prof. h. rozali abdullah, sh. · ucapan terimakasih kepada gubernur-gubernur jambi terdahulu, yaitu...
TRANSCRIPT
Prof. H. Rozali Abdullah, SH.
2012
i
Sambutan Gubernur Jambi
Assalamu’alaikum Wr. Br.
Saya menyambut baik penulisan
perjuangan gigih rakyat Jambi dalam
mempertahankan gugusan Pulau
Berhala oleh Prof. H. Rozali
Abdullah, SH ini. Saya merasakan denyut dan getar
perjuangan secara faktual karena sebagai Gubernur saya
pun berada dalam pusaran perjuangan yang telah
mengambil masa puluhan tahun (1986-2011) untuk
mendapatkan kemantapan Legal Justice terhadap
kepemilikan gugusan Pulau Berhala dari institusi yang
ii
berwenang, untuk memutuskan masalah perbatasan
wilayah tersebut.
Apapun bentuk hingar bingar polemik, kita
meyakini alur kesejarahan dan hukum positif akan
memberi jalan mendapatkan pembenaran yang secara
legowo, diterima oleh semua pihak tanpa harus merasa
kalah atau menang dalam lingkup serumpun melayu dan
bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Saya
sebagai Pimpinan Pemerintahan dan bagian dari rakyat
masyarakat Jambi, menyampaikan penghargaan dan
ucapan terimakasih kepada Gubernur-Gubernur Jambi
terdahulu, yaitu Bapak Masjchun Sofwan, Bapak
Abdurrahman Sayoeti (Alm), dan Bapak Zulkifli Nurdin
yang telah memprakarsai pembentukan Tim Asistensi
dan tim kecil (yang masih tetap eksis sampai saat ini),
Soedarsono H dan semua pihak yang telah ikut serta
dalam berbagai upaya memperjuangkan gugusan Pulau
Berhala sebagai bagian wilayah Provinsi Jambi.
iii
Buku ini merekan perjalanan tersebut sebagai
penanda dan pertanggungjawaban sebagaimana tertulis
dalam pengantar penulisnya, Prof. H. Rozali Abdullah,
SH. Hemat saya tulisan ini akan sangat bermanfaat bagi
kita dan sekaligus sebagai perwujudan, bahwa kita tidak
melupakan sejarah dan kita pulalah yang membuat dan
mengisi sejarah ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarkatuh.
Gubernur Provinsi Jambi,
d.t.o.
H. Hasan Basri Agus
iv
Sambutan Gubernur Jambi Periode tahun
1999 s/d 2005 dan 2005 s/d 2010
Drs. H. Zulkifli Nurdin
Assalamu’alaikum Wr. Br.
Dengan rasa hormat kepada Bapak
Masjchun Sofwan dan Bapak H.
Abdurrahman Sayoeti (Alm) sebagai
Gubernur di masa saya sebelum
dipercaya menjabat Gubernur Jambi, di mana upaya
kedua beliau itu, telah menebalkan tekad saya untuk
meningkatkan efektivitas kejuangan Pemerintah
Provinsi Jambi dalam mewujudkan keutuhan wilayah
Provinsi Jambi.
Pada awal masa jabatan saya selaku Gubernur,
telah meneruskan secara tertulis berbagai argumentasi
pada Menteri Dalam Negeri sebagai bahan penetapan
v
yang tampaknya memakan waktu juga. Pada tahun 2002
saya membentuk Tim Asistensi Pulau Berhala yang
terdiri dari berbagai unsur Pemerintah dan non
Pemerintah, serta tim kecil untuk lebih mendalami
berbagai naskah dan dokumen yang berkaitan erat
dengan gugusan Pulau Berhala. Kemudian melalui tim
itulah berbagai pertemuan telah dilakukan dan saya
semakin berkeyakinan, upaya-upaya yang dilakukan
akan berjalan kendati memakan waktu yang lama dan
berliku-liku, namun akan bermuara pada penyelesaian
sesuai ketentuan yang berlaku.
Dengan keterbatasan di masa jabatan
kepemimpinan saya, pada peralihan kepejabatan baru
Gubernur Jambi, yaitu Adinda H. Hasan Basri Agus dan
pasangannya H. Fachrori Umar, perjuangan pengukuhan
gugusan Pulau Berhala ini saya titipkan untuk semakin
digencarkan. Alhamdulillah upaya itu telah kita capai,
tetapi kita tidak perlu terlalu bereforia karena pihak
vi
lainpun akan berbuat maksimal untuk
mementahkannya.
Saya menyambut baik dan mendukung upaya Prof.
H. Rozali Abdullah, SH, yang telah merekam perjalanan
Jambi untuk meraih pengukuhan gugusan Pulau Berhala
sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam wilayah
Provinsi Jambi. Dan ini menjadi referensi yang sangat
berharga bagi generasi muda kita dan pihak-pihak lain,
dalam menyikapi sejarah dan ketata Pemerintahan
Provinsi Jambi.
Selamat dan salam.
Wassalmu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Mantan Gubernur Jambi
d.t.o.
H. Zulkifli Nurdin
vii
DAFTAR ISI Halaman
Sambutan Gubernur Jambi ………………………………….
Drs. H. Zulkifli Nurdin ............................................................
Daftar Isi …………………………………………………………….
Kata Pengantar ……………………………………………………
BAB I Pendahuluan ……………………………………………..
BAB II Gugusan Pulau Berhala ……………………………..
BAB III Status Gugusan Pulau Berhala dilihat dari
beberapa aspek …………………………………………………...
BAB IV Penyelesaian Sengketa Gugusan Pulau
Berhala …………………………....................................................
BAB V Penutup ……………………………………………………
Apendix ………………………………………………………………
Daftar Pustaka ……………………………………………………
Daftar Undang-Undang ……………………………………….
Riwayat Hidup Penulis ……………………………………….
LAMPIRAN
i
iv
vii
viii
1
53
70
100
123
126
132
134
135
viii
KATA PENGANTAR
Sudah cukup panjang waktu yang dilalui, sudah
cukup sering pertemuan diadakan dan sudah cukup
banyak bukti yang diserahkan, sekarang tinggal
menunggu tekad dan keberanian Menteri Dalam Negeri
untuk memutus sengketa gugusan Pulau Berhala.
Berdasarkan bukti-bukti di masa lalu dan berdasarkan
undang-undang yang berlaku, rakyat Jambi yakin
seyakin-yakinnya, bahwa gugusan Pulau Berhala adalah
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
wilayah Provinsi Jambi.
Buku ini sengaja ditulis sebagai
pertanggungjawaban kepada masyarakat dan generasi
yang akan datang, bahwa rakyat Jambi telah berjuang
dengan gigih, sesuai kemampuan yang ada, untuk
mempertahankan agar gugusan Pulau Berhala tetap
berada dalam wilayah Provinsi Jambi. Perjuangan ini
ix
dimotori oleh Pemerintah Provinsi Jambi dengan
melibatkan DPRD Provinsi Jambi, Lembaga Adat
Provinsi Jambi, serta tokoh masyarakat dan para
akademisi/pakar yang terlibat secara langsung dalam
Tim Asistensi Pulau Berhala.
Oleh karena itu, tidak boleh ada yang mengklaim,
bahwa perjuangan ini adalah berkat jasa seseorang atau
segelintir orang. Mereka, sejak dari Gubernur Maschun
Sjofwan, sampai dengan Gubernur Hasan Basri Agus,
Pemerintah Provisi Jambi, DPRD, Lembaga Adat, dan
Tim Asistensi Pulau Berhala beserta Tim Sekretariatnya,
telah bejuang dengan sungguh-sungguh, dalam waktu
yang cukup panjang dengan mencurahkan pikiran,
waktu dan tenaga.
Mereka bekerja tanpa pamrih, semata-mata demi
kecintaannya terhadap Jambi. Anggota Tim Asistensi
misalnya, telah bekerja mencari/mengumpulkan bahan-
bahan yang diperlukan, menganalisisnya, menyusun
x
laporan/makalah untuk disampaikan kepada Menteri
Dalam Negeri, Komisi II DPR-RI dan pihak-pihak lain
yang terkait. Mereka menghadiri pertemuan-
pertemuan/rapat-rapat itu dilakukan tanpa diberi
honorarium ataupun uang lelah. Mereka hanya diberi
uang perjalanan dinas sesuai ketentuan yang berlaku,
bila diberangkatkan ke Jakarta untuk menghadiri suatu
pertemuan. Itupun diinapkan di Mes Pemda Jambi.
Apabila dalam buku ini disebut-sebut Hotel Grand
Mulia, Hotel Borobudur, itu hanya sekadar tempat
pertemuan selama beberapa jam. Hal ini perlu
disampaikan untuk menepis tudingan dari pihak
tertentu yang mengatakan bahwa, “Tim Asistensi Pulau
Berhala telah menghambur-hamburkan uang rakyat”.
Kepada Gubernur Jambi, Bapak Hasan Basri Agus,
penulis mengucapkan terimakasih yang setulus-
tulusnya, atas kesediaan beliau memberikan kata
sambutan dalam buku ini, di samping kesediaan beliau
xi
memfasilitasi penerbitan buku ini. Terimakasih juga
disampaikan kepada satu-satunya teman sepemikiran,
Sdr. Drs. H. Junaidi T. Noor, yang telah banyak
membantu dalam proses penyusunan buku ini, di mana
beliau bertindak sebagai konstributor ahli, dan sekaligus
sebagai editor, sesuai dengan bidang ilmunya, yaitu
administrasi/pemerintahan serta sejarah/kebudayaan.
Terimakasih juga disampaikan kepada Sdr. A. Husin, SE,
staf Biro Pemerintahan Provinsi Jambi, yang tidak
bosan-bosannya mencari/mengumpulkan bahan-bahan
yang diperlukan dalam penulisan buku ini.
Terimakasih juga disampaikan kepada cucu
tersayang Rizta Insani Ramadhanty, siswa kelas I, SMP
11 Jambi, yang telah banyak membantu dalam proses
pengetikkan. Dan tak lupa pula ucapan terimakasih
disampaikan kepada sahabat terdekat, di STISIP NH
Jambi, Sdr. Ray Franandes, S.Sos, yang biasanya dimintai
bantuan untuk memfinalisasi teknik pengetikan naskah.
xii
Bantuan ini sangat diperlukan, karena penulis adalah
tergolong orang yang memperlakukan laptop tidak lebih
sebagai mesin ketik.
Penghargaan juga perlu disampaikan kepada istri
dan anak-anak tercinta, yang selalu memberi dorongan,
agar saya selalu menjadi orang yang berguna, walaupun
sudah memasuki usia senja.
Sekian, semoga buku yang sederhana ini, bisa
bermanfaat bagi kita semua. Wassalam, terimakasih.
Telanaipura, Medio Agustus 2011.
Penulis
Prof. H. Rozali Abdullah, SH.
PERJUANGAN GIGIH RAKYAT JAMBI
DALAM MEMPERTAHANKAN GUGUSAN
PULAU BERHALA
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
1
BAB I
PENDAHULUAN
Rentang waktu selama ± 27 tahun, bukanlah suatu
masa yang pendek. Selama itulah rakyat Jambi berjuang
dengan gigih, mempertahankan Gugusan Pulau Berhala
agar tetap berada dalam wilayah Provinsi Jambi, dari
upaya pihak lain yang ingin juga memiliki Gugusan Pulau
Berhala tersebut. Masalah Gugusan Pulau Berhala baru
timbul pada tahun 1984, dimana pada waktu itu Provinsi
Riau mengklaim secara sepihak, bahwa Gugusan Pulau
Berhala tersebut berada dalam wilayah Provinsi Riau.
Semenjak itu, Raja Muhammad yang moyangnya telah
mendiami dan berkebun kelapa di Pulau Berhala
semenjak tahun 1895, merasa terusik dengan adanya
klaim dari Provinsi Riau tersebut. Selama ini Raja
Muhammad bersama Pak Saleh yang berasal dari Rantau
Rasau, Wak Hasan, dan Pak Tancap yang keduanya
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
2
berasal dari Nipah Panjang, serta Mak Nur (Meli) yang
berasal dari Daik, yang selama ini hidup tenang
mengelola kebun kelapanya di samping menjadi nelayan,
sekarang menjadi terganggu dengan adanya klaim dari
Provinsi Riau. Selama ini tidak pernah terpikir oleh
mereka klaim Provinsi Riau tersebut, karena sebagai
warga yang berasal dari Jambi, yang telah mendiami
Pulau Berhala secara turun temurun dari nenek moyang
mereka, yang telah bermukim di Pulau Berhala
semenjak tahun 1895, meyakini bahwa Gugusan Pulau
Berhala adalah merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari Provinsi Jambi.
Dengan adanya klaim sepihak dari Provinsi Riau,
Pemerintah Provinsi Jambi melakukan berbagai upaya
untuk mempertahankan agar Gugusan Pulau Berhala
tetap berada dalam wilayah Povinsi Jambi. Upaya-upaya
yang ditempuh oleh Provinsi Jambi, tentunya upaya-
upaya yang sesuai dengan ketentuan peraturan
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
3
perundang-undangan yang berlaku, antara lain melalui
Kementerian Dalam Negeri dan Komisi II DPR-RI, yang
memang memiliki wewenang untuk menyelesaikan
masalah ini. Disamping itu, Pemerintah Provinsi Jambi
juga membentuk Tim, guna membantu Gubernur Jambi
dalam menghadapi masalah sengketa Gugusan Pulau
Berhala ini, yang anggotanya terdiri dari unsur
Pemerintah, tokoh Adat/ tokoh masyarakat, akademisi/
pakar dari bidang yang relevan.
Dalam upaya penyelesaian sengketa Gugusan
Pulau Berhala ini, Provinsi Jambi berpegang pada
beberapa prinsip, yaitu:
1. Perjuangan rakyat Jambi berkaitan dengan Gugusan
Pulau Berhala ini, bukanlah perjuangan untuk
merebut Gugusan Pulau Berhala dari pihak lain,
tetapi adalah suatu perjuangan untuk
mempertahankan agar Gugusan Pulau Berhala tetap
berada dalam wilayah Provinsi Jambi.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
4
2. Sengketa Gugusan Pulau Behala ini pada hakekatnya
bukanlah merupakan sengketa perbatasan, tetapi
merupakan sengketa status kepemilikan.
3. Sengketa mengenai Gugusan Pulau Berhala ini adalah
merupakan sengketa yang terjadi di masa kini,
sehingga harus diselesaikan dengan hukum yang
berlaku sekarang (hukum positif).
Di samping itu, rakyat Jambi menyadari sepenuhnya
bahwa penyelesaian sengketa Gugusan Pulau Berhala,
harus tetap dilakukan dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), sehingga tidak menimbulkan
perpecahan dan merusak kesatuan bangsa.
Perjuangan untuk mempertahankan Gugusan
Pulau Berhala ini, telah berlangsung dalam masa
pemerintahan 5 orang Gubernur dalam 7 masa jabatan,
yaitu:
1. H. Masjchun Sofwan, SH, periode I tahun 1979 s/d
1984 dan periode II tahun 1984 s/d 1989.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
5
2. Drs. H. Abdurrahman Sayoeti, periode I tahun 1989
s/d 1994 dan periode II tahun 1994 s/d 1999.
3. Drs. H. Zulkifli Nurdin, periode I tahun 1999 s/d
2005 dan periode II tahun 2005 s/d 2010.
4. Drs. H. Hasan Basri Agus, MM, tahun 2010 s/d 2015.
Di samping itu berperan pula Dr. Ir. Sudarsono H. MA,
SH, selaku Pj. Gubernur Jambi yang bertugas di antara
masa jabatan Gubernur Jambi Drs. H. Zulkifli Nurdin
periode I dan periode II.
Pada masa Pemerintahan Gubernur H. Masjchun
Sofwan, SH, Gubernur Kepala Daerah Tk. I Jambi pernah
mengirim surat kepada Menteri Dalam Negeri,
tertanggal 6 Mei l986, Nomor: 125.1/4063/1986, untuk
menanggapi surat Gubernur Kepala Daerah Tk. I Riau,
Nomor: 125.1/BP/8105, tertanggal 26 Maret 1985
perihal Pulau Berhala dan Pulau Cebia/Pulau Tujuh,
yang ditujukannya kepada Menteri Dalam Negeri dan
tembusannya disampaikan kepada Gubernur Kepala
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
6
Daerah Tk. I Jambi. Dalam surat tersebut Gubenur Jambi
menjelaskan bahwa berdasarkan hasil pengumpulan
data yang dilakukan oleh Tim Provinsi Jambi, di
beberapa instansi di Jakarta, antara lain Badan Arsip
Nasional, Museum Nasional, Jawatan Topografie
Angkatan Darat, dan Direktorat Jenderal Agraria, dapat
disimpulkan bahwa Pulau Berhala adalah termasuk
dalam Daerah Tingkat I Jambi.
Pada masa Gubernur Drs. H. Abdurrahman
Sayoeti, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jambi,
pernah mengirim surat kepada Menteri Dalam Negeri,
tertanggal 28 Februari 1989, Nomor: 185.5/1833/Pem,
perihal penyelesaian batas wilayah Provinsi Jambi
dengan Provinsi Riau. Dalam suratnya Gubernur Jambi
meminta Menteri Dalam Negeri segera menyelesaikan
batas wilayah Provinsi Jambi dengan Provinsi Riau,
terutama berkaitan dengan Pulau Berhala, Pulau Cebia,
dan Pulau Tujuh yang terletak di perbatasan Kabupaten
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
7
Tanjung Jabung (Provinsi Jambi) dengan Kabupaten
Kepulauan Riau (Provinsi Riau).
Pada tanggal 2 Januari 1990, Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I Jambi, sekali lagi mengirim surat
kepada Menteri Dalam Negeri, menyusul surat
sebelumnya, dengan surat Nomor: 185.5/0146/Pem,
tertanggal 2 Januari 1990, yang ditandatangani oleh
Sekwilda, Drs. H. Z. Muchtar DM, yang isinya antara lain,
meminta diadakannya pembicaraan antara Pemerintah
Daerah Tingkat I Jambi dengan Pemerintah Daerah
Tingkat I Riau, yang dikoordinir oleh Tim Penyelesaian
Batas dari Departemen Dalam Negeri. Sebagai respon
dari kedua surat Gubernur Jambi tersebut di atas,
Departemen Dalam Negeri mengirim telegram kepada
Gubernur Jambi, dengan Nomor: 126/2009/PUOD,
tertanggal 23 Mei 1991, yang isinya meminta agar
Pemerintah Daerah Tingkat I Jambi mengirimkan peta
Provinsi Jambi. Untuk memenuhi permintaan tersebut
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
8
Gubernur Jambi telah mengirimkan 2 buah peta Provinsi
Jambi, yaitu peta Provinsi Jambi dengan skala 1: 700.000
dan peta Administrasi Provinsi Jambi dengan skala 1:
1.325.000, dengan surat pengantar Nomor:
126/5370/Pem, tertanggal 28 Juni 1991.
Dalam masa Pemerintahan Gubernur Drs. H.
Zulkifli Nurdin, upaya mencari penyelesaian sengketa
Gugusan Pulau Behala ini semakin ditingkatkan, melalui
kerjasama dengan DPRD Provinsi Jambi dan Lembaga
Adat Jambi. Pertemuan-pertemuan yang semula hanya
dengan pihak Departemen Dalam Negeri dan Provinsi
Riau, sekarang juga dengan pihak Komisi II DPR-RI, yang
membidangi urusan Pemerintahan.
