proposal ekspedisi batas negeri - pulau ndana

34

Upload: keristela

Post on 25-Mar-2016

309 views

Category:

Documents


31 download

DESCRIPTION

Program eksplorasi keanekaragaman hayati dan sosilal budaya pulau-pulau terluar Indonesia di pulau Ndana. Oleh Uni Konservasi Fauna

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Ekspedisi Batas Negeri - Pulau Ndana
Page 2: Proposal Ekspedisi Batas Negeri - Pulau Ndana
Page 3: Proposal Ekspedisi Batas Negeri - Pulau Ndana

iU N I K O N S E R V A S I F A U N AI N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R

Page 4: Proposal Ekspedisi Batas Negeri - Pulau Ndana
Page 5: Proposal Ekspedisi Batas Negeri - Pulau Ndana

1U N I K O N S E R V A S I F A U N AI N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R

PENDAHULUAN

Masih lekat di ingatan kita perihal Sipadan dan Ligitan, bagian pulau

terluar di Indonesia yang sangat menye-dihkan, berhasil dikuasai oleh negara tetangga, Malaysia. Salah satu persoalan yang menjadi faktor kekalahan Indo-nesia dalam “perebutan” pulau tersebut adalah minimnya aktivitas yang dilak-sanakan oleh negara kita di sana. Tentu kita tidak ingin kehilangan untuk ke-sekian kalinya.

Padahal pulau-pulau terluar di Indonesia, yang berjumlah 92, memiliki kekayaan sumberdaya alam, baik hayati dan non hayati yang melimpah ruah. Oleh karena itu, perlu suatu kegiatan eksplorasi ilmiah yang intensif dan men-dalam sebagai bagian dari mekanisme untuk mempertahankan keutuhan pulau di Indonesia dan menguak sumberdaya yang ada di dalamnya supaya dapat di-manfaatkan sepenuhnya untuk kepen- tingan anak negeri.

EKSPEDISI BATAS NEGERI, “Program Eksplorasi Keanekaragaman Hayati dan Sosial-Budaya Pulau-Pulau Terluar di Indonesia” yang diawali de-ngan mengeksplorasi Pulau Ndana, Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT), adalah kegiatan pengabdian Uni Kon-servasi Fauna, Institut Pertanian Bogor (UKF IPB) kepada Bumi Pertiwi, Indo-nesia. Kegiatan ini dicanangkan seba-gai kegiatan berkala, tahunan, sedapat mungkin dalam rentang sepuluh tahun, eksplorasi ini bisa menjangkau seluruh pulau-pulau terluar di Indonesia.

UKF-IPB sebenarnya telah me lakukan kegiatan ekspedisi selama sepu-luh tahun, 2004-2013, di beberapa ka-wasan konservasi di Pulau Jawa dan Sumatera. Oleh karena itu, EKSPEDISI BATAS NEGERI, merupakan transfor-masi ekspedisi UKF-IPB dengan tujuan yang lebih luas dan mendalam.

Dengan pencanangan tersebut, tentu saja, ekspedisi ini tidaklah ringan dan mudah, dengan demikian diper-lukan bantuan dan kerja sama kepada semua pihak, baik Negara (dalam hal ini Pemerintah Daerah setempat dan Kementerian terkait), Militer (karena memiliki wewenang untuk memperta-hankan dan menjaga keutuhan NKRI), serta lembaga-lembaga masyarakat baik formal maupun informal yang memiliki berbagai aktivitas di pulau-pulau terluar di Indonesia, atau pun individu-individu yang memiliki kepedulian dan perhatian yang kuat terhadap kondisi pulau-pulau tersebut.

Gambar 1.Bendera Merah Putih di Pulau Ndana

Page 6: Proposal Ekspedisi Batas Negeri - Pulau Ndana

U N I K O N S E R V A S I F A U N AI N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R2

TUJUAN KEGIATAN

1. Menghimpun data kuantitatif dan kualitatif keanekaragaman hayati; flora dan fauna; meliputi burung, mamalia, insekta, herpetofauna, dan fauna perairan.

2. Mengkaji sosial-budaya masyarakat yang berinteraksi dengan Pulau Ndana.

3. Mencari berbagai potensi yang dapat digunakan sebagai basis untuk pengem-bangan Pulau Ndana.

NAMA KEGIATAN

Kegiatan ini bernama “EKSPEDISI BATAS NEGERI” di Pulau Ndana, Rote Ndao, “Program Eksplorasi Keanekaragaman Hayati dan Sosial-Budaya Pulau-Pulau Ter-luar di Indonesia”.

TEMA KEGIATAN

Tema kegiatan ini adalah “EKSPEDISI BATAS NEGERI, sebagai bentuk bakti UKF-IPB pada Bumi Pertiwi, Indonesia.”

SASARAN KEGIATAN

Sasaran dari kegiatan ini adalah seluruh anggota Uni Konservasi Fauna IPB, Ke-menterian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kehutanan, Balai Konservasi Sum-berdaya Alam (BKSDA), Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur, Peme rintah Daerah Kabupaten Rote Ndao, Korps Marinir TNI AL, serta Masyarakat Rote Ndao.

WAKTU DAN TEMPAT

Ekspedisi ini bertempat di Pulau Ndana, Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, yang dilaksanakan pada tanggal 3-18 Februari 2014.

Page 7: Proposal Ekspedisi Batas Negeri - Pulau Ndana

3U N I K O N S E R V A S I F A U N AI N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R

LUARAN YANG DIHARAPKAN1. Pameran Fofografi

Pelaksanaan ini dilaksanakan pada tanggal, 17-21 Maret 2014, di Kampus IPB Darma-ga Bogor. Perhelatan ini merupakan sarana untuk mempublikasikan kegiatan kepada publik dengan lebih leluasa dan untuk membangun komunikasi dengan publik terkait dengan kegiatan ekspedisi. Foto-foto yang dipamerkan merupakan hasil bidikan tim ekspedisi dengan standar estetika yang layak dipamerkan kepada masyarakat umum.

2. Buku FotografiBuku fotografi ini berisi keanekaragaman hayati, flora dan fauna, dan ekosistem Pulau Ndana. Buku ini juga akan menghadirkan eksotisme sosial-budaya masyarakat Rote Ndao. Buku ini tidak sekedar menyuguhkan informasi visual semata, namun berihktiar untuk mengintegrasikan nilai-nilai kearifan masyarakat Rote Ndao dalam berinteraksi dengan alam, dalam narasi fotografis. Dengan demikian, buku ini bisa dimanfaatkan sebagai sarana untuk pendidikan lingkungan berbasis budaya Indonesia.

3. Film DokumenterFilm ini akan menyuguhkan proses ekspedisi, dari pengambilan data, baik data penga-matan flora dan fauna, maupun data wawancara terhadap seluruh stakeholder dalam pengelolaan Pulau Ndana. Stakeholder tersebut meliputi, Pemerintah Daerah Rote Ndao selaku pengelola formal wilayah administratif, masyarakat adat dengan nilai-nilai luhur yang masih lekat dalam berinteraksi dengan alam, dan TNI yang menjaga integrasi pulau-pulau terluar di Indonesia.

