proposal lengkap perbaikan septi

Upload: aan-saja

Post on 03-Apr-2018

277 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    1/42

    HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KEJADIAN

    IPERTENSI PADA PRALANSIA DI PUSKESMAS AMBACANG

    KECAMATAN KURANJI KOTA PADANG

    TAHUN 2013

    Proposal i ni diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelasaikan Mata Kul iah

    Karya Tul is I lmi ah Dasar DI I I Gizi Poltekkes Kemenkes Padang

    Oleh :

    SEPTI NURSAKINAH

    NIM 102114343

    JURUSAN GIZI

    POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

    2013

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    2/42

    2

    PERNYATAAN PERSETUJUAN

    Proposal karya tulis berjudul Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT)

    dengan Kejadian Hipertensi Pada Pralansia di Puskesmas Ambacang

    Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2013 ini telah diperiksa dan disetujui

    untuk diseminarkan dihadapan Pembimbing dan Tim Penguji Seminar Proposal

    Karya Tulis Ilmiah Program Studi Diploma Politeknik Kesehatan Padang.

    Padang, Januari 2013

    Pembimbing

    Ir. Zulferi Des Otman, M.PdNIP. 19581211 198302 2 002

    Mengetahui

    Ketua Jurusan Gizi

    Politeknik Kesehatan Padang

    Edmon, SKM, M.KesNIP 19620729 198703 1 003

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    3/42

    3

    PERNYATAAN PENGUJI

    Proposal Karya Tulis Ilmiah berjudul Hubungan Indeks Massa Tubuh

    (IMT) dengan Kejadian Hipertensi Pada Pralansia di Puskesmas Ambacang

    Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2013 ini telah dipertahankan dihadapan

    Tim Penguji Seminar Proposal Karya Tulis Ilmiah Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan

    Padang.

    Padang, Januari 2013

    Tim Penguji

    Ketua,

    Ir. Zulferi Des Otman, M.PdNIP 19581211 198302 2 002

    Anggota,

    Gusnedi, S.TP, MPHNIP 19710530 199403 1 003

    Anggota,

    Dr. Fauzi Arasj, SKM, M.KesNIP 1959011011984011001

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    4/42

    i

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan

    rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat mengikuti pendidikan serta

    menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul HUBUNGAN INDEKS

    MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA

    PRALANSIA DI PUSKESMAS AMBACANG KECAMATAN KURANJI

    KOTA PADANG TAHUN 2013 yang merupakan salah satu syarat untuk

    menyelesaikan pendidikan Diploma III Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Padang.

    Proposal ini dapat diselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu

    pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Ir.Zulferi Des Otman, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah memberi

    bimbingan dan masukan dalam mengerjakan proposal ini.

    2. Bapak Sunardi, SKM, M. Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Padang.

    3. Bapak Edmon, SKM, M. Kes selaku ketua Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan

    Padang.

    4. Ibu Kasmiyetti, DCN, M. Biomed selaku Ketua Program Studi D III Gizi.

    5. Bapak dan Ibu staf dosen Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Padang.

    6. Orang tua tercinta yang selalu memberi dukungan dan semangat kepada

    peneliti selama penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

    7. Rekan-rekan satu angkatan yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu

    terima kasih untuk supportnya selama ini.

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    5/42

    ii

    Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal Karya Tulis

    Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan

    masukan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi

    kesempurnaan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

    Padang, Januari 2013

    Penulis

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    6/42

    iii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL

    PERNYATAAN PERSETUJUAN

    KATA PENGANTAR .............................................................................. ..... i

    DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

    DAFTAR TABEL ......................................................................................... v

    DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vi

    DAFTAR GRAFIK........................................................................................ vii

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. viii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................ ...... 1

    1.2 Perumusan Masalah ........................................................................... 3

    1.3Tujuan Penelitian ................................................................................ 3

    1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 4

    1.5

    Ruang Lingkup .................................................................................... 4

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tinjauan Teori ...................................................................................... 5

    2.1.1Tekanan Darah ............................................................................ 5

    2.1.2 Hipertensi ................................................................................... 6

    2.1.3 Konsep Pra Lansia ...................................................................... 15

    2.1.4 Indeks Massa Tubuh (IMT) ....................................................... 15

    2.1.5 Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Hipertensi......... 16

    2.1.6 Kerangka Teori............................................................................ 18

    2.2 Kerangka Konsep ................................................................................. 18

    2.3 Hipotesis penelitian .............................................................................. 19

    2.4 Definisi Operasional ............................................................................ 19

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    7/42

    iv

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    3.1Jenis dan Desain Penelitian ................................................................. 20

    3.2Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 20

    3.3Populasi dan Sampel ........................................................................... 20

    3.4Jenis dan Pengumpulan Data .............................................................. 21

    3.4.1 Data Primer ............................................................................ 21

    3.4.2 Data Sekunder ........................................................................ 23

    3.5Pengolahan Data dan Analisa Data ...................................................... 23

    3.5.1 Pengolahan Data....................................................................... 23

    3.5.2 Analisa Data ............................................................................. 24

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    8/42

    v

    DAFTAR TABEL

    Nomor Tabel Halaman

    Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah ............................................................... 6

    Tabel 2.2 Klasifikasi IMT ............................................................................... 16

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    9/42

    vi

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Gambar Halaman

    Gambar 2.1 Mekanisme Renin-Angiotensin Vasokonstriktor

    Untuk Pengaturan Tekanan Arteri .......................................... 8

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    10/42

    vii

    DAFTAR GRAFIK

    Nomor Grafik Halaman

    Grafik 2.1 Hubungan Obesitas dengan Peningkatan

    Prevalensi Hipertensi ................................................... ............ 17

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    11/42

    viii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Surat Pernyataan

    Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

    Lampiran 3 Jadwal Penelitian

    Lampiran 4 Anggaran Biaya

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    12/42

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1Latar BelakangPeningkatan kelompok penduduk usia 45 tahun ke atas (usia pertengahan /

    middle age) cukup besar. Penduduk usia pertengahan di Indonesia menunjukkan

    peningkatan yang hampir serupa dengan pertambahan penduduk usia lanjut secara

    absolute maupun relatif. Apabila pada tahun 1990 jumlah keduanya hanya sekitar 20

    juta, maka pada tahun 2020 jumlah itu diperkirakan akan meningkat sekitar 39 juta,

    dengan peningkatan dari 10,5 % menjadi 15,4 dari total populasi. Masalah penduduk

    usia 45 tahun ke atas berhubungan dengan penyakit degeneratif seperti hipertensi (

    Kuswardhani, 2008).