Gubernur Jambi, Drs. H. Zulkifli Nurdin, juga
membentuk Tim Asistensi melalui kerjasama dengan
Lembaga Adat Jambi, yang anggotanya terdiri dari unsur
Pemerintah, tokoh Adat/tokoh masyarakat,
akademisi/pakar yang memiliki keahlian sesuai
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
9
kebutuhan. Tim Asistensi bertugas membantu Gubernur
untuk mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan,
alat-alat bukti baik berupa dokumen, seperti Staatblad,
traktat, dan piagam-piagam di masa lalu, yang ada
kaitannya dengan Gugusan Pulau Berhala, melakukan
pengkajian dan membuat laporan/makalah yang akan
disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri dan Komisi
II DPR-RI. Yang diutamakan dalam hal ini adalah
mengumpulkan semua peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan Gugusan Pulau Berhala dan
melakukan analisis yuridis¸ sehingga dapat
menghasilkan argumentasi-argumentasi/dalil-dalil yang
kuat untuk meyakinkan pihak-pihak yang berwenang
dalam penyelesaian sengketa ini. Di samping itu tidak
kalah pentingnya, mengumpulkan bukti-bukti lain, baik
dari aspek sejarah, sosial/budaya, politik dan
pemerintahan sebagai bukti pendukung.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
10
Pada masa Gubernur Drs. H. Zulkifli Nurdin itu
juga, melalui surat Nomor: 126/1600/Pem, tertanggal
18 Maret 2000, yang ditujukan kepada Menteri Dalam
Negeri, Gubernur Jambi sekali lagi meminta Menteri
Dalam Negeri, untuk segera mencari penyelesaian
mengenai status Pulau Berhala. Dalam surat ini juga
disampaikan argumen-argumen disertai bukti-bukti,
baik bukti yang bersifat yuridis, doktrin (pendapat para
ahli), maupun bukti sejarah, untuk meyakinkan Menteri
Dalam Negeri, bahwa Pulau Berhala adalah merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Provinsi Jambi.
Untuk merespon permintaan Menteri Dalam
Negeri dan Otonomi Daerah, yang disampaikan melalui
surat Nomor: 136/208/UMPEM, tertanggal 23 Mei 2001,
perihal penataan batas wilayah, Gubernur Jambi melalui
surat Nomor: 136/3541/Pem, tanggal 15 Juni 2001,
telah melaporkan tentang penataan batas wilayah di
Provinsi Jambi, termasuk batas wilayah dengan Provinsi
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
11
Riau, yang berkaitan dengan Pulau Berhala. Surat
Gubernur Jambi ini ditandatangani oleh Sekretaris
Daerah (Drs. H. A. Chalik Saleh, MM) atas nama
Gubernur dan ditujukan kepada Dirjen Pemerintahan
Umum, Departemen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah.
Dalam surat ini Gubernur Jambi sekali lagi meminta
Menteri Dalam Negeri untuk segera menyelesaikan
masalah status Pulau Berhala, secara bijaksana dan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Berhubung penyelesaian status Pulau Berhala ini
sudah berlarut-larut, dalam jangka waktu yang cukup
lama, sehingga Gubernur Jambi terpaksa berkali-kali
mengirim surat kepada Menteri Dalam Negeri, untuk
minta ketegasan Menteri Dalam Negeri mengenai status
Pulau Berhala ini. Salah satu surat Gubernur Jambi yang
ditujukan kepada Menteri Dalam Negeri berkaitan
dengan status Pulau Berhala ini, adalah surat dengan
Nomor: 136/1675/Pemotda, tanggal 14 April 2005, yang
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
12
isinya meminta ketegasan Menteri Dalam Negeri, dalam
bentuk fatwa, berkenaan dengan status Pulau Berhala.
Surat ini ditandatangani oleh Dr. Ir. Sudarsono H. MA,
SH, selaku Pj. Gubernur Jambi, yang waktu itu ditunjuk
sebagai Pj. Gubernur Jambi, berhubung dengan telah
berakhirnya masa jabatan Drs. H. Zulkifli Nurdin,
sedangkan pemilihan calon Gubernur baru belum
dilangsungkan.
Semenjak terbentuknya Provinsi Kepri
berdasarkan UU No. 25 tahun 2002 dan Kabupaten
Lingga, berdasarkan UU No. 31 tahun 2003, klaim
Provinsi Kepri/Kabupaten Lingga terhadap Pulau
Berhala semakin meningkat, dengan semakin agresifnya
mereka melakukan kegiatan-kegiatan pembangunan
fisik di Pulau Berhala, dengan mengabaikan keadaan
status quo yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri
tehadap Pulau Berhala. Sebaliknya Pemerintah Provinsi
Jambi, sangat menghargai dan mentaati keputusan
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
13
Menteri Dalam Negeri yang menyatakan Pulau Berhala
dalam keadaan status quo. Menteri Dalam Negeri
melarang kedua belah pihak, baik Propvinsi Jambi,
maupun Provinsi Kepri melakukan aktifitas
pembangunan fisik di Pulau Berhala, sampai adanya
penyelesain status Pulau Berhala. Keadaan status quo
Gugusan Pulau Berhala ini, dipertegas lagi oleh Menteri
Dalam Negeri melalui suratnya Nomor: 125.1/799/SJ,
tertanggal 24 April 2006.
Dengan pertimbangan tersebut di atas,
Pemerintah Provinsi Jambi tidak jadi mencairkan dana
yang sudah dianggarkan dalam APBD Provinsi Jambi
tahun 2006, untuk pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat Pulau Berhala. Di samping itu, melalui surat
Nomor: 125.1/2127/Pemotda, tertanggal 15 Mei 2006,
Gubernur Jambi Drs. H. Zulkifli Nurdin telah melarang
Bupati Tanjung Jabung Timur melakukan aktifitas
pembangunan fisik di Pulau Berhala, sesuai dengan
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
14
kebijakan yang sudah ditetapkan Menteri Dalam Negeri.
Dilapangan ternyata pihak Provinsi Kepri tetap
melakukan pembangun fisik. Sebagai reaksi atas sikap
Pemerintah Provinsi Kepri/Kabupaten Lingga tersebut,
Gubernur Jambi telah mengirim surat kepada Menteri
Dalam Negeri tertanggal 15 Desember 2006, Nomor:
640/5520/4/Ekbang yang isinya memprotes sikap
Pemerintah Provinsi Kepri/Kabupaten Lingga, yang
terus melakukan kegiatan pembangunan fisik di Pulau
Berhala, dengan mengabaikan dan melanggar kebijakan
Menteri Dalam Negeri, berkenaan dengan status Pulau
Berhala, yang dinyatakan oleh Menteri Dalam Negeri
dalam keadaan status quo.
Upaya Pemerintah Provinsi Jambi dalam mencari
penyelesaian sengketa Gugusan Pulau Berhala ini, tidak
hanya melalui surat menyurat sebagaimana
dikemukakan di atas, tetapi juga melalui berbagai
pertemuan dengan pihak-pihak terkait. Pada tanggal 26
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
15
Desember 1991 telah diadakan pertemuan antara
Pemerintah Provinsi Jambi dan Pemerintah Provinsi
Riau, dengan difasilitasi oleh Muchtar Hasan, penjabat
dari Departemen Dalam Negeri yang menghasilkan
keputusan:
1. Masih diberi kesempatan masing-masing daerah
untuk menambah dan menyampaikan data tentang
Pulau Berhala.
2. Perioritas penyelesaian masih batas darat.
Pada pertemuan-pertemuan berikutnya antara
Provinsi Jambi dan Provinsi Riau, baik yang dihadiri oleh
penjabat dari Departemen Dalam Negeri maupun yang
tidak, yang berlangsung sampai tahun 1995, sesuai
dengan kesepakatan semula, baru membicarakan
masalah batas darat antara kedua Provinsi dan belum
menyentuh batas laut, yang berkaitan dengan status
Pulau Berhala.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
16
Pada masa Gubernur Drs. H. Zulkifli Nurdin,
upaya-upaya penyelesaian sengketa Gugusan Pulau
Berhala semakin ditingkatkan, dengan mengadakan
pertemuan-pertemuan yang lebih intensif, baik dengan
Departemen Dalam Negeri maupun dengan Komisi II
DPR-RI, untuk menyampaikan sikap rakyat Jambi dalam
menghadapi sengketa Gugusan Pulau Berhala ini. Di
samping itu Gubernur Jambi juga membentuk Tim
Asistensi Pulau Berhala, melalui surat keputusan
Gubernur Nomor: 5 Tahun 2002, tertanggal 11 Januari
2002, dengan komposisi dan personalia sebagai berikut:
Pelindung : Gubernur Jambi.
Pengarah/Penasehat : 1. Ketua DPRD Provinsi Jambi.
2. Muspida Provinsi Jambi.
3. Ketua Lembaga Adat
Provinsi Jambi.
K e t u a : Drs. H. Hasip Kalimuddin
Syam, MM.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
17
Anggota : 1. Drs. H. Hasan (Tokoh Adat).
2. Drs. Wahab Majid (Tokoh
Adat).
3. Drs. H. A. Somad (LSM).
4. Jefri Hendrik (Pemuda).
Bidang Kajian : 1. Drs. Fachruddin Saudagar
(Sejarahwan).
2. Ansorullah, SH, MH
(Akdemisi).
3. Sayuti, BA.
4. Wajdi Saidi (Akademisi).
5. H. Idrus Ibrahim (Tokoh
Adat).
Bidang Publikasi : 1. Suardi Sakiman (Pers).
2. Sakti Alam Wasir (Pers).
3. Asmuni Ismar (TVRI).
4. Syafri Rais (RRI).
5. Imam, S (BEM IAIN).
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
18
6. Gatot (BEM UNJA).
7. Syaid Denny K (BEM STMIK
NH).
8. Thamrin (BEM UNBARI).
Bidang Negoisasi : 1. H. M. Saman (Tokoh/DPRD).
2. Drs.Herman Basyir (Tokoh
Adat).
3. Dra. Masturo (LSM).
4. Drs. Junaidi T. Noor, MM.
5. Drs. Syabnikmat Nizam.
Konstributor Ahli : 1. Bupati/Walikota dalam
Provinsi Jambi.
2. Drs. Zaihifni Ishak (Tokoh
Masyarakat).
3. Rd. H. Abdullah (Tokoh
Adat).
4. H. Usman Meng (Tokoh
Masyarakat).
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
19
5. Prof. Dr. H. Sulaiman
Abdullah (Ulama).
6. Prof. H. Rozali Abdullah, SH
(Pakar Hukum).
7. A. Aziz Larose (Veteran).
8. Raja Rusli (Keluarga
Keturunan Datuk Paduko
Berhala).
9. Drs. Hasyim Hanafi.
Sekretariat Tim Asistensi :
Kepala Sekretariat : Asisten I Sekda Provinsi Jambi.
Wakil Kepala Sekrtariat : Kepala Biro Pemerintahan dan
Otonomi Daerah.
S e k r e t a r i s : Kabag. Otonomi Daerah dan
Pemerintahan Desa.
A n g g o t a : 1. Kemal Zarofi, BA.
2. Sayuti, BA.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
20
3. Drs. Thamrin Mansyur.
4. Tatik Setyawan, SH.
5. Sugianto, SH.
6. Rusman.
7. A. Thalib, SE.
8. Sarjito.
9. Husaini.
10. Nurhayati.
11. Rosmini.
12. Rivinsyah.
13. Rd.Wawan Setyawan.
14. Pawu.
Tugas dari Tim Asistensi Pulau Berhala ini adalah:
1. Melakukan asistensi pada instansi/lembaga terkait
dalam pembicaraan/pembahasan dan pemantapan
status Pulau Berhala, baik di tingkat daerah maupun
di tingkat pusat.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
21
2. Melakukan inventarisasi dan pengumpulan bahan-
bahan/dokumen pendukung pemantapan status
Pulau Berhala sebagai bagian dari wilayah Provinsi
Jambi.
3. Melakukan bebagai upaya dalam bentuk kajian,
negosiasi, sosialisasi, maupun publikasi melalui
berbagai sarana dan media yang ada di tingkat
daerah/regional, maupun pusat/nasional.
4. Melakukan fasilitasi dan supervisi pada berbagai
tingkat pembicaraan/pembahasan di daerah, antar
daerah dan pusat.
5. Melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada
Gubernur Jambi.
Dalam rangka pelaksanaan tugas Tim Asistensi
ini, telah diberangkatkan beberapa Tim Kecil, ke Jakarta,
Palembang dan Padang untuk mencari/mengumpulkan
bahan-bahan yang ada relevansinya dengan masalah
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
22
Gugusan Pulau Berhala. Tim Kecil yang ditugaskan ke
Jakarta, terdiri dari:
1. Drs. H. Hasan.
2. Drs. A. Wahab Majid.
3. Drs. Zaihifni Ishak.
4. Prof. H. Rozali Abdullah, SH.
5. Drs. Junaidi T. Noor.
6. Drs. Fachruddin Saudagar.
7. Anshorullah,S.H.M.H. dan
8. Rosmini.
Tim ini bertugas mencari/mengumpulkan naskah-
naskah yang ada relevansinya dengan Gugusan Pulau
Berhala, di Perpustakaan Nasional, Badan Arsip Nasional
dan Museum Nasional di Jakarta. Bahan-bahan tersebut
diperlukan untuk memperkuat bukti-bukti, guna
mempertahankan Gugusan Pulau Berhala agar tetap
berada dalam wilayah Provinsi Jambi.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
23
Pada tahun 2008 Tim Asistensi Pulau Berhala ini
diperbaharui melalui Surat Keputusan Gubernur Jambi,
Nomor: 296/Kep.Gub/B.PEMOTDA/2008, tertanggal 4
September 2008 dengan komposisi dan personalia
sebagai berikut:
1. Drs. H. Hasip Kalimuddin Syam, MM, sebagai Ketua -
tokoh Adat/tokoh masyarakat.
2. H. Syafruddin Effendi, SH, sebagai Wakil Ketua -
Pemerintah Provinsi Jambi.
3. Drs. H. Junaidi T. Noor, MM, sebagai Anggota - Staf
Khusus Gubernur Jambi.
4. Prof. H. Rozali Abdullah, SH, sebagai Anggota - Pakar
Hukum.
5. Drs. Fachruddin Saudagar, M.Pd, sebagai Anggota -
Pakar Sejarah.
Revisi Tim Asistensi Pulau Berhala ini dilakukan dengan
tujuan untuk merampingkan tim yang dirasakan terlalu
gemuk, agar lebih efiesen dan efektif dalam menjalankan
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
24
tugasnya. Tugas Tim Asistensi juga disederhanakan
menjadi:
1. Membantu Gubernur dalam melakukan asistensi
dengan instansi/lembaga terkait dalam
pembicaraan/pembahasan pemantapan status Pulau
Berhala baik ditingkat daerah maupun ditingkat
pusat.
2. Melakukan berbagai upaya dalam bentuk
musyawarah, negosiasi, supervisi, sosalisasi melalui
berbagai sarana dan media yang ada dalam rangka
penyelesaian penetapan status Pulau Berhala dalam
wilayah Provinsi Jambi.
3. Melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada
Gubernur Jambi.
Kemudian pada tahun 2009 Tim Asistensi Pulau
Berhala ini direvisi lagi, melalui Surat Keputusan
Gubernur Jambi, Nomor: 287/Kep.Gub./PEM/2009,
tertanggal 7 Juli 2009, dengan memasukkan Drs. H. Ali
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
25
Redo, Kepala Biro Pemerintahan Provinsi Jambi sebagai
Sekretaris.
Kemudian pada tahun 2010 Tim Asistensi Pulau
Berhala ini direvisi lagi melalui Surat Keputusan
Gubernur Jambi Nomor: 154/Kep.Gub/Pem/2010,
tertanggal 14 April 2010, dengan mengeluarkan Drs. H.
Ali Redo dari Tim, dan menempatkan yang bersangkutan
sebagai Kepala Sekretariat Tim Asistensi Pulau Berhala.
Pada masa Gubernur Drs. H. Hasan Basri Agus,
MM, Tim Asistensi Pulau Berhala ini direvisi lagi, melalui
Surat Keputusan Gubernur Jambi Nomor:
403/KEP.GUB/PEM/2010, tertanggal 16 November
2010, dengan menambahkan beberapa orang anggota
DPRD Provinsi Jambi sebagai anggota Tim Asistensi,
yaitu Drs. H. Aziz Yusuf dan Supriyono, SH. Di samping
itu ditunjuk pula, Drs. Abd. Zaki, M.Si, Asisten I Sekda
sebagai Sekretaris, Drs. H. Ali Redo sebagai Wakil
Sekretaris dan Sayuti, SH, sebagai Anggota.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
26
Kemudian melalui surat Keputusan Gubernur
Jambi Nomor: 282/Kep.Gub/Pem/2011, tertanggal 7
Juni 2011, Tim Asistensi Pulau Berhala direvisi kembali,
sehingga komposisi dan personalianya menjadi sebagai
berikut:
1. Drs. H. Hasip Kalimuddin Syam, MM, sebagai Ketua.
2. Drs. Abd. Zaki, M.Si, sebagai Sekretaris.
3. Drs. Asvan Deswan, M.Si, sebagai anggota.
4. Drs. Djunaidi T. Noor, MM, sebagai anggota.
5. Prof. H. Rozali Abdullah, SH, sebagai anggota.
6. Drs. Fachruddin Saudagar, MPd, sebagai anggota.
7. Drs. A. R. Syahbandar, sebagai anggota.
8. DR. Iskandar Budiman, sebagai anggota.
9. Sayuti, SH, sebagai anggota.
Terakhir melalui surat Keputusan Gubernur Jambi
Nomor: 421/Kep.Gub/Pem/2011, tertanggal 20
September 2011, Tim Asistensi Pulau Berhala direvisi
kembali, sehingga komposisinya menjadi :
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
27
1. Drs. H. Hasip Kalimuddin Syam, MM, sebagai Ketua.
2. Dr. Hariyandi Roni, M.Si, sebagai Sekretaris.
3. Kailani, SH, M.Hum, sebagai anggota.
4. Drs. Djunaidi T. Noor, MM, sebagai anggota.
5. Prof. H. Rozali Abdullah, SH, sebagai anggota.
6. Drs. Fachruddin Saudagar, M.Pd, sebagai anggota.
7. Drs. A. R. Syahbandar, sebagai anggota.
8. DR. Iskandar Budiman, sebagai anggota.
9. Sayuti, SH, sebagai anggota.
Di samping Tim Asistensi, tidak kalah penting
peranan Tim Pendukung, yaitu Sekretariat Tim
Asistensi, yang selama ini memberikan dukungan
logistik serta menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan
oleh Tim Asistensi, dengan komposisi dan personalia
sebagai berikut:
1. Drs. H. Ali Redo, sebagai Kepala Sekretariat.
2. Sudirman, SH, MH, sebagai Anggota.
3. Sayuti, SH, sebagai Anggota.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
28
4. Heriyanto, SH, sebagai Anggota.
5. Jangcik, Bsc, sebagai Anggota.
6. Drs. Amidi, M.Si, sebagai Anggota.
7. Padli Saleh, S.STP, M.Si, sebagai Anggota.
8. Husaini, SE, sebagai Pembantu.
9. Nurhayati, sebagai Pembantu.
Pada tahun 2009 Sekretariat Tim Asistensi Pulau
Berhala ini direvisi, bersamaan dengan direvisinya Tim
Asistensi, sehingga komposisi dan personalianya sebagai
berikut:
1. Sayuti, BA, SH, sebagai Kepala Sekretariat.
2. Mutiarawarman, S.Sos, sebagai Anggota.
3. A. Husin, SE, sebagai Anggota.
4. Bambang Irianto, SE, ME, sebagai Anggota.
5. Juferizal, S.Sos, sebagai Anggota.
6. Sarjito, sebagai Pembantu.
7. Nurhayati, sebagai Pembantu.
8. Ngesti Wahyuni, sebagai Pembantu.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
29
9. Yuldanil, sebagai Pembantu.
Pada tahun 2010 Sekretariat Tim Asistensi Pulau
Berhala dirivisi lagi, bersamaan dengan direvisinya Tim
Asistensi Pulau Berhala, sehingga komposisi dan
personalianya menjadi sebagai berikut:
1. Drs. H. Ali Redo, sebagai Kepala Sekretariat.
2. Mutiarawan, S.Sos, sebagai Anggota.
3. A. Husin, SE, sebagai Anggota.
4. Bambang Irianto, S.E,ME, sebagai Anggota.
5. Juferizal, S.Sos, sebagai Anggota.
6. Sarjito, sebagai Pembantu Umum.
7. Nurhayati, sebagai Pembantu Umum.
8. Ngesti Wahyuni, sebagai Pemabantu Umum.
9. Yuldanil, sebagai Pembantu Umum.
Pada masa Gubenur Drs. H. Hasan Basri Agus, MM
Sekretariat Tim Asistensi Pulau Berhala ini direvisi
kembali, bersamaan dengan direvisinya Tim Asistensi,
dengan mengeluarkan Drs. H. Ali Redo, karena yang
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
30
bersangkutan memperoleh mutasi promosi, dan
menaikkan Mutiarawan, S.Sos, sebagai Kepala
Sekretariat.
