak dibesarkan dengan rasa aman,ia belajar menaruh kepercayaanJika anak dibesarkan dengan dukungan,ia belajar menyenangi diriJika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan,ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan

Pernyataan Dorothy tersebut menunjukkan bahwa lingkungan, terutama keluarga akan membentuksikap dan perilaku anak.Setiap orang tua pasti ingin anaknya "berhasil" di masa depan. Berhasil dalam hal ini bukan padakarier, tetapi lebih pada aspek kognitif, afektif dan perilaku.Salah satu cara agar anak "berhasil" di masa depannya daat dilakukan di lingkungan keluarga, yaitudengan menerapkan pola asuh orang tua terhadap anak yang tepat. Kesalahan yang terjadi dapatberakibat buruk bagi masa depan anak, baik dari segi kognitif, afektif dan perilaku.

Ada tiga macam pola asuh orang tua, yaitu :

§ AuthotarianPola ini menggunakan pendekatan yang memaksakan kehendak orang tua kepada anak. Anakharus menurut orang tua. Kemauan orang tua harus dituruti, anak tidak boleh mengeluarkanpendapat.Pola asuh ini dapat mengakibatkan anak menjadi penakut, pencemas, menarik diri daripergaulan, kurang adaptif, kurang tujuan, mudah curiga pada orang lain dan mudah stress.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 13

§ PermisifOrang tua serba membolehkan anak berbuat apa saja. Orang tua memiliki kehangatan danmenerima apa adanya. Kehangatan, cenderung memanjakan, dituti keinginnannya. Sedangkanmenerima apa adanya akan cenderung memberikan kebebasan kepada anak untuk berbuat apasaja. Pola asuh ini dapat mengakibatkan anak agresif, tidak patuh pada orang tua, sokkuasa,kurang mampu mengontrol diri dan kurang intens mengikuti pelajaran sekolah.

§ AuthoritativeOrang tua sangat memperhatikan kebutuhan anak dan mencukupinya dengan pertimbangan faktorkepentingan dan kebutuhan. Pola asuh ini dapat mengakibatkan anak mandiri, mempunyai kontroldiri dan kepercayaan diri yang kuat, dapat berinteraksi dengan teman sebayanya dengan baik,mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal yang baru, kooperatif denganorang dewasa, penurut, patuh dan berorientasi pada prestasi.Pola asuh orang tua mempengaruhi perilaku anak. Sekarang kembali kepada diri kita sendiri,sebagai calon orang tua dan orang tua untuk memilih mau seperti apa anak-anak kita?

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 14

8. Peran Orangtua Dalam PerkembanganPsikologi Anak

PENGENALANPerkembangan fiska, sosial, emosi, intelek, psikologi dan rohani bukanlah merupakan halyang asing. Bidang cakupannya masing-masing agak kabur dan kadangkala ketiga-tigafaktor, sosial, emosi dan psikologi terjadi bersamaan.

PENTlNGNYA PERKEMBANGAN PSIKOLOGI PADA ANAK-ANAKPerkembangan psikologi yang positif penting dalam perkembangan psikologi anak-anak.Perkembangan psikologi yang baik dapat diamati dalam pemikiran mental yang sehat,pengukuhan egoisme, harga diri yang tinggi, kepekaan terhadap kebebasan dalammengadaptasikan diri dengan lingkungannya.Perkembangan psikologi yang kurang baik dapat diamati pada harga diri yang rendah danjuga pada kemunculan pelbagai masalah tingkahlaklu dan mental.Pentingnya perkembangan psikologi ini jelas karena mempunyai pengaruh yang sangatbesar bagi keberhasilan, hubungan sosial dan kesejahteraan seseorang individu pada masadepannya.Orangtua adalah pemberi kasih sayang yang mendasar. Orangtua mempunyai pengaruhyang kuat terhadap perkembangan psikologi anaknya. Orangtua yang mengabaikan danjuga yang memukul anaknya akan menghalangi perkembangan psikologi yang sehat.Orangtua pada waktu yang sama sekiranya diberi pengetahuan yang mencukupi yangterdiri dari ketrampilan-ketrampilan dan dukungan, akan dapat menjalankan tugas merekadengan baik. Ini adalah karena pengetahuan yang diperoleh dapat digunakan denganoptimal untuk lebih memusatkan lagi perkembangan psikologi anaknya.

HAL-HAL YANG MENDUKUNG PERKEMBANGAN PSIKOLOGI ANAK-ANAK

Penerimaan Tanpa SyaratSeorang anak harus diterima tanpa syarat oleh orang dewasa dalam hidupnya. Anaktersebut juga harus memahami bahwa dia diterima tanpa syarat apa-apa. Menurut MichaelRutter (1978), orangtua mungkin menerima anaknya bukan perangainya. Penerimaan tanpasyarat harus ditunjukkan sepenuhnya dalam tingkahlaku orangtua serta sikap terhadapanaknya. Orangtua harus menjaga, mencurahkan kasih sayang dan senantiasa siap untukmelayani anaknya terutama bila diperlukan. Dengan kata lain orangtua mesti bertindakdengan cepat dan wajar dan sensitif dalam melayani anaknya karena ia harusmenerimanya tanpa syarat.

StimulasiAnak-anak yang telah melalui pelbagai program, memperlihatkan peningkatan dalamjumlah nilai IQ dan juga dalam bidang-bidang lain yang berkaitan.Kajian Brofenbrener (1980) terhadap pelbagai program pengkajian intervensi,memperlihatkan bahwa hasil positif akan berkelanjutan seandainya orangtua melibatkandiri dalam program- program tersebut.Stimulasi bisa diterapkan kepada anak-anak melalui pelbagai cara yaitu melalui audio;visual; kinetik yang melibatkan pergerakan anak-anak (pergerakan bahagian depan, tepidan belakang badan), pelbagai aktivitas (main ayunan, berada dalam ayunan berputar,melompat, dan sebagainya) dan keterlibatan langsung yang termasuk sentuhan, merasaidan membau.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 15

MEMAHAMI PERKEMBANGAN ANAK-ANAK DAN SIFAT BAWAAN (PERANGAI)

Suatu pemahaman terhadap perkembangan anak-anak bisa menjangkau jauh dalammembentuk seorang anak yang sehat dari segi psikologi. Orangtua kadangkala mempunyaipengetahuan yang dangkal bagaimana anak-anak sebenamya belajar dan berkembang.Kekurangan pemahaman terhadap pembawaan anak-anak ini mungkin akan membawakepada konflik antara orangtua dan anaknya dan juga permasalahan yang akhirnyamempengaruhi hubungan mereka.

Hanya apabila orangtua memahami perangai anak-anak ini barulah orangtua tidak akanmenyalahtafsirkan suatu tingkahlaku anak-anak yang bermasalah sebagai bertindak liardan nakal. Ini mungkin akan membangkitkan kemarahan orangtua lalu mereka akanmenerapkan tindakan disiplin keras yang sebenarnya tidak perlu. Sebaiknya memang suatustrategi yang berbeda dan sesuai dapat diambil untuk menggalakkan kerjasama danmengelakkan konflik.

TAHAP KETERLIBATAN ORANGTUAJelas bahwa keterlibatan orangtua adalah penting. Tahap keterlibatan mereka bisa dibagidalam tiga tahap:n Keterlibatan langsung dan interaksi dengan anak.n Menyediakan peluang-peluang bagi pengalaman berbeda.n Bekerjasama dengan orang/pihak lain sebagai partner.

Pada setiap tahap, adalah penting bagi orangtua menerirna tanpa syarat anaknya,mengadakan stimulasi dan memahami perkembangan dan perangai anaknya.

Keterlibatan Orangtua Langsung Dan Interaksi Dengan AnakOrangtua harus melibatkan diri secara langsung agar perkembangan psikologi yang positifdapat dihasilkan. Mereka harus menyediakan fisilitas dasar; peka akan penerimaan tanpasyarat dan menerapkan stimulasi dan pada waktu yang sama mengevaluasi tahapperkembangan dan perangai anak-anak.

Keterlibatan secara langsung ini tidak dapat kita amati pada kebanyakan orangtua di Asia.Mereka biasanya menyembunyikan perasaan mereka dan ini menyebabkan suatu jurangyang dalam dari segi hubungan orangtua dan anak mereka. Kaum lelaki dianggap sebagaidaya penggerak keluarga dan beliau biasanya lebih memberi arahan daripada berinteraksidengan anaknya. Beliau lebih suka menegur daripada bersikap mesra, dengan anaknya.Anak-anak biasanya kurang diberi perhatian. Ayah, mereka jarang menanyakan atauperhatian tentang pelajaran sekolah. Adalah dianggap mencukupi, anaknya mendapatkanpendidikan, berhasil atau tidak adalah menjadi soal kedua.Keterlibatan orangtua secara dangkal ini sepatutnya dihindarkan. Mereka harus melibatkandiri secara langsung untuk membantu perkembangan psikolog yang positif.

Orangtua harus menyentuh, menepuk bahu, memeluk anaknya selalu. Mereka juga mestimemberitahu perasaan mereka terhadap anaknya dan juga pada waktu yang samamendengar dan berinteraksi dengan anaknya. Orangtua juga mesti siap bila anak-anaknyamemerlukan mereka. Tugas orangtua penting dalam menyediakan keperluan dasar yaitumakanan, tetapi ini tidaklah cukup. Komunikasi adalah amat penting antara orangtua dananak dan ini seharusnya berkelanjutan.Anak-anak memerlukan garis panduan dalam bertingkahlaku melalui peraturan yangmudah yang disediakan oleh orangtuanya. Konflik. tekanan serta masalah tingkahlakuterjadi bila orangtua membuat target lebih ataupun kurang terhadap kemampuan

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 16

anaknya. Untuk mengatasi ini, Orangtua harus memahami kemampuan seseorang anakberdasarkan umurnya. Bila seseorang anak didenda, dia harus diberi pengertian olehorangtuanya bahwa yang ditolak adalah tingkahlaku dan bukan dirinya.

Berkurang atau menurunnya kasih sayang dari orangtua yang dapat diamati anak-anakmelalui tindak tanduk orangtua merupakan suatu pengalaman yang dahsyat bagi anak-anak dan seharusnya dihindarkan.Orangtua harus mengetahui akan pentingnya stimulasi dalam hubungan langsung danpengaruh/hasilnya terhadap interaksi yang diterapkan. Stimulasi melibatkan pelbagaipancaindera yaitu penglihatan, bau, pendengaran, sentuhan dan rasa. Masing-masing adasecara terpisah dan juga dapat diamati dalam kombinasi yang berbeda.

Stimulasi dapat diterapkan sejak kelahiran, contohnya, dalam proses perawatan pada bayidan lain-lainnya. Ini juga dapat digabungkan dalam rutinitas harian yaitu waktu mandi;makan; mencud pakaian dan melakukan pekerjaan rumah. Orangtua harus berbicaradengan mereka dan ini akan meningkatkan lagi pemikiran dan kemahiran menyelesaikanmasalah. Selanjutnya, ikatan yang lebih rapat dapat terjalin antara orangtua dan anak-anak.

Dalam memperkenalkan pelbagai stimulasi, langkah yang harus diambil adalah orangtuaharus memastikan bahwa tugas yang diberikan pada anak semestinya berdasarkankemampuan anak tersebut pada jenjang umur yang sesuai. Orangtua harusmemperkenalkan stimulasi secara teliti. Bagi anak yang tidak bermasalah langsung, stimulasiyang banyak tidak digalakkan. Banyak usaha serta waktu yang harus diperuntukkan bagianak-anak yang lambat (slow-to warm- up). Sebaliknya, stimulasi harus dikurangi pulasekiranya anak tersebut diserang histeria.Orangtua harus peka kepada kehendak anaknya. Sekiranya anak itu tidak gembira dengankerja yang diberikan maka kerja tersebut harus dihentikan. Sekiranya aktiviti yang dijalankanadalah membosankan, maka seharusnya ditukar atau diusahakan menjadi lebih menarik.

Ada tiga hal yang harus diperhatikan oleh orangtua dalam menyediakan stimulasi untukperkembangan anaknya.§ Pertama, kelemahan yang ada di pihak orangtua yang tradisional. Mereka bermain

dengan anak mereka hanya ketika mereka bayi saja. Mereka merasa kurangsenang bermain dengan anak mereka dalam tahap anak-anak. Orangtua harusmeninggalkan tradisi ini dan mulai bermain dengan anak-anak mereka yang bukanbayi lagi.

§ Kedua, ibu dianggap sebagai pemberi kasih sayang yang utama walaupun didapatibahwa banyak ibu mulai bekerja saat ini. Keterlibatan ayah dengan anak-anakmereka juga tidak begitu besar. Misalnya anak lelaki menganggap ayahnya sebagaimodel dan sebaliknya bagi anak perempuan. Selanjutnya hubungan anak tersebutdengan model sajalah yang rapat. Ini harus dikurangi, interaksi antara keduaorangtua dengan anak-anak lebih digalakkan.

§ Ketiga, efek dari kedua orangtua yang pergi kerja menyebabkan mereka tidakpunya waktu penjagaan yang berkualitas untuk dihabiskan dengan anak-anak.Waktu luang yang begitu singkat dihabiskan untuk mengutamakan keperluankeluarga. Waktu emas ini harus digunakan dengan sebaik-baiknya untukmenyediakan peluang-peluang stimulasi dan bukannya melemahkan kembaliinteraksi, misalnya pertengkaran suami isteri yang saling menyalahkan satu sama laindalam menjalankan tanggungjawab sebagai ibu dan bapa.

Keterlibatan Orangtua Dalam Menyediakan Peluang-Peluang Untuk Pengalaman-pengalaman Baru.Orangtua harus menyediakan peluang-peluang untuk pengalaman-pengalaman yangbaru dan lain sebagainya. Mereka harus memperkenalkan pada anaknya alat-alat

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 17

permainan yang pelbagai jenis dan bentuk, mendorong anaknya bermain dengan anak-anak lain, membawa anaknya ke tempat-tempat yang menarik, memperkenalkan merekakepada alam sekeliling, musik dan seni dan terhadap pelbagai pengalaman yang lain.

Pengalaman yang diperoleh dari teman sebaya penting karena itu akan menyebabkanperkembangan yang lebih seimbang. Oleh karenanya harus mendorong anaknya untukberkawan. Dengan adanya teman sebaya, anak-anak mempelajari kemahiran perjuangansosial yaitu bagaimana mendapatkan apa yang diperlukannya dengan melalui harusbertengkar, bilang "tolong", memberitahu gurunya ataupun melakukan pertukaran,bagaimana hendak berinteraksi dengan yang lain dan mendapatkan kawan denganmelalui sikap mengalah, bersikap ramah dan menjemput ke rumah teman, bagaimanamenambahkan kekuasaan dirinya dengan melalui menambahkan teman dan mendukunganak-anak lain dan terakhir bagaimana hendak bekerjasama dalam suatu kelompokdengan melalui kerjasama, menunggu giliran, mendengar dan berbincang. Masalah konflikperseorangan yang terjadi memerlukan kemahiran menyelesaikan masalah yang seterusnyamembawa kepada kecakapan sosial.

Jelas kepada kita akan pentingnya teman sebaya dan lebih lanjut, orangtua harusmenggalakkan anaknya untuk mempunyai teman karena ini dapat menyediakan peluang-peluang untuk pengalaman yang baru. Orangtua mesti memainkan peranan dalampenyediaan ini misalnya mewujudkan situasi agar anaknya bersama-sama anak-anak lainsewaktu ada di taman permainan, bertemu saudara yang dekat, tetangga serta teman-teman agar pengalaman dari teman sebaya bisa diperoleh.Mereka harus bermain dalam suasana harmonis dengan berinteraksi dengan sebaiknya dandapat menerima suasana yang 'multiracial' (berbagai suku bangsa) dan 'multicultural'(berbagai budaya). Waktu berhubungan dengan teman sebaya, orangtua seharusnyamenghindarkan campurtangan mereka sebanyak mungkin. Bila timbul masalah barulahorangtua boleh memberi dorongan, sokongan dan sedikit bantuan untuk mengatasimasalah perhubungan ini.

Orangtua Bekerjasam Dengan Orang Lain (Care Agents)Orangtua harus melibatkan diri dan bekerjasama dengan pihak-pihak (orang) lain dalampenjagaan anak-anak. Kerjasama diperlukan di antara dua pihak ini untuk memberikansuatu ikatan yang sehat. la harus membentuk individu penyayang. Kedua pihak harus pekaterhadap perubahan luar biasa pada tingkahlaku anak-anak yang tidak diinginkan olehpihak penjaga.

Sebagai partner kerjasama orangtua mesti memastikan pihak penjaga (orang lain) inimempunyai kakitangan/bawahan yang mahir dan dapat mencurahkan kasih sayang.Suatu program harus dibentuk dan harus seimbang dalam membentuk perkembanganpsikologi yang positif. Program ini harus disusun dengan usaha kedua pihak yang terkait.Orangtua harus peka dengan menghadirkan diri dalam diskusi berkenaan isuperkembangan anak-anak. Mereka juga harus melaporkan tingkahlaku anaknya di rumahkepada pihak lain atau agen penjagaan.

Hubungan yang kukuh antara rumah dan agen ini akan mengurangi kemungkinanterjadinya konflik antara masalah dari rumah dengan pihak lain yang terkait atau sekolah.Hubungan ini akan mengukuhkan lagi proses pembelajaran dan memastikan bahwa upayaini berkelanjutan dan konsisten dalam hidup anak-anak. Sekiranya orangtua tidakmelibatkan diri, anak mereka akan hidup dalam dua dunia yang, asing dan tidakberhubungan antara satu sama lain.

DUKUNGAN BAGI ORANGTUA

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 18

Beberapa faktor mempengaruhi orangtua dan hal ini hanya berpengaruh terhadaphubungan dengan anak-anak mereka. Faktor-faktor tersebut adalah faktor ekonmi, konflikrumahtangga, tekanan yang berhubungan dengan pekerjaan, kekurangan pengetahuantentang perkembangan khusus kanak- kanak dan kemahiran dalam berperan sebagaiorangtua. Kesemua faktor ini dapat berinteraksi antara satu sama lain dan kadangkalamenghalangi orangtua untuk melaksanakan keterlibatan pada tahap yang berbeda.

Orangtua mungkin memerlukan dukungan untuk bertindak sebagai orangtua, sebagaisuami dan isteri dan sebagai individu. Orangtua tidak akan begitu mengutamakan aspek-aspek halus keorangtuaan sekiranya mereka mempunyai hal-hal untuk memenuhi keperluandasar dan juga mungkin mereka mengalami tekanan dalam menyelesaikan pekerjaankantor dan pekerjaan rumah. Orangtua memerlukan rangkaian sokongan secara informaldari saudara dan teman-teman dan lingkungan sosial yang formal.

Suatu dukungan dalam pendidikan berperan sebagai orangtua yang khusus perlu bagimendidik orangtua. Melalui pendidikan ini, ia dapat mengenal secara pasti bahwaorangtua umumnya mempunyai kekuatan dan kepandaian tertentu dalam lingkupberperan sebagai orangtua tetapi mereka mungkin memerlukan pengetahuan tambahan

dan juga ketrampilan-ketrampilan baru untuk meningkatkan perawatan anak-anak.Orangtua juga harus tegas dalam menjalankan tugas mereka, bekerjasama terhadapkejadian yang dilalui dengan orangtua yang lain. Mereka juga harus belajar dari orangtuayang lain.

KESIMPULAN

Orangtua suka ataupun tidak, mereka memainkan peranan yang penting dalampembentukan psikologi anak-anak secara langsung maupun secara tidak langsung.Dengan pemahaman yang mendalam tentang perkembangan anak-anak, inimenyebabkan peranan orangtua tidak dapat digantikan oleh orang sebarangan.

Orangtua dapat berperan dengan sukses seandainya mereka memahami anaknya. Merekaharus menerima anak mereka tanpa syarat dan menyediakan pelbagai stimulasi padatahap awal masa kanak-kanak. Mereka sepatutnya secara penuh menjalani peran tersebutdan harus juga mempunyai pemahaman tentang tingkahlaku serta perangai anak.

Orangtua juga mesti melibatkan diri dalam perkembangan psikologi anak-anak secaralangsung dan secara tidak langsung pula menyediakan peluang-peluang bagi pelbagaipengalaman terutama pengalaman bersama teman sebaya. Paling akhir, orangtua harusbekerjasama dengan keluarga lain atau dengan pihak-pihak (yayasan atau sejenisnya)penjagaan anak-anak.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 19

9. Peran Orangtua Terhadap PerkembanganKemandirian Anak

Jika kita mendengar kata anak mandiri, yang terbayang adalah anak yang bisa mandi sendiri, makansendiri, pergi ke sekolah sendiri, mengerjakan PR sendiri, berpakaian sendiri, dan sebagainya. Indah,bukan? Pokoknya, semua bisa dikerjakan sendiri tanpa bantuan orang lain.

Semua orang tua pasti menginginkan anak-anaknya tumbuh menjadi anak yang mandiri. Sayang tidaksemua keinginan bisa terwujud. Banyak, jika kita jeli mengamati anak-anak dan remaja masa kini,yang belum mandiri dan masih banyak bergantung pada orang tua, guru, atau teman untuk beragamkebutuhan. Memprihatinkan, bukan? Yang jelas, pola perilaku mandiri atau tidak mandiri akanmenjadi dasar pembentukan perilaku di masa datang dimana kelak saat mereka dewasa dituntut untukmembuat keputusan untuk hidup mereka. Mari kita telusuri apa yang dimaksud dengan kemandirian,dan bagaimana kita, orang tua, guru, dan masyarakat ikut membantu anak-anak kita untuk mandiri.

Apa yang dimaksud dengan mandiri? Kata ini sering kita dengar, ucapkan, pikirkan dan rasakan.Kemandirian berarti kemampuan seseorang untuk melakukan, memikirkan dan merasakan sesuatu,untuk mengatasi masalah, bersaing, mengerjakan tugas, dan mengambil keputusan dengan tingkatkepercayaan diri yang tinggi, bertanggung jawab, serta tidak bergantung pada bantuan orang lain.

Kemandirian merupakan aspek yang berkembang dalam diri setiap orang, yang bentuknya sangatberagam, pada tiap orang yang berbeda, tergantung pada proses perkembangan dan proses belajaryang dialami masing-masing orang. Karena itu kemandirian mengandung pengertian,

- memiliki suatu penghayatan/semangat untuk menjadi lebih baik dan percaya diri,- mengelola pikiran untuk menelaah masalah dan mengambil keputusan untuk bertindak,- disiplin dan tanggung jawab- tidak bergantung pada orang lain.

Pengertian ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Havighurst (1972), yang menyatakan bahwakemandirian memiliki beberapa aspek, yaitu:

1. Aspek Intelektual, yang merujuk pada kemampuan berpikir, menalar, memahami beragam kondisi,situasi, dan gejala-gejala masalah sebagai dasar usaha mengatasi masalah.2. Aspek Sosial, berkenaan dengan kemampuan untuk berani secara aktif membina relasi sosial,namun tidak tergantung pada kehadiran orang lain di sekitarnya.3. Aspek Emosi, menunjukkan kemampuan individu untuk mengelola serta mengendalikan emosi danreaksinya, dengan tidak tergantung secara emosi pada orang tua.4. Aspek Ekonomi, menujukkan kemandirian dalam hal mengatur ekonomi dan kebutuhan-kebutuhanekonomi, dan tidak lagi tergantung pada orang tua.

Anak tumbuh dan berkembang sepanjang hidup mereka. Tingkat ketergantungan berubah dari waktuke waktu, seiring dengan perkembangan aspek-aspek kepribadian dalam diri mereka. Kemandirianpun menjadi sangat berbeda pada rentang usia tertentu. Kemandirian sangat tergantung pada proseskematangan dan proses belajar anak.

Anak tumbuh dan berkembang dalam lingkup sosial. Lingkup sosial awal yang meletakkan dasarperkembangan pribadi anak adalah keluarga. Dengan demikian orang tua memiliki porsi terbesar

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 20

untuk membawa anak mengenal kekuatan dan kelemahan diri untuk berkembang, termasukperkembangan kemandiriannya.

Sejauh mana peran orang tua terhadap kemandirian anak? Syarat mutlak yang harus dilakukan orangtua adalah pengenalan diri dan pengenalan anak. Tanpa kedua hal tersebut, peluang terwujudnyakemandirian yang diinginkan dalam diri anak sangat kecil. Membicarakan usaha mengembangkankemandirian anak harus diorientasikan pada peningkatan kemampuan anak dalam hal intelektual,sosial, emosi dan ekonomi. Mereka mandiri berdasar kekuatan pribadi, berdasarkan kebutuhan dirisendiri untuk bisa tidak tergantung pada orang lain, bukan berdasar kemauan dan keinginan orang tua.

Banyak orang tua mengeluh karena anak tidak mandiri. Semua serba tergantung pada orang tua, tidakmengetahui tugas dan tanggung jawab mereka lewat kesadaran pribadi, tidak bisa mengatur waktu,dan masih banyak lagi. Orang tua jadi 'panik' dan memberi jalan keluar yang mau tidak mau harusdituruti oleh anak.

Kadang-kadang proses perkembangan kemandirian menjadi tidak optimal karena peran orang tuayang 'berlebihan' dalam memberikan perhatian dan sekaligus memberi 'jalan' bagaimana anak harusmelakukan sesuatu. Hal ini tidak menjadi masalah saat usia kanak-kanak (TK, SD), namun akanmenjadi masalah saat ia beranjak remaja karena lahan hidupnya makin luas, makin kompleks, danpenuh persaingan. Orang tua tidak dapat lagi memonitor secara penuh aktivitas mereka.

Pengaturan yang berlebihan akan membuat remaja tidak 'siap tempur' ('fight') untuk eksplorasilingkungan dan menyelesaikan berbagai dilema hidup mereka. Mereka akan tergantung pada orangtua dalam banyak hal. Kondisi ini mencerminkan rasa tidak aman dan nyaman untuk melakukanberagam hal dalam hidup mereka. Lalu, bagaimana?Kenalilah diri anda sebagai orang tua:

- Bagaiman kebiasaan saya berpikir, merasakan dan melakukan sesuatu? Benarkah sudah diorientasikan pada anak, atau masih didasari oleh kebutuhan-kebutuhan pribadi dan membawa pola-pola pendidikan yang lama?- Sejauh mana saya mengenal karakteristik pribadi anak saya, mengajak mereka berbicara untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan, serta mengetahui kelemahan dan keunggulannya?- Sejauh mana saya sebagai orang tua, memberikan kesempatann pada anak untuk melakukan hal positif yang disukainya, yang bermanfaat bagi hidupnya di masa datang?- Sejauh mana saya mendukung keputusan yang mereka ambil?- Apakah saya punya waktu dan hati untuk mereka?

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 21

10. Mendidik Agar Anak Mandiri

Orang tua mana yang tidak mau melihat anaknya tumbuh menjadi anak yang mandiri.Tampaknya memang itulah salah satu tujuan yang ingin dicapai orang tua dalammendidik anak-anaknya.Sikap mandiri sudah dapat dibiasakan sejak anak masih kecil: memakai pakaian sendiri,menalikan sepatu dan bermacam pekerjaan-pekerjaan kecil sehari-hari lainnya.Kedengarannya mudah, namun dalam prakteknya pembiasaan ini banyak hambatannya.Tidak jarang orang tua merasa tidak tega atau justru tidak sabar melihat si kecil yangberusaha menalikan sepatunya selama beberapa menit, namun belum jugamemperlihatkan keberhasilan. Atau langsung memberi segudang nasehat, lengkapdengan cara pemecahan yang harus dilakukan, ketika anak selesai menceritakanpertengkarannya dengan teman sebangku. Memang masalah yang dihadapi anak sehari-hari dapat dengan mudah diatasi dengan adanya campur tangan orang tua. Namun caraini tentunya tidak akan membantu anak untuk menjadi mandiri. Ia akan terbiasa "lari"kepada orang tua apabila menghadapi persoalan, dengan perkataan lain ia terbiasatergantung pada orang lain, untuk hal-hal yang kecil sekalipun.Lalu upaya yang dapat dilakukan orang tua untuk membiasakan anak agar tidakcenderung menggantungkan diri pada seseorang, serta mampu mengambil keputusan?Di bawah ini ada beberapa hal yang dapat Anda terapkan untuk melatih anak menjadimandiri.

1. Beri kesempatan memilihAnak yang terbiasa berhadapan dengan situasi atau hal-hal yang sudahditentukan oleh orang lain, akan malas untuk melakukan pilihan sendiri.Sebaliknya bila ia terbiasa dihadapkan pada beberapa pilihan, ia akan terlatihuntuk membuat keputusan sendiri bagi dirinya. Misalnya, sebelum menentukanmenu di hari itu, ibu memberi beberapa alternatif masakan yang dapat dipilihanak untuk makan siangnya. Demikian pula dalam memilih pakaian yang akandipakai untuk pergi ke pesta ulang tahun temannya, misalnya. Kebiasaan untukmembuat keputusan - keputusan sendiri dalam lingkup kecil sejak dini akanmemudahkan untuk kelak menentukan serta memutuskan sendiri hal-hal dalamkehidupannya.

2. Hargailah usahanyaHargailah sekecil apapun usaha yang diperlihatkan anak untuk mengatasi sendirikesulitan yang ia hadapi. Orang tua biasanya tidak sabar menghadapi anak yangmembutuhkan waktu lama untuk membuka sendiri kaleng permennya. Terutamabila saat itu ibu sedang sibuk di dapur, misalnya. Untuk itu sebaiknya otang tuamemberi kesempatan padanya untuk mencoba dan tidak langsung turun tanganuntuk membantu membukakannya. Jelaskan juga padanya bahwa untukmembuka kaleng akan lebih mudah kalau menggunakan ujung sendok, misalnya.Kesempatan yang anda berikan ini akan dirasakan anak sebagai penghargaanatas usahanya, sehingga akan mendorongnya untuk melakukan sendiri hal-halkecil seperti itu.

3. Hindari banyak bertanyaPertanyaan-pertanyaan yang diajukan orang tua , yang sebenarnya dimaksudkanuntuk menunjukkan perhatian pada si anak, dapat diartikan sebagai sikap yangterlalu banyak mau tahu. Karena itu hindari kesan cerewet. Misalnya, anak yangbaru kembali dari sekolah, akan kesal bila diserang dengan pertanyaan -pertanyaan seperti, "Belajar apa saja di sekolah?", dan "Kenapa seragamnya

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 22

kotor? Pasti kamu berkelaihi lagi di sekolah!" dan seterusnya. Sebaliknya, anakakan senang dan merasa diterima apabila disambut dengan kalimat pendek :"Halo anak ibu sudah pulang sekolah!" Sehingga kalaupun ada hal-hal yang inginia ceritakan, dengan sendirinya anak akan menceritakan pada orang tua, tanpaharus di dorong-dorong.

4. Jangan langsung menjawab pertanyaanMeskipun salah tugas orang tua adalah memberi informasi serta pengetahuanyang benar kepada anak, namun sebaiknya orang tua tidak langsung menjawabpertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Sebaliknya, berikan kesempatan padanyauntuk menjawab pertanyaan tersebut. Dan tugas Andalah untuk mengkoreksinyaapabila salah menjawab atau memberi penghargaan kalau ia benar. Kesempatanini akan melatihnya untuk mencari alternatif-alternatif dari suatu pemecahanmasalah. Misalnya, "Bu, kenapa sih, kita harus mandi dua kali sehari? " Biarkananak memberi beberapa jawaban sesuai dengan apa yang ia ketahui. Dengandemikian pun anak terlatih untuk tidak begitu saja menerima jawaban orang tua,yang akan diterima mereka sebagai satu jawaban yang baku.

5. Dorong untuk melihat alternatifSebaiknya anak pun tahu bahwa untuk nmengatasi suatu masalah , orang tuabukanlah satu-satunya tempat untuk bertanya. Masih banyak sumber-sumberlain di luar rumah yang dapat membantu untuk mengatasi masalah yangdihadapi. Untuk itu, cara yang dapat dilakukan orang tua adalah denganmemberitahu sumber lain yang tepat untuk dimintakan tolong, untuk mengatasisuatu masalah tertentu. Dengan demikian anak tidak akan hanya tergantungpada orang tua, yang bukan tidak mungkin kelak justru akan menyulitkan dirinyasendiri . Misalnya, ketika si anak datang pada orang tua dan mengeluh bahwasepedanya mengeluarkan bunyi bila dikendarai. Anda dapat memberi jawaban :"Coba,ya, nanti kita periksa ke bengkel sepeda."

6. Jangan patahkan semangatnyaTak jarang orang tua ingin menghindarkan anak dari rasa kecewa denganmengatakan "mustahil" terhadap apa yang sedang diupayakan anak. Sebenarnyaapabila anak sudah mau memperlihatkan keinginan untuk mandiri, dorong iauntuk terus melakukanya. Jangan sekali-kali anda membuatnya kehilanganmotivasi atau harapannya mengenai sesuatu yang ingin dicapainya. Jika anakminta ijin Anda, "Bu, Andi mau pulang sekolah ikut mobil antar jemput,bolehkan? " Tindakan untuk menjawab : "Wah, kalau Andi mau naik mobil antarjemput, kan Andi harus bangun pagi dan sampai di rumah lebih siang. Lebih baiktidak usah deh, ya" seperti itu tentunya akan membuat anak kehilangan motivasiuntuk mandiri. Sebaliknya ibu berkata "Andi mau naik mobil antar jemput? Wah,kedengarannya menyenangkan, ya. Coba Andi ceritakan pada ibu kenapa andimau naik mobil antar jemput." Dengan cara ini, paling tidak anak mengetahuibahwa orang tua sebenarnya mendukung untuk bersikap mandiri. Meskipunakhirnya, dengan alasan-alasan yang Anda ajukan, keinginannya tersebut belumdapat di penuhi.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 23

11. Prestasi Anak, untuk Anak atau Orangtua?DIMAS (10) pulang sekolah dengan wajah cemberut. Dia langsung masuk ke kamarnyadan tidak keluar sampai sore hari. Dimas sudah membayangkan, ayahnya akan marahbesar karena Dimas mendapat nilai empat untuk ulangan Matematikanya kemarin.Dulu ketika ulangan IPS-nya mendapat nilai empat juga, ayah marah dan menghukumDimas tidak boleh main ke luar hingga satu minggu. Dimas juga tidak mendapatkanuang saku selama dua hari.

Dimas sangat takut. Guru di sekolah minta supaya ulangan tersebut ditandatanganiorangtua. Mau tidak mau ayah akan mengetahui dia mendapat nilai empat lagi danDimas pasti terkena omel ayah. Tetapi, bila tidak minta tanda tangan, pasti ibu guru disekolah marah. Perasaan takut dan cemas menggelayuti perasaan Dimas.Bingung apa yang harus dilakukannya, Dimas memberanikan diri memalsu tanda tanganorangtuanya. Usaha itu ternyata berhasil. Orangtuanya tidak tahu dirinya mendapat nilaijelek, sementara guru juga tidak marah karena sudah ada tanda tangan orangtua dikertas ulangan itu.

Keberhasilan memalsu tanda tangan yang melepaskan Dimas dari omelan ayah dangurunya, diulang terus oleh Dimas setiap kali Dimas mendapat nilai jelek. Orangtuahanya tahu Dimas selalu mendapat nilai bagus. Sementara, guru merasa orangtuaDimas sudah mengetahui kualitas Dimas di sekolah seperti apa. Ketika hari pembagianrapor tiba dan prestasi Dimas ternyata biasa-biasa saja bahkan ada dua nilai lima dirapornya, baru seluruh dunia ribut. Orangtua tidak menerima Dimas tidak naik kelaskarena selama ini nilainya bagus. Sementara guru juga tidak bisa menerima proteskarena merasa orangtua telah mengetahui semua nilai ulangan Dimas.TIDAK hanya orangtua Dimas yang kecewa jika anaknya gagal atau mendapat nilai jelekdi sekolah. Mereka ingin anaknya mencetak prestasi lebih tinggi dari teman-temannya.Untuk mewujudkan keinginannya tersebut, orangtua tidak segan-segan memarahianaknya dan menghukumnya dengan hukuman cukup berat jika anaknya mendapat nilaijelek.

Sebenarnya apa itu prestasi? Menurut seorang psikolog, prestasi adalah perwujudan daribakat dan kemampuan. Bakat merupakan kemampuan bawaan yang berupa potensi.Namun, walau potensi ini sudah ada di dalam diri, tetap butuh latihan danpengembangan terus menerus. Jika bakat tidak dilatih dan dikembangkan, maka tidakmendatangkan manfaat apa pun pada orang yang memilikinya.Kemampuan merupakan daya atau kesanggupan melakukan suatu tindakan.Kemampuan ini didapat dari hasil pembawaan dan latihan. Kenyataannya, walauseorang anak memiliki bakat dan kemampuan, tidak mudah membuat seorang anakberprestasi.

Banyak kenyataan di luar diri anak yang membuat kedua hal itu tidak muncul.Kenyataan paling jelas adalah kenyataan di keluarga, kenyataan di media, dankenyataan di sekolah, diungkapkan di tengah seminar Club Buah Hati bertajukMenghantar Anak Berprestasi dengan Cara Menyenangkan.Kenyataan-kenyataan itu harus dilihat secara keseluruhan. Misalnya di rumah, bilasetiap hari sang anak mendapatkan gizi yang baik dan rangsangan yang tinggi darikeluarganya, anak bisa berkembang dengan cepat dan cerdas. Namun, di sisi lain adaorangtua yang menuntut segala sesuatu dengan standar tinggi yang begitu tingginyasampai tidak satu pun anak bisa menjangkaunya. Anak tidak diberi kesempatan untuksekali-kali merasakan hal-hal di bawah standar yang ditetapkan. Jika prestasi anak dibawah standar, maka hanya omelan dan hukuman yang didapat anak.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 24

Hal lain yang membuat anak tidak berprestasi, yaitu sikap orangtua yang membiarkananak mengonsumsi seluruh sajian yang ditayangkan di media. Sajian seperti di televisiatau komik memang sangat menarik bagi anak, namun tidak semua informasimerupakan informasi sehat dan dibutuhkan anak. Akibatnya, anak mengetahui banyakhal yang belum pantas. Orangtua lupa dia tidak punya kemampuan mengontrol seluruhmateri yang ditampilkan di media.Di sekolah, anak juga mendapatkan kenyataan yang membuatnya sulit berprestasi.Misalnya, materi pembelajaran dan cara penyampaian tidak menarik. Hal ini terjadikarena guru tidak paham tentang perkembangan anak. Gaya komunikasi guru tidaksesuai dengan anak-anak. Selain itu, buku dan alat peraga yang digunakan tidak bisamemenuhi rasa ingin tahu dan kemampuan anak.

***

LALU bagaimana menyelenggarakan pendidikan yang menyenangkan bagi anak sehinggaanak bisa berprestasi? Ada tiga C yang harus diperhatikan, yakni children (anak),content (materi) dan context (situasi) .Orangtua dan guru harus menyadari setiap anak merupakan pribadi yang unik danberbeda satu dengan yang lain. Perbedaan ini terjadi karena setiap anak mempunyaibakat, kemampuan dan kebutuhan yang berbeda.Setiap anak pastilah mempunyai salah satu dari sembilan kecerdasan yang diberikanTuhan. Bahkan, ada juga anak yang memiliki lebih dari satu kecerdasan. Kecerdasan ituadalah kecerdasan linguistik, matematika-logika, ruang-visual, musik, naturalis,interpersonal, intrapersonal, kemampuan olah tubuh, dan spiritual.Selain itu, ada beberapa potensi yang bisa dikembangkan anak, seperti fisik, iman,

akhlak, ibadah, emosi, sosial, mental, dan keterampilan. Biarkan anakmengembangkannya seperti keinginannya, jangan kembangkan seperti keinginanorangtua. Orangtua hanya mengarahkan saja .

Begitu juga dengan materi yang akan disampaikan pada anak. Materi harus yangdibutuhkan anak, bukan yang diinginkan orangtua. Namun demikian, materi itu jugaharus disesuaikan dengan perkembangan anak, kemampuan dan bakat anak.Perlakuan yang tepat dan materi yang sesuai tidak akan mempunyai efek yang positifjika tidak disampaikan pada situasi yang tepat. Ada tiga cara penyampaian yang efektif,yakni dengan bermain, bernyanyi, dan bercerita. Tidak ada salahnya sesekali kitameninggalkan status kita sebagai orangtua. Kita bisa juga sekali-sekali berubah menjadibadut, tukang sulap, ilmuwan, atau sahabat bagi anak kita .

Satu yang harus dipahami orangtua, prestasi anak bukanlah prestasi untuk orangtuanya.Prestasi itu untuk diri anak itu sendiri. Orangtua cukup mengarahkan dengan benar danmembantu anak dengan cara-cara yang disukai anak, bukan dengan hukuman atauomelan yang bisa merusak hubungan harmonis anak dengan orangtua. Dan,keberhasilan anak tidak saja dari usaha yang dilakukan anak, tetapi juga tergantungpada orangtua dan lingkungan di sekitarnya.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 25

12. Anak Berbakat:Kebutuhan Atau Kebahagiaan?

Syukurlah anda tertarik membaca tulisan ini. Yah, mungkin karena anda menanyakan hal yang sama,anda punya jawaban atas pertanyaan tersebut, atau anda bertanya-tanya mengapa sayamempertanyakan hal itu. Tidak masalah dengan alasan ketertarikan anda pada judul di atas, yangpenting anda telah menyediakan energi untuk sama-sama membahas persoalan ini.

Saya mempertanyakan hal itu karena seringkali saya mendapati para orang tua, terutama kaum ibu,begitu serius ketika terlibat pembicaraan mengenai prestasi yang dicapai anak-anak. Bahkan tidakjarang saya mendapat kesan para ibu saling berlomba memproklamirkan kehebatan anak-anakmereka.

Fenomena ini sudah saya rasakan sejak lebih dari lima tahun lalu dan salah satu mata rantai darifenomena ini adalah booming pengembangan sekolah-sekolah unggulan beberapa tahun silam.Sampai akhirnya kini muncul tren sekolah bilingual dan kurikulum ganda (nasional dan internasional,mengadopsi kurikulum dari luar negeri). Masalahnya, saya khawatir masyarakat kita jadi korbanindustrialisasi dunia pendidikan. Sekolah bukan lagi usaha membimbing anak menggapai ilmupengetahuan, tapi adalah sarana menuju kemenangan. Lihat saja, sekarang hampir semua anaksekolah tidak hanya belajar di sekolah. Mereka juga ikut les privat dengan alasan membantupemahaman tentang materi ajar di sekolah dan juga les non-akademik demi pengembangan bakat(katanya). Sampai-sampai pernah ada murid saya yang tidak punya waktu bermain karena 7 hariseminggu harus berkutat dengan sekolah, les pelajaran, les piano, les bahasa asing, juga bantu orangtuanya bekerja. Saya tidak habis pikir ada orang tua setega itu, seacuh itu. Ini penghakiman memang,tapi ini juga fakta karena si anak jelas mengeluh pada saya dan prestasi belajarnya sama sekali tidakterbantu.Dari sini saya merasa perlu bicara dengan para orang tua (dan juga guru?). Kenapa Bapak/ Ibuseringkali menilai anak-anak itu malas dan tidak punya motivasi untuk mencapai hasil terbaik?Kenapa Bapak/ Ibu selalu menyuruh anak-anak untuk belajar, bahkan ketika liburan sekolah? Sayaperlu tanyakan ini karena sepengetahuan saya, tak ada orang yang tidak butuh istirahat. Seperti jugakita yang setiap hari bekerja, anak-anak juga perlu istirahat dan rekreasi. Saya juga tidak setuju biladikatakan mereka malas karena seperti juga kita semua, hanya akan melakukan sesuatu bila kita maudan atau merasa perlu melakukan itu.

Kebutuhanlah alasan utama mengapa orang berbuat. Dengan demikian, kita tidak bolehmenyimpulkan seorang anak malas sebelum kita mengetahui alasan dia menampilkan perilaku sepertiitu. Contoh: soal sekolah. Memang sudah jadi rahasia umum bahwa hampir semua anak tidak sukabersekolah. Tapi hampir tidak pernah ada pembicaraan mengapa mereka jadi tidak suka sekolah,padahal hampir semua anak juga mengatakan bahwa sekolah diperlukan.

Sampai di sini, kita telah masuk pada persoalan kedua. Salah satu kebutuhan vital buat kita semua:kenyamanan. Kita tidak akan dapat melakukan apapun dengan hasil memuaskan ketika kita tidakdalam kondisi nyaman, fisik dan psikis. Coba saja, bagaimana mungkin kita dapat bekerja baik ketikakita sakit. Bagaimana mungkin kita bisa bekerja dengan nikmat ketika setiap hari selalu saja dihantuikedatangan debt collector akibat kita tidak dapat melunasinya. Demikian juga anak. Tidak mungkinmereka bisa menikmati aktivitas sekolah ketika dia merasa kegiatan bersekolah tidak membuatnyaman akibat berbagai tekanan yang didapatnya. Apalagi lalu aktivitas itu menguasai kehidupannyasampai saat liburan sekolahpun mereka masih harus berurusan dengan beribu tugas yang dibebankanguru + celoteh orang tua soal belajar.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 26

Intermezo saja, saya ingin memberi kritikan. Biasanya guru memberi tugas saat liburan dengan alasananak tidak akan belajar jika tidak diberikan tugas. Pertanyaan saya, Bukankah liburan itu memangsaatnya istirahat dari segala kepenatan aktivitas sekolah? Menjawab pertanyaan itu, ada guru yangberkata bahwa dia masih mengerjakan tugas saat liburan dan saya selalu saja mengatakan, Kalaukamu memilih jadi guru dan membawa pulang pekerjaan, bukan berarti murid-murid itu harusmelakukan hal yang sama. Mereka boleh saja punya pilihan sendiri, mau istirahat, bermain atau tetapbelajar saat liburan.

Kita kembali pada fokus pembicaraan. Jadi, jelas kita tidak boleh memaksakan apa yang kita anggapbaik kepada anak-anak. Sekalipun kita tahu si anak punya potensi yang sangat bisa dikembangkan.Jika hal itu dilakukan, saya lebih dari yakin bahwa anak tidak akan merasakan kebahagiaan akibatrasa tertekan yang dialaminya. Ujungnya, hasil optimal yang diharapkan akan semakin jauh darijangkauan. Walau begitu, bukan berarti kita tidak perlu melakukan apapun. Ada satu hal yang justruwajib kita lakukan agar anak-anak itu dapat mencapai hasil optimal sesuai potensinya. Satu hal untuksetiap sudut pandang.

Kalau anda menilai anak berbakat adalah kebutuhan, artinya anak berbakat adalah aset guna meraihkebahagiaan, satu hal itu adalah: membuat anak membutuhkan hal itu. Tidak ada orang lapar dantidak berusaha mati-matian untuk mendapatkan makanan. Jadi agar anak mau melakukan apa yanganda inginkan, anda hanya perlu menciptakan kebutuhan itu dan dia dengan sendirinya akan berusahamendapatkannya. Anda tidak lagi perlu memaksa/ memarahinya.

Jika anda menilai anak berbakat sebagai sebuah kebahagiaan, maka satu hal yang perlu anda lakukanadalah: membimbing si anak untuk mensyukuri apa yang dimiliki dengan merawat danmengembangkan kelebihannya itu.

Sekarang kita bicara dampak yang dihasilkan tiap sudut pandang itu. Jika anda pakai sudut pandangkebutuhan, sangat mungkin anda akan memacu anak demi mencapai puncak prestasi dan mendapatkebahagiaan dengan memenangkan persaingan. Dalam hal ini, anda perlu mempersiapkan diri untukmengatasi persoalan yang akan anda hadapi. Diantaranya, anak ternyata tidak memiliki potensisebesar yang anda kira. Anak mogok karena kejenuhan yang dirasakan sudah mencapai puncaknya.Atau si anak meninggalkan anda, dalam arti emosional dan atau fisik.

Jika berhasil menciptakan kebutuhan itu dan anak akhirnya melakukan apa yang anda inginkan,jangan kaget ketika satu saat anda merasa dia jadi kurang ajar karena merasa hebat. Artinya, jika iniyang anda rencanakan, coba pelajari dulu potensi anak sebenarnya, keinginan dan kebutuhan si anak,dan siapkan juga pendidikan moralnya agar dia benar-benar bisa menjadi seperti yang anda inginkan.

Terakhir, anda tetap perlu menyadari bahwa bukan anda yang melakukan. Jadi keberhasilansepenuhnya tergantung si anak, bukan anda yang menentukan. Siapkan juga agar anda tidak frustrasiketika keinginan itu tidak tercapai.

Sekarang dampak apa yang kira-kira terjadi jika anda mengacu pada sudut pandang kebahagiaan.Sangat mungkin anda akan memberi pilihan kepada anak dan biarkan dia membuat keputusannyasendiri. Dasarnya, jelas karena anda ingin anak menikmati keberbakatannya itu sehingga akhirnyabisa berkembang mencapai titik optimal.

Resikonya, anda mungkin saja akan mendapati anak berganti-ganti aktivitas. Entah karena bosan ataumerasa tidak mampu. Anda perlu mencermati hal ini karena intensitas rasa bosan dan atau kegagalanakan dapat membuat anak frustrasi. Jadi anda perlu mendampingi dengan memberi pengetahuantentang pilihan yang ada secara komprihensif agar dia benar-benar mengerti apa yang akan dihadapibila memilih yang ini dan apa yang terjadi jika pilih yang itu.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 27

Anda berorientasi mengelola apa yang dimiliki anak. Hal ini membuat anda memiliki resiko frustrasilebih sedikit dari mereka yang memandangnya sebagai kebutuhan. Anda mengajak anak untukmenikmati apa yang dimiliki, bukannya berusaha mendapatkan yang belum ada sehingga andacenderung tidak pasang target prestasi.

Itu sisi lain yang perlu diperhatikan. Artinya, sudut pandang anda tentang keberbakatan mungkinmembuat anak terlihat tidak punya motif berprestasi. Jangan sampai anda akhirnya memarahi anakkarena prestasinya tidak berada pada tingkat terbaik. Anak anda sangat mungkin akan berada padaskala rata-rata atau rata-rata atas tapi bukan terbaik karena tujuannya menikmati apa yang dia lakukan,bukan untuk menjadi yang terbaik. Itulah hasil terbaik yang dicapainya dan itu juga yang andatargetkan, anak berbahagia atas apa yang dimiliki dan mensyukurinya dengan merawat danmengembangkannya.

Apapun yang anda inginkan, apapun pendapat anda tentang anak berbakat, anak tetap anak. Janganmenempatkan anak sejajar dengan orang dewasa karena anak jelas bukan orang dewasa berukuranmini. Anak punya dunia sendiri dan kita wajib menghormatinya. Anak adalah manusia utuh yang jugapunya hak asasi. Mari kita perlakukan anak sebagaimana diri kita juga ingin diperlakukan. Biarmereka belajar dari apa yang kita lakukan. Biar mereka mendapat pengetahuan, kebijakan dankebahagiaan dengan caranya sendiri.

***

Anak adalah anak panah dan orang tua hanyalah sebuah busur, maka biarlah tuhan si pemanahyang mengarahkan kemana anak panah itu akan dilontarkan.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 28

13. Sikap Ayah Pengaruhi Perkembangan EQ Bayi

Sikap ayah dari hari ke hari dan dari bulan ke bulan ternyata bisa mempengaruhi EQbayi. Jika si Ayah suka nempilkan wajal sebal, si bayi konon mengamati dan ikut-ikutanmenampilkan wajah sebal juga. Jika si Ayah suka cemburu, eh si bayi juga konon begitujuga.

Usia 0 - 3 Bulan

Hubungan emosional bayi dengan ibunya sudah ada sejak dalam kandungan, demikiankata sebagian pakar. Bayi bisa tahu bila ibunya dalam keadaan stres atau tenang. Jikaibu stres, biasanya bayi ikut rewel, cengeng, dsb.). Jika ibunya tenang, bayi pun tenang.Jika saat ini ibu stres akibat kecemburuan ayah terhadap bayi (yang ditunjukkan lewatperbuatan atau kata-kata yang negatif), otomatis, bayi pun bisa merasakannya dan ikut-ikutan stres.

Sebagian pakar lain mengatakan bahwa hubungan bayi dengan orangtuanya mulaiterjalin saat ayah ibunya memberinya minum, menggendong, mendekap, danmenenteramkannya. Kualitas hubungan bayi dengan ayah ibunya di masa ini akanmempengaruhi proses perkembangan keterampilan sosialnya nanti. Jika kecemburuanayah sampai memperburuk kualitas hubungannya dengan bayi, dikhawatirkan burukpula proses perkembangan keterampilan sosial si kecil nantinya.

Saat berusia 3 bulan, bayi mulai berminat berinteraksi sosial lewat tatap muka, terutamawajah kedua orangtuanya. Ia akan belajar banyak hal lewat pengamatan dan peniruanbagaimana 'membaca' dan mengungkap emosi. Inilah tahap untuk secara aktif mulaimelatih emosi bayi. Apa jadinya bila ayah sering menampilkan wajah sebal atau malahmembuang muka setiap kali bayi menatapnya? Maka bayi akan mengamatinya,membacanya, dan ikut-ikutan sering menampilkan wajah sebal.

Usia 6 - 8 Bulan

Di usia ini bayi mulai menemukan cara baru untuk mengungkapkan perasaan hatinya,semisal sedih, gembira, takut, marah, dsb. kepada sekelilingnya. Jika sebelumnya iahanya mampu memikirkan benda atau manusia yang ditatapnya saat itu, sekarang iasudah bisa memindahkan perhatiannya sambil tetap mengingat objek/manusia tanpaharus menatapnya lagi. Kalau ia senang dengan bola merahnya, ia akan memandangorang tuanya atau orang lain sambil menyampaikan rasa senangnya (lewat senyum,ocehan, atau gelak tawa). Inilah dasar kemampuan untuk bermain dan berinteraksisecara emosional nantinya. Jika bayi lebih banyak merasa sedih/takut pada ayahnyayang galak atau ketus dibakar cemburu, ia akan selalu menatap sekelilingnya denganekspresi begitu pula. Mengenaskan, ya!

Usia 9 - 12 Bulan

Di rentang usia ini, bayi mulai memahami bahwa manusia dapat membagi gagasan danemosi mereka satu sama lain. Bila ayah atau ibu bertanya kepada bayi, "Dedek lagikesal, ya?", bayi dapat memahami bahwa orangtuanya ternyata bisa membaca ataumengetahui suasana hatinya. Dengan kata lain bayi mulai memahami bahwa denganmenunjukkan ekspresi tertentu, ia atau orang lain dapat berbagi emosi.

Jika ayah yang cemburu keapda bayi selalu menunjukkan ekspresi negatif (acuh takacuh, sebal, kesal, dsb.), bayi pun mengetahui suasana hati ayahnya sedang tak

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 29

bersahabat. Dan jika bayi selalu menjumpai ayahnya dalam keadaan seperti ini, ia puncenderung menghindar dari sang ayah. Dengan begini, bayi akan kekurangan kasihsayang ayah. Padahal, menurut Robin Skynner, pendiri dan pengajar pada Institute ofFamily Therapy, Inggris, kehadiran seorang ayah yang penuh kasih sayang di sampingbayi kelak akan membantu si bayi menghadapi berbagai masalah dan kelompok yanglebih dari dua orang.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 30

14. Peran Ibu Bagi Kesehatan Jantung Anak

Sejak Kehamilan Sampai Pembentukan Kebiasaan MakanPenyakit jantung memang tak membedakan kelas sosial. Mereka yang hidupberkecukupan maupun sebaliknya, sama-sama berisiko terkena penyakit mematikan ini.Ternyata peran ibu terhadap kesehatan jantung anak sangat besar. Kenapa?

Penyakit jantung bukan hanya milik orang berkecukupan. Orang papa dan tak empunyapun bisa terkena penyakit mematikan ini. Memang tak sama jenis penyakitnya, namuntak berbeda beban penderitaan yang diakibatkannya. Orang yang hidup berkelebihanterkena sakit jantung akibat kebanyakan makan, sedangkan penyakit jantung padaorang papa lebih disebabkan oleh infeksi dan kurang gizi.

Yang perlu diketahui, peran ibu, baik yang hidupnya berkecukupan maupun ibu darikeluarga yang kekurangan, sama-sama menentukannya dalam membangun jantungsehat anak-anaknya. Dimulai sejak anak masih dalam kandungan ibu. Jantung anak bisacacat apabila kehamilan dirundung infeksi. Jantung anak yang dikandung oleh ibu yangterinfeksi toxoplasma, campak Jerman, virus cytomegalo, dan herpes simplex, berisikocacat sejak di kandungan.

Ibu yang arif tidak mau hamil dulu sebelum tahu bahwa ia memang tidak mengidapkeempat infeksi itu. Karena itu, pemeriksaan darah pra-nikah atau sebelum hamildianggap sangat penting untuk memastikan ada tidaknya infeksi itu. Obat dan jamutertentu yang diminum selagi hamil juga dapat membuat jantung anak tak terbentuksempurna. Ibu yang arif seharusnya peduli akan itu.

Lahir dengan jantung mulus pun belum tentu anak sudah aman, sebab ia masihdihadang oleh macam-macam infeksi di awal kehidupannya. Misalnya, komplikasi yangtimbul apabila penyakit difteria terlambat diobati, atau ibu lalai tidak memberi anakvaksinasi difteria, akan ke jantung juga larinya.Sering terkena infeksi tenggorokan dan tak tuntas diobati juga dapat berkomplikasi padakatup jantung. Kerusakan katup jantung begini kelak berpotensi mencetuskan strokeatau payah jantung, dan mungkin menimpa koroner jantung juga.

Ibu yang bijak tidak akan membiarkan anaknya kurang darah dan cacingan. Anemiayang menjadi berat dan penyakit cacing tambang yang menahun, bisa menambah bebanjantung juga. Jantung bekerja lebih keras, lama-lama membengkak, akhirnya bisakepayahan juga.

GEMUK ITU PENYAKITAnak yang sehat-sehat saja saat memasuki usia sekolah, juga belum jadi jaminan kelakjantungnya tidak terancam sakit. Harus kita akui, kurikulum pendidikan jasmani kitamasih kurang. Berbeda dengan di negara maju, tiada hari tanpa olahraga bukan sekadarmotto tapi benar-benar dilaksanakan. Anak-anak kita sangat kurang jamberolahraganya. Padahal berolahraga betul menyehatkan jantung.

Dengan berolahraga, otot jantung bertambah tebal dan kuat. Bila jantung kuat, kelaksekiranya beban jantung meningkat, jantung tidak sampai jatuh kepayahan. Di semuanegara maju, menyehatkan jantung sudah dimulai semenjak usia sekolah. Ibu yang arifakan berupaya menciptakan suasana berolahraga swakarsa buat anak-anaknya setiaphari. Berjalan dan mengajak anak berlari-lari merupakan cara bergerak badan palingmurah dan sederhana, namun bermanfaat untuk menyehatkan jantung.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 31

Anak-anak kita juga masih memikul beban kultur yang keliru dari ibu. Tak sedikit ibu-ibukita yang beranggapan bahwa gemuk adalah sehat, sehingga ingin semua anaknyagemuk. Padahal, sekarang susah mencari anak gemuk di negara maju, karena justruyang tidak gemuk itu yang dianggap sehat, sementara gemuk itu penyakit.

Pada tubuh yang gemuk, jumlah dan ukuran sel lemak anak yang sudah gemuk sejakkecil lebih dari anak normal. Kelebihan sel lemak tidak mungkin disusutkan lagi setelahanak dewasa. Keadaan ini yang ikut menambah besar risiko seseorang terkena penyakitjantung. Jadi betul, peran ibu menentukan bagaimana nasib sel lemak anak-anaknya.

Sel lemak anak dibentuk oleh isi meja makan ibu. Dominasi menu lemak, kelebihan porsinasi, penganan serba bersusu-bermentega, menjadikan anak gemuk sebelum usiaremaja. Dulu, darah anak Amerika sudah kelebihan lemak semasih remaja. Sayangnya,anak-anak kita sekarang justru meniru gaya makan dan pilihan menu salah seperti anakAmerika zaman dulu.

Kolesterol dan lemak darah anak cenderung sudah pada batas tinggi ketika umur belumlagi dewasa. Ini berbahaya. Ibu yang bijak tidak akan royal memberi makan berlebih,serba gurih, manis, dan berlemak tinggi. Karena itulah, nasib jantung anak ditentukanoleh kesibukan dapur ibu juga.

Ibu yang bijak akan memberi anak-anaknya cukup susu, daging, dan mentega, namuntak serba berlebihan.Di tangan ibu, anak dibangun kebiasaan makannya, hobi jajan apa, dan apa pilihancemilan, apakah ia ketagihan menu junkfood, atau doyan jenis makanan olahan. Lidahanak dibentuk oleh bagaimana cara ibu memberi dan menyajikan makanan rumah.Kalau meja makan anak di rumah selalu penuh dengan menu restoran, sampai dewasadi lidah anak akan seperti itu terbentuk menu favoritnya.

Menu seperti itu yang merusak lidah anak menerima makanan tradisional, danmengantarkan anak memasuki risiko kena penyakit jantung kelak, atau mungkinmembuatnya terancam mati prematur.

RADIKAL BEBASSetelah dewasa, pola hidup rata-rata orang Indonesia umumnya tidak berubah.Kesibukan berkarier membuat mereka lupa, atau tak tersedia waktu buat berolahraga.Yang papa waktunya habis untuk kerja otot, yang kecukupan habis untuk kerja otak.Dua-duanya kekurangan waktu berolahraga dan bergerak badan.

Padahal menu harian orang kecukupan cenderung banyak dan enak-enak. Maka setelahhidup mapan mereka cenderung kelebihan berat badan. Ukuran lingkar pinggang punjadi lebih dari lingkar panggul.

Sedangkan menu mereka yang hidupnya tak berkecukupan lebih banyak ikan asin, yangrentan bikin darah tinggi (akibat konsumsi garam dapur harian kita lebih lima kalikebutuhan tubuh); saus dan sambal tomat murah dengan zat warna, pengawet, bumbupenyedap, hidup berada di tengah serba polusi, menambah berat memikul beban radikalbebas.

Radikal bebas bisa menjadi racun yang merusak badan. Salah satu faktor yang ikutmembentuk lemak dinding pembuluh darah diperankan oleh radikal bebas ini. Itu berartiorang papa bisa sama-sama berisiko mengalami kerusakan pembuluh darah danjantung.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 32

15. Tahapan Bermain Bagi Anak-anak

BERMAIN bagi anak-anak? Apalah gunanya.Itu hanya sekadar pengisi waktu luang.Tidak sedikit orang tua beranggapan demikian.Padahal lewat aktivitas bermain, anak-anak dapat menguasai berbagai keterampilan fisik dan sosialserta dapat mengembangkan psikologi dan kepribadian secara sehat.

Banyak orang tua lupa atau mungkin tidak tahu bahwa bermain merupakan bagian penting dalamkehidupan seorang anak, terutama usia balita dan usia sekolah. Gejala-gejala umum yang tampakterutama di kota-kota, anak-anak malah dijejali berbagai kegiatan, baik akademis maupun nonakademis untuk mengejar prestasi.

Akibatnya banyak waktu anak-anak tersita untuk mengerjakan berbagai tugas sekolah maupunmengikuti bermacam-macam les yang belum tentu mereka sukai. Si anak mungkin terpaksamelakukan untuk memenuhi ambisi orang tuanya. Padahal anak-anak perlu diberi kesempatan penuhuntuk bermain dan berkreasi, yang tujuannya sama penting dengan belajar.

Bermain bagi anak-anak adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan atau kepuasan. Bermainbagi anak-anak merupakan kegiatan yang saling berkaitan dengan bekerja, karena bermain merupakanpersiapan untuk bekerja. Bila mulanya kegiatan (bermain) dilakukan sekadar demi kesenangan,lambat laun dengan meningkatnya usia adanya respons sosial serta proses belajar yang diterima anak,kegiatan yang dilakukan selain untuk kesenangan juga untuk tujuan lain seperti, penghargaan,prestasi, kompetisi atau materi.

Peralihan kegiatan dari bermain menjadi bekerja memerlukan proses belajar. Belajar, proses yangdiperolehnya keterampilan baru yang relatif menetap dalam diri seseorang dan akan efektif jikadilakukan secara sistematis, terencana, diulang-ulang dan disertai reinforcement. Sehingga bermainbagi anak-anak juga perlu arahan orang tua/guru/orang dewasa lain yang diperoleh anak dalam segiafektif, kognitif maupun psikomotor, di samping unsur kesenangan.

