profesionalisme guru (pak sapto is the best)

25
i Tugas Individu PROFESIONALISME GURU KEJURUAN OLEH : MUHAMMAD FADLY ISHAK, S.Pd DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI PPG-T SMK KOLABORATIF 2013

Upload: muhammad-fadly-ishak

Post on 29-Nov-2015

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Profesionalisme Guru (Pak Sapto is the Best)

i

Tugas Individu

PROFESIONALISME GURU KEJURUAN

OLEH :

MUHAMMAD FADLY ISHAK, S.Pd

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

PPG-T SMK KOLABORATIF

2013

Page 2: Profesionalisme Guru (Pak Sapto is the Best)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan KaruniaNya kepada kita sekalian, dengan demikian makalah ini dapat terselesaikan. Salawat serta salam kita haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang menuntun kita dari tempat yang gelap gulita dalam hal ini adalah pola kehidupan yang terpuruk, kepada tempat yang terang benderang dalam hal ini pola kehidupan yang lebih beradab.

Dalam makalah ini membahas pentingnya profesionalisme guru yang telah ditetapkan di dalam undang-undang, dimana guru yang professional bertugas untuk merencanakan dan melakasanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan pengabdian kepada masyarakat, terutama pada pendidik perguruan tinggi. Guru khususnya guru kejuruan sebagai pilar utama, yaitu sebagai pemberi motivasi kepada siswa, dinamistator, dan director sistem pembelajaran di sekolah. Seorang guru professional juga harus memberikan konstribusi yang besar terhadap sekolah yang di tempati mengajar.

Semoga dalam penulisan makalah ini, dapat memberikan pemahaman tambahan buat kita semua dan sebagai acuan kita dalam menjadi tenaga pendidik yang professional.

Penulis menyadari terdapat banyak kekurangan dalam penysunan makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan untuk lebih meningkatkan kualitas pada penulisan selanjutnya.

Akhir kata penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada dosen yang telah banyak membantu dalam pemberian pemahaman, dan kepada teman-teman yang telah banyak membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis

Page 3: Profesionalisme Guru (Pak Sapto is the Best)

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

KATA PENGANTAR ............................................................................. ii

DAFTAR ISI .......................................................................................... iii

BAB I

PENDAHULUAN ................................................................................... 1

BAB II

A. PROFESIONALISME GURU KEJURUAN SEBAGAI PILAR UTAMA PENDIDIKAN, MOTIVATOR, DINAMISATOR DAN DIREKTOR SISTEM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH .................................................... 7 1. Guru Sebagai Pilar Utama Pendidikan................................... 12 2. Guru Sebagai Motivator .......................................................... 15 3. Guru Sebagai Dinamisator ..................................................... 16 4. Guru Sebagai Direktor Sistem Pembelajaran di Sekolah ..... 16

B. IMPLIKASI PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU KEJURUAN DALAM PRAKTEK SISTEM PENDIDIKAN ..................................... 17 1. Peran Guru Di Sekolah ........................................................... 17 2. Peran Guru Di Masyarakat ...................................................... 19

BAB III

KESIMPULAN ....................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 22

Page 4: Profesionalisme Guru (Pak Sapto is the Best)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terncana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang dapat meningkatkan potensi diri dari peserta didik, dalam hal ini memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang dimiliki dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Tenaga pendidik yang professional adalah mampu menjadi motivator atau pemberi semangat kepada siswa untuk lebih meningkatkan kualitas dalam belajarnya. Seorang tenaga pendidik profesional dalam hal ini adalah guru, selain harus menguasai kompetensi sesuai bidang keahliannya, juga harus mengerti kepribadian tiap siswa.

Kepribadian siswa dalam suatu kelas ada banyak macamnya, oleh karena itu seorang guru yang professional bukan hanya mengetahui watak siswanya tapi seorang guru mampu memberikan solusi kepada siswa yang mempunyai hambatan dalam menerima pelajaran. Dengan demikian perlakuan terhadap siswa akan tidak sama satu dengan yang lain akan tetapi di sesuaikan dengan karakter siswa. Tidak mungkin siswa yang memiliki kepribadian pendiam akan didiamkan dan dibiarkan begitu saja. Akan tetapi seorang guru harus lebih aktif dalam memberikan tindakan agar siswa yang pendiam tadi bisa lebih aktif dalam proses belajar mengajar.

Seorang peserta didik dalam hal ini adalah siswa yang senantiasa berusaha mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui oleh siswa untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Sedangkan jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan.dan jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan.

Dengan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses pendidikan terdapat beberapa bagian yang tidak bias dipisahkan satu dengan yang lainnya dan menjadi penguat satu sama lain. Seorang guru menjadi perantara antara ilmu pengetahuan dengan siswa yang membutuhkan ilmu pengetahuan tersebut, selain itu terdapat suatu sistem dalam penyampaian ilmu pengetahuan yang dinamakan metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang baik adalah cara menyampaikan materi ajar dengan baik dan mudah diterima oleh siswa dengan baik pula. Metode pembelajran juga harus sistemtis dan mempunyai tujuan yang ingin di capai.

Pendidikan nasional yang berdasarkan undang-undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan

Page 5: Profesionalisme Guru (Pak Sapto is the Best)

2

nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dan bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggungjawab (Undang-undang Nomor 20/ tahun 2003 pasal 3). Pernyatan di atas beriorentasi penuh kepada peserta didik yang harus memiliki kepribadian yang luhur dan dapat mengikuti perkembangan pendidikan secara nasional. Oleh karena itu perlu suatu usaha yang keras untuk membentuk pribadi tersebut. Dengan demikian seorang guru memiliki peran yang sangat penting dalam perubahan tersebut. Hal ini diatur dalam Undang-undang No.20 Tahun 2003 pada Bab XI pasal 39 yang membahas tentang tugas dari pendidik dan tenaga pendidik menyatakan bahwa : tenaga pendidik bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan dan pelayanan teknis untuk menunjang pendidikan dalam proses pendidikan dan satuan pendidikan. Dan pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik dan perguruan tinggi.

Dengan demikian jelaslah dari tugas seorang guru professional dalam menciptakan tujuan pendidikan nasional sepenuhnya. Selain itu peserta didik dalam hal ini siswa mempunyai hak yang mesti didapatkan dan kewajiban-kewajiban yang mesti dilakukan, yang membantu dalam pencapaian tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pada Bab V tentang peserta didik. pendidikan akan rancuh apabila hak dan kewajiban siswa tidak terlaksana dengan baik dan sepenuhnya.