Pada Januari 2001 Gubernur Jambi, dengan
disertai beberapa tokoh masyarakat/tokoh adat dan
sejarahwan Jambi, menghadap Menteri Dalam Negeri di
Jakarta, guna menjelaskan posisi Jambi dalam upaya
penyelesaian sengketa Gugusan Pulau Berhala.
Kemudian pada tanggal 5 Mei 2001, dilanjutkan dengan
pertemuan langsung antara delegasi dari Provinsi Jambi
dan Provinsi Riau di Jakarta, guna membicarakan upaya
penyelesaian sengketa Gugusan Pulau Berhala yang
difasilitasi oleh Departemen Dalam Negeri. Selanjutnya
pada tanggal 28 September 2001, diadakan kembali
pertemuan di Jakarta, antara delegasi Provinsi Jambi
dengan pihak Departemen Dalam Negeri, guna
menindaklanjuti permasalahan Gugusan Pulau Berhala.
Dalam pertemuan tersebut pihak Departemen Dalam
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
31
Negeri menjanjikan akan segera menyelesaikan batas
laut antara Provinsi Jambi dengan Provinsi Riau, terkait
di dalamnya status Gugusan Pulau Berhala. Dalam
rangka upaya penyelesaian tersebut, pihak Departemen
Dalam Negeri akan segera mengirim tim ke Pulau
Berhala untuk meninjau secara langsung di lapangan.
Sesuai dengan janjinya, pada tanggal 30 Oktober 2001,
tim dari Departemen Dalam Negeri sampai di Jambi dan
langsung ke Pulau Berhala, bersama-sama tim Provinsi
Jambi, tanpa diikuti oleh tim dari Provinsi Riau.
Berdasarkan telegram Menteri Dalam Negeri
Nomor: T.094/695/Umpem, tertanggal 3 Desember
2001, delegasi dari Provinsi Jambi hadir di Kantor Ditjen
Umpem Departemen Dalam Negeri, guna mengikuti
Rapat Konsultasi tentang tindak lanjut penyelesaian
status Pulau Berhala. Dalam Rapat Konsultasi tersebut
Departemen Dalam Negeri memaparkan keberadaan
Pulau Berhala berdasarkan data yang telah disampaikan
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
32
oleh pihak Provinsi Jambi dan Provinsi Riau. Dari hasil
pemaparan tersebut pihak Departemen Dalam Negeri
menyimpulkan sementara :
1. Bahwa data yang disampaikan oleh Provinsi Jambi,
ternyata cukup kuat bila dibandingkan dengan data
yang disampaikan oleh Provinsi Riau.
2. Pihak Departemen Dalam Negeri waktu itu,
menyatakan belum berani mengambil keputusan,
karena masalahnya sudah sampai ditingkat pimpinan.
3. Dalam waktu dekat akan dipanggil kedua Gubernur,
yaitu Gubernur Jambi dan Gubernur Riau, guna
menuntaskan permasalahan status Gugusan Pulau
Berhala ini.
Untuk memperkuat upaya penyelesaian sengketa
Gugusan Pulau Berhala ini, pada tanggal 5 Februari
2002, Tim Asistensi Pulau Berhala Provinsi Jambi,
mengadakan pertemuan dengan Pimpinan DPRD
Provinsi Jambi, untuk mendorong pihak DPRD Provinsi
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
33
Jambi mengambil langkah-langkah konkrit, yang bisa
mempercepat proses penyelesaian sengketa Gugusan
Pulau Berhala. Sebagai tindak lanjut hasil pertemuan
tanggal 5 Februari 2002 tersebut, pada tanggal 6
Februari 2002, DPRD Proinsi Jambi mengadakan sidang
pleno, yang menghasilkan “Petisi Dewan”, berkenaan
dengan permasalahan Gugusan Pulau Berhala.
Pada tanggal 7 Februari 2002, Delegasi DPRD
Provinsi Jambi bersama-sama dengan Tim Asistensi
Pulau Berhala mengadakan pertemuan dengan Komisi II
DPR-RI, untuk menyampaikan Keputusan DPRD Provinsi
Jambi Nomor: 1 Tahun 2002, tentang petisi dewan
menyangkut masalah gugusan pulau berhala.
Setelah beberapa kali pertemuan lanjutan dengan
pihak Komisi II DPR-RI dan Departemen Dalam Negeri,
terakhir pada tanggal 11 Mei 2006 delegasi dari Provinsi
Jambi yang dipimpin langsung oleh Gubernur Jambi, Drs.
H. Zulkifli Nurdin, disertai Tim Asistensi Pulau Berhala,
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
34
mengadakan pertemuan dengar pendapat dengan
Komisi II DPR-RI, bertempat di ruang Komisi II DPR-RI
di Jakarta. Pada acara dengar pendapat tersebut,
Gubernur Jambi Drs. H. Zulkfli Nurdin memaparkan
sikap Provinsi Jambi berkenaan status Gugusan Pulau
Berhala, dengan mengemukakan beberapa argumentasi
dari berbagai aspek. Dalam acara dengar pendapat
tersebut, anggota Tim Asistensi juga diberi kesempatan
menyampaikan argumentasi dan bukti-bukti untuk
mengukuhkan klaim Provinsi Jambi, yang menyatakan
bahwa Gugusan Pulau Berhala adalah merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari Provinsi Jambi. Pada
kesempatan tersebut telah berbicara Prof. H. Rozali
Abdullah, SH berkenaan aspek hukum, Drs. Fachruddin
Saudagar berkenaan aspek sejarah dan Drs. Junaidi T.
Noor dari aspek administrasi dan pemerintahan. Dari
hasil beberapa kali pertemuan dengan Komisi II DPR-RI,
lahirlah rekomendasi dari Komisi II DPR-RI, yang
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
35
menyatakan : “bahwa Gugusan Pulau Berhala secara
hukum, adalah merupakan bagian dari wilayah Provinsi
Jambi “.
Menteri Dalam Negeri dalam Rapat Kerja dengan
DPD RI tanggal 6 Februari 2006, dalam pidatonya
antara lain menyatakan: “Status Pulau Berhala adalah
bagian dari wilayah Provinsi Jambi”. Anehnya pada
keesokan harinya, yaitu pada tangal 7 Februari 2006,
keluar surat dari Kementerian Dalam Negeri Nomor:
080/208/SJ tertanggal 7 Februari 2006, yang isinya
meralat pidato Menteri Dalam Negeri yang disampaikan
dalam rapat kerja tanggal 6 Februari 2006 tersebut,
yang menyatakan bahwa: “Status Pulau Berhala adalah
bahagian dari wilayah Provinsi Jambi”, diubah menjadi :
“Sampai sekarang ini Pemerintah belum menetapkan
status Pulau Berhala, masuk wilayah Provinsi Kepri atau
Provinsi Jambi”. Surat tersebut ditandatangani oleh
Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
36
Dalam Negeri.1 Apabila kita cermati surat dimaksud, kita
akan menemukakan beberapa kejanggalan, yaitu ralat
atas pidato menteri yang disampaikan dalam forum
resmi, hanya dilakukan melalui surat yang
ditandatangani oleh seorang Kepala Biro, dalam hal ini
dilakukan oleh Kepala Biro yang tidak ada relevansinya
dengan urusan Pemerintahan, yaitu Biro Perencanaan
dan Anggaran.
Sesudah tahun 2006, kegiatan Tim Asistensi Pulau
Berhala terhenti, menunggu turunnya keputusan
Menteri Dalam Negeri. Namun sesudah ditunggu
selama lebih dari 2 tahun, ternyata putusan Menteri
tersebut tidak kunjung turun. Nampaknya sikap Menteri
Dalam Negeri dalam hal ini terkesan maju mundur, dan
tidak berani mengambil suatu keputusan, padahal
menurut ketentuan Pasal 198 ayat (2) UU No. 32 Tahun
1Baca Laporan Provinsi Kepri, “Analisis Status Keberadaan Pulau Berhala Ditinjau
dari Aspek Sejarah, Pelayanan Pemerintahan dan Aspek Hukum”, 2006, hlm. 12.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
37
2004 tentang Pemerintahan Daerah, kewenangan
tersebut berada di tangan Menteri Dalam Negeri.
Pada pertengahan tahun 2009, Menteri Dalam
Negeri meminta Gubernur Jambi dan Gubernur Kepri
mengadakan musyawarah langsung, untuk mencari
solusi penyelesian sengketa Gugusan Pulau Berhala.
Sebenarnya musyawarah tersebut tidak perlu, karena
Pasal 198 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah tidak mengharuskannya, berbeda dengan UU No.
22 Tahun 1999, yang memang mengharuskan adanya
musyawarah terlebih dahulu antara pihak yang
bersengketa, sebelum diputus oleh Menteri .
Untuk merespon permintaan Menteri Dalam
Negeri tersebut, Gubernur Jambi, Zulkifli Nurdin dan
Gubernur Kepri, Ismet Abdullah mengadakan pertemuan
langsung pada tanggal 12 Mei 2009, bertempat di Hotel
Grand Mulia Jakarta, dengan didampingi Tim masing-
masing, yaitu:
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
38
I. Tim Provinsi Jambi ( Tim Lima).
1. Hasip Kalimuddin Syam, sebagai Ketua.
2. Junaidi T. Noor, sebagai Anggota.
3. Syafruddin Effendi, sebagai Anggota.
4. Rozali Abdullah, sebagai Anggota.
Dalam pertemuan ini juga hadir Ali Redo, Kepala Biro
Pemerintahan Provinsi Jambi, sedangkan Fachruddin
Saudagar, sebagai anggota Tim Lima berhalangan
hadir.
II. Tim Provinsi Kepri:
1. Eddy Wijaya, Sekda Provinsi Kepri.
2. Arifin, Asisten Sekda Provinsi Kepri.
3. Andi Askar Pattarani, Tokoh Masyarakat.
4. Reni Yusneli, Kepala Biro Pemerintahan Provinsi
Kepri.
5. Muryani Ekowati, Kepala Biro Hukum Provinsi
Kepri.
6. Usman Taufik, Sekda Kabupaten Lingga.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
39
7. Fauzi Helmi, Kasubag Linmas, Provinsi Kepri.
Dari musyawarah ini dihasilkan kesepakatan:
1. Kedua Tim sepakat untuk tidak membuka dokumen
dan data tentang kepemilikan Pulau Berhala yang ada
pada masing-masing Provinsi.
2. Prinsip dasar dalam penyelesaian masalah adalah
”Semua pihak tidak ada yang merasa kehilangan”
(win-win solution).
3. Untuk menghindari distorsi terhadap hasil
pembahasan, maka kedua Tim sepakat tidak
mempublikasikan hasil rapat ke media massa, sampai
ditetapkan oleh Menteri.
4. Kedua Tim sepakat untuk melaksanakan pertemuan
sebagaimana arahan kedua Gubernur, sampai
menjelang bulan Puasa tahun 2009.
5. Pertemuan berikut direncanakan antara tanggal 23
s/d 26 Mei 2009, waktu dan tempat yang pasti akan
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
40
dikoordinasikan oleh Pemda Provinsi Kepri, dengan
Pemda Provinsi Jambi, melalui Biro Pemerintahan.
Setelah mencapai kesepakatan tersebut di atas,
kedua Gubernur meninggalkan ruang pertemuan, dan
perundingan dilanjutkan oleh kedua Tim. Dalam
pembicaraan lanjutan ini, Tim dari Provinsi Kepri,
menyampaikan usulan kepada Tim Provinsi Jambi,
berupa tawaran kerjasama dalam mengelola Pulau
Berhala secara terus-menerus. Dalam kerjasama ini,
nantinya pihak Provinsi Kepri akan memberikan
kemudahan- kemudahan kepada Provinsi Jambi dalam
pengurusan perizinan. Mendengar usulan ini sebenarnya
Tim Provinsi Jambi merasa tersinggung, karena usulan
Provinsi Kepri tersebut, jelas telah melecehkan Provinsi
Jambi. Apabila dalam pengelolaan bersama tersebut
pihak Provinsi Jambi, harus meminta izin kepihak
Provinsi Kepri, berarti pihak Provinsi Jambi mengakui
bahwa Gugusan Pulau Berhala tersebut adalah milik
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
41
Provinsi Kepri. Namun untuk menjaga suasana
kekeluargaan dalam pertemuan ini, Tim Provinsi Jambi
dengan berbasa-basi tetap mengatakan usul Kepri
tersebut sebagai suatu usul yang simpatik. Sebenarnya
dengan usulan tersebut, berarti Tim Provinsi Kepri telah
mengkhianati prinsip dasar yang sudah disepakati, yaitu
“Semua pihak tidak kehilangan” (win-win solution).
Justru sebelumnya prinsip ini diusulkan oleh Tim Kepri
sendiri dan Tim Provinsi Jambi menyetujuinya, karena
dengan prinsip itulah kita berharap bisa mencapai suatu
penyelesaian yang adil.
Usul Tim Provinsi Kepri tersebut, tidak akan
menyelesaikan masalah sengketa Gugusan Pulau Berhala
dengan tuntas, malah justru bisa meninggalkan “bom
waktu” untuk anak cucu kita dikemudian hari. Apabila
pihak Provinsi Jambi, diberi kesempatan untuk
mengelola Gugusan Pulau Berhala, seandainya berhasil,
terutama secara ekonomis, sudah pasti generasi
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
42
penerus dari Provinsi Kepri, akan menuntutnya kembali.
Di samping itu yang paling mendasar adalah keyakinan
pihak Provinsi Jambi, berdasarkan bukti-bukti yang
dimiliki, bahwa Gugusan Pulau Berhala tersebut adalah
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Provinsi Jambi.
Oleh karena itu sampai kapanpun pihak Provinsi Jambi,
tidak akan pernah melepaskan haknya atas Gugusan
Pulau Berhala tersebut. Selain daripada itu, dalam
sistem ketatanegaraan kita tidak dikenal sama sekali
adanya konsep pengelolaan bersama atas suatu wilayah,
karena setiap wilayah harus terbagi habis ke dalam
setiap daerah yang ada.
Berdasarkan hal tersebut di atas, Tim Provinsi
Jambi ingin penyelesain sengketa Gugusan Pulau Berhala
ini secara tuntas, sampai ke akar-akarnya, sehingga tidak
meninggalkan beban bagi anak cucu kita dikemudian
hari. Secara halus Tim Provinsi Jambi menolak usulan
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
43
Tim Provinsi Kepri tersebut, dengan menjanjikan akan
mempelajarinya terlebih dahulu.
Pertemuan kedua tanggal 28 Mei 2009, bertempat
di Hotel Borobudur di Jakarta, dihadiri oleh:
I. Tim Provinsi Jambi (Tim Lima):
1. Hasip Kalimuddin Syam.
2. Junaidi T.Noor.
3. Syafruddin Effendi.
4. Rozali Abdullah.
5. Fachruddin Saudagar.
Pertemuan juga dihadiri oleh Ali Redo, Kepala Biro
Pemerintahan Provinsi Jambi.
II. Tim Provinsi Kepri:
1. Eddy Wijaya.
2. Arifin.
3. Reni Yusneli.
4. Usman Taufik.
5. Misbardi.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
44
Walaupun Tim Provinsi Jambi, berdasarkan bukti-
bukti yang dimilki, yakin sepenuhnya bahwa Gugusan
Pulau Berhala tersebut, adalah merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari Provinsi Jambi, tetapi demi
menjaga hubungan baik dengan pihak Provinsi Kepri,
sebagai sesama rumpun Melayu dan demi memperoleh
kepastian hukum berkenaan status Gugusan Pulau
Berhala, maka dengan kebesaran jiwa, Tim Provinsi
Jambi mengusulkan agar Gugusan Pulau Berhala dibagi
fisiknya secara proporsional. Menurut pendapat pihak
Provinsi Jambi, inilah penyelesaian yang adil, sesuai
dengan prinsip yang sudah disepakati, yaitu tidak ada
pihak yang kehilangan (win-win solution). Usulan ini
disampaikan oleh Tim Provinsi Jambi, berdasarkan
arahan yang telah diberikan sebelumnya oleh Gubernur
Jambi, Drs. H. Zulkifli Nurdin. Malahan Gubenur Jambi
telah membentuk Tim untuk membuat peta pembagian
secara proporsional, yang diperkirakan cukup adil dan
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
45
dapat diterima oleh kedua belah pihak. Tim ini
menghasilkan 3 buah peta, dengan formula pembagian
yang berbeda satu sama lain, dan ketiga peta itu sudah
disampaikan kepada Tim dari Provinsi Kepri. Menurut
usulan Tim Provinsi Jambi, sesudah pembagian ini
disepakati, dan sudah jelas status kepemilikan atas
Gugusan Pulau Berhala, barulah kedua Tim bisa
membicarakan pengelolaan bersama atas Gugusan Pulau
Berhala yang sudah dibagi tersebut, yang nanti akan
dituangkan dalam bentuk kesepakatan bersama antara
kedua Gubernur. Berkenaan usulan Tim Provinsi Jambi
ini, Tim Provinsi Kepri berjanji akan memperlajarinya
lebih dahulu dan berkonsultasi dengan Gubenur Kepri.
Dalam pertemuan ketiga, yang diselenggarakan
pada tanggal 12 Agustus 2009, bertempat di Hotel
Borobudur Jakarta, dihadiri oleh:
I. Tim Provinsi Jambi:
1. Hasip Kalimuddin Syam.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
46
2. Junaidi T. Noor.
3. Syafruddin Effendi.
4. Rozali Abdullah.
5. Fachruddin Saudagar.
Pertmuan ini juga dihadiri oleh. Ali Redo, Kepala Biro
Pemerintahan Provinsi Jambi.
II. Tim Provinsi Riau:
1. Arifin.
2. Reni Yusneli.
3. Mariyani Ekowati.
4. Misbardi.
Dalam pertemuan ini, dapat disimpulkan beberapa hal:
1. Tim Provinsi Kepri belum dapat menyepakati usulan
Tim Provinsi Jambi, untuk membagi Pulau Berhala
menjadi 2 bagian.