    Pada umumnya hipertensi terjadi pada seseorang yang sudah berusia lebih

    dari 40 tahun atau yang sudah masuk pada kategori usia pertengahan. Hipertensi

    meningkat sejalan dengan meningkatnya usia. Prevalensi hipertensi di seluruh dunia,

    diperkirakan sekitar 15-20%, sedangkan hipertensi di Asia diperkirakan sudah

    mencapai 8-18%. Prevalensi Hipertensi di Indonesia pada golongan umur 45-50

    tahun masih 10%, tetapi di atas 60 tahun angka tersebut terus meningkat mencapai

    20-30 % (Riyadi, 2007).

    Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 yang diselenggarakan

    Kementerian Kesehatan menunjukkan, prevalensi hipertensi di Indonesia

    (berdasarkan pengukuran tekanan darah) sangat tinggi, yaitu 31,7 persen dari total

    penduduk dewasa. Prevalensi ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Singapura

    (27,3 persen), Thailand (22,7 persen), dan Malaysia (20 persen). Berdasarkan SKRT

    tahun 2004, prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 14 %, dengan prevalensi laki-

    laki sebesar 12,2% dan perempuan 15,5%.

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    13/42

    2

    Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Padang (2011), hipertensi

    menduduki peringkat ke 3 di kota Padang, yaitu prevalensi hipertensi berdasarkan 10

    penyakit terbanyak di Kota Padang sebesar 15,4%. Dimana prevalensi hipertensi

    tertinggi terdapat di puskesmas Ambacang 1088 kasus, puskesmas Lubuk buaya 868

    kasus, dan puskesmas Nanggalo 750 kasus.

    Salah satu faktor yang memicu timbulnya penyakit hipertensi adalah status

    gizi yang tidak seimbang. Kelebihan gizi yang dimulai pada usia 45 tahun keatas

    biasanya berhubungan dengan kemakmuran dan gaya hidup. Keadaan kelebihan gizi

    ini akan membawa pada keadaan obesitas. Perubahan status gizi yang ditandai

    dengan peningkatan berat badan dapat secara langsung mempengaruhi perubahan

    tekanan darah (Riyadi dkk, 2007).

    Kejadian hipertensi juga mempuyai kaitan erat dengan kelebihan berat badan

    atau obesitas, maka jumlah jaringan lemaknya mengalami peningkatan. Seperti

    halnya bagian tubuh yang lainnya, jaringan ini juga bergantung pada oksigen dan zat

    makanan maka jumlah darah yang beredar juga meningkat. Makin banyak darah

    yang melalui arteri makin besar pula tekanan terhadap dinding arteri (Sheps, 2002).

    Ada dugaan bahwa meningkatnya berat badan normal relatif sebesar 10%

    mengakibatkan kenaikan tekanan darah 7 mmHg (Khomsan, 2004). Pengurangan

    berat badan berdampak pada penurunan tekanan darah dan penyakit kardiovaskuler

    (Arisman, 2008)

    Untuk mengetahui seseorang mengalami obesitas atau tidak, dapat dilakukan

    dengan mengukur berat badan dengan tinggi badan, yang kemudian disebut dengan

    Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah,

    terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang

    gemuk (obesity) 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    14/42

    3

    badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki

    berat badan lebih (Sugondo, 2007).

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Faridah pada tahun 2012 gizi

    lebih dapat menyebabkan kegemukan dan obesitas. Pengidap kegemukan yang di

    tandai dengan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) > 25 adalah salah satu faktor

    terjadinya hipertensi. Diduga peningkataan berat badan memiliki peranan penting

    pada mekanisme timbulnya hipertensi. Orang yang mengalami kegemukan

    berpotensi mengalami penyumbatan darah sehingga supalai oksigen dan zat makanan

    ke organ tubuh terganggu. Penyumbatan dan penyempitan memacu jantung untuk

    memompa darah lebih kuat lagi agar dapat memasok kebutuhan darah ke jaringan.

    Akibatnya tekanan darah meningkat maka terjadilah hipertensi. Berdasarkan hasil

    dari penelitian tersebut responden yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) gemuk

    (64,7%). Ada hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan tekanan darah.

    Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik mengetahui Hubungan Indeks

    Massa Tubuh (IMT) dengan Kejadian Hipertensi Pada Pralansia di Puskesmas

    Ambacang Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2013.

    1.2Perumusan MasalahApakah ada hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kejadian

    Hipertensi Pada Pralansia di Puskesmas Ambacang Kecamatan Kuranji Kota Padang

    Tahun 2013.

    1.3Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan Umum

    Mengetahui Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kejadian

    Hipertensi Pada Pralansia di Puskesmas Ambacang Kecamatan Kuranji Kota

    Padang.

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    15/42

    4

    1.3.2 Tujuan Khusus1.3.2.1Diketahuinya Distribusi Kejadian Hipertensi Pada Pralansia di Puskesmas

    Ambacang Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2013.

    1.3.2.2Diketahuinya Distribusi Sampel Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) di

    Puskesmas Ambacang Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2013.

    1.3.2.3Diketahuinya Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kejadian

    Hipertensi Pada Pralansia di Puskesmas Ambacang Kecamatan Kuranji Kota

    Padang Tahun 2013.

    1.4Manfaat Penelitian1.4.1 Masyarakat

    Menambah pengetahuan masyarakat terutama penderita hipertensi terhadap

    hal-hal yang berhubungan dengan hipertensi.

    1.4.2 Penulis

    Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam meneliti mengenai hubungan

    Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kejadian Hipertensi.

    1.5Ruang LingkupBerdasarkan uraian latar belakang dan juga teori-teori yang mendukung maka

    ruang lingkup penelitian yaitu meneliti Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT)

    dengan Kejadian Hipertensi Pada Pralansia di Puskesmas Ambacang Kecamatan

    Kuranji Kota Padang Tahun 2013.