Hak peserta didik

1. Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya oleh pendidik seagama.

2. Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.

3. Mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya

4. Mendapatkan biaya pendidikan yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya

5. Pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara.

Page 6: Profesionalisme Guru (Pak Sapto is the Best)

3

6. Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang telah ditetapkan

Kewajiban peserta didik:

1. Menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan

2. Ikut menanggung biaya penyelenggara pendidikan, kecuali dari peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Keberhasilan suatu tujuan pendidikan adalah tergantung dari proses yang akan dijalani. Oleh karena itu seorang guru perlu membuat perencanaan yang baik dan sistematik. Kemudian di laksanakan sesuai perencanaan yang telah dibuat. Proses yang ada didua aspek tersebut saling berkaitan satu sama lain dan tidak bisa dipisahkan dalam proses pembelajaran. Di antara aspek ini terdapat metode dalam penyampain materi ajar yang akan dibawakan oleh pendidik dalam hal ini seorang guru. Metode-metode yang digunakan minimal telah teruji keampuhannya atau menciptakan metode baru yang lebih baik lagi.

Tidak hanya mempunyai keahlian dalam menguasai materi ajar tapi seorang guru professional harus kreatif dan menciptakan hal-hal yang baru dalam mengajar. Dengan demikian siswa yang diajar tidak menjadi bosan dengan cara-cara yang sudah sering digunakan. Contohnya; media yang digunakan, observasi, dan pengubahan suasana kelas serta banyak cara-cara lain. Bagaimana seorang guru menyampaikan materi ajarnya ketika siswa tidak serius dalam menerima pelajaran!. Itu merupakan pertanyaan mendasar dan perlu di renungi oleh tiap guru. Karena pada realitanya sebagian besar dari siswa yang datang ke sekolah hanya untuk melebur tanggung jawab dalam keluarganya saja. Pemikiran seperti itu harus diubah oleh seorang guru terhadap siswanya. Guru harus menjadi motivator atau pemberi motivasi untuk merubah paradigma pemikiran siswa tersebut.

Beberapa faktor yang menjadikan kurangnya motivasi siswa dalam belajar adalah salah satunya faktor terbesar adalah lingkungan di luar sekolah dalam hal ini lingkungan rumah dan tempat bergaul. Lingkungan merupakan pengaruh besar dalam proses pembelajaran. Siswa akan lebih banyak pengaruh yang lebih menarik diluar lingkungan sekolah dalam hal positif dan kemungkinan besar mendapatkan pengaruh yang manarik yang bersifat negative. Contoh kasus; dengan maraknya game online dan internet. Hal ini akan lebih menarik disbanding menerima pelajaran. Oleh karena itu perlu sebuah terobosan baru dalam penyampaian materi ajar yang bisa lebih menarik di mata siswa. Dapat disimpulkan bahwa siswa akan banyak mendapat pengaruh dari luar lingkungan sekolah di banding dalam sekolah, itu karena waktu yang terbatas di sekolah dan proses pembelajaran yang tidak menarik.

Page 7: Profesionalisme Guru (Pak Sapto is the Best)

4

Faktor pengaruh berikutnya yang perlu dipahami oleh seorang guru terhadap karakter siswanya yang mendapat tekanan dari rumahnya sendiri. Contohnya; siswa yang merasa mendapat banyak masalah di lingkungan keluarganya sendiri, baik berupa taraf ekonomi yang kecil maupun kurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya. Hal ini merupakan masalah bagi guru dalam mencari solusi untuk siswa yang demikian. Dalam solusi perlu ada motivasi yang membawa siswa kepada semangat hidup yang lebih cerah.

Guru akan dikatakan professional ketika mampu mengubah pola pembelajaran yang selama ini monoton dan tak ada peningkatan yang berarti bahkan menurun menjadi lebih baik lagi dan meningkat seiring berjalannya waktu. Baik dari segi iman dan takwa ataupun ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini tertuang dalam prinsip professionalitas Undang-undang Guru dan Dosen No.14 tahun 2005 pasal 7 sebagai berikut;

1. Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut; a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealism; b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,

ketakwaan, dan akhlak yang mulian; c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan

bidang tugas; d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofessionalan; f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; g. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-

hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. 2. Pemberdayaan profesi guru atau pemberdayaan profesi dosen

diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajukan bangsa dan kode etik profesi.

Kemampuan atau kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru meliputi kemampuan pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi professional yang tentunya didapatkan dari pendidikan profesi. Oleh karena itu kompetensi guru dibarengi dengan tunjangan profesi, yang senantiasa menjadi semangat dan motivasi guru untuk lebih meningkatkan kompetensinya dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional. Sebagaimana yang disebutkan dalam undang-undang guru dan dosen No. 14 tahun 2005 pasal 14 tentang hak dan kewajiban yaitu; (a) dalam pelaksanaan tugas keprofesionalannya, guru berhak memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan kesejahteraan social. Dengan demikian tidak ada lagi alasan seorang guru bermasa bodoh dengan tugasnya untuk mengembangkan taraf pendidikan.

Page 8: Profesionalisme Guru (Pak Sapto is the Best)

5

Melihat kondisi yang terjadi sekarang ini, sebagian besar dari guru bersertifikiasi masih belum mampu professional dalam tugasnya. Dengan kata lain tunjangan yang diberikan sebagai guru professional tidak sesuai dengan harapan. Maka guru-guru yang demikian perlu ditinjau dan pembinaan lebih lanjut, serta pemeilihan yang lebih ketat dalam pemilihan guru yang professional.

Gaji adalah hak yang diterima oleh guru dan dosen atas pekerjaannya dari penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan dalam bentuk finansial secara berkala sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan imbalan tersebut, seorang guru harus sadara bahwa ada tanggung jawab yang besar di balik gaji yang besar pula. Selain hak-hak yang telah diterima oleh guru professional maka ada kewajiban yang mesti dijalani, hal ini diatur dalam undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen yang membahas hak dan kewajiban seorang guru;

Pasal 14

1. Dalam melaksanakan tugas professional, guru berhak; a. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan

kesejahteraan social; b. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan profesi

kerja; c. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan ha katas

kekayaan intelektual; d. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi; e. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran

untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan; f. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan

kelulusan, penghargaan dan/ atau sanksi peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru dan peraturan perundang-undangan;

g. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas;

h. Memiliki untuk berserikat dalam organisasi profesi; i. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan

pendidikan; j. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan

kualifikasi akademik dan kompetensi dan/atau; k. Memperoleh pelatihan dan pengembangan dalam bidangnya.

