proposal s2

39
DAFTAR ISI Halaman : HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….. i DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………………………………………………...2 B. Rumusan Masalah …………………………………………….. 4 C. Tujuan Penelitian …………………………………………….... 4 D. Manfaat Penelitian ……………………………………………. 5 BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Penegrtian Belajar ………………………………………….. 6 B. Model Multiple Intelligence………………………………….8 C. Dampak Model Multiple IntelligenceBagi Siswa dan Guru. 14 D. Pembelajaran Konvesional ………………………………… 15 E. Aktifitas Belajar ……………………………………………. 16 F. Hasil Belajar ………………………………………………... 18 G. Hipotesis Penelitian ………………………………………... 19 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis, Waktu dan Tempat Penelitian ……………………. 22 B. Populasi dan Sampel ……………………………………… 22 1

Upload: ikus-imc

Post on 14-Apr-2017

182 views

Category:

Art & Photos


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal s2

DAFTAR ISI

Halaman :

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….. i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. 1

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………...2

B. Rumusan Masalah …………………………………………….. 4

C. Tujuan Penelitian …………………………………………….... 4

D. Manfaat Penelitian ……………………………………………. 5

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Penegrtian Belajar ………………………………………….. 6

B. Model Multiple Intelligence………………………………….8

C. Dampak Model Multiple IntelligenceBagi Siswa dan Guru. 14

D. Pembelajaran Konvesional ………………………………… 15

E. Aktifitas Belajar ……………………………………………. 16

F. Hasil Belajar ………………………………………………... 18

G. Hipotesis Penelitian ………………………………………... 19

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis, Waktu dan Tempat Penelitian ……………………. 22

B. Populasi dan Sampel ……………………………………… 22

C. Desain Penelitian ………………………………………….. 23

D. Variabel Penelitian ………………………………………… 24

E. Instrumen Penelitian ………………………………………. 25

F. Validitas Item Soal ……………………………………….. .. 25

G. Reliabilitas Tes Secara Keseluruhan ……………………. 26

1

Page 2: Proposal s2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Model Multiple Intelligences merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat

di terapkan pada proses pembelajaran langsung. Model Multiple Intelligences juga

merupakan seperangkat pemikiran mengenai kegitan mengajar yang mengembangkan multi

intelligence/kecerdasan majemuk yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa

untuk memecahkan masalah atau untuk menciptakan suatu produk yang baru dan bernilai

dalam mencapai suatu solusi untuk permasalahan yang di hadapi. Salah satu kemampuan

yang dimaksud adalah motivasi dan kreativitas dalam berpendapat.

Model Multiple Intelligences mencakup 8 kecerdasan itu pada dasarnya merupakan

pengembangan dari kecerdasan otak (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan

spritiual (SQ).Multiple Intelligences yang didasarkan pada pemikiran bahwa kemampuan

intelektual yang diukur melalui tes IQ sangatlah terbatas karena tes IQ hanya menekan pada

kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Padahal setiap siswa memiliki cara yang unik

untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapinya.

Menerapkan model multiple intelligences dalam pembelajaran suatu materi tidak

perlu melibatkan ketujuh komponen kecerdasan secara bersamaan. Akan tetapi, perlu adanya

pemilihan kecerdasan yang sesuai dengan konteks pembelajaran itu sendiri. Selain itu, di

dalam menerapkan model multiple intelligences ini, guru harus mengetahui perkembangan

siswa dan mengamati keunikan setiap siswa, sehingga pembelajaran bisa sesuai dengan

kebutuhan dan kekhususan tiap pribadi siswa.

2

Page 3: Proposal s2

Dari hasil observasi yang telah dilaksanakan di SD Negeri 7 Kendari diperoleh

bahwa hasil belajar IPA Terpadu dari tahun ke tahun masih sangat rendah.Hal ini ditandai

dengan hasil wawancara pada tanggal 25 Mei 2012 dengan salah satu guru bidang studi

Fisika. Di mana diungkapkan ada beberapa penyebab sehingga hasil belajar siswa terhadap

mata pelajaran Fisika masih sangat rendah. Hal ini terbukti dari rendahnya rata-rata hasil

belajar Fisika yang diperoleh siswa kelas VI yakni dari jumlah keseluruhan siswa kelas VI di

SD Negeri 7 Kendari hanya 40% yang memperoleh nilai KKM diatas 70. Ini ditandai

dengan nilai ulangan harian yang diperoleh masing-masing siswa disetiap kelasnya.