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    16/42

    5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1Tinjauan Teori2.1.1 Tekanan Darah

    Tekanan darah adalah desakan darah terhadap dinding-dinding arteri ketika

    darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan darah mirip dengan

    tekanan dari air (darah) di dalam pipa air (arteri). Makin kuat aliran yang keluar dari

    keran (jantung) makin besar tekanan dari air terhadap dinding pipa. Jika pipa

    mengecil diameternya, maka tekanan akan sangat meningkat (Hull, 1993).

    Ada dua tingkat tekanan, yakni tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan

    sistolik merupakan tekanan darah tertinggi selama siklus jantung yang dialami

    pembuluh darah saat jantung berdenyut/memompakan darah keluar jantung. Pada

    orang dewasa normal tekanan sistole berkisar 120 mmHg. Sedangkan tekanan darah

    diastole merupakan tekanan darah terendah selama 1 siklus jantung dimana suatu

    tekanan di dalam pembuluh darah saat jantung beristirahat. Pada orang dewasa

    tekanan diastole berkisar 80 mmHg (Karnia Martha, 2012)

    Tekanan darah diukur dengan secara langsung dan tidak langsung. Secara

    tidak langsung, yaitu dengan memasukkan sebuah kanula kedalam arteri dan

    menghubungkannya dengan manometer Air Raksa. Secara tidak langsung yaitu

    dengan cara auskultasi memakai stetoskop, manset tekanan, pompa karet, dan

    manometer air raksa (Karnia Martha, 2012).

    Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami bayi dan

    anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada

    dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktifitas fisik, dimana akan lebih tinggi

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    17/42

    6

    pada saat melakukan aktifitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah

    dalam sehari juga berbeda, paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada

    saat tidur malam hari (Karnia Martha, 2012).

    Jika sistem kompleks yang mengatur tekanan darah tidak berjalan dengan

    dengan semestinya, maka tekanan dalam arteri akan meningkat. Peningkatan tekanan

    darah dalam arteri yang berlanjut dan menetap menyebabkan timbulnya tekanan

    darah tinggi atau hipertensi (Suiraoka, 2012)

    2.1.2 Hipertensi

    1. Definisi Hipertensi

    Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

    tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih secara terus menerus dan tekanan

    diastoliknya 90 mmHg atau lebih secara terus menerus (Suiraoka, 2012).

    Hipertensi merupakan faktor risiko primer untuk timbulnya penyakit

    jantung dan stroke. Hipertensi disebut sebagai the silent killer karena tidak

    ditemukan tanda-tanda fisik dari tekanan darah tinggi. Metode satu-satunya

    untuk mendeteksi penyakit ini adalah dengan skrinning tekanan darah (Hull,

    1993).

    2. Klasifikasi Hipertensi

    Klasifikasi tekanan darah oleh JNC 7 pada pencegahan, deteksi,

    evaluasi dan pengobatan tekanan darah tinggi (Lumbantombing, 2008)

    Tabel 2.1

    Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7

    Tabel Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7

    Klasifikasi Tekanan Darah TDS (mmHg) TDD (mmHg)

    Normal

    Prahipertensi

    Hipertensi derajat 1

    Hipertensi derajat 2

    < 120

    120-139

    140-159

    160

    Atau

    dan

    dan

    dan

    < 80

    80-89

    90-99

    100

    Klasifikasi Tekanan Darah untukdewasa umur 18 tahun menurut JNC 7.

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    18/42

    7

    3. Mekanisme Terjadinya Hipertensi

    Tekanan darah dalam arteri diatur dalam suatu mekanisme yang disebut

    dengan sistem renin-angiotensin. Sistem ini mampu mengatur tekanan arteri

    melalui perubahan pada volume cairan ekstra seluler. Renin adalah enzim

    dengan protein kecil yang dilepaskan oleh ginjal bila tekanan arteri turun

    sangat rendah. Kemudian enzim ini meningkatkan tekanan arteri (Guyton &

    Hall, 1997).

    Mekanisme renin-angiotensin dalam pengendalian tekanan darah

    berlangsung secara terintegrasi dengan fungsi-fungsi organ yang terkait

    seperti kardiovaskuler, ginjal dan fungsi hormon yang lain seperti aldosteron

    dan saraf parasimpatis. Mekanismenya sangat rumit dan saling

    mempengaruhi satu sama lainnya (Masud, 1989).

    Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya

    angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme

    (ACE). ACE memegang peranan penting dalam mengatur tekanan darah.

    Darah mengandung angiotensinogen (substrat renin) yang diproduksi di hati.

    Selanjutnya oleh hormon, renin diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE

    yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II.

    Angiotensin II memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah

    melalui dua aksi utama :

    1) Meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH

    diproduksi di hipotalamus (kelenjer pituitari) dan bekerja pada ginjal

    untuk mengatur osmolaritas dan volume urin. Dengan meningkatnya

    ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan keluar tubuh (antidiuresis),

    sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    19/42

    8

    mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan

    cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya volume darah

    meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah

    (Muhammadun, 2010)

    2) Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron

    merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal.

    Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara

    meningkatkan volume caira ekstraseluler yang pada gilirannya akan

    meningkatkan volume dan tekanan darah. Naiknya konsentrasi NaCl akan

    diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan

    ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan

    tekanan darah (Muhammadun, 2010) Untuk lebih jelasnya, mekanisme

    terjadinya hipertensi dapat dilihat pada gambar 2.1 :

    Gambar 2.1

    Mekanisme renin-angiotensin-vasokonstriktor untuk

    pengaturan tekanan arteri

    Sumber : Guyton & Hall, 1997

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    20/42

    9

    4. Gejala dan Tanda Hipertensi

    Julukan the silent disease diberikan kepada penyakit hipertens ini.

    Hal ini sesuai dengan kedatangannya yang tiba-tiba dan tanpa menunjukan

    adanya gejala tertentu. Seringkali para penderita hipertensi baru menyadari

    atau mengetahui setelah penyakit hipertensi yang dideritanya menyebabkan

    berbagai penyakit komplikasi (Suiraoka, 2012).

    Pada beberapa hipertensi, tekanan darah meningkat dengan cepat

    sehingga tekanan diastole menjadi lebih besar dari 140 mmHg (hipertensi

    malignant). Gejala yang sering muncul adalah pusing, sakit kepala, serasa

    akan pingsan, tinnitus (terdengar suara mendengung dalam telinga) dan

    penglihatan menjadi kabur (Suiraoka, 2012).