2. Ketentuan lebih lanjut mengenai hak guru sebagai mana yang dimaksud pada ayat (1) di atur dengan peraturan pemerintah.

Dan pada pasal 20 mengatur tentang kewajiban seorang guru;

Dalam melakukan tugas keprofesionalannya, guru berkewajiban;

a. Melaksanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran vyang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran

Page 9: Profesionalisme Guru (Pak Sapto is the Best)

6

b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni;

c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras dan kondisi fisik tertentu atau latar belakang keluarga dan status social ekonomi peserta didik dalam pembelajaran;

d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hokum dank ode etik guru, serta nilai agama dan etika; dan

e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Tugas seorang guru menjadi tanggung jawab yang besar, oleh karena itu pelaksanaannya meski dari motivasi atau semangat yang besar dalam pengembangan pendidikan di Indonesia. Bukan hanya melebur tanggung jawab, dengan hanya memberikan materi ajar kepada siswa ala kadarnya, tapi dengan sepenuh tenaga dan kemampuan memberikan yang terbaik. Oleh Karena itu harus seimbang antara gaji dan tunjangan dengan kompetensi seorang guru. Menjadi seorang guru merupakan panggilan jiwa yang dulunya guru atau tenaga pengajar adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Dimana pahlawan adalah seorang penyelamat dari suatu masalah yang sangat kritis, menuju kepada solusi yang lebih baik lagi. Dengan adanya tunjangan yang memadai sekarang ini, diharapakan bisa menjadi pendorong jiwa guru menciptakan kecerdasan berbangsa dan bernegara.

Page 10: Profesionalisme Guru (Pak Sapto is the Best)

7

BAB II

PROFESIONALISME GURU KEJURUAN

C. PROFESIONALISME GURU KEJURUAN SEBAGAI PILAR UTAMA PENDIDIKAN, MOTIVATOR, DINAMISATOR, DAN DIREKTOR SISTEM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH

Guru dalam pengertian sistem pendidikan Indonesia adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (pasal 1 ayat 1 UU No.14 Tahun 2005). Guru dalam konteks UU No.14 Tahun 2005 lebih memiliki makna sebagai pekerjaan atau kegiatan profesi yang lebih mendekati makna teacher. Profesi adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

Jika dikaitkan antara tujuan sekolah menengah kejuruan yang salah satunya adalah menciptakan tenaga kerja yang handal, maka seorang guru professional hendak memiliki dua kemampuan atau kompetensi, yakni kemampuan pedagogi, dan professional dalam bidangnya. Utamanya Guru SMK perlu mengetahui visi, misi dan tujuan dari SMK itu sendiri. Sebagai bahan acuan dalam mendidik dan mengembangkan potensi peserta didik. Berikut adalah visi misi dan tujuan dari Sekolah Menengah Kejuruan se Indonesia

Daoed Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (sivic mission). Jika dikaitkan pembahasan tentang kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan dengar logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika.

Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui oleh anak.

Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas manusiawi itu adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian tentang diri sendiri.

Usaha membantu kearah ini seharusnya diberikan dalam rangka pengertian bahwa manusia hidup dalam satu unit organik dalam keseluruhan integralitasnya seperti yang telah digambarkan di atas. Hal ini berarti bahwa tugas pertama dan kedua harus dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. Guru seharusnya dengan melalui pendidikan mampu membantu anak didik untuk mengembangkan daya berpikir atau penalaran sedemikian rupa sehingga mampu untuk turut serta secara kreatif dalam proses

Page 11: Profesionalisme Guru (Pak Sapto is the Best)

8

transformasi kebudayaan ke arah keadaban demi perbaikan hidupnya sendiri dan kehidupan seluruh masyarakat di mana dia hidup.

Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang baik, turut mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh bangsa dan negara lewat UUD 1945 dan GBHN.

Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan organis harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas saja tetapi seorang guru harus mampu menjadi katalisator, motivator dan dinamisator pembangunan tempat di mana ia bertempat tinggal.

Ketiga tugas ini jika dipandang dari segi anak didik maka guru harus memberikan nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang, pilihan nilai hidup dan praktek-praktek komunikasi. Pengetahuan yang kita berikan kepada anak didik harus mampu membuat anak didik itu pada akhimya mampu memilih nilai-nilai hidup yang semakin komplek dan harus mampu membuat anak didik berkomunikasi dengan sesamanya di dalam masyarakat, oleh karena anak didik ini tidak akan hidup mengasingkan diri. Kita mengetahui cara manusia berkomunikasi dengan orang lain tidak hanya melalui bahasa tetapi dapat juga melalui gerak, berupa tari-tarian, melalui suara (lagu, nyanyian), dapat melalui warna dan garis-garis (lukisan-lukisan), melalui bentuk berupa ukiran, atau melalui simbul-simbul dan tanda tanda yang biasanya disebut rumus-rumus.

Jadi nilai-nilai yang diteruskan oleh guru atau tenaga kependidikan dalam rangka melaksanakan tugasnya, tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan, apabila diutarakan sekaligus merupakan pengetahuan, pilihan hidup dan praktek komunikasi. Jadi walaupun pengutaraannya berbeda namanya, oleh karena dipandang dari sudut guru dan dan sudut siswa, namun yang diberikan itu adalah nilai yang sama, maka pendidikan tenaga kependidikan pada umumnya dan guru pada khususnya sebagai pembinaan prajabatan, bertitik berat sekaligus dan sama beratnya pada tiga hal, yaitu melatih mahasiswa, calon guru atau calon tenaga kependidikan untuk mampu menjadi guru atau tenaga kependidikan yang baik, khususnya dalam hal ini untuk mampu bagi yang bersangkutan untuk melaksanakan tugas profesional.