4. Seminar NasionalSeminar Ini dilaksanakan pada tanggal 3 Mei 2014 di Auditorium Andi Hakim Nasu-tion IPB Darmaga Bogor. Seminar Nasional merupakan puncak dari publikasi yang akan mempresentasikan hasil ekspedisi dan pembahasan tentang pengelolaan dan pengembangan Pulau Ndana dan pulau-pulau terluar lainya. Seminar ini rencananya akan menghadirkan: Pemerintah Daerah Rote Ndao, Kementerian Kehutanan, Ke-menterian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Lingkungan Hidup, dan Kemente-rian Pertahanan dan Keamanan.

5. Laporan IlmiahLaporan ini akan berisi data spasial, kuantitatif maupun kualitatif, yang dihimpun dalam mengeksplorasi Pulau Ndana dan sosial-budaya masyarakat Rote Ndao. Ana-lisis kuantitatif berupa inventarisasi keanekaragaman, kepadatan, kelimpahan dan pe-nyebaran flora dan fauna. Data spasial juga digunakan untuk mengetahui kepadatan, kelimpahan dan penyebaran flora-fauna. Sedangkan analisis kualitatif akan digunakan untuk mengkaji data sosial-budaya masyarakat Rote Ndao yang berinteraksi dengan Pulau Ndana.

6. Laporan kegaiatanLaporan kegiatan berisi deskripsi kegiatan ekspedisi dengan cakupan yang luas dan keuangan. Laporan ini merupakan pertanggungjawaban UKF kepada IPB, sponsor dan pihak-pihak yang mendukung kegiatan ekspedisi ini.

Page 8: Proposal Ekspedisi Batas Negeri - Pulau Ndana

U N I K O N S E R V A S I F A U N AI N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R4

Kegiatan ini secara langsung atau tidak langsung diharapkan dapat memberi man-faat sebesar-besarnya kepada:1. Mahasiswa, berupa:

z Mengembangkan dan memperdalam wawasan Nusantara, alam dan ke-budayaan secara nyata. Dengan demikian bisa menumbuhkan rasa cinta dan empati yang mendalam terhadap Tanah Air, Indonesia.

z Sarana mengimplementasikan cakrawala berbagai keilmuan yang dipela-jari selama berorganisasi dan di bangku universitas.

z Mendekatkan persoalan-persoalan aktual pulau-pulau terluar di Indone-sia sehingga keterlibatan dalam mencari solusi merupakan sarana pem- belajaran yang kaya perspektif keilmuan.

z Sarana pengabdian yang penuh sebagai intelektual dan warga negara yang berbakti.

z Menjalin kerjasama dan persaudaraan kepada seluruh elemen baik lem-baga formal dan informal, serta individu yang terlibat dalam kegiatan eksplorasi.

2. Negara atau Pemerintah Daerah (Pemda) setempat, berupa: z Adanya data keanekaragaman hayati, flora dan fauna, beserta ekosistem

pulau-pulau terluar di Indonesia. z Terhimpunnya studi sosial-budaya masyarakat yang berinteraksi dengan

pulau-pulau terluar di Indonesia. z Data yang dihimpun dapat digunakan untuk pengembangan pulau de-

ngan berbagai kemungkinan, misalnya ekowisata. z Keberadaan aktivitas ilmiah di pulau-pulau terluar di Indonesia akan

memperkuat legitimasi kepemilikan pulau-pulau tersebut.3. Masyarakat setempat, berupa:

z Masyarakat yang memanfaatkan pulau-pulau terluar akan mendapatkan informasi yang lebih akurat terkait dengan keberadaan sumberdaya yang ada di dalamnya.

MANFAAT KEGIATAN

Page 9: Proposal Ekspedisi Batas Negeri - Pulau Ndana

5U N I K O N S E R V A S I F A U N AI N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R

Ekspedisi Batas Negeri yang diawali dengan eksplorasi Pulau Ndana merupakan suatu kegiatan yang menghimpun data kuantitatif dan kualitatif keanekaragaman hayati, flora dan fauna, ekosistem, dan sosial-budaya masyarakat yang berinte- raksi dengan pulau ini. Data kuantitatif lebih ditujukan untuk menginventarisasi dan identifikasi keanekaragaman hayati mamalia, burung, herpetofauna, insekta dan fauna perairan. Tiap taksa fauna tersebut menggunakan metode pengambi-lan data yang spesifik.

Pengambilan data kualitatif dilaksanakan untuk menghimpun data sosial-budaya masyarakat Pulau Ndana dengan wawancara kepada responden kunci menggu-nakan teknik snowball. Orientasi pengambilan data sosial-budaya ini ditujukan pada masyarakat yang berinteraksi dengan Pulau Ndana dengan berbagai aktivi-tasnya.

DESKRIPSI KEGIATAN

Gambar 2.Dari kiri ke kanan : masyarakat Rote, Pulau Ndana, Sasando

Page 10: Proposal Ekspedisi Batas Negeri - Pulau Ndana

U N I K O N S E R V A S I F A U N AI N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R6

KONDIS I UMUM LOKASI

A. Sejarah Pulau Ndana Rote (Ndana Rote) adalah pulau paling selatan di Kabupa ten Nusa Tenggara Timur. Pulau Ndana termasuk dalam daftar 92 pulau terluar Indonesia. Pulau Ndana berbatasan lang-sung dengan Australia, pulau ini tidak berpenghuni dan hanya dijaga oleh Sa tuan Tugas Pengamanan Pulau Terluar (SATGAS-PAM) Marinir TNI AL. Ber-dasarkan Keputusan Menteri Kehutanan

No. 38/Kpts-II/93, tanggal 16 Februari 1993, Pulau Ndana dijadikan tempat wisata (Taman Buru) akan tetapi saat ini Pulau Ndana berstatus sebagai Cagar Alam terutama untuk pelestarian Rusa Timor. Pulau Ndana yang berjarak 120 kilometer dari Kota Kupang dan 4 kilo meter dari Pulau Rote ini merupakan salah satu pulau kecil yang tidak ber- penghuni tetap.

B. Keadaan Fisik Kawasan Pulau Ndana masuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Rote Barat Daya, Kabupaten Rote Ndao Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sedang-kan secara geografis pulau ini terletak di sebelah selatan Pulau Rote, dan merupa-kan pulau terluar yang berbatasan lang-sung dengan Australia. Letak pulau ini sangat strategis karena berada di ujung Selatan Pulau Timor sebagai pintu masuk jalur pelayaran internasional (Jalur 3 Alur Laut Kepulauan Indonesia). Pulau ini be-rada pada posisi 11° 0’ 36’’ LS, dan 122° 52’ 37’’ BT (Janhidros TNI-AL, 2006). Pulau Ndana Rote terbentuk dari karang dan pasir. Tutupan lahannya beru-pa semak belukar, savana, dan beberapa tanaman keras. Perbukitan kecil terletak di tengah pulau dengan hamparan karang berongga diatasnya. Di pulau ini terdapat tiga danau, yaitu Danau Merah, Danau Biru, dan Danau Hijau. Luas : 14,19 km2 atau 1400 hektar.