    5. Jenisjenis Hipertensi

    a. Hipertensi Primer atau Esensial

    Hipertensi esensialdisebut juga hipertensi primer.Hipertensi

    primer adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi

    sebagai dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan.

    Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan

    kelebihan berat badan atau bahkan obesitas, merupakan pencetus awal

    untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi( Martha, 2012). Penyakit

    hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Pada umumnya

    penyakit hipertensi primer diketahui setelah diperiksakan ke dokter

    (Bangun, 2005 : 2-4). Antara 90-95 % penderita hipertensi termasuk

    kedalam hipertensi esensial ( Sheps, 2005).

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    21/42

    10

    Hipertensi esensial merupakan hasil gabungan dari beberapa

    faktor yang berhubungan dengan pergerakan (pelebaran dan

    penyempitan) pembuluh darah, kenaikan jumlah cairan dalam darah,

    berfungsinya sensor aliran darah (baroreseptor), produksi zat-zat

    kimia yang mempengaruhi fungsi pembuluh darah, sekresi hormon,

    volume darah yang dipompa jantung, dan kontrol saraf terhadap

    sistem kardiovaskuler (Sheps, 2005).

    b. Hipertensi Sekunder

    Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang telah diketahui

    penyebabnya. Hipertensi sekunder timbul karena suatu penyakit atau

    kebiasaan dan kondisi seseorang. Kelainan yang menyebabkan

    hipertensi sekunder adalah sebagai hasil dari salah satu atau

    kombinasi hal-hal seperti akibat stress yang parah, penyakit atau

    gangguan ginjal, kehamilan atau pemakaian pil pencegah kehamilan,

    pemakaian obat terlarang, cedera di kepala atau pendarahan di otak

    yang berat, tumor di otak atau sebagai reaksi dari pembedahan

    (Bangun, 2005).

    6. Faktor Pemicu Hipertensi

    a.

    Faktor yang tidak dapat dikontrol

    a) Keturunan

    Dari hasil penelitian, diungkapkan bahwa jika seseorang

    mempunyai orang tua yang salah satunya menderita hipertensi

    maka orang tersebut mempunyai resiko lebih besar untuk terkena

    hipertensi dari pada orang yang kedua orang tuanya normal

    (Suiraoka, 2012)

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    22/42

    11

    b) Umur

    Dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang

    menderita hipertensi juga semakin besar. Pada umumnya

    hipertensi terjadi pada usia 31 tahun, sedangkan pada wanita

    terjadi setelah umur 45 tahun (setelah menopause) (Suiraoka,

    2012)

    c) Jenis Kelamin

    Laki-laki umumnya lebih mudah terserang hipertensi

    dibandingkan wanita. Hal ini mungkin disebabkan karena laki-laki

    lebih banyak faktor yang mendorong terjadinya hipertensi seperti

    stress (Suiraoka, 2012)

    b. Faktor yang dapat dikontrol

    a) IMT / Kegemukan (Obesitas)

    Obesitas mempunyai korelasi positif dengan hipertensi. Anak-

    anak dan remaja yang mengalami kegemukan cenderung

    mempunyai tekanan darah tinggi. Ada dugaan bahwa

    meningkatnya bobot badan relatif sebesar 10% mengakibatkan

    kenaikan tekanan darah 7 mmHg ( Khomsan, 2004).

    b)

    Merokok dan mengkonsumsi alkohol

    Merokok dapat menaikkan tekanan darah. Nikotin dalam rokok

    dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah,

    nikotin juga dapat menyebabkan pengapuran pada dinding

    pembuluh darah. Selain itu konsumsi alkohol dapat meningkatkan

    sintesis katekholamin. Adanya kathekolamin dalam jumlah besar

    akan memicu naiknya tekanan darah (Suiraoka, 2012).

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    23/42

    12

    c) Konsumsi garam yang berlebihan

    Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme

    timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi

    adalah melalui peningkatan volume plasma atau cairan tubuh dan

    tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi

    kelebihan garam sehingga kembali pada kondisi keadaan sistem

    hemodinamik (pendarahan) yang normal. Pada hipertensi primer

    mekanisme tersebut terganggu, disamping kemungkinan adanya

    faktor lain yang berpengaruh (Sutanto dalam Suiraoka, 2012).

    d) Konsumsi lemak yang berlebihan

    Jika makanan yang dimakan banyak mengandung lemak jahat

    (kolesterol), dapat menyebabkan penimbunan lemak sepanjang

    pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah ini menyebabkan

    aliran darah menjadi kurang lancar. Penyempitan dan

    penyumbatan lemak ini memacu jantung untuk memompa darah

    lebih kuat lagi, agar dapat memasok kebutuhan darah kejaringan.

    Akibatnya tekanan darah menjadi meningkat, maka terjadilah

    hipertensi (Muhammadun, 2010).

    7.

    Komplikasi Hipertensi

    Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endhotel

    arteri dan mempercepat atherosklerosis. Komplikasi dari hipertensi

    termasuk rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak dan

    pembuluh darah besar. Hipertensi adalah faktor risiko utama untuk

    penyakit serebrovaskuler (stroke, transientischemic attack), penyakit

    arteri koroner (infark miokard, angina), gagal ginjal, dementia, dan atrial

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    24/42

    13

    fibrilasi. Bila penderita hiperensi memiliki faktor-faktor risiko

    kardiovaskuler lain, maka akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas

    akibat gangguan kardiovaskular. Menurut studi Framingham, pasien

    dengan hipertensi mempunyai peningkatan risiko yang bermakna untuk

    penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal jantung

    (Depkes R.I, 2006).

    8. Manajemen atau penanganan penatalaksanaan hipertensi

    a. Non Farmakologis

    Terapi non farmakologis terdiri dari menghentikan kebiasaan

    merokok, menurunkan berat badan berlebih, asupan garam dan asupan

    lemak, latihan fisik serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur (Corts

    K dalam Nuriyansyah, 2011)

    1) Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih

    Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap

    tekanan darahnya. Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat

    penting dalam prevalensi dan kontrol hipertensi.

