prolaps tali pusat

Upload: chiy-nabz

Post on 18-Jul-2015

1.117 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Kelompok 11.

2.3.

Nanik Putri S. Setyo Adi S. Lielys Inayatul Firdausy

092310101010 092310101039 092310101063

Pengertian Tali Pusat Tali pusat atau funiculus umbilicalis adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan, sehingga zat-zat gizi dan oksigen dapat masuk ke tubuh janin

Tali pusat terdapat antara pusat janin dan permukaan fetal

plasenta. Warnanya dari luar putih dan merupakan tali yang berpilin. Panjangnya 55 cm (30 100 cm) dan diameter 1 1,5 cm. Pembuluh-pembuluh darahnya biasanya lebih panjang dari tali pusatnya sendiri sehingga pembuluh berkelok-kelok. Kadang-kadang menimbulkan tonjolan pada permukaan tali pusat dan diberi nama simpul palsu.

kelainan letak Insersi tali pusat Battledore, Insersi tali pusat Velamentous,

Insersi tali pusat, Insersi tali pusat Velamentous.

Fungsi Tali Pusatsebagai media transportasi nutrisi dan oksigen

dari plasenta ke tubuh janin, sebagai media transportasi untuk pengeluaran sisa metabolisme janin ke tubuh ibu, sebagai media transportasi zat antibodi dari ibu ke janin, sebagai media transportasi zat antibodi dari ibu ke janin

Prolabs Tali Pusat merupakan suatu keadaan dimana tali pusat berada disamping atau melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir setelah ketuban pecah (Mitayani, 2011).

Prolabs tali pusat terjadi jika tali pusat terletak di bawah bagian presentasi janin. Prolabs tali pusat dapat bersifat okulta (tersembunyi, tidak terlihat) selama persalinan, baik selaput ketuban sudah pecah maupun belum. Prolabs sempurna paling sering secara langsung setelah ketuban pecah, ketika gaya tarik bumi mendorong tali pusat ke bagian depan dari bagian presentasi (Bobak, 2004).

Prolabs tali pusat terjadi jika tali pusat terletak di bawah bagian presentasi janin. Prolabs tali pusat dapat bersifat okulta (tersembunyi, tidak terlihat) selama persalinan, baik selaput ketuban sudah pecah maupun belum (Bobak, 2004).

1.2.

3.

Tali pusat terkemuka atau terdepan; Tali pusat menumbung, disebut juga prolapsus funikuli; Occult prolapse.

keadaan-keadaan yang menyebabkan gangguan adaptasi bagian bawah janin terhadap panggul, sehingga pintu atas panggul tidak tertutup oleh bagian bawah janin tersebut. Hal ini merupakan predisposisi turunnya tali pusat dan terjadinya prolabs tali pusat.

tali pusat yang panjang (>100cm atau 40 inci); malpresentasi (sungsang); letak lintang, atau bagian presentasi yang belum masuk panggul; prolaps tali pusat, yang terkait dengan bagian presentasi yang tinggi adalah multipara, disproporsi sefalopelvis, dan plasenta previa; Prolaps tali pusat sulit didiagnosis;

Angka kejadian prolaps tali pusat dalam hubungan dengan presentasi janin : Presentasi Angka Kejadian Vertex (belakang kepala ) 0.4%, Frank Breech 0.5%, Letak bokong kaki 4 6%, Letak kaki 15 18% (dr.Bambang Widjanarko, SpOG, 2009).

Pada prolabs tali pusat/prolapsus funikuli dengan tali pusat yang masih berdenyut tetapi pembukaan belum lengkap, maka terdapat dua pilihan yakni :1. Reposisi tali pusat ; 2. Reposisi caesarea .

Pada presentasi kepala, prolapsus funikuli sangat berbahaya bagi janin, karena setiap saat tali pusat dapat terjepit antara bagian terendah janin dengan jalan lahir dengan akibat gangguan oksigenasi janin. Pada tali pusat terdepan, sebelum ketuban pecah, ancaman terhadap janin tidak seberapa besar, tetapi setelah ketuban pecah bahaya kematian janin sangat besar.

pada ibu karena terjadi prolapsus maka dilakukan seksio atau persalinan normal yang dapat menimbulkan terjadinya trauma jaringan dan leserasi pada vagina serviks.