Pulau Ndana merupakan pulau dengan topografi landai, bergelombang dan berbukit. Topografi landai sebagian besar berada pada bagian tepi pantai dengan karakteristik garis pantai berpa-sir, berkoral dan berbatu. Topografi ber-gelombang dan berbukit berada di dae-rah tengah dari pulau. Pulau bervegetasi ini berfungsi sebagai hutan lindung dan cagar alam, letaknya yang berada di laut lepas dengan gelombang relatif besar dari daerah lain, menyebabkan bagian sela-tan pulau ini rawan abrasi. Karakteristik tanah pulau ini secara umum sama den-gan wilayah lain di Kabupaten Rote Ndao yang didominasi jenis tanah kompleks aluvial, grumosol, mediteran dan lito-sol. Pembentukan tanah ini dipengaruhi oleh tipe iklim daerah Rote Ndao yang umumnya kering (tipe D/E). Iklim di wilayah pulau ini ter-golong tropis kering dengan musim ke-marau berlangsung selama 7-8 bulan

Page 11: Proposal Ekspedisi Batas Negeri - Pulau Ndana

7U N I K O N S E R V A S I F A U N AI N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R

(Mei-November) dan musim penghujan selama 4-5 bulan (November - Maret) dengan curah hujan antara 165-339 mm/bulan. Musim kemarau dimulai pada

bulan April - Juli, musim peralihan ter-jadi pada Agustus – Oktober (www.ppk-kp3k.kkp.go.id).

C. Ekosistem dan Sumberdaya Hayati Pulau Ndana tidak berpenghu-ni, populasi yang ada hanya terdiri dari flora dan fauna, namun masih termasuk daerah potensial karena sumberdaya alamnya cukup melimpah. Selain sebagai cagar alam, Pulau Ndana memiliki da-

nau berwarna yakni Danau Merah, Da-nau Biru, dan Danau Hijau. Sementara potensi flora dan faunanya terdiri dari sekitar 17 jenis flora dan 27 jenis fauna yang berkembang biak secara liar ( http://nasional.news.viva.co.id) .

Ekosistem padang Lamun dan Alga Ekosistem padang lamun dan alga merupakan ekosistem penting selain ekosistem terumbu karang dalam ekosis-tem pesisir yang dijadikan sebagai tempat berlindung, berteduh, dan menyediakan makanan bagi berbagai jenis biota laut. Jumlah lokasi padang lamun yang di-jumpai disekitar Pulau Ndana tidak terla-lu banyak karena daerah ini berhubungan langsung dengan Samudera Hindia yang

menyebabkan arus relatif kencang seh-ingga lamun tidak bisa berkembang biak dengan baik. Ekosistem padang lamun tidak dominan dan hanya teridentifikasi jenis Halodule sp. sedangkan makroalga yang ditemukan yaitu Turbinaria sp., Sar-gasum sp., dan Caulerpa racemosa (ang-gur laut). Beberapa spesies makroalga ini hampir terdapat bersamaan dengan go-song karang (www.ppk-kp3k.kkp.go.id).

Ekosistem Terumbu Karang Perairan pulau ini sangat kaya akan sumberdaya terumbu karang dan berbagai jenis ikan, baik ikan hias mau-pun ikan karang. Terumbu karang yang

dominan adalah Acropora sp., Echinopora sp., Porites sp., Montipora sp., Pavona sp., Goniopora sp. dan Millepora sp. (www.ppk-kp3k.kkp.go.id).

Sumberdaya Perikanan Di sekitar pulau ini ditemukan be-berapa spesies ikan karang yang beraso-siasi terhadap ekosistem terumbu karang, seperti ikan hias, ikan damersal, dan ikan pelagis. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, hasil tangkapan yang banyak diperoleh yaitu ikan pelagis se perti ikan tembang, kembung, cakalang,

tenggiri, dan tongkol. Ikan damersal yang biasa tertangkap yaitu jenis kerapu, kakap, baronang, bawal, ekor kuning, kurisi, ikan hiu, dan jenis ikan hias lain-nya. Kegiatan penangkapan ikan dilaku-kan oleh penduduk yang tinggal disekitar Pulau Ndana, karena Pulau Ndana meru-pakan pulau yang tidak berpenghuni.

Page 12: Proposal Ekspedisi Batas Negeri - Pulau Ndana

U N I K O N S E R V A S I F A U N AI N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R8

Penangkapan ikan damersal bi-asanya menggunakan alat tangkap pan cing. Jenis ikan damersal yang banyak ditangkap oleh nelayan adalah hiu, ini dibuktikan dengan banyak ditemukan sirip hiu kering di rumah-rumah nelayan baik Desa Bo’a maupun Oenggaut. Pe-nangkapan ikan pelagis kecil umumnya dilakukan di sekitar pantai pada kedala-man kurang lebih 200 meter. Musim

penangkapan dilakukan sepanjang tahun dengan musim puncak terjadi pada bu-lan April - Juli dan September - Desem-ber. Alat tangkap yang digunakan adalah jaring insang hanyut, mini purse seine de ngan bantuan lampu atau cahaya, sedan-gkan ikan damersal biasanya ditangkap dengan alat tangkap pancing dan jaring klitik (www.ppk-kp3k.kkp.go.id).

D. Aksesibilitas Rute perjalanan untuk menca-pai Pulau Ndana ditempuh dari Bandara Eltari Kupang menuju Pelabuhan Tenao Kupang dengan kendaraan darat selama 45 menit, selanjutnya dari Pelabuhan Tenao Kupang menuju Pelabuhan Ba’a Kabupaten Rote Ndao ditempuh selama kurang lebih 2.5 jam menggunakan Kapal

Laut. Kemudian menggunakan angkutan darat dari Ba’a ke Desa Bo’a atau Desa Oenggaut selama kurang lebih 1.5 jam, selanjutnya dari Desa Bo’a atau Oenggut dengan perahu motor ke pulau Ndana selama Kurang Lebih 35 menit dengan kecepatan 6 knot (www.ppk-kp3k.kkp.go.id).