Tahap Bermain Anak-anakMenurut para ahli psikologi, perkembangan bermain pada anak-anak akan diikuti perkembangankognitif, sehingga akan terjadi perubahan kegiatan bermain dari bayi, anak, remaja sampai dewasa.Secara psikologi, ada empat tahap dalam perkembangan bermain bagi anak-anak yang pembagiannyaberdasarkan usia. Tahap pertama, anak yang berusia antara 0 sampai 18 bulan atau 24 bulan. Padatahap ini akan menggunakan refleks, kemampuan penginderaan dan keterampilan motorik yang sudahdikuasai untuk memperoleh pengetahuan serta keterampilan baru. Anak-anak perlu dirangsang untukmengamati lingkungan sekitarnya dan mengambil inisiatif sendiri untuk menyenangkan diri merekasendiri. Karena itu, kegiatan bermain bersifat bebas, spontan dan tidak ada aturan permainan.Kegiatan-kegiatannya antara lain berupa latihan menggunakan dan mempertajam penginderaan,meraih, menendang, memukul, merangkak dan menendang.

Tahap kedua, anak yang berusia antara 2 tahun sampai 6 tahun atau 7 tahun. Pada tahap ini anakmulai mampu berpikir simbolik dan mampu berbicara untuk memahami lingkungannya. Caraberpikirnya masih terpusat pada diri sendiri dan anak masih belum mampu menerapkan hukum-hukum logika terhadap pengalaman dan pikirannya. Bila imajinasi anak bertambah, secara bertahapcara berpikir anak tidak lagi terpusat pada diri sendiri, sehingga sosialisasi dapat dikembangkan.Melalui bermain, anak-anak melatih diri untuk lebih menguasai gerakan motorik kasar dan halus, atau

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 33

melakukan kegiatan berpikir seperti klasifikasi. Tata cara hidup di masyarakat seperti disiplin danaturan-aturan sudah mulai dikenal.

Tahap ketiga, anak yang berusia antara 7 tahun sampai 11 tahun atau 12 tahun. Pada tahap inikemampuan anak berpikir, mengingat dan berkomunikasi akan semakin baik karena anak telahberpikir lebih logis. Kegiatan bermain anak-anak pada tahap ini ditandai dengan social play. Anakmulai menaruh minat untuk bermain dengan teman-temannya dan tertarik pada mainan yangmenggunakan aturan-aturan tertentu.

Tahap keempat, anak yang berusia 12 tahun ke atas. Pada tahap ini anak-anak sudah dapat berpikirabstrak, membuat hipotesa atau dugaan-dugaan secara lebih baik, tidak terlalu terikat pada hal-halyang konkret. Pada usia 15 tahun, remaja mulai menaruh perhatian pada literatur, dunia kerja danmencari pemecahan persoalan-persoalan. Kegiatan bermain umumnya sama dengan tahap ketiga.

Manfaat dan KendalaBanyak manfaat yang diperoleh dari kegiatan bermain, sehingga anak-anak dapat mengembangkanberbagai aspek yang diperlukan untuk persiapan masa depan. Bermain antara lain membantuperkembangan tubuh, perkembangan emosional, perkembangan sosial, perkembangan kognitif danmoral serta kepribadian maupun bahasa. Bermain juga bisa dijadikan media untuk membina hubunganyang dekat antar anak, atau anak dengan orang tua/guru/orang dewasa lainnya sehingga terciptakomunikasi yang efektif.

Bermain bagi anak memang telah dipraktikkan dan diterapkan di kalangan pendidik, dengan hasilcukup memuaskan. Namun ada beberapa kendala dalam pelaksanaan cara belajar sambil bermain ini,antara lain tekanan orang tua yang beranggapan bahwa yang terpenting di Taman Kanak-kanak adalahmembaca, berhitung dan menulis, sedangkan bermain tidak ada gunanya.Juga ada pendidik yang ragu-ragu melaksanakan bermain untuk belajar di dalam kelas, karenakhawatir anak-anak menjadi tidak terkendali dan kelas menjadi kacau. Memang ada pendidik yangkurang atau tidak memahami tingkat atau masa perkembangan anak, sehingga tidak tahu batas manayang dapat diterima dan dicerna anak.Di daerah pedesaan maupun perkotaan banyak sekali anak-anak yang miskin gagasan. Mereka inikebanyakan anak yang tidak lepas dari gendongan orang tua/pembantu sehingga naluri anak untukbereksplorasi atau menjajaki sekitarnya menjadi lambat atau tidak berkembang.Berlimpahnya mainan bagi anakpun berbahaya, karena menimbulkan kebosanan. Gagasannya tidaktergugah atau tergelitik. Disarankan agar sebaiknya mainan dikeluarkan sedikit demi sedikit, dananak-anak diberi dorongan untuk mengembangkan permainan yang dimilikinya.

Jangan DipaksaJangan batasi keinginan anak untuk bermain, hanya karena jenis kelaminnya berbeda. Jangan risaupada seorang anak putra bermain boneka, bukankah kelak anak tersebut akan menjadi ayah? Jugabukankah anak-anak harus dipersiapkan untuk membuat pilihan-pilihan kelak?Dalam bermain pada anak-anak hal yang paling mendasar harus dilakukan orang tua/pendidik adalahberbicara, mendorong, menunjukkan dan mencari variasi. Thema utama dalam bermain anak adalahsosial, emosional, kognitif dan motorik. Agar lewat kegiatan bermain ini, anak-anak mendapatkan 5 Ayaitu, affection (rasa dicintai), acceptance (rasa diterima) dan attention (perhatian dan perawatan)serta approval (kesempatan melakukan hal-hal yang disenangi) maupun appreciation (penghargaanyang tepat atas hasil kerja dan minat si anak).

Kegiatan bermain merupakan hal yang menyenangkan dan sekaligus merangsang pertumbuhanseluruh aspek perkembangan bayi dan anak. Bahwa sewajarnya kegiatan bermain tidak hanya dilihatsebagai suatu kekhasan dunia anak-anak, melainkan juga sebagai hak anak. Jangan merampas hakanak itu dan menjejalinya dengan ilmu pengetahuan demi ambisi orang tua.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 34

16. Selektif Pada Produk Mainan : Selamatkan Kreativitas dan Jiwa Sosial Anak

GENCARNYA promosi produk mainan anak, elektronik maupun manual saat ini mengakibatkananak terposisikan hanya sebagai konsumen saja. Tidak hanya itu saja, mainan buatan pabrik tersebutjuga semakin membatasi kreativitas anak. Bahkan anak bisa lebih bersikap individualis kalau terlalu'over' bermain dengan permainan elektronik.

Memang hal yang wajar bagi setiap orangtua untuk menyediakan fasilitas mainan pada anak-anaknya.Karena menurutnya dunia anak adalah dunia bermain. "Saat bermain, anak-anak mendapatkankesempatan untuk mengembangkan bakat, keterampilan dan pengetahuan. Jenis permainan danmainan yang sejak awal diberikan secara tepat pada balita berperan mengembangkan saraf-sarafmotorik yang akan mempengaruhi tingkat intelegensia anak".

Lalu bagaimana wujud dunia bermain anak-anak saat ini? Setidaknya hasil kegiatan LombaMenggambar Dolanan Bocah maupun Kumpul Bocah dapat menjadi gambaran. Di sana terlihatpermainan elektronik dan televisi telah cukup jauh mempengaruhi dunia anak-anak.

"Dalam kegiatan ini terkumpul 137 gambar. Ternyata yang mereka gambar mayoritas permainanelektronik dan tokoh hero dalam film kartun".

Berbagai jenis permainan anak-anak di zaman sekarang cenderung menjauhkan mereka dari interaksisosial. "Tidak mengherankan jika anak-anak sekarang lebih bersikap individualis dan kurang kreatif".

Butuh Pengawasan

Menghindari anak menjadi konsumen produk mainan memang merupakan hal yang sulit dilakukan.Apalagi sifat anak yang cenderung meniru sesuatu dari lingkungannya. Banyaknya produk mainaninstan dan elektronik untuk anak-anak memang sudah membelenggu kreativitas anak. Namundemikian mainan tersebut tidak selalu menghambat pengembangan kreativitas.

"Misalnya, tamiya. Sebelum memainkannya anak harus paham betul teknis cara memasang dan teknismemainkannya. Sehingga secara langsung mereka juga belajar. Begitu pula memodifikasi jenispermainan tamiya, anak juga dituntut kreatif, meskipun terbatas,".

Produk mainan yang tidak langsung jadi, misalnya robot rakitan, push block dan puzzel, menuntutanak untuk berusaha menemukan bentuknya. Ini cukup baik, daripada hanya membeli produk mainanjadi. Memang tidak salah kalau ada yang beranggapan permainan elektronik cenderung membuat anaksemakin menjadi individual. Apalagi kalau sang anak terlalu asyik menghabiskan waktunya untukmemainkan mainan itu.

"Di sini peran orangtua sangat penting. Mereka berkewajiban untuk mengawasi anaknya. Jangansampai terlalu over bermain dengan mainannya. Mereka juga harus mengarahkan anaknya untukbersosialisasi. Agar proses keseimbangan berjalan baik. Banyak sekali cara yang bisa ditempuh.Misalnya, mengikutsertakan dalam klub renang, klub bermain atau kegiatan masjid".

Selain itu, orang tua harus jeli dan pandai memilih produk mainan. Karena jenisnya saat ini banyaksekali. Jenis produk mainan yang baik, sebaiknya dipilihkan yang bisa merangsang perkembanganintelektualitas anak. Tidak hanya sekedar bagus, mahal dan baru.

"Sejauh pengamatan saya, selama ini orang tua banyak yang lupa. Kalau gerakan motorik anak

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 35

berpengaruh pada tingkat intelegensi anak. Anak yang gerakan saraf motoriknya optimal,perkembangan saraf otaknya juga akan optimal. Jangan lekas melarang balita yang sedang berlari-lariatau memanjat kursi. Selama masih aman, biarkan saja,".

Permainan keseimbangan sangat dianjurkan pada balita dan anak TK. Karena merangsang saraf-sarafkeseimbangan. Pakar psikologi percaya, jika saraf motorik berkembang, saraf keseimbangan juga ikutberkembang. Sel-sel otak terutama nukleus pestibularis juga berkembang.

Tidak dipungkiri kalau fasilitas untuk hal tersebut memang mahal. "Inilah pentingnya menurut sayaadanya klub bermain yang lengkap. Dapat diupayakan di TK atau play group. Sehingga orang tuatidak terlalu terbebani. Karena dibeli secara bersama-sama. Sekaligus dapat belajar bersosialisasi,".

Dolanan Anak

Menengok pada permainan anak tempo dulu, seperti dolanan anak, rupanya agak pesimistis bila adausaha untuk memunculkannya lagi. Karena jenis permainan ini semakin luntur dimakan jaman,kurang dikenal maupun diminati anak-anak sekarang. Walaupun dia tidak memungkiri kalausebenarnya permainan semacam itu memang bagus untuk memupuk sosialisasi antar anak. "Selain ituanak di era dulu, kalau ingin punya mainan harus membuat sendiri. Hal ini memang membangkitkankreativitas dalam dirinya. Dibandingkan anak sekarang yang hanya tinggal memilih dan membeliberbagai macam produk mainan," ujarnya.

Namun naif rasanya kalau para orangtua harus membendung perubahan orientasi dunia bermain anakdi masa sekarang. Jalan yang paling bijak, orangtua harus sering-sering mendampingi anak.Setidaknya, tetap mendorong anak supaya mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 36

17. Apa benar yang bungsu lebih bodoh?

Kalau urutan anak dikaitkan dengan kepintaran seseorang nampaknya hal itu hanyamitos. Bayangkan bagaimana rasanya dikatakan bodoh hanya gara-gara urutankelahiran kita kebetulan di urutan terakhir di antara saudara-saudara kita lainnya.Ada kepercayaan yang tertanam dalam benak sebagian orang bahwa IQ anak-anakberkaitan dengan urutan kelahiran. Dengan kata lain Anda yang merasa sebagai anakbungsu wajib bersedih karena anda merupakan urutan terakhir dari kepintaran aliasyang paling bodoh.

Tapi nanti dulu, Anda tidak perlu duduk termenung memikirkan nasib Anda yang sial .Sebuah penelitian baru membuktikan sama sekali keliru anggapan bahwa semakinbungsu mereka (urutan kelahiran paling akhir), anak-anak akan semakin tidak cerdas.Kelihatannya, anak nomor dua tidak selalu lebih pintar daripada anak nomor tiga danseterusnya.

Kecerdasan tidak dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga atau oleh tempat anak itudalam urutan kelahiran keluarga, sebaliknya faktor seperti warisan genetika, IQ orangtua, jumlah bacaan yang disediakan di rumah dan mutu sekolah lebih penting untukmenentukan kecerdasan anak-anak, demikian dikatakan para peneliti ini."Sebenarnya sebuah keluarga kemungkinan akan menyebarkan sumber kecerdasan kesebanyak apapun anak yang mereka miliki", kata seorang penulis studi tersebut JosephLee Rodgers, psikolog dari Universitas Oklahoma. Baik jumlah anak dalam keluargamaupun urutan kelahiran seorang anak dalam keluarga tertentu tidak dapat meramalkannilai IQ-nya. Temuan mereka muncul dalam American Psychologist, yang diterbitkanoleh Asosiasi Piskologi AS.

Rodgers dan rekan-rekannya dari universitas lain menganalisa data dari tes inteligensiyang diberikan kepada sekitar 2.500 anak, dengan usia 5 hingga 15 tahun, dari sekitar1.300 keluarga. Mereka mengumpulkan informasi tersebut dari "National LongitudinalSurvey of Youth", sebuah studi yang sedang berjalan dan didanai pemerintah yangmenyediakan informasi kepada peneliti tentang berbagai jenis topik keluarga.Kunci terhadap temuan mereka ialah metode yang disebut analisis "dalam-keluarga" danmembandingkan anggota-anggota keluarga satu sama lain.

Kebanyakan studi lain tentang topik ini, kata Rodgers, telah menggunakan analisis"lintas-keluarga", dengan membandingkan satu anak dari satu keluarga dengan anaklain dari keluarga lainnya. Tetapi metode tersebut menghasilkan kesimpulan-kesimpulanyang keliru, kata para peneliti ini.Misalnya, katanya, anak kedua dalam satu keluarga mungkin ditemukan lebih cerdasketimbang anak ketiga dari keluarga lainnya, dan ini telah menghasilkan kesimpulanbahwa urutan kelahiran mempengaruhi tingkat kecerdasannya.Tetapi membandingkan anak-anak dalam keluarga yang sama dapat memperjelasbahwa urutan kelahiran dan kecerdasan anak tidak mempunyai hubungan, jugabesarnya keluarga tidak ada kaitannya dengan kecerdasan anak.

Jordan Gragman, ketua ilmu saraf kognitif di Lembaga Nasional Penyimpangan Saraf danStroke, mengatakan temuan baru ini "sangat masuk akal." Setiap kali orang melaporkantemuan evolusi, kata Gragman, Anda mencari alasan biologis untuk menjelaskan haltersebut. Tetapi, katanya, asumsi sebelumnya bahwa kecerdasan berkurang dalam dirisetiap anak urutan berikut kelihatannya bertentangan dengan alasan orang mempunyaikeluarga besar, yaitu untuk membantu mempertahankan kelangsungan ekonomikeluarga.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 37

Ukuran lintas-keluarga telah sering digunakan di masa lalu, kata Rodgers, karena parapeneliti dapat mengumpulkan data jauh lebih mudah daripada informasi dalam-keluarga."Sangat sulit mendapatkan data yang mencerminkan keadaan dalam keluarga, untukmembandingkan anak pertama dengan anak kedua dalam keluarga yang sama,"katanya.

Bayangkanlah betapa sulitnya, kata Rodgers, bukan hanya meminta satu anggotakeluarga selama dua jam dari waktunya, tetapi kemudian meminta apakah seluruhkeluarga itu dapat diwawancarai dengan menyediakan waktu yang begitu lama danapakah masing-masing mau dites secara luas setiap dua tahun sekali.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 38

18. Seperti Apa Sih, Reaksi Emosi Pada Bayi ?

Jangan salah, bayi pun bisa menunjukkan emosinya. Entah yang baik maupun tidak.Asalkan ditangani dengan baik, reaksi emosi yang jelek tak bakalan menetap hinggabesar.

Sering, kan, melihat bayi menangis kala ia lapar. Sebelum diberikan susu, ia tak akanberhenti menangis, bahkan tambah keras. Tapi bila kebutuhannya segera dipenuhi, akanberhenti tangisnya.

Nah, menangis pada bayi, selain sebagai salah satu bentuk komunikasi prabicara untukmemberitahukan kebutuhan/keinginannya, juga untuk menunjukkan reaksi emosinyaterhadap suatu keadaan yang tak menyenangkan. Reaksi emosi bayi yang demikian,sebetulnya masih wajar, karena si bayi bereaksi terhadap suatu keadaan yang takmenyenangkan, yaitu lapar. "Hanya saja, kalau reaksinya berlebihan, semisal menangisterus, meski sudah diberikan susu, berarti ada sesuatu pada dirinya. Apakah dia sakitatau ada suatu kelainan pada sarafnya,".

Sangat penting bagi orang tua untuk mengetahui dan mengenal reaksi emosi bayinya.Sebab, reaksi emosinya ini akan berpengaruh pula nantinya pada kehidupan si anak,terutama pada penyesuaian pribadi dan sosialnya. "Di usia satu tahun pertama ini, bayisedang beradaptasi dengan udara, makanan, dan lingkungan sekitarnya. Di usia inipulalah emosinya mulai berkembang." Itulah mengapa, orang tua harus memperhatikanbetul kebutuhan fisik dan mentalnya, sampai sekecil apa pun.

DAPAT DIBEDAKANPada awalnya, saat lahir, reaksi emosi bayi masih sederhana, yaitu hanyamengungkapkan emosi kesenangan dan ketidaksenangan. "Ia akan bereaksi senang bilakebutuhan menyusunya terpenuhi, dengan mengeluarkan suara yang tampak puas.Sebaliknya, ia akan bereaksi tak senang dengan menangis bila popoknya basah."

Yang pasti, pada bulan-bulan pertama, ia tak memperlihatkan reaksi secara jelas, yangmenyatakan keadaan emosinya yang spesifik. Misal, marah. Semua rasaketidaksenangan akan diekspresikan dengan tangisan. "Nah, pada bulan-bulan pertamaini, respon orang tua terhadap bayi pun akan berpengaruh nantinya. Misal, jikapemberian susunya terlambat sementara bayi sangat lapar atau popoknya basahdidiamkan saja, maka bayi akan merasa tak nyaman. Meski dia hanya bisa bereaksidengan menangis, tapi bibit-bibit emosi rasa kecewa dan marah mulai timbul."

Mulai usia dua bulan bayi bisa bereaksi tersenyum bila dirinya merasa senang ataugembira. Usia tiga bulan mulai bisa bereaksi dengan mengeluarkan bunyi-bunyi yangmengungkapkan kekesalan, bila dirinya kesal atau marah, semisal, dia tak bisamenggapai mainannya. Kadang juga diungkapkan dengan tangisan dan jeritan.Usia 6-9 bulan sudah mengenal rasa takut. Bukankah saat itu ia sudah mengenal orang-orang di sekitarnya? Hingga, kalau ia ditinggal oleh orang tuanya, ia akan merasa takutdan mulai mengeluarkan suara-suara ketakutan atau menangis.

"Pokoknya, makin usia bayi meningkat, reaksi emosinya makin dapat dibedakan danbertambah. Sebab, sejalan dengan bertambahnya umur dan semakin matangnya sistemsaraf serta ototnya, bayi pun mengembangkan berbagai reaksi emosinya." Misal, kalaudi usia 2 bulan emosi kegembiraannya diungkapkan dengan tersenyum saja, makamakin lama dia bisa mengekspresikan kegembiraannya dengan mengeluarkan suara-

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 39

suara ataupun tertawa kala diajak bicara oleh orang tuanya. Bahkan, ketika dia sudahbisa jalan dan berlari, bila ada timbul rasa gembira, dia bisa melonjak-lonjak atauberlari-lari.

Demikian pula dengan emosi takut. Biasanya bayi takut dengan kamar gelap, binatang,berada sendirian, serta orang yang asing baginya. Mungkin awalnya, kalau takut iahanya bereaksi dengan menangis. Seolah dirinya tak berdaya dan seperti memintatolong. Makin bertambah usia dan motoriknya pun berkembang, ia bisa bersembunyi dibalik tubuh ibunya atau memeluk ibunya, menarik selimut untuk menutupi wajahnya,atau berlari menghindar dari sesuatu yang membuatnya takut.

Akan halnya rasa marah, misal, di usia 6 -9 bulan, kala bayi sudah bisa melempar bendaatau menghentak-hentak kakinya, ketika emosi marahnya terangsang, bisa sajareaksinya dengan melempar. Ketika reaksi tersebut dirasa menyenangkan dan dapatmemuaskan emosinya, maka akan diulang kembali. "Nah, untuk mengetahui apakah sibayi memang betul-betul dalam emosi marah atau hanya ingin mencoba-coba melemparbenda dalam arti dirinya sedang bereksplorasi, tentunya orang tua harus melihat,apakah memang ada kebutuhannya yang tak dipenuhi atau ada sesuatu yangmembuatnya marah ataukah tidak."

MASIH BISA DIUBAHJadi, orang tua harus mengetahui dan mengenal reaksi emosi bayinya, entah yang baikmaupun tidak. Jangan sampai, reaksi emosi yang jelek berlanjut sampai si bayi besar.Pasalnya, nanti anak akan belajar menggunakan reaksi ini sebagai alat untuk mencapaitujuannya. Apalagi di masa-masa emosi sulit, yaitu usia 0 hingga balita. Bukankah takjarang kita lihat, anak kecil yang kalau marah tiduran di lantai, duduk menghentak kaki,memukul, atau melempar segala macam benda?

"Sebetulnya, bila baru berusia sampai setahun, emosi bayi masih bisa berubah karenabaru muncul dan baru akan berkembang,". Itulah mengapa, orang tua harus tetapwaspada dengan emosi bayinya. "Jika ada reaksi emosinya yang kurang baik, palingtidak, kita bisa menekannya atau meminimalkannya." Dengan kata lain, orang tua harusmelatih pengendalian diri anak sejak dini.

Tapi melatihnya harus dengan konsekuen, lo. Misal, bila bayi ingin minum susu danmenangis tak sabar, maka ibu harus segera meresponnya. Kalaupun harus membuatkandulu susu botol, maka buatlah di dekat si bayi sambil mengajaknya bicara. Misal, "Iya,sabar, ya, sayang. Ini Ibu sedang buatkan susunya. Ibu tahu, kok, kalau Adek lapar."Bila si bayi sudah bisa merangkak dan kita lihat tampaknya dia kesal karena sulitmenggapai mainan yang diinginkan, maka kita bantu untuk memudahkan dengan caramainannya didekatkan. Ketika dia sudah bisa meraihnya, kita beri pujian, "Hore! Pintaranak Mama. Capek, ya? Ayo, kita duduk dulu."

Begitu juga kalau si bayi sudah mulai banyak motoriknya, seperti bisa jalan atau lari.Bila reaksi marahnya dengan cara fisik, seperti menendang, melempar, atau memukul,maka kita harus selalu memberi pengertian. "Kalau kamu marah, tidak boleh seperti itu.Nanti kaki kamu jadi sakit kalau menendang kursi itu. Kenapa kamu marah? Bilang,dong, sama Ibu." Jadi, anak dilatih untuk dapat mengendalikan fisiknya. Hingganantinya kalaupun dia marah, mungkin tak sampai bereaksi berbahaya dengan fisiknya.Mungkin hanya mimik mukanya saja yang tampak memerah.Biasanya seiring usia bertambah, reaksi emosi dengan menggunakan gerak fisik/ototmakin berkurang. Apalagi ketika anak sudah bisa bicara, maka reaksi emosinya akandiwujudkan dengan reaksi bahasa yang meningkat.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 40

JANGAN BANYAK LARANGNamun, dalam melatih atau mendidik emosi anak, disarankan tak banyak larangankarena akan menimbulkan rasa takut pada anak. Misal, "Adek, jangan main ke situ, adakecoa, lo. Nanti digigit!"Sebetulnya, usia bayi belum menyadari ada tidaknya bahaya bagi dirinya, tapi karenamimik muka ibunya dan nada suaranya menakutkan, maka mengkondisikan si bayi akanrasa takut. "Larangan boleh saja kalau memang ada yang membahayakan. Kalau tidak,sebaiknya dihindari." Namun, dalam memberitahukannya harus dengan bahasa danmimik muka yang baik.

Yang jelas, bila sejak bayi dilatih pengendalian emosi dengan baik, maka reaksiemosinya bisa ditanganinya dengan baik pula. Meski mungkin sifat jeleknya tetap ada,tapi tak terlalu menonjol. "Jadi, ini merupakan tindak pencegahan pula dari reaksi emosinegatif yang tak diinginkan."Ingat, lo, bila tak sejak dini kita melatihnya, maka akan sulit mengubahnya ketika anakbertambah usianya. Bahkan mungkin saja reaksi emosi tersebut akan menetap sampai sianak dewasa. Tentunya kita tak menginginkannya demikian, kan, Bu-Pak?

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 41

19. Pertolongan Pertama Bila Balita Rewel

Tubuhnya yang rentan membuat bayi tidak pernah lepas dari berbagai gangguan.Meskipun ringan, jika dibiarkan berlarut-larut gangguan yang diderita si kecil bisamemburuk. Sebelum membawanya ke dokter, tak ada salahnya bila Anda melakukanpertolongan pertama.

Berikut cara tepat menangani berbagai gangguan yang umum menyerang.

KolikKolik disebabkan oleh angin yang terperangkap dalam saluran cerna. Akibatnya, bayiAnda merasa tidak nyaman dan lebih rewel. Untuk mencegah terjadnya gangguan ini,sesaat setelah diberi minum atau makan, sebaiknya si kecil ditepuk-tepuk supayabersendawa.Tapi bila ia terlanjur kolik, berilah obat tetes anti kolik, sesuai petunjuk dokter. Obattetes kolik dapat dibeli diapotek.

Ruam popokKulit bayi umumnya sangat sensitif. Tak mengherankan jika banyak bayi yang menderitaruam popok. Biasanya ruam timbul karena si kecil alergi terhadap amoniak yangterkandung dalam urinnya, atau bisa juga karena ia alergi terhadap bahan dasar popok.Pada kebanyakan kasus, ruam dapat disembuhkan dengan salep kulit yang diberikanoleh dokter. Akan tetapi, untuk menghindari ruam popok, tidak ada salahnya bila si kecilmemakai popok berulangkali pakai yang terbuat dari kain tetra. Bukan hanya itu, Andajuga harus rajin mengganti popoknya yang basah.

Gusi bengkakUmumnya si kecil mulai tumbuh giginya ketika berusia 7 bulan. Pada waktu giginyamenembus gusi, biasanya timbul rasa tak nyaman yang disebabkan oleh gusinya yangmeradang. Akibatnya si kecil pun rewel.Sebenarnya gangguan ini dapat diatasi dengan memberinya jel atau sirop penghilangrasa sakit. kalau pertumbuhan gigi bayi Anda juga disertai demam, jangan lupa berikanobat penurun panas. Jika panasnya terus berlanjut, segera hubungi dokter Anda.

PilekBayi sangat rentan terhadap pilek. Umumnya pilek ringan akan sembuh dengansendirinya setelah 2-3 hari, sekalipun tidak diobati. Tetapi, bayi yang terkena pilekbiasanya rerwel dan sulit makan, karena ia tidak leluasa bernapas melalui hidungnya.kalau sudah begini, gunakan obat anti pilek sesuai anjuran dokter. Jika pilek disertaidemam, biasanya dokter menyarankan agar ia diberi obat berbentuk sirup yangmengandung parasetamol.

Obat-obatan yang Wajib ada di Rumah

Sekedar untuk berjaga-jaga, tak ada salahnya jika Anda juga menyediakan obat-obatanini di rumah.

• Obat penurun panas. Pilihlah obat penurun panas berbentuk sirup dengan rasabuah.

• Obat diare. Untuk diare atau buang air besar terus-menerus, sediakan garamoralit. Bila si kecil tidak mau minum larutan itu, buatkan campuran air tajindengan garam dan gula merah.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 42

• Obat anti gatal. Seringkali bayi atau balita Anda digigit nyamuk atau seranggalain, sehingga timbul benjolan dan rasa gatal. Untuk menguranginya, sediakansalep anti gatal atau obat-obatan yang mengandung calamine.

Obat perangsang muntah. Obat perangsang muntah sangat dibutuhkan seandainyaracun tertelan bayi. karena cara terbaik untuk mengeluarkan racun adalahmemuntahkannya kembali.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 43

20. Ibu Bekerja & Dampaknya bagi Perkembangan Anak

Salah satu dampak krisis moneter adalah bertambahnya kebutuhan yang tidak dapatterpenuhi karena semakin mahalnya harga-harga. Untuk memenuhi kebutuhan tersebutsalah satu caranya adalah menambah penghasilan keluarga...akhirnya kalau biasanyahanya ayah yang bekerja sekarang ibupun ikut bekerja.

Ibu yang ikut bekerja mempunyai banyak pilihan. Ada ibu yang memilih bekerja dirumah dan ada ibu yang memilih bekerja di luar rumah. Jika ibu memilih bekerja di luarrumah maka ibu harus pandai-pandai mengatur waktu untuk keluarga karena padahakekatnya seorang ibu mempunyai tugas utama yaitu mengatur urusan rumah tanggatermasuk mengawasi, mengatur dan membimbing anak-anak. Apalagi jika ibumempunyai anak yang masih kecil atau balita maka seorang ibu harus tahu betulbagaimana mengatur waktu dengan bijaksana. Seorang anak usia 0-5 tahun masihsangat tergantung dengan ibunya. Karena anak usia 0-5 tahun belum dapat melakukantugas pribadinya seperti makan, mandi, belajar, dan sebagainya. Mereka masih perlubantuan dari orang tua dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tersebut. Bila anak itudititipkan pada seorang pembantu maka orang tua atau khususnya ibu harus tahu betulbahwa pembantu tersebut mampu membimbing dan membantu anak-anak dalammelakukan pekerjaannya. Kalau pembantu ternyata tidak dapat melakukannya makaanak-anak yang akan menderita kerugian.

Pembentukan kepribadian seorang anak dimulai ketika anak berusia 0-5 tahun. Anakakan belajar dari orang-orang dan lingkungan sekitarnya tentang hal-hal yang dilakukanoleh orang-orang di sekitarnya. Anak yang berada di lingkungan orang-orang yangsering marah, memukul, dan melakukan tindakan kekerasan lainnya, anak tersebut jugaakan bertumbuh menjadi pribadi yang keras. Untuk itu ibu atau orang tua harusbijaksana dalam menitipkan anak sewaktu orang tua bekerja.Kadang-kadang hanya karena lingkungan yang kurang mendukung sewaktu anak masihkecil akan mengakibatkan dampak yang negatif bagi pertumbuhan kepribadian anakpada usia selanjutnya. Seperti kasus-kasus kenakalan remaja, keterlibatan anak dalamdunia narkoba, dan sebagainya bisa jadi karena pembentukan kepribadian di masakanak-kanak yang tidak terbentuk dengan baik.

Untuk itu maka ibu yang bekerja di luar rumah harus bijaksana mengatur waktu.Bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga memang sangat mulia, tetapi tetap harusdiingat bahwa tugas utama seorang ibu adalah mengatur rumah tangga. Ibu yang harusberangkat bekerja pagi hari dan pulang pada sore hari tetap harus meluangkan waktuuntuk berkomunikasi, bercanda, memeriksa tugas-tugas sekolahnya meskipun ibusangat capek setelah seharian bekerja di luar rumah. Tetapi pengorbanan tersebut akanmenjadi suatu kebahagiaan jika melihat anak-anaknya bertumbuh menjadi pribadi yangkuat dan stabil.

Sedangkan untuk ibu yang bekerja di dalam rumahpun tetap harus mampu mengaturwaktu dengan bijaksana.Tetapi tugas tersebut tentunya bukan hanya tugas ibu saja tetapi ayah juga harus ikutmenolong ibu untuk melakukan tugas-tugas rumah tangga sehingga keutuhan dankeharmonisan rumah tanggapun akan tetap terjaga dengan baik.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 44

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKANBAB 2 : RUTIN

21. Ketika Anak Menonton TelevisiPikiran Orangtua:

Malu, mau marah dan jantung rasanya mau copot ketika tiba-tiba mendengar Edu berteriak"bajingan kau!!!". Entah belajar darimana, tapi rasanya kok sebagai orangtua tidak pernahmengatakan hal-hal kasar seperti itu, pembantu di rumah juga tidak ada yang bicaraseperti itu, Wah jangan-jangan dari anak tetangga sebelah rumah. Aaaaaah ternyata Edumendengarnya di televisi. Di televisi? Bukankah program tayangan Teletubbies kesayanganEdu tidak ada bahasa kasar seperti itu? Ooooooh ternyata Edu juga suka menontontelenovela bersama nenek. Aduh.... kan tidak mungkin melarang nenek menontontelenovela, jadi yang perlu dipikirkan sekarang adalah bagaimana caranya supaya Edu tidakikutan menonton telenovela bersama nenek dan hanya menonton acara anak-anak saja.

Pikiran Anak:

Aduh, Mama/Papa marah nih, gara-gara Edu tadi bilang "bajingan kau!!!". Padahal kan Edulihat ada om jagoan ganteng di televisi bilang begitu, Edu cuman meniru saja kok.Memangnya "bajingan kau" itu apa sih? Kata mama, itu kata-kata kasar, memangnya kata-kata kasar itu apa sih? Edu kan ingin seperti om jagoan ganteng di televisi itu, banyak yangsuka, banyak yang sayang, nenek dan mbak saja tiap hari harus lihat om itu, mama jugakalau di rumah lihat om itu. Tapi, Edu jadi bingung sama Mama dan Papa, kalau Edu hafalcerita-cerita film yang ada di televisi, Mama dan Papa bangga. Mama dan Papa seringbilang sama om dan tante Edu: "wah Edu pintar loh, dia bisa hafal semua cerita-cerita filmtelevisi". Kalau Edu hafal iklan-iklan di televisi Mama dan Papa juga bangga, katanya Edupintar, terus kalau Edu lagi menirukan iklan televisi katanya Edu lucu dan menggemaskan.Tapi kalau Edu nonton televisi terus-terusan, Mama dan Papa marah, katanya Edu malas.Padahal kalau nggak nonton kan nggak bisa hafal film dan iklan yang di televisi.Aduuuuuuh Edu jadi bingung.

Sebagai orangtua, pernahkah anda mengalami situasi seperti di atas? Kadang-kadang marah karenaanak menirukan adegan di televisi, tetapi seringkali juga memuji dan bangga kalau anak hafaldengan cerita-cerita atau iklan-iklan yang ada di televisi. Kalau dilihat sepintas sepertinya adastandard ganda di sini, walaupun sebenarnya tidak. Sebagai orangtua kita sudah tahu dengan pastimana yang pantas dan mana yang tidak, mana yang baik dan mana yang buruk, sehingga kita bisamenetapkan mana program yang boleh ditonton dan ditiru dan mana yang tidak. Orangtua jugatahu kapan menonton televisi, kapan waktu belajar. Tetapi apakah anak sudah tahu dengan pastimengenai hal baik dan buruk tersebut, apakah anak sudah mengetahui program televisi mana sajayang diperbolehkan untuk ditonton dan apakah anak sudah menyadari benar-benar mengenaipembagian waktu? Anak mungkin bingung dan tidak mengerti, ditambah lagi kalau standard yangditetapkan oleh orangtua berbeda dengan yang ditetapkan oleh pengasuh (termasuk dalampengasuh adalah suster, kakek-nenek dan om-tante yang ikut serta dalam pengasuhan sehari-hari).Nah, pertanyaan kita kemudian adalah bagaimana orangtua menyikapi anak dalam menontontelevisi?

Darimana Anak Meniru Adegan Kekerasan ?Televisi, si kotak ajaib yang keberadaanya sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari,seringkali menimbulkan kecemasan bagi orangtua yang anaknya masih kecil. Cemas kalau anak jadimalas belajar karena kebanyakan nonton televisi, cemas kalau anak meniru kata-kata dan adegan-adegan tertentu, cemas mata anak jadi rusak (minus), dan cemas anak menjadi lebih agresif karenaterpengaruh banyaknya adegan kekerasan di televisi. Namun demikian harus diakui bahwakebutuhan untuk mendapatkan hiburan, pengetahuan dan informasi secara mudah melalui televisijuga tidak dapat dihindarkan. Televisi, selain selalu tersedia dan amat mudah diakses, juga

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 45

menyuguhkan banyak sekali pilihan, ada sederet acara dari tiap stasiun televisi, tinggal bagaimanapemirsa memilih acara yang dibutuhkan, disukai dan sesuai dengan selera. Sehingga walaupunsemua orang mungkin sudah tahu akan dampak negatif yang bisa ditimbulkannya, keberadaantelevisi tetap saja dipertahankan.Kecemasan orangtua terhadap dampak menonton televisi bagi anak-anak memang sangat beralasan,mengingat bahwa banyak penelitian menunjukkan televisi memang memiliki banyak pengaruh baiknegatif maupun positif. Misalnya penelitian yang dilakukan Liebert dan Baron, menunjukkan hasil:anak yang menonton program televisi yang menampilkan adegan kekerasan memiliki keinginan lebihuntuk berbuat kekerasan terhadap anak lain, dibandingkan dengan anak yang menonton programnetral (tidak mengandung unsur kekerasan).

Dalam benak banyak orang dewasa, film-film kartun dan film-film robot dianggap merupakan filmanak-anak dan cocok dikonsumsi oleh mereka karena format penyajiannya disesuaikan denganperkembangan anak-anak. Benarkah demikian? Jawabnya tidak semua film-film tersebut cocokdikonsumsi anak-anak. Contohnya Bart Simpson dan Crayon Sinchan yang cukup populer diIndonesia, sebenarnya tidak cocok untuk anak-anak, karena bercerita dalam bahasa yang kasar dantingkah laku urakan. Tetapi diawal kemunculannya, orangtua membiarkan kedua film tersebutditonton oleh anak-anak karena format penyajian dan jam tayangnya yang pas dengan waktu anakmenonton televisi. Setelah berjalan beberapa lama barulah orangtua menyadari kalau tontonantersebut tidak cocok dan ramai-ramai mengajukan protes kepada stasiun televisi. Akhirnyakemudian film tersebut diberi keterangan bukan untuk konsumsi anak-anak.

Kalau mau lebih teliti, sebenarnya banyak film "anak-anak" yang justru menampilkan adegankekerasan dan kata-kata yang kasar (meski tidak sekasar film dewasa sih), walaupun banyak jugaterdapat adegan-adegan kebaikan (karena biasanya film-film tersebut bercerita tentangpertentangan antara kebaikan dan kejahatan). Contoh film-film yang memiliki kedua unsur tersebutadalah film Popeye the Sailor Man, Batman & Robin, Power Puff Girls, Power Ranger dan Saras 008.Film-film ini sangat populer di dalam dunia anak-anak kita sehingga seringkali menjadi model yangditiru oleh anak-anak. Meskipun mengandung adegan kekerasan, namun film-film ini sepertinyatidak menimbulkan kecemasan bagi orangtua, karena para orangtua sampai sekarang merasa amanmeninggalkan anak-anak ketika menonton film-film ini. Sementara itu kalau ada film dewasa, baikyang menampilkan adegan kekerasan maupun tidak, anak-anak seringkali tidak diperbolehkanmenonton. Hal ini sudah menunjukkan standard ganda yang diberikan orangtua kepada anak.Adegan kekerasan dalam film dewasa tidak boleh ditonton, tetapi adegan kekerasan dalam filmanak-anak boleh ditonton, jadi kekerasan boleh atau tidak? Lalu apakah tidak ada kemungkinanbahwa anak justru dapat juga meniru adegan kekerasan atau kata-kata kasar yang ada dalam film-film tersebut karena mereka melihat bahwa orangtua membiarkan mereka menonton film tersebutdengan bebas?

Apa yang Sebaiknya Dilakukan Orangtua ?Mengingat bahwa sangatlah sulit (bahkan tidak mungkin) bagi orangtua untuk menjauhkan anak daritelevisi, maka ada baiknya orangtua melakukan beberapa hal sebagai berikut:

Dampingi anak ketika menonton dan beri penjelasanSebenarnya daripada orangtua tiba-tiba mengomel ataupun memuji anak, hal pertama yangsebaiknya dilakukan adalah memberi pengertian dan mendampingi anak ketika menonton televisi.Jika anak bertanya jawablah pertanyaan tersebut dengan rinci dan sesuai dengan perkembangananak. Banyak hal yang belum diketahui oleh seorang anak, oleh karena itu kalau tidak ada yangmemberi tahu ia akan mencari sendiri dengan mencoba-coba dan meniru dari orang dewasa. Apakahhasil percobaan maupun peniruannya benar atau salah, anak mungkin tidak tahu. Di sinilah tugasorangtua untuk selalu memberi pengertian kepada anak, secara konsisten. Kebingungan anakkarena standar ganda yang diterapkan orangtua juga bisa teratasi kalau orangtua memberipenjelasan kepada anak.

Buat jadwal kegiatan anakAnak juga perlu diajarkan bahwa ada waktu tersendiri untuk setiap kegiatan-kegiatannya. Aturwaktu yang jelas, kapan menonton televisi, kapan belajar dan kapan bermain. Walaupun anak

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 46

sudah relaks dengan menonton televisi, anak tetap butuh waktu untuk bermain. Televisimengkondisikan anak menjadi pasif, hanya menerima dan menyerap informasi dengan posisi tubuhyang juga pasif (cukup dengan duduk), karena itu anak tetap perlu waktu untuk bermain (terutamabermain dengan anak-anak lain) supaya mereka tetap aktif dan mampu bersosialisasi. Mereka tetapbutuh waktu untuk berlari-larian, mengobrol dengan teman-teman dan bermain dengan mainan.Pengaturan waktu bisa mengkondisikan anak untuk selalu menonton televisi dengan didampingiorangtua.

Seleksi program tayangan televisi yang cocok untuk anakKalaupun tidak sempat mendampingi anak, orangtua sebaiknya menyeleksi program televisi manayang benar-benar cocok untuk anak. Sebelum anak diijinkan untuk menonton program televisitertentu, orangtua sudah mengetahui program tersebut cocok atau tidak untuk anak, jadi orangtuasudah pernah terlebih dulu menonton program tersebut dan melakukan evaluasi. Jangan sampaiterjadi lagi kasus Crayon Sinchan. Untuk melakukan hal ini tentu saja dibutuhkan kesabaran danpengorbanan dari orangtua, untuk sementara orangtua harus mengorbankan kesenangannya sendirimenonton televisi demi mencari-cari dan menyeleksi program televisi yang cocok untuk anaktercinta.

Bangun kerjasama dengan seluruh anggota keluargaBangunlah kerjasama dengan seluruh anggota keluarga, karena kerja sama dari seluruh anggotakeluarga (termasuk pengasuh) sangat diperlukan. Pastikan bahwa seluruh keluarga memilikipengertian yang sama mengenai anak dan masalah televisi tersebut. Berikan pengertian kepadaanggota keluarga bahwa bagaimanapun juga mereka kadang-kadang harus mengorbankankesenangan mereka demi kebaikan sang anak. Jangan sampai standard yang sudah diterapkanorangtua terhadap anak, ternyata tidak diterapkan oleh anggota keluarga lainnya ketika orangtuatidak ada ditempat.

Konsisten dalam bertindakOrangtua dan pengasuh perlu untuk selalu bertindak secara konsisten dan tidak bosan-bosannyadalam memberikan pengertian kepada anak, sehingga anak tahu dengan jelas mana yang bolehmana yang tidak, mana yang baik dan mana yang buruk.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 47

22. Menyiasati Anak Sulit Makan

Ibu : "A lagi ya, satu lagi aaanya, yah satu lagi yah"Anak : "Nggak mau, udah kenyang"Ibu :"Satu lagi deh, abis itu udahan deh makannya. Tinggal sedikit nih, tuh lihat di piringnya,tinggal sedikit kan. Satu lagi yaaaaa"Anak : "Nggak mau ah, udah kenyaaaaaaaaaaaang"

Bagi sebagian ibu, dialog di atas mungkin terdengar sangat familiar di telinga ketika jam makananak-anak telah tiba. Memberi makan kepada anak-anak balita terkadang memang menyulitkan.Anak tidak selalu menyukai apa yang diberikan kepada mereka. Mereka cenderung lebih menyukaimakanan ringan berupa makanan yang manis (seperti permen, biskuit), makanan junk food(biasanya dalam bentuk makan siap saji seperti hamburger, fried chicken, french fries), danmakanan yang tasty (misalnya chiky, cheetos) dibandingkan makanan utama yang berupa nasi danlauk pauknya.

Menghadapi situasi diatas orangtua biasanya menggunakan berbagai cara untuk membuat agaranaknya mau makan, bahkan seringkali sampai merasa perlu untuk memaksa anak, apalagi orangtuadari anak-anak yang bertubuh mungil. Orangtua mungkin beranggapan bahwa tubuh mungilnya ituterbentuk karena anaknya kurang makan dan gizi. Nah, gimana caranya menyiasati agar anak maumakan makanan yang disediakan oleh orangtua?

Komponen Utama Sumber EnergiUntuk perkembangan tubuh dan energi anak membutuhkan sejumlah kalori. Kebutuhan kalori inidipenuhi dari nutrisi, yaitu protein, karbohidrat dan lemak. Protein berguna untuk membentukstruktur sel-sel tubuh. Protein banyak terkandung dalam makanan yang terbuat dari tumbuhanmaupun hewan, contohnya ikan, susu, keju, kacang dan tepung. Karbohidrat berguna sebagai energiyang diperlukan untuk beraktivitas dan proses-proses penting yang terjadi di dalam tubuh.Karbohidrat terkandung dalam gandum, kacang-kacangan, kentang, beras, buah-buahan, gula danmadu. Lemak juga berguna sebagai sumber energi. Lemak banyak terkandung dalam susu, kacang-kacangan, mentega dan minyak.

Selain membutuhkan nutrisi, tubuh juga membutuhkan vitamin, mineral dan serat. Vitamin, mineraldan serat penting untuk menjaga kesehatan tubuh. Semua makanan pada umumnya mengandungsetidaknya satu unsur nutrisi yang dibutuhkan dan dapat juga mengandung vitamin, mineral danserat. Unsur-unsur inilah yang seringkali disebut dengan istilah Gizi (nutrisi, vitamin, mineral danserat).

Bagaimana dengan makanan siap saji atau junk food? Junk food yang disukai anak-anak sebenarnyabukanlah makanan yang tidak ada faedahnya sama sekali. Contohnya hamburger, mengandungprotein dan lemak, sumber zat besi dan vitamin B yang baik buat anak. Namun perlu diingat bahwalemak dan protein yang terkandung dalam hamburger melebihi jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh.Oleh karena itu jika anak menyukai junk food, tidak ada salahnya sekali-kali diberikan, namunsangat dianjurkan untuk tidak mengkonsumsinya secara berlebihan. Jika hal itu sampai terjadimaka akan berpengaruh kurang baik bagi kesehatan karena asupan gizi yang diperoleh tidakseimbang, dan juga memicu terjadinya obesitas/kegemukan.

Mengapa Anak Menolak Makan?Papalia (1995), salah seorang ahli perkembangan manusia, mengungkapkan bahwa pada usia 0-3tahun perkembangan fisik dan otak anak berlangsung paling pesat/growth spurt, karena itu tubuhmembutuhkan gizi yang banyak, sehingga biasanya anak memiliki nafsu makan yang baik. Setelahusia 3 tahun, perkembangan tubuh tidak lagi sepesat sebelumnya, kebutuhan tubuh akan makananmenurun dan biasanya diikuti nafsu makan anak yang juga menurun. Oleh karena itu dibutuhkankreativitas dari orangtua agar anak jangan sampai kekurangan gizi akibat tidak mau makan.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 48

Illingworth (1991), seorang ahli kesehatan anak, mengutarakan beberapa hal-hal yang menurutpengamatannya dapat menjadi penyebab anak tidak mau makan:

• Memakan kudapan diantara jam makan, akibatnya tubuh masih berkecukupan dengannutrisi yang berasal dari kudapan tersebut, sehingga anak tidak merasa lapar

• Perkembangan ego sang anak; anak menolak makan sebagai manifestasi dari perkembangansikap mandiri. Anak merasa sebagai individu yang terpisah dari orangtua, sehingga menolakbentuk dominasi orangtua

• Anak ingin mencoba kemampuan yang baru dimilikinya yaitu mencoba makan sendiri tetapiorangtua melarangnya melakukan hal tersebut

• Menu tidak bervariasi sehingga anak merasa bosan dengan makanan yang terhidang ataubentuk makanan tidak menarik

• Anak sedang merasa tidak bahagia, sedih, depressi atau merasa tidak aman/nyaman• Anak sedang sakit

Sementara itu, bentuk penolakan yang dilakukan anak dapat berupa:• Memuntahkan makanan• Makan berlama-lama dan memainkan makanan. Pada tahapan usia 9 bulan-2,5 tahun

memang masih merupakan suatu hal yang wajar jika anak makan berlama-lama karena iabelum mengenal konsep waktu. Namun jika anak telah berumur lebih dari usia tersebut,tetapi masih makan berlama-lama dan memainkan makanannya maka hal tersebut tidak lagidapat disebut wajar/normal tetapi merupakan suatu cara anak untuk menarik perhatiandan menentang dominasi orangtua.

• Sama sekali tidak mau makan• Menumpahkan makanan• Menepis suapan dari orangtua

Tindakan Keliru yang Seringkali Dilakukan OrangtuaBeberapa tindakan yang sebenarnya keliru yang seringkali dilakukan orangtua dalam menghadapisituasi diatas misalnya:

• Membujuk. Misalnya dengan kata-kata: "makan sayur bayamnya ya, biar kuat sepertipopeye", "kalau makannya habis nanti mama bilang sama papa kalau anak mama dan papapintar loh", dll.

• Mengalihkan perhatian, misalnya: anak disuapi makan sambil menonton film atau sambilbermain-main

• Memberi janji, misalnya: "kalau makannya habis, nanti mama belikan ice cream"• Mengancam, misalnya: kalau makannya tidak habis, nanti kalau ke dokter disuntik loh"• Memaksa, misalnya anak dipaksa membuka mulut lalu dijejali makanan• Menghukum, misalnya anak yang tidak mau makan langsung dipukul atau diperintahkan

masuk kamar• Membolehkan anak untuk memilih menu makanan yang diingininya. Dalam hal ini orangtua

biasanya akan langsung mengganti menu jika anak mengatakan bahwa ia tidak menyukaimenu yang dihidangkan.

Tindakan yang Sebaiknya Dilakukan OrangtuaDengan mengetahui bahwa nafsu makan anak digerakkan oleh jumlah makanan yang dibutuhkantubuh, orangtua seharusnya menjaga nafsu makan anak dan memastikan bahwa anak mendapatkankebutuhan tubuhnya. Para ahli psikologi anak sama sekali tidak menyarankan anak dipaksa untukmakan apapun penyebabnya, karena semakin dipaksa anak akan semakin memberontak.Lalu apa tindakan yang sebaiknya dilakukan oleh orangtua untuk membuat anak mau makan dantidak kekurangan sumber energi yang dibutuhkan tubuhnya? Berikut ini beberapa saran yang dapatanda lakukan jika menghadapi anak yang sulit makan:

§ Kurangi kudapan atau tidak memberikan kudapan sama sekali di antara jam makan.Termasuk di sini adalah pemberian susu kepada anak. Bagi anak yang memiliki nafsu makan

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 49

sangat baik, pemberian kudapan maupun susu diantara jam makan masih diperbolehkan, tetapiharus dilakukan dengan jadwal tetap dan dosistepat sehingga tidak terjadi obesitas.

§ Menghidangkan menu yang bervariasi. Sama seperti orang dewasa, jika hampir setiap haridiberikan menu yang sama, maka anak akan bosan (meskipun menu yang diberikan merupakanmenu favorit anak tersebut). Oleh karena itu, orangtua harus jeli dan pintar untuk memberikanmenu yang bervariasi kepada anak. Misalnya: jika anak sudah sering diberi ikan cobalahmengganti ikan dengan ayam atau daging atau dapat pula diganti cara memasaknya.

§ Mempercantik tampilan makanan. Contohnya, dalam sebuah iklan di TV, ada orangtua yangmenghidangkan nasi goreng dengan diberi gambar wajah, mata yang terbuat dari tomat, bibirdari sosis, dan hidung dari ketimun. Penampilan nasi goreng yang seperti ini akan lebih menarikperhatian bagi anak daripada nasi goreng yang terhidang begitu saja di piring tanpa hiasan.

§ Saat anak sedang merasa sedih, cobalah untuk terlebih dahulu membuat perasaan anaklebih baik dengan menunjukkan kasih sayang dan mencoba mengerti penyebab mengapaanak merasa sedih. Contoh: anak sedih karena kematian anjing yang disayanginya, maka bisadihibur dengan mengatakan bahwa "anjingnya sekarang sudah sembuh, tidak akan pernah sakitlagi di tempat yang baru".

§ Biarkan anak makan sendiri. Jangan takut dengan kekotoran yang disebabkan anak makansendiri, karena yang penting di sini adalah anak merasa mampu, dipercaya oleh orangtua,semakin mandiri dan kemampuan motoriknya juga akan terlatih dan berkembang baik.

§ Jangan memburu-buru anak agar makan dengan cepat. Anak yang makannya berlama-lama,tidak perlu diburu-buru. Jika semua sudah selesai makan, meja sudah dibersihkan dan anakmasih bermain dengan makanannya, maka sebaiknya makanannya disingkirkan. Anak mungkinakan merasa marah, jika hal ini terjadi orangtua tidak perlu berdebat ataupun memarahi anak,berikan perpanjangan waktu yang cukup, jika perpanjangan waktu sudah selesai maka makananbenar-benar ditarik dan tidak diberikan perpanjangan waktu lagi. Dengan demikian anak akanmengerti ada waktu untuk makan.

§ Tidak perlu setiap kali mengikuti keinginan anak dengan mengganti menu sesuaikeinginanya, karena mungkin saja ketidaksukaannya disebabkan keinginan menentangdominasi orangtua. Sebaiknya tanamkan kesadaran pada anak bahwa makan adalah tugasnya,dengan tidak memuji jika makanan dihabiskan, dan juga tidak memarahi, mengancam,membujuk, menghukum, atau memberi label anak sebagai anak nakal jika makanannya tidakdihabiskan/tidak mau makan.

§ Jika anak tidak mau makan dan si anak berada dalam keadaan sehat, tidak apa-apa,singkirkan saja makanan dari meja makan, dan anak tidak perlu diberikan kudapan apapundi antara waktu makan utamanya. Dengan demikian, ketika tiba waktu makan selanjutnyaanak akan merasa lapar (bukan kelaparan) dan ia pasti akan makan apapun yang dihidangkan.

§ Tidak perlu memberikan porsi yang banyak kepada anak, sehingga sulit dihabiskan. Lebihbaik memberikan porsi yang sedang, jika anak merasa kurang, ia boleh minta tambah.

§ Berikan makanan secara bertahap sesuai jenis dan kandungan gizi satu persatu, mulai dariyang mengandung banyak zat besi dan protein (misalnya daging), sampai terakhir jenis yangkurang penting (misalnya puding sebagai penutup mulut). Jika anak merasa sudah kenyangsebelum sampai pada makanan tahap berikutnya, orangtua tidak perlu lagi memaksa anak untukmakan

Reaksi orangtua akan menentukan arah dan proses pembelajaran anak terhadap berbagai halsampai mereka menemukan kesadaran dan tanggungjawab secara internal. Jika reaksi orangtuamenguatkan perilaku sulit makan, maka yang terjadi kemudian adalah anak menjadi sulit makan.sebaliknya jika reaksi orangtua menguatkan perilaku mudah makan, maka anak mudah makan. Satuhal yang sebaiknya diingat orangtua adalah tidak mudah untuk selalu merespon perilaku anaksecara tepat. Tulisan ini mungkin dapat menjadi suatu informasi yang berguna bagi anda paraorangtua yang peduli terhadap kesejahteraan anaknya. Selamat mencoba.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 50

23. Dipaksa Makan, Anak Bisa Trauma

Selera makan pada anak sebenarnya sama dengan orang dewasa. Kadang turun, kadang naik. Hati-hati, memaksa anak menghabiskan makanannya saat sedang tak berselera. Bisa-bisa anak menjadisemakin trauma dan semakin sulit makan.

Zyfa (4 tahun) sangat sulit makan. Setiap kali melihat ibunya membawa mangkok dan sendok, iasudah menangis menjerit-jerit. Nggak mau, nggak mau makan teriaknya. Sang Ibu bingungmenghadapi keadaan ini. Apalagi, Zyfa sulit minum susu. Badan Zyfa juga kurus. Zyfa hanya maumakan-makanan kesukaannya saja, yaitu ceplok telor dan kerupuk.

Trauma karena terpaksaMenurut Fitriani, Psi, MPsi, Direktur Lentera Insan-Child Development Education Center, pemaksaanmakan di masa balita akan berakibat tidak baik bagi perkembangan anak. Anak akan mengalamiketakutan yang sangat tinggi dalam proses pemaksaan makan. Apalagi bila sampai dijejalkan sendok,dicekokin, atau ditakut-takuti hantu dan sebagainya. Ketakutan itu bisa menimbulkan trauma, tegaspsikolog yang hobi menganalisa dan membaca sunatullah ini.Anak yang trauma terhadap makanan dan hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan makan justruakan lebih sulit makan karena ia cenderung menghindari penyebab trauma yang dihadapinya.Repotnya, trauma ini bisa berlanjut sampai dewasa. Bahkan juga bisa memunculkan perilaku jijik atautidak suka pada jenis-jenis makanan tertentu.

Asosiasi yang bikin jijikPenyebab lain trauma makan adalah karena anak mengasosiasikannya dengan hal lain yangmenyebabkannya tidak suka makanan tertentu. Misalnya, seorang anak muntah dan merasakan tidakenaknya muntah. Anak melihat bentuk muntahnya sama seperti bubur. Atau, saat sedang batuk pilek,ia melihat bentuk ingusnya seperti jus alpukat. Bisa jadi, kedua anak itu mengasosiasikan muntahdengan bubur atau ingus dengan jus alpukat. Penginderaan anak tentang lunak menghubungkanmakanan lunak dengan benda yang membuatnya jijik. Akibatnya, saat ditawarkan bubur atau jusalpukat anak langsung menolak.

Selain berbentuk benda, trauma juga dapat terjadi bila saat ia sedang makan dengan nasi dan telurdadar, misalnya, sang ayah memarahinya. Sebenarnya penyebab kemarahan sang ayah bukan karenaanak makan nasi dan telur dadar. Namun, anak bisa mengasosiakan nasi dan telor dadar sebagaipenyebab kemarahan ayah. Akbatnya, anak trauma memakan nasi dan telor dadar karena takut sangayah akan memarahinya lagi. Setiap kali makan telor, anak akan teringat pada peristiwa yangmembuatnya merasa tidak anak

Balita masa kritisMenurut Fitriani, saat anak berusia 2-5 tahun, adalah masa yang rawan bagi anak. Pada masa itu anaksedang sulit-sulitnya makan. Artinya, bila anak sulit makan pada usia itu sebenarnya masih bisadikategorikan wajar. Namun, tentu saja orangtua tidak boleh berdiam diri saat anak tidak mau makan.

Karena kalau ditolerir anak akan semakin kurus, kurang gizi dan semakin tidak bergairah untukmelakukan aktifitas. Bila keadaan itu berlanjut, anak bisa malas-malas terus karena fisiknya tidaksehat, urai Ibu dari tiga anak ini menjelaskan.

Untuk mengatasi keadaan seperti itu, maka orangtua perlu membujuk dengan berbagai cara denganmembuat suasana makan jadi menyenangkan. Luangkan waktu untuk menyusun menu dan mengajakanak untuk melihat-lihat gambar dalam buku resep. Pada saat-saat tertentu, buatkanlah menu-menukesukaan anak. Namun, jangan hanya menuruti keinginan anak saja hingga gizinya tidak berimbangkarena tidak bervariasi. Pada masa kritis ini, yang perlu dihindari orangtua adalah menjaga jangan

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 51

sampai kehilangan kesabaran dengan memarahi atau melakukan tindakan fisik kepada anak.

Bila berbagai upaya telah dilakukan, namun anak belum juga mau makan. Apalagi bila beratbadannya di bawah normal, maka sebaiknya anak dibawa ke dokter spesialis anak, spesialis gizi atauspesialis pencernaan anak. Dokter perlu melakukan pemeriksaan apakah anak tidak mau makankarena ada enzim-enzim yang belum bekerja atau sedang menderita sakit infeksi tertentu. Apabilasetelah dilakukan pemeriksaan ternyata tidak ada masalah, barulah kemungkinan adanya traumamakan pada anak dapat disimpulkan.

Namun, menurut Fitriani, adanya peristiwa trautamis karena makanan pada anak sebenarnya sangatjarang. Cara lain yang dapat membuat anak senang makan adalah dengan memberikan kesibukan yangcukup banyak menghabiskan energi. Misalnya, dengan memasukkan anak ke klub renang atau klubolahraga lainnya. Dengan mengajak anak berolahraga, anak dibuat lapar. Sehingga, kebutuhannyauntuk makan menjadi meningkat.

Makan dengan bahagiaLangkah terbaik untuk mencegah trauma tidak mau makan adalah dengan pengetahuan, sikap danperilaku yang benar tentang pemberian makanan pada bayi. Orangtua perlu belajar tahapan pemberianmakan yang benar. Belum saatnya anak makan nasi, sudah diberi nasi. Atau, sebaliknya yangharusnya sudah bisa makan nasi, masih diberi bubur atau makanan yang masih diblender. Akhirnyasama nasi trauma.

Selain jenis dan bentuk makanannya, pemberian makanan tidak menggunakan cara-cara yang sangatnegatif, agresif, atau penyiksaan. Bila ibu atau pengasuh sering marah-marah sambil menyuapi anak,maka anak akan mengidentikkan acara makan dengan kegiatan yang tidak menyenangkan.

Sebagaimana prinsip dalam TK bermain sambil belajar yang membuat suasana menyenangkandalam belajar, maka suasana yang menyenangkan juga perlu diciptakan dalam suasana makan.Namun, perlu diingat juga bahwa dalam mengajarkan perilaku ini orangtua tidak boleh melupakanadab-adab makan, seperti membaca doa, mengambil dengan tangan kanan, duduk. Jangan biasakanmakan sambil jalan-jalan karena tidak sesuai dengan akhlak islami, tutur Fitriani, Master PsikologiPerkembangan ini.

Menciptakan suasana nyaman saat makan bukan berarti mengalokasikan waktu berjam-jam untukmakan. Orangtua tetap perlu mengingatkan anak bila ia melanggar aturan. Maaf, makannya tidaksambil lari-lari. Maaf, makannya pakai tangan kana, dan seterusnya. Terakhir, jangan lupa berikanpenghargaan setelah anak selesai menghabiskan makanannya. Ibu senang karena Zyfa pintarmakannya. Insya Allah badan Zyfa akan sehat dengan makan-makanan yang sehat dan bergizi. Antaramemberikan kenyamanan dan kedisiplinan harus pas takarannya, agar makan menjadi menyenangkannamun tetap menegakkan disiplin agar dilakukan sesuai dengan akhlaq islami.

Meningkatkan Selera Makan

Beberapa tips berikut adalah cara untuk membangkitkan selera makan anak. Bila seleranyameningkat, maka orangtua tak perlu memaksa anak untuk makan.

1.Biasakanlah untuk memberi makan anak secara teratur.Sehingga, setiap tiba jam makan sudah terbentuk refleks makan pada anak yang dapat mengeluarkanair liur dan getah lambung yang sangat berguna bagi proses pencernaan yang sempurna. Keteraturanjuga membuat perut anak lapar karena berselang 3-4 jam anak tidak makan apa-apa.

2.Variasikan menu makanan dan aturlah suasana makan yang menyenangkan.