Disamping itu, ada beberapa permasalahan siswa terkait dengan materi dinamika partikel

sub.pokok bahasan hukum-hukum newton yang dipelajari siswa diantaranya, kurangnya

eksperimen (percobaan) sesuai materi, guru yang mengajar cenderung hanya menjelaskan

teori-teori saja, siswa yang tidak memiliki kecerdasan matematika cenderung merasa tidak

diperhatikan.

Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan yang ada di SD Negeri 7 Kendari,

maka perlu diterapkan sebuahmodel mengajar yang kreatif dan aplikatif berdasarkan tingkat

kecerdasan siswa yang berbeda-beda (Multiple Intelligences). Diharapkan dengan model

Multiple Intelligences ini, dapat meningkatkan motivasi dan kreatifitas siswa, dapat

meningkatkan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran Fisika, serta siswa yang tidak

memiliki kecerdasan bahasa dan matematis dapat belajar Fisika dengan intelligensi yang

dimilikinya.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul :”Pengaruh Model Multiple Intelligences untuk Meningkatkan Hasil Belajar

3

Page 4: Proposal s2

PKN Siswa Kelas VI SD Negeri 7 Kendari pada Materi Pokok Peraturan Perundang-

undangan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan

dalam skripsi ini adalah :

1. Bagaimana gambaran aktivitas belajar siswa kelas VI pada materi pokok peraturan

perundang-undangan yang diajar dengan menggunakan model Multiple Intelligences?

2. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata hasil pretest siswa kelas

eksperimen dengan nilai rata-rata hasil pretest siswa kelas kontrol pada materi pokok

peraturan perundang-undangan?

3. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata hasil post-test siswa kelas

eksperimen dengan nilai rata-rata hasil post-test siswa kelas kontrol pada materi

peraturan perundang-undangan?

4. Apakah nilai rata-rata gain siswa kelas eksperimen lebih baik secara signifikan daripada

nilai rata-rata gain siswa kelas kontrol pada materi pokok PKN dengan sub.pokok

peraturan perundang-undangan ?

C. Tujuan Penelitian.

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan yang dicapai pada

skripsi ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan aktivitas belajar siswa kelas VIpada materi pokok PKN subpokok

bahasan peraturan perundang-undangan yang diajar dengan menggunakan model Multiple

Intelligences.

4

Page 5: Proposal s2

2. Untuk menguji ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata hasil pretest

siswa kelas eksperimen dengan nilai rata-rata hasil pretest siswa kelas kontrol pada

materi pokok PKN subpokok bahasan peraturan perundang-undangan.

3. Untuk menguji ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata hasil post-

test siswa kelas eksperimen dengan nilai rata-rata hasil post-test siswa kelas kontrol pada

materi pokok PKN subpokok bahasan peraturan perundang-undangan..

4. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata gain

siswa ekperimen dengan nilai rata-rata gain kelas kontrol pada materi pokok PKN

subpokok bahasan peraturan perundang-undangan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi siswa dapat membantu sekaligus mempermudah siswa dalam belajar PKN.

2. Bagi guru dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.

3. Bagi sekolah dapat memberikan masukan yang baik pada sekolah dalam rangka

perbaikan atau peningkatan pembelajaran PKN.

4. Sebagai bahan masukan dan pembanding bagi peneliti selanjutnya yang melakukan

penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

5

Page 6: Proposal s2

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar

Secara teknis para ahli psikologi dan pendidikan, memberikan batasan belajar atau

defenisi belajar yang beraneka ragam, namun semuanya merujuk pada terjadinya proses

tingkah laku individu. Tetapi pada prinsipnya keanekaragaman itu tidak terlalu jauh

menyimpang dari pengertian belajar yang sesungguhnya.Menurut Nasution dkk (1992:77)

bahwa “belajar sebagai suatu perubahan yang terus menerus terjadi dalam perilaku individu

sebagai hasil dari pengalaman, dan perilaku itu terjadi dalam perilaku yang memungkinkan”.

Pengertian belajar menurut kamus bahasa Indonesia , bahwa belajar adalah berusaha

memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang

disebabkan oleh pengalaman.

Slameto (1987) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Senada dengan itu, usman dan setiawati (2001) mengemukakan bahwa belajar dapat

diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara

individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu

berinteraksi dengan lingkungannya.

Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat

dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu

apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar

merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk

6

Page 7: Proposal s2

bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. 

Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa stimulus dan

keluaran atau output yang berupa respon.

Menurut Watson, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun

stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati

(observabel) dan dapat diukur. Dengan kata lain, walaupun ia mengakui adanya perubahan-

perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun hal-hal tersebut

sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan.