Page 13: Proposal Ekspedisi Batas Negeri - Pulau Ndana

9U N I K O N S E R V A S I F A U N AI N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R

METODE EKSPEDIS I

A. Waktu dan Tempat Kegiatan EKSPEDISI BATAS NEGERI di Pulau Ndana, Rote Ndao, “Pro-gram Eksplorasi Keanekaragaman Hayati dan Sosial-Budaya Pulau-Pulau Terluar di Indonesia” dilaksanakan pada 3 Februari 2014 s.d 18 Februari 2014 berlokasi di Pu-lau Ndana, Kabupaten Rote Ndao, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Gambar 3. Peta Lokasi Ekspedisi Batas Negeri

B. Metode Pengamatan1. Metode Analisa Vegetasi Pohon, semak bahkan rerumputan menjadi sasaran pengumpulan data vegetasi maupun data penunjang habitat satwa liar. Kegiatan ini akan me-ngumpulkan data keanekaragaman vegetasi dengan menerapkan pengambilan contoh (sampling) yang tersebar di Pulau Ndana. Data vegetasi di pulau ini akan dikumpulkan dari beberapa lokasi yang dianggap mewakili seperti padang sabana dan hutan pantai. Di setiap lokasi, vegetasi didata dengan cara membuat petak (untuk membatasi pengumpulan data) yang disusun berlanjut mulai dari garis pantai hingga ke daratan. Ukuran petak yang digunakan mengikuti Soe-rianegara (1990) yakni 20 m x 20 m untuk pengumpulan data pohon sekaligus

Page 14: Proposal Ekspedisi Batas Negeri - Pulau Ndana

U N I K O N S E R V A S I F A U N AI N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R10

petak terluar. Selanjutnya diikuti petak-petak lainnya untuk tingkat pertumbuhan pohon yang lebih rendah. Setiap tingkat pertumbuhan, informasi yang perlu di-kumpulkan meliputi; nama jenis, jumlah, kondisi fisik (tinggi, diamater, dan lebar tajuk). Berikut gambaran penerapan teknik pengumpulan data ini.

Gambar 4. Bentuk jalur analisis vegetasi

2m x 2m = petak semai5m x 5m = petak pancang10m x 10m = petak tiang20m x 20m = petak pohon

2. Metode Pengamatan Satwa MamaliaTransek Jalur Padang sabana dan hutan pantai di Pulau Ndana diperkirakan menjadi habi-tat bagi beberapa jenis mamalia. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data satwa mamalia adalah metode transek jalur. Metode ini dilakukan dengan membuat jalur transek sepanjang kurang lebih 2 km. Pengamat mencatat setiap satwa mamalia yang dijumpai sesuai dengan parameter yang diukur.

Data yang dikumpulkan meliputi perjumpaan langsung dan tidak langsung. Perjumpaan langsung berupa temuan langsung dengan satwa mamalia dengan pa-rameter yang dicatat meliputi jumlah jenis dan jumlah individu. Perjumpaan tidak langsung meliputi jejak kaki, kotoran, cakaran dan sisa makanan.Metode Terkonsentrasi (Concentration Count) Concentration count merupakan metode pengamatan yang juga dapat di-lakukan untuk menghitung populasi satwa pada saat satwa yang diamati berkumpul secara terkonsentrasi pada satu lokasi yang sama. Metode ini digunakan untuk pengamatan satwa herbivora, umumnya dilakukan di padang rumput atau tempat terbuka yang dijadikan tempat merumput satwa.

Gambar 5.Metode

Transek Jalur

Gambar 6.Peta Pengamatan

Mamalia

Keterangan :To : Titik awal jalur

pengamatanTa : Titik akhir dari jalur

pengamatanS : Posisi satwa, suara,

atau tanda-tanda lain-nya

Page 15: Proposal Ekspedisi Batas Negeri - Pulau Ndana

11U N I K O N S E R V A S I F A U N AI N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R

Pada pelaksanaan metode ini, pengamat berdiri pada tempat yang tinggi seperti menara pengamatan atau pohon dengan jarak yang cukup jauh dari lokasi satwa dengan tujuan agar keberadaan pengamat tidak mengganggu aktifitas satwa. Dari tempat tersebut pengamat mengidentifikasi dan menghitung setiap jenis satwa. Untuk menghindari double counting (penghitungan ganda) dicatat juga jumlah indi-vidu yang keluar dan masuk daerah pengamatan.Metode Perangkap Hidup (Life Trap) dan Pit Fall Metode perangkap ditujukan untuk mengumpulkan data mamalia ke-cil yang sulit diidentifikasi tanpa ditang-kap dan diukur morfometrinya. Metode ini cukup efektif untuk mengumpulkan mamalia kecil dari ordo Scandentia dan Rodentia. Pemasangan perangkap dilaku-kan dengan menggunakan perangkap dengan ukuran 26 cm x 13 cm x 13 cm. Jarak antar trap sekitar 20-40 meter, um pan yang digunakan yaitu buah-buahan (nenas, pisang), kelapa bakar dan ikan asin. Perangkap dipasang selama 3-4 hari dengan jumlah 20 perangkap di tiap transek yang ada. Perangkap dipasang pada transek dan diletakkan di lokasi yang potensial menjadi habitat mama-lia kecil seperti lubang tempat bersarang mamalia kecil atau jalur yang diduga akan dilewati mamalia kecil. Pengecekan dan penggantian umpan pada perangkap dilakukan setiap hari setelah dilakukan

pemasangan selama 12-24 jam. Metode pit fall ditujukan untuk menangkap mamalia kecil terestrial yang berukuran sangat kecil. Beberapa jenis Scandentia seperti Crocidura spp. sulit ditangkap menggunakan perangkap bia-sa. Metode pit fall menggunakan ember berdiameter kurang lebih 30 cm yang di-tanam di tanah sampai permukaan atas ember sejajar dengan permukaan tanah. Umpan yang digunakan sama dengan metode life trap. Jumlah pit fall yang di-pasang sekitar 20 buah dan penempatan-nya bisa digabungkan dengan metode life trap. Mamalia yang tertangkap dalam perangkap kemudian dimasukkan dalam kantong blacu untuk diidentifikasi dan diukur morfometrinya. Beberapa pa-rameter yang diukur antara lain: Spesies Kelamin (Sex), Head Body: Panjang tu-buh total (HB), Tail: Ekor (T), Ear: Tel-inga (E) dan Hindfoot: Panjang kaki (HF).

Gambar 7.Desain metode pemasangan trap mamalia kecil pada line transek

Page 16: Proposal Ekspedisi Batas Negeri - Pulau Ndana

U N I K O N S E R V A S I F A U N AI N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R12

3. Metode Pengamatan Satwa BurungConcentration count Burung memiliki karakter unik dibandingkan dengan satwa terestrial. Pergerakan burung lebih dinamis, sehing-ga perlu pendekatan khusus untuk meng-inventarisasi satwa yang tergolong kelas aves ini. Concentration count menjadi salah satu metode yang biasa digunakan untuk mengamati burung. Prinsip dasar penerapan metode ini adalah penga-mat diam pada satu titik dan mengamati burung yang ada di sekitar titik terse-

but. Pengamatan dilakukan di titik-titik pengamatan yang berada pada jalur pengamatan. Panjang jalur pengamatan yaitu 1000 m. Jarak antar titik adalah 200 m dengan radius 25 m atau disesuaikan dengan jarak pandang pengamat (Gam-bar 5). Waktu pengamatan di setiap titik sekitar 10 menit. Burung yang dijumpai setelah waktu pengamatan di satu titik selesai tidak dicatat lagi atau dicatat di tally sheet yang lain.