3.Jangan berikan camilan yang manis-manis, seperti permen atau coklat diantara jam-jam makan.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 52

Makanan tersebut dapat menurunkan rangsangan pada pusat makan di otak. Akibatnya, selera makananak jadi turun.

4.Jangan memarahi, membentak, apalagi sampai memukul anak gara-gara tidak mau makan.Jelaskan konsekuensi yang akan terjadi bila tidak mau makan. Atau hanya mau makan makanantertentu saja.

5.Bila selera anak tidak bangkit juga, maka bawalah ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.Pastikan tidak ada penyakit infeksi atau gangguan lainnya yang sedang dialami anak.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 53

24. Makanan Selingan Balita

ANAK pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yangmengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan seimbangpada usia ini perlu diterapkan karena akan mempengaruhi kualitas pada usia dewasasampai lanjut.Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan sel otaksehingga dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu diperhatikankeseimbangan gizinya sejak janin melalui makanan ibu hamil. Pertum-buhan sel otakakan berhenti pada usia 3-4 tahun.

Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka ragam, menggunakan makanan yangtelah dikenalkan sejak bayi usia enam bulan yang telah diterima oleh bayi, dandikembangkan lagi dengan bahan makanan sesuai makanan keluarga.Pembentukan pola makan perlu diterapkan sesuai pola makan keluarga. Perananorangtua sangat dibutuhkan untuk membentuk perilaku makan yang sehat. Seorang ibudalam hal ini harus mengetahui, mau, dan mampu menerapkan makan yang seimbangatau sehat dalam keluarga karena anak akan meniru perilaku makan dari orangtua danorang-orang di sekelilingnya dalam keluarga.Makanan selingan tidak kalah pentingnya yang diberikan pada jam di antara makanpokoknya. Makanan selingan dapat membantu jika anak tidak cukup menerima porsimakan karena anak susah makan. Namun, pemberian yang berlebihan pada makananselingan pun tidak baik karena akan mengganggu nafsu makannya.

Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi lengkap yaitusumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, seperti arem-arem nasi isi dagingsayuran, tahu isi daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran, piza, dan lain-lain

Fungsi makanan selingan adalah1). Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam bahan makananselingan.2). Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan utamanya (pagi, siangdan malam).3). Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia balita.

Makanan selingan yang baik dibuat sendiri di rumah sehingga sangat higienisdibandingkan jika dibeli di luar rumah.Bila terpaksa membeli, sebaiknya dipilih tempat yang bersih dan dipilih yang lengkapgizi, jangan hanya sumber karbohidrat saja seperti hanya mengandung gula saja.Makanan ini jika diberikan terus-menerus sangat berbahaya. Jika sejak kecil hanyasenang yang manis-manis saja maka kebiasaan ini akan dibawa sampai dewasa danrisiko mendapat kegemukan menjadi meningkat. Kegemukan merupakan faktor risikopada usia yang relatif muda dapat terserang penyakit tertentu.

Cake Wortel KejuUntuk : 20 buah1 buah : 176 kalori

Bahan:* 150 gr margarin* 180 gr tepung terig* * 200 gr gula pasir* 10 btr kuning telur* 6 btr putih telur

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 54

* 100 gr wortel parut* 100 gr keju parut* 1 bks kaldu instan

Cara Membuat:1. Mixer gula dan margarin hingga kental, masukkan kuning telur, mixer hingga rata,masukkan tepung terigu, kaldu instan, dan keju, aduk rata.2. Sementara itu kocok putih telur hingga kaku, campur dengan adonan di atas, adukrata.3. Masukkan wortel parut, siapkan 9 buah cetakan bentuk ikan yang telah diolesimargarin, tuang adonan ke dalam masing-masing cetakan dan panggang dalamtemperatur 180 derajat Celcius selama 30 menit, angkat.4. Hidangkan.

Nugget IkanUntuk : 10 porsi1 porsi : 127 kalori

Bahan:* 250 gr ikan kakap* 2 lbr roti tawar* 2 btr telur ayam* Garam secukupnya* Sedikit pala* Sedikit thyme (jika suka)* 2 btr putih telur* Tepung panir* Minyak untuk menggoreng

Cara membuat:1. Blender ikan, roti tawar dan telur, angkat.2. Masukkan semua bumbu, aduk rata.3. Ambil loyang, minyaki terlebih dulu, alasi dengan kertas roti lalu tuang adonan dankukus selama lebih kurang 30 menit, angkat.4. Setelah dingin dipotong-potong seperti bentuk jari atau bentuk binatang (sesuaiselera) kemudian dipanir lalu celup ke putih telur dan dipanir lagi, setelah itu gorengdalam minyak panas sampai berwarna kecoklatan, angkat.5. Hidangkan.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 55

25. Menambah Nafsu Makan Pada Balita/Anak

Nafsu makan anak-anak berkurang disebabkan oleh beberapa hal:1. Kurangnya variasi makanan yang diolah.

Hal ini bisa ditanggulangi dengan:§ mencoba dengan bahan yang sama tetapi dengan resep yang berbeda, misalnya

jagung selain dibuat sop, bisa juga dimasak untuk dadar jagung, atau makananselingan seperti kue jagung, jenang jagung dan lain sebagainya.

§ Menambah makanan selingan dengan bahan yang bergizi diantara makanan utamamisalnya dari ketela pohon direbus kemudian dihaluskan,kemudian dikepal, didalamnya diberi gula merah, dicelupkan dalam adukan 1 butir telor lalu digoreng,atau wortel (tambahkan daging bila ada) dicincang, tumis dengan bawang putih dandaun bawang, masukkan bihun yang sudah ditiriskan tambahkan kecap sedikit, guladan garam secukupnya.

§ Tetap diusahakan agar anak selalu makan (makanan utama) 3 kali sehari agar nutrisiyang masuk dalam tubuh anak terjaga, perlu diberitahukan pada pembantu rumahtangga yang menyuapi si anak agar sabar dan telaten.

§ Menambah multivitamin yang sesuai dengan kondisi dan umur anak misalnya selainASI ditambah dengan susu yang dibutuhkan tubuh si anak (bisa melalui konsultasigizi dengan dokter si anak).

2. Masa peralihan pemberian makanan lunak ke padat (umur 2 tahun keatas).Hal ini bisa diatasi dengan ramuan:

§ sesendok makan air jeruk nipis diberi gula secukupnya, diminum 2x sehari sesudahmakan.

§ Sehelai daun pepaya segar dicuci lalu dilumatkan dengan sedikit garam dan diberi airmatang sedikit demi sedikit kira-kira 1/4 gelas , peras airnya kemudian diminumsekaligus.

3. Sakit perut semacam sakit perut biasa, mencret/diare, cacingan, dll.

CACINGAN:250 g mentimun dan 500 g tahu di buat sop.Segenggam daun pare segar diseduh dengan 1/4 gelas air lalu disaring dan diberi 1sendok teh madu kemudian diminum sebelum sarapan.5 wortel yang sudah dikeringkan ditumbuk/parut sampai menjadi bubuk, seduh denganair secukupnya, minum 2x sehari, 5 g setiap kali minum.Bila cacingan kremi: 3 siung bawang putih dikupas, dicuci, kunyah sampai halus, telandan minum air hangat, lakukan 1-2x sehari atau dengan resep : 1/4 kelapa hijau dan 1wortel diparut, campur kedua bahan ini dengan bahan segelas air, peras dan saring, dandiminum malam hari sebelum tidur.Bila cacingan gelang : 60 g jahe segar dicuci lalu dilumatkan dan diberi segelas air, laludisaring dan diberi 1 sendok makan madu, dan diminum 3x sehari atau dengan resep :2 sendok biji pepaya dilumatkan lalu diseduh dengan 1/2 gelas air panas, laluditambahkan 1 sendok makan madu dan diminum selagi hangat 1x sehari.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 56

26. Muntah Setiap Kali Makan

Tak perlu khawatir dan jangan dipaksakan,karena nanti ia trauma.

Mungkin ibu-ibu pernah mengalami kesulitan dalam memberikan makanan pada si bayi.Ia mengeluarkan makanan yang diberikan kepadanya alias memuntahkannya lagi. Adayang bermasalahnya kala mulai pemberian makanan semi padat, semisal jus buah,bubur susu, atau biskuit. Tapi ada juga yang masalahnya muncul ketika mulaipemberian makanan padat, seperti nasi tim. "Sebenarnya, masalah ini tak perlu terlaludikhawatirkan. Hanya saja orang tua harus tahu apa yang jadi penyebabnya dankemudian segera mengatasinya," kata dr. Kishore R.J

Bila makanan tersebut baru dimasukkan sudah dikeluarkan atau dimuntahkan lagi,mungkin masalahnya ada di sekitar mulut. "Bisa karena proses menelannya belumbagus atau bayinya tak suka dengan makanan tersebut." Bila demikian, tak perlukhawatir, karena biasanya tak berlangsung lama, hanya pada awal-awal perkenalanmakanan semi padat dan padat saja. Namun bila dikeluarkan atau dimuntahkannyasetelah beberapa lama makanan tersebut masuk ke lambung, misal, setelah setengahjam, berarti ada kemungkinan gangguan di pencernaannya.

REFLEKS MENELAN BELUM BAGUSBila karena refleks menelannya memang belum bagus, terang Kishore lebih lanjut,ketika makanan ditaruh di bagian depan lidahnya, si bayi berusaha menelannya denganmenjulurkan lidahnya. Namun bukannya bisa masuk, malah makanannya jadi keluarlagi. Seperti halnya bayi mau belajar merangkak, kadang jalannya bukannya majumalah mundur karena koordinasi motoriknya belum bagus. Sementara kalau diamengisap ASI, tak jadi masalah, karena puting ada di belakang lidahnya. "Tentunya takmungkin kita taruh makanan di belakang lidahnya, bukan?"Adakalanya bayi merasa kesal karena tak bisa menelannya hingga ia pun menangis."Seringkali bila hal ini terjadi, pengasuh atau orang tua malah memaksakanpemberiannya. Misal, dengan menaruh si bayi di posisi mendatar, lalu mencekokimakanannya. Otomatis bayi akan membatukkannya hingga terjadi muntah. Peristiwa iniberbahaya sekali, karena saat itu makanan bisa masuk ke saluran napas danmenyumbatnya hingga berakibat fatal."

Refleks menelan ini, papar Kishore, akan membaik dengan sendirinya. Tergantungkemampuan masing-masing bayi dalam menelan. Umumnya di atas usia 6 bulan.Jika refleks menelannya belum baik dan bayi belum bisa menelan makanan padat, kitabisa mengatasinya dengan mengencerkan lagi makanannya hingga mudah baginyauntuk menelan. Misal, bubur susunya sedikit diencerkan lagi. Kalau sudah makan nasitim, maka diblender lagi. Tentunya dengan menggunakan blender khusus untukmakanan bayi, bukan untuk cabai atau bumbu. "Lakukan secara bertahap. Misal,awalnya diblendernya selama 2 menit dan dilakukan selama 2 minggu. Setelah itu,diblendernya hanya 1 menit. Jadi, makin lama makin sebentar memblendernya." Hingga,makanan yang awalnya cair, seperti jus, lama-lama jadi agak kasar dan makin padat.Dengan demikian si bayi lambat laun jadi terlatih. Diharapkan di usia setahun dia bisamakan nasi lembek.

TAK KENAL DENGAN MAKANANNYAJika bayi tak kenal atau tak suka dengan makanannya, baik yang semi padat ataupunpadat, tentu akan ditolaknya. "Selama ini makanan yang diterima bayi selalu dalambentuk cair. Sementara kini dia mulai mendapatkan makanan yang agak kental, semisalbubur susu, atau makanan agak padat, semisal nasi tim. Nah, karena tak kenal, pastiawalnya akan ditolaknya," papar Kishore.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 57

Bila demikian kejadiannya, pemberiannya harus dimundurkan dengan cara agakdiencerkan lagi. "Jangan memaksakan bayi dengan kemauan kita karena akanmembuatnya trauma. Bisa jadi setiap kali melihat mangkuk makanan, dia jadi menangiskarena takut dijejalkan."

Tak ada batas toleransi sampai berapa lama. Namun tentunya bukan berarti si bayididiamkan saja dengan diberi makanan cair terus. "Orang tua tetap harus melatihnyauntuk menerima makanan padat, hingga nantinya anak mengenal makanan padat dantidak menolaknya dengan tak mau makan."Selain itu, bila usianya sudah di atas setahun, tentunya konsumsi susu saja takkanmencukupi. Pemberian makanan padat tetap harus dilatih terus. Misal, kalau sekalimenolak, esok atau lusa dicoba lagi. "Jika usianya sudah hampir setahun, ajak dia dudukbersama kalau orang tuanya sedang makan. Tak usah dia diberi makanan. Biasanyaanak kecil cenderung meniru orang dewasa. Kalau dia melihat ayah dan ibunya makan,dia pun akan menirunya. Jika dia meminta makanan, asalkan tak pedas, berikan saja.Jangan dilarang-larang karena akan membuatnya trauma."

RASANYA BERBEDAAda pula bayi yang menolak nasi tim karena rasanya yang berbeda. Jangan lupa, selama6 bulan pertama, bayi kenalnya hanya rasa manis. Nah, nasi tim tak manis sepertihalnya bubur susu, kan? Jadi, ada kemungkinan dia tak suka karena rasanya tak manis.Kalau bayi tak suka karena tak mengenal rasa nasi tim tersebut, bisa diupayakan agar sibayi belajar mengenal rasa. Jadi, Bu-Pak, rasanya yang harus diubah dan divariasikan.Misal, awalnya nasi tim tersebut diberi tambahan glukosa atau yang paling mudahadalah kecap manis, hingga rasa nasi tim tersebut masih ada manisnya. Semakin lama,kecapnya agak dikurangi hingga bayi mengenal rasa nasi tim yang lain.Muntah juga bisa terjadi, misal, karena bayi kekenyangan makan atau minum ataupunkarena bayinya mengulet hingga tekanan di perutnya tinggi, akibatnya susunya keluarlagi.

GANGGUAN SFINGTERSementara bila karena ada gangguan di saluran cernanya, terang Kishore selanjutnya,kita tahu bahwa pada saluran pencernaan itu ada saluran makan (esophagus), yangberawal dari tenggorokan sampai lambung. Nah, pada saluran yang menuju lambung iniada semacam klep atau katup yang dinamakan sfingter. Fungsinya untuk mencegahkeluarnya kembali makanan yang sudah masuk ke lambung.

Umumnya sfingter pada bayi belum bagus dan akan membaik dengan sendirinya sejalanbertambahnya usia. Umumnya di atas usia 6 bulan. Namun, adakalanya di usia itu pun sibayi masih mengalami gangguan. Jadi, sifatnya sangat bervariasi.Tentunya, kalau sfingter tak bagus, maka makanan yang masuk ke lambung bisa keluarlagi. Gejalanya biasanya kalau pada bayi akan lebih sering gumoh, terutama sehabisdisusui. Apalagi bila ia ditidurkan dengan posisi telentang. Ingat, cairan selalu mencaritempat yang paling rendah, bukan? Begitupun bila setiap kali diberi makanan padatmuntah, harus dicurigai sfingter-nya tak bagus. Apalagi bila berat badan bayinya taknaik-naik, misal selama 1-2 bulan.

Kadang ada juga sfingter dengan gangguan, yang disebut hipertropi pylorus stenosis,yaitu adanya otot pylorus yang menebal hingga makanan akan susah turun dari lambungke usus, akhirnya keluar muntah. Gejalanya, tiap kali diberikan makanan padat akanmuntah. Tapi kalau makanan cair tidak. Selain itu, berat badannya pun sulit naik. Jikagangguannya berat, makanan cair pun biasanya tak bisa lewat, hingga menganggupertumbuhan si bayi karena tak ada penyerapan makanan. Biasanya kalau kejadiannyademikian, harus dilakukan tindakan operasi secepatnya untuk memperbaiki klepnyahingga saluran makanan dari lambung ke usus bisa jalan dengan lancar.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 58

Namun kalau gangguannya ringan saja, misal, muntahnya jarang dan setelah dilakukanpemeriksaan dengan rontgen atau USG ditemui hipertropi sfingter ringan, berat badananak tetap naik. Biasanya kalau kasusnya demikian, tindakan operasi bisa ditunda.Diharapkan dengan bertambahnya usia, bayi mulai berdiri tegak hingga makanan lebihmudah turun.

Pada beberapa bayi, refleks menelannya mungkin akan tetap tak bagus bila ada kelainansaraf. Hal ini biasanya tak berdiri sendiri, tapi ada penyakit lain, semisal terkena radangotak, tumor, atau infeksi pada saraf, sehingga kontrol pergerakan ototnya tak ada."Sejauh ini, bila terjadi demikian, tak dapat diperbaiki. Mungkin bayi terpaksa pakaiselang untuk memasukkan makanannya sampai kapan pun. Meski sekarang ada teknik-teknik yang merangsang otot-ototnya dengan fisioterapi tapi hasilnya tidakmemuaskan," terang Kishore.

Menghadapi Bayi MuntahJika bayi muntah, saran Kishore, cepat miringkan tubuhnya, atau diangkat ke belakangseperti disendawakan atau ditengkurapkan agar muntahannya tak masuk ke salurannapas yang dapat menyumbat dan berakibat fatal.Jika muntahnya keluar lewat hidung, orang tua tak perlu khawatir. "Ini berartimuntahnya keluar. Bersihkan saja segera bekas muntahnya. Justru yang bahaya biladari hidung masuk lagi terisap ke saluran napas. Karena bisa masuk ke paru-paru danmenyumbat jalan napas. Jika ada muntah masuk ke paru-paru tak bisa dilakukantindakan apa-apa, kecuali membawanya segera ke dokter untuk ditangani lebih lanjut."

Makanan Semi Padat Bukan Makanan PokokPada prinsipnya, terang Kishore, makanan utama bayi adalah ASI. Namun bila karenasuatu sebab terpaksa si bayi tak bisa memperoleh ASI, maka makanan utamanya adalahsusu formula. Walaupun, untuk bayi, tetap yang dianjurkan adalah ASI eksklusif. Dalampelaksanaan ASI eksklusif ini, ada yang menganut sampai usia bayi 4 bulan, ada jugayang sampai 6 bulan.Namun kini para dokter anak banyak yang menganjurkan ASI ekslusif sampai usia 6bulan. Selain karena ASI tak tergantikan, juga dengan bayi terus menyusu maka ASIpun dapat terus diproduksi. Juga diharapkan di usia 6 bulan ini bayi dapat menelan lebihbagus. "Kita tahu bahwa proses menelan bayi belum terlalu baik. Sementara kalaumengisap, tak jadi masalah karena ia meletakkan puting susu ibu di belakang lidahnya,selain juga punya refleks mengisap."Meski, paparnya, ada juga ahli yang berpendapat tentunya ada kerugian ASI ekslusifsampai usia 6 bulan. Karena bayi jadi terlambat diperkenalkan makanan di luar ASI.Dari segi kecukupan nutrisi, pemberian ASI atau susu formula saja bagi bayi di bawahusia setahun sebetulnya cukup, karena memang itulah makanan pokoknya. Sedangkanmakanan semi padat, seperti bubur susu, biskuit, buah, atau nasi tim, merupakanmakanan tambahan. "Kita hanya memperkenalkan makanan semi padat agar nantinyadia bisa mengkonsumsi makanan padat. Karena setelah usia setahun, susu bukan lagimakanan pokok."

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 59

27. Melatih Si Kecil Berhenti MengompolYang jelas diperlukan usaha ekstra dan kesabaran dari orang tua.

"Duh, Adek, kok, ngompol lagi, sih. Tuh, lihat kasurnya, kan, jadi basah!" Ngompolmemang problema tersendiri bagi orang tua. Bukan cuma bikin kasur jadi basah denganbau tak sedap sehingga perlu dijemur. Tapi juga membuat lelah karena harus gonta-ganti celana si kecil di malam hari. Jadi, wajar saja bila orang tua berharap si kecil bisaberhenti ngompol secepatnya.Yang patut disadari, ngompol untuk anak batita sebenarnya masih wajar. "Para pakarumumnya memberi toleransi mengompol hingga usia anak 4 tahun. Nah, lewat usia ituanak masih mengompol, bolehlah orang tua khawatir."

MODEL TEMPAT TIDURMungkin menarik pula melirik faktor penyebab anak jaman sekarang lebih susah diajakkering atau berhenti ngompol ketimbang anak-anak jaman dulu. Perubahan jaman,merupakan salah satu penyebabnya. Dengan kondisi ekonomi di masa-masaini,membuat lebih banyak wanita yang bekerja untuk menambah penghasilan keluarga.Bukannya mau mengurangi peran para bapak, lo. Namun jika mau dihitung secarastatistik, mungkin akan lebih banyak jumlah ibu yang menyediakan waktu untukmengganti popok ketimbang ayah. Nah, karena zaman sekarang para ibu juga harusbekerja, maka kelelahan seorang ibu pun bertambah. "Dibanding dulu, wanita kariersekarang pulangnya sampai larut malam. Tiba di rumah sudah sangat lelah."

Akhirnya, popok sekali pakai menjadi semacam hero yang populer untuk membantumengurangi kelelahan ibu. "Enggak salah juga pakai popok macam itu karena ibu jaditak perlu gonta-ganti celana anak." Yang jadi masalah, popok sekali pakai ini membuatorang tua "terlena" sehingga kebablasan.Ujung-ujungnya, ya, kita jadi lupa melatih sikecil ke kamar mandi di malam hari.Padahal, kalau mau jujur, popok sekali pakai terasa risih dan tak nyaman, lo, buat anak.Bayangkan, bokong si kecil ditutupi plastik seharian. Panas sekaligus lembab, bukan?"Jadi, tak salah juga jika ada yang bilang, popok sekali pakai itu adalah perwujudan dariegoisme orang tua,".Gara-gara kelewat lelah pula, orang tua mungkin jadi tak terbangun ketika malam-malam si kecil terbangun ingin BAK. Alhasil, ia pun mengompol dan menjadikannyasebagai kebiasaan.

Faktor lain yang membuat si kecil susah kering, lagi-lagi berkaitan dengan kemajuanteknologi. Seperti model kasur spring bed yang besar dan berat. "Akhirnya, perlakditaruh di atas seprei, bukan di bawah seperti jaman dulu". Nah, perlak yang terlihat itu,membuat anak tahu, di bawah tubuhnya ada pelindung."Kalau aku mau pipis, ya, pipisaja. Kan, ada perlak, jadi kasurnya enggak basah." Bisa juga mereka berpikir, perlak itumemang disediakan agar ia dapat BAK di situ. Nah, kalau ingin mengajar si kecil takmengompol lagi, sebaiknya singkirkan perlak tersebut

LIHAT POLASelengkapnya, ada beberapa cara agar di kecil mau berhenti mengompol. Yangjelas,peran serta orang tua amat diperlukan. Salah satunya adalah kenali si kecil."Secara umum,yang berperan besar bagi batita adalah orang tua sebab masa ini adalahmasa yang bisa dimainkan. Sayangnya, jaman sekarang kebanyakan orang tua sibukdengan urusan lain sehingga batita bisa dikatakan 60 persen tumbuh sendiri, barusisanya ada keterlibatan orang tua."

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 60

Yang pertama harus dilakukan,lihat pola anak. Pada saat seperti apa ia mengompol danberapa kali dalam semalam. "Jarang, lo, orang tua yang punya catatan tentang ini."Untuk itu, mau tak mau orang tua harus mau sedikit begadang. Selidiki, jam berapa sikecil ngompol lalu catat. Catatan ini berguna untuk langkah selanjutnya. Yaitumenciptakan kondisi agar kita dapat bangun sebelum jam mengompol anak. Caranyadengan memasang jam weker, misalnya."Kalau tahu 3 jam setelah ia tidur kasur akanbasah, maka bangunkan anak 2 jam setelah tidur. Ajak ke kamar mandi dan biarkanBAK." Setelah seminggu kering, turunkan waktunya menjadi satu jam sebelum "waktumengompol". Seminggu berikutnya buat menjadi setengah jam. "Lama-lama kitaajarkan anak untuk BAK sebelum tidur."

Jangan lupa juga, Bu-Pak, ketika menerapkan semua itu, si kecil perlu dikosongkanterlebih dulu."Setelah makan malam, coba jaga agar anak tidak banyak minum,terutama minuman gampang membuatnya ke belakang. Teh manis, contohnya."Masalah mungkin timbul jika si kecil emoh disuruh BAK sebelum tidur. Nah, bujuklah iadengan berbagai cara. Misalnya, lewat permainan. Saat main boneka bersamanya,misalnya, katakan, "Wah,si Dipsy mau pipis, nih! Kita antar ke kamar mandi, yuk."Ketikadi kamar mandi, kita bisa mengatakan, "Duh, masak Dipsy enggak mau pipis, katanyaAdek disuruh pipis dulu."

JANGAN BIKIN STRESUmumnya, dengan usaha seperti di atas, dalam jangka waktu dua minggu, anakberhenti ngompol. "Tapi ini juga tergantung pada anaknya. Adajuga yang tak berhasil."Faktor yang bikin gagal, umpamanya, karena si kecil merasa dipermalukan. "Jangansekali-kali mempermalukan anak." Misalnya, jika ada yang memuji kecantikan si kecil,kita menimpalinya, "Iya, Kakak memang cantik tapi masih suka ngompol, lo, Tante."Atau mencela dengan membandingkan dengan yang lain. "Iya, Adek cantik, tapi enggakkayak kakaknya. Waktu umur 2 tahun kakak sudah enggak ngompol." Secara tak sadar,perkataan tersebut membuat anak stres. Akibatnya, ia yang tadinya sudah takmengompol, malah bisa ngompol lagi.

Juga jangan langsung to the point. Ketika suatu ketika si kecil enggak sengaja ngompollagi. "Tuh, kan, Adek pipis lagi. Bikin Mama susah aja. Capek, kan, Dek, harus jemur-jemur kasur!" Walau kita dalam keadaan lelah, jangan sekali-kali menunjukkan rasajengkel, amarah, atau kepanikan ketika ia mengompol. "Semua itu malah membuatanak jadi stres dan susah untuk belajar kering."

Untuk pelampiasan kejengkelan, lagi-lagi bonekanya bisa kita gunakan. Biarkan siboneka yang "berbicara". Contohnya, "Ih, Adek, tadi malam, kok, pipis lagi, ya? Padahal,kan, udah janji enggak pipis."Dengan cara itu, dua pihak sama-sama untung; orang tuabisa menyalurkan kemarahan melalui perantara sehingga bisa mengurangi kejengkelandan anakpun secara tak langsung jadi merasa bersalah.

Intinya, Bu-Pak,untuk soal mengompol ini, hukuman tampaknya tidak cocok atau masihsulit dilakukan untuk batita. "Untuk anak yang sudah lebih besar, katakanlah 4 tahunan,bisa disuruh mencabut sprei atau memasukkan sprei yang basah ke ember cucian.Namun untuk batita, semua itu masih sukar dilakukan." Akan lebih efektif bila batitaselalu diberi reward. Jadi, ceritakan pada orang lain setiap keberhasilannya tidakmengompol. "Bukan sebaliknya. Sering, lo, terjadi orang tua malah menceritakananaknya yang masih mengompol."Faras Handayani.Foto: Iman Dharma (nakita)

Minta Tolong Si KecilSoal mengompol bisa dikatakan sebagai masalah unik. Ada anak yang sangat"pengertian". Ia langsung berhenti mengompol setelah diajak bicara.Karena itu, tak adasalahnya kita minta bantuan anak. Sebelum tidur, katakan padanya,"Dek, tolong Mama,

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 61

ya, kalau mau pipis bilang. Soalnya Mbak, kan sedang pulang kampung, jadi enggak adayang nyuci sprei." Nah, permintaan seperti itu kadang berhasil, lo. Jadi, tak adasalahnya dicoba!Hani

Kok, Ngompol Lagi ?Kalau tiba-tiba ngompolnya "kumat" lagi, kita perlu mencari tahu apa penyebabnya.Penyebab ngompol ada 3, yaitu fisik, lingkungan, dan emosi. Contoh penyebab fisik,misalnya, si kecil kelewat lelah sehingga tidurnya terlalu lelap. Jadi,ketika terasa inginBAK, ia tidak kuasa bangun. Sedangkan penyebab lingkungan adalah AC atau cuacayang dingin.

Yang agak rumit bila penyebabnya emosional, seperti pindah rumah, tidur sendiri ataupunya adik baru. Untuk mengatasinya, lihat masing-masing pemicu. Bila masalahnyakarena si kecil iri akan perhatian orang tua yang lebih ke adik bayinya, ajak si kecilbicara dan beri juga ia perhatian. "Biasanya ia mengompol lagi untuk cari perhatian."Jika masalahnya berkaitan dengan pindah rumah, kita harus sering menemani si kecil.Atau ketika ia tengah belajar tidur sendiri buatlah ia untuk melepas ketegangan, dengancara diceritakan atau nonton video kesayangannya. "Yang penting, ia harus tidur dengankondisi relaks,".

Satu hal lagi, terkadang si kecil sering mengompol karena berkaitan dengankesehatannya. Coba perhatikan apakah si kecil, terutama si Upik, merasa kesakitanketika BAK. "Orang tua kadang luput memperhatikan hal itu. Apalagi saat ini banyak airyang terkontaminasi sehingga mengakibatkan si Upik terinfeksi. Akhirnya, karena sakit,ketika terasa mau BAK, ia tahan. Malam hari,ketika ia tak sadar, jadi mengompol."Ada juga anak susah berhenti mengompol karena memang dari "sananya" seperti itu.Apa pun yang kita usahakan, sia-sia saja.Nah, ini sering berkaitan dengan otot-ototkandung kemihnya yang lemah. Tak ada jalan lain, kecuali konsultasikan ke dokter.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 62

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKANBAB 3 : PENDIDIKAN

28. Perlukah Program Child Day-Care Bagi Anak?

Program Child Day-Care sudah mulai banyak dikenal di Indonesia, terutama Jakarta dan sekitarnya.Di Jakarta sendiri sudah beberapa tempat day-care center didirikan sejak beberapa tahun yang lalu,namun sifatnya lebih sebagai penitipan anak meskipun TPA (tempat penitipan anak) tersebut jugadilengkapi dengan berbagai permainan yang menarik dan ruangan yang didesain menarik untuk anak-anak.

Day-care center sebenarnya bukan semata-mata tempat penitipan anak, namun seharusnya lebihmenyediakan sarana atau fasilitas serta program-program yang disusun sedemikian rupa sehinggamemungkinkan anak bereksplorasi dengan aman. Sayangnya, di Indonesia tidak banyak day-carecenter yang berkualitas dan punya fasilitas memadai sehingga bisa memberikan kesempatan yangterbaik bagi anak; atau pun jika ada, biayanya sangat mahal sehingga hanya kalangan terbatas sajayang mampu membayarnya.Menurut Kagan, seorang ahli psikologi perkembangan, umumnya anak usia 4 bulan sampai dengan 29bulan sudah bisa dimasukkan dalam day-care center. Sebab mulai dari usia kira-kira 2,5 tahun atau 3tahun umumnya anak-anak tersebut sudah meningkat pada program preschool.Yang jadi pertanyaan utama, apakah memang sudah diperlukan untuk menitipkan anak atau punistilah nya memasukkan anak dalam program child day-care? Apakah memang ada manfaat lebih dariprogram tersebut bagi anak Anda?

Di Amerika, trend memasukkan anak dalam program tersebut sebenarnya lebih banyak dilakukan olehpara wanita yang bekerja sehingga mereka harus menitipkan anaknya. Di Indonesia sendiri,kecenderungan untuk memasukkan anak dalam program child day-care tampaknya sudah mengalamiperubahan karena anak-anak yang mengikuti program bukanlah disebabkan karena ibunya harusbekerja sepanjang hari. Sekarang ini, memasukkan anak dalam program child day-care lebih banyakdipengaruhi oleh alasan trend atau mode sehingga seringkali lupa untuk melihat pada kebutuhansebenarnya dari sang anak. Tidak jarang anak-anak tersebut dimasukkan oleh orang tuanya karenamereka tidak mau repot-repot untuk mendidik atau mengajari beberapa ketrampilan pada anak-anakmereka; atau karena para orang tua berpikir, semakin cepat dimasukkan ke day-care program, anakmereka akan semakin cepat pintar. Apakah persepsi demikian memang terbukti kebenarannya? Untukmelihat kebenarannya, mari kita perhatikan faktor-faktor yang harus Anda pertimbangkan sekaliguspendapat beberapa ahli sebelum memasukkan anak Anda dalam program day-care.

Kebutuhan dasar anakDi luar negeri sendiri pada umumnya orang tua memasukkan anak mereka dalam program child day-care dari usia 4 bulan ke atas, karena tuntutan bahwa ibunya harus mulai bekerja setelah melahirkan.Namun di Indonesia kebanyakan anak-anak yang mengikuti progam tersebut sudah pada usia yangcukup besar, sekitar 1 tahun ke atas.

Menurut salah seorang ahli psikologi perkembangan yaitu Erik Erikson, kebutuhan dasar anak padamasa bayi (baru lahir) sampai dengan kurang lebih 1 tahun adalah kebutuhan yang bersifat biologisdan psikologis. Kebutuhan biologis, seperti makan, minum, pakaian, dan segala urusan pencernaan.Kebutuhan psikologis seperti kebutuhan akan rasa aman, merasa diri dicintai dan diperhatikan, dankebutuhan untuk dilindungi. Untuk itu lanjut Erikson, diperlukan figur orang tua dan pola pengasuhanyang konstan dan stabil sehingga sang anak bisa mempercayai dan meyakini bahwa orang tuanya

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 63

selalu siap menanggapi kebutuhannya. Jika ternyata dalam prosesnya terjadi hambatan yangmenyebabkan hubungan antara keduanya terganggu, misalnya karena orang tua meninggal, terlalusibuk, sakit, atau situasi apa pun yang menyebabkan terpisahnya hubungan antara anak dengan orangtuanya, maka sang anak akan berpikir bahwa dirinya tidak lagi dicintai. Anak berpikir begitu karenapola pikir mereka yang masih egosentris.

Masalahnya, anak yang tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang konstan di tahun pertamakehidupannya, dalam diri anak tersebut akan tumbuh basic mistrust. Ia akan merasa kurang percayadiri (karena dia menghadapi kenyataan berdasarkan persepsinya bahwa dirinya ditolak atau pundiabaikan) dan kurang dicintai oleh orang tuanya. Anak tersebut juga akan tumbuh menjadi orangyang sulit mempercayai orang lain karena semasa kecilnya ia tidak menerima kehadiran orang tuayang konstan, stabil dan predictable. Ketidakmampuan untuk mempercayai baik diri sendiri maupunorang lain berpotensi menjadi masalah di kemudian hari jika persoalan ini tidak diselesaikan sejakdini. Sebagai contoh tanda-tanda anak yang tidak mengalami kedekatan yang stabil dengan orang tuasehingga dalam dirinya tidak tumbuh basic trust seperti :

§ Takut atau tidak mau ditinggal sendirian, harus selalu nempel orang tua

§ Lebih suka menyendiri dari pada bermain bersama teman-teman yang lain

§ Kurang percaya diri, minder

§ Tidak berani keluar rumah

§ Takut terhadap orang asing, jika didekati langsung menangis atau menarik diri

§ Bisa jadi tidak menunjukkan ekspresi apa-apa waktu ditinggal orang tua karena sudahbiasa ditinggal, atau bahkan tidak ingin dipeluk atau didekati ibunya sendiri

§ Terlalu sering menangis / cengeng, mudah ketakutan, mudah cemas

§ Dalam perkembangan usia selanjutnya, berpotensi mengalami masalah dalam pelajaran /sekolah, entah karena kesulitan belajar, hambatan intelektual, atau pun hambatan interaksisosial dengan teman-temannya

Jadi, sebelum Anda memasukkan anak Anda ke dalam program child day-care, haruslah diperhatikanapakah anak Anda memperlihatkan salah satu atau beberapa dari tanda-tanda di atas. Jika ternyataAnda menemukan adanya kecenderungan demikian, ada baiknya jika Anda mempertimbangkankembali niat Anda untuk memasukkan anak Anda dalam program child day-care. Sebab, bukannyaanak Anda menjadi pintar dan pandai bergaul, malah menjadi penakut dan punya segudang masalah.Selain itu, ada baiknya Anda memperhatikan pendapat para ahli terhadap program child day-caretersebut di bawah ini.

Pandangan para ahli terhadap child day-care

§ Banyak kritikan yang dilontarkan terhadap program day-care center tersebut dengan dasar, bahwasetiap anak membutuhkan perhatian dan penanganan yang stabil, kontinyu, dan dapatdiprediksikan. Menurut pandangan psikoanalisa, kebutuhan akan kasih sayang yang intensif danstabil hanya diperoleh dalam hubungan antara anak dengan sang ibu/pengasuh utama; dan hal itudialami dalam setahun pertama kehidupan anak tersebut. Salah seorang ahlinya yaitu Fraiberg(1977) mengemukakan, bahwa dalam day-care center tersebut, setiap anak harus mau tidak maumenerima perhatian yang tidak penuh karena sang pekerjanya harus membagi waktu danperhatian pada anak-anak yang lain. Belum lagi kalau pada saat pertengahan program, sipekerjanya keluar dari pekerjaan dan digantikan dengan orang baru. Mungkin saja hal ini tidakdiperhitungkan oleh orang tua; padahal, bagi anak hal ini menjadi faktor penting karena sejak usia

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 64

dini sang anak belajar membangun kepercayaan terhadap seseorang sampai hubungan tersebutstabil. Namun jika justru yang dihadapi adalah situasi yang tidak pasti, selalu berubah danunpredictable, maka akan sulit bagi si anak untuk belajar menumbuhkan rasa percaya dalamdirinya. Tidak heran jika di kemudian hari, ia menerapkan pola pertemanan yang hit and run, ataupun solitaire sebagai antisipasi jika dirinya sewaktu-waktu ditinggalkan dan dikecewakan. Salahsatu fakta yang ironi mengungkapkan, bahwa orang tua yang sering terlalu sibuk bekerja engganatau kurang tertarik untuk memperhatikan masalah-masalah yang dihadapi anak-anak mereka;padahal, sebenarnya anak-anak tersebut sedang benar-benar membutuhkan kasih sayang orangtua. Jadi, jika karena alasan orang tua tidak sempat mendampingi dan memperhatikan anaksehingga dititipkan pada institusi seperti chid day-care center, tetap tidak menyelesaikan masalah,malah menambah kerumitan.

§ Kagan, seorang psikolog perkembangan melakukan penelitian melalui eksperimen yangdilakukannya sendiri dan menemukan, bahwa ternyata anak-anak yang dititipkan pada day-carecenter (meskipun sudah ditangani secara intensif oleh orang-orang yang berkompeten, dan denganrasio perbandingan 1 pengasuh berbanding 3 atau 4 orang anak), memiliki kapasitas intelektual,emosional dan sosial yang tidak jauh berbeda dengan anak-anak yang diasuh dan dibesarkansemata-mata dalam lingkungan rumah/keluarga (tidak ikut program child-care). Malahan daripenelitian itu ditemukan, bahwa pada usia 29 bulan, anak yang dibesarkan hanya dalamlingkungan rumah, terlihat punya kemampuan adaptasi sosial yang lebih baik dibandingkan anak-anak yang dibina dalam day-care center.

§ Bagi orang tua, pemilihan day-care center juga harus menjadi bahan pertimbangan penting karenaharus melihat kualitas dari pengasuhan dan failitas yang tersedia. Oleh karena itu, banyak ahliberpandangan memasukkan anak dalam day-care center akan banyak menghabiskan biaya,namun tidak seimbang dengan kualitasnya. Selain itu, sulit menemukan day-care center yangbenar-benar sesuai dengan kebutuhan setiap anak yang punya problem berbeda-beda padamasanya dan yang menuntut penanganan yang spesifik pula.

§ Faktor kebersihan dan kesehatan lingkungan juga perlu menjadi bahan pertimbangan, karena disitu berkumpul banyak anak-anak yang mungkin saja mempunyai penyakit tertentu yang mudahmenular pada anak lain, seperti flu, hepatitis, diare, distentri, dll. Kemungkinan besar, tidak semuapengasuh atau pun pekerja di day-care center tersebut dibekali dengan latihan dan pengetahuanyang memadai tentang kesehatan, kebersihan, penyakit dan penanganannya. Kondisi tersebutmasih ditambah lagi dengan pola perilaku anak yang masih tidak karuan dan masih belum bisadiatur. Jadi, dalam child day-care, akan besar kemungkinannya bagi setiap anak untuk terkenaatau tertular penyakit.

§ Penelitian yang dilakukan oleh Laurence D. Steinberg dan Jay Belsky beberapa tahun yang lalumenemukan bahwa ternyata pengalaman atau pun bimbingan yang diberikan selamaberlangsungnya day-care, tidak menghambat atau pun mendorong perkembangan intelektualanak. Namun, memang day-care terbukti dapat menolong anak-anak dari golongan ekonomilemah atau pun lingkungan yang beresiko tinggi dari penurunan IQ akibat daripenanganan/pendidikan yang tidak memadai. Lebih lanjut penemuan mereka juga membawafakta, bahwa anak-anak yang ikut serta dalam program day-care, akan memperlihatkanpeningkatan interaksi, baik dalam bentuk positif maupun negatif dengan teman-teman mereka.

§ Penelitian yang dilakukan oleh Belsky di tahun 1984 menemukan bahwa bayi yang menghabiskanrata-rata sebanyak 20 jam seminggunya dalam program pengasuhan non-maternal (seperti halnyaday-care) selama tahun pertama kehidupannya, beresiko tinggi mengalami insecure attachmentterhadap sang ibu dan peningkatan agresivitas, ketidaktaatan, atau bahkan kecenderungan menarik

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 65

diri dari lingkungan sosial pada saat mereka memasuki tahap preschool dan sekolah dasar. Namunperlu ditekankan, bahwa situasi demikian tidak berlaku bagi anak yang usianya 1 tahun ke atas.Belsky berpandangan, bagaimana pun juga, preschool yang benar-benar berkualitas memangmemberikan kontribusi secara positif pada perkembangan anak.

§ Salah satu penelitian yang dilakukan di Amerika menampilkan salah satu faktanya, bahwa anak-anak yang diikutsertakan dalam program day care dalam rentang waktu yang cukup lamamenunjukkan peningkatan agresivitas terhadap sesama dan terhadap orang dewasa, danmenunjukkan penurunan sikap kooperatif terhadap orang dewasa.

Dari berbagai pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa kebanyakan peneliti masih berpendapatbahwa day-care yang benar-benar berkualitas memang dapat menjadi alternatif program pengasuhanterhadap anak-anak. Adapun pengaruh dari day-care tergantung dari kualitas, lamanya waktukeikutsertaan, serta kualitas yang sebenarnya terjalin antara anak dengan orang tua di luar waktu day-care. Jadi, bagi Anda yang hendak mengikutsertakan anak Anda dalam program day-care center,cobalah perhatikan dengan seksama, apakah sesuai dengan kebutuhan yang sedang dihadapi oleh sanganak, dan apakah memang benar-benar dibutuhkan, dalam arti bukan karena semata-mata mengikutimode saja. Selain itu, faktor kebersihan dan keamanan juga selayaknya menjadi bahan pertimbanganmengingat di Indonesia masih mudah terjadinya penularan penyakit-penyakit aneh yang sampai saatini masih sulit ditangani secara cepat oleh para medis. Keberadaan ahli gizi, tim medis dan psikologdalam day-care center bisa menjadi nilai tambah yang sangat bermanfaat untuk memonitorperkembangan anak Anda.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 66

29. Bagaimana Memilih Nursery School?

Di Indonesia terutama di Jakarta sudah banyak sekali preschool yang bertaraf internasional dengankurikulum internasional pula, atau pun preschool lokal yang menggabungkan kurikulum lokal denganinternasional. Berbagai pilihan ini sering membuat orang tua bingung untuk menentukan mana yangterbaik dan tepat bagi anaknya. Berbagai preschool tersebut masing-masing mempunyai titik beratyang berbeda-beda sehingga semakin menyulitkan orang tua untuk mengambil pilihan, misalnya adapreschool yang lebih mengutamakan pengembangan kemampuan sosial, menyediakan alat-alat untukmelatih ketrampilan fisik serta perkembangan kognitif, sementara preschool yang lain lebih menitikberatkan untuk memacu perkembangan kognitif dan akademik. Di bawah ini terdapat beberapapanduan bagi Anda para orang tua yang bisa menjadi bahan pertimbangan dalam memutuskanpreschool mana yang paling sesuai dan paling baik.

§ Carilah informasi dari teman-teman Anda yang menyekolahkan anaknya di berbagai preschool,tanyakan situasi dan kondisi sesuai dengan pengalaman mereka masing-masing.

§ Kunjungi sekolah-sekolah sekurangnya 2 kali, pertama sendiri dan berikutnya membawa sertaanak Anda untuk melihat reaksi dan meminta pendapatnya

§ Bertemulah dengan guru beserta asistennya yang mungkin akan mendampingi anak Anda§ Cobalah menilai, apakah para staf di sekolah tersebut memang benar-benar ditangani orang-orang

yang profesional, terlatih bahkan punya latar belakang pendidikan seputar pendidikan anak§ Temukanlah tujuan dari program sekolah yang sedang Anda selidiki, apakah penekanannya

terdapat pada pengembangan sosial atau kah akademik untuk kemudian menyesuaikan dengankebutuhan anak Anda

§ Selidikilah cara-cara yang dipergunakan oleh para guru di sekolah itu dalam menerapkan danmenanamkan kedisiplinan terhadap anak-anak asuhannya

§ Perhatikan bagaimana interaksi sosial dan komunikasi yang terjalin antara guru dengan murid,dan antara murid dengan sesamanya

§ Perhatikan pula, apakah sekolah tersebut mempunyai fasilitas yang memadai, mempunyai arenadan peralatan bermain yang memadai, mempunyai toilet yang memadai dan dijaga kebersihannya,serta hal-hal lain yang menyangkut lingkungan serta sarana

§ Pilihlah sekolah yang menawarkan program-program yang konsisten dan selaras dengan nilai-nilai yang ditanamkan di dalam keluarga Anda

§ Pilihlah sekolah yang sesuai dengan keadaan keuangan rumah tangga Anda, karena kalau terlaludipaksakan juga malah akan menjadi beban tersendiri dan menjadikan problem yang hanya akanmendatangkan stress bagi Anda dan pasangan

§ Pilihlah sekolah yang lokasi dan jaraknya sesuai dengan keadaan di kota Anda, jangan sampaimenyulitkan si anak atau pun membutuhkan ekstra biaya, waktu atau tenaga hanya untukmenempuh perjalanan pulang pergi ke sekolah

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 67

30. Kapan Anak Belajar Bahasa Inggris?

Ada anggapan, semakin muda usia semakin mudah anak belajar bahasa daripada orangdewasa. Ada pula yang berpendapat, belajar bahasa asing sejak dini bukan jaminan.Sementara yang lain bilang, keberhasilan belajar bahasa asing sangat ditentukan olehmotif atau kebutuhan berkomunikasi dalam lingkungannya. Mana yang benar?

Belakangan ini aneka kursus bahasa asing, terutama Inggris, kian semarak. Tidak hanyauntuk orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Lembaga persekolahan pun tak mauketinggalan zaman. Pengajaran bahasa Inggris yang semula hanya dikenal di tingkatSMTP, kini diberikan kepada siswa SD, bahkan murid Sekolah Taman Kanak-Kanak.Fenomena seperti itu antara lain terpacu oleh obsesi orang tua yang menghendakianaknya cepat bisa berbahasa asing. Mereka berpandangan, semakin dini anak belajarbahasa asing, semakin mudah ia menguasai bahasa itu.Lalu, bagaimana pendapat para pakar bahasa?

Masa emas belajar bahasaBeberapa pakar bahasa mendukung pandangan "semakin dini anak belajar bahasa asing,semakin mudah anak menguasai bahasa itu". Misalnya, McLaughlin dan Geneseemenyatakan bahwa anak-anak lebih cepat memperoleh bahasa tanpa banyak kesukarandibandingkan dengan orang dewasa.Demikian pula Eric H. Lennenberg, ahli neurologi, berpendapat bahwa sebelum masapubertas, daya pikir (otak) anak lebih lentur. Makanya, ia lebih mudah belajar bahasa.Sedangkan sesudahnya akan makin berkurang dan pencapaiannya pun tidak maksimal.Dr. Bambang Kaswanti Purwo, ketua Program Studi Linguistik Terapan Bahasa Inggris,Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta, dalam tulisannya Pangajaran Bahasa Inggris diSD dan SMTP, menyebut bahwa usia 6 - 12 tahun, merupakan masa emas atau palingideal untuk belajar bahasa selain bahasa ibu (bahasa pertama). Alasannya, otak anakmasih plastis dan lentur, sehingga proses penyerapan bahasa lebih mulus.

Lagi pula daya penyerapan bahasa pada anak berfungsi secara otomatis. Cukup denganpemajanan diri (self-exposure) pada bahasa tertentu, misalnya ia tinggal di suatulingkungan yang berbahasa lain dari bahasa ibunya, dengan mudah anak akan dapatmenguasai bahasa itu. Masa emas itu sudah tidak dimiliki oleh orang dewasa.Namun, bukan berarti orang dewasa tidak mampu menguasai bahasa kedua (bahasaasing). Lenneberg mengemukakan, orang dewasa dengan inteligensia rata-rata punmampu mempelajari bahasa kedua selewat usia 20 tahun. Bahkan ada yang mampubelajar berkomunikasi bahasa asing pada usia 40 tahun.

Kenyataan itu tidaklah bertentangan dengan hipotesis mengenai batasan usia untukpenguasaan bahasa karena penataan bahasa pada otak sudah terbentuk pada masakanak-kanak. Hanya saja lewat masa pubertas terjadi "hambatan pembelajaran bahasa"(language learning blocks). "Jadi, maklum bila belajar bahasa selewat masa pubertas,justru lebih repot daripada ketika usia lima belas atau lima tahun," ujar Bambang.Pada penguasaan bahasa pertama dikenal istilah "masa kritis" (critical period). Padapenguasaan bahasa kedua (bahasa asing) terdapat istilah "masa peka" (sensitiveperiod). Berdasarkan penelitian Patkowski, masa peka penguasaan sintaksis bahasaasing adalah masa sampai usia 15 tahun. Anak yang dihadapkan pada bahasa asingsebelum usia 15 tahun mampu menguasai sintaksis bahasa asing seperti penutur asli.

Sebaliknya, pada orang dewasa hampir tak mungkin aksen bahasa asing dapat dikuasai.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 68

Lebih detail dipaparkan oleh peneliti lain. Penelitian Fathman terhadap 200 anak berusia6 - 15 tahun yang belajar bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di sekolah di AS,menunjukkan bahwa anak yang lebih muda (usia 6 - 10 tahun) lebih berhasil padapenguasaan fonologi (tata bunyi) bahasa Inggris. Sedangkan pada anak lebih tua (11 -15 tahun) lebih berhasil pada penguasaan morfologi (satuan bentuk bahasa terkecil) dansintaksisnya (susunan kata dan kalimat).Masih tentang penguasaan aspek tertentu dari bahasa asing dalam kaitannya denganfaktor usia, Scovel menyebutkan, kemampuan untuk menguasai aksen bahasa asingberakhir sekitar usia 10 tahun. Sedangkan penguasaan kosa kata dan sintaksis, menurutcatatannya, tidak mengenal batasan usia.

Pro-kontra periode kritisMasa ideal anak belajar bahasa bertolak dari apa yang disebut periode kritis bagipenguasaan bahasa ibu. Periode kritis sebenarnya masih berupa hipotesis bahwa dalamperjalanan hidup manusia terdapat jadwal biologis yang menentukan masa-masakegiatan seseorang (Brown, 1994).

Periode kritis sering dihubung-hubungkan dengan proses pembelahan antara otak kiridengan otak kanan. Hasil penelitian neurologis menyebutkan, pada usia menjelangdewasa, fungsi-fungsi kemanusiaan terbagi atas dua bagian. Fungsi intelektual, logika,analisis, dan kemampuan berbahasa berada pada otak bagian kiri. Sedangkan fungsiyang berhubungan dengan emosi dan fungsi lain yang bersifat sosial dikendalikan olehbelahan otak kanan. Ketika memasuki proses pembelahan otak itulah, menurut parapakar anatomi bahasa, masa peka bahasa itu berlangsung.Setelah proses "penyebelahan" (lateralization) otak selesai, menurut hipotesisLenneberg, perkembangan bahasa cenderung menjadi "beku". Keterampilan dasar yangbelum dapat dicapai pada masa itu (kecuali untuk artikulasi) biasanya akan tetap tidaksempurna.

Kapan tepatnya proses terjadinya masa pembelahan otak, masih terdapatketidaksepakatan di antara para ahli. Pandangan-pandangan yang berseberangan antaralain dikemukakan oleh Sorenson dan Jane Hill.Menurut penelitian Sorenson terhadap suku Tukaro di Amerika Selatan, menjelang usiadewasa masyarakat Tukaro paling tidak sudah menguasai dua atau tiga dari 24 bahasayang biasanya mereka pergunakan. Yang lebih mengherankan lagi, jumlah penguasaanbahasa itu malahan semakin banyak dan lebih sempurna ketika mereka menjelang usiatua.

Bukti lain. Berdasarkan penelitian yang dilakukannya terhadap masyarakat Barat, JaneHill berkesimpulan bahwa dalam perkembangan normal seseorang dapat mempelajaribahasa asing dengan sempurna, terlepas dari apakah ia berusia muda atau tua.Proses pembelahan otak, menurut Eric Lenneberg, terjadi sejak anak berusia dua tahundan berakhir menjelang pubertas. Sedangkan Norwan Geshwind berpendapat,pembelahan otak (periode kritis) usai jauh sebelum masa pubertas. Lebih ekstrem lagipendapat Stephen Krashen, yakni proses pembelahan itu berakhir sewaktu anak berusialima tahun.

Dengan demikian, jelas bahwa hipotesis periode kritis tidak bisa dijadikan kriteriakeberhasilan pengajaran bahasa kedua atau bahasa asing. Keberhasilan seseorangbelajar bahasa asing, menurut Gardner dan Lambert, tidak tergantung pada kemampuanintelektual atau kecakapan bawaan berbahasa, tetapi sangat ditentukan oleh motif ataukebutuhan berkomunikasi dalam lingkungannya.

Bukan jaminan

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 69

Sejak masuk SD bahkan TK, anak sudah "dituntut" menguasai lebih dari satu bahasa;bahasa daerah dan Indonesia. Keduanya dipakai sebagai bahasa pengantar dalamproses belajar-mengajar.Betapa beratnya beban mereka, bila kemudian masih ditambah lagi belajar bahasaInggris. Empat bahasa harus mereka kuasai dalam satu periode, misalnya.Kenyataan itu bukannya menambah cepat anak menguasai bahasa asing. Di sampingakan menimbulkan beban psikologis, tak tertutup kemungkinan laju perkembanganbahasa daerah dan nasional anak pun malahan terhambat, atau justru merusak sistem-sistem bahasa yang terlebih dahulu dia kuasai.

Hal seperti itu tidak jauh berbeda dengan anak yang sedang belajar bola tangan.Sebelum ia mahir bermain bola tangan, lalu ditimpa lagi dengan permainan bola basketdan sepak bola. Pelatih tidak perlu heran apabila kemudian si anak memasukkan boladengan tangan ketika bertanding sepak bola, atau menyundul dan menendang bolaketika anak bermain bola basket.Jeperson jauh-jauh sebelumnya memperingatkan bahwa anak yang mempelajari duabahasa tidak akan dapat menguasai kedua bahasa itu dengan sama baiknya. Juga takakan sebaik mempelajari satu bahasa. Kerja otak untuk menguasai dua bahasa akanmenghambat anak untuk mempelajari hal lain yang harus dia kuasai. Perkembanganbahasa anak terganggu, baik dalam penggunaan kosa kata, struktur tata bahasa, bentukkata, dan beberapa penyimpangan bahasa lainnya.

Tidak terelakkan, dalam era global penguasaan bahasa Inggris hukumnya wajib. Siapayang ingin luas pergaulan, sukses berbisnis, maupun menguasai ilmu pengetahuan mautidak mau harus menguasai bahasa yang satu ini. Namun, dalam penanaman kitadituntut sikap bijak dan tidak tergesa-gesa.

Di samping perlu mempertimbangkan kemampuan anak, para orang tua hendaknyamemperhatikan pula kepentingan anak akan penguasaan bahasa daerah dan nasional.Kedua bahasa itu tidak bisa dilepaskan begitu saja dari fungsi keseharian dan tanggungjawab sosial anak. Sebab itu, akan lebih baik bila bahasa Inggris atau bahasa asing laindiberikan setelah bahasa daerah dan bahasa nasional terkuasai secara mantap.Pengajaran bahasa asing dalam usia dini toh bukan jaminan mutlak keberhasilanberbahasa pada anak.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 70

31. Kenapa Perlu Belajar Sejak Usia Dini ?

PENDIDIKAN ANAK USIA BAWAH LIMA TAHUNPALING PENTING DAN PALING MENENTUKAN KEHIDUPAN SESEORANGUsia di bawah lima tahun (balita) adalah usia yang paling kritis atau paling menentukan dalam

pembentukan karakter dan kepribadian seseorang. Termasuk juga pengembangan intelegensi hampir

seluruhnya terjadi pada usia di bawah lima tahun. Kalau seseorang sudah terlanjur menjadi pencuri

atau penjahat, maka pendidikan Universitas bagi orang tersebut boleh dikatakan tidak berarti apa-

apa. Sebagaimana halnya sebatang pohon bambu, setelah tua susah dibengkokkan.

Anak-anak pada usia di bawah lima tahun memiliki intelegensi laten (potential intelegence) yang luar

biasa. Namun pada umumnya para orangtua dan guru hanya bisa mengajarkan sedikit hal pada

anak-anak. Sesungguhnya anak-anak usia muda tidak complicated (ruwet) dalam belajar, tetapi

orangtua atau guru yang bermasalah. Pada umumnya kita selalu menyalahkan anak-anak apabila

tingkah laku mereka tidak seperti yang kita inginkan. Hal ini lebih banyak disebabkan karena

kurangnya pengetahuan dan pemahaman kita terhadap perkembangan jiwa anak, sehingga kita

sering memperlakukannya dengan tidak/kurang tepat.

Anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang luar biasa dan kemampuan untuk menyerap informasi

sangat tinggi. Kebanyakan orang tidak mengenali dan memahami kemampuan 'magic' yang ada pada

anak-anak. Mereka hanya bisa berkata, "Saya tahu anak-anak belajar lebih cepat", tetapi mereka

tidak tahu seberapa cepat anak-anak bisa belajar. Karena keterbatasan pengetahuan dan

kemampuan orang tua dan guru-guru maka potensi luar biasa yang ada pada setiap anak sebagian

besar tersia-siakan.

Umumnya orang siap mengorbankan waktu bertahun-tahun dan uang berjuta-juta rupiah untuk

menempuh pendidikan di perguruan tinggi ; untuk apa ? --- untuk mendapatkan sedikit tambahan

intelegensi, karena sedikitnya kemampuan sel-sel otak yang tersisa. Sebaliknya orang kurang

memperhatikan pendidikan anak-anak pada usia muda. Anak-anak usia belia memiliki bermilyar-

milyar sel-sel syaraf otak yang sedang ber-kembang dan memiliki kemampuan yang dahsyat .serta

daya memory yang kuat. Maka pendidikan yang me-nanamkan nilai-nilai luhur kemanusiaan

(pengembangan intelegensi/kecerdasan, karakter, kreativitas, moral, dan kasih sayang universal)

sangatlah perlu diberikan pada anak-anak sejak usia muda.

Oleh karena itu Pendidikan Pre-School dan Taman Kanak-Kanak tidak boleh dianggap sepele dan

diabaikan. Bahkan pendidikan bayi sejak usia nol tahun (baru lahir) atau bahkan sejak bayi masih

dalam kandungan sudah saatnya dikembangkan. Guru-guru dan fasilitas yang terbaik semestinya

diprioritaskan pada lembaga pendidikan kanak-kanak. Dedikasi yang tulus dari guru-guru dan

dukungan sepenuhnya dari orangtua anak akan menjamin keberhasilan pendidikan anak-anak.

Kerjasama yang baik antara guru dengan orang tua anak sangat diperlukan.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 71

32. Pendidikan Neo-Humanistik

Menurut para ilmuwan, potensi manusia itu sungguh tak terbatas, akan tetapi hinggatingkat peradaban sekarang ini kita baru menggunakan hanya satu persen saja dariseluruh potensi tersebut. Apabila benar demikian, maka tugas paling utama pendidikanialah menimba keluar seluruh potensi yang dimiliki oleh setiap manusia agar setiapmanusia menjadi manusia seutuhnya, komplit. Dan inilah memang tugas Pendidikan NeoHumanis, di mana dilakukan upaya-upaya secara terpadu untuk menyadap potensitertinggi di dalam diri setiap anak, pada setiap waktu dan setiap tempat.

Pendidikan Neo Humanis memberikan pendidikan kepada keseluruhan bagian yangmembentuk anak itu : bukan hanya menghafalkan informasi dan menjejalkannya kepadaintelek, atau melatih anak menjadi robot agar guru menjadi senang karena anak ituakan mengeluarkan jawaban-jawaban yang dikehendaki yang dikatakan sebagaibenar .

Pendidikan Neo Humanis hendaknya diberikan kepada anak sejak usia dini. Itulahsebabnya Shrii P.R. Sarkar, pelopor Pendidikan Neo Humanis dengan filosofi NeoHumanisme-nya, menganjurkan untuk mendirikan lebih banyak Taman Kanak-kanakatau Pre-School yang menerapkan sistem pendidikan Neo humanis.

Kenapa P.R. Sarkar tidak menganjurkan mendirikan lebih banyak Perguruan Tinggi ?Sudah diakui secara umum sebagai suatu fakta perkembangan seseorang sebagianbesar terjadi pada usia di bawah 6 tahun. Pada periode usia ini anak-anak membentukstruktur kognitif dan kepribadian dirinya yang akan menentukan jalan hidup untukselanjutnya. Oleh karena itu guru-guru dan fasilitas yang terbaik hendaknyadikonsentrasikan pada pendidikan kanak-kanak dan sekolah dasar.

P.R. Sarkar mengatakan bahwa pada setiap orang ada kehausan akan sesuatu yang takterbatas. Satu tugas terpenting dari pendidikan adalah membangkitkan keinginan akanperluasan yang tak terbatas itu --- ilmu pengetahuan yang tak terbatas. Yang harusdibangkitkan pada setiap siswa adalah perasaan, Saya ingin mengetahui/menyatudengan kosmos.

Sistem pendidikan tradisional masih jauh dari usaha sedemikian ini.Harapan yang dimiliki oleh setiap anak yang lahir ternyata hancur berantakan, sebagaiakibat adanya ketidak adilan yang terjadi dewasa ini. Manusia mulai seperti kupu-kupudan berakhir sebagai kepompong.

Sudah saatnya sistem pendidikan dirancang sedemikian rupa sehingga tidakmenghasilkan orang-orang yang berpengetahuan setengah-setengah yang kemudianberkembang menjadi agresip, bingung, pembangkang dan frustrasi. Akibat selanjutnya,rangkaian jaringan sosial menjadi semakin rusak. Dilihat secara keseluruhan, semakinbanyak saja anak-anak remaja yang putus sekolah, keluyuran, dan terjerumus ke dalampenggunaan obat-obat terlarang (narkoba), merusak lingkungan, terkena penyakitkelamin, minggat dari rumah, gila atau bunuh diri.

Sudah sedemikian banyak dana dan waktu dikorbankan untuk mencoba membenahisistem pendidikan. Tetapi sayang, banyak yang gagal, karena perhatian dipusatkankepada sumber masalah yang keliru yaitu dengan menambah intensitas menjejalkaninformasi. Di banyak negara, pembaharuan di bidang pendidikan berarti menambahjam dan bahan pengajaran serta memompakan lebih banyak informasi kepada anak-

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 72

anak yang sebenarnya sudah jenuh. Kesibukan menghafalkan informasi ini telahmemerosotkan mutu dan martabat manusia dan menghancurkan jiwa para siswa itu.

Ketika anak-anak dipandang sebagai sebuah keranjang yang fungsi utamanyamenerima, menyimpan dan mengeluarkan kembali data dan fakta itu, maka prosesbelajar itu akan bersifat mekanistis dan para siswa yang jenuh itu akan menjadi agresifdan frustrasi atau mencari pelampiasan emosinya yang tidak terkendalikan. Kitamemerlukan perubahan dan perubahan itu harus dilakukan sekarang.