B. Model Multiple Intelligences

1. Dasar-Dasar Teori Multiple Intelligences

Kecerdasan kata Gardner, merupakan kemampuan untuk menangkap situasi baru

serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu seseorang. Kecerdasan

bergantung pada konteks, tugas serta tuntutan yang diajukan oleh kehidupan kita, dan bukan

tergantung pada nilai IQ, gelar perguruan tinggi atau reputasi bergengsi.

Gardner mengungkapkan bahwa kecerdasan bukanlah sesuatu yang bersifat tetap,

dan bukanlah unit kepemilikan tunggal.Kecerdasan merupakan serangkaian kemampuan dan

keterampilan yang dapat dikembangkan.Kecerdasan ada pada setiap manusia tetapi dengan

tingkat yang berbeda-beda.

Gardner menyebutkan ada delapan jenis kecerdasan yang dimiliki setiap individu

pada umumnya, yaitu :

1. Kecerdasan Linguistik

2. Kecerdasan Mathematis logis

3. Kecerdasan Spasial

7

Page 8: Proposal s2

4. Kecerdasan Kinestetik

5. Kecerdasan Musikal

6. Kecerdasan Interpersonal

7. Kecerdasan Itrapersonal

8. Kecerdasan Naturalis

Teori multiple intelligences adalah validasi tertinggi gagasan bahwa perbedaan

individu adalah penting. Pemakaiannya dalam pendidikan sangat bergantung pada

pengenalan, pengakuan, dan penghargaan terhadap setiap atau berbagai cara siswa

(pelajaran) belajar, disamping pengenalan, pengakuan, dan penghargaan terhadap setiap

minat dan bakat masing-masing pembelajar. Teori multiple intelligencesbukan hanya

mengakui perbedaan individual ini untuk tujuan-tujuan praktis, seperti pengajaran dan

penilaian, tetapi juga menganggap serta menerimanya sebagai sesuatu yang normal, wajar,

bahkan menarik dan sangat berharga.

2. Model Multiple Intelligences

Model Multiple Intelligences merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat

di terapkan pada proses pembelajaran langsung. Model Multiple Intelligences juga

merupakan seperangkat pemikiran mengenai kegitan mengajar yang mengembangkan multi

intelligence/kecerdasan majemuk yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa

untuk memecahkan masalah atau untuk menciptakan suatu produk yang baru dan bernilai

dalam mencapai suatu solusi untuk permasalahan yang di hadapi.Salah satu kemampuan

yang dimaksud adalah motivasi dan kreativitas dalam berpendapat.

Menerapkan model multiple intelligences dalam pembelajaran suatu materi tidak

perlu melibatkan kedelapan komponen kecerdasan secara bersamaan. Akan tetapi, perlu

8

Page 9: Proposal s2

adanya pemilihan kecerdasan yang sesuai dengan konteks pembelajaran itu sendiri. Selain

itu, di dalam menerapkan model multiple intelligences ini, guru harus mengetahui

perkembangan siswa dan mengamati keunikan setiap siswa, sehingga pembelajaran bisa

sesuai dengan kebutuhan dan kekhususan tiap pribadi siswa.

Namun hanya ada beberapa kecerdasan (Multiple Intelligences) yang sesuai

identifiksai berdasarkan materi, yaitu :

a. Linguistik

Kemampuan berkaitan dengan bahasa dengan menggunakan kata secara efektif, baik

lisan dan tertulis.Keterkaitan Linguistik dengan materi hukum-hukum newton, siswa diberi

kesempatan untuk menuliskan pengertian mereka tentang hukum newton secara bebas atau

mengungkapkan gagasannya secara lisan didepan kelas.Dalam memberikan soal bisa dalam

bentuk esay atau isian yang berupa soal tentang pengertian atau penjelasan.

b. Matematis Logis

Kemampuan menggunakan angka dengan baik (misalnya ahli matematika, fisikawan,

akuntan pajak, dan ahli statistik).Melakukan penalaran (misalnya, programmer, ilmuwan dan

ahli logika).Keterkaitan kecerdasan Matematis Logis dengan materi hukum-hukum newton,

siswa bisa di beri kesempatan mengerjakan soal-soal dalam bentuk perhitungan atau

penurunan rumus matematis.

c.Spasial

Kemampuan mempersepsikan dunia spasial secara akurat, misalnya mengadakan

eksperimen di laboratorium atau di luar laboratorium (lingkungan sekitar).Keterkaitan

kecerdasan spasial dengan materi adalah dimana siswa di berikan soal-soal berupa gambar

atau guru bisa melukan sebuah eksperimen terkait dengan materi hukum-hukum newton.