Transek Jalur Pengamatan dengan metode ini mengutamakan inventarisasi burung sepanjang jalur yang telah ditandai tiap 100 m di sepanjang jalur 1000 m (Gam-bar 5). Semua perjumpaan burung di-hitung dan dicatat jumlahnya. Burung yang berada di luar jalur transek dan di

belakang pengamat tidak dicatat atau di-catat di tally sheet yang lain. Jalur transek disesuaikan dengan jalur-jalur yang su-dah tersedia di lapangan agar diperoleh peluang perjumpaan yang lebih besar dengan satwa yang ingin diamati.

4. Metode Pengamatan Herpetofauna Pengamatan herpetofauna di-lakukan secara intensif pada lantai hutan, genangan, sungai, serta dedaunan dan ranting vegetasi di sekitar lokasi penga-matan. Ada tidaknya herpetofauna di-tentukan berdasarkan pada perjumpaan langsung baik individu dewasa maupun

anakan. Sedangkan perjumpaan tidak langsung, dilakukan dengan memperha-tikan tanda-tanda berupa sarang, sisa-sisa kulit dan suara. Pengamatan herpetofauna dilaku-kan pada siang dan malam hari. Metode yang digunakan adalah metode perjump-

Gambar 8. Bentuk jalur pengamatan metode Concentration count

Page 17: Proposal Ekspedisi Batas Negeri - Pulau Ndana

13U N I K O N S E R V A S I F A U N AI N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R

aan visual (Visual Ecounter Survey/VES) yang mengacu pada Heyer et al. (1994). Pengamatan dilakukan selama 2 jam pe-nuh. Alat pengamatan yang digunakan antara lain adalah senter (Headlight) se-bagai alat penerangan pada malam hari. Pada setiap satu kali pengamatan, dilaku-kan oleh 3-6 pengamat. Dalam menerapkan teknik in-ventarisasi herpetofauna, pengamat mengamati dan mencari dengan menyu-suri lokasi yang telah ditentukan, teru-tama pada tempat-tempat yang diduga merupakan mikrohabitat katak, kodok, kadal, ular dan lainnya. Tempat terse-but misalnya lubang pohon atau tanah, sela-sela banir atau lekahan kulit pepo-honan, dedaunan atau ranting semak

dan pepohonan, tumpukan kayu lapuk, serasah, genangan air, aliran sungai dan pada sela-sela batu atau dinding sungai. Temuan herpetofauna dapat langsung diidentifikasi atau dikumpulkan terlebih dahulu dengan dimasukkan ke dalam kantong spesimen untuk diidentifikasi selanjutnya. Buku panduan untuk iden-tifikasi yang biasa digunakan karya Lei-den (1915), Iskandar (1998), Kirono & Santoso (2007), dan Helen (2002). Data yang diambil meliputi informasi jenis, jumlah individu, ukuran tubuh dan jenis kelamin, waktu ditemukan, dan posisi dalam habitat. Selanjutnya informasi ini digunakan untuk kegiatan analisis secara deskriptif.

5. Metode Pengamatan Satwa Perairan Pengamat menentukan transek garis dan metode transek kuadrat untuk mengumpulkan jenis benthos, alga, dan terumbu karang. Masing-masing transek garis (stasiun) terpisah satu sama lain dengan jarak yang layak, yaitu sejauh 50 meter dan harus sejajar satu sama lain

serta tegak lurus terhadap garis pantai. Untuk transek kuadrat, diguna-kan pipa transek berukuran 1 x 1 m tanpa penyekatan. Tiap tansek diatur dengan jarak teratur yaitu 5 meter mengikuti garis lurus transek garis.

Gambar 9. Metode Transek kuadrat

Page 18: Proposal Ekspedisi Batas Negeri - Pulau Ndana

U N I K O N S E R V A S I F A U N AI N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R14

6. Metode Pengamatan InsektaTransek Jalur Dalam metode ini pengamat ber-jalan di sepanjang jalur yang telah di-tentukan jaraknya dan kemudian men-catat perjumpaan serangga yang ditemui. Serangga yang ditemukan akan ditang-kap dengan menggunakan jaring untuk serangga yang beraktivitas terbang dan juga dengan menggunakan pinset untuk serangga yang ada di daun ataupun yang ada di batang pohon. Panjang transek un-tuk pengamatan insekta dalam kegiatan

ekspedisi ini sepanjang 1 km. Arah jalur transek disesuaikan dengan kondisi lapangan agar diperoleh peluang perjumpaan yang lebih besar dengan serangga. Waktu pengamatan di-lakukan antara pukul 07.00 – 12.00. Iden-tifikasi jenis serangga dibantu dengan guide lokal yang telah mengenal serangga dengan baik dan informasi buku pandu-an pengenalan serangga.

Time Search Berbeda dengan transek jalur, dalam metode ini pengamat melakukan pengamatan tanpa dibatasi oleh pan-jang jalur. Dalam batas waktu dua jam, pengamat bebas melakukan pengamatan

di sepanjang jalur yang telah ditentukan. Pengamatan ini efektif dilakukan pada malam hari yang membutuhkan keje-lian mata untuk menemukan serangga malam.

7. Metode Pengumpulan Data Sosial Walaupun Pulau Ndana dipasti-kan tidak berpenghuni, namun interaksi masyarakat dari Pulau Rote tetap inten-sif. Masyarakat yang umumnya nelayan, mencari ikan di sekitar Pulau Ndana. Hal tersebut yang mendorong diperlukannya kajian sosial budaya yang akan menguak persepsi dan motivasi masyarakat sekitar dalam memanfaatkan sumberdaya seki-tar pesisir Pulau Ndana. Observasi biasa digunakan dalam mengumpulkan data sosial budaya. Me-tode observasi dilakukan dengan cara mengamati perilaku, kejadian atau ke-giatan orang atau sekelompok orang yang diteliti. Hasil pengamatan dicatat untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Menurut Spradley (1980), tujuan

observasi adalah memahami pola, norma dan makna dari perilaku yang diamati, serta peneliti belajar dari informan dan orang-orang yang diamati. Selanjutnya Spradley mengemukakan bahwa yang diamati adalah situasi sosial yang terdiri dari tempat, pelaku dan aktivitas. Lokasi observasi dilakukan di lokasi masyarakat beraktivitas seperti rumah, lingkungan, sekolah, kelas, bengkel dll. Pelaku ada-lah orang-orang yang berperan dalam masalah yang diteliti, seperti, guru, pen-gawas, siswa, orang tua siswa, petani, bu-ruh, masyarakat dll. Aktivitas adalah ke-giatan yang dilakukan oleh pelaku yang sedang diteliti, seperti, kegiatan belajar mengajar, belajar, bekerja dan kegiatan lainya yang berkaitan dengan masalah