    2) Meningkatkan aktifitas fisik

    Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50%

    daripada yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit

    sebanyak sebanyak > 3x/minggu penting sebagai pencegahan primer

    dari hipertensi.

    3) Mengurangi asupan natrium

    Apabila diet tidak membantu dalam 6 bulan, maka perlu pemberian

    obat anti hipertensi oleh dokter.

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    25/42

    14

    4) Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol

    Kafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga

    mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Sementara

    konsumsi alkohol lebih dari 2-3 gelas/hari dapat meningkatkan risiko

    hipertensi.

    b. Farmakologis

    Tujuan yang akan dicapai dalam pemberian obat hipertensi adalah

    menurunkan risiko serangan jantung, gagal jantung dan stroke, dimana

    penyakit tersebut dapat terjadi akibat hipertensi. Beberapa obat hipertensi

    menurut Bangun (2005) :

    1) Diuretik

    Obat diuretik dikenal dengan nama pil air, yang dapat mempengaruhi

    kerja ginjal. Kadar garam didalam tubuh dikeluarkan bersamaan

    dengan zat cair yang ditahan oleh garam.

    2) Alpha, Beta, dan Alpha Beta Adrenergic Blocker

    Obat ini bekerja dengan menghalangi pengaruh bahan-bahan kimia

    tertentu dalam tubuh. Dengan obat-obatan ini, jantung biasanya

    berdetak lebih lambat dan tidak begitu keras dalam memompa.

    3) Inhibitor ACE (Angiotensin Converting Enzym)

    Inhibitor ACE bekerja membantu mengendurkan pembuluh darah

    dengan menghalangi pembentukan bahan kimia alamiah dalam tubuh

    yang disebut Angiotensin II.

    4) Calsium Channel Blocker

    Obat ini bekerja membantu mengendurkan pembuluh-pembuluh darah

    dan mengurangi aliran darah.

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    26/42

    15

    2.1.3 Konsep Pralansia

    1. Pengertian Pralansia

    Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan

    kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan

    mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

    bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang dideritanya

    (Nugroho dalam Sari, 2012)

    2. Batasan Umur

    Menurut organisasi kesehata dunia (WHO) (Andayuna, 2011), menua

    meliputi :

    1) Usia pertengahan (Middle Age) : usia 45-59 tahun

    2) Lanjut Usia (Elderly) : usia 60-74 tahun

    3) Lanjut Usia Tua (Old) : usia 75-90 tahun

    4)

    Usia sangat tua (Very Old) : di atas 90 tahun.

    2.1.4 Indeks Massa Tubuh (IMT)

    IMT merupaka alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa

    khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.

    Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur di atas 18 tahun, IMT

    tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, olahragawan dan pada

    khusus lainnya seperti adanya edema, asites dan hepatomegali (Merryana Adriani

    dkk, 2012)

    IMT dihitung sebagai berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi badan

    dalam meter dikuadratkan (m2) dan tidak terikat pada jenis kelamin. IMT secara

    signifikan berhubungan dengar kadar lemak tubuh total sehingga dapat dengan

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    27/42

    16

    mudah mewakili kadar lemak tubuh. Saat ini, secara internasional diterima sebagai

    alat untuk mengidentifikasi kelebihan berat badan dan obesitas (Hill, 2005).

    Cara pengukuran IMT adalah sebagai berikut :

    Setelah mendapatkan hasil angka tersebut dicocokkan dengan cut off point

    sehingga kita dapat mengetahui status gizi kita apakah under weight, normal,

    overweight, atau obesitas.

    Klasifikasi IMT (Indeks Massa Tubuh )

    Tabel 2.2 Klasifikasi IMT berdasarkan Depkes RI (1994)

    IMT (kg/m ) Klasifikasi Kategori

    27.0 Kelebihan berat badan tingkat berat

    Sumber : Depkes RI 1994. Pedoman Praktis Pemantauan Status Gizi orangdewasa, Jakarta

    Berdasarkan tabel di atas, kisaran IMT orang disebut normal apabila

    diantara 18,5-25,0 kg/m2, kurus apabila dibawah 18,5 kg/m2 , dan obesitas

    jika angka hasil perhitungan lebih di atas 25 kg/m2.

    2.1.5 Hubungan IMT (Indeks Massa Tubuh) dengan Hipertensi

    IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah

    sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang gemuk (obesity) 5 kali

    lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada

    penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih

    (Muhammadun, 2010).

    Ada hubungan antara berat badan dan hipertensi, bila berat badan meningkat

    di atas berat badan ideal maka risiko hipertensi juga meningkat. Penyelidikan

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    28/42

    17

    epidemiology juga membuktikan bahwa obesitas merupakan ciri khas pada populasi

    pasien hipertensi. Pada penyelidikan dibuktikan bahwa curah jantung dan volume

    darah sirkulasi pasien obesitas dengan penderita yang mempunyai berat badan

    normal dengan tekanan darah yang setara (Muhammadun, 2010)

    Salah satu teori menyebutkan bahwa meningkatnya konsumsi kalori dalam

    bentuk karbohidrat dan lemak akan meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatik

    yang akhirnya akan menyebabkan hipertensi. Itulah sebabnya orang-orang yang

    kegemukan sering mengalami hipertensi (Ali Khomsan, 2004).

    Obesitas merupakan suatu faktor utama (bersifat fleksibel) yang

    mempengaruhi tekanan darah dan juga perkembangan hipertensi. Kurang lebih 46%

    pasien dengan BMI 27 adalah penderita hipertensi. Framingham Studi telah

    menemukan bahwa peningkatan 15% BB dapat menyebabkan peningkatan tekanan

    darah sistolik sebesar 18%. Dibandingkan dengan mereka yang mempunyai BB

    normal, orang yang overweight dengan kelebihan BB sebesar 20% mempunyai

    resiko delapan kali lipat lebih besar terhadap hipertensi.