Selanjutnya, pembinaan prajabatan melalui pendidikan guru ini harus mampu mendidik mahasiswa calon guru atau calon tenaga kependidikan untuk menjadi manusia, person (pribadi) dan tidak hanya menjadi teachers (pengajar) atau (pendidik) educator, dan orang ini kita didik untuk menjadi manusia dalam artian menjadi makhluk yang berbudaya. Sebab kebudayaanlah yang membedakan makhluk manusia dengan makhluk hewan. Kita tidak dapat mengatakan bahwa hewan berbudaya, tetapi kita dapat mengatakan bahwa makhluk manusia adalah berbudaya, artinya di sini jelas kalau yang pertama yaitu training menyiapkan orang itu menjadi guru, membuatnya menjadi terpelajar, aspek yang kedua mendidiknya menjadi

Page 12: Profesionalisme Guru (Pak Sapto is the Best)

9

manusia yang berbudaya, sebab sesudah terpelajar tidak dengan sendininya orang menjadi berbudaya, sebab seorang yang dididik dengan baik tidak dengan sendininya menjadi manusia yang berbudaya.

Memang lebih mudah membuat manusia itu berbudaya kalau ia terdidik atau terpelajar, akan tetapi orang yang terdidik dan terpelajar tidak dengan sendirinya berbudaya. Maka mengingat pendidikan ini sebagai pembinaan pra jabatan yaitu di satu pihak mempersiapkan mereka untuk menjadi guru dan di lain pihak membuat mereka menjadi manusia dalam artian manusia berbudaya, kiranya perlu dikemukakan mengapa guru itu harus menjadi rnanusia berbudaya. Oleh kanena pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan; jadi pendidikan dapat berfungsi melaksanakan hakikat sebagai bagian dari kebudayaan kalau yang melaksanakannya juga berbudaya. Untuk menyiapkan guru yang juga manusia berbudaya ini tergantung 3 elemen pokok yaitu :

1. Orang yang disiapkan menjadi guru ini melalui prajabatan (initial training) harus mampu menguasai satu atau beberapa disiplin ilmu yang akan diajarkannya di sekolah melalui jalur pendidikan, paling tidak pendidikan formal. Tidak mungkin seseorang dapat dianggap sebagai guru atau tenaga kependidikan yang baik di satu bidang pengetahuan kalau dia tidak menguasai pengetahuan itu dengan baik. Ini bukan berarti bahwa seseorang yang menguasai ilmu pengetahuan dengan baik dapat menjadi guru yang baik, oleh karena biar bagaimanapun mengajar adalah seni. Tetapi sebaliknya biar bagaimanapun mahirnya orang menguasai seni mengajar (art of teaching), selama ia tidak punya sesuatu yang akan diajarkannya tentu ia tidak akan pantas dianggap menjadi guru.

2. Guru tidak hanya harus menguasai satu atau beberapa disiplin keilmuan yang harus dapat diajarkannya, ia harus juga mendapat pendidikan kebudayaan yang mendasar untuk aspek manusiawinya. Jadi di samping membiasakan mereka untuk mampu menguasai pengetahuan yang dalam, juga membantu mereka untuk dapat menguasai satu dasar kebudayaan yang kuat. Jadi bagi guru-guru juga perlu diberikan dasar pendidikan umum.

3. Pendidikan terhadap guru atau tenaga kependidikan dalam dirinya seharusnya merupakan satu pengantar intelektual dan praktis kearah karir pendidikan yang dalam dirinya (secara ideal kita harus mampu melaksanakannya) meliputi pemagangan. Mengapa perlu pemagangan, karena mengajar seperti juga pekerjaan dokter adalah seni. Sehingga ada istilah yang populer di dalam masyarakat tentang dokter yang bertangan dingin dan dokter yang bertangan panas, padahal ilmu yang diberikan sama. Oleh karena mengajar dan pekerjaan dokter merupakan art (kiat), maka diperlukan pemagangan. Karena art tidak dapat diajarkan adalah teknik mengajar, teknik untuk kedokteran. Segala sesuatu yang kita anggap kiat, begitu dapat diajarkan diakalau menjadi teknik. Akan tetapi

Page 13: Profesionalisme Guru (Pak Sapto is the Best)

10

kalau kiat ini tidak dapat diajarkan bukan berarti tidak dapat dipelajari. Untuk ini orang harus aktif mempelajarinya dan mempelajari kiat ini harus melalui pemagangan dengan jalan memperhatikan orang itu berhasil dan mengapa orang lain tidak berhasil, mengapa yang satu lebih berhasil, mengapa yang lain kurang berhasil.

VISI

Terwujudnya SMK bertaraf internasional, menghasilkan tamatan yang memiliki jati diri bangsa, mampu mengembangkan keunggulan lokal dan bersaing di pasar global

MISI

1. Meningkatkan Profesionalisme dan Good Governance SMK sebagai Pusat Pembudayaan Kompetensi

2. Meningkatkan Mutu Penyelenggaraan Pendidikan (8 SNP) 3. Membangun dan memberdayakan SMK Bertaraf Internasional sehingga

menghasilkan lulusan yang memiliki jati diri bangsa dan keunggulan kompetitif di pasar nasional dan global.

4. Memberdayakan SMK untuk Mengembangkan Potensi Lokal menjadi Keunggulan Komparatif

5. Memberdayakan SMK untuk Mengembangkan Kerjasama dengan Industri, PPPG, LPMP, dan Berbagai Lembaga Terkait

6. Meningkatkan Perluasan dan Pemerataan Akses Pendidikan Kejuruan yang Bermutu

TUJUAN

1. Mewujudkan Lembaga Pendidikan Kejuruan yang akuntabel sebagai Pusar Pembudayaan Kompetensi Berstandar Nasional

2. Mendidik Sumber Daya Manusia yang mempunyai etos kerja dan kompetensi berstandar internasional

3. Memberikan berbagai layanan Pendidikan Kejuruan yang permeabel dan flesibel secara terintegrasi antara jalur dan jenjang pendidikan

4. Memperluas layanan dan pemerataan mutu pendidikan kejuruan 5. Mengangkat keunggulan lokal sebagai modal daya saing bangsa

Sesuai dengan ungkapan “dari mana, untuk apa dan mau kemana”, jika dikaitkan dengan pendidikan, maka pendidikan harus diurai dengan jelas dari mana asalnya, dan untuk apa dilaksanakan pendidikan itu sendir, dan mau dikemanakan setelah melaksanakan pendidikan. Secara garis besarnya asal muasal pendidikan adalah bermula dari ketidaktahuan tentang ilmu pendidikan, sehingga timbul keinginan untuk mengetahui dan mengembangkannya lebih baik lagi secara berkesinambungan sesuai perkembangan zaman. Kemudian pendidikan terbagi dua yaitu formal dan