Page 19: Proposal Ekspedisi Batas Negeri - Pulau Ndana

15U N I K O N S E R V A S I F A U N AI N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R

yang diteliti. Bungin (2006) mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat di-gunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak ter-struktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur. Menurut Susan dalam Sugi-yono (2006) dalam observasi partisipatif peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam akti-fitas mereka. Jadi observasi partisipatif merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau pe-neliti benar-benar berada dalam keseha-rian pelaku yang diteliti atau informan, keberadaan peneliti dapat terlibat secara aktif maupun tidak aktif. Selain melalui observasi par-tisipatif, peneliti dapat mengumpulkan data melalui wawancara mendalam, yai-tu suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengajukan pertanyaan antara pewawancara dengan yang diwawan-carai. Bahkan keduanya dapat dilakukan bersamaan, di mana wawancara dapat di-gunakan untuk menggali lebih dalam lagi data yang didapat dari observasi. Seperti yang dikemukakan Sugiyono (2006) yang mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, sering menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan wawancara mendalam. Selama melakukan observasi, peneliti juga melakukan wawancara ke-pada orang-orang yang ada di dalamnya. Dalam mengumpulkan data so-

sial budaya dengan wawancara, dua tipe wawancara akan digunakan peneliti yaitu wawancara tertutup dan wawancara ter-buka. Pemfokusan pada topik khusus dan umum, dibantu oleh panduan wawan-cara yang dibuat cukup rinci digunakan dalam wawancara tertutup. Sedangkan dalam wawancara terbuka, peneliti mem-berikan kebebasan diri untuk berbicara secara luas dan mendalam. Kedua jenis wawancara ini da-pat digunakan sesuai dengan kebutuhan. wawancara relatif tertutup digunakan jika peneliti telah memperkirakan ten-tang informasi yang akan didapatkan. Sedangkan wawancara terbuka diguna-kan dalam penelitian pendahuluan un-tuk mendapatkan informasi awal ten-tang permasalahan yang ada. Wawancara terbuka juga digunakan untuk menda-patkan informasi lebih dalam lagi. Pada awalnya yang dibicarakan hanya masalah yang sepele yang tidak berkaitan dengan masalah penelitian, namun perlahan tapi pasti, mulai menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan masalah penelitian sampai tuntas. Menurut Moleong (2005) ada dua jenis pertanyaan yaitu pertan-yaan luaran dan pertanyaan pendalaman. Pertanyaan luaran adalah pertanyaan yang bersifat umum dan tidak menggali informasi secara mendalam, sedangkan pertanyaan pendalaman digunakan un-tuk menggali informasi secara mendalam sampai ke makna yang terkandung dalam kasus yang diteliti. Beberapa alat yang da-pat digunakan diantaranya alat perekam, kamera, dan alat tulis.

Page 20: Proposal Ekspedisi Batas Negeri - Pulau Ndana

U N I K O N S E R V A S I F A U N AI N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R16

ANGGARAN DANA

PemasukanJenis Keperluan Jumlah Satuan (Rp.) Total (Rp.)Iuran Peserta 35 500.000 17.500.000Sponsor dan donasi 257.605.000

Total 275.105.000

PengeluaranKesekretariatanPembuatan proposal kegiatan 20 40.000 800.000Pembuatan surat 20 20.000 400.000Pembuatan laporan 10 50.000 500.000Logistik dan Transportasi Transportasi Bogor-P.Ndana 35 3.968.000 138.880.000Transportasi lokal 5 1.500.000 7.500.000Alkohol 80% 5 14.000 70.000Botol sampel 50 10.000 500.000Plastik spesimen 100 5.000 500.000Siring 10 5.000 50.000Sewa koridor pameran 1 1.000.000 1.000.000Sewa Auditorium seminar 1 1.100.000 1.100.000Penginapan 10 300.000 3.000.000Bahan bakar gas 35 15.000 525.000KonsumsiKonsumsi tim ekspedisi 35 960.000 33.600.000Konsumsi tim film dokumenter 10 450.000 4.500.000Trash bag hitam 10 2.000 20.000Ikan kering 10 50.000 500.000Konsumsi seminar 100 15.000 1.500.000Beras 250 8.000 2.000.000Keselamatan dan MedisBiaya guide 5 2.000.000 10.000.000Obat-obatan 2 1.500.000 3.000.000Asuransi keselamatan 35 20.000 700.000

Page 21: Proposal Ekspedisi Batas Negeri - Pulau Ndana

17U N I K O N S E R V A S I F A U N AI N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R

Publikasi dan Dokumentasi Jumlah Satuan (Rp.) Total (Rp.)Cetak baliho kegiatan 2 450.000 900.000Cetak spanduk 2 150.000 300.000Baterai alkalin 3 70.000 210.000Memory card 8 GB 10 55.000 550.000Buku fotografi 200 300.000 60.000.000Cetak foto A3 100 20.000 2.000.000Editing vidio 1 500.000 500.000

Total 275.105.000

Page 22: Proposal Ekspedisi Batas Negeri - Pulau Ndana

U N I K O N S E R V A S I F A U N AI N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R18

SPONSORSHIP

MANFAAT DAN KEUNTUNGAN SEBAGAI KONTRIBUTOR “EKSPEDISI BATAS NEGERI”

1. Gagasan atau keinginan individu atau instansi untuk terlibat dalam upaya kon-servasi alam, maupun menjaga keutuhan pulau-pulau terluar di Indonesia bisa terakomodir melalui kegiatan ini.

2. Instansi yang mendukung kegiatan ini dapat dipahami masyarakat sebagai lembaga yang peduli dan mendukung sepenuhnya konservasi alam, terutama wilayah terpencil di Indonesia.

3. Bagi perusahaan yang memasarkan produk, dapat membangun kepercayaan kepada masyarakat luas atau konsumen yang sangat mempedulikan persoalan konservasi alam dan lingkungan.

BENTUK SPONSORSHIP

Partisipasi terhadap Ekspedisi Batas Negeri 2014 dapat berupa: 1. Kerjasama dapat berupa dana atau finansial untuk membiayai kegiatan2. Berupa produk perusahaan atau bukan produk perusahaan untuk menunjang

terlaksananya kegiatan (seperti makanan-minuman, suvenir, alat-alat lapangan, obat-obatan dll)

3. Kerjasama dapat berupa penyediaan fasilitas (seperti transportasi, penginapan, ruangan seminar dan pameran foto dll)

4. Kerjasama dapat berupa penyediaan jasa publikasi dalam bentuk cetak, siaran radio, siaran televisi, dan sosial media

5. Kerjasama yang tidak mengikat (donatur) 6. Bentuk kerjasama lainnya yang diusulkan perusahaan atau instansi

Sponsor adalah pihak yang bersedia membiayai dana yang diperlukan untuk “Ek-spedisi Batas Negeri 2014 ” dengan sistem klasifikasi pembiayaan kegiatan sebagai berikut:

z Platinum 100% Dana Sponsor z Diamond 70% Dana Sponsor z Gold 50% Dana Sponsor

z Silver 20% Dana Sponsor z Bronze 10% Dana Sponsor z Endorser 5% Dana Sponsor

PAKET SPONSORSHIP

Page 23: Proposal Ekspedisi Batas Negeri - Pulau Ndana

19U N I K O N S E R V A S I F A U N AI N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R