d. Interpersonals

9

Page 10: Proposal s2

Kemampuan mempersepsikan Interpersonal dalam bentuk diskusi kelompok atau

praktikum bersama.Keterkaitan kecerdasan Interpersonal dengan materi adalah dimana

siswa diberi kesempatan untuk mengerjakan soal dengan diskusi kelompok atau melakukan

praktikum bersama dengan materi hukum-hukum newton.

c. Naturalis

Dapat diungkapkan dengan mengajak siswa untuk melihat keterkaitan materi hukum-

hukum newton dengan lingkungan kehidupan mereka sehari-hari, misalnya siswa dapat

menuliskan contoh-contoh penerapan hukum newton yang sering mereka alami atau

dapatkan dalam kehidupan sehari-hari.

Model multiple intelligences ini, mampu menjembatani proses pembelajaran yang

membosankan menjadi suatu pengalaman belajar yang menyenangkan dan siswa tidak hanya

dijejali materi dan teori-teori semata. Akan tetapi, dengan model multiple intelligences siswa

dihadapkan pada kenyataan bahwa materi dan teori-teori yang mereka terima memang dapat

mereka temui di dunia nyata dalam kehidupan mereka, serta materi dan teori-teori tersebut

dapat mereka alami sendiri sehingga memberikan kesan yang mendalam dalam kehidupan

mereka.

Adapun keunggulan dan manfaat penerapan model multiple intelligences dalam

proses pembelajaran dan pendidikan di sekolah yaitu sebagai berikut:

1. Guru dapat menggunakan kerangka multiple intelligences dalam melaksanakan proses

pengajaran secara luas. Aktivitas yang bisa dilakukan seperti menggambar, menciptakan

lagu, mendengarkan musik, melihat suatu pertunjukkan dapat menjadi ‘pintu masuk’

yang vital terhadap proses belajar. Bahkan siswa yang penampilannya kurang baik pada

10

Page 11: Proposal s2

saat proses belajar menggunakan pola tradisional (menekankan bahasa dan logika), jika

aktivitas ini dilakukan akan memunculkan semangat mereka untuk belajar.

2. Dengan menggunakan model multiple intelligences, gurumenyediakan kesempatan bagi

siswa untuk belajar sesuai dengan kebutuhan, minat, dan talentanya.

3. Peran serta orang tua dan masyarakat akan semakin meningkat di dalam mendukung

proses belajar mengajar. Hal ini bisa terjadi karena setiap aktivitas siswa di dalam proses

belajar akan melibatkan anggota masyarakat.

4. Siswa akan mampu menunjukkan dan ‘berbagi’ tentang kelebihan yang dimilikinya.

Membangun kelebihan yang dimiliki akan memberikan suatu motivasi untuk menjadikan

siswa sebagai seorang ‘spesialis’.

5. Pada saat guru ‘mengajar untuk memahami’, siswa akan mendapatkan pengalaman

belajar yang positif dan meningkatkan kemampuan untuk mencari solusi dalam

memecahkan persoalan yang dihadapinya. (Susanto, http: //www.bpkpenabur.or.id).

3. Tahap-Tahap Model Multiple Intelligences

Berdasarkan penjelasan Richards dan Rodgers , mengenai tahapan model multiple

intelligences, dapat dipahami bahwa pembelajaran dengan menggunakan model ini terdiri

dari empat tahapan, yaitu sebagai berikut:

Adapun tahap-tahap dalam model pembelajaran Multiple Intelligences dapat dilihat

pada tabel dibawah ini ;

Tabel 1.1. Tahap-tahap dalam model pembelajaran Multiple Intelligences.

1.  Tahap membangkitkan intelligence

Tahap ini merupakan suatu proses pengalaman belajar melalui pengalaman multiindrawi yaitu dengan menyentuh, mencium, mencicipi, melihat, dan juga siswa dapat peka untuk memahami banyak segi sifat benda dan kegiatan di dunia yang

11

Page 12: Proposal s2

mengelilingi mereka. 2.    Tahap memperkuat

intelligenceTahap dimana siswa memperkuat dan meningkatkan kecerdasan secara sukarela mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang mereka pilih sendiri dan mendefinisikan dengan orang lain, sifat dan konteks pengalaman benda-benda dan peristiwa-peristiwa.

3.    Tahap mengajar dengan/untuk intelligence

Tahap ini terhubung tingkatan kecerdasan itu untuk fokus terhadap kelas. Ini dilakukan melalui lembar kerja dan proyek-proyek kelompok kecil dan diskusi dalam aktivitas belajar siswa.