2. Tim Provinsi Kepri tetap menginginkan Pulau
Berhala dikelola secara bersama-sama, ataupun Pulau
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
47
Berhala bisa dibagi atas 2 bagian dalam arti
pengelolaan, bukan dalam arti kepemilikan.
3. Tim Provinsi Jambi berpendapat, untuk melakukan
pengelolaan bersama atas Gugusan Pulau Berhala,
harus ditetapkan terlebih dahulu status kepemilikan
Gugusan Pulau Berhala.
4. Selanjutnya kedua Tim akan mengkonsultasikan
usulan kedua belah pihak kepada Gubernur masing-
masing, yang selanjutnya akan dijadikan dasar dalam
pertemuan berikutnya.
5. Kedua Tim akan berusaha mencari solusi terbaik
yang dapat diterima oleh kedua belah pihak, yang
akan dijadikan dasar pembicaraan dalam pertemuan
berikutnya.
Sesuai dengan kesepakatan, pertemuan
berikutnya akan difasilitasi oleh Tim Provinsi Kepri,
termasuk menentukan tempat dan tanggal pertemuan.
Tetapi setelah ditunggu-tunggu, ternyata Tim Provinsi
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
48
Kepri tidak pernah menghubungi Provinsi Jambi,
berkenaan kelanjutan pertemuan yang sudah disepakati.
Setelah ditunggu beberapa waktu, akhirnya Gubernur
Jambi, Drs. H. Zulkifli Nurdin, melaporkan hasil
pertemuan kepada Menteri Dalam Negeri, sesuai
kesepakatan sebelumnya.
Sesudah penyampaian laporan tersebut, ternyata
Menteri Dalam Negeri waktu itu, Mardiyanto, masih
belum berani mengambil suatu keputusan. Mungkin ada
kekhawatiran, apabila sengketa Gugusan Pulau Berhala
ini diputus sebelum adanya kesepakatan antara kedua
belah pihak, akan ada reaksi nantinya, dari pihak yang
merasa dirugikan. Sebenarnya hal itu tidak merupakan
suatu masalah, karena itu sudah merupakan resiko
jabatan dari seorang menteri. Bagaimanapun adilnya
suatu keputusan, sudah pasti akan ada reaksi dari pihak
yang merasakan dirugikan. Walaupun demikian, tetap
ada cara untuk menyalurkan rasa ketidakpuasan itu
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
49
melalui mekanisme yang berlaku. Apalagi menurut Pasal
98 ayat (3) UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, putusan menteri dalam hal ini
bersifat final.
Sebenarnya masalah status Gugusan Pulau Berhala
ini sudah terang benderang, berdasarkan bukti-bukti
yang telah disampaikan oleh kedua belah pihak, hanya
tinggal lagi menunggu keberanian menteri untuk
memutusnya, sesuai dengan kewenangan yang
diberikan oleh Pasal 98 ayat (2) UU No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah.
Dengan diangkatnya Gamawan Fauzi, sebagai
menteri Dalam Negeri yang baru, kita berharap beliau
akan punya keberanian untuk membuat putusan
mengenai sengketa Gugusan Pulau Berhala ini.
Setelah menunggu dalam waktu yang sangat lama,
akhirnya harapan baru tiba, dengan adanya telegram
dari Menteri Dalam Negeri yang baru, Gamawan Fauzi,
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
50
Nomor: T.005/2141/PUK, tertanggal 3 Desember 2010,
yang isinya meminta Gubernur Jambi yang baru, Hasan
Basri Agus dan Gubernur Kepri yang baru Muhammad
Sani, datang ke Jakarta untuk mengadakan pertemuan
dalam rangka percepatan penyelesaian status Pulau
Berhala.
Pada tanggal 6 Desember 2010 pagi, Gubernur
Jambi, Hasan Basri Agus berangkat ke Jakarta, dengan
didampingi 2 orang anggota Tim Asistensi Pulau
Berhala, yaitu Prof. H. Rozali Abdullah, SH dan Drs. H.
Junaidi T. Noor, serta Kepala Biro Pemerintahan, dengan
beberapa orang staf. Sesampai di Jakarta, jam 14.00 WIB,
pertemuan langsung diadakan di ruang kerja Dirjen
Pemerintahan Umum. Pertemuan antara Gubernur
Jambi Hasan Basri Agus, dengan Gubernur Kepri
Muhammad Sani, difasiltasi oleh Dirjen Pemerintah
Umum Kementerian Dalam Negeri, Ir. Timbul Pujianto,
MPM. Pada kesempatan ini kedua Gubernur diberikan
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
51
kesempatan untuk memaparkan sikap daerahnya
masing-masing, sesudah itu Dirjen Pemerintahan Umum,
menyampaikan pandangan dan arahannya, berkenaan
dengan kebijakan Pemerintah dalam menyelesaikan
status Gugusan Pulau Berhala. Pada akhir pertemuan
Menteri Dalam Negeri, melalui Dirjen Pemerintahan
Umum, berjanji akan segera menyelesaikan masalah
status Gugusan Pulau Berhala, berdasarkan dalil-dalil
dan bukti-bukti yang telah disampaikan kedua belah
pihak sebelumnya.
Menyimak pernyataan-pernyataan dari Menteri
Dalam Negeri, yang bertekad menyelesaikan semua
sengketa antar daerah, termasuk Gugusan Pulau
Berhala, dan berkaca dari tindakan-tindakan beliau
dalam menangani sengketa antar daerah yang terjadi di
banyak daerah, kita yakin dan berharap beliau akan
berani membuat putusan, guna menyelesaikan
sengketa-sengketa tersebut. Sekarang kita tinggal
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Liku-liku perjuangan
52
menunggu sambil berdoa, semoga Menteri Dalam Negeri
dapat membuat putusan yang seadil-adilnya,
berdasarkan bukti yang sudah disampaikan kedua belah
pihak sebelumnya. Apapun putusannya nanti, itulah
hasil perjuangan rakyat Jambi. Rakyat Jambi, melalui
Pemerintah Provinsi Jambi, DPRD Provinsi Jambi,
Lembaga Adat Provinsi Jambi, beserta tokoh-tokoh
masyarakat/tokoh Adat dan para akademisi/pakar yang
telibat secara langsung dalam Tim Asistensi Pulau
Behala, telah berjuang dengan gigih, sesuai kemampuan
dan keahliannya, guna mempertahankan agar Gugusan
Pulau Berhala tetap berada dalam wilayah Provinsi
Jambi.
PERJUANGAN GIGIH RAKYAT JAMBI
DALAM MEMPERTAHANKAN GUGUSAN
PULAU BERHALA
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Gugusan Pulau Berhala berada dalam wilayah kelautan Provinsi Jambi
53
BAB II
GUGUSAN PULAU BERHALA
Kita menggunakan istilah “Gugusan Pulau
Berhala”, karena yang kita perjuangkan sekarang bukan
hanya Pulau Berhala, tetapi juga beberapa pulau kecil
yang berada di sekitar Pulau Berhala, yaitu Pulau Telor,
Pulau Laya, Pulau Manjin dan beberapa pulau kecil
lainnya. Secara geografis Gugusan Pulau Berhala terletak
di laut yang membentang antara Pulau Sumatera dan
Pulau Singkep, dengan posisi lebih dekat ke pantai
Sumatera daripada ke Pulau Singkep. Laut yang terletak
antara Pulau Sumatera dan Pulau Singkep tersebut
dikenal dengan nama “Selat Berhala”. Selat tersebut
diberi nama Selat Berhala, karena di selat tersebut
terdapat Pulau Berhala.
Pulau Berhala terletak pada koordinat 0°.51’37” -
0°.51’43” lintang selatan dan 104°.24’19,2” -
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Gugusan Pulau Berhala berada dalam wilayah kelautan Provinsi Jambi
54
104°.24’21,6” bujur timur. Jarak antara Pulau Berhala
dengan Nipah Panjang yang terletak di Kabupaten
Tanjung Jabung Timur, ± 7.46 mil (12 km), sedangkan
jarak antara Pulau Berhala dengan Pulau Singkep yang
terletak di Kabupaten Lingga ± 11.5 mil (18,5 km). Hal
ini berarti bahwa Pulau Behala tersebut berada di dalam
wilayah laut Provinsi Jambi, sebagaimana diatur dalam
Pasal 18 ayat (4) UU No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah. Sebenarnya jarak Pulau Berhala
dengan titik terluar pantai Sumatera, yaitu Ujung Jabung,
di muara Sungai Jambi (Sungai Batanghari), hanya 2,5
mil luat. Hal ini sebelumnya sudah ditegaskan dalam
“Piagam Tanah Simpang” yang ditulis oleh Anakndo
Ngebi Suthodilogo, dalam kitab kuno berjudul: “Silsilah
Raja-raja Jambi dan Undang Pencacahan yang
menyatakan:
“............adapun perbatasannya sebelah kanan keluar Kuala Jambi, Sungai Banu, di lautnya Pulau Berhala paduraksa dengan tanah Palembang, dan yang
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Gugusan Pulau Berhala berada dalam wilayah kelautan Provinsi Jambi
55
sebelah kiri keluar Tungkal Babu, paduraksa dengan tanah Tungkal, dan di Kuala Jambi perbatasannya pinggir laut Tanjung Jabung di laut pulau Berhala sepemedilan ke lautnya paduraksa dengan tanah Lingga Daik”.2
Anak kalimat yang berbunyi “Pulau Berhala sepemedilan
ke lautnya paduraksa dengan tanah Lingga Daik”,
mengandung arti bahwa wilayah laut Jambi waktu itu
diukur mulai dari Pulau Berhala, ke arah tanah Lingga,
“sepemedilan” jauhnya (sekarang diukur dengan
tembakan meriam, yang jarak tembaknya mencapai 12
mil laut). Dari fakta ini, jelas bahwa Pulau Berhala
tersebut berada dalam wilayah laut Provinsi Jambi.
Apabila kita perhatikan keadaan Pulau Berhala di
masa lalu, melalui tulisan para penulis dan catatan para
penjabat Pemerintah Belanda di zamannya, kita semakin
yakin bahwa Pulau Berhala tersebut memang
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari 2 Anakndo Ngebi Suthodilogo, “Silsilah Raja Jambi dan Undang Pencacahan”,
1211 H.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Gugusan Pulau Berhala berada dalam wilayah kelautan Provinsi Jambi
56
Provinsi Jambi. Seorang penulis berkebangsaan Belanda
yaitu J.W.J. Wellan dalam tulisannya ”Het Eiland Berhala
Bij Djambi” di dalam buku “Tijdschrift van Het Koninklijk
Nederlandch Aardrijkskundig”, oleh E.J. Brill, Leiden
(1925), menyebutkan bahwa kedalaman laut antara
Pulau Verella ( Pulau Berhala) dengan Tanjonbon
(Tanjung Jabung) adalah sekitar 7-12 vadem (13,6 -
22,56 m), dan di bahagian utara Pulau Varella (Pulau
Berhala), mempunyai kedalaman 16 -17 vadem (30 -
31,96 m).3
Jan Deman di dalam Atlas Nieuwe Groote
Lichtende Zeefakkel, Het Derde Deel (1753), dalam
catatannya menyebutkan bahwa jalur pelayaran di
sebelah barat Pulau Berhala kedalaman lautnya antara
11-12 vadem (21 vadem = 1,698/1,88 m). Sedangkan
dalam catatan Panduan Pelayaran (Zeemansgids)
3 Terjemahan S.Hartini Adi-Woso, dkk, 1998, J.W.J Wellan: “Het Eiland Berhala
Bij Dambi”, dalam Tijdschrift van Het Koninklijk Nederlandsch Aardrijkundig
Genootschap, E.J. Brill, Leiden 1925.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Gugusan Pulau Berhala berada dalam wilayah kelautan Provinsi Jambi
57
terbitan akhir (lihat Penelitian Negeri No. 70 dan 72),
disebutkan bahwa di pantai barat dan utara Pulau
Berhala lebih dari 0,5 mil laut dari daratan terdapat
tempat pembuangan sauh, dengan kedalaman 7-8
vadem. Data ini menunjukkan bahwa laut yang terletak
antara Pulau Berhala dengan Pulau Sumatera relatif
dangkal, sehinga berdasarkan teori “landas kontinen”
dapat diperkirakan bahwa dulunya, Pulau Berhala
tersebut menyatu dengan Pulau Sumatera. Hal ini
diperkuat lagi dengan apa yang ditemukan dalam naskah
kuno yang berjudul: “Silsilah Raja-raja Jambi dan
Undang Pencacahan”, karangan Anakndo Ngebi
Suthodilogo, yang menyebutkan “Adapun Pulau Berhala
itu putusan Tanjung Jabung, masa itu baharulah watas
lutut dalam airnyo antara Tanjung Jabung dengan Pulau
Berhala. Lagi boleh berjalan kaki dari Tanjung Jabung ke
Pulau Berhala”.4
4 Suthodilogo, Op Cit.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Gugusan Pulau Berhala berada dalam wilayah kelautan Provinsi Jambi
58
Pulau Berhala panjangnya 1 km dan lebar 700 m,
dengan luas 53,32 Ha, terletak 60 m, di atas permukaan
laut, dengan iklim tropis. Permukaan Pulau Berhala
terdiri dari lereng-lereng curam, yang berbatuan (batu
granit), di antaranya terdapat 2 buah bukit kecil, dan
memiliki beberapa bibir pantai yang berpasir putih. Di
Pulau Berhala terdapat sumber mata air, sehingga dari
dulu sampai sekarang Pulau Berhala dijadikan tempat
persinggahan oleh para pelaut/nelayan, untuk
mengambil air minum. Pertanian yang mungkin
dikembangkan di Pulau Berhala adalah kelapa, karena
kelapa adalah tanaman yang cocok untuk kondisi tanah
dan iklim Pulau Berhala. Oleh karena itu mata pencarian
utama penduduk Pulau Berhala adalah sebagai nelayan
dan berkebun kelapa. Untuk kondisi sekarang, Pulau
Berhala boleh dikatakan tidak memiliki nilai ekonomis
yang tinggi.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Gugusan Pulau Berhala berada dalam wilayah kelautan Provinsi Jambi
59
Sebenarnya potensi yang dimiliki Pulau Berhala,
berupa alam yang indah dengan iklim tropis, serta
pantai yang berpasir putih, dapat dikembangkan sebagai
daerah wisata. Tetapi untuk itu dibutuhkan investasi
yang cukup besar, guna membangun sarana dan
prasarana. Potensi sumber daya alam lainnya yang
terkandung di Pulau Berhala, berupa bahan tambang,
masih sebatas isu, belum dilakukan penelitian yang
mendalam.
Penduduk yang mendiami Pulau Behala adalah
etnis Melayu yang mempunyai hubungan kekerabatan
dengan penduduk Kecamatan Nipah Panjang dan
Kecamatan Sadu, Kabupaten Tanjung Jambung Timur.
Berdasarkan penuturan dari Raja Muhammad,
moyangnya telah mengusahakan perkebunan kelapa di
Pulau Berhala semenjak tahun 1895. Pada tahun 1905,
kebun kelapanya semakin luas, dengan 2000 batang
pohon. Pada tahun 1967, di samping Raja Muhammad,
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Gugusan Pulau Berhala berada dalam wilayah kelautan Provinsi Jambi
60
di Pulau Berhala juga bermukim Pak Saleh, berasal dari
Rantau Rasau, Wak Hasan dan Pak Tancap berasal dari
Nipah Panjang dan Mak Nuk (Meli) berasal pulau Daik.
Tanah di Pulau Berhala 98% dimiliki oleh Raja Umar
dan Raja Rusli keturunan dari Raja Mahmud.
Pada tahun 1983 Pulau Berhala merupakan
bahagian dari RT. 13 Desa Sungai Itik, Kecamatan Nipah
Panjang, Kabupaten Tanjung Jabung, dengan penduduk
sebanyak 9 KK, yang berasal dari Nipah Panjang, yaitu:
1. Keluarga Raja Mahmud.
2. Keluarga Raja Abdulrahman.
3. Keluarga Lingga.
4. Keluarga Mandak.
5. Kelurga Tolib dan
6. Keluarga Said Ahmad.
Sedangkan 3 KK lainnya berasal dari Pulau Singkep,
yaitu:
1. Keluarga Ahmad.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Gugusan Pulau Berhala berada dalam wilayah kelautan Provinsi Jambi
61
2. Keluarga Abu Bakar.
3. Keluarga Kari.
Dari tahun ke tahun penduduk Pulau Berhala
selalu berkembang, pada tahun 2001 berjumlah 12
KK/40 jiwa, tahun 2002 berjumlah 23 KK, tahun 2004
berjumlah 33 KK/136 jiwa dan pada tahun 2007, terdiri
31 KK/102 jiwa.
Secara administratif, semenjak tahun 1999, Pulau
Berhala berstatus sebagai sebuah RT, yaitu RT. 13
termasuk dalam Desa Sungai Itik, Kecamatan Sadu,
Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Pada Pemilu 1971,
1977 dan l982, penduduk Pulau Berhala menggunakan
hak pilihnya di Kecamatan Nipah Panjang. Sedangkan
pada Pemilu 2004 dan Pemilu 2009, baik Pemilu
Legislatif maupun Pilpres, KPU Tanjung Jabung Timur
menempatkan sebuah TPS di Pulau Berhala yaitu TPS 6,
sebagai tempat pemungutan suara bagi penduduk Pulau
Berhala. Begitu juga pada Pemilihan Gubernur dan
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Gugusan Pulau Berhala berada dalam wilayah kelautan Provinsi Jambi
62
Pemilihan Bupati Tanjung Jabung Timur, KPU Kabupaten
Tanjung Jabung Timur selalu menempatkan sebuah TPS
di Pulau Berhala. Hal ini membuktikan bahwa secara
administratif dan politis, Pulau Berhala adalah
merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jambi.
Sebelum dinyatakan oleh Menteri Dalam Negeri
Pulau Berhala dalam keadaan status quo, Pemerintah
Provinsi Jambi/Kabupaten Tanjung Jabung Timur, dalam
rangka pemberian pelayanan dan peningkatan
kesejahteraan bagi masyarakat Pulau Berhala, telah
memberikan bantuan berupa bantuan proyek dan
bangunan fisik. Pada tahun2001 Provinsi Jambi, dan
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, telah memberikan
bantuan melalui beberapa Dinas, kepada penduduk
Pulau Berhala:5
I. Dinas Kelautan dan Perikanan :
5 Baca Pemerintah Provinsi Jambi, “Gugusan Pulau Berhala merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Wilayah Provinsi Jambi (Suatu Analisis Yuridis,
Historis, Geografis, Pemerintahan dan Sosial Budaya)”, 2007, hlm. 40-42.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Gugusan Pulau Berhala berada dalam wilayah kelautan Provinsi Jambi
63
1. 4 (empat) unit kapal penangkap ikan.
2. 4 (empat) paket alat penangkap ikan (jaring tangsi).
3. 140 unit alat tangkap bubu.
4. 1 unit GPS.
5. 1 unit keramba penampung ikan, dengan ukuran 3
x 2,5 m.
6. 1 unit tempat pelelangan ikan mini.
7. 1 unit Pos Pengawas Terpadu, dengan ukuran 24
m².
8. Proyek pelestarian batu karang, dan
9. 1 unit mesin genset dan bangunan MCK untuk
Kelompok Tani.