    Grafik 2.1 Hubungan Obesitas dengan Peningkatan Prevalensi Hipertensi

    NationalInstitutes of Health NHLBI Critical Guidelines, 1998

    http://www.obesitas.web.id/bmi%28med%29.htmlhttp://www.obesitas.web.id/bmi%28med%29.html
  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    29/42

    18

    Sekitar 75% hipertensi secara langsung berhubungan dengan kelebihan berat

    badan. Obesitas telah di identifikasi sebagai faktor penting dalam memprediksi

    terjadinya hipertensi pada orang dewasa. Kelebihan berat badan meningkatkan risiko

    terjadinya penyakit kardiovaskular karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh,

    makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke

    jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah

    menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri. Ada

    dugaan bahwa meningkatnya berat badan normal relatif sebesar 10% mengakibatkan

    kenaikan tekanan darah 7 mmHg (Sugondo, 2007).

    2.1.6 Kerangka Teori

    Faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi (Sheps, 2005).

    2.2Kerangka KonsepVariabel Independen Variabel Dependen

    IMT (Indeks Massa Tubuh) Kejadian Hipertensi

    Faktor yang tidak dapat dikontrol

    1. Keturunan

    2. Umur

    3. Jenis kelamin

    Faktor yang dapat dikontrol :

    1. IMT / Status Gizi

    2. Merokok

    3. Konsumsi alkohol

    4. Konsumsi garam berlebihan

    5. Konsumsi lemak berlebihan

    Kejadian Hipertensi

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    30/42

    19

    2.3Hipotesis Penelitian2.3.1 Ada Hubungan IMT (Indeks Massa Tubuh) dengan kejadian Hipertensi Pada

    Penduduk Usia 45-59 Tahun di wilayah kerja Puskesmas Ambacang

    Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2013.

    2.4 Definisi Operasional

    No Variabel Definisi Variabel Cara Ukur Alat ukur Hasil ukurSkala

    ukur

    1 Hipertensi Tekanan darah

    persisten dimana

    tekanan sistoliknya140 mmHg atau

    lebih secara terus

    menerus dan tekanan

    diastoliknya 90

    mmHg atau lebih

    secara terus menerus

    (Suiraoka, 2012).

    Pengukuran

    Tekanan

    Darah.

    Tensimeter Normal bila

    tekanan

    darah sistolikdan diastolik

    < 120/80

    mmHg

    Hipertensi

    bila tekanan

    darah sistolik

    dan diastolik

    140/90

    mmHg

    (Klasifikasi

    tekanan

    darah JNC 7)

    Ordinal

    2 IMT Suatu pengukuran

    yangmenghubungkan

    (membandingkan)

    berat badan dalam

    kilogram (kg) di bagi

    tinggi badan dalam

    meter kuadrat (m2)

    (sugondo, 2006).

    Pengukuran

    Antropometri :

    Pengukuran

    berat badan

    dengan

    menggunakan

    bathroom

    scale.

    Pengukurantinggi badan

    dengan

    menggunakan

    microtoice.

    Bathroom

    scale dan

    Microtoice

    Kurus bila

    IMT < 18,5

    kg/m2

    Normal bila

    IMT 18.5

    25.0 kg/m2

    Gemuk bila

    IMT 25 -

    40kg/m

    2

    (Depkes RI

    1994.

    Pedoman

    Praktis

    Pemantauan

    Status Gizi

    Orang

    Dewasa)

    Ordinal

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    31/42

    20

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1Jenis dan Desain PenelitianJenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan desain cross sectional

    study. Penelitian ini untuk melihat Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan

    Kejadian Hipertensi Pada Pralansia di Puskesmas Ambacang. Variabel dependen

    dan independen diteliti secara bersama.

    3.2Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilakukan di Puskesmas Ambacang Kuranji Kota Padang pada

    Bulan JanuariJuli 2013.

    3.3Populasi dan Sampel3.3.1 Populasi

    Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pralansia yang berusia 45 - 59 tahun

    yang memeriksa tekanan darah ke Puskesmas Ambacang Kuranji Kota Padang

    Tahun 2013 selama penelitian. Sampel populasi pada penelitian ini menggunakan

    teknik non random sampling dengan cara Purposive Sampling. Pengambilan

    sampel secara purposive ini berdasarkan kriteria (Notoatmojo, 2010)

    3.3.2 SampelJumlah sampel dihitung dengan mengunakan rumus infinit karena besar

    sampel tidak diketahui :

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    32/42

    21

    Keterangan :

    N = Populasi

    n = Jumlah sampel

    P = Proporsi (10,5 %)

    d= Presisi/derajat akurasi yang diinginkan (5%)

    Berdasarkan rumus di atas di dapatkan sampel sebanyak 115 orang.

    Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka

    sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi,

    maupun kriteria ekslusi (Notoatmodjo, 2010)

    a. Kriteria Insklusi

    1. Responden berusia 4559 tahun

    2. Bersedia menjadi sampel

    3. Melakukan pemeriksaan tekanan darah

    b. Kriteria Ekslusi

    Sampel yang mempunyai keadaan tertentu untuk tidak bisa menjadi

    responden dikarenakan sakit sehingga tidak bisa di wawancarai dan di

    ukur tinggi badan dan berat badannya.

    3.4Jenis dan Pengumpulan Data3.4.1 Data Primer

    Data primer yang dikumpulkan meliputi umur, berat badan, dan tinggi badan

    yang mana pengukuran langsung dilakukan peneliti dengan menggunakan

    bathroom scale dan microtoice.

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    33/42

    22

    a. Pengumpulan data antropometri, yaitu dengan mengukur tinggi badan dan

    berat badan dengan memakai indikator Indeks Massa Tubuh (IMT)

    dengan menggunakan bathroom scale dan microtoice. Rumus IMT yang

    digunakan sebagai berikut :

    a) Cara mengukur tinggi badan :

    1) Sepatu responden dilepaskan

    2)

    Berdiri tegak pada lantai yang datar, kaki sejajar dengan alat

    pengukur, dengan tumit, bokong, kepala bgian belakang dengan

    sikap tegak dan memandang kedepan.

    3) Kedua tangan berada di samping dalam keadaan bebas.

    4) Turunkan dan tarik fiksasi, sampai rapat di kepala.

    5)

    Baca skala tinggi badan dan catat tinggi badan yang didapat

    dengan teliti.

    b) Cara menimbang berat badan

    1) Pakaian seminimal mungkin, sepatu ditanggalkan.

    2) Periksa timbangan yang akan dipakai.

    3) Sampel berdiri di atas timbangan.