Page 14: Profesionalisme Guru (Pak Sapto is the Best)

11

informal yaitu pendidikan yang telah diatur oleh pemerintah yang memiliki tingkatan-tingkatan dan waktu pendidikan (formal) dan pendidikan yang terbentuk atas inisiatif dari perorangan atau kelompok tertentu yang sistemnya tidak diatur oleh pemerintah (informal). Kedua macam pendidikan ini bertujuan yang sama yaitu mengembangkan potensi baik yang bersifat umum, maupun bersifat khusus (teknologi). Sesuai dengan pancasila tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara. Maka timbul pertanyaan selanjutnya, mau di kemanakan orang-orang yang telah melewati tahap demi tahap dari pendidikan. Pertanyaan ini masih merupakan tanda Tanya besar bagi kita semua. Meskipun visi, misi dan tujuan dari pendidikan itu jelas akan tetapi bukan jaminan bahwa akan ada langkah selanjutnya. Itu tergantung dari orang-orang yang menjalani pendidikan itu sendiri dan komitmen yang jelas dari pemerintah tentang jaminan setelah melaksanakan pendidikan.

Sekolah bertaraf internasional (SBI) merupakan sebuah jenjang sekolah nasional di Indonesia dengan standar mutu internasional. Proses belajar mengajar di sekolah ini menekankan pengembangan daya kreasi, inovasi, dan eksperimentasi untuk memacu ide-ide baru yang belum pernah ada. Pengembangan SBI di Indonesia didasari oleh Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 50 Ayat 3 yang berbunyi Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional.. Dalam ketentuan ini, pemerintah didorong untuk mengembangkan satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Standar internasional yang dituntut dalam SBI adalah Standar Kompetensi Lulusan, Kurikulum, Prosees Belajar Mengajar, SDM, Fasilitas, Manajemen, Pembiayaan, dan Penilaian standar internasional[1] Dalam SBI, proses belajar mengajar disampaikan dalam dua bahasa yaitu bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.

Utamanya di SMK yang berbasis teknologi, system perkembangan pendidikannya harus sesuai dengan perkembangan teknologi secara internasional. Jika tidak, maka akan tertinggal jauh dari perkembangan teknologi. Dan itu telah terjadi di Indonesia, masyarakat Indonesia hanya menjadi konsumtor, bukan sebagai pencipta. Melihat kondisi Negara ini yang kaya akan sumber daya alam (SDA), tapi kurang dalam sumber daya manusia (SDM) yang penyebab utamanya adalah pendidikan yang sangat tertinggal jauh dari pendidikan tingkat internasional. Masalah ini tak lepas dari peran seorang guru sebagai pengembang pendidikan.

Page 15: Profesionalisme Guru (Pak Sapto is the Best)

12

1. Guru Sebagai Pilar Utama Pendidikan di SMK

Sebagai guru yang professional perlu sebuah strategi dalam mengajar, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refeleksi dengan tujuan agar proses pembelajaran dapat terstruktur dengan baik. Secara khusus kegiatan belajar dilakukan oleh siswa dan kegiatan mengajar dilakukan oleh guru. Belajar adalah merupakan suatu peroses perubahan kegiatan dan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan tersebut tidak dapat dikatakan belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan. Akan tetapi perubahan itu diperoleh melalui pengalaman (latihan) bukan dengan sendirinya berubah karena kematangan atau keadaan sementara. Kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dapat dikelompokkan menjadi, kegiatan menghafal, menggunakan atau mengaplikasikan dan adanya penemuan baru dalam pengembangan apa yang telah di ajarkan serta memilih untuk berbuat atau tidak berbuat. Menurut teori taxonomi hasil belajar siswa dibedakan dalam tiga aspek yaitu, aspek kognitif (kemampuan yang berhubungan dengan berfikir, mengetahui dan memecahkan masalah seperti pengetahuan komprehensif, aplikatif, sintesis, analisis dan evaluatif), aspek afektif (berhubungan dengan sikap, nilai, minat dan apresisasi), aspek psikomotorik (berkaitan dengan keterampilan yang bersifat manual atau motorik).

Sedangkan mengajar adalah kegiatan paling pokok dari semua bidang yang ada dalam pembelajaran. Mengajar merupakan interaksi edukatif antara dua unsur manusiawi yaitu siswa sebagai pihak yang belajar dan guru adalah pihak yang mengajar. Interaksi tersebut dapat berjalan karena adanya hal-hal berikut;

a. Tujuan, merupakan sasaran dalam interaksi pembelajaran. Atau suatu kegiatan pasti dilakukan atas tujuan tertentu;

b. Ada suatu prosedur yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang akan dilaksanakan;

c. Interaksi pembelajaran ditandai dengan suatu penggarapan materi yang khusus. Materi didesain sehingga dapat mencapai tujuan dan dipersiapkan sebelum berlangsungnya interaksi pembelajaran;

d. Adanya aktifitas siswa. Siswa sebagai pusat pembelajaran, maka aktifitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya interaksi pembelajaran;

e. Dalam interaksi pembelajaran, guru berperan sebagai pembimbing. Guru memberikan motivasi agar terjadi agar terjadi proses interaksi dan sebagai mediator dalam proses pembelajaran

f. Ada batas waktu. Setiap tujuan diberi batasan waktu tertentu, kapan itu harus dicapai;

Page 16: Profesionalisme Guru (Pak Sapto is the Best)

13

g. Unsur penialaian, untuk mengetahui atau mengukur sejauh mana tingakatan proses pembelajaran, apakah sudah memenuhi tujuan dari pembelajaran.

Perlu kita ketahui bersama bahwa proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni, faktor guru, kurikulum, tujuan yang ingin dicapai, sarana, lingkungan dan siswa itu sendiri. Dari sekian banyak faktor ini, faktor guru mempunyai peranan yang lebih menentukan daripada faktor lain tanpa mengurangi faktor kondisi siswa yang dihadapi.

Di samping perencanaan guru yang memadai untuk pelaksanaan pembelajaran dipengaruhi oleh sikap guru dalam mengelola pembelajaran, keberhasilan pembelajaran, keterampilan guru mengajukan pertanyaan, pengetahuan guru dan keterampilannya dalam menggunakan media dan masih banyak faktor pendukung lain yang dapat mendorong terjadinya proses belajar yang lebih baik.