II. Dinas Kimpraswil .
1. Perbaikan rumah penduduk sebanyak 50 unit.
2. Pembangunan 14 unit rumah.
3. Pembanguan Pendopo ( melalui Bakti TNI).
4. Penataan makam Datuk Paduko Berhalo.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Gugusan Pulau Berhala berada dalam wilayah kelautan Provinsi Jambi
64
5. Pembangunan dermaga dan jalan cor beton
sepanjang 1,5 km.
6. Pembangunan Pos AIRUD (dengan personil 3
orang).
7. Pembangunan Pos BABINKANTIBMAS dan
BABINSA (dengan personil masing-masing 1 orang).
III. Dinas Pendidikan :
1. Pembangunan 1 gedung Sekolah Dasar (2 lokal).
2. Penempatan 2 orang guru SD.
3. Pembayaran honororium guru SD untuk tahun
2003, 2004 dan 2005.
IV. Dinas Kesehatan.
1. Membangun 1 unit Puskesmas Pembantu (lengkap
dengan peralatan/obat-obatan).
2. Pengadaan 1 orang tenaga medis (tenaga honorer).
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Gugusan Pulau Berhala berada dalam wilayah kelautan Provinsi Jambi
65
V. Dinas Pertanian dan Dinas Peternakan, telah
memberikan bantuan berupa:
1. Memberikan bantuan bibit sawo, rambutan, jeruk
kepada kelompok tani.
2. Memberikan ayam sebanyak 100 ekor untuk
Kelompok Tani.
VI. Dinas Perindustrian dan Perdagangan telah
memberikan bantuan berupa:
1. Bantuan modal usaha sebesar Rp.20.000.000.-
2. Pelatihan pembuatan ikan sale.
Selain melalui Dinas, Pemerintah Provinsi Jambi sendiri
telah memberikan bantuan berupa:
1. Tanah seluas 2 Ha.
2. 1 unit TV 21 inci dan 1 unit parabola.
3. Msing-masing 1 set peralatan olah raga bulu tangkis
dan volleyball.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Gugusan Pulau Berhala berada dalam wilayah kelautan Provinsi Jambi
66
4. Meja belajar dan papan tulis.
5. Peralatan rumah tangga untuk para medis.
Sebenarnya Pulau Berhala telah memiliki sejarah
yang panjang, dan cukup berperan di zamannya. Di masa
jayanya Kerajaan Melayu Jambi, sekitar abad ke 4 - 18 M,
masyarakat internasional telah mengenal Pulau Berhala.
Di masa itu sudah dikenal beberapa pelabuhan dagang
sebagai bandar internasional yang disinggahi oleh
pedagang-pedagang mancanegara. Bandar internasional
tersebut antara lain, Muaro Tebo, Muara Tembesi (San-
fo-tsi), Jambi (Chan-pi) dan Kumpeh (Kien-pi) sebagai
pelabuhan transit. Dengan adanya perdagangan bebas
waktu itu, maka pelayaran dari mancanegara ke
pelabuhan tersebut di atas menjadi sangat ramai. Waktu
itu Selat Berhala adalah merupakan pintu masuk ke
pelabuhan tersebut di atas. Dengan ramainya pelayaran
di Selat Berhala, maka waktu itu Pulau Berhala berfungsi
sebagai mercu suar (penunjuk arah) bagi kapal-kapal
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Gugusan Pulau Berhala berada dalam wilayah kelautan Provinsi Jambi
67
yang akan masuk ke kuala Jambi, menuju pelabuhan
Muaro Tebo, Muara Tembesi dan Jambi.
Dengan perannya sebagai mercu suar (penunjuk
arah) bagi kapal-kapal dari mancanegara, yang akan
memasuki pelabuhan yang ada di Kerajaan Melayu
Jambi, maka Pulau Berhala semakin dikenal oleh para
pelaut/pedagang dari mancanegara, yang terdiri dari
berbagai bangsa, seperti Cina, Jepang, Vietnam, Thailand,
Srilangka, India, Birma, Arab, Persia, Turki, Perancis,
Portugis, di samping bangsa Belanda sendiri. Bangsa-
bangsa tersebut menyebut Pulau Behala dengan
sebutannya masing-masing, sesuai dengan
bahasa/dialek yang dipakainya. Pelaut/pedagang dari
Arab, Turki dan Iran menyebut Pulau Berhala dengan
sebutan “Pulau Dakjal”. Orang Belanda menyebutnya
Pulau Afgod, sedangkan Tome Pires, seorang pelaut
Portugis menyebutnya “Pulau Berella”. Orang Jerman
menyebutnya “Pulau Bertail” dan orang Perancis
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Gugusan Pulau Berhala berada dalam wilayah kelautan Provinsi Jambi
68
menyebutnya “Pulau Verella”. Apapun sebutan yang
digunakan, sesuai bahasa/dialek masing-masing,
maksudnya tetaplah Pulau Berhala, karena di Pulau
tersebut banyak terdapat patung-patung (berhala)
peninggalan agama Budha.
Begitu seringnya pelaut/pedagang asing berlalu-
lalang di sekitar Pulau Berhala, sebelum memasuki
pelabuhan yang ada di Kerajaan Melayu Jambi, mereka
merasa dan meyakini bahwa Pulau Berhala tersebut
adalah milik Kerajaan Melayu Jambi. Sebagai contoh
pelaut/pedagang Portugis, untuk bisa berlayar di
perairan Selat Berhala, harus mendapatkan izin
bergerak/berlayar dari “Pangeran” (Raja) Jambi. Hal ini
ditulis oleh J.W.J. Wellan, dalam bukunya yang berjudul:
“Het Eiland Berhala Bij Jambi “, ( 1925) sebagai berikut:
“Sehelai surat di awal 1653 sangat menarik, yaitu yang disebut perbatasan daerah “Pangeran” (Raja) Jambi. Bekas pedagang Jacop Nolpe mengeluh pada Pangeran (Raja) Jambi dengan adanya kapal
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Gugusan Pulau Berhala berada dalam wilayah kelautan Provinsi Jambi
69
Portugis di Sungai Jambi. Dia khawatir orang-orang asing ini merugikan perdagangan Compagnie. Dia mendapat jawaban bahwa Pangeran telah memberi surat bebas bergerak di Sungai Jambi kepada nakhoda Portugis. Daerah hukumnya terbentang dari timur hingga Sungai Item ke laut, dan dari laut sampai Pulau Verella (Berhala), serta di utara sampai Sungai Tocnkal (Tungkal)”.6
6 S.Hartini Adi-Woso, dkk, Op. Cit, hlm. 3.
PERJUANGAN GIGIH RAKYAT JAMBI
DALAM MEMPERTAHANKAN GUGUSAN
PULAU BERHALA
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Status Gugusan Pulau Berhala mulai dari Kerajaan Melayu Jambi sampai zaman kemerdekaan
70
BAB III
STATUS GUGUSAN PULAU BERHALA
DILIHAT DARI BEBERAPA ASPEK
Upaya pembuktian bahwa Gugusan Pulau Berhala
adalah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari wilayah Provinsi Jambi, harus dilakukan melalui
berbagai aspek, seperti aspek sejarah, sosial/budaya,
administrasi/pemerintahan dan aspek hukum. Semua
aspek tersebut saling berkaitan dan saling mendukung
satu sama lain, namun yang paling menentukan dalam
hal ini adalah aspek hukum, karena sengketa Gugusan
Pulau Berhala adalah menyangkut masalah hukum, yaitu
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Berhubung sengketa Gugusan Pulau Berhala tersebut
terjadi di masa sekarang, maka hukum yang
diberlakukan adalah hukum positif, yaitu peraturan
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Status Gugusan Pulau Berhala mulai dari Kerajaan Melayu Jambi sampai zaman kemerdekaan
71
perundang-undangan yang berlaku, yang ada kaitannya
dengan Gugusan Pulau Berhala.
I. Status Gugusan Pulau Berhala ditinjau dari aspek
sejarah.
Dengan menelusuri sejarah Jambi di masa lalu,
mulai dari Kerajaan Melayu Jambi, sampai zaman
kemerdekaan, kita akan menemukan bukti-bukti
yang menunjukkan bahwa Gugusan Pulau Berhala,
adalah merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari Provinsi Jambi. Bukti-bukti tersebut
berupa dokumen-dokumen, seperti piagam, traktat,
staatsblad dan catatan-catatan para penulis dan
penjabat Pemerintah Belanda di zamannya.
“Piagam Tanah Simpang”, yang ditulis ulang
oleh Anakndo Ngebi Suthodilogo, dalam naskah kuno
yang berjudul: “Silsilah Raja-raja Jambi dan Undang
Pencacahan”, antara lain menyebutkan:
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Status Gugusan Pulau Berhala mulai dari Kerajaan Melayu Jambi sampai zaman kemerdekaan
72
“bahwa telah dilakukan pembagian tanah antara Orang Kayo Hitam dengan saudaranya Orang Kayo Pingai. Dalam pembagian tersebut, Orang Kayo Pingai mendapat bagian mulai Tanah Tanjung Dalam Kumpeh yang sebelah kanan hilir sungai Ketapang seliuk selingkuh sungai itu, terjun ke arah dalam, dari situ menuju sungai Banu, paduraksa dengan tanah Palembang, milir sampai muaranya di laut Pulau Benu. Dan yang sebelah ke hilir sungai Pambusiran meliuk selingkuh sungai itu dari situ menuju Pematang Patah, dari situ menuju ke arah dalam, dari situ mendarat menuju Tungkal Babu dan kelautnya Pulau Berhala sepemedilan kelautnya paduraksa dengan tanah Lingga Daik. Maka adalah adat, orang Simpang itu mengetahui rantau dan orang kuala mengetahui laut”.7
Dari pernyataan ini terbukti bahwa Pulau Berhala
jelas merupakan bagian dari wilayah Kerajaan
Melayu Jambi.
Ada beberapa peristiwa yang terjadi di
Kerajaan Melayu Jambi, yang dicatat oleh J.W.J.
7 Suthodilogo, Op Cit.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Status Gugusan Pulau Berhala mulai dari Kerajaan Melayu Jambi sampai zaman kemerdekaan
73
Wellan dalam tulisannya yang berjudul : “Het Eiland
Berhala Bij Jambi”, l925, yang dapat membuktikan
bahwa Pulau Berhala tersebut adalah merupakan
bagian dari Kerajaan Melayu Jambi. Salah satu
catatannya menyebutkan:
“Sehelai surat di awal Maret 1653 sangat menarik, yaitu yang disebut perbatasan daerah “Pangeran” (Raja) Jambi. Bekas pedagang Jacop Nolpe mengeluh pada Pangeran Jambi dengan adanya kapal Portugis di Sungai Jambi. Dia khawatir orang-orang asing ini merugikan perdagangan Compagnie. Dia mendapat jawaban bahwa Pangeran telah memberi surat bebas bergerak di Sungai Jambi pada Nakhoda Portugis. Daerah hukumnya terbentang dari timur hingga Sungai Item ke laut, dan dari laut sampai Pulau Verella (Behala), serta diutara sampai Sungai Tonckal (Tungkal)”.
Selanjutnya J.W.J. Welland mencatat pula dalam
tulisannya:
“Hak milik Raja Jambi atas Pulau Berhala ini sekali lagi masih dibicarakan, antara lain
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Status Gugusan Pulau Berhala mulai dari Kerajaan Melayu Jambi sampai zaman kemerdekaan
74
dengan kasus Tn. Skinner melawan Engelsche Oost-Indische Compagnie. Ternyata Pangeran Rattow (Pangeran Ratu), Raja Jambi yang disebut “roggebbroodkuning” (roti dari sejenis gandum kasar), yaitu sebutan dalam tulisan resmi untuk raja yang tidak disenangi oleh pegawai Compagnie dan Pangeran Pulau Bhrala (Berhala), atas persetujuan dan sepengetahuan keluarga raja serta para pembesar, telah menjualnya pada Tn. Skinner, keturunannya, dan mereka yang mendapat haknya. Dapat ditambahkan bahwa Skinner berkali-kali kalah dalam proses yang “wajar”, dan pulau kembali menjadi milik Jambi, sehingga sekarang juga masuk Keresidenan Jambi”.8
Kemudian dalam beberapa literatur yang
ditulis oleh para penulis di zamannya, yang dapat
diterima sebagai suatu doktrin, akan dapat
membuktikan bahwa Pulau Berhala adalah
merupakan bagian dari Provinsi Jambi. Salah satu di
8 S.Hartini Adi-Woso, dkk, Op. Cit, hlm. 3.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Status Gugusan Pulau Berhala mulai dari Kerajaan Melayu Jambi sampai zaman kemerdekaan
75
antaranya adalah apa yang dikemukakan oleh J.
Tideman, dalam bukunya “Djambi“, menyebutkan:
”Tot de residentic behooren de Berbak-eilanden aan monding van de Soengai Berbak, de rechterunitmonding Van de Batang Hari, en de Berhala groep, gelegan tegenover Tandjung Djabung. (Wilayah Keresidenan Jambi meliputi juga Pulau Berbak, wilayah Soengai Berbak di Muara Batang Hari dan juga Gugusan Pulau Berhala yang merupakan bagian Tandjung Djabung)”.9
Dalam Encyclopedia Van Nederlandsch Indie,
Mr. Dr. Paulus, menyebutkan: ” bahwa Pulau Berhala
termasuk di dalam wilayah Keresidenan Jambi”.10
Peta-peta resmi yang dikeluarkan oleh Pemerintah
Belanda, juga membuktikan bahwa Pulau Berhala
tersebut termasuk dalam wilayah administrasi
Afdeeling Jambi. Salah satu di antaranya adalah
9 J. Tideman, “Djambi”, (Koninklijk Vereneging Kolonial Instituut, Amsterdam
Madeling Nomor XLII, 1938), hlm. 14. 10
Mr. Dr. Paulus, “Encyclopedia Van Nederlandsch Indie”, 1917, hlm. 12.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Status Gugusan Pulau Berhala mulai dari Kerajaan Melayu Jambi sampai zaman kemerdekaan
76
Schetskaart Residentie Djambi, Aangevende de
Plaatsnamen en Genzen, Schaal 1 : 70.000.
Di samping itu yang tidak kalah pentingnya
adalah Staatsblad, yang merupakan produk hukum
resmi dari Pemerintah Belanda, untuk membuktikan
bahwa Gugusan Pulau Berhala adalah merupakan
bagian dari Keresidenan Jambi. Salah satu di
antaranya adalah Staatsblad Van Nederlandsch Indie,
Nomor: 187 Tahun 1906, Binnelandsch Bestuur,
Sumatera’s Wetkust, Palembang, Djambi, Korinci.
(Instelling van het Djambi). Staatsblad ini
menyebutkan bahwa Keresidenan Jambi berasal dari
Kerajaan Melayu Jambi. Berhubung Pulau Berhala
merupakan bagian wilayah Kerajaan Melayu Jambi,
maka dengan sendirinya Pulau Berhala juga menjadi
bagian dari Keresidenan Jambi.
Sebenarnya apabila kita mau menilainya secara
objektif, kalau kita telusuri sejarah Kesultanan Lingga
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Status Gugusan Pulau Berhala mulai dari Kerajaan Melayu Jambi sampai zaman kemerdekaan
77
di masa lalu, sebenarnya Provinsi Kepri juga
mempunyai bukti sejarah yang menunjukan bahwa
Pulau Berhala pernah berada di bawah Kesultanan
Lingga. Kontrak 1 Desember 1857, (Contract met den
Sultan van Lingga, Riouw en Onderhoorigheden dd 1
Desember 1857), menyebutkan bahwa Pulau Berhala
dan seluruh gugusan pulau-pulau di sekitarnya
menjadi daerah kekuasaan (taklukan) Sultan Lingga.
Terbukti kemudian pada saat pembangunan menara
api (mercu suar) sebagai pemandu pelayaran di Selat
Berhala, Pemerintah Belanda pada tahun 1858
mengajukan permohonan izin kepada Sultan Lingga
untuk mendapatkan tempat pembangunan menara
api tersebut di perairan Selat Berhala. Hal ini jelas
membuktikan bahwa pada waktu itu Pulau Berhala
berada di bawah kekuasaan Sultan Lingga.11 Hal ini
berarti sebelumnya Gugusan Pulau adalah
11
Laporan Provinsi Kepri, Op. Cit., hlm. iii.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Status Gugusan Pulau Berhala mulai dari Kerajaan Melayu Jambi sampai zaman kemerdekaan
78
merupakan bagian wilayah Kerajaan Melayu Jambi,
kemudian melalui penaklukan dikuasai oleh
Kesultanan Lingga. Tetapi kemudian “Korte
Verklaring Lingga 1905”, menyebutkan bahwa secara
de facto Kesultanan Lingga adalah taklukan
Pemerintah Belanda, sehingga semenjak itu seluruh
wilayah Kesultanan Lingga, berada di bawah
kekuasan Pemerintah Belanda, sudah barang tentu di
dalamnya juga termasuk Pulau Berhala. Hal ini
berarti semenjak itu Pulau Berhala tidak lagi berada
di bawah kekuasaan Sultan Lingga, tetapi berada di
bawah kekuasaan Pemerintah Belanda. Berdasarkan
hal ini kemudian Pemerintah Belanda
mengembalikan Pulau Berhala kepada Jambi, melalui
Staatsblad tahun 1906 No. 187, dengan membentuk
Keresidenan Jambi, dimana di dalam Staatsblad
tersebut disebutkan bahwa Keresidenan Jambi
berasal dari Kerajaan Melayu Jambi. Berhubung Pulau
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Status Gugusan Pulau Berhala mulai dari Kerajaan Melayu Jambi sampai zaman kemerdekaan
79
Berhala sebelumnya adalah merupakan bagian dari
Kerajaan Melayu Jambi, maka dengan sendirinya
Pulau Berhala juga merupakan bagian dari
Kresidenan Jambi.
Dari fakta sejarah yang dikemukakan di atas,
ternyata kepemilikan atas Pulau Berhala, belangsung
secara silih berganti, antara Kerajaan Melayu Jambi,
Kesultanan Lingga dan Pemerintah Belanda.
Mengingat begitu besarnya peranan Pulau Berhala di
masa itu, malah orang-orang Johor pernah
mengklaim bahwa Pulau Berhala itu milik mereka.12
Silih bergantinya kepemilikan Pulau Berhala di masa
lalu, bisa disebabkan karena penaklukan, atau adanya
perjanjian dan bisa juga karena kebijakan Pemerintah
Belanda waktu itu. Oleh karena itu fakta sejarah dan
hukum dimasa lalu, tidak dapat digunakan sebagai
dasar membuat putusan untuk kasus di masa
12
S.Hartini Adi-Woso, dkk, Op. Cit, hlm. 4
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Status Gugusan Pulau Berhala mulai dari Kerajaan Melayu Jambi sampai zaman kemerdekaan
80
sekarang, terkecuali tidak ada hukum di masa
sekarang yang mengaturnya. Khusus untuk masalah
Gugusan Pulau Berhala, cukup banyak peraturan
perundang-undangan yang mengaturnya. Prinsipnya,
masalah yang timbul sekarang, harus diselesaikan
dengan hukum positif, yaitu hukum yang berlaku
sekarang. Dalam hal ini berlaku adagium : “Lex a
priori derogat lex posteriori” . ( Hukum yang baru
mengenyampingkan hukum yang terdahulu).
II. STATUS PULAU BERHALA DILIHAT DARI ASPEK
SOSIAL/BUDAYA.