Terlebih dulu kita harus mengerti apa yang dijelaskan oleh P.R. Sarkar dan ternyataditunjang oleh kaidah-kaidah ilmu fisika modern bahwa kehadiran kita bukan sekadarkenyataan yang nampak oleh panca indera, tetapi merupakan suatu rangkaianberkesinambungan dari berbagai lapisan kesadaran yang mulai dari lapisan yang palingkasar yaitu badan jasmani, melanjut menuju lapisan-lapisan yang lebih halus yaitulapisan-lapisan psikis, dan akhirnya sampai pada suatu medan yang menyatu dengankesadaran tak terbatas. Keseluruhan lapisan psikis itu dapat diidentifikasi ke dalam 5lapisan :

1. Kesadaran Jaga (Conscious Mind) : PENGINDERAAN2. Bawah Sadar (Subconscious Mind) : INTELEK3. Lapisan pertama Kesadaran Supra : KREATIVITAS4. Lapisan kedua Kesadaran Supra : INTUISI5. Lapisan ketiga Kesadaran Supra : SPIRITUALITAS

Di dalam setiap kesadaran yang lebih tinggi terdapat sumber pengetahuan yang lebihluas yang lebih memberikan kebahagiaan, karena lapisan yang lebih tinggi ruanglingkupnya lebih luas dan mengandung cadangan energi yang bukan main banyaknya.Lapisan-lapisan ini bukan sekadar konsepsi teoritis kaum psikolog, tetapi merupakanlevel yang berfungsi dapat dialami oleh setiap orang yang berlatih dengan penuh disiplinmenjelajahi jiwanya. Tetapi sayang, pada umumnya orang tidak menyadari adanyalevel-level terpenting dari jiwa yang terdalam; dan kita biasanya hidup dengan dua levelyang lebih rendah yaitu lapisan sadar dan bawah sadar saja.

Apa yang menjadikan Pendidikan Neo Humanis itu unik ialah bahwa sistem dan metodependidikan ini secara sistematis mengembangkan semua lapisan keberadaan manusiadan secara berangsur-angsur mangarahkan individu menuju tujuan yang tidak terbatas.Jadi Pendidikan Neo Humanisme ini sebenarnyalah merupakan pendidikan keseluruhan(holistic education), karena di dalam proses pendidikan itu tidak terdapat bagiankesadaran manusia yang terabaikan, tidak ada aspek kehidupan manusia yang tidakditangani. Dengan memahami karakteristik eksistensi manusia secara keseluruhan makaseorang pendidik akan lebih mudah menggali metode-metode pengajaran yang lebihsesuai dengan psikologi anak didik.

Tujuan Pendidikan Neo-Humanistik :§ Mengembangkan potensi anak sepenuhnya : fisik, mental, dan spiritual.§ Membangkitkan kehausan akan ilmu pengetahuan dan senang (cinta) belajar.§ Membekali anak-anak dengan kemampuan akademik dan kemampuan lainnya yang

diperlukan untuk pendidikan selanjutnya.§ Memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak yang meliputi

moralitas, integritas, percaya diri, disiplin, dan kerjasama.§ Mengembangkan kemantapan fisik dan ketahanan mental melalui yoga dan meditasi, olahraga

dan bermain.§ Mengembangkan rasa estetika dan penghargaan terhadap kebudayaan melalui

drama, tari, musik dan senirupa.§ Mendorong anak-anak agar menjadi anggota masyarakat yang aktif dan

bertanggungjawab.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 73

§ Meningkatkan kesadaran ekologi dalam makna yang paling luas, yaitu kesadaranakan saling terkaitnya segala sesuatu, dan mendorong rasa hormat dan peduliterhadap semua makhluk.

§ Meningkatkan Pandangan Universal, terbebas dari perbedaan agama, warna kulit,jenis kelamin, dsb.

* Mengerti pentingnya peranan guru dalam memberikan contoh.

ASPEK-ASPEK KEPRIBADIAN MANUSIA DAN METODE PENDIDIKAN NEO HUMANISUNTUK MENGEMBANGKANNYA :

1. Badan jasmani -- pengembangannya melalui latihan-latihan gerak badan yang ringan dan kasar,latihan yoga yang halus (yoga asanas), tarian, dan makanan sehat.

2. Kesadaran sadar pengembangannya melalui kegiatan sensori-motorik termasuk latihan-latihandalam kehidupan praktis, lingkungan yang mendukung, etika atau kegiatan pro-sosial.

3. Kesadaran bawah sadar pengembangan intelek melalui kegiatan-kegiatan sensori-motor danpenggunaan permainan dan fantasi (playway method).

4. Kesadaran kreatif pengembangan inisiatif sendiri dan ekspresi diri melalui seni yang kreatif,permainan fantasi dan drama.

5. Kesadaran intuitif pengembangan kebijaksanaan yang halus dan cinta universal melaluikurikulum Lingkaran Kasih (Circle of Love) dan penggunaan cerita dan lagu-lagu yang memilikinilai universal.

6. Kesadaran spiritual pengembangannya melalui meditasi (quiet-time), cerita dan lagu-laguspiritual, dan tarian yogayang halus.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 74

33. Perkembangan Motorik Halus Dan Kasar

Agar si kecil bisa mencapai dan melewati perkembangannya dengan normal, perludiberikan stimulasi yang tepat sesuai usianya.

Idealnya, perkembangan motorik kasar dan halus si kecil akan diamati setiapberkunjung ke dokter spesialis anak dengan melakukan beberapa tes; apakah anaksudah bisa melakukan suatu gerakan A, misal. Dengan begitu, ketika adaketerlambatan, dokter langsung dapat mengintervensi dan memberi saran pada orangtua.

Tes yang umum dilakukan untuk memantau perkembangan motorik adalah tes Denver.Tes ini membagi perkembangan anak jadi empat, yaitu perkembangan personal sosial,perkembangan bahasa, serta perkembangan motorik kasar dan motorik halus adaptif.Perkembangan bayi akan diamati setiap 1 bulan sekali. Sedangkan balita, atau tepatnyasetelah anak menginjak usia 2 tahun ke atas, cukup 3 bulan sekali.Tes Denver ini, semacam checklist untuk mempermudah pemantauan akanperkembangan anak. Apakah anak sesuai dengan perkembangan usianya saat itu atautidak. "Kalau misalnya anak terlambat, kita harus tahu pasti, bagian mana yangterlambat. Apakah perkembangan motorik halus, motorik kasar, bahasa atau personalsosialnya." Bila sudah diketahui, misal, "O, anak ini hanya perkembangan motoriknyasaja yang terganggu, yang lain sesuai." Maka terapinya akan ditekankan ke situ.

Namun, jangan buru-buru menganggap si kecil mengalami kelainan, karena siapa tahuyang jadi penyebab justru kurangnya stimulasi. Itu sebab, bila terjadi keterlambatan,kita harus tahu persis penyebabnya. "Tak heran seorang psikolog akan bertanyabagaimana pola pengasuhan orang tua terhadap anaknya. Bukan tak mungkin orang tuayang overprotective akan membuat anak sulit berkembang. Kalau ini masalahnya, jelasorang tuanya yang perlu diterapi. Harus di beri penjelasan tentang dan cara-caramelakukan stimulasi pada anak."

Tapi kalau semua perkembangan anak terlambat, dari perkembangan bahasa, personalsosial, motorik kasar dan halusnya, maka anak dinyatakan mengalami retardasimental/keterbelakangan mental. Misal, anak usia 3 tahun namun kemampuan motorikhalus, kasar, termasuk berbahasa dan sosialnya, masih setara dengan anak usia 1 tahun8 bulan.Yang jelas, bila masalahnya berhubungan dengan motorik kasar, anak akan menjalanifisioterapi. Sedangkan jika masalahnya pada motorik halus, ia akan menjalani terapiokupasi. Untuk keterlambatan bahasa, tentu anak akan menjalani terapi wicara, dansebagainya.

Nah, seperti apa perkembangan motorik kasar dan halus si batita? Yuk, kita, simakbersama di bawah ini, merunut tes Denver yang sudah dimodifikasi. Selanjutnya, amatiapakah perkembangan si kecil sudah sesuai. Jangan lupa, beri stimulus agar ia bisamencapai tahap-tahap perkembangan yang harus dilaluinya. Tentunya dilakukan sambilbermain, ya, Bu-Pak.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 75

34. Gaya Belajar Efektif

Setiap orang pasti mempunyai cara atau gaya belajar yang berbeda-beda. Banyak gayayang bisa dipilih untuk belajar secara efektif. Nah, artikel berikut menjelaskan tujuhgaya belajar yang mungkin beberapa diantaranya bisa di terapkan pada anak didik kita :

1. Belajar dengan kata-kata. Gaya ini bisa kita mulai dengan mengajak seorangteman yang senang bermain dengan bahasa, seperti bercerita dan membaca sertamenulis. Gaya belajar ini sangat menyenangkan karena bisa membantu kita mengingatnama, tempat, tanggal, dan hal-hal lainya dengan cara mendengar kemudianmenyebutkannya.

2. Belajar dengan pertanyaan. Bagi sebagian orang, belajar makin efektif danbermanfaat bila itu dilakukan dengan cara bermian dengan pertanyaan. Misalnya, kitamemancing keinginan tahuan dengan berbagai pertanyaan. Setiap kali muncul jawaban,kejar dengan pertanyaan, hingga didapatkan hasil akhir atau kesimpulan.

3. Belajar dengan gambar. Ada sebagian orang yang lebih suka belajar denganmembuat gambar, merancang, melihat gambar, slide, video atau film. Orang yangmemiliki kegemaran ini, biasa memiliki kepekaan tertentu dalam menangkap gambaratau warna, peka dalam membuat perubahan, merangkai dan membaca kartu.

4. Belajar dengan musik. Detak irama, nyanyian, dan mungkin memainkan salah satuinstrumen musik, atau selalu mendengarkan musik. Ada banyak orang yang sukamengingat beragam informasi dengan cara mengingat notasi atau melodi musik. Iniyang disebut sebagai ritme hidup. Mereka berusaha mendapatkan informasi terbarumengenai beragam hal dengan cara mengingat musik atau notasinya yang kemudianbisa membuatnya mencari informasi yang berkaitan dengan itu. Misalnya mendegarkanmusik jazz, lalu tergeliik bagaimana lagu itu dibuat, siapa yang membuat, dimana, danpada saat seperti apa lagu itu muncul. Informasi yang mengiringi lagu itu, bisa saja taksebatas cerita tentang musik, tapi juga manusia, teknologi, dan situasi sosial politik padakurun waktu tertentu.

5. Belajar dengan bergerak. Gerak manusia, menyentuh sambil berbicara danmenggunakan tubuh untuk mengekspresikan gagasan adalah salah satu cara belajaryang menyenangkan. Mereka yang biasanya mudah memahami atau menyerapinformasi dengan cara ini adalah kalangan penari, olahragawan. Jadi jika Anda termasukkelompok yang aktif, tak salah mencoba belajar sambil tetap melakukan beragamaktivitas menyenangkan seperti menari atau berolahraga.

6. Belajar dengan bersosialisasi. Bergabung dan membaur dengan orang lain adalahcara terbaik mendapat informasi dan belajar secara cepat. Dengan berkumpul, kita bisamenyerap berbagai informasi terbaru secara cepat dan mudah memahaminya. Danbiasanya, informasi yang didapat dengan cara ini, akan lebih lama terekam dalamingatan.

7. Belajar dengan Kesendirian. Ada sebagian orang yang gemar melakukan segalasesuatunya, termasuk belajar dengan menyepi. Untuk mereka yang seperti ini, biasanyasuka tempat yang tenang dan ruang yang terjaga privasinya. Jika Anda termasuk yangseperti ini, maka memiliki kamar pribadi akan sangat membantu Anda bisa belajarsecara mandiri.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 76

35. Matematika, siapa takut?

Matematika sering kali dianggap pelajaran momok. Tak cuma si anak yang kebingungan,orang tua pun sering dibuat kalang kabut.

Segala daya dikerahkan para orang tua bagi anaknya. Mulai dari les sampai ikut bimbingan belajar.Tapi beberapa waktu terakhir ada lembaga yang khusus menyelenggarakan kursus matematika. Adayang menggunakan Metode Kumon, sementara lainnya menggunakan alat bantu sempoa.

Kembangkan potensi individuSebenarnya nama Kumon adalah nama keluarga penemu metode belajar matematika, Toru Kumon.Guru matematika SMU di Jepang itu pada tahun 1954 pertama kali menyusun sendiri bahan pelajaranmatematika untuk membimbing anaknya belajar matematika. Setelah terbukti memberi hasilmemuaskan pada anaknya dan juga anak didik dan tetangga dekatnya, ia pun ingin menerapkan carabelajar dan bahan pelajaran ini kepada sebanyak mungkin anak. Tak heran dengan sifatnya yanguniversal, kini Metode Kumon telah dapat diterapkan di 40 negara, termasuk Indonesia.

Prinsip dasar metode yang disebarluaskan ke Indonesia pada Oktober 1993 ini adalah pengakuantentang potensi dan kemampuan individual tiap siswa. "Maka, seseorang yang mendaftar kursusKumon harus mengikuti tes penempatan," tutur Suita Sary Halim, pimpinan penyelenggara kursusKumon. Tes penempatan itu untuk mengetahui titik pangkal siswa, supaya siswa dapat mengerjakanbahan pelajaran sesuai dengan kemampuannya. Tak heran bila soal itu biasanya bisa selesai dalambatas waktu tertentu, biasanya hanya dalam hitungan menit.

Setelah itu, ia akan terus berlatih mengerjakan soal-soal latihan sesuai kemampuan, daya konsentrasidan ketangkasan, bukan berdasar tingkat kelas formal atau usia siswa saja. Siswa SD kelas II bisa sajamenghadapi soal latihan untuk SD kelas I, "Karena mungkin yang ia kuasai benar baru pelajaran dikelas I," ujar Suita.Sebagai contoh, mungkin saja ada siswa SD kelas II yang harus belajar penambahan yang termudah.Misalnya, 1 + 1 = 2, 2 + 1 = 3, 3 + 1 = 4, 4 + 1 = 5, 5 + 1 = 6, dst. Namun begitu jangan dianggapenteng karena ia harus menyelesaikan sebanyak 50 soal hitungan serupa hanya dalam waktu 2 menit.Latihan itu dilakukan berulang kali, sampai ia menguasai dan mampu di luar kepala menjawab soalserupa. Selanjutnya, ia akan meningkat ke bagian berikut, namun dengan tingkat perbedaan kesulitanyang sangat kecil, misalnya 1 + 2 = 3, 2 + 2 = 4, dan seterusnya.

Maka jangan kaget bila dalam kelas bisa ditemukan siswa dalam berbagai tingkat usia. Begitu pun,beberapa siswa yang duduk di tingkat kelas yang sama tidak berarti akan memulai mengerjakan soallatihan yang sama pula. "Kembali lagi karena masalah potensi dan kemampuan yang berbeda dari tiapsiswa. Maka yang diterapkan adalah belajar perseorangan," tutur Suita sambil menambahkan tiapsiswa Kumon mendapat bahan pelajaran yang berbeda dengan siswa lainnya, baik jumlah lembarkerja maupun tingkat bahan pelajarannya.

Karena mulai belajar dari bagian yang tepat, dalam arti sesuai dengan kemampuannya, dan programdibuat secara perseorangan, siswa tidak akan menemui kesulitan belajar. Yang muncul justru perasaansenang belajar matematika. Penyebab yang lain karena di lembaga ini tidak tertutup kemungkinanuntuk merevisi dan mengembangkan bahan pelajaran agar anak-anak tidak mengalami kesulitandalam belajar dan tidak kehilangan semangat belajarnya. Selain itu prestasi antara satu siswa denganyang lain tidak dibanding-bandingkan, sehingga kalaupun ada yang agak lambat mencapai kemajuantidak akan merasa kecil hati dan putus asa.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 77

Uniknya, berkat metode yang mengunggulkan kemampuan dan semangat belajar perseorangan itu,biasanya setelah 6 bulan - 1 tahun, siswa sudah bisa mencapai tingkat pelajaran di sekolahnya, setelahitu melampauinya.

Kemajuan dari hasil belajar siswa Kumon memang sangat bervariasi. Ada siswa yang menyelesaikanseluruh bahan pelajaran Metode Kumon, hingga level Q mengenai probabilitas dan statistika, dalamwaktu 2 tahun 10 bulan. "Namun, sekecil apa pun kemajuannya, kami akan selalu mengakui setiaphasil yang telah mereka capai dan menunjukkan jalan agar pada diri setiap anak timbul rasa percayadiri dan keberanian," ujar Suita sambil menambahkan pada umumnya prestasi siswa sesudahmengikuti kursus metode ini meningkat, terutama dari segi akademis.

Disiplin berlatihKumon menilai kunci keberhasilan belajar matematika adalah dengan banyak berlatih. Tak heran bilaselama belajar dengan Metode Kumon siswa akan mendapat banyak porsi latihan. Dalam tiap satuanlembar kerja terdapat puluhan soal, sehingga untuk satu materi bahasan ia akan mengerjakan hinggaratusan soal latihan. Maka, untuk menyelesaikan seluruh topik bahasan, bila ia jadi siswa sejak tingkatpertama, jumlah soal latihan yang dikerjakannya tentu mencapai puluhan ribu!

Di Kumon, menurut Suita, siswa yang sudah punya kemampuan cukup yang bisa maju ke tingkatlebih tinggi. Bagi yang belum cukup akan terus mendapat pengulangan, sehingga nantinya ia tidakmendapat kesulitan saat mengerjakan bahan pelajaran yang lebih tinggi.Selain itu Kumon memberlakukan sistem nilai 100, artinya tiap latihan harus benar dikerjakan semuasebelum bisa berganti lembar pelajaran. Siswa yang melakukan kesalahan harus memperbaiki sendirisampai mendapat nilai 100. Cara ini dinilai efektif agar siswa tidak lagi melakukan kesalahan yangsama.Namun, kenaikan tingkat sering kali tidak terasa. Ini karena perubahan bahan pelajaran dibuatsedemikian kecil, bahkan halus dan sistematis. Bahan pelajaran meningkat seiring dengankemampuan penalaran sendiri, jarang sekali ia harus minta bantuan pembimbing. Cara ini akanmembentuk kebiasaan belajar mandiri yang berguna untuk menggali potensi diri-sendiri.

Selain materi pelajaran, waktu belajar siswa pun digodok matang. Siswa umumnya datang ke kelas 2kali seminggu dengan waktu belajar rata-rata 30 menit, tergantung tingkat bahan pelajarannya."Namun, di luar hari kelas, mereka mendapat PR dengan jumlah yang tepat sesuai kemampuannyasetiap hari," ujar Dani Wulansari, staf lembaga Metode Kumon.Semua cara belajar itu diterapkan pada seluruh peserta kursus tanpa memandang usia, karena Kumonmemang bisa diikuti oleh siswa pada usia berapa pun. "Pendaftarannya pun terbuka setiap saat," ujarDani sambil menambahkan sebaiknya siswa mempelajari metode ini sejak usia dini, karena hasilnyatentu akan lebih memuaskan. Yang terutama dirasakan adalah kemampuan berpikir matematis akibatlatihan mengkoordinasikan angka-angka menggunakan otak dan tangan. Khususnya latihan hitungandengan Metode Kumon akan terasa sangat membantu untuk mengenal matematika tingkat SMP danSMA, sehingga ia akan dengan mudah mengerjakan soal-soal persamaan, pemfaktoran, jugadiferensial dan integral.Dengan demikian, Metode Kumon bukan hanya meningkatkan penguasaan matematika, tapi jugaberbagai kemampuan belajar pada anak, mulai dari konsentrasi dan ketangkasan kerja, semangatkebiasaan belajar mandiri, kebiasaan belajar setiap hari. Bila ia bisa menyelesaikan soal latihanmatematika dari sekolah dengan cepat, maka ia bisa menggunakan sisa waktu untuk mempelajari ilmulain. Alhasil, pelajaran lain pun pasti akan meningkat.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 78

Dari pasir sampai manik-manikKonon dengan sempoa seorang anak dapat menjawab sederetan soal hitungan penjumlahan danpengurangan hanya dalam beberapa menit. Yang dilakukannya cuma menjentak-jentikkan biji manik-manik sempoanya dengan cekatan.Sempoa memang bukan barang baru. Diduga alat hitung ala abakus pertama dimiliki suku Babiloniadalam bentuk sebilah papan yang ditaburi pasir. Di atasnya orang bisa menorehkan berbagai bentukhuruf atau simbol. Tak heran bila ia disebut abakus yang dalam bahasa Yunaninya abakos, artinya'menghapus debu'. Ketika berubah fungsi menjadi alat hitung, bentuknya pun diubah. Permukaanpasir itu menjadi papan yang ditandai garis-garis lengkap dengan sejumlah manik-manik satuan,puluhan, ratusan, dan seterusnya.Alat itu makin disempurnakan di zaman Romawi. Papannya dibuat berlekak-lekuk cekung agar saatmenghitung manik-manik mudah digerakkan dari atas ke bawah.Orang Cina mengembangkan "hsuan-pan" (nampan penghitung) alias abakus itu menjadi dua bagian.Pada jeruji atas dimasukkan dua manik-manik dan jeruji bawah lima manik-manik. Di abadpertengahan abakus makin tersebar luas, di antaranya sampai ke Eropa, Arab, dan seluruh Asia.Abakus sampai di Jepang pada abad ke-16. Namun Jepang mengubah susunan manik-manik menjadisatu pada jeruji atas dan empat di jeruji bawah. Satu manik-manik jeruji atas bernilai lima dan empatdi jeruji bawah (dimulai dari tengah ke kiri) bernilai satuan, selanjutnya puluhan, ratusan, danseterusnya. Sedangkan di bagian tengah ke kanan untuk menghitung bilangan desimal. Rupanyaabakus ala Jepang ini yang belakangan populer kembali, termasuk di Indonesia.

Menanam sempoa di otakMunculnya mesin hitung elektronika di AS tahun 1946, rupanya tidak menggoyahkan kepopuleransempoa. Malah anak yang sudah sangat fasih menghitung dengan metode sempoa telah dibuktikanmampu mengalahkan cara hitung dengan komputer.Belakangan berbagai kursus mental aritmatika sempoa memang menjamur di kota-kota besar.Menurut salah satu penyelenggara kursus, yaitu Yayasan Aritmatika Indonesia (YAI) yangmengambil lisensi dari Malaysia, berhitung metode sempoa hanya melibatkan hitungan tambah,kurang, kali, dan bagi.Satu paket belajar terdiri atas 10 tingkat yang kenaikannya harus melalui ujian. Pada tingkat I - IIIanak belajar penjumlahan dan pengurangan. Pada tingkat IV diajarkan perkalian dan pembagian. Bilasatu tingkat selesai dalam tiga bulan, berarti untuk menamatkan 10 tingkat perlu waktu 30 bulan atau2,5 tahun. Umumnya bila sudah sampai tingkat terampil, mungkin setelah belajar 6 bulan - 1 tahun,sekitar tingkat II atau III, murid diharapkan mampu menghitung tanpa alat bantu apa pun. Sepuluhbaris pertanyaan perkalian tiga digit angka dengan tiga digit angka bisa selesai kurang dari 30 detik!Hal ini bisa terjadi karena anak sudah hapal lokasi satuan, puluhan, ratusan, dst. Cukup denganmembayangkan posisi manik-manik sempoa sambil memainkan jari-jari tangannya, ia bisamenemukan hasil hitungan. Pada tingkat ini ia sudah mampu menghitung cepat di luar kepala.Visualisasi penggunaan sempoa sudah tertanam dalam otaknya.Namun, ada catatan penting lain, menurut sistem YAI, pelatihan aritmatika sempoa paling sesuaiuntuk anak usia 6 - 12 tahun karena mereka sedang dalam taraf mempelajari metode dasar eksakta."Pikiran mereka masih jernih, belum terlalu dipengaruhi metode aritmatika lain," tutur Ibu Tia,praktisi sistem YAI di Sanggar Kreativitas Bobo, Jakarta.Akhirnya, selain bisa berhitung cepat, metode ini berguna untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi otak,khususnya otak kanan yang meliputi daya analisis, ingatan, logika, imajinasi, reaksi tinggi, dll.Menurut teori mental aritmatika, pemahaman atas disiplin dasar eksakta ini akan membuat anakmampu menguasai dan menggunakan secara optimal seluruh potensi dan kreativitas dirinya, termasukmenyerap ilmu-ilmu lanjutannya nanti. Untuk kehidupan sehari-hari latihan ini akan melatih mentalanak agar menjadi lebih tekun serta disiplin.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 79

Ilmu kemampuan dasarKemampuan menghitung dengan cepat, tentu akan menunjang anak dalam pelajaran matematika disekolah. Atas pertimbangan itu Kepala Sekolah SD Dharma Karya Drs. H. Masduki memasukkanmetode ini dalam mata pelajaran di sekolah yang dipimpinnya. "Karena saya pernah melihat ada anakSMP yang menghitung masih dengan alat bantu jari-jari tangan."Selain itu, ia membaca di surat kabar rencana akan makin banyaknya diterapkan ilmu kemampuandasar di tingkat pendidikan dasar. Menurut dia, "Salah satu ilmu kemampuan dasar adalah aritmatikayang meliputi penguasaan berhitung tambah, kurang, kali, bagi." Bila landasan berhitungnya cukupkuat, siswa tentu tak akan menghadapi masalah dalam memahami matematika yang sesuai dengantuntutan kurikulum dan GBPP.SD Dharma Karya mengajarkan metode sempoa aritmatika sejak tahun ajaran baru silam denganmengambil dua jam dari 10 jam pelajaran matematika. Metode ini diperkenalkan pada siswa kelas Ihingga VI. "Repotnya, kalau diajarkan pada siswa di kelas V atau VI, mental berhitung mereka sudahterbentuk yaitu menghitung dengan alat bantu jari tangan, sedangkan jumlah jari tangan sangatterbatas. Tak heran, kalau sering kali matematika sulit dikuasai karena tidak ada bekal ilmuberhitung," aku Wito, guru mata pelajaran metode sempoa.

Nantinya, murid kelas I sekarang saat duduk di kelas V akan mendapat pelajaran aritmatika sosial."Siswa belajar menerapkannya dalam masalah sehari-hari, misalnya saat berbelanja," tutur Wito yangmengaku sempat bekerja keras merakit sempoa sederhana untuk dipakai berlatih murid-muridnya.Ternyata Wito punya target yang sama dengan YAI, yaitu memasukkan sempoa bayangan ke otakanak. Tugas pertamanya adalah bagaimana agar muridnya lancar mengoperasikan sempoa. Di otaksetiap gerakan bisa punya makna dalam hitungan. Sehingga kalau pun tanpa sempoa siswa tak akankesulitan dalam berhitung.Menurut Wito, murid-muridnya tak pernah bosan belajar dengan sempoa. Murid-muridnya tak merasasedang belajar, malah lebih merasa sedang bermain manik-manik sempoa.Masduki tak mengingkari masalah yang mungkin muncul. Berbeda dengan kursus, di mana satu anakpunya sempoa sendiri yang bisa dipakai berlatih di rumah, sempoa di sekolahnya hanya dipinjamkanpada siswa saat pelajaran. Belum lagi jumlah siswa satu kelas yang mencapai 35 orang, sehinggamungkin saja ada anak yang agak lambat menguasainya. "Namun, selalu ada jalan keluar, misalnyamemberi pengajaran remedial atau pengayaan," tutur Masduki yang, sama seperti guru dan orang tuamana pun, bertekad memberikan bekal terbaik untuk generasi penerusnya.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 80

36. Peran Komputer Bagi Pendidikan Anak

Pada awalnya komputer dititikberatkan pada proses pengolahan data, tetapi karenateknologi yang sangat pesat, saat ini teknologi komputer sudah menjadi saranainformasi dan pendidikan khususnya teknologi internet. Dalam hal pendidikan, komputerdapat dipergunakan sebagai alat bantu (media) dalam proses belajar mengajar baikuntuk guru maupun siswa yang mempunyai fungsi sebagai Media tutorial, alat peragadan juga alat uji dimana tiap fungsi tersebut masing-masing mempunyai kelebihan dankekurangan. Sebagai media tutorial, komputer memiliki keunggulan dalam hal interaksi,menumbuhkan minat belajar mandiri serta dapat disesuaikan dengan kebutuhan siswa /anak. Tetapi interaksi komputer dengan manusia belum dapat menggantikan interaksimanusia dengan manusia, selain itu mempunyai kelemahan lain yaitu kemauan belajarmandiri yang masih rendah. Komputer sebagai alat uji memiliki keunggulan dalamkeobyektifan, ketepatan dan kecepatan dalam penghitungan tetapi masih belum dapatmenilai soal-soal essai, pendapat dan hal yang terkait dengan moral dan etika. Yangterakhir, sebagai media alat peraga, komputer mempunyai kelebihan dapatmemperagakan percobaan tanpa adanya resiko, tetapi membutuhkan waktu dalampengembangannya. Sebelum memperkenalkan komputer kepada anak, orangtuamaupun guru seharusnya dapat memahami perkembangan pemahaman anak, dimanapada usia 0 -2 tahun anak mendapatkan pemahamannya dari penginderaannya.Kemudian usia 2 - 7 tahun anak mulai belajar menggunakan bahasa, angka dan simbol-simbol tertentu. Pada usia 7 - 12 tahun anak mulai dapat berpikir logis, terutama yangberhubungan dengan obyek yang tampak langsung olehnya. Yang saat ini perlu menjadiperhatian bagi orangtua maupun guru adalah bagaimana cara memperkenalkankomputer kepada anak. Hal yang perlu dicoba adalah dengan program-program aplikasi(software) yang bersifat "Edutainment" yaitu perpaduan antara education (pendidikan)dan entertainment (hiburan). Selain itu program (software) aplikasi "Edutainment"tersebut mempunyai kemampuan menumbuhkembangkan kreatifitas dan imajinasi anakserta melatih saraf motorik anak. Contohnya program permainan kombinasi benda,menyusun benda atau gambar (Puzzle) serta program berhitung dan software-softwarelain yang didukung perangkat multimedia. Selain program aplikasi (software), duniainternet semakin berarti bagi anak-anak. Internet memungkinkan anak mengambil danmengolah ilmu pengetahuan ataupun informasi dari situs-situs yang dikunjunginya tanpaadanya batasan jarak dan waktu. Di samping itu masih ada manfaat lain yang didapatdari internet, misalnya surat menyurat (E-mail), berbincang (chatting), mengambil danmenyimpan informasi (download). Untuk perkembangan pendidikan selanjutnyateknologi "Teleconference" (Konferensi interaktif secara on line dari jarak jauh)dirasakan sudah pantas di coba dan dikembangkan, karena dapat menghemat waktu,tenaga pengajar, kapasitas ruang belajar serta tidak mengenal letak geografis.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 81

37. Alternatif Hukuman Anak Di Sekolah

Alhamdulillah di sekolahan keponakan-keponakan saya ini tidak dikenalsanksi-sanksi yang diutarakan oleh Ukhti Ratna Ahmad. Yang ada ialahmenghafalkan ayat Al Qur'an, hadist, atau doa-doa (panjang pendeknyaditentukan menurut usia); membaca Al Qur'an dengan jumlah baris atau ayattertentu;

Kedengarannya jadi ironik.Hukuman itu selalu berasosiasi dgn sesuatu yang buruk, sesuatu yangsebaiknya jangan sampai diulangi lagi. Kalau mebaca Al Quran dibuat sebagaihukuman, lambat laun akan tertanam dalam alam bawah sadar (subconciousmind) anak tsb bahwa membaca al Quran adalah sesuatu yang tidak baik,sesuatu yang harus dihindari.Mungkin yang punya lata belakang psikologi pendidikan bisa menjelaskannyasecara lebih baik.

Sebelum membaca tanggapan akhi Bogie saya tidak memperhatikan hal ini. Sayasetuju dengan akhi Bogie, bahwa masalah hukuman dan ganjaran (punishmentand reward) harus dikaitkan dengan tujuan mengapa hukuman hendakditerapkan.

Susahnya dalam waktu sekejap kita harus memilih perbuatan atau tindakanhukuman yang hendak dijatuhkan. Yang teringat adalah perbuatan yang hendakkita tanamkan yang lain, misalnya membaca Al-Qur'an. Jadi perbuatan baiklainnya dijadikan hukuman atau menurut saya "beban" tambahan karena lalaimelakukan perbuatan tertentu yang sedang dikembangkan dalam prosespendidikan, misalnya bisa membaca dan menulis al Qur'an.

Aneka macam bentuk hukuman yang pernah saya alami atau saksikan ketika sayamasih SD, saya ingat anak yang kena hukuman supaya nulis halus (huruf abjaddengan aturan tertentu sehingga mudah dibaca), membawa potongan sapu lidiuntuk alat bantu menghitung, sampai menimba air untuk menyiram tanaman.Anak kena hukuman karena tidak mengerjakan PR, berbicara dengan temanketika guru sedang menerangkan di depan kelas, dipukul telapak tangandengan kayu penggaris. Kadang-2 menjatuhkan hukuman bukan dalam kontekspendidikan tetapi tempat menumpahkan kekesalan atau sekedar iseng-2 & puasmelihat anak didik jumpalitan dan tunduk-takut menghadap guru yangmenghukum.

Wah ini menarik untuk dikaji, maaf saya tidak siap menanggapi secara utuh.Mungkin sejumlah pertanyaan ini bisa memperluas kajian ini:

(1) apakah konsep hukuman setiap guru terhadap suatu masalah sama?(2) bagaimana guru penerapkan hukuman pada anak didik? Apakah diabaikan(3) apakah hukuman efektif untuk setiap perbuatan?(4) bagaimana kalau diabaikan saja (ignored) perbuatan itu akan hilang?(5) bagaimana kalau perhatian pada perbuatan yang kita inginkan saja yangdiperhatikan, misalnya anak kecil bisa bilang "Terima kasih" diberi pujiantetapi kalau tidak mengucapkannya akan dibiarkan tidak mendapat apa-apa,juga tidak dihukum.(6) Apakah hukuman itu harus berupa hukuman fisik? Anak saya kalau berbuattidak sesuai dengan yang kami harapan, ibunya langsung menyruh diaberhenti main untuk selanjutnya masuk kamar untuk berfikir.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 82

38. Anakku Malas Belajar

Pada artikel sebelum ini telah dibahas mengenai kebutuhan anak untuk bermain. Pada artikel iniakan dibahas mengenai anak belajar. Anak usia sekolah tentunya perlu untuk belajar, entahmengulang kembali pelajaran yang sudah diberikan di sekolah, mengerjakan pekerjaan rumah (pr)ataupun mempelajari hal-hal lain di luar pelajaran sekolah. Pentingnya belajar tanpa harusdibicarakan panjang lebar pasti sudah disadari oleh seluruh orangtua.

Keluhan yang datang dari orangtua pada umunya lebih banyak menyangkut anaknya terlalu banyakbermain daripada orangtua yang anaknya terlalu banyak belajar. Bahkan kalau anak sangat rajinbelajar, pastilah orangtua memamerkannya ke orang-orang dengan nada bangga, "Iya loh Pak Dani,anak saya itu belajarnya rajin sekali. Pulang sekolah belajar, bangun tidur siang belajar, terusmalam kalau bapaknya sudah pulang ya belajar lagi. Makanya anak saya itu pintar sekali, apa-apatahu. Kadang-kadang malah saya yang nggak tahu".Lain lagi kalimatnya jika anak terlalu banyak bermain, "Aduuuuuuh Pak Dani, anak saya ini kerjanyamain melulu.... Siang main, sore main, malam juga main. Saya dan bapaknya kalau mau menyuruhdia belajar, harus teriak-teriak dulu, mengancam dulu, baru dia mau belajar. Pusing saya jadinya.Sudah begitu perkalian saja tidak hafal".

PenyebabKalau anak enggan belajar, tentunya perlu dicari tahu sebab-musababnya, baru kemudian diambilsuatu tindakan. Beberapa sebab mengapa anak enggan belajar, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Kurangnya waktu yang tersedia untuk bermain (sudah dibahas pada artikel yang lalu).

2. Sedang punya masalah di rumah (misalnya suasana di rumah sedang "kacau" karena adaadik baru).

3. Bermasalah di sekolah (tidak suka/phobia sekolah, sehingga apapun yang berhubungandengan sekolah jadi enggan untuk dikerjakan).

4. Sedang sakit.

5. Sedang sedih (bertengkar dengan teman baik, kehilangan anjing kesayangan)

6. Tidak ada masalah atau sakit apapun, juga tidak kurang waktu bermain (malahankebanyakan), hanya memang MALAS.

MalasDalam Kamus Bahasa Indonesia oleh Muhammad Ali, malas dijabarkan sebagai tidak mau berbuatsesuatu, segan, tak suka, tak bernafsu. Malas belajar berarti tidak mau, enggan, tak suka, takbernafsu untuk belajar.Kalau anak-anak tidak suka belajar dan lebih suka bermain, itu berarti belajar dianggap sebagaikegiatan yang tidak menarik buat mereka, dan mungkin tanpa mereka sadari juga dianggap sebagaikegiatan yang tidak ada gunanya/untungnya karena bagi ana-anak tidak secara langsung dapatmenikmati hasil belajar. Berbeda dengan kegiatan bermain, jelas-jelas kegiatan bermain menarikbuat anak-anak, dan keuntungannya dapat mereka rasakan secara langsung (perasaan senang yangdialami ketika bermain adalah suatu keuntungan).

MotivasiDalam dunia psikologi, dorongan yang dirasakan seseorang untuk melakukan sesuatu disebut sebagaimotivasi. Motivasi tersebut dapat berasal dari dalam maupun dari luar diri seseorang.Morgan (1986) dalam bukunya Introduction To Psychology, menjelaskan beberapa teori motivasi:

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 83

1. Teori insentifDalam teori insentif, seseorang berperilaku tertentu untuk mendapatkan sesuatu. Sesuatu inidisebut sebagai insentif dan adanya di luar diri orang tersebut. Contoh insentif yang paling umumdan paling dikenal oleh anak-anak misalnya jika anak naik kelas akan dibelikan sepeda baru olehorangtua, maka anak belajar dengan tekun untuk mendapatkan sepeda baru. Insentif biasanya hal-hal yang menarik dan menyenangkan, sehingga anak tertarik mendapatkannya. Insentif, bisa jugasesuatu yang tidak menyenangkan, maka orang berperilaku tertentu untuk menghindarmendapatkan insentif yang tidak menyenangkan ini. Dapat juga terjadi sekaligus, orang berperilakutertentu untuk mendapatkan insentif menyenangkan, dan menghindar dari insentif tidakmenyenangkan.

2. Pandangan hedonistikDalam pandangan hedonistik, seseorang didorong untuk berperilaku tertentu yang akan memberinyaperasaan senang dan menghindari perasaan tidak menyenangkan. Contohnya: anak mau belajarkarena ia tidak ingin ditinggal ibunya ke pasar/supermarket.Dari uraian di atas, dapat diasumsikan anak yang malas tidak merasa adanya insentif yang menarikbagi dirinya dan ia pun tidak merasakan perasaan menyenangkan dari belajar.

Memberikan Dorongan Agar Anak Mau BelajarSehubungan dengan teori motivasi di atas tentunya bisa dikatakan dengan mudah, ayo kita berikandorongan agar anak mau belajar. Tapi dorongan seperti apa yang dapat diberikan kepada anak?Berikut ini adalah beberapa buah saran:

1. Berikan insentif jika anak belajar. Insentif yang dapat diberikan ke anak tidak selaluharus berupa materi, tapi bisa juga berupa penghargaan dan perhatian. Pujilah anak saat iamau belajar tanpa mesti disuruh (peristiwa ini mungkin jarang terjadi, tapi jika saat terjadiorangtua memperhatikan dan menunjukkannya, hal tersebut bisa menjadi insentif yangberharga buat anak). Pujian selain merupakan insentif langsung, juga menunjukkanpenghargaan dan perhatian dari orangtua terhadap anak. Anak seringkali haus perhatiandan senang dipuji. Jadi daripada memberikan perhatian ketika anak tidak mau belajardengan cara marah-marah, dan ketika belajar tanpa disuruh orangtua tidak memberikankomentar apapun, atau hanya komentar singkat tanpa kehangatan, akan lebih efektifperhatian orangtua diarahkan pada perilaku-perilaku yang baik.

2. Terangkan dengan bahasa yang dimengerti anak, bahwa belajar itu berguna buatanak. Bukan sekedar supaya raport tidak merah, tapi misalnya dengan mengatakan "KalauAde rajin belajar dan jadi pintar, nanti kalau ikut kuis di tv bisa menang loh, dapat banyakhadiah. Kan kalau anak pintar, bisa menjawab pertanyaan-pertanyaannya".

3. Sering mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang diajarkan di sekolah pada anak(bukan dalam keadaan mengetes anak, tapi misalnya sembari mengisi tts atau ikutmenjawab kuis di tv). Jika anak bisa menjawab, puji dia dengan menyebut kepintarannyasebagai hasil belajar. Kalau anak tidak bisa, tunjukkan rasa kecewa dan mengatakan "YahAde nggak bisa jawab, nggak bisa bantu Mama deh. Ade, di buku pelajarannya ada nggak sihjawabannya? Kita lihat yuk sama-sama". Dengan cara ini, anak sekaligus akan merasadipercaya dan dihargai oleh orangtua, karena orangtua mau meminta bantuannya.

4. Banyak lembaga pra-sekolah yang mengajarkan kepada anak pelajaran-pelajaran denganmetode active learning atau learning by doing, atau learning through playing, salah satutujuannya adalah agar anak mengasosiasikan belajar sebagai kegiatan yang menyenangkan.Tapi seringkali untuk anak-anak SD, hal ini agak sulit dipraktekkan, karena mulai banyakpelajaran yang harus dipelajari dengan menghafal. Untuk keadaan ini, hal minimal yangdapat dilakukan adalah mensetting suasana belajar. Jika setiap kali pembicaraanmengenai belajar berakhir dengan omelan-omelan, ia akan mengasosiasikan suasana belajarsebagai hal yang tidak memberi perasaan menyenangkan, dengan demikian akan dihindari.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 84

Membuat Suasana Belajar Lebih MenyenangkanSelain tidak sering-sering memarahi anak ketika belajar, ada beberapa hal lain yang perludiperhatikan agar suasana belajar lebih menyenangkan dan anak mau belajar. Hal-hal tersebutadalah:

1. Anak cenderung meniru perilaku orangtua, karena itu jadilah contoh buat anak. Ketikamenyuruh dan mengawasi anak belajar, orangtua juga perlu untuk terlihat belajar(misalnya membaca buku-buku). Sesekali ayah-ibu perlu berdiskusi satu sama lain,mengenai topik-topik serius (suasana seperti anak sedang kerja kelompok dan diskusidengan teman-teman, jadi anak melihat kalau orangtuanya juga belajar). Dengan demikian,anak melihat bahwa orangtuanya sampai tua pun tetap belajar.

2. Pilih waktu belajar terbaik untuk anak, ketika anak merasa segar. Mungkin sehabismandi sore. Anak juga bisa diajak bersama-sama menentukan kapan waktu belajarnya.

3. Anak butuh suatu kepastian, hal-hal yang dapat diprediksi. Jadi jadikan belajar sebagairutinitas yang pasti. Misalnya ketika sudah ditentukan, waktu belajar adalah 2 jam setiaphari, pukul 17.00-19.00, maka pada jam tersebut harus digunakan secara konsisten sebagaiwaktu belajar. Kecuali disebabkan hal-hal yang mendesak, misalnya anak baru sampairumah pukul 16.30, tentunya tidak bijaksana memaksa anak harus belajar pukul 17.00,karena masih lelah.

4. Anak punya daya konsentrasi dan rentang perhatian yang berbeda-beda. Misalnya adaanak yang bisa belajar terus-menerus selama 1 jam, ada yang hanya bisa selama setengahjam. Kenali pola ini dan susunlah suatu jadwal belajar yang sesuai. Bagi anak yang hanyamampu berkonsentrasi selama 30 menit, maka berikan waktu istirahat 5-10 menit setelah iabelajar selama 30 menit. Demikian untuk anak yang mampu belajar lebih lama.

5. Dalam artikel di Tabloid Nova edisi Maret 2002, disarankan agar orangtua menemanianak ketika belajar. Dalam hal ini orangtua tidak perlu harus terus-menerus berada disamping anak karena mungkin Anda sebagai orangtua memiliki pekerjaan. Namun palingtidak ketika anak mengalami kesulitan, Anda ada di dekatnya untuk membantu.

Demikian hal-hal yang dapat disarankan untuk membantu orangtua memberikan motivasi anak agarmau belajar. Semoga berguna dan dapat berhasil diterapkan. Orangtua senang, tidak lelahberteriak-teriak dan marah-marah, anak pun senang tidak dimarahi dan merasa menyukai kegiatanbelajar.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 85

39. Faktor-Faktor Makro yang MenyebabkanAnak Malas Belajar

Bulan-bulan tertentu menjelang Ebtanas dan UMPTN, setiap tahun, adalah musimnya orangtuamengkonsultasikan anak-anaknya untuk tes bakat pada psikolog. Persoalan orangtua (belum tentupersoalan anak juga) adalah bahwa anaknya, walaupun sudah kelas 3 SMU, belum jelas maumemilih jurusan apa di perguruan tinggi. Karena takut bahwa anaknya gagal di tengah jalan, makaorangtua pun mengkonsultasikan anaknya kepada psikolog.

Sementara itu, dari pengamatan di ruang praktek, di pihak anaknya sendiri kurang nampak adaurgensi pada permasalahan yang sedang dihadapinya. Rata-rata anak memang ingin lulus UMPTN diUniversitas-universitas favorit (UI, ITB), tetapi tidak terbayangkan betapa ketatnya persaingan yangharus dihadapinya1. Kalau tidak lulus UMPTN, pilihan untuk PTS (Perguruan Tinggi Swasta) masihbanyak. Kalau tidak diterima di Trisakti atau Atmajaya, masih banyak PTS yang lain. Bagi yangorangtuanya mampu, kuliah di luar negeri2 bahkan lebih banyak lagi peluangnya.Tidak adanya perasaan urgensi (kegawatan) lebih nampak lagi pada hampir-hampir tidak adanyapersiapan yang serius. Kebanyakan anak tidak mempunyai kebiasaan belajar yang teratur, tidakmempunyai catatan pelajaran yang lengkap, tidak membuat PR, sering membolos (dari sekolahmaupun dari les), seringkali lebih mengharapkan bocoran soal ulangan/ujian atau menyontek untukmendapat nilai yang bagus.

Di sisi lain, cita-cita mereka (yang karena kurang baiknya hubungan anak-orangtua, sering dianggaptidak jelas) adalah sekolah bisnis (MBA). Dalam bayangan mereka, MBA berarti menjadi direktur ataumanajer, kerja di kantor yang mentereng, memakai dasi atau blazer dan pergi-pulang kantormengendarai mobil sendiri. Hampir-hampir tidak terbayangkan oleh mereka proses panjang yangharus dilakukan dari jenjang yang paling bawah untuk mencapai posisi manajer atau direktur tsb.Sikap "jalan pintas" ini bukan hanya menyebabkan motivasi belajar yang sangat kurang, melainkanjuga menyebabkan timbulnya gaya hidup yang mau banyak senang, tetapi sedikit usaha, untuk masasepanjang hidup mereka. Dengan perkataan lain, anak-anak ini selamanya akan hidup di alam mimpiyang sangat rawan frustrasi dan akibat dari frustrasi ini bisa timbul banyak masalah lain3.

Teori BrofenbrennerUntuk memahami mengapa anak-anak bersikap jalan pintas sehingga malas belajar (banyak yangsejak SD), dan untuk membantu orangtua mencari cara pencegahan serta jalan keluarnya, sayamengajak anda sekalian untuk mengkaji sebuah teori yang dikemukakan oleh Brofenbrenner4.Teori Brofenbrenner yang berparadigma lingkungan (ekologi) ini menyatakan bahwa perilakuseseorang (termasuk perilaku malas belajar pada anak) tidak berdiri sendiri, melainkan merupakandampak dari interaksi orang yang bersangkutan dengan lingkungan di luarnya.

Adapun lingkungan di luar diri orang (dalam makalah ini selanjutnya akan difokuskan pada anak atausiswa SD-SLTA) oleh Brofenbrenner di bagi dalam beberapa lingkaran yang berlapis-lapis (lihatdiagram**):

§ Lingkaran pertama adalah yang paling dekat dengan pribadi anak, yaitu lingkaran sistemmikro yang terdiri dari keluarga, sekolah, guru, tempat penitipan anak, teman bermain,tetangga, rumah, tempat bermain dan sebagainya yang sehari-hari ditemui oleh anak.

§ Lingkaran kedua adalah interaksi antar faktor-faktor dalam sistem mikro (hubunganorangtua-guru, orangtua-teman, antar teman, guru-teman dsb.) yang dinamakannyasistem meso.

§ Di luar sistem mikro dan meso, ada lingkaran ketiga yang disebut sistem exo, yaitulingkaran lebih luar lagi, yang tidak langsung menyentuh pribadi anak, akan tetapi masih

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 86

besar pengaruhnya, seperti keluarga besar, polisi, POMG, dokter, koran, televisi dsb.

§ Akhirnya, lingkaran yang paling luar adalah sistem makro, yang terdiri dari ideologinegara, pemerintah, tradisi, agama, hukum, adat, budaya dsb.

Makalah ini, dengan mengikuti teori Brofenbrenner tersebut di atas, akan menguraikan bagaimanasistem makro yang terjadi di dunia dan Indonesia, melalui sistem-sistem lain yang lebih kecil (exo,meso dan mikro) berpengaruh pada kepribadian dan perilaku anak, termasuk perilaku malas belajaryang sedang kita biacarakan ini.

Sistem MakroKiranya hampir semua orangtua dan pendidik (dan semua orang juga) merasakan bahwa jamansekarang ini terlalu banyak sekali perubahan. Para orangtua dari generasi "Tembang Kenangan"tidak bisa mengerti, apalagi menikmati, lagu-lagu favorit anak-anak mereka yang dibawakan olehDewa atau Westlife group. Bahkan generasi yang remaja di tahun 1980-an (generasi Stevie Wonder,Lionel Richie) juga sulit menerima lagu-lagu sekarang. Sulitnya, di kalangan generasi muda sendirijuga terdapat banyak versi musik (rap, reggae, house, salsa dsb.) yang masing-masing punyapenggemar masing-masing. Di sisi lain musik-musik tradisional seperti keromcong dan gending Jawa,juga mengalami perubahan versi sehingga muncul musik campur-sari yang sekarang sedang populerdi masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur, termasuk generasi mudanya. Sementara itu, musikdangdut, yang tadinya monopoli masyarakat lapis bawah, justru berkembang menjadi lebih universaldengan mulai memasuki dunia kelas menengah atas.

Perubahan-perubahan yang drastis dan sekaligus banyak ini juga terjadi pada bidang-bidang lain.Wayang orang dan wayang kulit yang saya gemari di masa kecil dan merupakan kegemaran juga dariayah saya dan nenek-moyang saya, sekarang praktis tidak mempunyai lahan hidup lagi. Modifikasidari kesenian tradisional (wayang kulit berbahasa Indonesia dan berdurasi hanya 2 jam diselingimusik dang dut, atau ketoprak humor), hanya bisa mengembangkan penggemarnya sendiri tanpabisa mengangkat kembali kesenian tradisional sebagai mana bentuk aslinya.Dalam setiap sektor kehidupan yang lain pun terdapat perubahan yang cepat. Karena itu janganheran jika istilah-istilah "prokem" di jaman tahun 1980-an sudah tidak dimengerti lagi oleh anak-anak"gaul" angkatan 1990-an yang punya gaya bahasa "funky" tersendiri. Dalam bidang ilmu pengetahuandan teknologi perkembangannya adalah yang paling cepat. Anak SD sekarang sudah terampilmenggunakan komputer, sedangkan eyang-eyang mereka menggunakan HP saja masih sering salahpencet. Video Betamax yang sangat modern di tahun 1980-an, sekarang sudah menjadi barangmusium dengan adanya VCD (Video Digital Disc) dan yang terbaru DVD (Digital Video Disc; yangsebentar lagi pasti akan usang juga).

Dampak dari perubahan cepat ini sangat dahsyat sekali. Jika dalam bidang sosial budaya kita hanyamengamati kekacauan yang sulit dimengerti, dalam politik, perkembangan dan perubahan yangteramat sangat cepat ini telah meruntuhkan beberapa negara (Rusia, Yugoslavia), setidak-tidaknyatelah menimbulkan banyak konflik yang menggoyangkan stabilitas dalam negeri dan menelan banyakkorban harta dan jiwa (seperti yang sedang terjadi di Indonesia).

Para ilmuwan, setelah menganilis situasi yang dahsyat di seluruh dunia tsb. di atas, menyimpulkanbahwa saat ini kita sedang memasuki era Postmodernism (disingkat: Posmo)5 . Menurut para pemikirPosmo, jaman sekarang kira-kira sama dahsyatnya dengan jaman revolusi industri (ditemukannyamesin uap, listrik, mesiu dsb.) di akhir abad XIX yang juga berdampak berbagai peperangan, revolusi(perancis, Rusia), depresi ekonomi, kemerdekaan berbagai negara kolonial, penyakit menular dsb.yang kemudian kita kenal sebagai jaman modern. Perbedaan antara jaman modern dengan jamansebelumnya adalah bahwa kendali kekuasaan (dalam bidang sosial, budaya, ekonomi dan politik)beralih ke tangan-tangan pemilik modal, pekerja, pemikir dsb., dari penguasa sebelumnya yaitu pararaja, bangsawan, tuan tanah dsb. Dalam bidang musik misalnya, supremasi Beethoven sudah diambilalih oleh Elvis Presley, sedangkan kekuasaan Paus di Roma sudah tersaingi oleh berbagai versiagama Kristen lain yang tersebar di seluruh dunia (termasuk versi Katolik Roma di Philipina,misalnya). Di Jawa, misalnya, pusat kebudayaan di Kraton Mataram6, segera beralih ke Ismail

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 87

Marzuki dan Chaeril Anwar setelah revolusi kemerdekaan. Dalam politik, ideologi yang berdasarkanfeodalisme beralih ke ideologi komunisme (revolusi Rusia) atau liberalisme (revolusi kemerdekaanAmerika Serikat). Tetapi di zaman tradisional maupun di zaman modern, masih terasa adanya pusat-pusat kekuasaan, yang oleh manusia (dari sudut pandang psikologi) sangat diperlukan sebagaipatokan atau pedoman hidup, sebagai tolok ukur untuk menilai mana yang benar atau salah, baikatau buruk, indah atau jelek.Di dalam politik, misalnya, sampai dengan awal tahun 1990-an masih ada dua kekuatan utama didunia (super powers) yaitu blok Barat (AS dan Eropa Barat) dan blok Timur. Upaya negara-negaradunia ke-3 untuk membangun KTT Non-Blok tidak banyak artinya, karena anggota-anggotanya tetapsaja terpecah antara yang condong ke Blok Barat dan Blok Timur.

Tetapi di jaman Posmo ini, tidak ada lagi pusat-pusat kekuasaan seperti itu. Tidak ada tokoh, aliran,partai politik, ideologi, dan sebagainya yang mampu menonjol atau dominan dalam waktu yang cukuplama. Semua orang, aliran, ideologi dsb. bisa bisa timbul-tenggelam setiap saat. Bahkan agama pun,yang merupakan pranata yang paling konservatif, berubah-ubah dengan cepat sekali dengan timbul-tenggelamnya berbagai aliran, sekte dan bahkan agama-agama baru. Maka dapat dimengerti bahwamasyarakat awam di lapis bawah akan terperangkap dalam kebingungan-kebingungan karena hampirtidak ada tolok ukur yang dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari.

Sistem ExoPengaruh Posmo pada sistem exo dapat dilihat dan dirasakan dengan perubahan drastis dalamberbagai pranata sosial, politik dan ekonomi. Di Indonesia kita dapat menyimaknya dalam berbagaigejala seperti berubahnya fungsi Polri dari aparat pertahanan dan keamanan menjadi fungsikeamanan, ketertiban dan penegakkan hukum (karena itu Polri keluar dari ABRI). Dalam bidangperekonomian, pemerintah kehilangan kendalinya terhadap sistem moneter, karena begitu banyaknyayang bisa ikut bermain dalam sistem moneter, sehingga nilai valuta asing menjadi sangat fluktuatif.Dalam bidang pendidikan, sistem pendidikan nasional, yang tadinya seragam untuk seluruhIndonesia, makin bervariasi dengan banyaknya sekolah yang berorientasi pada bermacam-macamagama, sekolah yang bekerja sama dengan luar negeri, sekolah-sekolah alternatif yang dikelola LSMdan sebagainya, sementara di tingkat perguruan tinggi berkembang terus-menerus berbagai gelarbaru (bahkan ada gelar-gelar palsu) dan peraturan-peraturan Depdiknas pun berubah-ubah setiapsaat.

Di bidang media massa dan sarana komunikasi dan perhubungan, terdapat makin banyak alternatif.Jika di tahun 1960-an hanya ada radio dan telpon yang diputar dengan tangan dan hubungan ke luarJawa sangat langka dan lama, sekarang sudah tersedia berbagai alternatif seperti televisi fax (darisatu stasiun saja di tahun 1963, menjadi puluhan stasiun dengan sarana satelit), HP, internet, fax,bus antar propinsi (dari Banda Aceh sampai Kupang), pesawat udara (sehingga Jakarta-Jayapurahanya beberapa jam saja) dsb., sehingga hampir tidak ada lagi daerah yang masih terisolir sepertiKabupaten Lebak di zaman Max Havelaar.

Dalam bidang kehidupan berkeluarga, sistem kekerabatan (keluarga besar) sudah makin ditinggalkanorang dan beralih ke pada sistem keluarga inti. Bahkan akhir-akhir ini sudah banyak orang yangmemilih untuk tidak menikah (single family) atau menjadi orangtua tunggal (single parent family).Rata-rata usia menikah makin meningkat (di kalangan menengah-ke atas sudah mencapai 26 tahundan 30 tahun bagi wanita dan pria). Psangan nikah pun ditentukan sendiri oleh anak, bukan orangtua.Upacara-upacara perkawinan masih dilakukan secara tradisional, tetapi hanya simbolik saja, karenaupacara-upacara itu sama sekali tidak mencerminkan kehidupan yang sesungguhnya dari pasanganyang bersangkutan (uoacaranya berbahasa Jawa, padahal pengantin sama sekali tidak mengertibahasa Jawa, bahkan sangat boleh jadi psangan sudah berhubungan seks jauh sebelum upacaraadat yang disakralkan itu).

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 88

Sistem Meso dan MikroYang dimaksud dengan sistem Mikro adalah orang-orang yang terdekat dengan anak dan setiap hariberhubungan dengan anak (ayah-ibu, kakak-adik, oom, tante, opa, pembantu, supir, teman sekolah,guru dsb.), maupun tempat-tempat di mana anak sehari-hari berada (rumah, lingkungan tetangga,kebun, sekolah, kota dsb.). Interaksi antara unsur-unsur dalam sistem Mikro tersebut dinamakansistem Meso.

Sehubungan dengan berkembangnya Posmo (yang oleh Alvin Toffler dinamakan "The Third Wave"QUOTATION), maka sistem Mikro dan Meso anak juga akan berubah drastis. Orangtua, guru, gurungaji, orangtuanya teman-teman, apalagi televisi, tidak lagi satu bahasa dan seia-sekata dalammendidik anak-anak. Di masa lalu, setiap ucapan orangtua hampir selalu konsisten dengan arahanguru di sekolah atau omongan orang-orang di surau atau di pasar. Tetapi sekarang apa yangdikatakan orangtua sangat berbeda dengan yang ditayangkan di TV, atau dengan omonganorangtuanya teman, atau nasihat ibu guru. Bahkan antara ayah dan ibu saja sering tidak sepaham,karena ibu-ibu jaman sekarang sudah sadar jender, punya penghasilan sendiri (bahkan kadang-kadang lebih besar dari suaminya), jadi merasa berhak juga untuk memutuskan dalam lingkunganrumah tangga.

Buat orangtua sendiri, yang dirasakan adalah bahwa anak tidak lagi hanya mendengarkan orangtuasendiri. Anak makin sering membantah, bahkan melawan orangtua, karena ia melihat banyak contohdi luar yang tidak sama dengan apa yang dikatakan orangtuanya. Jika anak dilarang menyetir padusia 14 tahun, ia segera bisa menunjuk anak lain yang diijinkan nyetir sejak SD; jika anak disuruhsholat, ia segera mengacu pada Pak De-nya yang tidak sholat. jika ia dilarang pulang malam, iamalah pulang pagi, karena semua temannya mengajaknya ke disko atau ke kafe.

AnakSementara itu, anak sendiri tetap saja anak seperti sejak jaman dahulu kala. Semasa kecil anak-anakmembentuk kepribadiannya melalui masukan dari lingkungan primernya (keluarga). Sampai usia 5-8tahun ia masih menerima masukan-masukan (tahap formative). Menjelang remaja (usia ABG) iamulai memberontak dan mencari jati dirinya dan akan makin menajam ketika ia remaja (makin sulitdiatur) sehingga masa ini sering dinamakan masa pancaroba.

Masa pancaroba ini pada hakikatnya merupakan tahap akhir sebelum anak memasuki usia dewasayang matang dan bertanggung jawab, karena ia sudah mengetahui tolok ukur yang harus diikuti danmampu menetapkan sendiri mana yang benar dan salah, mana yang baik dan buruk dan mana yangindah dan jelek.

Tetapi masa pancaroba dalam diri individu itu akan lebih sulit mencapai kemantapan dan kematanganjika kondisi di dunia luar juga pancaroba terus, seperti halnya di era Posmo ini. Dampaknya adalahtimbulnya generasi remaja dan dewasa muda yang terus berpancaroba sampai dewasa. Generasiinilah yang saya temui di ruang praktek dengan kebingungan memilih jurusan yang mana, bimbangkarena pacarnya tidak disetujui orangtua, kehabisan akal karena hamil di luar nikah atau karena tidakbisa keluar dari kebiasaan menyalah gunakan Narkoba.

Perubahan ParadigmaMenghadapi era Posmo yang serba tidak jelas ini, kesalahan paling besar, tetapi yang justru palingsering dilakukan, adalah mendidik anak berdasarkan tradisi lama dan tanpa alternatif. Artinya, semuayang diajarkan oleh orangtua mutlak harus diikuti, orangtua penya hak dan kekuasaan atas anak,anak harus berbakti kepada orangtua dsb. Di sekolah para guru pun masih sering berpatokan padapepatah "guru adalah digugu/dipatuhi dan ditiru), sehingga benar atau salah guru harus

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 89

selaludipatuhi. Demikian pula dalam bidang agama, bahkan politik (masing-masing elit politik dankelompok mahasiswa merasa dialah yang paling benar).

Jika dihadapakan terus-menerus dengan pendekatan otoriiter, maka anak-anak yang sedangserbakebingungan akan makin bingung sehingga makin tidak percaya diri, atau justru makin memberontakdan menjadi pelanggar hukum. Karena itu dalam era sistem Makro yang diwaranai oleh Posmo ini,pendidikan pada anak harus berorientasi pada pengembangan kemampuan anak untuk membuatpenilaian dan keputusan (judgement) sendiri secara tepat dan cepat. Dengan perkataan lain, anakharus dididik untuk menilai sendiri yang mana yang benar/salah, baik/tidak baik atau indah/jelek danatas dasar itu ia memutuskan perbuatan mana yang terbaik untuk dirinya sendiri. Anak yang dididikuntuk selalu mentaati perintah orangtua, dalam pemberrontakannya akan mencari orang lain ataupihak lain (dalam sistem Mikro-nya) yang bisa dijadikannya acuan baru dan selanjutnya ia akanmentaati saja ajakan atau arahan orang lain itu (yang sangat boleh jadi justru menjerumuskan).

PenutupHarus diakui bahwa menjadi orangtua atau pendidik jaman sekarang sangat sulit. Pertama, karenakebanyakan orantua belum pernah mengalami situasi seperti sekarang ini di masa kecilnya; kedua,karena mereka cenderung meniru saja cara-cara mendidik yang dilakukan oleh orangtua atau seniormerekasendiri di masa lalu; dan yang ketiga, memang sangat sulit untuk mengubah pola pikirseseorang dari pola pikir tradisional dan pola pikir alternatif sesuai dengan tuntutan jaman sekarang.Tetapi bagaimana pun berat dan sulitnya, upaya itu harus dilakukan, karena kalau tidak maka kitaakan menjerumuskan generasi muda kita dalam kesulitan yang lebih besar.