Ada beberapa hal yang menjadi komponen pendukung keberhasilan proses pembelajaran, dan perlu diperhatikan oleh calon guru, sebagai berikut; a. Sikap Guru dalam Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran, seorang guru dikatakan baik apabila hasil pembelajaran yang dicapai sesuai dengan tujuan pendidikan. Dengan kata lain, seorang guru yang efektif adalah bila guru berhasil membawa anak didik menjadi manusia yang memiliki ketakwaan kepada Tuhan, memiliki kepribadian, mampu mengikuti perkembangan, terampil, dinamis dan kreatif dengan tidak melepaskan diri dari dasar-dasar kepentingan bangsa, Negara dan tanah air pada situasi apapun.

Adapun ciri-ciri guru yang baik, adalah;

1) Guru mampu menghubungkan materi dan lingkungannya; 2) Bersikap dapat menyesuaikan dengan situasi; 3) Di dalam mengajar bertitik tolak pada siswa; 4) Menggunakan cara memberi pertanyaan dengan baik; 5) Berkemauan melakukan percobaan untuk mendapatkan sesuatu

yang baru; 6) Dalam mengajar menunjukkan gaya sendiri; 7) Mempersiapkan ujian dengan baik; 8) Bersedia membantu belajar siswa; 9) Memancarkan sikap yang bersahabat, dalam mengajar tidak

harus selalu formal.

Guru yang baik menunjukkan ciri-ciri di atas ditunjang oleh kemampuannya dalam hal-hal berikut;

1) Menguasai dengan baik bidang pengetahuan yang diajarkannya

Page 17: Profesionalisme Guru (Pak Sapto is the Best)

14

2) Membuat persiapan tertulis yang meliputi; Perumusan tujuan pembelajaran; Perencanaan pembelajaran; Perencanaan penggunaan alat bantu; Memilih materi pembelajaran; Pemilihan dan penggunaan metode; Penysunan alat evaluasi Kerapian menulis dalam buku persiapan

3) Pelaksanaan mengajar meliputi; Membuka dan menutup pelajaran; Gaya dan antusiasme mengajar; Penggunaan bahan ilustrasi dan contoh; Pemberian motivasi; Cara mengajukan pertanyaan; Kualitas kejelasan yang diberikan; Cara menjawab pertanyaan; Perhatian terhadap individu siswa; Pemberian tugas; Disiplin kelas; Kualitas interaksi pembelajaran; Penggunaan alat peraga; Kualitas tulisan di papan tulis (jika perlu).

b. Ketetapan Bahasa Melalui bahasa, apa yang dipikirkan seseorang dapat

dikomunikasikan kepada orang lain. Dari bahasa dapat tercermin pikiran seseorang. Sebagai pengajar yang salah satu tugasnya adalah sebagai fasilitator, menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh siswa, informasi tersebut akan diterima dengan baik kalau benar, jelas dan mudah dimengerti.

c. Pengelolaan kelas Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika

guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasan yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu, juga hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya prosespembelajaran yang efektif.

Kondisi pembelajaran yang memberikan konstribusi secara positif dapat berupa aspek-aspek berikut; 1) Kondisi fisik 2) Kondisi Emosional 3) Aspek Administrasi

Page 18: Profesionalisme Guru (Pak Sapto is the Best)

15

2. Guru sebagai Motivator Guru sebagai motivator artinya guru sebagai pendorong siswa

dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi, hal ini bukan disebabkan karena memiliki kemampuan yang rendah, akan tetapi disebabkan tidak adanya motivasi belajar dari siswa sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya. Dalam hal seperti di atas guru sebagai motivator harus mengetahui motif-motif yang menyebabkan daya belajar siswa yang rendah yang menyebabkan menurunnya prestasi belajarnya. Guru harus merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk membangkitkan kembali gairah dan semangat belajar siswa. Proses pembelajaran akan lebih berhasil jika siswa memiliki motivasi dalam belajar, maka guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa. Wina Sanjaya mengemukakan beberapa petunjuk upaya guru dalam memberikan motivasi belajar , yaitu sebagai berikut : a. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai

Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham ke arah mana ia ingin dibawa. Pemahaman siswa tentang tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi belajar.

b. Membangkitkan minat siswa Beberapa cara yang dapat dilakukan minat belajar siswa di antaranya : 1) Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan

kebutuhan siswa. 2) Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan

kemampuan siswa. 3) Gunakan pelbagai model dan strategi pembelajaran secara

bervariasi. c. Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar. Siswa hanya

mungkin dapat belajar dengan baik, manakala ada dalam suasana yang menyenangkan, merasa aman bebas dari rasa takut.

d. Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa. Motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Memberikan pujian yang wajar merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memberikan penghargaaan.

e. Berikan penilaian. Banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai bagus. Untuk itu mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian siswa nilai dapat menjadi motivasi yang kuat untuk belajar.

f. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa

Page 19: Profesionalisme Guru (Pak Sapto is the Best)

16

3. Guru Sebagai Dinamisator

Peran sebagai dinamisator, bermakna setiap guru memiliki kemampuan untuk mendorong peserta didik ke arah pencapaian tujuan dengan penuh kearifan, kesabaran, cekatan, cerdas dan menjunjung tinggi spiritualitas

4. Guru sebagai Direktor Sistem Pembelajaran di Sekolah Pada asasnya, fungsi atau peranan penting guru dalam PBM

ialah sebagai “director of learning”(direktur belajar). Artinya, setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai mangarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar (kinerja akademik) sebagaimana yang telah ditetapkan dalam sasaran kegiatan PBM. Dengan demikian, semakin jelaslah bahwa peran guru dalam dunia pendidikan modern seperti sekarang ini semakin meningkat dari sekedar pengajar menjadi direktur belajar. Konsekuensinya, tugas dan tanggung jawab guru pun menjadi lebih komplek dan berat pula. Perluasan tugas dan tanggung jawab guru tersebut membawa konsekuensi timbulnya fungsi-fungsi khusus yang menjadi bagian integral (menyatu) dalam kompetensi profesionalisme keguruan yang disandang oleh para guru. Menurut Gagne, setiap guru berfungsi sebagai: a. designer of intruction (perancang pengajaran) b. manager of instruction (pengelolah pengajaran) c. evaluator of student learning (penilai prestasi belajar siswa).