Rakyat Jambi berjuang dengan gigih
mempertahankan Gugusan Pulau Berhala, agar tetap
berada dalam wilayah Provinsi Jambi, bukan karena
motif ekonomi. Rakyat Jambi memperjuangkan
Gugusan Pulau Berhala, karena menyangkut harkat
dan martabat rakyat Jambi sendiri. Bagi rakyat Jambi
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Status Gugusan Pulau Berhala mulai dari Kerajaan Melayu Jambi sampai zaman kemerdekaan
81
keberadaan Gugusan Pulau Berhala, mengandung
nilai sejarah dan nilai budaya yang sangat luhur. Di
Pulau Berhala dimulainya sejarah Kerajaan Melayu
Jambi, dan di Pulau Berhala pula dimakamkan leluhur
raja-raja Jambi, yaitu Datuk Paduko Berhala.
Ada pihak tertentu yang dengan sinis
mengatakan: “Apabila orang Jambi mengklaim Pulau
Berhala sebagai milik mereka, karena di sana
dimakamkan Datuk Paduko Berhala, mengapa orang
Jawa tidak mengklaim Makasar sebagai milik mereka,
karena di sana dimakamkan Pangeran Diponegoro?”.
Pernyataan semacam ini adalah sangat kekanak-
kanakan, dan menunjukan yang bersangkutan tidak
memahami sejarah. Masalah Pangeran Diponegoro
dengan Datuk Paduko Berhala berbeda sama sekali.
Pangeran Diponegoro sebagai Pahlawan Nasional,
dimakamkan di Makasar karena beliau dibuang ke
Makasar oleh penjajah Belanda dan meninggal di
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Status Gugusan Pulau Berhala mulai dari Kerajaan Melayu Jambi sampai zaman kemerdekaan
82
sana. Sedangkan Datuk Paduko Berhala, pernah
bermukim di Pulau Berhala, memulai perannya ikut
membangun Kerajaan Melayu Jambi di sana, dan
dimakamkan di sana. Malahan hukum adat
dibeberapa daerah, mengajarkan, bahwa salah satu
bukti kepemilikan atas tanah ulayat adalah adanya
“bepandam bepekuburan” di tanah tersebut.
Sejarah mencatat bahwa Datuk Paduko
Berhala, sebelumnya bernama Achmad Barus II,
putra Raja Turki. Sumber lain menyebutkan bahwa
Datuk Paduko Berhala sebelumnya bernama Ahmad
Salim.13 Dalam pelayarannya, Achmad Barus II
(Ahmad Salim) kebetulan terdampar di Pulau Berhala
dan sementara bemukim di sana. Sebagai seorang
muslim Achmad Barus II (Ahmad Salim), melihat
banyaknya berhala (patung-patung) peninggalan
13
Uka Tjandrasasmita, “Seminar Sejarah Maritim Indonesia: Kajian Sejarah
Pulau Berhala”, (Jakarta, 2002), hlm. 2.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Status Gugusan Pulau Berhala mulai dari Kerajaan Melayu Jambi sampai zaman kemerdekaan
83
agama Budha di Pulau Berhala, hatinya terpanggil
untuk memusnahkan berhala-berhala tersebut.
Konon karena hal itulah beliau diberi gelar Datuk
Paduko Berhala. Dari Pulau Berhala inilah beliau
memulai melangkahkan kakinya untuk ikut berperan
dalam membangun Kerajaan Melayu Jambi, bersama
istrinya Putri Selaro Pinang Masak. Perkawinannya
dengan Putri Selaro Pinang Masak, raja Kerajaan
Jambi waktu itu, membuka peluang baginya untuk
melahirkan keturunan raja-raja Jambi dikemudian
hari dan sekaligus menyebarkan agama Islam. Dari
perkawinannya dengan Putri Selaro Pinang Masak,
lahirlah beberapa orang putra-putri, yang nanti akan
memerintah di Kerajaan Melayu Jambi, yaitu Orang
Kayo Pingai, Orang Kayo Kedataran, Orang Kayo
Hitam, dan yang bungsu seorang putri bernama
Orang Kayo Gemuk. Dari sinilah bermula turunan
raja-raja Kerajaan Melayu Jambi, bermula dari Orang
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Status Gugusan Pulau Berhala mulai dari Kerajaan Melayu Jambi sampai zaman kemerdekaan
84
Kayo Pingai, kemudian digantikan oleh Orang Kayo
Hitam dan terakhir sampai ke Sulthan Thaha
Syaifuddin.
Setelah hampir 20 tahun Datuk Paduko Berhala
mendampingi Putri Selaro Pinang Masak memerintah
Kerajaan Melayu Jambi, yang waktu itu berpusat di
Ujung Jabung, pada 1480 M, beliau wafat dan
dimakamkan di Pulau Berhala, atas wasiat dari beliau.
Makam inilah yang dikeramatkan oleh rakyat Jambi ,
karena Datuk Paduko Berhala merupakan cikal bakal
keturunan raja-raja Kerajaan Melayu Jambi, dan
penyebar agama Islam di masanya. Oleh karena itu
setiap tahun Pemerintah bersama warga masyarakat
Jambi, mengadakan “haul”, memperingati hari ulang
tahun wafatnya Datuk Paduko Berhala yang
diselenggarakan di Pulau Berhala.
Dari aspek sosial kemasyakatan dan budaya,
penduduk Pulau Berhala, yang sebelumnya berasal
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Status Gugusan Pulau Berhala mulai dari Kerajaan Melayu Jambi sampai zaman kemerdekaan
85
dari Kecamatan Nipah Panjang dan Kecamatan Sadu,
Kabupaten Tangjung Jabung Timur, memiliki bahasa
dan adat istiadat yang sama dengan penduduk
Kecamatan Nipah Panjang dan Kecamatan Sadu pada
umumnya. Dari sisi mata pencaharian penduduk
Pulau Berhala sama dengan mata pencaharian
penduduk Kecamatan Nipah Panjang dan Kecamatan
Sadu, yaitu sebagai nelayan dan petani kelapa.
Berhubung secara geografis jarak antara Pulau
Berhala dengan Kecamatan Nipah Panjang dan
Kecamatan Sadu, relatif sangat dekat, sehingga
hubungan komunikasi dan transportasi menjadi
lancar. Dari sisi perekonomian, Pulau Berhala sangat
tergantung kepada Kecamatan Nipah Panjang dan
Kecamatan Sadu. Kebutuhan sembako penduduk
Pulau Berhala pada umumnya dipasok dari
Kecamatan Nipah Panjang dan Kecamatan Sadu.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Status Gugusan Pulau Berhala mulai dari Kerajaan Melayu Jambi sampai zaman kemerdekaan
86
Dilihat dari aspek sosial budaya, penduduk
Pulau Berhala merasakan bahwa mereka adalah
merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari
rakyat Jambi dan sebaliknya rakyat Jambi merasakan
adanya keterikatan batin antara mereka dengan
Gugusan Pulau Berhala.
III. STATUS GUGUSAN PULAU BERHALA DILIHAT
DARI ASPEK ADMINISTRASI/PEMERINTAHAN.
Berdasarkan UU No. 54 Tahun 1999 tentang
Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Tebo, Muaro
Jambi, dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, jo UU
No. 25 Tahun 2002 tentang Pembentukan Provinsi
Kepulauan Riau, jo UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, Gugusan Pulau Berhala adalah
merupakan bagian wilayah administrasi Provinsi
Jambi. Gugusan Pulau Berhala merupakan RT. 13
Desa Sungai Itik, Kecamatan Sadu, Kabupaten
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Status Gugusan Pulau Berhala mulai dari Kerajaan Melayu Jambi sampai zaman kemerdekaan
87
Tanjung Jabung Timur. Sebenarnya jauh sebelum
pemekaran daerah, Gugusan Pulau Berhala juga
sudah berstatus sebagai RT.13 Desa Sungai Itik.
Hanya saja waktu itu tidak berarada dalam wilayah
Kecamatan Sadu, tetapi berada dalam wilayah
Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung
Jabung.
Penduduk Pulau Berhala yang berjumlah 136
jiwa, terdiri dari 33 KK, adalah pemegang kartu
penduduk Kecamatan Sadu, Kabupaten Tanjung
Jabung Timur, dengan kata lain penduduk Pulau
Berhala adalah warga Provinsi Jambi. Hal ini
dibuktikan lagi dengan kenyataan dalam beberapa
kali Pemilu, penduduk Pulau Berhala menggunakan
hak pilihnya di wilayah hukum Provinsi Jambi, yaitu
di Kecamatan Nipah Panjang. Malahan sejak Pemilu
tahun 2004, KPU Kabupaten Tanjung Jabung Timur
selalu menempatkan 1 TPS di Pulau Berhala, sebagai
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Status Gugusan Pulau Berhala mulai dari Kerajaan Melayu Jambi sampai zaman kemerdekaan
88
tempat pemungutan suara bagi warga RT. 13 Pulau
Berhala. Untuk jelasnya dapat dikemukakan di sini
berapa kali Pemilu yang pernah diselenggarakan,
yang melibatkan penduduk Pulau Berhala sebagai
pemilih. Pada Pemilu legislatif tahun 1971 s/d tahun
1982, penduduk Pulau Berhala, menggunakan hak
pilihnya di Kecamatan Nipah Panjang. Semenjak
Pemilu tahun 2004, sampai dengan Pemilu tahun
2009, baik Pemilu Legislatif, Pilpres, maupun Pemilu
Kepala Daerah, KPU Kabupaten Tanjung Timur selalu
menempatkan 1 TPS di Pulau Berhala, sebagai tempat
pemungutan suara bagi penduduk Pulau Berhala. Hal
ini secara administrasi dan politis, membuktikan
bahwa Pulau Berhala adalah merupakan bagian
wilayah Provinsi Jambi.
Sebagaimana telah dikemukakan pada Bab.
Pendahuluan, sebelum Menteri Dalam Negeri
menetapkan Pulau Berhala dalam keadaan status quo,
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Status Gugusan Pulau Berhala mulai dari Kerajaan Melayu Jambi sampai zaman kemerdekaan
89
Pemerintah Provinsi Jambi dan Kabupaten Tanjung
Jabung Timur, selalu menganggarkan dalam APBD
masing-masing, dana untuk pemberdayaan dan
peningkatan kesejateraan penduduk Pulau Berhala.
Tetapi setelah Pulau Berhala ditetapkan dalam
keadaan status quo oleh Menteri Dalam Negeri,
bantuan dan kegiatan pembangunan di Pulau Berhala
terpaksa dihentikan, demi menghormati dan
mentaati Keputusan Menteri Dalam Negeri. Sangat
disayangkan pihak Provinsi Kepri/Kabupaten Lingga,
secara agresif tetap melakukan kegiatan
pembangunan fisik di Pulau Berhala, dengan
mengabaikan penetapan Menteri Dalam Negeri
mengenai status quo tersebut.
Secara administrasi dapat dilihat beberapa
peta, baik yang dikeluarkan oleh Pemerintah Belanda,
seperti Schetskaart Residentie Djambi, Aangenvende
de Plaatsnamen en Genzen, schaal 1 : 70.000 dan peta
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Status Gugusan Pulau Berhala mulai dari Kerajaan Melayu Jambi sampai zaman kemerdekaan
90
Ichtisar Kepulauan Indonesia dan sekitarnya, yang
dikeluarkan oleh Dinas Hidro Oceanografi TNI
Angkatan Laut tahun l997, yang dengan jelas
menempatkan Gugusan Pulau Berhala dalam wilayah
administrasi Provinsi Jambi. Hanya saja sangat
disayangkan, peta-peta yang ditemukan di kantor-
kantor Pemerintah di Provinsi Jambi, tidak ada yang
mencantumkan Pulau Berhala sebagai bagian dari
wilayah administrasi Provinsi Jambi. Penulis pernah
mengusulkan kepada pihak yang berwenang di
Provinsi Jambi, agar dibuat peta Provinsi Jambi,
dengan mencantumkan Gugusan Pulau Berhala,
sebagai bagian dari wilayah administrasi Provinsi
Jambi. Untuk legalisasi dari peta tersebut perlu
ditetapkan, setidak-tidaknya dengan Peraturan
Gubernur.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Status Gugusan Pulau Berhala mulai dari Kerajaan Melayu Jambi sampai zaman kemerdekaan
91
IV. STATUS GUGUSAN PULAU BERHALA DILIHAT
DARI ASPEK HUKUM.
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya,
perjuangan rakyat Jambi, berkenaan dengan Gugusan
Pulau Berhala, bukanlah bertujuan merebut Gugusan
Pulau Berhala dari Provinsi Kepri, tetapi adalah untuk
mempertahankan agar Gugusan Pulau Berhala tetap
berada dalam wilayah Provinsi Jambi. Hal ini
dilakukan karena rakyat Jambi yakin, berdasarkan
bukti-bukti yang ada, baik bukti hukum, bukti sejarah
atau bukti-bukti lainnya, Pulau Berhala adalah
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
wilayah Provinsi Jambi, sejak zaman Kerajaan Melayu
Jambi, sampai sekarang.
Berikut ini dikemukakan beberapa bukti
hukum, dari berbagai zaman yaitu:
1. Zaman Kerajaan Melayu Jambi:
a. Piagam Tanah Simpang.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Status Gugusan Pulau Berhala mulai dari Kerajaan Melayu Jambi sampai zaman kemerdekaan
92
Menurut Piagam Tanah Simpang, sebagaimana
telah dikemukakan sebelumnya, menyebutkan
bahwa pada saat terjadi pembagian wilayah
antara Rangkayo Pingai dengan saudaranya
Rangkayo Hitam, Rangkayo Pingai mendapat
bagian wilayah yang di dalamnya termasuk
Pulau Berhala. Fakta ini membuktikan bahwa
Pulau Berhala adalah merupakan bagian dari
wilayah Kerajaan Melayu Jambi.
b. Surat izin bergerak (berlayar) yang diberikan
oleh Pangeran Jambi (Pangeran Ratu).
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya
Pangeran Jambi (Pangeran Ratu), telah
memberikan surat izin bergerak (berlayar)
kepada nakhoda Portugis di Sungai Jambi dan
Selat Berhala. Hal ini membuktikan bahwa Pulau
Berhala adalah termasuk dalam wilayah
kekuasaan Kerajaan Melayu Jambi.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Status Gugusan Pulau Berhala mulai dari Kerajaan Melayu Jambi sampai zaman kemerdekaan
93
c. Kasus Tn. Skinner.
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya,
Pangeran Jambi (Pangeran Ratu) pernah
bersengketa dengan Tn. Skinner berkenaan
dengan Pulau Berhala. Berkali-kali masalah ini
dibawa pada proses yang wajar, selalu Tn.
Skinner dikalahkan, sehingga akhirnya Pulau
Berhala kembali menjadi milik Jambi. Hal ini
membuktikan bahwa Pulau Berhala adalah
termasuk dalam wilayah kekuasaan Kerajaan
Melayu Jambi.
2. Zaman Hindia Belanda.
a. Staatsblad Tahun 1906 No. 187.
Staatsblad Tahun 1906 No. 187 tentang
pembentukan Keresidenan Jambi, menjelaskan
bahwa Keresidenan Jambi berasal dari Kerajaan
Melayu Jambi, ditambah dengan Kerinci.
Sebagaimana telah dibuktikan sebelumnya,
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Status Gugusan Pulau Berhala mulai dari Kerajaan Melayu Jambi sampai zaman kemerdekaan
94
Pulau Berhala merupakan bagian wilayah
kekuasaan Kerajaan Melayu Jambi, sehingga
dengan demikian Pulau Berhala, juga
merupakan bagian Keresidenan Jambi.
b. Encyclopedia Van Nederlands Indie.
Dalam Encyclopedia Van Nederlands Indie,
disebutkan bahwa Pulau Berhala termasuk
dalam wilayah administrasi Afdeeling Jambi.14
c. J. Tideman.
Menurut J. Tideman Kepulauan Berhala (Berhala
Group) termasuk di dalam wilayah administrasi
Onderafdeeling Jambi, yang terletak di antara
0°.47’ - 1°.55’ Lintang Selatan dan 102°.40’ -
104°.33’ Bujur Timur.15
14
Mr. Dr. Paulus, Op. Cit., hlm. 276. 15
J. Tideman, Op. Cit., hlm. 4.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Status Gugusan Pulau Berhala mulai dari Kerajaan Melayu Jambi sampai zaman kemerdekaan
95
d. Schetskaart Residentie Djambi.
Dalam Schetskaart Residentie Djambi, yang
membagi Keresidenan Jambi, atas 6 (enam)
Onderafdeeling, menempatkan Pulau Berhala
dalam wilayah adminstrasi Onderafdeeling
Jambi.
e. Peta Ichtisar Kepulauan Indonesia dan
Sekitarnya.
Peta Ichtisar Kepulauan Indonesia dan
sekitarnya, yang dikeluarkan oleh Dinas Hidro
Oceanografi TNI Angkatan Laut, tahun 1977,
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Status Gugusan Pulau Berhala mulai dari Kerajaan Melayu Jambi sampai zaman kemerdekaan
96
dengan jelas menempatkan Pulau Berhala
dalam wilayah administrasi Provinsi Jambi.
3. Zaman Merdeka.
a. UU No. 12 Tahun 1956.
UU No. 12 tahun 1956 tentang Pembentukan
Kabupaten dalam Provinsi Sumatera Tengah,
menyebutkan bahwa Kabupaten Merangin dan
Kabupaten Batang Hari berasal dari
Keresidenan Jambi (Pasal 1 butir 13 dan14).
Dengan demikian berarti Pulau Berhala juga
termasuk dalam wilayah Kabupaten Batang
Hari.
b. UU Drt. UU No. 19 tahun 1957 jo UU No. 6 tahun
1958.
UU Drt. No. 19 Tahun 1957, kemudian menjadi
UU No. 6 tahun 1958 tentang Pembentukan
Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat,
Jambi dan Riau, tidak menyebutkan secara
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Status Gugusan Pulau Berhala mulai dari Kerajaan Melayu Jambi sampai zaman kemerdekaan
97
eksplisit batas-batas ketiga daerah tersebut.
Oleh karena itu untuk menentukan batas-batas
ketiga Daerah Swatantra tersebut, harus
didasarkan pada ketentuan Pasal 1 butir 13 dan
14 UU No. 12 tahun 1956, sebagaimana telah
dikemukakan di atas, pada angka 1, yaitu sama
dengan batas Keresidenanan Jambi, dimana di
dalamnya termasuk Pulau Berhala.
Kemudian bukti-bukti tersebut di atas dikukuhkan
oleh hukum positif, yaitu UU No. 54 Tahun 1999, tentang
Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Tebo, Muaro
Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, UU No. 25
tahun 2002 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan
Riau dan UU No. 32 tahun 2004, tentang Pemerintahan
Daerah.
Dari semua bukti-bukti tersebut di atas, dapat
dilakukan konstruksi hukum, dengan alur pikir
sebagaimana dikemukakan di bawah ini:
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Status Gugusan Pulau Berhala mulai dari Kerajaan Melayu Jambi sampai zaman kemerdekaan
98
1. Apabila Keresidenan Jambi berasal dari Kerajaan
Melayu Jambi, yang di dalamnya termasuk Gugusan
Pulau Berhala, maka dengan sendirinya Gugusan
Pulau Berhala, juga menjadi bagian Kereidenan Jambi.
2. Apabila Kabupaten Merangin dan Kabupaten Batang
Hari, berasal dari Keresidenan Jambi, yang di
dalamnya termasuk Gugusan Pulau Berhala, maka
dengan sendirinya Gugusan Pulau Berhala, juga
menjadi bagian dari Kabupaten Batang Hari.