Catatan kaki* Dibacakan pada seminar "Mengatasi Malas Belajar Pada anak"

1 Hasil UMPTN UI tahun 2000 menunjukkan bahwa daya tampung program -program studi IPA = 5%(FK = 3,5%; Geografi 15%), sedangkan IPS hanya 1,5% (Hubungan Internasional = 0,8%; Psikologi =3,5%; Sastra Inggris = 1,5%; Sastra Jawa = 16%).

2 Sebelum Krismon favorit adalah AS dan Inggris, sekarang Australia.

3 Perwujudan frustrasi bisa berbentuk agresivitas pada lingkungan (keluarga, atasan, system,pemerintah, bahkan lingkungan alam), agresivitas pada diri sendiri (depresi, menyalahkan diri sendiri,perasaan berdosa, bunuh diri) atau pelarian dari kenyataan (menganut fanatisme agama atau alirangolongan yang sempit atau narkoba).

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 90

40. Belajar Lebih Penting Daripada Bermain?

Ibu : Arieeeeeeeef, kok masih juga main mobil-mobilannya, Mama kan sudah bilang dari tadi,kamu sekarang harus mengerjakan pr dari sekolah, sebentar lagi kan mau berangkat les kumon.

Anak : Aaaah Mama, nanti dulu deh, Arief kan mainnya baru sebentar banget, belum selesai nihMa. Ini kan ambulans, ambulansnya lagi antar Lala ke rumah sakit, nggak boleh berhenti di jalanharus cepat sampai, kalau brenti-brenti kan kasian Lalanya, nanti nggak cepat sembuh. Brem brembrem brem breemmmmmmmmm

Sepenggal pembicaraan diatas menunjukkan betapa anak-anak sangat senang bermain denganmainannya. Mereka sangat menikmati waktu bermain sehingga tidak jarang mereka lupa makan,lupa belajar bahkan tidak mau melakukan aktivitas lainnya jika sedang bermain. Orangtua punharus tarik urat dahulu jika menyuruh anaknya berhenti bermain dan mau mengerjakan pekerjaanrumah (pr) atau belajar. Hal ini seringkali menyebabkan orangtua menganggap bahwa anaknyamalas belajar dan maunya cuma bermain saja.

Benarkah anak-anak kita lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain daripada belajar? Jikamau melihat secara lebih cermat dan memperbandingkannya dengan anak-anak pada masasebelumnya (era 1970 1980an), sebenarnya justru terlihat kalau anak-anak masa sekarang lebihbanyak menghabiskan waktu untuk belajar daripada bermain jika dibandingkan dengan anak-anakpada masa sebelumnya. Beberapa kritikan dari para ahli pendidikan tentang kurangnya waktu bagianak untuk bersosialisasi dan mengembangkan hobby atau bakatnya (termasuk bermain) karenasebagian besar waktu terpakai untuk kegiatan-kegiatan belajar demi mengejar prestasi akademik disekolah sudah sangat sering kita dengar. Sekolah-sekolah untuk anak-anak bahkan ada yang sudahdimulai dari anak umur 1,5 tahun (walaupun sekolah usia ini tentunya belum mulai belajar).

Banyak TK yang menekankan kurikulumnya untuk mengajar anak membaca, menulis dan berhitung,bukan lagi sekedar bermain-main. Anak-anak SD bersekolah dengan waktu sekolah yang lebihpanjang. Pulang sekolah anak masih harus mengikuti bermacam-macam les, misalnya kumon,sempoa, menggambar, balet, piano, komputer, dll. Selain untuk sekolah dan les, anak-anak jugamasih perlu waktu untuk mengerjakan pr, mandi, makan dan istirahat (tidur). Jika melihatkenyataan ini, jadi kapan dong waktu anak-anak untuk bermain? Lalu sebenarnya, apakah anak-anak memang malas belajar atau mereka memang tidak cukup waktu untuk bermain?

Orangtua sekarang ini seringkali sangat ambisius terhadap anak-anaknya, mereka ingin anaknyasepintar mungkin, dan diwujudkan dengan mengikutkan anak pada berbagai macam les untukmenambah pengetahuan dan ketrampilan yang telah diperoleh anak di sekolahnya. Hal tersebutmemang tidak salah, namun kebutuhan anak untuk bermain hendaknya jangan diabaikan karenabermain adalah hal yang penting bagi perkembangan fisik dan mental anak.Bermain

Papalia (1995), seorang ahli perkembangan manusia dalam bukunya Human Development,mengatakan bahwa anak berkembang dengan cara bermain. Dunia anak-anak adalah dunia bermain.Dengan bermain anak-anak menggunakan otot tubuhnya, menstimulasi indra-indra tubuhnya,mengeksplorasi dunia sekitarnya, menemukan seperti apa lingkungan yang ia tinggali danmenemukan seperti apa diri mereka sendiri. Dengan bermain, anak-anak menemukan danmempelajari hal-hal atau keahlian baru dan belajar (learn) kapan harus menggunakan keahliantersebut, serta memuaskan apa yang menjadi kebutuhannya (need). Lewat bermain, fisik anak akanterlatih, kemampuan kognitif dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain akan berkembang.

Bermain tentunya merupakan hal yang berbeda dengan belajar dan bekerja. Menurut Hughes(1999), seorang ahli perkembangan anak dalam bukunya Children, Play, and Development,mengatakan harus ada 5 (lima) unsur dalam suatu kegiatan yang disebut bermain. Kelima unsurtersebut adalah:

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 91

§ Tujuan bermain adalah permainan itu sendiri dan si pelaku mendapat kepuasan karenamelakukannya (tanpa target), bukan untuk misalnya mendapatkan uang.

§ Dipilih secara bebas. Permainan dipilih sendiri, dilakukan atas kehendak sendiri dan tidakada yang menyuruh ataupun memaksa.

§ Menyenangkan dan dinikmati.§ Ada unsur kayalan dalam kegiatannya.§ Dilakukan secara aktif dan sadar.

Di luar pendapat Hughes, ada ahli-ahli yang mendefinisikan bermain sebagai apapun kegiatan anakyang dirasakan olehnya menyenangkan dan dinikmati (pleasurable and enjoyable). Bermain dapatmenggunakan alat (mainan) ataupun tidak. Hanya sekedar berlari-lari keliling di dalam ruangan,kalau kegiatan tersebut dirasakan menyenagkan oleh anak, maka kegiatan itupun sudah dapatdisebut bermain.

Manfaat BermainMembaca uraian tentang pentingnya bermain, orangtua mungkin berpikir hal-hal tersebut di atasbisa didapatkan anak dengan cara belajar (study). Malah dengan belajar anak bisa pintar, kalaumain terus-terusan anak tidak bisa pintar. Pendapat ini ada benarnya juga, terutama jikakepintaran hanya berhubungan dengan kemampuan akademik seperti membaca, menulis danberhitung. Tapi dalam kehidupan sehari-hari, kepintaran bukan hanya sekedar membaca, menulisdan berhitung, dan juga kemampuan akademis bukan satu-satunya hal yang penting dandibutuhkan. Ada hal lain yang penting dan dibutuhkan, misalnya kemampuan berkomunikasi,memahami cara pandang orang lain dan bernegosiasi dengan orang. Hal-hal tersebut tidak bisadidapatkan hanya dengan belajar. Perasaan senang, menikmati, bebas memilih dan lepas darisegala beban karena tidak punya target, juga tidak bisa didapatkan dari kegiatan belajar.

Ketika bermain, anak berimajinasi dan mengeluarkan ide-ide yang tersimpan di dalam dirinya. Anakmengekspresikan pengetahuan yang dia miliki tentang dunia dan kemudian juga sekaligus bisamendapatkan pengetahuan baru, dan semua dilakukan dengan cara yang menggembirakan hatinya.Tidak hanya pengetahuan tentang dunia yang ada dalam pikiran anak yang terekspresikan lewatbermain, tapi juga hal-hal yang ia rasakan, ketakutan-ketakutan dan kegembiraannya. Orangtuaakan dapat semakin mengenal anak dengan mengamati ketika anak bermain. Bahkan lewatpermainan (terutama bermain pura-pura/role-playing) orangtua juga dapat menemukan kesan-kesan dan harapan anak terhadap orangtuanya dan keluarganya. Bermain pura-puramenggambarkan pemahamannya tentang dunia dimana ia berada.

Kreativitas anak juga semakin berkembang lewat permainan, karena ide-ide originallah yang keluardari pikiran anak-anak, walaupun kadang-kadang terasa abstrak bagi orangtua. Mengingat bahwatidak hanya orangtua yang mengalami stres, anak-anak juga bisa. Stres pada anak dapat disebabkanoleh beban pelajaran sekolah dan rutinitas harian yang membosankan. Bermain dapat membantuanak untuk lepas dari stres kehidupan sehari-hari.

Apa yang Sebaiknya Dilakukan Orangtua ?Apakah anak perlu bermain? Tentu saja sudah jelas jawabannya bahwa anak perlu bermain.Mungkin yang dikawatirkan orangtua adalah kalau anak terlalu banyak bermain dan tidak maubelajar. Kembali kepada ilustrasi awal, yang perlu dipastikan adalah apakah anak masih punyawaktu bermain, setelah kegiatan belajar yang padat. Kalau memang sebenarnya anak punya waktubermain, lalu berlanjut terus hingga tidak mau belajar, maka masalahnya adalah bagaimana kitamemotivasi anak agar mau belajar.

Beberapa hal yang sebaiknya dilakukan oleh orangtua untuk membimbing anaknya dalam bermainsehingga benar-benar berguna bagi anak tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut:

§ Pastikan dalam jadwal kesibukan anak sehari-hari, masih terdapat waktu luang yang cukupuntuk anak bermain.

§ Sesekali ikut bermain bersama anak, pahami dirinya, kegembiraan, ketakutan dankebutuhannya. Siapa tahu setelah itu tidak lagi menjadi orangtua yang terlalu ambisius.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 92

Mendukung kreativitas permainanan anak, sejauh apa yang diperbuat anak dalampermainan bukanlah perbuatan yang kurang ajar, tidak merugikan, tidak menyakiti dantidak membahayakan diri sendiri dan orang lain.

§ Membimbing dan mengawasi anak dalam bermain, tapi tidak over-protective. Anak mungkintidak tahu kalau apa yang dilakukannya dalam permainan adalah perbuatan yang salah,karena itu mereka perlu dibimbing. Tapi jangan bersikap over-protective sampaimenghalangi kebebasannya. Misalnya, kalau anak bermain lari-larian dan pernah terjatuhadalah wajar, jadi tidak perlu melarang anak bermain lari-lari karena takut anak jatuh.Tapi kalau anak mengebut ketika bermain sepeda, tentunya perlu dilarang karenaberbahaya.

Sekalipun dunia bermain adalah dunia anak-anak, tapi anak membutuhkan peran orangtua untukdapat berada dalam dunianya itu secara aman dan nyaman. Dengan bermain, tidak hanya anakmerasa senang dan bahagia ketika melakukannya; tapi dengan bimbingan yang tepat dari orangtua,potensi diri anak juga dapat berkembang, anak dapat menjadi pintar lewat sarana permainan. Anaksenang dan orangtua bahagia.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 93

41. Pengaruh Permainan pada Perkembangan Anak

Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan,tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang berpendapat bahwa anakyang terlalu banyak bermain akan membuat anak menjadi malas bekerja dan bodoh.Pendapat ini kurang begitu tepat dan bijaksana, karena beberapa ahli psikologimengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwaanak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permainan anak :§ Kesehatan Anak-anak yang sehat mempunyai banyak energi untuk bermain

dibandingkan dengan anak-anak yang kurang sehat, sehingga anak-anak yangsehat menghabiskan banyak waktu untuk bermain yang membutuhkan banyakenergi.

§ Intelligensi Anak-anak yang cerdas lebih aktif dibandingkan dengan anak-anakyang kurang cerdas. Anak-anak yang cerdas lebih menyenangi permainan-permainan yang bersifat intelektual atau permainan yang banyak merangsangdaya berpikir mereka, misalnya permainan drama, menonton film, atau membacabacaan-bacaan yang bersifat intelektual.

§ Jenis kelamin Anak perempuan lebih sedikit melakukan permainan yangmenghabiskan banyak energi, misalnya memanjat, berlari-lari, atau kegiatan fisikyang lain. Perbedaan ini bukan berarti bahwa anak perempuan kurang sehatdibanding anak laki-laki, melainkan pandangan masyarakat bahwa anakperempuan sebaiknya menjadi anak yang lembut dan bertingkah laku yang halus.

§ Lingkungan Anak yang dibesarkan di lingkungan yang kurang menyediakanperalatan, waktu, dan ruang bermain bagi anak, akan menimbulkan aktivitasbermain anak berkurang.

§ Status sosial ekonomi Anak yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang statussosial ekonominya tinggi, lebih banyak tersedia alat-alat permainan yang lengkapdibandingkan dengan anak-anak yang dibesarkan di keluarga yang statusekonominya rendah.

Pengaruh bermain bagi perkembangan anak :• Bermain mempengaruhi perkembangan fisik anak• Bermain dapat digunakan sebagai terapi• Bermain dapat mempengaruhi dan menambah pengetahuan anak• Bermain mempengaruhi perkembangan kreativitas anak• Bermain dapat mengembangkan tingkah laku sosial anak• Bermain dapat mempengaruhi nilai moral anak

Macam-macam permainan dan manfaatnya bagi perkembangan jiwa anak

A. Permainan Aktif1. Bermain bebas dan spontan Dalam permainan ini anak dapat melakukan segala hal

yang diinginkannya, tidak ada aturan-aturan dalam permainan tersebut. Anak akanterus bermain dengan permainan tersebut selama permainan tersebut menimbulkankesenangan dan anak akan berhenti apabila permainan tersebut sudah tidakmenyenangkannya. Dalam permainan ini anak melakukan eksperimen ataumenyelidiki, mencoba, dan mengenal hal-hal baru.

2. Sandiwara Dalam permainan ini, anak memerankan suatu peranan, menirukankarakter yang dikagumi dalam kehidupan yang nyata, atau dalam mass media.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 94

3. Bermain musik Bermain musik dapat mendorong anak untuk mengembangkantingkah laku sosialnya, yaitu dengan bekerja sama dengan teman-teman sebayanyadalam memproduksi musik, menyanyi, atau memainkan alat musik.

4. Mengumpulkan atau mengoleksi sesuatu Kegiatan ini sering menimbulkan rasabangga, karena anak mempunyai koleksi lebih banyak daripada teman-temannya. Disamping itu, mengumpulkan benda-benda dapat mempengaruhi penyesuaian pribadidan sosial anak. Anak terdorong untuk bersikap jujur, bekerja sama, dan bersaing.

5. Permainan olah raga Dalam permainan olah raga, anak banyak menggunakan energifisiknya, sehingga sangat membantu perkembangan fisiknya. Di samping itu,kegiatan ini mendorong sosialisasi anak dengan belajar bergaul, bekerja sama,memainkan peran pemimpin, serta menilai diri dan kemampuannya secara realistikdan sportif.

B. Permainan Pasif1. Membaca Membaca merupakan kegiatan yang sehat. Membaca akan memperluas

wawasan dan pengetahuan anak, sehingga anakpun akan berkembang kreativitasdan kecerdasannya.

2. Mendengarkan radio Mendengarkan radio dapat mempengaruhi anak baik secarapositif maupun negatif. Pengaruh positifnya adalah anak akan bertambahpengetahuannya, sedangkan pengaruh negatifnya yaitu apabila anak meniru hal-halyang disiarkan di radio seperti kekerasan, kriminalitas, atau hal-hal negatif lainnya.

3. Menonton televisi Pengaruh televisi sama seperti mendengarkan radio, baik pengaruhpositif maupun negatifnya.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 95

42. Fungsi Terapeutik Bermain Bagi Anak UsiaSekolah

BermainBermain merupakan sarana bagi anak-anak untuk belajar mengenal lingkungan kehidupannya. Padasaat bermain, anak-anak mencobakan gagasan-gagasan mereka, bertanya serta mempertanyakanberbagai persoalan, dan memperoleh jawaban atas persoalan-persoalan mereka. Melalui permainanmenyusun balok misalnya anak-anak belajar menghubungan ukuran suatu obyek dengan lainnya.Mereka belajar memahami bagaimana balok yang besar menopang balok yang kecil. Mereka belajarkonsep bagaimana hal-hal yang lebih besar mampu menopang hal-hal yang lebih kecil.

Bermain tidak sekedar bermain-main. Bermain memberikan kesempatan pada anak untukmengembangkan kemampuan emosional, fisik, sosial dan nalar mereka. Melalui interkasinya denganpermainan., seorang anak belajar meningkatkan toleransi mereka terhadap kondisi yang secarapotensial dapat menimbulkan frustrasi. Kegagalan membuat rangkaian sejumlah obyek ataumengkonstruksi suatu bentuk tertentu dapat menyebabkan anak mengalamai frustrasi. Denganmendampingi anak pada saat bermain, pendidik dapat melatih anak untuk belajar bersabar,mengendalikan diri dan tidak cepat putus asa dalam mengkonstruksi sesuatu. Bimbingan yang baikbagi anak mengarahkan anak untuk dapat mengendalikan dirinya kelak di kemudian hari untuk tidakcepat frustrasi dalam menghadapi permasalahan kelak di kemudian hari.

Secara fisik, bermain memberikan peluang bagi anak untuk mengembangkan kemampuanmotoriknya. Permaian seperti dalam olahraga mengembangkan kelenturan, kekuatan serta ketahananotot pada anak. Permaian dengan kata-kata (mengucapkan kata-kata) merupakan suatu kegiatanmelatih otot organ bicara sehingga kelak pengucapan kata-kata menjadi lebih baik.

Dalam bermain, anak juga belajar berinteraksi secara sosial, berlatih untuk saling berbagi denganorang lain, menignkatkan tolerasi sosial, dan belajar berperan aktif untuk memberikan kontribusisosial bagi kelompoknya. Di samping itu, dalam bermain anak juga belajar menjalankan perannya,baik yang berkaitan dengan jender (jenis kelamin) maupun yang berkaitan dengan peran dalamkelompok bermainnya. Misalnya dalam permainan perang-perangan seorang anak belajar menjadipimpinan, kapten sedangkan lainnya menjalankan peran sebagai pendukung. Dalam hubungannyadengan jender, anak-anak melakukan permainan stereotype sesuai dengan budaya dan masyarakatsetempat. Misalnya, anak-anak perempuan bermain masak-masakan, sementara anak laki-laki bermainperang-perangan. Dalam hal ini anak-anak menjalani proses pembentukan identifikasi diri denganbercermin pada hal-hal yang ada di tengah masyarakat.

Melalui bermain, anak juga berkesempatan untuk mengembangkan kemampuan nalarnya, karenamelalui permainan serta alat-alat permainan anak-anak belajar mengerti dan memahami suatu gejalatertentu. Kegiatan ini sendiri merupakan suatu proses dinamis di mana seorang anak memperolehinformasi dan pengetahuan yang kelak dijadikan landasar dasar pengetahuannya dalam proses belajarberikutnya di kemudian hari.

Usia SekolahDalam usia sekolah tuntutan yang dihadapi oleh anak semakin banyak. Tekanan sekolah, lingkungansebaya (peer group), serta tuntutan belajar yang semakin tinggi membuat anak harus lebih mampumenghadapi tuntutan sosial masyarakat. Bahkan tidak jarang orang tua pun menuntut anak demikianbesar untuk berprestasi tinggi, dan adakalanya harapan orang tua melebihi kapasitas anak untuk dapatmencapainya.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 96

Berbagai kondisi sosial yang penuh tuntutan baik dari sekolah, teman sebaya maupun orang tua dapatmenimbulkan berbagai permasalahan bagi anak antara lain dalam proses belajar. Anak sulitberkonsentrasi. Perstasi anak menurun dengan sangat tajam. Motivasi anak untuk belajar sangatminim. Berbagai keluhan tersebut merupakan sebagian kecil keluhan rutin yang kerap disampaikanoleh para orang tua pada konselor. Tidak jarang bahakan orang tua justru menekankan keluhan bahwaanak-anak mereka terlalu senang bermain, sehingga kurang belajar. Padahal justru melalui bermain,mereka bisa belajar lebih banyak lagi.

Fungsi Terapeutik BermainBermain dan alat-alat permainan memiliki fungsi terapeutik. Proses belajar anak justru sebaiknyadilakukan melalui metode bermain dan dengan alat-alat permainan. Namun hal ini hendaknya tidakdisalah artikan dengan istilah "main-main". Proses belajar dapat merupakan proses yang sangatmembosankan untuk dikerjakan oleh anak-anak, sedangkan anak-anak biasanya lebih tertarik denganpermainan. Karena, proses bermain dan alat-alat permainan merupakan perangkat komunikasi bagianak-anak. Melalui bermain anak-anak belajar berkomunikasi dengan lingkungan hidupnya,lingkungan sosialnya serta dengan dirinya sendiri. Melalui bermain anak-anak belajar mengerti danmemahami lingkungan alam dan sekitarnya. Melalui bermain anak-anak belajar mengerti danmemahami interaksi sosial dengan orang-orang di sekelilingnya. Melalui bermain anak-anakmengembangkan fantasi, daya imajinasi dan kreativitasnya.

Bermain merupakan proses dinamis yang sesungguhnya tidak menghambat anak dalam proses belajar,sebaliknya justru menunjang proses belajar anak. Keberatan orang tua terhadap aktivitas bermain anakjustru menghambat kemampuan kreativitas anak untuk mengenal dirinya sendiri sendiri sertalingkungan hidupnya. Hanya saja, proses bermain anak perlu diarahkan sesuai dengan kebutuhannya.Anak-anak yang cenderung menyendiri sebaiknya tidak dibiarakan untuk terlalu sibuk dengan"solitary play". Sebaliknya mereka sebaiknya diarahkan untuk lebih aktif dalam permainan kelompok(social game). Mereka yang kurang mampu untuk berkonsentrasi dapat diberikan berbagai jenispermainan yang lebih terarah pada pemusatan perhatian seperti mengkonstruksi suatu benda tertentu.Anak-anak yang kurang mampu untuk mengekspressikan diri secara verbal dapat dibina untukmengembangkan bakat kreatifnya melalui media misalnya menggambar. Namun pendidik jugaselayaknya membimbing anak dalam mengekspressikan imajinasi serta fantasinya ke dalam bentukgambaran yang konkrit dan tidak membiarkan anak-anak berfantasi tanpa arah yang jelas; karena halini dapat mengakibatkan konfabulasi dalam proses berpikir anak.

Kemampuan mengingat anak adakalanya terbatas karena perhatian anak yang kurang terhadap hal-haltertentu. Kondisi seperti ini dapat diperbaiki dengan menggunakan pola assosiatif misalnya denganmenggunakan warna-warna tertentu pada hal-hal tertentu sehingga anak dapat dengan mudahmengingat hal tersebut jika ia mengenal warnanya. Bentuk-bentuk tertentu dari yang mulai sederhanasampai yang lebih kompleks juga dapat diberikan pada anak untuk mengingat hal-hal tertentu.Misalnya mengingat bentuk huruf R dengan menyertai gambar Rumah.

Demikian banyak hal yang dapat dikembangkan melalui proses bermain bagi kesejahteraanpertumbuhan dan perkembangan anak. Orang tua hendaknya tidak bersikap anti-pati terhadap prosesbermain, karena dalam proses bermain anak terkandung proses belajar, dan dalam proses belajar anakterkandung unsur terapeutik bagi anak agar lebih tangguh dalam menghadapi lingkungan hidupmereka di kalangan masyarakat luas, kelompok sebayanya maupun lingkungan hidupnya secaraumum.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 97

43. Pengaruh Musik pada Anak

Penelitian membuktikan bahwa musik, terutama musik klasik sangat mempengaruhi perkembanganIQ (Intelegent Quotien) dan EQ (Emotional Quotien). Seorang anak yang sejak kecil terbiasamendengarkan musik akan lebih berkembang kecerdasan emosional dan intelegensinyadibandingkan dengan anak yang jarang mendengarkan musik. Yang dimaksud musik di sini adalahmusik yang memiliki irama teratur dan nada-nada yang teratur, bukan nada-nada "miring". Tingkatkedisiplinan anak yang sering mendengarkan musik juga lebih baik dibanding dengan anak yangjarang mendengarkan musik.

Grace Sudargo, seorang musisi dan pendidik mengatakan, "Dasar-dasar musik klasik secara umumberasal dari ritme denyut nadi manusia sehingga ia berperan besar dalam perkembangan otak,pembentukan jiwa, karakter, bahkan raga manusia".Penelitian menunjukkan, musik klasik yang mengandung komposisi nada berfluktuasi antara nadatinggi dan nada rendah akan merangsang kuadran C pada otak. Sampai usia 4 tahun, kuadran B danC pada otak anak-anak akan berkembang hingga 80 % dengan musik.

"Musik sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Musik memiliki 3 bagian penting yaitu beat, ritme,dan harmony", demikian kata Ev. Andreas Christanday dalam suatu ceramah musik. "Beatmempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa, sedangkan harmony mempengaruhi roh".Contoh paling nyata bahwa beat sangat mempengaruhi tubuh adalah dalam konser musik rock. Bisadipastikan tidak ada penonton maupun pemain dalam konser musik rock yang tubuhnya tidakbergerak. Semuanya bergoyang dengan dahsyat, bahkan cenderung lepas kontrol. Kita masih ingatdengan "head banger", suatu gerakan memutar-mutar kepala mengikuti irama music rock yangkencang. Dan tubuh itu mengikutinya seakan tanpa rasa lelah. Jika hati kita sedang susah, cobalahmendengarkan musik yang indah, yang memiliki irama (ritme) yang teratur. Perasaan kita akan lebihenak dan enteng. Bahkan di luar negeri, pihak rumah sakit banyak memperdengarkan lagu-lagu indahuntuk membantu penyembuhan para pasiennya. Itu suatu bukti, bahwa ritme sangat mempengaruhijiwa manusia. Sedangkan harmony sangat mempengaruhi roh. Jika kita menonton film horor, selaluterdengar harmony (melodi) yang menyayat hati, yang membuat bulu kuduk kita berdiri. Dalam ritual-ritual keagamaan juga banyak digunakan harmony yang membawa roh manusia masuk ke dalamalam penyembahan. Di dalam meditasi, manusia mendengar harmony dari suara-suara alamdisekelilingnya. "Musik yang baik bagi kehidupan manusia adalah musik yang seimbang antara beat,ritme, dan harmony", ujar Ev. Andreas Christanday.

Seorang ahli biofisika telah melakukan suatu percobaan tentang pengaruh musik bagi kehidupanmakhluk hidup. Dua tanaman dari jenis dan umur yang sama diletakkan pada tempat yang berbeda.Yang satu diletakkan dekat dengan pengeras suara (speaker) yang menyajikan lagu-lagu slow rockdan heavy rock, sedangkan tanaman yang lain diletakkan dekat dengan speaker yangmemperdengarkan lagu-lagu yang indah dan berirama teratur. Dalam beberapa hari terjadiperbedaan yang sangat mencolok. Tanaman yang berada di dekat speaker lagu-lagu rock menjadilayu dan mati, sedangkan tanaman yang berada di dekat speaker lagu-lagu indah tumbuh segar danberbunga. Suatu bukti nyata bahwa musik sangat mempengaruhi kehidupan makhluk hidup.

Alam semesta tercipta dengan musik alam yang sangat indah. Gemuruh ombak di laut, deru angin digunung, dan rintik hujan merupakan musik alam yang sangat indah. Dan sudah terbukti, bagaimanapengaruh musik alam itu bagi kehidupan manusia.Wulaningrum Wibisono, S.Psi mengatakan, "Jikalau Anda merasakan hari ini begitu berat, cobaperiksa lagi hidup Anda pada hari ini. Jangan-jangan Anda belum mendengarkan musik danbernyanyi".

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 98

44. Rumah Ramah Belajar

Banyak orangtua sibuk mempersiapkan bahan belajar untuk mendampingi anak belajar di rumahtetapi melupakan kondisi fisik rumah yang nyaman dan cocok untuk menunjang kegiatan belajar dirumah.

Ada tiga kebutuhan yang perlu dipenuhi dalam pelaksanaan homescholling, yaitu kebutuhan psikis,akal dan fisik anak. Termasuk dalam kebutuhan psikis anak antara lain adalah kebutuhan rasa aman,penghargaan, dan percaya diri. Kebutuhan psikis orangtua juga harus terpenuhi, terutama dalam halkedisiplinan, konsistensi dan kekompakan dengan pasangan.

Kebutuhan akal anak terkait dengan cara belajar dan materi belajar. Sementara kebutuhan fisik adalahkebutuhan yang dibutuhkan fisik anak untuk proses belajar yang optimal, termasuk makan danminuman yang bergizi serta sarana penunjang belajar yang ergonomis, cocok untuk ukuran danbentuk tubuh anak sehingga membuatnya nyaman belajar.

Sarana penunjang belajarEmmy Soekresno, SPd, Konsultan Taman Bermain Jerapah Kecil, mengatakan bahwa anak-anakmembutuhkan furniture khusus yang mendukung pembelajaran yang optimal. Meja yang baik bagianak-anak adalah yang berbentuk lingkaran atau berbentuk U. Bentuk meja seperti ini, selain amanbuat anak-anak karena tidak ada sisi-sisi tajamnya, juga menambah kehangatan suasana. MenurutEmmy, meja belajar berbentuk persegi panjang yang menghadap satu arah sangat tidak efektif karenamengurangi kehangatan anak dan orangtua.

Dengan meja bulat, orangtua dapat duduk bersebelahan dengan anak-anak. Perhatian tetap dapatterbagi dengan baik, meski jumlah anak lebih dari satu. Dengan suasana yang hangat, kemesraan akanlebih terjalin, belajar akan terasa menyenangkan.

Duduk lesehan juga dapat dipakai sebagai alternatif. Namun, tetap disarankan menggunakan bantaldan meja kecil yang ukurannya sesuai dengan usia anak dengan sisi-sisi yang tumpul. Bila anakbelajar tanpa meja, dikhawatirkan akan mempengaruhi bentuk tulang punggung anak kelak akibatposisi yang membungkuk. Anak juga harus selalu diingatkan untuk belajar dengan posisi yang baik,tidak duduk bersender, terlalu maju, atau terlalu bongkok. Biasakanlah untuk duduk tegak, namuntidak tegang.

Suhu ruangan dan pencahayaan pun penting dalam menunjang suasana belajar yang menyenangkan.Suhu yang baik adalah yang tidak terlalu panas atau terlalu dingin. Sementara, lampu yang baikadalah yang berwarna putih yang datang dari sisi kanan atau kirinya, sehingga pada saat belajar tidakterhalang oleh bayangannya sendiri.

Mainan juga harus disediakan sesuai dengan tahap usia perkembangan anak. Tahap bayi (0-2 tahun),anak-anak awal (2-9 tahun), remaja awal (9 -12 tahun). Pada tahap bayi, target pembelajarannya ituadalah motorik halus dan kasar. Mainan yang tepat untuk bayi harus memenuhi persyaratan aman bagibayi, yaitu ukurannya tidak lebih kecil dari 4 cm, pewarnaannya tidak mengandung racun, dan tidakmemiliki sisi tajam yang membahayakan. Karena memerlukan desain khusus dan bahan yang lebihberkualitas, biasanya harga mainan bayi yang memenuhi syarat relatif lebih mahal, tutur wanitalulusan IKIP Jakarta ini.

Sediakan fasilitas ramah anakSeorang ahli pendidikan, Maria Montessori, menekankan pentingnya perkembangan anak pada usiaenam tahun pertama, sekaligus menekankan tentang pentingnya mempersiapkan rumah yang ramah

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 99

anak. Menurutnya, orang dewasa sering lupa bagaimana sulitnya anak beradaptasi dengan benda-benda rumah yang tidak sesuai dengan ukuran anak.

Montessori menganjurkan agar proses belajar lancar dan anak mampu membantu dirinya sendiri,maka orangtua perlu mengisi ruangan rumah, minimal yang terkait dengan anak menjadi sesuaidengan kebutuhan anak. Untuk memenuhi kebutuhan ini, bukan berarti semua perlengkapan rumahperlu diganti. Namun, bisa disiasati dengan menambah peralatan batu. Misalnya, untuk menggantungpakaian di lemari orangtua perlu menambahkan tangga undakan kayu di depan lemari agar anakmudah menjangkau gantungan baju.

Prinsip Montessori adalah Satu tempat untuk semua dan semuanya berada di tempatnya masing-masing. Dengan prinsip itu, orangtua perlu menyediakan tempat untuk peralatan anak danmensosialisasikannya pada anak. Dengan begitu, sehabis bermain dan belajar anak mudahmengembalikan mainannya dan peralatannya ke tempat yang sudah disediakan. Misalnya, ada rakkhusus untuk meletakkan balok kayu, rak buku, atau rak alat tulis. Tuliskan nama tempat masing-masing di depan rak tersebut, misalnya BALOK KAYU, BUKU dan seterusnya. Tulisan itu juga akanmembantu anak belajar membaca.

Sembilan cerdasMedia pembelajaran yang perlu disediakan orangtua sebaiknya dibagi berdasarkan tema, misalnyatema transportasi, tumbuhan, pantai, dan sebagainya. Gambar-gambar yang terkait dengan tema dapatditempel di beberapa tempat dalam rumah selama 3-4 minggu. Dengan cara itu, menurut Emmy, makaorangtua berupaya agar bukan hanya mulut yang berbicara, namun semua dinding, tembok, buku jugaberbicara tentang tema terkait.

Selanjutnya, tema tersebut dibagi dalam 9 cerdas, yaitu angka, kata, gambar, tubuh/kinestetis, musik,sosial, diri, alam, dan moral. Emmy menyontohkan, bila orangtua akan mengajarkan tema transportasidi cerdas angka, maka targetnya adalah berhubungan dengan logika. Pertanyaan yang dapat diajukanmisalnya, Pesawat itu terbang atau menggelinding ya?Untuk cerdas kata, orangtua dapat menjelaskan perbedaan istilah yang terkait dengan kendaraan.Misalnya mobil mogok berarti mesinnya berhenti karena rusak, tapi mobil berhenti berarti mobil itutidak jalan karena dihentikan pengendaranya.

Cerdas gambar atau visual, adalah sebuah kecerdasan dimana anak itu bisa mewujudkan apa yang diapikirkan dengan bentuk gambar, bentuk balok, dan lain-lain. Ajaklah anak menggambar, ataumembuat bentuk tentang alat transportasi.

Cerdas kinestetik adalah bagaimana orangtua dapat membimbing anak agar mudah untukmenggerakkan tubuhnya untuk keperluan-keperluan tertentu. Untuk mengejar hal ini orangtua perlumelatih fisik anak, misalnya: Yuk, kita bergerak seperti helikopter. Atau, kita ajak anak untukmembuat lagu tentang helikopter, sambil bernyanyi tangan ikut bergerak. Ajak pula anak untuk Tepukmobil. Dengan begitu, orangtua sekaligus mengajarkan cerdas fisik dan cerdas musik/nada. Cerdasmusik adalah kemampuan anak untuk menangkap nada, sehingga suaranya engga tidak fals danmampu membuat lagu sendiri.

Cerdas sosial adalah kemampuan seseorang untuk merasakan perasaan orang lain. Untuk itu, orangtuajuga perlu membawa anak bersosialisasi ke luar rumah untuk mengasah kecerdasan sosialnya. Bilaanak di rumah saja anak kurang mahir bersosialisai.

Cerdas diri adalah kemampuan anak untuk berefleksi diri. Cerdas diri itu kegiatan kuncinya adalahmengungkapkan bisa pada setiap kegiatan. Misalnya, bila anak mengatakan Biar aku aja Ma yangmerobek. Maka, orangtua perlu memberikan kesempatan kepada anak untuk merobek kertas. Langkahini adalah langkah awal dari penanaman kemandirian.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 100

Cerdas alam/natural adalah mengajarkan anak mengenali alam dengan baik. Misalnya, alattransportasi menghasilkan asap yang berbahaya bagi manusia. Asap itu dapat dibuang oleh tanamanhijau. Jadi, tanaman hijau itu perlu dijaga dan dirawat dengan baik.

Terakhir adalah cerdas spiritual, yaitu landasan dari seluruh kecerdasan. Karena anak yang soleh(cerdas spiritual), maka dia pasti cerdas. Sementara anak yang cerdas belum tentu soleh. Dalam halkesolehan ini yang perlu dilakukan orangtua adalah bagaimana agar anak memiliki akhlakul karimahseperti Rasulullah saw, yang memiliki sifat siddiq, amanah, dan fatonah.

Konsentrasi terbatas dan jadwal teraturSetiap manusia memiliki keterbatasan waktu berkonsentrasi. Cara mengukurnya mudah, yaitu 1 menitkalikan usianya. Untuk anak usia 2 tahun, maka batas waktu konsentrasinya adalah 2 menit. Orangtuabisa mengatakan dalam waktu dua menit, Ini buah tomat dek, warnanya merah, jumlahnya ada tigabuah. Tak lama setelah mendengar hal itu, mungkin anak akan kembali berlari atau mengalihkanperhatiannya pada hal yang lain. Jangan khawatir, bukan berarti anak tidak menangkap apa yangdikatakan orangtuanya. Setelah dua menit, cobalah menyanyi dulu, kemudian arahkan lagi konsentrasianak dengan mengalihkannya pada media belajar yang sudah Anda siapkan. Anak berusia 10 tahun,rentang konsentrasinya adalah 10 menit. Namun, dengan media yang menarik, rentang konsentrasianak dapat bertambah.

Anak juga membutuhkan keteraturan, termasuk dalam hal jadwal hariannya. Dalam menerapkanhomescholling, orangtua perlu membantu anak untuk mampu mengerti jadwal hariannya, kapan saatnya tidur, bermain, dan belajar. Kadang-kadang ibu perlu tegas menegur anak untuk berhenti bermainsaat tiba waktunya untuk istirahat.

Dalam hal pengaturan jadwal ini orangtua perlu melihat kebiasaan Rasulullah saw. Ternyata, apa yangdianjurkan Rasulullah saw berhubungan dengan optimalnya fungsi otak, yang terkait dengan waktuterbaik untuk belajar. Berdasarkan penelitian fungsi otak, ternyata waktu menjelang zuhur, sekitar jam11-12, otak mengalami penurunan fungsi. Pada saat menjelang zuhur, biasanya Rasulullah saw,beristirahat sebentar. Sehingga, jangan mengajak anak untuk belajar pada waktu itu. Tapi, ajaklahuntuk tidur.

Otak berfungsi secara baik pada jam 7 sampai jam 10 pagi, puncaknya pada jam 9-10. Jadi, waktubelajar harusnya ditetapkan pada rentang waktu itu. Jangan biarkan anak-anak bangun di atas jam 9.Namun, biasakan anak bangun tidur di waktu subuh untuk membangun kebiasaan baik. Seperti yangRasulullah saw lakukan, yaitu tidur setelah Isya dan bangun sebelum subuh.

Sore hari menjelang ashar, kerja listrik otak juga sedang bagus. Sehingga waktu antara ashar danmaghrib dapat dimanfaatkan untuk belajar. Sebaliknya, jangan biarkan anak tidur pada masa itu.Rasulullah saw pun melarang umatnya untuk melakukan hal itu.

Bila perlu, buatlah media yang ditempel di kamar tidur anak. Cari gambar yang sesuai yangdigambarkan jam di atasnya. Misalnya, gambar kamar mandi di atasnya tergambar jam 6; gambarmakanan di atasnya jam 7 jam 12 dan jam 5 sore; gambar tempat tidur di atasnya tergambar jam 11.30dan jam 20; gambar buku di atasnya jam 9 dan jam 16. Pada awalnya, orangtua perlu berulang-ulangmengingatkan anak perihal jadwal tersebut. Namun, lama kelamaan anak akan terbiasa denganjadwalnya.

Terakhir, Emmy berpesan bahwa meskipun menerapkan homescholling, proses belajar bukan berartihanya berlaku di rumah. Diseluruh tempat di alam ini anak-anak juga bisa belajar lho.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 101

45. Kreativitas Anak Jangan Dihalangi

Orang Tua yang terlalu banyak mengatur anaknya, karena terlalu khawatir dan takut, serta terlalu

membatasi kegiatan anaknya, menyebabkan kreatifitas anak tidak berkembang. Demikian dikatakan

Psikolog anak, Prof. Dr. SC Utami Munandar.

Peran Orang Tua yang terlalu dominan serta kurikulum sekolah yang terlalu padat, menyebabkan

hilangnya waktu anak tidak dapat merenungkan kembali segala sesuatu yang dapat menunjang

perwujudan bakat dan kreativitasnya. Diharapkan oleh Utami Munandar, bahwa Orang Tua dapat

memberikan ruang gerak yang leluasa kepada anak Tidak terlalu mengawasi gerak-gerik, tidak terlalu

menekankan kebersihan dan ketertipan secara berlebihan dan jangan terlalu menuntut kepatuhan dari

anak secara mutlak. "Orang Tua janganlah menuntut anak untuk menghabiskan waktunya hanya

dengan belajar, tetapi sama pula pentingnya waktu anak untuk bermain. Yang terbaik adalah bila

bermain merupakan belajar dan belajar merupakan bermain.

Mengembangkan bakat dan kreativitas anak dirumah tidak sulit, karena sebagian besar waktu bermain

anak dihabiskan ditengah-tengah keluarga. Kita harus dapat menciptakan rumah yang mencerminkan

keakraban dan kehangatan anggota keluarga. Bakat serta kreativitas anak akan dapat dikembangkan

secara maksimal, bila Orang Tua atau pendidik tahu betul bahwa bakat dan kreativitas dapat dipupuk

dan dikembangkan dalam lingkungan yang menunjang perwujudan pada bakat dan kreativitas,

demikian Utami Munandar.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 102

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKANBAB 4 : PROBLEMATIKA

46. Temper TantrumAndi menangis, menjerit-jerit dan berguling-guling di lantai karena menuntut ibunya untukmembelikan mainan mobil-mobilan di sebuah hypermarket di Jakarta? Ibunya sudahberusaha membujuk Andi dan mengatakan bahwa sudah banyak mobil-mobilan dirumahnya. Namun Andi malah semakin menjadi-jadi. Ibunya menjadi serba salah, malu dantidak berdaya menghadapi anaknya. Di satu sisi, ibunya tidak ingin membelikan mainantersebut karena masih ada kebutuhan lain yang lebih mendesak. Namun disisi lain, kalautidak dibelikan maka ia kuatir Andi akan menjerit-jerit semakin lama dan keras, sehinggamenarik perhatian semua orang dan orang bisa saja menyangka dirinya adalah orangtuayang kejam. Ibunya menjadi bingung....., lalu akhirnya ia terpaksa membeli mainan yangdiinginkan Andi. Benarkah tindakan sang Ibu?

Temper TantrumKejadian di atas merupakan suatu kejadian yang disebut sebagai Temper Tantrums atau suatu luapanemosi yang meledak-ledak dan tidak terkontrol. Temper Tantrum (untuk selanjutnya disebut sebagaiTantrum) seringkali muncul pada anak usia 15 (lima belas) bulan sampai 6 (enam) tahun.Perilaku ini seringkali disertai dengan tingkah yang akan membuat Anda semakin jengkel, sepertimenangis dengan keras, berguling-guling di lantai, menjerit, melempar barang, memukul-mukul,menyepak-nyepak, dan sebagainya. Bahkan pada anak yang lebih kecil, diiringi pula dengan muntahatau kencing di celana.Mengapa Temper Tantrum ini bisa terjadi ? Hal ini disebabkan karena anak belum mampumengontrol emosinya dan mengungkapkan amarahnya secara tepat. Tentu saja hal ini akan bertambahparah jika orang tua tidak mengerti apa yang sedang terjadi pada anaknya, dan tidak bisamengendalikan emosinya karena malu, jengkel, dan sebagainya.

Tantrum biasanya terjadi pada anak yang aktif dengan energi berlimpah. Tantrum juga lebih mudahterjadi pada anak-anak yang dianggap "sulit", dengan ciri-ciri sebagai berikut:

7. Memiliki kebiasaan tidur, makan dan buang air besar tidak teratur.8. Sulit menyukai situasi, makanan dan orang-orang baru.9. Lambat beradaptasi terhadap perubahan.10. Moodnya (suasana hati) lebih sering negatif.11. Mudah terprovokasi, gampang merasa marah/kesal.12. Sulit dialihkan perhatiannya.

Tantrum termanifestasi dalam berbagai perilaku. Di bawah ini adalah beberapa contoh perilakuTantrum, menurut tingkatan usia:

1. Di bawah usia 3 tahun:• Menangis• Menggigit• Memukul• Menendang• Menjerit• Memekik-mekik• Melengkungkan punggung• Melempar badan ke lantai• Memukul-mukulkan tangan

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 103

• Menahan nafas• Membentur-benturkan kepala• Melempar-lempar barang

2. Usia 3 - 4 tahun:• Perilaku-perilaku tersebut diatas• Menghentak-hentakan kaki• Berteriak-teriak• Meninju• Membanting pintu• Mengkritik• Merengek

3. Usia 5 tahun ke atas• Perilaku- perilaku tersebut pada 2 (dua) kategori usia di atas• Memaki• Menyumpah• Memukul kakak/adik atau temannya• Mengkritik diri sendiri• Memecahkan barang dengan sengaja• Mengancam

Faktor PenyebabAda beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya Tantrum. Diantaranya adalah sebagaiberikut:

1. Terhalangnya keinginan anak mendapatkan sesuatu.

Setelah tidak berhasil meminta sesuatu dan tetap menginginkannya, anak mungkin sajamemakai cara Tantrum untuk menekan orangtua agar mendapatkan yang ia inginkan,seperti pada contoh kasus di awal.

2. Ketidakmampuan anak mengungkapkan diri.

Anak-anak punya keterbatasan bahasa, ada saatnya ia ingin mengungkapkan sesuatu tapitidak bisa, dan orangtuapun tidak bisa mengerti apa yang diinginkan. Kondisi ini dapatmemicu anak menjadi frustrasi dan terungkap dalam bentuk Tantrum.

3. Tidak terpenuhinya kebutuhan.

Anak yang aktif membutuh ruang dan waktu yang cukup untuk selalu bergerak dan tidakbisa diam dalam waktu yang lama. Kalau suatu saat anak tersebut harus menempuhperjalanan panjang dengan mobil (dan berarti untuk waktu yang lama dia tidak bisabergerak bebas), dia akan merasa stres. Salah satu kemungkinan cara pelepasan stresnyaadalah Tantrum. Contoh lain: anak butuh kesempatan untuk mencoba kemampuan baruyang dimilikinya. Misalnya anak umur 3 tahun yang ingin mencoba makan sendiri, atau umuranak 4 tahun ingin mengambilkan minum yang memakai wadah gelas kaca, tapi tidakdiperbolehkan oleh orangtua atau pengasuh. Maka untuk melampiaskan rasa marah ataukesal karena tidak diperbolehkan, ia memakai cara Tantrum agar diperbolehkan.

4. Pola asuh orangtua

Cara orangtua mengasuh anak juga berperan untuk menyebabkan Tantrum. Anak yangterlalu dimanjakan dan selalu mendapatkan apa yang diinginkan, bisa Tantrum ketika suatukali permintaannya ditolak. Bagi anak yang terlalu dilindungi dan didominasi olehorangtuanya, sekali waktu anak bisa jadi bereaksi menentang dominasi orangtua denganperilaku Tantrum. Orangtua yang mengasuh secara tidak konsisten juga bisa menyebabkananak Tantrum. Misalnya, orangtua yang tidak punya pola jelas kapan ingin melarang kapaningin mengizinkan anak berbuat sesuatu dan orangtua yang seringkali mengancam untukmenghukum tapi tidak pernah menghukum. Anak akan dibingungkan oleh orangtua dan

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 104

menjadi Tantrum ketika orangtua benar-benar menghukum. Atau pada ayah-ibu yang tidaksependapat satu sama lain, yang satu memperbolehkan anak, yang lain melarang. Anak bisajadi akan Tantrum agar mendapatkan keinginannya dan persetujuan dari kedua orangtua.

5. Anak merasa lelah, lapar, atau dalam keadaan sakit, sehingga mudah kesal dantidak bisa mengendalikan emosinya.

6. Anak sedang stres (akibat tugas sekolah, dll) dan karena merasa tidak aman(insecure).

7. Anak gagal melakukan sesuatu, sehingga anak menjadi emosi dan tidak mampumengendalikannya. Hal ini akan semakin parah jika anak merasakan bahwa orangtuanya selalu membandingkannya dengan orang lain, atau orang tua memiliki tuntutanyang tinggi pada anaknya.

8. Jika anak menginginkan sesuatu, selalu ditolak dan dimarahi. Sementaraorang tua selalu memaksa anak untuk melakukan sesuatu di saat dia sedang asyikbermain, misalnya untuk makan. Mungkin orang tua tidak mengira bahwa hal ini akanmenjadi masalah pada si anak di kemudian hari. Si anak akan merasa bahwa ia tidakakan mampu dan tidak berani melawan kehendak orang tuanya, sementara dia sendiriharus selalu menuruti perintah orang tuanya. Ini konflik yang akan merusak emosi sianak. Akibatnya emosi anak meledak.

9. Yang paling sering terjadi adalah karena anak mencontoh tindakan penyaluranamarah yang salah pada ayah atau ibunya. Jika Anda peduli dengan perkembangan anakAnda, periksalah kembali sikap dan sifat-sifat kita sebagai orangtua.

Tindakan.Dalam buku Tantrums Secret to Calming the Storm (La Forge: 1996) banyak ahliperkembangan anak menilai bahwa Tantrum adalah suatu perilaku yang masih tergolongnormal yang merupakan bagian dari proses perkembangan, suatu periode dalamperkembangan fisik, kognitif dan emosi anak. Sebagai bagian dari prosesperkembangan, episode Tantrum pasti berakhir. Beberapa hal positif yang bisa dilihatdari perilaku Tantrum adalah bahwa dengan Tantrum anak ingin menunjukkanindependensinya, mengekpresikan individualitasnya, mengemukakan pendapatnya,mengeluarkan rasa marah dan frustrasi dan membuat orang dewasa mengerti kalaumereka bingung, lelah atau sakit. Namun demikian bukan berarti bahwa Tantrumsebaiknya harus dipuji dan disemangati (encourage). Jika orangtua membiarkanTantrum berkuasa (dengan memperbolehkan anak mendapatkan yang diinginkannyasetelah ia Tantrum, seperti ilustrasi di atas) atau bereaksi dengan hukuman-hukumanyang keras dan paksaan-paksaan, maka berarti orangtua sudah menyemangati danmemberi contoh pada anak untuk bertindak kasar dan agresif (padahal sebenarnya tentuorangtua tidak setuju dan tidak menginginkan hal tersebut). Dengan bertindak kelirudalam menyikapi Tantrum, orangtua juga menjadi kehilangan satu kesempatan baikuntuk mengajarkan anak tentang bagaimana caranya bereaksi terhadap emosi-emosiyang normal (marah, frustrasi, takut, jengkel, dll) secara wajar dan bagaimanabertindak dengan cara yang tepat sehingga tidak menyakiti diri sendiri dan orang lainketika sedang merasakan emosi tersebut.Pertanyaan sebagian besar orangtua adalah bagaimana cara terbaik dalam menyikapianak yang mengalami Tantrum. Untuk menjawab pertanyaan tersebut kami mencobauntuk memberikan beberapa saran tentang tindakan-tindakan yang sebaiknya dilakukanoleh orangtua untuk mengatasi hal tersebut. Tindakan-tindakan ini terbagi dalam 3(tiga) bagian, yaitu:

1. Mencegah terjadinya Tantrum2. Menangani Anak yang sedang mengalami Tantrum3. Menangani anak pasca Tantrum

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 105

1. PencegahanLangkah pertama untuk mencegah terjadinya Tantrum adalah dengan mengenali kebiasaan-kebiasaan anak, dan mengetahui secara pasti pada kondisi-kondisi seperti apa muncul Tantrumpada si anak. Misalnya, kalau orangtua tahu bahwa anaknya merupakan anak yang aktif bergerakdan gampang stres jika terlalu lama diam dalam mobil di perjalanan yang cukup panjang. Makasupaya ia tidak Tantrum, orangtua perlu mengatur agar selama perjalanan diusahakan sering-seringberistirahat di jalan, untuk memberikan waktu bagi anak berlari-lari di luar mobil.

Tantrum juga dapat dipicu karena stres akibat tugas-tugas sekolah yang harus dikerjakan anak.Dalam hal ini mendampingi anak pada saat ia mengerjakan tugas-tugas dari sekolah (bukanmembuatkan tugas-tugasnya lho!!!) dan mengajarkan hal-hal yang dianggap sulit, akan membantumengurangi stres pada anak karena beban sekolah tersebut. Mendampingi anak bahkan tidakterbatas pada tugas-tugas sekolah, tapi juga pada permainan-permainan, sebaiknya anak pundidampingi orangtua, sehingga ketika ia mengalami kesulitan orangtua dapat membantu denganmemberikan petunjuk.

Langkah kedua dalam mencegah Tantrum adalah dengan melihat bagaimana cara orangtuamengasuh anaknya. Apakah anak terlalu dimanjakan? Apakah orangtua bertindak terlalu melindungi(over protective), dan terlalu suka melarang? Apakah kedua orangtua selalu seia-sekata dalammengasuh anak? Apakah orangtua menunjukkan konsistensi dalam perkataan dan perbuatan?Jika anda merasa terlalu memanjakan anak, terlalu melindungi dan seringkali melarang anak untukmelakukan aktivitas yang sebenarnya sangat dibutuhkan anak, jangan heran jika anak akan mudahtantrum jika kemauannya tidak dituruti. Konsistensi dan kesamaan persepsi dalam mengasuh anakjuga sangat berperan. Jika ada ketidaksepakatan, orangtua sebaiknya jangan berdebat danberagumentasi satu sama lain di depan anak, agar tidak menimbulkan kebingungan dan rasa tidakaman pada anak. Orangtua hendaknya menjaga agar anak selalu melihat bahwa orangtuanya selalusepakat dan rukun.

Yang paling utama adalah orangtua harus menjadi contoh yang baik bagi anak. Jika Anda marah,salurkanlah itu secara tepat. Anda harus ingat, bahwa anak merekam setiap kejadian yang positifmaupun negatif yang terjadi di sekitarnya. Jika tanpa Anda sadari anak Anda sudah merekam sifat-sifat Anda yang buruk, atau dia melihat si Ayah memukul Ibunya, bisa dipastikan peristiwa itu akanmembawa pengaruh buruk dalam hidupnya kelak.Jika anak ingin bermain dan tidak ingin diganggu, berilah kesempatan secara bijaksana kepadanya.Jangan terlalu mengekang, dan beri kepercayaan bahwa dia bisa bermain dan bergaul dengan baik.

2. Ketika Tantrum TerjadiJika Tantrum tidak bisa dicegah dan tetap terjadi, maka beberapa tindakan yang sebaiknyadilakukan oleh orangtua adalah:

§ Memastikan segalanya aman. Jika Tantrum terjadi di muka umum, pindahkan anak ketempat yang aman untuknya melampiaskan emosi. Selama Tantrum (di rumah maupun diluar rumah), jauhkan anak dari benda-benda, baik benda-benda yang membahayakandirinya atau justru jika ia yang membahayakan keberadaan benda-benda tersebut. Atau jikaselama Tantrum anak jadi menyakiti teman maupun orangtuanya sendiri, jauhkan anak daritemannya tersebut dan jauhkan diri Anda dari si anak.

§ Orangtua harus tetap tenang, berusaha menjaga emosinya sendiri agar tetap tenang.Jaga emosi jangan sampai memukul dan berteriak-teriak marah pada anak.

§ Tidak mengacuhkan Tantrum anak (ignore). Selama Tantrum berlangsung, sebaiknya tidakmembujuk-bujuk, tidak berargumen, tidak memberikan nasihat-nasihat moral agar anakmenghentikan Tantrumnya, karena anak toh tidak akan menanggapi/mendengarkan. Usahamenghentikan Tantrum seperti itu malah biasanya seperti menyiram bensin dalam api, anakakan semakin lama Tantrumnya dan meningkat intensitasnya. Yang terbaik adalahmembiarkannya. Tantrum justru lebih cepat berakhir jika orangtua tidak berusahamenghentikannnya dengan bujuk rayu atau paksaan.

§ Jika perilaku Tantrum dari menit ke menit malahan bertambah buruk dan tidak selesai-selesai, selama anak tidak memukul-mukul Anda, peluk anak dengan rasa cinta. Tapi

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 106

jika rasanya tidak bisa memeluk anak dengan cinta (karena Anda sendiri rasanya maludan jengkel dengan kelakuan anak), minimal Anda duduk atau berdiri berada dekatdengannya. Selama melakukan hal inipun tidak perlu sambil menasihati atau complaint(dengan berkata: "kamu kok begitu sih nak, bikin mama-papa sedih"; "kamu kan sudahbesar, jangan seperti anak kecil lagi dong"), kalau ingin mengatakan sesuatu, cukupmisalnya dengan mengatakan "mama/papa sayang kamu", "mama ada di sini sampai kamuselesai". Yang penting di sini adalah memastikan bahwa anak merasa aman dan tahu bahwaorangtuanya ada dan tidak menolak (abandon) dia.

§ Jika Anda terpaksa harus berseberangan pendapat dengan si anak saat dia mengamuk,kemukakan pendapat Anda secara tegas, tetapi lembut. Jangan membentaknya, apalagisampai mengucapkan kata-kata yang tidak pantas. Atur emosi Anda, karena dia tidak sedangbermusuhan dengan Anda, dan dia bukan musuh Anda. Abaikan tangisnya dan ajaklah diaberbicara dengan lembut. Jelaskan kepadanya mengapa Anda tidak memberinya mainanyang dia ingini dengan alasan yang jujur dan tidak dibuat-buat. Jelaskan dengan sabarsampai dia mengerti maksud Anda yang sebenarnya, karena saat itu adalah konflik yangsedang dialami oleh si anak. Pastikan bahwa ia bisa mengerti maksud Anda dengan baik,karena konflik yang berakhir menggantung, akan muncul di kemudian hari dengan bentukyang tidak pernah Anda duga sebelumnya. Sekali lagi, atur emosi Anda. Mungkin Anda maludilihat banyak orang di supermarket. Tapi ingatlah akan perkembangan emosi anak Anda.Bisa Anda bayangkan apa yang terjadi jika Anda terbawa emosi dan rasa malu, dan Andabersikap keras kepada anak Anda

3. Ketika Tantrum Telah BerlaluSaat Tantrum anak sudah berhenti, seberapapun parahnya ledakan emosi yang telah terjaditersebut, janganlah diikuti dengan hukuman, nasihat-nasihat, teguran, maupun sindiran. Jugajangan diberikan hadiah apapun, dan anak tetap tidak boleh mendapatkan apa yang diinginkan (jikaTantrum terjadi karena menginginkan sesuatu). Dengan tetap tidak memberikan apa yangdiinginkan si anak, orangtua akan terlihat konsisten dan anak akan belajar bahwa ia tidak bisamemanipulasi orangtuanya.Berikanlah rasa cinta dan rasa aman Anda kepada anak. Ajak anak, membaca buku atau bermainsepeda bersama. Tunjukkan kepada anak, sekalipun ia telah berbuat salah, sebagai orangtua Andatetap mengasihinya.Setelah Tantrum berakhir, orangtua perlu mengevaluasi mengapa sampai terjadi Tantrum. Apakahbenar-benar anak yang berbuat salah atau orangtua yang salah merespon perbuatan/keinginananak? Atau karena anak merasa lelah, frustrasi, lapar, atau sakit? Berpikir ulang ini perlu, agarorangtua bisa mencegah Tantrum berikutnya.Jika anak yang dianggap salah, orangtua perlu berpikir untuk mengajarkan kepada anak nilai-nilaiatau cara-cara baru agar anak tidak mengulangi kesalahannya. Kalau memang ingin mengajar danmemberi nasihat, jangan dilakukan setelah Tantrum berakhir, tapi lakukanlah ketika keadaansedang tenang dan nyaman bagi orangtua dan anak. Waktu yang tenang dan nyaman adalah ketikaTantrum belum dimulai, bahkan ketika tidak ada tanda-tanda akan terjadi Tantrum. Saat orangtuadan anak sedang gembira, tidak merasa frustrasi, lelah dan lapar merupakan saat yang ideal.

Ajarlah anak Anda untuk berlatih menguasai dan mengendalikan emosinya. Anda bisa mengajaknyabermain musik, melukis, bermain bola, atau permainan lainnya. Lewat permainan-permainantersebut, anak belajar untuk menerima kekalahan, belajar untuk tidak sombong jika menang, bersikapsportif, dan belajar bersaing secara sehat. Tapi ingat, jangan sekali-kali Anda bermain curang.Mungkin Anda pikir ini hanya sekedar permainan. Tapi anak akan berpikir dan menerapkan padadirinya, bahwa berlaku curang itu sah-sah saja

Dari uraian diatas dapat terlihat bahwa kalau orangtua memiliki anak yang "sulit" dan mudahmenjadi Tantrum, tentu tidak adil jika dikatakan sepenuhnya kesalahan orangtua. Namun harusdiakui bahwa orangtualah yang punya peranan untuk membimbing anak dalam mengatur emosinyadan mempermudah kehidupan anak agar Tantrum tidak terus-menerus meletup. Beberapa sarandiatas mungkin dapat berguna bagi anda terutama bagi para ibu/ayah muda yang belum memilikipengalaman mengasuh anak. Selamat membaca, semoga bermanfaat.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 107

47. Anak Pemalu

Ibu Heny sangat terpesona dengan Dendi, anak tetangganya yang baru berumur 3 tahun.Dendi adalah seorang anak yang penuh percaya diri, riang dan lincah, tidak pernah takutbertanya ini itu dan dengan mantap menyapa orang yang baru dikenalnya. Kondisi tersebutsangat kontras jika dibandingkan dengan Adie (3 tahun), anaknya Ibu Heny. Setiap kalibertemu orang baru Adie selalu ingin terus-menerus berada dekat orangtuanya,menyembunyikan diri di balik rok ibunya, tidak mau diajak bicara dan tidak maumelakukan kontak mata. Situasi ini sangat membingungkan ibu Heny dan tidak jarang iamenjadi malu dan sedikit "jengkel" dengan perilaku anaknya.

Apakah anda mengalami hal yang sama dengan dialami oleh ibu Heny? Jika ya, apa yang sebaiknyadilakukan orangtua untuk meningkatkan rasa percaya diri pada anak sehingga sifat pemalu padaanak lambat laun menjadi hilang? Lalu apa dampaknya jika anak tidak kunjung memperoleh rasapercaya diri? Inilah yang akan coba dibahas dalam artikel ini. Artikel ini akan terbagi dalambeberapa bagian yaitu:

• Apakah Pemalu itu• Dampak apakah yang akan mungkin timbul akibat sifat pemalu• Bagaimanakah sebaiknya orangtua menyikapi anak pemalu

Apakah Pemalu ItuPara ahli nampaknya memiliki beberapa pandangan yang berbeda tentang perilaku pemalu(shyness). Ada ahli yang mengatakan bahwa pemalu adalah suatu sifat bawaan atau karakter yangterberi sejak lahir. Ahli lain mengatakan bahwa pemalu adalah perilaku yang merupakan hasilbelajar atau respond terhadap suatu kondisi tertentu. Secara definitif, penulis menjabarkan pemalusebagai suatu keadaan dalam diri seseorang dimana orang tersebut sangat peduli dengan penilaianorang lain terhadap dirinya dan merasa cemas karena penilaian sosial tersebut, sehingga cenderunguntuk menarik diriKecenderungan menarik diri ini sudah dimulai sejak masa kanak-kanak, bahkan sejak bayi. Kitadapat melihat ada bayi-bayi yang menangis jika didekati orang atau tidak mau untuk dipegang.Sebaliknya ada juga bayi-bayi yang tidak pemalu, mereka membiarkan diri mereka berada dekatorang lain, dan tidak menolak digendong oleh orang yang tidak dikenal.