Page 20: Profesionalisme Guru (Pak Sapto is the Best)

17

B. IMPLIKASI PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU KEJURUAN DALAM PRAKTEK SISTEM PENDIDIKAN

Dalam ilmu Sosiologi kita biasa menemukan dua istilah yang akan selalu berkaitan, yakni ‘’status’’ (merupakan sebuah peringkat, kedudukan atau posisi seseorang dalam suatu kelompok, atau posisi suatu kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lain) dan ‘’peran sosial’’ (merupakan sebuah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu status tertentu tersebut) di dalam masyarakat.

Status sebagai guru, atau kedudukan sebagai guru dapat dipandang sebagai yang tinggi atau rendah, tergantung di mana ia berada. Sedangkan perannya yang berkedudukan sebagai pendidik seharusnya menunjukkan kelakuan yang layak sesuai harapan masyarakat, dan guru diharapkan berperan sebagai teladan dan rujukan dalam masyarakat dan khususnya anak didik yang dia ajar. Guru tidak hanya memiliki satu peran saja, ia bisa berperan sebagai orang yang dewasa, sebagai seorang pengajar dan sebagai seorang pendidik, sebagai pemberi contoh dan sebagainya. 1. Peranan Guru di Sekolah

Peranan guru terhadap murid-muridnya merupakan peran vital dari sekian banyak peran yang harus ia jalani. Hal ini dikarenakan komunitas utama yang menjadi wilayah tugas guru adalah di dalam kelas untuk memberikan keteladanan, pengalaman serta ilmu pengetahuan kepada mereka. Begitupun peranan guru atas murid-muridnya tadi bisa dibagi menjadi dua jenis menurut situasi interaksi sosial yang mereka hadapi, yakni : (1). Situasi formal dalam proses belajar mengajar di kelas dan, (2). Situasi informal di luar kelas.

Dalam situasi formal, seorang guru harus bisa menempatkan dirinya sebagai seorang yang mempunyai kewibawaan dan otoritas tinggi, guru harus bisa menguasai kelas dan bisa mengontrol anak didiknya. Hal ini sangat perlu guna menunjang keberhasilan dari tugas-tugas guru yang bersangkutan yakni mengajar dan mendidik murid-muridnya. Hal-hal yang bersifat pemaksaan pun kadang perlu digunakan demi tujuan di atas. Misalkan pada saat guru menyampaikan materi belajar padahal waktu ujian sangat mendesak, pada saat bersamaan ada seorang murid ramai sendiri sehingga menganggu suasana belajar mengajar di kelas, maka guru yang bersangkutan memaksa anak tadi untuk diam sejenak sampai pelajaran selesai dengan cara-cara tertentu.

Tentunya hal di atas juga harus disertai dengan adanya keteladanan dan kewibawaan yang tinggi pada seorang guru. Keteladanan sangatlah penting. Hal ini sejalan dengan teori “Mekanisme Belajar” yang disampaikan David O Sears (1985) bahwa ada tiga mekanisme umum yang terjadi dalam proses belajar anak.

Pertama : Asosiasi atau classical conditioning ini berdasarkan dari percobaan yang dilakukan Pavlov pada seekor anjing. Anjing tersebut belajar mengeluarkan air liur pada saat bel berbunyi karena

Page 21: Profesionalisme Guru (Pak Sapto is the Best)

18

sebelumnya disajikan daging setiap saat terdengar bel. Setelah beberapa saat, anjing itu akan mengeluarkan air liur bila terdengar bunyi bel meskipun tidak disajikan daging, karena anjing tadi mengasosiasikan bel dengan daging. Kita juga belajar berperilaku dengan asosiasi. Misalnya, kata “Nazi” biasanya diasosiasikan dengan kejahatan yang mengerikan. Kita belajar bahwa Nazi adalah jahat karena kita telah belajar mengasosiasikannya dengan hal yang mengerikan.

Kedua : Reinforcement, orang belajar menampilkan perilaku tertentu karena perilaku itu disertai dengan sesuatu yang menyenangkan dan dapat memuaskan kebutuhan (atau mereka belajar menghindari perilaku yang disertai akibat-akibat yang tidak menyenangkan). Seorang anak mungkin belajar membalas penghinaan yang diterimanya di sekolah dengan mengajak berkelahi si pengejek karena ayahnya selalu memberikan pujian bila dia membela hak-haknya. Seorang mahasiswa juga mungkin belajar untuk tidak menentang sang professor di kelas karena setiap kali dia melakukan hal itu, sang professor selalu mengerutkan dahi, tampak marah dan membentaknya kembali.

Ketiga : Imitasi. Seringkali orang mempelajari sikap dan perilaku sosial dengan meniru sikap dan perilaku yang menjadi model. Seorang anak kecil dapat belajar bagaimana menyalakan perapian dengan meniru bagaimana ibunya melakukan hal itu. Anak-anak remaja mungkin menentukan sikap politik mereka dengan meniru pembicaraan orang tua mereka selama kampanye pemilihan umum. Imitasi ini bisa terjadi tanpa adanya reinforcement eksternal dan hanya melalui observasi biasa terhadap model.

Di antara ketiga macam mekanisme belajar di atas, imitasi adalah mekanisme yang paling kuat. Dalam banyak hal anak-anak cenderung meniru perilaku orang dewasa dan selain orang tua si anak, guru di sekolah merupakan orang dewasa terdekat kedua bagi mereka. Bahkan di zaman sekarang ini banyak terjadi kasus anak lebih mempunyai kepercayaan terhadap guru dibanding pada orang tua mereka sendiri. Maka dari itulah seorang guru harus bisa menunjukkan sikap dan keteladanan yang baik di hadapan murid-muridnya, biar dikemudian hari tidak akan ada istilah ‘guru kencing berdiri, murid kencing berlari’.

Selain keteladanan, kewibawaan juga perlu. Dengan

kewibawaan guru menegakkan disiplin demi kelancaran dan ketertiban proses belajar mengajar. Dalam pendidikan, kewibawaan merupakan syarat mutlak mendidik dan membimbing anak dalam perkembangannya ke arah tujuan pendidikan. Bimbingan atau pendidikan hanya mungkin bila ada kepatuhan dari pihak anak dan kepatuhan diperoleh bila pendidik mempunyai kewibawaan.

Page 22: Profesionalisme Guru (Pak Sapto is the Best)

19

Kewibawaan dan kepatuhan merupakan dua hal yang komplementer untuk menjamin adanya disiplin (S. Nasution, 1995).