1. Tali Pusat Berdenyut Jika tali pusat berdenyut, berarti janin masih hidup. 2. Tali Pusat Tidak Berdenyut Jika tali pusat berdenyut, berarti janin mati

1.

2.

3.

4.

Angka kematian untuk bayi prematur dengan prolaps tali pusat hampir 4 kali lebih tinggi daripada bayi aterm; Bila gawat janin dibuktikan oleh detak jantung yang abnormal, adanya cairan amnion yang terwarnai oleh mekonium, atau tali pusat dengan pulsasi lemah, maka prognosis janin buruk; Jarak antara terjadinya proplaps dan persalinan merupakan faktor yang paling kritis untuk hidup janin; Dikenalnya segera prolaps memperbaiki kemungkinan janin hidup;

5. Angka kematian janin pada prolaps tali pusat yang letaknya sungsang atau lintang sama tingginya dengan presentasi kepala. Hal ini menghapus perkiraan bahwa pada kedua letak janin yang abnormal tekanan pada tali pusatnya tidak kuat; 6. Ditemukannya prolaps tali pusat diperlukan tindakan yang cepat. Terapi definitif adalah melahirkan janin dengan segera. penilaian yang cepat sangat penting untuk menentukan sikap terbaik yang akan diambil. Persalinan pervaginam segera hanya mungkin bila pembukaan lengkap, bagian terendah janin telah masuk panggul, dan tidak ada CPD;

7. Bahaya terhadap ibu dan janin akan berkurang bila dilakukan seksio sesaria daripada persalinan pervaginam yang dipaksakan pada pembukaan yang belum lengkap. Sambil menunggu persiapan seksio sesaria tekanan pada tali pusat oleh bagian terendah janin dapat diminimalisasi dengan posisi knee chest, trendelenburg, atau posisi sim; 8. Sedangkan bahaya terbesar pada presentasi kepala, karena setiap saat tali pusat dapat terjepit antara bagian terendah janin dengan jalan lahir dapat mengakibatkan gangguan oksigenasi janin. Pada tali pusat terdepan, sebelum ketuban pecah, ancaman terhadap janin tidak seberapa besar, tetapi setelah ketuban pecah, bahaya kematian janin sangat besar.

Pencegahan Prolaps Tali Pusat : Menghindari pecahnya ketuban secara premature akibat tindakan kita. Penanganan Tali Pusat Terdepan ( Ketuban belum pecah ) :1. 2. 3. 4.

Usahakan agar ketuban tidak pecah Ibu posisi trendelenberg Posisi miring, arah berlawanan dengan posisi tali pusat Reposisi tali pusat. Apabila janin masih hidup , janin abnormal, janin sangat kecil harapan hidup Tunggu partus spontan. Pada presentasi kepala apabila pembukaan kecil, pembukaan lengkap , Vacum ekstraksi, porcef. Pada Letak lintang atau letak sungsang Sectio cesaria

Penanganan Prolaps Tali Pusat :1. 2. 3. 4.

1.

Pengkajian :pemeriksaan vagina yang sering dan perhatian yang ketat terhadap perubahan denyut jantung janin dapat merupakan pengkajian awal Pemeriksaan rutin yang penting dilakukan setelah ruptur pada membran adalah mendengar dan melaporkan denyut jantung janin sendiri mungkin setelah ruptur uteri dan diulangi dalam 10-15 menit untuk mendeteksi melemah atau tidak teraturnya irama jantung ketika terjadi prolaps tali pusat

Sirkulasi Tekanan darah ibu meningkat, dapat terjadi hipoksi pada janin karena kurangnya sirkulasi dari ibu ke tali pusat. Eliminasi Distensi usus dan kandung kemih mungkin ada Integritas ego Kontaksi melemah, dengan intensitas lemah sampai sedang

Keamanan1. Pemeriksaan vagina dilakukan untuk menentukan posisi dari tali pusat 2. Kaji adanya kelainan pada jalan lahir atau janin seperti panggul yang sempit, letak lintang, letak sunsang, polihidramnion, janin kembar, janin yang terlalu kecil.

Seksualitas

Pemeriksan diagnostik1.