Feedback Platinum Diamond Gold

Stand PameranLogo pada Baju

Logo pada Poster dan SpandukNotebook

Menyebarkan pamflet perusahaanMemasang Banner saat kegiatan

Slide presentasiAdlips

SertifikatWebsite

Back DropLaporan Ilmiah

Laporan KegiatanBuku Fotografi

Film Dokumenter

3x3100%100%100%100%VVVV100%100%VVVV

3x350%50%-100%VVVV50%50%VVVV

3x330%30%-100%VVVV30%30%VVVV

Biaya Minimum (Rp.) 257.605.000 180.323.500 128.802.500

Feedback Silver Bronze Endorser

Stand pemeranLogo pada Baju

Logo pada Poster dan SpandukNotebook

Menyebarkan pamflet perusahaanMemasang Banner saat kegiatan

Slide PresentasiAdlips

SertifikatWebsite

Back DropLaporan Ilmiah

Laporan KegiatanBuku Fotografi

Film Dokumenter

-20%20%-100%VVVV20%20%VVVV

-10%10%----V-10%10%VVVV

-5%5%----V-5%5%VVVV

Biaya Minimum (Rp.) 51.521.000 25.760.500 12.880.250

Page 24: Proposal Ekspedisi Batas Negeri - Pulau Ndana

U N I K O N S E R V A S I F A U N AI N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R20

Gambar 10.Ilustrasi pemasangan

logo sponsor

Page 25: Proposal Ekspedisi Batas Negeri - Pulau Ndana

21U N I K O N S E R V A S I F A U N AI N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R

Pembayaran z Pembayaran dapat diberikan kepada orang atau pihak yang diberi tanggung

jawab untuk mengurus masalah ini z Untuk partisipasi dalam bentuk finansial dapat dikirimkan melalui rekening BRI

cabang Darmaga Bogor atas nama Fahri Budiman dengan nomor rekening 0595 01 013255 50 8. Contact Person (CP) : Fahri Budiman (085765143877)

z Pembayaran dapat dilakukan dalam dua tahap dimana pembayaran pertama sebesar 75% dari jumlah yang disepakati dan pembayaran kedua harus dibayar paling lambat 2 minggu sebelum hari-H.

z Bila pembayaran kedua tidak dapat dibayar pada waktu yang telah disepakati, panitia berhak mengubah bentuk kontrapetasi sesuai besar pembayaran yang telah diberikan.

Pembatalan z Apabila pembatalan dilakukan oleh pihak sponsor setelah kontrak ditandata-

ngani kedua belah pihak, sponsor diharuskan membayar biaya pembatalan pada panitia sebesar 50% dari total pendanaan yang disetujui.

z Apabila pembatalan dilakukan oleh pihak panitia setelah kontrak ditandatangani kedua belah pihak, panitia akan mengembalikan seluruh pendanaan yang telah diterima dari pihak sponsor.

KONTRAK KESEPAKATAN SPONSOR

Page 26: Proposal Ekspedisi Batas Negeri - Pulau Ndana

U N I K O N S E R V A S I F A U N AI N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R22

Pelindung : Rektor Institut Pertanian Bogor Prof. Dr. Ir. Herry Suhardianto, MSc

Penasehat : Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan IPB Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS

Pembina : Pembina UKF IPB 1. Prof. Dr. Ir. Hadi S. Alikodra, MS 2. Dr. Ir. Jarwadi Budi Hernowo, MSc. F

Penanggung jawab : 1. Ketua Umum UKF IPB Ma’shum Afnani E44090080 2. Ketua Bidang Keilmuan Alya Faryanti P E351130276

Ketua Kegiatan : Fahri Budiman F34110001Sekretaris : Sari Ramadhan C24100025Bendahara : Mei Nita Sari A24120126Seksi Publikasi : Heri Destrianto H14080093Seksi Dokumentasi : Nanang Khairul Hadi P052120161Seksi Humas : Ganies Oktaviana I34100091Seksi Sponsorship : Hasna Kamila G34110096Seksi Logistik : Idham Dhia F F34110027Seksi Transportasi : Wasmu’al Rahmatullah G74090056Seksi Konsumsi : Ida Mafaza F24110042Tim Medis : Maya Saroh H14110070

SUSUNAN PANIT IA

Page 27: Proposal Ekspedisi Batas Negeri - Pulau Ndana

23U N I K O N S E R V A S I F A U N AI N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R

Uni Konservasi Fauna, Institut Pertanian Bogor (UKF-IPB) adalah Unit Kegiatan Mahasiswa yang bergerak di bidang konservasi alam, khususnya kon-servasi fauna dengan menggunakan ber-bagai terminologi keilmuan, baik ekologi maupun humaniora. UKF didirikan pada tanggal 10 November 2003. Kajian UKF dibagi menjadi delapan divisi konservasi, yaitu Divisi Konservasi (DK) Karnivora, DK Herbivora, DK Primata, DK Burung, DK Herpetofauna, DK Insekta, DK Fauna Perairan, DK Eksitu. Di samping itu, juga ada kajian sosial-budaya yang berpijak pada ilmu-ilmu humaniora yang menjadi kemampuan dasar bagi seluruh anggota UKF. Tiap-tiap kajian tersebut memiliki kegiatan yang intensif untuk mengim-plementasikan program kerja yang men-dukung proses pelestarian alam, baik di wilayah kawasan konservasi atau ling-kungan urban. Hingga saat ini, UKF telah melak-sanakan berbagai macam kegiatan rutin

yang berorientasi pada pelestarian alam. Kegiatan tersebut meliputi, penelitian secara intensif di Pusat Penelitian Hu-tan Hujan Tropika (PPHHT), lembaga kolaborasi antara UKF dan Rakata di Situ Gunung, Sukabumi, maupun di kawasan konservasi di Pulau Jawa dan Sumatera; Pendidikan lingkungan secara berkala kepada sekolah-sekolah dasar di sekitar kawasan konservasi; Olimpiade Ling-kungan secara berkala meliputi seluruh SMA dan sederajat se-Jawa; Seminar Na-sional yang telah dilaksanakan sepuluh kali dengan berbagai tema, diantaranya perihal konservasi harimau sumatera (2004), konservasi badak (2005), kon-servasi curik bali (2006), konservasi pe-nyu (2007), konservasi orangutan (2008), dampak perkebunan kelapa sawit (2009), perdagangan satwa (2010), ekowisata raptor atau burung pemangsa (2011), konservasi terumbu karang (2012), dan peran masyarakat adat dalam konservasi alam (2013).