3. Apabila Provinsi Jambi, berasal dari Kabupaten
Merangin dan Kabupaten Batang Hari, (kemudian
ditambah dengan Kerinci), yang di dalamnya
termasuk Gugusan Pulau Berhala, maka dengan
sendirinya Gugusan Pulau Berhala, juga menjadi
bagian dari Provinsi Jambi. Hal ini kemudian
dikukuhkan dengan UU No. 54 tahun 1999, UU No.
25 tahun 2002 dan UU No. 32 tahun 2004.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Status Gugusan Pulau Berhala mulai dari Kerajaan Melayu Jambi sampai zaman kemerdekaan
99
Alur Pikir (Secara Hukum) Mengenai Status Gugusan
Pulau Berhala
Kerajaan Melayu Jambi
Piagam Tanah Simpang (1211)
Gugusan Pulau Berhala Masuk dalam
Kerajaan Melayu Jambi
Keresidenan Jambi Berasal dari bekas Kerajaan Melayu
Jambi
Staatsblad No. 178 Tahun 1906
Keresidenan Jambi
Kabupaten Merangin & Kabupaten Batanghari
Berasal dari Keresidenan
Jambi
Provinsi Jambi
UU No. 12 Tahun 1956
Ditambah Kabupaten
Kerinci
UU Drt. No. 19 Tahun 1957/ UU No. 61
Tahun 1958
Dengan Sendirinya Gugusan Pulau Berhala Masuk Wilayah
Provinsi Jambi
UU No. 25 Tahun 2002
Penjelasan Pasal 3
UU No. 32 Tahun 2004
(Pasal 18 Ayat 4)
UU No. 54 Tahun 1999
(Pasal 9 Ayat 4)
PERJUANGAN GIGIH RAKYAT JAMBI
DALAM MEMPERTAHANKAN GUGUSAN
PULAU BERHALA
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Penyelesaian sengketa Gugusan Pulau Berhala berdasarkan perundang-undangan yang berlaku
100
BAB IV
PENYELESAIAN SENGKETA GUGUSAN PULAU
BERHALA
I. Bukti hukum yang menyatakan Gugusan Pulau
Berhala bagian wilayah Provinsi Jambi.
Seperti telah dikemukakan sebelumnya,
sengketa Gugusan Pulau Berhala adalah sengketa di
masa kini, sehingga harus diselesaikan dengan
hukum masa kini, hukum positif, yaitu peraturan
perundang-undangan yang berlaku sekarang.
Berkenaan dengan sengketa Gugusan Pulau Berhala,
ada 4 Undang-undang yang terkait yaitu UU No. 54
Tahun 1999, tentang Pembentukan Kabupaten
Sarolangun, Tebo, Muaro Jambi dan Kabupaten
Tanjung Jabung Timur, UU No. 25 Tahun 2002,
tentang Pembentukan Provinsi Kepri, UU 32 Tahun
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Penyelesaian sengketa Gugusan Pulau Berhala berdasarkan perundang-undangan yang berlaku
101
2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan UU No. 31
Tahun 2003, tentang Pembentukkan Kabupaten
Lingga.
1. UU No. 54 Tahun 1999.
Pasal 9 ayat (4) UU No. 54 Tahun 1999,
tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun,
Tebo, Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung
Timur, dengan tegas menyatakan bahwa :
“Kabupaten Tanjung Jabung Timur, sebelah utara
dan timur berbatas dengan laut Cina Selatan”.
Pasal ini memastikan bahwa Gugusan Pulau
Berhala termasuk dalam wilayah Kabupaten
Tanjung Jabung Timur, karena Gugusan Pulau
Berhala terletak jauh di sebelah selatan Laut Cina
Selatan. Memang UU No. 54 Tahun 1999 ini
mengandung sedikit masalah, karena pembuat
undang-undang tidak akurat dalam menentukan
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Penyelesaian sengketa Gugusan Pulau Berhala berdasarkan perundang-undangan yang berlaku
102
batas wilayah. Apabila kita perhatikan dalam peta,
Laut Cina Selatan berada jauh di sebelah utara
Pulau Berhala, malah di sebelah selatannya
terdapat Pulau Anambas, dan hampir seluruh
pulau-pulau di kepulaun Riau, berada di sebelah
selatan Laut Cina Selatan. Seandainya orang Jambi
memiliki sifat “serakah”, mereka akan menuntut
semua pulau-pulau yang ada di sebelah selatan
Laut Cina Selatan, karena Kabupaten Tanjung
Jabung Timur, sebelah utara dan timur berbatas
dengan Laut Cina Selatan. Orang Jambi tidak akan
pernah melakukan hal itu, karena orang Jambi
hanya akan memperjuangkan mati-matian apa
yang memang menjadi haknya. Agama kita
mengajarkan, “perjuangkanlah hakmu, walaupun
sebesar biji bayam”.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Penyelesaian sengketa Gugusan Pulau Berhala berdasarkan perundang-undangan yang berlaku
103
2. UU No. 25 Tahun 2002.
UU No. 25 Tahun 2002, tentang
Pembentukan Provinsi Kepri, dalam penjelasan
Pasal 3, dinyatakan:
“Provinsi Kepulauan Riau dalam undang-undang ini tidak termasuk Pulau Berhala, karena Pulau Berhala termasuk di dalam wilayah Provinsi Jambi, sesuai dengan UU No. 54 Tahun 1999, tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Tebo, Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur”.
Ada pihak tertentu yang mengatakan bahwa
penjelasan suatu pasal tidak mengikat secara
hukum, oleh karena itu tidak dapat dijadikan dasar
untuk menyatakan bahwa Pulau Berhala termasuk
di dalam wilayah Provinsi Jambi. Pendapat tesebut
adalah keliru, karena menurut teori hukum:
a. Penjelasan suatu pasal adalah merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pasal
yang bersangkutan.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Penyelesaian sengketa Gugusan Pulau Berhala berdasarkan perundang-undangan yang berlaku
104
b. Penjelasan dari suatu undang-undang adalah
merupakan sikap resmi dari pembuat undang-
undang, yaitu Pemerintah bersama dengan
DPR. Oleh karena itu, setidak-tidaknya
penjelasan suatu undang-undang mempunyai
kekuatan mengikat secara administratif.
c. Sebagai contoh, di dalam UUD 1945, sebelum
diamandemen, tidak ditemukan satu pasalpun
yang menyatakan Negara Republik Indonesia,
sebagai negara hukum. Pernyataan itu hanya
ditemukan di bagian Penjelasan Umum, yang
berbunyi: “Indonesia ialah Negara yang
Berdasarkan atas Hukum (Rechtstaat)”. Tetapi
kenyataannya semua orang mengakui bahwa
Indonesia adalah suatu Negara Hukum
(Rechtstaat), walaupun tidak ada satu pasalpun
yang menyebutkan bahwa Negara Indonesia
sebagai Negara Hukum (Rechtstaat).
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Penyelesaian sengketa Gugusan Pulau Berhala berdasarkan perundang-undangan yang berlaku
105
3. UU No. 32 Tahun 2004.
UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, dalam Pasal 18 ayat (4),
menyatakan bahwa: “kewenangan mengelola
wilayah laut Provinsi paling jauh 12 (duabelas) mil
laut dari garis pantai kelaut lepas, dan/atau ke
arah perairan kepulauan”. Berdasarkan data
geografis, jarak Pulau Berhala ke Ujung Jabung
(titik terluar dari Kabupaten Tanjung Timur),
hanya 2,5 mil laut dan jarak antara Pulau Berhala
dengan ibukota Kecamatan Nipah Panjang, hanya
7,46 mil laut. Hal ini berarti bahwa Gugusan Pulau
Berhala berada dalam wilayah laut Provinsi Jambi.
4. UU No. 31 Tahun 2003.
a. Lex apriori derogat lex posteriori.
Pasal 4 ayat (1) UU No. 31 Tahun 2003 tentang
Pembentukan Kabupaten Lingga, menyatakan:
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Penyelesaian sengketa Gugusan Pulau Berhala berdasarkan perundang-undangan yang berlaku
106
‘’Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut
Bangka dan Selat Berhala”. Ada pihak tertentu
yang berpendapat, bahwa berdasarkan Pasal 4
ayat (1) tersebut, berarti Pulau Berhala
termasuk wilayah Kabupaten Lingga, karena
Kabupaten Lingga sebelah selatan berbatasan
dengan Selat Berhala. Dengan menggunakan
adagium: “Lex apriori, derogat lex posteriori”
(Hukum yang lahir belakangan
mengenyampingkan hukum terdahulu), ada
pihak tertentu yang berpendapat bahwa
dengan adanya UU No. 31 Tahun 2003
(posteriori) bisa mengenyampingkan undang-
undang terdahulu (apriori), yaitu UU No. 25
Tahun 2002, tentang Pembentukan Provinsi
Kepri. Apabila pendapat ini diterima, berarti
Provinsi Kepri akan kehilangan payung
hukumnya.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Penyelesaian sengketa Gugusan Pulau Berhala berdasarkan perundang-undangan yang berlaku
107
b. Pendapat Dr. E. Utrecht, SH.
Utrecht dalam bukunya Hukum Administrasi
Negara Indonesia, menyatakan: “Tiap ketetapan
yang dibuat, harus berdasar pada undang-
undang, isinya dan tujuannya harus sesuai
dengan isi dan tujuan dari undang-undang yang
menjadi dasar ketetapan itu”.16 Pihak yang
berpendapat bahwa berdasarkan Pasal 4 ayat
(1) UU No. 31 Tahun 2003, Pulau Berhala
termasuk wilayah Kabupaten Lingga, jelas
pendapat itu bertentangan dengan penjelasan
Pasal 3 UU No. 25 Tahun 2002, yang
menyatakan bahwa: “Provinsi Kepulauan Riau
dalam undang-undang ini tidak termasuk Pulau
Berhala, karena Pulau Berhala termasuk
wilayah Provinsi Jambi, sesuai UU No. 54 Tahun
1999, tentang Pembentukan Kabupaten
16
Dr. E. Utrecht, SH, “Hukum Administrasi Negara Indonesia”, 1964, hlm. 123.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Penyelesaian sengketa Gugusan Pulau Berhala berdasarkan perundang-undangan yang berlaku
108
Sarolangun, Tebo, Muaro Jambi dan Kabupaten
Tanjung Jabung Timur”. Apabila kita perhatikan
konsiderans UU No. 31 Tahun 2003, pada
bagian mengingat, tercantum sebagai dasar
pembentukannya UU No. 25 Tahun 2002.
Berdasarkan pendapat Dr. E. Utrecht tersebut
di atas, semestinya UU No. 31 Tahun 2003,
tidak boleh bertentangan dengan UU No. 25
Tahun 2002. Selanjutnya apabila kita cermati
penjelasan Pasal 3 UU No. 25 Tahun 2002 dan
Pasal 4 ayat (1) UU No. 31 Tahun 2003,
sebenarnya kedua pasal tersebut tidak saling
bertentangan, hanya saja ada pihak tertentu,
yang keliru dalam memahami arti “selat”.
c. Pengertian Selat.
Menurut ketentuan umum yang dimaksud selat
adalah laut yang terletak antara dua daratan
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Penyelesaian sengketa Gugusan Pulau Berhala berdasarkan perundang-undangan yang berlaku
109
(pulau) besar. Sebagai contoh, Selat Sunda
terletak antara Pulau Jawa dengan Pulau
Sumatera, Selat Gaspar terletak antara Pulau
Bangka dengan Pulau Belitung, Selat Bali
terletak antara Pulau Jawa dengan Pulau Bali,
Selat Makasar terletak antara Kalimantan
dengan Pulau Sulawesi, dll. Dari beberapa
contoh tersebut, ternyata tidak ada selat yang
terletak antara pulau besar dengan pulau kecil.
Berdasarkan hal ini, maka yang dimaksud Selat
Berhala adalah laut yang terletak antara Pulau
Sumatera dengan Pulau Singkep, bukan laut
yang terletak antara Pulau Sumatera dengan
Pulau Berhala. Diberi nama Selat Berhala,
karena di selat tersebut terdapat Pulau Berhala
(lihat peta). Dengan apa yang dijelaskan di atas,
bahwa yang dimaksud Selat Berhala adalah laut
yang terletak antara Pulau Sumatera dengan
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Penyelesaian sengketa Gugusan Pulau Berhala berdasarkan perundang-undangan yang berlaku
110
Sumber : ATLAS Indonesia & Sekitarnya, Penerbit Karya Anda, Surabaya Indonesia.
Pulau Singkep, maka berdasarkan Pasal 4 ayat
(1) UU No. 31 tahun 2003 tersebut, Pulau
Berhala termasuk wilayah Provinsi Jambi,
sesuai dengan penjelasan Pasal 3 UU No. 25
Tahun 2002.
Dari bukti-bukti hukum tersebut di atas, dapat
diyakini bahwa Gugusan Pulau Berhala adalah
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
wilayah Provinsi Jambi.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Penyelesaian sengketa Gugusan Pulau Berhala berdasarkan perundang-undangan yang berlaku
111
II. Cara Penyelesaian Sengketa Gugusan Pulau
Berhala.
Sengketa Gugusan Pulau Berhala antara
Provinsi Jambi dengan Provinsi Kepri, haruslah
diselesaikan oleh Menteri Dalam Negeri, berdasarkan
wewenang yang diberikan oleh Pasal 198 ayat (2)
UU No. 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah
yang berbunyi: “Apabila terjadi perselisihan antar
provinsi, antara provinsi dan kabupaten/kota di
wilayahnya, serta antara provinsi dengan
kabupaten/kota di luar wilayahnya, Menteri Dalam
Negeri menyelesaikan perselisihan dimaksud”. Pasal
ini merupakan suatu lex specialis, sehingga
mengenyampingkan peraturan perundang-undangan
lain, yang mengatur hal yang sama. Pasal ini sengaja
dibuat oleh pembuat undang-undang, agar sengketa
antar daerah yang terjadi di banyak daerah, dapat
diselesaikan dengan cepat, sehingga tidak
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Penyelesaian sengketa Gugusan Pulau Berhala berdasarkan perundang-undangan yang berlaku
112
mengganggu stabilitas politik dan keamanan di
daerah, yang pada gilirannya bisa mengganggu
kelancaran proses pembangunan. Apabila sengketa
antar daerah diselesaikan melalui proses peradilan
biasa, hal itu akan memakan waktu yang panjang,
sesuai dengan mekanisme yang berlaku. Sebenarnya
Pasal 198 UU No. 32 Tahun 2004 ini sengaja dibuat
lebih sederhana, untuk lebih mempermudah dan
mempercepat proses penyelesian sengketa antar
daerah tersebut.
Apabila kita bandingkan dengan ketentuan
yang sama, dalam UU No. 22 Tahun 1999, tentang
Pemerintahan Daerah, ternyata dalam ketentuan
yang lama, cara penyelesaiannya lebih rumit,
sehingga menjadi lebih sulit. Cara penyelesaian
sengketa menurut UU No. 22 Tahun 1999,
menekankan pada adanya musyawarah terlebih
dahulu antara daerah yang bersengketa, dan
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Penyelesaian sengketa Gugusan Pulau Berhala berdasarkan perundang-undangan yang berlaku
113
berdasarkan hasil musyawarah itulah menteri
membuat keputusan. Menurut Rozali Abdullah:
“Dalam prakteknya, musyawarah tersebut sulit untuk
mencapai kesepakatan, karena masing-masing daerah
diselimuti oleh ego kedaerahan, sehingga mereka lupa,
bahwa kepentingan bangsa dan negara harus
diletakan di atas kepentingan lainnya”.17
Pembuat UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, menyadari kelemahan ini, dan
mencoba mengatasinya dengan memberi
kewenangan yang lebih luas kepada Menteri Dalam
Negeri atau Gubernur, untuk dapat dengan cepat
menyelesaikan perselisihan antar daerah tersebut.
Apabila terjadi perselisihan dalam
penyelenggaran fungsi pemerintahan, antar provinsi,
antara provinsi dengan kabupaten/kota di
17
Prof. H. Rozali Abdullah, SH, “Pelaksanaan Otonomi Luas, dengan Pemilihan
Kepala Daerah secara Langsung”, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm.
176.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Penyelesaian sengketa Gugusan Pulau Berhala berdasarkan perundang-undangan yang berlaku
114
wilayahnya dan antara provinsi dengan
kabupaten/kota di luar wilayahnya, wewenang untuk
menyelesaikannya berada pada Menteri Dalam
Negeri. Menteri dapat memutus sengketa ini, setelah
mendengar pihak-pihak yang bersengketa dan
memeriksa alat-alat bukti yang ada, tanpa perlu
adanya musyawarah terlebih dahulu antara pihak-
pihak yang bersengketa.
Tetapi kenyataannya sampai sekarang, sedikit
sekali sengketa antar daerah yang bisa diselesaikan.
Penyelesaian sengketa tersebut berlarut-larut,
memakan waktu bertahun-tahun, malahan sengketa
Gugusan Pulau Berhala, telah berlangsung lebih
hampir 30 tahun. Kendalanya bukan tereletak pada
aturan main dan mekanisme penyelesaiannya, tetapi
justru terletak pada kemauan dan keberanian
Menteri Dalam Negeri untuk menyelesaikannya.
Menteri Dalam Negeri, terkesan takut, apabila nanti
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Penyelesaian sengketa Gugusan Pulau Berhala berdasarkan perundang-undangan yang berlaku
115
timbul reaksi yang keras dari pihak yang merasa
dirugikan. Sebenarnya hal itu tidak perlu
dicemaskan, karena pada kenyataanya, betapapun
adilnya suatu putusan, pasti ada reaksi dari pihak
yang merasa dirugikan dan hal itu sudah merupakan
resiko jabatan seorang menteri. Kalaupun ada
keberatan dari pihak yang merasa dirugikan, itu bisa
diselesaikan melalui mekanisme sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Melihat sikap dari Menteri Dalam Negeri yang
baru, Gamawan Fauzi, melalui pernyataan-
pernyataan dan tindakannya, kita rasanya
mempunyai harapan baru, untuk menyelesaian
semua sengketa daerah yang terbengkalai selama ini,
termasuk di dalamnya sengketa Gugusan Pulau
Berhala. Bukti-bukti dari kedua belah pihak sudah
menumpuk di tangan beliau, rekomendasi dari
Komisi II DPR-RI sudah ada, kedua belah pihak sudah
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Penyelesaian sengketa Gugusan Pulau Berhala berdasarkan perundang-undangan yang berlaku
116
didengar berkali-kali, sekarang tinggal memutusnya.
Mari kita tunggu sambil berdoa, semoga Menteri
Dalam Negeri, Gamawan Fauzi, diberi kekuatan dan
keberanian oleh Tuhan Yang Maha Esa, untuk
menyelasaikan semua sengketa tersebut.
III. Kemungkinan penyelesaian sengketa antar
daerah melalui proses peradilan.
1. Melalui Mahkamah Konsitusi (MK).
Menurut ketentuan Pasal 10 UU Nomor: 24 Tahun
2003 Tentang Mahkamah Konstitusi, “Mahkamah
Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat
pertama dan terakhir, dan putusannya bersifat
final untuk :
a. Menguji undang-undang terhadap UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Penyelesaian sengketa Gugusan Pulau Berhala berdasarkan perundang-undangan yang berlaku
117
b. Memutus sengketa kewenangan lembaga
negara, yang kewenangannya diberikan oleh
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
c. Memutus pembubaran Partai Politik, dan
d. Memutus sengketa hasil Pemilihan Umum.