4.    Tahap transfer dari intelligence siswa

Tahap ini bercermin pada pengalaman belajar tiga tahap sebelumnya dan berkaitan dengan isu-isu ini dan tantangan di luar kelas atau dunia nyata.

Di samping tahap-tahap di atas, sebagai upaya untuk memadukan model Multiple

Intelligence dalam pembelajaran, perlu juga memperhatikan hal-hal berikut:

1. Persepsi tentang siswa harus diubah

Sebaiknya para pendidik memberikan perhatian kepada berbagai macam cara yang

dilakukan siswa untuk memecahkan masalah-masalah mereka dan mengaplikasikan apa

yang telah mereka pelajari. Kita harus menerima bahwa siswa memiliki profil-profil

kognitif dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Guru harus menyediakan

kesempatan-kesempatan belajar yang kaya, mempertajam kemampuan-kemampuan

observasi siswa, mengumpulkan informasi tentang bakat dan kegemaran siswa, serta

mempelajari kecerdasan-kecerdasan yang tidak biasa.

2. Guru membutuhkan dukungan dan waktu untuk memperluas daftar pengajaran mereka.

12

Page 13: Proposal s2

Jika proses pembelajaran ingin mencapai tujuan bahwa siswa harus memiliki

pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan yang seimbang, maka jam belajar yang

selama ini hanya cukup untuk menguasai pengetahuan saja harus diubah dengan

memperluas jam belajar. Hal ini perlu dilakukan untuk:

a. Memberi dukungan dan melakukan praktek.

b. Meminta guru tertentu yang memiliki kemampuan tinggi dalam sebuah kecerdasan

untuk memberikan pelatihan.

c. Mengintegrasikan para spesialis yang memiliki keahlian dalam bidang tertentu.

d. Mengunjungi lokasi-lokasi lain sebagai bahan perbandingan proses pembelajaran.

3. Diperlukan model baru terhadap proses penilaian

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam aktivitas penilaian, yaitu:

a. Bagaimana menilai kecerdasan siswa;

b. Bagaimana meningkatkan penilaian secara umum dalam hal kognitif, afektif, dan

psikomotorik;

c. Bagaimana melibatkan siswa dalam proses penilaian.

d. Praktik profesional menuju ke arah perkembangan

Tingkat profesionalisme para pendidik perlu dimiliki setiap guru, sehingga tantangan

yang dihadapi terutama dalam menentukan model program yang akan dilakukan di kelas,

tepat dan sesuai dengan kompetensi siswa.

C. Dampak Model Multiple Intelligences Bagi Siswa dan Guru

1. Dampak Model Multiple Intelligences bagi Siswa yang Belajar

13

Page 14: Proposal s2

Menurut  Gardner, siswa lebih mudah memahami suatu pelajaran jika bahan

pelajaran disajikan sesuai dengan kecenderungan inteligensi yang dimilikinya. Untuk itu,

siswa akan sangat terbantu jika mereka memahami kecenderungan inteligensinya .

Selanjutnya mereka dibantu untuk menggunakan cara belajar yang cocok. Beberapa metode

untuk mengerti inteligensi siswa, antara lain dengan cara : 1) tes intelidensi ganda; 2)

mengamati reaksi siswa waktu guru mengajar dengan berbagai inteligensi ganda, 3)

mengamati gerak dan aktivitas siswa di luar kelas; 4) nilai rapor dan portofolio kegiatan

siswa. Dengan berbagai perbedaan inteligensi siswa, maka sangat penting bagi guru untuk

memberikan kebebasan siswanya belajar fisika dengan berbagai cara.

2. Dampak bagi Guru yang Mengajar

Dalam risetnya, Gardner menemukan bahwa guru kebanyakan lebih suka mengajar

dengan metode yang sesuai dengan kecenderungan inteligensinya. Guru yang inteligensi

matematis-logisnya bagus akan mengajar secara sistematis, rasional, dan logis. Berbeda

dengan guru yang  kecenderungan inteligensi interpersonalnya menonjol,  akan menyukai

pendekatan personal. Jika menggunakan metode yang tidak cocok, kemungkinan bahan yang

diajarkan sulit dicerna siswa, bahkan dianggap sebagai guru yang tidak disukai. Untuk itu

guru perlu mengembangkan berbagai macam inteligensinya agar dapat mengajar dengan

berbagai metode sesuai dengan inteligensi siswa-siswanya ( Afrisanti, 2011 : 105 ).

D. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran secara klasikal tanpa membagi siswa

dalam kelompok-kelompok kecil dimana siswa belajar tanpa ada ketergantungan dalam

strategi tugas dan tujuan. Adapun model pembelajaran konvensional berarti menurut apa

yang sudah menjadi kebiasaan hal ini sejalan yang dikemukakan oleh Kusomo dalamMura

14

Page 15: Proposal s2

(2010: 19), bahwa pembelajaran konvensional diartikan melakukan tugas dengan mendasari

ciri tradisi atau apa yang telah dilaksanakan oleh guru atau pendidik dahulu tanpa ada usaha

untuk memperbaiki dengan gaya kreasi yang ada padanya. Titik berat dan teori konvensional

adalah pada bakat IQ (IntelegenceQuonient) siswa dalam hubungan dengan tingkat

keberhasilan mereka dalam menguasai bidang tertentu.

Mengenai pengajaran konvensional, beberapa ahli mencoba memberikan pendapat

yang pada dasarnya merupakan kondisi nyata disekolah. (Mursell dan Nasution dalam Mura,

2010: 19) berpendapat bahwa pada cara mengajar yang konvensional atau tradisional yang

pada suatu saat ketika menjadi universal dalam garis besarnya dilakukan menurut pola buku

tugas resistansi, dimana bahan pengajaran dibagi dalam bahan untuk satu tahun atau

triwulan yang dibagi pula dalam unit atau pelajaran.

E. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan

siswa selama proses pembelajaran. Dengan melakukan berbagai aktivitas dalam kegiatan

pembelajaran diharapkan siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri tentang konsep

fisika sesuai dengan kegiatan yang dilakukannya sendiri atau pengalaman yang didapatkan

sendiri oleh siswa.Dalam hal ini, aktivitas yang diamati selama kegiatan pembelajaran

berlangsung dibatasi pada ruang lingkup.

Aktivitas merupakan bagian yang sangat penting dalam proses belajar, sebab

kegiatan belajar mengajar tidak akan terjadi apabila tidak ada aktivitas. Kegiatan tidak hanya

diperlukan untuk memepelajari hal-hal tertentu melainkan semua pelajaran.Aktivitas belajar

siswa adalah inti dari kegiatan belajar siswa disekolah.

15

Page 16: Proposal s2

Menurut Paul B. Dierich (Hamalik, 2003) membagi aktivitas atau kegiatan belajar

kelompok menjadi 8, yaitu :

1. Kegiatan visual, seperti membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen,

demontrasi, pameran dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2. Kegiatan lisan, seperti mengemukakan fakta atau prinsip, menghubungkan suatu

kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara

dan diskusi.

3. Kegiatan mendengarkan, seperti mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan

percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan dan mendengarkan

radio.

4. Kegiatan menulis, seperti menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-

bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.

5. Kegiatan menggambar, seperti menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta dan

pola.

6. Kegiatan metrik, seperti melakukan percobaan, memilih alat-alat, membuat model,

menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.

7. Kegiatan mental, seperti merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis,

melihat hubungan dan membuat keputusan.

8. Kegiatan emosional, seperti minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain.

Penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajar, karena siswa mencari

pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri, berbuat sendiri, memupuk kerjasama

yang harmonis dikalangan siswa, siswa bekerja sesuai dengan minat dan kemampuan siswa,

16

Page 17: Proposal s2

memupuk disiplin keras, mempererat hubungan sekolah dan masyarakat dan hubungan

orang tua dengan guru (Hamalik, 2003).

F. Hasil Belajar.

Kegiatan belajar mengajar yang merupakan kegiatan timbal balik guru dan siswa

tentu mempunyai tujuan dan hasil yang diharapkan. Hasil belajar yang diharapkan dapat

dicapai merencanakan kegiatan belajar mengajar yang tepat. Secara umum dapat

didenifisikan hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang diperoleh siswa setelah mengikuti

pelajaran.

Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam hasil belajar yaitu : (a). Keterampilan dan

kebiasaan; (b). Pengetahuan dan pengertian; (c). Sikap dan cita-cita, yang masing-masing

golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah.

Hasil belajar siswadipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas

pengajaran.Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh

guru.Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap

(afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa

kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan

demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha

atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan

kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri

individu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang

17

Page 18: Proposal s2

terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan

tingkah laku secara kuantitatif.

G. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka dirumuskan

hipotesis sebagai berikut:

1. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata hasil pretest siswa kelas

eksperimen dengan nilai rata-rata hasil pretest siswa kelas kontrol pada pokok bahasan

hukum-hukum newton. Secara statistik dirumuskan :

Ho : µ1 = µ2

H1 : µ1 ≠ µ2

Keterangan :

Ho = Tidak ada perbedaan yang berarti antara rata-rata nilai hasil pretest siswa pada

kelas eksperimen dengan rata-rata nilai hasil pretest siswa kelas kontrol pada

pokok bahasan hukum-hukum Newton.

H1 = Ada perbedaaan yang berarti antara rata-rata nilai hasil pretest siswa pada kelas

eksperimen dengan rata-rata nilai hasil pretest kelas kontrol pada pokok bahasan

hukum-hukum Newton.

µ1 = Rata-rata nilai hasil pretest pada siswa kelas eksperimen

µ2 = Rata-rata nilai hasil pretest pada siswa kelas kontrol

18

Page 19: Proposal s2

2. Nilai rata-rata hasil post-test siswa kelas eksperimen lebih baik secara signifikan

daripada nilai rata-rata hasil post-test siswa kelas kontrol pada pokok bahasan hukum-

hukum newton. Secara statistik dirusmuskan:

Ho = µ1 ≤ µ2

H1 = µ1> µ2

Keterangan :

Ho = Rata-rata hasil post-test siswa pada kelas eksperimen lebih kecil atau sama dengan

rata-rata hasil post-test siswa pada kelas kontrol.

H1 = Rata-rata hasil post-test siswa pada kelas eksperimen lebih baik dari pada rata-rata

hasil post-test siswa pada kelas kontrol.

µ1 = Rata-rata nilai hasil post-test siswa pada kelas eksperimen

µ2 = Rata-rata hasil post-test siswa pada kelas kontrol.

3. Nilai rata-rata gain hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik secara signifikan dari

pada nilai rata-rata gain siswa kelas kontrol pada pokok bahasan hukum-hukum Newton.

Secara statistik dirumuskan:

Ho = µ1 ≤ µ2

H1 = µ1 > µ2

Keterangan :

19

Page 20: Proposal s2

Ho = Rata-rata gain siswa pada kelas eksperimen lebih kecil atau sama dengan rata-rata

gain siswa pada kelas kontrol

H1 = Rata-rata gain siswa pada kelas eksperimen lebih baik dari pada rata-rata gain

siswa pada kelas kontrol.

µ1 = Rata-rata gain siswa pada kelas eksperimen

µ2 = Rata-rata gain siswa pada kelas kontrol.

20

Page 21: Proposal s2

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis, Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen. Penelitian ini telahdilaksanakan

pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013, pada siswa kelas VI SD Negeri 7 Kendari.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VISD Negeri 7 Kendari

yang terdaftar pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013.

Distribusi populasi menurut kelas dapat dilihat pada Tabel 2.1. sebagai berikut.

Tabel 2.1. Distribusi Populasi Penelitian

Kelas Jenis Kelamin JumlahL P

VI. 25 12 37Sumber: Data Observasi pada SD Negeri 7 Kendari.

Sampel dalam penelitian ini ditetapkan melalui random sampling, setelah dilakukan

uji homogenitas varians menggunakan uji Bartlett terhadap nilai ulangan semester genap dari

ke sepuluh kelas yang menjadi populasi penelitian. Dari hasil analisis uji Bartlett diperoleh

bahwa ke sepuluh kelas yang menjadi populasi penelitian memiliki varians yang homogen

(lampiran 8). Selanjutnya diambil dua kelas secara acak, yaitu kelas X3 sebagai kelas

eksperimen dan kelas X4 sebagai kelas kontrol. Adapun distribusi sampel dalam penelitian ini

selengkapnya disajikan pada Tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2. Distribusi Sampel Penelitian Menurut Kelas dan Jenis Kelamin

21

Page 22: Proposal s2

No Kelas

Jenis Kelamin

JumlahLaki-Laki

Perempuan

1 Eksperimen 10 7 17

2 Kontrol 12 8 39

Jumlah 22 15 37

C. Desain Penelitian

Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest-Post test,

selengkapnya disajikan sebagai berikut.s

E : O1 x O2

K : O3 - O4

dengan:

E =Kelas eksperimen

K = Kelas kontrol

O1= Tes awal (pretes) yang diberikan pada kelas eksperimen

O2= Tes akhir (post-test) yang diberikan pada kelas eksperimen

O3= tes awal (pretest) yang diberikan pada kelas kontrol

O4= tes akhir (post-test) yang diberikan pada kelas kontrol

x= perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen , yaitu pengaruh model

Multiple Intelligences pada kelas eksperimen.