1. Dapat primigravida atau multipara 2. Uterus dapat distensi berlebihan karena hidramnion, gestasi multiple, janin yang besar atau grand multparaTes prenatal dapat memasukan polihidramnion, janin besar atau gestasi multipara; Pemeriksaan vagina menunjukkan perubahan posisi tali pusat; Fundoskop digunakan untuk mendeteksi denyut jantung janin atau monotoring DJJ; Ultrasound atau pelvimetri sinar x, mengevaluasi arsitektur pelvis, presentasi janin, posisi dan formasi.

2. 3.4.

Prioritas keperawatan1. Mengidentifikasi dan mengatasi letak tali pusat abnormal ; 2. Lakukan reposisi tali pusat atau sectio caseria jika diperlukan; 3. Memantau perubahan denyut janin dan respon fisik maternal atau janin terhadap kontraksi dan lamanya persalinan; 4. Memberikan dukungan emosional dan mencegah komplikasi

pathway

Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perubahan aliran darah ke plasenta atau melalui tali pusat (prolapsi) Resiko cidera terhadap janin berhubungan dengan hipoksia janin dan abnormalitas pelvis ibu Gangguan kenyamanan : Ansietas berhubungan dengan situasi, ancaman yang dirasakan pada ibu atau janin.

1. Diagnosa I : Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perubahan aliran darah ke plasenta atau melalui tali pusat (prolapsi) Tujuan : Aliran darah ke plasenta kembali normal sehingga sirkulasi janin tidak terganggu.1. Perhatikan maturitas janin berdasarkan riwayat klien, dan pengukuran uterus

2. Lakukan meniver Leopod dan pemeriksaan vagina, steril, perhatikan presentasi dan posisi janin; 3.Posisikan klien terlentang dengan bagian kepala ibu lebih rendah dari panggul ibu yang ditopang dengan bantal; 4.Pantau DJJ, perhatikan perubahan denyut per denyut deselrasi selama dan setelah kontraksi;

5. Gunakan EFM (electric fetal monitoring) 1520 menit sebelum prosedur induksi; 6. Perhatikan warna dan jumlah cairan amnion bila ketuban pecah; 7. Kaji reaksi DJJ terhadap kontraksi, perhatikan bradikardi atau deselerasi lambat; 8. Auskultasi jantung janin bila pecah ketuban

2. Diagnosa II : Resiko cidera terhadap janin berhubungan dengan hipoksia janin dan abnormalitas pelvis ibu. Tujuan : cedera pada janin tidak terjadi kriteria hasil : Menunjukkan denyut jantung dalam batas normal dengan variabilitas yang baik 1. Kaji DJJ secara manual atau elektronik, perhatikan variabilitas perubahan periodic dan frekuensi dasar

2. Perhatikan tekanan uterus selama istirahat dan fase kontraksi melalui kateter tekanan intrauterus; 3.Identifikasi factor-faktor maternal seperti dehidrasi, dan ansietas; 4.Observasi terhadap prolaps tali pusat sama atau dapat dilihat bila pecah ketuban, khususnya pada janin presentasi bokong; 5. Perhatikan bau dan perubahan warna cairan amnion pada ketuban pecah lama. Dapatkan kultur bila temuan abnormal; 6.Kolaborasi : perhatikan frekuensi kontraksi uterus. Beri tahu dokter bila frekuensi 2 menit atau kurang; 7. Kolaborasi : kaji mal posisi dengan menggunakan maneuver leopod dan temuan pemeriksaan internal. Tinjau ulang hasil USG; 8. Kolaborasi : atur pemindahan pada lingkungan perawatan akut bila mal posisi diidentifikasi.

3. Diagnosa III : Gangguan kenyamanan : Ansietas berhubungan dengan situasi, ancaman yang dirasakan pada ibu atau janin. Tujuan : ansietas pada ibu atau janin teratasi Kriteria hasil : Menunjukkan denyut jantung dalam batas normal dengan variabilitas yang baik

1. Kaji DJJ secara manual atau elektronik, perhatikan variabilitas perubahan periodic dan frekuensi dasar; 2. Kaji tingkat ansietas atau kecemasan pada ibu atau janin; 3.Identifikasi factor-faktor maternal seperti dehidrasi, dan ansietas; 4.Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi ansietas; 5. Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan; 6.Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita / resiko yang akan terjadi, harapan-harapan yang positif terhadap terapy yang di jalani; 7. Sediakan informasi faktual (nyata dan benar) kepada pasien dan keluarga menyangkut diagnosis, perawatan dan prognosis; 8. Kolaborasi pemberian obat anti ansietas.