Dilihat dari kewenangan Mahkamah Konstitusi
tersebut di atas, kemungkinan pertama yang bisa
ditempuh adalah melalui uji materil undang-
undang yang berkaitan dengan Gugusan Pulau
Berhala, asal bisa dibuktikan bahwa ada pasal-
pasal dalam undang-undang dimaksud yang
bertentangan dengan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun l945. Akan tetapi, setelah
dicermati rasanya tidak ada pasal-pasal dalam
undang-undang yang berkaitan dengan Pulau
Berhala, bertentangan dengan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Kemungkinan
kedua, melalui sengketa kewenangan lembaga
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Penyelesaian sengketa Gugusan Pulau Berhala berdasarkan perundang-undangan yang berlaku
118
negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hal ini
bisa dilakukan, apabila Mahkamah Konstitusi
seandainya berpendapat, bahwa Pemerintah
Daerah adalah merupakan salah satu lembaga
negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD
Negara Republik Indonesia Tahun1945. Menurut
pendapat kita rasanya hal ini tidak mungkin,
karena yang dimaksud lembaga negara dalam
Pasal 10 huruf b, UU No. 24 Tahun 2003 adalah
lembaga negara di tingkat Pusat, seperti Presiden,
MPR, DPR, DPD, Mahkamah Agung, Mahkamah
Konstitusi, dan BPK. Entahlah kalau-kalau
Mahkamah Konstitusi membuat suatu terobosan
pula, seperti halnya kewenangan memutus
sengketa Pemilu.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Penyelesaian sengketa Gugusan Pulau Berhala berdasarkan perundang-undangan yang berlaku
119
2. Melalui Mahkamah Agung (MA).
Menurut ketentuan Pasal 31 ayat (1) UU Nomor:
14 Tahun 1985, tentang Mahkamah Agung,
“Mahkamah Agung mempunyai kewenangan
menguji secara materil, hanya peraturan
perundang-undangan dibawah undang-undang”.
Dari ketentuan pasal 31 ayat (1) di atas, jelas
bahwa Mahkamah Agung tidak berwenang
melakukan uji materil (judicial review) terhadap
undang-undang, tentunya dalam hal ini termasuk
Undang-undang yang berkaitan dengan Pulau
Berhala tersebut, yaitu UU Nomor: 54 Tahun 1999,
UU Nomor: 25 Tahun 2002 dan UU Nomor: 31
Tahun 2003. Oleh karena itu, keinginan pihak-
pihak tertentu untuk mencari penyelesaian
sengketa gugusan Pulau Berhala melalui judicial
review (uji materil) di Mahkamh Agung, tidak
mungkin dilakukan, karena tidak sesuai dengan
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Penyelesaian sengketa Gugusan Pulau Berhala berdasarkan perundang-undangan yang berlaku
120
ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
IV. Kemungkinan penyelesaian melalui Peradilan
Tata Usaha Negara setelah adanya putusan
Menteri Dalam Negeri.
Apabila seandainya keputusan Menteri Dalam
Negeri mengenai sengketa Gugusan Pulau Berhala ini
sudah ada, untuk mengajukan gugatan di Peradilan
Tata Usaha Negara, dalam hal ini Pengadilan Tinggi
Tata Usaha Negara, perlu dikaji lebih dahulu
kemungkinannya. Menurut Rozali Abdullah: “Putusan
pejabat Tata Usaha Negara yang dapat digugat di
Peradilan Tata Usaha Negara adalah putusan pejabat
Tata Usaha Negara yang bersifat individual, kongkrit,
final dan menimbulkan akibat hukum”.18 Melihat
18
Prof. H. Rozali Abdullah, SH, “Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara”,
(Jakarta: CV. Rajawali, 1992), hlm.18.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Penyelesaian sengketa Gugusan Pulau Berhala berdasarkan perundang-undangan yang berlaku
121
keempat syarat tersebut di atas, kemungkinan dapat
digugatnya keputusan Menteri Dalam Negeri dalam
sengketa Gugusan Pulau Berhala, tergantung pada
bentuk produk hukum yang akan dikeluarkan.
Apabila produk hukumnya dalam bentuk “keputusan
menteri” (beschikking), kemungkinan dapat digugat
melalui Peradilan Tata Usaha Negara, sebaliknya
apabila produk hukumnya dalam bentuk “peraturan
menteri” (regelling), jelas tidak dapat digugat di
Peradilan Tata Usaha Negara. Peraturan menteri
tersebut, hanya bisa dilakukan uji materil di
Mahkamah Agung. Tetapi masalahnya bukan itu,
karena Pasal 198 ayat (3) UU No. 32 Tahun 2004,
tentang Pemerintahan Daerah, menyebutkan dengan
tegas bahwa: “Keputusan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2), bersifat final”. Hal ini
berarti bahwa setelah menteri memutus sengketa
antar daerah berdasarkan ketentuan Pasal 198 UU
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Penyelesaian sengketa Gugusan Pulau Berhala berdasarkan perundang-undangan yang berlaku
122
No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
tidak ada lagi upaya hukum yang bisa ditempuh oleh
pihak-pihak yang merasa dirugikan, karena
keputusan menteri tersebut bersifat final. Dengan
demikian Permendagri No. 44 Tahun 2011 ini bersifat
tetap dan mengikat.
PERJUANGAN GIGIH RAKYAT JAMBI
DALAM MEMPERTAHANKAN GUGUSAN
PULAU BERHALA
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Sikap dan harapan ke depan masyarakat Jambi
123
BAB. V
PENUTUP
Sudah cukup panjang waktu yang dilalui, sudah
cukup sering pertemuan diadakan dan sudah cukup
banyak bukti yang diserahkan, sekarang tinggal lagi
menunggu tekad dan keberanian Menteri Dalam Negeri
untuk memutus sengketa Gugusan Pulau Berehala.
Berdasarkan bukti-bukti di masa lalu dan berdasarkan
undang-undang yang berlaku, rakyat Jambi yakin
seyakin-yakinnya, bahwa Gugusan Pulau Berhala adalah
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
wilayah Provinsi Jambi.
Secara geografis, budaya dan ekonomis, Gugusan
Pulau Berhala dirasakan sangat dekat dengan Provinsi
Jambi, sehingga akan lebih efiesen dan efektif apabila
Gugusan Pulau Berehala dikuasai dan dikelola oleh
Provinsi Jambi. Sebenarnya bagi rakyat Jambi, apapun
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Sikap dan harapan ke depan masyarakat Jambi
124
keputusan Menteri Dalam Negeri, rakyat Jambi akan
menerimanya dengan iklas, asal putusan itu diambil
dengan adil. Siapapun yang mengusai Gugusan Pulau
Berhala, bagi rakyat Jambi tidak masalah, asalkan tetap
berada dalam lingkungan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Rakyat Jambi berjuang dengan gigih,
mempertahankan Gugusan Pulau Berhala, karena
berdasarkan bukti-bukti yang ada, rakyat Jambi yakin
seyakin-yakinnya, bahwa Gugusan Pulau Berhala adalah
milik rakyat Jambi dari dulu hingga sekarang. Rakyat
Jambi percaya, apa yang diajarkan oleh agama kita,
“Perjuangkanlah hakmu, walaupun sebesar biji bayam”.
Oleh karena itu, rakyat Jambi akan terus berjuang
dengan gigih untuk mempertahankan haknya atas
Gugusan Pulau Berhala, dan sebaliknya tidak akan
pernah berusaha merebut yang bukan haknya.
Perjuangan Gigih Rakyat Jambi dalam Mempertahankan Gugusan Pulau Berhala – Sikap dan harapan ke depan masyarakat Jambi
125
Untuk menggambarkan sikap rakyat Jambi
berkenaan dengan Gugusan Pulau Berhala, sebagai
masyarakat rumpun Melayu, penulis mencoba
menggambarkannya melalui beberapa bait pantun.
Dari batin berjalan ke Muaro Jambi, Singgah sebentar di kota Sengeti. Rakyat Jambi yakin Pulau Berhala milik Jambi, Karena didukung banyak bukti. Dari kuala berlayar ke Sungai Jambi, Membawa pinang dalam sekoci. Kami ndak rela Pulau Berhala lepas dari Jambi, Akan berjuang sepenuh hati. Pohon dadap pohon kenari, Anak gembala membawa bedil. Kami berharap pada Pak Menteri, Status Berhala tolong selesaikan dengan adil.
126
APENDIX
PERMENDAGRI NO. 44 TAHUN 2011 TENTANG
WILAYAH ADMINISTRATIF PULAU BERHALA
Sekitar tanggal 10 Oktober 2011, berembus
kabar di tengah-tengah masyarakat, 2011 baik
melalui media massa, maupun dari mulut ke mulut,
bahwa Menteri Dalam Negeri telah memutuskan
Pulau Berhala masuk wilayah Kabupaten Tanjung
Jabung Timur, Provinsi Jambi. Dari hari ke hari berita
ini semakin santer terdengar, tetapi sesudah
dikonfirmasi kebenarannya kepada Gubernur Jambi,
Hasan Basri Agus, beliau dengan tegas menyatakan
belum mengetahui tentang kebenaran berita
tersebut. Malahan beliau berjanji akan mencek
kebenarannya ke Kementerian Dalam Negeri.
Sesudah dicek ke Kementerian Dalam Negeri,
ternyata berita itu benar adanya, di mana Menteri
127
Dalam Negeri telah menandatangani Permendagri
No. 44 Tahun 2011, tertanggal 29 September 2011
berkenaan status Pulau Berhala dan diundangkan
pada tanggal 7 Oktober 2011. Di dalam Pasal 3
Permendagri No. 44 Tahun 2011 tersebut, dengan
tegas dinyatakan bahwa : “Pulau Berhala masuk
wilayah administrasi Kabupaten Tanjung Jabung
Timur Provinsi Jambi”.
Alhamdulillah wa syukurillah, dengan
diterbitkannya Permendagri No. 44 Tahun 2011, yang
menyatakan bahwa Pulau Berhala masuk wilayah
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi,
berarti perjuangan dan do’a rakyat Jambi, didengar
dan dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Esa, dengan
memberi kekuatan dan keberanian kepada Menteri
Dalam Negeri untuk memutus sengketa mengenai
status Gugusan Pulau Berhala ini, dengan adil
berdasarkan dalil-dalil dan bukti-bukti yang telah
128
disampaikan oleh kedua belah pihak, baik Provinsi
Jambi maupun Provinsi Kepri.
Apabila ada pihak tertentu yang mengatakan
bahwa keputusan Menteri Dalam Negeri berkenaan
status Pulau Behala ini datangnya secara tiba-tiba
dan diputuskan secara sepihak, adalah tidak benar.
Penyelesaian masalah status kepemilikkan Gugusan
Pulau Berhala ini, sudah berlangsung dalam waktu
yang cukup panjang, melalui beberpa orang
Gubernur dari kedua belah pihak dan beberapa
orang Menteri Dalam Negeri. Kedua belah pihak
sudah diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk
menyampaikan dalil-dalil disertai bukti-bukti untuk
mendukung klaimnya masing-masing. Malahan
Menteri Dalam Negeri juga telah memberi
kesempatan kepada pihak Provinsi Jambi dan
Provinsi Kepri untuk berunding/bermusyawarah
secara langsung, guna mencari penyelesian yang adil
129
atas sengketa Gugusan Pulau Berhala, yang dapat
diterima oleh kedua belah pihak. Tetapi sangat
disayangkan sesudah pertemuan ketiga, ternyata
pihak Provinsi Kepri, secara sepihak memutuskan
untuk tidak melanjutkan perundingan, sehingga
terhenti sampai disitu, tanpa menghasilkan suatu
kesepakatan.
Terakhir, pada tanggal 6 Desember 2010,
Menteri Dalam Negeri mengundang Gubernur Jambi,
Hasan Basri Agus dan Gubernur Kepri, Muhammad
Sani, untuk datang ke Jakarta, guna mengadakan
pertemuan dalam rangka percepatan penyelesaian
status Pulau Berhala. Dalam pertemuan yang
difasilitasi oleh Dirjen Pemerintahan Umum,
Kementerian Dalam Negeri, Ir. Timbul Pujianto, MPM,
Gubernur Jambi dan Gubernur Kepri diberi
kesempatan untuk menyampaikan sikap terakhir
daerahnya masing-masing, berkenaan dengan status
130
Gugusan Pulau Berhala. Sesudah itu Dirjen
Pemerintahan Umum, menyampaikan pandangan
dan arahannya, berkenaan dengan kebijakan
Pemerintah dalam menyelesaikan status Pulau
Berhala. Pada akhir pertemuan, Menteri Dalam
Negeri melalui Dirjen Pemerintahan Umum, berjanji
akan segera menyelesaikan masalah status Pulau
Berhala.
Dari fakta-fakta yang dikemukakan di atas,
tidak ada alasan bagi pihak tertentu untuk
mengatakan bahwa keputusan Menteri Dalam Negeri
mengenai status Pulau Berhala ini, datangnya tiba-
tiba dan diputuskan secara sepihak. Hanya saja
dalam hal ini, kemungkinan teman-teman di Provinsi
Kepri belum siap menerima kenyataan yang ada.
Sebelumnya pihak Provinsi Jambi, berkali-kali
menegaskan akan menerima apapun keputusan
Menteri Dalam Negeri berkenaan status Gugusan
131
Pulau Berhala, asal keputusan tersebut, diambil
dengan adil berdasarkan bukti-bukti yang ada. Bagi
Provinsi Jambi, tidak masalah, di manapun Gugusan
Pulau Berhala ditempatkan, asal tetap dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Seyogyanya
teman-teman dari Provinsi Kepri, juga bersikap
demikian, karena Permendagri No. 44 Tahun 2011,
tidak lebih dari suatu “pengukuhan” terhadap
kepemilikan Provinsi Jambi atas Gugusan Pulau
Berhala, baik secara de yure maupun secara de facto.
Kita berharap dengan adanya Permendagri No. 44
Tahun 2011, jangan sampai merusak hubungan baik
yang sudah ada selama ini, antara masyarakat
Provinsi Kepri dengan masyarakat Provinsi Jambi,
sebagai sesama masyarakat serumpun Melayu.
Telanaipura, Medio Oktober 2011
132
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Rozali, SH. 1992. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara. Jakarta: CV. Rajawali.
Abdullah, Rozali. 2005. Pelaksanaan Otonomi Luas dan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Adiwoso,S.Hartini, dkk. 1998 (Penterjemah). Wellan, J.W.J. Het Eiland Berhala Bij Djambi, 1925.
Keuchenius, W.H. 1912. Tijdschrift voor Het Binnelandsch Bestuur Drien Veertiggste del Batavia, Kolf & Co.
Paulus, Mr. Dr. 1917. Encyclopedia Van Nederlandsch Indie.
Suthodilogo, Anakndo Ngebi. 1211 H. Naskah Kuno Silsilah Raja-raja Jambi dan Undang Pencacahan.
Tideman, J. 1938. Djambi. Amsterdam: Madeling Nomor XLII Koninklijk Vereneging Kolonial Instituut.
Tjandrasasmita, Uka. 2002. Kajian Sejarah Pulau Berhala, Seminar Sejarah Maritim Indonesia. Jakarta.
133
Utrecht, Dr. E. S.H. 1964. Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Jakarta: PT. Penerbit Balai Buku “ICHTIAR”.
Pemerintah Provinsi Jambi. 2007. Gugusan Pulau Berhala merupakan Bagian yang tidak Terpisahkan dari Wilayah Provinsi Jambi.
Pemerintah Provinsi Kepri. 2006. Analisis Status Pulau Berhala ditinjau dari aspek Sejarah, Pelayanan Pemerintah, dan Hukum.
134
DAFTAR UNDANG-UNDANG
UU No. 12 Tahun 1956, tentang Pembentukan Kabupaten dalam Provinsi Sumatera Tengah.
UU Drt. No. 19 Tahun 1956, tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Tengah, Jambi, dan Riau, kemudian menjadi UU No. 6 Tahun 1958.
UU No. 54 Tahun 1999, tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Tebo, Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
UU No. 25 Tahun 2002, tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau.
UU No. 31 Tahun 2003, tentang Pembentukan Kabupaten Lingga.
UU No. 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah.
135
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama Lengkap : Prof. H. Rozali Abdullah, SH
Lahir : Maninjau, 28 Februari 1942.
Alamat : Komplek Perumahan Dosen Universitas Jambi, No.23 Telanaipura Jambi.
Pendidikan : Sarjana Hukum Fakultas Hukum Universitas Andalas tahun 1969.
Riwayat Pekerjaan : 1. Diangkat sebagai Dosen pada Fakultas Hukum Unja, tahun 1970.
2. Diangkat sebagai Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Unja, tahun 1973.
3. Diangkat sebagai Kepala Humas Unja, tahun 1975.
4. Diangkat sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Unja, tahun 1979.
5. Diangkat sebagai Dekan Fakultas Hukum Unja, periode I, tahun 1981.
6. Diangkat sebagai Dekan Fakultas Hukum Unja, periode II, tahun 1985.
7. Diangkat sebagai Guru Besar Fakultas Hukum Unja, tahun 1992.
8. Diangkat sebagai Dekan Fakultas Hukum Unja, periode III, tahun 1993.
136
9. Diangkat sebagai Dekan Fakultas Hukum Unja, periode IV, tahun 1996.
10. Dosen Pasca Sarjana UNSRI, tahun 2002 – 2003.
11. Dosen Pasca Sarjana IAIN Jambi, tahun 2001 – 2002.
12. Dosen Program Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Unja, tahun 2002 – 2003.
13. Staf Ahli DPRD Provinsi Jambi, tahun 2001 – 2002.
14. Ketua KPU Provinsi Jambi, tahun 2003.
15. Ketua STISIP Nurdin Hamzah, tahun 2009-2011.
Buku-buku yang dipublikasikan :
1. Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa, Penerbit CV.Rajawali Jakarta, tahun 1984.
2. Hukum Kepegawaian di Indonesia, Penerbit CV.Rajawali Jakarta, tahun 1987.
3. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, penerbit CV.Rajawali Jakarta, tahun 1992.
4. Pelaksanaan Otonomi Luas dan Issu Federalisme Sebagai Suatu Alternatif,
137
5. Penerbit PT.Raja Grafindo Persada Jakarta, tahun 2000.
6. Perkembangan Hak Asasi Manusia dan Pembentukan Peradilan HAM di Indonesia, penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, tahun 2002.
7. Pelaksanaan Otonomi Luas, dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung, penerbit PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, tahun 2005.
8. Mewujudkan Pemilu yang Berkualitas, penerbit PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, tahun 2009.
Motto : Bekerja dengan ikhlas dan bertanggung jawab.
Prof. H. Rozali Abdullah, SH, Dosen Tatanegara yang mengajar di beberapa Perguruan Tinggi di Jambi, telah banyak menerbitkan buku tentang bidang ilmunya termasuk buku “Mewujudkan Pemilu yang Berkualitas” diterbitkan PT. Raja Grafindo Persada Jakarta, 2009.
Lahir di Maninjau Sumatera Barat 28 Februari 1942 dengan mottonya “bekerja ikhlas dan bertanggungjawab”.
“Saya merasakan denyut dan getar perjuangan secara faktual karena sebagai Gubernur saya pun berada dalam pusaran perjuangan yang telah mengambil masa puluhan tahun (1986 – 2011) untuk mendapatkan kemantapan Legal Justice terhadap kepemilikan Gugusan Pulau Berhala” (H. Hasan Basri Agus – Gubernur Jambi).
“Alhamdulillah upaya untuk meraih pengukuhan Gugusan Pulau Berhala sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam wilayah Provinsi Jambi telah kita capai. Tetapi kita tidak perlu terlalu bereforia karena pihak lain pun akan berbuat maksimal untuk mementahkannya” (H. Zulkifli Nurdin – Gubernur Jambi, 1999 – 2010).