Swallow (2000) seorang psikiater anak, membuat daftar hal-hal yang biasanya dilakukan/dirasakanoleh anak yang pemalu:§ menghindari kontak mata;§ tidak mau melakukan apa-apa;§ terkadang memperlihatkan perilaku mengamuk/temper tantrums (dilakukan untuk

melepaskan kecemasannya);§ tidak banyak bicara, menjawab secukupnya saja seperti "ya", "tidak", "tidak tahu", "halo";§ tidak mau mengikuti kegiatan-kegiatan di kelas;§ tidak mau meminta pertolongan atau bertanya pada orang yang tidak dikenal;§ mengalami demam panggung (pipi memerah, tangan berkeringat, keringat dingin, bibir

terasa kering) di saat-saat tertentu;§ menggunakan alasan sakit agar tidak perlu berhubungan dengan orang lain (misalnya agat

tidak perlu pergi ke sekolah);§ mengalami psikosomatis;§ merasa tidak ada yang menyukainya.

Swallow juga menyatakan adanya beberapa situasi dimana seseorang (pemalu maupun tidak) akanmengalami rasa malu yang wajar dan lebih dapat diterima, yaitu:§ bertemu dengan orang yang baru dikenal;§ tampil di depan orang banyak;§ situasi baru (misalnya sekolah baru, pindah rumah baru).

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 108

Dampak Sifat PemaluPada dasarnya pemalu bukanlah hal yang menjadi masalah ataupun dipermasalahkan, dan sudahpasti bukan merupakan abnormalitas. Tetapi masalah justru bisa muncul akibat sifat pemalu.Peribahasa malu bertanya sesat di jalan, menggambarkan secara tepat masalah yang dapat munculkarena rasa malu yang ada dalam diri seseorang. Misalnya, ketika berada di rumah teman/tetangga,anak ingin buang air kecil tetapi malu minta ijin ke toilet, sehingga menahan keinginan buang airyang akhirnya berakibat sianak malah mengompol.Pemalu juga dapat menjadi masalah, jika sifat ini menyebabkan potensi anak menjadi terkubur dananak tidak berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya. Misalnya anak yang punya suarabagus dan berbakat menyanyi, tapi merasa malu untuk mengasah bakatnya dengan ikut koor, lesvokal dan mengikuti kejuaraan, maka suara indahnya akan tersimpan sia-sia dan tidak bertambahindah. Hal ini sangat disayangkan baik bagi anak maupun orangtuanya.

Apa yang sebaiknya dilakukan orangtua?Tanpa mengabaikan pendapat bahwa pemalu merupakan bawaan/karakter terberi atau bukan, satuhal yang perlu diperhatikan adalah bahwa lingkungan memegang peranan penting terhadap sifatpemalu ini. Anak akan semakin pemalu ataukah justru dapat mengatasi sifat pemalu ini, tergantungdari apakah lingkungannya (baca: orangtua) terus-terusan melindungi anak pemalu ataumendorongnya untuk mau menghadapi dunia luar sehingga anak menjadi lebih percaya diri.

Idealnya orangtua menerima sifat pemalu anak apa adanya tanpa mempermasalahkannya. Namun dilain pihak orangtua diharapkan untuk memampukan anak dalam mengatasi rasa malu sehingga anakmerasa kompeten, percaya diri, berkembang sesuai dengan potensi yang ada di dalam dirinya danmegurangi masalah yang mungkin timbul sebagai akibat sifat pemalu. Seorang anak yang pemalu,tidak terus-terusan merasa malu dalam setiap situasi hidupnya. Ada situasi-situasi tertentu yangdapat membuatnya merasa percaya diri. Biasanya situasi tersebut adalah ketika anak sedangbersama orangtua ataupun anggota keluarga yang ditemuinya setiap hari (tanpa kehadiran orangbaru/asing) atau situasi yang stabil/rutin dilalui anak. Kalau orangtua dari awal sudah mengetahuianaknya pemalu dan ingin mendorongnya agar mampu mengatasi rasa malu tersebut, makasebaiknya dari awal itulah usaha orangtua sudah dilakukan. Usaha orangtua sebaiknya merupakanusaha yang bertahap, hari demi hari sampai akhirnya bertahun-tahun kemudian menampakkanhasilnya, seperti kata pepatah sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit.

Orangtua sebaiknya mendorong anak untuk berani keluar dan menghadapi dunia luar denganpercaya diri. Mendorong seorang anak pemalu untuk berani menghadapi dunia luar tidak bisadilakukan secara tiba-tiba (drastis). Misalnya ketika orangtua sudah mencapai titik jenuhmelindungi anaknya terus-menerus dan bingung melihat anaknya sampai usia sekian tahun masihtidak mau bergaul dengan anak tetangga, lalu dengan tiba-tiba melepaskan si anak dan mengatakan"ayo dong Adie, sekarang kamu sudah besar, kamu sekarang sudah harus berani, ayo sana bermainplay station ramai-ramai dengan Deni di rumahnya". Perubahan sikap orangtua yang seperti ini bisamenjadi tekanan tersendiri buat si anak, karena yang biasanya aman dalam lindungan orangtua,tiba-tiba orangtua berubah melepaskan dan "tidak mau melindungi". Mendorong anak (encourage)tidak sama dengan memaksa (push), usaha yang tiba-tiba bukanlah mendorong, tetapi memaksa.Perasaan terpaksa akan membuat keadaan bertambah buruk karena anak ditempatkan padakeadaaan yang melebihi batas toleransinya, sehingga anak bisa jadi malah semakin menarik diri.Ada beberapa hal yang dapat dilakukan orangtua untuk membantu anak mengatasi rasa malu, yaitu:

§ Orangtua sebaiknya tidak mengolok-olok sifat pemalu anak ataupun memperbincangkansifat pemalunya di depan anak tersebut. Contohnya dengan mengatakan "kamu sihpemalu","iya loh Bu Joko, anak saya ini pemalu sekali, sampai repot saya kadang-kadang", dll. Dengan mengatakan hal-hal ini anak dapat merasa tidak diterimasebagaimana dia adanya.

§ Mengetahui kesukaan dan potensi anak, lalu mendorongnya untuk berani melakukanhal-hal tertentu, lewat media hobi dan potensi diri. Misalnya, anak suka main mobil-mobilan, ketika berada di toko ia menginginkan mobil berwarna merah, sementara yangtersedia berwarna biru, maka anak bisa didorong untuk mengatakan kepada pelayanbahwa ia menginginkan mobil yang berwarna biru.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 109

§ Sebaiknya orangtua secara rutin mengajak anak untuk berkunjung ke rumah teman,tetangga atau kerabat dan bermain di sana. Kunjungan sebaiknya dilakukan padateman-teman yang berbeda. Selain secara rutin berkunjung, juga sebaiknyamengundang anak-anak tetangga atau teman-teman sekolah untuk bermain di rumah.

§ Lakukan role-playing bersama anak. Misalnya seperti pada contoh no. 2 diatas, anakbelum tentu berani untuk berbicara pada pelayan toko sekalipun didampingi, makaketika berada di rumah, orangtua dan anak bisa bermain peran seolah-olah sedangberada di toko dan anak pura-pura berbicara dengan pelayan. Role-playing dapatdilakukan pada berbagai situasi, berpura-pura di toko, berpura-pura di sekolah,berpura-pura ada di panggung, dll.

§ Jadilah contoh buat anak, orangtua tidak hanya mendorong anak untuk percaya diri,tetapi juga menjadi model dari perilaku yang percaya diri. Anak biasanya mengamatidan belajar dari perilaku orangtuanya sendiri.

Apapun usaha yang dilakukan, sebaiknya orangtua tetap mendampingi dan tidak langsungmelepaskan anak seorang diri. Misalnya ketika diminta bicara pada pelayan toko, orangtua beradadi samping anak, atau ketika mengajak main ke rumah temannya, orangtua tetap berada di rumahtemannya itu (anak main bersama temannya tapi dia tahu orangtuanya ada dan tidak meninggalkanseorang diri). Anak bisa dibiarkan melakukan seorang diri, jika dilihat rasa percaya dirinya sudahberkembang.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 110

48. Labeling

Bodoh sekali sih kamu, begitu saja salah, tidak bisa……Aduh anak saya ini loh pemalu sekali……..Dasar anak bandel……….

Beberapa orangtua pasti tidak asing dengan kalimat-kalimat di atas, beberapa orangtua yang lainmungkin pernah mendengar (dan mengucapkan) versi-versi lain dari kalimat sejenis. Versi-versi lainitu bisa kalimat negatif seperti contoh-contoh di atas dan bisa juga kalimat-kalimat positif yang berisipujian tentang kehebatan-kehebatan anaknya. Orangtua yang "sempurna" dan sulit menerimakesalahan dan kekurangan, mungkin akan lebih banyak mengatakan kalimat-kalimat negatif, orangtuayang "adil" mungkin pernah mengatakan kedua jenis kalimat tersebut tergantung keadaan anak,sementara orangtua lain yang selalu berpikir positif dan hanya mau melihat hal-hal positif padaanaknya mungkin hanya mengatakan kalimat-kalimat positif. Semua itu disebut sebagai labeling.

LabelingLabeling adalah proses melabel seseorang. Label, menurut yang tercantum dalam A Handbook forThe Study of Mental Health, adalah sebuah definisi yang ketika diberikan pada seseorang akanmenjadi identitas diri orang tersebut, dan menjelaskan orang dengan tipe bagaimanakah dia.Denganmemberikan label pada diri seseorang, kita cenderung melihat dia secara keseluruhan kepribadiannya,dan bukan pada perilakunya satu persatu.

Dampak Terhadap AnakDalam teori labeling ada satu pemikiran dasar, dimana pemikiran tersebut menyatakan "seseorangyang diberi label sebagai seseorang yang devian dan diperlakukan seperti orang yang devian akanmenjadi devian".Penerapan dari pemikiran ini akan kurang lebih seperti berikut "anak yang diberilabel bandel, dan diperlakukan seperti anak bandel, akan menjadi bandel". Atau penerapan lain "anakyang diberi label bodoh, dan diperlakukan seperti anak bodoh, akan menjadi bodoh". Kalau begitumungkin bisa juga seperti ini "Anak yang diberi label pintar, dan diperlakukan seperti anak pintar,akan menjadi pintar".

Pemikiran dasar teori labeling ini memang yang biasa terjadi, ketika kita sudah melabel seseorang,kita cenderung memperlakukan seseorang sesuai dengan label yang kita berikan. Misalnya, seoranganak yang diberi label bodoh cenderung tidak diberikan tugas-tugas yang menantang dan punyatingkat kesulitan di atas kemampuannya karena kita berpikir "ah dia pasti tidak bisa kan dia bodoh,percuma saja menyuruh dia". Karena anak tersebut tidak dipacu akhirnya kemampuannya tidakberkembang lebih baik. Kemampuannya yang tidak berkembang akan menguatkan pendapat/labelorangtua bahwa si anak bodoh. Lalu orangtua semakin tidak memicu anak untuk berusaha yangterbaik, lalu anak akan semakin bodoh. Anak yang diberi label negatif dan mengiyakan label tersebutbagi dirinya, cenderung bertindak sesuai dengan label yang melekat padanya. Dengan ia bertindaksesuai labelnya, orang akan memperlakukan dia juga sesuai labelnya. Hal ini menjadi siklusmelingkar yang berulang-ulang dan semakin saling menguatkan terus-menerus.

Dalam buku Raising A Happy Child, banyak ahli yang setuju, bahwa bagaimana seseorangmemandang dan merasakan dirinya sendiri akan menjadi dasar orang tersebut beradaptasi sepanjanghidupnya. Anak yang memandang dirinya baik akan mendekati orang lain dengan rasa percaya danmemandang dunia sebagai tempat yang aman, dan kebutuhan-kebutuhannya akan terpenuhi.Sementara anak yang merasa dirinya tidak berharga, tidak dicintai akan cenderung memilih jalan yangmudah, tidak berani mengambil resiko dan tetap saja tidak berprestasi.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 111

Bagi banyak orang (termasuk anak-anak) pengalaman mendapatkan label tertentu (terutama yangnegatif) memicu pemikiran bahwa dirinya ditolak. Pemikiran bahwa dirinya ditolak dan kemudiandibarengi oleh penolakan yang sesungguhnya, dapat menghancurkan kemampuan berinteraksi,mengurangi rasa harga diri, dan berpengaruh negatif terhadap kinerja seseorang dalam kehidupansosial dan kehidupan kerjanya.

Saran Bagi OrangtuaAdalah penting bagi anak untuk merasa bahwa dirinya berharga dan dicintai. Perasaan inidiketemukan olehnya lewat respon orang-orang sekitarnya, terutama orang terdekat yaitu orangtua.Kalau respon orangtua positif tentunya tidak perlu dicemaskan akibatnya. Tetapi, adakalanya sebagaiorangtua, tidak dapat menahan diri sehingga memberikan respon-respon negatif seputar perilaku anak.Walaupun sesungguhnya orangtua tidak bermaksud buruk dengan respon-responnya, namun tanpadisadari hal-hal yang dikatakan orangtua dan bagaimana orangtua bertindak, masuk dalam hati danpikiran seorang anak dan berpengaruh dalam kehidupannya.

Beberapa saran bagi orangtua:1. Berespon secara spesifik terhadap perilaku anak, dan bukan kepribadiannya. Kalau anak bertindak

sesuatu yang tidak berkenan di hati, jangan berespon dengan memberikan label, karena melabelberarti menunjuk pada kepribadian anak, seperti sesuatu yang terberi dan tidak bisa lagi diperbaiki.Contoh: Kalau anak tidak berani menghadapi orang baru, jangan katakan "Aduh kamu pemalusekali", atau "Jangan penakut begitu dong Nak", tetapi beresponlah "Tidak kenal ya dengan tanteini, jadi tidak mau menyapa. Kalau besok ketemu lagi, mau ya menyapa, kan sudah pernahkenalan". Kalau anak nakal (naughty), jangan katakan bahwa dia nakal tapi katakan bahwaperilakunya salah (misbehave). Anak-anak sering berperilaku salah, selain karena mereka memangbelum mengetahui semua hal yang baik-buruk; benar-salah; boleh-tidak boleh, mereka juga sukamenguji batas-batas dari orangtuanya. Misalnya, kakak merebut mainan adik, katakan "Kakak,merebut mainan orang lain itu salah, tidak boleh begitu. Kalau main sama adik gantian ya" (danbukan mengatakan "Kakaaaaak, nakal sekali sih merebut mainan adiknya"). Dengan demikian tidakada pesan negatif yang masuk dalam pikiran anak, dan bahkan anak didorong untuk mau bertindakbenar di waktu berikutnya.

2. Gunakan label untuk kepentingan pribadi orangtua. Sebenarnya melabel tidak selamanya buruk,asalkan label tersebut digunakan orangtua untuk dirinya sendiri, agar lebih memahami dinamikaperilaku anak. Misalnya, "Anakku A lebih bodoh daripada anakku B". Tapi label tersebut tidakdikatakan di depan anak, "A kamu itu kok lebih bodoh ya daripada adikmu si B". Denganmengetahui dinamika anak lewat label yang ada dalam pikiran orangtua sendiri, hendaknyaorangtua menggunakan label tersebut untuk menyusun strategi selanjutnya, agar kekurangan anakdiperbaiki. Misalnya, setelah mengetahui A lebih bodoh daripada B, maka orangtua memberikanlebih banyak waktu untuk mengajarkan sesuatu dan mempersiapkan diri untuk lebih sabar jikamenghadapi A.

3. Menarik diri sementara jika sudah tidak sabar. Adakalanya orangtua sudah tidak sabar dan inginnyamelabel anak, misalnya "Heeeeh kamu goblok banget sih, 1 + 1 saja tidak bisa-bisa". Jika kesabaransudah diambang batas, sebelum kata-kata negatif keluar, ada baiknya orangtua menarik dirisementara dari anak, time off. Katakan pada anak, "Papa sudah lelah, mungkin kamu juga sudahlelah. Kita istirahat dulu, nanti belajar lagi sama-sama. Siapa tahu setelah istirahat kita berdua lebihberkonsentrasi dan semangat belajar".

Bagaimana cara orangtua berbicara dan menanggapi kekurangan-kekurangan anak akan sangatberpengaruh bagi anak sepanjang hidupnya. Oleh karena itu orangtua harus sangat berahti-hati danmempertimbangkan secara matang apa yang akan diucapkan kepada anaknya. Mulutmu harimaumu,begitulah kata pepatah, yang dalam hal ini mulut orangtua bisa menjadi harimau bagi anak. Pentingsekali orangtua selalu berkata-kata positif tentang anak, agar anak jadi berpikir positif tentang dirinyadan bertumbuh dengan harga diri yang tinggi dan perasaan dicintai dan diterima.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 112

49. Problem Kelekatan

Setiap mulainya tahun ajaran baru, banyak orangtua sibuk mendorong sang batita dan balita agarsegera masuk sekolah. Ternyata masalah tidak berakhir setelah niat nya kesampaian, karena sangbatita dan balita kok malah rewel dan nangis terus....pengasuhnya harus kelihatan olehnya..kalautidak, bisa panik.... Ada pula yang ngadat nggak mau sekolah ...Ada pula yang susah menyesuaikandiri dengan lingkungannya, mojok terus dan membisu, kalau didekati guru malahketakutan.....Sementara itu, ada pula orangtua yang pusing karena mendapat laporan guru kalauanaknya suka memukuli teman di kelas.....

Problem tersebut banyak dialami oleh anak-anak terutama pada saat mereka menghadapi situasi,lingkungan atau orang baru. Berbagai sikap dan perilaku aneh kemudian muncul sebagai reaksiterhadap ketidaknyamanan yang dirasakannya. Namun demikian, tidak setiap anak mengalaminyakarena ada pula yang mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan bahkan bisa menjalinkomunikasi yang interaktif dengan teman-teman serta gurunya. Sebenarnya, keberadaan problemtersebut bisa menjadi pertanda adanya masalah psikologis yang harus dicermati oleh orangtua agarbisa diketahui faktor penyebab dan strategi yang bisa dilakukan untuk menanganinya agar problemini tidak sampai berlarut-larut dan mengganggu perkembangan psikologis dan kemampuan sosialsang anak.

Berawal dari Pola Hubungan Orangtua-AnakDari kaca mata psikologi, banyak masalah yang dialami anak-anak antara lain bersumber dari polahubungan yang buruk antara orangtua dengan anak atau penyebab lain yang akan dibahaskemudian. Dalam artikel ini akan dibahas seputar pentingnya kelekatan hubungan yang positifantara anak dengan orangtua dan pengaruhnya bagi perkembangan psikologis sang anak.

Apakah yang disebut kelekatan ?Banyak orang takut jika kelekatan antara bayi dengan ibunya bisa membuat anak jadi bautangan , manja, dan cengeng sehingga muncul nasehat-nasehat seperti :

Kalau anak menangis, biarkan saja...tidak usah ditanggapi...nanti juga diam sendiri...dia cumaminta perhatian...Latihlah disiplin...mereka sekali-sekali harus dikerasi supaya tidakmanja....Jangan sering-sering memeluk anak, nanti dia bisa menjajah orangtuanya....Jangansering-sering mencium anak, nanti dia jadi manja...Bayi jangan sering-sering dipeluk ataudigendong.....taruh saja di tempat tidur biar tidak bau tangan.....

Begitulah nasehat-nasehat yang sering diperdengarkan pada calon ibu atau ibu-ibu muda kita.Nasehat tersebut kerap kali membuat mereka jadi bingung karena pada prakteknya seringmengalami konflik batin, antara keinginan untuk memberi perhatian penuh dengan kekhawatirankelak anak jadi manja atau tidak tahu diri.Para ahli psikologi perkembangan dewasa ini makin menilai secara kritis pentingnya kelekatan(positif) antara anak dengan orangtua. Kelekatan adalah sebuah proses berkembangnya ikatanemosional secara resiprokal (timbal balik) antara bayi/anak dengan pengasuh (orangtua). Kelekatanyang baik dan sehat dialami seorang bayi yang menerima kasih sayang yang stabil dari kehadiranorangtua yang konsisten; sehingga bayi atau anak dapat merasakan sentuhan hangat, gerakanlembut, kontak mata yang penuh kasih dan senyuman orangtua.

1. Apakah manfaat dari hubungan kelekatan antara anak-orangtua ?

Rasa percaya diriPerhatian dan kasih sayang orangtua yang stabil, menumbuhkan keyakinan bahwa dirinya berhargabagi orang lain. Jaminan adanya perhatian orangtua yang stabil, membuat anak belajar percayapada orang lain.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 113

Kemampuan membina hubungan yang hangatHubungan yang diperoleh anak dari orangtua, menjadi pelajaran baginya untuk kelak diterapkandalam kehidupannya setelah dewasa. Kelekatan yang hangat, menjadi tolok ukur dalam membentukhubungan dengan teman hidup dan sesamanya. Namun hubungan yang buruk, menjadi pengalamantraumatis baginya sehingga menghalangi kemampuan membina hubungan yang stabil dan harmonisdengan orang lain.

Mengasihi sesama dan peduli pada orang lainAnak yang tumbuh dalam hubungan kelekatan yang hangat, akan memiliki sensitivitas ataukepekaan yang tinggi terhadap kebutuhan sekitarnya. Dia mempunyai kepedulian yang tinggi dankebutuhan untuk membantu kesusahan orang lain

DisiplinKelekatan hubungan dengan anak, membuat orangtua dapat memahami anak sehingga lebih mudahmemberikan arahan secara lebih proporsional, empatik, penuh kesabaran dan pengertian yangdalam. Anak juga akan belajar mengembangkan kesadaran diri, dari sikap orangtua yangmenghargai anak. Sikap menghukum hanya akan menyakiti harga diri anak dan tidak mendorongkesadaran diri. Anak patuh karena takut.

Pertumbuhan intelektual dan psikologisBentuk kelekatan yang terjalin, kelak mempengaruhi pertumbuhan fisik, intelektual dan kognitifserta perkembangan psikologis anak.

2. Faktor Penyebab Gangguan Kelekatan Pada AnakBanyak faktor yang menyebabkan seorang anak tidak mendapatkan kelekatan kasih sayang yangtulus, hangat dan konsisten dari kedua orangtuanya. Dan menurut ahi psikologi perkembangan,hingga usia 2 tahun adalah masa paling kritis. Erik Erikson, seorang bapak perkembanganberpendapat, masalah yang terjadi dalam masa-masa tersebut berpotensi mengganggu prosesperkembangan psikologis yang sehat.

Perpisahan yang tiba-tiba antara anak dengan orangtua/pengasuhPerpisahan traumatik bagi seorang anak bisa berupa : kematian orangtua, orangtua dirawat dirumah sakit dalam jangka waktu lama, atau anak yang harus hidup tanpa orangtua karena sebab-sebab lain

Penyiksaan emosional (dan pengabaian), penyiksaan fisik atau pun penyiksaan seksualSetiap anak rentan terhadap penyiksaan emosional maupun fisik dari orangtua/pengasuh sebagaibagian dari pola asuh dan interaksi sehari-hari (lihat artikel: Penyiksaaan & Pengabaian TerhadapAnak). Sistem pendidikan tradisional yang seringkali menggunakan cara hukuman (baik fisik maupunemosional) untuk mendidik dan mendisiplinkan anak. orangtua sering bersikap menjaga jarak danbahkan ada yang membangun image menakutkan agar anak hormat dan patuh pada mereka.Padahal cara ini malah membuat tumbuh menjadi pribadi yang penakut, mudah berkecil hati dantidak percaya diri. Anak akan merasa bukan siapa-siapa atau tidak bisa berbuat apa-apa tanpaorangtua.Sementara itu, penyiksaan seksual tidak mustahil terjadi pada anak, yang dilakukan oleh orangdewasa di sekitarnya, entah itu orangtua maupun anggota keluarga atau pihak lain. Hal inikemungkinan terjadi karena orang tersebut mengalami problem psikologis yang menyebabkandirinya mengalami hambatan pengendalian dorongan seksual.

Pengasuhan yang tidak stabilPengasuhan yang melibatkan terlalu banyak orang, bergantian, tidak menetap oleh satu/duaorangtua, menyebabkan ketidakstabilan yang dirasakan anak, baik dalam hal ukuran cinta kasih,perhatian, kelekatan dan kepekaan respon terhadap kebutuhan anak. Anak jadi sulit membangunkelekatan emosional yang stabil karena pengasuhnya selalu berganti-ganti tiap waktu. Situasi inikelak mempengaruhi kemampuannya menyesuaikan diri karena anak cenderung mudah cemas dankurang percaya diri (merasa kurang ada dukungan emosional).

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 114

Sering berpindah tempat/domisiliSeringnya berpindah tempat membuat proses penyesuaian diri anak menjadi lebih sulit, terutamabagi seorang batita atau balita. Situasi ini akan menjadi lebih berat baginya jika orangtua tidakmemberikan rasa aman dengan mendampingi mereka dan mau mengerti atas sikap/perilaku anak-anak yang mungkin saja jadi aneh akibat dari rasa tidak nyaman saat harus menghadapi orangbaru. Tanpa kelekatan yang stabil, reaksi negatif anak (yang sebenarnya normal) akhirnya menjadibagian dari pola tingkah laku yang sulit diatasi

Ketidakkonsistenan cara pengasuhanBanyak orangtua yang tidak konsisten dalam mendidik anak. Misalnya, pada suatu saat orangtuamenghukum anak dengan sangat keras, tapi di lain waktu (mungkin karena merasa bersalah)memenuhi semua keinginan anak (misal membelikan mainan mahal). Ketiadaan kepastian sikaporangtua, membuat anak sulit membangun kelekatan tidak hanya secara emosional tetapi jugasecara fisik. Sikap orangtua yang tidak dapat diprediksi, membuat anak bingung, tidak yakin dansulit mempercayai (dan patuh) pada orangtua.

Problem psikologis yang dialami orangtuaorangtua yang mengalami problem emosional atau psikologis sudah tentu membawa pengaruh yangkurang menguntungkan bagi anak. Hambatan psikologis, misalnya gangguan jiwa, depresi atauproblem stress yang sedang dialami orangtua tidak hanya membuat anak tidak bisa berkomunikasidan ngobrol enak dengan orangtua, tapi membuat orangtua kurang peka terhadap kebutuhan danmasalah anak. Bahkan, orangtua sering terlalu sensitif dan emosional, menjadi lebih pemarah dankurang sabar menanggapi perilaku anak-anak. Tidak jarang anak dimarahi atau dipukul, disiksa,atau diberi perlakuan yang sangat tidak proporsional dibandingkan dengan kenakalan yangdilakukan. Tindakan tersebut beresiko menghancurkan harga diri seorang anak.

Problem neurologis/syarafAda kalanya, gangguan syaraf yang dialami anak bisa mempengaruhi proses persepsi ataupemrosesan informasi anak tersebut, sehingga ia tidak dapat merasakan adanya perhatian yangdiarahkan padanya. Contohnya, ada kasus seorang bayi yang rewel terus dan restless karena dalamtubuhnya terdapat unsur cocaine, atau zat addictive yang sudah mempengaruhi pertumbuhanstruktur syaraf otak sejak masa konsepsi (pembentukan jaringan). Problem ini bisa disebabkanmasalah alkoholisme atau obat-obatan yang biasa dikonsumsi orangtua sebelum dan selama masakehamilan; atau karena efek samping obat-obatan yang harus diminum anak akibat penyakit yangsedang dideritanya.

3. Dampak Problem KelekatanAnak-anak yang kebutuhan emosionalnya tidak terpenuhi akibat problem kelekatan yang dialami,berpotensi mengalami masalah intelektual, masalah emosional dan masalah moral dan sosial dikemudian hari.

Masalah Intelektual :

1. Mempengaruhi kemampuan pikir seperti halnya memahami proses sebab-akibatKetidakstabilan atau ketidakkonsistenan sikap orangtua, mempersulit anak melihat hubungansebab-akibat dari perilakunya dengan sikap orangtua yang diterimanya. Dampaknya akan meluaspada kemampuannya dalam memahami kejadian atau peristiwa-peristiwa lain yang dialami sehari-hari. Akibatnya, anak jadi sulit belajar dari kesalahan yang pernah dibuatnya.

2. Kesulitan belajarKurangnya kelekatan dengan orangtua, membuat anak lamban dalam memahami baik itu instruksimaupun pola-pola yang seharusnya bisa dipelajari dari perlakuan orangtua terhadapnya ataukebiasaan yang dilihat/dirasakannya.

3. Sulit mengendalikan doronganKebutuhan emosional yang tidak perpenuhi, membuat anak sulit menemukan kepuasan atas situasi/ perlakuan yang diterimanya, meski bersifat positif. Ia akan terdorong untuk selalu mencari dan

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 115

mendapatkan perhatian orang lain. Untuk itu, ia berusaha sekuat tenaga, dengan caranya sendiriuntuk mendapatkan jaminan bahwa dirinya bisa mendapatkan apa yang diinginkan.Masalah Emosional :

1. Gangguan bicaraMenurut sebuah hasil penelitian, problem kelekatan yang dialami anak sejak usia dini, dapatmempengaruhi kemampuan bicaranya. Dalam dunia psikologi, hingga usia 2 tahun dikatakan sebagaimasa oral, dimana seorang anak mendapat kepuasan melalui mulut (menghisap mengunyahmakanan dan minuman). Oleh sebab itu lah proses menyusui menurut para ahli merupakan prosesyang amat penting untuk membangun rasa aman yang didapat dari pelukan dan kehangatan tubuhsang ibu. Ada kemungkinan anak yang mengalami hambatan pada masa ini akan mengalamikesulitan atau keterlambatan bicara.Memang, secara psikologis anak yang merasakan ketidaknyamanan akan kurang percaya diri dalammengungkapkan keinginannya. Atau, kurangnya kelekatan tersebut membuat anak berpikir bahwaorangtua tidak mau memperhatikannya sehingga ia lebih banyak menahan diri. Akibatnya, anak jaditidak terbiasa mengungkapkan diri, berbicara atau mengekspresikan diri lewat kata-katanya. Adapula penelitian yang mengatakan, bahwa melalui komunikasi yang hangat seorang ibu terhadapbayinya, lebih memacu perkembangan kemampuan bicara anak karena si anak terpacu untukmerespon kata-kata ibunya.

2. Gangguan pola makanAda banyak orangtua yang kurang responsif / kurang tanggap terhadap tangisan bayinya. Merekatakut jika terlalu menuruti tangisan bayinya, kelak ia akan jadi anak manja dan menjajah orangtua.Padahal, tangisan seorang bayi adalah suatu cara untuk mengkomunikasikan adanya kebutuhanseperti halnya rasa lapar atau haus. Ketidakkonsistenan orangtua dalam menanggapi kebutuhanfisiologis anak, akan ikut mengacaukan proses metabolisme dan pola makan anak.

3. Perkembangan konsep diri yang negatifKetiadaan perhatian orangtua, sering mendorong anak membangun image bahwa dirinya mandiridan mampu hidup tanpa bantuan siapa pun. Image itu berusaha keras ditampilkan untuk menutupikenyataan yang sebenarnya. Padahal, dalam dirinya tersimpan ketakutan, rasa kecewa, marah,sakit hati terhadap orangtua, sementara ia juga menyimpan persepsi yang buruk terhadap dirisendiri. Ia merasa tidak diperhatikan, merasa disingkirkan, merasa tidak berharga sehinggaorangtua tidak mau mendekat padanya (dan, memang ia juga merasa tidak ingin didekati)Tanpa sadar semua perasaan itu diekspresikan melalui tingkah laku yang aneh-aneh, yang orangmenyebutnya nakal , liar , menyimpang . Mereka juga terlihat suka menuntut secaraberlebihan, suka mencari perhatian dengan cara-cara yang negatif, sangat tergantung, tidak bisamemperhatikan orang lain (tapi menuntut perhatian untuk dirinya), sulit mencintai dan menerimacinta dari orang lain.

Masalah EmosionalAnak akan sulit melihat mana yang baik dan tidak, yang boleh dan tidak boleh, yang penting dankurang penting, dari keberadaan orangtua yang juga tidak bisa menjamin ada tiadanya, yang tidakdapat memberikan patokan moral dan norma karena mereka mengalami kesulitan dengan dirinyasendiri, kesulitan dalam memenuhi kebutuhan emosional mereka sendiri, kesulitan dalammengendalikan dorongan mereka sendiri. Akibatnya, anak hanya meniru apa yang dilihatnya dariorangtua dan mencari cara agar tidak sampai terkena hukuman berat.Tidak jarang anak-anak tersebut memunculkan sikap dan tindakan seperti : suka berbohong (yangsudah tidak wajar), mencuri (karena ingin mendapatkan keinginannya), suka merusak dan menyakiti(baik diri sendiri maupun orang lain), kejam, dan menurut sebuah penelitian, mereka cenderungtertarik pada darah, api dan benda tajam.

Bagaimana Membangun Kelekatan yang Baik Dengan Anak ?

Kesiapan mental untuk menjadi orangtuaMemiliki anak membawa implikasi yang luas, tidak hanya merubah peran dari suami / istri, menjadiseorang ayah / ibu. Ada komitmen dan tanggung jawab yang harus disadari dan dijalankan. Olehsebab itu, perlu hati dan pikiran yang tenang untuk menjalani proses menjadi orangtua. Hati dan

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 116

pikiran yang tenang, akan menciptakan rasa nyaman pada janin yang sedang dikandung; dan,jangan lupa bahwa ketenangan dan kesiapan hati tersebut mendorong keseimbangan hormon yangmendukung proses kehamilan yang sehat. Selain itu, kesiapan mental juga merupakan suatu kondisiyang diperlukan terutama untuk menghindari konflik dan ketegangan yang bisa muncul di antarasuami-istri akibat perubahan yang terjadi. Kesiapan tersebut membuat masing-masing sadar danberusaha menahan diri untuk tidak saling menyakiti, karena dilandasi kesadaran, bahwa kedua nyasaling membutuhkan untuk saling menguatkan.

Ciptakan komunikasi yang hangat sejak diniBerkomunikasi dengan anak tidak dimulai sejak anak lahir, melainkan sejak ia dalam kandungan.Sejak itu proses kelekatan pun dimulai. Berbicaralah padanya meski ia masih belum tampak secaralahiriah. Sapa lah dia, bernyanyilah untuknya dan pelihara/pertahankan kestabilan emosi. Sudahbanyak penelitian yang menyatakan bahwa seorang anak bisa memahami apa yang terjadi dalamdiri sang ibu meski ia belum lahir. Hal itu bisa dibuktikan dari munculnya kecenderungan tertentuyang ada pada anak, misalnya pencemas, super sensitif atau pemarah dihubungkan denganpersoalan yang sedang dihadapi sang ibu pada masa dan pasca kehamilannya.

Upayakan program menyusuiProses menyusui, bukan hanya sekedar memberikan ASI yang berkualitas. Namun menyusuimerupakan proses yang melibatkan dua belah pihak, bahkan tiga belah pihak : suami istri dananak. Kegiatan menyusui merupakan moment yang sangat ideal untuk membangun kontak batinyang erat, melalui kelekatan fisik dan kontak mata yang intensif. Proses ini membutuhkan hatiyang tenang dan penuh kasih, karena produksi ASI akan terpengaruh oleh faktor fisik dan emosional.Oleh sebab itu, perlu kerja sama yang baik dan sikap saling memahami serta saling menghargaiantara suami-istri agar segala persoalan yang terjadi bisa diselesaikan dengan baik tanpamenyebabkan ketegangan dan tekanan emosional yang mengganggu hubungan dengan anak.

Tanggapilah tangisan bayi / anak secara positifBanyak orangtua yang menganggap bahwa tidak baik selalu menanggapi tangisan bayi, karena bayiperlu dilatih untuk tidak menjadi manja dan supaya jantungnya kuat. Memang, pada beberapakasus pemikiran tersebut bisa diikuti, tapi tidak selamanya. Karena, hanya melalui menangis lahseorang bayi dapat mengkomunikasikan ketakutannya, kelaparannya, kehausannya, keinginannyaakan kehangatan, keinginannya untuk dibelai, rasa tidak enak badan, kedinginan, kepanasan danrasa tidak enak yang lain. Jangan lupa, bayi adalah makhluk paling tidak berdaya dan tidakberdosa, tidak punya maksud buruk. Jadi, tangisannya adalah murni muncul dari kebutuhannya.Bayangkan, jika orangtua menunda respon terhadap ketakutannya, maka bayi akan merasafrustrasi. Dari situ lah ia juga belajar, bahwa orangtuanya tidak bisa memberikan jaminan akankasih sayang, bahwa dirinya tidak terlalu berharga untuk diperhatikan kebutuhannya.

Upayakan kebersamaan dalam keluarga intiJaman sekarang, banyak keluarga yang menggunakan jasa baby sitter untuk mengasuh anak.Ironisnya, ada beberapa ibu rumah tangga yang tidak bekerja, tidak mempunyai kegiatan apapunkecuali arisan, ke salon dan shopping, mempunyai banyak asisten dan pembantu namun anaknyasepenuhnya diurus oleh baby sitter. Tidaklah mengherankan jika kelak antara dia dengan anaknyatidak terlihat suatu kelekatan yang positif karena anaknya lebih nempel dengan suster-nya. Situasiini tidak mendorong proses perkembangan psikologis dan identitas yang sehat. Anak tetap melihatdirinya diabaikan oleh ibunya sementara sang ibu memperhatikan anak melalui berbagai barang danmainan yang dibeli atau pun uang jajan yang berlebihan.Kelekatan yang positif, membutuhkan kerja sama setiap angota keluarga. Ciptakan waktukebersamaan yang konsisten, dipenuhi perasaan tenang, senang dan santai. Jika bepergianbersama, (dan jika memungkinkan), berlatihlah sejak dini untuk tidak menyertakan sang suster agar anak terbiasa berada bersama dan dekat orangtua, agar anak lebih dapat belajar danberkomunikasi dengan orangtua, agar anak bisa merasakan senangnya jalan-jalan dengan mama-papa. Sementara itu, orangtua juga belajar dari anaknya, dan melihat hasil didikannya selama inimelalui sikap dan perilaku anak. Dengan demikian, orangtua bisa memahami perilakunya sendiri,mana yang perlu diubah dan mana yang perlu ditingkatkan.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 117

50. Keterlambatan Bicara

Banyak orang tua yang khawatir jika anaknya belum lancar bicara padahal dilihat dari segi usiasepertinya sudah lewat dan jika dibandingkan dengan anak-anak tetangganya, teman-temannya,saudara-saudaranya kok ketinggalan jauh. Kenyataan tersebut pada akhirnya sering mengundangpertanyaan yang diajukan kepada e-psikologi. Untuk itu lah kami akan mengulas persoalanketerlambatan bicara pada balita.

Gangguan kemampuan bicara atau keterlambatan bicara dan berbahasa ini haruslah dideteksi danditangani sejak dini dan dengan metode yang tepat. Bagaimana pun juga, bicara dan bahasamerupakan media utama seseorang untuk mengekspresikan emosi, pikiran, pendapat dankeinginannya. Bayangkan saja, jika ia mengalami masalah dalam mengekspresikan diri, untuk bisadimengerti oleh orang lain atau orang tuanya, guru dan teman-temannya, maka bisa membuat iafrustrasi. Mungkin pula ia akan merasa frustrasi dan malu karena teman-temannya memperlakukandia secara berbeda, entah mengucilkan atau pun membuatnya jadi bahan tertawaan. Jika tidak adayang bisa mengerti apa sih yang jadi keinginannya atau apa yang dimaksudkannya, maka tidakheran jika lama kelamaan ia akan berhenti untuk berusaha membuat orang lain mengerti. Padahal,belajar melalui proses interaksi adalah proses penting dalam menjadikan seorang manusiabertumbuh dan berhasil menjadi orang seperti yang diharapkannya. Untuk memahami lebih lanjuttentang keterlambatan bicara, maka Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak perlu mengetahui beberapa halsebagai berikut:

• Apa yang dimaksud dengan keterlambatan bicara dan apa faktor penyebabnya ?• Pemeriksaan atau evaluasi seperti apa yang perlu dilakukan jika orangtua mencurigai

anaknya mengalami hambatan bicara ?• Apa saja tahap-tahap perkembangan kemampuan bicara dan apa yang harus dilakukan

oleh orangtua pada tahapan tersebut ?

Gangguan Keterlambatan Bicara dan Faktor PenyebabGangguan keterlambatan bicara adalah istilah yang dipergunakan untuk mendeskripsikan adanyahambatan pada kemampuan bicara dan perkembangan bahasa pada anak-anak, tanpa disertaiketerlambatan aspek perkembangan lainnya. Pada umumnya mereka mempunyai perkembanganintelegensi dan sosial-emosional yang normal. Menurut penelitian, problem ini terjadi atau dialami 5sampai 10% anak-anak usia prasekolah dan lebih cenderung dialami oleh anak laki-laki dari padaperempuan.Penyebab dari keterlambatan bicara ini disebabkan oleh beragam faktor, seperti :

1. Hambatan pendengaranPada beberapa kasus, hambatan pada pendengaran berkaitan dengan keterlambatan bicara. Jika si anakmengalami kesulitan pendengaran, maka dia akan mengalami hambatan pula dalam memahami,meniru dan menggunakan bahasa. Salah satu penyebab gangguan pendengaran anak adalah karenaadanya infeksi telinga.

2. Hambatan perkembangan pada otak yang menguasai kemampuan oral-motorAda kasus keterlambatan bicara yang disebabkan adanya masalah pada area oral-motor di otaksehingga kondisi ini menyebabkan terjadinya ketidakefisienan hubungan di daerah otak yangbertanggung jawab menghasilkan bicara. Akibatnya, si anak mengalami kesulitan menggunakan bibir,lidah bahkan rahangnya untuk menghasilkan bunyi kata tertentu.

3. Masalah keturunanMasalah keturunan sejauh ini belum banyak diteliti korelasinya dengan etiologi dari hambatanpendengaran. Namun, sejumlah fakta menunjukkan pula bahwa pada beberapa kasus di mana seorang

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 118

anak anak mengalami keterlambatan bicara, ditemukan adanya kasus serupa pada generasisebelumnya atau pada keluarganya. Dengan demikian kesimpulan sementara hanya menunjukkanadanya kemungkinan masalah keturunan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi.

4. Masalah pembelajaran dan komunikasi dengan orang tuaMasalah komunikasi dan interaksi dengan orang tua tanpa disadari memiliki peran yang pentingdalam membuat anak mempunyai kemampuan berbicara dan berbahasa yang tinggi. Banyak orang tuayang tidak menyadari bahwa cara mereka berkomunikasi dengan si anak lah yang juga membuat anaktidak punya banyak perbendaharaan kata-kata, kurang dipacu untuk berpikir logis, analisa ataumembuat kesimpulan dari kalimat-kalimat yang sangat sederhana sekali pun. Sering orang tua malasmengajak anaknya bicara panjang lebar dan hanya bicara satu dua patah kata saja yang isinyainstruksi atau jawaban sangat singkat. Selain itu, anak yang tidak pernah diberi kesempatan untukmengekspresikan diri sejak dini (lebih banyak menjadi pendengar pasif) karena orang tua terlalumemaksakan dan memasukkan segala instruksi, pandangan mereka sendiri atau keinginan merekasendiri tanpa memberi kesempatan pada anaknya untuk memberi umpan balik, juga menjadi faktoryang mempengaruhi kemampuan bicara, menggunakan kalimat dan berbahasa.

5. Faktor TelevisiSejauh ini, kebanyakan nonton televisi pada anak-anak usia batita merupakan faktor yang membuatanak lebih menjadi pendengar pasif. Pada saat nonton televisi, anak akan lebih sebagai pihak yangmenerima tanpa harus mencerna dan memproses informasi yang masuk. Belum lagi suguhan yangditayangkan berisi adegan-adegan yang seringkali tidak dimengerti oleh anak dan bahkan sebenarnyatraumatis (karena menyaksikan adegan perkelahian, kekerasan, seksual, atau pun acara yang tidakdisangka memberi kesan yang mendalam karena egosentrisme yang kuat pada anak dan karenakemampuan kognitif yang masih belum berkembang). Akibatnya, dalam jangka waktu tertentu yangmana seharusnya otak mendapat banyak stimulasi dari lingkungan/orang tua untuk kemudianmemberikan feedback kembali, namun karena yang lebih banyak memberikan stimulasi adalahtelevisi (yang tidak membutuhkan respon apa-apa dari penontonnya), maka sel-sel otak yangmengurusi masalah bahasa dan bicara akan terhambat perkembangannya.

Evaluasi dan PemeriksaanJika orang tua mencurigai anaknya mengalami hambatan bicara, maka hal ini haruslah diteliti dandiperiksa oleh ahli yang memang berkompeten di bidangnya, untuk menghindari terjadinya salahdiagnosa dan penanganan. Untuk itu, diperlukan pemeriksaan lengkap dari aspek-aspek :

1. Fisiologis dan NeurologisDokter memeriksa secara menyeluruh, untuk mengetahui apakah keterlambatan tersebutdisebabkan masalah pada alat pendengaran, sistem pendengarannya, atau pun pada areal otakyang mengatur mekanisme pendengaran-bicara dan otak yang memproduksi kemampuanberbicara. Tidak hanya itu, pemeriksaan lengkap akan menghasilkan diagnosa yang jauh lebihpasti tidak hanya faktor penghambatnya, namun juga metode penanganan yang paling sesuaiuntuk anak yang bersangkutan.

2. PsikologisPemeriksaan secara psikologis juga diperlukan untuk memahami fungsi-fungsi lain yangberhubungan dengan kemampuan berbicara dan berbahasa, seperti tingkat intelegensi sertatingkat perkembangan sosial-emosional anak. Pemeriksaan secara psikologis ini jugadimaksudkan untuk melihat sejauh mana pengaruh dari hambatan yang dialami anak terhadapkemampuan emosional dan intelektualnya. Pemeriksaan ini juga harus ditangani oleh ahli ataupsikolog yang berkompeten dan berpengalaman dalam menangani anak dengan problemketerlambatan bicara.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 119

Setelah hasil pemeriksaan keluar, maka orang tua dengan rekomendasi ahlinya dapatmengambil langkah tepat seperti misalnya, melakukan terapi bicara atau jika usia anak sudahharus sekolah, maka dimasukkan pada sekolah yang dapat memberikan perlakuan danperhatian yang tepat sesuai dengan masalah anak tersebut.

Kemungkinan Pulihnya Kembali Kemampuan Bicara & BerbahasaSebenarnya, jika sejak awal hambatan bicara ini sudah didiagnosa secara tepat, dan jika pihakkeluarga mempunyai kepedulian yang tinggi untuk memberikan dukungan bagi program pemulihan sianak, maka akan besar kemungkinan bagi si anak untuk kembali memiliki kemampuan yang normal.Meski pada proses awal akan terkesan lamban, namun kemungkinan besar masalah keterlambatanbicara akan teratasi ketika anak mulai memasuki sekolah dasar.Pada kasus-kasus tertentu dimana hambatan bicara dan ber bahasa terlihat dari adanya hambatandalam menulis. Sebenarnya hal ini masih bisa didiagnosa dan dilakukan penanganan yang tepatsupaya kemampuan tersebut akhirnya berkembang seperti anak-anak lain seusianya. (jr)

Tahapan Perkembangan Kemampuan Bicara dan BerbahasaBerikut ini akan disajikan informasi seputar tahapan perkembangan bahasa dan bicara seorang anak. Namunperlu diperhatikan, bahwa batasan-batasan yang tertera juga bukan merupakan batasan yang kaku mengingatkeunikan setiap anak berbeda satu dengan yang lain. Menurut Dr. Miriam Stoppard (1995) tahapanperkembangan kemampuan bicara dan berbahasa dapat dibagi sebagai berikut:

• 0 - 8 Minggu• 8 - 24 Minggu• 28 Minggu - 1 Tahun• 1 Tahun - 18 Bulan• 18 Bulan - 2 Tahun• 2 - 3 Tahun• 3 - 4 Tahun

0 - 8 MingguPerkembangan Kemampuan Berbicara dan Bahasa

Pada masa awal, seorang bayi akan mendengarkan dan mencoba mengikuti suara yangdidengarnya. Sebenarnya tidak hanya itu, sejak lahir ia sudah belajar mengamati danmengikuti gerak tubuh serta ekspresi wajah orang yang dilihatnya dari jarak tertentu. Meskipunmasih bayi, seorang anak akan mampu memahami dan merasakan adanya komunikasi duaarah dengan memberikan respon lewat gerak tubuh dan suara. Sejak dua minggu pertama, iasudah mulai terlibat dengan percakapan, dan pada minggu ke-6 ia akan mengenali suara sangibu, dan pada usia 8 minggu, ia mulai mampu memberikan respon terhadap suara yangdikenalinya.

Tindakan yang Dapat Dilakukan Orangtua§ Semakin dini orang tua menstimulasi anaknya dengan cara mengajaknya bercakap-cakap dan

menunjukkan sikap yang mendorong munculnya respon dari si anak, maka sang anak akan semakindini pula tertarik untuk belajar bicara. Tidak hanya itu, kualitas percakapan dan bicaranya juga akanlebih baik. Jadi, teruslah mengajak anak Anda bercakap-cakap sejak hari pertama kelahirannya.

§ Jalinlah komunikasi dengan dihiasi oleh senyum Anda, pelukan, dan perhatian. Dengan demikian anakAnda akan termotivasi untuk berusaha memberikan responnya.

§ Tunjukkanlah selalu kasih sayang melalui peluk-cium, dan kehangatan yang bisa dirasakan melaluiintonasi suara Anda. Dengan demikian, Anda menstimulasi terjalinnya ikatan emosional yang eratantara Anda dengan anak Anda sekaligus membesarkan hatinya.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 120

Selama menjalin komunikasi dengan anak Anda, jangan lupa untuk melakukan kontak mata secaraintensif karena dari pandangan mata tersebutlah anak bisa merasakan perhatian, kasih sayang, cinta,dan pengertian. Jika sedang bicara, tataplah matanya dan jangan malah membelakangi dia.

§ Jika anak Anda menangis, jangan didiamkan saja. Selama ini banyak bereda pandangan keliru, bahwajika bayi menangis sebaiknya didiamkan saja supaya nantinya tidak manja dan bau tangan. Padahal,satu-satunya cara seorang bayi baru lahir untuk mengkomunikasikan keinginan dan kebutuhannya(haus, lapar, kedinginan, kepanasan, kebutuhan emosional, kelelahan, kebosanan) dia adalah melaluitangisan. Jadi, jika tangisannya tidak Anda pedulikan, lama-lama dia akan frustasi karenakebutuhannya terabaikan. Yang harusnya Anda lakukan adalah memberinya perlakuan seperti yangdibutuhkannya saat ia menangis. Untuk itu, kita sebagai orang tua haruslah belajar memahami danmengerti bahasa isyaratnya. Tidak ada salahnya, jika Anda seakan-akan bertanya padanya, seperti

rupanya ada sesuatu yang kamu inginkan,....coba biar Ibu lihat...

8 - 24 MingguPerkembangan Kemampuan Berbicara dan Bahasa

Tidak lama setelah seorang bayi tersenyum, ia mulai belajar mengekspresikan dirinya melaluisuara-suara yang sangat lucu dan sederhana, seperti eh , ah , uh , oh dan tidak lamakemudian ia akan mulai mengucapkan konsonan seperti , , , dan . Pada usia 12minggu, seorang bayi sudah mulai terlibat pada percakapan tunggal dengan menyuarakangaga , ah goo , dan pada usia 16 minggu, ia makin mampu mengeluarkan suara seperti

tertawa atau teriakan riang, dan bublling. Pada usia 24 minggu, seorang bayi akan mulai bisamenyuarakan ma , ka , da dan sejenisnya. Sebenarnya banyak tanda-tanda yangmenunjukkan bahwa seorang anak sudah mulai memahami apa yang orang tuanya atau oranglain katakan. Lucunya, anak-anak itu akan bermain dengan suaranya sendiri dan terusmengulang apa yang didengar dari suaranya sendiri.

Tindakan yang Dapat Dilakukan Orangtua§ Untuk bisa berbicara, seorang anak perlu latihan mekanisme berbicara melalui latihan gerakan mulut,

lidah, bibir. Sebenarnya, aktivitas menghisap, menjilat, menyemburkan gelembung dan mengunyahmerupakan kemampuan yang diperlukan. Oleh sebab itu, latihlah anak Anda baik dengan permainanmaupun dengan makanan.

§ Sering-seringlah menyanyikan lagu untuk anak Anda dengan lagu-lagu anak-anak yang sederhana danlucu, secara berulang dengan penekanan pada ritme dan pengucapannya. Bernyanyilah dengandiselingi permainan-permainan yang bernada serta menarik. Jadi, luangkan lah waktu Anda untukterlibat dalam kegiatan menarik seperti itu agar kemampuan bicara dan berbahasa anak Anda lebihberkembang.

§ Salah satu cara seorang anak berkomunikasi di usia ini adalah melalui tertawa. Oleh sebab itu, sering-seringlah bercanda dengannya, tertawa, membuat suara-suara dan ekspresi lucu agar kemampuankomunikasi dan interaksinya meningkat dan mendorong tumbuhnya kemampuan bahasa dan bicara.

§ Setiap bayi yang baru lahir, mereka akan belajar melalui pembiasaan atau pun pengulangan suatu pola,kegiatan, nama atau peristiwa. Melalui mekanisme ini Anda mulai bisa mengenalkan kata-kata yangbermakna pada anak pada saat melakukan aktivitas rutin, seperti : pada waktu mau makan, Anda bisakatakan nyam-nyam

28 Minggu - 1 Tahun

Perkembangan Kemampuan Berbicara dan BahasaUsia 28 minggu seorang anak mulai bisa mengucapkan ba , da , ka secara jelas sekali.Bahkan waktu menangis pun vokal suaranya sangat lantang dan dengan penuh intonasi. Pada

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 121

usia 32 minggu, ia akan mampu mengulang beberapa suku kata yang sebelumnya sudahmampu diucapkannya. Pada usia 48 minggu, seorang anak mulai mampu sedikit demi sedikitmengucapkan sepatah kata yang sarat dengan arti. Selain itu, ia mulai mengerti kata tidakdan mengikuti instruksi sederhana seperti bye-bye atau main ciluk-baa . Ia juga mulai bisameniru bunyi binatang seperti guk , kuk , ck

Tindakan yang Dapat Dilakukan Orangtua§ Jadilah model yang baik untuk anak Anda terutama pada masa ini lah mereka mulai belajar meniru

kata-kata yang didengarnya dan mengucapkannya kembali. Ucapkan kata-kata dan kalimat Andasecara perlahan, jelas dengan disertai tindakan (agar anak tahu artinya atau korelasinya antara katayang Anda ucapkan dengan tindakan kongkritnya), dan jangan lupa, bahasa tubuh dan ekspresi wajahAnda juga harus pas.

§ Anak Anda akan belajar bicara dengan bahasa yang tidak jelas bagi Anda. Jadi, ini lah waktunya untukAnda berdua (Anda dengan anak) saling belajar untuk bisa saling memahami keinginan dan maksudberdua. Jadikanlah kegiatan ini sebagai salah satu bentuk permainan yang menyenangkan agar anakAnda tidak patah semangat untuk terus mencoba mengucapkan secara pas dan jelas. Namun, jikaAnda malas memperhatikan suaranya , apa yang dimaksudnya, dan tidak mengulangi suaranya, ataubahkan ekspresi wajah Anda membuat dirinya jadi enggan mencoba, maka anak Anda akan merasabahwa tidak memungkinkan baginya untuk mencoba mengekspresikan keinginan karena orangdewasa tidak akan ada yang mengerti dan mau mendengarkan

§ Kadang-kadang, ikutilah gumamannya, namun, Anda juga perlu mengucapkan kata secara benar. Jikasuatu saat ia berhasil mengucapkan suatu suku kata atau kata dengan benar, berilah pujian yangdisertai dengan pelukan, ciuman, tepuk tangan..dan sampaikan padanya, betapa pandainya dia .

§ Jika mengucapkan sebuah kata, sertailah dengan penjelasan artinya. Lakukan hal ini terus menerusmeski tidak semua dimengertinya. Penjelasan bisa dilakukan misal dengan menunjukkan gambar,gerakan, sikap tubuh, atau pun ekspresi.

1 Tahun - 18 Bulan

Perkembangan Kemampuan Berbicara dan BahasaPada usia setahun, seorang anak akan mampu mengucapkan dua atau tiga patah kata yang punyamakna. Sebenarnya, ia juga sudah mampu memahami sebuah obyek sederhana yang diperlihatkanpadanya. Pada usia 15 bulan, anak mulai bisa mengucapkan dan meniru kata yang sederhana dansering didengarnya untuk kemudian mengekspresikannya pada porsi / situasi yang tepat. Usia 18bulan, ia sudah mampu menunjuk obyek-obyek yang dilihatnya di buku dan dijumpainya setiap hari.Selain itu ia juga mampu menghasilkan kurang lebih 10 kata yang bermakna.

Tindakan yang Dapat Dilakukan Orangtua§ Semakin mengenalkan anak Anda dengan berbagai macam suara, bunyi, seperti misalnya suara mobil,

motor, kucing, anjing, dsb. Kenalkan pula pada suara-suara yang sering didengarnya sehari-hari,seperti pintu terbuka-tertutup, suara air, suara angin berdesir di pepohonan, kertas dirobek, bendajatuh, dsb.

§ Sering-seringlah membacakan buku-buku yang sangat sederhana namun sarat dengan cerita yangmenarik untuk anak dan gambar serta warna yang eye catching . Tunjukkan obyek-obyek yang terlihatdi buku, sebutkan namanya, jelaskan apa yang sedang dilakukannya, bagaimana jalan ceritanya. Mintalah padanya untuk mengulang nama yang Anda sebutkan, dan jangan lupa, berilah pujian jika iaberhasil mengingat dan mengulang nama yang Anda sebutkan.

§ Jika sedang bersamanya, sebutkan nama-nama benda, warna dan bentuk pada setiap obyek yangdilihatnya

§ Anda mulai bisa mengenalkan dengan angka dengan kegiatan seperti menghitung benda-bendasederhana yang sedang dibuat permainan. Lakukan itu dalam suasana yang santai dan nyaman agaranak tidak merasa ada tekanan keharusan untuk menguasai kemampuan itu

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 122

18 Bulan - 2 TahunPerkembangan Kemampuan Berbicara dan Bahasa

Pada rentang usia ini, kemampuan bicara anak semakin tinggi dan kompleks. Perbendaharaankatanya pun bisa mencapai 30 kata dan mulai sering mengutarakan pertanyaan sederhana,seperti mana ? , dimana? dan memberikan jawaban singkat, seperti tidak , disana , disitu ,mau . Pada usia ini mereka juga mulai menggunakan kata-kata yang menunjukkan

kepemilikan, seperti punya ani , punyaku . Bagaimana pun juga, sebuah percakapanmelibatkan komunikasi dua belah pihak, sehingga anak juga akan belajar merespon setelahmendapatkan stimulus. Semakin hari ia semakin luwes dalam menggunakan kata-kata danbahasa sesuai dengan situasi yang sedang dihadapinya dan mengutarakan kebutuhannya.Namun perlu diingat, oleh karena perkembangan koordinasi motoriknya juga belum terlalusempurna, maka kata-kata yang diucapkannya masih sering kabur, misalnya balon jadi aon ,roti jadi oti

Tindakan yang Dapat Dilakukan Orangtua§ Mulailah mengenalkan anak Anda pada perbendaharaan kata yang menerangkan sifat atau kualitas.

Seperti baik, indah, cantik, dingin, banyak, sedikit, asin, manis, nakal, jelek, dsb. Caranya, pada saatAnda mengucapkan suatu kata tertentu, sertailah dengan kualitas tersebut, misalnya anak baik, anakmanis, anak pintar, baju bagus, boneka cantik, anak nakal, roti manis , dsb

§ Mulailah mengenalkan padanya kata-kata yang menerangkan keadaan atau peristiwa yang terjadi :sekarang, besok, di sini, di sana, kemarin, nanti, segera, dsb

§ Anda juga bisa mengenalkannya kata-kata yang menunjukkan tempat : di atas, di bawah, di samping, ditengah, di kiri, di kanan, di belakang, di pinggir; Anda bisa melakukannya dengan menggunakan contohgerakan. Banyak model permainan yang dapat Anda gunakan untuk menerangkan kata-kata tersebut,bahkan dengan permainan, akan jauh lebih menyenangkan baginya dna bagi Anda.

§ Yang perlu Anda ingat, janganlah menyetarakan perkembangan anak Anda dengan anak-anak lainnyakarena tiap anak mempunyai dan mengalami hambatan yang berbeda-beda. Jadi, jika anak Andakurang lancar dan fasih berbicara, janganlah kemudian menekannya untuk lekas-lekas mengoptimalkankemampuannya. Keadaan ini hanya akan membuatnya stress

2 Tahun - 3 TahunPerkembangan Kemampuan Berbicara dan Bahasa

Seorang anak mulai menguasai 200 300 kata dan senang bicara sendiri (monolog). Sekaliwaktu ia akan memperhatikan kata-kata yang baru didengarnya untuk dipelajari secara diam-diam. Mereka mulai mendengarkan pesan-pesan yang penuh makna, yang memerlukanperhatian dengan penuh minat dan perhatian. Perhatian mereka juga semakin luas dansemakin bervariasi. Mereka juga semakin lancar dalam bercakap-cakap, meskipengucapannya juga belum sempurna. Anak seusia ini juga semakin tertarik mendengarkancerita yang lebih panjang dan kompleks. Jika diajak bercakap-cakap, mudah bagi merekauntuk loncat dari satu topik pembicaraan ke yang lainnya. Selain itu, mereka sudah mampumenggunakan kata sambung sama , misalnya ani pergi ke pasar sama ibu , untukmenggambarkan dan menyambung dua situasi yang berbeda. Pada usia ini mereka juga bisamenggunakan kata aku , saya kamu dengan baik dan benar. Dengan banyaknya kata-katayang mereka pahami, mereka semakin mengerti perbedaan antara yang terjadi di masa lalu,masa kini dan masa sekarang.

Tindakan yang Dapat Dilakukan Orangtua§ Pada usia ini, anak Anda akan lebih senang bercakap-cakap dengan anak-anak seusianya dari pada

dengan orang dewasa. Oleh sebab itu, akan baik jika ia banyak dikenalkan dengan anak-anakseusianya dan dilibatkan pada lingkungan sosial yang bisa memfasilitasi kemampuan sosial danberkomunikasinya. Salah satu tujuan para orang tua memasukkan anaknya dalam nursery school

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 123

adalah karena alasan tersebut, agar anaknya bisa mengembangkan kemampuan komunikasi sekaligussosialisasi. Meskipun demikian, bahasa dan kata-kata yang diucapkan masih bersifat egosentris,namun lama kelamaan akan lebih bersifat sosial seiring dengan perkembangan usia dan keluasanjaringan sosialnya.

§ Sering-seringlah menceritakan cerita menarik pada anak Anda, karena sebenarnya cerita jugamerupakan media atau sarana untuk mengekspresikan emosi, menamakan emosi yang disimpannyadalam hati, dan belajar berempati. Dari kegiatan ini pula lah anak Anda tidak hanya belajar beranimengekspresikan diri secara verbal tapi juga belajar perilaku sosial.

§ Ceritakan padanya cerita yang lebih kompleks dan kenalkan beberapa kata-kata baru sambilmenerangkan artinya. Lakukan ini secara terus menerus agar ia dapat mengingatnya danmengenalinya dengan mudah ketika Anda mengulang cerita itu kembali di lain waktu.

3 - 4 TahunPerkembangan Kemampuan Berbicara dan Bahasa

Anak mulai mampu menggunakan kata-kata yang bersifat perintah; hal ini juga menunjukkanadanya rasa percaya diri yang kuat dalam menggunakan kata-kata dan menguasai keadaan.Mereka senang sekali mengenali kata-kata baru dan terus berlatih untuk menguasainya.Mereka menyadari, bahwa dengan kata-kata mereka bisa mengendalikan situasi seperti yangdiinginkannya, bisa mempengaruhi orang lain, bisa mengajak teman-temannya atau ibunya.Mereka juga mulai mengenali konsep-konsep tentang kemungkinan, kesempatan, denganandaikan , mungkin , misalnya , kalau . Perbendaharaan katanya makin banyak dan

bervariasi seiring dengan peningkatan penggunaan kalimat yang utuh. Anak-anak itu jugamakin sering bertanya sebagai ungkapan rasa keingintahuan mereka, seperti kenapa dia Ma

, sedang apa dia Ma? , mau ke mana ?Tindakan yang Dapat Dilakukan Orangtua§ Hindari sikap mengkoreksi kesalahan pengucapan kata anak secara langsung, karena itu akan

membuatnya malu dan malah bisa mematahkan semangatnya untuk belajar dan berusaha. Anda bisamengulangi kata-kata tersebut secara jelas seolah Anda mengkonfirmasi apa yang dimaksudkannya.Dengan demikian, ia akan memahami kesalahannya tanpa merasa harus malu.