- = perlakuan yang diberikan pada kelas kontrol, yaitu pembelajaran konvensional

22

(Arikunto, 2006:86)

Page 23: Proposal s2

- .

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan pengaruh modelMultiple

Intelligences dan model pembelajaran konvensional, sedangkan yang menjadi variabel

terikatnya adalah hasil belajar siswa.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan dua jenis instrumen pengumpulan data yaitu: lembar

observasi dan tes hasil belajar.

a. Lembar observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengukur aktivitas yang terjadi dalam proses

pembelajaran dengan modelMultiple Intelligences, dalam hal ini aktivitas yang diukur

adalah aktivitas siswa dan guru. Lembar observasi terhadap aktivitas guru difokuskan pada

keterlaksanaan model Multiple Intelligences dalam proses pembelajaran dengan memuat

saran-saran terhadap aktivitas guru selama pembelajaran terhadap keterlaksanaan model

Multiple Intelligences siswa.

b. Tes hasil belajar

Tes ini dikonstruksi dalam bentuk tes objektif model pilihan ganda dengan jumlah

pilihan (option) sebanyak empat yang berjumlah 30 butir soal untuk tes uji coba serta 25

butir soal untuk soal pretest dan post-test yang disusun atas tingkat kognitif yaitu C1,C2 dan

C3 dengan pilihan skor, jika jawaban benar diberi skor 1 dan jika jawaban salah diberi skor

0. Setiap soal dibuat untuk menguji tingkat kecerdasan yang dimiliki oleh siswa serta untuk

menguji pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang tercakup dalam pokok bahasan

23

Page 24: Proposal s2

hukum-hukum Newton, tes ini bersifat konseptual. Tes ini dilakukan dua kali, yaitu pada

saat pretest sebelum pokok bahasan hukum-hukum Newton diajarkan dan pada saat post-test

setelah pembelajaran pokok bahasan hukum-hukum Newton selesai dilaksanakan. Pretest

dilakukan dengan tujuan untuk membagi kelompok kecerdasan siswa serta kemampuan awal

siswa terhadap konsep-konsep hukum-hukum Newton, sedangkan post-test dilakukan

dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebagai hasil penggunaan model

Multiple Intelligences siswa.

Untuk mengetahui karakteristik kualitas tes yang akan digunakan, maka sebelum

digunakan instrumen tes hasil belajar tersebut dilakukan uji coba untuk mengetahui tingkat

validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran soal, dan daya pembeda tes tersebut.

F. Validitas item soal

Validitas tes adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan dan

kesahihan suatu intsrumen. Tes yang valid adalah tes yang benar-benar mengukur apa yang

hendak diukur. Validitas item soal dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki

oleh sebuah item dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut.

Validitas item soal (butir soal) dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product

momen sebagai berikut.

r xy=N ∑ XY −(∑ X ) (∑Y )

√ {N ∑ X2−(∑ X )2} {N ∑Y 2−(∑ Y )2} (Arikunto, 2002: 72)

Keterangan :

X= skor setiap murid untuk setiap item

Y = skor total perolehan setiap murid

24

Page 25: Proposal s2

N = jumlah sample

rxy = koefisien korealsi antara variable X dan Y yang dicari

Kriteria pengujian, jika rxy> rtab maka alat ukur (butir soal) tersebut valid dan jika rxy

≤ rtab maka alat ukur (butir soal) tersebut tidak valid. Pengujian dilakukan pada α = 0,05.

G. Reliabilitas tes secara keseluruhan

Reliabilitas dari suatu tes ditentukan dengan rumus Kuder Richardson 20 (KR-20),

yaitu.

r11=( nn−1 )( S2−∑ pq

S2 ) (Arikunto, 2005:100)

Keterangan:

R11 = reliabilitas tes

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1- p)

pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

N = banyaknya item

S = standar deviasi skor keseluruhan peserta tes

Setelah diperoleh nilai r11 selanjutnya dibandingkan dengan rtab dengan kriteria

pengujian jika r11 > rtab maka alat ukur tersebut reliabel dan jika r11 rtab maka alat tersebut

tidak reliabel. Pengujian dilakukan pada α = 0,05.

25

Page 26: Proposal s2

TUGAS

PENGARUH MODEL MULTIPLE INTELLIGENCES UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS VI SD NEGERI 7

KENDARI PADA MATERI POKOK PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.

WA NDIMA

G2G1 13 072

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS HALU OLEO

TAHUN 2013

26

Page 27: Proposal s2

27