    4) Lihat angka pada timbangan yang akan menunjukkan berat badan

    dan catat berat badan yang didapat dengan teliti.

    b. Data umur pasien langsung ditanya kepada responden dan dicatat oleh

    peneliti.

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    34/42

    23

    3.4.2 Data Sekunder

    Data sekunder berupa data mengenai tekanan darah responden yang didapat

    dari catatan medical record pasien.

    3.5Pengolahan Data dan Analisis DataData diolah dengan menggunakan sistem komputerisasi dengan tahapan

    pengolahan sebagai berikut :

    3.5.1 Pengolahan Data

    1.

    Data Tekanan Darah

    Data ini didapat dari hasil medical record responden tentang tekanan

    darah. Data diolah dengan komputerisasi, data tersebut dilakukan editing

    yang bertujuan untuk mengecek lengkap atau tidaknya data, apakah

    hasilnya dapat dibaca, untuk melihat kekonsistenan responden sehingga

    dapat dilakukan proses berikutnya yaitu mengkode data tekanan darah,

    setelah itu data tersebut di entri ke epidata untuk dianalisis. Sebelum

    dianalisis dilakukan pengecekan terlebih dahulu terhadap data tindakan

    yang telah di entri, jika terdapat kesalahan dapat diperbaiki sehingga

    analisis yang dilakukan sesuai dengan yang sebenarnya. Tekanan darah

    dikategorikan menjadi :

    1) Normal bila tekanan darah sistolik dan diastolik < 120/80 mmHg

    2) Prahipertensi bila tekanan darah sistolik dan diastoliknya 120-139/80-

    89 mmHg

    3) Hipertensi bila tekanan darah sistolik dan diastoliknya 140/90

    mmHg.

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    35/42

    24

    2. Data Indeks Massa Tubuh (IMT)

    Data Indeks Massa Tubuh (IMT) ini didapat dari hasil pengukuran

    berat badan dan tinggi badan responden dengan menggunakan bathroom

    scale dan microtoice serta umur dan jenis kelamin responden. Data diolah

    dengan komputerisasi, data tersebut dilakukan editing yang bertujuan

    untuk mengecek lengkap atau tidaknya pengisian kuesioner pengukuran,

    apakah hasilnya dapat dibaca, untuk melihat kekonsistenan responden

    sehingga dapat dilakukan proses berikutnya yaitu mengkode data berat

    badan dan tinggi badan , setelah itu data tersebut di entri ke epidata untuk

    dianalisis. Sebelum dianalisis dilakukan pengecekan terlebih dahulu

    terhadap data tindakan yang telah di entri, jika terdapat kesalahan dapat

    diperbaiki sehingga analisis yang dilakukan sesuai dengan yang

    sebenarnya. Indeks Massa Tubuh dikategorikan menjadi :

    1) Kurus bila IMT < 18,5 kg/m2

    2) Normal bila IMT 18,5-25,0 kg/m2

    3) Gemuk bila IMT 25,9 kg/m2

    3.5.2 Analisa DataAnalisa data dilakukan dengan :

    1. Analisa UnivariatHasil olahan disajikan dalam bentuk persentase yang menggunakan tabel

    distribusi frekuensi dan analisis. Data yang dianalisis secara univariat

    adalah umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan dan tekanan darah

    yang diperoleh dari responden. Sebelum didapatkan distribusi frekuensi

    variabel, data yang diperoleh di edit kembali. Kemudian dikategorikan

    berdasarkan kategori yang telah ditetapkan.

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    36/42

    25

    2. Analisis BivariatUntuk melihat hubungan IMT (Indeks Massa Tubuh) dengan Hipertensi

    dilakukan uji Chi-Square.

    Adapun rumus uji Chi-Square adalah :

    Keterangan :

    X2 = Nilai Chi-Square

    O = Frekuensi observasi

    E = Freuensi harapan

    Hasil uji Chi-Square dikatakan bermakna atau ada hubungan antara

    variabel dependen dan independen apabila nilai p < 0,05 dan tidak

    bermakna apabila nilai p >0,05.

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    37/42

    26

    DAFTAR PUSTAKA

    Adriani, Merryana, 2012

    Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan, Perpustakaan Nasional : Katalog

    dalam Terbitan Kedokteran

    Andayuna. 2011.

    Batas-batas Usia Lanjut (online) http://bahantugas.blogspot.com diakses 21

    Januari 2013

    Arisman, 2008

    Obesitas, Diabetes Melitus dan dislipidemia, Jakarta : Kedokteran EGC

    Astawan, Made.2006

    Cegah Hipertensi dengan Pola Makan(online) http://www.depkes.go.id/,

    di akses tanggal 25 Oktober 2012.

    Astriana, wenny.2010.

    Hubungan Pengetahuan dan Sikap Pralansia dengan Kejadian Hipertensi di

    Kelurahan Seberang Padang Wilayak Kerja Puskesmas Seberang Padang.

    Bangun, 2005

    Terapi Jus dan Ramuan Tradisional untuk Hipertensi, Jakarta : PT

    Agromedia Pustaka Utama

    Departemen Kesehatan R.I 2006.Pharmaceutical care untuk penyakit hipertensi, Jakarta : Departemen

    Kesehatan Republik Indonesia.

    Depkes RI 1994.Pedoman Praktis Pemantauan Status Gizi Orang Dewasa, Jakarta

    Dinas Kesehatan Kota Padang. 2011.Laporan Kejadian Hipertensi di Kota Padang.

    Faridah, Wiwi Uluwiyah, 2012

    Indeks Massa Tubuh (IMT) Sebagai Faktor Risiko Hipertensi Pada Wanita

    Usia Subur Di Desa Sukamanah Kecamatan Cigalontang KabupatenTasikmalaya. (online) https://www.google.com/ diakses 21 Januari 2013.

    Guyton, Hall.1997

    Fisiologi Kedokteran, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

    (online) http://fharmacy.blogspot.com diakses tanggal 26 oktober 2012.