2. Peran Guru di Masyarakat Peranan guru dalam masyarakat tergantung pada gambaran

masyarakat tentang kedudukan guru dan status sosialnya di masyarakat. Kedudukan sosial guru berbeda di negara satu dengan negara lain dan dari satu zaman ke zaman lain pula. Di negara-negara maju biasanya guru di tempatkan pada posisi sosial yang tinggi atas peranan-peranannya yang penting dalam proses mencerdaskan bangsa. Namun keadaan ini akan jarang kita temui di negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Sebenarnya peranan itu juga tidak terlepas dari kualitas pribadi guru yang bersangkutan serta kompetensi mereka dalam bekerja. Pada masyarakat yang paling menghargai guru pun akan sangat sulit untuk berperan banyak dan mendapatkan kedudukan sosial yang tinggi jika seorang guru tidak memiliki kecakapan dan kompetensi di bidangnya. Ia akan tersisih dari persaingan dengan guru-guru lainnya. Apalagi guru-guru yang tidak bisa memberikan keteladanan bagi para muridnya, sudah barang tentu ia justru menjadi bahan pembicaraan orang banyak. Jika dihadapan para muridnya seorang guru harus bisa menjadi teladan, ia pun dituntut hal yang sama di dalam berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Kenapa demikian ? Karena hal tersebut sesuai pula dengan kedudukan mereka sebagai agent of change yang berperan sebagai inovator, motivator dan fasilitator terhadap kemajuan serta pembaharuan.

Dalam masyarakat, guru adalah sebagai pemimpin yang menjadi panutan atau teladan serta contoh (reference) bagi masyarakat sekitar. Mereka adalah pemegang norma dan nilai-nilai yang harus dijaga dan dilaksanakan. Ini dapat kita lihat bahwa betapa ucapan guru dalam masyarakat sangat berpengaruh terhadap orang lain. Ki Hajar Dewantoro menggambarkan peran guru sebagai stake holder atau tokoh panutan dengan ungkapan-ungkapan Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.

Ing ngarsa sung tulada : "(yang) di depan memberi teladan/contoh"

Ing madya mangun karsa : "(yang)" di tengah membangun prakarsa/ semangat"

Tut wuri handayani : ("dari belakang mendukung"). (http://id.wikipedia.org).

Ketiga prinsip tersebut sampai sekarang masih tetap dipakai sebagai panduan dan pedoman dalam dunia pendidikan di Indonesia.

Dengan ketiga prinsip tersebut, tampak jelas bahwa guru memang sebagai “pemeran aktif”, dalam keseluruhan aktivitas masyarakat sercara holistik. Tentunya para guru harus bisa memposisikan dirinya sebagai agen yang benar-benar membangun,

Page 23: Profesionalisme Guru (Pak Sapto is the Best)

20

sebagai pelaku propaganda yang bijak dan menuju ke arah yang positif bagi perkembangan masyarakat. (T. Raka Joni, 1984).

Page 24: Profesionalisme Guru (Pak Sapto is the Best)

21

BAB III

KESIMPULAN

Setiap tahunnya, ada 4,8 juta anak Indonesia yang belajar di sekolah dasar. Jumlah pelajar ini menurun seiring meningkatnya masa belajar, hanya ada 3,8 juta anak yang belajar di SMP. Sementara jumlah anak yang belajar di SMA turun lagi menjadi 2,6 juta setiap tahunnya. Hampir setengah dari anak Indonesia yang bersemangat untuk datang ke sekolah saat usianya masih 6 tahun tidak bisa menyelesaikan pendidikannya hingga tuntas. Jumlah yang drop out sekolah itu 2,2 juta setiap tahunnya, statistik yang mengerikan.1

Padahal Indonesia sedang berada dalam persimpangan, saat ini kita memiliki bonus demografi. Enam puluh tujuh persen penduduk negeri ini berada dalam masa produktif—dan diperkirakan akan terus berlangsung sampai tahun 2035. Bonus demografi ini potensi besar bagi Indonesia. Beberapa negara yang mampu memanfaatkan bonus demografi dengan baik telah tumbuh menjadi negara maju, bahkan ada yang berasal dari kondisi lebih miskin dari Indonesia.

Utamanya dalam Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), di mana sekolah ini dapat membawa Indonesia ke tempat yang lebih baik dengan peningkatan kualitas siswa yang ada di dalamnya. Seiring perkembangan teknologi yang makin hari makin memperlihatkan eksistensinya dan perkembangannya. Oleh karena itu Indonesia harus mengikuti perkembangan tersebut, dengan meningkatkan kualitas pendidikan. SMK mencetak generasi muda yang siap kerja. Bukan hanya itu, tapi mampu menjadi pencipta. Semuaanya itu tak lepas dari peran seorang guru. Sudah sewajarnya guru harus sadar akan hal ini, dan menjadikan motivasi untuk membawa Indonesia lebih maju dan meningkat baik dari segi ekonominya maupun dari segi teknologinya.

Indonesia telah menjadi bagian terbelakang dalam hal pendidikan. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah mulai dari perubahan kurikulum serta perubahan undang-undang yang mengatur pendidikan. Tapi Indonesia tak kunjung memperlihatkan perubahan yang signifikan.

Guru adalah panggilan hati, yang betul-betul berkomitmen untuk satu tujuan. Semangat pendidikan yang harus kita bawa itu seharusnya semangat memberikan dan mendapatkan pendidikan bagi seluruh anak Indonesia. Bukan untuk mengejar peringkat dalam bidang tertentu, berkompetisi dengan negara lain, atau semata-mata dikenal sebagai negara yang maju. Semangat pendidikan untuk semua itu ada agar kita bisa membentuk Indonesia yang lebih baik dari hari ini. Karena hanya dengan pendidikanlah, generasi penerus dapat membentuk masa depan yang lebih baik .

Page 25: Profesionalisme Guru (Pak Sapto is the Best)

22

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_Taman_Siswa

http://www.ppimaroko.org/index.php?option=com_content&view=article&id=121:kedudukan-dan-peranan-guru-di-sekolah-dan-masyarakat%20&catid=44:ke-ppi-an&Itemid=71

Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran. Jogjakarta; Ar-Ruzz Media

T. Raka Joni, dkk., Wawasan Kependidikan Guru, Jakarta: Depdikbud, 1984.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional

.