PORTOFOLIO UKF

“UKF Sepenuhnya mengabdi untuk konservasi alam dan kesejahteraan masyarakat”

Gambar 11.Lokasi Pusat Penelitian Hutan Hujan Tropika Situ Gunung

Page 28: Proposal Ekspedisi Batas Negeri - Pulau Ndana

U N I K O N S E R V A S I F A U N AI N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R24

Sedangkan kegiatan ekspedisi maupun eksplorasi, telah dilaksanakan oleh UKF, terdiri dari:

z Ekspedisi Global 2004 di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. z Ekplorasi Kolaboratif 2005 di Suaka Margasatwa Leuweung Sancang, Taman

Buru Masigit Karimbi, Taman Nasional Kepulauan Seribu. z Ekspedisi Global 2005 di Taman Nasional Alas Purwo. z Ekspedisi Global 2006 di Taman Nasional Ujung Kulon. z Eksplorasi Kolaboratif 2006 di Cagar alam dan Taman Wisata Alam Telaga

Warna. z Ekspedisi Global 2007 di Taman Nasional Alas Purwo. z Eksplorasi Kolaboratif 2007-2009 di Suaka Margasatwa Cikepuh. z Eksplorasi Kolaboratif 2010 di Cisoka, Taman Nasional Gunung Halimun-

Salak, dan Taman Nasional Kepulauan Seribu. z Eksplorasi Kolaboratif 2011 di Suaka Elang, Taman Nasional Gunung Hali-

mun-Salak. z Ekspedisi Global 2008-2013 di Taman Nasional Ujung Kulon.

Ekspedisi maupun eksplorasi di atas ada beberapa yang dilaksanakan secara beru-lang di suatu wilayah yang bertujuan untuk menyusun data keanekaragaman hayati secara series. Data yang tersusun dari tahun ke tahun tersebut dapat berfungsi se-bagai sarana untuk me-monitoring kondisi keanekaragaman hayati yang berada di suatu wilayah. Dengan demikian, dapat diketahui apakah terjadi perbaikan atau pe-nurunan kualitas populasi fauna maupun ekosistem dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Di sinilah sebenarnya fungsi UKF sebagai lembaga mahasiswa yang berpijak pada nilai keilmiahan dan prinsip deep ecology benar-benar berfungsi karena dituntut untuk mampu menganalisis maupun mensintesis kondisi ekosistem di suatu wilayah terutama kawasan konservasi, dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan pengelolaan suatu kawasan kalau sekiranya diperlukan.

Gambar 12.dari kiri atas : UJWC, UKF Expo,

UJWC, Olimpiade Lingkungan, Penanaman

Page 29: Proposal Ekspedisi Batas Negeri - Pulau Ndana

25U N I K O N S E R V A S I F A U N AI N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R

No

Kegi

atan

Okt

ober

Nov

embe

rD

esem

ber

Janu

ari

Febr

uari

Mar

etAp

rilM

ei2

34

12

34

12

34

12

34

12

34

12

34

12

34

12

34

1Pe

nyus

unan

Pro

posa

l2

Peng

esah

an P

ropo

sal

3Sp

onso

rshi

p4

Surv

ey L

okas

i5

Pela

ksan

aan

Kegi

atan

6Pe

ngol

ahan

dan

Ana

lisis

Dat

a7

Pam

eran

Fot

ogra

fi8

Pem

buat

an F

ilm

Dok

umen

ter d

an B

uku

Foto

grafi

9Se

min

ar H

asil

10Pe

nyus

unan

Lap

oran

ke

giat

an d

an L

apor

an Il

mia

h

RA

NC

AN

GA

N W

AK

TU E

KSP

EDIS

I BAT

AS

NEG

ERI 2

014

Page 30: Proposal Ekspedisi Batas Negeri - Pulau Ndana

U N I K O N S E R V A S I F A U N AI N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R26

No

Kegi

atan

Har

i Ke

12

34

56

78

910

1112

1314

1516

1Pe

rjala

nan

Bogo

r - K

upan

g2

Perja

lana

n Ku

pang

- Pul

au R

ote

3Pe

rjala

nan

Pula

u Ro

te- P

ulau

Nda

na4

Peng

amat

an S

atw

a5

Ana

lisis

vege

tasi

6Pe

rjala

nan

Pula

u N

dana

-Pul

au R

ote

7W

awan

cara

Sos

ial,

Ekon

omi,

dan

Buda

ya8

Perja

lana

n Pu

lau

Rote

-Kup

ang

9Pe

rjala

nan

Kupa

ng-B

ogor

RA

NC

AN

GA

N W

AK

TU P

ENG

AM

BILA

N D

ATA

Page 31: Proposal Ekspedisi Batas Negeri - Pulau Ndana

27U N I K O N S E R V A S I F A U N AI N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R

Hasil dari ekspedisi ini tidak hanya publikasi laporan ilmiah semata, namun juga melalui buku fotografi dan film dokumenter yang berisi hasil eksplorasi flora, fauna dan sosial-budaya masyarakat Rote Ndao. Hasil fotografi juga akan dipamer-kan di kampus IPB Darmaga.

Di penghujung kegiatan akan diadakan seminar hasil ekspedisi yang akan mengundang seluruh penggiat konservasi alam di Indonesia, kementrian terkait dan Pemerintah Daerah Rote Ndao, sebagai bagian dari publikasi dan evaluasi publik, sehingga segala saran dan kritik dapat digunakan untuk menyempurnakan Ekspe-disi Batas Negeri ke pulau-pulau berikutnya.

Hasil tersebut akan benar-benar terealisasi dengan optimal apabila dalam pelaksanaan ekspedisi segala sarana penunjang terbenuhi dengan baik. Oleh karena itu, besar harapan kami keterlibatan banyak pihak untuk mendukung ekspedisi ini bisa terwujud.

PENUTUP

Page 32: Proposal Ekspedisi Batas Negeri - Pulau Ndana

U N I K O N S E R V A S I F A U N AI N S T I T U T P E R T A N I A N B O G O R28

Bungin Burhan (2006). Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Perkasa.

Heyer WR, Donnelly MA, McDiarmid RW, Hayek LC, Foster MS. 1994. Measuring and Monitoring Biological Diversity Standard Methods for Amphibians. Washington (USA): Smithsonian Institution Press.

Iskandar DT. 1998. Amfibi Jawa dan Bali – Seri Panduan Lapangan. Bogor (ID): Puslitbang LIPI.

Kirono S, Santoso E. 2008. Panduan Lapangan Amfibi Sekitar Hulu Belantikan. Kalimantan Tengah. Pustaka Yayorin

Moleong, L. Y. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi revisi . Bandung (ID): PT Penerbit Remaja Rosdakarya.

Spradley James.P.(1980). The Ethnographic Interview. New York (ID): Holt Renehart and Winston

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung (ID): Penerbit Alfabeta

DAFTAR PUSTAKA

Page 33: Proposal Ekspedisi Batas Negeri - Pulau Ndana
Page 34: Proposal Ekspedisi Batas Negeri - Pulau Ndana

Uni Konservasi FaunaJl. Agatis No. 1 Gedung PKM, GOR lama

Kampus IPB, Dramaga, Bogorhttp://unikonservasifauna.org/