§ Pada usia ini, seorang anak sudah mulai bisa mengerti penjelasan sederhana. Oleh sebab itu, Andabisa mulai mencoba untuk mengajaknya mendiskusikan soal-soal yang sangat sederhana; dantanyakan apa pendapatnya tentang persoalan itu. Dengan cara itu, Anda melatih cara dan prosespenyelesaian masalah pada anak Anda setahap demi setahap. Hasil dari tukar pendapat itusebenarnya juga mempertinggi self-esteem anak karena ia merasa pendapatnya didengarkan olehorang dewasa.

§ Mulailah mengeluarkan kalimat yang panjang dan kompleks, agar ia mulai belajar meningkatkankemampuannya dalam memahami kalimat. Untuk mengetahui apakah ia memahami atau tidak, Andabisa melihat respon dan reaksinya; jika ia melakukan apa yang Anda inginkan, dapat diartikan ia cukupmengerti kalimat Anda.

§ Anak-anak sangat menyukai kegiatan berbisik karena hal itu permainan mengasikkan buat merekasebagai salah satu cara mengekspresikan perasaan, dan keingintahuan.

§ Pakailah cerita-cerita dongeng dan fabel yang sebenarnya mencerminkan dunia anak kita danmemakainya sebagai suatu cara untuk mengajarkan banyak hal tanpa menyinggung perasaannya.Dengan mendongeng, Anda mengenalkan padanya konsep-konsep tentang moralitas, nilai-nilai, sikapyang baik dan jahat, keadilan, kebajikan dan pesan-pesan moral lainnya. Jadikanlah saat-saat bersamaanak Anda sebagai masa yang menyenangkan, ceria, santai dan segar. Buatlah ini menjadi kebiasaandi waktu-waktu tertentu, seperti sebelum tidur atau di waktu sore hari.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 124

51. Mengekspresikan Marah Secara Tepat Kepada Anak

Marah, adalah kewajaran bagi orangtua bila sedang jengkel dan dibikin pusing oleh anak. Namun bagi

anak-anak tertentu, kemarahan orangtua identik dengan pukulan fisik, kekerasan verbal ( umpatan,

makian, dan cacian ), dan menimbulkan luka psikis bagi anak. Sementara bagi orangtua, anak anak

tertentu yang terlalu sering menimbulkan kejengkelan, bandel, nakal dan perilaku tidak

menyenangkan lainnya yang memaksa orangtua menumpahkan segala macam ekspresi kemarahan.

Tidak heran, orangtua pun tidak perduli manakala cap " cerewet " menghinggapi dirinya.

Tidak tepat

Marah itu memang mudah. Begitu mudahnya marah, sehingga setiap orang akan mampu marah.

Tetapi, marah yang tepat, pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang pas,

demi tujuan yang benar, dengan cara yang baik, bukanlah sesuatu yang mudah. Demikian ungkap

Aristoteles dalam tulisannya The Nichomachean Ethics dan diungkap ulang oleh Dr. Daniel Goleman,

psikolog yang mendalami ilmu-ilmu perilaku dan otak. Kata-kata tersebut cukup mewakili bagaimana

sebenarnya posisi kemarahan pada setiap individu.

Bagi orangtua yang beraliran konservatif dalam mendidik anak, memang merasa berhak untuk selalu

marah, bila merasa jengkel dan tidak menyukai perilaku anak. Hak ini didukung oleh argumen, bahwa

kemarahan orangtua adalah demi kebaikan terhadap anak itu sendiri. Tujuan ini tentu saja dibenarkan,

namun kadar, waktu, dan cara marah yang keliru, sering menimbulkan suasana semakin ruwet.

Orangtua semakin marah, anak semakin memberontak. Orangtua mengecap anaknya sebagai anak

yang bandel, nakal, suka membantah orangtua, sementara anak melakukan penyelesaian masalah

dengan caranya sendiri. Misalnya dengan lari dari suasana rumah, berkeliaran di mal-mal, pulang larut

malam, atau bahkan terlibat dalam obat-obatan terlarang.

Untuk itu dibutuhkan tidak saja ketrampilan kognitif intelektual manakala orangtua akan

menggunakan hak marahnya kepada anak, melainkan juga dituntut adanya ketrampilan emosional.

Ketrampilan kognitif intelektual tampak dari tujuan marah yang ilmiah, yakni karena kamu salah

maka mama dan papa berhak untuk marah. Ketrampilan emosional, tampak dari bagaimana ketepatan

orangtua untuk mengekspresikan marahnya secara tepat.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 125

Empat langkah

Orangtua tertentu memang melakukan kesalahan fatal manakala mereka marah kepada anak. Kata-

kata alasan marah, dan ekspresi emosi yang tidak terkendali, tumpah ruah kepada anak. Komunikasi

macet, orangtua semakin marah, anak pun ikut- ikutan menolak kemarahan dan jadi ikut marah pula.

Daniel Goleman menyodorkan empat langkah alternatif marah yang tepat terhadap anak. Empat

langkah ini terdiri atas strategi SOCS ( Situation, Option, Consequence, dan Solution ) Artinya,

hendaknya kita mempelajari situasi psikologis anak ( badan capek, pikiran masih kacau, atau anak

memang tipe pemberontak ), kemudian menuliskan alternatif- alternatif yang bisa dilakukan terhadap

anak ( menasehati langsung, menasehati tetapi ditunta setelah anak memiliki waktu yang tepat,

menasehati biasa, menasehati dengan nada keras, dsb), memikirkan segala konsekuensinya ( anak

menerima tanpa syarat, diterima dengan syarat, atau anak menolak nasihat orangtua), lalu tuliskan

atau pikirkan juga bagaimana solusi-solusi yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah anak

tersebut.

Tonjolkan aspek tanggung jawab kepada anak, bahwa setiap perilaku dan sikap yang dilakukan anak,

akan membawa konsekuensi tersendiri. Konsekuensi itu tidak selalu menyenangkan, namun ada juga

yang menyusahkan. Biarkan anak berpikir, mana yang akan ia pilih.

Dalam psikologi, dikenal adanya Analisis Transaksional. Salah satu aspek ajaran Analisis transksional

ini adalah bahwa untuk mendidik anak jangan selalu dengan kemarahan fisik, larangan, dan

menasehati. Sekali tempo konfrontasikan dengan konsekuensi yang mungkin akan dialami anak bila

anak tidak menuruti nasehat orangtua, atau sebuah ujud kemarahan yang tersamar. Misalnya, tampak

dengan nasehat kontroversial dan bersifat konfrontatif. Misal dengan mengatakan . kalau kamu tidak

mau turun dari pohon yang terlalu tinggi itu, naik saja setinggi mungkin atau kalau kamu jatuh,

sakitnya akan lebih terasa. Untuk mencapai tujuan secara baik, orangtua hendaknya lebih jeli

mengamati tipe-tipe psikologis anak. Dengan demikian, marahpun memang dituntut ketepatan dalam

mengekspresikannya.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 126

52. Penyiksaan dan Pengabaian Terhadap Anak

Penyiksaan Terhadap AnakSemua orang tua pasti sekali waktu merasa marah terhadap anaknya. Mengatasi perilaku anakmemang bukan perkara mudah. Hanya dengan bilang tidak saja belum tentu dapat meredamsikap yang menjengkelkan tersebut. Dalam menghadapi sikap dan perilaku anak yang menyulitkantersebut banyak orang tua yang lepas kendali sehingga mengatakan atau melakukan sesuatu yangmembahayakan anak sehingga kemudian mereka sesali. Jika situasi ini sering berulang, hal ini yangdikatakan sebagai penyiksaan anak, baik secara fisik maupun mental. Beberapa kriteria yangtermasuk perilaku menyiksa seperti :

• Menghukum anak secara berlebihan• Memukul• Menyulut dengan ujung rokok, membakar, menampar, membanting• Terus menerus mengkritik, mengancam, atau menunjukkan sikap penolakan terhadap anak• Pelecehan seksual• Menyerang anak secara agresif• Mengabaikan anak; tidak memperhatikan kebutuhan makan, bermain, kasih sayang dan

memberikan rasa aman yang memadai

Menurut pendapat Vander Zanden (1989), perilaku menyiksa dapat didefinisikan sebagai suatubentuk penyerangan secara fisik atau melukai anak; dan perbuatan ini dilakukan justru olehpengasuhnya (orang tua atau pengasuh non-keluarga). Menurut data penelitian diungkapkan bahwapenyiksaan secara fisik banyak dialami oleh anak-anak sejak masa bayi, dan berlanjut hingga masakanak-kanak sampai remaja.

Lain lagi pendapat para psikiater yang terhimpun dalam Himpunan Masyarakat Pencegah KekerasanPada Anak di Inggris (1999). Mereka berpendapat, bahwa pengabaian terhadap anak jugamerupakan sikap penyiksaan namun lebih bersifat pasif. Efek dari penyiksaan maupun pengabaianterhadap anak sama-sama mendatangkan akibat yang buruk. Untuk mengetahui lebih jelas apa dansejauh mana dampak dari sikap orang tua yang demikian, Anda dapat melihat pada artikel kamitentang dampak penyiksaan dan pengabaian orangtua terhadap anak.

Pengabaian Terhadap AnakPenyiksaan terhadap anak tidak terbatas pada perilaku agresif seperti memukul, membentak-bentak, menghukum secara fisik dan sebagainya, namun sikap orang tua yang mengabaikan anak-anaknya juga tergolong bentuk penyiksaan secara pasif. Pengabaian dapat diartikan sebagaiketiadaan perhatian baik sosial, emosional dan fisik yang memadai, yang sudah selayaknya diterimaoleh sang anak. Pengabaian ini dapat berbentuk :

• Kurang memberikan perhatian dan kasih sayang yang dibutuhkan anak• Tidak memperhatikan kebutuhan makan, bermain, rasa aman, kesehatan, perlindungan

(rumah) dan pendidikan• Mengacuhkan anak, tidak mengajak bicara• Membeda-bedakan kasih sayang dan perhatian antara anak-anaknya• Dipisahkan dari orang tua, jika tidak ada pengganti yang stabil dan memuaskan (jr)

Dampak Penyiksaan dan Pengabaian Terhadap Beberapa Aspek Kehidupan AnakMenurut berbagai lembaga penanganan terhadap anak-anak yang mendapat perlakuan negatif dariorang tua, ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dampak atau efek dari penyiksaanatau pengabaian terhadap kehidupan sang anak. Faktor-faktor tersebut adalah :

• Jenis perlakuan yang dialami oleh sang anak

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 127

• Seberapa parah perlakuan tersebut dialami• Sudah berapa lama perlakuan tersebut berlangsung• Usia anak dan daya tahan psikologis anak dalam menghadapi tekanan• Apakah dalam situasi normal sang anak tetap memperoleh perlakuan atau pengasuhan yang

wajar• Apakah ada orang lain atau anggota keluarga lain yang dapat mencintai, mengasihi,

memperhatikan dan dapat diandalkan oleh sang anak

Sementara itu penyiksaan dan atau pengabaian yang dialami oleh anak dapat menimbulkanpermasalahan di berbagai segi kehidupannya seperti:

§ Masalah Relational§ Masalah Emosional§ Masalah Kognisi§ Masalah Perilaku

Masalah Relational• Kesulitan menjalin dan membina hubungan atau pun persahabatan• Merasa kesepian• Kesulitan dalam membentuk hubungan yang harmonis• Sulit mempercayai diri sendiri dan orang lain• Menjalin hubungan yang tidak sehat, misalnya terlalu tergantung atau terlalu mandiri• Sulit membagi perhatian antara mengurus diri sendiri dengan mengurus orang lain• Mudah curiga, terlalu berhati-hati terhadap orang lain• Perilakunya tidak spontan• Kesulitan menyesuaikan diri• Lebih suka menyendiri dari pada bermain dengan kawan-kawannya• Suka memusuhi orang lain atau dimusuhi• Lebih suka menyendiri• Merasa takut menjalin hubungan secara fisik dengan orang lain• Sulit membuat komitmen• Terlalu bertanggung jawab atau justru menghindar dari tanggung jawab

Masalah Emosional• Merasa bersalah, malu• Menyimpan perasaan dendam• Depresi• Merasa takut ketularan gangguan mental yang dialami orang tua• Merasa takut masalah dirinya ketahuan kawannya yang lain• Tidak mampu mengekspresikan kemarahan secara konstruktif atau positif• Merasa bingung dengan identitasnya• Tidak mampu menghadapi kehidupan dengan segala masalahnya

Masalah Kognisi• Punya persepsi yang negatif terhadap kehidupan• Timbul pikiran negatif tentang diri sendiri yang diikuti oleh tindakan yang cenderung

merugikan diri sendiri• Memberikan penilaian yang rendah terhadap kemampuan atau prestasi diri sendiri• Sulit berkonsentrasi dan menurunnya prestasi di sekolah• Memiliki citra diri yang negatif

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 128

Masalah Perilaku• Muncul perilaku berbohong, mencuri, bolos sekolah• Perbuatan kriminal atau kenakalan• Tidak mengurus diri sendiri dengan baik• Menunjukkan sikap dan perilaku yang tidak wajar, dibuat-buat untuk mencari perhatian• Muncul keluhan sulit tidur• Muncul perilaku seksual yang tidak wajar• Kecanduan obat bius, minuman keras, dsb• Muncul perilaku makan yang tidak normal, seperti anorexia atau bulimia

Tidak semua anak akan memperlihatkan tanda-tanda tersebut di atas karena mereka merasa malu, atautakut untuk mengakuinya. Bisa saja mereka diancam oleh pelakunya untuk tidak membicarakankejadian yang dialami pada orang lain. Jika tidak, maka mereka akan mendapatkan hukuman yangjauh lebih hebat. Tidak menutup kemungkinan, anak-anak tersebut justru mencintai pelakunya.Mereka ingin menghentikan tindakannya tetapi tidak ingin pelakunya ditangkap atau dihukum, ataumelakukan suatu tindakan yang membahayakan keutuhan keluarga.

Pengabaian Terhadap Anak : Anak yang Kurang Mendapat Perhatian dan Kasih SayangDari Orangtua

Bayi yang dipisahkan dari orang tua akan mengembangkan perasaan tidak aman yang ditampilkandalam gangguan kepribadian atau kesulitan/hambatan di dalam segi-segi kehidupannya yangmenyebabkan munculnya masalah penyesuaian diri di masa yang akan datang. Bagaimana pun juga,pengasuhan yang memadai semasa bayi merupakan kebutuhan yang penting demi tercapainyapertumbuhan fisik dan psikis yang maksimal. Menurut Wenar (1991), ketiadaan pengasuhan yangmemadai setelah terbentuknya ikatan cinta kasih di antara anak dengan pengasuh akan menyebabkanperilaku yang menyimpang, karena dampak dari kehilangan tersebut sangatlah dirasakan sebagaisuatu penolakan atau pun pengabaian.

Dengan kapasitas pemahaman yang masih terbatas akan suatu peristiwa, sang anak akanmenterjemahkan kejadian tersebut sebagai bentuk penolakan atas dirinya, ia merasa tidak cukupberharga sehingga tidak pantas untuk dicintai. Hal ini jika berlanjut tanpa sempat diperbaiki, akanmenimbulkan masalah terutama dalam pembentukan identitas seseorang serta penyesuaian diri dalamkehidupannya di lingkungan

Pengabaian Terhadap Anak : Anak yang Dipisahkan Dari OrangtuaBayi yang dipisahkan dari orang tua akan mengembangkan perasaan tidak aman yang ditampilkandalam gangguan kepribadian atau kesulitan/hambatan di dalam segi-segi kehidupannya yangmenyebabkan munculnya masalah penyesuaian diri di masa yang akan datang. Bagaimana pun juga,pengasuhan yang memadai semasa bayi merupakan kebutuhan yang penting demi tercapainyapertumbuhan fisik dan psikis yang maksimal. Menurut Wenar (1991), ketiadaan pengasuhan yangmemadai setelah terbentuknya ikatan cinta kasih di antara anak dengan pengasuh akan menyebabkanperilaku yang menyimpang, karena dampak dari kehilangan tersebut sangatlah dirasakan sebagaisuatu penolakan atau pun pengabaian.

Dengan kapasitas pemahaman yang masih terbatas akan suatu peristiwa, sang anak akanmenterjemahkan kejadian tersebut sebagai bentuk penolakan atas dirinya, ia merasa tidak cukupberharga sehingga tidak pantas untuk dicintai. Hal ini jika berlanjut tanpa sempat diperbaiki, akanmenimbulkan masalah terutama dalam pembentukan identitas seseorang serta penyesuaian diri dalamkehidupannya di lingkungan

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 129

53. Kalau Si Kecil Mulai Pandai Merayu

Kecil-kecil sudah pandai merayu jika ingin sesuatu? Hati-hati jangan sampai kebablasankarena dampaknya tak baik bagi masa depan anak.

Anak pandai bicara? Pasti menyenangkan sekaligus membanggakan. Kadang malahmembuat kita tertawa karena dia sudah mulai berkata-kata sambil diselipi rayuan!Misalnya dengan cara memuji-muji kita lebih dulu tapi sebetulnya ada maunya. "Wow,kuenya kayaknya enak, deh. Bunda memang jago masak. Boleh, enggak, aku ngicipin?Dikit....aja."Selain tertawa, reaksi lain yang bisa muncul adalah pertanyaan, darimana dia belajarmerayu? Bahaya atau tidak perilakunya itu? Yang jelas, anak bisa berbuat seperti itusemata karena meniru lingkungan. Entah melihat contoh dari orang tuanya, teman,tetangga, lihat di teve, dan lainnya. "Bisa juga karena kita yang mengkondisikan anak,".Ia lalu memberi contoh bagaimana anak "disuruh" orang tua untuk bermani-manissebelum minta sesuatu. "Kalau mau kue enak, nanti di rumah Tante kamu bilang, 'Tantecantik, deh.' Nah, pasti kamu dikasih kue." Jadi, "Enggak perlu bingung dan bertanya-tanya darimana anak belajar memuji atau merayu sebelum menyampaikankeinginannnya. Jelas-jelas, orang tua sendiri yang mengajarkan." Belum lagi kalau sianak pandai berakting atau menggunakan bahasa tubuhnya. Nah, makin hebat sajarayuannya.

MEMUJI DENGAN PAMRIHMeski perilaku tersebut wajar, sebetulnya gaya merayu seperti itu kurang baik bagianak. Selain tak bermanfaat, anak akan terbiasa mengeluarkan jurus rayuan gombal."Padahal, di masa emas ini, anak harus selalu mendapat hal-hal yang positif danbermanfaat bagi pertumbuhan serta perkembangannya. Itu penting bagi masa depan sianak sendiri"Dampak buruk lainnya, anak seperti diajarkan untuk tidak berusaha jika inginmemperoleh sesuatu. "Maksudnya, dia jadi tak berusaha keras." Anak akan berpikir,"Ah, gampang, rayu aja nanti juga diberi."

Memang, memuji pada dasarnya tindakan terpuji. Tapi kalau dilakukan tidak tuluskarena ada embel-embel di belakangnya, jadi tak baik. "Harusnya, pujian yang kitaberikan pada seseorang dilandasi ketulusan hati, tanpa mengharap pamrih."Dengan kata lain, kalau memang mau mengajar anak memuji, ajari ia memuji dengantulus. "Asal kita menanamkannya dengan jelas, sederhana, dan konkret, anak akanmengerti, kok." Apalagi jika contoh yang kita berikan sudah menjadi gaya hidup kita,"Pasti akan lebih mengena dan akan ditiru anak. Apa pun juga, kita adalah tokoh sentralanak."Akan lebih baik lagi jika kita mengajarkannya untuk langsung ke tujuan jikamenghendaki sesuatu, tanpa harus disertai rayuan atau pujian kosong. "Dengan begitu,kita sekaligus mendidik anak berkomunikasi dengan efektif."Caranya? Tak lain dengan memberi contoh yang baik, mengingatkan anak, menjelaskanpadanya bagaimana cara berkomunikasi yang efektif. Jika ia ingin sesuatu, ajarkan iaberkata, "Bunda aku mau mainan ini. Boleh, tidak?'"

ANTARA REWARD DAN JADI ALATLain halnya jika cara merayunya dalam bentuk perbuatan nyata. Semisal membantumembereskan tempat tidur, membawa baju kotor ke keranjang cucian, membantumenata meja makan, dan sebagainya. "Nah, rayuan seperti ini adalah rayuan yangbagus sekali." Sebab, selain berguna bagi dirinya, juga baik untuk lingkungan. "Yangseperti ini harus diberi reward. "

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 130

Yang pasti, rayuan macam ini juga harus tetap diwaspadai. Soalnya, bisa saja dilakukananak demi mencapai tujuan tertentu. "Aku mau bawa minuman Ayah, ah, biar nantidibeliin boneka Barbie."Nah, untuk menghindari hal tersebut, mudah, kok. Yang diperlukan hanya kejelian orangtua. Misalnya, bila anak biasanya susah dimintai bantuan lalu tiba-tiba tanpa dimintamenawarkan diri mengerjakan sesuatu, "Kita boleh curiga, ada apa, nih, dengan si kecil.Komunikasikan dengan anak." Misalnya, "Wah, hebat, lo, anak Papa membawakanminuman. Sekarang papa mau tanya, ada apa, sih?" Dari situ akan terlihat, apasebetulnya maksud dan tujuan anak. Setelah itu, boleh saja kita membuat perjanjiandengan anak, "OK, Papa akan belikan boneka tapi janji, kamu harus seperti ini setiaphari. Menjadi anak baik yang selalu membantu orang tua."

TAK PERLU DIUNGKITBisa juga hal tersebut kita jadikan sebagai aturan karena sebetulnya anak prasekolahsudah mampu melakukan hal-hal terpuji setiap harinya, hanya saja dia malas. "OK,sekarang kalau kamu bisa bangun pagi langsung beres-beres tempat tidur, sepulangsekolah langsung memasukkan pakaian ke keranjang cucian, dan membantu Mama,akan beri hadiah."Jika aturan ini berhasil, selanjutnya kita perpanjang pemberian reward. Misalnya, setelahbisa melakukan aktivitas harian selama 2 minggu dengan baik, baru kita kasih reward.Begitu seterusnya. "Lama-lama hal tersebut akan menjadi kebiasaan anak. Kita punsecara otomatis sudah bisa mencabut pemberian reward,". Memang mungkin ada saat-saat di mana anak "lupa" mengerjakan tugas rutinnya. Nah, tugas orang tuamengingatkan hal itu. Yang juga harus diingat,orang tua tak perlu mengungkit-ungkitlagi reward yang telah diterima anak. "Supaya anak mengerti, perbuatan seperti itulahyang membuat kita perhatian dan sayang padanya."Soalnya, jika kita mengungkit reward yang dia terima, "Bisa dimanfaatkan anak untukmemenuhi keinginannya. Anak tidak belajar mengolah perbuatan yang dilakukan. Yangdia pikirkan adalah tujuan akhirnya." Seharusnya, kan, anak bisa merasakan, "Ternyataaku mampu, kok, membereskan tempat tidur sendiri," misalnya, atau "Aku ternyatapintar juga menyemir sepatu Bunda dan Ayah," misalnya. Mudah, kan?

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 131

54. Gigi Bermasalah Hambat Perkembangan Anak

JANGAN anggap remeh kesehatan gigi anak. Mungkin Anda tidak pernah membayangkan bahwa gigibermasalah dapat membuat anak kehilangan berbagai momentum perkembangannya. Karena itu,para orang tua harus menanamkan suatu prinsip dalam dirinya bahwa 'Saya ingin anak saya bebasdari sakit gigi, dan memberi mereka awal kehidupan yang baik, sehingga mereka mampu bersaing dimasa depan mereka'.

Demikian pula yang tergambar dalam hasil diskusi internal yang digelar pihak Lintas bersamasejumlah ibu-ibu berusia di atas 30. Pada dasarnya, para ibu menginginkan anaknya mampumelewati masa depan yang penuh kompetisi yang lebih keras dibandingkan yang terjadi sekarang ini.Untuk itu, anak perlu dibina sejak usia dini 'bagaimana survive' di masa depan.

'Bagaimana survive', menurut mereka, bukan menjadi nomor satu di sekolah, karena nomor satubukan jaminan untuk survive. 'Bagaimana survive' membutuhkan kreativitas dan kebebasan, takgampang menyerah, dan mampu menghadapi berbagai masalah.Proses pembelajaran itu dapat terhambat hanya karena masalah kesehatan gigi, karena masalah gigibisa membuat anak kehilangan percaya diri, sekaligus kehilangan konsentrasi.

Tak pelak, gigi merupakan organ manusia yang terpenting. Tanpa gigi, manusia tidak akan enakdalam mencerna makanan. Gigi berfungsi untuk mengunyah setiap makanan yang masuk ke mulutuntuk diteruskan ke tubuh manusia, tentunya makanan yang sudah halus. Proses ini akan terusberlangsung mulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa.Pertumbuhan gigi dimulai dengan tumbuhnya dua gigi seri rahang bawah pada saat bayi berusia 6-9bulan disusul dengan gigi seri rahang atas. Pada usia 7-10 bulan tumbuh dua gigi seri depan kedua(di samping gigi seri pertama) rahang atas maupun bawah. Kadang gigi seri kedua di rahang bawahtumbuh lebih dulu sebelum gigi seri kedua rahang atas.Lalu, satu gigi geraham depan tumbuh pada usia 16-20 bulan. Gigi taring juga mulai muncul padausia yang sama. Gigi geraham kedua tumbuh pada usia 23-30 bulan. Biasanya, anak akan punya gigisusu lengkap (20) pada usia 3 tahun. Lalu, satu per satu gigi susu itu tanggal dan digantikan gigipermanen yang jumlahnya 32 buah, yang dimulai saat anak berusia 5-6 tahun sampai gigi gerahambungsu muncul pada usia 19-22 tahun.

Mulai tumbuhnya gigi merupakan proses penting dari pertumbuhan seorang anak. Orang tua harusmengetahui cara merawat gigi anaknya tersebut, dan orang tua juga harus mengajari anaknya caramerawat gigi yang baik. Walaupun masih memiliki gigi susu, seorang anak harus mendapatkanperhatian serius dari orang tua. Sebab, kondisi gigi susu akan menentukan pertumbuhan gigi tetap sianak nanti.Merawat gigi sejak dini juga menghindari proses kerusakan gigi, seperti gigi berlubang, keropos, danpembengkakan pada gusi. Harus dibiasakan untuk periksa secara rutin ke dokter gigi setiap enambulan sekali.

Kebiasaan merawat gigi dapat dimulai sejak bayi, yaitu dengan menggunakan kain kasa atau kapasyang dihangatkan, kemudian digosokkan pada gusi bayi. Bila anak sudah agak besar, orang tuaharus membantu untuk memulai rutinitas menggosok gigi. Caranya adalah dengan mengajaribagaimana memegang dan menggosok gigi dengan benar.

Selain itu, orang tua harus memperhatikan pola makan anaknya. Apakah termasuk makanan yangdapat merusak gigi atau bukan. Jangan terlalu memberi anak makanan yang manis dan lengket,karena makanan jenis ini mudah tertinggal dan melekat pada gigi dan bila terlalu sering dan lamaakan berakibat tidak baik. Makanan manis dan lengket tersebut akan bereaksi di mulut danmembentuk asam yang merusak email gigi. Hal inilah yang akan mengakibatkan timbulnyagangguan, misalnya gigi berlubang, gigi tanggal sebelum waktunya, gangguan pada ukuran, bentukmaupun jumlah gigi. Untuk mencegah hal itu, berikanlah makanan yang berserat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan, yang membutuhkan proses pengunyahan berulang-ulang.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 132

55. Mengenal Anak Hiperaktiv (Gangguan Hiperkinetik)

Ibu Ratna datang ke Klinik Perkembangan Anak dengan keluhan bahwa anaknya yangberusia 5 tahun selalu mengganggu teman, tidak bisa diam dan seolah-olah tidakmemperhatikan pelajaran di kelas. Oleh guru dinyatakan tidak dapat mengikuti kegiatanbelajar di dalam kelas. Anak tersebut bukan anak nakal dan juga bukan anak yangmalas atau bodoh, namun anak tersebut mengalami gangguan dalam perkembangannyayaitu gangguan hiperkinetik yang secara luas di masyarakat disebut sebagai anakhiperaktiv.

Apa Itu Anak Hiperaktiv?Anak hiperaktiv adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian denganhiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisiini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimalbrain dysfunction syndrome.

Apa Itu Gangguan Hiperkinetik atau GPPH/ADHD ?Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada masaperkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampumemusatkan perhatian, hiperaktiv dan impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai berbagaisituasi dan dapat berlanjut hingga dewasa.

Apakah Ada Ciri-ciri Lain Yang Menyertai Gangguan Hiperkinetik (GPPH/ADHD) ?Ciri-ciri lain yang sering menyertai gangguan hiperkinetik adalah :§ Kemampuan akademik tidak optimal§ Kecerobohan dalam hubungan sosial§ Kesembronoan dalam menghadapi situasi yang berbahaya§ Sikap melanggar tata tertib secara impulsif

Bilamana Anak Disebut Menderita Gangguan Hiperkinetik (GPPH/ADHD)?§ Mengalami kesulitan berkonsentrasi dalam belajar, mendengarkan guru dan

permainan.§ Hiperaktivitas, selalu bergerak dan tidak bisa tenang§ Impulsivitas, melakukan sesuatu tanpa dipikir terlebih dahulu

Berbagai Tipe Hiperkinetik atau GPPH/ADHD :§ Tipe sulit konsentrasi§ Tipe hiperaktiv - impulsiv§ Tipe kombinasi

Apa Akibatnya Bila Anak Menderita Gangguan Hiperkinetik (GPPH/ADHD)?§ Anak tidak dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik§ Anak sering tidak patuh terhadap perintah orang tua§ Anak sulit didisiplinkan

Apabila Gangguan Hiperkinetik (ADHD) Tidak Diobati maka akan :Menimbulkan hambatan penyesuaian perilaku sosial dan kemampuan akademik dilingkungan rumah dan sekolah, sehingga dapat mengakibatkan perkembangan anaktidak optimal dengan timbulnya gangguan perilaku di kemudian hari.

Kondisi Lain yang Menyertai Gangguan Hiperkinetik :§ Gangguan tingkah laku

DocumentsPDFComplete

Click Here & UpgradeExpanded Features

Unlimited Pages

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 133

§ Gangguan sikap menentang§ Depresi§ Gangguan cemas§ Kesulitan belajar§ Retardasi mental§ Gangguan pemusatan perhatian (disorder of attention)§ Gangguan pengendalian motorik (disorder of motor control)§ Gangguan persepsi (disorder of perception /DAMP)§ Autisme

Diagnosis dan perawatan ADHDMembuat diagnosis yang lengkap memerlukan penilaian dari seorang pakar yangberpengalaman dalam mengevaluasi beberapa hal yang bisa menimbulkan sikap yangtidak dapat memusatkan perhatian . Diagnosis dibuat dengan mempelajari coraktertentu tingkah laku anak-anak serta laporan tingkah laku mereka di rumah dan disekolah dari ibu bapa dan guru sekolah.

Kerapakali perawatan ADHD yang berhasil, melibatkan pendekatan multidisiplin yangmelibatkan bidang pengobatan, psikologi, sosial dan pendidikan. Kebanyakan anak-anakyang mengalami ADHD memerlukan perawatan.Obat stimulan turut digunakan untuk merawat ADHD, tetapi tidak berarti akan pulihsepenuhnya. Obat stimulan membantu anak-anak ADHD menjadi tenang, dapatmemusatkan perhatian dan mengurangi untuk bertindak mengikut gerak hati. Padajangka waktu pemberian obat stimulan, pemusatan perhatian anak-anak akanbertambah untuk belajar dan menjalani latihan-latihan ketrampilan yang baru. Anak-anak juga dapat belajar menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, berfikir denganjelas, bisa memahami pelajaran dengan lebih baik dan mampu menjaga diri sendiri.Obat stimulan yang utama untuk merawat ADHD adalah methylphenidate yang dijual dibawah nama dagang Ritalin. Pengaruh obat ini mulai dalam waktu 30-60 menit dan akanhilang setelah 3-4 jam.Efek samping yang bisa terjadi dengan methyphenidate adalah tidak bisa tidur dankurang selera makan. Efek samping yang jarang terjadi adalah sakit kepala, mengantuk,sakit perut. Apabila anak-anak tersebut tidak aktif atau terlalu diam, ini menunjukkandosis yang diberikan terlalu tinggi dan perlu dikurangi.Obat stimulan saja tidaklah mencukupi untuk perawatan ADHD. Perawatan untuk ADHDperlu digabung dengan program psikologi, sosial dan pendidikan yang bisa membantuanak-anak mempelajari ketrampilan baru, sikap dan tingkah laku yang semestinya untukmengatasi tuntutan hidup.

Bisakah ADHD sembuh?Dengan bantuan yang sewajarnya dari ibu bapa, guru-guru, para dokter, anak-anakADHD akan mampu menangani masalah kurang pemusatan perhatian atau hiperaktifmereka dengan lebih baik. Mereka juga dapat menyalurkan tingkah laku hiperaktifmereka dalam suasana yang sesuai seperti latihan fisik atau senam. Oleh karena itu,lebih baik memilihkan aktivitas yang memberi mereka kebebasan bergerak.

Walaupun sebahagian anak-anak ADHD akan terus menunjukkan tanda atau masalahsehingga dewasa, namun dengan menjalani perawatan obat dan terapi yang diikutisemasa anak-anak, dapat membantu mereka ketika dewasa.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 134

56. Balita Anda Bersedih ?Anak anda yang berusia 3 tahun ternyata tidak seriang biasanya, ia tidak ceriwis saatpagi tiba, bukan tidak mungkin ia juga menolak untuk makan. Daripada bercandabersama saudara-saudaranya, atau menggambar di bukunya, ia cenderung berada ditepi jendela sambil menatap kosong ke luar, mungkinkah seorang balita mengalamidepresi ?

Seperti kebanyakan orang lainnya, anda mungkin berasumsi kalau anak pra sekolahterlalu kecil untuk merasa sedih. Tapi ada penelitian terbaru yang menyatakan bahwadepresi klinis itu ternyata tidak mengenal usia. Depresi bahkan keinginan untuk bunuhdiri sama berpengaruhnya pada balita dan remaja seperti pada orang dewasa.Para peneliti di Washington University School of Medicine, mengemukakan bahwa anak-anak mengalami symptom depresi yang sama seperti yang sering ditemukan pada orangdewasa, bahkan sama tingkat keparahannya. Menurut the National Mental HealthAssociation, satu dari tiga anak di Amerika menderita depresi. Namun, walaupun sudahberbicara mengenai statistik, depresi tetap merupakan penyakit yang tak terdeteksi dantak terawat antara anak-anak dan remaja. Tidak seperti bintik-bintik merah padapenyakit campak, atau hidung yang memerah pada penyakit flu, simptom depresitidaklah terlalu kongkrit, dan sebagai konsekuensinya, seringkali hal ini tidak terdeteksioleh orang tua.

Apa sih tanda-tanda depresi kanak-kanak ? Apa saja perilaku yang perlu diawasi olehorang tua? Biasanya anak-anak yang menderita depresi secara persisten selaluterganggu, menarik diri, dan lethargic, kata Dr Elizabeth Rody, direktur medis sertapsikiater anak dan remaja untuk Magellan Behavioral Health di New Jersey. Anak yangdepresi juga kehilangan minat untuk melakukan kegiatan yang sebelumnya sangatmereka sukai, sementara simptom lainnya meliputi :

• Tangis terus menerus dan kesedihan persisten• Kurangnya antusiasme atau motivasi• Meningkatnya kemarahan• Kelelahan kronis atau kekurangan energi• Menarik diri dari keluarga, teman dan aktivitas yang tadinya disukai• Perubahan kebiasaan makan dan tidur (adanya kenaikan atau penurunan berat

tubuh yang terlihat jelas, suka sekali tidur, sulit tidur)• Keluhan yang sangat sering mengenai masalah fisik, seperti sakit perut atau

pusing• Kurangnya konsentrasi dan suka lupa• Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan• Sensitifitas berlebihan sampai penolakan atau kegagalan• Perkembangan mayor yang tertunda (pada balita tidak berjalan, berbicara atau

mengekspresikan diri )• Bermain yang melibatkan kekerasan, baik terhadap diri sendiri maupun orang

lain, atau dengan tema yang sedih.• Seringnya muncul pembicaraan mengenai kematian atau bunuh diri.

Tidaklah biasa bagi anak-anak untuk tetap merasa bersedih dari waktu ke waktu.Dengan mengetahui ini, bagaimana orang tua dapat membedakan fluktuasi moodnormal dari depresi yang serius ? Jawabannya adalah pada durasi dari perilaku depresiftersebut.

Menurut Mental Health: A Report of the Surgeon General, anak-anak depresi mengalamiepisode depresi yang biasanya bertahan dari tujuh sampai sembilan bulan, meskipun

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 135

beberapa ahli perkembangan anak yang mengatakan bahwa perilaku depresif yangbertahan lebih dari dua minggu memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Tapi bagaimanapun juga, paling baik adalah untuk membiarkan profesional di bagian kesehatan mentaluntuk memutuskannya.

Depresi bukanlah satu-satunya alasan adanya perilaku nakal anak. Masalah fisiologis,seperti malnutrisi, mononucleosis, alergi dan penyakit lainnya dapat menimbulkan moodyang marah-marah, keletihan dan penarikan diri. Ini mengapa Rody menekankan bahwaorang tua harus membawa anak mereka kepada dokter keluarga terlebih dulu, sebelummembuat janji dengan seorang profesional kesehatan mental.Bila ternyata anak anda bukan mengalami masalah kesehatan umum, maka langkahselanjutnya adalah untuk membuat janji dengan psikiater atau psikolog anak dan remajauntuk evaluasi. Sebagai tambahan dari serangkaian tes psikologis dan kerja darah,orang tua juga harus siap untuk me-review seluruh sejarah kesehatan anak.Meskipun penyebab pasti dari depresi kanak-kanak tidak juga diketahui, penelitiandepresi pada orang dewasa menyatakan bahwa tergantung pada predisposisi genetis danpengaruh lingkungan. "Sebagian dari lingkungan dan genetik," kata Rody. "Biladibandingkan antara depresi dengan penyakit jantung. Anda dapat memiliki sejarah sakitjantung di keluarga dan pada waktu yang sama anda tidak menjaga pola hidup anda.Keduanya mungkin menyebabkan anda terkena serangan jantung. Depresi juga sepertiitu, disebabkan oleh kombinasi kompleks dari berbagai faktor."

Anak-anak yang orang tua atau/dan saudaranya menderita depresi lebih mungkinmengembangkan simptom penyakit ini. Tidak mampu belajar (Learning disabilities),seperti tidak mampu berkonsentrasi/hiperaktif, Attention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) dan disleksia juga berkontribusi pada timbulnya depresi kanak-kanak. Faktorlingkungan yang membuat anak-anak berisiko menderita gangguan depresi meliputipelecehan fisik, seksual, dan verbal, anak yang terlantar dan adanya sejarah pemakaianobat-obatan dalam keluarga. Perceraian serta kehilangan orang yang dicintai juga dapatmenimbulkan emosi yang labil pada anak-anak, tapi tidak selalu merupakan penyebabdepresi.

Meskipun anak anda baru balita, emosinya sangatlah nyata. Para ahli percaya bahwamakin banyak orang tua memberi perhatian pada perasaan anaknya, maka makinbaiklah kemampuannya untuk mencari bantuan pada depresi. "Jika anak andamengatakan, saya sangat sedih dan ingin lompat dari jendela , sebaiknya andamemandang perkataan ini secara serius, " kata Rody memperingatkan. Tanyakan padaanak anda hal-hal di bawah ini untuk mengetahui penyebab kesedihan anak anda :

• Apa yang terjadi hari ini sehingga kamu sangat sedih ?• Apa yang membuat kamu bahagia ?• Apa sih yang kamu cari ?• Apa yang kamu inginkan terjadi padamu ?• Jika kamu dapat merubah dirimu, apa yang ingin kamu ubah ?

Perawatan bagi anak dan remaja yang menderita depresi termasuk kombinasi daripsikoterapi individu dan konseling keluarga. Supaya optimal, menurut Rody, terapiharuslah melibatkan orang tua, saudara dan orang yang penting dalam kehidupan sanganak, seperti guru dan kakek-nenek. Perawatan lainnya meliputi terapi bermain,evaluasi berkelanjutan dan pada beberapa kasus, menggunakan obat. Obat antidepresiseringkali digunakan untuk merawat kasus depresi menengah. Yang penting juga,belumlah diijinkan untuk memberikan obat antidepresi pada anak di bawah usia 8 tahun.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 136

57. Jika Alergi Menyerang Anak

Seperti juga orang dewasa, anak-anak pun bisa menderita alergi karena suatu sebab. Misalnya sajaalergi terhadap udara dingin atau debu. Banyak orangtua yang khawatir bahwa anaknya menderitapenyakit tertentu jika tiba-tiba muncul perubahan mencolok dalam diri si anak.Misalnya saja ketika anak Anda yang baru berusia 5 tahun tiba-tiba mengalami gejala seperti alergi.Dan uniknya gejala ini selalu terjadi saat malam, ketika anak belajar bersama orangtua di kamar yangber-AC. Sehingga di bagian wajah, pada pipi terlihat merah-merah. Hal yang sama juga terjadi padabagian tubuh lainnya seperti paha dan kaki yang bentol-bentol gatal.

Melihat penderitaan anaknya, orangtua mencoba menduga-duga penyebab munculnya penyakittersebut. Atau jika pun telah dibawa ke ahlinya langsung (dokter) tetap khawatir dan bingung karenakondisi anaknya tidak membaik atau menunjukkan tanda-tanda perubahan.

Menurut dokter Iwan Handoko, perlu diperhatikan jangka waktu anak menderita hal tersebut? Harusdiperhatikan apakah ada perubahan yang terjadi sebelum si anak mengalami alergi. Misalnya, tadinyatidak ada karpet di kamar tidur, sekarang ada karpet. Atau tadinya tidak ada boneka di kamar tidursekarang ada. Ini cuma beberapa contoh. Tapi kalau munculnya gejala selalu di ruang khusus yang berAC, maka mungkin saja AC menjadi penyebabnya. Atau ada sesuatu di ruangan tersebut. Ini jugaharus dicari.

Lalu, bagaimana jika tidak ada perubahan setelah minum obat? Jika setelah minum obat, diamembaik, itu artinya ada perubahan dan hampir pasti penyebabnya adalah alergi. Masalah apakah diakumat lagi, itu persoalan lain. Selama ada alergen yang mencetuskan alergi si anak, maka obat tidakakan berguna banyak. Obat hanya akan meredakan gejala. Untuk benar-benar menghilangkan gejala,alergen harus disingkirkan.Tetapi dari keluhan ini, tampaknya anak tersebut memang kemungkinan besar menderita alergi.Masalahnya alergi apa?

Udara dingin dari AC dan juga debu-debu dari AC memang dapat menimbulkan alergi. Cara tesnyamudah saja. Coba untuk beberapa hari, jangan gunakan AC pada saat anak-anak belajar di kamar ataucoba gunakan kamar lain yang tidak ber AC. Bila bentol- bentol dan kemerahan itu tidak muncul,maka hampir pasti penyebabnya adalah AC tersebut.Namun jangan pula langsung cepat memvonis AC, sebab bisa jadi benda-benda di ruangan tersebutmenjadi penyebabnya, misalnya karpet. Debu-debu yang menempel di karpet sangat sering menjadipenyebab munculnya alergi. Tapi, kalau anak tetap belajar di ruangan yang sama, cuma tanpa AC danalergi tidak muncul, maka sebaiknya Anda bersedia untuk mematikan AC saat si kecil sedang belajar.Sebab udara dingin tidak bisa diatur lagi. Kalau karpet masih bisa dibuang, tapi kalau dingin?

Obat anti alergi hanya dapat menghilangkan gejala pada saat tersebut, tapi selama faktor pencetusalergi masih ada, maka alergi akan tetap muncul kembali. Bila kita berhasil menemukan penyebabnya,maka jalan terbaik adalah hindari penyebab tersebut. Jangan mengandalkan obat. Pemakaian terusmenerus obat apapun, termasuk obat anti alergi, adalah tidak baik.Bila ternyata AC sudah dimatikan, karpet sudah dikeluarkan, tapi masih alergi juga, mungkin adabaiknya anak tersebut menjalani tes alergi. Cuma, tes alergi pun tidak dapat menjamin 100% bahwapenyebab alergi tersebut pasti dapat ditemukan.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 137

58. Kok Sakit Kepala Habis Makan Es Krim

Ouw! Begitulah yang kadang kita alami sesaat setelah memakan es krim. Ini bukan salah es

krim, tapi atap mulut, saraf, serta pembuluh darah kita masalahnya. Kok bisa? Bagaimana

pula mengatasinya agar bisa makan es krim dengan nikmat tanpa terganggu sakit kepala?

Inilah duduknya perkara. Ketika kita makan atau minum, makanan atau cairan tadi

menyentuh langit-langit mulut sebelum ditelan. Lagnit-langit mulut juga dikenal sebagai atap

mulut. Kita bisa merasakannya dengan menyentuhnya menggunakan lidah kita.

Ketika sesuatu yang sangat dingin menyentuh pusat langit-langit mulut, temperatur yang

dingin bisa mengganggu saraf tertentu yang mengontrol berapa banyak darah mengalir ke

kepala. Jika saraf ini terganggu, ia akan merespon dengan membuat pembuluh darah ke

kepala mengembang. Pengembangan yang cepat ini menyebabkan kepala kita menghentak

dan sakit. Beberapa orang menyebutnya otak membeku , meski sebenarnya tidak ada apa

pun yang terjadi pada otak.

Es krim bukanlah satu-satunya makanan yang bisa membuat kepala kita sakit. Semua

makanan yang sangat dingin, es loli, minuman dingin, atau bahkan jus dan soda yang dingin

bisa membuat pembuluh darah mengembang.

Sakit kepala akibat es krim atau makanan dingin biasanya berlangsung sebentar, sekitar

semenit, meski bisa terasa lebih lama. Jenis sakit kepala ini hampir tidak pernah sampai lebih

dari lima menit, dan biasanya akan hilang dengan sendirinya. Lalu, meskipun kita merasa

sakit, itu tidak berbahaya dan bukan berarti ada sesuatu yang salah pada tubuh kita.

Bagaimana mengatasi hal itu? Beberapa dokter menyarankan untuk memakan makanan

dingin dengan lebih pelan-pelan. Atau bisa juga dengan memanaskan makanan itu di depan

rongga mulut sebelum kita menelannya. Tapi jika tidak bisa dengan cara itu, ya tutup saja

langit-langit mulut dengan lidah kita dulu. Makanan bisa dihangatkan dulu di sini. Jika sudah

hangat baru deh ditelan.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 138

59. Aneka Penyebab Bayi Sesak Napas

Banyak penyebab sesak napas pada bayi. Yang jelas, segera bawa ke dokter atau rumahsakit karena bisa fatal akibatnya.

Kasus sesak napas pada usia bayi banyak terjadi. Bisa saat pertama lahir, maupunbeberapa hari atau bulan setelah kelahirannya baru mengalami sesak napas ini. Dalamistilah kedokteran, kata Muljono Wirjodiardjo, M.D., PhD, "Yang disebut sesak napasadalah jika frekuensi napasnya betul-betul tinggi, ada suara napas yang berbeda daribiasanya (stridor), seperti suara menggorok atau kucing mendengkur. Fatalnya, jikamuka sampai tampak membiru."Sedangkan menurut pendekatan orang awam, definisi sesak napas lebih mudah lagiyaitu terlihat dari gejalanya. Jadi, kalau anaknya susah napas disebut sesak napas.Begitu juga kalau napasnya berbunyi.

ANEKA PENYEBABPenyebab sesak napas pada bayi, banyak sekali. Bisa karena kelainan bawaan, penyakitinfeksi, maupun noninfeksi seperti tersedak. Gejalanya hampir sama. Misalnya untukderajat ringannya, ada napas yang berbunyi atau batuk berlendir, disertai tak maumakan-minum dan rewel. Sementara kalau derajatnya makin berat, fungsi paru-parunyasudah terganggu sehingga sesak napas dan sampai membiru.Jadi, derajat sesak napas berbeda-beda. Ada yang mulanya ringan dan makin berat danada juga sesak napas yang kejadiannya tiba-tiba atau mendadak. Berikut uraian Muljonomengenai hal-hal yang bisa menyebabkan sesak napas pada bayi:

Kelainan bawaan/kongenital jantung atau paru-paru.Bila bayi mengalami sesak napas begitu lahir atau 1-2 hari kemudian, biasanyadisebabkan adanya kelainan jantung atau paru-paru. Hal ini bisa terjadi pada bayidengan riwayat kelahiran normal atau bermasalah, semisal karena ketuban pecah diniatau lahir prematur.Pada bayi prematur, sesak napas bisa terjadi karena adanya kekurangmatangan dariorgan paru-paru. Paru-paru harusnya berfungsi saat bayi pertama kali menangis, sebabsaat ia menangis, saat itu pulalah bayi mulai bernapas. Tapi pada bayi lahir prematur,karena saat itu organnya tidak siap, misalnya gelembung paru-paru tak bisa mekar ataumembuka, sehingga udara tidak masuk. Itu sebabnya ia tak bisa menangis. Ini yangnamanya penyakit respiratory distress syndrome (RDS). Tidak membukanya gelembungparu-paru tersebut karena ada suatu zat, surfactan, yang tak cukup sehinggagelembung paru-paru atau unit paru-paru yang terkecil yang seperti balon tidakmembuka. Ibaratnya, seperti balon kempis.Gejala pada kelainan jantung bawaan adalah napas sesak. Ada juga yang misalnyasedang menyusui atau beraktivitas lainnya, mukanya jadi biru dan ia jadi pasif. Jadi,penyakitnya itu utamanya karena kelainan jantung dan secondary-nya karena masalahpernapasan. Jadi, biasanya sesak napas yang terjadi ini tidak bersifat mendadak.Walaupun demikian, tetap harus segera dibawa ke dokter.

Kelainan pada jalan napas/trakea.Kelainan bawaan/kongenital ini pun paling banyak ditemui pada bayi. Gejalanya, napassesak dan napas berbunyi "grok-grok". Kelainan ini terjadi karena adanya hubunganantara jalan napas dengan jalan makanan/esophagus. Kelainan ini dinamakan dengantrackeo esophageal fistula. Akibat kelainan itu,ada cairan lambung yang bisa masuk keparu-paru. Tentunya ini berbahaya sekali. Sehingga pada usia berapa pun diketahuinya,harus segera dilakukan tindakan operasi. Tak mungkin bisa menunggu lama karenabanyak cairan lambung bisa masuk ke paru-paru.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 139

Sebelum operasi pun dilakukan tindakan yang bisa menolong jiwanya, misal dengandimasukkan selang ke jalan napas sehingga cairan dari lambung tak bisa masuk.Biasanya sesak napasnya tampak begitu waktu berjalan 1-3 jam setelah bayi lahir. Nah,bila ada sesak napas seperti ini, prosedur yang harus dilakukan adalah dilakukan fotorontgen segera untuk menganalisanya.

Tersedak air ketuban.Ada juga penyakit-penyakit kelainan perinatologi yang didapat saat kelahiran. Bukankahsaat dalam kandungan bayi minum dan buang air dalam air ketuban? Nah, karena suatuhal, misalnya stres pada janin, ketuban jadi keruh dan air ketuban ini masuk ke paru-paru bayi. Hal ini akan mengakibatkan kala lahir ia langsung tersedak.Bayi tersedak air ketuban akan ketahuan dari foto rontgen, yaitu ada bayangan "kotor".Biasanya ini diketahui pada bayi baru lahir yang ada riwayat tersedak, batuk, kemudiansesak napasnya makin lama makin berat. Itulah mengapa, pada bayi baru lahir kitaharus intensif sekali menyedot lendir dari mulut, hidung atau tenggorokannya. Bahkankalau tersedak air ketubannya banyak atau massive, harus disedot dari paru-paru atauparu-parunya dicuci dengan alat bronchowash. Lain halnya kalau air ketubannya jernihdan tak banyak, tak jadi masalah. Biasanya dengan obat saja sudah sembuh, tak usahdicuci paru-parunya.

Namun kalau air ketubannya hijau dan berbau, harus disedot dan "dicuci" paru-parunya.Sebab, karena tersedak ini, ada sebagian paru-parunya yang tak bisa diisiudara/atelektasis atau tersumbat, sehingga menyebabkan udara tak bisa masuk.Akibatnya, jadi sesak napas. Biasanya kalau di-rontgen,bayangannya akan terlihat putih.Selain itu, karena tersumbat dan begitu hebat sesak napasnya,ada bagian paru-paruyang pecah/kempes/pneumotoraks. Ini tentu amat berbahaya. Apalagi kejadiannya bisamendadak dan menimbulkan kematian. Karena itu bila sesak napas seperti ini, haruslekas dibawa ke dokter untuk mendapatkan alat bantu napas/ventilator.Seram sekali, ya, Bu-Pak? Karena itulah kala melahirkan si kecil, sebaiknya kitadidampingi dokter anak, sehingga dia bisa menilai sistem pernapasan anak, apakah baikatau tidak.

Pembesaran kelenjar thymus.Ada lagi napas sesak karena beberapa penyakit yang cukup merisaukan yang termasukkelainan bawaan juga. Gejalanya tidak begitu kuat. Biasanya bayi-bayi ini pun lahirnormal, tak ada kelainan, menangisnya pun kuat.Hanya saja napasnya seperti orang menggorok dan semakin lama makin keras, sampaisuatu saat batuk dan berlendir. Kejadian ini lebih sering dianggap karena susu tertinggaldi tenggorokan. Namun ibu yang sensitif biasanya akan membawa kembali bayinya kedokter. Biasanya kemudian diperiksa dan diberi obat. Bila dalam waktu seminggu taksembuh juga, baru dilakukan rontgen.

Penyebabnya biasanya karena ada kelainan pada jalan napas, yaitu penyempitan trakea.Ini dikarenakan adanya pembesaran kelenjar thymus. Sebetulnya setiap orang punyakelenjar thymus. Kelenjar ini semasa dalam kandungan berfungsi untuk sistemkekebalan. Letaknya di rongga mediastinum (diantara dua paru-paru). Setelah lahirkarena tidak berfungsi, maka kelenjar thymus akan menghilang dengan sendirinya.Namun adakalanya masih tersisa: ada yang kecil, ada juga yang besar; baik hanya satuatau bahkan keduanya. Nah, kelenjar thymus yang membesar ini akan menekan trakea.Akibatnya, trakea menyempit dan mengeluarkan lendir. Itu sebabnya napasnya berbunyigrok-grok dan keluar lendir, sehingga jadi batuk.Pengobatannya biasanya dilakukan dengan obat-obatan khusus untuk mengecilkankelenjar thymus agar tidak menekan trakea. Pemberian obat dalam waktu 2 minggu.Kalau tak menghilang, diberikan lagi pengobatan selama seminggu. Sebab, jika tidakdiobati, akan menganggu pertumbuhan si bayi. Berat badan tak naik-naik,pertumbuhannya kurang, dan harus banyak minum obat.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 140

Kelainan pembuluh darah.Ada lagi kelainan yang gejalanya seperti mendengkur atau napasnya bunyi (stridor),yang dinamakan dengan vascular ring. Yaitu,adanya pembuluh darah jantung yangberbentuk seperti cincin (double aortic arch) yang menekan jalan napas dan jalanmakan. Jadi, begitu bayi lahir napasnya berbunyi stridor.Terlebih kalau ia menangis, bunyinya semakin keras dan jelas. Bahkan seringkalidibarengi dengan kelainan menelan, karena jalan makanan juga terganggu. Pemberianmakanan yang agak keras pun akan menyebabkannya muntah, sehingga anak lebihsering menghindari makanan padat dan maunya susu saja.Pengobatannya, bila setelah dirontgen tidak ditemui kelenjar thymus yang membesar,akan diminta meminum barium untuk melihat apakah ada bagian jalan makan yangmenyempit. Setelah diketahui, dilakukan tindakan operasi, yaitu memutuskan salah satuaortanya yang kecil.

Tersedak makanan.Tersedak atau aspirasi ini pun bisa menyebabkan sesak napas. Bisa karena tersedaksusu atau makanan lain, semisal kacang. Umumnya karena gigi mereka belum lengkap,sehingga kacang yang dikunyahnya tidak sampai halus. Kadang juga disebabkan merekamenangis kala mulutnya sedang penuh makanan. Atau ibu yang tidak berhati-hati kalamenyusui, sehingga tiba-tiba bayinya muntah. Mungkin saja sisa muntahnya ada yangmasih tertinggal di hidung atau tenggorokan. Bukankah setelah muntah, anak akanmenangis? Saat menarik napas itulah, sisa makanan masuk ke paru-paru.Akibatnya, setelah tersedak anak batuk-batuk. Mungkin setelah batuk ia akan tenang,tapi setelah 1-2 hari napasnya mulai bunyi. Bahkan bisa juga kemudian terjadiperadangan dalam paru-paru. Anak bisa panas karena terjadi infeksi. Yang sering adalahnapas berbunyi seperti asma dan banyak lendir.Biasanya setelah dilakukan rontgen akan diketahui adanya penyumbatan/atelektasis.Pengobatan dapat dilakukan dengan bronkoskopi, dengan mengambil cairan ataumakanan yang menyumbatnya.

Selain makanan, akan lebih berbahaya bila aspirasi terjadi karena minyak tanah ataubensin, meski hanya satu teguk. Ini bisa terjadi karena kecerobohan orang tua yangmenyimpan minyak tanah/bensin di dalam botol bekas minuman dan menaruhnyasembarangan. Bahayanya bila tersedak minyak ini, gas yang dihasilkan minyak ini akanmasuk ke lambung dan menguap, kemudian masuk ke paru-paru, sehingga bisamerusak paru-paru. Akan sangat berbahaya pula kalau dimuntahkan, karena akanlangsung masuk ke paru-paru. Jadi, kalau ada anak yang minum minyak tanah/bensinjangan berusaha dimuntahkan, tapi segera ke dokter. Oleh dokter, paru-parunya akan"dicuci" dengan alat bronkoskop.

Infeksi.Selain itu sesak napas pada bayi bisa terjadi karena penyakit infeksi. Bila anakmengalami ISPA (Infeksi saluran Pernapasan Akut) bagian atas, semisal flu harusditangani dengan baik. Kalau tidak sembuh juga, misalnya dalam seminggu dan dayatahan anak sedang jelek, maka ISPA atas ini akan merembet ke ISPA bagian bawah,sehingga anak mengalami bronkitis, radang paru-paru, ataupun asmatik bronkitis.Gejalanya, anak gelisah, rewel, tak mau makan-minum, napas akan cepat, dan makinlama melemah. Biasanya juga disertai tubuh panas, sampai sekeliling bibir biru/sianosis,berarti pernapasannya terganggu. Penyebabnya ini akan diketahui dengan pemeriksaandokter dan lebih jelasnya lagi dengan foto rontgen. Pengobatan dilakukan denganpemberian antibiotika. Biasanya kalau bayi sudah terkena ISPA bawah harus dilakukanperawatan di rumah sakit. Setelah diobati,umumnya sesak napas akan hilang dan anaksembuh total tanpa meninggalkan sisa, kecuali bagi yang alergi.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 141

60. Mengapa Anak Sering berbohong ?

Seorang Ibu yang mempunyai anak berumur 7 tahun sering mengeluh kepada tetangganya, kalau

anaknya akhir-akhir ini sering berbohong kepadanya. Si anak sering membawa mainan dari sekolah.

Ketika ditanya mainan itu dari mana, si anak menjawab kalau mainan itu diberikan oleh tetangga.

Padahal mainan itu diambilnya dari sekolahnya. Mengapa si anak sampai berbohong kepada

orangtuanya ? Kemungkinan besar hal tersebut terjadi karena adanya faktor pendorong dari diri anak.

Mungkin ia menginginkan sebuah mainan tetapi orangtuanya tidak mau memberikannya. Atau

mungkin karena si anak ingin mendapatkan perhatian lebih atau bisa jadi karena faktor lingkungan di

rumah, sekolah maupun masyarakat yang membentuk karakter dan sifat tidak jujur pada anak. Untuk

mencegah kasus-kasus seperti di atas terjadi, ada beberapa hal yang mungkin perlu kita perhatikan

bersama dalam pertumbuhan anak, di antaranya :

• Ajarkanlah anak arti dan nilai kejujuran sejak kecil dengan memberikan contoh dan akibat

yang bisa terjadi dari kebohongannya. Jika kebohongan sudah terlanjur terjadi, jangan hukum

anak dengan keras tetapi bantulah anak untuk memperbaiki sifatnya agar tidak berbohong

lagi. Contoh pada kasus di atas, orangtua harus menyuruh dan menemani anaknya untuk

mengembalikan mainan yang telah diambilnya. Bantu anak untuk memperbaiki kesalahannya

dengan belajar untuk meminta maaf atas tindakan yang telah dilakukannya.

• Jangan pernah mencaci ataupun membentak anak karena kebohongannya. Buatlah pernyataan

dan kalimat-kalimat yang baik yang memberikan kepercayaan kita dan juga pernyataan

bahwa hal yang telah dilakukannya adalah sesuatu yang salah. Contohnya : "Ibu tahu kamu

bukan seorang pembohong dan seorang yang suka mengambil kepunyaan orang lain, tapi

mengapa kamu mengambil sesuatu yang bukan kepunyaan kamu?" dan seterusnya.

• Ciptakan suasana lingkungan keluarga yang terbuka. Hal ini akan membuat anak terbuka dan

tidak takut untuk mengemukakan pendapat dan perasaannya kepada orangtua maupun

saudaranya, sehingga tidak ada hal yang ditutupi oleh anak.

Hal-hal di atas kemungkinan besar dapat membantu anak untuk belajar jujur dan menuju proses

menghargai diri sendiri serta orang lain dalam pertumbuhannya menjadi seorang remaja dan dewasa.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 142

61. Mengenal Autisme

Secara garis besar, Autisme, adalah gangguan perkembangan khususnya terjadi padamasa anak-anak, yang membuat seseorang tidak mampu mengadakan interaksi sosialdan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Pada anak-anak biasa disebut denganAutisme Infantil. Selain Autisme juga dikenal istilah Schizophrenia yang juga merupakangangguan yang membuat seseorang menarik diri dari dunia luar dan menciptakan duniafantasinya sendiri seperti: berbicara, tertawa, menangis, dan marah-marah sendiri.Tetapi ada perbedaan yang jelas antara penyebab dari Autisme pada penderitaSchizophrenia dan penyandang autisme infantil. Schizophrenia disebabkan oleh prosesregresi karena penyakit jiwa, sedangkan pada anak-anak penyandang autisme infantilterdapat kegagalan perkembangan. Gejala autisme infantil timbul sebelum anakmencapai usia 3 tahun. Pada sebagian anak, gejala-gejala itu sudah ada sejak lahir.Seorang Ibu yang sangat cermat memantau perkembangan anaknya bisa melihatbeberapa keganjilan sebelum anaknya mencapai usia 1 tahun. Yang sangat menonjoladalah tidak adanya atau sangat kurangnya tatap mata. Untuk memeriksa apakahseorang anak menderita autis atau tidak, digunakan standar internasional tentangautisme. ICD-10 (International Classification of Diseases) 1993 dan DSM-IV (Diagnosticand Statistical Manual) 1994 merumuskan kriteria diagnosis untuk Autisme Infantil yangisinya sama, yang saat ini dipakai di seluruh dunia. Kriteria tersebut adalah : Harus adasedikitnya 6 gejala dari (1), (2), dan (3) seperti di bawah ini, dengan minimal 2 gejaladari (1) dan masing-masing 1 gejala dari (2) dan (3).