    Hill, Mc Graw.2005

    Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Dalam : Ilham, M. 2010. Hubungan Body

    Mass Index (BMI) dengan Tekanan Darah Pada Pahasiswa Kedokteran Dan

    Fisioterapi Aalliance College Of Medical Sciences (ACMS) yang

    Mempunyai Riwayat Keluarga Hipertensi Universitas SumateraUtara.(online) http://repository.usu.ac.id/ diakses 29 Oktobe

    http://bahantugas.blogspot.com/http://bahantugas.blogspot.com/http://bahantugas.blogspot.com/
  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    38/42

    27

    Hull, Alison 1993

    Penyakit Jantung Hipertensi & Nutrisi, Jakarta : PT Bumi Aksara

    Khomsan, Ali. 2004.

    Pangan dan Gizi untuk Kesehatan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

    Kuswardhani, Tuty. 2008.

    Manapiring, E Aaltje. 2008.Hubungan Status Gizi dan Tekanan Darah pada

    Penduduk Usia 45 Tahun ke atas di Kelurahan Pakowa Kecmatan Wanea

    Kecamatan Wanea Kota Manado.

    Lumbantombing. 2008. Tekanan Darah Tinggi. Balai Penerbit FKUI.

    Martha, Karnia, 2012

    Panduan Cerdas Mengatasi Hipertensi, Yogyakarta : Araska.

    Masud, Ibnu, 1989

    Dasar- dasar Fisiologi Kardiovaskuler, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

    EGC.

    Muhammadun, A.S. 2010.

    Hidup Bersama Hipertensi. Yogyakarta : In-Books

    National Institutes of Health NHLBI Critical Guidelines, 1998. (online)

    https://www.google.com/diakses 21 Januari 2013

    Notoatmodjo, Prof.Dr. Soekidjo. 2010

    Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta

    Nuriyansyah, Melia. 2011

    Hubungan pola konsumsi dan aktifitas fisik dengan tekanan darah pda

    penderita hipertensi dewasa di poliklinik penyakit dalam RSUP. DR. M.

    Djamil Padang. Jurusan Keperawatan Padang : Politeknik Kesehatan

    Padang

    Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2007.

    Hartono, Bambang. 2011.Hipertensi, Pembunuh Diam-diam. (online)http://health.kompas.com/diakses 21 Januari 2013

    Riyadi dkk.2007

    Manapiring, E Aaltje. 2008.Hubungan Status Gizi dan Tekanan Darah pada

    Penduduk Usia 45 Tahun ke atas di Kelurahan Pakowa Kecmatan Wanea

    Kecamatan Wanea Kota Manado.

    Sari, Anita Meutia. 2012.

    Hubungan pola konsumsi dengan kejadian hipertensi pada pralansia di

    kelurahan seberang padang wilayah kerja puskesmas seberang padang tahun

    2012. Jurusan Keperawatan Padang : Politeknik Kesehatan Padang.

    https://www.google.com/https://www.google.com/http://health.kompas.com/http://health.kompas.com/http://health.kompas.com/https://www.google.com/
  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    39/42

    28

    Shep, Sheldon G. 2002 dalamSuiraoka. 2012. Penyakit Degeneratif. Yogyakarta :

    Nuhamedika

    Sheps, Sheldon G.2005

    Mengatasi Tekanan Darah Tinggi, Jakarta : PT Intisari Mediatama.

    Sugondo, Sidartawan. 2007

    Obesitas. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi, B, Alwi, I, K Simadibrata, M,

    Setiati, S, eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi keempat-Jilid III.

    Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas

    Kedokteran Universitas Indonesia. (online)http://repository.usu.ac.id/diakses

    2 November 2012.

    Suiraoka, IP, 2012

    Penyakit Degeneratif, Yogyakarta : Nuhamedika

    Survei Kesehatan Rumah Tangga. 2004 (online) http://repository.usu.ac.id/ diakses

    22 Januari 2013.

    Sutanto, 2010

    Suiraoka IP, 2012. Penyakit Degeneratif, Yogyakarta : Nuhamedika

    Wijayakusuma, Hembing dan Setiawan Dalimartha, 2003

    Ramuan Trasdisional untuk Pengobatan Darah Tinggi, Jakarta : Penebar

    Swadaya. (online) http://cybermed.cbn.net.id/ diakses tanggal 11 November

    2012.

    http://repository.usu.ac.id/http://repository.usu.ac.id/http://repository.usu.ac.id/http://repository.usu.ac.id/
  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    40/42

    29

    Lampiran 1

    SURAT PERNYATAAN

    Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

    Nama :

    Umur :

    Jenis Kelamin :

    Alamat :

    Menyatakan bersedia membantu mahasiswa jurusan Gizi Poltekkes

    Kemenkes Padang dalam melakukan penelitian tentang Hubungan IMT (Indeks

    Massa Tubuh) dengan Kejadian Hipertensi Pada Dewasa di Puskesmas AmbacangKecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2013

    Demikianlah surat ini saya buat tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

    Semoga dapat dipergunakan sebaik-baiknya.

    Padang, 2013

    Yang menyatakan

    ( )

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    41/42

    30

    Lampiran 2

    KUESIONER PENELITIAN

    HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KEJADIAN

    HIPERTENSI DI PUSKESMAS AMBACANG KECAMATAN

    KURANJI KOTA PADANG

    TAHUN 2013

    Tanggal pengambilan sampel :

    Data karakteristik sampel :

    Nama :

    Umur :

    Jenis Kelamin : L/P

    Pekerjaan :

    Pendidikan :

    Alamat :

    No.telpon/Hp :

    BB : kg

    TB : cm

    IMT : kg/m2

    TD : mm/Hg

  • 7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi

    42/42

    Lampiran 4

    RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)

    1.

    Persiapan Proposala. Fotocopy Buku/Bahan = Rp 50.000

    b. Biaya transportasi = Rp 100.000

    c. Biaya print = Rp 50.000

    d. Fotocopy + jilid = Rp 50.000

    e. Biaya alat tulis = Rp 30.000

    f. Biaya tak terduga = Rp 50.000

    2. Pelaksanaan

    a. Fotocopy kuesioner = Rp 50.000

    b. Biaya tek terduga = Rp 50.000

    3. Laporan/Seminar KTI

    a. Biaya transportasi = Rp 100.000

    b. Biaya print = Rp 100.000

    c. Fotocopy + jilid = Rp 100.000

    d. Biaya alat tulis = Rp 50.000

    e. Biaya tak terduga = Rp 50.000 +

    TOTAL = Rp 830.000