13.Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik.Minimal harus ada 2 dari gejala di bawah ini :

• Tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai : kontak matasangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak gerik kurang tertuju

• Tidak bisa bermain dengan teman sebaya• Tak ada empati (tak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain)• Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang timbal

balik

14.Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi.Minimal harus ada 1 dari gejala di bawah ini :

• Perkembangan bicara terlambat atau sama sekali tak berkembang. Anaktidak berusaha untuk berkomunikasi secara non-verbal

• Bila anak bisa bicara, maka bicaranya tidak dipakai untuk berkomunikasi• Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang• Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang dapat meniru

15.Adanya suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalamperilaku, minat, dan kegiatan.Minimal harus ada 1 dari gejala di bawah ini :

• Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang sangat khas danberlebihan

• Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tidak adagunanya

• Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang• Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda

Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam bidang (1)interaksi sosial, (2) bicara dan berbahasa, dan (3) cara bermain yang monoton, kurangvariatif. Bukan disebabkan oleh Sindroma Rett atau Gangguan Disintegratif Masa Kanak.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 143

Namun kemungkinan kesalahan diagnosis selalu ada, terutama pada autisme ringan. Halini biasanya disebabkan karena adanya gangguan atau penyakit lain yang menyertaigangguan autis yang ada, seperti retardasi mental yang berat atau hiperaktivitas.Autisme memiliki kemungkinan untuk dapat disembuhkan, tergantung dari berattidaknya gangguan yang ada. Berdasarkan kabar terakhir, di Indonesia ada 2penyandang autis yang berhasil disembuhkan, dan kini dapat hidup dengan normal danberprestasi. Di Amerika, di mana penyandang autisme ditangani secara lebih serius,persentase kesembuhan lebih besar.

Bila Anda membutuhkan informasi yang langsung dan detail tentang autisme, bisamenghubungi alamat di bawah ini :

Yayasan Autisma IndonesiaJl. Buncit Raya No. 55, Jakarta PusatTelp. 021 - 7971945 - 7991355

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 144

62. Mencegah Perilaku Buruk Anak

Pernahkah anda merasa jengkel pada anak yang membantah perintah orangtua?Biasanya anak-anak pada usia balita (2-5 tahun) sedang nakal-nakalnya, karena padausia itu anak-anak senang memikirkan keinginannya sendiri dan tidak memperdulikanomongan orangtuanya. Misalnya, seorang anak berusia 7 tahun setiap kali ibunyamenyuruh belajar, jawabannya selalu, "Tidak, nanti aja, Ma!" atau "Nggak ah, lagi malasMa !". Sikap membantah pada anak sebenarnya wajar-wajar saja. Anak-anak inginmenunjukkan bahwa dirinya berbeda dengan orang tuanya. Sifatnya ini sebenarnyamenunjukkan perkembangan daya berpikir anak. Jadi selama orangtua bisa memberikanalasan yang jelas atas setiap larangan atau perintah, anak juga akan mengerti. Banyakhal yang dapat dilakukan orangtua untuk menghadapi sikap dan perilaku anak yangburuk, diantaranya:

1. Berikan perintah yang jelas.Jangan sekedar mengatakan 'tidak boleh!" atau 'jangan !', tanpa memberikan si anakalasan mengapa Anda menyuruhnya demikian. Misalnya, ketika melarang anak makan didepan pintu, katakan, "Jangan makan di depan pintu, nanti orang tidak bisa lewat!" atauketika anak melompat-lompat di atas tempat tidur, berikan penjelasan jika ia seringmelompat di atas tempat tidur nanti akan ambruk atau tempat tidur akan rusak danseterusnya. Dengan begitu, anak akan mengerti mengapa anda melarangnya.

2. Buat batasan. Seorang anak bisa bersikap keras kepala jika dilarang atau diperintah.Hadapilah sikapnya dengan sikap tegas anda, tapi jangan mengomel atau merayunya.Katakan apa yang anda inginkan, tegaskan bahwa si anak harus melakukan apa yangAnda katakan.

3. Jika memungkinkan, berikan pilihan yang jelas. Misalnya, "Kamu mandisekarang! Kalau mandinya nanti, airnya sudah keburu habis!", atau ketika seorang anakyang kepergok merokok, katakan, "Kalau kamu merokok nanti paru-parumu jadi rusak",dan sebagainya. Dengan begitu anak akan mengerti apa akibatnya kalau ia tak segeramenuruti perintah Anda.

4. Peringatkan lebih awal. Ketika seorang anak anda sudah terlalu lama bermain dansudah waktunya untuk tidur, cobalah untuk mengingatkannya lima atau sepuluh menitlebih awal. Dengan begitu, anak anda tahu bahwa sebentar lagi ia harus berhentibermain. Sehingga ketika saatnya benar-benar tiba, ia tak akan membantah Andakarena ia sudah mempersiapkan dirinya untuk berhenti bermain. Satu hal yang perludiingat oleh orangtua adalah, bahwa anak tetaplah anak dengan pikiran polosnya. Bagianak, dunianya penuh dengan kegembiraan dan keceriaan. Sehingga kekerasanbukanlah cara yang tepat untuk menghadapi sikapnya. Cobalah untuk menunjukkan rasakasih sayang dan dukungan Anda kepadanya.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 145

63. Mengenal Schizophrenia

Meskipun definisi yang pasti tentang Schizophrenia selalu menjadi perdebatan para ahli,terdapat indikasi yang semakin nyata bahwa Schizophrenia adalah sebuah gangguanyang terjadi pada fungsi otak. Dalam buku The Broken Brain : The Biological Revolutionin Psychiatry yang ditulis oleh Dr. Nancy Andreasen, dikatakan bahwa bukti-bukti terkinitentang serangan Schizophrenia merupakan suatu hal yang melibatkan banyak sekalifaktor. Faktor-faktor itu meliputi perubahan struktur fisik otak, perubahan struktur kimiaotak, dan faktor genetik.

Di dalam otak terdapat milyaran sambungan sel. Setiap sambungan sel menjadi tempatuntuk meneruskan maupun menerima pesan dari sambungan sel yang lain. Sambungansel tersebut melepaskan zat kimia yang disebut neurotransmitters yang membawa pesandari ujung sambungan sel yang satu ke ujung sambungan sel yang lain. Di dalam otakyang terserang schizophrenia, terdapat kesalahan atau kerusakan pada sistemkomunikasi tersebut.

Bagi keluarga dengan penderita schizophrenia di dalamnya, akan mengerti dengan jelasapa yang dialami penderita schizophrenia dengan membandingkan otak dengan telepon.Pada orang yang normal, sistem switch pada otak bekerja dengan normal. Sinyal-sinyalpersepsi yang datang dikirim kembali dengan sempurna tanpa ada gangguan sehinggamenghasilkan perasaan, pemikiran, dan akhirnya melakukan tindakan sesuai kebutuhansaat itu. Pada otak penderita schizophrenia, sinyal-sinyal yang dikirim mengalamigangguan sehingga tidak berhasil mencapai sambungan sel yang dituju.

Schizophrenia terbentuk secara bertahap dimana keluarga maupun penderita tidakmenyadari ada sesuatu yang tidak beres dalam otaknya dalam kurun waktu yang lama.Kerusakan yang perlahan-lahan ini yang akhirnya menjadi schizophrenia yangtersembunyi dan berbahaya. Gejala yang timbul secara perlahan-lahan ini bisa sajamenjadi schizophrenia akut. Periode schizophrenia akut adalah gangguan yang singkatdan kuat, yang meliputi halusinasi, penyesatan pikiran (delusi), dan kegagalan berpikir.Kadang kala schizophrenia menyerang secara tiba-tiba. Perubahan perilaku yang sangatdramatis terjadi dalam beberapa hari atau minggu. Serangan yang mendadak selalumemicu terjadinya periode akut secara cepat. Beberapa penderita mengalami gangguanseumur hidup, tapi banyak juga yang bisa kembali hidup secara normal dalam periodeakut tersebut. Kebanyakan didapati bahwa mereka dikucilkan, menderita depresi yanghebat, dan tidak dapat berfungsi sebagaimana layaknya orang normal dalamlingkungannya. Dalam beberapa kasus, serangan dapat meningkat menjadi apa yangdisebut schizophrenia kronis. Penderita menjadi buas, kehilangan karakter sebagaimanusia dalam kehidupan sosial, tidak memiliki motivasi sama sekali, depresi, dan tidakmemiliki kepekaan tentang perasaannya sendiri.

Para Psikiater membedakan gejala serangan schizophrenia menjadi 2, yaitu gejala positifdan negatif.

Gejala positifHalusinasi selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak tidak mampumenginterpretasikan dan merespon pesan atau rangsangan yang datang. Penderitaschizophrenia mungkin mendengar suara-suara atau melihat sesuatu yang sebenarnyatidak ada, atau mengalami suatu sensasi yang tidak biasa pada tubuhnya. Auditoryhallucinations, gejala yang biasanya timbul, yaitu penderita merasakan ada suara daridalam dirinya. Kadang suara itu dirasakan menyejukkan hati, memberi kedamaian, tapi

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 146

kadang suara itu menyuruhnya melakukan sesuatu yang sangat berbahaya, sepertibunuh diri.

Penyesatan pikiran (delusi) adalah kepercayaan yang kuat dalam menginterpretasikansesuatu yang kadang berlawanan dengan kenyataan. Misalnya, pada penderitaschizophrenia, lampu trafik di jalan raya yang berwarna merah kuning hijau, dianggapsebagai suatu isyarat dari luar angkasa. Beberapa penderita schizophrenia berubahmenjadi seorang paranoid. Mereka selalu merasa sedang diamat-amati, diintai, atauhendak diserang.

Kegagalan berpikir mengarah kepada masalah dimana penderita schizophrenia tidakmampu memproses dan mengatur pikirannya. Kebanyakan penderita tidak mampumemahami hubungan antara kenyataan dan logika. Karena penderita schizophreniatidak mampu mengatur pikirannya membuat mereka berbicara secara serampangan dantidak bisa ditangkap secara logika. Ketidakmampuan dalam berpikir mengakibatkanketidakmampuan mengendalikan emosi dan perasaan. Hasilnya, kadang penderitaschizophrenia tertawa sendiri atau berbicara sendiri dengan keras tanpa mempedulikansekelilingnya.

Semua itu membuat penderita schizophrenia tidak bisa memahami siapa dirinya, tidakberpakaian, dan tidak bisa mengerti apa itu manusia. Dia juga tidak bisa mengerti kapandia lahir, dimana dia berada, dan sebagainya.

Gejala negatifPenderita schizophrenia kehilangan motivasi dan apatis berarti kehilangan energi danminat dalam hidup yang membuat penderita menjadi orang yang malas. Karenapenderita schizophrenia hanya memiliki energi yang sedikit, mereka tidak bisamelakukan hal-hal yang lain selain tidur dan makan. Perasaan yang tumpul membuatemosi penderita schizophrenia menjadi datar. Penderita schizophrenia tidak memilikiekspresi baik dari raut muka maupun gerakan tangannya, seakan-akan dia tidakmemiliki emosi apapun. Tapi ini tidak berarti bahwa penderita schizophrenia tidak bisamerasakan perasaan apapun. Mereka mungkin bisa menerima pemberian dan perhatianorang lain, tetapi tidak bisa mengekspresikan perasaan mereka.

Depresi yang tidak mengenal perasaan ingin ditolong dan berharap, selalu menjadibagian dari hidup penderita schizophrenia. Mereka tidak merasa memiliki perilaku yangmenyimpang, tidak bisa membina hubungan relasi dengan orang lain, dan tidakmengenal cinta. Perasaan depresi adalah sesuatu yang sangat menyakitkan. Di sampingitu, perubahan otak secara biologis juga memberi andil dalam depresi. Depresi yangberkelanjutan akan membuat penderita schizophrenia menarik diri dari lingkungannya.Mereka selalu merasa aman bila sendirian. Dalam beberapa kasus, schizophreniamenyerang manusia usia muda antara 15 hingga 30 tahun, tetapi serangan kebanyakanterjadi pada usia 40 tahun ke atas. Schizophrenia bisa menyerang siapa saja tanpamengenal jenis kelamin, ras, maupun tingkat sosial ekonomi. Diperkirakan penderitaschizophrenia sebanyak 1 % dari jumlah manusia yang ada di bumi.

Schizophrenia tidak bisa disembuhkan sampai sekarang. Tetapi dengan bantuanPsikiater dan obat-obatan, schizophrenia dapat dikontrol. Pemulihan memang kadangterjadi, tetapi tidak bisa diprediksikan. Dalam beberapa kasus, penderita menjadi lebihbaik dari sebelumnya. Keringanan gejala selalu nampak dalam 2 tahun pertama setelahpenderita diobati, dan berangsur-angsur menjadi jarang setelah 5 tahun pengobatan.Pada umur yang lanjut, di atas 40 tahun, kehidupan penderita schizophrenia yangdiobati akan semakin baik, dosis obat yang diberikan akan semakin berkurang, danfrekuensi pengobatan akan semakin jarang.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 147

64. Mengenal Aphasia

Aphasia adalah kehilangan kemampuan untuk berbicara dan mengerti pembicaraan

karena kelainan pada otak. Anak yang menderita Aphasia sejak lahir mengalami

kesulitan dengan bahasa ucapan. Mereka yang Receptive Aphasia mempunyai kesulitan

yang parah dalam mengerti kata-kata dan mengerti percakapan. Anak dengan Executive

Aphasia dapat mengerti dengan cukup baik tetapi mempunyai kesulitan membuat kata-

kata untuk dirinya sendiri. Anak yang Receptive Aphasia kelihatannya dapat

membingungkan dengan anak yang autistic khususnya bila mereka sudah sama-sama

remaja karena mereka juga cenderung untuk mengabaikan suara dan menjadi anak

yang menyendiri. Anak yang Executive Aphasia biasanya lebih responsif dan lebih

memasyarakat, tapi mereka memiliki kesulitan yang sama dengan anak yang autistic

dalam menirukan gerakan orang lain dan dalam berbicara. Kedua kelompok anak yang

menderita aphasia ini berbeda dengan anak yang autistic dalam hal dimana mereka

menggunakan mata untuk membantu memahami dunia, dan mereka dapat

berkomunikasi dengan baik dengan menggunakan cara non-verbal (tanpa kata-kata).

Mungkin juga diketemukan anak yang aphasia dengan cacat tambahan yang sangat

mirip dengan anak yang autistic. Receptive dan executive aphasia merupakan dua dari

sekian banyak kekurangan-kekurangan yang muncul pada anak yang autistic. Aphasia

dan autism saling membayangi satu sama lain, sehingga sangat sulit untuk mengatakan

dalam kelompok yang mana seorang anak harus ditempatkan.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 148

65. Gejala & Penyebab Stress

Stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang tampak berbahaya atau sulit. Stresmembuat tubuh untuk memproduksi hormone adrenaline yang berfungsi untukmempertahankan diri. Stres merupakan bagian dari kehidupan manusia. Stres yangringan berguna dan dapat memacu seseorang untuk berpikir dan berusaha lebih berpikirdan berusaha lebih cepat dan keras sehingga dapat menjawab tantangan hidup sehari-hari. Stres ringan bisa merangsang dan memberikan rasa lebih bergairah dalamkehidupan yang biasanya membosankan dan rutin. Tetapi stress yang terlalu banyak danberkelanjutan, bila tidak ditanggulangi, akan berbahaya bagi kesehatan.

Gejala-gejala• Menjadi mudah tersinggung dan marah terhadap teman, keluarga dan kolega.• Bertindak secara agresif dan defensif• Merasa selalu lelah.• Sukar konsentrasi atau menjadi pelupa.• Palpitasi atau jantung berdebar-debar.• Otot-otot tegang.• Sakit kepala, perut dan diare.

Komplikasi• Tekanan darah tinggi dan serangan jantung.• Sakit mental, hysteria.• Gangguan makan seperti hilang nafsu makan atau terlalu banyak makan.• Tidak bisa tidur (insomnia).• Migren/kepala pusing.• Sakit maag.• Serangan asma yang tambah berat.• Ruam kulit.

Penyebab• Kejadian hidup sehari-hari baik gembira dan sedih seperti:

- Menikah/mempunyai anak.- Mulai tempat kerja baru/pindah rumah/emigrasi.- Kehilangan orang yang dicintai baik karena meninggal atau cerai.- Masalah hubungan pribadi.

• Pelajaran sekolah maupun pekerjaan yang membutuhkan jadwal waktu yangketat, dan atau bekerja dengan atasan yang keras dan kurang pengertian.

• Tidak sehat.• Lingkungan seperti terlalu ramai, terlalu banyak orang atau terlalu panas dalam

rumah atau tempat kerja.• Masalah keuangan seperti hutang dan pengeluaran di luar kemampuan.• Kurang percaya diri, pemalu• Terlalu ambisi dan bercita-cita terlalu tinggi.• Perasaan negatif seperti rasa bersalah dan tidak tahu cara pemecahannya,

frustasi.• Tidak dapat bergaul, kurang dukungan kawan.• Membuat keputusan masalah yang bisa merubah jalan hidupnya atau dipaksa

untuk merubah nilai-nilai/prinsip hidup pribadi. Yang dapat anda lakukan

Bagaimana mencegah stress ?• Lihat/ukur kemampuan sendiri. Belajar untuk menerima apa adanya dan

mencintai diri sendiri.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 149

• Temukan penyebab perasaan negatif dan belajar untuk menanggulanginya.Jangan memperberat masalah dan coba untuk sekali-kali mengalah terhadaporang lain meskipun mungkin anda di pihak yang benar.

• Rencanakan perubahan-perubahan besar dalam kehidupan anda dalam jangkalama dan beri waktu secukupnya bagi diri anda untuk menyesuaikan dariperubahan satu ke yang lainnya.

• Rencanakan waktu anda dengan baik. Buat daftar yang harus dikerjakan sesuaiprioritas.

• Buat keputusan dengan hati-hati. Pertimbangkan dengan masak-masak segi baikatau buruk sebelum memutuskan sesuatu.

• Biarkan orang lain ikut memikirkan masalah anda. Ceritakan kepada pasanganhidup, teman, supervisor atau pemimpin agama. Mereka mungkin bisa membantumeletakkan masalah anda sesuai dengan proporsinya dan menawarkan cara-carapemecahan yang berguna.

• Bangun suatu sistim pendorong yang baik dengan cara banyak berteman danmempunyai keluarga yang bahagia. Mereka akan selalu bersama anda dalamsetiap kesulitan.Jaga kesehatan, makan dengan baik, tidur cukup dan latihanolahraga secara teratur.

• Rencanakan waktu untuk rekreasi.• Tehnik relaksasi seperti napas dalam, meditasi atau pijatan mungkin bisa

membantu menghilangkan stress.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 150

66. Mengatasi Migren pada Anak

Migren ternyata bukan hanya sering diderita orang dewasa, tapi juga merupakan jenis sakit

kepala yang sering diderita oleh anak. Dan banyak obat-obatan yang biasanya digunakan

untuk mengobati migren pada orang dewasa, saat ini dapat juga menyembuhkan dengan baik

pada anak-anak dan remaja.

Hal ini diungkapkan pakar pada pertemuan tahunan American Headache Society. Beberapa

penelitian klinis menunjukkan bahwa obat-obatan tertentu bisa bekerja dengan baik pada

orang dewasa, maupun anak-anak.

Walaupun obat penghilang sakit yang sederhana seperti asetaminofen (parasetamol), asam

salisilat (aspirin), dan naproksen biasanya dapat membantu menghilangkan gangguan migren,

tapi para orangtua tetap dianjurkan untuk segera mencari bantuan jika sakit kepala pada anak

mereka berlangsung lebih dari 4 jam dan bila pengobatan sederhana tidak juga meredakan

sakit dalam waktu 2 jam. Dan perlu dihindari efek rebound karena pemakaian obat yang

berlebihan sehingga memicu sakit kepala itu sendiri.

Pengobatan lain, tanpa obat-obatan seperti penanganan stres dan biofeedback (mengatur

kondisi badan melalui pikiran), seringkali mengurangi sakit baik secara tersendiri maupun

dikombinasikan dengan obat-obatan.

Makan dan tidur secara teratur dan banyak berolahraga akan banyak membantu. Dan

pendidikan melalui pengertian juga amat penting, biarkan anak mengetahui apa itu sakit

kepala, dan tidak ada yang salah pada otaknya.

Para orangtua perlu menyadari bahwa depresi dan kecemasan dapat menjadi penyebab

timbulnya migren pada anak-anak. Tidak diketahui apakah gangguan-gangguan psikologi ini

dikarenakan oleh sakit kepala atau apakah gangguan itu yang menyebabkan timbulnya

migren.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 151

67. Metode Alternatif Atasi Rasa Takut

Selain bisa jadi obat mujarab mengatasi rasa takut, bermain peran (role play)juga merangsang imajinasi dan kemampuan verbal si prasekolah.

"Ibuuu...ada ayam, aku takut!" jerit Susan, seorang bocah prasekolah sambil berlarikencang dan mencoba berlindung di belakang ibunya saat melihat hewan peliharaantetangganya melintas di depannya. "Ah...masa udah gede takut sama ayam. Kamu, kan,suka makan ayam?" goda si ibu.

Memang umumnya rasa takut pada anak muncul karena anak sering ditakut-takuti.Umpamanya dengan ucapan, "Awas, lo, kalau masih nangis terus dan enggak mau diem,nanti kamu dipatuk ayam." Atau "Pokoknya, kalau makannya enggak habis, Mamapanggilin dokter biar nyuntik kamu!"Memang, sih, metode semacam ini amat tokcer untuk "memaksa" anak mau menurutikeinginan orang tuanya. Alhasil, anak selalu takut jika melihat bahkan mendengar suarasosok siapa pun atau binatang yang baginya telanjur dianggap menyeramkan. Padahalsosok maupun binatang yang selama ini dianggap menakutkan si kecil tersebutsebetulnya sama sekali tak berbahaya. "Itulah akibat yang mestinya dicermari kalauorang tua hanya mencari jalan pintas dengan cara menakut-nakuti anak,".

Bentuk ekspresi ketakutan itu sendiri bisa macam-macam. Biasanya lewat tangisan,jeritan, bersembunyi atau tak mau lepas dari orang tuanya. Untungnya, sepertidijelaskan, rasa takut ini akan hilang dengan sendirinya seiring dengan berjalannyawaktu. "Saat anak merasa aman dengan dirinya sendiri maupun lingkungannya,hilanglah rasa takut tadi. Tentu saja perlu dukungan orang tua."Yang jadi masalah adalah bila rasa takut mengendap dan tak teratasi sehinggaberpengaruh pada aktivitas sehari-hari anak. "Bahkan bisa mengarah jadi ketakutanyang bersifat patologis. Malah bisa fobia alias ketakutan berlebih karena pernahmengalami kejadian tertentu." Misalnya, gara-gara takut tikus, tiap kali melihat hewanitu, ia akan menjerit ketakutan. "Tapi umumnya jarang muncul pada anak batita, kok,"

BERIMAJINASI LEWAT ROLE PLAYBermain peran, menjadi satu satu cara yang cukup efektif untuk mengatasi rasa takutanak. Dalam permainan ini si anak memerankan sosok yang selama ini dianggapmenakutkannya. Ketakutan yang bercokol dalam diri si kecil dimanifestasikan melaluicara ini, hingga diharapkan dia tak memiliki rasa takut lagi di kemudian hari.Bermain peran juga dapat membuat anak pandai berimajinasi karena memerankansosok yang bukan dirinya. Misalnya, dia mengkhayalkan dirinya menjadi dokter yangmenurutnya termasuk sosok menyeramkan. Melalui cara ini, anak belajar berempatipada posisi orang lain. Selain belajar bereksplorasi dan berimajinasi serta meningkatkankemampuan verbal, dengan bermain peran anak juga diharapkan dapat mengatasi rasatakut dalam dirinya.Berikut ini rasa takut yang banyak dialami anak dan cara mengatasinya dengan carabermain peran:

1. Takut DokterAnak biasanya takut dokter karena pengalamannya pernah disuntik yang ternyatarasanya cukup menyakitkan bagi mereka. Maka tak heran, baru memasuki ruangandokter atau melihat peralatan sampai mencium "bau" obatnya saja, anak sudahmenjerit-jerit atau menangis histeris. Apalagi kalau saat diperiksa dan disuntik.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 152

Penyebabnya selain karena punya pengalaman traumatik, bisa jadi ia dulu kenyangditakut-takuti bakal disuntik dan sebagainya oleh orang tuanya.* Cara mengatasinya:Anak memainkan peran sebagai dokter, sedangkan orang tua atau kakak/adik berpura-pura menjadi pasiennya. Gunakan mainan berbentuk alat-alat yang biasa digunakandokter, seperti stetoskop. Biarkan anak bereksplorasi dan berimajinasi memerankandokter yang sedang memeriksa pasien.Secara tak langsung, anak menjadi tahu bagaimana cara dokter menghadapi pasien-pasien yang takut diperiksa. Semisal dengan cara menenangkannya, "Jangan takut, ya,Bu-Pak. Saya cuma periksa sebentar aja, kok. Kalaupun harus disuntik, enggak sakit,kok. Kan, supaya lekas sembuh." Dengan berpura-pura memberikan nasihat seperti itu,bukan tidak mungkin sosok dokter justru menarik minatnya dan malah bercita-citamenjadi dokter.

2. Takut pada orang yang baru dikenalTak jarang anak-anak tampak takut pada orang yang pertama kali ditemuinya. Dia akanberusaha menjaga jarak, apalagi orang yang menghampirinya itu berwajah kurang"bersahabat". Yang juga kerap terjadi, orang tua terkesan berlebih saat menasihatianaknya untuk tidak terlalu akrab dengan orang yang tidak dikenal. "Awas, kamu jangandeket-deket sama orang yang enggak kamu kenal. Bisa-bisa kamu nanti diculik, lo!"Memang, sih, ada segi positifnya bila orang tua senantiasa wanti-wanti si kecil agarwaspada terhadap orang lain atau yang baru dikenalnya. Tapi tentunya bukan dengancara berlebihan yang menyebabkan si kecil malah selalu ketakutan pada orang lain.* Cara mengatasinya:Ajak anak bermain tamu-tamuan. Ikutkan pula teman-temannya. Posisikan dia untukbergantian memainkan peran sebagai tamu yang berkunjung ke rumah orang lain, atausebagai nyonya rumah yang kedatangan tamu. Bermain peran untuk mengikis rasa takutpada orang lain juga bisa dilakukan dalam berbagai situasi, seperti di toko, sekolah dantempat keramaian lainnya.

3. Takut BinatangAdalah hal yang wajar bila anak takut pada binatang yang baru pertama kali dilihatnya.Apalagi bila hewan itu kelihatannya buas dan menyeramkan. Hanya saja sungguhsayang bila orang tua tak berusaha menjelaskan dan memperkenalkan anak padabinatang-binatang yang ditemuinya tadi. Seperti mengajaknya mengelus-elus bulukucing atau memberi makanan pada induk ayam dan anak-anaknya. Sangat tidakbijaksana pula jika orang tua malah menambah rasa takut anak pada binatang yangsebenarnya relatif tak membahayakan. "Awas, jangan dekat-dekat, nanti kamu dicakarkucing."* Cara mengatasinya:Anak bermain peran sebagai sosok pemandu/pelatih sirkus yang sehari-hari melatihbinatang. Ini akan menyadarkan anak bahwa binatang pada dasarnya bisa dilatih untukmenurut dan diajak bekerja sama. Cara lain adalah dengan bermain sandiwara dipanggung yang menggelar cerita tentang hewan-hewan sebagai sahabat manusia.

4. Takut HantuBanyaknya tayangan televisi yang menyajikan program acara bertajuk cerita hantu takayal ikut mempengaruhi kadar rasa takut anak-anak. Ironisnya, tak sedikit orang tuayang menjadikan cerita hantu ini sebagai "senjata" untuk menakuti-nakuti si kecil.Meskipun rasa takut pada hantu bisa saja terjadi akibat faktor "genetik" berupa sikappenakut dari orang tuanya.* Cara mengatasinya:Anak bermain peran sebagai hantu yang selalu membantu orang yang kesulitan sepertifilm/buku cerita Casper. Atau bisa juga berperan sebagai penyihir yang baik hati. Jadi,anak mempersepsikan hantu bukan sebagai sosok yang menakutkan.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 153

5. Takut SekolahAnak yang pertama kali masuk TK awalnya takut beradaptasi dan bersosialisasi denganguru dan teman-teman barunya. Terlebih bila orang tua juga tak berusahamemperkenalkan si kecil pada temannya.* Cara mengatasinya:Sebelum didaftarkan masuk TK, anak diajak bermain sekolah-sekolahan. Anak bermainperan sebagai murid atau guru. Saudara sepupu si kecil atau tetangganya yang seusiabisa dilibatkan untuk berpura-pura sebagai murid. Sehingga anak tak takut dan takcanggung lagi di hari pertamanya masuk TK.

6. Takut Berpisah (SEPARATION ANXIETY)Anak cemas harus berpisah dengan orang terdekatnya. Terutama ibunya, yang selama 3tahun pertama menjadi figur paling dekat. Figur ibu, tak selalu harus berarti ibukandung, melainkan pengasuh, kakek-nenek, ayah, atau siapa saja yang memang dekatdengan anak.Kelekatan anak dengan sosok ibu yang semula terasa amat kental, biasanya akanberkurang di tahun-tahun berikutnya. Bahkan di usia 2 tahunan, kala sudahbereksplorasi, anak akan melepaskan diri dari keterikatan dengan ibunya. Justru akanjadi masalah bila si ibu kelewat melindungi/overprotektif atau hobi mengatur segala hal,hingga tak bisa mempercayakan anaknya pada orang lain.Perlakuan semacam itu justru akan membuat kelekatan ibu-anak terus bertahan danakhirnya menimbulkan kelekatan patologis sampai si anak besar. Akibatnya, anak takmau sekolah, gampang nangis, dan sulit dibujuk saat ditinggal ibunya.Bahkan si ibuberanjak ke dapur atau ke kamar mandi pun, diikuti si anak terus. Repot, kan? Belumlagi ia jadi susah makan dan sulit tidur jika bukan dengan ibunya.*Cara Mengatasinya:Jelaskan pada si kecil, mengapa ibu harus pergi/bekerja. Begitu juga penjelasan tentangwaktu meski anak usia ini belum sepenuhnya mengerti alias belum tahu persis kapanpagi, siang, sore, dan malam serta pengertian mengenai berapa lama masing-masingtenggang waktu tersebut. Akan sangat memudahkan bila orang tua menggunakanbahasa yang mudah dimengerti. Semisal, "Nanti, waktu kamu makan sore, Ibu sudahpulang." Jika tak bisa pulang sesuai waktu yang dijanjikan, beri tahu anak lewat telepon.Sebab, anak akan terus menunggu dan ini justru bisa menambah rasa takut anak. Iaakan terus cemas bertanya-tanya, kenapa sang ibu belum datang

7. Takut GelapBiasanya juga gara-gara orang tua. "Mama takut, ah. Lihat, deh, gelap, kan?" Takutpada gelap bisa juga karena anak pernah dihukum dengan dikurung di ruang gelap. Bilapengalaman pahit itu begitu membekas, bukan tidak mungkin rasa takutnya akanmenetap sampai usia dewasa. Semisal keluar keringat dingin atau malah jadi sesaknapas setiap kali berada di ruang gelap atau menjerit-jerit kala listrik mendadak padam.*Cara Mengatasinya:Saat tidur malam, jangan biarkan kamarnya dalam keadaan gelap gulita. Paling tidak,biarkan lampu tidur yang redup tetap menyala. Cara lain, biarkan boneka atau bendakesayangannya tetap menemaninya, seolah bertindak sebagai penjaganya hingga anaktak perlu takut.

8. Takut BerenangSangat jarang anak usia batita takut air. Kecuali kalau dia pernah mengalami hal takmengenakkan semisal tersedak atau malah nyaris tenggelam saat berenang hinggahidungnya banyak kemasukan air.*Cara Mengatasinya:Lakukan pembiasaan secara bertahap. Semisal, awalnya biarkan anak sekadarmerendam kakinya atau menciprat-cipratkan air di kolam mainan sambil tetapmengenakan pakaian renang. Bisa juga dengan memasukkan anak ke klub renang yangditangani ahlinya. Atau dengan sering mengajaknya berenang bersama dengan

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 154

saudara/teman-teman seusianya. Tentu saja sambil terus didampingi dan dibangunkeyakinan dirinya bahwa berenang sungguh menyenangkan, hingga tak perlu takut.Kalaupun anak tetap takut, jangan pernah memaksa apalagi memarahi atau melecehkanrasa takutnya. Semisal, "Payah, ah! Berenang, kok, takut!"

BERKEMBANG JADI FOBIAJika sejak kecil anak selalu takut, sementara tak ada dorongan dari orang tua untukmengatasi rasa takut tersebut, tidak tertutup kemungkinan ketakutannya bisaberkembang menjadi fobia/takut yang berlebihan. "Kalau tak diantisipasi, bisa menjadisesuatu yang menghambat segalanya. Ke mana-mana takut, hingga jiwanya juga takberkembang,".Padahal sebagai orang tua harusnya tahu bahwa anak membutuhkan rasa aman dannyaman. Bila lingkungan malah membuat anak makin merasa takut, maka jangan harapbakal tercipta rasa aman dan nyaman. Kelak jika suasana takut itu terus-menerus"dipelihara", justru proses bermain dan belajar si anak akan terganggu juga.Selain karena lingkungan yang tak mendukung anak untuk mengatasi rasa takutnya,ternyata penelitian juga menunjukkan bahwa fobia itu "ditularkan" oleh orang tua,terutama sang ibu. Pasalnya, sosok ibu lebih memiliki kedekatan emosional dengan sianak daripada dengan ayah. Contoh konkret, bila ibu takut pada suasana gelap, makasecara otomatis bila kondisi itu muncul, ibu secara spontan akan mencengkeram tangansi kecil. Dengan kata lain bisa membuat anak ikut-ikutan takut.

Nah, untuk menghilangkan fobia takut ini dibutuhkan proses dan latihan. Yang patutdiperhatikan, ketakutan irasional ini bisa menggeneralisasi alias bisa berdampak sangatluas dan parah. Misalnya, anak yang takut ayam, jangankan bertemu dengan hewanpetelur itu, mendengar suara ayam berkotek saja sudah bergidik. Atau contoh lain jika dimasa kecilnya selalu ditakut-takuti buaya, melihat cicak yang memiliki kemiripan denganbuaya pasti sudah mampu membuatnya takut.

Kasus yang cukup parah adalah seoarang anak yang secara tak sengaja menyaksikankilatan petir di siang hari diiringi suara yang menggelegar sehingga membuatnyaterkejut bukan kepalang. Apa akibatnya? Dia takut pada suasana siang hari. Anak itumeminta orang tuanya untuk menutup rapat jendela sekaligus gordennya serta takboleh ada nyala lampu di rumahnya. Si anak justru senang pada suasana gelap karenadia beranggapan jika gelap gulita takkan ada petir. Dampak yang paling parah,sepanjang hari dia terus menutup telinganya meskipun tak ada mendung atau hujanyang rawan muncul petir bersahutan. "Generalisasinya bisa sangat luas,".Bagi anak yang takut dokter, perasaan ini dapat tergeneralisasi pada hal-hal lain yangmemang masih berhubungan. Umpamanya, melihat orang yang berbaju putih saja diaakan ketakutan. Atau ketika mendengar orang yang menyebutkan kata "dokter", ialangsung berdebar-debar meski tak ada sangkut paut dengan dirinya. Tak heran begitumasuk ruang periksa atau bertemu dengan dokter dalam sosok yang nyata, pastilah diamenjerit-jerit dan menangis ketakutan.

PERAN AKTIF ORANG TUAMenurut literatur, anak usia prasekolah mulai mengetahui sesuatu atau sosok yangmenakutkan dari buku-buku cerita seperti dongeng atau melalui video, film kartun dantayangan televisi lainnya yang bertubi-tubi. Misalnya sajian bertopik kriminalitas ataukisah-kisah bernuansa misteri/hantu.

Kebiasaan menakuti-nakuti anak sudah saatnya ditinggalkan. Mestinya orang tuamenyadari efek berkepanjangan yang bisa ditimbulkan. Kalaupun anak susah diatur, takada salahnya mencari cara lain yang lebih bijak. Yang pasti, jangan sampai mengusikrasa aman dan nyaman si prasekolah. Orang tua juga seyogyanya menjadi sosokteladan bagi si kecil. Artinya, bila ibu/bapak sendiri adalah seorang yang penakut, maka

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 155

jangan heran bila sifat ini "menular" pada anak. Jadi, setakut apa pun, orang tua harusberupaya untuk tampil yakin dan tetap tenang, terutama ketika berada di hadapan anak.Usaha lainnya adalah mencoba membangun sikap positif. Misalnya, memberikanpenjelasan kepada anak bahwa sosok dokter itu baik hati dan pintar. Alhasil, rasa takutanak terhadap dokter, klinik, atau rumah sakit berangsur-angsur bisa terkikis bahkanlenyap.

Ada baiknya pula orang tua meluangkan waktu untuk mendengarkan dengan telinga danhati, apa gerangan yang ditakutkan anak. Tentunya tak sekadar menyimak pembicaraansi kecil, berilah dukungan yang positif dan penjelasan yang menenangkan agar anakdapat mengatasi rasa takutnya.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 156

68. Ih..., Kecil-Kecil "Latah"

Arahkan anak agar hanya mencontoh perbuatan yang positif saja. Jika pada perilakunegatif, segera cegah dan beri penjelasan.

Melihat temannya menangis, eh, si balita kita, kok, latah ikut menangis. Begitu juga

kala ada sebayanya yang tertawa gembira, si kecil pun ketularan tertawa pula. Tak perlubingung atau berpikir ia sudah punya sikap solidaritas yang tinggi, karena di usia balita,anak tengah memasuki fase peniruan.

Perilaku meniru menjadi penting karena dari proses belajar ini kognisinya akanberkembang semakin optimal. Itulah sebabnya, anak pun terkesan "latah" dengansenang meniru perilaku orang lain. Secara umum latah sendiri dibedakan menjadi dua.Latah terhadap kata-kata dan latah terhadap perilaku. Sementara kasus di atas adalahlatah perilaku.

ANEKA PENYEBABPenyebab anak menjadi latah, bisa disebabkan berbagai faktor. Salah satunya, rasasenang yang diakibatkan oleh perilaku peniruan tersebut. Misal, saat anak meniru anaklainnya memukul-mukul meja, awalnya tanpa sadar ia melakukannya karena melihattemannya memukul-mukul meja, tapi lambat laun anak juga menemukan kesenangandari kegiatan tersebut. Saat tangannya ikut bergerak, pukulannya mengeluarkan bunyiyang membuat anak senang dan bergembira.Selain itu, faktor perhatian pun bisa menjadi pemicu anak menjadi latah. Entahperhatian itu berbentuk pujian, tertawaan, atau hal-hal lain yang bisa menyenangkananak. Misal, saat anak mencoba meniru perilaku kakaknya yang suka menggaruk-garukkepala, orang tua atau orang lain yang menyaksikannya tertawa terpingkal-pingkal atauminimal menyunggingkan senyuman. Nah, dengan tertawaan atau senyuman tadi anakmerasa menjadi pusat perhatian, dan ia akan terus mempertahankan sikap peniruantadi.

Orang-orang yang kerap dijadikan model tiruan adalah orang-orang yang dekat dengansi anak atau orang-orang yang sering bertemu dan bermain dengannya, entah itu temanbermain sebaya, saudara sepupu, orang tua, pengasuh, atau bahkan tetangganya. Anakakan mengidentifikasi, merekalah teman-temannya. "Karena intensitas pertemuan,hubungan anak-anak menjadi semakin akrab. Tak heran, jika anak itu akan meniruteman dekatnya itu, tak peduli siapa pun dia."Hanya saja, anak usia batita belum lagi tahu arti solidaritas sesama teman. Saattemannya menangis akibat direbut mainannya oleh sang kakak, misalnya, ia hanyarefleks meniru tangisan sang teman tersebut, bukannya karena ia merasakanketidaknyamanan yang sama.

Jika pun anak langsung memukul si pengganggu, bukan juga berarti anak sudahmemiliki empati terhadap si korban, tapi lebih karena ia mendapat ketidaknyamananakibat tindakan yang ditimbulkan oleh si kakak tadi. Dengan si kakak merebut mainanhingga sang teman menangis, maka secara otomatis si anak tidak bisa bermain-maindengan temannya lagi. Oleh karena itu anak tergerak secara refleks untuk mengusir sikakak atau memukulnya.

BAIK BURUKNYA TERGANTUNG PENIRUANBaik buruknya anak bersikap latah terhadap sang teman tergantung apa yang ditirunya.Jika sifatnya negatif, maka orang tua harus segera menghentikan dengan memberinya

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 157

penjelasan kepada anak. Sebaliknya, jika yang dicontoh adalah hal-hal positif, makaorang tua justru harus memberikan dukungan agar anak terus melakukan hal itu.

Ikut-ikutan menangis termasuk perilaku yang tak patut ditiru. Bukannya karenamenangis ini melulu bersifat negatif, tapi setiap ekspresi jiwa harus ada sebabmusababnya, tidak ujug-ujug dilampiaskan saat melihat anak lain melakukannya. Jadi,jelaskan pada anak, "Kenapa, kok, kamu menangis? Kamu ikut-ikutan temanmu itu, ya?Temanmu menangis karena mainannya direbut. Mainanmu, kan, masih ada. Karena itu,kamu tidak usah ikut-ikutan menangis." Demikian juga jika si anak mendadak marah,"Kamu jangan ikut-ikutan marah seperti temanmu, ya. Temanmu marah karenadiganggu oleh kakaknya. Kamu sendiri, kan, tidak diganggu."Manfaat yang bisa diambil dari hal ini adalah anak belajar untuk mengungkapkan ataumengenali emosinya dengan sehat. Anak akan tahu, kapan dia harus menangis, sedihatau marah, beserta penyebabnya.

Tentunya, orang tua juga jangan sekali-kali memberikan respon positif saat anakmelakukan imitasi terhadap perilaku negatif teman-temannya. Respon sepertimenertawakan atau memberikan senyuman akan ditanggapi anak dengan terus-menerus melakukan perbuatan imitasi tersebut. Namun, setiap larangan haruslahdilanjutkan dengan alasaan yang menjelaskan atau pengarahan. Tanpa itu, anak takbakalan mengerti.

Sebaliknya, beri dukungan bahkan rewards bila anak meniru hal-hal positif. Misal, saatanak mencontoh temannya yang membagikan kue miliknya, orang menanggapi dengankomentar, "Kamu belajar seperti itu dari temanmu, ya? Ibu senang melihatnya, nantiIbu kasih kue lagi, yang enak."

CONTOH WAJARMengarahkan anak untuk melakukan peniruan pada hal-hal yang positif saja bisadilakukan sambil kita menunjukkan sifat dan kebiasaan baik. Bagaimanapun, anak akanmelakukan imitasi terhadap orang yang paling dekat dengan dirinya, yaitu orang tua.Anak akan meniru semua sikap dan tutur kata kita, tidak peduli apakah sifat itu positifatau negatif. Jadi, berhati-hatilah terhadap sifat dan kebiasaan-kebiasaan buruk jika kitatak ingin si kecil mencontohnya. Tentunya, beri contoh yang wajar, tak perlu dibuat-buat.

Orang tua mungkin saja sibuk bekerja, tapi jangan jadikan hal itu sebagai alasan untuktidak mengajari anak akan hal-hal positif. Mengakalinya, mintalah kepada pengasuhanak kita untuk menjelaskan hal atau kebiasaan-kebiasaan apa saja yang harusditanamkan kepada anak, dan mana yang tidak. Jadi, meski orang tua hanya punyasedikit waktu bersama anak, si kecil akan tetap mengacu pada orang tua sebagai modelimitasinya melalui si pengasuh. Bukan tak mungkin anak akan menegur teman yangdinilainya tidak sopan dengan membawa-bawa nama kita, "Lo, kok, kamu makannyadibuang-buang. Kata Bunda, itu enggak baik."

IMITASI IDENTIFIKASIProses imitasi atau peniruan pada usia batita akan dilanjutkan ke proses identifikasipada usia prasekolah. Jadi waspadalah, karena di usia ini berarti anak sudah siapmenuju proses berikutnya. "Ia bukan hanya akan mengambil gaya bicara dan tingkahlaku kita, tapi juga pada karakteristik kita sebagai manusia dewasa."Nantinya, anak tidak hanya membeo apa saja yang kita lakukan, tapi jugamenjadikannya sebagai bagian dari dirinya. "Ia merasa dirinya adalah orang atau modelyang ditirunya. Ia percaya, ia mampu melakukan apa saja yang dilakukan si model.Dalam kehidupan sehari-hari, ia mengambil semua yang melekat pada diri model. Iaakan meniru cara si model makan, berpakaian, gaya berbicara, dan bertingkah laku.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 158

Bahkan karakteristik, kepercayaan/keyakinan, dan nilai-nilai orang tersebut juga akandiambilnya. Itulah yang dalam psikologi dikenal sebagai proses identifikasi."Identifikasi merupakan proses alamiah, atau bagian dari perkembangan kepribadiansetiap anak. Tentu dengan keunikan masing-masing."

SUDAH BISA MEMILIH TEMAN

Meski anak usia batita belum pandai bersosialisasi, tapi mereka sudah bisa memilihteman yang cocok baginya, lo. Anak akan memilih teman-teman yang dirasa bisamembuatnya nyaman saat bermain. Teman-teman, baik itu yang sebaya atau yang lebihdewasa, jika sikapnya dianggap tidak menyenangkan, seperti galak atau kerapmemukul, pasti dijauhi anak.

Nah, saat bermain itulah kadang terjadi "transfer" sifat atau karakter. Anak-anak bisameniru atau bersikap latah terhadap sikap teman-teman bermainnya. Anak yangmulanya bersifat pendiam, bisa mendadak agresif. Jika marah dia menggigit ataumelempar-lempar barang, misalnya. Bisa juga terjadi sebaliknya, anak-anak yangtadinya terlihat aktif dan ceria, mendadak pendiam setelah lama bergaul dan bermaindengan anak-anak pendiam dalam jangka waktu lama.

"Karakter anak sejak batita memang sudah mulai terlihat. Ada anak tipe sulit yangmenangis melulu dan ogah diatur; ada anak tipe mudah yang gampang diatur dansifatnya pendiam; dan ada anak-anak yang memiliki sifat gabungan dari dua karaktertadi. "Karakter anak bisa berubah tergantung situasi dan kondisi, serta lingkungan yangmempengaruhinya. Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhinya adalah orang-orang yang dekat dengan si anak. "Biasanya makin lama dan banyak pengalaman,makin terbentuk karakter pribadi aslinya."

Nah, orang tua sebagai orang yang terdekat harus berperan sebagai "penyaring". Kalauperilaku anak ternyata sudah kelewatan, seperti suka berbicara kasar dan jorok, orangtua mesti memberikan pengarahan. Jelaskan, itu bukanlah cara yang baik dan tidakpatut dicontoh. Selain itu, berilah contoh konkret cara berbicara yang sopan dan santun.Jika tidak, maka perilaku itu akan terus terbawa hingga anak beranjak dewasa dan iaakan tumbuh dengan karakter yang buruk.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 159

69. Si Kecil Takut Pada Ayahnya

Tak perlu khawatir, asalkan kedua orang tua tetap kompak dalam menerapkan nilai-nilaidan disiplin pada anak.

"Walau saya sudah ngomel-ngomel untuk melarangnya, dia tetap saja melakukannya,seolah tak memperhatikan dan tak dengar. Lain hal kalau ayahnya yang melarang, baru,deh, didengar. Bahkan sampai menangis segala," ungkap seorang ibu perihal putrinyayang berusia 2 tahun dan tak pernah "takut" padanya.

Pengalaman ini rasanya tak asing bagi kaum ibu yang punya anak batita, bukan? Walaukita marah habis-habisan, tapi, kok, anak adem-ayem saja alias tak ada takutnya. Lainhal jika sama ayahnya, baru diperingati sedikit saja atau baru sekali saja diperingati,anak bisa langsung diam, kadang menekukkan wajahnya karena takut.

Memang, umumnya anak takut pada ayah. "Seharusnya, sih, anak tidak takut padakedua orang tuanya, ataupun pada salah satu orang tuanya, karena takut inimenyeramkan buat anak." Selain itu, jika anak takut pada salah satu orang tua, makaakibatnya anak pun hanya bisa dekat pada salah satu orang tua saja, entah ayah atauibunya saja.

Anak juga tak mendapat kesempatan yang sama atau seimbang untuk belajar dari jeniskelamin yang berbeda. "Memang anak juga bisa belajar peran dari orang di luar rumah,tapi alangkah baiknya kalau kesempatan itu datangnya dari dalam rumah, yaitu dariorang tuanya sendiri." Karena bagaimanapun, bila orang tua punya peran yangseimbang, anak akan lebih banyak belajar dalam kehidupannya. Anak dapatmengembangkan kemampuan sosialisasi yang baik dalam kehidupan bermasyarakatnyakelak, misalnya dalam hubungan sosial dengan lawan jenis.

POLA ASUH ORANG TUAAnak yang takut pada orang tua, adakalanya dalam situasi tertentu saja, misal kalauorang tuanya marah. "Tapi kalau dalam kondisi biasa saja, rata-rata anak tidak takut."Takutnya bisa karena suara si orang tua yang sedang marah memang keras, pun kalamelarangnya, "Awas, tidak boleh!" Sebab, suara keras akan membuat anak kaget, ciutperasaannya, dan akhirnya takut, meski mungkin saja sebenarnya dia pun tak terpikirakan diapa-apakan.Maka itu, kalau orang tua hendak melarang sesuatu pada anak, tak perlu dengan suarakeras dan marah-marah. "Bisa gunakan dengan kelembutan dan dengan tetapmemberinya penjelasan, 'Jangan main air, ya, De. Kamu, kan, sudah mandi, nantibajunya basah lagi', misal."Selain itu, takutnya anak pada salah satu orang tua juga bisa karena pola pengasuhandari orang tua itu sendiri. Bisa saja orang tuanya bersikap otoriter dalam menerapkanaturan dan disiplin, sehingga anak takut pada keduanya atau pada salah satunya."Umumnya, anak takut pada tipe orang tua yang bersikap otoriter. Orang tua bersikapsangat berkuasa, kehendaknya harus dituruti tanpa memahami keinginan dankebutuhan si anak, hal ini kadang membuat ciut anak."

Sebetulnya, orang tua tak perlu bersikap otoriter dalam hal menerapkan disiplin atauaturan. Tapi sebaiknya lebih pada pendekatan terhadap si anak. "Sebab, setiap anakberbeda, sehingga menghadapinya juga harus berbeda pula. Ada yang harus dihadapidengan lembut dan ada yang harus dengan sedikit keras. Tapi pada intinya, anak itukalau sudah diberi penjelasan, mana yang boleh dan tidak, dan diberitahu alasannya,mereka pun akan belajar sesuatu dan mengerti, kok."

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 160

Memang, kadang ada anak yang mengerti seketika itu juga akan apa yang kita harapkanuntuk dikerjakan, tapi ada pula yang mengerti dan hanya sekadar masuk telinganya danjadi pengetahuannya saja, tapi tidak dia lakukan saat itu. "Jadi, kalau dikatakan takboleh, dia tetap saja melakukan hal itu.

Sebenarnya, untuk masalah kontrol ini, bisa kita berlakukan reward dan punishment."Bila anak melakukan seperti yang kita harapkan, kita beri dia hadiah berupa pujian ataudukungan." Sebaliknya, bila ia tak melakukan apa yang kita harapkan, terapkanpunishment. Hanya saja, jangan berupa hukuman fisik, tapi lebih ke arah mengurangikesenangannya.

PERAN JENIS KELAMIN ORANG TUAPeran jenis kelamin orang tua juga sangat berpengaruh pada rasa takut anak. Ayahumumnya bersikap tegas dibanding ibu yang biasanya bisa lebih longgar. Walaupunmungkin ibu lebih banyak melarang dibanding ayah, misal dalam hal disiplin, tapi kalauayahnya yang melarang sesuatu, alasannya selalu tepat dan jelas, sehingga anak tahukalau yang dia perbuat itu salah. Dengan demikian, begitu ayahnya memberitahunya,melarangnya, hal itu masuk ke dalam hatinya. Ia jadi takut kalau salah.

Kalau pada ibu, karena anak merasa dekat, maka ia pun bisa lebih bernegosiasi. Harusdiingat pula bahwa pada tahap-tahap tertentu, kedekatan anak terhadap ibu masihsangat besar, walau peran ayah juga penting, tapi mungkin tidak utama. Jadi, kalaudimarahi atau dinasehati ibu, dia pun seolah tidak mendengar. Bahkan bisa jadi diamalah mengatakan, "Sebentar lagi, ya, Bunda," atau kalimat merayu lainnya. "Itu, kan,pertanda ia melakukan bargaining." Juga, anak berani untuk mengungkapkan sesuatu."Sebenarnya ibu pun bisa menggunakan ini sebagai senjata untuk membuka komunikasidengan anak, misal, 'Iya, boleh, tapi sebentar saja, ya, main airnya. Ibu beri waktu 5menit lagi.'"

Hubungan antara orang tua dan anak pun ada pengaruhnya pada rasa takut anak. Misal,pada anak perempuan, ada sisi-sisi tertentu dari ayah yang bisa membuatnya merasanyaman dan senang. Mungkin dalam hal bermain. Kadang ibu banyak urusan rumahtangga sehingga kesempatan bermain dengan anak lebih sedikit, sementara ayahmungkin urusan rumahnya tidak sebanyak ibu sehingga kesempatan bermain bersamaanak lebih banyak. Ada hal-hal yang menyenangkan bagi anak dari ayahnya. "Bisa sajaanak takut salah atau takut tidak disayang oleh ayahnya lagi ketika si ayah yangdisenanginya itu melarangnya."

Bukan itu saja, setiap orang tua pun berbeda-beda. Ada orang tua yang tak senangdengan anak kecil, tak sabaran dan merasa kesal kalau anaknya bermain danmenumpahkan sesuatu, tapi ada juga yang sebaliknya, penuh kesabaran. "Nah, sifat-sifat orang tua juga berpengaruh pada anak." Jadi, kalau ayahnya melarang, dia akanmendengar karena ayahnya selalu sabar menjelaskannya. "Jangan main air dulu, ya,tapi makan dulu. Biar kamu tak kedinginan dan sakit perut," misalnya. Sehingga anakpaham betul bahwa main air tak boleh karena apa. Lain hal dengan ibunya yang taksabaran, belum apa-apa sudah teriak-teriak, tanpa menjelaskan penyebab tak bolehnya,juga tidak memahami maksud si anak, sehingga anak pun menentang duluan. Dia akanberpikir, "Pasti, nih, apa yang aku buat selalu tidak boleh, dilarang terus." Sehinggalarangan atau omelan si ibu pun akhirnya hanya masuk telinga kiri dan keluar telingakanan.

Sebenarnya, ada baiknya juga ayahlah yang ditakuti anak. Justru harus hati-hati bilayang ditakuti adalah ibunya. "Karena kalau ia takut pada ibu, maka ada kemungkinan iatak dekat dengan ibunya. Padahal seharusnya anak pada masa batita itu lebih dekatdengan orang tua perempuan. Masa-masa batita dan balita, sebenarnya peran ibu masih

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 161

lebih kuat dan dibutuhkan. Kalau sampai ibunya ditakuti, biasanya akan ada kehilangansesuatu dalam perkembangan kejiwaannya."

AYAH DAN IBU HARUS KOMPAKYang jelas, jika salah satu orang tua merasa kesulitan karena anaknya tak bisadiberitahu, misalnya, orang tua perlu introspeksi diri apa yang menyebabkan si anakhanya takut pada salah satu orang tuanya saja.Sebaiknya pula, kedua orang tua jangan saling membandingkan. "Memang terkadangada kebanggaan tersendiri pada diri orang tua, misal ayahnya, kalau anak lebihmendengar dirinya. Nah, hal seperti itu sebaiknya jangan diperlihatkan di depan anak.

Biarkan anak tahu bahwa antara ayah dan ibu setara. Mereka punya kesamaan haluntuk melarangnya." Walaupun demikian, orang tua juga jangan asal melarang anak.Melainkan harus menjelaskan, apa, sih, yang menyebabkannya tidak boleh? Jadi,pelarangan itu ada keterangannya sehingga si anak pun paham.Jika si ibu membuat keputusan, sebaiknya ayah membantu si ibu. Ketika si ibu melarangsesuatu atau marah pada anak, "Kamu tak boleh itu!", maka ayah pun harusmendukung si ibu, "Sudahlah, De, kan kata Ibu juga tidak boleh." Jadi anak pun tahukalau baik ayah maupun ibunya tak suka.Boleh juga daripada capek-capek, lalu si ibu menyerahkan pada ayahnya, misal, "Nih,Yah, anaknya susah diberitahu." Hal ini boleh-boleh saja selama ayah dan ibu kompakdalam menerapkan suatu disiplin. Jadi, ibu ada komunikasi dengan ayah untukmendisiplinkan si anak. Hanya saja, sambungnya, seringkali yang terjadi ayah dan ibutak kompakan.Padahal dengan kompak, maka ada peran yang seimbang antara kedua orang tua,sehingga anak pun bisa belajar untuk kehidupannya. "Kalau anak cukup mendapatkankasih sayang dari kedua orang tuanya, lingkungannya juga baik dan benar secaraseimbang, maka anak pun bisa belajar dari situ."

Selain itu, dalam hal disiplin pun anak jadi tak bingung, nilai mana yang mau dipilih,karena si orang tua kompak. "Kalau anak bingung, akibatnya anak-anak seperti ini bisajadi tidak percaya diri atau tak acuh sama sekali atau tak bisa disiplin." Bahkan bisa jadi,salah satu orang tua bisa diremehkan. "Anak jadi tahu cara tricky untuk mencari situasiyang menyenangkannya. Misal, dilarang ayahnya, dia pun lari ke ibunya. Jadi dia tidakbelajar suatu nilai yang seharusnya dia pelajari, tapi hanya mencari amannya saja."

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 162

70. Tak Usah Panik Mendapati Anak "Bermain DenganAnunya"

Wajar, kok, bila si kecil memainkan alat kelaminnya karena memang sedang fasenya.Tapi, tetap harus dicegah dan ditangani secara tepat.

Umumnya, orang tua langsung panik kala mendapati anak prasekolahnya memegang-megang atau memain-mainkan alat kelaminnya. Hingga, dimarahilah si anak. Padahal,seperti diungkap Dra. Ratih Andjayani Ibrahim, Psi.MM, perilaku demikian wajarterjadi pada anak usia 3-6 tahun. "Anak usia ini memang suka bermain-main denganalat genitalnya untuk mencapai kenikmatan. Sebab, pusat kenikmatan anak di usia iniberada di sekitar alat genitalnya, yang disebut fase phallic."Lebih jauh dijelaskan Ratih, fase phallic merupakan bagian dari proses perkembangananak. Awalnya, dari usia 1-1,5 tahun, pusat kenikmatan anak berada di mulut, disebutfase oral. Itulah mengapa, di usia tersebut anak senang sekali memasukkan segalasesuatu ke mulut. Berikutnya, pada umur 1,5-3 tahun, anak berada pada fase anal; diamulai menahan keinginan BAB-nya. Selanjutnya, anak mengalami fase phallic. "Fase inibiasanya akan berhenti sampai anak berumur 6 tahun."

HARUS DICEGAHJadi, tahapan ini merupakan fase yang normal, ya, Bu-Pak. Bukan berarti si kecil tengahmelakukan masturbasi. Walau begitu, kita tak boleh membiarkan si kecil asyikmemainkan alat kelaminnya. Sebab, terang Ratih, "Jika sudah menjadi kebiasaan, makainilah yang dinamakan dengan masturbasi."Untuk itu, kita harus mencegahnya. Namun, jangan lantas kita girap-girap alias panik;berteriak-teriak atau marah, bahkan memukuli anak kala melihatnya tengah memainkanalat kelaminnya. Cukup katakan dengan tenang kepadanya, "Kak, penisnya jangandibuat mainan, nanti lecet, lo." Atau, "Jangan sering melakukan itu, ya, Kak, supayavaginanya enggak lecet. Kalau lecet, nanti kalau mau pipis, sakit lo." Selanjutnya,alihkan perhatian anak. Pindahkan tangannya dari aktivitasnya itu, lalu beri mainan yangmenarik minatnya. Bila perlu, ajak dan temani anak bermain, hingga ia lupa denganaktivitasnya tadi.

Jika orang tua bekerja, pesan Ratih, sebaiknya pesankan kepada pengasuh agarmelakukan hal yang sama. Minta si pengasuh untuk menegur dan mengingatkan anakkala kedapatan tengah melakukan aktivitas tersebut. Juga, minta dia sering mengajakanak bermain hingga anak lupa pada aktivitasnya itu.

TANGANI SECARA TEPATYang jelas, dalam menyampaikan larangan kepada anak, jangan sampai menunjukkanrasa panik. Ingat, anak seusia itu punya rasa ingin tahu. Jika ia melihat respon dariorang tua atau lingkungannya demikian, anak akan merasa, "Ini ada apa, sih? Pasti adayang menarik di sini." Maka dia akan terus melakukan aktivitas itu, bahkan akan jadimakin terfokus ke sana. Jadi, kebiasaan melakukan masturbasi bisa terjadi padapenanganan yang tak tepat.Apalagi, anak sebenarnya memegang-megang alat kelaminnya tanpa berpikir panjang."Pokoknya, enak dipegang. Lalu karena respon ibunya keliru, misal, jadi marah, histeris,atau anaknya dipukuli, tanpa sadar ini justru memacu anak untuk lebih seringmemainkan alat genitalnya atau semacam mendapat stimulus. Mungkin ia melakukankebiasaan tersebut dengan cara mencuri-curi."Nah, karena merasa nikmat, anak akan melakukan itu secara terus-menerus. Bahkanbisa hingga masa pubertasnya. Pada masa pubertas, stimulasinya akan berbeda lagi.

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 163

"Mungkin tadinya cuma geli-geli saja, begitu sudah remaja, akan ada fantasi seksualyang menyertai atau ada perilaku seksual tertentu yang menyertai."Selain itu, karena mendapat stimulus terus, bisa terjadi penis si Buyung akan berdiri."Bisa saja saat itu anak mendekat kepada ibunya dan menggosok-gosokkan penisnyakepada ibunya. Kalau ibunya lantas girap-girap atau 'heboh', anak bisa melakukan terusatau malah mencari objek lain." Lain hal jika si ibu memberitahu, "Kak, stop! Janganbegitu, dong. Tuh, lihat di televisi ada apa?" Atau, "Ayo kita bermain." Jadi perilaku anakyang distop.

Sebab, bagaimanapun, papar Ratih, yang namanya masturbasi seperti kecanduannarkoba. Ada levelnya. "Pertama cuma pegang-pegang, lalu makin lama makinberkembang menjadi advanced. Selanjutnya jadi makin canggih dengan tingkatkerumitan yang makin tinggi." Kalau ini menjadi kebiasaan, mungkin kelak alatgenitalnya tak bisa berfungsi secara wajar saat akan berhubungan dengan istrinya.Namun bila penanganannya tepat, biasanya pada umur 6 tahun kebiasaan memegang-megang alat kelamin atau "masturbasi" ini akan hilang sendiri.

BEDA DENGAN ORANG DEWASAMemang, aku Ratih, reaksi spontan orang tua yang marah atau teriak, lebih karena iabelum tahu perilaku "seksual" anak-anak. Biasanya orang tua mengira perilaku seksualanak akan sama dengan perilaku orang dewasa. Padahal, pada masa kanak-kanak, anakmasih makhluk aseksual karena ia belum mengalami pubertas.Jadi, orientasi anak bukan seperti pada perilaku seksual orang dewasa.Keterangsanganya juga berbeda, walau anak bisa menikmati. "Jika pada orang dewasa,untuk mencapai kepuasan seksual menggunakan organ seksualnya dengan perilakuseksual. Maka pada anak, 'seksual'nya lebih pada kalau penisnya dipegang, disentuh,dan dielus. Itu menimbulkan rasa nikmat." Walaupun demikian, tak membuat anakereksi. Ereksi pada anak yang berumur prasekolah jelas berbeda dengan orang dewasa."Biasanya pada anak, ereksi akan muncul di pagi hari setelah bangun tidur, mau kencingatau setelah kencing." Namun sekali lagi, sekalipun fokusnya bukan pada seksual, tapijangan pernah bosan mengingatkan anak untuk tak mempermainan alat genitalnya.

Semoga Bermanfaat======= ZM ======